STUDI ETNOGRAFI VISUAL KEARIFAN LOKAL PRANATA MANGSA SEBAGAI PERANGKAT REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN MODEL PRANATA MANGSA TERBAHARUKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI ETNOGRAFI VISUAL KEARIFAN LOKAL PRANATA MANGSA SEBAGAI PERANGKAT REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN MODEL PRANATA MANGSA TERBAHARUKAN"

Transkripsi

1 STUDI ETNOGRAFI VISUAL KEARIFAN LOKAL PRANATA MANGSA SEBAGAI PERANGKAT REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN MODEL PRANATA MANGSA TERBAHARUKAN Ramos Somya 1), Teguh Indra Bayu 2) 1 Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 50-62, Salatiga, Telp : (0298) , Fax : (0298) humas@adm.uksw.edu 1) Abstrak Pranata Mangsa (PM) merupakan salah satu bentuk kearifan lokal telah menjadi pedoman formal dalam berbagai aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat terutama kegiatan bercocok tanam di suku Jawa. Namun demikian pada dasawarsa terakhir ini PM sudah tidak efektif lagi untuk dijadikan satu - satunya pedoman dalam bercocok tanam karena jatuhnya condro atau pertanda alam tidak tepat lagi. Penelitian ini mengembangkan Pranata Mangsa Terbaharukan (PMT) menggunakan pendekatan Etnografi Visual. Etnografi Visual dapat diartikan secara sederhana sebagai sebuah hasil kajian yang tentunya menghasilkan sebuah etnografi, dan keseluruhan etnografi ini kemudian dikemas dalam bentuk visualisasi dengan tujuan utama yang juga sederhana, yaitu membuat karya etnografi tersebut agar dapat dilihat secara nyata dan langsung oleh para penyimaknya. Hasil penelitian ini berupa metode dan model prediksi pola tanam padi dengan nama Pranata Mangsa Terbaharukan (PMT) dengan memasukkan unsur klimatologi dan memanfaatkan teknologi komputasi sebagai perangkat pemrosesan informasi untuk menghasilkan prediksi pola tanam. Kata kunci:pranata mangsa, etnografi visual 1. PENDAHULUAN Indonesia memiliki berbagai bentuk kearifan lokal yang berupa pengenalan waktu tradisional dan telah menjadi pedoman kehidupan masyarakat secara turun temurun selama ribuan tahun. Suku Batak mengenal Porhalaan sebagai pedoman untuk menebar Benih. Suku Dayak mengenal Bulan Berladang sebagai pedoman awal mulai bercocok tanam. Suku Bali mengenal Wariga, Sunda Kerta Mangsa dan di Suku Jawa mengenal Pranata Mangsa (PM) [1] PM merupakan kearifan lokal yang diciptakan oleh Ronggowarsito untuk pengenalan waktu dan telah dikenal oleh masyarakat di pulau Jawa selama ribuan tahun lamanya. PM telah disejajarkan dengan kalender Gregorius dan dipergunakan secara resmi dalam pemerintahan oleh Sri Pakubuwono VII raja di kerajaan Surakarta pada tanggal 22 Juni 1855 meskipun sebenarnya PM telah ada jauh sebelumnya. Mulai saat itu pm telah menjadi pedoman formal dalam berbagai aktivitas social dan ekonomi masyarakat terutama kegiatan bercocok tanam [2]. PM terdiri dari 12 mangsa yang mana pada setiap mangsa mempunyi panjang atau jumlah hari (23 43 hari) yang berbeda dan di setiap pergantian antar mangsa selalu ditandai dengan indikator yang berbeda. Indikator yang digunakan sebagai penanda perubahan mangsa adalah fenomena alam seperti perilaku pepohonan, hewan dan rasi bintang [3]. Pada mulanya PM hanya terdiri dari 10 mangsa saja. Setelah mangsa kesepuluh tanggal 18 April, orang menunggu pertanda alam saat dimulainya mangsa yang pertama (Kasa atau Kartika), yaitu pada tanggal 22 Juni. Karena masa menunggu terlalu lama maka dibentuk mangsa yang kesebelas (Destha atau Padrawana) dan mangsa kedua belas (Sadha atau Asuji). Dengan demikian satu tahun genap menjadi 12 mangsa, dimulai hari pertama mangsa kesatu pada 22 Juni. PM ditentukan berdasarkan pada perhitungan solair yaitu mengikuti perjalanan bumi mengitari matahari, dalam bahasa Arab disebut Syamsiyah [4]. Kearifan lokal PM sampai saat ini masih digunakan sebagai pedoman dalam bercocok tanam oleh sebagian masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah Gunung Merapi dan Gunung Merbabu meliputi Kabupaten Sragen, Karanganyar, Surakarta, Boyolali, Klaten, dansebagian Yogyakarta. Namun demikian pada dasawarsa terakhir ini PM sudah tidak efektif lagi untuk dijadikan satu satunya pedoman dalam bercocok tanam karena jatuhnya condro atau pertanda alam tidak tepat lagi.

2 2 Pada penelitian sebelumnya, telah dikembangkan model visualisasi informasi geografis PMT dengan menggunakan teknologi MapServer dan metode komputasional Logika Fuzzy. Hasil penelitian ini berupa model perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai panduan penataan pola tanam padi di kabupaten Boyolali [5]. Sejak tahun 2008 sampai sekarang (tahun 2013) dilakukan penelitian revitalisasi PM dengan memasukkan unsur klimatologi dan memanfaatkan teknologi komputasi sebagai perangkat pemrosesan informasi untuk menghasilkan prediksi pola tanam. Hasil penelitian ini berupa metode dan model prediksi pola tanam padi dengan nama Pranata Mangsa Terbaharukan (PMT). PMT dikembangkan berdasarkan pada 3 indikator utama yaitu (1) prediksi iklim (curah hujan, kelembaban udara dan suhu udara), (2) pola perilaku organisme tumbuhan dan hewan, dan (3) kerangka konseptual etnografi visual PMT. Kerangka pemikiran yang menjadi peta jalan penelitian ini adalah sebagaimana disajikan pada Gambar 1. Tanda lingkaran merupakan fokus penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini. Pranata Mangsa (PM) Etnografi Visual Perilaku Makhluk Hidup Pewaktuan Tradisional Iklim Logika Fuzzy GIS Peta Mangsa Peta Komoditas Curah Hujan Kelembaban Gambar 1. Kerangka Pemikiran yang Menjadi Peta Jalan Penelitian Etnografi merupakan istilah dalam dunia antropologi, di mana arti dari etnografi bila dilihat dari asal katanya berasal dari bahasa Yunani ethnos yang artinya rakyat dan graphia yang artinya tulisan. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari pola kehidupan masyarakat berdasarkan data-data yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut baik berupa tulisan maupun bentuk-bentuk lainnya. Cara-cara yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah dengan menggunakan hampir semua pendekatan kualitatif itu sendiri seperti observasi, indepth interview, pengambilan gambar/foto, pengisian jurnal, diary, dan sebagainya, dengan tujuan utama mendapat gambaran secara utuh dan lengkap perilaku dan kebiasaan narasumber di lingkungan di mana mereka biasa tinggal [6]. Etnografi Visual dapat diartikan secara sederhana sebagai sebuah hasil kajian yang tentunya menghasilkan sebuah etnografi, dan keseluruhan etnografi ini kemudian dikemas dalam bentuk visualisasi dengan tujuan utama yang juga sederhana, yaitu membuat karya etnografi tersebut agar dapat dilihat secara nyata dan langsung oleh para penyimaknya. Etnografi visual ini digunakan untuk metode kajian dalam melakukan pengumpulan data pranata mangsa di Boyolali. 2. METODE PERANCANGAN/PENELITIAN Metode Penelitian pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1) Menetapkan dan melakukan wawancara dengan responden: pemilihan responden secara tepat merupakan kunci keberhasilan penelitian. Distribusi dan pemilihan responden mengacu pada hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dengan mengambil 3 kecamatan di Kab. Boyolali sebagai pengguna PM, yaitu kecamatan Kemusu, kecamatan Wonosegoro dan Juwangi. Proses eksplorasi data dilakukan melalui FGD dengan memberikan presentasi atau memberikan materi yang menjadi referensi bagi responden dalam berdiskusi, 2) Menyusun catatan etnografis visual dan Deskriptif: fokus pencatatan adalah bagaimana responden mengkomunikasikan PM dan mendeskripsikan makna PM pada situasi tertentu. Menguraikan kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh responden terkait dengan PM, 3) Melakukan analisis hasil wawancara dengan responden, 4) Melakukan analisis dan interpretasi etnografi Visual PM dalam bentuk model pengetahuan PM berdasarkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, 5) Melakukan redesain dan rekonstruksi basis pengetahuan PMT.

3 3 Pengumpulan data menggunakan pendekatan etnografi visual, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terkait dengan pranata manggsa di Boyolali. Data didapatkan dengan wawancara, pengamatan dan juga melalui dokumentasi visual (foto). Sebuah kejadian atau peristiwa, ritual mistis, ragam mata pencaharian, bentuk fisik, gambaran lingkungan dan ekosistem, sampai kepada ide dan pengetahuan yang abstrak, senantiasa merupakan produk dari visual etnografi yang cenderung dituangkan dalam bentuk berupa film ataupun hasilhasil foto Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan pranata mangsa di Boyolali dan kertas kuisioner yang digunakan untuk menggali informasi terkait PM. Metode etnografi visual memungkinkan peneliti memperoleh data melalui mekanisme wawancara mendalam atau pengambilan gambar dan foto foto yang diperoleh dari hasil karya sendiri. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan pada penelitian ini berupa karya etnografi yang divisualisasikan dengan tabel dan gambar. Hasil etnografi visual ini didapatkan berdasarkan tahapan penelitian yang telah dirancang sebelumnya yang berfokus pada etnografi visual di mana dilakukan observasi, indepth interviewdan pengambilan gambar/foto. Responden yang digunakan adalah petani dan masyarakat di 3 kecamatan di Kabupaten Boyolali, yaitu kecamatan Kemusu, kecamatan Wonosegoro dan Juwangi. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Pertanian setempat, dicantumkan jumlah produksi padi dan jagung di 3 kecamatan tadi seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Rekapitulasi Hasil Produksi Padi di Kecamatan Kemusu Gambar 2. menyajikan data rekapitulasi hasi produksi padi di Kecamatan Kemusu pada tahun 2010 sebesar 8560 ton. Hasil produksi pada tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun Seluruh hasil produksi padi di Kecamatan Kemuju ini berasal dari 13 desa. Gambar 3. Rekapitulasi Hasil Produksi Padi di Kecamatan Wonosegoro

4 4 Untuk kecamatan Wonosegoro didapatkan data rekapitulasi produksi padi pada tahun 2010 sebesar ton, pada tahun 2009 sebesar ton dan pada tahun 2008 sebesar ton. Pada Kecamatan Wonosegoro hasil produksi menunjukkan peningkatan dari tahun 2008 hingga Hasil produksi padi ini diperoleh dari 18 desa yang ada di Kecamatan Wonosegoro seperti terlihat pada Gambar 3. Gambar 4. Rekapitulasi Hasil Produksi Padi di Kecamatan Juwangi Sedangkan jumlah produksi padi di Kecamatan Juwangi didapatkan hasil peningkatan produksi padi dari tahun 2008 hingga 2010 dengan jumlah produksi pada tahun 2008 sebesar ton, tahun 2009 sebesar dan tahun 2010 sebesar yang berasal dari 10 desa di Kecamatan Juwangi seperti terlihat pada Gambar 4. Hasil rekapitulasi produksi padi ini didapatkan melalui wawancara dengan petugas Dinas Pertanian terkait. Berdasarkan data rekapitulasi dan hasil diskusi dengan petugas Dinas Pertanian menunjukkan bahwa hasil produksi padi tiap tahun tidak selalu meningkat, terlihat bahwa di Kecamatan Kemuju pada tahun 2010 mengalami penurunan jumlah produksi. Pada proses pengumpulan data berikutnya dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada para petani yang ada di Kecamatan Kemuju, Wonosegoro dan Juwangi. Tujuan dari penyebaran kuisioner ini adalah untuk mendapatkan informasi penggunaan PM dalam bercocok tanam. Hasil pengumpulan data ini kemudian divisualisasikan dalam bentuk tabel seperti terlihat pada Tabel 1. Table 1. Pola Tanam Berdasarkan PM Kecamatan Bulan Tanam Sumber Penentuan Bulan Patokan Tanam Kemuju Juni & Juli Petani sendiri Awal musim hujan (memakai patokan hari hujan pertama) Wonosegoro Maret, April, Juni, Juli, Oktober & November Petani sendiri Awal musim hujan (memakai patokan hari Juwangi Oktober & Januari Petani, Kelompok Tani & Penyuluh Pertanian hujan pertama) - Tabel 1. menunjukkan visualisasi bulan tanam tanaman padi dengan menggunakan PM. Penentuan bulan tanam dilakukan oleh petani sendiri maupun dengan bantuan penyuluh pertanian menggunakan patokan musim hujan pada hari pertama. Berdasarkan hasil kuisioner kemudian dilakukan wawancara mendalam kepada para petani untuk bertanya lebih dalam tentang penggunaan PM sebagai acuan dalam menanam padi. Petani di Kecamatan Kemuju menggunakan manggsa Kasa/Kartika yang terjadi pada 22 Juni hingga 1 Agustus dengan ciri-ciri alam: daun-daun berguguran, kayu mengering dan belalang mulai masuk ke dalam tanah. Pada situasi ini petani mulai menanam palawija di ladang dan juga mulai menanam padi dengan bantuan pompa air, karena pada mangsa ini masih dalam masa musim kemarau. Pada Kecamatan Wonosegoro, para petani dengan kesepakatan kelompok tani dan penyuluh pertanian melakukan penanaman padi pada bulan Maret, April, Juni, Juli, Oktober dan November. Pada bulan-bulan ini terjadi pada mangsa Kasanga, Kasadasa, Kasa dan Kalima. Pada masa Kasanga mempunyai ciri-ciri padi berbunga, jangkrik mulai muncul, tonggeret dan gangsir mulai bersuara, banjir sisa masih mungkin muncul, bunga glagah berguguran. Pada mangsa Kasadasa mempunyai ciri-ciri padi mulai menguning, banyak hewan bunting, burung-burung kecil mulai menetas telurnya. Mangsa Kasa mempunyai ciri-ciri daun-daun berguguran, kayu mongering, belalang masuk ke dalam tanah. Sedangkan mangsa Kalima mempunyai ciri-ciri mulai ada hujan besar, pohon asam jawa mulai menumbuhkan daun muda, ulat mulai bermunculan, laron keluar dari liang,

5 5 lempuyang dan temu kunci mulai bertunas. Pada mangsa Kalima ini Selokan sawah diperbaiki dan petani membuat tempat mengalir air di pinggir sawah kemudian mulai menyebar padi gaga. Pada Kecamatan Juwangi, para petani masing-masing melakukan penanaman padi pada bulan Oktober dan Januari, yaitu pada mangsa Kalima dan Kapitu. Mangsa Kalima mempunyai ciri-ciri mulai ada hujan besar, pohon asam jawa mulai menumbuhkan daun muda, ulat mulai bermunculan, laron keluar dari liang, lempuyang dan temu kunci mulai bertunas. Sedangkan pada mangsa Kapitu mempunyai ciri-ciri banyak hujan, banyak sungai yang banjir, pada keadaan ini para petani memindahkan bibit padi ke sawah. Data dan informasi yang didapatkan melalui wawancara dan kuisioner ini kemudian diolah dan dituangkan ke dalam tulisan, gambar dan tabel sehingga menghasilkan karya etnografi visual yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan Pengembangan Model Pranata Mangsa Terbaharukan, yaitu dengan menambahkan peranan Teknologi Informasi. Pada penelitian ini selain dibahas tentang pembuatan karya entografi visual, juga dilakukan pemodelan untuk menciptakan Model Pranata Mangsa Terbaharukan (PMT). Pemodelan PMT ini dapat diarahkan ke Sistem Cerdas yang berbasis pengetahuan petani dalam menentukan waktu tanam padi dengan memanfaatkan proses komputasi. Gambar 5 merupakan skema pemodelan PMT yang memanfaatkan karya etnografi visual berbasis Sistem Cerdas. Gambar 5. Skema Pemodelan PMT dengan Memanfaatkan Etnografi Visual dan TI Gambar 5. merupakan skema contoh PMT yang dapat dikembangkan dengan memanfaatkan karya etnografi visual dan Teknologi Informasi. Dengan menambahkan data pendukung seperti data curah hujan, kelembaban udara dan suhu udara, dapat dilakukan proses komputasi yang menghasilkan aplikasi PMT. Semua karya etnografi akan disimpan dalam basis data bersama dengan data pendukung, kemudian dengan melakukan pemrosesan data dengan memanfaatkan suatu algoritma dapat dihasilkan sebuah sistem cerdas yang dapat digunakan untuk menentukan waktu tanam padi, karena jika hanya mengandalkan petanda alam saja tidak menjamin dalam penentuan waktu tanam, sehingga jika ditambahkan dengan data pendukung lainnya dan diproses melalui proses komputasi tentunya dapat menentukan waktu tanam dengan lebih pasti. 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa melalui proses wawancara dan penyebaran kuisioner dapat disusun dan diciptakan karya entografi visual yang merekam aktivitas rakyat/penduduk di Kecamatan Kemuju, Wonosegoro dan Juwangi dalam memanfaatkan Pranata Mangsa dalam menentukan waktu tanam tanaman padi. Hasil entografi yang sudah ditata dengan baik dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan Pranata Mangsa Terbaharukan dengan dukungan proses komputasi, sehingga dapat dihasilkan model sistem cerdas yang bisa dimanfaatkan dalam penentuan waktu tanam padi yang lebih baik. Saran yang bisa dikembangkan adalah dalam penelitian ini adalah menciptakan sistem cerdas berdasarkan karya etnografi yang sudah dibuat dengan memanfaatkan algoritma tertentu.

6 6 5. DAFTAR PUSTAKA [1] Wisnusubroto, 1997, Pengenalan Waktu Tradisional Pranatamangsa Menurut Jabaran Meteorologi dan Pemanfaatannya, Jurnal Agromet Vo.XI No 1 dan 2, [2] Wisnusubroto Sukardi, 1997, Sumbangan Pengenalan Waktu Tradisional Pranata Mangsa pada Pengelolaan Hama Terpadu, Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vo. 4. No [3] Bosch F.V.D., 1980, Der javanische Mangsakalender, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 136 (1980), no: 2/3, Leiden, [4] Purwadi, 2008, Pranata Sosial Jawa, Penerbit Tanah Air Yogyakarta. [5] Prasetyo S.Y.J.P., Hasiholan B., dan Hartomo K.D., 2012, Updated PranataMangsa : Recombination of Local Knowledge and Agro Meteorology using Fuzzy Logic for Determining Planting Pattern, IJCSI International Journal of Computer Science Issues, Vol. 9, Issue 6, No 2, November 2012 ISSN [6] Pramesti A.R., Purwasito A., 2012, Studi Etnografi Visual Kebudayaan Masyarakat Kampung Laut, Segara Anakan,Kabupaten Cilacap menggunakan Analisis Semiologi Komunikasi, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Sebelas Maret Surakarta.

Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi

Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi Kearifan Lokal Ngelmu Titen Pranatamangsa Sebagai Indikator Peramalan Bencana Hidrometeorologi Sri Yulianto Joko Prasetyo, Kristoko Dwi Hartomo & Bistok hasiholan Pusat Studi Sistem Informasi Pemodelan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI No. 1/08/3309/Th.I, 11 Agustus 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA KAB. BOYOLALI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) Angka Tetap (ATAP) produksi padi Kabupaten Boyolali Tahun

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian berjudul Pemodelan dan Peramalan Angka Curah Hujan Bulanan Menggunakan Analisis Runtun Waktu (Kasus Pada Daerah Sekitar Bandara Ngurah Rai), menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Dalam sistem pergantian musim di seluruh dunia sangat dipengaruhi peredaran semu matahari mengelilingi bumi, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan tekanan udara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM

BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM BAB IV ANALISIS SISTEM PENANGGALAN JAWA PRANATA MANGSA DAN SISTEM PENANGGALAN SYAMSIAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSIM A. Analisis Sistem Penanggalan Jawa Pranata Mangsa dan Sistem Penanggalan Syamsiah

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN/AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

LAPORAN TAHUNAN/AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI LAPORAN TAHUNAN/AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI MODEL BUDIDAYA PERTANIAN DESA BERBASIS LOCAL WISDOM & LOCAL KNOWLEDGE DI JAWA TENGAH: UPAYA ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM Tahun ke 1 dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA

KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA Revisi Makalah Disusun guna memenuhi tugas Hisab Rukyat Klasik Dosen Pengampu : Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag Oleh: Li izza Diana Manzil NIM. 1600028006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

DISAIN AWAL PROTOTYPE G2A UNTUK ANALISA DATA PERTANIAN DAN PEDESAAN

DISAIN AWAL PROTOTYPE G2A UNTUK ANALISA DATA PERTANIAN DAN PEDESAAN DISAIN AWAL PROTOTYPE G2A UNTUK ANALISA DATA PERTANIAN DAN PEDESAAN Hanna Arini Parhusip 1 dan Ramos Somnya 2 Pusat Studi Simitro, Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yaitu dimana sebagian besar mata

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yaitu dimana sebagian besar mata 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yaitu dimana sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Indonesia juga memiliki dua musim, yaitu musim

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Sumber Keragaman. db JK KT F Hitung Pr > F

Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Sumber Keragaman. db JK KT F Hitung Pr > F LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Asal Kebun 1 651.11 651.11 35.39** 0.0003 Ulangan 2 75.11 37.56 2.04 0.1922 Galat I 2 92.82 46.41 2.52 0.1415 Posisi Batang 2 444.79 222.39

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv v vi viii xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Bab 4. Metode Penelitian

Bab 4. Metode Penelitian Bab 4. Metode Penelitian Penelitian pada tahun pertama dilaksanakan pada bulan April hingga Nopember 2013, secara umum hasil akhir yang dicapai adalahpeta resiko bencana berbasis masyarakat dan model adaptasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

1

1 0 1 2 3 4 5 6 7 AGROEKOSISTEM : LAHAN SAWAH KOMODITAS : PADI SAWAH REKAPITULASI KALENDER TANAM PROVINSI : DKI JAKARTA (31) No Kabupaten Indek Adm Luas Baku Sawah (ha) Potensi Tanam MT I/ MH MT II/ MK I

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PENANAMAN Tujuan pembelajaran : Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi semakin pesat, banyak orang. mulai mencari berbagai produk yang dapat memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi semakin pesat, banyak orang. mulai mencari berbagai produk yang dapat memudahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi semakin pesat, banyak orang mulai mencari berbagai produk yang dapat memudahkan pekerjaan mereka. Tuntutan pekerjaan berbanding terbalik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan terjadi kekeringan setiap tahunnya. Bencana kekeringan semakin sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia dengan pola dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan

Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan Muhammad Aqil Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan Abstrak Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO 1. Gambaran Umum Desa Lengkong A. Keadaan Geografis Desa Lengkong adalah sebuah desa yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 046/11/12/Th.VI. 01 November 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2012) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2012,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemahaman Masyarakat Sekitar Hutan Mengenai Perubahan Iklim Perubahan iklim dirasakan oleh setiap responden, meskipun sebagian besar responden belum mengerti istilah perubahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN 0 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) KALENDER TANAM TERPADU

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) KALENDER TANAM TERPADU PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) KALENDER TANAM TERPADU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN Nomor : 26 /1801.019/011/C/JUKLAK/2013 1. JUDUL RODHP : Kalender Tanam Terpadu

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Iklim adalah suatu kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan

Lebih terperinci

POLA TANAM MASYARAKAT PETANI PARANGTRITIS MENYIASATI KEBUTUHAN SINAR MATAHARI DAN MUSIM KEMARAU

POLA TANAM MASYARAKAT PETANI PARANGTRITIS MENYIASATI KEBUTUHAN SINAR MATAHARI DAN MUSIM KEMARAU POLA TANAM MASYARAKAT PETANI PARANGTRITIS MENYIASATI KEBUTUHAN SINAR MATAHARI DAN MUSIM KEMARAU Studi Kasus Lahan Pertanian di Dusun Grogol VII dan Grogol VIII, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - GEOGRAFI BAB 1. Lokasi Strategis Indonesia Berkait Dengan Kegiatan PendudukLATIHAN SOAL

SMP kelas 9 - GEOGRAFI BAB 1. Lokasi Strategis Indonesia Berkait Dengan Kegiatan PendudukLATIHAN SOAL SMP kelas 9 - GEOGRAFI BAB 1. Lokasi Strategis Indonesia Berkait Dengan Kegiatan PendudukLATIHAN SOAL 1. Modal dasar terbaik bangsa Indonesia yang sangat berharga adalah... Letak Indonesia yang strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC,2001), konsentrasi gas-gas rumah kaca, khususnya CO2, CH4, dan N2O dalam dua abad terakhir

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

PENGATURAN POPULASI TANAMAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGATURAN POPULASI TANAMAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PENGATURAN POPULASI

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap makhluk hidup di permukaan bumi. Seiring dengan pertambahan penduduk kebutuhan air pun meningkat. Namun, sekarang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bojonegoro. Desa Tlogoagung ini desa yang berada ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bojonegoro. Desa Tlogoagung ini desa yang berada ditengah-tengah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tlogoagung merupakan desa yang terletak di Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Desa Tlogoagung ini desa yang berada ditengah-tengah sawah, di lereng pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranannya dalam memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan. perekonomian Indonesia. Akan tetapi, meskipun mampu menyerap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. peranannya dalam memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan. perekonomian Indonesia. Akan tetapi, meskipun mampu menyerap tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling penting peranannya dalam memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan perekonomian Indonesia. Akan tetapi, meskipun

Lebih terperinci

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd SMA N 3 UNGGULAN TENGGARONG PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2009 GEOGRAFI Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan dimuka

Lebih terperinci

PENGARUH ASPEK SOSIO KULTURAL MASYARAKAT TERHADAP SISTEM JARINGAN IRIGASI i

PENGARUH ASPEK SOSIO KULTURAL MASYARAKAT TERHADAP SISTEM JARINGAN IRIGASI i PENGARUH ASPEK SOSIO KULTURAL MASYARAKAT TERHADAP SISTEM JARINGAN IRIGASI i Dwi Priyo Ariyanto Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Di dalam Peraturan Pemerintah (PP)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara

Lebih terperinci

Perancangan Kalender Tanam Berdasarkan Data Klimatologi Menggunakan Metode Forecasting Holt-Winters (Studi Kasus : Boyolali) Artikel Ilmiah

Perancangan Kalender Tanam Berdasarkan Data Klimatologi Menggunakan Metode Forecasting Holt-Winters (Studi Kasus : Boyolali) Artikel Ilmiah Perancangan Kalender Tanam Berdasarkan Data Klimatologi Menggunakan Metode Forecasting Holt-Winters (Studi Kasus : Boyolali) Artikel Ilmiah Peneliti : Gabriel Alvin Pryanto (672006257) Kristoko Dwi Hartomo,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/07/12/Th.VI. 02 Juli 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2011 DAN RAMALAN I TAHUN 2012) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2011,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) No. 52/11/36/Th. VIII, 3 November 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) TAHUN 2014 LUAS PANEN PADI SAWAH MENINGKAT TETAPI PRODUKTIVITAS MENURUN Berdasarkan Angka Ramalan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2007, bertempat di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB). Taman Nasional Gunung Merbabu

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun

Lebih terperinci

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Arif Ismul Hadi, Suwarsono dan Herliana Abstrak: Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran siklus bulanan dan tahunan curah hujan maksimum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUANB I PENDAHULUAN. daerah membuat pemerintah daerah dipacu untuk dapat memberdayakan

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUANB I PENDAHULUAN. daerah membuat pemerintah daerah dipacu untuk dapat memberdayakan BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUANB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masih berlangsungnya krisis ekonomi membuat kepercayaan rakyat dan investor semakin menurun terhadap pemerintah. Adanya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Semarang setiap tahun menerbitkan buku Prakiraan Musim Hujan dan Prakiraan Musim Kemarau daerah Propinsi Jawa Tengah. Buku Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 20/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) No. 22/03/51/Th. IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 2,74 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 1. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah Kebakaran hutan karena puntung

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi : 1. Memahami permasalahan sosial berkaitan dengan jumlah penduduk

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi : 1. Memahami permasalahan sosial berkaitan dengan jumlah penduduk RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran : SMP N 2 Ngemplak : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas / Semester : VIII / 1 Jumlah Pertemuan : 1 x Pertemuan Standar Kompetensi : 1. Memahami

Lebih terperinci

I. DESKRIPSI KEGIATAN

I. DESKRIPSI KEGIATAN I. DESKRIPSI KEGIATAN 1.1 JUDUL KKN PPM Manggis. 1.2 TEMA Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Buah Manggis Sebagai Komoditas Ekspor Unggulan 1.3 LOKASI Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

Jurnal. Oleh: Benny Christian Mardiatma NIM :

Jurnal. Oleh: Benny Christian Mardiatma NIM : Prediksi Spasial Curah Hujan di Wilayah Surakarta Menggunakan Metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) untuk Menentukan Klasifikasi Zona Iklim Jurnal Oleh: Benny Christian Mardiatma NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan perubahan jangka panjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan perubahan jangka panjang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan iklim merupakan perubahan jangka panjang dalam distribusi pola cuaca secara statistik dengan periode waktu mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. Hal

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa, Indonesia dengan panjang sekitar 548,53 km. Wilayah Sungai Bengawan Solo terletak di Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 1 Fakultas Geografi Oleh : HERVID

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 28/07/11/Th.V. 01 Juli 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2010 DAN RAMALAN II TAHUN 2011) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2010,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 12 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE Penelitian di lapang berlangsung dari April 2011 sampai Juni 2011. Kegiatan penelitian ini berlokasi di Kawasan Industri Karawang International

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tanaman yang banyak ditanam masyarakat yaitu tanaman jagung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tanaman yang banyak ditanam masyarakat yaitu tanaman jagung. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Secara geografis lokasi penelitian 00 0 35 10.0 LU- 123 0 06 55.8 BT. Umumnya di Desa ini masyarakat melakukan aktifitas berkebun.

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan perkiraan cuaca terutama curah hujan ini menjadi sangat penting untuk merencanakan segala aktifivitas mereka. Curah hujan juga memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai ciri-ciri khas dan kemampuan dalam mengolah potensi sumber daya alam yang

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Produksi padi di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 853.710

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. endangered berdasarkan IUCN 2013, dengan ancaman utama kerusakan habitat

BAB I PENDAHULUAN. endangered berdasarkan IUCN 2013, dengan ancaman utama kerusakan habitat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rekrekan (Presbytis comata fredericae Sody, 1930) merupakan salah satu primata endemik Pulau Jawa yang keberadaannya kian terancam. Primata yang terdistribusi di bagian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Bagi rakyat Indonesia, tanah menempati kedudukan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Pembimbing... Pernyataan Penulis... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Ucapan Terimakasih... Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Pembimbing... Pernyataan Penulis... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Ucapan Terimakasih... Daftar Isi... DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Pembimbing... Pernyataan Penulis... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Ucapan Terimakasih... Daftar Isi.... Daftar Gambar... Daftar Tabel... i ii iii iv v vi viii xii

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah Ani Satul Fitriyati dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian skripsi tentang kerajinan atau kriya kayu lame di kampung Saradan, penulis menggunakan

Lebih terperinci

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

ANALISIS JADWAL TANAM TANAMAN SEMUSIM UNTUK MENDUKUNG KALENDER TANAM DAN PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN 2018

ANALISIS JADWAL TANAM TANAMAN SEMUSIM UNTUK MENDUKUNG KALENDER TANAM DAN PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN 2018 ANALISIS JADWAL TANAM TANAMAN SEMUSIM UNTUK MENDUKUNG KALENDER TANAM DAN PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN 2018 Bimbingan Teknis Identifikasi Sumberdaya Air dan Pengelolaan Pola Tanam Bogor, 20-22 Maret 2018

Lebih terperinci

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Boyolali 3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 22'

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH OUT LINE 1. CAPAIAN PRODUKSI 2. SASARAN LUAS TANAM DAN LUAS PANEN 3. CAPAIAN

Lebih terperinci

1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan nomor pada kolom yang disediakan. Kegiatan di Musim Kemarau dan Musim Hujan

1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan nomor pada kolom yang disediakan. Kegiatan di Musim Kemarau dan Musim Hujan Tema 3 : Perubahan di Alam Nama : Hari,tgl : No. peserta : Kelas : III (Tiga) Paraf Guru Paraf Orang tua Petunjuk Umum : 1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan nomor pada kolom yang disediakan.

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci