BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lingkungan hidup disusun oleh sumberdaya alam non hayati (abiotic), sumberdaya alam hayati (biotic) dan sumberdaya manusia bersama sumberdaya buatan yang digabung menjadi sumberdaya kultural (culture). Ketiga komponen lingkungan tersebut memiliki interaksi dan hubungan timbal balik yang dinamis. (Tandjung, 2003). Hubungan timbal balik yang dinamis dalam konteks kondisi saat ini menjadi menarik dikaji dalam perspektif ilmu lingkungan. Perubahan kondisi salah satu komponen menyebabkan siklus timbal balik antara ketiga komponen tidak lagi dinamis. Kajian hubungan ketiga komponen lingkungan terpapar dalam penelitian ini. Atmosfer yang tergolong sumberdaya alam abiotik, komoditi pertanian yang tergolong sumberdaya alam hayati serta kegiatan pertanian yang dilakukan tergolong sumberdaya manusia dan kebudayaannya. Gambar 1.1 Komponen Lingkungan (Tandjung, 2003) Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca pada suatu daerah dalam kurun waktu minimal 30 tahun. Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda, dan bagaimana kaitan antara iklim dengan aktivitas manusia. Unsur-unsur dalam iklim adalah radiasi matahari, temperatur, kelembaban udara, curah hujan, dan kecepatan angin. Faktor alami yang menyebabkan variabilitas iklim global 1

2 meliputi fluktuasi energi radiasi matahari, perubahan transparansi atmosfer dan pergantian siklus rotasi bumi pada sumbunya dan revolusi bumi terhadap matahari (Wigley TML, et al., dalam Reiter, 2001). Klimatologi memerlukan interpretasi dari data-data yang banyak (time series) sehingga memerlukan penerapan statistik dalam pengerjaannya, oleh karena itu klimatologi disebut juga sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004). Iklim Indonesia erat dipengaruhi oleh fenomena ENSO (El Nino Southern Oscillation) yang setiap beberapa tahun memicu berbagai peristiwa cuaca ekstrem di Indonesia. ENSO merupakan perpaduan seluruh fenomena El Nino, La Nina dan Osilasi Selatan. Pada saat terjadi El Nino, Indonesia mengalami musim kemarau yang panjang sehingga berpotensi untuk terjadi kekeringan. Ketika terjadi La Nina, Indonesia mengalami musim hujan yang panjang sehingga berpotensi untuk terjadi banjir (McBride et al., 2002). Kekeringan dan banjir merupakan fenomena bencana meteorologis yang dapat menstimulus bencanabencana alam lainnya. Salah satu aspek yang sangat bergantung pada iklim adalah pertanian. Cuaca dan iklim adalah salah satu faktor lingkungan yang memegang peranan penting dalam produksi tanaman. Akhir-akhir ini para petani tradisional telah banyak membicarakan terjadinya perubahan musim. Kearifan lokal petani mengenai musim tanam dikacaukan oleh terjadinya perubahan iklim. Banyak petani yang mengalami gagal panen akibat musim yang tidak normal. Sebagian besar wilayah Sumatera mengalami keterlambatan awal musim hujan 10 hingga 20 hari dan awal musim kemarau mengalami keterlambatan 10 hingga 60 hari (Naylor, 2007). Pergeseran musim serupa juga terjadi di pulau Jawa dan mempengaruhi produktivitas serta kualitas hasil pertanian. Pertanian merupakan aktivitas usaha turun temurun yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup masyarakat. Faktor turun temurun itulah yang mendasari petani memiliki dasar ilmu Pranatamangsa, yang merupakan produk dari sistem titen siklus musim sejak dahulu. Indikator kejadian alam seperti musim kemarau, penghujan, musim berbunga, musim gugur dan sebagainya 2

3 digunakan untuk mengurangi risiko dan pencegahan biaya produksi tinggi. Pengetahuan lokal ini masih digunakan oleh para petani di Provinsi Jawa Tengah, namun seiring perubahan musim dewasa ini indikator-indikator pranatamangsa menjadi semakin sulit ditandai. Dari uraian latar belakang inilah penulis tertarik melakukan penelitian RELEVANSI VARIABILITAS HUJAN DENGAN PENERAPAN PRANATAMANGSA OLEH PETANI DI KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH. 1.2 Permasalahan Penelitian Pemanasan global telah menjadi masalah serius yang dihadapi dunia pada saat ini. Pemanasan global ditandai dengan peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi yang mencapai 0,6 o C sejak pertengahan abad ke 19 yang dipicu oleh peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer (IPCC, 2001). Gas rumah kaca memperangkap panas matahari sehingga menyebabkan suhu bumi semakin panas dan lebih panas dari suhu normal (lihat Gambar 1.2). Peningkatan suhu rata-rata bumi menyebabkan ketidakstabilan atmosfer yang berdampak pada terjadinya anomali-anomali cuaca yang berlangsung terus menerus. Anomali cuaca yang terjadi dalam jangka panjang akan mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. Menghadapi dampak perubahan iklim yang begitu besar, maka diperlukan suatu upaya mitigasi dan adaptasi. Salah satu upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim pada aspek pertanian adalah dengan melakukan perubahan pola tanam. Perubahan pola tanam dapat dilakukan oleh petani dengan memanfaatkan informasi-informasi mengenai prediksi musim yang akan datang. Hal ini diharapkan dapat mengurangi risiko dampak perubahan iklim bagi pertanian. 3

4 b a Gambar 1.2 Peningkatan temperatur global (a) peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) salah satunya adalah CO 2 (b) (Sumber : PA Government Service Inc. (2000) diakses 20 Agustus 2015) Berbagai model dan skenario dapat digunakan untuk menghitung pengaruh perubahan iklim terhadap beberapa kondisi. Pengaturan pola tanam dapat dilakukan berdasarkan pola curah hujan. Curah hujan di suatu daerah memiliki pola berbeda dengan daerah lainnya. Perbedaan pola curah hujan ini akan menghasilkan perbedaan pola sumberdaya iklim. Zonasi agroklimat diperlukan untuk menentukan pola tanam yang cocok pada suatu wilayah. Zonasi tersebut didasarkan pada pola curah hujan masing-masing wilayah. Pengaturan pola tanam ini diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya penurunan produktivitas pertanian akibat terjadinya perubahan iklim. Kearifan lokal petani tentang dimulainya musim tanam di wilayah mereka secara langsung akan terganggu akibat adanya perubahan-perubahan kondisi iklim. Penanda dimulainya musim (pranatamangsa) merupakan salah satu adaptasi masyarakat dalam melakukan pengurangan risiko akibat adanya perubahan iklim. Penanda ini harus disesuaikan dengan adanya penilaian dan perhitungan yang tepat tentang perubahan iklim, sehingga kaum petani tidak mengalami kerugian yang besar akibat kondisi ini. Pranatamangsa memiliki dua belas mangsa yang memiliki durasi hari berbeda. Dari kedua belas mangsa tersebut kemudian dikelompokkan menjadi empat kelompok mangsa yang merupakan satu musim tanam sesuai kondisi alamnya. Empat kelompok mangsa tersebut yakni Ketiga yang terdiri dari mangsa Kaso, Karo, dan Ketelu dalam kalender masehi akhir bulan Juni sampai pertengahan September. Labuh yang 4

5 terdiri dari Kapat, Kalima, Kanem mulai pertengahan September sampai akhir Desember. Rendeng yakni mangsa Kapitu, Kawolu, Kasanga mulai akhir Desember sampai akhir Maret. Dan Mareng terdiri dari mangsa Kasepuluh, Dhesta, Sadha yakni akhir Maret sampai akhir Juni. Setiap kelompok mangsa memiliki komoditas unggulan masing-masing untuk ditanam sesuai kondisi lingkungan terutama faktor ketersediaan airnya. Gambar 1.3 Kalender Pranatamangsa karya Ronggowarsito (Yulianto, 2012) diakses 20 Januari Dekade ini pranatamangsa cenderung tidak dapat sepenuhnya dipedomani dalam menetapkan awal musim tanam karena adanya indikasi perubahan iklim. Pranatamangsa diindikasikan kurang relevan lagi, serta hilangnya sebagian flora dan fauna yang menjadi indikator penanda musim. Contoh lain kejadian pergeseran musim hujan dan musim kemarau berdampak pergeseran musim berbunga dan masa panen. Oleh sebab itu, usaha tani tanaman pangan dalam 5

6 beberapa dekade terakhir seringkali hanya mengandalkan kebiasaan dan insting dalam menetapkan pola tanamnya. Penilaian karakteristik hujan sesuai pembagian mangsa yang diterapkan petani diharapkan dapat berguna dalam menentukan waktu pola tanam dan komoditas yang diusahakan. Provinsi Jawa Tengah termasuk provinsi penyangga pangan nasional. Data publikasi Kementrian Pertanian 2015 menyebutkan total produksi Padi Jawa Tengah ton dimana total produksi padi Indonesia mencapai ton, atau Jawa Tengah menyumbang ± 15% dari produksi padi seluruh Indonesia. Pemilihan daerah penelitian di Kabupaten Magelang diharapkan mampu merepresentasikan keadaan pertanian di Provinsi Jawa Tengah. Hasil Sensus Pertanian tahun 2013 Kabupaten Magelang memiliki luasan lahan pertanian Hektar, dengan luasan sawah Hektar, dan bukan sawah Hektar. Kabupaten Magelang mempunyai 17 stasiun penakar hujan akan tetapi tidak semua stasiun memiliki kelengkapan dan konsistensi data yang baik. Data hujan Kabupaten Magelang yang diperoleh hingga tahun 2013 tergolong up to date, dimana tidak semua kabupaten/ kota memiliki data hujan dalam tempo panjang dikarenakan ketiadaan/kondisi alat penakar hujan, maupun pencatatan yang bisa diakses untuk penelitian. Uraian permasalahan diatas dapat dirumuskan dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik hujan terhadap pembagian mangsa pranatamangsa dalam kurun waktu tahun di Kabupaten Magelang? 2. Apakah terjadi perubahan kecenderungan hujan setiap periode mangsa? Jika terjadi bagaimana sifat hujannya? 3. Apakah petani masih mengetahui dan menerapkan pranatamangsa sebagai pedoman penentuan musim tanam? Masih sesuaikah pranatamangsa yang digunakan petani terkait variasi hujan? 6

7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis karakteristik hujan dan relevansinya terhadap pembagian mangsa pranatamangsa di Kabupaten Magelang. 2. Mengkaji perubahan kecenderungan hujan dan intensitasnya setiap periode mangsa. 3. Mengetahui kesesuaian penerapan pranatamangsa oleh petani terkait variasi hujan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan penambahan informasi dalam : 1. Indentifikasi perubahan iklim, dan karakteristiknya dalam kajian akademis. 2. Upaya penyelarasan usaha pertanian mempertimbangkan perubahan iklim dengan pengetahuan lokal bagi petani. 3. Masukan bagi Pemerintah dalam meningkatkan upaya produktivitas pertanian dengan memberikan arahan dan pendampingan bagi petani. 1.5 Tinjauan Pustaka Hujan Hujan atau sering disebut presipitasi merupakan suatu fenomena alam pengendali siklus hidrologi. Air hujan yang sampai ke permukaan bumi merupakan penyedia utama pemenuhan kebutuhan air. Hujan di setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda seperti periode, intensitas, atau asal proses genesisnya. Hal tersebut terkait perbedaan unsur-unsur penyebab terjadinya hujan di setiap daerah. Menurut Sandy (1987) unsur-unsur terkait variasi hujan yakni kelembapan udara, topografi, arah dan kecepatan angin, suhu, serta arah hadap lereng. Faktor-faktor yang terkait dengan pembentukan hujan sendiri antara lain kelembapan atmosfer (ketersediaan uap air dan panas laten dari radiasi), 7

8 pembentukan awan (kondensasi), mekasnisme terjadi hujan. (Linsley, 1972). Chay Asdak (2007) membedakan hujan menurut mekanisme terjadinya menjadi hujan konvektif (adanya beda panas yang diterima permukaan tanah dengan lapisan udara diatas tanah tersebut), hujan frontal (bergulungnya dua massa udara yang berbeda suhu dan kelembapannya), dan hujan orografik (tipe hujan yang umum terjadi di daerah pegunungan, massa udara bergerak ke tempat yang lebih tinggi mengikuti topografi pegunungan hingga terkondensasi) seperti yang tampak pada Gambar 1.2. Mekanisme terjadinya hujan. Gambar 1.4 Mekanisme Terjadinya Hujan (Sumber : Asdak, 2007) Musim Indonesia mempunyai batasan musim yang jelas antara musim hujan dan kemarau. Musim diidentikkan dengan bulan, akan tetapi agar lebih detail diperoleh kapan pergantian musim terjadi data yang digunakan yakni data hujan 10 harian. Awal musim hujan didefinisikan ketika pada daerah tersebut terjadi curah hujan 50 mm atau lebih dalam periode 10 hari yang kemudian diikuti dengan kondisi hujan di atas 50 mm pada 10 hari berikutnya. Awal musim kemarau, diidentifikasikan hujan kurang dari 50 mm per 10 hari dan diikuti dengan 10 hari berikutnya (BMKG, (2009), McBride et al., 2002). Fenomena-fenomena atmosfer yang mempengaruhi musim di Indonesia dalam McBride et al., 2002 antara lain El Ninno - La Nina, Indian 8

9 Ocean Dipole Mode (IODM), Sirkulasi Monsun Asia Australia, daerah pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ), dan suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia. Pergeseran Musim Penyimpangan musim di suatu wilayah dapat dicirikan dengan pergeseran atau maju-mundurnya awal suatu musim serta semakin tinggi atau rendahnya intensitas hujan musiman yang terjadi. Musim kemarau dapat berlangsung lebih lama dan musim hujan dapat pula berlangsung lebih singkat dengan intensitas curah hujan yang lebih besar. Lamanya musim kemarau akan menimbulkan bencana kekeringan dan saat musim hujan dengan intensitas curah hujan tinggi mengancam timbulnya bencana banjir ataupun longsor. Hal tersebut jelas sangat berpengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan manusia, salah satunya sektor pertanian baik berupa perubahan pola tanam menyesuaikan musim hingga produktivitas pertanian Perubahan Iklim Perubahan iklim adalah pergerakan dari parameter atau unsur-unsur iklim yang disebabkan oleh perubahan dari parameter-parameter iklim atau interaksi dari parameter iklim (suhu, kelembapan, curah hujan, arah dan kecepatan angin). Perubahan iklim dapat pula disebabkan oleh faktor eksternal, seperti faktor alam, faktor aktivitas manusia (IPCC, 2001). Perubahan iklim didasari oleh pergeseran dari kondisi meteorologi dalam jangka waktu yang lama. Dalam penelitian ini perubahan curah hujan harian yang menyusun suatu musim (pergeseran musim) menjadi faktor utama penciri perubahan iklim. Data panjang yang historis kemudian digunakan untuk memodelkan musim yang akan datang Aktivitas Pertanian Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya (ILO, 1999). 9

10 Pertanian biasa dipahami sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Sistem pertanaman dapat bervariasi pada setiap lahan usaha tani, tergantung pada ketersediaan sumber daya dan pembatas; geografi dan iklim; kebijakan pemerintah; tekanan ekonomi, sosial, dan politik; dan filosofi dan budaya petani. Kementrian Pertanian (2007) mengelompokkan usaha pertanian di Indonesia dibudidayakan pada lahan sawah, tegalan, dan pekarangan. Sawah, yaitu suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut. Tegalan, yaitu suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditumbuhi tanaman pertanian. Pekarangan, yaitu suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan untuk ditanami tanaman pertanian Sistem Pranatamangsa Kalender Pranatamangsa merupakan kalender surya yang mulai dipergunakan atas ketetapan Paku Buwono VII dari kerajaan Surakarta pada tanggal 22 Juni 1855 (Van Hien, 1906; dalam Wisnubroto, 1995). Seperti diketahui kalender Pranatamangsa terdiri atas 12 bulan dengan umur berkisar hari. Dari pustaka yang ditemukan, kemungkinan Paku Buwono VII ingin mengabadikan karya dinastinya. Pranatamangsa diketahui telah dimuat dalam buku Centini karya Paku Buwono V yang disusun tahun

11 Pranatamangsa yang digunakan petani umumnya menggunakan tanda fenomena alam dalam memprakirakan kapan musim hujan mulai, kapan musim hujan berhenti. Pranatamangsa yang menjadi dasar penanggalan masyarakat selama setahun disajikan dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1. Pembagian Pranatamangsa Bulan Pranatamangsa Bulan Masehi Penciri Kasa (Kahiji) Karo (Kadua) Katiga (Katilu) Kapat (Kaopat) Kalima (Kalima) Kanem (Kagenep) Kapitu (Katujuh) Kawolu (Kadalapan) 22/23 Juni - 2/3 Agustus. Musim tanam palawija 2/3 Agustus - 25/26 Agustus. 25/26 Agustus - 18/19 September. 18/19 September - 13/14 Oktober. 13/14 Oktober - 9/10 November. 9/10 November - 22/23 Desember. 22/23 Desember - 3/4 Pebruari. 2/3 Februari. Kasonga (Kasalapan) 1/2 Maret - 26/27 Maret. Kadasa (Kasapuluh) Desta (Kasabelas) 26/27 Maret -19/20 April. 19/20 April - 12/13 Mei. Sada (Kaduabelas) 121/13 April- 22/23 Juni. Sumber :(Wiriadiwangsa, 2005). Musim kapok bertunas tanam palawija kedua Musim ubi-ubian bertunas,panen palawija. Musim sumur kering, kapuk berbuah, tanam pisang. Musim turun hujan, pohon asam bertunas, pohon kunyit berdaun muda. Musim buah-buahan mulai tua, mulai menggarap sawah. Musim banjir, badai, longsor, mulai tanam (tandur). Musim padi beristirahat, banyak ulat,banyak penyakit. Musim padi berbunga, turaes (sebangsa serangga) ramai berbunyi. Musim padi berisi tapi masih hijau, burung-burung membuat sarang, tanam palawija di lahan kering. Masih ada waktu untuk palawija,burung-burung menyuapi anaknya. Musim menumpuk jerami, tanda-tanda udara dingin di pagi hari Tanggal 22 Juni dipilih sebagai permulaan kalender Pranata Mangsa, terkait dengan kedudukan matahari. Tanggal 22 Juni bertepatan dengan hari pertama pergeseran matahari berpengaruh terhadap keadaan unsur-unsur meteorologis suatu wilayah. Pada kalender pranatamangsa perbedaan antara mangsa terpendek dan terpanjang mencapai 20 hari. Hal ini akibat dari dasar 11

12 KETIGA LABUH RENDHENG MARENG yang dipergunakan Pranatamangsa adalah gejala-gejala alam fisik maupun biologis, sehingga umur mangsa tergantung pada keberadaan gejala-gejala tersebut. Tabel 1.2 Pengelompokan Pranatamangsa NAMA MANGSA WAKTU KETERANGAN Kasa 22/23 Juni-2/3 Agus Musim tanam palawija; tanah sawah melungka Karo 2/3 Agus-25/26 Agus Musim bertanam palawija kedua Katelu 25/26 Agus-18/19 Sept Musim panen palawija, udara dingin, minyak goreng membeku, ada lintang kemukus Kapat 18/19 Sept-13/14 Okt Musim sumur mengering Kalima 13/14 Okt-9/10 Nov Musim hujan mulai turun, pohon asam bertunas, pohon kunyit berdaun muda Kanem 9/10 Nov-22/23 Des Musim buah-buahan mulai tua dan petani mulai menggarap sawah Kapitu 22/23 Des-3/4 Feb Musim banjir, badai, petir dan petani mulai tandur Kawolu 3/4 Feb-1 Mar Musim padi mulai tegak, banyak hama dan penyakit Kasanga 1/2 Mar-26/27 Mar Musim padi berbunga Kasepuluh 26/27 Mar-19/20 Apr Musim padi mulai berbuah Dhesta 19/20 Apr-12/13 Mei Musim panen padi, dan mulai menanam palawija Sadha 12/13 Mei-22/23 Juni Musim menumpuk jerami Sumber : Daldjoeni (1997) Kalender pranatamangsa dalam Daldjoeni (1997) yang terdiri dari 12 mangsa dikelompokkan menjadi empat nama mangsa yaitu nama mangsa : Ketiga (mangsa Kasa, Karo, Katelu), Labuh (mangsa Kapat, Kalima, Kanem), Rendheng (mangsa Kapitu, Kawolu, Kasanga), dan Mareng (mangsa Kasepuluh, Dhesta, dan Sadha). Tabel 1.2 menyajikan pembagian 12

13 mangsa dalam empat kelompok mangsa. Pembagian sesuai kelompok mangsa ini yang akan dipergunakan dalam kajian temporal penelitian. Tabel 1.3 Indikator dan tafsir mangsa masing-masing dari Pranatamangsa Mangsa Indikator Indicator Tafsir Interpretation Bintang Petunjuk Sign of the zodiac 1 (Kasa) Sotya murca saka Dedaunan gugur Sapi gumarang embanan 2 (Karo) Bantala rengka Permukaan tanah retak Tagih 3 (Katiga) Suta manut ing bapa Tanaman yang menjalar Lumbung (ubi) tumbuh dan mengikuti penegaknya (lanjaran) 4 (Kapat) Waspa kumembeng Sumber air banyak yang Jaran dawuk jroning kalbu kering 5 (Kalima) Pancuran emas sumawur Mulai musim penghujan Banyak angrem ing jagad 6 (Kanem) Rasa mulyo kesucian Pohon buah-buahan berbuah Gotongmayit 7 (Kapitu) Wisa kentar ing maruta Muncul banyak penyakit Bimasakti 8 (Kawolu) Anjrah jroning kayun Periode kawin beberapa Wulanjar ngirim macam hewan 9 (Kasonga) Wedaring wacana mulya Gareng (tenggoret) berbunyi Wuluh 10 Gedong minep jroning Beberapa macam ternak Waluku (Kadasa) kalbu bunting 11 (Desta) Sotya sinarawedi Telur burung menetas dan Lumbung induknya menyuapi anaknya (ngloloh) 12 (Sada) Tirta sah saking sasana Orang sukar berkeringat Tagih Sumber : Wisnubroto (1995) Pola Tanam Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu. Tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola tanam monokultur, yakni menaman tanaman sejenis pada satu areal tanam. Ada pola tanam campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis tanaman pada waktu berbeda di area yang sama. Pola tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang akan 13

14 dibudidayakan dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Faktor yang mempengaruhi pola tanam : 1. Ketersediaan air dalam satu tahun 2. Prasarana yang tersedia dalam lahan tersebut 3. Jenis tanah setempat 4. Kondisi umum daerah tersebut, misal genangan 5. Kebiasaan dan kemampuan petani setempat. Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan. Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu musim tanam, sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda (Wiriadiwangsa, 2005). Dua hal pokok yang mendasari diperlukannya pola tata tanam: 1. Persediaan air irigasi di musim kemarau yang terbatas. 2. Air yang terbatas harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, sehingga tiap petak mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang diperlukan. 1.6 Penelitian Sebelumnya Perubahan iklim mulai terasa secara masif dalam 2 dekade terakhir. Perubahan iklim mengindikasikan perubahan musim, perubahan musim erat kaitannya dengan perubahan aktivitas manusia dalam berbagai hal, terutama terkait aktivitas pertanian. Studi literatur yang terkait kondisi tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.6 Penelitian Sebelumnya, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Wisnubroto pada tahun 1995 yang mengkaji pengenalan waktu tradisional menurut jabaran meteorologis dan pemanfaatannya. Dua hal mendasar yang peneliti simpulkan dari penelitian ini adalah penanggalan kalender pranatamangsa diuraikan secara filosofis mendalam sebagai bentuk produk sebuah budaya, dan unsur-unsur meteorologis setelah dikaji memiliki hubungan erat dengan pola hasil titen pada tahun dilakukan penelitian. 14

15 Acuan pustaka selanjutnya yakni penelitian Mollah dan Cook (1999) terkait variabilitas hujan musiman pada 103 kali pergantian musim antara tahun Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perubahan hujan musiman terkait pola permulaan awal musim dan intensitas hujan musimannya. Kecenderungan perubahan keduanya berpengaruh terhadap sektor pertanian di Australia. Pustaka selanjutnya Wiriadiwangsa (2005) yang mengkaji masih pentingnya pranatamangsa di kalangan petani Provinsi Jawa Tengah, dimana hasil penelitian ini menyebutkan masih banyaknya petani yang mengaplikasikan pengetahuan turun temurun tentang pranatamangsa dalam kegiatan pertanian, umumnya oleh petani dengan usia di atas 50 tahun. Pergeseran musim di Kabupaten Magelang diteliti Widiyastuti Murchayati pada tahun Hasi penelitian yang diperoleh; adanya pergeseran musim di Kabupaten Magelang ditinjau dari karakteristik data hujan tahun Peneliti merasa kajian tersebut masih bersifat empiris sehingga memutuskan mengkaji lebih detail dampak yang ditimbulkan dari pergeseran musim yang terjadi, khususnya terkait dengan aktivitas pertanian pangan di Kabupaten Magelang. Diharapkan dari penelitian lanjutan ini dapat menjadi alternatif arahan peningkatan produktivitas pertanian untuk mendukung tercapainya swasembada pangan di Kabupaten Magelang. 15

16 Tabel 1.4 Penelitian Sebelumnya NO Nama Peneliti (Tahun) 1 Wisnubroto, S (1995) 2 W.S Mollah dan LM Cook (1996) 3 Wiriadiwangsa, Nurchayati, W Widoretno, RA 2013 Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penenlitian Pengenalan waktu Tradisional Menurut Jabaran Meteorologi dan Pemanfaatannya Rainfall variability and agriculture in semi-arid tropics the Nothern Territory, Australia Kajian Masih Pentingnya Pengetahuan Pranata Mangsa untuk Pertanian Jawa Tengah Kajian Pola Penyimpangan Musim di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa tengah Dampak Perubahan Zona Agroklimat Terhadap Perubahan Pola Tanam di Provinsi Jawa Studi literatur mendalam, Statistik, kuesioner, pemodelan Statistika variabilitas, frekuensi, trend Studi literature, Kuesioner, analisis statistic Statistik, variabilitas, intensitas, frekuensi, korelasi, dan pemodelan sederhana statistik, intensitas, frekuensi, korelasi, kuesioner dan pemodelan 1. Masyaratakat di daerah penelitian masih mengenal penanggalan tradisonal, dan digunakan dalam berbagai aspek kehidupan 2. Pranatamangsa terkait kalender Gregorian kolonial 3. Ada kesamaaan pranata mangsa dengan agihan unsur meteorologis sesuai umur mangsanya 1. Periode analisis data tahun , pada 1960 mulai terjadi perubahan hujan musiman. 2. Perubahan hujan musiman berakibat pada hasil pertanian, dimana perubahan hujan terkait pula jarak geografis terhadap laut. 1. Pranatamangsa masih digunakan petani sebagai pedoman mulai tanam. 2. Pengetahuan pranatamangsa bersumber turun temurun, dan dipengaruhi faktor usia petani dalam kedetailan pemahamannya 1. Adanya pergeseran awal musim di Kabupaten Magelang 2. Variasi hujan musim kemarau > musim hujan 3. Kecenderungan hujan musim kemarau menurun dan musim hujan meningkat. 1. Terjadi perubahan zona agroklimat tipe iklim Oldeman menurut peta agroklimat tahun 1975 ke tahun

17 6 Nurchayati, W 2016 Tengah dan D.I Yogyakarta Relevansi Variabilitas Hujan dengan Penerapan Pranatamangsa Oleh Petani di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah Statistik; intensitas, frekuensi, korelasi, kuesioner dan pemodelan 2. Daerah yang memiliki perubahan zona agroklimat memiliki kecenderungan perubahan pola tanam. 3. Daerah yang mengalami perubahan tipe iklim C2 ke C3 antaralain di Kabupaten Blora, Boyolali, Kulon Progo, Magelang dan Purworejo. 1. Kabupaten Magelang memiliki intensitas dan fluktuasi hujan pada mangsa Mareng dan Ketigo yang beragam daripada mangsa Labuh dan Rendeng. 2. Kecenderungan hujan mangsa Labuh Rendeng, dan Mareng Ketigo mengalami penurunan pada periode tahun , dan menggalami peningkatan (tren positif) pada periode Fenomena La Nina dan El Nino ditengarai berpengaruh terhadap kondisi hujan di Kabupaten Magelang. 3. Hasil penelitian menunjukkan petani yang masih mengetahui dan menggunakan pranatamangsa mencapai 63 responden atau 63%, 5% mengetahui pranatamangsa tapi tidak menerapkan, dan 32% menjawab tidak mengetahui tentang pranatamangsa. Pranatamangsa masih relevan diterapkan dalam pertanian saat ini meskipun adanya perubahan curah hujan baik kuantitas, durasi, dan temporalnya, karena dapat diadaptasi dengan metode pengolahan lahan, penyiapan lahan sambil menunggu turun hujan (pemberokan), penyemaian bibit padi dan memperbanyak informasi cuaca baik dari media ataupun penyuluh lapangan. 17

18 1.7 Kerangka Pemikiran Hubungan timbal balik ketiga komponen lingkungan (abiotic, biotic, culture) menjadi dasar utama penelitian. Fenomena atmosferik (dalam hal ini khususnya curah hujan) yang tergolong sumberdaya alam abiotik, komoditi pertanian yang tergolong sumberdaya alam hayati serta kegiatan pertanian yang dilakukan tergolong sumberdaya manusia dan kebudayaannya memiliki keterikatan antar komponen. Ketersediaan air di bumi bersumber pada air hujan yang turun sampai di permukaan bumi. Curah hujan yang turun di suatu daerah dipengaruhi oleh banyak faktor seperti angin, radiasi hingga jarak dengan sumber/badan air. Kondisi tersebut menimbulkan variasi curah hujan yang berbeda pada setiap stasiun hujan yang terdata. Variasi curah hujan tidak hanya bersifat spasial tetapi juga temporal. Dalam satu tahun terdapat siklus hujan berupa musim hujan dan musim kemarau. Hujan yang bersifat temporal mempengaruhi aktifitas pertanian, yang merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakat. Sejarah kemudian mencatat sistem paranatamangsa sebagai hasil budaya titen petani, khususnya di Jawa. Pranatamangsa yang berdasar pada fenomena alam seperti posisi matahari, rasi bintang serta aktivitas binatang penciri sampai saat ini masih diterapkan petani sebagai dasar penentuan masa tanam. Karakteristik hujan yang ditengarai berubah saat ini, menjadikan kajian tentang masih relevan atau tidak pranatamangsa menjadi acuan petani saat ini menjadi menarik untuk diteliti. 18

19 Cuaca & Iklim Pranatamangsa Curah Hujan Harian 4 Kelompok Mangsa (ketigo, labuh, rendheng, mareng) Pengetahuan Petani tentang Pranatamangsa Curah Hujan per Mangsa Variabilitas Hujan per Mangsa Pola Tanam Petani 1. Karakteristik hujan & relevansinya terhadap pembagian mangsa 2. Perubahan kecenderungan hujan dan sifat hujan setiap mangsa 3. Kesesuaian penerapan pranatamangsa oleh petani terkait variasi hujan Gambar 1.5 Kerangka Pemikiran 19

BAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan. Dalam siklus hidrologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Dalam sistem pergantian musim di seluruh dunia sangat dipengaruhi peredaran semu matahari mengelilingi bumi, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan tekanan udara

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM

BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM A. Analisis Sistem Penanggalan Jawa Pranata Mangsa dan Sistem Penanggalan Syamsiah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Semarang setiap tahun menerbitkan buku Prakiraan Musim Hujan dan Prakiraan Musim Kemarau daerah Propinsi Jawa Tengah. Buku Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Studi tentang iklim mencakup kajian tentang fenomena fisik atmosfer sebagai hasil interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA I. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP 1 KATA PENGANTAR Publikasi Prakiraan Awal Musim Hujan 2015/2016 di Propinsi Bali merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Klimatologi Negara Bali. Prakiraan Awal

Lebih terperinci

Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi

Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi Sri Yulianto Joko Prasetyo, Kristoko Dwi Hartomo & Bistok hasiholan Pusat Studi Sistem Informasi Pemodelan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara agraris yang amat subur sehingga tidak dapat dipungkiri lagi sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Data dalam Badan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ). KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan terjadi kekeringan setiap tahunnya. Bencana kekeringan semakin sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia dengan pola dan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp. (021) 7353018, Fax: (021) 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur http://lasiana.ntt.bmkg.go.id/publikasi/prakiraanmusim-ntt/ Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun

Lebih terperinci

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Propinsi Banten dan DKI Jakarta BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang terbentang luas, area pertanian di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia sebagian besar berprofesi

Lebih terperinci

KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA

KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA Revisi Makalah Disusun guna memenuhi tugas Hisab Rukyat Klasik Dosen Pengampu : Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag Oleh: Li izza Diana Manzil NIM. 1600028006

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi isu paling penting dalam kebijakan pembangunan dan global governance pada abad ke 21, dampaknya terhadap pengelolaan sektor pertanian dan

Lebih terperinci

Pengenalan Dasar Tentang Iklim Dan Cuaca. Seno Basuki

Pengenalan Dasar Tentang Iklim Dan Cuaca. Seno Basuki Pengenalan Dasar Tentang Iklim Dan Cuaca Seno Basuki Tim SL PTT BPTP Jawa Tengah 2011 Cuaca dan Iklim Merupakan suatu besaran fisika atmospher. Unsur : penerimaan radiasi matahari, lama penyinaran matahari,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016 B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang terletak diantara Samudra Pasifik-Hindia dan Benua Asia-Australia, serta termasuk wilayah tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa, menyebabkan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016 KATA PENGANTAR Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2016 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Geofisika Kelas 1 Yogyakarta / Pos Klimatologi

Lebih terperinci

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 9-17 Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah Sari Marlina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global (global warming) merupakan isu lingkungan yang hangat diperbincangkan saat ini. Secara umum pemanasan global didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 Provinsi Jawa Barat PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018 KATA PENGANTAR Prakiraan Musim Kemarau 2018 Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2018 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Klimatologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

persamaan regresi. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan curah hujan kritis adalah sebagai berikut: CH kritis = ( 0.

persamaan regresi. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan curah hujan kritis adalah sebagai berikut: CH kritis = ( 0. 9 a : intersep (perubahan salinitas jika tidak hujan) b : slope (kemiringan garis regresi). Koefisien determinasi (r 2 ) masing-masing kelompok berdasarkan klaster, tahun, dan lahan peminihan (A dan B)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura IDENTIFIKASI BEBERAPA KEARIFAN LOKAL DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN USAHATANI PADI DI JAWA TENGAH Wahyudi Hariyanto, dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo

Lebih terperinci

Arti Penting Kalender Tanam (Katam) Padi

Arti Penting Kalender Tanam (Katam) Padi PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADAPTASI KALENDER TANAM PADI TERHADAP ENSO IOD BERBASIS KALENDER TANAM PADI TERHADAP ENSO SUMBERDAYA IKLIM DAN AIR Mengetahui waktu dan pola tanam di daerah tertentu

Lebih terperinci

sebagainya, termasuk dalam proses pembentukan tanah (klimat soil) yaitu tanah

sebagainya, termasuk dalam proses pembentukan tanah (klimat soil) yaitu tanah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di dunia yang memiliki kekayaan tanah, air dan udara, dengan sejumlah kekayaan tersebut merupakan nikmat yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S. i REDAKSI KATA PENGANTAR Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si Penanggung Jawab : Subandriyo, SP Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S. Kom Editor : Idrus, SE Staf Redaksi : 1. Fanni Aditya, S. Si 2. M.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 d) phase spectrum, dengan persamaan matematis: e) coherency, dengan persamaan matematis: f) gain spektrum, dengan persamaan matematis: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Geografis dan Cuaca Kototabang

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018 1 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya, kami dapat menyelesaikan Buku Prakiraan Musim Hujan Tahun Provinsi Kalimantan Barat. Buku ini berisi kondisi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Arif Ismul Hadi, Suwarsono dan Herliana Abstrak: Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran siklus bulanan dan tahunan curah hujan maksimum

Lebih terperinci

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA OLEH : ANDRIE WIJAYA, A.Md FENOMENA GLOBAL 1. ENSO (El Nino Southern Oscillation) Secara Ilmiah ENSO atau El Nino dapat di jelaskan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Siantan Pontianak pada tahun 2016 menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau dan Prakiraan Musim Hujan. Pada buku Prakiraan Musim Kemarau 2016

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya, kami dapat menyelesaikan Buku Prakiraan Musim Kemarau Tahun 2017 Provinsi Kalimantan Barat. Buku ini berisi kondisi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Perubahan Iklim Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi seperti sekarang, maka diperkirakan pada tahun

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia umumnya dikelilingi oleh lautan yang berada antara samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Samudera ini menjadi sumber kelembaban utama uap air

Lebih terperinci

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB IKLlM INDONESIA HANDOKO Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB Secara umum, daerah tropika terletak di antara lintang 23,5O LU (tropika Cancer) sampai 23,5O LS (tropika Capricorn). Batasan ini berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Curah hujan dan ketersediaan air tanah merupakan dua faktor utama yang saling berkaitan dalam memenuhi kebutuhan air tanaman. Terutama untuk tanaman pertanian. yang

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang jatuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian PPN/Bappenas + Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) Kementerian PPN/Bappenas Perubahan Iklim dan Dampaknya di Indonesia 2013 + OUTLINE 2 I. LATAR BELAKANG II. III. IV. HISTORI KONDISI IKLIM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB I PENDAHULUAN Pengaruh pemanasan global yang sering didengungkan tidak dapat dihindari dari wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarbaru. Sebagai stasiun klimatologi maka kegiatan observasi

Lebih terperinci

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISUSUN OLEH : Nama : Winda Novita Sari Br Ginting Nim : 317331050 Kelas : B Jurusan : Pendidikan Geografi PEDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG OUTLINE I. GEMPABUMI TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI (25 - oktober 2010); Komponen Tsunami Warning System (TWS) : Komponen Structure : oleh

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan posisi geografis diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Samudera Hindia dan Samudera

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Press Release BMKG Jakarta, 12 Oktober 2010 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 2 BMKG A F R I C A A S I A 3 Proses EL NINO, DIPOLE MODE 2 1 1963 1972 1982 1997 1 2 3 EL NINO / LA NINA SUHU PERAIRAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan populasi ke-empat terbesar dan penghasil beras ke-tiga terbesar di dunia (World Bank, 2000). Indonesia memproduksi sekitar 31 juta ton

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cuaca dan Iklim Menurut Sarjani (2009), cuaca dan iklim merupakan akibat dari prosesproses yang terjadi di atmosfer yang menyelubungi bumi. Cuaca adalah keadaan udara pada saat

Lebih terperinci

2. Awal Musim kemarau Bilamana jumlah curah hujan selama satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter serta diikuti oleh dasarian berikutnya.

2. Awal Musim kemarau Bilamana jumlah curah hujan selama satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter serta diikuti oleh dasarian berikutnya. I. PENGERTIAN A. DEFINISI AWAL MUSIM 1. Awal Musim hujan Bilamana jumlah curah hujan selama satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter serta diikuti oleh dasarian berikutnya. 2. Awal Musim

Lebih terperinci

DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN. Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang. Abstrak

DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN. Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang. Abstrak DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang Abstrak Cuaca akhir-akhir ini sulit diprediksi dan tidak menentu, sering terjadi cuaca ekstrem

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

USULAN PENELITIAN MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2015

USULAN PENELITIAN MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2015 1 USULAN PENELITIAN MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2015 INTENSITAS KEKERINGAN DI WILAYAH KABUPATEN BENGKULU UTARA Oleh : Drs. Nofirman, MT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS Prof. Dr. HAZAIRIN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim global merupakan salah satu issu lingkungan penting dunia dewasa ini, artinya tidak hanya dibicarakan di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian berjudul Pemodelan dan Peramalan Angka Curah Hujan Bulanan Menggunakan Analisis Runtun Waktu (Kasus Pada Daerah Sekitar Bandara Ngurah Rai), menjelaskan

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan LAMPIRAN 167 Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan merupakan salah satu sumber ketersedian air untuk kehidupan di permukaan Bumi (Shoji dan Kitaura, 2006) dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penilaian, perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaan Bumi (Shauji dan Kitaura, 2006) dan dapat dijadikan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. permukaan Bumi (Shauji dan Kitaura, 2006) dan dapat dijadikan sebagai dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan merupakan salah satu sumber ketersedian air untuk kehidupan di permukaan Bumi (Shauji dan Kitaura, 2006) dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penilaian, perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012 KATA PENGANTAR i Analisis Hujan Bulan Agustus 2012, Prakiraan Hujan Bulan November, Desember 2012, dan Januari 2013 Kalimantan Timur disusun berdasarkan hasil pantauan kondisi fisis atmosfer dan data yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH

PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH OUTLINE Kondisi Dinamika Atmosfir Terkini Prakiraan Cuaca di Jawa Tengah Prakiraan Curah hujan pada bulan Desember 2015 dan Januari Tahun 2016 Kesimpulan

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan April 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan

Lebih terperinci

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan September 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan November, Desember 2013 dan Januari 2014 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis pengaruh ENSO dan IOD terhadap curah hujan Pola hujan di Jawa Barat adalah Monsunal dimana memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi

Lebih terperinci

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Press Release PREDIKSI DAMPAK DINAMIKA IKLIM DAN EL-NINO 2014-2015 TERHADAP PRODUKSI PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN I. Prediksi Iklim hingga Akhir 2014/Awal 2015 1. Prediksi berbagai

Lebih terperinci

PENYESUAIAN SISTEM PENATAAN RUANG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

PENYESUAIAN SISTEM PENATAAN RUANG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM ABSTRAK MAKALAH PENYESUAIAN SISTEM PENATAAN RUANG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM OLEH DIREKTUR JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Makalah berisikan uraian mengenai sistem penataan

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU Arif Ismul Hadi, Suwarsono, dan Herliana Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu Jl. Raya Kandang Limun, Bengkulu, Telp. (0736)

Lebih terperinci