Buku Laporan Akhir ini merupakan bagian kegiatan pekerjaan Penyusunan Rencana Program

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Buku Laporan Akhir ini merupakan bagian kegiatan pekerjaan Penyusunan Rencana Program"

Transkripsi

1

2

3 Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk serta bimbingannya kepada kita semua sehingga penyusunan Buku Laporan Akhir Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kerinci periode tahun telah dapat diselesaikan. Buku Laporan Akhir ini merupakan bagian kegiatan pekerjaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Kerinci yang dikendalikan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci. Dimana dalam pelaksanaannya, penyelesaian kegiatan ini dipercayakan kepada PT. Endah Bangun Nagara Consultant, selaku Konsultan yang ditunjuk dalam proses pengadaan langsung Jasa Konsultansi Pengadaan Barang dan Jasa Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci T.A Pada dasarnya materi bahasan yang disampaikan dalam Buku Laporan Akhir ini mencakup seluruh proses penyusunan RPIJM dengan outline sebagaimana yang diarahkan dalam Buku Pedoman Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota. Secara garis besar bahasannya terdiri dari gambaran umum Kota Sungai Penuh, rencana pembangunan wilayah, rencana program investasi infrastruktur, Safeguard sosial dan lingkungan, keuangan dan rencana peningkatan pendapatan, kelembagaan serta rencana kesepakatan rencana investasi. Atas segala perhatian dan kasih. kerjasama dari seluruh pihak yang terlibat, kami ucapkan terima Sungai Penuh, Desember 2012 PT Endah Bangun Nagara Consultant RPIJM Kabupaten Kerincii Laporan Akhir i

4 KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii x xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dan Pentingnya RPIJM Dasar Acuan Mekanisme e dan Framework Penyusunan RPIJM Ruang Lingkup Pekerjaan Keluaran Kerangka Dasar RPIJM Kabupaten Kerinci BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI WILAYAH KABUPATEN KERINCI 2.1 Kondisi Umum Profil Geografi Kondisi Geografis... Kondisi Topografi... Iklim... Geologi... Penggunaan Lahan di Kabupaten Kerinci Profil Demografi Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umum Laju Pertumbuhan Penduduk... Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan Laporan Akhir ii

5 2.1.3 Profil Ekonomi PDRB dan Perkembangan di Kabupaten Kerinci Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Kerinci Struktu Perekonomian Kabupaten Kerinci Source of Growth Perbandingan PDRB Kabupaten Kerinci dengan Kabupaten/Kota Se-Provinsi Jambi Profil Sosial dan Budaya Kondisi Prasarana Bidang PU/Cipta Karya Sub Bidang Air Minum Sub Bidang Persampahan Sub Bidang Air Limbah Sub Bidang Drainase Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KERINCI 3.1 Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Kerinci Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci Kebijakan Penataan Ruang Strategi Penataan Ruang Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci Rencana Pusat-Pusat Pelayanan Kabupaten Kerinci Rencana Sistim Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten Kerinci Rencana Pola Ruang Kabupaten Kerinci Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Kerinci Kebijakan Kawasan Strategis Nasional, dan Provinsi Kawasan Strategis Kabupaten Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Kerinci Laporan Akhir iii

6 3.2 Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Kerinci Berdasarkan RPJMD Kabupaten Kerinci Strategi Arah Kebijakan Skenario Pengembangan Sektor/ Bidang PU/ Cipta Karya BAB IV RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR 4.1 Rencana Investasi Pengembangan Permukiman Petunjuk Umum Program Pengembangan Perumahan Program Pengendalian Kota-kota Besar dan Metropolitan Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan Profil Pembangunan Permukiman Kondisi Umum Sasaran Permaslahan Pembangunan Permukiman Analisis Permasalahan dalam Permukiman dan Rekomendasi Usulan Pembangunan Permukiman Sistem PSD Permukiman yang di Usulkan Kegiatan Rehabiltasi Kawasan Kumuh Kegiatan Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Perkotaan ( NUUSP ) Kegiatan Penyediaan PS AM Bagi Kawasan Kumuh Nelayan Kegiatan Pembangunan Air Limbah Percontohan Skala Komunitas (SANIMAS) Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP - PNPM) Usulan dan prioritas program pembangunan PSD permukiman Rencana Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan Petunjuk Umum Penataan Bangunan Penataan Lingkungan Laporan Akhir iv

7 Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Kebijakan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Kerinci Profil Rinci Penataan Gedung dan Lingkungan Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Permaslahan Yang Dihadapi Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Rumusan Masalah Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan Rekomendasi Program yang Diusulkan Usulan dan Prioritas Program Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Pembiayaan Proyek Penyedia Pengelolaan Rencana Investasi Sub Bidang Air Limbah Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah dalam Rencana Kabupaten Kerinci Profil Pengelolaan Air Limbah Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Air Limbah Permasalahan Yang Dihadapi Sarana Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Limbah Rumusan Masalah Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Analisa Permasalahan Alternatif Pemecahan Persoalan Laporan Akhir v

8 Rekomendasi Sistem Prasarana Yang Diusulkan Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan Usulan dan Prioritas Program Pembiayaan Pengelolaan Rencana Investasi Sub Bidang Persampahan Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan Umum Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan dalam Rencana Kabupaten Kerinci Profil Persampahan Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat Ini Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada ( Aspek Teknis) Aspek Pendanaan Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan Aspek Peraturan Perundangan Aspek Peran Serta Masyarakat Permasalahan Yang Dihadapi Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah Rumusan Masalah Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Analisa Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan Kebutuhan Pengembangan Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Persampahan Pembiayaan Pengelolaan Rencana Investasi Sub Bidang Drainase Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan Umum Maksud dan Tujuan Drainase Arah Kebijakan Penanganan Drainase Laporan Akhir vi

9 Kebijakan, Program dan Kegiatan Drainase Dalam Rencana Kabupaten Kerinci Profil Rinci Penyediaan Drainase Gamabaran Umum Kondisi Drainase Saat Ini Aspek Kelembagaan Aspek Pendanaan Aspek Peran Serta Masyarakat Permasalahan yang dihadapi Permasalahan Sistem Drainase Yang Ada Sasaran Drainase Rumusan Masalah Analisis Permaslahan dan Rekomendasi Analisis Permasalahan Drainase Pemecahan Masalah Sistem Drainase Yang Diusulkan Kebutuhan Pengembangan Usulan dan Prioritas Program Pembiayaan Pengelolaan Rencana Investasi Pengembangan Air Minum Petunjuk Umum Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum Permsalahan Yang Dihadapi Sarana Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana ( PS ) Air Minum Rumusan Masalah Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Kebutuhan Prsarana Air Minum Analisis Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum Analisis Kebutuhan program Rekomendasi Sistem Prasarana Yang Diusulkan Laporan Akhir vii

10 BAB V SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN 5.1 Petunjuk Umum Prinsip Dasar Safeguard Kerangka Safeguard Metoda Pendugaan Dampak Metode Formal Metode Non Formal Metode Prakiraan Dampak Penting Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pemilihan Alternatif Proses Pemilihan Alternatif Penyajian Pemilihan Alternatif Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan Sistem Pengelolaan Pelaksanaan Pengelolaan Pembiayaan Pengelolaan Rencana Pemantauan Safeguard Sosial dan Lingkungan Tipe Pemantauan Prosedur Pemantauan Pelaksanaan Pemantauan Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali BAB VI KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN 6.1 Petunjuk Umum Komponen Keuangan Komponen Keuangan: Pengeluaran Belanja Komponen Keuangan : Pembiayaan Profil Keuangan Kabupaten Kerinci Keuangan Daerah Struktur Pendapatan Daerah Kabupaten Kerinci Struktur Belanja Daerah Kabupaten Kerinci Permasalahan dan Analisis Keuangan Kabupaten Kerinci Kondisi Keuangan Kabupaten Kerinci Neraca Keuangan Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten Kerinci Laporan Akhir viii

11 6.4 Analisis Tingkat Ketersediaan Dana Kemampuan Keuangan Kabupaten Kerinci Rencana Pembiayaan Program BAB VII KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN 7.1 Kelayakan Kelembagaan Untuk Investasi Pembangunan Daerah Batasan Perlunya Kelayakan Kendala Pelaksanaan Otonomi Peningkatan Kapasitas ( Capacity Building ) Pengertian dan Tujuan Prinsip Peningkatan Kapasitas Ruang Lingkup Peningkatan Kapasitas Tahapan Koordinasi Pelaksanaan Kondisi Kelembagaan Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah Masalah, Analisis, dan Usulan Program Masalah Yang Dihadapi Analisis Masalah Usulan Program Usulan Sistim Prosedur Antar Instansi Kedudukan, Fungsi, Tugas dan Pelaksanaan RPIJM Hubungan Antar Instansi Format Umum Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaan BAB VIII RENCANA KESEPAKATAN RPIJM BIDANG PU-CIPTA KARYA KOTA SUNGAI PENUH Matriks Rencana Pembiayaan RPIJM Kabupaten Kerinci Laporan Akhir ix

12 Tabel II.1.1 Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan Tahun Tabel II.1.2 Luas Wilayah, Luas TNKS dan Luas Hunian / Budidaya Menurut Kecamatan Tahun Tabel II.1.3 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Posisi Ketinggian dari Permukaan Laut di Kabupaten Kerinci Tabel II.1.4 Rata-Rata Suhu Udara, Kelembaban Relatif, Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Curah Hujan dan Penyinaran Matahari di Stasiun Meteorologi Depati Parbo Tahun Tabel II.1.5 Penyebarann Jenis Tanah di Kabupaten Kerinci Tabel II.1.6 Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Kerinci Tabel II.1.7 Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Kerinci Tabel II.1.8 Penggunaan Lahan di Kabupaten Kerinci Tabel II.1.9 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Kerinci Tahun Tabel II.1.10 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kerinci Tahun Tabel II.1.11 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kerinci Tahun 2000, 2010 dan Tabel II.1.12 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kerinci Tahun Tabel II.1.13 Kondisi Pendidikan di Kabupaten Kerinci Tahun Tabel II.1.14 Persentasee Penduduk Berumur 15 Tahun keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kabupaten Kerinci Tahun Tabel II.1.15 Pesentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kerinci Tabel II.1.16 Persentasee Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Status dalam Pekerjaan Utama di Kabupaten Kerinci Tahun RPIJM Kabupaten Kerincii Laporan Akhir x

13 Tabel II.1.17 Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kerinci Tahun Tabel II.1.18 Perkembangan PDRB Kabupaten Kerinci Tahun Tabel II.1.19 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan masing- masing Sektor Ekonomi Kabupaten Kerinci Tahun Tabel II.1.20 Hubungan Antara Peranan Sektoral Dengan Laju Pertumbuhan Sektoral PDRB Kabupaten Kerinci Tahun Tabel II.1.21 Daftar Beberapa Penyakit Terbesar dari Puskesmas di Kabupaten Kerinci Tahun Tabel III.1.1 Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Kerinci Tabel III.1.2 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Tabel III.1.3 Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Kerinci Tahun Tabel III.1.4 Kawasan Lindung di Kabupaten Kerinci Tabel III.1.5 Luas Kawasan Budidaya di Kabupaten Kerinci Tabel III.1.6 Kriteria Kawasan Strategis Tabel IV.1.1 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kerinci Tahun Tabel IV.1.2 Penggunaan Lahan di Kabupaten Kerinci Tabel IV.1.3 Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang Budidaya Di Kabupaten Kerinci Tabel IV.3.1 Daftar Beberapa Penyakit Terbesar dari Puskesmas di Kabupaten Kerinci Tahun Tabel IV.3.2 Rekomendasi Pemecahan Masalah Tabel IV.4.1 Pelayanan Pengangkutan Sampah di Kabupaten Kerinci Tabel IV.4.2 Rumusan Masalah Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Kerinci Tabel IV.4.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pengelolaan Persampahan Kabupaten Kerinci Tabel IV.5.1 Pembagian Saluran Drainase Tabel IV.5.2 Rumusan Masalah Penanganan Drainase di Kabupaten Kerinci Tabel IV.5.2 Perkiraan Kebutuhan Pengembangan Drainase Selama 5 ( Lima ) Tahun di Kabupaten Kerinci Tabel IV.6.1 Jumlah IPA yang digunakan PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci Tabel IV.6.2 Profil PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci Laporan Akhir xi

14 Tabel IV.6.3 Perkembangan Cakupan Layanan PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci Tabel V.3.1 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Bidang Permukiman Tabel V.3.2 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Jalan Lingkungan Tabel V.3.3 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Drainase Tabel V.3.4 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Air Minum Tabel V.3.5 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Air Limbah Tabel V.3.6 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Persampahan Tabel V.3.7 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Sosial/Pemberdayaan Masyarakat Tabel V.6.1 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan ( RKL ) Tabel VI.2.1 Struktur Pendapatan Pemerintah Kabupaten Kerinci Tahun Anggaran Tabel VI.2.2 Struktur Belanja Pemerintah Kabupaten Kerinci Tahun Tabel VI.2.3 Struktur Pembiayaan Pemerintah Kabupaten Kerinci Tahun Tabel VI.2.4 Struktur APBD Pemerintah Kabupaten Kerinci Tahun Tabel VI.4.1 Belanja Pegawai Kabupaten Kerinci Tabel VI.4.2 Perkiraan Kapasitas Riil Kabupaten Kerinci Tabel VI.4.3 Pendanaan Prioritas Kabupaten Kerinci Tahun Tabel VII.2.1 Jumlah Dinas, Badan, Kantor dan UPTD di Lingkungan Organisasi di Kabupaten Kerinci Tahun Tabel VII.2.2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNS) di Kabupaten Kerinci Tahun Tabel VII.2.3 Jumlah Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintahan Berdasarkan Eselon di Kabupaten Kerinci Tahun Laporan Akhir xii

15 Tabel VII.2.4 Jumlah Aparatur Pemerintah pada Dinas/Instansi Yang Terkait RPDM Berdasarkan Golongan Kepegawaian tahun Tabel VII.2.5 Jumlah Aparatur pada Dinas/Instansi yang Terkait RPIJM Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel VII.2.6 Fokus Perhatian LSM di Kabupaten Kerinci Tahun Laporan Akhir xiii

16 Gambar. II.1.1. Jumlah Sekolah dan Ruang Kelas Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Kerinci Tahun Gambar. II.1.2. Jumlah Murid dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Kerinci Tahun Gambar. V.4.1. Bagan Alir Proses Penyajian Dampak Kegiatan Gambar. VII.2.1. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Sungai Penuh RPIJM Kabupaten Kerincii Laporan Akhir xiv

17 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI 1.1 LATAR BELAKANG Permukiman perkotaan dan perdesaan merupakan suatu kawasan hunian. Permasalahan yang banyak muncul selama ini berkisar pada permukiman yang tidak sehat, dimana ditentukan berbagai indikasi yang mengisyaratkan ketidakmampuan daya dukung kawasan dan perlu segera ada upaya-upaya baik represif maupun preventif. Penanganan yang tidak tepat terhadap masalah infrastruktur sehingga akan membawa dampak negatif pada perkembangan kawasan di perdesaan secara keseluruhan. Permasalahan permukiman harus dilakukan secara menyeluruh, oleh sebab itu diperlukan perencanaan n yang matang dan komprehensif sehingga program-program pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan dapat berjalan dengan optimal dan tepat sasaran sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. Menanggapi hal tersebut maka pemerintah dalam mengantisipasi permasalahan tersebut mengimplementasikan melalui program diantaranya yang mengarah pada upaya pengembangan kawasan yang merupakan wujud keberpihakan kepada masyarakat berpenghasilan rendah terutama pada kawasan yang lingkungannya tertinggal dalam bidang pembangunan infrastruktur pada daerah perkotaan ataupun perdesaan. Maka perencanaan matang harus diambil untuk menyiapkan kawasan-kawasapengembangan permukiman yang layak huni di pedesaan, yang sudah disiapkan segala infrastruktur untuk memudahkan dan memurahkan akses masyarakat penghuni tersebut ke lokasi tempat berinteraksi sosial yang merupakan kawasan hunian di perkotaan dan di perdesaan. Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah dengan cara yang lebih terpadu, efisien, efektif, serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah sebagai upaya untuk mengurangi Laporan Akhir 1-1

18 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI kesenjangan. Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman yang disiapkan secara lebih terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pendayagunaan sumber daya yang sinergis diharapkan mampu mengoptimalkan pelaksanaan dan hasil pembangunan untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional, penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan serta pengernbangan wilayah baik di perkotaan maupun di perdesaan. Untuk mewujudkan ha! tersebut perlu disiapkan perencanaan program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan secara terpadu. Departemen Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya mengambil inisiatif untuk mendukung Provinsi, serta Kabupaten/ /Kota untuk dapat mulai menyiapkan perencanaan program yang dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya melalui penyiapan Rencana Program Investasi (RPIJM) sebagai embrio terwujudnya perencanaan program infrastruktur yang lebih luas. Dengan adanya RPIJM tersebut, Kabupaten/Kota dapat menggerakan semua sumberdayaa yang ada untuk memenuhi kebutuhan daerah, mendorong dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni (liveable). RPIJM yang disusun perlu memperhatikan aspek kelayakan program dari masing-masing kegiatan dan kelayakan spasialnya sesuai skenario pembangunan daerah yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang yang ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya. Disamping itu RPIJM yang akan disusun daerah harus mempertimbangkan kemampuan pendanaan dan kapasitas kelembagaan dalam mendukung pelaksanaan n program investasi yang telah disusun. Dengan Demikian Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Kerinci diharapkan dapat mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan kabupaten/kota, secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi masing-masing agar dapat mendorong pembangunan ekonomi lokal, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai dengann kebutuhan nyata dapat dicapai. Dokumen Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Daerah Bidang PU/ Cipta Karya diperlukan sebagai satu acuan dalam penyusunan perencanaan program dan anggaran serta pembangunan infrastruktur bidang PU/ Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber baik APBN, APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten/ Laporan Akhir 1-2

19 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI Kota. Dalam hal ini dana APBN lebih bersifat stimulan dan Pemerintah Daerah diharapkan dapat berkontribusi dalam bentuk cost sharing/ joint program terhadap program program kegiatan yang diusulkan untuk mendapatkan dana dari APBN. Disamping itu RPIJM disusun melalui proses partisipatif yang mengakomodasi kebutuhan nyata masyarakat dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan/ pendanaan dan kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan, mempertimbangkan aspek kelayakan program masing masing sektor dan kelayakan spasialnya sesuai dengann Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) serta kelayakan sosial dan lingkungan. Secara ringkas, latar belakang perlunya penyusunan dokumen ini adalah : 1) Perlunya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pembangunann di Daerah; 2) Perlunya pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang disiapkan secara lebih cerdas, terencana, dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. 3) Sebagai dokumen kelayakan dan kerjasama program dan anggaran pembangunan Bidang Cipta Karya di daerah antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten Kerinci 4) Mendorong pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya di daerah dalam rangka memacu pertumbuhan Kabupaten Kerinci dan pemerataan pembangunan 5) Mendukung pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang Cipta Karya sebagaimana dimaksud dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan seterusnya maupun Millennium Development Goals (MDG s) tahun 2015 yang akan datang. 1.2 TUJUAN DAN PENTINGNYA RPIJM Pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk mencapai target pemerintah dalam memberikan dukungan bagi pengembangan prasarana kawasan perkotaan dan di perdesaan yang bertujuan untuk menciptakan kemudahan dalam pemrograman dan tersedianya input yang komprehensif untuk mendukung pengembangan sarana dan prasarana kawasan permukiman di perdesaan sehingga akan mendukung peningkatan perekonomian masyarakat. Penyusunan RIPJM bertujuan antara lain untuk : mendukung koordinasi pelaku pembangunan. mendukung integrasi, sinkronisasi, sinergi antara daerah, antar ruang, dan antar waktu, serta antar fungsi pemerintah. bisa menjamin keterkaitan dan konsistensi, penganggaran, pelaksanaann dan pengawasan. mengoptimalkan partisipasi masyarakat. menjamin tercapainya Sumber Daya Manusia yang efisien, efektif dan berkelanjutan. Laporan Akhir 1-3

20 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI Sasaran pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk : 1) Tersusunnya RPIJM Kabupaten Kerinci yang sesuai dengan kebutuhan prioritas daerah dan rencana, pengembangan wilayah yang mengacu pada RTRW Kabupaten Kerinci. 2) Tersusunnya RPIJM Kabupaten Kerinci yang memenuhi kelayakan teknik, ekonomi, keuangan, social dan lingkungan yang didukung dengan kelembagaan daerah yang memadai. 3) Tersusunnya rencana investasi daerah yang dapat didanai dengan berbagai skema pendanaan baik melalui dana sendiri (APBD Kota), dana-dana hibah (APBN, APBD Provinsi) dan dana hibah/pinjaman luar negeri maupun dana swasta. Urgensi Keberadaan RPIJM a) RPIJM diperlukan oleh masing-masing daerah untuk menjaga keberlanjutan dan keberlangsungan pembangunan prasarana dan sarana bidang pekerjaan umum/cipta karya, dengan mobilisasi dari segala kemungkinan sumber pendanaan sebagai bentuk kerjasama program dan anggaran pembangunan Bid PU/CK di Daerah antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kab/kota b) Alokasi anggaran APBN sektor pekerjaan umum/cipta karya hanya akan diberikan kepada daerah yang usulan kegiatannya sudah tercantum dalam RPIJM dan Memorandum Program, sesuai dengan ketentuan yang sudah diberikan c) Penyiapan RPIJM Kota/Kabupaten tidak mulai dari nol, tetapi dapat dimulai dengan menghimpun semua data dan informasi tentang rencana induk, studi kelayakan, usulan program yang ada dari kegiatan rutin pemrograman dan penganggaran di tiap sektor, RPJMD, atau dari penyiapan proyek UDP (Urban Development Projects) di masa lalu d) RPIJM Kota/Kabupaten harus mendapatkan persetujuan & tanda tangan Walikota/Bupati dan Ketua DPRD masing-masing. e) RPIJM tidak perlu lengkap semua sektor, tetapi diprioritaskan pada sektor yang strategis dan sudah dikaji kelayakannya dan siap untuk dilaksanakan (pendekatan kawasan prioritas) f) RPIJM dapat digunakan sebagai alat untuk peningkatan Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pembangunan di Daerah g) RPIJM dapat digunakan sebagai pedoman perencanaan pembangunan infrastruktur yang lebih terpadu h) RPIJM dapat digunakan sebagai pedoman Pembangunan INFRASTRUKTUR BID PU/CK di daerah dalam rangka memacu pertumbuhan kota/kab dan pemerataan pembangunan i) Merupakan Pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang PU/Cipta Karya sebagaimana dimaksud dalam Renstra Cipta Karya tahun dan MDG Laporan Akhir 1-4

21 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI 1.3 DASAR ACUAN Penyusunan RPIJM pada dasarnya harus bertitik tolak (mengacu) kepada peratura n perundangan maupun kebijakan yang berlaku pada saat RPIJM disusun. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan yang perlu diacu tersebut diantaranya adalah sebagaimana berikut: 1. Acuan Kepada Peraturan Perundangan 1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budayaa (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470) ); 5) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara tahun 1992 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3406); 6) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4310); 7) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara No. 134 Tahun 2002, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247) ; 8) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3477) 9) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 10) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 11) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undangg Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahann Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 12) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara No. 132 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor 444.) Laporan Akhir 1-5

22 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI 13) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739); 14) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 15) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 16) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh di Provinsi Jambi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 9898, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4871); 17) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 18) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 19) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 20) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungann dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059; 21) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 22) Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 23) Undang-Undang No 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun 24) Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran negara Nomor 3658); 25) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataann Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran negara Nomor 3660); 26) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Tata Guna Tanah (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 45 Tambahan lembaran Negara Nomor 4385); 27) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86); 28) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); Laporan Akhir 1-6

23 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI 29) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 30) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 31) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779); 32) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4833); 33) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 34) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82); 35) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859); 36) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); 37) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004); 38) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 39) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan; 40) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan; 41) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 Tanggal 16 Maret 2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan; 42) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan; 43) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan; 44) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencanaa Tata Ruang Wilayah Kabupaten; 45) Peraturan dan Perundangan lainnya yang terkait. Laporan Akhir 1-7

24 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI 2. Acuan Kepada Kebijakan dan Strategi a) Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman, bahwa pembangunan perkotaan perlu ditingkatkan dan diselenggarakan secara berencana dan terpadu; b) Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum; c) Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan; d) Keputusan Presiden No. 7/2010 tentang Menengah Nasional Rencana Pembangunan Jangka Disamping itu, yang perlu juga dijadikan sebagai acuan atas dasar pendekatan dalam penyusunan RPIJM adalah kebijakan ataupun arahan dari pimpinan Departemen PU/Cipta Karya, kebijakan pimpinan instansi terkait serta peraturan perundangan dan kebijakan pembangunan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci lainnya. 3. Acuan Kepada Tujuan Pembangunan Kabupaten/Kota Mengacu kepada RPJMD pembangunan daerah, pada hakekatnya pembangunan adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap tempat berusaha dan tempat tinggal baik dalam segi kualitas maupun kuantitas dalam lingkungann yang sehat dengan menciptakan lingkungann perkotaan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi perkotaan yang mendukung perkembangan wilayah secara efektif dan efisien serta memperhatikan keseimbangan-keterpaduan hubungan antara perkotaan dan perdesaan. Hal ini berarti bahwa, segala usaha pembangunan tersebut haruslah dapat menjamin terciptanya: Peningkatan produktifitas Kabupaten/Kota (productivity); Peningkatan efisiensi pelayanan dan kegiatan kota (efficiency), Pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui pendekatan yang berwawasan lingkungan (sustainable environment); Pembangunan perkotaan yang berkeadilan sosial (socially just) ); Pembangunan perkotaan yang mendukung kelestarian budaya kota (culturally vibrant); Pembangunan perkotaan yang mendukung terciptanya jati diri kota (city sense or image); Pembangunan perkotaan yang didukung oleh partisipasi politik masyarakat kota (politically participatory). 4. Acuan Kepada Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota Adapun sasaran pembangunan daerah (perkotaan dan perdesaan) adalah sebagai berikut: Terselenggaranya pengelolaan pembangunan perkotaan yang lebih efektif dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya alamnya yang mengacu kepada Laporan Akhir 1-8

25 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI rencana tata ruang kota yang berkualitas termasuk pengelolaan administrasi pertanahan yang lebih tertib dan adil serta ditunjang oleh kelembagaan pemerintah yang makin siap melaksanakan otonomi daerah; Makin mantapnya kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan pembangunan perkotaan, baik melalui organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya maupun pengusaha perorangan; Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditujukan oleh meningkatnya pendapatan per kapita dan kualitas hidup penduduk yang semakin merata; Berkurangnya jumlah penduduk miskin; Meningkatnya kualitas fisik lingkungan sesuai dengan baku mutu lingkungan. 1.4 MEKANISMEE DAN FRAMEWORK PENYUSUNAN RPIJM Ruang Lingkup Pekerjaan Ruang lingkup penyusunan RPIJM Kabupaten Kerinci, pada hakekatnya mencakup proses, kerangka pembahasa an, analisis kelayakan program serta sintesis program dan anggaran dalam rangka mewujudkan perencanaan program infrastruktur yang berkualitas (RPIJM yang berkualitas), sehingga mampu meningkatkan kemampuan manajemen pembangunan daerah dalam Bidang PU/Cipta Karya. Secara khusus, lingkup kegiatan penyusunan RPIJM Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut. Lingkup Wilayah Lingkup wilayah yang menjadi dasar penyusunan RPIJM Kabupaten Kerinci adalah mencakup seluruh wilayah administrasi si Kabupaten Kerinci Lingkup Penugasan Dalam pelaksanaan kegiatan ini, konsultan menyusun RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Bungo. Lingkup penugasan n konsultan terutama difokuskan pada pendampingan penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya daerah yang disesuaikan dengan arahan dan petunjuk yang telah disampaikan, termasuk yang tercantum dalam buku pedoman penyusunan RPIJM. Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan Fasilitasi Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kerinci adalah: 1) Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya terutama yang dibiayai dari APBN maupun APBD (Cost Sharing maupun Joint Program) Provinsi maupun Kabupaten Kerinci dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang PU/Cipta Karya sebagaimana dimaksud dalam RPJMN dan seterusn nya maupun pencapaian target MDG s 2015 yang akan datang. 2) Pembangunan daerah Bidang PU/Cipta Karya terutama di Kawasan Permukiman yang menjadi prioritas dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan pertumbuhan daerah. Laporan Akhir 1-9

26 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI 3) Sistematika RPIJM mencakup: a) Isu dan kecenderu ungan situasi dan kondisi yang perlu diperhatikan; b) Kerangka Logis (Lo gical Framework) penyusunan RPIJM bidang PU/Cipta Karya dan sasaran/keluaran yang perlu dicapai; c) Rencana pembangu unan perkotaan; d) Sinkronisasi dan prioritas program (kesepakata an program/ anggaran sebagai ringkasan memorandum program); e) Program investasi infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya dalam penyediaan perumahan dan permukiman; perbaikan perumahan dan permukiman; penyehatan lingkungan permukiman (pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, penanganan drainase), penyediaan dan pengelolaan air minum; penataan bangunan; jalan dan jembatan serta pengendalian banjir; dan pembangunan f) Social Safeguard (Land Acquisition and Resettlement Plan); g) Analisis Keuangan Daerah dan Pembiayaan Program Pembangunan; 4) Kegiatan Bidang PU/Cipta Karya yang dapat dimasukkan dalam RPIJM tersebut meliputi, antara lain: a) Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan untuk mendukung: i) pengembangan kawasan agropolitan, ii) pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa (KTP2DJ dan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), dan iii) penyediaan infrastruktur bagi desa tertinggal (PPIP) b) Peningkatan Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh dan Nelayan, melalui: i) penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP), ii) penataan dan perbaikan l ingkungan permukiman (NUSSP), dan iii) peremajaan kawasan kumuh/nelayan; c) Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, melalui: i) penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan jalan lingkunga an) untuk pengembangan kawasan perumahan RSH bagi PNS/TNI- POLRI/Pekerja, ii) pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA), dan iii) penyediaan infrastru uktur di daerah terpencil/pulau kecil/kawasan perbatasan; d) Pengembangan Infrastruktur Permukiman Perkotaan, meliputi: i) Sistem Penyediaan (prasarana dan sarana) air minum, ii) Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat, iii) Pengelolaan Persampahan iv) Drainase Penataan Revitalisasi kawasan/lingkungan n/bersejarah; e) Pengembangan Kawasan Permukiman, meliputi penyediaan infrastruktur untuk pengembangan/per rluasan permukiman kota dan pengembangan n kawasan ekonomi terpadu; f) Pembinaan teknis penataan bangunan dan lingkungan untuk memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan gedung serta lingkungan yang layak huni. Kegiatan penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kerinci perlu disusun oleh Satgas RPIJM Kabupaten Kerinci dengan mendasarkan pada manajemen strategis pembangunan daerah yang mendasarkan pada pemenuhan kebutuhan dasar dan demand of development serta melalui pendekatan partisipatif, yang sedapat mungkin melibatkan berbagai stakehold der pembangunan. Laporan Akhir 1-10

27 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI Keluaran Keluaran dari kegiatan ini antara lain adalah sebagai berikut a. Dokumen RPIJM Kabupaten Kerinci yang disusun sesuai dengan ruang lingkup tersebut diatas yang didukung oleh hasil kajian kelayakan program/proyek serta memorandum program bidang PU/Cipta Karya; b. Kesepakatan rencana dan program antara pemerintah pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, serta stakeholder lainnya (investor/masyarakat); c. Konsolidasi data dan informasi mengenai pembangunan bidang cipta karya dan rencana pembangunan bidang cipta karya di daerah; d. Konsolidasi peta pengem mbangan dan prasarana bidang cipta karya; e. Data dan informasi yang terstruktur, relevan, mutakhir (up -to-date) dan lengkap terkait dengan penyelenggaraa an RPIJM bidang Cipta Karya; f. Hasil Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program Bidang PU/Cipta Karya Kerangka Dasar (Framework) RPIJM Kabupaten Kerinci Mengacu pada buku Panduan Penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2007, maka kerangka dasar (framework) Dokumen RPIJM Kabupaten Kerinci akan terdiri dari : A. BAB 1: PENDAHULUAN N 1) Latar Belakang 2) Landasan Hukum 3) Tujuan dan Pentingnya RPIJM 4) Mekanisme dan Framework Penyusunan RPIJM B. BAB 2 : GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KABUPATEN KERINCII 1) Kondisi Umum Profil geografi Profil demografi Profil Ekonomi Profil Sosial dan Budaya 2) Kondisi Prasarana Bidang PU/Cipta Karya Sub Bidang Air Minum Sub Bidang Sampah Sub Bidang Air Limbah Sub Bidang Drainase Sub Bidang Tata Bangunan Lingkungan Sub Pengembangan Permukiman Laporan Akhir 1-11

28 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI C. BAB 3 : RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KERINCI 1) Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Kerinci Berdasarkan RPJMD dan Rencana Penataan Tata Ruang (RTRW) 2) Skenario Pengembangan Sektor/Bidang PU/Cipta Karya D. BAB 4 : RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR 1) Rencana Pengembangan Permukiman Petunjuk Umum o Profil Pembangunan Permukiman o Permasalah han Pembangunan Permukiman o Usulan Pembangunan Permukiman 2) Rencana Investasi Penataan Bangunan Lingkungan Petunjuk Umum Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Permasalahan yang Dihadapi Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Program yang Diusulkan 3) Rencana Investasi Sub-Bidang Air Limbah Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah Profil Pengelolaan Air Limbah Permasalahan Yang Dihadapi Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Sistem Prasarana Yang Diusulkan 4) Rencana Investasi Sub-Bidang Persampahan Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan Profil Persampahan Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan 5) Rencana Investasi Sub-Bidang Drainase Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan Profil Drainase Permasalahan Yang Dihadapi Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Sistem Drainase Yang Diusulkan 6) Rencana Investasi Pengembangan Air Minum Petunjuk Umum Laporan Akhir 1-12

29 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum Permasalahan yang Dihadapi Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Sistem Prasarana yang Diusulkan E. BAB 5 : SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN 1) Petunjuk Umum 2) Komponen Safeguard Komponen Sosial Ekonomi Komponen Sosial Budaya Komponen Lingkungan 3) Metoda Pendugaan Dampak 4) Pemilihan Alternatif Proses Pemilihan Alternatif Penyajian Pemilihan Alternatif 5) Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan Sistem Pengelolaan Pelaksanaan Pengelolaan Pembiayaan Pengelolaan 6) Rencana Pemantauan Safeguard Sosial dan Lingkungan Tipe Pemantauan Prosedur Pemantauan Pelaksanaan Pemantauan F. BAB 6 : KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN 1) Petunjuk Umum Komponen Keuangan Komponen Pengeluaran Belanja Komponen Pembiayaan 2) Profil Keuangan Kabupaten/Kota Keuangan Daerah Keuangan Perusahaan Daerah 3) Permasalahan dan Analisa Keuangan Kondisi Keuangan Pemerintahan Kabupaten/Kota Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten/Kota Laporan Akhir 1-13

30 Bab 1 : Pendahuluan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI 4) Analisa Tingkat Ketersediaan Dana Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Aspek Keuangan Perusahaan 5) Rencana Pembiayaan Program Rencana Pembiayaan Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM 6) Petunjuk Umum Rencana Peningkatan Pendapatan 7) Peningkatan Kemampuan Pendanaan 8) Peningkatan Kapasitas Pembiayaan G. BAB 7 : KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN KAPASITA AS KELEMBAGAAN 1) Petunjuk Umum 2) Kondisi Kelembagaan Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten/Kota Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah 3) Masalah, Analisis dan Usulan Program Masalah yang Dihadapi Analisis Permasalahan Usulan Program 4) Usulan Sistem Prosedur Antar Instansi Kedudukan, Fungsi, Tugas dalam Pelaksanaan RPIJM Diagram Hubungan Antar Instansi Format Umumm Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaan H. BAB 8 : RENCANA KESEPAKATAN RENCANA INVESTASI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 1) Ringkasan Rencanaa Pembangunan Kabupaten/Kota 2) Ringkasan Program Prioritas Infrastruktur 3) Pengaturan dan Mekanisme Pelaksanaan Laporan Akhir 1-14

31 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci BAB Kondisi Umum GAMBARAN UMUMM KONDISI WILAYAH KABUPATEN KERINCI Profil Geografi Kondisi Geografis Secara Astronomi, Kabupaten Kerinci terletak pada titik koordinat antara Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Kabupaten Kerinci mempunyai luas ± 3.808,500 km 2 atau Ha yang terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung Kerinci yang tingginya meter dan merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Sumatra, serta danau-danau seperti Danau Kerinci dan Danau Gunung Tujuh, yang merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Perbandingan luasan berdasarkan pada letak datarannya, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pada dataran rendah seluas 69,768 Ha (18,3%) dan dataran tinggi seluas Ha (81,7%). Berdasarkan Undang-Undang No. 54 Tahun 1999 tentang pembentukan dan pemekaran wilayah di lingkup Provinsi Jambi. Secara administrasi wilayah Kabupaten Kerinci berbatasan dengan : Sebelah Timur : Kabupaten Bungo Sebelah Barat : 1. Kabupaten Bengkulu Utara (Prov. Bengkulu) 2. Kabupaten Pesisir Selatan (Prov. Sumatera Barat) Sebelah Utara : Kabupaten Solok (Prov. Sumatera Barat) Sebelah Selatan : Kabupaten Merangin Kabupaten Kerinci terdiri dari 12 Kecamatan dengan 2 kelurahan dan 244 desa. Kecamatan yang wilayahnyaa paling besar adalah Kecamatan Gunung Raya dengan luas ha atau 19,61% dari total luas Kabupaten Kerinci. Sementaraa kecamatan yang mempunyai wilayah paling kecil adalah Kecamatan Depati VII dengan luas ha atau mencapai 0,68% dari total luas Kabupaten Kerinci. Luas secara detail perkecamatan di Kabupaten Kerinci ditampilkan pada Tabel. II.1.1. berikut ini: Laporan Akhir 2-1

32 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Tabel. II.1.1 Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi Tahun 2011 No Kecamatan Luas (Ha) Persentase Luas (%) Menurut Kecamatan Banyak Desa Kelurahan Total 1 Gunung Raya , Batang Merangin , Keliling Danau , Danau Kerinci , Sitinjau Laut , Air Hangat , Air Hangat Timur , Depati VII , Gunung Kerinci , Siulak , Kayu Aro , Gunung Tujuh , Jumlah / Total Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Dari Luas Keseluruhan Wilayah Kabupaten Kerinci lebih dari separuh luas total merupakan wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) ya itu sebesar ,3 Ha sedangkan selebihnya merupakan hunian/budidaya yaitu sebesar ,7 Ha. Secara detail data-data tersebut dapat dilihat pada Tabel. II.1.2 berikut ini: Tabel. II.1.2 Luas Wilayah, Luas TNKS dan Luas Hunian / Budidaya Menurut Kecamatan Tahun 2011 No Kecamatan Luas (Ha) Wilayah TNKS Hunian/Budidaya 1 Gunung Raya Batang Merangin Keliling Danau Danau Kerinci Sitinjau Laut Air Hangat Air Hangat Timur Depati VII Gunung Kerinci , ,1 10 Siulak , ,4 11 Kayu Aro , ,4 12 Gunung Tujuh , ,8 Jumlah / Total , ,7 Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Laporan Akhir 2-2

33 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Kondisi Topografi Kondisi topografi Kabupaten Kerinci secara umum terbagi dalam 3 bagian, yaitu dataran tinggi, dataran sedang dan dataran rendah. Ketinggian berkisar antara > meter di atas permukaan laut (m dpl), mengenai hal tersebut dijelaskan dengan uraian dan Tabel. II.1.3 berikut ini: 1. Daerah yang memiliki ketinggian antara mdpl seluas Ha atau 2,08 % dari luas total Kabupaten Kerinci meliputi sebagian dari kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, dan Keliling Danau. 2. Daerah yang memiliki ketinggian antara mdpl seluas Ha atau 16,24 % dari luas total Kabupaten Kerinci meliputi sebagian dari kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci dan Siulak. 3. Daerah yang memiliki ketinggian antara <1.000 mdpl seluas Ha atau 81,68 % dari luas total Kabupaten Kerinci meliputi sebagian dari kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh. Tabel. II.1.3 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Posisi Ketinggian dari Permukaan Laut di Kabupaten Kerinci Luas Wilayah Menurut Posisi Ketinggian dari o Kecamatan Permukaan Laut (Ha) Total > 1000 Mdpl 1 Gunung Raya Batang Merangin Keliling Danau Danau Kerinci Sitinjau Laut Air Hangat Air Hangat Timur Depati VII 9 Gunung Kerinci Siulak 11 Kayu Aro Gunung Tujuh Jumlah / Total Persentase 2,08 16,24 81,68 Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Berdasarkan kemiringan lereng / wilayah, Kabupaten Kerinci terbagi dalam 4 kategori, yaitu : 1. Kemiringan lereng 0-2 % dari jumlah 3,33 % dari luas wilayah Kabupaten Kerinci. Klasifikasi kemiringan ini sebagian besar Kecamatan Gunung Raya, Keliling Danau, Laporan Akhir 2-3

34 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh. 2. Kemiringan Lereng 2-15 % berjumlah 15,62 % dari luas Kabupaten Kerinci yang sebagian besar Kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh. 3. Kemiringan Lereng % lebih kurang 26,51 % dari luas Kabupaten Kerinci dengan penyebaran hamparan ke seluruh wilayah kecamatan, akan tetapi yang paling dominan di Kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh. 4. Kemiringan Lereng > 40 % merupakan persentase terbesar yaitu berkisar 53,05 % dari luas Kabupaten Kerinci, penyebarannya terdapat di Kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Ak Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh Iklim Kabupaten Kerinci beriklim tropis dengan suhu rata-rata 21,9 C dengan suhu maksimum sebesar 28,2 C terjadi pada bulan Mei, serta suhu minimum sebesar 17,6 C terjadi pada bulan Februari. Curah hujan rata-rata per bulan sebesar 120,3 mm3 dengan curah hujan terendah sebesar 14,8 mm 3 terjadi pada bulan Juli dan curah hujan tertinggi sebesar 328,4 mm3 terjadi pada bulan April. Kelembapan relatif udara rata-rata per bulan sebesar 76 persen dengan kelembapan udara terendah sebesar 71 persen terjadi pada bulan juli dan kelembapan udara tertinggi sebesar 84 persen terjadi pada bulan Desember. Tabel. II.1.4 Rata-Rata Suhu Udara, Kelembaban Relatif, Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Curah Hujan dan Penyinaran Matahari di Stasiun Meteorologi Depati Parbo Tahun 2011 Uraian Suhu ( C) / Temperature Maksimum 28,2 Minimum 17,6 Rata-Rata 21,9 Kelembaban Relatif (%) 76,0 Rata-Rata Tekanan Udara (mb) 1015,4 Kecepatan Angin (knot) 8,5 Curah Hujan (mm³) 120,3 Penyinaran Matahari (%) 48,0 Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Laporan Akhir 2-4

35 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Geologi Berdasarkan analisis geologis Penekoek (1969), Kabupaten Kerinci termasuk dalam kategori cekungan semangko. Karena itu, Kabupaten Kerinci banyak terdapat deposit endapan bahan tambang, baik yang berupa golongan A, B, Maupun C. Jenis bahan tambang tersebut adalah minyak bumi, air raksa, emas, bentonit marmer dan sebagainya. Bahanbahan tambang tersebut sampai saat ini belum semuanya si eksplorasi, namun berdasarkan hasil sementara sudah sebagian besar terindentifikasi. Khusus bahan tambang emas, secara umum telah dilakukan pengolahan sejak berabad-abad yang lalu secara tradisional oleh penduduk. Kegiatan ini dilakukan melalui proses pendulangan, baik pada kawasan sungai maupun melalui penggalian yang dianggap mempunyai sediment bahan tersebut. Hal ini dapat dilihat sepanjang sungai yang mengalir di Kabupaten Kerinci, dimana pada setiap musim kemarau selalu terdapat pendulangan secara tradisionil. Melalui kegiatan ini dapat berdampak pada penambahan pendapatan penduduk dan merupakan lapangan pekerjaan baru yang bersifat musiman dalam menambah pendapatan keluarga. Secara umum Penyebaran Jenis Tanah di Kabupaten Kerinci terdiri dari 6 Jenis tanah yaitu Andosol, Latosol, Podlosik, Alluvial, Komplek Podlosik-Latosol, dan Komplek Latosol Litosol. Dari Tabel. II.1.5 dapat diketahui sebagian besar daerah di Kabupaten Kerinci memiliki jenis tanah Andosol yaitu sebesar Ha atau 70,29 % dari total luas Kabupaten Kerinci. Tabel. II.1.5 Penyebaran Jenis Tanah di Kabupaten Kerinci No Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase (%) 1 Andosol ,29 2 Latosol ,13 3 Podsolik ,17 4 Alluvial ,33 5 Komplek Podsolik-Latosol dan Litosol ,41 6 Komplek Latosol - Litosol ,68 Jumlah Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), Penggunaan Lahan di Kabupaten Kerinci Penggunaan lahan di Kabupaten Kerinci sampai akhir Tahun 2011 telah banyak mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan banyaknya terjadi alih fungsi lahan dan terjadinya okupasi pada kawasan-kawasan yang mempunyai hak pengusahaan. Jenis penggunaan lahan yang ada, dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya permukiman, sawah, semak, hutan, ladang/tegalan/huma, perkebunan dan sebagainya, Dari jenis-jenis ini pada hakekatnya dibedakan atas: a. Lahan Yang Diusahakan dan b. Lahan Yang Belum Diusahakan Laporan Akhir 2-5

36 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Dari kedua kelompok tersebut, secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: a. Lahan Yang Diusahakan Kelompok lahan yang diusahakan, merupakan kawasan tempat aktifitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok ini meliputi persawahan, permukiman, tegalan/ladang, kebun campuran, perkebunan dan lainnya. Dari jenis-jenis lahan ini, apabila dibandingkan dengan luas Kabupaten Kerinci mencapai luasan kurang lebih 44,05 persen atau 167,778 Ha. Penyebarannya berada pada 12 Kecamatan yang ada di kabupaten Kerinci. Rincian per jenis penggunaan lahan ini adalah sebagai berikut: Bangunan dan halaman sekitarnya Penggunaan lahan untuk bangunan dan halaman sekitarnya di Wilayah Kabupaten Kerinci, mencapai luas Ha atau 1,79 % dari luas total Kabupaten Kerinci. Luasan pemanfaatan yang relatif masih kecil ini selaras dengan jumlah atau kepadatan penduduk yang ada di Kabupaten Kerinci. Karena itu, yang menjadi pusat untuk kawasan permukiman ini rata-rata di kawasan perkotaan dan kota-kota kecamatan. Sedangkan untuk kawasan pedesaan yang sampai saat ini masih terpencar, rata-rata hanya membutuhkan luasan yang relatif kecil, dengan asumsi saru rumah untuk satu rumah tangga dengan anggota keluarga berjumlah 5 orang. Persawahan Lahan yang dipergunakan untuk areal persawahan di Kabupaten Kerinci, mencakup areal seluas Ha atau 2,96 % dari luas total Kabupaten Kerinci. Kawasan persawahan ini, rata-rata ada pada masing-masing kecamatan. Dari luasan persawahan ini mayoritas masih diupayakan melalui irigasi sederhana. Namun demikian, juga terdapat persawahan yang mempunyai sistem irigasi teknis dan semi teknis. Disamping luasan tersebut, sesungguhnya masih terdapat potensi yang cukup memadai, namun demikian sampai saat ini belum mampu didayagunakan, sehingga hanya menjadi lahan yang marginal. Namun diwaktu mendatang diharapkan Iahan-lahan tidur ini mampu menjadi lahan potensi yang produktif. Tegalan/Ladang, Kebun, Huma Penggunaan lahan Tegalan/Ladang mayoritas dimanfaatkan untuk berbagai jenis keperluan masyarakat. Pada kawasan transmigrasi, pada umumnya ditanami dengan berbagai jenis tanaman semusim seperti padi, tanaman hortikultura dan berbagai jenis sayur-sayuran. untuk Kebun campuran, umumnya terdapat di sekitar peruniahan atau permukiman penduduk. Bahkan lahan jenis ini juga banyak ditanam masyarakat di tepi-tepi jalan dan sungai-sungai besar yang biasanya berupa buah-buahan seperti rambutan, duku, durian, pisangt kelapa dan sebagainya. lahan tegalan/ladang pada kawasan penduduk asli, biasanya hanya ditanami dengan tanaman keras seperti kulit manis, karet dan sebagainya, jarang ditanami jenis sayur-sayuran dan tanaman hortikultura, sedangkan untuk tanaman semusim seperti padi, bisasanya dilakukan Laporan Akhir 2-6

37 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci melalui pembukaan lahan-lahan baru secara berpindah-pindah. Secara eksisting, Tegalan/Ladang, Kebun, Huma ini sekitar Ha atau 1,91 % dari luas total Kabupaten Kerinci. Perkebunan Penggunaan lahan perkebunan, merupakan areal yang paling luas diupayakan oleh masyarakat. Berbagai jenis komoditi yang berorientasi eksport telah dinaman oleh masyarakat dengan luasan yang cukup berarti. Jenis tanaman tersebut seperti kayu manis, teh, kopi dan karet Dari jenis komoditi ini, secara umum merupakan perkebunan rakyat dan perkebunan nasional. Tanaman perkebunan rakyat, umumnya masih merupakan perkebunan campuran dengan tanaman hutan maupun semaksemak akibat kurangnya pemeliharaan. Luas kawasan perkebunan ini sebesar Ha atau 25,01 % dari luas total Kabupaten Kerinci. b. Lahan Yang Belum Diusahakan Lahan yang belum diusahakan pada hakekatnya merupakan kawasan pencadangan dan kawasan perlindungan. Jenis-jenis kawasan yang ada dalam kelompok ini termasuk dalam kawasan hutan, belukar, semak, padang alang-alang dan sebagainya. Luasan kawasan yang belum diusahakan ini sampai saat ini mencapai Ha atau % dari luas total Kabupaten Kerinci. Rincian terhadap kawasan-kawasan ini adalah sebagai berikut: Kawasan hutan Kawasan hutan yang ada di Kabupaten Kerinci, pada dasarnya merupakan kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan lindung dalam menjaga keseimbangan alam ( hidrologis ). Karena itu jenis hutan yang demikian termasuk dalam kategori hutan hujan tropis. Berdasarkan data Kerinci dalam angka, maka kawasan hutan yang ada di Kabupaten Kerinci dapat diklasifikasikan dalam Tabel. II.1.6 dan Tabel. II.1.7 berikut ini: Tabel. II.1.6 Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Kerinci 2011 No. Jenis Kawasan Luas (Ha) Kecamatan 1 Hutan Hak/Milik Dalam Kab. Kerinci 2 Hutan Adat 1.820,11 Dalam Kab. Kerinci 3 Hutan Pelestarian Alam Dalam Kab. Kerinci 4 Hutan Produksi (Pola HP3M) Dalam Kab. Kerinci Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Tabel. II.1.7 Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Kerinci 2011 No Jenis Kawasan Luas (Ha) Kecamatan 1 Kawasan Pelestarian Alam : TNKS Dalam Kab. Kerinci 2 Kawasan Suaka Alam - Hutan Pinus Strain Kerinci 50 Air Hangat - Hutan Pinus Strain Kerinci 10 Air Hangat Timur 3 Kawasan Cagar Biosfer Laporan Akhir 2-7

38 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci - Danau Lingkat 12 Gunung Raya - Goa Talang Kemulun 4,2 Danau Kerinci - Air Panas Semurup 0,0025 Air Hangat 4 Kawasan Cagar Alam Budaya - Hutan Adat Temedak 23 Keliling Danau - Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi 858,3 Gunung Raya - Hutan Adat Hiang 858,95 Sitinjau Laut 5 Kawasan Sempadan Sungai & Danau 54,43 Dalam Kab. Kerinci 6 Kawasan Gambut : Rawa Bento 425 Kayu Aro 7 Kawasan Rawan Bencana Alam Muara Hemat : 325 Batang Merangin 8 Kawasan Penyangga : - Gunung Raya 7,49 Gunung Raya -Tamiai 5,41 Batang Merangin -Pungut 7,21 Air Hangat Timur Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Berdasarkan uraian di atas, secara jelas menunjukkan bahwa Kabupaten Kerinci ini secara umum untuk penggunaan lahan, pada hakekatnya dapat dipersentasekan kedalam beberapa jenis penggunaan, seperti diuraikan dalam Tabel. II.1.8 berikut ini: Tabel. II.1.8 Penggunaan Lahan di Kabupaten Kerinci 2011 No Uraian Luas (Ha) Persentase (%) 1 Sawah ,963 2 Sawah Lebak, Polder, dll Perkebunan ,012 4 Bangunan dan halaman sekitarnya ,796 5 Tegal, Ladang, Kebun, Huma ,906 6 Padang rumput ,910 7 Tambak, Kolam, Tebat dan Empang ,435 8 Hutan Negara/Hutan lebat (TNKS) ,133 9 Hutan Rakyat/Belukar Lahan kering sementara tidak diusahakan , Bandara Depati Parbo 11 0, Danau , Lainnya/Sungai/Jalan ,596 Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Total Laporan Akhir 2-8

39 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Profil Demografi Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur Penggambaran komposisi penduduk menurut jenis kelamin, yang biasanya digunakan sex ratio (rasio jenis kelamin) antara lain berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang lebih mengutamakan pendidikan laki-laki dibanding perempuan, maka pengembangan pendidikan berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan mengetahui berapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama. Informasi tentang rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen. Sex ratio (rasio jenis kelamin) merupakan perbandingan jumlah pria dengan 100 wanita. Jika angka sex ratio (SR) > 100, berarti jumlah laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, sebaliknya jika SR < 100 berarti jumlah laki-laki lebih sedikit dibanding perempuan. Sex ratio (rasio jenis kelamin) di Kabupaten Kerinci adalah 99,90 jadi dapat disimpulkan di Kabupaten Kerinci jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki pada tahun 2011 lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan. Pada Tabel.II.1.9 di bawah ini digambarkan Sex ratio di Kabupaten Kerinci tahun Tabel. II.1.9 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 Jumlah Penduduk (Orang) Rasio Jenis No Kecamatan Kelamin Sex Laki-Laki Perempuan Jumlah Ratio 1 Gunung Raya ,10 2 Batang Merangin ,25 3 Keliling Danau ,93 4 Danau Kerinci ,84 5 Sitinjau Laut ,70 6 Air Hangat ,64 7 Air Hangat Timur ,21 8 Depati VII ,14 9 Gunung Kerinci ,64 10 Siulak ,95 11 Kayu Aro ,42 12 Gunung Tujuh ,83 Jumlah ,90 Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Dari jumlah penduduk total Kabupaten Kerinci pada tahun 2011 sebesar orang jumlah penduduk terbanyak merupakan penduduk dengan golongan umur tahun yaitu sebesar orang atau sebesar 9,41 % dari total jumlah penduduk di Kabupaten Kerinci pada tahun 2011, sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah penduduk dengan golongan umur tahun yaitu sebesar orang atau sebesar 1,78 %. Untuk Laporan Akhir 2-9

40 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci lebih lengkapnya data mengenai jumlah penduduk Menurut golongan dan jenis kelamin di Kabupaten Kerinci tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel. II.1.10 berikut : Tabel. II.1.10 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 No Golongan Umur Jumlah Penduduk (orang) Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), Laju Pertambahan Penduduk Jumlah Penduduk Kabupaten Kerinci hasil proyeksi penduduk tahun 2011 sebesar jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk kabupaten Kerinci tercatat sebesar jiwa. Berarti terjadi kenaikan sebesar jiwa dalam kurun waktu 1 tahun. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk pertahun dari tahun 2000 sampai 2011 cukup rendah yaitu 0,36 persen. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk pertahun dari tahun 2010 sampai 2011 mencapai 2,51 persen. Secara lengkap data tersebut dapat dilihat pada Tabel. II.1.11 berikut: Laporan Akhir 2-10

41 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Tabel. II.1.11 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kerinci Tahun 2000, 2010 dan 2011 Laju pertambahan Jumlah Penduduk (orang) No Kecamatan penduduk pertahun Gunung Raya (1,54) 2,51 2 Batang Merangin (2,15) 2,52 3 Keliling Danau (0,03) 2,50 4 Danau Kerinci (0,34) 2,51 5 Sitinjau Laut ,29 2,50 6 Air Hangat (0,01) 2,51 7 Air Hangat Timur ,52 2,51 8 Depati VII ,03 2,51 9 Gunung Kerinci ,05 2,51 10 Siulak ,14 2,51 11 Kayu Aro ,31 2,51 12 Gunung Tujuh ,71 2,51 Jumlah ,36 2,51 Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Kepadatan Penduduk di Kabupaten Kerinci sebesar 62 Jiwa/Km 2 apabila dirinci Kepadatan Penduduk per kecamatan tahun 2011 di Kabupaten Kerinci dapat dilihat di rincian dan Tabel. II.1.12 berikut: Kec. Gunung Raya mencapai 19 Jiwa/Km 2 Kec. Batang Merangin mencapai 31 Jiwa/Km 2 Kec. Keliling Danau mencapai 74 Jiwa/Km 2 Kec. Danau Kerinci mencapai 54 Jiwa/Km 2 Kec. Sitinjau Laut mencapai 245 Jiwa/Km 2 Kec. Air Hangat mencapai 92 Jiwa/Km 2 Kec. Air Hangat Timur mencapai 112 Jiwa/Km 2 Kec. Depati Tujuh mencapai 573 Jiwa/Km 2 Kec. Gunung Kerinci mencapai 34 Jiwa/Km 2 Kec. Siulak mencapai 53 Jiwa/Km 2 Kec. Kayu Aro mencapai 123 Jiwa/Km 2 Kec. Gunung Tujuh mencapai 89 Jiwa/Km 2 Laporan Akhir 2-11

42 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Tabel. II.1.12 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 No Kecamatan Luas Wilayah Penduduk Kepadatan Penduduk/Km2 Km2 % Jumlah % 1 Gunung Raya 746,77 19, , Batang Merangin 567,32 14, , Keliling Danau 304,39 7, , Danau Kerinci 298,47 7, , Sitinjau Laut 58,25 1, , Air Hangat 216,75 5, , Air Hangat Timur 160,00 4, , Depati VII 25,80 0, , Gunung Kerinci 350,00 9, , Siulak 590,20 15, , Kayu Aro 328,05 8, , Gunung Tujuh 162,50 4, ,12 89 Jumlah 3808, Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tantangan pembangunan bidang pendidikan Kabupaten Kerinci kedepan adalah meningkatkan mutu pendidikan yang berorientasi pada dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dan penguatan tata kelola pendidikan dalam upaya mengembalikan Kabupaten Kerinci sebagai tujuan pendidikan bagi daerah sekitar. Salah satu visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Kerinci dalam lima (5) tahun ke depan adalah menjadi yang terdepan dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu sektor pendidikan menjadi salah satu hal yang terus dibangun dan ditingkatkan oleh Pemerintah Kabupaten. Pada saat ini fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut. Jumlah sekolah negeri dan swasta yang ada di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 adalah sebagai berikut : TK/ RA : 71 buah SD/ MI : 268 buah SMP/ MTs : 67 buah SMA/MA : 23 buah SMK : 5 buah Jumlah murid pada sekolah negeri dan swasta di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 adalah sebagai berikut: TK/ RA : orang SD/ MI : orang Laporan Akhir 2-12

43 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci SMP/ MTs : orang SMA/MA : orang SMK : 729 orang Rasio Murid terhadap guru di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 adalah sebagai berikut: TK/ RA : 10 SD/ MI : 13 SMP/ MTs : 10 SMA/MA : 11 SMK : 12 No Tingkat Pendidikan Tabel. II.1.13 Kondisi Pendidikan di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 Jumlah Sekolah Jumlah Kelas Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Murid Terhadap Guru 1 TK/RA SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Grafik. II.1.1 Jumlah Sekolah dan Ruang Kelas Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Laporan Akhir 2-13

44 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Grafik. II.1.2 Jumlah Murid dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Kemajuan di bidang pendidikan berhubungan erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan. Pada tahun 2009, jumlah SD/MI sebanyak 265, SMP/MTs 65, dan SMA/SMK.MA sebanyak 24. Sedangkan pada tahun 2011, jumlah SD/MI sebanyak 268, SMP/MTs 67, dan SMA/SMK.MA sebanyak 28. Jumlah sekolah ini sudah tergolong cukup banyak, sehingga banyak sekolah yang kekurangan murid terutama untuk sekolah dasar (SD) dan SLT P. Bahkan ada sekolah yang digabungkan dan ditutup Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan Proporsi pekerja dilihat dari lapangan pekerjaan merupakan salah satu indikator untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja, disamping itu juga mencerminkan struktur perekonomian dari suatu wilayah. Dari data Kerinci Dalam Angka 2012 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kerinci dari total jumlah penduduk Kabupaten Kerinci yang berusia diatas 15 tahun sekitar orang sebagian besar sebanyak 67,40 % yang berarti orang merupakan angkatan kerja dan dari angkatan kerja yang ada sedikitnya sekitar 2,6 % atau orang merupakan pengangguran terbuka. Dapat diuraikan dari total seluruh angkatan kerja sekitar orang diserap oleh lapangan kerja yang ada. Dari total jumlah penduduk Kabupaten Kerinci pada tahun 2011 sekitar orang atau sekitar 56,16 % tidak bekerja. Seperti uraian sebelumnya sebanyak orang penduduk Kabupaten Kerinci merupakan pengangguran terbuka dan sisanya sebanyak orang tidak bekerja dengan alasan masih menempuh pendidikan dan mengurus rumah tangga. Jika dilihat dari jenis lapangan usaha maka pertanian merupakan sektor lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja, sebanyak 67,32 % atau 75,764 orang Laporan Akhir 2-14

45 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci penduduk Kabupaten Kerinci bekerja pada sektor ini. Sedangkan sektor industri pengolahan menyerap tenaga kerja paling sedikit hanya sekitar 1,66 % atau orang. Pertanian menjadi sektor andalan menyerap lapangan kerja terbanyak dikarenakan semua wilayah Kabupaten Kerinci merupakan daerah pegunungan yang memiliki kondisi tanah yang sangat subur. Beberapa sektor pertanian andalan adalah sayuran, the, kopi, dan lainnya. Lenih lengkapnya data secara detail mengenai uraian diatas di jelaskan melalui Tabel. II.1.14 sampai dengan Tabel. II.1.17 berikut: Tabel. II.1.14 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 No Jenis Kegiatan Utama Persentase I Angkatan Kerja 67,40 1 Bekerja 64,81 2 Pengangguran Terbuka 2,6 II Bukan Angkatan Kerja 32,60 1 Sekolah 6,48 2 Mengurus Rumah Tangga 19,96 3 Lainnya 6,15 Jumlah 100 Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Tabel. II.1.15 Pesentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kerinci 2011 No Lapangan Usaha Persentase 1 Pertanian 67,32 2 Industri Pengolahan 1,66 3 Perdagangan, Rumah Makan, Hotel 9,42 4 Jasa Kemasyarakatan 9,85 5 Lainnya 11,75 Jumlah 100 Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Laporan Akhir 2-15

46 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Tabel. II.1.16 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Status dalam Pekerjaan Utama di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 No Status Pekerjaan Persentase 1 Berusaha sendiri 13,89 2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap / buruh tdk 29,05 dibayar 3 Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 2,14 4 Buruh/karyawan 13,26 5 Pekerja bebas Pertanian 17,81 6 Pekerja bebas non Pertanian 5,31 7 Pekerja tidak dibayar 18,53 Jumlah 100 Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Tabel. II.1.17 Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 No Tingkat Pendidikan Pencari Kerja Jumlah Laki-laki Perempuan 1 Tidak Tamat SD SD Sederajat SLTP SLTA : a SMA/SMU b STM c SMEA d SPMA e SMA Lainnya f SMK Sarjana Muda (D.I/D.II) Sarjana Muda (D.III) Sarjana Penuh (S.1) Pasca Sarjana (S.2/S.3) Jumah Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), Profil Ekonomi PDRB dan Perkembangannya di Kabupaten Kerinci Hasil perhitungan PDRB merupakan gambaran dari nilai barang dan jasa yang telah diproduksi oleh unit- unit produksi/perusahaan selama satu tahun. Dengan demikian, dapat diketahui tingkat produktivitas yang dicapai baik sektoral maupun total. PDRB dapat pula memberikan gambaran tentang kemampuan suatu daerah/wilayah dalam memberikan sumber penghidupan dan penghasilan bagi masyarakat. Jadi, PDRB adalah angka-angka Laporan Akhir 2-16

47 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci pendapatan penduduk suatu wilayah baik secara menyeluruh, sektoral maupun per kapita. Tahun Tabel. II.1.18 Perkembangan PDRB Kabupaten Kerinci Tahun PDRB (Juta Rp) ADHB Indeks Perkembangan PDRB (Juta Rp) ADHK Indeks Perkembangan ,98 100, ,98 100, ,06 113, ,75 103, ,35 138, ,07 108, ,01 172, ,59 113, ,76 196, ,74 119, ,48 233, ,97 125, ,02 266, ,98 131, ,33 303, ,06 139, ,68 351, ,44 147, ,53 391, ,04 156, ,13 453, ,60 165, ,25 511, ,55 174,64 Sumber: PDRB Kabupaten Kerinci 2011 Menurut Lapangan Usaha (BPS), 2012 PDRB Kabupaten Kerinci dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 PDRB Kabupaten Kerinci dengan Minyak dan Gas (MIGAS) berdasarkan atas harga berlaku sebesar Rp.676,77 Milyar dan pada tahun 2011 mencapai Rp.3.464,114 Milyar. Sedangkan PDRB Kabupaten Kerinci berdasarkan atas harga konstan pada tahun 2011 sebesar Rp.1.181,91 Milyar. Selama kurun waktu 11 tahun ( ), PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011 (dengan migas) telah meningkat hingga 5,11 kali lipat (indeks perkembangan = 511,85). Demikian halnya dengan PDRB berdasarkan harga konstan berkembang sebesar 1,74 kali lipat (indeks perkembangan= 174,64) dibandingkan tahun Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap total PDRB Kabupaten Kerinci. PDRB Kabupaten Kerinci atas dasar harga berlaku untuk sektor pertanian pada tahun 2011 menyumbang sebesar Rp.2.318,87 milyar. Kontribusi terbesar sektor ini disumbangkan oleh sub sektor tanaman bahan makanan (Tabama) yaitu sebesar 34,32 persen terhadap total PDRB Kabupaten Kerinci. Nilai PDRB Kabupaten Kerinci untuk sektor industri pengolahan menyumbang sebesar Rp. 84,07 milyar, dengan kontribusi terbesar pada sektor ini ada pada sub sektor industri tanpa migas ( makanan, minuman, dan tembakau) yaitu sebesar 1,34 persen terhadap total PDRB Kabupaten Kerinci. Untuk sektor listrik, gas dan air menyumbang sebesar Rp. 22,75 Milyar dengan kontribusi terbesar pada sektor ini adalah sub sektor listrik yaitu sebesar 0,50 persen Laporan Akhir 2-17

48 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci terhadap total PDRB Kabupaten Kerinci. Nilai PDRB Kabupaten Kerinci untuk sektor bangunan menyumbang sebesar Rp.117,34 Milyar. Kontribusi untuk sektor ini sebesar 3,39 persen terhadap total PDRB Kabupaten Kerinci. Sebagai ibu kota kabupaten sebelumnya, Kabupaten Kerinci merupakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian. Hal ini menyebabkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan sektor utama yang menjadi andalan Pembentukan PDRB Kabupaten Kerinci. Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi terbesar ketiga terhadap total PDRB Kabupaten Kerinci. Pada tahun 2011 sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar Rp.333,08 Milyar. Kontribusi terbesar pada sektor ini disumbangkan oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar 8,7 persen terhadap total PDRB Kabupaten Kerinci. Selain itu, untuk sektor pengangkutan dan komunikasi juga memberikan kontribusi dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kerinci yaitu sebesar Rp.125,41 Milyar. Konstribusi besar pada sektor ini disumbangkan oleh sub sektor pengangkutan khususnya angkutan jalan raya yaitu sebesar 3,39 persen terhadap total PDRB Kabupaten Kerinci. Seiring dengan perkembangan perekonomian suatu daerah, maka sektor ini keuangan, persewaan dan jasa perusahaan semakin memegang peran penting. Untuk sektor ini menyumbang sebesar Rp.28,69 Milyar. Kontribusi terbesar pada sektor ini disumbangkan oleh sub sektor sewa bangunan yaitu sebesar 0,56 persen terhadap total PDRB Kabupaten Kerinci. Pada tahun 2011, peranan sektor jasa-jasa dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kerinci atas dasar harga berlaku memberikan kontribusi terbesar kedua yaitu Rp.419,32 Milyar. Untuk sektor ini memberikan kontribusi sebesar 12,10 persen terhadap total PDRB Kabupaten Kerinci Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Kerinci Selain untuk mengetahui produk neto dan struktur ekonomi yang dihasilkan suatu daerah, perkembangan Produk Domestik Regional bruto (PDRB) juga bisa menggambarkan laju pertumbuhan ekonomi, yang dihitung dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci pada tahun 2011 mencapai 5,34 persen. Hal ini menunjukkan terjadi perbaikan yang masih cukup baik, di mana semua sektor tumbuh positif dengan tingkat pertumbuhan dinamis pada sebagian besar sektor perekonomian. Pertumbuhan tahun ini agak melambat dibandingkan tahun 2010 yang mencapai sebesar 5,89 persen. Sektor dengan sumbangan terbatas atas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci tahun 2011 adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dengan SoG sebesar 0,24 persen atau 5,89 persen dari total pertumbuhan regional. Sektor terbesar Laporan Akhir 2-18

49 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci kedua di Kabupaten Kerinci terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian dengan SoG sebesar 0,03 persen atau 5,66 persen dari total pertumbuhan regional. Sub sektor utama pendorong pertumbuhan adalah sub sektor perkebunan dengan SoG sebesar 2,02 persen. Artinya, dari total pertumbuhan Kabupaten Kerinci sebesar 5,34 persen; 2,02 persen adalah berasal dari sub sektor perkebunan. Secara berurutan, laju pertumbuhan sektoral tertinggi dimiliki oleh sektor pengangkutan dan komunikasi (5,89 persen); sektor pertambangan dan Penggalian (5,66 persen); sektor pertanian (5,52 persen); sektor industri pengolahan (5,23 persen); sektor perdagangan, hotel dan restoran (4,79 persen); sektor bangunan (4,79 p ersen); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (4,58 persen); sektor jasa - jasa (4,53 persen); sektor listrik, gas dan air bersih (3,93 persen). Laju pertumbuhan sektor primer (sektor pertanian dan sektor pertambangan) pada tahun 2011 adalah sebesar 5,52 persen; agak melambat dibanding tahun sebelumnya sebesar 5,88 persen. Hal ini disebabkan penurunan laju sektor pertanian pada tahun 2011 sebesar 5,52 persen dari 5,87 persen pada tahun Sama halnya dengan laju pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian yang menurun dari 6,63 persen pada tahun 2010 menjadi 5,66 persen pada tahun Laju pertumbuhan sektor sekunder (sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor bangunan) pada tahun 2011 adalah 5,94 persen; lebih rendah dibanding tahun sebelumnya sebesar 4,88 persen. Hal ini disebabkan oleh penurunan laju sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 3,93 persen (5,38 persen pada tahun 2010), penurunan laju sektor bangunan sebesar 4,79 persen (6,38 persen pada tahun 2010) dan penurunan pada sektor industri pengolahan sebesar 5,23 persen (5,54 persen pada tahun 2010). Laju pertumbuhan sektor tersier (sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan sektor jasa- jasa) pada tahun 2011 adalah 4,98 persen; sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,91 persen. Hal ini disebabkan oleh penurunan lajua pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 5,14 persen (6,31 persen pada tahun 2010), penurunan pada sektor jasa yaitu sebesar 4,53 persen ( 5,73 persen pada tahun 2010). a. Sektor Pertanian Sektor pertanian merupakan sektor andalan di Kabupaten Kerinci yang tumbuh sebesar 5,52 persen, angka ini turun dari tahun sebelumnya yaitu 5,87 persen. Faktor utama pendorong pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2011 adalah meningkatnya produksi sub sektor perkebunan yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,28 persen. Keadaan ini lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya (5,48 persen pada tahun 2010). Sub sektor peternakan adalah sub sektor dengan pertumbuhan tertinggi kedua yaitu sebesar 6,49 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya (2010: 5,94 persen). Sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 4,05 Laporan Akhir 2-19

50 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci persen. Namun demikian, pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan juga turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,21 persen pada tahun Hal ini disebabkan menurunnya produksi tanaman hortikultura seperti kentang dan cabe, dan palawija yaitu ubi jalar, ubi kayu dan kacang tanah. Kemudian sektor perikanan sebesar 3,42 persen, sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya sebesar 4,85 persen pada tahun Sektor Kehutanan sebesar 0,14 persen, meningkat dibanding tahun 2010 sebesar 0,12 persen. b. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian meskipun merupakan sektor yang sumbangannya paling kecil terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Kerinci, namun masih dapat membantu perekonomian. Laju pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2011 sebesar 5,66 persen; sedikit melambat dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,63 persen. Faktor utama pendorong pertumbuhan pada sektor ini pada sub sektor penggalian. c. Sektor Industri Pengolahan Pada tahun 2010, pertumbuhan sektor industri pengolahan sebesar 5,54 persen, sedangkan pada tahun 2011 pertumbuhannya menjadi 5,23 persen. Pertumbuhan signifikan terjadi pada sub sektor tekstil, barang kulit dan alas kaki; pupuk, kimia dan barang dari karet; alat angkut mesin dan peralatannya. Secara berurutan pertumbuhan masing-masing sub sektor adalah sebagai berikut: sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau sebesar 5,98 persen (2010: 5,45 persen); sub sektor tekstil, barang kulit dan alas kaki sebesar 5,6 persen (2010: 3,28 persen); sub sektor kertas dan barang cetakan sebesar 5, 26 persen (2010: 6,46 persen); sub sektor semen dan barang galian bukan logam sebesar 4,8 persen (2010: 5,72 persen); sub sektor pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 4,78 persen (2010: 2,98 persen); sub sektor barang kayu dan hasil-hasil hutan lainnya sebesar 4,68 persen (2010: 6,22 persen); sub sektor alat angkat mesin dan peralatannya sebesar 4,37 persen (2010: 1,62 persen); sub sektor barang lainnya sebesar 2,15 (2010: 6,33 persen). d. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 2011 sebesar 3, 93 persen, sedikit melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 5,38 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor air bersih yaitu sebesar 5,75 persen. Sub sektor listrik mengalami pertumbuhan hingga 3,37 persen pada tahun 2011 melambat dibanding tahun 2010 sebesar 5,77 persen. Kontribusi sektor listrik dan air bersih memang tidak terlalu signifikan dalam pembentukan PDRB regional. Namun peran sektor tersebut dalam menggerakkan roda perekonomian sangatlah penting. e. Sektor Bangunan Sektor kontruksi tumbuh sebesar 4,79 persen; lebih rendah dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 6,38 persen. Tingginya pertumbuhan sektor ini menggambarkan Laporan Akhir 2-20

51 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Kabupaten Kerinci sedang giat-giatnya membangun, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan,hotel dan restoran mengalami sebesar 5,14 persen sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (2010: 6,31 persen). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sub sektor hotel (7,96 persen); sub sektor perdagangan besar dan eceran (5,18 persen); sub sektor restoran (4,84 persen). g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 5,89 persen pada tahun 2011, lebih tinggi pertumbuhannya dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 5,83 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sub sektor komunikasi yakni sebesar 14,34 persen. Sedangkan sub sektor pengangkutan tumbuh sebesar 5,60 persen. Kontribusi terbesar pada sub sektor pengangkutan ada pada angkutan jalan raya yang mencapai pertumbuhan sebesar 5,61 persen. Tingginya pertumbuhan sektor ini menunjukan bahwa mobilitas penduduk baik di dalam Kabupaten Kerinci, antar daerah ataupun melalui Kabupaten Kerinci cukup tinggi. Begitu juga dari sub sektor ekonomi, menunjukkan bahwa pemanfaatan alat komunikasi di Kabupaten Kerinci sudah cukup tinggi. h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 4,58 persen, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,49 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sub sektor bank (6,11 persen). Selanjutnya yaitu sub sektor lembaga keuangan bukan bank (5,77 persen); sub sektor jasa perusahaan (4,51 persen); dan sub sektor sewa bangunan (3,89 persen). i. Sektor Jasa jasa Sektor- sektor jasa pada tahun 2011 sebesar 4,53 persen; lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,73 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sub sektor sosial kemasyarakatan (6,36 persen); sub sektor perorangan dan rumah tangga (6,10 persen); sub sektor jasa pemerintahan lainnya ( 4,63 persen); sub sektor administrasi pemerintahan dan pertahanan (4,15 persen); dan sub sektor hiburan dan rekreasi (3,02 persen) Stuktur Perekonomian Kabupaten Kerinci Struktur perekonomian regional ditentukan oleh kontribusi masing- masing sektor terhadap total PDRB dengan kontribusi terbesar merupakan penyangga utama perekonomian regional dan berpengaruh terhadap pola sosial ekonomi masyarakat. Suatu perencanaan yang sangat matang diperlukan dalam menentukan prioritas pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi masing- masing sektor terhadap pembentukan PDRB di suatu daerah. Penurunan produksi dari sektor- sektor yang dominan akan mempengaruhi sektor-sektor terkait lainnya yang bisa berakibat pada pertumbuhan Laporan Akhir 2-21

52 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci ekonomi secara keseluruhan. Struktur perekonomian Kabupaten Kerinci dapat dilihat dari kontribusi masingmasing sektor ekonomi seperti pada Tabel. II.1.19 berikut ini: Tabel. II.1.19 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan masing- masing Sektor Ekonomi Kabupaten Kerinci Tahun 2011 Sektor Kontribusi (%) Pertumbuhan Pertanian 66,94 5,52 Pertambangan dan Penggalian 0,42 5,66 Industri Pengolahan 2,43 5,23 Listrik dan Air Minum 0,66 3,93 Bangunan 3,39 5,75 Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,62 4,79 Pengangkutan dan Komunikasi 3,62 5,89 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,83 4,58 Jasa- jasa 12,10 4,53 PDRB 100 5,34 Sumber: PDRB Kabupaten Kerinci 2011 Menurut Lapangan Usaha (BPS), 2012 Dapat disimpulkan pada Tabel. II.1.19 bahwa struktur ekonomi Kabupaten Kerinci didominasi oleh lima sektor utama yaitu sektor pertanian (66,94%); sektor jasa - jasa (12,10%); sektor perdagangan, hotel dan restoran (9,62%); sektor pengangkutan dan komunikasi (3,62%); dan sektor bangunan (3,39%). Peranan dari kelima sektor ini mencapai 95,67 persen dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kerinci. Kontribusi terendah disumbangkan oleh sektor pertambangan dan penggalian (0,42%); sektor listrik dan air minum (0,66%); sektor keuangan ( 0,83%); sektor industri pengolahan (2,43%). Kontribusi sektor primer pada tahun 2011 mencapai 68,50 persen, dengan kontribusi terbesar pada sektor pertanian sebesar 66,94 persen. Sedangkan untuk kontribusi sektor sekunder sebesar 6,91 persen. Dan kontribusi tersier sebesar 24,58 %. a. Pertanian Pada tahun 2011 kontribusi sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB kabupaten kerinci yang mencapai 66,94 persen, meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu sekitar 66,74 persen. Untuk sub sektor tanaman bahan makanan memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB sektor pertanian yaitu sebesar 34,32 persen. Pada sub sektor perkebunan memberikan kontribusi terbesar kedua dalam pembentukan PDRB sektor pertanian yaitu sebesar 26,87 persen. Diikuti oleh sub sektor peternakan (4,32%); sub sektor perikanan (1,38%); sub sektor kehutanan (0,05%). Dominasi sektor pertanian ini terlihat dari luas lahan pertanian produktif dengan pengairan yang sebagian besar sudah bagus. Kabupaten Laporan Akhir 2-22

53 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Kerinci merupakan salah satu lumbung pangan bagi Provinsi Jambi, di mana Kabupaten Kerinci menjadi sentra produksi padi, palawija dan tanaman hortikultura, dan menjadi pemasok bagi daerah lainnya di Provinsi Jambi maupun Provinsi sekitarnya. b. Pertambangan dan Penggalian Untuk sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terendah sebesar 0,42 persen, tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. c. Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan pada tahun 2011 memberikan kontribusi sebesar 2,43 persen, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 2,39 persen. Sub sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada sektor ini adalah sub sektor makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,34 persen. Pada sub sektor barang kayu dan hasil hutan memberikan kontribusi terbesar kedua dalam pembentukan PDRB sektor industri pengolahan yaitu sebesar 0,60 persen. Diikuti oleh sub sektor semen dan barang galian bukan logam (0,19%); sub sektor barang lainnya (0,11%); sub sektor alat angkatan mesin dan peralatannya (0,10%); sub sektor tekstil, barang kulit dan alas kaki (0,04%); sub s ektor kertas dan barang cetakan (0,03 %); sub sektor pupuk kimia dan barang dari karet (0,02%). d. Listrik, Gas, dan Air Bersih Sebagai sektor pendukung roda perekonomian regional, sektor listrik, air dan gas bersih memiliki sumbangan sebesar 0,66 persen, sedikit menurun dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai 0,67 persen. Kontribusi terbesar pada sektor ini terjadi pada sub sektor listrik yaitu mencapai 0,50 persen, sedangkan sub sektor air bersih sebesar 0,15 persen. e. Bangunan Kontribusi sektor bangunan pada tahun 2011 adalah sebesar 3,39 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 3,35 persen. Hingga saat ini proses pembangunan beberapa infrastruktur dan fasilitas umum di Kabupaten Kerinci masih berlangsung dan diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan serta kontribusi sektor bangunan 2-3 tahun kedepan. f. Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2011 memberikan kontribusi sebesar 9,62 persen; meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 9,54 persen. Sub sektor dengan kontribusi terbesar adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran (8,63%); diikuti dengan sub sektor restoran (0,9%); dan sub sektor hotel (0,01%). g. Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 memberikan kontribusi sebesar 3,62 persen. Sub sektor utama yang memberikan kontribusi terbesar pada sektor ini adalah sub sektor angkutan jalan raya sebesar 3,39 persen. Kemudian sub sektor komunikasi memberikan kontribusi sebesar 0,21 persen terhadap sektor Laporan Akhir 2-23

54 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci pengakutan dan komunikasi. h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2011 memberikan kontribusi sebesar 0,83 persen. Kontribusi terbesar pada sektor ini ada pada sub sektor sewa bangunan (0,56%); kontribusi terbesar kedua p ada sektor ini terjadi pada sub sektor bank (3,07%).; sub sektor lembaga keuangan sebesar 0,1 persen dan sub sektor jasa perusahaan sebesar 0,03 persen. i. Jasa- jasa Pada tahun 2011 sektor jasa- jasa memberikan kontribusi sebesar 12,10 persen, sedikit menurun kontribusinya jika dibandingkan pada tahun 2010 yaitu sebesar 12,36 persen. Kontribusi terbesar pada sektor ini ada pada sub sektor administrasi pemerintahan dan pertahanan (6,62%); sub sektor jasa pemerintahan lainnya (3,37%); sub sektor sosial kemasyarakatan (1,15%); sub sektor perorangan dan rumah tangga (0,66%); sub sektor hiburan dan rekreasi (0,3%). Struktur perekonomian Nasional sudah didominasi sektor industri dibandingkan sektor pertanian, sementara struktur perekonomian provinsi Jambi mulai menuju keseimbangan struktural di mana kontribusi sektor pertanian dan pertambangan hampir seimbang, begitu juga sektor perdagangan dan sektor industri. Untuk mengimbangi struktur perekonomian Nasional dan Provinsi Jambi, maka perlu dinaikkan pertumbuhan sektor sekunder dan tersier, dengan memanfaatkan potensi yang ada, seperti meningkatkan industri pengolahan hasil pertaian, sehingga sektor pertanian yang mempunyai peranan yang cukup besar ini tidak terabaikan, dimana sektor pertanian ini tetap merupakan andalan dalam pembentukan PDRB kabupaten Kerinci. Untuk melihat gambaran tingkat pertumbuhan dan peranan masing-masing sektor pada PDRB Kabupaten Kerinci tahun 2009, tabel berikut menggambarkan adanya beberapa sektor yang tumbuh cukup baik yaitu dengan tingkat pertumbuhan di atas rata-rata tetapi potensi sektor tersebut masih terlalu kecil, atau adanya sektor yang cukup potensial tetapi masih mengalami pertumbuhan yang cukup rendah. Tabel. II.1.20 Hubungan Antara Peranan Sektoral Dengan Laju Pertumbuhan Sektoral PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2011 Peranan (persen) Laju Pertumbuhan >10,00 1,00-9,99 <1,00 di bawah rata-rata (PDRB) di atas rata-rata (PDRB) Penggalian - Perdagangan Listrik dan Air Pertanian Industri Keuangan Jasa Angkutan - Bangunan Sumber: PDRB Kabupaten Kerinci 2011 Menurut Lapangan Usaha (BPS), 2012 Laporan Akhir 2-24

55 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Pada Tabel. II.1.20 dapat dijelaskan sebagai berikut: Sektor yang mempunyai peranan cukup besar yaitu lebih besar dari 10 persen dan laju pertumbuhannya diatas rata- rata PDRB Kabupaten Kerinci yaitu sektor pertanian dan sektor jasa- jasa. Sektor yang mempunyai peranan 1-10 persen dengan laju pertumbuhan diatas ratarata PDRB yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor yang mempunyai peranan 1-10 persen dengan laju pertumbuhan dibawah ratarata PDRB yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor yang mempunyai peranan kurang dari 1 persen dengan laju pertumbuhan dibawah rata- rata PDRB yaitu sektor listrik, gas dan air; sektor keuangan dan sektor pertambangan dan penggalian. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menunjukan tingkat ekonomi suatu daerah adalah pendapatan perkapita. PDRB perkapita merupakan gambaran dari rata- rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu periode (satu tahun. Besarnya PDRB perkapita tergantung pada kemampuan suatu daerah dalam menciptakan nilai tambah dan juga besarnya jumlah penduduk disuatu daerah. PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun disuatu wilayah. PDRB perkapita Kabupaten Kerinci atas dasar harga berlaku tahun 2011 sebesar Rp ,-, angka ini naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,-. Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga konstan sebesar Rp ,- pada tahun 2011, naik dari Rp ,- pada tahun 2010 sedangkan pendapatan regional perkapita diperoleh dengan cara membagi nilai PDRN atas dasar biaya faktor dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2010, pendapatan regional perkapita Kabupaten Kerinci atas dasar harga berlaku sebesar Rp ,-, dan naik menjadi Rp ,- pada tahun Sedangkan pendapatan regional perkapita atas dasar harga konstan sebesar Rp ,- pada tahun 2010, naik menjadi Rp ,- pada tahun Source Of Growth Metode Source of Growth (Sog) digunakan untuk melihat sumbangan tiap sektor atas total pertumbuhan PDRB pada tahun tertentu. Sektor dengan sumber pertumbuhan tertinggi dapat dijadikan prioritas pembangunan untuk mendorong pertumbuhan pada tahun berikutnya melalui kebijakan- kebijakan maupun stimulus lainnya. Pada tahun 2011 SoG tertinggi juga dimiliki oleh sektor pertanian sebesar 3,75 persen dari total pertumbuhan 5,34 persen. Dengan kontribusi terbesar terhadap PDRB kabupaten kerinci sebesar 66,94 persen. Sektor dengan SoG tertinggi kedua pada tahun 2011 adalah sektor jasa- jasa. Sektor tersebut memiliki SoG sebesar 0,5 persen dari total pertumbuhan. Sektor jasa- jasa memiliki kontribusi sebesar 12,10 persen atas PDRB Kabupaten Kerinci dengan laju pertumbuhan Laporan Akhir 2-25

56 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci sebesar 4,53 persen. Sektor tertinggi ketiga adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan SoG sebesar 0,45 persen. Sedangkan sektor dengan Sog tertinggi ke- empat hingga kesembilan secara berurut adalah: sektor pengangkutan dan komunikasi (0,24%); sektor bangunan (0,17%); sektor industry pengolahan (0,15%); sektor keuangan (0,04%); sektor listrik, gas dan air (0,03%); dan sektor pertambangan dan penggalian (0,03%) Perbandingan PDRB Kabupaten Kerinci dengan Kabupaten/Kota Se-Provinsi Jambi. Secara berurutan laju pertumbuhan masing- masing kabupaten/ kota adalah kab. Sarolangun (8,38 persen); Kab. Tanjung Jabung Barat (7,63 persen); Kab. Batan g Hari (7,39 persen); Kab. Merangin (7,01 persen); Kab Bungo (7,01 persen); Kota Jambi (6,73 persen); Kota Sungai Penuh (6,62 persen); Kab. Tebo (6,52 persen); Kab. Tanjung Jabung Timur (6,07 persen); Kab. Muaro Jambi (5,54 persen). PDRB Kabupaten Kerinci pada tahun 2011 memiliki kontribusi sebesar 5,92 persen atas PDRB Provinsi Jambi. Kontribusi terbesar secara berurutan dimiliki oleh: Kota Jambi (18,06 persen); Kab. Tanjung Jabung Timur (17,30 persen); Kab. Tanjung Jabung Barat (12,78 persen); Kab. Bungo (8,07 persen); Kab. Batang Hari (7,81 persen); Kab. Sarolangun (7,78 persen); Kab. Muaro Jambi (7,60 persen); Kab. Merangin (6,55 persen); Kab. Tebo (5,17 persen); Kota Sungai Penuh (2,95 persen) Profil Sosial dan Budaya Bidang sosial budaya dan kehidupan beragama merupakan aspek yang fundamental dan berperan sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan manusia yang dijawantahkan dalam wujud peningkatan kesejahteraan dan kualitas taraf hidup masyarakat. Pada titik ini, nilai-nilai budaya bangsa yang mengacu kepada Pancasila dan UUD 1945 perlu direvitalisasi ke dalam suatu pranata-pranata yang aplikatif sehingga secara substansial mampu menaungi sekaligus menjadi pijakan dasar dalam penyelenggaraan pembangunan daerah. Dalam prakteknya selama ini, ternyata nilai-nilai ideologis bangsa ini masih belum terimplementasikan secara utuh dan nyata. Lebih dari itu, sejalan dengan penyelenggaraan pembangunan yang mengacu kepada karakteristik dan spesifikasi daerah, serta dalam kerangka memperkuat kohesi dan ketahanan sosial yang menyangkut interaksi antar individu atau kelompok masyarakat dapat dirasakan adanya kecenderungan terabaikannya budaya daerah yang memuat nilai-nilai, sikap, perilaku, kebiasaan (custom), tradisi, adat istiadat, dan bentuk-bentuk kearifan lokal lainnya. Penduduk (masyarakat) Kabupaten Kerinci adalah penduduk asli, artinya masyarakat Kabupaten Kerinci sejak nenek moyangnya telah lama menetap di daerah ini. Keadaan sosial masyarakat Kerinci dicirikan oleh adanya suku Kerinci, yaitu merupakan turunan suku Melayu Tua yang telah menetap sejak zaman Mezoliticum, serta mempunyai bahasa dan dialek spesifik (bahasa Kerinci) dengan tulisan Rencong Sirik. Laporan Akhir 2-26

57 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Daerah pertanian merupakan enclave yang terluas dalam kawasan TNKS dan merupakan daerah yang subur dan relatif terisolir. Hal tersebut menyebabkan perkembangan kebudayaan lebih menonjolkan sifat religius yang mayoritas Islam serta penghormatan pada peninggalan nenek moyang. Hubungan kekerabatan lebih erat dan terikat satu sama lain yaitu terlihat adanya suatu strata masyarakat tuo-tuo tengganai (tokoh masyarakat, ninik mamak, kaum kerabat) alim ulama, cerdik pandai, masyarakat biasa, dan golongan orang-orang tua, serta golongan orang muda. Tantangan pembangunan di bidang kepemudaan adalah mengoptimalkan partisipasi pemuda dalam pembangunan, menstabilkan kondisi perkembangan psikologis pemuda, melemahnya sandaran nilai dan norma, banyaknya kompetisi yang diakibatkan karena arus globalisasi, serta pelestarian karakter, idealisme dan budaya bangsa. Tantangan pembangunan di bidang olah raga adalah belum bisa dirasakannya pembinaan keolahragaan yang komperehensif dan berkesinambungan agar seluruh potensi olah raga dapat dikembangkan secara baik, penguatan peran dan tanggung jawab masyarakat beserta pemangku pembangunan untuk mengembangkan sarana dan prasarana keolahragaan misalnya dengan melalui pembangunan Gelanggang Olah Raga yang terpadu dan komprehensif dengan standar internasional disamping itu harus ditumbuhkembangkan manajemen peningkatan kualitas atlit secara komperehensif, terpadu dan standar internasional. Pembangunan di bidang seni dan budaya sudah mengalami kemajuan yakni ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap keanekaragaman budaya, pentingnya toleransi dan pentingnya sosialisasi penyelesaian masalah tanpa adanya kekerasan serta mulai berkembangnya interaksi antar budaya. Pentingnya pembangunan kebudayaan di Kota Sungai Penuh ditujukkan dalam rangka melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai dan kaidah kebudayaan daerah itu sendiri dan yang lebih penting adalah melestarikan jati diri dan nilai budaya ditengah semakin derasnya informasi dan pengaruh negatif budaya asing yang sudah masuk ke Indonesia. Pada bidang pelayanan kesehatan dari data yang dikumpulkan puskesmas yang terangkum pada Kerinci Dalam Angka 2012 yang dirilis oleh BPS dan dapat dilihat pada Tabel. II.1.21 dari kasus gangguan kesehatan masyarakat ternyata penyakit Saluran Pernafasan bagian ataslah yang memiliki jumlah kasus terbanyak sekitar kasus. Laporan Akhir 2-27

58 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Tabel. II.1.21 Daftar Beberapa Penyakit Terbesar dari Puskesmas di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 No Nama Penyakit Jumlah (orang) 1 Sakit Saluran Pernapasan Bagian Atas Penyakit lain pada pernafasan atas Penyakit pada sistem otot Penyakit kulit alergi Tekanan darah tinggi Infeksi penyakit usus lainnya Diare Penyakit kulit infeksi Asma Penyakit kulit karena jamur Penyakit mata lainnya Infeksi telinga tengah Malaria 252 Jumlah Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), Kondisi Prasarana Bidang PU/Cipta Karya Sub Bidang Air Minum Pembangunan prasarana dan sarana penyediaan air minum di Kabupaten Kerinci telah dimulai sejak tahun 1977 dengan sumber dana APBN Departemen PU melalui Proyek Peningkatan Sarana Air Bersih Jambi. Untuk memanfaatkan Pembangunan Sarana Penyediaan Air Minum tersebut dibentuklah Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kabupaten Kerinci dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Nomor : 104/KPTS/CK/IV/1981 tanggal 10 November 1981 dan beroperasi sejak tahun Maka pada tanggal 5 Oktober 1992 Badan Pengelola Air Minum (BPAM) berubah statusnya menjadi Perasahaan Daerah Air Minum (PDAM) sesuai SK Gubemur Jambi Nomor : 485 tahun Sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Kerinci terdiri dari sistem perpipaan dan sistem non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh BPAB sedangkan sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat Sistem penyediaan air bersih yang dikelola oleh BPAB memanfaatkan sumber air baku yang berasal dari air permukaan (sungai) dan air tanah (sumur bor) Sub Bidang Persampahan Kabupaten Kerinci setelah dilakukan pemekaran terdiri dari 12 kecamatan, dengan luas wilayah secara keseluruhan mencapai Km2. Pengelolaan persampahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci masuk dalam skala regional, wilayah Laporan Akhir 2-28

59 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci pelayanan terbesar masih berada dalam Wilayah Kota Sungai Penuh, mengingat Pemerintah Kota Sungai Penuh belum memiliki sarana dan paradsarana yang ada untuk pengelolaan persampahan secara keseluruhan wilayah yang dilayani secara rutinitas mencakup 5 kecamatan, yaitu Sungai Penuh, Hamparan Rawang, Pesisir Bukit, Tanah Kampung, Kumun Debai, Sedangkan untuk 6 Kecamatan yaitu Air Hangat, Kayu Aro, Gunung Tujuh, Sitinjau Laut, Keliling Danau, Danau Kerinci pelayanan masih secara berkala (mingguan), sedangkan untuk 6 kecamatan lainnya belum dapat terlayani karena ketersediaan sarana prasarana, personil dan biaya yang belum memadai. Institusi pengelola persampahan yang ada di Kabupaten Kerinci saat ini adalah institusi pemerintah, yaitu Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kerinci. Dalam pengelolaan persampahan, institusi ini menjalankan 2 (dua) fungsi, yaitu selaih sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (operator), juga sebagai perigatur atau pengendali (regulator) pengelolaan persampahan bersama Badan/dinas teknis lain, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan dan Kantor Lingkungan Hidup. Dalam pelaksanaan pelayanan, Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kerinci bertugas melakukan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah hingga ke tempat pembuangan akhk. Sementara itu masyarakat, baik secara individual maupun komunal, berperan dalam pengumpulan sampah pada tempat-tempat yang telah disediakan, misalnya membuang sampah pada tong sampah, kontainer, tempat pembuangan sementara, dan tempat-tempat lainnya Sub Bidang Air Limbah Penetapan prasarana dan sarana air limbah bertujuan untuk pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukiman dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku. Prasarana dan sarana air limbah meliputi sistem pembuangan air limbah setempat dan/atau terpusat. Sistem pembuangan air limbah setempat dilakukan secara individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat pada kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat di Kabupaten Kerinci. Sistem pembuangan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat pada kawasan pemerintahan, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perumahan, dan kawasan permukiman padat di Kabupaten Kerinci. Lokasi instalasi pengolahan air limbah harus memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan zona penyangga. Instalasi pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) diatur dalam rencana detail tata ruang. Tempat pengolahan limbah bahan beracun berbahaya dan beracun diarahkan di kawasan rumah sakit dalam kota sungai penuh. Pada dasarnya air limbah terdiri dari 2 bentuk yaitu air kotor (Grey Water) dan limbah manusia (Black Water). Grey Water yaitu limbah manusia dalam bentuk cairan yang Laporan Akhir 2-29

60 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci dihasilkan dari sisa kegiatan pemakaian air domestik, seperti air bekas mandi, mencuci dan sebagainya. Sedangkan Black Water yaitu buangan limbah padat yang berasal dari kotoran manusia. Penanganan air limbah dapat dilakukan melalui dua teknologi pembuangan, yaitu sistem setempat (onsite system) dan sistem terpusat (offsite system). Sistem setempat yaitu suatu sistem pembuangan air limbah sekaligus pengolahannya yang dilakukan di tempat tersebut melalui penguraian bakteri anaerob. Teknologi pengolahan sistem setempat biasanya menggunakan Septic Tank atau Cubluk disertai Bidang Resapan. Sedangkan sistem terpusat yaitu bentuk pembuangan air limbah menggunakan sistem perpipaan yang berfungsi mengalirkan air limbah dari sumbernya ke suatu tempat pengolahan. Air limbah (buangan) dapat didefinisikan sebagai air yang mengandung bahan pencemar fisik, biologi, atau kimia. Air buangan kota berasal dari kegiatan rumah tangga atau domestik dan dari kegiatan industri. Kedua air buangan ini harus ditangani secara terpisah karena karakteristiknya berbeda, dimana air buangan industri memiliki karakteristik yang lebih kompleks. Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan. Tingkat pengolahan yang akan diterapkan tergantung apda kualitas air buangan, yang erat kaitannya dengan jenis-jenis sumber air buangan tersebut. Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard) (lihat Kep -02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan). Pengelolaan limbah manusia, khususnya limbah air bekas dilakukan secara individual pada masing-masing rumah tangga atau memanfaatkan fasilitas umum seperti MCK umum. Sistem yang digunakan adalah on-site (setempat). Untuk permukiman penduduk yang berada di tepian sungai, pada umumnya memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi, cuci dan buang air Sub Bidang Drainase Kondisi alam Kabupaten Kerinci secara umum dapat dibedakan menjadi daerah datar, bergelombang, dan berbukit. Limpasan air permukaan yang berpotensi banjir biasanya terjadi di wilayah dengan topografi datar-bergelombang dengan kelerengan daerah kurang dari 15%. Peningkatan debit air permukaan dipengaruhi pula oleh jenis tanah lempungan, dimana resapan air relatif kecil. Pada musim penghujan dimana curah hujan cenderung tinggi, genangan air permukaan semakin meningkat pada daerah-daerah tersebut. Di beberapa wilayah kecamatan dengan karakteristik alam seperti itu, jaringan drainase seringkali belum ada, sehingga sering terjadi banjir. Fenomena itu diperburuk dengan luapan air sungai yang mengalir di wilayah-wilayah itu. Dalam konteks ini, pembangunan sistem drainase menjadi suatu kebutuhan yang mendesak dan harus Laporan Akhir 2-30

61 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci mendapat prioritas. Kondisi jaringan drainase di Kabupaten Kerinci secara umum belum memadai atau tidak sesuai dengan peruntukannya. Oleh karenanya, kinerja sistem drainase tidak optimal, dan sebagai akibatnya banjirpun masih sering terjadi, meskipun di wilayah itu dijumpai adanya jaringan drainase. Sistem penampungan pada kolam-kolam retensi yang sudah ada tampaknya perlu ditingkatkan. Kondisi fisik dan kapasitas drainase perlu ditingkatkan, terutama dalam rangka mengikuti laju pembangunan di sektor lain seperti pengembangan wilayah perumahan, dimana pengalihan fungsi lahan terjadi dan berpotensi meningkatkan erosi dan limpasan air permukaan Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan Penyelenggaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan yang ada masih bersifat pembangunan sesuai perencanaan yang sudah disusun. Pembangunan gedung biasanya dilakukan oleh Bidang Cipta Karya terutama untuk gedung pemerintah dan fasilitas umum. Untuk bangunan-bangunan umum baik yang dibangun oleh pemerintah maupun oleh pihak lain (masyarakat, swasta) belum ada pendataan kelayakan dana keandalan bangunan sesuai dengan apa yang diminta oleh Undang-undang Bangunan Gedung. Penyediaan fasilitas keselamatan bangunan seperti hidran kebakaran, akses jalan dan lainlainnya belum pernah diteliti apakah sudah sesuai dengan standar teknis ataukah belum. Perlu adanya penilaian dana identifikasi keandalan bangunan terutama pada bangunan umum agar keselematan dan kenyamanan pengguna bisa terjamin. Untuk bangunan-bangunan negara, sampai saat ini belum ada pendataan secara khusus, terutama menyangkut kalayakan dan keandalan bangunannya. Pembangunan bangunan negara sampai saat ini perencanaan dan pelaksanaannya masih ditangani oleh Bidang Cipta Karya pada Dinas PU Kabupaten Kerinci Sub Bidang Pengembangan Permukiman Pengembangan permukiman kawasan perkotaan, merupakan sasaran yang akan terus ditumbuhkembangkan. Pertimbangan ini didasari oleh semakin meningkatnya penduduk kota yang dengan cepat, telah memberikan dampak serius terhadap kondisi perkotaan. Kawasan-kawasan kumuh yang timbul dimana-mana, cepatnya pertumbuhan dan perkembangan sektor informal, penempatan perdagangan yang semrawut sebagai akibat meningkatnya aktifitas penduduk dan sebagainya, telah menjadikan kawasan perkotaan semakin tidak tertata dengan rapi, bersih, indah dan nyaman. Perwujudkan permukiman perkotaan yang rapi, bersih, indah dan nyaman akan tetap menjadi idaman secara berkelanjutan. Apabila kondisi ini mampu diwujudkan, maka daya tarik kota pun akan semakin meningkat, Untuk itu diperlukan kebiiakan-kebijakan yang mampu merangsang dan merubah kawasan permukiman perkotaan menjadi lebih teratur, rapi, bersih, indah dan nyaman bagi penghuninya. Kebijakan yang ditempuh adalah sebagai berikut: Laporan Akhir 2-31

62 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Kerinci Peningkatan penyediaan prasarana dan Revitalisasi kawasan kumuh Peningkatan dan penyediaan utilitas permukiman yang memadai. Peningkatan dan penyediaan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial kawasan permukimani Peremajaan Kota dan revitalisasi kawasan perkotaan Penataan serta peningkatan aktivitas elemen-elemen kota dalam kegiatan peremajaan kota Peningkatan penanggaan lingkungan sekitar elemen-elemen visual kawasan Meningkatkan pengembangan elemen-elemen visual kota Meningkatkan kegiatan dalam perbaikan elemen-elemen visual kota Laporan Akhir 2-32

63 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci 3.1. STRATEGI/SKENARIO ARIO PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KERINCI BERDASARKAN ARKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH Tujuan Penataann Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci Tujuan penataan ruang adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan, terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; terwujudnya keterpaduanerpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan terwujudnya pelindungann fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Adapun tujuan Penataan Ruang Kabupaten Kerinci , yaitu : Mewujudkan Kabupaten Kerinci Sejahtera Berbasiskan Pada Sumberdaya Alam, Dan Infrastruktur Yang Layak, Dengan Memperhatikan Kawasan Konservasi Dan Rawan Bencana Kebijakan Penataan aan Ruang Kebijakan dan strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. a. Penguatan dan pemulihan hutan, kawasan lindung dan TNKS; b. Penataan penyesuaian kawasan rawan bencana serta pengendaliannya agar dapat teraplikasinya perencanaan yang berlandaskan mitigasi bencana di Kabupaten Kerinci. c. Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis konservasi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat; Laporan Akhir 3-1

64 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci d. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui intensifikasi lahan, diversifikasi dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan sistem produksi dalam skala global; e. Pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro serta wisata sesuai keunggulan dan potensi kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, terintegrasi dan dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan; f. Pembangunan Infrastruktur yang berkualitas untuk peningkatan aksesibilitas dan peningkatan kualitas pelayanan masyarakat Strategi Penataan Ruang A. Strategi untuk Penguatan dan pemulihan hutan, kawasan lindung dan TNKS adalah : a. Pemantapan tata batas kawasan lindung dan kawasan budidaya untuk memberikan kepastian rencana pemanfaatan ruang dan investasi; b. Menyusun dan melaksanakan program rehabilitasi lingkungan, terutama pemulihan fungsi TNKS dan hutan lindung yang berbasis masyarakat; c. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan; d. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati dan sumber daya tarik wisata alam hutan/ekowisata dan wisata hutan; dan e. Menggalang kerjasama regional, nasional dan internasional dalam rangka pemulihan fungsi kawasan lindung terutama TNKS, hutan lindung dan cagar alam. B. Strategi untuk Penataan penyesuaian kawasan rawan bencana serta pengendaliannya agar dapat teraplikasinya perencanaan yang berlandaskan mitigasi bencana di Kabupaten Kerinci adalah : a. Menyusun dan melaksanakan rehabilitasi kawasan atas sesar dan kawasan Gunung Kerinci; b. Menyusun dan merencanakan pengembangan kawasan evakuasi bencana alam gempa bumi dan letusan gunung api; c. Perencanaan dan penataan detail khusus untuk kawasan rawan bencana berdasarkan mitigasi bencana dan pengendalian pemanfaatan lahan untuk kawasan bukan permukiman padat; dan d. Mengembangkan sistem infrastruktur, prasarana dan sarana wilayah dengan menerapkan sistem tanggap bencana dan sistem tahan bencana gempa. Laporan Akhir 3-2

65 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci C. Strategi untuk Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis konservasi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah : a. Mengembangkan energi alternatif sebagai sumber listrik, seperti pembangkit listrik mikro hidro, tenaga uap, panas bumi dan lain-lain; b. Mengembangkan infrastruktur dan prasarana kawasan menunjang pengembangan pembangkit listrik sumber panas bumi ( geothermal) PLTPB di Lempur; c. Mengembangkan kawasan pusat studi dan penelitian pengembangan pembangkit listrik sumber energi alternatif yaitu panas bumi, tenaga uap, mikrohidro dan lainnya; d. Menyusun rencana pengembangan sumber daya energi alternatif listrik tenaga uap Batang Merangin dan tenaga panas bumi Semurup serta sumber energi listrik mikro-hidro dengan sumber potensi air terjun dan sungai yang ada di Kabupaten Kerinci; e. Mengembangkan kegiatan konservasi yang bernilai lingkungan dan sekaligus juga bernilai sosial-ekonomi, seperti hutan kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat, hutan adat dan perkebunan; dan f. Meningkatkan kapasitas sosialisasi masyarakat dalam pemanfaatan sumber energi yang terbarukan (renewable energy). D. Strategi untuk Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan dan sistem produksi yang komulatif dalam skala regional wilayah maupun nasional adalah : a. Meningkatkan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan melalui intensifikasi lahan; b. Memanfaatkan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat; c. Meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan sehingga terjadi peningkatan produksi dengan kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi tinggi; d. Meningkatkan sistem produksi dan pengolahan hasil pertanian dan perkebunan serta kehutanan agar dapat meningkatkan nilai jual dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta meningkatkan perekonomian daerah; dan e. Meningkatkan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber daya manusia dan kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan. Laporan Akhir 3-3

66 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci E. Strategi untuk Pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro serta wisata sesuai keunggulan dan potensi kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, terintegrasi dan dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan adalah : a. Merencanakan dan mengembangkan kawasan pertanian dengan sistem modernisasi dan teknologi terpadu untuk meningkatkan kegiatan ekonomi berbasis agro; b. Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agro-industri dan agri-bisnis); c. Mengembangkan penelitian dan pengelolaan sumber daya pertanian, perkebunan dan kehutanan sehingga menjadi kekuatan utama ekonomi masyarakat Kerinci, serta meningkatkan kualitas sumber daya pengelolaan melalui pengembangan pusat kajian dan penelitian agri-bisnis; d. Meningkatkan dan merehabilitasi kawasan pengolahan teh Kayu Aro; e. Meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang lebih agresif dan efektif; dan f. Mengembangkan dan meningkatkan penataan kawasan daya tarik wisata yaitu kawasan wisata Gunung Kerinci dan sekitarnya, kawasan wisata Danau Kerinci dan sekitarnya serta kawasan-kawasan daya tarik wisata lainnya. F. Strategi untuk Pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana wilayah yang berkualitas untuk peningkatan aksesibilitas ke seluruh wilayah dan peningkatan kualitas pelayanan di Kabupaten Kerinci adalah : a. Membangun prasarana dan sarana transportasi terutama transportasi darat yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang namun tetap mempertimbangkan ketahanan terhadap ancaman bencana alam; b. Meningkatkan aksesibilitas antar kawasan dalam wilayah maupun antar wilayah dengan wilayah sekitar Kabupaten Kerinci; c. Meningkatkan dan mengembangkan kawasan bandar udara Depati Parbo sebagai sarana transportasi udara guna melayani jalur penerbangan skala regional; d. Membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman (kawasan), termasuk fasilitas pemerintahan kabuapten yang baru; e. Menyusun syarat dan ketentuan pembangunan prasarana, sarana dan infrastruktur tahan gempa; dan Laporan Akhir 3-4

67 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci f. M enyusun program dan membangun berbagai perangkat keras dan lunak untuk mitigasi berbagai bencana alam, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor, banjir, kebakaran hutan dan ancaman lainnya Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci Rencana Sistem Perkotaan di Kabupaten Kerinci Perumusan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci dilakukan dengan mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang wilayah provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan. Berdasarkan kebijakan RTRW Nasional, RTR Pulau Sumatera dan RTRW Provinsi serta usulan dari Pemerintah Daerah maka rencana sistem perkotaan di Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut : 1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di Batang Sangir (Kecamatan Kayu Aro), Sanggaran Agung (Kecamatan Danau Kerinci) dan Siulak (Kecamatan Siulak); 2. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang diusulkan menjadi Pusat Pelayanan Kegiatan Prioritas adalah Siulak Deras (Kecamatan Gunung Kerinci) dan Jujun (Kecamatan Keliling Danau). 3. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah Pelompek (Kecamatan Gunung Tujuh), Koto Tuo (Kecamatan Depati Tujuh), Hiang (Kecamatan Sitinjau Laut), Semurup (Kecamatan Air Hangat), Sungai Tutung (Kecamatan Air Hangat Timur), Tamiai (Kecamatan Batang Merangin) dan Lempur (Kecamatan Gunung Raya). Rencana Struktur Ruang ini akan menjadi pertimbangan rencana arah pengembangan wilayah yang juga akan sangat berdampak bagi tingkat pembangunan yang akan terjadi di Kabupaten Kerinci untuk 20 tahun kedepan. Adapun rencana sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Kerinci disajikan pada Tabel Tabel Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Kerinci No Ibukota Kecamatan Hirarki Fungsi Fungsi Utama Batang Sangir (Kecamatan Kayu Aro) PKL - Kegiatan Pendukung Industri Agro - Kesehatan - Pendidikan - Pusat Jasa Keuangan - Pusat Jasa dan Informasi Pertanian - Pusat Perdagangan Hortikultura dan Peternakan - Pusat Pendukung Kegiatan Pariwisata - Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura dan Pertanian - Pusat Mitigasi Bencana Geologi Laporan Akhir 3-5

68 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci No Ibukota Kecamatan Hirarki Fungsi Fungsi Utama - Pusat Jasa dan Informasi Pariwisata - Pusat Pendidikan Pariwisata dan Pertanian - Pusat Penelitian dan Pengembangan Sanggaran Agung Perikanan Air Tawar 2 (Kecamatan Danau PKL - Kegiatan Penunjang Pariwisata Kerinci) - Pusat Mitigasi Bencana Geologi - Pusat Pengembangan ESDM - TPA - Terminal Tipe C - Pusat Perkantoran/Pemerintahan Kabupaten - Pusat Jasa Penunjang Kegiatan Pemerintahan - Pusat Pengembangan ESDM 3 - Pusat Pendidikan dan Kebudayaan Siulak PKL - Pusat Jasa dan Informasi Pariwisata (Kecamatan Siulak) - Pusat Pengembangan Pertanian dan Kehutanan - Kegiatan Evakuasi Bencana Gunung Api - Terminal Tipe C - Pengembangan Komoditas Perkebunan Siulak Deras - Pengolahan Hasil Perkebunan 4 (Kecamatan Gunung PPK - Pengolahan Hasil Perkebunan Kerinci) - Pengembangan ESDM - Kegiatan Pendukung Peternakan - Kegiatan Pendukung Perdagangan - Pendidikan 5 - Kesehatan Jujun - Budidaya Perikanan Air Tawar (Kecamatan Keliling PPK - Kegiatan Penunjang Pariwisata Danau) - Kegiatan Penunjang Kehutanan - Pusat Pengembangan Buah-Buahan - Pengembangan ESDM - Pendidikan - Pengembangan Teknologi dan penelitian - Pengembangan PLTPB - Pengembangan kegiatan penunjang PLTPB Lempur - Pengembangan Perkebunan 6 (Kecamatan Gunung PPL - Pengembangan Kehutanan Raya) - Pengembangan Pertanian - Pengembangan Pariwisata - Kegiatan Pendukung Perdagangan - Pengembangan ESDM - Pengembangan Industri Agro - Pendidikan - Pengembangan PLTA Batang Merangin Tamiai - Pengembangan kegiatan penunjang PLTA 7 ( Kecamatan Batang PPL - Pengembangan Perkebunan Merangin) - Kegiatan Pendukung Perdagangan - Pengembangan Pertanian - Kegiatan Penunjang Pariwisata 8 - Pelayanan dan Jasa Transportasi Hiang - Kesehatan (Kecamatan Sitinjau PPL - Pendidikan Laut) - Kegiatan Pendukung Pariwisata Laporan Akhir 3-6

69 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci 9 10 No Ibukota Kecamatan Hirarki Fungsi Fungsi Utama - Kebudayaan dan Kerajinan - Pengembangan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Semurup (Kecamatan Air Hangat) Sungai Tutung (Kecamatan Air Hangat Timur) PPL PPL - Pendidikan - Pariwisata - Kegiatan Pendukung Pertanian - Pengolahan hasil pertanian - Peternakan - Pengembangan ESDM - Kesehatan - Pendidikan - Peternakan - Pariwisata - Kegiatan Pendukung Industri Kecil/menengah - Pertanian 11 Koto Tuo (Kecamatan Depati VII) PPL - Pertanian - Peternakan - Pariwisata - Pendidikan 12 Pelompek (Kecamatan Gunung Tujuh) PPL Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Kerinci Tahun Peternakan - Pertanian - Pariwisata - Perkebunan - Kehutanan - Pengembangan ESDM Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten Kerinci A. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Transportasi Darat Transportasi darat dalam hal ini terdiri dari rencana pengembangan jaringan jalan dan terminal. Jaringan jalan dikembangkan untuk mendukung pengembangan Kabupaten Kerinci sebagai kabupaten yang mandiri dan terlepas dari ikatan pelayanan Kota Sungai Penuh yang dulunya merupakan ibukota Kabupaten Kerinci. Rencana pengembangan jaringan jalan ini disajikan pada Tabel Tabel Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Fungsi Jalan Strategis Nasional (Kepmen PU No. 631/Kpts/M/2009) Arteri Primer (RTRW Propinsi Jambi) Lokasi Ruas Ruas Jalan Bangko (Kabupaten Merangin)-Sungai Penuh (Kota Sungai Penuh). 1. Sungai Penuh (Kota Sungai Penuh)-Letter W/ Batas Sumatera Barat. 2. Sungai Penuh (Kota Sungai Penuh)-Lempur. Laporan Akhir 3-7

70 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci Kolektor Primer Lokal Primer 1. Simpang Tanjung Tanah Hiang Sungai Tutung Kemantan Mukai Tinggi - Lubuk Nagodang. 1. Lolo Kecil Selampaung. 2. Tanjung Batu Baru Pulau Sangkar. 3. Simpang Tiga Hiang (Bandara) Betung Kuning Ambai Bawah Tebing Tinggi Pendung Talang Genting. 4. Sungai Tutung Pungut Mudik. 5. Belui Tinggi- Siulak Kecil Koto Tengah Sungai Gelampeh Siulak Deras. 6. Siulak Deras Mudik Sungai Tanduk Pelompek. Lokal Sekunder Ruas jalan di Kabupaten Kerinci selain Selain Jalan Strategis Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kolektor Primer, Jalan Lokal Primer dan Jalan Strategis Kabupaten. Strategis Kabupaten (Khusus untuk jalan mitigasi bencana) 1. Pelompek Pauh Tinggi Sungai Kuning Limbur Lubuk Mingkuang (Kabupaten Bungo) 2. Sungai Tanduk Danau Tinggi Sungai Kuning Limbur Lubuk Mingkuang (Kabupaten Bungo) 3. Lempur Mudik Renah Kemumu (Kabupaten Merangin) Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Kerinci Tahun 2010 Sedangkan untuk rencana pengembangan prasarana transportasi darat lainnya adalah pengembangan terminal tipe C di PKL (Siulak dan Sanggaran Agung ) yang merupakan simpul pengembangan wilayah yang diprioritaskan. B. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumberdaya Air Irigasi Saat ini Kabupaten Kerinci Memiliki 233 unit irigasi yang sudah dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan dengan kriteria irigasi teknis seluas Ha, semi teknis seluas Ha, dan irigasi sederhana seluas Ha. Namun upaya reahabilitasi dan pemeliharan salurann irigasi tersebut sangat dibutuhkan untuk simasa mendatang agar dapat terus berfungsi dengan baik. Rencana Jaringan Air Baku Dari standar kebutuhan air bersih tersebut dapat di proyeksikan kebutuhan air bersih di Kabupaten Kerinci pada tahun 2030 mencapai liter/hari, dimana kebutuhan untuk sambungan rumah sebanyak liter perhari dan kebutuhan untuk non domestik sebanyak liter perhari, sebagaimana disajikan pada tabel Laporan Akhir 3-8

71 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci No Tabel Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Kerinci Tahun 2030 Kecamatan Sambungan Rumah (SR) Liter/hari Kran Umum (KU) Liter/hari Kebutuhan Non Domestik (20%) Total Kebutuhan Liter/hari 1 Kayu Aro Gunung Tujuh Gunung Kerinci Siulak Air Hangat Depati VII Air Hangat Timur Sitinjau Laut Danau Kerinci Keliling Danau Batang Merangin Gunung Raya Jumlah Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Kerinci 2010 Pelayanan PDAM Tirta Sakti ke depan diharapkan dapat mengatasi/menekan atau meminimalkan kendala sistem air bersih, mulai dari sumber air sampai dengan jaringan distribusinya sehingga PDAM dapat meningkatkan segi kuantitas demi terjaminnya kepuasan masyarakat sebagai pelanggannya. C. Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana lainnya Pengelolaan Sampah Kabupaten Kerinci memiliki Tempat Pengelolaan (Pembuangan) sampah Akhir (TPA) yang terdapat di Talang Kemulun, Kecamatan Danau Kerinci. Penempatan TPA di lokasi ini tidak begitu baik karena berdekatan dengan Danau Kerinci karena secara ekologis akan mengganggu ekosistem sungai. Untuk masa mendatang perlu menetapkan suatu lokasi di Kabupaten Kerinci sebagai lokasi TPA Regional, dengan sistem pengeloaan sanitary landfill. TPA nantinya diharapkan bukan hanya sebagai tempat pembuangan akhir tapi juga tempat pengolahan sampah (Pembuatan Kompos, Lindi, Pemisahan Sampah). Pemilihan lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) dilakukan dengan mempertimbangkan aspek - aspek keruangan sebagai berikut : 1. Lokasi TPA sampah diharapkan berlawanan arah dengan arah perkembangan daerah perkotaan (Urbanized Area); 2. Lokasi TPA sampah harus berada di luar dari daerah perkotaan yang didorong pengembangannya (Urban Promotion Area); Laporan Akhir 3-9

72 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci 3. Diupayakan transportasi menuju TPA sampah tidak melalui jalan utama menuju perkotaan/daerah padat; Selain hal - hal tersebut di atas, perencanaan TPA sampah perkotaan perlu memperhatikan hal sebagai berikut : 1. Rencana pengembangan kota dan daerah, tata guna lahan serta rencana pemanfaatan lahan bekas TPA; 2. Kemampuan ekonomi pemerintah daerah setempat dan masyarakat, untuk menentukan teknologi sarana dan prasarana TPA yang layak secara ekonomis, teknis dan lingkungan; 3. Kondisi fisik dan geologi seperti topografi, jenis tanah, kondisi badan air sekitarnya, pengaruh pasang surut, angin iklim, curah hujan, untuk menentukan metode pembuangan akhir sampah; 4. Pengembangan jaringan jalan yang ada, untuk menentukan rencana jalan masuk TPA. 5. Rencana TPA di daerah lereng agar memperhitungkan masalah kemungkinan terjadinya longsor; 6. Tersedianya biaya operasi dan pemeliharaan TPA; 7. Sampah yang dibuang ke TPA harus telah melalui pengurangan volume sampah sedekat mungkin dengan sumbernya; 8. Sampah yang dibuang di lokasi TPA adalah hanya sampah perkotaan yang bukan berasal dari industri, rumah sakit yang mengandung B3; 9. Kota-kota yang sulit mendapatkan lahan TPA di wilayahnya, perlu melaksanakan model TPA regional serta perlu adanya institusi pengelola kebersihan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan TPA tersebut secara memadai; dan 10. Aksesibilitas jalan menuju TPA sampah harus tersedia guna memudahkan kendaraan pengangkut membuang limbah /sampah sampai ditempatnya, kebutuhan lahan yang relatif cukup luas disesuaikan dengan konsep pengelolaan TPA sampah misalnya Buffer zone untuk menghindari dampak dari bau, kebisingan, lalat dan vektor penyakit dengan ditanami pohon pelindung. Selain itu ditetapkan pula Free Zone yang merupakan zona bebas dimana kemungkinan masih dipengaruhi leachate, sehingga harus merupakan ruang Terbuka Hijau. Pendekatan pengelolaan sampah yang berasal dari limbah organik dengan cara diproses menjadi pupuk atau kompos, merupakan pendekatan yang perlu pula menjadi alternative pilihan pengelolaan limbah, karena dapat memberikan nilai tambah baik secara ekologis, psikologis dan ekonomis. Laporan Akhir 3-10

73 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci Jaringan Drainase, Air Limbah dan Pengendalian Air Dalam rangka mengatasi permasalahan yang terjadi dalam sistim jaringan drainase dibutuhkan penyediaan sarana dan prasarana penunjang secara terencana, terpadu dan berkesinambungan serta pembenahan terhadap manajemen pengelolaan sistim jaringan drainase. Upaya tersebut dilaksanakan melalui program dan kegiatan pengembangan drainase yaitu : a) Program pengembangan dan perencanaan drainase, diantaranya adalah penyusunan rencana induk drainase perkotaan; b) Program pembangunan sistim drainase primer, sekunder dan tersier di wilayah perkotaan dan kawasan strategis lainnya; c) Program pengelolaan drainase terpadu dalam mendukung konservasi sumberdaya air, seperti pembangunan drainase pada desa-desa kawasan tangkapan air, dan pembangunan bak-bak penampung air yang bersumber dari mata air sekitar kawasan konservasi. d) Program promosi pengelolaan drainse, melalui penyuluhan dan penyusunan regulasi penggunaan drainase; dan e) Program pengembangan dan rehabiliasi jaringan drainase. Selain itu dalam upaya pengendalian debit air di setiap DAS Kabupaten Kerinci, maka pengembangannya kedepan diprioritaskan pada sistem pengendalian debit air, khususnya Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sering meluap pada saat musim hujan, untuk DAS sungai siulak dan DAS Batang Merao. Pengendalian banjir terhadap meluapnya air sungai ini, diperlukan penanganan yang tepat untuk jalur badan sungai sepanjang DAS serta penetapan /pengawasan yang konsisten akan daerah perlindungan badan sungai / sempadan sungai. Rencana Sistem Evakuasi Bencana Alam Wilayah Kabupaten Kerinci sebagian besar adalah daerah rawan bencana gempa bumi, hal ini dikarenakan wilayah ini berada diatas sesar utama Patahan Sumatera yang membentang dari Utara hingga sisi Selatan wilayah. selain itu kabupaten Kerinci juga memiliki beberapa daerah yang rawan terhadap bencana alam lainnya seperti erupsi gunung api, banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor. Dalam rangka mengantisipasi bencana yang mungkin akan terjadi tersebut, maka upaya mitigasi bencana perlu dilakukan dalam memperkecil korban jiwa dan kerugian harta benda yang diakibatkan bencana alam tersebut. Salah satu upaya mitigasi terhadap bencana alam tersebut, terutama bencana letusan gunung api Kerinci, maka dalam struktur ruang dan rencana sistim jaringan prasarana lainnya ini direncanakan jalur/arah penyelamatan diri dan lokasi/tempat pengungsian sementara. Laporan Akhir 3-11

74 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci Berdasarkan tipologi kawasan rawan bencana letusan gunung api Kerinci dan mempertimbangkan aspek kemudahan untuk melakukan evakuasi, maka lokasi/tempat pengungsian sementara jika terjadi letusan adalah di Renah Pemetik (desa pasir jaya), Kecamatan Siulak. Adapun jalur evakuasi penduduk dari daerah rawan bencana letusan gunung api (Kecamatan Gunung Tujuh, Kecamatan Kayu Aro, Kecamatan Gunung Kerinci) adalah melalui jalan Pauh Tinggi-Sungai Kuning-Pasir Jaya (Renah Pemetik) -Pungut Mudik-Limbur Lubuk Mingkuang (Kabupaten Bungo), dan Jalan Danau Tinggi-Sungai Kuning-Pasir Jaya (Renah Pemetik)-Pungut Mudik-Limbur Lubuk Mingkuang (Kabupaten Bungo). Sedangkan untuk mitigasi bencana gempa bumi, lokasi pengungsian sementara diarahkan di lapangan terbuka yang terdapat di setiap wilayah kecamatan. Adapun jalur evakuasi perlu direncanakan pembangunannya, terutama untuk menjangkau daerah-daerah pedalaman dan terisolir dalam rangka kemudahan dalam pendistribusian bantuan, seperti di desa Masgo, Selampaung (Kecamatan Gunung Raya) dan ke desa Renah Kemumu, Kecamatan jangkat (Kabupaten Merangin) Rencana Pola Ruang Kabupaten Kerinci Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Pada prinsipnya Kawasan lindung meruakan kawasan yang memiliki fungsi utama menjaga kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, budaya dan sejarah bangsa untuk kepentingan berlangsungnya pembangunan yang berkelanjutan. Kawasan lindung di Kabupaten Kerinci terdiri dari: A. Kawasan Yang Melindungi Kawasan Bawahannya Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi : kawasan bergambut dan kawasan resapan air. Kawasan resapan air di Kabupaten Kerinci berupa rawa dengan luas 959 Ha, yang terdiri dari : a. Rawa Arah Seratus di Kecamatan Air Hangat Timur dengan luas 150 Ha; b. Rawa Bento di Kecamatan Kayu Aro dengan luas 425 Ha; dan c. Rawa Lingkat di Kecamatan Gunung Raya dengan luas 384 Ha. B. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat terdiri dari kawasan sempadan sungai dan danau, yang ditujukan untuk melindungi sungai dan danau dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai dan danau. Berikut penjelasan dari Kawasan Perlindungan Setempat : Laporan Akhir 3-12

75 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci a. Garis Sempadan Sungai. Berada di seluruh Daerah Aliran Sungai yang ada, terutama sungai-sungai besar seperti sungai Batang Merangin (di Kecamatan Danau Kerinci dan Batang Merangin), Sungai Siulak (di Kecamatan Siulak dan Kecamatan Gunung Kerinci), sungai Batang Merao (di Kecamatan Air Hangat, Air Hangat Timur, Sitinjau Laut, dan Danau Kerinci), Sungai Tapan (Kecamatan Keliling Danau), dan lain-lain. Luas sempadan sungai di Kabupaten Kerinci lebih kurang Ha. b. Kawasan Tepi Waduk/Danau. Di seluruh tepi waduk dan telaga serta danau yang ada, khususnya Danau Kerinci, dan Danau Lingkat, yang berada di kawasan budidaya, dengan luas lebih kurang 592 Ha. c. Kawasan Sekitar Mata Air. Di seluruh mata air yang ada di Kabupaten Kerinci d. Rencana ruang terbuka hijau. Di seluruh pusat-pusat permukiman dan pusat perkotaan di Kabupaten Kerinci. C. Kawasan Pelestarian ALam Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan Luas lebih kurang Ha. Kawasan TNKS ini ditetapkan melalui SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 91/Kpts-II/1999, Tahun 1999, dimana Taman Nasional ini merupakan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis Propinsi Jambi, serta sebagai world herietage dan paruparu dunia. D. Kawasan Lindung Lainnya berupa kawasan hutan rakyat yang merupakan Hutan Hak Adat yang statusnya bukan hutan negara melainkan Hak Ulayat. Kawasan hutan hak adat di Kabupaten Kerinci yang telah diinventarisasi adalah sebanyak 8 (delapan) dapat dijelaskan sebagai berikut : Hutan adat Ulu Air Lempur Lekuk Limo Puluh Tumbi, desa Lempur Kecamatan Gunung Raya dengan luas 858,3 Ha. Hutan adat Nenek Limo Hiang Tinggi Nenek Empat Betung Kuning, desa Muara Air Dua Kecamatan Sitinjau Laut, dengan luas 858,95 Ha. Hutan adat Temedak, desa Keluru Kecamatan Keliling Danau, dengan luas 23 Ha. Hutan adat Kaki bukit lengeh, desa Pungut Mudik, Kecamatan Air Hangat Timur dengan luas 292 Ha. Hutan adat Bukit Tinggai, desa Sungai Deras Kecamatan Air Hangat Timur, dengan luas 41,27 Ha. Laporan Akhir 3-13

76 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci Hutan adat Bukit Sembahyang dan padun gelanggang, desa Air Terjun Kecamatan Siulak, dengan luas 39,04 Ha. Hutan adat bukit sigi, desa Tanjung genting, Kecamatan Gunung Kerinci. Hutan adat kemantan, desa kemantan, Kecamatan Air Hangat. Hutan adat bukit teluh, Kecamatan Batang Merangin. E. Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Kerinci merupakan daerah rawan bencana. Mengingat wilayah Kabupaten Kerinci berada dekat dengan lokasi pertemuan lempeng aktif sumatera dan berada pada jalur rangkaian gunungapi aktif dunia ( ring of fire). Dalam struktur geologinya, Kabupaten Kerinci dilalui oleh sesar utama yang berarah barat laut-tenggara yaitu sesar siulak. Sesar ini terdiri atas dua sesar yang sejajar dan membatasi danau kerinci dengan panjang kurang lebih 37 Km dan lebarnya 17 Km. Berdasarkan kondisi ini, wilayah Kabupaten Kerinci menjadi daerah yang rawan terhadap bencana gempa bumi, tanah longsor dan letusan gunung api. Selain tiga jenis bencana ini, Kabupaten Kerinci juga rawan terhadap bencana banjir dan angin puting beliung. 1) Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Berdasarkan tinjauan zona gempa di Indonesia, Kabupaten Kerinci secara umum termasuk pada daerah rawan gempa dengan skala intensitas VII-VIII, dengan episentrum yang relatif dangkal-sedang (Sampurno, ITB 1962). Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi di wilayah Kabupaten Kerinci terbagi atas 3 (tiga) tipologi kawasan, antara lain sebagai berikut : Tipe A Kawasan ini berlokasi jauh dari daerah sesar yang rentan terhadap getaran gempa. Adapun wilayah kecamatan yang masuk dalam kategori tipe ini adalah Kecamatan Gunung Tujuh, sebagian wilayah Kecamatan Kayu Aro, dan selebihnya berada di Kecamatan Gunung Kerinci, Siulak, Air Hangat, Batang Merangin, Gunung Raya dan Keliling Danau yang berupa kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Tipe B Kawasan ini cenderung mengalami kerusakan cukup parah terutama untuk bangunan dengan konstruksi sederhana. Sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Kerinci tergolong dalam tipe ini. Tipe C Kawasan ini mengalami kerusakan cukup parah dan kerusakan bangunan dengan konstruksi beton teruama yang berada pada jalur sepanjang zona sesar. Wilayah kecamatan yang masuk dalam kategori tipe ini adalah Kecamatan Depati VII, Air Hangat Timur, Sitinjau Laut, Danau Kerinci, sebagian Laporan Akhir 3-14

77 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci wilayah Kecamatan Batang Merangin, Gunung Raya, dan Kecamatan Keliling Danau. 2) Kawasan Rawan Bencana Banjir Pada umumnya wilayah Kabupaten Kerinci memiliki kawasan rawan banjir yang termasuk dalam kategori kerawanan sedang, dengan luas wilayah Ha. wilayah yang masuk dalam kawasan rawan bencana banjir ini diantarnya adalah sebagian wilayah Kecamatan Siulak, Air Hangat, Air Hangat Timur, Sitinjau Laut dan Keliling Danau. 3) Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah Daerah rawan longsor terjadi pada daerah yang memiliki lereng 25% ke atas dengan tekstur tanah kasar dan peka terhadap erosi, di dukung oleh faktor curah hujan yang tinggi. Kawasan ini diklasifikasikan menjadi Potensi Gerakan Tanah Rendah, Potensi Gerakan Tanah Menengah dan Potensi Gerakan Tanah Tinggi. Potensi Gerakan Tanah Rendah, menempati sebagian kecil dari kecamatan Gunung Kerinci yang menyebar di bagian Tengah dan bagian Barat, Kecamatan Sitinjau Laut dan Kecamatan Gunung Raya. Potensi Gerakan Tanah Menengah, secara umum penyebarannya menempati bagian tengah dari seluruh Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh tersebar hampir merata di setiap Kecamatan. Sedangkan Potensi Gerakan Tanah Tinggi, menempati sebagian kecil Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Gunung Raya, dan Kecamatan Gunung Kerinci kearah Timur laut. 4) Kawasan Rawan Bencana Angin Puting Beliung/Angin Ribut Bencana angin ribut/angin puting beliung/badai di Kabupaten Kerinci pernah terjadi di Kecamatan Air Hangat dan Kecamatan Siulak. Dimana ke dua wilayah kecamatan tersebut berada pada dataran yang sangat luas dan tidak ada penghambat dari gerakan udara/angin yang menuju ke permukiman penduduk. Pemetaan ancaman angin ribut sangat sulit dilakukan, karena jenis bencana tersebut merupakan jenis bencana yang bersifat kontinyu atau dapat terjadi dimana saja. Untuk itu pemetaan kawasan rawan bencana angin ribut ini dapat dilakukan dengan metode ploting. Metode ploting ini dilakukan dengan cara memetakan/memplot setiap kejadian bencana yang pernah terjadi disuatu daerah. Frekuensi kejadian bencana yang pernah terjadi dapat dijadikan acuan untuk menentukan tingkat kerawanan bencana. Berdasarkan data bencana angin ribut di Kabupaten Kerinci diketahui bahwa kecamatan yang sering mengalami bencana ini adalah Kecamatan Siulak dan Kecamatan Air Hangat. Laporan Akhir 3-15

78 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci 5) Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunungapi Nama Lain Gunung Kerinci adalah : Peak of Indrapura, G. Gadang, Berapi Kurintji, yang bertipe Strato. Gunung Kerinci secara geografis terletak pada 1 41,5'LS ' BT, dan secara administrasi termasuk dalam administrasi Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi, dan Kabupaten Solok Selatan, Propinsi Sumbar. Berdasarkan informasi geologi dan tingkat resiko letusannya, maka kawasan rawan letusan gunung api Kerinci dibagi menjadi 3 (tiga) tipologi, dengan penjelasan sebagai berikut : Tipe A Kawasan Tipe A ini merupakan Kawasan Rawan Bencana (KRB) I, dimana daerah berpotensi terlanda lahar/banjir dan tidak menutup kemungkinan dilanda perluasan awan panas dan aliran lava. Bila erupsi membesar, daerah ini mungkin akan dilanda hujan abu lebat dan lontaran baru pijar. Daerah Bahaya II adalah daerah di sepanjang lembah sungai yang berhulu dari puncak gunung api, melewati DAS Siulak dan DAS Batang Merao, dan tidak tertutup kemungkinan luapan banjirnya sampai ke Danau Kerinci. Tipe B Kawasan Tipe B merupakan Kawasan Rawan Bencana (KRB) II, yang merupakan kawasan berpotensi terlanda awan panas, lontaran batu pijar, aliran lava, hujan abu lebat, hujan lumpur panas (lahar) dan gas beracun. Daerah Bahaya II adalah daerah di sepanjang lembah sungai yang berhulu dari puncak yang berada di Kecamatan Kayu Aro, Gunung Tujuh dan Gunung Kerinci. Luas wilayah bahaya II ini adalah Ha dengan radius 15 Km. Tipe C Kawasan Tipe C adalah Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, material lontaran dan guguran batu pijar. Kawasan ini meliputi daerah puncak dan sekitarnya dan beberapa lembah sungai yang berasal dari daerah puncak gunung. Daerah ini tidak terdapat kawasan permukiman, dimana luas keseluruhan untuk kawasan bahaya I ini mencakup seluas Ha, dengan radius 5 km dari kawah. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa total luas kawasan lindung di Kabupaten Kerinci lebih kurang Ha, yang terdiri dari Kawasan Pelestarian Alam, Kawasan Perlindungan Setempat, dan Kawasan Lindung lainnya. Secara rinci jenis dan luasan kawasan lindung ini disajikan pada Tabel Laporan Akhir 3-16

79 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci Tabel Kawasan Lindung di Kabupaten Kerinci Jenis Kawasan Luas (Ha) % Kawasan Pelestarian Alam Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) ,31 Kawasan Perlindungan Setempat Sempadan Sungai Sempadan Danau ,83 0,30 Kawasan Lindung Lainnya Kawasan Rawa Hutan Hak Adat ,48 1,07 T o t a l Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Kerinci Tahun Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya di Kabupaten Kerinci diantaranya meliputi: A. Kawasan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi di Kabupaten Kerinci adalah kawasan Hutan Produksi Pola Partisipasi Masyarakat (HP3M) yang berfungsi memproduksi hasil hutan yang diserahkan pengelolaanya kepada masyarakat sesuai dengan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) yang sebelumnya berstatus sebagai Areal Penggunaan Lain (APL). Kawasan HP3M ditetapkan sesuai dengan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 421/Kpts-II/1999, dan SK Gubernur Daerah TK I Jambi Nomor 108 Tahun 1999, tentang Penetapan Luas Kawasan Hutan Kesepakatan dan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jambi seluas Ha. Dan luas kawasan HP3M di Kabupaten Kerinci saat ini adalah Ha, setelah dibagi dengan kawasan HP3M di wilayah Kota Sungai Penuh. B. Kawasan Pertanian Kawasan pertanian di Kabupaten Kerinci terdiri dari : 1. Kawasan pertanian Lahan Basah yang tersebar di Kecamatan Siulak, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Sitinjau Laut, Danau Kerinci dan Keliling Danau, serta beberapa area di Kecamatan Gunung Raya dan Batang Merangin. Luas kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Kerinci adalah Ha. Laporan Akhir 3-17

80 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci 2. Kawasan pertanian Lahan Kering yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan, berupa tegalan, kebun campuran, kolam dan padang rumput dengan luas Ha; 3. Kawasan pertanian Tanaman Tahunan yang sebagian besar berada di Kecamatan Batang Merangin dan Gunung Raya. Selebihnya kawasan pertanian tanaman tahunan ini tersebar di Kecamatan Gunung Tujuh, Kayu Aro, dan Gunung Kerinci. Luas kawasan pertanian Tanaman Tahunan di Kabupaten Kerinci adalah Ha. 4. Kawasan Pertanian Tanaman Hortikultura yang sebagian besar terkosentrasi di Kecamatan Kayu Aro dan Gunung Tujuh, dengan luas kawasan Ha. 5. Kawasan Perkebunan di Kabupaten Kerinci yaitu Perkebunan t eh milik PTPN VI Kayu Aro, dengan luas kawasan Ha. 6. Kawasan Peternakan berupa kawasan pertanian lahan kering untuk pengembalaan ternak besar dan areal persawahan (lahan basah) setelah panen untuk ternak itik seperti di Kecamatan Air Hangat dan Air Hangat Timur. Selain itu untuk peternakan unggas lainnya seperti ayam petelur tersebar di setiap kecamatan dalam Kabupaten Kerinci seperti di Kecamatan Danau Kerinci, Batang Merangin dan Kecamatan Siulak; 7. Kawasan Perikanan umumnya tersebar di seluruh wilayah kecamatan yang diusahakan oleh setiap rumah tangga. Pengembangan sektor perikanan dimasa mendatang diarahkan dengan menetapkan lokasi perikanan di kawasan Danau Kerinci dan sekitarnya sebagai kawasan Mina Politan. C. Kawasan Non Pertanian 1. Kawasan Pariwisata di Kabupaten Kerinci yang pada umumnya merupakan obyek wisata alam dengan luas Ha, diantaranya adalah: Air Terjun Telun Berasap, Resort Danau Kerinci, Danau Lingkat, Pemandian Air Panas Semurup dan Pemandian Air Panas Sungai Medang. 2. Kawasan Pertambangan yang umumnya adalah lokasi pertambangan bahan galian golongan C, dan selain itu juga terdapat 1 (satu) lokasi yang memiliki potensi untuk pertambangan mineral golongan A, serta lokasi pertambangan panas bumi. Luas keseluruhan kawasan pertambangan ini adalah Ha. 3. Kawasan permukiman di Kabupaten Kerinci pada umumnya merupakan kawasan permukiman perdesaan. Dan dalam perencanaannya, kawasan permukiman ini diupayakan terkosentrasi di pusat-pusat pertumbuhan yang merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) seperti di Batang Sangir, Siulak dan di Sanggaran Agung. Luas kawasan permukiman di Kabupaten Kerinci adalah Ha. Laporan Akhir 3-18

81 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa total luas kawasan budidaya di Kabupaten Kerinci lebih kurang Ha. Secara rinci jenis dan luasan kawasan budidaya ini disajikan pada Tabel Tabel Luas Kawasan Budidaya di Kabupaten Kerinci Jenis Kawasan Luas (Ha) % I. Kawasan Hutan Produksi 1. Hutan Produksi Pola Partisipasi Masyarakat (HP3M) ,6 II. Kawasan Pertanian 1. Kawasan Pertanian Lahan Basah 2. Kawasan Pertanian Lahan Kering 3. Kawasan Petanian Tanaman Tahunan 4. Kawasan Pertanian Tanaman Hortikultura 5. Kawasan Perkebunan ,85 30,42 14,37 9,67 1,97 III. Kawasan Non Pertanian 1. Kawasan Pariwisata 2. Kawasan Pertambangan 3. Kawasan Permukiman ,97 5,28 6,85 Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Kerinci 2010 Jumlah Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Kerinci Kawasan strategis kota berfungsi untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota; mengalokasikan ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi daya dukung lingkungan hidup di wilayah kota; sebagai pertimbangan penyusunan indikasi program; serta sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang kota. Adapun penetapan kawasan strategis didasarkan pada tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang; nilai strategis dari aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan; kesepakatan para pemangku kepentingan; daya dukung dan daya tampung kota; serta ketentuan perundang undangan terkait Kebijakan Kawasan Strategis Nasional dan Provinsi. Berdasarkan kebijakan penataan ruang nasional, kawasan strategis nasional adalah kawasan lingkungan hidup Taman Nasional Kerinci Seblat (I/B/1) yang melingkupi empat wilayah provinsi (Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan). Sebagian besar kawasan Taman Nasional ini berada di wilayah Provinsi Jambi. Laporan Akhir 3-19

82 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci Dalam kebijakan penataan ruang Provinsi Jambi direncanakan penetapan Kawasan Strategis Sungai Penuh dan sekitarnya yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi Potensi Kawasan Strategis Kabupaten Pengembangan kawasan strategis di Kabupaten Kerinci didasarkan pada pengembangan wilayah Kabupaten Kerinci yang juga dibatasi olah adanya kawasan lindung (kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup) dan adanya potensi kerawanan akan bencana alam yang dimana sebagian besar wilayah kerinci mempunyai potensi bencana gempa dengan adanya patahan Sumatera yang melintasi wilayah Kabupaten Kerinci dari Utara hingga Selatan serta potensi bencana gunung api yaitu gunung Kerinci. Beberapa kawasan yang dapat diusulkan sebagai kawasan strategis Kabupaten Kerinci diantaranya yaitu : 1. Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. 2. Kawasan Pertanian Hortikultura di Kecamatan Kayu Aro dan Gunung Tujuh. 3. Kawasan Pertanian Tanaman Tahunan di Kecamatan Gunung Raya. 4. Kawasan Budidaya Perikanan Darat di Danau Kerinci. 5. Kawasan Terpadu Mandiri di Kecamatan Siulak. 6. Kawasan Pertambangan Panas Bumi di Kecamatan Gunung Raya Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Kerinci Berdasarkan potensi kawasan diatas, maka untuk menetapkan kawasan-kawasan strategis yang sudah diidentifikasikan perlu dicermati kembali berdasarkan kriteria kawasan strategis yang sudah ditetapkan. Berdasarkan hasil skoring, yang memiliki nilai tertinggi dapat dilihat pada tabel berikut. N O A Tabel Kriteria Kawasan Strategis KRITERIA KAWASAN STRATEGIS*) Memiliki nilai strategis ekonomi POTENSI KAWASAN STRATEGIS ket a. potensi ekonomi cepat tumbuh; b. sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi c. potensi ekspor d. dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi e. kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi f. fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan Laporan Akhir 3-20

83 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci B g. fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi h. kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten Memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi a. peruntukan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategi, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir b. sumber daya alam strategis c. fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa d. fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir C e. fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis Memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup a. tempat perlindungan keanekaragaman hayati b. kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan c. kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian d. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro e. kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup f. kawasan rawan bencana alam g. kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan Total Jumlah Poin Keterangan : 1 = Kawasan TNKS, 2 = Kawasan Pertanian Hortikultura di Kecamatan Kayu Aro dan Gunung Tujuh, 3= Kawasan Pertanian Tanaman Tahunan di Kecamatan Gunung Raya, 4 = Kawasan Budidaya Perikanan di Danau Kerinci, 5 = KTM Siulak dan sekitarnya, 6 = Kawasan Pertambangan Panas Bumi di Kecamatan Gunung Raya. Catatan : Tidak terdapat rencana atau potensi kawasan yang memiliki nilai strategis pertahanan keamanan dan budaya. Selain berdasarkan pertimbangan kebijakan kawasan Strategis Nasional dan Provinsi yang direncanakan untuk Kabupaten Kerinci maka ditetapkan kawasan strategis Kabupaten Kerinci sebagai berikut : 1. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan hidup, yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat yang merupakan program berskala nasional yang mempunyai fungsi pelestarian alam mendukung kebijakan kabupaten konservasi, selain sudah ditetapkan sebagai Klaster Warisan Pusaka Dunia dibawah naungan UNESCO, TNKS seyogyanya menjadi kawasan lindung bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Sebagian besar sungai-sungai yang mengalir di Provinsi Jambi berhulu di TNKS dan hutan yang Laporan Akhir 3-21

84 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci masih termasuk kategori primer juga hanya terdapat di TNKS. Lebih dari cukup kriteria atau dasar penetapan TNKS sebagai kawasan strategis provinsi. 2. Kawasan Strategis Sudut Kepentingan Ekonomi, yaitu : a) kawasan Agropolitan Kayu Aro dan Sekitarnya; b) Kawasan Agropolitan Gunung Raya dan Sekitarnya; c) Kawasan Minapolitan Danau Kerinci dan Sekitarnya; dan d) Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Siulak dan Sekitarnya 3.2. STRATEGI /SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KERINCI BERDASARKAN RPJMD KABUPATEN KERINCI Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah merupakan bagian penting dari kegiatan perencanaan pembangunan daerah. Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kerinci Tahun , ditetapkan Visi Pemerintah Kabupaten Kerinci yaitu Kerinci Sejahtera, Damai dan Agamis, berbasis Ekonomi Kerakyatan. Untuk mewujudkan Visi dan Misi Kabupaten Kerinci dibutuhkan strategi atau langkah-langkah dan kebijakan yang jelas serta terarah Strategi Strategi merupakan pemikiran-pemikiran konseptual analitis dan komprehensif tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk memperlancar atau memperkuat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Sementara visi dan misi pembangunan daerah jangka menengah merupakan gambaran harapan dan keinginan kehidupan masyarakat dimasa yang akan datang yang lebih baik dari saat sekarang. Harapan dan keinginan dapat dicapai apabila visi dan misi tersebut lebih realistis sesuai dengan kondisi dan situasi daerah yang sudah dan sedang terjadi serta kecenderungan ataupun kemungkinan perkembangan dimasa depan. Untuk mempercepat implementasi pencapaian visi dan misi pembangunan daerah, perlu dikembangkan strategi, arah kebijakan dan kebijakan umum serta program pembangunan sehingga dinamika pembangunan tetap terarah menuju visi dan misi yang telah ditetapkan. Strategi pembangunan yang ditetapkan un t u k mewujudkan visi dan misi Kabupaten Kerinci , yaitu sebagai berikut : 1. Percepatan dan peningkatan kwalitas pembangunan kebutuhan dasar. 2. Pengembangan ekonomi kerakyatan dalam memacu pertumbuhan ekonomi. 3. Menciptakan kondisi yang kondusif dalam pembanguan. Laporan Akhir 3-22

85 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci Strategi pembangunan pertama adalah percepatan dan peningkatan kwalitas pembangunan kebutuhan dasar diarahkan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang kwalitas. Kebutuhan dasar yang dimaksud adalah sarana dan prasara infrastruktur, kesehatan dan pendidikan. Strategi pembangunan kedua adalah pengembangan ekonomi kerakyatan dalam memacu pertumbuhan ekonomi yang diarahkan untuk memperkuat posisi masyarakat dalam pembangunan ekonomi daerah baik dalam sektor pertanian, perikanan, kehutanan, industri, peradagangan, koperasi dan UKM, tenaga kerja, pariwisata serta dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, yang pada akhirnya meningkatnya kesejateraan dan pertumbuhan ekonomi Arah Kebijakan Arah kebijakan pembangunan merupakan pedoman dalam menjabarkan kehendak pembangunan daerah, dalam bentuk kebijakan umum dan program pembangunan daerah. Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Kerinci dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Percepatan dan pemerataan pembangunan infrastruktur penunjang ekonomi, seperti pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi guna mendukung peningkatan pelayanan/pergerakan orang, barang, dan jasa; peningkatan infrastruktur pengelolaan sumber daya air dan irigasi, guna mendukung pengairan, konservasi, dan pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air; pengembangan sumberdaya energi serta peningkatan pelayanan jasa konstruksi, guna mendorong terwujudnya Kerinci yang sejahtera, damai, dan agamis yang berbasis ekonomi kerakyatan. 2. Peningkatan infrastruktur pelayanan publik, yaitu pembangunan ditujukan pada upaya peningkatan sarana dan prasarana perumahan dan pemukiman; penyedian dan pengelolaan air baku, air minum dan air limbah, peningkatan sarana dan prasarana pelayanan dasar, peningkatan upaya pengelolaan sampah dan pembangunan infrastruktur pelayanan publik lainnya. 3. Meningkatkan kualitas pendidikan, ditujukan dalam upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan, menunju (bebas buta aksara, bebas biaya pendidikan dasar, dalam rangka penuntasan wajar dikdas sembilan tahun; bebas putus jenjang sekolah dalam rangka pelaksanaan wajar dua belas tahun; meningkatkan pengelolaan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah; meningkatkan pemerataan dan mutu pendidikan anak usia dini (PAUD); meningkatkan pemerataan dan mutu pendidikan luar sekolah (PLS ); meningkatkan pemerataan dan mutu pendidikan luar biasa (PLB); meningkatkan Laporan Akhir 3-23

86 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci kualitas sarana dan prasarana pendidikan dasar dan menengah; meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan guru serta tenaga kependidikan; mendorong peningkatan pemerataan dan akses masyarakat terhadap pendidikan tinggi. 4. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, ditujukan pada peningkatan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan berkualitas terutama bagi keluarga miskin; pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta melakukan pengawasan terhadap obat dan makanan, meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan serta pemerataan pembangunan kesehatan dalam rangka meniadakan ketimpangan antar daerah dan antar kelompok penduduk. 5. Meningkatkan kesejahteraan sosial, pemberdayaan perempuan, pemuda dan olahraga, ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama bagi penyandang cacat, meningkatkan kesetiakawanan sosial, meningkatkan kualitas pelayanan sosial, rehabilitasi, bantuan sosial bagi korban bencana, jaminan kesejahteraan sosial. Pemberdayaan perempuan dalam pembangunan merupakan tuntutan utama, melalui terjaminnya keadilan gender dalam program pembangunan dan kebijakan publik, menurunnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, menguatnya kelembagaan dan jaringan pengarustamaan gender dan anak. Pemuda dan olahraga merupakan satu kesatuan rangkaian sasaran pembanguan yang tidak dapat dipisahkan, pembangunan, pembangunan ini ditujukan untuk peningkatan wawasan dan sikap mental pemuda dalam pembangunan, peningkatan kreativitas dan inovasi pemuda, pembinaan majemen olahraga, dan peningkatan prestasi olahraga. 6. Pengembangan sektor pertanian kearah agribisnis, melalui upaya peningkatan dan revitalisasi pertanian dengan peningkatan ketahanan pangan, peningkatan produktivitas komoditi pertanian pangan, holtikultura, peternakan, perikanan, meningkatan sarana dan prasarana pertanian. 7. Meningkatkan daya saing perekonomian masyarakat, malalui peningkatan nilai tambah produk pertanian, dan peningkatan pangsa pasar produk pertanian dan hasil industri rumah tangga, perbaikan iklim usaha, peningkatan peran industri dan pedagang kecil serta Koperasi dan UMKM. 8. Memacu pertumbuhan produksi produk unggulan daerah, melalui pengembangan kawasan sentra pertanian unggulan, industri kecil. Selain itu arah kebijakan ditujukan pada pengembangan sektor-sektor kunci dan sektor prioritas serta sektor potensial. bagi peningkatan nilai tambah ekonomi masyarakat dan daerah; pengembangan investasi dan penanaman modal di daerah, mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif dalam rangka mempertahankan keberadaan investasi yang ada serta dalam upaya Laporan Akhir 3-24

87 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci meningkatkan daya tarik investasi melalui peningkatan kerjasama dan kemitraan yang saling menguntungkan. 9. Penataan kelembagaan dan administrasi pemerintahan, yang ditujukan pada meningkatkan kemampuan kelembagaan birokrasi dan administrasi publik melalui penyempurnaan struktur organisasi dan tata kerja ( SOTK), meningkatkan kualitas pengelolaan administrasi pembangunan dan mendorong tertib administrasi pemerintahan. 10. Meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat; ditujukan pada peningkatan kualitas aparatur pemerintah agar memiliki kemampuan dan kompetensi tertentu yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, meningkatkan kesejahteraan pegawai dan memberlakukan sistem karier berdasarkan prestasi. 11. Penegakan supremasi hukum; ditujukan pada peningkatan kesadaran hukum dan keteladanan aparatur dan meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan daerah, meningkatkan pengawasan dan akuntanbilitas kinerja pemerintah, mencegah terjadinya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan peningkatan disiplin aparatur serta mendorong peningkatan peran dan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan fungsi cheks and balances dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. 12. Peningkatan pelaksanaan rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam, yang ditujukan pada peningkatan pemanfaatan, pengelolaan serta pengendalian sumber daya alam dengan mempedomani rencana tata ruang wilayah serta dalam upaya meningkatkan rehabilitasi sumber daya alam yang sudah kritis, serta peningkatan, pemulihan dan terselenggaranya konservasi sumberdaya alam, guna mengurangi resiko bencana dan keberlanjutan pembangunan, dalam upaya mewujudkan Kerinci sejahtera, damai, dan agamis berbasis ekonomi kerakyatan. 13. Meningkatkan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan, yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah pengrusakan dan pencemaran lingkungan hidup baik di darat, di air maupun udara sehingga masyarakat memperoleh kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat. 14. Pemeliharaan keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat serta pencegahan tindak kriminal, yang ditujukan kepada upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga keamanan, ketentraman dan ketertiban lingkungan. Laporan Akhir 3-25

88 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci 15. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana, yang ditujukan kepada pengembangan sistem penanggulangan dini, pembinaan organisasi kemasyarakatan dan penguatan fungsi lembaga adat SKENARIO PENGEMBANGAN SEKTOR/BIDANG PU/CIPTA KARYA Dengan melihat peran dan fungsi perkotaan, kebutuhan pengembangan ataupun pembangunan perkotaan dapat dibedakan dalam bentuk : kebutuhan untuk kepentingan pertumbuhan dan pengembangan kawasan ataupun wilayah ( Development Needs ) dan kebutuhan untuk memenuhi Pelayanan Prasarana dan sarana dasar ( basic ), baik pelayanan kepada masyarakat/community ( Basic Need ), maupun pelayana system kota ( Basic city/ City Wide ) Penentuan Development Needs didasarkan pada konsep pengembangan sektoral yang menjadi unggulan setempat. Dengan demikian dapat dikenali pelayanan Infrastruktur apa terutama dibutuhkan dan pelayanan prasarana dan sarana apa yang sebenarnya hanya dibutuhkan sebagai penunjang dalam rangka pengembangan kawasan tersebut agar tumbuh dan berfungsi baik. Guna mewujudkan pembangunan permukiman yang sesuai, selaras dan seimbang dengan daya dukungnya, maka diperlukan kebijakan sektoral yang terlibat dalam penanganan keciptakaryaan ini. Melalui kebijakan ini, selanjutnya dapat mengarahkan terhadap kondisi yang diinginkan oleh daerah dalam setiap pengembangan permukiman. Atas dasar tersebut, maka skenario pengembangan sektoral Kerinci adalah sebagai berikut : A. Bidang Pengembangan Permukiman Perkotaan Pengembangan permukiman kawasan perkotaan, merupakan sasaran yang akan terus ditumbuhkembangkan. Pertimbangan ini didasari oleh semakin meningkatnya penduduk kota yang dengan cepat, telah memberikan dampak serius terhadap kondisi perkotaan. Kawasan-kawasan kumuh yang timbul dimana-mana, cepatnya pertumbuhan dan perkembangan sektor informal, penempatan perdagangan yang semrawut sebagai akibat meningkatnya aktifitas penduduk dan sebagainya, telah menjadikan kawasan perkotaan semakin tidak tertata dengan rapi, bersih, indah dan nyaman. Perwujudkan permukiman perkotaan yang rapi, bersih, indah dan nyaman akan tetap menjadi idaman secara berkelanjutan. Apabila kondisi ini mampu diwujudkan, maka daya tarik kota pun akan semakin meningkat, Untuk itu diperlukan kebiiakan-kebijakan yang mampu merangsang dan merubah kawasan permukiman perkotaan menjadi lebih teratur, rapi, bersih, indah dan nyaman bagi penghuninya. Kebijakan yang ditempuh adalah sebagai berikut: Peningkatan penyediaan prasarana dan Revitalisasi kawasan kumuh Laporan Akhir 3-26

89 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci Peningkatan dan penyediaan utilitas permukiman yang memadai. Peningkatan dan penyediaan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial kawasan permukimani Peremajaan Kota dan revitalisasi kawasan perkotaan Penataan serta peningkatan aktivitas elemen-elemen kota dalam kegiatan peremajaan kota Peningkatan penanggaan lingkungan sekitar elemen-elemen visual kawasan Meningkatkan pengembangan elemen-elemen visual kota Meningkatkan kegiatan dalam perbaikan elemen-elemen visual kota B. Bidang Pengembangan Permukiman Kawasan Khusus. Pengembangan permukiman kawasan khusus, pada dasarnya menekankan pada wilayah-wilayah yang masih perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Kawasan ini, secara umum mengarah pada penanganan kawasan terisolir. Dengan wilayah yang masih memptmyai rentang kendali yang cukup lebar, masih dihadapkan pada wilayah-wilayah yang belum mampu tertangani. Faktor prasarana jalan, telah menjadikan beberapa desa di kecamatan menjadi terisolir. Dengan keterisolasian ini, perlu didukung penyediaan prasarana dan sarana yang mampu mengangkat harkat dan martabat masyarakat. Dalam upaya mengantisipasi sekaligus memecahkan permasalahan pada kawasan khusus ini perlu diambil kebijakan yang mampu mengarah pada peningkatan aksesibilitas dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan yang diambil terhadap kawasan khusus ini adalah sebagai berikut: Meningkatkan pertumbuhan kawasan desa terpencil dengan mengembangkan sarana dan prasarana. Mengadakan pembangunan sarana dan prasarana yang baru bagi kawasan perbatasan yang belum terlayani oleh sarana dan prasarana. Meningkatkan kesadaran pemerintah terhadap kawasan desa terpencil Meningkatkan Kesadaran Masyarakat terhadap kelestarian sarana dan prasarana yang telah tersedia di kawasan. C. Bidang Pengembangan Permukiman Perdesaan Dalam upaya meningkatkan peran kawasan pedesaan, pemerintah daerah secara berkesinambungan terus berupaya melengkapai penyediaan prasarana tersebut, agar disamping membentuk permukiman pedesaan yang bersih, sehat dan nyaman, juga mampu berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jalan desa, air bersih, drainase dan sebagainya harus disediakan agar permukiman pedesaan tersebut mampu menjadikan penduduk betah dan nyaman bertempat tinggal, tanpa adanya suatu Laporan Akhir 3-27

90 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci gangguan apapun. Dalam upaya menyadiaan prasarana dan sarana pemukiman tersebut, perlu diambil langkah-langkah yang mampu mengarah pada perwujudan permukiman yang bersih, sehat, indah dan nyaman. Untuk itu, pemerintah Kabupaten Kerinci menempuh kebijakan : Mendorong perluasan kegiatan ekonomi non pertanian yang memperkuat keterkaitan sektoral antara pertanian, industri dan jasa penunjangnya serta keterkaitan spasial antara kawasan pedesaan dan perkotaan, antara lain melalui pengembangan kawasan agropolitan dan pengembangan UMKM di bidang usaha unggulan daerah yang memiliki keterkaitan usaha ke depan ( forward linkages) dan ke belakang (backward linkages). Meningkatkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat perdesaan untuk dapat menangkap peluang pengembangan ekonomi lokal serta memperkuat kelembagaan dan modal sosial masyarakat perdesan yang antara lain berupa budaya gotong royong dan jaringan kerjasama, untuk memperkuat posisi tawar dan efesiensi usaha. Meningkatkan penyediaan infarstruktur perdesaan secara merata di seluruh tanah air, antara lain jalan desa, jaringan irigasi, prasarana air minum dan penyehatan lingkungan permukiman (sanitasi), listrik perdesaan, pasar desa, serta pos dan telekomunikasi. Adapun Desa dimaksud adalah : Desa di sekitar Kawasan Agropolitan Desa kumuh Desa tertinggal Desa potensial Ekonomi D. Bidang Air Minum Kebutuhan air bersih di Kabupaten Kerinci diperoleh dari pelayanan PDAM Tirta Sakti Kerinci dengan kapasitas 76 ltr/dtk, yang terdiri dari IPA Pelayang Raya dengan kapasitas 55 ltr/dtk, IPA Rawang kapasitas 20 ltr/dtk serta IPA Sungai Jernih 1 l/dt. Jumlah ini tidaklah mencukupi untuk melayani konsumen di lapangan yang mencapai sambungan rumah, sehingga terjadi over kapasitas dalam operasional, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya ketidakstabilan kualitas yang dihasilkan. Dalam penyediaan air minum di Kabupaten Kerinci, terdapat berbagai persoalan yang dihadapi, diantaranya: 1. Legalitas PDAM Tirta Sakti Kerinci yang masih merupakan aset Kabupaten Kerinci, sedangkan sebagian besar konsumen berada di wilayah Kota Sungai Penuh. 2. Keterbatasan sumber air baku. Laporan Akhir 3-28

91 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci 3. Pipa transmisi maupun distribusi existing masih ada yang merupakan peninggalan jaman pemerintahan Belanda, sehingga sudah banyak yang bocor. 4. Sambungan/koneksi pada pipa transmisi maupun distribusi sudah banyak yang rusak, sehingga mengurangi tekanan air yang mengakibatkan reservoir tidak terisi penuh. Dengan demikian kebutuhan pada jam puncak tidak dapat terpenuhi. 5. Pada jalur pipa transmisi maupun distribusi utama ada koneksi langsung, hal ini juga menyebabkan berkurangnya tekanan air. 6. Tidak semua instalasi produksi diopersionalkan selama 24 jam/hari, karena keterbatasan biaya operasional, hal ini menyebarkan ketersediaan air tidak Kontinyu. 7. Konsumen ada juga yang mengalami kemacetan supply karena kurangnya air yang tersedia (terutama pada jam puncak), 8. Belum adanya pembagian zona pelayanan. 9. Masih tingginya angka kehilangan air, yaitu sebesar + 35%. Berangkat dari permasalahan yang air minum yang ada di Kabupaten, maka arahan system penyediaan air minum sebagai berikut : 1. Pengembangan system jaringan perpipaan. 2. Pengembangan Sistem non perpipaan Sistem jaringan non perpipaan dilakukan pada wilayah yang tidak terlayani jaringan perpipaan melalui : 1. pengeboran air tanah yang dilakukan secara terbatas dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan di seluruh Kecamatan. 2. penyediaan terminal air untuk kawasan-kawasan yang belum terlayani jaringan perpipaan. E. Bidang Sampah Kabupaten Kerinci telah memiliki Tempat Pengelolaan (Pembuangan) sampah Akhir (TPA) di Desa Talang Kemulun, Kecamatan Danau Kerinci. Adapun kondisi TPA saat ini adalah : 1. Tanah milik Pemerintah Daerah, dan bukan tanah yang produktif; 2. Beroperasi pada tahun 1998 sampai saat ini dengan luas areal 2 Ha, dan berkapasitas m 3 ; 3. Timbulan sampah terangkut oleh petugas kebersihan adalah 20 ton/hari dari pasar POND (balai -balai), dan umumnya timbulan sampah berasal dari Kota Sungai Penuh; 4. Belum Melayani Pengangkutan sampah Domestik; dan 5. Sistem pengelolaan open dumping. Laporan Akhir 3-29

92 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci Penempatan TPA di lokasi ini tidak begitu baik karena berdekatan dengan Danau Kerinci karena secara ekologis akan mengganggu ekosistem sungai. Oleh karena itu, untuk masa mendatang diperlukan menetapkan suatu lokasi di Kabupaten Kerinci sebagai lokasi TPA Regional, dengan sistem pengeloaan sanitary landfill. TPA nantinya diharapkan bukan hanya sebagai tempat pembuangan akhir tapi juga tempat pengolahan sampah (Pembuatan Kompos, Lindi, Pemisahan Sampah). Pemilihan lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TP A) dilakukan dengan mempertimbangkan aspek - aspek keruangan sebagai berikut : 1. Lokasi TPA sampah diharapkan berlawanan arah dengan arah perkembangan daerah perkotaan (Urbanized Area); 2. Lokasi TPA sampah harus berada di luar dari daerah perkotaan yang didorong pengembangannya (Urban Promotion Area); 3. Diupayakan transportasi menuju TPA sampah tidak melalui jalan utama menuju perkotaan/daerah padat; Selain hal - hal tersebut di atas, perencanaan TPA sampah perkotaan perlu memperhatikan hal sebagai berikut : 1. Rencana pengembangan kota dan daerah, tata guna lahan serta rencana pemanfaatan lahan bekas TPA; 2. Kemampuan ekonomi pemerintah daerah setempat dan masyarakat, untuk menentukan teknologi sarana dan prasarana TPA yang layak secara ekonomis, teknis dan lingkungan; 3. Kondisi fisik dan geologi seperti topografi, jenis tanah, kondisi badan air sekitarnya, pengaruh pasang surut, angin iklim, curah hujan, untuk menentukan metode pembuangan akhir sampah; 4. Pengembangan jaringan jalan yang ada, untuk menentukan rencana jalan masuk TPA. 5. Rencana TPA di daerah lereng agar memperhitungkan masalah kemungkinan terjadinya longsor; 6. Tersedianya biaya operasi dan pemeliharaan TPA; 7. Sampah yang dibuang ke TPA harus telah melalui pengurangan volume sampah sedekat mungkin dengan sumbernya; 8. Sampah yang dibuang di lokasi TPA adalah hanya sampah perkotaan yang bukan berasal dari industri, rumah sakit yang mengandung B3; 9. Kota-kota yang sulit mendapatkan lahan TPA di wilayahnya, perlu melaksanakan model TPA regional serta perlu adanya institusi pengelola kebersihan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan TPA tersebut secara memadai; dan 10. Aksesibilitas jalan menuju TPA sampah harus tersedia guna memudahkan kendaraan pengangkut membuang limbah /sampah sampai ditempatnya, Laporan Akhir 3-30

93 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci kebutuhan lahan yang relatif cukup luas disesuaikan dengan konsep pengelolaan TPA sampah misalnya Buffer zone untuk menghindari dampak dari bau, kebisingan, lalat dan vektor penyakit dengan ditanami pohon pelindung. Selain itu ditetapkan pula Free Zone yang merupakan zona bebas dimana kemungkinan masih dipengaruhi leachate, sehingga harus merupakan ruang Terbuka Hijau. Pendekatan pengelolaan sampah yang berasal dari limbah organik dengan cara diproses menjadi pupuk atau kompos, merupakan pendekatan yang perlu pula menjadi alternative pilihan pengelolaan limbah, karena dapat memberikan nilai tambah baik secara ekologis, psikologis dan ekonomis. F. Bidang Drainase, Air Limbah dan Pengendalian Air Kabupaten Kerinci memiliki jaringan drainase di wilayah perkotaan, namun secara umum kinerjanya belum optimal, dimana drainase yang ada difungsikan sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga. Dalam rangka mengatasi permasalahan yang terjadi dalam sistim jaringan drainase dibutuhkan penyediaan sarana dan prasarana penunjang secara terencana, terpadu dan berkesenambungan serta pembenahan terhadap manajemen pengelolaan sistim jaringan drainase. Upaya tersebut dilaksanakan melalui program dan kegiatan pengembangan drainase yaitu : a) Program pengembangan dan perencanaan drainase, diantaranya adalah penyusunan rencana induk drainase perkotaan; b) Program pembangunan sistim drainase primer, sekunder dan tersier di wilayah perkotaan dan kawasan strategis lainnya; c) Program pengelolaan drainase terpadu dalam mendukung konservasi sumberdaya air, seperti pembangunan drainase pada desa-desa kawasan tangkapan air, dan pembangunan bak-bak penampung air yang bersumber dari mata air sekitar kawasan konservasi. d) Program promosi pengelolaan drainse, melalui penyuluhan dan penyusunan regulasi penggunaan drainase; dan e) Program pengembangan dan rehabiliasi jaringan drainase. Selain itu dalam upaya pengendalian debit air di setiap DAS Kabupaten Kerinci, maka pengembangannya kedepan diprioritaskan pada sistem pengendalian debit air, khususnya Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sering meluap pada saat musim hujan, untuk DAS sungai siulak dan DAS Batang Merao. Pengendalian banjir terhadap meluapnya air sungai ini, diperlukan penanganan yang tepat untuk jalur badan sungai sepanjang DAS serta penetapan /pengawasan yang konsisten akan daerah perlindungan badan sungai / sempadan sungai. Laporan Akhir 3-31

94 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KERINCI BAB Rencana Investasi Pengembangan Permukiman Petunjuk Umum RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Pada wilayah perdesaan arah pengembangan dijabarkan menurut program dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab pemerintah wilayah diantaranyaa yaitu: Program Pengembangan Perumahan 1. Penyediaan PSD Bagi Kawasan RSH a. Target: o Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri. o Sesuai dengan RUTR Pemerintah Daerah. o Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS o Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS,TNI/Polri, Pekerja masyarakat berpenghasilan rendah o Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah b. Penanganan: o Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman baru (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI dan POLRI. o Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang menghubungkan kawasan baru c. Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Walikota Draft Laporan Akhir 4-1

95 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur o Review minimal setahun sekali 2. Penyediaan PS dalam Rangka Penanganan Bencana a. Target: o Lokasi pada daerah bencana yang mengalami kerusakan prasarana dan sarana dasar permukimannya. o Sudah ada laporan dari Pemerintah Daerah atau media massa mengenai kejadian bencana, jenis kerusakan prasarana dan sarana dasar permukiman serta jumlah korban yang ditimbulkan b. Penanganan: o Mengembalikan kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman untuk bisa memberikan fungsi pelayanannya seperti sebelum terjadi bencana o Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman untuk mengembalikan kondisi yang rusak akibat bencana. c. Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Walikota o Review minimal setahun sekali Program Pengendalian Kota-Kota Besar & Metropolitan 1. Pengembangan Fungsi Kawasan a. Target: o Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan. o Lingkungan permukiman sebagai trip distributions (d istribusi pergerakan) tidak accessible terhadap infrastruktur utama perkotaan. o Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga berdampak pada lingkungan perkotaan. o Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif. b. Penanganan: o Pengembangan Program dan Kebijakan Pengendalian Kota besar dan Metropolitan o Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan o Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan Melalui Peremajaan Kawasan Perkotaan. c. Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Bupati o Review minimal setahun sekali Draft Laporan Akhir 4-2

96 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan 1. Penyediaan PS Permukiman Di Pulau Kecil Dan Terpencil a. Target: o Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan dalam akses menuju kawasan lainnya. o Sebagian besar penduduknya adalah tertinggal baik dalam hal sosial budaya maupun ekonomi. o Kondisi pelayanan kepada masyarakat masih sangat terbatas (belum banyak tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah) b. Penanganan: o Bantuan teknis berupa: Pedoman Pengembangan PS di Pulau Kecil dan Terpencil Identifikasi lokasi kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil yang ada dalam pemerintah kota/kota sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Penyusunan PJM berbasis pada upaya penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat yang tinggal didalamnya, berdasarkan kebutuhan riil dengan melibatkan masyarakat o Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dan sarana dalam rangka pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam perencanaan program/pjm dan Rencana Tindak c. Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Bupati o Review minimal setahun sekali 2. Pengembangan PS Kawasan Agropolitan a. Target: o Kawasan pertanian yang terdiri dari kota pertanian dan desa desa sentra produksi pertanian dan desa penyangga yang ada sekitarnya, yang memiliki fasilitas untuk berkembangnya pertanian industri. b. Penanganan: o Pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan kawasan Agropolitan c. Kontribusi Pemerintah Daerah o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Walikota o Review minimal setahun sekali Draft Laporan Akhir 4-3

97 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Profil Pembangunan Permukiman Kondisi Umum A. Gambaran Umum Sistem Permukiman di Kabupaten Kerinci terbentuk secara alami, dimana permukiman/kampung tempat masyarakat tinggal terdapat di pusat-pusat kecamatan yang saling berkumpul membentuk sebuah kelompok permukiman. Selain itu permukiman di Kabupaten Kerinci terbentuk mengikuti jaringan jalan yang ada secara linier. Mata Pencaharian penduduk Kabupaten Kerinci yang kebanyakan adalah petani menyebabkan permukiman terbentuk secara menyebar sesuai dengan petak-petak lahan yang diusahakan. Jumlah penduduk di Kabupaten Kerinci tahun 2011 sebanyak jiwa (Kerinci Dalam Angka 2011), dimana kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah kecamatan Kayu Aro dengan penduduk Jiwa dengan tingkat kepadatan 123 jiwa/km2, kemudian diikuti oleh kecamatan Siulak sebanyak jiwa dengan tingkat kepadatan penduduknya sebesar 53 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah kecamatan Gunung Kerinci dengan jiwa, dimana tingkat kepadatan penduduknya hanya 34 jiwa/km2. Tabel. IV.1.1 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 No Kecamatan Luas Wilayah Penduduk Kepadatan Penduduk/Km2 Km2 % Jumlah % 1 Gunung Raya 746,77 19, , Batang Merangin 567,32 14, , Keliling Danau 304,39 7, , Danau Kerinci 298,47 7, , Sitinjau Laut 58,25 1, , Air Hangat 216,75 5, , Air Hangat Timur 160,00 4, , Depati VII 25,80 0, , Gunung Kerinci 350,00 9, , Siulak 590,20 15, , Kayu Aro 328,05 8, , Gunung Tujuh 162,50 4, ,12 89 Jumlah 3808, Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 Penggunaan lahan permukiman di Kabupaten Kerinci termasuk penggunaan lahan yang memiliki luasan kecil yaitu hanya sebesar Ha atau sekitar 1,906 % dari total lahan di Kabupaten Kerinci. Penggunaan lahan yang terbesar adalah Hutan Negara (TNKS) yaitu sebesar Draft Laporan Akhir 4-4

98 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Ha atau 54,133 % dari luas total Kabupaten Kerinci. Perincian penggunaan lahan permukiman di setiap kecamatan adalah sebagai berikut: Tabel. IV.1.2 Penggunaan Lahan di Kabupaten Kerinci 2011 No Uraian Luas (Ha) Persentase (%) 1 Sawah ,963 2 Sawah Lebak, Polder, dll Perkebunan ,012 4 Bangunan dan halaman sekitarnya ,796 5 Tegal, Ladang, Kebun, Huma ,906 6 Padang rumput ,910 7 Tambak, Kolam, Tebat dan Empang ,435 8 Hutan Negara/Hutan lebat (TNKS) ,133 9 Hutan Rakyat/Belukar Lahan kering sementara tidak diusahakan , Bandara Depati Parbo 11 0, Danau , Lainnya/Sungai/Jalan ,596 Total Sumber: Kerinci Dalam Angka (BPS), 2012 B. Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman Seiring pertumbuhan penduduk Kabupaten Kerinci maka secara langsung akan meningkat kebutuhan akan Pengembangan Permukiman yang memerlukan kebutuhan Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman. Berikut akan diuraikan secara singkat kondisi Prasarana dan Prasarana Dasar Permukiman di Kabupaten Kerinci: 1. Prasarana dan Sarana Dasar Air Minum Pemanfaatan sumber daya air di Kabupaten Kerinci terutama berasal dari sumber air permukaan yaitu Sungai Batang Merao, Sungai Batang Sangir, Sungai Jernih, Sungai Ampuh, Sungai Buai dan Sungai Sangkakala yang direncanakan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air untuk sistim jaringan irigasi dan sumber air baku untuk air minum. Sumber air yang telah dimanfaatkan adalah Sungai Batang Merao, Sungai Jernih dan Sungai Ampuh melalui Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) yang merupak an air baku bagi PDAM Tirta Sakti Sungai Penuh, dengan debit yang dihasilkan dari sumber air baku ini adalah 76 L/detik. Berdasarkan hasil analisis proyeksi, dengan kapasitas 76 L/detik eksisting tidaklah mencukupi kebutuhan air minum Kota Sungai Penuh dimana pada tahun 2011 Draft Laporan Akhir 4-5

99 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur kebutuhan air minum mencapai 210 L/detik dan pada akhir tahun rencana dibutuhkan kapasitas air minum sebesar 260 L/detik. Untuk menutupi kekurangan kebutuhan air minum Kota Sungai Penuh telah dilakukan upaya dengan pembangunan IPA kapasitas 10 L/detik di Tanah Kampung dengan sumber air baku Sungai Batang Sangir dan pembangunan IPA kapasitas 30 L/detik di Desa Ulu Air dengan Sungai Batang Merao sebagai sumber air baku yang sedang dalam pelaksanaan pembangunannya. Direncanakan pada tahun 2012 akan dibangun IPA kapasitas 100 L/detik di Simpang Tiga Rawang yang sumber air bakunya dari Sungai Batang Merao. Sistem jaringan yang ada sekarang, meliputi sistem jaringan primer (pipa Induk), sampai ke pipa persil yang menghubungkan sampai ke rumah-rumah pelanggan. Sistem ini akan terus dipertahankan, dengan pengembangan berupa perluasan jaringan pipa, terutama dalam sistem jaringan pipa primer serta peremajaannya. Sistim jaringan perpipaan air minum meliputi hampir seluruh wilayah Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Pesisir Bukit, Kecamatan Tanah Kampung dan Kecamatan Kumun Debai. Untuk perluasan pelayanan pada wilayah yang belum terlayani dilakukan dengan pengembangan instalasi induk mengikuti arah pengembangan jaringan jalan lingkar luar. 2. Prasarana dan Sarana Dasar Persampahan Kabupaten Kerinci terdiri dari 5 kecamatan, dengan luas wilayah secara keseluruhan mencapai Km2. Pengelolaan persampahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci masuk dalam skala regional, dimana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Kerinci jumlah, wilayah yang dilayani mencakup 5 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Tanah Kampung, Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Kumun Debai dan Kecamatan Pesisir Bukit. Penanganan persampahan oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci terhadap 5 kecamatan didasari oleh kondisi di kecamatan-kecamatan memang memerlukan pelayanan persampahan, karena di 5 kecamatan tersebut merupakan kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk dan permukiman yang cukup padat, serta aktivitas perekonomian masyarakatnya cukup tinggi. Pertimbangan lain adalah bahwa ketiga kawasan kecamatan tersebut berjarak cukup dekat satu sama lain, sehingga memungkinkan untuk dilayani secara sekaligus. Institusi pengelola persampahan yang ada di Kabupaten Kerinci saat ini adalah institusi pemerintah, yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci. Dalam pengelolaan persampahan, institusi ini menjalankan 2 (dua) fungsi, yaitu selain sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (operator), juga sebagai pengatur at au pengendali (regulator) Draft Laporan Akhir 4-6

100 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur pengelolaan persampahan bersama Badan/dinas teknis lain, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Kantor Lingkungan Hidup. Dalam pelaksanaan pelayanan, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci bertugas melakukan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah hingga ke tempat pembuangan akhir. Sementara itu masyarakat, baik secara individual maupun komunal, berperan dalam pengumpulan sampah pada tempat-tempat yang telah disediakan, misalnya membuang sampah pada tong sampah, kontainer, tempat pembuangan sementara, dan tempat-tempat lainnya. 3. Prasarana dan Sarana Dasar Air Limbah Penetapan prasarana dan sarana air limbah bertujuan untuk pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukiman dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku. Prasarana dan sarana air limbah meliputi sistem pembuangan air limbah setempat dan/atau terpusat. Sistem pembuangan air limbah setempat dilakukan secara individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat pada kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat di Kabupaten Kerinci. Sistem pembuangan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat pada kawasan pemerintahan, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perumahan, dan kawasan permukiman padat di Kabupaten Kerinci. Lokasi instalasi pengolahan air limbah harus memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan zona penyangga. Instalasi pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) diatur dalam rencana detail tata ruang. Tempat pengolahan limbah bahan beracun berbahaya dan beracun diarahkan di kawasan rumah sakit dalam Kabupaten Kerinci. Pada dasarnya air limbah terdiri dari 2 bentuk yaitu air kotor (Grey Water) dan limbah manusia (Black Water). Grey Water yaitu limbah manusia dalam bentuk cairan yang dihasilkan dari sisa kegiatan pemakaian air domestik, seperti air bekas mandi, mencuci dan sebagainya. Sedangkan Black Water yaitu buangan limbah padat yang berasal dari kotoran manusia. Prakiraan air limbah di Kabupaten Kerinci pada tahun 2031 untuk grey water sebesar m 3 dan black water m 3. Penanganan air limbah dapat dilakukan melalui dua teknologi pembuangan, yaitu sistem setempat (onsite system) dan sistem terpusat (offsite system). Sistem setempat yaitu suatu sistem pembuangan air limbah sekaligus pengolahannya yang dilakukan di tempat tersebut melalui penguraian bakteri anaerobe. Teknologi pengolahan sistem setempat biasanya menggunakan Septic Tank atau Cubluk disertai Bidang Resapan. Sedangkan Draft Laporan Akhir 4-7

101 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur sistem terpusat yaitu bentuk pembuangan air limbah menggunakan sistem perpipaan yang berfungsi mengalirkan air limbah dari sumbernya ke suatu tempat pengolahan. 4. Prasarana dan Sarana Dasar Drainase Kondisi alam Kabupaten Kerinci secara umum dapat dibedakan menjadi daerah datar, bergelombang, dan berbukit. Limpasan air permukaan yang berpotensi banjir biasanya terjadi di wilayah dengan topografi datar-bergelombang dengan kelerengan daerah kurang dari 15%. Peningkatan debit air permukaan dipengaruhi pula oleh jenis tanah lempungan, dimana resapan air relatif kecil. Pada musim penghujan dimana curah hujan cenderung tinggi, genangan air permukaan semakin meningkat pada daerah-daerah tersebut. Di beberapa wilayah kecamatan dengan karakteristik alam seperti itu, jaringan drainase seringkali belum ada, sehingga sering terjadi banjir. Fenomena itu diperburuk dengan luapan air sungai yang mengalir di wilayah-wilayah itu. Dalam konteks ini, pembangunan sistem drainase menjadi suatu kebutuhan yang mendesak dan harus mendapat prioritas. C. Parameter Teknis Wilayah Kawasan permukiman merupakan kawasan hunian dari kegiatan yang mendukung kehidupan masyarakat perkotaan dan pedesaan ditetapkan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan; ketersediaan sumber ak bersih; akses terhadap prasarana transportasi, ekonomi dan sosial; dan bukan merupakan kawasan tanaman pangan lahan basah. Kebutuhan pengembangan perumahan di Kabupaten Kerinci untuk kurun waktu 15 tahun kedepan diperkirakan berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dengan asumsi bahwa 1 KK terdiri atas 5 orang maka jumlah rumah tangga pada tahun 2020 adalah sebanyak unit. Sesuai dengan standar kebutuhan lahan permukiman perkotaan (75m 2 per kepala keluarga) maka kebutuhan permukiman penduduk di Kabupaten Kerinci adalah Ha. Hal yang sangat penting dalam Tujuan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci adalah meningkatnya peran ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui untuk kemakmuran masyarakat dan mengarah kepada pengembangan agro industri berbasis masyarakat. Dalam Rencana Penggunaan Ruang Kawasan Budidaya ini adalah adanya hak pengusahaan kawasan budidaya oleh rakyat yang memang telah berkembang dan memberikan suatu pola pemanfaatannya, yaitu kegiatan budidaya rakyat berada pada wilayah sepanjang sungai di Kabupaten Kerinci. D. Aspek Pendanaan Pendanaan dalam pembangunan dan pengembangan permukiman ini didapatkan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran pendapatan belanja Daerah Draft Laporan Akhir 4-8

102 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur provinsi (APBD I) dan Anggaran pendapatan belanja Daerah Kota (APBD II) selain juga bisa di dapat dari sumber dana CRS dan swasta melalui pembangunan perumahan-perumahan yang dikelola oleh swasta Sasaran Adapun Sasaran yang diinginkan dalam pengembangan pemukiman diarahkan pada: 1. Penyediaan dan pemugaran/rehabilitasi permukiman masyarakat perkotaan dengan sasaran penyediaan permukiman bercirikan perkotaan dan rehabilitasi permukiman masyarakat. 2. Penyediaan dan pemugaran/rehabilitasi permukiman masyarakat pedesaan dengan sasaran penyediaan permukiman di perdesaan yang sehat dan layak huni Permasalahan Pembangunan Permukiman Ada beberapa Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan permukiman: 1. Kualitas permukiman 2. Lokasi permukiman tersebar dan berkelompok 3. Permukiman padat dan kumuh 4. Ketersediaan rumah kurang 5. Keterbatasan lahan Analisis Permasalahan dalam Permukiman dan Rekomendasi 1. Kualitas permukiman Permukiman yang ada di Kabupaten Kerinci sebagian besar adalah permukiman tumbuh yang dibangun oleh masyarakat setempat dan pendatang dimana hanya mengikuti pola yang sudah ada. Sehingga permukiman terjadi berkelompok sesuai dengan kondisi daerah yang ditempati. Keadaan ini membuat kurangnya perhatian tentang penataan kawasan, sehingga tidak beraturannya penempatan bangunan yang akan berdampak kualitas lingkungan permukiman yang kurang baik. 2. Lokasi permukiman tersebar dan berkelompok Dengan kondisi tanah yang bervariasi berupa dataran rendah dan rawa serta daerah perbukitan, dimana kehidupan masyarakat adalah bermata pencaharian pertanian, maka permukiman masyarakat pada umumnya terletak di sekitar tanah pertanian. Selain itu permukiman pada umumnya terletak disepanjang akses transportasi baik darat maupun sungai. 3. Permukiman padat dan kumuh Kawasan kumuh adalah kawasan di mana rumah/hunian dan kondisi lingkungan masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk kualitasnya. Rumah maupun sarana dan prasarana yang Draft Laporan Akhir 4-9

103 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya. Di Kabupaten Kerinci dengan kondisi kepadatan pada daerah tertentu berpotensi terjadinya kawasan kumuh, apabila kurang perhatian dari pihak terkait dalam hal ini pihak pemerintah. 4. Ketersediaan rumah kurang Dengan pertumbuhan penduduk Kabupaten Kerinci 1,5% setiap tahun. Memberikan gambaran bahwa kebutuhan perumahan juga akan meningkat. Seperti diproyeksikan bahwa kebutuhan lahan permukiman untuk tahun 2012 meningkat sampai 1,67% dari luas lahan peruntukan fasilitas umum dan Sosial. Dilihat dari proyeksi kebutuhan rumah bagi penduduk Kabupaten Kerinci ini, masih dibutuhkan banyak pembangunan perumahan baik untuk dikawasan Kabupaten Kerinci maupun untuk kota Kecamatan. 5. Keterbatasan lahan Saat ini lahan permukiman di Kabupaten Kerinci masih rendah rata-rata mencapai 0,88% dari luas lahan yang diperuntukkan untuk kawasan budidaya 33,54 % di Kabupaten Kerinci. Dilihat dari data yang ada maka masih terlihat Kabupaten Kerinci masih sangat kekurangan penggunaan lahan untuk permukiman. No. Tabel. IV.1.3 Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang Budidaya Di Kabupaten Kerinci Alokasi Pemanfaatan Ruang A Kawasan Lindung : Kawasan Pelestarian Alam Kawasan Suaka Alam Kawasan Cagar Biosfer Kawasan Cagar Alam Budaya Kawasan Sempadan Sungai dan Danau Sumber: Data Pokok Bappeda Kabupaten Kerinci 6. Kawasan Gambut Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan Penyangga B Kawasan Budidaya : Kawasan Produksi HPPPM Kawasan Pertanian Kawasan Permukiman dan Perkotaan Area Penggunaan Lain C Jumlah Luasan Sumber: Data Pokok Bappeda Kabupaten Kerinci LUAS Areal(Ha) % Draft Laporan Akhir 4-10

104 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Usulan Pembangunan Permukiman Rencana dan Program pembangunan Infrastruktur Permukiman (bidang PU/Cipta Karya) yang dapat dimasukkan dalam RPIJM tersebut meliputi, antara lain: a. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan untuk mendukung: pengembangan kawasan agropolitan, pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dan Desa Pusat Perturnbuhan (DPP), penyediaan infrastruktur bagi desa tertinggal b. Peningkatan Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP), penataan dan perbaikan lingkungan permukiman (NUSSP), peremajaan kawasan kumuh c. Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, melalui : penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan jalan lingkungan) untuk pengembangan kawasan perumahan RSH bagi PNS/TNI- POLRI/pekerja, pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA), dan penyediaan infrastruktur permukiman di desa tertinggal/kawasan perbatasan, d. Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota, meliputi : Sistem Penyediaan (prasarana dan sarana) Air Minum, Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat dan sistem SANIMAS, Pengelolaan Persampahan dan Drainase, dan Penataan Revitalisasi kawasan/lingkungan/bersejarah di perkotaan, e. Pengembangan Kawasan Permukiman, termasuk penyediaan infrastruktur pendukungnya baik melalui Peremajaan Kawasan di dalam Kota, maupun untuk pengembangan/perluasan permukiman kota dan kawasan ekonomi perbatasan Sistem PSD permukiman yang diusulkan Kegiatan Rehabilitasi kawasan kumuh 1. Cakupan Kumuh Sedang, dengan kegiatan pembangunan sebagai berikut: a. Perbaikan Lingkungan Permukiman, dengan kegiatan sebagai berikut: Peningkatan PS Lingkungan Permukiman Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Perkotaan (NUSSP) Penyediaan PS Air Minum bagi kawasan kumuh/nelayan Pembangunan PS Air Limbah Percontohan Skala Komunitas (Sanimas) b. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, dengan kegiatan sebagai berikut: Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (PNPM - P2KP) Draft Laporan Akhir 4-11

105 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 2. Cakupan Kumuh Berat a. Peningkatan Fungsi Kawasan, dengan kegiatan sebagai berikut: Pengembangan Rusunawa Peremajaan Kawasan Kegiatan Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Perkotaan (NUSSP) Struktur Kegiatan Fungsi Sub Fungsi : Perumahan dan Fasilitas Umum : Pemberdayaan Komunitas Permukiman Program : Pemberdayaan Komunitas Permukiman Pelaksana : Satker Pembinaan Teknis Penataan Lingkungan Permukiman Tujuan Kegiatan Mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia melalui kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam melaksanakan program perumahan dan permukiman di lingkungan kumuh perkotaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan tingkat lokal. Kriteria Penanganan Kota metropolitan dan besar serta Kota-kota yang berfungsi strategis (Ibu Kota Provinsi/Kabupaten/Kota atau kota-kota yang mempunyai fungsi khusus). Kondisi lingkungan permukiman masuk kategori kumuh berat atau sangat kumuh (langka sarana dan prasarana namun telah ada jaringan jalan lokal walaupun belum diperkeras). Kepadatan penduduk antara jiwa per Ha. Lebih dari 60% rumah tidak layak huni. Luas kawasan antara 20 sampai 40 Ha. Pemerintah Kota/Kota menyediakan dana pendamping in cash dengan besaran sesuai dengan kapasitas fiskal masing-masing kota (KMK No.358/2003), serta sanggup menyediakan dana pendamping in kind dan BOP untuk mendukung pelaksanaan kegiatan. Lingkup Kegiatan 1. Bantuan Teknis berupa: Fasilitasi penyusunan Strategi Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kota/Kota yang berpihak pada masyarakat berpenghasilan rendah. Fasilitasi penyusunan Rencana Pengembangan dan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) serta pembentuka n Badan Koordinasi Pengendalian Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (BKP4D) Peningkatan kapasitas dan peran pemerintah daerah dalam menangani lingkungan permukiman kumuh perkotaan yang ada di wilayahnya Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal di dalam meningkatkan kualitas Draft Laporan Akhir 4-12

106 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur lingkungan permukiman dan kualitas huniannya. Menciptakan akses masyarakat berpenghasilan rendah dan berpenghasilan tidak tetap (informal) kepada sumber dana untuk pembiayaan perbaikan dan pembangunan perumahan. Bantuan Fisik berupa peningkatan prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang berbasis pada NUP (Neighborhood Upgrading Plan) yang disusun dengan partisipasi dan aspirasi masyarakat. Bantuan kredit mikro perumahan untuk perbaikan/pembangunan baru perumahan masyarakat di lingkungan pemukiman kumuh yang disalurkan melalui lembaga keuangan lokal. Indikator Output Luas Kawasan kumuh yang ditangani (ha). Jumlah KK miskin penerima manfaat serta yang mendapat akses kredit mikro perumahan. RP4D dan BKP4D yang dibentuk pada kota/kota sasaran Indikator Outcome Berkurangnya luas kawasan kumuh (Ha) dan terpenuhinya kebutuhan akan hunian yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Meningkatnya tingkat kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota terhadap sektor permukiman khususnya yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Tersusunnya Rencana Pengembangan Perumahan dan Permukiman di daerah yang menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan sektor perumahan dan permukiman setiap tahunnya, dan terwujudnya keterpaduan dengan sektor lainnya serta berbagai sumber pendanaan yang ada Kegiatan Penyediaan PS AM bagi kawasan Kumuh/Nelayan Struktur Kegiatan Fungsi Sub Fungsi : Perumahan dan Fasilitas Umum : Penyediaan Air Minum Program : Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Pelaksana : Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Tujuan Kegiatan Penyediaan air minum di kawasan kumuh/nelayan. Kriteria Penanganan Kawasan kumuh perkotaan/nelayan yang tidak memiliki SPAM yang memadai. Lahan sudah tersedia. Draft Laporan Akhir 4-13

107 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Lingkup Kegiatan Pembuatan Rencana Teknis Pembuatan IPA Sederhana Pembuatan sumur bor Pengadaan pompa Pengadaan HU atau TA Monitoring dan Evaluasi Indikator Output Jumlah unit terbangun Indikator Outcome Banyaknya jumlah jiwa yang memperoleh air minum dengan mudah. Berkurangnya jumlah kawasan kumuh/nelayan yang tidak memiliki SPAM yang memadai. Keberlanjutan pemanfaatan SPAM terbangun Kegiatan Pembangunan Air Limbah Percontohan Skala Komunitas (SANIMAS) Struktur Kegiatan Fungsi : Perumahan dan Fasilitas Umum Sub Fungsi : Penyediaan Air Minum Program : Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Pelaksana : Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan PL Tujuan Kegiatan : Pengembangan kegiatan pembangunan air limbah skala komunitas yang berbasis masyarakat. Kriteria Penanganan: Kawasan kumuh perkotaan yang masih rendah tingkat sanitasinya. Diusulkan oleh pemerintah daerah dan kesanggupan untuk mengembangkannya di lokasi yang lain. Sudah termasuk dalam RPJM Daerah. Lahan sudah tersedia. Memerlukan pendampingan kepada masyarakat pengguna. Biaya SANIMAS tiap lokasi diperkirakan Rp. 400 juta, dengan pembiayaan berasal dari berbagai sumber, yaitu Pemerintahan Pusat (55%), Pemerintah Kabupaten/Kota (7%), Donor/LSM (16%) dan masyarakat (2%). Biaya O&M sepenuhnya ditanggung masyarakat. Draft Laporan Akhir 4-14

108 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Lingkup Kegiatan: Fasilitasi pembuatan Rencana Teknis Fasilitasi pembangunan septic tank komunal, septic tank individual, pengadaan jamban. (lihat DIPA) Monitoring dan Evaluasi Indikator Output Jumlah unit terbangun. Indikator Outcome Banyaknya jumlah jiwa yang memperoleh pelayanan air limbah. Indikator Keberhasilan Meningkatnya derajat kesehatan lingkungan dan masyarakat Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP - PNPM) Struktur Kegiatan Fungsi : Perumahan dan Fasilitas Umum Sub Fungsi Program : Pemberdayaan Komunitas Permukiman : Pemberdayaan Komunitas Permukiman Pelaksana : Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan (33 Satker) Tujuan Kegiatan Mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia yang dilaksanakan oleh masyarakat dan didukung oleh pemerintah daerah dan kelompok peduli, serta pihak terkait secara mandiri dan berkelanjutan. Kriteria Penanganan Kecamatan urban/perkotaan yaitu jumlah kelurahan lebih besar dari Desa sesuai data PODES/BPS. Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk miskin lebih dari 35%. Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Pemda siap menyediakan dana pendamping. Khusus untuk program PAKET, Pemda telah menyiapkan SPKD (Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah) yang di susun oleh KPKD (Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah) melalui komunitas belajar perkotaan dan PJM Pronangkis kota yang telah mengakomodasikan PJM Pronangkis (Program Penanganan Kemiskinan) Kelurahan yang di susun oleh BKM Lingkup Kegiatan 1. Bantuan teknis berupa: Penguatan kapasitas dan mengedepankan peran Pemda agar mampu secara efektif dalam penanggulangan kemiskinan di wilayahnya. Draft Laporan Akhir 4-15

109 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal untuk membangun tatanan masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan permukiman di wilayahnya secara terpadu. 2. Bantuan fisik berupa: Penyediaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan dalam PJM dan Renstra Pronangkis yang mengacu kepada konsep tridaya. Pembiayaan Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) sebagai stimulan untuk membantu dan mempercepat proses kemitraan antara masyarakat dengan Pemerintah Kota/Kota dan kelompok peduli dalam mewujudkan sinergitas penanggulangan kemiskinan. Indikator Output Jumlah kelurahan yang ditangani. Jumlah KK miskin penerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Indikator Outcome Jumlah kelembagaan masyarakat di tingkat lokal. Jumlah KK miskin yang meningkat taraf kehidupan/ekonominya. PKD yang tersusun dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan melalui kerjasama antara Pemda dan masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. Kegiatan Pembangunan Rusunawa Struktur Kegiatan Fungsi Sub Fungsi Program Pelaksana Tujuan Kegiatan : Perumahan dan Fasilitas Umum : Pembangunan Perumahan : Pengembangan Perumahan : Satker Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Penanganan kawasan kumuh perkotaan. Kriteria Penanganan Kota metro/besar yang memiliki permasalahan kumuh perkotaan (atau kota -kota yang mempunyai permasalahan kumuh berat) yang penanganannya perlu dilakukan melalui peremajaan kawasan, dengan keterbatasan tanah/lahan perkotaan yang tidak mungkin ditoleransi lagi. Diusulkan oleh Pemerintah Daerah Sesuai dengan RUTR, serta Pemkot sudah menyiapkan RPJM untuk pengembangan permukiman di wilayahnya Pada kawasan penduduk berkepadatan tinggi jiwa /Km 2. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang kondusif. Draft Laporan Akhir 4-16

110 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Pemkot dapat memenuhi komitmennya untuk: o Menyediakan lahan siap bangunan untuk lokasi Pembangunan Rusunawa; o Menyediakan dana untuk penyambungan instalasi air minum, listrik ke bangunan RUSUNAWA; o Pembangunan PSD Permukiman di sekitar lokasi RUSUNAWA dan segala sesuatu yang berkaitan dengan berfungsinya Rusunawa tersebut; o Melaksanakan pengelolaan RUSUNAWA paska Konstruksi, termasuk konsekuensi penyediaan dana subsidi apabila diperlukan. Bersedia menandatangani MOU antara Walikota/Bupati dan Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk komitmen bersama dalam pembangunan Rusunawa dalam konteks penataan lingkungan permukiman kumuh. Lingkup Kegiatan Bantuan Teknis kepada Pemerintah Provinsi, Kota/Kota dalam rangka peremajaan kawasan permukiman kumuh perkotaan (urban Renewal). Bantuan Teknis kepada Pemerintah Provinsi, Kota/Kabupaten dalam rangka kegiatan: o Identifikasi kawasan-kawasan kumuh dan permukiman liar (squatters) Penyusunan renstra penanganan kawasan kumuh perkotaan di wilayahnya yang dituangkan dalam RPJM dan matriks program lintas sektor. Bantuan Fisik berupa prasarana dan sarana yang tercantum dalam RPJM termasuk stimulan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang mengawali upaya Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mengatasi kawasan kumuh perkotaan dan sekaligus meningkatkan nilai tambah kawasan-kawasan tersebut sehingga menjadi bagian penting dalam pengembangan perkotaan secara keseluruhan. Bantuan teknis untuk pengelolaan dan penghunian Rusunawa. Monitoring dan Evaluasi. Indikator Output Jumlah unit hunian yang terbangun Indikator Outcome Banyaknya jumlah KK yang menghuni Rusunawa Berkurangnya luasan kawasan kumuh perkotaan Usulan dan prioritas program pembangunan PSD permukiman Program yang diusulkan dalam pembangunan permukiman adalah: 1. Meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan fasilitas dan bantuan teknis perbaikan rumah pada kawasan kumuh, desa tradisional, dan desa eks-transmigrasi. Draft Laporan Akhir 4-17

111 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 2. Menyediakan perumahan dan lahan bagi masyarakat berpendapatan rendah minimal tersedianya rumah sangat sederhana (RSS), rumah sederhana (RS) dan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) 3. Melakukan penataan, peremajaan dan revitalisasi bagi daerah daerah permukiman yang kumuh sehingga akan memberikan kebutuhan penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan perumahan sederhana yang sehat, sebagai dasar bagi pengembangan kawasan siap bangun. Kawasan permukiman hendaknya terletak di daerah datar dengan kemiringan lahan < 5%. 4. Menyediakan sarana perumahan dan permukiman, antara lain air minum yang bersih, listrik, telepon, dan sanitasi yang sehat secara luas dan merata. 5. Menciptakan iklim yang kondusif yang mampu menarik investor maupun pengembang untuk membangun fasilitas perumahan yang sehat, nyaman dan asri. 6. Memfasilitasi pembiayaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan melalui pembangunan perumahan yang bertumpu pada masyarakat. 7. Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan kumuh perkotaan 8. Mengembangkan pola subsidi yang tepat sasaran, efisien dan efektif. 9. Mengembangkan lembaga yang bertanggungjawab dalam pembangunan perumahan dan permukiman pada semua tingkatan pemerintahan serta fasilitasi pelaksanaan penataan ruang permukiman yang transparan dan partisipatif. 10. Menciptakan kepastian hukum dalam bermukim (tinggal) serta fasilitasi dan st imulasi pembangunan perumahan yang tanggap terhadap bencana. 11. Menyediakan prasarana jalan lingkungan permukiman kota dan desa 12. Mempersiapkan aksesibilitas untuk Desa tertinggal. 13. Memberikan Pelayanan kepada masyarakat yang masih sangat terbatas (belum banyak tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah) 14. Pembangunan Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri. 15. Mengikuti program sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Kota. 16. Memberikan dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, Pekerja masyarakat berpenghasilan rendah 17. Memprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah 18. Melaksanakan MoU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum, khususnya yang sudah ada progres pembangunan rumah ± 60%. 19. Pengembangan lokasi kawasan Agropolitan 20. Pengembangan kawasan permukiman baru (Kasiba/Lisiba BS) Draft Laporan Akhir 4-18

112 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 21. Bedah rumah 22. Identifikasi lokasi kawasan tertinggal yang ada dalam pemerintah kota 23. Penyusunan SPPIP dan RPKPP Kabupaten Kerinci RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Petunjuk Umum Tantangan penataan bangunan dan lingkungan 1. Amanat UUBG & PPBG: Semua Bangunan Gedung harus laik fungsi pada tahun MDGs: 50% kabupaten/kota di Indonesia bebas kumuh pada tahun Visi: bangunan gedung dan lingkungan yang layak dan berkualitas Misi: 1. memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras. 2. memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan Grand Strategy, Tujuan & Sasaran Grand Strategy 1 : Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien Tujuan : Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya. Sasaran 1) Tersusunnya Perda Bangunan gedung 2) Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi 3) Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung 4) Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum 5) Terlaksananya pendataan bangunan gedung 6) Terwujudnya Pusat Informasi Arsitektur dan Bangunan Gedung 7) Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO ) Terlaksananya Sosialisasi, Fasilitasi, Pelatihan, Bantuan Teknis dan Wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan Draft Laporan Akhir 4-19

113 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 9) Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat provinsi/kabupaten/kota yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukungnya; 10) Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan gedung 11) Terlaksananya Rencana Induk Kebakaran Grand Strategy 2 : Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri Tujuan : Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan. Sasaran : 1) Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh 2) Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah 3) Terlaksananya pengelolaan RTH 4) Pemberdayaan komunitas Grand Strategy 3 : Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi Tujuan : Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial dan ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Sasaran : 1) Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis 2) Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan revitalisasi kawasan Grand Strategy 4: Menyelenggarakan Penataan Bangunan dan Lingkungan Untuk mewujudkan Arsitektur Perkotaan, dan pelestarian Arsitektur Bangunan Gedung Yang Dilindungi dan Dilestarikan untuk Menunjang Kearifan Budaya Lokal Tujuan : Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, dan selaras, dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi lingkungannya, serta yang dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Draft Laporan Akhir 4-20

114 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Sasaran : Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur perkotaan Grand Strategy 5 : Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung untuk menunjang Pembangunan Regional/Internasional yang berkelanjutan. Tujuan : Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar Internasional untuk menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara Internasional. Sasaran : Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi danrekayasa arsitektur pada 5 lokasi melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten pada tahun Ruang lingkup tata bangunan gedung dan lingkungan adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan, pembinaan, dan standarisasi teknis bangunan gedung termasuk pengelolaan gedung dan rumah negara, serta penataan kawasan/lingkungan. Pengertian penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya Penataan Bangunan A. Permasalahan Penataan Bangunan Bangunan Gedung: 1) Kurang ditegakannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana. 2) Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian. 3) Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan. 4) Lemahnya pengaturan penyelenggaraan BG di daerah; 5) Adanya kelembagaan BG yang belum efektif dan efisien; 6) Belum optimalnya peran penyedia jasa konstruksi dalam penerapan profesionalisme; 7) Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan BG. Draft Laporan Akhir 4-21

115 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Gedung Dan Rumah Negara: 1) Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan 2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien 3) Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik. Permasalahan Penataan Lingkungan: 1) Masih adanya permukiman kumuh 2) Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata. 3) Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota. 4) Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dll. kurang diperhatikan hampir di semua kota terutama kota metro dan besar. Permasalahan dalam bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan: 1) Jumlah penduduk miskin di perkotaan masih cukup banyak. 2) Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk peningkatan peran masyarakat. 3) Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya. B. Landasan hukum Landasan Hukum Dalam pelaksanaan program Penataan Bangunan dan Lingkungan meliputi : 1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 2) Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun 3) Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman 4) Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya 5) Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 6) Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 7) Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2005 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara 8) Pedoman Teknis dan SNI di bidang penataan bangunan dan lingkungan Penataan Lingkungan Dalam penataan lingkungan masih banyak kabupaten/kota belum melaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan. Draft Laporan Akhir 4-22

116 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Selaras dengan upaya pencapaian target Millenium (MDGs), yakni : mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk miskin tahun 1990 (target I); dan mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan, maka peningkatan kualitas lingkungan permukiman perlu dilakukan lebih intensive dengan melibatkan masyarakat setempat, kelompok peduli dan dunia usaha secara aktif. Bangunan di Kabupaten Kerinci sebagian besar masih mengelompok di kota-kota besar yang menjadi ibukota kecamatan. Dari bangunan-bangunan tersebut penggunaan yang besar adalah untuk permukiman penduduk, sisanya baru untuk bangunan lainnya seperti perkantoran, fasilitas umum, industri dan penggunaan lainnya. Sistem Permukiman di Kabupaten Kerinci terbentuk secara alami, dimana permukiman/kampung/lingkungan tempat masyarakat tinggal terdapat di pusat-pusat kecamatan yang saling berkumpul membentuk sebuah kelompok permukiman/lingkungan. Selain itu permukiman/lingkungan di Kabupaten Kerinci terbentuk mengikuti jaringan jalan yang ada secara linier Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Pencapaian penataan bangunan gedung dan lingkungan perlu didukung dengan beberapa strategi seperti : 1. Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien yang bertujuan terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya. 2. Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjatidiri yang bertujuan, terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat, aman, serasi, produktif dan berkelanjutan. 3. Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi, yang bertujuan terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. 4. Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan, dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal. Yang bertujuan terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi dan selaras dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang Draft Laporan Akhir 4-23

117 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur menjadi teladan bagi lingkungannya, serta dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa Kebijakan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Kerinci 1. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung termasuk bangunan gedung dan rumah negara. 2. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman. 3. Meningkatkan kapasitas penyelenggaraan dalam penataan lingkungan permukiman. 4. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri bagi pertumbuhan kota. 5. Mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota. 6. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga nasional maupun international lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman. 7. Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional. 8. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya). 9. Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Relatif pesatnya pertumbuhan penduduk Kabupaten Kerinci berikut keragaman kegiatannya secara langsung memberikan implikasi berupa peningkatan kebutuhan ruang bagi kawasan terbangun perumahan, pergudangan, jasa maupun fasilitas-fasilitas pelayanan umum. Kenyataan menunjukkan bahwa intensitas / kepadatan bangunan diwilayah Kabupaten Kerinci saat ini belum merata, disamping itu peruntukan lahan dan fungsi bangunan juga belum dapat sepenuhnya diidentifikasi secara jelas ( mix use ). Kawasan terbangun dengan intensitas tinggi terpusat pada kawasan pusat kota dan sekitarnya atau cenderung berkembang pada lokasi-lokasi strategis yang didukung oleh fasilitas, utilitas dan aksebilitas yang baik, antara lain sepanjang koridor atau sekitar jaringan jalan utama kabupaten. Draft Laporan Akhir 4-24

118 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Permasalahan Yang Dihadapi Bangunan di Kabupaten Kerinci sebagian besar masih mengelompok di kota-kota besar yang menjadi ibukota kecamatan. Dari bangunan-bangunan tersebut penggunaan yang besar adalah untuk permukiman penduduk, sisanya baru untuk bangunan lainnya seperti perkantoran, fasilitas umum, industri dan penggunaan lainnya. Fenomena tersebut pada suatu saat dikhawatirkan akan berdampak buruk dengan timbulnya permasalahan kota yang lebih serius, antara lain kemacetan lalu lintas, tumbuh suburnya permukiman kumuh, bangunan-bangunan liar tanpa IMB ( ijin mendirikan bangunan ), pelanggaran limitasi kawasan terbangun, menurunnya kualitas dan daya dukung lingkungan serta permasalahan sosial lainnya. Untuk mengantisipasi permasalahan diatas pihak Pemda Kabupaten Kerinci perlu segera mempersiapkan instrumen pengendali pertumbuhan fisik kota melalui pendekatan konsep perencanaan tata ruang yang berjenjang dengan tingkat kedalaman dan lingkup kawasan perencanaan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku, mulai dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang lebih lanjut dijabarkan kedalam Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR ), Rencana Teknik Ruang Kota ( RTRK ) hingga Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan ( RTBL ) Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Sasaran Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk Kabupaten Kerinci, khususnya Sasaran Penataan Bangunan adalah sebagai berikut: 1) Tersusunnya Perda Bangunan gedung 2) Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi 3) Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung 4) Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum 5) Terlaksananya pendataan bangunan gedung 6) Terwujudnya Pusat Informasi Arsitektur dan Bangunan Gedung 7) Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO ) Terlaksananya Sosialisasi, Fasilitasi, Pelatihan, Bantuan Teknis dan Wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan 9) Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat propinsi/kabupaten/kota yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukungnya 10) Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan gedung. 11) Terlaksananya Rencana Induk Kebakaran Sedangkan Sasaran yang dilakukan dalam revitalisasai Kawasan dan Bangunan adalah sebagai berikut: Draft Laporan Akhir 4-25

119 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 1) Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh 2) Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah 3) Terlaksananya pengelolaan RTH 4) Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis 5) Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan revitalisasi kawasan Demikian pula dalam upaya Pelestarian Bangunan dan Lingkungan juga mempunyai sasaran yang diharapkan, antara lain : 1) Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur perkotaan. Sedangkan untuk Pengembangan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung, diambil sasaran program : 1) Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi dan rekayasa arsitektur melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten. Demikian pula dalam penataan kawasan, juga harus mempunyai sasaran crusial yang terus dicapai. Pemberian izin lokasi, Kuasa Pertambangan, dan berbagai izin lainnya, sampai ke depan harus mampu diakomodasikan dan terlayani dengan baik. Hal ini sebagai akibat terjadinya permasalahan yang timbul dari belum mantapnya dalam penataan ruang. Oleh karena itu, sasaran yang diambil antara lain: 1) Tersedianya rencana penataan penggunaan ruang yang tepat dan ditetapkan secara hukum. 2) Terwujudnya alokasi penggunaan dalam penataan ruang yang tepat lokasi, tepat kemampuan dan tepat produksi. 3) Terciptanya percepatan dalam penyelesaian penataan ruang daerah Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi tersebut maka permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang ada di Kabupaten Kerinci meliputi: 1) Belum adanya implementasi aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung, dan masih bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan; 2) Prasarana dan sarana hidran kebakaran masih kurang mendapat perhatian; 3) Masih belum optimalnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan; 4) Lemahnya pengaturan penyelenggaraan BG di daerah; 5) Kelembagaan Bangunan Gedung yang belum efektif dan efisien; 6) Belum optimalnya peran penyedia jasa konstruksi dalam penerapan profesionalisme; 7) Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan Bangunan Gedung; 8) Belum ada pendataan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; Draft Laporan Akhir 4-26

120 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 9) Masih adanya permukiman kumuh; 10) Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata; 11) Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota; 12) Masih kurangnya sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dll; 13) Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk peningkatan peran masyarakat; Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan Berdasarkan Undang-undang Bangunan Gedung Pasal 3, pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya; mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan; serta mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam pasal Pasal 7 UUBG disebutkan bahwa persyaratan bangunan gedung meliputi: (1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. (2) Persyaratan administratif bangunan gedung sebagaimana dimaksud alam ayat (1) meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan. (3) Persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan angunan gedung. (4) Penggunaan ruang di atas dan/atau di bawah tanah dan/atau air untuk bangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai ketentuan yang berlaku. (5) Persyaratan administratif dan teknis untuk bangunan gedung adat, bangunan gedung semi permanen, bangunan gedung darurat, dan bangunan gedung yang dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai kondisi sosial dan budaya setempat. Sedangkan pada pasal Pasal 8 disebutkan : (1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi: a. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah, b. status kepemilikan bangunan gedung, dan c. izin mendirikan bangunan gedung, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Draft Laporan Akhir 4-27

121 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur (2) Setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau bagian bangunan gedung. (3) Pemerintah Daerah wajib mendata bangunan gedung untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan. (4) Ketentuan mengenai izin mendirikan bangunan gedung, kepemilikan, dan pendataan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Berdasarkan beberapa persyaratan dan peraturan di dalam UUBG tersebut maka diperlukan adanya pengaturan dan pedoman dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Kerinci. Mengingat beberapa kegiatan yang sampai saat ini belum dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci berkaitan dengan pelaksanaan UUBG tersebut Rekomendasi Berdasarkan kondisi yang ada serta permasalahan yang ada di Kabupaten Kerinci berkaitan dengan Penataan Bangunan dan Lingkungan serta dikaitkan dengan peraturan yang harus dipenuhi berkaitan dengan pelaksanaan UUBG maka perlu usulan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan : Penataan Bangunan Gedung Pendataan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Penataan Lingkungan Pemberdayaan Masyarakat Program yang Diusulkan Usulan dan Prioritas Program a. Bangunan Gedung 1) Penguatan kelembagaan pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung. Diseminasi produk pengaturan bangunan gedung Peningkatan pemantapan kelembagaan BG Pengembangan sistim informasi BG dan arsitektur Pelatihan-pelatihan teknis 2) Percontohan aksesibilitas bangunan gedung 3) Penyusunan rencana teknis. Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung Pendataan Bangunan Gedung Draft Laporan Akhir 4-28

122 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur b. Gedung & Rumah Negara 1) Rehabilitasi bangunan gedung negara 2) Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara 3) Pembinaan teknis pembangunan gedung negara c. Penataan Lingkungan 1) Dukungan prasarana dan sarana untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh. 2) Dukungan prasarana dan sarana untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah. 3) Dukungan prasarana dan sarana untuk revitalisasi kawasan strategis. 4) Penyusunan rencana teknis. Penyusunan Rencana Design Kawasan Bantek Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) d. Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan 1) Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (Paket) 2) Replikasi 3) Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) - PNPM 4) Penataan Kawasan Pasar sembako Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan a. Program Penataan Bangunan Gedung 1) Penguatan Kelembagaan Pengawasan Konstruksi Dan Keselamatan Bangunan Gedung Diseminasi produk pengaturan bangunan gedung Peningkatan pemantapan kelembagaan BG Pelatihan-pelatihan teknis Fasilitasi dan Bantuan teknis penyusunan ranperda Menyusun dan menyempurnakan perda bangunan gedung Menetapkan Ranperda menjadi Perda Bangunan Gedung Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam memenuhi ketentuan bangunan gedung 2) Dukungan Prasarana Dan Sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman Dan Bangunan (PIP2B) Bantuan teknis percontohan pendataan bangunan gedung dalam rangka mendukung tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung di Kabupaten Kerinci. Bantuan teknis pembentukan sistem informasi bangunan gedung Draft Laporan Akhir 4-29

123 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Mempersiapkan kelembagaan yang menangani pendataan Menyusun dan menyempurnakan program computer untuk system informasi bangunan gedung Melakukan pendataan bangunan gedung Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pendataan bangunan gedung 3) Percontohan Aksesibilitas Bangunan Gedung Bantuan Teknis percontohan aksesibilitas di Kabupaten Kerinci Kegiatan pengendalian pengawasan pemenuhan persyaratan bangunan 4) Program Penataan Gedung & Rumah Negara Program Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara dan Penyusunan Rencana Teknis - Rencana Induk Kebakaran (RIK) Bantuan teknis penyusunan RIK dalam mendukung skenario pengembangan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran di Kabupaten Kerinci Membuat perda tentang pengamanan kebakaran Memberikan bimbingan, penyuluhan dan pelatihan b. Program Penataan Lingkungan 1) Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh Penyediaan PSD di Kawasan Kumuh Perkotaan di Kabupaten Kerinci Peningkatan kualitas PSD di Kabupaten Kerinci Rencana Tindak (CAP) Pemberdayaan Masyarakat, Rencana Investasi Fisik, DED, Rencana Pembiayaan. 2) Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Tradisional Dan Bersejarah Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional di Kabupaten Kerinci. Detail Architectural and Engineering Design (DAED) dalam rangka Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional tersebut. Pembangunan fisik kawasan dalam rangka Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional. 3) Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Revitalisasi Kawasan Strategis Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Kawasan Strategis di Kawasan pusat perdagangan Kabupaten Kerinci Detail Architectural and Engineering Design (DAED) Pembangunan fisik kawasan Draft Laporan Akhir 4-30

124 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4) Penyusunan Rencana Teknis Design Kawasan Penyusunan Rencana Design Kawasan 4 lokasi di Kabupaten Kerinci dan 1 lokasi masingmasing di ibukota Kecamatan Pembangunan Fisik Kawasan yang sudah disusun Design Kawasannya 5) Penyusunan Rencana Teknis - Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perencanaan RTH pada kota ibukota kecamatan. Bantek Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pengesahan Produk rancang bangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) c. Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan 1) Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (Paket) Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan Bantuan pemugaran rumah tidak layak huni 1000 unit rumah tiap tahun Bantuan peningkatan dan pembangunan PSD Bantuan usaha kecil dan pelatihan keterampilan 2) Replikasi Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat Penyusunan Community Action Plan Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) - PNPM Pendataan Masyarakat Penerima Manfaat Penyusunan Community Action Plan Fasilitasi penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan Adapun struktur pembiayaan proyek penataan bangunan akan dikelompokkan berdasarkan sifat kegiatannya sebagai berikut : a. Kegiatan Pelatihan, Diseminasi, Sosialisasi dan Peningkatan Kelembagaan (Capacity Building) Meliputi kegiatan : Diseminasi produk pengaturan bangunan gedung Peningkatan pemantapan kelembagaan BG Pelatihan-pelatihan teknis Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam memenuhi ketentuan bangunan gedung Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pendataan bangunan gedung Memberikan bimbingan, penyuluhan dan pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan Draft Laporan Akhir 4-31

125 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: gaji, upah bahan dan atk perlengkapan kantor perjalanan dinas operasional kantor 1) Penyuluhan 2) Pelatihan 3) Sosialisasi 4) Pemberdayaan Masyarakat b. Kegiatan Fasilitasi dan Penyusunan Kelembagaan Meliputi kegiatan : Fasilitasi dan Bantuan teknis penyusunan raperda Mempersiapkan kelembagaan yang menangani pendataan Fasilitasi penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: gaji, upah bahan dan atk perlengkapan kantor perjalanan dinas operasional kantor 2) Penyiapan kelembagaan 3) Penyusunan Raperda 4) Penyiapan Peraturan, standar dan pedoman c. Kegiatan Penyusunan Raperda Meliputi kegiatan : Menyusun dan menyempurnakan perda bangunan gedung Menetapkan Ranperda menjadi Perda Bangunan Gedung Membuat perda tentang pengamanan kebakaran Pengesahan Produk rancang bangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: 2) inventarisasi perda tentang bangunan 3) Inventarisasi sistem pengelolaan pembangunan Draft Laporan Akhir 4-32

126 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur d. Kegiatan Bantuan Teknis, Penyusunan Perencanaan dan Community Action Plan Meliputi kegiatan : Bantuan teknis percontohan pendataan bangunan gedung Bantuan teknis pembentukan sistem informasi bangunan gedung Penyusunan program computer untuk system informasi bangunan gedung Pendataan bangunan gedung Bantuan Teknis percontohan aksesibilitas di Kabupaten Kerinci. Kegiatan pengendalian pengawasan pemenuhan persyaratan bangunan Bantuan teknis penyusunan RIK di Kabupaten Kerinci Rencana Tindak (CAP) Pemberdayaan Masyarakat, Rencana Investasi Fisik, DED, Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional di Kabupaten Kerinci. Detail Architectural and Engineering Design (DAED) dalam rangka Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional tersebut. Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Kawasan Strategis Detail Architectural and Engineering Design (DAED) Penyusunan Rencana Design Kawasan 5 lokasi di Kabupaten Kerinci dan 2 lokasi masingmasing di ibukota Kecamatan Perencanaan RTH pada ibukota kecamatan. Bantek Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pendataan Masyarakat Penerima Manfaat Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: 2) Survei dan Pengelolaan data: 3) Studi dan penelitian: 4) Studi pedoman pelaksanaan keselamatan bangunan 5) Studi pedoman pelaksanaan tertib pembangunan 6) Perencanaan, pengawasan dan pengendalian: 7) Perancangan fisik lingkungan dan bangunan 8) Pengawasan/pengendalian pembangunan gedung negara dan non negara e. Kegiatan Pembangunan Fisik Kawasan Meliputi kegiatan : Penyediaan PSD di Kawasan Kumuh Perkotaan di Kota Sungai Penuh Peningkatan kualitas PSD di Kabupaten Kerinci Pembangunan fisik kawasan dalam rangka Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional. Pembangunan fisik kawasan Strategis Draft Laporan Akhir 4-33

127 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Pembangunan Fisik Kawasan yang sudah disusun Design Kawasan nya Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: 2) Pertanahan: penyediaan tanah untuk bangunan darurat, penyediaan tanah untuk prasarana fisik lingkungan 3) Pembangunan: 4) Prasarana fisik lingkungan 5) Prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran 6) Perbaikan: 7) Rehabilitasi bangunan fasilitas fisik lingkungan 8) Rehabilitasi prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran 9) Operasi dan pemeliharaan: 10) Prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran f. Kegiatan Penyaluran Bantuan Bantuan pemugaran rumah tidak layak huni 500 unit rumah tiap tahun Bantuan peningkatan dan pembangunan PSD Bantuan usaha kecil dan pelatihan keterampilan Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: gaji, upah bahan dan atk perlengkapan kantor perjalanan dinas operasional kantor Draft Laporan Akhir 4-34

128 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4.3. RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG AIR LIMBAH Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah Umum Air limbah (buangan) dapat didefinisikan sebagai air yang mengandung bahan pencemar fisik, biologi, atau kimia. Air buangan kota berasal dari kegiatan rumah tangga atau domestik dan dari kegiatan industri. Kedua air buangan ini harus ditangani secara terpisah karena karakteristiknya berbeda, dimana air buangan industri memiliki karakteristik yang lebih kompleks. Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan. Tingkat pengolahan yang akan diterapkan tergantung pada kualitas air buangan, yang erat kaitannya dengan jenis-jenis sumber air buangan tersebut. Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu standar aliran (stream standard) dan standar effluent (effluent standard) (lihat Kep -02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan). Pengelolaan limbah manusia, khususnya limbah air bekas dilakukan secara individual pada masing-masing rumah tangga atau memanfaatkan fasilitas umum seperti MCK umum. System yang digunakan adalah on-site (setempat). Untuk permukiman pendu duk yang berada di tepian sungai, pada umumnya memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi, cuci dan buang air. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah dalam Rencana Kabupaten Kerinci Dalam kegiatan pengelolaan air limbah Kabupaten Kerinci beberapa kebijakan sebagai bahan acuan adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, 2. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, 3. Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, 4. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kebijakan pengelolaan air limbah adalah: Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on site maupun sistem off site di perkotaan dan pedesaan. Draft Laporan Akhir 4-35

129 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Program pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan pola penanganan air limbah yang bersifat komprehensif (menyeluruh); b. Meningkatkan pelayanan di bidang penanganan air limbah yang bersifat menyeluruh; c. Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah Kegiatan pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut: a. Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah b. Meningkatkan kapasitas pengolahan melaui pembangunan IPAL c. Meningkatkan pelayanan Air limbah melalui sistem terpusat (sewerage) d. Melakukan pembinaan teknis dalam peningkatan peran pemerintah provinsi, kota/kab dalam pengembangan prasarana dan sarana air limbah e. Memprioritaskan pembangunan prasarana dan sarana air limbah untuk masyarakat berpenghasilan rendah f. Melakukan optimalisasi dan rehabilitasi Pengelolaan Sistem Air Limbah (IPAL &IPLT) g. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis dalam peningkatan kerja Pengelolaan Sistem air limbah Profil Pengelolaan Air Limbah Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah saat ini A. Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Tabel. IV.3.1 Daftar Beberapa Penyakit Terbesar dari Puskesmas di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 No Nama Penyakit Jumlah (orang) 1 Sakit Saluran Pernapasan Bagian Atas Penyakit lain pada pernafasan atas Penyakit pada sistem otot Penyakit kulit alergi Tekanan darah tinggi Infeksi penyakit usus lainnya Diare Penyakit kulit infeksi Asma Penyakit kulit karena jamur Penyakit mata lainnya Infeksi telinga tengah Malaria 252 Jumlah Sumber : Kabupaten Kerinci Dalam Angka, 2012 Draft Laporan Akhir 4-36

130 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Dari Tabel. IV.3.1 Daftar Beberapa Penyakit Terbesar dari Puskesmas di Kabupaten Kerinci Tahun 2011 dapat diketahui bahwa sebagian besar penyakit yang diderita oleh penduduk Kabupaten Kerinci merupakan penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang buruk. Oleh sebab itu untuk mengurangi penderita penyakit yang bersumber dari kondisi lingkungan yang buruk maka perlu di lakukan pembangunan infrastruktur yang mendukung perbaikan kondisi lingkungan salah satunya yaitu perbaikan infrastruktur sanitasi lingkungan khususnya limbah. B. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Di Kabupaten Kerinci pengelolaan air limbah masih dilakukan secara individual oleh penduduknya. Pengelolaan secara komunal maupun sistem perpipaan masih belum dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun oleh swasta. Hal ini juga bisa dikaitkan dengan kondisi Kabupaten Kerinci yang hampir semua kota-kotanya masih belum terlalu padat. Kotakota di Kabupaten Kerinci sebagian besar masih berupa ibukota kecamatan yang kepadatan penduduknya masih belum tinggi. Sistem yang digunakan adalah on site (setempat). Untuk pemukiman penduduk yang berada di dekat sungai, pada umumnya memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi, cuci, dan buang airnya. Dari seluruh penduduk (KK) yang bertempat tinggal Kabupaten Kerinci, tidak terdata jumlah KK yang pembuangan limbah manusia secara on site menggunakan tangki septik dan cubluk, on site secara komunal seperti jamban umum atau MCK atau yang menggunakan tempat terbuka atau sungai untuk fasilitas pembuangan limbah manusianya. Pada sistem on site yang diterapkan umumnya adalah buangan tinja dialirkan ke cubluk atau tangki septik dan air bekas cuci mandi dialirkan ke saluran drainase yang ada disekitarnya. Sarana sanitasi secara on site yang dimiliki tiap keluarga pada umumnya tidak dilakukan pengurasan secara berkala, pengurasan hanya dilakukan apabila terjadi penyumbatan dan ada gangguan, yang dilakukan secara manual (tanpa Truck tinja). Sarana sanitasi secara on site yang dimiliki tiap keluarga pada umumnya tidak dilakukan pengurasan secara berkala, pengurasan hanya dilakukan apabila terjadi penyumbatan dan ada gangguan, yang dilakukan secara manual (tanpa Truck tinja) Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Air Limbah Kondisi eksisting pengelolaan air limbah di Kabupaten Kerinci adalah: A. Limbah Rumah Tangga/Domestik Saat ini pengelolaan air limbah domestik dilakukan dengan sistem setempat/onsite, baik secara individu maupun komunal. Limbah yang dikelola hanya limbah yang berasal dari WC (black water), yaitu untuk rumah menengah ke atas dengan menggunakan septic tank, sedangkan untuk yang menengah ke bawah masih menggunakan cubluk, Draft Laporan Akhir 4-37

131 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur sedangkan penduduk yang belum memiliki fasilitas sanitasi masih membuang langsung ke badan air/drainase. Untuk septic tank yang sudah penuh dilakukan pengurasan. Permintaan pengurasan septic tank di Kabupaten Kerinci dalam satu hari rata-rata hanya 1 kali, dengan menggunakan tangki (kapasitas 2000 liter), dengan kondisi ini mengindikasikan bahwa septic tank yang ada banyak yang tidak kedap air sehingga terjadi rembesan dan septic tank tidak bisa penuh. B. Limbah Non-Domestik Pengelolaan limbah non-domestik ditangani oleh Kantor Lingkungan Hidup. Limbah non-domestik ditangani diantaranya : Limbah Hotel Limbah Industri/UKM, Rumah Makan dan Restoran Limbah Medis Sedangkan penanganan untuk limbah Non-Domestik, pada tahap awal akan dilakukan sosialisasi, penertiban dan penyusunan peraturan daerah, karena saat ini belum ada peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan limbah cair sehingga landasan hukum pengelolaan limbah cair di Kabupaten Kerinci masih mengacu pada Peraturan Pemerintah maupun peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Berdasarkan kondisi yang ada, persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut: Belum adanya instalasi pengolahan limbah (IPAL), sehingga limbah rumah tangga (non -WC) dan limbah dari industri kecil/home industri dibuang langsung ke saluran drainase. Belum adanya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), sehingga dimungkinkan lumpur tinja hasil pengurasan/penyedotan dari tangki septik dibuang langsung ke badan air atau lahan kosong. Rendahnya permintaan pengurasan septic tank, mengindikasikan bahwa septic tank yang ada tidak kedap air, sehingga berpotensi terjadinya pencemaran air tanah dan timbulnya penularan penyakit yang diakibatkan oleh air (water borne deceases) Permasalahan Yang Dihadapi Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Limbah Dengan memperhatikan tingkat pelayanan yang ada saat ini, diharapkan pada akhir periode program jangka menengah telah terjadi kenaikan pelayanan prasarana air limbah manusia. Walaupun, pada saat ini masih ada sebagian penduduk Kabupaten Kerinci menggunakan cara pengelolaan limbah manusia secara konvensional atau non Draft Laporan Akhir 4-38

132 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur urban system yaitu dengan membuang limbahnya di perairan terbuka berupa sungai, parit atau di tanah berupa kebun. Upaya mencapai sasaran program yang di inginkan akan dilakukan secara bertahap. Dalam pengelolaan air limbah manusia, terutama yang ingin dicapai adalah : 1) Mengurangi atau bahkan menghilangkan resiko gangguan kesehatan masyarakat sebagai akibat berjangkitnya penyakit-penyakit yang ditularkan melalui media air (water borne diseases). 2) Meningkatkan kondisi dan kualitas lingkungan Rumusan Masalah Secara umum, masalah air limbah dan limbah manusia di Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut : 1) Fasilitas pembuangan air limbah manusia kurang memadai dan umumnya kurang higienis, masih banyak yang membuang limbah ke perairan terbuka. 2) Fasilitas MCK dan jamban umum lainnya kurang terpelihara. 3) Fasilitas pengurasan lumpur tinja kurang memadai 4) Prosentase penduduk yang belum mempunyai fasilitas pembuangan air limbah manusia masih cukup besar 5) Kesadaran masyarakat terhadap masalah kebersihan dan sanitasi masih rendah Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Analisa Permasalahan Berdasarkan hasil pengamatan lapangan sub-sektor air limbah baik limbah domestik maupun limbah non-domestik di wilayah Kabupaten kerinci belum memiliki Prasarana pembuangan air limbah yang memadai. Tingkat pelayanan yang tidak memadai ini akan menimbulkan dampak terhadap derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan yang masih rendah Alternatif Pemecahan Persoalan Berdasarkan kondisi dan permasalahan di atas maka alternatif pemecahan masalah adalah sebagai berikut : 1) Sistem pembuangan limbah cair rumah tangga Lebih tepat menggunakan sistem tertutup ke sumur resapan, baru kemudian dialirkan ke saluran drainase. Hal ini disebabkan karena lahan di sekitar permukiman masih cukup, dan permukiman di perkotaan juga bukan merupakan permukiman yang kepadatannya sangat tinggi Draft Laporan Akhir 4-39

133 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 2) Sistem pembuangan limbah padat Pembuangan limbah padat dari manusia, menggunakan septic tank dan peresapan di setiap rumah atau MCK umum yang ada. Selain itu juga perlu penyediaan MCK umum di dekat sungai yang dilengkapi dengan penyediaan air bersih, agar masyarakat yang biasa membuang kotoran ke sungai mulai berubah menggunakan kamar mandi Rekomendasi Dilihat dari alternatif pemecahan tersebut di atas maka rekomendasi pengolahan air limbah di Kabupaten Kerinci adalah seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel. IV.3.2 Rekomendasi pemecahan masalah No Permasalahan Rekomendasi 1 Fasilitas pembuangan air limbah manusia kurang memadai dan umumnya kurang higienis, masih banyak yang membuang limbah ke perairan terbuka 2 Fasilitas MCK dan jamban umum lainnya kurang terpelihara 3 Fasilitas pengurasan lumpur tinja kurang memadai 4 Prosentase penduduk yang belum mempunyai fasilitas pembuangan air limbah manusia masih cukup besar 5 Kesadaran masyarakat terhadap masalah kebersihan dan sanitasi masih rendah Penyediaan sistem pembuang limbah yang higienis Penyuluhan ke masyarakat untuk merubah perilaku membuang limbah Pembuatan MCK umum yang dilengkapi dengan penyediaan air bersih Penambahan jumlah truk penguras tinja. Peningkatan pelayanan penyediaan penguras tinja Peningkatan program bantuan jamban keluarga dan septic tank di dekat rumah Sosialisasi dan percontohan kepada masyarakat tentang masalah kebersihan. Sumber : Hasil Analisa Sistem Prasarana Yang Diusulkan Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan Peningkatan kondisi dan tingkat pelayanan sektor limbah manusia dari pemukiman perlu diarahkan untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah penduduk yang masih membuang tinja ditempat terbuka dan mengurangi penyebaran penyakit yang Draft Laporan Akhir 4-40

134 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur ditularkan melalui air (Water Borne Diseases). Untuk meningkatkan kondisi dan tingkat pelayanan tersebut perlu ditunjang dengan membangun fasilitas MCK, jamban keluarga, jamban jamak, dan pengadaan truck tinja untuk menguras lumpur yang sudah tua pada tangki septik yang ada. Pembangunan fasilitas sanitasi merupakan stimulan, yang selanjutnya akan dicontoh, serta dibiayai dan dikelola oleh masyarakat. Pembangunan MCK merupakan "sasaran antara" selama periode jangka Menengah ini, yang nantinya diharapkan masyarakat akan lebih cenderung untuk memiliki sendiri fasilitas sanitasi yang berupa Jamban Keluarga. Dengan semakin meningkatnya taraf hidup masyarakat sebagai dampak positif pembangunan disegala bidang, kecenderungan masyarakat untuk memiliki sendiri satu jamban keluarga perlu didorong dan dibantu dengan m emberikan kemudahan untuk memenuhi keinginan masyarakat tersebut. Penanganan air limbah manusia mempunyai kaitan yang erat dengan penerapan teknologi yang tepa guna, berdaya guna dan berhasil guna. Sedangkan dalam pemilihan teknologi yang sesuai tersebut harus telah mempertimbangkan hal-hal sbb: Kepadatan Penduduk. Sumber air yang ada. Sumber air yang diperlukan. Keadaan tanah. Kedalaman muka air tanah. Kemiringan tanah. Kemampuan membiayai kecocokan. Pemilihan teknologi. Penanganan sistim kawasan diperuntukkan bagi bagian kota yang mempunyai kondisi sebagai berikut : Kepadatan penduduk setempat > 300 jiwa/ha. Lokasi pemukiman yang berada di : o atas sungai atau bantaran sungai. o dekat sungai. o daratan, agak jauh dari sungai. Di beberapa bagian kota yang telah menerapkan penanganan air limbah manusia dengan sistim sanitasi setempat (on site sanitation) dapat dilanjutkan dan bahkan dikembangkan menyebar ke sebagian besar wilayah kota. Sehingga nantinya dicapai suatu kondisi dan tingkat pelayanan yang memadai dan yang akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat sertakualitas lingkungan di sekitarnya. Draft Laporan Akhir 4-41

135 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Usulan dan Prioritas Program Program jangka Menengah sektor air limbah di Kabupaten Kerinci adalah dengan menekankan penerapan sistem sanitasi setempat (on site sanitation), dimana teknologi yang diterapkan mengikuti kondisi yang ada. Untuk Kabupaten Kerinci sistem pengolahan air limbah manusia dengan sistem sanitasi setempat adalah berupa tangki septik dan peresapan, mengingat kepadatan penduduknya masih lebih kecil dari 50 jiwa/ha. Upaya penanganan limbah manusia seperti yang disebutkan terdahulu, mengajak masyarakat untuk meningkatkan peran serta dalam pembangunan sektor limbah manusia. Dimana akan didukung dengan penyuluhan sanitasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah manusia dan air limbah domestik pada umumnya, serta memberikan upaya-upaya pengelolaan limbah manusia secara individual atau komunal. Program penanganan limbah manusia terdiri dari konstruksi dan pengadaan peralatan merupakan stimulan yang ditujukan untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam usaha usaha pengelolaan limbah manusia Pembiayaan Pengelolaan Pembiayaan disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan masyarakat. Klasifikasi pembiayaan pengelolaan air limbah dibagi menjadi anggaran APBD Kota/Kab, APBD Provinsi, APBN, Swasta dan masyarakat RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG PERSAMPAHAN Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan Umum Meningkatnya jumlah penduduk, terutama yang bermukim di kawasan perkotaan, telah mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Disamping itu, pola konsumsi masyarakat yang cenderung makin beragam juga telah menyebabkan munculnya jenis sampah yang makin beragam pula. Permasalahan persampahan tersebut kemudian diperparah dengan belum meningkatnya kesadaran dan peran serta aktif masyarakat dalam pengelolaan persampahan. Adalah sesuatu yang lazim ditemui penumpukan sampah di beberapa tempat, yang bahkan bukan pada tempat semestinya sampah dibuang, misalnya di sekitar pemukiman, di sungai, dan lain-lain. Disamping akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap kesehatan masyarakat lewat polusi air, tanah dan udara, penumpukan sampah tersebut juga mengurangi estetika kawasan dan berpotensi menimbulkan kerawanan social di tengah masyarakat. Selama ini sebagian masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak dapat dimanfaatkan. Masyarakat masih bertumpu pada pendekatan akhir, dimana sampah Draft Laporan Akhir 4-42

136 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur dikumpulkan, diangkut dan dibuang di tempat pejnrosesan akhir yang selanjutnya mengakibatkan terjadinya volume timbulan sampah yang besar di tempat pembuangan akhir dan berpotensi melepas gas metan (CH4) yang menurut penelitian dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca serta memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Memperhatikan permasalahan-permasalahan tersebut, pengelolaan persampahan perlu mendapat perhatian dan penanganan serius dari pemerintah daerah. Terkait dengan hal tersebut, salah satu tahapan yang perlu dilakukan adalah penyusunan dokumen perencanaan yang' aktual dan faktual mengenai pengelolaan persampahan. Oleh karena itu, penyusunan dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya Sub Bidang Persampahan ini diharapkan dapat melahirkan rencana pengelolaan persampahan yang tepat, khususnya bagi pemerintah Kabupaten Kerinci, setidaknya untuk jangka waktu lima tahun ke depan ( ). Sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , Permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan persampahan adalah rendahnya akses terhadap layanan pengelolaan sampah. Terdapat 5 faktor yang diidentifikasi menjadi penyebab terjadinya kondisi ini, yaitu sebagai berikut. 1. Masih belum memadai perangkat peraturan yang mendukung pengelolaan sampah. Implementasi UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah masih terkendala oleh belum tersedianya peraturan-peraturan pendukungnya. 2. Penanganan sampah belum optimal. Hingga saat ini penanganan sampah masih terfokus pada penanganan timbulan sampah dan belum ada pengurangan volume sampah dari sumbernya. Penerapan konsep 3R yang belum terintegrasi dan belum diterapkannya pemanfaatan teknologi menyebabkan timbulan sampah belum berkurang secara signifikan. Dari sisi pengangkutan, masih sedikit sampah yang diangkut ke tempat pemrosesan akhir (TPA)/tempat pemrosesan sementara (TPS). Selain itu, sampah di TPS - yang merupakan titik pertemuan antara sistem pengangkutan yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah - masih belum ditangani dengan baik akibat kerancuan institusi pengelola. Mengenai TPA, banyak yang tidak didesain sebagai sanitary landfill atau mengalami perubahan sistem dari sanitary landfill dan/atau controlled landfill menjadi open dumping. Makin terbatasnya lahan untuk TPA dan makin tingginya timbulan sampah makin menyulitkan upaya penanganan persampahan. 3. Minim pengelola layanan persampahan yang kredibel dan profesional. Institusi pengelola sampah di daerah saat ini masih belum berfungsi secara profesional. Perusda belum memiliki manajemen aset dan menyusun business plan yang absah. Permasalahan yang muncul pada dinas pengelola sampah bahkan lebih menyeluruh baik berupa alokasi dana yang minim, manajemen yang kurang profesional dan minimnya kualitas SDM. Draft Laporan Akhir 4-43

137 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4. Belum optimal sistem perencanaan pengelolaan sampah. Belum adanya rencana induk pengelolaan sampah menjadikan belum tersedianya profil dan rencana penanganan sampah di tingkat kabupaten/kota. Ketiadaan rencana induk juga mengakibatkan tidak bersinerginya sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah dengan yang dilakukan oleh masyarakat sehingga integrasi penanganan sampah dari sumber hingga ke TPA belum tercapai. 5. Terbatas pendanaan untuk mendukung keseluruhan aspek pengelolaan sampah. Hingga saat ini, sumber pendanaan bagi pengelolaan sampah masih bertumpu pada anggaran pemerintah sebagai akibat belum dikembangkannya alternatif sumber pendanaan lainnya, seperti dana masyarakat, kerjasama swasta, investasi swasta dan dana CSR. Meningkatnya jumlah penduduk, terutama yang bermukim di kawasan perkotaan, telah mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Disamping itu, pola konsumsi masyarakat yang cenderung makin beragam juga telah menyebabkan munculnya jenis sampah yang makin beragam pula. Permasalahan persampahan tersebut kemudian diperparah dengan belum meningkatnya kesadaran dan peran serta aktif masyarakat dalam pengelolaan persampahan. Adalah sesuatu yang lazim ditemui penumpukan sampah di beberapa tempat, yang bahkan bukan pada tempat semestinya sampah dibuang, misalnya di sekitar pemukiman, di sungai, dan lain-lain. Disamping akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap kesehatan masyarakat lewat polusi air, tanah dan udara, penumpukan sampah tersebut juga mengurangi estetika kawasan dan berpotensi menimbulkan kerawanan social di tengah masyarakat. Selama ini sebagian masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak dapat dimanfaatkan. Masyarakat masih bertumpu pada pendekatan akhir, dimana sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang di tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya mengakibatkan terjadinya volume timbulan sampah yang besar di tempat pembuangan akhir dan berpotensi melepas gas metan (CH4) yang menurut penelitian dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca serta memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Memperhatikan permasalahan-permasalahan tersebut, pengelolaan persampahan perlu mendapat perhatian dan penanganan serius dari pemerintah daerah. Terkait dengan hal tersebut, salah satu tahapan yang perlu dilakukan adalah penyusunan dokumen perencanaan yang aktual dan faktual mengenai pengelolaan persampahan. Oleh karena itu, penyusunan dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya Sub Bidang Persampahan ini diharapkan dapat melahirkan rencana pengelolaan persampahan yang tepat, khususnya bagi pemerintah Kabupaten Kerinci, setidaknya untuk jangka waktu lima tahun ke depan ( ). Draft Laporan Akhir 4-44

138 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan dalam Rencana Kabupaten Kerinci Sebagaimana tertuang dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci, pengelolaan persampahan yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Kerinci meliputi 5 (lima) aspek, yaitu aspek manajemen, aspek operasional, aspek pembiayaan, aspek pengaturan dan aspek peran serta masyarakat. Terkait dengan rencana pengelolaan persampahan ini, Pemerintah Kabupaten Kerinci telah menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan persampahan, yaitu: 1. Pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang efisien dan efektif dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. 2. Penerapan mekanisme pengelolaan persampahan dengan memperhatikan unsur 3 (Reduce, Reuse, dan Recycle) atau Mengumpul, mengolah dan mendaur ulang. Untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kerinci telah menetapkan program dan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu: I. Program Program Pemeliharaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan terkait dengan kesiapan sarana dan prasarana dalam operasioanal persampahan mulai dari sarana dan prasarana dalam proses pengumpulan, pengambilan sampah, proses pengangkutan ke TPA sampai pada proses pemilahan sampah di TPA. Kegiatan ini bertujuan agar sampah yang berasal dari sumber dapat terangkut ke TPA. II. Peningkatan Prasarana dan Sarana Persampahan Kegiatan yang dilakukan dalam peningkatan sarana dan prasarana persampahan terkait dengan masih terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki untuk kegiatan operasional III. Program Pengelolaan Persampahan Tujuan agar sampah yang setiap saat selalu bertambah, secara jumlah, kualitas maupun jenis dapat dikelola dengan baik sehingga kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat terus meningkat, melalui penambahan tenaga, sarana dan prasarana yang ada Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Kerinci, terkait dengan pelayanan kepada masyarakat terhadap sampah, meliputi proses pengumpulan, pengambilan sampah, proses pengangkutan ke TPA dan proses pemilahan sampah di TPA. Kegiatan ini bertujuan untuk tetap menjaga lingkungan masyarakat agar tetap terjaga, diantara kegiatannya adalah: Peningkatan jumlah tenaga pemungut sampah, baik hasil produksi rumah tangga maupun sampah berbagai jenis tanaman perkotaan seprti sampah kering, sisa penataan taman dan sebagainya. Penyediaan prasarana dan sarana pemungutan yang lebih memadai dalam mendukung lelancaran operasional. Draft Laporan Akhir 4-45

139 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Penyediaan bak-bak sampah dan tong sampah pada setiap kawasan permukiman secara teratur. Penyediaa dana operasional sarana dan prasarana persampahan. Peningkatan jumlah tenaga pemungut sampah, baik hasil produksi rumah tangga maupun sampah berbagai jenis tanaman perkotaan seprti sersah kering, sisa penataan taman dan sebagainya. Penyediaan prasarana dan sarana pemungutan yang lebih memadai dalam mendukung lelancaran operasional. Penyediaan bak-bak sampah dan tong sampah pada setiap kawasan permukiman secara teratur. Menyerukan kepada masyarakat agar dalam dalam membuang sampah pada tempattempat yang telah ditentukan. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembersihan sampah melalui gotong royong dan sebagainya Profil Persampahan Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat Ini Kabupaten Kerinci setelah dilakukan pemekaran terdiri dari 12 kecamatan, dengan luas wilayah secara keseluruhan mencapai Km 2. Pengelolaan persampahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci masuk dalam skala regional, wilayah pelayanan terbesar masih berada dalam Wilayah Kabupaten Kerinci, mengingat Pemerintah Kabupaten Kerinci belum memiliki sarana dan prasarana yang ada untuk pengelolaan persampahan secara keseluruhan wilayah Kabupaten Kerinci. Ketersediaan sarana prasarana, personil dan biaya yang belum memadai masih merupakan masalah. Institusi pengelola persampahan yang ada di Kabupaten Kerinci saat ini adalah institusi pemerintah, yaitu Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kerinci. Dalam pengelolaan persampahan, institusi ini menjalankan 2 (dua) fungsi, yaitu selaih sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (operator), juga sebagai perigatur atau pengendali (regulator) pengelolaan persampahan bersama Badan/dinas teknis lain, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan dan Kantor Lingkungan Hidup. Dalam pelaksanaan pelayanan, Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kerinci bertugas melakukan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah hingga ke tempat pembuangan akhk. Sementara itu masyarakat, baik secara individual maupun komunal, berperan dalam pengumpulan sampah pada tempattempat yang telah disediakan, misalnya membuang sampah pada tong sampah, kontainer, tempat pembuangan sementara, dan tempat-tempat lainnya. Draft Laporan Akhir 4-46

140 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Kondisi Sistem Prasarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan yang ada (Aspek Teknis) Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa cakupan pelayanan persampahan di Kabupaten Kerinci oleh hingga saat ini meliputi 12 (sebelas) kecamatan, Berdasarkan data Kabupaten Kerinci dalam Angka yang dikeluarkan BPS tahun 2012, jumlah penduduk yang tinggal di 12 kecamatan tersebut adalah sebanyak orang. Yang diangkut dan diambil secara rutinitas di 5 (lima) kecamatan jumlah penduduknya sebanyak orang, Dari jumlah penduduk tersebut, dengan asumsi bahwa per orang menghasilkan 2,5 liter sampah/hari, diperkirakan jumlah timbulan sampah perhari di lima kawasan tersebut mencapai liter/hari atau ± 199 m3/hari. Ditambah dengan jumlah sampah pada wilayah pelayanan secara berkala mingguan di 12 (dua belas) kecamatan diperkirakan mencapai 18,722 liter/hari atau ± 19 m3/hari jadi total keseluruhan sampah wilayah Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Kerinci mencapai 219 m/hari. Secara umum prasarana dan sarana yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci untuk operasional pengelolaan dan pelayanan persampahan adalah dump truck sebanyak 13 unit, arm roll truck sebanyak 2 unit, container sebanyak 8 unit, TPA 1 lokasi, becak sampah 2 Unit dan-lain-lain. Dari sarana dan prasarana yang ada ini, kemampuan pelayanan Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kerinci dalam melaksanakan pelayanan persampahan berdasarkan rate pelayanan dapat dilihat pada table berikut: Tabel. IV.4.1 Pelayanan Pengangkutan Sampah di Kabupaten Kerinci No. Jalur/Wilayah Jam Plat Kendaraan 1 Los/ Desa Gedang WIB BH4024DZ 2 Seberang/Ktr.Camat Pesisir Bukit WIB BH 4044 DZ 3 Rawang WIB BH4021DZ 4 Sungai liuk/kt. Baru WIB BH4025DZ 5 Marthadinata WIB BH 8002 HZ 6 Pondok Tinggi WIB BH4045DZ 7 K o t a WIB BH 4046 DZ 8 K u m u n WIB BH 4026 DZ 9 Jembatan 1+S. Jernih WIB BH4023DZ 10 Pondok Tinggi 11.30WIB BH 4019 DZ 11 Seberang WIB BH4049DZ 12 Jembatan WIB BH4025DZ 13 Desa Gedang WIB BH4024DZ 14 Seberang dankota WIB BH4040DZ 15 K u m u n WIB BH4039DZ Draft Laporan Akhir 4-47

141 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 16 K o t a WIB BH4022DZ 17 PondokTinggi WIB BH4045DZ 18 Seberang/Kota WIB BH4044DZ 19 K u m u n WIB BH 8002 HZ 20 Jembatan WIB BH4023DZ 21 Desa Gedang WIB BH4019DZ 22 L o s WIB BH4040DZ 23 L o s WIB BH4049DZ 24 Pondoktinggi/Kumun WIB BH4046DZ 25 Los/Kota WIB BH4026DZ 26 Seberang/Kota WIB BH4021DZ 27 KayuAro WIB BH4020DZ Sumber: Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kerinci Dari tabel. IV.4.1. di atas dapat dilihat bahwa kemampuan pelayanan persampahan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kerinci. Jika dibandingkan dengan perkiraan timbulan sampah yang ada yaitu sebesar 199 m/hari, maka tingkat pelayanan yang dapat dilakukan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kerinci baru mencapai 49,15 %. Dari angka tingkat pelayanan ini dapat dikatakan bahwa kinerja pelayanan persampahan di Kabupaten Kerinci masih relatif rendah. Akibat dari rendahnya tingkat pelayanan ini, masih ditemui adanya penumpukan sampah di beberapa tempat sehingga kondisi ini menimbulkan kekahwatiran akan mempengaruhi kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Rendahnya kinerja pelayanan persamapahan dipengaruhi oleh berbagai factor, salah satunya adalah kurang memadainya sarana prasarana yang dimiliki oleh institusi pengelola. Berikut ini dapat dilihat jenis dan jumlah sarana prasarana pengelolaan dan pelayanan persampahan yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci : Tabel. IV.4.1 Kondisi Sarana Pengangkutan Sampah di Kabupaten Kerinci No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Ket 1. Dump Truck 13 3 kondisi sangat baik 4 Kondisi layak pakai 4 Rusak Berat 2. Arm Roll 2 Layak pakai 3. TPS/Pasangan Bata 60 Layak pakai 4. Container 8 5 Layak pakai 3 Rusak 5. Becak Sampah 2 Layak pakai 6. Tong Sampah 675 Layak pakai/perlu direnovasi 7. TPA 1 Layak pakai/perlu direnovasi 8. Grasi / Backhoe 1 Rusak 9. Transferdepo 2 Rusak Draft Laporan Akhir 4-48

142 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 10. Alat berat HEHL BH 408Backhoe 1 Layak pakai/perlu direnovasi 11. Mobil Tinja 1 Layak pakai/perlu direnovasi 12. Kendaraan Patroli 2 Layak pakai/perlu direnovasi Sumber: Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupateti Kerinci Aspek Pendanaan Pembiayaan kegiatan pengelolaan dan pelayanan persampahan di Kabupaten Kerinci sampai saat ini berasal dari satu sumber yaitu dari alokasi APBD Kabupaten setiap tahun anggaran. Anggaran yang disediakan oleh Pemerintah Daerah ini diperuntukkan untuk belanja seluruh kegiatan Kantor Kebersihan, Pasar dan Pemadam Kebakaran, sehingga alokasi dana khusus untuk pengelolaan persampahan tidak maksimal, yang selanjutnya berdampak pada kinerja pengelolaan dan pelayanan persampahan yang juga tidak optimal. Terkait dengan aspek pendanaan ini, sesungguhnya dari pengelolaan persampahan ini Pemerintah Kabupaten Kerinci mendapatkan penerimaan retribusi persampahan, sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci No. 11 Tahun 2004 Retribusi Pelayanan Penyedotan Kakus dan No. 11 Tahun 2005 Retribusi Pelayanan Kebersihan. Namun demikian, dengan berbagai alasan dan permasalahan teknis dan non teknis, penerimaan dari retribusi persampahan ini langsung masuk ke dalam penerimaan daerah dan tidak dikembalikan untuk operasional pelayanan persampahan. Oleh karena itu, kedepan perlu dilakukan analisa dan evaluasi terhadap pelaksanaan Perda dimaksud dan jika memungkinkan penerimaan retribusi persampahan dapat dikembalikan kepada institusi pengelola persampahan untuk dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan dan dapat digunakan untuk keperluan operasional pelayanan dan pengelolaan persampahan Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan Pengelolaan dan pelayanan persampahan di Kabupaten Kerinci hanya dikelola oleh satu institusi, yaitu Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kerinci Penetapan kewenangan ini didasari oleh Peraturan daerah Kabupaten Kerinci nomor 23 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Kerinci. Sebagaimana tugas pokok dan ftmgsi, secara spesifik tugas pengelolaan dan pelayanan persampahan ini berada pada Bidang Kebersihan Adapun uraian tugas Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kerinci serta Bidang mengelola persampahan sebagaimana tertutang dalam Peraturan daerah Kabupaten Kerinci Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 4 tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Kerinci. adalah sebagai berikut: A. Kedudukan, Tugas dan Fungsi 1) Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran merupakan unsur pelaksana bidang kebersihan, pertamanan, pemakaman dan pemadam kebakaran yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab Draft Laporan Akhir 4-49

143 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur kepada Bupati Kerinci melalui Sekretaris Daerah. 2) Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah dalam rangka pelaksanaan tugas desentralisasi dalam bidang kebersihan, pertamanan, pemakaman dan pemadam kebakaran untuk menyelenggarakan rumah tangganya. 3) Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran dalam melaksanakan tugas dan menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan kebijakan teknis bimbingan dan pembionaan penataan kebersihan, pertamanan, pemakaman dan pemadam kebakaran. b. Melaksanakan pengawasan teknis dan evaluasi penataan kebersihan, pertamanan, pemakaman dan pemadam kebakaran. c. Melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana kebersihan, pertamanan, pemakaman dan pemadam kebakaran. d. Penyusunan rencana, program dan anggaran daerah bersama masyarakat dalam penataan kebersihan, pertamanan, pemakaman dan pemadam kebakaran. e. Perumusan perencanaan yang meliputi segala usah dan kegiatan dibidang kebersihan, pertamanan, pemakaman dan pemadam kebakaran. f. Pelaksanaan pembinaan usaha dan kegiatan untuk kebersihan, pertamanan, pemakaman dan pemadam kebakaran. g. Pengendalian dan pengawasan usaha dan kegiatan untuk melaksanakan kebersihan, pertamanan, pemakaman dan pemadam kebakaran. h. Ketatausahaan yang meliputi segala usaha dan kegiatan dibidang urusan umum dan perlengkapan, kepegawaian dan keuangan. i. Koordinasi dan kerja sama dengan Perangkat Daerah terkait dan Pihak Ketiga lainnya dalam meningkatkan penataan kebersihan, pertamanan, pemakaman dan pemadam kebakaran. Dinas kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran terdiri dari : a. Kepala Dinas; b. Sekretariat; c. Bidang Kebersihan; d. Bidang Pertamanan dan Pemakaman; e. Bidang Pemadam Kebakaran; f. Unit Pelaksana Teknis Dinas; dan g. Kelompokjabatanfungsional. Draft Laporan Akhir 4-50

144 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris, masing-masing Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, masing UPT dipimpin seorang Kepala UPT yang berada dibawah daii bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran. B. Bidang Kebersihan Bidang Kebersihan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kerinci dalam melaksanakan operasional, pengendalian, pengawasan, pembinaan, pengadaan, sarana dan prasarana kebersihan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran kabupaten Kerinci sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang Kebersihan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, menyelanggarakan fungsi: 1. Memelihara dan melakukan kebersihan ketempat-tempat umum, saluran /parit, lapangan hijau terbuka, kecuali kawasan pasar, kawasan terminal, lokasi objek wisata yang dikelola oleh dinas instansi terkait; 2. Melaksanakan pungutan pajak/retribusi daerah di bidang kebersihan / persampahan dan penyedotan kakus. 3. Menyiapkan peralatan /mobil unit untuk melaksanakan kebersihan; 4. Melaksanakan pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir dan tempat lainnya yang ditentukan sesuai dengan peraturan dan ketentuan; 5. Memelihara sarana dan prasarana kebersihan; dan 6. Melaksanakan tugas lain yang sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang Kebersihan terdiri dari: a. Seksi Pengelolaan Kebersihan; b. Seksi Sarana dan Prasarana Kebersihan; dan c. Seksi Wasdal dan Penyuluhan Kebersihan. Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang. Seksi Pengelolaan Kebersihan mempunyai tugas : a. Menyusun rencana kegiatan seksi pengelolaan kebersihan; b. Memelihara dan melakukan kebersihan tempat-tempat umum, jalan, saluran/parit, lapangan hijau terbuka kecuali kawasan pasar, kawasan terminal dan lokasi objek wisata yang dikelola dinas / instansi terkait; c. Melakukan pemeliharaan kebersihan jalan utama; d. Melakukan patroli kebersihan secara berkesinambungan; Draft Laporan Akhir 4-51

145 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur e. Memelihara dan mengawasi Tempat Pembuangan Sementara ( TPS ) sampah; f. Melaksankan Pengadaan dan pengawasan perlatan dan perlengkapan kerja petugas kebersihan; dan g. Melaksankan tugas lain yang sesuai dengan bidang tugasnya. Seksi Sarana dan Prasarana Kebersihan mempunyai tugas : a. Menyusun rencana kegiatan seksi Sarana dan Prasarana Kebersihan; b. Menyiapkan dan memelihara peralatan/ mobil unit untuk inelaksanakan pengangkutan sampah; c. Melaksanakan pengoperasian dan pengawasan penguatan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) dan tempat yang ditentukan sesuai dengan ketentuan; d. Melaksanakan pengelolaan, pemeliharaan dan pengawasan Tempat Pembuangan Akhir ( TPA) sampah; e. Melaksankan pengadaan dan pengawasan peralatan dan perlengkapan kerja petugas armada angkutan sampah; f. Melaksanakan pengoperasian, pemeliharaan dan pengawasan alat berat keperluan pengelolaan sampah; dan g. Melaksanakan tugas lain yang sesuai dengan bidang tugasnya. Seksi Wasdal dan Penyuluhan Kebersihan, mempunyai tugas : a. Menyusun rencana kegiatan seksi pengawasan dan pengendalian dan penyuluhan terhadap pelaksanaan program kebersihan; b. Melaksanakan pemantauan, pengawasan dan pengendalian dan penyuluhan pelaksanaan operasional kebersihan; c. Menghimpun, mengkoordinir hasil pantauan dan pengawasan operasional kebersihan; d. Membuat laporan hasil pengawasan dan pengendalian pelaksanaan proses operasional kebersihan; e. Melaksanakan pembinaan dan penyuluhan untuk masyarakat dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program kebersihan dan keindahan; f. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas kepada Kabid Kebersihan; g. Menyiapkan bahan dan materi penyuluhan dan bimbingan kebersihan keindahan lingkungan; dan h. Malaksanakan tugas lain yang sesuai dengan bidang tugasnya. Selain Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kerinci yang merupakan operator pelayanan persampahan, intitusi pemerintah lain yang terlibat dalam pengelolaan persamapahan dalah Badan Perencanaan Pembangunan Draft Laporan Akhir 4-52

146 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Daerah, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kantor Lingkungan hidup, serta Bagian Perencanaan Program. Adapun rincian tugas masing-masing institusi ini adalah sebagai berikut: Bappeda: Mengkoordinir perencanaan umum sub bidang persampahan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan: Perencanaan teknis dan penyediaan sarana prasarana pendukung pengelolaan persampahan Bagian Perencanaan Program: Penyediaan Sarana Prasarana pendukung, misalnya pembangunan gedung kantor Aspek Peraturan Perundangan Dalam pelaksanaan pengelolaan dan pelayanan persampahan, Pemerintah Kabupaten Kerinci masih mengacu kepada aturan-aturan persampahan yang berlaku, diantaranya Undangundang nomor 8 Tahun 2008 tentang Persampahan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut maka pelaksanaan pangelolaan sampah di Kabupaten Kerinci dilakukan sesuai dengan tugasnya. Namun demikian dari aturan tersebut juga harus diterjemahkan di daerah, agar aturan yang ditetapkan betul-betul dapat membumi dihati masyarakat dan pelaksana lapangan. Sebagai manifestasi komirmen pemerintah daerah, maka peraturan perundang-undangan tersebut kemudian diterjemahkan kedalam peraturan yang lebih aplikatif. Karena itu, dengan Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Kerinci dan Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Kebersihan, telah menjadikan penanganan sampah tersebut mampu diterapkan secara tepat sasaran Aspek Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat merupakan salah satu aspek penting yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan pengelolaan persampahan. Ada berbagai bentuk peran serta yang dapat dilakukan masyarakat terkait dengan pengelolaan persampahan di Kabupaten Kerinci, yaitu: pertama, peran serta dalam tahapan pengumpulan sampah. Dalam tahap ini masyarakat secara individu maupun komunal melakukan pengumpulan sampah dari masing-masing rumah tangga untuk dibuang pada tempat-tempat yang telah disediakan; kedua, peran serta dalam membayar uang retribusi kebersihan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah. Kontribusi masyarakat ini dapat ikut meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan; ketiga, peran serta dalam pengendalian dan evaluasi. Dalam tahap ini masyarakat dapat memberikan masukan, kritik ataupun saran terhadap kinerja pelayanan persampahan. Aspek lain yang termasuk dalam peran serta masyarakat adalah sikap dan penerimaan masyarakat dalam menunjang program pemerintah dalam mengurangi sampah. Secara ideal, diharapkan masyarakat dapat memulai proses pengelolaan sampah dari rumah tangga dengan Draft Laporan Akhir 4-53

147 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur melakukan pemilahan terhadap jenis sampah (misalnya sampah basah atau sampah kering, dll) serta pemanfaatan sampah yang dapat didaur ulang, Dengan tindakan ini diharapkan volume timbulan sampah serta jenisnya sudah dapat dikurangi, yang selanjutnya akan mempermudah proses pengolahan sampah di TPA. Bentuk peran serta masyarakat seperti ini diakui masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pemerintah daerah terus berupaya melakukan berbagai pendekatan dan sosialisasi kepada seluruh komponen masyarakat, agar kondisi ideal ini dapat diwujudkan. Salah satu komponen masyarakat yang berhubungan langsung dengan persampahan adalah kalangan pemulung. Saat ini belum ada data resmi mengenai jumlah pemulung yang ada di Kabupaten Kerinci, namun demikian diperkirakan bahwa jumlahnya lebih dari 35 orang. Keberadaan pemulung ini sering ditanggapi secara negatif oleh sebagian masyarakat, namun demikian ada hal positif yang dapat dimanfaatkan dari para pemulung ini, misalnya mengikutsertakan mereka baik secara individu ataupun kelompok dalam proses pemilahan dan pendaurulangan sampah. Oleh karena itu, kedepan diharapkan para pemulung ini dapat difasilitasi dan didorong oleh pemerintah daerah untuk terlibat dalam.pengelolaan persampahan Permasalahan Yang Dihadapi Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah Seperti halnya sasaran pembangunan sektor lainnya, dalam pembangunan sektor persampahan juga memiliki sasaran yang jelas. Melalui sasaran ini, pembangunan persampahan ditujukan untuk menghindarkan kawasan permukiman dari kumuh dan busuknya sampah di suatu kawasan permukiman. Disisi lain, pada ruas-ruas jalan yang juga tidak memiliki tempat pembuangan sampah, akan mengalami kesusahan untuk melakukan pembersihan atau pengambilan sampah. Akibatnya dapat menjadikan kawasan jalan dan permukiman yang tidak nyaman dan banyak timbul berbagai bentuk penyakit. Melihat urgensi dan peranan pembangunan persampahan tersebut, menjadikan sasaran pembangunan persampahan semakin penting. Walaupun dibandingkan dengan investasi sektor lainnya yang jauh lebih kecil, akan tetapi peranannya dalam menjadikan kawasan permukiman yang bersih, indah dan menyehatkan suatu kawasan, permukiman maupun jalan sangatiah besar. Melihat hal tersebut, maka sasaran yang harus dicapai dalam penanganan persampahan, baik secara fungsional maupun program harus betul-betul dilakukan secara cermat dan tepat agar tidak memmbulkan permasalahan yang pelik dikemudian hari. Sasaran dalam penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di Kabupaten Kerinci antara lain adalah: Peningkatan NSPM persampahan dan pengembangan perangkat pengaturan di daerah Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola dan SDM Pengurangan volume sampah sejak dari sumber melalui peningkatan upaya pemilahan, Draft Laporan Akhir 4-54

148 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur pemanfaatan, daur ulang sampah (fan pembuatan kompos dengan skala individu, kawasan/lingkungan dan skala kota). Peningkatan pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah Peningkatan sistem pengolahan akhir sampah untuk melindungi sumber daya lingkungan. Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengurangan timbulan dan pengelolaan sampah Menggerakkan keterlibatan swasta dalam pengurangan produksi sampah dan peningkatan PS pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan sampah. Penyuluhan dan peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan dalam penyediaan dan pengelolaan PS persampahan Peningkatan kualitas sistem pengelolaan persampahan ramah lingkungan Rumusan Masalah Sampah merupakan salah satu permasalahan klasik yang dihadapi berbagai kota, termasuk kawasan perkotaan di Kabupaten Kerinci. Dengan makin meningkatnya jumlah penduduk serta meluasnya kawasan permukiman berakibat makin meningkanya jumlah timbulan sampah. Apabila sampah-sampah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik maka akan muncul berbagai dampak negatif, seperti pencemaran tanah, air dan udara, munculnya kawasan kumuh, berkurangnya estetika kota, sampai dengan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat, bahkan permasalahan sampah ini juga dapat memunculkan kerawanan sosial masyarakat. Oleh karena itu permasalahan sampah ini perlu ditangani secara serius. Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Kerinci meliputi berbagai aspek, seperti aspek institusi, aspek teknis operasional, aspek pembiayaan, aspek pengaturan serta aspek partisipasi masyarakat. Secara khusus permasalahan persampahan yang dihadapi antara lain adalah sebagai berikut: a. Masih rendahnya tingkat pelayanan persampahan terhadap cakupan pelayanan, yaitu sebesar 49,15 % b. Kurang memadainya prasarana dan sarana penunjang kegiatan pengelolaan persampahan c. Terbatasnya ketersediaan anggaran untuk pengelolaan persampahan d. Retribusi kebersihan tidak dipungut oleh instutusi pengelola persampahan dan bukan menjadi sumber pendapatan yang dapat digunakan secara langsung untuk biaya pengelolaan persampahan e. Masih relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia pengelolaan persampahan, baik di tingkat manajemen maupun di tingkat petugas lapangan f. Belum maksimalnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah, terutama pada proses pemilahan sampah di masing-masing rumah tangga. Draft Laporan Akhir 4-55

149 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur g. Masih relatif rendahnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sarana persampahan yang disediakan, sehingga ada kecenderungan membuang sampah di sembarang tempat, termasuk di sungai. Tabel. IV.4.2 Rumusan Masalah Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Kerinci No. Aspek Permasalahan 1 Pengelolaan Belum optimalnya tingkat pelayanan persampahan Relatif rendahnya kualitas SDM pengelola persampahan Relatif rendahnya peran serta masyarakat dalam menagani masalah persampahan 2 Operasional Jumlah timbulan sampah lebih besar dari kemampuan pengangkutan Kurangnya prasarana dan sarana pengelolaan persampahan (terutamauntuk pengangkutan dan pengolahan sampah) 3 TPA Tempat Pengelolaan Akhir Sampah belum memenuhi ketentuan pertauran dan perundangan yang berlaku 4 Pembiayaan Terbatasnya alokasi anggaran pemerintah daerah untuk operasional pengelolaan persampahan Sumber: Olah data, 2008 Retribusi persampahan bukan menjadi sumber pendapatan instutusi pengelola persampahan Perlunya dukungan lain dalam pengelolaan persampahan ini agar lebih efektif dan efisien Analisa Permasalahan Dan Rekomendasi Analisa Permasalahan Untuk menganalisa permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Kerinci, digunakan tehnik analisa gap analisis, yaitu dengan membandingkan antara kebutuhan ideal berdasarkan standard yang berlaku dengan kondisi yang ada saat ini (existing). Hasil perbandingan antara kebutuhan dengan kondisi yang ada akan dijadikan rekomendasi dan usulan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun ke depan. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa cakupan pelayanan persampahan di Kabupaten Kerinci oleh hingga saat ini meliputi 12 (sebelas) kecamatan, Berdasarkan data Kabupaten Kerinci dalam Angka yang dikeluarkan BPS tahun 2012, jumlah penduduk yang tinggal di 12 kecamatan tersebut adalah sebanyak orang. Yang diangkut dan diambil secara rutinitas di 5 (lima) kecamatan jumlah penduduknya sebanyak orang, Dari jumlah penduduk tersebut, dengan asumsi bahwa per orang menghasilkan 2,5 liter sampah/hari, diperkirakan jumlah timbulan sampah perhari di lima kawasan tersebut mencapai liter/hari atau ± 199 m 3 /hari. Ditambah dengan jumlah sampah pada wilayah pelayanan secara Draft Laporan Akhir 4-56

150 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur berkala mingguan di 12 (dua belas) kecamatan diperkirakan mencapai 18,722 liter/hari atau ± 19 m 3 /hari jadi total keseluruhan sampah wilayah Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Kerinci mencapai 219 m/hari. Secara umum prasarana dan sarana yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci untuk operasional pengelolaan dan pelayanan persampahan adalah dump truck sebanyak 13 unit, arm roll truck sebanyak 2 unit, container sebanyak 8 unit, TPA 1 lokasi, becak sampah 2 Unit dan-lain-lain. Ketersediaan sarana pengangkutan sampah yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Kerinci saat ini, yaitu 15 unit Dump Truck dan 2 Arm Roll truck, maka kemampuan pengangkutan sampah setiap hari baru mencapai 199 m/hari. Dengan demikian, masih ada timbulan sampah yang belum terangkut sekitar m 3 /hari. Untuk mengatasi permasalahan ini salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah penambahan sarana dan prasarana yang ada Alternatif Pemecahan Masalah Tabel. IV.4.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pengelolaan Persampahan Kabupaten Kerinci No Aspek Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah 1 Pengelolaan Belum optimalnya tingkat pelayanan persampahan Relatif rendahnya kualitas SDM pengelola persampahan Relatif rendahnya peran serta masyarakat dalam menangani masalah persampahan 2 Operasional Jumlah timbulan sampah lebih besar dari kemampuan pengangkutan Kurangnya prasarana dan sarana pengel olaan persampahan (terutama untuk pengangkutan) 3 Pembiayaan Terbatasnya alokasi anggaran pemerintah daerah untuk operasional pengelolaan persampahan Sumber: Hasil Analisis, 2012 Retribusi persampahan saat ini belum menjadi sumber pendapatan Pemerintah Kabupaten Kerinci Peningkatan pelayanan melalui upaya: - Pembenahan manajemen - Kemitraan dengan swasta dan masyarakat Peningkatan kualitas SDM pengelola dan petugas melalui pelatihan dan bintek Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan secara berkala Penambahan sarana pengangkutan seperti Dump Truck, Becak sampah, arm roll, dan lain-lain Penambahan alokasi anggaran untuk operasional persampahan melaui berbagai sumber (APBD, APBD Prov. APBN, dll) Percepatan penyerahan aset dari Pemerintah Kota Kerinci kepada Pemerintah Kabupaten Kerinci Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan Draft Laporan Akhir 4-57

151 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Kebutuhan Pengembangan Rencana pengelolaan sampah di Kabupaten Kerinci dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu untuk jangka pendek dan jangka panjang. Rencana jangka pendek-menengah lima tahun pertama pengelolaan sistem persampahan dengan menerapkan sistem pembuangan berikut: Pewadahan: penyediaan tong-tong sampah di setiap rumah maupun bangunan sarana kota, dengan ukuran liter. Tong sampah di setiap rumah disediakan sendiri oleh setiap keluarga, sedangkan tong-tong sampah pada sarana kota disediakan oleh pemerintah; Pengumpulan: proses pengumpulan sampah dapat dilakukan baik secara individual maupun secara komunal pada bak-bak penampungan yang disediakan di setiap unit lingkungan perumahan maupun pada unit kegiatan komersial dan perkantoran. Sampah domestik tersebut kemudian diangkut memakai gerobak sampah ukuran 1 m 3 ke lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) oleh pengelola swadaya masyarakat di setiap unit lingkungan. Sedangkan sampah dari kegiatan komersial dan pemerintahan yang berada di sepanjang jalan utama dikelola oleh Kantor Kebersihan, Pasar dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Kerinci. Pemindahan dan Pengangkutan: sampah dari sumber diangkut dengan gerobak dan becak sampah ke TPS selanjutnya diangkut ke lokasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA), dengan menggunakan dump truck/ arm roll true yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. Lokasi penempatan TPS terutama di dekat daerah permukiman padat serta di kawasan komersil diupayakan minimal 500 m dari lokasi permukiman untuk menghindari polusi yang ditimbulkan sampah. Untuk itu, lokasi TPS ini harus disiapkan di tempat yang terlindung, sehingga tidak menimbulkan gangguan lingkungan. Sejumlah TPS hingga tahun 2017 akan ditempatkan di lingkungan permukiman. Sedangkan pengambilan dan pengangkutan sampah dari TPS-TPS tersebut dilakukan setiap hari yang langsung dibawa ke TPA. Sasaran yang ingin dicapai adalah pada tahun 2017 pengelolaan sampah oleh Kelompok Rumah Tangga secara mandiri dengan penerapan metode 3 M (Mengurangi, Memanfaatkan Kembali dan Mendaur Ulang) melalui pemilahan sampah ditargetkan sekurang-kurangnya 50 %, sehingga volume sampah yang dibuang dapat dikurangi sebesar 10-20% dan diharapkan terjadi peningkatan efisiensi pengelolaan sampah serta meningkatkan umur pakai TPA. Cakupan pelayanaan sampah diharapkan pada akhir tahun anggaran sudah mampu melayani penduduk di area pelayanan dengan tingkat pelayanan sebesar 80 %, dari kondisi saat ini yang baru mencapai 49 % Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Persampahan Dalam rangka peningkatan pelayanan persampahan di Kabupaten Kerinci, terutama dalam rangka mencapai tingkat pelayanan persampahan dari 49 % ke 80 %, diperlukan berbagai sarana prasarana penunjang kegiatan pelayanan dan pengelolaan. Disamping itu juga dilakukan Draft Laporan Akhir 4-58

152 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur pembenahan terhadap manajemen pengelola yang berkaitan langsung dengan aspek manusia atau sumberdaya manusia pengelola. Terkait dengan hal tersebut, diperlukan program dan kegiatan yang tepat serta sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Adapun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun perencanaan ( ) adalah sebagai berikut: 1. Program Pembinaan Pengelolaan Sistem Persampahan, dengan kegiatan: Pelatihan SDM bidang persampahan Penyuluhan dan sosialisasi ke masyarakat Pembinaan kelompok masyarakat (pemulung, organisasi di tingkat lingkungan hunian) Evaluasi dan Revisi peraturan di bidang persampahan. Studi Banding pengelolaan persampahan 2. Program Pengembangan Program Dan Perencanaan Pembangunan Persampahan Penyusunan masterplan persampahan Penyusunan DED TPA 3. Program Pengurangan Timbulan Sampah dengan kegiatan: Penyediaan Anggaran operasional pengelolaan persampahan Pengurangan volume sampah melalui peningkatan upaya pemilahan, pemanfaatan, daur ulang sampah dan pembuatan kompos aengan skala individu, kawasan/lingkungan dan skala kota 4. Program Perluasan Cakupan Pelayanan Persampahan dengan kegiatan: Peningkatan pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah dengan penambahan sarana persampahan yang meliputi: o Pengadaan Tong Sampah o Pengadaan gerobak sebanyak o Pengadaan Motor/Becak Sampah o Pengadaan dump truck o Pengadaan Arm Roll Truck o Pengadaan Pick Up o Pembangunan TPS o Pengadaan container o Pengadaan alat berat/excavator o Pengedaan Mobil tanah, dll 5. Program Peningkatan Kualitas Sistem Pengolahan Akhir Sampah Peningkatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan penambahan sarana prasarana berupa: 1. Pengadaan alat berat 2. Pembangunan Pagar/Gerbang TPA 3. Pembangunan Pos Jaga 4. Peningkatan Jalan TPA 5. Pengadaan alat proses daur ulang sampah, dll Draft Laporan Akhir 4-59

153 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Pelaksanaan Pengolahan Sampah 3R Pembangunan Septik Tank Komunal 6. Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat Dan Swasta dalam Meningkatkan Sistem Pengelolaan Persampahan dengan kegiatan: Penyuluhan untuk meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengurangan timbulan dan pengelolaan sampah Membuat regulasi yang bisa menarik keterlibatan swasta dalam pengurangan produksi sampah dan peningkatan proses pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan sampah sampai ke pendaur-ulangan Pembiayaan Pengelolaan Dalam upaya mewujudkan keberhasilan pembangunan persampahan, diperlukan pendanaan yang memadai. Kebutuhan pendanaan ini mencakup pemenuhan kebutuhan prasarana fisik maupun sarana penunjang operasional penanganan sampah. Karena itu, untuk membiayai pelaksanaan pengelolaan dan penanganan persampahan di Kabupaten Merangin, akan diupayakan melalui berbagai sumber pendanaan. Sumber-sumber yang diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam penanganan sampah ini antara lain APBD Kabupaten, APBD Propinsi, APBN, maupun sumbersumber lainnya yang sah. Dari sumber-sumber pendanaan tersebut diharapkan mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan yang direncanakan daerah. Kebutuhan pendanaan setiap tahun dalam penanganan sampah bervariasi. Hal ini diakibatkan prioritas yang ditekan pada masing-masing tahun, sehingga pada tahun tertentu yang membutuhkan dana besar. Sedangkan pada tahun berikutnya, kebutuhannya relatif kecil. Adapun rincian besaran alokasi dana yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan pelayanan persampahan selama tahun perencanaan ( ) dapat dilihat pada lampiran dokumen ini, yaitu pada dokumen memorandum sebagaimana terlampir RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG DRAINASE Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan Umum Mengacu pada RPJMN Belum optimalnya fungsi drainase sebagai pematus air hujan yang mengakibatkan timbulnya genangan merupakan permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan drainase. Hal ini disebabkan oleh hal berikut: 1) Kapasitas sistem drainase sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Menurunnya fungsi saluran drainase yang berimplikasi pada peningkatan luasan dan durasi tergenang diakibatkan oleh kelangkaan lokasi pembuangan sampah, serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Pembuangan air limbah domestik dan air limbah industri rumah tangga ke saluran Draft Laporan Akhir 4-60

154 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur drainase juga menyebabkan peningkatan debit air pada saluran drainase. Peningkatan debit limpasan hujan juga disebabkan oleh semakin berkurangnya bidang resapan dan adanya perubahan iklim akibat efek pemanasan global (global warming) yang menyebabkan peningkatan intensitas curah hujan dalam interval waktu yang semakin pendek. 2) Belum ada kejelasan pengelola sistem drainase. Ketidakjelasan pengelola menyebabkan tidak ada lembaga yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan saluran drainase. Hal itu mengakibatkan pengabaian atas kondisi saluran drainase sehingga berfungsi kurang optimal. 3) Belum optimal sistem perencanaan pengelolaan drainase. Perencanaan sistem pengelolaan drainase belum didasari dengan adanya suatu rencana induk pengelolaan sistem drainase yang absah. Selain itu, perencanaan sistem drainase saat ini juga belum mengintegrasikan antara sistem drainase primer, sekunder, dan tersier. 4) Terbatas pendanaan untuk mendukung keseluruhan aspek pengelolaan drainase. Terbatasnya anggaran pemerintah baik untuk investasi, operasi maupun pemeliharaan sistem drainase menjadikan pengelolaan drainase belum berjalan secara optimal. Ketidakjelasan pengelola sistem drainase, menyebabkan lemahnya operasi dan pemeliharaan sistem. Berdasarkan beberapa permasalahan di atas sasaran umum yang akan dicapai dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah meningkatnya akses bagi rumah tangga terhadap rumah dan lingkungan permukiman yang layak, aman, terjangkau, dan didukung oleh prasarana dan sarana dasar serta utilitas yang memadai, serta memiliki jaminan kepastian hukum dalam bermukim (secure tenure) untuk mendukung pencapaian target millennium development goals (MDGs). Sasaran lain yang ingin dicapai adalah meningkatnya kualitas perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman di tingkat pusat dan daerah. Dalam perencanaan drainase perlu disusun petunjuk umum untuk tujuan penyiapan: Program penanganan drainase Institusi pengelola sistem dan jaringan drainase, dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota dan kawasan tertentu dimungkinkan melibatkan pihak swasta (developer). Dalam konteks itu, acuan yang digunakan adalah Kepmen PU No 239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase kota dan fungsi utama sebagai pengendalian banjir, dalam pengembangan sistem drainase harus memperhatikan sektorsektor lain, karena pembangunan sektor drainase tidak dapat dilepaskan dari pembangunan infrastruktur lainnya, termasuk rencana pengembangan daerah, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota. Draft Laporan Akhir 4-61

155 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 1. Rencana pengembangan kota Komponen program drainase harus mendukung skenario pengembangan dan pembangunan kota, serta terpadu dengan rencana pengembangan prasarana lainnya. 2. Air limbah Perencanaan sistem dan jaringan drainase harus mempertimbangkan pengembangan komponen air limbah, karena kadangkala sistem pembuangan air limbah tercampur dengan sistem drainase. 3. Perumahan rakyat dan tata bangunan Sistem penanganan drainase kota harus terkoordinasi dengan penanganan dan pengelolaan sistem yang disiapkan oleh instansi lain (developer, Perumnas, dan masyarakat) 4. Jalan kota Sistem drainase jalan yang disiapkan menjadi satu kesatuan dengan komponen jalan hendaknya disinkronkan dengan sistem yang disiapkan oleh penyusun sistem dan jaringan dalam komponen drainase. Sistem drainase harus dikelola melalui kelembagaan di daerah yang memperhatikan hal-hal berikut ini: 1. Institusi pengelola drainase harus memiliki kejelasan atas tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya. 2. Usulan program penyuluhan harus jelas agar peran serta masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana drainase dapat lebih ditingkatkan. Perencanaan drainase perkotaan bertujuan untuk mencari alternatif kiat pengendalian akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan dan penyaluran limbah agar dalam pembangunannya dapat terpadu dengan pembangunan sektor lain yang terkait, sehingga sesuai dengan penataan lingkungan perkotaan. Penanganan drainase, pada hakekatnya bukan berupakan merupakan masalah yang kecil dan mudah ditangani. Akan tetapi, dalam penanganan drainase, merupakan masalah yang krusial dan kompleks. Dianggap krusial, karena apabila tidak dikelola dengan baik, maka akan memberikan implikasi negatif. Sedangkan masuk dalam kategori kompleks, karena dalam penanganannya haras melibatkan berbagai institusi pembangunan. Untuk itu, dalam melaksanaan pengelolaan drainase ini melalui kelembagaan di daerah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Institusi pengelola drainase haras memiliki kejelasan atas tugas pokok, wewenang, dan tanggungjawab yang jelas. 2. Usulan program dan kegiatan pembangunan drainase haras jelas dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Draft Laporan Akhir 4-62

156 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 3. Dalam pembangunan dan pengusulan pembangunan drainase, harus mengikut sertakan masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana drainase dapat lebih ditingkatkan. Perencanaan drainase perkotaan bertujuan untuk mencari alternatif kiat pengendalian akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan dan penyaluran limbah agar dalam pembangunannya dapat terpadu dengan pembangunan sektor lain yang terkait, sehingga sesuai dengan penataan lingkungan perkotaan. Secara umum saluran drainase terbagi menjadi dua, yaitu drainase wilayah perkotaan (drainase kota) dan drainase wilayah regional (drainase regional). Sedangkan drainase kota terdiri atas sistem drainase mayor dan sistem drainase minor. Sistem drainase mayor dan minor dapat dibedakan menurut sifat, kriteria dan peruntukannya dapat dijelaskan pada Tabel. IV.5.1. berikut ini: Tabel. IV.5.1 Pembagian Saluran Drainase Sistem Drainase Mayor DPS > 50 ha Akibat kerusakan banjir dianggap besar Terdiri atas: Saluran Drainase Induk Utama (DPS > 100 ha) Saluran Drainase Induk Madya (DPS ha) Sistem Drainase Mayor, selain untuk menerima limpasan banjir minor, sarana drainase harus dilengkapi dengan suatu saluran yang dapat mengantisipasi terjadinya kerusakan-kerusakan besar akibat limpasan banjir yang mungkin terjadi setiap tahun sekali, meliputi: saluran alami dan buatan Sistem Drainase Minor DPS < 50 ha Akibat kerusakan banjir dianggap kecil Terdiri atas: Saluran Drainase Cabang Utama (DPS ha) Saluran Drainase Cabang Madya (DPS 5-25 ha) Saluran Drainase Tersier (DPS 0-5 ha) Sistem Drainase Minor merupakan bagian dari sistem drainase yang menerima debit limpasan maksimum dari mulai aliran awal, meliputi: inlet limpasan permukaan jalan saluran dan parit drainase tepian jalan gorong-gorong got air hujan Draft Laporan Akhir 4-63

157 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Sistem Drainase Mayor Sistem Drainase Minor DPS > 50 ha daerah banjir jalur saluran drainase pembawa aliran limpasan besar serta bangunan pelengkapnya Didesain untuk Periode Ulang Hujan (PUH) tahun DPS < 50 ha saluran air terbuka dll Didesain untuk Periode Ulang Hujan (PUH) 2-10 tahun, tergantung dari tata guna lahan di sekitarnya Sumber: Katharina Oginawati, URDI, Dasar-dasar perencanaan sistem drainase, meliputi: 1. Kriteria desain Periode Ulang Hujan (PUH) Perhitungan Debit Banjir Waktu Konsentrasi Perubahan PUH Tinggi Hujan Rencana Koefisien Limpasan Koefisien Storasi Intensitas Hujan Luas Daerah Pengaliran Tata Guna Lahan saat ini dan pengembangannya di masa mendatang Karakteristik tanah dan bangunan di atasnya Kemiringan tanah dan bentuk daerah pengaliran Pengaruh DPS Parsial 2. Kriteria hidrolis Kapasitas Saluran Kecepatan Aliran Kemiringan Saluran dan Talud Saluran Penampang Saluran Ambang Bebas Perlengkapan Saluran Street Inlet Draft Laporan Akhir 4-64

158 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Bangunan Terjunan Terjunan Miring Gorong-gorong Perubahan saluran Pertemuan saluran Belokan Pintu Air Bangunan pembuangan 3. Profil aliran 4. Usaha konservasi sumber daya air 5. Analisis hidrologi 6. Analisis curah hujan Penentuan Stasiun Utama Koreksi Kualitas dan Kuantitas Data Analisis Curah Hujan Maksimum Pemilihan Model Distribusi Analisis Intensitas Hujan Pendekatan Matematis Intensitas Hujan 7. Usulan perencanaan Sistem Drainase meliputi: Prinsip pengaliran sungai Cara penyaluran Jalur saluran Bentuk dan keadaan saluran Upaya konservasi sumber daya air Penentuan alternative jalur saluran Perhitungan detail pengelolaan air hujan Evaluasi dampak hujan langsung Maksud dan Tujuan Drainase Maksud dan Tujuan Drainase perkotaan adalah melayani pembuangan kelebihan air pada suatu kota dengan cara mengalirkannya melalui permukaan tanah atau lewat dibawah permukaan tanah untuk dibuang ke sungai, danau atau laut. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestic maupun air limbah industry. Oleh karena itu, drainase perkotaan harus berpadu dengan sanitasi, sampah, dan pengendali Banjir Arah Kebijakan Penanganan Drainase Adapun arah dan kebijakan Penanganan Drainase adalah: Draft Laporan Akhir 4-65

159 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Penyelenggaraan/penanganan terpadu dengan sektor terkait terutama pengendalian banjir, air limbah dan sampah). Mengoptimalkan sistem yang ada, disamping pembangunan baru. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, dunia usaha dan masyarakat. Mendorong pemerintah Kabupaten Kerinci dalam pembangunan Sarana dan Prasarana drainase untuk melancarkan perekonomian regional dan nasional serta meningkatkan tenaga kerja Kebijakan, Program dan Kegiatan Drainase dalam Rencana Kabupaten Kerinci Dalam penanganan drainase ini juga direncanakan secara baik dalam berbagai bentuk perencanaan di daerah. Setidak-tidaknya dalam bentuk program dan kegiatan terus ditangani secara terencana, bertahap dan berkesinambungan. Program dan kegiatan penanganan drainase ini tertuang dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang ( RPJP ) Kabupaten Kerinci Tahun , Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) Tahun dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD ) tahunan. Program dan kegiatan tersebut pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJM-D ) tertuang secara rinci, baik dalam bentuk target tahunan, rincian anggaran yang diperlukan dan sumber-sumber pendanaannya. Adapun program beserta target, pola pengelolaan, penanganan dan kontribusi pemerintah daerah di sektor drainase adalah sebagai berikut: 1. Program Pembinaan Pengelolaan Sistem Drainase : a. Target: Peningkatan NSPM sistem drainase dan pengembangan perangkat pengaturan di daerah. Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola dan SDM. b. Pola pengelolaan dan penanganan program ini dilakukan melalui pemasyarakatan standar penanganan drainase yang baik sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga bagi pemerintah merupakan investasi baik dalam penyediaan sumber daya pengawas bangunan drainase yang baik maupun menyiapkan keahlian personil dalam penanganan drainase di daerah. Sementara itu dalam mendukung keberhasilan ini pemerintah menyediakan dana yang dapat dipergunakan untuk mendukung pembinaan. 2. Program Pengembangan dan Perencanaan Drainase : a. Target: Peningkatan penyusunan RPJM dan Master Plan sektor drainase di Kota/Kabupaten. Pola pengelolaan dan penanganan program ini dilakukan melalui penyusunan Draft Laporan Akhir 4-66

160 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur rencana penataan dan pembangunan drainase yang baik sesuai kebutuhan baik untuk kawasan perkotaan maupun pedesaan, sehingga bagi pemerintah merupakan rencana investasi baik dalam mewujudkan kawasan yang aman, maupun nyaman dari pengaruh banjir maupun limbah rumah tangga yang mungkin terjadi yang menyebabkan rusaknya kawasan. Sementara itu dalam mendukung keberhasilan ini pemerintah menyediakan dana yang dapat dipergunakan untuk menyusun rencana investasinya. 3. Program Pembangunan Sistem Drainase Perkotaan a. Target: Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah genangan diperkotaan Pengembangan jaringan drainase, sistem polder/kolam penampung/retensi serta PS pendukung/pelengkapnya meningkatkan pelayanan sarana drainase dan melindungi kawasan permukiman dan strategis perkotaan dari resiko genangan. Menjaga dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem drainase yang ada prioritas kota metropolitan, besar dan sedang. b. Pola pengelolaan dan penanganan program ini dilakukan melalui pembangunan drainase di kawasan perkotaan sesuai kebutuhan kawasan perkotaan, sehingga yang dilakukan pemerintah merupakan investasi fisik di kawasan perkotaan agar tercipta suasana yang aman, maupun nyaman dari pengaruh banjir maupun limbah rumah tangga yang mungkin terjadi yang menyebabkan rusaknya kawasan perkotaan. Sementara itu dalam mendukung keberhasilan ini pemerintah menyediakan dana investasinya. 4. Program Pembangunan Drainase pada Kawasan Strategis/Tertentu dan Pemulihan Dampak Bencana dan Kerusuhan. a. Target: Peningkatan kualitas kawasan permukiman yang aman, nyaman dan sehat dari pengaruh banjir dan limbah. b. Pola pengelolaan dan penanganan program ini dilakukan melalui pembangunan drainase di kawasan strategis/tertentu dan melakukan pemulihan pada kawasan yang terkena bencana dan kerusuhan sesuai kebutuhan, sehingga yang dilakukan pemerintah merupakan investasi fisik di kawasan strategis/tertentu dan kerusuhan agar tercipta suasana yang aman, maupun nyaman dari dampak banjir maupun limbah rumah tangga yang mungkin terjadi yang menyebabkan rusaknya kawasan. Sementara itu dalam mendukung keberhasilan ini pemerintah menyediakan dana investasinya. 5. Program Pengembangan Drainase Skala Kawasan/Lingkungan Berbasis Masyarakat. a. Target: Peningkatan PS drainase dalam rangka menjaga kesehatan lingkungan Draft Laporan Akhir 4-67

161 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur permukiman dan kuantitas air tanah melalui pengembangan sumur resapan. b. Pola pengelolaan dan penanganan program ini dilakukan melalui pembangunan drainase pada kawasan/lingkungan sesuai kebutuhan masyarakat. Pelaksanaannya dilakukan memalui kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat, sehingga pemerintah hanya mendorong terwujudnya investasi fisik di kawasan/lingkungan agar tercipta suasana yang aman, dan nyaman di setiap kawasan permukiman. Sementara itu dalam mendukung keberhasilan ini pemerintah menyediakan dana investasi sebagai bentuk penanaganan kerjasama dengan masyarakat. 6. Program Pengelolaan Drainase Terpadu dalam mendukung Konservasi Sumber Daya Air. a. Target: Pengembangan sistem drainase skala regional secara terpadu mendukung keseimbangan tata air. b. Pola pengelolaan dan penanganan program ini dilakukan melalui pembangunan drainase pada kawasan-kawasan konservasi guna menjaga stabilitas tata air kawasan, sehingga ketersediaan air dapat terjaga secara alamiah dan mampu didayagunakan untuk mendukung kebutuhan air minum di kawasan permukiman. Sementara itu dalam mendukung keberhasilan ini pemerintah menyediakan dana investasinya. 7. Program Pengembangan Kapasitas Pembangunan Sistem Drainase, dengan uraian a. Target: Peningkatan pendanaan pembangunan PS sistem drainase dari berbagai sumber baik pemerintah, pinjaman luar negeri atau dengan swasta terutama developer untuk pengembangan kawasan permukiman baru. b. Pola pengelolaan dan penanganan program ini dilakukan melalui penyediaan pendanaan yang memadai dalam pembangunan drainase. Terbangunnya drainase, secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan implikasi positif dalam mewujudkan kesehatan, kenyamanan dan kelayakan kawasan permukiman yang ideal. Karena itu, diperlukan sumber-sumber pendanaan yang mampu mendorong terbangunnya drainase yang memadai, baik dalam drainase primer, sekunder maupun tersier dari kawasan permukiman. Sementara itu dalam mendukung keberhasilan ini pemerintah menyediakan dana investasinya. 8. Program Promosi Pengelolaan Drainase. a. Target: Penyuluhan dan peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan dalam penyediaan dan pengelolaan PS drainase. b. Pola pengelolaan dan penanganan program ini dilakukan melalui berbagai bentuk penyuluhan kepada masyarakat dan merangsang masyarakat untuk ikut serta Draft Laporan Akhir 4-68

162 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur membangun drainase pada kawasan permukimannya. Apabila ada rasa kepedulian setiap warga masyarakat dalam pembangunan drainase, maka akan bermuara pada terwujudnya suasana yang aman, maupun nyaman. Sementara itu dalam mendukung keberhasilan ini pemerintah menyediakan dana promosi untuk menumbuhkan semangat warga masyarakat. 9. Program Pengembangan Inovasi Teknologi Sistem Drainase. a. Target: Peningkatan kualitas pembangunan sistem drainase. Pola pengelolaan dan penanganan program ini dilakukan melalui pengembangan teknologi dapam pembangunan maupun pendayagunaan air limpasan maupun limbah rumah tangga. Apabila dengan menggunakan teknologi, air limpasan dapat dikembangkan menjadi air yang dapat dipergunakan rumah tangga, ataupun air limbah rumah tangga dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan lain, misalnya pertanian sebagai pupuk, akan menjadikan dampak limpasan maupun limbah yang mempunyai nilai ekonomis dalam mendukung kenyamanan lingkungan. Sementara itu dalam mendukung keberhasilan ini dapat menyediakan dukungan pendanaan maupun operasional pembelian peralatan bila telah memungkinkan untuk pengelolaan lebih lanjut. Sehingga dampat limpasan maupun limbah yang dihasilkan rumah tangga dapat diminimalkan Profil Rinci Penyediaan Drainase Gambaran Umum Kondisi Drainase saat ini Kondisi alam Kabupaten Kerinci secara umum dapat dibedakan menjadi daerah datar, bergelombang, dan berbukit. Limpasan air permukaan yang berpotensi banjir biasanya terjadi di wilayah dengan topografi datar-bergelombang dengan kelerengan daerah kurang dari 15%. Peningkatan debit air permukaan pengaruhi pula oleh jenis tanah lempungan, dimana resapan air relatif kecil. Pada musim penghujan dimana curah hujan cenderung tinggi, genangan air permukaan semakin meningkat pada daerah-daerah tersebut. Di beberapa wilayah kecamatan dengan karakteristik alam seperti itu, jaringan drainase seringkali belum ada, sehingga sering terjadi banjir. Fenomena itu diperburuk dengan luapan air sungai yang mengalir di wilayahwilayah itu. Dalam konteks ini, pembangunan sistem drainase menjadi suatu kebutuhan yang mendesak dan harus mendapat prioritas. Kondisi jaringan drainase di Kabupaten Kerinci secara umum belum memadai atau tidak sesuai dengan peruntukannya. Oleh karenanya, kinerja sistem drainase tidak optimal, dan sebagai akibatnya banjirpun masih sering terjadi, meskipun di wilayah itu dijumpai adanya jaringan drainase. Sistem penampungan pada kolam-kolam retensi yang sudah ada tampaknya perlu ditingkatkan. Kondisi fisik dan kapasitas drainase perlu ditingkatkan, terutama dalam rangka mengikuti laju pembangunan di sektor lain seperti pengembangan wilayah perumahan, Draft Laporan Akhir 4-69

163 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur dimana pengalihan fimgsi lahan terjadi dan berpotensi meningkatkan erosi dan limpasan air permukaan Aspek Kelembagaan Kepekaan instansi yang terkait sangat diperlukan sehingga penanganan terhadap masalah perkotaan kurang berjalan optimal, termasuk lemahnya instansi yang bertugas mengeluarkan dan mengawasi IMB sehingga banyak drainase kota yang ditutup oleh rumah atau toko. Ada saluran drainase yang sekarang sudah berada di dalam pekarangan rumah yang ditutup, sehingga tidak dapat di kontrol. Dari informasi masyarakat, ternyata di dalam rumah, saluran dibendung untuk keperluan pemeliharaan ikan, sehingga pada saat hujan menimbulkan genangan pada daerah di hulunya. Juga banyak saluran drainase yang tersumbat di daerah Pasar, dan permukiman. Hal ini akibat tebalnya lumpur yang mengendap dan sampah yang dibuang ke dalam saluran, koordinasi yang baik antara Dinas Kebersihan dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci akan dapat menghindarkan pendangkalan dan penyempitan saluran akibat sampah yang dibuang oleh masyarakat. Kurangnya koordinasi antara Dinas PU kota dan Dinas PU provinsi juga menghambat ke arah penyelesaian genangan yang segera Aspek Pendanaan Keterbatasan dana sehingga berpengaruh terhadap operasional pemeliharaan prasarana dalam hal ini sungai dan drainase tidak berjalan maksimal. Dana yang sangat terbatas harus dibagi untuk pembangunan saluran baru, normalisasi saluran/sungai, revitalisasi saluran/sungai, perencanaan dan pengawasan. Ketersediaan dana yang lebih akan membuat pengelolaan sistim drainase perkotaan menjadi lebih baik. RPIJM sangat diperlukan untuk mendapatkan keterpaduan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang diwujudkan dengan program dan pendanaan yang bersumber dari APBN, APBD I, dan APBD II. Serta dapat juga melalui bantuan dari masyarakat secara langsung dan dapat juga melalui program CRS dari perusahaan/swasta Aspek Peran Serta Masyarakat Dalam pengelolaan sistim drainase Kabupaten Kerinci, sangat diharapkan adanya peran serta masyarakat yang dapat diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan saluran drainase dengan tidak membuang sampah ke dalam saluran drainase agar tidak tersumbat sehingga saluran dapat berfungsi maksimal sebagai saluran pembuang air hujan. Kesadaran masyarakat untuk memelihara saluran drainase dilingkungan depan rumah masing-masing, umpamanya dengan membersihkan lumpur dan sampah secara berkala Draft Laporan Akhir 4-70

164 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur sehingga tidak terjadi pendangkalan akibat penumpukan lumpur atau endapan di saluran drainase Permasalahan yang dihadapi Permasalahan Sistem Drainase yang ada Dalam melaksanakan pembangunan drainase, juga seperti pelaksanaan kegiatan pembangunan lainnya. Permasalahan pembangunan yang terjadi, terjadi pula pada pelaksanaan pembangunan drainase. Dengan permasalahan ini, mengakibatkan pula terjadinya berbagai permasalahan dalam pelaksanaannya maupun dampak yang diakibatkannya. Apabila permasalahan ini juga tidak dapat dipecahkan, maka akan berpengaruh pula terhadap pelaksanaan pembangunan lainnya. Karena pada hakekatnya, terjadinya permasalahan pada satu sektor, maka akan membawa permasalahan pula pada sektor lainnya. Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan drainase di Kabupaten Kerinci cukup bervariasi. Ini tidak lain sebagai muara dari kondisi alam itu sendiri, yang selanjutnya memberikan pengaruh pula pada yang lainnya. Berbagai permasalahan yang dihadapi tersebut antara lain: Kondisi topografi di Kabupaten Kerinci yang bergelombang, telah mengakibatkan susahnya membuat pilihan dan perencanaan yang tepat tentang rencana pemilahan mana yang termasuk dalam drainase primer, sekunder dan tersier. Sebagai akibatnya susah dalam menentukan out let-nya. Pengembangan permukiman yang tidak terarah dengan pasti, sehingga berakibat pada susahnya menyusun master plan pembangunan jaringan drainase. Dengan terpencarpencarnya pembangunan permukiman, telah mengakibatkan timbulnya biaya tinggi dalam pembangunan drainase. Terhadap drainase yang telah dibangun, relatif susah untuk melaksanakan pemeliharaan. Terlebih-lebih didepan kawasan permukiman, masyarakat enggan untuk melakukan pemeliharaan secara swadara, karena itu dalam pemeliharaan yang sudah ada pun menggantungkan dari uluran tangan pemerintah. Dalam pembangunan drainase, secara nyata masih sangat susah dalam menentukan priositas yang harus dibangun. Dari alokasi selama ini masih cenderung bersifat populis "untuk tujuan tertentu" sehingga adakalanya tidak befungsi sebagaimana mestinya. Drainase yang sudah ada sekalipun kadang mempunyai ftmgsi yang lain, misalnya sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga, sebagai akibatnya menimbulkan gangguan yang tidak/sedap terhadap kawasan permukiman dan menjadikan kotornya kawasan permukiman maupun perkotaan. Sebagai akibat keterbatasan pendanaan, maka penanganan drainase di Kabupaten Kerinci juga masih sangat kecil. Sebagai akibatnya pada daerah-daerah yang semestinya dibangun, Draft Laporan Akhir 4-71

165 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur sampai sat ini belum ada sama sekali dan bahkan tidak terbangun Sasaran Drainase Seperti halnya sasaran pembangunan sektor lainnya, dalam pembangunan sektor drainase juga memiliki sasaran yang jelas. Melalui sasaran ini, pembangunan drainase ditujukan untuk menghindarkan kawasan permukiman dari pengaruh banjir yang mungkin dapat timbul akibat limpasan air pada suatu kawasan permukiman. Disisi lain, pada ruas-ruas jalan yang juga tidak memiliki drainase, akan dengan mudah terjadinya pengikisan pada ruas jalan. Akibatnya dapat menjadikan ruas jalan tersebut rusak, kemudian mengganggu aksesibilitas orang, barang dan jasa ke daerah lain atau sebaliknya. Melihat urgensi dan peranan pembangunan drainase tersebut, menjadikan sasaran pembangunan drainase semakin penting. Walaupun dibandingkan dengan investasi sektor lainnya yang jauh lebih kecil, akan tetapi peranannya dalam menghindarkan dampak yang mungkin terjadi pada suatu kawasan, permukiman maupun jalan sangatlah besar. Melihat hal tersebut, maka sasaran yang haras dicapai oleh penanganan sektor drainase, baik secara fungsional maupun program adalah sebagai berikut: 1. Merupakan target pencapaian pembangunan Nasional (sistem jaringan primer dan sekunder: menciptakan lingkungan aman, baik terhadap genangan maupun luapan sungai, banjir kiriman, dan hujan lokal) dalam mengantisipasi dampak negatif atas overload-nya kapasitas air. 2. Memenuhi basic need (kebutuhan dasar) drainase bagi kawasan permukiman dan kota. Untuk pemenuhan kebutuhan dasar ini, dapat digunakan kriteria dan standar teknis yang ditetapkan Departemen Pekerjaan Umum. Memenuhi development need dalam menunjang terciptanya skenario pengembangan kota sebagai kawasan andalan dan menunjang sektor unggulan. Perlu diindikasikan bahwa dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar utama dan penunjang di kawasan tersebut harus tetap ditunjang dengan pembangunan drainase Rumusan Masalah Dalam pelaksanaan pembangunan drainase, masih saja dihadapkan dengan berbagai permasalahan. Permasalahan ini, secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak pada kesinambungan program penanganan. Permasalahan secara internal, biasanya dengan ketersediakan data yang kurang memadai, sebagai akibatnya dalam penyusunan perencanaan menjadikan tidak tepat sasaran. Permasalahan internal kedua, biasanya dihadapkan pada pendanaan yang tidak memenuhi apabila dibandingkan dengan permintaan dan kebutuhan yang harus disediakan. Sebagai akibatnya, maka banyak kawasan yang semestinya harus didukung dengan pembangunan drainase, sampai saat ini masih mengalami Draft Laporan Akhir 4-72

166 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur genangan dan becek pada musim hujan. Karena itu, upaya yang dilakukan melalui pendayagunaan dana yang ada untuk menghasilkan target pengerjaan yang lebih besar. Sebagai akibat mengejar target yang optimal, biasanya pengerjaannya cenderung dilakukan pada drainase tersier dan primer. Karena itu, sampai saat ini masih menyisakan berbagai permasalahan menyangkut pembuangan limpasan air ini. Secara eksternal, penanganan drainase ini juga masih menimbulkan berbagai permasalahan. Masalah yang sering muncul dilapangan adalah pengadaan tanah untuk pembangunan saluran. Kadang tanah masyarakat yang diminta untuk pembuatan drainase ini, masih cenderung apatis dan mementingkan kepentingan sendiri. Sebagai akibatnya, harus mencari lokasi lain yang semestinya tidak tepat untuk pembangunan out let-nya. Namun demikian, walaupun dengan berbelit-belitnya pencarian lahan, pada akhirnya dapat diselesaikan pula. Oleh karena itu, dalam pembangunan drainase harus dipandang secara lebih luas, karena pembangunan drainase ini terkait dengan sektor-sektor lainnya. Oleh karena itu, permasalahan drainase perlu diatasi secara komprehensif yaitu dengan melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Perlu ditekankan di sini bahwa instansi yang menangani drainase harus jelas cakupan kewenangan dan tanggungjawabnya, sehingga tumpang tindih dalam pembangunan dan pemeliharaan drainase dapat dihindari. Dari permasalahan tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Tabel. IV.5.2 Rumusan Masalah Penanganan Drainase di Kabupaten Kerinci No. Aspek Permasalahan 1 Internal Penyediaa data yang memerlukan pembangunan drainase masih sangat kurang dan tidak akurat Tidak adanya perencanaan secara bertahap dan berkesinambungan, akibatnya dalam setiap alokasi menjadi tidak tepat Tuntutan dan permintaan yang cukup besar, akan tetapi dana tidak mencukupi. 2 Eksternal Susahnya pengadaan tanah untuk lokasi pembangunan drainase, lebih-lebih melewati tanah penduduk, relatif susah Dalam melaksanakan pembangunan, kadang tidak melibatkan sektor lainnya Sumber: Analisis, Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Permasalahan Drainase Draft Laporan Akhir 4-73

167 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Dalam menganalisa permasalahan drainase di Kabupaten Kerinci, khususnya di kawasan-kawasan perkotaan dan titik tumbuh ekonomi merupakan unsur penting yang akan dibahas pada analisa ini. Analisa ini untuk mengetahui kebutuhan drainase ini menggunakan teknik analisa gap analisis, yaitu dengan membandingkan antara kebutuhan ideal berdasarkan standard yang berlaku dengan kondisi yang ada saat ini (existing). Hasil perbandingan antara kebutuhan dengan kondisi yang ada akan dijadikan rekomendasi dan usulan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun ke depan. Dari penjelasan pada bagian terdahulu telah disebutkan, bahwa dalam pembangunan drainase masih mengalami kesulitan. Hal ini diakibatkan kurang lengkapnya data yang dibutuhkan dalam penyusunan perencanaan. Sebagai akibatnya, adalah setiap alokasi pembangunan drainase senatiasa tidak tepat dengan sasaran yang semestinya harus dibangun. Karena itu, dalam mendukung keberhasilan pembangunan drainase harus didukung dengan data yang akurat, baik lokasi perkiraan volume limpasan dan arah outlet yang tepat. Apabila diawali dengan data yang akurat, maka dalam menyusun perencanaan pun dapat dilakukan dengan baik, sehingga pelaksanaan pekeijaan secara bertahap dan berkesinambungan pun dapat dilakukan dengan baik pula. Hal yang lebih penting lagi selain tersebut di atas, adalah tuntutan dan permintaan yang cukup besar dari masyarakat dalam penyediaan drainase. Usulan permintaan ini sesungguhnya merupakan keinginan untuk mencapai kondisi lingkungan yang ideal, dengan salah satunya melalui penyediaan drainase. Karena dengan adanya drainase, masyarakat beranggapan tidak akan terjadinya kebecekan dan genangan air pada kawasan permukiman. Sedangkan pada prasarana jalan, dengan adanya drainase, maka akan menjadikan genangan dari kerusakan pada badan jalan dapat diminimalkan, sebagai akibat limpasan air dapat diteruskan ke jaringan drainase yang ada. Jalan pun akan cepat kering dari pengaruh air, sehingga dapat mempunyai umur ekonomi yang panjang. Kebutuhan terhadap drainase ini, secara umum mencakup hampir seluruh wilayah Kabupaten Kerinci. Akan tetapi setelah dilakukan penilaian, yang memenuhi persyaratan untuk tumbuh dan berkembang dengan pesat pada 12 ( dua belas ) Kecamatan, yaitu Kecamatan Kayu Aro, Gunung Tujuh, Air Hangat, Air Hangat Timur, Gunung Kerinci, Siulak, Sitinjau Laut, Keliling Danau, Danau Kerinci, Batang Merangin, dan Gunung Raya. kebutuhan akan pembangunan drainase masih cukup besar. Oleh karena itu, agar tercipta permukiman permukiman yang bebas dari banjir, nyaman, aman, indah dan menyehatkan perlu dibangun drainase sepanjang 166,55 km. Jumlah ini mencakup drainase primer, sekunder maupun tersier. Akan tetapi sebagai akibat kekurangan dana yang cukup signifikan, maka hanya mampu mendayagunakan pendanaan yang ada untuk pembangunan drainase ini, khususnya lebih mengedepankan pembangunan jenis drainase tersier. Karena dengan jumlah dana yang ada, mampu dibangun drainase yang cukup panjang dan masyarakat dapat menikmatinya. Draft Laporan Akhir 4-74

168 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Disamping itu, dalam pelaksanaan pembangunan drainase umumnya juga masih mengalami kendala. Kendala itu adalah susahnya pengadaan tanah yang melewati tanah/pekarangan penduduk. Pengadaan tanah yang biasanya dilakukan melalui hibah, pembelian tanah maupun tanah milik pemerintahan desa, pada saat rencana implementasi pembangunan jga mengalami kesusahan, bahkan kadang tidak ada sama sekali lokasi yang dapat digunakan untuk pembangunan drainase. Kondisi ini mengakibatkan dalam pembangunan drainase asal dibuat, tidak mengikuti ketetapan yang direncanakan. Maksudnya, pada kawasan yang semestinya dibangun drainase primer atau sekunder, akan tetapi sebagai akibat tidak adanya penyediaan tanah yang memadai maka hanya dibangun drainase tersier. Sebagai akibatnya, apabila terjadi limpasan air yang besar maka sering terjadi genangan, bahkan dapat mengerosi bahu jalan yang sudah ada. Dampak lain akibat kondisi ini juga dapat menimbulkan kumuhnya permukiman akibat bawaan sampah dan sersah sewaktu hujan tidak dapat terbuang dan menyangkut di permukiman tersebut. Selain itu, dalam pelaksanaan perencanaan dan pembangunan sebaiknya juga harus melibatkan berbagai pihak. Sementara itu, dalam setiap penyususnan perencanaan pembangunan drainase tidak pernah melibatkan staekholder lain, sebagai akibatnya pada waktu pelaksanaan sering terjadi permasalahan. Pendekatan-pendekatan sebelum perencanaan, sewaktu perencanaan dan pelaksanaan hendaknya terus dilaksanakan agar lokasi tanah dapat ditentukan tepat dengan sasaran yang dikehendai. Demikian pula sewaktu pelaksanaan dan pemeliharaan secara berkesinambungan dapat dilibatkan masyarakat secara swakelola maupun gotong royong. Karena upaya ini juga merupakan upaya menjadikan permukiman mereka yang bersih, rapi, nyamah dan menyehatkan bagi setiap warganya Pemecahan Masalah Seperti telah diuraikan di atas, bahwa bentang alam Kerinci sebagian besar merapakan topografi datar dan bergelombang. Keadaan alam seperti itu menyebabkan aliran permukaan kurang baik dan sering terjadi genangan. Fenomena tersebut terlihat terutama pada musim penghujan, dimana sebagian besar wilayah terjadi pelimpahan air permukaan yang meluas dan tidak terkontrol (banjir). Pada daerah-daerah dengan topografi datar-bergelombang perlu dibuat jaringan sistem drainase yang mampu untuk mengalirkan limpasan air permukaan (runoff). Selain itu, pengembangan wilayah permukiman seringkali menimbulkan permasalahan limpasan air pemukaan juga. Pembukaan lahan untuk areal permukiman akan merubah fungsi lahan, dan perubahan itu biasanya menimbulkan dampak lingkungan. Aliran air permukaan menjadi efektif karena berkurangnya vegetasi penutup, sehingga proses erosi tanah semakin intensif dan meluas. Untuk mencegah kerusakan lahan akibat alih fungsi tersebut maka diperlukan jaringan drainase untuk mengontrol aliran air permukaan. Draft Laporan Akhir 4-75

169 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Pada beberapa daerah permukiman terlihat sudah ada jaringan drainase, tetapi kondisinya tidak sesuai dengan kapasitas peruntukan, sebagai akibatnya kinerjanya tidak optimal. Masalah ini seringkali diperburuk dengan upaya pemeliharaan yang tidak memadai. Di banyak tempat terlihat drainase tidak terpelihara dengan baik, dan di lain sisi pembangunan drainase itu sendiri hingga sampai saat ini belum menjadi prioritas utama. Sebagai akibat, laju pembangunan di sektor lainnya biasanya tidak diimbangi dengan laju pembangunan jaringan drainase, sehingga permasalahan saluran air permukaan menjadi semakin kompleks. Kompleksitas persoalan yang ada tampaknya terkait pula dengan tidak adanya ketegasan fungsi drainase dan pola penanganannya. Drainase yang ada secara umum memiliki fungsi ganda, sebagai saluran air hujan dan juga sebagai tempat pembuangan limbah. Hal itu terjadi karena limbah cair dari rumah tangga, dan kemungkinan juga dari industri, dialirkan ke jaringan drainase. Pembangunan sistem drainase di wilayah permukiman biasanya kurang mempertimbangan jaringan drainase primer perkotaan, sehingga hubungan kedua sistem itu menjadi tidak jelas, sebagai akibatnya keterpaduan penanganannya tidak ada. Untuk isu ini, pemerintah bersamasama pengembang perlu membuat masterplan drainase secara bersama-sama agar penanganan sistem drainase dapat dilakukan secara terpadu (tidak parsial). Program kegiatan yang diusulkan dalam pembangunan drainase dapat dilihat pada usulan kesepakatan RPIJM Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Kerinci Sistem Drainase yang diusulkan Kebutuhan Pengembangan Dalam mewujudkan kondisi permukiman yang bersih, rapi, indah dan menyehatkan tidak akan terlepas dari upaya pemenuhan berbagai faktor atau sektor lain. Keterpaduan sejak dari penataan kawasan permukiman, penyediaan air bersih, pengaturan persampahan, dan pengaturan limbah, juga harus dilakukan penyediaan drainase. Ketiadaan drainase dalam suatu permukiman juga akan memberikan implikasi negatif terhadap permukiman. Disamping terkena banjir dari limpasan air, kawasan menjadi becek, juga dapat mengakibatkan kawasan menjadi kumuh dan tidak sehat. Disisi lain, pada ruas-ruas jalan yang tidak dibangun drainase, secara langsung akan dapat mengakibatkan rusaknya jalan. Bahu jalan yang tererosi, genangan air pada badan jalan yang menjadikan rusaknya jalan, maupun tererosinya badan jalan, merupakan akibat yang ditimbulkan karena tidak adanya drainase pada setiap ruas jalan. Melihat kondisi sebagaimana tersebut di atas, secara nyata bahwa pembangunan drainase tersebut merupakan upaya yang sangat penting harus dilakukan pemerintah dan pemerintah daerah, baik pada kawasa permukiman maupun pada setiap ruas jalan yang ada (khususnya ruang jalan negara, provinsi dan jalan kabupaten). Adapun gambaran kebutuhan akan pengembangan drainase, baik pada kawasan permukiman maupun pada ruas jalan yang ada di Kabupaten Kerinci sebagaimana tergambar pada tabel berikut: Draft Laporan Akhir 4-76

170 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.5.3 Perkiraan Kebutuhan Pengembangan Drainase Selama 5 (lima) Tahun di Kabupaten Kerinci Jmh Kebutuhan / Tahun (km) No. Uraian Kebutuhan Drainase Primer 32, Drainase Sekunder 62, Drainase Tersier 72,55 12, Sumber: Olah Data Tahun ,55 18, Berdasarkan tabel. IV.5.3. tersebut di atas, merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pemerintah Kabupaten Kerinci dalam berinvestasi di sektor drainase. Tentu saja dengan kebutuhan yang begitu besar, tidak akan dapat dipenuhi dari dana APBD Kabupaten Kerinci. Karena itu, permintaan dan tuntutan yang begitu besar, perlu dicarikan upaya-upaya secara konkrit agar dapat diwujudkan setiap tahunnya. Upaya-upaya itu, selain mengharapkan bantuan investasi dari APBD Provinsi Jambi, juga sangat diharapkan bantuan dari pemerintah pusat melalui APBN-nya. Sehingga apa yang diinginkan pemerintah daerah dapat diwujudkan secara bertahap dan berkesinambungan Usulan dan Prioritas Program Dalam rangka pengentasan kawasan permukiman dari pengaruh banjir, kekumuhan dan tidak sehatnya lingkungan, diperlukan berbagai sarana prasarana penunjang kegiatan pelayanan dan pengelolaan secara terencana, terpadu dan berkesinambungan. Disamping itu juga dilakukan pembenahan terhadap manajemen pengelola yang berkaitan langsung dengan aspek manusia atau sumberdaya manusia pengelola. Terkait dengan hal tersebut, diperlukan program dan kegiatan yang tepat sasaraa, tepat alokasi dan tepat pendanaan serta sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Adapun program dan kegiatan penanganan drainase yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun perencanaan ( ) adalah sebagai berikut: 1. Program Pengembangan dan Perencanaan Drainase, dengan kegiatan: Identifikasi drainase kawasan permukiman Identifikasi drainase ruas-ruas Jalan Kabupaten Penyusunan Master Plan Pembangunan Drainase Kawasan Perkotaan Penyusunan Master Plan Drainase pedesaan Penyusunan Master Plan Drainase jalan. 2. Program Pembangunan Sistem Drainase Perkotaan, dengan kegiatan: Pembangunan drainase primer kawasan Kayu Aro, Gunung Tujuh, Air Hangat, Air Hangat Draft Laporan Akhir 4-77

171 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Timur, Gunung Kerinci, Siulak, Sitinjau Laut, Keliling Danau, Danau Kerinci, Batang Merangin, dan Gunung Raya. Pembangunan Drainase sekunder kawasan Kayu Aro, Gunung Tujuh, Air Hangat, Air Hangat Timur, Gunung Kerinci, Siulak, Sitinjau Laut, Keliling Danau, Danau Kerinci, Batang Merangin, dan Gunung Raya. Pembangunan drainase tersier kawasan Kayu Aro, Gunung Tujuh, Air Hangat, Air Hangat Timur, Gunung Kerinci, Siulak, Sitinjau Laut, Keliling Danau, Danau Kerinci, Batang Merangin, dan Gunung Ray a. Pemeliharaan drainase kawasan Kayu Aro, Gunung Tujuh, Air Hangat, Air Hangat Timur, Gunung Kerinci, Siulak, Sitinjau Laut, Keliling Danau, Danau Kerinci, Batang Merangin, dan Gunung Raya. 3. Program Pembangunan Drainase pada Kawasan Strategis/tertentu dan Pemulihan Dampak Bencana dan Kerusuhan, dengan kegiatan : Pembangunan drainase primer kawasan strategis. Pembangunan drainase sekunder kawasan strategis. Pembangunan drainase tersier kawasan strategis. Pembangunan drainase primer, sekunder dan tersier pada kawasan terkena bencana. Pemeliharaan drainase kawasan strategis. 4. Program Pengembangan Drainase Skala Kawasan/Lingkungan Berbasis Masyarakat, dengan kegiatan : Pembangunan Drainase sekunder kawasan permukiman/ lingkungan. Pembangunan drainase tersier kawasan permukiman/ lingkungan. Pembangunan drainase lingkungan berbasis gotong-royong masyarakat. 5. Program Pengelolaan Drainase Terpadu dalam mendukung Konservasi Sumber Daya Air, dengan kegiatan : Pembangunan drainase pada desa-desa kawasan tangkapan air, yang meliputi: o Pembangunan drainase tersier o Pembangunan drainase sekunder Pembangunan bak-bak penampung air yang bersumber dari mata air sekitar kawasan konservasi: 6. Program Promosi Pengelolaan Drainase, dengan kegiatan: Penyuluhan untuk meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan drainase. Penyusunan regulasi penggunaan drainase dan pembuangan air limbah rumah tangga. 7. Program Pengembangan Kapasitas Pembangunan Sistem Drainase, dengan kegiatan: Rehabilitasi jaringan drainase primer kawasan permukiman perkotaan. Draft Laporan Akhir 4-78

172 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Rehabilitasi jaringan drainase sekunder kawasan permukiman perkotaan Rehailitasi jaringan drainase tersier kawasan permukiman daerah perkotaan Pembiayaan Pengelolaan Dalam upaya mewujudkan keberhasilan pembangunan drainase di kawasan perkotaan maupun pedesaan, diperlukan pendanaan yang memadai. Kebutuhan pendanaan ini mencakup pemenuhan kebutuhan prasarana fisik maupun sarana penunjang operasional penanganan drainase. Karena itu, untuk membiayai pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan drainase di Kabupaten Kerinci, akan diupayakan melalui berbagai sumber pendanaan. Sumber-sumber yang diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam penanganan sampah ini antara lain APBD Kabupaten, APBD Propinsi, APBN, maupun sumber-sumber lainnya yang sah. Dari sumber-sumber pendanaan tersebut' diharapkan mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan yang direncanakan daerah. Kebutuhan pendanaan setiap tahun dalam penanganan drainase bervariasi. Hal ini diakibatkan prioritas yang ditekan pada masing-masing tahun, sehingga pada tahun tertentu yang membutuhkan dana besar. Sedangkan pada tahun berikutnya, kebutuhannya relatif kecil. Adapun rincian besaran alokasi dana yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan pelayanan persampahan selama tahun perencanaan ( ) dapat dilihat pada lampiran dokumen ini, yaitu pada dokumen memorandum sebagaimana terlampir Rencana Investasi Pengembangan Air Minum Petunjuk Umum Berdasarkan RPJMN Permasalahan utama pembangunan air minum adalah masih rendahnya akses terhadap penyediaan air minum. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi ini antara lain: 1) Belum lengkap dan terbaharukan perangkat peraturan yang mendukung penyediaan air minum. Salah satu akibatnya adalah sulitnya PDAM menjalankan prinsip korporasi. UU Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sampai saat ini belum direvisi. Maraknya penyediaan air minum berbasis masyarakat juga terkendala oleh tiadanya perundangan yang mengatur pola kerjasama pemerintah dan masyarakat. 2) Menurun kuantitas, kualitas, dan kontinuitas air baku air minum. Tidak terolahnya limbah domestik dan nondomestik menjadi penyebab utama menurunnya kualitas air baku air minum. Sementara itu, pemanfaatan air yang belum efisien dan masih minimnya pengelolaan air baku pada wilayah hulu dan/atau daerah resapan menyebabkan semakin berkurangnya air baku air minum. Penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang kurang bersinergi dengan konsep pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) makin mengancam ketersediaan air baku bagi daerah hilir. Ekstrasi air tanah secara berlebihan oleh rumah tangga Draft Laporan Akhir 4-79

173 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur dan industri telah menurunkan kuantitas dan kualitas air baku. Penerapan teknologi pemanfaatan sumber air alternatif juga belum diprioritaskan. 3) Masih terbatas penyedia air minum baik oleh perusahaan daerah air minum (PDAM) dan non-pdam yang sehat (kredibel dan profesional). Hasil audit kinerja PDAM pada tahun 2007 menunjukkan hanya 22,42 persen atau 61 dari 272 PDAM bahwa dalam kondisi sehat: Sementara itu, akumulasi bahwa kerugian seluruh PDAM yang merugi (68,02 persen) telah mencapai Rp. 4,83 trilyun. Penyebab utamanya adalah 55,51 persen PDAM masih menerapkan tarif rata-rata di bawah biaya produksi air minum, disamping kapasitas sumber daya manusia dan pendanaan yang belum memadai, belum diterapkannya manajemen aset, serta belum disusunnya business plan yang absah. Untuk penyediaan air minum yang berbasis masyarakat, kualitas sumber daya manusia pada lembaga pengelolaannya juga masih menjadi kendala. 4) Belum optimal sistem perencanaan penyediaan air minum. Hampir seluruh kota/kabupaten belum memiliki rencana induk sistem penyediaan air minum yang absah. Belum terpetakannya wilayah yang akan dilayani sistem perpipaan maupun non- perpipaan menyebabkan banyak sistem penyediaan air minum, khususnya di perkotaan, menjadi saling tumpang tindih. 5) Terbatas pendanaan untuk mendukung keseluruhan aspek penyediaan air minum. Pendanaan air minum masih bertumpu pada anggaran pemerintah. Rendahnya kinerja keuangan PDAM juga menyebabkan PDAM sulit mendapatkan sumber pendanaan alternatif. Sementara itu, sumber pendanaan dari pihak swasta, baik dalam bentuk KPS ataupun Corporate Social Responsibility (CSR) masih belum dimanfaatkan secara signifikan Pembangunan prasarana dan sarana penyediaan air minum di Kabupaten Kerinci telah dimulai sejak tahun 1977 dengan sumber dana APBN Departemen PU melalui Proyek Peningkatan Sarana Air Bersih Jambi. Untuk memanfaatkan Pembangunan Sarana Penyediaan Air Minum tersebut dibentuklah Badan Pengelola Air Minum (B PAM) Kabupaten Kerinci dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Nomor : 104/KPTS/CK/IV/1981 tanggal 10 November 1981 dan beroperasi sejak tahun Maka pada tanggal 5 Oktober 1992 Badan Pengelola Air Minum (BPAM) berubah statusnya menjadi Perasahaan Daerah Air Minum (PDAM) sesuai SK Gubemur Jambi Nomor : 485 tahun Draft Laporan Akhir 4-80

174 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Penyediaan air minum bagi penduduk yang sehat dan menyehatkan, pada dasarnya sudah menjadi kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan. Hal ini diakibatkan oleh pemenuhan kebutuhan air minum yang mayoritas masih mengandalkan pada sumber air yang ada, bahkan tidak memenuhi unsur kesehatan. Sebagai akibatnya, masih sering terjadi berbagai penyakit yang disebabkan sumber air minum ini. Oleh karena itu, dalam upaya memperbaiki penyediaan air bersih ini perlu dilakukan dengan segera. Terlebih-lebih cakupan penggunaan air bersih di Kabupaten Kerinci barujnencapai 68,62 persen, menjadikan upaya penyediaan ini sebagai grand strategy yang bersifat mendesak. Penyediaan air bersih di Kabupaten Kerinci, sampai saat ini masih terdiri dari sistem perpipaan dan sistem non perpipaan. Sistem perpipaan pada awalnya dikelola oleh BPAB sedangkan sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat. Sistem penyediaan air bersih yang dikelola oleh BPAB memanfaatkan sumber air baku yang berasal dari air permukaan (sungai) dan air tanah dalam (sumur bor). Namun itu semua juga belum mampu meme nuhi kebutuhan yang diharapkan pemerintah daerah. Hal ini disebabkan terjadinya ketidakseimbangan dalam penyediaan air bersih dengan jumlah penduduk yang terus tumbuh dengan cepat. Jumlah IPA yang digunakan PDAM saat ini sebanyak 16 (enam belas) jenis dengan 24 (dua puluh empat) unit bangunan IPA dengan rincian seperti terlihat pada tabel berikut ini: Tabel. IV.6.1 Jumlah IPA yang digunakan PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci No. Jenis Pengelolaan Sumber Kapasitas (Ltr/Dtk) Keterangan Air Baku Terps. Prod. 1. IPA Lengkap S. Batang Merao Berfungsi 2. IPA Lengkap IPA Lengkap IPA Lengkap IPA Lengkap 3. IPA Lengkap IPA Lengkap IPA Lengkap IPA Lengkap Slow Sand Filter Broncaptering 4. Slow Sand Filter IPA Lengkap IPA Lengkap S. Jernih & S. Ampuh P. Raya P. Raya S. Jernih S. Pendung S. Pendung S. Pendung S. Pendung S. Pendung Ma. S. Medang S. Mukai Tinggi S. Mukai Tinggi S. Mukai Tinggi , Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi Tidak Berfungsi Tidak Berfungsi Tidak Berfungsi Berfungsi Berfungsi 5. Slow Sand Filter S. Sikabu (Siulak Deras) 5 - Berfungsi Draft Laporan Akhir 4-81

175 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 6. IPA Lengkap Ma. Telago 5 5 Berfungsi 7. Slow Sand Filter S. Gunung Lumut 2,5 2,5 Berfungsi 8. IPA Lengkap S. Ambai Berfungsi 9. IPA Lengkap Danau Kerinci Berfungsi 10. IPA Lengkap S. Sangkir 2,5 - Tidak Berfungsi 11. IPA Lengkap S. Batang Merangin 10 2 Berfungsi 12. IPA Lengkap Ma. Sungai Tanduk Berfungsi 13. IPA Lengkap Ma. Sungai Lintang Berfungsi 14. Broncaptering Ma. Pelompek 10 8 Berflingsi 15. IPA Lengkap Danau Lingkat Berfungsi 16. Broncaptering Ma. Tl. Kemuning 10 5 Berfungsi Jumlah (liter/detik) ,5 Sumber: PDAM Tirta Sdkti Kabupoten Kerinci, 2012 Saldo kas akhir Juni 2012 sebesar Rp. 845 juta dan ini merupakan cadangan kas yang harus tersedia ( kas minimum ) untuk mengantisipasi jika terjadi hal-hal yang sifatnya darurat seperti bencana alam, kerusakan mesin dll, sedangkan pada ahir Juni 2012 hutang lancar yang belum dibayar mencapai Rp milyar. Sedangkan jumlah asset sampai dengan ahir Juni 2012 menjadi milyar, atau mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp ,- atau naik Rp. 12,17,- milyar (4.22 %) Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum a. Aspek Teknis Tabel. IV.6.2 Profil PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci NO URAIAN SATUAN REALISASI 1 JUMLAH PENDUDUK JIWA 324,013 2 JUMLAH PENDUDUK DILAYANI JALUR PIPA JIWA 268,859 3 JUMLAH JIWA PER KK JIWA 5 4 KAPASITAS OPERASIONAL L/DT JUMLAH M3 TERJUAL M3/BULAN 455,798 6 JUMLAH PELANGGAN UNIT 37,147 7 TINGKAT KEBOCORAN % EFISIENSI PENAGIHAN % JUMLAH PEGAWAI ORANG 164 Draft Laporan Akhir 4-82

176 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 10 JUMLAH PENDAPATAN RATA-RATA Rp./BULAN 1,290,349, JUMLAH BIAYA RATA-RATA Rp./BULAN 774,468, JUMLAH KK UNIT 64, JUMLAH KAPASITAS PRODUKSI M3/HARI 35, JUMLAH KAPASITAS PRODUKSI M3/BULAN 1,052, JUMLAH DISTRIBUSI M3/BULAN 999, JUMLAH M3 TERJUAL MENURUT DISTRIBUSI M3/BULAN 680, CAKUPAN PELAYANAN % 69.08% 18 TINGKAT KONSUMSI RATA-RATA M3/PLG HARGA POKOK RATA-RATA Rp./LBR 20, HARGA JUAL RATA-RATA Rp./LBR 34, PENERIMAAN RATA-RATA Rp./LBR 31, RATIO PEGAWAI DENGAN PELANGGAN % 4.4 L/K PENJUALAN AIR MENURUT KAPASITAS M3/BULAN 224,971 KEBUTUHAN KAPASITAS SAAT INI L/DT 413 L/K KEBUTUHAN KAPASITAS L/DT (7) Sumber: PDAM Tirta Sdkti Kabupoten Kerinci, 2012 Tabel. IV.6.3 Perkembangan Cakupan Layanan PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci NO URAIAN TAHUN SATUAN Juni 2012 I CAKUPAN PELAYANAN : 1 PERTUMBUHAN PENDUDUK Jiwa PENDUDUK TERLAYANI AB Jiwa JUMLAH PELANGGAN Unit CAKUPAN PELAYANAN % 66,80% 68,05% 69,26% Sumber: PDAM Tirta Sdkti Kabupoten Kerinci, 2012 Cakupan pelayanan mengalami peningkatan sebanyak jiwa 1,91 % dari jiwa (68,05%) menjadi jiwa (69,326%) dari jumlah penduduk Kabupaten Kerinci sebanyak jiwa. Draft Laporan Akhir 4-83

177 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Jumlah Kapasitas Produksi Terpasang dan aktif sebanyak 376 L/dt, sedangkan kapasitas yang dioperasikan sebanyak 407 L/dt (dioperasikan melebihi kapasitas terpasang untuk mencukupi kebutuhan air minum bagi masyarakat khusus IPA Siulak, & Semurup). Dan IPA Kumun Debai 30 l/dt serta IPA tanah kampung 10 l/dt baru dioperasikan tahun Jumlah pelanggan sebanyak unit atau meningkat sebanyak 553 sambungan (1.51%) dari tahun sebelumnya. Jumlah kantor cabang pelayanan sebanyak 8 unit di 17 Kecamatan. Dalam melaksanakan operasional pelayanan air bersih, juga harus memperhatikan aspek manajemen. Salah satu manajemen yang perlu diperhatikan dalam penanganan air bersih ini adalah tingkat kehilanggan air pada waktu distribusi. Kebocoran yang terjadi sebagai akibat sambungan yang tidak baik, kebocoran pipa distribusi dan pencurian oleh orang yang tidak bertanggungjawab, telah menjadikan kehilangan air minum yang cukup signifikan. Tingkat kehilangan diakibatkan kebocoran teknis dan kebocoran non teknis. Sebagai akibat terjadinya kebocoran ini, menjadikan perusahaan mengalami kerugian secara berkesinambungan. Oleh karena itu, upaya penanggulangan kebocoran ini akan terus dilakukan agar mampu mengurangi kerugian perusahaan. Pada kurun waktu bulan Januari sampai dengan Juni 2012 (6 bulan) Pendapatan baru tercapai sebesar Rp milyar atau (51.43%) jika dibandingkan dengan pendapatan tahun sebelumnya yang jumlahnya mencapai Rp milyar. Sedangkan jumlah beban biaya pada semester 1 tahun 2012 telah mencapai Rp milyar atau (48.29 %) jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2011, dari kondisi sampai dengan bulan Juni 2012 menunjukan adanya keuntungan sebesar Rp 14 juta, dan jika tidak terjadi musim kemarau yang panjang pada tahun 2012 kondisi ini mudah-mudahan dapat dipertahankan. b. Aspek Pendanaan Keterbatasan dana sehingga berpengaruh terhadap pengembangan dan operasional pemeliharaan prasarana dan prasarana Air Minum Perpipaan dalam hal ini. Dana yang sangat terbatas harus dibagi untuk pembangunan prasarana dan prasarana air minum dan operasional PDAM. Ketersediaan dana yang lebih akan membuat pengelolaan Air Minum menjadi lebih baik. RPIJM sangat diperlukan untuk mendapatkan keterpaduan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang diwujudkan dengan program dan pendanaan yang bersumber dari APBN, APBD I, dan APBD II. Serta dapat juga melalui bantuan dari masyarakat secara langsung dan dapat juga melalui program CRS dari perusahaan/swasta. c. Aspek Kelembagaan dan Peraturan Dalam pengelolaan air minum Aspek kelembagaan masih terdapat masalah yaitu: 1. Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan SPAM sehingga peran pembinaan pengembangan SPAM menjadi sangat lemah. Draft Laporan Akhir 4-84

178 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 2. Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh penyelenggara SPAM (PDAM), termasuk rekruitmen SDM belum terpadu dengan program pengembangan SDM Penyelenggara SPAM. 3. Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota mendorong pemekaran badan pengelola SPAM di daerah Permasalahan yang dihadapi Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum Adapun Sasaran yang ingin di capai dalam Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum adalah : 1. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan air minum. a. Pelayanan air minum yang terjangkau: Air minum dinikmati tidak hanya oleh masyarakat mampu saja, tetapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga terjangkau. Pelayanan air minum dapat dilakukan secara adil dan merata menjangkau berbagai daerah termasuk daerah-daerah miskin, tertinggal. Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan secara kontinyu dan terus-menerus sampai kapan pun diperlukan. b. Pelayanan air minum yang berkualitas: Penyediaan air minum yang memenuhi standar baku mutu & kesehatan manusia. Masyarakat dapat mengkonsumsi secara langsung air minum berasal dari perpipaan maupun air yang aman dari sumber yang memenuhi persyaratan kesehatan. 2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan penyelenggaraan SPAM dengan prinsip good and corporate governance. a. Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dalam pengembangan SPAM. b. Penyelenggaraan SPAM yang transparan, partisipatif, serta akuntabel dalam pengelolaannya. c. Pelibatan semua stakeholder dalam pengembangan SPAM. d. Pengelolaan air minum secara efektif dan efisien, serta profesional. e. Penguatan kelembagaan dengan penyesuaian struktur dan kewenangan kelembagaan penyediaan SPAM. 3. Mobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem Penyediaan air minum. a. Pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi untuk penyelenggaraan SPAM. b. Pengembangan potensi pendanaan pengembangan air minum, antara lain melalui peningkatan daya tarik bagi investor, pengelolaan atau manajemen perusahaan daerah, serta peningkatan penerapan konsep kewirausahaan dalam pengembangan air minum. Draft Laporan Akhir 4-85

179 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4. Menegakkan hukum dan Menyiapkan Peraturan perundangan untuk meningkatkan penyelenggaraan SPAM. a. Penyusunan Peraturan perundangan yang terkait dengan penyediaan air minum dan perlindungan air baku di pusat dan daerah. b. Pemerintah Pusat Menyiapkan peraturan perundangan yang terkait dengan fasilitasi dan pendampingan kepada daerah, termasuk Petunjuk teknis penyelenggaraan SPAM. c. Pemerintah Daerah menetapkan Peraturan Daerah dalam rangka penyelenggaraan SPAM. d. Penegakan hukum, diberlakukannya sanksi-sanksi bagi pelanggar peraturan terkait dengan penyelenggaraan SPAM. 5. Menjamin ketersediaan air baku yang berkualitas secara berkelanjutan. a. Pemerintah Pusat, Daerah, dan masyarakat melakukan perlindungan air baku untuk menjamin keberlanjutan penyelenggaraan SPAM. b. Penyelenggaraan konservasi alam dan penyehatan lingkungan untuk menjamin ketersediaan air baku. 6. Memberdayakan masyarakat dan dunia usaha berperan aktif dalam penyelenggaraan SPAM. a. Masyarakat dan dunia usaha dapat terlibat secara aktif dalam penyelenggaraan SPAM, baik di Pusat maupun Daerah. b. Adanya sistem informasi yang terbuka luas bagi masyarakat dan dunia usaha dalam rangka penyelenggaraan SPAM Rumusan Masalah Dalam penyediaan air minum di Kabupaten Kerinci, terdapat berbagai persoalan yang dihadapi, diantaranya: a. Legalitas PDAM Tirta Sakti Kerinci yang masih merupakan aset Kabupaten Kerinci, sedangkan sebagian besar konsumen berada di wilayah Kabupaten Kerinci. b. Keterbatasan sumber air baku. Sumber air baku yang digunakan saat ini mayoritas berasal dari Kabupaten Kerinci. c. Pipa transmisi maupun distribusi existing masih ada yang merupakan peninggalan jaman pemerintahan Belanda, sehingga sudah banyak yang bocor. d. Sambungan/koneksi pada pipa transmisi maupun distribusi sudah banyak yang rusak, sehingga mengurangi tekanan air yang mengakibatkan reservoir tidak terisi penuh. Dengan demikian kebutuhan pada jam puncak tidak dapat terpenuhi. e. Pada jalur pipa transmisi maupun distribusi utama ada koneksi langsung, hal ini juga menyebabkan berkurangnya tekanan air. f. Tidak semua instalasi produksi dioperasionalkan selama 24 jam/hari, karena keterbatasan biaya operasional, hal ini menyebarkan ketersediaan air tidak kontinyu. Draft Laporan Akhir 4-86

180 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur g. Konsumen ada juga yang mengalami kemacetan supply karena kurangnya air yang tersedia (terutama pada jam puncak), h. Belum adanya pembagian zona pelayanan i. Masih tingginya angka kehilangan air, yaitu sebesar + 35% Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Kebutuhan Prasarana Air Minum A. Analisis Kondisi Pelayanan Untuk menjamin air minum suatu sistem penyediaan air minum aman, higienis dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menyebabkan infeksi pada pemakaian air maka haruslah terpenuhi suatu persyaratan kualitas. Air minum selain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan, juga tidak berasa dan berbau. Dalam perencanaan/pelaksanaan fasilitas penyediaan air minum (sumber, jaringan distribusi) harus bebas dari kemungkinan pengotoran dan kontaminasi. Di Indonesia persyaratan kualitas air minum didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/XI/1990 tanggal 3 September 1990 mengenai syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Kualitas air bisa ditunjukkan oleh tiga karakteristik yaitu karakteristik fisik, kimia dan biologi. Adapun uraiannya dapat dilihat berikut ini : a. Karakteristik Fisik Kualitas fisik yang dipertahankan atau dicapai bukan hanya semata-mata dengan pertimbangan segi kesehatan, akan tetapi juga menyangkut soal kenyamanan dan dapat diterima oleh masyarakat pemakai air dan mungkin pula menyangkut segi estetika. Beberapa unsur pokok yang bisa diidentifikasi dari karakteristik fisik air adalah : 1. Warna (colour) 2. Kekeruhan (turbidity) 3. Rasa (taste) 4. Bau (odor) 5. Suhu (temperature) b. Karakteristik Kimia Kandungan unsur kimia di dalam air harus mempunyai kadar dan tingkat konsentrasi tertentu yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya, pertumbuhan tanaman atau tidak membahayakan kesehatan dalam penggunaannya di industri serta tidak menimbulkan kerusakan pada instalasi sistem penyediaan air minum sendiri. Walaupun demikian ada beberapa unsur tertentu, sebaliknya diperlukan/diharapkan kehadirannya untuk penciptaan suatu kondisi air minum yang dapat mencegah sesuatu penyakit atau kondisi kualitas yang menguntungkan. Draft Laporan Akhir 4-87

181 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Dalam hubungannya dengan masalah diatas, pada dasarnya unsur-unsur kimiawi dibedakan atas 4 golongan, sebagai berikut : 1. Unsur-unsur yang bersifat racun 2. Unsur-unsur tertentu yang dapat mengganggu kesehatan 3. Unsur-unsur yang dapat menimbulkan gangguan pada sistem ataupun pada penggunaannya untuk keperluan atau aktivitas manusia 4. Unsur-unsur yang merupakan indikator pengotoran Komposisi kimia dari air permukaan tergantung pada karakteristik daerah tangkapan air (catchment area) sedangkan air tanah dipengaruhi oleh lapisan tanah yang dilalui air. Karakteristik kimia yang berhubungan dengan evaluasi dan kontrol kualitas air adalah : 1. Kimia Anorganik 2. Kimia Organik c. Karakteristik Mikrobiologi Dalam parameter mikrobiologi hanya dicantumkan koliform tinja dan total koliform. Sebenarnya kedua macam parameter ini hanya berupa indikator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa parasit ((protozoa, metazoa, tungau) bakteri patogen dan virus. d. Karakteristik Radioaktivitas Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar, kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat ber-regenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi. Sinar alpha, beta dan gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar alpha sulit menembus kulit, sedangkan beta dapat menembus kulit dan gamma dapat menembus sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas sinar serta frekuensi luasnya pemaparan. B. Analisis Kebutuhan Air Pengertian kebutuhan air adalah merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan -kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalamanpengalaman dari pemakaian air. Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil, berbeda dengan kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya seperti untuk mandi, cuci, memasak, membersihkan rumah dan peralatan lainnya adalah jauh lebih besar. Kebutuhan demikian berbeda pula dari satu rumah dengan rumah lainnya, tergantung dari fasilitas air minum dan plumbing yang dipunyai. Draft Laporan Akhir 4-88

182 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Umumnya seiring dengan periode perencanaan akan terjadi peningkatan kebutuhan air, yang disebabkan oleh adanya pengembangan sistem (sumber dan distribusi), disamping akibat meningkatnya tingkat dan cara hidup masyarakat. Di lain pihak dalam keadaan surplus air, kebutuhan air akan berangsur-angsur meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang memuaskan atau sampai harga air membatasi pemakaian. Proyeksi kebutuhan air bersih di wilayah studi ditentukan dengan memperhitungkan beberapa faktor yang berpengaruh atau menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih. Faktor penentu tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan penduduk 2. Tingkat kehidupan dan aktifitas penduduk 3. Keadaan iklim daerah setempat 4. Rencana daerah pelayanan dan kemungkinan pengembangan daerah perluasannya 5. Kondisi sosial-ekonomi daerah setempat Berdasarkan keadaan masyarakat dan keadaan sosial ekonomi maka dalam memperkirakan kebutuhan air bersih di masa mendatang bagi pengembangan sistem penyediaan air bersih di wilayah studi, pemakaian air dibagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu : 1. Pemakaian air untuk kebutuhan domestik (rumah tangga) dihitung berdasarkan sambungan rumah dan hidran umum. 2. Pemakaian air untuk kebutuhan non domestik 3. Perkiraan kemungkinan kehilangan air. Kebutuhan Air dapat dibagi menjadi : 1. Kebutuhan Air Domestik (Rumah Tangga) Kebutuhan air untuk domestik dihitung berdasarkan : Jumlah penduduk Persentase penduduk yang dilayani Tingkat pemakaian air Berdasarkan kondisi eksisting sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Kerinci, tingkat pelayanan air bersihnya masih rendah sehingga perlu ditingkatkan. Oleh karena itu dalam menentukan sumber air baku yang memungkinkan untuk pengembangan di masa yang akan datang. 2. Kebutuhan Air Non Domestik Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih untuk fasilitas perkotaan. Penentuan kebutuhan air non domestik didasarkan pada faktor jumlah penduduk pendukung dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas perkotaan tersebut antara lain Draft Laporan Akhir 4-89

183 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur adalah fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, perkantoran, perdagangan, rekreasi dan budaya, olah raga, taman terbuka, industri, penginapan, rumah makan dan terminal. Proyeksi kebutuhan air bersih untuk memenuhi sistem penyediaan air bersih non domestik di Kabupaten Kerinci ditentukan sebesar 20% dari kebutuhan domestik. Hal ini didasarkan kepada kriteria Ditjen Cipta Karya, yaitu berkisar antara 20% - 30% Analisis Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum Dalam penyediaan air minum, secara umum juga dijumpai berbagai permasalahan. Dengan permasalahan tersebut menjadikan upaya pengembangan dalam penyediaan pelayanan air bersih ini menjadi tidak dapat tumbuh dan berkembang secara baik tanpa adanya dukungan dari pemerintah. Permasalahan utama, penyebab masalah yang dihadapi PDAM selaku perusahaan pelayanan air minum berikut dengan rencana tindak perbaikan perlu diambil, agar perusahaan tersebut mampu berjalan dengan baik dalam melayani masyarakat. Berbagai permasalahan tersebut adalah sebagai berikut : A. Aspek Teknis : Dalam menjalankan tugasnya memberikan pelayanan kepada masyarakat, permasalahan mendasar yang dihadapi menyangkut berbagai aspek. Permasalahan aspek teknis yang dihadapi adalah sebagai berikut : a. Masalah Kapasitas: PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci sampai saat ini dirasakan belum dapat memuaskan/melayani sepenuhnya masyarakat dibidang penyediaan pelayanan sarana dan prasarana air minum khususnya di wilayah perkotaan sehingga banyak pelanggan yang tidak mendapatkan air dan tidak dapat melayani permintaan calon pelanggan yang mengajukan pemasangan sambungan baru. Penyebabnya adalah kapasitas yang tersedia masih kurang, kondisi topografi daerah pelayanan dikategorikan berbukit-bukit. Rencana tindak perbaikannya adalah mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci untuk membangun Instalasi baru sesuai dengan Kapasitas yang dibutuhkan. b. Masalah Unit Air Baku : Kecilnya debit air yang ada sehingga pada waktu musim kemarau menjadi kering. Salah satu penyebabnya adalah lahan pada Cathment Area (Daerah Tangkapan) sudah banyak yang beralih fungsi menjadi daerah pemukiman. Rencana tindak perbaikan PDAM adalah sebagai berikut: 1. Mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci untuk membangun instalasi baru sesuai dengan lokasi sumber air baku dan kapasitas produksi yang dibutuhkan. Draft Laporan Akhir 4-90

184 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 2. Mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci melalui Dinas/Instansi terkait untuk melakukan reboisasi (penghijauan) disepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai). Banyaknya endapan lumpur pada sumur intake yang menyebabkan kekeruhan air dari sungai semakin tinggi (NTU meningkat). Rencana tindak perbaikannya yaitu dengan memasang pompa penghisap Lumpur. Permukaan air pada intake turun pada musim kemarau yang disebabkan rendahnya debit sungai pada saat musim kemarau. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara membangun bendungan untuk menaikan permukaan air agar permukaan air menjadi normal. Sering rusaknya pompa intake dan tidak adanya pompa cadangan yang disebabkan umur pompa intake sudah tua dan tidak adanya dana untuk membeli pompa baru dan pompa cadangan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan melakukan penggantian pompa baru dan pembelian pompa cadangan. c. Masalah Unit Produksi : Kualitas air hasil produksi yang masih rendah yang disebabkan belum berfungsinya secara maksimal sebagian Instalasi Pengolahan Air (IPA) dalam memproses air baku menjadi air bersih. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan merencanakan (membuat Desain Engineering Detail) dan merenovasi IPA Sering rusaknya Pompa akibat umur pompa yang sudah tua dan perawatan yang kurang baik serta tidak adanya pompa cadangan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan melakukan penggantian pompa baru dan pembelian pompa cadangan serta meningkatkan fungsi staf di bagian perawatan. Sering rusaknya Valve pengatur pengurasan yang disebabkan umur Valve sudah tua. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan melakukan penggantian Valve pengatur pengurasan yang baru. Water Meter induk tidak berfungsi dan rusak yang disebabkan umur ekonomis Water Meter sudah habis dan tingginya tekanan air. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara melakukan penggantian Water Meter induk baru dan pemasangan alat khusus untuk menstabilkan aliran tekanan. Terganggunya pelayanan air kepada pelanggan yang disebabkan sering matinya PLN secara bergiliran. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci untuk melakukan pengadaan mesin Gen-Set sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan. Tingginya tingkat kehilangan air pada bangunan IPA yang disebabkan kurang optimalnya fungsi IPA dan seringnya dilakukan pengurasan. Rencana tindak Draft Laporan Akhir 4-91

185 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur perbaikannya adalah dengan cara penggantian sebagian peralatan IPA seperti shelter, bahan material dan rehabilitasi bangunan filter. Tidak adanya rumah jaga untuk petugas operator di lokasi IPA. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara pembangunan rumah jaga untuk petugas operator di lokasi IPA. Tidak dapat menentukan komposisi campuran bahan kimia (tawas dan kaporit) yang disebabkan belum adanya peralatan dan perlengkapan labor serta personil yang ahli dibidangnya. Rencana tindak perbaikan adalah dengan cara membangun fasilitas labor dan perlengkapannya serta merekrut tenaga teknis yang dibutuhkan sesuai dengan bidang dan kompetensinya. Tidak terukurnya tekanan pompa pada pipa distribusi, yang disebabkan tidak berfungsinya pressure gauge (alat pengukur tekanan). Rencana tindak perbaikan adalah dengan cara melakukan penggantian pressure gauge (alat pengukur tekanan) yang baru. Peralatan dan perlengkapan perbaikan yang ada tidak dapat difungsikan dengan baik lagi yang disebabkan belum mempunyai adanya bengkel khusus untuk perbaikan peralatan dan perlengkapan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara membuat bangunan bengkel, lengkap dengan peralatan dan perlengkapan serta merekrut personil teknis sesuai dengan kompetensinya. d. Masalah Unit Distribusi : Seringnya terjadi pipa pecah sehingga banyak terjadi kehilangan air yang mengakibatkan terganggunya pelayanan. Penyebabnya adalah umur pipa yang sudah tua dan tidak sempurnanya pemasangan pipa. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara penggantian pipa baru secara bertahap sesuai dengan spesifikasi/standar yang berlaku. Seringnya terjadi kebocoran pada Valve yang disebabkan umur Valve yang sudah tua dan sering dioperasikan sehingga banyak yang mengalami kerusakan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara penggantian dan perbaikan Valve. Sulitnya mencari sistim jaringan perpipaan yang ada sehingga kesulitan untuk melakukan penggantian/perbaikan yang disebabkan belum adanya gambar purna laksana (As Built Drawing). Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara menata kembali dengan membuat peta secara lengkap dengan kondisi yang ada di lapangan saat ini dan memasang patok rambu rambu tanda posisi jaringan pipa. Banyaknya pelanggan yang mengeluh karena banyaknya angin yang keluar lebih dahulu sebelum air mengalir. Hal ini disebabkan kurangnya pemasangan Air Valve, kondisi daerah pelayanan yang berbukit bukit dan pengoperasian pompa tidak dilakukan 24 jam penuh per hari. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara Draft Laporan Akhir 4-92

186 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur menambah pemasangan Air Valve pada tempat tempat tertentu yang dibutuhkan di lapangan dan meningkatkan jam operasi pompa menjadi 24 jam penuh per hari. Seringnya air tidak mengalir terutama pada lokasi yang jaraknya jauh dari pompa distribusi. Hal ini disebabkan kurangnya tekanan air pada jaringan pipa di lokasi pelanggan yang jauh dari pompa distribusi ( kecil dari 0,5 atm). Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara membangun bangunan Booster untuk menambah tekanan air, melakukan penambahan jaringan pipa dengan dia meter pipa yang lebih besar dan menambah kapasitas pompa serta mencari penyebab-penyebab lainnya. B. Masalah Aspek Manajemen : a. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) : Kualitas Sumber Daya Manusia yang ada saat ini masih rendah dimana PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci baru mempunyai karyawan sebanyak 237 orang dengan latar belakang pendidikan : S1 16 orang yang terdiri dari S1 Teknis 5 orang dan S1 Non Teknis 21. D3 31 Orang yang terdiri dari D3 teknis 18 orang D3 Non Teknis 1 orang. SLTA 124 Orang. SLTP 4 Orang. SD 11 Orang. Hal ini disebabkan karena PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci belum mampu untuk mengirimkan dan membiayai karyawan untuk melanjutkan pendidikan sesuai dengan yang dibutuhkan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara setiap tahunnya mengirim pegawai untuk mengikuti pelatihan air minum bidang Manajemen dan bidang teknis, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk melanjutkan pendidikan dibidang air minum dan melakukan study banding ke PDAM yang lebih maju. b. Masalah Kepegawaian : Tata cara penerimaan pegawai yang belum mengikuti aturan yang disebabkan adanya titipan pegawai dari pejabat yang berwenang. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara sistem penerimaan pegawai harus dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. c. Masalah Kehilangan Air (NRW) : Tingginya tingkat kehilangan air pada sistem jaringan pipa distribusi yang sampai ke tingkat pelanggan yang disebabkan : Air yang didistribusikan belum dapat diukur dengan baik dan akurat karena Water Meter Induk tidak berfungsi (rusak). Banyak Water Meter pelanggan yang tidak bisa dibaca dan rusak. Banyaknya pencurian air pada jaringan pipa Sambungan Rumah (SR) oleh pelanggan. Draft Laporan Akhir 4-93

187 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Adanya pelanggan yang mengganjal jarum Water Meter yang menyebabkan Water Meter tidak berfungsi. Adanya sambungan gelap (Illegal Connection). Adanya pelanggan yang membalik Water Meter pada saat air mengalir sehingga menyebabkan Water Meter berjalan mundur. Kurang cermatnya petugas dalam pembacaan meter. Terjadinya kesalahan dalam pengolahan data (Input ke rekening pelanggan). Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara penggantian Water Meter Induk di seluruh unit IPA, penggantian Water Meter pelanggan setiap tahun dengan target Unit/Tahun, membentuk tim terpadu untuk melakukan razia terhadap setiap Water Meter pelanggan secara periodik, melakukan pembinaan pembaca Water Meter serta melakukan perputaran wilayah pembacaannya, meningkatkan kontrol/pengawasan oleh atasan langsung dan mengecek sample hasil pembacaan Water Meter, menindak lanjuti segera pengaduan tentang kebocoran air baik pada jaringan pipa distribusi maupun pada jaringan pipa Sambungan Rumah pelanggan, mendidik/melatih para pembaca Water Meter agar lebih teliti dan cermat dalam membaca Water Meter, menyediakan staf khusus untuk melakukan cross chek terhadap data-data yang sudah diolah. d. Pengelolaan Aset : Pengelolaan aset (Aset tetap) belum berjalan dengan baik yang disebabkan masih banyak aktiva tetap yang belum ditetapkan statusnya sehingga menyebabkan kesulitan dalam menginventarisir aset PDAM. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara membentuk tim manajemen aset untuk melakukan inventarisir semua aset perusahaan agar aset-aset tersebut dapat dikelola dengan baik dan mengusahakan aktiva tetap dapat ditetapkan statusnya Analisis Kebutuhan Program Mendukung kemungkinan terbentuknya pola hidup masyarakat yang higienis. Bahkan penggunaan air untuk tujuan kesehatan itu pada dasarnya adalah merupakan alasan utama pengembangan suatu sistem penyediaan air minum. Pengertian kebutuhan air adalah merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan -kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalamanpengalaman dari pemakaian air. Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil, berbeda dengan kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya seperti untuk mandi, cuci, memasak, membersihkan rumah dan peralatan lainnya adalah jauh lebih besar. Draft Laporan Akhir 4-94

188 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Kebutuhan demikian berbeda pula dari satu rumah dengan rumah lainnya, tergantung dari fasilitas air minum dan plumbing yang dipunyai. Umumnya seiring dengan periode perencanaan akan terjadi peningkatan kebutuhan air, yang disebabkan oleh adanya pengembangan sistem (sumber dan distribusi), disamping akibat meningkatnya tingkat dan cara hidup masyarakat. Di lain pihak dalam keadaan surplus air, kebutuhan air akan berangsur-angsur meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang memuaskan atau sampai harga air membatasi pemakaian. Pemakaian atau kebutuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti telah disinggung pada uraian terdahulu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian/kebutuhan itu dapat dibedakan atas dua hal, yaitu : 1. Faktor-faktor sosial dan ekonomi, antara lain : populasi, besarnya kota, iklim, tingkat hidup, pendidikan, tingkat ekonomi dan lain-lainnya. 2. Faktor teknis, yaitu keadaan sistem mandiri antara lain mengenai kualitas dan kuantitas air, tekanan, harga, pemakaian meter, sewer facilities, dan lain-lainnya Pengaruh dari faktor-faktor yang pertama dapat terlihat dari pertambahan kebutuhan dan pemakaian air dari tahun demi tahun dari suatu komunitas dan besarnya tergantung dari kualitas atau tingkat dari perkembangan sosial ekonomi itu sendiri. Pemakaian air tidak sama antara satu jam dengan jam lainnya, begitu pula antara satu hari dengan hari lainnya dalam satu bulan dan antara satu bulan dengan bulan yang lainnya dalam satu tahun. Perbedaan pemakaian per jam terjadi oleh karena terjadinya perbedaan aktivitas penggunaan air dalam satu hari oleh suatu masyarakat ( community. Faktor yang sama juga menyebabkan perbedaan pemakaian harian. Perbedaan pemakaian bulanan dalam satu tahun lebih banyak disebabkan oleh kebiasaan hidup dan keadaan iklim di suatu bagian bumi ini, seperti negara-negara dengan 4 musim setahunnya. Ada 4 (empat) macam pengertian tentang fluktuasi pemakaian air ini : a. Pemakaian sehari-hari rata-rata : Pemakaian rata-rata dalam sehari Pemakaian setahun dibagi 365 hari b. Pemakaian sehari terbanyak (max. Day Demand) Pemakaian terbanyak pada satu hari dalam satu tahun c. Pemakaian sejam rata-rata : Pemakaian rata-rata dalam satu jam, pemakaian satu hari dibagi 24 jam d. Pemakaian sejam terbanyak (max. Hourly Demand) Pemakaian sejam terbesar pada suatu jam dalam satu hari Draft Laporan Akhir 4-95

189 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Terdapat beberapa sumber air yang dapat digunakan dalam suatu sistem PAM. Sumbersumber tersebut antara lain : a. Air hujan b. Air permukaan : sungai, danau dan waduk c. Air tanah : mata air, sumur bor Masing-masing sumber air tersebut mempunyai kualitas dan kuantitas yang berbeda. Pemilihan sumber yang akan digunakan bergantung pada sumber air yang ada (terdekat), kuantitas yang dibutuhkan, juga kontinuitas dari sumber tersebut Rekomendasi Mata air mempunyai kualitas yang paling baik dibandingkan sumber lainnya. Sebagian besar termasuk golongan A, yakni air yang dapat langsung diminum. Pengolahan yang mungkin diperlukan adalah proses desinfeksi, agar air tersebut tetap memenuhi syarat bakteriologis saat dikonsumsi oleh konsumen. Sisanya termasuk golongan B, yakni air baku air minum yang memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Akan tetapi pengolahan yang diperlukan tidak sekompleks air permukaan, umumya terbatas pada penurunan kadar mineral, misalnya Fe, Mn, Ca, Mg yang terdapat didalamnya. Kontinuitas mata air terjamin hanya jika tata guna lahan disekitarnya baik dan pengambilannya tidak melampaui kapasitas pengisian (recharge) minumnya. Jika tata guna lahan disekitarnya telah rusak, maka kapasitas yang tersedia sangat dipengaruhi oleh musim. Sebelum menentukan sumber air baku yang dimanfaatkan perlu dilakukan analisa teknis dan ekonomis dari semua sumber air baku yang potensial untuk dimanfaatkan. Karena hal ini akan mempengaruhi langkah selanjutnya yang harus dilakukan pada sumber air baku tersebut. Apakah akan dilakukan pengolahan lengkap atau pengolahan sederhana saja. Selain itu juga harus mempertimbangkan kontinuitas aliran sumber selama musim kemarau. Bangunan penyadap air teknis disesuaikan dengan sumber air baku baik berupa mata air, danau atau sungai. Lokasi dan elevasi sumber akan menentukan cara pengaliran apakah secara gravitasi atau dengan sistem perpompaan, dari segi jarak, sumber yang akan dimanfaatkan juga harus dipertimbangkan karena ini akan menyangkut aspek finansial yang harus disediakan. Untuk menunjang peningkatan dari PDAM Kabupaten Kerinci diperlukan satu konsep pemikiran ke depan yang dikelola secara profesional dan tidak terlepas dari peran serta dan dukungan dari berbagai pihak Sistem Prasarana yang diusulkan Adapun Usulan dan program Investasi Jangka Menengah yang diprioritaskan adalah: I Pengembangan Dan peningkatan Kinerja Air Minum 1 Instalasi pengelolaan air minum debit 20/lt/det 2 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 250 mm 3 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 200 mm 4 Pengadaan tanah pembangunan Kantor PDAM Draft Laporan Akhir 4-96

190 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 5 Pengadaan/pemasangan water meter di 1/2" 6 Penghijauan 7 Penyempurnaan Intek Sungai Ampuh 8 Penyempurnaan Intek Sungai Jernih 9 Penyempurnaan IPA Kap. 35l/det Pelayang Raya 10 Penggantian pipa ACP dan GIP 11 - Pipa PVC dia 100 mm 12 - Pipa PVC dia 150 mm 13 Pengadaan alat test meter/pen meter 14 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 100 mm 15 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 50 mm 16 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 100 mm 17 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 200 mm Jln Yos Sudarso 18 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 75 mm 19 Pengadaan/pemasangan pipa PVC dia 150 mm 20 Rencana Induk Sistem Air Minum Perkotaan 21 Pemb. Instalasi Pengelolaan Air Sederhana (IPAS) Draft Laporan Akhir 4-97

191 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 5.1 PETUNJUK UMUM PRINSIP DASAR S SAFEGUARD 1. Di setiap Kabupaten/Kota peserta program, semua pihak terkait wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan baik dan konsisten kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial. Para walikota/bupati/gubernur secara formal perlu menyepakati isi kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial yang disusun. Disamping itu kerangka safeguard juga perlu disepakati dan dilaksanakan bersama oleh stakeholder Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan, tidak hanya dari kalangan pemerintah saja, namun juga dari DPRD, LSM, Perguruan Tinggii dan warga kota lainnya; 2. Agar pelaksanaan kerangka safeguard dapat dilakukan secara lebih efektif, diperlukan penguatan n kapasitas lembaga pelaksana. Fokus penguatan kapasitas mencakup kemampuan fasilitasi, penciptaan arena multi-stakeholder, dan pengetahuan teknis dari pihak-pihak terkait; 3. Kerangka safeguard harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti, jelas kaitannya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan dalam kerangka proyek; 4. Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin bahwa program investasi infrastruktur tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan dampak negative yang serius yang tidak dapat diperbaiki/dipulihkan. Bila terjadi dampak negative maka perlu dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negative tersebut, baik pada tahap perencanaan, persiapan maupun tahap pelaksanaannya; Laporan Akhir 5-1

192 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 5. Diharapkan RPIJM tidak membiayai kegiatan investasi yang karena kondisi local tertentu tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP Potentially affect people) warga terasing dan rentan (IVP Isolated and Vulnerable People) atau warga yang terkena dampak pemindahan (DP displaced people), secara memadai; 6. Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diperlukan tahap-tahap sebagai berikut : Identifikasi penyaringan dan pengelompokkan (kategorisasi) dampak; Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan. Pada saat yang sama juga perlu didesiminasikan dan didiskusikan dampak dan alternative rencana tindak penanganannya; Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak; Pemantauan dan pengkajian terhadap semua proses di atas; Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan (complaints) yang cepat dan efektif; 7. Setiap keputusan laporan, dan draft perencanaan final yang berkaitan dengan kerangka safeguard harus dikonsultasikan dan didesiminasikan secara luas, terutama kepada warga yang berpotensi terkena dampak. Warga, terutama yang terkena dampak, harus mendapat kesempatan untuk ikut mengambil keputusan dan menyampaikan aspirasi dan/atau keberatannya atas rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan dampak negative atau tidak diinginkan bagi mereka KERANGKA SAFEGUARD Sesuai dengan karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi infrastruktur, kerangka safeguard RPIJM infrastruktur bidang PU/Cipta Karya Terdiri dari 2 komponen yakni : 1. Safeguard Lingkungan Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kabupaten/Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungannya yang tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi public dengan warga yang terkena dampak atau PAP. 2. Safeguard Pengadaan Tanah Dan Pemukiman Kembali Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kabupaten/Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko social yang tidak diinginkan, promosi manfaat social, dan Laporan Akhir 5-2

193 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi public dengan warga yang terkena dampak pemindahan atau DP. 5.2 METODA PENDUGAAN DAMPAK Dampak hipotesis yang diperoleh dari hasil identifikasi dan evaluasi dampak potensial dilakukan prakiraan besarnya dampak dan derajat penting dampak. Prakiraan dampak dimaksudkan sebagai pengkajian secara cermat dan parsial terhadap perubahan kualitas lingkungan akibat adanya suatu kegiatan. Perubahan kualitas tersebut diungkapkan sebagai besar dampak (magnitude) dan arti pentingnya dampak (impact significant). Pada dasarnya besar dampak didekati dengan membandingkan kondisi kualitas lingkungan faktual sebelum adanya proyek (rona awal) dengan kualitas lingkungan potensial yang diproyeksikan akan terjadi sesudah proyek berlangsung. Dalam hal ini besaran dampak tersebut dapat positif ataupun negatif, tergantung pada sifat dampak yang akan terjadi. Untuk memprakirakan besarnya dampak, baik dampak primer maupun lanjutan terhadap komponen/parameter lingkungan yang timbul sebagai akibat dari kegiatan proyek ditempuh dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan (metoda) yakni metoda formal dan metoda non formal METODE FORMAL Metoda formal digunakan untuk menentukan besarnya dampak terhadap komponen lingkungan fisik: a. Kualitas Udara Prakiraan besarnya kontribusi kegiatan terhadap peningkatan pencemar udara dilakukan dengan pendekatan model Gauss sumber garis untuk mobilisasi alat berat dan material konstruksi, dan fixed-box model untuk sumber area. Untuk penghitungan menurut Gauss digunakan rumus : 2q 1 H C( x,0) exp 1 2 (2 ) zu 2 z dimana: C : konsentrasi pada centerline (µg/m 3 ) q : kekuatan emisi per unit jarak (gr/det/m) µ : kecepatan angin (m/det) 2 Laporan Akhir 5-3

194 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan z : standar deviasi vertikal (m) Sedangkan untuk fixed-box model digunakan rumus (de Nevers, 1995) : dimana: c b q L : konsentrasi gas akhir (ug/m3) : konsentrasi gas awal (ug/m3) : emisi area (g/det.m2) : lebar area (m) µ : kecepatan angin rata-rata (m/det) H c b : tinggi pencampuran (m) ql uh b. Kebisingan Oleh karena kebisingan yang ditimbulkan oleh kegiatan diperkirakan dari sumber kebisingan sesaat ( impulse source) sebagai akibat kegiatan konstruksi, maka untuk menentukan besarnya dampak kebisingan digunakan rumus Rau & Wooten (1980) : L p2 = L p1-20 log (R 2 /R 1 A e1,2 ) Dimana : L p1 = Tingkat kebisingan pada jarak R 1 dari sumber (dba) L p2 = Tingkat kebisingan pada jarak R 2 dari sumber (dba) R 1,R 2 = Jarak L p1 dan L p2 A e1,2 = Pelemahan suara oleh rintangan lain c. Peningkatan Air Larian (Runoff Water) Perhitungan besaran dampak terhadap peningkatan air larian dilakukan dengan modifikasi fungsi dari nilai koefisien air larian, intensitas hujan dan luas lahan untuk kegiatan (Chow, 1964), dengan formula sebagai berikut : Q = 0,2785.C.I.A Dimana : Q = Debit air larian (cfs) C = Koefisien air larian I = lntensitas hujan-harian (in/hr) A = Luas lahan (acres) Laporan Akhir 5-4

195 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan d. Peningkatan Erosi Peningkatan erosi yang diperkirakan akan terjadi dapat dihitung dengan menggunakan rumus USLE, yaitu: A = R.K.L.S. (C t -C 0 ).P Dimana : A = Perubahan erosi (ton/ha/tahun) (Dugaan erosi tanah) R = Faktor erosivitas hujan K = Faktor erodibilitas tanah L = Faktor panjang lereng S = Faktor kemiringan lereng C 0 = Faktor pengelolaan lahan tanpa proyek C t = Faktor pengelolaan lahan ada proyek P = Indeks pengelolaan tanaman Data hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria indeks bahaya erosi menurut Arsyad (1989) METODE NON FORMAL Pada parameter-parameter yang tidak dapat diprakirakan dengan metoda formal, digunakan metoda non formal, antara lain: biologi (flora, fauna dan biota air), kualitas air, estetika, masalah sosial dan kesehatan masyarakat. Beberapa metoda non formal yang digunakan dalam studi ini adalah analogi, penggunaan baku mutu lingkungan dan penilaian para ahli (professional judgment). a. Metode Analogi Pada metode ini akan dikaji masalah-masalah yang timbul sebagai akibat kegiatan sejenis di lokasi lain yang memiliki karakteristik sama untuk digunakan sebagai dasar/ bahan pertimbangan dalam memprakirakan dampak yang terjadi di lokasi pasar dalam waktu tertentu. Parameter yang diprakirakan dengan metoda ini antara lain; masalah sosial dan kesehatan masyarakat. b. Perbandingan dengan Nilai Baku Mutu Lingkungan (BML) Prakiraan dampak terhadap suatu komponen dapat ditempuh antara lain dengan menggunakan standar atau kriteria mutu lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau menggunakan kriteria yang telah dibakukan secara luas. Penggunaan baku mutu dalam studi dilakukan dengan cara membandingkan nilai parameter lingkungan dengan nilai ambang batas yang diperbolehkan sesuai dengan Laporan Akhir 5-5

196 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan peruntukannya. Ketentuan yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam penetapan kualitas lingkungan adalah antara lain: Kualitas air sungai mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Kualitas udara dan kebisingan mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999, tentang Baku Mutu Kualitas Udara. c. Pertimbangan Profesional dan Pakar Prakiraan dampak pada metoda ini ditetapkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman para ahli. Cara ini dipergunakan apabila keterbatasan-keterbatasan dalam hal data dan informasi serta kurang diketahuinya fenomena alam yang diperkirakan terjadi METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING Dampak yang telah diprakirakan besarnya dan derajat pentingnya dilakukan evaluasi secara holistik dalam konteks ekosistem. Evaluasi dampak penting dapat dilakukan dengan mengacu kepada 7 kriteria berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-056 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting terhadap lingkungan antara lain: 1. JUMLAH MANUSIA YANG AKAN TERKENA DAMPAK Setiap rencana kegiatan mempunyai sasaran sepanjang menyangkut jumlah manusia yang diperkirakan akan menikmati manfaat dari rencana kegiatan itu bila nanti kegiatan tersebut dilaksanakan. Namun demikian, dampak lingkungan, baik yang bersifat negatif maupun positif yang mungkin ditimbulkan oleh suatu kegiatan, dapat dialami oleh baik sejumlah manusia yang termasuk maupun yang tak termasuk dalam sasaran rencana usaha atau kegiatan. Mengingat pengertian manusia yang akan terkena dampak mencakup aspek yang luas, maka kriteria dampak penting dikaitkan dengan sendi-sendi kehidupan yang di kalangan masyarakat luas berada dalam posisi atau mempunyai nilai yang penting. Karena itu, dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan, yang penentuannya didasarkan pada perubahan sendi-sendi kehidupan pada masyarakat tersebut dan jumlah manusia yang terkena dampak menjadi penting bila manusia di wilayah studi yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan di wilayah studi. Adapun yang dimaksud dengan manfaat dari usaha atau kegiatan adalah manusia yang secara langsung menikmati produk suatu rencana usaha atau kegiatan dan atau yang diserap secara langsung sebagai tenaga kerja pada rencana usaha atau kegiatan. Laporan Akhir 5-6

197 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 2. LUAS WILAYAH PERSEBARAN DAMPAK Luas wilayah persebaran dampak merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan pentingnya dampak terhadap lingkungan. Dengan demikian dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan bersifat penting bila : rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak. 3. LAMANYA DAMPAK BERLANGSUNG Dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan dapat berlangsung pada suatu tahap tertentu atau pada berbagai tahap dari kelangsungan usaha atau kegiatan. Dengan kata lain dampak suatu usaha atau kegiatan ada yang berlangsung relatif singkat, yakni hanya pada tahap tertentu dari siklus usaha atau kegiatan (perencanaan, konstruksi, operasi, pasca operasi); namun ada pula yang berlangsung relatif lama, sejak tahap konstruksi hingga masa pasca operasi usaha atau kegiatan. Berdasarkan pengertian ini dampak lingkungan bersifat penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan kegiatan. 4. INTENSITAS DAMPAK Intensitas dampak mengandung pengertian perubahan lingkungan yang timbul bersifat hebat, atau drastis serta berlangsung di area yang relatif luas, dalam kurun waktu yang relatif singkat. Dengan demikian dampak lingkungan tergolong penting apabila : Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku; Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria yang diakui, berdasarkan pertimbangan ilmiah. Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan spesies-spesies yang langka dan atau endemik, dan atau dilindungi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku terancam punah; atau habitat alaminya mengalami kerusakan. Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suak a margasatwa, dan sebagainya) yang telah ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan; Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau memusnahkan benda-benda dan bangunan peninggalan sejarah, yang bernilai tinggi; Laporan Akhir 5-7

198 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat, pemerintah, daerah, atau pemerintah pusat, dan atau menimbulkan konflik atau kontroversi di kalangan masyarakat, pemerintah daerah atau pemerintah pusat; Rencana usaha atau kegiatan mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi; 5. BANYAKNYA KOMPONEN LINGKUNGAN LAIN YANG TERKENA DAMPAK Mengingat komponen lingkungan hidup pada dasarnya tidak ada yang berdiri sendiri, atau dengan kata lain satu sama lain saling terkait dan pengaruh mempengaruhi, maka dampak pada suatu komponen lingkungan umumnya berdampak lanjut pada komponen lingkungan lainnya. Atas dasar pengertian ini dampak tergolong penting bila: Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer. 6. SIFAT KUMULATIF DAMPAK Kumulatif mengandung pengertian bersifat bertambah, bertumpuk, atau bertimbun. Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila pada awalnya dampak tersebut tidak tampak atau tidak dianggap penting, tetapi karena aktivitas tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka lama keamanan dampaknya bersifat kumulatif. Dengan demikian dampak suatu usaha atau kegiatan tergolong penting bila: Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus, sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya; Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu, sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya; Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling memperkuat (sinergetik). 7. BERBALIK ATAU TIDAK BERBALIKNYA DAMPAK Dampak kegiatan terhadap lingkungan ada yang bersifat dapat dipulihkan, namun ada pula yang tidak dapat dipulihkan walau dengan intervensi manusia sekalipun. Dalam hal ini maka dampak bersifat penting bila : Perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia. Hasil evaluasi menjadi masukan bagi instansi yang bertanggung jawab untuk memutuskan kelayakan lingkungan hidup dari Rencana Pembangunan. Telaahan terhadap dampak besar dan penting dilakukan sebagai berikut: : Laporan Akhir 5-8

199 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan hidup yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar akibat kegiatan. Evaluasi dampak yang bersifat holistik adalah telaahan secara totalitas terhadap beragam dampak besar dan penting lingkungan hidup, dengan kegiatan proyek sebagai penyebab dampak. Beragam komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting tersebut (baik positif maupun negatif) ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling pengaruh-mempengaruhi, sehingga diketahui sejauh mana perimbangan dampak besar dan penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif; Dampak-dampak besar dan penting yang dihasilkan dari evaluasi disajikan sebagai dampak-dampak besar dan penting yang harus dikelola METODE EVALUASI DAMPAK BESAR DAN PENTING Secara garis besar ada 3 (tiga) langkah dalam melakukan evaluasi dampak besar dan penting yaitu : a. Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan yang diprakirakan mengalami perubahan sebagaimana dikaji dalam bab prakiraan dampak penting. b. Kesimpulan terhadap hasil telaahan holistik tersebut menyimpulkan jenis-jenis dampak penting yang harus dikelola c. Telaahan kausatif (hubungan sebab akibat) dari berbagai jenis dampak penting yang harus dikelola sebagai dasar perumusan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup IDENTIFIKASI IMPLIKASI DAMPAK STRATEGI Kegiatan identifikasi terhadap implikasi dan dampak yang mungkin muncul sebagai akibat dilaksanakannya strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Identifikasi implikasi dan dampak ini dimaksudkan untuk mengantisipasi segala perubahan yang muncul sebagai akibat dari pelaksanaan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, baik yang bersifat positif maupun negatif, sehingga dapat disusun langkah-langkah untuk mengantisipasi perubahan tersebut supaya tidak menimbulkan dampak negatif. Hasil dari kegiatan ini akan menjadi masukan bagi penyusunan program strategis yang akan menjadi langkah-langkah operasional dalam strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Laporan Akhir 5-9

200 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Analisis dampak pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan ini akan dilakukan tinjauan dari berbagai aspek, sesuai dengan karakteristik yang ditinjau, yakni dari aspek fisik, sosial, ekonomi, dan aspek budaya. Berikut ini adalah Tabel Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Laporan Akhir 5-10

201 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tabel. V.3.1 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Bidang Permukiman No. Strategi Pembangunan 1) Memenuhi data base dan sistem informasi perumahan Dampak Positif Adanya data base dan sistem informasi perumahan di Perkotaan Negatif Strategi Pengelolaan Database perumahan dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat 2) Menyiapkan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat 3) Melakukan penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan bencana genangan / banjir Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Meningkatkan kelayakan hunian penduduk perkotaan Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Meminimalisasi kerugian yang dapat diakibatkan oleh bencana genangan/ banjir Peninggian lantai bangunan Relokasi perumahan rawan bencana genangan / banjir Studi UKL-UPL/AMDAL Pendampingan masyarakat Sosialisasi melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Meningakatan penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan bencana tanpa pembongkaran rumah 4) Pengembangan dan pembangunan permukiman bagi masyarakat menengah dan berpenghasilan rendah 5) Melakukan penanganan terhadap permukiman padat maupun cenderung kumuh 6) Memenuhi kekurangan kebutuhan rumah Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Meningkatkan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Perbaikan estetika lingkungan Menurunkan resiko terkena bencana genangan / banjir. Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Proses adaptasi di lingkungan yang baru Berpindahnya tempat tinggal Perlu proses adaptasi di lingkungan baru Keresahan sosial Kehilangan relasi sosial & ekonomi Kecemburuan sosial di kalangan masyarakat Berpindahnya tempat tinggal Studi LARAP (Land Acquisition and Resettlement Plan) Studi UKL-UPL/AMDAL Pendampingan masyarakat Identifikasi rumah-rumah di bantaran sungai dan saluran drainase Studi LARAP Pendampingan masyarakat Sosialisasi melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Laporan Akhir 5-11

202 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan No. Strategi Pebangunan 1) Memenuhi Sistem Informasi / Data Base Jalan Lingkungan 2) Melakukan penanganan jalan lingkungan yang rusak 3) Memenuhi kebutuhan jalan lingkungan baru 4) Melakukan penanganan pemeliharaan jalan lingkungan 5) Memenuhi kebutuhan penanggulangan jalan yang terkena genangan / banjir. Tabel. V.3.2 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Jalan Lingkungan Dampak Positif Negatif Adanya data base dan sistem informasi jalan lingkungan yang ada di Dapat diketahui dengan mudah kondisi jalan lingkungan Peningkatan prasarana transportasi Berkurangnya lahan penduduk Peningkatan kenyamanan pengguna jalan Gangguan aktivitas penduduk Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bertambahnya kepadatan penduduk Meningkatnya panjang dan lebar jalan lingkungan Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Meningkatnya prasarana transportasi Meningkatnya kenyamanan pengguna jalan Meningkatnya prasarana transportasi Meningkatnya kenyamanan pengguna jalan Meningkatnya pertumbuhan ekonomi 6) Memenuhi kebutuhan jembatan Meningkatnya kemudahan aksesibilitas antar wilayah Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sumber : Hasil Analisis, 2012 Berkurangnya lahan milik penduduk yang dijadikan jalan baru Gangguan aktivitas penduduk Bertambahnya kepadatan penduduk Strategi Pengelolaan Database jalan lingkungan dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat Monitoring uptodate dan pemeliharaan jalan lingkungan secara berkala. Ganti rugi lahan penduduk yang terkena pembangunan jalan sesuai dengan aturan yang berlaku Studi UKL-UPL/AMDAL Ganti rugi lahan penduduk yang terkena pembangunan jalan sesuai dengan aturan yang berlaku Gangguan aktivitas penduduk Pengawasan dan pemeliharaan jalan secara berkala. Bila jalan ditinggikan kemungkinan berpindahnya daerah yang terkena genangan / banjir. Gangguan aktivitas penduduk Bertambahnya kepadatan penduduk Gangguan aktivitas penduduk Bertambahnya kepadatan penduduk Memungkinkan perubahan perilaku masyarakat Pengawasan dan pemeliharaan jalan lingkungan secara berkala. Studi UKL-UPL/AMDAL Ganti rugi lahan penduduk yang terkena pembangunan jalan sesuai dengan aturan yang berlaku Perencanaan dan pembangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan kota Pengawasan dan pemeliharaan jembatan Laporan Akhir 5-12

203 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tabel. V.3.3 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Drainase No. Strategi Pembangunan 1) Melakukan pengembangan dan pengelolaan sungai 2) Melakukan penanganan genangan sementara air hujan 3) Melakukan penanganan saluran drainase dan gorong gorong yang rusak dan sedimentasi Sumber : Hasil Analisis, 2012 Positif Berkurangnya frekuensi banjir Berkurangnya resiko penyakit. Saluran drainase lebih lancar Berkurangnya genangan Berkurangnya resiko penyakit. Saluran drainase lebih lancar Berkurangnya resiko penyakit. Kenyamanan penduduk Saluran drainase lebih lancar Dampak Negatif Strategi Pengelolaan Gangguan aktivitas penduduk Studi UKL-UPL/AMDAL Berkurang bagian rumah Sosialisasi kepada masyarakat sekitar saluran penduduk di sekitar sungai dan drainase dan sungai saluran drainase Gangguan aktivitas penduduk Sosialisasi kepada masyarakat sekitar saluran drainase dan daerah genangan Mendorong masyarakat dalam pembuatan lobang biopori / green drainage Gangguan aktivitas penduduk Pemeliharaan saluran drainase secara berkala. Lahan penduduk yang Sosialisasi kepada masyarakat sekitar saluran terganggu drainase dan daerah genangan Laporan Akhir 5-13

204 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tabel. V.3.4 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Air Minum No. Strategi Pembangunan Positif Dampak Negatif Strategi Pengelolaan 1) Meningkatkan supply sumber air baku 2) Mengembangkan cakupan pelayanan air minum Meningkatan pasokan air baku untuk PDAM Meningkatan cakupan pelayanan Meningkatan jumlah pelanggan Meningkatkan laba perusahaan Meningkatkan potensi PAD Memperluas pelayanan air minum perpipaan pada masyarakat Meningkatkan laba perusahaan Meningkatkan potensi PAD 3) Meningkatkan kinerja PDAM Peningkatan pelayanan air minum yang optimal kepada masyarakat baik secara eksternal maupun internal 4) Menangani kebocoran air Penurunan tingkat kehilangan pendistribusian air minum Peningkatan laba perusahaan Sumber : Hasil Analisis, 2012 Konflik kepentingan pemanfaatan sumber air baru Pelaksanaan konstruksi pemasangan pipa yang akan mengganggu aktifitas masyarakat Gangguan aktivitas masyarakat pada saat konstruksi perpipaan Kehilangan mata pencaharian masyarakat yang mengandalkan penjualan air minum eceran Gangguan pelayanan kepada pelanggan air minum Studi UKL-UPL/AMDAL Pendekatan komunikatif terhadap warga sekitar daerah sumber air baku Studi UKL-UPL/AMDAL Bantuan teknis penyehatan PDAM Pelatihan manajemen perusahaan Penyebaran informasi kepada pelanggan Laporan Akhir 5-14

205 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tabel. V.3.5 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Air Limbah No. Strategi Pembangunan 1) Perencanaan pengelolaan air limbah sistem off-site 2) Meningkatkan pemanfaatan, operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sanitasi yang telah terbangun 3) Memantapkan kelembagaan dan peraturan pengelolaan air limbah Sumber : Hasil Analisis, 2012 Dampak Positif Limbah di sungai akan berkurang Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Optimalisasi pelayanan air limbah Peningkatan kualitas kesehatan penduduk Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah Negatif Berkurangnya lahan penduduk Penurunan kualitas lingkungan selama masa konstruksi Kurang siapnya dukungan sarana dan prasarana dibidang air limbah Adanya kecemburuan sosial dalam penetapan formatur kepengurusan Strategi Pengelolaan Studi UKL-UPL/AMDAL Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Meningkatkan dukungan sarana dan prasarana di bidang air limbah Peningkatan kemampuan SDM dalam pengelolaan air limbah Pemilihan formatur pengurus yang berkompeten Laporan Akhir 5-15

206 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan No. Strategi Pembangunan 1) Mengembangkan pola kerja sama regional dalam penanganan sampah 2) Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan 3) Penangan pengelolaan persampahan melalui program 3R 4) Meningkatkan peran swasta dalam pengelolaan persampahan Sumber : Hasil Analisis, 2012 Tabel. V.3.6 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Persampahan Dampak Positif Meningkatnya kerjasama pengelolaan persampahan khususnya TPA Regional Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Optimalisasi pengangkutan sampah dari masyarakat Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Peluang usaha baru Peran swasta dalam mendukung peningkatan kualitas lingkungan Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Negatif Gejolak sosial di wilayah rencana lokasi TPA Regional Peningkatan biaya operasional Ceceran dan bau sampah di jalan raya Kurangnya partisipasi masyarakat dalam membuang sampah Kurangnya pengetahuan tentang pemilahan sampah Strategi Pengelolaan Studi UKL-UPL/AMDAL Pendekatan persuasif kepada masyarakat Biaya ganti rugi lahan Studi UKL-UPL/AMDAL Penanganan sampah melalui pengadaan sarana pengangkut sampah yang Penambahan biaya operasional Pembinaan kepada masyarakat tentang penanganan sampah 3R Sosialiasi pemanfaatan hasil produk pengolahan sampah pola 3R Pembinaan secara berkala kepada instansi pengelola sampah Laporan Akhir 5-16

207 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tabel. V.3.7 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Sosial/Pemberdayaan Masyarakat No Strategi Pembangunan 1) menyediakan informasi tentang RTRW dan RUTR/ RDTR Perkotaan di kalangan masyarakat 2) Menyediakan informasi tentang kawasan lindung (sempadan sungai, pantai dan kawasan hijau) yang dilarang mendirikan bangunan Positif Dampak Tersedianya informasi tentang dan RUTR/ RDTR Perkotaan bagi masyarakat umum Masyarakat umum mengetahui kepastian alokasi ruang kegiatan Masyarakat sadar posisi terhadap kemungkinan tindak spekulasi tanah Pemangku kebijakan akan lebih berhati2 dalam menangani perijinan pemanfaatan lahan Tersedianya informasi tentang kawasan lindung bagi masyarakat umum Negatif Terjadi tindak spekulasi tanah Peningkatan nilai harga tanah Pengaduan masyarakat, terutama dari pihak yang tidak Setuju atau merasa akan dirugikan Pengaduan masyarakat, terutama dari pihak yang tidak Setuju atau merasa akan dirugikan Penurunan harga tanah Strategi Pengelolaan Menempatkan papan informasi pada lokasi yang strategis Sosialisasi menyeluruh Memfasilitasi masyarakat agar menjadi pelaku dalam proses perencanaan tata ruang (Pemerintah sebagai fasilitator dan hormati hak masyarakat, serta kearifan lokal/keberagaman budayanya Menempatkan papan informasi pada lokasi yang strategis Memfasilitasi masyarakat agar menjadi pelaku dalam proses perencanaan tata ruang (Pemerintah sebagai fasilitator dan hormati hak masyarakat, serta kearifan lokal/keberagaman budayanya 3) Mensinergikan forum Lembaga Swadaya Masyarakat dan atau Kelompok Swadaya Masyarakat dalam penangaman masalah pengelolaan permukiman dan infrastruktur Adanya forum komunikasi antar Pokmas/ KSM yang menjadi penyelenggara infrastruktur permukiman Memudahka proses pembinaan yang berkelanjutan Campur tangan pihak lain untuk kepentingan pribadi/sesaat Pembinaan manajerial dan teknis secara berkala dan berkelanjutan 4) Pembangunan Pamsimas/Sanimas, dengan pengelolaan secara partisipatif oleh masyarakat 5) Penguatan implementasi pengelolaan sampah dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle). 6) Penguatan kelembagaan Pokmas/ KSM dalam penangaman masalah pengelolaan permukiman dan infrastruktur 7) Penguatan dan sosialisasi kebijakan pembangunan hunian vertikal demi penghematan lahan kota, termasuk rumah susun sederhana milik (rusunami) dan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Sumber : Hasil Analisis, 2012 Tersedianya penyelenggaraan infrastruktur air minum/sanitasi yang dikelola secara mandiri Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan 3 R Meningkatnya kemampuan manajerial dan teknis Pokmas/ KSM yang menjadi penyelenggara infrastruktur permukiman Memudahka proses pembinaan yang berkelanjutan Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang program Rusunami dan Rusunawa Terjadi konflik kepentingan dalam masyarakat (berebut posisi pengurus atas dasar kepentingan pribadi) Keluhan dari masyarakat sekitar (bau, lalat, jorok) kalau 3R dikelola tidak sesuai pedomannya Terjadi konflik kepentingan dalam masyarakat (berebut posisi pengurus atas dasar kepentingan pribadi) Pembentukan penyelenggara SPAM/ Sanitasi secara demokratis dan transparan Pembinaan manajerial dan teknis secara berkala dan berkelanjutan Pembinaan melalui kelembagaan lokal tentang pengelolaan sampah dengan 3 R secara berkala. Pembinaan manajerial dan teknis secara berkala dan berkelanjutan Penyampaian informasi program melalui kelembagaan lokal (seperti: PKK, Karang Taruna, Pokmas/ KSM dll.) Laporan Akhir 5-17

208 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 5.4 PEMILIHAN ALTERNATIF PROSES PEMILIHAN ALTERNATIF Evaluasi dampak penting secara totalitas dimaksudkan untuk melakukan penilaian secara menyeluruh, saling terkait antar dampak penting yang timbul sebagai akibat dari suatu kegiatan atau beberapa kegiatan pembangunan jangka menengah. Penilaian keterkaitan dampak penting tersebut pada akhirnya dapat terungkap dengan adanya perimbangan dampak positif dan negatif komponen kegiatan terhadap lingkungan. Untuk memperoleh hasil penilaian secara totalitas tersebut, sebagaimana telah diuraikan pada metode studi, maka suatu komponen lingkungan hidup yang paling sensitif terhadap rencana kegiatan dilihat dari penjumlahan horisontal dari komponen kegiatan yang mempengaruhinya. Sedangkan untuk komponen kegiatan yang memberikan dampak penting dapat dilihat dari penjumlahan secara vertikal. Pokok-pokok simpulan hasil evaluasi dampak penting secara totalitas menggunakan pedoman sebagai berikut: 1). Komponen-komponen kegiatan yang dinilai paling berpotensi menimbulkan dampak dan harus diperhatikan pengelolaannya dilihat dari jumlah komponen lingkungan yang dipengaruhinya. 2). Hasil evaluasi memberikan indikasi tentang tingkat kebutuhan penanganan komponen kegiatan yang menjadi penyebab timbulnya dampak penting. 3). Komponen-komponen lingkungan yang dinilai paling sensitif terhadap adanya kegiatan di sekitarnya dapat dilihat dari banyaknya komponen kegiatan yang mempengaruhinya secara signifikan. 4). Makin banyak komponen lingkungan yang terkena dampak besar dan atau penting, maka makin besar pula kebutuhan penanganan komponen lingkungan hidup. Interaksi antara komponen lingkungan dan komponen kegiatan masing-masing tidak berdiri sendiri tetapi saling kait mengkait sehingga dampak yang satu tidak terlepas dari kejadian dampak sebelumnya dan akan mempengaruhi dampak selanjutnya. Atas dasar tersebut perlu dikaji antara dampak yang satu dengan dampak lainnya untuk melihat apakah dampak yang timbul termasuk dampak primer, sekunder atau bahkan tersier. Untuk itu perlu dilakukan telaahan secara kausatif (hubungan sebab akibat) antara kegiatan dengan dampak yang ditimbulkan, serta antara dampak primer dengan dampak ikutan (sekunder dan tersier) yang akan terjadi. Telaahan secara kausatif juga dapat menggambarkan apakah dampak yang satu menguatkan intensitas dampak lainnya atau dampak yang satu mampu menekan intensitas dampak lainnya. Kajian sifat Laporan Akhir 5-18

209 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan interaksi dampak dapat dijadikan dasar untuk menentukan prioritas pengelolaan lingkungan hidup yang berimplikasi pada efisiensi implementasi RKL/RPL. Evaluasi secara kausatif dimaksudkan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara rencana kegiatan dan rona lingkungan dengan dampak yang ditimbulkannya. Hasil dari telaahan secara kausatif ini akan dipakai sebagai dasar dalam pengelolaan lingkungan Penyajian Pemilihan Alternatif Menurut pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan. Bagian lain dari studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan adalah aspek teknis dan aspek ekonomis financial. Hasil studi kelayakan adalah untuk proses pengambilan keputusan dan dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan wilayah. Karena itu dalam penyajian pemilihan alternative perlu mencakup seperti dalam diagram alir di bawah ini sehingga akhirnya dapat memberikan masukan yang diperlukan oleh perencana dan pengambil keputusan. Laporan Akhir 5-19

210 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Gambar Bagan Alir Proses Penyajian Dampak Kegiatan DAMPAK POTENSIAL TERHADAP KOMPONEN LINGKUNGAN: DAMPAK BESAR DAN PENTING HIPOTETIK KOMPONEN LINGKUNGAN: - Fisik Kimia - Biologi - Sosial, Ekonomi dan Budaya - Kesehatan Masyarakat KOMPONEN KEGIATAN: - Prakonstruksi - Konstruksi - Operasional - Pasca Operasi Identifikasi Dampak Potensial I. Tahap Prakonstruksi 1) Sikap dan persepsi masyarakat 2) Mata Pencaharian II. Tahap Konstruksi 1. Kualitas Udara 2. Kebisingan 3. Fisiografi dan geologi 4. Hidrologi 5. Kualitas air 6. Ruang lahan dan tanah 7. Biota air 8. Kependudukan 9. Mata pencaharian 10. Persepsi masyarakat 11. Sarana dan prasarana 12. Adat istiadat dan pola kebiasaan 13. Lalulintas 14. Morbiditas 15. Sanitasi lingkungan III. Tahap Operasional 1. Kualitas udara 2. Kebisingan 3. Ruang lahan dan tanah 4. Kependudukan 5. Mata pencaharian 6. Persepsi masyarakat 7. Sarana dan Prasarana 8. Adat istiadat dan Pola kebiasaan 9. Lalulintas 10. Morbiditas 11. Sanitasi lingkungan Evaluasi Dampak Potensial I. Tahap Prakonstruksi 1) Sikap dan persepsi masyarakat 2) Mata pencaharian II. Tahap Konstruksi 1) Kualitas udara 2) Kebisingan 3) Hidrologi 4) Kualitas air 5) Biota air 6) Ruang lahan dan tanah 7) Mata pencaharian 8) Terganggunya sarana dan prasarana social 9) Sikap dan persepsi masyarakat 10) Lalulintas III. Tahap Operasional 1) Kualitas udara 2) Kebisingan 3) Ruang lahan dan tanah 4) Sikap dan persepsi masyarakat 5) Lalulintas 6) Mata pencaharian 7) Morbiditas 8) Sanitasi lingkungan IV. Tahap Pasca Operasi 1) Kualitas udara 2) Kebisingan 3) Ruang lahan dan tanah 4) Lalulintas 5) Sikap dan persepsi masyarakat Klasifikasi & P PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETIK I. Tahap Prakonstruksi 1) Sikap dan persepsi negatif masyarakat terhadap proyek 2) Penurunan pendapatan/hilangnya sebagian mata pencaharian masyarakat II. Tahap Konstruksi 1) Meningkatnya kebisingan, debu dan kerusakan jalan 2) Peningkatan kekeruhan air sungai 3) Perubahan tata guna lahan 4) Timbulnya kecemburuan social 5) Terganggunya sarana dan prasarana social dan umum 6) Kemacetan lalulintas III. Tahap Operasional 1) Meningkatnya kebisingan dan penurunan kualitas 2) Sikap dan persepsi posititif masyarakat 3) Kemacetan lalulintas 4) Menurunnya estetika lingkungan 5) Peningkatan angka kesakitan IV. Tahap Pasca Operasi 1) Sikap dan persepsi masyarakat 2) Perubahan fungsi ruang, lahan dan tanah IV. Tahap Pasca Operasi 1) Kualitas Udara 2) Kebisingan 3) Ruang lahan dan tanah 4) Lalulintas 5) Mata pencaharian 6) Sarana dan prasarana 7) Sikap dan persepsi masyarakat Laporan Akhir 5-20

211 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 5.5 RENCANA PENGELOLAAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN SISTEM PENGELOLAAN Dalam rencana pengelolaan lingkungan disusun secara terstruktur berbagai aspek yang perlu dikelola sebagai berikut : a. Dampak penting dan sumber dampak besar dan penting - Komponen lingkungan hidup - Sumber dampak b. Tolak ukur dampak c. Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup d. Pengelolaan lingkungan hidup e. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup f. Periode pengelolaan lingkungan hidup g. Pembiayaan Pengolahan Lingkungan Hidup h. Institusi pengelolaan lingkungan hidup Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup Pengawasan pengelolaan lingkungan hidup Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup PELAKSANAAN PENGELOLAAN Pelaksanaan pengelolaan dibagi dalam 3 (tiga) tahapan yaitu tahap pra konstruksi, tahap konstruksi dan tahap pasca konstruksi PEMBIAYAAN PENGELOLAAN Rencana pembiayaan pengelolaan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Laporan Akhir 5-21

212 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 5.6 RENCANA PEMANTAUAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN TIPE PEMANTAUAN Metoda Pemantauan Lingkungan Hidup : a) Metoda Pengumpulan dan Analisa Data : o Melakukan pertemuan dan dialog dengan warga masyarakat o Melakukan pengamatan terhadap sikap dan perilaku warga setempat o Wawancara terhadap beberapa orang warga untuk memperkuat informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan dialog. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Di sekitar lokasi kegiatan proyek Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan : o Musyawarah dijadwalkan 1 kali o Dialog dijadwalkan 2 kali o Pengamatan dilakukan setiap saat o Wawancara dilakukan setiap setelah pertemuan/dialog PROSEDUR PEMANTAUAN Dalam rencana pemantauan lingkungan diperinci berdasarkan pembahasan sebagai berikut : a) Dampak besar dan penting yang dipantau Jenis komponen/parameter lingkungan hidup. Indikator dari komponen dampak besar dan penting yang dipantau. b) Sumber dampak. c) Tolok ukur dampak d) Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup. e) Metode pemantauan lingkungan hidup : Metode pengumpulan dan analisa data. Lokasi pemantauan lingkungan hidup Jangka waktu dan frekuensi pemantauan. f) Institusi pemantauan lingkungan hidup Pelaksana pemantauan lingkungan hidup Pengawas pemantauan lingkungan hidup Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup. Laporan Akhir 5-22

213 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan PELAKSANAAN PEMANTAUAN Pemantauan lingkungan hidup dapat digunakan untuk memahami fenomenafenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari tingkat proyek (untuk memahami perilaku dampak yang timbul akibat usaha dan/atau kegiatan, sampai ke tingkat kawasan atau bahkan regional tergantung pada skala masalah yang dihadapi. Pemantauan merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, sistematis dan terencana. Pemantauan dilakukan terhadap komponen lingkungan yang relevan untuk digunakan sebagai indicator untuk mengevaluasi ketaatan ( compliance), kecenderungan ( trend line) dan tingkat kritis (critical level) dari suatu pengelolaan lingkungan hidup. Pelaksanaan pemantauan mencakup sebagai berikut: jenis data yang dikumpulkan, lokasi pemantauan, frekuensi dan jangka waktu pemantauan Metode pengumpulan data (termasuk peralatan dan instrument yang digunakan untuk pengumpulan data) Metode analisis data Laporan Akhir 5-23

214 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tabel V.6.1 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan (RKL) Tahapan 1. Tahap Pra Konstruksi a. Keresahan Sosial Komponen Lingkungan Hidup Keresahan sosial Sumber Dampak Adanya kekhawatiran masyarakat Kurang setuju/tidak setuju infrastruktur Tolak Ukur Dampak penerimaan, dan partisipasi aktif semua pihak terhadap pelaksanaan pembangunan proyek. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Melakukan penanganan terhadap bentuk keresahan sosial yang terjadi. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang siapa yang berhak menggunakan sarana dan prasarana Melibatkan masyarakat dalam pertemuanpertemuan proyek. Mengadakan dialog melalui pertemuanpertemuan dengan masyarakat Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Disekitar lokasi kegiatan. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertemuan utnuk penjelasan pembangunan dijadwalkan 2 kali. Dialog dengan masyarakat dijadawalkan 2 kali. Pembiayaan tanggung jawab pemerintah kota Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pelaksana Pengawas Pelaporan Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat. BPLH kota Pemerintah kota 2. Tahap Konstruksi a.terbukanya kesempatan kerja Terbukanya kesempatan kerja Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Banyaknya tenaga kerja lokal yang terserap dalam proyek pada tahap konstruksi. Mengoptimalkan perekrutan tenaga kerja lokal sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan pada tahap konstruksi. Melibatkan warga masyarakat secara musyawarah dalam menentukan kriteria dan jumlah pekerja yang dibutuhkan. Mengadakan dialog melalui pertemuanpertemuan dengan masyarakat. Di sekitar lokasi kegiatan Musyawarah dengan masyarakat dijadwalkan 1 kali. Dialog dengan masyarakat dijadwalkan 2 kali. menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Kerinci Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat. BPLH Kabupaten Kerinci Laporan Akhir 5-24

215 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tahapan b. Keresahan Sosial Komponen Lingkungan Hidup Keresahan sosial Sumber Dampak Kecemburuan sosial sebagai dampak dari penyerapan tenaga kerja yang tidak seimbang antara tenaga kerja lokal dengan pendatang. Kesehatan masyarakat dan keselamatan kerja pekerja. c. Transportasi Transportasi Mobilisasi peralatan dan material yang menyebabkan peningkatan arus lalu lintas Tolak Ukur Dampak Terserapnya tenaga kerja lokal secara optimal dan kesehatan masyarakat serta pekerja tetap terjaga. Tidak terjadi gangguan arus lalu lintas (V/C ratio < 0,5) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Melakukan penanganan terhadap bentuk keresahan sosial yang terjadi. Agar tidak terjadi kemacetan lalu lintas Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Mengoptimalkan perekrutan tenaga kerja lokal sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan. Mengadakan pertemuan dengan warga masyarakat untuk memusyawarahkan ketenagakerjan dalam proyek Mengadakan dialog melalui pertemuanpertemuan dengan masyarakat Ikut terlibat secara aktif dengan kegiatankegiatan yang diselenggarakan masyarakat. Mobilisasi kendaraan berat dilakukan di luar jam sibuk dan malam hari. Pemasangan papan peringatan keluar masuk kendaraan proyek pada lokasi tertentu. Pengalihan lali lintas dan parkir yang terencana baik dan diatur oleh petugas. Petugas yang ditempatkan pada jalan keluar masuk kemdaraan proyek pada jam-jam sibuk. Memperbaiki jalan yang rusak. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Di sekitar lokasi pembanguna n proyek Di lokasi dan sekitar lokasi terutama jalan Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Selama kegiatan konstruksi Selama kegiatan konstruksi. Pembiayaan Dalam jangka tanggung jawab pemerintah Kabupaten Kerinci tanggung jawab pemerintah kota Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pelaksana Pengawas Pelaporan Pemerintah Daerah Dinas Bina Marga Kabupate n Kerinci Warga setempat. Pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat. Dinas Perhubunga n Kabupaten Kerinci, Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. BPLH Pemerinta h Kabupaten Kerinci BPLH kota Pemerintah Kabupaten Kerinci Laporan Akhir 5-25

216 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tahapan 3. Tahap Oprasional a. Limbah Padat Komponen Lingkungan Hidup Limbah padat Sumber Dampak Kegiatan operasional sarana dan prasarana Tolak Ukur Dampak Terciptanya kondisi lingkungan sekitar lokasi kegiatan yang tertata dengan baik. Program K3 (Kesehatan, Kebersihan dan Keindahan) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Meminimasi limbah padat yang dibuang ke TPA. Menciptakan keadaan lingkungan sekitar lokasi kegiatan yang tertata dengan baik, sehingga menimbulkan kesan estetika yang positif. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Mendaur ulang sampah anorganik, bekerja sama dengan pihak ke 3 (tiga). Dipisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik Memberi sanksi kepada pengelola kebersihan pasar apabila tidak mengelola sampah sesuai dengan perjanjian. Menyediakan lahn TPS yang kedap air seluas 200 m 2 dengan 5 kontainer dan 2 truk. Memasang papan pengumuman cara mengelola dan membuang sampah yang benar. Penanaman pohon bambu di sekeliling TPS yang berfungsi untuk mengurangi bau. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Di TPS Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Setiap hari selama operasional. Pembiayaan Dalam jangka menjadi tanggung jawab pemerintah kota Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pelaksana Pengawas Pelaporan Pemerintah Kabupaten Kerinci PD Kebersihan kota, Aparat kelurahan Kecamatan Rangkabitung dan tokoh masyarakat. BPLH kota Pemerintah Sungai Penuh Laporan Akhir 5-26

217 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tahapan b. Terbukanya kesempatan kerja c. Terbukanya kesempatan berusaha d. Keresahan Sosial Komponen Lingkungan Hidup Kegiatan operasional sarana dan prasarana Terbukanya kesempatan berusaha. Keresahan sosial Sumber Dampak Kegiatan operasional sarana dan prasarana Penyerapan tenaga kerja untuk pengelolaan pasar tidak seimbang antara tenaga lokal dengan pendatang. Penurunan tingkat keamanan. Tolak Ukur Dampak Banyaknya tenaga kerja lokal yang terserap dalam proyek pada tahap operasional. Bermunculanny a jenis usaha baru Tertampungnya seluruh masyarakar dalam penggunaan sarana dan prasarana serta terjaganya keamanan Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mengoptimalka n perekrutan tenaga kerja lokal sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan pada tahap operasional. Mengoptimalka n kegiatan usaha. Melakukan penanganan terhadap bentuk keresahan sosial yang terjadi. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Melibatkan warga masyarakat dalam menentukan kriteria dan jumlah pekerja yang dibutuhkan. Mengadakan dialog melalui pertemuanpertemuan dengan masyarakat. Memberikan dukungan politis maupun moril bagi warga masyarakat untuk berusaha. Mengadakan dialog melalui pertemuanpertemuan dengan masyarakat. Penyerapan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan. Memberikan kompensasi dengan kebutuhan warga. Ikut telibat secara aktif dengan Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Di sekitar lokasi kegiatan Di sekitar lokasi pemabnguna n proyek. Di sekitar lokasi pembanguna n Proyek Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Musyawarah dijadwalkan 1 kali. Dialog dijadwalkan 2 kali. Selama tahap operasional. Dialog dengan masyarakat dan pedagang dijadwalkan 2 kali dalam satu tahun. Dilakukan 1 kali saat penerimaan tenaga kerja untuk pengelolaan pasar. Pemberian kompensasi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan Pembiayaan menjadi tanggung jawab pemerintah kota menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Kerinci. tanggung jawab pemerintah kota Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pemerintah kota Pemerintah kota Pemerintah kota Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kerinci Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. Aparat kelurahan tokoh masyarakat. BPLH Kabupaten Kerinci BPLH kota Pem erintah kota MuaraBung o BPLH dan Pemerintah kota BPLH Kabupaten Kerinci Laporan Akhir 5-27

218 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan e. Kebutuhan Air Bersih Kebutuhan air bersih. Kebutuhan air untuk kegiatan operasional pasar f. Transportasi Transportasi Kemacetan lalu lintas g. Peningkatan Air Larian Peningkatan air larian Kuantitas air larian Tidak terjadi penurunan muka air tanah Bangkitan atau tarikan lalu lintas akibat kegiatan aktivitas sarana dan prasarana Kabupaten Kerinci Penambahan lahan, meningkatnya volume surface run off dan sekitarnya Agar tidak terjadi penurunan muka air tanah Tidak terjadi gangguan arus lalu lintas Tidak terjadinya banjir atau genangan air di lokasi dan sekitarnya kegiatankegiatan yang diselenggarak an warga. Kebutuhan air bersih dikoordinasika n dulu dengan PDAM/BPLH Penggunaan air bersih hanya untuk MCK dan cadangan air pemadam kebakaran. Penggunaan air sesuai dengan izin SIPA. Menciptakan dan menjaga kelancaran lalu lintas. Menjaga keseimbangan neraca air alamiah serta memperbaiki kuantitas air tanah. Di lokasi kegiatan. Pengamatan secara visual Visualisasi di saluran kota dan sekitar lokasi terjadi genangan / banjir. masyarakat. Pertemuan dengan warga dan pedagang 2 kali dalam setahun. Melibatkan diri dengan kegiatan warga. Selama tahap operasional setiap hari. Di sekiatar penempatan lokasi infrastruktur Saluran drainase kota dan sekitarnya. tanggung jawab pemerintah Kabupaten Kerinci. Selama kegiatan operasional pada jam dan hari sibuk. Pada saat musim hujan dengan curah hujan tinggi. Pemerintah Kabupaten Kerinci Dinas Bina Marga Kabupaten Kerinci Pemerintah Kabupaten Kerinci Pemerintah Kabupaten Kerinci Dinas Pengairan Kabupaten Kerinci BPLH Kabupaten Kerinci, Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. Dinas Perhubungan Kabupaten Kerinci, Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. Dinas Pengairan Kabupaten Kerinci, Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Kerinci, Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. BPLH kota BPLH dan Pemerintah Kabupaten Kerinci. BPLH dan Pemerintah Kabupaten Kerinci. Laporan Akhir 5-28

219 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan Tahapan h. Kualitas Tanah dan Air Permuka an i. Penurunan kualitas udara dan kebisingan Komponen Lingkungan Hidup Kualitas tanah dan air permukaan Kualitas udara dan debu serta kebisingan Sumber Dampak TSS, ph dan BOD, detergent serta minyak dan lemak. Parameter CO, NO, SO2, NH3, H2S, Pb, debu dan peningkatan intensitas kebisingan Tolak Ukur Dampak Kegiatan operasional sarana dan prasarana Sungai Penuh. Kegiatan operasional sarana dan prasarana Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup SK. MENLH No. 112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik. SK.KepMen Kesehatan No. 416/Per/Menk es/ix/1990 tentang syaratsyarat dan pengawasan kualitas air. PP RI No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. PP No.41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara dan SK. MENKLH No. Kep.48/ MENKLH / II/ 1996 tentang baku mutu tingkat kebisingan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Agar kualitas air tanah dan air permukaan di bawah baku mutu yang diperbolehkan. Agar kualitas udara dan intensitas kebisingan di lokasi kegiatan dan sekitarnya di bawah baku mutu yang diperbolehkan. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengambilan sampel kualitas air tanah dan air permukaan, kemudian dianalisa di laboratorium rujukan. Sampel kualitas udara diambil dengan menggunakan alat High volume sampler. Kemudian dianalisa di laboratorium, Pengukuran intensitas kebisingan dengan menggunakan Sound Level Meter. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada sumur di lokasi kegiatan. Pada saluran drainase Pada IPAL Di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan. Pembiayaan Selama operasional kegiatan dengan frekuensi : Sumur setiap 6 bulan sekali Saluran drainase setiap 6 bulan sekali IPAL setiap 6 bulan sekali. Selama kegiatan operasional setiap 6 (enam) bulan sekali. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup Pelaksana Pengawas Pelaporan Pemerint ah Kabupate n Kerinci Pemerint ah Kabupate n Kerinci Dinas Pengairan Kabupaten Kerinci, BPLH Kabupaten Kerinci, Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kerinci, Dinas Pertamanan Kabupaten Kerinci, Aparat kelurahan dan tokoh masyarakat. BPLH Kabupaten Kerinci. Pemerintah Kabupaten Kerinci. BPLH Kabupaten Kerinci. Pemerintah Kabupaten Kerinci. Laporan Akhir 5-29

220 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan 5.7 SAFEGUARD PENGADAAN TANAH DAN PERMUKIMAN KEMBALI Kabupaten Kerinci yang memiliki kepadatan penduduk yang rendah, secara nyata masih memiliki ruang yang cukup untuk penyediaan perumahan dan penyediaan prasarana lainnya. Namun demikian, upaya pengadaan tanah dan permukiman warga sebagai akibat kegiatan maupun terjadinya bencana tetap dipertimbangkan oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci. Secara mendasar pengadaan tanah adalah sebagai langkah yang perlu diambil dalam rangka meningkatkan atau setidaknya memperbaiki, pendapatan dan standart kehidupan warga yang terkena dampak akibat suatu kegiatan. Prinsip yang diambil dalam pengadaan tanah dan permukiman kembali ini, pada dasarnya untuk memecahkan permasalahan yang mungkin timbul di daerah. Karena itu, secara dini harus dipikirkan agar terlebih dulu diantisipasi sebelum muncul di lapangan. Prinsip-prinsip yang diikuti tersebut adalah sebagai berikut : 1) Transparan. Kegiatan yang dilaksanakan harus dilakukan secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup antara lain : daftar warga dan aset ( tanah, bangunan, tanaman, atau lainnya ) yang akan terkena dampak. 2) Partisipasi. Warga yang berpotensi terkena dampak, harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan, seperti penentuan lokasi kegiatan, jumlah dan bentuk kompensasi serta tempat permukiman kembali. 3) Adil. Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan warga. Warga memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, seperti tanah pengganti dan/atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya. 4) Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan atau jika memungkinkan secara sukarela mengkontribusikan/hibah sebagian tanahnya untuk kegiatan. 5) Konstribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan apabila : Masyarakat yang terkena dampak mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan harga tanah miliknya. Tanah yang dihibahkan nilainya < 10 % dari nilai tanah, bangunan atau aset lain yang produktif dan nilainya < 1 juta rupiah. Pengadaan tanah yang dilakukan pemerintah Kabupaten Kerinci, secara umum masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan publik, baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini sebagai akibat masih terbukanya peluang masyarakat untuk mendapatkan tanah secara murah dan memenuhi persyaratan teknis Laporan Akhir 5-30

221 Bab 5 : Safeguard Sosial & Lingkungan perumahan. Sebagai akibatnya berbagai bentuk pengadaan tanah, lebih didominasi oleh masyarakat, terutama untuk kebutuhan perkebunan, perumahan dan perdagangan. Oleh karena itu, safeguard pengadaan tanah ini untuk Kabupaten Kerinci masih cukup aman. Hal ini diakibatkan terjadinya gesekan dalam pengadaan tanah, bak untuk kepentingan publik maupun mendukung terciptanya kesejahteraan masyarakat masih belum begitu mendesak. Hal yang lebih penting dalam mendukung safeguard pengadaan tanah ini, adalah masih banyaknya kepemilikan tanah yang belum memiliki kepastian hukum. Artinya, dari jumlah kepemilikan lahan yang ada, maka mayoritas tanah yang ada masih belum memiliki kepastian hitam diatas putihnya. Hal ini diakibatkan karena secara turun temurun belum ada pewarisan secara surat menyurat. Sebagai akibatnya sampai saat ini masih banyak yang belum memiliki sertifikat maupun tanda kepemilikan lainnya Laporan Akhir 5-31

222 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan 6.1 PETUNJUK UMUM Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RIPJM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaann prasarana Kabupaten/Kota, yang meliputi: 1) Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun; 2) Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada; 3) Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru. Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM perlu memperhatikan hasil total atau produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan. Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM yang diperhatikan adalah hasil total atau produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut. Laporan Akhir 6-1

223 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Komponen Keuangan : Penerimaan Pendapatann Komponen Penerimaan Pendapatan merupakan penerimaan yang merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan Pendapatan terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana Perimbangan; dan (3) Pendapatan lainnya yang sah. Berikut akan dijelaskan satu persatu sub komponen Pendapatan dan gambaran umum tentang sub komponen Pendapatan di daerah pada umumnya. 1) PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) ad alah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan. PAD bersumber dari : a) Pajak Daerah, antara lain: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan di atas Air, Pajak Balik Nama, Pajak Bahan Bakar, Pajak Pengambilan Air Tanah, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Galian Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak lain-lain. Pajak-pajak Daerah ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah No. 65/2001 tentang Pajak Daerah. b) Retribusi Daerah, antara lain: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanann Persampahan, Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retribusi Pemakaman, Retribusi Parkir di Tepi Jalan, Retribusi pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemadamm Kebakaran, dan lain-lain. Retribusi ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah No. 66/2001 tentang Retribusi Daerah. c) Hasil pengelolaann kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain hasil deviden BUMD; dan d) Lain-lain pendapatan yang sah, antara lain : hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar, komisi, potongan, dan lain-lain yang sah. 2) DANA PERIMBANGANN Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas : Laporan Akhir 6-2

224 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan a) Dana Bagi Hasil te (BHBP) atau yang BHP antara lain: Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan Badan maupun Pribadi; BHBP antara lain : kehutanan, pertambangann umum, perikanan, penambangann minyak bumi, pertambangan gas bumi, erbagi atas Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi berasal dari hasil pengelolaan sumber daya Hasil Bukan Pajak alam. pertambangann panas bumi. b) Dana Alokasi Umum (DAU) dibagikan berdasarkan Celah Fiskal yaitu selisih antara Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal ditambah Alokasi Dasar Komponen Keuangan: Pengeluaran Belanja Komponen pengeluaran belanja terdiri dari: 1. Belanja Operasi - Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Bunga - Belanja Subsidi - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial 2. Belanja Modal - Belanja Tanah - Belanja Peralatan dan Mesin - Belanja Gedung dan Bangunan - Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Laporan Akhir 6-3

225 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan - Belanja Aset tetap lainnya - Belanja Aset lainnya 3. Transfer ke desa/kelurahan - Bagi hasil pajak - Bagi hasil Retribusi - Bagi hasil pendapatan lainnya 4. Belanja tak terduga Komponen Keuangan: Pembiayaan Komponen Pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam Sistem Keuangann Daerah. Istilah Pembiayaan berbeda dengan Pendanaan (Funding). Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum, sedangkan Pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali. Contoh konkritnya, di dalam SAP-D yang lama, apabila daerah memperoleh pinjaman, pinjaman tersebut diakui sebagai Penerimaan Pendapatan. Selanjutnya, Penerimaan Pendapatan dari Pinjaman ini tidak mempunyai konsekuensi atau dicatat pembayaran kembali; sedangkan di dalam SAP-D yang baru, apabila daerah memperoleh Pinjaman, maka diterima sebagai Penerimaan Pembiayaan yang perlu dibayar kembali. Demikian pula bila daerah memberi pinjaman, maka dikeluarkan sebagai Pengeluaran Pinjaman karena akan diterima kembali. 6.2 PROFIL KEUANGAN KABUPATEN KERINCI Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menjadi titik tolak penyelenggaraann otonomi daerah pada kabupaten/kota. Daerah kabupaten/kota mempunyai kewenangan yang didasarkan pada azas otonomi dalam wujud otonomi yang luas, nyataa dan bertanggung jawab, serta azas tugas pembantuan yang merupakan penugasan daerah untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan. Laporan Akhir 6-4

226 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Ini berarti daerah diberikan keleluasaan menjalankan pemerintahan dan pembangunannya secaraa bertanggung jawab dengan melihat kondisi dan potensi lokalnya. Salah satu pertimbangan yang mendasari perlunya diselenggarakan otonomi daerah adalah peningkatan kemandirian pemerintahan daerah yang mempunyai implikasi langsung terhadap kemampuan keuangan daerah, sumber daya manusia dan sumber daya alam, dalam menjalankan roda pemerintahan dan kelanjutan pembangunan. Daerah kabupaten/kota adalah ujung tombak pelaksanaan pembangunan karena daerah-daerah tersebut yang lebih mengetahui kebutuhan dan potensi rakyat di daerahnya yang pada akhirnya dapat meningkatkan local accountability pemerintah pusat terhadap rakyatnya. Keuangan Daerah Kabupaten Kerinci dikelola sesuai dengann ketentuan dalam UU no.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU no. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Menteri dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 jo. Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang pedoman Pengelolaan keuangan Daerah, serta peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah ini menjelaskan aspek kebijakan yang berkaitan dengan belanja, pendapatan dan pembiayaan dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah. Oleh karenanya penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus memperhatikan peran dan fungsi APBD sebagai instrum en otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan fungsi stabilisasi. Kebijakan ini akhirnya akan dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang merupakan uraian dari RPJMD sebagai bentuk komitmen Pemerintah Daerah dalam Pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Secara umum kebijakan ini diarahkan untuk mengidentifikasi pendapatan daerah secara baik dan meningkatkan kemandirian keuangann daerah dengan melakukan intensifikasi (peningkat an) dan ekstensifikasi (pengembangan sumber) Pendapatan Daerah yang ditujukan bagi pembiayaan pembangunann dan peningkatan pelayanan pada sektor publik Keuangan Daerah Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah harus berbasis kinerja, maka belanja yang dikeluarkan juga harus dapat memenuhi kebutuhan dana kegiatan. Namun demikian, pengeluaran belanja tersebut harus selektif sehingga belanja-belanja yang tidak memiliki nilai tambah dan tidak strategis harus diminimalisir Laporan Akhir 6-5

227 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan sehingga Belanja Daerah yang dikeluarkan memiliki nilai tepat guna. Sektor Pembiayaan sebagai penyeimbang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam rangka menutup surplus/defisit antara Pendapatan dan Belanja Daerah harus disesuaikan dengan aturan yang berlaku. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam negeri nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 59 tahun Struktur Pendapatan Daerah Kabupaten Kerinci Pendapatan Daerah Kabupaten Kerinci dilihat dari sumber pendapatan yang meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan penerimaan pembiayaan dan penerimaan lain lain yang sah. Total pendapatan atau penerimaan daerah Kabupaten Kerinci tahun 2011 secara keseluruhan berjumlah Rp ,00 yang terdiri dari: PAD sebesar Rp ,39; Danaa Perimbangan sebesar Rp ,00 dan Lain Lain Pendapatan Yang Sah sebesar Rp ,00 1) Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kerinci yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah dan penerimaan hasil perusahaan selama kurun waktu Tahun mengalami kenaikann yaitu pada Tahun 2010 sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,39. Terjadi peningkatan konstribusi pajak terhadap PAD dari 14,06% pada TA 2010 menjadi 16,01% pada tahun ) Dana Perimbangan Proporsi dana perimbangan terhadap APBD Kabupaten Kerinci dari tahun 2010 adalah 88,04% sedangkan tahun 2011 menurun menjadi 85,88%. Proporsi terbesar dari Dana Perimbangan ini terutama dari sumber DAU yang mencapai kisaran angka 78% dari total Dana Perimbangan. Jika ditarik proporsional dari seluruh Total Pendapatan Kabupaten Kerinci TA , maka angka persentasenya berkisar antara 68% s/d 70%. 3) Lain-lain Pendapatann yang Sah Jenis lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup seperti berikut. a. Pendapatan hibah b. Dana darurat Laporan Akhir 6-6

228 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan c. Bagi hasil pajak dari provinsi d. Dana penyesuaian dan Otonomi Khusus e. Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya. Untuk mencapai peningkatan kemandirian pembangunan maka Pemerintah Daerah perlu melakukan optimalisasi dalam pengelolaan Aset Daerah dalam rangka intensifikasi Pendapatann Daerah, dan pembangunan aset baru untuk melakukan ekstensifikasi Pendapatan. Pertumbuhan Pendapatan pada 2 (dua) tahun terakhir dapat dilihat dari tabel berikut. Laporan Akhir 6-7

229 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Tabel. VI.2.1 Struktur Pendapatan Pemerintah Kabupaten Kerinci Tahun Anggaran NO RINCIAN BELANJA Rupiah % Jenis % Total Rupiah % Jenis % Total 2012 Rupiah % Jenis % Total A BELANJA LANGSUNG ,90 100% 66,90% ,00 100% 55,85% ,00 100% 47,79% Belanja Pegawai ,60 77,24% 51,67% ,00 84,08% 46,96% ,00 88,78% 42,43% Belanja Bunga ,30 0,56% 0,37% ,00 0,06% 0,04% Belanja Subsidi ,00 0,64% 0,43% 0,00 0,00% 0,00% ,00 0,69% 0,33% Belanja Hibah ,00 14,28% 9,55% ,00 6,91% 3,86% ,00 0,68% 0,33% Belanja Bantuan Sosial ,00 1,15% 0,77% ,00 2,02% 1,13% Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Desa 0,00 0,00% 0,00% 0,00 0,00% 0,00% Bantuan Keuangan Dari Provinsi Atau Kabupaten Lainnya 0,00 0,00% 0,00% ,00 0,06% 0,03% 0,00 0,00% 0,00% ,,00 5,57% 3,73% ,00 6,78% 3,79% ,00 9,34% 4,46% Belanja Tidak Terduga ,00 0,56% 0,37% ,00 0,14% 0,08% ,00 0,45% 0,21% B BELANJA TIDAK LANGSUNG ,40 100% 33,10% ,00 100% 44,15% ,00 100% 52,21% Belanja Pegawai ,00 11,39% 3,77% ,00 10,86% 4,79% ,00 11,67% 6,09% Belanja Barang & Jasa ,00 39,96% 13,23% ,00 36,47% 16,10% ,00 32,16% 16,79% Belanja Modal ,40 48,65% 16,10% ,00 52,67% 23,25% ,00 56,17% 29,33% C TOTAL BELANJA % % % Sumber : Diolah data Website Direktorat Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI. Laporan Akhir 6-8

230 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Struktur Belanja Daerah Kabupaten Kerinci Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, maka dilakukan reformasi didalam pengelolaan keuangan daerah. Dituntut adanya transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah sehingga tercapai pengelolaan yang akuntabilitas, efektif dan efisien, dengan tetap memperhatikan azas kewajaran. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Belanja Daerah adalah belanja yang dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dilaksanakan bersama antara pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Berdasarkan aturan diatas belanja daerah juga didasarkan kepada prestasi kerja. Disamping itu belanja daerah juga hendaknya dapat menumbuhkan profesionalisme kerja pada setiap organisasi terkait, berdasarkan Analisis Standar Belanja (ASB), Standar Harga, Tolok ukur kinerja, dan Standar Pelayanan Minimum dengan tetap berlandaskan azas efektif, efisien dan ekonomis. Belanja Daerah disediakan untuk melaksanakan urusan pemerintahan dan program strategis yang dialokasikan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD yang diformulasikan dalam Program dan Kegiatan. Terutama yang termasuk kedalam prioritas Pembangunan Daerah. Menurut strukturnya, belanja dibagi menjadi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung, yang mempunyai karakteristik masing-masing. Arah pengelolaan belanja daerah ini difokuskan kepada Belanja Langsung atau Belanja Pembangunan, sedangkan belanja Tidak Langsung sangat dipengaruhi dari jumlah pegawai yang ada. Dengan melanjutkan kebijakan pengelolaan keuangan yang ada dan memperhatikan azas efisien dan efektif maka diharapkan peningkatan Belanja Langsung pada masa yang akan datang. Berdasarkan kelompoknya, komponen belanja dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Belanja Tidak Langsung a. Belanja Pegawai dalam bentuk gaji dan tunjangan, tambahan penghasilan pegawai, penerimaan lainnya pimpinan dan anggota DPRD serta Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dan Biaya Pemungutan Pajak Laporan Akhir 6-9

231 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan b. Belanja Bunga digunakan untuk pembayaran bunga atas pinjaman Pemerintah Daerah kepada pihak Lainnya. c. Belanja Subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. d. Belanja Hibah, yaitu pemberian hibah untuk penyelenggaraan program dan kegiatan yang bersifat cross cutting issue. e. Belanja Bantuan Sosial, yaitu bantuan social organisasi kemasyarakatan antara lain bantuan keagamaan, pendidikan, kemasyarakatan, pengadaan pangan dan bantuan partai politik. f. Belanja Bagi Hasil g. Belanja Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Kabupaten Lainnya h. Belanja Tidak Terduga untuk kegiatan yang sifatnya tak bisa atau diharapkan tak terulang. 2. Belanja Langsung Merupakan belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan program dan kegiatan, sebagai berikut: a. Belanja Pegawai yaitu untuk pengeluaran Honorarium PNS dan honorarium non PNS dan uang lembur. b. Belanja Barang dan Jasa yaitu untuk pengeluaran bahan habis pakai, bahan material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraann bermotor, cetak dan penggandaan, sewa alat berat, sewa perlengkapan, sewa perlengkapan dan alat kantor, makanan dam minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus, perjalanan dinas, beasiswa pendidikan PNS, kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis perjalanan pindah tugas dan sebagainya. c. Belanja Modal, untuk pengeluaran pengadaan tanah, alat-alat berat, alat-alat angkutan di darat bermotor, alat-alat angkutan di air tidak bermotor, alat-alat bengkel, alat-alatt pengolahan pertanian dan peternakan, peralatan kantor, perlengkapan kantor, computer dan lain-lain. Belanja-belanja sektor publik yang memiliki nilai ekonomis tinggi hendaknya lebih didorong kepada pihak swasta dan masyarakat untuk melakukan investasi sehingga pada masa yang akan datang belanja ini tidak lagi menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanjaa Daerah, sebaliknya menjadi sumber pendapatan yang baru. Dengan keterbatasan pendanaan yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Kerinci maka hal ini adalah hal yang paling logis untuk dilakukan. Laporan Akhir 6-10

232 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Komposisi Belanjaa pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kerinci Tahun Anggaran 2010 sampai dengan Tahun Anggaran 2012 dapat dilihat pada Tabel berikut: Laporan Akhir 6-11

233 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Tabel. VI.2.2 Struktur Belanja Pemerintah Kabupaten Kerinci Tahun NO RINCIAN BELANJA % % % Rupiah % Jenis Rupiah % Jenis Rupiah % Jenis Total Total Total A BELANJA LANGSUNG ,90 100% 66,90% ,00 100% 55,85% ,00 100% 47,79% Belanja Pegawai ,60 77,24% 51,67% ,00 84,08% 46,96% ,00 88,78% 42,43% Belanja Bunga ,30 0,56% 0,37% ,00 0,06% 0,04% 0,00 0,00% 0,00% Belanja Subsidi ,00 0,64% 0,43% 0,00 0,00% 0,00% ,00 0,69% 0,33% Belanja Hibah ,00 14,28% 9,55% ,00 6,91% 3,86% ,00 0,68% 0,33% Belanja Bantuan Sosial ,00 1,15% 0,77% ,00 2,02% 1,13% ,00 0,06% 0,03% Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Desa 0,00 0,00% 0,00% 0,00 0,00% 0,00% 0,00 0,00% 0,00% Bantuan Keuangan Dari Provinsi Atau Kabupaten Lainnya ,00 5,57% 3,73% ,00 6,78% 3,79% ,00 9,34% 4,46% Belanja Tidak Terduga ,00 0,56% 0,37% ,00 0,14% 0,08% ,00 0,45% 0,21% B BELANJA TIDAK LANGSUNG ,40 100% 33,10% ,00 100% 44,15% ,00 100% 52,21% Belanja Pegawai ,00 11,39% 3,77% ,00 10,86% 4,79% ,00 11,67% 6,09% Belanja Barang & Jasa ,00 39,96% 13,23% ,00 36,47% 16,10% ,00 32,16% 16,79% Belanja Modal ,40 48,65% 16,10% ,00 52,67% 23,25% ,00 56,17% 29,33% C TOTAL BELANJA % % % Sumber : Diolah data Website Direktorat Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI. Laporan Akhir 6-12

234 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Tabel. VI.2.3 Struktur Pembiayaan Pemerintah Kabupaten Kerinci Tahun NO JENIS PEMBIAYAAN I PENERIMAAN PEMBIAYAAN SILPA Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Penerimaan Piutang Daerah , ,48 0,00 0,00 0, ,00 0, , ,61 0,00 0, , ,00 0, , ,00 0,00 0, ,00 0,00 0,00 II PENGELUARAN PEMBIAYAAN , , ,00 Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah 0, , ,47 0,00 0,00 0, ,00 0,00 0, , ,00 0,00 III PEMBIAYAAN NETTO , , ,00 Sumber : Diolah data Website Direktorat Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI. Laporan Akhir 6-13

235 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan NO RINCIAN Tabel. VI.2.4 Struktur APBD Pemerintah Kabupaten Kerinci Tahun Perubahan % ke 2012 Pertumbuhan (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) % % I PENDAPATAN , , ,00 25% 13,39% 1 PAD , , ,00 40% 22,27% 2 Dana Perimbangan , , ,00 27% 14,64% 3 Lain Lain Pendapatan Yang Sah , , ,00-48% -38,37% II BELANJA DAERAH , , ,00 23% 12,33% 1 Belanja Tidak Langsung , , ,00-8% -3,71% 2 Belanja Langsung , , ,00 51% 29,95% III SURFLUS/DEFISIT ( ,91) ( ,61) ( ,00) 9% 3,39% IV PEMBIAYAAN , , ,00 9% 3,39% 1 Penerimaan Pembiayaan , , ,00 6% 2,39% 2 Pengeluaran Pembiayaan , , ,00-145% -4078,32% Sumber : Diolah data Website Direktorat Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI. Laporan Akhir 6-14

236 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan 6.3. PERMASALAHAN DAN ANALISIS KEUANGAN KABUPATEN KERINCI Kondisi Keuangan Kabupaten Kerinci Pengelolaan keuangan daerah diarahkan untuk terwujudnya pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparan dengan azas-azas pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuann yang berlaku. Capaian laporan kinerja keuangan yang masih pada level Wajar Dengann Pengecualian (WDP), hal ini disebabkan oleh masih lemahnya pengelolaan keuangan daerah, baik dari sisi prosedur, sistem dan penataan administrasi lainnya, disamping itu juga dari neraca asset yang belum optimal. Dikaitkan dengann peningkatan daya guna kekayaan dan asset pemerintah daerah, Pemerintah Kabupaten Kerinci masih menghadapi permasalahan penyerahan aset yang belum terselesaikan dengan Kabupaten Kerinci sebagai Daerah induk, disamping itu juga penataan aset yang belum maksimal dilaksanakan baik oleh SKPD pengelola aset maupun oleh SKPD pengguna aset. Selain itu, Fakta dan Permasalahan dari Keuangan Daerah adalah Penerimaan PAD Kabupaten Kerinci masih tergantung pada penerimaan pajak daerah dan retribusi yang rasionya sungguh sangat rendah jika dibandingkan dengan besaran Pendapatan Daerah. Secara umum, Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama tahun 2010 mengalami peningkatan akan tetapi apabila dibandingkan dengan penerimaan dari dana perimbangan masih lebih kecil. Kondisi ini mengindikasikan tingkat ketergantungan daerah ini terhadap pemerintah pusat setiap tahunnya mengalami penurunan secara persentase, akan tetapi secara nominal bantuan yang diterima Pemerintah Kabupaten Kerinci terus meningkat dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini mencerminkan bahwa sumber pembiayaan daerah ini masih mengharapkan dari pemerintah pusat, karena objek pajak yang ada di Kabupaten Kerinci belum terkelola sepenuhnya sebagai sumber pendapatan daerah. Selain itu kondisi di Sungai Penuh menunjukkan pemanfaatan potensi pajak dan retribusi daerah yang ada belum optimal dan masih rendahnya kesadaran masyarakat wajib pajak terhadap peranan pajak dan retribusi sebagai sumber dana pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi belum mampu meningkatkan keterkaitan dengan usahaa ekonomi lokal dan kesempatan kerja, hal ini ditandai dengan rendahnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yaitu 62,20 serta tingginya angka pengangguran Kabupaten Kerinci sebesar 13,27 persen. Salah satu penyebab tingginya pengangguran adalah rendahnya kesempatan kerja, dimana diketahui bahwa tingkat kesempatan kerja (TKK) di Kabupaten Kerinci terendah se-provinsi Jambi yang hanya sebesar 86,73 persen. Laporan Akhir 6-15

237 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Disisi lain fenomena ekonomi dan ketenagakerjaan Kabupaten Kerinci juga ditandai dengan rendahnya produktifitas sektor pertanian kondisi ini ditunjukkan dengan tingginya kontribusi sektor perdagangan, pada pembentukann PDRB Kabupaten Kerinci sebesar 30,41 % dengan banyaknya penduduk yang bekerja di sektor ini sebesar 24,20 %, sementara sektor pertanian yang hanya menyumbang 11,33 % justru dengan jumlah pekerja sebanyak 42,08 %. Disisi fasilitasi dalam pengembangan ekonomi beberapa kendala dalam upaya peningkatan investasi di Sungai Penuh antara lain: belum efisien dan efektifnya birokrasi, belum adanyaa kepastian hukum dan kepastian berusaha serta jaminan keamanan berusaha dalam bidang penanaman modal, dan masih rendahnya infrastruktur pendukung. Potensi budaya dan keindahan alam di Sungai Penuh belum digali dan dikembangkan secara optimal sebagai potensi wisata. Kendala dalam pengembangan pertanian modern mencakup, antara lain Pengembangan agroindustri yang belum optimal dalam pengolahann dan pemasaran; Pengembangan pertaniann masih bersifat parsial pada sistem pertanian; Ketidaksiapan dalam menghadapi persaingan global; Ketersediaan input produksi pertanian relatif terbatas; Kondisi infrastruktur belum memadai; Tingkat kerawanan dan keamanan pangan masyarakat, serta tata niaga bahan pangan pokok belum terkendali dengan baik. Sementara itu pada aktifitas ekonomi sektor riil, peranan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan koperasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masih belum memadai, sehingga perlu ditumbuhkembangkan. Lemahnya akses permodalan dan tingginya kredit konsumsi dibandingkan dengan kredit investasi sangat menghambat kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi Neraca Keuangan Pertumbuhan aset lancar dalam neraca keuangan Kerinci pada tahun 2010 meningkat sebesar 353,,89 persen, pada periode kedua pelaporan keuangan asset lancar mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari Rp ,05 pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp ,93 pada tahun Peningkatan asset lancar ini salah satu disebabkan oleh bertambahnya kas dari Rp ,05 pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp ,90 atau rata-rata sebesar 442,4 persen per tahun. Sedangkan untuk piutang, piutang lain-lain dan persediaan mengalami peningkatan selama tahun masing-masing yaitu 155,61 persen, 0 persen dan 249,84 persen. Laporan Akhir 6-16

238 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Investasi jangka panjang tumbuh sebesar ,29 persen, investasi ini didorong oleh adanya investasi permanen sebesar Rp dibandingkan dengan tahun 2009 yang belum ada sama sekali, investasi non permanen sebesar 1.721,31 persen. Jumlah aset tetap dalam neraca keuangan Kabupaten Kerinci selama tahun juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 397,48 persen. Total aset tetap Kabupaten Kerinci pada tahun 2009 Rp meningkat menjadi Rp ,27 padaa tahun Kontribusi terbesar dari asset tetap berasal dari jalan, irigasi dan jaringan yaitu sebesar Rp ,94 atau 41,27 persen kontribusinya pada tahun 2010 meningkat jika dibandingkan dengann pada tahun 2009 sebesar Rp yang hanya memiliki kontribusi sebesar 0,19 persen terhadap jumlah aset tetap. Kontribusi terbesar kedua adalah Gedung dan bangunan yaitu dari 0,59 persen tahun 2009 meningkat menjadi 6,76 persen pada tahun Tanah dari 4,40 persen tahun 2009 menurun menjadi 1,85 persen pada tahun 2010 meski dari persentase kontribusi menurun namun dari nilai nominalnya meningkat dari Rp pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp pada tahun 2010 demikian juga halnya dengan aset tetap lainnya, Konstruksi dalam pengerjaan dan peralatan dan mesin Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten Kerinci Pendanaan program dan kegiatan yang akan direncanakan dalam periode ini sangatlah penting untuk dikaji. Dari gambaran umum pengelolaan keuangan daerah pada periode sebelumnya, maka dapat disusun suatu analisis dalam kerangka pendanaan program dan kegiatan pada periode tahun anggaran Berdasarkan potensi pendanaan, pendapatan yang paling banyak masih berasal dari Dana Perimbangan yang berasal dari Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum serta Dana Alokasi Khusus. Rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih rendah yaitu dibawah 10% dari total pendapatan, selebihnya 90% merupakan dana perimbangan yang berasal dari pemerintah provinsi dan pusat. Kedepan diharapkan untuk mencapai kemandirian fiskal Rasio Pendapatan Asli daerah meningkat menjadi 10%. Sesuai dengan analisis-analisis diatas, estimasi kerangka pendanaan Kabupaten Kerinci pada tahun dapat direncanakan. Pendanaann tersebut terbagi kedalam jenis-jenis pendapatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Laporan Akhir 6-17

239 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Tabel. VI.3.1 Pendapatan Daerah Kabupaten Kerinci No Uraian 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp) 2016 (Rp) 1 PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Keuangan daerah yang sah Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan Dana bagi hasil pajak/bagi hsil bukan pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah Hibah Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintahan daerah lainnya Dana Penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya Bantuan Keuangan Dari Pemerintah Pusat Laporan Akhir 6-18

240 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan 6.4. ANALISIS TINGKAT KETERSEDIAAN DANA Kemampuan Keuangan Kabupaten Kerinci Untuk mengetahui tingkat kemampuan keuangan Kabupaten Kerinci dalam membiayai pembangunan di wilayahnya, perlu diperhitungkan dahulu realisasi belanja pegawai yaitu dari PNS/CPNS Kabupaten Kerinci. Perkembangan belanja gaji Kabupaten Kerinci dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 (perkiraan realisasi) ditunjukkan pada Tabel VI.4.1 Tabel. VI.4.1 Belanja Pegawai Kabupaten Kerinci Rata-rata pertumbuhan (%) Belanja Pegawai BTL (Gaji dan tunjangan PNS/CPNS) , , Sumber : RPJMD Kabupaten Kerinci Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 masih belum ada dikarenakan Kabupaten Kerinci baru dimekarkan dari Kabupaten Kerinci pada akhir tahun 2008, pada tahun 2009 jumlah realisasi belanja gaji pegawai mencapai Rp dengan jumlah pegawai kurang lebih sekitar PNS/CPNS, sedangkan pada tahun 2010 telah mencapai Rp ,200 atau hampir naik menjadi 181,60 persen dibandingkan pada tahun 2009, dengan jumlah PNS/CPNS sebesar pegawai. Perkiraan pertumbuhan belanja gaji dan tunjangan PNS/CPNS dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Dari perkiraan belanja gaji dan tunjangan PNS/CPNS tersebut dapat diketahui kapasitas riil keuangan daerah Kabupaten Kerinci, kapasitas riil merupakan dana yang tersedia setelah dikurangi belanja gaji dan tunjangan PNS/CPNS serta belanja wajib dan mengikat (belanja rutin) tersebut itulah yang dapat digunakan untuk melaksanakan belanja pembangunan (belanja langsung) Kabupaten Kerinci. Laporan Akhir 6-19

241 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Tabel. VI.4.2 Perkiraan Kapasitas Riil Kabupaten Kerinci URAIAN A B C Total Penerimaan (Dana Tersedia) Jumlah Belanja Gaji dan Tunjangan PNS/CPNS Belanja wajib dan mengikat (belanja rutin) Kapasitas Riil (A (B+C)) Sumber : RPJMD Kabupaten Kerinci Dari dana (kapasitas riil) yang tersedia tersebut, dapat diambil pendekatan penggunaan dana yang tersedia dengan pendekatan prioritas penggunaan dana, dimana ada 3 (tiga) prioritas itas penggunaan dana yaitu: 1. Prioritas I digunakan untuk alokasi program pembangunan yang terkait secara langsung dengan Visi dan Misi walikota. 2. Prioritas II digunakan untuk alokasi program pembangunan untuk urusan lainnya (tidak terkait secara a langsung dengan visi dan misi walikota). 3. Prioritas III digunakan untuk alokasi Belanja Tidak Langsung Lainnya seperti Bantuan Sosial, Hibah, Tambahan Penghasilan PNS dan lain sebagainya. Tabel. VI.4.3 Pendanaan Prioritas Kabupaten Kerinci Tahun Uraian Prioritas I Prioritas II Prioritas III JUMLAH Sumber : RPJMD Kabupaten Kerinci Laporan Akhir 6-20

242 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan 6.5. RENCANA PEMBIAYAAN PROGRAM Sumber-sumber pembiayaan yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah/kota berasal dari Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Indonesia, Bantuan Luar Negeri dan masyarakat. Untuk sektor air minum, limbah dan sampah biasanya komponen yang lebih dominan dalam membiayai adalah pemerintahan Kabupaten/Kota, sebaliknya padaa penanggulangan bencana, jalan negara, drainase makro pemerintah pusat lebih dominan. Baik Bantuan Luar Negeri maupun dana pemerintah Pusat ke Pemerintah Kabupaten/Kota sifatnya stimulan dan pelengkap, namun pembangunan harus didasarkan kepada kekuatan sendiri, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat (community based development). Indikasi rencana program prioritas Kabupaten Kerinci berisi program-program prioritas baik untuk mencapai visi dan misi pembangunan jangka menengah maupun untuk pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM), dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah. Adapun pagu indikatif sebagai wujud kebutuhan pendanaan adalah jumlah dana yang tersedia untuk penyusunan program dan kegiatan tahunan. Program-program prioritas yang telah disertai kebutuhan pendanaan atau pagu indikatif selanjutnya dijadikan sebagai acuan bagi SKPD dalam penyusunan Rencana Strategis SKPD, termasuk dalam menjabarkannya ke dalam kegiatan prioritas beserta kebutuhan pendanaannya. Program prioritas adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang mendapatkan prioritas dalam pendanaan yang dilaksanakan oleh SKPD untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah. Pada akhirnya, keseluruhan rangkaian perencanaan pembangunan daerah bermuara pada penentuan program prioritas yang selanjutnya harus diterjemahkan oleh tiap-tiap SKPD ke dalam kegiatan prioritas. Perencanaan program prioritas dalam dokumen RPJMD harus dirumuskan dengan seksama mengingat pentingnya makna program prioritas bagi rujukan utama dalam pelaksanaan perencanaan tiap tahun kedalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Pagu indikatif merupakan ancangan maksimal atas rencana belanja atau anggaran yang akan dituangkan dalam APBD. Pagu indikatif dialokasikan ke tiap-tiap program prioritas masing-masing urusan untuk mencapai tiap-tiap indikator yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pengelompokan pagu pada program di tiap-tiap SKPD dapat dilakukan untuk kurun waktu lima tahun masa pembangunan jangka menengah. Selanjutnya, masing-masing pagu menjadi patokan maksimal bagi SKPD dalam menjabarkan pagu tersebut pada kegiatan prioritas selama 5 (lima) tahun. Laporan Akhir 6-21

243 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Dalam pelaksanaannya program prioritas pembangunan yang dilaksanakan oleh SKPD terdiri dari Urusan Wajib dan Urusan Pilihan yang menjadi tanggungjawab masing-masing SKPD. Pada berikut disajikan indikasi rencana program prioritas pembangunan yang disertai pendanaan, khususnya untuk yang terkait dengan bidang cipta karya sebagaimana yang termuat dalam dokumen RPIMD Kabupaten Kerinci. Laporan Akhir 6-22

244 Bab 7 : Kelembagaan & Rencana Peningkatan Kapasitas Kelembagaan BAB 7 KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN Guna mendukung keberhasilan implementasi RPIJM selamaa 5 ( lima ) tahun mendatang, perlu digambarkan terhadap organisasi yang menangani Bidang KePU- memberikan an/keciptakaryaan ini. Melalui penggambaran ini diharapkan mampu inspirasi terhadap pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Bahkan melalui penggambaran ini, apabila terjadi kekurangan dapat diusulkan untuk penambahannya atau penguatan kapasitas kelembagaan yang mana perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Langkah- kelembagaan langkah apa yang diperlukan dalam penguatan dan peningkatan kapasitas juga diperlukan dan mungkin akan dituangkan dalam buku ini, sehingga secara lebih jauh lagi, mampu diwujudkan struktur kelembagaan dan fungsi yang lebih sempurna lagi dimasa yang akan datang. Gambaran terhadap kelembagaan dan rencana peningkatan kapasitas kelembagaan tersebut terurai di bawah ini. 7.1 KELAYAKAN KELEMBAGAAN UNTUK INVESTASI PEMBANGUNAN DAERAH Batasan 1. Kelayakan, adalah hasil telaahan ( assessment) tentang kapasitas suatu subyek yang mengemban tugas-tugas tertentu bagi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan. 2. Kelembagaan, merupakan suatu subyek dan sekaligus juga menunjuk kepada bentuk, sifat-sifat dan atau fungsi-fungsinya (build in) yang terkait (involve), berkepentingan (concern) dan bertanggung-jawab (responsible) untuk tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan. 3. Investasi, adalah salah satu masukan dalam proses pembangunan untuk mampu melahirkan/mencipta akan tujuan-tujuan yang ditetapkan. Laporan Akhir 7-1

( R P I J M ) PROVINSI JAMBI BIDANG PU/CIPTA KARYA

( R P I J M ) PROVINSI JAMBI BIDANG PU/CIPTA KARYA ( R P I J M ) BIDANG PU/CIPTA KARYA 2013-2017 KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI SURAT DUKUNGAN MENYEDIAKAN DANA PENDAMPING KATA PENGANTAR KETUA BAPPEDA KOTA SUNGAI PENUH DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Atas segala perhatian dan kerjasama dari seluruh pihak yang terlibat, kami ucapkan terima kasih. Kuala Tungkal, Desember 2012.

Atas segala perhatian dan kerjasama dari seluruh pihak yang terlibat, kami ucapkan terima kasih. Kuala Tungkal, Desember 2012. Kata Pengantar Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk serta bimbingannya kepada kita semua sehingga penyusunan Buku Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia, dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG PU/CIPTA KARYA PROPINSI JAMBI KABUPATEN BUNGO KOTA MUARA BUNGO Nomor :. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Tolitoli merupakan suatu tahapan antara, yaitu setelah penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Tolitoli (SSK)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. No.606, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih. Kata Pengantar Buku laporan interim ini merupakan laporan dalam pelaksanaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Asahan yang merupakan kerja sama

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan dimana didalamnya setiap

Lebih terperinci

I 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan layanan sanitasi sebuah wilayah perlu didasari oleh suatu rencana pembangunan sanitasi Jangka menengah (3 sampai 5 tahunan) yang komprehensif dan bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Ir. Joerni Makmoerniati, MSc Plh. Direktur

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Outline

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA Menimbang Mengingat : PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( R P I J M ) BIDANG PU/CIPTA KARYA KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( R P I J M ) BIDANG PU/CIPTA KARYA KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( R P I J M ) BIDANG PU/CIPTA KARYA 2010-2014 KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI WALIKOTA SUNGAI PENUH SURAT DUKUNGAN MENYEDIA DANA PENDAMPING Nomor: 640/ 121/III/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Cipta Karya PENGANTAR

Direktorat Jenderal Cipta Karya PENGANTAR PENGANTAR Sesuai dengan kewajiban, maka dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2007, Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, sebagai Lembaga Pemerintah Tingkat Eselon I menyusun Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas wilayah Republik Indonesia dengan sebaran pulau, jumlah masyarakat permukiman dengan kendala pencapaian lingkungan sehat saat ini menjadi sasaran pembangunan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN SOLOK DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK Jl. Lintas Sumatera Km 20 Telp. (0755) 31566,Email:pukabsolok@gmail.com RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK TAHUN 2015 AROSUKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Kabupaten Gunungkidul melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Gunungkidul dilakukan karena usia

Lebih terperinci

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Modul Pelaksanaan Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal BUKU 2 Manual Penyusunan RP4D Kabupaten Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal bagi penyusun

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota.

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota. - 20 - C. PEMBAGIAN URUSAN AN PEKERJAAN UMUM 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan nasional sumber daya air. 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM

C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan. Sanitasi yang tidak memadai atau kurang baik di Kabupaten Ciamis berdampak

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen MPS yang disusun oleh Pokja Sanitasi Kota Tangerang ini merupakan tindak lanjut dari penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan penyusunan Buku Putih Sanitasi

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA KETERPADUAN KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan Oleh: MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG, PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong percepatan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991); RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Sukoharjo adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN KEGIATAN PERDESAAN POTENSIAL DUKUNGAN INFRASTRUKTUR KE-CIPTA KARYA-AN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN RAPAT KOORDINASI MINAPOLITAN TAHUN 2014 BATAM 21 23 SEPTEMBER 2014 DIREKTORAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI 2014

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD Pendahuluan 1. 1 LATAR BELAKANG Rencana Jangka Menengah Daerah () Provinsi Jambi 2010-2015 merupakan penjabaran visi, misi dan program Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi terpilih berdasarkan Pemilihan Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Definisi Air Minum menurut MDG s adalah air minum perpipaan dan air minum non perpipaan terlindung yang berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyusunan Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tindaklanjut dari penyusunan Dokumen Buku Putih (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten

Lebih terperinci