1. Pendahuluan IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN INDRAMAYU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON

Katalog BPS:

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 2013

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JANUARI 2012

Ikan Sebelah. Manyung 1 680,00 0,00 232,00 0,00 292,00 385,00 0,00 218,00 0,00 253,00 37,00 0,00 209,00 23,00 314,00 31,00 0,00 32,00 0,00 31,00

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JULI 2013

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JANUARI 2017

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Perkembangan Nilai Tukar Nelayan Jawa Timur Bulan Oktober 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2016

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CILACAP

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

MANAJEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN BULUNGAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA

BAB VI PENUTUP. dengan pola aktivitas dan strategi penghidupan masyarakat nelayan di Kawasan. Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2015

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

1.1. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

Economics Development Analysis Journal

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWATIMUR BULAN NOVEMBER 2015

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Di lain pihak, Dahuri (2004) menyatakan bahwa potensi perikanan tangkap di laut

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERANAN SUBSEKTOR PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH DI KABUPATEN PATI MENGGUNAKAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT DAN MULTIPLIER EFFECT

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2017

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2014

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

Gambar 1. Kawasan Minapolitan Kabupaten Sidoarjo

Transkripsi:

Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN INDRAMAYU 1 Lely Syiddatul Akliyah, 2 Yulia Asyiawati, dan 3 Silvia Eka Putri 1,2 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail: 1 ulil_sa@yahoo.com, 2 yulia_asyiawati@yahoo.com, 3 Silviaekaputri75@yahoo.com Abstrak. Kabupaten Indramayu merupakan salahsatu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan. Wilayah ini merupakan wilayah yang paling menonjol dalam perolehan PAD yang didominasi dari sub sektor perikanan laut. Sekitar 43% produksi ikan laut Provinsi Jawa Barat berasal dari daerah ini. Dalam rangka menciptakan Kawasan Minapolitan yang mampu meningkatkan tingkat perekonomian masyarakatnya, maka perlu diketahui komoditas-komoditas unggulan apasaja yang dapat dikembangkan sehingga tingkat perekonomian masyarakat dan perkembangan wilayah di Kawasan Minapolitan dapat meningkat. Melalui observasi lapangan, wawancara, dan survei instansional maka didapatkan data-data penunjang yang dianalisis dengan metode analisis LQ dan Shift-share. Berdasarkan hasil kedua analisis tersebut didapatkan komoditas yang menjadi unggulan diantaranya: bawal putih, tembang, ikan lidah, peperek, talang-talang, tongkol, kerapu, cucut, dan pari. Selain itu, ada juga beberapa komoditas potensial yang dapat dikembangkan dengan strategi-strategi tertentu. Kata kunci: Komoditas Unggulan, Perikanan Tangkap, Analisis LQ, Analisis Shiftshare 1. Pendahuluan Sektor perikanan laut merupakan salahsatu sektor yang belum optimal dimanfaatkan dalam kegiatan pengembangan wilayah di Indonesia. Padahal, sebagian besar wilayah di negara kita merupakan wilayah perairan yang memiliki nilai manfaat yang besar secara ekonomi. Salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar adalah Kabupaten Indramayu yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia sebagai Kawasan Minapolitan berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor KEP.32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan. Minapolitan merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan dengan prinsip-prinsip, integrasi, efisiensi, kualitas, dan akselerasi. Sebagai kawasan yang ditetapkan menjadi Kawasan Minapolitan, Kabupaten Indramayu merupakan wilayah yang paling menonjol dalam perolehan PAD yang didominasi dari sub sektor perikanan laut. Sekitar 43% produksi ikan laut Provinsi Jawa Barat berasal dari daerah ini. Dalam rangka menciptakan Kawasan Minapolitan yang mampu meningkatkan tingkat perekonomian masyarakatnya, maka perlu diketahui komoditas-komoditas unggulan apasaja yang dapat dikembangkan sehingga tingkat perekonomian masyarakat dan perkembangan wilayah di Kawasan Minapolitan dapat meningkat. Dengan demikian, sangatlah penting dilakukan analisis untuk mengetahui komoditas apasaja yang menjadi unggulan dan yang berpotensi untuk dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat di Kawasan Minapolitan. 23

24 Lely Syiddatul Akliyah, et al. Tujuan dari makalah ini untuk mengkaji komoditas unggulan dan potensial perikanan tangkap apasaja yang dapat dikembangkan di Kawasan Minapolitan Kabupaten Indramayu. Dengan demikian pada tahapan berikutnya dapat dilakukan arahan dan strategi yang tepat dalam mendukung perkembangan ekonomi wilayah Kabupaten Indramayu. 2. Kajian Pustaka 2.1 Pengertian Sektor Unggulan dan Kriteria Sektor Unggulan Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan besar kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena mempunyai keunggulan-keunggulan/kriteria. Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah (Sambodo dalam Ghufron, 2008). Menurut Ambardi dan Socia (2002) kriteria sektor unggulan, diantaranya: 1. Harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian. 2. Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat. 3. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan pasar internasional. 4. Memiliki keterkaitan dengan daerah lain. 5. Memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi. 6. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya. 7. Bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu. 8. Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal. 9. Komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan. 10. Komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber daya dan lingkungan. Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif yang cukup tinggi, sehingga mampu mengekspor barang dan jasa ke luar batas-batas perekonomian wilayah yang bersangkutan. Sedangkan sektor non basis merupakan kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang-oarng yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian wilayah tersebut. Sektor non basis ini berfungsi sebagai sektor penunjang sektor basis atau service indusrtries (Sjafrizal, 2008). Tumenggung (1996) memberi batasan bahwa sektor unggulan adalah sektor yang memiliki keunggulan komparatif (comparatif advantages) dan keunggulan kompetitif (competitive advantages) dengan produk sektor sejenis dari daerah lain serta mampu memberikan nilai manfaat yang lebih besar. Sedangkan Mawardi (1997) mengartikan sektor unggulan adalah sektor yang memiliki nilai tambah yang besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang tinggi, baik pasar lokal maupun pasar ekspor. Terkait dengan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif, maka berdasarkan kegiatan ekonominya suatu wilayah dapat saja memiliki kedua jenis keunggulan tersebut secara bersama-sama. Hal ini sangat dipengaruhi oleh satu atau gabungan beberapa faktor berikut ini (Tarigan, 2007): Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan

Identifikasi Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap. 25 1. Memiliki potensi sumber daya alam, 2. Penguasaan masyarakat terhadap teknologi mutakhir dan keterampilan khusus, 3. Aksesibilitas wilayah yang baik, 4. Memiliki market yang baik atau dekat dengan market, 5. Wilayah yang memiliki sentra-sentra produksi tertentu atau terdapatnya aglomerasi dari berbagai kegiatan ekonomi 6. Ketersediaan buruh yang cukup dan memiliki keterampilan baik dengan upah yang relatif rendah, 7. Mentalitas masyarakat yang baik untuk pembangunan: jujur, mau terbuka bekerja keras, dapat diajak bekerja sama dan disiplin, 8. Kebijaksanaan pemerintah yang mendukung pada terciptanya keunggulankeunggulan suatu kegiatan ekonomi wilayah. 3. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari makalah ini yaitu melakukan pengumpulan data perikanan tangkap dengan survei instansional ditunjang observasi lapangan dan wawancara. Metode analisis yang dilakukan untuk mendapatkan komoditas unggulan dan potensial perikanan tangkap di Kawasan Minapolitan Kabupaten Indramayu menggunakan metode analisis LQ dan Shift-share. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Kawasan Minapolitan Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu mempunyai letak yang strategis karena dilalui oleh jalur regional yang menghubungkan antara Ibukota Provinsi Jawa Barat, yaitu Bandung dan Ibukota Jakarta. Secara geografis, Kabupaten Indramayu berada pada posisi 107 0 51-108 0 32 Bujur Timur dan 06 0 13-06 0 40 Lintang Selatan dengan luas wilayah Kabupaten Indramayu seluas kurang lebih 209.942 ha, dengan panjang pantai kurang lebih 147 km yang membentang sepanjang pantai utara Laut Jawa antara Kabupaten Cirebon Kabupaten Subang, dimana sejauh 4 mil dari pantai merupakan kewenangan Kabupaten, dan secara administratif berbatasan : Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Kabupaten Majalengka, Sumedang dan Cirebon Sebelah Barat : Kabupaten Subang Sebelah Timur : Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon Perkembangan wilayah administrasi di Kabupaten Indramayu sampai dengan tahun 2011 terdiri dari 31 kecamatan, 308 desa dan 8 kelurahan. Adapun beberapa wilayah yang berbatasan langsung dengan laut di sepanjang pesisir pantai utara Indramayu sejumlah 11 wilayah kecamatan dengan jumlah wilayah desa sebanyak 39 desa. Dari aspek ekonomi, jumlah produksi perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu dari tahun 2010 sampai 2012 mengalami grafik yang fluktuatif. Namun demikian, di tingkat Provinsi Jawa Barat, jumlah produksi perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu ini merupakan penghasil ikan terbanyak. Dari beberapa jenis ikan tangkap yang paling ISSN 2089-3582, EISSN 2303-2480 Vol 4, No.1, Th, 2014

26 Lely Syiddatul Akliyah, et al. banyak ditangkap oleh nelayan Kabupaten Indramayu, jenis ikan peperek dan tongkol merupakan yang terbanyak dihasilkan pada tahun 2012 mencapai19.184,10 ton. Produksi perikanan tangkap Kabupaten Indramayu ini juga didukung oleh jumlah nelayan yang menangkap ikan di laut. Sampai saat ini sumberdaya manusia (SDM) nelayan lebih didominasi oleh nelayan buruh yang mencapai 32.792 orang pada tahun 2012. Sedangkan, jumlah nelayan pemilik tercatat hanya 4.726 orang pada tahun 2012. Peralatan yang digunakan nelayan selama melaut sangat beragam mulai dari payang, dogol, pukat pantai, pukat cincin, jaring insang, jaring klitik, pancingan, sero, dan bubu. Namun dari berbagai alat tangkap yang digunakan yang paling sering dan banyak digunakan nelayan adalah payang, dogol, pukat pantai dan cincin, dan jaring klitik. Pada penggunaannya nelayan mempergunakan peralatan tersebu secara bergantian disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis ikan yang akan ditangkap. Hasil yang diperoleh dari alat tangkap tesebut pun sangat beragam dan dibantu dengan alat bantu seperti GPS sangat membantu nelayan untuk mencari lokasi penangkapan ikan agar produksi ikan meningkat. Berdasarkan hasil wawancara, modal yang harus dikeuarkan untuk perawatan kapal dan alat tangkap mulai dari Rp 25.000.000,00 Rp 30.000.000,00 tergantung pada kelengkapan alat penangkapan ikannya. Modal yang diperlukan untuk melakukan suatu operasi mencapai Rp 500.000,00 - Rp 3.000.000,00, tergantung pada lokasi operasi kapal tersebut, semakin jauh lokasi penangkapan maka akan berpengaruh pula pada biaya operasional yang harus keluarkan. Dari hasil wawancara yang dilakukan di TPI Karongsong dan Dadap, nelayan saling membantu satu sama lain, terlihat pada kegiatan mereka yang ada membuat kapal di tepian pesisir. Bahan yang dipergunakan seperti kayu, busi motor kapal, dan dempul, mereka memperolehnya dari berbagai daerah baik dari Indramayu sampai ke Jakarta. Nelayan yang telah pulang dari melaut setelah 2 minggu hingga 1 bulan akan beristirahat sejenak kurang lebih 1-2 minggu untuk kembali melaut, dari waktu senggang ini nelayan tersebut mempergunakan waktunya untuk memperbaiki/membuat kapal dan memperbaiki jaring untuk kembali dapat dipergunakan seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Nelayan yang Sedang Membuat Kapal dan Memperbaiki Jaring Sumber: Hasil Observasi, 2014 Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan

Identifikasi Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap. 27 4.2 Identifikasi Komoditas Unggulan dan Potensial Komoditas unggulan dan potensial, secara sederhana bisa didapatkan dari hasil analisis LQ dan Shift-Share. Penggabungan dua jenis analisis ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 Interpretasi Hasil Analisis Shift Share di Kabupaten Indramayu Tahun 2010-2011 No Jenis Ikan LQ PB (PP + PPW) Interpretasi 1 Manyung 0,840 LQ < 1 0,008 PB > 0 Komoditas Berkembang 2 Selar 0,981 LQ < 1-0,011 PB < 0 Komoditas Terbelakang 3 Layang 0,981 LQ < 1-0,105 PB < 0 Komoditas Terbelakang 4 Bawal Hitam 1,180 LQ > 1-0,006 PB < 0 Komoditas Potensial 5 Bawal Putih 1,282 LQ > 1 0,029 PB > 0 Komoditas Unggulan 6 Kakap Putih 0,927 LQ < 1-0,102 PB < 0 Komoditas Terbelakang 7 Tembang 1,114 LQ > 1 0,191 PB > 0 Komoditas Unggulan 8 Lemuru 0,666 LQ < 1-0,998 PB < 0 Komoditas Terbelakang 9 Ikan Lidah 1,252 LQ > 1 0,054 PB > 0 Komoditas Unggulan 10 Teri 0,324 LQ < 1-0,096 PB < 0 Komoditas Terbelakang 11 Ikan Terbang 1,340 LQ > 1-0,097 PB < 0 Komoditas Potensial 12 Peperek 1,167 LQ > 1 0,035 PB > 0 Komoditas Unggulan 13 Kakap Merah 1,062 LQ > 1-0,004 PB < 0 Komoditas Potensial 14 Belanak 0,139 LQ < 1-0,037 PB < 0 Komoditas Terbelakang 15 Kuniran 1,368 LQ > 1-0,083 PB < 0 Komoditas Potensial 16 Kuro 0,895 LQ < 1-0,063 PB < 0 Komoditas Terbelakang 17 Talang-Talang 1,223 LQ > 1 9,882 PB > 0 Komoditas Unggulan 18 Tiga Waja 0,655 LQ < 1 0,050 PB > 0 Komoditas Berkembang 19 Kembung 0,946 LQ < 1-0,036 PB < 0 Komoditas Terbelakang 20 Tenggiri 1,022 LQ > 1-0,048 PB < 0 Komoditas Potensial 21 Tongkol 4,042 LQ > 1 0,043 PB > 0 Komoditas Unggulan 22 Kerapu 1,821 LQ > 1 0,103 PB > 0 Komoditas Unggulan 23 Layur 0,453 LQ < 1 0,096 PB > 0 Komoditas Berkembang 24 Cucut 1,075 LQ > 1 0,005 PB > 0 Komoditas Unggulan 25 Pari 2,421 LQ > 1 0,000 PB > 0 Komoditas Unggulan 26 Ikan Lainnya 0,599 LQ < 1-0,080 PB < 0 Komoditas Terbelakang ISSN 2089-3582, EISSN 2303-2480 Vol 4, No.1, Th, 2014

28 Lely Syiddatul Akliyah, et al. No Jenis Ikan LQ PB (PP + PPW) Interpretasi 27 Udang Dogol 0,731 LQ < 1 0,084 PB > 0 Komoditas Berkembang 28 Udang Jerbung 0,606 LQ < 1 1,157 PB > 0 Komoditas Berkembang 29 Udang Lainnya 1,356 LQ > 1-0,352 PB < 0 Komoditas Potensial 30 Kepiting 1,058 LQ > 1-0,007 PB < 0 Komoditas Potensial 31 Rajungan 0,109 LQ < 1-0,057 PB < 0 Komoditas Terbelakang 32 Cumi 0,780 LQ < 1 0,002 PB > 0 Komoditas Berkembang 33 Sontong 0,828 LQ < 1 0,009 PB > 0 Komoditas Berkembang Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2014 Menunjukan Sektor Unggulan Menunjukan Sektor Potensial Gambar 2. Identifikasi Komoditas Unggulan, Potensial, Berkembang, dan Terbelakang Sektor Perikanan Tangkap di Kabupaten Indramayu Dari tabel dan gambar hasil analisis di atas, maka didapatkan jenis komoditas unggulan dan potensial yang dapat dikembangkan di Kabupaten Indramayu sebagai berikut: 1. Komoditas unggulan diantaranya: bawal putih, tembang, ikan lidah, peperek, talangtalang, tongkol, kerapu, cucut, dan pari. 2. Komoditas potensial yang dapat dikembangkan: bawal hitam, ikan terbang, kakap merah, kuniran, tenggiri, udang, dan kepiting. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan

Identifikasi Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap. 29 Selain komoditas di atas, terdapat komoditas-komoditas lainnya yang dapat dikembangkan yaitu yang termasuk kategori komoditas berkembang. Komoditas potensial dan berkembang dapat didorong menjadi komoditas unggulan dengan berbagai strategi yang dapat meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut dengan melakukan berbagai jenis pengolahan. 5. Kesimpulan dan Rekomendasi Berdasarkan analisis yang dilakukan dappat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Jumlah produksi perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu berdasarkan data dari tahun 2010 sampai dengan 2012 mengalami fluktuatif,namun masih terbanyak di Provinsi Jawa Barat. 2. Berdasarkan hasil analisis LQ, komoditas yang menjadi basis di Kabupaten Indramayu diantaranya : Tongkol, Bawal, Kakap, Udang, Peperek, Ikan Lidah, Pari, dan Kuniran. 3. Berdasarkan hasil analisis shift-share didapat komoditas yang berdayasaing dan pertumbuhannya cepat adalah ikan peperek dan tongkol. Sedangkan ikan bawal, tembang, ikan lidah, kuniran, talang-talang, pari, dan kepiting memiliki daya saing (competitiveness) hanya pertumbuhannya lambat. 4. Dari hasil analisis LQ dan Shift-share yang dilakukan didapat komoditas yang menjadi unggulan diantaranya: bawal putih, tembang, ikan lidah, peperek, talangtalang, tongkol, kerapu, cucut, dan pari. Berdasarkan hasil analisis di atas, ada beberapa beberapa hal yang dapat direkomendasikan, diantaranya: 1. Komoditas potensial dapat dikembangkan menjadi unggulan dengan berbagai strategi yang dapat dilakukanm diantaranya peningkatan teknologi penangkapan, diversifikasi pengolahan ikan hasil tangkap, dan sebagainya. 2. Peningkatan kemampuan masyarakat dalam menangkap dan mengolah ikan agar memiliki nilai tambah. Daftar pustaka Ambardi, U.M. dan Socia, P. 2002. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah. Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan Pengembangan Wilayah.. 2010. Laporan Tahunan Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Jasa. Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Jasa: Kabupaten Indramayu. 2011. Laporan Tahunan Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Jasa. Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Jasa: Kabupaten Indramayu. 2012. Laporan Tahunan Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Jasa. Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Jasa: Kabupaten Indramayu. ISSN 2089-3582, EISSN 2303-2480 Vol 4, No.1, Th, 2014

30 Lely Syiddatul Akliyah, et al. Ghufron, Muhammad. 2008. Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis sektor Unggulan Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Mawardi, I. 1997. Daya Saing Indonesia Timur Indonesia dan Pengembangan Ekonomi Terpadu. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi & Sosial. Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Cetakan Pertama. Padang: Baduose Media. Tumenggung, S. 1996. Gagasan dan Kebijaksanaan Pembangunan Ekonomi Terpadu (Kawasan Timur Indonesia). Direktorat Bina Tata Perkotaan dan Pedesaan Dirjen Cipta Karya Departemen PU. Jakarta. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan