V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan i Kecamatan Leuwiliang Analisis hirarki pusat-pusat pelayanan i Kecamatan Leuwiliang ilakukan engan menggunakan metoe skalogram berbobot berasarkan jumlah an jenis fasilitas paa sub unit wilayah (esa) alam Kecamatan Leuwiliang. Desa engan tingkat pelayanan tertinggi mempunyai nilai ineks hirarki > (rataan+1,5 stanar eviasi) termasuk alam hirarki I, esa engan tingkat pelayanan menengah mempunyai nilai rataan ineks hirarki (rataan+1,5 stanar eviasi) termasuk ke alam hirarki II, seangkan esa engan tingkat pelayanan renah mempunyai nilai ineks hirarki<rataan termasuk ke alam hirarki III. Berasarkan ringkasan hasil analisis skalogram berbobot (Tabel 9) apat iketahui bahwa secara keseluruhan wilayah kecamatan Leuwiliang terbagi alam tiga hirarki pusat pelayanan yaitu Desa Leuwiliang paa hirarki I, Desa Leuwimekar, Desa Cibeber I, an Desa Karyasari paa hirarki II, seangkan Desa Purasea, Desa Barengkok, Desa Karacak, Desa Cibeber II, Desa Pabangbon, Desa Karehkel, an Desa Purasari beraa paa hirarki III. Hal tersebut berarti Desa Leuwiliang memiliki pusat-pusat pelayanan an sarana prasarana yang lebih banyak an lebih lengkap ibaningkan esa-esa lainnya i wilayah kecamatan Leuwiliang. Selain itu terbukti bahwa paa umumnya pusat pelayanan ari suatu wilayah cenerung merupakan aerah ibukota ari wilayah tersebut, alam hal ini aalah Desa Leuwiliang yang merupakan ibukota ari Kecamatan Leuwiliang. Hirarki pusat-pusat pelayanan tersebut merupakan penjumlahan ari lima kelompok pusat pelayanan yang mencakup pusat pelayanan pemerintahan, peniikan, kesehatan, ekonomi an permukiman. Susunan an sebaran esa yang menempati masing-masing hirarki pusat pelayanan cenerung beragam tergantung ari kelengkapan sarana prasarana penciri masing-masing pusat pelayanan i tiap esa.

2 35 Tabel 9. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan i Kecamatan Leuwiliang Hirarki Pusat Pelayanan - Pemerintahan Peniikan Kesehatan Ekonomi Permukiman Wilayah I Leuwimekar (11,51) Leuwiliang (28,51) Karyasari (40,18) Leuwiliang (25,62) Pabangbon (7,58) Leuwiliang (90,88) Leuwimekar (22,95) II Leuwiliang (8,28) Cibeber I (24,29) Leuwiliang (28,16) Purasea (10,34) Karacak (5,93) Leuwimekar (78,71) Barengkok (7,39) Leuwimekar (18,11) Cibeber I (25,45) Cibeber I (9,02) Cibeber II (5,21) Cibeber I (67,43) Cibeber I (6,69) Karyasari (15,12) Leuwimekar (23,34) Purasea (4,69) Karyasari (61,47) Karacak (6,63) Purasea (14,35) Barengkok (4,68) III Karehkel (4,99) Barengkok (12,81) Karacak (11,93) Pabangbon (8,92) Leuwimekar (2,81) Purasea (42,79) Cibeber II (4,72) Karacak (10,06) Cibeber II (10,45) Karehkel (4,63) Karyasari (2,42) Barengkok (38,61) Purasea (3,79) Purasari (9.69) Karehkel (10,40) Purasari (4,00) Purasari (2,32) Karacak (38,55) Karyasari (3,36) Pabangbon (8,33) Barengkok (9,99) Karacak (3,75) Karehkel (2,27) Cibeber II (33,25) Pabangbon (2,35) Cibeber II (8,23) Pabangbon (9,80) Barengkok (3,43) Cibeber I (1,99) Pabangbon (31,41) Purasari (0,07) Karehkel (6,38) Purasea (9,62) Cibeber II (3,36) Leuwiliang (0,30) Karehkel (27,48) Purasari (6,16) Karyasari (0,38) Purasari (27,15) Sumber: Hasil Analisis,

3 36 Berikut merupakan penjelasan mengenai hirarki pusat-pusat pelayanan Kecamatan Leuwiliang: a) Pusat Pelayanan Pemerintahan Paa hirarki pusat pelayanan pemerintahan, hirarki I itempati oleh Desa Leuwimekar, hirarki II itempati oleh empat esa yaitu Desa Leuwiliang, Barengkok, Cibeber I, an Karacak, seangkan 6 esa lainnya yaitu Desa Karehkel, Cibeber II, Purasea, Karyasari, Pabangbon an Purasari tergolong alam Hirarki III. Walaupun saat ini ibukota pemerintahan Kecamatan Leuwiliang beraa i Desa Leuwiliang, akan tetapi ternyata Desa Leuwimekar cenerung lebih berpotensi untuk menempati hirarki I untuk pusat pelayanan pemerintahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Desa Leuwimekar cenerung lebih muah ijangkau oleh esa-esa lain i wilayah Kecamatan Leuwiliang an lebih muah menjangkau lokasi-lokasi penting i luar Kecamatan Leuwiliang seperti ibu kota kabupaten terekat an ibu kota kecamatan terekat. b) Pusat Pelayanan Peniikan Desa Leuwiliang menempati Hirarki I pusat pelayanan peniikan. Desa Cibeber 1, Leuwimekar, Karyasari, an Purasea menempati hirarki II, seangkan hirarki III itempati oleh Desa Barengkok, Karacak, Purasari, Pabangbon, Cibeber II, an Karehkel. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemusatan pelayanan peniikan beraa i Desa Leuwiliang yang memiliki berbagai macam infrastruktur peniikan paling lengkap mulai ari TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi/Akaemi, hingga lembaga-lembaga peniikan informal. c) Pusat Pelayanan Kesehatan Berasarkan hirarki ineks pusat pelayanan kesehatan maka apat iketahui bahwa Desa Karyasari beraa paa hirarki I, Desa Leuwiliang, Cibeber I, an Leuwimwkar beraa paa i hirarki II, seangkan tujuh esa lainnya yaitu Karacak, Cibeber II, Karehkel, Barengkok, Pabangbon, Purasea, an Purasari beraa paa Hirarki III. ) Pusat Pelayanan Ekonomi Paa hirarki pusat pelayanan ekonomi, Desa Leuwiliang an Desa Leuwimekar beraa paa hirarki I, Desa Purasea an Cibeber I beraa paa hirarki II, seangkan Desa Pabangbon, Karehkel Purasari, Karacak, Barengkok,

4 37 Cibeber II, an Karyasari beraa paa hirarki III. Pemusatan pelayanan ekomi wilayah kecamatan Leuwiliang yang beraa i Desa Leuwiliang iukung oleh keberaaan fasilitas pasar an terminal angkutan transportasi i esa ini. e) Pusat Pelayanan Permukiman Paa hiraki pusat pelayanan sosial permukiman, Desa Pabangbon tergolong alam hirarki I yang berarti memiliki fasilitas-fasilitas penunjang permukiman cenerung lebih lengkap ibaningkan engan esa-esa lainnya. Selain itu, jumlah unit fasilitas i Desa Pabangbon relatif paling proporsional engan jumlah penuuknya. Seangkan Desa Karacak, Cibeber II, Purasea, an Barengkok tergolong alam hirarki II an enam esa lainnya yaitu Desa Leuwimekar, Karyasari, Purasari, Karehkel, Cibeber I an Leuwiliang tergolong alam hirarki III. Berasarkan uraian i atas maka apat terientifikasi bahwa struktur ruang Kecamatan Leuwiliang teriri ari satu pusat pelayanan utama, beberapa sub pusat pelayanan, an sejumlah aerah belakang (hinterlan). Pusat pelayanan utama sekaligus sebagai pusat pelayanan ekonomi an pusat pelayanan peniikan terletak i Desa Leuwiliang. Beberapa sub pusat pelayanan antara lain aalah Desa Leuwimekar sebagai pusat pelayanan pemerintahan, Desa Karyasari sebagai pusat pelayanan kesehatan, an Desa Pabangbon sebagai pusat pelayanan penunjang permukiman. Daerah sub pusat pelayanan berperan sebagai aerah penyangga atau aerah penghubung antara aerah pusat pelayanan utama engan aerah belakangnya (hinterlan). Kemuian tujuh esa lainnya termasuk Desa Karacak merupakan aerah belakang (hinterlan) untuk wilayah Kecamatan Leuwiliang. Selain terhubung langsung engan beberapa sub pusat pelayanan, aerah hinterlan seperti Desa Karacak juga terhubung engan pusat pelayanan utama yaitu Desa Leuwiliang. Hal tersebut akan terlihat ari kecenerungan (tren) orientasi perjalanan penuuk Desa Karacak sebagai aerah hinterlan alam mengakses pusat-pusat pelayanan.

5 Desa Leuwimekar Sub Pusat Pelayanan Wilayah Pusat Pelayanan Pemerintahan Desa Karacak Desa Pusat Pertumbuhan Sentra Prouksi Manggis Kawasan Agropolitan Cenawasari %[ PABANGBON #Y KAREHKEL LEUWILIANG #Y &\ CIBEBER 1 %[ LEUWIMEKAR #Y BARENGKOK #Y CIBEBER II #Y KARACAK %[ KARYASARI Desa Leuwiliang Pusat Pelayanan Wilayah Pusat Pelayanan Ekonomi Pusat Pelayanan Peniikan Desa Pabangbon Sub Pusat Pelayanan Wilayah Pusat Pelayanan Penunjang Permukiman (Sosial) #Y Desa Desa Karyasari Karyasari Sub Pusat Pelayanan Wilayah Pusat Pelayanan Kesehatan PURASEDA #Y PURASARI Km SKALA 1 : &\ %[ #Y Pusat Pelayanan Sub Pusat Pelayanan Daerah Pelayanan (Hinterlan) PETA STRUKTUR PUSAT PUSAT PELAYANAN KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR Gambar 6. Peta Struktur Pusat-Pusat Pelayanan Kecamatan Leuwiliang

6 Karakteristik Struktur Pusat-Pusat Pelayanan i Kawasan Agropolitan Cenawasari Desa Karacak Berasarkan hasil pengukuran koorinat fasilitas i lapang menggunakan GPS maka apat terientifikasi sebanyak 181 unit fasilitas yang aa i Desa Karacak. Fasilitas-fasilitas tersebut teriri atas lima kelompok fasilitas yaitu kelompok fasilitas peniikan sebanyak 15 unit, kelompok fasilitas kesehatan sebanyak 14 unit, kelompok fasilitas sosial pemerintahan sebanyak 29 unit, kelompok fasilitas penunjang pertanian sebanyak 16 unit, an kelompok fasilitas ekonomi an jasa sebanyak 107 unit. Rincian mengenai kelompok, jumlah jenis an unit fasilitas isajikan paa Tabel 10. Fasilitas-fasilitas tersebut tersebar paa kesepuluh RW yang merupakan unit wilayah ari Desa Karacak. Akan tetapi, paa umumnya fasilitas-fasilitas tersebut cenerung tesebar i sepanjang jalanjalan utama Desa Karacak. Secara spasial sebaran fasilitas Desa Karacak itampilkan paa Gambar 7. Tabel 10. Rincian Kelompok, Jumlah Jenis an Unit Fasilitas Desa Karacak Kelompok Jenis Jumlah (Unit) Distributor Buku 1 Kelompok Jenis Jumlah (Unit) Aspuma 1 Jasa Bengkel 4 Kantor Minapolitan 1 Jasa Fotocopy 1 Kantor Pertanian 1 Jasa Komunikasi (Wartel) 2 Kelompok Tani 4 Jasa Pencucian 2 Pertanian Kolam Minapolitan 3 Ekonomi an Jasa Jasa Salon 2 Koperasi/KUD 3 Jasa Transportasi (Ojek) 3 Penggilingan Pai 1 Koperasi PLTA 1 Posko Agropolitan 1 Toko Bahan Bangunan 1 Sekretariat P4S 1 Usaha Perkayuan 5 Total Pertanian 16 Warung/Toko/Kios 85 Kantor (Balai Desa) 1 Sosial Total Ekonomi an Jasa 107 Pemerintahan Masji/Musholla 18 Poliklinik (Praktek Dokter) 1 Sekretariat RW 10 Poskeses 1 Total Sosial Pemerintahan 29 Kesehatan Posyanu 10 Jumlah Total Fasilitas 181 Praktek Bian 1 Pustu Desa Karacak 1 Total Kesehatan 14 SMA/MA 1 Peniikan SMP/MTs 4 SD/MI 8 TK 2 Total Peniikan 15

7 N RW 07 %a &\ Ñ %[ &\ %a %a &\ RW 08 Ñ &\ %[ RW 05 Ñ &\ %a &\ %a &\ RW 04 %[ Ñ&\ %[ %[%[%[%[ Ñ&\ Ñ &\ %a %a Ñ &\ %[%[ %a &\ Ñ %[ %a &\%[ &\ &\ &\ %a %a%a ÑÑ RW 02 Ñ&\ &\ RW 06 %[ RW 01&\ RW 09 Ñ&\ %[%[ &\ &\ RW 10 Ñ&\ %a %a &\ %[ RW PETA SEBARAN FASILITAS DESA KARACAK Meters SKALA 1 : Keterangan : Sungai Jalan Aspal Jalan Batu Jalan Setapak Batas RW Kelompok Fasilitas : Ekonomi Ñ Kesehatan %a Peniikan %[ Pertanian Sosial Pemerintahan &\ LEGENDA Inset : Kecamatan Leuwiliang Sumber : 1. Peta Aministrasi Batas RW Desa Karacak 2. Koorinat GPS Fasilitas Gambar 7. Peta Sebaran Fasilitas Desa Karacak 40

8 41 Berasarkan pengamatan lapang apat iketahui bahwa konisi fisik fasilitas-fasilitas i Desa Karacak telah cukup memaai walaupun beberapa fasilitas membutuhkan perbaikan. Namun beberapa fasilitas aa yang terletak i alam satu lokasi seperti kantor sekretariat RW, sekretariat kelompok tani, an fasilitas posyanu paa beberapa RW berlokasi i satu tempat yaitu i rumah ketua RW. Beberapa okumentasi (foto) fasilitas Desa Karacak itampilkan paa Gambar 8. (a) Kelompok Fasilitas Peniikan (b) Kelompok Fasilitas Ekonomi (c) Kelompok Fasilitas Kesehatan () Kelompok Fasilitas Sosial (e) Kelompok Fasilitas Pertanian Gambar 8. Dokumentasi (Foto-Foto) Fasilitas i Kawasan Agropolitan Cenawasari, Desa Karacak.

9 PETA STRUKTUR PUSAT PUSAT PELAYANAN KAWASAN AGROPOLITAN CENDAWASARI N Meters RW 07 c #Y RW #Y c RW 05 c c RW 09 RW 04 c c #Y #Y #Y RW 02 #Y RW 06 #Y RW 01 RW 10 c %[ c c &\ %[ c RW SKALA 1 : Cakupan Spatial Stanar Distance Fasilitas Pusat Permukiman RW c Pusat Sebaran Fasilitas Jaringan Antar Pusat Permukiman RW Batas RW IPRW : &\ %[ (^ LEGENDA Hirarki Tinggi Hirarki Seang Hirarki Renah Inset : Kecamatan Leuwiliang Sumber : 1. Data Koorinat Fasilitas Desa Karacak Hasil Pengukuran GPS, Data Koorinat Permukiman ari Peta Penggunaan Lahan 3. Hasil Analisis, 2010 Gambar 9. Peta Struktur Pusat-Pusat Pelayanan Kawasan Agropolitan Cenawasari, Desa Karacak 42

10 43 Sementara itu, ari hasil penelitian lapang apat iientifikasi tiga karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan Desa Karacak yaitu hirarki ineks perkembangan RW (IPRW), tingkat efisiensi pelayanan fasilitas, an pola sebaran fasilitas. Secara spasial ketiga karakteristik tersebut itampilkan paa Gambar 9 an penjelasan mengenai masing-masing karakteristik aalah sebagai berikut: Ineks Perkembangan RW (IPRW) Desa Karacak Hirarki perkembangan wilayah Desa Karacak alam penelitian ini itentukan berasarkan pertimbangan jumlah jenis an unit fasilitas yang imiliki oleh setiap RW, an Ineks Perkembangan RW (IPRW). Berasarkan hasil analisis hirarki wilayah Desa Karacak yang isajikan paa Tabel 11, apat iketahui bahwa paa umumnya tingkat perkembangan wilayah RW i Desa Karacak tergolong masih renah. Hal tersebut itunjukkan oleh jumlah RW yang memiliki hirarki renah, baik berasarkan jumlah jenis an unit fasilitas maupun berasarkan IPRW. Jumlah RW yang memiliki hirarki renah aalah sebanyak 7 RW ari total 10 RW. Tabel 11. Ineks Perkembangan RW (IPRW) Desa Karacak RW Jenis Jumlah IPRW Hirarki RW Tinggi RW Seang RW Seang RW Renah RW Renah RW Renah RW Renah RW Renah RW Renah RW Renah Jumlah Rata-rata Stev Sumber: Hasil Analisis, 2010 Dari Tabel 12 apat iketahui bahwa wilayah RW 01 aalah wilayah yang berhirarki tinggi berasarkan jumlah jenis an unit fasilitas, serta ineks perkembangan RW. Wilayah ini memiliki kelengkapan fasilitas an tingkat kepentingan paling tinggi i Desa Karacak. Seangkan, RW 09 aalah wilayah

11 44 yang memiliki fasilitas engan tingkat kelengkapan an tingkat kepentingan paling renah i Desa Karacak. Sementara itu, beasarkan hasil analisis apat iketahui juga bahwa hirarki wilayah RW i Desa Karacak cenerung konsisten berasarkan jumlah jenis an unit fasilitas, serta berasarkan IPRW. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat perkembangan wilayah RW i Desa Karacak apat itentukan berasarkan jumlah jenis an unit atau berasarkan pertimbangan tingkat kepentingan fasilitas (bobotnya). Dengan kata lain, suatu wilayah RW yang memiliki jumlah jenis an unit fasilitas lebih banyak an beragam, suah pasti juga memiliki tingkat perkembangan wilayah yang lebih tinggi ari wilayah RW yang memiliki jumlah jenis an unit fasilitas yang lebih seikit Efisiensi Pelayanan Fasilitas i Desa Karacak Pusat sebaran fasilitas merupakan posisi yang mewakili sebaran seluruh fasilitas i suatu wilayah, seangkan pusat permukiman aalah posisi pusat yang mewakili sebaran penuuk i suatu wilayah. Dalam penelitian ini, pusat sebaran fasilitas an penuuk setiap RW i Desa Karacak itentukan berasarkan penekatan mean center. Jarak pusat fasilitas ke pusat permukiman RW menggambarkan seberapa besar efisiensi pelayanan fasilitas untuk menjangkau seluruh penuuk i suatu wilayah RW. Semakin ekat jarak pusat sebaran fasilitas terhaap pusat permukiman RW maka efisiensi pelayanan fasilitas i wilayah tersebut semakin tinggi an semakin jauh jarak pusat sebaran fasilitas terhaap pusat permukiman RW maka efisiensi pelayanan fasilitas i wilayah tersebut semakin renah. Dari hasil penghitungan jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman RW (Lampiran 5) iperoleh nilai rata-rata jarak mean center sebesar 133,79 meter sehingga apat iuga bahwa pelayanan fasilitas i wilayah RW 01, RW 03, RW 04, RW 06, RW 07, an RW 09 cenerung efisien karena memiliki jarak mean center yang lebih renah ari nilai rata-rata, seangkan pelayanan fasilitas i wilayah RW 02, RW 05, RW 08 an RW 10 cenerung kurang efisien karena memiliki jarak mean center yang lebih tinggi ari nilai rata-rata. Disamping itu, berasarkan grafik jarak pusat sebaran fasilitas terhaap pusat permukiman RW (Gambar 10) apat iketahui bahwa RW 03 aalah wilayah yang memiliki

12 45 efisiensi pelayanan fasilitas paling tinggi i Desa Karacak. Wilayah ini memiliki jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman RW paling ekat ibaningkan wilayah RW lainnya, seangkan wilayah yang memiliki efisiensi pelayanan fasilitas paling renah aalah RW 02. Jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman RW i wilayah ini paling jauh ibaningkan wilayah RW lainnya. Hal tersebut isebabkan karena wilayah RW 02 teriri ari ua permukiman yang letaknya cenerung saling berjauhan yaitu Kampung Karyabakti an Kampung Lebak Kaum seangkan fasilitas-fasilitas i wilayah RW 02 cenerung terkonsentrasi i Kampung Lebak Kaum. Sehingga fasilitas-fasilitas tersebut cenerung sulit ijangkau oleh penuuk yang bermukim i Kampung Karyabakti. Gambar 10. Grafik Jarak Pusat Sebaran Fasilitas ke Pusat Permukiman RW Dari grafik yang itampilkan paa Gambar 10 juga apat iketahui bahwa wilayah RW yang memiliki jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman RW paling ekat belum tentu memiliki rataan jarak fasilitas ke pusat permukiman RW yang paling ekat juga. Hal tersebut iakibatkan karena aa beberapa fasilitas paa suatu RW yang justru ihitung jaraknya ke pusat permukiman RW lain yang cenerung lebih ekat engan lokasi tersebut bukan ke permukiman RW imana fasilitas tersebut beraa. Akan tetapi, berasarkan hasil analisis korelasi (Lampiran 11) apat iketahui bahwa secara statistik keua parameter tersebut saling berkorelasi positif engan nilai koefisien korelasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,820. Hal ini menunjukkan bahwa paa umumnya jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman RW cenerung semakin ekat

13 46 engan semakin renahnya rataan jarak fasilitas ke pusat permukiman RW terekat, an begitupun sebaliknya jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman RW cenerung semakin jauh engan semakin tingginya rataan jarak fasilitas ke pusat permukiman RW terekat Pola Sebaran Fasilitas Desa Karacak Sebaran fasilitas memiliki kecenerungan untuk terpusat atau terispersi ari pusat sebarannya. Kecenerungan tersebut icerminkan oleh nilai spatial stanar istance. Pemusatan sebaran fasilitas meningkat searah engan penurunan nilai spatial stanar istance seangkan ispersi sebaran fasilitas meningkat engan semakin meningkatnya nilai spatial stanar istance. Wilayah RW yang memiliki sebaran fasilitas terpusat merupakan wilayah yang memiliki fasilitas engan jangkauan pelayanan yang sempit. Sebaliknya, wilayah RW yang memiliki sebaran fasilitas terispersi merupakan wilayah yang memiliki fasilitas engan jangkauan pelayanan yang luas. Gambar 11. Grafik Nilai Spatial Stanar Distance (D) Fasilitas Desa Karacak Dari hasil penghitungan nilai spatial stanar istance (Lampiran 5) iperoleh nilai rata-rata spatial stanar istance sebesar 188,26 meter sehingga apat iuga bahwa pola penyebaran fasilitas i wilayah RW 01, RW 05, RW 06, RW 07, an RW 09 cenerung memusat an memiliki jangkauan pelayanan yang sempit karena memiliki nilai spatial stanar istance yang lebih renah ari nilai rata-rata, seangkan pola penyebaran fasilitas i wilayah RW 02, RW 03, RW 04, RW 08, an RW 10 cenerung terispersi an memiliki jangkauan pelayanan yang luas karena memiliki nilai spatial stanar istance yang lebih tinggi ari nilai rata-rata. Selain itu, ari grafik nilai spatial stanar istance

14 47 (Gambar 11) apat ilihat bahwa wilayah RW 07 memiliki nilai spatial stanar istance fasilitas paling renah ibaningkan engan wilayah RW lainnya sehingga apat iuga bahwa sebaran fasilitas i RW 07 cenerung paling memusat atau memiliki jangkauan pelayanan fasilitas paling sempit i Desa Karacak. Di samping itu, wilayah RW 08 yang memiliki nilai spatial stanar istance fasilitas paling tinggi iuga memiliki sebaran fasilitas yang cenerung paling terispersi (menyebar) an cenerung memiliki jangkauan pelayanan fasilitas paling luas ibaningkan wilayah RW lainnya i Desa Karacak Keunggulan Komparatif Komoitas Manggis i Desa Karacak Penggunaaan lahan eksisting kebun manggis iientifikasi berasarkan hasil engan interpretasi penggunaan lahan ari Citra Satelit Geo-Eye 1 (Google Earth) imagery ate: 11 July Berasarkan ata hasil analisis spasial (Tabel 12) iketahui bahwa luas kebun manggis i Desa Karacak aalah sebesar 113,17 Ha atau sekitar 14,85% ari luas total wilayah Desa Karacak. Di samping itu, kebun manggis tersebar i 10 kampung yaitu kampung Babakan, Cengal, Cengal Sirna, Ciletuh Hilir, Darmabakti, Karyabakti, Lebak Kaum, Rawajero, Sinargalih, an Sumberjaya. Kebun manggis terluas beraa i Kampung Cengal Sirna yang memiliki luas kebun manggis sebesar 32,56 Ha atau sebesar 28,77% ari luas total kebun manggis i Desa Karacak. Peta sebaran kebun manggis Desa Karacak apat ilihat paa Gambar 12. Tabel 12. Sebaran an Pemusatan Penggunaan Lahan Kebun Manggis i Desa Karacak Kampung RW Luas Kebun Manggis (Ha) % Nilai LQ Babakan RW Cengal RW Cengal Sirna RW Ciletuh Hilir RW Darmabakti RW Karyabakti RW Lebak Kaum RW Rawajero RW Sinargalih RW Sumberjaya RW Jumlah Sumber: Hasil Analisis, 2010

15 48 Pemusatan penggunaan lahan ianalisis berasarkan informasi penggunaan lahan i setiap kampung i Desa Karacak engan menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Dalam penelitian ini analisis LQ igunakan untuk membaningkan pangsa sub wilayah atau kampung alam aktivitas penggunaan lahan kebun manggis engan pangsa total aktivitas penggunaan lahan kebun manggis alam total wilayah. Nilai LQ lebih ari satu menunjukkan bahwa terjai pemusatan penggunaan lahan kebun manggis paa kampung tertentu atau pangsa pangsa penggunaan lahan kebun manggis i kampung tertentu lebih besar ari rata-rata total penggunaan lahan i Desa Karacak. Berasarkan hasil analisis LQ iketahui bahwa pemusatan penggunaan lahan kebun manggis terjai i tujuh kampung yaitu Kampung Cengal Sirna (5,44), Kampung Sinargalih (4,21), Kampung Cengal (4,04), Kampung Sumberjaya (2,08), Kampung Babakan (1,82), Kampung Rawajero (1,22), an Kampung Darmabakti (1,02) karena memiliki nilai LQ yang lebih besar ari satu. Seangkan paa kampung-kampung lainnya cenerung tiak terjai pemusatan penggunaan lahan kebun manggis karena memiliki nilai LQ yang kurang ari satu. Pemusatan penggunaan lahan kebun manggis paling tinggi terjai i Kampung Cengal Sirna yang secara aministratif merupakan wilayah ari RW Ciletuh Hilir Cengal Sirna Lebak Sirna Nariti Sinargalih Karyabakti Wanakarya Pakusarakan Rawajero Darmabakti Sumberjaya Cengal Babakan Lebak Kaum Sukaresmi Legena : Batas Kampung Kebun Manggis Jalan Aspal Jalan Batu Jalan Setapak Hegarmanah Sukamaju M SKALA 1 : Gambar 12. Peta Sebaran Kebun Manggis Desa Karacak

16 Orientasi Perjalanan Penuuk Kawasan Agropolitan Orientasi perjalanan penuuk yang ianalisis paa penelitian ini terbagi menjai ua bagian yaitu orientasi perjalanan penuuk terhaap pusat-pusat pelayanan umum an orientasi perjalanan penuuk terhaap pusat-pusat pelayanan agribisnis manggis Orientasi Perjalanan Penuuk Terhaap Pusat-Pusat Pelayanan Umum Orientasi perjalanan penuuk terhaap pusat-pusat pelayanan umum iientifikasi berasarkan lokasi tujuan, alat transportasi yang igunakan, maksu perjalanan, an fasilitas yang ituju. Berasarkan hasil survei terhaap 50 rumah tangga (KK) yang isajikan paa lampiran 9 iketahui bahwa alam waktu satu minggu, masyarakat kawasan agropolitan Desa Karacak cenerung melakukan aktivitas sehari-hari seperti belanja, bekerja, sekolah an aktivitas lainnya i lokasi-lokasi yang relatif ekat engan tempat tinggal mereka. Hal tersebut terlihat ari kecenerungan perjalanan internal (i alam esa) sebanyak perjalanan ari total perjalanan atau sebesar 76,8 % seangkan perjalanan eksternal hanya sebesar 18,2 % atau sebanyak 294 perjalanan. Sementara itu, 5% sisanya aalah perjalanan ke luar Kecamatan Leuwiliang an kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, Bogor, an Banung. Proporsi perjalanan penuuk berasarkan lokasi tujuan itampilkan paa Gambar 13. Gambar 13. Proporsi Perjalanan Penuuk Desa Karacak Berasarkan Lokasi Tujuan Perjalanan eksternal merupakan perjalanan antar esa yang masih alam wilayah Kecamatan Leuwiliang. Perjalanan ke Desa Leuwiliang merupakan perjalanan yang memiliki frekuensi paling tinggi paa perjalanan eksternal yaitu

17 50 sebanyak 241 perjalanan. Perjalanan penuuk yang tinggi menuju Desa Leuwiliang iorong oleh keberaaan Pasar Leuwiliang yang menjai pusat kegiatan perekonomian untuk wilayah Kecamatan Leuwiliang. Faktor lain yang menyebabkan tingginya frekuensi perjalanan ke Desa Leuwiliang aalah fasilitas Desa Leuwiliang yang relatif beragam an memaai baik ari jumlah maupun jenis sehingga konisi ini menjaikan Desa Leuwiliang sebagai pusat tujuan perjalanan eksternal penuuk i kawasan agropolitan. Selain itu, apabila ilihat ari peta perjalanan eksternal yang itampilkan paa Gambar 14 iketahui bahwa perjalanan eksternal hanya ilakukan ke esa-esa yang ilalui oleh jalan raya penghubung antar esa i Kecamatan Leuwiliang. Sehingga apat iuga bahwa keberaaan jaringan jalan yang memaai turut mempengaruhi orientasi pergerakan eksternal penuuk Desa Karacak KAREHKEL PETA PERGERAKAN EKSTERNAL PENDUDUK KAWASAN AGROPOLITAN CENDAWASARI LEUWILIANG DESA KARACAK CIBEBER 1 LEUWIMEKAR N BARENGKOK PABANGBON CIBEBER II KARACAK KARYASARI PURASEDA Meters SKALA 1 : LEGENDA Ke Desa Leuwiliang (241 Perjalanan) Ke Desa Barengkok (18 Perjalanan) Ke Desa Karyasari (14 Perjalanan) Ke Desa Leuwimekar (11 Perjalanan) Ke Desa Purasea (10 Perjalanan) Batas Desa PURASARI Sumber : 1. Peta Aministrasi Kecamatan Leuwiliang 2. Hasil Survei Rumah Tangga, 2010 Gambar 14. Peta Perjalanan Eksternal Penuuk Kawasan Agropolitan Cenawasari Berasarkan hasil survei juga apat iketahui bahwa perjalanan eksternal cenerung ilakukan oleh penuuk yang tinggal i RW 01, RW 03, RW 04 an RW 10 karena keempat RW tersebut memiliki jaringan jalan yang memaai an ilalui oleh trayek angkutan umum (angkot). Selain itu, preferensi perjalanan internal relatif ilakukan oleh seluruh penuuk Desa Karacak baik penuuk

18 51 yang tinggal i RW yang memiliki jaringan jalan yang memaai maupun penuuk yang tinggal i RW yang memiliki jaringan jalan yang rusak (kurang memaai). Kecenerungan (tren) perjalanan internal yang ilakukan oleh penuuk kawasan agropolitan menyebabkan penggunaan alat transportasi yang relatif renah. Hal tersebut apat ilihat ari penggunaan moa transportasi berjalan kaki yang memiliki frekuensi paling tinggi yaitu sebanyak perjalanan atau sebesar 70.9 % ari total perjalanan. Seangkan moa transportasi umum yang igunakan aalah angkutan umum (angkot) sebanyak 307 perjalanan (19 %) an ojek sebanyak 120 perjalanan (7,4 %). Proporsi perjalanan penuuk berasarkan alat transportasi yang igunakan itampilkan paa Gambar 15. Gambar 15. Proporsi Perjalanan Penuuk Desa Karacak Berasarkan Alat Transportasi yang Digunakan Preferensi penuuk untuk menggunakan moa transportasi umum ipengaruhi oleh keberaaan sarana prasarana an konisi wilayah tiap RW. Moa transportasi angkutan umum (angkot) cenerung banyak igunakan oleh penuuk RW 01, RW 02, RW 03, an RW 10 karena keempat wilayah RW tersebut terletak i sepanjang Jalan Raya Desa Karacak yang merupakan jalur angkutan umum (angkot) jurusan Leuwiliang-Purasea. Di samping itu, moa transportasi ojek cenerung igunakan oleh penuuk yang bermukim i RW 04 sampai RW 09 karena RW-RW tersebut tiak ilalui oleh jalur angkutan umum (angkot) an memiliki konisi wilayah yang relatif berbukit. Sementara itu, penggunaan moa transportasi pribai seperti motor an mobil juga relatif renah. Hal tersebut iketahui ari frekuensi perjalanan yang menggunakan motor pribai

19 52 sebanyak 40 perjalanan an mobil pribai sebanyak 2 perjalanan saja. Sebaran spasial orientasi perjalanan penuuk berasarkan alat transportasi yang igunakan apat ilihat paa Gambar PETA ORIENTASI PERGERAKAN PENDUDUK (Berasarkan Alat Transportasi Yg Dipakai) KAWASAN AGROPOLITAN CENDAWASARI DESA KARACAK N RW Meters RW 03 SKALA 1 : RW LEGENDA RW 07 RW Batas RW Jalan Aspal RW 08 RW 06 RW Jalan Batu Jalan Setapak Alat Transportasi : RW 10 Jalan Kaki Ojek RW Angkutan Umum Mobil Pribai Motor Pribai Sumber : 1. Peta Aministrasi Desa Karacak Hasil Survei Rumah Tangga, 2010 Gambar 16. Peta Sebaran MoaTransportasi Penuuk Desa Karacak Berasarkan maksu perjalanan apat iketahui bahwa frekuensi perjalanan penuuk tertinggi aalah perjalanan engan maksu belanja sebanyak 707 perjalanan atau sebesar 43,9 % ari total perjalanan. Perjalanan belanja memiliki frekuensi paling tingggi ikarenakan hampir semua responen melakukan perjalanan belanja rata-rata 2-3 kali alam sehari. Perjalanan belanja ilakukan engan mengakses fasilitas warung/toko/kios yang terekat ari tempat tinggal an mengakses fasilitas pasar i Desa Leuwiliang. Selain itu, perjalanan engan maksu sekolah sebanyak 405 perjalanan (25,1 %), perjalanan engan maksu bekerja sebanyak 385 perjalanan (23,9 %), perjalanan engan maksu berobat sebanyak 55 perjalanan (3,4 %), an perjalanan engan maksu lain-lain sebanyak 60 perjalanan (3,7 %). Perjalanan engan maksu lain-lain meliputi pengajian, service kenaraan bermotor, an mengisi bahan bakar kenaraan bermotor (BBM). Proporsi perjalanan penuuk berasarkan maksu perjalanan itampilkan paa Gambar 17.

20 53 Gambar 17. Proporsi Perjalanan Penuuk Desa Karacak Berasarkan Maksu Perjalanan Ditinjau ari fasilitas tujuannya, iketahui bahwa perjalanan yang ilakukan oleh penuuk kawasan agropolitan bertujuan untuk mengakses 17 fasilitas engan frekuensi tertinggi yaitu perjalanan ke fasilitas warung/toko/kios sebanyak 612 perjalanan (38%). Seangkan, sebanyak 311 perjalanan (19,3%) ilakukan engan tujuan fasilitas tempat bekerja termasuk sawah atau kebun, karena sebagian besar penuuk kawasan agropolitan bermata pencaharian sebagai petani. Fasilitas peniikan juga menjai tujuan ari perjalanan yang ilakukan oleh penuuk kawasan agropolitan. Fasilitas SD memiliki frekuensi perjalanan tertinggi untuk kelompok fasilitas peniikan yaitu sebanyak 222 perjalanan (13,8%). Sementara itu, fasilitas perekonomian seperti pasar memiliki proporsi perjalanan sebanyak 111 perjalanan (6,9%). Proporsi perjalanan penuuk berasarkan fasilitas tujuannya itampilkan paa Gambar 18. Gambar 18. Proporsi Perjalanan Penuuk Desa Karacak Berasarkan Fasilitas yang Dituju

21 Orientasi Perjalanan Penuuk Terhaap Pusat-Pusat Pelayanan Agribisnis Manggis Berasarkan hasil survei wawancara kepaa 25 orang responen petani manggis (Gambar 19) apat iketahui bahwa petani manggis cenerung melakukan perjalanan eksternal engan maksu untuk membeli sarana prouksi pertanian (saprotan). Sebanyak 16 petani manggis atau sebesar 64% ari total petani responen memenuhi kebutuhan sarana prouksi pertanian ari esa lain (eksternal) an sebanyak 9 petani manggis atau sebesar 36% ari total petani responen memenuhi kebutuhan sarana prouksi pertanian ari koperasi/kbu Al Ihsan yang beraa i alam Desa Karacak (Internal). Petani manggis yang memenuhi kebutuhan sarana prouksi pertanian secara internal aalah petani manggis yang menjai anggota koperasi (KBU Al Ihsan) seangkan yang tiak menjai anggota paa koperasi tersebut cenerung memenuhi kebutuhan sarana prouksi pertanian ari esa lain (eksternal). Desa Leuwiliang merupakan tujuan utama bagi para petani manggis yang memenuhi kebutuhan saprotan secara eksternal. Hal tersebut ikarenakan jarak antara Desa Karacak an Desa Leuwiliang yang tiak terlalu jauh an letak Desa Leuwiliang yang relatif muah ijangkau, baik engan menggunakan kenaraan pribai maupun engan menggunakan kenaraan umum. Di samping itu, Desa Leuwiliang memiliki fasilitas toko sarana prouksi pertanian yang relatif paling lengkap ibaningkan engan esa-esa lainnya. Gambar 19. Proporsi Perjalanan Penuuk Desa Karacak terhaap Pusat-Pusat Pelayanan Agribisnis Manggis

22 55 Sementara itu berasarkan survei terhaap 25 orang responen petani manggis juga apat iketahui bahwa perjalanan petani manggis terkait penjualan hasil panen relatif hanya ilakukan secara internal karena sebanyak 14 orang petani manggis (56% ari total petani responen) cenerung menjual hasil panen ke peagang pengumpul tingkat kampung yang umumnya beraa paa lokasi yang berekatan engan petani responen an sebanyak 9 orang petani manggis (36% ari total petani responen) menjual hasil panen ke koperasi yang lokasinya juga relatif berekatan engan petani responen. Di samping itu, hanya sebanyak 2 orang petani manggis (8% ari total petani responen) menjual hasil panen kepaa peagang pengumpul antar kota. Hasil panen buah manggis yang ijual ke peagang pengumpul tingkat kampung an koperasi ilakukan engan imasukkan ke alam keranjang bambu atau karung an iangkut engan cara ipikul. Seangkan jika hasil panen ijual kepaa peagang pengumpul antar kota, petani hanya menerima bersih ari hasil penjualan karena seluruh proses panen an pasca panen ilakukan oleh peagang pengumpul antar kota yang langsung atang untuk mengambil hasil panen engan menggunakan mobil truk atau pick up Pengaruh Karakteristik Struktur Pusat-Pusat Pelayanan Terhaap Orientasi Perjalanan Penuuk Kawasan Agropolitan Besarnya pengaruh sejumlah karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan terhaap kecenerungan (tren) orientasi perjalanan penuuk apat ilihat engan melakukan analisis regresi bergana. Karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan yang igunakan sebagai variabel penjelas alam analisis regresi bergana meliputi Ineks Perkembangan RW (IPRW), Jarak ari Pusat Sebaran Fasilitas ke Pusat Permukiman RW (mean istance), Nilai spatial stanar istance (SSD), jumlah rumah tangga (KK), luas area permukiman, jumlah fasilitas ekonomi, jumlah fasilitas peniikan, an jumlah fasilitas penunjang pertanian. Masing-masing variabel penjelas tersebut akan ilihat pengaruhnya terhaap ua variabel tujuan yaitu total perjalanan internal an total perjalanan eksternal (mencakup luar kecamatan).

23 56 Dari hasil analisis regresi bergana (Lampiran 10) iperoleh ua pilihan koefisien yaitu Beta an B. Beta aalah nilai parameter hasil analisis regresi jika iasumsikan nilai intercept sama engan nol seangkan B merupakan kombinasi parameter regresi jika nilai intercept tiak sama engan nol. Variabel-variabel penjelas yang igunakan paa penelitian ini cenerung memiliki satuan yang berbea-bea sehingga iasumsikan koefisien Beta yang igunakan an nilai intercept ianggap sama engan nol karena umumnya nilai Beta iperoleh ari ata yang istanarisasi (inormalkan). Parameter-parameter yang berpengaruh nyata secara statistik aalah parameter yang beraa paa selang kepercayaan 90-95% (0,05<p-level<0,1). Seangkan parameter yang berpengaruh sangat nyata secara statistik aalah parameter yang beraa paa selang kepercayaan >95% (p-level<0,05), an parameter yang tiak berpengaruh nyata secara statistik aalah parameter yang beraa paa selang kepercayaan <90% (p-level>0,1). Ringkasan hasil analisis bergana isajikan paa Tabel 13. Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Bergana Variabel Penjelas Variabel Tujuan Perjalanan Internal (Y 1 ) Perjalanan Eksternal (Y 2 ) Intercept IPRW (X 1 ) -5,491* Jarak Permukiman- Fasilitas (X 2 ) -0,213* SSD (X 3 ) 0,016 Jumlah KK (X 4 ) 1,044** 0,396 Luas Permukiman (X 5 ) 0,306* Fas Ekonomi (X 6 ) -0,601** 5,447* Fas Peniikan (X 7 ) -0,050 0,625 Fas Pertanian (X 8 ) 0,257** 0,350 R R Keterangan : *nyata paa taraf 0,05<p-level<0,1 **sangat nyata paa taraf p-level<0,05 Total Perjalanan Internal Melalui hasil analisis regresi bergana apat ilihat bahwa variabel X 4 (jumlah rumah tangga), variabel X 6 (jumlah fasilitas ekononi), an variabel X 8

24 57 (jumlah fasilitas penunjang pertanian) berpengaruh sangat nyata terhaap total perjalanan internal penuuk kawasan agropolitan. Seangkan variabel X 2 (jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman) an variabel X 5 (luas permukiman) berpengaruh nyata terhaap total perjalanan internal penuuk kawasan agropolitan. Hubungan antara kelima variabel tersebut engan total perjalanan internal apat inyatakan alam persamaan : Y 1 = 0,213 X 2 + 1,044 X 4 + 0,306 X 5-0,601 X 6 + 0,257 X 8 R 2 = 0,997 Setiap pertambahan jumlah rumah tangga (KK), pertambahan jumlah fasilitas penunjang pertanian, an pertambahan luas area permukiman berpengaruh positif terhaap total perjalanan internal paa saat parameter lain tetap. Dengan kata lain total perjalanan internal penuuk kawasan agropolitan cenerung akan semakin meningkat engan semakin bertambahnya jumlah rumah tangga (KK), jumlah fasilitas penunjang pertanian, an luas area permukiman alam suatu RW. Semakin banyak jumlah fasilitas pertanian akan cenerung meningkatkan total perjalanan internal penuuk kawasan agropolitan ikarenakan oleh mayoritas penuuk kawasan agropolitan bermata pencaharian sebagai petani. Kemuian bertambahnya luas area permukiman alam suatu RW cenerung meningkatkan total perjalanan internal isebabkan karena area permukiman merupakan lokasi tempat tinggal an beraktivitas ari penuuk sehingga engan bertambahnya luas permukiman akan cenerung meningkatkan jumlah penuuk an perjalanan alam suatu unit wilayah. Disamping itu, setiap kenaikan jumlah fasilitas ekonomi an pertambahan jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat sebaran permukiman (mean istance) cenerung berpengaruh negatif terhaap total perjalanan internal paa saat parameter lain tetap. Jumlah fasilitas ekonomi yang semakin banyak paa suatu RW akan menyebabkan kecenerungan penuuk untuk melakukan perjalanan internal semakin berkurang. Hal ini isebabkan karena penuuk yang merupakan pemilik fasilitas ekonomi (warung/toko/kios) cenerung melakukan perjalanan eksternal untuk belanja kebutuhan warung/toko/kios ke toko grosir atau pasar yang terletak i luar Desa Karacak. Seangkan Nilai mean istance menggambarkan tingkat efisiensi pelayanan fasilitas imana semakin kecil nilai mean istance paa suatu RW maka pelayanan fasilitas semakin efisien.

25 58 Sehingga, apat ikatakan bahwa semakin ekat jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman menyebabkan meningkatnya tren perjalanan internal yang ilakukan oleh penuuk kawasan agropolitan. Total Perjalanan Eksternal Berasarkan hasil analisis regresi bergana apat iketahui bahwa variabel X 1 (IPRW) an variabel X 6 (jumlah fasilitas ekonomi) berpengaruh nyata terhaap total perjalanan eksternal penuuk kawasan agropolitan. Hubungan antara variabel-variabel tersebut engan total perjalanan eksternal apat inyatakan alam persamaan : Y 2 = -5,491 X 1 + 5,447 X 6 R 2 = 0,878 Setiap kenaikan IPRW berpengaruh negatif terhaap total perjalanan eksternal paa saat parameter lain tetap. IPRW merupakan inikator lengkap atau tiaknya fasilitas an sarana penunjang i suatu RW. Semakin lengkap an banyak fasilitas i suatu RW maka total perjalanan eksternal penuuk kawasan agropolitan akan cenerung berkurang karena semua fasilitas an sarana penunjang telah terseia alam RW tersebut. Sebaliknya, setiap kenaikan jumlah fasilitas ekonomi justru berpengaruh positif terhaap total perjalanan eksternal paa saat parameter lain tetap. Jumlah fasilitas ekonomi yang semakin banyak paa suatu RW akan menyebabkan meningkatnya kecenerungan penuuk untuk melakukan perjalanan eksternal. Tren Perjalanan tersebut ilakukan oleh pemilik fasilitas ekonomi (warung/toko/kios) engan tujuan untuk berbelanja kebutuhan fasilitas ekonomi (warung/toko/kios) ke grosir an atau pasar Keterkaitan Struktur Pusat-Pusat Pelayanan an Orientasi Perjalanan Penuuk alam Pengembangan Kawasan Agropolitan Cenawasari Berasarkan tiga karakteristik struktur pusat pelayanan yang iientifikasi paa penelitian ini (Tabel 14) maka apat iuga bahwa RW 01 merupakan pusat pelayanan Desa Karacak karena memiliki hirarki IPRW paling tinggi. Disamping itu, pelayanan fasilitas i RW 01 cenerung efisien engan pola sebaran fasilitas yang cenerung memusat. Akan tetapi, sebagai suatu pusat pelayanan wilayah henaknya RW 01 tiak hanya mencukupi kebutuhan penuuk i wilayahnya

26 59 seniri melainkan juga apat mencukupi kebutuhan unit-unit wilayah i sekitarnya. Oleh karena itu, iperlukan aanya penataan an penentuan lokasilokasi fasilitas baru i RW 01 yang imaksukan agar fasilitas tiak hanya memusat paa suatu titik lokasi saja sehingga jangkauan pelayanan fasilitasnya relatif lebih terispersi/menyebar. Dengan kata lain fasilitas-fasilitas RW 01 nantinya tiak hanya apat iakses oleh penuuk yang tinggal i wilayah RW 01 saja tetapi juga apat iakses oleh penuuk yang tinggal i RW-RW lainnya i Desa Karacak. Fasilitas-fasilitas i beberapa RW yang berhirarki seang seperti RW 03 an RW 10 juga harus ioptimalkan karena isamping memiliki pelayanan fasilitas yang cenerung efisien, sebaran fasilitasnya juga cenerung terispersi sehingga iuga fasilitas-fasilitas i keua RW tersebut juga apat iakses oleh RW lain isekitarnya. Selain itu, RW 04 juga berpotensi untuk ikembangkan sebagai sub pusat pelayanan karena pelayanan fasilitas i RW 04 cenerung efisien an sebaran fasilitasnya juga cenerung terispersi, akan tetapi RW 04 masih tergolong berhirarki renah sehingga masih ibutuhkan peningkatan alam hal jumlah jenis an jumlah unit fasilitas. Tabel 14. Keterkaitan Struktur Pusat-Pusat Pelayanan engan Orientasi Perjalanan Penuuk Kawasan Agropolitan Cenawasari RW Tingkat Pola Perjalanan Hirarki Perjalanan Internal Efisiensi Sebaran Eksternal IPRW Fasilitas Fasilitas Jumlah Intensitas Jumlah Intensitas RW 01 Tinggi Efisien Memusat 178 Tinggi 96 Tinggi RW 02 Renah Kurang Efisien Terispersi 94 Renah 12 Renah RW 03 Seang Efisien Terispersi 119 Renah 61 Tinggi RW 04 Renah Efisien Terispersi 116 Renah 41 Tinggi RW 05 Renah Kurang Efisien Memusat 95 Renah 25 Renah RW 06 Renah Efisien Memusat 227 Tinggi 11 Renah RW 07 Renah Efisien Memusat 80 Renah 4 Renah RW 08 Renah Kurang Efisien Terispersi 88 Renah 9 Renah RW 09 Renah Efisien Memusat 112 Renah 36 Renah RW 10 Seang Kurang Efisien Terispersi 129 Tinggi 79 Tinggi Total Rata-Rata 123,8 37,4 Sumber: Hasil Analisis, 2010 Efektif atau tiaknya suatu pusat pelayanan apat iukur ari kemuahan penuuk alam mengakses pusat-pusat pelayanan tersebut. Dalam hal ini

27 60 keberaaan jaringan jalan yang memaai menjai sangat berpengaruh. Hasil penelitian an ientifikasi i lapangan menunjukkan bahwa beberapa RW i Desa Karacak seperti RW 05, RW 07, an RW 08 yang memiliki jaringan jalan yang rusak an tiak memaai cenerung melakukan intensitas perjalanan yang renah. Hal tersebut menanakan bahwa penuuk cenerung mengalami kesulitan alam mengakses berbagai pusat pelayanan, paahal RW-RW tersebut memiliki keunggulan komparatif komoitas unggulan manggis yang relatif tinggi. Oleh karena itu, engan aanya perbaikan jaringan jalan iharapkan apat menciptakan suatu struktur pusat pelayanan yang efektif baik untuk pusat-pusat pelayanan umum maupun pusat pelayanan penunjang komoitas unggulan manggis yang telah lama ikembangkan i Kawasan Agropolitan Cenawasari Desa Karacak. Pengembangan struktur pusat pelayanan suatu kawasan agropolitan henaknya ilakukan secara seimbang antara aspek internal kawasan an aspek eksternal kawasan. Hal tersebut imaksukan untuk meminimalisir ampak negatif ari masing-masing aspek kawasan sehingga tiak terjai ketimpangan antara internal kawasan agropolitan engan eksternal kawasan agropolitan. Gambar 20. Grafik Nilai Koefisien Regresi Bergana

28 61 Berasarkan grafik nilai koefisien regresi bergana yang itampilkan paa Gambar 20 apat iketahui bahwa karakteristik jumlah fasilitas penunjang pertanian berpengaruh positif terhaap total perjalanan internal yang ilakukan oleh penuuk Kawasan Agropolitan Cenawasari sehingga apat iuga bahwa peningkatan jumlah fasilitas penunjang pertanian cenerung akan memperkuat struktur internal Kawasan Agropolitan Cenawasari seangkan peningkatan jumlah fasilitas ekonomi yang cenerung berpengaruh positif terhaap total perjalanan eksternal iuga apat memperkuat struktur eksternal Kawasan Agropolitan Cenawasari engan aerah i sekitarnya. Oleh karena itu, peningkatan jumlah fasilitas ekonomi i Kawasan Agropolitan Cenawasari harus iimbangi engan peningkatan jumlah fasilitas penunjang pertanian agar terbentuk suatu struktur pusat-pusat pelayanan yang mantap ari aspek internal an eksternal. Jenis fasilitas penunjang pertanian yang perlu itingkatkan antara lain aalah toko sarana prouksi pertanian (saprotan) karena hingga saat ini baru terseia satu toko sarana prouksi pertanian i Desa Karacak yang relatif belum apat melayani seluruh kebutuhan petani. Oleh karena itu, fasilitas ekonomi seperti toko/warung/kios yang nantinya akan itambah atau itingkatkan henaknya tiak hanya menyeiakan kebutuhan pokok sehari-hari saja akan tetapi juga menyeiakan kebutuhan saprotan untuk para petani manggis sehingga petani tiak harus membeli saprotan ke luar esa. Hal tersebut akan meningkatkan nilai tambah bagi petani karena petani tiak harus mengeluarkan biaya tambahan (biaya transportasi) untuk membeli saprotan ke luar esa. Fasilitas sub terminal agribisnis (STA) an fasilitas guang pengumpul juga merupakan jenis fasilitas penunjang pertanian yang ibutuhkan oleh Kawasan Agropolitan Cenawasari karena hingga saat ini fasilitas tersebut belum terseia i kawasan tersebut. Keberaaan fasilitas tersebut iharapkan apat meningkatkan peran petani manggis alam menciptakan kegiatan pengelolaan pasca panen an sistem pemasaran yang efektif sehingga cenerung apat meningkatkan kesejahteraan para petani manggis.

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 23 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4..1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kawasan Agropolitan Cendawasari merupakan suatu kawasan perdesaan berbasis pertanian yang dirilis menjadi suatu Kawasan Agropolitan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Gambaran Umum Kecamatan Leuwiliang

GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Gambaran Umum Kecamatan Leuwiliang GAMBARAN UMUM PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum penelitian yang dilihat dari gambaran umum Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor yang merupakan kawasan agropolitan zona satu dilihat dari

Lebih terperinci

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 1 Safa at Yulianto, Kishera Hilya Hiayatullah 1, Ak. Statistika Muhammaiyah Semarang

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :

Lebih terperinci

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham BAB II DASAR TEORI Paa bab ini akan ijelaskan asar teori yang igunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis funamental, analisis teknis, moving average, oscillator, an metoe Relative Strength

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe eksplanatori. Penelitian eksplanatori merupakan penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan antarvariabel

Lebih terperinci

JURNAL PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN OBAT GENERIK DI APOTEK SAIYO FARMA JOMBANG

JURNAL PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN OBAT GENERIK DI APOTEK SAIYO FARMA JOMBANG JURNAL PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN OBAT GENERIK DI APOTEK SAIYO FARMA JOMBANG MARKETING MIX EFFECT ON THE DECISION TO PURCHASE GENERIC MEDICINES IN PHARMACIES SAIYO FARMA JOMBANG

Lebih terperinci

IV. ANALISA RANCANGAN

IV. ANALISA RANCANGAN IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara

Lebih terperinci

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor Perekonomian suatu negara igerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum ikelompokkan kepaa empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah an ekspor-impor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksu 1.1.1 Memisahkan fraksi butiran seimen paa ukuran (iameter) butir tertentu. 1.1.2 Menentukan nilai koefisien sortasi, skewness an kurtosi baik secara grafis maupun matematis.

Lebih terperinci

Praktikum Total Quality Management

Praktikum Total Quality Management Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA Penentuan Frekuensi Maksimum Komunikasi Raio an Suut..(Jiyo) PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA J i y o Peneliti iang Ionosfer an Telekomunikasi, LAPAN ASTRACT In this

Lebih terperinci

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB ISSN: 1693-6930 17 DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB Kartika Firausy, Yusron Saui, Tole Sutikno Program Stui Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Ahma Dahlan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan 82 BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan Konsep pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Leuwiliang adalah dan mengembangakan kegiatan pertanian

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE)

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) Amin Tohari Universitas Nusantara PGRI Keiri, amin.tohari@unpkeiri.ac.i Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 DAN 3,3 Zul Hariansyah Hutasuhut, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007)

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) Jurnal Agribisnis an Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 13 DAMPAK KEBIJAKAN TARIF IMPOR GULA TERHADAP KESEJAHTERAAN PRODUSEN DAN KONSUMEN (The Effects of Sugar Import Tariff Policy on the

Lebih terperinci

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201 akultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 20 PEMBUATAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI POTENSIAL DENGAN METODE PROMETHEE II Ahma Jalaluin )

Lebih terperinci

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN Ruy Setiawan, ST., MT. Sukanto Tejokusuma, Ir., M.Sc. Jenny Purwonegoro, ST. Staf Pengajar Fakultas Staf Pengajar Fakultas Alumni Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton an baja. Kombinasi keuanya membentuk suatu elemen struktur imana ua macam komponen saling bekerjasama alam menahan beban

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Multi-criteria Decision Aid dalam Proses Pemilihan Supplier

Penggunaan Metode Multi-criteria Decision Aid dalam Proses Pemilihan Supplier Performa (24) Vol. 3, No.2: 62-7 Penggunaan Metoe Multi-criteria Decision Ai alam Proses Pemilihan Supplier Inra Cahyai Jurusan Teknik an Manajemen Inustri, Universitas Trunojoyo Maura Abstract Noways,

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA Nurhayati Fakultas Sains an Teknologi, UIN Ar-Raniry Bana Aceh nurhayati.fst@ar-raniry.ac.i Jamru

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Training, Evaluation, Kirkpatrick Model, Employees. 376 Hania Aminah. Hania Aminah Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta

ABSTRACT. Keywords: Training, Evaluation, Kirkpatrick Model, Employees. 376 Hania Aminah. Hania Aminah Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta MODEL EVALUASI KIRIKPATRICK DAN APLIKASINYA DALAM PELAKSANAAN PELATIHAN (LEVEL REAKSI DAN PEMBELAJARAN) DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERUM JAKARTA Hania Aminah Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN PURNA JUAL DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN

PENGARUH LAYANAN PURNA JUAL DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 015, pp. 17~ PENGARUH LAYANAN PURNA JUAL DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN 17 Julia Retnowulan 1, Isnurrini Hiayat Susilowati,

Lebih terperinci

NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM:

NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM: FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN, & KESEIMBANGAN PASAR NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM: 115030207113012 FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN, & EKUILIBRIUM PASAR Fungsi Permintaan Pasar Fungsi permintaan pasar untuk

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n Oleh : JOHANES ARIF PURWONO 105 100 00 Pembimbing : Drs. Suhu Wahyui, MSi 131 651 47 ABSTRAK Graph aalah suatu sistem

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS TAMPUNGAN EMBUNG BULAKAN UNTUK MEMENUHI KEKURANGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN

ANALISIS KAPASITAS TAMPUNGAN EMBUNG BULAKAN UNTUK MEMENUHI KEKURANGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN ANALISIS KAPASITAS TAMPUNGAN EMBUNG BULAKAN UNTUK MEMENUHI KEKURANGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN Dafit Garsia, 2 Bambang Sujatmoko, 2 Rinali Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI SEL

BAB III INTERFERENSI SEL BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung

Lebih terperinci

PENGARUH INSENTIF TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. BANK MUAMALAT CABANG GORONTALO Tbk. Jurusan Manajemen ABSTRAK

PENGARUH INSENTIF TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. BANK MUAMALAT CABANG GORONTALO Tbk. Jurusan Manajemen ABSTRAK PENGARUH INENTIF TERHADAP PRETAI KERJA KARYAWAN PADA PT. BANK MUAMALAT CABANG GORONTALO Tbk Maria Junita Hasana Irwan Yantu.P M.i Robiyati Poungge.P M.AP 3 Jurusan Manajemen ABTRAK MARIA JUNITA HAANA NIM.

Lebih terperinci

PERANCANGAN WEBSITE DEKRANASDA KOTA SURABAYA DENGAN KONSEP MY SECOND CRAFT WORKBENCH

PERANCANGAN WEBSITE DEKRANASDA KOTA SURABAYA DENGAN KONSEP MY SECOND CRAFT WORKBENCH Tugas Akhir PERANCANGAN WEBSITE DEKRANASDA KOTA SURABAYA DENGAN KONSEP MY SECOND CRAFT WORKBENCH Mirza Ali : 3407100047 Ientifikasi Masalah 1. Jumlah anggota Dekranasa saat ini berjumlah 236, namun 164

Lebih terperinci

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi Hukum oulomb a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar, iharapkan ana apat: - menjelaskan hubungan antara gaya interaksi ua muatan listrik, besar muatan-muatan, an jarak pisah

Lebih terperinci

VI. HUBUNGAN TINGKAT KEMISKINAN DENGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN BOGOR

VI. HUBUNGAN TINGKAT KEMISKINAN DENGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN BOGOR VI. HUBUNGAN TINGKAT KEMISKINAN DENGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN BOGOR 6.1 Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bogor Kemiskinan di Kabupaten Bogor menjadi persoalan utama yang dihadapi

Lebih terperinci

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences dengan Kooperatif Tipe STAD

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences dengan Kooperatif Tipe STAD Perbaningan Moel Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences engan Kooperatif Tipe STAD Perbaningan Moel Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences engan Kooperatif Tipe STAD terhaap

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahid Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahid Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 Prosiing Seminar Nasional Penelitian, Peniikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahi Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 KAJIAN INDEKS BIAS KACA YANG MENGALAMI PROSES ANNEALING (The Stuy of Refraction Inex of Glass

Lebih terperinci

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES Raita.Arinya Universitas Satyagama Jakarta Email: raitatech@yahoo.com Abstrak Penalaan parameter kontroller PID selalu iasari atas tinjauan terhaap karakteristik

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 2 2) 203) Geo Image Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.i/sju/inex.php/geoimage PERSEPSI MASYARAKAT PEAMBAG TRADISIOAL TERHADAP SUMBER DAYA MIYAK BUMI DI KAWASA CEPU Kukuh Prasetiyo

Lebih terperinci

Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser dari Matahari dan Geomagnetik

Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser dari Matahari dan Geomagnetik 166 Slamet Syamsuin /Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser ari Matahari an Geomagnetik Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser ari Matahari an Geomagnetik Slamet Syamsuin Pusat Sains Antarksa LAPAN Jl. Dr. Junjunan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. identitas responden seperti jenis kelamin. Tabel 4.1 Identitas Jenis Kelamin Responden. Frequ Percent

BAB 4 HASIL PENELITIAN. identitas responden seperti jenis kelamin. Tabel 4.1 Identitas Jenis Kelamin Responden. Frequ Percent BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Ientitas Responen Dari analisis ata ang iperoleh peneliti ari lapangan akan iuraikan alam bab ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh taangan

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

PENGUKURAN UNTUK MENDETEKSI DEFORMASI BANGUNAN SIPIL

PENGUKURAN UNTUK MENDETEKSI DEFORMASI BANGUNAN SIPIL Pengukuran untuk Meneteksi Deformasi angunan Sipil PENGUKURAN UNUK MENDEEKSI DEFORMASI ANGUNAN SIPIL Sutomo Kahar 1 ASRAC Deformation for territory will impact to above the builing stability an also will

Lebih terperinci

Penerapan Model Deformasi Horizontal Mogi untuk Prediksi Perubahan Volume Sumber Tekanan pada Gunungapi Guntur

Penerapan Model Deformasi Horizontal Mogi untuk Prediksi Perubahan Volume Sumber Tekanan pada Gunungapi Guntur Reka Geomatika Jurusan Teknik Geoesi Itenas No. Vol. 1 ISSN 8-50X Desember 01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Penerapan Moel Deformasi Horizontal Mogi untuk Preiksi Perubahan Volume Sumber Tekanan

Lebih terperinci

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 PEMODEAN EMPIRIS COST 231-WAFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI INTASAN ANTENA RADAR DI PERUM PPNPI INDONESIA Ria

Lebih terperinci

Keywords: transaction volume, market risk, debt to equity ratio and dividend policy.

Keywords: transaction volume, market risk, debt to equity ratio and dividend policy. PENGARUH VOLUME TRANSAKSI, RESIKO PASAR DAN DEBT to EQUITY RATIO TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Stui Kasus Paa PT. Ino Tambangraya Megah, Tbk, PT. Inosat, Tbk, PT. Inocement Tunggal Prakarsa, Tbk, PT. Inofoo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Agropolitan 2.1.1. Konsep Agropolitan Agropolitan terdiri dari kata agro (pertanian) dan kata politan (polis = kota), dengan demikian agropolitan secara tata bahasa

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC BAB ANAL DAN MNMA RAK EGANGAN DAN ARU DC. Penahuluan ampai saat ini, penelitian mengenai riak sisi DC paa inverter PWM lima-fasa paa ggl beban sinusoial belum pernah ilakukan. Analisis yang ilakukan terutama

Lebih terperinci

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aditya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2.

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aditya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2. Makalah Tugas Akhir PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aitya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2 Abstract Human iris has a very unique pattern which

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian dilakukan sebagai pedoman bagi peneliti mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian dilakukan sebagai pedoman bagi peneliti mengenai 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ilakukan sebagai peoman bagi peneliti mengenai tahap-tahap bagaimana seharusnya sebuah penelitian ilakukan. Metoe penelitian yang igunakan

Lebih terperinci

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan Jurnal Graien Vol 8 No 1 Januari 2012:775-779 Penerapan Aljabar Max-Plus Paa Sistem Prouksi Meubel Rotan Ulfasari Rafflesia Jurusan Matematika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pengaruh Moel Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Stuent Teams Achievement Division) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK Nama kegiatan:... Tahun Kegiatan Sektor kegiatan:... Status kegiatan:... 1.1 Penyelenggara: I. Ientifikasi Penyelenggara / Penanggung Jawab Kegiatan 1.2 Penanggung jawab masalah teknis:

Lebih terperinci

PEMODELAN Deskripsi Masalah

PEMODELAN Deskripsi Masalah PEMODELAN Deskripsi Masalah Sebelum membuat penjawalan perkuliahan perlu iketahui semua mata kuliah yang itawarkan, osen yang mengajar, peserta perkuliahan, bobot sks an spesifikasi ruang yang iperlukan.

Lebih terperinci

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER PADA ALJABAR MAX-PLUS Bui Cahyono Peniikan Matematika, FSAINSTEK, Universitas Walisongo Semarang bui_oplang@yahoo.com Abstrak Dalam kehiupan sehari-hari seringkali kita menapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Tampilan Aplikasi IV.1.1 Tampilan Aplikasi untuk Pengguna 1. Halaman Home Halaman ini merupakan halaman pertama saat pengguna membuka aplikasi. Gambar IV.1 Tampilan

Lebih terperinci

Triwahyuni, et al., Optimalisasi Produksi Pada Perusahaan Roti Donna Jaya Barokah...

Triwahyuni, et al., Optimalisasi Produksi Pada Perusahaan Roti Donna Jaya Barokah... Triwahyuni, et al., Optimalisasi Prouksi Paa Perusahaan Roti Donna Jaya Barokah.... 1 OPTIMALISASI PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI DONNA JAYA BAROKAH JEMBER MELALUI PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING Prouction

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor 1 Nurfadhilah, 2 Ivan Chofyan 1,2 Prodi Perencanaan Wilayah dan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Paa Serat Optik Ragam Tunggal Oleh : Nama : Agus Setiyaan Nim : LF 31 419 Kebutuhan akan serat optik yang tinggi serta kompleksitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 N. 12/8/Th.III, 3 Agustus 215 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 214 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 3.348 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 6.819 TON, DAN BAWANG MERAH SEBESAR 369 TON A. CABAI

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PANAS BUMI BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DAERAH PROSPEK PANAS BUMI GUNUNGAPI HULU LAIS BAGIAN UTARA

PEMODELAN SISTEM PANAS BUMI BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DAERAH PROSPEK PANAS BUMI GUNUNGAPI HULU LAIS BAGIAN UTARA PEMODELAN SISTEM PANAS BUMI BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DAERAH PROSPEK PANAS BUMI GUNUNGAPI HULU LAIS BAGIAN UTARA Arif Ismul Hai, Refrizon, an Suhenra Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ ABSTRACT

ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ ABSTRACT ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ Chintari Nurul Hananti 1 Khozin Mu tamar 2 12 Program Stui S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika an

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2 PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN Hewig A Tan, Ratna S Alifen ABSTRAK: Metoe penjawalan linier cocok untuk proyek engan aktivitas seerhana, an repetitif

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR Sesuai engan persetujuan ari Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, melalui surat 812/TA/FTS/UKM/III/2004 tanggal 9 Februari 2004, engan

Lebih terperinci

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr. Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN BANDENG DI DUA TAMBAK SILVOFISHERY YANG BERBEDA UMUR DI KAWASAN MANGROVE PANTAI UTARA KABUPATEN REMBANG

PERTUMBUHAN BANDENG DI DUA TAMBAK SILVOFISHERY YANG BERBEDA UMUR DI KAWASAN MANGROVE PANTAI UTARA KABUPATEN REMBANG PERTUMBUHAN BANDENG DI DUA TAMBAK SILVOFISHERY YANG BERBEDA UMUR DI KAWASAN MANGROVE PANTAI UTARA KABUPATEN REMBANG Growth of Milkfish in Two Different Age Silvofishery Fishpons in Mangrove Area in North

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Jurnal J-Ensitec: Vol 0 No. 0, Mei 06 RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Gugun Gunai, Asep Rachmat, Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Majalengka

Lebih terperinci

1.1. Sub Ruang Vektor

1.1. Sub Ruang Vektor 1.1. Sub Ruang Vektor Dalam membiarakan ruang vektor, tiak hanya vektoer-vektornya saja yang menarik, tetapi juga himpunan bagian ari ruang vektor tersebut yang membentuk ruang vektor lagi terhaap operasi

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN DI PT DWIPA MANUNGGAL KONTENA

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN DI PT DWIPA MANUNGGAL KONTENA PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN DI PT DWIPA MANUNGGAL KONTENA Sumarsi, S.E., M.M Sekolah Tinggi Manajemen Labora Marsipk05@gmail.com Abstract: This stuy aims to etermine how the compensation

Lebih terperinci

ا ن ف ي خ ل ق الس م او ات و الا ر ض و اخ ت لا ف الل ي ل و الن ه ا ر ل ا ي ات ل ا و ل ي الا ل ب اب

ا ن ف ي خ ل ق الس م او ات و الا ر ض و اخ ت لا ف الل ي ل و الن ه ا ر ل ا ي ات ل ا و ل ي الا ل ب اب 12 BAB I PENDAHULUAN Dalam penyusunan Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Leuwiliang Timur terkait dengan substansi materinya tersirat dalam perintah Allah SWT dalam Q.S. Ali-Imran; 190-191 sebagai

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 11 : METODE PENGUKURAN LUAS

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 11 : METODE PENGUKURAN LUAS SURVEYING (CIV-04) PERTEMUAN : METODE PENGUKURAN LUAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevar Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaa Tangerang Selatan 54 MANFAAT PERHITUNGAN LUAS Pengukuran luas ini ipergunakan

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

BAB V TINGKAT PERKEMBANGAN DESA

BAB V TINGKAT PERKEMBANGAN DESA 52 BAB V TINGKAT PERKEMBANGAN DESA Tingkat perkembangan desa-desa di kawasan transmigrasi Kaliorang yang meliputi desa-desa di Kecamatan kaliorang dan Kaubun dianalisis dengan metode skalogram. Dalam metode

Lebih terperinci

Studi Perbandingan antara Gaya Menggantung dengan Gaya Jalan Di Udara terhadap Perestasi Lompat Jauh Pada Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape

Studi Perbandingan antara Gaya Menggantung dengan Gaya Jalan Di Udara terhadap Perestasi Lompat Jauh Pada Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape Stui Perbaningan antara Gaya Menggantung engan Gaya Jalan Di Uara terhaap Perestasi Lompat Jauh Paa Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape Irfan., M.Or. Program Stui Penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (3) ISSN: 337-3539 (3-97 Prin B- Penentuan Parameter Banul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum engan Gelombang alam Tangki Eky Novianarenti, Yerri Susatio, Riho Hantoro

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : sistem pendukung keputusan, jamkesmas, system development life cycle, seleksi, penerima

Abstrak. Kata kunci : sistem pendukung keputusan, jamkesmas, system development life cycle, seleksi, penerima SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI CALON PENERIMA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT(JAMKESMAS) DENGAN METODE PROMETHEE DI DESA MAKAM, KECAMATAN REMBANG, PURBALINGGA Kartika Nur Utami Jurusan Sistem Informasi,

Lebih terperinci

3. Kegiatan Belajar Medan listrik

3. Kegiatan Belajar Medan listrik 3. Kegiatan Belajar Mean listrik a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, iharapkan Ana apat: Menjelaskan hubungan antara kuat mean listrik i suatu titik, gaya interaksi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB LANDASAN TEOI.1 Defenisi Statistical Quality Control Penenalian kualitas statistik (statistical quality control) merupakan teknik penyelesaian masalah yan iunakan untuk memonitor, menenalikan, menanalisis,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONTROL SIMULATOR PORTAL OTOMATIS JALUR BUSWAY MENGGUNAKAN METODE FUZZY-PID

PERANCANGAN SISTEM KONTROL SIMULATOR PORTAL OTOMATIS JALUR BUSWAY MENGGUNAKAN METODE FUZZY-PID PERANCANGAN SISTEM KONTROL SIMULATOR PORTAL OTOMATIS JALUR BUSWAY MENGGUNAKAN METODE FUZZY-PID Aris Triwiyatno *), Arian Bela Wioo, an Darjat Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENULANGAN LENTUR DAN GESER BALOK PERSEGI MENURUT SNI 03-847-00 Slamet Wioo Staf Pengajar Peniikan Teknik Sipil an Perenanaan FT UNY Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan

Lebih terperinci

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER Asrul Syam Program Stui Teknik Informatika, STMIK Dipanegara, Makassar e-mail: assyams03@gmail.com Abstrak Masalah optimasi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN NON REVENUE WATER ( NRW ) DAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA PDAM LEMATANG ENIM UNIT PELAYANAN PENDOPO KABUPATEN PALI (1)

PERHITUNGAN NON REVENUE WATER ( NRW ) DAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA PDAM LEMATANG ENIM UNIT PELAYANAN PENDOPO KABUPATEN PALI (1) Jurnal Desiminasi Teknologi, Vol.4 Nomor 1, Januari 216 ISSN 233-212X PERHITUNGAN NON REVENUE WATER ( NRW ) DAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA PDAM LEMATANG ENIM UNIT PELAYANAN PENDOPO KABUPATEN PALI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di kawasan agropolitan Cendawasari, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Kegiatan analisis data dilakukan

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Sisi Elektrode Sangkar Delta pada Nilai Resistans Satu Batang Pentanah

Pengaruh Perubahan Sisi Elektrode Sangkar Delta pada Nilai Resistans Satu Batang Pentanah 462 Pengaruh Perubahan Sisi Elektroe Sangkar Delta paa Nilai Resistans Satu Batang Pentanah Harnoko Stephanus 1 Abstract Grouning ro is more practical than grouning plate or grouning strip. Grouning resistance

Lebih terperinci

Deteksi Non-RTH(Ruang Terbuka Hijau) Kota Malang Berbasis Citra Google Earth Dengan Menggunakan Naïve Bayes Classifier

Deteksi Non-RTH(Ruang Terbuka Hijau) Kota Malang Berbasis Citra Google Earth Dengan Menggunakan Naïve Bayes Classifier Deteksi Non-RTH(Ruang Terbuka Hiau) Kota Malang Berbasis Citra Google Earth Dengan Menggunakan Naïve Bayes Classifier Irwan Bui Santoso Jurusan Teknik Informatika, Sains an Teknologi Universitas Islam

Lebih terperinci

=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL ===

=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL === TKNIK IITL === PRNNN RNKIN KOMINSIONL === Rangkaian logika atau igital apat ibagi menjai 2 bagian yaitu:. Rangkaian Kombinasional, aalah suatu rangkaian logika yang keaaan keluarannya hanya ipengaruhi

Lebih terperinci

PETA KENDALI R ADAPTIF SEBAGAI ALTERNATIF PETA KENDALI R SHEWHART DALAM MENDETEKSI PERGESERAN KECIL PADA VARIANS

PETA KENDALI R ADAPTIF SEBAGAI ALTERNATIF PETA KENDALI R SHEWHART DALAM MENDETEKSI PERGESERAN KECIL PADA VARIANS PETA KENDALI ADAPTIF SEBAGAI ALTENATIF PETA KENDALI SHEWHAT DALAM MENDETEKSI PEGESEAN KECIL PADA VAIANS Oleh : Farihatul Usro 7 7 Dosen Pembimbing : Dra. Faria Agustini W. MS Dra. Laksmi Prita W. MSi Jurusan

Lebih terperinci

SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT

SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT Junik Rahayu, Usman Pagalay, an 3 Ari Kusumastuti,,3 Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail: rahayujunik@yahoo.com

Lebih terperinci

* Disampaikan dalam Pelatihan Strategi Pembelajaran Dosen PAI pada Perguruan Tinggi Umum (PTU) pada tanggal 16 s.d. 1 8 Juli 2009 Cibogo Bogor

* Disampaikan dalam Pelatihan Strategi Pembelajaran Dosen PAI pada Perguruan Tinggi Umum (PTU) pada tanggal 16 s.d. 1 8 Juli 2009 Cibogo Bogor STRATEGI PEMBELAJARAN TENTANG PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA PERGURUAN TINGGI UMUM* Oleh: Drs. NASRUL HS, M.Ag.** aooq. LI;J -Lv 3 * Disampaikan alam Pelatihan Strategi Pembelajaran

Lebih terperinci