Diperbanyak Oleh : Sub Bidang Pengendalian Program Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Diperbanyak Oleh : Sub Bidang Pengendalian Program Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya"

Transkripsi

1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA PALANGKA RAYA TAHUN PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 214

2 Diperbanyak Oleh : Sub Bidang Pengendalian Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya

3 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 19 TAHUN 214 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 24 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mengamanatkan bahwa Kepala Daerah terpilih wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 28 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, yang mengamanatkan bahwa Kepala Daerah terpilih wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Palangka Raya Tahun Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapradja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

4 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 24 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 14 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 28 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 28 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 33 tahun 24 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 4438); 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 27 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 27 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47); 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 27 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5 11. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 29 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 29 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 29 Nomor 543); 12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 29 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 29 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 559); 13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 211 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 211 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 21 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 21 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 49); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 21 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 21 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4124); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 25 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 25 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 25 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 26 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 26 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

6 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 26 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 26 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 27 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 27 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 27 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 27 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 25 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 28 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 28 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 28 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 28 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 28 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 28 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 27. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 28 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 28 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 28. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 21 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ;

7 29. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 21 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 21 Nomor 21 Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 513); 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 26 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 27 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 26 tentang Pedoman Pengelolaan Keungan Daerah, dan terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 211 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 26 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 21 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 212 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah; 33. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 28 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 28 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 2 Tahun 212 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 211 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Nomor 4); 34. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 6 Tahun 29 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Palangka Raya Tahun ;

8 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN PERWAKILAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA dan WALIKOTA PALANGKA RAYA MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TAHUN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Palangka Raya. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsure penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palangka Raya. 4. Walikota adalah Walikota Palangka Raya. 5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Palangka Raya. 6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disebut Bappeda, adalah SKPD Daerah yang bertanggung jawab terhadap Pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan di Kota Palangka Raya. 7. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap Pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang tertentu. 8. Instansi Vertikal adalah Perangkat Kementerian atau Lembaga Pemerintah Pusat di Daerah 9. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang, termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum yang berkepentingan dengan kegiatan dan hasil pembangunan. 1. Dunia Usaha adalah usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. 11. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. 12. Perencanaan Pembangunan Tahunan adalah proses penyusunan rencana pembangunan daerah yang dilaksanakan untuk menghasilkan dokumen perencanaan selama periode 1 (satu) tahun.

9 13. Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat RPJP, adalah dokumen perencanaan untuk periode 2 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang Kota Palangka Raya. 14. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJMD, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. 15. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut RKPD adalah Rencana kerja tahunan daerah yang merupakan dokumen perencanaan Pembangunan daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 16. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palangka Raya yang selanjutnya disebut RTRW Kota Palangka Raya adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah yang mengatur struktur dan pola ruang Kota Palangka Raya untuk periode 2 (dua puluh) tahun. 17. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah yangselanjutnya disebut Renja-SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk periode 1 (satu) tahun. 18. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. 19. Pembangunan Daerah adalah perubahan yang dilakukan secara terus menerus dan terencana oleh seluruh komponen di daerah untuk mewujudkan visi daerah. 2. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 21. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 22. Isu-isu Strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, berjangka panjang dan menentukan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah dimasa yang akan datang. 23. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 24. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mewujudkan visi dan misi. 25. adalah instrumen kebijakan yang berisi 1 (satu) atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). 26. Indikator adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif yang terdiri dari unsur masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat dan/atau dampak yang menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu kegiatan.

10 27. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan. 28. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan Perda. BAB II KEDUDUKAN Pasal 2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Palangka Raya Tahun merupakan : a. Penjabaran visi, misi dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah dan arah kebijakan keuangan daerah dengan mempertimbangkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Palangka Raya Tahun ; dan b. Dokumen perencanaan daerah yang memberikan arah sekaligus acuan bagi seluruh komponen pelaku pembangunan daerah dalam mewujudkan pembangunan daerah yang berkesinambungan. BAB III MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 3 Maksud dan tujuan penetapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah untuk menetapkan pedoman perencanaan sebagai acuan dalam : a. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pembangunan Daerah, Rencana Kerja (Renja) Satuan Kerja Perangkat Daerah dan perencanaan penganggaran; dan b. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara perencanaan pembangunan Nasional, Provinsi dan Kabupaten. Pasal 4 Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan untuk menghindari kekosongan rencana pembangunan daerah, Kepala Daerah yang sedang menjabat pada tahun terakhir jabatannya harus menyusun Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk tahun pertama periode jabatan Kepala Daerah berikutnya.

11 BAB IV SISTEMATIKA PENULISAN Pasal 5 Sistematika penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Palangka Raya Tahun terdiri atas: a. Pendahuluan; b. Gambaran Umum Daerah; c. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kerangka Pendanaan; d. Analisis Permasalahan dan Isu Strategis; e. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran; f. Strategi dan Arah Kebijakan; g. Kebijakan Umum dan Pembangunan Daerah; h. Indikasi Rencana Prioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan; i. Indikator Daerah; dan j. Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan. Pasal 6 Isi dan uraian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Palangka Raya Tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, tercantum pada lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. BAB V PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 7 (1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Palangka Raya Tahun (2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Palangka Raya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengacu pada peraturan yang berlaku. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 8 Hal hal yang berkaitan dengan pendanaan dan target indikator kinerja daerah yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini bersifat indikatif sehingga apabila terjadi penyesuaian dituangkan dalam Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) untuk mendapat persetujuan dan penetapan DPRD.

12 Pasal 9 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya. Ditetapkan di Palangka Raya pada tanggal 25 Agustus 214 WALIKOTA PALANGKA RAYA, H. M. RIBAN SATIA Diundangkan di Palangka Raya pada tanggal Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA PALANGKA RAYA, KANDARANI LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 214 NOMOR 19

13 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR TAHUN 214 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TAHUN I. UMUM Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palangka Raya merupakan penjabaran Visi, Misi Kepala Daerah yang berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi. Selain itu, RPJMD tersebut memuat Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah, Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah, Kebijakan Umum dan Pembangunan, Indikasi Rencana Prioritas Daerah, Indikasi Rencana Prioritas dan Indikator Daerah. Keberhasilan dan implementasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Palangka Raya Tahun , sangat tergantung dari kesepakatan, kesepahaman dan komitmen bersama antara Pemerintah Kota Palangka Raya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dan Pemerintah Pusat, serta pemangku kepentingan di Kota Palangka Raya. Dalam rangka menjaga kontinuitas pembangunan dan menghindari kekosongan rencana pembangunan daerah, Kepala Daerah yang sedang memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya diwajibkan menyusun Rencana Kerja Pembangunan Daerah pada tahun pertama periode pemerintahan Kepala Daerah berikutnya, yaitu pada tahun 219 sebagai bahan penyusunan KUA dan PPAS dan RAPBD. Dengan demikian Kepala Daerah terpilih pada periode berikutnya tetap mempunyai ruang gerak yang luas untuk menyempurnakan Kebijakan Umum APBD dan PPAS pada tahun pertama pemerintahannya sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Istilah-istilah dalam pasal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan melaksanakan pasal-pasal dalan Peraturan Daerah ini.

14 Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas. Pasal 4 Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan Rencana Kerja Pembangunan Daerah adalah Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang disusun oleh Kepala Daerah yang sedang menjabat (masa bakti tahun ). Namun demikian Kepala Daerah terpilih periode berikutnya (masa bakti tahun ) tetap mempunyai ruang gerak yang luas untuk menyempurnakan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) pada tahun pertama pemerintahannya. Rencana Kerja Pembangunan Daerah tahun pertama tersebut (tahun 219) berpedoman pada RPJMD sebelumnya (Tahun ) dan berlaku sampai dengan ditetapkannya RPJMD yang disusun oleh Kepala Daerah periode berikutnya. Pasal 5 Cukup Jelas. Pasal 6 Cukup Jelas. Pasal 7 Ayat (1) Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dilakukan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dikoordinir oleh Bappeda. Ayat (2) Cukup Jelas. Pasal 8 Hal ini dimaksudkan bahwa dana dan target indikator kinerja yang tercantum dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ini bersifat indikatif terhadap kondisi yang ada dan selanjutnya memproyeksikan sampai dengan tahun 218 sehingga ada kekhawatiran asumsi akan dapat berubah terhadap kondisi obyektif yang berkembang. Atas dasar hal tersebut, maka dimungkinkan terjadi perubahan dana dan target indikator kinerja dengan alasan yang jelas dan terukur serta dituangkan dalam Kebijakan Umum APBD dan PPAS untuk mendapat persetujuan dan penetapan DPRD. Pasal 9 Cukup Jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 19

15 DAFTAR ISI Halaman Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 19 Tahun 214 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Palangka Raya Tahun DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dasar Hukum Penyusunan Hubungan Antar Dokumen Sistematika Penulisan Maksud dan Tujuan... 1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Aspek Geografis dan Demografis Luas dan Batas Administrasi Luas Wilayah, Topografi dan Kemiringan Geologi dan Tanah Hidrologi Klimatologi Potensi Pengembangan Wilayah Kawasan Lindung Kawasan Budidaya Kawasan Peruntukan Perumahan Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa Kawasan Peruntukan Perkantoran Kawasan Peruntukan Industri Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan Peruntukan Bandara Kawasan Peruntukan lainnya Kawasan Peruntukan Ruang Bagi Kegiatan Sektor Informal Kawasan Peruntukan Militer Kawasan Peruntukan Pertanian Potensi Rawan Bencana Demografi Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi i i

16 Pertumbuhan Ekonomi Regional Pertumbuhan Sektoral dan Struktur Perekonomian Pendapatan Regional Perkapita Inflasi Pemerataan Pendapatan Fokus Kesejahteraan Sosial Fokus Seni dan Budaya Aspek Pelayanan Umum Urusan Wajib Pendidikan Kesehatan Pekerjaan Umum Perumahan Penataan Ruang Perencanaan Pembangunan Perhubungan Lingkungan Hidup Kependudukan dan Catatan Sipil Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana Sosial Ketenagakerjaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Penanaman Modal Kebudayaan Kepemudaan dan Olah Raga Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Otonomi Daerah tentang Perangkat Daerah Ketahanan Pangan dan Ketersediaan Pangan Utama Pemberdayaan Masyarakat Statistik dan Kearsipan Komunikasi dan Informatika Perpustakaan Urusan Pilihan Pertanian Tanaman Pangan Kehutanan dan Perkebunan Perikanan dan Peternakan Energi dan Sumber Daya Mineral Kepariwisataan Perdagangan Perindustrian Ketransmigrasian ii

17 2.6 Aspek Daya Saing Daerah Kemampuan Ekonomi Daerah Fokus Fasilitas Wilayah atau Infrastruktur Fokus Iklim Berinvestasi Fokus Sumber Daya Manusia BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Pelaksanaan APBD Pendapatan Daerah Realisasi Belanja Neraca Daerah Analisis Pembiayaan Daerah Analisis Sumber Penutup Defisit Riil Analisis Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Analisis Proyeksi Belanja Daerah BAB IV ANALISIS PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS Pendahuluan Analisis Permasalahan Isu Strategis Isu Strategis Eksternal Strategi Umum BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VII BAB VIII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Pedoman Transisi Kaidah Pelaksanaan iii

18 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Administrasi Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.2 Susunan Stratigrafi Wilayah Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.3 Sebaran Potensi Air Tanah Wilayah Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.4 Pola Ruang Eksisting dan Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Palangka Raya Tabel 2.5 Areal dan Lokasi RTH yang ada di Wilayah Terbangun Kota palangka Raya Tabel 2.6 Rencana Luas Kawasan Budidaya di Wilayah Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.7 Proporsi Penduduk Kota Palangka Raya dan Propinsi Kalimantan Tengah berdasar Kelompok Umur Tahun Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor/ Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2 Tahun Tabel 2.9 Struktur Ekonomi Kota Palangka Raya Tahun (persen) Tabel 2.1 Pendapatan Regional Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Harga Konstan 2 Tahun (Rupiah) Tabel 2.11 Tingkat Inflasi Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.12 Distribusi Pendapatan Kota Palangka Raya Tahun Berdasarkan Indeks Gini Tabel 2.13 Indikator Fokus Kesejahteraan Sosial Bidang Pendidikan Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.14a Indikator Fokus Kesejahteraan Sosial Bidang Kesehatan Tahun Tabel 2.14b Indikator Kesejahteraan Sosial Pertanahan dan Ketenaga Kerjaan Tahun Tabel 2.15 Indikator Fokus Kesejahteraan Bidang Seni dan Budaya Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.16 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.17 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Berdasarkkan Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun iv

19 Tabel 2.18 Rasio Murid terhadap Jumlah Gedung Sekolah di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.19 Rasio Murid terhadap Gedung Sekolah setiap Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.2 Rasio Guru terhadap Murid per Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.2.a Data Sekolah Per Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.21 Puskesmas Menurut Karakteristik Wilayah Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.22 Puskesmas dan Jaringannya di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.23 Rasio Puskesmas terhadap Luas Wilayah dan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.24 Sumber Daya Manusia Kesehatan Menurut Tempat Kerja di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.25 Distribusi Sumber Daya Manusia Kesehatan Menurut Pendidikan Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.26 Jenis Bidang Studi yang ditempuh oleh SDM Kesehatan di Lingkungan Pemerintah Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.27 Kegiatan Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.28 Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.29 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.3 Jaringan Irigasi Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.31 Rasio Jaringan Irigasi Menurut Kecamatan Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.32 Rasio Tempat Ibadah Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.33 Rasio Tempat Ibadah Menurut Kecamatan Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.34 Rasio Tempat Pemakaman Umum per Satuan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.35 Jaringan Drainase Kota Palangka Raya Tahunn Tabel 2.36 Informasi Pengelolaan Sampah Kota Palangka Raya Tahun v

20 Tabel 2.37 Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.38 Jumlah Pasar Pemerintah Kota Palangka Raya Tabel 2.39 Jumlah Stok Perumahan Berdasarkan Fungsi Rumah di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.4 Tingkat Kepadatan Pemukiman Kota Palangka Raya Tabel 2.41 Indikator Perumahan Kota Palangka Raya Tabel 2.42 Ruang Terbuka Hijau (RTH) per Satuan Wilayah Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.43 Sarana Prasarana dan Infrastruktur Perhubungan Tabel 2.44 Fasilitas Rambu-Rambu Lalu Lintas di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.45 Traffic Light dan warning Light Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.46 Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.47 Persentase Uji Kir Angkutan Umum Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.48 Lama waktu Uji Kir Angkutan Umum Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.49 Biaya Uji Kir Angkutan Umum Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.5 Peralatan Uji Kir Angkutan Umum Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.51 Jumlah Pelabuhan Udara/Dermaga/Terminal Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.52 Uji Pencemaran Air Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.53 Polutan Indeks Kualitas Air Sungai di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.54 ISPU di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.55 Kebakaran Hutan dan Lahan di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.56 Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun Tabel 2.57 Capaian Indikator Pelayanan Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.58 Indikator Pemberdayaan Perempuan Kota Palangka Raya Tahun vi

21 Tabel 2.59 Indikator Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.6 Indikator Pelayanan Urusan Sosial Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.61 Keadaan Tenaga Kerja, Kesempatan Kerja dan Pengangguran Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.62 Jumlah Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Tahun Tabel 2.63 Rencana PMDN yan Disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.64 Rencana PMA yang disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.65 Rencana dan Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.66 Rencana dan Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Kota Palangka Raya (Juta RP) Tabel 2.67 Jumlah Festival Seni Budaya Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.68 Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya Kota Palangka Raya tahun Tabel 2.69 Organisasi Pemuda dan Sarana Olah Raga Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.7 Aspek Pelayanan Umum Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Tahun Tabel 2.71 Aspek Pelayanan Umum Bidang Otonomi Daerah tentang Perangkat Daerah Tabel 2.72 Produksi, Kebutuhan dan Ketersediaan Pangan Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.73 Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.74 Layanan Komunikasi dan Informasi Tahun Tabel 2.75 Data Menara Telekomunikasi Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.76 Rasio Warnet/Wartel per 1 Penduduk Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.77 Jumlah Perpustakaan, Pengunjung dan Koleksi Buku di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.78 Produksi dan Produktivitas Padi Ladang dan Palawija di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.79 Produksi Buah-Buahan Kota Palangka Raya Tahun vii

22 Tabel 2.8 Produksi Sayur-Sayuran Kota Palangka Raya Tahun (Ton) Tabel 2.81 Kelompok Tani dan Regu Proteksi Tanaman Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.82 Tanaman Perkebunan Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.83 Produksi dan Nilai Ikan, Konsumsi Ikan Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.84 Populasi Ternak Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.85 Populasi Unggas Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.86 Jumlah Keluarga yang menggunakan Listrik PLN Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.87 Sarana Pelayanan Bahan Bakar Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.88 Konsumsi Bahan Bakar Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.89 Sektor Pariwisata Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.9 Jumlah SIUP Perdagangan dan Jasa Menurut Klasifikasi Tahun Tabel 2.91 Kontribusi Sektor dan Pertumbuhan Industri Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.92 Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan Kota Palangka Raya dan Propinsi Kalteng Tahun Tabel 2.93 Bank Pemerintah/Swasta di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 2.94 Angka Kriminalitas Kota Palangka Raya tahun Tabel 2.95 Kejadian Kriminal, demo, Lama Perijinan Kota Palangka Raya Tabel 2.96 Rasio Ketergantungan di Kota Palangka Raya Tahun Tabel 3.1 Komposisi Pendapatan Daerah Kota Palangka Raya Tahun (dalam persen) Tabel 3.2 Rata-Rata Pertumbuhan Kemampuan Pendapatan Daerah Kota Palangka Raya Tahun (dalam persen) Tabel 3.3 Proporsi Belanja Daerah Kota Palangka Raya Tahun (dalam persen) viii

23 Tabel 3.4 Rata-Rata Pertumbuhan Belanja Daerah Kota Palangka Raya Tahun (dalam persen) Tabel 3.5 Analisis Rasio Keuangan Kota Palangka Raya Tahun (dalam persen) Tabel 3.6 Surplus Defisit Pembiayaan Kota Palangka Raya Tahun (dalam persen) Tabel 3.7 Realisasi Pembiayaan APBD Kota Palangka Raya Tahun (dalam persen) Tabel 3.8 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Palangka Raya Tahun (dalam persen) Tabel 3.9 Nilai Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung dengan Rata-Rata Pertumbuhan (dalam Rupiah) Tabel 3.1 Proyeksi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung (dalam Juta) Tabel 3.11 Realisasi Pendapatan Daerah Kota Palangka Raya Tahun (dalam Rupiah) Tabel 3.12 Belanja Langsung dan Tidak Langsung Kota palangka Raya Tahun (dalam Rupiah) Tabel 3.13 Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Palangka Raya Tahun Tabel 3.14 Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Palangka Raya Tahun Tabel 4.1 Analisis SWOT untuk menyusun Strategi Umum Kota Palangka Raya Tabel 4.2 Keterkaitan antara Strategi Umum dan Visi Misi Wali Kota dan Wakil Wali Kota terpilih Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kota Palangka Raya Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kota Palangka Raya Misi Pertama Tabel 6.2 Strategi, Arah dan Kebijakan Kota Palangka Raya Misi Kedua Tabel 6.3 Strategi, Arah dan Kebijakan Kota Palangka Raya Misi Ketiga... 2 Tabel 6.4 Strategi, Arah dan Kebijakan Kota Palangka Raya Misi Keempat Tabel 6.5 Strategi, Arah dan Kebijakan Kota Palangka Raya Misi Kelima Tabel 7.1 Sasaran dan Pembangunan Kota Palangka Raya Tabel 8.1 Indikasi Rencana Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan Kota Palangka Raya ix

24 Tabel 9.1 Penetapan Indikator Daerah terhadap Capaian Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan x

25 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Sistem Perencanaan RPJMD Kota Palangka Raya... 8 Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Palangka Raya xi

26 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Kota Palangka Raya dan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Grafik 2.2 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta di Kota Palangka Raya Tahun Grafik 2.3 Posyandu Balita dan Posyandu Lansia di Kota Palangka Raya Tahun Grafik 2.4 Sumber Daya Manusia Kesehatan Menurut Jenis Kelamin di Kota Palangka Raya Tahun Grafik 2.5 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Palangka Raya Tahun Grafik 2.6 AKI di Kota Palangka Raya Tahun Grafik 2.7 AKABA di Kota Palangka Raya Tahun Grafik 2.8 Umur Harapan Hidup (UHH) Kota Palangka Raya Tahun xii

27 DAFTAR DIAGRAM Halaman Diagram 4.1 Analisis Aspek Kesejahteraan Ekonomi dan Sosial Kota Palangka Raya Diagram 4.2 Kompleksitas Pelayanan Pendidikan di Kota Palangka Raya Diagram 4.3 Permasalahan Terkait dengan Kesehatan di Kota Palangka Raya Diagram 4.4 Permasalahan Terkait dengan Pelayanan Umum di Kota Palangka Raya Diagram 4.5 Permasalahan Rentannya Ketahanan Pangan di Kota Palangka Raya Diagram 4.6 Permasalahan Degrasasi Lingkungan Hidup di Kota Palangka Raya Diagram 4.7 Permasalahan Terkait dengan Daya Saing Daerah Diagram 4.8 Permasalahan Pembangunan di Kota Palangka Raya xiii

28 BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 24 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 27 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah mengamanatkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu disusun perencanaan pembangunan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, maka Pemerintah Kota Palangka Raya perlu menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palangka Raya Tahun Penyusunan RPJMD tersebut diawali dengan proses teknokratik dan proses politik yang ditempuh dalam kerangka pelaksanaan perencanaan partisipatif melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbang) RPJMD. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 28 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah menyebutkan bahwa perencanaan pembangunan adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/kota dalam jangka waktu tertentu. Penyusunan RPJMD dilakukan dengan tiga pendekatan penting, pertama pendekatan teknokratik yakni proses penyusunan berdasarkan analisis-analisis data teknis dari masing-masing bidang kewenangan serta memadukan berbagai dokumen perencanaan yang sudah ada, kedua 1

29 pendekatan partisipatif yakni dengan memberikan kesempatan kepada stakeholder untuk memberikan masukan, saran dan kritikan atas rancangan RPJMD, dan ketiga pendekatan politis yakni menetapkan RPJMD melalui proses legislasi daerah dalam bentuk peraturan daerah. RPJMD Kota Palangka Raya merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang mengakomodir berbagai aspirasi masyarakat Kota Palangka Raya untuk jangka waktu lima tahun ke depan guna mengarahkan semua sumber daya yang dimiliki dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan dan mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. RPJMD ini merupakan tahapan kedua dari RPJPD Kota Palangka Raya Tahun Untuk mewujudkan keterkaitan program pembangunan kota, provinsi, maupun pusat, maka RPJMD juga disusun dengan mengacu dan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun DASAR HUKUM PENYUSUNAN RPJMD Kota Palangka Raya Tahun merupakan dokumen dalam perencanaan pembangunan daerah dan landasan hukum dalam penyusunannya adalah sebagai berikut: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapradja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2

30 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 24 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 14 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 28 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 28 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 33 tahun 24 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 4438); 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 27 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 27 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47); 1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 27 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 11. Undang-undang Nomor 27 Tahun 29 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan 3

31 Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 29 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 29 Nomor 543); 12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 29 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 29 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 559); 13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 211 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 211 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 21 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 21 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 49); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 21 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 21 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4124); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 25 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 25 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 25 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 4

32 19. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 26 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 26 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 26 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 26 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 27 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 27 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 27 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 27 Nomor 89,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 25 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 28 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 28 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 28 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 28 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 28 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 5

33 28 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 27. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 28 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 28 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 28. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 21 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 29. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 21 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 21 Nomor 21 Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 513); 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 26 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 27 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 26 tentang Pedoman Pengelolaan Keungan Daerah, dan terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 211 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 26 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 21 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 212 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah; 33. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 28 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 28 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kota Palangka 6

34 Raya Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 2 Tahun 212 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 211 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Nomor 4); 34. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 6 Tahun 29 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Palangka Raya Tahun HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Sistem Perencanaan Pembangunan adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rangkaian rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat baik di tingkat pusat maupun daerah. Penyusunan RPJMD tidak dapat dilepaskan dari berbagai dokumen perencanaan terkait, baik yang dihasilkan oleh komponen vertikal maupun horisontal. Dari komponen vertikal, RPJM Nasional menjadi acuan terutama dalam pengenalan dan penyelarasan program pembangunan. Bagi pemerintahan daerah, RPJM Nasional menjadi dokumen yang harus diperhatikan dan prioritas-prioritas nasional perlu dijabarkan ke dalam program-program pembangunan daerah sebagai bagian dari negara kesatuan Republik Indonesia. RPJM Daerah Provinsi Kalimantan Tengah digunakan untuk menyelaraskan strategi pembangunan Kota Palangka Raya dengan pembangunan regional Provinsi kalimantan Tengah. Keterkaitan berbagai dokumen perencanaan yang disebutkan digambarkan sebagai berikut: 7

35 Gambar 1.1 Sistem Perencanaan RPJMD Kota Palangka Raya Renstra KL Pedoman Renja KL Pedoman RKA- KL Rincian APBN RPJP Nasional Pedoman RPJM Nasional Dijabarkan RKP Pedoman RAPBN APBN P U S A T Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui Musrenbang RPJPD Kalteng Pedoman Diacu RPJPMD Kalteng Renstra SKPD Dijabarkan Pedoman RKP Daerah Renja SKPD Pedoman RAPBD RKA SKPD APBD Rincian APBD P R O V I N S I Visi Misi Walikota Palangka Raya Kajian Diacu Diperhatikan 1. Komitmen Stakeholders 2. Permasalahan pembangunan daerah 3. Isu-isu Strategis 4. Tata Ruang RPJPMD Palangka Raya Renstra SKPD Dijabarkan Pedoman RKP Daerah Renja SKPD Diserasikan melalui Musrenbang Pedoman RAPBD RKA SKPD APBD Rincian APBD K O T A 1.4. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan RPJMD Kota Palangka Raya periode ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 28 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan 8

36 Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 21 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dengan Sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan, berisikan latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika penulisan, maksud dan tujuan. Bab II. Gambaran Umum Daerah, menguraikan aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat,aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah. Bab III. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kerangka Pendanaan, mencakup gambaran kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu dan kerangka pendanaan. Bab IV. Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Kota Palangka Raya, menguraikan tentang permasalahan pembangunan dan isu strategis. Bab V. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, berisikan visi, misi, tujuan dan sasaran. Bab VI. Strategi dan Arah Kebijakan, menguraikan tentang strategi dan arah kebijakan yang tempuh dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Bab VII. Kebijakan Umum dan Pembangunan Daerah, menguraikan tentang kebijakan umum dan program pembangunan daerah. Bab VIII. Indikasi Rencana Prioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan, berisi tentang program prioritas untuk pencapaian visi misi, serta program prioritas untuk pencapaian visi misi dan layanan urusan pemerintahan daerah yang disertai dengan kebutuhan pendanaan. 9

37 Bab IX. Bab X. Penetapan Indikator Daerah, menguraikan tentang indikator kinerja daerah yang meliputi aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah. Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan, menguraikan tentang pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan MAKSUD DAN TUJUAN Maksud penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palangka Raya Tahun adalah: 1. Untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran selama 5 (lima) tahun yang akan datang. 2. Memberikan arah pembangunan dalam jangka lima tahun ke depan. 3. Untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pelaku pembangunan di Kota Palangka Raya. 4. Untuk menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan. 5. Menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan kota, antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintah. 6. Memberikan tolok ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan setiap satuan kerja perangkat kota. Sedangkan tujuan penyusunan RPJMD adalah tersedianya dokumen perencanaan kota untuk periode 5 (lima) tahun yang selanjutnya dijadikan sebagai pedoman atau acuan dalam menetapkan: (a) arah kebijakan keuangan Kota Palangka Raya, (b) strategi pembangunan Kota Palangka Raya, (c) kebijakan umum, (d) program SKPD dan lintas SKPD, serta (e) program kewilayahan yang disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. 1

38 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 ASPEK GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS Luas dan Batas Administrasi Kota Palangka Raya secara resmi ditetapkan sebagai Ibu Kota Propinsi Kalimantan Tengah pada tanggal 17 Juli Secara geografis Kota Palangka Raya terletak pada Bujur Timur dan Lintang Selatan. Secara administrasi berbatasan dengan : Sebelah Utara Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Mas : Kabupaten Gunung Mas dan Kabupaten Pulang Pisau Sebelah Selatan : Kabupaten Pulang Pisau Sebelah Barat : Kabupaten Katingan Berdasarkan Perda No. 32 tahun 22 secara administratif Kota Palangka Raya dibagi menjadi 5 kecamatan dan 3 kelurahan. Peta batas wilayah Kota Palangka Raya disajikan pada gambar di bawah ini. Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Palangka Raya 11

39 2.1.2 Luas Wilayah, Topografi dan Kemiringan Kota Palangka Raya mempunyai luas wilayah 2.678,51 Km 2. Tabel 2.1 menyajikan pembagian luas wilayah Kota Palangka Raya berdasar kecamatan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Rakumpit yang memiliki luas hampir 1 kali lipat luas Kecamatan Pahandut yang memiliki luas paling kecil. Tabel 2.1 Luas Wilayah Administrasi Kota Palangka Raya 213 No Kecamatan Kelurahan Luas (Km 2 ) %Wil.Kota 1. Pahandut Pahandut 9,5,35 Ibu kota: Panarung 23,5,88 Pahandut Langkai 1,,37 TumbangRungan 23,,86 Tanjung Pinang 44, 1,64 Pahandut Seberang 7,25,27 Luas KecamatanPahandut 117,25 4,38 2. Sabangau KerengBangkirai 27,5 1,1 Ibu kota: Sabaru 152,25 5,68 Kalampangan Kalampangan 46,25 1,73 KamelohBaru 53,5 2, BerengBengkel 18,5,69 DanauTundai 42,5 1,59 Luas KecamatanSabangau 583,5 21,78 3. JekanRaya Menteng 31, 1,16 Ibu kota: Palangka 24,75,92 Palangka BukitTunggal 237,12 8,85 PetukKatimun 59,75 2,23 Luas KecamatanJekanRaya 352,62 13,16 4. BukitBatu Marang 124, 4,63 Ibukota: TumbangTuhai 44,84 1,67 Tangkiling Banturung 56,44 2,11 Tangkiling 78,64 2,94 Sei Gohong 89, 3,32 Kanarakan 15,5 3,94 Habaring Hurung 73,58 2,75 Luas KecamatanBukitBatu ,36 5. Rakumpit PetukBukit 283,67 1,59 Ibukota: PagerJaya 193,35 7,22 12

40 Mungku Baru Panjehang 39,43 1,47 GaungBaru 59,8 2,21 PetukBarunai 147,1 5,49 MungkuBaru 187,25 6,99 BukitSua 143,26 5,35 Luas KecamatanRakumpit 1 53,14 39,32 (Sumber: Bagian Administrasi Pemerintahan,Setda 213) Sebagian besar Kota Palangka Raya relatif datar (-3%), di wilayah Bukit Tangkiling Kecamatan Bukit Batu terdapat bukit berbatu dengan kemiringan lahan > 4%. Berdasarkan peta topografi skala 1 : 25., morfologi wilayah perencanaan merupakan daerah dataran rendah, dengan ketinggian rata-rata kurang dari 6 m dari muka laut. Daerah morfologi pegunungan rendah dengan ketinggian antara 3-6 meter membentang dengan arah Utara-Selatan dan membagi lembah aliran Sungai Kahayan dan Sungai Rungan dibagian barat Geologi dan Tanah Geologi wilayah Kota Palangka Raya termasuk di dalam peta geologi lembar Palangka Raya skala 1: 25. dan lembar Banjarmasin skala 1 : 1... Hampir seluruh wilayah perencanaan ditempati oleh formasi batuan yang relatif berumur muda, yaitu plistosen hingga holosen. Struktur geologi Kota Palangka Raya sebagian besar disusun dari batuan kwarsa dan dari endapan kuarter. Endapan kuarter ini membentuk lahan bergambut sehingga kurang cocok untuk dikembangkan sebagai lahan perkotaan. Lahan jenis ini terletak di wilayah selatan Kota Palangka Raya yaitu di Kecamatan Sabangau. Wilayah utara Kota Palangka Raya struktur batuannya terbentuk dari endapan mineral batu kwarsa, kaolin dan granodiarit (batu gunung) yang memiliki sifat daya tekan yang kuat dan kestabilan tanah dan batuan yang tinggi. Sebaran batuan ini sebagian besar berada di Kecamatan Bukit Batu dan merupakan kawasan pertambangan dan galian. Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kota Palangka Raya meliputi podsol, regosol, organosol, 13

41 aluvial, litosol, dan podsolik merah kuning yang menyebar di sekitar bentaran sungai dan danau. Berdasarkan peta geologi (tahun 21) sebaran bahan galian di wilayah Kota Palangka Raya, potensi bahan galian yang terdapat di setiap formasi batuan dijelaskan oleh tabel 2.2. Tabel 2.2 Susunan Stratigrafi Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 21 Formasi/Sat uan Batuan Aluvium Formasi Dahor Granit Penjelasan Batuan Terdiri dari lempung kaolit, pasir, kerakal, lanau dan gambut. Bahan galian industri yang diharapkan dari formasi satuan ini adalah lempung kaolinit, pasir dan kerakal Terdiri dari batu pasir kuarsa, konglomerat kuarsa, batu lempung, setempatlignit dan imonit. Bahan galian industri yang diharapkan dari formasi ini adalah batu pasir kuarsa, konglomerat kuarsa, batu lempung dan gambut Terdiri dari granit, granodiorit dan diorit. Semua jenis batuan tersebut merupakan bahan galian industri C untuk keperluan industri bangunan Luas Ha 11.61, , ,2 Jumlah , (Sumber: Peta Geologi Lembar Palangka Raya, Direktorat Geologi di Bandung, 21) Jenis tanah yang terbentuk di suatu daerah dipengaruhi oleh struktur batuan induk yang oleh proses bio-fisik atau proses pelapukan akan membentuk jenis tanah tertentu. Oleh karena itu sifat batuan secara geologis akan menentukan kesuburan tanah dan kemudian berpengaruh terhadap kesesuaian penggunaan untuk budidaya tanaman Hidrologi Kota Palangka Raya memiliki 3 Sungai yakni Kahayan, Rungan dan Sabangau. Pola aliran sungai tersebut memperlihatkan pola aliran meranting dengan stadium aliran dewasa hingga tua, yang ditandai oleh pola meander yang sangat kuat hingga membentuk danau-danau kecil sebagai akibat meander terpotong. Sungai Kahayan, Rungan dan Sabangau dengan anak- 14

42 anak sungainya adalah prasarana transportasi alam yang sangat penting, karena sungai-sungai tersebut menghubungkan wilayah Kota Palangka Raya dengan wilayah sekitarnya. Sebagian besar penduduk Kota Palangka Raya memanfaatkan air permukaan dangkal (sumur) sebagai air untuk kebutuhan hidupnya (minum, memasak dan mencuci), dan sebagian lagi memanfaatkan air sungai sebagai sumber air bersih. Tabel di bawah ini menjelaskan tentang deskripsi kondisi Hidrologis Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 27. Tabel 2.3 Sebaran Potensi Air Tanah Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 27 Potensi AirTanah Air Tanah Dangkal Air Tanah Menengah Datar Luas (Ha) (%) Deskripsi ,79 72, ,21 27,66 Total Luas , 1, Daerah dengan aquater sistem yang masih dipengaruhi oleh keberadaan jalur sungai, baik sungai utama Rungan / Kahayan, Sabangau dan sungai-sungai lainnya yang tersebar pada daerah sekitar Kahayan, baik sebagai anak-anak sungai maupun alur-alur drainase alam lainnya yang pembuangannya langsung ke sungai besar yang terdekat. Daerah dengan aquater sistemnya sangat dipengaruhi oleh kondisi rawa gambut baik yang dangkal maupun yang sepanjang tahun tetap basah. (Sumber: Peta Geohidrologis lembar Palangka Raya, Dir.Jend Geologi Umum Bandung, 27) Klimatologi iklim di Kota Palangka Raya menurut sistem iklim Schmid dan Ferguson, termasuk ke dalam kelas Af (iklim tropis, tanpa musim kemarau yang nyata atau pada bulan terkering>32 C). Sedangkan menurut klasifikasi Oldeman, iklim di Kota Palangka Raya termasuk ke dalam kelas B1 karena pada bulan basah selama 7 bulan berturut-turut sedangkan bulan kering hanya terjadi 4 bulan. 15

43 2.1.6 Potensi Pengembangan Wilayah Potensi pengembangan wilayah Kota Palangka Raya dapat dilihat pada pola ruang wilayah yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota Palangka Raya tahun Tabel 2.4 menyajikan struktur pola ruang kota Palangka Raya dan kondisi pemanfaatan ruang saat ini. Tabel itu menginformasikan bahwa terdapat perbedaan antara recana RTRW dengan kondisi eksisting sekitar,1%, sebuah perbedaan yang sangat kecil. Kekurangan kawasan ada pada peruntukan kawasan lindung dengan kelebihan pada kawasan peruntukan lainnya. Tabel 2.4 Pola Ruang Eksisting dan Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Palangka Raya Peruntukkan Lahan Eksisting(21) Luas (Ha) % Rencana(23) Luas (Ha) % Beda % Kawasan Lindung a. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Bawahannya , ,4 5,89 b. Kawasan Perlindungan Setempat , ,5 2,34 c. Kawasan RTH, Hutan Kota 1.45, ,6,9 d. Kawasan Cagar Budaya 281,1 352,1, Kawasan Budidaya a. Kawasan Perumahan , ,9 6,76 b. Kawasan Perdagangan, Jasa 35,11 489,2,9 c. Kawasan Perkantoran 45,16 527,2,4 d. Kawasan Industri , 1, e. Kawasan Pariwisata 848, ,7 4,4 f.kawasan Bandara Tjilik Riwut 2,7 217,1,3 g. Kawasan Peruntukkan lainnya , ,3 (2,64) ,1 (Sumber: Laporan Akhir Rencana Penyusunan Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palangka Raya, 212) 16

44 Kawasan Lindung Kawasan lindung berfungsi memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kota Palangka Raya yang meliputi: area sempadan Sungai Rungan/Kahayan dan Sungai Sabangau, kawasan resapan air dan atau kawasan yang mempengaruhi terhadap tata air di daerah utara kota di wilayah Kecamatan Rakumpit, kawasan hutan rawa gambut di Kelurahan Kereng Bangkirai, Kelurahan Kalampangan, Kelurahan Bereng Bengkel, Kelurahan Sabaru, Kelurahan Danau Tundai, Kelurahan Kameloh Baru, Kelurahan Tanjung Pinang, Kelurahan Petuk Katimpun, Kelurahan Marang, Kelurahan DanauTahai, Kelurahan Hambaring Hurung, kelurahan Tangkiling, Kelurahan Sei Gohong, Kelurahan Kanarakan, Kelurahan Petuk Bukit, Kelurahan Pager Jaya, Kelurahan Gaung Baru, Kelurahan Panjehang,dan Kelurahan Petuk Barunai. Kawasan perlindungan setempat di wilayah Kota Palangka Raya sebagian besar terkonsentrasi di kawasan sempadan Sungai Rungan, dan beberapa danau (sungai mati), yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai dan danau. Perlindungan terhadap sempadan sungai dan danau dilakukan untuk melindungi fungsi sungai dan danau dari kegiatan budi daya yang dapat mengganggu, merusak kondisi sungai sekaligus mengamankan aliran sungai. Rencana pengembangan Kawasan Cagar Budaya di wilayah Kota Palangka Raya diarahkan pada kawasan Bukit Tangkiling dan sekitarnya dengan cakupan luas 352 ha atau,1% dari luas keseluruhan wilayah Kota Palangka Raya. Pengelolaan kawasan cagar budaya di wilayah Kota Palangka Raya dapat dilakukan melalui: mempertahankan keberadaannya dan dijaga kelestariannya melalui upaya konservasi bangunan dan lingkungan, membangun infrastruktur pendukung yang berfungsi menjaga kelestarian kawasan, menyediakan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan budi daya di sekitar kawasan cagar budaya, menetapkan kegiatankegiatan budi daya yang diperbolehkan di sekitar kawasan cagar budaya. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Palangka Raya 17

45 dilengkapi fasilitas RTH yang dibutuhkan terdiri dari tempat bermain, taman, lapangan olah raga. Pengaturan RTH di wilayah Kota Palangka Raya berpedoman pada jumlah penduduk. Pada setiap unit lingkungan kecil akan dibangun taman dan tempat bermain, sedangkan setiap 2-3 unit lingkungan besar akan dibangun sebuah lapangan olah raga dan tempat rekreasi. Dengan berpedoman kepada hal-hal tersebut, maka pengembangan ruang terbuka hijau di wilayah Kota Palangka Raya adalah taman dan lapangan olah raga melalui penataan lansekap yang lebih baik, sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi. Dan areal lokasinya menyebar ke setiap unit lingkungan kelurahan dan kecamatan di wilayah Kota Palangka Raya. Hutan Kota di wilayah Kota Palangka Raya yang akan direncanakan, umumnya memusat di bagian Kelurahan Tumbang Rungan yakni sempadan sungai Rungan. Luasan ini direncanakan sebagai luasan untuk RTH secara keseluruhan di wilayah Kota Palangka Raya, dengan lokasi yang menyebar ke setiap kecamatan hingga ke setiap kelurahan. Tabel 2.5 menyajikan jenis RTH yang ada di kota Palangka Raya. Tabel 2.5 Areal dan Lokasi RTH yang Ada di Wilayah Terbangun Kota Palangka Raya No Jenis RuangTerbuka Hijau Taman Kota di areal bundaran besar,bundaran burung dan areal bundaran-bundaran simpul jalan utama kota Taman Kota di areal residu lahan pengembangan jalan utama kota dan taman kota yang telah direncanakan sebagaimana dalam RTDTR Kawasan perkotaan seperti di sebagian wilayah Kelurahan Palangka, Panarung dan Kelurahan Langkai Hutan Kota dan ruang yang dicanangkan sebagai RTH sebagaimana yang diusulkan pemerintah Kota Palangka Raya di sebagian wilayah Kelurahan Tumbang Rungan Luas (Ha) (%) 34,6 32, ,4 4. Areal Garis Sempadan Jalan terhadap Bangunan (GSB) Pada jalan Utama Kota di Jalur Jln Tjilik Riwut 1,17 5. Areal GSB pada Jalur atau ruas Jln Yos Sudarso 18,3 6. Areal GSB pada Jalur atau ruas Jln George Obos 125,21 7. Areal GSB pada Jalur atau ruas Jln RTA Milono 185,31 Total 2,466 4,14 (Sumber: Laporan Akhir Rencana Penyusunan Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palangka Raya, 212) 18

46 Kawasan Budidaya Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan dengan penggunaan lahan tertentu sebagai bagian dari kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Kawasan ini terdiri atas perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, pariwisata, bandara dan peruntukan lainnya. Tabel 2.6 menyajikan rencana kawasan Budidaya kota Palangka Raya tahun 23. Tabel 2.6 Rencana Luas Kawasan Budidaya di Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 23 No 1. Perumahan Kawasan Eksisting 21 Rencana 23 Luas (Ha) (%) Luas(Ha) (%) a.perumahan Kepadatan Tinggi 79, ,28 b.perumahan Kepadatan Sedang 1.43, ,12 c.perumahan Kepadatan Rendah , ,46 2. Perdagangan dan Jasa 385,14 489,17 3. Perkantoran 482,17 527,19 4. Industri 2.738,96 5. Pariwisata , ,7 6. Bandara 118,4 217,8 7. Peruntukan lainnya a.fasilitas Pelayanan Umum 583,21 694,24 b.peruntukan Kegiatan Informal 43,14 59,18 c.peruntukan Evakuasi Bencana d.peruntukan Militer 23,8 23,8 e.peruntukan Pertanian , ,84 f.peruntukan Pertambangan , ,93 Kawasan Budidaya , ,23 (Sumber: Laporan Akhir Rencana Penyusunan Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palangka Raya, 212) Kawasan Peruntukan Perumahan Rencana pengembangan perumahan dan permukiman kota tidak di lakukan di kawasan cagar budaya, kawasan dengan kapasitas prasarana yang terbatas, atau tingkat pelayanan jalannya rendah. Pengembangan 19

47 kawasan peruntukan permukiman berkepadatan tinggi diarahkan pada sekitar wilayah pengembangan di Kelurahan Panarung (Kecamatan Pahadut) Kelurahan Menteng Kecamatan Jekan Raya atau pusat wilayah pengembangan dengan luas rata-rata 2m²/unit persil rumah hunian. Rencana pengembangan kawasan peruntukan perumahan kepadatan sedang di wilayah pengembangan ini adalah minimal 2 m 2 per unit persil rumah hunian. Arahan pengembangan yang diprioritaskan untuk pengembangan permukiman dengan tingkat kepadatan sedang ini, selain tetap mengisi lahan kosong yang ada pada kawasan permukiman yang ada, juga pengembangan kawasan permukiman baru yang seiring dengan realisasi rencana jalur jalan lingkar luar mulai dari intensifikasi kawasan permukiman di Kelurahan Palangka hingga ke kawasan permukiman baru di Kelurahan Bukit Tunggal dan sekitarnya. Pengembangan kawasan peruntukan permukiman berkepadatan rendah diarahkan pada pinggiran kota yang direncanakan, dengan rata-rata luas 2m² per persil unit hunian perumahan. Wilayah pengembangan di Kecamatan Bukit Batu mencakup ( Kelurahan Marang, Tumbang Tuhai, Banturung, Tangkiling, Sei Gohong, Kanarakan, dan Habaring Hurung), Kecamatan Rakumpit meliputi Kelurahan Petuk Bukit, Pager, Gaung Baru, Panjehang, Mungku Baru, Petuk Barunai, dan Bukit Sua. Pengembangan Kawasan Peruntukan Permukiman Khas Perairan Sungai (Lanting) Kawasan permukiman lanting dalam penertibannya erat kaitannya dengan penetapan areal sempadan sungai dan danau. Untuk itu kawasan lanting yang sebagian besar berada di pusat-pusat lingkungan kelurahan yang linier dengan jalur sungai Rungan, Kahayan dan sungai Sabangau masih tetap di berlakukan ketentuan lebar sempadannya 1-5 m dari air pasang tertinggi kedaratan, atau dari tepian sungai dengan kedalam minimal 3 m ke arah daratan yang mencapai tingkat kedalaman kurang dari 3 minimal. 2

48 Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa melayani kebutuhan akan barang dan jasa yang dilakukan untuk perdagangan eceran dan grosir. Perdagangan eceran dilakukan di Kelurahan Langkai dan Perdagangan grosir dilakukan di Kelurahan Pahandut dan sekitarnya. Rencana pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut: 1. Pengaturan setiap kegiatan perdagangan dan jasa untuk menyediakan ruang parkir yang mencukupi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta pembuatan aturan pemasangan iklan luar ruang; 2. Pengembangan perdagangan dengan komoditi yang diproduksi kegiatan industri yang ada dan mendukung sektor pertanian yang ada di sekitar wilayah Kota Palangka Raya, kegiatan perdagangan grosir skala regional dilakukan ke Kelurahan Palangka dan Panarung 3. Pengembangan jasa berupa jasa keuangan (bank, asuransi, keuangan non-bank, pasar modal), jasa pelayanan (komunikasi, konsultan,kontraktor), jasa profesi (pengacara, dokter praktek, psikolog), jasa perdagangan (ekspor-impor dan perdagangan berjangka), serta jasa pariwisata (agen, biro perjalanan, dan penginapan) di arahkan ke wilayah Kota Palangka Raya bagian selatan Kalampangan dan Kereng Bangkirai serta sisi jalan arteri primer dan arteri sekunder sesuai dengan peruntukannya Kawasan Peruntukan Perkantoran Tumbuh dan berkembangnya kawasan perkantoran di Kota Palangka Raya terkonsentrasi di jalur jalan utama kota yakni jalan Tjilik Riwut dan jalan Yos Sudarso. Jalur jalan utama kota ini merupakan jalur yang melintasi pada sub kawasan di sebagian wilayah Administrasi Kecamatan Jekan Raya dan Pahandut. Jalan Tjilik Riwut merupakan jalur jalan regional penghubung Palangka Raya ke Kabupaten Katingan, dan kawasan ini merupakan kawasan baru untuk pengembangan pusat Kota Palangka Raya bagian Barat. Sementara jalan Yos Sudarso merupakan 21

49 salah satu jalur jalan yang memiliki nilai historis yaitu jalan utama kota yang terbentuk seiring dengan sejarah terbentuknya Kota Palangka Raya Kawasan Peruntukan Industri Sektor perindustrian yang akan dikembangkan di wilayah Kota Palangka Raya adalah sektor industri kecil dan menengah yang berwawasan lingkungan. Kawasan Industri menengah tersebut di kembangkan pada Kelurahan Kalampangan di Kecamatan Sabangau. Sedangkan industri kecil yang di kembangkan di pusat lingkungan pada Kelurahan Bereng Bengkel Kecamatan Sabangau dan Kelurahan Tanjung Pinang Kecamatan Pahandut. Pengembangan kawasan kegiatan industri di rencanakan menempati kawasan di Kalampangan, Bereng Bengkel dan Tanjung Pinang bagian selatan Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan peruntukan pariwisata yang dikembangkan mencakup destinasi dan sarana pendukungnya untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan pariwisata baik lokal, regional dan nasional yang meliputi: 1. Pariwisata yang memiliki tujuan kelestarian tradisional dan budaya Dayak yang ada di wilayah Kota Palangka Raya maupun yang mewakili dayak pada umumnya di Kalimantan Tengah. Kawasan peruntukan pariwisata ini berada di bagian wilayah Kelurahan Marang; 2. Pariwisata tepian sungai dan danau Rungan dikembangkan di Kelurahan Tumbang Rungan, pariwisata yang memanfaatkan daerah sungai mati (danau) dan tepian sungai Rungan; 3. Pariwisata yang memiliki tujuan kelestarian alam dan lingkungan, serta upaya penangkaran hewan primateoa berupa kebun binatang di Kecamatan Sabangau; 4. Pariwisata kuliner dikembangkan di daerah ikon Kota Palangka Raya pada daerah Jembatan di Kelurahan Pahandut Seberang; 5. Pariwisata minat khusus (olahraga otomotif) dikembangkan di Kelurahan Sabaru Kecamatan Sabangau; 22

50 Kawasan Peruntukan Bandara Kota Palangka Raya sebagai pusat kegiatan regional mempunyai fungsi dan peranan yang telah ditetapkan dalam RTRW Nasional sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Fungsi dan peran kota ini selain telah didukung oleh infrastruktur lainnya, maka badara Tjilik Riwut merupakan sarana penunjang yang sudah ada. Pengembangan Bandara Tjilik Riwut ke depannya direncanakan dengan lahan kurang lebih 217 Ha atau,1% dari luas keseluruhan wilayah Kota Palangka Raya. Pengembangan yang dilakukan adalah penambahan panjang landasan pacu pesawat yang ada hingga panjang landasan pacu yang sesuai bagi berbagai maskapai penerbangan lingkup nasional maupun internasional. Dan pengembangan sarana lainnya termasuk perkantoran, lahan parkir,dan kawasan kegiatan lainnya yang terkait dengan aktivitas di BandaraTjilik Riwut Kawasan Peruntukan Lainnya - Kawasan peruntukan fasilitas pelayanan umum meliputi : 1. Kawasan peruntukan fasilitas pelayanan umum terdiri dari fasilitas pendidikan, kesehatan, dan peribadatan. Kawasan pendidikan dikembangkan untuk melayani kebutuhan pendidikan bagi kegiatan pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Rencana pengembangan kawasan peruntukan pendidikan tinggi dikembangkan di Kelurahan Pahandut Seberang Kecamatan Pahandut. 2. Kawasan peruntukan kesehatan dikembangkan untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakat Kota Palangka Raya dan/atau Provinsi Kalimantan Tengah. Kawasan peruntukan kesehatan ini dikembangkan di Kelurahan Menteng dan Palangka, KelurahanTangkiling,dan Kelurahan Petuk Bukit. 3. Pengembangan kawasan peruntukan peribadatan dikembangkan di Kalampangan, Kereng Bangkirai, Tangkiling, Petuk Bukit dan Mungku Baru. 23

51 Kawasan Peruntukan Ruang Bagi Kegiatan Sektor Informal Rencana pengembangan kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal, khususnya Pedagang Kaki Lima (PK5) di Kota Palangka Raya dilakukan dengan menetapkan lokasi-lokasi kegiatan perdagangan informal yang tidak mengganggu kepentingan umum sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk kegiatan sektor informal adalah di Kawasan Taman dan Kawasan Kampus UNPAR, Jalan Yos Sudarso, dan Jalan G.Obos. Rencana pengembangan kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal perdagangan dan jasa di Kota Palangka Raya dapat dilakukan melalui pengaturan setiap kegiatan perdagangan dan jasa untuk menyediakan ruang parkir yang mencukupi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pembuatan aturan pemasangan iklan luar ruang, pengembangan perdagangan dengan komoditi yang diproduksi kegiatan industri yang ada dan mendukung sektor pertanian yang ada di sekitar Kota Palangka Raya Kawasan Peruntukan Militer Kawasan peruntukan militer ditetapkan untuk kegiatan bidang pertahanan dan keamanan Kota Palangka Raya berada di wilayah Kelurahan Pahandut dan Kelurahan Bukit Tunggal Kawasan Peruntukan Pertanian Kawasan peruntukan pertanian (termasuk perkebunan dan kehutanan rakyat) adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian,termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat bermukim di pinggiran Kota Palangka Raya. Pertanian yang sedang dikembangkan sekarang adalah pertanian tanaman pangan lahan basah di wilayah Kecamatan Rakumpit. Pengembangan perkebunan, khususnya perkebunan karet rakyat juga saat sekarang sedang dikembangkan pada areal kurang lebih 8.2 Ha di Kelurahan Pager dan Petuk Bukit Kecamatan Rakumpit. Pertanian untuk pengembangan komoditi Jagung dan kacangkacangan pada lahan +5.7 Ha di Kelurahan Kameloh Baru, 24

52 Kalampangan, Sabaru dan Bereng Bengkel Kecamatan Sabangau. Lahan pertanian yang dipertahankan umumnya berada di Kecamatan Rakumpit, Bukit Batu dan Sabangau. Mengingat lapangan usaha di sektor pertanian dan perkebunan mencapai lebih dari 18%, bahkan hingga 2 tahun mendatang lapangan usaha di sektor pertanian (perkebunan dan kehutanan) akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk sehingga penyediaan lapangan usaha di sektor pertanian ini jadi orientasi penggalian nilai ekonomi yang efektif dan perlu dilakukan konversi lahan pertanian. Upaya pengembangan kawasan peruntukan pertanian di wilayah Kota Palangka Raya adalah sebagai berikut: pengembangan lahan pertanian untuk budidaya komoditas jagung, kacang-kacangan, mete, mangga, dan jenis komoditi holtikultura lainnya; pengembangan pertanian lahan kering dan basah untuk peningkatan ketahanan pangan; membatasi alih fungsi lahan pertanian yang produktif untuk kegiatan budidaya yang sifatnya terbangun; mempertahankan jaringan prasarana irigasi di kawasan pertanian yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi geografis; inventarisasi lahan dan pemilik lahan pertanian serta potensi kebutuhan air baku bagi pertanian Potensi Rawan Bencana Kejadian kebakaran akibat titik api gambut kering pada musim kemarau dan banjir yang terjadi pada musim hujan di Kota Palangka Raya tercatat sebagai bencana sepanjang tahun belakangan ini, dimana tanah gambut yang dulunya tidak mudah terbakar karena selalu tergenang air, kini sudah menjadi bagian yang sulit dihindarkan dari api. Wilayah-wilayah yang masuk dalam klasifikasi tingkat kerawanan kebakaran sangat tinggi adalah wilayah pusat kegiatan kota di wilayah Kecamatan Pahandut. Atas dasar gambaran lokasi-lokasi rawan bencana karena alam tersebut, maka jalur evakuasi yang diarahkan guna menyelamatkan dari bencana tersebut adalah jalur jalan terdekat dan ke daerah-daerah yang memiliki elevasi tanah lebih tinggi atau ke arah utara kota (Tangkiling dan sekitarnya). 25

53 Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana dikembangkan untuk melayani kebutuhan evakuasi bencana. Bencana yang terjadi sebagaimana yang telah dialaminya di wilayah Kota Palangka Raya adalah bencana banjir, karena meluapnya arus air Sungai Rungan atau Kahayan dan sungai Sabangau, serta bencana kebakaran hutan atau kebakaran bangunan kota. Untuk itu kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana direncanakan sebagai berikut: memanfaatkan ruang bangunan/fasilitas publik dan bangunan privat untuk kepentingan evakuasi korban bencana yang dapat diatur oleh pemerintah kota melalui kerjasama dan atau sesuai dengan kesepakatan, menyediakan tenda-tenda darurat pada lokasi-lokasi yang dekat dengan fasilitas kesehatan, yaitu yang ada di setiap kelurahan dan atau kecamatan. Secara terperinci kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana ditetapkan berdasarkan jenis bencananya adalah sebagai berikut: 1. Bencana Banjir Peruntukan ruang evakuasi bencana alam direncanakan pada kawasan yang dekat dengan lokasi rawan/lokasi sepanjang sungai Rungan dan Sungai Kahayan (Kelurahan Kameloh Baru, Bereng Bengkel, Danau Tundai, Tanjung Pinang, Pahandut, Pahandut Seberang, Tumbang Rungan, Petuk Katimpun, Marang, Tumbang Tahai, Sei Gohong, Kanarakan, Petuk Bukit, Sabaru, dan Kereng Bangkirai), seperti banjir dievakuasi pada kawasan yang memiliki bangunan-bangunan tinggi, seperti rumah sakit, gedung- gedung pemerintahan dan fasilitas sosial yang berlantai dua atau lebih, dan bangunan-bangunan fasilitas umum lainnya yang terdekat atau yang dapat dijangkau untuk pelaksanaan evakuasi bencana banjir. 2. Bencana Kebakaran Bencana kebakaran pada kawasan padat dapat dievakuasi pada bangunan tempat ibadah, ruang serba guna kantor kelurahan, dan lainlain yang memungkinkan untuk menampung korban. Untuk bencana kebakaran rencana pengembangannya adalah menempatkan hidran umum dan pos pemadam kebakaran dengan pertimbangan kepadatan 26

54 penduduk; kepadatan bangunan; kondisi bangunan; proporsi kegiatan terbangun dengan luas lahan; ketersedian air Demografi Pertambahan penduduk yang cepat, penyebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas penduduk yang rendah merupakan ciri-ciri masalah kependudukan di Indonesia umumnya, dan di Kota Palangka Raya khususnya. Penyebaran penduduk yang tidak merata per kecamatan akan mengakibatkan pemanfaatan sumber daya manusia tidak atau kurang efektif. Jumlah penduduk Kota Palangka Raya tahun 212 sebanyak jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 85,72 jiwa/km 2. Dibandingkan dengan kepadatan rata-rata penduduk Propinsi Kalimantan Tengah wilayah ini termasuk sangat tinggi, pada tahun 211 kepadatan penduduk Kalimantan Tengah hanya 14,64 jiwa per km 2, dibandingkan kota Palangka Raya yang telah mencapai angka 83,88 jiwa per km 2 pada tahun yang sama. Jumlah penduduk Kota Palangka Raya pada tahun 212 meningkat dibanding tahun 211. Peningkatan jumlah penduduk tahun 212 dibandingkan dengan 211 sebesar 2,2 persen. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan kenaikan jumlah penduduk dari tahun 211 ke 21, yaitu sebesar 1,67 persen.tahun 212 rasio jenis kelamin di Kota Palangka Raya sebesar 15, yang berarti bahwa diantara 15 orang penduduk laki-laki terdapat 1 orang penduduk perempuan. Selama 3 tahun terakhir (21-212) jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Tabel 2.7 menyajikan struktur penduduk Kota Palngka Raya dibandingkan dengan propinsi Kalimantan Tengah. Dibandingkan dengan Propinsi, maka Kota Palangka Raya memiliki lebih banyak penduduk produktif, artinya di kota ini angka ketergantungannya relatif lebih redah dibadingkan propinsi. Dengan tabel tersebut dapat dihitung bahwa angka ketergantungan Kota Palangka Raya adalah 3,5 % dibandingkan dengan propinsi yang mencapai angka 33,84 %. 27

55 Tabel 2.7 Proporsi Penduduk Kota Palangka Raya dan Propinsi Kalimantan Tengah berdasar Kelompok Umur Tahun 212 No Umur Kota Palangka Raya Propinsi Kalimantan Tengah 1. Kurang dari 15 tahun 28,5 3, tahun 69,48 66,15 3. Diatas 65 tahun 2,45 2,9 4. Jumlah 1 1 (Sumber : BPS Kota Palangka Raya, 212 dan BPS Propinsi Kalimantan Tengah, 212) 2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode 5 tahun terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial. Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat selama periode diuraikan sebagai berikut: Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi Kota Palangka Raya merupakan gambaran makro mengenai hasil dari proses pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat Kota Palangka Raya menuju keadaan yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi Kota Palangka Raya juga merupakan suatu gambaran dari peningkatan pendapatan yang berakibat pada peningkatan kemakmuran dan taraf hidup Kota Palangka Raya. Karena itu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kota Palangka Raya selama 5 tahun belakangan menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dan bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan propinsi Kalimantan Tengah (lihat grafik 1). 28

56 Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan karena adanya peningkatan pada kelompok usaha sekunder (6,5%) dan tersier (8,27%) terutama pada sektor usaha listrik, gas dan air serta sektor usaha keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Kota Palangka Raya dan Propinsi Kalteng Tahun ,9 6,17 5,55 5,57 6,95 6,99 6,49 6,74 7, Palangkaraya Propinsi Kalteng (Sumber : BPS Kota Palangka Raya, 212 dan BPS Propinsi Kalimantan Tengah, 212) Pertumbuhan Sektoral dan Struktur Perekonomian Pertumbuhan ekonomi di Palangka Raya berkaitan erat dengan pertumbuhan masing-masing sektor perekonomian yang ada. Tabel 2.8 menyajikan pertumbuhan sektoral ekonomi Kota Palangka Raya. Sektor yang tumbuh dengan kecepatan sangat tinggi adalah sektor kuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Sebagai kota yang berada di jalur lintasan kota-kota lain di Kalimantan Tengah memang kota ini memiliki potensi yang sangat besar di sektor tersier. Hal ini juga dapat dibuktikan bahwa sektor tersier memiliki peran yang sangat tinggi dalam perekonomian kota ini (lihat tabel 2.9). 29

57 Sektor primer, pertanian dan pertambangan kurang memiliki peran di wilayah ini. Untuk sektor pertambangan, kota ini memang kurang memiliki sumber daya tambang, sementara itu untuk sektor pertanian perannya semakin berkurang dan dengan pertumbuhan yang relatif lambat. Cepatnya pertumbhan sektor lain yang tidak dibarengi oleh kecepatan pertumbuhan sektor pertanian menjadikan sektor ini tertinggal di belakang. Lambatnya pertumbuhan sektor pertanian terkait dengan jenis tanah yang memang kurang mendukung (lihat analisis sektor pertanian). Sektor sekunder, industri pengolahan juga menunjukkan kinerja yang makin lama makin berkurang (lihat tabel 2.9), dengan pertumbuhan yang juga terus melambat. Melambatnya sektor industri ini terkait dengan kurang berkembangnya usaha disektor industri terutama industri rumah tangga yang disebabkan antara lain semakin berkembangnya sektor tersier misalnya keuangan, persewaan, jasa perusahaan, perdagangan, hotel dan restoran. Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor/ Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2 Tahun Lapangan Usaha (Sektor) Pertanian 5,58 2,45-2,13,3 2,48 2. Pertambangan dan Penggalian 5,66 9,48 6,12 1,3 3,33 3. Industri Pengolahan 4,9 3,85 2,57 2,2 2,4 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,91 3,13 4,25 3,99 7,22 5. Bangunan 5,84 9,13 6,94 8,89 8,35 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,41 8,51 7,9 1,12 1,52 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2, 3,6 5,8 5,66 4,23 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 32,21 12,51 22,46 1,76 14,78 9. Jasa jasa 5,7 4,9 7,6 7,3 7,59 T o t a l 6,9 5,55 6,95 6,99 7,55 (Sumber : BPS Kota Palangka Raya, 212) 3

58 Tabel 2.9 Struktur Ekonomi Kota Palangka Raya Tahun (persen) Lapangan Usaha Pertanian 6,99 6,84 6,17 5,72 5,46 2. Pertambangan dan Penggalian 1,63 1,73 1,62 1,49 1,4 3. Industri Pengolahan 5,37 5,35 4,92 4,52 4,28 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2,91 2,81 2,66 2,62 2,64 5. Bangunan 6,91 7,16 6,62 6,44 6,53 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,64 16,26 15,84 16,2 16,69 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,63 2,5 18,85 18,8 17,7 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,18 6,55 8,58 9,43 9,87 9. Jasa jasa 33,72 33,25 34,74 35,5 35,43 (Sumber : BPS Kota Palangka Raya, 212) Pendapatan Regional Perkapita Perkembangan Pendapatan Regional Perkapita Kota Palangka Raya tidak dapat dilepaskan dari perkembangan besaran PDRB dan perkembangan jumlah penduduk. Tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita ini menunjukkan perkembangan kemakmuran dimana masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk menikmati barang dan jasa yang lebih banyak atau lebih tinggi kualitasnya. Sejalan dengan pertumbuhan PDRB yang meningkat maka pertumbuhan pendapatan perkapita pun mengalami peningkatan (lihat tabel 2.1). Dibandingkan dengan pendapatan per kapita rata-rata Propinsi Kalteng capaian Kota Palangka Raya ini jauh lebih rendah. Pada tahun 211, pendapatan per kapita propinsi Kalteng berdasar harga konstan tahun 2 adalah Rp ,47. Rendahnya pendapatan perkapita Kota Palangka Raya Tahun 212 (Rp ,26) dibandingkan dengan pendapatan perkapita Provinsi Kalimantan Tengah dikarenakan adanya penyebaran PDRB/pendapatan yang tidak merata antar Kabupaten/Kota di Propinsi Kalimantan Tengah. 31

59 Tabel 2.1 Pendapatan Regional Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2 Tahun (Rupiah) Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2 Pend. Reg. Per kapita (Rp) Laju Pertumbuhan (%) Pend. Reg Per kapita (Rp) Laju pertumbuhan ( % ) ,45 14, ,73, ,81 8, ,65 3, ,89 12, ,59 3, ,35 13, ,9 2, ,4 11, ,26 4,38 (Sumber : BPS Kota Palangka Raya, 212) Inflasi Inflasi yang terjadi di Kota Palangka Raya merupakan indikator penting sebagai bahan analisis ekonomi karena kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang terjadi karena adanya kegiatan ekonomi dengan adanya permintaan (demand) dan penawaran (supply) di Kota Palangka Raya. Indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan inflasi di Kota Palangka Raya adalah perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palangka Raya.Tabel 2.11 menyajikan perkembangan inflasi tahun 28 sampai 211 di Kota Palangka Raya dan kota lain di sekitarnya. Sejalan dengan perkembangan inflasi nasional, inflasi Kota Palangka Raya cukup fluktuatif. Dibandingkan dengan inflasi nasional, inflasi kota Palangka Raya relatif lebih tinggi, namun jika dibandingkan dengan kota- kota lain di Kalteng, kondisi inflasi Kota Palangka Raya relatif lebih rendah, walaupaun pada tahun 21 relatif lebih tinggi. Kota Palangka Raya yang terletak cukup strategis dengan jaringan transportasi yang relatif terbuka, menjadikan inflasi di kota ini cukup terjaga. 32

60 Tabel 2.11 Tingkat Inflasi Kota Palangka Raya Tahun Kota Palangka Raya 11,65 1,39 9,49 5,28 6,73 6,45 Sampit 8,89 2,85 9,53 3,6 4,69 7,25 Banjarmasin 11,62 3,86 9,6 3,98 5,96 6,98 Pontianak 11,19 4,91 8,52 4,91 6,62 9,48 Singkawang - 1,15 7,1 6,72 4,21 6,15 Samarinda 12,69 4,6 7, 6,23 4,81 1,37 Balikpapan -,14 3,6 7,38 6,45 6,41 8,56 Tarakan 19,85 7,21 7,92 6,43 5,99 1,35 Nasional 11,6 2,78 6,96 3,79 4,3 8,38 (Sumber: BPS Kalimantan Tengah, 213) Pemerataan pendapatan Adalah upaya untuk mengukur apakah pertumbuhan (pendapatan) yang dihasilkan terbagi secara merata kepada seluruh penduduk. Untuk itu terdapat 2 ukuran yang biasa digunakan yakni gini indeks dan ukuran kemerataan versi bank dunia. Pemerataan pembangunan di Kota Palangka Raya akan menciptakan kemakmuran yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat dan pertumbuhan ekonomi tinggi serta stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi tinggi diikuti dengan tingkat pemerataan pendapatan merupakan tujuan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Palangka Raya. Berdasar ukuran Gini Indeks maka Kota Palangka Raya memiliki tingkat ketidak merataan sedang, sedangkan menurut kriteria Bank Dunia kota ini berada dalam kategori ketidak merataan tinggi. Tingkat ketimpangan pendapatan dikatakan rendah apabila nilai Indeks Gini lebih kecil dari,3; ketimpangan sedang apabila Indeks Gini bernilai antara,3 -,4 dan ketimpangan tinggi apabila nilai Indeks Gini lebih besar dari,4. Menurut kriteria Bank Dunia kelompok pendapatan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yakni: 4% penduduk berpenghasilan rendah, 4% penduduk berpenghasilan menengah, dan 2% penduduk berpenghasilan tertinggi. Berdasarkan pengelompokan tersebut ketidak merataan sebaran pendapatan diukur dari persentase pendapatan yang dinikmati oleh 4% 33

61 penduduk berpendapatan rendah. Bila kelompok ini menerima kurang dari 12% dari total pengeluaran, maka tingkat ketidakmerataan pendapatannya tinggi. Selanjutnya bila menerima 12% - 17% maka ketidakmerataan pendapatannya sedang dan bila diatas 17% ketidakmerataan pendapatannya rendah. Tabel 2.12 menyajikan gini Indeks Kota Palangka Raya dan proporsi penghasilan yang diterima penduduk berpengahasilan rendah. No Tabel 2.12 Distribusi Pendapatan Kota Palangka Raya Tahun Berdasarkan Indeks Gini Tahun Indeks Gini Palangka Raya Penghasilan 4% Penduduk Berpenghasilan Rendah Provinsi KalimantanTengah Indeks Gini Penghasilan 4% Penduduk Berpenghasilan Rendah Indeks Gini Nasional Penghasilan 4% Penduduk Berpenghasil an Rendah 1. 28,28 22,52,29 24,2,35 19, ,32 19,77,29 24,2,37 18, ,32 2,15,3 22,17,38 18, ,31 2,86,34 2,25,41 16, ,32 2,7,33 2,6,41 16,88 (Sumber : BPS Kota Palangka Raya, 212) Ketidakmerataan pendapatan yang cenderung tinggi menunjukan masih adanya kesenjangan pendapatan pada kelompok masyarakat yang diduga bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi sebagian besar disumbangkan pada sektor-sektor usaha padat modal pada kelompok sektor usaha sekunder dan tersier antara jasa, persewaaan, keuangan dan lain-lain FOKUS KESEJAHTERAAN SOSIAL Pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial meliputi tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan dan pertanahan serta ketenagakerjaan. Indikator kesejahteraan sosial bidang pendidikan disajikan pada tabel Berdasar tabel tersebut dapat dilihat bahwa baik rata-rata lama sekolah maupun angka melek huruf terus mengalami peningkatan walaupun dengan porsi yang cukup kecil. Mengamati angka partisipasi kasar dan murni terlihat 34

62 bahwa makin tingggi tingkat sekolahnya maka makin rendah APK dan APM, ini sebuah kecenderungan yang biasa. Namun demikian perbedaan yang sangat besar antara tingkat SD, SMP dan SMA, menunjukkan terdapat permasalahan di bidang pendidikan misalnya fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar yang masih terkonsentrasi pada daerah perkotaan. Tabel 2.13 Indikator Fokus Kesejahteraan Sosial Bidang Pendidikan Kota Palangka Raya Tahun No Indikator Tahun Angka Melek Huruf 99,48 99,48 99,52 97,55 97,55 2. Angka rata-rata lama sekolah 1,54 1,55 1,57 1, 57 1, Angka Partisipasi Kasar SD 16,51 1,77 121,39 128,22 126,84 4. Angka Partisipasi Kasar SMP 12,12 129,88 15,79 111,86 18,2 5. Angka Partisipasi Kasar SMA 87,41 95,72 88,23 98,56 12,6 6. Angka Partisipasi Murni SD 97,13 98,8 96,47 91,52 92,56 7. Angka Partispasi Murni SMP 95,23 9,91 98,41 95,81 98,9 8. Angka Partispasi Murni SMA 87,56 65,69 86,21 95,5 9,36 (Sumber :BPS Kota Palangka Raya, 212) Indikator kesejahteraan sosial bidang kesehatan disajikan pada tabel 2.14a. Dalam bidang kesehatan, kinerja angka kematian bayi cenderung meningkat tetapi angka harapan hidup juga meningkat. Namun demikian dibandingkan standar nasional atas angka kematian bayi, angka ini masih dalam toleransi. Secara makro kota capaian bidang kesehatan cukup baik namun demikian dari analisis mendalam bidang kesehatan dapat dideteksi bahwa terjadi ketidak merataan capian indikator kinerja kesehatan ini (lihat analisis urusan wajib bidang kesehatan). 35

63 No Tabel 2.14a Indikator Fokus Kesejahteraan Sosial Bidang Kesehatan Tahun Indikator Tahun Angka kematian bayi 1,39 4,6 1,8 1,1 13,5 2. Angka usia harapan hidup 72, Jumlah balita gizi buruk Indikator kesejahteraan sosial bidang pertanahan dan ketenaga kerja disajikan pada tabel 2.14.b. Dari tabel presentase yang memiliki lahan tidak sampai setengah dari penduduk yang ada di Kota Palangka Raya. Dan rasio penduduk yang bekerja masih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk. Tabel 2.14.b Indikator Kesejahteraan Sosial Pertanahan dan Ketenaga Kerjaan Tahun No Tahun Indikator Persentase penduduk yang memiliki lahan 37,1 37,29 35,28 36,4 36,24 2. Rasio penduduk yang bekerja 2,6 1,8 2,4 2,1 2,6 2.4 FOKUS SENI DAN BUDAYA Untuk mengukur kinerja fokus kesenian digunakan indikator jumlah grup kesenian per 1. penduduk, jumlah gedung kesenian per 1. penduduk, jumlah klub olah raga per 1. penduduk dan jumlah gedung olah raga per 1. penduduk.tabel 2.15 menyajikan indikator bidang seni dan budaya di Kota Palangka Raya. Pada jumlah grup kesenian cenderung tetap dan pada jumlah gedung kesenian cenderung menjadi lebih besar. Meningkatnya rasio gedung kesenian terhadap jumlah penduduk disebabkan penambahan penduduk setiap tahun lebih cepat dibandingkan perkembangan group kesenian. Ketika telah ada fasilitas untuk berkesenian pertanyaan pemanfaatannya belum maksimal. 36

64 No Tabel 2.15 Indikator Fokus Kesejahteraan Bidang Seni dan Budaya Kota Palangka Raya Tahun Uraian Tahun Jumlah grup kesenian per 1. penduduk Jumlah gedung kesenian per 1. penduduk Jumlah klub olahraga per 1. penduduk,77,77,76,8,81 Jumlah gedung olah raga per 1. penduduk,4,4,7.9,9 (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya, 213) 2.5. ASPEK PELAYANAN UMUM Pelayanan umum dapat diartikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh pemerintah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan Urusan Wajib atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikatorindikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah yaitu bidang urusan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, ketenagakerjaan, koperasi dan usaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan, kepemudaan dan olah raga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian, ketahan pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik, kearsipan, komunikasi dan informatika dan perpustakaan. 37

65 Pendidikan Hak untuk memperoleh pendidikan bermutu adalah hak setiap warga negara sehingga negara berkewajiban untuk menyediakan fasilitas pendidikan dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Hal ini telah diamanahkan dalam UU No. 2 tahun 23 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Selain itu, dalam kerangka Tujuan Pembangunan Millenium (Milllennium Development Goals/MDGs),Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan bidang pendidikan sebagai salah satu tujuan utama khususnya pada bidang pendidikan dasar. Pada tahun 28, program wajib belajar 9 tahun sudah dapat dituntaskan selanjutnya tahun 29 mencanangkan wajib belajar 12 tahun. Diharapkan dalam waktu 5 (lima) tahun ke depan masyarakat Kota Palangka Raya usia tahun semua dapat mengenyam pendidikan minimal setingkat SMA. Tahun 29/21 Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga menetapkan Kota Palangka Raya sebagai tuan rumah penerima peserta Indonesia-Canada Youth Exchange ( Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada). Kegiatan ini dilaksanakan di Kelurahan Sei Gohong yang diikuti oleh 19 orang pemuda dan pemudi yang berasal dari Indonesia dan Kanada. pertukaran ini terus berlanjut sampai dengan tahun 211. Guna meningkatkan mutu pendidikan di Kota Palangka Raya, Pemerintah Kota Palangka Raya menerima bantuan dana hibah dari Bank Dunia melalui BEC-TF selama 3 (tiga) tahun berturut-turut mulai tahun 21. Pada tahun 21 sudah terpasang school-net pada 111 sekolah tingkat SD, SMP dan SMA negeri/swasta, sehingga anak didik dapat dengan mudah mengakses berbagai hal terkait dunia pendidikan melalui internet. Sejak tahun ajaran 211/212, dalam rangka transparansi dan guna lebih memudahkan orang tua dan peserta didik baru telah ada terobosan lebih maju khususnya dalam hal pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yaitu dengan menggunakan sistem online-real time. Layanan ini masih belum diikuti oleh semua sekolah yang ada dan baru pertama kali dilakukan di Kota Palangka Raya, namun dalam pelaksanaannya cukup 38

66 berhasil dan hampir tidak ada mengalami kendala yang berarti. Diharapkan sistem PPDB online ini dapat terus berlanjut di masa mendatang dan bisa diikuti oleh semua sekolah yang ada di Kota Palangka Raya. bidang pendidikan diindikasikan oleh beberapa aspek, yakni angka partisipasi sekolah, angka putus sekolah dan angka kelulusan serta tingkat melek huruf. Tabel 2.16 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kota Palangka Raya Tahun No Jenjang Pendidikan Angka Partisipasi 129,9 17,65 11,5 121,7 121,35 Sekolah SD/MI 2. Angka Partisipasi 17,1 124,33 132,39 99,7 19,8 Sekolah SMP/MTs 3. Angka Partisipasi 1,57 99,4 1,49 95,74 1,42 Sekolah SMA/MA/SMK (Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya, 213) Tabel 2.17 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Berdasarkan Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 212 No Kecamatan SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA 1. Pahandut 658,44 58,4 246,13 2. Jekan Raya 91,8 433,37 397,55 3. Sabangau 344,98 419,33 549,76 4. Bukit Batu 632,76 225,17 122,49 5. Rakumpit 841,6 56, ,33 (Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya, 213) pedidikan yang dicapai itu secara langsung terkait dengan ketersediaan infrastruktur pendidikan. Dari tabel 2.18 dapat dilihat bahwa rasio murid terhadap gedung sekolah tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun, dan semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah rasio murid terhadap gedung. Artinya semakin tinggi jenjang pendidikan fasilitas gedung sekolah semakin baik. Fasilitas ini sebagian besar disediakan oleh pemerintah, terbukti dari ditutupnya 5 sekolah swasta di Kota Palangka Raya karena makin besarnya daya tampung sekolah negeri. 39

67 Tabel 2.18 Rasio Murid Terhadap Jumlah Gedung Sekolah di Kota Palangka Raya Tahun No. Jenjang Pendidikan Rasio murid per gedung sekolah SD/MI Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah Rasio murid per gedung sekolah SMP/MTS SMP MTs Rasio murid per gedung sekolah SMA/SMK/MA SMA/ SMK MA (Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya, 213) Dilihat dari wilayah kecamatan dalam Kota Palangka Raya secara umum Kecamatan Pahandut, Jekan Raya, Sabangau dan Bukit Batu adalah kecamatan yang cukup padat dengan anak sekolah. Secara lebih detail untuk anak SD padat di wilayah Pahandut, SMP di wilayah Pahandut dan Sabangau dan SMA di wilayah Sabangau dan Bukit Batu. Tabel 2.19 Rasio Murid terhadap Gedung Sekolah Setiap Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 213 No Kecamatan Rasio Murid/Gedung Sekolah SD/MI SMP SMA/SMK 1. Pahandut 125,2 136,5 8,24 2. Jekan Raya 193,3 69, Sabangau 91,84 123,53 185,7 4. Bukit Batu 86,69 42,43 169,25 5. Rakumpit 67,89 28,6 16 Jumlah (Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya, 213) Berdasarkan tabel 2.2, rasio guru terhadap murid di Kecamatan Rakumpit memiliki rasio guru SD/MI terbanyak sedangkan Kecamatan Jekan Raya memiliki rasio guru SD/MI terkecil. Rasio guru SMP/MTs terbanyak ada di Kecamatan Rakumpit dan rasio guru SMP/MTs terkecil berada di Kematan Jekan Raya. Sementara Rasio guru SMA/MA terbanyak ada di Kecamatan Sabangau dan guru SMA/MA terkecil berada di Kecamatan Rakumpit. Adanya deviasi rasio guru terhadap murid tersebut menunjukkan bahwa penyebaran guru di berbagai jenjang pendidikan tidak merata. Hal ini disebabkan karena demografi yang dilalui harus melalui jalur sungai dan 4

68 No sarana prasarana yang terbatas sehingga sebagian besar guru kurang minat ditempatkan pada daerah-daerah terpencil. Tabel 2.2 Rasio Guru terhadap Murid per Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 213 No Kecamatan Rasio Guru/Murid SD/MI SMP/MTs SMA/MA 1. Pahandut 1:9 1:9 1:9 2. Jekan Raya 1:13 1:11 1:9 3. Sabangau 1:1 1:6 1:4 4. Bukit Batu 1:7 1:5 1:6 5. Rakumpit 1:3 1:2 1:21 (Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya, 213) Tabel 2.2.a Data Sekolah Per Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 213 Jenjang Sekolah Kecamatan Pahandut Jekan Raya Sabangau Bukit Batu Rakumpit Jumlah Total Nege ri Swas ta Nege ri Swas ta Nege ri Swas ta 1. SD MI SMP MTs SMA MA Nege ri Swas ta Nege ri Swast a Nege ri Swast a Jumlah 7. SMK SLB JUMLAH (Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya, 213) Kesehatan bidang kesehatan dapat diketahui dari 15 indikator, diantaranya rasio fasilitas kesehatan (posyandu, puskesmas, rumah sakit) dibandingkan penggunanya, rasio tenaga medis terhadap penduduk dan cakupan pelayanan kesehatan. Peraturan Walikota Palangka Raya Nomor 9 Tahun 213 menetapkan 3 (tiga) puskesmas yaitu Puskesmas Menteng, Puskesmas Panarung dan Puskesmas Pahandut sebagai pilot project tempat pengaduan masyarakat tentang pelayanan kesehatan. Melalui Keputusan Walikota Palangka Raya Nomor 144 Tahun 213 telah ditetapkan 4 (empat) TOTAL

69 Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergenci Dasar) yaitu Puskesmas Pahandut, Puskesmas Kalampangan, Puskesmas Tangkiling dan Puskesmas Kereng Bangkirai. Pemerintah Kota Palangka Raya menetapkan kawasan tanpa rokok yang meliputi fasilitas pelayanan kesehatan,tempat proses belajar mengajar,tempat anak bermain, tempat ibadah, fasilitas olahraga, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum. Sarana kesehatan yang ada di Kota Palangka Raya diantaranya adalah sarana pelayanan kesehatan pemerintah, sarana pelayanan kesehatan swasta dan sarana upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dimanfaatkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sarana kesehatan yang dimiliki Pemerintah Kota Palangka Raya adalah puskesmas beserta jaringannya seperti puskesmas pembantu, poskesdas dan polindes. Hal ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan hingga ke daerah terpencil. Tabel di bawah ini dijelaskan puskesmas menurut karakteristik wilayah Kota Palangka Raya. No Nama Puskesmas Tabel 2.21 Puskesmas Menurut Karakteristik Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 213 Tipe Puskesmas Perawatan Non Perawatan Karakteristik Wilayah Sangat Terpencil Terpencil Biasa 1. Pahandut 2. Panarung 3. Bukit Hindu 4. Menteng 5. Kayon 6. Jekan Raya 7. Kalampangan 8. Kereng Bangkirai 9. Tangkiling 1. Rakumpit (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 213) 42

70 Tabel di atas menunjukan bahwa puskesmas non perawatan sebagian besar terletak di dalam kota. Sedangkan puskesmas perawatan dibangun di wilayah pinggiran yang cukup jauh dari pusat kota. Puskesmas ini terletak di jalur lintas kabupaten yang masih bisa diakses melalui angkutan darat. Puskesmas pembantu terdapat di hampir semua kelurahan, kecuali di Puskesmas Kereng Bangkirai yang sebelumnya adalah puskesmas pembantu yang fungsinya ditingkatkan karena kunjungan pasien yang cukup tinggi. Semua kelurahan di Kota Palangka Raya telah mempunyai sarana pelayanan kesehatan, baik puskesmas pembantu atau polindes atau poskedes. Tabel di bawah ini dijelaskan puskesmas dan jaringannya di Kota Palangka Raya. Tabel 2.22 Puskesmas dan Jaringannya di Kota Palangka Raya Tahun 213 No Puskesmas Jejaring Puskesmas Pustu Poskesdes Polindes Posyandu 1. Pahandut Panarung Bukit Hindu Menteng Kayon Jekan Raya Kalampangan Kereng Bangkirai Tangkiling Rakumpit Jumlah (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 213) Pemerintah Kota Palangka Raya belum memiliki rumah sakit daerah. Alur rujukan dari puskesmas langsung ke rumah sakit type B milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Selain rumah sakit milik pemerintah provinsi, di Palangka Raya juga terdapat rumah sakit milik TNI dan Polri, 1 rumah sakit swasta, 1 rumah sakit ibu dan anak. Ratio sarana kesehatan (termasuk rumah sakit) terhadap jumlah penduduk di Kota Palangka Raya pada tahun 212 mencapai 33,14 atau 1 sarana pelayanan kesehatan melayani 3.17 jiwa. Secara keseluruhan rasio Puskesmas terhadap luas wilayah dan penduduk untuk setiap kecamatan disajikan pada tabel

71 Tabel 2.23 Rasio Puskesmas terhadap Luas Wilayah dan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 213 No Kecamatan Puskesmas per 1. Puskesmas per 1. Km 2 penduduk 1. Pahandut ,55 2. Jekan Raya ,43 3. Sabangau 3,43 6,87 4. Bukit Batu Kurang dari 3 8,42 5. Rakumpit Kurang dari 3 33,3 (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 213) Konsep pelayanan kesehatan berdasarkan wilayah telah terpenuhi, semua kecamatan terdapat puskesmas dan puskesmas pembantu. Penjelasan di atas menunjukan bahwa dengan wilayah administratif yang sangat luas, Kota Palangka Raya memerlukan cukup banyak sarana kesehatan, terutama di Kecamatan Bukit Batu dan Rakumpit. Dengan jumlah penduduk yang terkonsentasi di perkotaan, maka sarana kesehatan di wilayah perdesaan/terpencil telah mencukupi, sedangkan daerah perkotaan seperti Kecamatan Pahandut dan Jekan Raya masih memerlukan sarana kesehatan (puskesmas). Berdasarkan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana pelayanan kesehatan swasta, jumlah secara kumulatif sampai tahun 212 mencapai 112 buah mencakup klinik/poliklinik, apotek, toko obat, laboratorium klinik, dan optik. Pengawasan terhadap sarana kesehatan swasta dilakukan secara sinergi dengan proses penerbitan ijin sarana kesehatan swasta. Jumlah izin kegiatan dan usaha sarana kesehatan swasta yang diproses pada tahun 212 di Kota Palangka Raya seperti tampak pada grafik di bawah ini. 44

72 Grafik 2.2 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta Di Kota Palangka Raya Tahun Klinik RS swasta Lab. Klinik Apotik Tk.Obat Optik (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 212, 212) Tahun 212 jumlah klinik menurun dikarenakan satu klinik masih dalam proses perijinan menjadi rumah sakit dan satu klinik lagi masih dalam proses perpanjangan ijin. Dari jumlah keseluruhan rumah sakit swasta, salah satunya masih ijin mendirikan rumah sakit. Berdasarkan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana pelayanan kesehatan swasta, jumlah sarana kesehatan swasta secara kumulatif mencapai 15 buah mencakup rumah bersalin, klinik/balai pengobatan, apotik, laboratorium swasta, dan lain-lain. Sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan dan pembangunan kesehatan pada umumnya. Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumberdayanya. UKBM yang paling memasyarakat adalah posyandu. Posyandu menyelenggarakan 5 program prioritas yaitu KB, KIA, Gizi, Imunisasi, dan penanggulangan diare. Jumlah posyandu di Kota Palangka Raya pada tahun 212 sebanyak 129 buah posyandu balita, dengan perincian 49 (38%) posyandu pratama, 68 (53%) posyandu madya, 8 (6%) posyandu purnama dan 4 (3%) posyandu mandiri. 45

73 Selain posyandu balita, juga ada Posyandu Usia Lanjut (Posyandu Usila) dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sekaligus memantau kesehatan usia lanjut. Posyandu Usila ini merupakan upaya kesehatan pengembangan di beberapa puskesmas di Kota Palangka Raya yang mempunyai kelompok Usila binaan di wilayah kerjanya. Kegiatan posyandu ini antara lain : penimbangan, pengukuran tekanan darah, pemberian vitamin bagi usia lanjut (>6 tahun), dan senam bagi usia lanjut. Hingga tahun 212 terdapat 25 posyandu usila, stratifikasi posyandu usila dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik 2.3 Posyandu Balita dan Posyandu Lansia Di Kota Palangka Raya Tahun Pratama Madya Purnama Mandiri Posy. Balita Posy. Lansia (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 212, 212) Tenaga kesehatan atau sumber daya manusia kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi dan non-profesi serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan, yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan profesi merupakan tenaga kesehatan yang telah melalui pendidikan vokasi atau pendidikan akademis dan profesi di bidang kesehatan. Sedangkan tenaga kesehatan non profesi adalah tenaga kesehatan yang telah melalui pendidikan vokasi atau pendidikan akademis 46

74 Jumlah (org) tanpa melalui pendidikan profesi dalam bidang kesehatan. Tenaga pendukung/penunjang kesehatan adalah setiap tenaga yang telah memiliki ijazah pendidikan vokasi atau pendidikan akademis dan profesi pendidikan di luar kesehatan dan mengabdikan dirinya di bidang kesehatan sesuai keahliannya serta tenaga lainnya yang telah mengikuti pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam mendukung pembangunan kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan menurut jenis kelamin di Kota Palangka Raya seperti tampak pada grafik di bawah ini. Grafik 2.4 Sumber Daya Manusia Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Di Kota Palangka Raya Tahun Laki-laki Perempuan Nakes Profesi Nakes Non Profesi Tenaga Penunjang 52 (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 212) Gambar di atas menunjukan sumber daya manusia kesehatan yang bekerja di lingkungan Pemerintah Kota Palangka Raya pada tahun 212 menurut jenis kelamin yang berjumlah 592 orang dengan proporsi perempuan sebesar 79,9% dan laki-laki sebesar 2,1%. Sumber daya manusia kesehatan yang bekerja di lingkungan Pemerintah Kota Palangka Raya terdistribusi di Dinas Kesehatan dan puskesmas beserta jaringannya seperti puskesmas pembantu, polindes dan poskesdes serta POPPK. Sebanyak 84,3% tenaga kesehatan bekerja di puskesmas dan jaringannya. Tabel di bawah ini menunjukan sumber daya manusia kesehatan menurut unit kerja. 47

75 Tabel 2.24 Sumber Daya Manusia Kesehatan Menurut Tempat Kerja Di Kota Palangka Raya Tahun 212 No Unit Kerja Jenis Kepegawaian 1. Dinas Kesehatan UPTD Puskesmas UPTD POPPK 8 Jumlah 592 (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 212) Besarnya jumlah sumber daya manusia kesehatan yang ada di Kota Palangka Raya belum diimbangi dengan distribusi jenis ketenagaan kesehatan di puskesmas, baik jumlah dan jenis. Sebagai contoh : Puskesmas Rakumpit, belum memiliki dokter gigi maupun perawat gigi dan tenaga analis. Puskesmas Jekan Raya belum memiliki dokter gigi dan tenaga farmasi. Puskesmas Kereng Bangkirai belum memiliki dokter gigi dan tenaga kesehatan masyarakat. Tabel berikut menunjukan distribusi tenaga kesehatan menurut pendidikan. Tabel 2.25 Distribusi Sumber Daya Manusia Kesehatan Menurut Pendidikan Kota Palangka Raya Tahun 212 Unit Kerja dr/ drg Sp Medis Dr Drg Bidan Keperawatan Pera wat JENIS KETENAGAAN Kefar Gi masian Teknis Medis zi Prwt gigi I. Dinas Kes II. Puskesmas Pahandut Panarung Menteng Bukit Hindu Kayon Jekan Raya Kalampangan K. Bangkirai Tangkiling Rakumpit UPTD POPPK Jumlah (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 212) Kes mas Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan adalah upaya peningkatan kemampuan tenaga kesehatan sesuai jenis, kualifikasi dan kebutuhan pembangunan kesehatan. Pada umumnya hasil pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan masih terbatas. Kemandirian, akuntabitilitas dan Ana lis Gi gi Elek tro Tek fis Non kes Jml 48

76 daya saing tenaga kesehatan masih lemah. Upaya yang ditempuh oleh Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kesehatan adalah melalui ijin belajar/tugas belajar serta berbagai pelatihan. Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya memberikan kesempatan kepada tenaga baik di dinas maupun di puskesmas untuk melanjutkan pendidikan. Pendidikan yang ditempuh merupakan respon terhadap tuntutan untuk peningkatan kualitas sumber daya dan akselerasi pendidikan kesehatan. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan merupakan syarat mutlak bagi tenaga kesehatan agar dapat memberikan pelayanan yang bermutu. Salah satu contoh upaya pemerintah dalam meningkatkan kompetensi petugas adalah program khusus/ akselerasi bagi profesi perawat dan bidan agar melanjutkan pendidikan minimal Diploma III. Namun hal ini masih belum diimbangi dengan dukungan yang optimal dari pemerintah dimana petugas dalam menempuh pendidikan dengan biaya mandiri/swadaya. Tabel berikut ini menjelaskan jenis bidang studi yang ditempuh oleh tenaga kesehatan umumnya linier dengan pendidikan sebelumnya, ataupun masih terkait dalam lingkup kesehatan.tabel berikut ini menjelaskan jenis bidang studi yang ditempuh oleh SDM kesehatan. Tabel 2.26 Jenis Bidang Studi yang ditempuh oleh SDM Kesehatan di Lingkungan Pemerintah Kota Palangka Raya Tahun 212 Bidang Studi Status Belajar D-III Kebid. Farm Analis kes No Gi Bidan Prwt zi Mitra S-1 S-2 Spesialis Sp 1. Ijin Belajar Tugas Belajar 3. Jumlah (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 212) D-IV Selain pendidikan yang ditempuh melalui jenjang akademik, peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan juga diupayakan melalui waktu yang lebih singkat seperti : mengirimkan tenaga kesehatan Jml 49

77 untuk mengikuti kursus/pelatihan/seminar dan pendidikan berkelanjutan. Pelatihan yang diikuti oleh tenaga kesehatan baik di dinas kesehatan maupun di puskesmas adalah pelatihan teknis fungsional, manajemen dan penunjang. Berikut adalah upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam jangka waktu pendek yang diikuti oleh tenaga kesehatan.tabel berikut ini menjelaskan kegiatan pelatihan sumber daya manusia kesehatan. No Tabel 2.27 Kegiatan Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 212 Nama Diklat 1. Pelatihan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatus bagi Bidan Puskesmas Kota Palangka Raya Sasaran Peserta Bidan Jenis Diklat Tekni s Lama Kegiatan JPL Hari 4 JPL (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 212) Jml Peserta Akre ditasi Tempat 5 Hari 2 orang Baik Palangka Raya Pada tahapan akhir dari pembangunan kesehatan ini diharapkan menjadi salah satu upaya penanggulangan kemiskinan penduduk dalam jangka panjang. Derajat kesehatan masyarakat Kota Palangka Raya yang optimal, akan dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa indikator penting yang menjadi acuan antara lain : Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), dan Angka Kematian Balita (AKABA), Umur Harapan Hidup (UHH). Angka Kematian Bayi didefinisikan sebagai jumlah bayi yang meninggal setiap 1 kelahiran hidup. Menurunnya angka kematian bayi merupakan indikator yang paling penting dalam menentukan status kesehatan masyarakat karena indikator ini mencerminkan pelayanan kesehatan dasar yang paling awal dan juga menentukan kualitas pelayanan kebidanan yang juga sangat menentukan kualitas generasi yang akan datang. Angka kematian bayi di Kota Palangka Raya pada tahun 212 tercatat 1,1/1 KH. Penyebab kematian antara lain adalah : aspiksia, BBLSR,Placenta Previa Totalis, IUFD, kelainan bawaan, ruptur uteri. Angka tersebut sedikit menurun dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 211 5

78 Per 1. KH tercatat 1,8/1. KH dan meningkat dibandingkan tahun 21 tercatat 4,6/1 KH, dan tahun 29 tercatat 1,398/1 KH. Dalam rangka pencapaian MDGs, target AKB secara nasional pada tahun 215 sebesar 23/1KH, maka AKB Kota Palangka Raya masih dalam toleransi dan merupakan peringatan bagi pengelola program kesehatan anak/bayi. Kemampuan teknis tenaga kesehatan dalam pertolongan dan pendampingan persalinan perlu terus ditingkatkan, disamping pemantapan supervisi dan bimbingan teknis dari Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya. Berikut ini disampaikan Grafik Angka Kematian Bayi (AKB) dari tahun Grafik 2.5 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Palangka Raya Tahun Angka Kematian Bayi 1, , ,4 1,39 4, AKB (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 212) Angka Kematian Ibu didefenisikan sebagai jumlah ibu yang meninggal akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas setiap 1. kelahiran hidup. Sama halnya dengan angka kematian bayi, angka kematian ibu (AKI) juga merupakan indikator yang sangat penting dalam menentukan status kesehatan masyarakat. Kedua indikator ini menjadi primadona dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian maternal di Kota Palangka Raya pada tahun 212 adalah 19,1/1. KH, angka ini mengalami penurunan dibanding tahun 211 yang mencapai 122,1/1. KH, tahun 21 tercatat 1/1. KH dan tahun 29 yaitu 51

79 per 1. KH 2,4/1. KH. Angka tersebut juga lebih baik jika dibandingkan dengan target Angka Kematian Ibu (AKI) nasional dalam rangka pencapaian MDGs pada tahun 215 sebesar 12/1. KH. Penurunan angka kematian ibu mencerminkan mutu pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, ibu bersalin dan melahirkan yang sudah lebih baik. Adapun penyebab kematian ibu adalah intoksikasi obat penggugur kandungan. Berikut ini disampaikan Grafik Angka Kematian Ibu dari tahun Grafik 2.6 AKI di Kota Palangka Raya Tahun ,4 122,1 1 4, , AKI (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 212) Angka Kematian Balita di Kota Palangka Raya tahun 212 mencapai 1,7/1 KH sedikit menurun dibanding tahun 211 mencapai 11,39/1 KH, tahun 21 mencapai 1,6/1 KH, tahun 29 mencapai,4445/1kh, tahun 28 mencapai,67/1 KH. Penyebab kematian balita pada tahun 212 di Kota Palangka Raya adalah akibat infeksi penyakit menular.berikut ini disampaikan Gambar Angka Kematian Balita dari tahun

80 Per 1 KH Grafik 2.7 AKABA di Kota Palangka Raya Tahun ,67,445 1,6 1 11, ,7 AKABA (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 212) Selain ketrampilan tenaga kesehatan dan kompetensi teknis dalam pelayanan kesehatan anak yang berkualitas perlu mendapat perhatian, juga penyuluhan kepada ibu balita tentang pola asuh perlu ditingkatkan, mengingat target MDGs pada tahun 215 AKABA harus mencapai 32/1 KH. Umur harapan hidup dianggap sebagai indikator umum bagi taraf hidup, maka tingginya umur harapan hidup menunjukkan taraf hidup suatu negara atau daerah yang juga tinggi, begitu juga sebaliknya jika umur harapan rendah maka taraf hidup suatu daerah tersebut juga rendah. Selain indikator bagi taraf hidup, umur harapan hidup juga memperlihatkan derajat kesehatan masyarakat di suatu daerah bahkan negara. Umur harapan hidup juga merupakan salah satu indikator dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Angka harapan hidup di Kota Palangka Raya dihitung berdasar angka kematian penduduk secara global selama lima tahun (untuk mengetahui jumlah penduduk yang masih hidup dalam kurun waktu tersebut), dibandingkan dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Berdasarkan perhitungan umur harapan hidup masyarakat Kota Palangka Raya dari tahun diatas 72 tahun. Umur Harapan Hidup Kota Palangka Raya dijelaskan pada gambar berikut ini. 53

81 Grafik 2.8 Umur Harapan Hidup (UHH) Kota Palangka Raya Tahun UHH , (Sumber : Profil Kesehatan Kota Palangka Raya 212) Pekerjaan Umum Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu sektor pembangunan yang paling dibutuhkan di Kota Palangka Raya karena ada banyak ketergantungan pengembangan ekonomi, sosial dan pendidikan dengan pembangunan infrastruktur itu sendiri. Penyediaan infrastruktur dasar yang merata di seluruh wilayah Kota Palangka Raya merupakan hal mutlak untuk mewujudkan kota yang madani, dengan pengelolaan pembangunan fisik kota yang meliputi sistem transportasi yang memiliki interkoneksi antar wilayah. Ketersediaan infrastruktur berupa jalan, air bersih, listrik dan telekomunikasi bagi masyarakat Kota Palangka Raya perlu diidentifikasi dalam bentuk indikator antara lain : perkembangan pembangunan jalan, perkembangan pembangunan jaringan irigasi, perkembangan pembangunan infrastruktur sosial dan kebersihan. Sarana dan Prasarana Jalan Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Usaha pembangunan yang meningkat menuntut adanya sarana transportasi untuk menunjang mobilitas penduduk dan kelancaran distribusi barang dari dan ke suatu daerah. jaringan jalan sebagai hasil dari manajemen pengelolaan didasarkan kepada beberapa indikator makro yaitu berdasarkan: (1) kemantapan; (2) kondisi dan; (3) pemanfaatan jalan yang ada. 54

82 umum jalan raya Kota Palangka Raya terdiri dari jaringan jalan regional di Kalimantan Tengah yang menunjukkan ruas-ruas utama yang menghubungkan Kota Palangka Raya dengan kota-kota regional ke Barat dan Selatan. Jalur utama dari pusat kota adalah arah Sampit sampai ke Pangkalan Bun, arah Kuala Kapuas sampai ke Kalimantan Selatan. Dengan melihat pola jaringan jalan tersebut mengindikasikan bahwa Palangka Raya tidak hanya melayani arus lalu lintas internal tetapi juga lintas eksternal. Lalu lintas eksternal adalah lalu lintas yang masuk dan keluar kota Palangka Raya. Berdasarkan status jalan, Kota Palangka Raya memiliki 3 (tiga) status jalan yakni: (1). Jalan Nasional di Kota Palangka Raya, dimulai dari Kecamatan Sabangau yang berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau sampai dengan Kecamatan Bukit Batu yang berbatasan dengan Kabupaten Katingan dan Jalan dari simpang tiga Sie Asem menuju ke arah Tumbang Talaken Kabupaten Gunung Mas, serta jalan menuju Bandara Tjilik Riwut dan dengan panjang ruas 134 Km (2). sedangkan panjang jalan Nasional seluruhnya di Propinsi Kalimantan Tengah sepanjang 1.714,83 Km yang berarti panjang jalan Nasional yang melintasi Kota Palangka Raya sebesar 7,81% dari total jalan yang melintasi Propinsi Kalimantan Tengah. Jalan Propinsi, jalan provinsi dimulai dari Kecamatan Pahandut sampai dengan batas Kabupaten Pulang Pisau (arah ke Kabupaten Gunung Mas) dan dari kecamatan Bukit Batu sampai dengan batas Kabupaten Gunung Mas serta jalan Provinsi yang tersebar di dalam Kota Palangka Raya yaitu jalan yang menuju ke arah Kabupaten Pulang Pisau tepatnya sampai batas keluar Kelurahan Tumbang Rungan dan jalan-jalan yang melintasi dalam Kota Palangka Raya dengan panjang ruas 86,31 Km, sedangkan jalan propinsi yang melintasi Propinsi Kalimantan Tengah sepanjang 11 Km sehingga jalan propinsi yang berada di Kota Palangka Raya sebesar 7,85 %(3). Jalan Kota, jalan merupakan jalan yang bukan nasional dan bukan jalan provinsi. Jalan ini merupakan jalan yang berada di dalam kota yang menghubungkan dari kota ke kecamatan dan kelurahan sepanjang 911,83 Km. Untuk jalan 55

83 lingkungan termasuk jalan titian yang ada dalam Kota Palangka Raya sepanjang 5 Km. Berdasar pada standar pelayanan minimal (SPM) bidang jalan bahwa basis pengembangan SPM dibagi atas : kondisi jalan yang baik (tidak ada lubang), tidak Macet (lancar sepanjang waktu), dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir waktu musim hujan). Tabel 2.28 menyajikan kondisi jalan di Kota Palangka Raya. Secara umum jalan dalam kondisi baik terus bertambah dan yang rusak semakin berkurang walaupun dengan pertumbuhan yang lambat. Selama 5 tahun jalan dalam kondisi baik hanya bertambah dengan 75 km, artinya setiap tahun hanya bertambah dengan 15 km. Itupun dengan catatan bahwa jalan baik dari tahun 21 ke tahun 212 justru mengalami penurunan. Sementara jalan kondisi rusak berat setiap tahun hanya berkurang sekitar 4 km. Sebuah prestasi yang mungkin harus mendapatkan perhatian yang sangat baik. No. Tabel 2.28 Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kota Palangka Raya Tahun Jalan Panjang Jalan (km) Baik 224,74 316,36 33,91 323,33 3,33 2. Sedang 167, ,92 151,3 175,41 3. Rusak 227,24 198,9 183,9 21, 22,2 4. Rusak Berat 239,43 223,32 223,32 227,2 216, 5. Jalan secara keseluruhan (nasional, provinsi, dan /kota) (Sumber: BPS Kota Palangka Raya, 212) 858,97 884,53 95,69 911,83 911,83 Secara umum kondisi jalan di Kota Palangka Raya sudah dapat menghubungkan hampir seluruh kelurahan yang ada kecuali untuk kelurahan yang berada di jalur Sungai Kahayan dan Rungan. Pada wilayah tertentu kondisi jalan yang ada masih belum memadai khususnya pada waktu musim penghujan. Wilayah-wilayah tersebut umumnya berada jauh dari pusat pertumbuhan seperti Kecamatan Rakumpit. jalan beraspal pada tahun 212 di Kota Palangka Raya tidak terjadi peningkatan dibandingkan pada tahun 211 panjang jalan tetap sama sebesar 483 Km dari total jalan 56

84 panjang jalannya (jalan nasional, provinsi dan kota) yang tersebar di 5 kecamatan. Dimana pada 211 dan 212 dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya (21, 29) kondisi jalan beraspal mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan lapis permukaan jalan juga dilaksanakan pada wilayah permukiman yang padat penduduk. Dengan semakin baiknya kondisi jalan semakin memicu tersebarnya kantong-kantong permukiman baru dan perluasan permukiman yang ada, sehingga penduduk tidak terkonsentrasi pada wilayah hamparan permukiman saja. Adanya persebaran penduduk akibat semakin baiknya pelayanan jalan ini dapat dilihat dengan mulai tumbuh permukiman baru mengikuti badan jalan yang telah ditingkatkan tersebut. Pada wilayah pusat-pusat produksi pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan seperti Kelurahan Kalampangan, Habaring Hurung dan sentra pertanian lainnya dilakukan peningkatan. Dengan semakin baiknya kondisi jalan diwilayah pertanian, secara tidak langsung memudahkan akses bagi petani untuk dapat mengangkut hasil pertaniannya sehingga memperkecil ongkos angkut yang berdampak pada peningkatan pendapatan. Jumlah kendaraan di Kota Palangka Raya cenderung meningkat, dengan penambahan jumlah jalan yang tidak terlalu cepat membuat rasio kendaraan terhadap jalan cenderung tetap (lihat tabel 2.29). Tabel 2.29 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Kota Palangka Raya Tahun No Uraian Panjang Jalan 884,53 95,69 911,83 911,83 2. Jumlah Kendaraan Rasio 13 : 1 1 : 1 7 : 1 1 : 1 (Sumber : BPS Kota Palangka Raya, 212) 57

85 Jaringan Irigasi Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Kebutuhan akan sumber daya air untuk pengairan di Kota Palangka Raya disuplai air dari tadah hujan. Ketika musim hujan air melimpah namun pada musim kemarau petani kesulitan mendapatkan air. Untuk itu perlu manajemen pengelolaan air yang baik agar pada musim penghujan air tidak meluap dan mengganggu lahan pertanian, sementara pada musim kemarau petani tidak kekurangan air. Untuk mengatasi permasalahan di atas Pemerintah kota telah berupaya membangun prasarana dan sarana dan jaringan irigasi yang tersebar di wilayah sentra pertanian seperti di Kelurahan Kalampangan, Habaring Hurung, Sei Gohong, Kameloh Baru dan sebagian Kelurahan di sepanjang Sungai Kahayan misalnya Kelurahan Tanjung Pinang, Sabangau, Petuk Katimpun serta Sungai Rungan seperti Kelurahan Petuk Bukit, Gaung Baru, Mungku Baru. Jaringan irigasi ini merupakan satu kesatuan sistem pengairan yang terintegrasi yang dibagi berdasarkan saluran primer, sekunder dan tersier. Agar operasi dan pemeliharaan dapat berjalan dengan baik, kegiatan pengelolaan dibagi berdasarkan kewenangan masing-masing yang terdiri dari pemerintah provinsi untuk saluran primer, Pemerintah Kota Palangka Raya untuk saluran sekunder dan masyarakat melalui P3A mengelola saluran tersier. Data tentang jaringan irigasi yang tersedia disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 2.3 Jaringan Irigasi Kota Palangka Raya Tahun Jaringan Panjang Jaringan No Irigasi Jaringan Sekunder Luas lahan budidaya 3. Rasio 9,1 8,9 22,7 12,5 15,63 15,63 (Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangka Raya, 212) Dilihat per kecamatan, maka kecamatan yang sangat rendah jaringan irigasinya adalah wilayah Pahandut dan Jekan Raya dan wilayah dengan 58

86 jaringan cukup panjang adalah wilayah Bukit Batu dan Sabagau dikarenakan daerah tersebut merupakan sentra pertanian. No Kecamatan Tabel 2.31 Rasio Jaringan Irigasi menurut Kecamatan Kota Palangka Raya Tahun 213 Panjang Jaringan Irigasi Primer (Meter) Sekunder (Meter) Tersier (Meter) Total Panjang Jaringan Irigasi (Meter) Luas Lahan Budidaya (Ha) Rasio (6=3+4+5) 7 (8=6/7) 1. Kecamatan Sabangau ,33 2. Kecamatan Pahandut Kecamatan Jekan Raya ,5 4. Kecamatan Bukit Batu ,11 5. Kecamatan Rakumpit ,43 T O T A L ,43 (Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangka Raya, 213) Jaringan irigasi di Kota Palangka Raya sangat penting untuk membantu menangani banjir yang bersifat rutin. Namun jaringan irigasi yang ada belum sepenuhnya terintegrasi dengan konsep penangan banjir itu, akibatnya penanganan banjir masih bersifat sporadis. Hal ini disebabkan Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangka Raya Bidang Pengairan belum mempunyai masterplan sistem drainase dan data base pendukung bidang pengairan sebagai bahan mengambil kebijakan dalam pengelolaan dan pengembangan penanggulangan banjir dan pengelolaan jaringan irigasi yang terintegrasi dengan bidang-bidang lainnya. Namun demikian sudah banyak lokasi-lokasi yang telah tertangani dengan dibangunnya saluran drainase khususnya di wilayah perkotaan misalnya di Kelurahan Bukit Tunggal. Sarana dan Prasarana Sosial Sarana dan prasarana sosial dalam analisa ini meliputi pembahasan mengenai ketersediaan tempat ibadah, tempat pemakaman. Bidang ini untuk menunjukkan kinerja dan bukti pelayanan umum yang diberikan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang sarana dan prasarana sosial. Ketersediaan tempat ibadah beserta rasionya per penduduk dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini: 59

87 Tabel 2.32 Rasio Tempat Ibadah Kota Palangka Raya Tahun 213 No Tahun 213 Bangunan tempat Ibadah Jumlah Jumlah Rasio (unit) pemeluk 1. Masjid/Musholla/langgar : Gereja : Pura : Vihara :132 5 Lain-lain Jumlah (Sumber: Dinas Sosial Kota Palangka Raya, 213) Tempat ibadah baik masjid/musholla/langgar, gereja, pura, vihara dan tempat ibadah lainnya untuk penduduk sudah mencapai proporsi yang layak. Berdasarkan standar rasio rumah ibadah per jumlah penduduk diisyaratkan bahwa 1 rumah ibadah dapat mencakup 2.5 orang dan kondisi rumah ibadah pada umumnya sudah terkelola dengan baik khususnya rumah ibadah yang berada ditengah permukiman penduduk. Upaya meningkatkan sarana ibadah tersebut Pemerintah Kota Palangka Raya telah memberikan bantuan berupa dana pembangunan atau rehabilitas sarana ibadah. Bantuan ini diberikan cuma-cuma, tidak terus menerus dan mengikat dengan besaran yang bervariasi disesuaikan dengan keadaan kerusakan dan kemampuan dana. Diharapkan dengan bantuan ini kondisi rumah ibadah menjadi lebih baik dan layak. Dilihat dari persebarannya, maka ketersediaan tempat ibadah belum cukup merata. Persebaran yang kurang merata itu terkait dengan jumlah pemeluk yang mungkin juga tidak merata. Jekan Raya adalah wilayah dengan rasio yang cukup tinggi sedangkan wilayah Bukit Batu adalah wilayah dengan rasio yang cukup rendah. 6

88 Tabel 2.33 Rasio Tempat Ibadah Menurut Kecamatan Kota Palangka Raya Tahun 213 No Kecamatan Masjid/Mushala/Langgar Gereja Pura Vihara 1. Pahandut 1:1818 1: Jekan Raya 1:166 1:842 1:292 1: Sabangau 1:1744 1:397 1: 242 1:4 4. Bukit Batu 1:725 1:317 1:141 1:6 5. Rakumpit 1:414 1: Jumlah 1: :722 1:825 1:132 (Sumber: Dinas Sosial Kota Palangka Raya, 213) Untuk ketersediaan tempat pemakaman umum, Pemerintah Kota Palangka Raya masih menghadapi permasalahan yang terkait dengan pemerataan tempat pemakaman bagi seluruh masyarakat dimana terdapat 2 lokasi tempat pemakaman umum yaitu terdapat di Jl. Tjilik Riwut Km 2 dan Km 12 yang masuk wilayah Kecamatan Pahandut dan Jekan Raya. Tetapi bagi masyarakat Kota Palangka Raya yang berada di Kecamatan Sabangau, Bukit Batu, dan Rakumpit hampir di setiap kelurahan terdapat tempat pemakaman yang merupakan swadaya dari masyarakat setempat. Tabel di bawah ini menyajikan data tempat pemakaman yang ada di wilayah Kota Palangka Raya. Tabel 2.34 Rasio Tempat Pemakaman Umum Per Satuan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun Tempat Pemakaman Umum No Tahun Jumlah Luas Daya (Ha) Tampung , :4, , :39, , :8, , :8, , :6, , :6,4 Rasio terhadap penduduk (Sumber: Dinas Tata Kota, Bangunan dan Pertamanan Kota Palangka Raya, 213) 61

89 Terlihat bahwa rasio jumlah penduduk terhadap tempat pemakaman umum mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jika dilihat berdasarkan daya tampung maka angka tersebut sudah mencukupi untuk 5 (lima) tahun yang akan datang, namun berdasarkan tingkat penyebarannya, lokasi pemakaman yang ada masih belum merata. Sebagian wilayah permukiman sudah memiliki rasio yang berlebih tetapi beberapa wilayah lain masih kurang. Untuk mengantisipasi pertambahan jumlah penduduk 5 tahun kedepan perlu dipersiapkan lokasi-lokasi pemakaman baru yang sesuai dengan proporsi jumlah penduduk, tingkat dan jangkauan pelayanan yang ada disetiap wilayah. Sarana kebersihan (drainase dan tempat sampah) Sistem drainase Kota Palangka Raya mengacu pada saluran primer yang sudah ada. Dalam rangka perawatan atau normalisasi sistem drainase Kota Palangka Raya dilakukan rehabilitasi saluran, pembangunan saluran baru, pembersihan saluran secara rutin. Berdasarkan arah aliran saluran primer yang sudah, maka sistem drainase Kota Palangka Raya dapat dibagi menjadi 4 blok yang terdiri dari Blok I meliputi Kelurahan Bukit Tunggal, Blok II meliputi Kelurahan Palangka dan sebagian Kelurahan Menteng, Blok III meliputi Kelurahan Menteng dan Blok IV meliputi Kelurahan Langkai, Panarung dan Pahandut. Blok I yang berada di Kelurahan Bukit Tunggal prioritas drainase berada di jalan Hiu Putih, Rajawali, Badak, Tingang, Garuda dan daerah banjir disekitarnya. Pada Blok II meliputi Kelurahan Palangka dan sebagian Kelurahan Menteng prioritas drainase berada di jalan Beliang, Bukit Hindu, Sangga Buana, Argo Puro, Yos Sudarso, Galaksi dan daerah banjir Sundoro. Pada Blok III meliputi Kelurahan Menteng prioritas drainase berada di jalan G.Obos, T. Tilung, Nyai Embang dan daerah banjir sekitar T. Tilung. Berikut ini tabel yang menjelaskan jaringan drainase Kota Palangka Raya. 62

90 Secara keseluruhan panjang jaringan drainase Kota Palangka Raya dari tahun ke tahun terus menerus menurun karena drainase sudah terbangun di seluruh pemukiman penduduk perkotaan, drainase yang ada saat sekarang lebih banyak bersifat pemeliharaan dan sebagian kecil yang membangun drainase baru. (lihat tabel 2.35). Tabel 2.35 Jaringan Drainase Kota Palangka Raya Tahun Panjang Jaringan No Kota Palangka Raya (Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangka Raya, 213) Pertumbuhan penduduk yang cepat di Kota Palangka Raya juga mengakibatkan volume sampah bertambah, dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Namun demikian pertumbuhan produksi sampah itu tidak diikuti oleh kemampuan untuk mengelola sampah. Jika tahun 29 kapasitas daya tampung TPS masih diatas jumlah produksi, namun tahun 29 telah terlampau dan deviasinya semakin besar. Penurunan daya tampung TPS juga disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang melakukan penutupan TPS didekat permukimannya. Akibat langsung yang ditimbulkan tentu adalah proporsi sampah yang tidak tertangani semakin meningkat (lihat tabel 2.36). Tabel 2.36 Informasi Pengelolaan Sampah Kota Palangka Raya Tahun Tahun No Uraian Jumlah Penduduk Jumlah Produksi sampah (ton) Produksi sampah per 2,48 2,49 2,5 3,1 3,1 penduduk (kg) 4. Daya tampung TPS (ton) Rasio daya tampung TPS per penduduk (kg) 6. Persentase sampah yang tak tertangani 2,68 2,44 2,12 2,7 2,7 31,2 33,88 35,77 31,94 31,94 (Sumber : Hasil Perhitungan Dinas Pasar dan Kebersihan Kota Palangka Raya, 213) 63

91 Penempatan TPS dipermukiman didasarkan pada jumlah penduduk di daerah tersebut serta juga dilihat dari kondisi dan jarak. Dilihat dari persebarannya, kecamatan Jekan Raya adalah kecamatan yang memiliki tempat sampah terbanyak, bahkan sangat banyak. Sementara itu kecamatan Rakumpit yang sebagian besar wilayahnya dialiri sungai serta memiliki jumlah penduduk yang tidak banyak sehingga diwilayah ini tidak memiliki TPS (lihat tabel 2.37). Rentang kendali pelayanan yang sangat jauh ini menyebabkan pada wilayah tersebut kegiatan pengangkutan sampah belum tertangani. dan jarak jalan yang ada juga menjadi masalah tersendiri, yang berakibat terbatasnya pelayanan persampahan di Kecamatan tersebut. Tabel 2.37 Rasio Tempat Pembuangan Sampah Terhadap Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kota Palangka Raya Tahun 213 No Kecamatan TPS Jumlah Penduduk Jumlah Daya (Jiwa) Jumlah Tampung (Unit) (Ton) Rasio (1) (2) (3) (4) (5) (6=5/3) 1. Kecamatan Pahandut Kecamatan Jekan Raya ,15 3. Kecamatan Sabangau 6 18 Total Kecamatan Bukit Batu Kecamatan Rakumpit 28.49,2 Total (Sumber : Hasil Perhitungan Dinas Pasar dan Kebersihan Kota Palangka Raya, 213) Dari sisi pengelolaan akhir di TPA, masih menggunakan open dumping padahal sarana prasarana yang digunakan sudah sesuai dengan standar sanitary landfill. Disamping itu, kegiatan persampahan juga terkendala pada masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah dan mereduksi sampah serta membuang sampah sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan yaitu mulai jam 4 sore sampai jam 4 pagi sehingga kegiatan pengelolaan angkutan sampah dapat berjalan dengan maksimal, dengan pada pagi hari mulai beraktifitas sampai pada siang hari tidak ada lagi 64

92 sampah yang menumpuk di Bak Penampung Sampah/TPS (Tempat Penampungan Sampah). Fasilitas sosial ekonomi yang sangat penting adalah pasar. Pasar pemerintah yang rutin beroperasi saat ini adalah Pasar Kahayan, Pasar Datah Manuah,blok mini Pasar Besar, Pasar Kalimantan Urban Development Project (KUDP) dan Pasar Kameloh dengan pengelolaan yang bersifat tradisional modern.tabel 2.38 menyajikan kondisi pasar di Kota Palangka Raya. Tabel Tabel Jumlah Pasar Pemerintah Kota Palangka Raya Tahun 213 NO NAMA PASAR ALAMAT 1. Blok Mini Pasar Besar Jl. Jawa- Halmahera Berfungsi (BH) Tdk Berfungsi (BH) Kecamatan Pahandut 2. Pasar Kameloh Jl. A. Yani Pahandut 3. Pasar Kahayan Tradisonal Modern Blok Pertokoan Pasar Kahayan Jl. Tjilik Riwut Km 1,5 a. Bertingkat b. Tidak Jl. Tjilik Riwut Bertingkat Km 1, c. Blok Toko Buah d. Blok Babi e. Los PKL Kalimantan Urban Development Project (KUDP) Pasar Datah Manuah Jl. Tjilik Riwut Km 1,5 Jl. Yos Sudarso Jekan Raya Jekan Raya Jekan Raya 1. a. Bertingkat b. Blok Sayur dan Ikan c. Blok Babi Blok Sementara Pasar Tangkiling a. Toko Tangkiling b. Lapak Mingguan Pasar Mingguan Banturung - Toko Banturung Lapak/ Jekan Raya Bukit Batu Bukit Batu 65

93 9. Pasar Takaras Betuk Barunai Rakumpit 1. Pasar Burung 11. Pasar Kalampangan a. Dibangun Pemkot b. Disperindagkop c. LKK Kelurahan Temanggung Tilung Kalampangan Jekan Raya (Sumber : Dinas Pasar dan Kebersihan Kota Palangka Raya, 213 ) Perumahan Analisis atas perumahan meliputi kondisi lingkungan dan fasilitas dasar di perumahan. Perumahan yang ada di Kota Palangka Raya diidentifikasi berdasarkan atas stok permukiman yang tersedia, kepadatan rumah, kondisi fisik rumah. Di bawah ini disajikan jumlah stok perumahan berdasarkan fungsi rumah yang terbagi menjadi dua jenis fungsi yaitu rumah tinggal yang hanya berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga dan rumah campur yang berfungsi sebagai tempat tinggal sekaligus digunakan untuk fungsi yang lain misalnya untuk kegiatan ekonomi keluarga. Tabel 2.39 Jumlah Stok Perumahan Berdasarkan Fungsi Rumah di Kota Palangka Raya Tahun 21 No Fungsi Rumah Jumlah (unit) 1. Rumah Tinggal Rumah Campur Total (Sumber : Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Palangka Raya Tahun , 213) Di Kota Palangka Raya setiap kecamatan mempunyai karakteristik perumahan yang berbeda dengan tingkat kepadatan tinggi sampai rendah dan permanen-semi permanen dengan kondisi baik sampai buruk. Di Kecamatan Pahandut dan Jekan Raya secara umum memiliki kondisi perumahan yang sedang sampai baik. Sementara untuk tiga kecamatan yang lain kepadatannya cukup rendah tetapi dengan kondisi yang kurang baik. Perumahan yang berkembang cenderung memiliki tipologi perumahan dengan jenis perumahan kampung kota, sebagian besar Sabangau 66

94 penduduk merupakan penduduk asli kota yang telah berdomisili sejak awal pembangunan Kota Palangka Raya. Pada beberapa bagian Kecamatan Pahandut terdapat perumahan yang termasuk dalam tipologi perumahan pinggir sungai, dibangun di sepanjang rawa pinggiran Sungai Kahayan, yang terletak pada pinggiran Kelurahan Pahandut dan Pahandut Seberang. Di bawah ini disajikan tabel tingkat kepadatan permukiman Kota Palangka Raya. Tabel 2.4 Tingkat Kepadatan Permukiman Kota Palangka Raya No Kecamatan Tingkat kepadatan 1. Pahandut Sedang 2. Jekan Raya Tinggi 3. Sabangau Rendah 4. Bukit Batu Rendah 5. Rakumpit Rendah Rumah Rumah dengan kategori permanen dengan kondisi baik Rumah dengan kategori permanen dengan kondisi sedang Rumah masih dalam kategori non permanen dengan kondisi relatif sedang Rumah masih dalam kategori non permanen dengan kondisi buruk Rumah dengan kategori non permanen dengan kondisi buruk (Sumber : Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Palangka Raya Tahun , 213) Kecamatan Jekan Raya merupakan perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, bangunan permanen dengan kondisi sedang. Kecamatan Jekan Raya memiliki beberapa tipologi perumahan yang beragam, antara lain perumahan kampung kota, developer, sekitar kawasan pendidikan dan perkantoran, dan perumahan pinggir kota. Hal ini dikarenakan penggunaan lahan pada Kecamatan Jekan Raya yang beragam, antara lain kawasan perkantoran dan pendidikan yang dikelilingi oleh perumahan penduduk. Kecamatan Sabangau, Bukit Batu dan Rakumpit perumahan yang berkembang saat ini merupakan perumahan dengan tingkat kepadatan rendah, Bangunan non permanen dengan kondisi relatif sedang sampai dengan buruk. Kecamatan Sabangau merupakan salah satu arah pembangunan Kota Palangka Raya, namun sejauh ini kondisi perumahan yang ada di Kecamatan Sabangau dapat dikatakan beragam, walaupun dalam jumlah yang relatif tidak begitu besar. Tipologi perumahan yang 67

95 banyak ditemukan di kecamatan ini merupakan perumahan developer yang persebarannya di Kelurahan Kereng Bangkirai, selain pada Kelurahan Kereng Bangkirai jenis perumahan penduduk adalah perumahan pinggir kota yang dapat di kategorikan juga sebagai perumahan kampung desa. Kecamatan Bukit Batu terpusat pada Kelurahan Tangkiling yang tipologi merupakan perumahan kampung kota dan pada kelurahan lain jenis perumahan cenderung termasuk dalam tipologi perumahan kampung desa. Sedangkan Kecamatan Rakumpit merupakan kecamatan yang sebagian besarnya terdiri atas kumpulan desa-desa yang kondisi perumahannya bersifat non permanen dan termasuk dalam tipologi perumahan kampung desa. Dibawah ini disajikan tabel kondisi perumahan di Kota Palangka Raya. Perumahan dengan kondisi yang bervariasi tersebut tetap harus memiliki fasilitas dasar perumahan yang cukup. Tabel 2.41 menyajikan fasilitas perumahan yang dimiliki oleh Kota Palangka Raya. No Tabel 2.41 Tabel Indikator Perumahan Kota Palangka Raya Indikator 1. Persentase rumah tangga pengguna air bersih terhadap total rumah tangga 2. Persentase rumah tangga pengguna listrik terhadap total rumah tangga 3. Persentase rumah tangga pengguna yang memiliki sanitasi terhadap total rumah tangga 4. Persentase luas pemukiman kumuh terhadap luas pemukiman 5. Persentase rumah layak huni Tahun ,1 3,42 3,2 3,2 99,13 99,13 99,16 99,28 84,8 84, ,9 9,3 5,7 5, terhadap total seluruh rumah (Sumber : dari Berbagai Sumber yang diolah oleh Bappeda Kota Palangka Raya, 213) Penataan Ruang Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang terkait dengan upaya untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang termasuk penetapan rencana tata ruang. Pemanfaatan 68

96 ruang terkait dengan upaya mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program. Terakhir, pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Salah satu cakupan penting dalam penataan ruang wilayah adalah penentuan dan penataan ruang terbuka hijau. Penataan di Kota Palangka Raya dilakukan berdasarkan pada Peraturan Daerah No. 8 Tahun 21 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), Kota Palangka Raya dibagi dalam beberapa zoning kawasan yang menunjukan fungsi pemanfaatan ruang antara lain : kawasan perkantoran pemerintah; kawasan pelayanan kesehatan, kawasan perkantoran dan jasa, kawasan kegiatan olah raga, kawasan kegiatan utilitas kota, kawasan industri, kawasan perdagangan, kawasan perumahan, kawasan terbuka hijau, kawasan pendidikan, kawasan tanah cadangan, kawasan lapangan terbang. Pengaturan bangunan meliputi pengaturan kepadatan bangunan dan luas terbangun. Pengaturan kepadatan bangunan merupakan rumusan kebijakan perbandingan luas lahan yang dimanfaatkan bagi bangunan dengan luas wilayah perencanaan. Tingkat kepadatan bangunan dirinci menjadi : 1. Kawasan bangunan berkepadatan tinggi, mempunyai rata-rata kepadatan bangunan sebanyak 4 bangunan setiap hektar. 2. Kawasan bangunan berkepadatan sedang, mempunyai rata-rata bangunan sebanyak 24 bangunan setiap hektar. 3. Kawasan bangunan berkepadatan rendah, mempunyai rata-rata kepadatan bangunan sebanyak 11 bangunan setiap hektar. Pengaturan luas kawasan terbangun untuk setiap petaknya berkisar antara 3 % - 7 %. Selain itu Rencana Detail Tata Ruang Kota Palangka Raya, juga mengatur tentang arahan garis sempadan jalan terhadap bangunan dan pagar, yaitu jarak garis sempadan as jalan terhadap bangunan, di mana besarannya disesuaikan dengan fungsi jaringan jalan dimaksud. Pengaturan lainnya yang terdapat dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota, mencakup pula pada aspek rencana ketinggian bangunan. 69

97 Namun dalam perjalanan waktu, berbagai aturan yang telah tercantum dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota, banyak yang tidak diikuti dan menjadi pedoman dalam pelaksanaannya, di mana kondisi tersebut berakibat saat ini pada beberapa ruas jalan ditemukan adanya bangunan yang secara fisik melanggar GSB, KLB dan KDB. Dalam penyusunan RPJMD terdapat indikator untuk aspek tata ruang yakni ruang terbuka hijau, bangunan ber-imb dan ruang Publik. Tabel 2.24 menyajikan informasi mengenai indikator tata ruang. Di Kota Palangka Raya luas ruang terbuka hijau bila dibandingkan dengan keseluruhan luas wilayah ada kecenderungan atau trend meningkat setiap tahun dan pada tahun 212 dan 213 telah mencapai lebih dari 3 persen artinya telah memenuhi syarat ideal untuk ruang terbuka hijau. No Tabel 2.42 Ruang Terbuka Hijau (RTH) per Satuan Luas Wilayah Kota Palangka Raya Tahun Uraian Persentase Ruang Terbuka Hijau terhadap total wilayah Jumlah bangunan ber IMB terhadap total bangunan (unit) Ruang publik yang telah berubah peruntukannya (%) Luas ,5 29,67 29,98 3,56 3, (Sumber: Dinas Tata Kota, Bangunan dan Pertamanan Kota Palangka Raya setelah diolah, 213) Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Palangka Raya telah menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada tahun 212 berkisar pada angka izin. Bagi masyarakat awam, pembangunan bangunan di tanah sendiri seharusnya tidak memerlukan izin kepada pemerintah. Rendahnya kesadaran ini terkait dengan masih kurangnya upaya sosialisasi atau edukasi mengenai pentingnya memiliki izin mendirikan bangunan yang dilaksanakan oleh pemerint ah daerah. Sedangkan data dampak dari keadaan ini adalah sulitnya mendeteksi ketaatan terhadap dokumen tata ruang yang telah ada. 7

98 Perencanaan Pembangunan Pemerintah Kota Palangka Raya dalam melaksanakan perencanaan pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD) yang dijadikan Peraturan Daerah No. 6 Tahun 29 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, telah menyiapkan dokumen-dokumen pendukung seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun yang diatur menjadi Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 29, RKPD, Renstra SKPD, dan RENJA SKPD. Berdasarkan evaluasi terhadap RPJMD periode terdapat beberapa persoalan terkait dengan perencanaan di wilayah Kota Palangka Raya diantaranya adalah koordinasi dan sinkronisasi antar SKPD yang cukup lemah. ini bermula dari lemahnya pemahaman masing-masing SKPD terhadap pentingnya perencanaan yang bersifat komprehensif, sehingga dokumen RPJMD menjadi semacam kumpulan dari Renstra, bukan sebuah perencanaan komprehensif atas tujuan dari Kota Palangka Raya. Lemahnya pemahanam itu berdampak sangat luas baik pada perencanaan tahunan maupun masing-masing SKPD. Dari evaluasi RPJMD tersebut didapati ketidak terkaitan antara SKPD yang satu dengan SKPD yang lain, ketidaktepatan tujuan dan program dari masing-masing SKPD dan adanya persoalan yang tidak tercover oleh SKPD manapun Perhubungan Tabel 2.43 Sarana Prasarana dan Infrastruktur Perhubungan No Perhubungan Jumlah arus pemumpang angkutan umum - Darat (terminal antar kota) Pelabuhan laut Pelabuhan udara Berangkat Datang Transit Rasio ijin trayek terhadap jumlah,191,187,176 penduduk 3. Jumlah uji KIR kendaraan per tahun Lama pelayanan uji KIR kendaraan

99 (menit) 5. Biaya uji KIR kendaraan : A. Mobil Penumpang Umum 1. Roda 4 2. Roda 3 B. Bus 1. Kurang dari 12 Kursi sampai 25 Kursi 3. lebih dari 26 Kursi C. Mobil Barang 1. JBB 3,5 Ton 2. JBB 3,5 sampai 8 Ton 3. JBB 8 sampai 14 Ton 4. JBB 14 Ton D. Kereta Gandeng E. Kereta Tempelan F. Kendaraan Khusus Jumlah fasilitas perhubungan - Terminal angkutan umum Pelabuhan laut Dermaga Rasio rambu terhadap jumlah rambu,114,114,114 yang seharusnya ada (15 rambu) 8. Fasilitas angkutan kota (halte) (Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kota Palangka Raya, 213) Angkutan umum yang beroperasional di Kota Palangka Raya terdiri dari Bus AKAP/AKDP, angkutan kota, taksi kota, taksi bandara, taksi agro dan angkutan perintis. Angkutan umum tersebut berkembang pesat karena telah terbukanya dan semakin baiknya akses jalan kabupaten sekitar misalnya Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Barito Timur, Barito Utara, Barito Selatan, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat dan daerah lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi lain. Perusahaan Bus AKAP pada tahun 212 mulai berkembang dengan jumlah sebanyak 7 perusahaan dan Bus AKAP sebanyak 8 perusahaan. Selain antar kabupaten, pemerintah juga memperhatikan armada angkutan pedesaaan, angkutan kota, taksi argo dan taksi bandara yang melayani kelurahan-kelurahan, jalur kota, bandara, hotel, jasa dan perdagangan yang ada di wilayah Kota Palangka Raya. Namun demikian jumlah penumpang sepi dikarenakan masyarakat Kota Palangka Raya lebih banyak memanfaatkan kendaraan pribadi dengan kemudahan kredit yang 72

100 ditawarkan pembiayaan yang telah berkembang pesat di Kota Palangka Raya. Perkembangan angkutan dan jumlah penumpang oleh Pemerintah Kota Palangka Raya telah diantisipasi dengan keberadaan tiga terminal yaitu terminal AKAP WA GARA, Terminal Mihing Manasa dan Terminal Beringin Pahandut Seberang. Meski demikian pemanfaatan ketiga terminal tersebut kurang optimal hal ini beberapa sarana dan prasarana pendukung perlu penambahan. Selain itu, di Kota Palangka Raya berkembang travel liar (kendaraan pribadi) mangkal di jalan-jalan strategis yang ada di Kota Palangka Raya misalnya Jl. Yos Sudarso, Jl. Pierre Tendean, Jl. Tjlik Riwut, RTA. Milono dan jalan strategis lainnya. Berkembangnya taksi liar (kendaraan pribadi) tersebut karena kurangnya kesadaran dari pemilik untuk mengurus ijin operasional dan kemudahan untuk memperoleh kredit kendaraan serta kurangnya pembinaan dan pengawasan oleh pihak teknis terkait misalnya dari Organda. Maka perlu dilakukan penertiban agar taksi-taksi liar tersebut ada ijin operasional dan memanfaatkan terminal yang ada di Kota Palangka Raya. Sebenarnya Pemerintah Kota Palangka Raya melakukan programprogram untuk memudahkan dengan menggratiskan pengurusan perijinan sebagai persyaratan ijin di dinas terkait Provinsi. Lalu lintas di Kota Palang Raya didukung 13 (tiga belas) halte yang menyebar di jalan-jalan strategis misalnya di jalan Tjilik Riwut, RTA Milono, S.Parman, G. Obos, Rajawali, Tingang dan jalan strategis lainnya. Sedangkan fasilitas rambu lalu lintas yang merupakan tanda petunjuk lalu lintas sudah menyebar di seluruh wilayah Kota Palangka Raya dari Kecamatan Rakumpit sampai dengan Kecamatan Sabangau. Fasilitas rambu lalu lintas yang ada lebih banyak terpasang di jenis jalan nasional, propinsi dan kota sedangkan di jalan-jalan lingkungan, gang dan jalan kecil kurang banyak terpasang. Berikut ini disampaikan fasilitas rambu-rambu di Kota Palangka Raya tahun

101 Tabel 2.44 Fasilitas Rambu-Rambu Lalu Lintas di Kota Palangka Raya Tahun 213 No Jenis Jalan Baik Tidak Baik Jumlah 1. Nasional Propinsi Kota (Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Raya, 213) Kota Palangka Fasilitas traffic light telah terpasang sebanyak 6 (enam) buah di persimpangan jalan nasional, propinsi dan kota dan warning light telah terpasang sebanyak 3 (tiga) di persimpangan jenis jalan nasional yaitu sepanjang Jalan Tjilik Riwut. Pemasangan sarana tersebut karena jalan tersebut merupakan jalan yang ramai, padat dan berada di persimpangan. Traffic light dan warning light yang di wilayah Kota Palangka Raya dari sisi ketinggian tidak kondisi ideal dimana persyaratan kondisi ideal ketinggian harus di atas 3 meter dari permukaan jalan. traffic light dan warning light tersebut dikarena adanya penambahan tinggi jalan dengan aspal. Berikut ini disampaikan traffic light dan warning light Kota Palangka Raya tahun 213. Tabel 2.45 Traffic Light dan Warning Light Kota Palangka Raya Tahun 213 No Lokasi Traffic Light Warning Light Keterangan 1. Jalan Garuda Jalan Tjilik Riwut Km 4 Ketinggian ideal 2. Jalan Antang Jalan Tjilik Riwut Km 5 harus di atas 3 3. Jalan DI Panjaitan Jalan Tjilik Riwut Km 28 meter dari 4. Jalan Irian permukaan 5. Jalan Tambun Bungai jalan 6. Jalan RTA. Milono (Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Raya, 213) Kota Palangka Jumlah penumpang dari tahun 28 sampai dengan 212 mengalami peningkatan jumlah penumpang yang signifikan. Jumlah penumpang bis mengalami peningkatan, kemungkinan besar hal ini disebabkan karena semakin terbukanya akses infrastruktur jalan nasional 74

102 dan atau kota sebagai akses penghubung antar kabupaten/kota kondisi dalam provinsi. Sedangkan jumlah penumpang ASDP dari tahun mengalami penurunan hal ini disebabkan karena akses darat di Kota Palangka Raya terbuka, infrastruktur jalan kota jalan lingkungan antar kecamatan, kelurahan sudah banyak dilakukan pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah arus penumpang angkutan umum Kota Palangka Raya tahun yang terus meningkat. Tabel 2.46 Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum Kota Palangka Raya Tahun No Uraian Jumlah penumpang Bis Kendaraan Bermotor Jumlah penumpang ASDP Jumlah penumpang Klotok Jumlah penumpang Speed boat Total Jumlah Penumpang (Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kota Palangka Raya, 213) Seluruh angkutan umum yang ada di Kota Palangka Raya umum wajib memiliki izin trayek. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam hal penataan, pengaturan dan pengendalian trayek angkutan umum, sehingga dapat meminimalisir trayek ilegal yang dilakukan para pengendara angkutan umum. Badan Pelayanan Perijinan dan Penanaman Modal Terpadu Kota Palangka Raya mempunyai data hanya tahun 212 dimana izin trayek yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya sampai dengan tahun 212 sebanyak 89 izin. Jumlah izin trayek hingga tahun 212 tidak terlalu banyak ini menunjukkan peran angkutan publik di Kota Palangka Raya yang belum signifikan dalam menunjang kehidupan masyarakat. Ini dikarenakan mengingkat luas dan kondisi wilayah dengan penyebaran yang tidak merata serta tipologi mobilitas masyarakat yang masih minim, menyebabkan masih banyak daerah yang belum terlayani oleh angkutan umum yang rutin beroperasi. 75

103 Wilayah-wilayah tersebut umumnya merupakan wilayah yang jauh dari akses jalan nasional atau jalan propinsi. Mengingat masih ada wilayah kecamatan yang belum terakses angkutan umum lewat darat, sehingga masyarakat umumnya menggunakan sarana sungai seperti di wilayah Kecamatan Rakumpit. 3. Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Seluruh angkutan umum diwajib memiliki sertifikat pengujian kendaraan bermotor (uji Kir). Berdasarkan data yang ada di UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor dari tahun , pengujian kendaraan masih menggunakan sistem manual. Sesuai dengan PP No. 55 Tahun 212 tentang Kendaraan diamanahkan Unit Pelaksana Uji Berkala Kendaraan Bermotor harus memiliki peralatan uji. Dengan melihat keadaan tersebut maka Kota Palangka Raya akan memaksimalkan sarana, prasarana serta alat uji agar uji kendaraan yang dulunya menggunakan manual akan diganti dengan peralatan uji otomatis. Tabel di bawah ini menyajikan persentase kendaraan, lama uji dan biaya serta peralatan melakukan Uji Kir. Tabel 2.47 Persentase Uji Kir Angkutan Umum Kota Palangka Raya Tahun No Angkutan umum Mobil penumpang umum 2. Mobil bus Mobil barang Kereta tempelan Kereta gandengan Jumlah (Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kota Palangka Raya, 213) Tabel 2.48 Lama Waktu Uji Kir Angkutan Umum Kota Palangka Raya Tahun No Angkutan umum Semua Jenis Kendaraan (menit) (Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Raya, 213) Kota Palangka 76

104 Tabel 2.49 Biaya Uji Kir Angkutan Umum Kota Palangka Raya Tahun No Angkutan umum Mobil penumpang umum Mobil bus Mobil barang Kereta tempelan Kereta gandengan (Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Raya, 213) Kota Palangka Tabel 2.5 Peralatan Uji Kir Angkutan Umum Kota Palangka Raya Tahun No Uraian Peralatan Uji Kir Manual Manual Manual Manual Manual Manual (Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kota Palangka Raya, 213) Jumlah kendaraan dari berbagai jenis yang ada yang melakukan uji Kir mengalami peningkatan dari di tahun 28 menjadi di tahun 212. Ini artinya terjadi peningkatan kinerja uji Kir terhadap kendaraan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan pelayanan semaksimal mungkin khususnya wilayah-wilayah yang jauh dari Kota dan wilayah yang mempunyai aksesibilitas yang masih minim karena kondisi jalan yang belum mantap. Selain itu, waktu lama pengujian kelayakan angkutan umum (Uji Kir) yang tidak terlalu lama sekitar ± 3 menit/unit kendaraan dan biaya yang murah. 4. Jumlah Pelabuhan /Udara/Terminal Bis Kota Palangka Raya telah memiliki 1 terminal bis antar propinsi WA. GARA dan memiliki satu pelabuhan udara Tjilik Riwut yang lumayan representatif. Hal ini cukup dimengerti karena Kota Palangka Raya merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah sebagai pusat pemerintahan yang menghubungkan kabupaten/kota di Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Kota Palangka Raya memiliki pada tahun sebanyak 18 pelabuhan/terminal sedangkan pada tahun mengalami penurunan sebanyak 16 pelabuhan/dermaga/terminal. Untuk terminal mengalami 77

105 penurunan karena direncanakan semua penumpang darat akan difokuskan pada terminal AKAP WA. GARA. Tabel 2.51 Jumlah Pelabuhan Udara/Dermaga/Terminal Kota Palangka Raya Tahun No Uraian Pelabuhan Udara Dermaga Sungai Terminal Jumlah (Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Raya, 213) Kota Palangka Sedangkan dermaga sungai terjadi peningkatan jumlah karena telah operasionalnya dermaga di Bereng bengkel dan Marang. Dermaga tersebut tersebar dibeberapa lokasi dari Kecamatan Sabangau sampai dengan Rakumpit. Dermaga sungai yang ada umumnya merupakan dermaga untuk melayani bongkar muat barang dan penumpang. Dermaga ini digunakan untuk kepentingan umum adalah dermaga klotok dan speedboat. Namun demikian ada beberapa kondisi dermaga kurang maksimal, baik dari sisi pelayanan maupun kondisi fisik bangunan yang jauh dari standar bagi kenyamanan dan keselamatan penumpang karena tidak dilengkapi dengan sarana penunjang yang layak. Walaupun dengan fasilitas pendukung yang sangat minim, masyarakat masih menggunakan klotok sebagai sarana utama untuk menyeberang ke atau sebaliknya. Hal ini disebabkan karena masyarakat Kota Palangka Raya yang tinggal di pinggiran sungai masih banyak menggunakan transportasi sungai untuk kehidupan dan perdagangan mengangkut kebutuhan sehari-hari. Kota Palangka Raya merupakan Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah, kota yang berkembang cepat sebagai kota transit, perdagangan, jasa, juga penghubung kabupaten-kabupaten yang ada di Kalimantan Tengah. Di bidang perpakiran, pihak Pemerintah Kota Palangka Raya telah melakukan upaya dalam bentuk restribusi tempat parkir untuk menggali potensi pendapatan asli daerah. Penertiban parkir dilakukan dengan melibatkan instansi terkait telah dilakukan secara rutinitas untuk penertiban. 78

106 Perpakiran ini perlu dilakukan langkah-langkah terobosan dalam manajemen misalnya menata lahan parkir di beberapa jalan strategis dan pusat perdagangan yang ramai misalnya di Jalan Yos Sudarso dan Pasar Besar dan jalan ramai lainnya. Sebenarnya untuk pusat pertokoan modern di beberapa tempat telah melakukan digitalisasi atau penggunaan teknologi sedangkan untuk fasilititas umum masih menggunakan manual sehingga perlu dilakukan pembenahan dengan menggunakan sistem informasi digitalisasi. Sedangkan dari aspek sumberdaya manusia perlu dilakukan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia merupakan sebuah kebutuhan melalui bimbingan teknis bagi petugas parkir, pegawai dan aparat lainnya sangat diperlukan dalam melaksanakan tugas sehari-hari Lingkungan Hidup Ada beberapa macam bidang yang mencakup analisa penguatan kualitas lingkungan hidup yakni pelestarian pengendalian, pencegahan, pengawasan lingkungan. Pencemaran Status Mutu Air Kota Palangka Raya terdiri dari beberapa sungai, anak sungai, danau maka tidak lepas dari permasalahan pencemaran air yang diakibatkan oleh aktivitas rumah tangga penduduk yang mendiami di pinggiran sungai. Untuk mengendalikan pencemaran telah dilakukan uji pencemaran air di beberapa titik sampel yang ada di Sungai Kahayan dan Sungai Rungan. Sampel diambil dari air permukaan, air tengah sedangkan air dasar sungai belum dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup. Titik tersebut diambil dengan memperhatikan keterwakilan atau representatif titik sampel dari hulu sampai dengan hilir misalnya di Dermaga Takaras, Pelabuhan Tangkiling, Jembatan Kahayan, Pelabuhan Rambang, Terusan Tuwan, Bereng Bengkel dan Kameloh Baru. Tabel di bawah ini menyajikan kondisi penanganan atau uji pencemaran air. 79

107 Tabel 2.52 Uji Pencemaran Air Kota Palangka Raya Tahun No Uraian Uji pencemaran air 2 Uji 3 Uji 2 Uji 3 Uji 2 Uji 2 Uji (Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya, 213) Tabel 2.53 Polutan Indeks Kualitas Air Sungai di Kota Palangka Raya Tahun No Uraian Dermaga Takaras Pelabuhan Tangkiling Kelurahan Marang Terusan Tuwan Pelabuhan Rambang Jembatan Kahayan 5,4 2,1 4,9 4,6,3 1,2 1,8 2,4 2,5-2,3 1, 2,3 3,5 5,5 3,5 5,1 5,,3,5 1,8 2,9 2,1 - -,9-2,7 1,8-5,3 3,3,3,3 2,4 2,4 2,8 - -,9-5,6 4,6 1,8 5,5 4,1 4,1 1, 2,1 2,1 3,2 3,8 2,1 3, 2,1 2,1 5 2,9 5 8,5 8,5,9 2,1 3, 3,4 3,5 3,4 2,2 3,4 2 5,7 1,8 5 3,4 3,4,6 2,1 3, 3,5 3,5 3,5 1, 3,5 4,1 (Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya, 213) Dari sungai dan rawa yang dimiliki Kota Palangka Raya, hanya terdapat 6 lokasi pengambilan sampel yang kualitasnya dipantau. Hasil pemantauan status mutu air dan pencemaran status mutu air di sungai Kota Palangka Raya masih dalam ambang pengendalian, artinya air sungai yang ada masih dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mandi dan minum dengan memasak kembali. air masih dalam batas ambang baku mutu. Penanganan Pencemaran air, tanah dan udara Pengelolaan air limbah sampai saat ini belum sepenuhnya mampu ditangani oleh Pemerintah Kota Palangka Raya terutama dalam sarana dan prasarana. Penanganan air limbah selama ini diusahakan oleh masyarakat secara swadaya untuk membuat septick tank yang sederhana dan cubluk. Akan tetapi penduduk Kota Palangka Raya tidak semuanya memiliki septick tank dan cubluk, mereka membuang air limbah langsung kedalam badan air Sungai Kahayan, Sungai Rungan-Manuhing dan Sungai Sabangau. Penggunaan kawasan sungai sebagai tempat pembuangan tinja masih tinggi terutama yang tinggal di bentaran sungai. Secara umum masyarakat Kota Palangka Raya yang mempunyai akses terhadap jamban 8

108 keluarga, jamban umum atau jamban bersama dilengkapi dengan bangunan pengolah seperti cubluk dan tangki septic masih belum berkembang, kalaupun tersedia hanya terbatas di kawasan pusat perdagangan. Untuk memulai keterlibatan Pemerintah dalam penanganan air limbah di Kota Palangka Raya hanya terbatas pada tempat-tempat umum seperti penyediaan WC umum. Pada beberapa tempat telah dibangun MCK Plus, akan tetapi tempatnya tidak melalui studi dan sosialisasi yang baik sehingga pembangunan air limbah tersebut tidak berjalan optimal. Oleh karena itu diperlukan suatu studi yang dapat memberikan informasi tentang pembangunan pengelolaan limbah secara komunal, seperti pembangunan MCK Plus, memperbaiki IPLT dan pembangunan IPAL. Cakupan layanan Pengolahan limbah tinja di Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) saat ini sekitar 146. jiwa penduduk dengan jumlah volume tinja yang diolah 248,5 m 3 /minggu. Pencemaran udara menjadi masalah yang penting juga dikarenakan setiap tahun di Kota Palangka Raya pada musim kemarau terjadi kebakaran lahan yang dilakukan oleh perorangan atau perusahaan untuk membersihkan lahannya dan juga diakibatkan oleh asap dari cerobong pabrik. Untuk itu Badan Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya melakukan pemadaman di titik kebakaran api dengan kerjasama instansi terkait sedangkan pencemaran asap dari pabrik dengan melihat dampaknya selanjutnya dilakukan rekomendasi pabrik untuk mengurangi pencemaran tersebut. Tahun tidak banyak pencemaran udara yang terjadi di Kota Palangka Raya. Berikutnya disampaikan ISPU yang terjadi di Kota Palangka Raya tahun dan kebakaran hutan-lahan tahun

109 Tabel 2.54 ISPU di Kota Palangka Raya tahun No Kategori Tidak ada Nilai Baik Sedang Tidak sehat Sangat Tidak sehat Berbahaya Jumlah (Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya, 213) Tabel 2.55 Kebakaran Hutan dan Lahan di Kota Palangka Raya Tahun No Kecamatan Luas Lahan (Ha) Sabangau , Pahandut ,5 22,5 22,5 3. Jekan Raya 357, ,72 72,72 4. Bukit Batu 11-16, Rakumpit 11, (Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya, 213) Kasus lingkungan akan ditangani jika ada laporan dari masyarakat sebagai contoh misalnya pencemaran tanah dan akan dilakukan pengecekan lapangan jika ada laporan dari masyarakat tetapi di Kota Palangka Raya jarang terjadi. Badan Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya, dalam rangka menangani permintaan uji laboratorium oleh pihak pemrakarsa baik perorangan, perusahaan, pabrik telah memberlakukan Perda Kota Palangka Raya Nomor 1 Tahun 212 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. Hal ini bertujuan mengendalikan pencemaran air, tanah dan udara serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Dalam rangka pelestarian lingkungan sudah dilakukan langkah kongkret misalnya dalam bentuk Adiwiyata yang dilakukan di sekolah dari jenjang SD sampai dengan SMA yang ada di Kota Palangka Raya. Pada tahun 212 telah membina sekolah sebanyak 13 sekolah yang ada di Kota Palangka Raya. Pembinaan ini meliputi sejak dini memanfaatkan lingkungan 82

110 bersih dengan memilah sampah lewat pembelajaran sekolah, kurikulum, tenaga pengajar. Pengelolaan sampah Penanganan sampah selama ini hanya terbatas atau terkonsentrasi pada Kecamatan Pahandut, Jekan Raya dan sebagian kecil Kecamatan Sabangau sedangkan Kecamatan Bukit Batu dan Rakumpit belum tertangani dan volume sampah relatif kecil. Sampah yang terdapat di Kecamatan Pahandut dan Jekan Raya ini banyak ditemukan berserakan dan meluber di luar dari bak sampah atau kontainer yang berada di jalan-jalan strategis dan lingkungan. Hal ini menimbulkan tidak bagusnya pemandangan, kebersihan lingkungan. Sedangkan Rakumpit, sampah masih dianggap belum menjadi permasalahan terkait dengan luas wilayahnya, dengan demikian pencatatan tentang jumlah sampah yang diproduksipun belum tersedia. Indikasi ini harus menjadi perhatian mengingat sampah yang saat ini diproduksi semakin lama semakin menuju pada sampah plastik yang memiliki daya rusak tinggi bagi lingkungan. Persentase Penduduk Berakses Air Minum Air bersih merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat. Sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan air di Kota Palangka Raya berasal dari air tanah dalam dan air permukaan. Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga di Kota Palangka Raya sebagian besar bergantung pada air hujan, air sungai dan sumur bor serta tentunya air ledeng atau PDAM. Penyediaan kebutuhan sarana air bersih di Kota Palangka Raya terbatas hanya pada daerah perkotaan terutama pada pusat kota (Kelurahan Pahandut, Langkai, dan Kelurahan Palangka). Pelayanan sarana air bersih untuk masa mendatang diharapkan akan lebih luas lagi cakupannya, sehingga lebih banyak penduduk yang dapat menikmati pelayanan air bersih. Pelayanan jaringan air bersih yang disediakan baru menjangkau sebagian kecil kebutuhan penduduk. Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih, 83

111 sebagian besar penduduk masih memanfaatkan sumur galian, pompa dan sungai. Tabel 2.56 Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun No Tahun Uraian Rumah Tangga Jumlah (Sumber : PDAM Kota Palangka Raya, 213) Cakupan Pengawasan terhadap Pelaksanaan Amdal dan Kasus Lingkungan Hidup Jumlah perusahaan di Kota Palangka Raya tidak banyak misalnya perusahaan karet, perhotelan dan usaha lainnya yang telah melakukan wajib amdal. Perusahaan tersebut yang kegiatannya diawasi, pengawasan terhadap perusahaan yang telah melakukan amdal wajib dilakukan mengingat hal ini dapat mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi. Sedangkan dari jumlah kasus lingkungan yang telah ditangani oleh Pemerintah Kota Palangka Raya dilakukan jika ada laporan dari masyarakat untuk ditindaklanjuti dengan melihat langsung dan menganalisis kondisi lapangan. Pemerintah Kota Palangka Raya memberikan rekomendasi terhadap kasus tersebut Kependudukan dan Catatan Sipil Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palangka Raya melayani dokumen kependudukan terdiri (1). Dokumen kependudukan dan (2). Surat Keterangan Kependudukan. Selain pelayanan administrasi kependudukan tersebut diatas, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palangka Raya juga melayani: (1). Pelayanan pengolahan data kependudukan. (2). Pelayanan perpindahan penduduk masal (3). Penyusunan daftar penduduk potensial pemilih pemilu. Mengingat luas wilayah dan kondisi geografis sehingga untuk memperpendek jarak pelayanan bagi penduduk yang berada di wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan, Pemerintah Kota Palangka Raya telah 84

112 mengambil kebijakan terkait pembuatan KTP dapat dilaksanakan di 5(lima) Kantor Kecamatan yang ada di Kota Palangka Raya. Dalam rangka pelayanan yang dilakukan, kinerja kependudukan dapat dikatakan perlu adanya perbaikan baik pelayanan, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana sehingga pelayanan KTP, akte kelahiran, akte nikah, KTP Nasional berbasis NIK yang ada di Kota Palangka Raya dapat berlangsung optimal. Lemahnya kinerja ini juga disebabkan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya dokumen kependudukan. Kota Palangka Raya pada tahun belum mempunyai database kependudukan sehingga untuk tahun mendatang perlu dilakukan kegiatan database kependudukan dalam rangka memperkuat sistem informasi dan data kependudukan yang akurat. No. Tabel 2.57 Capaian Indikator Pelayanan Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palangka Raya Tahun Capaian(Persen) Indikator Rasio penduduk ber KTP Rasio bayi berakte kelahiran Rasio pasangan berakte nikah Kepemilikan KTP Kepemilikan akta kelahiran per 1 penduduk Penerapan KTP Nasional berbasis NIK (Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palangka Raya Tahun, 213) Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Dilaporkan kepada Pihak Kepolisian Republik Indonesia khususnya pada Polres Kota Palangka Raya. Kejadian Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Palangka Raya sebagian besar disebabkan pemukulan.untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 2.58 di bawah ini. 85

113 Tabel 2.58 Indikator Pemberdayaan Perempuan Kota Palangka Raya No Indikator Pemberdayaan Perempuan Prosentase Perempuan yang aktif di lembaga 62,45 62,73 62,45 pemerintahan 2. Jumlah Perempuan yang aktif di lembaga swasta Jumlah kejadian KDRT Tenaga kerja dibawah umur 5. TPAK perempuan ( %) 36,85 33,37 33,37 6. Upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak (Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Palangka Raya Tahun 213) Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Tabel 2.59 Indikator Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kota Palangka Raya Tahun Capaian No. Indikator Rata-rata jumlah anak per 3,16 3,16 3,16 2,6 2,6 keluarga 2. Rasio akseptor KB 78,26 78,3 76,8 78,3 78,4 3. Cakupan peserta KB aktif Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Palangka Raya, 213) Jumlah peserta keluarga berencana Aktif yang menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek (pil, suntik, kondom) selalu meningkat dari tahun 29 sampai dengan tahun 212. Salah satu faktor meningkatnya peserta program KB adalah dengan penambahan jumlah pelayanan posyandu dan penyuluh keluarga berencana yang aktif dalam melakukan sosialisasi dan memberikan pemahaman arti pentingnya program keluarga berencana. 86

114 Sosial Pelayanan sosial merupakan suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk membantu individu, kelompok, ataupun kesatuan masyarakat agar mereka mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, yang pada akhirnya mereka diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang ada melalui tindakan-tindakan kerjasama ataupun melalui pemanfaatan sumber-sumber yang ada di masyarakat untuk memperbaiki kondisi kehidupannya. No. Tabel 2.6 Indikator Pelayanan Urusan Sosial Kota Palangka Raya Tahun Capaian Indikator Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi 2. PMKS yang memperoleh bantuan social Penanganan penyandang masalah kesejahteraan social (Sumber: Dinas Sosial Kota Palangka Raya, 213) pembangunan pada pelayanan urusan sosial di Kota Palangka Raya selama periode dapat diamati terhadap PMKS yang memperoleh bantuan sosial dan penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial Ketenagakerjaan Tabel 2.61 Keadaan Tenaga Kerja, Kesempatan Kerja dan Pengangguran Kota Palangka Raya Tahun No Tahun Karakteristik Angka partisipasi angkatan kerja Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun 3. Tingkat partisipasi angkatan kerja 6,34 62,51 67,2 57,79 4. Pencari kerja yang ditempatkan Tingkat pengangguran terbuka 9,17 8,48 3,82 6,38 6. Keselamatan dan perlindungan Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah (Sumber:Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Palangka Raya, 213) 87

115 Peningkatan jumlah penduduk Kota Palangka Raya berdampak pada jumlah angkatan kerja yang juga mengalami peningkatan. Menurunnya jumlah tenaga kerja di perusahaan dan jumlah pencari kerja mengindikasikan dua hal penyebab yaitu meningkatnya jumlah wirausahawan, data yang ditunjukkan di atas tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan tidak semua para pencari kerja mendaftarkan dirinya di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Palangka Raya sehingga jumlah mereka tidak dapat terdeteksi secara baik Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Pembangunan pada pelayanan urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah di Kota Palangka Raya Tahun pada masingmasing indikator sebagaimana tabel berikut ini. Tabel 2.62 Jumlah Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No Indikator Persentase koperasi aktif 95,77 65,71 65,71 87,4 87,78 2. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM Jumlah BPR/LKM Usaha Mikro dan Kecil (Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya, 213) Tabel di atas menunjukkan jumlah koperasi aktif dari tahun 29 sampai dengan tahun 213 mengalami fluktuasi. Sebagai badan usaha yang penting dan jumlah koperasi yang aktif banyak maka perlu dilakukan pengembangan koperasi baik di sisi masyarakat maupun pembina. Dampak dari aktifnya koperasi ini maka pemahaman pola-pola pembinaan koperasi oleh pemerintah selama ini sudah bisa dirasakan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan anggota. -program yang dibiayai oleh pemerintah telah sesuai sasaran atau bisa dinikmati oleh warga koperasi seluruhnya. Contohnya penyaluran dana bergulir oleh pemerintah melalui koperasi. Pemerintah melalui perbankan menyalurkan dana bergulir pada koperasi untuk memperkuat permodalan koperasi, terutama unit simpan pinjam. Selanjutnya, koperasi juga harus diberi kesempatan yang seluasluasnya untuk menciptakan jalinan kerjasama melalui jaringan usaha 88

116 koperasi, menggalang solidaritas serta melakukan joint venture antar koperasi dan dengan non koperasi. Usaha mikro dan kecil juga ditopang dengan semakin banyaknya jumlah BPR yang berkembang di Kota Palangka Raya. Jumlah BPR dari tahun 29 sampai dengan tahun 213 mengalami peningkatan dari 9-11 BPR Penanaman Modal Dukungan dalam peningkatan penanaman modal di Kota Palangka Raya terlihat dari kemudahan prosedur administrasi dalam mengurus investasi melalui pelayanan perizinan satu atap melalui Badan Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal Terpadu. Rencana penanaman modal asing sampai dengan tahun 212 menunjukkan peningkatan tetapi untuk rencana penanaman modal dalam negeri di Kota Palangka Raya tidak ada peningkatan alias stagnan/tetap. Peningkatan investasi yang terjadi pada rencana PMA ada pada sektor jasa lainnya, hal ini disebabkan oleh adanya pergeseran sektor usaha yang terjadi di Kota Palangka Raya dan berakibat pada meningkatnya penanaman modal, khususnya dari investasi luar negeri (asing). Untuk rencana PMDN belum terlihat rencana penambahan investasinya di Kota Palangka Raya ini selama tahun 213, investasi ini hanya meneruskan investasi yang sedang berjalan dari tahun 211 sampai dengan tahun 212. Tabel 2.63 Rencana PMDN yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Kota Palangka RayaTahun Sektor /Sub Sektor Jumlah investasi Nilai (Rp.Juta) Jumlah investasi Nilai Rp. (Juta) Jumlah investasi Nilai Rp. (Juta) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Perkebunan,,, 2. Perikanan,,, 3. Kehutanan,,, 4. Pertambangan,,, 5. Industri Kayu,,, 6. Industri Kimia,,, 7. Perhotelan,,, 8. Jasa Angkutan , , , 9. Real Estate,,, 89

117 1.Jasa Lainnya , , , Industri Karet Remah,, Jumlah , , (Sumber : BPS Kota Palangka Raya, 213) Tabel 2.64 Rencana PMA yang disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Kota Palangka RayaTahun Sektor /Sub Sektor Jumlah investasi Nilai Jumlah Nilai Jumlah ( US investasi ( US investasi $) $) Nilai Rp. (Juta) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Perkebunan,,, 2. Perikanan,,, 3. Kehutanan,,, 4. Pertambangan,,, 5. Industri Kayu,, 2 666,94 6. Industri Kimia,,, 7. Perhotelan,, 1 6, 8. Jasa Angkutan 1,,, 9. Real Estate,, 1 4, 1.Jasa Lainnya,, Industri Karet Remah ,59 Rp ,57,,, Jumlah,, (Sumber : BPS Kota Palangka Raya, 213) ,53 Rp ,57 Tabel 2.65 Rencana dan Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Kota Palangka Raya (Ribu US$) No Tahun Jumlah Investasi Rencana (Rp) Realisasi % ,3 1.26, 3, ,53 66, 1, , ,94 3, , ,31 3, , ,96 (Sumber : BPS Kota Palangka Raya, 213) 9

118 Tabel 2.66 Rencana dan Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Kota Palangka Raya (Juta Rp.) No Tahun Jumlah Investasi Rencana Realisasi % , ,7 7, , , 22, ,63 993,48, , ,74 269, , , (Sumber : BPS Kota Palangka Raya, 213) Berdasarkan data yang berasal dari Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Tengah dalam Indikator Ekonomi Kota Palangka Raya 212 Tenaga kerja yang direncanakan untuk mengerjakan investasi PMA di kota Palangka Raya pada tahun 212 sebanyak orang tenaga kerja indonesia dan 84 orang tenaga kerja asing, tidak sesuai dengan realisasi yang terjadi didalam pengerjaan investasi tersebut yaitu tenaga kerja indonesia hanya 255 orang dan tenaga kerja asingnya 12 orang saja Kebudayaan Melalui Perpres No. 92 tahun 211 fungsi kebudayaan diintegrasikan dengan pendidikan. Berikut diuraikan kinerja kebudayaan di Kota Palangka Raya. - Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya Seni dan budaya Kota Palangka Raya pun tidak terlepas dari kebudayaan suku Dayak. Dalam tiga tahun terakhir ini telah diselenggarakan festival seni dan budaya diantaranya experimentasi seni tari tradisional Dayak, rekaman Karungut dan musik tradisional, ukiran dan seni patung khas Dayak, Tatto Dayak, anyaman rotan dan purun, benang bintik, mandau talawang, festival kesenian daerah dan luar daerah, tiwah, kuntau, pagelaran dialog seni. Experimentasi seni yang dilaksanakan tersebut sebagai upaya untuk memunculkan, mengembangkan daya dan kreativitas dari seniman, sanggar, budayawan yang ada di Kota Palangka Raya dan sebagai ajang pameran pembangunan kepada masyarakat. Rekaman karungut yang 91

119 merupakan lagu dan musik asli Suku Dayak dilakukan dalam rangka memberdayakan rekaman pemusik lokal baik perorangan maupun kelompok dan perakam lokal. Rekaman karungut tersebut saat ini telah dilakukan pendistribusian hasil rekaman dalam jumlah yang terbatas ke masyarakat, hotel, pertemuan, pameran regional ataupun nasional. Pada tahun 212 telah dilaksanakan Dialog Seni dengan menghadirkan tokoh masyarakat, seniman dan budayawan, ahli kebudayaan baik dari lokal maupun nasional. Tema dalam dialog Budaya tersebut disesuaikan dengan kondisi kelokalan sebagai bentuk kepedulian dan perhatian pemerintah secara menyeluruh terhadap pembangunan dan pelestarian seni budaya yang ada di Kota Palangka Raya. Tabel 2.67 Jumlah Festival Seni Budaya Kota Palangka Raya Tahun No Uraian Experimentasi Seni 1 experimentasi 1 experimentasi 1 experimentasi 1 experimentasi 2. Rekaman karungut 1 Rekaman 1 Rekaman 1 Rekaman 1 Rekaman dan Musik Tradisional 3. Festival Kesenian 1 festival 1 festival 1 festival 1 festival dalam dan 4. Festival Kesenian luar 1 festival 1 festival 1 festival 1 festival Daerah 5. Pagelaran Dialog Seni 1 dialog 1 dialog 1 dialog 1 dialog (Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya, 213) Walaupun pagelaran atau festival seni dan budaya dari frekuensi tidak terlalu banyak namun pelaksanaan festival seni di Kota Palangka Raya telah berjalan dengan baik bahkan melewati target yang ditetapkan. Alangkah baiknya jika festival seni dan budaya dapat dilaksanakan dengan frekuensi yang lebih sering karena dapat memberikan ruang bagi kearifan lokal sehingga akan memperkuat ciri khas bangsa Indonesia di tengah gempuran kebudayaan asing. Di sisi lain, pelaksanaan festival seni dan budaya tentunya akan terkait dengan perkembangan ekonomi. Festival seni dan budaya dapat menunjang kegiatan pariwisata sehingga dapat menggerakkan roda ekonomi masyarakat. Pada tahun 213, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya melaksanakan Festival Budaya Isen Mulang dan menyeleksi 92

120 Pemilihan Putra Putri Pariwisata yang merupakan agenda tahunan dan bertujuan untuk mencari bibit-bibit siswa berprestasi bidang pariwisata, kebudayaan, kesenian, baik pelajar di tingkat Sekolah Dasar/MI, SMP/MTs hingga SMA/MA serta SMK maupun generasi muda. - Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya Sarana penyelenggaraan festival seni dan budaya yang ada di Kota Palangka Raya sangat terbatas. Terkait dengan hal ini maka perlu diupayakan peningkatan jumlah sarana penyelenggaraan festival seni dan budaya sehingga masyarakat umum khususnya generasi muda, budayawan, seniman dapat lebih terintegrasi dengan kebudayaan lokal. Pada tahun di Kota Palangka Raya belum ada bengkel kesenian, keberadaan bengkel kesenian ini diharapkan sebagai sarana sebagai tempat praktek bagi generasi muda, budayawan, seniman mengaktualisasi seni dan budaya lokal sehingga degradasi seni dan budaya di era globalisasi dapat terkendali. Pada tahun di Kota Palangka Raya belum ada dewan kesenian. Dewan kesenian ini nantinya dapat memperkuat kelembagaan seni dan budaya yang ada di Kota Palangka Raya. Tabel 2.68 Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya Kota Palangka Raya Tahun No Uraian Bengkel kesenian Dewan Kesenian Sanggar 14 set 14 set 14 set 14 set (Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya, 213) - Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan Cagar budaya yang dilindungi di Kota Palangka Raya adalah Sandung Ngabeh Soekah, Tugu Tiang Pancang Pembangunan Pertama Provinsi Kalimantan Tengah, Rumah Tradisional Tjilik Riwut, Sandung Bawik Kuwuh Mungku Baru, Rumah Tradisional Sei Gohong. cagar budaya tersebut dalam kondisi terawat dan baik kecuali Rumah Tradisional Sei Gohong yang perlu ada perbaikan. Sandung, tugu dan rumah tradisional 93

121 tersebut dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang agama. Hindu Kaharingan yang merupakan agama nenek moyang Suku Dayak dan nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa ini Kepemudaan dan Olahraga Organisasi kepemudaan di Kota Palangka Raya ada yang merupakan organisasi nasional, organisasi regional dan organisasi kedaerahan. Ini tentunya dapat menunjang peran pemuda dalam proses pembangunan di Kota Palangka Raya. Disamping itu, menggambarkan kapasitas pemerintah kota dalam memberdayakan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan dan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baiknya kesadaran masyarakat Kota Palangka Raya untuk melakukan olahraga dan menjaga kesehatan. Tabel 2.69 Organisasi Pemuda dan Sarana Olahraga Kota Palangka Raya Tahun No Uraian Jumlah organisasi pemuda Jumlah organisasi olahraga Jumlah kegiatan kepemudaan Jumlah kegiatan olahraga Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta) 6. Lapangan olahraga (Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya, 213) Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri pembangunan pada pelayanan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri di Kota Palangka Raya selama periode pada masing-masing indikator disajikan pada tabel di bawah ini. 94

122 No Tabel 2.7 Aspek Pelayanan Umum Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Tahun Indikator Tahun (Persen) Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP 2. Kegiatan pembinaan politik daerah (Sumber: Badan Kesbangpol Kota Palangka Raya, 213) Tabel di atas menggambarkan bahwa peran serta masyarakat dalam pembangunan semakin meningkat seperti kegiatan pembinaan terhadap LSM, Organisasi Masyarakat dan OKP. Selama tiga tahun yaitu 29 hingga tahun 213 kegiatan pembinaan sebanyak 1%. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin baiknya hubungan antara pemerintah dengan LSM, Ormas dan OKP serta partai politik Otonomi Daerah tentang Perangkat Daerah pembangunan pada pelayanan urusan otonomi daerah terkait dengan perangkat daerah di Kota Palangka Raya selama periode ditunjukkan pada tabel di bawah ini. No Tabel 2.71 Aspek Pelayanan Umum Bidang Otonomi Daerah tentang Perangkat Daerah Tahun Indikator Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 1. penduduk 9,55 8,69 8,32 8, Jumlah Linmas per Jumlah 1. Penduduk 39,8 4,73 4,6 39,19 47,4 Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan 23,33 23,33 2, 2, 31, 4. Pertumbuhan ekonomi 6,9 5,55 6,95 6,99 7,55 5. Kemiskinan 4,76 5,24 4,69 4,24-6. Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi pemerintah Penegakan PERDA 12 Perda 12 Perda 12 Perda 12 Perda 12 Perda 95

123 No Indikator Cakupan patroli petugas Satpol PP Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di kota Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di kota Tahun Kec 3 Kec 3 Kec 3 Kec 3 Kec 4 kali 4 kali 4 kali 4 kali 4 kali 8 Orang 9 Orang 9 Orang 1.8 Orang 1.15 Orang Cakupan pelayanan bencana kebakaran kota (kecamatan) 3 Kec 3 Kec 3 Kec 3 Kec 3 Kec Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) 15 menit 15 menit (Sumber:Dari berbagai sumber setelah diolah, 213) 15 menit 15 menit Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa rasio Satpol PP terus menurun, artinya cakupan pelayanan oleh petugas menjadi semakin kurang baik. Hal ini berdampak kurang berdampak baik dalam membantu mengatasi masalah keamanan masyarakat. Selain polisi pamong praja, perlindungan masyarakat (Linmas) juga berperan aktif dalam peningkatan upaya menjaga keamanan masyarakat. Selama lima tahun terakhir, tercatat terjadi penambahan jumlah Linmas sebanyak 18 orang. Bentuk pengamanan lain adalah berupa keberadaan pos sistem keamanan lingkungan (Siskamling) yang berada di setiap desa/kelurahan. Selama tiga tahun yaitu , jumlah siskamling yang ada sampai pada tahun 213 yang pembangunannya difasilitasi oleh Pemerintah Kota Palangka Raya sebanyak 27 unit diluar siskampling yang dibangun masyarakat secara swadaya. Idealnya siskamling harus ada di setiap RT (Jumlah RT di Kota Palangka Raya sebanyak 666 RT). Kualitas pelayanan pemerintahan dan perizinan dapat ditunjukkan oleh kesediaan sistem informasi pelayanan perizinan dan administrasi pemerintah dan jumlah penegakan perda. Pada tahun 213, sistem informasi pelayanan perizinan dan administrasi pemerintah telah dibentuk dan dioperasikan. Pada tahun 213, penegakan perda telah dilakukan sebagai 15 menit 96

124 upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjalankan perda. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penegakan perda dan pelanggaran K3 (Ketertiban, ketentraman, keindahan) masih kurang dapat dilihat dari jumlah pelanggaran perda dan pelanggaran K3 (Ketertiban, ketentraman, keindahan) yang terus meningkat Ketahanan Pangan dan Ketersediaan Pangan Utama Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir dari tahun ketersediaan pangan antara ,88 ton/tahun dalam bentuk beras. Dari aspek jumlah menunjukkan bahwa pangan yang ada telah mencukupi kebutuhan masyarakat Kota Palangka Raya yang memerlukan pangan dalam bentuk beras sebesar antara 23.18, ,59 ton/tahun.dengan demikian kalau dilihat dari kebutuhan dan ketersediaan beras yang ada masih ada kelebihan beras sebesar antara 231, ,56 ton/tahun. Melihat kondisi yang demikian itu maka Kota Palangka Raya tidak kekurangan beras, tetapi beras yang beredar justru sebagian besar bukan berasal dari Kota Palangka Raya atau didatangkan dari luar misalnya dari Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kalimantan Selatan bahkan dari Pulau Jawa. ini disebabkan karena produksi di Kota Palangka Raya belum mampu mencukupi kebutuhan pangan utama masyarakat. Kontradiktif dengan luasnya Kota Palangka Raya, kurangnya produksi beras tersebut disebabkan karena untuk menanam padi dan memeliharanya memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh oleh petani. Sebagai kota yang berkembang cepat, tentu memiliki jumlah penduduk yang terus bertambah dengan areal pertanian yang pemanfaatan untuk sektor lain misalnya jasa, perdagangan tentu berakibat makin sempitnya lahan pertanian. Sebuah tantangan ke depan diharapkan Kota Palangka Raya mampu secara mandiri memproduksi beras. Berikut ini dijelaskan produksi padi dan jumlah jiwa yang ada di Kota Palangka Raya selama 4 tahun terakhir dari dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 97

125 No Tabel 2.72 Produksi, Kebutuhan dan Ketersediaan Pangan Kota Palangka Raya Tahun Tahun Jumlah Jiwa Kebutuhan Pangan (Ton) Produksi (kg) Ketersediaan Pangan Berdasarkan Produksi (kg) Ketersediaan Pangan dari Luar Daerah (ton) Ketersediaan Pangan (ton) ,59 275,26 154, , , ,7 439,27 246, , , ,82 12, 6, , , , 9, 5, , , (Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kota Palangka Raya, 213) Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat yang ada di Kota Palangka Raya melalui LKK/LPM, PKK, LSM, posyandu serta karang taruna. Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat dan mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat. Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan (LKK) merupakan Lembaga yang dibentuk oleh masyarakat kelurahan sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang menitik beratkan kepada pengabdian. Selama 5 (lima) tahun mulai tahun 29 sampai dengan 213 LKK yang di Kota Palangka Raya tetap sama jumlahnya tidak mengalami penambahan yaitu berjumlah 3 (tiga puluh) dimana setiap kelurahan terdapat 1 (satu) LKK yang merupakan mitra kelurahan dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan. Demikian juga, PPK di Kota Palangka Raya selama 5 (lima) tahun mulai tahun 29 sampai dengan 213 PPK yang tetap sama jumlahnya tidak mengalami penambahan yaitu berjumlah 3 (tiga puluh) dimana setiap kelurahan terdapat 1 (satu) LKK yang merupakan mitra kelurahan dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan. Ditambah dengan PKK Kecamatan sebanyak 5 (lima) serta PPK kota sebanyak 1 (satu). 98

126 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah Organisasi/Lembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas kehendak sendiri dan berminat serta bergerak dibidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang menitik beratkan kepada pengabdian secara swadaya. LSM dapat pula mengembangkan programnya sendiri dan bersinergi dengan program pemerintah. Besarnya jumlah LSM aktif akan menggambarkan kapasitas yang dimiliki oleh daerah untuk mewujudkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah sebagai upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat daerah. Besarnya posyandu yang aktif juga menunjukkan ketersediaan fasilitas penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam pembangunan bidang kesehatan ibu, balita di Kota Palangka Raya. Untuk mengetahui secara detail keberadaan peran LKK, PKK, LSM dan posyandu dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.73 Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangka RayaTahun No Pemberdayaan Masyarakat Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) 2. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK Jumlah LSM LPM Berprestasi PKK aktif Posyandu aktif (Sumber : Berbagai Sumber setelah diolah, 213) Statistik dan Kearsipan Sejalan dengan tugas penyediaan data, Badan Statistik Kota Palangka Raya telah bekerja sama dengan instansi terkait telah menerbitkan 99

127 dokumen resmi yang harus tersedia pada suatu wilayah. Dokumen dalam Angka sebagai dokumen data resmi tersedia di Kota Palangka Raya secara lengkap misal Selayang Pandang Kota Palangka Raya, Kota Palangka Raya Dalam Angka, Kecamatan Pahandut Dalam Angka, Kecamatan Sabangau Dalam Angka, Indikator Ekonomi Kota Palangka Raya dan PDRB Kota Palangka Raya dan sebagainya. Sejalan dengan kelengkapan yang diharuskan ada dalam sebuah dokumen, Kota Palangka Raya dalam Angka telah memenuhi standar isi yang ditetapkan. Namun demikian masih terdapat data detail yang memang tidak tersedia dalam Statistik tetapi tersedia di SKPD yang mengampu. Aspek penting lain dari data statistik adalah terjadinya perbedaan data yang ada di SKPD dengan yang ada di dokumen Statistik. Hal ini terjadi akibat dari metode pengumpulan data yang berbeda. Perbedaan itu muncul diakibatkan dari tujuan pengumpulan yang memang berbeda. Statistik memiliki standar metodologi yang telah baku demi mendapatkan data yang dapat diperbandingkan secara regional maupun nasional. Sementara itu data di SKPD lebih berkaitan dengan tujuan pengambilan kebijakan yang mendesak dan detail Komunikasi dan Informatika - Komunikasi dan Informasi Layanan komunikasi dan informasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan intelektual masyarakat dan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal perkembangan teknologi yang semakin pesat, Keberadaan layanan komunikasi dan informasi ini dapat mendukung kemajuan usaha diberbagai sektor bagi masyarakat Kota Palangka Raya. 1

128 Tabel 2.74 Layanan komunikasi dan informasi Tahun No Indikator Jumlah jaringan telepon seluler/ dibandingkan telepon stasioner 35/7 37/8 46/1 47/12 2. Rasio wartel terhadap penduduk 1/9 1/9 2/1 2/96 3. Rasio surat kabar nasional terhadap surat kabar lokal 4/5 4/7 4/9 5/1 4. Rasio penyiaran radio lokal terhadap jaringan televisi yang 16/4 16/5 23/4 2/15 masuk ke daerah 5. Ada tidaknya website milik pemerintah Jumlah pameran/ ekspo yang dilakukan setiap tahun (Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Palangka Raya, 213) 2. Jaringan Komunikasi Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang efektif dan efisien kepada masyarakat dalam program pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan layanan jasa akses telekomunikasi sangat diperlukan keterlibatan berbagai unsur seperti pemerintah, kalangan pengusaha, maupun masyarakat. Perkembangan jaringan komunikasi di Kota Palangka Raya terhadap teknologi informasi dan komunikasi yang tinggi ini dengan banyaknya jaringan komunikasi yang dibedakan menjadi seluler dan telepon stationer. Jumlah operator jaringan seluler (telpon genggam) di Kota Palangka Raya sebanyak 7 operator sedangkan operator jaringan telepon stationer sebanyak 1 operator. Di Kota Palangka Raya jaringan komunikasi yang ada diantaranya AXIS, 3 (Tri), Indosat, Star One, Telkomsel, XL, Flexy. Jaringan komunikasi seluler tersebut tidak semua dapat dimanfaatkan di 5 (lima) kecamatan di Kota Palangka Raya hanya jaringan Indosat (Mentari) dan Telkomsel (HALO, SimPATI dan AS) yang dapat dimanfaatkan di 4 kecamatan (Kecamatan Pahandut, Jekan Raya, Sabangau, Bukit Batu) dan Kecamatan Rakumpit sebagian wilayah yang terjangkau oleh operator. 11

129 Sedangkan jaringan komunikasi dalam bentuk telepon dengan operator dari Telkom Indonesia yang dapat dimanfaatkan di 2 (dua) kecamatan (Kecamatan Pahandut, Jekan Raya).Dengan banyaknya jaringan komunikasi di Kota Palangka Raya membuka peluang usaha dari berbagai sektor baik dari sektor Perbankan, Pertanian, perdagangan, perindustrian, jasa karena memberikan kemudahan dalam melakukan interaksi di masyarakat, kita bisa tepat berkomunikasi tanpa harus memperhitungkan ruang dan waktu. Berikut ini data menara telekomunikasi di Kota Palangka Raya tahun 212 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.75 Data Menara Telekomunikasi Kota Palangka Raya Tahun 213 No Operator Jumlah Menara 1. PT. Telkomsel PT. Indosat PT. XL Axiata 9 4. PT. Hutchinson Cp Tel. (Three) PT. Telkom (Flexy), 8 6. PT. Indosat-Star One DMA 9 7. PT. Mobile 8 (fren) - Jumlah 12 (Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kota Palangka Raya, 213) Perkembangan menara telekomunikasi tersebut diatas oleh Pemerintah Kota Palangaka Raya dilakukan restribusi pengendalian menara komunikasi sesuai dengan Perda Kota Palangka Raya Nomor 22 Tahun 211 yang bertujuan untuk menggali pendapatan asli daerah guna pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah. Restribusi dilakukan terhadap orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi sebesar 2 % (dua persen) dari nilai jual obyek pajak bangunan yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak bumi dan bangunan terhadap bangunan menara telekomunikasi seluler. 12

130 3. Rasio Wartel/Warnet Terhadap Penduduk Angka rasio warnet/wartel per 1 penduduk pada tahun 212 di Kota Palangka Raya sebesar,45 dengan jumlah wartel/warnet sebanyak 1 buah. Di setiap kecamatan tidak merata, berdasarkan rasio warnet/wartel per 1 penduduk di Kecamatan Pahandut, Bukit Batu dan Jekan Raya lebih mudah mendapatkan layanan wartel/warnet dibandingkan dengan Kecamatan Sabangau dan Rakumpit. Sejalan dengan banyaknya jaringan telekomunikasi di Kota Palangka Raya maka akan membuka peluang usaha bagi para wirausahawan dengan memanfaatkan jaringan komunikasi. Namun demikian, wartel atau warnet yang berkembang di Kota Palangka Raya didominasi oleh game online ini dikawatirkan berdampak negatif terhadap penggunanya yang kebanyakan usia remaja. Berikut ini rasio warnet/wartel per 1 penduduk Kota Palangka Raya tahun 212 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.76 Rasio Warnet/Wartel per 1 Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 213 Rasio Wartel No Kecamatan Jumlah Wartel Jumlah Penduduk terhadap 1 Penduduk 1. Pahandut ,76 2. Jekan Raya ,26 3. Sabangau ,7 4. Bukit Batu ,74 5. Rakumpit - 3.3, Jumlah ,45 (Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kota Palangka Raya, 213) 4. Surat Kabar Nasional/Lokal Surat kabar yang ada beredar dibedakan media nasional dan lokal di kalangan masyarakat Kota Palangka Raya. Media nasional yang beredar diantaranya Kompas, Media Indonesia, Jawa Pos, Banjarmasin Post sedangkan media lokal diantaranya Palangka Pos, Kalteng Pos, Tabengan, Palangka Raya Ekspress, Megapos, Radar Palangka, Borneo News, Fattala, Media Kalimantan. Kesemuanya itu memberikan informasi yang terjadi di dalam dan luar negeri sehingga masyarakat dapat memilih dengan bijak 13

131 informasi yang dibutuhkan untuk keperluan informasi baik bisnis maupun sosial. 5. Penyiaran Televisi Nasional dan Lokal Tedapat 11 stasiun televisi nasional yang salurannya dapat ditangkap di Kota Palangka Raya melalui antena diantaranya TVRI, TV ONE, Metro TV, RCTI, SCTV, Trans TV, MNCTV, Global TV, ANTV, Trans 7, Fiesta TV, Sindo TV. Stasiun televisi lokal yang salurannya dapat ditangkap melalui antena di Kota Palangka Raya melalui diantaranya Borneo TV, Camar TV, Kalaweit Media, Duta Televisi Kalteng, Kalimantan Citra Televisi, TVRI Kalteng. Sedangkan untuk stasiun televisi kabel yang salurannya dapat ditangkap di Kota Palangka Raya sebanyak tiga saluran diantaranya oleh PT. Citra Ilham Mandiri, PT. Provision Mandiri Netlink, PT. Permata Citra Kahayan. 6. Penyiaran Radio Nasional dan Lokal Tedapat 4 stasiun radio nasional yang salurannya dapat ditangkap di Kota Palangka Raya melalui antena diantaranya RRI PRO I Palangka Raya FM 89.2 MHz, RRI PRO II Palangka Raya FM 92.4 MHz, RRI PRO III Palangka Raya FM 95.1 MHz, RRI PRO IV Palangka Raya FM 95.9 MHz. Sedangkan untuk stasiun radio lokal yang salurannya dapat ditangkap di Kota Palangka Raya melalui antena diantaranya Radio Sangkakala, Radio Garantung, Radio Suara Duhup Haduhup (Sarita), Radio Kidung Shaloom, Radio Dian Mandiri Barigas, Radio Evella Cahnnel, Radio Swara PKBI, Radio Kalaweit, Radio Kalteng Pos, Radio Cinderanada Awigra, Radio Cahaya Niki Sae, Radio Swara Navaria, Radio Borneo Citra Vokalia, Radio Duta Swara Indah, Radio Ozonindo, Radio Wahana Suara Ewanglion (LPK). 7. Web Site Milik Pemerintah Web Site yang dimilik oleh Pemerintah diantaranya : - Raya.go.id - bappeda.palangka Raya.go.id Kota Palangka Raya 14

132 - Raya.go.id - Raya.go.id. - Raya.go.id - Raya.go.id - Raya.go.id Dengan adanya web site milik pemerintah dapat dengan mudah memberikan informasi yang cepat kepada masyarakat tanpa dibatasi dengan ruang dan waktu, namun informasi yang disampaikan tersebut tentunya harus Up to date. - Jumlah Pameran atau Expo Dimulai dari peringatan HUT Koperasi dan Hari Jadi Kota Palangka Raya dan Pemerintah Kota Palangka Raya yang dilaksanakan di beberapa tempat yang berbeda Lapangan Mantikei, Gedung Tambun Bungai, Gedung KONI berkembang menjadi Palangka Raya Fair yang merupakan agenda tahunan Pemerintah Kota Palangka Raya. Kegiatan Pameran ini bertujuan memberikan informasi hasil pembangunan, pengembangan ekonomi kerakyatan untuk peluang investasi atau permodalan bagi pengembangan UMKM, sarana promosi agribisnis dan industri, menarik investor untuk menamkan investasi di Kota Palangka Raya. Pada tahun 213 Kota Palangka Raya melaksanakan Palangka Raya Fair dengan mengundang pelaku usaha yang ada di Palangka Raya dengan konsep menggunakan stand untuk pelaku usaha dan pasar rakyat untuk masyarakat umum. Akan tetapi total pameran yang dilaksanakan di Kota Palangka Raya hanya sebanyak 1 kegiatan dan angka ini terus sama dari tahun 21 hingga tahun 213. Diharapkan pada saat mendatang jumlah peserta pameran dapat bertambah dengan mengundang pelaku usaha dari luar daerah dan instansi teknis provinsi atau nasional. Diharapkan mampu menggerakkan roda ekonomi masyarakat melalui pemberian ruang bagi usaha mikro, kecil dan menengah dalam memasarkan produknya melalui penjualan produk maupun transaksi bisnis. 15

133 Perpustakaan Jumlah perpustakaan yang berada di Kota Palangka Raya pada tahun 29 sampai tahun 213 mengalami peningkatan setiap tahun. Pada Tahun jumlah perpustakaan masing-masing sebanyak 3 (tiga), 9 (sembilan), 23 (dua puluh tiga), 3 (tiga puluh), 49 (empat puluh sembilan) perpustakaan. Seiring dengan meningkatnya jumlah perpustakaan maka koleksi buku yang tersedia juga ditambah dan selalu meningkat setiap tahun. Dengan adanya penambahan perpustakaan dan koleksi buku maka disertai dengan peningkatan pengunjung perpustakaan umum kota dimana pada tahun 29 jumlah pengunjung 242 orang, tahun 21 jumlah pengunjung 3 orang, tahun 211 jumlah pengunjung 46 orang, tahun 212 jumlah pengunjung 613 orang, tahun 213 jumlah pengunjung sebanyak 286 orang atau menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dikarenakan perhitungan untuk tahun 213 dicatat pada semester pertama saja. Berikut ini disajikan jumlah perpustakaan, pengunjung dan koleksi buku di Kota Palangka Raya. Tabel 2.77 Jumlah Perpustakaan, Pengunjung dan Koleksi Buku di Kota Palangka Raya Tahun No. Uraian (Semester 1) 1. Pengelolaan Arsip Secara Baku (Lembar) Jumlah Perpustakaan Jumlah Pengunjung Perpustakaan Umum Daerah Kota Palangka Raya 4. Jumlah Pengunjung Mobil Perpustakaan Keliling Koleksi Buku yang tersedia di Perpustakaan Umum Daerah Kota Palangka Raya (Jumlah Judul) 6. Koleksi Buku yang tersedia di Perpustakaan Umum Daerah Kota Palangka Raya (Jumlah Buku) (Sumber : Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Palangka Raya, 213) 16

134 Urusan Pilihan PertanianTanaman Pangan - Pertanian Tanaman Pangan Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam membangun perekonomian. Dengan dikembangkannya kegiatan pertanian di wilayah Kota Palangka Raya maka akan lancar pula kegiatan jasa dan bisnis yang berbasis agribisnis. Pertanian yang maju akan terlihat pada meningkatnya produktivitas pertanian. Di sisi lain, meningkatnya produktivitas pertanian akan menjadi penyangga ketahanan pangan di Kota Palangka Raya. Permasalahan produktivitas pertanian bersumber dari kualitas lahan. Di Kota Pangka Raya hampir tidak dapat menghasilkan padi sawah, sehingga untuk tanaman pangan bertumpu pada padi ladang dan palawija. Tabel 2.79 menyajikan luas produksi dan produktivitas padi ladang dan palawija. Tabel 2.78 Produksi dan Produktivitas Padi dan Palawija di Kota Palangka Raya No Tahun Padi Palawija Luas tanam (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (ton/ha) Luas tanam (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (ton/ha) , , , , , , , , , ,64 Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya, 213) Penurunan produksi padi dan palawija tersebut sangat dipengaruhi oleh penurunan luas panen tiap komoditi. Hal ini disebabkan lahan di Kota Palangka Raya kebanyakan gambut, rawa, berpasir sehingga petani tidak menanam komoditi tersebut karena biaya produksi yang besar mulai dari penanaman, pasca panen dan pemasaran. Bahan pangan lain yang mulai berkembang di Kota Palangka Raya adalah buah-buahan (lihat tabel 2.79) dan sayur-sayuran (lihat tabel 2.8). Pada saat musim panen buah-buahan banyak sekali atau over produksi. Tetapi buah-buahan yang ada tersebut di Kota Palangka Raya belum 17

135 memasuki industriasi yang bersifat komersil atau pengolahan. Produksi buah-buahan bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.79 Produksi Buah-Buahan Kota Palangka Raya (Ton) No Jenis Buahbuahan Tahun 1. Sawo 27,87 35,32 39,13 45, Pepaya 62,58 62,52 84,8 114, Pisang 718,19 757,89 999, 1.12, 97, 97, 4. Nenas 633,41 434,1 873, 98, , 1.121, 5. Salak 8, 12,33 1,94 1,95 1, 1, 6. Nangka 694,36 696,21 941, 939, Rambutan 18,7 118,13 138,6 147,61 272, 272, 8. Duku/Langsat 79,65 83, 121,4 133,24 87, 87, 9. Cempedak 278,2 286,87 46,3 463,5 54, 54, 1. Jeruk 32,54 6, ,33 184, 184, 11. Durian 34,55 121,78 175,7 213,2 33, 33, 12. Jambu 65,47 83,76 92,7 115,13 131, 131, 13. Alpukat 1,2 15,55 15,8 13,65 13, 13, 14. Buah-buahan lainnya 279, 298, 387, 46,5 41, 41, (Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya, 213) Sayur-sayuran tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar di Kota Palangka Raya. Tabel 2.8 Produksi Sayur-Sayuran Kota Palangka Raya (Ton) No Jenis Buahbuahan Tahun 1. Tomat 117,7 92, 247, 23,15 447, 447, 2. Lombok 29,8 231, 317, 357,75 587, 587, 3. Terong 59,72 687,1 79, 747,21 97, 97, 4. Sawi 1.12, , , 1.496,5 1.19, 1.19, 5. Kacangkacangan 1.628, , 2.265, 2.378, , 1.941, 6. Ketimun 41,6 41,6 57,7 581,72 94, 94, 7. Bayam 524,65 546,55 729,9 816,8 1.16, 1.16, 8. Kangkung 874,6 972, , 1.224,15 922, 922, 9 Lainnya 869,83 88, 1.1, 1.155, 972, 972, (Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya, 213) 18

136 Kesulitan petani umumnya adalah memperoleh akses permodalan dari sektor perbankan karena status kepemilikan lahan petani yang masih belum bersertifikat, sehingga lahan belum bisa dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh modal usaha melalui perbankan. Selain itu juga keterbatasan akses permodalan disebabkan oleh kurangnya informasi tentang permodalan melalui perbankan. Namun pemerintah Kota Palangka Raya berusaha untuk meningkatkan pelayanan kepada kelompok petani yang berada di Kota Palangka Raya ini. Pelayanan ini dapat terlihat pada upaya untuk membantu kelompok petani. Pada tahun 28 sampai dengan tahun 212 terjadi peningkatan jumlah kelompok petani dan regu proteksi tanaman yaitu pada tahun 28 terdapat 149 kelompok petani dan regu proteksi tanaman berkembang selama 5 (lima) tahun menjadi 181 kelompok petani dan regu proteksi tanaman pada tahun 212. Sebagaian kelompok petani dan regu proteksi tanaman tersebut mendapatkan bantuan atau hibah dalam bentuk jasa, modal, barang dari Pemerintah Kota, Provinsi atau Pusat. Kelompok Tani dan Regu Proteksi Tanaman di Kota Palangka Raya bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.81 Kelompok Tani dan Regu Proteksi Tanaman Kota Palangka Raya Tahun No Jenis Kelompok Tani Regu Proteksi 2. Tanaman (Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya, 213) Ini menunjukkan bahwa perhatian pemerintah kota terhadap petani cukup tinggi terutama petani yang masih memiliki modal yang terbatas. Pengembangan teknologi tepat guna bagi pertanian tentunya banyak dilaksanakan diberbagai institusi baik instansi teknis pemerintah dan penelitian pengembangan (litbang). Namun yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mentransfer dan mensosialisasikan berbagai inovasi 19

137 kepada para petani. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia pelaku usaha tani yaitu petani itu sendiri. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ditandai oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah sehingga dapat mempengaruhi tingkat keberdayaan petani pada khususnya Kehutanan dan Perkebunan - Kehutanan Sumber daya kehutanan merupakan potensi yang sangat strategis untuk wilayah Kota Palangka Raya dan memiliki peranan yang sangat besar bagi perkembangan daerah Kota Palangka Raya, yang diindikasikan dengan peranan kehutanan dan perkebunan dalam memberikan kontribusi bagi daerah dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penyerapan tenaga kerja, dan sebagai penunjang kehidupan masyarakat. Luas kawasan yang memungkinkan untuk diusahakan dan dimanfaatkan di Kota Palangka Raya seluruhnya seluas ,72 Ha. Kota Palangka Raya berupaya mengembalikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, bersih, sehat, dan indah sekaligus mampu memperbaiki keseimbangan ekosistem kota ditetapkan suatu kawasan hutan seluas ±1.635 ha yang terletak di belakang pusat pemerintahan Kota Palangka Raya telah ditetapkan oleh Walikota melalui Keputusan Walikota Palangka Raya Nomor 98 Tahun 21 tanggal 17 April 21 sebagai Kawasan Hutan Taman Kota yang terbesar di dunia. Kawasan tersebut terbagi dalam wilayah pengembangan berdasarkan zonasi-zonasi berdasarkan jenis tumbuhan dan vegetasi antara lain: Zonasi Vegetasi Alami merupakan kawasan yang tetap dipertahankan menjadi lokasi dengan vegetasi/tumbuhan alami dan khas rawa gambut, Zonasi Vegetasi Non Alami (perkayaan) dengan jenis Anggrek lokal Kalimantan Tengah dan tanaman adaptif lainnya. Zonasi ini akan ditempatkan pada kawasan yang kurang memiliki vegetasi alami. Untuk memberikan manfaat secara maksimal, maka kawasan Hutan Kota akan dibangun dengan berbagai fasilitas pendukung antara lain 11

138 halaman parkir, bangunan pusat informasi kawasan, rest room, ruang pertemuan, bungalow, jalan titian, tapal batas, pelabuhan kecil, dan sebagainya. Selain itu pada kawasan ini akan dikembangkan sarana pengembangan perikanan air tawar yang sekaligus menjadi sarana rekreasi, akuarium air tawar yang berisi berbagai jenis ikan air tawar serta didukung dengan prasarana wisata air seperti perahu dan sarana permainan lainnya. Hutan kota dapat dimanfaatkan untuk penelitian dan pengembangan meliputi penelitian dasar dan penelitian ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan penunjang budidaya, pariwisata alam dan rekreasi, dan pelestarian budaya. - Perkebunan Terdapat beberapa tanaman perkebunan penting di Kota Palangka Raya, yaitu karet, kopi, kelapa sawit dan kelapa serta jambu mete. Luas areal kelapa sawit meningkat dengan sangat cepat sedangkan untuk komoditi lain relatif tidak mengalami perubahan (lihat tabel 2.82). Meningkatnya kerjasama lintas sektoral terutama dalam penanaman modal di bidang perkebunan, jenis tanaman perkebunan karet luas arealnya dari tahun ke tahun terus meningkat. Untuk perkebunan terdapat 4 (empat) perusahaan perkebunan besar swasta kelapa sawit dengan luas lokasi secara keseluruhan berjumlah sekitar 55.8 Ha, dimana 2 (dua) perusahaan masih berstatus arahan lokasi, 1 (satu) perusahaan sedang dalam proses pengajuan permohonan arahan lokasi, dan 1 (satu) lagi dalam proses permohonan persetujuan prinsip perkebunan kelapa sawit. Dilihat dari produktivitasnya maka karet adalah tanaman perkebunan yang memiliki potensi sangat baik. Sebagai tanaman tradisional rakyat karet memang cukup menjanjikan untuk dikembangkan. Karet tidak diragukan adalah tanaman tradisional yang telah menjadi bagian dari masyarakat. Dari perspektif lingkungan karet juga lebih baik. Secara ekonomi karet juga lebih tahan terhadap gejolak pasar. Namun sangat disayangkan bahwa karet belum dimanfaatkan secara baik, belum ada upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan nilai tambahnya. 111

139 NO Jenis Tanaman Tabel 2.82 Tanaman Perkebunan Kota Palangka Raya Luas (Ha) Tahun Prod uksi (Ton) 371, 7 Luas (Ha) Produk si (Ton) Luas (Ha) Prod uksi (Ton) 1. 3,7 Luas (Ha) Prod uksi (Ton) 82, 9 Luas (Ha) Prod uksi (Ton) ,1 Luas (Ha) Prod uksi (Ton) ,1 1.7, 4.249, , 1. Karet 4.38,8 365, , Kopi 2,2,2 2,2-2,2,2 2, ,1 193,5 63,6 193, 59,8 193, 65,6 65,6 3. Kelapa 193,3 193,4 4,85 193, Jambu 22,2 14, ,4 3,43 27,4 1,96 27,4 4,5 3,5 2, 14,2 2, Mete 5. Coklat 1, , Kelapa 168,4 168, 13,5 732, 151, 151, 6. 69, - 11, ,4 Sawit (Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya, 213) Perikanan dan Peternakan Produksi perikanan di Kota Palangka Raya berasal dari perikanan darat (rawa, danau, sungai) dan budidaya perikanan dengan menggunakan kolam, karamba dan jaring apung. Produksi ikan yang dihasilkan Kota Palangka Raya cukup fluktuatif (lihat tabel 2.83), sehingga nilai produksinyapun fluktuatif. Produksi yang fluktuatif terkait hal ini disebabkan belum dikelolanya usaha budidaya perikanan secara optimal dan sebagian besar masih ketergantungan dengan hasil tangkapan dari perairan umum sehingga setiap tahun. produksinya ditentukan oleh lamanya musim kering /kemarau Tabel 2.83 Produksi dan Nilai Ikan, Konsumsi Ikan Kota Palangka Raya Tahun Tahun No Uraian Produksi Ikan (ton) 1.892, , , , , ,75 2. Nilai Produksi (juta) , ,5 3. Konsumsi Ikan (kg/kap/th) ,5 (Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya, 213) 112

140 - Peternakan Pembangunan sub sektor peternakan yang dilaksanakan merupakan upaya mewujudkan peternakan yang tangguh dan profesional, diarahkan pada usaha peningkatan populasi dan produksi ternak, serta hasil ikutannya yang merupakan sumber protein hewani sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Di pinggiran kota dikembangkan ternak berupa babi, ayam buras dan bebek sedangkan di Kelurahan di luar Kota Palangka Raya dikembangkan ternak sapi potong, kambing dan ayam buras. Perkembangan ternak besar, sapi dan kerbau terlihat menunjukkan penurunan sedangkan ternak kecil seperti unggas menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Sapi dan kerbau sesungguhnya cukup potensial untuk dikembangkan di Kota Palangka Raya mengingat luasnya lahan, namun demikian ternak sapi dan kerbau membutuhkan modal besar dan tidak mudah dijadikan uang kas. Itulah sebabnya maka peternak lebih memilik ternak kecil yang modalnya cukup fleksibel dan mudah dijadikan uang kas. Potensi ini sangat baik untuk ditangkap oleh pemerintah daerah jika hendak menjadikan Palangka Raya sebagai lumbung ternak besar. Tabel 2.84 Populasi Ternak Kota Palangka Raya Tahun No Tahun Jenis Ternak Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Kuda (Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya, 213) Tabel 2.85 Populasi Unggas Kota Palangka Raya Tahun No Tahun Jenis Ternak Ayam Ras Petelor Ayam Kampung Ayam Broiler Itik Kelinci (Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya, 213) 113

141 Energi dan Sumber Daya Mineral Usaha tambang perorangan maupun badan usaha pada tahun 212 yang aktif berproduksi atau memiliki ijin adalah sebanyak 14 (empat belas) usaha pertambangan terdiri dari eksplorasi Batu Bara, eksploitasi dan eksplorasi pasir (golongan C), produksi zirkon. Eksploitasi pasir dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar, terutama kebutuhan material bangunan untuk pelaksanaan pembangunan di wilayah Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Pulang Pisau serta daerah sekitarnya. Selain potensi di atas terdapat jenis mineral lainnya yaitu: pasir kuarsa, kaolin, emas dan batu bara. Endapan batubara yang terdapat di wilayah Kecamatan Rakumpit yang tersebar di setiap kelurahan. Di Kelurahan Mungkubaru terdapat 2 (dua) lapisan batubara dengan ketebalan,5 m dan sekitar 1,5 m, sedangkan di Kelurahan Gaung Baru dan Sei Raung tebal batubara yang teramati di pinggir sungai Rungan sekitar,5 m, dan singkapan lainnya tidak diketahui ketebalannya karena terdapat di dasar anak cabang sungai dengan kemiringan lapisan yang relatif datar hingga sekitar 4 miring ke arah timur. Jenis batubara tersebut berwarna hitam hingga kecoklatan, dan setempat masih terlihat adanya struktur sisa tanaman berupa ranting atau kayu. Pemanfaatan pertambangan di Kota Palangka Raya berorientasi pada kelestarian alam, memperhatikan kerusakan hutan, keanekaragaman hayati dan pencemaran lingkungan, meningkatkan peluang usaha pertambangan skala kecil di wilayah terpencil, meningkatkan manfaat pertambangan dan nilai tambah dan menerapkan good mining practice di lokasi tambang yang sudah ada. Terdapat pertambangan yang tanpa ijin beroperasi di Kota Palangka Raya. Dengan demikian perusahaan yang ada kurang memiliki kesadaran tentang hukum, terutama untuk mengurus ijin pertambangan. Pada aspek energi, jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik dibedakan menjadi 2 bagian yaitu energi PLN dan Non PLN. 114

142 Tabel 2.86 Jumlah Keluarga Yang Menggunakan Listrik PLN Kota Palangka Raya Tahun No Jangkauan Pelayanan Energi Listrik Jumlah keluarga yang menggunakan listrik PLN Jumlah keluarga yang 2. menggunakan listrik Non PLN (Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya, 213) Sedangkan sarana pelayanan bahan bakar di Kota Palangka Raya dibedakan menjadi 3 yaitu SPBU, Depo/Agen Minyak Tanah, UPPDN Pertamina. Dari ketiga sarana pelayanan bahan bakar tersebut jumlahnya selalu meningkat dari tahun ke tahun selama 5 (lima) tahun terakhir. Barangkali ini disebabkan karena permintaan bahan bakar yang meningkat baik dipergunakan atau konsumsi rumah tangga, alat transportasi, perdagangan, perhotelan, industri bahkan untuk fasilitas-fasilitas lainnya. Tabel di bawah ini disampaikan secara rinci sarana pelayanan bahan bakar dan konsumsi bahan bakar di Kota Palangka Raya dari tahun Tabel 2.87 Sarana Pelayanan Bahan Bakar Kota Palangka Raya Tahun No Sarana Pelayanan Bahan Bakar SPBU Depo/Agen Minyak Tanah UPPDN Pertamina (Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya, 213) Tabel 2.88 Konsumsi Bahan Bakar Kota Palangka Raya Tahun No Konsumsi Bahan Bakar Bensin (liter) Minyak Tanah (liter) Solar (liter) Elpiji 12 kg Elpiji 12 kg (Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya, 213) 115

143 Kepariwisataan Obyek Wisata di Palangka Raya berorientasi pada alam dan cagar budaya misalnya Taman Nasional Sabangau, Kapal Wisata Susur Sungai, Pulau Kaja, Danau Tundai, Makam Kubah Kuning, Tajahan Tjilik Riwut, Desa Wisata Sei Gohong, Arboretum Nyaru menteng dan Taman Wisata Bukit Tangkiling, Batu Banama, Kum-Kum, Bukit Carmel, Fantacy Beach, Hutan Ulin Mungku Baru, Sandung Bawi Kuwu, Tugu Tiang Pancang Pembangunan Pertama Kota Palangka Raya, Jembatan Kahayan, Betang Mandala Wisata, Sandung Ngabe Sukah, Museum Balanga, Kalawa Water Park, Pengrajin Anyaman Rotan, Sirkuit Sabaru. Kesemua obyek wisata perlu penanganan, pengelolaan dan manajemen yang baik agar wisatawan domestik dan non domestik tertarik dan menikmati obyek wisata tersebut. Pembangunan sarana dan prasarana terhadap obyek-obyek wisata di Kota Palangka Raya telah dilakukan dalam bentuk pintu gerbang, perahu wisata, Gazebo, cafe dan lainnya. Namun, sarana dan prasarana tersebut belum maksimal dikarenakan pendapatan asli daerah yang diperoleh dari kepariwisataan masih kecil dan sedikit sekali peran dari swasta atau investor dari dalam dan luar daerah untuk mengembangkan obyek wisata di Kota Palangka Raya. Dari sisi infrastruktur, Kota Palangka Raya sebenarnya telah siap untuk menerima wisatawan lokal atau domestik dan non domestik dibuktikan dengan adanya Bandara Tjilik Riwut yang telah mengalami perbaikan dari landasan pacu, sampai dengan sarana dan prasarana pendukungnya. Di lain pihak, perkembangan jasa perdagangan baik hotel, bank swasta dan pemerintah, supermaket, pertokoan besar dan kecil di Kota Palangka Raya dalam beberapa tahun terakhir ini berkembang pesat. Tabel 2.89 Sektor Pariwisata Kota Palangka Raya Tahun No Uraian Kunjungan wisata Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB 14,85 11,34 13,51 11,53 11,53 (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya,

144 Perdagangan Kota Palangka Raya sebagai Ibu Kota Provinsi memiliki posisi yang sangat strategis dalam rangka pengembangan ekonomi wilayah dan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi, walaupun sebagian besar barang/jasa yang diperdagangkan didatangkan dari daerah luar daerah. Pengembangan dan pembinaan terhadap sektor perdagangan dan jasa ditujukan untuk meningkatkan dan menjamin lancarnya distribusi barangbarang kebutuhan pokok dan barang strategis lainnya ke penjuru wilayah Kota Palangka Raya dan daerah lainnya. Posisi strategis sebagai transit perdagangan barang dan jasa, pengembangan infrastruktur difokuskan pada pembangunan pasar-pasar tradisional semi modern dan pembangunan depo sembako yang dilakukan di beberapa tempat yang bertujuan untuk menjaga ketersediaan bahan-bahan pokok dan barang-barang strategis lainnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di samping untuk menstabilkan harga pasar dan menekan laju inflasi. Dalam pelayanan perizinan bidang perdagagan perkembangannya mengalami fluktuasi seperti terlihat pada tabel 2.9 berikut : Tabel 2.9 Jumlah SIUP Perdagangan dan Jasa menurut klasifikasi Tahun No Klasifikasi SIUP 1. Besar Menengah Kecil Jumlah (Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya, 213) Dari tabel diatas terlihat bahwa volume pemberian SIUP untuk usaha skala besar, menengah dan kecil selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun 29 sebanyak 1.171, pada tahun 21 menurun menjadi 915, sedangkan pada tahun 211 menurun kembali menjadi 884, selanjutnya pada tahun 212 mengalami peningkatan menjadi 1.18, peningkatan juga terjadi pada tahun 213 dimana pelayanan pemberian SIUP mencapai 1.48 SIUP. 117

145 Perindustrian Jumlah industri yang berada di Kota Palangka Raya pada tahun 29 sampai tahun 213 mengalami peningkatan setiap tahun. Tabel 2.91 Kontribusi Sektor dan Pertumbuhan Industri Kota Palangka Raya Tahun No Uraian Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri Pertumbuhan Industri (Unit Usaha) Cakupan bina kelompok pengrajin dari 9 kelompok 5 dari 9 kelompok 6 dari 9 kelompok 7 dari 9 kelompok (Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya, 213) Dalam rangka pembinaan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya melakukan pembinaan kepada kelompok pengrajin dengan jumlah yang terbatas dan setiap tahun melakukan penambahan jumlah pembinaan kelompok pengrajin. Pada tahun 29 sebanyak 5 kelompok, tahun 21 sebanyak 5 kelompok, dan tahun 211 sebanyak 6 kelompok, serta tahun 212 sebanyak 7 kelompok Ketransmigrasian Pada tahun 27 Pemerintah Kota Palangka Raya telah merencanakan program transmigrasi dan masyarakat setempat menyambut baik program tersebut hal ini dibuktikan dengan merelakan tanahnya untuk program transmigrasi di Kecamatan Rakumpit. Namun sampai sekarang program tersebut belum berjalan ASPEK DAYA SAING DAERAH Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan dengan propinsi dan atau kota lainnya yang berdekatan, persaingan dalam lingkup nasional, atau 7 dari 9 kelompok 118

146 persaingan dalam lingkup internasional. Sebagaimana yang diuraikan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 2 ayat (3), disebutkan bahwa daya saing merupakan kombinasi antara faktor ekonomi daerah, kualitas kelembagaan publik, sumber daya manusia dan teknologi, yang secara keseluruhan membangun kemampuan daerah untuk bersaing dengan daerah lain. Isu penguatan daya saing daerah dalam mendukung otonomi daerah, menjadi isu yang strategis bagi daerah. Permasalahan yang krusial dalam membangun daya saing daerah adalah bagaimana daerah dapat mengungkit sumber daya yang dimilikinya (baik yang bersifat tangible/intangible) untuk dapat dikembangkan menjadi distinctive capability yang mengarahkan pada suatu kompetensi inti dan dengan sendirinya diharapkan daerah memiliki suatu daya saing yang bersifat unik. Kunci dari proses membangun daya saing ini adalah pada identifikasi sumber daya dan mengungkit sumber daya baru jika daerah tidak memiliki sumber daya yang dapat diungkit menjadi daya saing daerah. Beranjak dari pemahaman di atas, sebagaimana yang telah diuraikan pada aspek-aspek sebelumnya, bahwa Kota Palangka Raya memiliki potensi daya saing daerah yang cukup tinggi karena memiliki keberadaan sumber daya alam (natural resources) melimpah seperti pertambangan, pertanian, perikanan, perkebunan, serta kehutanan. Dengan ditunjang oleh posisi strategis Kota Palangka Raya yang secara geografi berada pada jalur lintas transportasi Kalimantan. Posisnya itu menjadikan Palangka Raya menjadi jalur penghubung antar Kabupaten dalam Propinsi Kota Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Palangka Raya merupakan kota berdimensi jasa dan industri serta sebagai pintu gerbang Propinsi Kalimantan Tengah dengan keunggulan infrastruktur khususnya dibidang transportasi udara, infrastruktur yang pada akhirnya semakin memperkuat daya saing Kota Palangka Raya dalam hal aksesibilitas informasi dan transportasi. Daya saing daerah di Kota Palangka Raya dapat dicermati dari kemampuan ekonomi daerah. Kemampuan ekonomi daerah ini sendiri dapat 119

147 dianalisa dari empat (4) aspek penting. Aspek yang pertama adalah kemampuan ekonomi daerah, aspek kedua infrastruktur, aspek ke tiga iklim investasi dan aspek ke empat sumber daya manusia Kemampuan Ekonomi Daerah Fokus Kemampuan Ekonomi Kota Palangka Raya dapat dilihat dari indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita (dan nilai tukar petani serta produktivitas total daerah. Pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan (pangan) dan bukan makanan (non pangan) dapat menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya meliputi perkotaan dan perdesaan. Dari tabel 2.92 dapat dilihat bahwa pengeluaran pengeluaran rumah tangga di atas Rp 5. per bulan lebih banyak dibandingkan dengan Propinsi Kalteng dan makin tinggi pengeluaran makin tinggi pula proporsi rumah tangganya. Angka ini setidaknya mengindikasikan bahwa, Kota Palangka Raya memiliki daya saing yang tinggi sehingga mengakibatkan wilayahnya mampu mengoptimalkan kegiatan bisnis dan ekonomi. Di sisi lain, pengeluaran yang tinggi menandakan permintaan yang tinggi dan hal ini berdampak pada kemauan investasi yang juga rendah. Secara tidak langsung, hal ini berdampak pada tingginya daya saing Kota Palangka Raya bila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di Propinsi Kalimantan Tengah. No Tabel 2.92 Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan Kota Palangka Raya dan Propinsi Kalteng Tahun 211 Golongan Pengeluaran Per kapita Sebulan (Rp) Persentase Penduduk Kota Palangka Raya Persentase Penduduk Provinsi Kalimantan Tengah 1. Di bawah , ,66 1, ,65 12, ,35 33, ,2 25, ,81 13,99 8. Diatas ,34 12,79 Jumlah 1 1 (Sumber: Hasil Survey Sosial Ekonomi Kalimantan Tengah 211) 12

148 2.6.2 Fokus Fasilitas Wilayah atau Infrastruktur Fokus infrastruktur bisa digambarkan dari sarana dan prasarana perhubungan, aspek tata ruang dan aspek pendukung seperti bank, pertokoan, perhotelan serta lingkungan hidup. Ketimpangan pengembangan wilayah yang terjadi antara bagian Utara (Kecamatan Rakumpit dan Bukit Batu), Selatan (Kecamatan Sabangau) yang relatif tertinggal terhadap bagian Tengah Kota Palangka Raya (Kecamatan Jekan Raya dan Pahandut), diantaranya disebabkan oleh keterkaitan yang rendah antara satu kawasan dengan kawasan lainnya serta keterisolasian wilayah akibat minimnya dukungan transportasi (darat). Masih terkonsentrasinya kegiatan ekonomi hanya di Kecamatan Pahandut dan Jekan Raya, yang kurang memberikan dampak pemerataan pada wilayah lainnya. Hal ini tercermin dari ada beberapa wilayah yang belum tersambung langsung melalui jalan darat dengan Kota Palangka Raya, keterbatasan sambungan listrik, telepon, air bersih. Masih kurangnya perhatian terhadap sektor distribusi akibat pelayanan dan kapasitas prasarana dan sarana outlet terutama pelabuhan yang kurang memadai sehingga mengakibatkan ketergantungan pengangkutan dan distribusi barang masih berorientasi keluar daerah yaitu Banjarmasin dan Sampit (lihat juga analisis Perhubungan dan PU). Sarana pengembangan daya saing didukung pula oleh keberadaan institusi pendukung seperti perbankan. Jumlah bank tercatat 11 unit kantor bank yang terpusat di dalam Kota Palangka Raya. Bank yang beroperasi diantaranya adalah Bank Pembangunan Kalimantan Tengah, Bank Nasional Indonesia, Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank Tabungan Negara, Bank Mega, Bank Mandiri, Bank Muamalat, Bank BTPN dan Bank Rakyat Indonesia. Dana perbankan (tabungan) yang tersedia di Kota Palangka Raya pada tahun 211 sejumlah Rp milyar yang tersedia pada bank swasta nasional dan bank pemerintah. Berikut ini disampaikan tabel bank pemerintah/swasta di Kota Palangka Raya. 121

149 No Tabel 2.93 Bank Pemerintah/Swasta di Kota Palangka Raya Tahun Tahun Bank Pemerintah / Swasta Kantor Cabang Cab. Pembantu Kantor Kas/ Kantor Unit Bank Pembangunan Kantor Pusat dan Cabang Pembantu Kantor Kas/ Kantor Unit Jumlah (Sumber : BPS Kota Palangka Raya 212) Pada tahun 212 jumlah restoran, rumah makan, cafe yang beroperasi di Palangka Raya sebanyak 141 rumah makan yang kebanyakan lebih banyak terpusat pada 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut dan Jekan Raya, sedangkan di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Sabangau, Bukit Batu, Rakumpit tidak terlalu banyak Restoran, rumah makan, cafe. Restoran, rumah makan, cafe tersebut menghidangkan berbagai macam menu/masakan internasional, european food, steak, masakan nasional/nusantara, masakan cepat saji, masakan daerah (banjar, jawa, sulawesi, padang, batak, sunda dan berbagai daerah lainnya), masakan khas Kalimantan Tengah (Dayak), chinese food. Pada tahun 212, jumlah hotel dan penginapan sebanyak 48 buah yang terdiri dari 1 (satu) hotel merupakan hotel berbintang 5 (lima) yaitu Swiss-Belhotel Danum, 1 (satu) hotel merupakan hotel berbintang 4 (empat) yaitu Aquarius Boutique Hotel, 2 (dua) hotel merupakan hotel berbintang 3 (tiga) yaitu Hotel Luwansa dan Rungan Sari Resort dan 4 (empat) hotel merupakan hotel berbintang 2 (dua) Hotel Batu Suli, Hotel Dandang Tingang, Hotel Amaris, Grand Global Hotel serta hotel yang lain merupakan hotel berkelas melati yang berjumlah 4 hotel. Pada tahun 213 dimungkin terjadi penambahan jumlah hotel dan penginapan yang dibangun di tempat atau jalan strategis di Kota Palangka Raya. Hal ini seiring dengan perkembangan perekonomian yang semakin membaik di Kota Palangka Raya maka tingkat kebutuhan akan hotel dan penginapan juga meningkat. 122

150 Untuk pengembangan investasi daerah, kota Palngka Raya juga telah memiliki dokumen RTRW yang menjadi dasar penetapan berbagai kawasan strategsi yang siap dikembangkan Fokus Iklim Berinvestasi Iklim investasi terutama didukung oleh faktor keamanan dan peraturan tentang perijinan dan perpajakan. Pada aspek keamanan, rasio tindak kriminal menunjukkan kondisi keamanan di Kota Palangka Raya relatif tidak mengalami fluktuasi, sebagaimana uraian pada tabel di bawah ini. Tabel 2.94 Angka Kriminalitas Kota Palangka Raya Tahun No Uraian Tahun Jumlah Kriminal Jumlah Penduduk Rasio,24,19,99,89,65 (Sumber: Kantor Kepolisian Resort Kota Palangka Raya, 213) keamanan di Kota Palangka Raya pada tahun tidak mengalami fluktuasi yang signifikan. Jumlah tindakan kriminalitas tersebut akan berkorelasi dengan angka ekonomi atau kesejahteraan masyarakat Kota Palangka Raya. Rendahnya kesejahteraan ekonomi menjadi salah satu faktor pendorong bagi terjadinya tindak kejahatan. Angka kriminalitas di Kota Palangka Raya pada tahun yang kecil atau tidak besar berdampak secara positif pada iklim investasi di Kota Palangka Raya. Kecil angka kriminalitas di Kota Palangka Raya tentunya akan mempengaruhi keputusan para investor untuk menanamkan modalnya di wilayah tersebut. Ini dikarenakan kondisi keamanan akan berpengaruh pada kegiatan ekonomi dan bisnis dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat di Kota Palangka Raya. Jumlah demonstrasi sebagai pendeteksi keamanan yang lain menunjukkan bahwa keamanan di Kota Palangka Raya relatif baik. Hanya terdapat beberapa demonstrasi kecil selama 5 tahun. Aksi demontrasi yang terjadi umumnya dilakukan oleh perwakilan kelompok masyarakat yang menentang kebijakan pemerintah atau oleh buruh yang tidak puas dengan 123

151 perlakukan majikannya. Namun demikian, demonstrasi yang terjadi tidak sampai merugikan banyak pihak karena dilakukan secara terkendali dan tidak sampai terjadi secara anarkis dan berlebihan. Berbagai aksi unjuk rasa yang selama ini di Kota Palangka Raya relatif dapat berjalan dengan tertib sehingga tidak sampai menimbulkan berbagai kerugian sebagaimana terjadi pada berbagai peristiwa demonstrasi yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Pada aspek perijinan, Kota Palangka Raya telah memulai pelayanan perijinan yang lebih baik yakni melalui perijinan satu atap. Perijinan yang dipermudah itu diikuti dengan beban yang relatif ringan bagi pelaku usaha di Kota Palangka Raya dengan sedikitnya pungutan pajak dan retribusi. Terdapat 11 (sebelas) macam pajak yaitu pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan umum, parkir, air tanah, sarang burung walet, mineral bukan logam dan batuan, dan bumi bangunan perdesaan dan perkotaan serta BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan) di Kota Palangka Raya. Sedangkan restribusi terdapat 3 (tiga) macam yaitu restribusi jasa umum, jasa usaha dan perijinan tertentu. Tabel 2.95 Kejadian Kriminal, Demo, Lama Perijinan Kota Palangka Raya No Indikator Tahun Jumlah kejadian kriminal Jumlah demo yang terjadi Lama proses perijinan 7 Hari 7 Hari 8 Hari 4 Perda pendukung investasi Fokus Sumber Daya Manusia - Rasio Tingkat Pendidikan Penduduk Kemampuan atau kualitas tenaga kerja di Kota Palangka Raya sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan penduduk Kota Palangka Raya, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk Kota Palangka Raya maka semakin baik kualitas tenaga kerja Kota Palangka Raya. Data terakhir yang dijadikan acuan bagi penghitungan rasio tingkat pendidikan penduduk adalah data pada tahun 212, dimana telah di verifikasi oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palangka Raya, 124

152 sebagaimana hasil penerapan KTP elektronik (e-ktp). Jumlah lulusan S1/S2/S3 pada tahun 212 adalah sebanyak orang dengan jumlah penduduk sebanyak , sehingga diperoleh rasio lulusan sebesar 254,64 atau dapat diartikan bahwa pada setiap 1. penduduk di Kota Palangka Raya terdapat 1363,9 orang yang berpendidikan S1/S2/S3 (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palangka Raya, 213). - Rasio Ketergantungan Rasio ketergantungan sebagai salah satu indikator demografi yang penting, dimana semakin tinggi persentase rasio ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Rasio ketergantungan digunakan sebagai indikator yang dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu daerah apakah tergolong maju atau sedang berkembang. Rasio ketergantungan ini hasil dari perbandingan jumlah penduduk usia <15 tahun dan >64 tahun terhadap jumlah penduduk usia tahun.sedangkan rasio ketergantungan yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Dengan demikian, semakin besar beban yang ditanggung, maka semakin kecil peluang menyisihkan pendapatan. No Tabel 2.96 Rasio Ketergantungan di Kota Palangka Raya Tahun URAIAN Tahun Jumlah Penduduk Usia < thn 2. Jumlah Penduduk Usia > Jumlah Penduduk 15 s/d Rasio Ketergantungan (Sumber: BPS Kota Palangka Raya, 212) 125

153 Demografi penduduk Kota Palangka Raya, sejak tahun 28 sampai 212 mengalami fluktuasi nilai rasio ketergantungan yang artinya mengalami fluktuasi beban penduduk yang ditanggung. Pada tahun 28 dan 29 tidak mengalami fluktuasi yang signifikan selanjutnya pada tahun 21 dengan nilai rasio ketergantungan 43 dan naik lagi pada tahun 211 nilai rasio ketergantungan 45. Pada tahun 212 dengan nilai rasio ketergantungan sebesar 43 menunjukkan bahwa setiap 1 orang penduduk di Kota Palangka Raya (dianggap produktif), mempunyai tanggungan sebanyak 43 orang (dianggap belum dan tidak produktif). Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia, Kota Palangka Raya pada tahun 212 mencapai nilai sebesar 79,3 mengalami peningkatan tahun sebelumnya tahun 211 sebesar 78,78 atau bahkan lebih besar dibandingkan dengan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Tengah yang pada tahun 212 sebesar 75,46. Kota Palangka Raya menempati peringkat ke-satu dari 14 (empat belas) kota/kabupaten se- Provinsi Kalimantan Tengah. 126

154 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan berfungsi untuk mencari kapasitas riil yang digunakan untuk membiayai pembangunan Kota Palangka Raya selama lima tahun ke depan. Penghitungan kapasitas riil dihitung dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan masa yang akan datang, dan kerangka pendanaan. Pengelolaan keuangan daerah berdasarkan pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 24 mengamanatkan pada upaya peningkatan efisiensi, efektifitas, akuntabilitas, dan transparansi pengelolaan keuangan publik baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Esensi pengelolaan keuangan daerah dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menyangkut penjabaran terhadap hak dan kewajiban daerah dalam mengelola keuangan publik meliputi mekanisme penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, pengendalian dan pengawasan, serta pertanggungjawaban keuangan daerah. Dalam pengelolaan keuangan daerah Kota Palangka Raya dilandaskan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kota Pradja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara 127

155 Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 23 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 24 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 24 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 28 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 28 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 24 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 29 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

156 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 549); 1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 24 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah nomor 21 Tahun 27 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 24 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 27 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 25 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 452); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 25 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 453); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 25 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 136,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 457); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 25 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 26 tentang Pengelolaan Barang Milik Negeri/Daerah; 16. Permendagri Nomor 13 Tahun 26 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dalam Permendagri Nomor 59 Tahun 27; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 27 tentang Teknis Pengelolaan Barang Daerah; 129

157 18. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 21 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 213 tentang Penetapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 25 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 25 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Keuangan Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 25 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 25 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 14,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 25 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 26 tentang Pelaporan Keuangan dan Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 26 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 27 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara 13

158 Republik Indonesia Tahun 27 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) Pelaksanaan APBD Gambaran pelaksanaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Selama kurun waktu tahun , proses pembangunan daerah yang dijabarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Palangka Raya mengalami peningkatan pendanaan setiap tahunnya. Kemajuan tersebut ini dapat dilihat dari perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Palangka Raya dari program dan kegiatannya yang telah dilaksanakan. Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah Kota Palangka Raya tidak terlepas dari kebijakan yang ditempuh, baik dari sisi efektivitas pengelolaan penerimaan pendapatan maupun dilihat dari efisiensi dan efektivitas pengeluaran daerah melalui belanja tidak langsung dan belanja langsung. pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD dapat diketahui dari rencana anggaran dan realisasinya, baik dari aspek pendapatan, belanja dan pembiayaan. Sub bab berikut dijelaskan melalui penghitungan kinerja pelaksanaan pendapatan, kinerja pelaksanaan belanja, kinerja pelaksanaan pembiayaan dan neraca daerah berdasarkan data tahun 28 sampai dengan tahun Pendapatan Daerah Komposisi pendapatan di Kota Palangka Raya berasal dari elemen pendapatan asli daerah (PAD) dan dana alokasi umum serta lainlain pendapatan daerah yang sah. Komposisi ini didominasi oleh dana perimbangan. Angka dana perimbangan yang begitu tinggi di Kota Palangka Raya yakni sebesar lebih besar dari 7% dari total pendapatan. Gambaran ini menjelaskan bahwa daerah-daerah yang berada di Kota Palangka Raya masih sangat menyandarkan pendapatan daerahnya pada 131

159 sektor dana perimbangan yang berasal dari dana alokasi umum (lihat tabel 3.1). Di Kota Palangka Raya besarnya transfer pusat yang berasal dari dana alokasi umum yang mencapai rata-rata lebih dari 6% dari total pendapatan. Besarnya transfer Dana Alokasi Umum dari pemerintah ini ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk, indeks pembangunan manusia dan indeks kemahalan konstruksi yang terjadi di Kota Palangka Raya. Besaran presentase dana transfer dalam bentuk dana alokasi umum sebesar lebih dari 6% merupakan besaran persentase yang diberikan kembali oleh pemerintah pusat kepada pemerintah Kota Palangka Raya. Artinya, semakin banyak jumlah penduduk, semakin tinggi indeks pembangunan manusia dan indeks kemahalan konstruksi yang terjadi di Kota Palangka Raya, maka akan semakin tinggi pula dana alokasi umum yang akan diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Melihat skema pembagian bagi dana alokasi umum yang demikian, maka dapat dikatakan bahwa pendapatan Kota Palangka Raya bertumpu pada hasil kualitas (kapabilitas, kompetensi, kemampuan) dan kuantitas (banyaknya) sumberdaya manusia. Besarnya proporsi dana perimbangan terhadap pendapatan Kota Palangka Raya mengalahkan besaran pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah. Hal ini menunjukkan belum optimalnya pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) karena peranan pajak daerah dan pemanfaatan kekayaan daerah masih sangat rendah. Untuk itu diperlukan upaya untuk melakukan ekstensifikasi pajak melalui perluasan basis pajak tanpa harus menambah beban kepada masyarakat. Pemanfaatan kekayaan daerah merupakan peluang yang sangat besar bagi daerah untuk meningkatkan kemampuan keuangan tanpa membebani masyarakat. Penguatan kinerja pemanfaatan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Kota Palangka Raya juga penting untuk memperkuat basis 132

160 pendapatan asli daerah melalui hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pemantapan rencana-rencana bisnis serta penguatan manajemen kelembagaan dan Sumer Daya manusia (SDM), diharapkan mampu meningkatkan kinerja pemanfaatan kekayaan daerah sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada pembentukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palangka Raya. Memang, kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun ke tahun memang selalu mengalami kenaikan, tetapi saat ini belum mendekati kondisi ideal dimana belanja tidak langsung di luar gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) bisa dibiayai dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kenyataan ini menunjukan bahwa keuangan daerah masih sangat tergantung dari transfer dana dari Pemerintah Pusat. Hal ini berarti bahwa untuk menjalankan kegiatan administrasi pemerintahan belum mampu mandiri, dimana untuk membiayai anggaran belanja keseluruhan masih tetap bergantung dari dana perimbangan. Akibatnya rentan terhadap kondisi ekonomi makro nasional dan global. Dengan terbitnya Undang- Undang Nomor 28 Tahun 29 tentang Pajak dan Retribusi Daerah cukup memberikan warna baru dalam menentukan kerangka pendanaan dalam rencana kinerja pembangunan Kota Palangka Raya. Diharapkan, ketergantungan Kota Palangka Raya dari dana pusat semakin berkurang yang artinya Kota Palangka Raya dapat lebih mandiri dalam pendanaan pembangunan. 133

161 Tabel 3.1 Komposisi Pendapatan Daerah Kota Palangka Raya Tahun (dalam Persen) No. Uraian Pendapatan Pendapatan Asli Daerah 4,7 4,31 4,87 5,44 7,2 7, Hasil Pajak Daerah 1,86 1,94 2,23 3,61 4,83 4, Hasil Retribusi Daerah 1,71 1,55 1,88 1,35 1,37 1, Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah yang Dipisahkan,7,11,8,9,11, Lain-lain PAD yang Sah 1,6,71,68,39,71, Dana Perimbangan 81,14 78,59 76,27 72,59 76,74 72, Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 5,75 6,21 7,14 6,27 8,52 6, Dana Alokasi Umum 66,92 63,95 64,34 6,14 63,87 61, Dana Alokasi Khusus 8,48 8,43 4,79 6,18 4, Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 14,16 17,1 18,87 21,97 16,24 19, Pendapatan Hibah - 5,68,5,46, Dana Darurat -, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 4,36 5,64 5,94 6,21 7,4 8, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 9,7 3,79 5,86 4,62, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya,28,2, Dana Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNSD dan Tunjangan Profesi Guru PND,44 1,42 6,28 6,34 9,3 1, Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) , Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah - -,74 2,

162 Tabel 3.2 Rata-Rata Pertumbuhan Kemampuan Pendapatan Daerah Kota Palangka Raya Tahun (dalam persen) No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan 1 Pendapatan 5,99 1,48 21,12 12,3 21,53 12, Pendapatan Asli Daerah -2,81 14,56 35,51 44,4 25,77 23, Hasil Pajak Daerah 1,39 16,68 96,26 49,85 25,54 39, Hasil Retribusi Daerah -4,2 23,19-13,35 14,24 9,57 5, Hasil Pengelolaan Keuangan daerah yang dipisahkan 64,68-27,47 4,11 33,22 19,17 25, Lain-lain PAD yang Sah -28,78-3,38-29,21 1,23 59,94 19, Dana Perimbangan 2,66-1,52 15,28 18,45 15,59 1, Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 14,49 16,67 6,35 52,35 9,98 15, Dana Alokasi Umum 1,3 2,1 13,21 18,99 17,35 1, Dana Alokasi Khusus 5,36-42,36 56,47-21,22 39,83 7, Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 28,4 11,97 41,1-17,18 47,81 22, Pendapatan Hibah 1-99,24 115,82-74, , Dana Bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya 37,1 6,89 26, ,41 28, Dana Penyesuaian dan otonomi Khusus -55,74 56,97-4,4-98,54 1 4, Bantuan Keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya Dana Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNSD dan Tunjangan Profesi Guru PND 241,48 348,52 22,2 59,67 38,87 142, Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah , ,8 135

163 Dari tabel 3.2 di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan pendapatan Kota Palangka Raya Tahun Anggaran menunjukkan pertumbuhan positif. Terutama pertumbuhan sektor pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan sektor lain-lain pendapatan daerah yang sah yang mencapai rata-rata pertumbuhan sebesar 23,39%, 1,9% dan 22,33%. Pertumbuhan positif dari ketiga sektor ini disebabkan karena meningkatnya realisasi pendapatan. Sektor pendapatan asli daerah yang terdiri dari pajak, restribusi daerah serta hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan selama 5 tahun cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan pertahun masing-masing sebesar 39,74%, 5,92% dan 25,94%. Berdasarkan pada angka rata-rata pertumbuhan pendapatan asli daerah ini, maka dapat diketahui bahwa kinerja pengelolaan pendapatan asli daerah Kota Palangka Raya masih relatif bagus. Namun demikian, Pemerintah Kota Palangka Raya harus mampu, berinovasi, menggali potensi pendapatan asli daerah untuk meningkatkan pendapatan dari sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dana perimbangan cenderung meningkat karena dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak setiap tahun mengalami pertumbuhan ratarata setiap tahun 15,98%, dana alokasi umum mengalami pertumbuhan rata-rata setiap tahun sebesar 1,59%, demikian juga dana alokasi khusus yang mengalami kenaikan rata-rata sebesar 7,61% setiap tahun. Dana lain-lain pendapatan daerah yang sah juga cenderung meningkat sebesar 22,33% karena pendapatan hibah, dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus, dana tambahan penghasilan bagi guru PNSD dan tunjangan profesi guru PND, dana percepatan pembangunan infrastruktur daerah masing-masing setiap tahun mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 186,45%, 28,78%, 4,34% dan 142,15% serta 33,8% sedangkan lainnya misalnya bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya, dana bantuan operasional sekolah (BOS) 136

164 setiap tahun mengalami penurunan pertumbuhan rata-rata masing-masing sebesar 4% dan 2% Realisasi Belanja Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 26 dan perubahannya disampaikan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Pemerintah Kota Palangka Raya dalam melaksanakan belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Kota Palangka Raya dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak. Realisasi Belanja pada Kota Palangka Raya menunjukan fase fluktuasi kadang mengalami kenaikan dan juga mengalami penurunan. Fluktuasi ini disebabkan oleh adanya penurunan dan atau kenaikan belanja langsung ataupun tidak langsung yang dipengaruhi oleh belanja yang merupakan elemen belanja. Tabel 3.3 Proporsi Belanja Daerah Kota Palangka Raya Tahun (dalam persen) Uraian A. Belanja Langsung 49,82 44,4 42,94 35,64 34,27 38,88 - Belanja Pegawai 2,69 2,81 1,72 3,7 3,46 3,78 - Belanja Barang dan Jasa 18,46 15,28 15,23 15,12 15,7 14,71 - Belanja Modal 28,68 26,31 16,98 17,45 15,74 2,39 B. Belanja tidak Langsung 5,18 55,6 57,6 64,36 65,73 61,12 - Belanja Pegawai 44,41 52,11 53,89 6,53 61,2 55,78 - Belanja Bunga,4,3,3,31,29,2 - Belanja Subsidi,29, Belanja Hibah 1,3,71 1,32 1,97 3,11 4,59 - Belanja Bantuan Sosial 2,9 2,2 1,27 1,43 1,8,42 - Belanja Bagi Hasil

165 Uraian Belanja Bantuan Keuangan,42,41,51,12,21,13 - Belanja tidak Terduga 1,8,3,4,2 - Jumlah Belanja Tabel 3.3 menunjukkan terjadi kenaikan belanja langsung pada tahun 212 dari angka 34,27%. pada tahun 213 menjadi angka 38,88%, artinya terdapat kenaikan sebesar 4,61% dari tahun 212. Jika dibandingkan pada tahun 211, maka angka belanja langsung ini mengalami kenaikan sebesar 3,24%. Hal yang perlu dicermati pada sektor belanja langsung adalah kenaikan pada belanja pegawai pada tahun anggaran 213 sebesar,32% dari tahun 212 dan angka ini mengalami kenaikan sebesar,71% dari tahun 211. Kenaikan belanja pegawai ini menunjukkan makin meningkatnya efisiensi pemerintah Kota Palangka Raya dalam mengelola realisasi belanja bagi pegawai daerah. Hal ini juga dapat dilihat dari rendahnya proporsi belanja pegawai di Kota Palangka Raya masih berada pada kisaran angka 5%. Peningkatan efisiensi pada belanja pegawai di Kota Palangka Raya ini bisa disebabkan oleh makin efisiennya pemberian honor pegawai dan moratorium (penghentian sementara) pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang berdampak pada rightsizing struktur pegawai. Disamping itu, juga terjadi penurunan proporsi pada belanja barang dan jasa. Penurunan ini juga menunjukkan kinerja yang baik bagi Pemerintah Kota Palangka Raya dalam mengelola keuangan daerah untuk realisasi belanja pegawai. Di sisi lain, terjadi kenaikan proporsi belanja modal pada tahun 213 sebesar 4,65% dibandingkan dengan tahun 212 yang mencapai 15,74%. Walaupun demikian, Pemerintah Kota Palangka Raya berusaha memprioritaskan pengalokasian belanja pembangunan untuk kepentingan masyarakat Kota Palangka Raya. Pada sektor belanja tidak langsung, terjadi penurunan pada tahun anggaran 213 sebesar 4,61% dibandingkan dengan tahun 212 dan mengalami penurunan sebesar 3,24% dari tahun 211. Proporsi belanja paling besar pada sektor belanja tidak langsung didominasi oleh belanja 138

166 pegawai dengan rata-rata proporsi sebesar antara 44,41%-61,2% pada tahun 28 sampai dengan 213. Walaupun pada sektor belanja langsung, Pemerintah Kota Palangka Raya telah berhasil menerapkan prinsip efisiensi pada belanja pegawai, namun pada sektor belanja tidak langsung, belanja pegawai menjadi pengeluaran paling besar dibandingkan dengan pengeluaran yang lain. Hal ini menunjukkan pengelolaan keuangan daerah yang tidak efisien pada sektor belanja tidak langsung karena pendapatan daerah diprioritaskan pada belanja pegawai. Seharusnya belanja pegawai dapat terpakai dan terserap secara efisien. Proporsi penggunaan belanja hibah mengalami peningkatan setiap tahun pada tahun 28, 21, 211 dan 212 serta 213 masing-masing sebesar 1,3%, 1,32%, 1,97%, 3,11%, 4,59% kecuali pada tahun 29 sebesar,71%. Sedangkan belanja bantuan sosial mengalami penurunan yang relatif signifikan selama 5 (lima) tahun terakhir dari tahun 28 sampai dengan 213 masing-masing sebesar 2,9%, 2,2%, 1,27%, 1,43% 1,8% dan,42%. Rendahnya ini dikhawatirkan berdampak pada menurunnya kemampuan Kota Palangka Raya dalam menekan angka kemiskinan, angka pengangguran, pemberdayaan tenaga kerja. Tabel 3.4 Rata-Rata Pertumbuhan Belanja Daerah Kota Palangka Raya Tahun (dalam Persen) Uraian Rata-rata Pertumbuhan A. Belanja Langsung -9,22-3,24-5,78 11,5 37,53 6,16 - Belanja Pegawai 6,52 281,86-67,47 3,61 32,1 56,72 - Belanja Barang dan Jasa -15,68 -,24 12,65 15,58 18,35 6,13 - Belanja Modal -6,54-35,43 16,66 4,6 57,9 7,27 B. Belanja tidak Langsung 12,86 2,69 28,3 18,45 12,72 14,95 - Belanja Pegawai 19,54 3,47 27,49 16,92 1,79 15,64 - Belanja Bunga -14,4-15, ,9 8,4-13,6 222,97 - Belanja Subsidi ,6 - Belanja Hibah -29,57 85,29 69,19 82,8 78,68 57,28 - Belanja Bantuan Sosial -22,72-42,48 27,94-12,9-52,41-2,35 - Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan,63 23,67-73,39 12,5-19,11 6,77 - Belanja tidak Terduga -97, ,47 Jumlah Belanja 1,86,6 13,51 15,97 21,22 1,53 139

167 Tabel 3.4 menunjukkan rata-rata pertumbuhan sektor belanja baik belanja langsung maupun tidak langsung yang terjadi di Kota Palangka Raya. Rata-rata pertumbuhan sektor belanja langsung disebabkan oleh tingginya realisasi belanja pegawai yang mengalami fluktuasi yang signifikan setiap tahun. Belanja pegawai selama enam tahun dari tahun 28 sampai dengan 213 mengalami peningkatan rata-rata pertumbuhan sebesar 56,72 % peningkatan ini mengindikasikan tidak efisiennya pembelanjaan langsung di Kota Palangka Raya. Pada belanja barang dan jasa, enam tahun dari tahun 28 sampai dengan 213 mengalami peningkatan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,13% peningkatan ini tidak sebanding dengan rata-rata pertumbuhan sektor belanja langsung. Sedangkan pada belanja modal mengalami fluktuasi selama 6 (enam) tahun dengan rata-rata pertumbuhan negatif sebesar 7,27% dimana pada tahun terjadi rata-rata pertumbuhan negatif menurunnya rata-rata pertumbuhan belanja modal berakibat pada rendahnya belanja pembangunan yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat. Sedangkan pada tahun rata-rata pertumbuhan positif artinya pemerintah Kota Palangka Raya kembali memprioritaskan belanja daerah untuk peningkatan infrastruktur pembangunan dan penggerakaan roda ekonomi daerah. Angka rata-rata pertumbuhan belanja pegawai relatif besar juga terjadi pada sektor belanja tidak langsung, angka rata-rata pertumbuhan pegawai cukup besar sampai dengan tahun anggaran 213. Puncak tertinggi rata-rata pertumbuhan belanja pegawai di Kota Palangka Raya terjadi pada tahun anggaran 21 ke 211. Total rata-rata pertumbuhan belanja pegawai di Kota Palangka Raya pada tahun 28 sampai dengan tahun 213 sebesar 15,64%. Angka pertumbuhan belanja pegawai baik belanja langsung dan tidak langsung di Kota Palangka Raya masih jauh lebih tinggi dari angkaangka belanja yang lain. Berkaca pada tingginya angka belanja pegawai pada sektor belanja langsung dan tidak langsung, maka pemerintah Kota 14

168 Palangka Raya berusaha memperbaiki pengelolaan belanja daerah melalui penurunan belanja pegawai pada tahun yang akan datang. Selain belanja pegawai, hal menarik yang perlu dicermati adalah rata-rata pertumbuhan belanja bantuan sosial pada enam tahun dari tahun 28 sampai dengan 213 terjadi rata-rata pertumbuhan belanja bantuan sosial yang negatif sebesar 2,35%. Pada tahun 212 rata-rata pertumbuhan belanja bantuan sosial yang mengalami puncak penurunan yang sangat signifikan sebesar 52,41%. Perlu diperhatikan bahwa belanja bantuan sosial masih memegang peranan penting menurunkan persentase atau jumlah penduduk miskin, meningkatnya kualitas kesehatan serta makin tingginya pendapatan per kapita dimana Kota Palangka Raya yang mempunyai wilayah yang luas dengan tingkat kemajuan yang berbeda. Pemerataan kesejahteraan diperlukan agar seluruh masyarakat Kota Palangka Raya dapat menikmati hasil pembangunan Neraca Daerah Pengelolaan aset daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 26 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, yang kemudian ditindaklanjuti dengan Permendagri No.17 Tahun 27 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. Lingkup pengelolaan aset dimaksud meliputi (1) perencanaan kebutuhan penganggaran, (2) pengadaan, (3) penggunaan, (4) pemanfaatan, (5) pengamanan dan pemeliharaan, (6) penilaian, (7) penghapusan, (8) pemindahtanganan, (9) penatausahaan, dan (1) pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Pengelolaan aset daerah di tahun-tahun mendatang diharapkan dapat mendukung tercapainya opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Palangka Raya, dari banyak permasalahan yang menjadi penghambat, ternyata masalah penyajian aset daerah merupakan salah satu faktor penyebab. Dilihat dari Neraca Daerah, ternyata lebih dari 34% dari nilai kekayaan daerah berupa aset tetap. Namun demikian jika dicermati sebagian besar dari aset tersebut tidak 141

169 jelas asal usulnya, nilainya maupun status kepemilikannya. Penyebab terjadinya kondisi tersebut adalah: 1. Kebanyakan Pengelola Aset di daerah (sesuai istilah dalam Permendagri 17 tahun 27), belum memahami perbedaan definisi aset atau barang daerah dengan barang inventaris. 2. Orientasi pengadaan barang selama ini hanya membeli dan bukan mengelola, sehingga tidak pernah dilakukan pengadministrasian dan pengendalian secara layak (misalnya tidak pernah dilakukan pengecekan atau inventarisasi secara periodik). 3. Konsepsi penyajian aset atau barang daerah tidak sama dengan membuat laporan barang inventaris. Biasanya nilai yang dicantumkan dalam neraca bukan nilai perolehan tetapi nilai pasar atau taksiran. Sementara menurut kaidah akuntansi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 25 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang boleh disajikan dengan menggunakan nilai wajar atau taksiran hanya saat menyusun neraca awal saja (khususnya untuk aset yang lama). 4. Pada saat merencanakan anggaran tidak dilakukan verifikasi secara memadai sehingga menyebabkan kesalahan dalam memberikan kode rekening atas Belanja Modal (BM). Seharusnya setiap Belanja Modal (BM) harus menambah aset tetap, namun karena belanja barang yang dilakukan tidak digunakan atau dimiliki untuk operasional oleh pemerintah daerah sendiri namun disumbangkan atau dihibahkan kepada pihak ketiga, sehingga BM tersebut tidak menambah jumlah aset daerah. Kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota Palangka Raya dalam mengoptimalkan pengelolaan barang daerah adalah: 1. Melakukan kegiatan penataan aset; 2. Melakukan penghapusan barang daerah; 3. Melakukan instalasi program SIMBADA (Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah) di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD); 4. Mengikutsertakan pengelola aset dalam diklat aset daerah; 5. Menaikkan insentif pengurus barang daerah; 142

170 6. Melakukan inventarisasi dan klarifikasi aset daerah sebagai tindak lanjut dari hasil temuan BPK. 7. Optimalisasi pemanfaatan aset daerah dalam rangka meningkatkan daya dukung pembiayaan daerah dan pertumbuhan ekonomi. Untuk neraca keuangan daerah, rasio likuiditas yang digunakan adalah rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio). Rasio lancar adalah aset lancar dibagi dengan kewajiban jangka pendek, sedang rasio cepat adalah aset lancar dikurangi persediaan dibagi dengan kewajiban jangka pendek. Berdasarkan formula tersebut, maka rasio likuiditas neraca keuangan Kota Palangka Raya tahun adalah sebagai berikut: Tabel 3.5 Analisis Rasio Keuangan Kota Palangka Raya Tahun (dalam persen) No Uraian % % % % 1 Rasio lancar (current ratio) 4,44 44,3 42,91 66,48 2 Rasio quick (quick ratio) 4,8 43,31 41,9 64,81 3 Rasio total hutang terhadap total aset,1 26,1 7,88,1 4 Rasio hutang terhadap modal,1 1,4 1,1,1 5 Rata-rata umur piutang Rata-rata umur persediaan Pada tabel 3.5 dapat terlihat bahwa rasio lancar Kota Palangka Raya pada tahun 21 sebesar 4,44%. Pada tahun 211 mengalami kenaikan yang lumayan sebesar 44,3% artinya terdapat selisih sebesar 39,59% dibandingkan dengan tahun 21 selanjutnya pada tahun 212 mencapai 42,91% terjadi penurunan sebesar 1,12% dan pada tahun 213 mengalami kenaikan sebesar 66,48 paling tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan besaran rasio cepat pada tahun 21 sampai dengan 213 masing-masing sebesar 4,8%, 43,31%, 41,9% dan 64,81 artinya pada tahun 213 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun Dari angka ini dapat memperlihatkan kecepatan Kota Palangka Raya dalam membayar atau melunasi utang lancarnya. Rasio lancar dan rasio cepat tidak terlalu naik 143

171 dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa pemerintah Kota Palangka Raya efisien dalam mengelola aktiva lancar dan persediannya. Dengan kata lain, Pemerintah Kota Palangka Raya memiliki kesehatan keuangan yang cukup baik. 3.2 Analisis Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Tujuan pembiayaan daerah adalah untuk menutup defisit penerimaan daerah ataupun mempergunakan surplus anggaran untuk tujuan yang produktif. Pemerintah Kota Palangka Raya selama jangka waktu 6 tahun sejak tahun anggaran 28 sampai dengan 213 berusaha agar pengelolaan pembiayaan daerah bisa berjalan efektif dana efisien sehingga pembiayaan tersebut dapat meningkatkan pendapatan daerah. Analisis pembiayaan daerah bertujuan untuk memperoleh gambaran dari pengaruh kebijakan pembiayaan daerah pada tahun-tahun anggaran sebelumnya terhadap surplus atau defisit belanja daerah sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembiayaan di masa yang akan datang dalam rangka penghitungan kapasitas pendanaan pembangunan daerah Analisis Sumber Penutup Defisit Riil Analisis ini dilakukan untuk memberi gambaran masa lalu tentang kebijakan anggaran untuk menutup defisit riil anggaran Pemerintah Kota Palangka Raya. Selama 6 tahun guna mencukupi kebutuhan belanja Pemerintah Kota Palangka Raya yang meningkat maka mempergunakan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Lalu (SILPA). 144

172 Tabel 3.6 Surplus Defisit Pembiayaan Kota Palangka Raya Tahun (dalam Rupiah) Uraian A. Pendapatan , , , , , ,33 B. Belanja - Belanja Tidak Langsung - Belanja Langsung Surplus (Defisit) (A-B) , , , , , , , , , , , , , , , ,72 ( ,87) ( ,94) ( ,5) , , ,1 Pada tabel 3.6 dapat terlihat pembiayaan netto Kota Palangka Raya. Pada tahun anggaran 28, terjadi defisit sebesar ,87. Demikian juga, pada tahun anggaran 29 dan 21 terjadi penurunan atau defisit sebesar ,94 dan ,5. Defisit anggaran ini menandakan kekurangan dalam kas keuangan disebabkan adanya ketimpangan antara jumlah anggaran belanja pembangunan dan pendapatan Kota Palangka Raya. Defisit pada tahun 28 sampai dengan 21 diakibatkan oleh meningkatnya belanja pegawai pada sektor belanja langsung dan belanja tidak langsung. Artinya pemerintah Kota Palangka Raya memiliki pengeluaran lebih banyak daripada penghasilan. Namun pada tahun anggaran 211 dan 212, terjadi surplus kembali yakni sebesar ,42 dan ,3. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan belanja yang dilakukan oleh pemerintah Kota Palangka Raya memiliki ekuitas yang positif yakni belanja yang dilakukan tidak besar dari total pendapatan yang diterima. Tabel 3.7 Realisasi Pembiayaan APBD Kota Palangka Raya Tahun (dalam Rupiah) No Tahun Penerimaan Pembiayaan Daerah Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pembiayaan Netto , , , , , , , , , , , , , , , ,38 145

173 Pada tabel 3.7 dapat terlihat realisasi pembiayaan APBD Kota Palangka Raya tahun 28 hingga tahun 213. Pembiayaan netto yang merupakan hasil dari formula penerimaan pembiayaan daerah dikurangi pengeluaran pembiayaan daerah. Pembiayaan netto yang dimiliki pemerintah Kota Palangka Raya mengalami surplus selama 5 (lima) tahun pada tahun 28 sampai dengan 213. Pembiayaan netto pada tahun 28 sebesar ,92, tahun 29 pembiayaan netto sebesar ,78, tahun 21 pembiayaan netto sebesar ,24, tahun 211 pembiayaan netto sebesar ,47 dan pada tahun 212 pembiayaan netto sebesar ,14, serta pada tahun 213 pembiayaan netto sebesar ,38. Artinya penerimaan pembiayaan daerah Kota Palangka Raya lebih besar dari pengeluaran pembiayaan daerah Analisis Realisasi Sisa lebih Perhitungan Anggaran Analisis ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang komposisi sisa lebih perhitungan anggaran. Dengan mengetahui sisa lebih pembiayaan anggaran SILPA realisasi anggaran periode sebelumnya, dapat diketahui kinerja APBD Kota Palangka Raya tahun sebelumnya yang lebih rasional dan terukur. Pada anggaran 28 sampai dengan 213 terlihat bahwa SILPA mengalami surplus yang cukup besar dan setiap tahun cenderung mengalami peningkatan yakni pada tahun 28 SILPA sebesar ,5 kemudian pada tahun 29 SILPA sebesar ,84 selanjutnya pada tahun 21 SILPA sebesar ,74 dan pada tahun 211 SILPA sebesar ,89, pada tahun 212 SILPA sebesar ,17 serta pada tahun 213 SILPA sebesar ,92. Adanya sisa lebih pembiayaan anggaran menunjukkan pengelolaan keuangan pemerintah Kota Palangka Raya yang baik. Namun demikian, adanya SILPA yang tinggi justru mengindikasikan buruknya kinerja pengelolaan keuangan daerah. Tingginya SILPA membuktikan bahwa penyerapan anggaran di daerah itu sangat rendah. 146

174 Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya penyerapan anggaran yakni lemahnya pelaksanaan program dan kegiatan pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), kinerja birokrasi yang menurun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 147

175 Tabel 3.8 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Palangka Raya Tahun (dalam Rupiah) No Uraian Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun , , , , , ,17 Anggaran sebelumnya 2. Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang di Pisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 6. Penerimaan Piutang Daerah Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan , , , , , ,92 148

176 3.2.3 Analisis Proyeksi Belanja Daerah Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran kebutuhan belanja tidak langsung daerah dan pengeluaran pembiayaan yang bersifat wajib dan mengikat serta prioritas utama. Analisis dilakukan dengan proyeksi 5 (lima) tahun ke depan untuk penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah. Analisa proyeksi belanja daerah hanya memperhitungkan belanja langsung dan belanja tidak langsung. Tabel 3.9 Nilai Belanja Langsung dan Belanja tidak Langsung dengan Rata-Rata Pertumbuhan (dalam Rupiah) Rata-rata No Uraian 213 Nilai Pertumbuhan 1. Belanja tidak ,6 14, ,8 langsung 2. Belanja langsung ,72 6, ,9 Tabel 3.1 Proyeksi Belanja Langsung dan Belanja tidak Langsung (dalam Juta) No Uraian Belanja tidak langsung 2. Belanja langsung , , , , , , , , , ,63 Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa proyeksi belanja langsung Kota Palangka Raya mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan rata-rata pertumbuhan belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal Kota Palangka Raya cenderung naik. Sedangkan pada sektor belanja tidak langsung mengalami rata-rata pertumbuhan yang positif disebabkan peningkatan yang cukup signifikan ada belanja pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan keuangan. Belanja langsung tersebut akan digunakan untuk belanja program prioritas seperti pada tabel 8.1 dan program-program pendukung yang didasarkan bahwa indikator kinerja program tersebut berupa output dan berfungsi sebagai pendukung (belanja rutin) terhadap program prioritas pembangunan daerah. 149

177 Tabel 3.11 Realisasi Pendapatan Daerah Kota Palangka Raya Tahun (dalam rupiah) No. Uraian Pendapatan , , , , , , Pendapatan Asli Daerah , , , , , , Pajak Daerah , , , Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Keuangan daerah yang dipisahkan , , , , , Lain-lain PAD yang Sah , , , , , , Dana Perimbangan Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah , , Pendapatan Hibah Dana Darurat Dana Bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya , , Dana Penyesuaian dan otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya Dana Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNSD dan Tunjangan Profesi Guru PND Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah

178 Tabel 3.12 Prediksi Pendapatan Daerah Kota Palangka Raya Tahun (dalam rupiah) No. Uraian Pendapatan , Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Keuangan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Dana Perimbangan Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah , Pendapatan Hibah Dana Bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya , Dana Penyesuaian dan otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya Dana Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNSD dan Tunjangan Profesi Guru PND Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah

179 Tabel 3.13 Belanja Langsung dan Tidak Langsung Kota Palangka Raya Tahun (dalam Rupiah) Uraian A. Belanja Langsung , , , , ,72 - Belanja Pegawai , Belanja Barang dan Jasa , , , ,84 - Belanja Modal ,88 B. Belanja tidak Langsung , , , , ,6 - Belanja Pegawai , , , Belanja Bunga , , , ,63 - Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial , Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan , ,98 Keuangan - Belanja tidak Terduga Jumlah Belanja , , , , , ,32 152

180 Tabel 3.14 Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Palangka Raya Tahun NO URAIAN A. Belanja Tidak Langsung , ,6 1. Belanja Gaji dan Tunjangan Belanja Tambahan Penghasilan**) Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH Belanja pemungutan Pajak Daerah**) B. Belanja Langsung , , , , Belanja Honorarium PNS**) Belanja Uang Lembur**) Belanja Beasiswa Pendidikan PNS Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis PNS**) Belanja premi asuransi kesehatan Belanja makanan dan minuman pegawai***) Belanja pakaian dinas dan atributnya**) Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari Tertentu*) Belanja perjalanan dinas**) Belanja perjalanan pindah tugas Belanja Pemulangan Pegawai Belanja Modal (Kantor, Mobil Dinas, Meubelair, peralatan dan perlengkapan dll) , ,88 TOTAL , , , , ,32 153

181 BAB IV ANALISIS PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS 4.1. Pendahuluan Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi riil saat perencanaan dibuat. Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi. Berdasar analisis atas data dan informasi yang disajikan pada bab 2 dan bab 3, bab ini menguraikan permasalahan dan isu strategis Kota Palangka Raya.Tujuan dari perumusan permasalahan pembangunan daerah adalah untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan/kegagalan kinerja pembangunan daerah. Identifikasi faktorfaktor tersebut dilakukan terhadap lingkungan internal maupun eksternal. Selanjutnya diuraikan pula isu strategis eksternal, baik nasional, propinsi maupun luar negeri yang memiliki pengaruh pada Kota Palangka Raya. Berdasar berbagai isu strategis yang berpengaruh terhadap pembangunan kota itu kemudian disusun rencana dan strategi umum untuk mencapai tujuan pembangunan lima tahun ke depan Analisis Permasalahan Uraian atas permasalahan dilakukan berdasar kelompok masalah penting yang dihadapi Kota Palangka Raya, melalui analisis mendalam pada bab 2 dan bab 3 analisis itu terbagi atas 7 poin yaitu kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, pelayanan umum, ketahanan pangan, lingkungan hidup dan daya saing. Kesejahteraan Ekonomi dan Sosial Pada aspek kesejahteraan dibandingkan dengan kabupaten dan kota lain di Palangka Raya secara umum telah cukup baik. Namun demikian jika dilihat lebih detail akan terlihat bahwa kesejahteraan itu 154

182 belum dinikmati secara merata oleh seluruh wilayah maupun seluruh sektor yang ada. Sektor pertanian yang meliputi wilayah paling luas dan penduduk cukup banyak memiliki pertumbuhan yang jauh lebih lambat dibandingkan dengan sektor lainnya, terutama jasa dan perdagangan. Ketidak merataan kesejahteraan ini kemudian dikonfirmasi oleh angka Gini Indeks yang cenderung tidak berkurang. Kesejahteraan yang tidak merata itu bersumber dari 4 aspek penting yakni, pertama, produktivitas sektor pertanian dan perkebunan yang memang rendah. Rendahnya produktivitas pertanian itu bermula dari kondisi lahan yang memang kurang cocok untuk tanaman pangan, tetapi pada umumnya penduduk mengusahakan tanaman pangan sementara sektor perkebunan rakyat yang sangat potensial juga masih diusahakan secara tradisional. Kedua, sektor perdagangan dan jasa yang berkembang dengan cepat tidak terkait langsung dengan sektor pertanian yang menghidupi sebagian besar penduduk. Ketiga, sektor industri furniture dan home industri yang seharusnya menjadi pengungkit pertumbuhan untuk sektor pertanian belum berkembang. Keempat, ketersediaan infrastruktur untuk sektor pertanian dan pedesaan sangat kurang dibandingkan dengan yang dibutuhkan. Akibat dari ketimpangan kesejahteraan ini maka timpang pula aspek pendidikan dan kesehatan untuk penduduk. Disamping itu rendahnya kinerja sektor pertanian juga berdampak pada tingginya tingkat kemiskinan di daerah pedesaan dan sektor pertanian. Ketika tingkat pendidikan masih lemah dengan kesehatan yang juga lemah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, dampak selanjutnya adalah bahwa aspek sosial maupun budaya tidak berkembang. Kemiskinan dan pendidikan yang buruk ditambah dengan terus bertambahnya jumlah penduduk juga akan mengancam lingkungan hidup. Secara singkat analisis masalah kesejahteraan itu digambarkan oleh diagram

183 Diagram 4.1 Analisis Aspek Kesejahteraan Ekonomi dan Sosial Kota Palangka Raya Pendidikan Sejalan dengan persoalan kesejahteraan, persoalan pendidikan di kota Palangka Raya juga terkait dengan variasi capaian kinerja pendidikan yang cukup tinggi antar kecamatan. Teridentifikasi 4 kelompok persoalan yang menjadi penyebabnya, yakni sisi sumber daya manusia, sistem pendidikan, sarana dan prasarana juga ada masalah pada sisi masyarakat. Persoalan yang muncul disini lebih erat terkait dengan kondisi di wilayah remote (wilayah yang jauh dari jangkauan ibukota). Di wilayah remote, seperti Rakumpit dan Sebangau pinggir kondisi sarana dan prasarana pendidikan relatif rendah dibandingkan dengan kecamatan yang berada di pusat kota seperti Pahandut. Hal ini dapat dicermati dari rasio gedung murid terhadap jumlah sekolah yang relatif tinggi. Selain jumlahnya terbatas kondisi sarana pendidikan di wilayah remote ini juga dalam keadaan yang kurang baik. ini menjadi semakin buruk ketika penduduk yang berdiam di wilayah remote itu umumnya sangat terpencar. Dalam kondisi demikian, sekalipun fasilitas pendidikan ada tetapi untuk menjangkau fasilitas pendidikan yang ada terhalang oleh sarana transportasi yang juga kurang memadai. 156

184 Pada wilayah yang demikian kondisi masyarakatnya pada umumnya berbasis pendidikan rendah dengan kondisi kesejahteraan yang kurang. Pada masyarakat yang seperti ini, terlalu mahal untuk memikirkan anak untuk investasi, sehingga anak harus menjadi tenaga kerja untuk mencukupi kebutuhan hidup. Disamping itu memang masih ada bagian dari masyarakat yang kurang berpendidikan sehingga belum memahami makna pentingnya pendidikan. semacam ini masih diperburuk oleh kenyataan bahwa sumber daya pendidikan juga terdistribusi secara tidak merata. Pada wilayah remote, jumlah tenaga kependidikan relatif terbatas, akibat dari infrastruktur yang kurang. Kurangnya tenaga kependidikan itu masih ditambah persoalan adanya tenaga kependidikan yang memiliki ketrampilan terbatas. Pada aspek tenaga kependidikan ini juga terdapat persoalan komitmen yang rendah dari tenaga pendidik, sehingga proses pendidikan tidak dapat dijalankan dengan baik. Aspek penting lainnya adalah pola dan sistem kependidikan yang seragam kadang kurang sesuai dengan kondisi dan budaya lokal. Ketika hal ini terjadi maka masyarakat akan melihat bahwa pendidikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan dan tidak ada manfaatnya, itulah sebabnya maka tingat partisipasi pendidikan menjadi rendah. Kompleksitas kondisi pendidikan secara sederhana digambarkan oleh diagram

185 Diagram 4.2 Kompleksitas Pelayanan Pendidikan di Kota Palangka Raya Kesehatan Sebagai sebuah kota, tingkat kesehatan Kota Palangka Raya sudah baik, namun demikian secara kewilayahan capaian kinerja kesehatan masih belum merata. Terdapat 4 kelompok aspek yang diidentifikasi menjadi penyebabnya, yaitu aspek kebijakan, perilaku dan budaya serta sarana dan ketenagakerjaan (lihat diagram 4.3). Pada aspek kebijakan terdapat kebijakan yang kurang mendukung tercapainya kinerja pelayanan kesehatan yang optimal. Kurang adanya insentif bagai tenaga medis dan paramedis adalah yang pertama. Selanjutnya penempatan tenaga medis dan paramedis yang kurang tepat, pada wilayah yang belum ada tenaga paramedis swasta ditempatakan tenaga paramedis dengan jumlah yang sama dengan wilayah yang telah ada tenaga medis swastanya. Aspek selanjutnya dari kebijakan adalah pembangunan kawasan pemukiman yang kurang memperhatikan aspek kesehatan, misalnya kawasan perumahan tanpa drainase yang cukup tanpa jaringan air bersih yang cukup, tanpa ruang terbuka maupun pengelolaan sampah yang cukup. Pembangunan kawasan yang buruk seringkali bersumber dari adanya konflik antar kebijakan yang dibawa oleh 158

186 masing-masing SKPD/KL. Tuntutan capaian MDG s seringkali juga menjadi beban berlebih bagi institusi kesehatan karena selain harus menyelesaikan persoalan persoalan yang ada di Kota Palangka Raya sendiri, institusi kesehatan daerah juga masih harus melakukan usaha untuk mencapai tuntutan MDG s. Akibatnya upaya untuk penanganan kesehatan internal terbengkelai. ini semakin sulit ketika anggaran yang dimiliki oleh dinas kesehatan terbatas, sehingga untuk mencapai keberhasilan, hanya wilayah yang mudah dijangkau yang dapat dikelola. Sarana kesehatan yang ada di seluruh wilayah telah sesuai dengan rasio yang dipersyaratkan, namun demikian lokasi penduduk yang sangat terpencar membuat sarana yang tersedia belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh penduduk. Disamping itu fasilitas yang langsung berhubungan dengan kesehatan penduduk, di wilayah remote juga kurang, seperti air bersih. Pada aspek sumber daya manusia kesehatan, penempatan tenaga kesehatan yang kurang pas juga masih ditambah dengan ketrampilan teknisi yang kurang memadai. Sejalan dengan tenaga kependidikan, tenaga kesehatan juga masih banyak yang komitmennya terhadap tugas dan tanggungjawab masih rendah. 159

187 Diagram 4.3 Permasalahan terkait dengan Kesehatan di Kota Palangka Raya Pada sisi masyarakat, terdapat dua hal yang menghambat capaian kinerja kesehatan yang baik, yakni aspek budaya dan perilaku. Secara budaya masyarakat masih sangat percaya kepada pelayan kesehatan tradisional seperti dukun bayi. Masalahnya banyak dukun bayi yang belum mendapatkan pendidikan kesehatan secara memadai, padahal cara kesehatan tradisional menjadi kurang memadai berhadapan dengan perkembangan penyakit yang ada. Disamping itu budaya patriarkhi yang kental menghalangi pelayanan tenaga kesehatan karena pasien, dalam hal ini ibu tidak memiliki keputusan atas kondisi kesehatannya sendiri. Pada sisi lain perilaku masyarakat tradisional masih erat melekat pada sebagian besar penduduk, dimana perilaku itu mungkin tidak menimbulkan masalah ketika penduduk belum banyak dan penyakit belum berkembang seperti saat ini. Namun saat ini dengan perkembangan penduduk dan penyakit yang semakin beraneka ragam kebiasaan itu cukup menjadi sumber penyakit dan penyebarannya. Kebiasaan seperti buang air besar, membuang sampah di sungai, memanfaatkan air sungai yang telah tercemar, tidak menjaga kebersihan lingkungan adalah 16

188 beberapa kebiasaan yang cukup menghambat upaya pelayanan kesehatan agar terselenggara secara optimal. Pelayanan Umum Pelayanan umum disini terkait dengan pelayanan pemerintah Kota yang bersifat langsung kepada masyarakat. Pelayanan dokumen pribadi, seperti KTP, KK dan akte kelahiran, pelayanan perijinan, pelayanan transportasi sampai persampahan dan data. Pada aspek ini kinerja yang dicapai juga belum optimal. Jumlah penduduk ber-ktp, Ber-KK, ber-akte kelahiran, tanah yang bersertifikat, ijin trayek dan sebagainya adalah indikator yang digunakan untuk mendeteksi kinerja pelayanan. pelayanan yang belum optimal itu terkait dengan beberapa penyebab diantaranya sisi sarana dan prasarana, sisi kelembagaan, sisi aparat pelayanan maupun pada sisi masyarakatnya itu sendiri (lihat diagram 4.3). Terkait dengan aspek sarana dan prasarana. Sarana gedung dan tempat pelayanan dirasakan belum memenuhi syarat pelayanan yang baik, misalnya kondisi gedung kearsipan yang belum representatif. Disamping gedung, sarana penunjang pelayanan, seperti alat uji kendaraan, alat survey, buku perpustakaan maupun ketersediaan rambu lalu lintas masih terbatas. Sarana pelayanan yang juga penting adalah sarana untuk mobilitas petugas pelayanan, pada aspek ini juga masih terbatas. Namun demikian segala bentuk kekurangan fisik ini bukanlah yang utama, jika aparat pelayanan cukup berkualitas. Sumber daya pelayanan, petugas pelayanan sangat disayangkan sampai saat ini masih bermasalah. Pertama terkait dengan jumlahnya yang kurang mencukupi, hal ini masih ditambah dengan kualifikasi yang rendah, akibat dari penempatan tenaga yang tidak sesuai dengan bidangnya. Ketidaksesuaian keahlian dengan bidang kerja membawa dampak pada kurangnya tanggungjawab para petugas ini pada tugas dan pekerjaannya. Hal ini masih diperlemah oleh rendahnya upaya untuk meningkatkan keahlian melalui pelatihan ataupun training yang dibutuhkan. Maka itu semua berdampak pada buruknya kinerja pelayanan. 161

189 Rendahnya kinerja aparat pelayanan itu masih ditambah dengan aspek kelembagaan yang juga lemah. Secara kelembagaan, untuk setiap pelayanan yang diberikan pada masyarakat belum memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang jelas. Ketidakjelasan SOP itu masih ditambah dengan keberadaan SOTK yang belum sempurna. Permasalahan kelembagaan ini seperti berputar putar dengan sumber daya pelayanan yang ada. SDM kurang baik ditambah sistem kerja yang juga kurang baik, atau sistem kerja yang kurang baik menyebabkan SDM yang kurang baik. Apapun yang menjadi penyebab tetap berdampak pada buruknya kinerja pelayanan. Diagram 4.4 Permasalahan terkait dengan Pelayanan Umum di Kota Palangka Raya Masyarakat juga berperan dalam menciptakan kinerja pelayanan yang kurang optimal. Kesadaran masyarakat untuk mengurus dokumen administrasi, baik terkait dengan pribadi seperti KTP, kepemilikan seperti tanah maupun perijinan seperti IMB atau ijin usaha masih rendah. Terkait dengan pelayanan transportasi, masyarakat masih lebih memilih kendaraan pribadi tetapi dengan kesadaran berlalu lintas yang aman masih rendah. Pelanggaran terhadap rambu, pengabaikan pada aspek 162

190 keselamatan berkendara masih sangat sering terjadi. Untuk pelayanan data maupun buku dan arsip, sebagaimana wilayah lain di Indonesia, ratarata minat bacanya masih rendah. Ketahanan Pangan Sebagai daerah perkotaan dengan sumber daya alam yang sebagain besar berdasar rawa dan tingkat teknologi pertanian masih belum maju, Kota Palangka Raya kurang dapat menghasilkan padi sebagai makanan pokok. Akibatnya untuk memenuhi kebutuhan beras, kota ini harus mendatangkan dari luar daerah. Ketika pangan utama adalah beras maka kondisi ini dapat dikatakan bahwa kota ini rentan dalam aspek ketahanan pangan. Kerentanan itu selain terkait dengan produksi yang rendah juga terkait dengan kurangnya tingkat diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan yang rendah terkait dengan kurangnya upaya untuk memanfaatkan potensi pangan lokal non beras yang ada. Kurangnya upaya industrialisasi produk pertanian menyebabkan pangan lokal pengganti beras kurang tersedia. Ketika pangan pengganti tidak tersedia, maka masyarakat tetap bergantung pada beras. Analisis ini secara sederhana disajikan pada diagram

191 Diagram 4.5 Permasalahan Rentannya Ketahanan Pangan di Kota Palangka Raya Lingkungan Hidup Aspek lingkungan hidup terkait dengan kondisi lingkungan pendukung kehidupan. lingkungan hidup di Kota Palangka Raya masih cukup baik, dalam pengertian masih dalam batas aman baik untuk pencemaran air maupun pencemaran udara. Namun demikian secara keseluruhan ancaman terhadap degradasi lingkungan sudah sangat nyata. Banjir, sampah tidak terkelola, sungai membawa sampah, pendangkalan sungai dan danau maupun kebakaran hutan adalah beberapa indikator yang menunjukkan ancaman terhadap linkungan hidup. Kualitas lingkungan yang cenderung memburuk itu terkait dengan tiga kelompok besar masalah yakni sarana dan prasarana, penegakan hukum lingkungan dan sisi masyarakat (lihat digaram 4.6). Pegelolaan lingkungan yang baik membutuhkan sarana dan prasarana. Terkait dengan aspek tersebut, teridentifikasi bahwa sarana untuk pengelolaan lingkungan yang tersedia belum memadai. Tempat penumpukan sampah, truk pengangut sampah masih terbatas, akibatnya belum semua sampah yang dihasilkan dapat dikelola. Pada sisi lain pertambahan penduduk dan peningkatan ekonomi menyebabkan jumlah sampah per kapita semakin tinggi yang secara keseluruhan produksi 164

192 sampah total akan bertambah dengan cepat. Tidak hanya sarana untuk sampah yang terbatas, namun juga sarana pengelolaan kebersihan lainnya, misalnya toilet umum yang memadai dan sehat. Kurangnya fasilitas ini masih ditambah dengan sistem pengelolaan yang belum baik. Sampah hanya berakhir dengan penumpukan dan pembuangan terbuka, belum ada upaya untuk melakukan pengolahan agar tidak menjadi gunung. Pada sisi lain juga belum diupayakan pendidikan kepada masyarakat untuk mengurangi produksi sampah dan bertanggungjawab terhadap sampah yang dihasilkan melalui pola pengelolaan sampah 3R. Pada kasus hutan, pegelolaan berdasar sistem kesatuan berdasar fungsinya juga belum dijalankan, sehingga pencegahan terhadap terjadinya kerusakan hutan belum dapat dilakukan secara optimal. Pelanggaran terhadap hukum lingkungan belum dapat diketahui secara cepat, akibat dari kurangnya tenaga pelaksana dan minimnya sarana pendukung. Kasus kejahatan terjadap lingkungan hanya dapat diketahui ketika ada laporan dari masyarakat. Ketika laporan telah ada dan penegakan aturan hendak dijalankan, seringkali terhalang oleh kepemilikan lahan pribadi, sehingga hukum lingkungan sulit untuk ditegakkan. Misalnya pada kasus lahan yang telah ditetapkan sebagai kawasan penyangga air, seharsunya tidak diperbolehnya untuk dijadikan perkebunan, tetapi ketika aturan ini dilanggar penegakan tidak dapat dilakukan sebab lahan tersebut adalah lahan pribadi. Pada kasus penegakan hukum dapat dilakukan, monitoring terhadap keberlangsungan penegakan itu tidak pernah dilakukan, kembali persoalan prasarana menjadi penghambat dan penghalangnya. Kesulitan monitoring maupun penegakan lingkungan itu menjadi semakin sulit karena adanya kenyataan ego sektoral yang sangat kental. Ego sektoral itu cukup banyak yang berasal dari kebijakan pusat, yang kemudian menjadi buah simalakama di daerah. Ketika terdapat konflik kepentingan antara keharusan dari K/L dan kepentingan daerah, maka umumnya urusan daerah yang terabaikan. 165

193 Diagram 4.6 Persamalahan Degradasi Lingkungan Hidup di Kota Palangka Raya Aspek yang tidak kalah penting pada degradasi lingkungan ini adalah sikap dan perilaku masyarakat. Penduduk yang terus bertambah adalah aspek pertama yang menjadi ancaman terhadap lingkungan. Setiap pertabahan penduduk artinya kebutuhan akan tempat tinggal dan makanan serta kepentingan lainnya. Pada sisi lain, lingkungan tidak akan pernah bertambah jumlahnya maupun luasnya. Ketika tidak dilakukan pengelolaan lingkungan yang benar maka daya dukung lingkungan jelas menjadi ancamannya. Faktor kedua dari masyarakat adalah kebiasaan yang telah berlangsung lama, misalnya membuang sampah di sungai. Ketika penduduk belum banyak hal ini tidak akan berpengaruh buruk terhadap lingkungan apalagi sampah yang dihasilkan juga masih sampah organik yang akan dengan mudah terurai. Namun demikian bertambahnya penduduk dan perkembangan ekonomi membuat sampah bertambah banyak dan beraneka ragam. Sampah anorganik yang membutuhkan waktu lama untuk hancur menjadi ancaman serius bagi lingkungan. Perilaku lain yang kurang ramah terhadap lingkungan misalnya bertempat tinggal di daerah aliran sungai. Sekali lagi kebiasaan ini mungkin aman 166

194 ketika penduduk masih sedikit, namun menjadi ancaman berat ketika penduduk semakin bertambah. Daya Saing Investasi Pada aspek daya saing, Kota Palangka Raya termasuk dalam kategori baik dibandingkan dengan kabupaten atau kota lain di Kalimantan Tengah. Posisinya yang strategis dengan infrastruktur pendukung yang cukup baik, menjadikan kota ini adalah pintu gerbang bagi akses ke Kalimantan Tengah yang lain. Namun demikian daya saing yang tinggi itu belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari petumbuhan investasi yang tinggi pada bidang jasa dan perdagangan tetapi sektor lainnya hampir belum tersentuh. Ketersediaan infrastruktur yang sangat kurang memadai untuk mendukung investasi bidang pertanian menjadi penyebab pertama. Sementara itu sektor industri juga tidak berkembang baik industri pengolah bahan baku lokal maupun industri lainnya. Terhambatnya pengembangan sektor petanian juga terkait dengan kepastian usaha yang rendah. Konflik kepemilikan lahan masih cukup sering ditemukan, ini tentu menjadi penghambat investasi di bidang yang membutuhkan lahan. Disamping itu kebijakan pemerintah untuk mengembangkan potensi pertanian rakyat misal perkebunan juga sangat kurang. Diagram 4.7 mendeskripsikan persoalan terkait dengan daya saing investasi di Kota Palangka Raya. Aspek lain daya saing kurang termanfaatkannya potensi daya saing ini adalah masih kurangnya infrastruktur pendukung, misalnya kebutuhan akan listrik. Listrik menjadi sumber energi bagi pengembangan sektor insdustri, ketika listrik kurang tersedia maka kurang menarik pula daerah ini. Perlu dicermati pada aspek daya saing ini untuk persoalan keberpihakan pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam memanfaatkan potensi yang ada. Sebagai daerah dengan perkebunan karet rakyat perlu ada upaya lebih maksimal lagi untuk membangun atau mendorong pengembangan industri pengolah karet misalnya. 167

195 Diagram 4.7 Persoalan terkait dengan Daya Saing Daerah 4.3. Isu Strategis Berdasar analisis permasalahan, dapat dilihat dan dicermati, bahwa secara makro persoalan yang dihadapi Kota Palangka Raya adalah adanya ketidak merataan antar sektor dalam perekonomian, yang itu bermakna ketidak merataan kesejahteraan. Ketidak merataan kesejahteraan itu kemudian berdampak luas pada aspek pendidikan, kesehatan, kemiskinan maupun kehidupan sosial budaya yang juga tidak merata. Selanjutnya kemiskinan adalah musuh besar dari lingkngan hidup. Ketidak merataan kesejahteraan itu bersumber dari 5 (lima) pokok persoalan yakni adanya ketimpangan pola investasi. Pertanian sebagai sektor yang menghidupi sebagian besar penduduk kurang mendapat perhatian untuk investasi, akibatnya pertanian (pedesaan) menjadi sumber kemiskinan. Penyebab berikutnya adalah adanya ketimpangan kualitas sumber daya manusia. Sebagai sektor yang kurang menarik dan kurang mendapat dorongan maka sektor ini juga kurang dapat menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas. Berbeda dengan mereka yang bergerak di 168

196 sektor jasa dan perdagangan yang didorong terus untuk menciptakan inovasi mengikuti perkembangan dunia perdagangan dan jasa. Selanjutnya adalah kurang adanya keterkaitan antar sektor yang berkembang di kota ini. Sektor perdagangan dan jasa adalah sektor yang sangat berkembang dengan baik, namun demikian sektor ini kurang memiliki keterkaitan dengan sektor pertanian maupun industri. Perkembangan sektor perdagangan lebih banyak didorong oleh keberadaan kota ini yang terletak pada pintu masuk ke Kalimantan Tengah. Artinya perdagangan bukan memperdagangkan hasil produk (baik pertanian maupun industri) dari Kota Palangka Raya, melainkan memperdagangkan produk dari luar Kota Palangkaraya untuk diperdagangkan ke sekitar Kalimantan Tengah. Kurang berkembanganya sektor pertanian dan pedesaan juga terkait dengan lemahnya inftrastruktur di daerah pedesaan dan sentra sentra produksi pertanian. Sebagai sebuah kota yang sangat strategis, kota ini masih memiliki kecamatan yang cukup terpencil dengan aksesibilitas yang sulit. Pertanian hanya akan berkembang jika transportasi memadai. Transportasi yang buruk hanya akan menekan harga produk pertanian, hal ini di satu sisi akan menjadi disinsentif bagi pengembangan pertanian dan pada sisi lain akan membuat pertanian dan pedesaan menjadi kantong kemiskinan. Terakhir ketidakmerataan pembangunan itu juga bersumber dari ketidak merataan pelayanan dasar yang harus diberikan kepada penduduk. Sulitnya akses ke beberapa wilayah membuat tenaga berkualitas baik pendididkan, kesehatan maupun pelayanan umum lainnya enggan untuk ditugaskan di tempat tersebut. Akibatnya wilayah wilayah yang terpencil itu akan tetap tinggal dalam kesulitan untuk berkembang. Penduduk atau petugas dari luar suatu wilayah adalah salah satu pendorong bagi munculnya perubahan, maka ketika aspek ini tidak ada, sementara penduduk lokal juga kurang memiliki akses keluar maka perubahan itu datangnya pasti akan sangat lambat. 169

197 Akibat dari masalah inti itu adalah aspek sosial, ekonomi maupun budaya tidak berkembang dengan baik di kota ini. Pada bidang pendidikan dan kesehatan terjadi ketidak merataan. Di sektor perkotaan kinerja pendidikan dan kesehatan relatif lebih baik dari pada di pedesaan. Kurangnya berbagai fasilitas di sektor pertanian dan pedesaan berdampak pada tingginya penduduk miskin di wilayah pedesaan (sektor pertanian). Akibat dari semua itu adalah kurang berkembangnya kehidupan sosial budaya. Dalam keadaan miskin, tidak berpendidikan dan kurang sehat maka hal terpenting yang dikejar baru taraf kebutuhan dasar, sementara itu kehidupan sosial apalagi budaya menjadi cukup sulit untuk dipikirkan. Tanpa pengetahuan yang cukup ditekan oleh kemiskinan maka penduduk akan memanfaatkan lingkungannya untuk segera memenuhi kebutuhan pokoknya, dengan demikian aspek keberlanjutan lingkungan kurang mendapat perhatian. Diagram 4.8 Permasalahan Pembangunan di Kota Palangka Raya 17

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKAYANG TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang :

Lebih terperinci

G U B E R N U R J A M B I

G U B E R N U R J A M B I G U B E R N U R J A M B I PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG KOTA JAMBI TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG KOTA JAMBI TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN 2010-2015 DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif di berbagai segi kehidupan masyarakat. Namum demikian,

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KABUPATEN BALANGAN TAHUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 21 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 44 Tahun 2016 Tanggal : 25 Oktober 2016. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 7 2009 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN GARUT TAHUN 2009-2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :24 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan kewenangan masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan/Desa di Kabupaten Rembang Tahun 2015... II-1 Tabel 2.2. Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii vi xi PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016 2021 DENGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BOGOR TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 4 TAHUN 2009 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SUBANG TAHUN 2009-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Lampung adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, yang merupakan penjabaran dari Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amandemen keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18 ayat (2) menyebutkan bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya - 1 - Walikota Tasikmalaya PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012 BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan Page

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI.......................................................... i DAFTAR TABEL....................................................... iii DAFTAR GAMBAR....................................................

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4 NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4 NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB 10 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

BAB 10 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN BAB 10 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program unggulan Bupati dan Wakil Bupati Malinau 2016-2021 yang memuat strategi dan arah kebijakan perwujudan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 82 A TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 82 A TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 82 A TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI PROVINSI BALI TAHUN 2008-2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iv ix BAB I PENDAHULUAN... I - 1 I.1 Latar Belakang... I - 1 I.2 Dasar Hukum Penyusunan... I - 3 I.3 Hubungan Antar Dokumen... I - 7 I.4 Sistematika

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 21 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BEKASI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU 5 SALINAN PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BATU TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci