Atas segala perhatian dan kerjasama dari seluruh pihak yang terlibat, kami ucapkan terima kasih. Kuala Tungkal, Desember 2012.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Atas segala perhatian dan kerjasama dari seluruh pihak yang terlibat, kami ucapkan terima kasih. Kuala Tungkal, Desember 2012."

Transkripsi

1

2 Kata Pengantar Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk serta bimbingannya kepada kita semua sehingga penyusunan Buku Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tanjung Jabung Barat periode tahun telah dapat diselesaikan. Buku ini merupakan bagian kegiatan pekerjaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang dikendalikan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Dimana dalam pelaksanaannya, penyelesaian kegiatan ini dipercayakan kepada CV. Beltra Mandiri, selaku Konsultan yang ditunjuk dalam proses pengadaan langsung Jasa Konsultansi Pengadaan Barang dan Jasa Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Barat T.A Pada dasarnya materi bahasan yang disampaikan dalam Buku ini mencakup seluruh proses penyusunan RPIJM dengan outline sebagaimana yang diarahkan dalam Buku Pedoman Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota. Secara garis besar bahasannya terdiri dari gambaran umum Kabupaten Tanjung Jabung Barat, rencana pembangunan wilayah, rencana program investasi infrastruktur, Safeguard sosial dan lingkungan, keuangan dan rencana peningkatan pendapatan, kelembagaan serta rencana kesepakatan rencana investasi. Atas segala perhatian dan kerjasama dari seluruh pihak yang terlibat, kami ucapkan terima kasih. Kuala Tungkal, Desember 2012 Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat i

3 Daftar Isi KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud dan Tujuan Sasaran Ruang Lingkup Pekerjaan Keluaran Dasar Acuan BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT 2.1 Kondisi Umum Profil Geografi Kondisi Geografis Kondisi Topografi Iklim Geologi Perkembangan Kawasan Terbangun Rawan Bencana Profil Geografi Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umum Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Profil Ekonomi Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat ii

4 Pertumbuhan Ekonomi Sumber sumber Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi PDRB dan Pendapatan Regional Per Kapita PDRB dan Perkembangannya Inflasi Profil Sosial dan Budaya Pendidikan Kesehatan Peribadatan Kondisi Prasarana Bidang PU/Cipta Karya Sub Bidang Air Minum Sub Bidang Persampahan Sub Bidang Air Limbah Sub Bidang Drainase Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAB III BAB IV RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT 3.1 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rencana Sistem Perkotaan Pusat-Pusat Permukiman Perkotaan dan Perdesaan Rencana Sistem Prasarana Wilayah Rencana Pola Ruang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rencana Kawasan Lindung Rencana Kawasan Budidaya Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Tanjung Jabung Barat RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR 4.1 Rencana Program Investasi Permukiman Petunjuk Umum Program Pengembangan Perumahan Program Pengendalian Kota-kota Besar dan Metropolitan Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat iii

5 4.1.2 Profil Pembangunan Permukiman Gambaran Umum Sasaran Pengembangan Permaslahan Pembangunan Permukiman Analisis Permasalahan dalam Permukiman dan Rekomendasi Usulan Pembangunan Bidang Permukiman Usulan Pembangunan Permukiman Sistem PSD permukiman yang diusulkan Kegiatan Rehabilitasi kawasan kumuh Kegiatan Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Perkotaan (NUSSP) Kegiatan Penyediaan PS AM bagi kawasan Kumuh/Nelayan Kegiatan Pembangunan Air Limbah Percontohan Skala Komunitas (SANIMAS) Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP - PNPM) Usulan dan prioritas program pembangunan PSD permukiman Rencana Investasi Penataan Bangunan Dan Lingkungan Petunjuk Umum Penataan Bangunan Penataan Lingkungan Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Kebijakan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Profil penataan bangunan gedung dan lingkungan Kondisi Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Permasalahan dan Sasaran Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rumusan Permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat iv

6 Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan Rekomendasi Program yang Diusulkan Usulan dan Prioritas Program Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan Rencana Investasi Sub Bidang Air Limbah Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah Umum Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah dalam Rencana Kabupaten Tanjung Jabung Barat Profil Pengelolaan Air Limbah Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Air Limbah Profil Pengelolaan Air Limbah Sasaran Pengelolaan PS Air Limbah Rumusan Masalah Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Analisa Permasalahan Alternatif Pemecahan Persoalan Rekomendasi Sistem Prasarana Yang Diusulkan Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan Usulan dan Prioritas Program Pembiayaan Pengelolaan Rencana Investasi Sub Bidang Persampahan Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan Umum Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat v

7 Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan dalam Rencana Kabupaten Tanjung Jabung Barat Profil Persampahan Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat Ini Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada ( Aspek Teknis) Aspek Pendanaan Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan Aspek Peran Serta Masayarakat Permasalahan Yang Dihadapi Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah Rumusan Masalah Analisa Permasalahan dan Rekomendasi Analisa Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan Kebutuhan Pengembangan Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Persampahan Pembiayaan Pengelolaan Rencana Investasi Sub Bidang Drainase Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan Umum Maksud dan Tujuan Drainase Arah Kebijakan Penanganan Drainase Kebijakan, Program dan Kegiatan Drainase Dalam Rencana Kabupaten Kerinci Profil Rinci Penyediaan Drainase Gamabaran Umum Kondisi Drainase Saat Ini Aspek Kelembagaan Aspek Pendanaan Aspek Peran Serta Masyarakat Permasalahan yang dihadapi Permasalahan Sistem Drainase Yang Ada Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat vi

8 Sasaran Drainase Rumusan Masalah Analisis Permaslahan dan Rekomendasi Analisis Masalah Pemecahan Masalah Sistem Drainase Yang Diusulkan Usulan dan Prioritas Program Rencana Investasi Pengembangan Air Minum Petunjuk Umum Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum Permsalahan Yang Dihadapi Sarana Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana ( PS ) Air Minum Rumusan Masalah Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Kebutuhan Prsarana Air Minum Analisis Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum Analisis Kebutuhan program Rekomendasi BAB V SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN 5.1 Petunjuk Umum Prinsip Dasar Safeguard Kerangka Safeguard Metoda Pendugaan Dampak Metode Formal Metode Non Formal Metode Prakiraan Dampak Penting Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat vii

9 BAB VI KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN 6.1 Petunjuk Umum Komponen Keuangan Komponen Penerimaan Pendapatan Komponen Pengeluaran Belanja Komponen Pembiayaan Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Pengelolaan Pendapatan Daerah Neraca Keuangan Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah Proporsi Penggunaan Anggaran Analisa Pembiayaan BAB VII KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN 7.1 Kelayakan Kelembagaan Untuk Investasi Pembangunan Daerah Batasan Perlunya Kelayakan Kendala Pelaksanaan Otonomi Peningkatan Kapasitas ( Capacity Building ) Pengertian dan Tujuan Prinsip Peningkatan Kapasitas Ruang Lingkup Peningkatan Kapasitas Tahapan Koordinasi Pelaksanaan Kondisi Kelembagaan Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah Masalah, Analisis, dan Usulan Program Masalah Yang Dihadapi Analisis Masalah Usulan Program Usulan Sistim Prosedur Antar Instansi Kedudukan, Fungsi, Tugas dan Pelaksanaan RPIJM Hubungan Antar Instansi Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat viii

10 7.4.3 Format Umum Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaan BAB VIII MEMORANDUM PROGRAM RPIJM 8.1 Memorandum Program Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat ix

11 Daftar Tabel Tabel II.1.1 Nama Kecamatan, Ibukota, Desa/Kelurahan dan Luas Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel II.1.2 Rata-rata Ketinggian Ibukota Kecamatan dari Permukaan Air Laut dirinci Menurut Wilayah Tanah Usaha (KM2) Tahun Tabel II.1.3 Curah Hujan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel II.1.4 Jenis Tanah Kabupaten Tanjung Jabung barat Tabel II.1.5 Penggunaan Lahan Existing di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel II.1.6 Jumlah, Penyebaran Penduduk dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel II.1.7 Kemampuan Membaca dan Menulis Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel II.1.8 Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel II.1.9 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut Lapangan Usaha Periode Tabel II.1.10 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel II.1.11 Struktur Perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel II.1.12 Pendapatan Regional Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun (Rp. 000) Tabel II.1.13 Perkembangan PDRB ADHB dan ADHK 2000 Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel II.1.14 PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Se- Provinsi Jambi Tahun Tabel II.1.15 Tingkat Inflasi Kabupaten Tanjung jabung Barat Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat x

12 Tabel II.1.16 Kegiatan Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel II.1.17 Kegiatan Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel II.1.18 Kegiatan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel II.1.19 Kegiatan Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel II.1.20 Jumlah Sarana Pendidikan di Luar Lingkungan Dinas Pendidikan Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel II.1.21 Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dirinci Menurut Kecamatan Tahun Tabel II.1.22 Jumlah Sarana Peribadatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dirinci Menurut Kecamatan Tahun Tabel II.2.1 Banyaknya Pelanggan Air Minum di Kabupaten Tabjung Jabung Barat Tahun Tabel II.2.2 Nilai dan Produksi Air Bersih Per Bulan di Kbupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel II.2.3 Nilai dan Produksi Sampah Rata-rata di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun Tabel III.1.1 Rencana Pusat Kegiatan dan Pelayanan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel III.1.2 Rencana Kawasan Perkotaan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Pada Tahun Tabel III.2.1 Rencana Luas Kawasan Budidaya Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel III.2.2 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel III.3.1 Kawasan Strategis kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel IV.1.1 Kondisi Fisik Perumahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 4-5 Tabel IV.1.2 Jumlah Rumah Tangga Pelanggan Air Bersih PDAM Dikabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat xi

13 Tabel IV.1.3 Jumlah Rumah Tangga Pelanggan PLN Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel IV.1.4 Proyeksi Kebutuhan Perumahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel IV.1.5 Proyeksi Kebutuhan Perumahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel IV.3.1 Perkembangan Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel IV.3.2 Proyeksi Produksi Air Limbah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel IV.3.3 Rekomendasi pemecahan masalah Tabel IV.4.1 Nilai dan Produksi Sampah Rata-rata di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel IV.4.2 Rumusan Masalah Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel IV.4.3 Proyeksi Timbulan Sampah Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel IV.4.4 Alternatif Pemecahan Masalah Pengelolaan Persampahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel IV.5.1 Pembagian Saluran Drainase Tabel IV.6.1 Banyaknya Pelanggan Air Bersih di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel IV.6.2 Nilai dan Produksi Air Bersih Per Bulan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel IV.6.3 Jaringan Distribusi Primer, Sekunder dan Tertier Tabel IV.6.4 Data jumlah pelanggan dan Penjualan air bersih Menurut Golongan Tabel V.3.1 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Bidang Permukiman Tabel V.3.2 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Jalan Lingkungan Tabel V.3.3 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Drainase Tabel V.3.4 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Air Minum Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat xii

14 Tabel V.3.5 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Air Limbah Tabel V.3.6 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Persampahan Tabel V.3.7 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Sosial/Pemberdayaan Masyarakat Tabel V.3.8 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Pendanaan Ekonomi Tabel V.3.9 Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Kelembagaan Tabel VI.2.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Rp. 000) Tabel VI.2.2 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat ( Rp. 000 ) Tabel VI.2.3 Perkembangan Dana Perimbangan Kabupaten Tanjung Jabung Barat ( Rp. 000 ) Tabel VI.2.4 Perkembangan Pendapatan Lain-lain yang sah Kabupaten Tanjung Jabung Barat ( Rp. 000 ) Tabel VI.2.5 Proporsi Sumber Pendapatan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat ( Jutaan Rp ) Tabel VI.2.6 Neraca Keuangan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Per 1 Januari Desember Tabel VI.2.7 Kewajiban Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Per 1 Januari Desember Tabel VI.2.8 Ekuitas Dana Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Per 1 Januari Desember Tabel VI.2.9 Rasio Likuiditas Neraca Keuangan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel VI.2.10 Rasio Solvabilitas Neraca Keuangan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tabel VI.3.1 Proporsi Penggunaan Anggaran Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun ( Jutaan Rp ) Tabel VII.2.1 Fokus Perhatian LSM di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat xiii

15 Daftar Gambar Gambar Peta Kabupaten Tanjung Jabung Barat Gambar Proporsi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Kabupaten Tanjung Jabung barat Kabupaten 1-1 Tanjung Jabung Barat xiv

16 Bab 1 : Pendahuluan Pendahuluan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

17 Bab 1 : Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Permukiman perkotaan dan perdesaan merupakan suatu kawasan hunian. Permasalahan yang banyak muncul selama ini berkisar pada permukiman yang tidak sehat, dimana ditentukan berbagai indikasi yang mengisyaratkan ketidakmampuan daya dukung kawasan dan perlu segera ada upaya-upaya baik represif maupun preventif. Penanganan yang tidak tepat terhadap masalah infrastruktur sehingga akan membawa dampak negatif pada perkembangan kawasan diperdesaan secara keseluruhan. Permasalahan permukiman harus dilakukan secara menyeluruh, oleh sebab itu diperlukan perencanaan yang matang dan komprehensif sehingga program-program pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan dapat berjalan dengan optimal dan tepat sasaran sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. Menanggapi hal tersebut maka pemerintah dalam mengantisipasi permasalahan tersebut mengimplementasikan melalui program diantaranya yang mengarah pada upaya pengembangan kawasan yang merupakan wujud keberpihakan kepada masyarakat berpenghasilan rendah terutama pada kawasan yang lingkungannya tertinggal dalam bidang pembangunan infrastruktur pada daerah perkotaan ataupun perdesaan. Maka perencanaan matang harus diambil untuk menyiapkan kawasan-kawasan permukiman yang layak huni dipedesaan, pengembangan yang sudah disiapkan segala infrastruktur untuk memudahkan dan memurahkan akses masyarakat penghuni tersebut kelokasi tempat berinteraksi sosial yang merupakan kawasan hunian diperkotaan dan diperdesaan. Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah dengan cara yang Kabupaten Tanjung Jabung Barat

18 Bab 1 : Pendahuluan lebih terpadu, efisien, efektif, serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan. Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman yang disiapkan secara lebih terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pendayagunaan sumber daya yang sinergis diharapkan mampu mengoptimalkan pelaksanaan dan hasil pembangunan untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional, penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan serta pengernbangan wilayah baik di perkotaan maupun di perdesaan. Untuk mewujudkan ha! tersebut perlu disiapkan perencanaan program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan secara terpadu. Departemen Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya mengambil inisiatif untuk mendukung Provinsi, serta Kabupaten/Kota untuk dapat mulai menyiapkan perencanaan program yang dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya melalui penyiapan Rencana Program Investasi (RPIJM) sebagai embrio terwujudnya perencanaan program infrastruktur yang lebih luas. Dengan adanya RPIJM tersebut, Kabupaten/Kota dapat menggerakan semua sumberdaya yang ada untuk memenuhi kebutuhan daerah, mendorong dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni (livable). RPIJM yang disusun perlu memperhatikan aspek kelayakan program dari masing-masing kegiatan dan kelayakan spasialnya sesuai skenario pembangunan daerah yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang yang ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya. Disamping itu RPIJM yang akan disusun daerah harus mempertimbangkan kemampuan pendanaan dan kapasitas kelembagaan dalam mendukung pelaksanaan program investasi yang telah disusun. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

19 Bab 1 : Pendahuluan Dengan Demikian Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat diharapkan dapat mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan kabupaten/kota, secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi masing-masing agar dapat mendorong pembangunan ekonomi lokal, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan nyata dapat dicapai. Dokumen Rencana Pogram Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Daerah Bidang PU/ Cipta Karya diperlukan sebagai satu acuan dalam penyusunan perencanaan program dan anggaran serta pembangunan infrastruktur bidang PU/ Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber baik APBN, APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten/ Kota. Dalam hal ini dana APBN lebih bersifat stimulan dan Pemerintah Daerah diharapkan dapat berkontribusi dalam bentuk cost sharing/ joint program terhadap program program kegiatan yang diusulkan untuk mendapatkan dana dari APBN. Disamping itu RPIJM disusun melalui proses partisipatif yang mengakomodasi kebutuhan nyata masyarakat dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan/ pendanaan dan kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan, mempertimbangkan aspek kelayakan program masing masing sektor dan kelayakan spasialnya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) serta kelayakan sosial dan lingkungan. Secara ringkas, latar belakang perlunya penyusunan dokumen ini adalah : 1) Perlunya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pembangunan di Daerah; 2) Perlunya pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang disiapkan secara lebih cerdas, terencana, dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

20 Bab 1 : Pendahuluan 3) Sebagai dokumen kelayakan dan kerjasama program dan anggaran pembangunan Bidang Cipta Karya di daerah antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat 4) Mendorong pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya di daerah dalam rangka memacu pertumbuhan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan pemerataan pembangunan 5) Mendukung pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang Cipta Karya sebagaimana dimaksud dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan seterusnya maupun Millennium Development Goals (MDG s) tahun 2015 yang akan datang. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk mencapai target pemerintah dalam memberikan dukungan bagi pengembangan prasarana kawasan perkotaan dan diperdesaan yang bertujuan untuk mencipatkan kemudahan dalam pemograman dan tersedianya input yang komprehensif untuk mendukung pengembangan sarana dan prasarana kawasan permukiman diperdesaan sehingga akan mendukung peningkatan perekonomian masyarakat. Penyusunan RIPJM bertujuan antara lain untuk : mendukung koordinasi pelaku pembangunan. mendukung integrasi, sinkronisasi, sinergi antara daerah, antar ruang, dan antar waktu, serta antar fungsi pemerintah. bisa menjamin keterkaitan dan konsistensi, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. mengoptimalkan partisipasi masyarakat. menjamin tercapainya Sumber Daya Manusia yang efesien, efektif dan berkelanjutan. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

21 Bab 1 : Pendahuluan 1.3 SASARAN Sasaran pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk : 1) Tersusunnya RPIJM Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang sesuai dengan kebutuhan prioritas daerah dan rencana, pengembangan wilayah yang mengacu pada RTRW Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 2) Tersusunnya RPIJM Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang memenuhi kelayakan teknik, ekonomi, keuangan, social dan lingkungan yang didukung dengan kelembagaan daerah yang memadai. 3) Tersusunnya rencana investasi daerah yang dapat didanai dengan berbagai skema pendanaan baik melalui dana sendiri (APBD Kota), dana-dana hibah (APBN, APBD Provinsi) dan dana hibah/pinjaman luar negeri maupun dana swasta. 1.4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN Ruang lingkup penyusunan RPIJM Kabupaten Tanjung Jabung Barat, pada hakekatnya mencakup proses, kerangka pembahasan, analisis kelayakan program serta sintesis program dan anggaran dalam rangka mewujudkan perencanaan program infrastruktur yang berkualitas (RPIJM yang berkualitas), sehingga mampu meningkatkan kemampuan manajemen pembangunan daerah dalam Bidang PU/Cipta Karya. Secara khusus, lingkup kegiatan penyusunan RPIJM Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah sebagai berikut. Lingkup Wilayah Lingkup wilayah yang menjadi dasar penyusunan RPIJM Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah mencakup seluruh wilayah administrasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat

22 Bab 1 : Pendahuluan Lingkup Penugasan Dalam pelaksanaan kegiatan ini, konsultan menyusun RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Bungo. Lingkup penugasan konsultan terutama difokuskan pada pendampingan penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya daerah yang disesuaikan dengan arahan dan petunjuk yang telah disampaikan, termasuk yang tercantum dalam buku pedoman penyusunan RPIJM. Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan Fasilitasi Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah: 1) Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya terutama yang dibiayai dari APBN maupun APBD (Cost Sharing maupun Joint Program) Provinsi maupun Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang PU/Cipta Karya sebagaimana dimaksud dalam RPJMN dan seterusnya maupun pencapaian terget MDG s 2015 yang akan datang. 2) Pembangunan daerah Bidang PU/Cipta Karya terutama di Kawasan Permukiman yang menjadi prioritas dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan pertumbuhan daerah. 3) Sistematika RPIJM mencakup: a) Isu dan kecenderungan situasi dan kondisi yang perlu diperhatikan; b) Kerangka Logis (Logical Framework) penyusunan RPIJM bidang PU/Cipta Karya dan sasaran/keluaran yang perlu dicapai; c) Rencana pembangunan perkotaan; d) Sinkronisasi dan prioritas program (kesepakatan program/ anggaran sebagai ringkasan memorandum program); e) Program investasi infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya dalam penyediaan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

23 Bab 1 : Pendahuluan perumahan dan permukiman; perbaikan perumahan dan permukiman; penyehatan lingkungan permukiman (pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, penanganan drainase), penyediaan dan pengelolaan air minum; penataan bangunan; dan pembangunan jalan dan jembatan serta pengendalian banjir; f) Social Safeguard (Land Acquisition and Resettlement Plan); g) Analisis Keuangan Daerah dan Pembiayaan Program Pembangunan; 4) Kegiatan Bidang PU/Cipta Karya yang dapat dimasukkan dalam RPIJM tersebut meliputi, antara lain: a) Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan untuk mendukung: i) pengembangan kawasan agropolitan, ii) pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa (KTP2DJ dan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), dan iii) penyediaan infrastruktur bagi desa tertinggal (PPIP) b) Peningkatan Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh dan Nelayan, melalui: i) penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP), ii) penataan dan perbaikan lingkungan permukiman (NUSSP), dan iii) peremajaan kawasan kumuh/nelayan; c) Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, melalui: i) penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan jalan lingkungan) untuk pengembangan kawasan perumahan RSH bagi PNS/TNI-POLRI/Pekerja, ii) pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA), dan iii) penyediaan infrastruktur di daerah terpencil/pulau kecil/kawasan perbatasan; d) Pengembangan Infrastruktur Permukiman Perkotaan, meliputi: i) Sistem Penyediaan (prasarana dan sarana) air minum, ii) Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat, iii) Pengelolaan Persampahan iv) Drainase Penataan Revitalisasi kawasan/lingkungan/bersejarah; e) Pengembangan Kawasan Permukiman, meliputi penyediaan infrastruktur untuk pengembangan/perluasan permukiman kota dan pengembangan kawasan ekonomi terpadu; Kabupaten Tanjung Jabung Barat

24 Bab 1 : Pendahuluan f) Pembinaan teknis penataan bangunan dan lingkungan untuk memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan gedung serta lingkungan yang layak huni. Kegiatan penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Tanjung Jabung Barat perlu disusun oleh Satgas RPIJM Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan mendasarkan pada manajemen strategis pembangunan daerah yang mendasarkan pada pemenuhan kebutuhan dasar dan demand of development serta melalui pendekatan partisipatif, yang sedapat mungkin melibatkan berbagai stakeholder pembangunan KELUARAN Keluaran dari kegiatan ini antara lain adalah sebagai berikut a. Dokumen RPIJM Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang disusun sesuai dengan ruang lingkup tersebut diatas yang didukung oleh hasil kajian kelayakan program/proyek serta memorandum program bidang PU/Cipta Karya; b. Kesepakatan rencana dan program antara pemerintah pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, serta stakeholder lainnya (investor/masyarakat); c. Konsolidasi data dan informasi mengenai pembangunan bidang cipta karya dan rencana pembangunan bidang cipta karya di daerah; d. Konsolidasi peta pengembangan dan prasarana bidang cipta karya; e. Data dan informasi yang terstruktur, relevan, mutakhir (up-to-date) dan lengkap terkait dengan penyelenggaraan RPIJM bidang Cipta Karya; f. Hasil Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program Bidang PU/Cipta Karya 1.6 DASAR ACUAN Penyusunan RPIJM pada dasarnya harus bertitik tolak (mengacu) kepada peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku pada saat RPIJM disusun. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan yang perlu diacu tersebut diantaranya adalah sebagaimana berikut: Kabupaten Tanjung Jabung Barat

25 Bab 1 : Pendahuluan 1. Acuan Kepada Peraturan Perundangan 1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470); 5) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara tahun 1992 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3406); 6) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4310); 7) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara No. 134 Tahun 2002, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247) ; 8) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3477) Kabupaten Tanjung Jabung Barat

26 Bab 1 : Pendahuluan 9) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 10) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 11) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 12) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara No. 132 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor 444.) 13) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739); 14) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 15) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 16) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh di Provinsi Jambi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 9898, Tambahan Lembaran Negara 4871); Republik Indonesia Nomor Kabupaten Tanjung Jabung Barat

27 Bab 1 : Pendahuluan 17) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 18) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 19) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 20) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059; 21) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 22) Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 23) Undang-Undang No 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun 24) Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran negara Nomor 3658); 25) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran negara Nomor 3660); 26) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Tata Guna Tanah (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 45 Tambahan lembaran Negara Nomor 4385); Kabupaten Tanjung Jabung Barat

28 Bab 1 : Pendahuluan 27) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86); 28) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 29) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 30) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 31) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779); 32) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4833); 33) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 34) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82); Kabupaten Tanjung Jabung Barat

29 Bab 1 : Pendahuluan 35) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859); 36) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); 37) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004); 38) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 39) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan; 40) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan; 41) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 Tanggal 16 Maret 2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan; 42) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan; 43) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan; 44) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; 45) Peraturan dan Perundangan lainnya yang terkait. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

30 Bab 1 : Pendahuluan 2. Acuan Kepada Kebijakan dan Strategi a) Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman, bahwa pembangunan perkotaan perlu ditingkatkan dan diselenggarakan secara berencana dan terpadu; b) Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum; c) Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan; d) Keputusan Presiden No. 7/2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Disamping itu, yang perlu juga dijadikan sebagai acuan atas dasar pendekatan dalam penyusunan RPIJM adalah kebijakan ataupun arahan dari pimpinan Departemen PU/Cipta Karya serta kebijakan pimpinan instansi terkait. 3. Acuan Kepada Tujuan Pembangunan Kabupaten/Kota Mengacu kepada RPJMD pembangunan daerah, pada hakekatnya pembangunan adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap tempat berusaha dan tempat tinggal baik dalam segi kualitas maupun kuantitas dalam lingkungan yang sehat dengan menciptakan lingkungan perkotaan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi perkotaan yang mendukung perkembangan wilayah secara efektif dan efisien serta memperhatikan keseimbangan-keterpaduan hubungan antara perkotaan dan perdesaan. Hal ini berarti bahwa, segala usaha pembangunan tersebut haruslah dapat menjamin terciptanya: Peningkatan produktifitas Kabupaten/Kota (productivity); Peningkatan efisiensi pelayanan dan kegiatan kota (efficiency), Kabupaten Tanjung Jabung Barat

31 Bab 1 : Pendahuluan Pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui pendekatan yang berwawasan lingkungan (sustainable environment); Pembangunan perkotaan yang berkeadilan sosial (socially just); Pembangunan perkotaan yang mendukung kelestarian budaya kota (culturally vibrant); Pembangunan perkotaan yang mendukung terciptanya jati diri kota (city sense or image); Pembangunan perkotaan yang didukung oleh partisipasi politik masyarakat kota (politically participatory). 4. Acuan Kepada Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota Adapun sasaran pembangunan daerah (perkotaan dan perdesaan) adalah sebagai berikut: Terselenggaranya pengelolaan pembangunan perkotaan yang lebih efektif dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya alamnya yang mengacu kepada rencana tata ruang kota yang berkualitas termasuk pengelolaan administrasi pertanahan yang lebih tertib dan adil serta ditunjang oleh kelembagaan pemerintah yang makin siap melaksanakan otonomi daerah; Makin mantapnya kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan pembangunan perkotaan, baik melalui organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya maupun pengusaha perorangan; Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditujukan oleh meningkatnya pendapatan per kapita dan kualitas hidup penduduk yang semakin merata; Berkurangnya jumlah penduduk miskin; Meningkatnya kualitas fisik lingkungan sesuai dengan baku mutu lingkungan. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

32 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat

33 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2.1. KONDISI UMUM Profil Geografi Kondisi Geografis Tanjung Jabung Barat adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Pantai Timur Provinsi Jambi, tepatnya antara 0 o o 41 Lintang Selatan dan antara 103 o o 21 Bujur Timur. Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Tanjung Jabung Barat berbatasan : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Batanghari 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Selat Berhala dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Tebo. Gambar. II.1.1 Peta Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki Luas wilayah 5.009,82 Km2 atau sekitar ± 9,38 % dari total luas Provinsi Jambi yang mencapai ,72 Km2. Sejak diberlakukannya Perda Nomor 8 Tahun 2008 tentang pembentukan Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Batang Asam, Kecamatan Renah Mendaluh, Kecamatan Muara Papalik, Kecamatan Seberang Kota, Kecamatan Bram Itam, Kecamatan Kuala Betara dan Kecamatan Senyerang, maka jumlah kecamatan menjadi 13 kecamatan dengan 70 desa/kelurahan dengan distribusi wilayah sebagai berikut : Kabupaten Tanjung Jabung Barat

34 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel. II.1.1 Nama Kecamatan, Ibukota, Desa/Kelurahan dan Luas Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat No Kecamatan Ibukota Desa/Kelurahan Luas (Ha) 1. Tungkal Ilir Tungkal IV Kota 1. Kel. Tungkal IV Kota 2. Kel. Tungkal III 3. Kel. Tungkal Harapan 4. Kel. Tungkal II 5. Desa Tungkal I 6. Desa Teluk Sialang 2. Seberang Kota Tungkal V 1. Kel. Tungkal V 2. Desa Tungkal IV 3. Desa Kuala Baru 4. Desa Teluk Pulai Raya 3. Bram Itam Bram Itam Kiri 1. Desa Bram Itam Kiri 2. Desa Bram Itam Kanan 3. Desa Tanjung Senjulang 4. Desa Pembengis 4. Tungkal Ulu Pelabuhan Dagang 1. Kel. Pelabuhan Dagang 2. Desa Badang 3. Desa Tanjung Tayas 4. Desa Kuala Dasal 5. Desa Pematang Pauh 6. Desa Taman Raja 7. Desa Brasau 100,31 121,29 312,66 345,69 5. Tebing Tinggi Tebing Tinggi 1. Kelurahan Tebing Tinggi 2. Desa Purwodadi 3. Desa Suka Damai 4. Desa Adi Jaya 5. Desa Kelagian 342,89 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

35 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat No Kecamatan Ibukota Desa/Kelurahan Luas (Ha) 6. Batang Asam Kebun Dusun 1. Desa Dusun Kebun 2. Desa Sri Agung 3. Desa Suban 4. Desa Tanjung Bojo 5. Desa Kampung Baru 6. Desa Lubuk Bernai 7. Merlung Merlung 1. Desa Merlung 2. Desa Lubuk Terap 3. Desa Penyabungan 4. Desa Tanjung Paku 5. Desa Tanjung Benanak 6. Desa Bukit Harapan 7. Desa Adi Purwa 8. Desa Pinang Gading 1.042,37 311,65 8. Renah Mendaluh Lubuk Kambing 1. Desa Lubuk Kambing 2. Desa Pulau Pauh 3. Desa Rantau Benar 4. Desa Lampisi 5. Desa Cinta Damai 6. Desa Sungai Rotan 473,72 9. Muara Papalik Rantau Badak 1. Desa Rantau Badak 2. Desa Dusun Mudo 3. Desa Intan Jaya 4. Desa Bukit Indah 5. Desa Kemang Manis 10. Betara Mekar Jaya 1. Desa Mekar Jaya 2. Desa Makmur Jaya 3. Desa Pematang Lumut 4. Desa Serdang Jaya 11. Kuala Betara Betara Kiri 1. Desa Betara Kiri 2. Desa Sungai Dualap 3. Desa Betara kanan 4. Desa Sungai Gebar 12. Pengabuan Teluk Nilau 1. Kel. Teluk Nilau 2. Desa Parit Pudin 3. Desa Sungai Serindit 4. Desa Mekar Jati 13. Senyerang Senyerang 1. Kel. Senyerang 2. Desa Sungai Kayu Aro, 3. Desa Teluk Ketapang 4. Desa Sungai Rambai 5. Desa Margo Rukun 6. Desa Lumahan 7. Desa Kempas Jaya 336,38 570,21 185,89 440,13 426,63 JUMLAH 5.009,82 Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat , 2011 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

36 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kondisi Topografi Pemekaran wilayah Kecamatan yang dilakukan pada tahun 2008 merupakan tuntutan akan peningkatan pelayanan pada masyarakat dan penambahan jumlah penduduk. Perlunya peningkatan pelayanan pada masyarakat merupakan suatu kebutuhan yang wajib dilakukan oleh pemerintahan daerah sebagai bentuk pengabdian dalam kerangka pelaksanaan tugas pemerintahan. Dengan bertambahnya jumlah kecamatan, maka masyarakat menjadi semakin dekat dengan pusat-pusat layanan pemerintahan dan aktivitas ekonomi. Namun di sisi lain pemekaran kecamatan juga berdampak pada peningkatan biaya penyelenggaraan pemerintahan. Tabel. II.1.2 Rata-rata Ketinggian Ibukota Kecamatan dari Permukaan Air Laut Dirinci menurut Wilayah Tanah Usaha (Km2)Tahun 2010 Kecamatan Ketinggian dari Permukaan Laut 0-25 m (Ha) m (Ha) > 500 m (Ha) Jumlah Tungkal Ulu , ,4 Merlung , ,7 Batang Asam , , ,8 Tebing Tinggi , ,9 Renah Mendaluh , , ,4 Muara Papalik , ,7 Pengabuan , ,2 Senyerang , ,3 Tungkal Ilir , ,0 Bram Itam , ,4 Seberang Kota , ,5 Betara , ,5 Kuala Betara , ,5 Jumlah , , , ,3 % 42,8 54,8 2,4 100,0 Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat , 2011 Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara meter dari permukaan laut. Penyebaran luas wilayah pada masing-masing kecamatan berdasarkan ketinggian dan luas wilayah tanah usaha. Tabel. II.1.2 menunjukkan bahwa sekitar 42,8 persen wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat berada pada ketinggian antar 0-25 m dari permukaan laut. Sementara 54,8 persen wilayah lainnya berada pada Kabupaten Tanjung Jabung Barat

37 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat ketinggian antara m dan sisanya sekitar 2,4 persen berada pada ketinggian di atas 500 m dari permukaan laut Iklim Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang terletak dibagian timur Provinsi Jambi beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 26.9 o C, suhu minimun adalah 21,9 o C dan maksimum 32 o C. Curah hujan rata-rata berkisar 2.238,5 mm/tahun atau rata berkisar antara 186,54 mm/bulan dengan hari hujan berkisar antara 5 11 hari/bulan atau dalam satu tahun mencapai 105 hari. Artinya distribusi hujan bulanan cukup merata. Puncak bulan basah terjadi pada bulan Nopember Januari dan bulan kering pada bulan Juni sampai dengan Agustus sebagaimana daerah lain yang ada di Provinsi Jambi (lihat Tabel. II.1.3). Tabel. II.1.3 Curah hujan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2010 Bulan Curah hujan (mm) Jumlah Hari hujan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 156,5 11 September Oktober November Desember Jumlah 2.238,5 105 Rata-Rata 186,54 8,75 Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat , 2011 Kondisi iklim dan cuaca ini sangat dipahami oleh para petani. Untuk itu masyarakat dalam melakukan aktivitas usaha di sektor pertanian, terutama untuk tanaman pangan (padi dan palawija) sangat memahami kondisi cuaca, kapan harus nanam dan kapan harus panen. Sementara mereka yang berprofesi sebagai nelayan tangkap menjadikan siklus iklim dan cuaca sebagai momen untuk melaut menjelang datangnya musim angin barat Geologi Tabel. II.1.4. menunjukkan bahwa jenis tanah Kabupaten Tanjung Jabung dominanasi oleh Padzolik dengan luas ,7 hektar atau sekitar 45,46 % dari luas wilayah kabupaten. Sementara jenis tanah Organosol luasnya mencapai ,7 hektar atau sekitar 22,75 % dari luas wilayah kabupaten. sedangkan jenis Andosol merupakan jesni tanah yang paling sedikit, hanya mencapai seluas 3.418,3 hektar atau sekitar 0,69 % dari luas wilayah kabupaten. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

38 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel. II.1.4 Jenis Tanah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kecamatan Jenis Tanah Organosol Alluvial Padzolik Gleisol Andosol Jumlah (Ha) Tungkal Ulu , , ,4 Merlung , ,7 Batang Asam 5.657, , , , ,8 Tebing Tinggi 4.766, , , , ,9 Renah Mendaluh , ,4 Muara Papalik , ,7 Pengabuan , , , ,2 Senyerang , , ,3 Tungkal Ilir 2.187, , , ,0 Bram Itam , , , ,4 Seberang Kota 2.644, ,8 964, ,5 Betara , , , , ,5 Kuala Betara , ,7 742, ,5 Jumlah (Ha) , , , , , ,3 % 22,75 12,03 45,46 19,07 0,69 100,00 Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat , 2011 Dilihat dari distribusi jenis tanah Padzolik ternyata ,9 Ha atau sekitar 92,42 % berada di 6 kecamatan dan semuanya berlokasi di bagian hulu (lihat Tabel. II.1.4) dan sangat potensial untuk pengembangan perkebunan. Dilihat dari pola aliran sungai Pengabuan, dimana di daerah hulu pola aliran sungainya berbentuk paralel, sehingga sangat baik sebagai digunakan sebagai sarana transportasi angkutan sungai menuju ambang laut. Untuk itu beberapa perusahaan besar di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, seperti PT. Wira Karya Sakti (WKS) dan PT. Lontar Papyrus, Pulp and Paper Industry (LPPPI) menggunakan Sungai Pengabuan sebagai sarana angkutan untuk melakukan ekspor produknya ke berbagai negara. Disamping itu juga masyarakat menggunakan Sungai Pengabuan untuk berbagai aktivitas ekonomi sebagai sumber mata pencaharian (nelayan dan usaha angkutan), baik angkutan sungai maupun angkutan antar pulau. Berdasarkan posisi ketinggian wilayah (Tabel. II.1.3) dan jenis tanah (Tabel. II.1.4), maka untuk membangun Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berbasis pertanian dengan orientasi Agribisnis dan agroindustri yang bermuara pada Ekonomi Kerakyatan, maka Kabupaten ini dibagi dalam 3 (tiga) wilayah berdasarkan ketersediaan sumberdaya air sebagai berikut : 1. Wilayah Basah, di wilayah ini dikembangkan padi, sayur-sayuran, palawija tambak/kolam keramba dan pengembangan peternakan unggas, terutama bebek. 2. Wilayah Basah/Kering, di wilayah ini dikembangkan padi, palawija termasuk sayursayuran dan ternak seperti kambing dan ayam. Kebijakan yang diambil adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat

39 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat meningkatkan produksi tanaman pangan sehingga dapat menjadi penyanggah ketahanan Pangan di Provinsi Jambi. 3. Wilayah Kering, sanagt cocok untuk pengembangan ternak besar dan perkebunan. Kebijakan yang diambil diarahkan pada pengembangan usaha Agro Ekonomi dan sekaligus Agroindustri yang kita sebut sebagai kawasan Agro Ekonomi dan Agroindustri yang berbasis potensi lokal Perkembangan Kawasan Terbangun Penggunaan lahan hutan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, mencakup jenis penggunaan kawasan hutan produksi, hutan produksi terbatas, hutan lindung gambut, cagar alam dan Taman Nasional. Dalam pengelolaannya kawasan hutan yang ada di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat termasuk dalam hutan Negara. Untuk kawasan hutan, Hutan produksi mempunyai areal terluas yaitu ,70 Ha atau 36,78 % dari luas Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sedangkan untuk Kawasan yang Terbangun meliputi penggunaan lahan sektor pertanian antara lain Kebun Kelapa dalam seluas Ha (6.86 %), Kebun Kelapa Sawit seluas Ha (7,21%), Kebun Karet seluas 22,755 Ha (4,54%).dan Sawah seluas Ha (6,23%). Dari data yang diperoleh jenis penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2009, dapat dibedakan kedalam Kawasan Hutan dan Kawasan Terbangun Tabel berikut. Tabel. II.1.5 Penggunaan Lahan Existing di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2010 PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha) PRESENTASE (%) KAWASAN HUTAN Hutan Produksi ,70 36,78 Hutan Produksi Terbatas ,86 Hutan Lindung Gambut ,00 Hutan Cagar Alam 126,09 0,03 Taman Nasional Bukit Tiga Puluh ,30 Konservasi Kerang Darah 365,3 0,07 JUMLAH ,09 49,04 DAERAH TERBANGUN Permukiman 2.951,77 0,59 Bangunan ,25 7,17 Sawah ,45 Tegalan/Ladang 51,918 10,36 Kebun Campuran ,65 Semak Belukar ,91 Kebun Kelapa Sawit ,21 Kebun Kelapa Dalam ,00 6,79 Kebun Karet ,00 4,54 Kebun Kopi 4.500,00 0,90 Kebun Pinang 8.324,60 1,66 Sungai/Rawa ,40 JUMLAH ,02 51,62 TOTAL LUAS PENGGUNAAN LAHAN : ,00 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , 2011 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

40 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rawan Bencana Menurut data/informasi yang diperoleh bencana alam yang dikategorikan besar dan yang menimbulkan korban jiwa belum pernah terjadi, dalam kurun waktu beberapa tahun ini, Secara umum wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dikenali memiliki beberapa potensi bahaya yang dapat menimbulkan bencana yakni potensi bencana banjir yang sering terjadi di Desa Lubuk Bernai dan sepanjang sungai di Betara Kiri, serta potensi bencana kebakaran yang sering dialami di Kota Kuala Tungkal Profil Geografi Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umum Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat (angka sementara) adalah jiwa yang terdiri dari orang penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Kecamatan Tungkal Ilir merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu berjumlah orang diikuti denga Kecamatan Tebing Tinggi sebanyak orang. Kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Seberang Kota yaitu sebanyak orang. Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan atau sex ratio di kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah sebesar 108, yang artinya dari 108 penduduk laki- laki terdapat 100 penduduk perempuan. Dari 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak ada sex ratio-nya di bawah 100. Sehingga di setiap kecamatan tersebut jumlah perempuan selalu lebih rendah dari jumlah laki-laki.sex ratio tertinggi terdapat di kecamatan Muara Papalik yaitu sebesar 108, dan yang terendah di Kecamatan Tungkal Ilir sebesar Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Pada tahun 2010 penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjumlah jiwa dengan kepadatan 56 jiwa per km2. Dilihat sebaran menurut kecamatan, ternyata penduduk lebih terkonsentrasi pada Kecamatan Tungkal Ilir dengan jumlah penduduk jiwa atau sekitar 24,33 % dari jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Tabel. II.1.6 Jumlah, Penyebaran Penduduk dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2010 Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km2 Penyebaran Penduduk (%) Rata-rata Pertumbuhan Penduduk (Tahun Dasar 2000) TUNGKAL ULU MERLUNG BATANG ASAM TEBING TINGGI RENAH MENDALUH MUARA PAPALIK PENGABUAN Kabupaten Tanjung Jabung Barat

41 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat SENYERANG TUNGKAL ILIR BRAM ITAM SEBERANG KOTA BETARA KUALA BETARA Tahun , ,03 Tahun , ,39 Tahun , ,43 Tahun , ,87 Tahun , ,88 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sumberdaya manusia (SDM) merupakan subyek dan sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus hidup manusia sejak kandungan hingga akhir hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas manusia harus menjadi perhatian serius dan sungguh-sungguh. Pembanguan SDM yang dilaksanakan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama lima tahun terakhir telah berhasil meningkatkan kualitas SDM. Peningkatan ini ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari 68,2 pada tahun 2002 menjadi 71,06 pada tahun 2006 dan 72,49 pada tahun 2008 (BPS, 2009). Hal ini merupakan modal dasar untuk membangun Kabupaten Tanjung Jabung Barat ke depan, karena dari sisi pendidikan, daya beli dan harapan hidup cenderung meningkat. Meskipun terjadi peningkatan IPM pada periode lima tahun terakhir, namun peningkatan tersebut relatif masih rendah bila dibandingkan beberapa kabupaten lainnya dalam Provinsi Jambi. IPM Kabupaten Tanjung Jabung Barat berada pada urutan ke 5 dari sepuluh kabupaten kota dalam Provinsi Jambi. Rendahnya IPM Kabupaten Tanjung Jabung Barat berimplikasi pada rendahnya produktifitas tenaga kerja. Untuk itu salah satu tantangan pembangunan ke depan adalah bagaimana meningkatkan kesehatan, pendidikan dan pendapatan masyarakat. Level pendidikan penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat dari indikator angka melek huruf, rata-rata lama bersekolah dan partisipasi pendidikan berdasarkan usia sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas. Tabel. II.1.7. menunjukkan bahwa pada tahun 2009 angka melek huruf penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat rata-rata sebesar 97,90%. Rata-rata lama bersekolah penduduk usia 10 tahun ke atas, pada tahun 2009 mencapai selama 7,5 tahun. Program penghapusan buta aksara perlu dicanangkan oleh pemerintah ke depan, karena hal ini berkaitan kinerja di bidang pendidikan. Sisanya sebesar 2,10 % tidak terlalu berat untuk diselesaikan. Untuk itu perlu dilakukan pemetaan penduduk buta aksara, di desa mana saja penduduk tersebut tinggal, sehingga program yang dilaksanakan dapat tepat sasaran. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

42 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel. II.1.7 Kemampuan membaca dan menulis penduduk berumur 10 tahun ke atas Kab. Tanjung Jabung Barat tahun 2009 Kemampuan Membaca dan Menulis Dapat membaca ( % ) Ya Tidak Huruf Latin 89,37 10,63 Huruf Arab 27,01 72,99 Huruf Lainnya 1,37 98,63 Tidak Dapat 9,32 90,68 Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat , 2011 Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu indikator keberhasilan di bidang pendidikan dalam konteks pengembangan Sumber Daya Manusia. Makin besar proporsi penduduk yang menamatkan pendidikan yang lebih tinggi, maka baik kualitas SDM daerah tersebut. Tabel. II.1.8 Penduduk 10 Tahun ke atas Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Kab. Tanjung Jabung Barat tahun 2009 Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Absolut % Absolut % Jumlah Tdk Tamat SD , , Tamad SD/Sedrajat , , SMP/Sederajat , , SMU/SMK/Sederajat , , D1/D2/D , , D.4/S , , Total , , Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat , 2011 Tabel. II.1.8 menunjukkan bahwa dari penduduk yang berumur 10 tahun ke atas pada tahun 2009 sekitar orang (34,01 %) tidak tamat Sekolah Dasar dan bahkan bila digabung dengan yang hanya tamat Sekolah dasar maka jumlahnya mencapai orang atau mencapai 65,08 %. Kondisi ini sangat memperihatinkan. Untuk itu sektor pendidikan harus mendapat perhatian serius dan sungguh-sungguh dari pemerintah. Berdasarkan jenis kelamin, Tabel. II.1.8 lebih lanjutkan menggambarkan dari penduduk yang berusi 10 tahun ke atas orang (45,27 %) diantaranya adalah perempuan dan sekitar orang (64,43 %) diantaranya hanya berpendidikan Sekolah Kabupaten Tanjung Jabung Barat

43 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dasar dan 51,62 % tidak mampu menamatkan pendidikan SD. Sementara laki-laki yang dapat mengenyam pendidikan sebanyak orang, namun orang (65,61 %) diantaranya hanya mampu sampai pada Sekolah Dasar dan sebagian tidak tamat Profil Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode memperlihatkan kecenderungan yang fluktuatif. Tabel. II.1.9 menunjukan bahwa pada tahun 2006 ekonomi tumbuh sebesar 7,91 % dan cenderung naik selama dua tahun ( ), kemudian turun drastis pada tahun 2008 sehingga ekonomi hanya tumbuh sebesar 5,99 %. Suatu kerja keras dengan hasil yang positif digambarkan pada pertumbuhan ekonomi yang meningkat pada tahun 2009 dan 2010, yaitu sebesar 6,55 % dan 6,87 %. Tabel. II.1.9 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut Lapangan Usaha Periode (%) Lapangan Usaha Tahun Pertanian, Peterkan, Kehut & Perikanan 7,83 8,36 6,89 10,11 18,78 Pertambangan & Penggalian 13,15 12,09 8,00 4,38-0,09 Industri Pengolahan 5,63 5,73 3,31 3,49 2,32 Listrik & Air Bersih 11,94 8,94 8,76 8,58 6,21 Bangunan 18,01 19,03 13,83 13,88 10,68 Perdagangan, Hotel & Restoran 10,54 10,55 8,42 8,28 6,54 Angkutan & Komunikasi 8,85 9,23 9,24 9,17 3,57 Keuangan, Persewaan & Jasa Prsh 3,76 3,87 6,39 6,66 4,08 Jasa-Jasa 4,97 4,37 3,70 3,97 2,36 PDRB Dengan Migas 7,91 7,97 5,99 6,55 6,87 PDRB Tanpa Migas 5,14 7,28 5,69 6,39 7,80 Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat , 2011 Berdasarkan lapangan usaha hampir semua sektor perekonomian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengalami pertumbuhan positif selama perioide Namun ada beberapa sektor yang pertumbuhannya cenderung menurun seperti, sektor (1) pertambangan dan penggalian (2) listrik dan air bersih (3) perdagangan, hotel dan Restoran. Sektor pertanian mengalami kenaikan yang cukup tajam namun sektor lainnya cenderung fluktuatif dan relatif stabil (Tabel. II.1.9). Pertumbuhan PDRB tanpa migas Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang sama (fluktuatif) dengan besaran yang relatif lebih kecil. Hal ini menggambarkan bahwa peran migas dalam perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak signifikan dan perannya cenderung Kabupaten Tanjung Jabung Barat

44 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat semakin kecil. Tahun 2006 peran Migas dalam perekonomian mencapai 2,77 % kemudian turun menjadi 0,16 % pada tahun 2009, bahkan pada tahun 2010 PDRB Tanpa Migas sebesar 7,80 % lebih besar dari pada PDRB Dengan Migas sebesar 6,87 % Sumber- sumber Pertumbuhan Ekonomi Selama lima tahun terakhir sumber-sumber pertumbuhan ekonomi lebih didominasi oleh sektor Industri Pengolahan yang mencapai rata-rata 2,28 persen/tahun. Posisi kedua ekonomi tumbuh bersumber dari sektor pertanian dalam arti luas yang mencapai ratarata 1,62 persen/tahun. Sementara sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran berada pada urutan ketiga sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dengan kemampuan daya dorong ratarata sebesar 1,14 persen/tahun (lihat Tabel. II.1.8). Ketiga sektor tersebut perlu mendapat perhatian serius dalam konteks pengembangan, sehingga mampu menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi ke depan. Tabel. II.1.10 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Lapangan Usaha Tahun Pertanian, Peterkan, Kehut & Perikanan 1,80 1,81 1,37 1,47 1,64 Pertambangan & Penggalian 0,90 0,95 0,74 0,81 0,85 Industri Pengolahan 2,67 2,64 1,94 2,02 2,12 Listrik & Air Bersih 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 Bangunan 0,08 0,08 0,07 0,08 0,09 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,23 1,27 0,98 1,07 1,17 Angkutan & Komunikasi 0,27 0,27 0,21 0,23 0,25 Keuangan, Persewaan & Jasa Prsh 0,16 0,15 0,11 0,12 0,13 Jasa-Jasa 0,76 0,74 0,54 0,56 0,59 PDRB Dengan Migas 7,91 7,97 5,99 6,55 6,87 PDRB Tanpa Migas 5,14 7,28 5,69 6,39 7,80 Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat , 2011 Tingginya tingkat pertumbuhan suatu sektor tidak otomatis menjadi penyumbang terbesar bagi laju pertumbuhan PDRB secara total. Faktor lain yang menentukan adalah berapa besar kontribusi suatu sektor terhadap pembentukan PDRB. Hal ini tergambar pada struktur ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama lima tahun terakhir (Tabel. II.1.11). Kabupaten Tanjung Jabung Barat

45 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sektor bangunan, pertambangan dan penggalian serta sektor listrik dan air bersih ratarata memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi selama lima tahun terakhir (lihat Tabel. II.1.9), namun kontribusinya dalam struktur ekonomi rendah, sehingga sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi juga rendah, masing-masing hanya 0,08 persen, 0,85 persen dan 0,03 dari rata- rata pertumbuhan ekonomi selama periode sebesar 7.06 persen. Sektor pertanian dalam arti luas memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 1,62 % pertahun. Untuk itu sektor ini harus mendapat prioritas, karena disamping sebagai basis ekonomi kerakyatan juga dapat mendukung pencapaian ketahanan pangan daerah. Sektor Industri Pengolahan, meskipun rata-rata pertumbuhan sektoralnya tidak terlalu tinggi (4,10 %), akan tetapi menjadi penyumbang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 2,28 persen dari rata-rata pertumbuhan ekonomi selama periode yaitu sebesar 7,06 persen. Hal ini berarti bahwa industri pengolahan mampu berkontribusi ratarata 26,89 % terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode dan kondisi ini paralel dengan kotribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 1,14 persen terhadap rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 7,06 persen. Berarti selama periode sektor ini mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 13,37 % pertahun. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan sektoralnya yang mencapai rata-rata 8,87 persen dan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB rata- rata sebesar 13,37 persen per tahun Struktur Ekonomi Struktur ekonomi merefleksikan distribusi PDRB menurut sektor atau lapangan usaha berdasarkan atas harga berlaku atau harga konstan. Distribusi tersebut sekaligus menunjukkan bagaimana peran sektor-sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB pada tahun tertentu, sehingga terlihat sektor mana saja yang menjadi leading sektor dalam perekonomian daerah. Sektor industri pengolahan selama tahun terakhir masih merupakan penyumbang terbesar dalam perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu rata-rata sebesar 26,89 persen pertahun, walaupun pada tahun 2008 sedikit mengalami penurunan yang hanya menyumbang sebesar 24,68 persen terhadap pembentukan PDRB. Subsektor industri tanpa migas (barang kayu dan hasil hutan lainnya) telah lama menjadi pondasi dan memiliki peranan yang cukup signifikan dalam perekonomian daerah ini (Tabel. II.1.11). Kabupaten Tanjung Jabung Barat

46 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel. II.1.11 Struktur Perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun (%) Tahun Lapangan Usaha Pertanian, Peterkan, Kehut & Perikanan 21,45 21,08 19,74 24,71 29,43 Pertambangan & Penggalian 18,49 20,24 27,76 18,24 16,00 Industri Pengolahan 29,44 28,80 24,68 26,35 25,18 Listrik & Air Bersih 0,67 0,70 0,64 0,64 0,63 Bangunan 1,18 1,3 1,50 1,55 1,53 Perdagangan, Hotel & Restoran 12,59 12,53 12,31 14,88 14,56 Angkutan & Komunikasi 3,18 3,11 2,81 2,99 2,82 Keuangan, Persewaan & Jasa Prsh 2,40 2,27 2,05 2,13 2,01 Jasa-Jasa 10,60 9,97 8,51 8,50 7,85 PDRB Dengan Migas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB Tanpa Migas 81,22 79,46 71,83 81,20 82,24 Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat , 2011 Sektor pertanian sebagai basis ekonomi kerakyatan merupakan penyumbang terbesar kedua dalam perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode dengan rata-rata kontribusi sebesar 23,28 persen pertahun. Subsektor perkebunan merupakan penyumbang terbesar dalam sektor ini yaitu sebesar 53,92 persen, di mana kelapa sawit sebagai komoditi andalan di samping komoditi karet. Subsektor tanaman bahan makanan menjadi penyumbang terbesar kedua, yaitu 23,58 persen. Sektor pertambangan yang terdiri dari subsektor minyak bumi dan gas bumi, subsektor pertambangan tanpa migas (batu bara) dan subsektor penggalian seperti pasir, tanah liat dan kerikil menjadi penyumbang terbesar ketiga setelah sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode dengan rata-rata peran sebesar 20,15 persen pertahun. Namun peran sektor ini pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan yang cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya, sehinga hanya mampu berperan sebesar 18,24 dan 16,00 persen (Tabel. II.1.11). Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menempati urutan keempat dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan kontribusi rata-rata sebesar 13,37 persen selama periode Hal ini sesuai dengan kondisi geografis kabupaten ini yang bersentuhan langsung dengan aktivitas ekonomi Provinsi Riau yang menyebabkan transaksi perdagangan antar wilayah sangat tinggi PDRB dan Pendapatan Regional per Kapita Pendapatan Regional per kapita adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setelah dikurangi penyusutan dan pajak tidak langsung neto, kemudian dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Nilai ini sama dengan Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Kabupaten Tanjung Jabung Barat

47 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dasar Biaya Faktor Produksi, dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pendapatan Regional perkapita mencerminkan pendapatan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang tak lepas dari pengaruh besarnya PDRB dari tahun ke tahun. Pola peningkatan PDRB perkapita dengan Migas berdasarkan harga berlaku mempunyai kecenderungan yang sama dengan Tanpa Migas. Tabel. II.1.12 menujukkan bahwa dari Rp ribu pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp ribu pada tahun Berarti selama lima tahun terakhir terjadi peningkatan PDRB perkapita sebesar Rp ribu pertahun. Kecenderung yang sama terlihat pada PDRB perkapita tanpa Migas dimana pada tahun 2006 sebesar Rp ribu meningkat menjadi Rp ribu pada tahun 2010 atau selama lima tahun terakhir terjadi peningkatan sebesar Rp ribu pertahun. Tabel. II.1.12 Pendapatan Regional Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun (Rp. 000) U r a i a n Tahun Dengan Migas PDRB Per Kapita Pendapatan Per kapita Tanpa Migas PDRB Per Kapita Pendapatan Per kapita Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat , 2011 Suatu kondisi yang menggembirakan bahwa secara makro Pendapatan Regional per kapita dengan Migas atas dasar harga berlaku menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2006 pendapatan perkapita sebesar Rp ribu kemudian meningkat menjadi Rp pada tahun 2010 atau selama periode terjadi peningkatan Pendapatan Regional perkapita sebesar Rp ribu pertahun. Kecenderungan yang sama juga terjadi pada Pendapatan Regional perkapita tanpa Migas (lihat Tabel.II.1.12). Gambaran PDRB dan Pendapatan Ragional per kapita atas dasar harga berlaku (ADHB) di atas tidak dapat dijadikan sebagai ukuran peningkatan kemakmuran ekonomi maupun penyebaran pendapatan di setiap strata ekonomi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Hal ini dikarenakan pengaruh inflasi yang masih dominan dalam pembentukan besaran PDRB maupun PDRN tersebut. Diperlukan indikator lain untuk menunjukkan penyebaran pendapatan ke setiap strata ekonomi. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

48 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat PDRB dan Perkembangannya PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat atas dasar harga berlaku memperlihatkan perkembangan yang cukup berarti. Tabel. II.1.13 menunjukkan bahwa selama periode PDRB memperlihatkan kecenderungan perkembangan dengan rata-rata sebesar Rp 749,38 milyar pertahun dan perkembangan yang terbesar terjadi pada tahun 2008 yang mencapai sebesar Rp 1.158,82 milyar. Peningkatan PDRB pada 2008 disebabkan peningkatan harga produk pertanian, pertambangan dan penggalian serta nilai ekspor industri pengolahan. Tahun Tabel. II.1.13 Perkembangan PDRB ADHB dan ADHK 2000 Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun PDRB (Milyar Rp) ADHB ADHK 2000 Perkembangan (Milyar Rp) PDRB (Milyar Rp) Perkembangan (Milyar Rp) ,51 370, ,20 127, ,09 591, ,34 139, , , ,25 112, ,61 528, ,85 127, , , ,97 146,12 Rata - 749,38-130,74 Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat , 2011 PDRB harga konstan menujukkan perkembangan yang relatif kecil secara absolut dibanding dengan harga berlaku. Hal ini sangat wajar karena dalam harga konstan pengaruh inflasi dianggap sangat kecil atau mungkin tidak ada, namun demikian perkembangan PDRB selama periode secara rata-rata mencapai Rp 130,74 milyar pertahun. Peningkatan ini diharapkan berimflikasi pada peningkatan pendapatan perkapita masyarakat, sehingga daya belinya meningkat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan berbagai aktivitas ekonomi melalui investasi swasta dan pemerintah. Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah timur Propinsi Jambi yang berbatasan langsung dengan Provinsi Riau dan berada pada bibir Segi Tiga Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Malaysia dan Singapuraa. Pada tahun 2009 Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki laju pertumbuhan ekonomi 6,39 persen. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

49 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel. II.1.14 PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Se-Provinsi Jambi Tahun 2009 Kabupaten/Kota PDRB ADHB (Milyar Rp) PDRB ADHK (Milyar Rp) Pertumbuhan (%) Kerinci 2.652, ,60 5,88 Merangin 2.750, ,54 8,42 Sarolangun 3.239, ,69 6,32 Batang hari 3.203, ,40 5,14 Muaro Jambi 3.494, ,61 5,52 Tanjab Timur 6.820, ,69 5,00 Tanjab Barat 5.634, ,85 6,39 Tebo 2.185,81 858,59 5,01 Bungo 3.325, ,04 6,40 Kota Jambi 7.628, ,39 6,47 Sungai Penuh 1.306,43 518,61 6,30 Provinsi Jambi , ,26 6,37 Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat , 2011 Jika dibandingkan dengan seluruh kabupaten kota di seluruh Provinsi Jambi, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2009 berada pada peringkat keempat setelah Kabupaten Merangin, Kota Jambi dan Kabupaten Bungo (lihat Tabel. II.1.14). Secara absolut nilai PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2009, baik berdasarkan pada harga berlaku maupun harga kosntan berada pada urutan ketiga terbesar di Provinsi Jambi setelah Kota Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Hal ini mengindikasikan bahwa kabupaten ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai modal untuk membangun daerah ini dimasa depan Inflasi Tingkat kestabilan harga (inflasi) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan mengacu pada Indeks Harga 9 Bahan Pokok pada bulan Januari Tahun 2006 sebesar 130,77. Indeks harga 9 bahan pokok tersebut terus mengalami peningkatan dan pada bulan Desember Tahun 2006 sebesar 138,50 atau meningkat sebesar 7,73 atau pertumbuhan indeks harga 9 bahan pokok di Kota Kuala Tungkal meningkat rata-rata 0,59 persen perbulan. Kenaikan harga BBM pada bulan Oktober Tahun 2005 dan bulan Mei Tahun 2008 juga telah mempengaruhi daya beli masyarakat, sehingga secara kumulatif inflasi Tahun 2005 mencapai 16,62 persen. Namun laju inflasi Tahun 2006 telah turun menjadi 7,73 persen Kabupaten Tanjung Jabung Barat

50 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan cenderung fluktuatif hingga sampai tahun Tabel.II.1.15 menujukkan bahwa tingkat inflasi pada Tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga pada posisi 7,25 persen. Penurunan tingkat inflasi ini didorong oleh faktor-faktor eksternal yang semakin baik. Laju inflasi Tahun 2010 ini lebih tinggi dari Tahun Namun terlihat kecenderungan bahwa tingkat inflasi Tanjung Jabung Barat ini lebih rendah dari tingkat inflasi Provinsi Jambi. Kondisi ini didorong oleh pertumbuhan sektor produksi Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang relatif baik serta didorong oleh faktor-faktor eksternal yang semakin baik dibandingkan Provinsi Jambi. Tabel. II.1.15 Tingkat Inflasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun DESKRIPSI Tingkat Inflasi Nasional 6,60 6,50 11,10 2,78 6,69 Provinsi Jambi 10,66 7,44 11,57 2,49 10,52 Kab. Tanjung Jabung Barat 7,73 6,50 8,30 2,78 7,25 Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat , 2011 Kenaikan harga yang cukup stabil pada Tahun 2010, telah menurunkan laju inflasi. Diperkirakan kalau tidak ada tekanan dari kenaikan harga BBM, diperkirakan pada Tahun 2010 tingkat inflasi di Kabupaten Tanjung Jabung diperkirakan akan menurun sekitar 2-3 %. Kondisi ini secara langsung akan mempengaruhi harga pasar yang semakin stabil terhadap hargaharga kebutuhan bahan pokok, biaya transportasi dan biaya lainnya., sekaligus juga akan berpengaruh terhadap penurunan jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada Tahun Situasi ini akan terus disiasati oleh pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung jika terjadi hal-hal yang diluar perkiraan sebelumnya Profil Sosial dan Budaya Pendidikan Kelengkapan fasilitas pendidikan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat ditunjukan dengan keberadaan sarana pendidikan yang ada, mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah pendidikan tinggi setingkat universitas, distribusi masing-masing jenis pendidikan disetiap kecamatan pada umumnya cukup merata, kecuali untuk pendidikan tinggi hanya ada di ibukota Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Adapun kondisi kegiatan pendidikan yang dirinci menurut tingkat pendidikan dan kecamatan dikabupaten tanjung jabung barat dapat diuraikan seperti dibawah ini. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

51 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Taman Kanak-Kanak (TK) Untuk tingat pendidikan taman kanakkanak dilihat dari jumlah distribusinya di setiap kecamatan dikabupaten tanjung jabung barat cukup banyak dan merata. Adapun jumlah keseluruhan taman kanak-kanak adalah 56 unit, total banyaknya murid yang ditampung adalah murid dengan tenaga pengajar berjumlah 200 guru, rasio murid dan guru di Kabupaten tanjung Jabung Barat adalah 1 :14 secara lebih jelas kegiatan pendidikan taman kanak-kanak dapat dilihat pada tabel. Tabel. II.1.16 Kegiatan Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2009 Murid Guru Kecamatan Sekolah Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 1. Tungkal Ulu Merlung Batang Asam Tebing Tinggi Renah Mendaluh Muara Papalik Pengabuan Senyerang Tungkal Ilir Bram Itam Seberang Kota Betara Kuala Betara Jumlah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , 2011 Sekolah Dasar (SD) Untuk tingkat pendidikan sekolah dasar dilihat dari jumlah distribusinya Di setiap kecamatan dikabupaten tanjung jabung barat cukup banyak dan merata Adapun jumlah keseluruhan Sekolah Dasar baik yang disediakan pemerintan (SDN) maupunswasta (SD Swasta) adalah 204 unit, total banyaknya murid yang ditampung adalah siswa dengan tenaga Kabupaten Tanjung Jabung Barat

52 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat pengajar berjumlah guru, rasio murid dan guru di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah 1:24, sedangkan daya tamping persekolah adalah 1:175. Bila dilihat menurut status sekolah, jumlah sekolah/madrasah negeri lebih banyak di SD jika dibandingkan dengan MI. Sebaiknya, jumlah sekolah/madrasah swasta lebih banyak di MI jika dibandingkan dengan SD. Hal ini disebabkan karena MI lebih banyak dibangun oleh yayasan sedangkan SD lebih banyak dibangun oleh pemerintah melalui program bantuan pembangunan sekolah dasar yang lebih dikenal dengan SD inpres. Secara lebih jelas kegiatan pendidikan sekolah dasar di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada tabel. Tabel. II.1.17 Kegiatan Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2009 Kecamatan SD Negeri (Unit) SD Swasta (Unit) Murid Guru 1. Tungkal Ulu Merlung Batang Asam Tebing Tinggi Renah Mendaluh Muara Papalik Pengabuan Senyerang Tungkal Ilir Bram Itam Seberang Kota Betara Kuala Betara Jumlah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , 2011 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jumlah Sekolah Menengah Pertama baik negeri (SMP Negeri) maupun swasta adalah 49 unit dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 374 guru, total jumlah murid yang bersekolah pada sekolah menengah pertama adalah siswa rasio murid dan guru di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah 1:16, sedangkan daya tamping persekolah adalah 1:189, Seperti halnya dengan MI, jumlah MTs juga lebih banyak madrasah swasta jika dibandingkan dengan madrasahan negeri. Tidak sama halnya pada tingkat SMP dimana sekolah negeri lebih banyak bila dibandingkan dengan sekolah swasta, secara lebih jelas kegiatan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada tabel. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

53 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel. II.1.18 Kegiatan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2009 Kecamatan SMP Negeri (Unit) SMP Swasta (Unit) Murid Guru 1. Tungkal Ulu Merlung Batang Asam Tebing Tinggi Renah Mendaluh Muara Papalik Pengabuan Senyerang Tungkal Ilir Bram Itam Seberang Kota Betara Kuala Betara Jumlah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , 2011 Sekolah Menengah Atas (SMA) Adapun jumlah keseluruhan Sekolah Menengah Atas baik yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah 28 unit total jumlah murid yang bersekolah pada Sekolah Menengah Atas adalah siswa dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 437 guru rasio murid dan guru di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah 1:11, sedangkan daya tampung persekolah adalah 1/173 secara lebih jelas kegiatan pendidikan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada tabel. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

54 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel. II.1.19 Kegiatan Pendidikan Sekolah Menengah Atas(SMA) Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2009 Kecamatan SMA Negeri (Unit) SMA Swasta (Unit) Murid Guru 1. Tungkal Ulu Merlung Batang Asam Tebing Tinggi Renah Mendaluh Muara Papalik Pengabuan Senyerang Tungkal Ilir Bram Itam 11. Seberang Kota 12. Betara Kuala Betara Jumlah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , 2011 Pendidikan Tinggi (PT) Pendidikan Tinggi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat hanya terdapat di Kecamatan Tungkal Ilir yang terletak di Ibukota Kabupaten total banyaknya mahasiswa yang ditampung adalah 234 dengan tenaga pengajar tetap sebanyak 38 dosen. Ibtidaiyah/Tsanawiyah/Aliyah dan Pesantren Untuk tingkat pendidikan madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah dilihat dari jumlah distribusinya di setiap kecamatan dikabupaten Tanjung Jabung barat Barat cukup banyak dan merata Adapun jumlah keseluruhan madrasah ibtidaiyah 28 unit dengan tenaga pengajar berjumlah 231 guru, total banyaknya murid yang ditampung adalah siswa, untuk madrasah tsanawiyah 46 unit dengan tenaga pengajar sebanyak 555 guru, total banyaknya murid adalah siswa, sedangkan untuk madrasah aliyah jumlah keseluruhan 19 unit dengan tenaga pengajar berjumlah 388 guru, total jumlah murid sebanyak siswa serta Pesanteren di Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjumlah 18 unit. baik yang disediakan pemerintan maupun swasta. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

55 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel. II.1.20 Jumlah Sarana Pendidikan di Luar Lingkungan Dinas Pendidikan Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2009 Jenis Sarana Pendidikan (unit) No Kecamatan Ibtidaiyah Tsanawiyah Aliyah 1 Tungkal Ulu Merlung Batang Asam *) *) *) 4 Tebing Tinggi *) *) *) 5 Renah Mendaluh *) *) *) 6 Muara Papalik *) *) *) 7 Pengabuan Senyerang *) *) *) 9 Tungkal Ilir Bram Itam *) *) *) 11 Seberang Kota *) *) *) 12 Betara Kuala Betara *) *) *) Jumlah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , Kesehatan Peranan sumberdaya manusia yang berkualitas memegang peranan penting bagi suksesnya kegiatan pembangunan disuatu wilayah atau daerah, salah satu kunci dalam menetukan kualitas sumber daya manusia tersebut dapat dilihat dari tingkat kesehatannya, berkaitan dengan hal tersebut untuk menyiapkan sumber daya yang berkualitas ketersediaan sarana kesehatan untuk melayani kesehatan penduduk sangatlah penting. Pelayanan kesehatan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat dilayani oleh adanya sarana kesehatan berupa Puskesmas, dan Puskesmas Pembantu, Klinik KB, Dokter, Bidan serta perawat. Pada tahun 2009 jumlah sarana kesehatan yang tersedia di Kabupaten Tanjung Jabung Barat meliputi Rumah Sakit Umum sebanyak 1 Unit, puskesmas sebanyak 16 Unit, dan Pukesmas Pembantu sebanyak 70 Unit, Disamping penyediaan sarana kesehatan terdapat tenaga medis yaitu 49 orang dokter yang terdiri dari 35 dokter umum, 7 orang dokter gigi, dokter spesialis kandungan dan anak 2 orang. Dan 152 orang bidan serta 83 tenaga medis lainyauntuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan penyebaran jenis sarana kesehatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada Tabel. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

56 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel. II.1.21 Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2009 Jenis Sarana Kesehatan (unit) No Kecamatan Rumah Dokter Bidan Klinik Puskemas Pustu Perawat Sakit Praktek Praktek KB 1 Tungkal Ulu Merlung Batang Asam Tebing Tinggi Renah Mendaluh Muara Papalik Pengabuan Senyerang Tungkal Ilir Bram Itam Seberang Kota Betara Kuala Betara Jumlah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , Peribadatan Sarana peribadatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sangat beragam jenisnya, hal ini berkaitan dengan bervariatifnya jenis agama yang dipeluk oleh penduduk wilayah tersebut, dilihat dari struktur penduduk menurut agamanya maka mayoritas penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan penganut agama islam sebesar 98,69%, kemudian agama kristen (Protestan dan Katolik) sebesar 0,99% sedangkan sebagian kecil penganut agama Hindu dan Budha. Secara rinci penyebaran fasilitas peribadatan di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat per kecamatan dapat dilihat Tabel dibawah ini: Pada tahun 2009 jumlah sarana peribadatan yang tersedia di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri atas; Masjid sebanyak 296 Unit, langgar/musholla sebanyak 313 Unit Gereja sebanyak 17 unit, dan Vihara sebanyak 2 Unit. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

57 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat No Tabel. II.1.22 Jumlah Sarana Peribadatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2009 Kecamatan Masjid (Unit) Langgar/Musholla (Unit) Gereja (Unit) Vihara (Unit) 1 Tungkal Ulu Merlung Batang Asam *) *) 14 *) 4 Tebing Tinggi *) *) *) *) 5 Renah Mendaluh *) *) *) *) 6 Muara Papalik *) *) *) *) 7 Pengabuan Senyerang *) *) *) *) 9 Tungkal Ilir Bram Itam *) *) *) *) 11 Seberang Kota *) *) *) *) 12 Betara Kuala Betara *) *) *) *) Jumlah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , 2011 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

58 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2.2. KONDISI PRASARANA BIDANG PU/CIPTA KARYA Sub Bidang Air Minum Pemakaian air bersih merupakan kebutuhan pokok yang harus dikonsumsikan penduduk secara rutin guna meningkatkan derajat kesehatan manusia. Baik buruknya pelayanan air bersih akan sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku air untuk pengolahan lebih lanjut. Sistem pelayanan air bersih di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam pengelolaannya dilaksanakan oleh PDAM Tirta Pengabuan. Adanya pelayanan air bersih dari PDAM Tirta Pengabuan di mulai sejak tahun 1980/1981 dengan pembangunan IPA (Instalasi Pengolahan Air) di Kuala Tungkal, sehubungan dengan pemekaran Tanjung Jabung menjadi 2 (dua) kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, maka PDAM Tirta Pengabuan secara de-facto mempunyai 2 (dua) daerah pelayanan. PDAM Tirta Pengabuan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat mempunyai induk di Kuala Tungkal dengan 6 (enam) wilayah masing-masing di Kuala Tungkal, Merlung, Pelabuhan Dagang, Teluk Nilau, Sungai Rambai dan Tebing Tinggi dengan total kapasitas sebesar 85 liter/detik. Hingga saat ini sumber bahan baku air yangtersedia untuk diolah dan dijadikan air bersih, umumnya diambil dari sumber bahan baku air sungai dan sumur bor. Pembangunan sarana air bersih yang mulai dilaksanakan sekarang ini, berlokasi dari sumber air bersih yang berada di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Tinggi. Dari sumber air bersih yang sudah dilakukan study kelayakannya akan dialiri ke Kota Kuala Tungkal dan sekitarnya dengan jarak sepanjang 85 kilometer melalui jalur pipa yang juga segaja di desain agar terbebas dari aksi pencurian air bersih nantinya. Penduduk yang menggunakan sarana air bersih yang disediakan PDAM masih relatif kecil, hanya sekitar 9,10 persen dari total jumlah penduduk, hal ini terutama disebabkan karena penduduk terutama yang berada di tepian sungai telah menjadikan air sungai sebagai sarana keperluan air minum ataupun mandi, cuci dan kakus (MCK) secara langsung yang belum tentu terjamin kesehatannya, dilain pihak jangkauan pelayanan PDAM masih sangat terbatas, terutama untuk wilayah-wilayah pedesaan. Untuk mengatasi kesulitan dalam mendapatkan air baku terutama untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau pelayanan air minum oleh PDAM Tirta Pengabuan, pemerintah dan masyarakat telah melakukan berbagai usaha diantaranya dengan membangun penampungan air hujan (PAH), sumur pompa dalam, sumur pompa mata air, sumur pompa tanah dan sumur gali. Pada umumnya system non perpipaan dikelola oleh masyarakat setempat dengan sumber air baku yang berasal dari: Air tanah, seperti sumur gali Air permukaan, seperti sungai, rawa-rawa. Air Hujan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

59 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel. II.2.1 Banyaknya Pelanggan Air Bersih di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Pelanggan Rumah Tempat Tinggal Hotel/Penginapan (Gol. Niaga Kecil) 3. Badan-badan Sosial/Rumah Sakit (Golongan Rumah Tangga B) 4. Tempat Peribadatan Umum (Sosial Umum) Perdagangan dan Industri Lainnya Jumlah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , 2011 Tabel. II.2.2 Nilai dan Produksi Air Bersih Per Bulan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2009 Bulan Produksi (M 3 ) N i l a i (Rupiah) 1. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , Sub Bidang Persampahan Sistem penanganan sampah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat hanya terbatas pada wilayah perkotaan yakni di Kuala Tungkal Kecamatan Tungkal Ilir. Sistem penanganan sampah dilakukan dengan pen gangkutan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) yang berasal dari lingkungan perumahan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Pelayanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

60 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat pengelolaan sampah dilakukan oleh Dinas Kebersihan yang saat ini lokasi berada di Desa Tungkal I, namum mengingat wilayah terbangun (konsentrasi penduduk) tidak berada dalam satu wilayah, maka perencanaan pengelolaan sampah direncanakan secara bertahap sejalan dengan perkembangan wilayah terbangunnya. Berdasarkan standar perencanaan bahwa setiap orang menghasilkan 2,5 liter sampah perharinya. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2009 jumlah sampah pertahunnya dengan timbunan (M3/hari), yang terangkut sebesar 23,67 (M3/hari) dengan lokasi TPA saat ini di Desa Pematang Lumut dengan luas lahan ±22 Ha yang mulai beroperasional pada tahun 2008 dengan masa pakai selama tahun 2018, Masyarakat sendiri tidak sepenuhnya terlayani dan masih banyak yang menggunakan sistem dengan cara pembakaran atau penimbunan seperti dirinci berikut : Dibakar : ton per tahun Diangkut petugas : 23,67 M3/hari Dibuang ke Kali : ton per tahun Dibuang sembarangan : ton per tahun No Tabel. II.2.3 Nilai dan Produksi Sampah Rata-rata di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2009 Kecamatan Tungkal Ilir Seberang Kota Bram Itam Betara Kuala Betara Pengabuan Senyerang Merlung Muara Papalik Renah Mendaluh Tungkal Ulu Tebing Tinggi Batang Asam Jumlah 147,13 Rata-Rata Timbunan Sampah (M 3 /hari) ,92-26,87-19, , Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , 2011 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

61 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sub Bidang Air Limbah Resiko pencemaran limbah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dikategorikan cukup tinggi, selain disebabkan faktor geografis yang terletak di daerah pasang surut juga faktor kesehatan lingkungan yang cukup rendah. Sejauh ini dari hasil pengamatan langsung dilapangan dan data penunjang terhadap pola pembuangan air limbah rumah tangga oleh penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat, sistem pembuangan air limbah dapat dikelompokkan dalam sistem pembuangan sebagai berikut: 1. Pola pembuangan langsung Pola pembuangan air limbah ini dengan cara membuang limbah secara langsung tanpa adanya tanpa mempergunakan pengendapan pada tempat penampungan, seperti pembuangan limbah dari jamban kepermukaan tanah (cemplung dan plengsengan). Sebagian besar penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat responden masih mempergunakan pola pembuangan dengan model ini. Dampak yang ditimbulkan adalah rendahnya tingkat kesehatan lingkungan serta tingginya gangguan penyakit terutama infeksi bakteri pada kulit. 2. Pembuangan limbah dengan Tangki Septik. Walaupun sebagian besar penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat mempergunakan sistem langsung, masih terdapat penduduk lainnya (20%) responden yang mempergunakan pola pembuangan limbah dengan Tangki Septik. Adapun golongan penduduk yang mempergunakan Tangki Septik ini dikelompokkan pada kegiatan perumahan permanen, perkantoran, hotel, ruko dan restoran. Sebagian penduduk yang dimaksud diatas sudah mempergunakan pembuangan dengan sistem Tangki Septik yaitu WC yang dilengkapi dengan alat pembuangan Leher Angsa serta lebih permanen dalam sistem pengelolaan air limbahnya, dimana pembuangan akhirnya ditampung pada tempat pengendapan atau tengki septik. Sedangkan Air kotor rumah tangga yang ditimbulkan adalah merupakan air kotor yang dihasilkan dari kegiatan aktifitas penduduk dari Mandi, Cuci, Kakus. Pembuangan air kotor ini pada umumnya dari hasil pengamatan di lapangan serta data existing maka pembuangan dilakukan langsung ke permukaan tanah dan sebagian kecil penduduk lainnya menyalurkan pembungan air kotor ke parit-parit yang berdekatan dengan rumah tinggalnya. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

62 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sub Bidang Drainase Keadaan saluran drainase di Kabupaten Tanjung Jabung Barat khususnya daerah Ibukota Tanjung Jabung Barat kurang memadai, baik yang terdapat disepanjang jaringan jalan utama maupun yang terletak di wilayah perkotaan. Mengingat kondisi wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat khususnya daerah perkotaan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dan rawa-rawa serta sewaktu-waktu dapat tergenang terutama pada wilayah pasang surut, maka prasarana saluran drainase perkotaan yang ada sebagian besar masih memanfaatkan sistem drainase alamiah dengan pemanfaatan rawa dan alur sungai. Jaringan drainase yang terdapat di kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat digolongkan terhadap tiga (3) jenis saluran yaitu jaringan primer, sekunder dan tersier. Pelayanan sistem drainase di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dibedakan atas drainase alamiah dan drainase buatan disepanjang tepi jalan yang merupakan saluran sekunder dan tersier. Drainase yang ada mengikuti sistem yang memadai yaitu dengan menggunakan anak sungai/parit sebagai saluran primer dipergunakan sebagai tempat pembuangan akhir saluran perkotaan yang bermuara ke Sungai Pengabuan dan laut merupakan penampungan dari saluran sekunder dimana saluran sekunder merupakan penampungan dari saluran tersier. Dengan demikian selain beberapa sungai yang sangat kuat mempengaruhi sistem pembuangan perkotaan juga adanya pengaruh pasang surut yang memberikan dampak dari pola pembuangan drainase perkotaan yang ada. Daerah perumahan pada umumnya belum memiliki saluran drainase, sehingga perlu perencanaan dan pembuatan saluran drainase untuk wilayah permukiman penduduk. karena terisi oleh sampah dan Keadaan ini dapat menyebabkan banjir terutama pada waktu musim hujan Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan Penyelenggaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan yang ada masih bersifat pembangunan sesuai perencanaan yang sudah disusun. Pembangunan gedung biasanya dilakukan oleh Bidang Cipta Karya terutama untuk gedung pemerintah dan fasilitas umum. Untuk bangunan-bangunan umum baik yang dibangun oleh pemerintah maupun oleh pihak lain (masyarakat, swasta) belum ada pendataan kelayakan dna keandalan bangunan sesuai dengan apa yang diminta oleh Undang-undang Bangunan Gedung. Penyediaan fasilitas keselamatan bangunan seperti hidran kebakaran, akses jalan dan lain-lainnya belum pernah Kabupaten Tanjung Jabung Barat

63 Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat diteliti apakah sudah sesuai dengan standar teknis ataukah belum. Perlu adanya penilaian dan identifikasi keandalan bangunan terutama pada bangunan umum agar keselematan dan kenyamanan pengguna bisa terjamin. Untuk bangunan-bangunan negara, sampai saat ini belum ada pendataan secara khusus, terutama menyangkuta kalayakan dan keandalan bangunannya. Pembangunan bangunan negara sampai saat ini perencanaan dan pelaksanaanny maish ditangani oleh Bidang Cipta Karya pada Dinas PU Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sub Bidang Pengembangan Permukiman Kebutuhan akan perumahan mutlak dipenuhi dan berfungsi sebagai sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi penduduk, berdasarkan kondisi existing tahun 2010 ternayata hampir seluruh rumah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat berdinding kayu 94,1%, sedangkan untuk atap rumah yang paling banyak digunakan adalah seng, untuk lantai rumah sebagian besar digunakan adalah bukan tanah hal ini disebabkan karena wilayah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan wilayah pasang surut, sementara itu status rumah yang ditempati rumah tangga sebagian besar adalah milik sendiri yaitu sebesar 89,5%, kemudian disusul oleh rumah dinas/bebas sewa sebanyak 2,3%, secara umum permasalahan yang berkitan dengan perumahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah lingkungan tempat tinggal belum memenuhinya syarat lingkungan yang sehat. Berdasarkan kondisi dan kecenderungan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat ditinjau dari pola pembentukannya pada umumnya membentuk pola linier ini diperlihatkan oleh suatu permukiman yang berkelompok dengan pola perkembangannya membentuk dan memanjang sepanjang tepian jalur-jalur aliran sungai dan jaringan jalan yang ada, wilayah dalam pola linier yang terbentuk merupakan koridor pengembangan yang banyak mempengaruhi arah perkembangan tata ruang Tanjung Jabung Barat. Disamping itu terdapat suatu bentuk pola permukiman yang teratur yaitu pola permukiman yang diperlihatkan oleh perrmukiman-permukiman di kabupaten tanjung jabung barat kuala tungkal pola permukiman ini biasanya dibuat secara terpadu, diman amasing-masing dari unit rumah yang dijadikan tempat kegiatan sosial (istirahat berkumpul dengan keluarga) dikelilingi oleh lahan-lahan yang secara langsung dijadikan sebagai tempat melakukan kegiatan ekonomi mereka. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

64 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat

65 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat 3.1. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rencana Sistem Perkotaan Hirarkhi dari masing-masing pusat-pusat pelayanan kegiatan dalam struktur ruang di Kabupaten Tanjung Jabung Barat diwujudkan dalam 3 (tiga) hirarkhi pusat pelayanan yaitu; 1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai pusat pertumbuhan utama dengan orientasi kegiatan berupa pemerintahan, perdagangan, transportasi dan pelayanan masyarakat serta sebagai pintu gerbang perdagangan ke luar wilayah Kabupaten dengan kelengkapan sarana dan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Pusat Kegiatan Wilayah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah Kuala Tungkal yang merupakan ibukota kabupaten. Berdasarkan arahan RTRW Provinsi Jambi Kuala Tungkal dikembangkan sebagai daerah transit dan pintu gerbang Provinsi Jambi terhadap wilayah segitiga pertumbuhan SIBAJO (Singapura- Batam-Johor). 2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu kota-kota yang berfungsi sebagai pusat simpul jasa distribusi barang dalam satu wilayah kabupaten dan mempunyai potensi untuk mendorong pusat-pusat kecamatan (daerah belakangnya) atau kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan dan/atau kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. PKL di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah : Pelabuhan Dagang, dengan kegiatan utama : industri pengolahan hutan, simpul transportasi, perdagangan dan jasa. Teluk Nilau, dengan kegiatan utama : simpul transportasi, perdagangan dan distribusi barang lokal. Serdang Jaya, simpul transportasi, perdagangan dan distribusi barang lokal, serta sentra perikanan/minapolitan. 3. Pusat Kegiatan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa atau kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kecamatan atau beberapa kecamatan. PPK di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah : Merlung dan Tebing Tinggi, dengan kegiatan utama : Pusat perdagangan dan jasa yang melayani skala kecamatan atau beberapa kecamatan. Bram Itam dan Batang Asam, simpul transportasi yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa. 4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan kawasan permukiman yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan yang melayani kegiatan skala antar desa atau kawasan permukiman yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani kegiatan skala antar desa. PPL di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah : Senyerang, Seberang Kota, dan Kuala Betara sebagai pusat kegiatan yang melayani kegiatan skala antar desa. Renah Mendaluh dan Muara Papalik sebagai simpul transportasi yang melayani kegiatan skala antar desa. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

66 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel. III.1.1 Rencana Pusat Kegiatan dan Pelayanan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. No Kecamatan Pusat Fungsi yang Diemban Pusat Kegiatan Kegiatan A B C D E F G H I 1. Kuala Tungkal PKW X X X X X X X 2. Pelabuhan Dagang PKL X X X X 3. Teluk Nilau PKL X X X 4. Serdang Jaya PKL X X 5. Merlung PPK X X X X X 6. Tebing Tinggi PPK X X X 7. Bram Itam PPK X X 8. Batang Asam PPK X X 9. Senyerang PPL X 10. Seberang Kota PPL X X 11. Kuala Betara PPL X 12. Muara Papalik PPL X X 13. Renah Mendaluh PPL X X Sumber: RTRW Kabupaten Tanjung Jabung Barat Keterangan A = Permukiman C = Perdagangan dan Jasa E = Kesehatan G = Pariwisata B = Pemerintahan D = Pendidikan F = Industri H = Koleksi dan Distribusi I = Perikanan Pusat-Pusat Permukiman Perkotaan dan Perdesaan Rencana pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang dikembangkan adalah sebagai berikut: a) Pada setiap kecamatan dikembangkan minimal satu pusat permukiman perkotaan. b) Pusat permukiman perkotaan dikembangkan di seluruh kecamatan. c) Pusat permukiman perdesaan dikembangkan di seluruh kecamatan. Secara rinci, desa-desa yang termasuk pada kawasan perkotaan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat disajikan pada Tabel. III.1.2 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

67 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat No Tabel. III.1.2 Rencana Kawasan Perkotaan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Pada Tahun Kecamatan Desa yang Termasuk Kawasan Perkotaan Pusat Pelayanan 1 Tungkal Ilir - Tungkal IV Kota PKW - Tungkal II - Tungkal III - Tungkal Harapan 2 Seberang Kota - Tungkal V PPL 3 Betara - Mekar Jaya - Serdang Jaya - Pematang Lumut PKL 4 Kuala Betara - Betara Kiri PPL 5 Bram Itam - Bram Itam Kiri - Pembengis PPK 6 Pengabuan - Teluk Nilau PKL 7 Senyerang - Senyerang PPL 8 Tebing Tinggi - Tebing Tinggi PPK - Purwodadi 9 Muara Papalik - Rantau Badak PPL 10 Merlung - Merlung - Tanjung Paku 11 Tungkal Ulu - Pelabuhan Dagang - Taman Raja PPK PKL 12 Renah Mendaluh - Lubuk Kambing PPL 13 Batang Asam - Dusun Kebun PPK Sumber: RTRW Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rencana Sistem Prasarana Wilayah Rencana sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah rencana jaringan prasarana wilayah yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala wilayah. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah rencana jaringan prasarana wilayah yang meliputi : sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan prasarana wilayah lainnya. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

68 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat A. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Transportasi 1. Transportasi Darat Dalam rangka mendorong struktur ruang yang lebih berkesinambungan sesuai dengan konsep hirarkhi pelayanan, maka diciptakan jaringan aksesibilitas yang merata di seluruh wilayah Kabupaten khususnya menuju sentra produksi dari masing-masing pusat pelayanan serta antar pusat pelayanan. Sistem jaringan prasarana transportasi jalan terdiri atas jaringan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer, dan jaringan jalan lokal primer. Pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi jalan meliputi pengembangan jaringan jalan, peningkatan jaringan jalan dan pemeliharaan. Pengembangan jaringan jalan ditujukan untuk penyediaan prasarana transportasi jalan guna menunjang pembentukan sistem perkotaan yang direncanakan terutama pada akses yang menghubungkan antara lintas jalan Provinsi/nasional dan meliputi peningkatan fungsi jalan dan/atau pembangunan jalan baru. Berdasarkan hal tersebut maka jaringan transportasi yang membentuk struktur ruang wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah : a) Jaringan Jalan 1. Jaringan Jalan Arteri Primer yaitu jaringan jalan untuk menghubungkan, antara PKN dan PKW, dan/atau PKN/PKW dengan bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer/sekunder/tersier dan pelabuhan internasional/nasional. Ruas jalan ini meliputi : Lintas Timur Sumatera, yang menghubungkan Provinsi Sumatera Selatan dan Riau yang dimulai dari Batas Sumsel Tempino - Kota Jambi Sengeti Merlung -Pelabuhan Dagang batas Riau. Jalur ini merupakan konsentrasi pergerakan mobilitas terbesar terutama pergerakan antar provinsi di Provinsi Jambi bagian Timur. Kota Jambi- Kuala Tungkal 2. Jaringan Jalan Kolektor Primer, yang yang menghubungkan pusat-pusat produksi dengan kota pusat pelayanan (ibu kota kabupaten) dan sarana pemasaran (pelabuhan). Umumnya ruas jalan kolektor primer di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan berstatus jalan provinsi, yaitu ruas jalan: Kuala Tungkal-Simpang Tuan; Merlung - Lubuk Kambing - Simpang Niam; Muara Sabak Kuala Tungkal; dan Kuala Tungkal Teluk Nilau Sungai Rambai Taman Raja. 3. Jaringan Jalan Lokal Primer, menghubungkan antar pusat kegiatan lokal dalam wilayah kabupaten yang menghubungkan antar-pkl, menghubungkan antara PKL dengan PPK. Ruas jalan kolektor primer di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan berstatus jalan kabupaten, yaitu ruas jalan: Kuala Tungkal Teluk Nilau Senyerang Teluk Ketapang Tebing Tinggi Pelabuhan Dagang; Kuala Tungkal Parit Deli (Betara Kiri) Sungai Gebar Sungai Dualap (Kuala Mendahara Tanjung Jabung Timur); Kabupaten Tanjung Jabung Barat

69 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tebing Tinggi Pematang Lumut; dan Merlung Lubuk Kambing Perbatasan Kabupaten Muara Tebo. 4. Jalan lingkungan primer yang menghubungkan antar pusat permukiman dalam wilayah kabupaten yaitu menghubungkan antar-ppk dan menghubungkan antara PPK dengan PPL. Perumusan Sistem jaringan prasarana utama jalan yang dikembangkan adalah jalan arteri dan kolektor primer di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang meliputi: Sistem Jaringan Arteri Primer untuk pelayanan pergerakan regional. Jalan Trans Sumatera yang menghubungkan Provinsi Jambi dengan Provinsi Riau (perbatasan Kabupaten Muaro Jambi Rantau Badak Merlung Pelabuhan Dagang Dusun Kebun Provinsi Riau). Pergerakan ini merupakan simpul yang sangat penting karena Kota Pelabuhan Dagang merupakan kota yang akan diarahkan sebagai sub pusat pengembangan wilayah (Kota PKL) yang akan menjadi pusat pelayanan jasa dan distribusi yang akan menghubungkan pergerakan regional. Perlu pengembangan dan peningkatan ruas jalan karena jaringan jalan tersebut merupakan lintasan antar Ibukota Kecamatan Muara Papalik Merlung Tungkal Ulu Batang Asam sekaligus merupakan jalur ekonomis dengan berkembangnya sentrasentra produksi perkebunan terutama perkebunan sawit. Ruas jalan yang menghubungkan Ibukota Provinsi Jambi dengan Kuala Tungkal. Ruas jalan ini sejak tahun 2008 telah berubah status dan fungsinya menjadi Jalan Nasional serta memiliki arti yang sangat penting karena fungsi Kota Kuala Tungkal sebagai pusat pengembangan wilayah dan merupakan outlet regional sebagai jalur utama pergerakan karena mempunyai akses untuk melayani pergerakan antar kabupaten dan antar provinsi. Ruas jalan pada jalur ini perlu ditingkatkan seiring dengan adanya kawasan penambangan minyak bumi dan kondisi jalan berada pada tanah yang labil. Sistem Jaringan Lokal Primer untuk pelayanan pergerakan regional. Ruas jalan Kuala Tungkal Teluk Nilau Senyerang Teluk Ketapang Tebing Tinggi Pelabuhan Dagang, simpul pergerakan ini merupakan jalur pergerakan internal kabupaten, pengembangan dan peningkatan ruas jalan ini sejalan dengan Perda No. 8 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kecamatan Baru serta pengembangan sentra-sentra produksi terutama komoditas perkebunan seperti Pinang, Kelapa dan Kelapa sawit serta pengembangan kawasan pesisir pantai, jalur ini menghubungkan dua simpul pusat pertumbuhan, yang peranannya sangat penting dalam melayani dan menumbuh-kembangkan wilayah belakang (hinterland), Ruas jalan Kuala Tungkal Parit Deli (Betara Kiri) Sungai Gebar Sungai Dualap (Kuala Mendahara Tanjung Jabung Timur). Pengembangan dan peningkatan ruas jalan ini dimaksudkan untuk meningkatkan aksebilitas Kabupaten Tanjung Jabung Barat

70 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat antar kawasan sekaligus merupakan jalur kolektor yang menghubungkan Kecamatan Tungkal Ilir Kecamatan Kuala Betara serta distribusi sentrasentra produksi komoditas pertanian dan perikanan. Ruas Jalan Kuala Tungkal Teluk Sialang. Ruas Jalan Simp. Rambutan Rantau Panjang Teluk Kempas (Pembangunan Baru). Manfaatnya peluang kegiatan ekonomi baru, pemerataan pembangunan, pengembangan dan peningkatan akses Jambi Riau Via Teluk Kijang dan Selensen. Ruas Jalan Parit Pudin Serindit Teluk Kempas Batas Riau (Pembangunan Baru). Manfaatnya peluang kegiatan ekonomi baru, pemerataan pembangunan, pengembangan dan peningkatan akses Jambi Riau Via Teluk Kijang dan Selensen. Ruas jalan Simpang 91 Desa Tebing Tinggi Teluk Ketapang, simpul pergerakan ini merupakan jalur pergerakan internal kabupaten serta pengembangan sentra-sentra produksi terutama komoditas Perkebunan seperti Kelapa sawit. Ruas jalan Tebing Tinggi Pematang Lumut. (Pembangunan Baru). Manfaatnya adalah terbukanya jalur transportasi (mempersingkat jarak tempuh) dari Wilayah Hulu ke Wilayah Hilir. Tebing Tinggi Lumahan Sungai Rumbai. (Pembangunan Baru). Manfaatnya peluang kegiatan ekonomi baru, pemerataan pembangunan, pengembangan dan peningkatan akses Jambi Riau Via Teluk Kijang dan Selensen. Ruas jalan Pelabuhan Dagang Purwodadi Simpang Abadi. Ruas jalan ini merupakan jalur pergerakan internal sekaligus merupakan penghubung 2 (dua) jalur utama pergerakan eksternal. Pengembangan dan peningkatan ruas jalan ini dimaksudkan untuk meningkatkan aksebilitas antar kawasan sekaligus merupakan jalur kolektor dan distribusi sentra-sentra produksi pada kawasan tersebut serta mempersingkat jarak tempuh menuju Kota Kuala Tungkal. Ruas jalan Merlung Lubuk Kambing Perbatasan Kabupaten Muara Tebo. Pengembangan dan peningkatan ruas jalan ini dimaksudkan untuk meningkatkan aksebilitas antar kawasan sekaligus merupakan jalur kolektor yang menghubungkan jalur Kecamatan Renah Mendaluh Kecamatan Merlung maupun dengan Kabupaten Tebo serta distribusi sentra-sentra produksi termasuk pertambangan umum yaitu Batubara. Ruas jalan Suban Lubuk Kambing (Pembangunan Baru). Pengembangan ruas jalan ini dimaksudkan untuk meningkatkan aksebilitas antar kawasan sekaligus merupakan jalur kolektor yang menghubungkan jalur Kecamatan Renah Mendaluh Kecamatan Batang Asam serta membuka kegiatan ekonomi baru dan pemerataan pembangunan. Ruas jalan Merlung Pinang Gading Tanjung Bananak Lampisi Sari Jaya Kesuma dan Pingan Gading Kemang Manis. Pengembangan dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

71 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat peningkatan ruas jalan ini dimaksudkan untuk meningkatkan aksebilitas antar kecamatan sekaligus merupakan jalur kolektor yang menghubungkan jalur Kecamatan Merlung Kecamatan Renah Mendaluh serta distribusi sentra-sentra produksi komoditas pertanian seperti Kelapa Sawit dan Karet. Pengembangan dan Pembangunan terminal Tipe A di Kuala Tungkal dan Merlung. b) Pengembangan Jaringan Jalur Kereta Api Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan salah satu wilayah yang dilintasi oleh rencana jalur Kereta Api Nasioanal, hal ini tertuang dalam Sumatera Railway Development Project dimana terdapat lintasan rencana jaringan kereta api di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang melintasi Desa Rantau Badak yaitu rencana jaringan jalur kereta api Pekanbaru Rengat Jambi Betung Palembang. Rencana pembangunan jalur kereta api ini, yang tertuang pada Masterplan Pengembangan Kereta Api Sumatera merupakan salah satu koridor yang termasuk dalam prioritas sedang untuk dikembangkan, koridor ini merupakan kelanjutan dari rencana pembangunan jalan kereta api dari Medan Lubuk Pakam Tebing Tinggi Kisaran Rantau Prapat Dumai Duri Pekanbaru; dan Palembang Kayu Agung Menggala Bakauheni. Sebagai tindak lanjut dari rencana pengembangan koridor jaringan jalan KA tersebut, yang juga diperjelas lagi didalam RTRW Provinsi Jambi yaitu rencana pembangunan jaringan angkutan Kereta Api Provinsi Jambi yang merupakan bagian dari Rencana pembangunan jaringan Kereta Api Sumatera (Sumatera Railway) yang menghubungkan: Batas Sumatera Selatan Tempino - Jambi Sengeti Rantau Badak Pekan Baru. Rantau Badak Kuala Tungkal Muara Sabak Dengan rencana yang komprehensif tersebut maka jaringan jalan kereta api tersebut nantinya akan menjadi alternatif untuk angkutan transportasi khususnya bagi angkutan barang dimana wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdapat potensi perkebunan,pertambangan, dan perikanan; selain itu terdapat Pelabuhan Kuala Tungkal yang dalam RTRW Nasional telah ditetapkan sebagai Pelabuhan Nasional. Jika dikaitkan dengan keuntungan yang didapat adalah tidak terjadainya double handling pada pengangkutan sehingga lebih menghemat biaya transportasi. Selain itu, dengan pengalihan angkutan langsung ke kereta api maka beban lalu lintas berat pada jaringan jalan khususnya jaringan jalan perkotaan akan dapat diminimalisir. Dalam jangka panjang, di Kota Kuala Tungkal juga berpeluang untuk dibangun terminal yang terpadu dengan sistem angkutan kereta api, meskipun hingga saat ini masih berupa gagasan yang belum memiliki investasi untuk realisasinya. Terkait Kabupaten Tanjung Jabung Barat

72 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan sistem angkutan kereta api, akan dibutuhkan setidaknya 3 (tiga) komponen utama, yaitu: 1. Stasiun Penumpang Stasiun penumpang utama ditengarai akan berada di dalam Kota Jambi. Untuk wilayah kabupaten direncanakan stasiun pembantu di Rantau Badak. 2. Halte Halte kereta api diarahkan untuk disediakan di kota-kota kecil dan pusat permukiman yang dilalui oleh jaringan rel KA, misalnya di Merlung. 3. Stasiun Barang Stasiun barang perlu disiapkan di Kota Kuala Tungkal untuk menunjang fungsi Kuala Tungkal sebagai titik simpul (node) jaringan kereta api dari berbagai arah. 2. Transportasi Sungai dan Laut Disamping pengembangan pusat-pusat pelayanan, struktur jaringan jalan dan pengembangan fungsi primer suatu kawasan, pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat didukung pula oleh : Pengembangan pelabuhan Kuala Tungkal sebagai pelabuhan nasional Sebagai Kota Pelabuhan dan Pintu gerbang Provinsi Jambi melalui laut untuk menuju Batam dan Negara Tetangga Singapura serta Malaysia, Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat menyediakan Armada Angkutan Laut Penumpang NV. Tungkal Samudera dengan rote pelayaran Kuala Tungkal Batam Tanjung Pinang. Untuk kelancaran arus lalu lintas kapal keluar masuk melalui Pelabuhan Kuala Tungkal, cukup padat baik Kapal Angkutan Penumpang maupun Kapal Angkutan Barang, untuk menjaga kelancaran Pelayaran dan Mencegah terjadinya Kecelakaan di laut, telah memiliki Stasiun Radio Pantai Kuala Tungkal yang beralamat di Jl. Kalimantan - Kuala Tungkal. B. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Adapun Rencana pengembangan sistem Kelistrikan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dilakukan dalam beberapa jenjang yakni ; Pengaturan pola jaringan listrik dengan melakukan pembakuan klasifikasi jaringan listrik yang meliputi penetapan jaringan listrik tegangan menengah, tegangan rendah dan sambungan rumah. Membangun jaringan listrik baru ke arah seberang kota Kuala Tungkal dengan menggunakan pembangunan jaringan tower pada kawasan kawasan yang memiliki kendala bentang alam sehingga PLN sebagai regulator dapat mampu memberikan pelayanan kelistrikan di seberang kota Kuala Tungkal yang merupakan kawasan yang memiliki potensi dalam perkembangan perekonomian di kabupaten Tanjung Jabung Barat. Penambahan kapasitas terpasang dari pembangkit Listrik yang ada sekarang ini Menambah prasarana dan sarana dalam pengembangan sistem jaringan kelistrikan di kabupaten Tanjung Jabung Barat yang meliputi penambahan trafo, Kabupaten Tanjung Jabung Barat

73 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat pembangunan gardu distribusi, pembangunan gardu induk, pemasangan kabel penghantar api pada tiang - tiang listrik yang sudah terpasang agar mampu mengakomodir kebutuhan listrik di kabupaten Tanjung Jabung Barat. Merencanakan pengembangan sistem jaringan listrik pada kawasan yang memiliki nilai strategis dengan memanfaatkan sumber daya lokal, bagi kawasan yang sulit terjangkau oleh jaringan listrik. Pemanfaatan sumberdaya lokal sebagai sumber energi listrik dapat berupa pembangunan PLTA Mini Hydro, dan pemanfaatan energi surya. Pemenuhan kebutuhan energi listrik di kabupaten Tanjung Jabung Barat di arahkan pada beberapa alternatif yang meliputi : Penambahan daya terpasang dari PLTG yang ada sekarang Penambahan daya / kapasitas terpasang dari mesin pembangkit yang ada sekarang berasal dari PLTG Tanjung Jabung Power kiranya dapat dilakukan, mengingat kebutuhan energi listrik untuk kecamatan Tungkal Ilir saat ini mencapai watt, sedangkan kapasitas terpasang yang ada sekarang ini baru mencapai 80 % yaitu sebesar 6.3 Mwatt. Rencana penambahan daya terpasang dari PLTG Tanjung Jabung Power dapat dilakukan menjadi 10 Mwatt, jika pemakaian sumber tenaga bahan bakar bagi pembangkit listrik tersebut tidak lagi memakai gas buangan (flare gas), akan tetapi memakai gas murni. Pembangunan PLTG baru Listrik sebagai salah satu prasarana dan sarana produksi merupakan salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Arahan dan alokasi untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) yang baru diarahkan pada kawasan Purwodadi, pemilihan kawasan tersebut Dasar pertimbangannya ; - Dekat dengan sumber daya alam gas yang berada di kecamatan Betara - Sudah terdapat jalur pipanisasi bagi pendistribusian gas - Kawasan tersebut merupakan kawasan yang mengalami pertumbuhan yang pesat (KTM) C. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Secara umum Rencana Sistem prasarana telekomunikasi kabupaten Tanjung Jabung Baratmeliputi: 1. Sistem Prasarana Telekomunikasi kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan hasil pemaduserasian antara jaringan pelayanan komunikasi yang disiapkan oleh pemerintah dan yang dibangun oleh swasta. 2. Tujuan yang ingin dicapai dari pengembangan Sistem Prasarana Telekomunikasi kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah cakupan pelayanan yang seluas mungkin dengan kualitas pelayanan yang optimal. 3. Pengembangan integrasi Sistem Prasarana Telekomunikasi dengan Sistem Jaringan Jalan, sehingga semua kawasan yang memiliki tingkat kemudahan (aksesibilitas) akan didukung oleh pelayanan jaringan telekomunikasi. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

74 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat 4. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dan satelit dalam mendorong pengembangan sistem prasarana telekomunikasi berupa memperbesar peluang masuknya jaringan telepon seluler dengan membangun Tower bersama. 5. Kawasan prioritas pengembangan/peningkatan pelayanan Sistem Prasarana Telekomunikasi kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah : a. Pusat Pelayanan Kabupaten b. Sub Pusat Pelayanan Kabupaten c. Pusat Lingkungan d. Kawasan Permukiman e. Kawasan Strategis f. Kawasan Perdagangan dan Jasa g. Kawasan Pemerintahan D. Rencana Sistem Jaringan Sumberdaya Air Untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya air yang ada, arahan penanganannya dilakukan meliputi: Pengembangan aliran sungai dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi mengacu pada satuan wilayah sungai, dari hulu sampai hilir dengan prinsip satu sungai, satu rencana, dan satu manajemen. Pemantauan dan pengendalian kuantitas dan kualitas air secara terus menerus, khususnya untuk sungai-sungai yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Peningkatan sistem pengelolaan dan rehabilitasi sungai sehingga kondisi daerah aliran sungai tetap terpelihara. Penyediaan air baku yang memadai untuk diolah sebagai air bersih serta untuk irigasi, industri dan kegiatan lainnya secara merata dalam usaha pengembangan wilayah. Pelestarian sumber daya air di kawasan lindung (hutan lindung). Penatagunaan air permukaan untuk menghindarkan bahaya banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Pemeliharaan, peningkatan dan perluasan jaringan irigasi teknis pada kawasan sentra pangan. Penyediaan air baku untuk mendukung pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. E. Rencana Sistem Jaringan Air Bersih Rencana kebutuhan air bersih di Kabupaten Tanjung Jabung Barat diperhitungkan dengan pertimbangan: kependudukan, tingkat kehidupan sosial, kemauan/kemampuan penduduk dan daerah pelayanan sistem yang ada. Penghitungan berdasarkan tingkat pemakaian air dikaitkan dengan kriteria desain dan proyeksi penduduk terlayani dari daerah pelayanan sebatas hal tersebut memungkinkan secara teknis dan ekonomis. Tingkat pelayanan sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Tanjung Jabung Barat direncanakan sebesar 60 %. Sisanya sebesar 40 % diharapkan dapat dipenuhi secara Kabupaten Tanjung Jabung Barat

75 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat mandiri dengan sumur gali, penampungan air hujan serta pemanfaatan saluran irigasi (khusus untuk kebutuhan MCK). Hal ini terutama disebabkan oleh tingkat kepadatan penduduk yang masih rendah, suatu kondisi yang menyebabkan investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan jaringan serta biaya operasionalnya menjadi sangat tinggi dan tidak akan sebanding dengan penghasilan yang diperoleh. Sistem jaringan yang ada sekarang, meliputi sistem jaringan primer (pipa Induk), sampai ke pipa persil yang menghubungkan sampai ke rumah-rumah pelanggan. Sistem ini akan terus dipertahankan, dengan pengembangan berupa perluasan jaringan pipa, terutama dalam sistem jaringan pipa primer. Untuk sumber air baku, keberadaan Sungai Pengabuan masih dapat dipertahankan sebagai salah satu sumber air baku, namun untuk wilayah pengembangan yang jaraknya relatif jauh dari Sungai Pengabuan, seperti bagian selatan dari Kecamatan Merlung, Muara Papalik, Renah Mendaluh dan Kecamatan Batang Asam, dapat dipertimbangkan untuk memanfaatkan sumber air tanah dalam, walau demikian masih diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai potensi air tanah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. F. Sistem Jaringan Air Limbah Sistem penanganan air limbah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada umumnya merupakan sistem setempat, baik yang terbuka ataupun yang tertutup. Dengan banyaknya sungai-sungai yang ada di Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat semakin memudahkan bagi penduduk untuk membuang limbah secara langsung ke sungai melalui saluran drainase terbuka. Sementara untuk limbah padatnya (tinja) sudah mempergunakan sistem cubluk atau septic tank. Pada rumah tangga yang secara ekonomis belum mampu membangun septic tank, air limbah biasanya disalurkan ke lahan/kebun di belakang rumah, namun untuk pembuangan limbah dari manusia (tinja) sebagian besar sudah menggunakan cubluk. Sistem pengolahan air limbah domestik di wilayah perencanaan pada umumnya masih tercampur dengan sistem drainase. Air limbah dari sisa aktivitas manusia dialirkan ke saluran sebelah rumah yang juga adalah saluran untuk drainase. Pembuangan air limbah seperti ini, untuk saat ini belum menimbulkan dampak yang negatif sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduk yang masih rendah, tetapi sesuai dengan perkembangan ruang dan peningkatan jumlah penduduk, dalam perencanaan ini pengelolaan air limbah akan diarahkan sehingga tidak menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan dan kesehatan penduduk. Pada saat ini jaringan pengelolaan air limbah yang mencakup keseluruhan kegiatan, sampai saat ini masih belum tersedia. Sistem saluran-saluran air limbah yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dikatakan belum ada. Sementara ini penanganan limbah di lingkungan pemukiman penduduk masih dilakukan secara individual, yaitu membuang limbahnya melalui jamban keluarga dengan sistem cubluk atau septik tank. Namun tidak sedikit juga masyarakat yang langsung mengalirkan buangan rumah tangganya terutama dari WC ke sungai di dekat rumahnya. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

76 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sistem septik tank yang akan dikembangkan terdiri dari dua jenis septik tank yaitu: 1. Sistem septic tank individu, dimana penanganan air limbah ini dengan membuat septic tank pada tiap-tiap rumah, yang hanya melayani satu rumah. Penerapan bentuk ini terutama ditujukan bagi kawasan perumahan yang kepadatan penduduknya rendah. 2. Sistem septic tank komunal, dimana satu septic tank digunakan bersama oleh beberapa keluarga/rumah (15 20 rumah) secara kolektif yang disalurkan melalui saluran tertutup dari setiap rumah ke septic tank, hal ini untuk menghindari terjadi pencemaran oleh limbah tersebut terhadap lingkungan sekitar. Penggunaan sistem ini terutama ditujukan bagi kawasan-kawasan yang memiliki intensitas kegiatan tinggi seperti di kawasan perkotaan dan kawasan permukiman lain yang cukup padat. Cara ini merupakan sistem yang sangat baik untuk dikembangkan pada daerah perkotaan karena dapat menghemat kebutuhan lahan dan pengontrolan dapat dilakukan secara kolektif. Arahan pengembangannya, adalah : Sistem Pembuangan limbah domestik kawasan perkotaan, sebagian diarahkan menggunakan sistem septik tank dengan resapan/filter, sebagian dengan septik tank tanpa resapan dengan proses pengolahan langsung ke dalam IPLT yang sudah ada (menggunakan truk tinja) dan di perdesaan menggunakan sistem SPAL. Sistem pembuangan air limbah industri diarahkan untuk mempergunakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sendiri. G. Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, timbulan sampah pada akhir tahun rencana mencapai l/hari. TPA yang ada saat ini yang terletak di Desa Tungkal I dan Desa Pematang Lumut dengan luas 22 Ha, masihdapat menampung sampah sampai tahun Sampah semakin hari semakin menumpuk apabila tidak diolah. Sistem pengolah sampah dirinci sebagai berikut: 1. Daerah Pelayanan a. Daerah permukiman, terdiri dari : permukiman kepadatan tinggi dan permukiman dengan kepadatan sedang. b. Daerah komersial, terdiri dari : perkotaan, pasar dan industri. c. Fasilitas umum, terdiri dari : hotel, tempat rekreasi, perkantoran, serta taman dan trotoar/ penyapuan jalan. 2. Sistem Pengumpulan Terdapat dua sistem pengumpulan : - Sistem pelayanan individu. - Sistem pelayanan komunal. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

77 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Berdasarkan data timbulan, dapat dilihat diprediksi bahwa untuk 20 tahun kedepan, TPA yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Baratmasih dapat menampung timbulan sampah yang dihasilkan masyarakat. Sedangkan untuk skala lingkungan khususnya untuk lingkungan perkotaan dikembangkan incinerator yang dikelola secara mandiri dengan konsep Community Base Waste Management. Pengembangan pengelolaan sampah di kawasan perdesaan agar sejalan dengan program pengembangan pupuk organik dimana sampah yang dihasilkan di kawasan perdesaan diolah menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan lahan pertanian setempat. H. Rencana Sistem Jaringan Drainase Ada beberapa konsep pemikiran Untuk mengatasi permasalahan drainase di Kabupaten Tanjung Jabung Barat khususnya Kota Kuala Tungkal yaitu: a) Konsep Blok Plan Kota Kuala Tungkal secara adminsitrasi terbagi atas 4 (empat) kelurahan yaitu Kelurahan Tungkal Harapan, Tungkal II Kota, Tungkal III Kota dan Tungkal IV Kota yang secara geografis terpisah oleh badan-badan sungai (parit). Sungai-sungai kecil ini (parit) dipergunakan sebagai tempat pembuangan akhir saluran perkotaan yang akhirnya bermuara kelaut. Selain itu juga, adanya pengaruh pasang surut yang memberikan dampak dari pola pembuangan drainase perkotaan yang ada. Dalam konsep ini dapat dijelaskan bahwa Kota Kuala Tungkal akan dibelah Menjadi 3 (tiga) bagian utama dengan cara: 1. Normalisasi parit 1, parit 2 dan parit 3. Parit-parit ini direncanakan akan menjadi Saluran Primer Kota Kuala Tungkal 2. Pembuatan Turap/Plengsengan pada kiri dan kanan parit 1, parit 2 dan parit Pembangunan Pintu Air pada Saluran Sekunder yang berhubungan langsung dengan Parit, hal ini diperlukan untuk mengendalikan debit aliran air pasang surut dan debit air hujan. 4. Pembangunan BUSEM (Buangan Sementara), BUSEM ini dimaksudkan untuk mengurangi Over Load debit air akibat terlau banyak air yang masuk kedalam saluran. Dengan Adanya parit (anak sungai) yang membelah Kota Kuala Tungkal akan memberikan kemudahan bagi perencana dalam melakukan konsep penanggulangan banjir pada kawasan perkotaan yaitu dengan sistem pen-zoningan. Sistem penzoningan memberikan kemudahan dalam mengevaluasi suatu kesalahan atau penanganan sisitem saluran pada wilayah atau zona kontrol. Seperti terlihat pada gambar. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

78 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat b) Konsep Isolasi Konsep isolasi adalah suatu pendekatan dalam melakukan netralisir kawasan perkotaan yang berfungsi yaitu pada saat pasang air laut dan mempengaruhi gerak dan tekanan air sungai maka selain sistem pen-zoningan dilakukan, sistem isolasi dapat mempergunakan alat-alat seperti Pintu Air dan Pulp Valve yang berguna untuk menahan air sungai masuk ke dalam saluran drainase perkotaan. Sementara itu pada saat air sungai yang dipengaruhi air laut surut maka pintu air dapat dibuka dan juga pulp valve secara tidak langsung dirancang hanya untuk menahan tekanan air sungai yang masuk kedalam mulut saluran drainase perkotaan. Konstruksi-konstruksi saluran pembuangan sekunder sebaiknya dirubah serta konstruksi pintu air harus disesuaikan dengan ketinggian banjir atau genangan agar permukaan saluran dan pintu air tidak terbenam dengan ketinggian air genangan. c) Sistem Jaring Dipergunakan sebagai alat yang diletakkan pada sisi saluran yang mengarah ke permukaan badan sungai (parit) untuk menjaga kebersihan sungai dari sampahsampah lingkungan di sekitar saluran, juga dapat mempengaruhi gerak pembuangan sungai sebagai pembuangan akhir ke sungai besar yaitu Sungai Pengabuan. Sistem jaring ini dirancang agar saluran dan badan sungai dapat terhindar dari penumpukan sampah-sampah lingkungan yang dapat memberikan dampak terhadap sistem pembuangan perkotaan serta mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat. I. Pembangunan Pintu Air dan Busem Rencana pembangunan pintu air merupakan suatu pendekatan rencana yang lebih baik dalam konsep isolasi kawasan. Pembangunan pintu air kiranya memperhatikan sistem Blok Plan kawasan yang ada agar pola buka tutup dapat dilakukan. Konstruksi pintu air sebaiknya terbuat dari plat baja atau besi yang dirancang khusus dengan mempergunakan alat bantu pulp valev pada mulut saluran. Ukuran pintu air sebaiknya di disain sesuai dengan ketinggan saluran dan proporsional terhadap badan parit yang ada. Agar pada waktu pasang terjadi air tidak melebihi permukaan atas pintu air. Sedangkan Busem yang berfungsi sebagai alat penampungan sementara juga dapat direncanakan menurut zonasi yang ada agar penempatan disell atau rumah pompa harus dapat bersebelahan dengan busem dan pembuangan akhir. Ukuran busem tergantung kapasitas luas areal saluran berdasarkan zona, yaitu proporsi saluran sebaiknya dapat menampung ¼ dimensi daerah tangkap. Pada umumnya ukuran busem adalah 10x8x4 m3. konstruksi busem dapat terbuat dari beton ataupun konvensional yaitu tanah kosong yang dirancang sebagai daerah penampungan sementara. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

79 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat 3.2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rencana Kawasan Lindung A. Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya Kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya merupakan kawasan hutan yang memiliki sifat khas dan mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Kawasan Bergambut ; Kawasan bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagai dasar berupa sisa-sisa bahan organic yang tertimbun dalam waktu lama. Luas kawasan ini di Kabupaten Tanjung Jabung Barat mencapai Ha atau 2,90 % dari luas Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang terdapat di Kecamatan Betara. B. Kawasan yang memberikan perlindungan setempat ; a) Kawasan Jalur Hijau Kawasan Jalur Hijau adalah hutan mangrove di wilayah pesisir yang harus dipertahankan untuk mencegah erosi dan abrasi, mencegah intrusi air laut, mereduksi bahaya akibat gelombang tsunami dan menjamin berlangsungnya fungsi-fungsi ekologis lainnya. Jalur hijau ditetapkan selebar 500 meter dari titik pasang tertinggi ke arah laut. Jenis-jenis tumbuhan yang tumbuh pada sub zona jalur hijau yaitu Avicenia alba,soneratia caseolaris, Rizhophora apiculata, dan Bruguera. Kawasan Jalur Hijau secara alamiah dapat bertambah melebar ke arah laut, jika laju kerusakan hutan mangrove oleh aktivitas manusia lebih kecil dari laju sedimentasi dan laju pertumbuhan mangrove secara alami. Tetapi fakta membuktikan bahwa laju kerusakan hutan (termasuk mangrove) lebih cepat dari laju pulihnya. Oleh karena itu penetapan Kawasan konservasi menjadi sangat penting dan harus didukung dengan pengawasan dan penegakan hukum yang konsisten dan terus-menerus. b) Daerah Perlindungan Laut (DPL) Daerah Perlindungan Laut di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari tiga sub kawasan yaitu: 1. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Desa Sungai Dualap. Konsep perencanaan DPL Desa Sungai Dualap telah dirintis oleh Dinas Perikanan Propinsi Jambi pada tahun 1999, diawali dengan melakukan penelitian di wilayah tersebut yang bekerjasama dengan Pusat Limnologi LIPI. Beberapa kegiatan lanjutan telah dilaksanakan antara lain restocking (udang dan kakap putih) dan penanaman mangrove (bakau). Pada tahun 2004, MCRMP Kabupaten Tanjung Jabung Barat melalui kegiatan SNRM kemudian mengalokasikan kegiatan untuk penetapan DPL Desa Sungai Dualap. Kegiatan penetapan DPL tersebut dimulai dari sosialisasi, groundtruth, konsultasi publik, penetapan batas/ pemasangan papan/patok batas, pembentukan kelompok Kabupaten Tanjung Jabung Barat

80 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat pengelola dan penyusunan Peraturan Desa tentang Pengelolaan DPL. Perdes DPL tersebut secara formal telah berjalan baik dan dipatuhi oleh masyarakat Desa Sungai Dualap serta masyarakat sekitarnya. 2. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Desa Pangkal Babu. Pada saat ini Kawasan Daerah Perlindungan Laut (DPL) Desa Pangkal Babu masih dalam tahap perencanaan. DPL Pangkal Babu sekaligus direncanakan untuk pengembangan Wisata Alam Pantai (hutan mangrove) dengan mengkombinasikan wisata budidaya (pemancingan) di kawasan sebelah daratnya. Wisatawan diharapkan dapat menyalurkan kesenangannya (hobby) berupa memancing ikan sekaligus menikmati keindahan alam berupa hutan mangrove serta berbagai fauna yang terdapat di dalamnya. 3. Kawasan Konservasi Kerang Darah Tanjung Labu. Tanjung Labu merupakan kawasan yang berbatasan dengan Sungai Kerang (Kabupaten Indragiri Hilir). Kawasan ini merupakan tempat perkembangbiakan kerang darah yang paling penting di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Untuk melindungi kelestarian sumberdaya kerang darah di kawasan ini, maka direncanakan untuk menetapkan kawasan ini sebagai sub zona konservasi kerang darah. Rintisan penetapan kawasan konservasi tersebut telah dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jambi pada tahun c) Kawasan Sempadan Pantai Maksud ditetapkannya Kawasan Sempadan Pantai adalah untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan ini meliputi sempadan pantai Tanjung Labu, sempadan pantai Pangkal Babu dan sempadan pantai Sungai Dualap dengan luas areal mencapai Ha (2,90 % dari luas seluruh wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat). Sempadan pantai ditetapkan selebar 500 meter diukur dari titik pasang tertinggi kearah darat. Berdasarkan tujuan pemantapan kawasan ini maka arah pengelolaan kawasan Sempadan Pantai adalah : Pencegahan kegiatan budidaya di sepanjang pantai yang dapat mengganggu kelestarian fungsi pantai. Pengendalian kegiatan di sekitar sempadan pantai Pengembalian fungsi lindung pantai yang mengalami kerusakan d) Sempadan Sungai Tujuan ditetapkannya Sub Zona Sempadan Sungai adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan yang dapat merusak kualitas air sungai, fisik tepi dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Kawasan Sempadan Sungai meliputi sempadan sungai Pengabuan, sempadan sungai Betara dan sempadan sungai Pangkal Duri. Sempadan sungai ditetapkan selebar meter di kiri dan kanan sungai di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

81 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat luar kawasan pemukiman, dan meter di kiri dan kanan sungai di dalam kawasan pemukiman. Kawasan pemukiman yang diproyeksikan memiliki kawasan sempadan sungai adalah Kelurahan Tungkal II, Kelurahan Tungkal III, Desa Tungkal IV desa, Kelurahan Tungkal Harapan, Desa Tungkal V, Desa Tanjung Sinjulang, Desa Bram Itam Kiri, Desa Bram Itam Kanan, Desa Teluk Sialang, Desa Pematang Lumut (Teluk Serdang), Desa Sungai Dualap, Desa Parit Pudin, Desa Sungai Serindit, Desa Teluk Nilau, Desa Senyerang, Desa Teluk Kayu Aro, Desa Teluk Ketapang dan Desa Sungai Rambai. Luas sempadan sungai diperkirakan mencapai Ha (1,27 %) dari luas seluruh wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Tujuan pemantapan kawasan Sempadan Sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Berdasarkan tujuan tersebut maka arah pengelolaan kawasan meliputi : Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai Pengamanan Daerah Aliran Sungai. Pembatasan daerah terbangun yang dapat merusak fungsi lindung daerah aliran sungai C. Kawasan Suaka dan Cagar Alam Kawasan suaka dan cagar alam adalah kawasan yang memiliki ekosistem khas yang merupakan habitat alami yang memberikan perlindungan bagi perkembangan flora dan fauna yang khas dan keanekaragaman plasma nutfah. Perlindungan ini ditujukan melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdapat beberapa Kawasan Suaka Alam dan Cagar Alam yaitu: 1. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, seluas 8.790,72. Ha terletak di Kecamatan Batang Asam; 2. Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur, seluas 87,00 Ha. Terletak di sepanjang pantai timur Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rencana Kawasan Budidaya Perwujudan pemanfaatan ruang kawasan budidaya adalah proses pengaturan dan atau pengelolaan Kawasan Budidaya berdasarkan tujuan dan kriteria tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan, yaitu yang telah dirumuskan diawal. Sedangkan komponen Kawasan Budidaya yang tertuang dalam RTRW ini adalah meliputi: Kawasan Hutan Produksi; Kawasan Pertanian; Kawasan Pertanian Lahan Kering; Kawasan Peternakan dan Perikanan; Kawasan Perkebunan/Tanaman Tahunan; Kawasan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

82 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Pertambangan dan Galian; Peruntukan Industri; Kawasan Pariwisata; dan Kawasan Pemukiman Perkotaan, dan Pedesaan. Dalam kawasan budidaya terdapat pula kawasan andalan yang merupakan keterpaduan dan keterkaitan berbagai kegiatan produksi dan kawasan fungsional yang mempunyai dampak terhadap perkembangan perekonomian daerah. Luas masing-masing Kelompok Kawasan Budidaya secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. III.2.1 Rencana Luas Kawasan Budidaya Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun No Jenis Kawasan Perkiraan Luas (Ha) 1 Hutan Produksi ,14 31,53 2 Hutan Produksi Terbatas ,69 8,12 3 Pertanian dan Non Pertanian ,60 55,78 LUAS KAWASAN BUDIDAYA ,43 95,43 LUAS WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT ,00 Sumber : RTRW Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun % thd luas Kab. Tabel. III.2.2 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun A NO PEMANFAATAN RUANG KAWASAN LINDUNG SEBARAN LUAS (HA) KETERANGAN 1. Sempadan Sungai Kec. Tungkal Ilir Kec. Seberang Kota Kec. Kuala Betara Kec. Pengabuan Kec. Senyerang Kec. Bram Itam Kec. Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat ,00 Kawasan pemukiman yang diproyeksikan memiliki kawasan sempadan sungai adalah Kelurahan Tungkal II, Kelurahan Tungkal III, Desa Tungkal IV desa, Kelurahan Tungkal Harapan, Desa Tungkal V, Desa Tanjung Sinjulang, Desa Bram Itam Kiri, Desa Bram Itam Kanan, Desa Teluk Sialang, Desa Pematang Lumut (Teluk Serdang), Desa Sungai Dualap, Desa Parit Pudin, Desa Sungai Serindit, Desa Teluk Nilau, Desa Senyerang, Desa Teluk Kayu Aro, Desa Teluk Ketapang dan Desa Sungai Rambai 3-19

83 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat B NO PEMANFAATAN RUANG SEBARAN 2. Sempadan Pantai Kec. Tungkal Ilir Kec. Kuala Betara Kec. Seberang Kota LUAS (HA) KETERANGAN ,00 sempadan pantai Tanjung Labu, sempadan pantai Pangkal Babu dan sempadan pantai Sungai Dualap dengan luas areal mencapai Ha (2,90 % dari luas seluruh wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat). Sempadan pantai ditetapkan selebar 500 meter diukur dari titik pasang tertinggi kearah darat 3. Taman Nasional Bukit 30 Kec. Batang Asam 8.790,72 Pengelolaan Taman Nasional (didalamnya termasuk Cagar Alam dan Marga satwa) dengan mengembangkan zona-zona pemanfaatan ruang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi dan pendidikan 4. Hutan Rawa Gambut Kec. Betara ,00 Sungai Betara 5. Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur KAWASAN BUDIDAYA Sepanjang Pantai Timur Kab. Tanjung Jabung Barat 87,00 Kawasan Cagar Alam yang termasuk ke dalam tipologi kawasan lindung Kab. Tanjab Barat ialah Kawasan Hutan Bakau Pantai Timur yang meliputi sebagian Kecamatan Pengabuan dan Kecamatan Senyerang 1. Hutan Produksi (HP) Kec. Batang Asam Kec. Renah Mendaluh Kec. Betara Kec. Pengabuan Kec. Senyerang 2. Hutan Produksi Terbatas Kec. Batang Asam (HPT) Kec. Renah Mendaluh 3. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah Kec. Kuala Betara Kec. Seberang Kota Kec. Pengabuan Kec. Senyeranag 4. Kawasan Peruntukan Kec. Kuala Betara Pertanian Lahan Kering Kec. Bram Itam 5. Perkebunan Kec. Tungkal Ulu Kec. Batang Asam Kec. Tebing Tinggi Kec. Merlung Kec. Muara Papalik Kec. Renah Mendaluh ,14 HP Sungai Betara HP Pasir Mayang-Danau Bangko HP Sungai Lumahan ,69 HPT Sungai Sirih-sirih HPT Hulu Sekalo Lahan yang ada dipertahankan Pengembangan diarahkan secara intensifikasi, melalui pola 2 kali tanam dalam setahun Sebagian besar barupa perkebunan rakyat, Perkebunan besar di Kembangkan di Kec. Tungkal Ulu, Kec. Tebing Tinggi, Kec. Merlung, Kec. Muara Papalik, Kabupaten Tanjung Jabung Barat

84 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat NO PEMANFAATAN RUANG 6. Kawasan Peruntukan Peternakan SEBARAN Kec. Kuala Betara Kec. Senyerang Kec. Pengabuan Kec. Pengabuan Kec. Senyerang Kec. Batang Asam Kec. Kuala Betara LUAS (HA) KETERANGAN Kec. Kuala Betara Komoditas utama kelapa, kelapa sawit, karet, kopi dan coklat Untuk pengembangan Peternakan besar lebih diarahkan di Desa Teluk Nilau Kecamatan Pengabuan, Kecamatan Senyerang dan Desa Sri Agung di Kecamatan Batang Asam, hal ini mengingat tingginya produksi ternak besar seperti sapi, kerbau dan kambing Sedangkan Desa Pembengis Kecamatan Bram Itam dikembangkan Peternakan Unggas. 7. Kawasan Peruntukan Perikanan 8. Kawasan Peruntukan Permukiman 9. Kawasan Peruntukan Pertambangan 10. Kawasan Peruntukan Industri Kec. Tungkal Ilir Kec. Seberang Kota Kec. Kuala Betara Diseluruh wilayah Kab. Tanjung Jabung Barat Kec. Betara Kec. Renah Mendaluh Kec Batang Asam Kec. Muara Papalik Kec. Tungkal Ulu Kec. Tebing Tinggi Kec. Merlung Kec. Tungkal Ilir Kec. Seberang Kota Kec. Pengabuan Kec. Bram Itam sedangkan untuk industri kecil dikembangkan di seluruh kecamatan Areal Tambak dikembangkan seluas Ha di Kec. Tungkal Ilir, Kec. Seberang Kota, Kec. Kuala Betara. Perikanan darat memanfaatkan lahan pertanian yang ada dan budidaya kolam dikembangkan Ha, Potensi perairan laut untuk penangkapan ikan sebesar unit (400 Ha) Dilengkapi dengan fasilitas pemukiman Minyak Bumi di Kec. Betara dan Batubara di Kec. Renah Mendaluh, Batang Asam, Tungkal Ulu Sebagian besar barupa bahan galian Golongan C yaitu pasir kwarsa, kerikil, kaolin, granit dan perlit yang tersebat di wilayah kabupaten Kawasan Industri besar dapat dikembangkan di Kecamatan Tebing Tinggi dan Kecamatan Merlung, sedangkan industri menengah (agroindustri) dapat dikembangkan di Kec. Tungkal Ilir, Kecamatan Seberang Kota, Kecamatan Pengabuan, dan Kecamatan Bram Itam, sedangkan untuk industri kecil dikembangkan di seluruh kecamatan. Di seluruh kecamatan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

85 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat NO PEMANFAATAN RUANG 11. Kawasan Peruntukan Pariwisata 12. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa 13. Kawasan Peruntukan Perkantoran SEBARAN Kec Batang Asam Kec. Tebing Tinggi Kec. Tungkal Ilir Kec. Kuala Betara Kec. Renah Mendaluh Kec. Tebing Tinggi Kec. Tungkal Ilir Kec. Tebing Tinggi Kec. Merlung LUAS (HA) KETERANGAN dikembangkan sentra industri yang mendukung terhadap kesinambungan kegiatan pertanian seperti perkebunan, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, peternakan, dan perikanan serta perhutanan. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Kec. Batang Asam, Renah Mendaluh Keanekaragaman jenis flora dan fauna TN Suku Anak Dalam masyarakat tradisional Suku Kubu Talang Mamak dan Suku Melayu Panorama Alam Lembah perkebunan sawit dan Akasia HTI dan beberapa objek wisata air terjun lainnya yang juga terdapat di Kecamatan Pelabuhan Dagang dan Kecamatan Renah Mendaluh, Taman Pelatihan Gajah di Kecamatan Tebing Tinggi. Selain itu terdapat juga potensi pariwisata bahari; yaitu kawasan pantai memiliki ekowisata pantai dan wisata hutan mangrove yang terdapat di Kecamatan Tungkal Ilir dan Kecamatan Kuala Betara. Untuk pasar tradisional yang sudah ada di Kab. Tanjab Barat sebaiknya dilakukan Revitalisasi. Hal ini dilakukan untuk melihat semua sektor yang terkait dengan keberadaan pasar tersebut maupun kelembagaan yang mengelolah pasar tersebut Pemanfaatan ruang untuk kawasan perkantoran mencakup perkantoran pemerintah maupun swasta, Adapun arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan perkantoran dapat dilakukan di Kecamatan Merlung dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

86 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat NO PEMANFAATAN RUANG SEBARAN Sumber : RTRW Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun LUAS (HA) KETERANGAN konektivitas kepada kawasan perdagangan dan jasa; Kecamatan Tebing Tinggi dengan konektivitas kepada kawasan industri 3.3. Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kawasan strategis Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah wilayah yang penataan ruangnya di prioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup Kabupaten Tanjung Jabung Barat terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Berdasarkan hasil kajian terhadap potensi, permasalahan dan arahan kebijakan pembangunan yang ada maka Kawasan strategis di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah sebagai berikut: a) Kawasan Strategis Kepentingan Ekonomi Perumusan penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dapat berupakawasan yang memiliki nilai trategis dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki: a) Potensi ekonomi cepat tumbuh; b) Sektor unggulan yang dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi; c) Potensi ekspor; d) Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; e) Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; f) Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan; g) Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi; h) Kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten. Adapun kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah : 1. Kawasan perkotaan Kuala Tungkal; 2. Kawasan agroindustri di Kecamatan Tungkal Ilir dan Seberang Kota. 3. Kawasan agropolitan di Kecamatan Pengabuan. 4. Kawasan Minapolitan di Desa Tungkal I Kecamatan Tungkal Ilir. 5. Kawasan Pelabuhan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

87 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat b) Kawasan Strategis Kepentingan Sumber Daya Alam Kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten, antara lain: a) fungsi bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan posisi geografis sumber daya alam strategi, pengembangan teknologi kedirgantaraan, serta tenaga atom dan nuklir; b) sumberdaya alam strategis; c) fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan teknologi kedirgantaraan; d) fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau e) fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. Adapun kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah : 1. Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi di Kecamatan Betara. 2. Kawasan industri strategis di Kecamatan Tungkal Ulu dan Kecamatan Tebing Tinggi. 3. Kawasan industri pengolahan ikan di Kecamatan Seberang Kota. 4. Kawasan pabrik minyak kelapa sawit di Kecamatan Merlung dan Kecamatan Muara Papalik. c) Kawasan Strategis Kepentingan Lingkungan Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti: a) Tempat perlindungan keanekaragaman hayati; b) Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan; c) Kawasan yang memberikan pelindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian; d) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; e) Kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; f) Kawasan rawan bencana alam; atau g) Kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. Adapun kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah : 1. Kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, yang juga merupakan kawasan strategis nasional terletak di Kecamatan Batang Asam dan Renah Mendaluh. 2. Kawasan cagar alam hutan bakau pantai timur yang terletak di Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Seberang Kota dan Kecamatan Kuala Betara. 3. Kawasan Lindung Gambut yang juga merupakan kawasan strategis nasional terletak di Kecamatan Betara. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

88 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tabel. III.3.1 Kawasan Strategis kabupaten Tanjung Jabung Barat JENIS KAWASAN STRATEGIS KAWASAN STRATEGIS LOKASI Kawasan Strategis dari Perspektif Ekonomi Kawasan Strategis dari Perspektif Sosial Budaya Kawasan Strategis dari Perspektif Pendayagunaan Sumber Daya Alam 1. Kawasan Perkotaan Kuala Tungkal 2. Kawasan Agro Industri 3. Kawasan Agropolitan 4. Kawasan Minapolitan 5. Kawasan Pelabuhan 6. Kawasan Sepanjang Jalan Lintas Timur 7. Eko Wisata pantai dan wisata hutan mangrove, Tungkal Ancol Beach, Taman pelatihan gajah, Air Terjun, Arung Jeram dan Pasir Putih Pangkal Babu Kawasan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 2. Kawasan Industri Besar 3. Kawasan Industri Pengolahan Ikan (marine coastal) 4. Kawasan Pabrik Minyak Kelapa Sawit 1. Kec. Tungkal Ilir 2. Kec. Tungkal Ilir, Seberang Kota 3. Kec. Pengabuan 4. Desa Tungkal I Kec. Tungkal Ilir 5. Kec. Tungkal Ilir 6. Kec. Muara Papalik, Merlung, Tungkal Ulu, Batang Asam 7. Kec. Tungkal Ilir, Kec. Tebing Tinggi, Kec. Batang Asam, Kec. Kuala Betara 1. Kec. Betara 2. Kec. Tungkal Ulu, Kec. Tebing Tinggi 3. Kec. Seberang Kota 4. Kec. Merlung, Kec. Muara Papalik Kawasan Strategis dari Perspektif Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan 1. Kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh 2. Kawasan Lindung Gambut Sungai Betara 3. Kawasan Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur 4. Kawasan Sempadan Sungai 5. Kawasan Sempadan Pantai 1. Kec. Batang Asam 2. Kec. Betara 3. Kec. Tungkal Ilir, Kec. Seberang Kota, Kec. Kuala Betara 4. Kec. Tungkal Ilir, Kec. Seberang Kota, Kec. Kuala Betara, Kec. Pengabuan, Kec. Senyerang Sumber : RTRW Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Kabupaten Tanjung Jabung Barat

89 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat

90 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat

91 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat

92 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat

93 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat

94 Bab 3 : Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat

95 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Rencana Program Investasi Infrastruktur Kabupaten Tanjung Jabung Barat

96 4.1. Rencana Program Investasi Permukiman Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Petunjuk Umum Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Pada wilayah perdesaan arah pengembangan dijabarkan menurut program dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab pemerintah wilayah diantaranya yaitu: Program Pengembangan Perumahan 1. Penyediaan PSD Bagi Kawasan RSH a. Target: o Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri. o Sesuai dengan RUTR Pemerintah Daerah. o Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS o Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS,TNI/Polri, Pekerja masyarakat berpenghasilan rendah o Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah b. Penanganan: o Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman baru (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI dan POLRI. o Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang menghubungkan kawasan baru c. Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Walikota o Review minimal setahun sekali 2. Penyediaan PS dalam Rangka Penanganan Bencana a. Target: o Lokasi pada daerah bencana yang mengalami kerusakan prasarana dan sarana dasar permukimannya. o Sudah ada laporan dari Pemerintah Daerah atau media massa mengenai kejadian bencana, jenis kerusakan prasarana dan sarana dasar permukiman serta jumlah korban yang ditimbulkan b. Penanganan: o Mengembalikan kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman untuk bisa memberikan fungsi pelayanannya seperti sebelum terjadi bencana o Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman untuk mengembalikan kondisi yang rusak akibat bencana. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

97 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur c. Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Walikota o Review minimal setahun sekali Program Pengendalian Kota-Kota Besar & Metropolitan 1. Pengembangan Fungsi Kawasan a. Target: o Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan. o Lingkungan permukiman sebagai trip distributions (distribusi pergerakan) tidak accessible terhadap infrastruktur utama perkotaan. o Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga berdampak pada lingkungan perkotaan. o Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif. b. Penanganan: o Pengembangan Program dan Kebijakan Pengendalian Kota besar dan Metropolitan o Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan o Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan Melalui Peremajaan Kawasan Perkotaan. c. Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Bupati o Review minimal setahun sekali Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan 1. Penyediaan PS Permukiman Di Pulau Kecil Dan Terpencil a. Target: o Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan dalam akses menuju kawasan lainnya. o Sebagian besar penduduknya adalah tertinggal baik dalam hal sosial budaya maupun ekonomi. o Kondisi pelayanan kepada masyarakat masih sangat terbatas (belum banyak tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah) b. Penanganan: o Bantuan teknis berupa: Pedoman Pengembangan PS di Pulau Kecil dan Terpencil Identifikasi lokasi kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil yang ada dalam pemerintah kota/kota sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Penyusunan PJM berbasis pada upaya penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat yang tinggal didalamnya, berdasarkan kebutuhan riil dengan melibatkan masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat

98 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur o Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dan sarana dalam rangka pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam perencanaan program/pjm dan Rencana Tindak. c. Kontribusi Pemerintah Daerah: o Menyediakan dana pendamping o Daftar lokasi yang disahkan oleh Bupati o Review minimal setahun sekali 2. Pengembangan PS Kawasan Agropolitan a. Target: o Kawasan pertanian yang terdiri dari kota pertanian dan desa desa sentra produksi pertanian dan desa penyangga yang ada sekitarnya, yang memiliki fasilitas untuk berkembangnya pertanian industri. b. Penanganan: o Pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan kawasan Agropolitan c. Kontribusi Pemerintah Daerah Menyediakan dana pendamping Daftar lokasi yang disahkan oleh Walikota Review minimal setahun sekali Profil Pembangunan Permukiman Gambaran Umum A. Kondisi Permukiman Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kebutuhan akan perumahan mutlak dipenuhi dan berfungsi sebagai sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi penduduk, berdasarkan kondisi existing tahun 2011 ternayata hampir seluruh rumah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat berdinding kayu (non permanen) 94,1%, sedangkan untuk atap rumah yang paling banyak digunakan adalah seng, untuk lantai rumah sebagian besar digunakan adalah bukan tanah hal ini disebabkan karena wilayah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan wilayah pasang surut, sementara itu status rumah yang ditempati rumah tangga sebagian besar adalah milik sendiri yaitu sebesar 89,5%, kemudian disusul oleh rumah dinas/bebas sewa sebanyak 2,3%, secara umum permasalahan yang berkitan dengan perumahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah lingkungan tempat tinggal belum memenuhinya syarat lingkungan yang sehat. Berdasarkan kondisi dan kecenderungan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat ditinjau dari pola pembentukannya pada umumnya membentuk pola linier ini diperlihatkan oleh suatu permukiman yang berkelompok dengan pola perkembangannya membentuk dan memanjang sepanjang tepian jalur-jalur aliran sungai dan jaringan jalan yang ada, wilayah dalam pola linier yang terbentuk merupakan koridor pengembangan yang banyak mempengaruhi arah perkembangan tata ruang Tanjung Jabung Barat. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

99 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Disamping itu terdapat suatu bentuk pola permukiman yang teratur yaitu pola permukiman yang diperlihatkan oleh permukiman-permukiman di kabupaten Tanjung jabung barat, kuala tungkal pola permukiman ini biasanya dibuat secara terpadu, diman amasing-masing dari unit rumah yang dijadikan tempat kegiatan sosial (istirahat berkumpul dengan keluarga) dikelilingi oleh lahan-lahan yang secara langsung dijadikan sebagai tempat melakukan kegiatan ekonomi mereka. Tabel. IV.1.1 Kondisi Fisik Perumahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Uraian Tahun Rumah Tangga dengan luas lantai perkapita <10m 2 (%) Perkotaan 23,97 22,08 19,63 Perdesaan 19,72 22,42 22,99 Rumah Tangga menurut kualitas perumahan (%) Lantai bukan tanah 92,22 95,50 94,24 Atap layak 86,52 91,16 89,62 Dinding Tembok 11,66 13,04 13,27 Kayu 86,72 86,43 85,83 Sumber ; Susenas Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, luas perkapita perumahan yang dibawah 10 m2 diperkotaan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 cenderung menurun, berbanding terbalik dengan perumahan yang ada di perdesaan yang justru cenderung meningkat. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa, secara umum lantai rumah yang ada bukan berlantai kan tanah dan sudah beratap layak, namun sebagian besar perumahan yang ada berdinding kayu. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi fisik lahan terutama di Pusat Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dimana untuk membangun rumah permanen membutuhkan biaya tinggi. B. Sarana dan Prasarana Dasar Penunjang Kegiatan Permukiman Pertumbuhan dan perkembangan kegiatan perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan yang mengikuti pertumbuhan dan perkembanga Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pertumbuhan perumahan dan permukiman juga akan berdampak terhadap peningkatan sarana dan prasarana penunjang kegiatan perumahan dan permukiman tersebut. Perkembangan sarana dan prasarana perumahan dan permukiman tersebut akan diuraikan sebagai berikut ini: 1. Air Bersih Akses terhadap air bersih terutama untuk minum, masih menjadi masalah yang serius di Tanjung Jabung Barat. Hingga tahun 2011, air hujan masih menjadi sumber air minum sebagian besar rumah tangga yang mencapai 64,63 persen. Selain itu, masih terdapat 1,52 persen mengambil air minum dari sungai dan 9,43 persen dari sumur tak terlindung. Hal ini disebabkan karena masih banyak rumah tangga yang belum dijangkau dengan air Kabupaten Tanjung Jabung Barat

100 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur olahan PDAM dan kualitas air olahan PDAM masih kurang untuk dijadikan konsumsi air minum. Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah agar masyarakat terpenuhi kebutuhannya akan air bersih yang cukup dan layak serta harga yang terjangkau. Jumlah rumah tangga yang telah terlayani oleh pelayanan air bersih PDAM dapat dilihat pada tabel berikut ini; Tabel. IV.1.2 Jumlah Rumah Tangga Pelanggan Air Bersih PDAM Dikabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Pelanggan Rumah Tempat Tinggal Sumber : PDAM Tirta Pengabuan Dari tabel dapat terlihat bahwa, pada dasarnya jumlah penduduk terlayani air bersih PDAM dari tahun ke tahunnya cenderung meningkat rata-rata hampir 10%. 2. Listrik Dalam usaha meningkatkan mutu kehidupan dan pertumbuhan ekonomi pedesaan, energi listrik memiliki peranan yang sangat penting. Ketersediaan energi listrik sebagai salah satu bentuk energi yang siap pakai, selain untuk penerangan tentu saja akan mendorong peningkatan sarana pendidikan, kesehatan dan keamanan lingkungan serta dapat meningkatkan penyediaan lapangan kerja baru. Daerah terpencil yang sebagian besar belum terjangkau jaringan listrik nasional (PLN) merupakan suatu masalah bagi pembangunan dan pengembangan. Jumlah rumah tangga di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang telah terlayani oleh sistem jaringan listrik, dapat dilihat pada tabel berikut ini; Tabel. IV.1.3 Jumlah Rumah Tangga Pelanggan PLN Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Pelanggan Rumah Tempat Tinggal Sumber : PLN Ranting Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dari tabel diatas dapat terlihat, bahwa jumlah rumah tangga di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang telah terlayani oleh jaringan listrik PLN mengalami peningkatan signifikan dari tahun 2010 sampai dengan tahun Peningkatan rumah tangga terlayani pada periode ini mencapai hampir 50%. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

101 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 3. Prasarana Dasar Persampahan Sistem pelayanan persampahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada dasarnya hanya melayani penduduk di Pusat Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yaitu Kecamatan Tungkal Ilir. Sistem penanganan sampah dilakukan dengan pen gangkutan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) yang berasal dari lingkungan perumahan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Rata-rata jumlah produksi sampah per hari di Kota Kuala Tungkal mencapai 21 m3/hari. Sarana pembuangan sampah yang dipergunakan oleh penduduk berupa tong dengan bak terbuka, tong dengan bak tertutup, serta membuat lubang/galian dan menutupnya. Disamping itu masih banyak penduduk yang membuang secara sembarang dipekarangan atau dibadan parit. Pengelolaan sampah dilakukan oleh Kantor PPKTB yang saat ini loaksi TPS nya berada di Desa Tungkal II, yang didukung dengan 4 armada truk sampah dengan kapasitas 6 m3/truk dengan frekwensi pengangkutan 1 kali per hari. Penanganan sampah perkotaan kedepan perlu ditingkatkan baik dalam hal cakupan daerah pelayanan maupun kualitas dan frekwensi pelayannya, Penanganan sampah seperti di kawasan permukiman nelayan membutuhkan pendekatan khusus untuk mencegah pencemaran air sungai atau parit. Saat ini tempat pembuangan akhir (TPA) sampah berada di Desa Pematang Lumut, namun kemudian Lokasi TPA tersebut terlalu dekat dengan sungai, sehingga dapat mencemari air di hilirnya. Pemerintah Kabupaten Tanjab Barat telah menjajagi untuk memindahkan ke lokasi baru yaitu di Simpang Abadi Kecamatan Betara dengan luas + 21 ha, menggunakan sistem Sanitary landfill. Permasalahan khusus persampahan yang berlaku di Perkotaan Kuala tungkal dapat diuraikan sebagai berikut : a. Masih rendahnya tingkat pelayanan dari cakupan pelayanan, yaitu sebesar 49,15% b. Kurang memadainya prasarana dan sarana penunjang kegiatan pegelolaan sampah seperti tong sampah, gerobak sampah, TPS, Truck sampah dan lainnya. c. Terbatasnya ketersediaan anggaran untuk pengelolaan persampahan.retribusi tidak dipungut oleh institusi pengelola persampahan dan bukan menjadi sumber pendapatan yang dapat digunakan secara langsung untuk biaya pengelolaan sampah.masih relatif rendahnya sumber daya manusia pengelolaan persampahan, baik ditingkat manajemen maupaun ditingkat petugas lapangan. d. Belum maksimalnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah yang diperlihatkan dari kondisi lingkungan permukiman yang masih banyak tercemar dengan masalah pembuangan sampah. e. Masih relatif rendahnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sarana persampahan yang disediakan. 4. Prasarana Dasar Air Limbah Resiko pencemaran limbah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dikategorikan cukup tinggi, selain disebabkan faktor geografis yang terletak di daerah pasang surut juga faktor kesehatan lingkungan yang cukup rendah. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

102 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Sejauh ini dari hasil pengamatan langsung dilapangan dan data penunjang terhadap pola pembuangan air limbah rumah tangga oleh penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat, sistem pembuangan air limbah dapat dikelompokkan dalam sistem pembuangan sebagai berikut: 1. Pola pembuangan langsung Pola pembuangan air limbah ini dengan cara membuang limbah secara langsung tanpa adanya tanpa mempergunakan pengendapan pada tempat penampungan, seperti pembuangan limbah dari jamban ke permukaan tanah (cemplung dan plengsengan). Sebagian besar penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat responden masih mempergunakan pola pembuangan dengan model ini. Dampak yang ditimbulkan adalah rendahnya tingkat kesehatan lingkungan serta tingginya gangguan penyakit terutama infeksi bakteri pada kulit. 2. Pembuangan limbah dengan Tangki Septik. Walaupun sebagian besar penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat amempergunakan sistem langsung, masih terdapat penduduk lainnya (20%) responden yang mempergunakan pola pembuangan limbah dengan Tangki Septik. Adapun golongan penduduk yang mempergunakan Tangki Septik ini dikelompokkan pada kegiatan perumahan permanen, perkantoran, hotel, ruko dan restoran. Sebagian penduduk yang dimaksud diatas sudah mempergunakan pembuangan dengan sistem Tangki Septik yaitu WC yang dilengkapi dengan alat pembuangan Leher Angsa serta lebih permanen dalam sistem pengelolaan air limbahnya, dimana pembuangan akhirnya ditampung pada tempat pengendapan atau tengki septik. Sedangkan Air kotor rumah tangga yang ditimbulkan adalah merupakan air kotor yang dihasilkan dari kegiatan aktifitas penduduk dari Mandi, Cuci, Kakus. Pembuangan air kotor ini pada umumnya dari hasil pengamatan di lapangan serta data existing maka pembuangan dilakukan langsung ke permukaan tanah dan sebagian kecil penduduk lainnya menyalurkan pembungan air kotor ke parit-parit yang berdekatan dengan rumah tinggalnya. 5. Prasarana Drainase Keadaan saluran drainase di Kabupaten Tanjung Jabung Barat khususnya daerah Ibukota Tanjung Jabung Barat kurang memadai, baik yang terdapat disepanjang jaringan jalan utama maupun yang terletak di wilayah perkotaan. Mengingat kondisi wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat khususnya daerah perkotaan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dan rawa-rawa serta sewaktu-waktu dapat tergenang terutama pada wilayah pasang surut, maka prasarana saluran drainase perkotaan yang ada sebagian besar masih memanfaatkan sistem drainase alamiah dengan pemanfaatan rawa dan alur sungai. Jaringan drainase yang terdapat di kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat digolongkan terhadap tiga (3) jenis saluran yaitu jaringan primer, sekunder dan tersier. Pelayanan sistem drainase di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dibedakan atas drainase Kabupaten Tanjung Jabung Barat

103 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur alamiah dan drainase buatan disepanjang tepi jalan yang merupakan saluran sekunder dan tersier. Drainase yang ada mengikuti sistem yang memadai yaitu dengan menggunakan anak sungai/parit sebagai saluran primer dipergunakan sebagai tempat pembuangan akhir saluran perkotaan yang bermuara ke Sungai Pengabuan dan laut merupakan penampungan dari saluran sekunder dimana saluran sekunder merupakan penampungan dari saluran tersier. Dengan demikian selain beberapa sungai yang sangat kuat mempengaruhi sistem pembuangan perkotaan juga adanya pengaruh pasang surut yang memberikan dampak dari pola pembuangan drainase perkotaan yang ada. Daerah perumahan pada umumnya belum memiliki saluran drainase, sehingga perlu perencanaan dan pembuatan saluran drainase untuk wilayah permukiman penduduk. karena terisi oleh sampah dan Keadaan ini dapat menyebabkan banjir terutama pada waktu musim hujan. C. Parameter Teknis Wilayah Dengan menggunakan arahan berdasarkan RTRW Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengenai proporsi lahan untuk perumahan, dimana arahan kepadatan yang diarahkan dapat diuraikan sebagai berikut: Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman tinggi adalah pada kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi Kecamatan Batang Asam, dan Kecamatan Tungkal Ilir dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah > 25 unit/ha. Dapat diartikan bahwa 1(satu) persil lahan memiliki luas 400 m 2. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman sedang adalah kawasan perkotaan/perdesaan meliputi Kecamatan Tungkal Ulu, Tebing Tinggi, Merlung, Betara dan Bram Itam dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah unit/ha. Dapat diartikan bahwa 1(satu) persil lahan memiliki luas 500 m 2. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman rendah adalah kawasan perkotaan/perdesaan meliputi Kecamatan Seberang Kota, Kuala Betara, Renah Mendaluh, Senyerang dan Pengabuan dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah < 15 unit/ha. Dapat diartikan bahwa 1(satu) persil lahan memiliki luas 600 m Perumahan dengan kepadatan rendah (600m 2 untuk setiap KK) Untuk tahun 2013 setidaknya dibutuhkan sebanyak unit rumah dengan kebutuhan luas lahan 1086,58 ha, sedangkan ditahun 2017 dibutuhkan sebanyak dengan kebutuhan luas lahan 1.208,08 ha 2. Perumahan dengan kepadatan sedang (500m 2 untuk setiap KK) Untuk tahun 2013 setidaknya dibutuhkan sebanyak unit rumah dengan kebutuhan luas lahan 1104,98 ha, sedangkan ditahun 2017 dibutuhkan sebanyak dengan kebutuhan luas lahan 1.062,75 ha 3. Perumahan dengan kepadatan tinggi (400m 2 untuk setiap KK) Kabupaten Tanjung Jabung Barat

104 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Untuk tahun 2013 setidaknya dibutuhkan sebanyak unit rumah dengan kebutuhan luas lahan 803,86 ha, sedangkan ditahun 2017 dibutuhkan sebanyak dengan kebutuhan luas lahan 909,53 ha Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini ; Tabel. IV.1.4 Proyeksi Kebutuhan Perumahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2013 No Kecamatan Kepadatan Rendah Kepadatan Sedang Kepadatan Tinggi KK Luas (Ha) KK Luas (Ha) 1 Tungkal Ulu ,86 2 Merlung ,71 KK Luas (Ha) 3 Bantang asam ,06 4 Tebing Tinggi ,19 5 Renah Mendaluh ,78 6 Muara Papalik ,67 7 Pengabuan ,47 8 Senyerang ,10 9 Tungkal Ilir ,80 10 Bram Itam ,34 11 Seberang Kota ,18 12 Betara ,88 13 Kuala Betara ,38 Jumlah , , ,86 Sumber ; Hasil Penghitungan Tahun 2012 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

105 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.1.5 Proyeksi Kebutuhan Perumahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2017 No Kecamatan Kepadatan Rendah Kepadatan Sedang Kepadatan Tinggi KK Luas (Ha) KK Luas (Ha) 1 Tungkal Ulu ,08 2 Merlung ,25 KK Luas (Ha) 3 Bantang asam Tebing Tinggi ,49 5 Renah Mendaluh ,15 6 Muara Papalik ,27 7 Pengabuan ,52 8 Senyerang ,83 9 Tungkal Ilir ,53 10 Bram Itam ,67 11 Seberang Kota ,72 12 Betara ,26 13 Kuala Betara ,26 Jumlah , , ,53 Sumber ; Hasil Penghitungan Tahun 2012 Secara umum terdapat perbedaan karakter permukiman antara wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat bagian pesisir (baik laut maupun sungai) yang sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut, dengan wilayah yang tidak dipengaruhi oleh daerah pesisir. Wilayah yang dipengaruhi oleh pasang surut berada di bagian timur wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat atau biasa disebut bagian hilir. Sedangkan wilayah yang terbebas dari pengaruh pasang surut berada di bagian barat, atau biasa disebut bagian hulu. Pada wilayah ulu, kegiatan permukiman pada dasarnya lebih memiliki kawasan potensial untuk menampung perkembangan kegiatan perumahan dan permukiman. Lahan non terbangun yang ada diwilayah ulu secara fisik masih sangat memungkinkan untuk memberi peluang pengembangan kegiatan perumahan dan permukiman. Berbeda dengan kondisi kawasan permukiman yang sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut, dimana kawasan perumahan dan permukiman cenderung slum. Kondisi ini terutama terjadi di kawasan perkotaan Kuala Tungkal dan permukiman yang berada di sempadan sungai. Berdasarkan kondisi kualitas permukiman, maka kawasan perkotaan Kuala Tungkal dan kawasan yang dipengaruhi kegiatan pasang surut layak menjadi prioritas penanganan dibidang permukiman. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

106 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur D. Aspek Pendanaan Pendanaan dalam pembangunan dan pengembangan permukiman ini didapatkan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran pendapatan belanja Daerah provinsi (APBD I) dan Anggaran pendapatan belanja Daerah Kota (APBD II) Sasaran Pengembangan Adapun Sasaran yang diinginkan dalam pengembangan pemukiman diarahkan pada: 1. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman perkotaan yang tidak layak huni. 2. Penyediaan dan pemugaran/rehabilitasi permukiman masyarakat pedesaan dengan sasaran penyediaan permukiman di perdesaan yang sehat dan layak huni Permasalahan Pembangunan Permukiman Ada beberapa Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan permukiman: 1. Kualitas permukiman 2. Lokasi permukiman tersebar dan berkelompok 3. Permukiman padat dan kumuh 4. Infrastruktur Penunjang Analisis Permasalahan dalam Permukiman dan Rekomendasi 1. Kualitas permukiman Kualitas permukiman yang masih rendah cenderung terjadi di kawasan hilir, dimana secara fisik kawasan cenderung rawa pasang surut dan berada di sempadan sungai, sehingga menyebabkan pembangunan kawasan permukiman memerlukan biaya yang cukup tinggi Sebagian besar bangunan merupakan bangunan semi permanen dengan bahan bangunan dari kayu. 2. Lokasi permukiman tersebar dan berkelompok Kawasan permukiman di Kabupaten Tanjung Jabung Barat cenderung berkelompok. Kondisi ini dipengarhui oleh kondisi fisik kawasan serta aktifitas dominan penduduk. Pada kawasan pesisir, pemukim di Kabupaten tanjung Jabung Barat secara umum adalah pendatang yang masuk melalui perairan dan menjadikan wilayah pesisir sebagai lokasi permukiman. Pada wilayah barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat, lokasi permukiman juga dipengaruhi oleh aktifitas dominan, yaitu pertanian dan lokasi permukiman berorientasi terhadap lahan garapan penduduk. Pada titik tertentu berkembangan sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi masyarakat. 3. Permukiman padat dan kumuh Permukiman padat dan cenderung slum, banyak tersebar terutam di wilayah-wilayah sempadan sungai dan pantai serta kawasan permukiman yang berada diatas lahan rawa pasang surut. Lahan permukiman sangat rentan genangan, baik secara permanen maupun Kabupaten Tanjung Jabung Barat

107 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur akibat kegiatan pasang surut. Elevasi lahan yang sangat rendah dan juga karena secara eksisting merupakan lahan rawa menyebabkan lahan kawasan sangat rentan genangan; 4. Infrastruktur Penunjang Minimnya infastruktur penunjang dan kendala paling berat dalam penyediaan infrastruktur penunjang tersebut terutama dirasakan di kawasan permukiman perkotaan Kuala Tungkal. Jumlah penduduk yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, namun kurang didukung oleh penyediaan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur yang sangat minim terutama terhadap penyediaan air bersih, peningkatan pelayanan drainase dan pengelolaan rumah rumah tangga. Sumber air baku yang sangat minim menyebabkan sampai dengan saat ini pelayanan penyediaan air bersih masih sangat sulit untuk dioptimalkan. Sementara itu, kondisi fisik lahan yang berelevasi rendah serta rentan genangan telah membatasi pelayanan drainase serta menyebabkan limbah rumah tangga bercampur dengan air rawa yang berada dibawah dan sekitar perumahan masyarakat Usulan Pembangunan Bidang Permukiman Usulan Pembangunan Permukiman Rencana dan Program pembangunan Infrastruktur Permukiman (bidang PU/Cipta Karya) yang dapat dimasukkan dalam RPIJM tersebut meliputi, antara lain: a. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan untuk mendukung: pengembangan kawasan agropolitan, pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), penyediaan infrastruktur bagi desa tertinggal b. Peningkatan Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP), penataan dan perbaikan lingkungan permukiman (NUSSP), peremajaan kawasan kumuh c. Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, melalui : penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan jalan lingkungan) untuk pengembangan kawasan perumahan RSH bagi PNS/TNI- POLRI/pekerja, pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA), dan penyediaan infrastruktur permukiman di desa tertinggal/kawasan perbatasan, d. Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota, meliputi : Sistem Penyediaan (prasarana dan sarana) Air Minum, Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat dan sistem SANIMAS, Pengelolaan Persampahan dan Drainase, dan Penataan Revitalisasi kawasan/lingkungan/bersejarah di perkotaan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat

108 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur e. Pengembangan Kawasan Permukiman, termasuk penyediaan infrastruktur pendukungnya baik melalui Peremajaan Kawasan di dalam Kota, maupun untuk pengembangan/perluasan permukiman kota dan kawasan ekonomi perbatasan Sistem PSD permukiman yang diusulkan Kegiatan Rehabilitasi kawasan kumuh 1. Cakupan Kumuh Sedang, dengan kegiatan pembangunan sebagai berikut: a. Perbaikan Lingkungan Permukiman, dengan kegiatan sebagai berikut: Peningkatan PS Lingkungan Permukiman Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Perkotaan (NUSSP) Penyediaan PS Air Minum bagi kawasan kumuh/nelayan Pembangunan PS Air Limbah Percontohan Skala Komunitas (Sanimas) b. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, dengan kegiatan sebagai berikut: Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (PNPM - P2KP) 2. Cakupan Kumuh Berat Peningkatan Fungsi Kawasan, dengan kegiatan sebagai berikut: Pengembangan Rusunawa Peremajaan Kawasan Kegiatan Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Perkotaan (NUSSP) Struktur Kegiatan Fungsi Sub Fungsi Program Pelaksana : Perumahan dan Fasilitas Umum : Pemberdayaan Komunitas Permukiman : Pemberdayaan Komunitas Permukiman : Satker Pembinaan Teknis Penataan Lingkungan Permukiman Tujuan Kegiatan Mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia melalui kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam melaksanakan program perumahan dan permukiman di lingkungan kumuh perkotaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan tingkat lokal. Kriteria Penanganan Kota metropolitan dan besar serta Kota-kota yang berfungsi strategis (Ibu Kota Provinsi/Kabupaten/Kota atau kota-kota yang mempunyai fungsi khusus). Kondisi lingkungan permukiman masuk kategori kumuh berat atau sangat kumuh (langka sarana dan prasarana namun telah ada jaringan jalan lokal walaupun belum diperkeras). Kepadatan penduduk antara jiwa per Ha. Lebih dari 60% rumah tidak layak huni. Luas kawasan antara 20 sampai 40 Ha. Pemerintah Kota/Kota menyediakan dana pendamping in cash dengan besaran sesuai dengan kapasitas fiskal masing-masing kota (KMK No.358/2003), serta sanggup menyediakan dana pendamping in kind dan BOP untuk mendukung pelaksanaan kegiatan. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

109 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Lingkup Kegiatan 1. Bantuan Teknis berupa: Fasilitasi penyusunan Strategi Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kota/Kota yang berpihak pada masyarakat berpenghasilan rendah. Fasilitasi penyusunan Rencana Pengembangan dan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) serta pembentukan Badan Koordinasi Pengendalian Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (BKP4D) Peningkatan kapasitas dan peran pemerintah daerah dalam menangani lingkungan permukiman kumuh perkotaan yang ada di wilayahnya Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal di dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan kualitas huniannya. Menciptakan akses masyarakat berpenghasilan rendah dan berpenghasilan tidak tetap (informal) kepada sumber dana untuk pembiayaan perbaikan dan pembangunan perumahan. Bantuan Fisik berupa peningkatan prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang berbasis pada NUP (Neighborhood Upgrading Plan) yang disusun dengan partisipasi dan aspirasi masyarakat. Bantuan kredit mikro perumahan untuk perbaikan/pembangunan baru perumahan masyarakat di lingkungan pemukiman kumuh yang disalurkan melalui lembaga keuangan lokal. Indikator Output Luas Kawasan kumuh yang ditangani (ha). Jumlah KK miskin penerima manfaat serta yang mendapat akses kredit mikro perumahan. RP4D dan BKP4D yang dibentuk pada kota/kota sasaran Indikator Outcome Berkurangnya luas kawasan kumuh (Ha) dan terpenuhinya kebutuhan akan hunian yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Meningkatnya tingkat kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota terhadap sektor permukiman khususnya yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Tersusunnya Rencana Pengembangan Perumahan dan Permukiman di daerah yang menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan sektor perumahan dan permukiman setiap tahunnya, dan terwujudnya keterpaduan dengan sektor lainnya serta berbagai sumber pendanaan yang ada Kegiatan Penyediaan PS AM bagi kawasan Kumuh/Nelayan Struktur Kegiatan Fungsi Sub Fungsi : Perumahan dan Fasilitas Umum : Penyediaan Air Minum Kabupaten Tanjung Jabung Barat

110 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Program : Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Pelaksana : Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Tujuan Kegiatan Penyediaan air minum di kawasan kumuh/nelayan. Kriteria Penanganan Kawasan kumuh perkotaan/nelayan yang tidak memiliki SPAM yang memadai. Lahan sudah tersedia. Lingkup Kegiatan Pembuatan Rencana Teknis Pembuatan IPA Sederhana Pembuatan sumur bor Pengadaan pompa Pengadaan HU atau TA Monitoring dan Evaluasi Indikator Output Jumlah unit terbangun Indikator Outcome Banyaknya jumlah jiwa yang memperoleh air minum dengan mudah. Berkurangnya jumlah kawasan kumuh/nelayan yang tidak memiliki SPAM yang memadai. Keberlanjutan pemanfaatan SPAM terbangun Kegiatan Pembangunan Air Limbah Percontohan Skala Komunitas (SANIMAS) Struktur Kegiatan Fungsi Sub Fungsi Program Limbah Pelaksana : Perumahan dan Fasilitas Umum : Penyediaan Air Minum : Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air : Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan PL Tujuan Kegiatan : Pengembangan kegiatan pembangunan air limbah skala komunitas yang berbasis masyarakat. Kriteria Penanganan: Kawasan kumuh perkotaan yang masih rendah tingkat sanitasinya. Diusulkan oleh pemerintah daerah dan kesanggupan untuk mengembangkannya di lokasi yang lain. Sudah termasuk dalam RPJM Daerah. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

111 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Lahan sudah tersedia. Memerlukan pendampingan kepada masyarakat pengguna. Biaya SANIMAS tiap lokasi diperkirakan Rp. 400 juta, dengan pembiayaan berasal dari berbagai sumber, yaitu Pemerintahan Pusat (55%), Pemerintah Kabupaten/Kota (7%), Donor/LSM (16%) dan masyarakat (2%). Biaya O&M sepenuhnya ditanggung masyarakat. Lingkup Kegiatan: Fasilitasi pembuatan Rencana Teknis Fasilitasi pembangunan septic tank komunal, septic tank individual, pengadaan jamban. (lihat DIPA) Monitoring dan Evaluasi Indikator Output Jumlah unit terbangun. Indikator Outcome Banyaknya jumlah jiwa yang memperoleh pelayanan air limbah. Indikator Keberhasilan Meningkatnya derajat kesehatan lingkungan dan masyarakat Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP - PNPM) Struktur Kegiatan Fungsi Sub Fungsi Program : Perumahan dan Fasilitas Umum : Pemberdayaan Komunitas Permukiman : Pemberdayaan Komunitas Permukiman Pelaksana : Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan (33 Satker) Tujuan Kegiatan Mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia yang dilaksanakan oleh masyarakat dan didukung oleh pemerintah daerah dan kelompok peduli, serta pihak terkait secara mandiri dan berkelanjutan. Kriteria Penanganan Kecamatan urban/perkotaan yaitu jumlah kelurahan lebih besar dari Desa sesuai data PODES/BPS. Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk miskin lebih dari 35%. Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Pemda siap menyediakan dana pendamping. Khusus untuk program PAKET, Pemda telah menyiapkan SPKD (Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah) yang di susun oleh KPKD (Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah) melalui komunitas belajar perkotaan dan PJM Pronangkis kota yang telah mengakomodasikan PJM Pronangkis (Program Penanganan Kemiskinan) Kelurahan yang di susun oleh BKM Kabupaten Tanjung Jabung Barat

112 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Lingkup Kegiatan 1. Bantuan teknis berupa: Penguatan kapasitas dan mengedepankan peran Pemda agar mampu secara efektif dalam penanggulangan kemiskinan di wilayahnya. Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal untuk membangun tatanan masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan permukiman di wilayahnya secara terpadu. 2. Bantuan fisik berupa: Penyediaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan dalam PJM dan Renstra Pronangkis yang mengacu kepada konsep tridaya. Pembiayaan Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) sebagai stimulan untuk membantu dan mempercepat proses kemitraan antara masyarakat dengan Pemerintah Kota/Kota dan kelompok peduli dalam mewujudkan sinergitas penanggulangan kemiskinan. Indikator Output Jumlah kelurahan yang ditangani. Jumlah KK miskin penerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Indikator Outcome Jumlah kelembagaan masyarakat di tingkat lokal. Jumlah KK miskin yang meningkat taraf kehidupan/ekonominya. PKD yang tersusun dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan melalui kerjasama antara Pemda dan masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. Kegiatan Pembangunan Rusunawa Struktur Kegiatan Fungsi Sub Fungsi Program Pelaksana Tujuan Kegiatan : Perumahan dan Fasilitas Umum : Pembangunan Perumahan : Pengembangan Perumahan Penanganan kawasan kumuh perkotaan. Kriteria Penanganan : Satker Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Kota metro/besar yang memiliki permasalahan kumuh perkotaan (atau kota-kota yang mempunyai permasalahan kumuh berat) yang penanganannya perlu dilakukan melalui peremajaan kawasan, dengan keterbatasan tanah/lahan perkotaan yang tidak mungkin ditoleransi lagi. Diusulkan oleh Pemerintah Daerah Sesuai dengan RUTR, serta Pemkot sudah menyiapkan RPJM untuk pengembangan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

113 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur permukiman di wilayahnya Pada kawasan penduduk berkepadatan tinggi jiwa /Km2. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang kondusif. Pemkot dapat memenuhi komitmennya untuk: o Menyediakan lahan siap bangunan untuk lokasi Pembangunan Rusunawa; o Menyediakan dana untuk penyambungan instalasi air minum, listrik ke bangunan RUSUNAWA; o Pembangunan PSD Permukiman di sekitar lokasi RUSUNAWA dan segala sesuatu yang berkaitan dengan berfungsinya Rusunawa tersebut; o Melaksanakan pengelolaan RUSUNAWA paska Konstruksi, termasuk konsekuensi penyediaan dana subsidi apabila diperlukan. Bersedia menandatangani MOU antara Walikota/Bupati dan Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk komitmen bersama dalam pembangunan Rusunawa dalam konteks penataan lingkungan permukiman kumuh. Lingkup Kegiatan Bantuan Teknis kepada Pemerintah Provinsi, Kota/Kota dalam rangka peremajaan kawasan permukiman kumuh perkotaan (urban Renewal). Bantuan Teknis kepada Pemerintah Provinsi, Kota/Kabupaten dalam rangka kegiatan: o Identifikasi kawasan-kawasan kumuh dan permukiman liar (squatters) Penyusunan renstra penanganan kawasan kumuh perkotaan di wilayahnya yang dituangkan dalam RPJM dan matriks program lintas sektor. Bantuan Fisik berupa prasarana dan sarana yang tercantum dalam RPJM termasuk stimulan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang mengawali upaya Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mengatasi kawasan kumuh perkotaan dan sekaligus meningkatkan nilai tambah kawasan-kawasan tersebut sehingga menjadi bagian penting dalam pengembangan perkotaan secara keseluruhan. Bantuan teknis untuk pengelolaan dan penghunian Rusunawa. Monitoring dan Evaluasi. Indikator Output Jumlah unit hunian yang terbangun Indikator Outcome Banyaknya jumlah KK yang menghuni Rusunawa Berkurangnya luasan kawasan kumuh perkotaan Usulan dan prioritas program pembangunan PSD permukiman Program yang diusulkan dalam pembangunan permukiman adalah: 1. Meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan fasilitas dan bantuan teknis perbaikan rumah pada kawasan kumuh, desa tradisional, dan desa eks-transmigrasi. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

114 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 2. Menyediakan perumahan dan lahan bagi masyarakat berpendapatan rendah minimal tersedianya rumah sangat sederhana (RSS), rumah sederhana (RS) dan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) 3. Melakukan penataan, peremajaan dan revitalisasi bagi daerah daerah permukiman yang kumuh sehingga akan memberikan kebutuhan penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan perumahan sederhana yang sehat, sebagai dasar bagi pengembangan kawasan siap bangun. Kawasan permukiman hendaknya terletak di daerah datar dengan kemiringan lahan < 5%. 4. Menyediakan sarana perumahan dan permukiman, antara lain air minum yang bersih, listrik, telepon, dan sanitasi yang sehat secara luas dan merata. 5. Menciptakan iklim yang kondusif yang mampu menarik investor maupun pengembang untuk membangun fasilitas perumahan yang sehat, nyaman dan asri. 6. Memfasilitasi pembiayaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan melalui pembangunan perumahan yang bertumpu pada masyarakat. 7. Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan kumuh perkotaan 8. Mengembangkan pola subsidi yang tepat sasaran, efisien dan efektif. 9. Mengembangkan lembaga yang bertanggungjawab dalam pembangunan perumahan dan permukiman pada semua tingkatan pemerintahan serta fasilitasi pelaksanaan penataan ruang permukiman yang transparan dan partisipatif. 10. Menciptakan kepastian hukum dalam bermukim (tinggal) serta fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan yang tanggap terhadap bencana. 11. Menyediakan prasarana jalan lingkungan permukiman kota dan desa 12. Mempersiapkan aksesibilitas untuk Desa tertinggal. 13. Memberikan Pelayanan kepada masyarakat yang masih sangat terbatas (belum banyak tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah) 14. Pembangunan Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri. 15. Mengikuti program sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Kabupaten. 16. Memberikan dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, Pekerja masyarakat berpenghasilan rendah 17. Memprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah 18. Melaksanakan MoU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum, khususnya yang sudah ada progres pembangunan rumah ± 60%. 19. Pengembangan lokasi kawasan Agropolitan 20. Pengembangan kawasan permukiman baru (Kasiba/Lisiba BS) 21. Bedah rumah 22. Identifikasi lokasi kawasan tertinggal yang ada dalam pemerintah kabupaten 23. Penyusunan SPPIP dan RPKPP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat

115 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4.2. RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Petunjuk Umum Tantangan penataan bangunan dan lingkungan 1. Amanat UUBG & PPBG: Semua Bangunan Gedung harus laik fungsi pada tahun MDGs: 50% kabupaten/kota di Indonesia bebas kumuh pada tahun Visi: bangunan gedung dan lingkungan yang layak dan berkualitas Misi: 1. memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras. 2. memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan Grand Strategy, Tujuan & Sasaran Grand Strategy 1 : Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien Tujuan : Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya. Sasaran 1) Tersusunnya Perda Bangunan gedung 2) Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi 3) Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung 4) Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum 5) Terlaksananya pendataan bangunan gedung 6) Terwujudnya Pusat Informasi Arsitektur dan Bangunan Gedung 7) Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO ) Terlaksananya Sosialisasi, Fasilitasi, Pelatihan, Bantuan Teknis dan Wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan 9) Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat provinsi/kabupaten/kota yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukungnya; 10) Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan gedung 11) Terlaksananya Rencana Induk Kebakaran Grand Strategy 2 : Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri Tujuan : Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

116 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Sasaran : 1) Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh 2) Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah 3) Terlaksananya pengelolaan RTH 4) Pemberdayaan komunitas Grand Strategy 3 : Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi Tujuan : Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial dan ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Sasaran : 1) Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis 2) Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan revitalisasi kawasan Grand Strategy 4: Menyelenggarakan Penataan Bangunan dan Lingkungan Untuk mewujudkan Arsitektur Perkotaan, dan pelestarian Arsitektur Bangunan Gedung Yang Dilindungi dan Dilestarikan untuk Menunjang Kearifan Budaya Lokal Tujuan : Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, dan selaras, dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi lingkungannya, serta yang dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Sasaran : Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur perkotaan Grand Strategy 5 : Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung untuk menunjang Pembangunan Regional/Internasional yang berkelanjutan. Tujuan : Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar Internasional untuk menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara Internasional. Sasaran : Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi dan rekayasa arsitektur pada 5 lokasi melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten pada tahun Kabupaten Tanjung Jabung Barat

117 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Ruang lingkup tata bangunan gedung dan lingkungan adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan, pembinaan, dan standarisasi teknis bangunan gedung termasuk pengelolaan gedung dan rumah negara, serta penataan kawasan/lingkungan. Pengertian penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya Penataan Bangunan A. Permasalahan Penataan Bangunan Bangunan Gedung: Masih kurang ditegakkannya aturan keselamatan bangunan gedung; Masih lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah; Masih rendahnya kualitas pelayanan publik dalam pelayanan perizinan bangunan gedung; Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien; Belum optimalnya peran penyedia jasa konstruksi dalam menerapkan profesionalisme; Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap peraturan bangunan gedung. Gedung Dan Rumah Negara: 1) Bangunan negara, secara fisik masih ada yang bersifat semi permanen 2) Sebagian besar bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan 3) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien 4) Masih banyaknya asset negara baik berupa tanah maupun bangunan yang belum teradministrasikan dengan baik B. Landasan hukum Landasan Hukum Dalam pelaksanaan program Penataan Bangunan dan Lingkungan meliputi : 1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 2) Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun 3) Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman 4) Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya 5) Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 6) Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 7) Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2005 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara 8) Pedoman Teknis dan SNI di bidang penataan bangunan dan lingkungan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

118 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Penataan Lingkungan Permasalahan penataan lingkungan yang biasa terjadi adalah ; a. Masih minimnya perhatian terhadap penyediaan lingkungan hijau/terbuka, sarana olahraga dan bahkan proteksi terhadap kebakaran; b. Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi terhadap kawasan ekonomi utama maupun kawasan heritage yang perlu ditingkatkan kondisinya; c. Masih terdapatnya kawasan kumuh diberbagai kawasan perkotaan. Secara umum, ketiga permasahan tersebut diatas juga terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terutama di Kawasan Perkotaan Kuala Tungkal Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Pencapaian penataan bangunan gedung dan lingkungan perlu didukung dengan beberapa strategi seperti : 1. Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien yang bertujuan terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya. 2. Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjatidiri yang bertujuan, terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat, aman, serasi, produktif dan berkelanjutan. 3. Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi, yang bertujuan terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. 4. Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan, dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal. Yang bertujuan terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi dan selaras dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi lingkungannya, serta dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa Kebijakan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat 1. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung termasuk bangunan gedung dan rumah negara. 2. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman. 3. Meningkatkan kapasitas penyelenggaraan dalam penataan lingkungan permukiman. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

119 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri bagi pertumbuhan kota. 5. Mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota. 6. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga nasional maupun international lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman. 7. Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional. 8. Penertiban terhadap bangunan dan gedung yang berdiri di kawasan yang tidak sesuai peruntukannya 9. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya). 10. Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten Profil penataan bangunan gedung dan lingkungan Kondisi Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Pada awalnya, titik tumbuh dan berkembangnya kawasan pusat-pusat kegiatan sosial ekonomi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat berorientasi terhadap wilayah pesisir pantai dan sungai utama yang ada. Lingkungan permukiman tumbuh dan berkembang linear mengikuti garis pantai dan aliran sungai utama tersebut. Hingga saat ini lingkungan tersebut berkembang dan bahkan menjadi pusat sosial ekonomi skala kabupaten, seperti halnya perkotaan Kuala Tungkal. Pada dasarnya kondisi fisik pada kawasan-kawasan ini memiliki keterbatasan yang sulit diatasi hingga saat ini. berbagai permasalahan terkait kualitas lingkungan permukiman muncul sebagai dampak dari kurang layaknya aspek fisik dasar terebut untuk dikembangkan. Perkembangan bangunan gedung dominan terjadi di Perkotaan Kuala Tungkal yang pada dasarnya juga sangat dipengaruhi oleh rawa pasang surut. Bangunan gedung pemerintahan, pertokoan, bahkan bangunan sarang walet bercampur dengan perumahan penduduk. Kondisi ini menyebabkan lingkungan semakin sulit ditata Permasalahan dan Sasaran Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rumusan Permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Berbagai permasalahan penataan bangunan dan lingkungan yang terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dapat dirumuskan sebagai berikut; Keberadaan bangunan perkantoran, pertokoan, dan bahkan bangunan sarang walet yang bercampur dengan kawasan permukiman penduduk menyebabkan kawasan perkotaan sangat tidak tertata dan memiliki kualitas lingkungan yang rendah; Kabupaten Tanjung Jabung Barat

120 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Belum berjalannya perlengkapan regulasi pendirian bangunan gedung menyebabkan pembangunan gedung tidak sesuai kaedah pemanfaatan ruang yang ideal; Keberadaan bangunan pertokoan dikawasan yang seharusnya menjadi kawasan lindung bagi sempadan sungai mendukung kekumuhan kawasan perkotaan; Rendahnya penegakan aturan bagi proteksi keselamatan bangunan gedung; Kontruksi bangunan gedung yang tidak mampu menyesuaikan permasalahan kondisi fisik dasar lahan rawa pasang surut menyebabkan beberapa bangunan gedung cenderung berdiri tidak simetris; Untuk mengatasi berbagai permasalahan diatas, sudah selayaknya Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur menyiapkan instrumen pengendali pertumbuhan fisik kota melalui pendekatan konsep perencanaan tata ruang yang berjenjang dengan tingkat kedalaman dan lingkup kawasan perencanaan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku, mulai dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang lebih lanjut dijabarkan kedalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), Rencana Teknik Ruang Kota ( RTRK ) hingga Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan ( RTBL ) Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Sasaran Penataan Bangunan 1) Tersusunnya Perda Bangunan gedung 2) Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi 3) Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung 4) Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum 5) Terlaksananya pendataan bangunan gedung 6) Terwujudnya Pusat Informasi Arsitektur dan Bangunan Gedung 7) Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO ) Terlaksananya Sosialisasi, Fasilitasi, Pelatihan, Bantuan Teknis dan Wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan 9) Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat provinsi/kabupaten/kota yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukungnya; 10) Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan gedung 11) Terlaksananya Rencana Induk Kebakaran Sasaran Revitalisasi Kawasan dan Bangunan 1) Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh 2) Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah 3) Terlaksananya pengelolaan RTH 4) Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis dan kawasan bersejarah 5) Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan revitalisasi kawasan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

121 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Sasaran Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur perkotaan Sasaran Pengembangan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi danrekayasa arsitektur melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Gedung Berdasarkan Undang-undang Bangunan Gedung Pasal 3, pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya; mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan; serta mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam Pasal 7 UUBG disebutkan bahwa persyaratan bangunan gedung meliputi : 1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. 2) Persyaratan administratif bangunan gedung sebagaimana dimaksud alam ayat (1) meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan. 3) Persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung 4) Penggunaan ruang di atas dan/atau di bawah tanah dan/atau air untuk bangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai ketentuan yang berlaku. 5) Persyaratan administratif dan teknis untuk bangunan gedung adat, bangunan gedung semi permanen, bangunan gedung darurat, dan bangunan gedung yang dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai kondisi sosial dan budaya setempat. Pada Pasal 8 disebutkan : 1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi: a. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah, b. status kepemilikan bangunan gedung, dan c. izin mendirikan bangunan gedung, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau bagian bangunan gedung. 3) Pemerintah Daerah wajib mendata bangunan gedung untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

122 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4) Ketentuan mengenai izin mendirikan bangunan gedung, kepemilikan, dan pendataan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Berdasarkan beberapa persyaratan dan peraturan di dalam UUBG tersebut maka diperlukan adanya pengaturan dan pedoman dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Mengingat beberapa kegiatan yang sampai saat ini belum dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat berkaitan dengan pelaksanaan UUBG tersebut Rekomendasi Berdasarkan kondisi yang ada serta permasalahan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat berkaitan dengan Penataan Bangunan dan Lingkungan serta dikaitkan dengan peraturan yang harus dipenuhi berkaitan dengan pelaksanaan UUBG maka perlu usulan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan : Penataan Bangunan Gedung Pendataan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Penataan Lingkungan Pemberdayaan Masyarakat Program yang Diusulkan Usulan dan Prioritas Program a. Bangunan Gedung 1) Penguatan kelembagaan pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung. Diseminasi produk pengaturan bangunan gedung Peningkatan pemantapan kelembagaan BG Pengembangan sistim informasi BG dan arsitektur Pelatihan-pelatihan teknis 2) Percontohan aksesibilitas bangunan gedung 3) Penyusunan rencana teknis. Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung Pendataan Bangunan Gedung b. Gedung & Rumah Negara 1) Rehabilitasi bangunan gedung negara 2) Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara 3) Pembinaan teknis pembangunan gedung negara c. Penataan Lingkungan 1) Dukungan prasarana dan sarana untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh. 2) Dukungan prasarana dan sarana untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah. 3) Dukungan prasarana dan sarana untuk revitalisasi kawasan strategis. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

123 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4) Penyusunan rencana teknis. Penyusunan Rencana Design Kawasan Bantek Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) d. Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan 1) Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (Paket) 2) Replikasi 3) Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) - PNPM 4) Penataan Kawasan Pasar sembako Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan a. Program Penataan Bangunan Gedung 1) Penguatan Kelembagaan Pengawasan Konstruksi Dan Keselamatan Bangunan Gedung Diseminasi produk pengaturan bangunan gedung Peningkatan pemantapan kelembagaan BG Pelatihan-pelatihan teknis Fasilitasi dan Bantuan teknis penyusunan ranperda Menyusun dan menyempurnakan perda bangunan gedung Menetapkan Ranperda menjadi Perda Bangunan Gedung Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam memenuhi ketentuan bangunan gedung 2) Dukungan Prasarana Dan Sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman Dan Bangunan (PIP2B) Bantuan teknis percontohan pendataan bangunan gedung dalam rangka mendukung tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung terutama diperkotaan Kuala Tungkal. Bantuan teknis pembentukan sistem informasi bangunan gedung Mempersiapkan kelembagaan yang menangani pendataan Menyusun dan menyempurnakan program computer untuk system informasi bangunan gedung Melakukan pendataan bangunan gedung Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pendataan bangunan gedung 3) Percontohan Aksesibilitas Bangunan Gedung Bantuan Teknis percontohan aksesibilitas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kegiatan pengendalian pengawasan pemenuhan persyaratan bangunan 4) Program Penataan Gedung & Rumah Negara Program Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara dan Penyusunan Rencana Teknis - Rencana Induk Kebakaran (RIK) Bantuan teknis penyusunan RIK dalam mendukung skenario pengembangan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Membuat perda tentang pengamanan kebakaran Memberikan bimbingan, penyuluhan dan pelatihan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

124 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur b. Program Penataan Lingkungan 1) Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh Penyediaan PSD di Kawasan Kumuh Perkotaan Kuala Tungkal Peningkatan kualitas PSD di perkotaan kecamatan Rencana Tindak (CAP) Pemberdayaan Masyarakat, Rencana Investasi Fisik, DED, Rencana Pembiayaan. 2) Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Revitalisasi Kawasan Strategis Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Kawasan Strategis di Kawasan pusat perdagangan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Detail Architectural and Engineering Design (DAED) Pembangunan fisik kawasan 3) Penyusunan Rencana Teknis Design Kawasan Penyusunan Rencana Design Kawasan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terutama terhadap ibukota Kecamatan Pembangunan Fisik Kawasan yang sudah disusun Design Kawasannya 4) Penyusunan Rencana Teknis - Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perencanaan RTH pada kota ibukota kecamatan. Bantek Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pengesahan Produk rancang bangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) c. Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan 1) Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (Paket) Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan Bantuan pemugaran rumah tidak layak huni 1000 unit rumah tiap tahun Bantuan peningkatan dan pembangunan PSD Bantuan usaha kecil dan pelatihan keterampilan 2) Replikasi Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat Penyusunan Community Action Plan Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) - PNPM Pendataan Masyarakat Penerima Manfaat Penyusunan Community Action Plan Fasilitasi penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan Adapun struktur pembiayaan proyek penataan bangunan akan dikelompokkan berdasarkan sifat kegiatannya sebagai berikut : Kabupaten Tanjung Jabung Barat

125 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur a. Kegiatan Pelatihan, Diseminasi, Sosialisasi dan Peningkatan Kelembagaan (Capacity Building) Meliputi kegiatan : Diseminasi produk pengaturan bangunan gedung Peningkatan pemantapan kelembagaan BG Pelatihan-pelatihan teknis Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam memenuhi ketentuan bangunan gedung Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pendataan bangunan gedung Memberikan bimbingan, penyuluhan dan pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: gaji, upah bahan dan atk perlengkapan kantor perjalanan dinas operasional kantor 1) Penyuluhan 2) Pelatihan 3) Sosialisasi 4) Pemberdayaan Masyarakat b. Kegiatan Fasilitasi dan Penyusunan Kelembagaan Meliputi kegiatan : Fasilitasi dan Bantuan teknis penyusunan raperda Mempersiapkan kelembagaan yang menangani pendataan Fasilitasi penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: gaji, upah bahan dan atk perlengkapan kantor perjalanan dinas operasional kantor 2) Penyiapan kelembagaan 3) Penyusunan Raperda 4) Penyiapan Peraturan, standar dan pedoman c. Kegiatan Penyusunan Raperda Meliputi kegiatan : Kabupaten Tanjung Jabung Barat

126 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Menyusun dan menyempurnakan perda bangunan gedung Menetapkan Ranperda menjadi Perda Bangunan Gedung Membuat perda tentang pengamanan kebakaran Pengesahan Produk rancang bangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: 2) inventarisasi perda tentang bangunan 3) Inventarisasi sistem pengelolaan pembangunan d. Kegiatan Bantuan Teknis, Penyusunan Perencanaan dan Community Action Plan Meliputi kegiatan : Bantuan teknis percontohan pendataan bangunan gedung Bantuan teknis pembentukan sistem informasi bangunan gedung Penyusunan program computer untuk system informasi bangunan gedung Pendataan bangunan gedung Bantuan Teknis percontohan aksesibilitas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kumun Debai Kegiatan pengendalian pengawasan pemenuhan persyaratan bangunan Bantuan teknis penyusunan RIK di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rencana Tindak (CAP) Pemberdayaan Masyarakat, Rencana Investasi Fisik, DED, Detail Architectural and Engineering Design (DAED) dalam rangka Revitalisasi kawasan sempadan Sungai Pengabuan. Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Kawasan Strategis Detail Architectural and Engineering Design (DAED) Penyusunan Rencana Design Kawasan di ibukota Kecamatan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Perencanaan RTH pada kota ibukota kecamatan. Bantek Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pendataan Masyarakat Penerima Manfaat Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: 2) Survei dan Pengelolaan data: 3) Studi dan penelitian: 4) Studi pedoman pelaksanaan keselamatan bangunan 5) Studi pedoman pelaksanaan tertib pembangunan 6) Perencanaan, pengawasan dan pengendalian: 7) Perancangan fisik lingkungan dan bangunan 8) Pengawasan/pengendalian pembangunan gedung negara dan non negara e. Kegiatan Pembangunan Fisik Kawasan Meliputi kegiatan : Kabupaten Tanjung Jabung Barat

127 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Penyediaan PSD di Kawasan Kumuh Perkotaan di Perkotaan Kuala Tungkal Peningkatan kualitas PSD di perkotaan kecamatan Pembangunan fisik kawasan dalam rangka Revitalisasi kawasan sempadan sungai. Pembangunan fisik kawasan Strategis Pembangunan Fisik Kawasan yang sudah disusun Design Kawasan nya Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: 2) Pertanahan: penyediaan tanah untuk bangunan darurat, penyediaan tanah untuk prasarana fisik lingkungan 3) Pembangunan: 4) Prasarana fisik lingkungan 5) Prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran 6) Perbaikan: 7) Rehabilitasi bangunan fasilitas fisik lingkungan 8) Rehabilitasi prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran 9) Operasi dan pemeliharaan: 10) Prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran f. Kegiatan Penyaluran Bantuan Bantuan pemugaran rumah tidak layak huni 500 unit rumah tiap tahun Bantuan peningkatan dan pembangunan PSD Bantuan usaha kecil dan pelatihan keterampilan Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek: gaji, upah bahan dan atk perlengkapan kantor perjalanan dinas operasional kantor Kabupaten Tanjung Jabung Barat

128 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4.3. RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG AIR LIMBAH Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah Umum Air limbah (buangan) dapat didefinisikan sebagai air yang mengandung bahan pencemar fisik, biologi, atau kimia. Air buangan kota berasal dari kegiatan rumah tangga atau domestik dan dari kegiatan industri. Kedua air buangan ini harus ditangani secara terpisah karena karakteristiknya berbeda, dimana air buangan industri memiliki karakteristik yang lebih kompleks. Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan. Tingkat pengolahan yang akan diterapkan tergantung pada kualitas air buangan, yang erat kaitannya dengan jenis-jenis sumber air buangan tersebut. Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu standar aliran (stream standard) dan standar effluent (effluent standard) (lihat Kep-02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan). Pengelolaan limbah manusia, khususnya limbah air bekas dilakukan secara individual pada masing-masing rumah tangga atau memanfaatkan fasilitas umum seperti MCK umum. System yang digunakan adalah on-site (setempat). Untuk permukiman penduduk yang berada di tepian sungai, pada umumnya memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi, cuci dan buang air. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah dalam Rencana Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dalam kegiatan pengelolaan air limbah Kabupaten Tanjung Jabung Barat beberapa kebijakan sebagai bahan acuan adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, 2. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, 3. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, 4. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kebijakan pengelolaan air limbah adalah: Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on site maupun sistem off site di perkotaan dan pedesaan. Program pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan pola penanganan air limbah yang bersifat komprehensif (menyeluruh); b. Meningkatkan pelayanan di bidang penanganan air limbah yang bersifat menyeluruh; c. Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah Kabupaten Tanjung Jabung Barat

129 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Kegiatan pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut: a. Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah b. Meningkatkan kapasitas pengolahan melaui pembangunan IPAL c. Meningkatkan pelayanan Air limbah melalui sistem terpusat (sewerage) d. Melakukan pembinaan teknis dalam peningkatan peran pemerintah provinsi, kota/kab dalam pengembangan prasarana dan sarana air limbah e. Memprioritaskan pembangunan prasarana dan sarana air limbah untuk masyarakat berpenghasilan rendah f. Melakukan optimalisasi dan rehabilitasi Pengelolaan Sistem Air Limbah (IPAL &IPLT) g. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis dalam peningkatan kerja Pengelolaan Sistem air limbah Profil Pengelolaan Air Limbah Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah saat ini A. Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat ditunjukkan dengan de-ngan melihat perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM) yang men-cerminkan capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Jika melihat perkembangan IPM dalam empat tahun terakhir, tampaknya kemajuan yang dicapai Tanjung Jabung Barat dalam pembangunan manusia meningkat dengan perlahan. Angka IPM Tanjung Jabung Barat hanya sedikit mengalami peningkatan dari 71,93 pada tahun 2008 menjadi 72,47 pada tahun 2009 kemudian menjadi 72,79 pada tahun Adapun tahun 2011, IPM Tanjab Barat telah mencapai 73,24. Pelannya kenaikan IPM ini bisa dimengerti mengingat dampak dari investasi pembangunan di bidang kesehatan dan pendidikan khususnya terhadap peningkatan indikator penyusun IPM terlihat hasilnya secara nyata dalam jangka waktu yang relatif panjang. Perkembangan angka harapan hidup penduduk juga menunjukkan perkembangan selama 5 (lima) tahun terakhir namun memang belum signifikan, dimana terlihat pada tabel di bawah ini, angka harapan hidup penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari tahun terus menunjukkan peningkatan, yang semula pada tahun 2007, angka harapan hidup sebesar 69,10 tahun meningkat menjadi 69,87 tahun. Tabel. IV.3.1 Perkembangan Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Tahun Indikator Kesehatan Angka Harapan Hidup 69,1 69,3 69,5 69,70 69,87 Sumber : Propinsi Jambi Dalam Angka 2011 B. Sistem pengelolaan air limbah saat ini Secara umum, sistem pengelolaan air limbah pada saat ini telah digambarkan sebelumnya, dimana pengelolaan limbah terutama air limbah rumah tangga terdiri dari 2 (dua) sistem, yaitu ; Kabupaten Tanjung Jabung Barat

130 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 1. Sistem pembuangan secara langsung; Sistem pembuangan secara langsung adalah suatu kondisi dimana air limbah terutama limbah rumah tanga dibuang langsung ke permukaan tanah ataupun rawa tanpa melakukan pengendapan pada tempat penampungan terlebih dahulu. Kondisi ini terutama terjadi di daerah-daerah perumahan atau permukiman yang berada diatas lahan rawa pasang surut, dimana kondisi fisik menjadi kendala pembangunan tempat penampungan. Cara ini tentu saja sangat berbahaya terhadap dampak kesehatan, terutama terhadap penyakit yang disebabkan oleh penyebaran bakteri. Sementara itu, pada kawasan perumahan atau permukiman yang berada didekat aliran sungai, limbah dibuang langsung ke aliran sungai, sehingga mencemari air permukaan dari sungai-sungai tersebut. 2. Pembuangan limbah dengan tangki septik Sistem pembuangan limbah menggunakan tangki septik terutama terjadi di kawasankawasan permukiman yang tidak dipengaruhi oleh kawasan rawa pasang surut. sistem ini umumnya digunakan oleh kawasan permukiman di wilayah barat kabupaten atau wilayah ulu. Sementara penggunaan tangki septik yang terdapat diwilayah hilir terutama adalah bangunan perkantoran pemerintah, pertokoan, hotel, ataupun restoran Kondisi Sistem sarana dan prasarana pengelolaan Air Limbah saat ini A. Limbah Rumah Tangga/Domestik Pengelolaan air limbah domestik secara umum dilakukan dengan sistem onsite/setempat/atau dalam persil rumah. Sebagian besar penduduk di wilayah timur Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berada di kawasan rawa pasang surut melakukan pembuangan limbah secara langsung tanpa menggunakan media resapan terlebih dahulu. Kondisi ini terutama terjadi pada perumahan penduduk menengah kebawah. Berbeda dengan kawasan permukiman yang tidak dipengaruhi oleh rawa pasang surut, dimana limbah rumah tangga sebagian besar menggunakan media resapan. Namun permintaan pengurasan septic tank masih sangat minim. kondisi ini mengindikasikan bahwa septic tank yang ada banyak yang tidak kedap air sehingga terjadi rembesan dan septic tank tidak bisa penuh. B. Limbah Non domestik Pengelolaan limbah non domestik di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada saat ini masih sangat minim, kondisi ini disebabkan oleh beberapa kendala diantaranya adalah; Belum adanya instalasi pengolahan limbah (IPAL), sehingga limbah rumah tangga (non- WC) dan limbah dari industri kecil/home industri dibuang langsung ke saluran drainase. Belum adanya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), sehingga dimungkinkan lumpur tinja hasil pengurasan/penyedotan dari tangki septik terutama yang berasal dari kegiatan pertokoan, hotel, restoran, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya dibuang langsung ke badan air atau lahan kosong. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

131 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Profil Pengelolaan Air Limbah Sasaran Pengelolaan PS Air Limbah Dengan memperhatikan tingkat pelayanan yang ada saat ini, diharapkan pada akhir periode program jangka menengah telah terjadi kenaikan pelayanan prasarana air limbah manusia. Walaupun, pada saat ini masih ada sebagian penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat menggunakan cara pengelolaan limbah manusia secara konvensional atau non urban system yaitu dengan membuang limbahnya di perairan terbuka berupa sungai, parit atau di tanah berupa kebun. Upaya mencapai sasaran program yang di inginkan akan dilakukan secara bertahap. Dalam pengelolaan air limbah manusia, terutama yang ingin dicapai adalah : 1) Mengurangi atau bahkan menghilangkan resiko gangguan kesehatan masyarakat sebagai akibat berjangkitnya penyakit-penyakit yang ditularkan melalui media air (water borne diseases). 2) Meningkatkan kondisi dan kualitas lingkungan Rumusan Masalah Secara umum, masalah air limbah dan limbah manusia di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah sebagai berikut : 1) Fasilitas pembuangan air limbah manusia kurang memadai dan umumnya kurang higienis, masih banyak yang membuang limbah ke perairan terbuka. 2) Fasilitas MCK dan jamban umum lainnya kurang terpelihara. 3) Fasilitas pengurasan lumpur tinja kurang memadai 4) Prosentase penduduk yang belum mempunyai fasilitas pembuangan air limbah manusia masih cukup besar 5) Sebagian masyarakat yang bermukim dikawasan rawa pasang surut melakukan pembuangan limbah secara langsung, sehingga sangat beresiko terhadap gangguan kesehatan masyarakat itu sendiri; 6) Belum terdapat IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja) terpusat dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) setidaknya di Kota Kuala Tungkal Analisa permasalahan dan rekomendasi Analisa Permasalahan Berdasarkan hasil pengamatan lapangan sektor air limbah manusia di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat belum memiliki prasarana pembuangan air limbah yang memadai. Tingkat pelayanan yang tidak memadai ini akan menimbulkan dampak terhadap derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan yang masih rendah. Berdasarkan jumlah penduduk dan prediksi penduduk sampai 2017 maka akan dihitung jumlah produksi air limbah, dengan asumsi bahwa produksi air limbah besarnya adalah 80% dari total kebutuhan air bersih. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

132 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.3.2 Proyeksi Produksi Air Limbah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat No Uraian 1 Jumlah Penduduk Kab.Tanjung Jabung Barat 2 Kebutuhan Air Bersih Asumsi Tahun Angka Satuan A Domestik 135 l/org/hari B Non Domestik (Pasar, 35% jalan, taman) Total Kebutuhan Air Bersih (liter/hari) Total Kebutuhan Air Bersih (m3/hari) 3 Total Kebutuhan Air Limbah Cair (liter/hari) 80% Total Kebutuhan Air Limbah Cair(M3/hari) 4 Total Kebutuhan Air Limbah padat (liter/hari) Total Kebutuhan Air Limbah padat (m3/hari) Sumber ; Hasil Analisa 2012 dari Domestik dari Kebutuhan Air Bersih , , , , , , , , , ,08 3 l/org/hari ,58 927,17 947,33 972,81 996,11 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

133 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Alternatif Pemecahan Persoalan Berdasarkan kondisi dan permasalahan di atas maka alternatif pemecahan masalah adalah sebagai berikut : 1) Sistem pembuangan limbah cair rumah tangga Lebih tepat menggunakan sistem tertutup ke sumur resapan, baru kemudian dialirkan ke saluran drainase. Hal ini disebabkan karena lahan di sekitar permukiman masih cukup, dan permukiman di perkotaan juga bukan merupakan permukiman yang kepadatannya sangat tinggi 2) Sistem pembuangan limbah padat Pembuangan limbah padat dari manusia, menggunakan septic tank dan peresapan di setiap rumah atau MCK umum yang ada. Selain itu juga perlu penyediaan MCK umum di dekat sungai yang dilengkapi dengan penyediaan air bersih, agar masyarakat yang biasa membuang kotoran ke sungai mulai berubah menggunakan kamar mandi Rekomendasi Berdasarkan Beberapa alternatif pemecahan tersebut di atas maka rekomendasi pengolahan air limbah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel. IV.3.3 Rekomendasi pemecahan masalah No Permasalahan Rekomendasi 1 Fasilitas pembuangan air limbah manusia kurang memadai dan umumnya kurang higienis, masih banyak yang membuang limbah ke perairan terbuka 2 Fasilitas MCK dan jamban umum lainnya k urang terpelihara 3 Fasilitas pengurasan lumpur tinja kurang memadai 4 Prosentase penduduk yang belum mempunyai fasilitas pembuangan air limbah manusia masih cukup besar 5 Kesadaran masyarakat terhadap masalah kebersihan dan sanitasi masih rendah Sumber : Hasil Analisa Penyediaan sistem pembuang limbah yang higienis Penyuluhan ke masyarakat untuk merubah perilaku membuang limbah Pembuatan MCK umum yang dilengkapi dengan penyediaan air bersih Penambahan jumlah truk penguras tinja. Peningkatan pelayanan penyediaan penguras tinja Peningkatan program bantuan jamban keluarga dan septic tank di dekat rumah Sosialisasi dan percontohan kepada masyarakat tentang masalah kebersihan Sistem Prasarana Yang Diusulkan Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan Peningkatan kondisi dan tingkat pelayanan sektor limbah manusia dari pemukiman perlu diarahkan untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah penduduk yang masih membuang tinja ditempat terbuka dan mengurangi penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air (Water Borne Diseases). Untuk meningkatkan kondisi dan tingkat pelayanan tersebut perlu ditunjang dengan membangun fasilitas MCK, jamban keluarga, jamban Kabupaten Tanjung Jabung Barat

134 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur jamak, dan pengadaan truck tinja untuk menguras lumpur yang sudah tua pada tangki septik yang ada. Pembangunan fasilitas sanitasi merupakan stimulan, yang selanjutnya akan dicontoh, serta dibiayai dan dikelola oleh masyarakat. Pembangunan MCK merupakan "sasaran antara" selama periode jangka menengah ini,yang nantinya diharapkan masyarakat akan lebih cenderung untuk memiliki sendiri fasilitas sanitasi yang berupa Jamban Keluarga. Dengan semakin meningkatnya taraf kehidupan masyarakat sebagai dampak positif pembangunan disegala bidang, kecenderungan masyarakat untuk memiliki sendiri satu jamban keluarga perlu didorong dan dibantu dengan memberikan kemudahan untuk memenuhi keinginan masyarakat tersebut. Penanganan air limbah manusia mempunyai kaitan yang erat dengan penerapan teknolo gi yang tepat guna, berdaya guna dan berhasil guna. Sedangkan dalam pemilihan teknologi yang sesuai tersebut harus telah mempertimbangkan hal-hal sbb: Kepadatan Penduduk. Sumber air yang ada. Sumber air yang diperlukan. Keadaan tanah. Kedalaman muka air tanah. Kemiringan tanah. Kemampuan membiayai kecocokan. Pemilihan teknologi. Penanganan sistim kawasan diperuntukkan bagi bagian kota yang mempunyai kondisi sebagai berikut : Kepadatan penduduk setempat > 300 jiwa/ha. Lokasi pemukiman yang berada di : o atas sungai atau bantaran sungai. o dekat sungai. o daratan, agak jauh dari sungai. Di beberapa bagian kota yang telah menerapkan penanganan air limbah manusia dengan sistim sanitasi setempat (on site sanitation) dapat dilanjutkan dan bahkan dikembangkan menyebar ke sebagian besar wilayah kota. Sehingga nantinya dicapai suatu kondisi dan tingkat pelayanan yang memadai dan yang akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat sertakualitas lingkungan di sekitarnya Usulan dan Prioritas Program Program jangka Menengah sektor air limbah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah dengan menekankan penerapan sistem sanitasi setempat (on site sanitation), dimana teknologi yang diterapkan mengikuti kondisi yang ada. Untuk sistem pengolahan air limbah manusia dengan sistem sanitasi setempat adalah berupa tangki septik dan peresapan, mengingat kepadatan penduduknya masih lebih kecil dari 50 jiwa/ha. Upaya penanganan limbah manusia seperti disebutkan terdahulu, mengajak masyarakat untuk meningkatkan peran serta dalam pembangunan sektor limbah masusia. Dimana akan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

135 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur didukung dengan penyuluhan sanitasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah masnusia dan air limbah domestik pada umumnya, serta memberikan upaya-upaya pengelolaan limbah manusia secara individual. Program penanganan limbah manusia terdiri dari konstruksi dan pengadaan peralatan merupakan stimulan yang ditujukan untuk mendorong kesadaran masyara kat dalam usaha usaha pengelolaan limbah manusia. Program air limbah dari tahun anggaran 2013 sampai tahun 2017, meliputi: Pembangunan konstruksi MCK sebanyak 50 unit. Pembangunan konstruksi jamban jamak sebanyak 16 unit. Pembangunan jamban keluarga sebanyak 2978 unit. Pengadaan truck tinja sebanyak 3 unit Pembiayaan Pengelolaan Pembiayaan disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan masyarakat. Klasifikasi pembiayaan pengelolaan air limbah dibagi menjadi anggaran APBD Kota/Kab, APBD Provinsi, APBN, Swasta dan masyarakat. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

136 4.4. RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG PERSAMPAHAN Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan Umum Sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , Permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan persampahan adalah rendahnya akses terhadap layanan pengelolaan sampah. Terdapat 5 faktor yang diidentifikasi menjadi penyebab terjadinya kondisi ini, yaitu sebagai berikut. 1. Masih belum memadai perangkat peraturan yang mendukung pengelolaan sampah. Implementasi UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah masih terkendala oleh belum tersedianya peraturan-peraturan pendukungnya. 2. Penanganan sampah belum optimal. Hingga saat ini penanganan sampah masih terfokus pada penanganan timbulan sampah dan belum ada pengurangan volume sampah dari sumbernya. Penerapan konsep 3R yang belum terintegrasi dan belum diterapkannya pemanfaatan teknologi menyebabkan timbulan sampah belum berkurang secara signifikan. Dari sisi pengangkutan, masih sedikit sampah yang diangkut ke tempat pemrosesan akhir (TPA)/tempat pemrosesan sementara (TPS). Selain itu, sampah di TPS - yang merupakan titik pertemuan antara sistem pengangkutan yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah - masih belum ditangani dengan baik akibat kerancuan institusi pengelola. Mengenai TPA, banyak yang tidak didesain sebagai sanitary landfill atau mengalami perubahan sistem dari sanitary landfill dan/atau controlled landfill menjadi open dumping. Makin terbatasnya lahan untuk TPA dan makin tingginya timbulan sampah makin menyulitkan upaya penanganan persampahan. 3. Minim pengelola layanan persampahan yang kredibel dan profesional. Institusi pengelola sampah di daerah saat ini masih belum berfungsi secara profesional. Perusda belum memiliki manajemen aset dan menyusun business plan yang absah. Permasalahan yang muncul pada dinas pengelola sampah bahkan lebih menyeluruh baik berupa alokasi dana yang minim, manajemen yang kurang profesional dan minimnya kualitas SDM. 4. Belum optimal sistem perencanaan pengelolaan sampah. Belum adanya rencana induk pengelolaan sampah menjadikan belum tersedianya profil dan rencana penanganan sampah di tingkat kabupaten/kota. Ketiadaan rencana induk juga mengakibatkan tidak bersinerginya sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah dengan yang dilakukan oleh masyarakat sehingga integrasi penanganan sampah dari sumber hingga ke TPA belum tercapai. 5. Terbatas pendanaan untuk mendukung keseluruhan aspek pengelolaan sampah. Hingga saat ini, sumber pendanaan bagi pengelolaan sampah masih bertumpu pada anggaran pemerintah sebagai akibat belum dikembangkannya alternatif sumber pendanaan lainnya, seperti dana masyarakat, kerjasama swasta, investasi swasta dan dana CSR. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

137 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Meningkatnya jumlah penduduk, terutama yang bermukim di kawasan perkotaan, telah mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Disamping itu, pola konsumsi masyarakat yang cenderung makin beragam juga telah menyebabkan munculnya jenis sampah yang makin beragam pula. Permasalahan persampahan tersebut kemudian diperparah dengan belum meningkatnya kesadaran dan peran serta aktif masyarakat dalam pengelolaan persampahan. Adalah sesuatu yang lazim ditemui penumpukan sampah di beberapa tempat, yang bahkan bukan pada tempat semestinya sampah dibuang, misalnya di sekitar pemukiman, di sungai, dan lain-lain. Disamping akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap kesehatan masyarakat lewat polusi air, tanah dan udara, penumpukan sampah tersebut juga mengurangi estetika kawasan dan berpotensi menimbulkan kerawanan social di tengah masyarakat. Selama ini sebagian masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak dapat dimanfaatkan. Masyarakat masih bertumpu pada pendekatan akhir, dimana sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang di tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya mengakibatkan terjadinya volume timbulan sampah yang besar di tempat pembuangan akhir dan berpotensi melepas gas metan (CH4) yang menurut penelitian dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca serta memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Memperhatikan permasalahan-permasalahan tersebut, pengelolaan persampahan perlu mendapat perhatian dan penanganan serius dari pemerintah daerah. Terkait dengan hal tersebut, salah satu tahapan yang perlu dilakukan adalah penyusunan dokumen perencanaan yang aktual dan faktual mengenai pengelolaan persampahan. Oleh karena itu, penyusunan dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya Sub Bidang Persampahan ini diharapkan dapat melahirkan rencana pengelolaan persampahan yang tepat, khususnya bagi pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, setidaknya untuk jangka waktu lima tahun ke depan ( ) Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan dalam Rencana Kabupaten Tanjung Jabung Barat Berdasarkan hasil proyeksi yang tertuang didalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , timbulan sampah pada akhir tahun rencana mencapai l/hari. Sampah semakin hari semakin menumpuk apabila tidak diolah. Sistem pengolah sampah dirinci sebagai berikut: 1. Daerah Pelayanan a. Daerah permukiman, terdiri dari : permukiman kepadatan tinggi dan permukiman dengan kepadatan sedang. b. Daerah komersial, terdiri dari : perkotaan, pasar dan industri. c. Fasilitas umum, terdiri dari : hotel, tempat rekreasi, perkantoran, serta taman dan trotoar/ penyapuan jalan. 2. Sistem Pengumpulan Terdapat dua sistem pengumpulan : a. Sistem pelayanan individu. b. Sistem pelayanan komunal. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

138 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Pengembangan Sistem Jaringan persampahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat meliputi : a. Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kuala Tungkal di Kecamatan Betara dan Kecamatan Tungkal Ulu; b. Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional di Kecamatan Betara;dan c. Pengembangan Tempat Pembuangan Sampah Sementara Terpadu (TPST) di Kecamatan Senyerang, Kecamatan Pengabuan, Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Seberang Kota, Kecamatan Bram Itam, Kecamatan Betara; Kecamatan Kuala Betara, Kecamatan Muara Papalik, Kecamatan Merlung, Kecamatan Tungkal Ulu, Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Batang Asam, dan Kecamatan Renah Mendaluh; Profil Persampahan Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat Ini Sistem penanganan sampah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat hanya terbatas pada wilayah perkotaan yakni di Kuala Tungkal Kecamatan Tungkal Ilir. Sistem penanganan sampah dilakukan dengan pen gangkutan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) yang berasal dari lingkungan perumahan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Pelayanan pengelolaan sampah dilakukan oleh Dinas Kebersihan yang saat ini lokasi berada di Desa Tungkal I, namum mengingat wilayah terbangun (konsentrasi penduduk) tidak berada dalam satu wilayah, maka perencanaan pengelolaan sampah direncanakan secara bertahap sejalan dengan perkembangan wilayah terbangunnya. Berdasarkan standar perencanaan bahwa setiap orang menghasilkan 2,5 liter sampah perharinya. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2009 jumlah sampah per tahunnya dengan timbunan (M3/hari), yang terangkut sebesar 23,67 (M3/hari) dengan lokasi TPA saat ini di Desa Pematang Lumut dengan luas lahan ±22 Ha yang mulai beroperasional pada tahun 2008 dengan masa pakai selama tahun 2018, Masyarakat sendiri tidak sepenuhnya terlayani dan masih banyak yang menggunakan sistem dengan cara pembakaran atau penimbunan seperti dirinci berikut: Dibakar : ton per tahun Diangkut petugas ke Kali Dibuang sembarangan : 23,67 M 3 /hari Dibuang : ton per tahun : ton per tahun Kabupaten Tanjung Jabung Barat

139 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.4.1 Nilai dan Produksi Sampah Rata-rata di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2009 No Kecamatan Tungkal Ilir Seberang Kota Bram Itam Betara Kuala Betara Pengabuan Senyerang Merlung Muara Papalik Renah Mendaluh Tungkal Ulu Tebing Tinggi Batang Asam Jumlah 147,13 Rata-Rata Timbunan Sampah (M 3 /hari) ,92-26,87-19, , Sumber : Daftar Isian Kuisiner Persampahan Domestik, Kondisi Sistem Prasarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan yang ada (Aspek Teknis) Seperti yang telah disampaikan, bahwa pengelolaan sampah dilakukan oleh Kantor PPKTB yang saat ini loaksi TPS nya berada di Desa Tungkal II, yang didukung dengan 4 armada truk sampah dengan kapasitas 6 m3/truk dengan frekwensi pengangkutan 1 kali per hari Aspek Pendanaan Pembiayaan kegiatan pengelolaan dan pelayanan persampahan di Kabupaten Kabupaten Tanjung Jabung Barat sampai saat ini berasal dari satu sumber yaitu dari alokasi APBD Kabupaten setiap tahun anggaran. Anggaran yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten ini diperuntukkan untuk belanja seluruh kegiatan Dinas Pekerjaan Umum, sehingga alokasi dana khusus untuk pengelolaan persampahan tidak maksimal, yang selanjutnya berdampak pada kinerja pengelolaan dan pelayanan persampahan yang juga tidak optimal. Terkait dengan aspek pendanaan ini, sesungguhnya dari pengelolaan persampahan ini Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat melakukan pemungutan retribusi persampahan. Retribusi persampahan dipungut berdasarkan Perda Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 07 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum. Pelayanan persampahan yang dikenakan sebagai objek retribusi, adalah; a. pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara; b. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sementara ke lokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah; dan c. bahan penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

140 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan Kelembagaan pengelolaan dan pelayanan persampahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat diatur melalui Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 04 Tahun 2001 Tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah dan Sektretariat DPRD yang mengamanatkan persampahan dikelola oleh Sub Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sebagaimana tugas pokok dan fungsi, secara spesifik tugas pengelolaan dan pelayanan persampahan ini berada pada Sub Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Adapun uraian tugas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Melaksanakan tugas di bidang kebersihan dan pertamanan di lingkungan permukiman, pasar, terminal, penataan TPA dan kakus/tinja; b. Menyusun rencana dan pelaksanaan penanganan pembinaan, penyuluhan kebersihan lingkungan permukiman, pasar dan terminal kepada masyarakat; c. Menyusun rencana dan pelaksanaan penataan, pemeliharaan, serta pembibitan tanaman untuk taman kota; d. Mensosialisasikan budaya hidup bersih, indah dan teratur di lingkungan tingkat RT/RW, kelurahan, kecamatan serta lingkup pendidikan; e. Merencanakan dan melaksanakan penataan TPS dan TPA sesuai dengan petunjuk teknis; f. Mengevaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan tugas yang telah dicapai sebagai bahan pertanggungjawaban dan bahan masukan kepada atasan; g. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pembinaan dan pengembangan karier; serta h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan. Selain Kepala membidangi pengelolaan persampahan di Dinas Sub Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pelayanan persampahan institusi ini memiliki petugas lapangan yang memiliki tugas antara lain sebagai petugas sapu, petugas muat sampah, petugas taman, petugas pembersihan parit, petugas potong rumput, supir operasional, pengawas pasar, pengawas kebersihan, penjaga TPA serta petugas kebersihan terminal Aspek Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat merupakan salah satu aspek penting yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan pengelolaan persampahan. Ada berbagai bentuk peran serta yang dapat dilakukan masyarakat terkait dengan pengelolaan persampahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yaitu: pertama, peran serta dalam tahapan pengumpulan sampah. Dalam tahap ini masyarakat secara individu maupun komunal melakukan pengumpulan sampah dari masingmasing rumah tangga untuk dibuang pada tempat-tempat yang telah disediakan; kedua, peran serta dalam membayar uang retribusi kebersihan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah. Kontribusi masyarakat ini dapat ikut meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan; ketiga, peran serta dalam pengendalian dan evaluasi. Dalam tahap ini masyarakat dapat memberikan masukan, kritik ataupun saran terhadap kinerja pelayanan persampahan. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

141 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Aspek lain yang termasuk dalam peran serta masyarakat adalah sikap dan penerimaan masyarakat dalam menunjang program pemerintah dalam mengurangi sampah. Secara ideal, diharapkan masyarakat dapat memulai proses pengelolaan sampah dari rumah tangga dengan melakukan pemilahan terhadap jenis sampah (misalnya sampah basah atau sampah kering, dll) serta pemanfaatan sampah yang dapat didaur ulang. Dengan tindakan ini diharapkan volume timbulan sampah serta jenisnya sudah dapat dikurangi, yang selanjutnya akan mempermudah proses pengolahan sampah di TPA. Bentuk peran serta masyarakat seperti ini diakui masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pemerintah daerah terus berupaya melakukan berbagai pendekatan dan sosialisasi kepada seluruh komponen masyarakat, agar kondisi ideal ini dapat diwujudkan. Salah satu komponen masyarakat yang berhubungan langsung dengan persampahan adalah kalangan pemulung. Saat ini belum ada data resmi mengenai jumlah pemulung yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Keberadaan pemulung ini sering ditanggapi secara negatif oleh sebagian masyarakat, namun demikian ada hal positif yang dapat dimanfaatkan dari para pemulung ini, misalnya mengikutsertakan mereka baik secara individu ataupun kelompok dalam proses pemilahan dan pendaurulangan sampah. Oleh karena itu, ke depan diharapkan para pemulung ini dapat difasilitasi dan didorong oleh pemerintah daerah untuk terlibat dalam pengelolaan persampahan Permasalahan Yang Dihadapi Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah Sasaran penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat antara lain adalah: Peningkatan NSPM persampahan dan pengembangan perangkat pengaturan di daerah Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola dan SDM Pengurangan volume sampah sejak dari sumber melalui peningkatan upaya pemilahan, pemanfaatan, daur ulang sampah dan pembuatan kompos dengan skala individu, kawasan/lingkungan dan skala kota Peningkatan pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah Peningkatan sistem pengolahan akhir sampah untuk melindungi sumber daya lingkungan Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengurangan timbulan dan pengelolaan sampah Menggerakkan keterlibatan swasta dalam pengurangan produksi sampah dan peningkatan PS pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan sampah Penyuluhan dan peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan dalam penyediaan dan pengelolaan PS persampahan Peningkatan kualitas sistem pengelolaan persampahan ramah lingkungan Rumusan Masalah Penanganan sampah perkotaan kedepan perlu ditingkatkan baik dalam hal cakupan daerah pelayanan maupun kualitas dan frekwensi pelayannya, Penanganan sampah seperti di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

142 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur kawasan permukiman nelayan membutuhkan pendekatan khusus untuk mencegah pencemaran air sungai atau parit. Saat ini tempat pembuangan akhir (TPA) sampah berada di Desa Pematang Lumut, namun kemudian Lokasi TPA tersebut terlalu dekat dengan sungai, sehingga dapat mencemari air di hilirnya. Pemerintah Kabupaten Tanjab Barat telah menjajagi untuk memindahkan ke lokasi baru yaitu di Simpang Abadi Kecamatan Betara dengan luas + 21 ha, menggunakan sistem Sanitary landfill. Permasalahan khusus persampahan yang berlaku di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat diuraikan sebagai berikut : a. Masih rendahnya tingkat pelayanan dari cakupan pelayanan, yaitu sebesar 49,15 % b. Kurang memadainya prasarana dan sarana penunjang kegiatan pegelolaan sampah seperti tong sampah, gerobak sampah, TPS, Truck sampah dan lainnya. c. Terbatasnya ketersediaan anggaran untuk pengelolaan persampahan. d. Retribusi tidak dipungut oleh institusi pengelola persampahan dan bukan menjadi sumber pendapatan yang dapat digunakan secara langsung untuk biaya pengelolaan sampah. e. Masih relatif rendahnya sumber daya manusia pengelolaan persampahan, baik ditingkat manajemen maupaun ditingkat petugas lapangan. f. Belum maksimalnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah yang diperlihatkan dari kondisi lingkungan permukiman yang masih banyak tercemar dengan masalah pembuangan sampah. Masih relatif rendahnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sarana persampahan yang disediakan. Tabel. IV.4.2 Rumusan Masalah Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. No Aspek Permasalahan 1 Pengelolaan Belum optimalnya tingkat pelayanan persampahan Relatif rendahnya kualitas SDM pengelola persampahan Relatif rendahnya peran serta masyarakat dalam menangani masalah persampahan 2 Operasional Jumlah timbulan sampah lebih besar dari kemampuan pengangkutan Kurangnya prasarana dan sarana pengelolaan persampahan (terutama untuk pengangkutan) 3 Pembiayaan Terbatasnya alokasi anggaran pemerintah daerah untuk operasional pengelolaan persampahan Retribusi persampahan belum menjadi sumber pendapatan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisa Permasalahan Dan Rekomendasi Analisa Permasalahan Untuk menganalisa permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat digunakan tehnik analisa gap analisis, yaitu dengan membandingkan antara kebutuhan ideal berdasarkan standard yang berlaku dengan kondisi yang ada saat ini Kabupaten Tanjung Jabung Barat

143 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur (existing). Hasil perbandingan antara kebutuhan dengan kondisi yang ada akan dijadikan rekomendasi dan usulan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun ke depan. Tabel. IV.4.3 Proyeksi Timbulan Sampah Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat No. Variabel Satuan Eksisting Penduduk Jiwa Jumlah KK KK Jumlah Rumah Unit Rata-rata Hunian Jiwa Produk Sampah 6 - Domestik Liter/hari Non Domestik Liter/hari Jumlah Sampah Harian 7 Pengelolaan Sampah 8 m3/hari Transfer Depo Buah Gerobak Sampah (1000 L) Buah TPA Buah Rencana Pengembangan - Pembinaan Pengelolaan Paket Sampah Sumber :Hasil Analisa, 2012 Disamping prasarana dan sarana sebagaimana disebutkan di atas, salah satu aspek penting yang sangat dibutuhkan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah ketersediaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang memadai. Sesuai dengan standard, dibutuhkan beberapa prasarana dan sarana pendukung di TPA, sehingga proses pengolahan sampah dapat berjalan lancer. Saat ini di TPA sarana penunjang yang lengkap, oleh karena itu diperlukan beberapa sarana prasarana lainnya, seperti alat berat, pagar/gerbang, pos jaga, alat pemrosesan daur ulang sampah. Dan lain-lain. Sedangkan untuk untuk daerah lain di Kabupaten Tanjung Jabung Barat belum menikmati pelayanan persampahan. Untuk menyelesaikan masalah persampahan masyarakat masih menggunakan cara-cara konvensional yaitu dengan cara di bakar di pekarangan rumah atau dengan membuang ke sungai Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil rumusan masalah sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dibuat alternatif pemecahan masalah untuk pelaksanaan pengelolaan dan pelayanan persampahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yaitu sebagai berikut: Kabupaten Tanjung Jabung Barat

144 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.4.4 Alternatif Pemecahan Masalah Pengelolaan Persampahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat No Aspek Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah Peningkatan pelayanan melalui upaya: 1 Pengelolaan - Pembenahan manajemen Belum optimalnya tingkat pelayanan - Kemitraan dengan swasta persampahan masyarakat dan 2 Operasional 3 Pembiayaan Sumber: Hasil Analisis, 2012 Relatif rendahnya kualitas SDM pengelola persampahan Relatif rendahnya peran serta masyarakat dalam menangani masalah persampahan Jumlah timbulan sampah lebih besar dari kemampuan pengangkutan Kurangnya prasarana dan sarana pengelolaa n persampahan (terutama untuk pengangkutan) Terbatasnya alokasi anggaran pemerintah daerah untuk operasional pengelolaan persampahan Retribusi persampahan saat ini belum menjadi sumber pendapatan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Peningkatan kualitas SDM pengelola dan petugas melalui pelatihan dan bintek Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan secara berkala Penambahan sarana pengangkutan seperti Dump Truck, Becak sampah, arm roll, dan lain-lain Penambahan alokasi anggaran untuk operasional persampahan melaui berbagai sumber (APBD, APBD Prov. APBN, dll) Percepatan penyerahan aset dari Pemerintah Kota Kerinci kepada Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Khusus untuk daerah yang belum dapat dicapai oleh layanan persampahan dapat dilakukan pengelolaan persampahan dengan sistem 3R Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan Kebutuhan Pengembangan Rencana pengelolaan sampah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rencana jangka pendek-menengah lima tahun pertama pengelolaan sistem persampahan dengan menerapkan sistem pembuangan berikut: Pewadahan: penyediaan tong-tong sampah di setiap rumah maupun bangunan sarana kota, dengan ukuran liter. Tong sampah di setiap rumah disediakan sendiri oleh setiap keluarga, sedangkan tong-tong sampah pada sarana kota disediakan oleh pemerintah; Pengumpulan: proses pengumpulan sampah dapat dilakukan baik secara individual maupun secara komunal pada bak-bak penampungan yang disediakan di setiap unit lingkungan perumahan maupun pada unit kegiatan komersial dan perkantoran. Sampah domestik tersebut kemudian diangkut memakai gerobak sampah ukuran 1 m3 ke lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) oleh pengelola swadaya masyarakat di setiap unit lingkungan. Sedangkan sampah dari kegiatan komersial dan pemerintahan yang berada di sepanjang jalan utama dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pemindahan dan Pengangkutan: sampah dari TPS diangkut ke lokasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA), dengan menggunakan dump truck/ arm roll truck yang dikelola oleh Pemerintah Kota. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

145 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Lokasi penempatan TPS terutama di dekat daerah permukiman padat serta di kawasan komersil diupayakan minimal 500 m dari lokasi permukiman untuk menghindari polusi yang ditimbulkan sampah. Untuk itu, lokasi TPS ini harus disiapkan di tempat yang terlindung, sehingga tidak menimbulkan gangguan lingkungan. Sejumlah TPS hingga tahun 2017 akan ditempatkan di lingkungan permukiman. Sedangkan pengambilan dan pengangkutan sampah dari TPS-TPS tersebut dilakukan setiap hari yang langsung dibawa ke TPA. Sasaran yang ingin dicapai adalah pada tahun 2017 pengelolaan sampah oleh Kelompok Rumah Tangga secara mandiri dengan penerapan metode 3 R (Mengurangi, Memanfaatkan Kembali dan Mendaur Ulang) melalui pemilahan sampah ditargetkan sekurang-kurangnya 50 %, sehingga volume sampah yang dibuang dapat dikurangi sebesar 10-20% dan diharapkan terjadi peningkatan efisiensi pengelolaan sampah serta meningkatkan umur pakai TPA Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Persampahan Dalam rangka peningkatan pelayanan persampahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, diperlukan berbagai sarana prasarana penunjang kegiatan pelayanan dan pengelolaan. Disamping itu juga dilakukan pembenahan terhadap manajemen pengelola yang berkaitan langsung dengan aspek manusia atau sumberdaya manusia pengelola. Terkait dengan hal tersebut, diperlukan program dan kegiatan yang tepat serta sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Adapun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun perencanaan ( ) adalah sebagai berikut: 1) Program Pembinaan Pengelolaan Sistem Persampahan, dengan kegiatan: Pelatihan SDM bidang persampahan Penyuluhan dan sosialisasi ke masyarakat Pembinaan kelompok masyarakat (pemulung, organisasi di tingkat lingkungan hunian) Evaluasi dan Revisi peraturan di bidang persampahan. Studi Banding pengelolaan persampahan 2) Program Pengembangan Program Dan Perencanaan Pembangunan Persampahan Penyusunan masterplan persampahan Penyusunan DED TPA 3) Program Pengurangan Timbulan Sampah dengan kegiatan: Penyediaan Anggaran operasional pengelolaan persampahan Pengurangan volume sampah melalui peningkatan upaya pemilahan, pemanfaatan, daur ulang sampah dan pembuatan kompos dengan skala individu, kawasan/lingkungan dan skala kota 4) Program Perluasan Cakupan Pelayanan Persampahan dengan kegiatan: Peningkatan pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah dengan penambahan sarana persampahan yang meliputi. Program Peningkatan Kualitas Sistem Pengolahan Akhir Sampah Peningkatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan penambahan sarana prasarana TPA. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

146 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat Dan Swasta Meningkatkan Sistem Pengelolaan Persampahan dengan kegiatan: Penyuluhan untuk meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengurangan timbulan dan pengelolaan sampah Membuat regulasi yang bisa menarik keterlibatan swasta dalam pengurangan produksi sampah dan peningkatan proses pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan sampah sampai ke pendaur-ulangan Pembiayaan Pengelolaan Untuk membiayai pelaksanaan pengelolaan dan persampahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, akan diupayakan pendapatan dari berbagai sumber, baik melalui APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, maupun sumber-sumber lainnya. Adapun besaran alokasi dana yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan pelayanan persampahan selama tahun perencanaan ( ) dapat dilihat pada bagian lain dokumen ini, yaitu pada dokumen memorandum sebagaimana terlampir. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

147 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 4.5. RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG DRAINASE Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan Umum Mengacu pada RPJMN Belum optimalnya fungsi drainase sebagai pematus air hujan yang mengakibatkan timbulnya genangan merupakan permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan drainase. Hal ini disebabkan oleh hal berikut: 1) Kapasitas sistem drainase sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Menurunnya fungsi saluran drainase yang berimplikasi pada peningkatan luasan dan durasi tergenang diakibatkan oleh kelangkaan lokasi pembuangan sampah, serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Pembuangan air limbah domestik dan air limbah industri rumah tangga ke saluran drainase juga menyebabkan peningkatan debit air pada saluran drainase. Peningkatan debit limpasan hujan juga disebabkan oleh semakin berkurangnya bidang resapan dan adanya perubahan iklim akibat efek pemanasan global (global warming) yang menyebabkan peningkatan intensitas curah hujan dalam interval waktu yang semakin pendek. 2) Belum ada kejelasan pengelola sistem drainase. Ketidakjelasan pengelola menyebabkan tidak ada lembaga yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan saluran drainase. Hal itu mengakibatkan pengabaian atas kondisi saluran drainase sehingga berfungsi kurang optimal. 3) Belum optimal sistem perencanaan pengelolaan drainase. Perencanaan sistem pengelolaan drainase belum didasari dengan adanya suatu rencana induk pengelolaan sistem drainase yang absah. Selain itu, perencanaan sistem drainase saat ini juga belum mengintegrasikan antara sistem drainase primer, sekunder, dan tersier. 4) Terbatas pendanaan untuk mendukung keseluruhan aspek pengelolaan drainase. Terbatasnya anggaran pemerintah baik untuk investasi, operasi maupun pemeliharaan sistem drainase menjadikan pengelolaan drainase belum berjalan secara optimal. Ketidakjelasan pengelola sistem drainase, menyebabkan lemahnya operasi dan pemeliharaan sistem. Berdasarkan beberapa permasalahan di atas sasaran umum yang akan dicapai dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah meningkatnya akses bagi rumah tangga terhadap rumah dan lingkungan permukiman yang layak, aman, terjangkau, dan didukung oleh prasarana dan sarana dasar serta utilitas yang memadai, serta memiliki jaminan kepastian hukum dalam bermukim (secure tenure) untuk mendukung pencapaian target millennium development goals (MDGs). Sasaran lain yang ingin dicapai adalah meningkatnya kualitas perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman di tingkat pusat dan daerah. Dalam perencanaan drainase perlu disusun petunjuk umum untuk tujuan penyiapan: Kabupaten Tanjung Jabung Barat

148 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Program penanganan drainase Institusi pengelola sistem dan jaringan drainase, dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota dan kawasan tertentu dimungkinkan melibatkan pihak swasta (developer) Dalam konteks itu, acuan yang digunakan adalah Kepmen PU No 239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase kota dan fungsi utama sebagai pengendalian banjir, dalam pengembangan sistem drainase harus memperhatikan sektor-sektor lain, karena pembangunan sektor drainase tidak dapat dilepaskan dari pembangunan infrastruktur lainnya, termasuk rencana pengembangan daerah, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota. 1. Rencana pengembangan kota Komponen program drainase harus mendukung skenario pengembangan dan pembangunan kota, serta terpadu dengan rencana pengembangan prasarana lainnya. 2. Air limbah Perencanaan sistem dan jaringan drainase harus mempertimbangkan pengembangan komponen air limbah, karena kadangkala sistem pembuangan air limbah tercampur dengan sistem drainase. 3. Perumahan rakyat dan tata bangunan Sistem penanganan drainase kota harus terkoordinasi dengan penanganan dan pengelolaan sistem yang disiapkan oleh instansi lain (developer, Perumnas, dan masyarakat) 4. Jalan kota Sistem drainase jalan yang disiapkan menjadi satu kesatuan dengan komponen jalan hendaknya disinkronkan dengan sistem yang disiapkan oleh penyusun sistem dan jaringan dalam komponen drainase (Gambar. IV.5.1). Sistem drainase harus dikelola melalui kelembagaan di daerah yang memperhatikan hal-hal berikut ini: 1. Institusi pengelola drainase harus memiliki kejelasan atas tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya. 2. Usulan program penyuluhan harus jelas agar peran serta masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana drainase dapat lebih ditingkatkan. Perencanaan drainase perkotaan bertujuan untuk mencari alternatif kiat pengendalian akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan dan penyaluran limbah agar dalam pembangunannya dapat terpadu dengan pembangunan sektor lain yang terkait, sehingga sesuai dengan penataan lingkungan perkotaan. Secara umum saluran drainase terbagi menjadi dua, yaitu drainase wilayah perkotaan (drainase kota) dan drainase wilayah regional (drainase regional). Sedangkan drainase kota terdiri atas sistem drainase mayor dan sistem drainase minor. Sistem drainase mayor dan minor dapat dibedakan menurut sifat, kriteria dan peruntukannya dapat dijelaskan pada Tabel di bawah ini. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

149 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.5.1 Pembagian Saluran Drainase Sistem Drainase Mayor DPS > 50 ha Akibat kerusakan banjir dianggap besar Terdiri atas: Saluran Drainase Induk Utama (DPS > 100 ha) Saluran Drainase Induk Madya (DPS ha) Sistem Drainase Mayor, selain untuk menerima limpasan banjir minor, sarana drainase harus dilengkapi dengan suatu saluran yang dapat mengantisipasi terjadinya kerusakan-kerusakan besar akibat limpasan banjir yang mungkin terjadi setiap tahun sekali, meliputi: saluran alami dan buatan daerah banjir jalur saluran drainase pembawa aliran limpasan besar serta bangunan pelengkapnya Didesain untuk Periode Ulang Hujan (PUH) tahun Sistem Drainase Minor DPS < 50 ha Akibat kerusakan banjir dianggap kecil Terdiri atas: Saluran Drainase Cabang Utama (DPS ha) Saluran Drainase Cabang Madya (DPS 5-25 ha) Saluran Drainase Tersier (DPS 0-5 ha) Sistem Drainase Minor merupakan bagian dari sistem drainase yang menerima debit limpasan maksimum dari mulai aliran awal, meliputi: inlet limpasan permukaan jalan saluran dan parit drainase tepian jalan gorong-gorong got air hujan saluran air terbuka dll Didesain untuk Periode Ulang Hujan (PUH) 2-10 tahun, tergantung dari tata guna lahan di sekitarnya Sumber: Katharina Oginawati, URDI, Dasar-dasar perencanaan sistem drainase, meliputi: 1. Kriteria desain Periode Ulang Hujan (PUH) Perhitungan Debit Banjir Waktu Konsentrasi Perubahan PUH Kabupaten Tanjung Jabung Barat

150 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tinggi Hujan Rencana Koefisien Limpasan Koefisien Storasi Intensitas Hujan Luas Daerah Pengaliran Tata Guna Lahan saat ini dan pengembangannya di masa mendatang Karakteristik tanah dan bangunan di atasnya Kemiringan tanah dan bentuk daerah pengaliran Pengaruh DPS Parsial 2. Kriteria hidrolis Kapasitas Saluran Kecepatan Aliran Kemiringan Saluran dan Talud Saluran Penampang Saluran Ambang Bebas Perlengkapan Saluran Street Inlet Bangunan Terjunan Terjunan Miring Gorong-gorong Perubahan saluran Pertemuan saluran Belokan Pintu Air Bangunan pembuangan 3. Profil aliran 4. Usaha konservasi sumber daya air 5. Analisis hidrologi 6. Analisis curah hujan Penentuan Stasiun Utama Koreksi Kualitas dan Kuantitas Data Analisis Curah Hujan Maksimum Pemilihan Model Distribusi Analisis Intensitas Hujan Pendekatan Matematis Intensitas Hujan 7. Usulan perencanaan Sistem Drainase meliputi: Prinsip pengaliran sungai Cara penyaluran Jalur saluran Bentuk dan keadaan saluran Upaya konservasi sumber daya air Kabupaten Tanjung Jabung Barat

151 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Penentuan alternative jalur saluran Perhitungan detail pengelolaan air hujan Evaluasi dampak hujan langsung Maksud dan Tujuan Drainase Maksud dan Tujuan Drainase perkotaan adalah melayani pembuangan kelebihan air pada suatu kota dengan cara mengalirkannya melalui permukaan tanah atau lewat dibawah permukaan tanah untuk dibuang ke sungai, danau atau laut. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestic maupun air limbah industry. Oleh karena itu, drainase perkotaan harus berpadu dengan sanitasi, sampah, dan pengendali Banjir Arah Kebijakan Penanganan Drainase Adapun arah dan kebijakan Penanganan Drainase adalah: Penyelenggaraan/penanganan terpadu dengan sektor terkait terutama pengendalian banjir, air limbah dan sampah). Mengoptimalkan sistem yang ada, disamping pembangunan baru. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, dunia usaha dan masyarakat. Mendorong pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam pembangunan Sarana dan Prasarana drainase untuk melancarkan perekonomian regional dan nasional serta meningkatkan tenaga kerja Kebijakan, Program dan Kegiatan Drainase dalam Rencana Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah memiliki kebijakan, program, dan kegiatan drainase. Adapun program beserta target, pola pengelolaan, penanganan dan kontribusi pemerintah daerah di sektor drainase adalah sebagai berikut: 1. Program Pembinaan Pengelolaan Sistem Drainase a. Target: i. Peningkatan NSPM sistem drainase dan pengembangan perangkat pengaturan di daerah ii. Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola dan SDM 2. Program Pengembangan Program dan Perencanaan Pembangunan Sistem Drainase a. Target: i. Peningkatan penyusunan PJM dan master plan sektor drainase di Kota/Kab 3. Program Pengembangan Pembangunan Sistem Drainase Perkotaan a. Target: i. Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah genangan di perkotaan ii. Pengembangan jaringan drainase, sistem polder/kolam penampung/retensi serta PS pendukung/pelengkapnya meningkatkan pelayanan sarana drainase dan melindungi kawasan permukiman dan strategis perkotaan dari resiko genangan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

152 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur iii. Menjaga dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem drainase yang ada prioritas kota metropolitan, besar dan sedang 4. Program Pembangunan Ps Sistem Drainase Mendukung Kawasan Strategis/Tertentu dan Pemulihan Dampak Bencana dan Kerusuhan a. Target: i. Peningkatan kualitas kawasan permukiman dalam rangka mendukung Indonesia aman dan damai 5. Program Pengembangan Ps Drainase Skala Kawasan/Lingkungan Berbasis Masyarakat a. Target: i. Peningkatan PS drainase dalam rangka menjaga kesehatan lingkungan permukiman dan kuantitas air tanah melalui pengembangan sumur resapan 6. Program Pengelolaan Sistem Drainase Terpadu Mendukung Konservasi Sumber Daya Air a. Target: i. Pengembangan sistem drainase skala regional secara terpadu mendukung keseimbangan tata air 7. Program Pengembangan Kapasitas Pendanaan Pembangunan Sistem Drainase a. Target: i. Peningkatan pendanaan pembangunan PS sistem drainase dari berbagai sumber baik pemerintah, pinjaman luar negeri atau dengan swasta terutama developer untuk pengembangan kawasan permukiman baru 8. Program Promosi Pengelolaan Ps Sistem Drainase a. Target: i. Penyuluhan dan peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan dalam penyediaan dan pengelolaan PS drainase 9. Program Pengembangan Inovasi Teknologi Sistem Drainase a. Target: i. Peningkatan kualitas pembangunan sistem drainase Profil Rinci Penyediaan Drainase Gambaran Umum Kondisi Drainase saat ini Drainase di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dikelompokkan atas 3 bagian, baik yang sifatnya saluran terbuka ataupun saluran tertutup yaitu jaringan primer, jaringan sekunder dan jaringan tertier. Sedangkan pola aliran pembuangan saluran mengarah kepada badan-badan sungai atau parit yang berada di dalam wilayah kota dengan fungsi sebagai penampung akhir yang diarahkan untuk menetralisir air buangan. Parit-parit terhubung dengan sungai besar yaitu Sungai Pengabuan dan muara sungai yang berhadapan langsung dengan laut. Untuk pelayanan sistem drainase sendiri dibedakan atas drainase alamiah dan drainase buatan yang berada disepanjang tepi jalan yang merupakan saluran sekunder dan tersier. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

153 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Drainase primer ; adalah drainase utama yang berfungsi sebagai daerah tumpahan air dari drainase sekunder dan drainase tersier sebelum ke sungai/laut. Drainase primer merupakan aliran-aliran utama berupa sungai dan beberapa parit yang ada di kota Kuala Tungkal, yaitu Sungai Pengabuan, Sungai Betara, Sungai Bram Itam dan Parit 1, Parit 2, Parit 3 dan Parit 4. Drainase Sekunder adalah wadah pengaliran dari drainase tersier sebelum ke drainase primer yang berupa saluran drainase di sepanjang jaringan jalan. Drainase Tersier adalah drainase yang merupakan wadah pengaliran yang umumnya merupakan saluran pembuangan limbah rumah tangga yang berada di lingkungan permukiman maupun perkotaan. Sistem drainase di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada umumnya masih belum baik dan belum merata ke seluruh kawasan kota. Dearah yang telah memiliki saluran drainase antara lain sepanjang jalan utama kota, kawasan perdagangan dan jasa serta sekitar pelabuhan. Akan tetapi kondisi drainase di daerah tersebut sudah banyak yang rusak dan buntu akibat dari pengaturan jaringan yang tidak tertata dengan baik. Penyebab utama kerusakan dan kebuntuan dari saluran drainase adalah karena tingginya laju sedimentasi yaitu apabila air pasang masuk akan membawa lumpur dan apabila surut lumpur tersebut tinggal didalam saluran, dan banyaknya sampah yang terdapat didalam saluran. Saluran drainase di jalan-jalan utama Kota Kuala Tungkal memiliki jenis tertutup, dengan sistim lubang kontrol, hal ini dimaksudkan berfungsi sebagai sarana saluran dan sebagai trotoar Aspek Kelembagaan Kepekaan instansi yang terkait sangat diperlukan sehingga penanganan terhadap masalah perkotaan kurang berjalan optimal, termasuk lemahnya instansi yang bertugas mengeluarkan dan mengawasi IMB sehingga banyak drainase kota yang ditutup oleh rumah atau toko. Ada saluran drainase yang sekarang sudah berada di dalam pekarangan rumah yang ditutup, sehingga tidak dapat di kontrol. Dari informasi masyarakat, ternyata di dalam rumah, saluran dibendung untuk keperluan pemeliharaan ikan, sehingga pada saat hujan menimbulkan genangan pada daerah di hulunya. Juga banyak saluran drainase yang tersumbat di daerah Pasar, dan permukiman. Hal ini akibat tebalnya lumpur yang mengendap dan sampah yang dibuang ke dalam saluran, koordinasi yang baik antara Dinas Kebersihan dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Barat akan dapat menghindarkan pendangkalan dan penyempitan saluran akibat sampah yang dibuang oleh masyarakat. Kurangnya koordinasi antara Dinas PU kota dan Dinas PU provinsi juga menghambat ke arah penyelesaian genangan yang segera Aspek Pendanaan Keterbatasan dana sehingga berpengaruh terhadap operasional pemeliharaan prasarana dalam hal ini sungai dan drainase tidak berjalan maksimal. Dana yang sangat terbatas harus dibagi untuk pembangunan saluran baru, normalisasi saluran/sungai, revitalisasi saluran/sungai, perencanaan dan pengawasan. Ketersediaan dana yang lebih akan membuat pengelolaan sistim drainase perkotaan menjadi lebih baik. RPIJM sangat diperlukan untuk mendapatkan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

154 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur keterpaduan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang diwujudkan dengan program dan pendanaan yang bersumber dari APBN, APBD I, dan APBD II. Serta dapat juga melalui bantuan dari masyarakat secara langsung dan dapat juga melalui program CRS dari perusahaan/swasta Aspek Peran Serta Masyarakat Dalam pengelolaan sistim drainase Kabupaten Tanjung Jabung Barat, sangat diharapkan adanya peran serta masyarakat yang dapat diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan saluran drainase dengan tidak membuang sampah ke dalam saluran drainase agar tidak tersumbat sehingga saluran dapat berfungsi maksimal sebagai saluran pembuang air hujan. Kesadaran masyarakat untuk memelihara saluran drainase dilingkungan depan rumah masing-masing, umpamanya dengan membersihkan lumpur dan sampah secara berkala sehingga tidak terjadi pendangkalan akibat penumpukan lumpur atau endapan di saluran drainase Permasalahan yang dihadapi Permasalahan Sistem Drainase yang ada Sistem drainase perkotaan di Kabupaten Tanjung Jabung pada umumnya masih belum baik dan belum merata ke seluruh kawasan kota. Dearah yang telah memiliki saluran drainase antara lain sepanjang jalan utama kota, kawasan perdagangan dan jasa serta sekitar pelabuhan. Akan tetapi kondisi drainase di daerah tersebut sudah banyak yang rusak dan buntu akibat dari pengaturan jaringan yang tidak tertata dengan baik. Penyebab utama kerusakan dan kebuntuan dari saluran drainase adalah karena tingginya laju sedimentasi yaitu apabila air pasang masuk akan membawa lumpur dan apabila surut lumpur tersebut tinggal didalam saluran, dan banyaknya sampah yang terdapat didalam saluran. Namun secara umum permasalahan drainase yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat secara umum berkaitan dengan kondisi topografi wilayah, pengembangan wilayah permukiman, pemeliharaan, skala prioritas, fungsi, dan penanganan drainase. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut Sasaran Drainase Sasaran yang harus dicapai oleh program penanganan drainase (fungsional dan program): 1. Target Nasional (sistem primer dan sistem sekunder: menciptakan lingkungan aman, baik terhadap genangan maupun luapan sungai, banjir kiriman, dan hujan lokal) 2. Memenuhi basic need (kebutuhan dasar) drainase bagi kawasan hunian dan kota. Untuk pemenuhan kebutuhan dasar ini, dapat digunakan criteria dan standar yang ada. 3. Memenuhi development need dalam menunjang terciptanya skenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang sektor unggulan. Perlu diindikasikan prasarana dan sarana dasar utama dan penunjang di kawasan tersebut. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

155 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Rumusan Masalah Persoalan sistem drainase harus dipandang secara lebih luas, karena pembangunan jaringan ini terkait dengan sektor-sektor lainnya. Oleh karena itu, permasalahan drainase perlu diatasi secara komprehensif yaitu dengan melibatkan berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah. Perlu ditekankan di sini bahwa instansi yang menangani sistem drainase harus jelas cakupan kewenangan dan tanggungjawabnya, sehingga tumpang tindih dalam pembangunan dan pemeliharaan jaringan drainase dapat dihindari Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Masalah Kawasan yang berada dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang sering terjadinya banjir dan genangan dikarenakan : 1. Tidak terdapatnya flow drain pada saluran drainase kota yang berfungsi mengalirkan air hujan dari badan jalan ke dalam saluran drainase, sehingga air menggenangi badan jalan. 2. Tidak mampunya kapasitas drainase menampung debit air yang mengalir pada saat musim hujan. 3. Saluran drainase yang ada saat ini sebagian besar dalam kondisi rusak berat 4. Belum tertatanya sistim drainase, seperti arah aliran yang tidak teratur serta tidak terhubungnya saluran tersier dan saluran sekunder dengan saluran utama 5. Belum adanya sistim operasi dan pemeliharaan terhadap saluran drainase yang telah ada. 6. Belum adanya saluran buangan akhir, sehingga air buangan menggenangi areal persawahan dan daerah permukiman Pemecahan Masalah Dari identifikasi permasalahan yang ada, maka secara makro untuk mengatasi masalah banjir dan genangan perlu dilakukan pendekatan: 1. Mengidentifikasi penggunaan lahan yang ada saat ini 2. Meningkatkan kapasitas daya tampung saluran drainase 3. Melaksanakan perbaikan drainase yang rusak 4. Melakukan pemetaan arah pola aliran 5. Membuat saluran pembuang akhir Sistem Drainase yang diusulkan Usulan dan Prioritas Program Pola penanganan penataan saluran drainase dibagi dalam beberapa program antara lain : 1. Pemeliharaan jaringan drainase, program ini dilaksanakan untuk daerah atau jalan yang sudah ada jaringan saluran drainasenya sehingga pekerjaannya berupa perbaikan saluran yang rusak dan penggalian endapan lumpur/tanah akibat sedimentasi. 2. Pembangunan saluran Drainase, program ini dilakukan pada jalan atau daerah yang belum ada jaringan drainasenya atau meningkatkan saluran alam menjadi saluran permanen Kabupaten Tanjung Jabung Barat

156 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 3. Normalisasi Sungai, program ini dilakukan pada sungai-sungai yang mengalami pendangkalan sehingga memerlukan pengerukan dan pelebaran untuk tetap memperlancar aliran sungai. 4. Pembersihan parit, kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan swasta melalui Dinas Kebersihan, hanya pada saluran drainase sepanjang jalan protokol. Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun pertama, kedua dan seterusnya dari pengembangan drainase Kabupaten Tanjung Jabung Barat, komponen drainase, berdasarkan pada program-program SKPD terkait yang disesuaikan dengan Musrenbang, juga didasarkan atas kesepakatan pada penyusunan rencana pengembangan drainase Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

157 4.6. Rencana Investasi Pengembangan Air Minum Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Petunjuk Umum Berdasarkan RPJMN Permasalahan utama pembangunan air minum adalah masih rendahnya akses terhadap penyediaan air minum. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi ini antara lain: 1) Belum lengkap dan terbaharukan perangkat peraturan yang mendukung penyediaan air minum. Salah satu akibatnya adalah sulitnya PDAM menjalankan prinsip korporasi. UU Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sampai saat ini belum direvisi. Maraknya penyediaan air minum berbasis masyarakat juga terkendala oleh tiadanya perundangan yang mengatur pola kerjasama pemerintah dan masyarakat. 2) Menurun kuantitas, kualitas, dan kontinuitas air baku air minum. Tidak terolahnya limbah domestik dan nondomestik menjadi penyebab utama menurunnya kualitas air baku air minum. Sementara itu, pemanfaatan air yang belum efisien dan masih minimnya pengelolaan air baku pada wilayah hulu dan/atau daerah resapan menyebabkan semakin berkurangnya air baku air minum. Penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang kurang bersinergi dengan konsep pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) makin mengancam ketersediaan air baku bagi daerah hilir. Ekstrasi air tanah secara berlebihan oleh rumah tangga dan industri telah menurunkan kuantitas dan kualitas air baku. Penerapan teknologi pemanfaatan sumber air alternatif juga belum diprioritaskan. 3) Masih terbatas penyedia air minum baik oleh perusahaan daerah air minum (PDAM) dan non-pdam yang sehat (kredibel dan profesional). Hasil audit kinerja PDAM pada tahun 2007 menunjukkan hanya 22,42 persen atau 61 dari 272 PDAM bahwa dalam kondisi sehat: Sementara itu, akumulasi bahwa kerugian seluruh PDAM yang merugi (68,02 persen) telah mencapai Rp. 4,83 trilyun. Penyebab utamanya adalah 55,51 persen PDAM masih menerapkan tarif rata-rata di bawah biaya produksi air minum, disamping kapasitas sumber daya manusia dan pendanaan yang belum memadai, belum diterapkannya manajemen aset, serta belum disusunnya business plan yang absah. Untuk penyediaan air minum yang berbasis masyarakat, kualitas sumber daya manusia pada lembaga pengelolaannya juga masih menjadi kendala. 4) Belum optimal sistem perencanaan penyediaan air minum. Hampir seluruh kota/kabupaten belum memiliki rencana induk sistem penyediaan air minum yang absah. Belum terpetakannya wilayah yang akan dilayani sistem perpipaan maupun nonperpipaan menyebabkan banyak sistem penyediaan air minum, khususnya di perkotaan, menjadi saling tumpang tindih. 5) Terbatas pendanaan untuk mendukung keseluruhan aspek penyediaan air minum. Pendanaan air minum masih bertumpu pada anggaran pemerintah. Rendahnya kinerja keuangan PDAM juga menyebabkan PDAM sulit mendapatkan sumber pendanaan alternatif. Sementara itu, sumber pendanaan dari pihak swasta, baik dalam bentuk KPS ataupun Corporate Social Responsibility (CSR) masih belum dimanfaatkan secara signifikan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

158 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Pemakaian air bersih merupakan kebutuhan pokok yang harus dikonsumsikan penduduk secara rutin guna meningkatkan derajat kesehatan manusia. Baik buruknya pelayanan air bersih akan sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku air untuk pengolahan lebih lanjut. Sistem pelayanan air bersih di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam pengelolaannya dilaksanakan oleh PDAM irta Pengabuan. Adanya pelayanan air bersih dari PDAM Tirta Pengabuan di mulai sejak tahun 1980/1981 dengan pembangunan IPA (Instalasi Pengolahan Air) di Kuala Tungkal, sehubungan dengan pemekaran Tanjung Jabung menjadi 2 (dua) kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, maka PDAM Tirta Pengabuan secara de-facto mempunyai 2 (dua) daerah pelayanan. PDAM Tirta Pengabuan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat mempunyai induk di Kuala Tungkal dengan 6 (enam) wilayah masing-masing di Kuala Tungkal, Merlung, Pelabuhan Dagang, Teluk Nilau, Sungai Rambai dan Tebing Tinggi dengan total kapasitas sebesar 85 liter/detik. Hingga saat ini sumber bahan baku air yang tersedia untuk diolah dan dijadikan air bersih, umumnya diambil dari sumber bahan baku air sungai dan sumur bor. Pembangunan sarana air bersih yang mulai dilaksanakan sekarang ini, berlokasi dari sumber air bersih yang berada di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Tinggi. Dari sumber air bersih yang sudah dilakukan study kelayakannya akan dialiri ke Kota Kuala Tungkal dan sekitarnya dengan jarak sepanjang 85 kilometer melalui jalur pipa yang juga segaja di desain agar terbebas dari aksi pencurian air bersih nantinya. Penduduk yang menggunakan sarana air bersih yang disediakan PDAM masih relatif kecil, hanya sekitar 9,10 persen dari total jumlah penduduk, hal ini terutama disebabkan karena penduduk terutama yang berada di tepian sungai telah menjadikan air sungai sebagai sarana keperluan air minum ataupun mandi, cuci dan kakus (MCK) secara langsung yang belum tentu terjamin kesehatannya, dilain pihak jangkauan pelayanan PDAM masih sangat terbatas, terutama untuk wilayah-wilayah pedesaan. Untuk mengatasi kesulitan dalam mendapatkan air baku terutama untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau pelayanan air minum oleh PDAM Tirta Pengabuan, pemerintah dan masyarakat telah melakukan berbagai usaha diantaranya dengan membangun penampungan air hujan (PAH), sumur pompa dalam, sumur pompa mata air, sumur pompa tanah dan sumur gali. Pada umumnya system non perpipaan dikelola oleh masyarakat setempat dengan sumber air baku yang berasal dari: Air tanah, seperti sumur gali Air permukaan, seperti sungai, rawa-rawa. Air Hujan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

159 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tabel. IV.6.1 Banyaknya Pelanggan Air Bersih di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Pelanggan Rumah Tempat Tinggal Hotel/Penginapan (Gol. Niaga Kecil) 3. Badan-badan Sosial/Rumah Sakit (Golongan Rumah Tangga B) Tempat Peribadatan Umum (Sosial Umum) Perdagangan dan Industri Lainnya Jumlah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , 2011 Tabel. IV.6.2 Nilai dan Produksi Air Bersih Per Bulan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2009 Bulan Produksi (M 3 ) N i l a i (Rupiah) 1. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun , 2011 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

160 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum A. Sistem Perpipaan Sistem Penyediaan air bersih di Kabupaten Tanjung Jabung Barat di bedakan atas sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan melalui jaringan pipa rumah tangga dikelola oleh PDAM Tirta Pengabuan, sedangkan air bersih non perpipaan dikelola oleh masyarakat dengan sumber air berasal dari air tanah dan hasil penampungan air hujan. Pelayanan PDAM masih belum mencapai keseluruh pelosok kota antara lain di wilayah bagian utara Kota seperti kawasan perdagangan, kawasan pelabuhan, permukiman kampung Nelayan. Untuk mengatasi kesulitan dalam mendapatkan air baku pada daerah-daerah yang tidak terjangkau pelayanan air minum, PDAM Tirta Pengabuan atau masyarakat telah melakukan berbagai usaha diantaranya dengan membangun penampungan air hujan (PAH), sumur pompa dalam, sumur gali, pemanfaatan air permukaan seperti air sungai, rawa-rawa, serta penyediaan air minum dengan menggunakan Truk Tangki air minum PDAM. A. SUMBER AIR a. Sumber air adalah sungai b. Elevasi : 4 M DPL c. Lokasi Sumber : Sungai Baung Desa Bram Mitam Kiri Parit Panting Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat d. Status kepemilikan sumber adalah milik Negara / Pemerintah, sekali-sekali dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk transportasi pakai perahu kecil. e. Kualitas air kurang baik untuk dijadikan air bersih, karena berwarna dan PH rendah, mengakibatkan biaya pengolahan tinggi. f. Debit sumber > 900 l/det pada musim kemarau dan pada musim hujan tidak terbatas g. Debit yang sudah dimanfaatkan 30 l/det sisa > 870 l/det h. Alokasi debit yang sudah dan yang masih tersisa hanya untuk air minum saja. i. Sistem pengaliran air dari sumber ke pipa transmisi memakai pompa j. Intake dan pipa transmisi dibangun Tahun 2003 dan 2004 IPA I dibangun Tahun 1984 dan direhab Tahun 2004 IPA II dibangun tahun 1997 k. Fasilitas yang sudah ada : 1. Kolam Tangkapan Air + = 450 M 3 2. Intake + = 32 M 3 konstruksi beton 3. Rumah Pompa/genset + = 40 M 3 konstruksi beton 4. Pompa Centrifugal 3 buah kapasitas 30 l/d H. M 5. Reservoir = 300 M 3 konstruksi beton di atas tanah 3 buah = 300 M 3 konstruksi beton di bawah tanah (kolam) 6. Fasilitas penjernihan cara kimiawi a) Kap 30 l/d konstruksi fiber 2 Unit b) Kap 30 l/d konstruksi beton 1 Unit Kabupaten Tanjung Jabung Barat

161 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur c) DAF ( Dissolved Air Flotation ) Kap 15 l/d 2 Unit d) Filter 10 buah konstruksi baja 7. Rumah genset 4 unit = konstruksi beton masing-masing seluas 36 M 2 Genset Kapasitas 70 KVA = 3 unit Mitsubishi type MD 15 Genset Kapasitas 100 KVA = 2 unit PLN 147 KVA = Lokasi Booster Pump Parit Panting PLN 147 KVA = Lokasi IPA Parit dua PLN 105 KVA = Lokasi IPA TVRI Desa Pembengis 8. Pemilik semua sistem adalah Pemda Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebahagian dibangun oleh Dinas Kimpraswil dan dikelola oleh PDAM Tirta Pengabuan. 9. Sumber Dana LOAN ADB INO dan APBD + APBN. 10. Kondisi saat ini fasilitas tersebut dalam keadaan rusak ringan. B. JARINGAN TRANSMISI Jaringan pipa yang ada : a. Dari Intake ke booster pump sepanjang + 2,3 km pipa PVC diameter 350 mm dipasang tahun b. Dari booster pump ke IPA I (Pembengis) sepanjang + 11 km pipa PVC diameter 200 mm dipasang tahun c. Dari booster pump ke IPA II (Parit dua) pipa PVC diameter 250 mm sepanjang + 16 km dipasang tahun 2003/2004. d. Tekanan max 7 Bar, e. Jaringan transmisi dilengkapi dengan Reservoir dan pompa pendorong, submersible dan pompa Centrifugal. f. Pemilik aset67 tersebut adalah Pemda Tanjung Jabung Barat dan dikelola oleh PDAM Tirta Pengabuan. g. Sumber Dana pembangunan LOAN ADB INO 1383 dan APBD II. h. Kondisi Pipa tertanam di dalam tanah, sebagian melintasi parit memakai jembatan penyeberangan Pipa. Sering terjadi kebocoran karena terjadi kesalahan pemasangan Pipa dan terdampak oleh kegiatan masyarakat yang mengerjakan kebun disekitarnya. C. JARINGAN DISTRIBUSI a. Dari IPA I Lokasi Pembengis 1. Jaringan pipa distribusi dimulai dari IPA I menggunakan pipa PVC diameter 200 mm sepanjang + 8 km, kemudian diteruskan ke pipa 150 mm dan 100 mm seterusnya ke pipa 50 mm. 2. Desain pipa distribusi dilengkapi dengan fasilitas pressure real ease reservoir dengan tekanan max 7 Bar. 3. Dilengkapi dengan reservoir kapasitas M 3 dengan pompa pendorong pompa Centrifugal kapasitas 30 l/d H unit. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

162 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur b. Dari IPA II Lokasi Parit II 1. Jaringan pipa distribusi dimulai dari IPA Parit II menggunakan pipa PVC diameter 250 mm sepanjang M kemudian diturunkan ke pipa PVC dia 200 mm, 150 M dan 75 mm seterusnya ke dia 50 mm. Daftar jaringan tersebut sebagai berikut : Tabel. IV.6.3 Jaringan Distribusi Primer, Sekunder dan Tertier No. Nama Jalan Jenis Pipa Panjang Keterangan 1. a Ujung Jln. Siswa C ф 250 mm M - Dari lokasi IPA sampai simpang gedung olah raga Pipa PVC ф 250 mm Pipa PVC ф 100 mm Pipa PVC ф 75 mm Pipa PVC ф 50 mm 700 M 700 M 700 M 500 M - dari gedung olah raga sampai lorong anggrek - S d a 2. Jln. Sriwijaya Pipa PVC ф 150 mm Pipa PVC ф 100 mm Pipa PVC ф 50 mm 3. Jln. Parit Gompong Pipa PVC ф 200 mm Pipa PVC ф 100 mm Pipa PVC ф 50 mm 800 M 800 M 800 M 500 M 300 M 200 M - Dari simpang SMU I sampai simpang Pahlawan - Dari simpang SMU I sampai Jembatan Parit Gompong 4. Jln. Kelapa Gading ( PLN ) Pipa PVC ф 150 mm Pipa PVC ф 50 mm M M - Dari simpang Puskesmas II sampai simpang Jln. Nasional 5. Jln. Ketapang Pipa PVC ф 100 mm Pipa PVC ф 50 mm 500 M 100 M Dari simpang PLN sam- Pai Jln. Nasional 6. Jln. Nasional Pipa PVC ф 100 mm Pipa PVC ф 75 mm M 500 M Tidak Aktif 7. Jln. Harapan Pipa PVC ф 100 mm M Tidak Aktif 8. Jln. Bahagia Pipa PVC ф 150 mm Pipa PVC ф 75 mm Pipa PVC ф 50 mm M M M - Belum Aktif ф 150 Dan ф 75 - Pipa PVC ф 50 tidak aktif Jln. Pahlawan Pipa PVC ф 75 mm M 9 Pipa PVC ф 50 mm 500 M Tidak Aktif Jln. Andalas Pipa PVC ф 75 mm M Pipa PVC ф 50 mm 500 M Kabupaten Tanjung Jabung Barat

163 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur 10. Jln. Asrama Pipa PVC ф 100 mm Pipa PVC ф 75 mm 100 M 100 M 11. Jln. Kamboja Pipa PVC ф 75 mm 100 M 12. Jln. Komp. B Pipa PVC ф 75 mm 200 M 13. Jln. Komplek A Pipa PVC ф 200 mm Pipa PVC ф 50 mm 14. Jln. Patunas Pipa PVC ф 200 mm Pipa PVC ф 150 mm Pipa PVC ф 75 mm Pipa PVC ф 50 mm 15. Jln. Garuda Putih Pipa PVC ф 200 mm Pipa PVC ф 100 mm Pipa PVC ф 75 mm Pipa PVC ф 50 mm 16. Jln. Beringin Pipa PVC ф 100 mm Pipa PVC ф 50 mm 17. Jln. Panglima Pipa PVC ф 150 mm Pipa PVC ф 75 mm Pipa PVC ф 50 mm 100 M 150 M 300 M 500 M 100 M 100 M 100 M 100 M 100 M 100 M 300 M 600 M M 700 M M - Pipa 200 mm dari simpang SMU I sampai jembatan pipa Parit II - Pipa 150 mm dari Jembatan pipa Parit II sampai Jembatan Parit III 18. Jln. Bengkinang Jln. Bengkinang Ujung Pipa PVC ф 150 mm Pipa PVC ф 100 mm Pipa PVC ф 50 mm Pipa PVC ф 75 mm Pipa PVC ф 50 mm 800 M 800 M 300 M 500 M 500 M 19. Jln. Kalimantan Pipa PVC ф 150 mm Pipa PVC ф 100 mm Pipa PVC ф 75 mm Pipa PVC ф 50 mm 20 Jln. Manunggal Pipa PVC ф 150 mm Pipa PVC ф 100 mm Pipa PVC ф 50 mm M M 400 M 500 M M M 700 M 21 Dari IPA ke Jln. Manunggal Pipa PVC ф 150 mm M Kabupaten Tanjung Jabung Barat

164 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Pelayanan air bersih perpipaan yang dikelola oleh PDAM pendistribusiannya berlaku hanya 12 jam dalam satu harinya, hal ini disebabkan ; Jaringan distribusi yang tersedia belum optimal Sistem IPA yang sudah tidak layak pakai akibat kekeruhan air baku yang semakin tinggi, khususnya Slow Sand Filter (SSF). Sistem pengaliran dengan sistem pemompaan memerlukan biaya tinggi dalam pengoperasiannya. Kondisi saat ini terjadi penurunan jumlah produksi air sebesar 0,2% bila dibandingkan tahun Tabel. IV.6.4 Data jumlah pelanggan dan Penjualan air bersih Menurut Golongan. No Uraian Tahun 2009 Tahun Jumlah kehilangan air (000 MV Tahun) a. Tarif Air Minum : b. Tarif Dasar No. 9 Tahun No. 9 Tahun c. Berlaku efektif per tanggal 3 Jangka waktu penagihan piutang (hari) 60 hari 60 hari 4 Jumlah karyawan Per 1000 pelanggan (orang) 20,5 20,5 5 a. Jumlah pelanggan - Sosial dan Hidran Umum Rumah Tangga Instansi Pemerintah Niaga Industri Khusus Lain-lain - - b. Jumlah Pelanggan Water Meter Tidak Berfungsi (Unit) 6 Jumlah Air Terjual (000 MV Tahun) - Sosial Rumah Tangga Instansi Pemerintah Niaga Industri Khusus Tangki Air Sumber : PDAM Tirta Pengabuan Tanjung Jabung Barat Tahun Permasalahan yang dihadapi Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum Adapun Sasaran yang ingin di capai dalam Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum adalah : 1. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan air minum. a. Pelayanan air minum yang terjangkau: Kabupaten Tanjung Jabung Barat

165 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Air minum dinikmati tidak hanya oleh masyarakat mampu saja, tetapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga terjangkau. Pelayanan air minum dapat dilakukan secara adil dan merata menjangkau berbagai daerah termasuk daerah-daerah miskin, tertinggal. Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan secara kontinyu dan terus-menerus sampai kapan pun diperlukan. b. Pelayanan air minum yang berkualitas: Penyediaan air minum yang memenuhi standar baku mutu & kesehatan manusia. Masyarakat dapat mengkonsumsi secara langsung air minum berasal dari perpipaan maupun air yang aman dari sumber yang memenuhi persyaratan kesehatan. 2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan penyelenggaraan SPAM dengan prinsip good and corporate governance. a. Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dalam pengembangan SPAM b. Penyelenggaraan SPAM yang transparan, partisipatif, serta akuntabel dalam pengelolaannya. c. Pelibatan semua stakeholder dalam pengembangan SPAM. d. Pengelolaan air minum secara efektif dan efisien, serta profesional. e. Penguatan kelembagaan dengan penyesuaian struktur dan kewenangan kelembagaan penyediaan SPAM. 3. Mobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem Penyediaan air minum. a. Pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi untuk penyelenggaraan SPAM b. Pengembangan potensi pendanaan pengembangan air minum, antara lain melalui peningkatan daya tarik bagi investor, pengelolaan atau manajemen perusahaan daerah, serta peningkatan penerapan konsep kewirausahaan dalam pengembangan air minum. 4. Menegakkan hukum dan Menyiapkan Peraturan perundangan untuk meningkatkan penyelenggaraan SPAM. a. Penyusunan Peraturan perundangan yang terkait dengan penyediaan air minum dan perlindungan air baku di pusat dan daerah. b. Pemerintah Pusat Menyiapkan peraturan perundangan yang terkait dengan fasilitasi dan pendampingan kepada daerah, termasuk Petunjuk teknis penyelenggaraan SPAM. c. Pemerintah Daerah menetapkan Peraturan Daerah dalam rangka penyelenggaraan SPAM. d. Penegakan hukum, diberlakukannya sanksi-sanksi bagi pelanggar peraturan terkait dengan penyelenggaraan SPAM. 5. Menjamin ketersediaan air baku yang berkualitas secara berkelanjutan. a. Pemerintah Pusat, Daerah, dan masyarakat melakukan perlindungan air baku untuk Kabupaten Tanjung Jabung Barat

166 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur menjamin keberlanjutan penyelenggaraan SPAM. b. Penyelenggaraan konservasi alam dan penyehatan lingkungan untuk menjamin ketersediaan air baku. 6. Memberdayakan masyarakat dan dunia usaha berperan aktif dalam penyelenggaraan SPAM. a. Masyarakat dan dunia usaha dapat terlibat secara aktif dalam penyelenggaraan SPAM, baik di Pusat maupun Daerah. b. Adanya sistem informasi yang terbuka luas bagi masyarakat dan dunia usaha dalam rangka penyelenggaraan SPAM Rumusan Masalah Dalam penyediaan air minum di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, terdapat berbagai persoalan yang dihadapi, diantaranya: a. Sambungan/koneksi pada pipa transmisi maupun distribusi sudah banyak yang rusak, sehingga mengurangi tekanan air yang mengakibatkan reservoir tidak terisi penuh. Dengan demikian kebutuhan pada jam puncak tidak dapat terpenuhi. b. Pada jalur pipa transmisi maupun distribusi utama ada koneksi langsung, hal ini juga menyebabkan berkurangnya tekanan air. c. Tidak semua instalasi produksi dioperasionalkan selama 24 jam/hari, karena keterbatasan biaya operasional, hal ini menyebarkan ketersediaan air tidak kontinyu. d. Konsumen ada juga yang mengalami kemacetan supply karena kurangnya air yang tersedia (terutama pada jam puncak), e. Belum adanya pembagian zona pelayanan f. Masih tingginya angka kehilangan air, yaitu sebesar + 20% Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Kebutuhan Prasarana Air Minum A. Analisis Kondisi Pelayanan Untuk menjamin air minum suatu sistem penyediaan air minum aman, higienis dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menyebabkan infeksi pada pemakaian air maka haruslah terpenuhi suatu persyaratan kualitas. Air minum selain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan, juga tidak berasa dan berbau. Dalam perencanaan/pelaksanaan fasilitas penyediaan air minum (sumber, jaringan distribusi) harus bebas dari kemungkinan pengotoran dan kontaminasi. Di Indonesia persyaratan kualitas air minum didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/XI/1990 tanggal 3 September 1990 mengenai syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Kualitas air bisa ditunjukkan oleh tiga karakteristik yaitu karakteristik fisik, kimia dan biologi. Adapun uraiannya dapat dilihat berikut ini : Kabupaten Tanjung Jabung Barat

167 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur a. Karakteristik Fisik Kualitas fisik yang dipertahankan atau dicapai bukan hanya semata-mata dengan pertimbangan segi kesehatan, akan tetapi juga menyangkut soal kenyamanan dan dapat diterima oleh masyarakat pemakai air dan mungkin pula menyangkut segi estetika. Beberapa unsur pokok yang bisa diidentifikasi dari karakteristik fisik air adalah : 1. Warna (colour) 2. Kekeruhan (turbidity) 3. Rasa (taste) 4. Bau (odor) 5. Suhu (temperature) b. Karakteristik Kimia Kandungan unsur kimia di dalam air harus mempunyai kadar dan tingkat konsentrasi tertentu yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya, pertumbuhan tanaman atau tidak membahayakan kesehatan dalam penggunaannya di industri serta tidak menimbulkan kerusakan pada instalasi sistem penyediaan air minum sendiri. Walaupun demikian ada beberapa unsur tertentu, sebaliknya diperlukan/diharapkan kehadirannya untuk penciptaan suatu kondisi air minum yang dapat mencegah sesuatu penyakit atau kondisi kualitas yang menguntungkan. Dalam hubungannya dengan masalah diatas, pada dasarnya unsur-unsur kimiawi dibedakan atas 4 golongan, sebagai berikut : 1. Unsur-unsur yang bersifat racun 2. Unsur-unsur tertentu yang dapat mengganggu kesehatan 3. Unsur-unsur yang dapat menimbulkan gangguan pada sistem ataupun pada penggunaannya untuk keperluan atau aktivitas manusia 4. Unsur-unsur yang merupakan indikator pengotoran Komposisi kimia dari air permukaan tergantung pada karakteristik daerah tangkapan air (catchment area) sedangkan air tanah dipengaruhi oleh lapisan tanah yang dilalui air. Karakteristik kimia yang berhubungan dengan evaluasi dan kontrol kualitas air adalah : 1. Kimia Anorganik 2. Kimia Organik c. Karakteristik Mikrobiologi Dalam parameter mikrobiologi hanya dicantumkan koliform tinja dan total koliform. Sebenarnya kedua macam parameter ini hanya berupa indikator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa parasit ((protozoa, metazoa, tungau) bakteri patogen dan virus. d. Karakteristik Radioaktivitas Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar, kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat ber-regenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

168 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Sinar alpha, beta dan gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar alpha sulit menembus kulit, sedangkan beta dapat menembus kulit dan gamma dapat menembus sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas sinar serta frekuensi luasnya pemaparan. B. Analisis Kebutuhan Air Pengertian kebutuhan air adalah merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalamanpengalaman dari pemakaian air. Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil, berbeda dengan kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya seperti untuk mandi, cuci, memasak, membersihkan rumah dan peralatan lainnya adalah jauh lebih besar. Kebutuhan demikian berbeda pula dari satu rumah dengan rumah lainnya, tergantung dari fasilitas air minum dan plumbing yang dipunyai. Umumnya seiring dengan periode perencanaan akan terjadi peningkatan kebutuhan air, yang disebabkan oleh adanya pengembangan sistem (sumber dan distribusi), disamping akibat meningkatnya tingkat dan cara hidup masyarakat. Di lain pihak dalam keadaan surplus air, kebutuhan air akan berangsur-angsur meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang memuaskan atau sampai harga air membatasi pemakaian. Proyeksi kebutuhan air bersih di wilayah studi ditentukan dengan memperhitungkan beberapa faktor yang berpengaruh atau menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih. Faktor penentu tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan penduduk 2. Tingkat kehidupan dan aktifitas penduduk 3. Keadaan iklim daerah setempat 4. Rencana daerah pelayanan dan kemungkinan pengembangan daerah perluasannya 5. Kondisi sosial-ekonomi daerah setempat Berdasarkan keadaan masyarakat dan keadaan sosial ekonomi maka dalam memperkirakan kebutuhan air bersih di masa mendatang bagi pengembangan sistem penyediaan air bersih di wilayah studi, pemakaian air dibagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu : 1. Pemakaian air untuk kebutuhan domestik (rumah tangga) dihitung berdasarkan sambungan rumah dan hidran umum. 2. Pemakaian air untuk kebutuhan non domestik 3. Perkiraan kemungkinan kehilangan air. Kebutuhan Air dapat dibagi menjadi : 1. Kebutuhan Air Domestik (Rumah Tangga) Kebutuhan air untuk domestik dihitung berdasarkan : Jumlah penduduk Persentase penduduk yang dilayani Kabupaten Tanjung Jabung Barat

169 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Tingkat pemakaian air Berdasarkan kondisi eksisting sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tingkat pelayanan air bersihnya masih rendah sehingga perlu ditingkatkan. Oleh karena itu dalam menentukan sumber air baku yang memungkinkan untuk pengembangan di masa yang akan datang. 2. Kebutuhan Air Non Domestik Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih untuk fasilitas perkotaan. Penentuan kebutuhan air non domestik didasarkan pada faktor jumlah penduduk pendukung dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas perkotaan tersebut antara lain adalah fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, perkantoran, perdagangan, rekreasi dan budaya, olah raga, taman terbuka, industri, penginapan, rumah makan dan terminal. Proyeksi kebutuhan air bersih untuk memenuhi sistem penyediaan air bersih non domestik di Kabupaten Tanjung Jabung Barat ditentukan sebesar 20% dari kebutuhan domestik. Hal ini didasarkan kepada kriteria Ditjen Cipta Karya, yaitu berkisar antara 20% - 30% Analisis Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum a. Aspek Teknis Dalam menjalankan tugasnya memberikan pelayanan kepada masyarakat, permasalahan mendasar yang dihadapi menyangkut berbagai aspek. Permasalahan aspek teknis yang dihadapi adalah sebagai berikut : Masalah Kapasitas: PDAM Kabupaten Tanjung Jabung Barat sampai saat ini dirasakan belum dapat memuaskan/melayani sepenuhnya masyarakat dibidang penyediaan pelayanan sarana dan prarana air minum khususnya di wilayah perkotaan sehingga banyak pelanggan yang tidak mendapatkan air dan tidak dapat melayani permintaan calon pelanggan yang mangajukan pemasangan sambungan baru. Penyebabnya adalah kapasitas yang tersedia masih kurang, sehingga air yang didistribusikan tidak maksimal dan tingginya biaya pemeliharaan. Rencana tindak perbaikannya adalah mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat untuk membangun Instalasi baru sesuai dengan Kapasitas yang dibutuhkan. Masalah Unit Air Baku : Sering rusaknya pompa intake dan tidak adanya pompa cadangan yang disebabkan umur pompa intake sudah tua dan tidak adanya dana untuk membeli pompa baru dan pompa cadangan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan melakukan penggantian pompa baru dan pembelian pompa cadangan. Masalah Unit Produksi : Kwalitas air hasil produksi yang masih rendah yang disebabkan belum berfungsinya secara maksimal sebagian Instalasi Pengolahan Air (IPA) dalam memproses air baku menjadi air bersih. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan merencanakan (membuat Desain Engineering Detail) dan merenovasi IPA. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

170 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Pompa Dozing Kimia sudah tidak berfungsi lagi, penyebabnya adalah Pompa Dozing Kimia yang sudah rusak. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan melakukan penggantian baru Pompa Dozing Kimia. Sering rusaknya Pompa akibat umur pompa yang sudah tua dan perawatan yang kurang baik serta tidak adanya pompa cadangan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan melakukan penggantian pompa baru dan pembelian pompa cadangan serta meningkatkan fungsi staf dibagian perawatan. Sering rusaknya Valve pengatur pengurasan yang disebabkan umur Valve sudah tua. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan melakukan penggantian Valve pengatur pengurasan yang baru. Water Meter induk tidak berfungsi dan rusak yang disebabkan umur ekonomis Water Meter sudah habis dan tingginya tekanan air. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara melakukan penggantian Water Meter induk baru dan pemasangan alat khusus untuk menstabilkan aliran tekanan. Terganggunya pelayanan air kepada pelanggan yang disebabkan sering matinya PLN secara bergiliran. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat untuk melakukan pengadaan mesin Gen-Set sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan. Tingginya tingkat kehilangan air pada bangunan IPA yang disebabkankurang optimalnya fungsi IPA dan seringnya dilakukan pengurasan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara penggantian sebagian peralatan IPA seperti shelter, bahan material dan rehabilitasi bangunan filter. Sering matinya pompa secara mendadak pada sebagian IPA yang disebabkan adanya gangguan kelistrikan dari PLN. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara menambah daya lisrik sesuai kebutuhan spesifikasi pompa. Tidak terukurnya tekanan pompa pada pipa distribusi, yang disebabkan tidak berfungsinya presure gauge (alat pengukur tekanan). Rencana tindak perbaikan adalah dengan cara melakukan penggantian presure gauge (alat pengukur tekanan) yang baru. Peralatan dan perlengkapan perbaikan yang ada tidak dapat difungsikan dengan baik lagi yang disebabkan belum mempunyai adanya bengkel khusus untuk perbaikan peralatan dan perlengkapan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara membuat bangunan bengkel, lengkap dengan peralatan dan perlengkapan serta merekrut personil teknis sesuai dengan kompetensinya. Masalah Unit Distribusi : Seringnya terjadi pipa pecah sehingga banyak terjadi kehilangan air yang mengakibatkan terganggunya pelayanan. Penyebabnya adalah umur pipa yang sudah tua dan tidak sempurnanya pemasangan pipa. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara penggantian pipa baru secara bertahap sesuai dengan spesifikasi/standar yang berlaku. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

171 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Seringnya terjadi kebocoran pada Valve yang disebabkan umur Valve yang sudah tua dan sering dioperasikan sehingga banyak yang mengalami kerusakkan.rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara penggantian dan perbaikan Valve. Sulitnya mencari sistim jaringan perpipaan yang ada sehingga kesulitan untuk melakukan penggantian/perbaikan yang disebabkan belum adanaya gambar purna laksana (As Built Drawing). Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara menata kembali dengan membuat peta secara lengkap dengan kondisi yang ada di lapangan saat ini dan memasang patok rambu rambu tanda posisi jaringan pipa. Banyaknya pelanggan yang mengeluh karena banyaknya angin yang keluar lebih dahulu sebelum air mengalir. Hal ini disebabkan kurangnya pemasangan Air Valve, kondisi daerah pelayanan yang berbukit bukit dan pengoperasian pompa tidak dilakukan 24 jam penuh per hari. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara menambah pemasangan Air Valve pada tempat tempat tertentu yang dibutuhkan di lapangan dan meningkatkan jam operasi pompa menjadi 24 jam penuh per hari. Seringnya air tidak mengalir terutama pada lokasi yang jaraknya jauh dari pompa distribusi. Hal ini disebabkan kurangnya tekanan air pada jaringan pipa di lokasi pelanggan yang jauh dari pompa distribusi (kecil dari 0,5 atm). Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara membangun bangunan Boster untuk menambah tekanan air, melakukan penambahan jaringan pipa dengan dia meter pipa yang lebih besar dan menambah kapasitas pompa serta mencari penyebab-penyebab lainnya. b. Masalah Aspek Manajemen : Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) : Kualitas Sumber Daya Manusia yang ada saat ini masih rendah karena PDAM Kabupaten Tanjung Jabung Barat belum mampu untuk mengirimkan dan membiayai karyawan untuk melanjutkan pendidikan sesuai dengan yang dibutuhkan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara setiap tahunnya mengirim pegawai untuk mengikuti pelatihan air minum bidang Manajemen dan bidang teknis, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk melanjutkan pendidikan dibidang air minum dan melakukan study banding ke PDAM yang lebih maju. Masalah Kepegawaian : Tata cara penerimaan pegawai yang belum mengikuti aturan yang disebabkannya adanya titipan pegawai dari pejabat yang berwenang. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara sistem penerimaan pegawai harus dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. Masalah Kehilangan Air (NRW) : Tingginya tingkat kehilangan air pada sistem jaringan pipa distribusi yang sampai ke tingkat pelanggan yang disebabkan : Kabupaten Tanjung Jabung Barat

172 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Air yang didistribusikan belum dapat diukur dengan baik dan akurat karena Water Meter Induk tidak berfungsi (rusak). Banyak Water Meter pelanggan yang tidak bisa dibaca dan rusak. Banyaknya pencurian air pada jaringan pipa Sambungan Rumah (SR) oleh pelanggan. Adanya pelanggan yang mengganjal jarum Water Meter yang menyebabkan Water Meter tidak berfungsi. Adanya sambungan gelap (Ilegal Conection). Adanya pelanggan yang membalik Water Meter pada saat air mengalir sehingga menyebabkan Water Meter berjalan mundur. Kurang cermatnya petugas dalam pembacaan meter. Terjadinya kesalahan dalam pengolahan data (Input ke rekening pelanggan). Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara penggantian Water Meter Induk di seluruh unit IPA, penggantian Water Meter pelanggan setiap tahun dengan target Unit/Tahun, membentuk tim terpadu untuk melakukan razia terhadap setiap Water Meter pelanggan secara periodik, melakukan pembinaan pembaca Water Meter serta melakukan perputaran wilayah pembacaannya, meningkatkan kontrol/pengawasan oleh atasan langsung dan mengecek sample hasil pembacaan Water Meter, menindak lanjuti segera pengaduan tentang kebocoran air baik pada jaringan pipa distribusi maupun pada jaringan pipa Sambungan Rumah pelanggan, mendidik/melatih para pembaca Water Meter agar lebih teliti dan cermat dalam membaca Water Meter, menyediakan staf khusus untuk melakukan cross chek terhadap data-data yang sudah diolah. Pengelolaan Aset : Pengelolaan aset (Aset tetap) belum berjalan dengan baik yang disebabkan masih banyak aktiva tetap yang belum ditetapkan statusnya sehingga menyebabkan kesulitan dalam menginventarisir aset PDAM. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara membentuk tim manajemen aset untuk melakukan inventarisir semua aset perusahaan agar aset-aset tersebut dapat dikelola dengan baik dan mengusahakan aktiva tetap dapat ditetapkan statusnya. c. Aspek Keuangan : PDAM Kabupaten Tanjung Jabung Barat saat ini masih mempunyai beban dan masalah di bidang keuangan yang meliputi : Hutang Jangka Panjang : Sampai saat ini PDAM Kabupaten Tanjung Jabung Barat masih mengalami kesulitan dalam pembayaran hutang jangka panjang karena jumlah saldo kas yang tidak mencukupi untuk melakukan angsuran pembayaran. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara mengajukan permohonan Kepada Departemen Keuangan Republik Indonesia dalam hal ini Menteri Keuangan untuk dapat melakukan penghapusan hutang khususnya hutang non pokok. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

173 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Masalah Piutang Air : Piutang Air PDAM Kabupaten Tanjung Jabung Barat, sampai saat ini sebagian besar telah berumur diatas 2 tahun. Hal ini disebabkan belum diajukannya kepada Badan Pengawas untuk penghapusan piutang air yang telah berumur lebih dari 2 tahun. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara mengajukan permohonan kepada Badan Pengawas untuk dilakukan penghapusan namun tetap dicatat secara extra comptable dan menggerakkan tim penagihan untuk melakukan penagihan piutang rekening air yang berumur di bawah 2 tahun ke pelanggan secara langsung. Masalah Tarif Air : Sampai saat ini tarif yang berlaku di PDAM Kabupaten Tanjung Jabung Barat masih jauh dibawah biaya produksi dan belum mencapai Full Cost Recovery (FCR). Hal ini disebabkan sulitnya melakukan proses kenaikan tarif yang telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara mengajukan permohonan penyesuaian tarif air sesuai dengan Permendagri Nomor 23 tahun 2006 Kepada Bupati melalui Badan Pengawas sesuai dengan harga pokok produksi dengan target Full Cost Recovery (FCR) di tahun Masalah Pelaporan Pembuatan pelaporan PDAM saat ini masih menggunakan sistem manual. Hal ini disebabkan masih kurangnya peralatan komputer yang ada serta belum adanya sistem program pelaporan. Rencana tindak perbaikannya adalah dengan cara mengajukan program pengadaan komputer serta melakukan ekerjasama dengan BPKP untuk memakai sistim komputerisasi pelaporan yakni Sistem Informasi Akuntansi (SIAK) Analisis Kebutuhan Program Mendukung kemungkinan terbentuknya pola hidup masyarakat yang higienis. Bahkan penggunaan air untuk tujuan kesehatan itu pada dasarnya adalah merupakan alasan utama pengembangan suatu sistem penyediaan air minum. Pengertian kebutuhan air adalah merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalamanpengalaman dari pemakaian air. Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil, berbeda dengan kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya seperti untuk mandi, cuci, memasak, membersihkan rumah dan peralatan lainnya adalah jauh lebih besar. Kebutuhan demikian berbeda pula dari satu rumah dengan rumah lainnya, tergantung dari fasilitas air minum dan plumbing yang dipunyai. Umumnya seiring dengan periode perencanaan akan terjadi peningkatan kebutuhan air, yang disebabkan oleh adanya pengembangan sistem (sumber dan distribusi), disamping akibat meningkatnya tingkat dan cara hidup masyarakat. Di lain pihak dalam keadaan surplus air, kebutuhan air akan berangsur-angsur meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang memuaskan atau sampai harga air membatasi pemakaian. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

174 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Pemakaian atau kebutuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti telah disinggung pada uraian terdahulu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian/kebutuhan itu dapat dibedakan atas dua hal, yaitu : 1. Faktor-faktor sosial dan ekonomi, antara lain : populasi, besarnya kota, iklim, tingkat hidup, pendidikan, tingkat ekonomi dan lain-lainnya. 2. Faktor teknis, yaitu keadaan sistem mandiri antara lain mengenai kualitas dan kuantitas air, tekanan, harga, pemakaian meter, sewer facilities, dan lain-lainnya Pengaruh dari faktor-faktor yang pertama dapat terlihat dari pertambahan kebutuhan dan pemakaian air dari tahun demi tahun dari suatu komunitas dan besarnya tergantung dari kualitas atau tingkat dari perkembangan sosial ekonomi itu sendiri. Pemakaian air tidak sama antara satu jam dengan jam lainnya, begitu pula antara satu hari dengan hari lainnya dalam satu bulan dan antara satu bulan dengan bulan yang lainnya dalam satu tahun. Perbedaan pemakaian per jam terjadi oleh karena terjadinya perbedaan aktivitas penggunaan air dalam satu hari oleh suatu masyarakat (community. Faktor yang sama juga menyebabkan perbedaan pemakaian harian. Perbedaan pemakaian bulanan dalam satu tahun lebih banyak disebabkan oleh kebiasaan hidup dan keadaan iklim di suatu bagian bumi ini, seperti negara-negara dengan 4 musim setahunnya. Ada 4 (empat) macam pengertian tentang fluktuasi pemakaian air ini : a. Pemakaian sehari-hari rata-rata : Pemakaian rata-rata dalam sehari Pemakaian setahun dibagi 365 hari b. Pemakaian sehari terbanyak (max. Day Demand) Pemakaian terbanyak pada satu hari dalam satu tahun c. Pemakaian sejam rata-rata : Pemakaian rata-rata dalam satu jam, pemakaian satu hari dibagi 24 jam d. Pemakaian sejam terbanyak (max. Hourly Demand) Pemakaian sejam terbesar pada suatu jam dalam satu hari Terdapat beberapa sumber air yang dapat digunakan dalam suatu sistem PAM. Sumbersumber tersebut antara lain : a. Air hujan b. Air permukaan : sungai, danau dan waduk c. Air tanah : mata air, sumur bor Masing-masing sumber air tersebut mempunyai kualitas dan kuantitas yang berbeda. Pemilihan sumber yang akan digunakan bergantung pada sumber air yang ada (terdekat), kuantitas yang dibutuhkan, juga kontinuitas dari sumber tersebut Rekomendasi Mata air mempunyai kualitas yang paling baik dibandingkan sumber lainnya. Sebagian besar termasuk golongan A, yakni air yang dapat langsung diminum. Pengolahan yang mungkin Kabupaten Tanjung Jabung Barat

175 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur diperlukan adalah proses desinfeksi, agar air tersebut tetap memenuhi syarat bakteriologis saat dikonsumsi oleh konsumen. Sisanya termasuk golongan B, yakni air baku air minum yang memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Akan tetapi pengolahan yang diperlukan tidak sekompleks air permukaan, umumya terbatas pada penurunan kadar mineral, misalnya Fe, Mn, Ca, Mg yang terdapat didalamnya. Kontinuitas mata air terjamin hanya jika tata guna lahan disekitarnya baik dan pengambilannya tidak melampaui kapasitas pengisian (recharge) minumnya. Jika tata guna lahan disekitarnya telah rusak, maka kapasitas yang tersedia sangat dipengaruhi oleh musim. Sebelum menentukan sumber air baku yang dimanfaatkan perlu dilakukan analisa teknis dan ekonomis dari semua sumber air baku yang potensial untuk dimanfaatkan. Karena hal ini akan mempengaruhi langkah selanjutnya yang harus dilakukan pada sumber air baku tersebut. Apakah akan dilakukan pengolahan lengkap atau pengolahan sederhana saja. Selain itu juga harus mempertimbangkan kontinuitas aliran sumber selama musim kemarau. Bangunan penyadap air teknis disesuaikan dengan sumber air baku baik berupa mata air, danau atau sungai. Lokasi dan elevasi sumber akan menentukan cara pengaliran apakah secara gravitasi atau dengan sistem perpompaan, dari segi jarak, sumber yang akan dimanfaatkan juga harus dipertimbangkan karena ini akan menyangkut aspek finansial yang harus disediakan. Untuk menunjang peningkatan dari PDAM Kota Sungai Penuh diperlukan satu konsep pemikiran ke depan yang dikelola secara profesional dan tidak terlepas dari peran serta dan dukungan dari berbagai pihak Sistem Prasarana Yang Diusulkan Usulan dan program Investasi Jangka Menengah yang diprioritaskan adalah: A. Bantuan Penyehatan PDAM Tirta Pengabuan ; Pengadaan Water Meter Induk Pengadaan Genset Pengadaan dan Pemasangan Pipa Induk Pengadaan Pipa Intake dan Bosster Pump Pengadaan dan Pemasangan Pipa Submersible,centrifugle B. Rehab IPA C. Pembinaan Teknis SPAM Pelatihan Teknis dan Non Teknis Perencanaan air minum (perpipaan dan nonperpipaan) Penyusunan Coorporate Plan PDAM Tirta Pengabuan Penataan sistem, aliran, dan jaringan perpipaan D. Pembangunan Prasarana Air Minum Pembangunan SPAM pada kawasan yang belum memiliki SPAM Peningkatan pelayanan wilayah kota dan kawasan Pembangunan SPAM berbasis masyarakat Pembangunan SPAM dikawasan kumuh/nelayan E. Peningkatan Pelayanan Air Minum Wilayah Kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat

176 Bab 4 : Rencana Program Investasi Infrastruktur Penggantian Pipa Pemasangan Pipa Kabupaten Tanjung Jabung Barat

177 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan Safeguard Sosial Dan Lingkungan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

178 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan 5.1. PETUNJUK UMUM PRINSIP DASAR SAFEGUARD 1. Di setiap Kabupaten/Kota peserta program, semua pihak terkait wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan baik dan konsisten kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial. Para walikota/bupati/gubernur secara formal perlu menyepakati isi kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial yang disusun. Disamping itu kerangka safeguard juga perlu disepakati dan dilaksanakan bersama oleh stakeholder Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan, tidak hanya dari kalangan pemerintah saja, namun juga dari DPRD, LSM, Perguruan Tinggi dan warga kota lainnya; 2. Agar pelaksanaan kerangka safeguard dapat dilakukan secara lebih efektif, diperlukan penguatan kapasitas lembaga pelaksana. Fokus penguatan kapasitas mencakup kemampuan fasilitasi, penciptaan arena multi-stakeholder, dan pengetahuan teknis dari pihak-pihak terkait; 3. Kerangka safeguard harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti, jelas kaitannya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan dalam kerangka proyek; 4. Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin bahwa program investasi infrastruktur tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan dampak negative yang serius yang tidak dapat diperbaiki/dipulihkan. Bila terjadi dampak negative maka perlu dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negative tersebut, baik pada tahap perencanaan, persiapan maupun tahap pelaksanaannya; 5. Diharapkan RPIJM tidak membiayai kegiatan investasi yang karena kondisi local tertentu tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP Potentially affect people) warga terasing dan rentan (IVP Isolated and Vulnerable People) atau warga yang terkena dampak pemindahan (DP displaced people), secara memadai; 6. Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diperlukan tahap-tahap sebagai berikut : Identifikasi penyaringan dan pengelompokkan (kategorisasi) dampak; Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan. Pada saat yang sama juga perlu didesiminasikan dan didiskusikan dampak dan alternative rencana tindak penanganannya; Kabupaten Tanjung Jabung Barat

179 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak; Pemantauan dan pengkajian terhadap semua proses di atas; Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan (complaints) yang cepat dan efektif; 7. Setiap keputusan laporan, dan draft perencanaan final yang berkaitan dengan kerangka safeguard harus dikonsultasikan dan didesiminasikan secara luas, terutama kepada warga yang berpotensi terkena dampak. Warga, terutama yang terkena dampak, harus mendapat kesempatan untuk ikut mengambil keputusan dan menyampaikan aspirasi dan/atau keberatannya atas rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan dampak negative atau tidak diinginkan bagi mereka KERANGKA SAFEGUARD Sesuai dengan karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi infrastruktur, kerangka safeguard RPIJM infrastruktur bidang PU/Cipta Karya Terdiri dari 2 komponen yakni : 1. Safeguard Lingkungan Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kabupaten/Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungannya yang tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi public dengan warga yang terkena dampak atau PAP. 2. Safeguard Pengadaan Tanah Dan Pemukiman Kembali Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kabupaten/Kota untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko social yang tidak diinginkan, promosi manfaat social, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi public dengan warga yang terkena dampak pemindahan atau DP. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

180 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan 5.2 METODA PENDUGAAN DAMPAK Dampak hipotesis yang diperoleh dari hasil identifikasi dan evaluasi dampak potensial dilakukan prakiraan besarnya dampak dan derajat penting dampak. Prakiraan dampak dimaksudkan sebagai pengkajian secara cermat dan parsial terhadap perubahan kualitas lingkungan akibat adanya suatu kegiatan. Perubahan kualitas tersebut diungkapkan sebagai besar dampak (magnitude) dan arti pentingnya dampak (impact signicant). Pada dasarnya besar dampak didekati dengan membandingkan kondisi kualitas lingkungan faktual sebelum adanya proyek (rona awal) dengan kualitas lingkungan potensial yang diproyeksikan akan terjadi sesudah proyek berlangsung. Dalam hal ini besaran dampak tersebut dapat positif ataupun negatif, tergantung pada sifat dampak yang akan terjadi. Untuk memprakirakan besarnya dampak, baik dampak primer maupun lanjutan terhadap komponen/parameter lingkungan yang timbul sebagai akibat dari kegiatan proyek ditempuh dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan (metoda) yakni metoda formal dan metoda non formal METODA FORMAL Metoda formal digunakan untuk menentukan besarnya dampak terhadap komponen lingkungan fisik: a. Kualitas Udara Prakiraan besarnya kontribusi kegiatan terhadap peningkatan pencemar udara dilakukan dengan pendekatan model Gauss sumber garis untuk mobilisasi alat berat dan material konstruksi, dan fixed-box model untuk sumber area. Untuk penghitungan menurut Gauss digunakan rumus : 2q 1 H C( x,0) exp 1 2 (2 ) 2 zu z dimana: C : konsentrasi pada centerline (µg/m 3 ) q : kekuatan emisi per unit jarak (gr/det/m) µ : kecepatan angin (m/det) : standar deviasi vertikal (m) Sedangkan untuk fixed-box model digunakan rumus (de Nevers, 1995) : 2 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

181 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan dimana: c b q L : konsentrasi gas akhir (ug/m3) : konsentrasi gas awal (ug/m3) : emisi area (g/det.m2) : lebar area (m) µ : kecepatan angin rata-rata (m/det) H c b : tinggi pencampuran (m) ql uh b. Kebisingan Oleh karena kebisingan yang ditimbulkan oleh kegiatan diperkirakan dari sumber kebisingan sesaat (impulse source) sebagai akibat kegiatan konstruksi, maka untuk menentukan besarnya dampak kebisingan digunakan rumus Rau & Wooten (1980) : L p2 = L p1-20 log (R 2 /R 1 A e1,2 ) Dimana : L p1 L p2 = Tingkat kebisingan pada jarak R 1 dari sumber (dba) = Tingkat kebisingan pada jarak R 2 dari sumber (dba) R 1,R 2 = Jarak L p1 dan L p2 A e1,2 = Pelemahan suara oleh rintangan lain c. Peningkatan Air Larian (Runoff Water) Perhitungan besaran dampak terhadap peningkatan air larian dilakukan dengan modifikasi fungsi dari nilai koefisien air larian, intensitas hujan dan luas lahan untuk kegiatan (Chow, 1964), dengan formula sebagai berikut : Q = 0,2785.C.I.A Dimana : Q = Debit air larian (cfs) C = Koefisien air larian I = lntensitas hujan-harian (in/hr) A = Luas lahan (acres) Kabupaten Tanjung Jabung Barat

182 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan d. Peningkatan Erosi Peningkatan erosi yang diperkirakan akan terjadi dapat dihitung dengan menggunakan rumus USLE, yaitu: A = R.K.L.S. (C t -C 0 ).P Dimana : A = Perubahan erosi (ton/ha/tahun) (Dugaan erosi tanah) R = Faktor erosivitas hujan K = Faktor erodibilitas tanah L = Faktor panjang lereng S = Faktor kemiringan lereng C 0 = Faktor pengelolaan lahan tanpa proyek C t = Faktor pengelolaan lahan ada proyek P = Indeks pengelolaan tanaman Data hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria indeks bahaya erosi menurut Arsyad (1989) METODE NON FORMAL Pada parameter-parameter yang tidak dapat diprakirakan dengan metoda formal, digunakan metoda non formal, antara lain: biologi (flora, fauna dan biota air), kualitas air, estetika, masalah sosial dan kesehatan masyarakat. Beberapa metoda non formal yang digunakan dalam studi ini adalah analogi, penggunaan baku mutu lingkungan dan penilaian para ahli (professional judgment). a. Metode Analogi Pada metode ini akan dikaji masalah-masalah yang timbul sebagai akibat kegiatan sejenis di lokasi lain yang memiliki karakteristik sama untuk digunakan sebagai dasar/ bahan pertimbangan dalam memprakirakan dampak yang terjadi di lokasi pasar dalam waktu tertentu. Parameter yang diprakirakan dengan metoda ini antara lain; masalah sosial dan kesehatan masyarakat. b. Perbandingan dengan Nilai Baku Mutu Lingkungan (BML) Prakiraan dampak terhadap suatu komponen dapat ditempuh antara lain dengan menggunakan standar atau kriteria mutu lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau menggunakan kriteria yang telah dibakukan secara luas. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

183 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan Penggunaan baku mutu dalam studi dilakukan dengan cara membandingkan nilai parameter lingkungan dengan nilai ambang batas yang diperbolehkan sesuai dengan peruntukannya. Ketentuan yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam penetapan kualitas lingkungan adalah antara lain: Kualitas air sungai mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Kualitas udara dan kebisingan mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999, tentang Baku Mutu Kualitas Udara. c. Pertimbangan Profesional dan Pakar Prakiraan dampak pada metoda ini ditetapkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman para ahli. Cara ini dipergunakan apabila keterbatasan-keterbatasan dalam hal data dan informasi serta kurang diketahuinya fenomena alam yang diperkirakan terjadi METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING Dampak yang telah diprakirakan besarnya dan derajat pentingnya dilakukan evaluasi secara holistik dalam konteks ekosistem. Evaluasi dampak penting dapat dilakukan dengan mengacu kepada 7 kriteria berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-056 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting terhadap lingkungan antara lain: 1. JUMLAH MANUSIA YANG AKAN TERKENA DAMPAK Setiap rencana kegiatan mempunyai sasaran sepanjang menyangkut jumlah manusia yang diperkirakan akan menikmati manfaat dari rencana kegiatan itu bila nanti kegiatan tersebut dilaksanakan. Namun demikian, dampak lingkungan, baik yang bersifat negatif maupun positif yang mungkin ditimbulkan oleh suatu kegiatan, dapat dialami oleh baik sejumlah manusia yang termasuk maupun yang tak termasuk dalam sasaran rencana usaha atau kegiatan. Mengingat pengertian manusia yang akan terkena dampak mencakup aspek yang luas, maka kriteria dampak penting dikaitkan dengan sendi-sendi kehidupan yang di kalangan masyarakat luas berada dalam posisi atau mempunyai nilai yang penting. Karena itu, dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan, yang penentuannya didasarkan pada perubahan sendi-sendi kehidupan pada masyarakat tersebut dan jumlah manusia yang terkena dampak menjadi penting bila manusia di wilayah studi yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat

184 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan usaha atau kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan di wilayah studi. Adapun yang dimaksud dengan manfaat dari usaha atau kegiatan adalah manusia yang secara langsung menikmati produk suatu rencana usaha atau kegiatan dan atau yang diserap secara langsung sebagai tenaga kerja pada rencana usaha atau kegiatan. 2. LUAS WILAYAH PERSEBARAN DAMPAK Luas wilayah persebaran dampak merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan pentingnya dampak terhadap lingkungan. Dengan demikian dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan bersifat penting bila : rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak. 3. LAMANYA DAMPAK BERLANGSUNG Dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan dapat berlangsung pada suatu tahap tertentu atau pada berbagai tahap dari kelangsungan usaha atau kegiatan. Dengan kata lain dampak suatu usaha atau kegiatan ada yang berlangsung relatif singkat, yakni hanya pada tahap tertentu dari siklus usaha atau kegiatan (perencanaan, konstruksi, operasi, pasca operasi); namun ada pula yang berlangsung relatif lama, sejak tahap konstruksi hingga masa pasca operasi usaha atau kegiatan. Berdasarkan pengertian ini dampak lingkungan bersifat penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan kegiatan. 4. INTENSITAS DAMPAK Intensitas dampak mengandung pengertian perubahan lingkungan yang timbul bersifat hebat, atau drastis serta berlangsung di area yang relatif luas, dalam kurun waktu yang relatif singkat. Dengan demikian dampak lingkungan tergolong penting apabila : Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku; Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria yang diakui, berdasarkan pertimbangan ilmiah. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

185 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan spesies-spesies yang langka dan atau endemik, dan atau dilindungi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku terancam punah; atau habitat alaminya mangalami kerusakan. Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa, dan sebagainya) yang telah ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan; Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau memusnahkan benda-benda dan bangunan peninggalan sejarah, yang bernilai tinggi; Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat, pemerintah, daerah, atau pemerintah pusat, dan atau menimbulkan konflik atau kontroversi di kalangan masyarakat, pemerintah daerah atau pemerintah pusat; Rencana usaha atau kegiatan mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi; 5. BANYAKNYA KOMPONEN LINGKUNGAN LAIN YANG TERKENA DAMPAK Mengingat komponen lingkungan hidup pada dasarnya tidak ada yang berdiri sendiri, atau dengan kata lain satu sama lain saling terkait dan pengaruh mempengaruhi, maka dampak pada suatu komponen lingkungan umumnya berdampak lanjut pada komponen lingkungan lainnya. Atas dasar pengertian ini dampak tergolong penting bila: Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer. 6. SIFAT KUMULATIF DAMPAK Kumulatif mengandung pengertian bersifat bertambah, bertumpuk, atau bertimbun. Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila pada awalnya dampak tersebut tidak tampak atau tidak dianggap penting, tetapi karena aktivitas tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka lama keamanan dampaknya bersifat kumulatif. Dengan demikian dampak suatu usaha atau kegiatan tergolong penting bila: Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus, sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya; Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu, sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya; Kabupaten Tanjung Jabung Barat

186 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling memperkuat (sinergetik). 7. BERBALIK ATAU TIDAK BERBALIKNYA DAMPAK Dampak kegiatan terhadap lingkungan ada yang bersifat dapat dipulihkan, namun ada pula yang tidak dapat dipulihkan walau dengan intervensi manusia sekalipun. Dalam hal ini maka dampak bersifat penting bila : Perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia. Hasil evaluasi menjadi masukan bagi instansi yang bertanggung jawab untuk memutuskan kelayakan lingkungan hidup dari Rencana Pembangunan. Telaahan terhadap dampak besar dan penting dilakukan sebagai berikut: : Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan hidup yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar akibat kegiatan. Evaluasi dampak yang bersifat holistik adalah telaahan secara totalitas terhadap beragam dampak besar dan penting lingkungan hidup, dengan kegiatan proyek sebagai penyebab dampak. Beragam komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting tersebut (baik positif maupun negatif) ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling pengaruh-mempengaruhi, sehingga diketahui sejauh mana perimbangan dampak besar dan penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif; Dampak-dampak besar dan penting yang dihasilkan dari evaluasi disajikan sebagai dampak-dampak besar dan penting yang harus dikelola METODE EVALUASI DAMPAK BESAR DAN PENTING Secara garis besar ada 3 (tiga) langkah dalam melakukan evaluasi dampak besar dan penting yaitu : a. Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan yang diprakirakan mengalami perubahan sebagaimana dikaji dalam bab prakiraan dampak penting. b. Kesimpulan terhadap hasil telaahan holistik tersebut menyimpulkan jenis-jenis dampak penting yang harus dikelola c. Telaahan kausatif (hubungan sebab akibat) dari berbagai jenis dampak penting yang harus dikelola sebagai dasar perumusan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup Kabupaten Tanjung Jabung Barat

187 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan 5.3 IDENTIFIKASI IMPLIKASI DAMPAK STRATEGI Kegiatan identifikasi terhadap implikasi dan dampak yang mungkin muncul sebagai akibat dilaksanakannya Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan. Identifikasi implikasi dan dampak ini dimaksudkan untuk mengantisipasi segala perubahan yang muncul sebagai akibat dari pelaksanaan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan, baik yang bersifat positif maupun negatif, sehingga dapat disusun langkah-langkah untuk mengantisipasi perubahan tersebut supaya tidak menimbulkan dampak negatif. Hasil dari kegiatan ini akan menjadi masukan bagi penyusunan program strategis yang akan menjadi langkah-langkah operasional dalam Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan. Analisis dampak pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan ini akan dilakukan tinjauan dari berbagai aspek, sesuai dengan karakteristik yang ditinjau, yakni dari aspek fisik, sosial, ekonomi, dan aspek budaya. Untuk lebih jelasnya Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan dapat dilihat pada Table sampai dengan Tabel Kabupaten Tanjung Jabung Barat

188 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan Tabel : Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Bidang Permukiman No. Strategi Pembangunan 1.a Skala Perkotaan Kuala Tungkal 1) Memenuhi data base dan sistem informasi perumahan 2) Menyiapkan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat Positif Dampak Adanya data base dan sistem informasi perumahan di Perkotaan Kuala Tungkal Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Meningkatkan kelayakan hunian penduduk perkotaan 3) Melakukan penanggulangan terhadap Meningkatkan kualitas kesehatan kawasan permukiman yang rawan penduduk bencana genangan / banjir Meminimalisasi kerugian yang dapat diakibatkan oleh bencana genangan/ banjir 4) Pembangunan dan pembangunan permukiman bagi masyarakat menengah dan berpenghasilan rendah 5) Melakukan penanganan terhadap permukiman padat maupun cenderung kumuh Negatif Peninggian lantai bangunan Relokasi perumahan rawan bencana genangan / banjir Meningkatkan kualitas kesehatan Proses adaptasi di lingkungan penduduk yang baru Meningkatkan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Perbaikan estetika lingkungan Menurunkan resiko terkena bencana genangan / banjir. Berpindahnya tempat tinggal Perlu proses adaptasi di lingkungan baru Keresahan sosial Kehilangan relasi sosial & ekonomi Strategi Pengelolaan Database perumahan dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat Studi UKL-UPL/AMDAL Pendampingan masyarakat Sosialisasi melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Meningkatkan penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan bencana tanpa pembongkaran rumah Studi LARAP (Land Acquisition and Resettlement Plan) Studi UKL-UPL/AMDAL Pendampingan masyarakat Identifikasi rumah-rumah di bantaran sungai dan saluran drainase Studi LARAP Pendampingan masyarakat Sosialisasi melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

189 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan No. Strategi Pembangunan 6) Memenuhi kekurangan kebutuhan rumah 1b. Skala Kawasan Prioritas 1) Menyiapkan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat Dampak Positif Negatif Meningkatkan kualitas kesehatan Kecemburuan sosial di kalangan penduduk masyarakat Berpindahnya tempat tinggal Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Meningkatkan kelayakan hunian penduduk Kota 2) Melakukan penanggulangan terhadap Meningkatkan kualitas kesehatan kawasan permukiman yang rawan penduduk bencana genangan / banjir. Meminimalisasi resiko akibatkan bencana genangan / banjir 3) Melakukan penanganan terhadap permukiman padat maupun cenderung kumuh Meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Perbaikan estetika lingkungan Menurun resiko terkena bencana genangan / banjir. Peninggian lantai bangunan Relokasi perumahan yang rawan bencana genangan/ banjir. Berpindahnya tempat tinggal Proses adaptasi di lingkungan yang baru Keresahan sosial Kehilangan relasi sosial dan ekonomi Strategi Pengelolaan Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Studi UKL-UPL/AMDAL Pendampingan masyarakat Sosialisasi melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Meningakatan penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan bencana genangan / banjir tanpa pembongkaran rumah Identifikasi rumah-rumah di bantaran sungai dan saluran drainase Studi LARAP Pendampingan masyarakat Sosialisasi Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

190 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan Tabel : Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Jalan Lingkungan No. Strategi Pembangunan 2.a Skala Perkotaan Kuala Tungkal 1) Memenuhi Sistem Informasi / Data Base Jalan Lingkungan 2) Melakukan penanganan jalan lingkungan yang rusak 3) Memenuhi kebutuhan jalan lingkungan baru 4) Melakukan penanganan pemeliharaan jalan lingkungan 5) Memenuhi kebutuhan penanggulangan jalan yang terkena genangan / banjir. Positif Adanya data base dan sistem informasi jalan lingkungan yang ada di Perkotaan Kuala Tungkal Dapat diketahui dengan mudah kondisi jalan lingkungan Peningkatan prasarana transportasi Peningkatan kenyamanan pengguna jalan Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Meningkatnya panjang dan lebar jalan lingkungan Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Meningkatnya transportasi Meningkatnya pengguna jalan Meningkatnya transportasi Meningkatnya pengguna jalan prasarana kenyamanan prasarana kenyamanan Dampak Negatif Berkurangnya lahan penduduk Gangguan aktivitas penduduk Bertambahnya kepadatan penduduk Berkurangnya lahan milik penduduk yang dijadikan jalan baru Gangguan aktivitas penduduk Bertambahnya kepadatan penduduk Gangguan aktivitas penduduk Bila jalan ditinggikan kemungkinan berpindahnya daerah yang terkena genangan / banjir. Kabupaten Tanjung Jabung Barat Strategi Pengelolaan Database jalan lingkungan dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat Monitoring uptodate dan pemeliharaan jalan lingkungan secara berkala. Ganti rugi lahan penduduk yang terkena pembangunan jalan sesuai dengan aturan yang berlaku Studi UKL-UPL/AMDAL Ganti rugi lahan penduduk yang terkena pembangunan jalan sesuai dengan aturan yang berlaku Pengawasan dan pemeliharaan jalan secara rutin dan berkala. Pengawasan dan pemeliharaan jalan lingkungan secara berkala. Studi UKL-UPL/AMDAL Ganti rugi lahan penduduk yang

191 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan No. Strategi Pembangunan Dampak Positif Negatif Meningkatnya pertumbuhan Gangguan aktivitas penduduk ekonomi Bertambahnya kepadatan penduduk 6) Memenuhi kebutuhan jembatan Meningkatnya kemudahan Gangguan aktivitas penduduk aksesibiltas antar wilayah Bertambahnya kepadatan Meningkatnya pertumbuhan penduduk ekonomi Memungkinkan perubahan perilaku masyarakat 2.b Skala Kawasan Prioritas 1) Melakukan penanganan jalan lingkungan yang rusak 2) Melakukan penanganan pemeliharaan jalan lingkungan 3) Memenuhi kebutuhan penanggulangan jalan yang terkena rob / air laut pasang Peningkatan transportasi Peningkatan pengguna jalan Meningkatkan ekonomi Meningkatnya transportasi Meningkatnya pengguna jalan Meningkatnya transportasi Meningkatnya pengguna jalan Meningkatnya ekonomi prasarana kenyamanan pertumbuhan prasarana kenyamanan prasarana kenyamanan pertumbuhan Berkurangnya lahan penduduk Gangguan aktivitas penduduk Bertambahnya kepadatan penduduk Gangguan aktivitas penduduk Bila jalan ditinggikan kemungkinan berpindahnya daerah yang terkena rob Gangguan aktivitas penduduk Bertambahnya kepadatan penduduk Strategi Pengelolaan terkena pembangunan jalan sesuai dengan aturan yang berlaku Perencanaan dan pembangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan kota Pengawasan dan pemeliharaan jembatan Ganti rugi lahan penduduk yang terkena pembangunan jalan sesuai dengan aturan yang berlaku Pengawasan dan pemeliharaan jalan lingkungan secara berkala. Pengawasan dan pemeliharaan jalan lingkungan secara berkala. Studi UKL-UPL/AMDAL Ganti rugi lahan penduduk yang terkena pembangunan jalan sesuai dengan aturan yang berlaku Kabupaten Tanjung Jabung Barat

192 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan Tabel : Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Drainase No. Strategi Pembangunan 3.a Skala Perkotaan Kuala Tungkal 1) Melakukan pembangunan dan pengelolaan sungai Positif Berkurangnya frekuensi banjir Berkurangnya resiko penyakit. Saluran drainase lebih lancar Dampak Negatif Gangguan aktivitas penduduk Berkurang bagian rumah penduduk di sekitar sungai dan saluran drainase Strategi Pengelolaan Studi UKL-UPL/AMDAL Sosialisasi kepada masyarakat sekitar saluran drainase dan sungai 2) Melakukan penanganan genangan sementara air hujan 3) Melakukan penanganan saluran drainase dan gorong gorong yang rusak dan sedimentasi 4) Melakukan penanggulangan sistem drainase yang terkena rob / air laut pasang secara komprehensif. 3b. Skala Kawasan Prioritas Berkurangnya genangan Berkurangnya resiko penyakit. Saluran drainase lebih lancar Berkurangnya resiko penyakit. Kenyamanan penduduk Saluran drainase lebih lancar Berkurangnya resiko penyakit. Kenyamanan penduduk Obyek pariwisata Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Gangguan aktivitas penduduk Gangguan aktivitas penduduk Lahan penduduk yang terganggu Gangguan aktivitas penduduk Lahan penduduk yang terganggu Bertambahnya kepadatan penduduk Sosialisasi kepada masyarakat sekitar saluran drainase dan daerah genangan Mendorong masyarakat dalam pembuatan lobang biopori / green drainage Pemeliharaan saluran drainase secara berkala. Sosialisasi kepada masyarakat sekitar saluran drainase dan daerah genangan Studi UKL-UPL/AMDAL Studi rob / air laut pasang yang komprehensif Mendorong swasta untuk membuka obyek wisata pantai 1) Melakukan penanganan genangan sementara air hujan Berkurangnya resiko penyakit. Kenyamanan penduduk Pemeliharaan saluran drainase secara berkala. 2) Melakukan penanganan saluran drainase dan gorong gorong yang rusak dan sedimentasi Berkurangnya resiko penyakit. Kenyamanan penduduk Gangguan aktivitas penduduk Lahan penduduk yang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Pemeliharaan saluran drainase secara berkala.

193 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan No. Strategi Pembangunan Dampak Positif Negatif Strategi Pengelolaan Saluran drainase lebih lancar terganggu Sosialisasi kepada masyarakat sekitar saluran drainase dan daerah genangan 3) Melakukan penanggulangan sistem drainase yang terkena rob / air laut pasang secara komprehensif. Berkurangnya resiko penyakit. Kenyamanan penduduk Obyek pariwisata Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Gangguan aktivitas penduduk Lahan penduduk yang terganggu Bertambahnya kepadatan penduduk Studi UKL-UPL/AMDAL Studi rob / air laut pasang yang komprehensif Mendorong swasta untuk membuka obyek wisata pantai Tabel : Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Air Minum No. Strategi Pembangunan 4.a Skala Perkotaan Kuala Tungkal 1) Meningkatkan supply sumber air baku Positif Dampak Meningkatan pasokan air baku untuk PDAM Meningkatan cakupan pelayanan Meningkatan jumlah pelanggan Meningkatkan laba perusahaan Meningkatkan potensi PAD Negatif Konflik kepentingan pemanfaatan sumber air baru Pelaksanaan konstruksi pemasangan pipa yang akan mengganggu aktifitas masyarakat Strategi Pengelolaan Studi UKL-UPL/AMDAL Pendekatan komunikatif terhadap warga sekitar daerah sumber air baku 2) Mengembangkan cakupan pelayanan air minum Memperluas pelayanan air minum perpipaan pada masyarakat Meningkatkan laba perusahaan Meningkatkan potensi PAD Gangguan aktivitas masyarakat pada saat konstruksi perpipaan Kehilangan mata pencaharian masyarakat yang mengandalkan penjualan air minum eceran Kabupaten Tanjung Jabung Barat Studi UKL-UPL/AMDAL

194 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan No. Strategi Pembangunan Positif Dampak 3) Meningkatkan kinerja PDAM Peningkatan pelayanan air minum yang optimal kepada masyarakat baik secara eksternal maupun internal 4) Menangani kebocoran air Penurunan tingkat kehilangan pendistribusian air minum Peningkatan laba perusahaan Negatif Gangguan pelayanan air minum kepada pelanggan Strategi Pengelolaan Bantuan teknis penyehatan PDAM Pelatihan manajemen perusahaan Penyebaran informasi kepada pelanggan 4.b Skala Kawasan Prioritas 1) Memudahkan akses untuk air minum 2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas IPA (sumur bor) eksisting Memudahkan masyarakat untuk mendapatkan air minum Peningkatan potensi PAD Memudahkan masyarakat untuk mendapatkan air minum non pelanggan PDAM Kehilangan mata pencaharian masyarakat yang mengandalkan penjualan air minum Persaingan dengan pengguna lain Gangguan aktivitas masyarakat pada saat konstruksi perpipaan studi UKL-UPL/AMDAL Perencanaan air minum kawasan prioritas Studi UKL-UPL/AMDAL Sosialisasi kepada masyarakat 3) Mengembangkan aspek manajemen dan aspek legalitas IPA sederhana oleh masyarakat Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam penyelenggaraan SPAM Gangguan aktivitas masyarakat pada saat konstruksi perpipaan Adanya kecemburuan sosial dalam penetapan formatur kepengurusan Studi UKL-UPL/AMDAL Pembinaan manajemen dan teknis bagi BKM dan KSM penyelenggara SPAM Pemilihan formatur pengurus yang berkompeten Kabupaten Tanjung Jabung Barat

195 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan Tabel : Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Air Limbah No. Strategi Pembangunan 5.a Skala Perkotaan Kuala Tungkal 1) Perencanaan pengelolaan air limbah sistem off-site Positif Dampak Limbah di sungai akan berkurang Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Negatif Berkurangnya lahan penduduk Penurunan kualitas lingkungan selama masa konstruksi Strategi Pengelolaan Studi UKL-UPL/AMDAL Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan 2) Meningkatkan pemanfaatan, operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sanitasi yang telah terbangun 3) Memantapkan kelembagaan dan peraturan pengelolaan air limbah 5.b Skala Kawasan Prioritas Optimalisasi pelayanan air limbah Peningkatan kualitas kesehatan penduduk Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah Kurang siapnya dukungan sarana dan prasarana dibidang air limbah Adanya kecemburuan sosial dalam penetapan formatur kepengurusan Meningkatkan dukungan sarana dan prasarana di bidang air limbah Peningkatan kemampuan SDM dalam pengelolaan air limbah Pemilihan formatur pengurus yang berkompeten 1) Mengembangkan pengelolaan limbah domestik sistem onsite 2) Mengembangkan sarana dan prarana air limbah komunal Perbaikan kualitas lingkungan Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Perbaikan kualitas lingkungan Peningkatan kualitas kesehatan penduduk Berkurangnya lahan pekarangan penduduk Berkurangnya lahan penduduk Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

196 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan Tabel : Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Persampahan No. Strategi Pembangunan Dampak Positif Negatif 6.a Skala Perkotaan Kuala Tungkal 1) Mengembangkan pola kerja sama regional dalam penanganan sampah 2) Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan 3) Penangan pengelolaan persampahan melalui program 3R 4) Meningkatkan peran swasta dalam pengelolaan persampahan 6.b Skala Kawasan Prioritas 1) Meningkatkan pengolahan sampah melalui sistem 3R Meningkatnya kerjasama pengelolaan persampahan khususnya TPA Regional Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Optimalisasi pengangkutan sampah dari masyarakat Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Peluang usaha baru Peran swasta dalam mendukung peningkatan kualitas lingkungan Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Peluang usaha baru 2) Meningkatkan pelayanan sampah Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Meningkatnya kualitas lingkungan khususnya dari segi estetika Gejolak sosial di wilayah rencana lokasi TPA Regional Peningkatan biaya operasional Ceceran dan bau sampah di jalan raya Kurangnya partisipasi masyarakat dalam membuang sampah Kurangnya pengetahuan tentang pemilahan sampah Kurangnya partisipasi masyarakat dalam membuang sampah Kurangnya pengetahuan tentang pemilahan sampah Kurangnya partisipasi masyarakat dalam membuang sampah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Strategi Pengelolaan Studi UKL-UPL/AMDAL Pendekatan persuasif kepada masyarakat Biaya ganti rugi lahan Studi UKL-UPL/AMDAL Penanganan sampah melalui pengadaan sarana pengangkut sampah Penambahan biaya operasional Pembinaan kepada masyarakat tentang penanganan sampah 3R Sosialiasi pemanfaatan hasil produk pengolahan sampah pola 3R Pembinaan secara berkala kepada instansi pengelola sampah Pembinaan kepada masyarakat tentang penanganan sampah 3R Sosialiasi pemanfaatan hasil produk pengolahan sampah pola 3R Pembinaan kepada masyarakat tentang penanganan sampah 3R

197 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan No. Strategi Pembangunan 3) meningkatkan peran aktif swasta dalam pengelolaan sampah Dampak Positif Peran swasta dalam mendukung peningkatan kualitas lingkungan Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk Negatif Strategi Pengelolaan Mendorong swasta untuk mendukung pengelolaan sampah melalui program CSR nya. Tabel : Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Sosial/Pemberdayaan Masyarakat No Strategi Pembangunan 7.a Skala Perkotaan Kuala Tungkal Positif Dampak Negatif Strategi Pengelolaan 1) menyediakan informasi tentang RTRW Kab. Tungkal dan RUTR/ RDTR Perkotaan Kuala Tungkal di kalangan masyarakat 2) Menyediakan informasi tentang kawasan lindung (sempadan sungai, pantai dan kawasan hijau) yang dilarang mendirikan bangunan Tersedianya informasi tentang RTRW Kab. Tungkal dan RUTR/ RDTR Perkotaan Kuala Tungkal bagi masyarakat umum Tersedianya informasi tentang kawasan lindung bagi masyarakat umum Menempatkan papan informasi pada lokasi yang strategis Memfasilitasi masyarakat agar menjadi pelaku dalam proses perencanaan tata ruang (Pemerintah sebagai fasilitator dan hormati hak masyarakat, serta kearifan lokal/keberagaman budayanya Menempatkan papan informasi pada lokasi yang strategis Memfasilitasi masyarakat agar menjadi pelaku dalam proses perencanaan tata ruang (Pemerintah sebagai fasilitator dan hormati hak masyarakat, serta kearifan lokal/keberagaman budayanya Kabupaten Tanjung Jabung Barat

198 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan No Strategi Pembangunan 3) Mensinergikan forum Lembaga Swadaya Masyarakat dan atau Kelompok Swadaya Masyarakat dalam penangaman masalah pengelolaan permukiman dan infrastruktur 3) Penguatan implementasi pengelolaan sampah dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle). Dampak Positif Adanya forum komunikasi antar Pokmas/ KSM yang menjadi penyelenggara infrastruktur permukiman Memudahka proses pembinaan yang berkelanjutan Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan 3 R Negatif Strategi Pengelolaan Pembinaan manajerial dan teknis secara berkala dan berkelanjutan Pembinaan melalui kelembagaan lokal tentang pengelolaan sampah dengan 3 R secara berkala. 7.b. Skala Kawasan Prioritas 1) Pembangunan sumur bor dan jaringan distribusinya, dengan pengelolaan secara partisipatif oleh masyarakat 2) Penguatan implementasi pengelolaan sampah dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle). 3) Penyediaan informasi tentang kawasan lindung (sempadan sungai, pantai dan kawasan hijau) yang dilarang mendirikan bangunan 4) Penguatan kelembagaan Pokmas/ KSM dalam penangaman masalah pengelolaan permukiman dan infrastruktur Tersedianya penyelenggaraan air minum yang dikelola secara mandiri Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan 3 R Tersedianya informasi tentang kawasan lindung bagi masyarakat umum Meningkatnya kemampuan manajerial dan teknis Pokmas/ KSM yang menjadi penyelenggara infrastruktur permukiman Pembentukan penyelenggara SPAM secara demokratis dan transparan Pembinaan manajerial dan teknis secara berkala dan berkelanjutan Pembinaan melalui kelembagaan lokal tentang pengelolaan sampah dengan 3 R secara berkala. Menempatkan papan informasi pada lokasi yang strategis Memfasilitasi masyarakat agar menjadi pelaku dalam proses perencanaan tata ruang (Pemerintah sebagai fasilitator dan hormati hak masyarakat, serta kearifan lokal/keberagaman budayanya Pembinaan manajerial dan teknis secara berkala dan berkelanjutan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

199 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan No Strategi Pembangunan 5) Penguatan dan sosialisasi kebijakan pembangunan hunan vertikal demi penghematan lahan kota, termasuk rumah susun sederhana milik (rusunami) dan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Dampak Positif Memudahka proses pembinaan yang berkelanjutan Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang program Rusunami dan Rusunawa Negatif Strategi Pengelolaan Penyampaian informasi program melalui kelembagaan lokal (seperti: PKK, Karang Taruna, Pokmas/ KSM dll.) Tabel : Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Pendanaan Ekonomi No Strategi Pembangunan 8.a Perkotaan Kuala Tungkal Meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan melalui program SPPIP. Positif Dampak Peningkatan sumber pendapatan daerah Pembiayaan pembangunan infrastruktur akan cepat terealisasi dan berkesinambungan. Negatif Perlu upaya dan dana dalam memenuhi kegiatan peningkatan pendapatan daerah Perlu adanya kemampuan pencarian sumber pendanaan. Kabupaten Tanjung Jabung Barat Strategi Pengelolaan Meningkatkan pendapatan PAD minimal sebesar 25% per tahun dengan penggalian dari pajak dan retribusi daerah dengan cara meningkatkan efisiensi penagihan dan tarif melalui intensifikasi atau menggali sumbersumber pajak dan retribusi baru melalui ekstensifikasi. Mengajukan tambahan subsidi dari pemerintah pusat dan propinsi untuk menambah sumber penerimaan dalam rangka pembiayaan pembangunan.

200 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan No 8.b. Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas Meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan melalui program SPPIP. Positif Peningkatan sumber pendapatan daerah Pembiayaan pembangunan infrastruktur akan cepat terealisasi dan berkesinambungan. Dampak Negatif Perlu upaya dan dana dalam memenuhi kegiatan peningkatan pendapatan daerah Perlu adanya kemempuan pencarian sumber pendanaan. Strategi Pengelolaan Mengkaji sumber pendanaan baru melalui swadaya masyarakat dan juga melalui kerjasama dengan pihak swasta melalui KPS. Meningkatkan pendapatan PAD minimal sebesar 25% per tahun dengan penggalian dari pajak dan retribusi daerah dengan cara meningkatkan efisiensi penagihan dan tarif melalui intensifikasi atau menggali sumbersumber pajak dan retribusi baru melalui ekstensifikasi. Mengajukan tambahan subsidi dari pemerintah pusat dan propinsi untuk menambah sumber penerimaan dalam rangka pembiayaan pembangunan Mengkaji sumber pendanaan baru melalui swadaya masyarakat dan juga melalui kerjasama dengan pihak swasta melalui KPS. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

201 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan Tabel : Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Pembangunan Bidang Kelembagaan No. Strategi Pembangunan 9.a Perkotaan Kuala Tungkal 1) Meningkatkan kemampuan kelembagaan daerah dalam pelaksanaan pembangunan melalui SPPIP 9.b Kawasan Prioritas 1) Meningkatkan kemampuan kelembagaan daerah dalam pelaksanaan pembangunan melalui SPPIP Positif Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan Meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan Meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah Dampak Negatif Dibutuhkan perangkat dan biaya besar dalam rangka peningkatan SDM Aparat Daerah kurang memahami tugas dan kewenangan dalam konteks penyusunan SPPIP; Dibutuhkan perangkat dan biaya besar dalam rangka peningkatan SDM Aparat Daerah kurang memahami tugas dan kewenangan dalam konteks penyusunan SPPIP; Strategi Pengelolaan Memanfaatkan semaksimal mungkin tenaga dan anggaran yang tersedia dalam proses fasilitasi penyusunan SPPIP; Mengidentifikasi leading sektor dalam penyusunan SPPIP; Mendorong pemahaman akan pentingnya visi dalam perencanaan investasi dengan langkah awal validasi data dan pembangunan system data daerah; Pemberdayaan bahwa visi dan misi pembangunan daerah akan terwujud bilamana dapat mengesampingan ego sektoral dan ego kedaerahan yang masih hidup di dalam pemerintah daerah. Memanfaatkan semaksimal mungkin tenaga dan anggaran yang tersedia dalam proses fasilitasi penyusunan SPPIP; Mengidentifikasi leading sektor dalam penyusunan SPPIP; Mendorong pemahaman akan pentingnya visi dalam perencanaan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

202 Bab 5 : Safeguard Sosial Dan Lingkungan No. Strategi Pembangunan Positif Dampak Negatif Strategi Pengelolaan investasi dengan langkah awal validasi data dan pembangunan system data daerah; Pemberdayaan bahwa visi dan misi daerah akan terwujud bilamana dapat mengesampingan ego sektoral dan ego kedaerahan yang masih hidup di dalam pemerintah daerah. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

203 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG Keuangan Dan Rencana Peningkatan Pendapatan Hal Laporan - 1 Akhir Kabupaten Tanjung Jabung Barat

204 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG 6.1. PETUNJUK UMUM Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RIPJM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten/Kota, yang meliputi: 1) Pembelanjaan untuk pengoperasiaan dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun; 2) Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada; 3) Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru. Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM perlu memperhatikan hasil total atau produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan. Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM yang diperhatikan adalah hasil total atau produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut KOMPONEN KEUANGAN KOMPONEN PENERIMAAN PENDAPATAN : Komponen Penerimaan Pendapatan merupakan penerimaan yang merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan Pendapatan terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana Perimbangan; dan (3) Pendapatan lainnya yang sah. Berikut akan dijelaskan satu persatu sub komponen Pendapatan dan gambaran umum tentang sub komponen Pendapatan di daerah pada umumnya. 1) PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan. PAD bersumber dari : a) Pajak Daerah, antara lain: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan di atas Air, Pajak Balik Nama, Pajak Bahan Bakar, Pajak Pengambilan Air Tanah, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Galian Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak lain-lain. Pajak-pajak Daerah ini diatur oleh UU No. 34/2000 Hal Laporan - 2 Akhir Kabupaten Tanjung Jabung Barat

205 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah No. 65/2001 tentang Pajak Daerah. b) Retribusi Daerah, antara lain: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Persampahan, Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retribusi Pemakaman, Retribusi Parkir di Tepi Jalan, Retribusi pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemadam Kebakaran, dan lain-lain. Retribusi ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah No. 66/2001 tentang Retribusi Daerah. c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain hasil deviden BUMD; dan d) Lain-lain pendapatan yang sah, antara lain : hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar, komisi, potongan, dan lain-lain yang sah. 2) DANA PERIMBANGAN Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas : a) Dana Bagi Hasil terbagi atas Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) atau yang berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam. BHP antara lain: Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan Badan maupun Pribadi; BHBP atara lain : kehutanan, pertambangan umum, perikanan, penambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, pertambangan panas bumi. b) Dana Alokasi Umum (DAU) dibagikan berdasarkan Celah Fiskal yaitu selisih antara Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal ditambah Alokasi Dasar. Hal Laporan - 3 Akhir Kabupaten Tanjung Jabung Barat

206 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG KOMPONEN PENGELUARAN BELANJA Komponen pengeluaran belanja terdiri dari: 1. Belanja Operasi - Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Bunga - Belanja Subsidi - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial 2. Belanja Modal - Belanja Tanah - Belanja Peralatan dan Mesin - Belanja Gedung dan Bangunan - Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan - Belanja Aset tetap lainnya - Belanja Aset lainnya 3. Transfer ke desa/kelurahan - Bagi hasil pajak - Bagi hasil Retribusi - Bagi hasil pendapatan lainnya 4. Belanja tak terduga KOMPONEN PEMBIAYAAN Komponen Pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam Sistem Keuangan Daerah. Istilah Pembiayaan berbeda dengan Pendanaan (Funding). Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum, sedangkan Pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali. Contoh konkritnya, di dalam SAP-D yang lama, apabila daerah memperoleh pinjaman, pinjaman tersebut diakui sebagai Penerimaan Pendapatan. Selanjutnya, Penerimaan Pendapatan dari Pinjaman ini tidak mempunyai konsekuensi atau dicatat pembayaran kembali; sedangkan di dalam SAP-D yang baru, apabila daerah memperoleh Pinjaman, maka diterima sebagai Penerimaan Pembiayaan yang perlu dibayar kembali. Demikian pula bila daerah memberi pinjaman, maka dikeluarkan sebagai Pengeluaran Pinjaman karena akan diterima kembali Hal Laporan - 4 Akhir Kabupaten Tanjung Jabung Barat

207 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG 6.2. KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kinerja pengelolaan keuangan daerah menduduki posisi strategis dan sentral dalam pengembangan dan efektivitas pemerintahan daerah. Efektivitas pengelolaan keuangan daerah semakin penting dan vital karena merupakan instrumen untuk menentukan pendapatan, pengeluaran, pengambilan keputusan, perencanaan tahunan daerah dan sebagai alat koordinasi bagi keseluruhan aktivitas dari berbagai Satuan Perangkat Kerja Daerah. Posisi strategis tersebut menggiring prinsip pokok pengelolaan keuangan dan anggaran daerah ke arah kepentingan publik (public oriented). Pelaksanaan otonomi daerah yang disertai dengan performance budget sebagai paradigma baru pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya merupakan suatu sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran yang berorientasi pada hasil atau kinerja. performance budget menjadikan kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan dan secara operasianal harus mencerminkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik. Berarti berorientasi kepentingan publik yang dilandasi oleh prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas dan value for money. Prinsip transparansi, akuntabilitas dan value for money yang mendasari pengelolaan keuangan daerah adalah suatu harga mati bagi daerah untuk mewujudkannya. Transparansi adalah keterbukaan dalam proses perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan anggaran daerah. Akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran kepada DPRD dan masyarakat. Sementara value for money bermakna diterapkannya tiga prinsip dalam penganggaran yaitu ekonomis, efisiensi dan efektifitas. Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat berlandaskan kepada ketentuan yang berlaku seperti diatur dalam Undang-undang Nomor 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, PP Nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah dan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, baik dari sisi efektivitas pengelolaan penerimaan pendapatan yang dijabarkan melalui target APBD dan realisasinya, maupun dari aspek efisiensi dan efektivitas pengeluaran daerah melalui belanja tidak langsung dan belanja langsung. Sesuai dengan ketentuan, pada dasarnya ada tiga sumber pembiayaan yang memegang peranan penting dalam keuangan daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat; Pertama, sumber pembiayaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yang pelaksanaannya ditetapkan melalui Peraturan Daerah setiap tahunnya. Kedua, sumber pembiayaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jambi, yang pelaksanaannya ditetapkan melalui peraturan daerah setiap tahunnya. Ketiga, sumber pembiayaan yang berasal dari Anggaran dan Belanja Negara (APBN) yang didalamnya terakomodasi dana dekonsentrasi dan dana pinjaman luar negeri. Hal Laporan - 5 Akhir Kabupaten Tanjung Jabung Barat

208 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG Dalam menunjang keberhasilan pengelolaan keuangan daerah, selama kurun waktu lima tahun ( ), telah dilakukan melalui berbagai metode pengelolaan. Ini tidak lain sebagai bentuk restrukturisasi pemerintah sebagai tindak lanjut reformasi. Dampak reformasi ini juga menyangkut pengelolaan keuangan daerah. Upaya ini sejalan dengan Undangundang Nomor 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-undang Nomor : 17 Tahun Berikut ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yaitu dari Tahun Angaran 2006 sampai dengan tahun PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah, masalah utama yang harus mendapat perhatian adalah dari aspek penerimaan pendapatan daerah. Oleh karena itu pendapatan daerah dalam proses pengelolaan daerah harus dituangkan terlebih dahulu. Tanpa diketahuinya sumber-sumber pendapatan daerah, maka pengelolaan keuangan daerah tidak akan dapat dilaksanakan secara sempurna. Kemudian tahap berikutnya adalah pengelolaan pendapatan yang telah kita terima dari berbagai sumber harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penerimanan daerah tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Dearah (APBD) yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu (1) Pendapatan Asli Daerah (2) dana perimbangan dan (3) penerimaan lain-lain daerah yang sah. Semua penerimaan tersebut, yang memberikan kontribusi cukup besar berasal dari pemerintah pusat. Sementara sumber penerimaan daerah yang berasal dari Penerimaan Daerah Sendiri (PDS) proporsinya relatif masih kecil dibandingkan dengan sumber dana dari pemerintah pusat. Hal ini menunjukkan, bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama ini dalam hal pembiayaan belanja tidak langsung dan belanja langsung masih sangat tergantung dari Pemerintah Pusat. Dalam upaya mengurangi secara bertahap ketegantungan dengan pemerintah pusat dalam hal pembiayaan pembangunan daerah. Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah melakukan langkah langkah kebijakan untuk meningkatkan pendapatan daerah. Adapun langkah langkah kebijakan yang telah diambil dalam rangka meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah adalah melalui usaha instensifikasi dan ekstensifikasi. Usaha melalui intensifikasi antara lain meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait serta meningkatkan kinerja aparat Dinas Pendapatan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sedangkan langkahlangkah usaha ekstensifikasi pendapatan daerah adalah melalui pemungutan pajak antara lain Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Pengambilan Bahan Galian C dan Pajak Pengelolaan Pengusahaan dan Pungutan Sarang Burung Walet. Upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam rangka peningikatan pendapatan daerah, khususnya PAD, ditempuh melalui berbagai bentuk kebijakan dan strategi agar penerimaan PAD dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Salah satu kebijakan dimaksud adalah melaksanakan usaha instensifikasi dan ekstensifikasi terhadap wajib pajak dan retribusi Hal Laporan - 6 Akhir Kabupaten Tanjung Jabung Barat

209 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG daerah secara fokus. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka mendukung terwujudnya usaha intensifikasi pajak dan retribusi daerah diantaranya adalah : 1. Melakukan pendataan ulang obyek pajak dan retribusi untuk akurasi dan pemutahiran data dalam menggali sumber penerimaan yang belum optimal. 2. Melakukan penyuluhan pajak dan retribusi daerah yang dimediasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat 3. Meningkatkan pengawasan pelaksanaan penagihan untuk mengurangi tingkat kebocoran. 4. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemungutan dengan cara menekan biaya operasionalnya. 5. Pemantauan, evaluasi dan mengkaji ulang terhadap kelayakan tariff pajak dan retribusi dengan kondisi sekarang, serta memberikan teguran terhadap wajib pajak dan retribusi yang menunggak. 6. Melakukan Sosialisasi langsung kepada masyarakat melalui pamflet, baliho dan spanduk yang berisikan informasi tentang arti pentingnya membayar pajak terhadap pelaksanaan pembangunan daerah 7. Melakukan upaya penagihan terhadap wajib pajak dan retribusi yang menunggak melalui tim khusus yang dibentuk oleh SKPD terkait. 8. Melakukan pemetaan potensi pajak baik dan retribusi secara sektoral maupun regional. 9. Memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para wajib pajak/wajib retribusi yang taat dan lunas tepat waktu serta para Camat, Kepala Desa/Lurah yang dapat merealisasikan penerimaan PBB yang mencapai target 10. Mengadakan rapat evaluasi dan koordinasi PAD dan PBB secara berkala dengan Dinas/Instansi terkait guna peningkatan penerimaan, rekapitulasi permasalahan dan alternative pemecahan secara bersama. 11. Melakukan kerjasama dengan PLN dan PDAM dalam rangka penagihan pajak penerangan jalan dan retribusi kebersihan rumah tangga melalui pembayaran rekening listrik dan air setiap bulannya. 12. Mengurangi jumlah tunggakan pajak/retribusi melalui penerapan sanksi yang tegas bagi wajib pajak yang belum membayar. 13. Berupaya menentukan target penerimaan sesuai dengan potensi obyek pajak dan retribusi daerah. Disamping upaya diatas, dalam rangka mendukung peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga dilakukan usaha ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah. Untuk itu Kegiatan yang telah dilakukan selama kurun waktu adalah : 1. Penggalian terhadap sumber pungutan baru yang masih belum terjangkau dan mampu memberikan peluang kontribusi terhadap penerimaan daerah. Upaya ini akan dilakukan, Hal Laporan - 7 Akhir Kabupaten Tanjung Jabung Barat

210 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG mengingat kondisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang mempunyai rentangn kendali cukup besar, secara nyata belum mampu semua dapat terjangkau untuk mendayagunakan potensi sumber pendapatan daerah. 2. Pembuatan peraturan-peraturan baru yang dapat menjaring wajib pajak dan retribusi yang baru sepamjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi. 3. Melakukan pertukaran informasi dengan daerah-daerah lain mengenai sumber-sumber pendapatan daerah sebagai bahan referensi dalam konteks perluasan obyek pajak dan retribusi daerah. Secara umum langkah-langkah kebijakan yang telah diambil tersebut di atas memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pendapatan daerah ini, hal ini tercermin dari meningkatnya penerimaan dari target pendapatan khususnya pada sisi pajak dan retribusi daerah selama tahun Peluang untuk meningkatkan target pendapatan daerah dimasa mendatang menjadi lebih terbuka dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD), dimana Undang-undang ini sangat strategis dan mendasar di bidang desentralisasi fiskal, karena terdapat perubahan kebijakan yang cukup fundamental dalam penataan kembali hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah. UU PDRD ini mempunyai tujuan sebagai berikut: (1). Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat; (2). Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah; serta (3). Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis pungutan daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Dengan penetapan UU PDRD ini, diharapkan struktur APBD menjadi lebih baik, iklim investasi di daerah menjadi lebih kondusif karena Perda-Perda pungutan daerah yang membebani masyarakat secara berlebihan dapat dihindari, serta memberikan kepastian hukum bagi semua pihak. A. Pendapatan Daerah Secara substansial komponen pendapatan daerah tergambar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Dearah (APBD) Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang diperoleh dari berbagai sumber. PP Nomor 58 tahun 2005 dalam Pasal 21 menyebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah terdiri dari (1) Pendapatan Asli Daerah (2) Dana Perimbangan dan (3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dari semua komponen pendapatan tersebut, ternyata Dana Perimbangan/bantuan pemerintah pusat memberikan kontribusi yang cukup besar. Sementara sumber penerimaan daerah yang berasal dari Penerimaan Daerah Sendiri (PDS) kontribusinya Hal Laporan - 8 Akhir Kabupaten Tanjung Jabung Barat

211 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG masih relatif kecil dibanding dengan sumber dana dari pemerintah pusat. Hal ini menunjukkan bahwa, ketergantungan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam hal pembiayaan administrasi pemerintahan dan pembangunan masih cukup tinggi dari pemerintah pusat. Upaya mengurangi secara bertahap ketergantungan pembiayaan dari pemerintah pusat, Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama kurun waktu telah melakukan langkah langkah kebijakan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Adapun langkah langkah kebijakan dimaksud adalah melalui usaha instensifikasi dan ekstensifikasi. Usaha melalui intensifikasi antara lain (1) Melakukan pendataan ulang obyek pajak dan retribusi untuk akurasi dan pemutahiran data dalam menggali sumber penerimaan yang belum optimal (2) Meningkatkan efektfitas dan efesiensi pemungutan dengan cara menekan biaya operasionalnya (3) Melakukan upaya penagihan terhadap wajib pajak dan retribusi yang menunggak melalui tim khusus yang dibentuk oleh SKPD terkait. Sementara langkah-langkah usaha ekstensifikasi pendapatan daerah dilakukan melalui Pembuatan peraturan untuk menjaring wajib pajak dan retribusi daerah yang baru sepamjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku. Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, maka unsur pendapatan menempati posisi yang sangat vital. Tanpa diketahuinya sumber-sumber pendapatan daerah, maka pengelolaan keuangan daerah, terutama yang berkaitan dengan alokasi pembiayaan sulit dilaksanakan dengan baik dan pada akhir tujuan pembangunan tidak akan tercapai. Sesuai dengan ketentuan maka sumber-sumber pendapatan daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Perkembangan pendapatan daerah selama kurun waktu menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Tabel 3.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2005 realisasi pendapatan daerah sebesar Rp ribu meningkat menjadi Rp ribu pada tahun 2010 atau terjadi pertumbuhan rata-rata sebesar % per tahun selama kurun waktu Pertumbuhan ini didukung oleh pencapaian realisasi rata-rata di atas seratus persen (124,12 %) per tahun. Hal ini mengindikasikan proses penetapan target yang perlu dibenahi, terutama untuk PAD. Hal Laporan - 9 Akhir Kabupaten Tanjung Jabung Barat

212 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG Tabel VI.2.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Rp. 000) Realisasi Pert. Realisasi Tahun Target Realisasi ( % ) (%) , ,72 78, ,14 12, ,12 2, ,53 9, ,52 29,53 Rata-Rata Pertumbuhan 124,12 26,60 1). Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber penerimaan Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama kurun waktu menunjukan kecenderung yang meningkat. Tabel 3.2. menginformasikan bahwa Tahun 2005 realisasi PAD mencapai Rp ribu meningkat menjadi Rp ribu dengan realisasi rata-rata mencapai 109,71 per tahun dengan pertumbuha rata-rata 11,80 % per tahun Tabel VI.2.2 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Rp. 000) Tahun Target Realisasi Realisasi ( % ) Pert. Realisasi (%) , ,96 31, ,78 5, ,13 9, , ,67 6,56 Rata-Rata Pertumbuhan 109,71 11,80 Sumber : Dinas PPAKD Kab.Tanjab Barat (data diolah) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Hal Laporan - Akhir

213 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG 2). Dana Perimbangan Dana perimbangan sebagai salah sumber penerimaan daerah mempunyai pernanan yang cukup besar dalam pembiayaan administrasi pemerintahan dan pembangunan. Tabel 3.3. menunjukkan bahwa pada tahun 2005 realisasi dana perimbangan sebesar Rp ribu, lima tahun kemudian meningkat menjadi Rp ribu dengan capian relisasi sekitar 124,06 persen. Pencapain realisasi yang jauh melampaui target disebabkan adanya ketidakpatian besaran Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Aloksi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Bagi Hasil Bukan Pajak pada (BHP/BHBP) pada saat penyusunan APBD. Dilihat dari aspek pertumbuhan realisasi, tanpak bahwa selama kurun waktu pertumbuhan realisasi dana perimbangan memperlihatkan kecenderungan yang fluktuatif. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2006 dengan besaran 78,06 %. Tingginya pertumbuhan realisasi tersebut disebabkan adanya tambahan Dana Bagi Hasil yang disertai peningkatan Dana Alokasi khusus untuk pendidikan dan perikanan dan kelautan, terutama dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Sementara pada tahun 2008 terjadi penurunan Dana perimbangan sebesar 1,69 %. Hal ini disebabkan adanya kesalahan data yang berkaitan dengan DAK untuk sektor pendidikan. Tabel VI.2.3 Perkembangan Dana Perimbangan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Rp. 000) Realisasi Pert. Realisasi Tahun Target Realisasi ( % ) (%) ,57 78, ,44 15, ,88-1, ,92 11, ,36 25,23 Rata-Rata Pertumbuhan 124,06 25,69 Sumber : Dinas PPAKD Kab.Tanjab Barat (data diolah) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Hal Laporan - Akhir

214 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG 3). Pendapatan Lain-Lain Yang Sah Pendapatan Lain-Lain Daerah yang sah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang belum tergarap secara maksimal dan sangat potensial untuk dikembangkan. Indikasi kearah itu tanpak bahwa (Tabel 3.4) realisasinya sangat fluktuatif dengan rata-realisasi mencapai 213,11 % per tahun selama kurun waktu Sementara dari aspek pertumbuhan juga memperlihatkan kecenderungan yang fluktuatif dengan pertumhan rata-rata 77,94 % per tahun. Komponen pos Lain-lain pendapatan yang sah Kabupaten Tanjung Jabung Barat berasal dari dana darurat seperti dana penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam, dana penyesuaian dan otonomi khusus. Lain-lain pendapatan yang sah, yang merupakan penerimaan dari pemerintah pusat dan provinsi sebagai dana penyeimbang dan penyesuaian, sehingga realisasinya secara umum jauh melampaui target dan secara absolut lebih besar dibandingkan PAD. Seperti terlihat pada Tabel 3.4 dimana tahun 2009 ditargetkan sebesar Rp ribu, namun realisasinya mencapai Rp ribu atau sekitar 539,73 persen. Hal ini disebabkan adanya dana penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana. Tabel VI.2.4 Perkembangan Pendapatan Lain-Lain Yang Sah Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Rp. 000) Tahun Target Realisasi Realisasi ( % ) Pert. Realisasi (%) , ,57 181, ,66-32, ,70 120, ,06-8, ,73 127,83 Rata-Rata Pertumbuhan 213,11 77,94 Sumber : Dinas PPAKD Kab.Tanjab Barat (data diolah) Hal - 12 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

215 DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan B. Proporsi Sumber Pendapatan Dalam konteks pelaksanaan Otonomi daerah, semakin besar proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam komposisi pendapatan daerah, maka kinerja keuangan cenderung semakin baik. Tabel 3.5. menunjukkan bahwa kinerja APBD Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari sisi pendapatan daerah secara umum kontribusi masing-masing sumber berfluktuatif. PAD sebagai salah sumber pendapatan daerah Kontribusinya terhadap Pendapatan daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama kurun waktu rata-rata hanya sebesar 3,76 % per tahun. Kontribusi tertinggi adalah pada tahun 2008 (4,02 %) dan cenderung semakin kecil hingga tahun Kecilnya kontribusi PAD tersebut, disebabkan oleh terbatasnya sumber-sumber PAD, sementara Dana Perimbangan cenderung meningkat secara siginifikan. Tabel VI.2.5 Proporsi Sumber Pendapatan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun (Jutaan Rp) Uraian Realisasi PENDAPATAN DAERAH GR (%) PENDAPATAN ASLI DAERAH (%) 4,01 3,74 4,02 3,86 3,18 3,76 1) Pajak Daerah 2) Restribusi Daerah 3) Pengelolaan Kekayaan Daerah 4) Lain-lain PAD Daerah Yang sah 0,50 0,57 0,22 2,72 0,57 0,51 0,25 2,41 0,73 0,66 0,28 2,34 0,55 0,81 0,32 2,18 0,43 0,64 0,24 1,87 0,56 0,64 0,26 2,30 DANA PERIMBANGAN (%) 91,47 93,54 90,13 91,24 88,21 90,91 1) DBHP/BHBP 2) Dana Alokasi Umum (DAU) 3) Dana Alokasi Khusus (DAK) 43,23 45,09 3,15 46,47 45,16 1,91 44,02 44,21 1,90 50,20 40,53 0,51 59,89 28,32 0,00 48,76 40,66 1,49 LAIN-LAIN PENDAPATAN SAH 4,52 2,72 5,85 4,96 8,61 5,33 1) Pendapatan Hibah 2) Dana Penyesuaian/Otonomi Khusus 3) DBHP Dari Provinsi 0,00 3,52 4,52 0,00 0,00 2,72 0,00 2,04 3,81 0,89 0,98 3,09 1,80 3,83 2,98 0,54 2,07 2,72 TOTAL PENDAPATAN ( % ) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Dinas PPAKD Kab.Tanjab Barat (data diolah) Dana Perimbangan sebagai salah satu sumber pendapatan yang sangat dominan selama kurun menunjukkan keenderungan yang meningkat, baik secara absolut maupun persentase. Tabel 3.5. memperlihatkan bahwa kotribusi dana perimbangan terhadap total pendapatan Kabupaten Tanjung Jabung Barat cukup besar dan berfluktuatif dari 91,47 % pada Kabupaten Tanjung Jabung Barat

216 DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan tahun 2006 menjadi 88,21 % pada tahun 2010 atau selama kurun waktu tersebut kontribusi dana perimbangan rata-rata sebesar 90,91 % per tahun. Bila dilihat dari komponennya, tanpak bahwa tiga tahun pertama DAU cukup berperan kemudian dua tahun berikutnya ( ) peran DAU tergeser oleh Dana Bagi Hasil yang cenderung meningkat. Sementara Dana Alokasi Khusus (DAK) cenderung semakin kecil, bahkan tahun 2010 Kabupaten ini tidak mendapat DAK, karena kesahan persepsi terhadap data yang obyek DAK. Pendapatan yang bersumber dari lain-lain pendapatan daerah yang sah mengalami fluktuasi, namun cenderung meningkat yaitu dari 4,52 persen pada tahun 2006 meningkat menjadi 8,61 persen pada tahun 2010 atau selama periode tersebut rata-rata kontribusi Lain-lain pendapatan yang sah sebesar 5,33 persen per tahun dan selama kurun waktu sangat didominasi oleh Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi jambi. Gambaran kinerja dari sisi pendapatan APBD Kabupaten Tanjung Jabung Barat terhadap pembiayaan yang bersumber dari pemerintah pusat dalam bentuk Dana Perimbangan terus meningkat, baik secara absolut maupun secara relatif. Hal ini tidak sejalan dengan semangat otonomi daerah, dimana sumber pembiayaan pembangunan diharapkan dapat digali dari potensi sumber pendapatan daerah dan tidak bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi. Dalam kerangka pembangunan di masa depan, potensi daerah perlu diberdayakan secara maksimal, sehingga ketegantungan dengan pemerintah pusat melalui dana perimbangan dapat dikurangi secara bertahap dan otonomi mandiri dapat segera terwujud NERACA KEUANGAN Neraca keuangan daerah pada dasarnya menggambarkan kekayaan suatu daerah. Tabel 3.6 menunjukkan bahwa pertumbuhan aset daerah dalam neraca keuangan pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama kurun waktu rata-rata sebesar 17,15 % pertahun, yatiu dari Rp 1,270 triliun pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 2,387 triliun pada tahun Namun secara tahunan memperlihatkan pertumbuhan yang fluktuatif pada tahun 2007 tumbuh sebesar 23,99 %, kemudian turun selama dua tahun masing 15,20 % pada tahun 2008 dan 12,94 % pada tahun Sementara pada tahun 2010 meningkat kembali hingga mencapai 16,49 persen. Pertumbuhan aset lancar dalam neraca keuangan selama kurun waktu rata-rata mencapai 15,28 % per tahun, namun pertumbuhan tahunan menunjukkan kondisi yang fluktuatif. Pertumbuhan aset lancar tahun 2007 sebesar 23,53 %, namun selama dua tahun kemudian terus mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu 16,79 % pada tahun 2008 dan 37,48 % pada tahun Suatu hal yang menggembirakan bahwa pada tahun 2010 aset lancar mengalami peningkatan yang cukup pantastis, yaitu sebesar 91,84 % atau jumlah aset lancar mencapai Rp 219,560 milyar. Penurunan aset lancar ini secara umum disebabkan oleh berkurangnya kas dari Rp 136,203 milyar pada tahun 2007 menurun menjadi Rp 82,473 milyar pada tahun 2008, Kabupaten Tanjung Jabung Barat

217 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG kemudian turun lagi secara derastis hingga mencapai Rp 56,482 milyar pada tahun Penyebab lain turunnya aset lancar, khusus tahun 2009 adalah menurunya investasi jangka pendek dari Rp 88,000 milyar pada tahun 2008 turun menjadi Rp 45,000 milyar pada tahun Investasi ini biasa diarahkan pada deposito jangka pendek maksimal 3 bulan, dengan memanfaatkan dana yang masih menganggur. Pada tahun 2010 investasi jangka pendek meningkat tajam hingga mencapai Rp 112,000 milyar yang disertai dengan peningkatan piutang dan persediaan. Hal ini menyebabkan aset lancar meningkat tajam pada tahun 2010 hingga mencapai 91,84 persen. Selanjutnya Tabel 3.6. menunjukkan bahwa Investasi jangka panjang tumbuh ratarata sebesar 9,99 persen per tahun selama kurun waktu Peningkatan Investasi ini didorong oleh investasi permanen sebesar 8,16 persen dan investasi non permanen sebesar 43,20 persen. Investasi ini ditempatkan dibeberapa badan usaha milik daerah (BUMD) seperti Bank Jambi, PT. Jabung Power, Jabung Sakti, BPR Tanggo Rajo dan usaha lainnya yang dinilai mempunyai prospek yang baik. Jumlah aset tetap dalam neraca keuangan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama kurun waktu juga menunjukkan peningkatan rata-rata 18,80 persen per tahun, yaitu dari Rp 1,069 triliun pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 2,125 triliun pada tahun Namun secara tahunan memperlihatkan pertumbuhan yang fluktuatif, tahun 2007 tumbuh sebesar 23,05 persen, tahun 2008 sebesar 20,89 persen, tahun 2009 tumbuh sebesar 19,09 persen. Kemudian pada tahun 2010 aset tetap hanya mampu tumbuh sebesar 12,17 persen atau mengalami penurunan sekitar 6,92 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Total aset tetap Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama kurun waktu menunjukkan peningkatan dari Rp 1,069 triliun pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 2,125 triliun pada tahun Kontribusi terbesar dari asset tetap pada tahun 2006 didominasi oleh tanah (45,74 %). Kemudian sejak tahun 2008 sampai tahun 2010, kontribusi terbesar dalam pembentukan aset tetap bergeser ke jalan, irigasi dan jaringan, bahkan pada tahun 2010 kontribusinya mencapai 45,65 persen. Kontribusi terbesar kedua adalah tanah yaitu dari Rp 488,518 milyar atau 45,74 persen pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 508,091 pada tahun Namun secara persentase cenderung semakin kecil (23,92 %) dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sementara konstruksi dalam pengerjaan mengalami peningkatan cukup tajam dari Rp 10,216 miliyar pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 140,736 milyar pada tahun 2010 atau terjadi peningkatan rata-rata 319,41 persen per tahun. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

218 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG Tabel VI.2.6 Neraca Keuangan Pemerintah Kabupaten Jabung Barat Per 1 Januari Desember 2010 REALISASI TAHUN GR URAIAN (%) ASET LANCAR 1) Kas 114,551,5210,62 136,202,761,144 82,472,943,530 56,482,297,764 91,622,418,934 2) Investasi Jangka Pendek 53,000,000,00 73,000,000,000 88,000,000,000 45,000,000, ,000,000,000 3) Piutang 3,500,216,33 9,335,499,774 9,851,307,116 9,579,205,444 12,870,440,725 4) Piutang Lain ,194, ,445, ,808,254 5) Persediaan 1,322,571, ,148,487,612 3,281,042,948 2,922,805,072 Jumlah Aset lancar 171,051,736, ,860,832, ,046,933, ,449,991, ,560,472,985 Pertumbuhan Aset Lancar ( % ) - 23,53-16,79-37,48 91,84 15,28 INVESTASI JANGKA PANJANG 1) Investasi Non Permanen - - 1,294,315,000 1,788,315,000 2,971,277,709 43,20 2) Investasi Permanen 29,782,375,20 39,339,261,858 39,396,573,079 38,506,188,580 39,506,188,580 8,16 Jlh. Investasi Jangka Pangjang 729,782,375,20 39,339,261,858 40,690,888,079 40,294,503,580 42,477,466,289 Pert. Investasi Jangka Panjang ( % ) 7-32,09 3,44-0,97 5,42 9,99 ASET TETAP 1) Tanah 488,517,606,24 500,205,924, ,636,205, ,392,832, ,090,925,015 2) Peralatan dan Mesin 062,523,219,07 79,813,304,197 92,278,061, ,002,437, ,828,646,837 3) Gedung dan Bangunan 167,877,603, ,825,143, ,454,966, ,648,594, ,872,943,480 4) Jalan, Irigasi dan Jaringan 6293,425,285,40 447,466,860, ,621,503, ,340,895, ,705,507,050 5) Aset Tetap Lainnya 455,661,960,33 59,298,364,086 60,496,393,546 61,272,783,646 61,756,407,646 6) Aset Lainnya 61,353,327, ) Konstruksi Dalam Pengerjaan 0-10,216,043,438 4,209,633, ,736,377, ,736,377,301. 8) Akumulasi Penyusutan 00 Jumlah Aset Tetap 1,069,359,001,895 1,315,825,640,037 1,590,696,763,704 1,894,393,921,685 2,124,990,807,329 Pertumbuhan Aset Tetap ( % ) - 23,05 20,89 19,09 12,17 18,80 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

219 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG DANA CADANGAN Dana Cadangan Jumlah Dana Cadangan ASET LAINNYA 1) Tagihan piutang 2) Tagihan Ganti Rugi 3) Kemitraan Pihak Ketiga 4) Aset Tak B er wuj ud 5) Aset Lainnya Jumlah Aset Lainnya Pert. Aset Lainnya JUMLAH ASSET DAERAH 1,270,193,114,060 1,575,025,733,974 1,814,434,584,916 2,049,138,416,627 2,387,028,746,603 PERT. ASSET DAERAH ( % ) - 23,99 15,20 12,94 16,49 17,15 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

220 DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Kewajiban jangka pendek dan jangka panjang bagi suatu pemerintahan pada dasarnya menggambarkan bahwa dalam percepatan pembangunan di daerah tersebut masih membutuhkan dana dari pihak lain. Tabel 3.7 memberi informasi bahwa hutang jangka pendek dalam neraca keuangan pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengalami penurunan yang sangat pantastis, yaitu dari Rp 9,476 milyar pada tahun 2007 turun menjadi Rp 3,684 juta pada tahun 2010 atau selama kurun waktu tersebut hutang jangka pendek pemerintah menurun sekitar 146,59 persen atau secara rata-rata turun sebesar 48,86 persen per tahun. Munculnya hutang jangka pendek ini menyebabkan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat mempunyai kewajiban jangka pendek yaitu sebesar Rp 9,476 milyar pada tahun Pemerintah menyadari bahwa hutang jangka pendek, bila tidak segera diangsur pembayarannya akan menjadi menjadi beban APBD di masa depan. Untuk itu pada tahun 2008 pemerintah melakukan pembayaran kembali terhadap hutang, sehingga pada tahun 2008 hutang hanya tersisa sebesar Rp 88,341 milyar atau terjadi pengurangan hutang sebesar Rp 9,387 milyar atau mencapai 938,73 persen, kemudian tahun 2009 hutang mengalami peningkatan Rp 132,237 juta dan tahun 2010 hanya tinggal Rp 3,684 juta. Sedangkan hutang jangka panjang Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak ada, sehinga kewajiban jangka panjang sampai tahun 2010 tidak ada. Dengan demikian dari perhitungan kewajiban jangka pendek tersebut yang mengalami pengurangan hutang secara pantastis, yaitu sebesar 146,59 persen atau rata-rata 48,86 persen per tahun. Hal ini merupakan suatu prestasi bagi pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kondisi ini harus dipertahankan, sehingga APBD kedepan tidak lagi dibebani masalah pembayaran hutang dan bagi generasi yang akan datang tidak mewarisi hutang dari pendahulunya. Perkembangan ekuitas dana pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama tahun tumbuh rata-rata sebesar 17,211 persen pertahun, dimana pada tahun 2007 tumbuh sebesar 23,25 persen, tahun 2008 sebesar 15,89 persen, tahun 2009 tumbuh sebesar 12,93 persenb dan pada tahun 2010 tumbuh sebesar 16,36 persen. Pertumbuhan ini didorong ekuitas dana investasi pada tahun 2007 sebesar 23,29 persen, tahun 2008 sebesar 20,38 persen, tahun 2009 sebesar 18,59 persen dan pada tahun 2010 tumbuh sebesar 12,02 persen. Selama kurun waktu ekuitas dana investasi mengalami pertumbuhan ratarata sebesar 18,57 persen pertahun. Sedangkan untuk ekuitas dana lancar pada tahun 2007 tumbuh sebesar 22,99 persen, dua tahun kemudian secara berturut-turut mengalami yaitu -13,04 pada tahun 2008 dan -37,52 % persen pada tahun Penurunan selama dua tahun ini disebabkan oleh SILPA sebagai salah satu sumber ekuitas dana lancar yang cenderung menurun dari Rp 199,727 miliyar pada tahun 2007 menurun menjadi Rp 169,922 milyar pada tahun 2008 dan turun lagi menjadi Rp 101,350 milyar pada tahun Kemudian pada tahun 2010 meningkat dengan tajam hingga mencapai 89,76 persen. Peningkatan ini didorong peningkatan SILPA yang mencapai Rp 203,619 milyar. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

221 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Tabel VI.2.7 Kewajiban Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Per 1Januari Desember 2010 URAIAN GR (%) Hutang Perhitungan Pihak Ketiga Utang Bunga Utang Pajak Pendapatan Terima dimuka Hutang Jangka Pendek Lainnya 9,475,625, ,340, JLH. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 9,475,625, ,340, ,237, ,00 Pert. Kewajiban Jangka Pendek ,07 49,69-97,21-48,86 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Hutang Dalam Negeri Hutang Luat Negeri JLH. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG JUMLAH KEWAJIBAN 9,475,625, ,340, ,237, ,00-146,59 Pertumbuhan Kewajiban - 99,07 49,69-97,21-48,86 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

222 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG Tabel VI.2.8 Ekuitas Dana Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Per 1 Januari Desember 2010 URAIAN EKUITAS DANA LANCAR REALISASI TAHUN Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 167,551,560, ,727,135, ,921,530, ,350,060, ,618,734,512. Cadangan Untuk Piutang 3,500,216,334. 9,335,499, ,425,501,990. 9,686,650, ,015,248,979. Cadangan Untuk Persediaan 1,322,571,161. 2,148,487,612. 3,281,042, ,805,072. Dana Untuk Pembiayaan Jangka Pendek Pendapatan Yang Ditangguhkan 469,423,940. Jumlah Ekuitas Dana Lancar 171,051,776, ,385,206, ,958,592, ,317,753, ,926,788, ,18 Pert. Ekuitas Dana Lancar (%) - 22,99-13,04-37,52 89,76 15,55 GR ( % ) EKUITAS DANA INVESTASI Investasi Jangka Panjang 29,782,375,207. Investasi Dalam Aset Tetap 1,068,005,674, Investasi Dalam Aset Lainnya.86 1,353,327,750. Dana Untuk Pembiayaan Hutang Jangka Pjg 00 39,339,261,858. 1,315,825,640, ,690,888,079. 1,590,696,763, ,294,503,580. 1,894,393,921, ,477,466,289. 2,124,854,698, Jumlah Ekuitas Dana Investasi 1,099,141,377,101 1,355,164,901,895 1,631,387,651,783 1,934,688,425,265 2,167,332,164,890 Pert. Ekuitas Dana Investasi (%) , , , ,02 18,57 JUMLAH EKUITAS DANA PERT. EKUITAS DANA (%),69 -,24 23,25,00 15,89,48 12,93,96 16,36 17,11 JUMLAH KEWAJIBAN dan EKUITAS DANA Pert. Kewajiban dan Ekuitas Dana (%),69 -,77 24,02,00 15,17,48 12,95,96 16,35 17,13 Sumber : Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Barat

223 DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Ekuitas dana lancar yang bersumber dari SILPA ditambah cadangan untuk piutang dan cadangan untuk persediaan dikurangi utang jangka pendek ditambah pendapatan yang ditangguhkan, sehingga tahun 2006 jumlah ekuitas dana lancar mencapai Rp 171,052 milyar dan meningkat menjadi Rp 216,927 miliyar pada tahun 2010 atau selama kurun waktu tersebut tumbuh sebesar 62,18 persen. Dengan demikian secara total jumlah kewajiban dan ekuitas dana pada tahun 2006 mencapai Rp milyar dan meningkat menjadi Rp milyar pada tahun 2010 dengan tingkat pertumbuhan rata- rata sebesar 17,13 persen pertahun. Pertumbuhan tertinggi tahun 2007 sebesar 24,02 persen yang didorong oleh peningkatan investasi dalam aset tetap yang mencapai Rp milyar pada tahun 2007 tersebut. Pada neraca keuangan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat rasio likuiditas yang digunakan adalah rasio lancar (current rasio) dan Quick Ratio. Rasio lancar adalah asset lancar dibagi dengan kewajiban jangka pendek, sedang Quick Ratio adalah asset lancar dikurangi persediaan dibagi dengan kewajiban jangka pendek. Berdasarkan formula tersebut, maka rasio likuiditas neraca keuangan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama tahun adalah sebagai berikut: Tabel VI.2.9 Rasio Llikuiditas Neraca Keuangan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Uraian Rasio Lancar - 23,20 20,72 10,92 59,51 Quick Ratio - 23,06 20,47 8,41 58,79 Sumber: Diolah dari Tabel 3.6 dan Tabel 3.7 a). Rasio Lancar (Current ratio) Rasio Lancar (Current ratio) digunakan untuk mengetahui sampai seberapa jauh Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat melunasi hutang jangka pendeknya. Semakin besar Current Ratio, semakin lancar pembayaran hutang jangka pendeknya. Angka rasio ini mengindikasikan kemampuan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat untuk memenuhi hutang jangka pendeknya. Bila Current Ratio (CR<1,5), Berarti Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat akan mengalami kesulitas dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Tetapi jika rasio ini cukup besar misalnya di atas 4,0, maka Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan mudah mencairkan asset lancarnya untuk membayar seluruh tagihan kewajiban jangka pendeknya. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Rasio lancar tahun 2007 sebesar 23,20, tahun 2008 sebesar 20,72, tahun 2009 sebesar 10,92 dan pada tahun 2010 sebesar 59,51. Kabupaten Tanjung Jabung Barat

224 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG Atas dasar nilai perhitungan rasio lancar tersebut mengindikasikan bahwa Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama kurun waktu dapat dengan mudah mencairkan asset lancarnya untuk membayar seluruh hutang atau kewajiban jangka pendeknya. Namun jika dilihat dari trend nilai rasio lancar yang cenderung fluktuatif, tetapi masih berada pada posisi aman (> 4,0) bahkan pada tahun 2010 meningkat tajam, maka kedepan pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat cukup aman dalam mengelola aset lancarnya, terutama yang berkaitan kewajiban jangka pendek. b). Quick Ratio Dengan membandingkan Quick Ratio hasil perhitungan dengan rasio temuan Dun & Bradstreet (D&B), maka quick ratio yang nilainya lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa asset lancar (setelah dikurangi persediaan) dapat menutup kewajiban jangka pendeknya. Sebaliknya quick ratio yang lebih kecil dari 0,75 menunjukkan bahwa Pemerintah daerah tidak mampu untuk menutup kewajiban jangka pendeknya dengan segera. Rasio keuangan ini lebih akurat dibandingkan rasio lancar (current ratio) karena Quick ratio telah mempertimbangkan persediaan dalam perhitungannya. Sebaiknya Quick Ratio tidak kurang dari 1 atau 100%. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai quick ratio neraca keuangan Pemrintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2007 sebesar 23,06, tahun 2008 sebesar 20,47, tahun 2009 sebesar 8,41 dan pada tahun 2010 meningkat tajam hingga mencapai 58,79. Nilai rasio tersebut menunjukkan bahwa kemampuan asset lancar Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat setelah dikurangi persediaan, mempunyai kemampuan yang cukup kuat untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Untuk neraca keuangan daerah, rasio solvablitas yang digunakan adalah rasio kewajiban terhadap asset dan rasio kewajiban terhadap ekuitas. Rasio kewajiban terhadap asset adalah kewajiban dibagi dengan asset, sedang rasio kewajiban terhadap ekuitas adalah kewajiban dibagi dengan ekuitas. Berdasarkan formula tersebut, maka rasio solvablitas neraca keuangan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama kurun waktu seperti pada Tabel 3.10 berikut ini. Tabel VI.2.10 Rasio Solvablitas Neraca Keuangan Pemerintah KabupatenTanjung Jabung Barat Tahun Uraian Rasio Kewajiban Terhadap Asset 0, ,0062 0,0015 Rasio Kewajiban Terhadap Ekuitas 0,0062 0,0049 0,0063 0,0016 Sumber: Diolah dari Tabel VI.2.7 dan Tabel VI.2.8 Kabupaten Tanjung Jabung Barat

225 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG a). Rasio Kewajiban Terhadap Asset Rasio kewajiban terhadap asset adalah suatu rasio yang membandingkan kewajiban jangka pendek ditambah dengan kewajiban jangka panjang dan dibagi dengan asset. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan formula diatas diperoleh nilai rasio tahun 2007 sebesar 0,0061, tahun 2008 sebesar 0,0048, tahun 2009 sebesar 0,0062 dan pada tahun 2010 sebesar 0,0015. Semakin kecil nilai rasio ini, maka semakin baik rasio rasio kewajiban terhadap asset. Namun jika nilai rasio cukup besar atau berada diatas 0,75 maka, pihak kreditor harus berhati-hati meminjamkan atau memberikan kredit kepada Pemerintah daerah tersebut. Jika dilihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama kurun waktu cukup kuat dan mampu membayar, bila Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat melakukan pinjaman ke kreditor (lembaga keuangan). b). Rasio Kewajiban Terhadap Ekuitas Rasio kewajiban terhadap Ekuitas adalah suatu rasio yang membandingkan antara kewajiban jangka pendek ditambah dengan kewajiban jangka panjang dan dibagi dengan Ekuitas. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan formula diatas diperoleh nilai rasio tahun 2007 sebesar 0,0062, tahun 2008 sebesar 0,0049, tahun 2009 sebesar 0,0063 dan pada tahun 2010 sebesar 0,0016. Nilai rasio Ekuitas sedkit berbeda (lebih besar) dari nilai rasio kewajiban terhadap aset (lihat Tabel 3.10). Semakin kecil nilai rasio ini, maka semakin baik rasio rasio kewajiban terhadap ekuitas, namun jika nilai rasio cukup besar atau berada diatas 0,75 maka, pihak kreditor harus berhati-hati meminjamkan atau memberikan kredit kepada Pemerintah daerah tersebut. Jika dilihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama kurun waktu cukup kuat dan sehat, bila pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat berkeinginan meminjam dana dengan pihak kreditor Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah Kebijakan umum keuangan daerah yang tergambar dalam pelaksanaan APBD merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah dan mengacu pada aturan yang melandasinya baik Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah maupun Keputusan Kepala Daerah. Anggaran pemerintah daerah yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana kerja keuangan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

226 Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG tahunan pemerintah daerah yang disusun secara jelas dan spesifik serta merupakan desain teknis pelaksanaan strategi untuk mencapai tujuan pembangunan daerah dalam bentuk alokasi anggaran PROPORSI PENGGUNAAN ANGGARAN Belanja daerah disusun dengan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Untuk itu dalam menyusun APBD mengutamakan pencapaian hasil melalui alokasi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Tabel 3.11 menunjukkan bahwa Kontribusi belanja tidak langsung terus mengalami peningkatan dari 28,31 persen pada tahun 2006 meningkat menjadi 44,59 persen pada tahun 2010 atau secara rata-rata kontribusi belanja tidak langsung terhadap total belanja daerah selama kurun waktu sebesar 33,75 persen pertahun. Peningkatan peran belanja tidak langsung didorong oleh kontribusi belanja pegawai dari 26,08 persen tahun 2006 meningkat menjadi 37,19 persen pada tahun 2010 atau secara rata-rata kontribusi belanja pegawai selama kurun waktu mencapai 28,87 persen pertahun. Sementara disisi lain belanja bantuan sosial juga menujukkan peningkatan, namun bersifat fluktuatif dari 2,11 persen tahun 2006 menjadi 1,01 persen tahun 2010 Tabel VI.3.1. Proporsi Penggunaan Anggaran Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun (Jutaan Rp) Uraian Realisasi GR (%) TOTAL BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 28,31 30,97 30,35 34,52 44,59-33,75 Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Pemt desa Belanja Bantuan Keu Pmt Desa Belanja Tidak Terduga 26,08 0,00 0,00 2,11 0,00 0,00 0,12 27,25 0,55 0,18 1,58 0,00 1,32 0,09 24,57 0,54 1,66 1,63 0,09 1,85 0,01 29,28 0,49 1,53 1,73 0,07 1,36 0,05 37,19 0,35 4,36 1,01 0,04 1,54 0,11 28,87 0,48 1,93 1,61 0,07 1,52 0,08 BELANJA LANGSUNG 71,69 69,03 69,65 65,48 55,41 66,25 Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal 0,00 19,05 52,64 0,00 16,71 52,32 6,25 15,35 48,05 4,96 13,49 47,03 4,51 12,94 37,96 5,24 15,51 47,60 JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Dinas PPAKD Kab.Tanjab Barat (data diolah) Kabupaten Tanjung Jabung Barat

227 DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Belanja bantuan keuangan kepada pemerintahan desa memperlihatkan kecenderung yang meningkat dari 1.32 persen pada tahun 2007 meningkat menjadi 1,52 persen pada tahun Peningkatan bantuan keuangan ini menujukkan tanggungjawab Pemerintah Kabupaten Tanjung Jaung Barat dalam usaha percepatan pembangunan di pedesaan. Namun dalam hal ini yang perlu dicermati adalah bagimana mengarahkan bantuan keuangan kabupaten pada pemerintahan desa tepat sasaran. Dari sisi belanja langsung selama kurun waktu menunjukan kecenderungan yang menurun yaitu dari 71,69 persen tahun 2006 turun menjadi 55,41 persen tahun Namun secara rata-rata kontribusinya masih cukup dominan (66,25 %) pertahun terhadap total belanja pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Penurunan belanja langsung ini terutana didorong oleh belanja modal yang cenderung turun dari dari 52,64 persen pada tahun 2006 menurun menjadi 37,96 persen. Sementara kondisi yang sama terlihat pada pada belanja pegawai yang juga menunjukkan kecenderungan yang menurun dari 6,25 persen pada tahun 2008 turun menjadi 4,51 persen pada tahun Belanja barang dan jasa yang merupakan salah satu komponen belanja dalam Belanja Langsung menunjukkan kecenderunga yang sama, dimana selama kurun waktu cenderung menurun dari 19,05 persen pada tahun 2006, kemudian turun terus hingga mencapai 12,94 persen pada tahun Namun secara rata-rata masih mampu memberikan konteribusi sebesar 15,51 persen pertahun terhadap total belanja daerah atau 23,41 persen terhadap total belanja langsung. Penurunan proporsi belanja barang dan jasa bukan berarti terjadi pengurangan anggaran, tetapi sebaliknya secara absolut proporsi anggaran belanja barang dan jasa meningkat dari Rp 73,346 milyar pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 82,465 milyar pada tahun 2010 atau terjadi peningkatan sekitar 12,43 persen. Secara persentase, tanpak bahwa semua komponen belanja langsung menunjukkan penurunan (lihat Tabel 3.11), namun secara absolut cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya, yaitu dari Rp 340,272 milyar pada tahun 2006 dan terus meningkat hingga mencapai Rp 637,447 milyar pada tahun Suatu hal yang patut mendapat apresiasi adalah dalam hal proporsi penggunaan anggaran, selama tahun proporsi belanja Langsung selalu lebih besar dan secara rata-rata mencapai 66,25 persen. Sementara belanja tidak langsung sebesar 33,75 persen. Hal ini menggambarkan bahwa kinerja APBD Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama tahun dari sisi realisasi belanja sudah menunjukkan arah keberpihakan pada masyarakat dengan fokus perhatian diarahkan pada peningkatan pelayanan dasar sesuai dengan amanat UU No.32 tahun Kabupaten Tanjung Jabung Barat

228 DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG Bab 6 : Keuangan & Rencana Peningkatan Pendapatan Gambar Proporsi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Kabupaten Tanjung Jabung Barat ANALISIS PEMBIAYAAN Pembiayaan daerah secara substansial meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali atau semua pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun- tahun anggaran berikutnya. Tabel 3.12 menunjukkan bahwa pembiayaan daerah yang termuat dalam APBD Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri atas penerimaan pembiayaan daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah. Pada sisi penerimaan pembiayaan daerah terdiri dari SiLPA Tahun lalu, penerimaan kembali penyertaan modal, penerimaan kembali piutang dan penerimaan hutang. Sedangkan sisi pengeluaran pembiayaan terdiri dari SiLPA Tahun berkenaan, pembentukan dana cadangan dan penyertaan modal/investasi, pembayarab pokok utang dan pemberian pinjaman. Sementara selisih antara Penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan merupakan pembiayaan Netto. Defisit anggaran sebesar Rp 29,86 milyar untuk tahun 2008 dan sebesar Rp 68,80 milyar pada tahun 2009 dapat dipenuhi dari Penerimaan pembiayaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya masing-masing sebesar Rp milyar dan Rp 169,92 milyar. Sumber penerimaan pembangunan selama tahun sebagian besar Kabupaten Tanjung Jabung Barat

( R P I J M ) PROVINSI JAMBI BIDANG PU/CIPTA KARYA

( R P I J M ) PROVINSI JAMBI BIDANG PU/CIPTA KARYA ( R P I J M ) BIDANG PU/CIPTA KARYA 2013-2017 KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI SURAT DUKUNGAN MENYEDIAKAN DANA PENDAMPING KATA PENGANTAR KETUA BAPPEDA KOTA SUNGAI PENUH DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Buku Laporan Akhir ini merupakan bagian kegiatan pekerjaan Penyusunan Rencana Program

Buku Laporan Akhir ini merupakan bagian kegiatan pekerjaan Penyusunan Rencana Program Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk serta bimbingannya kepada kita semua sehingga penyusunan Buku Laporan Akhir Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN Lampiran : Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor : 11 Tahun 2011 Tanggal : 25 Nopember 2011 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2005-2025 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI,... DAFTAR TABEL,... DAFTAR GAMBAR,...

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI,... DAFTAR TABEL,... DAFTAR GAMBAR,... DAFTAR ISI DAFTAR ISI,... DAFTAR TABEL,... DAFTAR GAMBAR,... Hal i iv ix BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang,... I-1 1.2. Maksud dan tujuan,... I-3 1.3. Dasar Hukum Penyusunan,... I-5 1.4. Hubungan

Lebih terperinci

Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Bab 2. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun

Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Bab 2. Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah Tanjung Jabung Barat adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Pantai

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA BRAM ITAM RAYA, DESA PANTAI GADING, DESA JATI EMAS, DESA KEMUNING,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia, dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA RANTAU BADAK LAMO, DESA LUBUK SEBONTAN, DESA SUNGAI PAPAUH, DESA SUNGAI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA TELUK PENGKAH, DESA TALANG MAKMUR, DESA SUNGAI KERUH, DESA DATARAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. No.606, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DATARAN PINANG, DESA TANJUNG PASIR, DESA SUNGAI GEBAR BARAT, DESA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MERLUNG DAN DESA TANJUNG MAKMUR KECAMATAN MERLUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

1 Perencanaan Perkerasan Jalan Paket Perencanaan Perkerasan Jalan Paket

1 Perencanaan Perkerasan Jalan Paket Perencanaan Perkerasan Jalan Paket REKAPITULASI HASIL INVENTARISASI KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN 2011 1 Perencanaan Perkerasan Jalan Paket 1 90.000.000 2 Perencanaan Perkerasan Jalan Paket 2 90.000.000 3 Perencanaan Perkerasan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DESA ADI JAYA DAN SUKA DAMAI KECAMATAN TUNGKAL ULU, DESA MEKAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih. Kata Pengantar Buku laporan interim ini merupakan laporan dalam pelaksanaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Asahan yang merupakan kerja sama

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA SUNGAI PAMPANG, DESA PARIT SIDANG, DESA SUNGAI JERING, DESA PARIT

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5. IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0 0 45 sampai 2 0 45 lintang selatan dan antara 101 0 10

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA RAWA MEDANG, DESA SUNGAI PENOBAN, DESA RAWANG KEMPAS, DESA LUBUK LAWAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

Pengembangan ketenagalistrikan. BELANJA MODAL Pekerjaan paket 3 Penyediaan Mesin Diesel+kabel 4,000,000,000.00

Pengembangan ketenagalistrikan. BELANJA MODAL Pekerjaan paket 3 Penyediaan Mesin Diesel+kabel 4,000,000,000.00 RENCANA UMUM PENGADAAN ( RUP ) DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KAB. TANJAB BARAT TAHUN ANGGARAN 2011 1 Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat Kuala Tungkal 74,000,000.00 bermotor Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan dimana didalamnya setiap

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA SUNGAI LANDAK, DESA SUNGSANG DAN DESA SUNGAI KEPAYANG KECAMATAN SENYERANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA TERJUN GAJAH, DESA LUBUK TERENTANG, DESA PEMATANG BULUH, DESA MUNTIALO,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Tolitoli merupakan suatu tahapan antara, yaitu setelah penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Tolitoli (SSK)

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG PU/CIPTA KARYA PROPINSI JAMBI KABUPATEN BUNGO KOTA MUARA BUNGO Nomor :. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MEKAR ALAM, DESA HARAPAN JAYA, DESA KUALA KAHAR DAN DESA MUARA SEBERANG

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL INVENTARISASI KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI 2011

REKAPITULASI HASIL INVENTARISASI KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI 2011 1 Perencanaan teknis Pengangkatan Lumpur dan pemeliharaan Parit 1 KUD Serdang Jaya Parit Lapis Bunga ( Prt Ban RT 5 Prt Pa.Bunga Kec. Betara ) Pemeliharaan di Kec.Betara menuju ke Desa Pematang Buluh Kec.

Lebih terperinci

DAFTAR PAKET PEKERJAAN PENGADAAN BARANG / JASA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KAB.TANJUNG JABUNG BARAT

DAFTAR PAKET PEKERJAAN PENGADAAN BARANG / JASA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KAB.TANJUNG JABUNG BARAT DAFTAR PAKET PEKERJAAN PENGADAAN BARANG / JASA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KAB.TANJUNG JABUNG BARAT NO PAKET PEKEERJAAN VOLUME LOKASI PAGU Belanja Modal Pengadaan

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL INVENTARISASI KEGIATAN PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR 2012

REKAPITULASI HASIL INVENTARISASI KEGIATAN PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR 2012 1 Pembangunan Gudang Penyimpan Barang Tungkal Ilir Rumah Dinas Wakil Bupati Tungkal III 100.000.000 2 Pembangunan Kantor Tungkal Ilir DPPKAD Kab. Tanjab Barat Tungkal III 7.900.000.000 3 Pembangunan Gedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( R P I J M ) BIDANG PU/CIPTA KARYA KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( R P I J M ) BIDANG PU/CIPTA KARYA KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( R P I J M ) BIDANG PU/CIPTA KARYA 2010-2014 KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI WALIKOTA SUNGAI PENUH SURAT DUKUNGAN MENYEDIA DANA PENDAMPING Nomor: 640/ 121/III/

Lebih terperinci

C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM

C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL INVENTARISASI KEGIATAN REHABILITASI SEDANG BERAT GEDUNG KANTOR 2012

REKAPITULASI HASIL INVENTARISASI KEGIATAN REHABILITASI SEDANG BERAT GEDUNG KANTOR 2012 REKAPITULASI HASIL INVENTARISASI KEGIATAN REHABILITASI SEDANG BERAT GEDUNG KANTOR 2012 No Nama Kegiatan Kecamatan Lokasi Desa/Kelurahan Volume Satuan Jumlah Anggaran Ket 1 Penyempurnaan D.I Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas wilayah Republik Indonesia dengan sebaran pulau, jumlah masyarakat permukiman dengan kendala pencapaian lingkungan sehat saat ini menjadi sasaran pembangunan pemerintah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Definisi Air Minum menurut MDG s adalah air minum perpipaan dan air minum non perpipaan terlindung yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN KEGIATAN PERDESAAN POTENSIAL DUKUNGAN INFRASTRUKTUR KE-CIPTA KARYA-AN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN RAPAT KOORDINASI MINAPOLITAN TAHUN 2014 BATAM 21 23 SEPTEMBER 2014 DIREKTORAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD Pendahuluan 1. 1 LATAR BELAKANG Rencana Jangka Menengah Daerah () Provinsi Jambi 2010-2015 merupakan penjabaran visi, misi dan program Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi terpilih berdasarkan Pemilihan Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Ir. Joerni Makmoerniati, MSc Plh. Direktur

Lebih terperinci

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota.

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota. - 20 - C. PEMBAGIAN URUSAN AN PEKERJAAN UMUM 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan nasional sumber daya air. 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,

Lebih terperinci

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Yogyakarta, 13 Agustus 2015 Oleh : Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

yeliyunita PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

yeliyunita PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2016 yeliyunita PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyusunan

Lebih terperinci

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Outline

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Sumber Daya Air

D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Sumber Daya Air D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah. 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Pesisir di Indonesia dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni: (1) tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir; pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa

Lebih terperinci

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991); RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN ( RUP ) APBD-P DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN ANGGARAN 2013 NOMOR : 600/509/DPUK/2013

RENCANA UMUM PENGADAAN ( RUP ) APBD-P DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN ANGGARAN 2013 NOMOR : 600/509/DPUK/2013 RENCANA UMUM PENGADAAN ( RUP ) APBD-P DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN ANGGARAN 03 NOMOR : 600/509/DPUK/03 No Nama dan Alamat Pengguna Anggaran Pekerjaan Rincian Penghitungan SATUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Kabupaten Gunungkidul melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Gunungkidul dilakukan karena usia

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci