BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Kecurangan (Fraud) Kecurangan (fraud) merupakan tindakan penipuan yang disengaja, baik melalui penghilangan ataupun tidak, yang menyebabkan korbannya menderita kerugian ekonomi dan pelaku memperoleh keuntungan. Kecurangan meliputi empat elemen penting, yaitu (1) pernyataan atau laporan salah yang material, (2) pengetahuan bahwa pernyataan salah, (3) kepercayaan pada pernyataan yang salah tersebut oleh korban, dan (4) kerugian yang timbul akibat kepercayaan pada laporan yang salah (Kranacher, 2010). Dalam ISA 240 (2009), fraud didefinisikan sebagai tindakan sengaja oleh satu atau lebih individu diantara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga melalui penipuan untuk memperoleh keuntungan ilegal dan tidak adil. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karangan W.J.S Poerwodarminto (1976), curang berarti tidak jujur, tidak lurus, tidak adil, dan keculasan. Definisi tersebut memang tidak berlebihan, karena fraud yang terjadi dalam organisasi bisnis khususnya membawa dampak buruk yang begitu signifikan bagi korbannya. Kecurangan dapat menimbulkan hancurnya kepercayaan publik yang harganya lebih mahal dari kerugian material. Menurut Simanjutak (2007), unsur-unsur dari kecurangan adalah (1) harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation), (2) dari suatu masa lampau atau 12

2 sekarang, (3) fakta bersifat material, (4) dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan, (5) dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi, (6) pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut (misrepresentation), dan (7) yang merugikannya (detriment). Unsur-unsur tersebut harus hadir bersamaan agar suatu salah saji dapat dikatakan sebagai suatu kecurangan. Menurut Albrecht (2003) dalam Kranacher (2010), terdapat tiga elemen penting dalam kecurangan, yaitu tindakan (act), penyembunyian (concealment), dan pengubahan (conversion). Tindakan merupakan pelaksanaan dan metodologi kecurangan, seperti kecurangan laporan keuangan, korupsi, dan pencucian uang. Penyembunyian menunjukkan tindakan penipuan untuk menyembunyikan aksi kriminalnya, seperti memasukkan jurnal yang salah, manipulasi rekonsiliasi, dan perusakan arsip atau catatan. Yang terakhir pengubahan, merupakan pemindahan nilai kepada pelaku (perpetrator), seperti uang, rumah, dan lainnya yang tidak mungkin di dapat pelaku kecuali melalui tindakan kecurangan. Dalam Fraud Examiners Manual, fraud didefinsikan sebagai skema yang tidak benar atau tidak jujur yang sengaja dilakukan untuk memperoleh keuntungan tak wajar dari orang lain atau sekelompok orang. Di dalamnya terkandung beberapa unsur, yaitu tak terduga (surprise), penipuan (trickery), licik (cunning), tak wajar (unfair), dan yang merugikan orang lain (cheats). Masih banyak definisi fraud lainnya, tetapi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecurangan (fraud) adalah suatu tindakan yang disengaja 13

3 untuk memperoleh keuntungan pribadi dengan cara yang tidak sah atau ilegal, sehingga merugikan pihak lain Kecurangan Laporan Keuangan The ACFE (Association of Certified Fraud Examiners) membagi kecurangan menjadi tiga kategori utama, yaitu penyimpangan atas aset (asset misappropriation), korupsi (corruption), dan kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement). Penyimpangan atas aset merupakan suatu bentuk pencurian atau penyalahgunaan aset organisasi. Jenis kecurangan ini merupakan bentuk kecurangan yang paling mudah dideteksi. Manipulasi dalam persediaan adalah tipe kecurangan yang paling umum (Albrecht dan Albrecht, 2008). Korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang atau pengaruh dalam transaksi bisnis untuk mendapatkan keuntungan pribadi, berlawanan dengan tugas individu terhadap atasannya atau hak orang lain. Korupsi biasanya melipatkan kolusi manajemen sehingga sulit dideteksi. Jenis kecurangan ini seringkali tidak terdeteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati kentungan atau simbiosis mutualisme (Prasetyo, 2011). Kecurangan laporan keuangan merupakan penyalahsajian secara sengaja suatu informasi keuangan maupun nonkeuangan untuk menyesatkan orang lain yang bersandar pada informasi tersebut untuk membuat keputusan ekonomi. Kecurangan laporan keuangan merupalan kecurangan yang paling umum dilakukan untuk kepentingan organisasi, melalui tindakan yang dilakukan manajemen. Oleh karena itu, kecurangan manajemen dan kecurangan laporan keuangan sering digunakan bergantian (Nguyen, 2008). Jenis fraud ini hampir 14

4 mirip dengan praktik windows dressing. Praktik kecurangan yang biasanya dilakukan adalah dengan membuat pendapatan fiktif, menyembunyikan kewajiban, timing differences, pengungkapan yang tidak memadai, dan penilaian aset yang tidak memadai. ACFE mendefinisikan fraudulent financial statement sebagai penghilangan atau penyalahsajian secara sengaja suatu fakta atau data akuntansi yang material, dan ketika seseorang mempertimbangkan informasi yang sesat tersebut, orang tersebut akan mengubah keputusannya. AICPA mendefinisikan fraudulent financial statement sebagai pernyataan salah yang disengaja melalui penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang direncanakan untuk menipu pemakai laporan keuangan. Karakteristik utama dari jenis kecurangan ini adalah bahwa salah saji tersebut material dan disengaja, serta pengguna laporan keuangan telah disesatkan. Kecurangan laporan keuangan menyebabkan kerugian terbesar dan kemungkinan akan selalu menempati rangking pertama dalam kerugian yang ditimbulkan dibanding dua tipe kecurangan lainnya (Harrington, 2005). Menurut ACFE (2012), biaya tahunan dari kecurangan yang timbul mendekati 5% dari pendapatan organisasi. Dari ketiga jenis kecurangan di atas, kecurangan laporan keuangan menimbulkan kerugian yang sangat signifikan jika dibanding dengan jenis kecurangan lainnya. Dalam Report to The Nation tahun 2008, ACFE mencatat bahwa kecurangan laporan keuangan mengakibatkan kerugian tiga belas kali lebih besar dari penyalahgunaan aset dan lima kali lebih besar dari kerugian yang ditimbulkan oleh korupsi. Menariknya, kecurangan laporan keuangan 15

5 menduduki peringkat terendah dalam kasus kecurangan. Kecurangan laporan keuangan hanya meliputi 8% dari kasus kecurangan dalam penelitian ACFE. Kecurangan laporan keuangan memberikan dampak negatif bagi banyak pihak. Investor, manajer, auditor, pegawai semua dirugikan (Albrecht dan Albrecht, 2008). Kecurangan laporan keuangan dapat memiliki konsekuensi yang signikan untuk organisasi dan pemegang sahamnya, serta kepercayaan masyarakat di pasar modal. Oleh karena itu, deteksi dini keberadaan risiko kecurangan laporan keuangan mutlak diperlukan. Pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan masih menjadi hal yang sulit dilakukan. Untuk meningkatkan prosedur pendeteksian kecurangan laporan keuangan, pada tahun 2002, American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) mengeluarkan Statements of Auditing Standards (SAS) 99 sebagai pengganti SAS 82. Melalui SAS 99, AICPA memperkuat prosedur audit untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan (Buchholz, 2012). Tujuan utama SAS 99 adalah meningkatkan keefektifan auditor dalam mendeteksi kecurangan melalui penilaian faktor risiko kecurangan perusahaan (Skousen, et al., 2008). Faktor risiko kecurangan (fraud risk factors) menjadi konsep sentral dalam SAS 99 untuk memahami motivasi seseorang melakukan kecurangan (Dorminey, 2010) Faktor Risiko Kecurangan Faktor risiko kecurangan diadopsi dari teori fraud triangle yang dikemukakan oleh Cressey dalam tulisannya yang berjudul Other People s Money: A Study in the Social Psychology of Embezzlement pada tahun

6 Segitiga kecurangan menunjukkan bagaimana seseorang melakukan kecurangan. Fraud triangle menjelaskan suatu kondisi (tekanan, peluang, dan rasionalisasi) yang seringkali menjadi indikasi terjadinya kecurangan. Perbedaan antara konsep Cressey dan SAS 99 adalah bahwa Cressey mensyaratkan ketiga elemen fraud triangle ketika terjadi suatu kecurangan. Sebaliknya, SAS 99 hanya mensyaratkan satu elemen, yang menandakan potensi terjadinya kecurangan. ISA 240 menjelaskan bahwa faktor risiko kecurangan adalah kejadiankejadian atau kondisi yang mengindikasikan insentif atau tekanan untuk mendorong kecurangan, peluang untuk melaksanakan kecurangan, atau sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan atau menjustifikasikan tindakan-tindakan kecurangan. Dalam SA Seksi 316, dijelaskan bahwa kecurangan seringkali berkaitan dengan ketiga faktor risiko kecurangan tersebut. Faktor risiko kecurangan ini menjadi indikasi terjadinya suatu kecurangan. Walaupun faktorfaktor risiko kecurangan tidak harus mengindikasikan kecurangan ada, tetapi faktor-faktor itu sering ada bila kecurangan terjadi, sehingga menjadi elemen penting yang dipertimbangkan dalam ruang lingkup perikatan audit (Koroy, 2008). Faktor risiko kecurangan meliputi tekanan (perceived pressure), peluang (perceived opportunity), dan rasionalisasi (rasionalization). Tekanan menunjukkan adanya insentif atau dorongan untuk melakukan kecurangan, seperti target-target keuangan, kondisi ekonomi dan bisnis, kebutuhan pribadi yang sangat mendesak. Kesempatan merupakan peluang yang memungkinkan fraud terjadi, misalnya lemahnya internal control organisasi dan kurangnya pengawasan 17

7 manajemen. Rasionalisasi merupakan kondisi di mana pelaku mencari pembenaran atas tindakan kecurangan yang dilakukannya, seperti masa kerja yang cukup lama dan adanya perasaan untuk berhak mendapatkan lebih dari yang telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji, dan promosi). Cressey (1953) mendefinisikan perceived opportunity sebagai persepsi bahwa adanya kelemahan pengawasan dan kemungkinan untuk ditangkap ketika melakukan kecurangan sangat kecil. Dorminey (2010) mengatakan bahwa semua yang dibutuhkan oleh pelaku kecurangan adalah peluang, pelaku tidak membutuhkan adanya tekanan yang mendorong untuk melakukan kecurangan. Bahkan dengan tekanan yang cukup besar, mereka yang percaya akan dihukum ketika melakukan kecurangan, jarang sekali melakukan kecurangan (Albrecht dan Albrecht, 2008). Ketiadaan pengendalian internal yang memadai mengindikasikan adanya risiko yang tinggi terjadinya kecurangan (Green, 2004). Dari ketiga faktor risiko kecurangan (pressure, opportunity dan rationalization), peluang merupakan hal dasar yang dapat terjadi kapan saja sehingga memerlukan pengawasan dari struktur organisasi mulai dari atas (Norbarani, 2012). Selain itu, hasil statistik menunjukkan bahwa seseorang yang melakukan kecurangan internal memiliki kecenderungan tinggi untuk melakukan kecurangan lebih dari satu kali. Dalam hal ini, faktor peluang menjadi pemicu utama bagi repeat offenders (Suprajadi, 2009). Oleh karena beberapa alasan tersebut, peneliti memfokuskan pada faktor risiko peluang untuk diuji pengaruhnya terhadap kecurangan laporan keuangan. 18

8 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terkait faktor risiko kecurangan dan kecurangan laporan keuangan masih jarang ditemukan. Skousen (1998) menguji bagaimana fraud risk factors yang diadopsi SAS 99 mampu menjelaskan kecurangan laporan keuangan. Penelitian tersebut menguji pengaruh ketiga faktor risiko kecurangan terhadap kecurangan laporan keuangan. Faktor risiko peluang diproksikan dengan rasio perubahan piutang dan rasio persediaan terhadap penjualan, ukuran dewan komisaris, karakteristik komite audit, kepemilikan blockholder, dan pergantian Chief Executive Officer (CEO). Penelitian tersebut menemukan ada enam proksi dari pressure dan dua proksi dari opportunity yang bermanfaat untuk membedakan antara perusahaan fraud dan non-fraud. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa pressure dan opportunity merupakan indikator kecurangan yang lebih kuat daripada variabel rasionalisasi. Skousen dan Wright (2006) menguji bagaimana faktor risiko kecurangan dapat memprediksi terjadinya kecurangan laporan keuangan serta membangun model prediksi kecurangan menggunakan kerangka fraud risk factor. Hasil penelitian tersebut juga membuktikan bahwa pressure dan opportunity berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Menggunakan prosedur cross validation, model dapat mengklasifikasikan perusahaan non-fraud dengan tingkat kebenaran 74,42% dan perusahaan fraud sebesar 65,12%. Secara keseluruhan, model secara benar mengklasifikasikan perusahaan fraud dan nonfraud sebesar 69,77%. 19

9 Skousen dan Twedt (2009) menguji kemungkinan adanya manipulasi laporan keuangan dalam emerging market countries menggunakan Fraud Score Model (F-Score). F-Score merupakan indikator adanya risiko kecurangan, tetapi tidak selalu menjadi sinyal terjadinya fraud. Hasil penelitian tersebut memberikan indikasi negara mana yang memiliki risiko kecurangan laporan keuangan terbesar. Penelitian untuk menguji dan memprediksi kecurangan laporan keuangan menggunakan fraud triangle dan SAS 99 juga dilakukan oleh Skousen, et al. (2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima proksi dari tekanan (pressure) dan dua proksi dari peluang (opportunity) yang memiliki hubungan signifikan dengan kecurangan laporan keuangan. Proksi dari tekanan yaitu pertumbuhan aset, kenaikan kebutuhan kas, pembiayaan eksternal, kepemilikan internal dan kepemilikan eksternal, serta proksi dari peluang, yaitu CEO duality, memiliki hubungan positif kemungkinan terjadinya kecurangan laporan keuangan. Sebaliknya, independensi komite audit memiliki hubungan negatif dengan terjadinya kecurangan laporan keuangan. Lou dan Wang (2009) juga melakukan penelitian untuk menilai kemungkinan terjadinya kecurangan pelaporan keuangan melalui fraud risk factors. Penelitian tersebut membandingkan antara 97 perusahaan fraud dan 467 perusahaan non-fraud. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa kecurangan pelaporan keuangan berkorelasi positif dengan faktor risiko kecurangan. Variabel yang berkorelasi positif tersebut adalah tekanan keuangan perusahaan, transaksi pihak istimewa, integritas manajemen, dan hubungan antara perusahaan dan auditor eksternal. 20

10 Di Indonesia, penelitian terkait fraud risk factor dan fraudulent financial statement masih sedikit ditemukan. Molida (2011) menguji efektivitas fraud triangle dalam mendeteksi financial statement fraud. Variabel dependen yang digunakan adalah manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accruals. Variabel dari fraud triangle meliputi ineffective monitoring yang diproksikan dengan ukuran komite audit serta financial stability dan personal financial need. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa financial stability dan personal financial need berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Kurniawati (2012) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan laporan keuangan dalam perspektif fraud triangle. Penelitian tersebut menggunakan sampel perusahaan nonkeuangan dari tahun Hasil penelitian membuktikan bahwa tekanan yang diproksikan dengan pertumbuhan yang tinggi, kerugian laba, arus kas bersih, dan leverage serta peluang yang diproksikan dengan persentase penjualan kepada pihak berelasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Rasionalisasi yang diproksikan dengan perubahan auditor eksternal tidak berpengaruh secara signifikan. Norbarani (2012) melalukan penelitian untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan analisis fraud triangle dengan sampel perusahaan manufaktur dari tahun , dengan sampel yang berjumlah 176 perusahaan. Variabel dependen dalam penelitian ini diproksikan dengan earnings management. Variabel independen yang digunakan merupakan proksi dari faktor 21

11 risiko peluang dan tekanan. Dalam penelitian tersebut hanya proksi dari tekanan yang menunjukkan hubungan positif dan signifikan, yaitu rasio arus kas bebas dan return on asset (ROA). Perusahaan yang terlibat dalam kecurangan memiliki karakteristik tertentu. Beasley, et al. (2001) menyebutkan beberapa karakteristik khusus perusahaan yang terlibat kecurangan antara lain ukuran perusahaan kecil sampai sedang, memiliki pendapatan atau aset kurang dari 50 juta dolar, sering mengalami rugi bersih atau break even point dalam periode sebelum kecurangan terjadi, CEO dan CFO terlibat dalam kecurangan, dewan komisaris dan komite audit sangat lemah dan memiliki kepemilikan signifikan dalam perusahaan serta CEO memiliki dominasi dalam perusahaan. Menurut mereka, terdapat empat pilar yang mendukung pelaporan keuangan yang etis, di mana empat pilar tersebut berkaitan dengan fraud triangle, yaitu kompensasi dan insentif, governance structure, pengawasan (effective internal controls), serta budaya perusahaan dan kesadaran orang-orang di dalamnya. Mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris dan komite audit berbeda secara signifikan antara fraud companies dan non-fraud companies (Beasley, et al. 2000). Ketiadaan pengendalian internal yang memadai mengindikasikan adanya risiko yang tinggi terjadinya kecurangan (Green, 2004). Cressey (1953) mendefinisikan perceived opportunity sebagai persepsi bahwa adanya kelemahan pengawasan dan kemungkinan untuk ditangkap ketika melakukan kecurangan sangat kecil. Dorminey (2010) mengatakan bahwa semua yang dibutuhkan oleh pelaku kecurangan adalah peluang, pelaku tidak 22

12 membutuhkan adanya tekanan yang mendorong untuk melakukan kecurangan. Bahkan dengan tekanan yang cukup besar, mereka yang percaya akan dihukum ketika melakukan kecurangan, jarang sekali melakukan kecurangan (Albrecht dan Albrecht, 2008). 23

13 Tabel II.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Penulis Judul Jurnal/Sumber Penelitian Sampel Metodologi Kesimpulan Christopher J. Skousen Christopher J. Skousen dan Charlotte J. Wright Christopher J. Skousen, Kevin R. Smith dan Charlotte J. Wright An Empirical Investigation of the Relevance and Predicitve Ability of the SAS 99 Fraud Risk Factors Contemporane ous Risk Factors and The Prediction of Financial Statement Fraud Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness Of The Fraud Traingle and SAS No. 99 Lanjut ke halaman berikutnya.. Faculty of the Graduate College of the Oklahoma State University, 1998 Journal of Forensic Accounting / Vol. IX (2008), pp , 2006 Empiris Empiris 2008 Empiris Perusahaan di USA melalui Compusat. 86 perusahaan fraud dan nonfraud di USA. 86 perusahaan fraud dan nonfraud di USA. Analisis Diskriminan Berganda dan Analisis Regresi Logistik Analisis univariate, Analisis regresi logistik, analisis diskriminan berganda Analisis univariate, Analisis regresi logistik, analisis diskriminan berganda Terdapat 4 variabel signifikan, yaitu 5%OWN, OWNERSHIP, CEOCHAIR dan AUDINDEPP. Tidak ada proksi rasionalisasi yang berbeda secara signifikan antara perusahaan yang fraud dan no-fraud. Terdapat 5 variabel yang signifikan untuk mendeteksi kecurangan, yaitu proksi dari pressure (OWNERSHIP, dan 5%OWN) dan proksi dari opportunities (AUDCOMM, IND dan CEO). Terdapat 7 variabel yang signifikan untuk mendeteksi kecurangan, yaitu proksi dari pressure (ACHANGE, FINANCE, FREEC, OSHIP, dan 5%OWN) dan proksi dari opportunities (IND dan CEO). 24

14 Tabel II.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No Penulis Judul Jurnal/Sumber Penelitian Sampel Metodologi Kesimpulan 4 Yung-I Lou dan Ming- Long Wang Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assessing The Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting 5 Resti Molida Pengaruh Financial Stability, Personal Financial Need Dan Ineffective Monitoring Pada Financial Statement Fraud Dalam Perspektif Fraud Triangle Lanjut ke halaman berikutnya.. Journal of Business & Economics Research February, 2009 Volume 7, Number 2 Skripsi, Fakultas Ekonomika Dan Universitas Diponegoro Semarang 2011 Bisnis Empiris Empiris 97 perusahaan fraud dan 467 perusahaan non-fraud Perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2008 dan 2009 sejumlah 40 perusahaan Binary logistic regression. Regresi Linear Berganda Kecurangan pelaporan berkorelasi positif dengan satu kondisi berikut: semakin tinggi tekanan keuangan perusahhan, persentase tinggi pada transaksi kompleks perusahaan, semakin dipertanyakannya integritas manajer, dan semakin buruk hubungan perusahaan dan auditornya. Sedangakan ukuran pperusahaan berkorelasi negatif dengan fraud. Variabel financial stability denga proksi ACHANGE dan personal financial need dengan proksi OSHIP berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. sementara itu, ineffective monitoring dengan proksi AUDCSIZE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. 25

15 No Penulis Judul 6 7 Listiana Norbarani Ema Kurniawati Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Triangle Yang Diadopsi dalam SAS No.99 Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle Tabel II.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Penelit Jurnal/Sumber ian Sampel Metodologi Kesimpulan Skripsi, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang 2012 Skripsi, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang 2012 Empiri s Empiri s Perusahaan Manufaktur yang listing di BEI tahun sejumlah 176 perusahaan Perusahaan non keuangan yang listing di BEI tahun sejumlah 98 perusahaan Regresi Linear Berganda Binary logistic regression Variabel external pressure yang diproksikan dengan rasio arus kas bebas memiliki hubungan negatif dengan financial statement fraud. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel financial targets yang diproksikan dengan Return On Asset memiliki hubungan positif dengan financial statement fraud. Penelitian ini tidak membuktikan bahwa variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset, variabel personal financial need yang diproksikan dengan rasio kepemilikan saham oleh orang dalam, dan variabel innefective monitoring yang diproksikan dengan rasio dewan komisaris independen memiliki pengaruh terhadap financial statement fraud. Tekanan/motif yang diproksi dengan HIGHGR, LOSS, NCFO, dan LEVERAGE, peluang yang diproksi dengan RPT% berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud dan rasionalisasi yang diproksi dengan CPA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. 26

16 2.3 Kerangka Pemikiran 1. Rasio perubahan persediaan dan kkkk piutang terhadap penjualan (RECSAL H 1 (+) dan INVSAL) 2. Ukuran dewan komisaris (BS) 3. Independensi dewan komisaris (INDC) 4. Komposisi komite audit (SZCMD) 5. Independensi komite audit (INDCMD) 6. Pelaporan keuangan interim (IFR) 7. Transaksi pihak berelasi (RPT) H 2 (-) H 3 (-) H 4 (-) H 5 (-) H 6 (-) H 7 (+) Kecurangan Laporan Keuangan (FFS) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.4 Pengembangan Hipotesis Pengaruh rasio sifat industri terhadap fraudulent financial statement Sifat industri menjadi salah satu elemen dari faktor risiko kecurangan (peluang). Setiap industri memiliki akun-akun tertentu yang membedakan antara industri satu dengan lainnya. Untuk perusahaan nonkeuangan, akun piutang dagang dan persediaan menjadi salah satu karakteristik utama. Kedua akun tersebut seringkali menjadi pembeda yang signifikan antara perusahaan fraud dan non-fraud. Manipulasi dalam persediaan adalah tipe kecurangan yang paling umum (Albrecht dan Albrecht, 2008). Persediaan yang menumpuk menunjukkan adanya penurunan atau stagnansi dalam penjualan dan overstated persediaan. Piutang dan 27

17 penjualan secara khas tetap pada tren yang konsisten dan wajar. Jika ada kenaikan dalam piutang kemungkinan disebabkan karena kenaikan penjualan. Rasio perubahan piutang pada penjualan atau Asset Quality Index (AQI) mengukur proporsi dari total aset untuk keuntungan di masa depan yg tidak pasti. AQI yang lebih besar daripada 1 berarti perusahaan berpotensi menangguhkan biaya dengan tujuan untuk meningkatkan bottom line. Enron memiliki AQI sebesar 1,308 (Harrington, 2005). Skousen (1998) menemukan adanya pengaruh negatif dan tidak signifikan antara rasio perubahan piutang dagang terhadap penjualan dengan fraudulent financial statement. Sebaliknya, pengaruh positif dan tidak signifikan ditemukan antara rasio perubahan persediaan terhadap penjualan dengan fraudulent financial statement. Berbeda dengan sebelumnya, Skousen dan Wright (2009) menemukan adanya pengaruh negatif dan tidak signifikan antara rasio perubahan persediaan terhadap penjualan dengan kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dikembangkan hipotesis berikut ini. H 1a : Rasio perubahan piutang dagang pada penjualan berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement. H 1b : Rasio perubahan persediaan pada penjualan berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap fraudulent financial statement Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat 28

18 kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG (Good Corporate Governance). Jumlah anggota dewan komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan (KNKG, 2006). Abdullah (2008) menemukan bahwa ukuran dewan berhubungan positif dengan ukuran kinerja, yang berarti dewan yang lebih besar menunjukkan pengetahuan yang lebih luas, sehingga kualitas keputusan yang diambil juga menjadi lebih baik. Dewan komisaris memegang peran kunci dalam mekanisme pengendalian internal (Albrecht dan Albrecht, 2008). Dewan komisaris berperan untuk menyelenggarakan lingkungan pengendalian yang efektif (Beasley, 1998). Peran dewan komisaris dan komite audit sangat vital untuk mengawasi setiap tindakan manajemen dalam merencanakan dan mengimplementasikan antifraud program (Thomas dan Gibson, 2003). Uzun, Szewczyk dan Varma (2004) menemukan pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan antara ukuran dewan komisaris dan fraud. Sebaliknya Skousen (1998) menemukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap fraud. Dalam banyak kasus kecurangan, seperti Enron dan Worldcom, peluang terjadinya fraud menjadi lebih besar karena fungsi pengawasan komisaris sangat lemah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dikembangkan hipotesis berikut ini. H 2 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement. 29

19 2.4.3 Pengaruh independensi dewan komisaris terhadap fraudulent financial statement Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak berasal dari pihak yang terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri (KNKG, 2006). Karena tidak adanya hubungan afiliasi tersebut, komisaris independen diharapkan dapat bertindak sepenuhnya untuk kepentingan perusahaan. Komisaris independen sebagai pengamat objektif, bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitas manajemen (Beasley, 1998). Keberadaan komisaris independen menjadikan mekanisme pengawasan berjalan secara lebih efektif. Andayani (2010) menemukan adanya pengaruh negatif dan signifikan antara proporsi komisaris independen dengan discretionary accruals. Abbott, et al. (2000) tidak menemukan adanya hubungan signifikan antara kecurangan dan proposi komisaris independen. Skousen dan Wright (2006) menemukan hubungan positif dan tidak signifikan antara komisaris independen dengan terjadinya kecurangan. Sementara itu, Sharma (2004) menemukan bahwa keberadaan komisaris independen dalam dewan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kecurangan. Beasley (1998) menemukan bahwa perusahaan yang melakukan fraud memiliki lebih sedikit komisaris independen. Berdasarkan uraian tersebut, maka dikembangkan hipotesis berikut ini. 30

20 H 3 : Independensi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement Pengaruh komposisi komite audit terhadap fraudulent financial statement Komite audit bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib diketuai oleh seorang komisaris independen. Perusahaan yang dalam komite auditnya beranggotakan komisaris independen memiliki kemungkinan kecil untuk melakukan kecurangan laporan keuangan (Abbott, et al., 2000). Perusahaan yang tidak melakukan kecurangan memiliki lebih banyak komisaris independen dalam komite auditnya (Beasley, 1998). Berdasarkan uraian tersebut, maka dikembangkan hipotesis berikut ini. H 4 : Komposisi komite audit berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement Pengaruh independensi komite audit terhadap fraudulent financial statement Perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib memiliki komite audit. Salah satu tugas komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa pengendalian internal telah diterapkan dengan baik. Abdullah (2008) menemukan bahwa independensi komite audit memiliki hubungan positif dengan ROA dan ROE. Hasil tersebut mengusulkan bahwa anggota independen membantu untuk mengawasi kecurangan keuangan. Skousen, Smith, dan Wright (2008) menemukan adanya hubungan negatif signifikan antara independensi komite audit dengan kecurangan laporan 31

21 keuangan. Peluang terjadinya kecurangan menurun ketika jumlah anggota komite audit yang independen bertambah. Kecurangan laporan keuangan yang berhubungan secara negatif terhadap independensi komite audit juga ditemukan oleh Owens-Jackson, et al. (2009). Independensi komite audit di perusahaan fraud lebih kecil jika dibandingkan independensi komite audit dalam benchmark industri. (Beasley, et al., 2000). Berdasarkan uraian tersebut, maka dikembangkan hipotesis berikut ini. H 5 : Independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement Pengaruh pelaporan keuangan interim terhadap fraudulent financial statement Berdasarkan ISA 240, salah satu ciri kurangnya pengawasan internal adalah tidak memadainya mekanisme pengawasan, termasuk pengawasan terhadap pelaporan keuangan interim. Menurut International Accounting Standards (IAS) 34, laporan keuangan interim adalah laporan yang berisi seperangkat laporan keuangan lengkap atau kondensasian untuk perioda interim. Melalui laporan keuangan interim ini auditor eksternal dapat menganalisis hal-hal penting yang terjadi selama periode interim yang bisa berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dikembangkan hipotesis berikut ini. H 6 : Pelaporan keuangan interim berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement. 32

22 2.4.7 Pengaruh transaksi pihak berelasi terhadap fraudulent financial statement Transaksi pihak berelasi atau pihak istimewa merupakan transaksi yang dilakukan dengan pihak yang memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan. Transaksi tersebut meliputi penjualan, pembelian, piutang, utang serta beban perusahaan. Keberadaan transaksi pihak berelasi bisa menunjukkan adanya risiko kecurangan yang tinggi (Beasley, 2010). Perusahaan menggunakan transaksi pihak berelasi untuk menaikkan penjualan karena transaksi pihak berelasi biasanya sulit untuk dideteksi. Transaksi pihak berelasi yang tidak diungkapkan mungkin digunakan untuk secara curang menaikkan laba (Intal dan Do, 2002). Lou dan Wang (2009) menemukan bahwa kompleksitas transaksi yang tinggi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dikembangkan hipotesis berikut ini. H 7 : Transaksi pihak berelasi berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement. 33

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan berkewajiban melaporkan aktivitasnya dalam pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media tertulis yang dinamakan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Audit ditujukan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agency Theory Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan berperan memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut. Laporan keuangan bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antara kelompok atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada setiap periode akuntansi, perusahaan akan mengungkapkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan catatan atas informasi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat komunikasi informasi antara manajer dengan bawahan serta kepada pihak luar perusahaan. Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sesuai dengan yang. dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sesuai dengan yang. dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan berfungsi untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Laporan keuangan menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan bagi pemangku kepentingan dan calon pemangku kepentingan (Pernyataan Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk menginformasikan kondisi keuangan dan aktivitas oprasional perusahaan kepada para pengguna laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk alat komunikasi oleh manajer puncak kepada bawahannya serta kepada pihak luar perusahaan untuk menginformasikan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh faktor-faktor dalam teori fraud triangle yakni tekanan (stabilitas keuangan, tekanan eksternal, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa personal financial need (tekanan, OSHIP) berpengaruh positif secara signifikan terhadap potensi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan dengan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan dengan BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tijauan Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang kecurangan pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah alat pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, seperti pemegang saham, investor, kreditor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan bagi pengguna. Menurut PSAK no 1, laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi keuangan dan kinerja suatu entitas selama suatu periode tertentu. Sesuai dengan Konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pelaporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi keuangan entitas yang berguna untuk investor dan kreditor dalam membuat keputusan tentang penyediaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kecurangan (Fraud) Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara harfiah diartikan sebagai kecurangan. Menurut the Association of Certified Fraud Examiners

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan sarana yang disediakan oleh perusahaan kepada para pemakai baik internal maupun eksternal untuk memperoleh informasi tentang aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai entitas memiliki potensi untuk terindikasi melakukan berbagai penyimpangan, salah satunya adalah kecurangan laporan keuangan. Laporan keuangan menjadi instrumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Hubungan keagenan yakni dimana agent dan principal atau manajer dengan pemilik memiliki sebuah kontrak kerja sama atau sebagainya (Jensen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan manfaatnya sebagai salah satu sarana untuk mengambil keputusan. Mengkomunikasikan informasi

Lebih terperinci

1. Tekanan (pressure) yang diukur dengan pertumbuhan keuangan

1. Tekanan (pressure) yang diukur dengan pertumbuhan keuangan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tekanan (pressure) yang diukur dengan pertumbuhan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah dari skandal akuntansi yang utama disebabkan dari banyaknya spekulasi salah satu di antaranya adalah bahwa manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan yang ketat, pertumbuhan inovasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Penelitian Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk membuat beberapa kesimpulan (Cooper dan Schindler, 2003). Menurut Sugiyono (1998)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kondisi perusahaan yang menggunakan data keuangaaaaan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kondisi perusahaan yang menggunakan data keuangaaaaan. Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menampilkan kondisi perusahaan yang menggunakan data keuangaaaaan. Laporan keuangan ini yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk alat komunikasi kepada pihak luar

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk alat komunikasi kepada pihak luar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan bentuk alat komunikasi kepada pihak luar perusahaan untuk menginformasikan aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Penginformasian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN, dan SARAN

BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN, dan SARAN BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN, dan SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tekanan dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Persektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan memahami isu corporate governance. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam mengoperasikan kinerjanya. Persaingan beberapa perusahaan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Lingkup Audit Pelaporan 2.1.1 Audit Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kontrak dimana satu atau lebih pemegang saham (principle) melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kontrak dimana satu atau lebih pemegang saham (principle) melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori agensi sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekadar kumpulan angka-angka, namun menjadi alat yang sangat berguna

BAB I PENDAHULUAN. sekadar kumpulan angka-angka, namun menjadi alat yang sangat berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah salah satu instrumen penting yang digunakan dalam mengkomunikasikan dan mempertanggungjawabkan kinerja perusahaan dari manajer kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi antara pemilik dan pemegang saham (principal) dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi antara pemilik dan pemegang saham (principal) dengan 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori agensi (agency theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling dalam Ratmono (2014) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki risiko terjadinya kecurangan atau Fraud. Kecurangan atau biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki risiko terjadinya kecurangan atau Fraud. Kecurangan atau biasa disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan yang berisi angka angka hasil kinerja perusahaan dalam suatu periode yang biasanya diterbitkan setiap satu tahun. laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau

BAB I PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan dipublikasikan untuk memberikan informasi keuangan mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau perusahaan yang akan membantu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan cermin kondisi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dalam mengoperasikan bisnisnya. Dari sisi negatif,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dalam mengoperasikan bisnisnya. Dari sisi negatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan zaman terutama pada dunia bisnis, berbagai persaingan bisnis, baik itu bersifat positif maupun negatif dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency theory mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agent.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan digilib.uns.ac.id 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan Menurut kamus Inggris-Indonesia, fraud diterjemahkan sebagai penipuan, kecurangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut (Sugiyono, 2007) dilihat dari sumber perolehannya data dapat dibagi

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut (Sugiyono, 2007) dilihat dari sumber perolehannya data dapat dibagi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data Menurut (Sugiyono, 2007) dilihat dari sumber perolehannya data dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1. Data Primer Merupakan data penelitian yang diperoleh secara

Lebih terperinci

Pengaruh Fraud Triangle

Pengaruh Fraud Triangle Pengaruh Fraud Triangle untuk Mendeteksi Tindak Kecurangan Laporan Keuangan pada Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012 ABSTRAK Rahmad Pulukadang 1, Sahmin Noholo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini. Kondisi perusahaan terkini maksudnya adalah keadaan keuangan perusahaan pada

Lebih terperinci

Jenis Sesi Paper: Full paper

Jenis Sesi Paper: Full paper ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014) Jenis Sesi Paper: Full paper Merissa Yesiariani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siklus akuntansi yang terjadi dalam setiap perusahaan akan selalu diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan. Laporan keuangan menurut Kieso dkk. (2011:4) adalah sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan publik yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan publik yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan publik yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki kewajiban untuk melaporkan laporan keuangannya secara berkala sebagai wujud

Lebih terperinci

saji yang material akibat dari kecurangan adalah sebagai berikut:

saji yang material akibat dari kecurangan adalah sebagai berikut: 2.2.5 Imbalan Pelaku Kecurangan Imbalan yang diharapkan bagi para pelaku kecurangan beragam jenis. Menurut Mulford (2010) berbagai imbalan dibagi menjadi beberapa kategori berikut ini : Tabel 2.2 Imbalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian

TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian fakta-fakta yang material untuk mempengaruhi seseorang agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Agensi Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan.

Lebih terperinci

PENGARUH FRAUD TRIANGLE TERHADAP DETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEKINDONESIA (BEI) WIDARTI 1

PENGARUH FRAUD TRIANGLE TERHADAP DETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEKINDONESIA (BEI) WIDARTI 1 PENGARUH FRAUD TRIANGLE TERHADAP DETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEKINDONESIA (BEI) WIDARTI 1 ABSTRACT The purpose of this study was to determine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjelma menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia tenggara. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjelma menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia tenggara. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia semakin penting di mata internasional. Setelah sempat lumpuh akibat krisis ekonomi pada tahun 1998, kini perekonomian Indonesia menjelma menjadi

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Jumlah Perusahaan Listing di BEI Tahun Sumber: Annual Report BEI 2014

Gambar 1.1 Jumlah Perusahaan Listing di BEI Tahun Sumber: Annual Report BEI 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, perusahaan publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Fenomena

Lebih terperinci

PENGARUH FRAUD RISK FACTORS TERHADAP PENDETEKSIAN KEMUNGKINAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT

PENGARUH FRAUD RISK FACTORS TERHADAP PENDETEKSIAN KEMUNGKINAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT PENGARUH FRAUD RISK FACTORS TERHADAP PENDETEKSIAN KEMUNGKINAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT Heikal Muhammad Zakaria Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Singaperbangsa Karawang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arus kas perusahaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. arus kas perusahaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, penyajian laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan, posisi keuangan dan arus kas perusahaan bagi pihak-pihak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent). Hubungan keagenan yang terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent). Hubungan keagenan yang terjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori agensi dapat menjelaskan hubungan yang terjadi antara pemilik dan pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Setiap tahun perusahaan menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pihakpihak eksternal seperti : investor,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL FRAUD TRIANGLE TERHADAPFINANCIAL STATEMENT FRAUD PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH VARIABEL FRAUD TRIANGLE TERHADAPFINANCIAL STATEMENT FRAUD PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH VARIABEL FRAUD TRIANGLE TERHADAPFINANCIAL STATEMENT FRAUD PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Ni Kadek Dwi Susianti, Ida Bgs. Anom Yasa Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik

Lebih terperinci

Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia LAILA TIFFANI MARFUAH Universitas Islam Indonesia Abstract: The purpose

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan tersebut, pihak-pihak yang memanfaatkan laporan keuangan akan

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan tersebut, pihak-pihak yang memanfaatkan laporan keuangan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Dimana tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH FINANCIAL STABILITY, EXTERNAL PRESSURE, PERSONAL FINANCIAL NEED, FINANCIAL TARGETS, DAN INEFFECTIVE MONITORING PADA FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PRESPEKTIF FRAUD TRIANGLE SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

DETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

DETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Laila Tiffani Universitas Islam Indonesia Yogyakarta e-mail: lailatiffani93@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi pusat perhatian di kalangan pelaku bisnis di seluruh dunia. Di Indonesia pun tindakan kecurangan sepertinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah pada penelitian Kusumawardhani (2015) menyebutkan bahwa secara

BAB III METODE PENELITIAN. adalah pada penelitian Kusumawardhani (2015) menyebutkan bahwa secara 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini merupakan laporan keuangan perusahaan perbankan yang telah terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 2015. Pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

FRAUND DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN. Poppy Indriani 1 M. Titan Terzaghi 2

FRAUND DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN. Poppy Indriani 1 M. Titan Terzaghi 2 FRAUND DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN Poppy Indriani 1 (poppy_ucat@yahoo.com) M. Titan Terzaghi 2 (mtitan4@gmail.com) Abstract Effect of Diamond Fraud in Financial Statement Fraud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi perusahaan karena di dalam laporan keuangan terdapat bentuk pertanggung jawaban manajemen kepada calon investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah yang dihadapi para pelaku usaha semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah yang dihadapi para pelaku usaha semakin kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia bisnis yang semakin meningkat sekarang ini menyebabkan masalah yang dihadapi para pelaku usaha semakin kompleks. Tuntutan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan politik di Indonesia dan dunia yang sangat fluktuatif belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan politik di Indonesia dan dunia yang sangat fluktuatif belakangan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fraud merupakan masalah umum pada bisnis di seluruh dunia. Kondisi ekonomi dan politik di Indonesia dan dunia yang sangat fluktuatif belakangan ini mendorong para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dapat bersifat material dan merugikan pihak pihak berkepentingan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dapat bersifat material dan merugikan pihak pihak berkepentingan, seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai organisasi mulai dari nirlaba hingga yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan, memiliki potensi untuk terindikasi melakukan berbagai penyimpangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: Pertama, kepemilikan saham manajerial berpengaruh negatif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuannya, perusahaan selalu berusaha memaksimalkan laba.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuannya, perusahaan selalu berusaha memaksimalkan laba. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Dimana tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan

Lebih terperinci

Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Pentagon.

Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Pentagon. Jurnal Akuntansi, Keuangan dan Bisnis Vol. 11, No. 1, Mei 2018, 11-23 11 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Pentagon. Yossi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya terlibat dalam kasus hukum, pada kenyataannya banyak. perusahaan yang membuat laporan keuangan tanpa menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. tentunya terlibat dalam kasus hukum, pada kenyataannya banyak. perusahaan yang membuat laporan keuangan tanpa menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak sekali terjadi kasus manipulasi akuntansi yang tentunya terlibat dalam kasus hukum, pada kenyataannya banyak perusahaan yang membuat laporan keuangan

Lebih terperinci

DETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE

DETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE DETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN TINGKAT FRAUD MELALUI FAKTOR RISIKO TEKANAN DAN PELUANG (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan Periode ) Naskah Publikasi Ilmiah

PENDETEKSIAN TINGKAT FRAUD MELALUI FAKTOR RISIKO TEKANAN DAN PELUANG (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan Periode ) Naskah Publikasi Ilmiah PENDETEKSIAN TINGKAT FRAUD MELALUI FAKTOR RISIKO TEKANAN DAN PELUANG (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan Periode 2010 2012) Naskah Publikasi Ilmiah Disusun Oleh: ASRI DITHA HAPSARI B200100173 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya isu kecurangan yang diteliti belakangan ini menunjukkan bahwa kasus

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya isu kecurangan yang diteliti belakangan ini menunjukkan bahwa kasus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya isu kecurangan yang diteliti belakangan ini menunjukkan bahwa kasus kecurangan semakin sering terjadi. Berita mengenai indikasi penyimpangan (fraud) di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dasar dalam mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan dengan menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dasar dalam mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan dengan menggunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini menyajikan teori, kerangka konseptual dan hipotesis yang menjadi dasar dalam mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan dengan menggunakan fraud

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama satu periode akuntansi (Kasmir, 2011). Adanya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama satu periode akuntansi (Kasmir, 2011). Adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memberikan gambaran tentang keadaan posisi keuangan, hasil usaha, serta perubahan dalam posisi keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS FRAUD TRIANGLE

ANALISIS FRAUD TRIANGLE ANALISIS FRAUD TRIANGLE DALAM MENDETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014) Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

PENGARUH FINANCIAL STABILITY, PERSONAL FINANCIAL NEED DAN INEFFECTIVE MONITORING PADA FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE

PENGARUH FINANCIAL STABILITY, PERSONAL FINANCIAL NEED DAN INEFFECTIVE MONITORING PADA FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE 1 PENGARUH FINANCIAL STABILITY, PERSONAL FINANCIAL NEED DAN INEFFECTIVE MONITORING PADA FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE Resti Molida Anis Chariri, SE, M.Com., Ph.D, Akt JURUSAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, penelitian ini gagal membuktikan hipotesis bahwa financial leverage berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance, BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance, kinerja keuangan serta ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan hasil dari kinerjanya selama suatu periode kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. dilakukan oleh manajemen adalah manajemen laba (earnings management),

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. dilakukan oleh manajemen adalah manajemen laba (earnings management), 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan hal yang biasanya diperhatikan dengan serius oleh investor maupun kreditor untuk menilai kinerja suatu perusahaan maupun untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses pembangunan yang telah membuat dunia usaha menjadi semakin kompleks, bervariasi, dan sangat dinamis.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laporan tahunan selama periode pengamatan yakni Selain itu,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laporan tahunan selama periode pengamatan yakni Selain itu, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian No Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan

Lebih terperinci

BAB II PENGUNGKAPAN SUKARELA, NILAI PERUSAHAAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II PENGUNGKAPAN SUKARELA, NILAI PERUSAHAAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II PENGUNGKAPAN SUKARELA, NILAI PERUSAHAAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pengungkapan Suwardjono (2008) mendefinisikan pengungkapan sebagai penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan yaitu untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era Asean Economic Community (AEC) pada awal tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era Asean Economic Community (AEC) pada awal tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era Asean Economic Community (AEC) pada awal tahun 2016 menjadi suatu kesempatan baru bagi seluruh pelaku ekonomi khususnya yang ada di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan manipulasi semua jenis informasi keuangan. Bahkan saat ini banyak. earnings restatements dan manipulasi earnings oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan manipulasi semua jenis informasi keuangan. Bahkan saat ini banyak. earnings restatements dan manipulasi earnings oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Awal dekade pertama abad ke-21 terjadi beberapa skandal, penipuan dan manipulasi semua jenis informasi Bahkan saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum terpublikasi

Lebih terperinci

Universitas Pandanaran Semarang. Universitas Pandanaran Semarang ABSTRACT

Universitas Pandanaran Semarang. Universitas Pandanaran Semarang ABSTRACT PENGARUH FINANCIAL STABILITY, EXTERNAL PRESSURE, FINANCIAL TARGET, INEFFECTIVE MONITORING DAN RASIONALISASI TERHADAP KECURANGAN PELAPORAN KEUANGAN (FRAUD) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2012-2015

Lebih terperinci

PENGARUH FINANCIAL STABILITY, PERSONAL FINANCIAL NEED DAN INEFFECTIVE MONITORING PADA FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE

PENGARUH FINANCIAL STABILITY, PERSONAL FINANCIAL NEED DAN INEFFECTIVE MONITORING PADA FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE PENGARUH FINANCIAL STABILITY, PERSONAL FINANCIAL NEED DAN INEFFECTIVE MONITORING PADA FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tepat. Tujuan laporan keuangan memberikan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tepat. Tujuan laporan keuangan memberikan informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah alat bagi manajemen untuk pertanggungjawaban dan pelaporan kinerjanya kepada pemegang saham, sehingga laporan keuangan itu harus reliabel atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Sedangkan sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Sedangkan sampel BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Menurut Indriantoro (2009), populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Sedangkan sampel

Lebih terperinci