PENGARUH KELEMBABAN TERHADAP SIFAT OPTIK FILM GELATIN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PROBE SENSOR KELEMBABAN SERAT OPTIK DENGAN CLADDING GELATIN

III. METODE PENELITIAN

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Absorbansi Probe Sensor terhadap Variasi Konsentrasi Gas H 2 S

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN SENSOR KELEMBABAN MENGGUNAKAN SERAT OPTIK DENGAN CLADDING GELATIN+CoCl 2

Gravitasi Vol. 15 No. 1 ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

pembuatan sensor kristal fotonik pendeteksi gas ozon. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Transmitansi (%) Panjang gelombang (nm)

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor

STUDI PENGARUH SUHU SUBSTRAT TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN OPTIK BAHAN SEMIKONDUKTOR LAPISAN TIPIS SnSe HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI

Penentuan Energi Celah Pita Optik Film TiO2 Menggunakan Metode Tauc Plot

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya. Air

SIFAT OPTIK DARI FILM TIPIS BARIUM STRONSIUM TITANAT MENGGUNAKAN KARAKTERISASI SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET- VISIBLE. TaufiqHidayat*, Rahmi Dewi, Krisman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP SIFAT OPTOELEKTRONIK Mn 3O 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

PEMBUATAN BIOSENSOR FIBER BERBASIS EVANESCENT WAVE SEBAGAI SENSOR SENYAWA GLUKOSA DENGAN LED

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK BAHAN STRONTIUM TITANAT (SrTiO 3 ) DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET-VISIBLE (UV-Vis)

Perkembangan bahan elektronik dan serat optik sudah mendukung. pengukurannya. Pengukuran kelembaban udara sangat penting di berbagai sektor

PEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS

BAB III METODOLOGI. 1.1 Lokasi dan Waktu. 1.2 Alat dan Bahan Alat Bahan

Pengaruh Ketebalan terhadap Sifat Optik Lapisan Semikonduktor Cu 2 O yang Dideposisikan dengan Metode Chemical Bath Deposition (CBD)

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK BAHAN BARIUM TITANAT (BaTiO 3 ) DENGAN MENGUNAKAN SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET-VISIBLE (UV-Vis)

Analisis Penggunaan Gelatin Sapi dan Gelatin Babi sebagai Cladding pada Serat Optik untuk Perancangan Sensor Kelembaban

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

Mahasiswa Prodi Fisika, FMIPA Universitas Hasanuddin **)

3 Metodologi Percobaan

SPEKTROFOTOMETRI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS BERBAGAI PRODUK TABLET NIFEDIPIN. Elda F. Luawo, Gayatri Citraningtyas, Novel Kojong

PENGARUH KONSENTRASI DAN SUHU LARUTAN NaCl TERHADAP TRANSMITANSI CAHAYA DALAM LARUTAN NaCl MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

Antiremed Kelas 12 Fisika

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

Desain Sensor Serat Optik pada Uji Aspal dengan Marshall Stability Testing untuk Pengukuran Stabilitas

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis

Keywords: Barium Strontium Titanate, Absorbancy, Transmitancy, Annealing, Sol-Gel, Spectroscopy Ultraviolet-Visible(Uv-Vis)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN SENSOR SERAT OPTIK DENGAN CLADDING DYE METHYL VIOLET UNTUK MENDETEKSI GAS HIDROGEN SULFIDA LILIANA ADIA K

INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis

PERANCANGAN PENYEBARAN DAYA PADA SINGLE-MODE FIBER DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN LITHIUM NIOBATE (LiNbO 3 ) DAN PARAFIN (C 20 H 42 )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

sampel pati diratakan diatas cawan aluminium. Alat moisture balance ditutup dan

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

I. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM PENGUKURAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN POF (Polymer Optical Fiber)

Perancangan Sensor Kebakaran (Asap) Menggunakan Serat Optik Plastik

4 Hasil dan Pembahasan

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara I PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

Konsentrasi (μg/m 3 )*** Perubahan konsentrasi (μg/m 3 )****

3 METODOLOGI PENELITIAN

PERFORMANSI SEL SURYA YANG DIHASILKAN THE EFFECT OF INSERTION OF IRON METALSON TITANIA ACTIVE LAYERTO THE MORPHOLOGICAL STURCTURE AND RESISTANCE OF

SIFAT-SIFAT OPTIK DAN LISTRIK BAHAN SEMIKONDUKTOR SnS LAPISAN TIPIS HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA ABSTRAK

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Spektrofotometer UV /VIS

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2

PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI

KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

FABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS TAHYUDI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

F- 1. PENGARUH PENYISIPAN LOGAM Fe PADA LAPISAN TiO 2 TERHADAP PERFORMANSI SEL SURYA BERBASIS TITANIA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi:

ISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2013) Vol.3 No.2 Halaman 163 Oktober 2013

Beberapa definisi berkaitan dengan spektrofotometri. Spektroskopi (spectroscopy) : ilmu yang mempelajari interaksi antara bahan dengan

DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tiga jenis bahan pembuat gigi yang bersifat restorative yaitu gigi tiruan berbahan

Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

Transkripsi:

PENGARUH KELEMBABAN TERHADAP SIFAT OPTIK FILM GELATIN Akhiruddin Maddu 1, Kun Modjahidin 1, Sar Sardy 2, dan Hamdani Zain 2 1. Departemen Fisika, FMIPA, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 2. Program Optoelektroteknika dan Aplikasi Laser, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia E-mail: akhirmaddu@ipb.ac.id Abstrak Telah dikaji pengaruh kelembaban terhadap sifat optik film gelatin yang dibuat dengan teknik casting melalui proses sol-gel. Film gelatin dikaji sifat optiknya terhadap perlakuan variasi kondisi kelembaban. Respon optik yang diamati berupa transmisi dan absorpsi optik pada spektrum cahaya tampak yang diperoleh dari spektrofotometer UV-Vis (Ultraviolet Visible). Hasil pengukuran transmisi dan perhitungan absorpsi optik memperlihatkan bahwa respon optik film gelatin berada pada pita cahaya tampak yang lebar dalam rentang 530 680 nm, dengan respon cukup nyata pada pita spektrum 580 650 nm. Perlakuan kelembaban berbeda memberikan perubahan karakteristik optik yang signifikan, yaitu spektrum transmitansi dan absorbansi optik film gelatin berubah terhadap perubahan kelembaban. Intensitas transmitansi optik film gelatin naik terhadap kenaikan kelembaban pada selang 580 650 nm, sebaliknya spektrum absorbansi optiknya turun terhadap kenaikan kelembaban pada selang tersebut. Kurva intensitas transmisi dan absorpsi optik terhadap variasi kelembaban dari 37%RH hingga 99%RH pada 610 nm memperlihatkan lineritas yang cukup baik. Dua sampel film gelatin yang diuji memperlihatkan karakteristik yang sama. Abstract Humidity Dependence of Optical Properties of Gelatin Films. Humidity dependence of optical properties of gelatin films prepared by casting technique has been investigated. Gelatin films was investigated its optical properties to varied humidity condition. Optical responses investigated are optical transmission and absorption at visible light spectrum measured utilizing a UV-Vis (Ultraviolet Visible) spectrophotometer. The results of optical transmittance and absorbance obtained shows an optical response of gelatin films in widely visible light spectrum within range 530 680 nm, with most clearly response in a spectrum band in 580 650 nm. Different humidity treatment cause a significantly change of optical characteristics, that is the transmittance and absorbance change in to humidity. Transmittance of gelatin films increase with increasing humidity in a range 580 650 nm, in contrast with absorbance that is decrease with increasing humidity. Plot of transmission and absorption intensity with varied humidity from 37%RH to 99%RH at 610 nm exhibited a good linearity. Two samples showed same characteristics. Keywords: gelatin, optical properties, humidity sensor 1. Pendahuluan Kelembaban merupakan ukuran kehadiran uap air di udara. Jumlah uap air mempengaruhi proses-proses fisika, kimia dan biologi di alam. Jumlah uap air di udara dapat mempengaruhi kenyamanan manusia begitupun proses produksi di industri dan secara umum berpengaruh terhadap lingkungan makhluk hidup [1]. Berbagai teknik dan material telah dikembangkan dan digunakan sebagai sensor kelembaban. Dua tipe sensor kelembaban yang ada di pasaran adalah sensor kapasitif dan resistif. Sensor kelembaban resistif biasanya menggunakan bahan-bahan oksida keramik seperti TiO 2 [2,3] sedangkan sensor kelembaban kapasitif menggunakan bahan-bahan polimer seperti PMMA [4]. Sensor kelembaban lainnya didasarkan atas perubahan sifat optik bahan terhadap perubahan kelembaban, diantaranya menggunakan hidrogel yang mengalami pembengkakan ketika menyerap uap air. Sensor 30

31 kelembaban optik memiliki kelebihan karena tidak mengalami interferensi elektromagnetik, berbeda dengan tipe resistif dan kapasitif yang sangat rentan dengan efek interferensi elektromagnet [5]. Gelatin adalah bahan hidrogel dari polimer alami yang diekstrak dari tulang dan kulit berbagai jenis binatang, Hidrogel gelatin mengalami pembengkakan (swelling) ketika menyerap air, mampu menyerap air 5-10 kali bobotnya, membentuk gel pada suhu 35-40 0 C dan larut dalam air panas, serta dapat berubah secara reversible dari sol ke gel [5,6]. Gelatin selama ini banyak digunakan dalam industri makanan dan farmasi. Dalam industri farmasi, bahan gelatin biasanya dimanfaatkan sebagai drug delivery [7]. Beberapa peneliti telah mengkaji bahan gelatin sebagai bahan sensor kelembaban, baik tipe resistif, kapasitif maupun tipe optik [5,6,8,9]. Dalam penelitian ini dilakukan studi awal tentang respon optik film gelatin terhadap perubahan kelembaban untuk aplikasi sensor kelembaban optik. Sebagai bahan hidrogel, gelatin mengalami pembengkakan ketika menyerap air sehingga mengurangi kerapatannya. Uap air yang diserap oleh gelatin akan memasuki rongga-rongga di dalam gelatin sehingga mengalami pembengkakan (swelling). Implikasinya, indeks bias optik akan berubah yaitu berkurang terhadap jumlah uap air yang diserap, sehingga sifat absorpsi optiknya menurun [5,6,9]. Perubahan indeks bias gelatin terhadap konsentrasi uap air yang diserap diberikan oleh persamaan berikut [10] dengan (1) (2) dimana nps adalah indeks bias polimer saat swelling, npu indeks bias sebelum swelling, nh2o indeks bias air, dps diameter rongga saat swelling, d pu diamater rongga sebelum swelling, dan f H2O fraksi uap air yang diserap. 2. Metode Penelitian Bahan-bahan yang digunakan adalah serbuk gelatin, kaca preparat, dan garam-garam (MgCl2 dan K2CO3 ) serta air. Peralatan yang digunakan adalah gelas ukur, pengaduk magnetik, pemotong kaca, hot plate, termometer, scanning monochromator, Workshop 750 Interface (PASCO), high sensitive light sensor (PASCO), humidity sensor (PASCO), personal computer, sumber cahaya, dan wadah uji kelembaban. Pembuatan dan deposisi larutan gelatin dilakukan dengan melarutkan serbuk gelatin sebanyak 9 gram ke dalam 30 ml air aquades, lalu dipanaskan di atas hot plate pada suhu ± 70 0 C sambil diaduk hingga campuran serbuk gelatin larut dalam air. Larutan dibiarkan di udara terbuka hingga suhu larutan mencapai ± 30 0 C dan membentuk gel. Film gelatin dibuat dengan meneteskan gel gelatin pada substrat kaca kemudian dilakukan casting, selanjutnya didiamkan selama satu hari di tempat yang kering. Pengkondisian kelembaban pada wadah uji dilakukan dengan memasukkan beberapa jenis garam dan air ke dalam wadah uji kelembaban. Garam-garam yang digunakan adalah magnesium klorida (MgCl2), kalium karbonat (K2CO3), dan natrium klorida (NaCl), selain itu juga digunakan air untuk mendapatkan kondisi kelembaban paling tinggi. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi kelembaban adalah humidity sensor (PASCO) yang dihubungkan ke komputer melalui Workshop 750 Interface (PASCO). Karakterisasi sifat optik film gelatin dilakukan melalui pengukuran spektrum transmisi optiknya. Karakterisasi dilakukan pada beberapa kondisi kelembaban (%RH) berbeda menggunakan pengkondisi kelembaban. Untuk absorpsi optik diperoleh melalui perhitungan data transmisi optik yang diperoleh dari pengukuran. Pengukuran karakteristik optik dilakukan dengan menggunakan set-up pada Gambar 1. Sebuah monokromator yang dilengkapi lampu tungsten-halogen digunakan sebagai sumber cahaya polikromatik dan kabel serat optik untuk keluaran monokromator. Sampel film gelatin pada substrat kaca ditempatkan berdiri di dalam wadah uji yang berisi garam-garam atau air pengkondisi kelembaban. Ujung serat optik diarahkan ke salah satu sisi wadah uji yang transparan, sedang pada sisi berlawanan ditempatkan sebuah sensor optik yang terhubung dengan interface untuk akuisisi data dengan komputer. Kondisi kelembaban di dalam wadah dipantau menggunakan sensor kelembaban yang juga terhubungkan dengan interface yang sama.

32 Pengambilan data dilakukan dengan memindai (scanning) monokromator menggunakan motor controller dengan perangkat lunak (software) yang ada di dalam komputer. Pada saat bersamaan juga diambil data intensitas cahaya yang ditransmisikan melewati film gelatin menggunakan sensor optik yang diakuisis dengan komputer melalui interface. Pemindaian monokromator diambil dari panjang gelombang 380 hingga 830 nm. Langkah-langkah di atas dilakukan untuk beberapa kondisi kelembaban. Workshop 750 Interface PC Gambar 1. Set-up pengukuran sifat optik lapisan gelatin 3. Hasil dan Pembahasan Humidity Humidity Pengkondisian kelembaban dilakukan dengan memberikan berbagai macam garam dan air ke dalam wadah uji. Light sensor Garam-garam yang dimasukkan ke dalam wadah uji dapat Fiber optik Lapisan gelatin pada menghasilkan nilai kelembaban yang berbeda-beda berdasarkan sifat serapan uap air masing-masing garam tersebut, sedangkan pemberian air ke dalam wadah akan memberikan nilai kelembaban yang paling tinggi. Dari hasil pengukuran untuk Monokromator masing-masing perlakuan dengan garam-garam dan air serta udara diperoleh nilai-nilai kelembaban seperti pada Tabel 1. Kelembaban tertinggi diperoleh ketika wadah uji diisi air yaitu sebesar 99%, dan kelembaban terendah diperoleh sebesar 39% saat diisi MgCl2. Nilai kelembaban lainnya adalah 48% dengan K2CO3 dan kelembaban 57% pada atmosfir udara (tanpa perlakuan). Hasil pengukuran spektrum transmisi optik film gelatin pada kondisi kelembaban berbeda ditunjukkan pada Gambar 2. Dalam penelitian ini digunakan dua sampel film gelatin dengan ketebalan berbeda, yaitu 114 m dan 110 m. Tampak pada kurva spektrum bahwa film gelatin memiliki transmisi optik dalam pita cahaya tampak yang lebar yaitu dari 530 nm hingga 680 nm. Pengaruh variasi kelembaban terlihat pada variasi intensitas transmisi pada rentang pita spektrum 580-650 nm, dimana intensitas transmisi meningkat terhadap kenaikan nilai kelembaban (%RH). Kedua sampel film gelatin memperlihatkan karakteristik transmisi optik yang mirip. Kondisi kelembaban yang berbeda pada film gelatin tidak mengakibatkan perubahan bentuk spektrum transmisi yang menyolok, hanya intensitas yang berubah nyata pada rentang 580 650 nm seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Spektrum tersebut memperlihatkan bahwa setiap kenaikan kelembaban mengakibatkan kenaikan intensitas transmisi optik film gelatin. Hal ini akibat menurunnya kerapatan film gelatin sehingga indeks bias film juga menurun terhadap meningkatnya jumlah uap air yang diserap, akibatnya cahaya merambat lebih cepat di dalam film ketika indeks bias lebih kecil dan transmisi optiknya meningkat. No Bahan RH (%) Tabel 1. Nilai-nilai kondisi kelembaban relatif Suhu (0C) 1 Air 99 29 2 Udara 57 29 3 K 2 CO 3 48 29 4 MgCl2 39 29

33 (a) Gambar 2. Spektrum transmitansi film gelatin terhadap variasi kelembaban, sampel (a) 114 m, 110 m Variasi intensitas transmisi optik film gelatin terhadap kelembaban mengindikasikan film gelatin dapat merespon kondisi kelembaban di sekitarnya. Indikasi ini memberikan informasi penggunaan bahan gelatin sebagai bahan sensor kelembaban optik. Untuk mengetahui lebih jelas respon film gelatin terhadap kelembaban, maka dibuat plot antara nilai transmitansi terhadap variasi kelembaban pada panjang gelombang respons maksimumnya yaitu pada 610 nm hasilnya ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3 memperlihatkan kurva yang cukup linier, seperti ditunjukkan oleh nilai R 2 yang di atas 0,9 untuk kedua sampel. Hasil ini menunjukkan bahwa film gelatin dapat merespon dengan baik perubahan kelembaban di sekitarnya, yaitu adanya kenaikan transmisi optik terhadap kenaikan kelembaban. Perubahan transmisi optik yang linier terhadap nilai kelembaban menandakan bahwa film gelatin memiliki respon yang baik dalam merespon perubahan kelembaban.

34 (a) Gambar 3. Plot intensitas transmtansi film gelatin pada 610 nm terhadap variasi kelembaban. Absorbansi optik film gelatin dihitung dari data transmitansi menggunkan hubungan (3) dimana I 0 adalah intensitas cahaya datang, I adalah intensitas cahaya yang ditransmisikan oleh film, dan T adalah transmitansi. Kurva absorbansi optik hasil perhitungan ditunjukkan pada Gambar 4, yaitu karakteristik serapan optik film gelatin pada spektrum cahaya tampak dalam rentang 530 680 nm. Kurva spektrum menunjukkan absorpsi optik film gelatin turun terhadap kenaikan nilai kelembaban dalam rentang tersebut. Variasi karakteristik absorpsi optik film gelatin terhadap perubahan kelembaban cukup signifikan. Variasi ini diyakini akibat terjadinya pembengkakan pada film gelatin ketika menyerap uap air sehingga kerapatan film menurun dan menyebabkan indeks bias gelatin juga menurun, akibatnya cahaya menjalar lebih cepat sehingga absopsi optiknya menurun.

35 (a) Gambar 4. Spektrum absorpsi film gelatin terhadap kelembaban, sampel (a) 114 m, dan 110 m Variasi intensitas absorpsi optik film gelatin terhadap kelembaban mengindikasikan bahwa film gelatin dapat merespon perubahan kelembaban di sekitarnya. Indikasi ini cukup memberikan informasi bagi pemanfaatan gelatin sebagai bahan sensor kelembaban optik. Untuk melihat lebih jelas respon film gelatin terhadap kelembaban, maka dibuat plot antara nilai absorbansi terhadap variasi kelembaban pada panjang gelombang dengan respon maksimum, sampai pada 610 nm seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Perubahan nilai absorbansi memperlihatkan penurunan secara linier terhadap kenaikan nilai kelembaban seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Linieritas kurva yang diperoleh cukup baik berdasarkan nilai R 2 sebagai derajat linieritas yang setara di atas 0,9. Hasil ini menandakan bahwa film gelatin telah berfungsi baik dalam merespon perubahan kelembaban yang diberikan melalui perubahan sifat absorpsi optik yang linier terhadap variasi kelembaban. Sedikit perbedaan linieritas pada kedua sampel film, diakibatkan oleh ketebalan film yang berbeda. (a)

36 Gambar 5. Plot absorpsi film gelatin pada 610 nm terhadap variasi kelembaban Perubahan absorbsi optik film gelatin diakibatkan oleh perubahan indeks bias gelatin ketika menyerap uap air akibat kerapatan gelatin yang berubah. Ketika uap air meningkat di dalam film gelatin maka kerapatan film menurun sehingga indeks biasnya pun menurun, akibatnya absorpsi optiknya juga menurun. Penurunan nilai indeks bias tersebut mengakibatkan laju cahaya di dalam film menjadi lebih besar sehingga absorpsi optiknya turun sedangkan transmisi optiknya naik. Dalam penelitian ini, perlakuan variasi kelembaban yang digunakan cukup lebar yaitu dari 39%RH hingga 99%RH. Sayangnya, rentang kelembaban antara 57%RH dan 99%RH tidak dapat diperoleh sehingga pengukuran tidak dapat dilakukan dalam rentang kelembaban tersebut. Namun demikian respon optik yang dihasilkan sudah cukup baik pada rentang nilai kelembaban yang diukur. Di pihak lain, untuk meningkatkan respon film gelatin terhadap kelembaban dapat dilakukan dengan memasukkan doping dari bahan sensitif kelembaban seperti CoCl3. 4. Kesimpulan Film gelatin yang dibuat dengan teknik sederhana, yaitu metode casting dapat merespon perubahan kelembaban di sekitarnya. Indikasi respon film gelatin terhadap kelembaban ditunjukkan oleh perubahan sifat optiknya terhadap perubahan pada rentang spektrum tampak, yaitu dalam rentang 530 680 nm. Film gelatin yang dihasilkan memperlihatkan penurunan absorpsi optik terhadap kenaikan kelembaban, atau transmisi optiknya naik. Hal ini disebabkan karena indeks bias gelatin menurun terhadap kenaikan kelembaban akibat terjadi pembengkakan (swelling) ketika menyerap uap air. Berdasarkan plot data perubahan intensitas transmisi terhadap kelembaban diperoleh kurva linier naik yang diambil pada 610 nm, atau plot absorpsi optik yang memperlihatkan kurva linier turun. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa film gelatin dapat berfungsi sebagai sensor kelembaban optik. Daftar Acuan [1] P. Gaikwad, PhD Thesis, Department of Electrical and Computer Engineering, Mississippi State Engineering, USA, 2003. [2] A. Bearzotti, A. Bianco, G. Montesperelli, E. Travesa, Sensors and Actuators B 18-19 (1994) 525. [3] F. D. Anggraini, Skripsi Sarjana, Departemen Fisika, FMIPA, Institut Pertanian Bogor, Indonesia, 2002. [4] A. R. K. Ralston, J. A. Tobin, S. S. Bajikar, D. D. Denton, Sensor and Actuators B 22 (1994) 139. [5] P. W. K. Anggraini, A. Maddu, H. Ramza, Prosiding Seminar Quality in Research, Depok, 2003, p. 202 [6] P. W. K. Anggraini, A. Maddu, H. Ramza, Manuals of National Workshop on Modern Optics, Bandung, 2001, p. 35 [7] T. Haryati, Skripsi Sarjana, Jurusan Kimia FMIPA, Institut Pertanian Bogor, Indonesia, 2002. [8] C. Wu, Rev. Sci. Instrum. 65 (1994) 1021.

37 [9] S. Otsuki, K. Adachi, J. of Appl. Polym. Sci. 48 (1993) 1557. [10] M. T. V. Rooney, W. R. Seitz, Analyt. Commun. 39 (1999) 267.