BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori turnover intention.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian masyarakat di Indonesia, selain itu masyarakat di Bali juga mulai

PENGARUH LEADER-MEMBER EXCHANGE, ROLE STRESS DAN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT TERHADAP TURNOVER INTENTION

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja ( job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

BAB II LANDASAN TEORI. Supervisi merupakan salah satu bagian dari faktor hygiene yang

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi dari sumber daya manusia berpusat pada orang-orang yang memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Ping & Yue (2010) mendefinisikan leader-member exchange atau

BAB I PENDAHULUAN. salah satu diantaranya adalah turnover intention. Turnover menurut Robbins dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS. Dengan menjadi bagian dari perusahaan, karyawan dididik untuk berkomitmen

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan keluar menjadi masalah yang sering dialami oleh berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. paling penting dimiliki oleh suatuperusahaan, karena keberhasilan organisasi

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. penting. Sumber daya manusia, dalam hal ini karyawan yang handal, mampu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset penting bagi sebuah perusahaan, dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: role conflict, role ambiguity, role overload, role stress, turnover intentions, komitmen afektif

BAB I PENDAHULUAN. karyawan ataupun pekerjaan yang dapat mempengaruhi kehidupan keluarga

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PENGARUH LEADER-MEMBER EXCHANGE TERHADAP TURNOVER INTENTION DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABLE MEDIATOR DI RESTORAN X SURABAYA

Judul : Pengaruh Keterikatan Kerja, Persepsi Dukungan Organisasional dan Komitmen Organisasional Terhadap Turnover Intention Karyawan Muji Motor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBERDAYAAN KERJA PROFESIONAL SEBAGAI MEDIASI DUKUNGAN ORGANISASI DAN PERTUKARAN PEMIMPIN-ANGGOTA (LMX) TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kinerja karyawan dibutuhkan setiap organisasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan terdapat orang-orang yang dapat berkomunikasi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi kebanyakan perusahaan baik perusahaan swasta maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan terjadinya perubahan ini adalah globalisasi dalam bidang ekonomi serta

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB I PENDAHULUAN. besar di Indonesia yaitu : Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Makasar. Perusahaan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh leader-member exchange

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. karyawan memihak organisasi tertentu beserta tujuan-tujuannya dan adanya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perusahaan atau organisasi. Sumber Daya Manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikehendaki, serta mempertahankan guru yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagaimana seorang individu terpuaskan atau tidak terpuaskan terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini peneliti menguraikan beberapa penjelasan mengenai latar

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan. Bagaimana tidak, karena sesungguhnya seluruh faktor eksternal

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan baru semakin memperburuk suasana. Dalam sebuah survei yang dilakukan Princeton Survey Research

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Komitmen Karyawan pada Organisasi. keanggotaan dalam organisasi (Mowday, Porter & Steers, 1982).

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterlibatan Kerja. 1. Pengertian Keterlibatan Kerja. Keterlibatan kerja adalah keterlibatan mental dan emosional

PENGARUH LEADER MEMBER EXCHANGE, MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN PO SUMBER ALAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. jalannya suatu organisasi (Dewi, 2008). Mengelola dengan baik sumber daya

LEADER MEMBER EXCHANGE (LMX) DAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DUA KELINCI PATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dewasa ini, perusahaan semakin berorientasi pada pelanggan dan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting

Judul : Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi Terhadap Komitmen Organisasional dan Turnover Intention

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Industri perbankan di Indonesia merupakan salah satu faktor pendukung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. MSDM adalah mengelola unsur manusia secara baik agar diperoleh karyawan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia umumnya mengambil dasar teori ilmu psikologi. Literatur psikologi dan

terakhir ini, salah satunya stres yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset terpenting dalam sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Organizational Citizenship Behavior

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kerja yang dimilikinya (Djastuti, 2011). Handayani (2008) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. khusus dan pengkajian yang lebih mendalam karena bagaimanapun juga dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. bahkan fungsi internal auditor dalam suatu perusahaan semakin diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, suatu perusahaan akan memiliki peluang yang relatif kecil untuk dapat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang ditunjukkan secara sukarela pada perusahaannya (Yilmaz dan Ta dan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam suatu organisasi merupakan penentu

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB I PENDAHULUAN. mendukung upaya kesehatan puskesmas (Andini, 2006). Suatu Rumah Sakit akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Organisasi adalah sarana atau alat dalam pencapaian tujuan, sebagai wadah

BAB II LANDASAN TEORI. Peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Keadilan organisasi menurut Bakhshi et al, (2009) bisa didefinisikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. meningkat berkisar antara 5-6 persen (Skalanews.com 2014). Hotel sebagai salah satu dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai upaya untuk mengidentifikasi sebab-sebab pengunduran diri karyawan.

BAB I PENDAHULUAN. Adapun nilai tersebut adalah unik, tidak dapat ditiru dan tidak dapat digantikan

BAB I PENDAHULUAN. berjalansecara berkesinambungan, maka sangat dibutuhkan karyawan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. pada individu akibat menanggung peran ganda, baik dalam pekerjaan (work)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. I PENDAHULUAN. dapat berprestasi sebaik mungkin demi mencapai tujuan organisasi. Karyawan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Turnover Intention Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori turnover intention. Handoko (2000) turnover merupakan tantangan khusus bagi pengembangan sumber daya manusia. Widodo (2010) menyatakan turnover intention adalah keinginan untuk keluar dari perusahaan, yang dimana alasan seseorang untuk melakukan hal ini adalah karena ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik dari pekerjaan sebelumnya. Robbins dan Timothy (2008) menyatakan pendapat yang sama bahwa turnover dapat terjadi secara sukarela (voluntary turnover) maupun secara tidak sukarela (involuntary turnover). Voluntary turnover merupakan keputusan karyawan untuk meninggalkan organisasi secara sukarela yang disebabkan oleh faktor seberapa menarik pekerjaan yang ada saat ini, sedangkan involuntary turnover atau pemecatan merupakan keputusan para pemberi kerja untuk memutuskan hubungan kerja dan keputusan ini bersifat tidak dapat dikontrol bagi karyawan yang mengalaminya (Robbins dan Timothy, 2008). Turnover intention merupakan masalah yang sering timbul pada sebuah organiasasi yang menyangkut keinginan keluarnya karyawan dalam sebuah organisasi. Lucas (2012) menyatakan Turnover intention menjadi masalah penting karena biaya untuk mengganti Individu yang keluar akan berdampak pada 10

pendapatan perusahaan. Turnover intention dikatakan mahal karena menimbulkan biaya perekrutan, biaya pelatihan,dan biaya lainnya (Boushey dan Glynn, 2012). Itulah sebabnya organisasi harus berusaha untuk mengurangi turnover semaksimal mungkin karena secara langsung akan berpengaruh terhadap kualitas dan profitabilitas perusahaan. Detienne et al. (2012) menyatakan Turnover intention merupakan sebuah konsep yang telah menarik minat dari para praktisi dan peneliti, yang akhirnya banyak mendefinisikan sebagai "hasrat keinginan sadar dan terencana untuk meninggalkan organisasi". Pendapat yang sama dikemukakan oleh Harnoto (2002) turnover intention pada dasarnya adalah sama, keinginan berpindahnya karyawan dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya walaupun banyak hal mendasar yang membuat karyawan ingin berpindah. Witasari (2009) menyatakan terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keinginan karyawan untuk keluar dari sebuah organisasi. Indikator tesebut adalah sebagai berikut: 1) Individu berfikir untuk meninggalkan organisasi. Individu berfikir untuk meninggalkan organisasi dapat didefinisikan sebagai keinginan keluarnya individu yang didasari oleh berfikirnya individu untuk pindah pada organisasi lain. 2) Individu ingin memperoleh pekerjaan baru pada organisasi lain. Individu ingin memperoleh pekerjaan baru dapat didefinisikan sebagai bagaimana seorang individu menilai organisasi pesaing dengan organisasinya sekarang. 11

3) Individu ingin meninggalkan organisasi dalam waktu dekat. Individu meninggalkan organisasi dalam waktu dekat merupakan keinginan karyawan untuk berpindah organisasi yang didasari keinginan karyawan karena masalah saat ini. 4) Individu ingin meninggalkan organisasi bila ada kesempatan. Individu ingin meninggalkan organisasi bila ada kesempatan merupakan keinginan karyawan untuk berpindah bila terdapat kesempatan atau peluang untuk pindah ke organiasasi lain. Kesimpulan dari penjelasan yang sudah dijelaskan dapat diperoleh bahwa turnover intention merupakan keinginan seseorang untuk berpindah kerja ke satu perusahaan ke perusahaan lainnya, dikarenakan ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya. 2.2 Landasan Konsep 2.2.1 Leader-Member Exchange Berrin dan Talya (2015) berpendapat teori Leader-Member Exchange terletak pada asumsi bahwa pemimpin mempengaruhi karyawan dalam kelompok mereka (disebut sebagai anggota) melalui kualitas hubungan yang baik, hubungan kualitas tinggi yang ditandai dengan kepercayaan, keinginan, rasa hormat, profesional, dan loyalitas. Teori LMX adalah gagasan bahwa pemimpin memperlakukan bawahan mereka berbeda dengan kualitas pertukaran sosial di antara mereka (Yimo Shen et al., 2014). Liden dan Graen (1980) berpendapat mengenai teori leader-member exchange yaitu para pemimpin mengembangkan hubungan dari berbagai kualitas dan diferensiasi dengan bawahan mereka. 12

Foa dan Foa (1974) menyatakan teori LMX ini terintegrasi dengan teori sumber daya dan berpendapat bahwa semua jenis sumber daya (uang, barang, jasa, status, informasi, dan afiliasi) yang diidentifikasi dapat dipertukarkan dalam konteks hubungan antara pemimpin dan anggota. Graen dan Cashman (1975) menyatakan bahwa para pemimpin mengembangkan jenis diferensial hubungan dengan masing-masing bawahan mereka melalui serangkaian pertukaran yang berhubungan dengan kualitas pertukaran Leader-Member Exchange (LMX), hubungan ini diasumsikan untuk mencerminkan sejauh mana pemimpin dan bawahan saling tukar sumber daya dan dukungan. Yukl (2004:119) menyatakan dasar pemikiran dari teori LMX adalah bahwa para pemimpin mengembangkan hubungan atasan dan bawahan yang berbeda dengan masing-masing bawahan. Dalam leader-member exchange terdapat 2 aspek yang menjadi perhatian setiap penelitian dimana terdapat aspek in-group dan out-group. Graen dan Mary (1995) berpendapat mengenai aspek in-group dan out-group seperti : 1) jika anggota tim membuktikan diri setia, dapat dipercaya menghormati dan berkewajiban, mereka dimasukkan ke dalam In-Group. Kelompok ini terdiri dari anggota tim bahwa manajer saling percaya. Manajer memberikan kelompok ini sebagian besar perhatian mereka, memberikan pekerjaan yang menantang dan menarik, dan menawarkan kesempatan untuk pelatihan tambahan dan kemajuan. Kelompok ini juga mendapat lebih banyak waktu dengan manajer. Seringkali, orang-orang dalam kelompok ini memiliki kepribadian yang sama dan bekerja dengan etika yang baik kepada manajer mereka. 13

2) jika anggota tim mengkhianati kepercayaan dari manajer, atau membuktikan bahwa mereka tidak termotivasi atau tidak kompeten, mereka dimasukkan ke dalam Out-Group. pekerjaan ini kelompok ini sering dibatasi dan tidak menantang. Out-Group anggota cenderung kurang memiliki akses kepada manajer, dan sering tidak menerima kesempatan untuk pertumbuhan atau kemajuan. Liden dan Maslyn (1998) menyatakan dimensi yang menjadi tolak ukur pengukuran leader-member exchange (LMX) adalah sebagai berikut : 1) Loyalitas merupakan kesetiaan atasan kepada bawahan dalam situasi apapun. 2) Afeksi merupakan bentuk kepedulian antara atasan dan bawahan karena sikap kepribadian yang dimiliki. 3) Professional Respect yaitu persepsi sejauh mana setiap hubungan timbal balik telah memiliki dan membangun reputasi di dalam atau luar organisasi, sehingga menjadi unggul di bidang kerjanya. 4) Contribution yaitu persepsi jumlah, arah, dan kualitas aktifitas yang berorientasi pada tugas di tingkat tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang saling menguntungkan. Kesimpulan dari penjelasan yang sudah dijelaskan dapat diperoleh bahwa Leader-member exchange merupakan pertukaran sosial antara pemimpin dan anggota yang dapat meliputi Sumber daya seperti uang, barang, jasa, status, informasi, dan afiliasi untuk memperoleh hubungan dan dukungan yang baik diantara keduanya. 14

2.2.2 Role Stress Goolsby (1992) menyatakan teori Role Stress menunjukkan bahwa stres terdiri dari beberapa dimensi termasuk konflik peran, peran yang berlebihan, dan ambiguitas peran, karyawan yang menderita role stress dapat secara emosional mengalami kelelahan, tidak mau menanggapi pelanggan, merasa terlepas dari pekerjaan mereka, dan jika tidak ditanggapi akan berdampak pada kinerja dan keinginan keluar karyawan tersebut. Kahn dan Quinn (1970) menyatakan dalam teori role stress, ketika pekerja mengalami stres di tempat kerja, mereka berusaha untuk mengatasi peran stres mereka di perusahaan dan hal ini akan dapat menimbukan penurunan kinerja bagi perusahaan. Role Stress yang parah akan menyebabkan karyawan menderita konsekuensi yang lebih serius seperti kelelahan kerja, yang akan menyebabkan keinginan untuk berpindah (Yefei Yang et al., 2015). Kim dan Stoner (2008) menyatakan beberapa dimensi yang dapat dijadikan pengukuran dalam variabel role stress seperti : 1) Role overload merupakan kurangnya sumber daya memadai yang diperlukan untuk memenuhi harapan dan tuntutan pekerjaan 2) Konflik peran merupakan tuntutan atau permintaan yang kurang tepat pada seseorang, hal ini berarti adanya konflik antara tuntutan dari organisasi dengan nilai-nilai yang dimiliki seorang pegawai atau konflik karena menerima serangkaian penugasan yang sulit. 15

3) Ambiguitas peran merupakan tingkat ambiguitas terhadap tuntutan, kriteria, dan peran yang berkaitan dengan tugas-tugas lain diluar tanggung jawab pekerja. Kesimpulan dari penjelasan yang sudah dijelaskan dapat diperoleh bahwa Role stress merupakan konflik peran yang dapat mengakibatkan stres berkepanjangan, dan pada akhirnya akan mengakibatkan karyawan tersebut merasa terlepas dari pekerjaan dan tanggung jawab tugas mereka sebagai karyawan pada suatu perusahaan. 2.2.3 Perceived Organizational Support Caesens (2014) berpendapat sebuah teori dukungan organisasi atau percevied organiasional support disimpulkan dari pendekatan pertukaran sosial untuk menggambarkan hubungan karyawan dan organisasi. Perceived organizational support biasanya menghasilkan kewajiban pada karyawan untuk memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan organisasi dan membantu organisasi untuk mencapai tujuannya (Dhar, 2012). Perceived organizational support menentukan keyakinan mengenai sejauh mana organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli tentang kesejahteraan mereka yang dalam hal ini individu dalam organisasi (Eisenberger et al., 1986). Karyawan mengakui dukungan yang mereka peroleh dari organisasi, mereka merasa bahwa mereka memiliki kewajiban untuk itu, dan mengakui perlakuan menguntungkan ini dengan menunjukkan komitmen yang berharga (Eisenberger, Fasolo, dan Davis-LaMastro, 1990). Beberapa studi empiris telah mengidentifikasi proses yang mendasari pengaruh positif perceived 16

organizational support pada kesejahteraan karyawan dan turnover (Baran dan Miller 2012). Eisenberger dan Stinglhamber (2011) menyatakan perceived organizational support akan meningkatkan minat karyawan untuk tugas-tugas mereka dalam beberapa cara seperti: 1) Dengan menciptakan antara keyakinan karyawan dan harapan, organisasi mereka akan menyediakan bantuan dan sumber daya emosional ketika diperlukan. 2) Dengan menciptakan antara kinerja dengan harapan karyawan bahwa mereka akan mendapatkan timbal balik untuk kinerja tinggi. 3) Dengan memenuhi kebutuhan Sosial hingga emosional mereka seperti kebutuhan mereka, harga diri, dan memperkuat diri mereka dengan pendekatan motivasi. Allen dan Brady (1997) mengemukakan tiga dimensi yang menjadi perhatian dalam pengukuran perceived organizational support sebagai berikut: 1) Sikap organisasi terhadap ide karyawan. Sikap organiasasi terhadap ide karyawan didefinisikan sebagai sebuah keadaan dimana organisasi mau dan dapat menanggapi atau menerima pendapat karyawannya. 2) Respon terhadap karyawan yang mengalami masalah. Respon terhadap karyawan yang mengalami masalah dapat didefinisikan sebagai komitmen yang diambil organiasi untuk membantu karyawan yang sedang tertimpa masalah pekerjaan. 17

3) Respon terhadap kesejahteraan karyawan Respon terhadap kesejahteraan karyawan merupakan sebuah dukungan yang diberikan organisasi kepada karyawan untuk mengoptimalkan kinerjanya. Pemberian reward oleh organisasi sebagai salah satu bentuk kepedulian kesejahteraan karyawan. Kesimpulan dari penjelasan yang sudah dijelaskan dapat diperoleh bahwa Perceived organizational support adalah sebuah persepesi dukungan organisasi yang dapat membantu para karyawan untuk memenuhi kebutuhan mereka ditempat kerja. 2.3 Kerangka Konsep Yimo Shen et al. (2014) Leader-member exchange tinggi ditandai dengan adanya pertukaran sumber daya yang dalam hal ini, para pemimpin memberikan dukungan, peluang perkembangan, mentoring dan manfaat lainnya kepada karyawan. Kekuatan hubungan dari leader-member exchange membuat para karyawan merasa bahwa mereka adalah bagian dari kelompok, hal ini yang akan menghasilkan pencegahan untuk niat karyawan untuk keluar. Eisenberger et al. (1986) menyatakan bahwa persepsi dukungan organisasi yang dirasakan menciptakan kewajiban, dimana karyawan tidak hanya merasa bahwa mereka seharusnya berkomitmen untuk pimpinan mereka, tetapi juga merasakan suatu kewajiban untuk membalas budi dengan menempatkan diri dalam upaya lebih ke pekerjaan mereka. Lum et al. (1998) menjelaskan turnover intention merupakan keinginan individu untuk keluar dari organisasi yang 18

disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut kepentingan perusahaan dengan individu. Berdasarkan penjabaran teori-teori yang sudah dijelaskan, maka untuk memperjelas pengaruh antara variabel leader-member exchange, role stress, perceived organizational support dan turnover intention, dibuatkanlah kerangka berfikir penelitian pada gambar 2.1 : Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian Leader-Member Exchange (X1) Role Stress (X2) H2 H1 Turnover Intention (Y) Perceived Organizational Support (X3) H3 Sumber : Hı: Gouldner (1960), Blau (1964), Kim dan Michàlle (2014), Yimo Shen et al. (2014). H2: Hopkins et al. (2010), Firth et al. (2004), Desiana dan Soetjipto (2006). Hз : Ariani (2011), Dhar (2012), Aulia (2012), Newman et al. (2012). Gambar 2.1 menunjukkan bahwa Hı adalah hipotesis yang menjelaskan Leader-Member Exchange berpengaruh negatif terhadap Turnover Intention pada karyawan hotel Griya Santrian. H2 adalah hipotesis yang menjelaskan Role Stress 19

secara positif berpengaruh terhadap Turnover intention pada karyawan hotel Griya Santrian. H3 adalah Perceived Organizational Support berpengaruh negatif terhadap Turnover intention pada karyawan hotel Griya Santrian. 2.4 Rumusan Hipotesis 2.4.1 Pengaruh Leader-Member Exchange terhadap Turnover Intention pada karyawan hotel Griya Santrian. Menurut teori pertukaran sosial, ketika seseorang melakukan kebaikan untuk orang lain, orang yang memberikan kebaikan mengharapkan perilaku yang sama di masa depan dari orang yang menerima bantuan (Gouldner, 1960). Sikap atau perilaku pekerja tergantung pada sejauh mana mereka merasakan keseimbangan dalam pertukaran sosial yang terjadi di tempat kerja (Blau, 1964). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan secara empiris peran penting dalam hasil LMX, (Kim dan Michàlle, 2014) ketika seorang pekerja merasakan hubungan yang seimbang antara mereka dengan pemimpin atau supervisor, pekerja akan lebih menikmati pekerjaan mereka dan akan mengurangi turnover intention. Namun dukungan pengawasan lebih bergantung pada hubungan emosional sedangkan leader-member exchange lebih bergantung pada kualitas hubungan interaktif (Yimo Shen et al., 2014). H1 : Leader-Member Exchange berpengaruh negatif signifikan terhadap Turnover Intention pada karyawan hotel Griya Santrian. 20

2.4.2 Pengaruh Role Stress terhadap Turnover Intention pada karyawan hotel Griya Santrian. Role Stress dalam hal ini menyangkut dukungan yang tidak cukup, penghasilan yang rendah, pelatihan yang tidak memadai, dan target yang tidak tercapai dapat menyebaban karyawan merasakan role stress yang sangat tinggi dalam organisasi mereka, penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa, ketika pekerja mengalami stres di tempat kerja mereka, mereka akan berusaha mengatasi stres tersebut dengan melakukan turnover (Kim dan Michàlle, 2014). Hopkins et al. (2010) dalam penelitiannya menyatakan lingkungan kerja merupakan faktor utama yang secara signifikan mempengaruhi stres antar pekerja. Pendapat berbeda dikemukakan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Firth et al. (2004) yang menyatakan bahwa role stress tidak hanya berpengaruh pada pengurangan rasa puas terhadap pekerjaan, tetapi juga merupakan variabel penyumbang terbesar terhadap turnover intention dari organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Desiana dan Soetjipto (2006), menemukan bahwa role stressor yang terdiri dari role ambiguity, role conflict, dan role overload berkaitan dengan ketidakpuasan dan turnover intention pada karyawan. Dengan kata lain tingkat stres yang tinggi akan mengakibatkan turnover yang tinggi. Pengaruh antara role stres dan turnover masih belum sepenuhnya dieksplorasi, maka dengan demikian, akan dikemukakan hipotesis berikut. H2 : Role Stress berpengaruh positif signifikan terhadap Turnover Intention pada karyawan hotel Griya Santrian. 21

2.4.3 Pengaruh Perceived Organizational Support terhadap Turnover Intention pada karyawan hotel Griya Santrian Pada dasarnya perceived organizational support yang tinggi cenderung menurunkan keinginan karyawan untuk meninggalkan organisasinya (Ariani, 2011). Dhar (2012) menyatakan perceived organizational support didasarkan pada hubungan timbal balik antara pekerja dan organisasi, ketika para pekerja merasakan timbal balik yang baik dari organisasi, mereka akan cenderung untuk membalas kebaikan tersebut ke organisasi, termasuk upaya dalam mengurangi tingkat turnover intention. Penelitian yang dilakukan Aulia (2012) menyatakan bahwa perceived organizational support memiliki pengaruh yang signifikan terhadap turnover intention pada karyawan hotel. Penelitian yang dilakukan oleh Newman et al. (2012) dengan menggunakan alat uji SEM (Structured Equation Modeling) menemukan bahwa POS (Perceived Organizational Support) berpengaruh negatif signifikan terhadap keinginan untuk meninggalkan organisasi. Maka dalam hal ini peneliti ingin meneliti hubungan antara perceived organizational support dengan turnover intention dalam organisasi yang terdapat pada perusahaan jasa yaitu hotel Griya Santrian. H3: Perceived Organizational Support berpengaruh negatif signifikan terhadap Turnover Intention pada karyawan hotel Griya Santrian. 22