BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data Pasar dan Pemasaran Gula Tahun Jawa Luar Jawa Jumlah Peningkatan (%) ,693, ,920 2,119, ,804, ,368 2,252, ,873, ,051 2,306, ,929, ,763 2,482, ,900, ,124 2,453, ,557, ,313 2,092, ,451, ,127 2,094, ,622, ,916 2,191, , ,540 1,078, ,816, ,153 2,454, Sumber: BPS Tabel 4.1 Perkembangan Produksi Gula di Indonesia Tahun (ton) Tahun Jumlah (ton) Peningkatan % % % % % % % % % Sumber: BPS Tabel 4.2 Perkembangan konsumsi gula di Indonesia, Tahun

2 56 Tahun Gula Impor Konsumsi Gula Oleh Industri Jumlah (Ton) Peningkatan Jumlah (ton) Peningkatan , , ,000 10% 281,000 8% ,000 3% 323,000 15% ,000-18% 491,000 52% ,000-51% 618,000 26% , % 649,000 5% ,000 42% 681,000 5% ,857-18% 799,286 17% ,000 12% 881,107 10% ,143 11% 962,929 9% ,088,283 10% 1,044,750 8% 2001 *) 1,183,429 9% 1,126,571 8% 2002 *) 1,278,571 8% 1,208,393 7% 2003 *) 1,373,714 16% 1,290,214 15% 2004 *) 1,468,857 7% 1,372,036 6% 2005 *) 1,564,000 6% 1,453,857 6% 2006 *) 1,659,143 6% 1,535,679 6% 2007 *) 1,754,286 6% 1,617,500 5% 2008 *) 1,849,429 5% 1,699,321 5% 2009 *) 1,944,571 5% 1,781,143 5% 2010 *) 2,039,714 5% 1,862,964 5% Sumber: BPS, *) Proyeksi Tabel 4.3 Perkembangan konsumsi gula industri dan impor gula di Indonesia Data mengenai pesaing serta peluang pasar yang mampu dimasuki Pada saat ini jumlah pabrik gula rafinasi yang ada di Indonesia hanya terdapat 2 (dua) buah pabrik saja yaitu PT. Angels dengan kapasitas produksi sebesar ton / tahun dan PT. Jawa Manis dengan ton/tahun yang dua-duanya terletak di Cilegon. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan gula industri yang di Indonesia harus dibutuhkan kira-kira 5 (lima) pabrik lagi dengan kapasitas ton (Sumber PT.DUS). Sehingga dapat dilihat bahwa masih banyak peluang pasar yang cukup luas

3 57 untuk dimasuki oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses dalam membangun pabrik gula rafinasi maupun melakukan pengembangan usaha. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat dalam diagram di bawah ini. Market Potensial ton ton PT. Jawa Manis PT. Angels Peluang Pasar Sumber PT. DUS Gambar 4.1 Peta kekuatan pabrik gula rafinasi di Indonesia 4.2 Analisis Data dan Pembahasan Aspek Pasar dan Pemasaran Bila dilihat dari tabel 4.3 mengenai data perkembangan konsumsi gula industri dan impor gula Indonesia yang didapat melalui Biro Pusat Ststistika (BPS), dapat diketahui bahwa konsumsi gula terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat serta

4 58 berkembangnya industri berbahan baku gula. Peningkatan konsumsi tersebut belum dapat diimbangi dengan peningkatan produksi, pada akhirnya untuk menutupi kekurangan tersebut perlu dilakukan import gula. Sehingga Indonesia saat ini sebagai negara pengimport gula. Sedangkan gula rafinasi di Indonesia yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi industri makanan, minuman, farmasi, hotel, airlines dan masyarakat yang berpendapat menengah keatas, untuk saat ini gula rafinasi tersebut masih harus diimpor seperti dari negara Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Australia, Eropa dan lain-lain, karena sampai tahun ini hanya terdapat satu-dua pabrik gula dengan proses karbonatasi dan rafinasi yang mampu memasok kebutuhan gula rafinasi tersebut. Gula yang diimpor umumnya adalah gula yang berkualitas gula rafinasi dan gula untuk konsumsi industri. Apabila melihat kembali data pada tabel 4.3 mengenai perkembangan konsumsi gula industri dan import gula di Indonesia yang mengacu pada sumber Biro Pusat Statistika (BPS), maka masih terdapat peluang pasar yang cukup besar untuk memasarkan produk gula rafinasi lokal, agar dapat mengurangi impor gula, sehingga dapat menghemat devisa negara. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan gula rafinasi tersebut Indonesia masih memerlukan 5 (lima) pabrik gula rafinasi dengan kapasitas ton per tahun, dan saat ini di Indonesia baru memiliki 2 (dua) pabrik gula rafinasi yang memiliki produksi terpasang kira-kira sebesar ton per tahun.

5 Aspek Teknis dan Teknologi Analisis Kapasitas Produksi Terpasang (KPT) Pada analisis KPT inilah dapat dilihat apakah PT. Dharmapala Usaha Sukses dapat melakukan penambahan jumlah produksi. Perhitungan terhadap Kapasitas Produksi Terpasang seperti yang tercantum pada tabel KPT untuk PT. Dharmapala Usaha Sukses yang telah dilakukan semuanya didasarkan pada asumsi market share yang telah diprediksi oleh perusahaan yaitu sebesar 65 % Tahun Demand Angels Pesaing Jawa Manis MP(unit) %m Kapasitas Produksi ,453, , ,000 1,198, , ,535, , ,000 1,280, , ,617, , ,000 1,362, , ,699, , ,000 1,444, , ,781, , ,000 1,526, , KPT = 885,625 Tabel 4.4 Perhitungan KPT Untuk PT. DUS Kapasitas Produksi diperoleh dari Market Potensial Unit per tahun dikalikan dengan market share dari perusahaan yang ditentukan menurut daerah pemasaran dan dalam hal ini nilainya adalah sebesar 65 % Kapasitas Produksi Terpasang untuk PT. Dharmapala Usaha Sukses didapatkan dari jumlah Kapasitas Produksi dibagi dengan jumlah tahun. Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kapasitas produksi terpasang untuk perusahaan yang didapat yaitu sebesar ton /tahun.

6 60 Maka dari hasil perhitungan KPT, dapat disimpulkan bahwa PT. Dharmapala Usaha Sukses dapat memproduksi sebesar ton/tahun. Akan tetapi setelah dilakukan survey, ternyata pabrik gula yang sekarang dimiliki oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses tidak mampu berproduksi sebesar ton/tahun, karena kinerja pabrik yang dimiliki sekarang tidak mampu bekerja untuk jumlah produksi yang sebegitu besar. Kemampuan produksi pabrik PT. Dharmapala Usaha Sukses mampu bekerja secara optimal hanya terbatas sampai pada kapasitas ton/tahun, sehingga PT. Dharmapala Usaha Sukses dapat melakukan penambahan jumlah kapasitas produksi terpasang sebesar ton saja, yang sebelumnya hanya memproduksi ton. Untuk diketahui bahwa pabrik gula rafinasi yang sedang dibangun ini memang sudah didesain untuk pengembangan usaha, jadi tidak ada permasalahan dengan bangunan pabriknya untuk menambah jumlah kapasitas produksi sebesar ton. Analisis Produk Produk yang akan dihasilkan adalah gula rafinasi dan tetes gula (molasses). Gula rafinasi ini sudah diproduksi oleh pabrik gula di Indonesia sehingga pabrik gula rafinasi yang didirikan oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses merupakan yang ketiga di Indonesia. Gula putih biasa belum dapat memenuhi persyaratan mutu gula untuk industri-industri tertentu yang mensyaratkan kualitas gula rafinasi sehingga kebutuhan ini masih harus diimpor dari luar negri. Jenis dan kualitas gula putih biasa yang ada di pasaran gula Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.5.

7 61 Kualitas Nilai Remisi Besar Jenis Kadar air Polarisasi Direduksi Butir (mm) (%) SHS IA 70 (min) max 99.8 SHS IB 67 (min) max 99.7 SHS IC 62 (min) max 99.6 SHS I Standard 60 (min) max 99.5 SHS II 58 (min) max 99.4 Tabel 4.5 Jenis dan Kualitas Gula Kristal Putih Biasa Hingga saat ini kebutuhan gula rafinasi di Indonesia masih dipenuhi melalui impor dari beberapa negara antara lain Thailand, Korea Selatan, Australia, Malaysia, China, dan sebagainya. Gula rafinasi digunakan terutama untuk industri minuman, makanan, farmasi, perhotelan, dan masyarakat umum yang berpenghasilan tinggi. Gula rafinasi yang dipasarkan di Indonesia memiliki kualitas sebagai berikut: Gula Putih Biasa - Warna : ICUMSA Unit - Kadar air maksimum : 0.05 % - Kadar abu maksimum : 0.05 % - Polarisasi Minimum : 99.7 % (ICUMSA = Internal Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis) Sedangkan gula rafinasi yang akan di produksi oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses akan memiliki kualitas sebagai berikut: Jenis Rafinasi (R1) - Warna : max 30 ICUMSA unit

8 62 - Kadar air maksimum : 0.05 % - Kadar abu maksimum : 0.05 % - Polarisasi Minimum : 99.9 % Jenis Rafinasi (R2) - Warna : max 60 ICUMSA unit - Kadar air maksimum : 0.05 % - Kadar abu maksimum : 0.05 % - Polarisasi Minimum : 99.7 % Kualitas di atas dipenuhi sesuai dengan persyaratan kualitas gula yang diminta oleh industri makanan, minuman, farmasi, maupun perhotelan. Jumlah produk yang akan dihasilkan oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses adalah ton gula per tahun,, sedangkan tetes gula yang dihasilkan adalah sebanyak ton gula per tahun. Sedangkan tingkat rendemen untuk masingmasing produk sebagai berikut : Gula Rafinasi : % Tetes (molasses) : 3.55 % Loss : % Dengan jumlah produksi gula rafinasi yang sudah dikembangkan kapasitasnya dari ton/tahun menjadi ton/tahun ini setidaknya dapat menutupi

9 63 kebutuhan gula rafinasi yang ada di Indonesia yang diperkirakan sebesar kurang lebih ton/tahun. Analisis Bahan Baku Kualitas raw sugar yang akan diimpor oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses tergantung dari negara asal raw sugar tersebut, namun secara umum kualitas rataratanya adalah sebagai berikut: - Warna : ICUMSA unit - Kadar air maksimum : 0.1 % - Kadar abu maksimum : 0.05 % - Polarisasi minimum : % Kualitas di atas sudah dapat memenuhi persyaratan kualitas minimum untuk menghasilkan kualitas gula rafinasi yang diinginkan Aspek Finansial Dari semua segi, aspek finansial adalah aspek yang paling penting karena apabila perusahaan ingin melakukan pengembangan atau membangun pabrik baru maka yang paling diperhatikan adalah keuntungan semata bukan kerugian yang didapat. Jadi oleh sebab itu dalam aspek finansial ini dibuat laporan keuangan dengan kapasitas produksi sebesar ton, laporan keuangan dapat dilihat pada bagian lampiran. Dibuatnya laporan keuangan dengan kapasitas produksi sebesar

10 64 ton ini sebagai bahan pertimbangan PT. Dharmapala Usaha Sukses untuk memproduksi sebesar ton, karena pada saat dibuat laporan ini PT. Dharmapala Usaha Sukses belum melakukan produksi dan sebelumnya PT. Dharmapala Usaha Sukses hanya merencanakan untuk memproduksi sebesar ton. Walaupun laporan keuangan ini tidak dipakai dalam sekarang ini, maka dapat dipakai untuk waktu yang mendatang karena laporan keuangan ini dibuat dalam jangka waktu 10 tahun. Selanjutnya akan dilihat pembahasan analisis finansial laporan keuangan untuk KPT ton gula. A. PERKIRAAN BIAYA Realisasi pembangunan proyek ini membutuhkan dana untuk investasi, modal kerja, serta bunga masa konstruksi yang diperkirakan sebesar Rp seperti tampak pada tabel 4.6 di bawah ini : Biaya Investasi Dari total biaya proyek sebesar Rp biaya investasi mendapatkan alokasi yang paling besar dalam perencanaan, yaitu sekitar % atau senilai Rp Dan struktur keuangan terdiri dari 30 % modal sendiri dan 70 % pinjaman bank. Adapun perincian biaya investasi seperti disajikan pada tabel 4.6.

11 65 No Pos Biaya Total Dana Sendiri % Pinjaman Bank % I Investasi 1 Tanah 9,050,000 2,715, ,335, Bangunan Pabrik & Instalasi 12,856,250 3,856, ,999, Material Handling 3,500,000 1,050, ,450, Infrastruktur 3,150, , ,205, Mesin & Peralatan 109,072,000 32,721, ,350, Kendaraan 1,500, , ,050, Peralatan Kantor 2,952, , ,066, Biaya Pra Operasi 6,060,500 1,818, ,242, ,141,400 44,442, ,698, II Modal Kerja 82,655,036 24,796, ,858, III Bunga Masa Konstruksi 18,340,137 5,502, ,838, Total Kebutuhan Dana 249,136,573 74,740, ,395, Tabel 4.6 Perkiraan Biaya Proyek (Rp 000) Biaya Modal Kerja Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk menjalankan operasi perusahaan (dalam jangka pendek) yang tertahan dalam bentuk aktiva lancar. Unsurunsur yang merupakan penggunaan dana modal kerja terdiri dari tenaga kerja, listrik dan telepon, administrasi dan umum serta perawatan dan perbaikan. Dasar asumsi yang ditetapkan dalam melaksanakan studi kelaksanaan proyek ini dilandaskan pada skenario pesimis. Hal ini dimaksudkan agar pihak yang terkait dengan proyek tidak terlena oleh keuntungan maksimum yang akan diperoleh apabila proyek ini direalisasikan. Beban Biaya Dalam perhitungan biaya bahan baku, dimana raw sugar dibeli dalam bentuk kristal halus yang berwarna kecoklatan, harga pembelian bahan baku akan naik sebesar 5 % setiap tahun.

12 66 Bahan pembantu antara lain berupa kapur, filter, bahan kimia lainnya secara total diasumsikan oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses sebesar Rp per ton refined sugar, dengan rincian sebagai berikut : No Bahan Dosis/Ton Harga Per Unit Biaya Per Ton Raw Sugar (Rp) Raw Sugar (Rp) 1 Lime 10.0 Kg 400 4,000 2 Kieselgur 1.0 Kg 3,000 3,000 3 NaCl 10.0 Kg 160 1,600 4 Process Water 2.0 m 3 1,500 3,000 5 Hot Water 1.8 m 3 2,000 3,600 6 Steam 1.8 Ton 25,000 45,000 7 Power Kwh ,000 Jumlah 148,200 Tabel 4.7 Bahan pembantu Biaya variabel lainnya antara lain terdiri dari listrik, air, bahan bakar, kemasan, biaya umum dan lain-lain diasumsikan menurut PT. Dharmapala Usaha Sukses sebesar Rp per ton refined sugar. Perhitungan penyesuaian harga penjualan naik rata-rata 7.5 % per tahun, sedangkan biaya-biaya yang terbeban diperkirakan naik 5-10 % per tahun. Biaya Tenaga Kerja Berdasarkan kebutuhan mesin-mesin produksi yang ada, maka kebutuhan tenaga kerja untuk industri gula rafinasi dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu karyawan pabrik (direct labor), karyawan kantor pusat, direksi dan tenaga ahli. Adapun susunan tenaga kerja dapat dilihat sebagai berikut:

13 67 Karyawan Pabrik = 261 Orang Karyawan Kantor = 40 Orang Komisaris dan Direksi = 9 Orang Tenaga ahli = 3 Orang Total = 297 Orang Perkiraan biaya yang dikeluarkan diasumsikan dengan upah gaji yang berlaku di daerah lokasi, dengan rencana akan diberikan kenaikan 10 % per tahun. Biaya Listrik, BBM dan Telepon Dasar perhitungan pemakaian tenaga listrik dan BBM dihitung berdasarkan pemakaian listrik per ton hasil produksi dan juga pemakaian BBM berdasarkan penggunaan kendaraan, yang rincian biaya ini dapat dilihat pada bagian lampiran laporan keuangan. Dengan asumsi kelayakan tersebut diatas, maka kebutuhan modal kerja adalah sebesar Rp atau sebesar 33,18 % dari Cost Of Project (COP). Adapun perincian dari kebutuhan modal kerja ini adalah sebagai berikut. Tenaga Kerja Rp Listrik dan Telepon Rp Administrasi dan Umum Rp Perawatan dan Perbaikan Rp Piutang Dagang Rp

14 68 Biaya Persediaan Rp Hutang Dagang Rp Jumlah Rp PERKIRAAN PENDAPATAN Pendapatan yang diterima oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses dari hasil penjualan gula rafinasi dan tetes gula seperti terlampir pada tabel 4.8. Sedangkan untuk laporan Rugi Laba dapat dilihat secara menyeluruh tingkat profitabilitas proyek dalam kurun waktu 10 tahun pada bagian lampiran mengenai laporan rugi laba. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun proyek dapat mengumpulkan akumulasi laba melebihi 855 % dari total biaya yang dibutuhkan. Hal ini memperlihatkan bahwa perkiraan kemampulabaan proyek yang cukup baik dalam implementasinya. Perkiraan hasil penjualan, harga pokok penjualan dan laba selama sepuluh tahun proyeksi terlihat pada tabel 4.8.

15 69 Tahun Pendapatan Harga Pokok Laba Sebelum Laba Sesudah Bersih Penjualan Pajak Pajak I 712,154, ,987, ,885, ,737,014 II 1,186,854, ,877, ,539, ,195,197 III 1,618,715,278 1,279,379, ,427, ,616,715 IV 1,713,690,532 1,368,301, ,046, ,850,389 V 1,853,628,112 1,493,468, ,305, ,231,121 VI 1,991,190,195 1,586,884, ,495, ,464,199 VII 2,130,470,314 1,651,259, ,350, ,162,802 VIII 2,135,663,403 1,703,368, ,279, ,512,805 IX 2,136,274,180 1,742,733, ,253, ,495,007 X 2,136,930,930 1,796,362, ,883, ,436,142 Tabel 4.8 Penjualan Bersih, HPP dan Laba (dalam Rp. 000) Proyeksi Rugi Laba Berdasarkan proyeksi rugi laba perusahaan seperti tampak pada proyeksi tabel 4.8 dimana disimpulkan bahwa perusahaan mampu menciptakan laba yang wajar pada tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan proyeksi rugi laba tersebut diuraikan dalam bagian berikut ini: Pendapatan Kotor Pendapatan kotor diperoleh perusahaan yang didapat dari hasil penjualan gula rafinasi dan tetes tebu (molasses) dalam tahun pertama adalah sebesar Rp Diasumsikan bahwa ada kenaikan harga untuk setiap penjualan sebesar 7.5 % per tahun.

16 70 Biaya Langsung Biaya Langsung diperhitungkan berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya perawatan perbaikan, biaya depresiasi, biaya pemasaran, biaya asuransi dan biaya lainnya adalah sebesar Rp Biaya Penjualan Biaya penjualan diperoleh dari asumsi adanya biaya-biaya untuk menunjang hasil-hasil penjualan seperti promosi dan pemasaran, yang besarnya adalah 0.25 % dari penjualan. Upah Tenaga Kerja Biaya upah tenaga kerja diperhitungkan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan produksi gula rafinasi. Biaya upah tenaga kerja terdiri dari gaji ditambah dengan tunjangan, bonus, dan ASTEK. Upah tenaga kerja diasumsikan mengalami kenaikan % per tahun. Besarnya upah pada tahun I adalah sebesar Rp Biaya Asuransi Biaya asuransi besarnya ditetapkan sebesar 0.8 % per tahun terhadap nilai aktiva tetap di luar tanah, kecuali untuk kendaraan ditetapkan sebesar 2.5 % per tahun. Biaya Depresiasi dan Amortisasi Depresiasi dan amortisasi menggunakan metode garis lurus (straight line method). Beban depresiasi untuk bangunan adalah 5 % per tahun, mesin dan

17 71 peralatan sebesar 25 % per tahun serta kendaraan sebesar 50 % per tahun (dilihat dari kondisi mesin/kendaraan). Beban amortisasi dibebankan ke dalam biaya umum dengan besarnya adalah 25 % per tahun. Biaya Umum dan Administrasi Biaya umum dan administrasi meliputi biaya telepon, listrik, ATK dan lain-lain diasumsikan sebesar Rp pada tahun ke I dan untuk tahuntahun berikutnya akan mengalami peningkatan antara 2.5 % 10 %. Pajak Penghasilan Perhitungan pajak didasarkan pada peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia yaitu Undang-undang Perpajakan No. 17 tahun 2000 dengan ketentuan sebagai berikut : o Pendapatan dari Rp pertama, pajak sebesar 10 % o Pendapatan dari Rp kedua, pajak sebesar 15 % o Pendapatan lebih dari Rp pajak sebesar 20 % RENCANA PEMBIAYAAN PROYEK Sumber pembiayaan atas investasi yang tertanam adalah setoran saham dan pinjaman sub ordinasi dari pemegang saham. Sedangkan untuk pengembangan ini direncanakan dari pinjaman berjangka panjang dari Bank dan sebagian dari Equity pemegang saham dengan rincian seperti di bawah ini:

18 72 Rencana investasi dan modal kerja: 1. Modal Sendiri : Rp Pinjaman Bank : Rp Pinjaman perusahaan dari pihak bank untuk investasi dan modal kerja sebesar Rp diharapkan dengan syarat-syarat dari ketentuan sebagai berikut: Jumlah Pinjaman : Rp Jangka Waktu Tingkat Bunga Cara Pembayaran Jaminan Pinjaman : 4 (empat) tahun : 20 % per tahun : Per tahun : Berupa Asset Perusahaan PROYEKSI CASH FLOW Setiap keputusan penanaman modal menyangkut pengeluaran uang pada saat sekarang, dengan mengharapkan pengembalian yang lebih besar di masa mendatang. Suatu penanaman modal tersebut menguntungkan, jika pengembaliannya dapat menutup investasi awal yang ditanamkan, yang nilainya menyusut dari tahun ke tahun. Oleh karena itu dalam mempertimbangkan penanaman modal perlu memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa mendatang, yaitu arus kas masuk maupun arus kas keluar proyek. Proyeksi arus kas masuk dan keluar ini dipresentasikan dalam sebuah laporan aliran kas (Cash Flow) Bertitik tolak kepada proyeksi laba rugi perusahaan tersebut diatas serta rencana kerja perseroan, maka dari proyeksi Cash Flow perusahaan disimpulkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi seluruh kewajibannya

19 73 kepada pihak ketiga dan memiliki kemampuan untuk menyisihkan dana bagi kepentingan para pemegang saham dan cadangan untu ekspansi perusahaan dikemudian hari seperti digambarkan pada laporan keuangan Cash Flow di lampiran. JADWAL PENARIKAN DANA Dengan kredit investasi dan kredit bunga masa konstruksi sebesar 70 %, maka jadwal penarikan kredit terlihat pada tabel, Triwulan Kredit Investasi (Rp'000) Kredit IDC (Rp'000) I 25,924,745 1,036,530 II 57,034,439 3,355,322 III 12,962,373 3,996,553 IV 7,777,424 4,132,681 Jumlah 103,698,980 12,521,085 Tabel 4.9 Jadwal Penarikan Dana RENCANA PENGEMBALIAN PINJAMAN Pada proyeksi cash flow telah digambarkan secara rinci tentang keadaan arus uang proyek selama sepuluh tahun proyeksi. Dari proyeksi tersebut secara singkat dapat dilihat bahwa arus kas proyek cukup baik untuk memenuhi kewajibankewajibannya, dimana dalam 4 (empat) tahun telah dapat melunasi seluruh pinjaman beserta bunganya. Selengkapnya jadwal pembayaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

20 74 Tahun Pembayaran Bunga (Rp'000) Pembayaran Angsuran (Rp'000) I 34,879,120 32,448,003 II 28,381,520 38,985,604 III 20,584,399 46,782,725 IV 11,227,854 56,139,269 V - - VI - - VII - - VIII - - IX - - X - - Tabel 4.10 Pengembalian Kredit Investasi ANALISIS DAN EVALUASI KEUANGAN a. Cost Of Capital (Biaya Modal) Dalam analisis ini akan ditentukan besarnya Cost Of Capital (COC) yang merupakan besaran penentu (Discount Factor) pada analisa keuangan. Dalam hal ini COC diperkirakan dari 3 (tiga) komponen yaitu: 1. Rumus Working Average Cost Of Capital yaitu : WACOC = k1. Debt + k2. Equity WACOC = %. 70 % + 18 %.30 % = % 19 % dimana k1 = Suku bunga biaya yang ditetapkan oleh bank dan k2 = suku bunga biaya yang ditetapkan oleh perusahaan itu sendiri. 2. Surchage sebesar 0.5 % (Biaya yang dibebankan untuk mengurus izin-izin) 3. Risk Premium sebesar 0.5 % ( resiko dan pemasaran serta country risk) sebesar 20 %. Berdasarkan asumsi tersebut diperoleh Discount Factor dari proyek ini

21 75 b. Kelayakan Keuangan Net Present Value (NPV) Pada prinsipnya uang mempunyai nilai terhadap waktu, artinya sejumlah uang yang diterima sekarang akan lebih disukai dibandingkan dengan penerimaan sejumlah uang yang sama di masa datang. Net Present Value (NPV) merupakan salah satu alat analisa yang biasa digunakan dalam evaluasi proyek, dimana Net akumulasi kas selama umur proyek adalah positif bagi pemilik modal, menunjukkan bahwa proyek layak untuk direalisasikan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai NPV sebesar Rp (positif) dengan Discount Factor 20 % yang berarti proyek ini layak untuk dilaksanakan. Internal Rate Of Return (IRR) Internal rate Of Return (IRR) menunjukkan besarnya rata-rata earning power dari suatu investasi proyek. Berdasarkan kemampuan untuk menghasilkan laba serta dilihat dari rencana investasi yang akan datang (perluasan), maka dapat diperhitungkan Internal Rate of Return (IRR) perusahaan seperti pada tabel IRR yaitu sebesar 54,14 % dengan Discounted Factor sebesar 20 %. Dengan nilai IRR sebesar itu dan adanya kecenderungan tingkat bunga yang terus menurun, dapat disimpulkan bahwa proyek dengan kapasitas ton/tahun tersebut layak untuk dioperasikan.

22 76 c. Rasio Keuangan Debt Service Coverage Debt service coverage adalah jaminan kemampuan pembayaran hutang yang merupakan perbandingan antara jumlah kas yang keluar dan pembayaran bunga pinjaman dengan laba setelah pajak. Ringkasan dari Debt Coverage Ratio dapat digambarkan dalam tabel 4.11 Tahun Debt Coverage (%) I - II 63 III 32 IV 31 V 30 VI - VII - VIII - IX - X - Tabel 4.11 Proyeksi Debt Coverage Kemampuan membayar kembali kredit yang dinyatakan dengan Debt Service coverage (DSC), menunjukkan angka yang cukup baik yaitu mengalami penurunan dari tahun ke tahun yang akhirnya bernilai 0 pada tahun ke lima. Hal ini berarti perusahaan diperkirakan akan mampu memenuhi kewajiban pembayaran kreditnya kepada bank. Berdasarkan data-data dari tabel cash flow maka dapat disimpulkan :

23 77 a. Debt Service Coverage menunjukkan perbandingan yang cukup baik, yang berarti bahwa seluruh kewajiban pembayaran pinjaman kepada bank baik pokok maupun bunga yang akan dapat dipenuhi oleh perusahaan dengan baik sesuai jadwal. b. Dengan kemampuan Cash Flow seperti tersebut di atas, diharapkan seluruh kredit investasi dan modal kerja akan dapat dilunasi dalam waktu 4 (empat) tahun. Break Even Point Analysis Analisa Break Even Point (BEP) dimaksudkan untuk mengetahui sampai pada tingkat pendapatan berapa besar kondisi perusahaan impas (tidak laba dan tidak rugi). Dalam Tabel 4.12 berikut ini disajikan proyeksi analisis titik impas dalam bentuk profit break even, cash break even dan debt service break even selama sepuluh tahun operasi. Profit Break Even as % of Projected Sales adalah sebuah profit yang didapat dari prosentase penjualan tertentu, dimana profit tersebut sama besarnya dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk mendapatkan prosentase penjualan tersebut. (Gambar 4.2)

24 78 Penjualan Rp Hasil Penjualan Rp Total Biaya Rp Profit Break Even Sales Rp Biaya Tetap Rp Penjualan (satuan) ton Gambar 4.2 Profit Break Even Sales Cash Break Even as % of Projected Sales adalah jumlah kas didapat dari prosentase penjualan tertentu, dimana jumlah kas tersebut sama besarnya dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk mendapatkan prosentase penjualan tersebut. Cash & Debt Service Profit Break Even as % of Projected adalah jumlah kas dan pembayaran hutang yang didapat dari prosentase penjualan tertentu, dimana jumlah tersebut sama besarnya dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk mendapatkan prosentase penjualan tersebut. Jika prosentase penjualan lebih kecil dari prosentase penjualan tertentu, berarti akan menyebabkan semakin kecil nilai dari profit, Cash dan Cash & Debt yang akan diterima oleh investor. BEP ini dibagi dalam cash BEP yaitu tidak memasukkan unsur-unsur depresiasi dan Sales BEP yaitu dengan memasukkan unsur-unsur depresiasi.

25 79 Bertitik tolak kepada proyeksi pendapatan serta perkiraan fixed cost dan variable cost, maka dari tabel dapat disimpulkan bahwa : a. Hanya pada tahun pertama operasinya tingkat BEP masih tinggi, karena diperkirakan keuntungan masih kecil. b. Pada saat operasi perusahaan mulai meningkat dan normal, tingkat BEP-nya menjadi relatif. Dengan tingkat BEP pada saat tersebut hanya mencapai sekitar 50 % dari sales dan tampaknya tidak sulit bagi manajemen untuk mencapainya. Tahun Profit Break Even Cash Break Even Cash & Debt Service BEP I II III IV V VI VII VIII IX X Tabel 4.12 Break Even as % of Projected Sales. Return On Investment (ROI) ROI adalah rasio yang menunjukkan jumlah prosentase pendapatan yang diterima terhadap jumlah aktiva yang dipergunakan dalam merealisasikan proyek. Sedangkan proyeksi dari profit margin dan return on investment (ROI) proyek selama sepuluh tahun dapat dilihat pada tabel.

26 80 Gross Profit Margin adalah margin yang menunjukkan besarnya perbandingan antara laba kotor dan hasil penjualan. Semakin kecil prosentase ini berarti menunjukkan kemampulabaan yang semakin rendah dari proyek tersebut. Net profit margin adalah margin yang menunjukkan besarnya perbandingan antara laba bersih dan hasil penjualan. Tahun Gross Profit Margin (%) Net Profit Margin (%) ROI (%) I II III IV V VI VII VIII IX X Tabel 4.13 rasio Kemampuan Profitabilitas Proyek ANALISA SENSITIVITAS Analisa sensitivitas digunakan untuk memperlihatkan kemampuan proyek untuk bertahan dalam kondisi profit, dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam peubah-peubah biaya atau pendapatan. Dalam hal ini peubah yang dianalisa adalah kenaikan harga pembelian bahan baku atau penurunan harga jual produk. Adapun ijin untuk masing-masing perubahan ini dalam kondisi keuangan profit untuk profit break even, cash break even dan cash & debt service break even dapat dilihat pada tabel 4.12 dan 4.13.

27 81 Profit Break Even Sales adalah prosentase kenaikan biaya material yang diijinkan sehingga akan mendapatkan profit dari penjualan yang sama besarnya dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan material tersebut. Cash & Debt Service Break Even Sales adalah prosentase kenaikan biaya material yang diijinkan sehingga akan mendapatkan jumlah kas dan pembayaran hutang yang sama besarnya dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan material tersebut. Profit Break Even Sales adalah prosentase penurunan harga penjualan yang diijinkan sehingga akan mendapatkan profit dari penjualan yang sama besarnya dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk volume penjualan tersebut. Cash Break Even Sales adalah prosentase penurunan harga penjualan yang diijinkan sehingga akan mendapatkan jumlah kas yang sama besarnya dengan biayabiaya yang dikeluarkan untuk volume penjualan tersebut. Cash & Debt Service Break Even Sales adalah prosentase penurunan harga penjualan yang diijinkan sehingga akan mendapatkan jumlah kas dan pembayaran hutang yang sama besarnya dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk volume penjualan tersebut.

28 82 Tahun Profit Break Event Cash Break Even Cash & Debt Break Even I II III IV V VI VII VIII IX X Tabel 4.14 Ijin untuk kenaikan biaya material Tahun Profit Break Event Cash Break Even Cash & Debt Break Even I II III IV V VI VII VIII IX X Tabel 4.15 Ijin untuk penurunan harga penjualan Analisis Pengambilan Keputusan Dalam pengambilan keputusan kali ini digunakan metode analisis pohon keputusan (decision tree analysis). Analisis pohon keputusan biasanya digambarkan dengan simbol standar. Melalui pohon keputusan ini, kita dapat membuat pilihan antara pengembangan kapasitas produksi menjadi ton/tahun atau tetap pada kapasitas ton/tahun. Setiap alternatif diikuti dengan tanda bulat dari cabang pohon yang menggambarkan kemungkinan hasil atau unsur mutlak yang dapat terjadi. Untuk PT. Dharmapala Usaha Sukses kali ini akan dibuat dua alternatif yaitu: a. Pengembangan kapasitas produksi menjadi ton / tahun b. Tetap pada pendirian kapasitas ton / tahun

29 83 Berikut ini dapat dilihat pada tabel 4.16 mengenai Tabel Laba Rugi untuk kapasitas ton/tahun. Tahun Pendapatan Harga Pokok Laba Sebelum Laba Sesudah Bersih Penjualan Pajak Pajak I 427,292, ,206,675 66,098,589 46,286,512 II 712,112, ,067, ,102, ,588,905 III 971,229, ,560, ,294, ,523,853 IV 1,028,214, ,097, ,156, ,427,269 V 1,112,176, ,232, ,089, ,979,955 VI 1,194,714, ,760, ,143, ,817,913 VII 1,278,282,188 1,013,039, ,381, ,384,678 VIII 1,281,398,042 1,046,153, ,228, ,577,366 IX 1,281,764,508 1,066,452, ,024, ,734,749 X 1,282,158,558 1,100,868, ,605, ,941,292 Tabel 4.16 Tabel Laba Rugi untuk Kapasitas ton (Rp 000) Selanjutnya strategi pengambilan keputusannya dapat dilihat pada hasil EC (Expected Cost) masing-masing alternatif dibawah ini: a. EC (Expected Cost) untuk pengembangan kapasitas : EC = ((0,7) x (Keuntungan tahun ke-1)) + ((0,3) x (Keuntungan tahun ke-1 total investasi yang dikeluarkan) = (0,7 x ) + (0.3 x ( )) = ( ) = Rp

30 84 b. EC (Expected Cost) untuk tetap pada pendirian kapasitas ton : EC = ((0,7) x (Keuntungan tahun ke-1)) + ((0,3) x (Keuntungan tahun ke-1 total investasi yang dikeluarkan) = (0,7 x ) + (0.3 x ( )) = ( ) = (Rp ) Berdasarkan analisa perhitungan pohon keputusan yang sederhana ini, maka dapat diketahui bahwa keputusan dengan Expected Cost (EC) yang nilainya lebih besar yang dipilih, maka keputusan untuk pengembangan kapasitas ton merupakan keputusan terbaik.(untuk diagram pohon keputusan dapat dilihat pada Gambar 4.3) EC= Rp Laba Sebesar 0.7 x Rp = Rp Kapasitas ton 1 Rugi Sebesar 0.3 x (Rp ) = (Rp ) + (Rp ) Keputusan Laba Sebesar 0.7 x Rp = Rp Kapasitas ton 2 EC= Rp Rugi Sebesar 0.3 x (Rp ) = (Rp ) Rp Gambar 4.3 Pohon Keputusan untuk Memecahkan Penentuan Kapasitas

CONTOH PERHITUNGAN. (Hasil ini didapat dari hasil perhitungan dan survey) Untuk tahun ke-1 sebesar 45 %. (Sumber PT. Dharmapala Usaha Sukses)

CONTOH PERHITUNGAN. (Hasil ini didapat dari hasil perhitungan dan survey) Untuk tahun ke-1 sebesar 45 %. (Sumber PT. Dharmapala Usaha Sukses) 115 CONTOH PERHITUNGAN PRODUKSI UNTUK TAHUN KE-1 Kapasitas Terpasang Gula Rafinasi KPT yang digunakan untuk PT. Dharmapala Usaha Sukses sebesar 500.000 ton/tahun. (Hasil ini didapat dari hasil perhitungan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif A. PENDAHULUAN Terlaksananya suatu proyek investasi, seringkali tergantung kepada pertimbangan manajemen yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Pertimbangan kuantitatif lebih bersifat kepada pendekatan

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Aspek Pasar dan Pemasaran Definisi dari pasar itu sendiri yaitu merupakan himpunan pembeli aktual dan pembeli potensial dari suatu produk, sedangkan pemasaran

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data tersebut. 4.1. Biaya

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN BAB 5 ANALISA KEUANGAN 5.1 Ekuitas (Equity) Tiga elemen penting dari bisnis adalah aset, hutang, dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:12), terdapat hubungan

Lebih terperinci

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek LOGO LOGO Aspek Finansial & Pendanaan Proyek Pendahuluan Aspek finansial pada umumnya merupakan aspek yang paling akhir disusun dalam sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis. Hal ini karena kajian dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data sekunder yang didapat dari PT.Kimia Farma Tbk, Bursa Efek Indonesia (BEI), www.kimiafarma.co.id

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa Alam Santosa Aspek Keuangan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Analisis Aspek Keuangan Menentukan sumber dana Menghitung kebutuhan dana untuk aktiva tetap dan modal kerja Aliran Kas Penilaian Investasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Untuk menjawab pertanyaan dari studi ini banyak digunakan acuan teori keuangan. Teori yang digunakan untuk landasan perhitungan studi ini adalah teori proses bisnis, financial planning

Lebih terperinci

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan?

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA EKONOMI

BAB VI ANALISA EKONOMI digilib.uns.ac.id 155 BAB VI ANALISA EKONOMI Pada perancangan pabrik asetaldehida ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang menguntungkan

Lebih terperinci

RASIO LAPORAN KEUANGAN

RASIO LAPORAN KEUANGAN RASIO LAPORAN KEUANGAN NERACA (BALANCED SHEET) Terdiri dari elemen pokok : Asset, Hutang, dan Modal. Pengukuran terhadap elemen-elemen Neraca biasanya menggunakan historical cost LAPORAN RUGI-LABA (INCOME

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya. A. Tinjauan Teoritis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya

Lebih terperinci

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan MK MANAJEMEN BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Pertemuan 4 Manajemen Keuangan Tujuan Memahami mengenai manajemen keuangan, manfaat nilai waktu uang dan dapat membuat analisis laporan keuangan Manajemen Keuangan adalah

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN KEUANGAN DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

BAB 4 PERENCANAAN KEUANGAN DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 44 BAB 4 PERENCANAAN KEUANGAN DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI Setelah dilakukannya analisis ataupun studi tentang produk, lingkungan eksternal, dan aspek-aspek bisnis lainnya, maka selanjutnya untuk memulai

Lebih terperinci

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit)

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit) ASPEK PEMASARAN A. Gambaran Umum Pasar 1. Jenis Permintaan terhadap produk 2. Segmen Pasar 3. Wilayah pemasaran/ pasar sasaran (contoh: kelurahan, kecamatan, kabupaten, kotamadya, dsb.) B. Permintaan 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Terkait penulisan skripsi ini, ada beberapa penulis terdahulu yang telah melakukan penelitian yang membahas berbagai persoalan mengenai analisis kelayakan usaha. Adapun skripsi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN

PENGELOLAAN KEUANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN SUMBER DANA YANG TERBAIK RENCANA KEUANGAN, PEMBELANJAAN PENGGUNAAN DANA YANG TERBAIK Pemilihan sumber dana SUMBER DANA KEBAIKAN KELEMAHAN Dari dalam Dapat digunakan sewaktu-waktu Tidak

Lebih terperinci

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit)

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit) RENCANA USAHA 1 ASPEK PEMASARAN A. Gambaran Umum Pasar 1. Jenis Permintaan terhadap produk/jasa 2. Segmen Pasar 3. Wilayah pemasaran/pasar sasaran (contoh: kelurahan, kecamatan, kabupaten, kotamadya, dsb.)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman db JK KT F hit F 0.05 F0.01 Perlakuan 3 13,23749 4,412497 48,60917 4,06618 7,590984 Linier 1 12,742 12,74204 140,3695 5,317645*

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) Nama : Sonny Suryadi NPM : 36410653 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Anggarini (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Likuiditas dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts 53 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts & Coffee Dalam proses menghasilkan produknya, PT. JCO Donuts & Coffee terlebih dahulu

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP INVESTASI & ALIRAN KAS. bahanajar

PRINSIP-PRINSIP INVESTASI & ALIRAN KAS. bahanajar PRINSIP-PRINSIP INVESTASI & ALIRAN KAS bsphandout@yahoo.co.id bahanajar INVESTASI Jangka Waktu yang panjang Penuh Ketidakpastian Beresiko Penganggaran Modal (Capital Budgeting) merupakan seluruh proses

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang 113 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA...

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PERSAMAAN... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap laporan keuangan, maka dapat diketahui secara jelas mengenai gambaran kondisi perusahaan dan langkahlangkah apa saja yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

BAB 5 BUSINESS PLAN. 5.1 Executive Summary

BAB 5 BUSINESS PLAN. 5.1 Executive Summary BAB 5 BUSINESS PLAN Business plan dibawah ini merupakan rangkuman dari kajian teori, penelitian lapangan, serta kajian rencana pendirian perusahaan baru PT GM, terkait dengan financial planning dan analisis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Investasi Tambang Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan endapan bahan galian yang meliputi

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB VI ANALISA EKONOMI

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB VI ANALISA EKONOMI BAB VI ANALISA EKONOMI Pada perancangan pabrik acrylamide dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud mengetahui prarancangan pabrik menguntungkan atau tidak. Komponen terpenting dari prarancangan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA USAHA

PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYUSUNAN RENCANA USAHA I. DEFINISI RENCANA USAHA DAN MANFAAT RENCANA USAHA Rencana Usaha adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh seorang wirausaha yang menggambarkan hubungan faktor-faktor internal

Lebih terperinci

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik 126 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

BIAYA BAHAN LANGSUNG YANG DIGUNAKAN

BIAYA BAHAN LANGSUNG YANG DIGUNAKAN LK 6.1 dari 10 L.6.1 Penentuan Pendapatan/Penjualan (Dari lembar kerja L3.8) Bulan : M-1 M-2 M-3 M-4 PENDAPATAN A. Penjualan Kotor B. Komisi (Commissions) max 10% dari penjualan C. Pengembalian (Returns

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS EKONOMI

BAB VI ANALISIS EKONOMI Prarancangan Pabrik Methacrolein 82 BAB VI ANALISIS EKONOMI Pada prarancangan pabrik Methacrolein ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui kelayakan pabrik yang dirancang

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN Bagian ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan ini akan

Lebih terperinci

EVALUASI EKONOMI. Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi

EVALUASI EKONOMI. Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi EVALUASI EKONOMI Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi 1. Modal yang ditanam A.Modal tetap, meliputi : letak pabrik gedung utilities pabrik

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1 ABSTRAK Seorang investor pemilik PT X menilai permintaan dan pangsa pasar di kota Bandung terlihat masih menjanjikan untuk bisnis Depot air Minum isi ulang AMIRA. Tetapi sebelum investor menanamkan modalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka 1 BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Peluang usaha di bidang peternakan ayam pada saat ini terbilang cukup baik, karena kebutuhan akan daging ayam setiap tahunnya meningkat, sementara produksi

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB

PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB Penerimaan dan pengeluaran dalam bisnis merupakan komponen yang sangat penting untuk melihat aktivitas yang berlangsung

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

Lebih terperinci

NET PROFIT: Penjualan : 40 Biaya : 26-14

NET PROFIT: Penjualan : 40 Biaya : 26-14 6. RENCANA KEUANGAN (Finansial Plan) 6.1. PRoyeksi Laporan Laba Rugi Laporan rugi laba (income statement atau profit and loss statement/ P&L) adalah "gambaran bergerak" yang menggambarkan kemampuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

Lebih terperinci

1. Studi Kelayakan Proyek. 2. Capital Budgeting. 3. Analisis Biaya-Volume-Laba

1. Studi Kelayakan Proyek. 2. Capital Budgeting. 3. Analisis Biaya-Volume-Laba 1. Studi Kelayakan Proyek 2. Capital Budgeting 3. Analisis Biaya-Volume-Laba Pengertian: serangkaian penelitian utk mengevaluasi dapat tidaknya suatu proyek dilaksanakan dg berhasil Tujuan: utk menghindari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA EKONOMI

BAB VI ANALISA EKONOMI BAB VI ANALISA EKONOMI Pada perancangan pabrik metil klorida dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud mengetahui perancangan pabrik menguntungkan atau tidak, komponen terpenting dari perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN DAN ANALISA SWOT

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN DAN ANALISA SWOT 41 BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN DAN ANALISA SWOT Berdasarkan data-data yang telah terkumpul pada bab-bab sebelumnya, maka kami dapat melakukan pengolahan, perhitungan, dan analisa data seperti yang akan

Lebih terperinci

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Modul ke: PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Fakultas FEB MEILIYAH ARIANI, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Penganggaran Modal ( Capital Budgeting) Istilah penganggaran

Lebih terperinci

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN A. Arti Penting Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN 6.1. Kebutuhan Investasi Tahun ke-0 Dalam menjalankan usaha ini, FVN melakukan investasi awal sebesar Rp 100.000.000,- sebelum masuk ke tahun pertama. FVN perlu membeli semua kebutuhan

Lebih terperinci

BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI 154 BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Provisioning Provisioning (Quickguide Standar Instalasi PT-1) adalah proses penyediaan suatu layanan jaringan FTTH (Fiber To The Home) yang mencakup persiapan material, aksesoris

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab ini memuat input data dan hasil perhitungan rasio, pembandingan dengan rasio rata-rata industri tambang serta analisisnya. 3.1. Perhitungan Sebelum melakukan perhitungan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA EKONOMI

BAB VI ANALISA EKONOMI BAB VI ANALISA EKONOMI Pada prarancangan pabrik Etil klorida ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang ini menguntungkan dari segi ekonomi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Investasi Investasi ialah komitmen saat ini atas uang atau sumber daya lainnya, dengan pengharapan untuk memperoleh imbalan di masa mendatang (Bodie, Kane, dan Marcus, 2008).

Lebih terperinci

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu BAB II INVESTASI II.1. Definisi Investasi Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu mempunyai harapan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI Bagian ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke:  Fakultas Ekonomi dan Bisnis Manajemen Keuangan Modul ke: Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Analisa Rasio Keuangan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS EKONOMI

BAB VI ANALISIS EKONOMI Dari Metanol dan Asam Benzoat BAB VI ANALISIS EKONOMI Pada prarancangan pabrik metil benzoat ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Laporan Keuangan Dalam menganalisis permohonan kredit modal kerja, peneliti menggunakan data dari aspek keuangan yaitu menggunakan rasio keuangan dan metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Investasi dan Depresiasi Menurut Husein Umar (2000,p1), investasi adalah upaya menanamkan faktor produksi langka yakni dana, kekayaan alam, tenaga ahli dan terampil, teknologi

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI 125 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB VI ANALISA EKONOMI

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB VI ANALISA EKONOMI BAB VI ANALISA EKONOMI Pada perancangan pabrik sikloheksana ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang menguntungkan atau tidak. Komponen

Lebih terperinci

NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT : KODE POS : TELPON : PERIODE AKUNTANSI :

NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT : KODE POS : TELPON : PERIODE AKUNTANSI : NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT : KODE POS : TELPON : PERIODE AKUNTANSI : TANGGAL : 2 BULAN : 1 TAHUN : 2008 SINTENREMEN.COM PERUSAHA DAFTAR AKUN Per : 02 Januari 2008 NO AKUN NAMA AKUN SALDO AWAL 1111 Kas di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata "to manage" yang dapat diterjemahkan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang dapat diterjemahkan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata "to manage" yang dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang berarti "mengatur (mengelola)".

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT SEPATU BATA TBK PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT SEPATU BATA TBK PERIODE ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT SEPATU BATA TBK PERIODE 2011-2015 Disusun oleh : Nama : Komang Gita Danitri Yuniar NPM : 25214907 Jurusan : Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka pada pembelian bahan baku

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA EKONOMI

BAB VI ANALISA EKONOMI BAB VI ANALISA EKONOMI Pada prarancangan pabrik 1-heptena ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang ini menguntungkan dari segi ekonomi

Lebih terperinci