HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAHAN METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB

Lampiran 1. Bagan Lahan Penelitian. Ulangan I. a V1P2 V3P1 V2P3. Ulangan II. Ulangan III. Keterangan: a = jarak antar ulangan 50 cm.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983), hasil analisis tanah awal menunjukkan tanah bereaksi agak masam dengan ph sebesar 5.70. Kandungan C-organik tergolong tinggi (1.20%) dan kandungan N-total di dalam tanah termasuk rendah yaitu 0.13%. Ketersediaan P di dalam tanah sebesar 2.2 ppm. Unsur hara makro K, Ca, Na, dan kapasitas tukar kation tergolong rendah berturut-turut 0.21, 3.02, 0.28, dan 15.86 me/100g. Kejenuhan basanya termasuk sedang sebesar 29.26%. Tekstur tanah termasuk liat dengan perbandingan komposisi pasir, debu, dan liat berturut-turut 6.93, 23.26, dan 69.81%. Setelah dilakukan pemberian kapur, abu sekam, bahan organik, dan dekomposer, terjadi peningkatan status hara makro, kemasaman tanah, tingkat kejenuhan basa, kapasitas tukar kation, hara mikro Mn, dan logam berat Zn, sedangkan kandungan hara mikro Fe serta logam berat Cu mengalami penurunan. Hasil analisis tanah sebelum dan setelah aplikasi bahan organik dan dekomposer disajikan pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil analisis hara bahan organik (Tabel 6), masing-masing bahan organik memiliki keunggulan dalam unsur hara tertentu. T. diversifolia mengandung unsur C, N, dan K tertinggi. Pupuk kandang ayam mengandung unsur N, P, dan K lebih tinggi daripada jerami padi, selain itu pupuk kandang ayam mengandung unsur hara mikro Fe, Cu, Zn, dan Mn tertinggi. Tabel 6. Hasil Analisis Hara Bahan Organik Bahan C N P K Ca Mg Fe Cu Zn Mn Organik (ppm).......(ppm) Pupuk kandang 21.56 1.14 0.68 1.65 2.21 0.38 26 600.00 214.00 360.00 920.00 ayam Jerami padi 34.20 0.93 0.20 1.52 0.08 0.07 1 207.05 10.51 24.25 273.80 Tithonia diversifolia 54.88 3.06 0.25 5.75 1.69 0.16 297.70 32.40 157.80 235.90 Hasil analisis hara dekomposer (Tabel 7) menunjukkan cairan pupuk kandang ayam mengandung unsur hara makro P, Ca, Mg, dan unsur hara mikro

26 Fe, Zn, Mn tertinggi. Unsur hara makro N dan K pada cairan pupuk kandang dan cairan pupuk kandang & T. diversifolia bernilai sama. Tabel 7. Hasil Analisis Hara Dekomposer Dekomposer C N P K Ca Mg Fe Cu Zn Mn (%)........ (ppm). Cairan pupuk kandang ayam 4.96 0.03 0.17 0.39 0.20 0.10 1 003.10 3.39 21.38 55.20 Cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia 5.06 0.03 0.16 0.39 0.19 0.08 828.50 5.06 20.60 44.50 Pupuk hayati Bioextrim - 0.09 0.14 0.11 0.04 - - - - - Keterangan : (-) unsur hara tidak diamati Setelah masa dekomposisi bahan organik pupuk kandang ayam, jerami padi, dan T. diversifolia selama 30 hari, dapat terlihat bahwa pupuk kandang ayam dan T. diversifolia memiliki tingkat dekomposisi yang lebih cepat dibandingkan dengan jerami padi. Proses dekomposisi juga dibantu dengan pemberian tiga jenis dekomposer, akan tetapi dengan penambahan tersebut juga tidak memberikan pengaruh terhadap jerami padi yang masih tersisa karena bentuknya masih utuh sampai waktu dekomposisi selesai (Gambar 2). Gambar 2. Tanah dan Tingkat Dekomposisi Ketiga Jenis Bahan Organik Sebelum Penanaman Kedelai Penelitian ini dilakukan pada bulan basah (periode Desember 2010-April 2011) dengan curah hujan tertinggi pada bulan April dan curah hujan terendah pada bulan Februari. Temperatur rata-rata sebesar 27.04 o C dan intensitas cahaya matahari rata-rata sebesar 8 197.2 cal/cm 2 /menit (Tabel 8). Tabel 8. Data Temperatur, Intensitas Cahaya Matahari, dan Curah Hujan di Wilayah Dramaga Bulan Desember 2010-April 2011 Bulan Temperatur ( o Intensitas Cahaya Matahari C) (cal/cm 2 /menit) Curah Hujan (mm) Desember 2010 26.90 7 699 177.30 Januari 2011 27.10 7 182 202.70 Februari 2011 27.30 7 909 86.00 Maret 2011 27.00 8 687 140.00 April 2011 26.90 9 509 278.40 Sumber : Stasiun Klimatologi Dramaga, Bogor

27 Lahan yang digunakan untuk penanaman kedelai merupakan lahan bekas penanaman padi sawah. Pada saat penanaman kedelai dilakukan (16 Januari 2011) kondisi tanah pada 20 petak depan kering dan berbongkah-bongkah, sedangkan 10 petak belakang masih berlumpur. Benih mulai berkecambah pada 7 HST dengan persentase tumbuh benih kedelai sebesar 79.55%. Beberapa benih kedelai tidak tumbuh karena terserang cendawan Aspergilus flavus. Gejala serangan cendawan tersebut dilihat dari permukaan benih yang ditutupi hifa berwarna putih sampai kecokelatan sehingga benih tidak dapat tumbuh. Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 7 hari setelah tanam dengan mengganti tanaman yang tidak tumbuh. Persentase tumbuh benih setelah dilakukan penyulaman berubah menjadi 84.66%. Tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 39 HST dan berbunga lebih dari 75% setelah 44 HST. Polong mulai terbentuk saat tanaman berumur 49 HST. Pada saat umur tanaman 7 MST ditemukan banyak daun tetrafoliet dan pentafoliet pada semua petak tetapi yang paling banyak adalah pada petakan dengan perlakuan bahan organik T. diversifolia. Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya kandungan hara yang tersedia untuk tanaman kedelai sehingga memacu pertumbuhan daun yang hebat. Petak yang diberi bahan organik T. diversifolia mempunyai keragaan yang bagus, yaitu warna daun lebih hijau, daun lebih lebar, dan tajuk lebih rimbun (Gambar 3). Gambar 3. Petakan Penelitian (Kiri : Pupuk Kandang Ayam + Cairan Pupuk Kandang Ayam; Tengah : Jerami Padi + Cairan Pupuk Kandang Ayam; dan Kanan : T. diversifolia + Cairan Pupuk Kandang Ayam) Gulma dominan yang terdapat di lahan adalah Ageratum conyzoides, Cyperus iria, Cynodon dactylon, Euphorbia hirta, Ludwigia octovalvis, Mimosa pudica, dan Physalis angulata. Sejak 2 MST tanaman mulai terserang hama Spodoptera litura, ulat bulu (Dasychira inclusa), belalang (Oxya sp.), dan ulat

28 penggulung daun (Lamprosema indicata) yang banyak merusak bagian daun kedelai. Pada saat fase berbunga muncul hama Anaplocnemis phasiana yang menyerang bagian pucuk dan pada saat fase membentuk polong, muncul hama kepik hijau (Nezara viridula) dan kepik penghisap polong (Riptortus linearis). Penyakit yang menyerang tanaman adalah hawar bakteri (Pseudomonas syringae pv glycinea), mulai menyerang daun kedelai pada 5 MST dengan serangan sebanyak 100% (Gambar 4). Semua daun pada tanaman kedelai terserang penyakit hawar bakteri. Daun dapat terserang penyakit hawar bakteri sebanyak 100% kemungkinan disebabkan oleh keadaan lingkungan yang mendukung timbulnya bakteri penyebab penyakit ini. Menurut Saleh dan Hardaningsih (2007) penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas syringae pv. glycinea. Di Indonesia penyakit hawar bakteri banyak terdapat di dataran tinggi. Suhu yang relatif tinggi dan cuaca basah mendorong perkembangan penyakit hawar bakteri. Gejala awal pada daun berupa bercak kecil, tembus cahaya, dan tampak kebasahan berwarna kekuningan atau cokelat muda. Bercak kemudian membesar, bagian tengahnya mengering berwarna cokelat tua atau cokelat kehitaman dikelilingi oleh lingkaran halo kebasahan. Beberapa bercak dapat bersatu menjadi bercak yang besar dan bagian tengahnya nekrotik sehingga daun sobek-sobek. Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai dapat dilihat pada Tabel 9. Gambar 4. Gejala Serangan Patogen Penyebab Penyakit Hawar Bakteri

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan dan Produksi Kedelai pada Perlakuan Bahan Organik dan Dekomposer Peubah Umur (MST) Bahan Organik (O) Dekomposer (D) O*D KK (%) Jumlah benih tumbuh 2 * tn tn 8.49 Tinggi tanaman (cm) 3 tn tn tn 5.88 5 tn tn tn 8.33 7 tn tn tn 8.79 9 tn tn tn 8.09 11 tn tn tn 8.09 13 tn tn tn 8.09 Jumlah cabang 3 ** ** tn 3.94 5 ** tn tn 8.38 7 ** tn tn 12.26 9 ** tn tn 11.58 11 ** tn tn 11.67 Jumlah cabang produktif 13 ** tn tn 11.53 Jumlah daun 3 tn tn tn 3.91 5 tn tn tn 9.42 7 tn tn tn 6.35 9 tn tn tn 11.27 11 tn tn tn 19.04 Jumlah daun tetrafoliet 7 ** ** tn 3.28 Jumlah daun pentafoliet 7 ** ** tn 6.02 Laju asimilasi bersih (g/cm 2 /minggu) 5-7 tn tn tn 0.19 7-9 tn * * 0.12 Laju tumbuh relatif (g/minggu) 5-7 tn tn tn 13.09 7-9 tn tn tn 7.81 Indeks luas daun (cm 2 ) 5 tn tn tn 12.45 7 ** ** ** 28.91 9 ** ** ** 27.92 Bobot basah tajuk (g) 7 ** ** ** 20.29 Bobot basah akar (g) 7 ** ** ** 15.89 Bobot basah bintil akar (g) 7 ** tn tn 5.61 Bobot kering tajuk (g) 7 ** ** ** 23.55 Bobot kering akar (g) 7 ** tn * 5.97 Bobot kering bintil akar (g) 7 ** tn tn 1.82 Kadar air daun (%) 7 tn tn tn 17.12 Intensitas serangan hama (%) 8 ** ** tn 6.68 10 ** tn * 22.17 Intensitas keparahan penyakit (%) 8 ** ** tn 1.49 Jumlah polong bernas 13 tn tn tn 24.54 Jumlah polong hampa 13 * tn tn 20.59 Bobot kering polong bernas (g) 13 tn tn tn 27.56 Bobot kering polong hampa (g) 13 tn tn tn 17.85 Bobot kering tajuk (g) 13 tn tn tn 15.42 Bobot kering kulit polong (g) 13 tn tn tn 23.71 Bobot kering biji (g) 13 tn tn tn 24.38 Bobot kering akar (g) 13 tn tn tn 12.01 Jumlah tanaman panen 13 * tn tn 10.44 Bobot 100 butir biji 13 tn tn tn 8.99 Bobot kering biji petak bersih (7.5 m 2 ) (g) 13 * tn tn 22.37 Bobot kering biji petak pinggir (g) 13 tn tn tn 21.23 Produktivitas (ton/ha) 13 * tn tn 22.37 Keterangan : (tn) Tidak berbeda nyata; (*) Berbeda nyata pada taraf 5%; (**) Berbeda nyata pada taraf 1%; Hasil transformasi (x+0.5) 29

30 Hasil A. Pengaruh Bahan Organik terhadap Komponen Pertumbuhan Kedelai Penggunaan pupuk kandang ayam, jerami padi, dan T. diversifolia berpengaruh nyata pada jumlah benih tumbuh; jumlah cabang 3, 5, 7, 9, 11 MST, dan jumlah cabang produktif; jumlah daun tetrafoliet; jumlah daun pentafoliet; indeks luas daun 7 dan 9 MST; bobot basah dan kering tajuk; bobot basah dan kering akar; bobot basah dan kering bintil akar; intensitas serangan hama; serta intensitas keparahan penyakit. Pemberian pupuk kandang ayam mampu memberikan jumlah cabang ratarata 15.2 dan 21.8% lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian jerami padi dan T. diversifolia. Selain itu, perlakuan pupuk kandang ayam juga dapat meningkatkan jumlah daun tetrafoliet dan pentafoliet rata-rata 64.3 dan 79.9% lebih tinggi dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya. Aplikasi bahan organik jerami padi menyebabkan intensitas serangan hama 8, 10 MST, dan keparahan penyakit dengan rata-rata berturut-turut sebesar 12.97, 13.15, dan 8.96% lebih tinggi daripada yang mendapat pupuk kandang ayam; serta sebesar 93.59, 495.60, dan 19.95% lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang mendapat T. diversifolia. Pada peubah intensitas serangan hama dan keparahan penyakit, aplikasi bahan organik T. diversifolia memberikan pengaruh yang paling sedikit dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya. Penambahan T. diversifolia menyebabkan jumlah benih tumbuh rata-rata 14.8 dan 4.6% lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan pupuk kandang ayam dan jerami padi. Pemberian T. diversifolia mampu meningkatkan indeks luas daun 7 dan 9 MST dengan rata-rata 42.29 dan 114.78% lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian dua bahan organik lainnya. Selain itu, pada pengamatan destruktif 7 MST, dengan pemberian T. diversifolia juga dapat memberikan hasil yang lebih baik dengan rata-rata bobot basah tajuk (48.52 dan 101.88%), bobot kering tajuk (52.08 dan 116.83%), bobot basah akar (39.19 dan 101.96%), bobot kering akar (58.33 dan 137.5%), bobot basah bintil akar (93.33 dan 1 350.00%), dan bobot kering bintil akar (50.00 dan 5 900.00%) lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemberian dua bahan organik lainnya (Tabel 10).

Tabel 10. Komponen Pertumbuhan Kedelai pada Perlakuan Tiga Jenis Bahan Organik Peubah Umur (MST) Pupuk Kandang Ayam Bahan Organik Tithonia Jerami Padi diversifolia Kontrol Jumlah benih tumbuh 2 336.3 b 369.2 a 386.1 a 382.3 Tinggi tanaman (cm) 3 12.79 12.88 13.53 12.59 5 26.81 26.02 26.29 24.72 7 48.95 49.63 47.06 46.45 9 51.06 52.22 49.76 49.85 11 51.06 52.22 49.76 49.85 13 51.06 52.22 49.76 49.85 Jumlah cabang 3 3.2 a+ 2.9 b+ 2.8 b+ 2.5 5 8.7 a+ 6.7 b 7.3 b 6.4 7 10.5 a+ 9.2 b 8.4 b 8.6 9 10.3 a+ 9.1 b 8.3 b 8.5 11 10.2 a+ 9.1 b 8.1 b 8.4 Jumlah cabang produktif 13 9.8 a 8.8 b 7.9 b 8.3 Jumlah daun 3 2.8 2.8 2.8 + 2.6 5 6.6 5.9 6.1 6.0 7 12.4 11.5 11.5 11.6 9 8.3 8.1 7.9 7.7 11 10.6 10.3 10.7 10.1 Jumlah daun tetrafoliet 7 135.1 a+ 77.3 c+ 87.8 b+ 68.0 Jumlah daun pentafoliet 7 37.1 a+ 17.8 c+ 24.6 b+ 8.7 Laju asimilasi bersih (g/cm 2 /minggu) 5-7 3x10-3 1x10-3 2.5x10-3 4.5x10-4 7-9 2.5x10-3 1.3x10-3 8x10-4 1x10-3 Laju tumbuh relatif (g/minggu) 5-7 0.34 0.15 0.28 0.05 7-9 0.17 0.11 0.07 0.12 Indeks luas daun (cm 2 ) 5 0.56 0.49 0.83 0.60 7 1.03 b 0.69 b 1.50 a+ 0.76 9 1.13 b 0.74 b 1.57 a+ 0.81 Bobot basah tajuk (g) 7 5.07 b 3.73 c 7.53 a+ 4.70 Bobot basah akar (g) 7 0.74 b+ 0.51 c 1.03 a+ 0.52 Bobot basah bintil akar (g) 7 0.15 b 0.02 c 0.29 a+ 0.05 Bobot kering tajuk (g) 7 1.44 b 1.01 c 2.19 a+ 1.41 Bobot kering akar (g) 7 0.24 b 0.16 c 0.38 a+ 0.20 Bobot kering bintil akar (g) 7 0.04 b 1x10-3 c 0.06 a+ 9x10-3 Kadar air daun (%) 7 71.15 68.55 69.25 55.69 Intensitas serangan hama (%) 8 22.98 b+ 25.96 a+ 13.41 c+ 29.16 10 9.58 b+ 10.84 a+ 1.82 c+ 5.48 Intensitas keparahan penyakit (%) 8 69.08 b+ 75.27 a+ 62.75 c+ 79.46 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada α = 5 atau 1%; Angka yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada α = 5% berdasarkan uji t-dunnett. 31

32 Berdasarkan uji t-dunnett, perlakuan bahan organik pupuk kandang ayam berbeda nyata lebih tinggi terhadap kontrol pada peubah jumlah cabang 3 hingga 11 MST; jumlah daun tetrafoliet dan pentafoliet; bobot basah akar; intensitas serangan hama 8 dan 10 MST; serta intensitas keparahan penyakit. Perlakuan jerami padi yang dibandingkan dengan kontrol memberikan hasil berbeda nyata lebih tinggi pada jumlah cabang 3 MST; jumlah daun tetrafoliet dan pentafoliet; serta intensitas serangan hama 10 MST. Penambahan T. diversifolia berbeda nyata lebih tinggi terhadap jumlah cabang dan jumlah daun 3 MST; jumlah daun tetrafoliet dan pentafoliet; indeks luas daun 7 dan 9 MST; bobot basah dan kering tajuk; bobot basah dan kering akar; bobot basah dan kering bintil akar; intensitas serangan hama; serta intensitas keparahan penyakit jika dibandingkan dengan kontrol (Tabel 10). B. Pengaruh Dekomposer terhadap Komponen Pertumbuhan Kedelai Penambahan dekomposer cairan pupuk kandang ayam menyebabkan jumlah cabang tanaman kedelai 3 MST rata-rata 3.3 dan 6.9% lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang mendapat cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia dan pupuk hayati. Selain itu, pemberian cairan pupuk kandang ayam dapat menyebabkan laju asimilasi bersih 7-9 MST rata-rata 180.00 dan 268.42% lebih tinggi daripada pemberian dua dekomposer lainnya. Pengaruh dekomposer cairan pupuk kandang ayam juga mampu meningkatkan jumlah daun tetrafoliet (2.0 dan 4.2%) dan pentafoliet (5.2 dan 10.2%) lebih tinggi dibandingkan dengan dua dekomposer lainnya. Pemberian pupuk hayati menyebabkan indeks luas daun 7 dan 9 MST ratarata 72.70 dan 33.73% lebih tinggi dibandingkan dengan cairan pupuk kandang ayam dan cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia. Penambahan pupuk hayati juga memberikan hasil yang lebih tinggi pada bobot basah tajuk (44.13 dan 28.49%), bobot basah akar (43.08 dan 32.86%), dan bobot kering tajuk (44.78 dan 42.65%) daripada penambahan cairan pupuk kandang ayam dan cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia. Aplikasi pupuk hayati menyebabkan intensitas serangan hama dan keparahan penyakit 8 MST dengan rata-rata 9.06 dan 1.35 % lebih tinggi dibandingkan dengan dua dekomposer lainnya (Tabel 11).

Tabel 11. Komponen Pertumbuhan Kedelai pada Perlakuan Tiga Jenis Dekomposer Dekomposer Peubah Cairan Pupuk Umur Cairan Pupuk Kandang Ayam & (MST) Pupuk Hayati Kontrol Kandang Ayam Tithonia diversifolia Jumlah benih tumbuh 2 357.7 372.3 361.7 382.3 Tinggi tanaman (cm) 3 13.23 12.94 13.03 12.59 5 26.71 26.75 25.66 24.72 7 48.39 48.63 48.61 46.45 9 50.83 51.29 50.93 49.85 11 50.83 51.29 50.93 49.85 13 50.83 51.29 50.93 49.85 Jumlah cabang 3 3.1 a+ 3.0 a+ 2.9 b+ 2.5 5 7.8 + 7.6 + 7.3 6.4 7 9.7 9.7 8.9 8.6 9 9.4 9.5 8.8 8.5 11 9.3 9.5 8.6 8.4 Jumlah cabang produktif 13 8.9 9.2 8.5 8.3 Jumlah daun 3 2.8 2.8 + 2.7 2.6 5 6.3 6.3 6.0 6.0 7 11.8 12.1 11.5 11.6 9 8.3 8.4 7.6 7.7 11 11.3 10.7 9.6 10.1 Jumlah daun tetrafoliet 7 102.1 a+ 100.1 ab+ 98.0 b+ 68.0 Jumlah daun pentafoliet 7 27.7 a+ 26.3 ab+ 25.1 b+ 8.7 Laju asimilasi bersih (g/cm 2 /minggu) 5-7 2.5x10-3 1.9x10-3 2.4x10-3 4.5x10-4 Laju tumbuh relatif (g/minggu) 7-9 2.8x10-3 a 1x10-3 b 7.6x10-4 b 1x10-3 5-7 0.26 0.23 0.29 0.05 7-9 0.18 0.10 0.07 0.12 Indeks luas daun (cm 2 ) 5 0.57 0.59 0.73 0.60 7 0.78 b 1.03 b 1.40 a+ 0.76 9 0.88 b 1.11 ab 1.46 a+ 0.81 Bobot basah tajuk (g) 7 4.60 b 5.16 b 6.63 a+ 4.70 Bobot basah akar (g) 7 0.65 b 0.70 b 0.93 a 0.52 Bobot basah bintil 7 0.15 0.16 0.16 0.05 akar (g) Bobot kering tajuk (g) 7 1.34 b 1.36 b 1.94 a 1.41 Bobot kering akar (g) 7 0.24 0.23 0.31 0.20 Bobot kering bintil akar (g) 7 0.03 0.03 0.04 + 9x10-3 Kadar air daun (%) 7 66.15 70.64 72.16 55.69 Intensitas serangan hama (%) 8 20.89 a+ 19.47 b+ 21.98 a+ 29.16 10 6.89 7.69 7.67 5.48 Intensitas keparahan penyakit (%) 8 69.16 ab+ 68.29 b+ 69.65 a+ 79.46 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada α = 5 atau 1%; Angka yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada α = 5% berdasarkan uji t- Dunnett. 33

34 Berdasarkan uji t-dunnett pada komponen pertumbuhan kedelai, perlakuan kontrol memberikan nilai yang lebih tinggi daripada dekomposer cairan pupuk kandang ayam, cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia, dan pupuk hayati pada peubah jumlah benih tumbuh, intensitas serangan hama 8 MST, dan intensitas keparahan penyakit. Perlakuan kontrol memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya pada peubah intensitas serangan hama 8 MST dan intensitas keparahan penyakit (Tabel 11). C. Pengaruh Bahan Organik terhadap Komponen Produksi Kedelai Aplikasi bahan organik pupuk kandang ayam, jerami padi, dan T. diversifolia berpengaruh nyata terhadap jumlah polong hampa, jumlah tanaman panen, bobot kering biji petak bersih (7.5 m 2 ), dan produktivitas. Penambahan bahan organik pupuk kandang ayam menghasilkan jumlah polong hampa (88.2 dan 18.5%) dan bobot kering biji per 7.5 m 2 (36.64 dan 18.16%) lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan jerami padi dan T. diversifolia. Bobot 100 butir biji yang dihasilkan pada penelitian ini rata-rata hanya sebesar 9.24 g, bobot 100 butir biji ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan deskripsi menurut Sumarno et al. (1984) sebesar 10.00 g. Produktivitas kedelai nyata tertinggi didapatkan dari penambahan pupuk kandang ayam sebesar 1.00 ton/ha, sedangkan produktivitas kedelai dengan penambahan T. diversifolia dan jerami padi sebesar 0.85 dan 0.73 ton/ha. Penambahan bahan organik T. diversifolia mampu menghasilkan jumlah tanaman panen rata-rata 15.1 dan 3.7% lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan pupuk kandang ayam dan jerami padi. Hasil uji lanjut t-dunnett pada komponen produksi memberikan hasil berbeda nyata tertinggi hanya pada peubah jumlah polong hampa, dengan nilai lebih tinggi 2.09 daripada kontrol. Perbandingan dari ketiga perlakuan bahan organik dengan kontrol menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada komponen produksi lainnya. Akan tetapi, penambahan pupuk kandang ayam dan T. diversifolia memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan kontrol (Tabel 12).

Tabel 12. Komponen Produksi Kedelai pada Perlakuan Tiga Jenis Bahan Organik Peubah Pupuk Kandang Ayam Bahan Organik Tithonia Jerami Padi diversifolia Kontrol Jumlah polong bernas 24.1 19.1 21.4 19.5 Jumlah polong hampa 3.2 a+ 1.7 b 2.7 ab 1.1 Bobot kering polong bernas (g) 7.16 5.47 5.89 5.61 Bobot kering polong hampa (g) 0.42 0.19 0.43 0.42 Bobot kering tajuk (g) 4.18 2.72 3.81 3.20 Bobot kering kulit polong (g) 26.48 20.30 23.11 20.89 Bobot kering biji (g) 46.69 33.28 40.36 36.58 Bobot kering akar (g) 1.10 0.79 0.92 0.88 Jumlah tanaman panen 217.1 b 241.0 ab 249.9 a 255.3 Bobot 100 butir biji (g) 9.59 9.15 8.98 8.65 Bobot kering biji petak bersih (7.5 m 2 ) (g) 752.44 a 550.67 b 636.78 ab 738.33 Bobot kering biji petak pinggir (g) 150.22 135.33 181.22 184.00 Produktivitas (ton/ha) 1.00 a 0.73 b 0.85 ab 0.98 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada α = 5 atau 1%; Angka yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada α = 5% berdasarkan uji t-dunnett. 35 D. Pengaruh Dekomposer terhadap Komponen Produksi Kedelai Perlakuan dekomposer cairan pupuk kandang ayam, cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia, dan pupuk hayati tidak berpengaruh nyata pada semua komponen produksi, akan tetapi perlakuan pupuk hayati memberikan nilai tertinggi pada bobot kering biji petak bersih dan produktivitas dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya. Bobot kering biji petak bersih dengan penambahan dekomposer pupuk hayati lebih tinggi 1.25% dibandingkan dengan penambahan cairan pupuk kandang ayam dan 8.21% lebih tinggi daripada penambahan cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia. Produktivitas kedelai tertinggi didapatkan dari penambahan pupuk hayati jika dibandingkan dengan penambahan cairan pupuk kandang ayam dan cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia, dengan nilai berturut-turut 0.89, 0.88, dan 0.82 ton/ha. Akan tetapi produktivitas kedelai varietas Wilis yang dihasilkan dari penelitian ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan potensi produksi menurut Sumarno et al. (1984) sebesar 1.63 ton/ha. Perlakuan kontrol menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada komponen produksi bobot kering polong hampa, jumlah tanaman panen, bobot kering biji petak bersih (7.5 m 2 ), bobot kering biji petak pinggir, dan produktivitas jika

dibandingkan dengan perlakuan cairan pupuk kandang ayam, cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia, dan pupuk hayati (Tabel 13). Hal ini dapat disebabkan oleh letak petakan kontrol yang sejak saat penanaman memiliki kondisi tanah berlumpur dan cukup air. Tabel 13. Komponen Produksi Kedelai pada Perlakuan Tiga Jenis Dekomposer Dekomposer Peubah Cairan Cairan Pupuk Pupuk Kandang Ayam & Pupuk Kontrol Kandang Tithonia Hayati Ayam diversifolia Jumlah polong bernas 23.0 20.6 21.0 19.5 Jumlah polong hampa 2.8 2.5 2.3 1.1 Bobot kering polong bernas (g) 6.64 5.83 6.05 5.61 Bobot kering polong hampa (g) 0.37 0.30 0.37 0.42 Bobot kering tajuk (g) 3.85 3.84 3.01 3.20 Bobot kering kulit polong (g) 24.85 22.55 22.49 20.89 Bobot kering biji (g) 41.49 40.30 38.54 36.58 Bobot kering akar (g) 1.01 1.05 0.76 0.88 Jumlah tanaman panen 231.8 239.6 236.7 255.3 Bobot 100 butir biji (g) 9.18 9.39 9.15 8.65 Bobot kering biji petak bersih (7.5 m 2 ) (g) 658.00 615.67 666.22 738.33 Bobot kering biji petak pinggir (g) 149.56 159.11 158.11 184.00 Produktivitas (ton/ha) 0.88 0.82 0.89 0.98 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada α = 5 atau 1%; Angka yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada α = 5% berdasarkan uji t-dunnett. 36 E. Interaksi Bahan Organik dan Dekomposer terhadap Beberapa Komponen Pertumbuhan dan Produksi serta Intensitas Serangan Hama Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Tabel 9, interaksi antara bahan organik dan dekomposer berpengaruh nyata pada peubah laju asimilasi bersih 7-9 MST, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, indeks luas daun 7 dan 9 MST, serta intensitas serangan hama 8 MST. Kombinasi perlakuan bahan organik T. diversifolia dengan dekomposer pupuk hayati memberikan hasil tertinggi pada bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar dengan nilai 10.87, 1.45, 3.32, dan 0.54 g. Selain itu, kombinasi tersebut juga menghasilkan indeks luas daun 7 dan 9 MST tertinggi dibandingkan kombinasi lainnya. Kombinasi bahan organik dan dekomposer tersebut memberikan hasil yang terbaik hanya pada komponen pertumbuhan, terutama pada saat pengamatan destruktif 7 MST.

37 Kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam dan cairan pupuk kandang ayam memberikan hasil tertinggi pada laju asimilasi bersih dengan nilai 5.3x10-3 g/cm 2 /minggu. Pada peubah intensitas serangan hama 8 MST, kombinasi perlakuan tertinggi adalah pada bahan organik jerami dan dekomposer cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia dengan nilai 12.65%. Intensitas serangan hama terendah terdapat pada kombinasi perlakuan T. diversifolia dengan cairan pupuk kandang ayam, yaitu sebesar 0.19%. Produktivitas kedelai tertinggi didapatkan dari interaksi antara bahan organik pupuk kandang ayam dengan dekomposer pupuk hayati sebesar 1.07 ton/ha. Berdasarkan hasil uji lanjut dengan t-dunnett untuk membandingkan antara kombinasi perlakuan bahan organik dan dekomposer dengan kombinasi perlakuan kontrol, hasil berbeda nyata terbanyak ditunjukkan oleh perlakuan T. diversifolia dan pupuk hayati, yaitu pada pengamatan destruktif 7 MST untuk bobot basah dan kering tajuk serta bobot basah dan kering akar dengan selisih lebih tinggi sebesar 6.16, 1.90, 0.94, dan 0.34 g. Kombinasi perlakuan tersebut juga memberikan hasil berbeda nyata tertinggi pada indeks luas daun 7 dan 9 MST (Tabel 14).

Tabel 14. Pengaruh Interaksi Perlakuan Bahan Organik dan Dekomposer pada Beberapa Komponen Pertumbuhan dan Produksi serta Intensitas Serangan Hama Bahan Organik Cairan Pupuk Kandang Ayam Dekomposer Cairan Pupuk Kandang Ayam & Tithonia diversifolia Pupuk Hayati Laju asimilasi bersih 7-9 MST (g/cm 2 /minggu) Kontrol Pupuk kandang ayam 5.3x10-3 a+ 1.2x10-3 b 9.6x10-4 b Jerami padi 2.3x10-3 b 8.4x10-4 b 7.0x10-4 b Tithonia diversifolia 7.2x10-4 b 1.1x10-3 b 6.3x10-4 b Jerami padi (kontrol) 1.0x10-3 Bobot basah tajuk 7 MST (g) Pupuk kandang ayam 4.19 bc 5.73 bc 5.30 bc Jerami padi 3.59 c 3.88 bc 3.71 bc Tithonia diversifolia 5.86 b 5.86 b 10.87 a+ Jerami padi (kontrol) 4.70 Bobot basah akar 7 MST (g) Pupuk kandang ayam 0.62 cd 0.78 bc 0.84 b+ Jerami padi 0.49 d 0.53 d 0.50 d Tithonia diversifolia 0.84 b+ 0.79 bc 1.45 a+ Jerami padi (kontrol) 0.52 Bobot kering tajuk 7 MST (g) Pupuk kandang ayam 1.30 b 1.47 b 1.53 b Jerami padi 1.08 b 0.99 b 0.97 b Tithonia diversifolia 1.64 b 1.62 b 3.32 a+ Jerami padi (kontrol) 1.41 Bobot kering akar 7 MST (g) Pupuk kandang ayam 0.27 b 0.23 b 0.23 b Jerami padi 0.17 b 0.16 b 0.15 b Tithonia diversifolia 0.29 b 0.30 b 0.54 a+ Jerami padi (kontrol) 0.20 Indeks luas daun 7 MST (cm 2 ) Pupuk kandang ayam 0.72 bc 1.28 b 1.09 bc Jerami padi 0.69 c 0.73 bc 0.65 c Tithonia diversifolia 0.94 bc 1.08 bc 2.47 a+ Jerami padi (kontrol) 0.76 Indeks luas daun 9 MST (cm 2 ) Pupuk kandang ayam 0.88 bc 1.37 b 1.14 bc Jerami padi 0.72 c 0.77 bc 0.73 c Tithonia diversifolia 1.03 bc 1.17 bc 2.52 a+ Jerami padi (kontrol) 0.81 Intensitas serangan hama 8 MST (%) Pupuk kandang ayam 10.67 ab+ 8.79 b 9.28 b Jerami padi 9.81 ab+ 12.65 a+ 10.06 ab+ Tithonia diversifolia 0.19 d 1.62 cd 3.65 c Jerami padi (kontrol) 5.48 Produktivitas (ton/ha) Pupuk kandang ayam 1.01 0.94 1.07 Jerami padi 0.77 0.73 0.71 Tithonia diversifolia 0.86 0.80 0.89 Jerami padi (kontrol) 0.98 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada α = 5 atau 1%; Angka yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada α = 5% berdasarkan uji t-dunnett. 38

39 Pembahasan A. Pengaruh Bahan Organik terhadap Komponen Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 9), pemberian pupuk kandang ayam, jerami padi, dan T. diversifolia berpengaruh nyata pada jumlah benih yang tumbuh; jumlah cabang 3, 5, 7, 9, 11 MST, dan jumlah cabang produktif; jumlah daun tetrafoliet; jumlah daun pentafoliet; indeks luas daun 7 dan 9 MST; bobot basah dan kering tajuk; bobot basah dan kering akar; bobot basah dan kering bintil akar; intensitas serangan hama; intensitas keparahan penyakit; jumlah polong hampa; jumlah tanaman panen; bobot kering biji per 7.5 m 2 ; dan produktivitas. Pemberian pupuk kandang ayam mampu memberikan jumlah cabang ratarata 15.2 dan 21.8% lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian jerami padi dan T. diversifolia. Berdasarkan penelitian Sinaga (2005), dilaporkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam selain berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan indeks luas daun juga berbeda nyata terhadap jumlah cabang dan jumlah ruas. Hal ini diduga karena sifat pupuk kandang yang lebih mudah terdekomposisi sehingga unsur hara yang dibutuhkan sudah siap dan dapat diserap oleh tanaman untuk proses pertumbuhannya. Jumlah daun tetrafoliet dan pentafoliet pada aplikasi pupuk kandang ayam rata-rata 64.3 dan 79.9% lebih tinggi dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Kurniansyah (2010) banyaknya jumlah daun tetrafoliet dan pentafoliet merupakan indikasi kesuburan tanah yang tinggi terutama serapan P yang lebih tinggi pada tanaman kedelai yang mendapat pupuk kandang ayam. Kondisi tersebut diduga karena serapan dan kandungan P yang tinggi tidak mampu disalurkan tanaman ke bagian lain karena keterbatasan fase pertumbuhan tanaman sehingga menginduksi bagian tanaman lain untuk berkembang. Perlakuan bahan organik pupuk kandang ayam menghasilkan bobot kering biji petak bersih per 7.5 m 2 (36.64 dan 18.16%) lebih tinggi dibandingkan dengan jerami padi dan T. diversifolia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Andriyani (2005) yang menyebutkan bahwa pemberian 10 ton pupuk kandang ayam/ha memberikan pengaruh nyata terhadap komponen produksi. Berhubungan dengan tingginya bobot kering biji petak bersih, produktivitas kedelai tertinggi juga

40 didapatkan dari penambahan pupuk kandang ayam dengan nilai sebesar 1.00 ton/ha, sedangkan produktivitas kedelai untuk penambahan T. diversifolia dan jerami padi sebesar 0.85 dan 0.73 ton/ha (Tabel 12). Produktivitas kedelai Wilis ini masih lebih rendah dibandingkan potensi produksi menurut Sumarno et al. (1984) sebesar 1.63 ton/ha. Hal ini dapat disebabkan oleh penambahan bahan organik tersebut baru dilakukan pertama kali (musim tanam pertama), sedangkan unsur hara dalam tanah akan lebih kaya apabila telah diberikan bahan organik beberapa kali, yang nantinya dapat meningkatkan produksi tanaman. Berdasarkan hasil penelitian Makarim et al. (2007), disampaikan bahwa pemberian jerami padi, baik mentah maupun yang telah diolah menjadi kompos ataupun dalam bentuk mulsa padi ke beberapa tanaman pangan sudah sering diteliti dan pada umumnya memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan dan produksinya. Akan tetapi pada penelitian ini menunjukkan hasil yang justru kebalikannya, dengan penambahan jerami padi memberikan hasil yang paling kecil pada sebagian besar komponen pertumbuhan dan produksi. Aplikasi jerami padi memberikan hasil tertinggi hanya pada intensitas serangan hama 8 dan 10 MST dibandingkan dengan pupuk kandang ayam dan T. diversifolia berturut-turut sebesar 53.28 dan 254.38%. Aplikasi jerami padi menghasilkan intensitas keparahan penyakit rata-rata sebesar 8.96% lebih tinggi daripada aplikasi pupuk kandang ayam serta sebesar 19.95% lebih tinggi jika dibandingkan dengan T. diversifolia. Pada peubah intensitas serangan hama dan keparahan penyakit, aplikasi bahan organik T. diversifolia memberikan pengaruh yang paling sedikit dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya (Tabel 10). Hal ini dapat disebabkan oleh tanaman T. diversifolia mengandung unsur K yang paling tinggi sebesar 5.75% dibandingkan pupuk kandang ayam dan jerami padi berturut-turut sebesar 1.65 dan 1.52%. Unsur kalium (K) berperan untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, dan berperan membentuk antibodi tanaman terhadap penyakit serta kekeringan (Marsono dan Sigit, 2008). Jumlah benih kedelai yang tumbuh pada penambahan T. diversifolia ratarata 4.58 dan 14.80% lebih tinggi dibandingkan perlakuan jerami padi dan pupuk kandang ayam. Hal ini dapat disebabkan oleh T. diversifolia mudah

41 terdekomposisi sehingga dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Penambahan T. diversifolia menyebabkan jumlah benih kedelai yang tumbuh lebih banyak, hal ini dapat mempengaruhi jumlah tanaman panen pada perlakuan tersebut. Pada pengamatan destruktif 7 MST, perlakuan T. diversifolia juga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dengan rata-rata bobot basah tajuk (48.52 dan 101.88%), bobot kering tajuk (52.08 dan 116.83%), bobot basah akar (39.19 dan 101.96%), bobot kering akar (58.33 dan 137.5%), bobot basah bintil akar (93.33 dan 1 350.00%), dan bobot kering bintil akar (50.00 dan 5 900.00%) dibandingkan perlakuan pupuk kandang ayam dan jerami padi. Pemberian T. diversifolia mampu meningkatkan indeks luas daun 7 dan 9 MST dengan rata-rata 42.29 dan 114.78% lebih tinggi daripada pemberian pupuk kandang ayam dan jerami padi. Tingginya nilai komponen pertumbuhan tersebut diduga karena T. diversifolia mengandung unsur N sebesar 3.06% lebih tinggi daripada jerami padi dan pupuk kandang ayam berturut-turut sebesar 0.43 dan 1.14%. Marsono dan Sigit (2008) menyatakan bahwa pupuk hijau, contohnya T. diversifolia adalah pupuk yang berasal dari tanaman tertentu yang masih segar yang dibenamkan ke dalam tanah untuk menambah bahan organik tanah dan unsur hara, khususnya nitrogen (N). Unsur N ini berperan untuk memacu pertumbuhan tanaman secara umum, terutama pada fase vegetatif. Di samping kandungan unsur hara, dengan penambahan pupuk organik ternyata dapat memperbaiki sifat fisik tanah yang memungkinkan hara mudah diserap oleh akar tanaman. B. Pengaruh Dekomposer terhadap Komponen Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Aplikasi dekomposer cairan pupuk kandang ayam menyebabkan jumlah cabang tanaman kedelai pada 3 MST rata-rata 3.3 dan 6.9% lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang diaplikasikan dekomposer cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia dan pupuk hayati. Selain itu, pemberian cairan pupuk kandang ayam juga menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada laju asimilasi bersih 7-9 MST dengan rata-rata 180.00 dan 268.42% daripada dua perlakuan lainnya. Pengaruh dekomposer cairan pupuk kandang ayam juga mampu meningkatkan jumlah daun tetrafoliet (2.0 dan 4.2%) dan pentafoliet (5.2 dan 10.2%) lebih tinggi

42 dibandingkan dengan dua dekomposer lainnya. Aplikasi dekomposer cairan pupuk kandang ayam memberikan hasil yang lebih baik pada beberapa peubah yang diamati dibandingkan dengan dekomposer cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia dan pupuk hayati. Menurut Yuliarti (2009) penggunaan pupuk kandang cair akan meningkatkan efisiensi penggunaan fosfat oleh tanaman. Pupuk kandang cair menyediakan beberapa unsur mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman seperti halnya pupuk kimia. Pupuk kandang cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Penggunaan pupuk kandang cair lebih memudahkan pekerjaan, dengan menggunakan pupuk kandang cair berarti kita melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan, yaitu : memupuk tanaman, menyiram tanaman, dan mengobati tanaman. Penambahan pupuk hayati memberikan hasil yang lebih tinggi pada bobot basah tajuk (44.13 dan 28.49%), bobot basah akar (43.08 dan 32.86%), dan bobot kering tajuk (44.78 dan 42.65%) daripada penambahan cairan pupuk kandang ayam dan cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia. Menurut Tombe (2008) menambahkan pupuk hayati bertujuan untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme dan mempercepat proses mikrobiologis untuk meningkatkan ketersediaan hara, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Penelitian Wu et al. (2005) menunjukkan bahwa pupuk hayati dapat memacu pertumbuhan tanaman. Keberadaan mikroba di dalam pupuk hayati dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui fiksasi N, membuat hara lebih tersedia dalam pelarutan P atau meningkatkan akses tanaman untuk mendapatkan unsur hara yang memadai. Goenadi (1995) menambahkan, mikroba yang terdapat dalam pupuk hayati dapat memasok unsur hara. Mikroba dapat hidup bersimbiosis dengan tanaman, sehingga mampu menambat unsur N dari udara yang selanjutnya diubah menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Penambahan pupuk hayati menyebabkan intensitas serangan hama dan keparahan penyakit 8 MST dengan rata-rata 9.06 dan 1.35 % lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan dua dekomposer lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan unsur K yang terkandung dalam pupuk hayati merupakan yang paling kecil dibandingkan

43 dengan ketiga dekomposer lainnya, sehingga dapat menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap serangan penyakit. Berdasarkan uji lanjut terhadap komponen produksi dengan pemberian dekomposer menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata, akan tetapi pupuk hayati memberikan nilai tertinggi pada bobot kering biji petak bersih dan produktivitas dibandingkan dengan dua dekomposer lainnya. Bobot kering biji petak bersih pada dekomposer pupuk hayati lebih tinggi 1.25% dibandingkan dengan cairan pupuk kandang ayam dan 8.21% lebih tinggi daripada cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia. Meskipun dengan aplikasi pupuk hayati memberikan hasil intensitas serangan hama dan keparahan penyakit tertinggi, akan tetapi pada peubah produktivitas, aplikasi dekomposer pupuk hayati juga tetap memberikan produktivitas tertinggi jika dibandingkan dengan penambahan cairan pupuk kandang ayam dan cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia, dengan nilai berturut-turut 0.89, 0.88, dan 0.82 ton/ha (Tabel 13). C. Pengaruh Bahan Organik dan Dekomposer terhadap Komponen Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Dibandingkan dengan Kontrol Perlakuan bahan organik pupuk kandang ayam, jerami padi, dan T. diversifolia menunjukkan hasil berbeda nyata pada jumlah cabang 3, 5, 7, 9, dan 11 MST; jumlah daun 3 MST; jumlah daun tetrafoliet dan pentafoliet; indeks luas daun 7 dan 9 MST; bobot basah dan kering tajuk; bobot basah dan kering akar; serta bobot basah dan kering bintil akar; serta intensitas serangan hama 8 dan 10 MST (Tabel 10). Perlakuan kontrol menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada jumlah tanaman panen jika dibandingkan dengan ketiga perlakuan bahan organik lainnya. Selain itu, perlakuan kontrol dibandingkan dengan cairan pupuk kandang ayam, cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia, dan pupuk hayati memberikan hasil tertinggi pada produktivitas. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan petakan pada perlakuan jerami padi (kontrol) yang berlumpur dan cukup air pada saat penanaman sehingga jumlah tanaman yang tetap tumbuh sejak penyulaman hingga saat panen jauh lebih banyak dan dapat mempengaruhi hasil produktivitasnya. Selain itu karena pada awal penanaman, kondisi tanah pada tiga

44 perlakuan lainnya berbongkah-bongkah yang menyebabkan akar tanaman lebih sulit dalam mendapatkan unsur hara dari bahan organik sehingga jumlah benih kedelai yang tumbuh lebih rendah dibandingkan kontrol. Menurut Adisarwanto (2008) stadia tumbuh kedelai yang memerlukan curahan air yang banyak adalah pada stadia awal vegetatif, yaitu pada saat tanam dan memulai perkecambahan. Kecukupan air ini adalah untuk meningkatkan imbibisi benih agar dapat berkecambah dengan baik. D. Interaksi Bahan Organik dan Dekomposer terhadap Komponen Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Dibandingkan dengan Kontrol Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Tabel 9, interaksi antara bahan organik dan dekomposer memberikan hasil yang berpengaruh nyata pada peubah laju asimilasi bersih 7-9 MST, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, indeks luas daun 7 dan 9 MST, serta intensitas serangan hama 8 MST. Kombinasi perlakuan bahan organik T. diversifolia dengan dekomposer pupuk hayati memberikan hasil tertinggi pada bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar dengan nilai 10.87, 1.45, 3.32, dan 0.54 g. Kombinasi bahan organik dan dekomposer tersebut memberikan hasil yang terbaik hanya pada komponen pertumbuhan. Kombinasi pemberian pupuk kandang ayam dan cairan pupuk kandang ayam memberikan hasil tertinggi pada laju asimilasi bersih dengan nilai 5.3x10-3 g/cm 2 /minggu. Menurut Sinaga (2005) pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata terhadap indeks luas daun yang merupakan salah satu komponen dari laju asimilasi bersih sehingga menyebabkan nilai dari laju asimilasi bersih juga menjadi tinggi. Tingginya indeks luas daun pada perlakuan ini diduga disebabkan oleh tingginya kandungan nitrogen yang terdapat dalam pupuk kandang yang diaplikasikan. Selain itu juga karena adanya tambahan cairan pupuk kandang ayam yang menurut Yuliarti (2009) memiliki kandungan nitrogen yang bagus untuk pertumbuhan tanaman. Pada peubah intensitas serangan hama 8 MST, kombinasi perlakuan tertinggi adalah pada penambahan bahan organik jerami dan dekomposer cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia dengan nilai 12.65%. Intensitas serangan

45 hama terendah terdapat pada kombinasi perlakuan T. diversifolia dengan cairan pupuk kandang ayam, yaitu sebesar 0.19%. Produktivitas kedelai tertinggi didapatkan dari interaksi antara penambahan pupuk kandang ayam dan pupuk hayati sebesar 1.07 ton/ha. Berdasarkan hasil uji lanjut dengan t-dunnett untuk membandingkan antara kombinasi perlakuan bahan organik dan dekomposer dengan kombinasi perlakuan kontrol, hasil berbeda nyata terbanyak ditunjukkan oleh penambahan T. diversifolia dan pupuk hayati, yaitu pada pengamatan destruktif 7 MST bobot basah dan kering tajuk serta bobot basah dan kering akar dengan selisih lebih tinggi sebesar 6.16, 1.90, 0.94, dan 0.34 g (Tabel 14).