BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas. Dalam suatu industri manufaktur, tercapainya output merupakan target yang harus dicapai terutama dalam divisi produksi. Akan tetapi untuk mencapai target output ada hal-hal yang harus dipertimbangkan, bukan hanya jumlah output-nya saja yang diperhatikan tetapi apakah dalam mencapai target output tersebut juga memperhatikan efisiensi dari lini produksi dan produktivitas dari karyawan yang mengerjakannya. Bisa saja suatu lini produksi menghasilkan jumlah output yang besar akan tetapi cost dari produk yang dihasilkan akan tinggi karena biaya produksi yang tinggi yang diakibatkan dari rendahnya efisiensi dan produktivitas dari lini produksi. Di dalam industri ada banyak segi yang dapat diukur produktivitasnya, seperti produktivitas modal, produktivitas tenaga kerja, produktivitas material dan lain-lain. Akan tetapi kesemuannya itu pada umumnya selalu berhubungan dengan efektifitas dari tenaga kerjanya. Produktivitas = output : input. Dari rumus tersebut dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan produktivitas ada 2 elemen yang diperhitungkan, yaitu elemen output dan elemen input. Jika target dari output-nya sudah ditetapkan, maka elemen output pada rumus diatas 6

2 7 menjadi yang tetap (tidak mempengaruhi peningkatan produktivitas). Jadi hal yang menjadi perhatian dalam meningkatkan produktivitasnya adalah penurunan angka dari faktor-faktor yang ada pada elemen input. Sedangkan apabila elemen input sudah tetap, maka untuk meningkatkan produktivitasnya dilakukan dengan cara memperbesar angka dari faktor-faktor yang mempengaruhi elemen output. 2.2 Perancangan dan Pengukuran Kerja (Work Design & Measurement) Perancangan dan pengukuran kerja merupakan disiplin yang dirancang terutama untuk memberi pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami hal-hal yang berkaitan dengan efektifitas dan efisiensi kerja. Hal khusus yang dibahas antara lain perancangan stasiun kerja dan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk melakukan pengukuran kerja. Didalam perancangan stasiun kerja yang efektif dan efisien (serta tidak boleh dilupakan faktor aman, sehat dan nyaman) akan berkaitan dengan prosedur-prosedur yang harus ditempuh didalam pelaksanaan kerja terutama sekali yang menyangkut metode atau tata cara kerja. Hal-hal yang berhubungan dengan gerakan-gerakan (motion) kerja ataupun metode kerja yang sederhana dan mudah dilaksanakan haruslah dianalisa serta diaplikasikan. Prinsip ekonomi gerakan (motion economy) ataupun penyederhanaan kerja (work simplification) merupakan satu landasan yang penting didalam analisa perancangan kerja dan harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pengukuran kerja. Pemahaman dan penguasaan mengenai perancangan dan pengukuran kerja akan memberikan pengaruh yang besar dalam upaya manajemen untuk menaikkan produktivitas kerja.

3 8 2.3 Penyederhanaan Kerja (Work Simplification) Penyederhanaan kerja pada hakikatnya bertujuan untuk mencari cara kerja yang lebih mudah, lebih cepat, lebih efisien dan menghindari pemborosan seperti pemborosan waktu, material, tenaga dan lain-lain. Untuk melakukan penyederhanaan kerja dapat dinyatakan dalam 5 langkah sebagai berikut : Pemilihan kegiatan kerja yang diperbaiki Langkah ini merupakan langkah awal yang harus dilaksanakan. Kegiatankegiatan yang dianggap tidak efektif, waktu kerja yang lama dan lain-lain akan menjadi pertimbangan pokok dalam pemilihan objek studi. Pengumpulan data Langkah kedua adalah mengumpulkan dan mencatat semua data yang berkaitan dengan metode kerja yang selama ini dilaksanakan seperti informasi yang berkaitan dengan urutan kerja, gerakan-gerakan kerja, layout stasiun kerja dan lain-lain. Analisa terhadap langkah kerja Metode kerja yang dilakukan sekarang dianalisa dan langkah-langkah yang dianggap tidak efisien dicari sebabnya dan dicari alternative pemecahannya agar menjadi lebih baik. Beberapa elemen kerja yang tidak produktif bisa dihilangkan atau digabungkan. Untuk mempermudah proses analisa maka pembuatan peta kerja (process chart) akan sangat banyak memberi manfaat. Usulan dan pengujian alternatif metode kerja yang lebih baik Dari langkah analisa yang dilakukan sebelumnya maka kemudian diusulkan kemudian langkah atau metode kerja yang dianggap lebih efektif dan efisien.

4 9 Sebelum keputusan tersebut diputuskan sebagai alternatif terpilih terlebih dahulu perlu diujicobakan. Aplikasi dan evaluasi metode kerja baru Langkah terakhir adalah mengaplikasikan alternatif metode kerja yang lebih baik untuk menggantikan metode kerja yang lama dan kemudian mengevaluasinya kembali bila dirasakan perlu perbaikan. Seperti yang dijelaskan alam langkah-langkah tersebut diatas, penggambaran prosedur kerja guna mempermudah proses analisa dapat dilaksanakan melalui peta proses (process chart). Umumnya peta-peta kerja yang diaplikasikan untuk keperluan analisa metode kerja adalah peta aliran proses (flow process chart), peta tangan kiri dan kanan (left and right hand chart), diagram aliran dan lain-lain. Berikut deskripsi singkat mengenai aplikasi dari masing-masing peta kerja untuk menganalisa metode kerja. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) Peta aliran proses adalah suatu peta yang akan menggambarkan semua aktivitas (baik aktivitas produktif maupun tidak produktif) yang terlibat dalam proses pelaksanaan kerja. Metode penggambarannya hampir sama dengan proses operasi (operation process chart) hanya saja disini akan jauh lebih detail dan lengkap. Tidak seperti peta proses operasi yang hanya menggambarkan aktivitas yang produktif (kegiatan operasi dan inspeksi), maka peta aliran proses (flow process chart) juga akan menggambarkan aktivitas-aktivitas yang tidak produktif seperti transportasi (material handling), delay/idle, dan penyimpanan. Cara penggambarannya akan menggunakan semua simbol-simbol ASME dan penggambaran dilakukan secara vertikal dari atas kebawah.

5 10 Penggambaran peta aliran proses akan memuat dan menganalisa secara detail semua aktivitas yang ada, dan mencoba menjawab permasalahan seperti : Apakah suatu aktivitas benar-benar perlu dilakukan atau dapatkah suatu aktivitas dihiangkan atau digabungkan saja agar lebih efisien? Apakah langkah-langkah urutan dari suatu aktivitas sudah benar dan adakah kemungkinan untuk merubah urutannya agar langkah-langkah kerja bisa lebih lancar lagi? Apakah kegiatan transportasi (material handling) bisa dihindarkan atau kalaupun memang harus terjadi apakah jarak perpindahan material ini bisa lebih diperpendek lagi? Apakah kegiatan menunggu (delay) bisa dihindari dengan perencanaan dan penjadwalan kerja yang lebih baik lagi? Diagram Aliran (Flow Diagram) Diagram aliran pada dasarnya sama dengan peta aliran proses, perbedaannya disini penggambarannya dilakukan diatas gambar layout dari fasilitas kerja. Disini simbol-simbol ASME dan nomor-nomor aktivitas masingmasing yang digambarkan. Tujuan pokok dalam pembuatan diagram aliran adalah untuk mengevaluasi langkah-langkah proses dalam situasi yang lebih jelas, disamping tentunya bisa dimanfaatkan untuk melakukan perbaikanperbaikan didalam perancangan layout fasilitas produksi yang ada.

6 11 Peta Tangan Kiri dan Kanan (Left and Right Hand Chart) Tidak seperti peta operasi atau peta aliran proses, peta tangan kiri dan kanan diarahkan untuk menganalisa aktivitas kerja yang dilakukan seorang operator dalam sebuah stasiun kerja. Peta akan menggambarkan gerakan-gerakan kerja yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan dengan tujuan utamanya adalah memperoleh keseimbangan gerakan kerja. Terutama untuk menganalisa kegiatan manual dan berlangsung berulang-ulang seperti yang terjadi pada proses perakitan (assembling). 2.4 Ekonomi Gerakan (Motion Economy) Di dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja guna memperoleh metode kerja yang lebih efektif, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan (the principle of mation economy). Prinsip ekonomi gerakan ini bisa dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari suatu stasiun kerja satu ke stasiun kerja yang lainnya. Berikut beberapa prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dikutip dari buku Marvin E Mundel, Motion and Time Study : Principles and Practice ( Englewood Cloffs, N.J.Prentice-Hall Inc, 1970 ), halaman : Eliminasi Kegiatan : Eliminasi semua kegiatan/aktivitas yang memungkinkan, langkahlangkah atau gerakan-gerakan anggota badan, kaki, lengan, tangan dan lain-lain.

7 12 Elimitasi kondisi yang tidak beraturan dalam setiap kegiatan. Letakkan segala fasilitas kerja dan material/komponen pada lokasi yang tetap (hal ini dapat menyebabkan gerakan-gerakan kerja yang berlangsung secara otomatis). Eliminasi penggunaan tangan sebagai holding device, karena hal ini merupakan aktivitas yang tidak produktif yang meyebabkan kerja kedua tangan tidak seimbang. Eliminasi gerakan-gerakan yang tidak semestinya, abnormal atau yang lainnya. Hindari juga gerakan-gerakan yang membahayakan dan melanggar prinsip-prinsip keselamatan atau kesehatan kerja. Eliminasi penggunaan tenaga otot untuk melakukan kegiatan statis atau fixed position. Dan juga sebisa mungkin untuk menggunakan tenaga mesin (mekanik) seperti power tools, power feeds, material handling equipment, dan lain-lain untuk menggantikan tenaga otot. Eliminasi waktu kosong (idle time) atau waktu menunggu (delay time) dengan membuat perencanaan/penjadwalan kerja yang sebaik-baiknya. Idle/delay time bisa ditolerir apabila hal tersebut diperuntukkan secara terencana untuk melepaskan lelah operator. Kombinasi Gerakan Atau Aktivitas Kerja : Gantikan/kombinasikan gerakan-gerakan kerja yang berlangsung pendek atau terputus-putus dan cenderung berubah-ubah arahnya dengan dengan sebuah gerakan yang continue, tidak patah-patah serta cenderung membentuk kurva.

8 13 Kombinasikan beberapa aktivitas/fungsi yang mampu ditangani oleh sebuah peralatan kerja dengan membuat rancangan yang bersifat multipurpose (serba guna/berfungsi banyak). Distribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja antara kedua tangan. Pola gerakan yang simultan dan simetris akan memberikan gerakan yang paling efektif. Bilamana kegiatan dilakukan secara kelompok maka diupayakan agar terjadi beban kerja yang meratadiantara anggota kelompok. Penyederhanaan Kegiatan : Laksanakan setiap aktivitas/kegiatan kerja dengan prinsip kebutuhan energi otot yang digunakan minimal. Kurangi kegiatan mencari-cari objek kerja (material, peralatan kerja dan lain-lain) dengan meletakkannya dalam tempat yang tidak berubah-ubah. Letakkan fasilitas kerja dalam jangkauan tangan yang normal. Hal ini akan menyebabkan gerakan tangan berada pada jarak yang sependekpendeknya. Sesuaikan letak dari handles, pedals, levers, button dan lain-lain dengan memperhatikan dimensi tubuh manusia (anthropometri). 2.5 Ergonomi : Faktor Manusia Dalam Sebuah Sistem Kerja Salah satu dari faktor yang penting yang menunjukkan karakteristik masyarakat industry yang hidup di negara maju ialah banyaknya orang yang hidup dalam lingkungan fisik yang merupakan hasil dari budaya manusia (manmade). Hal ini akan kontras sekali dengan kehidupan masa lampau disaat

9 14 kebanyakan dari mereka masih hidup dilingkungan alam yang asli (natural environment). Hasil-hasil fisik buatan manusia meliputi banyak hal seperti : bangunan gedung, mesin, peralatan kerja, kendaraan, jalan raya dan lain-lain. Perubahan waktu telah merubah manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya/modern. Disini manusia berusaha mengadaptasikan dirinya menurut situasi dan kondisi lingkungannya. Hal ini terlihat pada perubahan rancangan peralatan yang dipergunakan manusia untuk menaklukkan alam lingkungannya. Banyak bukti yang menunjukkkan perbuatan manusia untuk menyesuaikan diri mereka dengan kondisi alam, yang pada dasarnya hal ini akan menunjukkan tingkat kebudayaan mereka yang berkembang dari waktu kewaktu. Tujuan pokok manusia untuk selalu mengadakan perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai adalah untuk memudahkan dan kenyamanan dalam penggunaannya. Disiplin keilmuan yang berkaitan dengan perancangan peralatan dan fasilitas kerja yang memperhatikan aspek-aspek manusia sebagai pemakainya dikenal kemudian dengan nama ergonomi. Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja keras dan Nomos yang berarti hukum.dengan demikian ergonomi dimaksudkan disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer dipergunakan oleh beberapa negara Eropa Barat. Di Amerika istikah ini lebih dikenal dengan nama Human Factor Engineering atau Human Engineering. Demikian pula ada banyak istilah lainnya yang secara praktis mempunyai maksud yang sama seperti Biomechanic, Biothecnology, Engineering Psychology atau Arbeltwissenscaft (Jerman). Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dan

10 15 kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batasbatas kemampuan pada saat berhadapan dengan lingkungan system kerjanya yang berupa perangkat keras (hardware; mesin, peralatan kerja dan lain-lain). Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergonomic adalah suatu keilmuan yang multidisiplin, karena disini akan mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari Ilmu Kehayatan (Kedokteran, Biologi), Ilmu Kejiwaan (Psychology), Ilmu Teknik (Engineering) dan Kemasyarakatan (Sosiologi). Pada prinsipnya disiplin ergonomi akan mempelajari akibat-akibat yang timbul pada jasmani, kejiwaan dan social dari teknologi dan produk-produknya terhadap manusia melalui pengetahuan-pengetahuan tersebut pada jenjang mikro maupun makro. Karena yang dipelajari adalah akibat/dampak dari teknologi dan produk-produknya, maka pengetahuan yang khusus berkaitan dengan teknologi Biomekanika, Anthropometri Teknik, Teknologi Produksi, Lingkungan Fisik (temperature, pencahayaan dan sebagainya) dan lain-lain. Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan system manusia-mesin (teknologi yang optimal). Dengan demikian disiplin ergonomi melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu system dengan pemecahan-pemecahan masalah melalui proses pendekatan proses pula. Human Engineering atau ergonomic didefinisikan sebagai perancangan man-machine interface sehingga pekerja dan mesin bisa berfungsi lebih efektif dan efisien sebagai sistem manusia-mesin yang terpadu.

11 Plant Layout Secara umum plant layout (tata letak pabrik) merupakan pengaturan fasilitas fisik perusahan yang terdiri dari susunan departemen, pusat kerja dan peralatan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan peralatan, bahan, orang dan energi Tujuan dan Manfaat Tata Letak Tujuan tata letak secara umum (Purnomo, :149) adalah : 1. Mempermudah jalannya proses. 2. Meminimumkan pemindahan material. 3. Memelihara fleksibilatas. 4. Memelihara perputaran barang setengah jadi. 5. Menghemat pemakaian ruang bangunan. 6. Memberikan kemudahan, keselamatan, dan kenyamanan bagi karyawan dalam melakukan pekerjaannnya. Manfaat dari tata letak fasilitas, antara lain : 1. Meningkatkan jumlah produksi, yaitu akan memberikan kelancaran proses produksi dan akhirnya akan memberikan hasil yang lebih besar dengan biaya yang sama atau bahkan lebih sedikit. 2. Mengurangi waktu tunggu, yaitu akan memberikan keseimbangan beban dan waktu antara satu mesin dengan mesin lain. 3. Mengurangi proses pemindahan bahan, yaitu akan memberikan jarak pemindahan bahan secara seminimum mungkin pada saat proses produksi sedang berlangsung.

12 17 4. Penghematan penggunaan ruangan, yaitu akan memberikan manfaat penggunaan ruangan yang efisien atau mengurangi pemborosan ruangan. 5. Memperlancar waktu proses, yaitu waktu yang diperlukan bahan baku untuk perpindahan dari mesin satu ke mesin lain dapat diperoleh sehingga waktu produksi dapat dipersingkat. 6. Meningkatkan kepuasan dan keselamatan kerja. Agar dapat menciptakan suasana ruang dan lingkungan kerja yang nyaman, aman, tertib dan rapih sehingga kepuasan dan keselamatan kerja dapat lebih ditingkatkan. Kondisi ini akan meningkatkan kinerja yang lebih baik. 7. Mengurangi kesimpangsiuran. Perpindahan bahan secara teratur dan selalu bergerak akan mengurangi kesimpangsiuran dan kemacetan dalam beraktivitas Type Tata Letak Pabrik Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teknik Industri, Hari Purnomo menyebutkan bahwa secara garis besar ada 4 (empat) tipe tata letak pabrik (4:150), yaitu : 1. Tata letak berdasarkan proses (process layout) Pada tata letak jenis ini mesin-mesin dengan fungsi yang sama dikelompokkan pada lokasi yang sama. Process layout dilakukan bila volume produksi kecil, dan terutama untuk jenis produk yang tidak standar, biasanya berdasarkan order. Kondisi ini biasa disebut job shop. Contoh

13 18 Process layout, misalnya mesin bubut, mesin las, mesin gerinda dan sebagainya disatukan kelompoknya. Gambar 2.1 Process Layout 2. Tata letak berdasarkan produk (product layout) Pada tata letak jenis ini, mesin-mesin ditempatkan sesuai dengan urutan proses pembuatan produk. Pada umumnya product layout digunakan untuk memproduksi produk dalam jumlah besar dan terstandarisasi atau proses produksi kontinyu. Gambar 2.2 Product Layout

14 19 3. Tata letak berdasarkan lokasi material tetap (fixed product layout) Tata letak yang berposisi tetap ditunjukan bahwa tenaga kerja, peralatan atau mesin dan material yang menuju lokasi tetap dan kemudian dikerjakan pada lokasi tersebut sampai menjadi produk akhir. Tata letak ini biasanya digunakan untuk proses perakitan, memproduksi barang yang relatif berat dan memproduksi barang yang besar sehingga tidak mungkin dilakukan pemindahan dari satu tempat ke tempat lainnya, seperti pesawat terbang, kereta api, dan lain-lain. Gambar 2.3 Fixed Product Layout 4. Tata letak kombinasi (Group Layout) Pada tata letak ini, produk dikelompokan kedalam famili-famili produk dan kemudian diproses sesuai dengan famili-famili tersebut. Mengelompokan produk kedalam famili-famili biasanya pada kesamaan urutan proses, berdasarkan kesamaan peralatan yang digunakan. Familifamili produk terbentuk yang sesuai dengan kemiripan atribut, kemudian diproses dalm keompok-kelompok mesin.

15 20 Gambar 2.4 Group Layout 2.7 Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (Purnomo, :37). Dengan peta kerja ini kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk proses sampai menjadi produk, kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya Lambang Peta Kerja Pada tahun 1947, American Society of Mechanical Engineering (ASME) membuat standar lambang peta kerja yang terdiri dari 5 (lima) lambang. Lambang yang di buat oleh American Society of Mechanical Engineering (ASME) merupakan modifikasi dari lambang yang digunakan oleh Gilbert. Lambang dari American Society of Mechanical Engineering (ASME) inilah yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya. Lambang-lambang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

16 21 Simbol Arti Simbol Keterangan Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja Operasi mengalami perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan informasi pada suatu kejadian juga termasuk operasi. Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda Pemeriksaan/Inspeksi kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Menandakan gerak pekerja, bahan atau perlengkapan dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Suatu transportasi terjadi apabila suatu Transportasi objek bergerak dari tempat yang satu ke tempat yang lain terkecuali apabila pergerakan itu merupakan bagian dari operasi atau disebabkan oleh petugas pada tempat bekerja sewaktu suatu operasi atau pemeriksaan sedang berlangsung. Menandakan terhentinya urutan peristiwa atau kejadian apabila pekerja/perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa kecuali menunggu Menunggu/delay (biasanya sebentar). Misalnya, pekerja menunggu antara dua operasi yang berurutan, atau tiap objek yang dikesampingkan untuk sementara

17 22 tanpa pencatatan sampai objek itu sendiri diperlukan kembali. Menandakan suatu penyimpanan yang diawasi, bahan diterima kedalam atau dikeluarkan dari Penyimpanan penyimpanan berdasarkan suatu kuasa, atau barang ditahan untuk maksud pengecekan. Gambar 2.5 Lambang Peta Kerja 1 Selain kelima lambang diatas, kita dapat menggunakan lambang lain apabila merasa perlu untuk mencatat suatu aktifitas yang memang terjadi selama proses berlangsung dan tidak terungkapkan oleh lambang-lambang tadi. Lambang tersebut adalah : Simbol Arti Simbol Keterangan Suatu aktifitas gabungan antara proses operasi Aktivitas Gabungan dengan inspeksi atau pemeriksaan yang dilakukan secara bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja. Gambar 2.6 Lambang Peta Kerja 2

18 Peta Proses Operasi dan Peta Aliran Proses Peta proses operasi atau operation process chart (OPC) merupakan suatu diagram yang menunjukan urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama proses berlangsung. (Purnomo, :38). Purnomo Hari dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teknik Industri, menyebutkan bahwa kegunaan peta aliran proses adalah : 1. Untuk mengetahui aliran bahan mulai masuk proses sampai aktivitas berakhir 2. Untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan selama proses berlangsung 3. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan proses atau metode kerja 4. Memberikan informasi masalah waktu penyelesaian suatu proses Prinsip peta operasi dapat digambarkan pada gambar berikut ini : Arah material yang masuk Mt Mt Mt Materrial yang beri MT Bagian Bagian dari bagian yang dirakit dari bagian yang dirakit W W O - N I - N M M Produk utama Utama perubahan dalam proses Mt Gambar 2.7 Prinsip pembuatan peta proses operasi

19 24 Keterangan gambar : W : Waktu yang ddibutuhkan untuk suatu operasi O N : Nomor urut untuk suatu kegiatan I N : Nomor urut untuk kegiatan pemeriksaan M : Menunjukan mesin/tempat dimana kegiatan tersebut dilaksanakan Peta aliran proses mempunyai beberapa kegunaan secara umum, antara lain adalah : 1. Dapat digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai dari awal masuk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas terakhir 2. Dapat memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses atau prosedur 3. Dapat digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung khusus untuk peta yang hanya menggambarkan aliran yang dialami oleh suatu komponen atau satu orang. 2.8 Line Balancing (Keseimbangan Lintasan) Dalam lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi massal, peranan perencanaan produksi sangat penting, terutama dalam penugasan kerja pada lintas perakitan (assembly line). Pengaturan dan perencanaan yang tidak tepat mengakibatkan setiap stasiun kerja di lintas perakitan mempunyai kecepatan produksi yang berbeda. Akibat selanjutnya

20 25 adalah terjadi penumpukan material diantara stasiun kerja yang tidak berimbang kecepatan produksinya. Lini perakitan dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang dan atau mesin yang melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk (Purnomo, :118). Lini perakitan merupakan lini produksi dimana material bergerak secara kontinyu dengan rata-rata laju kedatangan material berdistribusi uniform melewati stasiun kerja yang mengerjakan perakitan. Secara sederhana, lini perakitan dapat digambarkan sebagai berikut : SK SK Input Material Handling Tool Final SK SK4 Gambar 2.8 Lini Perakitan Pada lini perakitan, secara garis besar, ada dua tujuan yang harus dicapai, yaitu : 1. Menyeimbangkan stasiun kerja, 2. Menjaga lini perakitan beroperasi secara kontinyu Pengertian dan Keuntungan Line Balancing Line Balancing (keseimbangan lintasan) adalah upaya untuk meminimumkan ketidakseimbangan diantara mesin-mesin atau personil untuk mendapatkan waktu yang sama disetiap stasiun kerja sesuai dengan kecepatan produksi yang diinginkan. (Purnomo, :119).

21 26 Secara teknis keseimbangan lintasan dilakukan dengan jalan mendistribusikan setiap elemen kerja ke stasiun kerja dengan acuan waktu siklus atau cycle time (CT). Keuntungan yang dapat diperoleh dari balancing process, antara lain : 1. Pengurangan aktivitas material handling 2. Pembagian tugas secara merata sehingga kongesti (kemacetan) dapat dihindarkan 3. Memacu operator untuk selalu bekerja dengan target-target tertentu yang harus dicapai Terminologi Lintasan a. Elemen kerja, adalah pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu kegiatan perakitan. b. Stasiun kerja, adalah lokasi-lokasi tempat elemen kerja dikerjakan. c. Waktu siklus atau cycle time (CT), adalah waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk pada satu stasiun kerja. d. Waktu stasiun kerja atau Station Time (ST), adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah stasiun kerja untuk mengerjakan semua elemen kerja yang didistribusikan pada stasiun kerja tersebut. e. Waktu operasi, adalah waktu standar untuk menyelesaikan suatu operasi. f. Waktu menganggur (idle time), yaitu selisih atau perbedaan antara cycle time (CT) dengan Station Time (ST), atau CT dikurangi ST.

22 27 Delay time merupakan waktu menganggur yang terjadi setiap stasiun kerja. n Idle Time = n.ws- Wi i=1 Keterangan : n = jumlah stasiun kerja Ws = Waktu stasiun kerja terbesar Wi = Waktu sebenarnya pada stasiun kerja g. Keseimbangan waktu senggang (balanced delay), merupakan ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang dihasilkan dari waktu menggganggur yang sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian yang kurang sempurna diantara stasiun-stasiun kerja. Rumus yang digunakan untuk menentukan balanced delay lini perakitan adalah sebagai berikut. n.c - ti D = x 100% (n.ti)

23 28 Keterangan : D = Balanced Delay (%) n = Jumlah stasiun kerja C = Waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja ti = Jumlah semua waktu operasi ti = Waktu operasi Usaha penyeimbangan yang baik adalah usaha yang dapat menurunkan balanced delay lini perakitan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perancangan dalam Teknik Industri Perancangan dan pengukuran waktu kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang terutama untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT DEFINISI Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui petapeta

Lebih terperinci

CONTOH OPC DAN FPC. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R

CONTOH OPC DAN FPC. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R. 0810670002 CONTOH OPC DAN FPC Peta Proses Operasi (OPC) dan Peta Aliran Proses (FPC) merupakan dua jenis peta kerja digunakan untuk mengetahui secara jelas proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan sistem kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancanganterbaik dari system kerja yang bersangkutan. Teknik-teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efektifitas 2.1.1. Pengertian Efektifitas Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Peta Kerja Peta kerja ( Peta Proses process chart ) merupaka alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir (Sritomo,

Lebih terperinci

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA O U T L I N E Peta Kerja Peta Kerja Keseluruhan Peta Kerja Setempat Standard Operation Procedure PETA KERJA

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan Lintasan berkaitan dengan bagaimana operasi yang ditunjuk pada stasiun kerja dapat dioptimalkan melalui menyeimbangkan kegiatan yang ditugaskan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

Analisis Operasional (Peta Kerja) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA

Analisis Operasional (Peta Kerja) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA Jurusan Teknik Industri Semester Genap 2015/2016 Analisis Operasional (Peta Kerja) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA 5 Debrina Puspita Andriani e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Line Balancing Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNWERSITAS GADJAH MADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan Laporan Tugas Akhir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan sejumlah besar komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi memegang

Lebih terperinci

PETA PETA KERJA. Nurjannah

PETA PETA KERJA. Nurjannah PETA PETA KERJA Nurjannah Peta Kerja Peta kerja merupakan suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (Sutalaksana, 2006) Peta kerja merupakan alat komunikasi yang sistematis

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Multikarya Sinardinamika berdiri pada Desember 1990 dan mulai beroperasi pada Januari 1991. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

PERANCANGAN KERJA PETA-PETA KERJA

PERANCANGAN KERJA PETA-PETA KERJA PERANCANGAN KERJA PETA-PETA KERJA PEMBUATAN DONAT Siapkan dan timbang tepung terigu Tambah gula, mentega, telur campur rata Setelah tercampur, potong dan bentuk bulat kecil Diamkan sejenak agar adonan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) 1 Setelah mempunyai gambaran tentang keadaan umum dari proses yang terjadi seperti yang diperlihatkan dalam peta proses operasi, langkah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Sistem Kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan. Teknikteknik dan

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1 Landasan Teori Keseimbangan lini perakitan (line balancing) merupakan suatu metode penugasan pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban antar proses secara berimbang

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING Niken Parwati¹, Ibnu Sugandi². Program Studi Teknik Industri, Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta 12110 niken.parwati@uai.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse 32 33 Tabel 2.5 Kelonggaran Tabel 2.5 Kelonggaran ( Lanjutan ) 34 Tabel 2.5 Kelonggaran ( Lanjutan ) 35 36 2.2 Peta Kerja 2.2.1 Pengertian Peta Kerja Peta kerja

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT By: Rini Halila Nasution, ST, MT Alat, bahan dan pekerja harus diatur posisinya sedemikian rupa dalam suatu pabrik, sehingga hasilnya paling efektif dan ekonomis.

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KERJA PADA LINE WELDING STAND COMP MAIN TYPE KZRA UNTUK MENGOPTIMALKAN JUMLAH OPERATOR (STUDI KASUS DI PT DP)

ANALISIS PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KERJA PADA LINE WELDING STAND COMP MAIN TYPE KZRA UNTUK MENGOPTIMALKAN JUMLAH OPERATOR (STUDI KASUS DI PT DP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KERJA PADA LINE WELDING STAND COMP MAIN TYPE KZRA UNTUK MENGOPTIMALKAN JUMLAH OPERATOR (STUDI KASUS DI PT DP) DESIGN AND WORK MEASUREMENT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik Menurut Apple (1990), Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Diagram Metodologi Gambar 4.1 Metodologi Penelitian 47 Gambar 4.2 Metodologi Penelitian (lanjutan) 48 4.2 Penelitian Pendahuluan Penelitian dilakukan di PT. Refconindo

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1. Landasan Teori Line Balancing Menurut Gaspersz (2004), line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat

BAB I PENDAHULUAN. massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Keseimbangan lintasan perakitan berhubungan erat dengan produksi massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat kerja,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PRODUKSI PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

PERANCANGAN SISTEM PRODUKSI PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI PERANCANGAN SISTEM PRODUKSI PERTEMUAN #4 TKT101 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mampu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Baroto (2002, p192), aliran proses produksi suatu departemen ke departemen yang lainnya membutuhkan waktu proses produk tersebut. Apabila terjadi hambatan atau

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 1: INTRODUCTION

TATA LETAK PABRIK KULIAH 1: INTRODUCTION TATA LETAK PABRIK KULIAH 1: INTRODUCTION By: Rini Halila Nasution, ST, MT TUJUAN Setelah mengikuti perkuliahan Tata Letak Pabrik, mahasiswa diharapkan mampu memahami aspek-aspek yang berkaitan dengan analisa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Toyota Production System Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah aktivitas pada tingkat keseluruhan perusahaan berdasarkan pada kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi massal, peranan perencanaan produksi sangat penting, terutama dalam penugasan kerja

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh BAB 2 STUDI LITERATUR Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh sumberdaya produksi secara efisien dan efektif sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum (maximum profit). Tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Pengertian Perencanaan Fasilitas Perencanaan tata letak fasilitas termasuk kedalam bagian dari perancangan tata letak pabrik. Perencanaan

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN (Improving The Plug Assembling Method Through The Left and Right Hand Motions) I Wayan Sukania*,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SMED (Single Minute Exchange Die) Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri manufaktur adalah seringnya keterlambatan dalam menyelesaian pekerjaan sehingga tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ER E G R O G N O O N M O I

PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ER E G R O G N O O N M O I PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ERGONOMI MENGAPA PERLU ERGONOMI? ERGO asal kata ERGON = Kerja NOMi asal kata NOMOS = hukum Ergonomi berkaitan dengan disain suatu sistem dimana manusia bekerja di dalamnya Penting,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Time and Motion Study Time and motion study adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) baik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Produk Produk yang telah dibuat dalam peta-peta kerja ini adalah meja lipat. Komponennya terdiri dari alas yang berukuran 50 cm x 33 cm, kaki meja yang berukuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Efisien dalam dunia industri berarti memanfaatkan sumber daya sedemikian rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat menghasilkan

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK Konsumsi Semen PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA DAN KANAN Cut Ita Erliana 1, Listiani Nurul Huda 2, A. Rahim Matondang 2 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

Proces Design. Bentuk Mutu. Volume Type. Bentuk. Volume. Bahan. Mutu. Type. Bahan. Plant. Plant

Proces Design. Bentuk Mutu. Volume Type. Bentuk. Volume. Bahan. Mutu. Type. Bahan. Plant. Plant PROCESS DESIGN perencanaan tentang pembuatan produk yang telah ditetapkan pada produk desain dengan mempergunakan alat-alat yang ada atau dapat diadakan dengan caracara seekonomis mungkin Proces Design

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

Systematic Layout Planning

Systematic Layout Planning Materi #3 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Systematic Layout Planning 2 (2) Aliran material (1) Data masukan dan aktivitas (3) Hubungan aktivitas (5a) Kebutuhan ruang (7a) Modifikasi (4) Diagram

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian kerja dalam kaitannya dengan upaya peningkatan produktifitas. Analisa dan penelitian kerja adalah suatu aktifitas yang ditujukan untuk mempelajari prinsip-prinsip atau

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri Page 1 Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Program Studi Teknik Industri Page 1 Fakultas Teknik Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, persaingan di dunia manufaktur menjadi sangat ketat, hal ini menyebabkan perusahaan harus mempunyai kemampuan yang baik dalam mengelola perusahaan

Lebih terperinci

Strategi Tata Letak (Layout Strategy) I

Strategi Tata Letak (Layout Strategy) I Strategi Tata Letak (Layout Strategy) I Pengertian Tata letak Tata letak adalah keputusan penting yang menentukan efisiensi operasi secara jangka panjang. Tata letak adalah keputusan mengenai : A. Penempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era global dalam dunia industri telah menyebabkan bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan akan dihadapkan dengan era persaingan pasar global,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan akan dihadapkan dengan era persaingan pasar global, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan akan dihadapkan dengan era persaingan pasar global, dimana harus menghadapi persaingan ketat dengan perusahaan-perusahaan diseluruh dunia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keseimbangan Lini Keseimbangan lini merupakan suatu metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini produksi sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci

SISTEM PENANGANAN MATERIAL

SISTEM PENANGANAN MATERIAL SISTEM PENANGANAN MATERIAL 167 Penanganan Material (Material Handling) merupakan seni pergerakan/pemindahan material secara ekonomis dan aman. Material handling dirancang menggunakan metode yang tepat

Lebih terperinci

KONSEP DASAR TENTANG DESAIN PABRIK

KONSEP DASAR TENTANG DESAIN PABRIK KONSEP DASAR TENTANG DESAIN PABRIK Suatu lay-out pada umumnya ditentukan oleh jenis proses yang mendukungnya. Karena proses yang terjadi dalam industri begitu luasnya, maka lay-out yang direncanakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING ANALISIS DAN PROSES MANUFAKTURING Suatu rancangan ataupun rencana tentang tata letak fasilitas pabrik tidaklah akan bisa dibuat efektif apabila data penunjang mengenai bermacam-macam faktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Lina Gozali *, Lamto

Lebih terperinci

STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X

STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X I Wayan Sukania 1), Oktaviangel 2), Julita 3) Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara 1) Program

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Material Handling. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Material Handling. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Persediaan Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis Material Handling Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Pendahuluan Tujuan Material Handling Tujuan Material Handling Tujuan material

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional

Tujuan Instruksional Identitas Judul Mata Kuliah : PERANCANGAN KERJA DAN STUDI GERAKAN SKS : 3(1-2) Semester : 4 PK : MANAJEMEN INDUSTRI Prasyarat : - Pengajar : Ir. Purana Indrawan, MP (PJMK) Annisa Kartikawati, STP, MT Angga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Tata Letak Pabrik atau Fasilitas Tata letak pabrik atau fasilitas produksi dan area kerja adalah masalah yang kerap kali kita jumpai dalam teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Mempertimbangkan Keseimbangan Lintasan (Studi Kasus)

Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Mempertimbangkan Keseimbangan Lintasan (Studi Kasus) Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Mempertimbangkan Keseimbangan Lintasan (Studi Kasus) Priscilla Gandasutisna 1, Tanti Octavia 2 Abstract: PT. X is a job-order plastic packaging industry using line

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI Citra Palada Staf Produksi Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta 14350 citra.palada@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Optimasi adalah persoalan yang sangat penting untuk diterapkan dalam segala sistem maupun organisasi. Dengan optimalisasi pada sebuah sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri dengan menjamurnya perusahaan industri. Setiap industri yang ada dituntut untuk

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #6

Pembahasan Materi #6 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Pembahasan 2 Perencanaan Aliran Material Kelompok Analisa Aliran Pola Aliran Teknik Analisa Aliran Data Analisa Aliran 6623 - Taufiqur Rachman 1 Perencanaan Aliran

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN Disusun Oleh: Risya Yuthika (1102120156) Septi Kurniawan (1102130054) Tio Auzan Hawali (1102120067) Nenden Widha Soraya (1102120157) Achmad Rizaldi

Lebih terperinci

PETA KERJA UNTUK ANALISA KERJA KESELURUHAN

PETA KERJA UNTUK ANALISA KERJA KESELURUHAN PETA KERJA UNTUK ANALISA KERJA KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI MANUFAKTUR/JASA PETA KERJA Peta Kerja : alat yg menggambarkan kegiatan kerja secara

Lebih terperinci

M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( )

M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( ) M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri (4411216140) Universitas Pancasila Jakarta Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta Selatan 12640 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian dan Tujuan Tata Letak Definisi tata letak ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas fasilitas produksi untuk memperoleh efisiensi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Pemecahan Masalah 57 Observasi Lapangan Pengamatan dilakukan pada bagian perakitan resleting PT. Fajarindo Faliman Zipper. Untuk mempermudah

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROSES 81

PERANCANGAN PROSES 81 PERANCANGAN PROSES 81 Keterkaitan Perancangan Produk, Perancangan Proses, Perancangan Jadwal,dan Perancangan Fasilitas Perancangan Produk Perancangan Fasilitas Perancangan Proses Perancangan Jadwal 82

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik atau Perancangan Fasilitas Menurut Apple (1990, hal 2), Rekayasawan rancang fasilitas menganalisis, membentuk konsep, merancang dan mewujudkan sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa. Rancangan ini pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa. Rancangan ini pada BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik Tata letak pabrik adalah suatu rancangan fasilitas, menganalisis, membentuk konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa. Rancangan ini

Lebih terperinci

Perancangan Tata Letak

Perancangan Tata Letak 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Perancangan Tata Letak 2 Definisi: pengaturan tata letak fasilitasfasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan,

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN I Wayan Sukania, Oktaviangel 2, Julita 2. Staf pengajar Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Untar 2. Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

Optimalisasi Tata Letak Mesin Produksi Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV. ABC Aceh Besar

Optimalisasi Tata Letak Mesin Produksi Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV. ABC Aceh Besar Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No.2 (2014) 4-9 ISSN 2302 934X Industrial Management Optimalisasi Tata Letak Mesin Produksi Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV. ABC Aceh Besar Dewi Mulyati*

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data gerakan kerja dilakukan dengan cara merekam proses perakitan resleting polyester dengan handycam / kamera video. Setelah itu data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perusahaan dituntut untuk mampu menghadapi persaingan baik dari perusahaan lokal maupun perusahaan luar negeri. Ditambah lagi dengan adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing perusahaan dalam bersaing dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing perusahaan dalam bersaing dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia industri tingkat produktifitas serta kepuasan pelanggan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing perusahaan dalam bersaing dengan perusahaan

Lebih terperinci

B A B I I LANDASAN TEORI

B A B I I LANDASAN TEORI B A B I I LANDASAN TEORI 2.1 Proses Manufaktur Manufaktur merupakan suatu aktivitas manusia yang mencakup semua fase dalam kehidupan. Computer Aided Manufacturing International (CAM-I) mendefinisikan manufaktur

Lebih terperinci

PETA-PETA KERJA. Kata kunci : Peta-Peta Kerja, Proses Operasi, Kotak Kado

PETA-PETA KERJA. Kata kunci : Peta-Peta Kerja, Proses Operasi, Kotak Kado PETA-PETA KERJA Oke Sofyan,Ita Novita Sari Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma, Jakarta Kampus J Universitas Gunadarma Jl. KH. Noer Ali, kalimalang, Bekasi Telp: (021) 94122603 Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap pekerjaan pasti memiliki suatu sistem kerja tertentu untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sistem kerja memiliki peranan penting dalam menyelesaikan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Bisnis Logistik Bisnis logistik merupakan kegiatan unik, karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang tertua sekaligus yang termuda. Disebut bisnis tertua, jika dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Yunanto (1998) dalam skripsinya yang berjudul Perencanaan Layout

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Yunanto (1998) dalam skripsinya yang berjudul Perencanaan Layout BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan layout pernah dilakukan sebelumnya oleh Yunanto (1998) dalam skripsinya yang berjudul Perencanaan Layout

Lebih terperinci

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan )

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan ) Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan ) Indonesia merupakan negara terbesar ke 4 dunia dengan jumlah

Lebih terperinci