KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA"

Transkripsi

1 KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA Revisi Makalah Disusun guna memenuhi tugas Hisab Rukyat Klasik Dosen Pengampu : Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag Oleh: Li izza Diana Manzil NIM MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016

2 A. Pendahuluan Di Indonesia, terdapat beragam jenis kalender. Kalender Jawa-Islam merupakan salah satu kalender yang berkembang dan digunakan masyarakat Jawa sampai saat ini selain kalender Hijriah dan Masehi. Kalender Jawa-Islam digunakan masyarakat Jawa sebagai penentu waktu kegiatan ritual kejawen, kegiatan-kegiatan masyarakat seperti pertanian, pembangunan, dan perjodohan. Diantaranya adalah kalender pranatamangsa. Pranatamangsa merupakan hasil budaya Jawa yang penuh dengan muatan sains. Tanda-tanda alam yang menggambarkan suatu peristiwa bagi orang Eropa dan Amerika lebih dipahami sebagai peristiwa fisika atau astronomi semata, padahal dari tanda-tanda alam tersebut dapat terlihat bagaimana alam mengatur dirinya dalam lingkaran kosmos yang serba teratur. Dari sanalah sebenarnya hukum alam memberi isyarat kepada manusia mengenai tata cara memperlakukan alam dan lingkungannya. Bagi orang Jawa tanda-tanda yang terwujud dalam rasi bintang, iklim, angin, maupun perilaku hewan merupakan hukum alam sebagai pertanda atau penanda untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. 1 Dari sinilah adanya sebuah keterkaitan, penanggalan Pranatamangsa bukan hanya sebuah sistem penanggalan yang klasik yang menggunakan sistem hukum alam namun dalam kenyataan realitas memuat astronomi yang berkembang secara kontemporer. Sehingga dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana pengertian, sejarah dan sistem penanggalan pranatamangsa, serta bagaimana penanggalan pranatamangsa dilihat dari prespektif astronomis. 1 Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, Penjabaran Hukum Alam menurut Pikiran Orang Jawa berdasarkan Pranata Mangsa, Jurnal Dinamika Hukum, vol.12 No.3 September 2012, h

3 B. Pengertian dan Sejarah Penanggalan Pranatamangsa Menurut Muhyiddin Khazin ada tiga macam penanggalan yang berlaku di Indonesia khususnya masyarakat Jawa, yaitu Penanggalan Masehi, penanggalan Hijriah, dan penanggalan Jawa Islam. 2 Salah satu penanggalan Jawa Islam klasik yang masih berkembang hingga saat ini adalah Kalender Pranatamangsa. Pranatamangsa berasal dari bahasa Jawa, yakni pranata yang berarti aturan dan mangsa yang berarti musim. 3 Jadi pranatamangsa adalah aturan waktu yang digunakan para petani sebagai penentuan atau mengerjakan suatu pekerjaan. 4 Pranatamangsa merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat jawa yang berkaitan dengan pengelolaan lahan pertanian. Selama ribuan tahun, mereka menghafalkan pola musim, iklim dan fenomena alam lainnya, yang akhirnya nenek moyang membuat kalender tahunan bukan berdasarkan kalender Syamsiah (Masehi) ataupun kalender Kamariah (Hijriah/Islam) tetapi berdasarkan kejadian-kejadian alam yaitu seperti musim penghujan, kemarau, musim berbunga, dan letak bintang di jagat raya, serta pengaruh bulan purnama terhadap pasang surut air laut. 5 Pada awalnya Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung membuat Kalender Jawa dengan mengubah sistem kalkulasi tahun Saka yang didasarkan pada revolusi Bulan dan pergerakannya terhadap Bumi seperti tahun Hijriah, tetapi nomer tahun mengikuti nomer tahun Saka. Pada akhirnya, Ia berhasil mengintegrasikan sistem Islam dan Jawa (Hindu). 6 2 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004, h Hartono Kristoko dkk, Updated Pranata Mangsa: Recombination of Local Knowledge and Agro Meteorology using Fuzzy Logic for Determining Planting Pattern, IJCSI International Jurnal of Computer Science Issues, Vol.9 Issues 6 No.2 November 2012, h Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, h Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, penjabaran Hukum Alam... h Hartono Kristoko dkk, Updated Pranata Mangsa: Recombination of Local Knowledge and Agro Meteoroogy using Fuzzy Logic for Determining Planting Pattern, IJCSI International Jurnal of Computer Science Issues, Vol.9 Issues 6 No.2 November 2012, h

4 Perubahan kalender Jawa dilakukan pada saat tahun baru Saka 1555 dan bertepatan dengan 1 Muharram 1043 H atau 8 Juli 1633 M. 7 Pada tahun 1855 M penanggalan bulan dianggap tidak memadai sebagai patokan petani untuk bertanam maka bulan-bulan musim atau bulan-bulan Matahari yang disebut Pranatamangsa diperbaharui oleh Sri Paduka Mangkunegara IV. 8 Menurut Ronggowarsito, Pranatamangsa baru dimulai tahun 1856, saat kerajaan Surakarta diperintah oleh Pakoeboewono VII yang memberi patokan untuk para petani agar tidak ada rugi dalam bertani, tepatnya dimulai tanggal 22 Juni 1855 titik balik Matahari pada musim panas. 9 Pranatamangsa sangat ketat dilakukan oleh petani di sekitar Gunung Merapi dan gunung Merbabu di Jawa Tengah. Tujuan penggunaan pengetahuan pranatamangsa adalah pengurangan resiko dan pencegahan biaya produksi tinggi. Namun demikian, indikator kejadian alam tersebut menjadi tidak tepat karena perubahan lingkungan global. Sebagai contoh kejadian pergeseran musim hujan dan musim kemarau berdampak pergeseran musim berbunga dan berpanen. C. Sistem Penanggalan Pranatamangsa Pranatamangsa merupakan pengenalan waktu tradisional yang menurut Ronggowarsito sudah ribuan tahun yang lalu dikenal oleh masyarakat Jawa, namun sebagai kalender diresmikan oleh raja Surakarta pada 22 Juni Pranatamangsa terdiri atas 12 mangsa yang masing-masing memiliki indikator, dan indikator ini meski bersifat semi kuantitatif dapat 7 Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sistem Penanggalan Masehi, Hijriyah dan Jawa), Semarang: Walisongo Semarang, 2011, h Isniyatin Faizah, Studi Komparatif Sistem Penanggalan Jawa Pranatamangsa dan Sistem Penanggalan Syamsiyah yang Berkaitan dengan Sistem Musim, Skripsi Strata 1 IAIN Walisongo Semarang, 2014, h Isniyatin Faizah, Studi Komparatif Sistem... h Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, Penjabaran Hukum Alam... h

5 dimanfaatkan untuk membuat perkiraan tentang permulaan musim hujan, permulaan musim kemarau dan lain-lain. 11 Pemahaman-pemahaman yang mendalam dibutuhkan dalam analisis sistem pertanian pranatamangsa. Dasar penentuan musim didasarkan pada datang dan perginya curah hujan, sehingga faktor curah hujan menjadi faktor utama dalam penentu pranatamangsa 12 Pranatamangsa dipergunakan untuk menentukan mulai tanam dan panen tanaman. Pranatamangsa meliputi pembagian musim (mangsa) dan jumlah hari, aktivitas (kegiatan) petani, ciri-ciri yang tampak (tanda-tanda alam) pada masing-masing mangsa. Dalam satu siklus pranatamangsa terdiri dari 365/365 hari yang dibagi kedalam beberapa musim atau dalam bahasa Jawa disebut mangsa dengan panjang hari yang berbeda-beda dikarenakan posisi pulau Jawa di sekitar 7 derajat Lintang Selatan, yaitu Kasa (mangsa pertama) terdapat 41 hari (22 Juni 2 Agustus), Karo (mangsa kedua) terdapat 23 hari (3 Agustus 26 Agustus), sampai Sadha (mangsa ke dua belas) terdapat 41 hari (14 Mei 22 Juni). 13 Gambar 1: Mangsa dalam Kalender Pranatamangsa 11 Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, Penjabaran Hukum Alam... h Yosep Budianto dan Rizal Faozi Malik, Integrasi Teknologi Penginderaan Jauh Satelit TRMM (Tropical Rainfall Measurement Mission) dengan sistem Pertanian Pranatamangsa untuk Optimalisasi Produktivitas Pertanian di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Vol.2 No.2 Juni 2015, h Hartono Kristoko dkk, Updated Pranata Mangsa... h

6 Pranatamangsa dibagi menjadi 3 kelompok musim. Kelompok pertama disebut mangsa utama atau Musim utama. Empat musim umum tersebut, 14 yaitu 1. Musim kemarau (ketiga), yang lamanya sekitar 88 hari 2. Musim pancaroba menjelang hujan (labuh), yaitu musim peralihan pertama dengan lama sekitar 95 hari 3. Musim hujan (rendheng), yang lamanya sekitar 94/95 hari 4. Musim pancaroba akhir musim hujan (mareng), yaitu musim peralihan kedua yang lamanya sekitar 88 hari Kelompok kedua terdiri dari 4 mangsa utama dan 2 mangsa pendek, yaitu: 1. Mangsa terang (langit cerah, 82 hari) 2. Mangsa semplah (penderitaan, 99 hari) 3. Mangsa Udan (musim hujan, 86 hari) 4. Mangsa pengarep-arep (penuh harap, 98/99 hari) 5. Mangsa pendek, yaitu a. Mangsa Paceklik, pada 23 hari pertama hujan b. Mangsa Panen, pada 23 hari terakhir hujan. Kelompok yang ketiga terdiri dari 12 musim dalam setahun, yaitu: 1. Mangsa Kasa (Kartika), 41 hari 2. Mangsa Karo (Poso), 23 hari 3. Mangsa Katelu, 24 hari 4. Mangsa Kapat (Sitra), 25 hari 5. Mangsa Kalima (Manggala), 27 hari 6. Mangsa Kanem (Naya), 43 hari 7. Mangsa Kapitu (Palguna), 43 hari 8. Mangsa Kawolu (Wasika), hari 14 Yosep Budianto dan Rizal Faozi Malik, Integrasi Teknologi... h.89. 5

7 9. Mangsa Kasanga (Jita), 25 hari 10. Mangsa Kasepuluh (Srawana), 24 hari 11. Mangsa Destha (Pradawana), 23 hari 12. Mangsa Sadha (Asuji), 41 hari Pranatamangsa sebagai kalender surya mulai disejajarkan dengan kalender Gregorius (Masehi). Pengaitan pranatamangsa dengan kalender Gregorian memungkinan periode (umur) masing-masing mangsa dapat dicari kesejajarannya dengan periode dalam kalender Gregorian yang pada saat ini sudah diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Sebelum disejajarkan dengan kalender Gregorian, masyarakat dapat mengetahui perpindahan mangsa dengan pedoman rasi bintang dan indikator masing-masing mangsa. 15 Contoh: Februari 2012 Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ahad Tabel 2: Penanggalan Masehi bulan Februari 2012 Keterangan: Tanggal 3-29 Februari: mangsa kawolu (Rendheng Pengarep-arep), penampakannya/ibaratnya anjrah jroning kayun (merata dalam keinginan, musimnya kucing kawin). Tanaman padi sudah menjadi tinggi, sebagian mulai berbuah, uret mulai banyak. 15 Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, Penjabaran Hukum Alam... h

8 D. Penanggalan Pranatamangsa Prespektif Astronomis Pranatamamangsa sebenarnya menunjukkan hubungan antara manusia, alam (lingkungan), dan Tuhan, sekaligus juga menunjukkan cara orang Jawa berhukum. Tuhan menciptakan alam semesta (kosmos) dengan hukum-hukumnya yang berupa tanda-tanda alam. Tanda-tanda alam ini dapat dikatakan merupakan hukum alam semesta yang merupakan bagian dari keseimbangan kosmos. Hukum alam ini mengatur sirkulasi iklim, perilaku hewan dan perlakuan manusia terhadap alam yang cocok pada alam agar dihasilkan keseimbangan kosmos. Hukum alam ini kemudian dibaca oleh orang Jawa dan menjadi rumusan pranatamangsa, atau yang oleh ilmu pengetahuan dengan landasan ilmiah dijelaskan oleh suatu bidang ilmu yang dinamakan astronomi. 16 Pranatamangsa sebagai kalender surya mulai disejajarkan dengan kalender Gregorius (Masehi). Masyarakat dapat mengetahui perpindahan mangsa dengan pedoman rasi bintang dan indikator masing-masing mangsa. 17 Patokan yang digunakan dalam menentukan kapan dimulai dan berakhirnya masing-masing mangsa ditentukan berdasarkan kemunculan rasi bintang tertentu serta panjang banyangan manusia pada tengah hari juga dipakai untuk menentukan lamanya suatu mangsa. Mangsa dalam pranatamangsa berada dalam pola yang simetris, dalam satu tahun panjangnya 365/366 hari dibagi menjadi 6 mangsa dalam 2 tengah tahunan. Panjang mangsanya berturut-turut Umur masing-masing mangsa berbeda-berbeda karena proses perubahan deklinasi Matahari yang apabila digabungkan dengan lintang tempat akan menimbulkan perubahan bayangan saat Matahari berkulminasi Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, Penjabaran Hukum Alam... h Yosep Budianto dan Rizal Faozi Malik, Integrasi Teknologi... h Isniyatin Faizah, Studi Komparatif Sistem... h.56. 7

9 Nama Mangsa Umur Permulaan Bayangan Tempat (hari) Mangsa Tengah Hari di Kasa Juni 1 4 delamak Agustus (pecak) kaki Selatan Katiga Karo 23 2 Agustus delamak Agustus (pecak) kaki Selatan Katelu Agustus - 2 delamak 17 September (pecak) kaki Selatan Kapat September 1 delamak - 12 Oktober (pecak) kaki Selatan Labuh Kalima Oktober delamak November (pecak) kaki - Kanem 43 9 November - 1 delamak 21 Desember (pecak) kaki Utara Kapitu Desember - 2 delamak 2 Februari (pecak) kaki Utara Rendeng Kawolu 26/27 3 Februari delamak Februari (pecak) kaki Utara Kasongo 25 1 Maret delamak Maret (pecak) kaki - Kasepuluh Maret delamak April (pecak) kaki Utara Mareng Destha April delamak Mei (pecak) kaki Selatan Sadha Mei delamak Juni (pecak) kaki Selatan Tabel 1: Mangsa dalam Penanggalan Pranata Mangsa Tanggal 22 Juni dipilih sebagai hari pertama dalam kalender pranatamangsa rupanya karena didasari bahwa tanggal ini adalah hari 8

10 pertama bergesernya kedudukan Matahari dari garis balik utara ke garis balik selatan. Perpindahan kedudukan Matahari berhubungan dengan keadaan unsur-unsur meteorologis suatu wilayah yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap fenologi tanaman dan hewan yang merupakan dasar utama indikator mangsa dalam pranatamangsa. 19 Bayang-bayang Matahari saat berkulminasi merupakan posisi jarak zenith Matahari, dan jarak zenith ditentukan oleh lintang dan deklinasi. Panjang rentang waktu yang berbeda-beda pada mangsa ditentukan oleh perubahan panjang bayangan. Mangsa pertama berakhir di saat bayangan menjadi tiga pecak/kaki yaitu mulai masuk mangsa karo, demikian selanjutnya hingga mangsa kapat berakhir saat bayangan tepat berada di kaki yakni saat posisi Matahari berada di zenith. 20 Gambar 2 : Peredaran Semu Tahunan Matahari Sebelum disejajarkan dengan kalender Gregorius masyarakat mengetahui perpindahan mangsa dengan dasar kedudukan dan penampakan rasi bintang penunjuk dan indikator masing-masing mangsa. Indikator tersebut adalah: 21 Mangsa Indikator Tafsir Bintang Penunjuk 1 Sotya murca saka embanan Dedaunan gugur Sapi gumarang 2 Bentala rengka Permukaan tanah Tagih 19 Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, Penjabaran Hukum Alam... h Isniyatin Faizah, Studi Komparatif Sistem... h Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, Penjabaran Hukum Alam... h.428. lihat juga Yosep Budianto dan Rizal Faozi Malik, Integrasi Teknologi... h.90. 9

11 3 Suta manut ing bapa 4 5 Waspa kemembeng jroning kalbu Pancuran emas sumawur ing jagad 6 Rasa mulyo kesucian 7 Wisa kentar ing maruta 8 Anjrah jroning kayun 9 10 Wedaring mulya Gendhing jroning kalbu 11 Sotya sinarawedi 12 wacana minep Tirta sah saking sasana retak Tanaman menjalar tumbuh mengikuti penegaknya (lanjaran) yang (ubi) dan Sumber air banyak yang kering Mulai musim hujan Pohon buahbuahan berbuah Munculnya banyak penyakit Periode beberapa hewan kawin macam Gareng (tonggreget) berbunyi Beberapa macam ternak bunting Telur burung menetas dan induknya menyuapi anaknya (ngloloh) Orang berkeringat sukar Lumbung Jaran dawuk Banyak angrem Gorong mayit Bima sakti Wulanjar ngirm Wuluh waluku Lumbung Tagih Tabel 1.5 Rasi Bintang dalam Kalender Pranatamangsa Masyarakat pada awalnya hanya menggunakan rasi bintang sebagai pedoman, namun semakin lama terjadi pergeseran karena keberadaan rasi bintang di angkasa untuk kedudukan yang sama setiap hari terjadi keterlambatan + 4 menit Sukardi Wisnubroto, Pengenalan Waktu Tradisional Pranatamangsa menurut Jabaran Meteorologi dan Pemanfaatannya, Jurnal Agromet, Vol XI No. 1 dan 2 tahun 1995, h.20 10

12 Prinsip-prinsip Pranatamangsa ini berbasis peredaran Matahari di langit dan peredaran rasi bintang Waluku atau Orion. Oleh karena itu kalender Pranatamangsa ada yang menyebutnya sebagai kalender Orionik, karena kehadiran Orion menurut masyarakat agraris dipandang sebagai wa(luku) atau bajak (bahasa Jawa) lebih memegang peranan bagi masyarakat. Sehingga mereka mempercayai bahwa saat itu tanda dimulainya masa tanam. Gambar 3: Rasi Bintang Orion atau waluku pada tanggal 22 Juni Nama-nama 12 mangsa Pranatamangsa dan pejabarannya secara astronomis, yaitu: 1. Mangsa Kasa (Kartika): Sotyo murco saking embanan (mutiara lepas dari cincin pengikatnya). Berotasi selama 41 hari, dimulai 23 Juni sampai 2 agustus, menandai adanya musim kemarau. Masa puncaknya pada rasi Sungsang Madangkungan, yang dapat dilihat di langit sebelah Timur sekitar jam WIB sampai jam WIB. Masa terang yang biasanya kering: sinaar Matahari 76%, kelembapan udara 60,1%, curah hujan 67.2 mm, suhu udara 27,4 C diakses pada tanggal 30 November 2016 pukul WIB. 11

13 2. Mangsa Karo (Poso): Bantolo Rengko (tanah retak). Berotasi selama 23 hari, mulai 3 Agustus 25 Agustus, menandai adanya musim kemarau. Hawa menjadi panas: kondisi meteorologisnya sama dengan mangsa kasa, kecuali curah hujan menjadi 32.2 mm. 3. Mangsa Katelu: Suto manut ing bopo (anak menurut pada bapaknya). Berotasi selama 24 hari, mulai 26 Agustus 18 Sepetember. Kondisi meteorologisnya sama dengan mangsa sebelumnya, tapi curah hujan naik menjadi 42.2 mm. 4. Mangsa Kapat (Sitra): waspo kumembeng jroning kalbu (air mata menggenang dalam kalbu/air mata mulai menggenang). Berotasi selama 25 hari, mulai 19 September 13 Oktober. Kemarau mulai berakhir, harapan mulai cerah, sinar Matahari 72%, kelembapan udara 75,5%, curah hujan 83.3 mm, suhu udara 26,7 C. 5. Mangsa Kalima (Manggala): Pancuran rmas sumawur ing Jagad (pancuran emas menyinari dunia). Orbitnya selama 27 hari, mulai 14 Oktober 9 November. Kondisi meteorologisnya sama dengan diatas, hanya curah hujan naik menjadi mm. Mangsa ini ditandai dengan hujan pertama. 6. Mangsa Kanem (Naya): Roso mulyo kasucian (sedang banyakbanyaknya buah-buahan). Berorbit selama 43 hari, mulai 10 November 22 Desember. Kondisi meteorologisnya sama dengan sebelumnya, hanya curah hujan naik menjadi mm. 7. Mangsa Kapitu (Palguna): Wiso kenter ing maruto (Racun hanyut bersama angin > banyak penyakit). Berorbit selama 43 hari, mulai 23 Desember 3 Februari. Ketentraman manusia mulai sejenak terganggu. Kondisi meteorologisnya: sinar Matahari 67%, kelembapan udara 80%, curah hujan mm dan suhu udara 26.2 C. 8. Mangsa Kawulo (Wasika): Anjrah jroning kayun (keluarnya isi hati > musim kucing kawin). Berorbit selama 27 hari, mulai 4/5 Februari 1 12

14 Maret. Kondisi meteorologisnya sama dengan sebelumnya, kecuali curah hujan turun menjadi mm. 9. Mangsa Kasanga (Jita): Wedaring wono mulyo (munculnya suara-suara mulia > beberapa hewan mulai bersuara untuk memikat lawan jenis). Berorbit selama 25 hari, mulai antara 2 Maret 26 Maret. Kondisi meteorologisnya sama dengan mangsa sebelumnya, tapi curah hujan turun menjadi mm. 10. Mangsa Kasapuluh (Srawana): Gedhong minep jroning kayun (Gedung terperangkap dalam kalbu > masanya banyak hewan bunting). Berorbit selama 24 hari, mulai 26 Maret 18 April. Kondisi meteorologisnya: sinar Matahari 60%, kelembapan udara 74%, curah hujan mm, suhu udara 27.8 C. 11. Mangsa Dhesta (Pradawana): Setyo sinoro wedi (Intan yang bersinar mulia). Berorbit selama 23 hari, mulai 19 April 11 Mei. Hujan mulai habis. Kondisi meteorologisnya sama dengan diatas, tapi curah hujan menjadi mm. 12. Mangsa Sadha (Asuji): Tirto sah saking sasono (Air meninggalkan rumahnya > jarang berkeringat karena udara dingin dan kering). Berorbit selama 41 hari, mulai 12 Mei 21 Juni. Kondisi meteorologisnya sama, tapi curah hujan naik menjadi mm. 24 Awal mangsa kasa (pertama) adalah 22 Juni, yaitu saat posisi Matahari di langit berada pada garis balik Utara (tropic of cancer), sehingga bagi petani di wilayah antara Gunung Merapi dan Gunung Lawu saat itu adalah saat bayangan terpanjang (empat pecak/kaki ke arah Selatan). Pada saat yang sama, rasi bintang Waluku terbit pada waktu subuh (menjelang fajar). Dari sinilah keluar nama waluku, karena kemunculan rasi Orion pada waktu subuh menjadi pertanda bagi petani untuk mengolah sawah atau 24 Isniyatin Faizah, Isniyatin Faizah, Studi Komparatif Sistem... h

15 lahan menggunkan bajak, untuk menanam palawija (jagung dan kacangkacangan). 25 Rasi bintang Orion merupakan penunjuk awal Pranatamangsa dan arah Barat Timur, apabila dilihat di langit 85 LU dan 75 LS, pada Januari Februari, akan tampak paling jelas pada pukul WIB dan dilihat pada pertengahan Juni awal Agustus, pada Subuh (jam WIB) terlihat terang sehingga sebagai pertanda Musim Kemarau, petani mulai membajak sawah untuk menanam Palawija. 26 Mulai tanggal 21 Juni (akhir Mareng dalam pranatamangsa) 23 September Matahari berangsur-angsur kembali menuju sebelah Selatan mendekati khatulistiwa, siang hari terasa panjang sedikit, akan tetapi masih tetap lebih pendek daripada malam hari. Pada saat itu terjadi musim panas di belahan Utara dan musim dingin di belahan Selatan. 27 Pada tanggal 23 September 22 Desember (awal mangsa Rendeng) Matahari mulai semakin menjauh dari khatulistiwa, akan tetapi berada di seperdua bulatan Selatan. Titik terbitnya terletak di sebelah Selatan titik Timur dan titik terbenamnya di sebelah Selatan dari titik Barat. Pada saat itu terjadi musim gugur di belahan Utara dan terjadi musim semi di belahan Selatan. 28 Pada tanggal 22 Desember 21 Maret dimulai dengan Matahari berada di zenith garis balik Selatan Bumi (tropic of capricorn), Matahari mulai berangsur-angsur kembali menuju sebelah Utara mendekati khatulistiwa, sehingga siang hari bertambah pendek. Pada saat itu terjadi musim dingin di belahan Utara dan musim panas di belahan Selatan. 29 Dari sini penanggalan Pranatamangsa mulai memasuki mangsa ke 7 (rendheng). Hingga Matahari kembali lagi ke posisi garis balik Utara yakni pada tanggal 21 Juni. 25 Isniyatin Faizah, Studi Komparatif Sistem... h Isniyatin Faizah, Ibid. 27 Isniyatin Faizah, Ibid. 28 Isniyatin Faizah, Ibid, h Isniyatin Faizah, Ibid, h

16 Gambar 3: Posisi Bumi terhadap Matahari dalam Kalender Pranatamangsa Demikian pranatamangsa bukan hanya sebuah rekasa perhitungan yang dilakukan oleh nenek moyang namun juga mereka mempertimbangkan sisi astronomisnya dan mengacu pada posisi rotasi terhadap Matahari ketika berevolusi sehingga bisa menjadi tanda bagi permulaan maupun akhir musim. E. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang bisa diambil dari makalah ini adalah: 1. Pranatamangsa merupakan hasil budaya Jawa berupa sistem penanggalan berdasarkan tanda-tanda alam yang digunakan untuk bidang pertanian dan telah ada sejak sebelum jaman Hindu. 2. Sistem penanggalan pranatamangsa membagi siklus 365/366 hari dalam 3 kelompok musim, musim utama yaitu musim penghujan (rendheng), musim mareng (pancaroba), musim kemarau (ketiga), dan musim labuh (menjelang hujan). Musim kedua dengan 4 musim utama dan 2 musim pendek. Musim ketiga yang terbagi menjadi 12 mangsa kecil. 3. Penanggalan pranatamangsa merupakan penanggalan yang berbasis sains, dan menggunakan sistem astronomi, hal ini terbukti dengan penandaan tiap mangsa yang dilihat berdasarkan rasi bintang 15

17 terutama rasi bintang orion serta melihat kedudukan Matahari sebagai permulaan siklus dan lamanya hari ditentukan oleh panjang bayangan saat matahari berkulminasi. F. Penutup Demikian makalah ini dibuat. Penulis menyadari masih banyak adanya kekurangan baik dari segi penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis butuhkan untuk pembuatan makalah kedepannya. Kiranya hanya itu yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat umumnya bagi masyarakat khususnya bagi pembaca. Sekian terimakasih. 16

18 DAFTAR PUSTAKA Budianto, Yosep, dan Rizal Faozi Malik, Integrasi Teknologi Penginderaan Jauh Satelit TRMM (Tropical Rainfall Measurement Mission) dengan sistem Pertanian Pranatamangsa untuk Optimalisasi Produktivitas Pertanian di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Vol.2 No.2 Juni Faizah, Isniyatin, Studi Komparatif Sistem Penanggalan Jawa Pranatamangsa dan Sistem Penanggalan Syamsiyah yang Berkaitan dengan Sistem Musim, Skripsi Strata 1 IAIN Walisongo Semarang, Fidiyani, Rini dan Ubaidillah Kamal, Penjabaran Hukum Alam menurut Pikiran Orang Jawa berdasarkan Pranata Mangsa, Jurnal Dinamika Hukum, vol.12 No.3 September Hambali, Slamet, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sistem Penanggalan Masehi, Hijriyah dan Jawa), Semarang: Walisongo Semarang, Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, Khazin, Muhyiddin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, Kristoko, Hartono, dkk, Updated Pranata Mangsa: Recombination of Local Knowledge and Agro Meteoroogy using Fuzzy Logic for Determining Planting Pattern, IJCSI International Jurnal of Computer Science Issues, Vol.9 Issues 6 No.2 November Wisnubroto, Sukardi, Pengenalan Waktu Tradisional Pranatamangsa menurut Jabaran Meteorologi dan Pemanfaatannya, Jurnal Agromet, Vol XI No. 1 dan 2 tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Dalam sistem pergantian musim di seluruh dunia sangat dipengaruhi peredaran semu matahari mengelilingi bumi, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan tekanan udara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM

BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM A. Analisis Sistem Penanggalan Jawa Pranata Mangsa dan Sistem Penanggalan Syamsiah

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM

BAB III SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM BAB III SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM A. Sistem Penanggalan Jawa Pranata Mangsa 1. Pengertian dan Sejarah Penanggalan Jawa Pranata

Lebih terperinci

Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi

Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi Sri Yulianto Joko Prasetyo, Kristoko Dwi Hartomo & Bistok hasiholan Pusat Studi Sistem Informasi Pemodelan

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura IDENTIFIKASI BEBERAPA KEARIFAN LOKAL DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN USAHATANI PADI DI JAWA TENGAH Wahyudi Hariyanto, dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lingkungan hidup disusun oleh sumberdaya alam non hayati (abiotic), sumberdaya alam hayati (biotic) dan sumberdaya manusia bersama sumberdaya buatan yang

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Penanggalan Sunda dalam Tinjauan Astronomi. sewaktu Matahari meninggalkan posisi paling selatan yaitu pada tanggal 23

BAB IV. A. Analisis Penanggalan Sunda dalam Tinjauan Astronomi. sewaktu Matahari meninggalkan posisi paling selatan yaitu pada tanggal 23 BAB IV ANALISIS PENANGGALAN SUNDA DALAM TINJAUAN ASTRONOMI A. Analisis Penanggalan Sunda dalam Tinjauan Astronomi 1. Kala Saka Sunda Awal tahun kala saka Sunda, menurut Ali Sastramidjaja ditetapkan sewaktu

Lebih terperinci

STUDI ETNOGRAFI VISUAL KEARIFAN LOKAL PRANATA MANGSA SEBAGAI PERANGKAT REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN MODEL PRANATA MANGSA TERBAHARUKAN

STUDI ETNOGRAFI VISUAL KEARIFAN LOKAL PRANATA MANGSA SEBAGAI PERANGKAT REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN MODEL PRANATA MANGSA TERBAHARUKAN STUDI ETNOGRAFI VISUAL KEARIFAN LOKAL PRANATA MANGSA SEBAGAI PERANGKAT REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN MODEL PRANATA MANGSA TERBAHARUKAN Ramos Somya 1), Teguh Indra Bayu 2) 1 Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2 1. Pergerakan bumi sebagai benda angkasa yang menempuh waktu 365 hari disebut. gerak presesi gerak rotasi gerak revolusi gerak

Lebih terperinci

Makalah Rotasi dan Revolusi bumi

Makalah Rotasi dan Revolusi bumi 1 Makalah Rotasi dan Revolusi bumi Guna memenuhi Tugas Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Disusun oleh Ketua Anggota : Syalmi : Yola Prawita Oti Mulyani Anggi Mutia Kelas : VII.4 SMP NEGERI 2 TOBOALI

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian berjudul Pemodelan dan Peramalan Angka Curah Hujan Bulanan Menggunakan Analisis Runtun Waktu (Kasus Pada Daerah Sekitar Bandara Ngurah Rai), menjelaskan

Lebih terperinci

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN Seperti yang kita ketahui, selain planet bumi, di alam semesta terdapat banyak lagi benda-benda lain di langit. Kenampakan objek-objek samawi lain di langit yang umumnya

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.5

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.5 1. Perhatikan peristiwa alam berikut ini! SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.5 1. Pergantian musim. 2. Perubahan lama waktu siang dan malam.kutub bumi 3. Terjadinya pembelokan

Lebih terperinci

Pengenalan Dasar Tentang Iklim Dan Cuaca. Seno Basuki

Pengenalan Dasar Tentang Iklim Dan Cuaca. Seno Basuki Pengenalan Dasar Tentang Iklim Dan Cuaca Seno Basuki Tim SL PTT BPTP Jawa Tengah 2011 Cuaca dan Iklim Merupakan suatu besaran fisika atmospher. Unsur : penerimaan radiasi matahari, lama penyinaran matahari,

Lebih terperinci

1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari. Gerhana Matahari

1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari. Gerhana Matahari 1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari Gerhana Matahari Peristiwa gerhana matahari cincin (GMC) terlihat jelas di wilayah Bandar Lampung, Lampung, pada letak 05.21 derajat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SAINS ASLI (INDIGENOUS SCIENCE) SISTEM PRANATA MANGSA MELALUI KAJIAN ETNOSAINS

IDENTIFIKASI SAINS ASLI (INDIGENOUS SCIENCE) SISTEM PRANATA MANGSA MELALUI KAJIAN ETNOSAINS IDENTIFIKASI SAINS ASLI (INDIGENOUS SCIENCE) SISTEM PRANATA MANGSA MELALUI KAJIAN ETNOSAINS Sarwanto, Rini Budiharti, Dyah Fitriana Dosen Pendidikan Fisika FKIP UNS Email: sar1to@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tanpa adanya penanggalan akan terasa hambar, karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tanpa adanya penanggalan akan terasa hambar, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanggalan (takwim 1 atau tarikh 2 ) sangat urgen dalam kehidupan masyarakat. Tanpa adanya penanggalan akan terasa hambar, karena masyarakat akan kesulitan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun

Lebih terperinci

BAB VII TATA SURYA. STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya.

BAB VII TATA SURYA. STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya. BAB VII TATA SURYA STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya. KOMPETENSI DASAR 1. Mendeskripsikan karakteristik sistem tata surya 2. Mendeskripsikan Matahari sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Analisis Latar Belakang Perekomendasian Pantai Pancur Alas Purwo Banyuwangi sebagai Tempat

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA PENANDA PRANATA MANGSA DAN ZODIAK DALAM KAJIAN BUDAYA

ANALISIS MAKNA PENANDA PRANATA MANGSA DAN ZODIAK DALAM KAJIAN BUDAYA ANALISIS MAKNA PENANDA PRANATA MANGSA DAN ZODIAK DALAM KAJIAN BUDAYA Citra Puspa Rini, Ari Prasetiyo Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

Lebih terperinci

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris ROTASI DAN REVOLUSI BUMI Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris Bumi sebagai pusat tata surya Planet-planet (termasuk Mth.) berputar mengelilingi bumi Sambil mengelilingi Bumi, planet-planet bergerak melingkar

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami proses terjadinya angin dan memahami jenis-jenis angin tetap

Lebih terperinci

ANALISIS TATASURYA BERDASARKAN SAINS ASLI (INDIGENOUS) JAWA

ANALISIS TATASURYA BERDASARKAN SAINS ASLI (INDIGENOUS) JAWA ANALISIS TATASURYA BERDASARKAN SAINS ASLI (INDIGENOUS) JAWA Sarwanto, Edy Tri Sulistyo, Baskoro, Hendrik Pratama Pendidikan Fisika FKIP UNS sarwanto@fkip.uns.ac.id Palintangan (Perbintangan) dalam kajian

Lebih terperinci

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB IKLlM INDONESIA HANDOKO Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB Secara umum, daerah tropika terletak di antara lintang 23,5O LU (tropika Cancer) sampai 23,5O LS (tropika Capricorn). Batasan ini berdasarkan

Lebih terperinci

1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan nomor pada kolom yang disediakan. Kegiatan di Musim Kemarau dan Musim Hujan

1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan nomor pada kolom yang disediakan. Kegiatan di Musim Kemarau dan Musim Hujan Tema 3 : Perubahan di Alam Nama : Hari,tgl : No. peserta : Kelas : III (Tiga) Paraf Guru Paraf Orang tua Petunjuk Umum : 1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan nomor pada kolom yang disediakan.

Lebih terperinci

PETA KONSEP. Revolu si. Rotasi. Mataha ri TATA SURYA. satelit buata n. satelit. alami. satelit. Bulan. palapa. Kalender Masehi. Revolu si.

PETA KONSEP. Revolu si. Rotasi. Mataha ri TATA SURYA. satelit buata n. satelit. alami. satelit. Bulan. palapa. Kalender Masehi. Revolu si. PETA KONSEP TATA SURYA Matahar i Planet Asteroi d Komet Meteor id Pusat Tata Surya Merkuri us Venus Bumi Mars Jupiter Saturnus Uranus Neptunu s Rotasi Revolu si satelit buata n satelit alami Pembagi an

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBELAJARAN IPA TENTANG SISTEM BUMI, BULAN DAN MATAHARI DI SEKOLAH DASAR

MAKALAH PEMBELAJARAN IPA TENTANG SISTEM BUMI, BULAN DAN MATAHARI DI SEKOLAH DASAR MAKALAH PEMBELAJARAN IPA TENTANG SISTEM BUMI, BULAN DAN MATAHARI DI SEKOLAH DASAR Di susun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Bumi dan Antariksa Dosen pengampu : Subuh Anggoro, M.Si Di susun

Lebih terperinci

GERAK BUMI DAN BULAN

GERAK BUMI DAN BULAN MATERI ESENSIAL IPA SEKOLAH DASAR (Pengayaan Materi Guru) KONSEP ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA GERAK BUMI DAN BULAN Agus Fany Chandra Wijaya DIGITAL LEARNING LESSON STUDY JAYAPURA 2010 GERAK BUMI

Lebih terperinci

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI KOMPETENSI INTI 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

SAINS BUMI DAN ANTARIKSA

SAINS BUMI DAN ANTARIKSA SAINS BUMI DAN ANTARIKSA NAMA NIM : 15034038 FISIKA B 2015 : PUTI AULIA MARDIAH GERAK SEMU TAHUNAN MATAHRI A. Latar Belakang di beberapa kasus pada belahan bumi, terjadi perbedaan musim dan perbedaan lama

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - GEOGRAFI BAB 1. Lokasi Strategis Indonesia Berkait Dengan Kegiatan PendudukLATIHAN SOAL

SMP kelas 9 - GEOGRAFI BAB 1. Lokasi Strategis Indonesia Berkait Dengan Kegiatan PendudukLATIHAN SOAL SMP kelas 9 - GEOGRAFI BAB 1. Lokasi Strategis Indonesia Berkait Dengan Kegiatan PendudukLATIHAN SOAL 1. Modal dasar terbaik bangsa Indonesia yang sangat berharga adalah... Letak Indonesia yang strategis

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.2. Pernyataan tersebut yang termasuk ciri ciri dari bumi di tunjukkan pada nomor...

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.2. Pernyataan tersebut yang termasuk ciri ciri dari bumi di tunjukkan pada nomor... SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.2 1. Perhatikan pernyataan berikut! 1. Melakukan revolusi terhadap matahari 2. Memiliki satelit berupa cincin 3. Mengelilingi matahari pada orbitnya

Lebih terperinci

Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd

Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd Sabar Nurohman Dafatar Isi Bumi dalam Bola Langit Tata Surya Sistem Bumi-Bulan Gerak Planet dan Satelit Fisika Bintang Evolusi Bintang Galaksi Struktur Jagad Raya Bumi dan

Lebih terperinci

GERAK EDAR BUMI & BULAN

GERAK EDAR BUMI & BULAN GERAK EDAR BUMI & BULAN Daftar isi : Pendahuluan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi : 1. Bentuk dan Ukuran Bumi 2. Pengaruh Rotasi Bumi 3. Pengaruh Revolusi Bumi 4. Bulan Sebagai Satelit

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB NATIJAT AL MIQĀT KARYA AHMAD DAHLAN Al-TARMASI A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam Kitab Natijat al-miqāt Manusia mempunyai

Lebih terperinci

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar STRUKTUR BUMI 1. Skalu 1978 Jika bumi tidak mempunyai atmosfir, maka warna langit adalah A. hitam C. kuning E. putih B. biru D. merah Jawab : A Warna biru langit terjadi karena sinar matahari yang menuju

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat Rukyat Al-Hilal Kata rukyat al-hilal terdiri dari dua

Lebih terperinci

BUMI DAN BULAN A. ROTASI BUMI

BUMI DAN BULAN A. ROTASI BUMI BUMI DAN BULAN A. ROTASI BUMI BUMI DAN BULAN Bumi merupakan planet yang bentuknya hampir benar- benar bulat. Diameter Bumi diukur dari kutup utara ke kutup selatan adalah 12.714 km, sedangkan diameternya

Lebih terperinci

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES Abstrak Kondisi fisiografis wilayah Indonesia dan sekitarnya, seperti posisi lintang, ketinggian, pola angin (angin pasat dan monsun),

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT RAKITAN, SLUKE, REMBANG. Rakitan merupakan salah satu desa dari 14 desa yang ada di Kecamatan Sluke. 1

BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT RAKITAN, SLUKE, REMBANG. Rakitan merupakan salah satu desa dari 14 desa yang ada di Kecamatan Sluke. 1 BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT RAKITAN, SLUKE, REMBANG A. Letak Geografis Lokasi rukyat al-hilal di Bukit Rakitan terletak di Desa Rakitan. Desa Rakitan merupakan salah satu desa dari 14 desa yang ada di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA A. Analisis Metode Penggunaan Bintang Sebagai Penunjuk Arah Kiblat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Latar Belakang Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat Rukyat Sejak sebelum

Lebih terperinci

CARA BERHUKUM ORANG BANYUMAS DALAM PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN (Studi Berdasarkan Perspektif Antropologi Hukum)

CARA BERHUKUM ORANG BANYUMAS DALAM PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN (Studi Berdasarkan Perspektif Antropologi Hukum) CARA BERHUKUM ORANG BANYUMAS DALAM PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN (Studi Berdasarkan Perspektif Antropologi Hukum) Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang fidiyani.rini@gmail.com

Lebih terperinci

PRANATA MANGSA JAWA (Cermin Pengetahuan Kolektif Masyarakat Petani di Jawa) 1

PRANATA MANGSA JAWA (Cermin Pengetahuan Kolektif Masyarakat Petani di Jawa) 1 PRANATA MANGSA JAWA (Cermin Pengetahuan Kolektif Masyarakat Petani di Jawa) 1 Oleh: Ali Badrudin Fakultas Sastra Universitas Jember Jl. Kalimantan No. 37 Jember Jawa Timur 68121 e-mail: elbadrelkarim@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY Dafatar Isi Bumi dalam Bola Langit Tata Surya Sistem Bumi-Bulan Gerak Planet dan Satelit Fisika Bintang Evolusi Bintang Galaksi Struktur Jagad Raya Bumi dan

Lebih terperinci

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Diseminasi Hisab Rukyat di BPPR- LAPAN Pameungpeuk 30 Juli 2011

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALATIHAN SOAL BAB 4

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALATIHAN SOAL BAB 4 1. Perhatikan pernyataan mengenai benda langit berikut! (1) Mempunyai ekor yang arahnya menjauhi matahari (2) Mengorbit antara planet Mars dan Jupiter (3) Orbitnya elips dan sangat lonjong (4) Disebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH A. Analisis Metode Perhitungan dan Penyusunan Jadwal Waktu Salat Pada jaman dahulu, penentuan waktu-waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yaitu dimana sebagian besar mata

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yaitu dimana sebagian besar mata 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yaitu dimana sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Indonesia juga memiliki dua musim, yaitu musim

Lebih terperinci

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( ) TATA KOORDINAT BENDA LANGIT Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah (4201412051) 2. Winda Yulia Sari (4201412094) 3. Yoga Pratama (42014120) 1 bintang-bintang nampak beredar dilangit karena bumi berotasi. Jika

Lebih terperinci

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB A. Gerak Semu Benda Langit Bumi kita berputar seperti gasing. Ketika Bumi berputar pada sumbu putarnya maka hal ini dinamakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

MAKALAH ISLAM Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat

MAKALAH ISLAM Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat MAKALAH ISLAM Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat 23 Mai 2014 Makalah Islam Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat Disusun oleh : Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag (Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kemenag

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

Daftar Isi. Tata Surya. Matahari. Gerak edar bumi dan bulan. Lithosfer. Atmosfer.

Daftar Isi. Tata Surya. Matahari. Gerak edar bumi dan bulan. Lithosfer. Atmosfer. Tata Surya L/O/G/O Daftar Isi 1 2 3 4 5 Tata Surya Matahari Gerak edar bumi dan bulan Lithosfer Atmosfer Tujuan Belajar Siswa mampu mendeskripsikan maahari sebagai bintang dan bumi sebagai salah satu planet

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Bumi, Berlian biru alam semesta

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Bumi, Berlian biru alam semesta Bumi, Berlian biru alam semesta Planet Bumi merupakan tempat yang menarik. Jika dilihat dari angkasa luar, Bumi seperti sebuah kelereng berwarna biru. Dengan bentuk awan yang selalu berubah, Bumi menjadi

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam 82 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit Mawaaqit merupakan salah satu contoh

Lebih terperinci

Analisis Materi IPBA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Analisis Materi IPBA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Analisis Materi IPBA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Seminar Nasional Fisika ITB 5 6 Februari 2008 Winny Liliawati, S.Pd, M.Si Mimin Iryanti, M.Si Kurikulum 2004 Profil IPBA Untuk SMP,

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA I. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam Pembuatan Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa Saādoe ddin

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

PREDIKSI TRADISIONAL DAN MODERN TERHADAP CUACA DAN IKLIM

PREDIKSI TRADISIONAL DAN MODERN TERHADAP CUACA DAN IKLIM 1 2004 Sutikno Posted 19 May 2004 Makalah pribadi Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Mei 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (penanggung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI 2001 A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 Sistem hisab waktu salat di Indonesia sangat beragam dan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 9 Fisika

Antiremed Kelas 9 Fisika Antiremed Kelas 9 Fisika Tata Surya - Latihan Ulangan Doc Name : AR09FIS0599 Version : 2012-10 halaman 1 01. Berikut ini adalah planet-planet pada tata surya kita. Urutan yang benar dari yang terdekat

Lebih terperinci

MAKALAH ISLAM. Fenomena Gerhana 2014

MAKALAH ISLAM. Fenomena Gerhana 2014 MAKALAH ISLAM Fenomena Gerhana 2014 15 April 2014 Makalah Islam Fenomena Gerhana 2014 Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag (Kepala Subdit Binsyar dan Hisab Rukyat Kemenag RI Ketua Umum Asosiasi Dosen Falak Indonesia)

Lebih terperinci

ALGORITMA PENENTUAN HARI BERBASIS KPK

ALGORITMA PENENTUAN HARI BERBASIS KPK ALGORITMA PENENTUAN HARI BERBASIS KPK Oleh: Habib Asyrafy ABSTRAK Kita merasa perlu untuk menentukan hari jika diketahui tanggal bulan dan tahunnya. Lewat pola-pola yang telah diketahui sebelumnya kita

Lebih terperinci

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH 1. Analisis Komparasi Metode Penentuan Awal Ramadan, Syawal

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.6

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.6 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.6 1. Perhatikan Gambar! Tingginya permukaan laut di bumi pada saat pasang atau surut berbeda satu tempat dengan tempat lainnya. Jika posisi matahari,

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH

BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH A. Analisis Metode Rashdul Kiblat Bulan. Data adalah kunci utama untuk melihat keakuratan sebuah perhitungan, ketika

Lebih terperinci

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali. 4.5. Iklim 4.5.1. Tipe Iklim Indonesia merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Iklim tropis tersebut bersifat panas dan menyebabkan munculnya dua musim, yaitu musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang terletak diantara Samudra Pasifik-Hindia dan Benua Asia-Australia, serta termasuk wilayah tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT A. Analisis Bencet di Pondok Pesantren Al-Mahfudz Seblak Diwek Jombang. 1.

Lebih terperinci

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL

IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL Revisi Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hisab Rukyah Kontemporer Dosen Pengampu : Dr. Rupi i, M. Ag Oleh: RIZA AFRIAN MUSTAQIM N I M : 1 6

Lebih terperinci

BUMI DAN BULAN A. Rotasi bumi

BUMI DAN BULAN A. Rotasi bumi BUMI DAN BULAN Bumi merupakan planet yang bentuknya hampir benar- benar bulat. Diameter Bumi diukur dari kutup utara ke kutup selatan adalah 12.714 km, sedangkan diameternya sepanjang khatulistiwa adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya Letak geografi Indonesia dan letak astronomis Indonesia adalah posisi negara Indonesia

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Geografi

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Geografi UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Geografi Kelas : 8 Waktu : 09.30-11.00 No.Induk : Hari/Tanggal : Selasa, 09 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

Science Technology Engineering and Mathematics (STEM) Berbasis Kearifan Lokal

Science Technology Engineering and Mathematics (STEM) Berbasis Kearifan Lokal Science Technology Engineering and Mathematics (STEM) Berbasis Kearifan Lokal Sarwanto Universitas Sebelas Maret sarwanto_fkip@staff.uns.ac.id Abstrak: Produk budaya lokal yang menjadi sarana untuk kenyaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB I PENDAHULUAN Pengaruh pemanasan global yang sering didengungkan tidak dapat dihindari dari wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarbaru. Sebagai stasiun klimatologi maka kegiatan observasi

Lebih terperinci

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Unsur-unsur Iklim 1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran - 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Puncak Atmosfer ( 100 km ) Tekanan Udara

Lebih terperinci

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM? KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM? * Parwati Sofan, Nur Febrianti, M. Rokhis Khomarudin Kejadian kebakaran lahan dan hutan di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah pada pertengahan bulan September

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ./ 3.3.2 Penentuan nilai gradien T BB Gradien T BB adalah perbedaan antara nilai T BB suatu jam tertentu dengan nilai

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya

Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya Secara Umum, Pengertian Planet adalah benda langit yang mengorbit atau mengelilingi suatu bintang dengan lintasan dan kecepatan tertentu. Contohnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat dalam Kitab Anfa

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 Website : http://www.staklimpondoketung.net Jln. Raya Kodam Bintaro No.

Lebih terperinci

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014 Oleh : Kunjaya Kompetensi Dasar X.3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi X.4.5 Menyajikan ide / gagasan terkait gerak melingkar Pengertian

Lebih terperinci

Peraga Bintang, Matahari dan Bulan

Peraga Bintang, Matahari dan Bulan Peraga Bintang, Matahari dan Bulan Rosa M. Ros, Francis Berthomieu International Astronomical Union Comm C1 Technical University of Catalonia, Spain CLEA, France Tujuan Memahami gerakan bintang dilihat

Lebih terperinci

Matahari dan Kehidupan Kita

Matahari dan Kehidupan Kita Bab 5 Matahari dan Kehidupan Kita Tema Peristiwa dan Kesehatan Pernahkah kalian berjalan di siang hari yang terik? Misalnya, saat sepulang sekolah. Apa yang kalian rasakan? Kalian tentu merasa kepanasan.

Lebih terperinci

1. Konversi Masehi Kala Saka Sunda. a. Mencari selisih penanggalan Masehi dan Saka Sunda. Tanggal 1 Kasa 1934 S = 22 Desember 2011 M

1. Konversi Masehi Kala Saka Sunda. a. Mencari selisih penanggalan Masehi dan Saka Sunda. Tanggal 1 Kasa 1934 S = 22 Desember 2011 M Lampiran Contoh konversi : 1. Konversi Masehi Kala Saka Sunda a. Mencari selisih penanggalan Masehi dan Saka Sunda Tanggal 1 Kasa 1934 S = 22 Desember 2011 M 1. Mencari jumlah hari untuk tanggal 1 Kasa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat

Lebih terperinci

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Arif Ismul Hadi, Suwarsono dan Herliana Abstrak: Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran siklus bulanan dan tahunan curah hujan maksimum

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN : ANGIN

POKOK BAHASAN : ANGIN POKOK BAHASAN : ANGIN ANGIN ANGIN Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Ada beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang angin, yaitu

Lebih terperinci