BAB IV. Analisis Power spectrum CMB dan Power spectrum Galaksi. IV.1 Model Concordance

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. Analisis Power spectrum CMB dan Power spectrum Galaksi. IV.1 Model Concordance"

Transkripsi

1 BAB IV Analisis Power spectrum CMB dan Power spectrum Galaksi IV.1 Model Concordance Fisikawan teoritis hanya dapat menduga bentuk power spectrum dari pemodelan berdasarkan alam semesta mengembang dengan mencocokkan nilai parameter parameter dalam model mereka dengan hasil pengamatan. Beberapa teknik numerik telah dikembangkan dalam mengevolusi persamaan persamaan kosmologi itu. Algoritma untuk mengolah data CMB dalam kerangka kosmologi pertama kali dikembangkan oleh Seljak dan Zaldarriaga (1996) dan kemudian diimplementasikan dalam program komputer CMBFAST. Pada Pembahasan Tugas Akhir ini penulis menggunakan bahan studi yang didapat dari website Analisis yang akan dilakukan dengan menggunakan power spectrum CMB dan power spectrum distribusi galaksi dalam format movie. Format movie ini menjadi cara bereksperimen dengan nilai parameter parameter kosmologi untuk mendapatkan bentuk power spectrum. Dalam publikasi makalah Towards a refine cosmic concordance model: joint 11 parameter konstraints CMB and large scale structure (Max Tegmark, Matias Zaldarriaga, Andrew J. S. Hamilton 2000), diusulkan hasil power spectrum dengan melakukan fitting menggunakan data Struktur Skala Besar untuk melihat bagaimana setiap parameter parameter kosmologi mempengaruhi bentuk bentuk power spectrum dengan mengunakan metode menghitung dengan jumlah data power spektra Cl dan P(k) yang besar untuk digunakan dalam memasukan 11 parameter kosmologi dari data CMB dan Struktur Skala Besar. Model concordance ini melakukan fitting fitting parameter seperti mem fit Ω 0=1. Makalah ini bertujuan untuk mencari parameter yang paling fit sesuai sesuai dengan power spectrum fluktuasi CMB dan power 7

2 spectrum Struktur Skala Besar. Parameter yang paling fit ditunjukkan pada Gambar IV.1. Fitting nilai parameter harus konsisiten secara langsung pada kedua kurva. Data galaksi didapat dari IRAS Point Source Catalogue Redshift (PSCz). Mengandung data dari 18,51 galaksi dengan cakupan 84% bagian langit dan kedalaman 400h 1Mpc. Untuk mengetahui distribusi massa galaksi, dilakukan analisis statistikal seperti pada distribusi temperatur CMB, yaitu dengan menggunakan fungsi korelasi dua titik, dalam hal ini, seberapa jauh kita dapat menemukan satu buah galaksi dengan jarak sudut θ dari sebuah galaksi. Dengan hubungan power spectrum galaksi P (k ) ( As k ns. Kita akan menyelidiki konstrain parameter parameter kosmologi baik secara terpisah maupun digabung, dan kita akan melihat bagaimana kedua data ini saling mengkoreksi kekonsistenan. Urutan pekerjaan program komputer untuk menghasilkan movie tersebut adalah: 1. Hitung power spektra CMB Cl dan galaksi P(k) sebagai panduan model 11 parameter dimensional; 2. Hitung seberapa baik data fit untuk setiap model,. Lakukan interpolasi 11 dimensional dan marginalkan untuk mendapatkan konstrain setiap parameter dan gabungan parameter. Pemilihan parameter parameter berdasarkan keterikatannya terhadap proses proses fisis penting di alam semesta. Parameter berjumlah 12 parameter dengan 11 parameter bebas dan dengan i h 2. i Parameter laju pengembangan alam semesta h tidak merupakan parameter bebas karena kita kebergantungannya terhadap parameter parameter lain. Hasil fitting model ini mengusulkan nilai besaran besaran 0.62, d 0.1, b 0.0 2, dan h 0.6 (tingkat kepercayaan 95%). Beberapa parameter parameter yang digunakan tersebut adalah: τ : Kedalaman optis, digunakan untuk menghitung berapa jarak rata rata yang ditempuh foton sebelum jalurnya berubah akibat menumbuk sesuatu seperti elektron.. 8

3 Ωk : Parameter ini digunakan untuk menentukan kurvatur ruang, apakah negatif (terbuka), nol (datar), atau positif (tertutup). Pada model ini nilai Ωk yang berubah dari 1 ke 1 ΩΛ : Konstanta Kosmologi ωd : Densitas Cold Dark matter (CDM ) ωb : Densitas materi yang teramati (baryon) fν : Densitas materi panas yang tidak dapat dideteksi, seperti neutrino. ns : Menggambarkan gumpalan awal materi pada skala yang berbeda beda. Subcript s berarti skalar, CMBR tidak terpolarisasi. ns terdapat pada hubungan: P(k ) As k ns. k adalah bilangan gelombang. Gambar IV.1 atas: plot power spectrum CMB, bawah: plot power spectrum galaksi. Besaran parameter parameter kosmologi di atas merupakan besaran yang paling fit. Sumber: Gambar III.4 menunjukkan plot kurva yang paling fit dengan besaran parameter kosmologi tercantum di bagian kanan. Kurva bagian atas merupakan power 9

4 spectrum CMB sedang bagian bawah adalah power spectrum galaksi. Perbandingan power spectrum CMB dengan power spectrum galaksi ditujukan untuk melihat kekonsistenan parameter terhadap kedua power spectrum tersebut sekaligus. Pada plot kurva power spectrum CMB sumbu horizontal kurva menunjukkan besaran multipol yang semakin besar multipol menujjukan semakin kecil skala sudutnya = 2π θ, dan sumbu vertikal menunjukkan besar nilai fluktuasi yang semakin membesar ke atas. Plot kurva distribusi galaksi menunjukkan besaran k pada sumbu horizontal, yang berasosiasi dengan besaran fisis galaksi melalui hubungan k = 2π λ dengan λ merupakan besar gangguan perturbasi, semakin ke kanan semakin kecil. Sumbu vertikal menyatakan besaran fluktuasi densitas yang semakin ke atas menunjukkan nilai yang semakin kecil. Pada bagian kanan kurva menunjukkan berbagai parameter kosmologi yang dimasukkan ke dalam analisis fitting untuk mendapatkan nilai parameter yang paling fit dengan data. Kurva merah merupakan kurva hasil fitting. Dari sederetan parameter yang telah disebutkan, penulis akan berkonsentrasi meninjau dampak dari variasi parameter parameter tertentu saja. Parameter yang akan ditinjau lebih mendalam adalah parameter ω b, ω d, dan Ω Λ. Pemilihan parameter baryon, dark matter, dan konstanta kosmologi dikarenakan parameter parameter tersebut memberikan pengaruh besar dalam evolusi struktur alam semesta dan secara bersama sama, konstanta kosmologi dan dark matter menentukan harga h (lihat persamaan 2.1). Pada analisis ini data dari skenario concordance tidak memasukan data terbaru dari hasil pengamatan WMAP. Namun, jika kita memasukan data data hasil pengamatan terbaru tidak akan mengubah hasil analisis power spectrum yang dilakukan oleh penulis. Penambahan data hanya akan mengubah fitting kurva power spectrum dan mengubah nilai parameter kosmologi yang paling fit. Proporsi komponen dark matter dan baryon tidak akan berubah karena akan jumlah materi yang terlalu sedikit akan dikompensasi dengan penambahan jumlah konstanta kosmologi. 40

5 IV.2 Hubungan fluktuasi temperatur CMB dengan densitas massa galaksi Berikut ini kita akan melihat bagaimana variasi besaran parameter ω d dan ω b mengubah bentuk fitting kurva. Model concordance mengambil konstrain ω d + ω b = Yang menjadi perhatian kita adalah bagaimana perubahan kedua parameter memberi pengaruh kepada bentuk kedua kurva, bukan nilai yang paling fit terhadap kurva. Pada model ini jumlah densitas materi konstan, ω d + ω b = Kita akan melihat bagaimana perubahan jumlah masing masing parameter mempengaruhi bentuk kedua kurva. Dapat dilihat bahwa selalu terdapat nilai bagi kedua parameter, artinya alam semesta tidak diisi oleh hanya salah satu komponen. Variasi perubahan nilai kedua parameter diberikan pada tabel berikut: ω ωb ωd ωb Tabel IV.1 Variasi nilai ω d dan ω b pada kurva power spectrum d 41

6 Gambar IV.2 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = 0.15 dan ω b = Gambar IV. Power spectrum dengan variasi nilai ω d = 0.14 dan ω b =

7 Gambar IV.4 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = 0.1 dan ω b = Gambar IV.5 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = 0.12 dan ω b =

8 Gambar IV.6 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = 0.11 dan ω b = Gambar IV.7 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = 0.10 dan ω b =

9 Gambar IV.8 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = dan ω b = Gambar IV.9 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = dan ω b =

10 Gambar IV.10 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = dan ω b = Gambar IV.11 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = dan ω b =

11 Gambar IV.12 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = dan ω b = 0.10 Gambar IV.1 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = dan ω b =

12 Gambar IV.14 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = 0.00 dan ω b = 0.12 Gambar IV.15 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = dan ω b =

13 Gambar IV.16 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = dan ω b = 0.14 Gambar IV.17 Power spectrum dengan variasi nilai ω d = dan ω b =

14 Variasi nilai Ω Λ diikuti perubahan nilai h sebagai berikut: h h ΩΛ ΩΛ Tabel IV.2 Variasi nilai Ω Λ dan h pada kurva power spectrum Pada model kali ini, parameter parameter lain bernilai konstan, dengan nilai d 0.1 dan b Variasi Ω Λ mengubah fitting kurva sebagai berikut: Gambar IV.18 Power spectrum dengan variasi nilai Ω Λ = 0.90 dan h =

15 Gambar IV.19 Power spectrum dengan variasi nilai Ω Λ = 0.80 dan h = 0.87 Gambar IV.20 Power spectrum dengan variasi nilai Ω Λ = 0.70 dan h =

16 Gambar IV.21 Power spectrum dengan variasi nilai Ω Λ = 0.60 dan h = 0.61 Gambar IV.22 Power spectrum dengan variasi nilai Ω Λ = 0.50 dan h =

17 Gambar IV.2 Power spectrum dengan variasi nilai Ω Λ = 0.40 dan h = 0.60 Gambar IV.24 Power spectrum dengan variasi nilai Ω Λ = 0.0 dan h =

18 Gambar IV.25 Power spectrum dengan variasi nilai Ω Λ = 0.20 dan h = 0.4 Gambar IV.26 Power spectrum dengan variasi nilai Ω Λ = 0.10 dan h =

19 Gambar IV.27 Power spectrum dengan variasi nilai Ω Λ = dan h = 0.9 Variasi nilai ω d dan ω b mengakibatkan perubahan puncak pertama pada power spectrum CMB mengalami kenaikan dengan posisi puncak pada l yang tetap dan mengalami pelebaran. Puncak kedua mengalami pergeseran ke kanan l (membesar) dan mengalami pelebaran dan kenaikan. Pada power spectrum galaksi, semakin sedikit fraksi dark matter dan semakin banyaknya fraksi baryon membuat kurva power spectrum semakin menurun dengan terdapat titik belok. Penurunan kurva disertai timbulnya struktur struktur skala kecil pada k besar. Dengan mengambil parameter k=0, yaitu alam semesta flat, jumlah baryon yang banyak akan membuat distribusi galaksi kecil. Galaksi yang terbentuk berukuran besar besar, namun akan jarang ditemukan galaksi lain yang berada di dekatnya. Struktur terkecil alam semesta, yaitu bintang memiliki isi dengan dominasi baryon. Bintang memancarkan cahaya dengan ditopang oleh proses nucleosynthesis (reaksi fusi atom hidrogen), namun jika kita bergerak meninjau struktur yang lebih besar lagi yaitu galaksi, kita akan menemukan bahwa fraksi dark matter lah yang 55

20 dominan sebagai komponen penyusun sistem. Begitu juga dengan struktur yang lebih besar lagi, gugus galaksi yang komponen dark matter nya jauh lebih banyak dibandingkan dengan baryon. Kita simpulkan bahwa pada pembentukan struktur struktur skala besar, komponen dark matter jauh memegang peranan penting dibandingkan dengan komponen baryon. Semakin tinggi volume yang kita tinjau, porsi dark matter semakin dominan. Sebaliknya, pembentukan struktur struktur kecil seperti bintang, komponen baryon memegang peranan besar pada proses pembentukannya. Jumlah densitas baryon tidak hanya memperdalam fluktuasi, namun juga mempertajam fluktuasi densitas yang muncul di alam semesta dikarenakan interaksi baryon baryon jauh lebih kuat dari interaksi baryon dark matter atau dark matter dark matter sehingga perubahan jumlah baryon memberi efek yang besar pada struktur struktur skala kecil. Sebaliknya walau dark matter interaksinya lemah, namun dark matter memiliki efek skala besar. Persamaan Friedmann hanya mendeskripsikan evolusi alam semesta secara global pada skala yang besar yang diparameterisasi oleh parameter parameter kosmologikal, namun tidak menggambarkan evolusi alam semesta pada struktur struktur skala kecil, tidak mengikutsertakan parameter parameter yang lain untuk rincian skala yang kecil seperti kelimpahan baryon pada suatu galaksi. Oleh karena itu, parameter pengkarakterisasi pada model concordance ditambahkan dengan parameter parameter yang berkaitan dengan struktur skala kecil. Kondisi alam semesta yang terionisasi menghambat pembentukan bintang bintang generasi awal. Bintang bintang terbentuk kemudian menunggu temperatur alam semesta mendingin. Namun, jika pengembangan alam semesta lebih cepat (materi di dalam alam semesta banyak), pembentukan bintang bintang akan terjadi lebih cepat. Bintang bintang yang mengisi alam semesta akan memanaskan gas sekitarnya, dan terjadi pemanasan global. Reionisasi oleh bintang bintang generasi 56

21 awal ini akan menghambat proses pembentukan struktur struktur berikutnya dikarenakan alam semesta harus menunggu temperaturnya cukup dingin untuk terjadi proses pembentukan struktur. Saat temperatur turun lebih cepat dari efek pemanasan, pembentukan bintang generasi berikutnya bisa dimulai. Perubahan parameter Ω Λ tidak merubah bentuk kedua kurva namun hanya menggeser kurva power spectrum CMB ke kanan dan memberikan pengaruh pada kurva bagian kiri power spectrum galaksi, memberi efek yang sama dengan yang diberikan kurvatur, yaitu menghambat pembentukan struktur dan mengubah besar parameter h. Perubahan yang paling besar terjadi pada skala yang besar pada kedua kurva. Pada skala kecil tidak terjadi perubahan. Λ merupakan sesuatu yang belum diketahui banyak, akan tetapi tampaknya berasosiasi dengan ruang itu sendiri. Densitasnya tidak berubah terhadap waktu sehingga dengan meningkatnya volume alam semesta dengan sendirinya Λ semakin besar, parameter Ω Λ akan sangat dirasakan pada struktur skala besar. Saat alam semesta dini Λ merupakan komponen yang tidak signifikan. Sekarang ini alam semesta didominasi oleh Λ. Perubahan parameter parameter tertentu pada model menunjukkan adanya hasil yang konvergen. Parameter parameter pada power spectrum fluktuasi temperatur CMB ternyata sangat cocok untuk fluktuasi temperatur densitas massa galaksi, hal ini memperlihatkan adanya hubungan di antara keduanya. 57

22 Gambar IV. 28 Fluktuasi densitas alam semesta di berbagai tepat dari berbagai metode pengamatan. Sumber Pada Gambar IV.28 fluktuasi densitas terhadap skala (dalam juta tahun cahaya) menggambarkan fluktuasi densitas alam semesta di berbagai tempat. Fluktuasi bernilai sangat kecil pada CMB namun bersifat kosmologis. Semakin kecil skala yang di tinjau, fluktuasi densitas semakin besar. Dengan menggabungkan data pengamatan pada galaksi dan gugus galaksi dengan fluktuasi temperatur CMB dapat kita lihat bahwa fluktuasi densitas temperatur CMB tidak berdiri sendiri. Fluktuasi pada skala kecil dengan nilai fluktuasi besar datang dari dari fluktuasi skala besar dengan nilai fluktuasi kecil. IV. Efek Sachs Wolfe 58

23 Radiasi benda hitam di alam semesta yang isotropik dan homogen harusnya berada pada temperatur yang uniform. Saat terjadi fluktuasi dapat menyebabkan pergeseran kenampakan temperatur benda hitam radiasi satu titik tertentu di alam semesta. Fluktuasi dapat disebabkan oleh salah satu dari tiga efek dibawah: 1. perubahan temperatur intrinsik radiasi di satu titik di langit. Hal ini dapat terjadi jika densitas radiasi meningkat melalui kompresi adiabatik, seperti halnya kelakuan gas ideal. Fraksi perturbasi temperatur diradiasi sama dengan fraksi densitas perturbasi. 2. Akibat pergeseran Doppler jika radiasi di satu tempat bergerak terhadap pengamat. Jika fluida foton baryon berada pada prosese mengembang atau berkontraksi pada saat decoupling, efek Doppler akan membuat pelepasan foton menjadi lebih dingin atau lebih panas dari rata rata, bergantung kemana foton bergerak terhadap kita.. Perbedaan potensial gravitasional antara titik tertentu di langit dan pengamat akan menghasilakan pergeseran temperatur radiasi yang ditimbulkan antara titik dan pengamat akibat pergeseran gravitasional. Hal ini dikenal dengan efek Sachs Wolfe, setelah diperkenalkan oleh Sachs Wolfe pada tahun Efek Sachs Wolfe biasanya dibagi 2 yaitu efek biasa (efek S W) dan efek yang di sebut Intergrated Sachs Wolfe effect (ISW) yang timbul saat potensial gravitasionl berevolusi terhadap waktu: saat foton berada potensial minimum lokal pada saat hamburan terakhir (minimum lokal potensial gravitasional dapat di sebut sebgai sumur potensial ) foton bergerak naik keluar sumur potensial, kehilangan energi dan termerahkan. Sebaliknya, foton yang berada pada potensial lokal maksimum saat alam semesta transparan mendapatkan energi dan terbirukan. Titik titik dingin (termerahkan) pada peta temperatur berkorespondensi dengan δφ minimum dan titik titk panas (terbirukan) berkorespondensi dengan δφ maksimum. Selanjutnya kita hanya akan meninjau mengenai efek S W. Efek S W muncul karena adanya potensial gravitasi pada saat rekominasi dan decoupling. Foton yang berasal dari daerah dengan kerapatan tinggi harus melewati sumur potensial sehingga mengalami pergeseran merah gravitasional: 59

24 T 2, T c (4.1) Selain pergeseran merah gravitasional, foton juga mengalami dilatasi waktu: t 2, t c (4.2) Sementara perubahan temperatur dan faktor skala memiliki hubungan T a (t ) 1 dan hubungan waktu dan faktor skala pada dominasi materi a t t, sehingga 2 T 2 t T t. T 2 T c2 (4.) Kombinasi dari kedua efek tersebut menghasilkan: T 1, atau T c2 (4.4a) T 1 T (4.4b) ( ) Fluktuasi pada skala sudut yang besar θ > θ H 1 memberikan kepada kita peta fluktuasi potensial yang ada saat hamburan terakhir. Pada epokh ketika foton mulai dapat berjalan bebas, fluktuasi densitas dan kecepatan memiliki orde yang sangat kecil, yaitu Untuk mendapatkan gambaran bagaimana pertubasi skala kecil dapat berkembang pada alam semesta yang mengembang, kita dapat melakukan analisis Newtonian. Misalkan densitas rata rata alam semesta ρ (t ). Seiring pengembangan alam semesta, densitas menurun dengan faktor ρ (t ) a (t ). Kita akan mendeskripsikan evolusi perturbasi kecil di alam semesta yang mengembang dengan merujuk kepada Ryden, An Introduction to Cosmology, hal yang dituliskan kembali pada persamaan (4.5) s.d. persamaan (4.29), Kita deskripsikan densitas di suatu ruang dalam area bola dengan radius R pada suatu waktu dengan persamaan: t t 1 (t ), (4.5) 60

25 artinya, di suatu tempat dengan di mana kerapatan ruangnya merupakan kerapatan rata rata dan ditambahkan dengan sejumlah perturbasi δ (t) yang merupakan perturbasi yang digambarkan oleh persamaan efek S W. Total percepatan gravitasional pada permukaan bola: R= GM G 4π 4π 4π = 2 GρR = Gρ R G ( ρ δ ρ) R. 2 R R (4.6) Persamaan gerak sebuah titik pada permukaan bola dapat dituliskan sebagai: R 4π 4π = Gρ Gρ δ ρ, R (4.7) dengan massa yang terkandung di dalam: M= 4π ρ ( t ) [1 + δ ρ( t ) ] R( t ), (4.8) tetap konstan seiring bola yang mengembang. Oleh karena itu: R( t ) ρ ( t ) 1 [1 + δ ρ( t ) ] 1, (4.9) atau, dengan ρ a R( t ) a ( t ) [1 + δ ρ( t ) ] 1. (4.10) Jika bola sedikit lebih rapat, pertumbuhan radiusnya akan sedikit lebih kecil dibandingkan dengan faktor skala, dan sebaliknya. Persamaan (4.10) diturunkan dua kali untuk mendapatkan: R a 1 2 a. = δ ρ δ ρ R a a (4.11) Selama δ << 1, kombinasi persamaan (4.7) dan persamaan(4.11) menghasilkan: a 1 2 a 4π 4π δ ρ δ ρ= Gρ Gρ δ ρ, a a (4.12) di mana jika δ ρ= 0, persamaan (4.12) menjadi: a 4π = Gρ. a (4.1) Persamaan di atas menggambarkan persamaan percepatan untuk alam semesta yang homogen dan isotropi yang berisikan hanya materi. Bila persamaan (4.12) dikurang persamaan (4.1) kita mendapatkan persamaan untuk pertumbuhan perturbasi kecil: 61

26 1 2 a 4π δ ρ δ ρ= Gρδ ρ, a (4.14) atau δ ρ+ 2 H δ ρ= 4πGρδ ρ. (4.15) Kita ingat H a. Pada alam semesta statik, di mana H = 0, persamaan (4.15) a menjadi: δ ρ= 4πGρδ ρ. (4.16) Perhitungan relativistik lebih jauh mengenai pertumbuhan perturbasi memberikan hasil yang lebih umum melalui persamaan: δ ρ+ 2 H δ ρ= 4πG ε m δ ρ. c2 (4.17) Persamaan (4.17) dapat diaplikasikan pada alam semesta yang berisikan komponen komponen yang tekanannya tidak diabaikan, seperti radiasi (w=1/) dan konstanta kosmologi (w= 1). Pada alam semesta multi komponen, δ ρ merupakan densitas pada komponen materi saja, δ ρ= εm εm. εm (4.18) Parameter densitas dapat dituliskan kembali sebagai: Ωm = ε m 8πGε m =. ε c c 2 H 2 (4.19) Persamaan (4.17) menjadi: δ ρ+ 2 H δ ρ Ω m H 2δ ρ= 0. 2 (4.20) Pada epoch dimana materi tidak mendominasi, perturbasi densitas materi tidak tumbuh pesat. Ambil era dominasi radiasi. Selama epoch ini, Ω m << 1 dan H=1/2(t), menjadikan persamaan (4.20): 1 δ ρ+ δ ρ 0, t (4.21) yang memiliki bentuk solusi: 62

27 δ ( t ) B1 + B2 ln t. (4.22) Selama epokh dominasi radiasi, fluktuasi pada komponen dark matter tumbuh secara logaritmik. Pada alam semesta jauh setelah epokh ini, alam semesta justru didominasi oleh konstanta kosmologi, parameter densitas akan kecil, dan konstanta Hubble akan memiliki nilai konstan H = HΛ dan persamaan (4.20) akan memiliki bentuk: δ ρ+ 2 H Λ δ ρ 0, (4.2) yang memiliki solusi: δ ( t ) C1 + C 2 e 2 H Λt. (4.24) Pada fase dominasi lambda, densitas materi akan mencapai amplitudo dengan fraksi yang konstan, dan densitas materi rata rata turun dengan faktor ε m e H Λ t. Fluktuasi densitas materi hanya tumbuh secara signifikan pada dominasi materi. Pada alam semesta flat, dominasi materi, Ω m = 1, H = 2/ (t), persamaan (4.20) menjadi: δ ρ+ 4 2 δ ρ 2 δ ρ= 0. t t (4.25) Jika kita perkirakan solusi persamaan di atas memiliki bentuk power law Dt n, dan dengan memasukan perkiraan ini ke dalam persamaan (4.25), memberikan: n( n 1) Dt n nd n 1 2 Dt n = 0, t t (4.26) atau, n( n 1) n = 0. (4.27) Solusi yang mungkin untuk persamaan di atas adalah n = 1 dan n = 2/. Oleh karena itu, solusi umum untuk evolusi perturbasi densitas pada alam semesta flat, diisi hanya materi : δ ( t ) D1t 2 + D2 t 1. (4.28) Nilai D1 dan D2 ditentukan oleh kondisi awal untuk δ ρ( t ). Mode peluruhan t 1 menjadi diabaikan pada akhirnya dibandingkan dengan mode pertumbuhan t 2. Saat mode pertumbuhan yang hanya bertahan, maka perturbasi densitas di alam semesta flat, berisikan hanya materi, tumbuh dengan laju: 6

28 δ ρ t 2 a (t ) 1, selama δ ρ<< z (4.29) Fluktuasi densitas alam semesta bernilai kecil sampai terbentuknya galaksi galaksi dan struktur di alam semesta. Persamaan (4.5) yang merupakan persamaan evolusi perturbasi dapat kita ikuti dengan melakukan pendekatan evolusi perturbasi yang linear. Dengan alam semesta yang mengembang, fluktuasi berevolusi dengan 1 z 1 (persamaan 4.29). Ukuran fisis perturbasi d pada redshift z berkorespondensi dengan ukuran fisis perturbasi pada epokh sekarang d0 melalui hubungan d 0 d 1 z. 1 Bila kita memiliki perturbasi pada redshift z sebesar: z, 1 z 0 (4.0) karena M d dan d 0 d 1 z, persamaan fluktuasi massa didapatkan: 1 ᄏ G M ᄏ G 0 d 02, d artinya, perturbasi sebesar δ ρ sebesar δ φ (4.1) (persamaan (4.0)) dapat mengumpulkan massa (persamaan (4.1)). Dapat dihitung berapa besaran fluktuasi δ ρ dari besaran massa yang terkumpul (galaksi memiliki massa ~1012 Msun). Gambar IV.29 Osilasi pada fluida baryon foton. Sumber gambar Kita lihat pada gambar IV.29 osilasi yang terjadi pada fluida baryon foton membuat terjadi perbedaan temperatur pada lembah dan puncak. Pada lembah yang berarti sumur potensial, temperatur lebih tinggi dibandingkan pada daerah lembah. Perbedaan temperatur ini dapat dideskripsikan juga sebagai akibat perbedaan densitas 64

29 pada kedua daerah. Lembah berkecenderungan untuk mengumpulkan lebih banyak materi sehingga kerapatan di lembah lebih tinggi dari kerapatan daerah puncak yang mengalami peregangan. Jumlah materi yang banyak memperdalam sumur potensial sehingga memperbesar fluktuasi temperatur sedang sumur potensial dangkal dengan densitas materi tidak terlalu tinggi fluktuasinya. Dari penggambaran di atas dapat kita simpulkan bahwa fluktuasi temperatur CMB pada skala skala yang dideskripsikan di atas menggambarkan fluktuasi densitas (efek S W). Jika kita percayai bahwa fluktuasi temperatur CMB menggambarkan fluktuasi densitas massa, maka kita dapat menggunakan fluktuasi temperatur CMB sebagai input evolusi perturbasi kerapatan pada suku perturbasi pada persamaan (4.5) melalui hubungan yang dinyatakan dalam persamaan (4.4b), persamaan (4.0), dan persamaan (4.1). 65

BAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB

BAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB BAB III Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB III.1 Penyebab Fluktuasi Struktur di alam semesta berasal dari fluktuasi kuantum di awal alam semesta. Akibat pengembangan alam semesta, fluktuasi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada salah satu cabang ilmu fisika yaitu kosmologi merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Kosmologi merupakan ilmu yang mengulas alam semesta beserta dinamikanya.

Lebih terperinci

sangat pesat adalah kosmologi, yaitu studi tentang asal-mula, isi, bentuk, dan

sangat pesat adalah kosmologi, yaitu studi tentang asal-mula, isi, bentuk, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bidang kajian fisika yang paling menarik dan berkembang sangat pesat adalah kosmologi, yaitu studi tentang asal-mula, isi, bentuk, dan evolusi alam semesta.

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi Imamal Muttaqien 1) 1)Kelompok Keahlian Astrofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati,

Lebih terperinci

Bab III INTERAKSI GALAKSI

Bab III INTERAKSI GALAKSI Bab III INTERAKSI GALAKSI III.1 Proses Dinamik Selama Interaksi Interaksi merupakan sebuah proses saling mempengaruhi yang terjadi antara dua atau lebih obyek. Obyek-obyek yang saling berinteraksi dapat

Lebih terperinci

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam RADIASI BENDA HITAM Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam Teori Benda Hitam Jika suatu benda disinari

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton

Lebih terperinci

Oleh : Chatief Kunjaya. KK Astronomi, ITB

Oleh : Chatief Kunjaya. KK Astronomi, ITB Oleh : Chatief Kunjaya KK Astronomi, ITB Kompetensi Dasar XI.3.10 Menganalisis gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum XII.3.1 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GAMMA-RAY BURST

KARAKTERISTIK GAMMA-RAY BURST Bab II KARAKTERISTIK GAMMA-RAY BURST Gamma-Ray Burst (GRB) merupakan fenomena semburan sinar-gamma yang berlangsung secara singkat dan intensif. Energi yang terlibat dalam semburan ini mencapai 10 54 erg

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. a) Tetes minyak diam di antara pasangan keping sejajar karena berat minyak mg seimbang dengan gaya listrik qe.

BAB FISIKA ATOM. a) Tetes minyak diam di antara pasangan keping sejajar karena berat minyak mg seimbang dengan gaya listrik qe. BAB FISIKA ATOM Contoh 9. Hitungan mengenai percobaan Milikan. Sebuah tetes minyak yang beratnya,9-4 N diam di antara pasangan keping sejajar yang kuat medan listriknya 4, 4 N/C. a) Berapa besar muatan

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Evolusi Bintang

Bab II Dasar Teori Evolusi Bintang 5 Bab II Dasar Teori Evolusi Bintang II.1 Mengenal Diagram Hertzprung-Russel (HR) Ejnar Hertzprung pada tahun 1911 mem-plot sebuah diagram yang menghubungkan antara magnitudo relatif bintang-bintang dalam

Lebih terperinci

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Satuan Besaran dalam Astronomi Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar X.3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsipprinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian dan aturan angka penting) X.4.1 Menyajikan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

Hubungan fluktuasi temperatur. fluktuasi densitas massa. pada distribusi massa galaksi.

Hubungan fluktuasi temperatur. fluktuasi densitas massa. pada distribusi massa galaksi. Hubungan fluktuasi temperatur fluktuasi densitas massa δt T δ ρ ρ pada distribusi massa galaksi. CMB dengan Tugas Akhir Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan sarjana S1 Program Studi Astronomi ITB Oleh

Lebih terperinci

Bab IV DISTRIBUSI LUMINOSITAS GALAKSI TARGET, KERAPATAN LUMINOSITAS SERTA KAITANNYA DENGAN MORFOLOGI GALAKSI KAWAN

Bab IV DISTRIBUSI LUMINOSITAS GALAKSI TARGET, KERAPATAN LUMINOSITAS SERTA KAITANNYA DENGAN MORFOLOGI GALAKSI KAWAN Bab IV DISTRIBUSI LUMINOSITAS GALAKSI TARGET, KERAPATAN LUMINOSITAS SERTA KAITANNYA DENGAN MORFOLOGI GALAKSI KAWAN Studi lebih lanjut dilakukan untuk memeriksa korelasi antara morfologi sebuah galaksi

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Getaran atom dalam zat padat dapat disebabkan oleh gelombang yang merambat pada Kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digelombang yang digunakan dan dibandingkan

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

Laju Pengembangan Alam Semesta Berdasarkan Data Supernova Tipe Ia

Laju Pengembangan Alam Semesta Berdasarkan Data Supernova Tipe Ia ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 Laju Pengembangan Alam Semesta Berdasarkan Data Supernova Tipe Ia Fitri Rahma Yanti 1*, Wildian 1, Premana W. Premadi 2 Jurusan Fisika, Universitas

Lebih terperinci

GETARAN DAN GELOMBANG

GETARAN DAN GELOMBANG GEARAN DAN GELOMBANG Getaran dapat diartikan sebagai gerak bolak balik sebuah benda terhadap titik kesetimbangan dalam selang waktu yang periodik. Dua besaran yang penting dalam getaran yaitu periode getaran

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Linear dan Simulasi

Analisis Kestabilan Linear dan Simulasi Bab 4 Analisis Kestabilan Linear dan Simulasi Pada Bab ini kita akan membahas mengenai ketidakstabilan dari lapisan kondensat. Analisis kestabilan linier kita gunakan untuk melihat kondisi serta parameterparameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah banyak model fisika partikel yang dikembangkan oleh fisikawan untuk mencoba menjelaskan keberadaan partikel-partikel elementer serta interaksi yang menyertainya.

Lebih terperinci

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium

Lebih terperinci

Asal-usul dan Evolusi Alam Semesta Julieta Fierro, Susana Deustua, Beatriz Garcia

Asal-usul dan Evolusi Alam Semesta Julieta Fierro, Susana Deustua, Beatriz Garcia Asal-usul dan Evolusi Alam Semesta Julieta Fierro, Susana Deustua, Beatriz Garcia International Astronomical Union, Universidad Nacional Autónoma de México, México Universidad Tecnológica Nacional, Mendoza,

Lebih terperinci

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2015 ASTRONOMI SOLUSI ANALISIS DATA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Catatan Kuliah FI111 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Agus Suroso update: 4 November 17 Osilasi atau getaran adalah gerak bolak-balik suatu benda melalui titik kesetimbangan. Gerak bolak-balik tersebut

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2015 ASTRONOMI RONDE ANALISIS DATA Waktu: 240 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah.

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Q3-1 Large Hadron Collider (10 poin) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Pada soal ini, kita akan mendiskusikan mengenai fisika dari

Lebih terperinci

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena

Lebih terperinci

Cahaya sebagai bentuk informasi dari langit Teleskop sebagai kolektor cahaya

Cahaya sebagai bentuk informasi dari langit Teleskop sebagai kolektor cahaya CAHAYA & TELESKOP Cahaya sebagai bentuk informasi dari langit Teleskop sebagai kolektor cahaya Kompetensi Dasar: Memahami konsep cahaya sebagai bentuk informasi dari langit dan mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang

Lebih terperinci

( v 2 0.(sin α) 2. g ) 10 ) ) 10

( v 2 0.(sin α) 2. g ) 10 ) ) 10 16. Sebuah bola ditembakkan dari tanah ke udara. Pada ketinggian 9,1 m komponen kecepatan bola dalam arah x adalah 7,6 m/s dan dalam arah y adalah 6,1 m/s. Jika percepatan gravitasi g = 9,8 m/s 2, maka

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Elektrohidrodinamik Analisis elektrohidrodinamik dimulai dengan mengevaluasi medan listrik dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik

Lebih terperinci

STUDI FUNDAMENTAL RADIASI LATAR GELOMBANG MIKROKOSMIK ALAM SEMESTA.

STUDI FUNDAMENTAL RADIASI LATAR GELOMBANG MIKROKOSMIK ALAM SEMESTA. STUDI FUNDAMENTAL RADIASI LATAR GELOMBANG MIKROKOSMIK ALAM SEMESTA. Yeyen, Muhammad Yusuf *, Ahmad Zainuri ** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Geografi F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:yeyenarjo@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Chap. 8 Gas Bose Ideal

Chap. 8 Gas Bose Ideal Chap. 8 Gas Bose Ideal Model: Gas Foton Foton adalah Boson yg tunduk kepada distribusi BE. Model: Foton memiliki frekuensi ω, rest mass=0, spin 1ħ Energi E=ħω dan potensial kimia =0 Momentum p = ħ k, dengan

Lebih terperinci

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon di dalam inti atom yang menggunakan potensial Yukawa. 2. Dapat

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1)

DAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1) DAFTAR NOTASI A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1) a c a m1 / 3 a m /k s B : Koefisien-koefisien yang membentuk elemen matrik tridiagonal dan dapat diselesaikan dengan metode eliminasi Gauss : amplitudo

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Permodelan 4.1.1 Hasil Fungsi Distribusi Pasangan Total Simulasi Gambar 4.1 merupakan salah satu contoh hasil fungsi distribusi pasangan total simulasi 1 jenis atom

Lebih terperinci

Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana

Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Pertemuan GEARAN HARMONIK Kelas XI IPA Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Rasdiana Riang, (5B0809), Pendidikan Fisika PPS UNM Makassar 06 Beberapa parameter yang menentukan karaktersitik getaran: Amplitudo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari mana datangnya dunia? Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pertanyaan di atas selalu ada dan setiap zaman memiliki caranya masing-masing dalam menjawab.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA Pertemuan 2 GETARAN HARMONIK Kelas XI IPA Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Rasdiana Riang, (15B08019), Pendidikan Fisika PPS UNM Makassar 2016 Beberapa parameter

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM Pada bab sebelumnya telah diperlihatkan hasil karakterisasi struktur kristal, morfologi permukaan, dan komposisi lapisan.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan. BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan. Sebelum dilakukan proses pembaharuan peramalan, terlebih dahulu dilakukan proses peramalan dan uji kestabilitasan

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1. Pendahuluan BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti Alam. Karena itu Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan dasar yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang W. Baade dan F. Zwicky pada tahun 1934 berpendapat bahwa bintang neutron terbentuk dari ledakan besar (supernova) dari bintang-bintang besar akibat tekanan yang dihasilkan

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

Gambar 1. Bentuk sebuah tali yang direnggangkan (a) pada t = 0 (b) pada x=vt.

Gambar 1. Bentuk sebuah tali yang direnggangkan (a) pada t = 0 (b) pada x=vt. 1. Pengertian Gelombang Berjalan Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudonya tetap. Pada sebuah tali yang panjang diregangkan di dalam arah x di mana sebuah gelombang transversal sedang berjalan.

Lebih terperinci

θ = 1.22 λ D...1 point θ = 2R d...2 point θ Bulan θ mata = 33.7 θ Jupiter = 1.7

θ = 1.22 λ D...1 point θ = 2R d...2 point θ Bulan θ mata = 33.7 θ Jupiter = 1.7 Soal & Kunci Jawaban 1. [HLM] Diketahui diameter pupil mata adalah 5 mm. Dengan menggunakan kriteria Rayleigh, (a) hitunglah limit resolusi sudut mata manusia pada panjang gelombang 550 nm, (b) hitunglah

Lebih terperinci

JAWABAN DAN PEMBAHASAN

JAWABAN DAN PEMBAHASAN JAWABAN DAN PEMBAHASAN 1. Dalam perjalanan menuju Bulan seorang astronot mengamati diameter Bulan yang besarnya 3.500 kilometer dalam cakupan sudut 6 0. Berapakah jarak Bulan saat itu? A. 23.392 km B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Upaya para fisikawan, khususnya fisikawan teoretik untuk mengungkap fenomena alam adalah dengan diajukannya berbagai macam model hukum alam berdasarkan

Lebih terperinci

indahbersamakimia.blogspot.com Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit

indahbersamakimia.blogspot.com Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit Pilihan Berganda, 20 Soal 1. Jika jarak rata-rata planet Mars adalah 1,52 SA dari Matahari, maka periode orbit planet Mars mengelilingi

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-31) Topik hari ini Getaran dan Gelombang Getaran 1. Getaran dan Besaran-besarannya. Gerak harmonik sederhana 3. Tipe-tipe getaran (1) Getaran dan besaran-besarannya besarannya Getaran

Lebih terperinci

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi) Gerak Rotasi Momen Inersia Terdapat perbedaan yang penting antara masa inersia dan momen inersia Massa inersia adalah ukuran kemalasan suatu benda untuk mengubah keadaan gerak translasi nya (karena pengaruh

Lebih terperinci

Pengaruh Konstanta Kosmologi Terhadap Model Standar Alam Semesta

Pengaruh Konstanta Kosmologi Terhadap Model Standar Alam Semesta B-8 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (6) 7-5 (-98X Print) Pengaruh Konstanta Kosmologi Terhadap Model Standar Alam Semesta Muhammad Ramadhan dan Bintoro A. Subagyo Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Dapatkan soal-soal lainnya di http://forum.pelatihan-osn.com KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Tes Seleksi Olimpiade Astronomi

Lebih terperinci

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit

4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat. AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat AS 2201 Mekanika Benda Langit 4. Orbit dalam Medan Gaya Pusat 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas gerak benda langit dalam medan potensial umum, misalnya potensial sebagai

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alam semesta pada awal kelahirannya sesaat setelah big bang didominasi oleh radiasi. Pada era radiasi, suhu alam semesta sangat tinggi dan partikel-partikel

Lebih terperinci

Doc Name: SIMAKUI2015FIS999 Version : halaman 1

Doc Name: SIMAKUI2015FIS999 Version : halaman 1 SIMAK UI 2015 FISIKA Soal Doc Name: SIMAKUI2015FIS999 Version : 2016-04 halaman 1 01. Kecepatan aliran suatu fluida dengan 2 kerapatan 8, 60 10 g/liter adalah 32 m/s. Fluida tersebut melewati pipa dengan

Lebih terperinci

Teori Dasar Gelombang Gravitasi

Teori Dasar Gelombang Gravitasi Bab 2 Teori Dasar Gelombang Gravitasi 2.1 Gravitasi terlinearisasi Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik ruang waktu, g ab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, η ab

Lebih terperinci

Bab 4. Pembentukan Planet Raksasa. 4.1 Inti Planet Raksasa

Bab 4. Pembentukan Planet Raksasa. 4.1 Inti Planet Raksasa Bab 4 Pembentukan Planet Raksasa Bab ini memberikan tinjauan ringkas mengenai pembentukan inti planet raksasa. Sebagaimana telah disinggung, teori pembentukan sistem keplanetan yang banyak diterima dewasa

Lebih terperinci

Teori & Soal GGB Getaran - Set 08

Teori & Soal GGB Getaran - Set 08 Xpedia Fisika Teori & Soal GGB Getaran - Set 08 Doc Name : XPFIS0108 Version : 2013-02 halaman 1 01. Menurut Hukum Hooke untuk getaran suatu benda bermassa pada pegas ideal, panjang peregangan yang dijadikan

Lebih terperinci

3.11 Menganalisis besaran-besaran fisis gelombang stasioner dan gelombang berjalan pada berbagai kasus nyata. Persamaan Gelombang.

3.11 Menganalisis besaran-besaran fisis gelombang stasioner dan gelombang berjalan pada berbagai kasus nyata. Persamaan Gelombang. KOMPETENSI DASAR 3.11 Menganalisis besaran-besaran fisis gelombang stasioner dan gelombang berjalan pada berbagai kasus nyata INDIKATOR 3.11.1. Mendeskripsikan gejala gelombang mekanik 3.11.2. Mengidentidikasi

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN : PRISMA FISIKA, Vol. I, No. (01), Hal. 1-17 ISSN : 7-804 Aplikasi Persamaan Einstein Hyperbolic Geometric Flow Pada Lintasan Cahaya di Alam Semesta Risko 1, Hasanuddin 1, Boni Pahlanop Lapanporo 1, Azrul

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL ASTRONOMI Ronde : Analisis Data Waktu : 240 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

Lebih terperinci

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha 1. Pulsar, Bintang Netron, Bintang dan Keruntuhan Gravitasi 1A. Pulsar Pulsar atau Pulsating Radio Sources pertama kali diamati

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang 1. Grafik antara tekanan gas y yang massanya tertentu pada volume tetap sebagai fungsi dari suhu mutlak x adalah... a. d. b. e. c. Menurut Hukum Gay Lussac menyatakan

Lebih terperinci

Low Mass X-ray Binary

Low Mass X-ray Binary Bab II Low Mass X-ray Binary Sco X-1 merupakan obyek yang pertama kali ditemukan sebagai sumber sinar- X di luar Matahari (Giacconi et al., 1962). Berbagai pengamatan dilakukan untuk mencari sumber sinar-x

Lebih terperinci

Experiment indonesian (Indonesia) Loncatan manik-manik - Sebuah model transisi fase dan ketidak-stabilan (10 poin)

Experiment indonesian (Indonesia) Loncatan manik-manik - Sebuah model transisi fase dan ketidak-stabilan (10 poin) Q2-1 Loncatan manik-manik - Sebuah model transisi fase dan ketidak-stabilan (10 poin) Sebelum mengerjakan soal ini, kalian baca lebih dahulu Petunjuk Umum pada amplop yang terpisah. Pendahuluan Transisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2 Judul Percobaan : NAMA : YONATHAN ANDRIANTO SUROSO NIM : 12300041 Jurusan Fisika Universitas Negeri Manado Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Geothermal A. TUJUAN PERCOBAAN Laporan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 Analisis output dilakukan terhadap hasil simulasi yang diperoleh agar dapat mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi output. Optimasi juga dilakukan agar output meningkat mendekati dengan hasil

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOLUSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 014 TINGKAT PROVINSI ASTRONOMI Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB II DASAR SISTEM. Masing- masing besaran diatas menentukan persamaan tenaga, sehingga hukum kekekalan tenaga adalah sebagai berikut:

BAB II DASAR SISTEM. Masing- masing besaran diatas menentukan persamaan tenaga, sehingga hukum kekekalan tenaga adalah sebagai berikut: BAB II DASAR SISTEM Pada bab ini akan dibahas beberapa teori yang mendukung skripsi ini sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Pada sub bab 2.1 akan dijelaskan mengenai Prinsip Bernoulli, sub bab 2.2

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI BIDANG ASTRONOMI Waktu : 180 Menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

TRANSPOR POLUTAN. April 14. Pollutan Transport

TRANSPOR POLUTAN. April 14. Pollutan Transport TRANSPOR POLUTAN April 14 Pollutan Transport 2 Transpor Polutan Persamaan Konveksi-Difusi Penyelesaian Analitis Rerensi Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulics, Chapter 8, pp. 517-609, J. Wiley and

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOLUSI OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2015 ASTRONOMI RONDE TEORI Waktu: 210 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SMA Hari :... Tanggal :.../.../2008. Mulai :... Selesai :...

UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SMA Hari :... Tanggal :.../.../2008. Mulai :... Selesai :... UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SMA 2008 Mata Pelajaran : F I S I K A Hari :... Tanggal :.../.../2008 Mulai :... Selesai :... Lamanya Jumlah soal : 120 menit : 45 butir PETUNJUK UMUM: 1. Berdoalah sebelum mengerjakan

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

GETARAN DAN GELOMBANG

GETARAN DAN GELOMBANG 1/19 Kuliah Fisika Dasar Teknik Sipil 2007 GETARAN DAN GELOMBANG Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id GETARAN Getaran adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2

PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2 PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2 Soal No 1 Pada jangka sorong, satuan yang digunakan umumnya adalah cm. Perhatikan nilai yang ditunjukkan skala utama dan skala nonius. Nilai yang ditunjukkan oleh skala

Lebih terperinci

DASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

DASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG h Bab 3 DASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG 3.1 Persamaan Gelombang untuk Dasar Sinusoidal Dasar laut berbentuk sinusoidal adalah salah satu bentuk dasar laut tak rata yang berupa fungsi sinus

Lebih terperinci

Masalah Dua Benda. SMA-BPK,Jakarta Barat, 16 Maret oleh Dr. Suryadi Siregar KK-Astronomi,ITB

Masalah Dua Benda. SMA-BPK,Jakarta Barat, 16 Maret oleh Dr. Suryadi Siregar KK-Astronomi,ITB Masalah Dua Benda oleh Dr. Suryadi Siregar KK-Astronomi,ITB SMA-BPK,Jakarta Barat, 6 Maret 007 6 Maret 007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Hukum Gravitasi G konstanta gravitasi mi massa ke i r jarak m ke

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

BERKAS SOAL BIDANG STUDI : FISIKA

BERKAS SOAL BIDANG STUDI : FISIKA BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2014 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan. 2.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan data penelitian yang telah diolah, penulis menemukan hal-hal sebagai berikut : 1. Miskonsepsi yang terungkap melalui penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Xpedia Fisika DP SNMPTN 05

Xpedia Fisika DP SNMPTN 05 Xpedia Fisika DP SNMPTN 05 Doc. Name: XPFIS9910 Version: 2012-06 halaman 1 Sebuah bola bermassa m terikat pada ujung sebuah tali diputar searah jarum jam dalam sebuah lingkaran mendatar dengan jari-jari

Lebih terperinci

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. 1 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. Panjang Lebar (menggunakan mistar) (menggunakan jangka sorong) Luas plat logam di atas

Lebih terperinci

Relasi Empirik Diameter Asteroid Dengan Fenomena Tsunami Dan Gempa

Relasi Empirik Diameter Asteroid Dengan Fenomena Tsunami Dan Gempa Relasi Empirik Diameter Asteroid Dengan Fenomena Tsunami Dan Gempa TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung oleh: Dhany Dewantara

Lebih terperinci

BAB III : MODEL 19 BAB III MODEL

BAB III : MODEL 19 BAB III MODEL BAB III : MODEL 19 BAB III MODEL Model yang akan diturunkan dan dibahas pada bab ini lebih menitikberatkan pada mekanisme korosi dari sudut pandang Teori Keadaan Peralihan bahwa logam terlebih dahulu berubah

Lebih terperinci