BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dasar dalam mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan dengan menggunakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dasar dalam mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan dengan menggunakan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini menyajikan teori, kerangka konseptual dan hipotesis yang menjadi dasar dalam mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan dengan menggunakan fraud triangle. Bab ini juga menyajikan acuan penelitian terdahulu yang nantinya akan digunakan untuk membangun kerangka konseptual dan hipotesis. 2.1 Tinjauan Pustaka Fraud Definisi Fraud Dalam literatur akuntansi, fraud secara umum diartikan sebagai kecurangan yang sengaja dilakukan. Fraud menimbulkan kerugian bagi pihak lain dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan dan atau kelompoknya (Suyanto, 2009). Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud didefinisikan sebagai perbuatan-perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam maupun luar organisasi dengan tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung maupun tidak langsung akan merugikan pihak lain. Statement of Auditing Standards (SAS) No. 99 mendefinisikan fraud sebagai tindakan yang disengaja untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan subjek audit. 9

2 Tuanakotta (2010) menjelaskan fraud adalah setiap tindakan illegal yang ditandai dengan tipu daya, penyembunyian atau pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini tidak bergantung pada penerapan ancaman, kekerasan atau kekuatan fisik. Fraud dilakukan oleh individu atau organisasi untuk memperoleh uang, kekayaan atau jasa; untuk menghindari pembayaran atau kerugian jasa; atau untuk mengamankan keuntungan pribadi atas bisnis. Fraud memiliki cakupan dimensi yang luas, maka dalam merumuskan definisi fraud diperlukan banyak literatur dan pendapat para ahli. Berikut ini adalah tambahan beberapa literatur pendukung untuk merumuskan definisi tentang fraud. Tabel 2.1 Definisi Fraud Oxford English Dictionary : fraud adalah sebuah tindakan pidana kecurangan yang menggunakan penyajian palsu untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang tidak adil atau mengambil paksa hak atau kepentingan orang lain. Arens & Lobbecke (1997), Soselisa & Mukhlasin (2008) BPK RI (2007) : fraud terjadi ketika salah saji dibuat dalam suatu keadaan di mana si pelaku mengetahui bahwa hal itu merupakan suatu kepalsuan dan dilakukan dengan maksud untuk melakukan kecurangan. : fraud didefinisikan sebagai salah satu tindakan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara menipu. 10

3 Istilah fraud memiliki banyak arti, namun pada dasarnya fraud adalah tindakan kecurangan yang merugikan berbagai pihak dikarenakan informasi yang terkandung di dalamnya menjadi tidak relevan lagi. Akibat adanya perilaku manajemen yang tidak transparan ini menyebabkan kecurangan pelaporan keuangan dalam perusahaan terus tumbuh dari waktu ke waktu. Albercht et al. (2011) : fraud adalah representasi tentang fakta material yang palsu dan sengaja, sehingga diyakini dan ditindaklanjuti oleh korban dan merugikan korban. Amin Widjaja (2011, dalam Rini, 2012) : fraud mengacu pada kesalahan penyajian yang dilakukan satu pihak ke pihak lain dengan tujuan menipu dan membuat pihak lain merasa aman untuk bergantung pada fakta yang merugikan baginya. Dari beberapa definisi fraud di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum unsur-unsur yang terkandung dalam fraud mencakup beberapa hal sebagai berikut. 1. Perbuatan melawan hukum yang disengaja dengan cara melakukan salah saji material dalam laporan keuangan, melakukan tipu daya, melanggar kepercayaan atau janji, mengambil paksa hak orang lain, melakukan kecurangan, menipu, dll. 11

4 2. Perbuatan fraud dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok, menghindari pembayaran, menghindari kerugian, atau mengamankan keuntungan pribadi. 3. Tindakan fraud pasti akan merugikan orang lain atau pihak lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Albercht et al. (2011) menambahkan bahwa setidaknya ada tujuh unsur yang ada di dalam fraud yaitu : 1) harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation); 2) dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present); 3) fakta bersifat material (material fact); 4) dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or recklessly); 5) dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi; 6) pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut (misrepresentation); 7) yang merugikannya (detriment) Pelaku dan Jenis Fraud Menurut Albercht et al. (2011) pelaku fraud dapat diklasifikasikan menjadi enam, yaitu sebagai berikut. Tabel 2.2 Pelaku dan Jenis Fraud No. Jenis Fraud Pelaku Penjelasan 1 Embezzlement employee atau occupational fraud Karyawan atau bawahan Jenis fraud yang dilakukan oleh bawahan atau karyawan, fraud dilakukan secara langsung maupun tidak langsung di perusahaan. 12

5 2 Management fraud Manajer puncak Jenis fraud yang dilakukan oleh manajer puncak, fraud dilakukan dengan tujuan untuk membuat laporan keuangan terlihat baik di mata investor dan kreditor dengan memberikan informasi yang bias dalam laporan keuangan. 3 Investment scams Perseorangan Jenis fraud yang dilakukan individu kepada investor, fraud dilakukan dengan mengelabuhi atau menipu investor untuk menanamkan modalnya dalam investasi yang salah. 4 Vendor fraud Perusahaan yang menjual barang atau jasa Jenis fraud yang dilakukan oleh perusahaan yang menjual barang atau jasa kepada perusahaan lainnya, fraud dilakukan dengan mematok harga terlalu tinggi untuk barang atau jasa dan atau tidak adanya pengiriman barang meskipun pembayaran telah dilakukan. 5 Costumer fraud Pelanggan Jenis fraud yang dilakukan oleh pelanggan kepada perusahaan, fraud dilakukan dengan menipu atau menuduh penjual berbuat curang untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari penjual. 6 Other miscellaneous types of fraud Mencakup bentuk fraud lainnya yang menyebabkan kerugian bagi pihak lain. 13

6 Fraud Tree Secara skematis, Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan fraud dengan bagan Uniform Occupational Fraud Classification System. Bagan ini melambangkan cabang-cabang dari fraud yang membentuk skema hubungan kerja, beserta ranting dan anak rantingnya. Berikut merupakan gambar bagan fraud tree. Gambar 2.1 Fraud Tree Sumber: Tuanakotta, Theodorus M Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Edisi Revisi II. Salemba Empat : Jakarta 14

7 Dari bagan tersebut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) membagi fraud kedalam tiga cabang utama. Cabang tersebut adalah : corruption, asset misappropriation, dan fraudulent financial statements. 1. Korupsi (corruption) Jenis fraud ini sulit untuk dideteksi, karena biasanya dilakukan lebih dari satu orang dan menyangkut pihak lain (kolusi). Korupsi akan sulit dideteksi jika penegakan hukum masih lemah, kurang kesadaran akan tata kelola yang baik, dan integritas rendah. Association of Certified Fraud Examiners membagi cabang korupsi dalam empat bagian, yaitu: penyalahgunaan wewenang atau konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah atau ilegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion). Dalam proses pengungkapan masalah korupsi, auditor lebih ditekankan untuk memiliki kemampuan investigasi daripada kemampuan audit. 2. Penggelapan aset atau penyimpangan atas aset (asset misappropriation) Merupakan bentuk fraud yang paling mudah untuk dideteksi, karena berwujud fisik (tangible) dan dapat diukur atau dihitung. Sekalipun demikian, berdasarkan penelitian Association of Certified Fraud Examiners (2014) menemukan bahwa delapan puluh lima persen kasus fraud yang terjadi berkaitan dengan asset misappropriation. Asset misappropriation memiliki cabang meliputi: cash fraud, ghost employee, purchasing and receiving scheme, false shipment, penyalahgunaan, penggelapan, pencurian aset atau harta perusahaan oleh pihak dalam maupun pihak luar perusahaan. 15

8 3. Fraudulent financial statement Fraudulent financial statement biasanya dilakukan secara sengaja melalui rekayasa keuangan (financial engineering) dan melakukan salah saji dengan menghilangkan sejumlah nilai di laporan keuangan, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengelabuhi pengguna laporan keuangan; untuk memperoleh keuntungan; ataupun untuk kepentingan pribadi. Fraudulent financial statement identik dengan management fraud, sebab mayoritas pelaku berada pada tingkatan manajer puncak. Menurut Septia (2015) beberapa tindakan fraudulent financial statement yang dilakukan oleh manajer dapat berupa : a. pemalsuan, manipulasi atas catatan akuntansi ataupun dokumen-dokumen pendukung laporan keuangan, b. sengaja menghilangkan atau menyembunyikan data transaksi, ataupun informasi penting dari laporan keuangan, c. salah penerapan secara sengaja mengenai prinsip akuntansi (jumlah, klasifikasi, penyajian dan pengungkapan) Faktor Pemicu Fraud Fraud indicators atau red flags adalah sebuah karakteristik yang menggambarkan sifat dan kondisi lingkungan atau perilaku seseorang yang memiliki kecenderungan untuk melakukan fraud (Priantara, 2013). Pada umumnya fraud dimulai dari lingkungan di mana individu hidup dan nilai-nilai individu. 16

9 Red flags berhubungan erat dengan kondisi potensial terjadinya gejala fraud dalam sebuah perusahaan. Menurut Oversights Systems Report on Corporate Fraud (2007), alasan utama terjadinya fraud adalah : 1. adanya tekanan untuk memenuhi kebutuhan, 2. untuk memperoleh keuntungan, 3. tidak menganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah fraud. Pelaku fraud biasanya menampilan perilaku tertentu yang dapat menjadi pertanda (warning signs) bagi orang yang ada di sekitarnya, seperti yang terlihat dalam Gambar 2.2. Association of Certified Fraud Examiners (2014) menyatakan ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai pertanda yang ditunjukan oleh perilaku seseorang (behavioral red flags) diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Hidup diluar batas kemampuan keuangan (living beyond means). 2. Kesulitan keuangan (financial difficulties). 3. Kedekatakan yang tidak lazim dengan penyuplai atau pelanggan (unusually close association with vendor/ costumer). 4. Tidak suka berbagai tugas (control issues, unwillingness to share duties). 5. Suka hidup berfoya-foya ( wheeler-dealer attitude). 6. Perceraian atau masalah keluarga (divorce or family problems). 7. Mudah tersinggung, curiga, atau bersikap defensive (irritability, suspiciousness, defensiveness). 8. Masalah kecanduan (addicting problem). 9. Mengeluh soal gaji yang tidak cukup (complained about inadequate pay). 10. Masalah dengan lingkungan kerja di masa lalu (past employment related problems). 11. Menolak mengambil cuti (refusal to take vacations). 12. Tekanan berlebihan di dalam organisasi (excessive pressure from within organization). 17

10 13. Anti Sosial (social isolation). 14. Mengeluh mengenai kurangnya wewenang (complain about lack of authority). 15. Tekanan berlebihan dari keluarga/ rekan sejawat untuk sukses (excessive family/ peer pressure for success). 16. Ketidakstabilan dalam kehidupan (instability in life circumtances). 17. Masalah hukum di masa lalu (past legal problems). Association of Certified Fraud Examiners (2014) dalam Report to the Nations menambahkan bahwa lama terungkapnya kasus fraud adalah sekitar delapan belas bulan dari tanggal terjadinya fraud. Gambar 2.2 Behavioral Red flags Sumber : Association of Certified Fraud Examiners Report to the Nation on Occupational Fraud. 18

11 Teori Fraud Triangle Salah satu konsep dasar dari pencegahan dan pendeteksian fraud adalah fraud triangle. Teori fraud triangle adalah sebuah gagasan yang diciptakan oleh Donald R. Cressey (1950). Secara umum tindakan fraud selalu didasari oleh fraud triangle. Berikut merupakan gambar fraud triangle. Gambar 2.3 Fraud Triangle Sumber : Fraud Triangle Theory oleh Donald R. Cressey (1950) Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang selalu ada dalam setiap situasi fraud, yaitu sebagai berikut. 1. Tekanan (pressure) adalah dorongan yang mendesak seseorang untuk melakukan fraud. Dorongan ini dapat muncul dari kondisi yang menekan ataupun kebutuhan yang mendesak sehingga membuat orang tersebut melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup beberapa hal, seperti : gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan hal-hal lainnya baik termasuk hal keuangan ataupun non keuangan. Dalam SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada tekanan (pressure) yang dapat mengakibatkan kecurangan 19

12 pelaporan keuangan Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets. 2. Peluang (opportunity) adalah kesempatan bagi pelaku untuk melakukan fraud, di mana pelaku memperoleh keyakinan bahwa kemungkinan terbongkarnya fraud sangat kecil. Menurut Norbani (2012) Kesempatan tercipta karena adanya pengendalian internal yang lemah, ketidakdisplinan, kelemahan dalam mengakses informasi, tidak ada mekanisme audit, dan sikap apatis. SAS No.99 menyebutkan bahwa peluang (opportunity) pada kecurangan pelaporan keuangan dapat terjadi dalam tiga kategori kondisi. Kondisi tersebut adalah nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure. 3. Rasionalisasi (rationalization) adalah adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membuat seseorang memiliki keyakinan untuk melakukan tindakan kecurangan atau membuat orang tersebut merasionalisasi tindakan fraud. Pelaku fraud selalu mencari pembenaran secara rasional untuk membenarkan perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur (Skousen et al., 2009). Menurut SAS No.99 rasionalisasi yang menyebabkan kecurangan pelaporan keuangan pada perusahaan dapat diukur dengan siklus pergantian auditor, opini audit yang didapat perusahaan tersebut, serta keadaan total akrual dibagi dengan total aset. Berikut ini disajikan ringkasan kategori, definisi dan contoh fraud risk factor berdasarkan fraud triangle theory oleh Donald R. Cressey (1950) yang diadopsi dalam SAS No

13 Tabel 2.3 Kategori, Definisi, dan Contoh fraud risk factor dalam SAS. No. 99 yang berkaitan dengan Kecurangan Pelaporan Keuangan. Fraud Risk Factor Pressure Kategori SAS No. 99 Financial stability Eksternal pressure Personal financial need Definisi dan Contoh Keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Contohnya : perusahaan mungkin akan memanipulasi laba saat stabilitas keuangan atau profitabilitasnya terancam oleh kondisi ekonomi. Tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan pihak ketiga. Contohnya : ketika perusahaan diharuskan untuk memenuhi ekspektasi dari investor dan bersaing dengan perusahaan lain yang lebih baik atau saat perusahaan kekurangan dana dan ingin melakukan pinjaman kepada kreditor. Perusahaan akan menggunakan segala cara untuk membuat supaya kinerja terlihat baik bagi investor dan kreditor ataupun bagi pihak eksternal lainnya. Keadaan di mana keuangan perusahaan dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan. Contohnya : manajer mendapat kompensasi yang akan diberikan kepadanya jika target yang ditetapkan dapat tercapai. Target tersebut dapat berupa : harga saham, hasil operasi yang baik dan posisi keuangan. Manajer berusaha untuk memalsukan atau memanipulasi demi mendapatkan kompensasi tersebut karena manajer terdesak oleh kebutuhan finansial. 21

14 Financial targets Tekanan berlebihan pada manajemen untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen. Contohnya : perusahaan mungkin akan memanipulasi laba untuk memenuhi perkiraan atau tolok ukur para analis seperti laba tahun sebelumnya. Berkaitan dengan munculnya risiko bagi perusahaan yang berkecimpung dalam industri yang melibatkan estimasi dan pertimbangan yang besar. Opportunity Nature of industry Inffective monitoring Contohnya : penilaian persediaan memiliki risiko salah saji besar bagi perusahaan yang mempunyai persediaan tersebar di banyak lokasi. Risiko salah saji persediaan akan semakin meningkat jika persediaan cepat menjadi usang. Keadaan di mana perusahaan tidak memiliki unit pengawas yang efektif dan memantau kinerja perusahaan. Contohnya : adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau sekelompok kecil, tidak efektifnya pengawasan dewan direksi dan komite audit atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal. Organizational structure Struktur organisasi yang kompleks dan tidak stabil Contohnya : struktur organisasi yang terlalu kompleks, perputaran personil perusahaan yang tinggi. 22

15 Rationalization Rasionalisasi Sikap atau rasionalisasi anggota dewan, manajemen, atau karyawan yang memungkinkan mereka untuk membenarkan tindakan kecurangan pelaporan keuangan. Contohnya : jika manajer puncak menganggap bahwa proses pelaporan keuangan dan laporan keuangan telah baik, sehingga tidak melakukan pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan, maka kemungkinan untuk melakukan kecurangan pelaporan keuangan tanpa terdeteksi akan lebih besar. Sumber : Skousen, et al. (2009) Kecurangan Pelaporan Keuangan Definisi Kecurangan Pelaporan Keuangan Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), kecurangan pelaporan keuangan adalah fraud yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kerugian akibat fraud dapat bersifat finansial atau non finansial. Laporan keuangan yang mengandung unsur fraud dapat mengakibatkan turunnya integritas informasi keuangan dan membuat investor salah dalam mengambil keputusan karena informasi yang bias. Menurut SAS No. 99, kecurangan pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Memanipulasi, memalsukan, atau merubah catatan akuntansi, dokumen pendukung dari laporan keuangan yang disusun. 23

16 2. Kekeliruan, kelalaian, atau penghilangan yang disengaja atas transaksi, peristiwa, atau informasi yang signifikan sebagai sumber penyajian laporan keuangan. 3. Melakukan secara sengaja penyalahgunaan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan Pelaku Kecurangan Pelaporan Keuangan Kecurangan pelaporan keuangan dapat dilakukan oleh semua orang pada tingkat manapun asalkan memiliki peluang. Menurut Sihombing (2014) ada tiga kelompok utama yang memiliki peluang untuk melakukan kecurangan pelaporan keuangan, antara lain sebagai berikut. 1. Senior manajement (CEO, CFO, dan lain-lain) Pada tahun 2010, The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) memperkirakan bahwa keterlibatan senior manajer sekitar delapan puluh Sembilan persen. Motif yang mendasarinya beraneka ragam seperti : untuk mendapatkan keuntungan pribadi, untuk menutupi kegagalanya, menutupi kinerja yang buruk dari perusahaan, dll. 2. Mid and lower level employees Karyawan dapat memalsukan pelaporan keuangan sesuai dengan area tanggungjawabnya untuk mendapatkan bonus atas kinerja yang baik. 24

17 3. Organized criminals Kelompok ini menggunakan berbagai macam cara untuk melakukan penipuan dalam memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan. Penipuan tersebut dapat berupa laporan keuangan yang terlihat lebih baik daripada kondisi sebenarnya Bentuk Kecurangan Pelaporan Keuangan Kecurangan pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan yang lebih baik dari kondisi sebenarnya (overstatement) atau lebih buruk dari kondisi yang sebenarnya (understatement). Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commissions dalam Tuanakotta (2010) mengembangkan suatu identifikasi untuk mengenali teknik dalam melakukan kecurangan pelaporan keuangan. COSO mengidentifikasi teknik fraud pada beberapa area, antara lain : 1. mengakui pendapatan yang tidak semestinya, 2. melebihsajikan aset (selain piutang usaha yang berhubungan dengan kecurangan terhadap pengakuan pendapatan), 3. beban atau liabilitas yang kurang saji, 4. penyalahgunaan aset, 5. pengungkapan yang tidak semestinya, 6. teknik lain yang mungkin dilakukan. Kecurangan pelaporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan lebih baik dari kondisi sebenarnya (overstated) lebih banyak dijumpai daripada yang menyajikan lebih buruk dari kondisi sebenarnya 25

18 (understatement) (Sihombing, 2014). Beberapa cara untuk melakukan overstatement dalam laporan keuangan, adalah sebagai berikut. 1. Overstating revenues a. Penjualan fiktif (fictious revenue) Melaporkan penjualan yang sebenarnya tidak terjadi. Hal ini dilakukan dengan membuat pos-pos, seperti : Entitas bertujuan khusus (special purpuse entity) fiktif sebagai penjual serta memalsukan dokumen pendukungnya. b. Premature revenue recognition Pengakuan pendapatan terlalu dini, semisal : perusahaan telah melakukan pengakuan pendapatan saat pembeli masih melakukan pemesanan, bukan pada saat barang telah dikirim. c. Recognition of conditional sales Perusahaan mencatat penjualan dari transaksi yang seluruhnya belum dicatat karena perusahaan masih memiliki kewajiban kontijensi. d. Abuse of cut-off date of sales Perusahaan mungkin akan mengakui pendapatan periode yang lain ke periode berjalan untuk meningkatkan pendapatan periode berjalan. e. Misstatement of the percentage of completion Perusahaan mungkin meningkatkan presentasi penyelesaian kontrak tersebut untuk meningkatkan pengakuan pendapatannya. 26

19 2. Overstating sales a. Persediaan (inventories) Fraud yang sering terjadi terhadap persediaan biasanya adalah lebih saji pada persediaan akhir. b. Piutang (account receivable) Fraud yang sering terjadi pada piutang adalah penyisihan piutang tak tertagih atau penipuan pada saldo akhir piutang usaha. c. Aset tetap (property, plant and equipment) Fraud yang sering terjadi pada aset tetap adalah aset tetap tidak disusutkan walaupun sebenarnya telah mengalami penyusutan, sehingga aset tetap akan lebih saji. 3. Pengungkapan laporan keuangan yang tidak tepat (improper disclosures) seperti tidak diungkapkannya kewajiban kontingensi atau kejadian negatif lainnya. Menurut Karyono (2013) pendeteksian atas kecurangan pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis atas laporan keuangan dengan laporan periode sebelumnya. Cara pendeteksian atas kecurangan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut. 1. Analisis Vertikal Analisis antara item-item laporan keuangan (laporan posisi keuangan, laporan laba-rugi, laporan arus kas) dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan digambarkan dalam presentase. Apabila terdapat hasil perbedaan yang tidak wajar menunjukkan adanya tanda-tanda fraud. 27

20 2. Analisis Horisontal Analisis perubahan item-item laporan keuangan selama beberapa periode pelaporan yang digambakan dalam presentase. Bila terdapat perbedaan yang signifikan, mengidikasikan adanya kemungkinan terjadi fraud. 3. Analisis Rasio Merupakan analisis dengan membandingkan item-item dalam laporan keuangan Fraud Score Model (F-Score) F-Score adalah suatu ukuran yang diklaim dapat digunakan untuk mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan (Sukrisnadi, 2010). F- Score diperkenalkan oleh Dechow et al. (2011). Berdasarkan penelitian Dechow et al. (2011) F-Score model memiliki tingkat keakuratan antara 68-70% tergantung dari kasus fraud yang terjadi. Komponen pada F-Score meliputi dua hal, yaitu accrual quality yang diproksikan dengan RSST dan financial performance yang diproksikan dengan perubahan pada akun piutang, perubahan pada akun persediaan, perubahan pada akun penjualan tunai, perubahan pada EBIT. Model F-Score merupakan penjumlahan dari dua variabel yaitu kualitas akrual dan kinerja keuangan. Perusahaan dapat dikatakan melakukan fraud apabila F-Score perusahaan tersebut lebih dari satu. Model perhitungan F-Score yaitu : F-SCORE = RSST Accrual + Financial Performance 28

21 Keterangan: WC = [Current Assets Short term Investments - ( Current Liability - Long Term Investment)] NCO = [ Total Assets Current Assets Long term Investments (Total Liabilities Current Liabilities Long Term Debt)] FIN = [ Short term Investments + Long term Investments (Long Term Debt - Short Term Debt)] ATS = (Beginning Total Assets + End Total Assets) 2 WC : Working Capital NCO : Non-current operating accrual FIN : Financial Accrual ATS : Average Total Assets RSST : Kinerja Keuangan (Financial Performance) Financial performance = change in receivable + change in inventories + change in cash sales + change in earnings. Keterangan: Change in receivable Receivable / Average Total Assets Change in Inventory Inventory / Average Total Assets Change in cash sales [( Sales / sales (t) ( Receivable / receivable (t))] Change in earnings [(Earnings (t) / Average Total Assets (t)) - (Earnings (t-1) / Average total Assets (t-1))] Penelitian Sebelumnya Skousen et al. (2009) telah mengembangkan model penelitian yang digunakan untuk menganalisis kecurangan pelaporan keuangan. Penelitian tersebut mengembangkan variabel fraud triangle dalam SAS No. 99 ke dalam empat proksi pressure, tiga proksi opportunity dan satu proksi rationalization. Hasil dari penelitiannya adalah pertumbuhan aset yang cepat, peningkatan kebutuhan uang 29

22 tunai dan pembiayaan eksternal berhubungan secara positif terhadap kemungkinan terjadinya fraud, namun pertambahan jumlah anggota independen dalam komite audit berhubungan negatif dengan terjadinya kecurangan pelaporan keuangan. Lou dan Wang (2009) melakukan penelitian untuk menguji fraud risk factor dari fraud triangle untuk memprediksi kecurangan pelaporan keuangan. Penelitian ini menggunakan data dari Taiwan Securities and Futures Investors Protection Center (TSFIPC) dan sebagian besar sampel diperoleh dari Journal Ekonomi Taiwan (TEJ), dari penelitian Lou dan Wang diperoleh hasil bahwa kecurangan pelaporan keuangan berkaitan dengan tekanan keuangan dari sebuah perusahaan, rasio yang lebih tinggi dari suatu transaksi yang kompleks, dan memburuknya hubungan antara perusahaan dengan auditornya. Di Indonesia, Molida (2011) menguji efektivitas fraud triangle dalam mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan. Penelitian ini mengklasifikasikan perusahaan yang melakukan kecurangan pelaporan keuangan dengan menggunakan proksi manajemen laba yang diukur dengan discretionary accrual. Variabel independen dari penelitian ini adalah ineffective monitoring diproksikan dengan jumlah komite audit, financial stability diproksikan dengan perubahan aset, personal financial need diproksikan dengan presentase kepemilikan saham orang dalam. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa bahwa financial stability dan personal financial need berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan pelaporan keuangan. Sementara itu, innefective monitoring tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecurangan pelaporan keuangan. 30

23 Norbarani (2012) menguji fraud risk factor dari SAS 99 yang diadopsi dari fraud triangle yang dikemukakan Cressey pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun Penelitian ini mengklasifikasikan perusahaan yang melakukan kecurangan pelaporan keuangan dengan menggunakan proksi manajemen laba yang diukur dengan discretionary accrual. Variabel independen dalam penelitian ini adalah financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset, external pressure yang diproksikan dengan rasio arus kas bebas, personal financial need yang diproksikan dengan rasio kepemilikan saham orang dalam, financial target yang diproksikan dengan ROA, dan innefective monitoring diproksikan dengan rasio komisaris independen. Hasil dari penelitian ini adalah external pressure berhubungan negatif dengan kecurangan pelaporan keuangan, sedangkan financial targets, financial need, dan innefective monitoring berhubungan positif dengan kecurangan pelaporan keuangan. Financial stability dengan proksi perubahan total aset, tidak berpengaruh pada kecurangan pelaporan keuangan. Sukirman dan Maylia (2013) melakukan penelitian untuk mendeteksi fraud dengan basis fraud triangle. Penelitian ini mengambil data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), penelitian ini mengklasifikasikan perusahaan yang melakukan kecurangan pelaporan keuangan dengan menggunakan acuan dari berita acara BAPEPAM-LK mengenai perusahaan yang melakukan pelanggaran. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tekanan yang diproksikan dengan financial stability, external pressure, personal financial need; variabel kesempatan diproksikan dengan karakeristik industry, innefective 31

24 monitoring, dan struktur organisasi; variabel rasionalisasi diproksikan dengan perubahan auditor eksternal. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara perusahaan yang melakukan fraud dengan yang tidak melakukan fraud, hanya audit report sebagai proksi rasionalisasi yang menunjukkan adanya perbedaan antara perusahaan fraud dengan perusahaan yang tidak melakukan fraud. Sihombing (2014) menguji faktor-faktor dari fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa financial stability, external pressure, leverage, nature of industry, dan rationalization berpengaruh terhadap kecurangan pelaporan keuangan, sedangkan financial target dengan proksi ROA, dan innefective monitoring dengan proksi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kecurangan pelaporan keuangan. Penelitian di atas mencoba menganalisis komponen dari fraud triangle untuk mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan. Penelitian tentang pendeteksian kecurangan pelaporan keuangan di Indonesia masih belum memiliki titik terang dan masih belum memiliki hasil yang serupa, oleh karena itu penelitian ini mencoba melakukan analisis fraud triangle dalam mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan prediksian yang diukur dari fraud score model. 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis fraud triangle dalam mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan prediksian yang diukur dari fraud score model. Penelitian ini menggunakan variabel dari fraud triangle yaitu : 32

25 pressure (tekanan), opportunity (kesempatan), rationalization (rasionalisasi). Variabel tersebut tidak dapat secara langsung diteliti sehingga diperlukan proksi agar lebih mudah diteliti (Skousen et al., 2009). Penelitian ini menggunakan enam variabel independen untuk mendeskripsikan fraud triangle, sedangkan variabel dependen yaitu kecurangan pelaporan keuangan diukur dengan fraud score model. Berdasarkan landasan teori yang telah diurakan sebelumnya, kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.4. Gambar 2.4 Kerangka Konseptual 33

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan dengan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan dengan BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tijauan Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang kecurangan pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan berperan memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut. Laporan keuangan bertujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agency Theory Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kecurangan (Fraud) Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara harfiah diartikan sebagai kecurangan. Menurut the Association of Certified Fraud Examiners

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat komunikasi informasi antara manajer dengan bawahan serta kepada pihak luar perusahaan. Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai entitas memiliki potensi untuk terindikasi melakukan berbagai penyimpangan, salah satunya adalah kecurangan laporan keuangan. Laporan keuangan menjadi instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Audit ditujukan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada setiap periode akuntansi, perusahaan akan mengungkapkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan catatan atas informasi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pelaporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi keuangan entitas yang berguna untuk investor dan kreditor dalam membuat keputusan tentang penyediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Lingkup Audit Pelaporan 2.1.1 Audit Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan bagi pengguna. Menurut PSAK no 1, laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk alat komunikasi oleh manajer puncak kepada bawahannya serta kepada pihak luar perusahaan untuk menginformasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sesuai dengan yang. dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sesuai dengan yang. dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan berfungsi untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian

TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian fakta-fakta yang material untuk mempengaruhi seseorang agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah alat pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, seperti pemegang saham, investor, kreditor,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah pada penelitian Kusumawardhani (2015) menyebutkan bahwa secara

BAB III METODE PENELITIAN. adalah pada penelitian Kusumawardhani (2015) menyebutkan bahwa secara 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini merupakan laporan keuangan perusahaan perbankan yang telah terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 2015. Pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor energi yang terdaftar

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor energi yang terdaftar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor energi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014. Pemilihan populasi menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perusahaan manufaktur di

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perusahaan manufaktur di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perusahaan manufaktur di Indonesia yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 2013. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Penelitian Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk membuat beberapa kesimpulan (Cooper dan Schindler, 2003). Menurut Sugiyono (1998)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Laporan keuangan menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan bagi pemangku kepentingan dan calon pemangku kepentingan (Pernyataan Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan berkewajiban melaporkan aktivitasnya dalam pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media tertulis yang dinamakan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk menginformasikan kondisi keuangan dan aktivitas oprasional perusahaan kepada para pengguna laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Hubungan keagenan yakni dimana agent dan principal atau manajer dengan pemilik memiliki sebuah kontrak kerja sama atau sebagainya (Jensen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan manfaatnya sebagai salah satu sarana untuk mengambil keputusan. Mengkomunikasikan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi antara pemilik dan pemegang saham (principal) dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi antara pemilik dan pemegang saham (principal) dengan 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori agensi (agency theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling dalam Ratmono (2014) yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan cermin kondisi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk alat komunikasi kepada pihak luar

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk alat komunikasi kepada pihak luar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan bentuk alat komunikasi kepada pihak luar perusahaan untuk menginformasikan aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Penginformasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjelma menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia tenggara. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjelma menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia tenggara. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia semakin penting di mata internasional. Setelah sempat lumpuh akibat krisis ekonomi pada tahun 1998, kini perekonomian Indonesia menjelma menjadi

Lebih terperinci

FRAUND DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN. Poppy Indriani 1 M. Titan Terzaghi 2

FRAUND DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN. Poppy Indriani 1 M. Titan Terzaghi 2 FRAUND DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN Poppy Indriani 1 (poppy_ucat@yahoo.com) M. Titan Terzaghi 2 (mtitan4@gmail.com) Abstract Effect of Diamond Fraud in Financial Statement Fraud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi keuangan dan kinerja suatu entitas selama suatu periode tertentu. Sesuai dengan Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan yang ketat, pertumbuhan inovasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency theory mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agent.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siklus akuntansi yang terjadi dalam setiap perusahaan akan selalu diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan. Laporan keuangan menurut Kieso dkk. (2011:4) adalah sarana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahun yang digunakan yaitu pada tahun , yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Tahun yang digunakan yaitu pada tahun , yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN A. SUBJEK PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data perusahaan-perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tahun yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (risk-oriented effort). Salah saji bisa disebutkan dalam asersi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. (risk-oriented effort). Salah saji bisa disebutkan dalam asersi manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengaudit laporan keuangan adalah upaya yang berorientasi pada resiko (risk-oriented effort). Salah saji bisa disebutkan dalam asersi manajemen (management assertion),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam mengoperasikan kinerjanya. Persaingan beberapa perusahaan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan sarana yang disediakan oleh perusahaan kepada para pemakai baik internal maupun eksternal untuk memperoleh informasi tentang aktivitas

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH FINANCIAL STABILITY, EXTERNAL PRESSURE, PERSONAL FINANCIAL NEED, FINANCIAL TARGETS, DAN INEFFECTIVE MONITORING PADA FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PRESPEKTIF FRAUD TRIANGLE SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini. Kondisi perusahaan terkini maksudnya adalah keadaan keuangan perusahaan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dapat bersifat material dan merugikan pihak pihak berkepentingan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dapat bersifat material dan merugikan pihak pihak berkepentingan, seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai organisasi mulai dari nirlaba hingga yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan, memiliki potensi untuk terindikasi melakukan berbagai penyimpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekadar kumpulan angka-angka, namun menjadi alat yang sangat berguna

BAB I PENDAHULUAN. sekadar kumpulan angka-angka, namun menjadi alat yang sangat berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah salah satu instrumen penting yang digunakan dalam mengkomunikasikan dan mempertanggungjawabkan kinerja perusahaan dari manajer kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku bisnispun akan semakin ketat. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis berusaha dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh faktor-faktor dalam teori fraud triangle yakni tekanan (stabilitas keuangan, tekanan eksternal, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntansi menghadapi berbagai masalah karena sepanjang musim panas yang terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi korporasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finansial bukan secara fisik. Laporan keuangan merupakan hasil input maupun

BAB I PENDAHULUAN. finansial bukan secara fisik. Laporan keuangan merupakan hasil input maupun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Instrumen operasional dalam suatu perusahaan yang paling penting adalah laporan keuangan. Suatu kondisi perusahaan dapat dilihat dengan mudah melalui laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kontrak dimana satu atau lebih pemegang saham (principle) melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kontrak dimana satu atau lebih pemegang saham (principle) melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori agensi sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih pemegang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak disektor nonkeuangan yang terdaftar tahun 2013

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Persektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan memahami isu corporate governance. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerbitan laporan keuangan secara umum bertujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, serta arus kas perusahaan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan mendeskripsikan mengenai prinsipal dan agen, dalam perusahaan pemegang saham dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka memuat uraian yang sistematik dan relevan dari fakta, hasil penelitian sebelumnya yang bersifat mutakhir yang memuat teori, konsep, atau pendekatan terbaru yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah dari skandal akuntansi yang utama disebabkan dari banyaknya spekulasi salah satu di antaranya adalah bahwa manajemen

Lebih terperinci

Total % 2.9% 3.5%

Total % 2.9% 3.5% BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran umum objek penelitian Perusahaan manufaktur adalahperusahaan yang mengubah bahan baku menjadi produk jadi melalui proses produksi kemudian dijual kepada pelanggan.dari definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Semua data dapat diperoleh dari situs resmi

BAB III METODE PENELITIAN. tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Semua data dapat diperoleh dari situs resmi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Data dan Sampel Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Semua data dapat diperoleh dari situs

Lebih terperinci

saji yang material akibat dari kecurangan adalah sebagai berikut:

saji yang material akibat dari kecurangan adalah sebagai berikut: 2.2.5 Imbalan Pelaku Kecurangan Imbalan yang diharapkan bagi para pelaku kecurangan beragam jenis. Menurut Mulford (2010) berbagai imbalan dibagi menjadi beberapa kategori berikut ini : Tabel 2.2 Imbalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan publik yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan publik yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan publik yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki kewajiban untuk melaporkan laporan keuangannya secara berkala sebagai wujud

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan hasil dari kinerjanya selama suatu periode kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan auditing bisa dipahami melalui kebutuhan akuntabilitas ketika pemilik bisnis mempekerjakan manajer untuk mengelola bisnis mereka seperti dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki risiko terjadinya kecurangan atau Fraud. Kecurangan atau biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki risiko terjadinya kecurangan atau Fraud. Kecurangan atau biasa disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan yang berisi angka angka hasil kinerja perusahaan dalam suatu periode yang biasanya diterbitkan setiap satu tahun. laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan manipulasi semua jenis informasi keuangan. Bahkan saat ini banyak. earnings restatements dan manipulasi earnings oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan manipulasi semua jenis informasi keuangan. Bahkan saat ini banyak. earnings restatements dan manipulasi earnings oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Awal dekade pertama abad ke-21 terjadi beberapa skandal, penipuan dan manipulasi semua jenis informasi Bahkan saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum terpublikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya isu kecurangan yang diteliti belakangan ini menunjukkan bahwa kasus

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya isu kecurangan yang diteliti belakangan ini menunjukkan bahwa kasus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya isu kecurangan yang diteliti belakangan ini menunjukkan bahwa kasus kecurangan semakin sering terjadi. Berita mengenai indikasi penyimpangan (fraud) di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya perusahaan yang mulai melebarkan sayapnya ke kancah nasional maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Agensi Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan) Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut principal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dalam mengoperasikan bisnisnya. Dari sisi negatif,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dalam mengoperasikan bisnisnya. Dari sisi negatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan zaman terutama pada dunia bisnis, berbagai persaingan bisnis, baik itu bersifat positif maupun negatif dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam

Lebih terperinci

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani ` PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani PENDAHULUAN Pengendalian internal merupakan bagian penting dari kelanjutan pertumbuhan, kinerja, dan kesuksesan setiap

Lebih terperinci

Jenis Sesi Paper: Full paper

Jenis Sesi Paper: Full paper ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014) Jenis Sesi Paper: Full paper Merissa Yesiariani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan tersebut, pihak-pihak yang memanfaatkan laporan keuangan akan

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan tersebut, pihak-pihak yang memanfaatkan laporan keuangan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Dimana tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4: JENIS-JENIS KECURANGAN

PERTEMUAN 4: JENIS-JENIS KECURANGAN PERTEMUAN 4: JENIS-JENIS KECURANGAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai cakupan atau jenis-jenis kecurangan. Melalui pembelajaran ini, diharapkanmahasiswaakan mampu: 4.1 Memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Kecurangan (Fraud) Kecurangan (fraud) merupakan tindakan penipuan yang disengaja, baik melalui penghilangan ataupun tidak, yang menyebabkan korbannya menderita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan digilib.uns.ac.id 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan Menurut kamus Inggris-Indonesia, fraud diterjemahkan sebagai penipuan, kecurangan

Lebih terperinci

Fraud Risk Management

Fraud Risk Management Fraud Risk Management Semua organisasi rentan terhadap fraud Tindak kecurangan adalah risiko yang susah untuk diatasi, kebanyakan pimpinan perusahaan lebih suka percaya bahwa karyawan mereka tidak akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi perekonomian yang sedang menurun dan kurang optimalnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintahan Indonesia saat ini, menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era Asean Economic Community (AEC) pada awal tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era Asean Economic Community (AEC) pada awal tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era Asean Economic Community (AEC) pada awal tahun 2016 menjadi suatu kesempatan baru bagi seluruh pelaku ekonomi khususnya yang ada di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi keuangan yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan

Lebih terperinci

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3 AUDIT LAPORAN KEUANGAN Pertemuan 3 HUBUNGAN ANTARA AKUNTANSI DAN AUDITING Akuntansi Auditing MANFAAT EKONOMI SUATU AUDIT Akses ke pasar modal Biaya Modal yang Rendah Penangguhan infesiensi dan kecurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecenderungan Kecurangan Akuntansi atau yang dalam bahasa pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam pemberitaan media yang

Lebih terperinci

KEDUA PERTAMA. Memahami pengertian risiko fraud. Memahami bagaimana mengidentifikasi dan upaya menyikapi risiko fraud

KEDUA PERTAMA. Memahami pengertian risiko fraud. Memahami bagaimana mengidentifikasi dan upaya menyikapi risiko fraud PERTAMA KEDUA Memahami pengertian risiko fraud Memahami bagaimana mengidentifikasi dan upaya menyikapi risiko fraud Lord Acton 1887 : Kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan yang absolut mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kondisi perusahaan yang menggunakan data keuangaaaaan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kondisi perusahaan yang menggunakan data keuangaaaaan. Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menampilkan kondisi perusahaan yang menggunakan data keuangaaaaan. Laporan keuangan ini yang akan digunakan

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI DALAM SAS NO.99

PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI DALAM SAS NO.99 PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI DALAM SAS NO.99 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Untuk mewujudkan perlu secara terus menerus ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis laporan keuangan Laporan keuangan merupakan dasar menyediakan banyak informasi yang diperlukan para pemakai untuk membuat keputusan ekonomis sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu peran auditor eksternal adalah untuk memberikan keyakinan kepada pihak yang berkepentingan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai standar yang berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk menguji mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang dilakukan dan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatannya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang dilakukan dan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatannya. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah alat penting untuk mendapatkan informasi posisi keuangan dan pencapaian perusahaan. Laporan ini disusun untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia LAILA TIFFANI MARFUAH Universitas Islam Indonesia Abstract: The purpose

Lebih terperinci

PENGARUH FRAUD TRIANGLE TERHADAP DETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEKINDONESIA (BEI) WIDARTI 1

PENGARUH FRAUD TRIANGLE TERHADAP DETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEKINDONESIA (BEI) WIDARTI 1 PENGARUH FRAUD TRIANGLE TERHADAP DETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEKINDONESIA (BEI) WIDARTI 1 ABSTRACT The purpose of this study was to determine

Lebih terperinci

Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Pentagon.

Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Pentagon. Jurnal Akuntansi, Keuangan dan Bisnis Vol. 11, No. 1, Mei 2018, 11-23 11 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Pentagon. Yossi

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Jumlah Perusahaan Listing di BEI Tahun Sumber: Annual Report BEI 2014

Gambar 1.1 Jumlah Perusahaan Listing di BEI Tahun Sumber: Annual Report BEI 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, perusahaan publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi perekonomian yang sedang menurun dan kurang optimalnya dampak dari peraturan-peraturan yang di buat oleh pemerintahan Indonesia saat ini, menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi pusat perhatian di kalangan pelaku bisnis di seluruh dunia. Di Indonesia pun tindakan kecurangan sepertinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan pelanggaran menjadi sesuatu hal yang sudah menjadi suatu hal yang wajar untuk dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses verifikasi secara

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses verifikasi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era teknologi maju dan globalisasi. Bangsa Indonesia juga menghadapi tantangan yang berhubungan dengan masalah kecurangan, kolusi, nepotisme, dan penggelapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut (Sugiyono, 2007) dilihat dari sumber perolehannya data dapat dibagi

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut (Sugiyono, 2007) dilihat dari sumber perolehannya data dapat dibagi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data Menurut (Sugiyono, 2007) dilihat dari sumber perolehannya data dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1. Data Primer Merupakan data penelitian yang diperoleh secara

Lebih terperinci

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud ) P e d o m a n Anti Kecurangan (Fraud ) A. LATAR BELAKANG Setiap organisasi bertanggungjawab untuk berusaha mengembangkan suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi perusahaan karena di dalam laporan keuangan terdapat bentuk pertanggung jawaban manajemen kepada calon investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Terdapat 2 sistem pencatatan laporan keuangan yaitu cash basis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Terdapat 2 sistem pencatatan laporan keuangan yaitu cash basis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Andreani dan Kiki (2015) menyatakan laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kebijakan

Lebih terperinci