FEASIBILITY STUDY
Scope of FS Market? Yes Technical? Yes Managerial? Yes Financial? Yes No No No No Stop Stop Stop Stop
Case 1 : PROJECT FEASIBILITY Executive Summary Bab I : Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan dan Manfaat 1.3. Ruang Lingkup Projek 1.4. Stakeholder 1.5. Pendekatan Bab II : Kajian Aspek Pasar 2.1. Diskripsi Sektor Industri 2.2. Analisis Potensi Pasar dan Competitor 2.3. Analisis STP 2.4. Analisis dan Proyeksi Pasar Effektif 2.5. Program Marketing Mix
Bab III: Kajian Produksi/Operasi 3.1. Perencanaan Kapasitas Produksi 3.2. Teknologi dan Proses Produksi 3.3. Peralatan dan Fasilitas 3.4. Bahan Baku, Penolong dan Utilitas 3.5. Analisis Amdal 3.5. Organisasi dan Manajemen 3.6. Jadwal Implementasi Bab IV : Analisis Finansial 4.1. Permodalan 4.2. Biaya Operasi 4.3. Proyeksi Pendapatan dan Titik Impas 4.4. Proyeksi Cash Flow 4.5. Kinerja Finansial Bab V : Kesimpulan dan Tindak Lanjut 5.1 Kesimpulan 5.2 Tindak Lanjut
1.1 Latar Belakang Bab I. Pendahuluan Mengapa Proyek ini diperlukan? Symptom Root Causes Apa Urgencynya? 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan : Apa yang ingin dicapai? Manfaat: Apa yang ingin diperoleh?
1.3 Ruang Lingkup Projek Apa saja yang akan dilakukan? Apa saja komponen komponen proyeknya? 1.4 Stakeholder Siapa saja yang terlibat dalam proyek? Apa saja interest dan powernya? 1.5 Pendekatan Kebijakan apa yang akan ditempuh dalam investasi dan permodalan? Bagaimana proses manajemen proyeknya?
Bab II : Kajian Aspek Pasar 2.1 Diskripsi Sektor Industri Bagaimana perkembanagn bisnis dan industri di sektor ini? Problem dan faktor apa saja yang mempengaruhi? 2.2 Analisis Potensi Pasar dan Competitor Siapa konsumennya dan seberapa besar potensinya? Siapa saja kompetitor dan bagaimana kekuatannya?
2.3. Analisis STP Segmentasi mana yang akan diambil? Siapa target pasarnya? Bagaimana produk akan duiposisikan dimata konsumennya? 2.4. Program Marketing Mix Bagaimana product policynya? Bagaimana pricing policynya? Bagaimana promotion policynya? Bagaimana distribution policynya? 2.5 Analisis dan Proyeksi Pasar Effektif Berapa perkiraan market sharenya? Proyeksikan market effectifnya selama periode perencanaannya
Bab III: Kajian Produksi/Operasi 3.1 Kapasitas Produksi Dan Lokasi Berapa kapasitas effektif dan kapasitas designnya? Dimana lokasi proyek dan mengapa dipilih? 3.2 Teknologi dan Proses Produksi Teknologi proses produksi apa yang digunakan? Darimana sumber teknologinya? Bagaimana operation process chart/ Flow process chart nya?
3.3 Peralatan dan Fasilitas Peralatan utama dan pendukung apa saja yang diperlukan? Fasilitas utama apa dan pendukung yang diperlukan? Bagaimana skema lay-outnya? 3.4 Bahan Baku, Penolong dan Utilitas Bahan baku dan bahan penolong apa saja yang diperlukan dan dari mana saja sumbernya? Utilitas apa saja yang diperlukan? Bagaimana kontinuitas supplynya?
3.5 Analisis Amdal? Faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan? Apa dampak dari setiap faktor? 3.6 Organisasi dan Manajemen Bagaimana struktur organisasi pengelolaannya? Bagaimana job description dari setiap job yang ada? Berapa jenis dan jumlah serta kwalifikasi dari personelnya? Bagaimana manajemen systemnya? 3.7 Jadwal Implementasi Uraikan kegiatan yang akan dilakukan dari start sampai running operation? Bagamana jadwal rencana implementasinya?
Bab IV : Analisis Finansial 4.1 Permodalan Investasi tetap? Modal Kerja? Total Investasi? Struktur Permodalan? 4.2 Biaya Operasi Fix Cost Variable Cost Total operation Cost?
4.3 Proyeksi Pendapatan dan BEP Proyeksi Pendapatan Analisis BEP 4.4 Proyeksi Cash Flow Proyeksi Cash Flow Selama horizon perencanaan 4.5 Kinerja Finansial IRR Pay Back Period
Bab V Kesimpulan dan Tindak Lanjut 5.1 Kesimpulan Apakah proyek layak? 5.2 Tindak Lanjut Apa yang perlu dilakukan selanjutnya?
Kasus 1: Study Kelayakan Pabrik Gula Industri gula di Indonesia dewasa ini belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Produksi gula belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri sehingga masih dipelukan impor gula. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menutupi kekurangan produksi gula ini, antara lain: Memperluas areal tanaman tebu baik yang diusahakan oleh pabrik gula maupun petani (areal tebu rakyat) M eningkatkan produktivitas tanaman tebu melalui program intensifikasi. M erehabilitasi serta menambah kapasitas pabrik gula yang sudah ada. M embangun pabrik gula baru dengan melibatkan investasi perusahaan swasta nasional. Usaha perluasan tanaman tebu untuk pengembangan pabrik gula baru telah dilakukan di beberapa daerah di luar pulau Jawa seperti di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, dan Sulawesi Utara dengan hasil yang cukup memuaskan. Oleh karena itu, pada dasarnya Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan industri gula. Sebagai komoditi yang termasuk kebutuhan pokok, tata niaga gula pasir dulu dikendalikan oleh BULOG, namun dengan tekanan dari IM F maka tataniaga gula dibebaskan. Data ststistik memperlihatkan tingkat konsumsi gula di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Suatu penelitian telah menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara tingkat pendapatan dengan tingkat konsumsi gula p er kapita. Dengan demikian peningkatan konsumsi gula dipengaruhi oleh faktor-faktor: 1. Pertambahan penduduk 2. Peningkatan pendapatan per kapita Oleh karena itu, dimasa depan tingkat konsumsi gula tetap akan mengalami peningkatan sejalan dengan semakin baiknya tingkat ekonomi masyarakat. Dengan latar belakang tersebut sebuah p erusahaan swasta nasional menjajagi pembangunan pabrik gula. Sebagai bahan dalam mengambil keputusan tentunya diperlukan suatu studi kelayakan. Secara umum proses produksi gula pasir dapat dibedakan dalam tiga jenis: 1. Proses defekasi yang menghasilkan gula mentah dengan kualitas HS 1 (Head Sugar) dan HS 11. 2. Proses karbonatasi yang menghasilkan gula pasir putih dengan SHS 1 (Superior Head Sugar) dan SHS 11. 3. Proses sulfitasi yang menghasilkan gula pasir putih dengan kualitas SHS 1 dan SHS 11. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, perusahaan telah memutuskan akan menggunakan p roses sulfitasi. Kualitas gula pasir yang dihasilkan proses ini mempunyai karakteristik sebagaimana dikemukakan pada Tabel 1. Proses produksi dengan proses sulfitasi dapat dilihat pada Gambar 1. Fasilitas produksi yang dibutuhkan dapat dikelompokkan atas 10 unit proses (lihat Tabel 2).
T abel 1: K arakteristik G ula H asil P roses S ulfitasi Uraian Maksimum Rata-rata Minimum Kebeningan 71,4 67,7 65,6 Kebersihan 12,4 11,0 9,8 Besar butir spesifik (mm) 1,01 0,91 0,84 Tabel 2: Fasilitas Produksi Pabrik No. Fasilitas Produksi Harga (US $) 1 Cane preparation plant 75.000 2 M illing plant 440.000 3 Clarification plant 155.000 4 Evarorating plant 430.000 5 Boiling and C ristalizing plant 465.000 6 Centrifugal, drying and bagging plant 475.000 7 Steam generation plant 300.000 8 Electric power plant 125.000 9 Laboratory 125.000 10 W ork Shop 100.000 Catatan kurs 1 US$ = Rp. 8.500,00 Kapasitas produksi pabrik direncanakan minimal 500 ton tebu giling per hari. Hasil produksi berupa gula pasir putih dengan kualitas tinggi (SHS 11) dan mollase sebagai by product (1/3 hari hasil gula pasir). Pekerjaan sipil terdiri dari atas kegiatan-kegiatan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3. Luas lantai bangunan pabrik adalah 3.500 m 2. W aktu yang diperlukan mulai dari persiapan proyek sampai dengan pengoperasian pabrik diperkirakan 3 tahun. B erdasarkan survey telah dievaluasi beberapa alternatif lokasi. Lokasi definitif telah ditentukan di suatu daerah dengan luas area yang mungkin dikembangkan mencapai 2.000 hektar. Tanah ini dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan hak guna usaha (HGU) dengan masa pemakaian selama 30 tahun. Biaya yang diperlukan Rp. 100.000,00 per hektar. Pemasok bahan baku tebu direncanakan melalui usaha dari pabrik yang akan dibangun. Untuk memperoleh hasil rendemen yang tinggi, apabila telah cukup umur, tebu memerlukan musim yang cukup kering. Kondisi iklim yang lebih kering di daerah tersebut terjadi pada bulan Juni sampai dengan Oktober. Oleh karena itu penanaman tebu sebaiknya dilakukan pada bulan M ei sampai dengan September. Tabel 3. Pekerjaan Sipil Pembangunan Pabrik No. Uraian Biaya (US$) 1 Bangunan 400,000.00 2 Kantor Administrasi 100,000.00 3 Bangunan K esejahteraan Karyawan 75,000.00 4 Perumahan Karyawan 180,000.00 Catatan: pengadaan alat kantor US$ 50,000.00
T abel 4: H asil T ebu d eng an Pola Tebang Rataan Kebun H asil Tebu (Ton per H a) Kebun tanaman 90 Ratoon I 83 Ratoon II 76 Ratoon III 70 Untuk dapat menjamin kelangsungan penanaman tebu, unit usaha perkebunan perlu membuka lahan untuk keperluan pem b ibitan. Pada T abel 5 dapat dilihat rencana pem bibitan, penana m an dan ratoon tebu. Tabel 5. Rencana Pembibitan- Penanaman Tebu dan Ratoon Uraian Tahun Ke 1 2 3 4 5 6 Uraian Bibit nenek Kebun Bibit Induk Kebun Bibit Datas 3 3 12 60 3 12 60 3 12 60 3 12 60 3 12 60 Luas Kebun Bibit 3 75 75 75 75 75 Kebun tanaman Ratoon I Ratoon II Ratoon III 300 300 300 300 300 300 300 300 300 225 Luas Areal Tanaman Produksi 300 600 900 1125 Total Luas 3 75 375 675 975 1200 C atatan :1.Luas dalam hektar 2. Tahun ke-7 dan seterusnya luas areal tetap 1.200 hektar Tanaman tebu siap ditebang setelah berumur 11-12 bulan. Kegiatan penanaman tebu meliputi pekerjaan: 1. Pembersihan tanah (land clearing) 2. Persiapan tanah yang terdiri atas: Pembajakan Penggauran Pembuatan alur 3. Penanaman (Kultivitas) 4. Panen Berdasarkan hasil kebun percobaan dilokasi, diperoleh data tanaman tebu sebagai berikut: Varietas : POJ 3016 dan PS 41 Jarak tanam : 150 cm atau rumpun Jumlah tebu : 3 batang perumpun Berat tebu : 2 Kg per batang R enda m en rata-rata : 8,5 % Kebutuhan air pada musim kering akan dipenuhi dengan irigasi. Irigasi yang sesuai untuk keperluan ini adalah irigasi curah sprinkler. Sum ber air diam bil dari sungai yang m engalir m elalui lokasi.
Peralatan produksi yang diperlukan oleh unit perkebunan memerlukan investasi sebesar Rp. 1.430.0000,00 (tidak termasuk tanah). Rincian investasi ini dikemukakan pada Tabel 6. Tabel 6: Peralatan Produksi Unit Perkebunan No. Uraian Biaya (US$) 1 Alat Transportasi 200,000.00 2 Unit Irigasi 150,000.00 3 Mesin dan Peralatan Pertanian 250,000.00 4 Prasarana Jalan 100,000.00 Untuk menyiapkan tenaga kerja pada saat pengoperasian pabrik, perusahaan perlu merencanakan program pelatihan. Pelatihan ini terutama ditujukan untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam: Teknik produksi; Pemeliharaan fasilitas produksi; Teknik pertanian tebu; Manajemen; Biaya yang diperlukan untuk pelatihan ini seluruhnya US$ 100,000.00 lamanya pelatihan antara 4 minggu sampai dengan 6 bulan. Penyelenggaraan pelatihan mengambil bentuk on the job training, bekerja sama dengan Balai Pelatihan Perusahaan Perkebunan (BP3G Pasuruan). Pembiayaan investasi terdiri atas fixed assets dan modal kerja. Keperluan modal kerja terutama digunakan selama pabrik belum beroperasi. Setelah pabrik beroperasi (tahun keempat) besarnya modal kerja diperkirakan sebesar biaya produksi untuk 30 hari giling (tidak termasuk biaya depresiasi dan amortisasi). TUGAS Tabel 7: Depresiasi dan amortisasi Fixed Asset No. Uraian Umur (Tahun) 1 Biaya Persiapan Pabrik 15 2 Fasilitas Produksi Pabrik 25 3 Alat Transportasi 10 4 Investasi Lainnya 25 Catatan: Biaya persiapan proyek meliputi survey, feasibility studi, design and engineering (diperkirakan 10 % dari nilai proyek) Setiap kelompok diminta untuk membuat studi kelayakan Pembangunan Pabrik Gula tersebut yang mencakup: a. Analisis pasar b. Analisis aspek teknologi dan proses produksi c. Analisis aspek manajemen d. Analisis ekonomis dan finansial Dalam membuat studi kelayakan ini setiap kelompok dapat menambah/mencari informasi dan membuat asumsi yang realistis bila memang diperlukan