Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi
|
|
- Sucianty Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi Sri Yulianto Joko Prasetyo, Kristoko Dwi Hartomo & Bistok hasiholan Pusat Studi Sistem Informasi Pemodelan dan Mitigasi Tropis Universitas Kristen Satya Wacana Pendahuluan Indonesia memiliki berbagai bentuk kearifan lokal yang berupa pengenalan waktu tradisional dan telah menjadi pedoman kehidupan masyarakat secara turun temurun selama ribuan tahun.suku Batak mengenal Porhalaan sebagai pedoman untuk menebar Benih. Suku Dayak mengenal Bulan Berladang sebagai pedoman awal mulai bercocok tanam. Suku Bali mengenal Wariga, Sunda Kerta Mangsa dan di Suku Jawa mengenal ngelmu titen Pranatamangsa [1]. Pranatamangsa merupakan kearifan lokal yang diciptakan oleh Ronggowarsito untuk pengenalan waktu dan telah dikenal oleh masyarakat di pulau Jawa selama ribuan tahun lamanya. Pranatamangsa telah disejajarkan dengan kalender Gregorius dan dipergunakan secara resmi dalam pemerintahan oleh Sri Pakubuwono VII raja di kerajaan Surakarta pada tanggal 22 Juni 1855 meskipun sebenarnya telah ada jauh sebelumnya. Mulai saat itu Pranatamangsa menjadi pedoman formal dalam berbagai aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat terutama kegiatan bercocok tanam [2]. Pranatamangsa terdiri dari 12 mangsa yang mana pada setiap mangsa mempunyai panjang atau jumlah hari (23 43 hari) yang berbeda dan disetiap pergantian antar mangsa selalu ditandai dengan indikator yang berbeda. Indikator yang digunakan sebagai penanda perubahan mangsa adalah fenomena alam seperti perilaku pepohonan, hewandan rasi bintang [3]. Pada mulanya Pranatamangsa hanya terdiri dari 10 mangsa saja. Setelah Bunga Rampai Komunikasi Indonesia 347
2 mangsa kesepuluh tanggal 18 April, orang menunggu pertanda alam saat dimulainya mangsa yang pertama (Kasa atau Kartika), yaitu pada tanggal 22 Juni. Karena masa menunggu terlalu lama maka dibentuk mangsa yang kesebelas (Destha atau Padrawana) dan mangsa kedua belas (Sadha atau Asuji). Dengan demikian satutahun genap menjadi 12 mangsa, dimulai hari pertama mangsa kesatu pada 22Juni. PM ditentukan berdasarkan pada perhitungan solair yaitu mengikuti perjalanan bumi mengitari matahari, dalam bahasa Arab disebut Syamsiyah [4]. Kearifan lokal Pranatamangsa sampai saat ini masih digunakan sebagai pedoman dalam bercocok tanam oleh sebagian masyarakat yang bermukim disekitar wilayah Gunung Merapi dan Gunung Merbabu meliputi Kabupaten Sragen, Karanganyar, Surakarta, Boyolali, Klaten, dan sebagian Yogyakarta.Namun demikian pada dasawarsa terakhir ini Pranatamangsa sudah tidak efektif lagi untuk dijadikan satu satunya pedoman dalam bercocok tanam karena jatuhnya condro atau pertanda alam tidak tepat lagi. Pranatamangsa Pranatamangsa meskipun dinilai oleh sebagian kalangan sudah tidak akurat dan kurang sesuai lagi dengan kondisi nyata karena dipengaruhi oleh perubahan iklim global namun demikian hingga ini masih dipergunakan secara formal oleh sebagian petani yang bermukim disekitar wilayah Gunung Merapi dan Gunung Merbabu dengan Tipe Iklim Am (Klasifikasi Koppen) yang meliputi Kabupaten Sragen, Karanganyar, Surakarta, Boyolali, Klaten, dan Yogyakarta[5] [6]. Pada Pranatamangsa faktor yang menjadi indikator utama penentuan mangsa adalah data hujan. Hujan merupakan faktor penting bagi persyaratan tumbuh tanaman. Curah hujan berpengaruh terhadap tingkat ketersediaan air yang diperlukan tanaman sedangkan waktu hujan atau distribusi hujan berpengaruh terhadap proses pembungaan dan pembuahan serta akan menentukan pola tanam. Jumlah bulan basah (>200 mm) dan bulan lembab ( mm) serta bulan kering (<100 mm) menurut kriteria Oldeman. Jumlah bulan basah, bulan lembab dan bulan kering akan berhubungan dengan ketersediaan air 348 Bunga Rampai Komunikasi Indonesia
3 tanaman terutama untuk tanaman padi dan palawija[5][6]. Pada Tabel 1 disajikan nama mangsa, umur (hari) dan tanggal mangsa berjalan. Setiap mangsa dalam tabel ini memiliki pertanda alam dan tafsir sebagai pengetahuan yang akan diinformasikan kepada petani lainnya, atau diturunkan pada generasi berikutnya. Tabel 1. Ngelmu titen dan condro pada Pranatamangsa [7][8][9]. Mangsa Condro Umur(hari)/ Tgl Kasa (Kahiji) Karo (Kadua) Katiga (Katilu) Kalima (Kalima) Sotya murca saka embanan Bantala rengka Suta manut ing bapa Waspa kumembeng jroning kalbu Pancuran emas sumawur ing jagad 41/(22/6-2/8) Timur Laut ke Barat Daya 23/(2/8-26/8) Timur Laut ke Barat Daya 24/(26/8-19/9) Utara menuju Selatan Kapat (Kaopat) 25/(19/9-13/10) 26/(13/10-9/11) Angin Tafsir Pertanda Barat laut menuju Tenggara Barat Laut ke Tenggara Dedaunan gugur Tanah retak Tanaman lung-lungan mengikuti lanjaran(tanaman menjalar) Sumber air kering Mulai musim hujan Para petani mulai membakar jerami yang tertinggal di sawah, petani mulai menanam palawija, belalang mulai bertelur dan membuat liang, dedaunan berguguran, musim mulai kering, mata air mengecil, masuk Musim Tanam 3 Palawija mulai tumbuh, pohon randu dan mangga bersemi, tanah mulai kering dan retak Tanah tidak dapat ditanami karena panas, tidak ada air, palawija mulai panen, tanaman bambu, uwi, gadung dan kunci mulai tumbuh. Kemarau, petani mulai menanam padi gaga, pohon randu berbuah, burung pipit dan manyar mulai membuat sarang Mulai turun hujan, petani memperbaiki pengairan, pohon asam mulai tumbuh daun muda, ular dan ulat keluar, gadung dan ubi mengeluarkan duan muda, mangga mulai masak Bunga Rampai Komunikasi Indonesia 349
4 Kanem (Kagenep) Kapitu (Katujuh) Kawolu (Kadalapan) Kasanga (Kasanga) Kadasa (Kasepuluh) Dhesta (Kasewelas) Sadha (Karolas) Rasa mulyo kasucian Wisa kentar ing maruto Anjrah jroning kayun Wedaring wacara mulyo Gedhong minep jroning kalbu Sotya sinara wedi Tirta sah saking sasana 43/(9/11-22/12) Barat menuju Timur kadang Badai 43/(22/12-3/2) Dari arah Barat 26/(3/2-1/3) Barat daya ke Timur laut 25/(1/3-26/3) Dari arah selatan disertai guntur 24/(25/3-19/4) Dari arah tenggara 23/(19/4-12/5) Tenggara menuju Timur Laut 41/(12/5-22/6) Arah Timur ke Barat Musim banyak buah buahan Bisa larut dalam angin, musim banyak penyakit Musim kucing kawin Masa serangga berbunyi, jangkrik dan gangsir berbunyi (ngentir), cenggeret mulai keluar dari pohon Hujan masih terjadi namun jarang, namun udara masih basah, masa binatang bunting Burung mengeram, sebagian sudah mulai menyuapi anaknya. Air pisah dari tempatnya, masa bedhidhing, orang mulai berkeringat Para petani mulai pembenihan padi, banyak buah buahan (durian, rambutan, manggis), serangga lipas mulai muncul di parit, burung blibis kelihatan di sawah. Petani mulai bertanam di sawah,banyak hujan, sungai meluap dan banjir Tanaman padi menghijau, berbuah, binatang uret mulai banyak. Musim padi berbunga dan berbuah, jeruk manis masak, duku dan gandaria berbuah Padi mulai menguning, sebagian panen, banyak binatang bunting, burung pipit masa bertelur dan menetas Musim panen padi dan umbi. Petani mulai menjemur padi dan memasukkan ke lumbung, jeruk keprok, kesemek, nanas, kepel dan asam masak. 350 Bunga Rampai Komunikasi Indonesia
5 Mitigasi Bencana Hidrometeorologi Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang berdampak besar terhadap kehidupan manusia khususnya dalam produksi pertanian. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak dan kerugian yang besar dalam bidang pertanian terhadap ancaman bencana hidrometeorologi adalah melalui pengelolaan siklus musim tanam. Satu tahun dibagi menjadi tiga musim tanam (MT), yaitu : MT 1 sampai dengan MT III. Musim tanam MT I atau musim hujan (MH) berlangsung antara bulan November sampai dengan Februari, terjadi pada Mangsa 5-9. Musim tanam MT II atau musim kemarau I (MK-I) berlangsung antara bulan Maret sampai dengan bulan Juni, terjadi pada Mangsa Musim tanam MT III atau musim kemarau II (MK-II) berlangsung antara bulan Juli sampai dengan Oktober, terjadi Mangsa 2-5. Petani tradisional menggunakan tafsir Mangsa untuk menandai siklus musim tanam dari MT I sampai dengan MT III (Gambar 1). Tafsir Mangsa secara detail dapat dilihat pada Tabel 1. Tafsir Mangsa disamping dapat digunakan sebagai indikator musim tanam, dapat juga memberikan petunjuk terhadap derajad kekeringan meteorologis. Gambar 1. Siklus musim tanam tradisional dari MT I sampai dengan MT III Bunga Rampai Komunikasi Indonesia 351
6 Tabel 2. Relasi antara Mangsa, curah hujan, Indikator dan Musim Mangsa Curah Hujan Standarized Precipitatiom Index Musim Tidak Kering Musim Hujan Tidak Kering Tidak Kering Musim Kemarau Tidak Kering Ekstrim Kering Ekstrim Kering Musim Kemarau Ekstrim Kering Ekstrim Kering Ekstrim Kering Ekstrim Kering Musim Hujan Tidak Kering Tidak Kering Tabel 2 menunjukkan bahwa dalam jangka waktu satu tahun dapat diiedentifikasi gejala alam yang mengarah terjadinya fenomena bencana hidrometeorologi khususnya kekeringan lokal pada wilayah tertentu meskipun intensitas hujan menunjukkan relatif tinggi sama dengan pada musim lainnya. Apabila direlasikan dengan tafsir pada Pranatamangsa dapat dilihat keterhubungan antara siklus mangsa yang ditandai secara simbolik dalam bentuk fenomena alam dan status bencana kekeringan serta banjir yang dihitung menggunakan pendekatan Standarized Precipitatiom Index. Pada musim kemarau wilayah studi mengalami kondisi ekstrim kering. Wilayah ekstrim kering ditunjukkan secara visual dalam bentuk fenomena alamiah mangsa 1-4 dan mangsa Bunga Rampai Komunikasi Indonesia
7 Tabel 3. Relasi antara Mangsa, tafsir dan status Standarized Precipitatiom Index Mangsa Tafsir Dedaunan berguguran. belalang membuat liang dan bertelur, mata air mengecil, tanah kering, berdebu, panas dan retak. Pohon randu dan mangga bersemi, tanaman menjalar, tanaman bambu, uwi, gadung dan kunci mulai tumbuh. Burung pipit dan manyar mulai membuat sarang. Bisa larut dalam angin, musim banyak penyakit, sungai meluap, musim banjir dimana mana Burung mengeram, sebagian sudah mulai menyuapi anaknya. Musim panen padi dan umbi, Tanaman jeruk keprok, kesemek, nanas, kepel dan asam masak. Standarized Precipitatiom Index Ekstrim Kering Tidak Kering Tidak Kering Kesimpulan Pranata Mangsa memiliki 12 mangsa (musim) dimana setiap mangsa memiliki indikator semikuantitatif dari kebiasaan aktivitas hewan dan serangga, saat berbunganya tanaman, kelembaban udara dan tanah. Semua gejala alam yang terjadi pada setiap mangsa selalu berhubungan dengan kondisi curah hujan (musim penghujan) dan kondisi kering (kemarau). Fenomena alamiah ini merupakan informasi yang bersifat simbolik untuk diterjemahkan oleh manusia sebagai mitigasi terhadap potensi kejadian bencana hidrometeorologi khususnya banjir dan kekeringan.informasi simbolik ini terjadi secara siklik, akan berulang setiap tahun meskipun secara periodisitas terjadi pergeseran waktu yang dipengaruhi oleh faktor astronomis. Bunga Rampai Komunikasi Indonesia 353
8 DAFTAR PUSTAKA Wisnusubroto, 1997, Pengenalan Waktu Tradisional Pranatamangsa Menurut Jabaran Meteorologi dan Pemanfaatannya, Jurnal Agromet Vo.XI No 1 dan 2,1995. Wisnusubroto Sukardi, 1997, Sumbangan pengenalan waktu tradisional Pranata Mangsa pada Pengelolaan Hama Terpadu, Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vo. 4. No Bosch F.V.D., 1980, Der javanische Mangsakalender, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 136 (1980), no: 2/3, Leiden, Purwadi, 2008, Pranata Sosial Jawa, Penerbit Tanah Air Yogyakarta. Prasetyo S.Y.J.P., Hasiholan B., dan Hartomo K.D., 2010, Improving Food Resilience with Effective Cropping Pattern Planning using Spatial Temporal-Based Updated P r a n a t a Mangsa,International Conference on Soft Computing, Intelligent System and Information Technology Petra Surabaya Hasiholan B., Prasetyo S.Y.J.P., dan Hartomo K.D., 2012, Penyusunan Model Pranata Mangsa Baru Berbasis Agrometeorologi dengan Menggunakan Teknologi Map Server u n t u k Perencanaan Pola Tanam Efektif, Laporan Hibah Penelitian Bersaing Dikti, Pangarsa.N., Yogawati E., Siswanto, H.B. Arianto dan Sudjatmoko A., 2000, Inventarisasi dan Evaluasi Paket Teknologi Pertanian Asli Pedesaan, Prosiding Seminar dan Ekspose Teknologi Hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur ISBN Nahib I dkk., 2010, Prediksi Sebaran Fishing Ground Menggunakan Data Modis Multitemporal, Oseanografi dan kearifan Lokal Divalidasi dengan Hasil tangkapan Real yang Terplot Spasial, Badan Koordinasi dan Pemetaan Nasional. Sriyanto, 2009, Bertahan Walau Iklim Tak Menentu, Koordinator Penerbitan dan Dokumentasi PPLH SelolimanDesa Seloliman Kec. Trawas Kab. Mojokerto Jawa Timur. 354 Bunga Rampai Komunikasi Indonesia
STUDI ETNOGRAFI VISUAL KEARIFAN LOKAL PRANATA MANGSA SEBAGAI PERANGKAT REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN MODEL PRANATA MANGSA TERBAHARUKAN
STUDI ETNOGRAFI VISUAL KEARIFAN LOKAL PRANATA MANGSA SEBAGAI PERANGKAT REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN MODEL PRANATA MANGSA TERBAHARUKAN Ramos Somya 1), Teguh Indra Bayu 2) 1 Fakultas Teknologi Informasi,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Dalam sistem pergantian musim di seluruh dunia sangat dipengaruhi peredaran semu matahari mengelilingi bumi, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan tekanan udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lingkungan hidup disusun oleh sumberdaya alam non hayati (abiotic), sumberdaya alam hayati (biotic) dan sumberdaya manusia bersama sumberdaya buatan yang
Lebih terperinciKAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA
KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA Revisi Makalah Disusun guna memenuhi tugas Hisab Rukyat Klasik Dosen Pengampu : Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag Oleh: Li izza Diana Manzil NIM. 1600028006
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM
BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM A. Analisis Sistem Penanggalan Jawa Pranata Mangsa dan Sistem Penanggalan Syamsiah
Lebih terperinciPengenalan Dasar Tentang Iklim Dan Cuaca. Seno Basuki
Pengenalan Dasar Tentang Iklim Dan Cuaca Seno Basuki Tim SL PTT BPTP Jawa Tengah 2011 Cuaca dan Iklim Merupakan suatu besaran fisika atmospher. Unsur : penerimaan radiasi matahari, lama penyinaran matahari,
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian berjudul Pemodelan dan Peramalan Angka Curah Hujan Bulanan Menggunakan Analisis Runtun Waktu (Kasus Pada Daerah Sekitar Bandara Ngurah Rai), menjelaskan
Lebih terperinciSeminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
IDENTIFIKASI BEBERAPA KEARIFAN LOKAL DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN USAHATANI PADI DI JAWA TENGAH Wahyudi Hariyanto, dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo
Lebih terperinciBAB III SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM
BAB III SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM A. Sistem Penanggalan Jawa Pranata Mangsa 1. Pengertian dan Sejarah Penanggalan Jawa Pranata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim
Lebih terperinciANALISIS MAKNA PENANDA PRANATA MANGSA DAN ZODIAK DALAM KAJIAN BUDAYA
ANALISIS MAKNA PENANDA PRANATA MANGSA DAN ZODIAK DALAM KAJIAN BUDAYA Citra Puspa Rini, Ari Prasetiyo Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Iklim adalah suatu kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat
Lebih terperinciINFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono
INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan posisi geografis diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Samudera Hindia dan Samudera
Lebih terperinciPRANATA MANGSA JAWA (Cermin Pengetahuan Kolektif Masyarakat Petani di Jawa) 1
PRANATA MANGSA JAWA (Cermin Pengetahuan Kolektif Masyarakat Petani di Jawa) 1 Oleh: Ali Badrudin Fakultas Sastra Universitas Jember Jl. Kalimantan No. 37 Jember Jawa Timur 68121 e-mail: elbadrelkarim@yahoo.co.id
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv v vi viii xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yaitu dimana sebagian besar mata
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yaitu dimana sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Indonesia juga memiliki dua musim, yaitu musim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan terjadi kekeringan setiap tahunnya. Bencana kekeringan semakin sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia dengan pola dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung
Lebih terperinciPREDIKSI TRADISIONAL DAN MODERN TERHADAP CUACA DAN IKLIM
1 2004 Sutikno Posted 19 May 2004 Makalah pribadi Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Mei 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (penanggung
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun
Lebih terperinci1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan nomor pada kolom yang disediakan. Kegiatan di Musim Kemarau dan Musim Hujan
Tema 3 : Perubahan di Alam Nama : Hari,tgl : No. peserta : Kelas : III (Tiga) Paraf Guru Paraf Orang tua Petunjuk Umum : 1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan nomor pada kolom yang disediakan.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
19 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemahaman Masyarakat Sekitar Hutan Mengenai Perubahan Iklim Perubahan iklim dirasakan oleh setiap responden, meskipun sebagian besar responden belum mengerti istilah perubahan
Lebih terperinciANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG
ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG Akhmad Faruq Hamdani, Nelya Eka Susanti Geografi Universitas Kanjuruhan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15
Lebih terperinciFaktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis
IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan. Dalam siklus hidrologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi
Lebih terperinciPENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd
PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd SMA N 3 UNGGULAN TENGGARONG PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2009 GEOGRAFI Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan dimuka
Lebih terperinciGambar 2 Sebaran Sawah Irigasi dan Tadah Hujan Jawa dan Bali
7 Lambang p menyatakan produktivitas (ton/ha), Δp persentase penurunan produktivitas (%). Penggunaan formula linest dengan menggunakan excel diatas akan menghasilkan nilai m yang dapat diinterpretasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa, Indonesia dengan panjang sekitar 548,53 km. Wilayah Sungai Bengawan Solo terletak di Propinsi Jawa Tengah
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)
BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara agraris yang amat subur sehingga tidak dapat dipungkiri lagi sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Data dalam Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun 1989, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena Geosfer dengan sudut
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah
Lebih terperinciIV KONDISI UMUM TAPAK
IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di
Lebih terperinciAnalisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu
Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Arif Ismul Hadi, Suwarsono dan Herliana Abstrak: Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran siklus bulanan dan tahunan curah hujan maksimum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi semakin pesat, banyak orang. mulai mencari berbagai produk yang dapat memudahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi semakin pesat, banyak orang mulai mencari berbagai produk yang dapat memudahkan pekerjaan mereka. Tuntutan pekerjaan berbanding terbalik dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Padi (Oryza Sativa) Tanamanpadimerupakantanamansemusim,termasukgolonganrumputrumputandenganklasifikasisebagaiberikut:
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan,
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi : 1. Memahami permasalahan sosial berkaitan dengan jumlah penduduk
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran : SMP N 2 Ngemplak : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas / Semester : VIII / 1 Jumlah Pertemuan : 1 x Pertemuan Standar Kompetensi : 1. Memahami
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia umumnya dikelilingi oleh lautan yang berada antara samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Samudera ini menjadi sumber kelembaban utama uap air
Lebih terperinciBAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO
BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO 1. Gambaran Umum Desa Lengkong A. Keadaan Geografis Desa Lengkong adalah sebuah desa yang berada
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT
PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT I.Gunarto, B. de Rosari dan Tony Basuki BPTP NTT ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di hamparan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis pengaruh ENSO dan IOD terhadap curah hujan Pola hujan di Jawa Barat adalah Monsunal dimana memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim
Lebih terperinciANALISIS TATASURYA BERDASARKAN SAINS ASLI (INDIGENOUS) JAWA
ANALISIS TATASURYA BERDASARKAN SAINS ASLI (INDIGENOUS) JAWA Sarwanto, Edy Tri Sulistyo, Baskoro, Hendrik Pratama Pendidikan Fisika FKIP UNS sarwanto@fkip.uns.ac.id Palintangan (Perbintangan) dalam kajian
Lebih terperinciVI. PLANTING AND CROPPING SYSTEM. Willem, C. Beets Multiple Cropping & Tropical Farming Systems. Chapter 4 7.
VI. PLANTING AND CROPPING SYSTEM Willem, C. Beets. 1982. Multiple Cropping & Tropical Farming Systems. Chapter 4 7. TANAM TANAM JARAK TANAM ALAT TANAM WAKTU TANAM POLA TANAM TANAM Menempatkan bahan tanam
Lebih terperinciPengantar. Kalender Tanam Terpadu: Generasi Baru Perencanaan Tanam Menghadapi Perubahan Iklim
Pengantar Kalender Tanam Terpadu: Generasi Baru Perencanaan Tanam Menghadapi Perubahan Iklim Dr. Ir. Haryono, M.Sc. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Sudah sering kita dengar, rasakan,
Lebih terperinciS i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n
T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...
Lebih terperinciANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)
ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX) Rahmanita Lestari, Nurul Hidayah, dan Ambar Asmoro Fakultas Geografi UMS E-mail: rahmanovic1993@gmail.com
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)
No. 22/03/51/Th. IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 2,74 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan klasifikasi iklim global, wilayah kepulauan Indonesia sebagian besar tergolong dalam zona iklim tropika basah dan sisanya masuk zona iklim pegunungan. Variasi
Lebih terperinciTim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya
Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban
Lebih terperinci5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya
Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciBab 3. Deskripsi Daerah Penelitian
Bab 3 Deskripsi Daerah Penelitian 25 III.1. Pengantar Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dengan mengambil studi kasus praktik pendidikan dan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada lapisan air, tanah,
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2 1. Serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan yang mendatangkan kerugian harta benda sampai
Lebih terperinciSi Pengerat Musuh Petani Tebu..
Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Embriani BBPPTP Surabaya Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen
Lebih terperinciROMMY ANDHIKA LAKSONO. Agroklimatologi
ROMMY ANDHIKA LAKSONO Agroklimatologi Gambar : Pembagian daerah iklim matahari A. Iklim Matahari Iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Pembagiannya
Lebih terperinciUPAYA DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN. Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air
UPAYA DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air SUBSTANSI I. PENDAHULUAN II. DAMPAK KENAIKAN PARAS MUKA AIR
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI
26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)
No. 78/11/33, Th. IX, 2 NOVEMBER 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, produksi padi Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 diperkirakan sebesar
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara
Lebih terperinciBuletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Januari 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan di
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015) No.03 /11/3321/Th.I,2 November 2015 Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, produksi padi Kabupaten Demak pada
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah
Lebih terperinciGambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap makhluk hidup di permukaan bumi. Seiring dengan pertambahan penduduk kebutuhan air pun meningkat. Namun, sekarang
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU
ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU Arif Ismul Hadi, Suwarsono, dan Herliana Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu Jl. Raya Kandang Limun, Bengkulu, Telp. (0736)
Lebih terperinciBuletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR
Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan April 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Curah hujan merupakan salah satu parameter atmosfer yang sulit untuk diprediksi karena mempunyai keragaman tinggi baik secara ruang maupun waktu. Demikian halnya dengan
Lebih terperinciKEPALA STASIUN KLIMATOLOGI
KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan September 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan November, Desember 2013 dan Januari 2014 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin lama semakin meningkat telah menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan
Lebih terperincid. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)
BAB II DISKRIPSI DAERAH 2.1 Letak Geografi Kabupaten Klaten termasuk daerah di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lebih terperincipenduduk yang semakin meningkat, karena secara tidak langsung kebutuhan
PENDAHULUA3N 1.1 Latar Belakang Air sangatlah penting bagi kehidupan di bumi, bukan hanya bagi manusia melainkan proses pertumbuhan hewan dan tumbuhan juga sangat bergantung terhadap kebutuhan air. Namun
Lebih terperinciKALENDER TANAM TERPADU MUSIM TANAM : MT III 2014 KECAMATAN : LONG HUBUNG KAB/KOTA : MAHAKAM HULU, PROVINSI : KALIMANTAN TIMUR
KECAMATAN : LONG HUBUNG KOMODITAS : PADI SAWAH DAN PALAWIJA Luas Baku Sawah (ha) Prediksi Sifat Hujan Prakiraan Luas dan Awal Musim Tanam I INFORMASI UTAMA : 32 : NORMAL : *) *) Musim Tanam II Musim Tanam
Lebih terperinciDampak Perubahan Iklim
Pemanasan Global, Perubahan Iklim, pencemaran lingkungan Bab Pemanasan III Dampak Global, Perubahan Perubahan Iklim Iklim, & pencemaran lingkungan Dampak Perubahan Iklim Menteri Negara Lingkungan Hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang terbentang luas, area pertanian di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia sebagian besar berprofesi
Lebih terperinciKEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PETANI DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA Studi Kasus di Desa Ngabeyan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PETANI DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA Studi Kasus di Desa Ngabeyan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri Oleh : Emi Widiyanti, SP, MSi ABSTRAK Sektor pertanian
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Penanggalan Sunda dalam Tinjauan Astronomi. sewaktu Matahari meninggalkan posisi paling selatan yaitu pada tanggal 23
BAB IV ANALISIS PENANGGALAN SUNDA DALAM TINJAUAN ASTRONOMI A. Analisis Penanggalan Sunda dalam Tinjauan Astronomi 1. Kala Saka Sunda Awal tahun kala saka Sunda, menurut Ali Sastramidjaja ditetapkan sewaktu
Lebih terperinci1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) KALENDER TANAM TERPADU
PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) KALENDER TANAM TERPADU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN Nomor : 26 /1801.019/011/C/JUKLAK/2013 1. JUDUL RODHP : Kalender Tanam Terpadu
Lebih terperinciSOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung
SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II 2013 TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung LATAR BELAKANG Keniscayaan perubahan dan dinamika iklim global serta lokal. Pilihan pola tanam bersifat spesifik lokasi dan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis
33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan iklim adalah salah satu isu lingkungan global yang paling penting dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini. Rata-rata temperatur global tahunan di daratan
Lebih terperinciBuletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Februari 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan di
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.
ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang
Lebih terperincihasil tanaman seperti yang diharapkan. Syarat tumbuh tanaman dari faktor teknologi budidaya tanaman (T) meliputi: (a) jenis dan varietas tanaman; (b)
BAB I PENGANTAR Guna melakukan budidaya tanaman, agar tanaman dapat menghasilkan secara optimal, maka harus memerhatikan syarat tumbuh tanaman, sebab setiap jenis tanaman memiliki kekhasan sendiri-sendiri.
Lebih terperinciWaspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan
Lebih terperinciPemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan
Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan Muhammad Aqil Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan Abstrak Keberhasilan
Lebih terperinciglobal warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.
4.5. Iklim 4.5.1. Tipe Iklim Indonesia merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Iklim tropis tersebut bersifat panas dan menyebabkan munculnya dua musim, yaitu musim
Lebih terperinciProduksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)
No. 62 /11 /94 /Th. VII, 2 November Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun (Berdasarkan Angka Ramalan II ) A. PADI Produksi padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 204.891 ton gabah kering
Lebih terperinciMahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana. 2)
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana. 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana. 1. Pendahuluan Informasi cuaca merupakan kebutuhan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III 2010)
NO. 53/11/33/TH. IV, 1 NOVEMBER 2010 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III 2010) A. PADI ARAM III produksi padi Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 10,079 juta ton Gabah Kering Giling (GKG),
Lebih terperinci1
0 1 2 3 4 5 6 7 AGROEKOSISTEM : LAHAN SAWAH KOMODITAS : PADI SAWAH REKAPITULASI KALENDER TANAM PROVINSI : DKI JAKARTA (31) No Kabupaten Indek Adm Luas Baku Sawah (ha) Potensi Tanam MT I/ MH MT II/ MK I
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)
NO. 66/11/33 TH. VII, 1 NOVEMBER 2013 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013) Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, pada tahun 2013 produksi padi Provinsi Jawa Tengah diperkirakan sebesar
Lebih terperinci