ANALISIS MAKNA PENANDA PRANATA MANGSA DAN ZODIAK DALAM KAJIAN BUDAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS MAKNA PENANDA PRANATA MANGSA DAN ZODIAK DALAM KAJIAN BUDAYA"

Transkripsi

1 ANALISIS MAKNA PENANDA PRANATA MANGSA DAN ZODIAK DALAM KAJIAN BUDAYA Citra Puspa Rini, Ari Prasetiyo Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang Pranata Mangsa dan zodiak dalam kajian budaya. Penelitian ini mengenai makna ungkapan pada Pranata Mangsa serta makna penanggalan pada zodiak. Penjelasan mengenai Pranata Mangsa terdapat pada naskah Primbon NR 366, terutama pada halaman 87 dan 88 yang membahas mengenai kondisi alam, aktifitas pertanian, dan watak bayi yang baru lahir tiap mangsa dengan cara mendeskripsikannya. Penelitian ini juga membahas mengenai kaitan antara Pranata Mangsa dengan zodiak dalam beberapa aspek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan hasil analisis dari makna ungkapan pada Pranata Mangsa serta makna penanggalan pada zodiak dengan watak manusia. ABSTRACT This thesis discusses about Pranata Mangsa and zodiac in culturan studies. This research is about the meaning of the phrase on Pranata Mangsa also the meaning of the date on zodiac. Pranata Mangsa explained on Primbon NR 366, especially on page 87 and 88 which describing about the nature, farming activities, and the character of a new born baby on every mangsa by describing them. This research is also explaining about its connection to the zodiac at some points. The purpose of this research is to show the result of the analysis about the meaning of the phrase on Pranata Mangsa and also the meaning of the date on zodiac with human character. Keywords: Pranata Mangsa; zodiac; seasons; horoscop; primbon.

2 I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya hubungan manusia dengan alam itu tidak bisa terpisahkan. Tanpa alam, manusia mungkin tidak bisa melangsungkan hidupnya. Manusia sendiri tentunya pula berusaha untuk menyelaraskan kehidupannya dengan alam sekitar. Oleh karena itu manusia diajarkan untuk lebih pintar dalam melihat gejala-gejala alam. Dari alam, manusia bisa tahu pada saat apakah alam bisa mendukung atau membahayakan kegiatan manusia sehari-harinya, serta karakter manusia berdasarkan lingkungannya berada. Dari hal-hal inilah mendasari adanya primbon. Primbon berasal dari kata Parimbon, dari asal kata pari-imbu-an. Kata imbu berarti simpan. Maka dapat disimpulkan bahwa Parimbon berarti sesuatu tempat untuk simpan menyimpan. Dalam kitab Primbon ini lah terdapat bermacam catatan dari suatu generasi terdahulu. Primbon merupakan salah satu contoh dari hasil wujud kebudayan. Wujud kebudayaan itu sendiri terdiri dari tiga wujud, yaitu ide, aktivitas, dan benda hasil karya manusia. Dalam isi primbon memuat berbagai catatan mengenai aktivitas kehidupan dan pola pikir manusia Jawa di masa lampau. Salah satu dalam isi Primbon adalah adanya perhitungan nasib seseorang atau yang biasa disebut petangan Jawi. Dari petangan tersebut seseorang, terutama orang Jawa, dapat memperhitungkan apakah hal yang akan dilakukan cocok secara kosmis dan itu selamat atau tidak. Petangan Jawi dapat berupa apa pun. Bisa berupa pawukon, perhitungan wuku seseorang, dan sebagainya. Salah satu petangan yang terkenal dan yang dibahas kali ini adalah Pranata Mangsa. Mengapa dengan Pranata Mangsa? Mungkin di zaman semaju ini masih banyak orang yang kurang paham atau bahkan sama sekali tidak mengetahui dengan Pranata Mangsa. Hanya segelintir orang yang mengetahui hal tersebut, terutama bagi orang Jawa. Orang Jawa umumnya menggunakan Pranata Mangsa sebagai pedoman dalam bercocok tanam. Mereka menggunakan Pranata Mangsa untuk memperkirakan kapan waktu yang tepat untuk bertani dan untuk panen. Namun seiring pergerakan waktu, Pranata Mangsa mungkin sudah mulai ditinggalkan oleh orang Jawa yang bekerja sebagai petani. Meski demikian Pranata Mangsa bukan berarti sudah tidak bisa digunakan kembali. Banyak pakar spiritual yang menggunakan Pranata Mangsa untuk menghitung nasib baik

3 maupun nasib buruk seseorang. Bagaimana membaca karakter manusia, peruntungan, nasib seseorang tergantung mangsa-nya masing-masing. Tapi ini tidak bisa dielakan juga karena dalam Pranata Mangsa pada dasarnya juga menjelaskan tentang kehidupan manusia, seperti rahasia mengenai kelahiran, rejeki, atau yang lainnya. Dari hal penjelasan watak seseorang Pranata Mangsa bisa disejajarkan dengan salah satu bidang astrologi yang berupa zodiak. Zodiak merupakan salah satu macam perhitungan yang terkenal sebagai panduan seseroang untuk membaca suatu watak dan nasib di masa depannya sesuai pertanda zodiak kelahirannya. Kesamaan ini membuat kalangan umum mengira bahwa Pranata Mangsa ini sama halnya dengan zodiak. Memiliki dua belas mangsa layaknya zodiak yang mempunyai dua belas pertanda zodiak. Namun beberapa orang bisa dikatakan salah paham mengganggap bahwa dua belas mangsa ini disetarakan dengan dua belas pertanda zodiak. Meski memiliki kemampuan yang sama dalam membaca karakter dan nasib seseorang dan kesamaan berjumlah dua belas, namun kegunaan awal keduanya pun berbeda. Kegunaan awalnya inilah yang belum diketahui oleh kalangan umum secara luas sehingga mengakibatkan adanya kesalahpahaman dalam pemahaman di Pranata Mangsa ini. Maka dari hal-hal itulah yang memancing rasa keingintahuan lebih dalam terhadap Pranata Mangsa. Pertama mengenai hubungan antara Pranata Mangsa dengan zodiak yang keduanya merupakan suatu perhitungan. Selain itu juga deskripsi secara lengkap mengenai apa saja yang dijelaskan di Pranata Mangsa ini. Sumber yang akan dibahas dalam penelitian ini menggunakan naskah Primbon dengan kode NR 366 sebagai objek dalam penelitian ini dikarenakan Primbon satu ini dianggap tepat sebagai bahan penelitian mengenai Pranata Mangsa. Alasan naskah ini dianggap tepat karena di naskah Primbon ini disediakan beberapa data yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu alasan penggunaan naskah Primbon NR 366 sebagai sumber pada penelitian ini yaitu demi penghematan waktu penelitian ini. Maka dipilihnya naskah Primbon NR 366 ini karena merupakan salah satu koleksi dari Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. Sedangkan mengenai zodiak sendiri menggunakan berbagai macam kajian pustaka dalam menganalisisnya. Salah satu sumber yang digunakan yaitu buku yang berjudul All Around the Zodiac karangan Bill Tierney.

4 1.2 Rumusan Masalah Dari penjelasan mengenai Pranata Mangsa dibahasan latar belakang tersebut maka dua permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah. 1. Apa makna ungkapan Pranata Mangsa dalam kaitannya dengan musim dan watak manusia? 2. Apa makna penanggalan pada zodiak dalam kaitannya dengan watak manusia? 1.3 Tujuan Penelitian Dengan melihat permasalahan yang timbul berdasarkan pertanyaan yang diajukan maka penelitian ini bertjuan untuk : 1. Menunjukkan hasil analisis dari makna ungkapan pada Pranata Mangsa yang berkaitan dengan musim dan watak manusia. Dari hasil analisis ini mengungkapkan bahwa beberapa mangsa memiliki keterkaitan antara musim dengan watak manusia. 2. Menunjukkan hasil analisis makna penanggalan pada zodiak dalam kaitannya dengan watak manusia. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa penanggalan pada zodiak memiliki pengaruh pada watak manusia yang terdapat pada Pranata Mangsa. II. Pranata Mangsa dan Zodiak 2.1 Pranata Mangsa Pranata Mangsa merupakan sebuah perhitungan mengenai musim dan disempurnakan kembali oleh Sri Susuhan Paku Buwono VII di Surakarta pada tanggal 22 Juni Tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari pertama dari tahun pertama dalam Pranata Mangsa. Dalam Pranata Mangsa terdapat 12 mangsa per tahunnya. Mangsa-mangsa tersebut Kaso (pertama), Karo (kedua), Katelu (ketiga), Kapat (keempat), Kalima (kelima), Kanem (keenam), Kapitu (ketujuh), Kawolu (kedelapan), Kasanga (kesembilan), Kasadasa (kesepuluh), Desta (kesebelas), dan Saddha (keduabelas). Total hari pada Pranata Mangsa ada yang berjumlah 365 atau 366. Bila berjumlah 365 hari maka disebut Wastu, sedangkan bila berjumlah 366 maka disebut Wuntu. Lamanya hari dalam tiap mangsa ditentukan berdasarkan peredaran matahari.

5 Pranata Mangsa ini disimbolkan dengan ungkapan. Simbolisasi dalam bentuk ungkapan ini pada dasarnya merupakan simbol yang menjelaskan tentang keadaan alam yang terjadi pada tiap mangsa. Penggunaan simbol berupa ungkapan ini diperkirakan sebagai ungkapan rasa hormat. Ini bisa dibuktikan dari ragam bahasa yang digunakan pada ungkapan dan perumpamaan yang digunakan dalam penyampaiannya, yaitu ragam bahasa Jawa Krama yang merupakan ragam bahasa yang mengungkapkan sikap hormat. Ungkapan yang digunakan dalam deskripsi Pranata Mangsa ini biasanya menggunakan perumpamaan berupa gejala-gejala yang biasa ditunjukkan di alam sekitar. Misalnya menggunakan ungkapan hewan yang hamil atau kawanan burung yang bermigrasi. Dari perumpamaan ini bisa diketahui gejala alam apakah yang terjadi pada mangsa tersebut. Ini dikarenakan perumpamaan ini merupakan gambaran bagaimana kondisi alam yang terjadi sesuai mangsanya. Selain menggunakan ungkapan dan perumpamaan ada pula yang menjelaskan Pranata Mangsa langsung menuju ke inti permasalahan. Penjelasan ini mengenai watak bayi yang baru lahir dan kegiatan petani. Untuk menjelaskan watak bayi lahir ini tidak menggunakan perumpamaan layaknya perumpamaan untuk menggambarkan kondisi alam. 2.2 Zodiak Zodiak adalah pita khayal yang berada di angkasa yang melintasi jalur matahari melalui bintang yang ditetapkan. Konsep zodiak ini berkembang pada masa Babilonia. Zodiak berasal dari kata berbahasa Yunani yaitu zodion, yang berarti binatang kecil atau simbol kehidupan mikrokosmos bagi manusia. Namun ada juga yang menyatakan bahwa zodiak berasal dari kata zodiakos yang berarti lingkaran binatang. Zodiak terdiri dari 12 petanda, yaitu Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius, Pisces, Aries, Taurus, Gemini. Sebagian besar zodiak bersimbolkan hewan, kecuali bagi Aquarius, Gemini, dan Virgo yang bersimbolkan manusia dan Libra yang bersimbolkan timbangan. Sebagian dari nama 12 pertanda zodiak tersebut diambil dari nama-nama tokoh dalam mitologi Yunani. Pada dasarnya nama tersebut digunakan demi mengenang suatu tokoh tersebut.

6 2.3 Periodisasi pada Pranata Mangsa dan Zodiak Hal pertama yang akan dijelaskan dari Pranata Mangsa dengan zodiak adalah jumlah hari yang terdapat pada tiap tahunnya. Bila dijumlahkan masing-masing durasi baik dari Pranata Mangsa maupun zodiak, maka hasil yang keluar akan berjumlah 365 atau 366. Hasil penjumlahan ini merupakan berapa lama hari yang terjadi pada tiap tahunnya, baik di dalam Pranata Mangsa maupun zodiak. Perbedaan jumlah hari ini terjadi pada tiap empat tahun sekali atau yang biasa disebut dengan tahun kabisat. Setiap empat tahun sekali, ada satu mangsa dan satu zodiak yang memiliki satu hari yang lebih. Pada mangsa yaitu mangsa Kawolu yang normalnya berjumlah 26 hari tiap tahunnya, tapi ketika pada saat tahun kabisat mangsa ini menjadi berjumlah 27 hari. Sedangkan di sisi zodiak yang memiliki lebih satu hari pada saat tahun kabisat adalah zodiak Pisces. Pada saat tahun normalnya Pisces ini berjumlah 31 hari, namun saat pada tahun kabisat menjadi berjumlah 32 hari. Hal berikutnya yang dibahas dalam poin ini adalah analisis tentang menyamakan tanggalan dari tiap mangsa dengan tiap zodiak. Satu mangsa bisa disamakan dengan satu macam zodiak, bahkan bisa disamakan dengan dua atau tiga zodiak yang disebabkan oleh persamaannya tanggal yang berlaku pada mangsa dan zodiak tersebut. Ini dilakukan untuk mengukur tingkat kesamaan berdasarkan penanggalan antara Pranata Mangsa dengan zodiak. Kesamaan mangsa dengan zodiak ini terlihat dari masa awal dan akhir pada satu mangsa yang kemudian dicocokan dengan tanggalan yang berlaku pada satu atau lebih zodiak. Mangsa Kasa berada dalam periode berlakunya zodiak Cancer dan Leo, alasannya Mangsa Kasa ini disamakan dengan zodiak Cancer dan Leo karena penanggalan zodiak Cancer dan Leo ini masih berada dalam bagian penanggalan mangsa Kasa. Mangsa Karo yang mulai berlaku dari tanggal 2 Agustus hingga 24 Agustus disamakan dengan masa berlakunya zodiak Leo dan Virgo. Mangsa Katelu berada di masa periode berlakunya zodiak Virgo dikarenakan Mangsa Katelu berlaku dari tanggal 25 Agustus hingga tanggal 17 September yang ditengah masa berlakunya merupakan masa berlakunya zodiak Virgo. Mangsa Kapat berlaku pada masa periode zodiak Virgo dan Libra. Mangsa Kalima berlaku pada masa periode zodiak Libra dan Scorpio. Mangsa Kanem berada pada masa periode zodiak Scorpio dan Sagitarius. Mangsa Kapitu disamakan dengan periode zodiak Capricorn dan Aquarius. Mangsa Kawolu berlaku mulai dari tanggal 3 Februari hingga 28 atau 29 Februari dan melewati dua jenis zodiak, yaitu Aquarius dan Pisces. Tanggalan Mangsa Kasanga melewati masa periode dua

7 petanda zodiak, yaitu Pisces dan Aries. Mangsa Kasadasa berlaku pada masa periode zodiak Aries karena kecocokan tanggal masa berlaku pada mangsa dan zodiak ini. Mangsa Dhesta berlaku pada masa periode zodiak Aries dan Taurus. Mangsa terakhir yang dibahas yaitu mangsa Saddha yang berada pada masa periode zodiak Taurus dan Gemini. 2.4 Musim dalam Pranata Mangsa dan Zodiak Musim-musim yang digunakan dalam Pranata Mangsa ini sesuai dengan musim-musim yang terjadi di Indonesia. Hal ini dikarenakan hanya di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, yang menerapkan perhitungan Pranata Mangsa. Musim-musim yang ada di Indonesia yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim-musim yang dipergunakan dalam zodiak ini sesuai dengan musim-musim yang berlaku di belahan bumi di bagian utara. Tierney (2004 : 8) mengungkapkan alasan zodiak menggunakan musim yang berlaku di belahan bumi di bagian utara karena di sanalah ilmu tentang astrologi ini berkembang. Musim-musim yang terjadi di belahan bumi bagian utara yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Pada Pranata Mangsa terdapat beberapa mangsa yang memiliki musim yang serupa, namun ada juga beberapa mangsa yang merupakan musim peralihan. Dari mangsa Kasa hingga Katelu ini merupakan masa dimana ke tiga mangsa ini berada di musim kemarau. Pada mangsa Kapat ini mulai mendapat hujan kiriman. Mangsa Kalima dan Kanem ini mengalami yang namanya musim labuh atau tracap. Di mangsa Kapitu dan Kawolu ini mulai memasuki musim penghujan. Pada mangsa Kasanga dan Kasadasa ini turunnya hujan sudah mulai berkurang. Di mangsa Dhesta ini berada di musim mareng, yaitu musim peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau. Musim yang terjadi di mangsa Saddha ini yaitu bedhidhing, yaitu kondisi dimana hawa sekitar menjadi dingin. Berbeda dengan Pranata Mangsa, pertanda-pertanda zodiak ini hanya memiliki empat musim. Musim panas atau summer terjadi pada periode zodiak Cancer, Leo, dan Virgo. Pada periode Libra, Scorpio, dan Sagitarius ini memasuki ke masa musim gugur atau fall/autumn. Pada periode zodiak Capricorn, Aquarius, Pisces ini jatuh pada musim dingin atau winter. Musim yang terakhir yaitu musim semi atau spring yang jatuh pada periode zodiak Aries, Taurus, dan Gemini.

8 2.5 Fungsi Pranata Mangsa dan Zodiak Baik Pranata Mangsa maupun zodiak memiliki fungsi masing-masing. Dalam Pranata Mangsa, fungsi aslinya yaitu sebagai panduan dalam dunia pertanian. Dari perhitungan ini menjadi sebuah landasan untuk beberapa kalangan, terutama bagi petani untuk bertindak sesuai apa yang dilakukan di tiap mangsanya. Tiap mangsa dijelaskan mengenai suatu kegiatan apa yang harus di lakukan oleh petani. Selain itu perhitungan Pranata Mangsa juga digunakan sebagai panduan dalam membaca kondisi alam. Tiap mangsa ini terjadi berbagai kondisi alam yang berbeda. Dari panduan ini petani bisa memperkirakan apa yang akan terjadi di tiap mangsa. Perhitungan ini dapat menjadi panduan dalam memperkirakan kapan waktu yang tepat untuk bercocok tanam dan juga untuk masa panen. Berbeda halnya dengan zodiak. Berdasarkan dari beragam macam kajian pustaka menjelaskan bahwa kegunaan zodiak hanyalah sebagai panduan dalam membaca karakter dan nasib seseorang. Dalam buku All Around the Zodiac di halaman 6 dijelaskan bahwa fungsi Zodiak ini juga berkaitan dengan perubahan musim. Dijelaskan bahwa pada peradaban jaman dahulu menggunakan perhitungan zodiak ini untuk memperkirakan kapan untuk menanam dan panen. 2.6 Gambaran Watak Manusia di Pranata Mangsa dan Zodiak Pada Pranata Mangsa maupun zodiak memiliki gambaran watak masing-masing sesuai dengan mangsa atau petanda zodiak kelahiran seseorang. Gambaran watak dalam Pranata Mangsa terdapat di dalam naskah Primbon NR 366 halaman 87 yang terdapat deskripsi mengenai watak bayi yang baru lahir berdasarkan mangsa kelahirannya. Sedangkan gambaran watak pada zodiak diambil dari buku karangan Bill Tierney yang berjudul All Around the Zodiac (2001). Dari buku tersebut terdapat pembahasan mengenai deskripsi gambaran watak seseorang berdasarkan petanda zodiaknya. Dari dua tabel tersebut menunjukkan bahwa adanya gambaran watak yang dimiliki oleh Pranata Mangsa maupun zodiak. Ada beberapa watak salah satu mangsa yang tampak sama dengan penanggalan zodiak yang disejajarkan. Namun ada juga beberapa mangsa yang

9 gambaran wataknya tidak sesuai dengan zodiak yang disejajarkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua mangsa memiliki gambaran watak yang sama dengan zodiak yang disejajarkannya. 2.7 Pranata Mangsa dan Zodiak sebagai Kajian Budaya Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan sebelumnya, dapat dipahami mengenai pengetahuan akan Pranata Mangsa dan zodiak serta kaitannya antara keduanya. Sebagai sesama bagian dari ilmu perhitungan, keduanya memperlihatkan adanya kesamaan serta perbedaan. Kesamaan dan perbedaan di antara keduanya bisa disebabkan dari faktor alam serta kebudayaan dari ilmu tersebut berkembang. Baik Pranata Mangsa maupun zodiak dapat dikatakan sebagai kearifan lokal bagi kebudayaan yang membesarkan mereka. Pranata Mangsa berkembang dari kebudayaan Jawa, sedangkan zodiak berkembang dari kebudayaan di belahan bumi bagian utara. Alasan kenapa keduanya dapat dikatakan sebagai kearifan lokal bagi kebudayaan yang membesarkannya yaitu keduanya merupakan hasil dari pemikiran dari orang-orang yang berasal dari kebudayaan yang membesarkannya. Lahirnya ilmu perhitungan seperti Pranata Mangsa dan zodiak ini dari pengalaman hidup kebudayaan masyarakat pada zaman dahulu. Seperti halnya Pranata Mangsa yang merupakan perhitungan musim kemungkinan berasal dari pengalaman hidup petani dalam memperkirakan masa untuk bekerja di ladang. Dari pengalaman tersebut kemudian melahirkan suatu perhitungan mengenai musim untuk dijadikan pedoman dalam bercocok tanam, yaitu Pranata Mangsa. Kemudian seiring berjalannya waktu jenis perhitungan ini berkembang tidak hanya mengenai perhitungan musim, melainkan juga mengenai watak seseorang berdasarkan mangsa kelahirannya. Begitu pula halnya dengan zodiak yang juga terlahir dari pemikiran dan pengalaman hidup dari masyarakat kebudayaan yang membesarkannya. III. Analisis Makna Pranata Mangsa dan Kaitannya dengan Zodiak Pada bab ini penelitian memfokuskan pada isi naskah Primbon NR 366 yang membahas tentang Pranata Mangsa. Hal-hal yang dibahas dalam bab ini berkaitan dengan makna suatu

10 ungkapan dan kondisi alam yang terjadi pada tiap mangsa-nya. Penelitian ini berfokus pada dua halaman naskah Primbon NR 366 yang membahas tentang Pranata Mangsa, yaitu pada halaman 87 dan 88. Halaman dalam naskah Primbon NR 366 yang membahas mengenai halhal apa saja yang harus dilakukan petani pada tiap mangsa serta watak bayi yang baru lahir sesuai mangsa yaitu halaman 87. Halaman selanjutnya yaitu halaman 88, berisi ungkapan/candra yang digunakan sebagai penggambaran situasi yang terjadi pada suatu mangsa. Kemudian analisis mengenai gambaran watak bayi yang baru lahir pada tiap mangsa dalam naskah Primbon NR 366. Langkah kerja analisis ini dengan cara mengaitkan gambaran watak tersebut dengan kondisi alam pada naskah halaman 88 dan kegiatan pertanian pada naskah halaman 87. Selain itu juga menganalisis dengan mengaitkan gambaran watak yang diterangkan pada naskah Primbon NR 366 dengan gambaran watak pada zodiak yang dijelaskan di buku All Around the Zodiac (2001) karangan Bill Tieney. 1. Mangsa Kasa Ungkapan sotya murca saking embanan merupakan ungkapan mangsa Kasa. Ungkapan ini secara denotatif diartikan sebagai permata yang hilang dari cincinnya, sedangkan secara konotatif diartikan sebagai kondisi alam dimana dedaunan pada berguguran dari ranting pepohonan. Gugurnya dedaunan tersebut menandakan salah satu gejala alam yang terjadi pada masa musim kemarau. Musim yang di mana keadaan alam menjadi kering dan sulit mendapatkan air menyebabkan dedaunan pada pepohonan menjadi kering. Karena kering itu lah yang menyebabkan dedaunan tidak bisa lagi bersatu dengan ranting-ranting pepohonan sehingga menyebabkan terjadinya gugur dedaunan. Pada mangsa kasa ini, orang-orang Jawa mempersiapkan beberapa jenis bibit tanaman untuk ditanam. Tanaman tersebut adalah jarak, kapas dan lain-lain. Alasan dapat ditanamnya tanaman-tanaman tersebut adalah tanaman-tanaman tersebut tidak terlalu membutuhkan pengairan. Terlebih mangsa Kasa ini masih berada dalam musim kemarau. Pada mangsa ini disebutkan bahwa gambaran watak pada mangsa ini yaitu madya atau tengah. Tengah dalam artian berada di antara dua hal yang bertolak belakang. Maka demikian kemungkinan maksud dari watak madya pada mangsa ini yaitu sifat watak yang berada di tengah kebaikan dan keburukan. Watak mangsa ini tidak memiliki ketertakaitan dengan naskah Primbon NR 366 halaman 87, namun berkaitan dengan naskah halaman 88 dan zodiak yang sejajar penangalannya dengan penanggalan mangsa ini yaitu zodiak Cancer dan Leo.

11 2. Mangsa Karo Pada mangsa ini memiliki ungkapan yaitu Bantala Rengka. Makna ungkapan bantala rengka ini bermakna sama baik dari makna aslinya (denotatif) maupun makna kiasannya (konotatif). Ungkapan bantala rengka yang diartikan sebagai tanah retak ini mengacu pada kejadian sebenarnya, yaitu kondisi dimana tanah menjadi retak. Pada mangsa Karo ini petani menanam tanaman-tanaman seperti jarak, kapas, dan lainnya sebagaimana yang telah dipersiapkannya pada mangsa Kasa. Kondisi tanah yang hendak ditanami juga sudah dipersiapkan sejak mangsa Kasa. Petani tinggal kembali menanam bibitbibit dari tanaman tersebut yang belum di tanam ke tanah yang sudah dipersiapkan. Pada naskah Primbon NR 366 disebutkan bahwa gambaran watak bayi yang baru lahir pada mangsa Karo ini yaitu ceroboh. Gambaran watak bayi yang baru lahir ini memiliki keterkaitan dengan naskah Primbon NR 366 halaman 87 dan 88. Selain itu bila dikaitkan dengan zodiak yang sejajar dengan penanggalan mangsa Karo yaitu zodiak Leo dan Virgo tidak ada keterkaitan di antara keduanya. 3. Mangsa Katelu Ungkapan suta manut king bapa merupakan ungkapan bagi mangsa Katelu. Ungkapan suta manut king bapa mengacu pada artian denotatif sebagai sang anak yang menunduk kepada orang tuanya, sedangkan secara konotatif bermakna tanaman merambat yang menurut pada sarana yang dirambatnya. Pada mangsa ini petani membuka lahan baru untuk ditanami tanaman jenis lainnya, yaitu padi gogo. Padi gogo ini cocok untuk ditanam pada lahan yang kering. Tanah yang ditanami padi gogo tidak perlu diairi. Hal ini menjadi kelebihan dalam padi gogo ini. Terlebih pada mangsa Katelu ini masih berada di musim kemarau dan juga masa menjelang musim hujan. Gambaran watak bayi yang terlahir pada mangsa Katelu yaitu berwatak kikir. Gambaran watak yang dijelaskan pada mangsa Katelu tidak terkait dengan kondisi alam yang dijelaskan pada naskah halaman 88 dan kegiatan pertanian pada halaman 87. Selain itu dapat juga dikatakan bahwa gambaran watak mangsa Katelu ini tidak bisa dikaitkan dengan watak zodiak Virgo.

12 4. Mangsa Kapat Ungkapan waspa kumembeng jroning kalbu ini merupakan ungkapan bagi mangsa Kapat. Pada dasarnya, ungkapan waspa kumembeng jroning kalbu ini merupakan sebuah kiasan untuk menggambarkan kondisi seseorang yang sedang bersedih, sedangkan makna denotasi dalam ungkapan ini yaitu air mata yang tergenang di dalam hati. Pada mangsa ini petani mulai membakar padi gogo yang sudah ditebang. Dari mangsa sebelumnya dijelaskan bahwa petani membuka lahan baru untuk penanaman padi gogo. Kata membuka lahan baru ini berasal dari artian kata babad. Padahal kata babad ini juga mempunyai artian lain yaitu pemotongan. Bila dikaitkan dengan mangsa Kapat ini maka artian kata babad yang tepat adalah pemotongan, karena setelah proses pemotongan ini padi gogo tersebut harus dibakar. Namun sebelum dibakar, beras atau isi dari padi gogo tersebut harus dikeluarkan dari kulitnya. Gambaran watak pada mangsa Kapat ini yaitu senang akan kebersihan. Gambaran watak manusia pada mangsa ini memiliki keterkaitan dengan naskah Primbon NR 366 pada halaman 87 dan 88. Mangsa Kapat sejajar dengan penanggalan zodiak Virgo dan Libra. Namun bila dilihat dari gambaran watak zodiak Virgo dan Libra, maka yang lebih memiliki keterkaitan yaitu dengan zodiak Virgo. Ini dikarenakan pada zodiak Virgo terdapat watak suci. 5. Mangsa Kalima Panyandran atau ungkapan ini pancuran mas mawur ing jagad merupakan ungkapan bagi mangsa Kalima. Ungkapan ini memiliki makna denotatif yaitu pancuran emas yang bertaburan di dunia. Makna metaforis dari ungkapan ini adalah penggambaran kondisi alam pada mangsa kalima, yaitu mulai turunnya hujan ke muka bumi. Fenomena alam pada mangsa Kalima menunjukkan bahwa musim kemarau sudah mulai berakhir. Turunnya hujan pada mangsa ini menandakan bahwa petani sudah mulai bisa mengambil hasil panen dari padi gogo. Tahu mangsa ini merupakan masa panen dilihat dari penjelasan awit agejigi gagi atau mulai mengeluarkan gabah dari padi gogo. Secara garis besar maksud dari mangsa ini adalah mulainya masa panen untuk beberapa jenis tanaman.

13 Pada mangsa Kalima ini gambaran watak bagi bayi baru lahir yaitu suka mencela. Bila dikaitkan dengan kondisi alam sebagaimana yang dideskripsikan pada naskah Primbon NR 366 halaman 87 dan 88, maka hal-hal ini tidak ada kaitannya dengan perilaku suka mencela. Penanggalan mangsa Kalima bila disejajarkan dengan penanggalan zodiak maka sejajar dengan zodiak Libra dan Scorpio. Dari semua gambaran watak zodiak Libra dan Scorpio, tidak ada satupun yang memiliki keterkaitan dengan watak suka mencela. Sehingga baik zodiak Libra maupun Scorpio ini tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan gambaran watak mangsa Kalima. 6. Mangsa Kanem Ungkapan rasa mulya kasuciyan merupakan ungkapan bagi mangsa Kanem. Makna denotasi pada ungkapan mangsa ini yaitu kesucian yang menjadi rasa mulia. Makna metaforis dari ungkapan ini yaitu musim banyaknya jenis buah. Para petani di mangsa ini mulai membuat perkakas angin. Perakakas angin ini bisa berupa kincir angin, baik yang terbuat secara tradisional. Lalu ada suatu dugaan bahwa guna dari pirantos atau perkakas angin ini dibuat dengan tujuan untuk menambah suatu faktor estetika di sawah semata. Berhubung dengan situasi yang terjadi pada naskah ini ditulis dan teknologi pada zaman itu belum canggih, kemungkinan dibuatnya perkakas angin ini dibuat hanya demi memperindah lingkungan sawah. Gambaran watak pada mangsa Kanem ini yaitu pandai dalam bidang perkayuan. Gambaran watak ini memiliki keterkaitan dengan naskah Primbon NR 366 halaman 87 dan 88 karena berkaitan dengan musim buah-buahan dan masa untuk membuat perkakas angin. Zodiak Scorpio dan Sagitarius berada sejajar dengan penanggalan mangsa Kanem. Dari kedua zodiak tersebut yang memiliki keterkaitan dengan watak mangsa Kanem yaitu dari zodiak Sagitarius yang salah satunya memilki watak pecinta alam. Alasannya yaitu bagi seorang pecinta alam harus memiliki keahlian saat berada di suatu tempat, terutama keahlian dalam bidang perkayuan. 7. Mangsa Kapitu

14 Ungkapan mangsa Kapitu yaitu wisa kentas ing maruta yang berarti bisa (racun) yang terbawa oleh angin. Persesuaian referensialnya yaitu bisa atau racun yang tersebar ke seluruh penjuru melalui angin. Makna metaforis dalam ungkapan ini yaitu musim banyaknya jenis penyakit. Pada mangsa ini, petani mulai saatnya membajak sawah mereka. Mereka mulai bisa membajak sawah saat tanah sawahnya terkandung air atau berlumpur. Bila kondisi tanah mengering maka petani tidak bisa melakukan aktifitas membajak. Kegiatan membajak sawah ini bertujuan untuk mempersiapkan lahan di sawah supaya lahan tersebut dapat ditanam padi dan berbagai macam tanaman lainnya. Gambaran watak mangsa Kapitu yang dijelaskan pada naskah Primbon NR 366 halaman 87 ini yaitu suka memukul. Bila dikaitkan dengan kegiatan pertanian yang juga dari naskah halaman 87 dan kondisi alam yang dideskripsikan pada naskah halaman 88, diperkirakan tidak ada kaitannya dengan watak suka memukul ini. Mangsa Kapitu ini sejajar dengan penanggalan zodiak Capricorn dan Aquarius. Namun bila dilihat dari watak-watak yang terdapat pada zodiak Capricorn maupun Aquarius tidak terdapat keterkaitan sama sekali yang berhubungan dengan memukul. 8. Mangsa Kawolu Ungkapan anjrah jroning kayun merupakan ungkapan yang menggambarkan mangsa Kawolu. Makna denotasi pada ungkapan mangsa ini yaitu merata dalam keinginan. Sedangkan makna konotasi ungkapan ini yaitu siklus hidup hewan. Referen yang ditunjuk yaitu situasi kucing hamil. Pada mangsa Kawolu ini petani melanjutkan pekerjaan ke tahap yang selanjutnya, yaitu menanam padi. Setelah petani membajak sawah, mereka mulai menanam padi di atas sawah yang sudah dibajak itu. Tanah sawah yang sudah dibajak itu akan membantu pertumbuhan padi di sawah tersebut. Gambaran watak bayi yang baru lahir pada mangsa Kawolu yaitu dermawan. Kemungkinan watak dermawan ini berkaitan dengan kegiatan menanam padi yang tercantum pada naskah halaman 87, ketekaitannya yaitu dari kesamaannya bagai memberikan sesuatu ke pihak lain. Sedangkan gambaran watak mangsa ini tidak memiliki keterkaitan dengan naskah

15 Primbon NR 366 halaman 88. Mangsa Kawolu ini sejajar penanggalannya dengan zodiak Aquarius dan Pisces. Namun dari ke dua zodiak tersebut tidak ada satu pun yang berkaitan dengan gambaran watak mangsan Kawolu. 9. Mangsa Kasanga Ungkapan yang menggambarkan mangsa Kasanga yaitu wedharing wacana mulya. Dalam makna denotasi maka ungkapan ini bermaknakan tersebarnya kabar bahagia. Sedangkan dalam makna konotasi maka ungkapan ini bermaknakan masa membahagiakan untuk beberapa pihak, baik manusia maupun jangkrik. Pada mangsa ini merupakan tugas petani untuk menjaga padi. Petani menjaga padi agar padi-padi tidak mendapat serangan dari hama maupun dari burung pemakan padi. Incaran mereka yaitu serangga macam jangkrik maupun tonggeret dimana padi mereka adalah menjadi sarang untuk jangkrik maupun tonggeret. Burung pun juga menjadi incaran petani karena burung-burung tersebut akan memakan isi dari padi yang sedang menguning. Burungburung jenis ini merupakan jenis pemakan biji-bijian, seperti burung pipit. Gambaran watak bayi yang lahir pada mangsa Kasanga ini tidak dapat diketahui akibat dari tidak ditemukannya arti kata jrabah akibat salah penulisan dan kata yang sebenarnya dalam naskah Primbon NR 366 halaman 87. Akibat dari ini maka gambaran watak mangsa Kasanga tidak bisa dianalisis. 10. Mangsa Kasadasa Ungkapan yang digunakan pada mangsa ini adalah gedhong minep jroning kalbu. Ungkapan gedhong minep jroning kalbu ini bila dianalisis maka makna denotatifnya yaitu gedung yang tertutup di dalam hati. Sedangkan makna konotasi pada ungkapan mangsa ini berupa siklus hidup hewan, yaitu kehamilan hewan-hewan. Pada mangsa ini dijelaskan bahwa petani mulai ke masanya panen padi, terutama untuk jenis padi gogo. Masa ini dikatakan cocok untuk panen karena padi gogo sudah bisa mendapat asupan air, yaitu berupa air hujan, untuk pertumbuhannya. Maka mangsa ini merupakan waktu yang pas untuk bisa memanen hasil dari padi gogo.

16 Gambaran watak bayi yang terlahir pada mangsa Kasdasa yaitu cepat marah. Bila dikaitkan dengan kondisi alam yang dideskripsikan pada naskah halaman 88 dan kegiatan pertanian yang dibahas dalam naskah halaman 87, diperkirakan tidak ada hubungannya dengan watak cepat marah. Namun hal ini berbeda dengan zodiak Aries yang penanggalannya sejajar dengan penanggalan mangsa Kasadasa. Pada zodiak Aries terdapat watak marah. Kesamaan watak antara keduanya menyatakan bahwa keduanya memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. 11. Mangsa Dhesta Ungkapan sotya sinarawedi merupakan unggapan yang menggambarkan mangsa Dhesta. Makna ungkapan ini secara denotatif bermakna permata yang sangat dilindungi. Sedangkan secara konotatif ungkapan ini bermakna kasih sayang seekor induk burung yang merawat anaknya. Makna konotatif ungkapan mangsa ini dapat dilihat dari kalimat mangsanipun peksi angloloh. Di naskah ini dijelaskan pada mangsa ini petani melakukan suatu hal yang di luar kegiatan pertanian. Berbeda dengan penjelasan tentang kegiatan petani yang dijelaskan pada mangsamangsa sebelumnya, penjelasan tentang kegiatan petani ini berkaitan antara petani dengan petani lainnya. Kegiatan petani yang dilakukan pada mangsa ini termasuk salah satu perilaku yang tidak baik, yaitu perilaku saling mencuri padi milik salah satu petani. Pada mangsa Dhesta ini bagi bayi yang terlahir pada mangsa ini berwatak dusta atau jahat. Gambaran watak mangsa ini tidak memiliki keterkaitan dengan penjelasan pada naskah Primbon NR 366 halaman 88, namun memiliki keterkaitan dengan naskah halaman 87 karena perilaku saling mencuri padi termasuk watak dusta atau jahat. Mangsa Dhesta ini berada sejajar dengan posisi zodiak Aries dan Taurus. Namun dari kedua zodiak tersebut yang terlihat berkaitan dengan gambaran watak mangsa ini yaitu pada zodiak Aries. Pada zodiak Aries ini lebih mengarah ke arah negatif dengan watak ketidak sabaran dan cepat marah. 12. Mangsa Saddha Ungkapan pada mangsa terakhir yaitu tirta sah saking sasana. Dari sudut makna denotatif ungkapan ini mengacu pada referen sebenarnya, yaitu air yang lenyap dari

17 tempatnya. Namun dari sudut makna konotatif ungkapan ini tidak mengacu pada referen yang sebenarnya, melainkan mengacu pada artian air keringat yang hilang dari badan. Maksud dari air keringat yang hilang dari badan yaitu kondisi seakan tubuh manusia sulit untuk mengeluarkan keringatnya dari tubuhnya. Di naskah ini dijelaskan pada mangsa ini banyak petani yang meminta zakat dari sang pemberi zakat. Zakat dalam artian ini bisa diartikan sebagai sumbangan. Ini menjadi masa mereka untuk bisa mendapatkan sumbangan atau zakat untuk membantu kelangsungan hidup mereka sehari-hari. Zakat atau sumbangan ini diperkirakan bisa berupa uang, pakaian, atau pun benda-benda yang dipergunakan di tiap harinya. Pada mangsa Saddha bagi bayi yang terlahir ini memiliki watak kasihan. Gambaran watak mangsa Saddha tidak memiliki keterkaitan dengan deskripsi kondisi alam yang terdapat pada naskah Primbon NR 366 halaman 88, namun memiliki keterkaitan dengan halaman 87 yaitu dengan cara petani meminta belas kasihan kepada seseorang agar memberikannya zakat atau sumbangan. Berbeda halnya dengan zodiak Taurus dan Gemini yang merupakan petanda zodiak yang penanggalannya sejajar dengan mangsa Saddha. Dari dua zodiak tersebut kemungkinan memiliki keterkaitan dengan zodiak Taurus yaitu watak perhatian dan sabar. IV. Kesimpulan Pranata Mangsa yang memiliki kecerdasan tersendiri sebagai ilmu perhitungan musim. Seperti pada naskah Primbon NR 366 diperlihatkan bahwa penjelasan mengenai Pranata Mangsa seperti kondisi alam, kegiatan pertanian, maupun watak bayi yang terlahir menggunakan berupa ungkapan dan perumpamaan. Ungkapan tersebut menggambarkan kondisi apa yang terjadi di tiap mangsa dengan menggunakan perumpaman-perumpamaan. Ungkapan dan perumpamaan tersebut diperkirakan digunakan untuk memperhalus dalam menyampaikan apa yang dibahas di dalamnya dengan tujuan kesopanan. Dalam penelitian ini pengetahuan mengenai zodiak dihadirkan untuk menjadikannya sebagai kaitan dengan Pranata Mangsa, terutama di bagian watak manusia. Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya beberapa kaitan yang saling terkait antara watak yang terdapat pada Pranata Mangsa dengan watak yang terdapat pada zodiak. Ada beberapa mangsa yang memiliki keterkaitan dengan zodiak dan ada beberapa mangsa yang sama sekali tidak memiliki keterkaitan dalam hal watak manusia.

18 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya hasil dari kearifan lokal atau local genius kebudayaan Jawa tidak kalah hebatnya dan jeniusnya dengan hasil dari kebudayaan daerah lainnya serta dengan ilmu yang berkembang pada zaman modern ini. Bukti dari kejeniusan kebudayaan Jawa ini dapat dilihat dari berbagai naskah Primbon yang mencatat berbagai ilmu yang dihasilkan dari pemikiran serta pengalaman hidup masyarakat kebudayaan Jawa. Pranata Mangsa merupakan salah satu hasil dari kejeniusan masyarakat kebudayaan Jawa pada masa lampau. Daftar Pustaka I. BUKU : Doyodipuro, Ki Hudoyo Horoskop Jawa : Misteri Pranata Mangsa. Semarang : Dahara Prize. Endraswara, Suwardi Falsafah Hidup Jawa : Menggali Mutiara Kebijakan dari Intisari Filsafat Kejawen. Yogyakarta : Penerbit Cakrawala. Hestiyanto, Yusman Geografi 2. Jakarta : Penerbit Yudhistira. Koentjaraningrat Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka. Magnis-Suseno, Franz Etika Jawa : Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebiijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta : Penerbit PT Gramedia. Ophelia, I Sukses Finansial Lewat Astrologi dan Peta Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Panudju Karso, Sri Penangkaran Burung Cucakrowo. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Poerwadarminta, W.J.S Baoesastra Djawa. Groningen, Batavia : Wolters. Prawiroatmodjo, S Kamus Bausastra Jawa-Indonesia. Jakarta : PT Toko Gunung Agung. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Purwadi Petungan Jawa : Menentukan Hari Baik dalam Kalender Jawa. Yogyakarta : Pinus Book Publisher. Purwono, & Purnamawati, Heni Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Depok : Penerbit Swadaya.

19 Rahyono, F.X Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Penerbit Wedatama Widya Sastra. Rahyono, F.X Studi Makna. Jakarta: Penaku. Rai Sudharta, Tjokorda, Oka Dhermawan, I. Gusti, Winawan, W. Winda Kalender 301 Tahun (Tahun ). Jakarta : PT. Balai Pustaka. Ranoewidjojo, Romo RDS Primbon Masa Kini : Warisan Nenek Moyang Untuk Meraba Masa Depan. Jakarta : Bukuné. Resowidjojo, S Almanak Gampang Jakarta : Balai Pustaka. Sutikno, R.A. Maharkresti, dll Primbon Pawukon Bayi Lahir. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara. Sutrisno, Mudji & Putranto, Hendar Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Tierney, Bill All Around The Zodiac : Exploring Astrology s Twelve Signs. St. Paul : Llewellyn Publications. Van Steenis, C.G.G.J Flora. Jakarta : PT Pradnya Paramita. Wedhawati, Marsono, dkk Tipe-Tipe Semantik Verba Bahasa Jawa. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wiyoto, Ed Almanak Dasawarsa, Jakarta : PT Balai Pustaka. WS, Don., & Hadibroto, Chery Menata Tanaman Rambat : Desain, Sarana Bantu & Pilihan Tanaman. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. II. PUBLIKASI ELEKTRONIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Dalam sistem pergantian musim di seluruh dunia sangat dipengaruhi peredaran semu matahari mengelilingi bumi, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan tekanan udara

Lebih terperinci

Pengenalan Dasar Tentang Iklim Dan Cuaca. Seno Basuki

Pengenalan Dasar Tentang Iklim Dan Cuaca. Seno Basuki Pengenalan Dasar Tentang Iklim Dan Cuaca Seno Basuki Tim SL PTT BPTP Jawa Tengah 2011 Cuaca dan Iklim Merupakan suatu besaran fisika atmospher. Unsur : penerimaan radiasi matahari, lama penyinaran matahari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecanggihan yang timbul pada saat sekarang. Ramalan-ramalan tentang

BAB I PENDAHULUAN. kecanggihan yang timbul pada saat sekarang. Ramalan-ramalan tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang banyaknya perkembangan dunia, tidak menutup kemungkinan siswa-siswi di sekolah akan mempercayai dengan adanya kecanggihan yang timbul pada saat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM

BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM A. Analisis Sistem Penanggalan Jawa Pranata Mangsa dan Sistem Penanggalan Syamsiah

Lebih terperinci

Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi

Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi Sri Yulianto Joko Prasetyo, Kristoko Dwi Hartomo & Bistok hasiholan Pusat Studi Sistem Informasi Pemodelan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan (Tarigan, 2009:22). Wacana direalisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lingkungan hidup disusun oleh sumberdaya alam non hayati (abiotic), sumberdaya alam hayati (biotic) dan sumberdaya manusia bersama sumberdaya buatan yang

Lebih terperinci

KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA

KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA Revisi Makalah Disusun guna memenuhi tugas Hisab Rukyat Klasik Dosen Pengampu : Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag Oleh: Li izza Diana Manzil NIM. 1600028006

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB V. Kesimpulan dan Saran BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Sistem Pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo Sistem pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo yang berada di Negeri Gugung meliputi proses

Lebih terperinci

1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari. Gerhana Matahari

1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari. Gerhana Matahari 1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari Gerhana Matahari Peristiwa gerhana matahari cincin (GMC) terlihat jelas di wilayah Bandar Lampung, Lampung, pada letak 05.21 derajat

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura IDENTIFIKASI BEBERAPA KEARIFAN LOKAL DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN USAHATANI PADI DI JAWA TENGAH Wahyudi Hariyanto, dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo

Lebih terperinci

ANALISIS KONSEP PERBINTANGAN DALAM BUDAYA JAWA. Sarwanto ABSTRAK

ANALISIS KONSEP PERBINTANGAN DALAM BUDAYA JAWA. Sarwanto ABSTRAK ANALISIS KONSEP PERBINTANGAN DALAM BUDAYA JAWA Sarwanto sarwanto@fkip.uns.ac.id ABSTRAK Pengamatan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa terhadap fenomena benda langit menghasilkan ilmu perbintangan (Palintangan).

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan

Lebih terperinci

VI. PLANTING AND CROPPING SYSTEM. Willem, C. Beets Multiple Cropping & Tropical Farming Systems. Chapter 4 7.

VI. PLANTING AND CROPPING SYSTEM. Willem, C. Beets Multiple Cropping & Tropical Farming Systems. Chapter 4 7. VI. PLANTING AND CROPPING SYSTEM Willem, C. Beets. 1982. Multiple Cropping & Tropical Farming Systems. Chapter 4 7. TANAM TANAM JARAK TANAM ALAT TANAM WAKTU TANAM POLA TANAM TANAM Menempatkan bahan tanam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat

Lebih terperinci

STUDI ETNOGRAFI VISUAL KEARIFAN LOKAL PRANATA MANGSA SEBAGAI PERANGKAT REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN MODEL PRANATA MANGSA TERBAHARUKAN

STUDI ETNOGRAFI VISUAL KEARIFAN LOKAL PRANATA MANGSA SEBAGAI PERANGKAT REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN MODEL PRANATA MANGSA TERBAHARUKAN STUDI ETNOGRAFI VISUAL KEARIFAN LOKAL PRANATA MANGSA SEBAGAI PERANGKAT REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN MODEL PRANATA MANGSA TERBAHARUKAN Ramos Somya 1), Teguh Indra Bayu 2) 1 Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

PRANATA MANGSA JAWA (Cermin Pengetahuan Kolektif Masyarakat Petani di Jawa) 1

PRANATA MANGSA JAWA (Cermin Pengetahuan Kolektif Masyarakat Petani di Jawa) 1 PRANATA MANGSA JAWA (Cermin Pengetahuan Kolektif Masyarakat Petani di Jawa) 1 Oleh: Ali Badrudin Fakultas Sastra Universitas Jember Jl. Kalimantan No. 37 Jember Jawa Timur 68121 e-mail: elbadrelkarim@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, memiliki berbagai suku, ras, bahasa dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karakter sebagian pemuda-pemudi saat ini sehubungan dengan pendidikan karakter atau kodratnya sebagai makhluk sosial, dapat dikatakan sangat memprihatinkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata pencaharian utama masyarakat

Lebih terperinci

Zodiac Pet Info. Untuk mengenal Pet Zodiac lebih dekat, mari ikuti ulasan mengenai zodiac pet berikut ini:

Zodiac Pet Info. Untuk mengenal Pet Zodiac lebih dekat, mari ikuti ulasan mengenai zodiac pet berikut ini: Zodiac Pet Info Immortals, Zodiac Pet, atau yang lebih dikenal dengan sebutan ZOD, mendapatkan julukan The Ultimate TROPHY Pet atau Pet Paling Berharga karena kekuatannya. ZOD dapat di-meld dengan tipe

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Indonesia ini menghasilkan beberapa temuan sebagai berikut: Kanjeng Pangeran Harya Cakraningrat. Kitab ini merupakan jilid pertama

BAB V PENUTUP. Indonesia ini menghasilkan beberapa temuan sebagai berikut: Kanjeng Pangeran Harya Cakraningrat. Kitab ini merupakan jilid pertama BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Primbon Betaljemur Adammakna Penelitian tekstual atas primbon Betaljemur Adammakna versi Bahasa Indonesia ini menghasilkan beberapa temuan sebagai berikut: a. Penulis Betaljemur

Lebih terperinci

PREDIKSI TRADISIONAL DAN MODERN TERHADAP CUACA DAN IKLIM

PREDIKSI TRADISIONAL DAN MODERN TERHADAP CUACA DAN IKLIM 1 2004 Sutikno Posted 19 May 2004 Makalah pribadi Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Mei 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (penanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan,

Lebih terperinci

Science Technology Engineering and Mathematics (STEM) Berbasis Kearifan Lokal

Science Technology Engineering and Mathematics (STEM) Berbasis Kearifan Lokal Science Technology Engineering and Mathematics (STEM) Berbasis Kearifan Lokal Sarwanto Universitas Sebelas Maret sarwanto_fkip@staff.uns.ac.id Abstrak: Produk budaya lokal yang menjadi sarana untuk kenyaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PETANI DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA Studi Kasus di Desa Ngabeyan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PETANI DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA Studi Kasus di Desa Ngabeyan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PETANI DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA Studi Kasus di Desa Ngabeyan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri Oleh : Emi Widiyanti, SP, MSi ABSTRAK Sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. Keberadaan tanah tidak terlepas dari manusia, demikian juga sebaliknya keberadaan manusia juga tidak terlepas dari tanah.

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SAINS ASLI (INDIGENOUS SCIENCE) SISTEM PRANATA MANGSA MELALUI KAJIAN ETNOSAINS

IDENTIFIKASI SAINS ASLI (INDIGENOUS SCIENCE) SISTEM PRANATA MANGSA MELALUI KAJIAN ETNOSAINS IDENTIFIKASI SAINS ASLI (INDIGENOUS SCIENCE) SISTEM PRANATA MANGSA MELALUI KAJIAN ETNOSAINS Sarwanto, Rini Budiharti, Dyah Fitriana Dosen Pendidikan Fisika FKIP UNS Email: sar1to@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam pula yang dilakukan oleh masing masing etnis itu sendiri. Tumbuhantumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. beragam pula yang dilakukan oleh masing masing etnis itu sendiri. Tumbuhantumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman etnis yang ada di Indonesia memiliki cara tersendiri dalam pemanfaatan beragam tumbuhan yang dapat digunakan untuk kosmetik alternatif dengan kearifan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Menurut Chaer (1994: 45), fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi bagi manusia, menyampaikan pesan, konsep, ide,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Sumber Data Sumber data dan informasi yang digunakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini diperoleh dari : 2.1.1 Literatur Pencarian data literatur dilakukan dengan mempelajari

Lebih terperinci

PERANCANGAN BUKU VISUAL ASTROLOGI JAWA PRANATAMANGSA

PERANCANGAN BUKU VISUAL ASTROLOGI JAWA PRANATAMANGSA PERANCANGAN BUKU VISUAL ASTROLOGI JAWA PRANATAMANGSA PERTANGGUNGJAWABAN TERTULIS PENCIPTAAN SENI Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajad magister Dalam bidang seni, minat utama Disain Komunikasi Visual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan di Indonesia sampai dengan tahun 1960 praktis menggunakan teknologi dengan masukan organik berasal dari sumber daya setempat. Varietas lokal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, orang Sunda dapat mengembangkan jenis-jenis khas yang menarik yaitu mengembangkan macam-macam agroekosistem seperti berladang, bercocok tanam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras

Lebih terperinci

SASARAN. Setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat:

SASARAN. Setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat: STRUKTUR SASARAN Setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat: Menjelaskan cara mendeklarasikan struktur Menjelaskan cara menginisialisasi struktur Menjelaskan cara mengakses elemen struktur Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tanpa adanya penanggalan akan terasa hambar, karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tanpa adanya penanggalan akan terasa hambar, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanggalan (takwim 1 atau tarikh 2 ) sangat urgen dalam kehidupan masyarakat. Tanpa adanya penanggalan akan terasa hambar, karena masyarakat akan kesulitan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diketahui kesimpulannya. Kesimpulan tersebut adalah

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diketahui kesimpulannya. Kesimpulan tersebut adalah BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang bentuk, nilai, dan fungsi parikan pada lirik lagu karya Genk Kobra yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM

BAB III SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM BAB III SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM A. Sistem Penanggalan Jawa Pranata Mangsa 1. Pengertian dan Sejarah Penanggalan Jawa Pranata

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Hasil dari penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka ini, menghasilkan kesimpulan

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

ANALISIS TATASURYA BERDASARKAN SAINS ASLI (INDIGENOUS) JAWA

ANALISIS TATASURYA BERDASARKAN SAINS ASLI (INDIGENOUS) JAWA ANALISIS TATASURYA BERDASARKAN SAINS ASLI (INDIGENOUS) JAWA Sarwanto, Edy Tri Sulistyo, Baskoro, Hendrik Pratama Pendidikan Fisika FKIP UNS sarwanto@fkip.uns.ac.id Palintangan (Perbintangan) dalam kajian

Lebih terperinci

API TANAH LOGAM KAYU

API TANAH LOGAM KAYU Dasar-dasar Astrologi Tiongkok Basic of Chinese Astrology (Ivan Taniputera, 3 Januari 2008) ivan_taniputera@yahoo.com Pendahuluan Makalah ini dimaksudkan sebagai pengantar untuk memahami pandangan kosmologi

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK Universitas Widyatama. Kasus A : Mudik Euy

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK Universitas Widyatama. Kasus A : Mudik Euy Kasus A : Mudik Euy Si PengPulKam baru lulus SMA, dia dikasih sepeda motor oleh ayahnya dengan merk YAMAHAL yang ajaib. Kecepatan yang diinginkan tergantung dari gigi yang dipilih, gigi 1 untuk kecepatan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Muhamad Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan,

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Muhamad Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan, DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhamad. 2003. Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan, Menjalin Kebersamaan. Jakarta: Kompas. Awuy, Tommy F. 2004. Sisi Indah Kehidupan: Pemikiran Seni dan Kritik Teater.

Lebih terperinci

Makalah Rotasi dan Revolusi bumi

Makalah Rotasi dan Revolusi bumi 1 Makalah Rotasi dan Revolusi bumi Guna memenuhi Tugas Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Disusun oleh Ketua Anggota : Syalmi : Yola Prawita Oti Mulyani Anggi Mutia Kelas : VII.4 SMP NEGERI 2 TOBOALI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pengertian Busana Manusia adalah makhluk yang berbudaya, dengan kebudayaan itu manusia mampu menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang 220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga

Lebih terperinci

Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah

Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah Halaman 1 Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah Dalam kehidupan sehari-hari karbohidrat merupakan salah satu zat yang sangat penting bagi tubuh dan sangat mutlak diperlukan setiap hari. Karbohidrat merupakan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala

Lebih terperinci

ANNUAL FENG SHUI FLYING STAR 2009 ( Analisa Feng Shui Bintang Terbang tahun 2009 / kerbau tanah )

ANNUAL FENG SHUI FLYING STAR 2009 ( Analisa Feng Shui Bintang Terbang tahun 2009 / kerbau tanah ) ANNUAL FENG SHUI FLYING STAR 2009 ( Analisa Feng Shui Bintang Terbang tahun 2009 / kerbau tanah ) 1 Tahukah Anda, bahwa keberuntungan Feng Shui Anda tidak akan sama setiap tahunnya??? Anda mungkin telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membicarakan masalah perempuan tidak ada habisnya, sejak dulu wacana tentang perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan munculnya

Lebih terperinci

Modul satu Aspek Ekonomi dan Botani Tanaman Serealia Modul dua Lingkungan Tumbuh Tanaman Serealia

Modul satu Aspek Ekonomi dan Botani Tanaman Serealia Modul dua Lingkungan Tumbuh Tanaman Serealia ix P Tinjauan Mata Kuliah angan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melanjutkan kehidupannya di muka bumi. Sebagai salah satu kebutuhan primer manusia disamping sandang dan papan, kebutuhan akan pangan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati DAMPAK AKTIVITAS MANUSIA Mekamisme yang terjadi pada sistem alam sangat luar biasa rumitnya. Ekosistem mempunyai keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami isinya dengan baik. Walaupun demikian, isinya harus tetap memikat

BAB I PENDAHULUAN. memahami isinya dengan baik. Walaupun demikian, isinya harus tetap memikat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita anak-anak adalah sebuah cerita yang dibuat untuk konsumsi anakanak, yang dibuat sederhana tanpa tema yang sulit sehingga anak-anak bisa memahami isinya

Lebih terperinci

PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum.

PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum. PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: 0806481210 Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum. Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ternyata tidak pilih kasih. Artinya, ia tidak saja melanda daerah-daerah yang

BAB V PENUTUP. ternyata tidak pilih kasih. Artinya, ia tidak saja melanda daerah-daerah yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kondisi sosial ekonomi masyarakat Gunungkidul dapat dilihat dari tata guna tanah atau penggunaan tanah oleh petani. Penggunaan tanah oleh petani tidak hanya terbatas pada satu

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

Nasib dan Takdir Manusia, Apa Bedanya?

Nasib dan Takdir Manusia, Apa Bedanya? Nasib dan Takdir Manusia, Apa Bedanya? Pernahkan anda bertanya pada diri sendiri, untuk apa kita diciptakan? Mengapa Tuhan menciptakan bumi dan semesta alam? Mungkin pertanyaan itu pernah terbersit dihati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN Suwarno Asisten Direktur Perum Perhutani Unit 2 PENDAHULUAN Perusahaan Umum (Perum) Perhutani Unit 2 berdasar Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2010 mendapat

Lebih terperinci

Belajar dari Tradisi Wiwit untuk Pengembangan Sistem Agro-Biokonservasi

Belajar dari Tradisi Wiwit untuk Pengembangan Sistem Agro-Biokonservasi Belajar dari Tradisi Wiwit untuk Pengembangan Sistem Agro-Biokonservasi Sugiyarto Prodi Biologi FMIPA/Institut Javanologi Universitas Sebelas Maret Surakarta Campur tangan manusia pada habitat tersebut

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. 1. Variasi kedaerahan bahasa Jawa yang

Lebih terperinci

NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT

NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT Oleh: Indra Nugraha Ketika pemerintah melarang membakar seharusnya pemerintah juga memberikan solusi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Konferensi Bali dan berbagai organisasi dunia, baik lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga pemerintah, sudah mengakui dampak perubahan iklim terhadap berbagai sektor, khususnya

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA Dan BUPATI KAYONG UTARA MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA Dan BUPATI KAYONG UTARA MEMUTUSKAN : PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6 1. Bacaan untuk soal nomor 2-4 Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba

Lebih terperinci

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh IV. ANALISIS KARYA Pada Bab ini, penulis menampilkan hasil karya beserta deskripsi dari masing-masing judul karya. Karya-karya ini terinspirasi dari upacara minum teh Jepang yang sering dijumpai pada festival

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A ANALISIS MAKNA PADA STATUS BBM (BLACKBERRY MESSENGER) DI KALANGAN REMAJA: TINJAUAN SEMANTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Mesin Perontok Padi Untuk Peningkatan Produksi Kelompok Tani Desa Ngadirejo Kromengan Kabupaten Malang

Perancangan dan Pembuatan Mesin Perontok Padi Untuk Peningkatan Produksi Kelompok Tani Desa Ngadirejo Kromengan Kabupaten Malang Perancangan dan Pembuatan Mesin Perontok Padi Untuk Peningkatan Produksi Kelompok Tani Desa Ngadirejo Kromengan Kabupaten Malang Dwi Ana Anggorowati 1,*, Erni Junita Sinaga 2, Anis Artiyani 3 1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki masyarakat Indonesia dapat dilihat dari kekayaan sastra yang dimilikinya, termasuk cerita rakyat.

Lebih terperinci

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB IKLlM INDONESIA HANDOKO Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB Secara umum, daerah tropika terletak di antara lintang 23,5O LU (tropika Cancer) sampai 23,5O LS (tropika Capricorn). Batasan ini berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras. Hal ini menjadikan tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan dengan judul Perayaan Tahun Baru Imlek 2015 di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur yang patut dilestarikan oleh

Lebih terperinci

Watak benda-benda samawi

Watak benda-benda samawi Watak benda-benda samawi B. WATAK BENDA-BENDA SAMAWI MATAHARI DAN BULAN Matahari adalah cahaya (Diya) dan bulan adalah terang (Nur). Terjemahan semacam ini nampaknya lebih baik dari terjemahan orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya Letak geografi Indonesia dan letak astronomis Indonesia adalah posisi negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #45 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #45 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #45 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #45 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan cerita dongeng. Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 1. Aduh, Kaka, kalau rambutmu kau sisir model begitu kau kelihatan lebih tua. Kau seperti nenek-nenek! Alah kau ini hanya sirik,

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kajian yang mengambil objek benda filateli Carik Kenangan yang diterbitkan setiap perayaan Tahun Baru Imlek ini telah menemukan beberapa hasil penting. Penggunaan teknik wawancara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai macam sumber daya alam serta keberagaman suku dan budaya. Sebagai negara dengan beberapa pulau, daerah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var Ascalonicum (L)) merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat mudah dijumpai di berbaga tempat. Bumbu yang

Lebih terperinci