BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Persepsi sebagai salah satu pendekatan arsitektur perilaku

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1981). Kondisi dualistik pada kawasan perkotaan di gambarkan dengan adanya

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Urban Space, Mall, dan City Walk Ruang Hijau Kota (Ruhiko) atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space)

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

PUSAT PERTOKOAN DENGAN KONSEP PEDESTRIAN MALL DI KOTA PALU

TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengumpulan data, metode analisis data serta metode penyajian hasil analisis data.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN KHUSUS

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

PERANCANGAN ARSITEKTUR dan PERANCANGAN KOTA

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Desain Spasial Kawasan sebagai Dasar Pengembangan Ekspresi Visual Tepi Sungai Kalimas Surabaya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN I-1

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HAIAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN PRAKATA ABSTRAKSI DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pemahaman mengenai citra suatu kawasan. Adapun teori yang berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB III TINJAUAN TEMA

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Pengrajin Keramik Berwawasan Lingkungan Perilaku di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang

Prinsip Desain Koridor Komersial di Kawasan Kota Tua Gorontalo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENDESAIAN MALL PADA SUB KAWASAN CIBADUYUT SEBAGAI SENTRA PERDAGANGAN SEPATU

KONDISI LIVABILITAS KORIDOR JALAN

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Prinsip Desain Koridor Komersial di Kawasan Kota Tua Gorontalo

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

BAB 5 KONSEP. Tema arsitektur biomorfik menggunakan struktur dari sistem dan anggota

KONSEP PENATAAN KORIDOR KALIMAS SURABAYA BERDASAR POTENSI ROH LOKASI (SPIRIT OF PLACE ) KONSEP PENATAAN KORIDOR KALIMAS SURABAYA

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Eksistensi Penelitian

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk bermasyarakat. Jadi suatu kota bukanlah hanya

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi sebagai salah satu pendekatan arsitektur perilaku 2.1.1 Pengertian persepsi Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Surayin,2001:433), Persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan atau proses mengetahui suatu hal melalui pancainderanya. Menurut Bintari (2011) Persepsi manusia di pengaruhi oleh persepsi lingkungan nya dan juga lingkungan yang dibentuk oleh ruang dengan warna, teksture dan perubahan bentuk. Dalam hal ini ruang yang dimaksud adalah ruang spatial. 2.1.2 Pembahasan Arsitektur Pelaku Arsitektur perilaku adalah Arsitektur yang penerapannya selalu mempertimbangankan perilaku dalam merancang desain arsitektur (sebagai lingkungan fisik) yaitu bahwa desain arsitektur dapat menjadi fasilitator terjadinya perilaku atau sebaliknya sebagai penghalang terjadinya perilaku (JB. Watson 1878-1958 ). Menurut Rapoport (Haryadi, 1995) kajian arsitektur perilaku-lingkungan salah satunya berkaitan tentang bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku manusia didalamnya dan unsur-unsur fisik yang menyebabkan manusia berprilaku berbeda dalam suatu setting (ruang). 6

Menurut Rapoport (Haryadi, 1995), bahwa perancangan arsitektur menyangkut pengorganisasian dari ruang (space), waktu (time), arti (meaning), serta komunikasi. Jadi aplikasinya ke dalam Arsitektur Perilaku-Lingkungan adalah pengorganisasian ruang, waktu, makna atau kesan, warna, tekstur dan bentuk. Beberapa konsep penting dalam pengkajian arsitektur perilaku lingkungan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah setting perilaku dan persepsi lingkungan. 2.1.3 Behaviour setting ( setting perilaku) Menurut Barker (1968) dalam Laurens (2004:131), behaviour setting adalah tatar perilaku yaitu pola perilaku manusia yang berkaitan dengan lingkungan fisiknya. Sama halnya dengan pernyataan Haviland (1967) dalam Laurens (2004:131) bahwa tatar perilaku sama dengan ruang aktivitas untuk menggambarkan suatu hubungan antara perilaku dan lingkungan dalam perancangan arsitektur. Behaviorisme adalah teori yang mempelajari tentang bagaimana perilaku manusia ketika dikendalikan oleh faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Dengan kata lain, apabila terdapat perubahan setting yang disesuaikan dengan suatu kegiatan, maka akan ada imbas atau pengaruh terhadap perilaku manusia. Variabel yang berpengaruh terhadap perilaku manusia (Setiawan, 1995), antara lain : Ruang. Hal terpenting dari pengaruh ruang terhadap perilaku manusia adalah fungsi dan pemakaian ruang tersebut. Perancangan fisik ruang 7

memiliki variable yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya. Ukuran dan bentuk. Ukuran dan bentuk ruang harus disesuaikan dengan fungsi yang akan diwadahi, ukuran yang terlalu besar atau kecil akan mempengaruhi psikologis pemakainya. Perabot dan penataannya. Bentuk penataan perabot harus disesuaikan dengan sifat dari kegiatan yang ada di ruang tersebut. Penataan yang simetris memberi kesan kaku, dan resmi. Sedangkan penataan asimetris lebih berkesan dinamis dan kurang resmi. Warna. Warna memiliki peranan penting dalam mewujudkan suasana ruang dan mendukuing terwujudnya perilaku-perilaku tertentu. Pada ruang, pengaruh warna tidak hanya menimbulkan suasana panas atau dingin, tetapi warna juga dapat mempengaruhi kualitas ruang tersebut. Suara, Temperatur dan Pencahayaan. Suara diukur dengan decibel, akan berpengaruh buruk bila terlalu keras. Demikian pula dengan temperatur dan pencahayaan yang dapat mempengaruhi psikologis seseorang. 2.1.4 Environmental perception ( persepsi tentang lingkungan) Persepsi lingkungan adalah interpretasi tentang suatu seting oleh individu, didasarkan latar belakang budaya, nalar, dan pengalaman individu tersebut (Haryadi dan Setiawan,2010). Rapoport (1997) berpendapat bahwa peran persepsi lingkungan sangat penting dalam perancangan lingkungan karena keputusan perancangan akan di tentukan oleh persepsi lingkungan perancang. Yang di 8

maksud disini adalah seorang harus memahami persepsi masyarakat tentang lingkungan nya terlebih dahulu maka akan terciptalah lingkungan yang sesuai dengan masyarakat. 2.2 Ruang publik dan privat Pengertian ruang publik secara singkat merupakan suatu ruang yang berfungsi untuk kegiatan-kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya (Darmawan, 2009). Sedangkan ruang privat yang dimaksud pada penelitian ini adalah penggunaan ruang publik yang beralih fungsi menjadi ruang privat. Lawson (2011:11 dalam Nuraeni, 2008) berpendapat bahwa ruang publik tidak memiliki unsur-unsur privat, karena yang diutamakan adalah fungsi-fungsi publik dan interaksi, ini yang membedakannya dengan ruang privat yang tidak memiliki interaksi. Menurut Sunaryo (2010) faktor pembentuk ruang ada 3 yaitu; 1. Fisik, terdiri dari jalan dan massa bangunan (Krier, 1979; Carr, 1992) atau bangunan yang terbuka untuk publik (Madanipour, 2003) 2. Fungsi, meliputi fungsi sosial, komersial, rekreasi, sirkulasi/pergerakan (Krier, 1979; Trancik, 1987; Madanipour, 2003) 3. Kepemilikan, bersifat publik, privat atau merupakan kombinasi dari keduanya (Trancik, 1987; Madanipour, 2003; Carr, 1992), 9

2.2.1 Koridor sebagai ruang publik Dalam teori lingkungan dan perilaku, sebuah ruang kota ( koridor) merupakan teritori publik yang bebas untuk di akses dan digunakan oleh masyarakat dengan batasan-batasan tertentu (Haryadi dan Setiawan,2010).Sedangkan menurut Spreiregen (1965), koridor adalah salah satu komponen dari urban yang berbentuk linear yang tertutup di kedua sisinya tetapi dipersatukan oleh dinding-dinding di sekitarnya. Jacobs (1995) mengatakan bahwa ada beberapa kriteria dalam perancangan koridor, yaitu sebagai berikut : o Adanya perbandingan proporsi antara tinggi bangunan dengan lebar jalan o o Mempunyai fungsi yang jelas Bangunan di sekitar koridor memiliki kesatuan yang saling melengkapi 2.2.2 Pengertian dan karakter koridor Koridor adalah suatu jalan yang pada sepanjang sisi kiri dan kanan di batasi oleh dinding dan membentuk fasad. Suatu jalan dikatakan sebagai koridor apabila dapat menghubungkan suatu tempat ke tempat lain dan menggabungkan bagian dari tempat tersebut ( Darmawan, Sari, & Soetomo, 2005). Salah satu 10

bentuk dari jalan adalah koridor, yang merupakan ruang pergerakan linear, sebagai sarana untuk sirkulasi. Spesifikasi dan karakteristik fisik dan non fisik pada suatu koridor jalan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan wajah dan bentuk koridor itu sendiri. Keberadaan suatu koridor sebagai pembentuk arsitektur kawasan kota tidak akan lepas dari elemen-elemen pembentuk citra koridor tersebut (Krier, 1979: 61), yaitu: 1. Wujud bangunan Merupakan wajah atau tampak dan bentuk bangunan yang ada di sepanjang koridor. Wajah dan bentuk bangunan tersebut merupakan tapak keseluruhan dari suatu koridor yang mampu mewujudkan identitas dan citra arsitektur suatu kawasan. 2. Figure ground Merupakan hubungan penggunaan lahan untuk massa bangunan dan ruang terbuka. Struktur tata ruang kota menurut Trancik (1986: 101) terdiri dari dua elemen pokok, yaitu massa bangunan kawasan (urban solid) dan ruang terbuka kawasan (urban void). Kedua elemen tersebut membentuk pola padat rongga ruang kota yang memperlihatkan struktur ruang kawasan kota dengan jelas. 3. Street and Pedestrian ways Merupakan jalur jalan pergerakan kendaraan dan bagi pejalan kaki yang dilengkapi dengan parkir, elemen perabot jalan (street furniture), tata tanda 11

(signage), dan pengaturan vegetasi sehingga mampu menyatu terhadap lingkungan. Koridor jalan dan jalur pejalan kaki merupakan ruang pergerakan linear sebagai sarana sirkulasi dan aktivitas manusia dengan skala padat. Karakteristiknya ditentukan oleh bangunan yang melingkupinya dan aktivitas yang ada pada koridor tersebut (Krier, 1979). Selain itu, pembangunan yang terkontrol dengan koridor jalan untuk kendaraan mempunyai kontribusi yang besar bagi pergerakan dan bentuk traffic dalam suatu perkotaan (Bishop, 1989). Dalam buku desaining urban koridor (Bishop, 1989) terdapat dua macam urban koridor, yaitu : Commercial koridor, urban komersial koridor yang di dalamnya terdapat beberapa jalan untuk kendaraan utama dan melewati kota. Biasanya dimulai dari area komersial yang ada kemudian menuju pusat sub-urban yang baru dan padat perdagangan, perkantoran dan pusat pusat pelayanan. Scenic koridor, memang kurang umum jika dibandingkan dengan komersial koridor, tetapi scenic koridor memberikan pemandangan yang unik dan terkenal atau pengalaman rekreasi bagi pengendara kendaraan saat mereka melewati jalan tersebut. Walaupun scenic koridor kebanyakan terdapat di area pedesaan, beberapa komunitas masyarakat mengenali keunikan urban koridor tersebut karena memberikan kesempatan pemandangan bagi mereka dalam perjalanan dengan kendaraan. 12

Keberadaan suatu koridor sebagai pembentuk elemen kota tidak akan lepas dari faktor faktor yang ada dalam koridor tersebut, yaitu : - Fasade - Figure Ground - Pedestrian ways Rob Krier dalam Urban Space (1979) berpendapat bentuk koridor adalah ruang terbuka dengan bentuk memanjang yang memiliki batas batas di sisinya. Menurut Edmun Bacon, koridor berbentuk deretan massa yang menciptakan Iinkage visual antara dua tempat. Roger Trancik (1986) menyebutkan bahwa pola massa dalam sebuah koridor adalah suatu figure ground ini dapat membantu untuk mengidentifikasikan sebuah tekstur dan pola tata ruang, selain itu juga masalah pembentukan dinding koridor. 2.2.3 Koridor komersil Koridor komersial biasanya berupa jalan yang pada sisi kanan dan kirinya dipenuhi oleh perpetakan lahan properti komersial yang biasanya berupa perkantoran maupun aktivitas komersial lainnya. Pola perkembangan yang umum ditemukan pada koridor jalan adalah pola ribbons development dimana pada pola perkembangan ini ditemukan tersebarnya beragam aktivitas di sepanjang koridor jalan raya yang terkadang tidak terencana dalam pertumbuhannya dan biasanya tergantung terhadap arus lalu lintas yang ada (Verbeek, Boussauw, & Pisman, 2014). Menurut PPS (Project for Public Space), terdapat beberapa elemen pada koridor komersial, antara lain: 13

1. Kenyamanan dan identitas a) Menciptakan budaya lokal dan identitas b) Adanya elemen penanda sebagai informasi kepada pengunjung c) Terdapat ruang tempat duduk untuk para pengunjung, lansekap, elemen pencahayaan yang baik, dan perabot jalan yang memberikan keamanan dan kenyamanan 2. Aksesibilitas a) Kemudahan dalam menyebarang dan melintasi jalan b) Mengakomodasi dan memberikan kenyamanan bagi pengguna pedestrian c) Terdapat transportasi public 3. Fungsi dan aktivitas a) Keragaman aktivitas seperti tempat makan, toko, dan lainnya b) Pengunjung merasa betah berada pada koridor ini c) Aktivitas di koridor mengundang pengunjung lain untuk berkunjung ke koridor ini 4. Mendukung fungsi sosial a) Masyarakat dapat berkumpul di koridor b) Adanya rasa memiliki terhadap koridor c) Adanya ruang untuk melakukan kegiatan dalam kondisi apapun 14