BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari mana datangnya dunia? Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pertanyaan di atas selalu ada dan setiap zaman memiliki caranya masing-masing dalam menjawab. Secara umum, upaya untuk menjawab pertanyaan tersebut dinamakan kosmologi. Kosmologi merupakan kajian mengenai asal mula, perkembangan, dan akhir alam semesta. Masa sekarang ini, upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai alam semesta dibingkai di dalam fisika. Tidak ketinggalan pula, kosmologi menjadi salah satu dari sekian banyak cabang di dalam fisika. Kosmologi yang menjadi cabang dari fisika adalah kosmologi yang bersesuaian dengan prinsip-prinsip fisika. Sejauh ini, model kosmologis yang umum digunakan dalam menjelaskan kelahiran alam semesta adalah Teori Ledakan Besar (TLB). Menurut TLB, seluruh ruang alam semesta awalnya adalah sebuah titik yang pada suatu ketika meledak dan terus mengembang sampai sekarang. Dalam perkembangannya, dari pengamatan ditemukan banyak keadaan alam semesta yang tidak dapat dijelaskan menggunakan TLB, antara lain adalah yang disebut masalah cakrawala dan masalah kedataran. Salah satu upaya yang dilakukan para fisikawan untuk menjelaskannya adalah dengan mengajukan gagasan tentang inflasi. Inflasi adalah pengembangan ruang yang sangat cepat yang terjadi ketika alam semesta masih berusia dini. Teori inflasi muncul sekitar tahun 1980-an dengan pelopornya adalah A. Guth, A. Linde, dan P. Steinhardt. Setelah lebih dari 30 tahun dikembangkan, teori inflasi mendapat angin segar dengan teramatinya jejak gelombang gravitasi primordial. Pada bulan Maret 2014, tim BICEP2 yang meneliti polarisasi radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB) melaporkan hasil pengamatan terhadap jejak gelombang gravitasi primordial pada polarisasi mode-b CMB [BICEP2 Collaboration, 2014]. Kemudian pada bulan Oktober 2014, tim POLARBEAR yang juga meneliti polarisasi mode-b CMB melaporkan hal yang serupa [POLARBEAR Collaboration, 2014]. Gelombang gravitasi primordial muncul dari fluktuasi yang terjadi akibat inflasi di alam semesta dini. Dalam penyebarannya ke seluruh bagian alam semesta, gelombang gravitasi primordial berinteraksi dengan CMB dan meninggalkan jejak pada polarisasi mode-b CMB. 1

2 2 Gelombang gravitasi adalah salah satu dari beberapa ramalan yang diajukan untuk menguji Teori Relativitas Umum (TRU) Einstein. Gelombang gravitasi dapat dibayangkan sebagai riak yang menjalar di dalam struktur ruangwaktu. Secara umum, setiap benda bermassa yang bergerak dengan percepatan dapat menimbulkan gelombang gravitasi. Secara matematis, gelombang gravitasi merupakan hasil pendekatan teori gangguan di dalam TRU. Teori gangguan diungkapkan melalui anggapan bahwa metrik ruangwaktu dapat diuraikan menjadi metrik latar ditambah dengan suatu gangguan kecil. Bukti keberadaan gelombang gravitasi telah cukup lama diketahui oleh para fisikawan, tetapi bukti secara tidak langsung, sedangkan bukti secara langsung saat ini belum diperoleh. Bukti secara tidak langsung yang pertama adalah pada tahun 1974 R. Hulse dan J. Taylor menemukan sebuah sistem bintang ganda yang periode orbitnya semakin lama semakin meningkat. Perilaku tersebut sesuai dengan ramalan perhitungan menggunakan TRU. Dari perubahan periode orbit tersebut, diduga bahwa sebagian tenaga sistem bintang ganda berubah menjadi gelombang gravitasi. Memasuki abad ke-21 gelombang gravitasi semakin menjadi bagian penting kajian kosmologi dan astrofisika dalam memberikan pandangan yang lebih mendalam mengenai gravitasi. Gelombang gravitasi dapat memberikan informasi tentang peristiwa-peristiwa di alam semesta yang tidak dapat diperoleh melalui pengamatan gelombang elektromagnetik. Secara khusus, gelombang gravitasi primordial merupakan informasi paling awal tentang alam semesta dini yang dapat diamati pada masa sekarang. Fokus utama skripsi ini adalah membahas gelombang gravitasi yang terbentuk dari fluktuasi yang terjadi pada masa inflasi. Fluktuasi tersebut dikaji menggunakan teori gangguan di dalam Relativitas Umum. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada Latar Belakang, dirumuskan beberapa permasalahan yang disajikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan inflasi dan bagaimana mekanisme terjadinya inflasi di alam semesta dini? 2. Bagaimana perumusan untuk memperoleh parameter-parameter gelombang gravitasi primordial yang dapat dibandingkan dengan pengamatan?

3 3 1.3 Batasan Masalah Untuk mempertegas pembahasan di dalam kajian yang dilakukan, permasalahan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Geometri ruangwaktu bermetrik FLRW datar. 2. Materi dan tenaga dimodelkan dengan zat alir ideal. 3. Teori gangguan hanya sampai gangguan orde pertama (linear). 4. Inflasi terjadi melalui mekanisme slow-roll. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dari kajian ini adalah sebagai berikut: 1. Memahami inflasi dan menjelaskan mekanisme terjadinya inflasi di alam semesta dini. 2. Memperoleh perumusan bagi parameter-parameter gelombang gravitasi yang dapat dibandingkan dengan pengamatan. 1.5 Tinjauan Pustaka Teori Relativitas Umum yang diajukan oleh Einstein pada tahun 1916 memberikan pandangan baru tentang gravitasi setelah lebih dari 200 tahun orang-orang mengikuti pandangan Newton. Salah satu ramalan yang diberikan oleh TRU adalah adanya gelombang gravitasi. Gagasan tentang gelombang gravitasi timbul dari upaya Einstein dalam mencari selesaian eksak bagi linearisasi persamaan medan. Ada dua cara untuk melihat fenomena yang terjadi ketika suatu sumber meradiasikan gelombang gravitasi: yang pertama dengan mengukur gelombang yang menjalar meninggalkan sumber, dan yang kedua dengan mengamati perubahan gerak sumber itu sendiri. Selama tahun an terjadi banyak perbedaan pendapat tentang keberadaan gelombang gravitasi terkait dua cara tersebut. Salah satunya adalah kemungkinan sistem bintang ganda meradiasikan gelombang gravitasi dan mengalami perubahan periode orbit [Kennefick, 2007]. Pada tahun 1974, melalui teleskop radio Arecibo di Puertco Rico, Hulse dan Taylor [1975] menemukan sebuah sistem

4 4 bintang ganda yang periode orbitnya semakin meningkat sesuai dengan perhitungan mengunakan TRU. Penemuan tersebut kemudian disusul oleh penemuan sistemsistem bintang ganda yang lain. Penemuan-penemuan tersebut mengakibatkan para fisikawan sepakat tentang keberadaan gelombang gravitasi. Pendeteksian gelombang gravitasi menjadi tantangan besar bagi fisikawan. Akibat lemahnya gravitasi, agar gelombang gravitasi dapat terdeteksi, pengamatan dilakukan terhadap sumber-sumber dengan massa sangat besar seperti tabrakan bintang netron, tabrakan lubang hitam, supernova, atau inflasi alam semesta dini. Pada tahun 1967, pendeteksian yang pertama dilaporkan oleh J. Weber. Detektor yang digunakan adalah batang berbentuk silinder terbuat dari logam dengan panjang 2 meter dan garis tengah 1 meter. Prinsip kerja yang mendasari adalah ketika gelombang gravitasi melintas dengan frekuensi sama dengan frekuensi batang, batang akan ikut beresonansi. Sayangnya, penemuan Weber tidak dapat diulangi oleh fisikawan lain dan akhirnya diragukan [Collins, 2004]. Akan tetapi, metode Weber tetap digunakan oleh para fisikawan untuk membuat detektor resonan lain yang lebih peka, salah satunya adalah MiniGrail yang berbentuk bola dengan garis tengah 0,7 meter. Metode deteksi yang lebih sensitif yang sekarang banyak digunakan adalah interferometri laser. Sinar laser koheren dilewatkan di dalam dua buah tabung panjang yang saling tegak lurus. Prinsip kerja yang mendasari adalah ketika gelombang gravitasi melintas, akan terjadi pebedaan panjang antara kedua sinar yang dapat dilihat pada pola interferensi. Contoh detektor yang telah dibangun adalah LIGO yang menggunakan interferometer sepanjang 4 km [Collins, 2004]. Selain dibangun di atas permukaan bumi, dibangun juga detektor di luar angkasa. Detektor luar angkasa yang akan dibangun dalam waktu dekat ini adalah LISA. Metode deteksi lainnya adalah pulsar timing array (PTA), yaitu dengan mengamati pengaruh gelombang gravitasi terhadap waktu tiba dari 50-an pulsar yang telah diketahui. Prinsip kerjanya adalah ketika gelombang gravitasi melintasi bumi, waktu tiba pulsar-pulsar tersebut akan bergeser. Menurut cara pandang Newton, alam semesta bersifat statis dan kekal. Pada tahun 1826, H. Olber mengajukan pendapat bahwa langit malam yang gelap tidak sesuai dengan anggapan bahwa alam semesta statis dan kekal, yang dikenal dengan sebutan paradoks Olber. Menurut Olber, di malam hari seharusnya langit tidak gelap karena setiap mengarahkan pandangan ke suatu titik di langit akan terlihat cahaya bintang yang ketika dijumlahkan untuk seluruh bola langit akan menghasilkan total cahaya yang terang benderang. Pemecahan paradoks tersebut mengarahkan ke pandangan

5 5 bahwa alam semesta mengembang. Pada tahun 1922, A. Friedmann mengajukan selesaian bagi persamaan medan Einstein (PME) untuk alam semesta yang mengembang, yang kemudian disebut metrik FLRW. Kemudian pada tahun 1929, melalui teleskop Hooker, E. Hubble menemukan bahwa alam semesta tidak hanya terdiri atas galaksi Bimasakti saja dan galaksi-galaksi lain bergerak menjauh dengan kelajuan sebanding dengan jaraknya dari bumi. Pandangan bahwa alam semesta statis dan kekal mulai ditinggalkan dan digantikan oleh pandangan bahwa alam semesta bersifat dinamis, yang diwakili oleh TLB. Menjelang tahun 1970, ditemukan beberapa masalah yang tidak dapat dijelaskan menggunakan TLB. Masalah yang pertama adalah masalah kedataran (flatness problem) yang diungkapkan pertama kali oleh R. Dicke pada tahun 1969 [Guth, 1997]. Masalah kedataran berasal dari fakta bahwa geometri alam semesta masa sekarang yang hampir datar mengindikasikan bahwa di masa awal geometri alam semesta sangat mendekati datar, atau dengan kata lain kerapatan awal alam semesta memiliki nilai yang sangat spesifik yang tidak dijelaskan oleh TLB. Masalah berikutnya adalah masalah cakrawala (horizon problem) yang pertama kali diungkapkan oleh Misner [1969]. Masalah cakrawala berasal dari fakta adanya keseragaman suhu di seluruh bagian alam semesta temasuk antara bagian-bagian yang terpisah oleh jarak yang lebih lama dari usia alam semesta. Teori Ledakan Besar tidak mempunyai mekanisme yang dapat menjelaskan terjadinya keseragaman suhu tersebut. Masalah lainnya adalah kelimpahan partikel monopol magnet yang terbentuk pada masa GUT yang tidak sesuai dengan hasil pengamatan [Liddle, 2003]. Gagasan tentang inflasi pertama kali diajukan oleh Guth [1981]. Masalahmasalah di atas dapat dipecahkan dengan diajukannya gagasan bahwa pada masa dini evolusi alam semesta terjadi pengembangan ruang yang sangat cepat yang menurut perhitungan sekitar orde Kerapatan tenaga vakum alam semesta adalah tetap, sedangkan kerapatan tenaga materi lain menurun karena alam semesta yang mengembang memiliki kerapatan tenaga total yang menurun, maka jika ada suatu kerapatan tenaga vakum yang positif secara alamiah akan menyebabkan adanya inflasi. Akan tetapi, diperlukan mekanisme yang dapat mengakhiri inflasi dan menghasilkan materi di alam semesta. Oleh sebab itu, dimodelkan bahwa inflasi dibangkitkan oleh medan homogen yang memiliki kerapatan tenaga hampir tetap selama proses inflasi yang di akhir masa inflasi medan tersebut meluruh menghasilkan partikel-partikel yang ada di alam semesta sekarang. Kemungkinan yang paling sederhana adalah bahwa medan tersebut merupakan suatu medan skalar [Gorbunov dan Rubakov, 2011b].

6 6 Model pertama yang menggunakan medan skalar diajukan oleh A. Guth, yang kemudian disebut model old inflation. Model ini didasarkan pada medan skalar yang mempunya dua titik minimum yaitu pada tenaga nol yang sama dengan vakum di masa sekarang dan vakum semu dengan kerapatan tenaga positif. Model old inflation diajukan dengan asumsi bahwa pada awalnya alam semesta berada pada vakum semu. Vakum semu ini tidak stabil dan meluruh melalui proses terobosan kuantum nukleasi gelembung (bubble nucleation) lalu alam semesta mengalami pemanasan kembali (reheating) akibat tumbukan antar gelembung. Akan tetapi model ini gagal karena kemungkinan terjadinya tumbukan sangat kecil dan alam semesta tidak akan terbentuk menjadi seperti yang ada sekarang. Model yang memperbaiki model old inflation adalah model yang diajukan oleh Linde [1982] dan Albrecht dan Steinhardt [1982], yang kemudian disebut new inflation. Di dalam model ini tidak terjadi terobosan vakum, inflasi terjadi karena medan skalar yang menuruni lereng tenaga potensial. Ketika medan bergerak jauh lebih lambat dibandingkan dengan pengembangan alam semesta, inflasi terjadi. Kemudian, ketika lereng semakin curam, inflasi berhenti dan terjadi proses pemanasan kembali (reheating). Mekanisme ini disebut slow-roll. Banyak model-model lain yang diajukan, tetapi melalui mekanisme yang secara umum sama dengan model new inflation, yang berbeda adalah bentuk potensialnya, misalnya: model small field inflation, model large field inflation, dan model hybrid inflation yang menggunakan lebih dari satu medan skalar. Inflasi mengakibatkan terjadinya fluktuasi pada alam semesta dini. Kajian mengenai fluktuasi dilakukan melalui teori gangguan kosmologis. Fluktuasi ini yang menyebabkan terbentuknya struktur alam semesta yang sekarang. Selain itu, fluktuasi tersebut juga mengakibatkan terjadinya polarisasi pada CMB. Polarisasi inilah yang diamati untuk meneliti keberadaan gelombang gravitasi primordial. Parameter penting yang diperoleh dari pengamatan terhadap CMB berkaitan dengan gelombang gravitasi primordial adalah parameter yang disebut nisbah tensor-skalar (r) yakni nisbah antara spektrum tenaga mode tensor dengan spektrum tenaga mode skalar dari gelombang gravitasi primordial. Pada bulan Maret 2014, untuk pertama kalinya, dilaporkan nilai parameter r dari pengukuran polarisasi mode-b CMB. Tim BICEP2 yang melakukan pengamatan di Kutub Selatan melaporkan bahwa nisbah tensor-skalar adalah pada nilai r = 0, 20 +0,07 0,05 [BICEP2 Collaboration, 2014]. Sayangnya, nilai ini melebihi constraint yang ditetapkan dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh tim Planck sebelumnya

7 7 yang menyatakan bahwa r < 0, 11 [Planck Collaboration, 2013] dan setelah dilakukan pembandingan data diperoleh kesimpulan bahwa kemungkinan besar parameter r yang dilaporkan oleh tim BICEP2 bukan berasal dari gelombang gravitasi melainkan berasal dari dust. Kemudian pada bulan Oktober 2014, tim POLARBEAR yang melakukan pengamatan di Chili melaporkan hasil berupa parameter amplitudo A BB pada nilai A BB = 1, 12±0, 61 [POLARBEAR Collaboration, 2014] dengan A BB = 1 adalah nilai pembanding yang berasal dari WMAP [WMAP-9 Collaboration, 2013a]. Pengukuran ini terbebas dari dust karena hanya dalam rentang frekuensi yang sempit, di luar wilayah frekuensi dust. Berdasarkan uraian di atas, kajian mengenai inflasi dan gelombang gravitasi primordial telah banyak dilakukan dan di sini ditegaskan bahwa yang dikerjakan oleh penulis adalah penyampaikan ulang kajian-kajian yang telah ada secara rinci dan dirangkai dengan bahasa yang lebih sederhana agar mudah dipahami. Dengan demikian, diharapkan hasil kajian ini dapat membantu pihak berikutnya yang ingin mendalami dan mengembangkan kajian mengenai gelombang gravitasi, khususnya gelombang gravitasi yang berasal dari inflasi. 1.6 Metode Penelitian Penelitian dalam skripsi ini dilakukan dengan metode kajian teoretis melalui kajian literatur dan perhitungan matematis. Teori yang menjadi landasan adalah Teori Relitivitas Umum yang kemudian diterapkan ke kosmologi. Model kosmologis yang digunakan untuk menjelaskan evolusi alam semesta adalah Teori Ledakan Besar, di dalam kajian ini secara khusus model yang digunakan adalah model ΛCDM. Alam semesta digambarkan menggunakan metrik FLRW yang setelah diterapkan ke dalam PME menghasilkan persamaan Friedmann. Teori Relativitas Umum kemudian dikembangkan ke teori gangguan linear. Di dalam teori gangguan, digunakan dua konsep alam semesta, yakni alam semesta latar dan alam semesta yang ada gangguannya, dan metrik yang menggambarkan alam semesta diuraikan menjadi dua, yakni metrik latar dan metrik gangguan. Di dalam teori gangguan linear, dapat dilakukan pemisahan metrik latar menjadi bagian skalar, vektor, dan tensor yang persamaan evolusi bagi masing-masing bagian diperoleh dari Persaman Medan Einstein (PME) yang dilinearkan. Persamaan evolusi bagian tensor adalah bagian yang paling penting di dalam kajian ini karena merupakan persamaan evolusi bagi gelombang gravitasi.

8 8 Inflasi dibahas secara lengkap mulai dari latar belakang diajukannya gagasan tentang inflasi, mekanisme terjadinya inflasi, sampai analisis fluktuasi akibat inflasi. Selama inflasi, alam semesta berevolusi dengan kerapatan tenaga yang menyerupai vakum. Karena inflasi disebabkan oleh suatu medan skalar, persamaan gerak yang banyak digunakan adalah persamaan Klein-Gordon. Agar ramalan dari model inflasi dapat dibandingkan dengan pengamatan, dirumuskan juga parameter-parameter yang menjadi ciri bagi gelombang gravitasi primordial. 1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ini tersusun atas 7 bab. Kandungan masing-masing bab dijabarkan sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan. Bab ini memuat informasi umum mengenai kajian yang dilakukan. Bab I meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab II Teori Relativitas Umum dan Kosmologi. Bab ini memuat dua konsep dasar yang melandasi kajian pada bab-bab berikutnya. Konsep yang pertama adalah TRU yang berangkat dari anggapan bahwa gravitasi merupakan perwujudan dari kelengkungan ruangwaktu yang disebabkan oleh sebaran materi. Persamaan utama di dalam TRU adalah PME yang mengaitkan kelengkungan ruangwaktu dengan sebaran materi. Kelengkungan ruangwaktu digambarkan dengan tensor metrik. Bagian kedua dalam bab ini adalah terapan TRU ke alam semesta keseluruhan. Alam semesta yang mengembang digambarkan dengan metrik yang khusus, yakni metrik FLRW, dan materi-tenaga dimodelkan sebagai zat alir ideal. Dengan digunakannya metrik FLRW, maka PME tersusutkan menjadi persamaan Friedmann. Persamaan inilah yang mengatur evolusi alam semesta. Di dalam model ini dianggap bahwa pengembangan alam semesta disebabkan oleh berbagai kerapatan tenaga: materi, radiasi, vakum, materi gelap, dan tenaga gelap, yang disebut model ΛCDM. 3. Bab III Teori Gangguan Kosmologis. Bab ini memuat dua bagian. Bagian pertama adalah konsep tentang teori gangguan bagi relativitas umum, khususnya bagi metrik yang digunakan di dalam kosmologi. Pembahasan bagian pertama meliputi alih ragam tera yang dilakukan di ruangwaktu latar, pemisahan bagian

9 9 metrik, tensor tenaga yang ada gangguannya, dan tera yang biasa digunakan di dalam kajian kosmologi. Metrik yang diganggu diuraikan mengikuti penguraian Selanjutnya gangguan metrik diuraikan lagi menjadi bagian gangguan skalar, vektor, dan tensor. Hal ini dimungkinkan karena gangguan hanya sampai orde pertama. Tera yang diterapkan dalam kajian ini adalah tera h 01 = 0 dan dihasilkan persamaan medan yang dilinearkan Bagian kedua adalah gangguan primordial yang menggambarkan evolusi masing-masing mode gangguan. Pada bagian ini dikenalkan konsep tentang rezim evolusi. Bahasan diakhiri dengan konsep tentang spektrum primordial yang bertujuan diperoleh besaran-besaran gangguan yang dapat dibandingkan dengan hasil pengamatan. 4. Bab IV Inflasi. Bab ini merupakan bagian utama yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini. Bab ini diawali dengan uraian tentang masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh model ΛCDM yang melatarbelakangi diajukannya gagasan tentang inflasi, terutama masalah cakrawala dan masalah kedataran. Bahasan dilanjutkan dengan syarat yang diperlukan agar masalah-masalah tersebut dapat terpecahkan, yakni jumlah e-folding minimal. Selanjutnya mekanisme inflasi beserta parameter-parameter yang diperlukan. Mekanisme yang dimaksud adalah mekanisme slow-roll yang ditandai dengan medan inflaton menuruni lereng tenaga potensial selama proses inflasi. Bentuk potensial inilah yang membedakan antara model inflasi yang satu dengan yang lain. Bahasan selanjutnya adalah analisis fluktuasi medan inflaton yang menghasilkan amplitudo gangguan, baik gangguan skalar maupun tensor. Amplitudo inilah yang menjadi ciri inflasi, tepatnya nisbah antara spektrum daya tensor dan spektrum daya skalar r. Inflasi juga dicirikan oleh kemiringan spekrum n s. Setiap model inflasi selalu memberikan ramalan nilai r dan n s. 5. Bab V Model Inflasi: Higgs Inflation. Bab ini memuat contoh potensial bagi medan skalar sebagai penyebab inflasi. Medan skalar yang digunakan adalah medan Higgs. Di dalam bab ini diberikan penurunan bentuk potensial yang diperoleh dari lagrangean bagi medan Higgs yang tergandeng tidak secara minimal kemudian digunakan analisis slow-roll untuk memperoleh parameter nisbah tensor-skalar r dan kemiringan spektrum n s bagi potensial tersebut. 6. Bab VI Penutup. Bab ini memuat simpulan yang diberikan sebagai hasil penulisan skripsi ini dan saran untuk pengembangan penelitian berikutnya.

10 10 7. Lampiran. Lampiran terdiri atas empat bagian. Bagian pertama memuat rincianrincian bagi TRU yang tidak diberikan pada Bab I mulai dari aturan alih ragam tensor, pergeseran paralel, sampai penurunan persamaan medan. Bagian kedua memuat perumusan bagi persamaan medan yang dilinearkan, yakni persamaan medan dengan metrik yang diberi gangguan kecil sampai orde pertama. Di dalam bagian kedua ini dihasilkan persamaan medan bagi gangguan skalar, vektor, dan tensor. Persamaan yang paling penting adalah persamaan gangguan tensor yang merupakan persamaan bagi gelombang gravitasi. Bagian ketiga memuat konsep dasar tentang peubah dan medan acak gaussan. Fluktuasi medan skalar penyebab inflasi dianggap mengikuti distribusi gaussan. Informasi penting tentang medan acak gaussan terangkum dalam spektrum daya. Bagian keempat memuat penurunan persamaan-persamaan dan perhitungan-perhtungan panjang yang tidak langsung disertakan pada subbab yang terkait.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fisika adalah upaya menemukan kaidah-kaidah atau pola-pola keteraturan yang ditaati oleh alam. Pola-pola keteraturan itu sering pula disebut hukum alam (Rosyid,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan fisika teoritik melalui Teori Relativitas Umum (TRU) yang dikemukakan oleh Albert Einstein sudah sangat pesat dan cukup baik dalam mendeskripsikan ataupun memprediksi fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fisika merupakan upaya menemukan pola-pola keteraturan alam dan membingkainya menjadi bagan berpikir yang runtut, yakni berupa kaitan logis antara konsepkonsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Upaya para fisikawan, khususnya fisikawan teoretik untuk mengungkap fenomena alam adalah dengan diajukannya berbagai macam model hukum alam berdasarkan

Lebih terperinci

sangat pesat adalah kosmologi, yaitu studi tentang asal-mula, isi, bentuk, dan

sangat pesat adalah kosmologi, yaitu studi tentang asal-mula, isi, bentuk, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bidang kajian fisika yang paling menarik dan berkembang sangat pesat adalah kosmologi, yaitu studi tentang asal-mula, isi, bentuk, dan evolusi alam semesta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang benda-benda di luar angkasa terus meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu benda angkasa yang menarik perhatian adalah bintang.

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi Imamal Muttaqien 1) 1)Kelompok Keahlian Astrofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati,

Lebih terperinci

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi :

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Teori Relativitas Umum Sebelum teori Relativitas Umum (TRU) diperkenalkan oleh Einstein pada tahun 1915, orang mengenal sedikitnya tiga

Lebih terperinci

ILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

ILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. ILMU FISIKA Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DEFINISI ILMU FISIKA? Ilmu Fisika dalam Bahasa Yunani: (physikos), yang artinya alamiah, atau (physis), Alam

Lebih terperinci

Teori Big Bang. 1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau

Teori Big Bang. 1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau Teori Big Bang Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada salah satu cabang ilmu fisika yaitu kosmologi merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Kosmologi merupakan ilmu yang mengulas alam semesta beserta dinamikanya.

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi

Lebih terperinci

Medan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

Medan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Medan Magnet Benda Angkasa Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar XII.3.4 Menganalisis induksi magnet dan gaya magnetik pada berbagai produk teknologi XII.4.4 Melaksanakan pengamatan induksi

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Urai astri lidya ningsih 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura; e-mail: nlidya14@yahoo.com

Lebih terperinci

Cahaya sebagai bentuk informasi dari langit Teleskop sebagai kolektor cahaya

Cahaya sebagai bentuk informasi dari langit Teleskop sebagai kolektor cahaya CAHAYA & TELESKOP Cahaya sebagai bentuk informasi dari langit Teleskop sebagai kolektor cahaya Kompetensi Dasar: Memahami konsep cahaya sebagai bentuk informasi dari langit dan mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

JAGAD RAYA TEORI TERBENTUKNYA JAGAD RAYA TEORI LEDAKAN BESAR

JAGAD RAYA TEORI TERBENTUKNYA JAGAD RAYA TEORI LEDAKAN BESAR JAGAD RAYA TEORI TERBENTUKNYA JAGAD RAYA TEORI LEDAKAN BESAR Menurut teori ini dijelaskan bahwa jagat raya terbentuk dari ledakan dahsyat yang terjadi kira-kira 13.700 juta tahun yang lalu. Akibat ledakan

Lebih terperinci

Stephen Hawking. Muhammad Farchani Rosyid

Stephen Hawking. Muhammad Farchani Rosyid Stephen Hawking Muhammad Farchani Rosyid Kelompok Penelitian Kosmologi, Astrofisika, Partikel, dan Fisika Matematik (KAMP), Laboratorium Fisika Atom dan Inti, Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

Teori Dasar Gelombang Gravitasi

Teori Dasar Gelombang Gravitasi Bab 2 Teori Dasar Gelombang Gravitasi 2.1 Gravitasi terlinearisasi Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik ruang waktu, g ab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, η ab

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : XII / II Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas Einstein

Lebih terperinci

MISTERI JAGAT BAYI (BABY UNIVERSES), LUBANG HITAM DAN JAGAT GAIB

MISTERI JAGAT BAYI (BABY UNIVERSES), LUBANG HITAM DAN JAGAT GAIB MISTERI JAGAT BAYI (BABY UNIVERSES), LUBANG HITAM DAN JAGAT GAIB AGUS SISWANTO Jagat Raya berawal dari singularitas (titik awal) yang kemudian terjadi Big Bang (Dentuman Besar). Namun teori ini tidak menjawab

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN FISIKA KURIKULUM 2013

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN FISIKA KURIKULUM 2013 Jenis Sekolah : SMA Mata Pelajaran : FISIKA Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah Soal : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 KISI-KISI PENULISAN USBN FISIKA KURIKULUM 2013 1 2 3 3.2 Menerapkan prinsipprinsip

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Fisika Kuantum - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0799 Version: 2012-09 halaman 1 01. Daya radiasi benda hitam pada suhu T 1 besarnya 4 kali daya radiasi pada suhu To, maka T 1

Lebih terperinci

dan penggunaan angka penting ( pembacaan jangka sorong / mikrometer sekrup ) 2. Operasi vektor ( penjumlahan / pengurangan vektor )

dan penggunaan angka penting ( pembacaan jangka sorong / mikrometer sekrup ) 2. Operasi vektor ( penjumlahan / pengurangan vektor ) 1. 2. Memahami prinsipprinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti, dan obyektif Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA NEGERI 3 DUMAI Kelas / Semester : XII / II Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas

Lebih terperinci

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Satuan Besaran dalam Astronomi Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar X.3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsipprinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian dan aturan angka penting) X.4.1 Menyajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori relativitas khusus (TRK) yang diperkenalkan Einstein tahun 1905 menyatukan ruang dan waktu menjadi entitas tunggal ruang-waktu (misalnya dalam Hidayat, 2010).

Lebih terperinci

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Tingkat Waktu : SMP/SEDERAJAT : 100 menit 1. Jika cepat rambat gelombang longitudinal dalam zat padat adalah = y/ dengan y modulus

Lebih terperinci

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas 1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : jenis gas suhu gas tekanan gas D. volume gas E. banyak partikel 2. Seorang anak duduk di atas kursi pada roda yang berputar

Lebih terperinci

Xpedia Fisika DP SNMPTN 02

Xpedia Fisika DP SNMPTN 02 Xpedia Fisika DP SNMPTN 02 Doc. Name: XPFIS9907 Version: 2012-06 halaman 1 25. Sebatang magnet digerakkan melalui kawat. Jika magnet itu tiba-tiba berhenti di tengahtengah kawat, apa yang terjadi? (A)

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1 Pendahuluan Tujuan perkuliahan Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1. Mengetahui gambaran perkuliahan. Mengerti konsep dari satuan alamiah dan satuan-satuan dalam fisika partikel 1.1.

Lebih terperinci

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar

Lebih terperinci

DRAFT INDIKATOR DAN SOAL OLIMPIADE SAINS (FISIKA) NASIONAL 2007 TINGKAT KABUPATEN / KOTA

DRAFT INDIKATOR DAN SOAL OLIMPIADE SAINS (FISIKA) NASIONAL 2007 TINGKAT KABUPATEN / KOTA RFT INIKTOR N SOL OLIMPIE SINS (FISIK) NSIONL 2007 TINGKT KUPTEN / KOT No. Materi Pokok Indikator Soal 1 Pengukuran, Menkonversi satuan alam 2 menit seeokor kura-kura merangkak sejauh 3 meter. Ini esaran

Lebih terperinci

Asal-usul dan Evolusi Alam Semesta Julieta Fierro, Susana Deustua, Beatriz Garcia

Asal-usul dan Evolusi Alam Semesta Julieta Fierro, Susana Deustua, Beatriz Garcia Asal-usul dan Evolusi Alam Semesta Julieta Fierro, Susana Deustua, Beatriz Garcia International Astronomical Union, Universidad Nacional Autónoma de México, México Universidad Tecnológica Nacional, Mendoza,

Lebih terperinci

indahbersamakimia.blogspot.com Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit

indahbersamakimia.blogspot.com Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit Pilihan Berganda, 20 Soal 1. Jika jarak rata-rata planet Mars adalah 1,52 SA dari Matahari, maka periode orbit planet Mars mengelilingi

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

Oleh : Chatief Kunjaya. KK Astronomi, ITB

Oleh : Chatief Kunjaya. KK Astronomi, ITB Oleh : Chatief Kunjaya KK Astronomi, ITB Kompetensi Dasar XI.3.10 Menganalisis gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum XII.3.1 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Energi getaran selaras : A. berbanding terbalik dengan kuadrat amplitudonya B. berbanding terbalik dengan periodanya C. berbanding lurus dengan kuadrat amplitudonya. D. berbanding lurus dengan kuadrat

Lebih terperinci

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version:

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: SBMPTN 2015 Fisika Kode Soal Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: 2015-09 halaman 1 16. Posisi benda yang bergerak sebagai fungsi parabolik ditunjukkan pada gambar. Pada saat t 1 benda. (A) bergerak dengan

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi-diri sebuah elektron adalah energi total elektron tersebut di dalam ruang bebas ketika terisolasi dari partikel-partikel lain (Majumdar dan Gupta, 1947).

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA 10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP

OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP Materi Pokok 1. Besaran Satuan dan Pengukuran Sub Materi Indikator Pokok 1.1. Besaran dan mengklasifikasi besaranbesaran fisika Membedakan

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika melihat keindahan langit pada malam hari, mungkin saja terlihat bintang kejora yang sebenarnya itu adalah Planet Mars yang pada saat itu berada tidak jauh

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN : PRISMA FISIKA, Vol. I, No. (01), Hal. 1-17 ISSN : 7-804 Aplikasi Persamaan Einstein Hyperbolic Geometric Flow Pada Lintasan Cahaya di Alam Semesta Risko 1, Hasanuddin 1, Boni Pahlanop Lapanporo 1, Azrul

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP

OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP Materi Pokok 1. Besaran Satuan dan Pengukuran Sub Materi Indikator Pokok 1.1. Besaran Mengidentifikasi dan mengklasifikasi besaran-besaran

Lebih terperinci

BEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS

BEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS BEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS SISTEM MATAHARI Bumi dan planet-planet yang beredar sekitar matahari merupakan suatu alam yang teratur yang dimensinya sangat besar bagi ukuran

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

C. Kunci : E Penyelesaian : Diket mobil massa = m Daya = P f s = 0 V o = 0 Waktu mininiumyang diperlukan untuk sampai kecepatan V adalah :

C. Kunci : E Penyelesaian : Diket mobil massa = m Daya = P f s = 0 V o = 0 Waktu mininiumyang diperlukan untuk sampai kecepatan V adalah : 1. Sebuah mobil bermassa m memiliki mesin berdaya P. Jika pengaruh gesekan kecil, maka waktu minimum yang diperlukan mobil agar mencapai kecepatan V dari keadaan diam adalah... A. B. D. E. C. Diket mobil

Lebih terperinci

#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya #2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat

Lebih terperinci

BAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB

BAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB BAB III Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB III.1 Penyebab Fluktuasi Struktur di alam semesta berasal dari fluktuasi kuantum di awal alam semesta. Akibat pengembangan alam semesta, fluktuasi

Lebih terperinci

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI KOMPETENSI INTI 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS

EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS Freddy Permana Zen, M.Sc., D.Sc. Laboratorium Fisika Teoretik, THEPI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG I. PENDAHULUAN Fisika awal abad

Lebih terperinci

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB FISIKA MODERN Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB 1 MANFAAT KULIAH Memberikan pemahaman tentang fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan melalui fisika klasik Fenomena alam yang berkaitan

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P44 Doc. Name: UNSMAIPA008FISP44 Doc. Version : 011-06 halaman 1 01. Berikut ini disajikan diagram vektor F 1 dan F! Persamaan yang tepat untuk resultan R = adalah... (A)

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

DUALISME GELOMBANG-PARTIKEL. Oleh: Fahrizal Eko Setiono

DUALISME GELOMBANG-PARTIKEL. Oleh: Fahrizal Eko Setiono DUALISME GELOMBANG-PARTIKEL Oleh: Fahrizal Eko Setiono RADIASI BENDA HITAM Benda hitam adalah benda yang yang dapat menyerap semua radiasi yang dikenakan padanya. Radiasi yang dihasilkan oleh benda hitam

Lebih terperinci

STUDI FUNDAMENTAL RADIASI LATAR GELOMBANG MIKROKOSMIK ALAM SEMESTA.

STUDI FUNDAMENTAL RADIASI LATAR GELOMBANG MIKROKOSMIK ALAM SEMESTA. STUDI FUNDAMENTAL RADIASI LATAR GELOMBANG MIKROKOSMIK ALAM SEMESTA. Yeyen, Muhammad Yusuf *, Ahmad Zainuri ** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Geografi F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:yeyenarjo@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Latihan Soal UN Fisika SMA. 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 C. ML-1T-2 D. ML2 T-2 E. ML-2T-2

Latihan Soal UN Fisika SMA. 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 C. ML-1T-2 D. ML2 T-2 E. ML-2T-2 Latihan Soal UN Fisika SMA 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 ML-1T-2 ML2 T-2 ML-2T-2 2. Apabila tiap skala pada gambar di bawah ini = 2 N, maka resultan kedua gaya tersebut adalah...

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN YANG DIUJI SOAL NO. SOAL Seorang siswa mengukur tebal kayu dengan menggunakan jangka sorong seperti diperlihatkan pada gambar.

KEMAMPUAN YANG DIUJI SOAL NO. SOAL Seorang siswa mengukur tebal kayu dengan menggunakan jangka sorong seperti diperlihatkan pada gambar. No. Komp. KEMAMPUAN YANG DIUJI SOAL NO. SOAL Seorang siswa mengukur tebal kayu dengan menggunakan jangka sorong seperti diperlihatkan pada gambar. 1 Hasil pengukuran tersebut adalah. a. 6,44 cm b. 6,34

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864 TEORI MAXWELL TEORI MAXWELL Maxwell adalah salah seorang ilmuwan fisika yang berjasa dalam kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang berhubungan dengan gelombang. Maxwell berhasil mempersatukan penemuanpenumuan

Lebih terperinci

52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan

52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan 52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis,

Lebih terperinci

Pilihlah Jawaban yang Tepat.

Pilihlah Jawaban yang Tepat. Pilihlah Jawaban yang Tepat. 1. Panjang suatu benda yang diukur dengan jangka sorong diperlihatkan gambar di bawah ini. 4 cm 5 cm 0 5 10 Berdasarkan gambar di atas panjang benda adalah : A. 4,56 cm B.

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN FISIKA (DASAR BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN REKAYASA)

SILABUS MATA PELAJARAN FISIKA (DASAR BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN REKAYASA) SILABUS MATA PELAJARAN FISIKA (DASAR BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN REKAYASA) Satuan Pendidikan : SMK Kelas /Semester : XI Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

Jenis dan Sifat Gelombang

Jenis dan Sifat Gelombang Jenis dan Sifat Gelombang Gelombang Transversal, Gelombang Longitudinal, Gelombang Permukaan Gelombang Transversal Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah pergerakan partikel pada medium (arah

Lebih terperinci

Laju Pengembangan Alam Semesta Berdasarkan Data Supernova Tipe Ia

Laju Pengembangan Alam Semesta Berdasarkan Data Supernova Tipe Ia ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 Laju Pengembangan Alam Semesta Berdasarkan Data Supernova Tipe Ia Fitri Rahma Yanti 1*, Wildian 1, Premana W. Premadi 2 Jurusan Fisika, Universitas

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN FISIKA (DASAR BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN REKAYASA)

SILABUS MATA PELAJARAN FISIKA (DASAR BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN REKAYASA) SILABUS MATA PELAJARAN FISIKA (DASAR BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN REKAYASA) Satuan Pendidikan : SMK Kelas /Semester : XI Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

Lebih terperinci

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII - 014 1. Dari besaran fisika di bawah ini, yang merupakan besaran pokok adalah A. Massa, berat, jarak, gaya B. Panjang, daya, momentum, kecepatan

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007 1. Suatu segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat yang berbeda panjang 0,42 cm, lebar 0,5 cm. Maka luas segi empat tersebut dengan penulisan angka penting 2. adalah... A. 0,41 B. 0,21 C. 0,20

Lebih terperinci

PERSIAPAN UJIAN AKHIR NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR SOAL. Mata Pelajaran : Fisika. Kelas/Program : IPA.

PERSIAPAN UJIAN AKHIR NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR SOAL. Mata Pelajaran : Fisika. Kelas/Program : IPA. PERSIPN UJIN KHIR NSIONL THUN PELJRN 2008/2009 LEMR SOL Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Program : IP Waktu : 120 menit PETUNJUK UMUM 1. Tuliskan nomor dan nama nda pada Lembar Jawaban Komputer. 2. Periksa

Lebih terperinci

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah.

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Q3-1 Large Hadron Collider (10 poin) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Pada soal ini, kita akan mendiskusikan mengenai fisika dari

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori mengenai gravitasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan dari waktu ke waktu. Dipelopori oleh Newton dalam buku Principia Mathematica, gravitasi

Lebih terperinci

Pengembangan Alam Semesta

Pengembangan Alam Semesta Pengembangan Alam Semesta Ricardo Moreno, Susana Destua, Rosa M. Ros, Beatriz García Colegio Retamar de Madrid, España Space Telescope Science Institute, Estados Unidos Universidad Politécnica de Cataluña,

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA 13321070 4 Konsep Dasar Mekanika Fluida Fluida adalah zat yang berdeformasi terus menerus selama dipengaruhi oleh suatutegangan geser.mekanika fluida disiplin ilmu

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar! Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat! Pilihlah jawaban yang benar!. Sebuah pelat logam diukur menggunakan mikrometer sekrup. Hasilnya ditampilkan pada gambar berikut. Tebal pelat logam... mm. 0,08 0.,0 C.,8

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas Soal Multiple Choise 1.(4 poin) Sebuah benda yang bergerak pada bidang dua dimensi mendapat gaya konstan. Setelah detik pertama, kelajuan benda menjadi 1/3 dari kelajuan awal benda. Dan setelah detik selanjutnya

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI BIDANG ASTRONOMI Waktu : 180 Menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2

PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2 PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2 Soal No 1 Pada jangka sorong, satuan yang digunakan umumnya adalah cm. Perhatikan nilai yang ditunjukkan skala utama dan skala nonius. Nilai yang ditunjukkan oleh skala

Lebih terperinci

#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya #2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat dualisme partikel dan gelombang

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH (2011/2012) Sman 8 pekanbaru

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH (2011/2012) Sman 8 pekanbaru KISI-KISI UJIN SEKOLH (2011/2012) Sman 8 pekanbaru 1. Perhatikan gambar berikut. 5 6 7 Tentukan bacaan dari jangka sorong 0 Skala nonius 2. tentukan hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup seperti gambar

Lebih terperinci

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM) Disusun oleh : MIRA RESTUTI 1106306 PENDIDIKAN FISIKA (RM) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (13), Hal. 1-7 ISSN : 337-8 Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet Nurul Asri 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci