STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KERAJINAN TANGAN ANYAMAN BAMBU (LAMBAR) DI DESA TANJUNGSARI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KERAJINAN TANGAN ANYAMAN BAMBU (LAMBAR) DI DESA TANJUNGSARI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN"

Transkripsi

1 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KERAJINAN TANGAN ANYAMAN BAMBU (LAMBAR) DI DESA TANJUNGSARI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian S Oleh : Trimoyo NIM: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016 i

2

3

4

5

6 ABSTRAK Trimoyo Strategi Pengembangan Usaha Kerajianan Tangan Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Skripsi, Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui kelayakan usaha industri anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen; 2) mengetahui faktor internal kekuatan dan kelemahan apa saja yang berpengaruh terhadap tumbuh berkembangnya produksi anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen; 3) mengetahui faktor eksternal peluang dan ancaman apa saja yang berpengaruh terhadap tumbuh berkembangnya produksi anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen dan 4) mengetahui alternatif strategi pengembangan produksi anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Metode analisis data yang dipergunakan oleh peneliti adalah menggunakan anilisis usaha untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan usaha, kelayakan usaha dan menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tumbuh kembangnya industri rumah tangga kerajinan anyaman bambu (lambar) serta alternatif strategi yang dapat digunakan. Hasil analisis penelitian ini diketahui rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp ,27, penerimaan sebesar Rp ,67, keuntungan usaha sebesar Rp ,74 serta kelayakan usaha yaitu dengan nilai R/C ratio 1,20. Hasil analisis faktor internal yang menjadi kekuatan terbesar adalah keuangan menggunakan milik sendiri dan kelemahan terbesar adalah peralatan masih tradisional. Faktor eksternal yang menjadi peluang terbesar adalah bambu apus mudah diperoleh dan ancaman terbesar adalah kenaikan harga bambu apus. Alternatif strategi yang dapat diterapkan pada industri rumah tangga kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) adalah menambah ukuran produk anyaman bambu (lambar), melakukan manajemen produksi, melakukan pinjaman ke lembaga keuangan dan menggunakan peralatan yang lebih modern. Kata Kunci: Lambar, Kekuatan, Kelemahan, Ancaman, Peluang, SWOT vi

7 ABSTRACT Trimoyo Development Strategy Business Bamboo Cane Work Handicraft (Lambar) in Tanjungsari Village of Petanahan Subdistrict of Kebumen Thesis. Agribusiness Program Study. Faculty of Agriculture. Muhammadiyah University of Purworejo The research aims: 1) to know the advisability of bamboo cane work (lambar) industry in Tanjungsari Village of Petanahan Subdistrict of Kebumen; 2) to know the strenght and weakness of internal factor affecting the growth and development production of bamboo cane work (lambar) in Tanjungsari Village of Petanahan Subdistrict of Kebumen; 3) to know eksternal factor of opportunity and threat affecting the growth and development production of bamboo cane work (lambar) in Tanjungsari Village of Petanahan Subdistrict of Kebumen dan 4) to know alternative development strategy of bamboo cane work (lambar) production in Tanjungsari Village of Petanahan Subdistrict of Kebumen. Data analysis method used in this study are industry analysis to know the cost, income, profit, business advisability, and SWOT analysis to know the internal and external factors affecting the growth and development of bamboo cane work (lambar) handicraft also the alternative strategy can be used. The result of this study are the cost average used is Rp ,27, the income is Rp ,67, the profit is Rp ,74, and the business advisability with the value of R/C ratio is 1,20. The result of internal factor analysis becoming the biggest strength is the financial used here is using own money and the biggest weakness is the equipments are still in traditional method. The external factor becoming the biggest opportunity is apus bamboo is easy to get and the biggest threat is the rise of bamboo price. The alternative strategy can be used in of bamboo cane work (lambar) handicraft home industry is increasing the size of the product, commiting the production management, taking a loan from financial institutions and using modern equipments. Keywords: Lambar, Strength, Weakness, Opportunities, Threats, SWOT vii

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... PRAKATA... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi vii viii x xii xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasai Masalah... 4 C. Batasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah... 7 E. Tujuan Penelitian... 8 F. Manfaat Penelitian... 8 BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori... 9 B. Tinjauan Pustaka C. Kerangka pemikiran BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional F. Teknik Pengumpulan Data G. Instrumen Penelitian H. Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Desa B. Analisis Data C. Pembahasan Hasil Penelitian viii

9 BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Jumlah Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Kabupaten Kebumen... 2 Tabel 2 Jumlah Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Kecamatan Petanahan... 3 Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu Tabel 4 Waktu Penelitian Tabel 5 Matrik IFAS Tabel 6 Matrik EFAS Tabel 7 Internal-Eksternal Matrik (IE) Tabel 8 Penentuan Bobot IFAS dan EFAS Tabel 9 Matrik SWOT Tabel 10 Luas Tanah Berdasarkan Penggunaan Tabel 11 Jumlah Penduduk Desa Tanjungsari Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 12 Jumlah Penduduk Desa Tanjungsari Berdasarkan Usia Tabel 13 Mata Pencaharian Penduduk di Desa Tanjungsari Tabel 14 Riwayat Pendidikan Penduduk di Desa Tanjungsari Tabel 15 Umur Responden Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Tabel 16 Tingkat Pendidikan Responden Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Tabel 17 Jenis Kelamin Responden Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Desa Tanjungsari x

11 Tabel 18 Jenis Pekerjaan Lain Responden Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Tabel 19 Jenis Kelamin Responden Informan Pendukung Tabel 20 Umur Responden Informan Pendukung Tabel 21 Pendidikan Responden Informan Pendukung Tabel 22 Rata-Rata Biaya Eksplisit Periode Bulan Desember 2015 Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari Tabel 23 Rincian Rata-Rata Biaya Implisit Periode Bulan Desember 2015 Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari Tabel 24 Rincian Rata-Rata Biaya Total Periode Bulan Desember 2015 Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari Tabel 25 Rata-Rata Penerimaan Periode Bulan Desember 2015 Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari Tabel 26 Rata-Rata Pendapatan Periode Bulan Desember 2015 Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari Tabel 27 Rata-Rata Keuntungan Periode Bulan Desember 2015 Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari Tabel 28 Perhitungan R/C Ratio Kelayakan Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari Tabel 29 Matrik IFAS Tabel 30 Matrik EFAS Tabel 31 Matrik Internal-Eksternal (IE) Tabel 32 Matrik SWOT xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Diagram Analisis Swot Gambar 2 Kerangka Pemikiran xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Kuisioner Penelitian Identitas Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Gergaji Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Pisau Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Landasan Anyaman Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Sabit Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Alat Transportasi (Sepeda) Biaya Pajak Tempat Produksi Biaya Bahan Baku Lampiran 10. Rincian Pengeluaran Biaya Implisit Periode Bulan Desember 2015 Lampiran 11. Pengguana Biaya Eksplisit, Biaya Implisit Dan Biaya Total Periode Bulan Desember 2015 Lampiran 12. Penerimaan Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari Selama Periode Bulan Desember 2015 Lampiran 13. Pendapatan Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari Selama Periode Bulan Desember 2015 Lampiran 14. Keuntungan Usaha Kerajianan Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari Selama Periode Bulan Desember 2015 Lampiran 15. Foto-Foto Dokumentasi Alat Dan Kegiatan Proses Produksi Kerajianan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari Lampiran 16. Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian xiii

14 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan banyak ditumbuhi tanaman bambu. Tanaman bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah beriklim panas ataupun dingin. Bagian tanaman bambu biasa dipergunakan untuk beberapa macam keperluan. Tanaman bambu juga sebagai tanaman yang berjasa untuk menyimpan air di hutan, kebun dan tebing-tebing sungai. Batangnya dipergunakan untuk bangunan, pagar, perabot, kerajinan tangan dan alat musik (Soedjono, 1991:12). Jenis tanaman bambu yang tumbuh di Indonesia antara lain bambu apus, bambu petung, bambu duri, bambu wulung dan bambu tutul. Pemanfaatan tanaman bambu yang kurang maksimal menjadikan peluang bagi warga masyarakat untuk memanfaatkanya. Bambu apus merupakan bambu yang dimanfaatkan sebagai bahan baku anyaman bambu. Usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) cukup banyak dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Kebumen. Anyaman bambu (lambar) merupakan barang setengah jadi sebagai bahan baku dalam pembuatan caping. Jumlah pengrajin anyaman bambu (lambar) yang ada di Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada Tabel 1. 1

15 2 Tabel 1 Jumlah Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Kabupaten Kebumen No Kecamatan Jumlah Pengrajin 1 Adimulyo 57 2 Alian - 3 Ambal - 4 Ayah - 5 Bonorowo - 6 Buayan - 7 Buluspesantren - 8 Gombong - 9 Karanganyar - 10 Karanggayam - 11 Karangsambung - 12 Kebumen - 13 Klirong Kutowinangun - 15 Kuwarasan - 16 Mirit - 17 Padureso - 18 Pejagoan - 19 Petanahan Poncowarno - 21 Prembun - 22 Puring Rowokele - 24 Sadang - 25 Sempor - 26 Sruweng - Total 1441 Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kebumen (2014). Berdasarkan data Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kebumen 2014, terdapat empat kecamatan yang warganya menjadi pengrajin anyaman bambu (lambar) yaitu Kecamatan Adimulyo, Klirong, Petanahan, dan Puring. Kecamatan Petanahan memiliki pengrajin anyaman bambu (lambar) terbanyak yang berjumlah orang. Kecamatan Puring memiliki pengrajin anyaman bambu

16 3 (lambar) terendah yaitu sebanyak 23 pengrajin. Jumlah pengrajin anyaman bambu (lambar) di Kecamatan Petanahan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Kecamatan Petanahan No Desa Jumlah Pengrajin (orang) 1 Ampelsari - 2 Banjarwinangun - 3 Grogolbeningsari 87 4 Grogolpenatus 64 5 Grujugan - 6 Jagamertan Jatimulyo - 8 Karangduwur - 9 Karanggadung - 10 Karangrejo - 11 Kebonsari Kritig Kewangunan - 14 Munggu - 15 Nampudadi Petanahan - 17 Pondourip - 18 Sidomulyo Tanjungsari Tegalretno - 21 Tresnorejo - Jumlah 1145 Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kebumen (2014). Berdasarkan data Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kebumen 2014 Desa Tanjungsari memiliki pengrajin anyaman bambu (lambar) terbanyak di wilayah Kecamatan Petanahan yaitu sebanyak 357 jumlah pengrajin. Kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) biasanya dilakukan untuk menambah pendapatan keluarga. Usaha ini tidak memerlukan keterampilan khusus sehingga dipilih petani sebagai sumber pendapatan diluar usahataninya.

17 4 Berkembangnya teknologi diharapkan dapat meningkatkan produksi anyaman bambu (lambar) terhadap usaha anyaman bambu (lambar). Adanya teknologi modern seperti alat pengering iratan dan alat pembelah bambu diharapkan bisa membantu pengrajin dalam meningkatkan hasil produksi. Pemenuhan peralatan yang modern membutuhkan modal yang besar sehingga pengrajin memerlukan tambahan modal yang dapat diperoleh dari lembaga keuangan baik dari lembaga keuangan pemerintah maupun swasta. Produksi lambar dapat dilakukan secara kontinue akan tetapi hasilnya belum bisa mencukupi permintaan pasar. Strategi pengembangan usaha anyaman bambu (lambar) perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar akan permintaan anyaman bambu (lambar). Belum bisa tercukupinya permintaan anyaman bambu (lambar) sebagai bahan setengah jadi pembuatan caping disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal dalam usaha anyaman bambu (lambar), karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut. B. Identifikasi Masalah Kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) merupakan salah satu usaha yang kemungkinan layak untuk dikembangkan, karena merupakan salah satu cabang usaha off farm yang dapat digunakan untuk mendorong pembangunan ekonomi pedesaan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya pelaku usaha anyaman bambu (lambar). Kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) ini banyak terdapat di Desa Tanjungsari

18 5 Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Peluang untuk pengembangan kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di desa tersebut masih terbuka luas. Hal ini karena bahan bakunya tersedia melimpah dan merupakan salah satu sumber pendapatan keluarga. Kenyataannya dalam perkembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari masih memiliki berbagai kendala dan masalah. Kendala dan masalah yang dihadapi seperti peralatan yang masih tradisional sehingga proses produksi membutuhkan waktu yang lama. Kendala yang lainnya yaitu minimnya modal usaha sehingga perlu adanya pinjaman modal dari lembaga keuangan. Strategi pengembangan kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) diperlukan untuk menganalisis apa yang menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman agar usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) tersebut dapat berkembang dengan baik. Faktor-faktor yang menghambat proses produksi anyaman bambu (lambar) terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal kekuatan seperti keuangan menggunakan milik sendiri, SDM yang terampil, bambu apus melimpah, produk ramah lingkungan dan kontinuitas hasil produk lambar. Faktor internal kelemahan untuk peningkatan jumlah produksi, minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern, peralatan masih tradisional, penjualan lambar mengikuti hari pasar di pasar Gamblok, belum mampu mengelola keuangan dengan baik dan belum adanya variasi bentuk produk. Faktor eksternal peluang

19 6 seperti lambar selalu terjual, bambu apus mudah diperoleh, adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman, adanya permintaan lambar yang lebih lebar dan ada peralatan yang lebih modern. Faktor eksternal ancaman seperti angin besar yang dapat merusak batang bambu, cuaca mendung menghalangi proses penjemuran, kenaikan harga bambu apus, perubahan gaya hidup masyarakat dan regenerasi tenaga menganyam produktif sulit. Mengatasi faktor-faktor yang menghambat proses produksi maka dibutuhkan strategi pengembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) yang harus disesuaikan dengan permasalahan pada usaha tersebut. Strategi pengembangan akan berpengaruh dalam mengatasi masalah dan kendala yang ada pada usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. C. Batasan Masalah 1. Batasan a. Jenis anyaman bambu (lambar) yang diteliti adalah semua jenis anyaman bambu (lambar) halus dan kasar yang digunakan sebagai bahan setengah jadi dalam pembuatan caping. b. Responden yang diteliti adalah responden yang melakukan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen.

20 7 c. Data produksi yang diambil adalah data produksi pada bulan Desember d. Data lingkungan eksternal dan internal yang dianalisis berupa data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden dan hasil pengamatan selama penelitian. 2. Asumsi a. Kemampuan responden dalam melakukan usaha usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) sama. b. Produk kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) dijual semua. D. Rumusan Masalah 1. Apakah usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) layak diusahakan? 2. Faktor internal apa saja yang dapat menghambat dan mendukung pengembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan? 3. Faktor eksternal apa saja yang dapat menghambat dan mendukung pengembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan? 4. Bagaimana alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan dalam pengembangan produksi usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan?

21 8 E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kelayakan usaha usaha anyaman bambu (lambar). 2. Mengetahui faktor kekuatan dan kelemahan yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan. 3. Mengetahui faktor peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan. 4. Mengetahui alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti, sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi strata satu Agribisnis dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2. Bagi Pengrajin, sebagai informasi untuk memperbaiki kekurangan yang mungkin terjadi pada usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. 3. Bagi Pemerintah, sebagai salah satu sumbangan informasi untuk menentukan dalam pengambilan kebijakan selanjutnya berkaitan dengan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar). 4. Bagi Pihak Lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk penelitian lebih lanjut.

22 BAB II. KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Kelayakan Usaha Kelayakan usaha dapat berarti kepantasan untuk dikerjakan dari suatu usaha, sedangkan kelayakan usaha yaitu upaya untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha atau kepantasan suatu usaha untuk dikerjakan atau diusahakan. Kelayakan usaha dapat diketahui berdasarkan beberapa kategori atau kriteria (Suratiyah, 2006:89). Beberapa kriteria untuk mengetahui kelayakan usaha yaitu produktivitas modal dan R/C ratio. a. R/C Ratio Analisis revenue cost (R/C) ratio merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue) dengan biaya (cost). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: R/C ratio = Jumlah Penerimaan Jumlah Pengeluaran Usaha dikatakan layak apabila R/C ratio lebih besar (>) dari 1 dan sebaliknya apabila R/C ratio kurang dari sama dengan ( ) maka tidak layak diusahakan. b. Produktivitas Modal (π/c ratio) Produktivitas modal atau π/c ratio merupakan perbandingan antara produktivitas modal dengan suku bunga yang 9

23 10 berlaku. Produktivitas modal atau π/c ratio secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: π/c ratio = π x 100% TC Keterangan: π/c = Produktivitas Modal π = Keuntungan TC = Biaya Total (total cost) 2. Konsep strategi Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi, bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan (Hamel dan Prahalad dalam Rangkuti, 1997:03). Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi mempunyai fungsi multifungsional atau multidimensional dan dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004:15).

24 11 Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsepkonsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut : a. Distinctive Competence : tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. b. Competitive Advantage : kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. 3. Tipe-tipe Strategi Strategi pada prinsipnya dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi, yaitu strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis (Rangkuti, 1999:6). a. Strategi manajemen Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro. Misalnya, strategi pengembangan produk, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan, dan sebagainya. b. Strategi investasi Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya, apakah perusahan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau divestasi.

25 12 c. Strategi bisnis Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produk atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi yang berhubungan dengan keuangan. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SWOT Menurut Suryatama (2014:36), menyatakan ada dua faktor yang bisa mempengaruhi analisis SWOT, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Mengetahui apa saja yang ada di dalam faktor internal dan faktor eksternal bisa dilihat dalam ulasan sebagai berikut: a. Faktor Internal Dua huruf pertama dalam akronim strengths atau kekuatan dan weaknesses atau kelemahan dalam melihat faktor internal yang berati sumberdaya dan pengalaman yang tersedia bagi bisnis anda. Contoh daerah ini meliputi hal-hal seperti berikut: 1. Sumberdaya keuangan seperti pendanaan, pendapatan, dan peluang investasi. 2. Sumber daya fisik seperti lokasi industri kecil, fasilitas, dan peralatan. 3. Sumberdaya manusia seperti karyawan, relawan, dan khalayak sebagai sasaran.

26 13 4. Proses saat ini seperti program kerja, departemen penyusunan, dan sistem perangkat lunak. b. Faktor Eksternal Hakekatnya sebuah perusahaan, organisasi dan individu dipengarui oleh kekuatan eksternal baik terhubung langsung atau tidak langsung untuk sebuah kesempatan dan ancaman, masing-masing faktor sangat penting. Faktor eksternal biasanya merupakan referensi anda atau perusahaan yang tidak bisa dikontrol seperti berikut: 1. Tren pasar seperti adanya produk-produk baru dan teknologi atau pergeseran kebutuhan khalayak. 2. Tren ekonomi seperti lokal, nasional, dan tren finansial skala internasional. 3. Pendanaan seperti sumbangan, lembaga, dan yayasan lainya. 4. Demografi seperti target usia dari khalayak, ras, gender, dan budaya. 5. Analisis SWOT Kottler (2005:67), dalam bukunya yang berjudul manajemen pemasaran menyatakan bahwa analisis SWOT merupakan evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan. Menurut Suryatama (2014:25), SWOT adalah sebuah singkatan dari Strength (S), Weakness (W), Opportunites (O), dan Threats (T). Analisis SWOT sendiri merupakan sebuah metode

27 14 perencanaan strategis yang di gunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. a. Strength Strength atau kekuatan adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini. Strength merupakan faktor internal yang mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor pendukung dapat berupa sumber daya, keahlian atau kelebihan lain yang mungkin diperoleh berkat sumber keuangan, citra, keunggulan di pasar, serta hubungan baik antara buyer dengan supplier. b. Weakness Weakness atau kelemahan adalah kegitan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang di butuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi. Kelemahan itu terkadang lebih mudah terlihat dari pada sebuah kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada. Weakness merupakan faktor internal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor penghambat dapat berupa fasilitas yang tidak lengkap, kekurangan sumber keuangan, kemampuan mengelola, keahlian pemasaran, dan citra perusahaan.

28 15 c. Opportunity Opportunity atau kesempatan adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk memanfaatkannya. opportunity merupakan faktor ekternal yang mendukung perusahaan dalam mencapai tujuanya. Faktor eksternal yang mendukung dalam pencapain tujuan dapat berupa perubahan kebijakan, perubahan pesaing, perubahan teknologi, dan perkembangan hubungan supplier dan buyer. d. Threat Threat atau ancaman adalah faktor negatif dari lingkungan yang memberikan hambatan bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan program. Threat merupakan faktor eksternal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor eksternal yang menghambat perusahaan dapat berupa masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya bargaining power dari pada supplier dan buyer utama, perubahan teknologi serta kebijakan baru. 6. Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan

29 16 dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktorfaktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 1999:19). 7. Cara Membuat Analisis SWOT Penelitan menunjukan bahwa kinerja perusahaan dapat di tentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus mempertimbangakan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weakness) (Rangkuti, 1999:20).

30 17 3. Mendukung Strategi Trun-araund BERBAGAI PELUANG 1. Mendukung Strategi Agresif KELEMAHAN INTERNAL 4. Mendukung Strategi Defensif 2. Mendukung Strategi Diversifikasi KEKUATAN INTERNAL BERBAGAI ANCAMAN Gambar 1. Diagram Analisis SWOT Sumber data: Rangkuti (1999). Keterangan : Kuadran 1 : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan ini memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaakan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). Kuadran 2 : posisi ini meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Kuadran 3 : posisi ini menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia mengalami berbagai kendala /

31 18 kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah iternal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4 : merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. 8. Bambu Tanaman bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah beriklim panas ataupun dingin. Bagian tanaman bambu biasa dipergunakan untuk beberapa macam keperluan. Tanaman bambu juga sebagai tanaman yang berjasa untuk menyimpan air di hutan, kebun dan tebing-tebing sungai. Batangnya dipergunakan untuk bangunan, pagar, perabot, kerajinan tangan dan alat musik (Soedjono, 1991:12). Menurut Santosa, dkk (2013:74) bambu apus termasuk dalam genus gigantochloa, berikut ini urutan klasifikasi bambu apus (gigantochloa apus): Devisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Klas : Monocotiledonae Ordo : Graminalis Famili : Gramineae Subfamili : Bambusoideae Genus : Gigantochloa Spesies : Gigantochloa apus Bambu apus memiiliki potensi cukup besar dan banyak ditemukan di lahan-lahan milik rakyat di pulau Jawa. Bambu tersebut merupakan bambu yang paling banyak dimanfaatkan untuk keperluan

32 19 bangunan rumah sederhana atau penunjang bangunan modern. Di Indonesia bambu apus tersebut belum banyak dimanfaatkan secara optimal dan belum memiliki nilai tambah yang tinggi. Jenis bambu ini umumnya mempunyai rumpun yang rapat. Buluhnya mencapai tinggi m, berwarna hijau terang sampai kekuning-kuningan, percabangan tidak besar. Panjang ruas bambu apus cm dengan diameter batang 5-8 cm. Batang bambu yang berumur 3-5 tahun memiliki tebal daging dan kulit 3-15 mm. Cabang primer tumbuh dengan baik yang kemudian diikuti oleh cabangcabang berikutnya. Tampak adanya penonjolan dan berwarna agak kuning dengan miang cokelat kehitam-hitaman yang melekat. Pelepah buluhnya tidak mudah lepas meskipun buluh sudah tua. 9. Bagian Batang Bambu Menurut Soedjono (1991:22) batang bambu memiliki 4 bagian yaitu: a. Kulit Luar Kulit luar maksudnya bagian yang paling luar atau paling atas. Warnanya hijau dan ada pula yang hitam (bambu wulung). Yang berkulit luar hitam bila sudah kering berwarna kuning muda. Tebal kulit luar kira-kira 0,1 mm.

33 20 b. Bambu Bagian Luar Bagian ini maksudnya bagian-bagian yang terletak di bawah kulit atau diantara kulit luar dan bagian tengah. Tebal bagian ini kurang lebih 1mm. Sifatnya keras dan kaku. c. Bagian Tengah Bagian tengah ini terletak di bawah luar atau antara bagian luar dan bagian dalam, disebut juga daging bambu. Tebalnya kurang lebih 2/3 dari tebal bambu, seratnya padat dan elastis. Maka bagian ini merupakan bagian yang baik untuk bahan anyaman halus. Untuk bagian tengah yang paling bawah sifat seratnya agak kasar, maka dapat dipergunakan sebagai anyaman sedang. d. Bagian Dalam Bagian ini adalah bagian yang paling dalam atau paling bawah dari tebal bambu, sering disebut pula hati bambu. Sifat seratnya kaku dan mudah patah, maka hanya untuk anyaman kasar. 10. Anyaman bambu (lambar) Menurut Soedjono (1991:43) menganyam adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pekerjaan ketelitian, ketekunan, maka harus dilakukan dengan penuh kesabaran. Anyaman bambu (lambar) adalah anyaman yang memanfaatkan bambu sebagai bahan baku untuk menganyam dengan cara diirat kemudian dianyam. Jenis anyaman bambu ada beberapa macam yaitu anyaman tunggal, anyaman ganda

34 21 dan anyaman kombinasi. Jenis anyaman bambu yang digunakan dalam kerajinan usaha anyaman bambu (lambar) adalah jenis anyaman ganda. Anyaman ganda dibuat dengan cara dua iratan lusi diangkat dan dimasuki satu iratan pakan, secara terus menerus sehingga membentuk sebuah anyaman. Anyaman ganda ini jenis bermacam-macam seperti ganda tiga satu disebut anyaman kepang, ganda empat dan lain sebagainya (Santosa dkk, 2013:89). B. Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelitian Damanik (2007) dengan judul Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa (Cocos nucifera) Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Sistem dan usaha agribisnis kelapa belum berkembang secara optimal dan kinerja antara simpul-simpul agribisnis belum terintegrasi. Sistem dan usaha agribisnis kelapa yang prospektif berkinerja lebih baik, dapat dikembangkan atas unggulan dan peluang pada setiap simpul-simpul serta didukung oleh kebijakan untuk peningkatan pendapatan petani dan daya saing. Strategi pemberdayaan industri hulu adalah pengembangan industri pengadaan bibit dan penajaman industri mesin serta penajaman industri kimia yang ramah lingkungan. Strategi bidang produksi adalah perkembangan pusat pertumbuhan agribisnis, pengalihan teknologi input luar tinggi ke input luar rendah, pemakaian varietas unggul, pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan tanaman terpadu (PTT), dan integrasi

35 22 kelapa dan ternak. Strategi pengolahan hasil adalah perbaikan mutu kelapa melalui aktivitas budaya. Berdasarkan penelitian Tangkesalu dkk (2013) dengan judul Strategi Pengembangan Kripik Singkong Balado Pada UKM Pundi Mas di Kota Palu. hasil penelitian menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan usaha keripik singkong balado pada UKM Pundi Mas yaitu faktor internal (bahan baku, kemasan, kualitas produk, harga terjangkau, pembagian kerja belum jelas, volume produksi, belum efektifnya promosi dan modal) dan faktor eksternal (pasar tersedia, tersedianya tenaga kerja, rasa produk beragam dan kualitas yang mempunyai ciri khas, acaman pendatang baru tingkat persaingan dan iklim). Strategi alternatif yang untuk diterapkan dalam pengembangan usaha keripik singkong balado UKM Pundi Mas yaitu dengan menggunakan strategi SO dimana UKM Pundi Mas dapat menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan penelitian Tri (2013), dengan judul Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik di Dusun Karangbolo Lerep Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukan bahwa, profil industri kecil keripik di Dusun Karangbolo desa Lerep Kabupaten Semarang ada sekitar 21 unit usaha. Usaha tersebut berdiri mulai tahun Jenis-jenis produk yang dihasilkan industri kecil keripik mulai dari tumpi (kacang hijau, kacang tanah, ebi atau rebon), rempeyek, keripik

36 23 tempe, keripik bayam. Daerah pemasaran industri kecil keripik di Desa Lerep mulai dari lokal Kabupaten Semarang sampai luar Provinsi. Secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian dan analisis data deskriptif persentase, dapat diterangkan bahwa Kondisi SDM pada industri kecil keripik di Dusun Karangbolo Desa Lerep Kabupaten Semarang dalam kondisi buruk. Kondisi teknologi dalam kondisi sangat buruk. Kondisi permodalan dalam kondisi buruk. Kondisi pemasaran dalam kondisi kurang baik. berdasarkan analisis SWOT, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri kecil kripik di Dusun Karangbolo Desa Lerep Kabupaten Semarang adalah memperluas pasar sehingga barang terkenal dan peningkatan teknologi tepat guna. Berdasarkan penelitian Setiawan (2010) dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Bambu Di Wilayah Kampung Pajeleran Sukahati Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, keberadaan UKM kerajinan bambu di kampung Pajeleran kelurahan Sukahati telah berlangsung secara turun temurun dari generasi ke generasi, diperkirakan telah ada sejak tahun 1960-an. Produk furniture bambu yang dihasilkan oleh para pengrajin cukup bervariasi, namun beberapa jenis kerajinan yang rutin atau secara teratur dibuat oleh pengrajin adalah seperti kursi, Meja, Kerai dan Tangga. Diketahui nilai total matriks IFE yang dimiliki oleh UKM adalah sebesar 3,00 dan nilai total matriks EFE yang dimiliki oleh UKM adalah sebesar 3,05. Sehingga dengan demikian pada tahap pencocokan ini UKM

37 24 masuk dalam sel I yang berarti tumbuh dan membangun. Terdapat tiga alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam upaya mengembangkan usaha kerajinan bambu di wilayah Kampung Pajeleran Kelurahan Sukahati adalah penetrasi pasar, pengembangan/perluasan pasar dan pengembangan produk. Matriks QSPM menetapkan strategi pengembangan produk sebagai strategi yang paling direkomendasikan, dikarenakan memiliki skor TAS tertinggi di antara dua alternatif strategi lainnya. Berdasarkan penelitian Arbi (2009) dengan judul Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, faktor-faktor produksi (bibit, kandang, pakan, modal, tenaga kerja) tersedia di daerah penelitian. Usaha ternak sapi potong layak dikembangkan secara ekonomi di daerah penelitian oleh karena nilai rataan ROI selama satu tahun sebesar 36,77% nilai lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yakni sebesar 8,25%. Strategi yang sangat dibutuhkan di daerah penelitian adalah meningkatkan produksi dan mutu ternak serta menjalin kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam mengaktifkan PPL.

38 25 25 No Nama Peneliti 1 Trimoyo (2015) Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Persamaan Analisis Strategi 1. Mengetahui faktor internal 1. Analisis 1. Analisis Pengembangan yang dapat menghambat deskriptif deskriptif Usaha Kerajinan dan mendukung 2. Analisis 2. Analisis Tangan Anyaman perkembangan usaha SWOT SWOT Bambu (Lambar) anyaman bambu (lambar) di Desa di Desa Tanjungsari Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kecamatan Kabupaten Kebumen Petanahan 2. Mengetahui faktor eksternal Kabupaten yang dapat menghambat Kebumen dan mendukung perkembangan usaha anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen 3. Mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen Perbedaan 1. Komoditi yang diteliti anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen 2. Waktu : tahun 2015

39 Sabarman Damanik (2007) Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa (Cocos Nucifera) Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau 1. Mengidentifikasikan faktorfaktor internal dan eksternal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan agribisnis kelapa (Cocos Nucifera) Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau 2. Merumuskan alternatif strategi yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pengembangan agribisnis kelapa (Cocos Nucifera) Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau 3. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan agribisnis kelapa (Cocos Nucifera) Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Komoditi yang diteliti kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau 2. Waktu : tahun 2007

40 Tangkeslu dkk (2013) 4 Wahyuniarso tri D S (2013) 5 Budi Setiawan (2010) Strategi Pengembangan Keripik Singkong Balado Pada UKM Pundi Mas di Kota Palu Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik di Dusun Karangbolo Lerep Kabupaten Semarang Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Bambu di Wilayah Kampung Pajeleran Sukahati Kabupaten Indragiri Hilir, Riau Mengetahui strategi alternatif yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan usaha kripik singkong balado pada UKM Pundi Mas di kota Palu 1. Mengetahui profil industri kecil kripik di dusun Karangbolo desa Lerep Kabupaten Semerang 2. Mengetahui kondisi SDM, teknologi, pemodalan dan pemasaran industri kecil kripik di dusun Karangbolo desa Lerep Kabupaten Semerang 3. Mengetahui strategi pengembangan industri kecil kripik di dusun Karangbolo desa Lerep Kabupaten Semerang 1. Gambaran keadaan usaha kerajinan bambu di Kampung Pajeleran Sukahati 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Komoditi yang diteliti kripik singkong balado di Kota Plau 2. Waktu : Komoditi yang ditelit keripik di Dusun Karangbolo Lerep Kabupaten Semarang 2. Waktu : Komoditi yang diteliti usaha kerajinan bambu di Wilayah Kampung Pajeleran Sukahati

41 Arbi Purnomo (2009) Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang 2. Kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada usaha kerajinan tersebut 3. Strategi yang di dapat diimplementasikan dalam mengembangkan keberadaan usaha kerajinan tersebut 1. Mengidentifikasi ketersediaan input (bibit, kandang, pakan, modal, tenaga kerja) untuk usaha ternak sapi potong di daerah penelitian 2. Mengetahui apakah usaha ternak sapi potong tersebut layak atau tidak untuk dikembangkan secara secara ekonomis di daerah penelitian 3. Menentukan strategi usaha ternak sapi potong di masa depan 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 2. Waktu : (2010) 1. Komoditi yang diteliti usaha ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang 2. Waktu : 2009

42 29 C. Kerangka Pemikiran Kelayakan Usaha Kerajinan Tangan Anyaman Bambu (Lambar) Pengembangan industri Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Faktor Internal Kekuatan (Strength) 1. Keuangan menggunakan milik sendiri 2. SDM yang terampil 3. Bambu apus melimpah 4. Produk ramah lingkungan 5. Kontinuitas hasil produk lambar Faktor Internal Kelemahan (Weakness) 1. Minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern 2. Peralatan masih tradisional 3. Penjualan lambar mengikuti hari pasar di pasar Gamblok 4. Belum mampu mengelola keuangan dengan baik 5. Belum adanya variasi bentuk produk Faktor Eksternal Peluang (Opportunity) 1. Lambar selalu terjual 2. Bambu apus mudah diperoleh 3. Adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman 4. Adanya permintaan lambar yang lebih lebar 5. Ada peralatan yang lebih modern Faktor Eksternal Ancaman (Threat) 1. Angin besar yang dapat merusak batang bambu 2. Cuaca mendung menghalangi proses penjemuran 3. Kenaikan harga bambu apus 4. Perubahan gaya hidup masyarakat 5. Regenerasi tenaga menganyam produktif sulit Matrik SWOT Alternatif Strategi Pengembangan Gambar 1. Kerangka Pemikiran

43 30 Keterangan: Usaha kerajinan tangan anyaman bambu (Lambar) merupakan bahan setengah jadi untuk membuat caping. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui R/C ratio dan produktivitas modal (π/c ratio) dalam usaha anyaman bambu (Lambar). Pengembangan industri usaha kerajinan anyaman bambu banyak menghadapi kendala yang menghambat usaha dalam memproduksi (Lambar) sehingga harus dilakukan identifikasi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal yang mendukung produksi untuk kekuatan adalah 1) keuangan menggunakan milik sendiri karena saat ini kebutuhan biaya untuk produksi masih bisa dipenuhi dengan modal sendiri, 2) sumber daya manusia yang terampil dalam hal pembuatan anyaman bambu (lambar), 3) bambu apus yang melimpah disekitar lingkungan masyarakat, 4) produk yang ramah lingkungan karena menggunakan bahan baku dari bambu tidak menggunakan bahan plastik atau tekstil dan 5) kontinuitas hasil produk anyaman bambu (lambar) selalu ada. Faktor internal yang menghambat produksi untuk kelemahan meliputi 1) minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern untuk peningkatan jumlah produksi yang cukup besar, 2) peralatan masih tradisional yang menggunakan pisau dan golok, 3) untuk memperoleh pendapatan dari usaha lambar pengrajin membutuhkan waktu 3 hari karena untuk menjual lambar menunggu hari pasaran tradisional tiba, 4) belum mampu mengelola keuangan dengan baik karena belum ada pencatatan terhadap biaya-biaya yang dikeluaran

44 31 serta keuntungan untuk setiap proses produksi dan 5) belum adanya variasi bentuk produk karena pengrajin hanya memproduksi lambar saja, padahal pengrajin bisa membuat produk lain yang sama-sama dari anyaman bambu. Faktor-faktor eksternal yang mendukung produksi untuk peluang meliputi 1) Lambar selalu terjual karena sudah ada pedagang pengepul yang selalu mau menerima hasil anyaman bambu (lambar) dari pengrajin, 2) bambu apus mudah didapatkan disekitar lingkungan pengrajin, 3) adanya lembaga keuangan untuk meminjamkan modal pembelian alat yang lebih modern, 4) adanya permintaan konsumen caping yang berukuran lebih lebar dan 5) peralatan yang lebih modern untuk mempercepat proses produksi. Faktor eksternal yang menghambat produksi untuk ancaman meliputi 1) angin besar yang dapat mamatahkan dan meretakkan pohon bambu sehingga tidak dapat dijadikan bahan baku karena bambunya tidak dapat diirat, 2) cuaca mendung yang mengakibatkan pengrajin tidak bisa memaksimalkan produksi karena terhambat proses pengeringan iratan, 3) disaat harga bahan baku bambu apus naik maka keuntungan yang didapatkan produsen menurun, 4) perubahan gaya hidup masyarakat yaitu masyarakat cenderung beralih menggunakan topi dan 5) regenerasi tenaga kerja penganyam bambu sulit karena usia muda banyak yang memilih mencari pekerjaan di luar wilayah. Faktor internal dan eksternal yang timbul akan dianalisis menggunakan analisis SWOT.

45 32 Adanya matrik SWOT dipakai untuk menyusun strategi pengembangan usaha kerajinan tangan industri anyaman bambu (Lambar). Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana kekuatan dan kelemahan dalam faktor internal, peluang dan ancaman dalam faktor eksternal yang dihadapi usaha kerajinan tangan industri anyaman bambu (Lambar), sehingga menghasilkan strategi pengembangan industri.

46 BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu mengumpulkan data sampel dan kemudian menganalisis untuk menggambarkan keadaan populasi secara keseluruhan. Metode penelitian ini adalah survei yaitu pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang baik terhadap suatu persoalan tertentu dalam suatu daerah atau lokasi tertentu, atau suatu studi ekstensif yang dipolakan untuk memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan (Daniel, 2002:21). B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu mulai tanggal 14 Januari 2016 sampai 14 Februari

47 34 Tabel 4 Waktu Penelitian No Kegiatan Bulan/Tahun 10/ / / / / / Penyusunan Proposal 2 Pelaksanaan Penelitian 3 Analisis Data 4 Penyusunan Laporan 5 Ujian Sumber: Analisis Data Primer (2015) C. Populasi dan Sampel 1. Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive sampling dengan petimbangan-petimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:85). Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan, dengan pertimbangan di wilayah tersebut memiliki jumlah pengrajin anyaman bambu (lambar) terbanyak di Kabupaten Kebumen. 2. Metode Pengambilan Sampel a. Sampel Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling sistematis, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah dipilih nomor urut. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima (Sugiyono, 2009:84). Berdasarkan teknik pengambilan sampel sampling sistematis

48 35 jumlah populasi sebanyak 357 pengambilan sampel dengan kelipatan 10 yaitu 1, 10, 20, 30, 40, 50 dan seterusnya sampai 357 maka diperoleh sampel sebanyak 36 sampel. b. Responden Penentuan responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah terdiri dari informan kunci dan informan pendukung. Informan kunci atau responden utama yaitu pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Teknik pengambilan sampel responden sebagai informan pendukung dilakukan dengan cara snowball sampling, dimana pengambilan responden tersebut didasarkan dari informasi responden utama. Informan pendukung yaitu pengrajin caping, pedagang, pemasok bahan baku dan Pegawai Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kebumen. 1) Responden utama (pengrajin anyaman bambu lambar) Responden utama (pengrajin anyaman bambu lambar) yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 36 pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari. Jumlah tersebut diambil sesuai dengan jumlah sampel pengrajin yang sudah ditentukan. Responden tersebut di ambil dengan pertimbangan bahwa pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari, dapat memberikan informasi lebih detail terkait keadaan atau kondisi

49 36 usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) yang diusahakanya. 2) Konsumen (pengrajin caping) Jumlah responden konsumen (pengrajin caping) yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 6 orang. Pengambilan responden tersebut diambil dengan pertimbangan dari informasi awal pemilik usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar). 3) Pedagang (pembeli dan penjual lambar) Jumlah responden pedagang (pembeli dan penjual lambar) yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 5 orang. Pengambilan responden tersebut diambil dengan pertimbangan dari informasi awal pemilik usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar). 4) Pemasok bahan baku (bambu apus) Jumlah responden pemasok bahan baku (bambu apus) yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 3 orang. Pengambilan responden tersebut diambil dengan pertimbangan dari informasi awal pemilik usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar). 5) Pemerintah (Dinas UMKM Kabupaten Kebumen) Jumlah responden Pemerintah (Dinas UMKM Kabupaten Kebumen) yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 1 orang. Pengambilan responden tersebut diambil dengan pertimbangan

50 37 dari informasi awal pemilik usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar). D. Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:38). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel faktor internal dan variabel faktor eksternal. 1. Variabel Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Variabel faktor internal terdiri dari: keuangan menggunakan milik sendiri, SDM yang terampil, bambu apus melimpah, produk ramah lingkungan, kontinuitas hasil produk lambar, minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern, peralatan masih tradisional, penjualan lambar mengikuti hari pasar di pasar Gamblok, belum mampu mengelola keuangan dengan baik dan belum adanya variasi bentuk produk. 2. Variabel Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Variabel faktor eksternal terdiri dari: lambar selalu terjual, bambu apus mudah diperoleh, adanya lemabaga keuangan yang siap membantu modal, adanya permintaan lambar yang lebih lebar, ada peralatan yang lebih modern, angin besar yang dapat merusak batang bambu, sinar matahari tidak penuh, kenaikan harga bambu apus,

51 38 perubahan gaya hidup masyarakat dan regenerasai tenaga kerja menganyam sulit. E. Definisi Operasional 1. Bambu apus adalah bahan baku yang dipergunakan dalam pembuatan (lambar). 2. Lambar adalah salah satu bahan setengah jadi kerajinan tangan produk caping. 3. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi usaha kerajinan tangan industri anyaman bambu (lambar), analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat). 4. Kekuatan (Strength) adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lainnya yang berhubungan dengan industri anyaman bambu (lambar) dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh industri anyaman bambu (lambar). Kekuatan (Strength) dapat diukur menggunakan analisis matrik SWOT dan matrik IFAS. 5. Kelemahan (Weakness) adalah kekurangan atau keterbatasan dalam sumber daya dan keterampilan yang secara efektif menghambat proses produksi industri anyaman bambu (lambar). Kelemahan (Weakness) dapat diukur menggunakan analisis matrik SWOT dan matrik IFAS. 6. Peluang (Opportunity) adalah kondisi utama yang menguntungkan atau membantu dalam lingkungan indsutri anyaman bambu (lambar). Peluang

52 39 (Opportunity) dapat diukur menggunakan analisis matrik SWOT dan matrik EFAS. 7. Ancaman (Threats) adalah kondisi-kondisi yang dapat mengganggu industri anyaman bambu (lambar). Ancaman merupakan penghalang utama bagai industri anyaman bambu (lambar) dalam mencapai keberhasilan. Ancaman (Threats) dapat diukur menggunakan analisis matrik SWOT dan matrik EFAS. 8. Matrik IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor internal industri anyaman bambu (lambar) yang berkaitan dengan kekuatan dan kelamahan yang dianggap penting. Pengukuran dengan analisis SWOT. 9. Matrik EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor eksternal industri anyaman bambu (lambar) yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dianggap penting. Pengukuran dengan analisis SWOT. 10. Matrik SWOT adalah matrik yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana faktor eksternal yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan faktor internal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

53 40 F. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden yang melakukan usaha anyaman bambu (lambar) melalui wawancara dan observasi kepada responden yang melakukan usaha anyaman bambu (lambar). Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengisian kuisioner dengan teknik wawancara dan pencatatan pada saat penelitian berlangsung. Wawancara tersebut dilakukan langsung pada pengrajin anyaman bambu (lambar) dengan cara mendatangi langsung tempat tinggal responden yaitu Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku, jurnal, arsip, literatur dan dokumen-dokumen penting yang masih ada hubungannya dengan materi strategi pengembangan, data UMKM Kabupaten Kebumen yang memiliki kaitan dengan penelitian ini. Data sekunder meliputi daftar pengrajin disetiap Kecamatan dan jumlah pengrajin disetiap desa. 2. Teknik Pengumpulan Data Data yang diambil dalam penelitian strategi pengembangan usaha anyaman bambu (lambar) diambil dari hasil wawancara, observasi, studi pustaka dan dokumetasi.

54 41 a. Metode Wawancara yaitu menggunakan metode tanya jawab langsung dengan berbagai pihak yang terkait di usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) untuk memperoleh keterangan sebagai tujuan penelitian. b. Observasi/pengamatan yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap masalah-masalah yang sebenarnya terjadi dilapangan, hal ini dilakukan untuk menyelaraskan wawancara dan pencatatan yang dilakukan. c. Studi pustaka yaitu pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia dan menghubungkan dengan kegiatan penelitian. Data tersebut dapat berupa buku, arsip, jurnal, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penelitian. d. Dokumentasi yaitu merupakan teknik pengumpulan gambar untuk memperkuat data-data yang diambil dengan menggunakan teknik pengambilan data sebelumnya. e. Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti memberikan sejumlah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk dijawab. G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian merupakan alat bantu untuk mendapatkan data yang akurat seperti:

55 42 1. Instrumen Penelitian: a. Kuisioner b. Microsoft excel 2007 c. Microsoft word Instrumrn Dokumentasi: a. Kamera dan laptop b. Pulpen dan buku H. Analisis Data 1. Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) dapat dirumuskan sebagai berikut: R/C ratio R/C ratio dalam usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) dapat dirumuskan sebagai berikiut : R/C ratio = Jumlah Penerimaan Jumlah Pengeluaran Pengujian hipotesis: Ho : R/C ratio 1 Ha : R/C ratio > 1 Pengambilan keputusan: Apabila R/C ratio 1, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti usaha anyaman bambu (lambar) tidak layak untuk diusahakan. Apabila R/C ratio > 1, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti usaha anyaman bambu (lambar) layak untuk diusahakan.

56 43 2. Analisis Data Faktor Internal dan Eksternal a. Faktor Internal Faktor-faktor strategi internal suatu perusahaan diidentifikasikan dalam suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi internal dalam kerangka strength and weakness perusahaan. Tahapannya adalah sebagai berikut: 1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom Beri bobot masing-masing faktor tersebut dalam skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00). 3. Hitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1, berdasarkan faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik).

57 44 Faktor-faktor Strategi Internal Tabel 5 Matrik IFAS Kekuatan : 1. Keuangan menggunakan milik sendiri 2. SDM yang terampil 3. Bambu apus melimpah 4. Produk ramah lingkungan 5. Kontinuitas hasil produk lambar Kelemahan : 1. Minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern 2. Peralatan masih tradisional 3. Penjualan lambar mengikuti hari pasar di pasar Gamblok 4. Belum mampu mengelola keuangan dengan baik 5. Belum adanya variasi bentuk produk Total 1,00 Sumber : Analisis Data Primer (2015). Bobot Rating Skor = Bobot X Rating b. Faktor Eksternal Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategis eksternal (EFAS) : 1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman perusahan dalam kolom Beri bobot masing-masing faktor tersebut dalam kolom 2, skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)

58 45 3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1, berdasarkan faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori peluang) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik), sedangkan variabel yang bersifat negatif atau ancaman kebalikannya. 4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai 1,0. 5. Jumlahkan skor pembobotan (kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industrinya. Tabel 6 yang menunjukkan matrik EFAS sebagai berikut.

59 46 Tabel 6 Matrik EFAS Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Peluang : 1. Lambar selalu terjual 2. Bambu apus mudah diperoleh 3. Adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman 4. Adanya permintaan lambar yang lebih lebar 5. Ada peralatan yang lebih modern Ancaman : 1. Angin besar yang dapat merusak batang bambu 2. Cuaca mendung menghalangi proses penjemuran 3. Kenaikan harga bambu apus 4. Perubahan gaya hidup masyarakat 5. Regenerasi tenaga menganyam produktif sulit Total 1,00 Sumber : Analisis Data Primer (2015). Skor = Bobot x Rating 3. Matrik Internal Eksternal Tabel 7 Internal-Eksternal Matrik (IE) KUAT RATA-RATA LEMAH TINGGI 3.0 MENENGAH 2.0 RENDAH I Pertumbuhan IV Stabilitas VII Pertumbuhan 1.0 Sumber : Rangkuti (1999). II Pertumbuhan V Pertumbuhan Stabilitas VIII Pertumbuhan III Penciutan VI Penciutan IX Likuidasi

60 47 Keterangan : I : strategi konsentrasi melalui intergrasi vertical. II : Strategi konsentrasi melalui intergrasi horizontal. III : Strategi turnaround. IV : Strategi stabilitas. V : Strategi konsentrasi melalui intergrasi horizontal atau stabilitas (tidak ada perubahan terhadap laba). VI : Strategi divestasi. VII : Strategi diversifikasi kosentrik. VIII : Strategi diversifikasi konglomerat. IX : Strategi likuidasi atau bangkrut. 4. Teknik Pembobotan Teknik pembobotan menggunakan metode paired comparison (Kinnear dan Taylor, 1996) yang ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Skala yang digunakan adalah 1, 2 dan 3 menunjukkan bahwa : 1 = Jika faktor strategis internal atau eksternal pada baris/ horisontal kurang penting daripada faktor strategis internal dan eksternal pada kolom/vertikal. 2 = Jika faktor strategis internal atau eksternal pada baris/horisontal sama penting dengan faktor strategis internal dan eksternal pada kolom/vertikal. 3 = Jika faktor strategis internal dan eksternal pada baris/horisontal lebih penting daripada faktor strategis internal dan eksternal pada kolom/vertikal. Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan proporsi nilai setiap faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan. Rumus yang digunakan (Kinnear dan Taylor, 1996) sebagai berikut:

61 48 A i X i n i 1 x Keterangan : Ai = Bobot faktor ke i xi = Nilai faktor ke I i = 1, 2, 3, n n = Jumlah faktor i Penentuan pembobotan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada informan untuk melihat derajat kepentingan dari masing-masing faktor dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya seperti pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8 Penentuan Bobot IFAS dan EFAS Penentuan Faktor A Faktor B Faktor C... Total Bobot Faktor Faktor A X1 A1 Faktor B X2 A2 Faktor C X3 A Total Xn 1,00 Sumber : Kinnear dan Taylor (1996) 5. Teknik Peratingan Pemberian peringkat atau peratingan dalam kuesioner ditentukan oleh kondisi masing-masing faktor yang ada di perusahaan. Skala peringkat yang digunakan adalah : a. Analisis faktor internal sebagai kekuatan dan kelemahan pemberian nilai peringkat adalah sebagai berikut : 1. Nilai 4, jika faktor strategis dinilai mempunyai kekuatan utama 2. Nilai 3, jika faktor strategis dinilai mempunyai kekuatan kecil 3. Nilai 2, jika faktor strategis dinilai mempunyai kelemahan kecil

62 49 4. Nilai 1, jika faktor strategis dinilai mempunyai kelemahan utama b. Analisis faktor eksternal sebagai peluang yang ada pada perusahaan, pemberian nilai peringkat adalah sebagai berikut : 1. Nilai 4, jika perusahaan memiliki kemampuan sangat baik untuk meraih peluang 2. Nilai 3, jika perusahaan memiliki kemampuan baik untuk meraih peluang 3. Nilai 2, jika perusahaan memiliki kemampuan cukup baik untuk meraih peluang 4. Nilai 1, jika perusahaan memiliki kemampuan tidak baik untuk meraih peluang c. Analisis faktor eksternal sebagai ancaman yang dihadapi perusahaan, pemberian nilai peringkat adalah sebagai berikut : 1. Nilai 4, jika ancaman bagi perusahaan kecil 2. Nilai 3, jika ancaman bagi perusahaan sedang 3. Nilai 2, jika ancaman bagi perusahaan besar 4. Nilai 1, jika ancaman bagi perusahaan sangat besar 6. Alternatif Strategi Alat analisis yang digunakan dalam penyusunan faktor-faktor strategis perusahaan dalam penelitian ini adalah menggunakan matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eskternal yang di hadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

63 50 Matriks ini dapat menghasilakan empat set kemungkinan alternatif strategi (Rangkuti, 1999:193). Tabel 9 Matrik SWOT Strenght (S) Menentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal Weakness (W) Menentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Opportunities (O) Menentukan 5-10 faktotr-faktor peluang eksternal Threats (T) Strategi S-O Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi S-T Strategi W-O menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Strategi W-T Menentukan 5-10 faktor ancaman eksternal Menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Menciptakan strategi meminimalkan kelemahan menghindari ancaman yang dan Sumber : Rangkuti (1999) Keterangan: a. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

64 51 b. Strategi ST Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi WT Strategi didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

65 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Desa 1. Geografis Wilayah Desa Tanjungsari Wilayah Desa Tanjungsari terletak pada Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Desa Tanjungsari memiliki batas-batas wilayah dengan wilayah lain sebagai berikut: Sebelah Utara : Desa Sidomulyo Sebelah Selatan : Desa Jogomertan Sebelah Barat Sebelah Timur : Desa Grujugan : Desa Kaliwungu dan Desa Sitireja Desa Tanjungsari memiliki luas wilayah 236 Ha dengan ketinggian 6 meter di atas permukaan laut. Desa Tanjungsari terdiri dari 4 Dusun yaitu, Dusun Mentasari, Dusun Kepadon, Dusun Pejaten dan Dusun Gandu. Penggunaan luas tanah terdiri dari tanah status, tanah peruntukan dan tanah penggunaan. Luas tanah Desa Tanjungsari dalam penggunaannya dapat dilihat pada Tabel

66 53 Tabel 10 Luas Tanah Berdasarkan Penggunaan No Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase (%) 1 Status a. Sertifikat Hak Milik 0,891 0,38 b. Tanah Kas Desa 16,684 7,07 2 Peruntukan a. Jalan 1 0,42 b. Pemukiman 28,884 12,24 c. Perkuburan 1,4 0,59 d. Lain-Lain 0,93 0,39 3 Penggunaan a. Industri 0,3 0,13 b. Pertokoan 0,21 0,09 c. Perkantoran 0,13 0,06 d. Tanah Wakaf 0,4 0,17 e. Tanah Sawah ,56 f. Pekarangan 35,36 14,98 Jumlah Sumber: Monografi Desa Tanjungsari (2015) Berdasarkan Tabel 10 penggunaan tanah di Desa Tanjungsari paling luas adalah pada penggunaan tanah sawah seluas 150 Ha dengan persentase 63,56%. Tanah penggunaan khususnya dipersawahan Desa Tanjungsari sebagian besar menggunakan irigasi teknis sehingga diharapkan mampu membantu masyarakat Desa Tanjungsari dalam sektor pertanian. 2. Keadaan Penduduk Desa Tanjungsari a. Berdasarkan jenis kelamin dan usia penduduk Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan usia penduduk pada dasarnya dapat mempengaruhi pembangunan di suatu wilayah. Ketersediaan sumber daya manusia dan sumber daya alam merupakan faktor penting dalam meningkatkan pembangunan dan

67 54 pendapatan. Jumlah jenis kelamin Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah Penduduk Desa Tanjungsari Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Laki-laki ,96 2 Perempuan ,04 Jumlah Sumber: Monografi Desa Tanjungsari (2015) Berdasarkan Tabel 11 jumlah penduduk Desa Tanjungsari jenis kelamin laki-laki adalah sebesar jiwa atau 51,96%, sedangkan jenis kelamin perempuan sebesar jiwa atau 48,04%. Jumlah penduduk Desa Tanjungsari berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Jumlah Penduduk Desa Tanjungsari Berdasarkan Usia No Usia (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) , , , , , ke atas ,22 Jumlah Sumber: Monografi Desa Tanjungsari (2015) Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Tanjungsari berdasarkan usia terbesar pada usia 19 tahun ke atas yaitu sebanyak jiwa atau 65,22%. Kelompok usia yang terendah terletak pada umur tahun yang berjumlah 216 jiwa atau 5,29%. Rata-rata umur penduduk di Desa

68 55 Tanjungsari yaitu umur 19 tahun ke atas dapat dikatakan bahwa umur penduduk tergolong pada umur produktif. b. Berdasarkan mata pencaharian Lapangan pekerjaan dapat digunakan untuk mengetahui rata-rata pendapatan perkapita dan sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui tingkat kesejahteraan penduduk. Tingkat kesejahteraan penduduk yang tepat dapat terpenuhinya kebutuhan dasar penduduk yang sesuai seperti kebutuhan sandang, pangan, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Penduduk di Desa Tanjungsari bekerja pada sektor pertanian dan non pertanian. Mata pencaharian penduduk di wilayah Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Mata Pencaharian Penduduk di Desa Tanjungsari No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 PNS 36 0,88 2 ABRI 3 0,07 3 Wiraswasta 28 0,69 4 Petani ,47 5 Pertukangan ,46 6 Buruh tani ,03 7 Pensiunan 33 0,81 8 Pemulung 3 0,07 9 Tidak/belum bekerja ,52 Jumlah Sumber: Monografi Desa Tanjungsari (2015) Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat persentase mata pencaharian tertinggi penduduk terletak pada kelompok petani yaitu sebesar 918 jiwa dengan persentase 22,47%. Urutan selanjutnya terletak pada kelompok pertukangan yaitu sebesar 550

69 56 jiwa dengan persentase 13,46%, buruh tani 410 jiwa dengan persentase 10,03%, PNS 36 jiwa dengan persentase 0,88%, pensiunan 33 jiwa dengan persentase 0,81%, wiraswasta 28 jiwa dengan persentase 0,69%, diurutan terendah adalah ABRI dan pemulung 3 jiwa dengan persentase 0,07%. Rata-rata mata pencaharian penduduk di Desa Tanjungsari adalah petani dapat dikatakan responden anyaman bambu (lambar) bekerja sebagai petani dan buruh tani. c. Berdasarkan pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang harus dimiliki setiap orang untuk menunjang kemajuan dan kesejahteraan wilayah, semakin tinggi suatu pendidikan maka akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berguna dalam pembangunan wilayahnya. Desa Tanjungsari merupakan wilayah dengan kondisi jumlah penduduk yang memiliki latar belakang pendidikan berbeda-beda. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Riwayat Pendidikan Penduduk di Desa Tanjungsari No Jenis Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 TK ,09 2 SD ,93 3 SMP/SLTP ,86 4 SMA/SLTA Akademi/D1-D3 93 2,28 6 Sarjana (S1-S3) 30 0,73 7 Tidak/belum sekolah 290 7,10 Jumlah Sumber: Monografi Desa Tanjungsari (2015)

70 57 Berdasarkan Tabel 14 penduduk Desa Tanjungsari yang memiliki persentase tingkat pendidikan tertinggi pada tingkat SD yaitu sebanyak jiwa dengan persentase 37,93%. Urutan selanjutnya terletak pada tingkat SMP/SLTP yaitu sebanyak jiwa dengan persentase 29,86%, TK sebanyak 453 jiwa dengan persentase 11,09%, SMA/SLTA sebanyak 450 jiwa dengan persentase 11,01%, Akademi/D1-D3 sebanyak 93 jiwa dengan persentase 2,28% dan posisi terendah adalah pada tingkat Sarjana (S1-S3) sebanyak 30 jiwa dengan persentase 0,73%. Rata-rata pendidikan penduduk di Desa Tanjungsari sebagian besar yaitu SD dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan formal penduduk masih tergolong rendah. B. Analisis Data 1. Proses Produksi Anyaman Bambu (Lambar) Proses produksi dalam penelitian ini adalah proses produksi industri rumah tangga kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) yang berada di Desa Tanjungsari. Produk anyaman bambu (lambar) yang dihasilkan merupakan produk kerajinan tangan yang berbahan baku bambu apus. Proses produksi tersebut dilakukan menggunakan peralatan seperti, gergaji, pisau, landasan anyaman dan sabit. Proses produksi anyaman bambu (lambar) dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga dari tahap awal hingga tahap akhir. Berikut ini adalah prosesproses produksi anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari.

71 58 a. Proses pengerokan dan pembelahan, pengerokan dan pembelahan yang dilakukan dalam produksi pembuatan anyaman bambu (lambar) adalah mengerok pada bagian kulit luar bambu yang berwarna hijau menggunakan sabit, setelah bambu dikerok bagian ruas bambu dibuang menggunakan gergaji dan bambu dibelah menjadi dua bagian yang sama kemudian dibelah lagi menjadi dua bagian yang sama sampai lebar kurang lebih 1,5 cm dengan menggunakan pisau. b. Proses pengiratan, pengiratan yang dilakukan dalam produksi anyaman bambu (lambar) adalah mengirat bambu yang sudah dibelah dengan cara memberi jalan iratan menggunakan pisau untuk dibuat iratan yang tipis-tipis menggunakan gigi dan ditarik dengan tangan. c. Proses penjemuran, penjemuran yang dilakukan dalam produksi anyaman bambu (lambar) adalah menjemur iratan bambu langsung terkena cahaya matahari hingga kadar air berkurang. Penjemuran ini dimaksud untuk memperoleh daya lenting yang kuat, sehingga bambu tidak mudah pecah dan patah agar mempermudah proses penghalusan dan penganyaman. d. Proses penghalusan, penghalusan yang dilakukan dalam produksi anyaman bambu (lambar) adalah menghaluskan iratan bambu yang sudah dijemur dengan menggunakan pisau.

72 59 e. Proses penganyaman, penganyaman yang dilakukan dalam produksi anyaman bambu (lambar) adalah menganyam iratan bambu yang sudah dihaluskan yang dilandasi dengan landasan anyaman. 2. Responden Informan Kunci (Pengrajin Anyaman Bambu Lambar) a. Identitas Responden Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Responden yang melakukan kerajinan anyaman bambu (lambar) adalah responden yang bertempat tinggal di Desa Tanjungsari. Kerajinan anyaman bambu (lambar) merupakan usaha sampingan untuk menambah pendapatan sehari-hari yang dilakukan ibu rumah tangga di Desa Tanjungsari. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) klasifikasi umur dibedakan menjadi 3 kategori umur, yaitu produktif usia muda (15-30 tahun), produktif usia dewasa (30-65 tahun) dan umur tidak produktif (>65 tahun). Berikut ini Tabel 15 umur responden pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari.

73 60 Tabel 15 Umur Responden Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari No Kategori Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Produktif Usia Muda Produktif Usia Dewasa ,56 3 Produktif Usia Dewasa ,00 4 Produktif Usia Dewasa ,77 5 Produktif Usia Dewasa ,67 6 Produktif Usia Dewasa Produktif Usia Dewasa Tidak Produktif > Jumlah Sumber: Analisis Data Primer (2015) Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan umur pengrajin anyaman bambu (lambar) berada pada umur produktif usia dewasa yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 5,56%, umur sebanyak 9 orang dengan persentase 25,00%, umur sebanyak 19 orang dengan persentase 52,77% dan umur sebanyak 6 orang dengan persentase 16,67%. Usia pengrajin sangat mempengaruhi terhadap usaha kerajinan anyaman bambu (lambar), pada usia produktif memungkinkan seseorang melakukan usaha secara optimal dalam menjalankan usahanya. b. Tingkat Pendidikan Formal Responden Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Tingkat pendidikan responden akan menentukan keberhasilan dan pola pikir pengrajin dalam menjalankan usahanya. Tingkat pendidikan responden pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 16.

74 61 Tabel 16 Tingkat Pendidikan Responden Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari No Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 SD 24 66,67 2 SMP/SLTP 9 25,00 3 SMA/SMK 3 8,33 Jumlah Sumber: Analisis Data Primer (2015) Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini sebagian besar berpendidikan SD yaitu sebanyak 24 jiwa dengan persentase 66,67%. Urutan selanjutnya berada pada tingkat pendidikan SMP/SLTP yang berjumlah 9 jiwa dengan persentase 25,00% dan urutan terendah berada pada tingkat pendidikan SMA/SMK yang berjumlah 3 jiwa dengan persentase 8,33%. Rata-rata tingkat pendidikan responden yaitu SD dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan responden masih tergolong rendah. Tingkat pendidikan formal yang rendah tidak menuntut kemungkinan tidak rendahnya tingkat pengetahuan responden dalam menjalankan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari. Kondisi tersebut dikarenakan pengrajin sudah mempelajari menganyam bambu menjadi lambar sejak mereka sebelum terjun menjadi pengrajin anyaman bambu (lambar).

75 62 c. Jenis Kelamin Responden Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis kelamin responden Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Jenis Kelamin Responden Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber: Analisis Data Primer (2015) Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan mayoritas industri pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari adalah perempuan yaitu 36 orang dengan persentase 100%. Keadaan tersebut dikarenakan perempuan memiliki peran sebagai ibu rumah tangga, secara tidak langsung diajarkan kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) dengan cara turun temurun dan bekerja membantu kepala rumah tangga untuk memperoleh tambahan pendapatan keluarga. d. Jenis Pekerjaan Lain Responden Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Hasil penelitian menujukkan responden pengrajin anyaman bambu (lambar) memiliki pekerjaan lain selain menganyam bambu (lambar). Pekerjaan lain responden anyaman bambu (lambar) dapat dilihat pada Tabel 18.

76 63 Tabel 18 Jenis Pekerjaan Lain Responden Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari No Jenis Pekerjaan Lain Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Petani Jumlah Sumber: Analisis Data Primer (2015) Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan mayoritas pekerjaan lain responden industri pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari adalah petani yaitu 36 orang dengan persentase 100%. Keadaan tersebut dikarenakan sebagian besar kepala rumah tangga di Desa Tanjungsari bermata pencaharian sebagai petani. Ibu rumah tangga membantu kepala rumah tangga yang berperan sebagai petani disaat kegiatan bertani dimulai dan mengerjakan anyaman bambu (lambar) disaat tidak ada kegiataan bertani. 3. Karakteristik Responden Informan pendukung a. Jenis Kelamin Responden Informan pendukung yang diambil pada saat penelitian yaitu responden konsumen atau pengrajin caping berjumlah 6 orang, responden sebagai pedagang anyaman bambu (lambar) berjumlah 5 orang, responden pemasok bahan baku untuk anyaman bambu (lambar) berjumlah 3 orang dan responden dari pihak pemerintah Dinas Koperasi dan UMKM berjumlah 1 orang. Jenis kelamin responden key informan pendukung dapat dilihat pada Tabel 19.

77 64 No Tabel 19 Jenis Kelamin Responden Informan Pendukung Responden Jenis kelamin Jumlah Persentase (Orang) (Orang) (%) Konsumen Laki-Laki 4 66,67 (Pengrajin Perempuan 2 33,33 Caping) Total Pedagang (Pembeli dan Penjual Lambar) Pemasok bahan baku 4 Pemerintah Sumber: Analisis Data Primer (2015) Laki-Laki 0 0 Perempuan Total Laki-Laki Perempuan 0 0 Total Laki-Laki Perempuan 0 0 Total Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa responden informan pendukung menurut jenis kelamin rata-rata responden konsumen adalah laki-laki, yaitu 4 orang dengan persentase 66,67% dan perempuan adalah 2 orang dengan persentase 33,33%. Responden pedagang semuanya berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 100%. Responden pemasok bahan baku semuanya berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 3 orang dengan persentase 100% dan responden terkait pemerintah berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 1 orang dengan persentase 100%. b. Umur Responden Umur responden informan pendukung berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh rata-rata umur responden 40 tahun

78 65 sampai dengan 61 tahun. Umur responden informan pendukung dapat dilihat pada Tabel 20. No Tabel 20 Umur Responden Informan Pendukung Umur Jumlah Responden (Tahun) (Orang) Konsumen (Pengrajin Caping) Pedagang (Pembeli dan Penjual Lambar) Pemasok Bahan Baku 4 Pemerintah Sumber: Analisis Data Primer (2015) Persentase (%) > Total > Total > Total > Total Berdasarkan Tabel 20 menunjukkan bahwa umur responden informan pendukung yang diperoleh pada saat penelitian, berada pada usia produktif yaitu usia tahun. Umur responden konsumen pada usia produktif tahun berjumlah 6 orang dengan persentase 100%, umur responden pedagang pada usia produktif tahun berjumlah 5 orang dengan persentase 100%, umur responden pemasok bahan baku pada usia produktif tahun berjumlah 3 orang dengan persentase 100% dan umur responden pemerintah pada usia produktif tahun berjumlah 1 orang dengan persentase 100%.

79 66 c. Pendidikan Responden Pendidikan responden informan pendukung yang diambil pada saat penelitian berlangsung terdiri dari tingkat pendidikan SD, SMP, SMA dan S1. Pendidikan responden informan pendukung dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Pendidikan Responden Informan Pendukung Jumlah Persentase No Responden Pendidikan (Orang) (%) SD 1 16,67 Konsumen SMP 4 66,67 1 (Pengrajin SMA 1 16,67 Caping) Total Pedagang (Pembeli dan Penjual Lambar) Pemasok Bahan Baku 4 Pemerintah Sumber: Analisis Data Primer (2015) SD 0 0 SMP 3 60,00 SMA 2 40,00 Total SD 0 0 SMP SMA 0 0 Total S Total Berdasarkan Tabel 21 menunjukkan bahwa pendidikan responden informan pendukung konsumen (pengrajin caping) yang diambil pada saat penelitian menunjukkan bahwa pendidikan SMP sebanyak 4 orang dengan persentase 66,67%, Pendidikan SD dan SMA sebanyak 1 orang dengan persentase 16,67%. Pendidikan responden informan pendukung pedagang (pembeli dan penjual lambar) menunjukkan bahwa pendidikan SMP sebanyak 3 orang dengan persentase 60,00% dan pendidikan SMA sebanyak 2 orang

80 67 dengan persentase 40,00%. Pendidikan responden informan pendukung pemasok bahan baku menunjukkan bahwa pendidikan SMP sebanyak 3 orang dengan persentase 100%. Pendidikan responden informan pendukung pemerintah menunjukkan bahwa pendidikan S1 sebanyak 1 dengan persentase 100%. C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Biaya Produksi Usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari dalam menjalankan usahanya tidak dapat terlepas dari biaya produksi yang dipergunakan. Biaya-biaya produksi yang dikeluarkan pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari tersebut terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit. Berikut ini adalah rincian biaya-biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari. a. Biaya Eksplisit Biaya eksplisit yang dikeluarkan pengrajin anyaman bambu (lambar) adalah penyusutan alat produksi yang meliputi gergaji, pisau, landasan anyam, sabit dan alat transportasi, biaya untuk pajak tempat produksi dan biaya bahan baku. Penggunaan biaya eksplisit selama periode bulan Desember 2015 dalam usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 22.

81 68 Tabel 22 Rata-Rata Biaya Eksplisit Periode Bulan Desember 2015 Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari No Uraian Biaya (Rp) Persentase (%) 1 Penyusutan alat produksi 7067,31 2,58 2 Pajak tempat produksi 37,96 0,01 3 Bambu apus ,44 97,41 Jumlah , Sumber: Analisis Data Primer (2015). Berdasarkan Tabel 22 menunjukkan bahwa, rata-rata biaya penyusutan alat selama periode bulan Desember 2015 yang dikeluarkan pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari sebesar Rp 7067,31 dengan persentase 2,58%, ratarata biaya yang dikeluarkan untuk biaya pajak tempat produksi pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari adalah Rp 37,96 dengan persentase 0,01% dan rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk biaya bambu apus pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari sebesar Rp ,44 dengan persentase 97,41%. Rata-rata biaya eksplisit dalam periode bulan Desember 2015 yang dikeluarkan pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari adalah sebesar Rp ,71. b. Biaya Implisit Biaya implisit yang dikeluarkan dalam periode bulan Desember 2015 produksi anyaman bambu (lambar) yaitu biaya tenaga kerja. Penggunaan biaya implisit bulan Desember 2015 dalam usaha kerajianan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 23.

82 69 Tabel 23 Rincian Rata-Rata Biaya Implisit Periode Bulan Desember 2015 Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari No Uraian Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%) 1 Tenaga Kerja 209 JKO , Jumlah , Sumber: Analisis Data Primer (2015). Berdasarkan Tabel 23 rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja sebesar Rp ,56 dengan persentase 100%. Penggunaan biaya implisit yang dikeluarkan pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari sebesar Rp ,56. c. Biaya Total Biaya total yang dipergunakan oleh pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari yaitu terdiri dari penjumlahan biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya total dalam usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Rincian Rata-Rata Biaya Total Periode Bulan Desember 2015 Kerajianan Anyaman Bambu (lambar) di Desa Tanjungsari No Jenis Biaya Jumlah (Rp) Persentase (%) 1 Biaya eksplisit ,71 20,79 2 Biaya implisit ,56 79,21 Jumlah , Sumber: Analisis Data Primer (2015). Berdasarkan Tabel 24 rata-rata biaya eksplisit yang dikeluarkan selama periode bulan Desember 2015 pengrajin anyaman bambu (lambar) sebesar Rp ,71 dengan persentase 20,79%, sedangkan rata-rata biaya implisit yang

83 70 dikeluarkan sebesar Rp ,56 dengan persentase 79,21%. Penggunaan biaya total yang dikeluarkan dalam bulan Desember 2015 kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari adalah sebesar Rp ,27. d. Penerimaan Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah lambar dengan harga jual lambar yang dilakukan oleh usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari. Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian rata-rata penerimaan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Rata-Rata Penerimaan Periode Bulan Desember 2015 Kerajinan Anyaman Bambu (lambar) di Desa Tanjungsari No Produksi (lembar) Harga (Rp) Penerimaan (Rp) ,67 Jumlah ,67 Sumber: Analisis Data Primer (2015). Berdasarkan Tabel 25 dapat disimpulkan bahwa rata-rata penerimaan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) yang diterima bulan Desember 2015 adalah sebesar Rp ,67 Penerimaan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari berbeda-beda. Besar kecilnya penerimaan pengrajin tersebut ditentukan oleh, besar kecilnya biaya yang dikeluarkan bulan Desember 2015 dan jumlah produk anyaman bambu (lambar) bulan Desember 2015.

84 71 e. Pendapatan Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya eksplisit. Total biaya eksplisit meliputi total biaya penyusutan alat, total biaya pajak tempat produksi, dan total biaya bambu apus. Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian rata-rata pendapatan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Rata-Rata Pendapatan Periode Bulan Desember 2015 Kerajinan Anyaman Bambu (lambar) di Desa Tanjungsari No Jenis Biaya Jumlah (Rp) 1 Penerimaan ,67 2 Biaya Eksplisit ,71 jumlah ,40 Sumber: Analisis Data Primer (2015) Berdasarkan Tabel 26 dapat disimpulkan bahwa rata-rata biaya penerimaan yang diperoleh selama periode bulan Desember 2015 pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari sebesar Rp ,67 dan rata biaya eksplisit yang dikeluarkan sebesar Rp ,71. Pendapatan yang diperoleh pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari sebesar Rp ,40 f. Keuntungan Usaha Keuntungan yang diperoleh pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari dihitung dari penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam periode Desember

85 Besarnya rata-rata keuntungan pengrajin anyaman bambu (lambar) dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Rata-rata Keuntungan Periode Bulan Desember 2015 Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (lambar) di Desa Tanjungsari No Rincian Nilai (Rp) 1 Penerimaan ,67 2 Biaya Total ,27 Jumlah ,74 Sumber: Analisis Data Primer (2015) Berdasarkan Tabel 27 menunjukkan bahwa rata-rata keuntungan dalam satu periode bulan Desember 2015 yang diperoleh pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari adalah sebesar Rp ,74. g. Kelayakan Usaha Kelayakan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari ditentukan menggunakan analisis R/C ratio. Perhitungan analisis R/C ratio ini dihitung dengan cara membandingkan penerimaan dengan total biaya. Kelayakan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28 Perhitungan R/C Ratio Kelayakan Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (lambar) di Desa Tanjungsari No Rincian Nilai (Rp) 1 Penerimaan ,67 2 Total Biaya ,27 Jumlah 1,20 Sumber: Analisis Data Primer (2015)

86 73 Berdasarkan pada Tabel 28 menunjukkan bahwa nilai R/C ratio pada usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari adalah sebesar 1,20. Nilai R/C ratio sebesar 1,20 menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,2. Keadaan tersebut dapat diartikan juga bahwa, usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari layak diusahakan karena nilai R/C ratio >1. Hipotesis kedua yang menduga, bahwa usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari layak diusahakan, maka Ho ditolak dan Ha diterima. 2. Analisis SWOT a. Analisis Faktor Internal dan Eksternal 1. Analisis Lingkungan Faktor Internal Analisis lingkungan internal yang didapat pada saat penelitian dan telah didiskusikan dengan informan kunci diperoleh faktor-faktor yang menjadi kekuatan usaha kerajianan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari yaitu: keuangan menggunakan milik sendiri, SDM yang terampil, bambu apus melimpah, produk ramah lingkungan dan kontinuitas hasil produk. Faktor-faktor kelemahan usaha kerajianan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari yaitu: minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern, peralatan masih

87 74 tradisional, penjualan lambar mengikuti hari pasar gamblok, belum mampu mengelola keuangan dengan baik dan belum adanya variasi bentuk produk. Hasil analisis faktor internal usaha kerajianan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 29 matrik IFAS dibawah ini. Tabel 29 Matrik IFAS No KEKUATAN Bobot Rating Skor 1 Keuangan menggunakan milik sendiri 0,12 4 0,48 2 SDM yang terampil 0,11 4 0,44 3 Bambu apus melimpah 0,12 4 0,48 4 Produk ramah lingkungan 0,09 3 0,27 5 Kontinuitas hasil produk lambar 0,11 4 0,44 KELEMAHAN 1 Minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern 0,09 2 0,18 2 Peralatan masih tradisional 0,11 2 0,22 3 Penjualan lambar mengikuti hari pasar di pasar Gamblok 0,09 2 0,18 4 Belum mampu mengelola keuangan dengan baik 0,08 1 0,08 5 Belum adanya variasi bentuk produk 0,08 1 0,08 Total 1,00 2,85 Sumber: Analisis Data Primer (2015) Faktor yang menjadi kekuatan utama yang diharapkan meminimalkan kelemahan yang dimiliki untuk mengembangkan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari adalah keuangan menggunakan milik sendiri dengan hasil skor 0,48 dengaan bobot 0,12 dan rating 4, diikuti

88 75 oleh bambu apus melimpah memiliki skor 0,48 dengan bobot 0,12 dan rating 4. Faktor lain yang dapat dimanfaatkan adalah SDM yang terampil memiliki skor 0,44 dengan bobot 0,11 dan rating 4, diikuti oleh kontinuitas hasil produk lambar memiliki skor 0,44 dengan bobot 0,11 dan rating 4, produk ramah lingkungan memiliki skor 0,27 dengan bobot 0,09 dan rating 3. Kelemahan dalam usaha pengembangan yang akan dilakukan yaitu terletak pada peralatan masih tradisional yang memiliki sebesar 0,22 dengan bobot 0,11 dan rating 2. Faktor lain yang menjadi kelemahan adalah minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern 0,18 dengan bobot 0,09 dan rating 2, diikuti oleh penjualan lambar mengikuti hari pasar di pasar Gamblok yang memiliki skor 0,18 dengan bobot 0,09 dan rating 2, belum mampu mengelola keuangan dengan baik yang memiliki skor 0,08 dengan bobot 0,08 dan rating 1, belum adanya variasi bentuk produk yang memiliki skor 0,08 dengan bobot 0,08 dan rating 1. Berdasarkan analisis faktor internal usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari hasil analisis matrik IFAS diperoleh total skor sebesar 2, Analisis Lingkungan Faktor Eksternal Analisis lingkungan eksternal yang didapat pada saat penelitian diperoleh faktor-faktor yang menjadi peluang usaha

89 76 kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari yaitu: lambar selalu terjual, mudahnya memperoleh bambu apus, lembaga keuangan, adanya permintaan lambar yang lebih lebar dan peralatan yang lebih modern. Hasil identifikasi lingkungan eksternal pada saat penelitian berlangsung berdasarkan faktor ancaman yaitu: angin, tidak ada matahari, kenaikan harga bambu apus, perubahan gaya hidup masyarakat dan regenerasi tenaga kerja sulit. Hasil analisis faktor eksternal usaha kerajianan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 30 matrik EFAS dibawah ini. Tabel 30 Matrik EFAS No PELUANG Bobot Rating Skor 1 Lambar selalu terjual 0,12 4 0,48 2 Bambu apus mudah diperoleh 0,12 4 0,48 3 Adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman 0,09 3 0,27 4 Adanya permintaan lambar yang lebih lebar 0,09 2 0,18 5 Ada Peralatan yang lebih modern 0,11 4 0,44 ANCAM AN 1 Angin besar yang dapat merusak batang bambu 0,08 2 0,16 2 Cuaca mendung menghalangi proses penjemuran 0,10 2 0,20 3 Kenaikan harga bambu apus 0,11 2 0,22 4 Perubahan gaya hidup masyarakat 0,07 2 0,14 5 Regenerasi tenaga menganyam produktif sulit 0,11 1 0,11 Total 1,00 2,68 Sumber: Analisis Data Primer (2015)

90 77 Faktor yang menjadi peluang yang sangat baik adalah Lambar selalu terjual yang memiliki skor sebesar 0,48 dengan bobot 0,12 dan rating 4 diikuti oleh bambu apus mudah diperoleh skor sebesar 0,48 dengan bobot 0,12 dan rating 4. Faktor lain yang menjadi peluang adalah peralatan yang lebih modern yang memiliki skor sebesar 0,44 dengan bobot 011 dan rating 4, adanya lembaga keuangan yang bersedia memberi pinjaman memiliki skor sebesar 0,27 dengan bobot 0,09 dan rating 3, adanya permintaan lambar yang lebih lebar memiliki skor sebesar 0,18 dengan bobot 0,09 dan rating 2. Faktor yang menjadi ancaman usaha kerajianan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari adalah kenaikan harga bambu apus yang memiliki skor sebesar 0,22 dengan bobot 0,11 dan rating 2. Faktor lain yang menjadi ancaman adalah cuaca mendung menghalangi proses penjemuran yang memiliki skor 0,20 dengan bobot 0,10 dan rating 2, diikuti oleh angin besar yang dapat merusak batang bambu memiliki skor sebesar 0,16 dengan bobot 0,08 dan rating 2, perubahan gaya hidup masyarakat memiliki skor 0,14 dengan bobot 0,07 dan rating 2, regenerasi tenaga menganyam produktif sulit memiliki skor sebesar 0,11 dengan bobot 0,11 dan rating 1. Berdasarkan analisis faktor internal usaha

91 78 kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari hasil analisis matrik EFAS diperoleh total skor sebesar 2,68. b. Analisis Matrik IE Pertemuan titik dari hasil analisis matrik IFAS dan EFAS merupakan hasil yang dipergunakan untuk menentukan matrik IE. Hasil analisis dari matrik IFAS diperoleh sebesar 2,85 dan hasil dari matrik EFAS diperoleh sebesar 2,68. Berdasarkan titik pertemuan dari hasil analisis matrik IFAS dan EFAS dapat diketahui posisi usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari terletak pada posisi strategi sel V yaitu pertumbuhan stabilitas. Posisi matrik IE usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31 Matrik Internal-Eksternal (IE) Kuat Rata-Rata Lemah (2,85) Tinggi I Pertumbuhan II Pertumbuhan III Penciutan 3.0 Menengah (2,68) IV Stabilitas V Pertumbuhan Stabilitas VI Penciutan 2.0 Rendah VII Pertumbuhan VIII Pertumbuhan IX Likuidasi 1.0 Sumber: Analisis Data Primer (2015)

92 79 c. Analisis Alternatif Strategi Berdasarkan hasil dari matrik IE di atas menunjukkan bahwa usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari menunjukkan pada sel V yaitu pertumbuhan stabilitas. Berdasarkan dari hasil tersebut maka alternatif strategi yang sesuai digunakan adalah matrik SWOT. Analisis matrik SWOT dapat disimpulkan bahwa alternatif strategi yang dapat diterapkan pada usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 32.

93 80 INTERNAL Tabel 32 Matrik SWOT Strenght (S) 1. Keuangan menggunakan milik sendiri. 2. SDM yang terampil. 3. Bambu apus melimpah. 4. Produk ramah lingkungan. 5. Kontinuitas hasil produk lambar. EKSTERNAL Opportunities (O) Strategi S-O 1. Lambar selalu Menambah terjual. produk 2. Bambu apus mudah diperoleh. 3. Adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman. 4. Adanya permintaan lambar yang lebih lebar. 5. Ada peralatan yang lebih modern. Threats (T) 1. Angin besar yang dapat merusak batang bambu. 2. Cuaca mendung menghalangi proses penjemuran. 3. Kenaikan harga bambu apus. 4. Perubahan gaya hidup masyarakat. 5. Regenerasi tenaga menganyam produktif sulit. Sumber: Analisis Data Primer (2015) ukuran anyaman bambu (lambar) (S3, O1, O2, O4) Strategi S-T Melakukan manajemen produksi (S2, S3, T1, T2, T3) Weakness (W) 1. Minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern. 2. Peralatan masih tradisional. 3. Penjual lambar mengikuti hari pasar di pasar Gamblok. 4. Belum mampu mengelola keuangan dengan baik. 5. Belum adanya variasi bentuk produk. Strategi W-O Melakukan pinjaman ke lembaga keuangan (W1, O3, O4) Strategi W-T Menggunakan peralatan yang lebih moderrn (W1, W2, T1, T2, T3, T5)

94 81 Berdasarkan Tabel 32 matrik SWOT diperoleh strategi yang dapat dijadikan sebagai alternatif strategi pengembangan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari. Berikut adalah alternatif yang dapat dipergunakan sebagai strategi pengembangan: 1. Strategi S-O Menambah ukuran produk anyaman bambu (lambar). Faktor yang berpengaruh S3 dan O1, O2, O4, sehingga dapat mengambil peluang yang ada dan dapat meningkatkan keuntungan. Pengambilan alternatif strategi tersebut karena dalam melakukan penambahan ukuran produk lambar diperlukan bahan baku atau bambu apus yang lebih banyak dan lambar selalu terjual karena sudah ada permintaan dari konsumen. 2. Strategi S-T Melakukan manajemen produksi. Faktor yang berpengaruh S2, S3, dan T1, T2, T3, karena dengan adanya manajemen produksi yang baik SDM yang terampil dan bahan baku atau bambu apus yang melimpah tetap dapat melakukan produksi dalam keadaan alam yang tidak menentu setiap tahunnya dan juga perubahan harga bahan baku bambu apus yang dapat mengurangi keuntungan.

95 82 3. Strategi W-O Melakukan pinjaman ke lembaga keuangan. Faktor yang berpengaruh adalah W1, dan O3, O4, minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern belum cukup untuk memenuhi produksi diperlukan pinjaman ke lembaga keuangan untuk memproduksi lambar yang lebih lebar. 4. Strategi W-T Menggunakan peralatan yang lebih modern. Faktor yang berpengaruh adalah W1, W2, dan T1, T2, T3, T5, karena dengan adanya peralatan yang lebih modern keadaan alam yang tidak menentu bisa teratasi dan regenerasi tenaga kerja yang menggunakan peralatan tradisional juga bisa teratasi.

96 BAB V. PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari yang dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari menguntungkan dan layak untuk diusahakan karena nilai R/C ratio sebesar 1, Faktor internal yang dapat mendukung dan menghambat tumbuh kembangnya usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari yaitu faktor kekuatan yang meliputi keuangan menggunakan milik sendiri, SDM yang terampil, bambu apus melimpah, produk ramah lingkungan dan kontinuitas produk lambar, sedangkan untuk faktor kelemahan yaitu minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern, peralatan masih tradisional, penjualan lambar mengikuti hari pasar di pasar Gamblok, belum mampu mengelola keuangan dengan baik dan belum adanya variasi bentuk produk. 3. Faktor eksternal yang dapat mendukung dan menghambat tumbuh kembangnya usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari yaitu faktor peluang yang meliputi lambar selalu terjual, bambu apus mudah diperoleh, adanya lembaga keuangan yang 83

97 84 bersedia memberikan pinjaman, adanya permintaan lambar yang lebih lebar dan ada peralatan yang lebih modern, sedangkan untuk faktor ancaman yaitu angin besar yang dapat merusak batang bambu, cuaca mendung menghalangi proses penjemuran, kenaikan harga bambu apus, perubahan gaya hidup masyarakat dan regenerasi tenaga kerja menganyam sulit. 4. Hasil perumusan alternatif strategi yang dapat diterapkan pada usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari adalah menambah ukuran produk anyaman bambu (lambar), melakukan manajemen produksi, melakukan pinjaman ke lembaga keuangan dan menggunakan peralatan yang lebih modern. B. Saran 1. Pemilik usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) sebaiknya melakukan manajemen produksi untuk mengatasi musim hujan dan kenaikan harga bambu apus, dengan cara pada saat musim kemarau membeli bambu apus lebih banyak untuk dijadikan iratan yang telah dikeringkan sebagai stok ketika musim hujan. 2. Pemilik usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) sebaiknya menggunakan peralatan yang lebih modern untuk mempercepat waktu produksi seperti alat pengering iratan (oven) dan alat pembelah bambu.

98 85 3. Pemerintah sebaiknya lebih serius memperhatikan pengrajin lambar, baik dalam peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan-pelatihan cara menggunakan alat yang lebih modern, maupun dalam hal bantuan sarana dan prasarana produksi anyaman bambu (lambar).

99 86 DAFTAR PUSTAKA. Arbi, Purnomo Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang. Skripsi, tidak diterbitkan. Program Studi Agribisnis Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Damanik, Sabarman Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa (cocos Nucifera) Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Pusat penelitian, tidak diterbitkan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Daniel, Moehar Metode Penelitian Sosial Ekonom. Bumi Aksara. Jakarta. Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kebumen Daftar Industri Kecil Anyaman Bambu di Kabupaten Kebumen. Diskop dan UMKM. Kebumen. Kinnear TC dan Robinson Marketing Research and Approach, Mc. Graw Hill, New York. Kottler, Philip Manajemen Pemasaran, Jilid 1. PT INDEKS Gramedia. Nazir, Moh Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. Rangkuti, Freddy Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, cet, kelima, September. Rangkuti, Freddy Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, cet, kesembilan belas, Oktober. Santosa Budi, Nurodo dan Jaidun Kurnaidi Koleksi Kerajinan Bambu. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata. Museum Jawa Tengah Ranggawarsita. Setiawan, Budi Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Bambu Di Wilayah Kampung Pajeleran Sukahati Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. Skripsi, tidak diterbitkan. Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bogor. Soedjono dan Hartanto Budidaya bambu. DAHARA PRIZE. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta, Bandung.

100 87 Suryatama, Erwin Lebih Mengenal Analisis SWOT Dalam Bisnis. Penerbit: Kata Pena, Surabaya. Tangkesalu Dance, Arni Tirsa Pele dan Arifuddin Strategi Pengembangan Kripik Singkong Balado Pada UKM Pundi Emas di Kota Palu. Skripsi, tidak diterbitkan. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Tri Wahyuniarso Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik di Dusun Karangbolo Lerep Kabupaten Semarang. Skripsi, tidak diterbitkan. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negri Semarang.

101

102 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERAJINAN TANGAN ANYAMAN BAMBU (Lambar) DI DESA TANJUNGSARI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN A. Umum Nama saya Trimoyo, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo jurusan Agribisnis Pertanian, pada saat ini sedang mengadakan penelitian tentang Strategi Pengembangan Industri Rumah Tangga Kerajinan Tangan Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Peneliti mengharapkan atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i menjadi salah satu peserta survey dan secara sukarela mengisi kuisioner ini. Peneliti sangat menghargai kejujuran Bapak/Ibu/Sdr/I dalam mengisi kuisioner dan kami menjamin kerahasiaan Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkait dengan kuisioner. Hasil survey ini semata-mata akan digunakan untuk tujuan penelitian dan bukan tujuan komersial. Atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/I yang sudah meluangkan waktunya peneliti mengucapkan terimakasih. Responden diharapkan memberikan jawaban terhadap seluruh pertanyaan dengan cara memberikan tanda checklist ( ) pada kolom yang tersedia dan menuliskan jawaban menurut Bapak/Ibu/Sdr/I pada tempat yang telah disediakan. B. Identitas Responden Nama Alamat Umur :.. :.. :.. Jenis kelamin : Laki-laki/perempuan C. Pertanyaan Terkait Dengan Usaha Kerajinan Tangan Anyaman Bambu (Lambar) Petunjuk pengisian: Kepada Bapak/Ibu/Sdr/I isilah daftar pertanyaan dengan cara mengisi di tempat yang telah dipersediakan. 1. Biaya Bahan Baku. No Bahan Baku Jumlah (Ros) Harga (Rp) 1 Bambu Apus

103 2. Biaya Peralatan. No Jenis Alat Jumlah 1 Gergaji 2 Pisau 3 Landasan anyaman 4 Sabit 5 Alat transportasi Harga Beli (Rp) Umur Ekonomis Harga Jual (Rp) 3. Penggunaan Tenaga Kerja. No Jenis Pekerjaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Tenaga Kerja Luar Keluarga Pria Wanita JKO Upah Pria Wanita JKO Upah 1 Ngerok dan belah 2 Mengirat 3 Penjemuran 4 Penghalusan 5 Menganyam 4. Jumlah Produksi Yang Dihasilkan Dan Harga Lambar. No Jumlah Produksi (lambar) Harga (Rp) 1 5. Pajak No Jenis Pajak Nilai (Rp) 1 Pajak Tempat Produksi D. Pertanyaan Yang Berkaitan Dengan Strategi Pengembangan 1. Pemberian nilai peringkat/rating terhadap faktor strategi internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman). Petunjuk pengisian: a. Pemberian nilai rating menunjukkan tingkat faktor strategi sebagai kekuatan dan kelemahan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan sebagai berikut: - Nilai 4, jika faktor strategi di nilai mempunyai kekuatan utama - Nilai 3, jika faktor strategi di nilai mempunyai kekuatan kecil - Nilai 2, jika faktor strategi di nilai mempunyai kelemahan kecil - Nilai 1, jika faktor strategi di nilai mempunyai kelemahan utama

104 b. Pengisian kolom penilaian rating menggunakan tanda checklist ( ) KEKUATAN Keuangan menggunakan milik sendiri - SDM yang terampil - Bambu apus melimpah - Produk ramah lingkungan - Kontinuitas hasil produk lambar c. Pengisian kolom penilaian rating menggunakan tanda checklist ( ) KELEMAHAN Minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern - Peralatan masih tradisional - Penjualan lambar mengikuti hari pasar di pasar Gamblok - Belum mampu mengelola keuangan dengan baik - Belum adanya variasi bentuk produk d. Pengisian kolom penilaian rating menggunakan tanda cehcklist ( ) PELUANG Lambar selalu terjual - Bambu apus mudah diperoleh - Adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman - Adanya permintaan lambar yang lebih lebar - Ada peralatan yang lebih modern e. Pengisian kolom penilaian rating menggunakan tanda cehcklist ( ) ANCAMAN Angin besar yang dapat merusak batang bambu - cuaca mendung menghalangi proses penjemuran - Kenaikan harga bambu apus - Perubahan gaya hidup masyarakat - Regenerasi tenaga kerja menganyam sulit 2. Pemberian pembobotan terhadap faktor strategi internal dan eksternal pengembangan produki anyaman bambu (lambar). Petunjuk khusus: 1. Pembobotan dengan metode paired comparaison yaitu penilaian bobot dengan membandingkan setiap faktor strategi internal dan eksternal usaha, dimana setiap bobot peubah digunakan skala 1, 2, dan 3 dengan keterangan sebagai berikut: 1 = jika indikator internal dan eksternal pada baris/horisontal kurang penting dari pada indikator internal dan eksternal pada kolom/vertikal.

105 2 = jika indikator internal dan eksternal pada baris/horisontal sama penting dengan indikator internal dan eksternal pada kolom/vertikal. 3 = jika indikator internal dan eksternal pada baris/horisontal lebih penting dari pada indikator internal dan eksternal pada kolom/vertikal. a. Pembobotan internal pengembangan produksi anyaman bambu (lambar). Faktor Internal A B C D E F G H I J Total Bobot A. Keuangan menggunakan milik sendiri B. SDM yang terampil C. Bambu apus melimpah D. Produk ramah lingkungan E. Kontinuitas hasil produk lambar F. Minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern G. Peralatan masih tradisional H. Penjualan lambar mengikuti hari pasar di pasar Gamblok I. Belum mampu mengelola keuangan dengan baik J. Belum adanya variasi bentuk produk Total b. Pembobotan eksternal pengembangan produksi anyaman bambu (lambar). Faktor Eksternal A B C D E F G H I J Total Bobot A. Lambar selalu terjual B. Bambu apus mudah diperoleh C. Adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman D. Adanya permintaan lambar yang lebih lebar E. Ada peralatan yang lebih modern F. Angin besar yang dapat merusak batang bmbu G. Cuaca mendung menghalangi proses penjemuran H. Kenaikan harga bambu apus I. Perubahan gaya hidup masyarakat J. Regenerasi tenaga kerja mengayam sulit Total

106 Lampiran 2. Identitas Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) No Nama Umur (tahun) Pendidikan Jenis Kelamin 1 Siti fatonah 42 SMP Wanita 2 Ngasidah 39 SD Wanita 3 Musniah 48 SD Wanita 4 Ngadinah 46 SD Wanita 5 Kusniatun 44 SD Wanita 6 Soliah 47 SMP Wanita 7 Suratmi 43 SD Wanita 8 Rusiyah 52 SD Wanita 9 Siti aminah 39 SMA Wanita 10 Wati ningsih 43 SD Wanita 11 Mustriyah 50 SD Wanita 12 Siti nuryati 42 SMP Wanita 13 Tumpuk 53 SD Wanita 14 Sarjinah 37 SD Wanita 15 Sartinah 48 SD Wanita 16 Sumarsih 51 SD Wanita 17 Walsimah 44 SD Wanita 18 Siti ngafiyah 35 SMP Wanita 19 Musyarofah 47 SD Wanita 20 Siti amsiyah 41 SMP Wanita 21 Evi sofiati 34 SMA Wanita 22 Mahmudah 40 SMP Wanita 23 Tini 46 SD Wanita 24 Kamsiqah 41 SD Wanita 25 Sahidah 45 SD Wanita 26 Leni astuti 36 SMA Wanita 27 Tuminah 42 SD Wanita 28 Karsinah 40 SD Wanita 29 Khamenah 38 SD Wanita 30 Siti khoeriyah 42 SMP Wanita 31 Jemanis 44 SD Wanita 32 Lusinah 47 SD Wanita 33 Mardiyah 42 SMP Wanita 34 Surati 43 SMP Wanita 35 Suminah 45 SD Wanita 36 Romlah 46 SD Wanita Rata-rata 43,39

107 Lampiran 3. Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) No Sampel Jumlah (Buah) Harga Beli (Rp) Harga Akhir (Rp) Gergaji Umur Ekonomis (Tahun) Per Tahun (Rp) Per Bulan (Rp) Per Hari (Rp) Jumlah Rata-rata

108 Lampiran 4. Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) No Sampel Jumlah (Buah) Harga Beli (Rp) Harga Akhir (Rp) Pisau Umur Ekonomis (Tahun) Per Tahun (Rp) Per Bulan (Rp) Per Hari (Rp) Jumlah Rata-rata

109 Lampiran 5. Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) No Sampel Jumlah (Buah) Harga Beli (Rp) Landasan Anyaman Harga Umur Akhir Ekonomis (Rp) (Tahun) Per Tahun (Rp) Per Bulan (Rp) Per Hari (Rp) Jumlah Rata-rata

110 Lampiran 6. Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) No Sampel Jumlah (Buah) Harga Beli (Rp) Harga Akhir (Rp) Sabit Umur Ekonomis (Tahun) Per Tahun (Rp) Per Bulan (Rp) Per Hari (Rp) Jumlah Rata-rata

111 Lampiran 7. Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) No Sampel Jumlah (Buah) Harga Beli (Rp) Alat Transportasi (Sepeda) Harga Umur Akhir (Rp) Ekonomis Per Tahun (Rp) Per Bulan (Rp) Per Hari (Rp) (Tahun) Jumlah Rata-rata ,25

112 Lampiran 8. Biaya Pajak Tempat Produksi Pajak No Nama Per Tahun (Rp) Per Bulan (Rp) Per Hari (Rp) 1 Siti fatonah Ngasidah Musniah Ngadinah Kusniatun Soliah Suratmi Rusiyah Siti aminah Wati ningsih Mustriyah Siti nuryati Tumpuk Sarjinah Sartinah Sumarsih Walsimah Siti ngafiyah Musyarofah Siti amsiyah Evi sofiati Mahmudah Tini Kamsiqah Sahidah Leni astuti Tuminah Karsinah Khamenah Siti khoeriyah Jemanis Lusinah Mardiyah Surati Suminah Romlah Jumlah Rata-rata

113 Lampiran 9. Biaya Bahan Baku No Bambu Apus Sampel Jumlah (Ruas) Harga Per Ruas (Rp) Nilai (Rp) Jumlah Rata-rata

114 Lampiran 10. Rincian Pengeluaran Biaya Implisit Periode Bulan Desember 2015 No Sampel Tenaga Kerja Jumlah (JKO) Jumlah Nilai (Rp) (orang) Jumlah Rata-rata

115 Lampiran 11. Penggunaan Biaya Eksplisit, Biaya Emplisit Dan Biaya Total Periode Bulan Desember 2015 No Nama Responden Biaya Eksplisit Biaya Implisit Biaya Total (Rp) (Rp) (Rp) 1 Siti fatonah Ngasidah Musniah Ngadinah Kusniatun Soliah Suratmi Rusiyah Siti aminah Wati ningsih Mustriyah Siti nuryati Tumpuk Sarjinah Sartinah Sumarsih Walsimah Siti ngafiyah Musyarofah Siti amsiyah Evi sofiati Mahmudah Tini Kamsiqah Sahidah Leni astuti Tuminah Karsinah Khamenah Siti khoeriyah Jemanis Lusinah Mardiyah Surati Suminah Romlah Jumlah Rata-rata

116 Lampiran 12. Penerimaan Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari Selama Periode Bulan Desember 2015 No Nama Responden Produk (Lambar) Harga Per Lambar (Rp) Penerimaan (Rp) 1 Siti fatonah Ngasidah Musniah Ngadinah Kusniatun Soliah Suratmi Rusiyah Siti aminah Wati ningsih Mustriyah Siti nuryati Tumpuk Sarjinah Sartinah Sumarsih Walsimah Siti ngafiyah Musyarofah Siti amsiyah Evi sofiati Mahmudah Tini Kamsiqah Sahidah Leni astuti Tuminah Karsinah Khamenah Siti khoeriyah Jemanis Lusinah Mardiyah Surati Suminah Romlah Jumlah Rata-rata

117 Lampiran 13. Pendapatan Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari Selama Periode Bulan Desember 2015 No Nama Responden Penerimaan (Rp) Total Biaya Eksplisit Pendapatan (Rp) 1 Siti fatonah Ngasidah Musniah Ngadinah Kusniatun Soliah Suratmi Rusiyah Siti aminah Wati ningsih Mustriyah Siti nuryati Tumpuk Sarjinah Sartinah Sumarsih Walsimah Siti ngafiyah Musyarofah Siti amsiyah Evi sofiati Mahmudah Tini Kamsiqah Sahidah Leni astuti Tuminah Karsinah Khamenah Siti khoeriyah Jemanis Lusinah Mardiyah Surati Suminah Romlah Jumlah Rata-rata

118 Lampiran 14. Keuntungan Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari Selama Periode Bulan Desember 2015 No Nama Responden Penerimaan (Rp) Biaya Total (Rp) Keuntungan (Rp) 1 Siti fatonah Ngasidah Musniah Ngadinah Kusniatun Soliah Suratmi Rusiyah Siti aminah Wati ningsih Mustriyah Siti nuryati Tumpuk Sarjinah Sartinah Sumarsih Walsimah Siti ngafiyah Musyarofah Siti amsiyah Evi sofiati Mahmudah Tini Kamsiqah Sahidah Leni astuti Tuminah Karsinah Khamenah Siti khoeriyah Jemanis Lusinah Mardiyah Surati Suminah Romlah Jumlah Rata-rata

119 Lampiran 15. Foto-Foto Dokumentasi Alat Dan Kegiatan Proses Produksi Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) Alat Produksi Proses Pengerokan Proses Pembelahan Proses Pengiratan Proses Penjemuran Proses Penghalusan Proses Menganyam Produk Anyaman Bambu (lambar)

120

121

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Menurut Kotler (2008:58), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU e-j. Agrotekbis 1 (5) : 457-463, Desember 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU Cassava Chips Balado Development Strategy In UKM "Pundi Mas"

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ANALISIS STRATEGI SWOT UNTUK MEMPERLUAS PEMASARAN PRODUK KURMA SALAK UD BUDI JAYA BANGKALAN Moh. Sirat ) 1, Rakmawati) 2 Banun Diyah Probowati ) 2 E-mail : rakhma_ub@yahoo.com dan banundiyah@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Indentifikasi faktor internal dan eksternal sangat dibutuhkan dalam pembuatan strategi. Identifikasi faktor internal

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu penelitian dimulai pada bulan April 2013 sampai bulan Juni 2013. B.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT e-j. Agrotekbis 1 (3) : 282-287, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Business

Lebih terperinci

BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING

BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING 3.1 SWOT UNTUK FORMULASI STRATEGI Analisis SWOT didasarkan pada logika, yaitu memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung oleh wawancara terhadap para responden dan informasi-informasi yang diperoleh dari

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO Eko Arianto Prasetiyo, Istiko Agus Wicaksono dan Isna Windani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Sebuah perusahaan tidak terlepas dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal maupun lingkungan internal. Perubahan yang

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknis pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan teknik survei, yaitu cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang sesuai untuk Rumah Makan Ayam Goreng & Bakar Mang Didin Asgar yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS 5.1. Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan.

Lebih terperinci

Nofianty ABSTRAK

Nofianty ABSTRAK Nofianty - 0600670101 ABSTRAK PT. Surya Toto adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang saniter atau alat perlengkapan mandi. Tujuan penulisan dari skripsi ini adalah mengidentifikasikan masalah

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP) 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica Buah carica atau pepaya gunung merupakan rumpun buah pepaya yang hanya tumbuh di dataran tinggi. Di dunia, buah carica hanya tumbuh di tiga negara yaitu Amerika Latin,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS Kiki Alibasah Dosen Jurusan Sistem Informasi STMIK Sumedang Email : kikialibasah78@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk 56 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat dimana peneliti akan memperoleh atau mencari suatu data yang berasal dari responden yang akan diteliti oleh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, Depok. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp per

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp per 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah pelaku usaha yang dalam menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp 1.000.000.000 per tahun dan biasanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian campuran (mixed methods research design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kaliduren Estates yang berlokasi di Perkebunan Tugu/Cimenteng, Desa Langkap Jaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 152 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 31 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013 di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Waktu dan Tempat

METODE MAGANG. Waktu dan Tempat METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2009 yang bertempat di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Unit Usaha Marihat, Sumatera Utara. Metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 22 Februari sampai dengan 21 Maret 2016 di wilayah Kecamatan Arjasa, Kecamatan Mangaran dan Kecamatan Besuki,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan masyarakat seutuhnya, termasuk juga pembangunan di bidang pertanian sebagai upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, dimana responden petani dipilih dari desa-desa penghasil HHBK minyak kayu putih,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2006) penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan CV Mokolay Mitra Utama sendiri merupakan salah satu unit usaha yang bergerak di bidang perkebunan manggis dan durian di Desa Samongari Kabupaten,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Gama Catering yang beralamat di Komp. Bumi Panyileukan Blok G 13 No. 20 Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 42 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data sehingga

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap.

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap. 7 II. LANDASAN TEORI 1. Konsep Pendapatan Pendapatan tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai. Pendapatan tunai merupakan ukuran kemampuan usaha dalam menghasilkan uang tunai.

Lebih terperinci

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan,

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan, diperkirakan dan dipastikan di masa yang akan datang. Perusahaan tidak terlepas dari berbagai macam

Lebih terperinci

PROPOSAL LAPORAN AKHIR

PROPOSAL LAPORAN AKHIR IDENTIFIKASI STRATEGI PEMASARAN CIRCLE SHOP DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT PROPOSAL LAPORAN AKHIR Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Administrasi Bisnis Program

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS Ajat 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi iis.iisrina@gmail.com Dedi Sufyadi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Simpan Pinjam Warga Sepakats beralamat di Jalan Raya Cibanteng Bogor No. 02 Cihideung Ilir- Ciampea

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara di lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara di lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian adalah tempat dimana seorang peneliti melakukan penelitiannya dari proses survei, pengambilan atau pencarian data, dan wawancara

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi.

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pisang Pisang (Musa paradiciaca. L) merupakan tanaman asli Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi. Pemintaan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Daya Saing 2.1.1 Pengertian Daya Saing Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Strategi Pemasaran Strategi Pemasaran ialah paduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan strategi

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan) STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan) Fritz Mesakh Tarigan Silangit *), Tavi Supriana **),

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan penerimaan daerah dari sumber-sumber kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal dalam kajian ini dibatasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Strategi merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan memaksimalkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 29 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sektor UKM memiliki peran dan fungsi sangat strategik dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia, tetapi kredit perbankan untuk sektor ini dinilai masih

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT UNTUK MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK SOLID FURNITURE PADA PT. WIRAMAS INTI LESTARI SKRIPSI. Oleh : RIO SAILENDRA

ANALISIS SWOT UNTUK MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK SOLID FURNITURE PADA PT. WIRAMAS INTI LESTARI SKRIPSI. Oleh : RIO SAILENDRA ANALISIS SWOT UNTUK MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK SOLID FURNITURE PADA PT. WIRAMAS INTI LESTARI SKRIPSI Oleh : RIO SAILENDRA 0632010049 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 1. Data keuangan perusahaan. 2. Data kegiatan operasional Perusahaan. ini dapat berupa:

BAB III METODOLOGI. 1. Data keuangan perusahaan. 2. Data kegiatan operasional Perusahaan. ini dapat berupa: BAB III METODOLOGI III.1 Tehnik Pengumpulan Data III.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penyusunan GFP ini dibagi 2, yaitu :! Data Primer Merupakan data internal yang didapat dari PT. QCC.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Mulia Lestari adalah salah satu perusahaan tekstil terkemuka yang beralamatkan di Jl. Cibaligo no. 70 Cimindi-Cimahi. Produk yang dihasilkan adalah kain rajut, yang sebagian besar adalah berbentuk

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di CV. Bening Jati Anugerah yang terletak di Desa Parung Kabupaten Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian April sampai dengan Agustus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang 53 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang diberikan kepada variabel sebagai petunjuk dalam memperoleh

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia

Universitas Bina Nusantara. Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia Universitas Bina Nusantara Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Skripsi Strata 1 Semester Ganjil tahun 2006/2007 Yuyun

Lebih terperinci

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam pengembangan industri dodol durian. 3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. BAB II LANDASAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA Irma Wardani,Mohamad Hanif Khoirudin Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi UNIBA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kelompok Tani Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km 37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan AAPS, perusahaan yang bergerak di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi

Lebih terperinci

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT 32 Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci