PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN"

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pasal 150 ayat (3) huruf e Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun ; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir,, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3902) sebagaimana telah diubah tiga kali dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4880); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara 4833); 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 17. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2009 tentang RPJP Provinsi Riau Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2009 Nomor 9);

3 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIAK dan BUPATI SIAK MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemerintah Daerah adalah Bupati Siak dan Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Kepala Daerah adalah Bupati Siak. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut BAPPEDA adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membantu Kepala Daerah dalam perencanaan pembangunan. 7. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun , yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan Daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. 9. Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 10. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 11. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

4 12. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah untuk mencapai tujuan. 13. Arah kebijakan adalah pedoman dan gambaran dari pelaksanaan hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan bidang, urusan pemerintahan daerah yang dapat terukur. 14. Sasaran adalah target atau hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan. BAB II PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 2 Program Pembangunan Daerah periode dilaksanakan sesuai dengan arahan RPJPD. Pasal 3 RPJPD merupakan dokumen perencanaan pembangunan Daerah sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan 20 Tahun ke depan, yaitu sejak tahun 2005 sampai tahun 2025 dalam bentuk Visi, Misi dan Arah Kebijakan Pembangunan. Pasal 4 RPJPD mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi Riau. Pasal 5 (1) Sistematika RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 terdiri dari : BAB I : Pendahuluan BAB II : Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III : Analisis Isu-Isu Strategis BAB IV : Visi dan Misi BAB V : Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang BAB VI : Kaidah Pelaksanaan (2) RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 6 (1) RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 menjadi pedoman dalam penyusunan RPJMD yang memuat visi, misi, dan program Bupati. (2) RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan dalam RKPD. (3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai pedoman untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

5 BAB III PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 7 (1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJPD. (2) Pengendalian dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana pembangunan yang dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan pengawasan. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 8 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Ditetapkan di Siak Sri Indrapura pada tanggal 20 Agustus 2013 BUPATI SIAK, SYAMSUAR Diundangkan di Siak Sri Indrapura pada tanggal 21 Agustus 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIAK, Drs. H. AMZAR Pembina Utama Madya NIP LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2013 NOMOR 7

6 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH I. UMUM Salah satu syarat keberhasilan pencapaian target-target pembangunan daerah adalah adannya perencanaan. Dokumen perencanaan pembangunan daerah terdiri dari Rencana Pembangaunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD). RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan berjangka waktu 20 tahun, yang merumuskan visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mencerminkan tujuan atau cita-cita pembangunan yang hendak dicapai oleh dan strategi untuk mencapainya. RPJPD disusun dengan mengacu kepada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi Riau. Dalam pelaksanaannya, RPJPD dibagi menjadi 4 tahapan pembangunan, tiap tahapannya dituangkan dalam RPJMD. Pentahapan rencana pembangunan daerah disusun dalam masing-masing periode RPJMD sesuai dengan visi, misi dan program Bupati yang dipilih secara langsung oleh rakyat. RPJMD memuat strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program Bupati serta kerangka ekonomi yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh. RPJMD dijabarkan ke dalam rencana tahunan berupa RKPD yang memuat prioritas pembangunan daerah, rancangan kerangka ekonomi makro, serta program Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah. Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun , maka jangka waktu RPJPD mengikuti jangka waktu RPJP Nasional, yaitu Tahun Secara garis besar, Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun terdiri dari 4 Bab dan 8 Pasal. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas.

7 Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Pengendalian dan evaluasi dilaksanakan oleh masing-masing pimpinan dinas/lembaga pemerintah terhadap pengimplementasian arah pembangunan yang ditetapkan dalam RPJPD. BAPPEDA mengumpulkan dan menganalisis hasil pemantauan dan evaluasi dari masing-masing pimpinan dinas/lembaga. Berdasarkan hasil evaluasi RPJPD, BAPPEDA menyusun RPJPD periode berikutnya. Pasal 8 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2013 NOMOR 5

8 Kata Pengantar Satu hal yang menjadi penentu keberhasilan pelaksanaan pembangunan dimulai dengan perencanan yang baik, terarah, terukur dan berkesinambungan. Perencanaan pembangunan daerah menjadi urgensif sifatnya karena menjadi dasar bagi perumusan berbagai bentuk kebijakan pembangunan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) akan menjadi pedoman bagi penyusunaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan selanjutnya dokumen RPJMD akan menjadi acuan penyusunan Rencana Strategis-Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Penyusunan RPJPD Tahun sebagaimana isi dalam dokumen ini, dilakukan melalui beberapa tahapan serta perumusannya berpedoman pada prinsip-prinsip perencanaan pembangunan daerah, diantaranya dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing, mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah dan dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah serta sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional. RPJPD ini selanjutnya dijadikan landasan bagi penyusunan tahapan pembangunan lima tahunan, yaitu periode ; ; ; dan serta menjadi arah bagi para calon kepala daerah dalam merumuskan visi misi 5 (lima) tahunan. RPJPD yang ditetapkan melalui peraturan daerah mengikat seluruh komponen masyarakat, baik itu pemerintah daerah, dunia usaha maupun masyarakat umum lainnya. Substansi RPJPD Tahun memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah selama 20 tahun ke depan. Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan yang dilaksanakan melalui beberapa misi dan dijabarkan melalui berbagai strategi serta arah kebijakan pembangunan. Perumusan dan penyusunan RPJPD menggunakan pendekatan teknokratis, partisipatif, politis serta top-down dan bottom-up. Perumusan RPJPD ini dilaksanakan atas partisipasi berbagai pihak, terutama dalam pengumpulan data dan informasi, untuk itu atas nama Pemerintah Kabupaten Siak, kami mengucapkan terma kasih yang sebesar-besarnya. Semoga niat baik, i

9 kerjasama dan kerja keras kita bersama dapat mewujudkan cita-cita bersama yakni terwujudnya sebagai Pusat Kebudayaan Melayu yang Maju dan Sejahtera tahun 2025 yang akan datang. Semoga Allah Subhana Wataala senantiasa meridhoi rencana dan langkah kita bersama. Amin. BUPATI SIAK Drs. H. SYAMSUAR, M.Si ii

10 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v BAB I PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Dasar Hukum Penyusunan... I Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah Lainnya... I Sistematika Penulisan... I Maksud dan Tujuan... I-6 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografis dan Demografi... II Karakteristik Lokasi dan Wilayah... II Potensi Pengembangan Wilayah... II Wilayah Rawan Bencana... II Demografi... II Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi... II Fokus Kesejahteraan Sosial... II Fokus Seni Budaya dan Olahraga... II Aspek Pelayanan Umum... II Fokus Layanan Urusan Wajib... II Fokus Layanan Urusan Pilihan... II Aspek Daya Saing Daerah... II Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah... II Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur... II Fokus Iklim Berinvestasi... II Fokus Sumber Daya Manusia... II-92 BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS... III Permasalahan Pembangunan... III Isu Strategis... III-21 iii

11 BAB IV VISI DAN MISI KABUPATEN SIAK... IV Visi... IV Misi... IV Tujuan dan Sasaran... IV-5 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG... V Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang... V Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang... V-23 BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN... VI-1 iv

12 DAFTAR TABEL No. Tabel Nama Tabel Hal Bab II Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Jumlah Desa/Kelurahan, Luas Wilayah Tahun 2012 Menurut Kecamatan Luas Peruntukan Lahan Didasarkan Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Rencana Pola Ruang Tahun Komposisi Penduduk Tahun 2011 Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2011 Per Kecamatan Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Siak PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita (Rupiah) Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun II-1 II-4 II-7 II-8 II-9 II-11 II-11 II-12 II-13 II-14 II-14 Tabel 2.12 Tingkat Inflasi Tahun II-15 Tabel 2.13 Rasio Angka Kemiskinan (%) Tahun II-16 Tabel 2.14 Jumlah Penduduk Miskin Tahun II-16 Tabel 2.15 Indikator Makro Tahun II-17 Tabel 2.16 Angka Melek Huruf Tahun II-18 Tabel 2.17 Rata-rata Lama Sekolah Tahun II-19 v

13 No. Tabel Nama Tabel Hal Tabel 2.18 Angka Harapan Hidup Tahun II-20 Tabel 2.19 Tabel 2.20 Tabel 2.21 Tabel 2.22 Tabel 2.23 Tabel 2.24 Tabel 2.25 Tabel 2.26 Tabel 2.27 Tabel 2.28 Tabel 2.29 Tabel 2.30 Tabel 2.31 Tabel 2.32 Tabel 2.33 Tabel 2.34 Tabel 2.35 Tabel 2.36 Tabel 2.37 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun Kabupaten Siak Perkembangan Angka Partisipasi Kasar(APK) Tahun Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Tahun Menurut Lapangan Usaha Utama Situasi Pencari Kerja Di Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Menurut Tingkat Pendidikan Dan Jenis Kelamin tahun 2012 Perkembangan Seni, Budaya dan Olah Raga Tahun Tingkat Pendidikan MasyarakatBerumur 10 tahun ke atas Tahun 2011 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)Tahun 2008 s.d 2011 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun Kondisi Ruang Kelas Baik Tahun Berdasarkan Jenjang Pendidikan Jumlah Siswa Putus Sekolah Tahun Berdasarkan Jenjang Pendidikan Jumlah Kelulusan Siswa Tahun Berdasarkan Jenjang Pendidikan Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Tahun Per Jumlah Penduduk Jumlah Posyandu dan Balita Tahun Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun Kabupaten Siak Panjang Jalan Menurut Kondisi dan Jenis Permukaan (KM) Tahun Kondisi Jalan (KM) Kabupaten Menurut Jenis Permukaan Tahun Kondisi Jaringan Irigasi Tahun 2011 II-20 II-21 II-22 II-23 II-24 II-25 II-26 II-27 II-27 II-28 II-29 II-30 II-31 II-32 II-33 II-34 II-35 II-35 II-36 vi

14 No. Tabel Nama Tabel Hal Tabel 2.38 Tabel 2.39 Tabel 2.40 Tabel 2.41 Tabel 2.42 Tabel 2.43 Tabel 2.44 Persentase Luas Permukiman yang Tertata Tahun 2010 Kabupaten Siak Jumlah Permukiman Dan Rumah Layak Huni Tahun 2010 Jumlah Proporsi Rumah Tangga yang Mendapatkan Akses Air Bersih Tahun Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi(Mempunyai Fasilitas Tempat Buang Air Besar/Tinja) Tahun 2010 Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran Tahun Ketersediaan Dokumen Perencanaan Tahun Rasio Izin Trayek Tahun II-37 II-37 II-38 II-38 II-39 II-41 II-42 Tabel 2.45 Tabel 2.46 Tabel 2.47 Tabel 2.48 Tabel 2.49 Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Tahun Jumlah Pemasangan Rambu-rambu Lalu Lintas Tahun Persentase Volume Sampah Yang Tertangani Tahun Rasio Tempat Pembuangan Sampah Sementara Terhadap Jumlah Penduduk Tahun Rasio Jumlah Truk Pengangkut Sampah Terhadap Jumlah Penduduk Tahun II-42 II-43 II-44 II-44 II-45 Tabel 2.50 Tabel 2.51 Tabel 2.52 Tabel 2.53 Luas Tanah Bersertifikat Tahun Jumlah Penduduk Menurut Kepemilikan KTP, KK, Akte Lahir, Akte Nikah Tahun Jumlah Pekerja Perempuan Pada Lembaga Pemerintah dan Lembaga Swasta Tahun 2011 Rasio Akseptor KB Tahun II-45 II-47 II-48 II-49 Tabel 2.54 Rasio Tempat Ibadah Tahun 2011 II-49 Tabel 2.55 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun II-50 vii

15 No. Tabel Nama Tabel Hal Tabel 2.56 Tabel 2.57 Tabel 2.58 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Tahun Menurut Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja serta Jenis Kelamin Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun II-51 II-52 II-53 Tabel 2.59 Tabel 2.60 Jumlah Investor PMDN/PMA Tahun 2006 s.d 2011 Jumlah Investasi PMDN/PMA Tahun 2006 s.d 2011 II-53 II-54 Tabel 2.61 Tabel 2.62 Tabel 2.63 Tabel 2.64 Tabel 2.65 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun 2006 s.d 2010 Sarana dan Penyelenggaraan Seni dan Budaya Tahun Jumlah Organisasi Pemuda dan Olah Raga Tahun Kelompok Binaan LPM Tahun 2009 s.d 2010 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Tahun 2007 s.d 2011 II-55 II-56 II-57 II-58 II-59 Tabel 2.66 Tabel 2.67 Rasio Jumlah Linmas Tahun Rasio Pos Siskamling Tahun II-59 II-60 Tabel 2.68 Tabel 2.69 Tabel 2.70 Tabel 2.71 Persentase Rumah Tangga (RT) Miskin Tahun Ketersediaan Pangan Utama Tahun Kelompok Binaan LPM Tahun Jumlah Ormas dan LSM Aktif Tahun II-61 II-61 II-62 II-63 Tabel 2.72 Tabel 2.73 Ketersediaan Dokumen Statistik Tahun Pengelolaan Arsip secara Baku Tahun II-64 II-64 viii

16 No. Tabel Nama Tabel Hal Tabel 2.74 Tabel 2.75 Tabel 2.76 Tabel 2.77 Pengelola Arsip Terpadu Tahun 2010 Jumlah Ketersediaan Sarana/Prasarana Teknologi Komunikasi dan Informasi Tahun Jumlah Perpustakaan Tahun Jumlah Pengunjung Perpustakaan Tahun II-65 II-66 II-67 II-67 Tabel 2.78 Tabel 2.79 Tabel 2.80 Tabel 2.81 Jumlah Kendaraan Perpustakaan Tahun Tanaman Padi dan Palawija Tahun 2011 Tanaman Padi Tahun Tanaman Sayur Sayuran Tahun 2011 II-68 II-69 II-69 II-70 Tabel 2.82 Tanaman Sayur-Sayuran Tahun II-70 Tabel 2.83 Tanaman Buah-Buahan Tahun II-71 Tabel 2.84 Tanaman Perkebunan 2011 II-72 Tabel 2.85 Tabel 2.86 Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Kelapa Sawit Tahun 2011 Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit Tahun II-72 II-73 Tabel 2.87 Tabel 2.88 Tabel 2.89 Tabel 2.90 Tabel 2.91 Peternakan Tahun 2011 Peternakan Tahun Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Tahun Kontribusi Sektor Kehutanan dan Perkebunan terhadap PDRB Tahun Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun Terhadap PDRB II-74 II-74 II-75 II-77 II-78 ix

17 No. Tabel Nama Tabel Hal Tabel 2.92 Tabel 2.93 Tabel 2.94 Tabel 2.95 Tabel 2.96 Tabel 2.97 Tabel 2.98 Tabel 2.99 Tabel Tabel Tabel Tabel Jumlah Kunjungan Wisata Tahun Jumlah Produksi dan Konsumsi Ikan Tahun Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap PDRB Tahun Jumlah Ekspor Bersih Perdagangan (dalam US $) Tahun Kontribusi Sektor Perdagangan (Perdagangan, Hotel dan Restoran) Terhadap PDRB Tahun Terhadap PDRB Pertumbuhan Industri Tahun Kontribusi Sektor Perindustrian Tahun terhadap PDRB Nilai dan Kontribusi Sektor Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Dalam PDRB Jumlah Restoran dan Rumah Makan Tahun Jenis, Kelas dan Jumlah Penginapan/Hotel Tahun Angka Kriminalitas Tahun Jenis Perizinan dan Realisasi Tahun 2011 II-79 II-80 II-80 II-81 II-82 II-83 II-84 II-86 II-87 II-87 II-88 II-89 Tabel Jumlah Realisasi serta Macam Pajak dan Retribusi Daerah Tahun II-91 Tabel Tabel Jumlah Perda Yang Mendukung Iklim Usaha Tahun Analisis Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah II-92 II-93 x

18 No. Tabel Nama Tabel Hal Bab III Tabel 3.1 Identifikasi Isu-Isu Strategis III-41 Tabel 3.2 Rata-Rata Skor Isu-Isu Strategis III-44 Bab IV Tabel 4.1 Visi, Pokok-Pokok Visi dan Penjelasan Visi IV-3 Tabel 4.2 Hubungan Visi dan Misi IV-4 Tabel 4.3 Hubungan Misi, Tujuan dan Sasaran Pokok IV-6 Bab V Tabel 5.1 Hubungan Misi, Sasaran Pokok dan Arah Pembangunan V-1 Tabel 5.2 Sasaran Pokok, Indikator Kinerja dan Arah Pembangunan V-10 Tabel 5.3 Tahapan dan Skala Prioritas Pembangunan Dalam RPJP Nasional V-23 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tahapan dan Skala Prioritas Pembangunan Dalam RPJP Provinsi Riau Tahapan dan Skala Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Indikator Makro Pembangunan Jangka Panjang V-25 V-32 V-45 xi

19 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah menjadi urgensif sifatnya karena menjadi dasar bagi perumusan berbagai bentuk kebijakan pembangunan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan selanjutnya dokumen RPJMD akan menjadi acuan penyusunan Rencana Strategis-Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Penyusunan RPJPD dilakukan melalui beberapa tahapan serta perumusannya berpedoman pada prinsip-prinsip perencanaan pembangunan daerah, diantaranya dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing, mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah dan dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masingmasing daerah, serta sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional. Tahapan penyusunan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) diawali dengan persiapan penyusunan, rancangan awal, pelaksanaan musrenbang, perumusan rancangan akhir serta penetapan perda. Secara sistematis tahapan penyusunan RPJPD selengkapnya dapat dilihat pada gambar 1.1. G a m b a r I. 1 Bagan Alir Penyusunan RPJP Daerah I - 1

20 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) Capaian keberhasilan pembangunan yang telah dilakukan oleh Pemerintah hingga saat ini, berawal dari hasil rumusan perencanaan pembangunan yang telah dilakukan tahun-tahun sebelumnya seperti tertuang dalam pola dasar pembangunan daerah maupun rencana strategis daerah. Keberhasilan tersebut ditunjukkan dalam indikator makro pembangunan seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang mengalami peningkatan serta Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan Laju Inflasi yang cenderung mengalami penurunan. Fakta menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan diiringi pula oleh meningkatnya jumlah penduduk yang cukup tinggi. Jumlah penduduk tahun 2007 mencapai jiwa menjadi jiwa pada tahun 2011 atau bertambah sebanyak jiwa selama kurun waktu 4 tahun dengan pertumbuhan rata-rata per tahun mencapai 10%. Kondisi sebaliknya justru terjadi pada ketersediaan sumber daya alam yang semakin terbatas bahkan cenderung berkurang, seperti halnya ketersediaan lahan, alih fungsi lahan pertanian, perkebunan maupun hutan rakyat serta daya tampung lingkungan semakin menurun. Kondisi ini, berakibat pula pada eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran untuk memenuhi segala kebutuhan penduduk sehingga menimbulkan persaingan ekonomi yang berlebihan. Masih tingginya jumlah penduduk miskin, masih tingginya tingkat pengangguran, tingkat pendidikan yang belum memadai, belum meratanya pelayanan kesehatan serta keterbatasan kualitas dan kuantitas infrastruktur merupakan permasalahan yang masih akan dihadapi di masa mendatang. Secara geografis merupakan salah satu kabupaten yang sebahagian wilayahnya berada di daratan rendah pesisir timur Sumatera dan sebahagian lainnya berada pada wilayah dataran tinggi atau perbukitan (Minas, Kandis dan Tualang). Mencermati perkembangan yang terjadi saat ini serta masih banyaknya permasalahan yang dihadapi, diperlukan upaya _ upaya terencana, strategis dan berkesinambungan yang dituangkan ke dalam suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah yang berdimensi jangka panjang dan berorientasi pada perwujudan kesejahteraan masyarakat. RPJPD ini selanjutnya dijadikan landasan bagi penyusunan tahapan pembangunan lima tahunan, yaitu periode ; ; ; dan serta menjadi arah bagi para calon kepala daerah dalam merumuskan visi dan misi 5 (lima) tahunan. RPJPD yang ditetapkan melalui peraturan daerah mengikat seluruh komponen masyarakat, baik itu I - 2

21 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) pemerintah daerah, dunia usaha maupun masyarakat umum lainnya. Kedudukan RPJPD yang penting dan strategis, menunjukkan bahwa keberadaannya sangat dibutuhkan bagi penyelenggara pemerintahan daerah. Ketiadaan dokumen RPJPD akan menimbulkan ketidakjelasan terhadap arah dan sasaran pokok pembangunan di masa 20 tahun mendatang, sekaligus sulit untuk menjaga kesinambungan pembangunan dari setiap periode pemerintahan. Selain itu, untuk merumuskan tahapan rencana pembangunan lima tahunan maupun tahunan tidak ada landasan pijakannya. Substansi RPJPD memuat v isi, misi dan ar ah pembangunan daerah selama 20 tahun ke depan. Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan yang dilaksanakan melalui beberapa misi dan dijabarkan melalui berbagai strategi serta arah kebijakan pembangunan. Perumusan dan penyusunan RPJPD menggunakan pendekatan teknokratis, partisipatif, politis serta top-down dan bottom-up. Pendekatan teknokratis menitikberatkan kepada metoda dan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah, antara lain digunakan untuk evaluasi kinerja pembangunan daerah periode yang lalu berdasarkan pengolahan data dan informasi, penelaahan dokumen RTRW, gambaran umum kondisi daerah, perumusan permasalahan pembangunan, penelaahan RPJPN, RPJMD Provinsi serta RPJPD kabupaten/kota perbatasan, analisis isu-isu strategis pembangunan, perumusan visi, misi, dan arah kebijakan, pelaksanaan forum konsultasi publik serta penyelarasan visi, misi dan arah kebijakan RPJPD. Forum konsultasi publik merupakan salah satu bentuk partisipatif semua pemangku kepentingan. Perumusan visi, misi dan arah kebijakan merupakan bentuk penjabaran dari pendekatan politik, yang diperkuat melalui penyelarasan dalam forum musrenbang RPJPD dengan pendekatan top-down dan bottom up. 1.2 Dasar Hukum Penyusunan Peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan dalam penyusunan RPJPD Tahun adalah sebagai berikut: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir,, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 181, I - 3

22 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3902) sebagaimana telah diubah tiga kali dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4880); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421 ); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran I - 4

23 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara 4833); 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 17. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Riau Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2009 Nomor 9); 1.3 Hubungan Antar Dokumen RP JPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah Lainnya RPJPD disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Riau. Hal ini dilakukan melalui penyelarasan antara visi, misi, arah dan kebijakan pembangunan jangka panjang daerah di dengan visi, misi, arah, tahapan dan prioritas pembangunan jangka panjang Provinsi Riau dan Nasional. Penyusunan RPJPD juga disusun dengan memperhatikan RTRW Nasional, RTRW Provinsi Riau, RTRW, RPJPD dan RTRW kabupaten/kota lainnya. Dalam hal ini, dilaksanakan melalui penyelarasan antara arah dan kebijakan pembangunan jangka panjang daerah serta pemanfaatan struktur serta pola ruang kabupaten/kota yang terletak di sekitar. I - 5

24 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) 1.4 Sistematika Penulisan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah disusun berdasarkan pada urutan sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan, yang memuat latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan lainnya, sistematika penulisan serta maksud dan tujuan. Bab II : Gambaran Umum yang memuat penjelasan umum mengenai kondisi eksisting sampai dengan titik awal penyusunan RPJPD dalam setiap sektor pembangunan serta tantangan yang akan dihadapi selama kurun waktu 20 tahun ke depan. Bab III : Analisis isu-isu strategis yang berisi permasalahan pembangunan daerah dan isu strategis. Bab IV : Visi dan Misi, yang memuat perumusan visi dan misi untuk 20 (dua puluh) tahun mendatang. Bab V : Arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah yang memuat sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah untuk masing-masing misi setiap tahapan 5 (lima) tahunan selama kurun waktu 20 (dua puluh) tahun dan prioritas masing masing tahapan. Bab VI : Kaidah pelaksanaan pada bagian ini menguraikan langkah-langkah pelaksanaan dari visi, misi dan arah kebijakan yang telah disusun dalam dokumen RPJPD. 1.5 Maksud dan Tujuan RPJP Daerah Tahun sebagai dokumen perencanaan pembangunan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dimaksudkan untuk memberikan arahan sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pemerintah, masyarakat dan pihak swasta dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. RPJPD disusun sebagai pedoman penyusunan Rencana Pembangunan Jang ka Menengah Daerah (RPJMD) dan R encana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). I - 6

25 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) Tujuan penyusunan RPJP Daerah adalah: 1. Menetapkan visi, misi, dan arah pembangunan untuk 20 tahun mendatang dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di. 2. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara perencanaan Pembangunan Nasional, Provinsi Riau, dan. 3. Mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional serta Millenium Development Goals (MDGs). I - 7

26 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografis dan Demografi, yang ber ibukota di Siak Sri Indrapura merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau yang berada di dataran pesisir timur. lahir pada awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Bengkalis, lahir bersamaan dengan pemekeran beberapa kabupaten di Provinsi Riau pada tahun terdiri atas 14 Kecamatan Karakteristik Lokasi dan Wilayah Karakteristik lokasi dan wilayah dapat ditinjau dari beberapa aspek strategis sebagaimana diuraikan berikut ini. 1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi memiliki luas wilayah 8.556,09 Km 2, dengan Siak Sri Indrapura sebagai Ibukota. Selanjutnya jumlah desa/kelurahan dan luas wilayah kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Jumlah Desa/Kelurahan, Luas Wilayah Tahun 2012 Menurut Kecamatan No Kecamatan Ibukota Jumlah Desa/ Kelurahan Luas Wilayah (km 2 ) Persentase Luas 1 Minas Minas 5 346,35 4,05 2 Kandis Kandis ,65 17,45 3 Siak Siak Sri Indrapura 8 894,17 10,45 4 Sungai Apit Sungai Apit ,33 15,73 5 Sungai Mandau 6 Kerinci Kanan 7 Lubuk Dalam Muara Kelantan ,92 Kerinci Kanan ,66 1,50 Lubuk Dalam 6 155,09 1,81 8 Tualang Perawang 8 343,6 4,01 9 Koto Gasib Pangkalan Pisang ,7 8,27 10 Dayun Dayun ,24 2,71 II - 1

27 No Kecamatan Ibukota Jumlah Desa/ Kelurahan Luas Wilayah (km 2 ) Persentase Luas 11 Bunga Raya Bunga Raya ,76 12 Mempura Benteng Hilir 8 437,45 5,11 13 Sabak Auh Bandar Sungai 8 73,38 0,86 14 Pusako Dusun Pusako 7 544,47 6,36 Jumlah , Sumber: Siak Dalam Angka Tahun 2012 Wilayah berbatasan dengan: Sebelah utara dengan Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Kepulauan Meranti; Sebelah selatan dengan Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru dan Kabupaten Pelalawan; Sebelah barat dengan Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan Hulu dan Kota Pekanbaru; Sebelah timur dengan Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Kepulauan Meranti. 2. Letak dan Kondisi Geografis Secara geografis, terletak diantara LU sampai dengan LU dan BT sampai dengan BT, yang sebagian besar terdiri dari dataran rendah di bagian timur dan sebagian dataran tinggi di sebelah barat. Morfologi Wilayah sebagian besar terdiri dari dataran, dan sebagian kecil terdiri dari perbukitan yang terletak di bagian barat daya. Morfologi dataran mencakup sekitar 60% wilayah, morfologi perbukitan rendah terdapat di bagian utara, timur dan memanjang dari arah barat laut sampai tenggara, dan morfologi perbukitan tinggi terletak di bagian barat daya wilayah Daerah Aliran Suangai (DAS) Siak. 3. Topografi terdiri dari satuan dataran rendah dan satuan perbukitan. sebagian besar terdiri dari dataran rendah, dengan ketinggian 0-50m dari permukaaan laut, meliputi dataran banjir sungai dan rawa serta terbentuk endapan permukaan. Kemiringan lereng sekitar 0-3 atau bisa dikatakan hampir datar. Sedangkan satuan perbukitan mempunyai ketinggian antara m dari daerah sekitarnya, dengan kemiringan Geologi Wilayah merupakan bagian dari daerah yang tersusun dari batuan sedimen Tufa yang berombak sampai bergelombang. Batuan induk II - 2

28 didominasi batuan lempung (clay), silika, batu pasir dan batu lapis. Formasi ini terdapat di daerah Minas. Jenis tanah yang dominan adalah tanah tropodulit atau setara dengan tanah podsolik merah kuning pada perbukitan dan tropaquepst atau setara dengan tanah alluvial yang sudah mulai berkembang pada bagian daratan rendah, terutama di pinggiran sungai. Tekstur tanah galuh lempung pasiran (sandy clay loam) dan galuh lempung yang makin ke dalam makin tinggi kadar lempungnya. Struktur tanah gembur sampai gumpal menyudut untuk horison A dan gumpal menyudut untuk horison B yang umumnya memiliki sifat fermeabilitas yang rendah. Wilayah alluvium merupakan daerah rawa-rawa yang terjadi karena gambut yang mengalami proses sedimentasi dari sungai-sungai didekatnya. 5. Hidrologi Sebagai daerah yang sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah yang berawa-rawa, memiliki banyak sungai. Sungai tersebar adalah Sungai Siak, kemudian Sungai Mandau, Sungai Rawa, Sungai Gasib, Sungai Siak Kecil, Sungai Apit dan Sungai Buatan. Selain perairan sungai, juga memiliki beberapa danau atau tasik antara lain : Tasik Pulau Besar, Zamrud, Pulau Atas, Pulau Bawah, Tasik Serai, Tasik Air Hitam dan Tasik Ketilau. Tasik-tasik tersebut berpotensi untuk dijadikan budidaya perikanan air tawar serta pariwisata. Sungai Siak berasal dari 2 anak sungai, yaitu Sungai Tapung Kanan dan Tapung Kiri yang anak-anak sungainya berasal dari wilayah Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar dan Kabupaten Bengkalis. Sungai Tapung Kanan berasal dari anak-anak sungai Paturuk, Karas Takuana, Suram, Lindai dan Siangkala. Sungai Mandau merupakan sungai yang cukup penting yang di bagian hulunya merupakan rawa dengan fisiografi kubah gambut. Formasi ini memiliki kondisi hidrologi yang dicirikan oleh air tanah yang dangkal, sehingga dengan evapotranspirasi dari air hujan yang meresap melalui air tanah dari kawasan hutan disekitarnya. Oleh karena itu, hutan memegang peranan penting bagi penyediaan air tanah di daerah ini. Setiap perubahan lingkungan kubah gambut oleh penebangan hutan akan berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi hidrografi di daerah ini. Pelepasan air dari kawasan ini merupakan pensuplay utama aliaran air yang masuk melalui anak-anak sungai yang lain masuk ke Sungai Mandau yang airnya berwarna coklat kehitaman. Kondisi aliran air kubah gambut hampir terdapat di sepanjang Sungai Siak yang kesemuanya akan memberikan kontribusi terhadap kualitas perairan di Sungai Siak. II - 3

29 6. Klimatologi Berdasarkan letak astronomis, seluruh bila dilihat dari Iklim Matahari, seluruhnya terletak di daerah tropis, sehingga iklim yang berlaku di daerah ini juga iklim tropis. Menurut klasifikasi iklim koppen, dengan curah hujan yang hampir merata di sepanjang tahun. Rata rata curah hujan 233 mm 3 / tahun. Curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Sungai Apit. Secara umum, beriklim tropis dengan suhu udara berkisar antara 25 0 sampai dengan 32 0 Celsius dan kelembaban udara 88,9% per bulan. 7. Penggunaan Lahan Berdasarkan hasil interpretasi peta tutupan lahan tahun 2009, penggunaan lahan dominan di saat ini adalah perkebunan sebesar 46,15% dan hutan sebesar 40,12% yang terdapat di Kecamatan Sungai Apit dan Kecamatan Kandis. Hasil analisis kesesuaian lahan, lahan potensial yang sesuai untuk lahan pertanian adalah sebesar 8,9% dari luas, artinya hanya sebagian kecil dari wilayah yang cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Untuk masing-masing luasan peruntukan dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut: Tabel 2.2 Luas Peruntukan Lahan Didasarkan Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Peruntukan Lahan Luas (Ha) Proporsi (%) Belukar 1.241,99 0,15 Hutan ,90 38,6 Industri 622,92 0,07 Kawasan Minyak 637,28 0,07 Permukiman 9.637,77 1,16 Lahan Terbuka ,71 9,13 Perkebunan ,71 49,8 Rawa 5.059,51 0,61 Sawah 2.034,49 0,24 Total , Sumber: Hasil Analisis Tim RTRW didominasi oleh 3 (tiga) kelompok sistem lahan yaitu GBT (gambut), MBI dan MDW (mendawai) yang secara keseluruhan mencapai hampir 80% dari luas. Sebanyak 35% merupakan kelompok sistem lahan GBT dan 26% kelompok MBI serta 19% merupakan kelompok MDW. Salah satu jenis lahan yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan di adalah Lahan Gambut (GBT). Luas Kawasan Gambut di adalah 456,091 hektar. Sebagian besar lahan gambut telah dimanfaatkan sebagai lahan usaha pertanian khususnya tanaman perkebunan. II - 4

30 2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah Berdasarkan karakteristik, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budaya. Kawasan budidaya di dibedakan menjadi delapan kawasan, yaitu hutan produksi (hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat dikonversi), perkebunan, pertanian lahan basah, industri, pertambangan, perikanan air payau (tambak), pariwisata dan permukiman. Kawasan-kawasan budidaya di Kabupaten Siak yang menjadi arahan di dalam RTRW dengan memperhatikan RTRW Propinsi Riau dan RTRW Nasional adalah sebagai berikut: 1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Dari keseluruhan kawasan yang dinyatakan sesuai atau dapat dikembangkan sebagai kawasan hutan produksi, yang digolongkan menjadi hutan produksi tetap adalah sebesar Ha (27,04%). Sementara, yang dikategorikan menjadi hutan produksi terbatas atau hutan tanaman industri adalah sebesar Ha (8,5%). Sedangkan, yang dikategorikan menjadi hutan produksi yang dapat dikonversi adalah sebesar Ha (0,7%). Kawasan hutan produksi ini banyak tersebar di beberapa kecamatan di, antara lain di Kecamatan Sungai Apit, Mempura, Dayun, Minas, Kandis, Tualang, Siak dan Koto Gasib. Namun luasan terbesar kawasan hutan produksi terkonsentrasi di Kecamatan Sungai Apit, yang juga berdekatan dengan pusat kegiatan agroindustri Tanjung Buton. Terkait dengan perkembangan sektor ekonomi yang akan diarahkan untuk mendukung agroindustri dan agrobisnis, maka pemanfaatan kawasan budidaya sebagai kawasan hutan memiliki peran yang sangat penting. 2. Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan perkebunan di didominasi oleh komoditas kelapa sawit dan karet yang tersebar di seluruh kecamatan di, dengan total luas perkebunan besar sebesar Ha atau 31,4% dari luas wilayah Kabupaten Siak. 3. Kawasan Peruntukan Pertanian Kawasan pertanian adalah kawasan yang fungsi utamanya berupa pengembangan tanaman pangan. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis, potensi pertanian tanaman pangan di adalah sebesar Ha atau 1,0% dari luas wilayah. Pusat-pusat pengembangan budidaya pertanian tanaman pangan diarahkan di Kecamatan Bunga Raya, Kecamatan Sabak Auh, Sungai Apit dan Kecamatan Sungai Mandau, sedangkan untuk tanaman hortikultura tersebar di wilayah dengan luasan relatif kecil. II - 5

31 4. Kawasan Peruntukan Industri Berdasarkan hasil analisis, luas kawasan industri di adalah Ha atau 0,8% dari luas wilayah yang terdiri dari Industri Perawang dengan luas kurang lebih (seribu tiga ratus sembilan belas) hektar berada di Kecamatan Tualang dan Kawasan Industri Tanjung Buton (KITB) dengan luas kurang lebih (lima ribu lima ratus enam puluh enam) hektar berada di Kecamatan Sungai Apit. 5. Kawasan Peruntukan Pertambangan (Minyak dan Gas Bumi) Kawasan pertambangan minyak di terpusat di Kecamatan Kandis, Minas, dan Sabak Auh, dengan total luas kawasan sebesar Ha atau 2,3% dari luas wilayah. Dengan adanya kebijakan pemusatan kegiatan industri di Tanjung Buton, maka dalam perkembangan selanjutnya perusahaan industri di wilayah Kandis dan Minas akan diarahkan ke kawasan industri Tanjung Buton tersebut, terutama untuk kegiatan industri hilir. Berbeda dengan perusahaan industri lainnya, perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan memiliki keterkaitan dengan lokasi bahan tambang, sehingga sampai akhir tahun perencanaan atau hingga akhir masa konsesi kuasa pertambangan mendatang kegiatan ini masih akan berkembang di empat kecamatan tersebut. 6. Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi perikanan, pertambakan atau kolam dan perikanan darat lainnya. Kawasan perikanan yang diarahkan di ini adalah berupa kawasan perikanan air payau atau pertambakan di wilayah pesisir yaitu di Kecamatan Sungai Apit. Peruntukan kawasan perikanan di ini dengan luas sebesar Ha atau 1,3% dari luas wilayah. 7. Kawasan Peruntukan Pariwisata Siak dikenal sebagai sebuah kerajaan besar Melayu yang didirikan pada tahun 1723 oleh Sultan Abdul Jalil Rakmat Syah atau sering di sebut sebagai Raja Kecik. Sebagian besar potensi wisata yang ada di berasal dari kekayaan budaya yang terdapat di Kecamatan Siak. Sedangkan untuk potensi yang berasal dari kekayaan alam dan buatan, masih sangat sedikit. 8. Kawasan Peruntukan Permukiman. Selain arahan pengembangan kawasan permukiman perkotaan yang sudah ada, juga diarahkan pengembangan kawasan permukiman baru di wilayah. Dari hasil analisis dan perencanaan, kawasan permukiman di adalah sebesar Ha atau 9,0% dari luas wilayah Kabupaten Siak. II - 6

32 Tabel 2.3 Rencana Pola Ruang Tahun No Rencana Peruntukan Luas (ha) Proporsi A. Kawasan Lindung A.1 Kawasan Lindung yang Memberikan Perlindungan Kawasan di Bawahnya 1 Kawasan Bergambut ,2% 2 Kawasan Resapan Air ,3% A.2 Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Cagar Budaya 3 Kawasan Suaka Margasatwa ,2% 4 Tahura Sultan Syarif Hasyim ,5% 5 Kawasan Pantai Berhutan Bakau 825 0,1% 6 Kawasan Penyangga ,3% A.3 Kawasan Perlindungan Setempat 7 Sempadan Pantai ,1% 8 Sempadan Sungai ,2% Jumlah Kawasan Lindung % B. Kawasan Budidaya 9 Hutan Produksi Terbatas ,5% 10 Hutan Produksi Tetap ,2% 12 Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi ,7% 13 Kawasan Perkebunan ,4% 14 Kawasan Tanaman Pangan ,0% 15 Kawasan Perikanan Air Payau ,3% 16 Kawasan Industri ,8% Kawasan Pertambangan (Peruntukan 17 Minyak & Gas Bumi) ,3% 18 Kawasan Permukiman ,0% Jumlah Kawasan Budidaya % Total Luas ,00% Sumber: Hasil analisis dan perencanaan Wilayah Rawan Bencana Terdapat 3 (tiga) potensi bencana di yaitu: 1. Kawasan Rawan Bencana Banjir Secara umum, tidak memiliki kendala fisik untuk pengembangan wilayah yang cukup berbahaya terutama untuk budidaya perkotaan. Dari hasil interpretasi rona fisik, wilayah cenderung memiliki topografi yang landai dengan kemiringan lereng sekitar 0-3% dan ketinggian 0-50 meter dpl serta memiliki sifat batuan pada satuan perbukitan yang stabil sehingga potensi untuk terjadinya gerakan tanah dan erosi yang menyebabkan longsor sangat kecil. Namun, karena sebagian besar wilayahnya relatif datar (14-30 mdpl), potensi II - 7

33 untuk terjadinya banjir cukup besar di beberapa tempat terutama di daerah sepanjang Sungai Siak. Berdasarkan perhitungan siklus hidrologi di mana terjadi surplus air sekitar 15% manjadi aliran permukaan dari curah hujan rata-rata bulanan, maka kemungkinan terjadinya banjir musiman pada bulan-bulan basah. Kecamatan yang rawan terjadinya banjir adalah Kecamatan Sungai Mandau, Siak, Sungai Apit, Mempura dan perbatasan Kecamatan Minas dan Sungai Mandau. 2. Kawasan Rawan Bencana Gempa Pulau Sumatera dilalui oleh sesar Semangka yang apabila terjadi pergerakan mengakibatkan terjadinya gempa. Provinsi Riau terletak di jalur patahan bagian tengah sumatera, sehingga masuk ke dalam jalur tersebut. Di sendiri tidak terdapat patahan. Pada saat terjadi gempa, Kabupaten Siak hanya terkena magnitude atau getaran saja. 3. Kawasan Abrasi Pantai Di berpotensi bahaya erosi atau lebih tepatnya abrasi pantai di sepanjang pesisir Kecamatan Sungai Apit. Karakteristik struktur geologi dan jenis tanah di pesisir pantai Kecamatan Sungai Apit terdiri dari jenis endapan permukaan pantai dan sungai dengan komposisi struktur tanahnya sebagian besar adalah kerikil pasir dan lempung. Jenis tanah ini menjadi faktor material yang berpengaruh besar terhadap proses pengikisan tanah di pantai dan sempadan sungai Demografi Penduduk Penduduk berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2011 berjumlah jiwa yang terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Dengan luas wilayah daratan 8.556,09 Km 2, maka tingkat kepadatan penduduk adalah sebesar 50 jiwa/km 2. Kecamatan Tualang merupakan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk terpadat yakni 326 jiwa/km 2, sedangkan Kecamatan Sungai Mandau merupakan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk terkecil yakni 4 jiwa/km 2. No Tabel 2.4 Komposisi Penduduk Tahun 2011 Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk 1 Siak Sungai Apit Bunga Raya II - 8

34 No Kecamatan Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk 4 Dayun Koto Gasib Lubuk Dalam Kerinci Kanan Tualang Minas Kandis Sungai Mandau Mempura Sabak Auh Pusako JUMLAH Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kondisi Umum Demografi Jumlah penduduk di pada tahun 2011 berjumlah jiwa. Luas wilayah adalah 8.556,09 Km 2. Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, maka jumlah penduduk kelompok umur produktif (16-64 tahun) mencapai 66,87 %, jumlah penduduk kelompok umur muda (0-15 tahun) mencapai 33,13 %. Struktur umur tersebut mengindikasikan bahwa memiliki potensi sumber daya manusia yang dapat dimobilisasi pada berbagai sektor pembangunan daerah. Besarnya kontribusi sektor pertanian (kelapa sawit) dan industri pengolahan (pulp and paper) yang melebihi 80% dalam struktur PDRB tahun 2011 membuktikan terjadinya penumpukan sumber daya manusia pada kedua sektor tersebut. Masih terbuka pengembangan sektor-sektor lainnya, terutama jasa yang dapat dimaksimalkan, ini karena posisi sebagai Hinterland Pekanbaru. NO Kecamatan Tabel 2.5 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2011 Per Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km) Kepadatan Penduduk (Jiwa/km) Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk 1 Siak ,17 27,13 2 Sungai Apit ,33 21,74 3 Bunga Raya ,00 160,68 4 Dayun ,24 131,52 II - 9

35 NO Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km) Kepadatan Penduduk (Jiwa/km) Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk 5 Koto Gasib ,70 28,52 6 Lubuk Dalam ,09 148,95 7 Kerinci Kanan ,66 192,45 8 Tualang ,06 326,68 9 Minas ,35 81,13 10 Kandis ,65 46,95 11 Sungai Mandau ,00 3,66 12 Mempura ,45 36,83 13 Sabak Auh ,38 174,58 14 Pusako ,47 10,95 JUMLAH ,09 50, ,09 45, ,09 41,69 Sumber: Siak Dalam Angka Tahun Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial serta seni budaya dan olahraga Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Salah satu metoda yang digunakan untuk mengetahui kondisi kesejahteraan dan pemerataan ekonomi di adalah melalui pengukuran pencapaian indikator makro ekonomi. Komponen-komponen indikator makro tersebut diantaranya adalah: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), PDRB Per Kapita, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), tingkat inflasi dan angka kemiskinan. 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Struktur PDRB di pada tahun 2011 masih didominasi oleh dua sektor yakni sektor industri pengolahan sebesar 51,69% dan sektor pertanian sebesar 30,69%, secara total kedua sektor tersebut menyumbangkan 82,38%. Kedua sektor tersebut mendominasi dalam 5 tahun terakhir. Ini artinya tidak banyak terjadi perubahan dan kontribusi dari sektor-sektor lainnya. Sektor terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih yang hanya menyumbangkan sekitar 0,09 % ke dalam struktur PDRB. II - 10

36 NO Sektor Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % 1 Pertanian ,44 32, ,98 32,10 1, ,95 31, ,74 31, ,94 30, Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/ Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa ,21 0, ,94 0, ,98 0, ,34 0, ,43 0, ,53 52, ,43 52, ,28 52, ,66 51, ,63 51, , ,93 0, ,07 0, ,52 0, ,95 0, ,66 1, ,84 2, ,07 2, ,82 2, ,19 3, ,81 5, ,49 5, ,24 5, ,95 6, ,40 6, , 1 8 1, , 8 0 1, ,38 1, ,68 1, ,63 1, , 1 0 0, , 1 2 0, ,16 0, ,27 0, ,83 0, Jasa-jasa , 0 9 4, , 4 2 4, ,22 4, ,95 4, ,57 4, 7 0 JUMLAH , , , , , , , , , , 0 0 Sumber: BPS Provinsi Riau Tabel 2.7 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku No Sektor Tahun Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % Nila % 1 Pertanian ,95 30, ,83 30, ,63 30, ,94 31, ,96 31, Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/ Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi ,44 0, ,08 0, ,36 0, ,82 0, ,04 0, ,89 61, ,82 59, ,09 58, ,80 56, ,74 54, ,78 0, ,77 0, ,90 0, ,29 0, ,10 0, ,31 2, ,31 3, ,42 4, ,48 4, ,62 4, ,20 2, ,85 2, ,88 2, ,62 3, ,41 3, ,75 0, ,49 0, ,34 0, ,65 0, ,56 0,58 8 Keuangan, Persewaan dan ,45 0, ,30 0, ,11 0, ,92 0, ,27 0,84 Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa ,29 2, ,36 2, ,14 2, ,58 2, ,58 3,23 JUMLAH ,06 100, ,82 100, ,88 100, ,10 100, ,29 100,00 Sumber: BPS Provinsi Riau II - 11

37 Tabel 2.8 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun No Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk 1 Pertanian 30,42 32,10 30,50 31,63 31,22 31,15 31,64 30, Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/ Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi 0,31 0,55 0,36 0,54 0,41 0,54 0,47 0,53 59,80 52,29 58,30 52,10 56,30 51,91 54,67 51,69 0,04 0,08 0,05 0,09 0,05 0,09 0,05 0,09 3,36 2,00 4,18 2,39 4,55 2,79 4,74 3,12 2,49 5,80 2,84 5,97 3,26 6,17 3,71 6,41 0,52 1,66 0,54 1,66 0,57 1,66 0,58 1,83 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,63 0,94 0,70 0,94 0,77 0,94 0,84 0,94 9 Jasa-jasa 2,15 4,58 2,53 4,65 2,88 4,67 3,23 4,70 JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Provinsi Riau PDRB Per Kapita PDRB per kapita berdasarkan harga berlaku yang menggambarkan besarnya nilai tambah domestik bruto per penduduk secara nominal mampu tumbuh sebesar 16% meningkat menjadi ,31 per tahun di tahun Dibandingkan dengan pendapatan per kapita Provinsi Riau, tingkat pendapatan yang diterima penduduk tidak jauh berbeda dengan pendapatan rata-rata penduduk Provinsi Riau. Pendapatan atau PDRB per kapita Provinsi Riau tahun 2010 berdasarkan harga berlaku mencapai Rp. 36,55 juta sedangkan untuk adalah Rp 58,66 juta. II - 12

38 Tabel 2.9 PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita (Rupiah) Tahun TAHUN I. ATAS DASAR HARGA BERLAKU PDRB PER KAPITA PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA , , , , , , , , , ,65 II. ATAS DASAR HARGA KONSTAN , , , , , , , , , ,04 Sumber: BPS Provinsi Riau Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Pertumbuhan ekonomi, baik langsung maupun tidak langsung saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi regional maupun daerah sekitarnya. Sehingga secara tidak langsung kondisi makro ekonomi di atas sedikit banyaknya juga mempengaruhi perekonomian. Pertumbuhan PDRB pada tahun 2009 meski masih dikisaran 7% namun dapat dikatakan sedikit melambat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2008 pertumbuhan sebesar 7,61% maka pada tahun 2009 melambat menjadi 7,15%. Diperoleh data bahwa tahun 2010 pertumbuhan ekonomi meningkat yakni sebesar 7,36%, dimana sektor konstruksi menunjukkan laju pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar sebesar 24,97%, menyusul perdagangan, hotel dan restoran 11,06%, sektor listrik, gas dan air bersih 8,37% dan sektor angkutan dan komunikasi 10,97%. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi meningkat sedikit menjadi 7,46%. II - 13

39 Tabel 2.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun Lapangan Usaha Pertanian 6,32 5,95 5,59 5,74 5,89 Pertambangan dan Penggalian 6,12 6,01 6,21 5,89 6,80 Industri Pengolahan 8,29 6,38 6,78 6,97 7,00 Listrik, Gas dan Air Bersih 7,99 10,53 8,46 8,37 8,73 Kontruksi 41,96 96,87 28,21 24,97 20,23 Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi 8,39 9,56 10,22 11,06 11,64 8,06 7,77 7,77 10,97 12,17 Keuangan 5,84 6,78 7,10 7,15 7,74 Jasa-jasa 7,43 9,71 8,62 7,87 8,10 Jumlah 7,85 7,61 7,15 7,36 7,46 Sumber: BPS Tabel 2.11 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) , , , , ,46 Sumber: BPS Provinsi Riau Tingkat Inflasi Inflasi merupakan gambaran tentang terjadinya perubahan harga. Fluktuasi harga yang terjadi akan mempengaruhi daya beli konsumen, karena berakibat terhadap ketidakseimbangan dengan pendapatan. Indeks harga ini dapat diturunkan juga dari perhitungan PDRB yang disebut sebagai PDRB deflator atau yang dikenal dengan indeks implisit. Indeks ini merupakan perbandingan antara PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. Berbeda dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), indeks implisit menggambarkan perubahan harga di tingkat produsen sehingga faktor margin perdagangan dan transportasi telah dihilangkan dan harga yang dicakup dalam indeks ini relatif lebih lengkap. Indeks implisit PDRB menggambarkan perkembangan perubahan harga. Sedangkan Inflasi yang kita kenal II - 14

40 selama ini diturunkan dari Indeks Harga Konsumen, di mana hanya harga barang dan jasa yang dikonsumsi yang dihitung. Pada tahun 2011, inflasi sebesar 9,03%, naik dari inflasi PDRB tahun sebelumnya yang sebesar 3,11%, walaupun meningkat namun nilai ini masih digolongkan sebagai inflasi ringan (di bawah 10% per tahun). Dinamika perkembangan harga di Siak secara umum menunjukkan kondisi yang cukup menggembirakan, mengalami kecenderungan yang menurun dan searah (konvergen) dengan tingkat inflasi nasional. Tekanan inflasi pada akhir tahun 2011 menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya serta berada pada titik terendahnya selama tahun Meskipun mencatat angka yang rendah, masih relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi Nasional dan Sumatera yang masing-masing tercatat sebesar 3,79% (yoy) dan 3,98%. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap pasokan bahan pangan. Kondisi ini diindikasikan bersumber dari meningkatnya prakiraan harga bahan pangan strategis khususnya beras sejalan dengan gangguan cuaca yang berpotensi mengakibatkan produksi tidak optimal disamping belum masuknya siklus musiman panen gabah pada sentra produksi utama. Beberapa faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi tekanan inflasi pada antara lain: (i) masih kuatnya permintaan domestik sejalan dengan berlangsungnya percepatan pembangunan infrastruktur pendukung PON yang berlangsung hingga bulan September 2012, (ii) resiko gangguan distribusi pasokan terkait dengan belum membaiknya kualitas infrastruktur jalan di Provinsi Riau, (iii) trend penguatan harga emas dunia yang berpotensi memberikan tekanan inflasi inti, dan (iv) meningkatnya ekspektasi inflasi di tingkat pedagang akibat gangguan produksi bahan pangan strategis pada sentra produksi utama. Kelompok IHK lain yang juga tercatat mengalami inflasi tahunan cukup tinggi adalah pendidikan dan kesehatan. Relatif tingginya inflasi kelompok pendidikan diperkirakan tidak terlepas dari meningkatnya biaya pendidikan. Sementara, relatif tingginya inflasi yang terjadi pada kelompok sandang utamanya disebabkan oleh kenaikan harga emas. Hal ini terjadi seiring dengan faktor krisis keuangan global sehingga mengakibatkan permintaan emas relatif tinggi (safe heaven asset). Tahun Tabel 2.12 Tingkat Inflasi Tahun Tingkat Inflasi , , ,03 Sumber: BPS II - 15

41 5. Angka Kemiskinan Komitmen pemerintah dalam mengurangi tingkat kemiskinan telah diupayakan selama ini. Berdasarkan data persentase angka kemiskinan nasional, propinsi Riau dan seperti terlihat pada tabel di bawah ini, dapat disimpulkan bahwa telah berhasil menurunkan angka kemiskinan, hal ini terlihat dari rasio angka kemiskinan di saat ini yang berada di bawah angka kemiskinan nasional maupun provinsi Riau. Tabel 2.13 Rasio Angka Kemiskinan (%) Tahun Tahun Angka Kemiskinan (%) Nasional Provinsi Riau 16,58 15,42 14,15 13,33 12,36 Sumber: BPS ,20 10,79 Pada tahun 2011, jumlah penduduk miskin di mengalami penurunan sebesar 14,89% bila dibandingkan tahun 2010, yaitu sebesar jiwa pada tahun 2010 menjadi jiwa pada tahun 2011, seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Batas garis kemiskinan untuk pada tahun 2011 sebesar Rp ,-. 9,48 8,65 8,17 6,01 7,09 5,71 6,49 5,29 Tahun Tabel 2.14 Jumlah Penduduk Miskin Tahun Sumber: BPS Provinsi Riau Jumlah Penduduk Miskin Indikator Makro Perekonomian Untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah dengan melihat indikator makro ekonomi. Secara umum indikator makro di tahun dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini. II - 16

42 Tabel 2.15 Indikator Makro Tahun NO Indikator Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk Laju Pertumbuhan Ekonomi Tingkat Inflasi PDRB Angka Kemiskinan PDRB atas Dasar Harga Berlaku (juta rupiah) PDRB Tanpa Migas atas Dasar Harga Berlaku (juta rupiah) PDRB atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah) PDRB Tanpa Migas atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah) Pendapatan Regional Perkapita (Rp) Atas Dasar Harga Berlaku ,1% 10,7% 8,9% 10,1% 7,85 7,61 7,15 7,36 7,46 n.a n.a 4,72 3,11 9,03 6,01 7,09 5,71 6,49 5, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,65 11 Pendapatan Regional Perkapita (Rp) Atas Dasar Harga Konstan , , , , ,04 Sumber: Diolah Dari Berbagai Sumber Fokus Kesejahteraan Sosial Gambaran capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan atas fokus kesejahteraan sosial dapat diketahui melalui IPM (Indeks Pembangunan Manusia), dengan indikator angka harapan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Indikator lain yang dapat digunakan untuk menunjukkan kondisi kesejahteraan sosial di adalah angka partisipasi kasar, angka II - 17

43 pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja IPM (Indeks Pembangunan Manusia) di Peningkatan kualitas sumber daya manusia ditandai oleh semakin meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat terlihat dari tiga bidang utama, yaitu kesehatan, pendidikan dan daya beli. Indikator yang mewakili bidang pendidikan untuk menggambarkan IPM adalah angka melek huruf penduduk dewasa serta rata-rata lama sekolah. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas pendidikan adalah belum idealnya rasio siswa terhadap guru, rasio siswa terhadap daya tampung sekolah dan rasio guru terhadap sekolah. Pencermatan atas data sebaran rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana, aksesabilitas, serta kondisi sosial ekonomi, berpengaruh pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Angka Melek Huruf Perkembangan angka melek huruf di dari Tahun 2008 sampai dengan 2011 mempunyai kecenderungan tren yang meningkat, walaupun rata-rata kenaikannya masih relatif kecil. Data di bawah menunjukkan bahwa hanya terdapat sekitar 1,5% penduduk yang belum bisa baca-tulis, angka tersebut menunjukkan bahwa upaya pemberantasan buta huruf dapat dimaksimalkan dalam lima tahun terakhir sehingga menjadi salah satu kabupaten di Indonesia yang bebas buta aksara. Tabel 2.16 Angka Melek Huruf Tahun Tahun Angka Melek Huruf , , , , ,65 Sumber: BPS Provinsi Riau II - 18

44 Rata-Rata Lama Sekolah Ukuran kedua yang dapat dipakai untuk melihat atau menjadi indikator indeks pembangunan manusia adalah rata-rata lama sekolah. Angka rata-rata lama belajar merupakan jumlah tahun belajar penduduk 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang mengulang). Indikator ini digunakan untuk melihat kualitas penduduk dalam hal mengeyam pendidikan formal. Tinggi rata-rata lama sekolah menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diikuti oleh seseorang. Semakin tinggi angka rata-rata lama sekolah, maka semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkannya. Angka rata-rata lama sekolah penduduk 4 tahun terakhir terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2008 lama rata-rata sekolah baru mencapai 8.80 sedangkan pada tahun 2009 menjadi 9,03 dan terus naik pada tahun 2010 menjadi 9,08, naik menjadi 9,14 pada tahun Angka rata-rata lama sekolah penduduk empat tahun terakhir tertera pada tabel di bawah ini. Tabel 2.17 Rata-rata Lama Sekolah Tahun Tahun Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) , , , ,14 Sumber: BPS Provinsi Riau Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Idealnya angka harapan hidup dihitung berdasarkan angka kematian menurut umur (Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat tabel kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung angka harapan hidup digunakan dengan mengutip angka yang diterbitkan BPS. II - 19

45 Berdasarkan tabel di bawah dapat diketahui bahwa indikator utama pembangunan kesehatan di telah menunjukkan hasil yang cukup baik jika dibandingkan dengan kondisi nasional. Angka harapan hidup Kabupaten Siak tahun 2011 adalah 71,86 tahun. Tabel 2.18 Angka Harapan Hidup Tahun Tahun Angka Harapan Hidup (Tahun) , , , ,86 Sumber: BPS Provinsi Riau Indeks Pembangunan Manusia Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan. Indikator yang digunakan untuk menghitung indeks pembangunan manusia (IPM) adalah tingkat intelektualitas (pendidikan), kualitas fisik (kesehatan) dan kemampuan daya beli (ekonomi). Tabel 2.19 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun Tahun IPM , , , , ,92 Sumber: BPS Provinsi Riau Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan perbandingan antara jumlah siswa masing-masing tingkat: SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK, dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun untuk SD/MI, tahun untuk SMP/MTs, dan tahun untuk SMA/MA/SMK. Angka ini digunakan untuk mengetahui secara kasar seberapa banyak anak berusia 7-12 tahun sudah bersekolah di SD/MI, dan seberapa banyak anak-anak berusia sudah bersekolah di SMP/MTs, dan anak berusia tahun sudah bersekolah di SMA/MA/SMK sudah dapat terlayani oleh sistem pendidikan dasar dan menengah. II - 20

46 Angka Partisipasi Kasar dalam penghitungannya bisa jadi lebih besar dari 100% karena boleh jadi diantara siswa tersebut ada yang berusia di bawah 7 tahun atau di atas 12 tahun untuk SD/MI, dibawah 13 tahun dan diatas 15 tahun untuk SMP/MTs, dan di bawah 16 tahun atau di atas 18 tahun untuk SMA/MA/SMK; dan/atau masuk dari daerah (kecamatan) lain di lingkungan. Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan pada tahun 2011 pada tingkat SD/MI adalah 95,42%; sedangkan APK SMP/MTs 78,06% dan APK SMA/MA/SMK adalah 59,37%. Wajib belajar Diknas 9 Tahun mencakup SMP/MTs, APK untuk SMP/MTs seharusnya juga tidak terlampau rendah. Kalaupun di bawah angka 100%, seharusnya tidaklah lebih rendah dari angka 90%, mengingat di dalam APK termasuk anak yang berumur 12 tahun dan/atau yang berumur 16 tahun. APK pada tahun 2011 pada tingkat SMP/MTs adalah 78,06% mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008, 2009 dan Angka Partisipasi Kasar (APK) sebagaimana tertera dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.20 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar(APK) Tahun No Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1 Jumlah Siswa Yang Bersekolah Di Jenjang Pendidikan SD/MI Jumlah Penduduk Kelompok Usia 7-12 Tahun APK SD/MI (%) 99,80 98,95 98,85 95,42 2 SMP/MTs Jumlah Siswa Yang Bersekolah Di Jenjang Pendidikan 2.1 SMP/MTs Jumlah Penduduk Kelompok Usia Tahun APK SMP/MTs 99,45 80,20 85,99 78,06 3 SMA/MA/SMK (%) Jumlah Siswa Yang Bersekolah Di Jenjang pendidikan 3.1 SMA/MA/SMK Jumlah Penduduk Kelompok Usia Tahun APK SMA/MA/SMK (%) 98,55 65,50 73,15 59,37 Sumber: Dinas Pendidikan Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat pada waktunya. Semakin tinggi tingkat persentase nilai APM menunjukkan semakin banyak penduduk bersekolah tepat waktu sesuai dengan jenjang pendidikannya. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah perbandingan antara jumlah siswa yang berumur 7-12 tahun untuk SD/MI, yang berumur tahun untuk SMP/MTs dan yang berumur tahun untuk SMA/MA/SMK, dengan jumlah penduduk secara II - 21

47 berturut-turut masing usia 7-12 tahun untuk SD/MI, tahun untuk SMP/MTs, dan tahun untuk SMA/MA/SMK. Angka ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana anak berusia 7-12 tahun sudah bersekolah di SD/MI, anak berusia sudah bersekolah di SMP/MTs, dan anak berusia tahun sudah bersekolah di SMA/MA/SMK (telah DAPAT dilayani oleh sistem pendidikan dasar dan menengah. APM tidak bisa lebih besar angkanya dari 100%. Data tabel di bawah menunjukkan bahwa untuk tingkat SD/MI, program wajib belajar masih belum mencapai target maksimal (100%), namun sudah menghampirinya, dengan demikian untuk tingkatan SD/MI, program Wajib Belajar Pendidikan dasar sudah sepatutnya diinisiasi ke program Wajib belajar 12 tahun. Angka APM pada tingkat SMP/MTs adalah 58,34%, sedangkan APM SMA/MA/SMK tahun 2011 adalah 64,40%. Tabel 2.21 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun NO Jenjang Pendidikan SD/MI Jumlah Siswa Kelompok Usia 7-12 Tahun Yang 1.1 Bersekolah Di Jenjang Pendidikan SD/MI Jumlah Penduduk Kelompok Usia 7-12 Tahun APM SD/MI (%) 99,79 98,93 98,24 82,15 2 SMP/MTs Jumlah Siswa Kelompok Usia Tahun Yang 2.1 Bersekolah Di Jenjang Pendidikan SMP/MTs Jumlah Penduduk Kelompok Usia Tahun APM SMP/MTs (%) 99,30 74,10 79,75 58,50 3 SMA/MA/SMK Jumlah Siswa Kelompok Usia Tahun Yang 3.1 Bersekolah Di Jenjang Pendidikan SMA/MA/SMK Jumlah Penduduk Kelompok Usia Tahun APM SMA/MA/SMK (%) 98,45 60,00 64,23 64,40 Sumber: Dinas Pendidikan Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat partisipasi masyarakat pendidikan semakin tinggi. Tingkat partisipasi paling tinggi hingga rendah adalah pada jenjang pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama, kemudian sekolah menengah atas sedangkan untuk tingkat APM yang paling rendah adalah pada tingkat PAUD. APM pada tingkat SD/MI adalah mengalami penurunan dengan rata-rata 5,88% pertahun dari 99,79% pada tahun 2008 menjadi 82.15% pada tahun Dari angka tersebut menunjukkan bahwa terjadinya penurunan angka jumlah anak-anak usia sekolah dasar yang berkolah tepat waktu. Sedangkan APM untuk tingkat SMP/MTS juga mengalami penurunan sebanyak 13.6% per tahun atau turun dari 99.30% pada tahun 2008 menjadi 58.50% pada II - 22

48 tahun Selanjutnya untuk tingkat SMA/MA turun sebanyak 11,35% per tahun atau turun dari 98,45% menjadi 64,40% Kondisi Ketenagakerjaan di Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah laju pertumbuhan angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan. Tingginya angkatan kerja di suatu daerah secara langsung dapat menggerakan perekonomian daerah tersebut. Hal sebaliknya dapat mengakibatkan timbulnya masalah sosial. Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti persentase angkatan kerja yang bekerja dan distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna dalam melihat prospek ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat apakah benar-benar digerakkan oleh produksi yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena pengaruh faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan penduduk sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak (peningkatan kemampuan daya beli). Penduduk Yang Telah Bekerja Tenaga kerja sebagian besar bekerja pada sektor pertanian, perdagangan, industri dan jasa. Hanya sebagian kecil yang bekerja di sektor transportasi, konstruksi, pertambangan dan keuangan. kehutanan dan perikanan serta sektor lainnya. Komposisi penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha dapat dilihat pada tabel berikut: No Tabel 2.22 Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Tahun Menurut Lapangan Usaha Utama Lapangan Usaha Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 Pertanian , ,92 2 Pertambangan dan Penggalian , ,05 3 Industri , ,85 4 Listrik, Gas dan Air Bersih , ,36 5 Konstruksi , ,90 6 Perdagangan , ,61 7 Transportasi , Keuangan 922 0, ,85 9 Jasa-Jasa , ,41 10 Lainnya JUMLAH 114, ,00 148, ,00 Sumber: Siak Dalam Angka Tahun 2009 dan Tahun 2010 II - 23

49 No Dari data di bawah terlihat bahwa mata pencaharian penduduk Kabupaten Siak yang paling besar berada pada lapangan usaha pertanian, terutama sektor perkebunan kelapa sawit yang mencapai 45,68%. Pencari kerja yang ada di pada umumnya memiliki latar belakang setingkat SMA dan Diploma I, II dan III, kemudian diikuti dengan jenjang pendidikan sarjana dan hanya sebagian kecil pencari kerja yang latar belakang pendidikannya SMP ke bawah, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.23 Situasi Pencari Kerja Di Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Menurut Tingkat Pendidikan Dan Jenis Kelamin tahun 2012 TINGKAT PENDIDIKAN PENCARI KERJA YANG BELUM DITEMPATKAN AKHIR TH 2012 PENCARI KERJA YANG TELAH DITEMPATKAN AKHIR TH 2012 LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. TDK/ Belum Tamat SD SD SMPT SLTP Setingkat SMA STM SMEA SLA Setingkat Lainnya DIPLOMA I,II SARJANA MUDA SARJANA JUMLAH Sumber: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Fokus Seni Budaya dan Olah Raga Pembangunan seni dan budaya di sudah mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap nilai budaya dan penggunaan bahasa Melayu namun demikan upaya peningkatan jati diri masyarakat seperti halnya solidaritas sosial, kekeluargaan, budaya berperilaku positif seperti kerja keras, gotong royong, penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa masih perlu terus ditingkatkan. Kebersamaan dan kemandirian II - 24

50 dirasakan makin memudar. Hal ini menunjukkan perlunya mengembalikan dan menggali kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat. Berbagai kegiatan kepemudaan dan olahraga telah dilaksanakan melalui berbagai bentuk kegiatan seperti Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA), penyelenggaraan-penyelenggaraan kegiatan kepanduan, penyelenggaraan pemuda produktif, kegiatan pemuda pelopor. Pembinaan olahraga dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan olahraga pelajar dan pembinaan olahraga masyarakat yang meliputi pengadaan sarana dan prasarana olahraga, penyelenggaraan Pekan Olahraga SD, penyelenggaraan Pekan Olahraga SMP, penyelenggaraan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA), kegiatan Lomba Gerak Jalan, bimbingan teknis personal, lomba senam dan kegiatan senam massal, sepeda santai, kegiatan kepemudaan dan olahraga. Tabel 2.24 Perkembangan Seni, Budaya dan Olah Raga Tahun No Capaian Pembangunan Jumlah grup Kesenian Jumlah gedung Kesenian Jumlah klub Olah raga per Penduduk Jumlah Gedung olah raga per Penduduk Sumber: Dinas Pariwisata Seni Budaya Pemuda dan Olahraga Aspek Pelayanan Umum Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Terkait dengan aspek pelayanan umum, terdapat dua fokus layanan yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten, masing-masing layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan, analisis kinerja pemerintah daerah dalam lima tahun terakhir dapat digambarkan di bawah ini Fokus Layanan Urusan Wajib Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikatorindikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah. II - 25

51 Bidang Pendidikan Dari sisi pendidikan, kondisi pendidikan masyarakat sudah mulai meningkat, dari jumlah penduduk sebanyak orang pada tahun 2011, yang telah menamatkan pendidikan menengah atas sebanyak orang atau sebesar 22,22%, jumlah penduduk yang menamatkan jenjang pendidikan tingkat Diploma/Sarjana sebanyak orang atau sebesar 4,01%. Dengan demikian penduduk yang berhasil menyelesaikan pendidikan menengah atas atau yang lebih tinggi mencapai 26,23% dari jumlah penduduk. Perbandingan jumlah pendidikan masyarakat tahun 2011 sebagaimana pada tabel di bawah ini. Tabel 2.25 Tingkat Pendidikan Masyarakat Berumur 10 tahun ke atas Tahun 2011 No Tingkat Pendidikan Orang Persentase 1 Belum/Tidak Tamat Sekolah Dasar (SD) ,36 2 SD ,78 3 SMP ,63 4 SMA ,22 5 Diploma, S1,S2, dan S ,01 Sumber Data : LKPJ Bupati Siak Tahun 2011 JUMLAH ,00 Pendidikan berperan sebagai faktor kunci dalam keberhasilan suatu bangsa, karena pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur partisipasi pendidikan murid, diantaranya adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Dari sisi pendidikan, kondisi pendidikan masyarakat sudah mulai meningkat, dari jumlah penduduk usia pendidikan dasar (SD/MI) tahun 2011 berjumlah orang dengan APS 82,15%. Jumlah siswa kelompok usia tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs sedangkan Jumlah penduduk kelompok usia tahun berjumlah Angka partisipasi sekolah SMP/MTs kabupaten Siak sampai tahun 2011 tercatat 58,50% sebagaimana pada tabel di bawah ini. II - 26

52 Tabel 2.26 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2008 s.d 2011 No Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1 Jumlah murid usia 7-12 thn yang bersekolah di jenjang penidikan SD/MI Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun APS SD/MI (%) 99,79 98,93 98,24 82,15 2 SMP/MT 2.1 Jumlah siswa kelompok usia tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs 2.2 Jumlah penduduk kelompok usia tahun APS SMP/MTs (%) 99,30 74,10 79,75 58,50 Sumber: Dinas Pendidikan Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per jumlah penduduk usia pendidikan. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan. Selama kurun waktu rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SD/MI mengalami kenaikan, hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang disertai dengan peningkatan jumlah sekolah SD/MI. Pada tahun 2011, perbandingan ketersediaan sekolah SD/MI di adalah 1:294, naik jika dibandingkan dengan tahun 2008 yakni 1:351. Angka tersebut menunjukkan bahwa tahun 2011, 1 sekolah SD/MI menampung 294 siswa, sementara tahun 2008, 1 sekolah SD/MI menampung 351 siswa. Rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SMP/MTs mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah sekolah. Berikut disajikan data mengenai kondisi ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah di per jenjang pendidikan selama kurun waktu tahun Tabel 2.27 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun No Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1 Jumlah gedung sekolah Jumlah penduduk kelompok 1.2 usia 7-12 tahun Rasio 1:351 1:293 1:267 1:294 II - 27

53 No Jenjang Pendidikan SMP/MTs 2.1 Jumlah gedung sekolah Jumlah penduduk kelompok 2.2 usia tahun Rasio 1:172 1:259 1:224 1:243 Sumber: Dinas Pendidikan Rasio Guru/Murid Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan per jumlah murid berdasarkan tingkat pendidikan. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar juga mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Selama kurun waktu tahun rasio ketersediaan guru di Kabupaten Siak untuk seluruh jenjang pendidikan, baik SD/MI, SMP/MTs. maupun SMA/MA/SMK per jumlah murid berjalan secara stabil, dengan perbandingan yang cukup normal dengan rata-rata 1:18 untuk jenjang SD dan 1:13 untuk jenjang SMP. Berikut secara lengkap disajikan data mengenai kondisi ketersediaan guru/murid di per jenjang pendidikan selama kurun waktu tahun Tabel 2.28 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun No Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1 Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio 1:20 1:17 1:18 1:18 2 SMP/MTs 2.1 Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio 1:10 1:17 1:14 1:13 Sumber: Dinas Pendidikan Persentase Kondisi Ruang Kelas Baik Ketersediaan ruang kelas yang baik merupakan salah satu indikator dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di. Pada tahun 2011, ketersediaan jumlah ruang kelas baik untuk jenjang pendidikan SD/MI baru mencapai 76,44%. Jumlah ini meningkat 2,5% bila dibandingkan dengan tahun Berbeda dengan kondisi untuk jenjang SD, untuk jenjang SMP ketersedian jumlah ruang kelas baik untuk jenjang pendidikan SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008, yaitu masing-masing menurun sebesar 3,4% II - 28

54 dan 1,2%. Berikut secara lengkap disajikan data mengenai kondisi ruang kelas baik di per jenjang pendidikan selama kurun waktu tahun Tabel 2.29 Kondisi Ruang Kelas Baik Tahun Berdasarkan Jenjang Pendidikan No. Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1. Jumlah ruang kelas kondisi baik Jumlah seluruh ruang kelas Persentase kondisi ruang kelas yang baik 2 SMP/ MTs 64,28 62,62 74,91 76, Jumlah ruang kelas kondisi baik Jumlah seluruh ruang kelas Persentase kondisi ruang kelas yang baik 81,76 79,19 80,16 78,36 3 SMA/MA/SMK 3.1 Jumlah ruang kelas kondisi baik Jumlah seluruh ruang kelas Persentase kondisi ruang kelas yang baik Sumber: Dinas Pendidikan Angka Putus Sekolah 86,39 93,08 88,65 85,62 Angka Putus Sekolah mencerminkan anak-anak usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Hal ini sering digunakan sebagai salah satu indikator berhasil atau tidaknya pembangunan di bidang pendidikan. Data yang ada menunjukkan bahwa angka putus sekolah di cukup rendah, tidak mencapai 1%. Angka putus sekolah pada tingkat SD/MA dan SMP/MTs pada tahun 2011 mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,02% dari tahun Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2008 ke 2009, yaitu sebesar 0,20%. Namun, angka putus sekolah pada tingkat SMA/MA/SMK mengalami peningkatan yang cukup signifikan pula pada tahun 2010 ke 2011, yaitu sebesar II - 29

55 0,25%. Peningkatan angka putus sekolah ini dapat disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan pada tingkat SMA/MA/SMK sehingga sejumlah siswa di yang tidak mampu melanjutkan pendidikannya atau mengalami putus sekolah. Tabel 2.30 Jumlah Siswa Putus Sekolah Tahun Berdasarkan Jenjang Pendidikan No. Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1. Jumlah Siswa Putus Sekolah Jumlah seluruh Siswa 50,851 57,847 58,516 60, Angka Putus Sekolah (Persentase) 0,28 0,08 0,09 0,13 2. SMP/MTs 2.1. Jumlah Siswa Putus Sekolah Jumlah seluruh Siswa Angka Putus Sekolah (Persentase) 0,12 0,53 0,37 0,48 3. SMA/MA/SMK 3.1 Jumlah Siswa Putus Sekolah Jumlah seluruh Siswa Angka Putus Sekolah (Persentase) Sumber: Dinas Pendidikan kabupaten Siak ,18 0,95 0,30 0,55 Angka Kelulusan Siswa Jumlah kelulusan siswa di per jenjang pendidikan pada tahun 2011, baik SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA/SMK, seluruhnya mengalami peningkatan kelulusan, begitu juga pada tahun 2010 jumlah ini menurun. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di sedikit demi sedikit mulai membaik. Peningkatan tersebut tentunya didukung dengan ketersediaan ruang kelas terhadap rombongan belajar, ketersediaan tenaga pendidik/guru terhadap jumlah murid/siswa, serta ketersediaan tenaga II - 30

56 pendidik/guru. Berikut secara lengkap disajikan data mengenai kondisi angka kelulusan siswa di per jenjang pendidikan selama kurun waktu tahun Tabel 2.31 Jumlah Kelulusan Siswa Tahun Berdasarkan Jenjang Pendidikan No. Jenjang Pendidikan SD/MI Jumlah Siswa Lulus Sekolah Jumlah seluruh Siswa Kelas VI Angka Kelulusan Siswa (Persentase) ,75 98,20 99,38 99,81 2 SMP/MTs Jumlah Siswa Lulus Sekolah Jumlah seluruh Siswa Kelas III Angka Kelulusan Siswa (Persentase) ,67 98,65 99,34 99,48 3 SMA/MA/SMK Jumlah Siswa Lulus Sekolah Jumlah seluruh Siswa Kelas III Angka Kelulusan Siswa (Persentase) ,85 85,02 99,43 99,54 Sumber: Dinas Pendidikan Bidang Kesehatan Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan kesehatan salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: II - 31

57 Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan, asuhan keperawatan secara berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Semakin banyak jumlah ketersediaan rumah sakit, akan semakin mudah bagi masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan. Jumlah rumah sakit di Kabupaten Siak pada tahun 2011 sebanyak 1 unit rumah sakit daerah dengan tanpa ada rumah sakit swasta. Pelayanan rumah sakit terhadap jumlah penduduk tahun 2011 mencapai 1: Hal ini berarti bahwa untuk 1 rumah sakit di Kabupaten Siak melayani penduduk. Tabel di bawah secara lengkap disajikan data mengenai rasio/ketersediaan rumah sakit di selama kurun waktu tahun Tabel 2.32 Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Tahun Per Jumlah Penduduk No. Uraian Jumlah Rumah Sakit Daerah Jumlah Rumah Sakit Swasta Jumlah Rumah Sakit AD/AU/ AL/POLRI Jumlah seluruh Rumah Sakit Jumlah Penduduk Rasio 1: : : : : Sumber: Dinas Kesehatan Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Per Satuan Balita Salah satu indikator pembangunan sektor kesehatan adalah kesehatan ibu dan balita, pemeliharaan kesehatan ibu dan anak-anak meliputi: peningkatan status kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan psikososial/emosi, kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta perlindungan anak. Pengalaman empirik di beberapa II - 32

58 tempat menunjukan, bahwa strategi pelayanan kesehatan dasar masyarakat dengan fokus pada ibu dan anak seperti itu, dapat dilakukan pada Posyandu. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan partisipatif oleh kelompok masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat, dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Jumlah posyandu di pada tahun 2011 sebanyak 364 unit dan jumlah balita sebanyak jiwa. Dengan demikian rasio posyandu terhadap balita mencapai 1:100. Hal ini berarti bahwa dari 1 posyandu di melayani lebih 100 balita. Berikut secara lengkap disajikan data mengenai kondisi rasio posyandu di selama kurun waktu tahun Tabel 2.33 Jumlah Posyandu dan Balita Tahun NO Uraian Jumlah Posyandu 2. Jumlah balita Rasio Posyandu per 3. Jumlah Balita 1:119 1:95 1:98 1:100 Sumber: Dinas Kesehatan Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu) Persatuan Penduduk Ketersediaan kelembagaan kesehatan masyarakat dapat diukur dari ketersediaan puskesmas, poliklinik dan pustu. Kesemua itu merupakan sarana penunjang kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Semakin banyak jumlah ketersediannya, maka semakin memudahkan masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan. Rasio puskesmas, poliklinik dan pustu terhadap jumlah penduduk di pada tahun 2011 mencapai 1:2910. Ini artinya bahwa 1 puskemas/poliklinik/pustu harus melayani jumlah penduduk sebanyak 2910 jiwa. Adapun rasio puskesmas terhadap jumlah kecamatan mencapai 1:1. Ini artinya bahwa dalam satu kecamatan terdapat 1 unit puskesmas. Berikut adalah data secara lengkap mengenai rasio puskesmas, poliklinik dan pustu terhadap jumlah penduduk di selama kurun waktu tahun II - 33

59 Tabel 2.34 Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun No. Uraian Jumlah Puskesmas Jumlah Poliklinik Jumlah Pustu Jumlah Total Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Jumlah Penduduk Rasio Puskesmas Persatuan penduduk Rasio Poliklinik Persatuan penduduk Rasio Pustu Persatuan penduduk Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu 1: : : : : :6501 1:6573 1:6370 1:6698 1:7252 1:4487 1:4077 1:4694 1:5111 1:5861 1:2395 1:2268 1:2443 1:2625 1: Jumlah Kecamatan Jumlah Desa/kelurahan Rasio Puskesmas 11. 1,0 1,1 1,1 1,0 1,1 per Kecamatan Sumber: Dinas Kesehatan Pekerjaan Umum Kondisi daerah terkait dengan urusan pekerjaan umum salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik Jaringan jalan yang baik, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun terhadap kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat. Infrastruktur jalan yang baik adalah modal sosial masyarakat dalam menjalani roda perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur jalan yang baik dan memadai. Kinerja jaringan jalan berdasarkan kondisi dapat dikatagorikan dengan jalan kondisi baik, sedang, sedang rusak, rusak dan rusak berat. Proporsi kondisi jalan baik di pada tahun 2011 mencapai 24,252%, sedangkan proporsi jalan kondisi rusak mencapai 15,245% dari total keseluruhan jalan. Berikut secara lengkap disajikan data mengenai panjang jalan tahun 2011 menurut kondisi dan jenis permukaan di. II - 34

60 Tabel 2.35 Panjang Jalan Menurut Kondisi dan Jenis Permukaan (KM) Tahun Jenis Permukaan Gabungan (Aspal, Kerikil, Tanah dan Beton) Kondisi Tahun Baik 395, , , ,490 Sedang 960, , , ,000 Rusak 707, , , ,080 Rusak Berat 0 96,532 55,001 42,620 Jumlah 2.063, , , ,191 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Tabel 2.36 Kondisi Jalan (KM) Kabupaten Menurut Jenis Permukaan Tahun Jenis Tahun Kondisi Permukaan Baik 184, , , Sedang 194, , , Aspal Rusak 91, , , Rusak Berat -- 0,641 0, Jumlah 469, , , Baik 21,68 133, , Sedang 538, , , Kerikil Rusak 210,685 76,173 85, Rusak Berat -- 26,493 8, Jumlah 770, , , Baik 53, ,507 28, Sedang 67, , , Tanah Rusak 245,475 54, , Rusak Berat -- 7,662 43, Jumlah 366, , , Baik 136,355 28, , Sedang 160, , , Beton Rusak 160, ,299 62, Rusak Berat , Jumlah 457, , , Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kondisi Jaringan Irigasi Salah satu infrastruktur yang sangat diperlukan untuk peningkatan produksi pertanian khususnya produksi beras adalah jaringan irigasi. Jaringan irigasi diperlukan untuk pengaturan air, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya. Secara operasional jaringan irigasi dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu jaringan irigasi primer, sekunder dan tersier. II - 35

61 Panjang total jaringan irigasi pada tahun 2011 sepanjang 743,73 km (panjang saluran primer 97,008 km, panjang saluran sekunder 259,124 km, panjang saluran tersier 312,230 km dan kuarter 75,367 km). Berikut secara lengkap disajikan data mengenai gambaran jaringan irigasi di. Tabel 2.37 Kondisi Jaringan Irigasi Tahun 2011 Kondisi eksisiting saluran irigasi No. Uraian Baik Rusak Berat Rusak Ringan Total 1. Jaringan Primer **) (m) (m) 2. Jaringan Sekunder **) (m) (m) 3. Jaringan Tersier *) (m) (m) 4. Jaringan Kuarter *) (m) (m) 5. Bangunan Air **) Sumber : *) Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan **) Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Kondisi daerah terkait dengan urusan perumahan rakyat salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: Persentase Luas Permukiman Yang Tertata Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung prikehidupan dan penghidupan. Salah satu masalah yang ditangani oleh Pemerintah terkait dengan permukiman adalah penataan permukiman. Tahun 2010 luas permukiman yang tertata/ terorganisir mencapai 74,62 % dari total luas permukiman di wilayah. II - 36

62 Tabel 2.38 Persentase Luas Permukiman yang Tertata Tahun 2010 No. Uraian Luas area permukiman tertata Total Luas area permukiman (ha) Persentase Luas Permukiman yang Tertata 74,62 Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Rasio Permukiman Layak Huni dan Rasio Rumah Layak Huni Permukiman dan rumah layak huni merupakan harapan dan idaman setiap insan. Pemerintah telah berupaya dalam meningkatkan kualitas hunian masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah dan kurang mampu, dengan tujuan mendorong masyarakat lain untuk berpartisipasi dan peduli terhadap sesama warga masyarakat tersebut. Sampai tahun 2010, luas permukiman layak huni di Kabupaten Siak mencapai ha. Sedangkan jumlah rumah layak huni mencapai unit dari rumah tangga di. Tabel 2.39 Jumlah Permukiman Dan Rumah Layak Huni Tahun 2010 No. Uraian 2010 Keterangan 1. Luas permukiman layak huni (ha) Luas wilayah permukiman (ha) Persentase kawasan permukiman layak huni 99,13 4. Jumlah rumah layak huni (unit) Jumlah rumah tangga (RT) Persentase rumah layak Huni 94,42 Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Persentase Rumah Tangga Berakses Air Bersih Cakupan pelayanan air bersih yang dinikmati oleh masyarakat Kabupaten Siak baru mencapai 4,8% (5.118 rumah tangga) dari total rumah tangga di Kabupaten Siak ( rumah tangga). Berdasarkan hasil survey/identifikasi di Kabupaten Siak dapat diketahui bahwa cakupan penyediaan air bersih atas swadaya masyarakat lebih besar bila dibandingkan dengan cakupan penyediaan air bersih oleh pemerintah atau swasta. Berikut adalah data tentang kondisi rumah tangga yang telah mendapatkan air bersih dalam kurun tahun II - 37

63 Tabel 2.40 Jumlah Proporsi Rumah Tangga yang Mendapatkan Akses Air Bersih Tahun NO Uraian Jumlah rumah Tangga yang mendapatkan akses air bersih 2. Jumlah rumah tangga Persentase rumah tangga berakses air bersih 4,599 4,422 4,486 4,807 Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi (Mempunyai Fasilitas Tempat Buang Air Besar/Tinja) Rumah tinggal berakses sanitasi sekurang-kurangnya mempunyai akses untuk memperoleh layanan sanitasi, sebagai berikut: 1) Fasilitas air bersih, 2) Pembuangan air besar/tinja, 3) Pembuangan air limbah (air bekas) dan 4) pembuangan sampah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya rumah tinggal berakses sanitasi dasar (mempunyai fasilitas pembuangan air besar/tinja) sudah mulai membaik. Hal ini terlihat bahwa jumlah rumah di yang mempunyai akses sanitasi (mempunyai fasilitas pembuangan air besar/tinja) telah mencapai 82,06% pada tahun Keadaan tersebut menunjukkan telah tumbuhnya pemahaman tentang pola hidup sehat dari sebahagian besar masyarakat. Berikut adalah data tentang kondisi rumah tinggal berakses sanitasi di tahun Tabel 2.41 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi (Mempunyai Fasilitas Tempat Buang Air Besar/Tinja) Tahun 2010 No. Uraian Jumlah rumah tinggal yang mempunyai fasilitas pembuangan airbesar/tinja Jumlah Rumah Tangga Persentase 82,06 Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya II - 38

64 Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran di Jumlah mobil pemadam kebakaran yang ada di pada tahun 2011 sebanyak 7 (tujuh) unit. Adapun luas wilayah adalah 8.556,09 km 2, dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa. Jumlah peristiwa kebakaran yang terjadi sepanjang tahun 2011 sebanyak 44 kali. Dari data ini dapat diketahui rasio mobil pemadam kebakaran terhadap luas wilayah, yaitu 1: Ini artinya bahwa satu mobil pemadam kebakaran harus melayani area seluas km 2. Aspek penilaian pelayanan penanggulangan bencana kebakaran ditetapkan dalam standar pelayanan minimal (SPM) yang tertuang dalam Permendagri no. 62 tahun 2008 yang mengacu pada 2 aspek penilaian yaitu : Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran dan Tingkat Waktu Tanggap (Respon Time) Penanggulangan Kebakaran. Berikut secara lengkap disajikan data mengenai cakupan pelayanan bencana kebakaran di selama kurun waktu tahun Tabel 2.42 Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran Tahun No Uraian Jumlah Mobil Pemadam Kebakaran (unit) 2. Jumlah Penduduk (jiwa) 3. Luas Wilayah Kab. Siak (km2) 4. Jumlah Kejadian Kebakaran (kali) , , , , , Rasio Mobil Pemadam Kebakaran terhadap Luas Wil Kab Siak 1: : : : : Persentase Tingkat Cakupan Pelayanan Kebakaran di Kab. Siak Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Penataan Ruang Kondisi daerah terkait dengan urusan penataan ruang salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: II - 39

65 Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah Salah satu aspek tata ruang yang perlu mendapatkan perhatian adalah ketersedian ruang terbuka hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Ruang terbuka hijau memiliki berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Agar kegiatan budidaya tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan, pengembangan ruang terbuka hijau dari luas kawasan perkotaan paling sedikit 30% (tiga puluh persen), dimana 10% di antaranya adalah RTH private (RTH yang berada di lahan milik pribadi, seperti rumah atau pabrik) dan 20% adalah RTH publik. Luas RTH di tahun 2010 mencapai 7,36 ha Perencanaan Pembangunan Kondisi daerah terkait dengan urusan perencanaan pembangunan salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: Ketersediaan Dokumen Perencanaan Pembangunan dapat berjalan dengan baik dan mencapai sasarannya jika dimulai dengan perencanaan yang baik. Dalam konteks pembangunan daerah ketersediaan dokumen perencanaan sangat diperlukan untuk menjamin agar program/kegiatan pembangunan yang dilaksanakan dapat berjalan secara efektif, efisien, dan tepat sasaran. Dokumen perencanaan daerah diantaranya terdiri dari: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis SKPD, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja SKPD dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Untuk, seluruh dokumen perencanaan tersebut telah tersedia pada periode tahun , namun RPJPD sampai dengan tahun 2012 belum ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Berikut adalah data mengenai ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan daerah selama kurun waktu tahun II - 40

66 Tabel 2.43 Ketersediaan Dokumen Perencanaan Tahun No. Uraian 1. Dokumen RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA 2. Dokumen RPJMD yg telah ditetapkan dengan PERDA atau Peraturan Bupati 3. Dokumen Renstra SKPD yg telah ditetapkan dengan Keputusan Bupati 4. Dokumen RKPD yg telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati 5. Dokumen Renja SKPD yg telah ditetapkan dengan Keputusan Bupati Ada Ket Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V Sumber: Bappeda Perhubungan Kondisi daerah terkait dengan urusan perhubungan salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: Rasio Izin Trayek Seluruh angkutan umum yang ada di wajib memiliki izin trayek. Hal ini dimaksudkan untuk penataan, pengaturan dan pengendalian trayek angkutan umum, sehingga ini dapat meminimalisir trayek illegal yang dilakukan para pengendara angkutan umum. II - 41

67 Izin trayek yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah pada tahun 2011 sebanyak 25 izin. Jumlah ini mengalami peningkatan maupun penurunan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya ( ). Data lengkap tentang rasio izin trayek dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.44 Rasio Izin Trayek Tahun No. Uraian Izin Trayek Perkotaan 2. Izin Trayek Perdesaan 3. Jumlah Izin Trayek 4. Jumlah Penduduk Rasio Izin Trayek 0 0 0, , ,00006 Sumber: Dinas Perhubungan dan Infokom Jumlah Uji KIR Angkutan Umum Seluruh angkutan umum yang ada di baik yang dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri dan akan dioperasikan di jalan wajib memiliki pengujian agar memenuhi persyaratan teknis dan layak jalan. Hal ini dimaksudkan menjamin keselamatan penumpang angkutan umum dan menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan. Jumlah angkutan umum yang telah melakukan uji kir pada tahun 2011 sebanyak unit kendaraan. Berikut secara lengkap disajikan data mengenai jumlah kendaraan yang telah melakukan uji kir di selama kurun waktu tahun Tabel 2.45 Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Tahun Angkutan No. Umum Wajib KIR Realisasi % Wajib KIR Realisasi % KIR KIR 1. Mobi bus % % 2. Mobil Penumpang Umum % % 3. Mobil barang % % 4. Kereta Gandengan Kereta tempelan Jumlah % % Sumber: Dinas Perhubungan dan Infokom II - 42

68 Persentase Pemasangan Rambu-rambu Lalu Lintas Pemasangan rambu-rambu lalu lintas bertujuan untuk mengatur lalu lintas kendaraan bermotor, sehingga hal ini dapat meminimalisir jumlah kecelakaan yang terjadi. Pada tahun 2011, jumlah rambu-rambu lalu lintas yang dipasang adalah 146. Tabel 2.46 Jumlah Pemasangan Rambu-rambu Lalu Lintas Tahun No. Uraian Jumlah pemasangan rambu-rambu lalu lintas Sumber: Dinas Perhubungan dan Infokom Lingkungan Hidup Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan lingkungan hidup salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut : Persentase Penanganan Sampah Masalah persampahan telah menjadi masalah serius, terutamanya di kawasan perkotaan. Semakin padatnya wilayah pemukiman tidak dibarengi dengan penyiapan tempat-tempat pembuangan sampah. Salah satu masalah persampahan yang cukup rumit dalam penyelesaiannya adalah pengadaan dan pengelolaan fasilitas tempat pembuangan akhir (TPA) yang layak, baik secara teknis maupun non teknis. Keberadaan TPA selain dapat menampung timbunan sampah yang dihasilkan juga harus dapat meminimalisasi bahaya yang mungkin timbul akibat penimbunan sampah tersebut. Jumlah volume sampah tahun 2011 yang dihasilkan adalah sebanyak ,20 m 3. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai ,26 m 3. Dari jumlah tersebut, yang terbuang ke TPA hanya sebesar ,65 m 3 atau (59%). Berikut disajikan data tentang kondisi persampahan di secara lengkap dalam kurun waktu tahun II - 43

69 Tabel 2.47 Persentase Volume Sampah Yang Tertangani Tahun No. Uraian Jumlah volume , , , ,65 sampah yang terbuang ke TPA (m 3 ) 2. Jumlah volume sampah yang dihasilkan per tahun (m 3 ) , , , ,20 3. Persentase (%) Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Rasio Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) Per Satuan Penduduk Sebelum sampah diangkut/dibuang ke TPA, terlebih dahulu sampah dikumpulkan di beberapa lokasi TPSS yang sudah ditentukan. Jumlah TPSS di pada tahun 2011 sebanyak 38 unit daya tampung setiap TPSS tersebut hanya sebesar 190 m 3. Dengan kondisi ini dapat diketahui bahwa sampah yang dihasilkan oleh orang jumlah penduduk hanya dapat ditampung pada 0,0019 m 3. Tabel 2.48 Rasio Tempat Pembuangan Sampah Sementara Terhadap Jumlah Penduduk Tahun No. Uraian Jumlah TPSS (unit)* Jumlah Daya Tampung TPSS (m 3 ) Jumlah Penduduk (jiwa) Rasio Daya Tampung TPSS terhadap Jumlah penduduk 0, , , , , Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Rasio Jumlah Truk Pengangkut Sampah Per Satuan Penduduk Pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA menggunakan truk pengangkutan sampah. Berikut disajikan data mengenai perbandingan truk pengangkut sampah terhadap jumlah penduduk di. II - 44

70 Tabel 2.49 Rasio Jumlah Truk Pengangkut Sampah Terhadap Jumlah Penduduk Tahun No. Uraian Jumlah Truk Pengangkut Sampah (unit) * Jumlah Daya Tampung Truk (m 3 ) Jumlah Penduduk (jiwa) Rasio Jumlah Truk Pengangkut Sampah terhadap Jumlah penduduk 1: : : : : Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Bidang Pertanahan Kepemilikan sertifikat tanah di masih sangat terbatas. Data kepemilikan sertifikat tanah menurut jenisnya bisa dilihat pada tabel Tabel 2.50 Luas Tanah Bersertifikat Tahun No Uraian Luas tanah bersertifikat hak milik (m 2 ) N.A N.A Luas tanah bersertifikat HPL (m 2 ) N.A N.A N.A Luas tanah bersertifikat HP (m 2 ) Sumber: Setda II - 45

71 Kependudukan dan Catatan Sipil Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan kependudukan dan catatan sipil salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: Pertumbuhan Penduduk Ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk di suatu wilayah. Pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk atau migrasi baik perpindahan ke luar maupun dari luar. Secara konseptual, pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan jumlah penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu. Total jumlah penduduk di pada tahun 2011 adalah atau meningkat 10,1% dari jumlah penduduk tahun 2010, yaitu jiwa. Jumlah tahun 2009 meningkat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu meningkat 8,9% bila dibandingkan tahun Berikut disajikan grafik mengenai pertumbuhan penduduk di Kabupaten Siak selama kurun waktu tahun Gambar 2.1 Grafik Pertumbuhan Penduduk Tahun Sumber : BPS II - 46

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Kata Pengantar Perencanaan pembangunan adalah bagian integral dari pembangunan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD memuat visi, misi, dan program pembangunan dari Bupati

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN BANDUNG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR : 7 TANGGAL : 20 Juni 2011 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2005-2025 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 31 TAHUN

PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 31 TAHUN PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, M enimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 7 TAHUN 2016

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 7 TAHUN 2016 BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN NATUNA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Karimun 2011-2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots) DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Tahun 2002-2011 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan daerah yang menjadi acuann untuk pembangunan selama periode satu tahun dan Pemerintah daerah memiliki

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TAHUN 2016-2021 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2006-2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2014 BUKU I PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN MEMPURA DAN KECAMATAN SABAK AUH KABUPATEN SIAK

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN MEMPURA DAN KECAMATAN SABAK AUH KABUPATEN SIAK BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN MEMPURA DAN KECAMATAN SABAK AUH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 7 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 7 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, 1 BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN PELALAWAN TAHUN 2005-2025 Menimbang : a. DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEM BANGUNAN DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2016

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEM BANGUNAN DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEM BANGUNAN DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, M enimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 7 2009 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN GARUT TAHUN 2009-2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR P. Negara, November 2011 BAPPEDA DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN JEMBRANA KEPALA,

KATA PENGANTAR P. Negara, November 2011 BAPPEDA DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN JEMBRANA KEPALA, KATA PENGANTAR P uji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas berkat dan rahmat-nya buku Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2011 dapat disusun. Penyusunan

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR xi I PENDAHULUAN 1-1 1.1 LATAR BELAKANG 1-2 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN 1-3 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN 1-5 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH AKHIR MASA JABATAN (LKPj KDH AMJ) BUPATI SIAK TAHUN 2011-20162016 PEMERINTAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Diperbanyak Oleh : Sub Bidang Pengendalian Program Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya

Diperbanyak Oleh : Sub Bidang Pengendalian Program Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 213-218 PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 214 Diperbanyak Oleh : Sub Bidang Pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2002 merupakan tahun awal lahirnya Kabupaten Gayo Lues sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tenggara sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 4 tahun

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perkenan- Nya penyusunan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Lamandau Tahun 2014 akhirnya dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016 2021 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG 1 BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) di Kab. Siak seluas 4.675 Ha (lahan sawah produktif) dan Cadangan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Cadangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN 20162021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

ARTI LAMBANG DAERAH KABUPATEN SIAK

ARTI LAMBANG DAERAH KABUPATEN SIAK KABUPATEN SIAK ARTI LAMBANG DAERAH KABUPATEN SIAK Arti Lambang Daerah Kabupaten Siak Bentuk dan Pembagian Lambang Lambang Daerah Kabupaten Siak berbentuk Perisai berwarna hijau lumut didalamnya terdiri

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... D A F T A R I S I Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... (i) (ii) (vii) PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... D A F T A R I S I Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... (i) (ii) (viii) PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI.......................................................... i DAFTAR TABEL....................................................... iii DAFTAR GAMBAR....................................................

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci