PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI KECAMATAN X

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI KECAMATAN X"

Transkripsi

1 PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI KECAMATAN X Wenda Ega Vertin, Lala Septiyani Sembiring, Sartana Universitas Andalas wendaegav@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja di Kecamatan X. Ada 326 remaja terlibat dalam penelitian ini, dengan rentang usia antara tahun. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik accidental sampling. Data dikumpulkan dengan Skala Dukungan Sosial dari Orangtua (reliabilitas 0,934) dan Skala Kenakalan Remaja (reliabilitas 0,928). Data diolah dengan analisis regresi sederhana. Hasil analisis data menunjukan bahwa dukungan sosial dari orangtua berpengaruh signifikan terhadap kenakalan remaja (0,01(P<0,05), dengan besaran pengaruh sebesar 3,3% (R 2 =0,033). Temuan lain penelitian ini adalah kenakalan remaja di Kecamatan X berada pada kategori tinggi sementara dukungan sosial dari orangtua berada pada kategori sedang. Kata Kunci : Dukungan Sosial, Kenakalan, Remaja, Orangtua 1. PENDAHULUAN Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini, individu mengalami perubahan pada aspek biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang akan berpengaruh pada perilaku mereka. Beragam perubahan tersebut membuat remaja menghadapi berbagai masalah yang kompleks, baik masalah yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun masalah dengan lingkungannya. Lebih jauh, beragam masalah tersebut akan menyebabkan remaja mengalami ketidakberdayaan, sehingga mereka terjerumus pada berbagai tindak kenakalan. Seperti yang dikemukakan Santrock (2003), bahwa tindakan kenakalan yang dilakukan oleh remaja merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi beban tekanan jiwanya. Kenakalan remaja adalah kumpulan perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial atau bertentangan dengn norma sosial sampai tindak kriminal (Santrock, 2003) atau tindakan yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana (Sarwono, 2012). Lebih rinci, Jensen (dalam Sarwono, 2012) menjelaskan bahwa kenakalan remaja mencakup perilaku yang melanggar status, yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain, atau yang menimbulkan kerusakan materi. Kenakalan yang dilakukan oleh remaja bentuknya beragam, seperti perilaku merokok (World Health Organization, 2009), tawuran antar pelajar dan seks di luar nikah (Kusmiyati, 2013). Sementara menurut Kartono (2013) bentuk kenakalan remaja di antaranya adalah kebut-kebutan dijalan, berandalan, perkelahian (tawuran), dan membolos sekolah. Sebagian kenakalan tersebut mengarah pada tindak kriminal, seperti mengancam, mengintimidasi, memeras, mencopet, merampas, menyerang, melakukan pembunuhan, dan melakukan tindak kekerasan lainnya. Bentuk kenakalan yang lain adalah mabuk-mabukkan, melakukan seks bebas, menggunnakan narkoba, memerkosa, melakukan komersialisasi seks, menggugurkan janin, dan berjudi atau melakukan pertaruhan yang lain. Pada umumnya, kenakalan remaja banyak terjadi di kota besar. Menurut Kartono (2003), kotakota besar menjadi daerah rawan tindak kenakalan remaja disebabkan karena aktivitas masyarakatnya yang cukup tinggi, yang menyebabkan timbulnya berbagai masalah sosial. Masalah sosial tersebut menyebabkan remaja mengalami kebimbangan, kebingungan, kecemasan, dan mengalami konflik, sehingga sebagai bentuk kopingnya, mereka akan melakukan kenakalan. 67

2 Kasus kenakalan remaja juga banyak terjadi di kota Payakumbuh, salah satu kota di Sumatera Barat. Secara khusus, kasus kenakalan remaja yang dilaporkan ke Polisi resort (Polres) Payakumbuh berasal dari kecamatan X sebanyak 50% dan 50% lainnya berasal dari seluruh kecamatan lain yang berada di Kota Payakumbuh. Jenis kenakalan remaja yang dilakukan remaja di Payakumbuh beragam. Selama tahun 2014 tercatat berbagai macam kasus yang dialami oleh remaja di Kepolisian Resort (Polres) Payakumbuh di antaranya 7 kasus pengeroyokan; 8 kasus pencurian; 5 kasus persetubuhan anak di bawah umur; 20 kasus penganiayaan yang dilakukan secara bersama-sama; 1 kasus pembunuhan; dan 1 kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) (Polres Payakumbuh, 2014). Ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja melakukan tindak kenakalan. Faktor-faktor tersebut di antaranya identitas diri, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, dan kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal (Santrock 2003). Menurut Santrock (2003) dan Kartono (2003) keluarga merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi remaja melakukan berbagai tindak kenakalan. Hal itu terjadi karena keluarga merupakan lingkungan utama bagi anak. Hubungan antara orangtua dan anak, ayah dengan ibu, atau anak dengan anggota keluarga lain yang tinggal bersama-sama, berpengaruh pada perasaan, pikiran, tindakan serta kehidupan sosial remaja. Salah satu aspek keluarga yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah dukungan sosial dari anggota keluarga. Dukungan sosial adalah hal yang mengacu pada rasa senang yang dirasakan, kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu, yangterdiri dari informasi atau nasehat verbal dan/atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran individu-individu tersebut dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Meskipun remaja dapat mendapatkan dukungan sosial dari berbagai sumber, seperti teman, dokter atau komunitas (Sarafino, 2002; Myers, 2010), namun menurut Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1994) dukungan sosial yang paling penting bagi remaja adalah dukungan sosial dari keluarga. Menurut Sukamto (dalam Ali & Ashori, 2000), ketika remaja sedang mengalami kebingungan dalam hidupnya, remaja akan memerlukan dukungan keluarga untuk membantu memperoleh solusi terbaik bagi masalany, khususnya dukungan dari orangtua. Remaja yang mendapat dukungan dari orangtua cenderung menyakini bahwa mereka disayangi, diperhatikan, dan akan mendapatkan bantuan dari orangtua bila mereka membutuhkan sesuatu (Santrock, 2003). Lebih jauh, Sarafino (2002) menjelaskan bahwa dukungan sosial dapat berupa dukungan emosional, instrumental, informasional, dan penghargaan. Dukungan emosional merupakan suatu bentuk dukungan yang diekspresikan melalui empati, perhatian, kasih sayang dan kepedulian terhadap individu lain. Di sisi lain, dukungan penghargaan merupakan suatu bentuk dukungan yang terjadi melalui ekspresi seseorang dengan menunjukkan suatu penghargaan positif terhadap individu. Sementara dukungan instrumental merupakan suatu bentuk dukungan langsung yang diwujudkan dalam bentuk bantuan material atau jasa yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Sedangkan dukungan informasi merupakan suatu dukungan yang diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat/saran, penghargaan, bimbingan/pemberian umpan balik mengenai apa yang dilakukan individu, guna memecahkan masalah yang dihadapi. Adanya pengaruh dukungan sosial orangtua terhadap perilaku remaja tersebut dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut menunjukan bahwa dukungan sosial berkolerasi positif pada prestasi belajar pada anak usia sekolah dasar (Mindo, 2008), selfdirected learning pada siswa SMA (Tarmidi, 2010), minat baca pada siswa SMP (Wilatri, 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Mutia (2011) terhadap 145 orang siswi SMA di Slawi menemukan bahwa dukungan sosial dari keluarga mempengaruhi tingkat kecenderungan kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Semakin tinggi dukungan sosial dari keluarga maka akan semakin rendah 68

3 kecenderungan remaja untuk melakukan tindak kenakalan. Penelitian yang dilakukan oleh Wahida (2011) juga menemukan hasil yang sama. Penelitian yang dilakukan pada 45 orang remaja siswa SMK Bina Potensi Palu-Sulawesi Tengah tersebut menemukan bahwa dukungan orangtua mempengaruhi tingkat kecenderungan kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Semakin tinggi dukungan orangtua, tingkat kecenderungan remaja untuk melakukan kenakalan semakin rendah. Paparan di atas menunjukkan bahwa banyak kasus kenakalan remaja di Kecamatan X, kota Payakumbuah Kajian peneliti terhadap studi sebelumnya menemukan adanya peran penting dukungan sosial terhadap kenakalan remaja tersebut. Sejauh ini, belum pernah ada penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial dari orangtua dan kenakalan remaja yang dilakukan di kecamatan X. Oleh karena itu, peneliti menganggap penting untuk dilakukan penelitian Pengaruh Dukungan Sosial dari Orangtua terhadap Kenakalan Remaja di Kecamatan X. 2. METODOLOGI Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial dari orangtua, sementara variabel tergantungnya adalah kenakalan remaja. Dukungan sosial dari orangtua dalam penelitian ini diukur dengan Skala Dukungan Sosial yang disusun berdasarkan aspek-aspek konsep dukungan sosial yang dikemukakan oleh Sarafino (2002). Di sisi lain, variabel kenakalan remaja diukur dengan Skala Kenakalan Remaja yang disusun berdasarkan jenis-jenis kenakalan remaja yang dikemukakan oleh Jensen (dalam Sarwono, 2012). Responden penelitian ini sebanyak 326 orang, yang diambil dengan teknik accidental sampling. Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Uji normalitas sebaran data penelitian menggunakan teknik kolmogrof smirnof. 3. ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan sebaran skala penelitian tersebut diketahui bahwa jumlah responden penelitian dengan usia 15 tahun ada 83 orang, yang berusia 16 tahun ada 94 orang, usia 17 tahun berjumlah 93 orang, dan yang berusia 18 tahun ada 5 orang. Sementara jika dilihat dari jenis kelaminnya, responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 174 orang dan responden perempuan sebanyak 152 orang. Pekerjaan orangtua dikelompokkan menjadi 6 bagian, buruh (26 orang), petani (22 orang), pedagang (55 orang), wiraswasta (114 orang), pegawai swasta (42 orang), dan PNS (53 orang). Kemudian subjek penelitian yang orangtua menikah sebanyak 248 orang dan yang tidak menikah sebanyak 78 orang. Uji Normalitas Pengujian normalitas penyebaran skor data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnovdengan bantuan program komputer SPSS for windows (Priyatno, 2014). Variabel Dukungan Sosial dari Orangtua Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Asympsig. Alpha Keterangan (p) (α) 0,72 0,05 Normal Kenakalan Normal 0,53 0,05 Remaja Berdasarkan uji normalitas data penelitian diperoleh hasil bahwa data variabel dukungan sosial dari orangtua (X) dan variabel kenakalan remaja (Y) tersebar secara normal, sebab signifikan (p) variabel dukungan sosial dari orangtua dan variabel kenakalan remaja lebih besar dari alpha (α)0,05 69

4 (p>0,05). Nilai masing-masing signifikansi variabel dukungan sosial dari orangtua (X) adalah 0,72 dan nilai signikansi variabel kenakalan remaja (Y) adalah 0,53. Uji Linearitas Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidak adanya hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent adalah jika p<0,05 maka hubungannya antara variabel independent dengan variabel dependent dinyatakan linier. Hasil uji linearitas data penelitian menunjukkan adanya hubungan linear antara variabel dukungan sosial dari orangtua (X) dan kenakalan remaja (Y), hal ini bisa dilihat dari nilai signifikansi (p) yaitu 0,00. Apabila nilai p untuk test for linearity lebih kecil dari alpha (α) 0,05, maka antara variabel dukungan sosial dari orangtua (X) dan variabel kenakalan remaja (Y) dianggap terdapat hubungan yang linear. Analisis Regresi Linear Sederhana Berdasarkan hasil uji regresi linear sederhana pada penelitian membuktikan hipotesis peneliti, yaitu terdapat pengaruh dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja di Kecamatan X. Hal ini bisa dilihat dari taraf signifikan (p) 0,01 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Sederhana Dukungan Sosial dari Orangtua terhadap Kenakalan Remaja Variabel Alpha Sig. Keterangan Dukungan sosial dari orangtua - kenakalan remaja (α) (p) 0,05 0,01 Ada pengaruh Besarnya pengaruh dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja dapat dilihat dari nilair 2 (R-Square) atau disebut juga dengan koefisien determinasi, yaitu 0,033. Tabel3. Besaran Pengaruh Dukungan Sosial dari Orangtua terhadap Kenakalan Remaja Variabel R R 2 Dukungan sosial dari orangtua - kenakalan remaja 0,181 0,033 Berdasarkan rumus Kp = R 2 x 100% (Priyatno, 2014), maka diperoleh 0,033 x 100% = 3,3%. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh variabel dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja di Kecamatan X adalah sebesar 3,3%. Sedangkan sisanya sebanyak 96,7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Untuk melihat seberapa banyak dampak dari variabel dukungan sosial dari keluarga terhadap variabel kenakalan remaja dapat dilihat berdasarkan koefisien regresi (b), yaitu sebesar -0,116. Tabel 4. Besaran Dampak Dukungan Sosial dari Orangtua terhadap Kenakalan Remaja Variabel B Sig.(p) Constant 95,063 0,00 Dukungan sosial dari orangtua -0,116 0,001 Berdasarkan Tabel 4.terlihat bahwa konstanta sebesar 95,063, yang artinya bahwa jika dukungan sosial dari orangtua 0, maka kenakalan remaja nilainya adalah 95,063. Selain itu. pada Tabel 4. juga bisa dilihat besarnya angka koefisien regresi (b) yaitu -0,116. Angka 0,116 menunjukkan besarnya dampak variabel dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja, artinya apabila 70

5 dukungan sosial dari orangtua (X) mengalami kenaikan satu unit maka kenakalan remaja (Y) mengalami penurunan sebesar 0,116. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara dukungan sosial dari orangtua dengan kenakalan remaja, semakin tinggi dukungan sosial dari orangtua maka semakin rendah kenakalan remaja dan begitu juga sebaliknya semakin rendah dukungan sosial dari orangtua maka semakin tinggi kenakalan remaja. 4. HASIL DAN DISKUSI Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial dari orangtua memiliki pengaruh signifikan terhadap kenakalan remaja dengan nilai p sebesar 0,01 (p<0,05). Dengan demikian, Hipotesa alternatif (Ha) peneliti diterima yaitu terdapat pengaruh negatif dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja di Kecamatan X. Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu, di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mutia (2011), dimana dukungan sosial dari keluarga dan kecenderungan kenakalan pada remaja memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Wahida (2011), yang menunjukkan bahwa dukungan orangtua berpengaruh terhadap kecenderungan kenakalan remaja secara signifikan. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Yatminingsih (2013) yang menemukan hubungan negatif yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecenderungan kenakalan remaja. Berdasarkan kajian terhadap beberapa penelitian Hawari (dalam Widayati, 2014) juga menemukan bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orangtua sebagai figur tauladan bagi anak. Selain itu, Santrock (2003) juga mengatakan bahwa faktor keluarga sangat menentukan munculnya kenakalan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Ingram, Patchin, Huebner, Mc Cluskey, dan Bynum (2007) menyatakan bahwa variabel-variabel yang berasal dari keluarga secara tidak langsung berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja serius. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa peran pengawasan orangtua adalah komponen penting untuk memahami perilaku antisosial yang dilakukan remaja, dan hubungan keluarga yang kuat serta pengawasan dari orangtua dapat mengurangi kesempatan bagi remaja untuk memiliki hubungan negatif dengan teman sebaya yang kemudian menyebabkan remaja melakukan perilaku kenakalan. Namun bila ditinjau lebih dalam, terlihat bahwa besarnya pengaruh dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja hanya kecil, yaitu hanya sebesar 3,3%, sedangkan sisanya 96,7% dipengaruhi oleh variabel lain. Temuan ini menjadi hal yang menarik untuk didiskusikan. Bahwasannya, klaim yang dilakukan oleh teoritikus atau peneliti sebelumnya mengenai pengaruh dukungan sosial orang tua terhadap kenakalan remaja terlihat terlalu dilebih-lebihkan. Karena pengaruhnya ternyata tidak terlalu besar. Temuan ini bisa jadi mengindikasikan adanya gejala bahwa keberadaan orang tua menjadi hal yang semakin kurang berarti ketika individu memasuki masa remaja. Beberapa remaja justru berusaha untuk melepaskan diri dari kekangan orang tua. Adanya gejalan demikian sebenarnya juga banyak diyakini oleh ahli psikologi perkembangan (Misal, Santrock, 2003). Bahwa pada masa remaja, secara sosial, orientasi individu mengalami pergeseran. Dari yang sebelumnya berfokus pada orang tua dan keluarga, menjadi berorientasi pada dunia luar, khususunya teman-teman. Sehingga, adalah wajar ketika pengaruh dukungan sosial orang tua terhadap kenakalan remaja tidak besar. Terkait hal itu, kemungkinan kenakalan yang dilakukan oleh remaja lebih disebabkan oleh faktorfaktor yang lain. Santrock (2003) menjelaskan bahwa faktor lain yang mempengaruhi kenakalan remaja, di antaranya adalah identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, status sosioekonomi, dan kualitas lingkungan masyarakat. 71

6 Berdasarkan hasil uji regresi linear sederhana diketahui bahwa besarnya dampak variabel dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja, yaitu sebesar -0,116. Tanda negatif dari nilai -0,116 menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antara dukungan sosial dari orangtua dengan kenakalan remaja. Artinya, semakin tinggi dukungan sosial dari orangtua maka semakin rendah kenakalan remaja dan begitu juga sebaliknya semakin rendah dukungan sosial dari orangtua maka semakin tinggi kenakalan remaja. Hal diatas menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit dukungan sosial dari orangtua akan diikuti dengan penurunan kenakalan remaja sebesar 0,116.Kenaikan satu unit dukungan sosial dari orangtua ini memiliki arti bahwa setiap dukungan sosial dari orangtua (dukungan emosional, instrumental, informasional, dan penghargaan) akan menyebabkan penurunan dari perilaku kenakalan yang dilakukan oleh remaja di Kecamatan X. Hal ini berarti bahwa orangtua memiliki pengaruh terhadap perilaku-perilaku yang dilakukan oleh remaja yang ada di Kecamatan X, terutama perilaku kenakalan remaja. 4. KESIMPULAN Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh dukungan sosial dari orangtua dengan kenakalan remaja di Kecamatan X dengan arah negatif. Bahwa semakin tinggi dukungan sosial orangtua maka semakin rendah peluang remaja remaja untuk melakukan kenakalan. Sebaliknya, semakin rendah skor dukungan sosial dari orangtua maka semakin tinggi kenakalan remaja. Sebagian besar remaja di Kecamatan X memiliki skor kenakalan remaja yang tinggi. Mereka memenuhi hampir semua indikator dari keempat aspek kenakalan. Perilaku kenakalan yang paling banyak mereka dilakukan adalah kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain. Di sisi lain, mereka memiliki skor dukungan sosial orangtua pada kategori sedang, tidak terlalu tinggi maupun kurang. Adapun jenis dukungan sosial yang paling banyak mereka terima adalah dukungan informasi. Penelitian ini juga menemukan bahwa kontribusi dukungan sosial terhadap kenakalan remaja hanya kecil, yaitu 3,3%. Hal ini menunjukkan terjadinya kenakalan remaja di kota X lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain. 72

7 DAFTAR PUSTAKA Santrock. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga. Sudarsono. (2004). Kenakalan remaja. Jakarta: Rieka Cipta. Sarwono, S.W. (2012). Psikologi remaja.jakarta: Rajawali Pers. Kusmiyati. (2013). Berbagai Perilaku Kenakalan Remaja yang Mengkhawatirkan. Liputan6. 10 Sep 2013 at 20:15 WIB. Kartono, K. (2003). Patologi sosial 2: Kenakalan remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Polres Payakumbuh. (2014). Data Gangguan Kamtibmas (GK) dan Penyelesaian Kasus Wilayah Hukum Polres Payakumbuh Periode Tahun 2014 (Laporan kasus masuk). Tidak dipublikasikan. Ali, M. & Ashori, M. (2004). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta: Bumi Aksara. Sarafino, E. P. (2002). Health psychology: Biopsychosocial interaction. 5 th ed. New York: John Wiley & Sons, Inc. Myers, D. G. (2010). Social Psychology (10 th ed.). New York: McGraw-Hill. Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo. Hartanti. (2002). Peran sense of humor dan dukungan sosial pada tingkat depresi penderita dewasa pascastroke. Jurnal Anima, 17(2), Mindo, R. R. (2008). Hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan prestasi belajar pada anak usia sekolah dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma. Tarmidi & Ade Riza Rhma Rambe (2010). Korelasi antara dukungan sosial orang tua dan self directed learning pada siswa SMA. Jurnal Psikologi, 37(2), Wilastri, D. (2012). Hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan minat baca pada siswa SMP N 16 Yogyakarta (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Negeri Sunan Kalijaga. Mutia, E. & Retno, K. (2011). Hubungan antara dukungan keluarga dengan kecenderungan kenakalan remaja (Naskah publikasi). Diakses dalam Wahida, Sri. (2011). Pengaruh dukungan orangtua dan self control terhadap kecenderungan kenakalan remaja SMK Bina Potensi Palu-Sulawesi Tengah (Skripsi). Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Data Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh. (2014). Jumlah Siswa Menurut Usia Sekolah di Kota Payakumbuh Tahun Pelajaran Payakumbuh. Tidak dipublikasikan. Sugiyono. (2012). Metode penelitian Pendidikan pendekatan kuanttitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung : Alfabeta. Efriani, T. S. (2006). Hubungan perilaku delinquent dengan komunikasi efektif orangtua dengan remaja (skripsi). Jogjakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. 73

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode korelasi untuk mengetahui hubungan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE 1 Mellia Silvy Irdianty, 2 Rita Hadi W 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukanoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian. 4.1 Gambaran Umum Subjek Pengambilan data lapangan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas tentang peubah penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, populasi dan sampel penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN Dewi S Simanullang* Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan bagian dari generasi muda yang menjadi peletak dasar bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan oleh remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian ini termaasuk dalam penelitian kuantitatif. Menurut Sarwono (006) metode penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA 1 HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA Rizky Widayati kikiwidayati@yahoo.co.id Sumi Lestari Amir Hasan Ramli Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA. Eti Mutia Retno Kumolohadi INTISARI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA. Eti Mutia Retno Kumolohadi INTISARI 1 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA Eti Mutia Retno Kumolohadi INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif antara dukungan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi dalam masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Suatu proses masa yang semua anak manusia

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti mendatangi tempat yang akan diteliti dan mempersiapkan segala keperluan untuk penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel dalam penelitian ini merupakan keseluruhan populasi di SLB A

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel dalam penelitian ini merupakan keseluruhan populasi di SLB A BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi sampel penelitian Sampel dalam penelitian ini merupakan keseluruhan populasi di SLB A Pembina Jakarta yang berjumlah 20 orang remaja tuna netra. Berikut data kontrol

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Sampel dalam penelitian ini adalah 75 anggota aktif. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai gambaran sampel berdasarkan usia dan Masa bekerja. Selanjutnya akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 83 yaitu mahasiswa

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 83 yaitu mahasiswa BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 83 yaitu mahasiswa Psikologi Bina Nusantara angkatan 2015. Setelah peneliti melakukan penyebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Soetjiningsih (2010) tumbuh kembang merupakan suatu peristiwa yang saling berkaitan tetapi berbeda sifatnya dan sulit untuk dipisahkan yaitu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menguraikan tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

Lebih terperinci

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA Elisa Putri D. Siahaan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a. 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah 2.

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil SMA Negeri 15

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil SMA Negeri 15 25 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil SMA Negeri 15 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari lima kelas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju ke arah kedewasaan. Masa ini juga sering disebut masa peralihan atau masa pencarian jati diri seseorang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN INTENSITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2013/2014 ABSTRACT

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN INTENSITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2013/2014 ABSTRACT PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN INTENSITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2013/2014 Ade Zulbadri 1), Dr. H. Suratno, M. Pd 2), Dra. Hj. May Maemunah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya kehidupan anak-anak remaja sekarang ini banyak mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi cara berpikir, tata cara bertingkah laku, bergaul dan berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan

Lebih terperinci

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti yaitu remaja mulai dari rentang usia

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA Febry Heldayasari Prabandari *, Tri Budi Rahayu Program Studi D3 Kebidanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Wiyatama Bandar Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia 12-21 tahun dengan pembagian menjadi tiga masa, yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini dunia pendidikan sedang berkembang, banyak sekolah-sekolah yang berdiri dengan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk mendukung proses belajar siswa mereka, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara garis besar kenakalan siswa dalam hal ini remaja secara umum, bahwa diartikan sebagai perbuatan dan tingkah laku yang merupakan pelanggaran-pelanggaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT 07-08 RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA Aristina Halawa Akademi Keperawatan William Booth Surabaya. ABSTRAK Kenakalan remaja yang merupakan

Lebih terperinci

jumlah pegawai perpustakaan

jumlah pegawai perpustakaan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini sebesar 48 subyek yakni pegawai perpustakaan ota surabaya. Penelitian dilakukan pada tanggal 18

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan Pada Program Ekstensi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan mengakses segala informasi dan pengetahuan, penggunaan sarana atau suatu alat yang selanjutnya berdampak

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif

Lebih terperinci

PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO

PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO Oleh Tiwi Ambarsari Ridwan Baraba, S.E. M. M iwanba2003@yahoo.com Esti Margiyanti Utami, S. E. M.Si em.utami@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Hampir setiap hari banyak ditemukan pemberitaan-pemberitaan mengenai perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Masyarakat Turen Masyarakat Turen berjumlah kurang lebih sekitar 2.000-an orang. Dalam kehidupan bermasyarakat, sifat gotong royong, tolong-menolong dan kekeluargaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini, 2000).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Di mulai dengan perumusan masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Di mulai dengan perumusan masalah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Di mulai dengan perumusan masalah b. Menentukan variabel penelitian c. Melakukan studi kepustakaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian. 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Data-data yang diolah dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Data-data yang diolah dalam penelitian ini adalah kuesioner yang BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Responden Data-data yang diolah dalam penelitian ini adalah kuesioner yang desebarkan kepada pengguna website Kreavi.com melalui email admin. Dari kuesioner diperoleh data

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dengan merumuskan variabel penelitian melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subyek siswa-siswi SMP Swasta di Taman Sidoarjo. SMP Dharma Wanita 9 Taman terletak

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil pengolahan data, dan analisa data hasil penelitian. Hasil ini diperoleh berdasarkan kuesioner yang diberikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Magelang terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Magelang terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Kota Magelang terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang, wilayah provinsi Jawa Tengah dan memiliki posisi strategis karena berada di tengah-tengah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA SISWA SMP NEGERI 4 CEPU S K R I P S I. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA SISWA SMP NEGERI 4 CEPU S K R I P S I. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA SISWA SMP NEGERI 4 CEPU S K R I P S I Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diterapkan oleh orang tua subjek, dan tingkat sbling rivalry subjek.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diterapkan oleh orang tua subjek, dan tingkat sbling rivalry subjek. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Dari jumlah 76 sampel yang layak di analisis dari nilai beda minimal 3 pada tiap pola asuh berjumlah 62. Berikut ini akan diuraikan gambaran subjek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian. 4.1

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengambilan data lapangan terhadap perawat yang bekerja di shift malam

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengambilan data lapangan terhadap perawat yang bekerja di shift malam BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Responden Pengambilan data lapangan terhadap perawat yang bekerja di shift malam dilakukan pada periode 10 Juli 16 Juli 2012. Hasilnya adalah 99 orang responden dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Negeri 2 Tarik Sidoarjo. Jumlah dalam penelitian ini sebanyak 67 subjek.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Negeri 2 Tarik Sidoarjo. Jumlah dalam penelitian ini sebanyak 67 subjek. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII 1 dan VII 7 di SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo. Jumlah dalam penelitian ini sebanyak 67 subjek.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa di sekolah tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa di sekolah tersebut BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah di Kota Indramayu yaitu SMA PGRI 2 Sindang yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sekolah SMK NEGERI 1 Kecamatan SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan. 4.2. Pelaksanaan Penelitian 4.2.1. Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variasi pada satu atau lebih faktor lain

Lebih terperinci

JURNAL PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 MOJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017

JURNAL PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 MOJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017 JURNAL PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 MOJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017 THE EFFECT OF PEER SOCIAL SUPPORT TO THE STUDENTS LEARNING

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah BAB I A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang mengalami perubahan biologis, kognitif sosial-emosional yang dimulai dari rentan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Theresiana Salatiga yang terletak di jalan Kemiri Raya II Salatiga dengan akreditasi A. SMA Theresiana merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GEMOLONG TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. salah satunya menggambarkan karakteristik responden yaitu : Jenis kelamin, usia,

BAB IV HASIL PENELITIAN. salah satunya menggambarkan karakteristik responden yaitu : Jenis kelamin, usia, BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitian 4.1.1 Analisis Karakteristik Responden Peneliti memperoleh data primer dengan menyebarkan kuisioner yang dimana salah satunya menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Kaliurang KM. 14.5, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Kaliurang KM. 14.5, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan orang tua dan minat berwirausaha pada mahasiswa.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Semua partisipan dalam penelitian ini berjenis kelamin wanita dan berusia

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Semua partisipan dalam penelitian ini berjenis kelamin wanita dan berusia BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Demografis 4.1.1. Jenis kelamin dan usia Semua partisipan dalam penelitian ini berjenis kelamin wanita dan berusia antara 41 65 tahun. Tabel 4.1. Usia Partisipan Usia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMA Persada Bandar Lampung pada semester ganjil Tahun Ajaran 2012/2013

METODE PENELITIAN. SMA Persada Bandar Lampung pada semester ganjil Tahun Ajaran 2012/2013 14 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung pada semester

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo, Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya akan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian mengenai hubungan antara cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa pada pemerolehan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci