ANALISIS LINE BALANCING DENGAN METODE TIME STUDY PADA PERUSAHAAN PERAKITAN SPEAKER ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

Perbaikan Penanganan Pemindahan Proses Packaging Paku

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 8 STOPWATCH

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Penetapan Upah Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu Standar di PT. Semen Tonasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Upaya Peningkatan Output Produksi Pada Fasilitas Kerja Departemen Preparation Di PT. Integra Indocabinet

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO

PENENTUAN WAKTU STANDAR DAN JUMLAH TENAGA KERJA OPTIMAL PADA PRODUKSI BATIK CAP (STUDI KASUS: IKM BATIK SAUD EFFENDY, LAWEYAN)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya dan teknologi akan selalu memberikan dorongan kepada

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITION WEIGHT (RPW) (STUDI KASUS: PT. KRAKATAU STEEL, Tbk.

PENENTUAN BEBAN KERJA DAN JUMLAH TENAGA KERJA OPTIMAL PADA PRODUKSI TAHU

BAB II LANDASAN TEORI

Peningkatan Kapasitas Produksi pada PT. Adicitra Bhirawa

Lakukan Pekerjaanmu secara Efektif & Efisien

PROSES PRODUKSI KEPALA KEMUDI DAN KINERJA OPERATOR PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR RANGKA SEPEDA MOTOR

METODE KERJA MENGGUNAKAN MOST UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI MUKENA

Shojinka s Approach in Minimazing Work In Process Total To Springbed Production (Case Study in PT. Malindo Intitama Raya)

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN UNTUK MENINGKATKAN PROSES PRODUKSI PADA AIR MINERAL DALAM KEMASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EPSIKER LABORATORY 2016

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti

PENGUKURAN WAKTU STANDART DAN PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK PERBAIKAN PENJADWALAN PRODUKSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN PERAKITAN DAN TATA LETAK FASILITAS

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data

Lampiran-1. Perhitungan Kapasitas Normal

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR DAN MESIN PADA DIVISI PACKAGING PT KIMIA FARMA (Persero) Tbk. UNIT PLANT WATUDAKON, JOMBANG

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM KERJA UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI GREEN TIRE PADA PROSES TIRE ASSY di PT. SURYARAYA RUBBERINDO INDUSTRIES

Riduwan Arif Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Sejarah singkat berdirinya CV. Catur tunggal Jaya Gorontalo, seiring

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

PERANCANGAN STANDAR WAKTU KERJA DAN PERHITUNGAN JUMLAH TENAGA KERJA OPTIMAL PADA BAGIAN MEDICAL EQUIPMENT I PT OTSUKA INDONESIA-LAWANG

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja

Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger

practicum apk industrial engineering 2012

Analisis Efisiensi Karyawan untuk Meningkatkan Produktivitas pada Divisi Pengemasan Line Box di PT. MAK

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI BPPT URIP MAKASAR PT. H. KALLA MELALUI OPTIMALISASI METODE KERJA, SOP, PERALATAN DAN SKILL

Perbaikan Metode Kerja Menggunakan Peta Kerja pada Proses Produksi Trafo

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta)

Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating A1 Superskill 0.13 A A B1 Excellent 0.08 B B C1 Good 0.03 C2 0.

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING

Upaya Peningkatan Output Produksi di PT. X

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1. Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

APLIKASI BINARY INTEGER PROGRAMMING UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN SEBAGAI FUNGSI OUTPUT PRODUKSI DI PT INDOJAYA PRIMA SEMESTA-PASURUAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

Pengoptimalan Jumlah Man Power dengan Metode Work Force Analysis

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODUL II WORK MEASUREMENT

BAB II LANDASAN TEORI

practicum apk industrial engineering 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR ISI. Halaman. viii

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Perakitan Mesin Traktor Tangan Iseki-Agrindo Model KAI 711

SIDANG TUGAS AKHIR PENGUKURAN WAKTU KERJA IPQC (IN PROCESS QUALITY CONTROL) DI PT. PHILIPS INDONESIA. Oleh : DIYAH SUCIYANTI ( )

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 7. work sampling

Analisis Jumlah Operator pada Proses Pemintalan di Perusahaan Pembuat Sarung Tangan

ANALISA WAKTU BAKU PROSES PEMASANGAN INTERIOR UNIT MODEL GRAND LIVINA DI SECTION CHASSIS LINE DEPARTEMEN TRIM CHASSIS PT. NISSAN MOTOR INDONESIA

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M.

ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI ASSEMBLY LINE B PADA BAGIAN MAIN LINE DENGAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DI PT. X

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

Improvement Proses Screwing pada Lini Kaleng Kopi di PT Sinar Djaja Can

USULAN PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI PADA LINE FINAL ASSEMBLING KWH OB91Z GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN PRODUK

Transkripsi:

ANALISIS LINE BALANCING DENGAN METODE TIME STUDY PADA PERUSAHAAN PERAKITAN SPEAKER Kelvin Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu ABSTRAK Sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi speaker memiliki permasalahan pada line produksi nya. Permasalahan yang dialami adalah terjadi bottle neck dibeberapa bagian line produksi, sehingga proses produksi tidak berjalan optimal. Berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan analisa untuk menentukan kondisi lintasan produksi yang seimbang dengan melakukan pengoptimalan faktor-faktor produksi yang ada sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan bottle neck yang terjadi pada lintasan produksi dan proses menjadi lebih optimal serta dapat meningkatkan kapasitas output produksi. Dari analisa ini diketahui bahwa penyebab munculnya bottle neck disebabkan oleh masalah produktivitas dan keterbatasan kapasitas produksi mesin. Untuk mengatasi hal ini, maka dilakukan pengoptimalan jumlah operator agar lintasan mencapai keseimbangan, peningkatan produktivitas kinerja operator, dan berbagai hal lainnya. Khusus untuk analisa proses yang dilakukan secara manual dianalisa berdasarkan metode learning curve karena kinerja manusia yang dilakukan secara berulang-ulang akan mengalami pembelajaran dengan sendirinya. Hasil dari perbaikan di salah satu line produksi dapat meningkatkan output produksi sebesar 9,503%. Kata kunci: Time Study, Keseimbangan Lintasan, Kurva Belajar ABSTRACT A manufacturing company that Manufactures speakers have problems on its productionline. Problems experienced is a bottle neck in some parts of the production line, so the production process is not running optimally. Based on the problem, research was done to determine the balance condition for the line production by optimizing the production factors, so it can reduce or disappear the bottle neck that happened on the line, make the process be more optimized and increase the output capacity. The result of this research is the bottle neck happened because of the problem of productivity in the process and the limits capacity of the machine. Therefor, the optimizing of the amount of operator was doing to reach the balance line, incerase the productivity if the operator performance and so on. For the speaker type A, the company has 49 operators in the line production, it was optimized to make the balance line by using 45 operators and the output capacity has 9,503% increase from before. Keywords : Time study, Line balancing, Learning curve 367

1. PENDAHULUAN Produktivitas secara sederhana didefinisikan sebagai perbandingan antara output per inputnya. Agar produktivitas meningkat, perlu diupayakan proses produksi yang efektif dan memberikan kontribusi sepenuhnya terhadap kegiatan-kegiatan produktif yang berkaitan dengan nilai tambah. Salah satu caranya adalah dengan berusaha menghindari atau meminimalkan langkah-langkah kegiatan yang tidak produktif seperti banyaknya idle/delay, set up, loading-unloading, materials handling dan sebagainya. Sebuah perusahaan perakitan speaker seringkali menghadapi permasalahan dengan terjadinya bottle neck pada lintasan produksinya, oleh karena itu akan dilakukan analisis line balancing pada lintasan produksinya. Line balancing pada suatu lintasan produksi adalah bertujuan untuk memberikan beban yang sama atau berimbang pada semua faktor proses produksi yang ada pada lintasan produksi tersebut. Faktor proses produksi yang dimaksud di sini adalah sumber daya yang digunakan dalam proses produksi (misalnya operator, mesin dan atau peralatan kerja). Untuk ketidakseimbangan lintasan pada proses produksi ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu pengaturan terhadap penempatan faktor-faktor, yang berarti pengalihan faktor-faktor pada tempat yang lebih diperlukan.. TINJAUAN PUSTAKA Suatu pekerjaan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat (Wignjosoebroto, 1995). Untuk mendapatkan waktu penyelesaian paling singkat diperlukan adanya penelitian kerja dan analisa metode kerja. Tujuan dari penelitian dan analisa metode kerja ini adalah mengaplikasikan prinsip dan teknik pengaturan cara kerja yang optimal dalam sistem kerja tersebut, sehingga diperoleh alternatif metode pelaksanaan kerja yang dianggap memberikan hasil yang paling efektif dan efisien. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Secara singkat pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran dilakukan pada waktu yang dibutuhkan (secara wajar) oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata (normal) untuk menyelesaikan pekerjaan atau disebut dengan waktu baku. Dalam pengukuran waktu kerja ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu secara langsung (stopwatch atau work sampling) dan secara tidak langsung (standart data atau predetermined time study). Pengukuran waktu kerja dengan menggunakan jam henti atau stopwatch sebagai alat bantu diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor pada abad ke-19. Metode ini sangat sesuai diaplikasikan terutama untuk pekerjaan yang singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan bagi semua pekerja. Untuk mengetahui kemampuan pekerja diperlukan penentuan performance rating. Performance rating adalah aktivitas untuk menilai dan mengevaluasi kecepatan kerja operator. Salah satu metode yang digunakan untuk menganalisa performance rating adalah metode westinghouse yang mempertimbangkan 4 faktor dalam mengevaluasi performance operator, yaitu skill, effort, condition, dan consistency. Dalam proses perhitungan untuk memperoleh waktu baku, juga diperlukan waktu longgar atau allowance. Tidak ada operator yang dapat bekerja terus menerus tanpa mengalami gangguan sama sekali. Karena itulah, dalam perhitungan waktu baku 368

perlu memperhatikan kelonggaran pada operator. Pada umumnya kelonggaran (allowance) meliputi tiga hal, yaitu kelonggaran untuk kebutuhan personal, kelonggaran untuk melepas lelah, kelonggaran karena keterlambatan. Salah satu aplikasi atau pemanfaatan dari diketemukannya waktu baku adalah guna menyeimbangkan lintasan produksi. Proses keseimbangan lintasan pada dasarnya merupakan satu hal yang tidak pernah mencapai kesempurnaan. Dengan adanya keseimbangan lintasan, maka diharapkan tidak terjadi bottle neck (macet atau penyempitan) yang dapat menghambat kelancaran produksi. Dalam pengambilan data juga didasarkan pada konsep kurva belajar. Kosep dari kurva belajar menyatakan bahwa pada pekerjaan yang berulang secara terus-menerus, operator yang melakukan secara otomatis akan melakukan pembelajaran pada pekerjaannya pada saat melakukan pekerjaan tersebut. Tingkat pembelajaran tersebut dapat dilihat dari tingkat waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan. Semakin lama, waktu penyelesaian yang diperlukan semakin cepat hingga mencapai satu titik tertentu. Bila mencapai titik maksimum tersebut, maka pekerjaan yang dilakukan operator sudah mencapai tingkat terefisien. 3. METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap pengamatan awal dan perumusan masalah Sebagai langkah awal peneliti melakukan pengamatan terhadap lintasan produksi yang terdapat pada proses produksi di perusahaan dan mengamati permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses produksi di perusahaan. Pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung setiap aktivitas dari elemen kerja yang ada pada lintasan produksi, mulai dari mengamati metode kerja yang dilakukan operator, peralatan dan mesin yang digunakan sampai hasil akhir dari sebuah proses pada lintasan tersebut.. Tahap pengumpulan dan pengolahan data Pada tahap ini pengambilan data, data yang diambil terbagi menjadi dua jenis, data primer (data aliran sistem informasi di perusahaan, data urutan proses produksi, data waktu masing-masing proses, dan lain sebagainya) dan data sekunder (gambaran umum perusahaan, kapasitas produksi perusahaan, proses produksi, berat produk, dan data lainnya) kemudian diolah sesuai dengan dasar yang sudah diperoleh pada studi pustaka. Pengolahan yang dilakukan adalah menghitung waktu standar, output standar, perhitungan kapasitas produksi dengan teori time study dan perhitungan kapasitas dengan teori kurva belajar. Hasil dari pengolahan data ini akan dianalisis secara seksama untuk dijadikan dasar dalam memberikan solusi perbaikan bagi perusahaan. 3. Tahap pengambilan kesimpulan dan saran 4. PENGUMPULAN DATA Dalam penelitian, akan ditentukan kondisi lintasan produksi yang seimbang, dengan melakukan pengoptimalan terhadap faktor-faktor produksi yang ada pada perusahaan, terutama difokuskan pada penggunaan operator pada lintasan produksi. Dalam tahap awal, diperlukan data mengenai proses produksi yang dilalui pada produkproduk tersebut. Ada lima macam produk yang dianalisis, yaitu speaker tipe A, speaker tipe B, speaker tipe C, speaker tipe D dan speaker tipe E. Untuk speaker tipe C pada lintasan A, terdapat proses pembersihan magnet, 369

proses pembersihan yoke, proses pengeleman magnet dan yoke, pengelingan washer dan frame, pengelingan terminal pada frame, pembersihan sisa hasil kelingan, pengeleman pada bagian washer, penggabungan magnet dan yoke, pencabutan center yoke dicabut dengan vacuum, pembersihan dengan absorber, pengeleman damper dan pecahan keling, pengeleman damper, pengeleman conepaper pada tepi atas frame, pengeleman voice coil, pemasangan conepaper, pengeleman tepi conepaper dan gasket, dan terakhir adalah proses pemasangan gasket. Speaker kemudian diletakkan pada multiplex untuk proses pengeringan selama minimal 5 jam sebelum lanjut pada proses di lintasan B. Pada awal proses dilakukan pencabutan VCG dan pelepasan gasket penekan, sebelum diletakkan pada conveyor di lintasan B. Proses pertama adalah pemasangan protector pada tepi frame, pemasangan kabel lead wire dan pelilitan kawat coil, penyolderan pada bagian terminal, pemasangan protector bagian kedua, pembentukan sudut pada lead wire, penyolderan untuk terminal, pemotongan sisa kabel mulai dari kabel lead wire, kawat coil, yang mana untuk pemotongan coil selalu diikuti dengan proses drop speaker karena kemungkinan potongan coil yang tersangkut pada speaker. Selanjutnya adalah proses pengeleman dust cap, pengeleman mata ayam, lalu kemudian dilakukan pemasangan dust cap. Speaker lalu dialihkan pada conveyor untuk mengalami proses pengeringan sesaat sebelum masuk pada proses charge magnet. Speaker diberi beban untuk merekatkan dust cap yang dipasang. Setelah melalui proses charge magnet, dilanjutkan dengan proses pengecekan suara dari speaker. Speaker yang dianggap gagal dalam proses pengecekan suara diberi tanda, dan dalam proses selanjutnya yaitu penempelan stampel, speaker ini akan diambil dari conveyor untuk dilakukan perbaikan lagi. Sampailah speaker pada proses packaging, pemasukan speaker pada kemasan OB (out box) dan packing serta proses pemberian stampel. Untuk masing-masing proses diambil 30 data pengamatan. Untuk proses pembersihan magne, data waktu proses yang diperoleh yaitu:.4,.,.3,.4,.,.1,.8,.8,.,,.1,.6,.5,.,.7,.1,.0, 1.9,.0,.7,.,.3,.,.4,.1,.7,.,.4,.5,., dan.1. (dalam satuan detik). 5. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA Dari data waktu proses tersebut dilakukan pengujian kecukupan data dan keseragaman data, agar data tersebut valid untuk diteliti. Berikut ini adalah pengujian kecukupan dan keseragaman data pada proses pembersihan magnet (pada lintasan A): Uji kecukupan data Uji kecukupan data menunjukkan bahwa jumlah data pengamatan yang diambil telah mencukupi. N = 30 k = (derajat kepercayaan 95%) s = 5% X i = 16.81 X i = 70.5 370

40 30 16.81 N' = N '= 17.9038 ( ) ( 70.5) ( 70.5) Uji keseragaman data BKA = x + kσ BKB = x kσ =.3 + (0.493) =.3 (0.493) =.815 = 1. 818 Setelah data tersebut dinyatakan valid, dilakukan perhitungan untuk memperoleh waktu baku dengan menentukan juga performance rating dan allowance operator. Berikut sebagai contoh perhitungan pada proses cuci raw material proses pembersihan magnet: Performance Rating (P) Skill : good (C1) = +0.06 Condition : average (D) = 0.00 Effort : average (D) = 0.00 Consistency : average (D) = 0.00 Total = +0.06 Total Allowance Pekerjaan yang dapat diabaikan = 3%, dilakukan sambil duduk kaki = 0,5%, gerakan kerja normal = 0%, pandangan hampir terus menerus dengan pencahayaan baik = 6,75%, temperatur normal =,5%, atmosfer cukup =,5%, kelonggaran untuk kebutuhan pribadi =,5%. Total allowance = 17,75% Waktu proses 95.3 Wp = 30 Wp = 3.18 detik Waktu normal Wn = Ws p Wn = 3.18 1.03 Wn = 3.709 detik Waktu baku 100% Ws = 3.709 100% 17.75% Ws = 3.768 detik Output baku 1 Os = 3600 3.768 detik Os = 1098.6486 unit/jam 371

Dari output standar tersebut dapat diketahui kapasitas produksi perusahaan. Dengan asumsi bahwa kapasitas output adalah per satu jam kerja, maka kapasitas produksi untuk proses ini adalah 1098,6486 unit speaker/jam. Berikut adalah contoh perhitungan kapasitas produksi proses pemasangan kabel leadwire dan pelilitan kawat coil pada speaker tipe C. Dengan asumsi kapasitas output per jam, dan menggunakan data waktu proses rata-rata hasil pengukuran yang sama juga digunakan pada perhitungan kapasitas dengan teori time study. Proses pemasangan kabel leadwire dan pelilitan kawat coil untuk speaker tipe C (proses C3B) Diketahui : k = 13.7900 b = -0.150 maka waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk ke (i=): b Y = k + i i 0.150 = 13.7900 + Y Y =1. 4110 dan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk ke 3 (i=3): b Y = k + i i 0.150 3 = 13.7900 + 3 Y Y =11. 3 669 dan demikian seterusnya untuk unit keempat, unit kelima dan unit ke X. Analisa data yang dilakukan adalah analisa terhadap perhitungan kapasitas produksi dengan menggunakan teori time study dan dengan menggunakan teori kurva belajar.analisis pertama yang dilakukan adalah menganalisa terjadinya bottle neck pada lintasan dengan menggunakan perhitungan kapasitas produksi (KP) dengan teori time study. Pada tabel 1 berikut adalah hasil analisis bottle neck (BN) untuk lintasan A speaker tipe C. Pro KP (unit/ jam) Op Tabel 1. Analisis Bottle Neck Line A-Tipe C Unit diproduksi BN C1A 1463 1 1463 - CA 1030 1 1030 - C3A 81 1 81 09 64 C4A 684 1 684 - C5A 1005 1 684 - C6A 84 1 684 - C7A 594 1 594 7 C8A 861 1 684 - C9A 83 1 594 - C10A 183 1 594 - C11A 53 1 53 6 C1A 547 1 53 - C13A 836 1 53 - C14A 51 1 51 - C15A 508 1 508 13 C16A 56 1 56 - C17A 1171 1 508 - C18A 51 1 508 - C19A 1611 3 508 - Pada lintasan A banyak muncul bottle neck yaitu pada proses C3A (proses pengeleman magnet dan yoke), proses C7A (proses pemasangan megnet dan yoke dengan absorber), proses C11A (proses pembersihan dengan absorber), dan C15A (proses pengeleman conepaper, voice coil dan damper). Pada proses C3A terjadi bottle neck sebesar 09 unit/jam dari proses CA dan 64 unit/jam dari proses C1A, disebabkan karena keterbatasan kapasitas mesin yang hanya mampu menghasilkan 81 unit/jam. Pada proses C7A tejadi keterbatasan 37

kapasitas mesin yang hanya mampu menghasilkan 594 unit/jam, sehingga menyebabkan bottle neck sebesar 7 unit/jam dari proses C3A. Pada proses C11A terjadi bottle neck sebesar 6 unit/jam dari proses sebelumnya karena keterbatasan kapasitas mesin yang menghasilkan 53 unit/jam. Pada proses C15A juga terjadi bottle neck sebesar 13 unit/jam dari proses sebelumnya karena keterbatasan kapasitas mesin. Sehingga pada akhir lintasan A menghasilkan 508 unit/jam. 6. KESIMPULAN 1. Penyebab munculnya bottle neck adalah karena keterbatasan kapasitas mesin. Pada speaker tipe A keterbatasan mesin terjadi pada 1 proses, pada speaker tipe B terjadi pada 3 proses, pada speaker tipe C terjadi pada 4 proses, pada speaker tipe D terjadi 3 proses dan pada speaker tipe E terjadi 3 proses.. Penyebab munculnya bottle neck karena masalah produktivitas terjadi pada speaker tipe A, yaitu di proses pengeleman washer dan proses pemasangan kabel leadwire. 3. Banyak proses yang memiliki kapasitas produksi jauh melebihi dari kapasitas produksi mesin minimum yang dijadikan acuan, khususnya pada proses-proses yang dioperasikan secara manual oleh operator. Dari hasil analisis dengan line balancing, maka untuk menyeimbangkan kapasitas produksi dari tiap proses khususnya proses secara manual, dapat dilakukan beberapa langkah perbaikan, satu di antaranya adalah pengaturan jumlah operator. Dari hasil analisis tersebut diperoleh komposisi operator yang baru yaitu: pada speaker tipe A dengan 45 operator (berkurang 4 operator), pada speaker tipe B dengan 33 operator (berkurang 4 operator), pada speaker tipe C dengan 33 operator (berkurang 7 operator), pada speaker tipe D dengan 35 operator (berkurang 5 operator), dan pada speaker tipe E dengan 33 operator (berkurang 7 operator). 4. Lintasan produksi yang sudah balance akan berdampak pada lebih optimalnya output produksi. Seperti pada speaker tipe A peningkatan output produksi yang terjadi yaitu sebesar 9,503% dari jumlah kapasitas output awal dalam satuan unit/jam. Sedangkan pada produk speaker tipe lainnya, tidak terjadi peningkatan output produksi karena semua proses yang dikerjakan secara manual sudah memiliki kapasitas produksi di atas kapasitas mesin minimum, sehingga pengoptimalan yang terjadi hanya pada penggunaan operator proses produksi. 7. DAFTAR PUSTAKA Kelvin, Perencanaan Jumlah Operator Produksi dengan Metode Studi Waktu (Studi Kasus pada Industri Pengolahan Produk Laut), SemNas ITS, Surabaya, 011 Niebel, Benjamin W, Motion and Time Study, Richard D. Irwin, Illinois, 1993. Nurmianto, Eko, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT. Guna Widya, Jakarta, 1996. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Departemen Teknik Industri FTI ITB, Bandung, 003 Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakaatmadja., Teknik Tata Cara Kerja, Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, 1979. Wignjosoebroto, Sritomo, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, PT. Guna Widya, Jakarta, 1995. Wignjosoebroto, Sritomo, Pengantar Teknik Industri, PT. Guna Widya, Jakarta, 1993. 373