BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB LANDASAN TEORI.1. Teknik Pengukuran Kerja Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Teknik pengukuran kerja diperlukan untuk menghitung waktu baku (Standard Time) penyelesaian pekerjaan dalam rangka memilih alternatif metoda kerja yang terbaik. Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini sangat diperlukan terutama sekali untuk : Perencanaan kebutuhan tenaga kerja Menyeimbangkan lintasan produksi Estimasi biaya biaya untuk upah karyawan/pekerja. Penjadwalan produksi dan penganggaran. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan / pekerja yang berprestasi. Indikasi keluaran ( output ) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja. Pada dasarnya teknik pengukuran kerja dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu :

2 11 1. Pengukuran kerja secara langsung, yaitu : Pengukuran kerja yang dilaksanakan secara langsung ditempat dimana pekerjaan yang diukur dijalankan. Dua cara yang termasuk dalam pengukuran kerja secara langsung ini adalah : Pengukuran waktu kerja dengan jam henti ( Stop Watch Time Study ) Pengukuran waktu kerja dengan metoda sampling kerja ( Work Sampling ). Pengukuran kerja secara tidak langsung, yaitu : Pengukuran kerja yang dilakukan dengan cara menghitung waktu kerja tanpa si pengamat harus berada di tempat pekerjaan yang diukur. Disini aktivitas yang dilakukan hanya menghitung waktu kerja dengan membaca tabel tabel waktu yang tersedia asalkan mengetahui proses pekerjaan tersebut melalui elemen elemen pekerjaan atau elemen elemen gerakan Prosedur Pelaksanaan dan Peralatan Yang Digunakan dalam Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti Pengukuran waktu kerja dengan jam henti ( Stop Watch Time Study ) diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W Tailor sekitar abad 19 yang lalu. Metoda ini sangat cocok untuk diaplikasikan untuk pekerjaan pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang ulang. Secara garis besar langkah langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti ini secara sistematis dapat ditunjukkan pada gambar.1 berikut :

3 1 LANGKAH PERSIAPAN Pilih dan definisikan pekerjaan yang akan diukur dan akan ditetapkan waktu standardnya. Informasikan maksud dan tujuan pengukuran kerja kepada supervisor/pekerja Pilih operator dan catat semua data yang berkaitan dengan sistem operasi kerja yang akan diukur waktunya. ELEMENTAL BREAKDOWN Bagi siklus kegiatan yang berlangsung ke dalam elemen elemen kegiatan sesuai dengan aturan yang ada. PENGAMATAN DAN PENGUKURAN Laksanakan pengamatan dan pengukuran waktu sejumlah N pengamatan untuk setiap siklus / elemen kegiatan ( X1, X,.,Xn ) Tetapkan performance rating dari kegiatan yang ditunjukkan operator. MENGUJI KESERAGAMAN DAN KECUKUPAN DATA Keseragaman data : - Common sense ( subjektif ) - Batas batas kontrol ± 3 SD. Kecukupan data ( N ) : - Menggunakan rumus - Menggunakan tabel ( The Maytag Company ) - Menggunakan Alignment Chart N =N+n N N

4 13 A MENENTUKAN WAKTU NORMAL Waktu normal = waktu observasi rata-rata x performance rating Waktu Standard = waktu normal x ( jam/unit ) 100% 100% %allowance Output standard = 1 ( unit / jam) Waktu standard Gambar.1. Langkah-langkah sistematis pengukuran kerja dengan jam henti. Sumber : Sritomo W. ;Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu; Penetapan tujuan pengukuran Dalam pengukuran kerja, hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran tersebut akan digunakan dalam kaitannya dengan proses produksi, sehingga operator dapat bersikap wajar pada saat diteliti Persiapan awal Pengukuran Waktu Kerja Ada beberapa hal yang berkaitan dengan persiapan awal pengukuran waktu kerja ini diantaranya: Mempersiapkan kondisi kerja dan metoda kerja yang sudah dibakukan.

5 14 Memilih operator yang akan melakukan pekerjaan yang di ukur dengan kemampuan normal dan bisa diajak bekerja sama Pengadaan Kebutuhan Alat Pengukuran Kerja. Peralatan yang dibutuhkan untuk aktifitas pengukuran kerja adalah jam henti (Stop Watch), papan pengamatan, lembar pengamatan dan alat alat tulis serta penghitung..1.. Pembagian Operasi Menjadi Elemen elemen Kerja Tujuan pemecahan operasi menjadi elemen-elemen kerja ini adalah : Cara terbaik untuk menggambarkan suatu operasi adalah dengan membagi ke dalam elemen elemen kerja yang lebih detaildan mampu di ukur dengan mudah secara terpisah. Besarnya waktu baku bisa ditetapkan berdasarkan elemen elemen pekerjaan yang ada. Dapat menganalisa waktu waktu yang berlebihan untuk tiap elemen yang ada atau waktu yang terlalu singkat untuk elemen yang ada. Mengetahui Performance Rating operator untuk setiap elemen kerja. Aturan yang harus diikuti untuk membagi suatu operasi kerja ke dalam elemen elemen kerja yaitu :

6 15 Elemen elemen kerja dibuat sedetail dan sependek mungkin tetapi masih bisa diukur waktunya dengan teliti. Handling time seperti loading dan unloading harus dipisahkan dari machining time. Elemen elemen kerja yang konstan harus dipisahkan dengan elemen kerja yang variabel Penetapan Jumlah Siklus Kerja Yang Diamati Menggunakan Rumus Rumus-rumus berikut ini akan memberikan cara yang sederhana untuk mengevaluasi kesalahan atau penyimpangan terhadap nilai waktu rata-rata dari suatu elemen kerja untuk sejumlah siklus pengukuran/pengamatan.di sini diasumsikan bahwa variasi nilai waktu dari suatu siklus pengamatan ke siklus pengamatan lainnya adalah disebabkan oleh faktor-faktor yang serba kebetulan (chance factor). Standard error dari harga rata-rata untuk setiap elemen kerja (standard error of the mean) dapat dinyatakan dalam rumus : δ X = δ ' N δ X = Penyimpangan standard dari distribusi rata- rata δ ' = Penyimpangan standard dari populasi untuk elemen kerja yang ada.

7 16 N = Jumlah pengamatan untuk elemen kerja diukur. Penyimpangan standard dinyatakan dengan tanda (sigma). Secara definisi hal ini dinyatakan sebagai the root-mean square deviation of the observed reading from their average, yang dinyatakan dalam formula berikut : δ = (X - X) + (X - X) N (X II - X) δ = (X - N X ) X N X X = Data waktu yang dibaca oleh stopwatch untuk tiaptiap individu pengamatan. X = Harga rata-rata (mean) dari semua data waktu yang dibaca stopwatch per elemen kerja. = Jumlah semua data waktu yang dibaca/diukur. karena : X = X, N maka diperoleh δ = X X 1 - = N X - ( X) N N N Dengan mengkombinasikan formula-formula yang ada ini maka diperoleh : δ X = 1 N N X N'

8 17 untuk menetapkan beberapa jumlah observasi yang seharusnya dibuat (N ) maka disini harus diputuskan terlebih dahulu berapa tingkat kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk pengukuran kerja ini. Di dalam aktivitas pengukuran kerja biasanya akan diambil 95 % convidence level dan 5% degree of accuracy. Hal ini berarti bahwa sekurangkurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari waktu yang dicatat/diukur untuk suatu elemen kerja akan memiliki penyimpangan tidak lebih dari 5%. Dengan demikian formula diatas dapat dituliskan lagi sebagai berikut : 0.05 X = δ X atau = N = SX δ X N X 1 = ( N X X ) N n 40 N ' N X ( X X ) dimana N adalah jumlah pengamatan/pengukuran yang seharusnya dilaksanakan untuk memberikan tingkat kepercayaan 95% dan derajat ketelitian 5% dari data waktu yang diukur. Apabila selanjutnya dikehendaki tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 10% maka rumus tersebut akan berubah menjadi :

9 18 N = 0 N X X ( X ) Contoh soal : Dari 30 pengamatan terhadap suatu elemen kerja diperoleh data waktu pengukuran seperti tercantum didalam tabel berikut : (X) (X ) (X) (X ) Total X = 167 Total X = 967 Selanjutnya dilakukan pengecekan apakah obsevasi tersebut bisa memenuhi persyaratan 95% tingkat kepercayaan 5% tingkat ketelitian ataukah tidak? Dari formula : N = 40 N X X ( X )

10 19 maka dapat dicari jumlah observasi yang seharusnya dilaksanakan yaitu : 40 N = 30x967 (167) = 5 kali pangamatan 167 Disini terlihat bahwa jumlah observasi tang seharusnya dilaksanakan ( N ) adalah lebih kecil dari jumlah observasi yang telah dilakukan (N=30). Kesimpulan yang bisa diambil di sini adalah bahwa jumlah observasi yang telah dilaksanakan sebanyak 30 kali dan memberikan data waktu seperti yang tercantum dalam tabel dapat memberikan tingkat kepercayaan sebesar 95 % dan tingkat ketelitian yang diperoleh dari pengamatan ini adalah kurang lebih 5%. Apabila disini kondisi yang diperoleh adalah N, maka tidak bisa tidak pengamatan harus ditambah lagi sedemikian rupa sehingga data yang diperoleh kemudian bisa memberikan tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian sesuai dengan yang diharapkan Menggunakan tabel ( The Maytag Company ) Penetapan jumlah pengamatan yang dibutuhkan dalam aktivitas stopwatch time study selama ini dikenal lewat formulasi-formulasi tertentu dengan mempertimbangkan

11 0 tingkat kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy/precision) yang diinginkan. Cara penetapan dengan prosedur formulasi tersebut membutuhkan analisis dan perhitungan kuantitatif yang memerlukan waktu penyelesaian yang lama. Dalam pembicaraan kali ini akan diuraikan suatu prosedur yang diintroduksi dan dikembangkan pertama kali oleh The Maytag Company yang lebih sederhana, cepat dan tidak terlalu banyak analisa kuantitatif yang diaplikasikan. Untuk membuat estimasi mengenai jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan, maka The Maytag Company telah mencoba memperkenalkan prosedur sebagai berikut : a. Laksanakan pengamatan/pengukuran awal dari elemen kegiatan yang ingin diukur waktunya dengan ketentuan sebagai berikut : 10 kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus sekitar menit atau kurang. 5 kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus waktu yang lebih besar dari menit.

12 1 b. Tentukan nilai range, yaitu perbedaan nilai terbesar (H) dan nilai terkecil (L) dari hasil pengamatan yang diperoleh. c. Tentukan harga rata-rata (average) yaitu X yang merupakan jumlah hasil waktu (data) pengamatan yang diperoleh dibagi dengan banyaknya pengamatan (N) yang telah dilaksanakan. d. Tentukan nilai dari pada range dibagi dengan harga rata-rata. Nilai tersebut diformulasikan sebagai (R/ X ). e. Tentukan jumlah pengamatan yang diperlukan atau seharusnya dilaksanakan dengan menggunakan tabel.1. berikut. Cara nilai (R/ X ) yang sesuai dan kemudian dari kolom untuk ukuran sampel yang diambil (5 atau 10) akan bisa diketahui berapa jumlah pengamatan (N) yang diperlukan. Tabel tersebut berlaku untuk kondisi 95% convidence level dan 5% degree of accuracy. Untuk 95% convidence level dan 10% degree of accuracy, maka jumlah dan pengamatan (N) yang diketemukakan berdasarkan tabel tersebut harus dibagi dengan 4. f. Apabila harga (R/ X ) tidak bisa dijumpai persis sama seperti yang tertera di dalam yang ada, maka

13 dalam hal ini bisa diambil harga yang paling mendekati. Berdasarkan nilai yang diketemukan, kemudian dilaksanakan evaluasi dan tambahan pengamatan bilamana ternyata hasil yang diperoleh lebih besar dari pengamatan yang telah dilaksanakan. Tabel.1. Jumlah Pengamatan yang diperlukan ( N ) untuk 95 % Convidence Level dan 5 % degree of Accuracy ( precision ) Sumber : Sritomo W. ;Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu; 000 Contoh Soal : Dari hasil stop-watch time study terhadap suatu operasi kerja yang terdiri atas 3 elemen-elemen kegiatan

14 3 masing-masing elemen diamati/diukur sebanyak 10 kali diperoleh hasil (dalam unit satuan menit) sebagai berikut : Elemen no 1: 0,07 0,09 0,06 0,07 0,08 0,08 0,07 0,08 0,09 dan 0,07 Elemen no : 0,1 0,13 0,1 0,1 0,11 0,13 0,1 0,11 0,13 dan 0,1 Elemen no 3: 0,56 0,57 0,55 0,56 0,57 0,56 0,54 0,56 0,56 dan 0,55 Dengan menggunakan prosedur yang telah dibuat oleh The Maytag Company diatas maka estimasi jumlah pengamatan yang harus dilaksanakan dengan 95% convidence level dan 5% degree accuracy dapat dihitung sebagai berikut : Sampel perhitungan diambil elemen nomor 1 dimana disini bisa dilihat nilai terbesar (H) = 0.09 dan nilai terkecil ( L ) = Dengan demikian range (R) dapat dihitung : R = H-L = = 0.03 menit. Harga rata-rata ( X ) dari data pengamatan dapat dicari : X = X = menit.

15 4 Dengan diketahuinya harga R dan X maka rasio R/ X bisa dihitung pula sebagai berikut : R/ X = = Dari tabel yang ada, maka untuk harga R/ X = 0,395 jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan dalam hal ini dapat diestimasikan sebesar 7 pengamatan (nilai ini diperoleh dari tabel untuk (R/ X = 0, 40 dan data sampel pengamatan = 10 ). Dengan demikian pengamatan yang telah dilaksanakan untuk elemen kegiatan nomor 1 masih dianggap kurang. Tabel yang dibuat oleh The Maytag Company yang penggunaannya telah dijelaskan diatas pada dasarnya merupakan awal dari kegiatan time study. Hal yang diperoleh di sini hanyalah sekedar mengestimasikan jumlah pengamatan yang dibutuhkan. Setelah pengamatan tambahan selesai dikerjakan maka perlu dilakukakan analisa lebih lanjut untuk mengecek apakah pengamatan tersebut sudah cukup atau belum. Ambil sekali lagi contoh persoalan yang lalu. Misalkan saja setelah pengamatan tambahan. Prosedur pengecekan dalam hal ini bisa dijelaskan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

16 ( R = 0.03 ) ( R = 0.0 ) ( R = 0.0 ) ( R = 0.0 ) ( R = 0.01 ) ( R = 0.0 ) ( R = 0.03 ) ( R = 0.03 ) a. Bagi data yang diperoleh menjadi beberapa subgroup yang terdiri masing-masing atas 4 data pengamatan (lihat pengelompokan data menjadi sub- group di atas). b. Tentukan range (R) dari setiap sub-group tersebut, yaitu berupa perbedaan nilai terbesar/maksimum (H) dengan nilai terkecil/minimum (L). c. Tentukan harga rata-rata (R) dari sub-group yang bisa diperoleh dari jumlah range dari setiap subgroup dibagi dengan banyaknya sub-group tersebut. d. Tentukan harga rata-rata dari data pengamatan yang diperoleh, yaitu dengan jalan menjumlahkan semua nilai pengamatan dan membaginya dengan banyaknya data pengamatan yang ada ( X ). e. Selanjutnya dengan mengidentifikasikan harga R dan harga X, menariknya dalam arah koordinat yang tepat, maka perpotongan koordinat ini dengan kurva N yang sesuai akan menunjukan berapa

17 6 jumlah pengamatan (N) yang seharusnya dilaksanakan. Hal ini bisa ditetapkan berdasarkan kurva berikut pada gambar.. Gambar.. Perhitungan Jumlah Pengamatan yang harus Dilaksanakan Bilamana Harga Rata-rata X dan Harga Rata-rata R Diketahui Sumber : Sritomo W. ;Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu; 000 f. Selanjutnya tentukan derjat ketelitian / presisi yang dicapai dari hasil pengamatan yang telah dilaksanakan. Dengan mengambil referensi derjat ketelitian 5 % dan kemudian memperhatikan kurva

18 7 pengamatan yang seharusnya dilaksanakan, maka kita bisa melihat berapa derjat ketelitian atau tingkat presisi yang dicapai dari pengamatan yang sebenarnya telah dilaksanakan tersebut. Untuk maksud pengecekan mengenai derjat ketelitian dari pengamatan yang telah dilaksanakan ini bisa ditentukan dengan memanfaatkan gambar kurva.3 Gambar.3. Penetapan Derjat Ketelitian yang dicapai dari Pengamatan yang Telah Dilaksanakan Sumber : Sritomo W. ;Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu; 000

19 Analisa / Test Keseragaman Data Test keseragaman data secara visual dilakukan secara mudah dan cepat. Disini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan mengidentifikasi data yang terlalu ekstrim atau data yang terlalu besar / kecil dan jauh menyimpang dari trend rata-ratanya. Misalnya dalam suatu penelitian kerja diperoleh data sebagai berikut ( Elemen waktu dalam satuan menit ) : ) ) Dari 9 data pengamatan diatas terlihat bahwa data yang diberi tanda 1) dan ) dirasakan terlalu ekstrim dibandingkan data yang lain. Ke dua data tersebut bisa saja diperoleh karena kesalahan si pengamat pada saat membaca stop watch atau kekeliruan menuliskan hasil pengukuran. Peta kontrol adalah suatu alat yang tepat guna dalam menguji keseragaman data. Misalkan dari suatu pengamatan diperoleh ratarata data pengamatan untuk sub grup data ( X i) yaitu : sedangkan nilai rata-rata keseluruhan = maka Batas Kontrol Atas (BKA) atau Upper Control Limit (UCL) serta Batas Kontrol Bawah (BKB) atau Lower Control Limit (LCL) untuk grup tersebut bisa dicari dengan formulasi sebagai berikut:

20 9 BKA = X + 3 SD dan BKB = X 3SD dimana X = Harga rata-rata keseluruhan data. Disini harga 3 SD bisa diperoleh dengan menghitung standard deviasi sesuai dengan formula statistik. Dari hasil perhitungan, diperoleh harga 3 SD yaitu 0. menit. Dengan demikian ke dua batas kontrol tersebut bisa dihitung sebagai berikut : BKA = = 1.7 dan BKB = = 0.83 Nilai ini dapat dilihat dalam bentuk peta kontrol dibawah : Gambar.4. Peta Kontrol untuk Test Keseragaman Data Sumber : Sritomo W. ;Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu; 000 Dari peta kontrol terlihat data rata-rata sub grup berada dalam batas kontrol yang ada, sehingga dalam hal ini bisa dikatakan data yang diperoleh sudah seragam.

21 Waktu Normal menggunakan Westing house System s Rating Mengevaluasi kecepatan atau tempo kerja operator pada saat pengukuran kerja berlangsung sangatlah penting untuk memperoleh waktu normal. Kegiatan mengevaluasi kecepatan kerja operator ini dikenal sebagai Rating Performance. Westing House Company (197) memperkenalkan sistem untuk mengukur Rating Performance ini berdasarkan faktor kecakapan (skill), usaha (effort), kondisi kerja (working condition) dan konsistensi (consistency). Untuk itu Westing house telah membuat suatu tabel performance yang berisi nilai-nilai angka berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor. Untuk menormalkan waktu yang ada maka hal ini dilakukan dengan mengalikan waktu rata-rata yang diperoleh dari pengukuran dengan jumlah empat rating factor yang sesuai dengan performance operator. Tabel performance rating tersebut dapat dilihat pada tabel.. Sebagai contoh, apabila diketahui bahwa waktu rata-rata yang diukur terhadap suatu elemen kerja adalah 0.50 menit dan rating performance operator adalah memenuhi klasifikasi berikut : Excellent Skill ( B ) : Good Effort (C) : Good Cobdition (C) : Good Consistency : Total :

22 31 Maka waktu normal untuk elemen kerja ini adalah : 0.5 x 1.13 = menit. Tabel.. Tabel Performance Ratings dengan Sistem Westinghouse Sumber : Sritomo W. ;Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu; Waktu Standard Untuk menetapkan waktu standard, selain waktu normal perlu dipertimbangkan juga faktor kelonggaran waktu (allowance) akibat keterlambatan-keterlambatan dari elemen elemen yang tidak termasuk dalam siklus kerja tapi merupakan bagian dari kerja misalnya terjadi kerusakan dan perbaikan mesin, faktor kelelahan operator ( personal allowance ) dan kondisi mesin. Sehingga waktu baku dapat diperoleh dengan mengaplikasikan rumus berikut : Waktu standard = Waktu normal + (Waktu normal x % Allowance)

23 3 atau : 100% Waktu standard = Waktu normal x 100% %Allowance.. Keseimbangan Lintasan Produksi ( Line Balancing ) Salah satu aplikasi atau pemanfaatan dari diketemukannya waktu baku/standard adalah guna menyeimbangkan lintasan produksi (the balancing of production lines). Proses keseimbangan lintasan pada dasarnya merupakan satu hal yang tidak pernah mencapai kesempurnaan. Di sini sedikit waktu lebih (extra time) yang lebih dikenal dengan istilah balancing delay tetap harus ditambahkan pada hampir semua stasiun kerja. Di sisi lain bisa dijumpai beberapa keuntungan-keuntungan seperti pengurangan aktivitas material handling, pembagian tugas secara merata sehingga kongesti (kemacetan) bisa dihindari, serta memacu operator untuk selalu bekerja dengan target-target tertentu yang harus dicapai, dan lain-lain. Untuk menggambarkan hal-hal tersebut diatas, diambillah secara sederhana sebuah model lintasan produksi tunggal (tanpa butter storage) dengan notasi-notasi sebagai berikut : N Tc = Jumlah stasiun kerja = Waktu siklus (cycle time) Tei = Waktu elemen kerja, dimana i = 1,, 3,, m Tsj = Jumlah elemen waktu yang dialokasikan untuk setiap stasiun kerja (waktu stasiun kerja).

24 33 Waktu siklus (Tc) biasanya diatur atau dipengaruhi oleh output (Q) yang dikehendaki selama periode waktu produksi (P) dengan formulasi : Tc = Q P Output dalam hal ini harus juga memperhitungkan kelonggaran yang diantisipasikan terhadap adanya produk cacat yang harus ditolak. Demi dan juga untuk periode waktu produksi P juga sudah memperhitungkan adanya downtime misalnya alat pemindah material handling (conveyor) suatu saat tidak berfungsi (macet) sehingga katakanlah bisa diambil estimasi bahwa P sebesar 85 % dari waktu kerja normal. Agar bisa, diperoleh kesempatan yang memungkinkan yang menyeimbangkan lintasan dengan cukup beralasan, maka waktu elemen Tei seharusnya lebih kecil dibandingkan dengan siklus, waktu Tc. dalam hal ini jumlah minimal dari stasiun kerja dapat dihitung dengan rumus: N min = m i=1 Tei Tc Di sini harga N harus berupa bilangan bulat (integer). Biasanya harga N akan lebih besar dibandingkan harga pembulatan pertama, diatas N min karena masalah keseimbangan. Dalam hal balance delay pada suatu stasiun kerja dapat dihitung pula sebagai Tc-Tsj, sedangkan balance delay untuk lintasan dapat diekspresikan sebagai prosentase dari total waktu yang diperbolehkan, yaitu :

25 34 L = NxTc m i=1 NxTc Tei x 100 % Produksi keseimbanganlintasan bertujuan untuk memanfaatkan harga L (balance delay dari lintasan) untuk nilai Tc yang ditetapkan. Jumlah ini diharapkan akan bisa pula meminimalkan harga N. Prosedur dasar yang dilaksanakan adalah dengan menambahkan elemen-elemen aktivitas dengan setiap stasiun kerja sampai jumlahnya mendekati sama, tetapi tidak melebihi harga Tc. Biasanya juga akan dijumpai hambatan-hambatan dari elemen-elemen aktivitas yang ditempatkan dalam suatu stasiun kerja. Untuk itu yang terpenting ialah tetap memperhatikan the precedence constraint. Precedence constraint (atau bisa diistilahkan dengan ketentuan hubungan suatu aktivitas untuk mendahului aktivitas yang lain) bisa digambarkan dalam bentuk precedence diagram, dimana secara sederhana diagram ini akan bisa dimanfaatkan sebagai prosedur dasar untuk mengalokasikan elemen-elemen aktivitas. Gambar.5. Presedence Diagram Sumber : Sritomo W. ;Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu; 000

26 35 Dalam precedence diagram pada gambar.5, lingkaran-lingkaran bernomor akan menunjukkan elemen-elemen kegiatan dengan nilai waktu dicantumkan di luar lingkaran tersebut. Hubungan antara satu kegiatan yang mendahului kegiatan lainnya ditunjukkan dengan arah panah. Sebagai contoh elemen-elemen (3), (4) dan (5) akan dilaksanakan setelah elemen (1) selesai dilaksanakan. Meskipun demikian elemen (3), (4), dan (5) tersebut tidaklah perlu harus menunggu elemen () selesai dikerjakan. Problematika yang harus dipecahkan adalah menentukan banyaknya stasiun kerja dengan mengelompokkan elemen-elemen kegiatan tersebut sedemikian rupa sehingga ada keseimbangan beban kerja dari lintasan yang ada. Prosedur formal yang diaplikasikan untuk memperoleh keseimbangan lintasan diintroduksikan pertama kali oleh WP Helgelson dan D.P. Birnie dalam makalahnya Assembly Line Balancing Using the Ranked Positional Weight Tecnique (Journal of Industrial Engineering, Nov - Des pp 394-8) adalah dengan teknik/metoda The Ranked Positional Weight. Memberikan penyelesaian yang cukup baik meskipun belum tentu optimal. Bobot posisi (positional weight) dari sebuah elemen dalam hal ini bisa, ditentukan dari waktu penyelesaian elemen aktivitas yang mengikutinya (sesuai dengan presedence diagram). Dari contoh persoalan diatas maka bobot posisi dari, setiap elemen kegiatan tersebut dapat dihitung sebagai berikut :

27 36 Elemen (1) () (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Bobot Posisi (Positional Weight) = = = = = = = = = = 11 6 = 6 Berdasarkan bobot posisi tersebut diatas, maka elemen-elemen akfivitas dapat disusun berdasar rankingnya sebagai berikut : (1), (), (4), (3), (6), (8), (5), (7), (9), (10), dan (11) Dari ranking yang diperoleh maka, pengelompokan dari elemenelemen untuk membentuk sebuah stasiun kerja sudah bisa dibuat dengan memperhatikan prasyarat precedence yang tidak boleh dilanggar serta, waktu kerja dalam sebuah stasiun kerja tidaklah boleh melebihi siklus waktu yang telah ditentukan. Sebagai contoh elemen aktivitas (1) dan () dalam kasus ini bisa dilaksanakan/dikelompokkan dalam sebuah stasiun kerja; tetapi bilamana akan ditambahkan dengan elemen (4) atau (3) terlihat tidaklah mungkin disebabkan total waktu penyelesaiannya akan melebihi siklus waktu yang telah ditentukan. Lain halnya bilamana dalam hal ini elemen (6) sesuai dengan urutan rankingnya yang ditambahkan akan terlihat cukup layak. Dengan demikian maka stasiun kerja pertama bisa terdiri dari elemen-elemen aktivitas (1), () dan (6). Sesuai dengan prosedur, tersebut, maka, elemen-elemen aktivitas lainpun bisa

28 37 dikelornpokkan dalam stasiun-stasiun kerja yang akan memberikan keseimbangan dalam hal penyelesaiannya, yaitu sebagai berikut : Stasiun Kerja (j) I II III IV V VI Elemen-elemen (1), () (4) & (3) & (8) (9) & (11) Aktivitas & (6) (5) (7) (10) Waktu stasiun (Tsj) Balance delay terbesar dari sebuah stasiun kerja adalah sebesar 10-6 = 4; sedangkan balance delay untuk lintasan adalah : L = (6x10) 4 6x10 x 100% = 0% Dengan Nmin = 48/10 = 4,8 maka 5 buah (pembulatan keatas) stasiun kerja seharusnya sudah cukup untuk mengelompokkan aktivitasaktivitas ini; akan tetapi hal tersebut kelihatannya tidaklah mungkin untuk ditetapkan demikian. Untuk mengecek apakah ketentuan mengenai prasyarat presedence tidak dilanggar, maka akan berguna untuk menunjukkan pengelompokan elemen-elemen aktivitas tersebut dalam precedence diagram pada gambar.6. Gambar.6. Pengelompokkan Aktivitas Dalam Sebuah Presedence Diagram Sumber : Sritomo W. ;Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu; 000

29 38.3. Efisiensi Lini Produksi. Dua permasalahan dalam penyeimbangan lini produksi adalah tingkat produksi dan efisiensi, sehingga perlu untuk membandingkan tingkat efisiensi yang berbeda untuk stasiun kerja yang berbeda. Dengan cara ini perusahaan dapat menentukan sensitivitas lini produksi terhadap tingkat produksi dan penugasan stasiun kerja. Efisiensi keseimbangan lini dapat dihitung dengan membagi waktu tugas total dengan jumlah stasiun kerja yang dibutuhkan dikalikan dengan waktu silkus yaitu : Efisiensi Lini Produksi = waktu pengerjaan tugas ( jumlah work station ) x ( waktu siklus ) Sumber: Pontas M Pardede; Manajemen Operasi dan Produksi ; 003 Contoh Soal : Diketahui waktu pengerjaan tugas total adalah 66 menit dengan jumlah stasiun kerja ( workstation ) actual = 6, sedangkan waktu siklus = 1 menit. Maka efisiensi lini produksinya adalah : Efisiensi Lini Produksi = waktu pengerjaan tugas ( jumlah work station ) x ( waktu siklus ) = = 66menit 6x1menit 66 7 x 100 % = 91.7%

30 39 Perhatikan bahwa dengan membuka stasiun kerja ke 7, maka akan menurunkan efisiensi keseimbangan menjadi 78.6% Efisiensi Lini Produksi = = 66menit 7x1menit x 100 % = 78.6% Banyak kemungkinan yang bisa dilakukan untuk memperbaiki/menyempurnakan teknik-teknik untuk keseimbangan lintasan. Prosedur yang telah diuraikan diatas merupakan metode keseimbangan lintasan yang sederhana tapi cukup efektif untuk diaplikasikan. Satu. hasil yang dapat diperoleh dari lintasan yang seimbang akan membawa kearah perhatian yang lebih serius terhadap metode, dan proses kerja. Keseimbangan lintasan juga memerlukan ketrampilan (skill) dari supervisor dan operator yang ditempatkan secara layak pada stasiun-stasiun yang kerja yang ada..4 Kerangka Pemikiran. Kerangka pemikiran proses penyeimbangan lini produksi guna meningkatkan produktivitas secara sistematis dapat ditunjukkan pada gambar.7 berikut :

31 40 PENETAPAN WAKTU STANDARD Pembagian Elemen Operasi Pengamatan dan pengukuran Menguji Keseragaman dan Kecukupan Data Penentuan Waktu Normal Penentuan Waktu Standard Cek Proses Proses Bottleneck Tidak Ada Ada ANALISA JUMLAH WORK STATION PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI : Penentuan bobot posisi Pembagian proses dalam Precedence Diagram ANALISA EFISIENSI LINI PRODUKSI KENAIKAN PRODUKTIVITAS Gambar.7 Kerangka Pemikiran Peningkatan Produktivitas Melalui Penyeimbangan Lintasan Produksi. Pengukuran dan penetapan waktu standard merupakan salah satu dari beberapa alternatif metoda kerja yang mempunyai beberapa manfaat. Salah satu diantaranya dapat menyeimbangkan lintasan produksi. Sebelum

32 41 melakukan penyeimbangan lintasan produksi perlu di cek kondisi lini produksi setelah mendapatkan waktu standard untuk mengetahui ada tidaknya bottleneck proses. Kemudian melakukan analisa jumlah workstation jika terdapat proses bottleneck. Sedangkan jida tidak ada, maka dapat dilanjutkan dengan analisa efisiensi lini produksi. Dari jumlah workstation yang diperoleh, maka dilakukan analisa penyeimbangan lintasan produksi dalam bentuk precedence diagram. Setelah dilakukan analisa efisiensi lini produksi maka akan diperoleh peningkatan produktivitas misalnya dalam bentuk kapasitas produksi. Sedangkan beberapa alternatif lain yang dapat membantu memperoleh lintasan yang seimbang antara lain sebagai berikut : Memperbaiki metode kerja khususnya pada stasiun-stasiun kerja yang kritis, yaitu stasiun kerja yang cenderung untuk melanggar batas waktu siklus yang telah ditetapkan. Merubah kecepatan proses kerja seperti kecepatan mesin, hand tool speeds, dan lain-lain. Menempatkan operator yang memiliki keterampilan terbaik pada stasiun kerja yang kritis. Hindari terjadinya in process storage terutama yang sering dijumpai pada stasiun kerja yang kritis dengan cara melakukan kerja extra ( Over Time ). Gunakan stasiun kerja ganda ( Multiple station ), dua atau lebih stasiun kerja akan melaksanakan elemen-elemen aktivitas yang sama untuk meningkatkan siklus waktu secara efektif.

33 4

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Menentukan Waktu Siklus Tiap Proses. 4.1.1 Proses Pemasangan Komponen (Setting Part) 4.1.1.1 Elemen operasi pada proses ini adalah : 1. Setting holder magnet ke rotor dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Time and Motion Study Time and motion study adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) baik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Pengukuran Kerja Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Teknik pengukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan sistem kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancanganterbaik dari system kerja yang bersangkutan. Teknik-teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Baroto (2002, p192), aliran proses produksi suatu departemen ke departemen yang lainnya membutuhkan waktu proses produk tersebut. Apabila terjadi hambatan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai teori teori yang relevan dengan penelitian serta study literature yang telah dilakukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian 2.1 Pengukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN PERAKITAN DAN TATA LETAK FASILITAS

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN PERAKITAN DAN TATA LETAK FASILITAS 78 Purnomo: PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN... PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN PERAKITAN DAN TATA LETAK FASILITAS Helmi Indra Purnomo ),

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran kerja atau work measurement adalah proses menentukan waktu yang diperlukan seorang operator dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk Laporan Tugas Akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suati pekerjaan.

Lebih terperinci

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem 24 pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Pengertian dari waktu baku yang normal,wajar, dan terbaik dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian kerja dalam kaitannya dengan upaya peningkatan produktifitas. Analisa dan penelitian kerja adalah suatu aktifitas yang ditujukan untuk mempelajari prinsip-prinsip atau

Lebih terperinci

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING Yayan Indrawan, Ni Luh Putu Hariastuti Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Putu_hrs@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah lintasan produksi dimana material berpindah secara kontinyu dengan laju rata-rata yang sama melalui sejumlah stasiun kerja,

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1 Landasan Teori Keseimbangan lini perakitan (line balancing) merupakan suatu metode penugasan pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan model yang menggambarkan langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Metodologi penelitian

Lebih terperinci

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Lina Gozali *, Lamto

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI Jaka Purnama Laboratorium Sistem Produksi Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi

Lebih terperinci

Lakukan Pekerjaanmu secara Efektif & Efisien

Lakukan Pekerjaanmu secara Efektif & Efisien Pengukuran Kerja Lakukan Pekerjaanmu secara Efektif & Efisien Waktu baku,diperlukan untuk : Man Power Planning Cost Estimation Production Schedulling Insentif Indikasi Kinerja Pengukuran Kerja Dibedakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Cara Kerja Pada laporan skripsi ini penelitian cara kerja menggunakan metode penelitian yang dilakukan melalui operation process chart. Dan dalam perhitungan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Produksi Proses produksi adalah serangkaian aktifitas yang diperlukan untuk mengolah ataupun merubah sutu kumpulan masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Line Balancing Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN 2017 Firman Ardiansyah E, Latif Helmy 16 MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN Firman Ardiansyah Ekoanindiyo *, Latif Helmy * * Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEDIA TEKNIK PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PEKERJA TERINTEGRASI PADA PERANGKAT PENGAMAT WAKTU

PEMBUATAN MEDIA TEKNIK PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PEKERJA TERINTEGRASI PADA PERANGKAT PENGAMAT WAKTU PEMBUATAN MEDIA TEKNIK PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PEKERJA TERINTEGRASI PADA PERANGKAT PENGAMAT WAKTU Edi Satriyanto, Wiratmoko Yuwono Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS

Lebih terperinci

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 239-248 PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Puji Astuti Saputri, Shantika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 12 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu (Barnes h. 257) Studi gerak dan waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Optimasi adalah persoalan yang sangat penting untuk diterapkan dalam segala sistem maupun organisasi. Dengan optimalisasi pada sebuah sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating Petunjuk Sitasi: Cahyawati, A. N., & Pratiwi, D. A. (2017). Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B211-216). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peta kerja atau biasa disebut Peta Proses (process chart) merupakan alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peta kerja atau biasa disebut Peta Proses (process chart) merupakan alat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Kerja Peta kerja atau biasa disebut Peta Proses (process chart) merupakan alat komunikasi yang sistematis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir. Dan melalui

Lebih terperinci

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja Performa (2012) Vol. 11, No. 2: 75-84 Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja Burhan,1), Imron Rosyadi NR 2) dan Rakhmawati 1) 1) Program

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO Darsini Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo E-mail : dearsiny@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan dengan prinsip keuntungan dalam bidang ekonomi. Pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan dengan prinsip keuntungan dalam bidang ekonomi. Pencapaian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah perusahaan merupakan sebuah organisasi yang dibentuk dan dijalankan dengan prinsip keuntungan dalam bidang ekonomi. Pencapaian keuntungan ekonomi dilakukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) Kelvin Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu ABSTRAK Aliran produksi

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING Joko Susetyo, Imam Sodikin, Adityo Nugroho Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU KERJA

PENGUKURAN WAKTU KERJA PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified ) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, sistem produksi terdiri dari elemen input, proses dan elemen output. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal

Lebih terperinci

PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta)

PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta) PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta) Jono Jurusan Teknik Industri Universitas Widya Mataram Yogyakarta Yonuwm@yahoo.co.id ABSTRAK PT XY sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini engolahan data Gambar 4.1 Skema Metodologi Penelitian 79 A Perancangan Keseimbangan Lini Metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kerja Menurut Sritomo, pengukuran kerja adalah : metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajamen Operasi dan Produksi Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2011:2) manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI Citra Palada Staf Produksi Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta 14350 citra.palada@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE WORK SAMPLING GUNA MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV.SINAR KROM SEMARANG

IMPLEMENTASI METODE WORK SAMPLING GUNA MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV.SINAR KROM SEMARANG IMPLEMETASI METODE WORK SAMPLIG GUA MEGUKUR PRODUKTIVITAS TEAGA KERJA DI CV.SIAR KROM SEMARAG Dwi urul Izzhati 1, Dhieka Anendra 2 1 Fakultas Teknik, Universitas Dian uswantoro, Semarang 50131 E-mail :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement) Pengertian dari pengukuran kerja adalah suatu pengukuran waktu kerja (time study) suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

APLIKASI PREDETERMINED TIME SYSTEM DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT PADA OPTIMALISASI LINTASAN PRODUKSI UPPER-SHOE DI PT. ECCO INDONESIA, SIDOARJO

APLIKASI PREDETERMINED TIME SYSTEM DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT PADA OPTIMALISASI LINTASAN PRODUKSI UPPER-SHOE DI PT. ECCO INDONESIA, SIDOARJO B-2- APLIKASI PREDETERMINED TIME SYSTEM DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT PADA OPTIMALISASI LINTASAN PRODUKSI UPPER-SHOE DI PT. ECCO INDONESIA, SIDOARJO Rina Lukiandari, Abdullah Shahab ITS Surabaya ABSTRAK

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA

PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA KAREL L. MANDAGIE DAN IWAN Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan PT. Carvil Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan sepatu dan sandal yang mulai berdiri pada bulan

Lebih terperinci

MODUL II WORK MEASUREMENT

MODUL II WORK MEASUREMENT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu merupakan salah satu kriteria dari suatu alternatif beberapa metode kerja yang paling sering digunakan sebab kriteria ini memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti

Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti The major objective of this chapter is to learn how to calculate a time standard based on stopwatch time study procedures. Time Study Suatu proses untuk menghitung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... ABSTRACT...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii v viii ix xii xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) PERTEMUAN #13 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Di dalam sebuah sistem kerja unsur manusia, mesin, peralatan kerja dan lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan dengan baik secara sendirisendiri maupun

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI STASIUN KERJA DENGAN PENDEKATAN REGION LINE BALANCING ( STUDI KASUS DI PT. TRIANGLE MOTORINDO )

PENINGKATAN EFISIENSI STASIUN KERJA DENGAN PENDEKATAN REGION LINE BALANCING ( STUDI KASUS DI PT. TRIANGLE MOTORINDO ) PENINGKATAN EFISIENSI STASIUN KERJA DENGAN PENDEKATAN REGION LINE BALANCING ( STUDI KASUS DI PT. TRIANGLE MOTORINDO ) Haryo Santoso ) Abstrak Ketidakseimbangan alokasi elemen-elemen kerja pada Lintasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Penjadwalan Salah satu masalah yang cukup penting dalam system produksi adalah bagaimana melakukan pengaturan dan penjadwalan pekerjaan, agar pesanan dapat selesai sesuai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, khususnya pembuatan kaleng kemasan produk. Dalam perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban antar proses secara berimbang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Observasi Lapangan Identifikasi Masalah Studi Kepustakaan Pengambilan Data Waktu Siklus Pengujian Waktu Siklus : 1. Uji Keseragaman Data 2. Uji Kenormalan

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ Lina Gozali, Andres dan Feriyatis Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara e-mail: linag@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Multi Garmenjaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Penulis melakukan pengamatan pada lini produksi produk celana jeans yang diproduksi secara mass production. Masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi masal, dimana tugas-tugas yang dikerjakan dalam proses harus dibagi kepada seluruh operator agar beban kerja dari para operator

Lebih terperinci

ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI ASSEMBLY LINE B PADA BAGIAN MAIN LINE DENGAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DI PT. X

ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI ASSEMBLY LINE B PADA BAGIAN MAIN LINE DENGAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DI PT. X ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI ASSEMBLY LINE B PADA BAGIAN MAIN LINE DENGAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DI PT. X Constance Dorthea Renata, Sevenpri Candra, Rida Zuraida Binus University, Jl. K.H. Syahdan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan. Berikut ini merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan. Berikut ini merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian umum pengecatan Pengecatan adalah salah satu jenis pelapisan permukaan dimana bahan pelapisnya telah diberi pewarna (cat). Pengecatan secara tradisional digambarkan

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 229-238 ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Dwi Yuli Handayani, Bayu Prihandono,

Lebih terperinci

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali Ghany Sayyida Nur Arifiana *1), I Wayan Suletra 2) 1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Kerja Pengukuran kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu kerja (time study) yaitu suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang ada pada bab sebelumnya, maka akan dilakukan analisis guna mengetahui hasil yang lebih optimal. Pembahasan ini dilakukan untuk memberikan

Lebih terperinci

2.10 Pengertian Efisiensi Pengertian Lintasan Produksi(Line Balancing) Keseimbangan Kapasitas Lintasan Produksi 25 2.

2.10 Pengertian Efisiensi Pengertian Lintasan Produksi(Line Balancing) Keseimbangan Kapasitas Lintasan Produksi 25 2. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv HALAMAN MOTTO...v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL....xi DAFTAR GAMBAR......xii

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efektifitas 2.1.1. Pengertian Efektifitas Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut

Lebih terperinci

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Erwanto, et al / Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing / Jurnal Titra, Vol.5, No 2, Juli 2017, pp. 387-392 Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Intan Mei Erwanto 1, Prayonne

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Di dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi perusahaan, maka sebelumnya harus dilakukan pengamatan dan penelitian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PENENTUAN JUMLAH OPTIMAL OPERATOR PEMINDAHAN UNIT MOBIL PADA VEHICLE LOGISTIC CENTER PERUSAHAAN MANUFAKTUR OTOMOTIF DENGAN PENDEKATAN WORKLOAD ANALYSIS SKRIPSI MICHAEL SIDHI TRISWANDANA

Lebih terperinci

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Adi Kristianto Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Sinar Inti Electrindo Raya adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, pemasaran panel Tegangan Menengah (TM) dan panel Tegangan Rendah (TR).Dalam

Lebih terperinci

BAB VII SIMULASI CONVEYOR

BAB VII SIMULASI CONVEYOR BAB VII SIMULASI CONVEYOR VII. Pembahasan Simulasi Conveyor Conveyor merupakan peralatan yang digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan jalur yang tetap. Keterangan yang menjelaskan suatu

Lebih terperinci

PENENTUAN KEBUTUHAN JURU MASAK DI SKADIK 502 WINGDIKUM DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS

PENENTUAN KEBUTUHAN JURU MASAK DI SKADIK 502 WINGDIKUM DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS PENENTUAN KEBUTUHAN JURU MASAK DI SKADIK 502 WINGDIKUM DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS HERI PURNOMO DAN W.T. BHIRAWA Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta.

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah PENGUKURAN WAKTU Nurjannah Pengukuran waktu (time study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih dan qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang

Lebih terperinci