Bab 1 Ergonomi, Studi Waktu dan Gerakan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

III. TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA. Dosen Pengampu : Amalia, S.T., M.T.

PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI. ETIKA MUSLIMAH, ST, MT

PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ER E G R O G N O O N M O I

USULAN PERBAIKAN STASIUN KERJA DI BAGIAN PACKING DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI ( Studi Kasus di PT. Nikkatsu Electric Work)

GAMBARAN KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA

F. W. Taylor dan Manajemen Ilmiah (20 Maret Maret 1915)

APLIKASI PREDETERMINED TIME SYSTEM DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT PADA OPTIMALISASI LINTASAN PRODUKSI UPPER-SHOE DI PT. ECCO INDONESIA, SIDOARJO

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

Sejarah ilmu managemen, chapter 2. Gilbreth dan Studi Waktu

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK

C. Materi Pembelajaran I. Pendahuluan I.1. Ergonomi I.2. Teknik Tata Cara Keija I.3. Faktor Manusia Dalam Sistem Produksi

BAB II KERANGKA TEORITIS

ERGONOMI & APK - I KULIAH 1: INTRODUCTION

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA

FM-UDINUS-PBM-08-04/R0

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan )

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ

Nurjannah. Pendahuluan

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI 2.2 PENGGILINGAN PADI

BAB II LANDASAN TEORI

DEBRINA PUSPITA ANDRIANI, ST., M.ENG.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri

PENGANTAR MK.ERGONOMI

Analisis Operasional (Peta Kerja) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA

USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT X )

Analisis Beban Kerja dan Jumlah Pekerja pada Kegiatan Pengemasan Tepung Beras

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY)

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

DOSEN : DIANA MA RIFAH TEORI PERKEMBANGAN MANAJEMEN

MODUL I PENGANTAR ERGONOMI

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

METODE KERJA MENGGUNAKAN MOST UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI MUKENA

BAB 2 LANDASAN TEORI

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 8 STOPWATCH

Djamal Thaib, B.Sc, S.IP, M.Sc. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan 4/26/2012

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK (Minggu 2)

Perancangan Sistem Kerja&Ergonomi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN

- ERGONOMI SECARA UMUM - Ajeng Yeni Setianingrum

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Perbaikan Sistem Kerja Pada Industri Rumah Tangga Sepatu Di Cibaduyut Bandung Untuk Meminimasi Beban Kerja Mental

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI SEJARAH TEKNIK INDUSTRI

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA TIM PENYUSUN: ASISTEN LABORATORIUM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS PERANCANGAN KERJA

sekarang maupun berat beban yang ada pada usulan dapat dikatakan diterima karena berada dibawah nilai berat beban maksimum yang diperbolehkan. c.

Psikologi Dunia Kerja Pengantar Psikologi Dunia Kerja

Perancangan Metode & Tempat Kerja Bagian Packaging Produk Bumbu A di PT XYZ Dengan Menerapkan Prinsip Ergonomi

Frederick W. Taylor. Presented by: M Anang Firmansyah

EPSIKER LABORATORY 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan industri di Indonesia saat ini bisa dikatakan cukup pesat.

III. TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY

BAB 2 LANDASAN TEORI

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk terus bertahan dan berkembang. Perusahaan yang mampu bertahan dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Hill, hlm Chase, dkk., Operations Management for Advantage Competition. New York: McGraw-

PSIKOLOGI INDUSTRI & ORGANISASI. Shirley Fakultas Psikologi Universitas Medan Area

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

practicum apk industrial engineering 2012

PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta)

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang)

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok

BAB II LANDASAN TEORI

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA

Transkripsi:

Bab 1 Ergonomi, Studi Waktu dan Gerakan Bab 1 Ergonomi, Studi Waktu dan Gerakan Motion and Time Study has Finally found a home in the modern plant. It helps employees understand the nature and true costs of work, and it helps them assist management in reducing unnecessary costs and balancing work cells to make work flow smoother. In addition, time standards help managers make important managemen decisions intelligently. Fred E. Meyers The author of the book Motion and Time Study for Lean Manufacturing 1.1 Pengantar Ergonomi, Studi Waktu dan Gerakan Secara istilah, ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon yang berarti kerja atau usaha dan nomos yang berarti aturan. Dengan demikian, secara sederhana ergonomi dapat diartikan sebagai pengaturan kerja. Istilah ini diusulkan oleh K.F.H Murrel pada akhir tahun 1949. Sebagai orang yang berjasa memberikan istilah ergonomi itu sendiri, Murrel memberikan pengertian sederhana mengenai ergonomi sebagai Studi ilmiah tentang hubungan antara orang dengan lingkungan kerjanya (the scientific study of the relationship between man and his working environment). Kroemer et al. (2001) mendefinisikan ergonomi sebagai aplikasi dari prinsipprinsip ilmiah, metode, dan data yang diambil dari berbagai disiplin ilmu untuk pengembangan sistem dimana manusia memegang peranan yang signifikan. Menurut Sutalaksana et al. (1979), ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis yang memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif nyaman, aman dan efisien (Sutalaksana et al., 1979). Sesuai dengan pengertian ergonomi secara istilah yaitu pengaturan kerja (ergon-kerja dan nomos- aturan), maka tentunya tujuan dari ergonomi adalah bagaimana mengatur pekerjaan sehingga hasil yang ingin dicapai dari pekerjaan tersebut dapat tercapai. Dalam pengaturan pekerjaan, manusia sebagai pelaksana dari pekerjaan tersebut haruslah dipertimbangkan baik kemampuan maupun keterbatasannya. Dalam bahasa yang sederhana, tujuan utama dari ergonomi adalah memanusiakan pekerjaan (Kroemer et al., 2001). Tujuan ini kemudian disimbolkan dengan E&E yaitu Ease and Efficiency. Ergonomi selalu menjadikan human needs sebagai perhatian dalam setiap perancangan. Kepedulian terhadap kebutuhan manusia inilah yang akan menghasilkan rancangan yang efektif, efisien dan aman bagi pemakainya. 1

Ergonomi: Studi Waktu dan Gerakan untuk Analisa dan Perbaikan Kerja Dapat dikatakan bahwa sejarah perkembangan ergonomi paralel dengan sejarah peradaban manusia itu sendiri usaha terus menerus dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterbatasan manusia untuk mengembangkan peralatan dan sistem untuk mengatasi kekurangan dan meningkatkan kemampuan (Macleod, 1995). Perkembangan keilmuan ergonomi mulai terjadi dengan sistematis dan cukup pesat pada masa revolusi industri, tepatnya pada tahun 1800-an dan awal tahun 1900-an. Pada waktu ini, banyak kajian-kajian yang dilakukan mengenai manusia dan aktivitas yang dilakukannya. Di Perancis, pada awal tahun 1800-an, Lavoisier, Duchenne, Amar dan Dunod melakukan penelitian mengenai kemampuan energi tubuh manusia saat bekerja. Masih di negara dan waktu yang sama, Marey mengembangkan metode untuk menggambarkan gerakan-gerakan manusia pada saat bekerja sementara Bedaux melakukan kajian untuk menentukan sistem pengupahan kerja, sebelum Taylor dan Gilbreth juga melakukan kajian yang sama di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, Taylor (1856 1915) melakukan studi waktu dengan menggunakan jam henti. Disamping kajian mengenai waktu kerja, Taylor juga mempunyai kontribusi terhadap prinsip-prinsip scientific management, produktivitas, kajian mengenai umur pahat, tool grinders, slide rules dan pengembangan tipe organisasi fungsional. Karena kontribusinya yang sangat besar ini, Taylor dijuluki sebagai Bapak manajemen ilmiah sekaligus juga Bapak keilmuan teknik industri. Frank Gilbreth dan istrinya Lillian Gilbreth melakukan kajian mengenai gerakan-gerakan dasar manusia pada saat bekerja atau kemudian dikenal dengan motion study. Kajian mengenai gerakan dasar ini kemudian banyak membantu dalam menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu dalam bekerja atau disebut waste (prinsip yang kemudian dikenal sebagai work simplification). Hasil penelitian Gilbreth ini dianggap sebagai salah satu pelopor dalam keilmuan yang kemudian dikenal sebagai human factors (Sanders dan McCormick, 1987). Pada awalnya, studi waktu yang dikenalkan oleh Taylor dan studi gerakan yang dikembangkan oleh Gilbreth merupakan dua hal yang terpisah. Studi waktu pada awalnya banyak digunakan untuk menentukan waktu standar sedangkan studi gerakan digunakan untuk perbaikan metode kerja. Dalam perkembangannya, orang menyadari bahwa studi waktu dan studi gerakan merupakan dua hal yang saling berkaitan dan menunjang sehingga kedua istilah ini kemudian digabung menjadi motion and time study. Istilah lain yang sering digunakan untuk motion and time study adalah methods engineering yang diterjemahkan oleh Sutalaksana et al. (1979) sebagai teknik tata cara kerja yaitu teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja. Sistem kerja didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur manusia, bahan, perlengkapan dan peralatan, metode kerja dan lingkungan kerja untuk suatu tujuan tertentu (Sutalaksana et al., 1979). Pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan pengaturan terhadap pekerja, bahan, peralatan serta lingkungan kerja dipelajari melalui apa yang dinamakan ergonomi, studi gerakan dan ergonomi gerakan (Sutalaksana et al., 1979). Studi waktu dan gerakan merupakan studi sistematis mengenai sistem kerja dengan tujuan (Barnes, 1980): 2

Bab 1 Ergonomi, Studi Waktu dan Gerakan 1. Mengembangkan sistem dan metode yang lebih baik biasanya dengan biaya yang lebih murah. 2. Standarisasi sistem dan metode. 3. Menentukan waktu standar. 4. Membantu melatih pekerja menerapkan metode yang lebih baik. 1.2 Sejarah tentang Studi Waktu dan Gerakan Sejarah perkembangan studi waktu dan gerakan dimulai sekitar tahun 1880 pada saat Taylor mengembangkan studi waktu dalam pekerjaan. Sekitar tahun 1900, Frank dan Lillian Gilbreth mulai melakukan studi gerakan manusia saat bekerja. Ketiganya dianggap pionir dalam mengembangkan studi waktu dan gerakan. Studi waktu pada awalnya banyak digunakan untuk menentukan waktu standar sedangkan studi gerakan digunakan untuk perbaikan metode kerja. Frederick W. Taylor dan Studi Waktu Frederick W. Taylor (1856 1915) dikenal sebagai Bapak Manajemen Ilmiah karena usahanya dalam meningkatkan efisiensi industri. Taylor merupakan orang pertama yang melakukan studi waktu dengan menggunakan stopwatch untuk mempelajari suatu pekerjaan. Taylor tidak hanya memperkenalkan teknik ini tetapi juga berhasil mendemonstrasikan keunggulan teknik pengukuran waktu untuk perbaikan kerja sehingga atas usahanya ini dia juga dikenal sebagai Bapak Studi Waktu. Taylor dilahirkan di Philadelphia, Pennsylvania dari keluarga yang kaya. Dia sempat diterima di Universitas Harvard dengan hasil test yang sangat baik tetapi tidak sempat mengikuti perkuliahan karena masalah kesehatan pada mata. Atas nasehat dokter yang merawatnya, Taylor kemudian bekerja sebagai mekanik di salah satu perusahaan. Pada tahun 1878, Taylor kemudian bekerja di perusahaan baja Midvale Steel Works dan memulai karirnya sebagai buruh. Karirnya kemudian berkembang sehingga menjadi operator mesin, supervisor dan pada umur 31 tahun menjadi Chief Engineer. Pada tahun 1883, setelah bertahun-tahun kuliah sambil bekerja Taylor berhasil lulus dari Stevens Institute sebagai insinyur teknik mesin. Di perusahaan inilah Taylor melakukan studi waktu dengan menggunakan stopwatch yang menjadi tonggak sejarah dalam perkembangan teknik industri. Percobaan Taylor Percobaan Taylor yang paling terkenal adalah percobaan pemindahan bijih besi dengan menggunakan sekop. Pada awalnya, Taylor mengamati bahwa masing-masing pekerja membawa sendiri sekopnya dari rumah dengan ukuran yang berbeda-beda. Masing-masing pekerja juga melakukan teknik yang berbeda-beda tergantung ukuran sekop yang dibawa. Ada pekerja yang dapat memindahkan bijih besi dalam jumlah banyak dengan sekop yang besar dan ada juga yang hanya mampu memindahkan sedikit bijih besi. Dari 3

Ergonomi: Studi Waktu dan Gerakan untuk Analisa dan Perbaikan Kerja pengamatannya, Taylor berpendapat bahwa ukuran sekop yang berbeda-beda membuat metode kerja pekerja juga berbeda-beda sehingga hasil kerja juga bervariasi. Taylor kemudian melakukan suatu percobaan untuk menentukan ukuran sekop yang paling sesuai digunakan sehingga dapat memberikan hasil kerja yang terbaik. Setelah mendapatkan izin melakukan studi mengenai pekerjaan pemindahan bijih besi dari atasannya, Taylor kemudian memilih seorang pekerja untuk menjadi subjek percobaan. Kepada pekerja Taylor mengatakan akan menggandakan upahnya jika menjadi subjek percobaan. Taylor kemudian mempersiapkan beberapa alternatif ukuran sekop untuk pekerjaan pemindahan bijih besi. Pada saat percobaan, Taylor mengamati gerakan kerja pekerja dan mengukur setiap elemen gerakan dengan menggunakan stopwatch. Taylor merancang kombinasi percobaan dengan variasi ukuran sekop, durasi kerja, frekuensi istirahat dan lamanya jam kerja. Dari percobaan ini Taylor mendapatkan hasil bahwa hasil kerja sangat dipengaruhi oleh durasi kerja, lamanya waktu istirahat dan frekuensi istirahat. Taylor kemudian juga mengusulkan ukuran standar sekop yang dipakai oleh pekerja yang dapat memberikan hasil optimal yaitu sekop dengan ukuran 21,5 lb. Setelah rekomendasi Taylor diterapkan, hasilnya sungguh mengagumkan. Jumlah pekerja untuk pemindahan bijih besi yang tadinya berkisar antara 400 600 orang dapat dikurangi menjadi 140 orang. Biaya pemindahanpun dapat dikurangi dari 7-8 sen menjadi 3 sampai 4 sen per ton sehingga terjadi penurunan ongkos produksi secara total sebesar 78.000 dolar per tahun. Sebagai tambahan, perusahaan mulai memberikan sistem bonus atau insentif bagi pekerja yang hasil pekerjaannya di atas standar yang ditetapkan. Berdasarkan keberhasilan studi ini, Taylor kemudian mencoba mengembangkan lebih lanjut pedoman untuk meningkatkan efisiensi kerja. Pedoman Taylor untuk meningkatkan Efisiensi Kerja Berdasarkan pengalamannya, Taylor membuat pedoman tentang cara meningkatkan efisiensi kerja (Meyers, 1999: 9): 1. Kembangkan suatu kajian bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang yang menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan. 2. Pilih pekerja terbaik untuk masing-masing pekerjaan dan latih pekerja tersebut dengan metode yang telah dikembangkan. 3. Kembangkan semangat kerjasama antara pihak manajemen dan pekerja dalam melaksanakan metode yang telah dikembangkan. 4. Bagilah pekerjaan secara merata antara manajemen dan pekerja, masing-masing melakukannya dengan usaha terbaik. Sebelum Taylor mengembangkan pedomannya, masing-masing pekerja di perusahaan memilih sendiri pekerjaan mereka, bekerja dengan cara sendiri dan mengembangkan metode kerja secara trial and error. Taylor mengusulkan manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan yang sesuai bagi pekerja dan melatihnya sehingga mempunyai ketrampilan tertentu. Manajemen disarankan mengambil alih pekerjaan-pekerjaan yang 4

Bab 1 Ergonomi, Studi Waktu dan Gerakan tidak sesuai bagi pekerja terutama perencanaan, pengawasan, pengalokasian kerja dan pengorganisasian. Frank (1868 1924) dan Lillian Gilbreth (1878 1927) dengan Studi Gerakan Frank dan Lillian Gilbreth dianggap sebagai The parents of Motion Study (Meyers, 1999). Frank B. Gilbreth dilahirkan di Fairfield, Maine pada tahun 1868. Frank memulai karirnya sebagai buruh bangunan dengan pekerjaan yang paling dasar yaitu sebagai pekerja batu bata, sampai kemudian menjadi kontraktor bangunan yang sukses. Pada saat bekerja sebagai pekerja dan kontraktor bangunan inilah Frank menemukan ketidakefisienan gerakan pekerja dalam memasang batu bata. Frank selanjutnya melakukan percobaan untuk mengefisienkan gerakan pekerja pada saat memasang bata. Pada tahun 1904 Frank menikahi Lillian, seorang psikolog yang tidak hanya memberinya 12 orang anak tetapi juga banyak berkontribusi pada karirnya terutama dalam pengembangan studi gerakan kerja. Lillian Gilbreth merupakan seorang psikolog yang sangat mempertimbangkan aspek manusia dalam pekerjaan. Disamping kajian mengenai gerakan kerja, Frank merupakan inspirasi dari buku berjudul Cheaper by the dozen yang ditulis oleh dua orang anaknya Frank Jr dan Ernestine. Buku ini kemudian menjadi inspirasi pembuatan film dengan judul yang sama Cheaper by the dozen yang dibintangi oleh Steve Martin dan Bonnie Hunt. Percobaan Frank Gilbreth Pada saat bekerja sebagai pekerja dan kontraktor bangunan, Frank mengamati dan menemukan inefisiensi gerakan pekerja dalam memasang batu bata. Frank mencatat bahwa pada saat memasang batu bata terdapat beberapa cara kerja yang berbeda: cara pertama adalah cara yang diberikan oleh instruktur dengan sekumpulan gerakan dasar, cara yang lain dilakukan pada saat dia melakukan pekerjaan pemasangan sendiri dan cara yang ketiga adalah cara pada saat pekerjaan dilakukan tergesa-gesa. Frank kemudian melakukan eksperimen untuk menemukan cara yang terbaik dan paling efisien. Hasil kajiannya kemudian menghasilkan sekumpulan gerakan kerja yang lebih efisien. Percobaan Frank ini dapat mengurangi gerakan dasar dalam memasang bata dari 18 menjadi 5. Lebih jauh lagi pengurangan gerakan dasar ini meningkatkan produktivitas pekerja dan mengurangi tingkat kelelahan pada pekerja. Gilbreth kemudian melanjutkan ketertarikannya mempelajari gerakan-gerakan kerja pekerja untuk pekerjaan lainnya. Dia melihat potensi perbaikan metode kerja, mengganti elemen kerja menjadi elemen kerja yang lebih singkat sehingga juga dapat mengurangi 5

Ergonomi: Studi Waktu dan Gerakan untuk Analisa dan Perbaikan Kerja kelelahan bagi pekerja. Pada awal kajiannya dia banyak menggunakan kamera untuk mempelajari gerakan pekerja. Barulah setelah penggunaan video kamera yang dapat merekam kegiatan kerja pekerja, studi tentang gerakan kerja yang dilakukan Gilbreth menjadi jauh lebih berkembang. Studi Gerakan Pada waktu Perang Dunia I, Frank bertugas di Angkatan Bersenjata Amerika. Tugasnya adalah menemukan cara paling cepat dan efisien untuk merakit dan membongkar senjata. Frank dan Lillian kemudian banyak melakukan kajian-kajian mengenai gerakan kerja secara bersama. Kesuksesan penelitian tentang gerakan kerja yang ditunjang dengan penggunaan video kamera menyebabkan Frank kemudian meninggalkan pekerjaannya sebagai kontraktor dan beralih menjadi konsultan. Berdasarkan hasil penelitiannya, pada tahun 1912 Frank kemudian mempublikasikan micromotion study pada pertemuan ASME (American Society of Mechanical Engineering). Micromotion study merupakan studi tentang elemen gerakan dasar suatu operasi dengan menggunakan video kamera dan alat pengukur waktu yang secara akurat mengukur waktu interval suatu gerakan (Barnes, 1980). Frank dan Lillian mendirikan perusahaan konsultan sendiri, Gilbreth, Inc. Frank banyak memberikan pelatihan-pelatihan dari aspek engineering sedangkan Lillian dari aspek psikologi - ini menjadikan keduanya pasangan yang kompak dan saling melengkapi. Pasangan ini juga meneliti mengenai kelelahan (fatique) pada pekerja, transfer keterampilan dan mengembangkan teknik cyclegraphic dan chronocylegraphic untuk mempelajari jalur gerakan dari seorang pekerja saat bekerja. Pada bulan Mei 1912, Gilbreth memulai suatu pekerjaan konsultasi di perusahaan New England Butt Company, perusahaan yang memproduksi mesin-mesin produksi. John G. Aldrich, wakil presiden dan general manager perusahaan sangat mendukung kehadiran Gilbreth. Di perusahaan inilah Gilbreth mengembangkan teknik Micromotion Study yang dijelaskan di atas. Untuk menunjang pekerjaan konsultasinya di New England Butt Company, Gilbreth meminta perusahaan membangun suatu laboratorium yang dikenal sekarang Betterment Room. Di laboratoriun ini Gilbreth banyak melakukan penelitiannya mengenai gerakan kerja dengan menganalisa dan mengembangkan metode kerja yang lebih baik. Atas saran Gilbreth (yang diperolehnya dari hasil penelitian), New England Butt Company kemudian membentuk departemen production planning, mempelajari aliran dan cara penanganan material yang lebih baik, merancang dan membuat meja kerja dengan ketinggian yang sesuai bagi pekerja serta menghasilkan rancangan kursi yang sesuai dan nyaman digunakan. Gilbreth juga merancang dan menerapkan alat bantu material handling yang baru. Laboratorium ini sampai sekarang masih banyak dikunjungi oleh akademisi dan ilmuwan untuk melihat hasil kerja dari Gilbreth. Gilbreth dan Gerakan Dasar Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukannya, Gilbreth mengembangkan beberapa bagian dari gerakan kerja yang dianggap umum untuk sebagian besar pekerjaan manual. Dia 6

Bab 1 Ergonomi, Studi Waktu dan Gerakan kemudian memperkenalkan istilah Therblig untuk memberikan tekanan kepada elemen gerakan dasar yang terlibat pada suatu pekerjaan manual. Kata therblig lebih diterima untuk digunakan dibandingkan dengan kata padanan gerakan tangan atau elemen gerakan. Gilbreth mengembangkan 17 gerakan dasar (disebut Gilbreth) yang umum terjadi pada suatu pekerjaan manual dan ini dianggap sebagai salah satu sumbangan terbesar Gilbreth. Sebagian besar dari therblig ini merupakan gerakan dasar tangan yang paling dominan dalam bekerja. Suatu pekerjaan yang utuh dapat diuraikan menjadi gerakan-gerakan dasar yang disebut therblig tadi. Gerakan dasar yang diuraikan oleh Gilbreth sangat membantu menguraikan suatu pekerjaan atas elemen-elemen gerakan sehingga mempermudah analisa dan perbaikan. Dari gerakan dasar ini, dapat dipisah-pisah mana gerakan dasar yang efektif dan mana yang tidak efektif. Eliminasi gerakan dasar yang tidak perlu dan perbaikan terhadap gerakan dasar lainnya merupakan fondasi dari teknik Gilbreth. Proses eliminasi gerakan dasar yang tidak perlu ini kemudian dikenal sebagai work simplification (Meyers, 1999). Gerakan-gerakan dasar (terbligh) Gilbreth ini menjadi dasar dalam pengembangan teknik pengukuran waktu dengan data gerakan (Predetermined Time Standard System PTSS). Studi Waktu dan Gerakan dan Perkembangan Selanjutnya Pada awalnya, studi waktu yang dikenalkan oleh Taylor dan studi gerakan yang dikembangkan oleh Gilbreth dianggap sebagai dua hal yang terpisah. Studi waktu pada awalnya banyak digunakan untuk menentukan waktu standar sedangkan studi gerakan digunakan untuk perbaikan metode kerja. Penggunaan studi waktu pada awalnya lebih banyak diterapkan terutama untuk sistem upah insentif dibandingkan dengan penggunaan studi gerakan. Pada tahun 1930-an orang mulai menyadari bahwa studi waktu dan studi gerakan merupakan dua hal yang saling berkaitan dan menunjang sehingga kedua istilah ini kemudian digabung menjadi motion and time study. Dengan studi gerakan, dapat diperoleh alternatif metode kerja yang lebih baik dan untuk mencari rancangan terbaik perlu dilakukan pengukuran waktu. Istilah motion and time study kemudian menjadi suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Istilah lain yang sering digunakan untuk motion and time study. adalah methods engineering. Istilah motion and time study yang dikenal juga sebagai methods engineering kemudian diterjemahkan sebagai teknik tata cara kerja (Sutalaksana et al., 1979). Berbagai penelitian kemudian banyak dilakukan yang bertujuan untuk menerapkan ataupun mengembangkan teknik studi waktu dan gerakan. Pada tahun 1940 di Inggris, sampling pekerjaan pertama kali digunakan oleh LHC Tippet di pabrik-pabrik tekstil. Karena kegunaan dan caranya yang praktis, metode ini banyak digunakan di berbagai belahan negara lain. Hasil yang diperoleh dari sampling pekerjaan dapat digunakan untuk menentukan utilisasi mesin dan personel kerja, kelonggaran yang diberikan pada pekerjaan tertentu dan menentukan standar produksi (Niebel dan Freivalds, 2003). Berdasarkan hasil kajian mengenai gerakan dasar yang dilakukan oleh Gilbreth, beberapa ahli kemudian juga mengembangkan suatu sistem pengukuran dengan data waktu gerakan yang dikenal sebagai Predetermined time standar system 7

Ergonomi: Studi Waktu dan Gerakan untuk Analisa dan Perbaikan Kerja (PTSS). Beberapa sistem pengukuran kemudian dikembangkan seperti Work-Factor oleh JH Quick, WJ Shea dan R.E Koehler pada tahun 1938, sistem pengukuran waktu dengan MTM (Methods Time Measurement) oleh Maynard, Stegemerten dan Schwab pada tahun 1948 dan sistem pengukuran dengan MOST oleh Zandin pada tahun 1967. Sistem Work-Factors merupakan salah satu sistem pengukuran PTSS (Predetermined time standar system) yang pertama digunakan secara luas. Menurut sistem Work-Factors, terdapat empat variabel yang mempengaruhi lamanya waktu untuk melakukan suatu gerakan dalam pekerjaan yaitu: (1) anggota badan yang digunakan, (2) jarak perpindahan, (3) kebutuhan kontrol manual dan (4) berat atau tahanan yang terlibat dalam pekerjaan. Sistem pengukuran waktu dengan MTM (Methods Time Measurement) dikembangkan berdasarkan studi gerakan kerja pada pekerjaan-pekerjaan operasional dalam industri. Sistem pengukuran waktu secara tak langsung dengan MTM (Methods Time Measurement) dianggap sebagai sistem yang paling detail, akurat dan dapat diterima secara luas (Zandin, 2003). Untuk beberapa jenis pekerjaan yang mempunyai repetisi yang tinggi dan siklus operasi yang singkat, tingkat akurasi dan detail pada sistem MTM sangat efektif untuk dapat mengidentifikasi metode kerja yang dapat diperbaiki (Zandin, 2003). Sistem pengukuran dengan metode MOST dikembangkan oleh Zandin pada tahun 1967 berdasarkan konsepkonsep yang terdapat pada sistem pengukuran dengan MTM. Dengan MOST, sistem pengukuran waktu dengan cara tak langsung dapat dilakukan lima kali lebih cepat dibandingkan dengan MTM-1 (Niebel dan Freivalds, 2003). 1.3 Teknik Tata Cara Kerja dan Motion and Time Study Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, istilah motion and time study yang dikenal juga sebagai methods engineering kemudian diterjemahkan sebagai teknik tata cara kerja oleh Sutalaksana et al. (1979). Sutalaksana et al. (1979) mendefinisikan teknik tata cara kerja sebagai teknikteknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja. Sistem kerja didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur manusia, bahan, perlengkapan dan peralatan, metode kerja dan lingkungan kerja untuk suatu tujuan tertentu (Sutalaksana et al., 1979). Performansi suatu sitem kerja dapat diukur dengan menggunakan beberapa kriteria diantaranya yaitu waktu, tenaga, psikologis dan sosiologis (Sutalaksana et al., 1979). Dengan demikian, suatu sistem kerja dinilai baik jika sistem tersebut memungkinkan waktu penyelesaian yang singkat, tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikannya sangat minim dengan akibat psikologis dan sosiologis yang juga minim. Ruang lingkup teknik tata cara kerja disajikan pada Gambar 1.1. 8

Bab 1 Ergonomi, Studi Waktu dan Gerakan Prinsip-prinsip pengukuran kerja faktor -faktor manusia Teknik Tatacara kerja Pengukuran Waktu Pengukuran Tenaga Pengukuran Psikologis studi gerakan ekonomi gerakan Beberapa Alternatif Sistem Kerja terbaik Sistem Kerja Terbaik Pengukuran Sosiologis Teknik-teknik pengukuran kerja Gambar 1.1 Ruang lingkup teknik tata cara kerja (Sumber: Sutalaksana et al., 1979). Tidak ada cara terbaik, tetapi selalu ada cara yang lebih baik merupakan motto di kalangan pengguna teknik tata cara kerja (Sutalaksana et al., 1979). Hal ini memberikan kesan bahwa perubahan akan terus terjadi bersamaan dengan didapatnya sistem kerja yang lebih baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbaikan suatu sistem kerja merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dinamis dan terus menerus. 1.4 Latihan 1. Jelaskan mengenai pengertian ergonomi dan hubungannya dengan perlunya studi waktu dan gerakan untuk analisa dan perbaikan kerja. 2. Sebutkan dan jelaskan kontribusi dari Taylor terhadap perkembangan studi waktu dan gerakan! 3. Sebutkan dan jelaskan kontribusi dari Gilbreth terhadap perkembangan studi waktu dan gerakan! 4. Mengapa kemudian istilah studi waktu dan studi gerakan yang tadinya adalah dua hal yang terpisah kemudian digabung menjadi satu yaitu motion and time study? 5. Sebutkan dan jelaskan mengenai tujuan dari studi waktu dan gerakan! 6. Jelaskan pengertian dari sistem kerja dan berikan contoh dari pengamatan anda seharihari! 9

Ergonomi: Studi Waktu dan Gerakan untuk Analisa dan Perbaikan Kerja 7. Sebutkan dan jelaskan mengenai kriteria performansi dari suatu sistem kerja! Dari kriteria-kriteria tersebut, mengapa kriteria waktu dianggap sebagai salah satu kriteria paling penting dalam menentukan performansi suatu sistem kerja? 8. Berikan gambaran dan penjelasan mengenai ruang lingkup dari teknik tata cara kerja untuk analisa dan perbaikan kerja! Informasi International Ergonomics Association (IEA) http://www.iea.cc Perhimpunan Ergonomi Indonesia http://www.iesnet.or.id 10