PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA TAHUN"

Transkripsi

1 ISBN : PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA TAHUN Kerjasama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Dengan Pemerintah Provinsi Papua Tahun 2011

2

3 PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA TAHUN MAKARTI KARYA MUKTITAMA Kerjasama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Dengan Pemerintah Provinsi Papua Tahun 2011

4 PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA TAHUN Diterbitkan oleh : Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Sekretariat Jenderal Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan Telepon : Fax : Website :

5 SAMBUTAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) mengamanatkan bahwa agenda membangun Tanah Papua yang damai dan sejahtera salah satunya adalah mengembangkan program-program di bidang kependudukan, transmigrasi, ketenagakerjaan dan keluarga berencana dengan fokus utama membangun keluarga kecil yang sehat dan sejahtera. Berkaitan dengan tujuan tersebut maka Visi Pembangunan Provinsi Papua adalah Membangun Papua Baru, maka missi yang diemban adalah menata kembali pemerintahan daerah, membangun tanah Papua yang damai dan sejahtera, membangun tanah Papua yang aman dan damai, serta meningkatkan dan mempercepat pembangunan prasarana dasar (infrastruktur) di seluruh tanah Papua. Dalam rangka terlaksana dan tercapainya tujuan pembangunan daerah tersebut diatas, salah satu faktor yang penting diperhatikan adalah mempersiapkan tenaga kerja yang berkualitas dan trampil baik di tingkat provinsi,kabupaten/kota maupun di tingkat sektor. Dengan demikian dapat disampaikan iii

6 bahwa setiap rencana dan pelaksanaan pembangunan daerah harus terkait dengan tenaga kerja. Berkaitan dengan penyiapan tenaga kerja tersebut maka pembangunan ketenagakerjaan daerah di semua bidang harus berpedoman terhadap Perencanaan Tenaga Kerja Daerah. Hal ini telah diamanatkan oleh Undang-undang Ketenagakerjan No 13 tahun 2003 jo Peraturan Pemerintah No 15 tahun 2007 jo Permenakertrans No 16 dan 17 tahun Oleh sebab itu, saya sangat mengapresiasi Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan atas tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua tahun Oleh karena itu seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar menjadikan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi ini sebagai dokumen pokok dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah sehingga dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah benarbenar berhasil guna dan berdaya guna dan sekaligus dapat mengatasi permasalahan di bidang ketenagakerjaan. Terima kasih. Jayapura, November 2011 Pj. Gubernur Provinsi Papua Dr. Drs. H. Syamsul Arief Rivai, MS iv

7 KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJA Dalam rangka pelaksanaan amanat pasal 7 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, bahwa perencanaan tenaga kerja baik dalam lingkup kewilayahan (nasional, provinsi dan kabupaten/kota) maupun lingkup sektoral/ sub sektoral (sektoral/sub sektoral nasional, sektoral/sub sektoral provinsi, sektoral/sub sektoral kabupaten/kota), dijadikan acuan dan pedoman dalam pembangunan ketenagakerjaan ditingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Sektoral/Sub Sektoral Provinsi, dan Sektoral/Sub Sektoral Kabupaten/Kota. Masalah utama ketenagakerjaan diantaranya adalah masih besarnya penganggur terbuka dan setengah penganggur, serta masalah ketenagakerjaan lainnya seperti rendahnya kualitas angkatan kerja, rendahnya produktivitas kerja, dan rendahnya kesejahteraan pekerja, sehingga bersifat multi dimensional antara berbagai faktor baik ekonomi, sosial dan lainnya. Oleh karena itu diperlukan kebijakan yang komprehensif dan multi dimensi. Untuk itu maka diperlukan suatu perencanaan tenaga kerja yang dapat dijadikan acuan oleh seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Papua. v

8 Dengan tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Tahun , maka dasar pembangunan yang berpihak pada penciptaan perluasan kesempatan kerja (pro job) sudah semakin jelas dan terarah, khususnya dalam menghadapi masalah pengangguran, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan produktivitas dan kesejahteraan pekerja. Namun demikian, mengingat permasalahan ketenagakerjaan merupakan permasalahan bersama, maka diperlukan upaya kolektif dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada di Provinsi Papua. Untuk itu dalam penyusunan kebijakan, strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan, pemerintah daerah harus berpedoman pada Perencanaan Tenaga Kerja untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan yang ada di Provinsi Papua. Akhirnya kami menyambut gembira dan memberikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada Pemerintah Provinsi Papua atas tersusunnya buku Perencanaan Tenaga Kerja ini. Jakarta, November 2011 Kepala Pusat Perencanaan Tenaga Kerja, SYARIFUDDIN SINAGA, SH NIP vi

9 KATA PENGANTAR KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA Buku Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Jangka Menengah Tahun ini memuat data/informasi proyeksi penduduk usia kerja, angkatan kerja, kesempatan kerja, proyeksi tingkat pengangguran serta kebijakan dalam penciptaan kesempatan kerja. Angka-angka perkiraan dalam buku ini telah disesuaikan dengan data dan informasi mutakhir, dengan menggunakan berbagai asumsi perkembangan ekonomi nasional dan proyeksi ketenagakerjaan. Perumusan perkiraan dan penentuan target ini di lakukan dengan menggunakan data dasar mulai tahun serta melalui serangkaian diskusi dengan berbagai pihak terkait seperti Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), Badan Pusat Statistik, Insatansi pemerintah maupun swasta serta sektor lapangan usaha. Rencana yang dimuat dalam PTK jangka menengah ini merupakan rencana indikatif yang digunakan untuk pembinaan ketenagakerjaan secara umum. Oleh karena itu, variabel, koefisien dan angka-angka yang terdapat didalamnya dapat dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan nyata yang terjadi. Kami menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan dalam buku ini, yang mengakibatkan berbagai keterbatasan yang ada, untuk itu kami mengharapkan saran konstruktif dari pembaca dan seluruh pihak terkait guna penyempurnaan dimasa yang akan datang. vii

10 Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang berpartisipasi dalam penyusunan PTK jangka menengah tahun ini dan akhirnya kami mengharapkan kiranya buku PTK jangka menengah ini dapat kita gunakan sebaik-baiknya sebagai acuan dalam pembangunan ketenagakerjaan di lingkup nasional, daerah dan sektoral. Jayapura, November 2011 KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA Drs. YAN PIET RAWAR NIP viii

11 A. Maksud dan Tujuan EXECUTIVE SUMMARY (RINGKASAN) Penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi tahun ini adalah untuk memberikan berbagai informasi ketenagakerjaan yang dapat digunakan sebagai bahan perumusan strategi, kebijakan dan program ketenagakerjaan. Tujuan dari penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi ini adalah sebagai berikut: 1. Memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi daerah serta agregat-agregat yang pokok pada kurun waktu Memotret situasi ketenagakerjaan saat ini dengan berbagai karakteristiknya, serta memperkirakan secara cermat perkiraan persediaan tenaga kerja untuk lima tahun kedepan Memperkirakan kesempatan kerja yang akan datang dengan berbagai karakteristik lima tahun, baik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan ekonomi maupun faktor lainnya. 4. Menyusun rekomendasi kebijakan umum dalam menangani masalah ketenagakerjaan khususnya tenaga kerja terdidik maupun kebijakan sektoral. 5. Memperkirakan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja tahun dengan berbagai indikator dan karakteristiknya. ix

12 B. Kondisi Ketenagakerjaan Penduduk usia kerja dapat dilihat sebagai penduduk yang telah siap untuk memasuki dunia kerja. Jumlah penduduk usia kerja di Provinsi Papua tahun 2010 mencapai orang dengan jumlah penduduk muda yang jauh lebih besar dibanding penduduk tua. Secara keseluruhan, persentase penduduk usia kerja laki-laki lebih banyak dari pada perempuan (52,23 %dan 47,77%). Supply tenaga muda yang besar ini merupakan potensi yang harus dikelola dengan baik dengan cara membekali dengan pendidikan dan keterampilan yang memadai. Sebagian besar penduduk usia kerja berpendidikan rendah. Penduduk usia kerja yang berpendidikan SD ke bawah (SD dan tidak pernah sekolah) mencapai 45,43 persen. Sementara itu, penduduk usia kerja yang berpendidikan tinggi (Diploma/Sarjana) hanya 4,05 persen. TPAK laki-laki Provinsi Papua tahun 2010 adalah 88,56 persen sementara TPAK perempuan 72,72 persen. Secara keseluruhan TPAK Papua adalah 80,99 persen. Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua adalah sebesar orang. Jumlah angkatan kerja paling banyak berada pada kelompok umur tahun. Angkatan kerja dengan pendidikan yang ditamatkan di bawah SD mempunyai persentase paling besar yaitu 50,38 persen. Persentase angkatan kerja dengan pendidikan yang ditamatkan SD (19,74%) dan tamat SLTP (10,81%). Penduduk bekerja di Provinsi Papua tahun 2010 adalah sebanyak jiwa, atau setara dengan 96,45 persen dari seluruh jumlah angkatan kerja yang ada. Sebagian besar penduduk Provinsi Papua bekerja pada lapangan kerja pertanian (77,84%). x

13 Secara keseluruhan persentase pekerja terbesar bekerja di atas 35 jam yaitu lebih dari 60 persen dan yang terkecil adalah persentase penduduk yang sementara tidak bekerja yang berada di bawah satu persen. Persentase pekerja yang jam kerjanya antara 1 sampai 34 jam yaitu 38,97 persen, naik dua persen dari tahun sebelumnya. Jumlah setengah penganggur menurut jam kerja dengan jumlah jam kerja antara 1 34 jam kerja per minggu sebanyak orang (38,97%). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah setengah penganggur laki-laki sebanyak orang (33,98%) dan setengah penganggur perempuan orang (45,68%). Jumlah pengangguran yang ada di Provinsi Papua tahun 2010 menurut hasil Sakernas Agustus 2010 sebesar orang atau tingkat penganggur terbuka (TPT) 3,55 persen. C. Persediaan Tenaga Kerja Jumlah penduduk usia kerja Provinsi Papua tahun 2012 sebanyak orang dan pada akhir proyeksi tahun 2016 jumlah penduduk usia kerja sebanyak orang, berarti ada kenaikan sebanyak orang atau naik sebesar 5,71 persen. Menurut golongan umur, konsentrasi jumlah penduduk usia kerja tahun 2012, 2013 dan tahun 2014 pada golongan umur tahun masing-masing sebanyak 307,612 orang (16,0%), orang (16,03%), dan orang (16,01%), sedangkan pada tahun 2015 dan 2016 konsentrasi penduduk usia kerja pada golongan umur tahun masing masing 321,129 orang (16,07%), dan 329,182 orang (16,25%). Sebagian besar penduduk usia kerja pendidikan maksimum SD, pada tahun 2012 dan tahun 2016 masing-masing sebanyak orang (63,13%) dan orang (49,77%). xi

14 Jumlah penduduk usia kerja tahun 2012 laki-laki sebanyak orang (52,16%) dan perempuan orang (47,84%), sedangkan akhir proyeksi tahun 2016 usia kerja laki-laki sebanyak orang (52,04%), sedangkan perempuan sebanyak orang (47,96%). Hasil proyeksi TPAK semakin naik, tahun 2012 TPAK sebesar 81,96 persen dan tahun 2016 diproyeksikan meningkat menjadi 83,94 persen. Berdasarkan kelompok umur TPAK terendah baik tahun 2012 mapun tahun 2016 adalah kelompok umur tahun, masing-masing persen dan 52,79 persen, dan pada kelompok umur ini besarnya TPAK secara bertahap menurun. Jumlah angkatan kerja tahun 2012 diproyeksikan sebanyak orang dan akhir proyeksi tahun 2016 jumlah angkatan kerja meningkat menjadi orang yang berarti jumlah angkatan kerja bertambah orang. Berdasarkan golongan umur jumlah angkatan kerja terbanyak umur tahun, yaitu tahun 2012 diproyeksikan angkatan kerja sebanyak orang (17,20%) dan tahun 2016 diproyeksikan jumlah angkatan kerja umur meningkat menjadi orang (18,13%). Berdasarkan tingkat pendidikan diproyeksikan angkatan kerja menurut tingkat pendidikan sebagian besar masih tingkat pendidikan SD, tahun 2012 tingkat pendidikan SD sebanyak orang (69,1%) dan akhir proyeksi tahun 2016 jumlah angkatan kerja yang berpendidikan SD jumlahnya menurun menjadi (53,97%). Pada sisi lain angkatan kerja yang berpendidikan lebih tinggi semakin naik, Sebagai gambaran proyeksi angkatan kerja di Provinsi Papua yang berpendidikan Universitas tahun 2012 sebanyak orang (4,21%) meningkat menjadi orang (13,54%). xii

15 Berdasarkan jenis kelamin, jumlah angkatan kerja laki-laki diproyeksikan sebanyak orang (57,62%) dan perempuan sebanyak orang (42,38%) pada tahun Pada akhir proyeksi tahun 2016 laki-laki meningkat menjadi orang (58,63%) dan perempuan orang (41,37%). D. Perkiraan dan Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan pekerjaan, sebagian besar tenaga kerja terserap pada lapangan pekerjaan pertanian, baik pada awal proyeksi tahun 2012 maupun pada proyeksi tahun 2016 masing-masing menyerap tenaga kerja sebanyak (78,31%) dan (79,21%). Urutan ke kedua jasa kemasyarakatan, di proyeksikan tahun 2012 menyerap kesempatan kerja sebanyak (7,95%) dan tahun 2016 menyerap tenaga kerja sebanyak orang (7,54%), kemudian urutan ketiga sektor perdagangan pada tahun 2012 menyerap tenaga kerja sebanyak orang (6,40 persen) dan tahun 2016 menyerap tenaga kerja sebanyak orang (6,00%). Sektorsektor lainnya seperti angkutan, bangunan, indutri pengolahan, listrik, gas dan air dan keuangan serapan kesempatan kerja persentasenya lebih rendah. Sektor pertambangan yang disebut mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Papua, hanya menyerap tenaga kerja orang (3,19%) dan akhir proyeksi tahun 2016 pertambangan diproyeksikan menyeraf tenaga kerja sebanyak orang (1,3%), yang berarti terjadi penurunan jumlah kesempatan kerja pada sektor tersebut. Berdasarkan tingkat pendidikan diproyeksikan pada tahun 2012 sebagaian besar kesempatan kerja tingkat pendidikan SD atau tidak tamat SD sebanyak orang, (70,83%) kemudian menurun xiii

16 menjadi orang (54,78%), demikian juga kesempatan kerja tingkat pendidikan SMP, SLTA Umum, dan Diploma. Tetapi kesempatan kerja untuk tingkat pendidikan SLTA kejuruan dan universitas diproyeksikan mengalami kenaikan kesempatan kerja. Kesempatan kerja tingkat pendidikan universitas tahun 2012 diproyeksikan sebanyak orang (3,76%) meningkat menjadi orang (13,05%). Hal ini karena semakin meningkatnya kesempatan kerja yang menuntut jenjang pendidikan sarjana, dan semakin besar kesadaran penduduk untuk meningkatkan jenjang pendidikan sarjana. Diproyeksikan kesempatan kerja laki-laki lebih banyak dari perempuan. Kesempatan kerja laki-laki sebanyak orang (57,75%) pada tahun 2012 dan diproyeksikan meningkat menjadi orang (59,02%) pada akhir proyeksi tahun Kesempatan kerja perempuan awal proyeksi sebanyak orang (42,25%) meningkat menjadi orang (40,98%). Secara absolut jumlahnya kesempatan kerja naik, tetapi persentase kesempatan kerja perempuan menurun dibandingkan kesempatan kerja laki-laki pada tahun Berdasarkan golongan umur, kesempatan kerja golongan umur terbanyak yaitu orang (17,82%) pada tahun 2012, dan meningkat menjadi orang (18,37%) tahun Kesempatan kerja kedua golongan umur sebanyak orang tahun 2012, kemudian tahun 2016 sebanyak orang. Besarnya kesempatan kerja pada golongan umur ini tidak terlepas dari faktor natural increase dan migrasi masuk. Kesempatan kerja golongan umur yang lainnya jumlah dan persentasenya lebih rendah. xiv

17 Diperkiraan produktivitas kerja menurut lapangan usaha, dimana produktivitas total per tenaga kerja per tahun sebesar milyar rupiah pada tahun 2012 dan secara bertahap naik, dan diperkiran tahun 2016 menjadi milyar rupiah. Menurut lapangan usaha, pertambangan memiliki produktivitas per tenaga kerja tertinggi dibanding lapangan usaha lainnya. Pada lapangan usaha pertambangan produktivitas per tenaga kerja per tahun milyar rupiah pada tahun 2012 dan meningkat menjadi Rp milyar rupiah pada tahun Sedangkan lapangan usaha pertanian memiliki produktivitas per tenaga kerja terendah per tahun sejak dari awal proyeksi tahun 2012 sampai akhir proyeksi tahun E. Penganggur Terbuka Walaupun pemerintah terus berusaha meningkatkan kesempatan kerja untuk mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang terus meningkat setiap tahunnya, tetapi jumlah kesempatan kerja tetap masih lebih rendah dari pada jumlah angkatan kerja. Atas dasar persediaan tenaga kerja dan kesempatan kerja yang tersedia masih didapatkan perkiraan jumlah penganggur terbuka pada tahun 2012 sebanyak orang dan meningkat menjadi orang pada tahun 2016, yang berarti bertambah sebanyak orang (29,45%). Berdasarkan golongan umur jumlah penganggur terbuka terbanyak pada kelompok umur tahun baik pada tahun 2012 maupun tahun 2016 masing-masing orang (28,73%) dan orang (28,24%). Jumlah penganggur terbuka terbanyak adalah tingkat pendidikan SD, pada tahun 2012 diperkirakan sebanyak orang (30,83%) dan orang (38,04%) tahun Tetapi untuk tingkat pendidikan SLTA Umum jumlah penganggur terbuka menurun, tahun 2012 diperkirakan sebanyak orang (28,42%) turun menjadi orang (16,28%). xv

18 Berdasarkan jenis kelamin jumlah penganggur terbuka diperkirakan laki-laki sebanyak orang (54,33%) dan perempuan sebanyak orang ( 45,67%) tahun 2012, sedangkan pada tahun 2016 jumlah penganggur terbuka laki-laki sebanyak orang ( 50,92%) dan perempuan orang ( 49,08%). Tingkat pengangguran terbuka diperkirakan tahun 2012 sebesar 4,05 persen, kemudian naik menjadi 4,84 persen tahun Perkiraan tingkat penganggur terbuka menurut tingkat pendidikan menunjukkan tingkat pendidikan Diploma memiliki angka tertinggi. Pada tahun 2012 TPT Diploma sebesar 18,13 persen, sedangkan tahun 2016 diperkirakan naik menjadi 38,95 persen. Sebaliknya TPT tingkat pendidikan SD paling rendah, hal ini karena mereka banyak terserap banyak pada lapangan kerja pertanian yang tidak banyak membutuhkan syarat pendidikan yang tinggi. Diperkirakan tahun 2012 TPT tingkat pendidikan SD 1,80 persen dan meningkat menjadi 3,41 persen pada tahun Tingkat penganggur terbuka sebesar 4,05 persen, yang terdiri dari laki-laki sebesar 3,82 persen dan perempuan 4,36 persen pada tahun 2012 dan diperkirakan pada tahun 2016 tingkat penganggur meningkat menjadi 4,84 persen, yang terdiri lakilaki sebanyak 4,21 persen dan perempuan naik menjadi 5,75 persen. F. Kebijakan Pembangunan Ketenagakerjaan Berbagai permasalahan yang dihadapi Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Provinsi Papua antara lain: (1) Kurangnya koordinasi antara Provinsi dan Kabupaten/Kota; (2) Terbatasnya tenaga bahkan sebagian besar kabupaten belum meningkat seperti: Teknis Perencanaan Tenaga Kerja, Teknis Pemandu Wirausaha, Teknis Pengantar Kerja, Teknis Pengelola Latihan, Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan, Teknis Mediator dan Teknis xvi

19 Instruktur; (3) Penempatan Kualifikasi personil tidak sesuai dengan hambatan yang tersedia. Atas dasar hal tersebut kebijakan pembangunan ketenagakerjaan meliputi: (1) Kebijakan pendayagunaan dan peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja adalah menyiapkan tenaga kerja yang kompeten, produktif melalui penyelenggaraan pelatihan berbasis kompetensi, pemagangan dan berbasis masyarakat; (.2) Kebijakan pemerataan kesempatan Kerja: Kebijakan pemerataan kesempatan kerja dan peningkatan konsolidasi program-program perluasan kesempatan kerja yang seluas-luasnya; (3) Kebijakan peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan ketenagakerjaan, keselamatan kerja dan kesehatan kerja serta penegakan hukum. (4) Kebijakan peningkatan kualitas hubungan industrial antara pekerja dan pemberi kerja melalui dorongan pelaksanaan negosiasi hubungan industrial secara bipartite untuk mencapai kesempatan antara pekerja dengan pemberi kerja. xvii

20

21 DAFTAR ISI Sambutan Gubernur Provinsi Papua... Kata Pengantar Kepala Pusat Perencanaan Tenaga Kerja... Kata Pengantar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Provinsi Papua... Executive Summary... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... iii v vii ix xix xxi xxiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Hasil yang Diharapkan Kerangka Pikir Metodologi Sumber Data Pengertian Dasar, Konsep dan Definisi Sistimatika Penulisan. 14 BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN Kondisi Ekonomi Penduduk Usia Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Angkatan Kerja Penduduk yang Bekerja Setengah Penganggur Penganggur Terbuka Produktivitas Tenaga Kerja Keadaaan Ketenagakerjaan BAB III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA Perkiraan Penduduk Usia Kerja Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perkiraan Angkatan Kerja. 45 xix

22 BAB IV BAB V BAB VI PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA Perkiraan Perekonomian Perkiraan Kesempatan Kerja Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja 59 PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA Perkiraan Persediaan Tenaga Kerja dan Kebutuhan Tenaga Kerja Perkiraan Penganggur Terbuka Neraca Persediaan dan Kebutuhan Tenaga Kerja. 69 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN Kebijakan Pembangunan Ketenagakerjaan Strategi Pembangunan Ketenagakerjaan Program Pembangunan Ketenagakerjaan. 77 Bab VII PENUTUP 79 Daftar Pustaka xx

23 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Tabel 2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Tabel 2.3 TPAK Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Tabel 2.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur dan Tingkat Pendidikan Tabel 2.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 Tabel 2.6 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jam Kerja Tahun 2010 Tabel 2.7 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 Tabel 2.8 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Tabel 2.9 Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Tabel 2.10 Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun Tabel 2.11 Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Agustus Agustus 2011 Tabel 2.12 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Agustus 2009-Agustus 2011 Tabel 2.13 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Agustus 2009-Agustus 2011 Tabel 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Tahun Tabel 3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tabel 3.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun Tabel 3.4 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun Tabel 3.5 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Hal xxi

24 Tabel 3.6 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun Tabel 3.7 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun Tabel 3.8 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tabel 3.9 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun Tabel 4.1 Perkiraan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun Tabel 4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun Tabel 4.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Satus Pekerjaan Tahun Tabel 4.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun Tabel 4.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tabel 4.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun Tabel 4.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun Tabel 4.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun Tabel 4.9 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun Tabel 5.1 Perkiraan Jumlah Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja Tahun Tabel 5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun Tabel 5.3 Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun Tabel 5.4 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tabel 5.5 Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tabel 5.6 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun Tabel 5.7 Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun xxii

25 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1.1 Diagram Ketenagakerjaan.. 6 Gambar 2.1 Persentase Kegiatan Terbanyak Penduduk Usia Kerja Tahun Gambar 2.2 Persentase Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Gambar 2.3 Gambar 2.4 Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Tahun Angkatan Kerja Menurut Kelompok Umur Tahun Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 5.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun Perkiraan Angakatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun xxiii

26

27 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang undang Ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan mengamanatkan bahwa perencanaan tenaga kerja merupakan acuan dalam pembangunan ketenagakerjaan. Demikian pula dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Nomor 16 tahun 2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan Serta Pelaksanaan Perencanaan Ketenagakerjaan menetapkan dan sekaligus mengamanatkan agar dilaksanakan berbagai aspek yang berkaitan dengan perencanaan tenaga kerja yaitu : penyusunan laporan, monitoring, evaluasi maupun pembinaan perencanaan tenaga kerja. 1

28 Keberhasilan pembangunan di segala bidang ditentukan dengan adanya perencanaan yang baik yang didukung oleh ketersediaan data dan informasi yang akurat. Perencanaan pembangunan ketenagakerjaan adalah perencanaan keseimbangan diantara ketersediaan tenaga kerja dan kebutuhan tenaga kerja. Dari sisi persediaan tenaga kerja (penawaran) jumlah angkatan kerja di pengaruhi oleh variabel demografi ditingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Provinsi Papua dengan jumlah penduduk yang masih relatif kecil dibanding dengan luas wilayahnya serta sumber daya alam yang berlimpah merupakan daya tarik bagi pencari kerja dari luar Papua sehingga pertambahan penduduk meningkat tajam. Dari sisi kebutuhan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang dinamis masing masing sektor yang dapat dilihat dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Disamping itu, adanya otonomi khusus Papua memberikan dampak terhadap jumlah anggaran yang besar sehingga meningkatkan pembangunan infrastruktur dan pembangunan sumber daya manusia. Hal ini tentu saja membutuhkan tenaga kerja yang besar pula. Secara teoritis makin tinggi pertumbuhan ekonomi akan memperbesar kemungkinan terjadi peningkatan kebutuhan tenaga kerja. Keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan diperlukan berbagai upaya dari berbagai pihak yang terkait termasuk pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat, terutama adalah instansi pembina sektor yang sangat berperan dalam menciptakan kesempatan kerja. Dengan tersusunnya rencana tenaga kerja ini, maka instansi pembina sektor maupun sub sektor baik Pusat, Provinsi maupun Kab/Kota akan lebih terarah, mudah dan cepat dalam melaksanakan 2

29 pembangunan ketenagakerjaan. Selain itu akan terdapat keseragaman antar instansi pembina sektor di Pusat, Provinsi dan Kab/Kota Maksud dan Tujuan Penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua tahun ini adalah untuk memberikan berbagai informasi ketenagakerjaan yang dapat digunakan sebagai bahan perumusan strategi, kebijakan dan program pembangunan ketenagakerjaan. Tujuan dari penyusunan Rencana Tenaga Kerja Daerah ini adalah sebagai berikut: a. Memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi daerah serta agregat-agregat yang pokok pada kurun waktu b. Memotret situasi ketenagakerjaan saat ini dengan berbagai karakteristiknya, serta memperkirakan secara cermat perkiraan persediaan tenaga kerja untuk lima tahun kedepan c. Memperkirakan kesempatan kerja yang akan datang dengan berbagai karakteristik, baik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan ekonomi maupun faktor lainnya. d. Menyusun rekomendasi kebijakan, strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan lima tahun mendatang Hasil yang diharapkan Informasi mengenai perkiraan kebutuhan dan persediaan tenaga kerja yang disajikan dalam Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua tahun ini sangat penting bagi pengambil kebijakan. Diharapkan rujukan PTK Provinsi ini bermanfaat sebagai 3

30 pijakan dasar yang perlu ditindaklanjuti sebagai penyusunan rencana tenaga kerja sektoral maupun rencana tenaga kerja kabupaten/kota. Asumsi-asumsi yang digunakan ini dapat juga digunakan sebagai data empiris dalam penyusunan program pembangunan daerah lainnya Kerangka Pikir Salah satu bentuk kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk yang terkait dengan bidang ketenagakerjaan adalah mengupayakan agar setiap tahunnya jumlah angka pengangguran menjadi rendah. Angka pengangguran yang tinggi menjadi penyebab terjadinya kemiskinan dan berdampak pada permasalahan sosial lainnya. Oleh karena itu untuk mengendalikan tingkat pengangguran yang terus terjadi diperlukan perencanaan tenaga kerja yang baik dan terarah. Keberadaan perencanaan tenaga kerja dipandang sebagai suatu sistem perekonomian, karena itu perencanaan tenaga kerja yang menggunakan pendekatan perencanaan holistik seperti itu memiliki argumentasi yang sangat fundamental, logis dan ilmiah. Harus dimengerti bahwa permintaan tenaga kerja di daerah sangat dipengaruhi oleh permintaan terhadap output pembangunan daerah. Sedangkan permintaan tenaga kerja sektoral ditentukan oleh dinamika perubahan dari permintaan terhadap output sektoral. Dengan demikian, permintaan tenaga kerja merupakan derivasi dari permintaan output sektoral dan tidak bisa diabaikan karena akan berdampak luas terhadap peran ekonomi yang lain. Maka pada tahap pertama, model perencanaan tenaga kerja yang digunakan dalam 4

31 studi ini dimulai dengan mengidentifikasi faktor-faktor tenaga kerja dan ekonomi yang mempengaruhi permintaan output. Faktor-faktor tersebut adalah PDRB total, harga barang sektoral, harga barang umum, jumlah penduduk dan permintaan barang dan jasa. Kebutuhan terhadap tenaga kerja sangat tergantung dari persediaan dan kondisi tenaga kerja yang ada. Persediaan atau penawaran tenaga kerja dapat diidentifikasi melalui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dinamika perubahan tenaga kerja atau lebih sering kita katakan supply dan demand Tenaga Kerja. Supply atau persediaan tenaga kerja pada dasarnya bergantung pada pertumbuhan penduduk, sehingga dapat dikatakan bahwa persediaan tenaga kerja juga bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Sedangkan demand atau permintaan tenaga kerja sangat tergantung pada kebutuhan tenaga kerja lapangan usaha. Secara lebih rinci disajikan Konsep Ketenagakerjaan di Indonesia. 5

32 Gambar 1.1 DIAGRAM KEPENDUDUKAN PENDUDUK USIA < 15 TAHUN USIA 15 TAHUN ANGKATAN KERJA BUKAN ANGKATAN KERJA BEKERJA MENCARI PEKERJAAN 1.5. Metodologi Metodologi yang digunakan untuk memproyeksikan PTK Provinsi Papua Tahun khususnya untuk persediaan dan kebutuhan tenaga kerja serta perumusan kebijakan tenaga kerja, diantaranya adalah : 6

33 Persediaan Tenaga Kerja Metodologi untuk memperkirakan persedian tenaga kerja,baik dari sisi Penduduk Usia Kerja (PUK), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Angkatan Kerja (AK), antara lain dengan menggunakan metodologi : Memproyeksikan PUK dengan menggunakan rumus: Linear sederhana yaitu : y = a + bx atau rumus pertumbuhan geometrik PUK t = PUK 0 (1 + r ) t Keterangan: Y a b x PUK t PUK o r t = Hasil proyeksi PUK = Konstanta = Parameter = Tahun = Proyeksi PUK tahun t = Data dasar proyeksi PUK = Laju pertumbuhan PUK = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) Untuk menentukan laju pertumbuhan PUK menggunakan rumus: r = PUK n PUK o 1/t 1 x 100 7

34 Keterangan: r = Laju pertumbuhan PUK PUK n = Data PUK tahun akhir PUK o = Data PUK tahun awal t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) Proyeksi TPAK dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: Regresi Linear Sederhana Y = a + bx Untuk memproyeksikan AK diperoleh dengan mengkalikan antara proyeksi PUK dengan proyeksi TPAK dengan karakteristik dan tahun yang sama. dengan rumus : AK = PUK x TPAK Metodologi Kebutuhan Tenaga Kerja Menghitung/ memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja, banyak sekali metodologinya, namun keterbatasan data dan informasi maka untuk memproyeksikan PTK Provinsi Papua ini adalah dengan elastisitas tenaga kerja. Elastisitas tenaga kerja merupakan rasio antara perubahan atau pertumbuhan kesempatan kerja dengan pertumbuhan PDRB menggunakan rumus: E i = rl i ry i 8

35 Keterangan: E i = Elastisitas tenaga kerja sektor i rl i = Laju pertumbuhan penduduk yang bekerja sektor i pertahun (%) ry i = Laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) i pertahun (%) Menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja menurut lapangan usaha sampai dengan tahun proyeksi, dengan rumus: rl ai = E ai x ry ai Keterangan: rl ai E ai ry ai = Laju pertumbuhan kesempatan kerja baru sektor-i = Elastisitas perubahan = Perkiraan laju pertumbuhan ekonomi sektor - i Menghitung proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha, sampai dengan tahun proyeksi menggunakan rumus: KK ti = KK oi (1 + rl ai ) t Keterangan: KK ti = Proyeksi kesempatan kerja sektor -i KK oi = Data dasar penduduk yang bekerja sektor -i rl ai = Laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor -i t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) 9

36 1.6. Sumber Data Data yang digunakan dalam Penyusunan Rencana Tenaga Kerja Provinsi Papua Tahun adalah: 1. PDRB Provinsi Papua tahun Data dasar time series tahun 2009, 2010, Sakerda tahun Sakernas tahun Supas tahun Papua Dalam Angka Sensus Penduduk Pengertian Dasar, Konsep dan Definisi 1. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun dan lebih) yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja: dan mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. 2. Penduduk Usia Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun atau lebih. 3. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. 4. Penganggur terbuka terdiri dari : a. Mereka yang mencari pekerjaan b. Mereka yang mempersiapkan usaha 10

37 c. Mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja 5. Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survey orang tersebut sedang mencari pekerjaan. 6. Setengah Penganggur adalah orang bekerja kurang dari 35 jam perminggu. 7. Setengah penganggur terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam perminggu yang masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain. 8. Setengah penganggur sukarela adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam perminggu yang tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain. 9. Jenis kegiatan/lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/perusahaan/instansi dimana seorang pekerja, seperti digolongkan dalam Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). 10. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia kerja. 11. Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu ( biasanya 1 tahun ). 12. Menurut pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang 11

38 ikut serta dalam proses produksi disuatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya 1 tahun ). 13. Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal, (4) perubahan stok, dan (5) ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya 1 tahun). 14. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan bagaimana produksi barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi, diperdagangkan dengan pihak luar negeri. 15. PDRB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri. 16. PDRB dan PNB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB dan PNB per kepala atau per 1 orang penduduk. 17. PDRB dan PNB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara. 18. Tingkat Produktivitas Tenaga kerja merupakan nilai tambah (PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk yang bekerja untuk menghasilkan nilai tambah tersebut. 19. Koefisien Tenaga Kerja merupakan jumlah kesempatan kerja dibagi dengan keluaran (output). 12

39 20. Elastisitas Kesempatan Kerja merupakan rasio antara pertumbuhan kesempatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi (PDRB). 21. Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya (PP No. 8 tahun 1981 tentang perlindungan upah). 22. Pengusaha ( PP No. 8 tahun 1981 ) ialah : 1. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan sesuatu perusahaan milik sendiri. 2. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya. 3. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan termasuk pada angka 1 dan 2 diatas, yang berkedudukan di luar Indonesia. 23. Buruh adalah tenaga kerja yang bekerja pada pengusaha dengan menerima upah (PP No. 8 tahun 1981 ). 24. Mogok Kerja adalah tindakan pekerja secara bersamasama menghentikan atau memperlambat pekerjaan sebagai akibat gagalnya perundingan penyelesaian perselisihan industrial yang dilakukan, agar pengusaha memenuhi tuntutan pekerja. 13

40 25. Perselisihan Perburuhan menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1957 adalah : pertentangan antara majikan atau perkumpulan majikan dengan serikat buruh/pekerja atau gabungan serikat buruh/ pekerja berhubungan dengan tidak adanya persesuaian paham mengenai hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan/atau keadaan perburuhan. 26. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan dan atau penyakit yang menimpa tenaga kerja karena hubungan kerja. 27. Jamsostek ( PP No. 36 tahun 1995 ) adalah sistem perlindungan yang dimaksudkan untuk menanggulangi resiko sosial secara langsung mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya penghasilan tenaga kerja. 28. Upah minimum adalah upah terendah yang dibayarkan kepada pekerja pada saat mulai bekerja dengan jabatan terendah Sistimatika Penulisan Bab. I Bab. II Bab. III Pendahuluan meliputi : latar belakang, maksud dan tujuan, hasil yang diharapkan, kerangka pikir, metodologi, sumber data, pengertian dasar, konsep dan definisi. Kondisi Ketenagakerjaan meliputi : kondisi ekonomi, penduduk usia kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja, angkatan kerja, penduduk yang bekerja, setengah penganggur, penganggur terbuka, produktivitas tenaga kerja dan keadaan ketenagakerjaan tahun Perkiraan dan perencanaan persediaan tenaga kerja meliputi : perkiraan penduduk usia kerja, perkiraan 14

41 tingkat partisipasi angkatan kerja, perkiraan angkatan kerja. Bab. IV Perkiraan dan perencanaan kebutuhan akan tenaga kerja meliputi : perkiraan perekonomian, perkiraan kesempatan kerja, perkiraan produktivitas tenaga kerja. Bab. V Perkiraan dan perencanaan keseimbangan antara persediaan dan kebutuhan akan tenaga kerja meliputi : perkiraan penganggur terbuka menurut jenis kelamin, perkiraan penganggur terbuka menurut golongan umur, perkiraan penganggur terbuka menurut tingkat pendidikan. Bab. VI Arah kebijakan, strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan meliputi : kebijakan pembangunan ketenagakerjaan, strategi pembangunan ketenagakerjaan, program pembangunan ketenagakerjaan. Bab. VII Penutup 15

42

43 BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN 2.1 Kondisi Ekonomi Kontributor tertinggi PDRB Provinsi Papua pada tahun 2010 adalah sektor pertambangan dan penggalian yang berperan sebesar 63,15 persen. Kontributor tertinggi kedua adalah sektor pertanian (9,45%) diikuti sektor bangunan dan jasa-jasa dengan kontribusi masing-masing 7,81 persen dan 7,24 persen sementara sektor lainnya kontribusinya di bawah 5 persen. Rata-rata kontribusi sektor pertambangan dan penggalian selama lima tahun terakhir adalah 66,09 persen namun mengalami penurunan selama tahun seiring dengan meningkatnya peranan dari sektor bangunan; perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; dan jasa-jasa. 17

44 Tanpa nilai tambah dari sub sektor pertambangan tanpa migas, perekonomian Papua masih didominasi sektor pertanian dimana pada tahun 2010 berperan sebesar 25,40 persen diikuti sektor bangunan 20,98 persen. Urutan ketiga dan keempat adalah sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang masing-masing kontribusinya sebesar 19,45 persen dan 11,84 persen. Selanjutnya sektor pengangkutan dan komunikasi menyumbang 11,69 persen sementara sektor lainnya hanya berkontribusi di bawah 6 persen. Sejalan dengan PDRB termasuk tambang, peranan sektor bangunan mengalami peningkatan khususnya dalam lima tahun terakhir, sementara sektor lainnya juga mengalami perubahan dalam kontribusinya terhadap PDRB meski tidak terlalu signifikan. Produktivitas ekonomi suatu daerah terlihat dari pertumbuhan ekonominya yang diperoleh dari PDRB atas dasar harga konstan. Selama lima tahun terakhir, Papua mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup fluktuatif. Setelah mengalami perlambatan pada tahun 2006 sebesar 17,14 persen, pertumbuhan ekonomi Papua mengalami pertumbuhan positif pada tahun selanjutnya yaitu sebesar 4,34 persen. Tahun berikutnya kembali ke pertumbuhan negatif 1,40 persen, selanjutnya berkontraksi kembali ke 22,74 persen pada tahun Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Papua tercatat melambat 2,65 persen. Namun tanpa sub sektor pertambangan tanpa migas, grafik pertumbuhan ekonomi Papua khususnya lima tahun terakhir ( ) terlihat jauh lebih stabil dengan rata-rata pertumbuhan 10,90 18

45 persen. Pada tahun 2010 perekonomian provinsi Papua tumbuh 11,98 persen. 2.2 Penduduk Usia Kerja Dalam istilah ketenagakerjaan penduduk dibagi menjadi dua kelompok, yaitu penduduk Usia Kerja dan Bukan Usia Kerja. Batasan penduduk usia kerja berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain, ada yang menggunakan batasan 10 tahun keatas atau 15 tahun ke atas. Konsep dan definisi yang digunakan BPS, maupun International Labor Organization (ILO) dan sebagian besar negara lainnya, membatasi penduduk usia kerja sebagai penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Penduduk berusia di bawah 15 tahun digolongkan sebagai penduduk bukan usia kerja. Secara keseluruhan, proporsi penduduk usia kerja laki-laki (52,23%) lebih besar daripada perempuan (47,77%). Hal ini sejalan dengan rasio jenis kelamin di Papua yang memang di atas seratus, yang artinya jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Sedangkan bila dilihat menurut gologan umur, proporsi terbesar penduduk ada pada kelompok umur tahun yang mencapai 16,09 persen. Hal ini sesuai dengan piramida penduduk Papua yang masih berbentuk kerucut yang menandakan penduduk muda. Penduduk usia kerja dapat dilihat sebagai penduduk yang telah siap untuk memasuki dunia kerja. Jumlah penduduk usia kerja di 19

46 Papua mencapai orang dengan jumlah penduduk muda yang jauh lebih besar dibanding penduduk tua. Supply tenaga kerja muda yang besar ini merupakan potensi yang harus dikelola dengan baik dengan cara membekali pendidikan dan keterampilan yang memadai serta membantu mengarahkan dan menjembatani antara tenaga kerja muda yang telah siap masuk dunia kerja atau dunia usaha yang membutuhkannya. Golongan Umur Tabel 2.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Jenis Kelamin Penduduk Usia Kerja Gol. Umur Jumlah L P L P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) ,71 46,29 16, ,77 51,23 13, ,82 52,18 14, ,83 51,17 15, ,89 48,11 13, ,94 45,06 9, ,81 44,19 7, ,96 38,04 4, ,87 37,13 2, ,25 43,75 2,87 Total ,23 47,77 100,00 Sumber : Sakernas Agustus 2010 Penduduk usia kerja dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja mewakili penduduk yang aktif secara ekonomi, yang termasuk kelompok ini adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Sedangkan 20

47 kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Konsep ini mengandung kelemahan, karena keadaan sosial budaya yang ada di Indonesia dan Papua khususnya, masih jauh dari kondisi ideal, dimana masih banyak ditemukan adanya pekerja anak (berusia di bawah 18 tahun). Meskipun mereka aktif secara ekonomi, namun mereka tidak digolongkan sebagai angkatan kerja karena mereka tidak termasuk penduduk usia kerja. Hal tersebut sesuai dengan kaidah statistik yaitu untuk menjaga keterbandingan data. Dimana data dapat dibandingkan jika konsep yang digunakan sama dan azas eksklusifitas juga digunakan. Dengan azas ini seorang penduduk hanya dapat digolongkan dalam satu kategori. Contoh dari azas eksklusifitas ini, seseorang yang kuliah sambil bekerja, mereka hanya dapat dimasukkan dalam salah satu kategori bekerja atau sekolah, meskipun pada kenyataannya mereka melakukan kedua hal tersebut sekaligus. Gambar 2.1 Kegiatan Terbanyak Penduduk Usia Kerja Tahun 2010 (%) 9,21% 2,32% 2,88% 7,48% 78,12% Bekerja Pengangguran Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya 21

48 Berdasarkan Gambar 2.1 di atas diketahui bahwa kegiatan utama sebagaian besar penduduk Papua usia kerja adalah bekerja (78,12%). Sementara itu, sebanyak 2,88 persen dari penduduk usia kerja di Papua masih menganggur. Penduduk usia kerja di Provinsi Papua yang masih bersekolah sebanyak 7,48 persen, sedangkan penduduk usia kerja yang kegiatan utamanya mengurus rumah tangga sebesar 9,21 persen. Tabel 2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) Maksimal SD (%) 40,61 50,70 45,43 SD (%) 20,13 19,98 20,06 SMP (%) 15,60 12,29 14,02 SMA (%) 19,25 13,35 16,43 >SMA (%) 4,40 3,67 4,05 Total (Persentase) 100,00 100,00 100,00 Sumber : Sakernas Agustus 2010 Dari Tabel 2.2, terlihat bahwa penduduk usia kerja di Provinsi Papua sebagian besar berpendidikan rendah. Penduduk usia kerja yang berpendidikan SD ke bawah (SD dan tidak pernah sekolah) mencapai 45,43 persen. Sementara itu, penduduk usia kerja yang 22

49 berpendidikan tinggi (Diploma/Sarjana) hanya 4,05 persen. Selain itu adalah mereka yang tamat SLTP dan SLTA(Umum dan Kejuruan). Dari Tabel 2.2 juga, dapat diketahui bahwa apabila dibandingkan antara penduduk usia kerja yang berjenis kelamin perempuan dengan yang berjenis kelamin laki-laki maka lebih banyak penduduk perempuan yang berpendidikan rendah. Sebagai contoh, 50,70 persen dari perempuan usia kerja tidak tamat SD atau bahkan tidak pernah sekolah. Sementara laki-laki yang berpendidikan kurang dari SD adalah sebesar 40,61 persen. Sebaliknya pada tingkatan pendidikan menengah-tinggi, penduduk usia kerja laki-laki memiliki proporsi lebih besar dibanding perempuan. 2.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. TPAK didefinisikan sebagai perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Bila dilihat menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki jauh lebih besar dibanding perempuan. TPAK laki-laki di Provinsi Papua tahun 2010 adalah 88,56 persen sementara TPAK perempuan sebesar 72,72 persen. Secara keseluruhan TPAK Papua adalah 80,99 persen. Tingginya TPAK laki-laki ini dikarenakan laki-laki memang mempunyai 23

50 kewajiban mencari nafkah juga jumlah penduduk laki-laki di Papua lebih banyak dibanding perempuan. Dari seluruh kabupaten/kota di Papua, yang memiliki angka TPAK terbesar adalah kabupaten Nduga dan terendah kabupaten Biak Numfor. Umumnya kabupaten/kota di wilayah pegunungan memiliki TPAK yang tinggi sedangkan kabupaten/kota yang lebih maju memiliki TPAK yang lebih rendah. Salah satu penyebabnya adalah semakin tingginya partisipasi sekolah di daerah maju. Tabel 2.3 TPAK Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Kabupaten/Kota Laki-Laki TPAK Perempuan TPAK Kab/Kota (1) (2) (3) (4) Merauke 83,68 50,77 68,09 Jayawijaya 97,81 96,46 97,14 Jayapura 82,18 64,85 74,06 Nabire 83,11 69,26 76,68 Kep. Yapen 84,33 61,75 73,25 Biak Numfor 70,89 42,73 57,19 Paniai 88,14 92,66 90,36 Puncak jaya 94,2 82,54 88,66 Mimika 83,81 26,07 56,93 Boven Digoel 89,9 75,06 83,35 Mappi 87,28 72,09 79,92 Asmat 94,38 74,58 84,86 Yahukimo 98,96 98,62 98,8 Peg. Bintang 93,77 92,82 93,33 Tolikara 94,4 92,6 93,55 Sarmi 80,29 48,43 66,13 Keerom 87,1 58,74 74,2 Waropen 83,99 45,65 65,82 Supiori 77,13 47,02 62,92 Mamberamo Raya 76,49 49,57 63,35 Nduga 99,09 98,5 98,81 24

51 Kabupaten/Kota Laki-Laki TPAK Perempuan TPAK Kab/Kota (1) (2) (3) (4) Lanny Jaya 98,96 97,11 98,08 Mamberamo Tengah 97,19 97,85 97,51 Yalimo 96,05 98,83 97,37 Puncak 96,53 81,18 89,12 Dogiyai 92,31 89,13 90,69 Intan Jaya 84,01 62,4 73,39 Deiyai 80,22 90,24 85,18 Kota Jayapura 80,43 47,58 65,15 PAPUA 88,56 72,72 80, Angkatan Kerja Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi. Dikatakan aktif secara ekonomi karena mereka berusaha untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan pendapatan. Angkatan kerja terdiri dari penduduk bekerja dan pengangguran. Pengangguran termasuk dalam angkatan kerja karena meskipun mereka belum menghasilkan pendapatan namun mereka berusaha mendapatkan pekerjaan. Gambar 2.2 Persentase Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun

52 Berdasarkan Gambar 2.2 di atas, angkatan kerja dengan pendidikan yang ditamatkan di bawah SD mempunyai proporsi paling besar yaitu 50,38 persen. Proporsi angkatan kerja dengan pendidikan yang ditamatkan SD (19,74%) dan tamat SLTP (10,81%). Sementara itu, angkatan kerja dengan pendidikan tamat perguruan tinggi proporsinya paling kecil yaitu 4,60 persen. Secara umum bisa dikatakan bahwa sebagian besar angkatan kerja di Papua berpendidikan rendah, karena sebanyak 50,38 persen hanya menempuh pendidikan tamat SD dan di bawahnya. Gambar 2.3 Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Tahun Laki-laki Perempuan Ketimpangan - gender masih terlihat dalam < SD SD SLTP SLTA > SLTA Gambar 2.3 menunjukkan bahwa baik dari segi jumlah maupun kualitas pendidikan, angkatan kerja perempuan masih kalah dengan angkatan kerja laki-laki. Mulai SD hingga diatas SLTA jumlah angkatan kerja perempuan selalu lebih kecil, hanya pada pendidikan 26

53 di bawah SD (tidak tamat SD atau belum pernah sekolah) jumlahnya hampir sama. Potret keadaan angkatan kerja ini hendaknya dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menjadikan pendidikan terutama pendidikan bagi wanita sebagai agenda wajib untuk digalakan di Provinsi Papua. Sebagaimana yang terlihat di Gambar 2.4, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua adalah sebanyak orang. Jumlah angkatan kerja paling banyak berada pada kelompok umur tahun. Kelompok umur tahun hingga kelompok umur tahun cenderung jumlahnya meningkat sementara pada kelompok umur diatasnya (35 tahun keatas) jumlahnya terus menurun. Gambar 2.4 Angkatan Kerja Menurut Kelompok Umur Tahun Fenomena yang umum terjadi dimana pada kelompok umur muda jumlahnya relatif lebih kecil karena sebagian memilih untuk sekolah. Sementara pada kelompok umur tua jumlahnya terus menurun seiring penurunan produktifitas dari penduduk lanjut usia. 27

54 2.5 Penduduk yang Bekerja Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi). Penduduk yang bekerja adalah setiap penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang bekerja atau yang sementara tidak bekerja. Golongan Umur Tabel 2.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur dan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Jumlah < SD SD SLTP SLTA PT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Total Sumber : Sakernas Agustus 2010 Penduduk yang bekerja di Provinsi Papua adalah sebanyak jiwa, atau setara dengan 96,45 persen dari seluruh jumlah angkatan kerja yang ada. Untuk melihat sebaran penduduk yang bekerja menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 2.4 di atas, dimana dari jumlah penduduk yang bekerja paling banyak berada di 28

55 kelompok umur tahun yang besarnya mencapai orang atau 16,83 persen. Tabel 2.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Dan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 Lapangan Usaha Tingkat Pendidikan < SD SD SLTP SLTA PT Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Pertanian Pertambangan Industri LGA Konstruksi Perdagangan Transportasi Lembaga Keuangan Jasa Total Sumber : Sakernas Agustus 2010 Penduduk yang bekerja pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan sebagian besar berpendidikan kurang dari SD. Lulusan perguruan tinggi terbesar bekerja pada lapangan usaha jasa kemasyarakatan dan lembaga keuangan yaitu masing-masing sebesar 35,80 persen dan 32,45 pesen. Salah satu indikator untuk melihat kinerja pekerja adalah dengan melihat jumlah jam kerja, demikian juga dengan jam kerja menurut sektor atau lapangan usaha sebagaimana yang terdapat pada Tabel 2.6 di bawah. Secara keseluruhan proporsi pekerja terbesar bekerja di atas 35 jam yaitu lebih dari 60 persen dan yang terkecil adalah proporsi penduduk yang sementara tidak bekerja 29

56 yang berada di bawah satu persen. Proporsi pekerja yang jam kerjanya antara 1 sampai 34 jam yaitu 38,97 persen, naik dua persen dari tahun sebelumnya. Tabel 2.6 berikut ini menggambarkan jumlah jam kerja menurut status pekerjaan. Pada umumnya sebagian besar pekerja memiliki jam kerja di atas 35 jam (jam kerja normal). Apabila dilihat dari status pekerjaan, proporsi terbesar pekerja yang bekerja di atas 35 jam berstatus pekerja keluarga/ tidak dibayar. Tabel 2.6. Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jam Kerja Tahun 2010 Status Pekerjaan Jam Kerja Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tdk tetap/tdk dibayar Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar Buruh/karyawan/pegawai Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di non pertanian Pekerja keluarga/tdk dibayar Total % 0,63 38,97 60,40 100,00 Sumber : Sakernas Agustus 2010 Dari Tabel 2.6 terlihat bahwa pekerja di Papua memiliki jam kerja normal pada hampir semua status pekerjaan, kecuali pekerja dengan status pekerja bebas di pertanian dan pekerja keluarga/ tidak dibayar. Secara keseluruhan pekerja berstatus pekerja tidak dibayar jumlahnya paling besar yakni orang, kemudian disusul pekerja 30

57 berstatus berusaha dibantu orang lain sebanyak orang, pekerja berstatus buruh sebanyak orang, pekerja dengan status berusaha sendiri sebanyak orang dan yang jumlahnya paling sedikit adalah pekerja dengan status pekerja bebas yaitu sebanyak orang. Tabel 2.7 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 Status Pekerjaan Sumber : Sakernas Agustus 2010 Tingkat Pendidikan < SD SD SLTP SLTA PT Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tdk tetap/ tdk dibayar Berusaha dibantu buruh tetap/ dibayar Buruh/Karyawan/Pegawai Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di non pertanian Pekerja tak dibayar Total Tabel 2.7 menunjukkan bahwa penduduk yang bekerja dengan status pekerja tak dibayar terbanyak berpendidikan kurang dari SD (64,09%). Pekerja dengan status pekerja bebas di non pertanian tidak ada yang berpendidikan di atas SLTA. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi status pekerjaannya. Pekerja dengan status buruh/karyawan/pegawai terbesar adalah penduduk yang berpendidikan SLTA yaitu sebesar 48,82 31

58 persen meningkat 2,30 persen dari tahun sebelumnya. Proporsi penduduk berpendidikan SLTA terbesar kedua bekerja dengan status berusaha dibantu pekerja tetap/dibayar yaitu sebesar 40,80 persen. 2.6 Setengah Penganggur Kriteria setengah penganggur dinyatakan dengan ukuran jam kerja. Secara umum dapat diasumsikan bahwa semakin banyak jam kerja yang digunakan, berarti akan semakin produktif. Ukuran bekerja penuh dan setengah penganggur ditetapkan berdasarkan produktivitas atau pendapatan. Berpedoman pada ketiga kriteria ini maka bekerja penuh dapat diartikan setiap orang yang bekerja dan mampu memenuhi salah satu atau keseluruhan ukuran normal jam kerja, produktivitas dan atau pendapatan. Dalam prakteknya, karena kendala dalam ketersediaan data, maka sulit untuk mengukur setengah penganggur dilihat dari upah, produktivitas dan atau pendapatan. Pada umumnya yang mudah dan sering digunakan adalah melalui jam kerja normal, dalam hal ini biasanya digunakan kurang dari 35 jam kerja per minggu. Tabel 2.8 menunjukkan jumlah penduduk Provinsi Papua yang bekerja pada tahun 2010 sebanyak orang yang terdiri dari laki-laki orang (57,42%) dan perempuan orang (42,58%). Dari jumlah tersebut yang termasuk setengah penganggur yaitu jumlah jam kerja antara 1 34 jam kerja per minggu sebanyak orang (38,97%). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah setengah penganggur laki-laki sebanyak orang (33,98%) dan setengah penganggur perempuan sebanyak orang ( 45,68%). 32

59 Jika dianalisis lebih lanjut setengah penganggur yang jumlah jam kerjanya kurang dari 15 jam per minggu, yang biasa disebut setengah penganggur kritis sebanyak orang (3,94%). Berdasarkan jenis kelamin setengah penganggur kritis laki-laki sebanyak orang (2.89%) dan perempuan sebanyak orang. Tabel 2.8 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Jam Kerja Jenis Kelamin Total Laki-Laki Perempuan (1) (2) (3) (4) 0 *) 6,290 2,946 9,236 (%) (0.75) (0.48) (0.63) ,138 33,307 57,445 (%) (2.89) (5.37) (3.94) , , ,107 (%) (31.1) (40.31) (35.02) , , ,757 (%) (65.26) (53.84) (60.4) Jumlah 836, ,188 1,456,545 (%) (100,00) (100,00) (100,00) Sumber : Sakernas Agustus 2010 * Sementara tidak Bekerja 2.7 Penganggur Terbuka Pengangguran secara konsepsi merupakan bagian dari angkatan kerja, dan angkatan kerja adalah bagian dari Penduduk 33

60 Usia Kerja (15 tahun ke atas), sehingga pengangguran didefinisikan sebagai penduduk dengan usia minimal 15 tahun. Jumlah pengangguran yang ada di Provinsi Papua tahun 2010 menurut hasil Sakernas Agustus 2010 adalah sebesar orang atau sebesar 3,55 persen dari jumlah angkatan kerja, angka ini disebut juga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Beberapa pemerhati ketenagakerjaan berpendapat bahwa hasil perhitungan yang menyatakan bahwa TPT Papua yang besarnya 3,55 persen adalah terlalu kecil. Namun perlu diingat kembali bahwa seseorang yang bekerja membantu orang tuanya walaupun sebentar asalkan lebih dari 1 jam dalam satu minggu tetap tergolong sebagai bekerja bukan pengangguran. Penyebab lain kecilnya angka TPT ini karena Papua masih didominasi oleh sektor pertanian dimana tenaga kerja yang dibutuhkan sangat banyak apalagi pertanian di Papua masih jauh dari modern. Hal ini berimbas pada kecilnya jumlah pengangguran, karena selain mencari pekerjaan, mereka umumnya juga bekerja membantu orangtua/saudaranya sehingga tergolong dalam pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar bukan pengangguran. Jika diamati pada Tabel 2.9, terlihat bahwa proporsi pengangguran terbesar baik pada laki-laki maupun perempuan berada pada kelompok umur tahun. Semakin tinggi kelompok umur, persentase jumlah pengangguran semakin sedikit, hingga pada kelompok umur tahun dan bertambah banyak pada kelompok umur 55 tahun ke atas. 34

61 Tabel 2.9 Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Jenis Kelamin Golongan Umur Jumlah (%) Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) , , , , , , , , ,98 Jumlah ,00 Sumber : Sakernas Agustus Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas total per tenaga kerja per tahun pada tahun 2007 sebesar Rp 20,45 juta/tk, kemudian menurun pada tahun 2008 yaitu Rp 18,53 juta/tk dan kemudian naik kembali menjadi Rp 21,19 juta/tk pada tahun Proktivitas tertinggi pada pertambangan yaitu Rp 634,81 juta/tk pada tahun 2007 dan naik menjadi Rp 933,11 juta/tk pada tahun

62 Tabel 2.10 Produktivitas Tenaga Kerja menurut Lapangan Kerja Tahun (Juta Rupiah/TK) Lapangan Usaha Pertanian 4,62 4,60 4,44 2. Pertambangan 634,81 487,09 933,11 3. Industri Pengolahan 25,92 28,70 26,98 4. Listrik, Gas dan Air 18,00 10,25 36,06 5. Bangunan 48,57 67,61 82,85 6. Perdagangan 18,21 16,97 17,26 7. Angkutan 40,55 32,88 42,85 8. Keuangan 68,15 64,69 111,64 9. Jasa-jasa 20,62 17,50 19,01 Jumlah 20,45 18,53 21,19 Sumber : Badan Pusat Statistik, Data Diolah 2.9 Keadaan Ketenagakerjaan Tahun 2011 Keadaan ketenagakerjaan di Papua pada Agustus 2011 menunjukkan adanya perbaikan yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja tetapi tingkat penganggurannya meningkat. Pada bulan Agustus 2011, jumlah angkatan kerja mencapai orang, naik sebanyak orang dibandingkan dengan Agustus 2010 atau meningkat ribu orang dibandingkan keadaan Agustus Penduduk yang bekerja keadaan Agustus 2011 bertambah sebanyak orang dibandingkan keadaan tahun 2010 dan bertambah sekitar orang dibandingkan Agustus

63 Jumlah pengangguran berkurang sebanyak orang jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2010 dan turun sebanyak orang dibandingkan dengan keadaan tahun Selama periode Agustus 2010 Agustus 2011 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurun sebesar 2,54 persen. Sedangkan pada periode Agustus 2009 Agustus 2011 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat sebesar 0,7 persen. Tabel 2.11 Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Agustus 2009 Agustus JENIS KEGIATAN Agustus 2009 Agustus 2010 Agustus 2011 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran terbuka Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 77,75 80,99 78,45 Tingkat Penganggur Terbuka (%) 4,08 3,55 3,94 Sumber : Badan Pusat Statistik Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 sebanyak orang, meningkat orang dibandingkan keadaan Agustus 2010 yaitu orang. Dari lima kelompok lapangan pekerjaan, hanya sektor pertanian yang mengalami penurunan selama satu tahun terakhir sementara keempat sektor lapangan usaha lainnya mengalami peningkatan. Meskipun terus mengalami penurunan, sektor pertanian masih merupakan penyerap tenaga kerja terbanyak di Papua dimana pada Agustus 2011 menyerap lebih dari orang (70,21%) diikuti sektor jasa sekitar (10,09%) dan sektor lainnya (9,56%). 37

64 Tabel 2.12 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Agustus 2009 Agustus 2011 LAPANGAN USAHA Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya* Jumlah * Pertambangan, Bangunan, Angkutan, Listrik dan Keuangan Sumber : Badan Pusat Statistik Dari orang yang bekerja pada Agustus 2011, status pekerjaan utama terbanyak adalah sebagai pekerja keluarga/tak dibayar sebanyak orang (35,04%) diikuti berusaha dibantu buruh tidak tetap dan buruh/karyawan masing-masing sebesar orang (27,42%) dan orang (19,09%), sedangkan yang terkecil adalah pekerja bebas di pertanian sebanyak orang (0,62%). Tabel 2.13 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Agustus 2009 Agustus 2011 STATUS PEKERJAAN Berusaha Sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/Karyawan Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di non pertanian Pekerja tak dibayar Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik 38

65 BAB III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Batasan umur usia kerja yang digunakan di berbagai negara berbeda-beda, hal ini terkait pertimbangan perekonomian dan situasi tenaga kerja. Di Indonesia, Biro Pusat Statistik semula mengambil penduduk umur 10 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk usia kerja dan sejak tahun 1998 menggunakan usia kerja 15 tahun ke atas. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per. 16/MEN/XI/2010 yang di maksud Penduduk Usia Kerja yang disingkat PUK, adalah jumlah penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih, yang disebut juga tenaga kerja. Tenaga kerja (manpower) adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa, jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau 39

66 berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (LDEFE, UI: 2007). Tenaga kerja meliputi kelompok angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Kelompok angkatan kerja meliputi mereka yang bekerja, mencari pekerjaan dan kelompok bukan angkatan kerja meliputi mereka yang sedang sekolah, ibu rumah tangga dan lainnya (seperti kelompok orang jompo, penerima pendapatan, dan lain-lain). Golongan Umur Tabel 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Tahun , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,085 91,221 92,371 93,536 94, ,849 53,214 53,580 53,950 54, ,472 53,446 53,421 53,395 53,369 Jumlah 1,916,593 1,943,252 1,970,359 1,997,923 2,025,953 Tabel 3.1 menunjukkan perkiraan penduduk usia kerja menurut golongan umur Provinsi Papua mulai tahun 2012 sampai dengan tahun Jumlah penduduk usia kerja Provinsi Papua tahun2012 sebanyak orang dan pada akhir perkiraan tahun 2016 jumlah penduduk usia kerja sebanyak orang, berarti ada kenaikan sebesar orang atau naik sebesar 5,71 persen. Menurut golongan umur, konsentrasi jumlah penduduk usia kerja tahun 2012, 2013 dan tahun 2014 pada golongan umur tahun masing-masing sebanyak orang (16,05%), orang (16,03%), dan orang (16,01%), sedangkan pada tahun 40

67 2015 dan 2016 konsentrasi penduduk usia kerja pada golongan umur tahun masing masing orang (16,25%) orang (16,07%), dan Tingkat pendidikan penduduk Provinsi Papua secara bertahap semakin baik dan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), bahwa rata-rata lama sekolah semakin meningkat. Dari perkembangan IPM, lama sekolah tahun 2002 sebesar 5,0 tahun dan meningkat menjadi 6,2 tahun pada tahun Tabel 3.2 menunjukkan bahwa hasil perkiraan penduduk usia kerja menurut pendidikan sebagian besar berpendidikan maksimum SD, dari awal perkiraan sampai dengan akhir perkiraan yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 masing-masing sebesar orang (63,13%) dan orang (49,77%). Secara bertahap jumlah penduduk usia kerja berpendidikan maksimum SD menurun, sebaliknya penduduk usia kerja yang berpendidikan universitas bertambah atau meningkat. Pada tahun 2012 penduduk usia kerja yang berpendidikan universitas sebanyak orang (4,53%) kemudian meningkat menjadi orang (13%). Tabel 3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tingkat Pendidikan Maksimum SD 1,209,951 1,184,793 1,143,542 1,084,757 1,008,398 SLTP 224, , , , ,358 SLTA Umum 223, , , , ,220 SLTA Kejuruan 149, , , , ,292 Diploma 22,663 19,486 16,514 13,755 11,228 Universitas 86, , , , ,457 Jumlah 1,916,593 1,943,252 1,970,359 1,997,923 2,025,953 41

68 Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 seks rasio penduduk Papua sebesar 113, artinya setiap 113 laki-laki diantara 100 perempuan, jadi di Papua lebih banyak penduduk laki-laki. Hal ini juga berpengaruh terhadap persebaran penduduk usia kerja berdasarkan jenis kelamin. Tabel 3.3 menunjukkan perkiraan jumlah penduduk usia kerja tahun 2012 laki-laki sebanyak orang (52,16%) dan perempuan orang (47,84%), sedangkan akhir perkiraan tahun 2016 usia kerja laki-laki sebanyak orang (52,04%), penduduk perempuan sebanyak orang (47,96%). Tabel 3.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 1,916,593 1,943,252 1,970,359 1,997,923 2,025,953 Gambar 3.1 memberikan gambaran bahwa di Provinsi Papua jumlah penduduk usia kerja terus meningkat. Dari hasil perkiraan tersebut jumlah penduduk usia kerja laki-laki mulai tahun 2012 sampai tahun 2016 tergambar lebih banyak dari pada perempuan. Hal ini sudah dikemukakan sebelumnya bahwa seks rasio di Papua laki-laki lebih banyak, karena adanya pengaruh natalitas dan migrasi positif Gambar 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total 42

69 3.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan semakin meningkatkan TPAK, demikian juga semakin meningkatnya kesadaran tentang gender maka TPAK perempuan juga meningkat. Pada tahun 2010 TPAK laki-laki sebesar 88,56 persen, sedangkan perempuan baru mencapai 77,72 persen dan TPAK keseluruhan sebesar 80,99 persen. Atas dasar data tahun 2010 perkiraan TPAK diharapkan terus meningkat. Tabel 3.4 menunjukkan tahun 2012 TPAK sebesar 81,96 persen dan tahun 2016 diperkirakan meningkat menjadi 83,94 persen. Berdasarkan kelompok umur TPAK terendah baik tahun 2012 mapun tahun 2016 adalah kelompok umur tahun, masing-masing 54,95 persen dan 52,79 persen dan pada kelompok umur ini besarnya TPAK secara bertahap menurun. Hal ini tidak terlepas dari semakin meningkatnya kesadaran penduduk tentang pentingnya pendidikan, sehingga pada kelompok umur ini semakin meningkat jumlah yang bersekolah. TPAK tertinggi tahun 2012 pada kelompok umur tahun sebesar 92,87 persen, sedangkan pada akhir perkiraan yaitu pada kelompok umur tahun yaitu sebsar 94,03 persen. Tabel 3.4 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun Golongan Umur ,95 77,83 54,40 78,79 53,86 79,69 53,32 80,60 52,79 81, ,39 85,87 86,35 86,84 87, ,60 91,36 92,13 92,90 93, ,14 91,95 92,76 93,58 94, ,87 93,24 93,41 93,58 93, ,22 92,58 92,99 93,47 94, ,12 91,56 92,80 94,27 95, ,56 87,00 87,44 87,89 88, ,69 63,34 64,00 64,66 65,34 Jumlah 81,96 82,46 82,94 83,44 83,94 43

70 Tabel 3.5 menunjukkan bahwa TPAK menurut tingkat pendidikan, TPAK tertinggi sebesar 89,84 persen pada tahun 2012 adalah penduduk yang tingkat pendidikannya rendah (SD), demikian juga pada akhir perkiraan tahun 2016 TPAK tertinggi sebesar 91,02 persen pada penduduk yang berpendidikan rendah (SD). Hal ini terkait dengan jumlah penduduk usia kerja di Papua sebagian besar masih berpendidikan rendah (SD), dan sebagaian besar penduduk Papua (77,85%) bekerja pada sektor pertanian. Lapangan pekerjaan pertanian tidak banyak membutuhkan persyaratan dan siapapun dapat masuk pada sektor ini, oleh karena itu TPAK tertinggi pada penduduk yang berpendidikan rendah. Seiring semakin meningkatnya pendidikan penduduk, diharapkan TPAK berpendidikan rendah menurun, dan TPAK yang berpendidikan SLTA ke atas semakin meningkat. Tabel 3.5 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tingkat Pendidikan Maksimum SD SLTP SLTA Umum SLTA Kejuruan Diploma Universitas Jumlah Tabel 3.6 menunjukkan TPAK laki-laki lebih tinggi jika dibandingkan dengan TPAK perempuan. Hal ini antara lain 44

71 dipengaruhi oleh jumlah penduduk usia kerja dan jumlah angkatan kerja, dimana jumlah penduduk usia kerja perempuan banyak yang statusnya bukan angkatan kerja atau sebagai ibu rumah tangga. Tabel 3.6 menunjukkan perkiraan TPAK laki-laki tahun 2012 sebesar 90,52 persen, sedangkan perempuan lebih rendah (72,61%). Pada akhir perkiraan tahun 2016 TPAK laki-laki meningkat menjadi 94,58 persen dan perempuan 72,39 persen. Tabel 3.6 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun Jenis Kelamin Laki-laki 90,52 91,54 92,53 93,55 94,58 Perempuan 72,61 72,57 72,51 72,45 72,39 Jumlah 81,96 82,46 82,94 83,44 83, Perkiraan Angkatan Kerja Jumlah penduduk Papua terus meningkat, hal ini mempengaruhi jumlah angkatan kerja yang juga meningkat. Jumlah penduduk yang meningkat dipengaruhi oleh faktor kelahiran, mortalitas dan migrasi. Walaupun program transmigrasi ke Papua sejak reformasi tahun 1998 ditangguhkan atau ditiadakan hingga sekarang, tetapi migrasi atas biaya sendiri tetap berlangsung karena provinsi ini mempunyai daya tarik migran. Pembangunan yang terus meningkat membuka kesempatan kerja sehingga menarik penduduk datang mencari kerja. Angkatan Kerja yang disingkat AK, adalah jumlah dan kualitas penduduk usia kerja (PUK) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. Angkatan kerja terdiri dari penduduk bekerja dan pengangguran. Pengangguran 45

72 termasuk dalam angkatan kerja karena meskipun mereka belum menghasilkan pendapatan namun mereka berusaha mendapatkan pekerjaan. Dari Tabel 3.7, jumlah angkatan kerja tahun 2012 diperkirakan sebesar orang dan pada tahun 2016 jumlah angkatan kerja meningkat menjadi orang, yang berarti jumlah angkatan kerja bertambah sebanyak orang. Berdasarkan golongan umur jumlah angkatan kerja terbanyak umur tahun, yaitu tahun 2012 diperkirakan sebanyak orang (17,20%) dan tahun 2016 diperkirakan meningkat menjadi sebanyak orang (18,13%). Jumlah angkatan kerja golongan umur lebih banyak dibanding golongan umur yang lain, selain pengaruh kelahiran, juga besarnya pengaruh migrasi. Pada umunya orang melakukan migrasi pada usia produktif dan alasan mereka pada umumnya adalah bermotifkan ekonomi. Jumlah angkatan kerja terendah yaitu umur 60 tahun ke atas, tahun 2012 sebanyak orang (2,13%) dan tahun 2016 meningkat menjadi orang (2,05%). Tabel 3.7 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun Golongan Umur , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,185 83,519 85,718 88,178 90, ,746 46,296 46,852 47,416 47, ,522 33,854 34,189 34,528 34,869 Jumlah 1,570,744 1,602,410 1,634,183 1,667,027 1,700,530 46

73 Jumlah angkatan kerja Provinsi Papua berdasarkan Sakernas Februari 2011 mencapai orang, dibandingkan dengan keadaan angkatan kerja Februari tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar orang (33,44%). Menurut Profil Ketenagakerjaan tahun 2010, jumlah angkatan kerja dengan pendidikan yang ditamatkan di bawah SD mempunyai proporsi terbesar yaitu 50,38 persen. Proporsi angkatan kerja dengan pendidikan yang ditamatkan SD (19,74%) dan tamat SLTP (10,81%). Tabel 3.8 menunjukkan perkiraan angkatan kerja tahun 2012 menurut tingkat pendidikan jumlah terbanyak adalah tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu sebanyak orang (68,11%) dan pada tahun 2016 jumlah angkatan kerja yang berpendidikan SD ke bawah secara proporsi menurun menjadi (66,16%). Pada sisi lain angkatan kerja yang berpendidikan lebih tinggi semakin naik. Hal ini sangat menggembirakan karena kepedulian masyarakat terhadap pendidikan meningkat. Sebagai gambaran berdasarkan standarisasi guru, maka pada tahun 2015 semua guru minimal harus perpendidikan S1. Jumlah perkiraan angkatan kerja Papua yang berpendidikan Universitas tahun 2012 sebanyak orang (4,21%) meningkat menjadi orang (13,54%). Tabel 3.8 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tingkat Pendidikan Maksimum SD SLTP SLTA Umum SLTA Kejuruan Diploma Universitas Jumlah

74 Tabel 3.9 menunjukkan perkiraan angkatan kerja tahun 2012 sebanyak orang terdiri dari laki-laki orang (57,62%) dan perempuan sebanyak orang (42,38%). Pada tahun 2016 menjadi orang, laki-laki orang (58,63%) dan orang (41,37%). Tabel 3.9 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Gambar 3.2 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di Papua terus meningkat baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi pertambahan angkatan kerja laki-laki lebih besar daripada perempuan Gambar 3.2 Perkiraan Angaktan Kerja Menurut Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total 48

75 BAB IV PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA 4.1 Perkiraan Perekonomian Kontribusi tertinggi terhadap PDRB Provinsi Papua pada tahun 2010 adalah sektor pertambangan dan penggalian yang kontribusinya sebesar 63,15 persen. Kontribusi kedua adalah sektor pertanian (9,45%) diikuti sektor bangunan dan jasa dengan kontribusi masingmasing 7,81 persen dan 7,24 persen. Sementara sektor-sektor lainnya kontribusinya di bawah 5 persen. Tanpa nilai tambah dari sub sektor pertambangan tanpa migas, perekonomian Papua masih didominasi sektor pertanian dimana pada tahun 2010 kontribusinya sebesar 25,40 persen diikuti sektor bangunan 20,98 persen. Urutan ketiga dan keempat adalah sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang masing-masing kontribusinya sebesar 19,45 persen dan 11,84 persen. Selanjutnya 49

76 sektor pengangkutan dan komunikasi menyumbang 11,69 persen sementara sektor lainnya hanya berkontribusi di bawah 6 persen. Produktivitas ekonomi suatu daerah terlihat dari pertumbuhan ekonominya yang diperoleh dari PDRB atas dasar harga konstan. Selama lima tahun terakhir, Papua mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup fluktuatif. Setelah mengalami perlambatan pada tahun 2006 sebesar 17,14 persen, pertumbuhan ekonomi Papua mengalami pertumbuhan positif pada tahun selanjutnya yaitu sebesar 4,34 persen. Tahun berikutnya kembali ke pertumbuhan negatif 1,40 persen, selanjutnya berkontraksi kembali ke 22,74 persen pada tahun Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Papua tercatat melambat 2,65 persen. Berdasarkan perkiraan Produk Domestik Regional Bruto menurut lapangan usaha, pertumbuhan PDRB diperkirakan terus mengalami kenaikan. Tabel 4.1 menunjukkan PDRB tahun 2012 adalah Milyar rupiah, kemudian berturut turut tahun 2013, 2014, 2015 dan tahun 2016 masing masing Milyar rupiah, Milyar rupiah, Milyar rupiah dan Milyar rupiah. Hal ini menunjukkan laju pertumbuhan perkiraan PDRB Papua tahun rata-rata sebesar 4,67 persen. PDRB sektor pertambangan merupakan yang tertinggi. Pada tahun 2012 diperkirakan sebesar Milyar rupiah, kemudian tahun 2013, 2014, 2015 dan tahun 2016 masing-masing sebesar Milyar rupiah, Milyar rupiah, Milyar rupiah dan Milyar rupiah. PDRB sektor pertambangan jauh lebih besar dibanding dengan sektor lainnya, walaupun dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit. Meskipun sebagian besar (72,93%) penduduk Papua bekerja di 50

77 sektor pertanian, PDRB sektor pertanian merupakan urutan kedua dari seluruh sektor. Berdasarkan perkiraan PDRB sektor pertanian sebesar Milyar rupiah pada tahun 2012, kemudian tahun 2013, 2014, 2015 dan tahun 2016 masing-masing sebesar Milyar rupiah, Milyar rupiah, Milyar rupiah dan Milyar rupiah. PDRB sektor pertanian periode rata-rata laju pertumbuhannya 0,7 persen per tahun. Urutan ketiga kontribusi sektor tarhadap PDRB Papua adalah sektor bangunan, kemudian sektor jasa kemasyarakatan dan sektor-sektor lainnya. Tabel 4.1 Perkiraan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun (Milyar Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa Kemasyarakatan Jumlah

78 4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan pakerjaan atau kesempatan kerja yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang masih lowong. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 16 Tahun 2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro, yang dimaksud kesempatan kerja adalah lowongan pekerjaan yang belum diisi oleh pencari kerja dan pencari kerja yang sudah ada. Berdasarkan perkiraan kesempatan kerja menurut lapangan usaha tenaga kerja terserap pada lapangan pekerjaan pertanian, baik pada awal perkiraan tahun 2012 maupun pada akhir perkiraan tahun 2016 masing-masing menyerap tenaga kerja sebanyak (74,29%) dan (72,02%). Urutan kedua jasa kemasyarakatan diperkirakan tahun 2012 menyerap kesempatan kerja sebanyak (8,64%) dan tahun 2016 menyerap tenaga kerja sebanyak orang (9,56%), kemudian urutan ketiga sektor perdagangan pada tahun 2012 menyerap tenaga kerja sebanyak orang (8,23%) dan tahun 2016 menyerap tenaga kerja sebanyak orang (8,79%). Sektor lainnya seperti angkutan, bangunan, industri pengolahan, listrik, gas dan air serta keuangan serapan kesempatan kerjanya lebih rendah. Sektor pertambangan yang disebut mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB Papua, diperkirakan hanya menyerap tenaga kerja sebanyak orang (1,14%) dan pada tahun

79 sektor pertambangan diperkirakan menyerap tenaga kerja sebanyak orang (1,18%), yang berarti terjadi penurunan jumlah kesempatan kerja pada sektor tersebut. Tabel 4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa Kemasyarakatan Jumlah Tabel 4.3 menunjukkan perkiraan kesempatan kerja menurut status pekerjaan utama dimana pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga diperkirakan sebesar orang (33,49%) pada tahun 2012, kemudian meningkat menjadi orang (29,84%) pada tahun Kemudian urutan tertinggi kedua status pekerjaan berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga atau buruh tidak tetap orang (25,60%) dan pada tahun 2016 menurun menjadi orang (22,92%). Kemudian urutan tertinggi ketiga yaitu status pekerjaan pekerja/buruh/karyawan sebanyak orang (20,89%) dan diperkiraankan meningkat menjadi orang (24,75%) 53

80 Tabel 4.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Tahun Status Pekerjaan Brsh Sendiri tanpa bantuan Brsh Dengan Dibantu Brsh. Dengan Buruh Pekerja/Buruh/karyawan Pkj. Bebas di Pertanian Pkj. Bebas di Non Pertanian Pekerja tak dibayar Jumlah Jika dilakukan analisis berdasarkan sektor formal dan sektor informal, perkiraan menunjukkan sebagian kecil yang bekerja di sektor formal (berusaha dengan buruh tetap dan pekerja/buruh/karyawan) sebanyak orang (21,97%). Pada akhir perkiraan jumlah pekerja sektor formal diperkirakan meningkat menjadi orang (25,83%). Jadi sebagian besar penduduk Provinsi Papua bekerja pada sektor informal (berusaha sendiri tanpa bantuan, berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga/buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian dan pekerja bebas non pertanian) sebanyak orang (44,54%) pada tahun 2012 dan diperkirakan meningkat menjadi orang (44,33%). Istilah jabatan berasal dari kata bahasa Inggris occupation dan sering kali disebut jenis pekerjaan. Jabatan atau jenis pekerjaan utama seseorang merupakan aktivitas macam pekerjaan yang sedang dilakukan oleh orang-orang yang termasuk golongan bekerja atau orang-orang yang sedang mencari pekerjaan dan pernah bekerja. Tabel 4.4 menunjukkan perkiraan kesempatan kerja tahun sebagian besar jenis pekerjaan utama tenaga usaha 54

81 pertanian. Jenis pekerjaan utama tenaga usaha pertanian sebanyak orang (74,92%) tahun 2012, kemudian jumlahnya mengalami peningkatan menjadi orang (70,78%). Jenis pekerjaan utama yang diperkirakan meningkat yaitu tenaga usaha jasa dari orang (1,25%) meningkat menjadi orang (1,77%). Jenis pekerjaan utama tenaga produksi dan lainnya mengalami kenaikan cukup signifikan, dari orang pada perkiraan tahun 2012 menjadi orang (11,59%). Kemudian jenis pekerjaan utama lainnya diperkirakan mengalami peningkatan yang bervariasi. Tabel 4.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun Jenis Pekerjaan Utama /1. Tenaga Profesional Tenaga Kepemimpinan Tenaga Tata Usaha Tenaga Usaha Penjualan Tenaga Usaha Jasa Tenaga Usaha Pertanian /8/9. Tenaga Produksi & lainnya Jumlah Tingkat pendidikan pekerja di Provinsi Papua relatif rendah, belum tamat SD mencapai jiwa atau 51,56 persen dari jumlah seluruh pekerja di Papua. Untuk pekerja berpendidikan SD sebesar 30,53 persen sehingga persentase pekerja berpendidikan SD atau belum tamat SD mencapai lebih dari 80 persen dari total pekerja Papua (BPS, 2010). Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan perkiraan 55

82 pada tahun 2012 sebagian besar kesempatan kerja tingkat pendidikan SD atau tidak tamat SD sebanyak orang (69,64%) kemudian diperkirakan naik menjadi orang (67,39%). Demikian juga kesempatan kerja tingkat pendidikan SMP, SLTA Umum, dan Diploma. Kesempatan kerja untuk tingkat pendidikan SLTA kejuruan dan universitas diperkirakan mengalami kenaikan kesempatan kerja. Kesempatan kerja tingkat pendidikan universitas tahun 2012 diperkirakan sebanyak orang (2,74%) meningkat menjadi (3,15%). Hal ini karena semakin meningkatnya kesadaran penduduk untuk meningkatkan jenjang pendidikan tidak hanya sampai diploma tetapi meningkat sampai jenjang S1. Tabel 4.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tingkat Pendidikan Maksimum SD SLTP SLTA Umum SLTA Kejuruan Diploma Universitas Jumlah Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas sebanyak orang, laki-laki sebanyak orang (52,90%) dan perempuan orang (47,10%), maka jumlah kesempatan kerja laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa perkiraan kesempatan kerja menurut jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari 56

83 perempuan. Kesempatan kerja laki-laki sebanyak orang (57,75%) pada tahun 2012 dan diperkiraankan meningkat menjadi orang (59,02%) pada akhir perkiraan tahun Kesempatan kerja perempuan pada awal perkiraan sebanyak orang (42,25%) naik menjadi orang (40,98%). Secara absolut jumlahnya kesempatan kerja naik, tetapi secara persentase dibandingkan laki-laki pada tahun 2016 perempuan persentasenya menurun. Tabel 4.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah penduduk usia kerja menurut Sensus Penduduk 2010 sebagian besar pada golongan umur tahun yaitu orang (9,81%). Tetapi pada perkiraan kesempatan kerja bergeser pada golongan umur yang terbanyak yaitu orang (17,82%) pada tahun 2012, dan meningkat menjadi orang (18,37%) tahun Kesempatan kerja menurun golongan umur urutan kedua yaitu umur sebanyak orang tahun 2012, kemudian tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 masing masing yaitu orang, orang, orang dan orang. Besarnya kesempatan kerja pada golongan umur ini tidak terlepas dari faktor natural increase dan migrasi masuk. Kesempatan 57

84 kerja golongan umur yang lainnya jumlah dan persentasenya lebih kecil. Secara umum dapat diasumsikan bahwa semakin banyak jam kerja yang digunakan, berati semakin produktif. Ukuran berkerja penuh dan setengah menganggur dapat dilihat berdasarkan produktivitas atau pendapatan. Karena itu bekerja penuh dapat diartikan setiap orang yang bekerja dan mampu memenuhi salah satu atau keseluruhan ukuran normal jam kerja, produktivitas dan atau pendapatan. Tabel 4.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun Golongan Umur , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,950 81,850 83,771 85,791 87, ,694 44,007 44,341 44,705 45, ,408 32,422 32,699 33,000 33,297 Jumlah 1,507,118 1,533,520 1,560,807 1,589,010 1,618,165 Tabel 4.8 perkiraan kesempatan kerja menurut jam kerja normal (35 jam ke atas per minggu) sebanyak orang (77,19%) pada tahun 2012 dan akhir perkiraan tahun 2016 secara absolut naik tetapi secara relatif persentasenya mengalami penurunan walaupun 58

85 rendah yaitu orang (76,68%). Perkiraan kesempatan kerja yang jumlah jam kerjanya kurang dari 35 jam kerja masih sebanyak 22,81 persen pada 2012 dan naik menjadi 23,32 persen pada tahun Tabel 4.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun Jam Kerja ** Jumlah Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja Tabel 4.9 menunjukkan perkiraan produktivitas tenaga kerja menurut lapangan usaha, dimana produktivitas total per tenaga kerja per tahun sebesar 16,66 juta rupiah/tenaga kerja pada tahun 2012 dan secara bertahap setiap tahun mengalami kenaikan dan diperkirakan naik menjadi 19,49 juta rupiah/tenaga kerja pada tahun Menurut lapangan usaha, pertambangan memiliki produktivitas per tenaga kerja tertinggi dibanding lapangan usaha lainnya. Pada lapangan usaha pertambangan produktivitas tenaga kerja per tahun 968 juta rupiah/tenaga kerja pada tahun 2012 dan meningkat menjadi Rp juta rupiah/tenaga kerja pada tahun Sedangkan 59

86 lapangan usaha pertanian diperkirakan memiliki produktivitas terendah pada periode Tabel 4.9 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun (Juta/TK) Lapangan Usaha Pertanian 1,94 1,93 1,94 1,95 1,93 2. Pertambangan 968, , , , ,00 3. Industri Pengolahan 11,86 11,56 10,21 10,06 9,88 4. Listrik, Gas dan Air 15,43 13,07 11,28 11,08 11,26 5. Bangunan 63,23 61,80 57,96 54,48 53,76 6. Perdagangan 8,16 8,02 7,56 7,40 7,33 7. Angkutan 19,92 19,62 19,45 18,02 17, Keuangan 52,02 49,02 48,46 48,51 47,93 9. Jasa Kemasyarakatan 12,70 12,49 11,92 11,06 10,92 Jumlah 16,66 17,29 17,96 18,70 19,49 60

87 BAB V Perkiraan dan perencanaan Keseimbangan antara Persediaan dan kebutuhan Akan tenaga kerja Pada Bab V ini akan dibahas tentang keseimbangan antara perkiraan persedian tenaga kerja dengan perkiraan kebutuhan tenaga kerja. Selain itu dibahas juga penganggur terbuka sebagai akibat tidak seimbangnya antara jumlah angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia serta neraca persediaan dan kesempatan kerja. 5.1 Persediaan Tenaga Kerja dan Kebutuhan Tenaga Kerja Tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja diperkirakan setiap tahun bertambah. Pada awal perkiraan tahun 2012 jumlah angkatan kerja sebanyak orang, kemudian tahun 2013, tahun 2014, tahun 2015 dan tahun 2016 masing-masing sebesar orang, orang, orang dan orang. Hal ini disebabkan oleh pertambahan penduduk alami (natural increase) dan pertambahan akibat migrasi masuk lebih 61

88 besar daripada migrasi keluar. Hasil sensus penduduk Provinsi Papua tahun 2010 menghasilkan angka pertumbuhan penduduk Provinsi Papua sebesar 5,39 persen per tahun. Walaupun pemerintah terus berusaha meningkatkan kesempatan kerja untuk mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang terus meningkat setiap tahunnya, tetapi jumlah kesempatan kerja tetap masih lebih rendah daripada jumlah angkatan kerja. Tabel 5.1 Perkiraan Jumlah Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja Tahun TAHUN JUMLAH ANGKATAN KERJA JUMLAH KESEMPATAN KERJA Tabel 5.1 menunjukkan perkiraan jumlah kesempatan kerja yang terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2012 sebanyak orang, kemudian tahun 2013, tahun 2014, tahun 2015 dan tahun 2016 berturut-turut masing-masing sebanyak orang, orang, orang dan orang. Atas dasar tabel tersebut menunjukkan bahwa belum seimbangnya antara jumlah angkatan kerja yang tersedia dan kesempatan kerja yang ada, sehingga timbul penganggur yang dalam hal ini penganggur terbuka. 62

89 5.2 Perkiraan Penggangur Terbuka Perkiraaan Penggangur Terbuka Menurut Golongan Umur Menurut definisi yang dimaksud penganggur terbuka adalah mereka yang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Atas dasar konsep tersebut perkiraan penganggur terbuka Provinsi Papua secara absolut terus bertambah setiap tahun. Tabel 5.2 menunjukkan pada tahun 2012 jumlah penganggur terbuka sebanyak orang dan meningkat menjadi orang pada tahun 2016, yang berarti bertambah sebanyak orang (29,45%). Berdasarkan golongan umur jumlah penganggur terbuka terbanyak pada golongan umur tahun baik pada tahun 2012 maupun tahun 2016 masing-masing orang (28,73%) dan orang (28,24%). Tabel 5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun Golongan Umur Jumlah

90 Tingkat penganggur terbuka yang selanjutnya disingkat TPT adalah rasio antara jumlah penganggur terbuka dengan jumlah angkatan kerja. Atas dasar konsep tersebut tingkat penganggur terbuka diperkirakan tahun 2012 sebesar 4,05 persen dan meningkat menjadi 4,84 persen pada tahun Jika dilihat berdasarkan golongan penganggur terbuka terbanyak umur maka tingkat golongan umur tahun dan diperkirakan TPT-nya bertambah setiap tahun. Pada tahun 2012 tingkat penganggur terbuka umur tahun sebesar 9,33 persen dan meningkat menjadi 10,62 persen pada tahun Banyaknya penganggur terbuka pada umur tahun selain pengaruh kelahiran juga adanya pengaruh migrasi. Hal ini karena orang melakukan migrasi pada umumnya pada usia produktif umur dan tahun (lihat Tabel 5.3) Tabel 5.3 Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun Golongan Umur ,38 5,91 5,39 5,13 4, ,33 9,77 10,09 10,35 10, ,47 6,95 7,39 7,76 8, ,80 3,06 3,28 3,44 3, ,49 1,96 2,40 2,77 3, ,89 0,81 0,77 0,73 0, ,81 1,84 1,90 1,95 2, ,52 2,00 2,27 2,71 2, ,48 4,94 5,36 5,72 6, ,32 4,23 4,36 4,42 4,51 Jumlah 4,05 4,30 4,49 4,68 4,84 64

91 5.2.2 Perkiraan Penggangur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa jumlah penganggur terbuka terbanyak adalah tingkat pendidikan SD, baik pada tahun 2012 maupun tahun 2016, masing-msing sebanyak orang (31,91%) dan orang (42,11%). Begitu juga tingkat pendidikan SLTA Umum jumlah penganggur terbuka diperkirakan meningkat, tahun 2012 diperkirakan sebanyak orang (21,10%) naik menjadi orang (21,73%). Hal ini karena mereka yang berpendidikan SLTA Umum kurang memiliki keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan dunia kerja sehingga kalah bersaing dalam memperoleh pekerjaan. Tabel 5.4 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tingkat Pendidikan Maksimum SD SLTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma Universitas Jumlah Tingkat penganggur terbuka diperkirakan tahun 2012 sebesar 4,05 persen, kemudian naik menjadi 4,84 persen tahun Perkiraan tingkat penganggur terbuka menurut tingkat pendidikan, Universitas memiliki angka tertinggi. Pada tahun 2012 TPT Universitas sebesar 17,67 persen, sedangkan 65

92 tahun 2016 diperkirakan turun menjadi 16,84 persen. Hal ini karena jumlah lulusan Universitas tiap tahunnya meningkat sedangkan kesempatan kerja yang ada sangat terbatas. Disisi lain adanya ego dari angkatan kerja lulusan Universitas yang memilih-milih pekerjaan ikut menyebabkan tingkat penganggurannya merupakan yang tertinggi. Sebaliknya TPT tingkat pendidikan SD paling rendah, hal ini karena mereka banyak terserap pada lapangan kerja pertanian yang tidak banyak membutuhkan syarat pendidikan yang tinggi. Diperkirakan tahun 2012 TPT tingkat pendidikan SD sebesar 1,90 persen dan diperkirakan meningkat menjadi sebesar 3,08 persen pada tahun Tabel 5.5 Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tingkat Pendidikan Maksimum SD 1,90 2,39 2,63 2,85 3,08 SLTP 4,54 4,26 3,31 3,09 2,88 SMTA Umum 8,30 8,23 9,09 9,35 9,61 SMTA Kejuruan 11,64 11,25 11,97 11,94 12,44 Diploma 13,28 10,81 9,31 8,65 7,14 Universitas 17,67 17,75 17,64 17,64 16,84 Jumlah 4,05 4,30 4,49 4,68 4, Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Perkiraan penganggur terbuka menurut jenis kelamin secara absolut laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Tabel 5.6 menunjukkan tahun 2012 jumlah penganggur 66

93 terbuka laki-laki diperkirakan sebanyak orang (54,33%) dan perempuan sebanyak orang (45,67%), sedangkan pada tahun 2016 jumlah penganggur terbuka laki-laki sebanyak orang (50,92%) dan perempuan sebanyak orang (49,08%). Secara absolut jumlah penganggur laki-laki maupun perempuan mengalami pertambahan tetapi jumlah penganggur laki-laki di Provinsi Papua diperkirakan lebih banyak dibandingkan perempuan. Tabel 5.6 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Gambar 5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun Laki-laki Perempuan Total 67

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI GORONTALO TAHUN

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI GORONTALO TAHUN PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI GORONTALO TAHUN 2013-2017 ISBN : 978-602-7536-15-9 PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI GORONTALO TAHUN 2013-2017 Kerjasama : Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga

Lebih terperinci

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI BALI TAHUN

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI BALI TAHUN ISBN : 978-602-7536-10-4 PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI BALI TAHUN 2012-2016 PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI BALI TAHUN 2012-2016 Kerjasama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Dengan Dinas

Lebih terperinci

9. Keputusan /2 ATE\MW\DATAWAHED\2016\PER.GUB\NOVEMBER

9. Keputusan /2 ATE\MW\DATAWAHED\2016\PER.GUB\NOVEMBER PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ISBN : RENCANA TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN

ISBN : RENCANA TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN ISBN : 978-602-7536-19-7 RENCANA TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2014-2018 Kerjasama Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Dengan Dinas Tenaga Kerja dan

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/XII/2008 TENTANG METODE PENGHITUNGAN PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, bahwa perencanaan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 54/11/31/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 SEBESAR 7,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 59/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Papua Barat Agustus 2017 Agutus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.51/11/31/Th. XIV, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada mencapai 5,37 juta orang, bertambah 224,74 ribu

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 23/05/31/Th XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2012 SEBESAR 10,72 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2017-2022 DINAS TENAGA KERJA DAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KEBUMEN DASAR HUKUM PERENCANAAN TENAGA KERJA Landasan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2011 SEBESAR 10,83 PERSEN No. 19/05/31/Th XIII, 5 Mei 2011 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 9,84 PERSEN No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MAKRO

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MAKRO MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MAKRO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2013 SEBESAR 9,94 PERSEN No. 25/05/31/Th. XV, 6 Mei 2012 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016 No. 76/11/51/Th. X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Agustus 2016 mencapai 2.463.039 orang, bertambah sebanyak 80.573 orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 53/11/14/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Badan Pusat Statistik Provinsi Riau Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Riau Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015 No. 78/11/51/Th. IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Agustus 2015 mencapai 2.372.015 orang, bertambah sebanyak 55.257 orang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 8,36 PERSEN Jumlah angkatan kerja di DKI Jakarta

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 74/11/35/Th.XV, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN q BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.29/05/34/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN Pada Februari 2017, Penduduk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th.IX, 15 AGUSTUS 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas

Lebih terperinci

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar KABUPATEN WAROPEN TAHUN 2014 Oleh : Muhammad Fajar KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas perstatistikan di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 67/11/34/Th.XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 76/11/35/Th. XI, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk usia 15

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 23/05/31/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 5,77 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 457 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 457 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 457 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 No. 34/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2017 mencapai 2.469.104 orang, bertambah 86.638 orang dibanding

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78//35/Th. XIII, 5 November 05 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 05 AGUSTUS 05: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017 No. 08/11/62/Th.XI, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Agustus 2017 Agustus 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.29 /05/17/XI, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2017 sebanyak

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 01/05/18/Th.X, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,43 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Februari

Lebih terperinci

G U B E R N U R L A M P U N G

G U B E R N U R L A M P U N G G U B E R N U R L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G / 662 / B.VII / HK / 2009 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI LAMPUNG GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 No. 74/11/52/Th. VII, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 5,38 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 71 /11/76/Th.IX, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,35 PERSEN Jumlah penduduk usia kerja di Sulawesi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 31/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik

Lebih terperinci

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sasaran pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai sasaran tersebut maka pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015 No. 36/05/51/Th. IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2015 mencapai 2.458.784 orang, bertambah sebanyak 142.026 orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 33/05/35/Th.XIV, 4 Mei 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,14 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN PROVINSI MALUKU UTARA FEBRUARI 2016 ISBN : No. Publikasi : 82520.1609 Katalog BPS : 2302003.82 Ukuran Buku : B5 (17,6 x 25 cm) Jumlah Halaman : 27 Naskah : Bidang Statistik Sosial

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 01/05/18/Th.IX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,54 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Februari

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan No. 63/11/16Th. XIX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,18 persen Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

DATABASE KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KENDAL TAHUN

DATABASE KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KENDAL TAHUN DATABASE KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013-2015 DINAS TENAGA KERJA DAN TANSMIGRASI KABUPATEN KENDAL Jl. Soekarno Hatta No. 62 Kendal Kode Pos 51301 Telp. (0294) 381275/381074 Fax. (0294) 381275

Lebih terperinci

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

BPS PROVINSI DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 52/11/31/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2016 TPT DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 6,12 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 28/05/16/Th. XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016 No. 34/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2016 mencapai 2.382.466 orang, bertambah sebanyak 10.451 orang dibanding

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 No. 65/11/82/Th XV, 07 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 524,5 ribu orang bertambah 10,9 ribu orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 No. 66/11/13/Th XVIII, 05 November 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,89 PERSEN Angkatan kerja Sumatera Barat pada Agustus 2015 sebanyak 2,35

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014 No. 66/11/13/Th XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT Jumlah angkatan kerja di Sumatera Barat pada Agustus mencapai 2,33 juta orang, naik 110 ribu orang dibandingkan dengan jumlah angkatan

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN 2013 Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 Statistik Dasar UU NO. 16 TAHUN 1997 (TENTANG STATISTIK) Statistik yang pemanfaatannya

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 30/05/82/Th XVI, 05 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 557,1 ribu orang bertambah 32,6 ribu orang dibanding

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 20/05/34/Th. XI, 15 Mei 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 No. 66/11/13/Th XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,09 PERSEN Angkatan kerja Sumatera Barat pada Agustus 2016 sebanyak 2,47 juta

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN No. 17/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 No.62/11/ 63/Th XX/07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,08 juta orang atau terjadi penambahan sebesar 91,13 ribu orang dibanding Agustus

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 28/5/13/Th XX, 05 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,80 PERSEN Angkatan kerja Sumatera Barat pada Februari 2017 sebanyak 2,62 juta,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 67/11/32/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 Agustus 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,72 PERSEN Jawa Barat mengalami penurunan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2014 2018 Kerjasama : Pusat Perencanaan Tenaga Kerja-Kemnakertrans RI Dengan Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Timur 2013 ISBN : 978-602-7536-23-4

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 01/03/Th. VIII, 28 Maret 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 1,32 PERSEN Angkatan kerja di Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 28/05/34/Th.XVIII, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja

Lebih terperinci