IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran."

Transkripsi

1 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang (Lampiran 5). Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. Tinggi tanaman cm a 0 : tanpa amelioran 132,70 a 1 : pupuk kandang 10 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha ,77 a 2 : jerami segar 50 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha ,27 a 3 : kompos jerami 25 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 +dolomit 1 ton ha ,43 a 4 : pupuk kandang 20 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha ,10 a 5 : jerami segar 100 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha ,73 a 6 : kompos jerami 50 ton ha -1 +zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha ,03 a 7 : pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha ,73 a 8 : jerami segar 150 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha ,33 a 9 : kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha ,53 BNT = 6,29 Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata tinggi tanaman akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

2 Tinggi Tanaman (cm) Hari Setalah Tanam (HST) Gambar 1. Kurva pertumbuhan tinggi tanaman Tanpa Amelioran (a0) Pupuk Kandang 10 ton/ha + Zeolite 10 ton/ha + Dolomit 1 ton/ha (a1) Jerami Segar 50 ton/ha + Zeolite 10 ton/ha + Dolomit 1 ton/ha (a2) Kompos Jerami 25 ton/ha + Zeolite 10 ton/ha + Dolomit 1 ton/ha (a3) Pupuk Kandang 20 ton/ha + Zeolite 20 ton/ha + Dolomit 2 ton/ha (a4) Jerami Segar 100 ton/ha + Zeolite 20 ton/ha + Dolomit 2 ton/ha (a5) Kompos Jerami 50 ton/ha + Zeolite 20 ton/ha + Dolomit 2 ton/ha (a6) Pupuk Kandang 30 ton/ha + Zeolite 30 ton/ha + Dolomit 3 ton/ha (a7) Jerami Segar 150 ton/ha + Zeolite 30 ton/ha + Dolomit 3 ton/ha (a8) Kompos Jerami 75 ton/ha + Zeolite 30 ton/ha + Dolomit 3 ton/ha (a9) Penambahan jenis dan dosis bahan amelioran tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Dari kurva pertumbuhan (Gambar 1) menunjukkan gradien yang sama pada semua perlakuan Jumlah Anakan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman padi (lampiran 7).

3 30 Tabel 2. Jumlah anakan akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. Jumlah anakan cm a 0 : tanpa amelioran a 1 : pupuk kandang 10 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 a 2 : jerami segar 50 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 a 3 : kompos jerami 25 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 +dolomit 1 ton ha -1 a 4 : pupuk kandang 20 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 a 5 : jerami segar 100 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 a 6 : kompos jerami 50 ton ha -1 +zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 a 7 : pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 a 8 : jerami segar 150 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 a 9 : kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 BNT = 2,11 Keterangan : Angka angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. 17,57 A 21,67 B 16,77 A 22,07 B 24,43 CD 16,63 A 26,30 D 23,47 BC 16,83 A 24,77 CD Berdasarkan uji BNT (Tabel 2) menunjukkan bahwa penambahan jenis dan dosis amelioran kompos jerami 50 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 (a 6 ) menghasilkan jumlah anakan lebih tinggi 49,67% dibandingkan dengan tanpa penambahan amelioran (a 0 ) Jumlah Anakan Produktif Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif tanaman padi (lampiran 17).

4 31 Tabel 3. Jumlah anakan produktif akibat penambahan jenis dan dosis amelioran Jumlah anakan produktif buah a 0 : tanpa amelioran 15,37 A a 1 : pupuk kandang 10 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 19,83 B a 2 : jerami segar 50 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 15,33 A a 3 : kompos jerami 25 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 +dolomit 1 ton ha -1 19,50 B a 4 : pupuk kandang 20 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 21,30 C a 5 : jerami segar 100 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 16,37 A a 6 : kompos jerami 50 ton ha -1 +zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 22,10 C a 7 : pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 21,87 C a 8 : jerami segar 150 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 15,90 A a 9 : kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 21,47 C BNT = 1,41 Keterangan : Angka angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Berdasarkan uji BNT (tabel 3) menunjukkan bahwa penambahan jenis dan dosis amelioran pupuk kandang 20 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 (a 4 ), kompos jerami 50 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 (a 6 ), pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 (a 7 ) dan kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 (a 9 ) menghasilkan jumlah anakan produktif lebih tinggi 38,58%, 43,79%, 42,29% dan 39,69%. dibandingkan dengan tanpa penambahan amelioran (a 0 ) Panjang Malai Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran memberikan pengaruh nyata terhadap panjang malai tanaman padi (lampiran 21).

5 32 Tabel 4. Panjang malai akibat penambahan jenis dan dosis amelioran Panjang malai cm a 0 : tanpa amelioran 29,57 A a 1 : pupuk kandang 10 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 31,23 B a 2 : jerami segar 50 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 29,10 A a 3 : kompos jerami 25 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 +dolomit 1 ton ha -1 31,20 B a 4 : pupuk kandang 20 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 32,20 B a 5 : jerami segar 100 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 28,63 A a 6 : kompos jerami 50 ton ha -1 +zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 34,83 D a 7 : pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 32,20 B a 8 : jerami segar 150 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 29,03 A a 9 : kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 33,37 C BNT = 1,15 Keterangan : Angka angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Berdasarkan uji BNT (tabel 4) menunjukkan bahwa penambahan jenis dan dosis amelioran kompos jerami 50 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 (a 6 ) menghasilkan panjang malai lebih tinggi yaitu 17,79% dibandingkan dengan tanpa penambahan amelioran (a 0 ) Jumlah gabah isi per malai Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah gabah isi per malai tanaman padi (lampiran 23).

6 Tabel 5. Jumlah gabah isi permalai akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. Jumlah gabah isi per malai buah a 0 : tanpa amelioran 119,23 a 1 : pupuk kandang 10 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha ,27 a 2 : jerami segar 50 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha ,00 a 3 : kompos jerami 25 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 +dolomit 1 ton ha ,70 a 4 : pupuk kandang 20 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha ,53 a 5 : jerami segar 100 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha ,03 a 6 : kompos jerami 50 ton ha -1 +zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha ,03 a 7 : pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha ,63 a 8 : jerami segar 150 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha ,77 a 9 : kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha ,70 BNT = 9,27 Tabel 5 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata jumlah gabah isi permalai akibat penambahan jenis dan dosis amelioran Hasil Per Rumpun Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran memberikan pengaruh nyata terhadap hasil per rumpun tanaman padi (lampiran 25). Tabel 6. Hasil per rumpun akibat penambahan jenis dan dosis amelioran gr a 0 : tanpa amelioran a 1 : pupuk kandang 10 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 a 2 : jerami segar 50 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 a 3 : kompos jerami 25 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 +dolomit 1 ton ha -1 a 4 : pupuk kandang 20 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 a 5 : jerami segar 100 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 a 6 : kompos jerami 50 ton ha -1 +zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 a 7 : pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 a 8 : jerami segar 150 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 a 9 : kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 BNT = 4,35 Hasil per rumpun 25,58 A 30,19 AB 25,55 A 36,31 B 36,70 BC 26,21 A 40,51 C 36,74 C 25,35 A 38,97 C

7 34 Berdasarkan uji BNT (tabel 6) menunjukkan bahwa penambahan jenis dan dosis amelioran kompos jerami 50 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 (a 6 ), pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 (a 7 ) dan kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 (a 9 ) memberikan hasil lebih tinggi 58,37%, 43,63%, dan 52,35 % dibandingkan dengan tanpa penambahan amelioran (a 0 ) Bobot 1000 Butir Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran memberikan pengaruh nyata terhadap bobot 1000 butir tanaman padi (lampiran 29). Tabel 7. Bobot 1000 butir akibat penambahan jenis dan dosis amelioran Bobot 1000 butir gr a 0 : tanpa amelioran 26,77 AB a 1 : pupuk kandang 10 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 26,52 A a 2 : jerami segar 50 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 25,47 A a 3 : kompos jerami 25 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 +dolomit 1 ton ha -1 27,83 BC a 4 : pupuk kandang 20 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 27,99 BC a 5 : jerami segar 100 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 26,43 A a 6 : kompos jerami 50 ton ha -1 +zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 27,80 B a 7 : pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 28,14 C a 8 : jerami segar 150 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 26,32 A a 9 : kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 27,76 B BNT = 1,22 Keterangan : Angka angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Berdasarkan uji BNT (tabel 7) menunjukkan bahwa penambahan jenis dan dosis amelioran pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 (a 7 )

8 menghasilkan bobot 1000 butir lebih tinggi yaitu 5,12% dibandingkan dengan tanpa penambahan amelioran (a 0 ) Bobot Brangkasan Basah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot brangkasan basah tanaman padi (lampiran 33). Tabel 8. Bobot brangkasan basah akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. Bobot brangkasa n basah gr a 0 : tanpa amelioran 392,87 a 1 : pupuk kandang 10 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha ,72 a 2 : jerami segar 50 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha ,85 a 3 : kompos jerami 25 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 +dolomit 1 ton ha ,33 a 4 : pupuk kandang 20 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha ,67 a 5 : jerami segar 100 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha ,03 a 6 : kompos jerami 50 ton ha -1 +zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha ,87 a 7 : pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha ,31 a 8 : jerami segar 150 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha ,90 a 9 : kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha ,15 BNT = 97,27 Tabel 8 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata bobot brangkasan basah akibat penambahan jenis dan dosis amelioran Bobot Brangkasan Kering Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot brangkasan kering tanaman padi (lampiran 35).

9 Tabel 9. Bobot brangkasan kering akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. Bobot brangkasan kering gr a 0 : tanpa amelioran 95,08 a 1 : pupuk kandang 10 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha ,38 a 2 : jerami segar 50 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha ,33 a 3 : kompos jerami 25 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 +dolomit 1 ton ha -1 99,18 a 4 : pupuk kandang 20 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha ,38 a 5 : jerami segar 100 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha ,92 a 6 : kompos jerami 50 ton ha -1 +zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha ,13 a 7 : pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha ,46 a 8 : jerami segar 150 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 95,44 a 9 : kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha ,33 BNT = 34,17 Tabel 9 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata bobot brangkasan kering akibat penambahan jenis dan dosis amelioran Bobot Basah Gulma Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah gulma tanaman padi (lampiran 11). Tabel 10. Bobot basah gulma akibat penambahan jenis dan dosis amelioran gr a 0 : tanpa amelioran a 1 : pupuk kandang 10 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 a 2 : jerami segar 50 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 a 3 : kompos jerami 25 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 +dolomit 1 ton ha -1 a 4 : pupuk kandang 20 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 a 5 : jerami segar 100 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 a 6 : kompos jerami 50 ton ha -1 +zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 a 7 : pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 a 8 : jerami segar 150 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 a 9 : kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 BNT = 1,27 Bobot basah gulma 6,20 C 3,27 A 2,67 A 2,60 A 3,27 A 2,60 A 3,60 AB 4,33 B 2,20 A 2,20 A

10 37 Berdasarkan uji BNT (tabel 10) menunjukkan bahwa tanpa penambahan jenis dan dosis amelioran memperlihatkan berat basah gulma tertinggi. Hal ini diduga karena tanpa penambahan amelioran gulma akan lebih cepat tumbuh sebab amelioran yang baru diberikan belum mampu dimanfaatkan oleh gulma Berat Kering Gulma Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering gulma tanaman padi (lampiran 13). Tabel 11. Berat kering gulma akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. Bobot kering gulma gr a 0 : tanpa amelioran 1,20 C a 1 : pupuk kandang 10 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 0,53 A a 2 : jerami segar 50 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 + dolomit 1 ton ha -1 0,27 A a 3 : kompos jerami 25 ton ha -1 + zeolit 10 ton ha -1 +dolomit 1 ton ha -1 0,27 A a 4 : pupuk kandang 20 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 0,37 A a 5 : jerami segar 100 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 0,23 A a 6 : kompos jerami 50 ton ha -1 +zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1 0,37 A a 7 : pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 0,70 B a 8 : jerami segar 150 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 0,27 A a 9 : kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 0,33 A BNT = 0,32 Keterangan : Angka angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Berdasarkan uji BNT (tabel 11) menunjukkan bahwa tanpa penambahan jenis dan dosis amelioran memperlihatkan berat kering gulma tertinggi. Hal ini diduga karena tanpa penambahan amelioran gulma akan lebih cepat tumbuh sebab amelioran yang baru diberikan belum mampu dimanfaatkan oleh gulma.

11 Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah. Hal ini terlihat pada peubah jumlah anakan, jumlah anakan produktif, panjang malai, hasil per rumpun, dan bobot 1000 butir. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan a 6 : kompos jerami 50 ton ha -1 + zeolit 20 ton ha -1 + dolomit 2 ton ha -1, a 7 : pupuk kandang 30 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 dan a 9 : kompos jerami 75 ton ha -1 + zeolit 30 ton ha -1 + dolomit 3 ton ha -1 menunjukkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi lebih baik pada peubah jumlah anakan, jumlah anakan produktif, panjang malai, hasil per rumpun, bobot 1000 butir dengan perlakuan tanpa penambahan amelioran. Hal ini diduga penambahan amelioran dengan jenis jerami yang dikomposkan dapat lebih cepat dimanfaatkan oleh tanaman dan mampu memberikan hara yang hampir sama baiknya dengan pupuk kandang. Jerami yang dikomposkan sangat bermanfaat bagi proses pertumbuhan tanaman padi. Jerami kompos tidak hanya mensuplai unsur hara bagi tanaman, selain itu jerami kompos juga memperbaiki struktur tanah serta menjaga fungsi tanah, sehingga suatu tanaman dapat tumbuh dengan baik. Jerami kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat, jerami kompos juga memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Kehadiran kompos pada tanah juga menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah (Sutanto, 2002). Dengan

12 39 demikian tanah yang pada mulanya keras dan sulit ditembus air maupun udara, kini dapat menjadi gembur kembali akibat aktivitas mikroorganisme. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu menghadapi serangan penyakit bagi tanaman. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya dari pada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Hasil penelitian penggunaan bahan organik jerami kompos dan pupuk kandang menunjukkan bahwa jerami yang dikomposkan dan dikombinasikan dengan zeolit dan dolomit dapat meningkatkan produktivitas hasil tanaman padi dan memberikan hasil yang sama baik dengan pupuk kandang sapi yang dikombinasikan dengan zeolit dan dolomit. Pemberian jerami kompos dan pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Pemberian bahan organik berupa jerami kompos, pupuk kandang dan lainnya mutlak diperlukan untuk menaikkan C-tanah. Disamping itu bahan organik berfungsi sebagai amelioran yang dapat memperbaiki jumlah dan aktivitas mikroba dan sumber hara dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kualitas tanah (Setyorini, 2005). Menurut Al-Jabri (2009), pemberian zeolit dapat meningkatkan efisiensi serapan hara pupuk dapat mengantisipasi kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk yang tidak rasional. zeolit yang diberikan ke dalam tanah akan meningkatkan muatan negatif tanah sehingga tanah memiliki kemampuan yang

13 40 maksimal dalam menyimpan unsur hara dan melepaskanya kepada tanah, menyimpan air dan menyediakannya untuk kebutuhan tanaman, mengurangi kehilangan unsur hara yang diberikan melalui pemupukan. Pemberian zeolit dan pupuk organik secara bersama-sama sebagai pembenah tanah dapat memperbaiki struktur dan stabilitas agregat tanah, meningkatkan KTK sehingga dapat mencegah pencucian unsur hara dalam tanah sehingga hara dapat diserap akar tanaman. Menurut Astiana (1989) bahwa kemampuan zeolit untuk menyerap air dalam tanah adalah tinggi dan juga tergantung kepada jenis mineral zeolit itu sendiri. Karena retensivitasnya tinggi terhadap air maka zeolit dapat digunakan untuk : memperbaiki kesuburan aktual tanah, Bahan pemantap dan pembenah tanah, Pembawa pupuk, Pengontrol pelepasan unsur hara misalnya NH + 4 dan K + pada pupuk yang bersifat slow release. Koesrini dan Eddy (2010), dolomit berfungsi meningkatkan kadar ph dalam tanah sehingga unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dapat tersedia dan mampu dimanfaatkan oleh tanaman. Selain meningkatkan kadar ph dolomit juga berpengaruh dalam menetralisir atau menurunkan kadar ion-ion beracun seperti H +, Al 3+ dan SO4 2+, serta meningkatkan ketersediaan hara makro P, K, Ca dan Mg serta hara mikro Cu dan Zn sehingga unsur hara dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Penggunaan pupuk organik yang bersumber dari jerami yang masih segar belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi, sebab pemberian jerami yang masih segar tidak dapat diserap unsur haranya dan tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman sehingga memerlukan waktu dekomposisi agar hara dapat tersedia. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh tanaman. Sehingga perlu adanya

14 pengomposan pada jerami yang masih segar agar dapat diserap haranya oleh tanaman (Arafah dan Sirappa, 2003) 41 Pemberian hara yang tepat bagi tanaman padi sangat penting karena tanaman padi membutuhkan hara yang cukup untuk berproduksi tinggi. Aplikasi hara yang kurang menyebabkan produksi rendah dan apabila berlebih selain tidak baik bagi pertumbuhan, merupakan pemborosan sumber daya dan dapat mencemari lingkungan. Hara yang diberikan ke dalam tanah selain dibutuhkan untuk pembentukan jerami dan gabah juga dapat tidak tersedia baik karena terfiksasi, immobilisasi dan/atau hilang karena proses fisik atau kimia. Pada setiap panen, banyak hara terangkut yang terkandung dalam jerami maupun gabah. Pada penelitian ini jenis dan dosis amelioran tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah gabah isi permalai, bobot brangkasan basah, dan bobot brangkasan kering. Hal ini diduga karena tinggi tanaman lebih ditentukan oleh faktor genetik dari varietas yang ditanam. Dengan tinggi tanaman yang relatif sama selama proses pertumbuhan, akan menghasilkan tidak berbedanya pada bobot brangkasan basah dan bobot brangkasan kering. Disisi lain penambahan amelioran itu lebih terkait pada upaya memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sawah sebagai media tanam padi.

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi Latar Belakang Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi dan menonjol dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia, kecuali Cina, Jepang, dan Korea. Namun keberhasilan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung tidak hanya sebagai bahan pangan, namun dapat juga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Bobot Segar Daun, Akar, dan Daun + Akar Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 8, 9 dan 10), pemberian pupuk Mikro-Biostimulant Cair berpengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice Oleh : Darta Mulyana 1), Sakhidin 2) dan Achmad Iqbal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Perubahan kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan

Lebih terperinci

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi KAJIAN APLIKASI KOMPOS AZOLLA DAN PUPUK ANORGANIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L) Gatot Kustiono 1), Indarwati 2), Jajuk Herawati 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Mojosari,Mojokerto

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Contoh Tanah Hasil analisa sudah diketahui pada Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tanah sawah yang digunakan untuk penelitian ini memiliki tingkat kesuburan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 19 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Potensi lahan kering di Bali masih cukup luas. Usahatani lahan kering sering kali mendapat berbagai kendala terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri lainnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur terhadap Sifat Kimia Tanah Pengaplikasian Electric furnace slag (EF) slag pada tanah gambut yang berasal dari Jambi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sub tropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina)

PENDAHULUAN. sub tropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) PENDAHULUAN Latar belakang Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan sub tropis. Bukti sejarah menunjukkan

Lebih terperinci

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/ Lampiran 1. Deskripsi benih sertani - Potensi hasil sampai dengan 16 ton/ha - Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah - Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman terpenting di Indonesia. Hal ini karena padi merupakan tanaman penghasil beras. Beras adalah makanan pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan yang dianggap memiliki prospek yang baik. Hal ini terkait dengan semakin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 4.1.1. ph Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan Berdasarkan Tabel 3 dan

Lebih terperinci

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN Tanah sulfat masam merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup banyak digemari, karena memiliki kandungan gula yang relatif tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini, sistem berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sedang digalakkan dalam sistem pertanian di Indonesia. Dengan semakin mahalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) 1 Zulkarnain Husny, 2 Yuliantina Azka, 3 Eva Mariyanti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah yang mempunyai prospek menguntungkan untuk dapat dikembangkan. Cabai rawit tidak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap pemupukan. Pemberian pupuk merupakan faktor yang penting dalam budidaya jagung manis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung memiliki peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan tanaman semusim dan memilik umbi yang berlapis. Tanaman ini mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga, umbi terbentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedelai Varietas Detam-1. Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedelai Varietas Detam-1. Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kedelai Varietas Detam-1 Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku industri kecap. Keuntungannya selain meningkatkan kualitas kecap, juga berpotensi meningkatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG Nerty Soverda, Rinaldy, Irmia Susanti Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah yang dalam dan KTK yang tergolong sedang sampai tinggi menjadikan tanah ini memunyai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO NERACA HARA KEBUN KAKAO PRODUKSI = f (Tanaman, Tanah, Air, Cahaya) Tanaman = bahan tanam (klon, varietas, hibrida) Tanah = kesuburan tanah Air = ketersediaan air Cahaya = intensitas cahaya KOMPOSISI TANAH

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk majemuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, bobot segar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. PENDAHULUAN Latar Belakang Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. Pada perusahaan makanan dan minuman, melon digunakan sebagai bahan penyedap rasa dan memberikan aroma

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR [RESPONSE TO GROWTH AND YIELD OF PEANUT ON APPLICATION OF ORGANIC SOLIDS AND LIQUIDS DOSAGE FERTILIZER] Deni Suprianto

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Keberhasilan Pertumbuhan dan produksi kacang hijau sangat bergantung pada ketersediaan unsur hara yang ada dalam tanah, selain unsur hara dalam tanaman

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kelarutan P dari Fosfat Alam Rataan hasil pengukuran kadar P dari perlakuan FA dan pupuk N pada beberapa waktu inkubasi disajikan pada Tabel 1. Analisis ragamnya disajikan pada Lampiran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peranan sektor pertanian tanaman pangan di Indonesia sangat penting karena keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Pertumbuhan Tanaman Sengon Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi pengaruh antara abu terbang dan bahan humat pada peningkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya Padi merupakan komoditas strategis yang mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Berbagai usaha telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bersifat multiguna. Tomat banyak dikenal dan digemari oleh masyarakat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Botani Tanaman Sawi Sendok. Tanaman sawi sendok termasuk family Brassicaceae, berasal dari daerah pantai Mediteranea yang telah dikembangkan di berbagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Biru Lancor (Allium

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Biru Lancor (Allium IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian tentang Aplikasi Night soil + Zeolit Guna Meningkatkan Kualitas Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Biru Lancor (Allium ascalonicum) di Tanah Pasir Pantai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman rumput semusim dengan tinggi cm hingga 5 m.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman rumput semusim dengan tinggi cm hingga 5 m. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Padi Padi merupakan tanaman rumput semusim dengan tinggi 50-130 cm hingga 5 m. Berdasarkan Grist (1986), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan

Lebih terperinci

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH Gatot Kustiono 1), Jajuk Herawati 2), dan Indarwati

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi. Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Unsur hara P pada

I. PENDAHULUAN. tanaman, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Unsur hara P pada 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Unsur fosfor (P) merupakan unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Unsur hara P pada

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman dosis yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung manis. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung manis dijelaskan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk sayuran unggulan nasional yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat, namun belum banyak keragaman varietasnya, baik varietas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gandum (Triticum aestivuml.) termasuk tanaman serealia dari family Poaceae yang berasal dari daerah subtropis. Salah satu keunggulan gandum adalah kandungan glutennya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Stabilitas Agregat Stabilitas agregat adalah kemampuan tanah untuk menahan tekanan yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan agregat seperti penggemburan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG 1-8 REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG Agusni Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Almuslim Email: aisyahraja2017@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman yang banyak mengonsumsi pupuk, terutama pupuk nitrogen (N) adalah tanaman padi sawah, yaitu sebanyak 72 % dan 13 % untuk palawija (Agency for Agricultural Research

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dalam tiga dasawarsa terakhir telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah.

PENDAHULUAN. dalam tiga dasawarsa terakhir telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah. 19 PENDAHULUAN Latar Belakang Kandungan bahan organik tanah pada sebagian besar lahan pertanian di Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah. Menurut Karama,

Lebih terperinci