DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN"

Transkripsi

1 DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : KESEHATAN PROGRAM STUDI KEAHLIAN : KESEHATAN KOMPETENSI KEAHLIAN : 1. FARMASI (079) 2. FARMASI INDUSTRI (080) A. DASAR KOMPETENSI KEJURUAN STANDAR KOMPETENSI 1. Memahami dasar-dasar kimia dan prinsip kerja kefarmasian 2. Menerapkan dasar-dasar kerja di laboratoriuman resep dan kimia 3. Memahami standar baku pembanding, larutan baku, dan larutan pereaksi 1.1 Menjelaskan sifat fisika dan kimia bahan obat 1.2 Melakukan uji kualitatif dan kuantitatif bahan baku 1.3 Menjelaskan prinsip pembuatan obat sesuai buku panduan resmi 1.4 Menjelaskan prinsip praktek laboratorium yang baik (Good Laboratory Practice/GPL). 2.1 Mendeskripsikan laboratorium resep termasuk alat dan penggunaannya 2.2 Mendeskripsikan laboratorium kimia termasuk alat, bahan dan penggunaannya 2.3 Mendeskripsikan cara-cara membuat serbuk, kapsul, salep, sirup, krim dengan sarana non industri (lumpang dan alu). 3.1 Menjelaskan fungsi standar baku pembanding 3.2 Menjelaskan fungsi larutan baku 3.3 Menjelaskan fungsi larutan pereaksi. 4. Memahami CPOB, CPKB, dan CPOTB 4.1 Menjelaskan ketentuan CPOB 4.2 Menjelaskan ketentuan CPKB 115

2 4.3 Menjelaskan ketentuan CPOTB. 5. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) 6. Melaksanakan kerja sama dengan kolega dan pelanggan 5.1 Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 5.2 Melaksanakan prosedur K3 5.3 Menerapkan konsep lingkungan hidup 5.4 Menerapkan ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan. 6.1Melaksanakan komunikasi di tempat kerja 6.2Memberikan bantuan yang diperlukan kepada kolega dan pelanggan 6.3 Melaksanakan standar penampilan diri 6.4 Melaksanakan kerja sama antar rekan kerja. 116

3 B. KOMPETENSI KEJURUAN 1. Farmasi (079) STANDAR KOMPETENSI 1. Memahami dasar-dasar kefarmasian 2. Menerapkan tata tertib kerja di laboratorium resep 3. Mendeskripsikan penggolongan obat 1.1 Menjelaskan ruang lingkup kefarmasian 1.2 Menjelaskan cara pembuatan obat yang baik (CPOB) 1.3 Menjelaskan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) 1.4 Menjelaskan undang-undang kesehatan no.23 tahun 1992 tentang kesehatan 1.5 Menjelaskan undang-undang narkotika, undang-undang psikotropika dan undang-undang perlindungan konsumen. 2.1 Mendeskripsikan cara membaca resep 2.2 Mendeskripsikan cara mengerjakan resep sesuai bentuk obat yang diminta 2.3 Mendeskripsikan penggunaan etiket atau label sesuai dengan bentuk obat yang dibuat 2.4 Melaksanakaan pekerjaan di laboratorium resep sesuai tata tertib. 3.1 Menjelaskan golongan obat bebas dan golongan obat bebas terbatas 3.2 Menjelaskan golongan obat keras 3.3 Menjelaskan golongan obat psikotropika 3.4 Menjelaskan golongan obat narkotika 117

4 4. Memahami penggolongan PKRT dan alat kesehatan 5. Memahami dasar-dasar farmakologi 6. Memahami dasar-dasar penyakit 4.1 Menjelaskan undang-undang tentang alat kesehatan 4.2 Menjelaskan jenis dan fungsi alat kesehatan 4.3 Menjelaskan alat kesehatan 4.4 Menjelaskan undang-undang tentang peralatan kesehatan rumah tangga (PKRT) 4.5 Menjelaskan jenis-jenis PKRT 5.1 Menjelaskan farmakologi 5.2 Menjelaskan spesialite obat 5.3 Menjelaskan istilah medis yang berkaitan dengan farmasi 5.4 Menjelaskan nasib obat dalam tubuh. 6.1 Menjelaskan penyakit-penyakit yang bersifat simtomatis 6.2 Menjelaskan penyakit-penyakit yang bersifat causal 6.3 Menjelaskan kelainan penyakit ketagihan/ketergantungan obat, yang ditimbulkan karena akibat memakai narkoba 6.4 Menjelaskan penyakit cacing. 7. Menerapkan swamedikasi 7.1 Menjelaskan penggolongan obat berdasarkan penyakit 7.2 Menjelaskan khasiat obat 7.3 Menjelaskan efek samping obat 7.4 Menjelaskan cara penggunaan obat 7.5 Melakukan pemberian informasi pada pasien untuk obat tanpa resep dokter. 118

5 8. Menerapkan pembuatan sediaan obat sesuai resep dokter di bawah pengawasan apoteker 9. Menerapkan manajemen dan administrasi di bidang farmasi 10. Menerapkan akuntansi dalam bidang farmasi 11. Menerapkan prinsip-prinsip preformulasi 8.1 Menjelaskan kelengkapan resep dokter, etiket dan salinan resep 8.2 Menghitung dosis obat dalam resep 8.3 Melakukan pembuatan sediaan obat sesuai resep dokter 8.4 Menyerahkan obat dan informasi kepada pasien 9.1 Mengelola perbekalan farmasi berdasarkan penggolongan obat 9.2 Mengelola alat kesehatan 9.3 Mengelola PKRT 9.4 Mengelola obat golongan narkotika dan psikotropika 9.5 Menerapkan cara-cara pembuatan laporan narkotika dan psikotropika 9.6 Menerapkan pengelolaan pemasaran obat Membuat neraca rugi laba 10.2 Mengkalkulasi biaya obat yang dibuat sesuai permintaan resep dokter 10.3 Membuat laporan keuangan Menjelaskan sifat fisika kimia obat dan sifat fisika kimia bahan tambahan obat 11.2 Menerapkan cara pencampuran bahan 11.3 Menjelaskan pengaruh bentuk sediaan terhadap khasiat obat. 119

6 12. Memahami teknik pembuatan sediaan obat, dalam skala kecil dan dalam skala industri 13. Memahami pengujian sediaan obat, obat tradisional dan fitofarmaka 12.1Menjelaskan teknik pembuatan sediaan tablet 12.2Menjelaskan teknik pembuatan sediaan kapsul 12.3Menjelaskan teknik pembuatan sediaan powder(serbuk) 12.4Menjelaskan teknik pembuatan sediaan semipadat 12.5Menjelaskan teknik pembuatan sediaan obat cair 12.6Menjelaskan teknik pembuatan sediaan steril Menjelaskan cara-cara pengujian sediaan obat,obat tradisional dan fitofarmaka 13.2 Menjelaskan pengujian secara mikrobiologis dan organoleptis 13.3 Menjelaskan pengujian pada hewan uji dan uji klinik. 14. Memahami farmakognosi 14.1 Menjelaskan asal dan bagian tanaman obat yang mengandung isi berkhasiat 14.2 Mengklasifikasikan sistematika tanaman obat 14.3 Melakukan pembuatan simplisia dari tanaman obat 14.4 Mengidentifikasi simplisia dan tanaman obat 14.5 Menjelaskan manfaat dan isi khasiat tanaman obat. 15. Membuat obat tradisional dan fitofarmaka 15.1 Mendeskripsikan obat tradisional dan fitofarmaka 15.2 Membuat sediaan ekstrak dan tinctura dari campuran bahan obat 15.3 Membuat sediaan ekstrak/galenika 15.4 Membuat sediaan obat tradisional 15.5 Melakukan pembuatan sediaan fitofarmaka. 120

7 16. Menerapkan distribusi sediaan obat bebas, bebas terbatas, dan obat keras, obat psikotropika dan narkotika 17. Menerapkan ilmu kesehatan masyarakat 16.1 Menjelaskan distribusi obat bebas dan bebas terbatas dari industri ke PBF dan dari PBF ke apotek 16.2 Melakukan distribusi obat bebas dan bebas terbatas dari apotek ke pasien 16.3 Menjelaskan distribusi obat keras dari industri ke PBF dan dari PBF ke apotek 16.4 Melakukan distribusi obat keras dari apotek ke pasien Menjelaskan ilmu kesehatan masyarakat 17.2 Menjelaskan epidemiologi 17.3 Menjelaskan kebutuhan obat berdasarkan epidemiologi dan konsumtif 17.4 Menjelaskan penularan dan pencegahan penyakit. 2. Farmasi Industri (080) STANDAR KOMPETENSI 1. Memahami bahan baku dan bahan pengemas 2. Memahami tehnik pembuatan sediaan obat, baik dalam skala kecil maupun dalam skala produksi 1.1 Menjelaskan bahan baku aktif 1.2 Menjelaskan bahan baku obat tradisional 1.3 Menjelaskan bahan baku tambahan 1.4 Menjelaskan prosesing aqua untuk produksi 1.5 Menjelaskan bahan pengemas. 2.1 Menjelaskanpembuatan sediaan tablet 2.2 Menjelaskanpembuatan sediaan kapsul 2.3 Menjelaskanpembuatan sediaan powder 121

8 2.4 Menjelaskanpembuatan sediaan semi padat 2.5 Menjelaskanpembuatan sediaan cair 2.6 Menjelaskanteknik pembuatan sediaan steril. 3. Melaksanakan pengemasan sediaan farmasi nonsteril dan steril 3.1 Menjelaskan prosedur pengemasan primer 3.2 Melakukan prosedur pengemasan sekunder. 4. Menerapkan sistem mutu 4.1 Menjelaskan sistem pengawasan mutu diindustri farmasi 4.2 Melaksanakan pengawasan mutu 4.3 Memahami keluhan pelanggan. 5. Melakukan sampling untuk kontrol kualitas produk farmasi 6. Melakukan In Process Control (IPC) 7. Melakukan kualifikasi dan kalibrasi peralatan 8. Menerapkan perencanaan produksi dan pengendalian inventory 5.1 Menjelaskan prosedur sampling bahan baku 5.2 Menjelaskan prosedur sampling produk ruahan 5.3 Melaksanakan prosedur sampling obat jadi. 6.1 Menjelaskan teknik pengujian produk padat 6.2 Menjelaskan teknik produk cair 6.3 Mejelaskan pengujian produk setengah padat 6.4 Melakukan pengujian produk. 7.1 Menjelaskan kualifikasi peralatan produksi 7.2 Menjelaskan kalibrasi peralatan produksi 7.3 Melakukan kalibrasi peralatan laboratorium. 8.1 Merencanakan pengadaan bahan obat untuk produksi 122

9 8.2 Melaksanakan pengendalian inventory bahan awal 8.3 Melaksanakan pengendalian ketersediaan obat jadi. 9. Melaksanakan pengadaan barang 10. Menerapkan manajemen bahan 11. Melaksanakan pergudangan 12. Melakukan distribusi barang 9.1 Memilih bahan sesuai spesifikasi dan deskripsi yang diminta 9.2 Melaksanakan proses pembelian bahan awal Menjelaskan bahan awal 10.2 Menjelaskan bahan setengah jadi 10.3 Menjelaskan produk jadi 10.4 Menjelaskan produk kembalian 10.5 Menjelaskan administrasi pergudangan Menjelaskan penerimaan barang di gudang 11.2 Menjelaskan karantina barang 11.3 Menjelaskan kondisi gudang sesuai dengan bahan yang disimpan 11.4 Melaksanakan penyimpanan barang di gudang 11.5 Melaksanakan distribusi bahan untuk produksi 11.6 Melakukan dokumentasi administrasi gudang Menetapkan sistem distribusi 12.2 Melaksanakan verifikasi permintaan barang 12.3 Melaksanakan distribusi bahan awal 12.4 Melakukan pengeluaran bahan awal 12.5 Melaksanakan penimbangan bahan awal. 123

10 13. Melakukan monitoring barang expired dan pemusnahannya 14. Melakukan penarikan kembali obat jadi 15. Memahami penelitian dan pengembangan produk 16. Melaksanakan pembuangan limbah 17. Melaksanakan sistem dokumentasi farmasi industri 13.1 Menjelaskan uji kestabilan produk 13.2 Melaksanakan prosedur pemusnahan produk yangtidak memenuhi syarat Menerima barang kembalian 14.2 Memonitor barang kembalian 14.3 Memusnahkan barang kembalian yang tidak memenuhi syarat Menjelaskan penelitian di industri farmasi 15.2 Menjelaskan pengembangan produk di industri farmasi 15.3 Melaksanakan registrasi obat 15.4 Melaksanakan trial produksi Mengidentifikasikan jenis limbah industri farmasi 16.2 Melaksanakan pengelolaan limbah industri 16.3 Melaksanakanpengelolaan limbah khusus (B3, produk beta laktam) Menjelaskan macam macam dokumen di industri 17.2 Membuat dokumen industri 17.3 Menjelaskan penatalaksanaan dokumen. 124

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN FARMASI INDUSTRI

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN FARMASI INDUSTRI KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN FARMASI INDUSTRI Standar Guru (SKG) Inti Guru (KI) Guru Mata Pelajaran 1 Menguasai karakteristik Mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

KOMPETENSI GURU MAPEL/PAKET KEAHLIAN (KG)

KOMPETENSI GURU MAPEL/PAKET KEAHLIAN (KG) KOMPETENSI UTAMA KOMPETENSI INTI GURU SD/SMP/SMA/SMK (KI) KOMPETENSI GURU MAPEL/PAKET KEAHLIAN (KG) INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK) PEDAGOGIK Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik Penggunaan terbesar herbal Fitofarmaka supplement kosmetik Pasar herbal Pasar dunia 10 M USD Nilai export indonesia 100 Triliun Kualitas Produksi herbal GAP GMP GDP GAP ON FARM Iklim Tanah Ketinggian bibit

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

: FARMASI INDUSTRI Mengenal karakteristik peserta didik Menganalisis potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu

: FARMASI INDUSTRI Mengenal karakteristik peserta didik Menganalisis potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu MATA PELAJARAN JENJANG PENDIDIKAN : FARMASI INDUSTRI : SMK FARMASI INDUSTRI (60) Kompetensi Pedagogik. Menguasai karakteristik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual...

Lebih terperinci

PERSONALIA

PERSONALIA PERSONALIA 1. Persyaratan Umum Jumlah dan Pengetahuan: Memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mempunyai sikap dan kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan Cara Pembuatan

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN PARADIGMA LULUSAN PENDIDIKAN DIII FARMASI. Anita Agustina Styawan, M.Sc., Apt Stikes Muhammadiyah Klaten

PELUANG DAN TANTANGAN PARADIGMA LULUSAN PENDIDIKAN DIII FARMASI. Anita Agustina Styawan, M.Sc., Apt Stikes Muhammadiyah Klaten PELUANG DAN TANTANGAN PARADIGMA LULUSAN PENDIDIKAN DIII FARMASI Anita Agustina Styawan, M.Sc., Apt Stikes Muhammadiyah Klaten Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan dengan produk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetensi Dasar)

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetensi Dasar) KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 Mata Pelajaran Jenjang : Kesehatan : SMK/MAK KOMPETENSI PEDAGOGIS Kompetensi Inti Guru (Standar 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN KESEHATAN

KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN KESEHATAN KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN KESEHATAN Kompetensi Keahlian: - Keperawatan - Farmasi - Keperawatan g - Farmasi Industri - Analisis Kesehatan Kompetensi Utama Memahami karakteristik peserta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah mengikuti Praktek Kerja Profesi Apoteker di bidang pemerintahan khususnya bidang kefarmasian dan perbekalan kesehatan, maka dapat disimpulkan beberapa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi : Menerapkan manajemen dan administrasi di bidang farmasi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi : Menerapkan manajemen dan administrasi di bidang farmasi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas/Semester Alokasi Waktu : XI/I : 6 x 45 menit Standar Kompetensi : Menerapkan manajemen dan administrasi di bidang farmasi Kompetensi Dasar I. Indikator Pencapaian

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN KESEHATAN

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN KESEHATAN Kompetensi Keahlian: Keperawatan Farmasi Keperawatan gigi Farmasi Industri Analisis Kesehatan KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN KESEHATAN Kompetensi Utama Standar Kompetensi Guru Kompetensi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR : HK.00.05.41.1384 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL, OBAT HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio. Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

Kumpulan soal ujian komprehensif Program Apoteker Fakultas Farmasi UNTAG Jakarta BIDANG INDUSTRI

Kumpulan soal ujian komprehensif Program Apoteker Fakultas Farmasi UNTAG Jakarta BIDANG INDUSTRI Kumpulan soal ujian komprehensif Program Apoteker Fakultas Farmasi UNTAG Jakarta BIDANG INDUSTRI 1. Jelaskan alur perijinan pendirian industri farmasi. 2. Jelaskan tahap-tahap persiapan pendirian industri

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT Pengadaan Perbekalan Farmasi Apotek anak sehat memperoleh obat atau perbekalan farmasi berasal dari Pedagang Besar Farmasi(PBF) atau dari apotek lain. Pedagang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang menyatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.23.3644 TE N TA N G KETENTUAN POKOK PENGAWASAN SUPLEMEN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Elemen Penilaian PKPO 1 Elemen Penilaian PKPO 2 Elemen Penilaian PKPO 2.1 Elemen Penilaian PKPO Elemen Penilaian PKPO 3

Elemen Penilaian PKPO 1 Elemen Penilaian PKPO 2 Elemen Penilaian PKPO 2.1 Elemen Penilaian PKPO Elemen Penilaian PKPO 3 Elemen Penilaian PKPO 1 1. Ada regulasi organisasi yang mengelola pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang menyeluruh atau mengarahkan semua tahapan pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat yang

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika 2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika 2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA NOMOR TENTANG KEBIJAKAN PERSIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DI RUMAH SAKIT DIREKTUR RUMAH SAKIT Menimbang : a. bahwa agar pemberian obat tepat dosis, tepat pasien, dan tepat waktu, Rumah

Lebih terperinci

BLUEPRINT UJI KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA METODE OSCE

BLUEPRINT UJI KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA METODE OSCE BLUEPRINT UJI KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA METODE OSCE 2017 I. PENGANTAR Uji Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI) merupakan penerapan sistem uji kompetensi secara nasional pada tahap akhir pendidikan

Lebih terperinci

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa Samakah minum obat 3x1 dengan 1x3? Kadang masih ada pertanyaan dari masyarakat baik remaja maupun orang

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH. Tugas. Tugas. Tugas FM-UAD-PBM-08-04/R0. Revisi : Tanggal Berlaku : 1 Februari A. Identitas

SILABUS MATA KULIAH. Tugas. Tugas. Tugas FM-UAD-PBM-08-04/R0. Revisi : Tanggal Berlaku : 1 Februari A. Identitas SILABUS MATA KULIAH Revisi : Tanggal Berlaku : 1 Februari 2014 A. Identitas 1. Nama Mata Kuliah : Farmasi Industri 2. Program Studi : FARMASI Profesi 3. Fakultas : FARMASI 4. Bobot : 2 SKS 5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

SESLA BAG. PROD GUPUSFI BAG. UJIBANG BAG. JANG UNIT GUTRANS UNIT GULUR UNIT GUPALKES UNIT GUHANJABAKU

SESLA BAG. PROD GUPUSFI BAG. UJIBANG BAG. JANG UNIT GUTRANS UNIT GULUR UNIT GUPALKES UNIT GUHANJABAKU Lampiran 1. Struktur Organisasi Lafiau KALAFIAU ESELON SESLA ESELON PEMBANTU PIMPINAN/STAF ESELON BAG. PROD GUPUSFI BAG. UJIBANG BAG. JANG TABLET GUTRANS UJI COBA JANGMAT KAPSUL GULUR LITBANG HARFASMAT

Lebih terperinci

Obat tradisional 11/1/2011

Obat tradisional 11/1/2011 Disampaikan oleh: Nita Pujianti, S.Farm.,Apt.,MPH Obat tradisional Bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik (sarian) atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto Kabupaten Bone Bolango. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana untuk memperoleh generasi yang baik perlu adanya peningkatan

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert PENGERTIAN PROSEDUR UNIT TERKAIT Suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia obat bagi kebutuhan kesehatan masyarakat (Bogadenta, A ; 17-18). Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. penyedia obat bagi kebutuhan kesehatan masyarakat (Bogadenta, A ; 17-18). Selanjutnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek bukan menjadi barang asing lagi di telinga masyarakat Indonesia, karena keberadaannya sudah sedemikian dekat dan ada di sekitar kita. Kalau dahulu dalam satu

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Februari Kompetensi dasar Indikator Materi Pokok Strategi Pembelajaran

SILABUS MATA KULIAH. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Februari Kompetensi dasar Indikator Materi Pokok Strategi Pembelajaran SILABUS MATA KULIAH A. Identitas Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Februari 2014 1. Nama Mata Kuliah : PKPA INDUSTRI 2. Program Studi : Profesi Farmasi 3. Fakultas : Farmasi 4. Bobot : 6 sks 5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Kesehatan dan kesejahteraan merupakan keinginan mutlak bagi setiap manusia. Salah satu upaya pembangunan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode (Anonim. 2008 b ). 1. Periode zaman penjajahan

Lebih terperinci

Jalur Distribusi Obat

Jalur Distribusi Obat Jalur Distribusi Obat Berikut jalur distribusi obat: Apotik &Toko Obat Apotik & Toko Obat Pedagang Besar Farmasi RS dan Puskesmas Industri Registrasi BPOM Izin Edar Pedagang Eceran Dokter yg pny SIMO PBF

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN PRAKTIK APOTEKER INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

PRODUKSI FARMASI di RUMAH SAKIT

PRODUKSI FARMASI di RUMAH SAKIT PRODUKSI FARMASI di RUMAH SAKIT Kuliah : FARMASI RUMAH SAKIT Heru Sasongko, M.Sc,.,Apt. Pustaka : IFRS RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA PRODUKSI FARMASI : Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk dan me-ngemas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

DOKUMENTASI PRODUKSI

DOKUMENTASI PRODUKSI DOKUMENTASI PRODUKSI MEDAN PABRIK FARMASI & FAKTOR PENUNJANG Sumber Daya Manusia ( SDM ) > Semua tenaga kerja, dari tenaga ahli (apote- teker) s/d operator harus terlatih. Perangkat Keras ( Hardware) >

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK Jumlah tenaga teknis kefarmasian dan kualifikasi : Jumlah Apoteker : Orang Jumlah tenaga teknis kefarmasian (TTK) : Orang Jumlah tenaga

Lebih terperinci

SESLA BAG. PROD BAG. GUPUSFI BAG. UJIBANG BAG. JANG UNIT GUTRANS UNIT GULUR UNIT GUPALKES UNIT GUHANJABAKU

SESLA BAG. PROD BAG. GUPUSFI BAG. UJIBANG BAG. JANG UNIT GUTRANS UNIT GULUR UNIT GUPALKES UNIT GUHANJABAKU Lampiran 1. Struktur Organisasi Lafiau KALAFIAU ESELON SESLA ESELON PEMBANTU PIMPINAN/STAF ESELON BAG. PROD BAG. GUPUSFI BAG. UJIBANG BAG. JANG TABLET GUTRANS UJI COBA JANGMAT KAPSUL GULUR LITBANG HARFASMAT

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI LOMBA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 INFORMASI DAN KISI-KISI Bidang Lomba FARMASI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jl. Dr. Radjiman No. 6 Telp.

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI Disusun Oleh : Syabrina Naulita Pane, S.Farm. NIM 093202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak asasi yang diatur dalam perundang-undangan, salah satunya yaitu hak mengenai kesehatan, sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 bahwa kesehatan

Lebih terperinci

Pharmaceutical barrier in preventing counterfeit medicines in hospitals. Hadi Sumarsono, S. Farm., Apt.

Pharmaceutical barrier in preventing counterfeit medicines in hospitals. Hadi Sumarsono, S. Farm., Apt. Pharmaceutical barrier in preventing counterfeit medicines in hospitals Hadi Sumarsono, S. Farm., Apt. PERMENKES Nomor 58 Tahun 2014 Standard Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Standard pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Apotek Nusa indah merupakan usaha yang bergerak dalam bidang

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Apotek Nusa indah merupakan usaha yang bergerak dalam bidang BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Perusahaan Apotek Nusa indah merupakan usaha yang bergerak dalam bidang pelayanan masyarakat. Apotek ini di dirikan oleh Prof. Dr. Ponis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental bersifat deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental bersifat deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental bersifat deskriptif. Pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif diperoleh dari observasi dan wawancara.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan penting dari setiap manusia. Hidup sehat bukan hanya tujuan dari setiap individu melainkan juga tanggung jawab dan tujuan dari setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai

Lebih terperinci

Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa

Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa PENGGOLONGAN OBAT Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa penggolongan obat yang lain, dimana penggolongan

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kulitas barang/produk yang dihasilkan.

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kulitas barang/produk yang dihasilkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang terjadi hampir di seluruh bidang industri yang sangat ketat, memaksa setiap perusahaan melakukan efisiensi dalam segala kegiatan proses produksinya

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN FILE EDIT 16 November 2016 Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK LIBRA JL.ARIEF RAHMAN HAKIM NO.67 SURABAYA 16 JANUARI 17 FEBRUARI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK LIBRA JL.ARIEF RAHMAN HAKIM NO.67 SURABAYA 16 JANUARI 17 FEBRUARI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK LIBRA JL.ARIEF RAHMAN HAKIM NO.67 SURABAYA 16 JANUARI 17 FEBRUARI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH: MARIA KAROLINA WELI WODA, S.Farm. 2448716049 PROGRAM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pasien 1. Pengertian Kepuasan Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kepuasan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat tanggal 15 Juni 2016 RANCANGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang penulis lakukan pada Pusat Pelayanan Kesehatan ITB Bumi Medika Ganesa adalah penulis memperoleh data dan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang sehat melalui penyediaan obat berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang sehat melalui penyediaan obat berkualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan industri farmasi sangat penting dalam membantu pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang sehat melalui penyediaan obat berkualitas yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengertian sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit merupakan keluhan yang dirasakan seseorang (bersifat subjektif), berbeda dengan penyakit yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

Elemen Penilaian BAB VIII

Elemen Penilaian BAB VIII Elemen Penilaian BAB VIII 8. 1. 1 EP 1 SK Jenis-jenis Pemeriksaan Laboratorium SOP Pemeriksaan Laboratorium Brosur Pelayanan Laboratorium Panduan Pemeriksaan Laboratorium 8. 1. 1 EP 2 Pola Ketenagaan Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pasar dalam memenuhi permintaan konsumen saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pasar dalam memenuhi permintaan konsumen saat ini V-12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Persaingan pasar dalam memenuhi permintaan konsumen saat ini membutuhkan upaya agar perusahaan mampu bersaing. Persaingan dapat muncul di setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik pada tahun Saat ini

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik pada tahun Saat ini BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1. Sejarah PT. Universal Pharmaceutical Industries didirikan pada tahun 1975 dan mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik pada tahun 1995. Saat ini dalam

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN 3.1 Keterlibatan Dalam Produksi Praktek Kerja Profesi Apoteker di P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, dilaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1. SIMPULAN Hasil dari mengikuti Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Savira Surabaya sejak tanggal 28 Juli sampai dengan 27 Agustus 2015 dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

Wimbuh Dumadi,S.Si.M.H.,Apt Ketua Pengurus Daerah IAI DIY. Yogyakarta, 14 April 2018

Wimbuh Dumadi,S.Si.M.H.,Apt Ketua Pengurus Daerah IAI DIY. Yogyakarta, 14 April 2018 Wimbuh Dumadi,S.Si.M.H.,Apt Ketua Pengurus Daerah IAI DIY Yogyakarta, 14 April 2018 1 2 Pendahuluan Sistem Regulasi 3 Peran Apoteker Dalam menjamin kualitas Obat 4 Peran Apoteker Dalam Keamanan Obat 5

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (LAFI DITKESAD) BANDUNG PERIODE 03 MEI 31 MEI 2010 Disusun oleh: AMELIA LEONA, S. Farm NIM 093202002

Lebih terperinci

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor :HK.00.05.4.1380 PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat tradisional merupakan produk

Lebih terperinci

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen Perencanaan Penggunaan Pengadaan Dukungan Manajemen Distribusi Penyimpanan Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT

Lebih terperinci