RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012"

Transkripsi

1 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman

2 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk... 6 Inflasi... 7 Hubungan Investasi (ICOR)... 8 Indikator Pemerintahan... 9 Laju Pertumbuhan Penduduk Sektor Tenaga Kerja Distribusi Pendapatan Kesehatan Pendidikan Daftar Pustaka Halaman

3 Kata Pengantar Assalammu alaikum Wr. Wb., Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunianya sehingga terselesaikannya penyusunan Buku Indikator Makro Pembangunan Ekonomi Tahun. Penyusunan Buku Indikator Makro Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bekasi merupakan salah satu bentuk pemenuhan tugas pokok dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagaimana yang diamanahkan oleh Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, maupun Peraturan Perundangan lainnya. Khususnya dalam pelaksanaan tugas penyusunan kebijakan dan pengkoordinasian perencanaan kegiatan pembangunan di bidang ekonomi. Penyusunan Buku Indikator Makro Pembangunan Ekonomi ini merupakan hasil kerjasama antara Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dengan Badan Pusat Statistik, dan Satuan kerja pemerintah daerah lainnya. Melalui buku ini diharapkan dapat tergambar kondisi pembangunan ekonomi di secara timeseries sehingga dapat menjadi suatu referensi praktis untuk pengambil kebijakan. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam buku ini. Kami berharap masukan dari berbagai pihak untuk mendukung komitmen kami dalam meningkatkan kualitas pembangunan di. Bekasi, Desember Kepala Bappeda Drs. H. MP. Jamary Tarigan NIP Halaman

4 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi Secara umum perkembangan ekonomi mengalami proses berkembang secara konsisten. Namun demikian tetap memerlukan perhatian serius untuk lebih ditingkatkan lagi karena beberapa indikator ekonomi masih menunjukan kesenjangan yang nyata. Kuantitas dan kualitas pembangunan ekonomi merupakan salah satu modal utama untuk membuat pembangunan yang adil dan menyejahterakan. Berikut ini merupakan beberapa indikator yang menjadi gambaran kondisi makro pembangunan ekonomi pada tahun 2009 hingga Tabel 1. Indikator Makro Pembangunan Ekonomi No Indikator Tahun 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) 5,04% 6,18% 6,26% 2 Laju Inflasi 2,58% 7,58% 4,79% 3 Hubungan Investasi 4,54 2,29 3,92 4 Pemerintahan Rasio Penerimaan terhadap PDRB Rasio Pajak terhadap Basis Pajak Rasio Pajak Langsung terhadap Pajak Tidak Langsung Proporsi Pengeluaran terhadap PDRB Rasio Belanja langsung terhadap belanja Tidak Langsung 1,77% 1,77% 2,21% 0,12% 0,12% 0,39% 3,97 4,52 2,46 2,11% 1,72% 1,80% 1,03 1,24 1,05 Belanja Langsung (Belanja pegawai non PNS : Barang dan Jasa : Modal) 6,46 : 26,80 : 66,73 8,41 : 39,59 : 52,00 5,84 : 35,85 : 58,30 4 Halaman

5 No Indikator Tahun 5 Demografi LPP 4,6% 4,18% 4,7% Migrasi Masuk Keluar n/a n/a n/a 6 Tenaga Kerja TPAK Distribusi Pendapatan Tingkat Pengangguran Terbuka Rasio Gini 10.37% 9.03% 10.43% n/a n/a 0,34 8 Kesehatan Angka Kematian Bayi n/a n/a AHH n/a 9 Pendidikan AMH (%) APS (%) Usia ,88 98,98 98,71 Usia ,25 86,22 89,22 Usia ,35 43,97 41,42 APM (%) SD SMP SMA ,96 71,04 37,54 91,52 72,31 42,52 APK (%) SD SMP SMA Pembangunan ekonomi regional salah satunya dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Laju pertumbuhan ekonomi ini diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan tahun Berikut ini 5 Halaman

6 merupakan perkembangan laju pertumbuhan ekonomi pada tiga tahun terakhir. Laju Pertumbuhan Penduduk Grafik 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi, Propinsi Jawa Barat, dan Nasional Tahun Persentase 6,8 6,6 6,4 6,2 6 5,8 5,6 5,4 5,2 5 4,8 4,6 4,4 4,2 4 5,04 4,63 4,19 6,2 6,2 6,18 6,48 6,46 6,26 LPE Kab.Bekasi LPE Jawa Barat LPE Nasional Sumber: Badan Pusat Statistik, Berdasarkan Grafik 1, terlihat tren yang baik dimana LPE mengalami peningkatan, sejalan dengan meningkatnya LPE tingkat Propinsi Jawa Barat dan tingkat Nasional. Secara rata-rata laju pertumbuhan ekonomi selama 3 tahun terakhir ( ) memperlihatkan pertumbuhan di atas rata-rata nasional yaitu masih tumbuh 6 % pertahun. Pertumbuhan ekonomi di tahun 2011 sebesar 6,26 %, lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 sebesar 6,18 %. Namun peningkatan LPE ini masih dibawah peningkatan yang terjadi di Jawa Barat dan Nasional untuk tahun 2009 dan Secara positif dapat dikatakan dengan tren pertumbuhan yang meningkat dari tahun 2009 hingga 2011 sesungguhnya masih dapat bernapas lega karena aktivitas ekonominya masih tetap berjalan meskipun terhantam faktor eksternal berupa krisis global tersebut. 6 Halaman

7 Di lain pihak, dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa pada tahun 2011, PDRB perkapita ADH berlaku tahun 2011 sebesar Rp ,01 mengalami peningkatan sebesar 7,55 % dibandingkan tahun Walaupun begitu, peningkatan PDRB perkapita di atas masih belum mengambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat secara umum. PDRB perkapita berdasarkan atas harga dasar konstan tahun 2011 di menunjukkan nilai sebesar Rp ,66 atau Rp bila dihitung per bulannya. Ini menandakan adanya peningkatan sebesar 1,49 % bila dibandingkan dengan tahun Hal tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata penduduk secara riil memiliki pendapatan sedikit di atas Upah Minimum yang saat itu mencapai Rp per bulan dan ini cukup menggambarkan peningkatan daya beli masyarakat dibandingkan tahun sebelumnya. Inflasi Berlanjut ke indikator kedua yang diamati yaitu terkait laju inflasi yang terjadi di pada tiga tahun terakhir yaitu 2009 hingga Grafik 2. Laju Inflasi Tahun ,00% 10,00% 11,10% 8,00% 6,45% 7,58% 6,00% 4,00% 6,04% 4,79% 2,00% 2,58% 0,00% Sumber: Diolah berdasarkan data BPS, 7 Halaman

8 Berdasarkan Grafik 2, terlihat tren fluktuasi laju inflasi yang terjadi di Kabupaten Bekasi selama enam tahun terakhir dimana pada tahun terakhir laju inflasi menurun. Sepanjang tahun 2011 inflasi sebesar 4,79 %, menurun dibandingkan tahun Adapun bila dibandingkan dengan laju inflasi di Jawa Barat dan Nasional, nilai penurunan inflasi masih tetap lebih tinggi karena laju inflasi Jawa Barat masih lebih baik, yaitu dengan inflasi sebesar 3,10 % dan nasional sebesar 3,79 %. Meskipun begitu, penurunan laju inflasi yang terjadi di memberikan pertanda baik karena umumnya inflasi yang terjadi diharapkan pada posisi yang tidak terlalu rendah dan tidak pula tinggi artinya adanya pergerakan ekonomi. Hubungan Investasi (ICOR) Indikator makro pembagunan ekonomi yang diamati selanjutnya adalah hubungan investasi yang terjadi pada rentang waktu 2009 hingga 2011 dengan menggunakan perhitungan ICOR. Grafik 3. Perbandingan Nilai Koefisien ICOR, PDRB, dan Nilai Investasi Tahun Juta Rupiah Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp- Rp Rp Rp Rp ,54 3,92 4 3,5 2,92 3 Rp Rp Rp Rp Rp Rp ,5 Rp Rp Rp Rp Rp Rp PMA PMDN Total Investasi PDRB Konstan (dg MIGAS) ICOR 4,5 2 Koefisien ICOR Sumber: Diolah berdasarkan data BPS dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, 8 Halaman

9 Besaran koefisien ICOR merefleksikan produktivitas investasi yang pada akhirnya menyangkut pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Untuk nilai investasi, Kabupaten Bekasi berada di posisi pertama dibandingkan dengan kabupaten dan kota di Jawa Barat. Hal ini menunjukan bahwa memiliki nilai strategis dibandingkan dengan kota atau kabupaten lain di Jawa Barat. Kemudian walaupun ICOR berada pada posisi yang tidak rendah tetapi masih berada di bawah nilai koefisien nasional. Mengacu pada Grafik 3 di atas, sepanjang tahun , PDRB mengalami peningkatan sedangkan total investasi mengalami penurunan. Nilai koefisien ICOR pada periode mengalami peningkatan menjadi 3,92. Nilai koefisien ICOR ini menunjukan bahwa untuk memperoleh tambahan satu unit output diperlukan investasi sebesar 3,92 unit. Hal ini dipicu oleh turunnya PMA sehingga berdampak kepada penurunan nilai investasi total. PDRB cenderung mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Indikator Pemerintahan Grafik 4. Matriks Perbandingan (Rasio) antara PAD dan PDRB Kabupaten Bekasi ,30% 2,20% 2,10% 2,00% 1,90% 1,80% 1,70% 1,60% 1,50% 1,40% 2,21% 1,77% 1,77% Rasio PAD Terhadap PDRB Sumber: Diolah berdasarkan data BPS dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, 9 Halaman

10 Perbandingan antara PAD dan PDRB dengan menunjukan rasio memiliki arti bahwa suatu wilayah memiliki kinerja yang diukur terhadap rasio PAD dengan PDRB. Data menunjukan kinerja penerimaan daerah pada tahun 2009 berada pada rasio 1,77 %. Begitu pula pada tahun 2010 rasio stagnan pada rasio 1,77%. Baru pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 2,21 %. Dengan kata lain, pada tahun 2011 terjadi perbaikan kinerja penerimaan pada tahun 2011 dibandingkan 2009 dan Idealnya, tiap tahun presentase terus dapat ditingkatkan untuk menunjukan kinerja yang progresif. Kondisi rasio yang stagnan menunjukan perubahan yang lebih baik tetapi tidak progresif. Peningkatan progresif menunjukan kondisi yang berubah menjadi lebih baik dan tetap lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Grafik 5. Rasio Pajak Terhadap Basis Pajak 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05-0,39 0,12 0,12 Rasio Pajak Terhadap Basis Pajak (PDRB) Sumber: Diolah berdasarkan data Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, Rasio pajak terhadap basis pajak pada tahun 2009 dan 2010 mengalami rasio yang stagnan. Kondisi PDRB yang terus berkembang dan pajak yang terus meningkat menunjukan bahwa pada tahun 2009 dan 2010 peningkatan jumlah pajak tidak dapat melebihi nilai PDRB yang berlaku. Kenaikan baru dapat terjadi pada 10 Halaman

11 tahun 2011 yang meningkat mencapai 0,39 %. Dengan kata lain, kinerja penerimaan daerah melalui pajak meningkat progresif pada tahun 2011 yang ditunjukan dengan meningkatnya rasio pajak terhadap basis pajak yang dalam hal ini menggunakan proxy PDRB berlaku. Grafik 6. Pajak Langsung dan Tidak Langsung (milyar rupiah) Pajak Langsung Pajak tidak Langsung Sumber: Diolah berdasarkan data Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, Pajak langsung nilainya selalu lebih besar dibandingkan dengan pajak tidak langsung. Rasio pajak langsung dan tidak langsung semakin mengecil dari tahun 2009 ke Rasio yang mengecil ini dipengaruhi oleh semakin mengecilnya pendapatan pajak langsung dan sebaliknya pajak tidak langsung semakin meningkat. Trennya pajak langsung secara konsisten berkurang sejak tahun 2009 ke Sedangkan pajak tidak langsung berkurang pada tahun 2010 dan membaik pada tahun Halaman

12 Grafik 7. Rasio Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDRB ( ) 2,20% 2,10% 2,00% 2,11% 1,90% 1,80% 1,70% 1,60% 1,50% 1,72% 1,80% 1,40% Rasio Pengeluaran Pemerintah : PDRB Sumber: Diolah berdasarkan data BPS dan Bappeda, Rasio pengeluaran pemerintah terhadap PDRB dari waktu ke waktu mengalami fluktuasi. Kinerja terbaik terjadi pada tahun 2009 dengan persentase mencapai 2,11%. Pada tahun 2010, rasio ini mengalami penurunan ke angka 1,72% yang menunjukan kinerja penganggaran pemerintah tidak terlalu baik pada tahun Kinerja kembali membaik pada tahun 2010 dengan meningkatnya rasio menjadi 1,80%. Dengan semakin meningkatnya nilai PDRB dan APBD idealnya rasio pengeluaran : PDRB dapat meningkat. Seminimal-minimalnya dipertahankan pada nilai tertentu. Rasio yang menurun menunjukan adanya kinerja yang menurun dalam pengeluaran anggaran. Dampak dari menurunnya kinerja pengeluaran pemerintah berdampak luas. Dampak yang paling signifikan adalah menekan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Dampak seperti tertekannya jumlah lapangan pekerjaan juga berpengaruh sangat penting bagi masyarakat. 12 Halaman

13 Grafik 8. Matriks Perbandingan antara Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung pada tahun Total Belanja Langsung Total Belanja Tidak Langsung Sumber: Diolah berdasarkan data Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, Belanja tidak langsung pada tahun 2009 sampai dengan 2011 mengalami peningkatan secara konsisten. Berbeda dengan belanja langsung yang mengalami penurunan pada tahun 2009 ke Idealnya, pada tahun 2009 ke 2010 meningkat untuk mengimbangi peningkatan APBD. Sejauh ini belum diketahui faktor yang menyebabkan menurunnya belanja modal pada tahun Pada tahun 2011 belanja langsung kembali pada jalurnya dengan meningkat 133% dibandingkan tahun Halaman

14 Grafik 9. Belanja Langsung Periode Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Sumber: Diolah berdasarkan data Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, Struktur belanja langsung sudah ideal dengan proporsi belanja modal dan belanja barang dan jasa lebih besar dibandingkan belanja pegawai non PNS. Tetapi kondisi pada tahun 2010 yang kurang menggembirakan karena belanja modal mengalami penurunan dibandingkan tahun Belanja modal kembali naik pada tahun 2011 tetapi belum dapat melebihi kinerja pada tahun Untuk belanja barang dan jasa meningkat secara konsisten dari tahun 2009 sampai Halaman

15 Laju Pertumbuhan Penduduk Pembahasan berikutnya adalah terkait demografi yang lebih membahas tentang laju pertumbuhan penduduk pada tiga tahun terakhir yaitu tahun 2009 hingga Berikut adalah gambarannya. Grafik 10. Jumlah Penduduk dan LPP Tahun ,8 4,7 4,6 4,5 4,4 4,3 4,2 4,1 4 3,9 4,7 4, ,18 Jumlah Penduduk (jiwa) LPP (%) Sumber: Diolah berdasarkan data BPS, Penduduk mengalami tren yang meningkat di tiga tahun tersebut. Terlihat pada grafik di atas, tahun 2011 penduduk berjumlah jiwa. Jumlah tersebut meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk Laju Pertumbuhan Penduduk mengalami fluktuasi. LPP dilihat dengan mendasarkan pada waktu sensus tahun Dalam rentang tahun , LPP meningkat dari rentang waktu sebelumnya. LPP dalam kurun waktu tersebut mengalami peningkatan yang pesat yaitu 4,7%. Selain karena tingkat kelahiran yang meningkat, faktor eksternal yang turut pula bersumbangsih dalam peningkatan pertumbuhan penduduk ini adalah banyaknya penduduk luar daerah yang masuk. Peran urbanisasi yang meningkat pula di Kabupaten Bekasi tidak dapat disangkalkan. Pertumbuhan sektor industri yang semakin baik, 15 Halaman

16 berdampak pada penyerapan tenaga kerja yang masif, sehingga menciptakan faktor penarik bagi para urban untuk bekerja di sektor ini. Hal tersebut berdampak pada peningkatan LPP yang pesat dalam kurun waktu tersebut. Sektor Tenaga Kerja Pada sektor tenaga kerja, indikator tingkat partisipasi angkatan kerja pada tiga tahun terakhir menunjukkan fluktuasi yang menurun. Berikut ini merupakan gambarannya dalam grafik 11. Grafik 11. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di ( ) 67, , , , , ,5 66,85 65,71 64,21 Sumber: Diolah berdasarkan data BPS, Pada grafik di atas, tercatat bahwa di tahun 2009 tingkat Partisipasi Angkatan Kerja sebesar 65.71%, kemudian meningkat di tahun 2010 menjadi 66.85%, kemudian sayangnya di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 64.12%. Penurunan TPAK tahun 2011 menunjukkan adanya penurunan jumlah penduduk usia kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi. Di lain pihak, penurunan ini mengindikasikan pula adanya peningkatan jumlah penduduk usia kerja yang tidak bekerja. Hal ini tentunya berdampak pada penurunan kegiatan perekonomian di. 16 Halaman

17 Kemudian bila mengamati lapangan pekerjaan utama dari penduduk usia kerja yang bekerja, tercatat bahwa persentase tertinggi dengan tren yang terus meningkat terjadi pada sektor industri pengolahan. Lalu lapangan pekerjaan utama tertinggi kedua yaitu perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel. Namun jumlah penduduk usia kerja yang bekerja di sektor tersebut mengalami tren yang menurun. Adapun lapangan pekerjaan yang semakin ditinggalkan di ini adalah lapangan pekerjaan di sektor pertanian, perkebunan, perburuan, dan perikanan. Grafik 12. Persentase Penduduk Usia Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (tahun ) Persentase 41,00 38,00 35,00 32,00 29,00 26,00 23,00 20,00 17,00 14,00 11,00 8,00 14,37 11,23 10,57 37,57 32,12 27,64 30,13 28,10 22,69 15,54 15,90 14,44 14,77 11,97 12, Sumber: Diolah berdasarkan data BPS, Tren penduduk yang bekerja di sektor industri pengolahan dari tahun 2009 hingga 2011 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Karena salah satu daya tarik ini salah satunya adalah keberadaan beragam industri, yang juga merupakan basis ekonomi Kabupaten ini, mampu menyerap banyak karyawan sehingga dalam tiga tahun terakhir jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini terus meningkat. Meskipun secara jumlah di tahun 2011 penduduk angkatan kerja yang bekerja menurun, namun sektor ini tetap menarik minat tenaga kerja baik yang datang dari luar daerah maupun penduduk lokal yang berganti pekerjaan dari lapangan kerja sebelumnya. 17 Halaman

18 Di lain pihak, angka pengangguran terbuka di pada tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011, jumlah penganguran terbuka ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Grafik 13. Persentase Angka Pengangguran Terbuka di ( ) 11,00% 10,50% 10,00% 9,50% 10,37% 10,43% 9,00% 8,50% 8,00% 9,03% Sumber: Diolah berdasarkan data Sakernas 2009, 2010, Keadaan angkatan kerja di provinsi jawa barat 2009, 2010, 2011 Tingkat pengangguran ini merupakan masalah ketenagakerjaan yang cukup serius. Angka pengangguran di terbilang belum membaik secara signifikan karena pada tahun 2009 tingkat pengangguran terbuka berada pada 10.37% kemudian menurun di tahun 2010 yaitu 9.03% dan perkembangan terakhir pada tahun 2011 lalu tingkat pengangguran tersebut meningkat menjadi 10.43%. Angka ini meningkat cukup drastis dibanding tahun 2010 yang besarnya 9.03 %. 18 Halaman

19 Distribusi Pendapatan Grafik 14. Perbandingan Peringkat Pendapatan Perkapita Penduduk Dan Rasio Gini Sebelas Kabupaten/Kota di Jawa Barat 2011 Peringkat Pendapatan Perkapita Rasio Gini Sumber: Diolah berdasarkan data BPS dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, Rasio gini berada di bawah rata-rata Jawa Barat pada tahun Nilai rasio gini berada pada kriteria rasio rendah, hal tersebut adalah capaian yang positif. Namun demikian, pekerjaan rumah yang besar dimiliki oleh. Dengan memiliki nilai investasi realisasi terbesar di Provinsi Jawa Barat namun sayangnya tidak masuk sebagai daerah yang memiliki rasio gini 10 besar kota atau kabupaten terendah. Pada grafik di atas, menunjukan gap yang terjadi antara pendapatan perkapita penduduk dengan rasio gini suatu wilayah. Diketahui bahwa dengan pendapatan perkapita mencapai Rp belum dapat mendistribusikan pendapatan lebih baik dibandingkan wilayah lainnya di Jawa Barat (sembilan wilayah dengan gap antara rasio gini dan pendapatan perkapita yang terendah). 19 Halaman

20 Kesehatan Di bidang kesehatan, pada tiga tahun terakhir ( ) tercatat bahwa terdapat peningkatan kualitas kesehatan yang dilihat dari peningkatan pada angka harapan hidup, angka kematian bayi yang relatif kecil dan alokasi anggaran untuk kesehatan yang terbilang meningkat di tahun Berikut beberapa indikator yang diamati sebagai gambaran. Tabel 2. Perkembangan Sektor Kesehatan di ( ) Indikator Angka Harapan Hidup (tahun) 69,07 69,40 n/a Angka Kematian Bayi (jiwa) 31,96 n/a n/a Anggaran Kesehatan (milyar) Anggaran Belanja Modal (milyar) Rasio anggaran kesehatan terhadap 12% 14% 13% anggaran belanja modal Keterangan: n/a = data tidak di ada (not available) Untuk angka kematian bayi terbilang kecil yaitu di tahun 2009 sebesar per 1000 kelahiran hidup, begitu juga untuk angka harapan hidup terjadi peningkatan dari 69,07 tahun pada 2009 menjadi 69,40 tahun pada Kondisi ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk mengalami perbaikan. Selain itu, anggaran yang dialokasikan pemerintah daerah pun semakin meningkat ditahun 2011 meskipun besarnya masih di bawah nominal yang diberikan pada tahun Adapun di tahun 2010 anggaran untuk sektor kesehatan menurun drastis secara nominal dibanding tahun sebelumnya maupun sesudahnya. Akan tetapi, secara persentase terhadap anggaran modal, alokasi anggaran pada tahun tersebut paling besar dibandingkan dua tahun tersebut. Pendidikan Kemudian sektor berikutnya yang diamati adalah sektor pendidikan. Berikut ini merupakan tabulasi indikator yang menggambarkan kondisi pendidikan di Kabupaten Bekasi pada tahun 2009 sampai dengan Halaman

21 Tabel 3. Perkembangan Pendidikan ( ) Sektor Pendidikan Angka melek huruf (%) Rata-rata lama sekolah (tahun) Angka Partisipasi Sekolah (%) Usia 7-12 (usia SD) 98,88 98,98 98,71 Usia (usia SMP) 79,25 86,22 89,22 Usia (usia SMA) 47,35 43,97 41,42 Angka Partisipasi Murni (APM) SD ,96 91,52 SMP ,04 72,31 SMA ,54 42,52 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD ,20 103,55 SMP ,88 92,43 SMA ,79 57,06 Anggaran Sarana Pendidikan (Rp milyar) Anggaran Belanja Modal (Rp milyar) Rasio anggaran pendidikan terhadap belanja modal (%) Sumber: Diolah berdasarkan data BPS, Berdasarkan tabel 3 di atas, terlihat bahwa kondisi pendidikan di Kabupaten Bekasi tergolong sangat baik. Pemerintah daerah memiliki perhatian yang besar terhadap sektor ini, terlihat dari besarnya anggaran yang dialokasikan untuk kemajuan di sektor ini. Tercatat bahwa rasio anggaran pendidikan terhadap belanja modal mengalami tren yang meningkat. Walaupun anggaran modal mengamai penurunan namun alokasi anggaran untuk sektor pendidikan terus meningkat. Angka Melek Huruf penduduk terbilang cukup baik karena mengamai tren yang meningkat di tiga tahun terakhir. Namun masih sangat perlu untuk lebih ditingkatkan lagi, mengingat di tahun 2011 berarti masih ada 5.86% penduduk usia di atas 15 tahun yang tergolong buta huruf. Untuk rata-rata lama sekolah trennya mengamai peningkatan dari tahun 2009 hingga Pada tahun 2011, rata-rata lama sekolah menjadi 8.6 tahun. 21 Halaman

22 Partisipasi sekolah penduduk pada 2009 hingga 2011 sudah cukup mengembirakan karena baik Angka Partisipasi Sekolah, Angka Partisipasi Murni, maupun Angka Partisipasi Kasar mengalami tren yang meningkat. Khususnya untuk umur tahun dan umur tahun, peningkatan di tiga tahun tersebut relatif signifikan. Untuk rentang umur 7-12 tahun terbilang sangat baik dimana hampir seluruh penduduk rentang usia tersebut mengenyam pendidikan SD. Akan tetapi, untuk partisipasi sekolah di rentang umur tahun harus lebih di tingkatkan sehingga penduduk pada usia tersebut dapat matang secara ilmu sehingga di usia produktifnya untuk bekerja dapat mengoptimalkan kemampuan dan pengetahuannya untuk pembangunan daerah. 22 Halaman

23 Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik. (). Bekasi dalam Angka. Kabupaten Bekasi: BPS. Badan Pusat Statistik. (2011). Bekasi dalam Angka. Kabupaten Bekasi: BPS. Badan Pusat Statistik. (2010). Bekasi dalam Angka. Kabupaten Bekasi: BPS. Badan Pusat Statistik. (2009). Bekasi dalam Angka. Kabupaten Bekasi: BPS. Bidang Aparatur Bapeda. (). Bappeda. BKPM. (). Display Ekonomi PDRB. Dipetik, dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset. (Desember 2011). Laporan Pajak. : Dinas PPKA Kabupaten Bekasi. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset. (). Laporan Pajak Oktober. : Dinas PPKA. Kementerian Keuangan. (). Data Keuangan Daerah. Dipetik, dari Provinsi Jawa Barat. (). Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan Jawa Barat. Dipetik, dari Halaman

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang harus dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara memiliki beberapa tujuan termasuk Indonesia, yang mana salah satu tujuannya ialah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu ukuran dari

Lebih terperinci

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS... A. Analisis Lingkungan Internal... B. Analisis Lingkungan Eksternal... C. Isu Strategis...

BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS... A. Analisis Lingkungan Internal... B. Analisis Lingkungan Eksternal... C. Isu Strategis... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Kegiatan perekonomian tercermin dari hasil pembangunan, dimana pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan mengurangi tingkat kemiskinan

Lebih terperinci

B A B II EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2002, TAHUN 2003, DAN INDIKATOR PENCAPAIAN TAHUN 2004

B A B II EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2002, TAHUN 2003, DAN INDIKATOR PENCAPAIAN TAHUN 2004 II EVLUSI KINERJ PEMNGUNN THUN 2002, THUN 2003, DN INDIKTOR PENCPIN THUN 2004 2.1 Evaluasi Kinerja Pembangunan Tahun 2002 dan 2003 Indikator kinerja pembangunan terdiri dari indikator ekonomi dan sosial

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015 DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN Edisi 07 Agustus 2015 Buku saku ini dalam upaya untuk memberikan data dan informasi sesuai dengan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi suatu Negara secara umum beroreintasi pada pertumbuhan (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Data capaian IPM Kabupaten Temanggung tahun 2013 belum dapat dihitung karena akan dihitung secara nasional dan akan diketahui pada Semester II tahun 2014. Sedangkan data lain pembentuk IPM diperoleh dari

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KABUPATEN CIREBON TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi merupakan dunia kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar nasional tapi bahkan internasional, bukan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan Puji dan Syukur yang tak terhingga atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 telah selesai disusun dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi. Ketika kesempatan kerja tinggi, pengangguran akan rendah dan ini akan berdampak pada naiknya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga dengan memperhatikan tingkat

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI a. Potensi Unggulan Daerah Sebagian besar pusat bisnis, pusat perdagangan dan jasa, dan pusat industri di Priangan Timur berada di Kota Tasikmalaya. Wilayah

Lebih terperinci

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang 56 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Letak Wilayah dan Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penduduk yang semakin cepat dan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan beberapa masalah baru dan salah satu masalah tersebut adalah masalah pengangguran

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode 2010-2015, secara umum pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi, dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010-2015, laju pertumbuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.32 Tahun 2004 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi

Lebih terperinci

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini.

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. a. Urusan Pendidikan 1) Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan tolok ukur capaian

Lebih terperinci

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah BAB. 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUATAN IMPLEMENTASI SAKIP PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai rencana strategis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar daerah, dimana perbedaan antar daerah merupakan konsekuensi logis dari perbedaan karakteristik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI i ii iii v BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Acuan Kebijakan I-1 1.2. Pendekatan Kebijakan Nasional I-4 1.3. Pokok Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

Tabel 1. Jenis Pendapatan Daerah. Ratarata % Dalam milyar rupiah. Jenis Pendapatan

Tabel 1. Jenis Pendapatan Daerah. Ratarata % Dalam milyar rupiah. Jenis Pendapatan RINGKASAN I. PENDAPATAN DAERAH Untuk tahun 27-211, rata-rata jumlah PAD hanya sekitar 17% dan Lain-lain pendapatan hanya 1% (Tabel 1) dari total pendapatan, sementara Dana Perimbangan (Daper) mencapai

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi walikota dan wakil walikota pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sasaran pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai sasaran tersebut maka pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Jakarta, 18 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI 2 Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I 1 1.2. Maksud dan Tujuan... I 4 1.3. Dasar Hukum... I 5 1.4. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan...

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui

Lebih terperinci

3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun. perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan

3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun. perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan 3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014 Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dengan perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian global. Ada faktor-faktor

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * Oleh: Kecuk Suhariyanto, Badan Pusat Statistik Email: kecuk@mailhost.bps.go.id 1. PENDAHULUAN Menjelang berakhirnya tahun 2007, 52

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Tebo

RPJMD Kabupaten Tebo Halaman Tabel 2.1 Topografi Kabupaten Tebo II-3 Tabel 2.2 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Tebo II-4 Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tebo Tahun 2000- II-6 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari negara yang bersangkutan. Begitu juga dengan negara

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 03/14/Th.IV, 15 September 2014 TINJAUAN PDRB MENURUT KONSUMSI MENCAPAI 69,42 Triliun Rupiah, Net Ekspor 53,44 Triliun Rupiah Dari Harga Berlaku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan terus menunjukkan perbaikan. Pada bulan Agustus 211, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Aceh tercatat 7,43% sementara Tingkat

Lebih terperinci

BAB III VISI DAN MISI

BAB III VISI DAN MISI BAB III VISI DAN MISI 3.1 Visi Berdasarkan capaian pembangunan yang telah diraih pada periode sebelumnya dan tantangan pembangunan yang masih dihadapi, maka dalam kurun waktu periode 2010 2015 mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah hasil dari perubahan dalam bidang teknis dan tata kelembagaan dengan mana output tersebut diproduksi dan didistribusikan (Adrimas,1993).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel...

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci