PENINGKATAN MUTU DAN BENCHMARKING PERGURUAN TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
BENCHMARKING. Amalia, ST, MT

PERANCANGAN SISTEM PENJAMIN MUTU DENGAN MODEL CAPAIAN MUTU BERKELANJUTAN DI PERGURUAN TINGGI

BUKU RENCANA PROGRAM KERJA LEMBAGA PENJAMIN MUTU DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA (LPMPSDM)

Manual Mutu. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran SATUAN PENJAMINAN MUTU

Bab II Model Dasar Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT)

PANDUAN PELAKSANAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG PENYUSUN: TIM BPMI UNP UNIVERSITAS NEGERI PADANG

MANUAL MUTU EVALUASI

MANUAL MUTU PELAKSANAAN

MANUAL MUTU SPMI (MANUAL MUTU = QUALITY MANUAL) Disampaikan oleh: Dr. Eming Sudiana, M.Si.

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 011/ITDel/Rek/SK/I/18. Tentang SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL INSTITUT TEKNOLOGI DEL

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

Pedoman Budaya Mutu Universitas FOR/SPMI-UIB/PED

PROSEDUR MUTU SISTEM Universitas Nusa Cendana TINJAUAN MANAJEMEN (02)

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kompetisi pada dunia bisnis terus berjalan semakin kompetitif. Perusahaan-perusahaan yang ada berusaha semaksimal mungkin

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

KAJIAN SISTEM MONITORING DOKUMEN AKREDITASI TEKNIK INFORMATIKA UNIKOM

Catatan informasi klien

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

K E B I J A K A N M U T U A K ADEMIK FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BADAN PENJAMINAN MUTU

KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 SATUAN PENJAMINAN MUTU SATUAN PENJAMINAN MUTU UNPAD.

Form. Laporan Management Review

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Sistem Penjaminan Mutu Internal sebagai Enabler Tercapainya Kampus Unggul di STIE Perbanas Surabayaq

1. Peran Penting Manajemen Perubahan 2. Elemen Perubahan 3. Struktur Program Management Office (PMO) Manajemen Perubahan 4.

BENCHMARKING (PATOK DUGA)

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

Total Quality Purchasing

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

Bidang keuangan terbukti dengan transparansi dalam penganggaran, pengelolahan, penggunaan dan pengawasan keuangan. Dalam hal

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

KONSEP SISTEM MANAJEMEN KINERJA. Tita Talitha, MT

Catatan Pengarahan FLEGT

AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI

RANCANGAN PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SYEKH MUHAMMAD NAFIS TABALONG

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

BENCHMARKING PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

Bab VI. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat

Manual Mutu Penelitian Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.04. M a n u a l M u t u P e n e l i t i a n 2

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

Form. Laporan Management Review

DOKUMEN KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI)

BAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit

DAFTAR ISI CHAPTER 5

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI BERBASIS AKREDITASI

Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB IV PEMBAHASAN. PT. BIKA SOLUSI PERDANA adalah perusahaan yang bergerak. pelanggan dan pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholder), PT.

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN PENINGKATAN KAPABILITAS APIP

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

CIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM :

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL (AMAI)

KRITERIA PENILAIAN SNI AWARD 2018

PEDOMAN MUTU PUSKESMAS DAN KESELAMATAN PASIEN

PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU AKADEMIK INTERNAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI

KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN MUTU PERGURUAN TINGGI

Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

PROFIL LEMBAGA PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS ISLAM NEGERI TAHUN

Revisi : 02 Tanggal : Diajukan oleh : Dikendalikan : Disetujui oleh :

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012 )

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

MANUAL MUTU INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL. Hal : 1/ 30. No. Dok: LPM.02. No. Rev : 0 Berlaku: Januari 2018

Penguatan Peran SJMF dan TPMA dalam Siklus SPMI Unsyiah

Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Universitas Telkom

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lembar Klarifikasi dan Rencana Tindakan Koreksi

MANUAL MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PANDUAN HIBAH KOMPETISI PENELITIAN TESIS DAN DISERTASI (HPTD) EDISI II

PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN KUNJUNGAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 07/PUI/P-Teknis/Litbang/2016

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No.082/ITDel/Rek/SK/SDM/XI/14. Tentang UNIT KERJA SISTEM PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI DEL

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI TAHUN

KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa Kelas IV SD 3

Manual Mutu Akademik UNIVERSITAS SAMUDRA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

LEMBAGA JAMINAN MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. dan sasaran organisasi harus diimbangi dengan keefektifan dan keefisiensian

PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH

Transkripsi:

PENINGKATAN MUTU DAN BENCHMARKING PERGURUAN TINGGI R. WASISTO RUSWIDIONO STIE TRISAKTI wasisto@stietrisakti.ac.id PENINGKATAN MUTU P roses penjaminan mutu bukan hanya aktivitas untuk memastikan bahwa yang dijanjikan dapat terpenuhi melainkan juga meliputi usaha peningkatan mutu berkelanjutan melalui perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi internal, evaluasi diri, audit, dan benchmarking. Siklus penjaminan mutu dimulai dengan penetapan standar mutu yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu dan selanjutnya standar ini dilaksanakan dengan upaya semaksimal mungkin agar dapat terpenuhi. Untuk melihat kemajuan pelaksanaan standar tadi dan untuk memastikan bahwa arah pelaksanaan ini sesuai dengan rencana, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi. Evaluasi diri dilakukan terutama untuk melihat kekuatan dan kelemahan aturan pendidikan kaitannya dengan upaya pemenuhan standar. Tahapan selanjutnya adalah Audit Mutu Internal untuk melihat kepatuhan terhadap standar mutu yang telah ditetapkan. Hasil-hasil yang diperoleh dari tahapan monitoring dan evaluasi, evaluasi diri, dan audit mutu internal serta ditambah dengan masukan dari seluruh stakeholders, digunakan sebagai pertimbangan di dalam melakukan peningkatan mutu. Ada dua macam peningkatan mutu yaitu peningkatan mutu untuk mencapai standar mutu yang ditetapkan dan peningkatan mutu dalam konteks peningkatan standar mutu yang telah dicapai melalui benchmarking. Apabila hasil evaluasi diri dan audit menunjukkan bahwa standar mutu yang telah ditetapkan belum tercapai, maka harus segera dilakukan tindakan perbaikan untuk mencapai standar tersebut. Sebaliknya apabila hasil evaluasi diri dan audit menyatakan bahwa standar mutu yang ditetapkan telah tercapai, maka proses perencanaan berikutnya standar mutu tersebut ditingkatkan melalui benchmarking. Benchmarking adalah upaya pembandingan standar, baik antar bagian internal organisasi maupun dengan standar eksternal dengan tujuan untuk peningkatan mutu secara berkelanjutan. Tujuan peningkatan mutu adalah untuk pencapaian standar mutu yang telah ditetapkan bagi unit kerja yang belum memenuhi standar tersebut, sedangkan bagi unit kerja yang telah memenuhi standar mutu, peningkatan mutu bertujuan untuk peningkatan standar baru dan yang tidak kalah pentingnya adalah dalam rangka kepuasan stakeholders. BENCHMARKING Benchmarking adalah pendekatan yang secara terus menerus mengukur dan membandingkan produk barang dan jasa, dan proses-proses dan praktik-praktiknya terhadap standar ketat yang ditetapkan oleh para pesaing atau mereka yang dianggap unggul dalam bidang tersebut. Dengan melakukan atau melalui benchmarking, suatu organisasi dapat mengetahui telah seberapa jauh mereka dibandingkan dengan yang terbaik dari sejenisnya. Benchmarking adalah suatu kegiatan untuk menetapkan standard dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, 8 8

kelompok, organisasi ataupun lembaga. Ada sebagian orang menjelaskan benchmarking sebagai uji standar mutu. Maksudnya adalah menguji atau membandingkan standar mutu yang telah ditetapkan terhadap standar mutu pihak lain, sehingga juga muncul istilah rujuk mutu. Secara umum benchmarking digunakan untuk mengatur dan meningkatkan kualitas pendidikan dan standar akademik. Benchmarking dapat merupakan perbandingan antara proses dan sistem yang dirancang tersebut dengan fungsi pendidikan tinggi yang harus dilaksanakan oleh semua perguruan tinggi. Dalam banyak cara dan bentuk, bahkan mungkin tanpa disadarinya, banyak lembaga pendidikan terutama pendidikan tinggi telah senantiasa bergelut dengan benchmarking. Mereka senantiasa telah menbandingkan diri mereka dengan kolega dan perguruan tinggi lain, disertai pengharapan peningkatan pada jumlah mahasiswa yang diterima, dana yang diterima, nilai akreditasi, dan prestise. Perguruan tinggi sebenarnya telah lama memiliki tradisi knowledge-sharing (berbagi pengetahuan) yang direalisasikan melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, seminar, publikasi, mailing-list, dan kegiatan bersama lainnya. Benchmarking sebenarnya bukanlah barang baru, karena kenyataanya selama ini sudah dijalankan, mungkin istilahnya saja yang baru muncul belakangan ini. Benchmarking bukanlah meng-copy atau menjiplak. Ini adalah proses mempelajari, mengamati orang lain atau organisasi lain dan mengadaptasi praktik-praktik baik mereka untuk dapat diterapkan dalam organisasi sendiri. Lebih daripada sekedar penetapan tujuan, benchmarking dipergunakan untuk memahami proses yang dipakai untuk mencapai hasil-hasil yang terbaik tersebut. Pertama-tama benchmarking harus melibatkan penelitian dan pemahaman tentang prosedur kerja internal sendiri, dan kemudian mencari praktik terbaik pada organisasi atau lembaga lain, kemudian mencocokkan dengan yang telah diidentifikasi dan akhirnya mengadaptasi praktik-praktik itu dalam organisasinya sendiri untuk meningkatkan kinerjanya. Pada dasarnya, benchmarking adalah suatu cara belajar dari orang lain secara sistematis, dan mengubah apa yang kita kerjakan.tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab oleh proses benchmarking adalah: (1) Seberapa baik kondisi kita sekarang (Evaluasi Diri)?, (2) Harus menjadi seberapa baik (Menetapkan Standar/ Target)?, (3) Bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut (Rencana Tindakan)? Proses Benchmarking Proses benchmarking biasanya terdiri dari enam langkah yaitu (1) Menentukan Apa yang akan di-benchmark. Hampir segala hal dapat di-benchmark: suatu proses lama yang memerlukan perbaikan, suatu permasalahan yang memerlukan solusi, suatu perancangan proses baru, suatu yang upaya-upaya perbaikkannya selama ini belum berhasil. Pada periode tertentu unit penjaminan mutu perlu membentuk Tim yang terdiri dari tim mutu fakultas/jurusan dan gugus kendali mutu untuk menyelidiki proses dan permasalahannya serta mendifinisikan proses yang menjadi target, batas-batasnya, operasi-operasi yang dicakup dan urutannya, dan masukan (input) serta keluarannya (output), (2) Menentukan apa yang akan diukur. Ukuran atau standar yang telah dipilih untuk dilakukan benchmark-nya harus yang paling kritis namun paling besar kontribusinya terhadap perbaikan dan peningkatan mutu. unit penjaminan mutu dengan tim yang bertugas me-review elemenelemen dalam proses dalam suatu bagan alir dan melakukan diskusi tentang ukuran dan standar yang menjadi fokus. Contoh-contoh ukuran misalnya durasi waktu penyelesaian, waktu penyelesaian untuk setiap elemen kerja, waktu untuk setiap titik pengambilan keputusan, variasi-variasi waktu, jumlah aliran balik atau pengulangan, dan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan pada setiap elemennya. Jika memang ada pihak lain (internal dan eksternal) yang berkepentingan terhadap proses 9

Media Bisnis September ini maka tuntutan atau kebutuhan mereka harus dimasukkan atau diakomodasikan dalam tahap ini. Tim yang bertugas dapat pula melakukan wawancara dengan pihak yang berkepentingan terhadap proses tersebut (dapat pula dipandang sebagai pelanggan) tentang tuntutan dan juga kebutuhan mereka dan menghubungkan atau mengaitkan tuntutan tersebut kepada ukuran dan standar yang paling kritis yang akan secara signifikan meningkatkan mutu proses dan hasilnya. Juga dipilih informasi seperti apa yang diperlukan dalam proses benchmarking ini dari organisasi lain yang menjadi tujuan benchmarking, (3) Menentukan kepada siapa akan dilakukan Benchmark. Unit penjaminan mutu dan tim mutu jurusan kemudian menentukan organisasi yang akan menjadi tujuan benchmark ini. Pertimbangan yang perlu adalah tentunya memilih organisasi lain tersebut yang memang dipandang mempunyai reputasi baik bahkan terbaik dalam kategori ini, (4) Pengumpulan Data/KunjunganTim yang dibentuk. Unit penjaminan mutu mengumpulkan data tentang ukuran dan standar yang telah dipilih terhadap organisasi yang akan di-benchmark. Pencarian informasi ini dapat dimulai dengan yang telah dipublikasikan : misalkan hasil-hasil studi, survei pasar, survei pelanggan, jurnal, majalah dan lain-lain. Barangkali juga ada lembaga yang menyediakan bank data tentang benchmarking untuk beberapa aspek dan kategori tertentu. Tim dapat juga merancang dan mengirimkan kuesioner kepada lembaga yang akan di-benchmark, baik itu merupakan satu-satunya cara mendapatkan data dan informasi atau sebagai pendahuluan sebelum nantinya dilakukan kunjungan langsung. Pada saat kunjungan lapangan (site visit), tim benchmarking mengamati proses yang menggunakan ukuran dan standar yang berkaitan dengan data internal yang telah diidentifikasi dan dikumpulkan sebelumnya. Tentu akan lebih baik jika ada beberapa objek atau proses yang dikunjungi sehingga informasi yang didapat akan lebih lengkap. Asumsi yang perlu diketahui adalah bahwa organisasi atau lembaga yang dikunjungi mempunyai keinginan yang sama untuk mendapatkan informasi yang sejenis dari lembaga yang mengunjungi yaitu adanya keinginan timbal balik untuk saling mem-benchmark. Para pelaku benchmarking telah dapat menyimpulkan bahwa kunjungan lapangan kepada organisasi dengan praktik terbaik dapat menghasilkan pandangan dan pemahaman yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan cara-cara pengumpulan data yang manapun. Kunjungan ini memungkinkan kita untuk secara langsung berhubungan dengan pemilik proses yaitu orang-orang yang benar-benar menjalankan atau mengelola proses tersebut, (5) Analisis Data. Unit penjaminan mutu kemudian membandingkan data yang diperoleh dari proses yang di-benchmark dengan data proses yang dimiliki (internal) untuk menentukan adanya kesenjangan (gap) di antara mereka. Tentu juga perlu membandingkan situasi kualitatif misalnya tentang sistem, prosedur, organisasi, dan sikap. Tim mengidentifikasi mengapa terjadi kesenjangan (perbedaan) dan apa saja yang dapat dipelajari dari situasi ini. Satu hal yang sangat penting adalah menghindari sikap penolakan jika memang ada perbedaan yang nyata maka kenyataan itu harus dapat diterima dan kemudian disadari bahwa harus ada halhal yang diperbaiki, (6) Merumuskan tujuan dan rencana tindakan. Unit penjaminan mutu menentukan target perbaikan terhadap proses. Target-target ini harus dicapai dan realistis dalam pengertian waktu, sumber daya, dan kemampuan yang ada saat ini, juga sebaiknya terukur, spesifik, dan didukung oleh manajemen orang-orang yang bekerja dalam proses tersebut. Kemudian tim dapat diperluas dengan melibatkan multi disiplin yang akan memecahkan persoalan dan mengembangkan suatu rencana untuk memantapkan tindakan spesifik yang akan diambil, tahapan-tahapan waktunya, dan siapa-siapa yang harus bertanggung jawab. Hasil ini akan diserahkan kepada para pelaksana penjamin mutu (executive) untuk kemudian memantau kemajuan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang timbul. 10

Ukuran dan standar dievaluasi secara bertahap, mungkin diperlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana untuk dapat mengatasi halangan dan persoalan yang muncul. Juga para pelaksana memerlukan umpan balik dari mereka yang berkepentingan terhadap proses dan hasilnya (stakeholders). Kesenjangan standar mungkin saja tidak dapat dihilangkan karena target organisasi terus saja berkembang dan memperbaiki diri. Yang penting dari sematamata mengejar kesenjangan adalah menjadikan benchmarking sebagai sebagai suatu kebiasaan, yang akan mendorong untuk terus memperbaiki diri. Jika perlu bahkan dapat dibuat atau dibentuk suatu departemen atau divisi tersendiri yang bertanggung jawab melaksanakan benchmarking secara terus menerus (berkelanjutan). Proses benchmarking ini mempunyai banyak keuntungan. Benchmarking mendorong terciptanya suatu budaya perbaikan terus menerus, menghargai orang lain dan prestasi dan membangun indera dan intuisi akan pentingnya perbaikan yang dijalankan terus menerus tersebut. Jika suatu jaringan dan kemitraan dalam benchmarking telah terbentuk maka berbagai praktik baik dan terbaik dapat saling dibagi di antara mereka. Benchmarking dapat dilakukan secara: (1) Internal, dilakukan didalam lingkup perguruan tinggi itu sendiri. Bisa dilakukan internal benchmarking antar program studi dalam satu sekolah tinggi atau antar unit kerja atau jurusan/ prodi dalam satu sekolah tinggi itu sendiri. Dalam kenyataan pasti bisa diperbandingkan standar antar mereka atau untuk memperbandingkan standar kualitas yang dipakai, dan (2) Eksternal, dilakukan dengan benchmarking terhadap lembaga atau perguruan tinggi lain, baik yang menyangkut satu program studi tertentu ataupun satu unit kerja atau jurusan tertentu, baik di dalam maupun di luar negeri. START Menentukan apa yang akan di ukur Menentukan apa yang akan di benchmark Menentukan kepada siapa akan dilakukan benchmarket Merumuskan tujuan dan rencana tindakan Pengumpulan data FINISH Analisis Data Gambar 1 Langkah-langkah dalam Siklus Benchmarking 11

Benchmarking yang sebenarnya akan mendorong kita untuk melihat jauh ke dalam proses-proses di pesaing kita (atau sejawat kita) yang sejenis, yang mungkin telah diimplementasikan dengan lebih baik dan terbukti memberi kualitas hasil atau keluaran yang lebih baik. Juga benchmarking ini dapat membantu untuk mendapat jalan pintas untuk mencapai tujuan (target), dengan meniru maka banyak hal dapat dihemat, antara lain kita dapat lebih mempersingkat proses pembelajaran (learning process), mengurangi kemungkinan kegagalan karena bias belajar dari kegagalan orang lain. Hasil dari proses benchmarking dapat berupa: (1) Proses atau prosedur yang baru untuk standar atau target yang tetap/lama suatu ini dapat terjadi apabila target atau standar yang telah ditetapkan ternyata sulit untuk dicapai atau proses/ metodenya terus mengalami kegagalan mencapai standar tersebut. (2) Standar baru yang lebih baik. Keadaan ini dapat terjadi dalam upaya meningkatkan mutu dengan memperbaiki atau meningkatkan standar yang telah tercapai. (3) Proses atau prosedur baru dan standar baru. Hal ini dapat terjadi saat belum pernah dibuat standar atau prosedur sebelumnya, jadi merupakan suatu kegiatan atau tolak ukur ukur yang baru. Mulai Penjaminan Konsultasi Penentuan Standar Asesmen YA Proses benchmarking untuk peningkatan standar Ada gap antara standar & hasil Tidak Identifikasi action untuk memenuhi standar Melaksanakan action Evaluasi untuk peningkatan standar Integrasi pada proses PDCA Gambar 2 Siklus Benchmarking 12 8

PROSEDUR PENINGKATAN MUTU Dalam siklus penjaminan mutu terdapat tahapan ketika satuan pendidikan harus melakukan peningkatan mutu. Tahapan peningkatan mutu ini didahului dengan kegiatan monitoring dan evaluasi, evaluasi diri, dan audit mutu internal. Dalam hal standar mutu yang ditetapkan telah dicapai, peningkatan mutu dilakukan dengan penetapan standar baru melalui proses benchmarking. PENETAPAN STANDAR BARU MELALUI BENCHMARKING Penetapan standar baru perlu dilakukan dalam rangka peningkatan mutu kerja setelah dipenuhinya standar mutu lama. Penetapan standar mutu baru ini salah satunya dapat dilakukan melalui proses benchmarking. Benchmarking tidak hanya sekedar memindahkan sistem mutu satuan pendidikan kesatuan pendidikan yang lain, tetapi perlu dilakukan penyesuaian, penyempurnaan, dan kiat untuk mengimplementasikannya karena budaya dan potensi sumber daya yang berbeda. PROSEDUR PENINGKATAN MUTU Kegiatan peningkatan mutu dalam suatu siklus dimulai dengan pembentukan tim peningkatan mutu satuan pendidikan atau dapat juga menugaskan salah satu komponen dalam struktur organisasi penjamin mutu yang ada. Tim bertugas menyusun rekomendasi peningkatan mutu yang diajukan kepada pengelola unti kerja. Rekomendasi peningkatan mutu disusun berdasarkan hasil laporan monitoring dan evaluasi, evalusi diri, dan audit mutu baik internal maupun eksternal serta memperhatikan masukan dari seluruh stakeholders. Rekomendasi ini berupa usulan tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh pengelola unit kerja untuk mencapai standar mutu yang telah ditetapkan atau usulan standar mutu baru (hasil benchmarking) yang lebih tinggi daripada standar yang telah dicapai. Tim peningkatan mutu ini juga melakukan proses benchmarking. REFERENSI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Buku Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance) Pendidikan Tinggi. Direktorat Akademik, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional. 2009. Makalah Praktik Baik Percepatan Pelembagaan Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi. Direktorat Akademik, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Makalah Panduan Diseminasi Sistem Penjaminan Mutu Internal perguruan Tinggi. Direktorat Akademik. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional. 2008 s.d 2010. Makalah presentasi tentang Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi. 13