LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL ) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) DESA SAMUNTAI KEC. LONG IKIS KAB. PASER. Oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL ) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) DESA SAMUNTAI KEC. LONG IKIS KAB. PASER. Oleh"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL ) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) DESA SAMUNTAI KEC. LONG IKIS KAB. PASER Oleh Febriyanto NIM PROGRAM STUDI TEKHNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010

2 HALAMAN PENGESAHAN Laporan ini di susun berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL), yang telah di laksanakan selama 2 bulan terhitung dari tanggal 1 Maret 2010 sampai dengan 20 April 2010 di PT. Perkebunan Nusantara XIII (persero) kebun dan PMS Samuntai, Kec. Long Ikis, Kab. Paser, Propinsi Kalimantan Timur Menyetujui Lulus Ujian Tanggal 5 Juni 2010

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat berkumpul bersamasama dalam menjalankan Praktek Kerja Lapang hingga saat ini tanpa nya kekurangan satu apapun. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kami Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan kepa kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini sesuai dengan apa yang telah di harapkan. Adapun maksud dari penyusunan laporan PKL ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (A.md) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Keberhasilan dan kelancaran dalam penulisan Laporan PKL ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari segi moril maupun materil kepada penulis. 2. Keluarga besar abang Budi Purwanto yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari segi moril maupun materil kepada penulis 3. Keluarga besar abang Rahmansyah yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari segi moril maupun materil kepada penulis

4 4. Bapak Ir. Wartomo, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan seluruh staf akademik yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. 5. Bapak Mujibu Rahman, S.T.P.,M.Si. selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapang. 6. Ibu Ernita Obeth, SP, M. Agribuss selaku dosen penguji Praktek Kerja Lapang ( PKL ) 7. Pak Muhammad Yamin, S.T.P.,M.Si selaku dosen pengantar PKL ke PTP. Nusantara XIII ( Persero ) di samuntai. 8. Bapak Anang Choirul. K selaku General Manajer PTP. Nusantara XIII (persero) samuntai. 9. Bpk. Djoharyanto selaku Manajer Pabrik Samuntai ( PASAM ) 10. Bpk. J. Pasaribu selaku Assisten Kepala Pengolahan ( AKP ) 11. Bpk. Haris Seregar selaku pembimbing lapangan sekaligus Mandor Lab. 12. Bapak Ibu dan seluruh staf pabrik pengolahan kelapa sawit di samuntai (PASAM) dan seluruh staf Laboratorium Pasam. 13. Bapak dan Ibu Staff kantor Distrik PT. Perkebunan Nusantara XIII 14. Bapak Bambang Heriawan selaku Manajer Perkebunan Tabara PT. Perkebunan Nusantara XIII 15. Bapak Sudibyo selaku Mandor I Afdeling I Beringin Perkebunan Tabara sekaligus sebagai pembimbing PKL di kebun 16. Bapak Syamsul selaku krani angkut di Afdeling I Beringin Perkebunan Tabara

5 17. Bapak bapak Staff kantor Afdeling I Beringin Perkebunan Tabara 18. Bapak Djohariyanto selaku Manajer di Pabrik Samuntai 19. Bapak Haris Siregar selaku mandor laboratorium, pengolahan minyak dan inti, dan pengolahan limbah di Pabrik Samuntai sekaligus sebagai pembimbing PKL di Pabrik Minyak Sawit Samuntai (PASAM) 20. Bapak Jhonklin Pasaribu selaku Asisten Pengolahan di Pabrik Samuntai 21. Bapak Zaini selaku asisten PML di Pabrik Samuntai 22. Bapak Widodo dan Bapak Pohan selaku Kepala Laboratorium Pengolahan di Pabrik Samuntai 23. Bapak Rahmansyah dan Bapak Sruri selaku Pegawai Laboratorium di Pabrik Samuntai 24. Seluruh Karyawan Pabrik dan Staff Kantor di Pabrik Samuntai 25. Bapak dan Ibu warga Tritura Samuntai Rt 12 dan 13 yang telah menerima penulis dengan sangat baik 26. Bapak Sukono selaku Ketua RT, Keluarga Bang Iwan dan Bang Rahman yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materiil. 27. Teman teman magang dari SMK N 022 PPU. 28. Teman teman PKL (Samsuni, Febriyanto, Rusli dan Syauni Arsyad) dan teman teman POLTANESA angkatan 2007, terima kasih atas bantuan dan dukungan serta motivasi kepada penulis 29. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan PKL sampai selesainya laporan ini.

6 Kami selaku mahasiswa Praktek Kerja Lapang ( PKL ) dari Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas partisipasi dan bimbingannya. Semoga apa yang telah di berikan kepada kami mendapatkan balasan pahala dari ALLAH SWT. Amin! Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Demikian laporan ini kami buat untuk dapat dijadikan acuan pada praktek yang akan datang maupun untuk panduan para pembaca laporan ini. Kampus Sei Kledang, Juni 2010 Penulis

7 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN i ii iii iv v vi A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Praktek Kerja Lapang... 5 C. Hasil yang diharapkan... 5 D. Waktu dan Tempat PKL... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perusahaan... 7 B. Tinjauan Umum Tentang Pabrik Minyak Sawit ( Pasam ) III. RANGKAIAN KEGIATAN PKL 1. Pengolahan Minyak sawit a. Pemanenan b. Penimbunan TBS di Loading Ramp dan Lori c. Transportasi Buah d. Penerimaan Buah dan sortasi e. Perebusan f. Penebahan g. Pelumatan Buah h. Ekstraksi Minyak i. Pemurnian Minyak... 43

8 j. Penyimpanan Minyak/CPO Pengolahan Inti Sawit a. Pemisahan Biji dan Ampas b. Pemeraman c. Proses Pemecah Biji d. Pemisahan Inti dan Cangkang e. Penyimpanan Inti Pengolahan Limbah Pabrik kelapa Sawit a. Pengolahan Limbah Padat b. Pengolahan Limbah Cair Analisis Minyak sawit a. Analisis Kandungan ALB b. Penentuan Kadar Air c. Penentuan Kadara Kotoran Analisis Inti Sawit a. Analisis Kadar Kotoran Inti Sawit b. Penentuan Kadar air IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 85

9 DAFTAR TABEL No Tubuh Utama Halaman 1. Tabel 1. Kaitan Antara Umur Tanaman dengan Jumlah Berondolan Tabel 2. Hubungan Antara Fraksi TBS, Derajat Kematangan, dan Jumlah Berondolan Tabel 3. grafik sistem 3 puncak (Triple Peak System)... 30

10 DAFTAR LAMPIRAN No Tubuh Utama Halaman 1. Lampiran 1. Gambar Pengumpulan Buah di TPH ( Tempat Pemungutan Hasil ) Lampiran 2. Gambar Faraksi 2 ( Matang I ) Lampiran 3. Gambar proses pengantrian mobil sebelum ditimbang Lampiran 4. Gambar Fruit Elevator Lampiran 5. Gambar Loading Ramp Lampiran 6. Gambar Auto Phedeer Lampiran 7. Gambar Hoasting Crane/Tippler Lampiran 8. Gambar Sand Trap dan Vibrating Screen Lampiran 9. Gambar Digester dan Screw Press Lampiran 10. Gambar Oil Storage tank ( Tangki Timbun ) Lampiran 11. Gambar Penimbunan Di Loading Ramp Lampiran 12. Gambar CBC ( Cake Breaker Conveyer ) Lampiran 13. Gambar Lori Masuk ke dalam Sterilizer Lampiran 14. Gambar Incenerator Lampiran 15. Gambar Pholishing Drum Lampiran 16. Gambar Jembatan Timbang + Proses Penimbang Lampiran 17. Gambar minyak kasar yang berada di deoling pond Lampiran 18. Gambar clay bath Lampiran 19. Sturktur Perkebunan Nusantara XIII... 96

11 20. Lampiran 20. Struktur Organisasi Pabrik Sawit Samuntai PTP. Nusantara XIII ( Persero ) Lampiran 21. Skema Proses Pengolahan Buah Sawit PTP. N XIII (Persero) Lampiran 22. Skema Proses Pengolahan Minyak / Oil Lampiran 23. Skema Proses Pengolahan Biji Kernel Sawit Lampiran 24. Sistem Pengolahan Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit Samuntai (Pasam) Lampiran 25. Struktur Organisasi Kebun TABARA tahun Lampiran 26. Struktur Organisasi Tiap Afdeling di perkebunan TABARA PTP. Nusantara XIII pada tahun Lampiran 27. Struktur Organisasi Kantor Distrik KAL-TIM (DKT). 104

12 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit adalah salah satu komoditas utama industri perkebunan yang sangat menjanjikan di dalam bidang industri perkebunan, bandingkan saja komoditas yang lain seperti komoditas kakao yang sampai saat ini produksi pengolahan masih kalah bagus dengan komoditas kelapa sawit, sampai saat ini kelapa sawit menjadi sangat terkenal bagi kalangan industri setelah industri pertambangan. Dengan ini untuk Meningkatkan nilai tambah dari satu komoditas yang di capai harus melalui tahapan-tahapan atau proses pengolahannya seperti proses pengolahan dalam bentuk bahan mentah, menjadi bahan setengah jadi ataupun barang jadi. Industri pengolahan minyak kelapa sawit memungkinkan terciptanya mata rantai pengolahan di dalam negeri, hal ini diharapkan berdampak positif terhadap perluasan kesempatan berusaha menyiapkan lapangan pekerjaan. Untuk memperoleh tenaga kerja yang terampil perlu disiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengembangkan sumber daya alam yang ada. Pahan,Yung Di PTP. Nusantara XIII ( PERSERO ) merupakan salah satu perusahaan yang telah lama berkecimpung di dunia industri kelapa sawit. Perusahaan ini telah menmberikan kontribusi besar terhadap laju perekonomian nasional karena 1

13 berperan dalam menyumbang devisa bagi negara dan mensejahterakan masyarakat sekitar dengan menerapkan konsep pengolahan yang berwawasan lingkungan. Di Indonesia juga pada saat ini merupakan perkebunan kelapa sawit yang sedang dikembangkan dan merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi apabila dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Dengan perkembangan kelapa sawit ini, maka akan membuka peluang kerja yang sangat besar bagi tenaga kerja terampil dibidang perkebunan khususnya kelapa sawit. Untuk menjadi tenaga kerja yang terampil diperlukan suatu kemampuan dari seseorang yang tidak hanya memiliki latar belakang pendidikan yang memadai, tetapi juga harus memiliki keahlian dibidang pengetahuan lapangan (praktek), sehingga nantinya mampu menjadi tenaga kerja yang terampil yang dapat langsung terjun ke lapangan. Kelapa Sawit dalam bahasa latinnya ( Elaeis guinensis Jacg) di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona; luasnya terus berkembang dan tidak hanya merupakan monopoli perkebunan besar negara atau perkebunan swasta. Perkebunan sawit yang semula hanya di Sumatra Utara dan daerah istimewa Aceh saat ini sudah berkembang di beberapa provinsi, antara lain; Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Irian Jaya, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Jawa Barat. Risza, suyatno,2004 2

14 Perkebunan kelapa sawit membutuhkan penanganan dan pengelolaan yang baik, dan memerlukan teknologi tinggi dalam upaya meningkatkan produktivitas. Dengan cara demikian tujuan pemerintah untuk menjadikan minyak sawit sebagai salah satu industri non migas yang handal di negara kita tentu akan terwujud. Minyak atau lemak merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Minyak yang berasal dari hewan disebut minyak hewani sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut nabati. Kelapa sawit merupakan salah satu tumbuhan yang dapat tumbuh subur di daerah tropis. Daging buah (mesocarp) kelapa sawit dapat menghasilkan minyak bila diolah. Pabrik pengolahan minyak sawit selain menghasilkan produk utama berupa minyak sawit CPO, juga menghasilkan produk sampingan berupa biji inti sawit (kernel). Selain itu juga menghasilkan limbah baik padat (abu, cangkang serta padatan lain), cair (minyak dan air), serta limbah gas, dan fraksional hasil pengolahan tandan buah segar (TBS). Selaras dengan tujuan perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah mulai membuka diri dengan persaingan global melalui PMA (Penanaman Modal Asing) disamping tersedianya lahan yang sesuai dan cukup luas, komoditi ini sangat menarik minat investor karena produksi perhektar yang tinggi kemudian biaya produksi yang relatif rendah, harga di pasaran yang menggiurkan sehingga dapat menguntungkan bagi para investor. Kemudian dengan berubahnya 3

15 pola komsumsi masyarakat dunia dari yang sintetis ke alami, sehingga produk alami khususnya minyak sawit mempunyai prospek yang sangat cerah. Mutu minyak sawit CPO ditentukan beberapa hal antara lain adalah: panen, pengangkutan, pengolahan, dan penimbunan (penyimpanan) oleh karena itu untuk meningkatkan hasil pengolahan dengan kriteria panen dan cara panen yang memenuhi standar kematangan buah. Anonim. (2006) Selanjutnya keberhasilan suatu usaha perkebunan juga ditentukan oleh pengaruh kondisi yang sedang berlangsung pada waktu usaha itu dilakukan, antara lain: fluktuasi harga jual komoditas yang berlaku dipasar dan kenaikan harga jual produksi., kenaikan upah dan sebagainya. Maka manajemen kelapa sawit yang baik adalah penglolaan yang baik, terorganisir, tersusun, terarah serta terkendali dalam batas fungsi produksi yang bertumpu pada faktor-faktor sumber daya manusia (tenaga kerja), sumber daya alam (iklim, tanah topografi) dan faktor finansial (keuangan). Riska, dkk (1994). Setelah melihat perkembangan perusahaan-perusahaan perkebunan di Indonesia saat ini adalah semakin meningkat pada khusunya perkebunan kelapa sawit, maka dengan meperhatikan hal tersebut secara dinamisasi peru sahaan akan dapat menambah persentase permintaan tenaga kerja, dan secara langsung juga telah mendorong Politeknik Pertanian Negeri Samarinda untuk menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan mandiri. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut maka dilaksanakanlah kegiatan Praktik Kerja Lapang bagi mahasiswa/i semester 4

16 akhir sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan dan memperoleh gelar D3 (ahli madya) perkebunan. B. Tujuan Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini bertujuan untuk: 1. Mempraktekan dan membandingkan teori yang di peroleh di bangku kuliah dengan praktek yang di lakukan di kebun dan di Pabrik Samuntai (pasam) PT. Perkubunan Nusantara XIII 2. Mengetahui semua proses pengolahan kelapa sawit, mulai dari proses pemanenan sampai dengan pengolahan minyak sawit dan inti sawit. 3. Mengetahui standar mutu CPO dan Kernel di Pabrik Minyak Sawit (Pasam) Pabrik Samuntai. C. Hasil yang Diharapkan 1. Memberi tambahan wawasan pengetahuan bagi mahasiswa tentang cara pengolahan kelepa sawit hingga menjadi CPO sesuai dengan standar internasional. 2. Setelah melalukan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan mempresentasikan hasil kegiatan yang dilakukan baik pada saat di lokasi kebun maupun di pabrik kelapa sawit (PKS), selain itu mahasiswa diharapkan dapat menjalin jaringan komunikasi 5

17 yang baik kepada pihak perusahaan. Disamping dari hal diatas mahasiswa juga diharapkan dapat melaporkan situasi perusahaan tempat dimana PKL. D. Waktu dan Tempat PKL Program Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara XIII (PERSERO), terhitung mulai Tanggal 1 Maret 2010 sampai Tanggal 20 April Praktek Kerja Lapang dimulai di Pabrik Kelapa Sawit Samuntai (Pasam) pada tanggal 1 Maret 2010 Sampai dengan 10 April 2010 dan pada Tanggal 11 April 2010 sampai Tanggal 15 April 2010 Praktek Kerja Lapang dilakukan di PT. Tabara Samuntai. Setelah selesai melakukan praktek kerja lapang di kebun TABARA pada tanggal 11 April 2010 s/d 15 April 2010 penulis kembali ke Pabrik Samuntai ( PASAM ). 6

18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perusahaan PTPN 13 ( PERSERO ) PT.Perkebunan Nusantara XIII (Persero) disingkat PTPN XIII adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) didirikan pada tgl. 11 Maret 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 tahun 1996 dan akte notaris Harun Kamil, SH No.46 tanggal 11 Maret 1996 Dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman R.I melalui keputusan No. C IIT TII.96 tahun 1996 serta tambahan berita negara RI No. 81,Pada awal operasinya (Maret s/d Juli 1996) Kantor Direksi PTPN 13 menempati Kantor Eks. LO PTP 7 Karena gedung tersebut akan direhab maka Kantor Direksi berpindah sementara waktu ke Kantor PT. POS Indonesia selama tahun 1996 s/d Kemudian setelah pembangunan gedung Kantor Direksi yang baru selesai maka hingga saat ini Kantor Direksi PTPN 13 pindah ke Jalan Sultan Abdurrachman No. 11 Pontianak, Kalimantan Barat. PTPN 13 merupakan penggabungan dari Proyek Pengembangan 8 (delapan) Eks PTP yaitu PTP VI, VII, XII, XIII, XVIII, XXIV-V, XXVI DAN XXIX yang semuanya berlokasi di Kalimantan. PTPN 13 bergerak pada bidang usaha agroindustri. Komoditas utama yang dikelola PTPN 13 yaitu Kelapa Sawit dan Karet. Arah pengembangan Kelapa Sawit dilakukan melalui usaha horisontal dan vertikal. Pengembangan horisontal melalui perluasan areal terutama Kebun Plasma mengingat luas wilayah Kalimantan dengan iklim tropis sepanjang tahun masih 7

19 terbuka untuk memperluas areal perkebunan. Sedang pengembangan yang bersifat vertikal merupakan strategi membangun Down Stream Industry, di mana di dalamnya terdapat Industri Fraksinasi, Refinery, Oleo Kimia, dan Industri Pemanfaatan Sisa Olahan. Dari sisi manajemen, dalam upaya mewujudkan visinya PTPN 13 melakukan Program Transformasi Bisnis (PTB) yang dicanangkan sejak Mei Salah satu produk dari PTB adalah Manajemen telah menetapkan Strategic Initiatives (SI) yang merupakan terobosan fundamental dalam upaya meningkatkan pola kerja konvensional (Business as Usual) menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan standar kelas dunia. Dalam proses Transformasi Bisnis, Strategic Initiatives menjadi penting karena menjadi pijakan untuk melakukan lompatan bisnis dalam keseluruhan operasional perusahaan. PTPN 13 berkantor pusat di Pontianak, Kalimantan Barat, sampai dengan akhir tahun ini mempekerjakan karyawan tetap dan honorer sebanyak 13 ribuan orang. Dengan dukungan ribuan karyawan tersebut, PTPN 13 telah menunjukkan pertumbuhan kinerja yang konsisten. Konsisten pertumbuhan kinerja manajemen PTPN 13 bagi seluruh karyawan merupakan bekal dalam menyambut masa depan PTPN 13. Masa depan tersebut dapat diungkapkan dalam dua kata: sehat dan kelas dunia. Dan ada juga searah laen tentang berdiri nya PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berdiri berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 8

20 1996 tentang penyertaan modal Negara RI untuk pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara XIII (lembaran Negara tahun 1996 nomor 24) dan bergerak dibidang agribisnis dengan komoditi Kelapa sawit dan Karet.Akta Notaris Harun kamil, SH No. 46 tanggal Juli 1996 tentang pendirian perusahaan perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara 13. Berita Acara Serah Terima Asset dan Personil Direksi PT. Perkebunan Nusantara IV, VIII, IX, XI, dan XII (Persero) kepada Direksi PT. Perkebunan Nusantara 13 (Persero) tanggal 22 April 1996 di Pontianak. PT. Perkebunan Nusantara 13 (Persero) wilayahnya meliputi Propinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, dimana PMS Rimba Belian adalah salah satu unit usaha yang terletak di wilayah Kalimantan Barat. Visi Perusahaan Menjadikan PT. Perkebunan Nusantara 13 (Persero) sebagai perusahaan Agribisnis berbasis pengetahuan (Knowledge Company) dengan standar kelas dunia. Misi Perusahaan Menghasilkan Produk dan Jasa Agribisnis dalam bidang Kelapa Sawit, Karet dan Produk Turunannya yang mampu bersaing di Pasar Global serta bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Values Perusahaan 1. Kami menomorsatukan Etika Bisnis 9

21 2. Kami selalu menghasilkan Produk Berkualitas 3. Kami menghargai dan Menjunjung Tinggi Integritas B. Tinjauan Umum Tentang Pabrik Minyak Sawit Samuntai ( Pasam ) Pabrik Minyak Sawit (PMS) Samuntai memiliki kapasitas design 60 ton TBS/jam dan dibangun diatas tanah seluas 9,2 ha yang lokasinya terletak di : Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi : Samuntai : Long Ikis : Pasir : Kalimantan Timur Produk yang dihasilkan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit dengan produksi Ton CPO/tahun dan Inti Sawit/tahun serta dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. (Anonim, 2009) B. 1. KEBIJAKAN MUTU 1. Manajemen bertujuan menghasilkan Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit yang memenuhi spesifikasi teknis SNI (CPO) dan SNI (Inti Sawit) serta persyaratan pelanggan. 2. Untuk hal diatas manajemen menerapkan SMM ISO 9001 : Manajemen benar-benar menerapkan SMM yang diberlakukan, dipelihara, dan dikembangkan agar dapat selalu menampung perkembangan SMM dan kemajuan teknologi, serta melakukan Tinjauan Manajemen pada SMM dan Kebijakan Mutu secara periodik. 10

22 4. Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia dengan kompetensi tinggi untuk kelancaran pelaksanaan tugas. (Anonim, 2009) B. 2. SASARAN MUTU 1. Umum Manajemen berusaha memperbaiki kinerja pabrik secara keseluruhan dari kapasitas olah, mutu produk sampai pengolahan limbah dan SDM. 2 Tercapainya kapasitas kualitas hasil olahan : CPO : ALB toran Kernel : Kadar Air = 7 %, Kadar Kotoran 3 Tercapainya Kapasitas Pabrik secara terus menerus pada tingkat dari kapasitas terpasang. 4. Tercapainya Losses CPO 5. Tercapainya biaya olah / Kg Minyak + Inti sebesar Rp. 433,11 (termasuk biaya penyusutan) 6. Terwujudnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) 7. Mutu Limbah : BOD 100 ppm, COD 350 ppm, TSS 250 ppm, Lemak 25 ppm, Nitrogen 50 ppm, ph 6,0 9,0. (Anonim, 2009) 11

23 III. RANGKAIAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG 1. Pengolahan Minyak Sawit Pengolahah minyak kelapa sawit di PTP. Nusantara XIII (Persero) meliputi beberapa proses antara lain : A Pemanenan. 1. Tujuan Untuk memanen buah sesuai dengan kriteria matang panen agar mendapatkan jumlah TBS yang maksimal dan menjaga kualitas TBS agar tetap tinggi dan kandungan ALB cukup rendah. 2. Dasar teori Kelapa sawit biasanya berbuah setelah berumur 2,5 tahun. Buahnya menjadi masak setelah berumur 5,5 bulan setelah penyerbukan, dalam pemanenan perlu diperhatikan, sehingga minyak yang dihasilkan juga bermutu baik. Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen di tentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. (Fauzi. Y dkk, 2008). Pemanenan yang dilakukan sesuai prosedur merupakan kunci sukses perusahaan, dimana kegiatan pemanenan adalah untuk mengetahui keadaan 12

24 buah, persentase produksi, dan kondisi CPO yang akan dihasilkan sesuai anggaran yang sudah direncanakan. ( Pahan. 2000). Pemanenan dilakukan di kebun TABARA dengan menilik hasil pengamatan berdasarkan fraksi buah / tingkat kematangan buah. TBS dapat dipanen apabila telah memenuhi kriteria yaitu fraksi 1, 2 dan 3. Dasar kriteria ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kaitan Antara Umur Tanaman dengan Jumlah Berondolan Umur Tanaman Jumlah Brondolan di Menghasilkan Piringan < 10 Tahun 5 10 Sumber : Risza 2004 Perbandingan persentase jumlah berondolan tiap fraksi dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Hubungan Antara Fraksi TBS, Derajat Kematangan, dan Jumlah Berondolan. Fraksi Derajat Kematangan Jumlah Berondolan 00 Sangat Mentah Berondolan 0, buah masih hitam 0 Mentah Berondolan 1% 12,5% buah luar 1 Kurang Matang Berondolan 12,5% 25% permukaan luar 2 Matang I Berondolan 25% 50% permukaan luar 3 Matang II Berondolan 50% 75% permukaan luar 4 Lewat Matang I Berondolan 75% 100% 5 Lewat Matang II 6 Tandan Kosong Buah dalam ikut memberondol Semua buah membrondol, busuk 13

25 Kriteria matang panen untu mengetahui banyaknya minyak dalam tiap tandan buah kelapa sawit dan juga untuk mengetahui kualitas buahnya maka perlu diketahui keadaan TBS yang masuk kepabrik. Untuk keperluan ini maka diperlukan sortasi sesuai dengan kriteria panen yang dibagi dalam delapan fraksi: 1. Fraksi 00 - Sangat Mentah Tidak ada buah yang lepas dari tandan atau membrondol dan buah sawit masih berwarna hitam. 2. Fraksi 0 - Mentah Untuk tandan yang beratnya 10 kg jumlah buah yang membrondol kurang dari 10 brondolan, sedangkan tandan yang beratnya dibawah 10 kg jumlah buah yang membrondol kurang dari 5 brondolan. 3. Fraksi 1 Kurang Matang Untuk tandan yang beratnya lebih dari 10 kg jumlah buah yang membrondol lebih 10 brondolan sampai 25% brondolan buah lapisan luar, sedang tandan yang beratnya 10 kg jumlahbuah yang membrondol 5 brondolan sampai 25% brondolan buah lapisan luar. 4. Fraksi 2 - Matang I % buah lapisan luar telah membrondol 5. Fraksi 3 - Matang II % buah lapisan luar telah membrondol 14

26 6. Fraksi 4 Lewat Matang I % buah lapisan luar telah membrondol 7. Fraksi 5 - Lewat Matang II Buah dalam sudah ada yang ikut membrondol 8. Fraksi 6 - tandan kosong Buah telah habis memberondol sehingga hanya tersisa hanya tandan yang telah membusuk 3. Alat dan Bahan a. Alat 1. Dodos 2. Egrek 3. Parang 4. Argo 5. Karung 6. Kapak panen 7. Gancu 8. Ikat eggrek 9. Pipa eggrek 10. Pikulan 11. Alat tulis 15

27 b. Bahan 1. Tandan Buah Segar ( TBS ) 2. Brondolan 4. Prosedur kerja 1. Dalam proses pemanenan alat dodos yang biasanya dilakukan untuk pohon sawit yang yang mempunyai ketinggian rata-rata 2-5 meter dipanen dengan cara jongkok, tanaman yang memiliki ketinggian 5-10 meter dipanen dengan cara berdiri alat yang digunakan dalam proses ini adalah kapak siam, sementara untuk tanaman yang memiliki ketinggian rata-rata diatas 10 meter menggunakan alat egrek/arit bergagang panjang. 2. Mandor panen harus menghitung jumlah tandan yang akan di panen sehari sebelum kegiatan panen berlangsung 3. Tandan yang di potong adalah tandan yang sudah memenuhi kriteria matang panen 4. Semua tandan yang telah matang harus segera di panen. 5. Brondolan yang jatuh ke tanah di kutip dan di kumpulkan setelah di bersihkan dari sampah 6. Brondolan yang bersih di tumpuk di TPH dengan alas goni atau di masukan ke dalam karung 16

28 7. Pelepah yang telah di potong harus di kumpulkan agar pelepah nantinya tidak mengganggu proses pemenenan 8. TBS yang sudah panen di kumpulkan dengan menggunakan pikulan ke TPH yang berada di pinggir jalan. 5. Organisasi Panen Di PTP. Nusantara XIII pada umumnya adalah 5/7 dan 6/7 dengan rotasi 7 hari yang artinya : 5/7 = panen dilaksanakan selama buah yang terdapat pada tandan telah membrondol. Di PTP. Nusantara XIII dilakukan ancak panen sehari sebelum di lakukan panen. Ancak panen dapat ditentukan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1. Penentuan ancak panen didasarkan pada kondisi topografi lapangan. 2. Areal berbukit dan rendahan dilaksanakan dengan sistem ancak giring. 3. Areal datar dilaksanakan dengan sistem ancak tetap/ladang. 4. Persentase panen yang dilaksanakan 5 hari dalam 7 hari. 5. 6/7 = panen dilaksanakan selama 6 hari dalam 7 hari. 6. Hasil yang di capai Hasil yang di dapat dari pemanenan berupa tandan buah segar dan brondolan yang siap di angkut ke pabrik untuk proses lebih lanjut atau diolah menjadi minyak. Adapun kriteria matang panen yang di tentukan 17

29 oleh pihak pabrik yaitu dapat dilihat pada tabel 2. Hubungan Antara Fraksi TBS, Derajat Kematangan, dan Jumlah Berondolan yang terdapat dipenjelasan diatas. B. Penimbunan TBS di Loading Ramp dan Lori. 1) Tujuan a) Kapasitas loading ramp pada perusahaan PTP. Nusantara XIII (Persero) di samuntai yaitu 30 Ton sedangkan kapasitas Lori dalam 1 buah sebasar 2,5 ton/tbs, lori yang sudah terisi penuh diperkirakan rata-rata 30 ton b) Menampung semua TBS dan brondolan yang telah di grading atau sortasi sebelum di isi kedalam lori. 2) Dasar Teori TBS pada loading ramp tidak boleh ditahan terlalu lama karena enzimenzim lipase (enzin pembentuk asam) akan lebih aktif kerjanya pada TBS yang belum direbus, apalagi jika buah tersebut luka atau terlalu matang (over ripe), sehingga aktifitas enzim akan bertambah cepat, dan akan menaikkan kadar FFA (Free Fatty Acid) pada CPO. untuk mengurangi kecepatan aktifitas enzim maka bisa diterapkan seperti prinsip FIFO (First In First Out) dalam pendistribusian TBS kedalam lori. ( Olivia, 2006 ) 18

30 Setyamidjaja (2003) juga menambahkan bahwa sesampainya buah dipabrik, buah harus segera ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam lori perebusan yang biasanya berkapasitas 2,5-5 ton setiap lori. Lori merupakan komponen pendukung di stasiun penerimaan TBS, gunanya adalah sebagai alat angkut atau tempat TBS yang akan direbus. Lori terbuat dari besi yang pada bagian bawah dan dindingnya berlubang. Fungsi lubang lori adalah untuk memudahkan keluarnya uap dan air hasil perebusan, serta agar TBS tersebut dapat merata matangnya. Pengisian lori harus sesuai dengan kapasitasnya, jika pengisian kurang maka akan mempengaruhi kapasitas olah pabrik, sehingga merugikan biaya produksi. ( Pahan, 2000). 3) Alat dan bahan 1) Alat : a. Gancu b. Lori c. Tojok d. Mobil pengangkut, e. Loading Ramp f. Pintu penggerak Hidrolik Pump. 2) Bahan a. Tandan buah segar ( TBS ). b. Brondolan 19

31 4) Prosedur Kerja a. Lakukan penimbangan terhadap mobil pengangkutan b. Setelah proses penimbangan di lakukan mobil pengangkut menuju ke loading ramp. c. Setelah itu TBS yang ada di mobil pengangkutan di jatuhkan di loading ramp menggunkan gancu d. Setelah loading ramp penuh, kemudian pintu loading ramp dibuka agar TBS masuk ke lori-lori yang telah disediakan, sebelum lori menuju ke proses perebusan. Adapun prosedur kerja menurunkan TBS dari loading ramp dengan menggunakan pintu penggerak hidrolik pump adalah : 1) Tekan breaker pada posisi On. 2) Hidupkan Hydrolic Pump 3) Tarik/tekan handle penggerak hidrolik untuk membuka dan menutup pintu loading ramp 4) Buka dan tutup pintu sedikit-sedikit agar buah tidak meluncur terlalu banyak dan terlalu cepat jatuh ke lori. 5) Tutup kembali pintu loading ramp apabila isis lori sudah cukup 6) Isi kan TBS ke lori secara FIFO. 20

32 5) Hasil yang di capai Dengan adanya loading ramp sendiri memudahkan untuk mendistribusikan buah kedalam lori sebelum dilakukan perebusan. Kapasitas loading ramp pada perusahaan PTP. Nusantara XIII (Persero) di samuntai Ternyata telah mencapai kapasitas yang tentukan yaitu 30 Ton dengan kapasitas Lori dalam 1 buah sebasar 2,5 ton/tbs, lori yang sudah terisi penuh diperkirakan rata-rata 30 ton, daya tampung dari loading ramp yang memiliki 12 pintu. C. Transportasi buah. a. Tujuan Transportasi buah Untuk memudahkan mengangkut semua TBS yang telah di panen yang jumlah angkutan nya mencapai 1-2 ton untuk mobil pick up, sedangkan 7-8 ton untuk mobil truk untuk dibawa menuju ke pabrik agar kandungan ALB (asam lemak bebas) pada minyak sawit tidak tinggi. b. Dasar Teori Menurut Setyamidjaja (2003), buah kelapa sawit hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik, agar segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas/alb (free fatty acid) tinggi Buah yang telah dipanen harus segera dikumpulkan dan diangkut ke TPH yang terdekat. Tandan-tandan tersebut disusun rapi di TPH dan kemudian 21

33 diangkut mobil ke pabrik. Truk mulai mengangkut TBS sekitar jam 9.00 pagi ke pabrik, semakin dekat lokasi dengan pabrik maka akan semakin cepat pula mobil tersebut sampai ke pabrik. Pengangkutan dari kebun ke pabrik berpengaruh terhadap mutu TBS yang diterima pabrik. Buah kelapa awit hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik, agar segera dapat diolah, buah yang tidak segar jika diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar ALB tinggi. Untuk menghindari terbentuknya ALB pengolahan akan segera dilakukan paling lambat 8 jam setelah pemanenan. ALB pada kelapa sawit diakibatkan oleh kegiatan enzim lipase yang biasanya terjadi sebelum pemprosesan buah dilaksanakan. Buah kelapa sawit mengandung enzim lipase yang sangat aktif yang dapat memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol bilamana struktur buah matang tersebut rusak. Buah kelapa sawit yang sudah matang dan segar mengandung 0,1 % asam lemak. Tetapi buah buah pecah atau memar dapat mengandung ALB sampai 50%, hanya dalam beberapa jam saja. Bahkan apabila buah dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan khusus, dalam 24 jam kandungan ALB dapat mencapai 67 %. Untuk membatasi terbentuknya ALB buah kelapa sawit harus segera dipanasi dengan suhu 90 o C-100 o C sebelum pelepasan daging buah. Dengan cara ini asam lemak yang terbentuk akan sedikit saja. 22

34 Adapun cara untuk menghindari terbentuknya ALB tersebut, pengangkutan buah kepabrik harus dilaksanakan dengan sebaik baiknya dan secepat mungkin. Oleh karena itu buah dari kebun harus segera diangkut dengan alat angkutan yang tepat dan dapat mengangkut buah sebanyakbanyaknya ( Anonim, 2009 ). c. Alat dan bahan 1) Alat : a. Truk angkut/pick up b. Jojok c. Gancu. d. Karung. 2) Bahan. 1. TBS hasil panen. 2. Brondolan d. Cara Kerja 1. Setelah buah selesai dipanen dan diangkut ke pinggir jalan angkut, maka truk/pick up yang bertugas mengangkut TBS langsung mengumpulkan TBS di jalur jalan angkut, untuk dibawa ke pabrik agar seegera mungkin di olah di pabrik. 2. Pengangkutan dilakukan dengan dengan mobil truk dan pick up yang masing-masing berkapasitas 7-8 ton untuk truk, dan 1,5-2,5 ton untuk 23

35 pick up. Di pabrik, sebelum buah dibongkar di loading ramp, truk pengangkut harus melalui proses penimbangan terlebih dahulu. e. Hasil yang dicapai Dengan adanya cara ini dapat memudahkan proses pengangkutan apabila dalam keadaan cuaca yang buruk atau terjadi hujan dan jalan akan menjadi licin dan susah untuk dijangkau truk yang bermuatan besar, di perkebunan TABARA untuk menanggulangi masalah ini di sediakan pick up untuk melangsir buah yang terdapat pada medan yang susah untuk di jangkau tersebut. Sebenarnya semua kendala-kendala yang sering diahadapi oleh perusahaan tersebut adalah merupakan faktor utama dalam keberhasilan perusahaan, apabila jalan poros sudah baik atau sudah beraspal, maka kemungkinan besar buah akan cepat terangkut dan tingkat kehilangan minyak pada buah pun akan rendah, sehingga kerugian dalam proses selanjutnya akan sedikit terhindari. D. Penerimaan buah dan sortasi. a) Tujuan Penerimaan Buah dan Sortasi buah. 1) Menerima dan menyortasi kembali TBS yang telah masuk ke dalam pabrik pengolahan minyak sawit. 2) Menghitung jumlah TBS yang masuk ke pabrik. 24

36 3) Memastikan bahwa buah yang diolah adalah buah yang bermutu baik yakni pada buah normal dengan fraksi 1, 2, dan 3. b) Dasar Teori Buah yang akan diproses harus memiliki tingkat kematangan buah yang cukup atau sesuai dengan standarnya. Sehingga apabila hasil grading tidak sesuai dengan standart tingkat kematangan buah yang diolah, maka pihak pabrik berhak memberikan peringatan terhadap pihak kebun, khususnya pemanen. ( Olivia, 2006 ) c) Alat dan bahan 1. Alat : Gancu, tojok, Argo, skop, alat tulis menulis, ember, jembatan timbang (Weigh Bridge). 2. Bahan : Tandan Buah Segar ( TBS ) dan Brondolan. d) Cara Kerja Setelah truk pengangkut buah melalui proses pengangkutan dan penimbangan, buah akan di bongkar diloading ramp untuk dilakukan proses sortasi pada waktu yang bersamaan dengan pembongkaran buah. Di Pabrik Samuntai ( PASAM ) terdapat 2 ( dua ) buah loading ramp, yang pertama loading ramp bagian timur dikhususkan untuk penimbunan buah dari kebun plasma, disini pada waktu pembongkaran buah langsung di sortasi oleh petugas sortasi, sementara untuk loading ramp bagian barat 25

37 dikhususkan untuk penimbuanan buah dari kebun inti, disini tidak lagi dilakukan sortasi karena buah telah di sortasi oleh krani muat pada waktu buah akan dimuat ke truk, kecuali yang terlewat dan terlihat oleh petugas. e) Hasil yang dicapai Menurut PTP. Nusantara XIII penerimaan buah dan sortai sangat penting dilakukan karena dengan adanya proses tersebut maka, pihak perusahaan akan mengetahui buah-buah yang matang dan tidak matang dan ada juga yang kelewat matang (busuk). Sedangkan apabila di perusahaan tersebut mengetahui bahwa buah yang dibawa tidak memenuhi kriteria maka akan di kenakan denda (sanksi) yang telah di sepakati sebelumnya. Adapun kriteria yang di tentukan di dalam pabrik PASAM adalah : Fraksi Derajat Kematangan Jumlah Berondolan 00 Sangat Mentah Berondolan 0, buah masih hitam 0 Mentah Berondolan 1% 12,5% buah luar 1 Kurang Matang Berondolan 12,5% 25% permukaan luar 2 Matang I Berondolan 25% 50% permukaan luar 3 Matang II Berondolan 50% 75% permukaan luar 4 Lewat Matang I Berondolan 75% 100% 5 Lewat Matang II 6 Tandan Kosong Risza, 2004 Buah dalam ikut memberondol Semua buah membrondol, busuk 26

38 Sehingga apabila mendapatkan kriteria matang panen yang telah ditentukan diatas yanitu fraksi 1, 2, dan 3 maka di dalam penyortiran di loading ramp tidak dilakukan lagi. Adapun cara untuk menghitung persentase kematangan buah setelah pamanenan seperti rumus berikut: Rumus : Jumlah buah yang disortir - Total jumlah seluruh janjangan x 100% Target yang di dapat per orag % Total buah normal / 1 truk = x 100 % 650 = 58 kg Biasanya rata-rata muatan truk mini atau mobil pick up yaitu sebanyak 350 janjang per muatan, sedangkan 727 Ha menyatakan luas kebua TABARA yang dalam 1 Ha mencapai 121 Pokok pohon kelapa sawit. E. Perebusan. a) Tujuan 1. menonaktifkan/menghentikan aktifitas enzim yang terdapat di dalam buah. 2. Melunakkan daging buah. 3. Menghentikan naiknya kandungan ALB pada buah. 4. Memudahkan proses penebahan/pelapasan berondolan dari tandannya. 5. menghitung jumlah TBS yang di olah setiap hari. 27

39 b) Dasar Teori Proses perebusan dengan menggunakan uap (steam) adalah untuk merebus TBS dengan cara perpindahan panas. Perpindahan panas yang terjadi ada 2 peristiwa perpindahan yaitu perpindahan panas secara konveksi (dari uap ke brondolan), dan perpindahan panas secara konduksi yaitu panas atau kalor masuk ke dalam kernel dan lapisan bawah dari TBS. ( Olivia, 2006 ) Sterilizer adalah merupakan alat atau media perebusan TBS yang berbentuk tabung/slinderis dengan kapasitas tampung lori 4 buah atau sekitar 40 ton. Tabung Sterilizer terbuat dari plat timah, aluminium dan campuran seng steinlees, sehingga pada saat terjadi perebusan kemungkinan besar tidak akan terjadi kontaminasi dari tabung tersebut. (Pahan, 2000). Lori-lori yang telah berisi TBS dimasukkan ke ketel perebusan dengan bantuan transfer carriage/tombol suplay, dan seleng. TBS dipanaskan dengan uap air yang bertekanan 2,8-3 kg/cm 2. Setiap ton TBS memerlukan ± 0,5 ton uap air yang dihasilkan oleh ketel uap. Tekanan uap harus berada antara 2,8-3 kg/cm 2 dan lamanya perebusan berkisar 90 menit. Selanjutnya gunakan sistem perebusan triple peak. Pengawasan disini harus ketat karena jika tekanan uap tidak cukup maka persentase buah yang tidak lepas dari tandan akan tinggi. Isi satu ketel rebusan 28

40 bermacam-macam, ada yang 4 untuk pabrik kecil dan ada yang 10 untuk pabrik besar (Risza, 2004). c) Alat dan bahan 1) Alat a) Sterilizer 3 buah b) Lori c) Transfer carriage d) Seleng Penarik Lori 2) Bahan a) TBS b) Brondolan d) Cara kerja TBS yang telah ditimbun di loading ramp dan telah melalui proses sortasi oleh petugas sortasi dimasukkan ke dalam 12 buah lori yang berkapasitas 2.5 ton/lori, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam ketel perebusan untuk selanjutnya dilakukan proses perebusan. Di PASAM terdapat 3 (tiga) buah sterilizer, yang masing-masing mampu merebus sebanyak 12 buah lori sekali masuk. Perebusan dilakukan untuk mempermudah proses pelepasan buah dari tandan serta untuk 29

41 menghentikan kerja enzim-enzim. Perebusan dilakukan dengan sistem 3 (tiga) puncak (Triple Peak System). Kg/cm 2 3,0 2,0 1,5 1,0 0, ,5 menit Grafik 1 : grafik sistem 3 puncak (Triple Peak System) e) Hasil yang dicapai Dari proses perebusan yang baik diperoleh buah yang memiliki kandungan air yang rendah, buah mudah lepas dari tandan, dan sedikit buah yang masih tertinggal di tandan. Bila kapasitas lori 2,5 ton, sedangkan kapasitas steriliser 12 lori dan jumlah sterilizer ada 3 buah maka banyaknya buah dalam sekali proses adalah: = 2,5 x 12 x 3 = 90 ton Dengan asumsi bahwa perebusan berlangsung selama 90 menit, maka dalam sehari banyaknya buah yang direbus adalah : 24 jam x60menit 90 menit 16 kali proses 30

42 = 16 kali proses x 90 ton = ton TBS yang direbus dalam sehari. F. Penebahan buah. a. Tujuan Untuk melepas berondolan dan buah dari tandannya dan memudahkan proses pelumatan dan pengepresan pada stasiun pressing. Mempercepat proses pentransferan buah, dan brondolan yang sudah di rebus dari Sterilizer. b. Dasar Teori Threshing adalah proses pelepasan brondolan dari janjang atau tandannya dengan cara membanting TBS yang sudah direbus tersebut di dalam drum (slinder) yang berputar (thresher). Brondolan yang lepas akan lewat pada kisi-kisi thresher kemudian dibawa ke stasiun press oleh conveyor dengan bantuan elevator. Sedangkan janjang kosong akan dibawa ketempat pembuangan dengan bantuan Empty Bunch Conveyor (EBC). Putaran yang digunakan adalah rpm. ( Olivia, 2006 ) Setelah proses perebusan buah (sterilisasi) segera dilakukan pelepas buah dari tandan dengan mesin perontok buah berupa bejana silinder (berputar rpm). Pada proses ini kehilangan masih mungkin terjadi karena buah terbanting dalam mesin perontok buah dan mengeluarkan minyak yang dapat diserap oleh tandan kosong. Buah yang lepas diangkut 31

43 ke stasiun penggilingan (digester) melalui fruit elevator. Sedangkan tandan kosong dibawa ke kebun digunakan sebagai pupuk. Tippler adalah sebagai pengganti hoisting crane crane untuk membalikkan lori, hanya saja kapasitas lori yang digunakan pada sistem ini antara 5 sampai 10 Tandan Buah Segar. Guna pembalikan ini adalah untuk menuangkan lori agar cook fruit bunch diangkut dengan cook fruit bunch scraper menuju ke atas drum trhesser. Kemudian diumpan langsung ke drum stripper (auto feeder). Risza (2004), menjelaskan bahwa setelah perebusan, lori ditarik keluar, kemudian diangkut ke atas dengan hoisting crane. Dengan alat pengangkut ini lori yang berisi buah rebusan ini dibalikkan di atas mesin penebah (stripping) yang berfungsi melepaskan buah dari tandan. Buah yang lepas (berondolan) jatuh ke bawah dan melalui conveyor serta elevator dibawa menuju ketel adukan (digester). c. Alat dan bahan 1. Alat a. Lori b. Hosting Crane c. Thresser d. Auto Pheder 32

44 e. Fruit Elevator f. Empty Bunch Conveyor ( EBC ) g. Transfer Carriage. 2. Bahan a) TBR ( Tanda Buah Rebus ) b) Brondolan yang telah direbus d. Cara Kerja 1) TBS direbus dalam sterelizer selama 90 menit. 2) Setelah TBS selesai di rebus, TBS yang yang berada di lori-lori di tarik keluar dari sterelizer menggunakan transfer carriage. 3) Buah diangkat dengan alat hosting crane menuju ke auto feeder tujuannya adalah untuk menampung buah rebus sebelum dilakukan proses selanjutnya. 4) Buah dijatuhkan ke mulut Auto feeder sebelum masuk ke dalam thresser, sehingga saat buah jatuh maka proses penebahan atau proses pelapasan buah dari tandan nya telah dimulai. 5) Buah dimasukkan ke mesin perontok/penebah atau sering juga disebut dengan alat thresser. 33

45 6) Buah yang telah terlepas dari tandan akan jatuh melalui sekatsekat/lubang-lubang yang berada di dalam thresser dan akan ditampung oleh Conveyor Under Thresser sebelum dibawa oleh fruit elevator untuk di transfer ke stasiun kempa/dibawa ke mesin pelumat (digester). 7) Setelah biji terlepas dari tandanya, maka tandan kosong nya akan dibawa ke tempat penimbunanan sementara melalui Empty Bunch Coveyer ( EBC ) atau nama lain yang sering digunakan di perusahaan PTP. Nusantara XIII (persero) adalah Krapyak. 8) Ada juga tankos tadi dibawa ke Incenator( tempat pembakaran tankos) dan kemudian abunya digunakan sebagai pupuk pada pohon kelapa sawit. e Hasil yang dicapai Pada perusahaan yang kami lakukan PKL yaitu di PTP. Nusantara XIII ( PERSERO ) di desa Samuntai memiliki kapasitas alat penebah yaitu sebesar 30 ton TBS dan kapasitas lori sebesar 2,5 ton TBS. sedangkan proses penebahan harus berlangsung sempurna sehingga tidak ada lagi berondolan buah yang masih melekat pada tandan. Kecepatan putaran yang digunakan dalam mesin ini adalah (berputar rpm). 34

46 G. Pelumatan buah. 1. Tujuan Memudahkan proses pelumatan dan pengepresan buah pada stasiun pressing sehingga daging buah dapat terpisah dari biji sawit dengan sempurna. 2. Dasar Teori 1) Pelumat buah (digester) Ketel adukan (Digester) berfungsi untuk melumatkan buah masak sehingga daging buah terpisah dari daging. Menurut Anonim (2009) Digester merupakan pengadukan brondolan dari Thresher sampai homogen. Screw Press merupakan pengepressan terhadap brondolan yang homogen untuk mendapatkan rendemen yang maksimal dan Nut yang pecah minimal. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk ( stirring arms ) sebanyak 6 tingkatan yang diikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. 5 tingkat pisau di bagian atas digunakan untuk mengaduk dan melumatkan sedangkan pisau bagian bawah disamping sebagai pengaduk juga digunakan untuk mendorong brondolan keluar dari digester. 35

47 Buah yang masuk ke dalam digester diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian daging buah telah terlepas dari dagingnya. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas dengan suhu o C dengan menggunakan uap jenuh yang bertekanan 3 kg/cm 2 yang diinjeksikan langsung. Terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efek pelumatan pisau digester. Temperatur di dalam digester diusahakan jangan sampai 0 melebihan 100 C karena apabila itu terjadi maka minyak dan air akan bersatu sehingga akan menyulitkan pada proses pemisahan minyak nantinya. (Siahaan. Dkk, 2007) 2) Alat pengempa (screw press) Berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (mesocarp) dan biji (nut). Mengekstrasi minyak (Crude Oil) semaksimal mungkin dan Nut pecah seminimal mungkin. 3) Pemecah ampas kempa (Cake Breaker Conveyor) Berfungsi untuk memecah cake yang menggumpal dari hasil pressan, sehingga serat (fiber) dan biji (nut) dapat terpisahkan. 4) Penyaring getar (Vibrating Screen) Fungsinya untuk menyaring minyak kasar hasil pressan dengan sistem getar oleh electromotor. 36

48 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasiannya adalah : a. Sebelum saringan getar dioperasikan, pastikan tidak ada saringan yang robek. b. Buang semua sampah yang tertinggal di saringan. c. Hidupkan dulu conveyor baru vibrating screen. d. Bersihkan lingkungan kerja dari ceceran minyak. e. Saringan harus bersih dari ampas sebelum saringan getar dimatikan. f. Pada posisi saringan berhenti maka isolating valve pada posisi tertutup. 3. Alat dan bahan a) Alat 1. Fruit Distributing Conveyer 2. Digester 3. Conveyer Under Thresser 4. Screw Press 5. Bottom Cross Conveyer 6. Fruit Elevator 7. Empty Bunch Conveyer ( EBC ) 37

49 b) Bahan 1. TBR ( Tanda Buah Rebus ) 2. Brondolan yang telah direbus 4. Cara Kerja a) Buah dari thresser yang selesai dipisahkan dari tandan, langsung dibawa conveyor under thresser. b) kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bottom cross conveyor c) lalu dilanjutkan ke Fruit Elevator untuk dibawa oleh Fruit Distributing Conveyor yang akan mendistribusikan buah ke stasiun kempa. d) Disini buah dimasukkan ke digester untuk dilakukan pencacahan buah atau pelumatan buah dengan menggunakan pisau pengaduk buah. Pisau pengaduk ini berfungsi untuk merajang hingga buah terlepas antara daging dan biji, yang akan dibawa ke Screw Press untuk proses ekstraksi minyak. e) Suhu digester harus dijaga pada suhu 90 0 C-95 0 C agar proses berjalan lancar dan maksimal. 5. Hasil yang dicapai Di PTP. Nusantara XIII ( PERSERO) di desa Samuntai memiliki kapasitas alat sebesar 10 ton untuk digester dan screw press sebesar 10 38

50 ton, masing-masing mempunyai 3 biji untuk digester dan 3 biji untuk screw press, apabila ingin mengetahui setiap kapasitas masing-masing alat berarti perhitungannya adalah : = 10 ton : 3 unit = 3,3 ton/unit. Berarti dalam setiap masing-masing alat yang ada di perusahaan tersebut mempunyai kapasitas alat sebesar 3,3 ton/unit dari alat digester maunpun alat screw press. Tetapi dalam kenyataan yang didapat di lapangan ternyata minyak yang didapat tidak mencapai 10 ton itu disebabkan oleh alat yang tidak berjalan sempurna dalam memisahkan minyak kasar dan lumpur yang terbawa ke fat-pit dan juga karena alat pada perusahaan ini sudah terlalu tua sehingga tidak memungkinkan unuk digunakan karena mesin yang ada di PTP. Nusantara XIII sering rusak sehingga proses pengolahan minyak kelapa sawit tidak berjalan dengan sempurna. H. Ekstraksi Minyak 1. Tujuan 1. Memisahkan antara minyak kasar dengan pasir dan cangkang halus. 2. Memudahkan proses pemurnian minyak. 2. Dasar Teori Setyamidjaja (2003), menuliskan bahwa minyak yang keluar dari mesin pengepres mengandung 45% - 55% air, lumpur dan bahan-bahan 39

51 lainnya. Minyak yang masih kasar ini kemudian dibawa ke tangki pemurnian atau tangki klarifikasi. Ada tiga alat yang berperan penting dalam klarifikasi yaitu: 1) Vibrating screen Fungsi vibrating screen yaitu untuk memisahkan kotoran yang lolos dari sand trap tank dengan ayakan 20 mesh dan 40 mesh. Cairan dari sand trap tank dialirkan ke ayakan getar. Setiap kotoran yang lebih besar dari 20 mesh, akan dikeluarkan bertahap dari ayakan. 2) Crude oil tank Fungsi dari crude oil tank yaitu untuk menampung sementara cairan minyak kasar hasil ayakan dan penambahan suhu cairan melalui pipa uap pemanas injeksi sekaligus membuang pasir halus yang dapat diendapkan sebelum dikirim ke continuous settling tank. Cairan minyak kasar dari ayakan dialirkan ke crude oil tank sisi pertama, kemudian cairan dari sisi pertama over flow ke sisi sekat kedua dan over flow kembali ke sekat ketiga. Pasir atau material lain yang mengendap pada sisi pertama dan kedua dapat dibuang melalui kran penguras dan pemanasan dilakukan pada sekat pertama dengan injeksi uap panas. 3) Tangki pemisah (continuous settling tank/clarifier tank) 40

52 Fungsi clarifier tank ialah sebagai alat pemisah minyak dengan sludge dengan cara pengendapan. Proses pengendapan dan pemisahan minyak dari kotoran di stasiun klarifikasi bardasarkan prinsip gaya sentrifugal dan berdasarkan berat jenis. Minyak dengan berat jenis lebih kecil bergerak keatas over flow masuk ke skimmer oil dan ditampung di wet oil tank. Sedangkan sludge dengan berat jenis lebih berat bergerak secara over flow ke sludge tank. 3. Alat dan Bahan a) Alat 1. Screw press 2. Sandtrap 3. Vibro screen/ Vibrating screen 4. Crude oil tank 5. CBC ( Cake Breaker Conveyer ) b) Bahan a. Crude oil b. Sludge c. Biji 41

53 4. Cara Kerja a. Setelah buah mengalami proses pelumatan melalui digester, kemudian buah langsung di transfer/dikirim ke dalam alat pengepresan dengan menggunakan screw press tujuannya adalah untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (mesocarp) dan biji (nut). b. Dari alat pengepresan akan dihasilkan minyak kasar dan serat bercampur biji sawit, tapi diproses kali ini hasil yang didapat oleh proses pengepresan ini tanpa memecahkan inti sawit sehingga inti yang dihasilkan masih utuh. c. Minyak kasar akan masuk ke dalam saluran pipa minyak yang menuju ke crude oil tank sedangkan serat yang bercampur biji akan masuk ke dalam CBC (Cake Breaker Conveyor). d. Kemudian minyak tadi akan masuk ke dalam sand trap tank. Sand trap tank ini sendiri bertujuan untuk memisahkan antara minyak kasar (crude oil) dengan pasir dan cangkang halus. e. Kemudian crude oil akan masuk lagi ke vibrating screen (saringan bergetar) yang terdiri atas dua tingkat yakni 20 mesh dan 40 mess. Tujuan dari alat ini juga untuk memisahkan crude oil ( minyak kasar ) dari fibre halus (ampas) yang masih terikut oleh alat tersebut. f. Kemudian setelah selesai minya tadi di tampung di Crude Oil Tank atau Tangki Penyimpanan Sementara. 42

54 5. Hasil yang dicapai Kapasitas mesin press adalah 10 ton. Bila kapasitas olah pabrik 60 ton/jam. Berarti : 60 tonx 24 jam = 120 kali 10 ton Jadi seharusnya dalam sehari mesin press akan beroperasi maksimal 120 kali/hari. Tetapi dalam kenyataan yang didapat di lapangan ternyata mesin press yang beroprasi tidak mencapai 120 kali itu disebabkan oleh alat pada perusahaan ini sudah terlalu tua sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan karena mesin yang ada di PTP. Nusantara XIII sering rusak sehingga proses pengolahan minyak kelapa sawit tidak berjalan dengan sempurna. I. Pemurnian Minyak 1. Tujuan Memisahkan antara minyak kasar dengan air dan lumpur sebelum disimpan ke tangki timbun (storage tank) sehingga nantinya setelah minyak dapat di jual ke perusahaan lainnya salah satunya yaitu perusahaan Alam Raya (AR). 2. Dasar Teori Risza (2004). Menuliskan bahwa melalui stasiun terakhir ini minyak dimurnikan secara bertahap untuk menghasilkan minyak sawit mentah (CPO). 43

55 Proses pemisahan minyak dengan air dan kotoran ini dilakukan dengan sistem pengendapan, sentrifugal, dan pemanasan/penguapan, selanjutnya CPO disimpan dalam tangki timbun ( Storage Tank ). 3. Alat dan Bahan o Alat a. Crude oil tank b. Sludge oil tank c. CST ( continue settling tank ) d. Purifier Tank e. Vacuum Dryer f. Oil Tank o Bahan a. Minyak Sawit ( Crude Oil ) 4. Cara Kerja a. Setelah dipisahkan dari daging buah, minyak kasar di saring dengan vibro energizer untuk menyaring sisa-sisa serat yang kecil, b. kemudian minyak kasar ditampung di cruide oil tank (tangki sementara), 44

56 c. untuk disalurkan ke CST (Continous Setling Tank) untuk dilakukan proses pengendapan, di CST minyak kasar akan di pisahkan antara lumpur dan pasir serta kotoran kotoran lainnya. d. Minyak yang berada di bagian bawah langsung dialirkan ke Sludge Oil Tank, untuk dilakukan proses sentrifugasi/pemisahan antara kotoran (pasir, lumpur, air) dengan minyak, dengan menggunakan alat yang bernama strainer dan pre cleaner. e. selanjutnya diteruskan pada sludge separator, minyak yang dihasilkan dari sludge separator akan ditampung di tangki sementara untuk kemudian dialirkan kembali ke CST, untuk kotoran yang tersaring dikumpulkan di Sludge Oil Recovery ( Fat-pit ) untuk mengutip minyak yang tersisa. Minyak yang tersisa akan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel skala pabrik. f. Minyak yang berada di bagian atas dialirkan ke Oil Tank untuk diproses dengan menggunakan Oil Purifier untuk proses pemurnian minyak g. selanjutnya dilakukan proses pengeringan dengan menggunakan Vacum Dryer. h. Kemudian minyak yang dihasilkan dari vacum drier ditampung menggunakan weighing machine untuk dialirkan ke oil storage tank / 45

57 tangki timbun dan kemudian diangkut ke IT3M (Instalasi Tangki Timbun Tanah Merah). 5. Hasil yang di capai Di PTP. Nusantara XIII Minyak yang dihasilkan dari proses pemurnian adalah minyak yang siap disimpan di dalam tangki timbun dan telah siap untuk dipasarkan. Minyak yang dihasilkan masih dalam bentuk minyak sawit kasar (crude palm oil). Biasanya minyak sawit yang telah selesai diproses akan di kirim ke berbagai tempat salah satu nya Perusahaan yang bernama Alam raya ( AR ) yang bertempat di daerah grogot tapi dalam bentuk produk setengah jadi yaitu minyak sawit kasar. J. Penyimpanan Minyak /CPO 1. Tujuan Menampung sementara CPO yang dihasilkan dan menjaga agar kandungan ALB CPO yang di simpan tidak naik. Di PMS Samuntai sendiri memilki 2 unit Oil Storage Tank, yang masing-masing mempunyai kapasitas sebesar 2000 ton/unit 2. Dasar Teori Menurut Naibaho(1998), bahwa penyimpanan dan penanganan selama transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun oleh bahan lain sehingga akan 46

58 menurunkan kualitas minyak sawit. Pengawasan mutu minyak sawit selama penyimpanan, transportasi dan penyimpanan perlu di lakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu minyak sawit. Minyak ini di tampung dalam tangki-tangki penampungan dan sudah siap di jual kepada konsumen (Setyamidjaja, 2003) 3. Alat dan bahan 1) Alat a. Oil Storage Tank 2) Bahan a. Crude palm oil ( CPO ) 4 Prosedur Kerja a) Pipa minyak sawit dari oil transfer tank ke dalam tangki timbun b) Pisahkan penimbunan minyak sawit yang sesuai standar. c) Buka kran uap pemanas hingga suhu minyak sawit dalam tangki timbun mencapai C, agar minyak di dalam tangki timbun ( Oil Storage Tank ) tidak mengendap. d) Pastikan pipa pemanas tidak dalam keadaan bocor. e) Lakukan analisa mutu minyak sawit setiap hari, setiap 2 jam sekali agar tujuannya untuk mengetahui kandungan ALB pada minyak tidak naik. 47

59 f) Cek isi didalam tangki timbun setiap hari untuk mengetahui hasil produksi minyak dengan cara : Meteran, thermometer, ampher dan alat sampling. g) Tutup kran inut dan Out lat tangki timbun melalui menhok sampai kemeja ukur, dan catat ke dalam CPO dan tangki timbun, ulangi pengukur isis CPO selama 3 kali. h) Ukur suhu dibagian atas, tengah, dan bawah tangki bila tangki timbun penuh, ukur juga suhu bagian bawah dan atas apabila isi tangki setengah namun ukur suhu dibagian tengah jika ketinggian isi tangki timbunan hanya 3 meter. 5 Hasil yang dicapai Dengan adanya oil storage tank/tangki timbun ini agar minyak yang dihasilkan dapat di tampung terlebih dahulu sebelum dijual. Tapi dengan adanya alat ini juga dapat menjaga kandungan ALB pada CPO yang di simpan tidak naik. 48

60 2. Pengolahan Inti Sawit Pengolahan inti sawit di PTP. Nusantara XIII (Persero) meliputi beberapa proses antara lain : 1) Pemisahan biji dan ampas. a. Tujuan Untuk menghasilkan inti sawit sebelum diolah menjadi minyak inti sawit (PKO) serta untuk mengolah ampas yang terdiri dari serabut dan biji. b. Dasar Teori Sisa pengepresan, yang berupa ampas, dibawa ke alat pembuang sisa daging buah (depericarper). Pada proses pemisahan biji dari sabutnya, digunakan proses pengeringan dan penghembusan. Dengan proses ini seratserat dan bahan-bahan lain yang kering dan ringan terhembus ke luar melalui cyclone, kemudian ditampung untuk dipakai sebagai bahan bakar ketel uap (Setyamidjaja, 2003). c. Alat dan Bahan 1) Alat a. CBC (cake breaker conveyor) b. Depericarper c. Blower d. Polishing drum 49

61 e. Cyclone 2) Bahan a. Serat pressan b. Biji d. Cara Kerja 1. Ampas yang masih bercampur dengan biji yang berasal dari mesin pengepres akan melewati CBC (Cake Brake Conveyor). 2. Gumpalan ampas bercampur biji akan dipecah oleh pisau-pisau pada CBC. 3. Kemudian ampas dan biji akan masuk ke dalam depericarper. 4. Di dalam depericarper serat dicacah sehingga akan menjadi lebih halus dan akan terisap ke atas oleh blower dan akan terhembus keluar oleh cyclone. 5. Sementara biji akan terbawa ke polishing drum untuk dibersihkan dari serat/ampas dan kotoran yang masih ikut terbawa. e. Hasil yang dicapai Agar biji dapat terpisah dari ampasnya, sehingga memudahkan agar nantinya biji tadi dapat dipecah menggunakan ripple miil, tetapi biji yang yang didapat telah bersih dari serat. Sehingga biji tadi dapat di proses lebih 50

62 lanjut lagi untuk di ambil intinya. Sedangkan serabutnya di jadikan bahan bakar ketel uap. 2) Pemeraman. a. Tujuan Mengeringkan biji agar lebih mudah dipecah saat berada di ripple mill sehingga proses selanjutnya akan lebih mudah lagi. b. Dasar Teori Menurut Setyamidjaja (2003), biji dari alat pembuang daging buah (depericarper) diangkut ke silo dan dikeringkan di sini. Biji-biji yang kering ini, intinya mengkerut dan mudah dilepaskan dari cangkang atau tempurungnya c. Alat dan bahan 1. Alat a. Silo Notten b. Ripple mill c. Polishing Drum d. Destoner e. Blower 51

63 f. Airlock Dust Cyclone 2. Bahan a. Biji d. Cara Kerja 1. Biji dari polishing drum akan masuk ke dalam destoner untuk dipisahkan dengan kotoran berat yang terikut. 2. Kemudian biji akan terisap keatas oleh blower. 3. Lalu biji akan masuk ke dalam Airlock Dust Cyclone yang berfungsi sebagai alat untuk mengatur masuknya biji ke dalam silo ( Silo Inti ). 4. Lalu biji akan masuk ke dalam silo notten yang berfungsi sebagai tempat pemeraman/penampungan biji sementara agar nantinya biji lebih mudah dipecah di Ripple Mill e. Hasil yang dicapai Dalam proses ini hasil yang didapat berupa biji yang telah terpisah dengan ampasnya dan Biji yang di hasilkan adalah biji yang kering sehingga mudah untuk di pecah dan tidak ditemukan lagi benda-benda asing yang terbawa (batu, paku dll) 52

64 3) Proses Pemecahan Biji a. Tujuan Memecahkan biji sehingga terpisah antara inti/kernel dengan cangkang/tempurung memudahkan proses pemisahan di clay bath (sebagai tempat untuk memudahkan proses pemisahan biji dari cangkang). b. Dasar Teori Biji yang kecil akan lebih sulit dipecah dibanding dengan biji yang besar. Semakin banyak serat yang melekat dalam biji maka biji akan lebih sulit dipecahkan, dan sering menghasilkan biji pecah dan inti lekat. Kadar air biji yang rendah akan lebih mudah dipecah dan menghasilkan inti utuh (Naibaho,1998). c. Alat dan Bahan 1) Alat a. Ripple mill b. Blower c. Silo notten d. Conveyer atas dan bawah e. Timba inti f. LTD I dan II 2) Bahan a. Biji 53

65 d. Prosedur Kerja 1) Kernel dibawa/dibawa ke blower untuk menuju ke silo notten(alat penampung) 2) Setelah ditampung ke silo notten, kemudian kernel dipecah menggunakan ripple mill 3) Setelah kernel dipecah, kernel dibawa ke Conveyer Under Threser atau conveyer bawah sebelum ditampung oleh timba inti setelah itu kernel yang berada di timba inti tadi akan jatuh ke dalam conveyer atas, sebelum dilakukan proses pemisahan antara LTDS I (yaitu ampas nya) dan LTDS II (biji inti). 4) Setelah biji inti dan ampas terpisah, maka biji akan menuju ke ayakan tujuan dari proses ini adalah untuk memisahkan cangkang dan kernel yang masih terikut dalam proses tadi. 5) Setelah selesai diayak, kemudian inti tadi dibawa ke blower cangkang basah. 6) Kemudaian setelah selesai di proses pemisahan cangkang tadi, kernel tersebut dibawa ke conveyer inti. 54

66 e. Hasil yang dicapai Dari Proses ini pemecahan biji akan menghasilkan kernel yang terpisah seluruhnya dari cangkang sehingga akan mempermudah proses pemisahan di clay bath. 4) Pemisahan inti dengan cangkang a. Tujuan Untuk memisahkankan biji sehingga terpisah antara inti/kernel dengan cangkang/tempurung menggunakan bantuan dari air. setelah di lakukan proses pemisahan inti dan cangkang di peroleh inti sawit yang bersih dan bebas dari cangkang. b. Dasar Teori Biji yang kecil akan lebih sulit dipecah dibanding dengan biji yang besar. Semakin banyak serat yang melekat dalam biji maka biji akan lebih sulit dipecahkan, dan sering menghasilkan biji pecah dan inti lekat. Kadar air biji yang rendah akan lebih mudah dipecah dan menghasilkan inti utuh (Naibaho,1998). c. Alat Dan Bahan 1. Alat a) Airlock Dust Cyclone b) Blower 55

67 c) conveyor Cracshell d) elavator Crack shell e) Timba inti f) LTDS (Light tenera durt seperator) I g) LTDS II h) Clay bath 2. Bahan a) Kernel b) Cangkang c) Kalsium karbonat. d. cara Kerja 1. Jalankan Airlock Dust Cyclone 2. Jalankan blower LTDS I dan LTDS II 3. Jalankan Claybath 4. Jalankan conveyer inti I dan II 5. Jalankan Elevator I dan II 6. Jalankan Conveyer Crack shell 7. Jalankan elevator crack shell 8. Atur kecepatan isap udara LTDS I dan LTDS II dengan penyetelan klep isap ( terletak sebelum blower ) sehingga inti pecah yang terikut 56

68 masing-masing memiliki tingkat 2 % terhadap contoh berdasarkan analisa laboratorium. Adapun cara kerja dari proses pemisahan inti cangkang adalah : a. Biji dari polishing drum akan masuk ke dalam destoner untuk dipisahkan dengan kotoran berat yang terikut. b. Kemudian biji akan terisap ke atas oleh blower. c. Lalu biji akan masuk ke dalam Airlock Dust Cyclone yang mengatur masuknya biji ke dalam silo ( Silo Inti ). d. Lalu biji akan masuk ke dalam silo notten yang berfungsi sebagai tempat pemeraman/penampungan biji sementara agar nantinya biji lebih mudah dipecah di Ripple Mill e. Dari ripple mill kernel bersama cangkang akan jatuh ke dalam Crack Shell Conveyer dan akan dibawa naik melalui Crack Shell Elevator akan menuju kembali ke Crack Shell Conveyer sebelum menuju ke LTDS I. f. Setelah masuk ke LTDS I akan masuk lagi ke LTDS II g. Kemudian kernel tadi akan masuk kedalam Claybath. e. Hasil yang dicapai Kernel tadi akan masuk ke dalam Claybath yang telah bercampur dengan kalsium. Tujuan nya dari alat ini adalah untuk memisahkan antara 57

69 kernel inti dan biji, sedangkan kalsium bertujuan untuk mencuci agar kandungan pada minyak pada kernel tetap stabil. Adapun prosedur pemisahannya adalah cangkang yang telah terlepas dari bijinya akan terapung keatas menuju ketempat pembuangan cangkang sedangkan kernel nya akan jatuh ke bawah menuju ke conveyer. 5) Sortasi Inti a. Tujuan Ingin mendapatkan inti/kernel yang bebas dari kotoran sebelum dilakukan proses pengemasan. b. Alat dan bahan 1. Alat : a. Ayakan b. Karung c. Ember d. Tali e. Silo Notten 2. Bahan a. Kernel 58

70 c. Cara kerja Dari bucking truk inti keluar dan terjadi penumpukan di gudang. Di dalam gudang, kernel diambil lalu biji kadar air dan ALB nya, setelah kernel mencukupi standar mutu barulah kernel tadi di kemas dengan karung goni berkapasitas 50 kg. Sebelum dikemas kernel tadi di ayak terlebih dahulu dengan tujuan mengurangi kadar kotoran yang ada pada kernel. d. Hasil yang dicapai Mendapatkan kernel yang telah bersih dari kotoran sehingga setelah dinyatak bersih kernel siap dikemas untuk dijual ke perusahaan lain salah satunya perusahaan minyak kelapa sawit alam raya yang terletak di tanah grogot. 6) Penyimpanan Inti a) Tujuan 1) Menampung sementara produksi kernel. 2) Stasiun akhir tempat sortasi kernel dilaksanakan. 3) Membersihkan kernel dari biji maupun kotoran yang masih ikut terangkut. 4) Melakukan proses pengemasan terhadap kernel. 5) Karung tempat penyimpanan kernel memiliki kapasitas 50 kg 59

71 b) Dasar Teori Inti sawit dapat tahan lama disimpan selama 6 bulan. Sedangkan inti sawit pecah menunjukkan kecepatan reaksi pembentukan ALB yang lebih cepat. Oleh sebab itu dengan kandungan air 7% dan terdapat inti pecah 15% menunjukkan kecepatan pembentukkan asam lemak (Naibaho, 1998). c) Alat dan bahan 1. Alat a. Gudang penyimpanan kernel. b. Karung. c. Blower. d. Ayakan. e. Silo Notten. f. Tali untuk mengikat karung. g. Sekop. 2. Bahan 1. Kernel. d) Prosedur Kerja. 1) Dari kernel conveyor inti, kernel akan masuk ke dalam blower. 2) Dalam blower, kernel akan terisap ke atas. 3) Kemudian kernel akan masuk ke dalam silo Notten (penyimpanan). 60

72 4) Dari silo penyimpanan, kernel akan jatuh ke bawah. 5) Setelah itu kernel disortasi menggunakan ayakan. 6) Kernel yang sudah disortasi dan dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam karung-karung pengemasan dan diikat kuat. 7) Kernel yang telah selesai dikemas kemudian disimpan di gudang penyimpanan kernel. Karung-karung berisi kernel disusun rapi. e) Hasil yang dicapai Di PTP. Nusantara XIII (PERSERO) di Samuntai proses penyimpanan kernel dimasukan ke dalam karung. Karung goni memiliki kapasitas 50 kg dan apabila penyimpanan kernel tidak mencapai 50 Kg petugas akan diberi sangsi, dan otomatis akan berdampak pada proses penjualan nantinya. Kemudian penyimpanan harus juga disimpan di gudang yang bersih agar tidak terserang jamur yang dapat merusak mutu kernel yang dihasilkan. 3. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Pengolahan limbah pabrik kelapa sawit di PTP. Nusantara XIII (Persero) meliputi beberapa proses seperti : A. Pengolahan limbah padat( Pemanfaatan Tandan Kosong ) 1. Tujuan a. Memanfaatkan kembali limbah hasil pengolahan. b. Mengurangi jumlah limbah terbuang. 61

73 c. Meningkatkan nilai ekonomis limbah padat hasil proses pengolahan. d. Mengurangi dampak jalan yang berlubang 2. Dasar Teori Naibaho (1998). Menuliskan dalam bukunya yakni limbah padat tandan kosong kadang-kadang mengandung buah tidak lepas di antara celah-celah ulir di bagian dalam. Kejadian ini timbul bila perebusan dan bantingan tidak sempurna pelepasan buah sangat sulit dilakukan. Hal ini sering terjadi di pabrik-pabrik yang tekanan kerja ketel rebusan dibawah 2,8 kg disertai produksi uap yang tidak mencukupi kebutuhan. Perebusan yang tidak sempurna menghasilkan tandan kosong yang masih mengandung buah hingga 9%. Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak, dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre cyclone. Kualitas asap pembakaran pada dapur ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut. Ampas serat sekarang ini telah habis terpakai di pabrik sehingga dampak yang mungkin ditimbulkan pada lingkungan ialah polusi udara. 3. Alat dan Bahan 1. Alat 1. Distributing Conveyor 2. Empty Bunch Conveyor 62

74 3. Truk Pengangkut 2. Bahan 1. Tankos 4. Cara Kerja a) Tandan kosong yang jatuh dari thresher kemudian akan dibawa oleh Empty Bunch Conveyor ( EBC ). b) Tandan kosong akan jatuh ke bawah dan masuk ke dalam truk pengangkut. Dan sebagiannya masuk ke dalam incenator c) Tandan kosong akan dikumpulkan terlebih dahulu di tempat penumpukan tankos dan dibiarkan beberapa hari sebelum dimanfaatkan sebagai mulsa. 5. Hasil yang dicapai Hasil yang didapat pada PMS samuntai berupa tandan kosong. Tandan kosong ini juga dapat digunakan sebagai pupuk bagi pohon kelapa sawit, prosedur nya pun hanya diletakkan di sekeliling pohon kelapa sawit. Sedangkan pada tahapan pengolahan limbah padat ini dapat juga mengurangi dampak jalan yang berlubang apabila ini terjadi otomatis sedikit mengurangi kerugian yang dialami oleh perusahaan dan lingkungan sekitar. B. Pengolahan Limbah Cair. 63

75 1. Tujuan Untuk menampung dan mengolah limbah cair PKS sehingga biasa mencapai baku mutu standar. 2. Dasar Teori Di pabrik kelapa sawit disamping menghasilkan CPO dan kernel sebagai produk utama dari hasil pengolahan juga dihasilkan limbah (limbah padat, limbah cair, dan limbah gas) yang dapat mencemari lingkungan pabrik. Agar limbah limbah tersebut tidak membahayakan bagi lingkungan sekitar maka harus diolah terlebih dahulu sampai layak untuk dibuang. Menurut Naibaho (1998), limbah cair ini mengandung unsur hara yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk. Karakteristik limbah cair yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit relatif hampir sama perbandingan nilai-nilai parameter mutunya. Adapun parameter mutu yang sering dijadikan indikator dalam penilaian mutu limbah adalah BOD, COD, total solid, total nitrogen, minyak dan lemak, serta ph. 3. Cara Kerja 64

76 Di pabrik samuntai (PASAM) limbah cair diolah dengan manggunakan sistem kolam anaerobic dengan memiliki 7 (tujuh) buah kolam dengan proses kerja sebagai berikut : Semua limbah cair yang telah disaring di stasiun klarifikasi terlebih dahulu ditampung di Sludge Oil Recovery atau sering disebut fat-pit, untuk diambil sisa minyaknya yang ikut bersama kotoran untuk dijadikan sebagai bahan baku biodiesel, sementara kotoran dialirkan ke deoling pond (tempat pengutipan sisa minyak yang masih ada) untuk diambil kembali minyaknya yang timbul setelah limbah didiamkan selama 1 (satu) malam dan hasilnya minyaknya juga diolah menjadi bahan pembuatan biodiesel. Setelah minyak tersaring, sisa limbah dialirkan lagi ke kolam pengutipan limbah, disini proses pengutipan limbah dilakukan untuk yang terakhir kali, sebelum limbah dialirkan ke kolam anaerobic I yang mempunyai kedalaman 4 5 meter dengan suhu kurang lebih 45 0 C, kemudian limbah dialirkan ke kolam anaerobic IA dan anaerobic IB, kemudian limbah dialirkan ke kolam anaerobic II, untuk dipompa kembali ke kolam anaerobic I, ini berfungsi untuk benarbenar menetralkan limbah hingga mencapai ph standar 7 (tujuh), kemudian limbah dialirkan ke kolam sekunder atau kolam aerator hingga mencapai kadar COD hingga 500 ppm dan BOD 250 ppm. Setelah mencapai angka yang diinginkan (terlihat adanya lumut dan 65

77 kehidupan) limbah dialirkan ke final pond (tempat menampung limbah cair yang terakhir sebelum dibuang ke kolam) final pond sendiri memiliki standar COD 300 ppm, BOD 150 ppm, TSS (total suspensed solid) hingga 500 ppm, minyak / oil / lemak 0,0005 ppm dan ph 7 8. setelah semua terpenuhi limbah akan dikeluarkan/dialirkan ke sungai. 4. Analisis Minyak Sawit Analisis minyak sawit di PTP. Nusantara XIII (Persero) meliputi beberapa proses antara lain : A. Pengambilan Contoh. Titik pengambilan contoh di pabrik Samuntai ( PASAM) : Untuk menguji losses minyak, pengambilan contoh dilakukan di sterilizer(air rebusan), empty bunch compeyor (tankos), screw press (ampas kempa), sludge sparator ( minyak), drab akhir (minyak). Untuk menguji mutu ALB minyak yang dihasilkan, titik pengambilan contoh biasanya dilakukan di crude oil tank, tangki timbun (storage tank) dan tangki pengangkutan di truk. Untuk pengambilan contoh uji kadar dilakukan di vacum drier, dan CST (contious setling tank). Sedangkan untuk pengujian rendemen minyak pengambilan contoh dilakukan di MPD (material passing digester). B. Pengujian 66

78 1. Analisis Kandungan ALB a. Tujuan Analisa Kandungan ALB Mengukur kadar kandungan ALB pada CPO yang dihasilkan. b. Dasar Teori Asam lemak bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara titrasi dengan menggunakan alkali dalam larutan alkohol yang dinyatakan sebagai jumlah miligram (mg). Kalium atau natrium hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan 1 gr asam lemak yang terkandung dalam contoh minyak (Anonim, 1997). Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hydrolisa minyak menjadi asam-asamnya. Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator mutu minyak. Asam lemak bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara titrasi menggunakan alkali dalam larutan alcohol. Standar ALB adalah 3 % (Naibaho, 1998). c. Alat Dan Bahan 1. Alat a) Beaker glass 50 ml b) Timbanggan analitik c) Hotplate d) Pipet tetes e) Biuret 67

79 f) Oven g) Desicator 2. Bahan a) CPO b) Shellshol c) Indikator PP d) KOH d. Cara kerja 1) Ambil sampel di tangki timbun sebanyak 3 bagian (atas, tengah, dan bawah) 2) Timbang contoh minyak sebanyak gr di dalam erlenmeyer dengan memakai timbangan analitik dan di hitung juga cawan kosong yang akan di gunakan 3) Masukan larutan sellsol sampai berat sampel mencapai 20 ml lalu tambahkan indicator pp sebanyak 3-5 tetes 4) Kemudian titrasi dengan koh sampai berubah warna merah jambu 5) Dan hitung kandungan alb dengan rumus : A B x C x D E x1000 x100% Keterangan : A = Kandungan ALB B = Volume NaOH untuk titrasi (ml) 68

80 C = Normalitas NaOH (N) D = Berat ekuivalen As. Palmitat (minyak ) = 256 E = Berat contoh (gram). Misalkan berat titrasi NaOH yang terpakai adalah 8 ml dan berat sampel adalah gram. ml NaOH x N xbeqmin yak ALB x100% berat contoh x1000 = 12 x 0,1 N x 256 x 100 % 100,40 x 1000 = 0,0030 x 100 % = 0,30 % e. Hasil yang dicapai Dari hasil pengujian ALB akan dihasilkan minyak dengan spesifikasi hampir memenuhi standar mutu yang diinginkan. Standar yang diinginkan adalah pengujian ALB adalah 0,30 %. Perusahaan Minyak Sawit ( PMS ) ingin mendapatkan kandungan ALB yang masih mencapai standar, sehingga di perusahaan ini telah diadakan sebuah pengambilan contoh untuk diuji di laboratorium tujuan nya untuk mengetahui kandungan ALB pada buah. 2. Analisa Penentuan Kadar Air 69

81 1. Tujuan Menghitung kandungan air dalam CPO yang dihasilkan. 2. Dasar Teori Air dalam minyak terjadi karena proses alami pada saat pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta di penimbunan. Pada dasarnya air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengering pada suhu 103 o C. Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengeringan. Standar kadar air adalah 0,1% (Naibaho, 1998). 3. Alat Dan Bahan Alat yang digunakan dalam analisa penentuan kadar air : cawan porselin 1) Beaker glass 2) Desicator 3) Timbangan analitik 4) Oven 5) Penjepit Bahan yang digunakan adalah 70

82 1) CPO 4. Cara Kerja a. cawan dioven terlebih dahulu pada suhu C selama 5-10 menit b. didinginkan cawan dan timbang dengan menggunakan timbangan analitik. c. masukkan sample Minyak CPO kedalam cawan dan hitung. d. masukkan sample beserta cawan kedalam oven dan panaskan dengan suhu C menit e. keluarkan sample dan masukkan kedalam desicator f. setelah sample dingin,kemudian ditimbang g. hitung kadar air dengan rumus B C A B Keterangan : x100% A = Kadar air (%) B = Berat sampel sebelum di oven (gram) C = Berat sampel + cawan sesudah dioven (gram) Misalkan berat sampel sebelum dioven 96,27 dan berat sampel sesudah dioven adalah 94,28 maka kandungan air adalah : B C A x100% B A = 96,27-94,28 x 100 % 96,27 A = 1,99 x 100 % 71

83 96,27 A = 0,0206 x 100 A = 2,06 % 5. Hasil yang dicapai Di PMS samuntai memiliki standar untuk kadar air (KA) maksimum 0,1%. Namun kenyataan yang didapat masih cukup tinggi yaitu sebesar 2,06%. Kadar air yang cukup tinggi disebabkan pembuangan uap dan air kondensat yang kurang sempurna pada saat proses perebusan. sehingga di perusahaan ini telah melakukan pengambilan contoh untuk diuji di laboratorium tujuan nya untuk mengetahui Kadar Air pada TBS, apabila itu terjadi maka penekanan pada proses perebusan harus diperhatikan pada proses pembuangan uap dan air kondesat. 2 Analisa Penentuan Kadar Kotoran 1. Tujuan Menghitung kadar kotoran pada CPO yang diproduksi dan menentukan kualitas CPO. 2. Dasar Teori Kotoran yang terdapat dalam minyak ini adalah kotoran yang tidak dapat larut dalam n-heksane dan petroleum ether. Kadar kotoran yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara menimbang 72

84 residu kering setelah dipisahkan dari contoh dengan menggunakan pelarut. Standar kotoran adalah 0,02% (Naibaho, 1998). 3. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam analisa penentuan kadar kotoran : 1) Erlenmeyer 250 ml 2) Hotplate 3) Desicator 4) Timbangan analitik 5) Oven 6) Penjepit 7) Washing bottle 8) Kapas 9) Kertas saring Bahan yang digunakan adalah : 1) CPO 2) Heptan 3) Timbal 4) Aquades 4. Cara Kerja a. Siapkan kertas saring lalu basahi dengan aquades dan keringkan dalam oven dengan suhu C selama 3 5 menit. 73

85 b. Kemudian kertas saring ditimbang. c. Siapkan erlenmeyer 250 ml lalu ditimbang d. Ambil sampel CPO sebanyak 10 gram dari oil purifier dan masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditimbang. e. Masukkan heptan sebanyak 200 ml dalam erlenmeyer yang berisi sampel. f. Pasang kertas saring dalam funnel glass dan tempatkan dalam erlenmeyer 250 ml. g. Saring campuran sampel CPO dan heptan sampai habis. h. Hembuskan heptan dalam washing bottle sampai kertas saring bersih dan tidak mengandung minyak. i. Masukkan kertas saring tersebut kedalam oven bersuhu C selama ½ jam. j. Keluarkan kertas saring tersebut dan dinginkan dalam desicator. k. Timbang kertas saring. l. Hitung kadar kotoran dengan rumus : A C B D x100% Keterangan : A = Kadar kotoran (%) B = Berat kertas saring sebelum penyaringan (gram) C = Berat kertas saring setelah penyaringan (gram) 74

86 D = Berat sampel (gram) Misalkan berat sampel 5,8904 gram, berat kertas saring sebelum dan sesudah penyaringan adalah 2,9984 gram dan 4,5843 gram. Maka kadar kotoran : A A A A A C B D x100% 4,5843 2,9984 5,8904 1,5859 x100% 5,8904 0,2692 x100% 26,92% x100% 5. Hasil yang dicapai Diperusahaan PTP. Nusantara XIII memiliki tujuan ingin mendapatkan Kadar kotoran yang sedikit mungkin, tapi ternyata diperusahaan ini memperoleh kadar kotoran dalam CPO masih tinggi Kadar kotoran yang diperoleh adalah 26,92% ini disebabkan karena pada pengolahan CPO mulai dari alat sampai tenaga kerja kurang diperhatikan sebaik mungkin. Adapun standar kadar kotoran dalam CPO di PMS samuntai adalah 75

87 6. Analisis Inti Sawit Analisis inti sawit di PTP. Nusantara XIII (Persero) meliputi beberapa proses antara lain : A. Pengambilan Contoh Titik titik untuk pengambilan contoh untuk uji inti atau kernel di pabrik samuntai (PASAM) antara lain : Pengambilan contoh untuk uji kadar kotoran di lakukan di wet kernel conveyor, untuk uji lossis inti pengambilan contoh dilakukan di claybath (cangkang basah), LTDS I dan LTDS II. Untuk uji mutu inti produksi pengambilan contoh di lakukan di kernel transfer / storage bin, ampas/fiber. Untuk uji ALB dan kadar air inti produksi pengambilan contoh di lakukan di gudang B. Pengujian 1. Penetapan Kadar Kotoran Inti Sawit a. Tujuan 1) Menghitung kadar kotoran dalam inti sawit. 2) Menentukan mutu produksi kernel b. Dasar Teori Kadar kotoran inti sawit adalah cangkang gabungan dari biji utuh, biji setengah pecah, cangkang, sampah. Kadar kotoran yang terdapat dalam inti sawit dapat ditentukan dengan cara menimbang 76

88 jumlah kotoran yang sudah dipisahkan dari contoh. Standar kadar air inti sawit adalah 7,0%. (Naibaho, 1998). c. Alat dan Bahan 1) Alat : a) Cawan b) Ember c) timbangan digital d) palu. e) Batu/balok 2) Bahan : a) Kernel b) Cangkang c) Heptan d) Timbel e) Kapas f) kertas saring. d. Prosedur Kerja 1. Kadar kotoran inti sawit adalah cangkang gabungan dari biji utuh, biji setengah pecah, cangkang, dan sampah. 77

89 2. Ambil sampel dari gudang penyimpanan, sampel yang diambil merupakan sampel yang diproduksi pada hari itu juga sebelum dikemas. 3. Sampel diambil dan ditimbang sebanyak kurang lebih 1 kg. 4. Sampel dipisahkan antara, inti utuh, inti pecah, biji utuh, dan biji setengah pecah. 5. Kernel yang masih terbungkus cangkang dipisahkan dengan cangkangnya. 6. Timbanglah berat masing-masing: cangkang, cangkang dari biji utuh, cangkang dari biji setengah pecah, dan sampah. 7. Jumlahkan berat semua cangkang + sampah. Perhitungan: kadar kotoran kernel sawit = Berat Kotoran x 100% Berat Contoh e. Hasil yang dicapai Berat sampel = gr Berat cangkang = 40.01gr % = x 100 % = 4,92 % Di pabrik minyak sawit ( PMS ) samuntai memiliki standar mutu untuk Kadar kotoran inti sawit adalah maksimal. Tetapi di PTP. Nusantara XIII ( Persero ) memperoleh hasil sebesar 4,92%. Dan apabila minyak tersebut meiliki kadar air 78

90 melibihi standar yang ditentukan maka pihak pemerintah yang memegang perusahaan tersebut akan member sangsi kepada pabrik yang bersangkutan. 2. Penentuan kadar air inti sawit a. Tujuan Analisa kadar air mempunyai tujuan untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam kernel hasil produksi b. Dasar Teori Air yang ada dalam inti sawit terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik dan waktu penimbunan. Air yang terdapat dalam kernel dapat ditentukan dengan cara pengeringan. c. Alat dan bahan 1. Alat : a. Gilingan kernel b. Oven c. Cawan Petri./ cawan porselin d. Rippel mill mini. 2. Bahan : a. Kernel (inti sawit) yang telah di halus kan. 79

91 d. Prosedur kerja 1. Ambil 50 kernel dari contoh 1 kg 2. Contoh kernel digiling halus dengan mengunakan lipper mill 3. Kemudian ditimbang contoh kernel yang telah halus sebanyak 10 gr 4. Masukan kedalam oven, suhu yang digunakan 103 o C selama 3 jam 5. Selanjutnya dinginkan dalam desikator 6. Setelah dingin timbang dengan teliti. Perhitungan : Kadar air kernel sawit = A B x 100% A Keterangan : A : berat contoh sebelum dioven B : berat contoh setelah dioven e. Hasil yang dicapai Di pabrik minyak sawit ( PMS ) samuntai memiliki standar mutu untuk Kadar Air Inti Sawit adalah maksimal 7 %. Dan apabila minyak tersebut meiliki kadar air melibihi standar yang ditentukan maka pihak pemerintah yang memegang perusahaan tersebut akan member sangsi kepada pabrik yang bersangkutan. 80

92 BAB IV KESIMPULAN DAN S ARAN 1. Kesimpulan Dari hasil praktek lapang mulai dari tanggal 01 maret 20 April 2010 penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan secara umum mengenai PTP.Nusantara XIII, adalah : 1. Setelah melakukan Praktek Kerja Lapang di PT. Perkebunan Nusantara XIII kebun dan PMS Samuntai dapat di ketahui bahwa teori yang di peroleh dari kampus dengan praktek yang di lakukan di kebun dan PMS Samuntai ternyata ada kesamaan, karena untuk menghasilkan CPO dari kelapa sawit melalui beberapa proses, mulai dari pemeraman, penerimaan buah di PMS, perebusan, penebahan, pengempaan, pelumatan, pemurnian minyak dan penyimpanan minyak, dan praktek yang kami dapat di PMS Samuntai juga ternyata juga pernah kami dapat teori-teorinya di bangku kuliah 2. Adapun proses/skema pengolahan minyak sawit di PTP. Nusantara XIII (PERSERO) Kab. Paser dimulai dari : a. Pemanenan b. Penimbunan TBS di Loading Ramp dan Lori c. Transportasi Buah d. Penerimaan Buah e. Perebusan 81

93 f. Penebahan g. Pelumatan Buah h. Ekstraksi Minyak i. Pemurnian Minyak j. Penyimpanan Minyak/CPO Sedangkan untuk skema dari pengolahan inti sawit yang berada di PTP. Nusantara XIII antara lain : a. Pemisahan Biji dan Ampas b. Pemeraman c. Proses Pemecah Biji d. Pemisahan Inti dan Cangkang e. Sortasi Inti f. Penyimpanan Inti 3. PTP. Nusantara XIII (PERSERO) bertujuan untuk menghasilkan Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit yang memenuhi spesifikasi teknis SNI (CPO) dan SNI (Inti Sawit), serta menerapkan SMM ISO 9001 : Terciptanya Kualitas Olahan CPO yang bermutu tinggi : a. CPO : ALB b. Kernel : Kadar Air = 7 %, Kadar Kotoran c. Standar Mutu Limbah di PTP. Nusantara XIII (PERSERO) telah mencapai standart COD 300 ppm, BOD 150 ppm, TSS (total suspensed solid) hingga 500 ppm, minyak / oil / lemak 0000,5 ppm dan ph

94 2. Saran Penulis juga menyarankan kepada pihak perusahaan PTP. Nusantara XIII (PERSERO), agar : 1. Adanya perbaikan jalan dan jembatan yang rusak dan berbatu sehingga dapat memperlancar proses pengiriman TBS ke pabrik pengolahan, sehingga dapat menekan kadar rendemen dan dapat mengurangi kadar ALB 2. Adanya usaha untuk melakukan pelangsiran buah dengan menggunakan mobil Tab, sehingga tidak tedapat buah yang menumpuk di TPH akibat tidak dapat masuknya truk pengangkut karena kondisi jalan yagn licin karena hujan. 3. Meningkatkan kapasitas loading ramp yang mungkin masih terlalu kecil, sehingga tidak nantinya mengakibatkan antrian mobil pengangkut diluar halaman pabrik yang sering menumpuk. 4. Adanya sosialisasi kepada para petani untuk upaya pemahaman terhadap kriteria matang panen yang benar sehingga dapat melihat / memilih buah yang layak di panen sehingga dapat mengurangi fraksi 00 dan fraksi 0 serta fraksi 5 dan 6 yang merupakan fraksi yang harus dibuang. 5. Adanya upaya untuk mengoprasikan secara optimal ke 3 (tiga) buah sterilizer dengan cara menambah jumlah lori yang tersedia. Sehingga kekuatan lori akan maksimal. Dan adanya perbaikan jalan ( Rell ) untuk jalan lori. 83

95 6. Sebaiknya dilakukan penambahan jumlah tenaga kerja dalam proses pemanenan maupun pengangkutan untuk menunjang efektif dan efisiennya proses kegiatan. Sedangkan Menurut Penulis Kegiatan PKL ini dirasakan sangat bermanfaat dan sangat penting bagi semua mahasiswa/i, oleh karena itu penyusun menyarankan untuk POLTANESA umumnya dan khusunya pada Program Studi Teknologi Hasil Perkebunan, antara lain yaitu : 1. Mahasiswa yang hendak PKL sebaiknya harus dibekali ilmu dan wawasan tata cara menjalankan suatau manajemen perusahaan yang baik. Baik itu berupa urusan birokrasi perusahaan, administrasi, dan perhitungan cara membuat anggaran atau budget yang dibutuhkan suaru perusahaan. 2. Mengadakan kerja sama dengan pihak perusahaan negeri maupun swasta bukan hanya dalam hubungan sebagai tempat kegiatan PKL namun lebih mengarah kepada hubungan kerja. Hal ini diharapkan dapat merekrut mahasiswa sebagai karyawan diperusahaan tersebut. 84

96 DAFTAR PUSTAKA Pahan,Yung Manajemen Pengelolaan dan Pengolahan Kelapa Sawit. Bandung. Naibaho, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Jakarta 158 hal. Anonim, di akses pada Tanggal 7 mei 2010 Anonim, TABARA@Samuntai. ptpn13.com. di akses pada Tanggal 7 mei 2010 Anonim, PMS@LOKAL. PTPN 13.Com. di akses pada Tanggal 7 mei 2010 Risza, Suyatno Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius. Yogyakarta. 188 hal. Setyamidjaja, Djoehano Budi Daya Kelapa Sawit. Kasinius. Yogyakarta. 62 hal. Fauzi, Y, dkk, Budidaya Kelapa sawit dan Pemanfaatan Hasil Limbah. Penebar Swadaya, Jakarta. 158 hal. Anonim, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Samuntai, ( Person Communication) Siahaan D. 2007, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Jogjakarta Olivia S Laporan Praktek Kerja Lapang di PTP. Nusantara XIII sumber dari buku Institut Pertanian Bogor. 85

97 LAMPIRAN 86

98 Gambar 1. Pengumpulan buah di TPH ( Tempat Pengumpulan Hasil ). Gambar 2. Fraksi 2 ( Matang I ) 87

99 Gambar 3. Antrian mobil sebelum di timbang Gambar 4. Fruit Elevator 88

100 Gambar 5. Loading Ramp Gambar 6. Autopedder 89

101 Gambar 7. Hoasting Crane Gambar 8. Sand Trap dan Vibro Screen 90

102 Gambar 9. Digester dan Screw Press 91

103 Gambar 10. Oil storage tank ( tangki timbun ) Gambar 11. Penimbunan di Loading Ramp Gambar 12. CBC ( Cake Breaker Conveyor). 92

104 Gambar 13. Lori Masuk Ke Sterilizer. Gambar 14. Incenerator 93

105 Gambar 15. Pholising drum Gambar 16. Jembatan Timbang + Proses Penimbang 94

106 Gambar 17. Minyak kasar yang berada di dioling pond sebelum dikembalikan lagi ke pabrik Lewat pipa Penyalur Gambar 18. Clay bath 95

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh : LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG Oleh : MARIA ULFA NIM.110 500 106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA...9 PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO

Lebih terperinci

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, terdiri dari beberapa stasiun yang menjadi alur proses dalam pemurnian kelapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Tentang Kelapa Sawit. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua Afrika dan cocok ditanam di daerah tropis, seperti halnya dinegara

Lebih terperinci

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit 1. LOADING RAMP Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN i PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI Oleh : Nur Fitriyani (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN PT Muriniwood Indah Indurtri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada tahun 1996 oleh PT. Dirga Bratasena Enginering dan resmi beroperasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaesis Guineses Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk dalam family Palawija. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran II : Mesin-mesin dan Peralatan yang digunakan PTPN III PKS Rambutan A. Mesin Produksi Adapun jenis dari mesin- mesin produksi yang digunakan oleh PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

I. U M U M. TATA CARA PANEN. LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini, banyak perusahaan menghadapi tugas tambahan yang berkaitan dengan kebijakan sosial pada praktik bisnis yang bertanggung jawab. Perusahaan berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit. (3)(6) Didalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang disebut bahan mentah adalah kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari negeria, Afrika barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari amerika

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH DALAM PEROLEHAN PERSENTASE RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN METODE ANALISA VARIANS (ANAVA) PADA STASIUN REBUSAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT Istianto Budhi Rahardja Muhammad Sopyan Abstrak Pabrik pengolahan kelapa sawit dalam memperoleh

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak Sterilizer

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR. Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR. Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM. 100500134 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam. nonpangan. Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam. nonpangan. Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam kegunaan minyak kelapa sawit. Minyak

Lebih terperinci

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu alat untuk membuat pelaksanaan TQM (Total Quality Management) menjadi efektif untuk mentranslasikan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Perkebunan Sumatera Utara PT. Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT. Perkebunan Sumatera Utara pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KEC. KARANGAN, KAB. KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR. Oleh MARDIYYAH NIM.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KEC. KARANGAN, KAB. KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR. Oleh MARDIYYAH NIM. 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KEC. KARANGAN, KAB. KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR Oleh MARDIYYAH NIM. 0805000211 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit. PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

Oleh : NUR ASIKIN NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

Oleh : NUR ASIKIN NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) KEBUN DAN PABRIK MINYAK SAWIT LONGKALI, DESA MENDIK DAN MUNGGU, KECAMATAN LONGKALI, KABUPATEN PASER, KALIMANTAN TIMUR Oleh : NUR ASIKIN

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia.

Lebih terperinci

2013, No.217 8

2013, No.217 8 2013, No.217 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA CARA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Socfin Indonesia telah berdiri sejak tahun 1930 dengan nama Socfindo Medan SA (Societe Financiere Des Caulthous Medan Societe Anoyme) didirikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) KEBUN DAN PMS LONGKALI KEC. LONGKALI KAB. PASER KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) KEBUN DAN PMS LONGKALI KEC. LONGKALI KAB. PASER KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) KEBUN DAN PMS LONGKALI KEC. LONGKALI KAB. PASER KALIMANTAN TIMUR Oleh : YUDO ADITYA NIM 060 500 117 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. SWAKARSA SINARSENTOSA KEC. MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR MUKLIS NIM

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. SWAKARSA SINARSENTOSA KEC. MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR MUKLIS NIM LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. SWAKARSA SINARSENTOSA KEC. MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR Oleh : MUKLIS NIM 060 500 105 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN Joto Wahyudi 1), Rengga Arnalis Renjani 1), Hermantoro 2) Jurusan Teknik Pertanian, Progam Khusus Sarjana Teknik

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA PENENTUAN KADAR MINYAK YANG TERDAPAT PADA TANDAN BUAH KOSONG SESUDAH PROSES PEMIPILAN SECARA SOKLETASI DI PTP. NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT SEI MANGKEI - PERDAGANGAN KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. ISK/PKS-PRS/03 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal. 1 dari 5 FRM/JKO-WKM/15-00 07 Mei 2012 SEJARAH PERUBAHAN DOKUMEN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses II.TINJAUAN PUSTAKA A. Perebusan Proses pertama yang dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit adalah proses perebusan. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses perebusan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : ROSI YUSRONI Nim:080 500 197 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI, KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI, KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI, KALIMANTAN TIMUR Oleh: ASRI SANTALINA NAIBAHO NIM. 130500120 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH (FFB) SCRAPPER PADA LOADING RAMP UNTUK MEMINIMALISASI OIL LOSSES IN EMPTY BUNCH (Studi Kasus di Pabrik Kelapa Sawit PT. Cisadane Sawit Raya Sumatera Utara) Ari

Lebih terperinci

KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH:

KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH: KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH: SENDI ASRI GUNAWAN Nim. 06 5203 004 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Indonesia sekarang ini merupakan tanaman asli Afrika Barat (Geunia) yaitu jenis Elais Geunensis Jacq. Ada jenis tanaman kelapa sawit yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN Oleh : JUMARDI NIM. 060 500 100 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Stasiun Kempa Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian Thresher kemudian terjadi pemisahan antara buah dengan tandan. Buah yang keluar dari Thresher

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh ASPIANI NIM. 060500088 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR WINDA WAHYUNI SILITONGA

TUGAS AKHIR WINDA WAHYUNI SILITONGA PENENTUAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) TANDAN BUAH SEGAR (TBS) BERDASARKAN DERAJAT KEMATANGAN BUAH DI PTP.NUSANTARA III PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) SEI MANGKEI TUGAS AKHIR WINDA WAHYUNI SILITONGA

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI 3.1 Uraian Proses Tandan buah segar (TBS yang akan diolah menjadi minyak sawit (Crude Palm Oil/ CPO) dan kernel (kernel palm Oil/ KPO) pada PT. perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyebaran Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik selatan, serta beberapa daerah lain

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (WKP) DESA WARU KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (WKP) DESA WARU KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (WKP) DESA WARU KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh : HEBTARIA SIDABALOK NIM. 110 500 103 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN 2.1. Identitas Pemrakarsa Nama Perusahaan Penanggung Jawab Jenis Kegiatan : PT Arus Putra Maju : Sdr. Dudik Iskandar : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Lokasi Kegiatan : Desa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah Pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit dengan proses standar menjadi produk minyak sawit

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan,

Lebih terperinci

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT Oleh : Tim Kajian LATAR BELAKANG 1. Kabupaten Nagan Raya memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. KARANGJUANG HIJAU LESTARI (KHL) KEC. SEBUKU KAB. NUNUKAN KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. KARANGJUANG HIJAU LESTARI (KHL) KEC. SEBUKU KAB. NUNUKAN KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. KARANGJUANG HIJAU LESTARI (KHL) KEC. SEBUKU KAB. NUNUKAN KALIMANTAN TIMUR Oleh YUHAYATI NIM. 070500092 PROGAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (ASTRA AGRO LESTARI.Tbk) KEC. WARU KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (ASTRA AGRO LESTARI.Tbk) KEC. WARU KALIMANTAN TIMUR i LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (ASTRA AGRO LESTARI.Tbk) KEC. WARU KALIMANTAN TIMUR Oleh : DARMIN NIM 060500089 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN ANALISA TINGKAT KEANDALAN SUKU CADANG MESIN PEREBUSAN (STERILIZER) PADA PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG SEUMANTOH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014 PERSETUJUAN Judul : Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak Kelapa Sawit (CPO) Pada Tangki Timbun Di PT. Multimas Nabati Asahan (MNA) Kuala Tanjung Kategori : Karya Ilmiah Nama : Marina Batubara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. WARU KALTIM PALANTATION (WKP) KEC. WARU KAB. PENAJAM PASER UTARA PROVINSI. KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. WARU KALTIM PALANTATION (WKP) KEC. WARU KAB. PENAJAM PASER UTARA PROVINSI. KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. WARU KALTIM PALANTATION (WKP) KEC. WARU KAB. PENAJAM PASER UTARA PROVINSI. KALIMANTAN TIMUR Oleh ALFONSIUS BIN SIMON NIM: 100 500 130 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PT. SARI LEMBAH SUBUR. dibidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit, dengan komoditi utamanya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PT. SARI LEMBAH SUBUR. dibidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit, dengan komoditi utamanya 15 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PT. SARI LEMBAH SUBUR A. Sejarah Singkat PT. Sari Lembah Subur PT Sari lembah subur adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun. No.79, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit I. PENDAHULUAN I.I Latar belakang Pengalaman Praktek Kerja Mahasiswa (PKPM) merupakan salah satu kegiatan yang bergerak dalam bidang pendidikan pada Program Akademik Di Politeknik Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara I adalah suatu perkebunan Negara yang berorientasi di bidang perkebunan dan pengolahan. Perkebunan kelapa sawit di PT. Perkebunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

Oleh: SUSI SUGIARTI NIM

Oleh: SUSI SUGIARTI NIM i LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN, BUKIT PERMATA MILL DESA BUKIT PERMATA KECAMATAN KAUBUN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: SUSI SUGIARTI NIM.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkerbunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR. Oleh : GUSLI NIM.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR. Oleh : GUSLI NIM. i LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR Oleh : GUSLI NIM. 090 500 083 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan baku yang berkualitas akan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat bervariasi dari satu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MESTIKA Y. D. OPPUSUNGGU

TUGAS AKHIR MESTIKA Y. D. OPPUSUNGGU PENENTUAN KADAR MINYAK BRONDOLAN BUAH SAWIT PADA KEADAAN MENTAH, AGAK MATANG, MATANG, DAN LEWAT MATANG DI PTP. NUSANTARA III PKS ( PABRIK KELAPA SAWIT ) SEI MANGKEI TUGAS AKHIR MESTIKA Y. D. OPPUSUNGGU

Lebih terperinci

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 i LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN BUKIT PERMATA MILL DESA BUKIT PERMATA KECAMATAN KAUBUN KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: RUSLINDA PRATIWI NIM. 120500103 PROGRAM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR. 57 LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR Oleh ANING PUTRI NURHIDAYAT NIM.130 500 117 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. TELEN PRIMA SAWIT DESA BATU BALAI KECAMATA MUARA BENGKAL KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. TELEN PRIMA SAWIT DESA BATU BALAI KECAMATA MUARA BENGKAL KALIMANTAN TIMUR. LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. TELEN PRIMA SAWIT DESA BATU BALAI KECAMATA MUARA BENGKAL KALIMANTAN TIMUR Oleh : Amir Hamzah NIM. 110 5000 74 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARHR PT. PERKEBNAN NSANTARA III NTK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODKSI Krismas Aditya Harjanto Sinaga 1, Baju Bawono 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Unsur kesesuaian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh SYAIBUL KHAIR NIM.130500136 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Undang-Undang Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Undang-Undang Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan dewasa ini, telah mendorong kita untuk berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan Era industrialisasi. Proses industrialisasi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN PENGARUH PROSES PENGOLAHAN TERHADAP MUTU CRUDE PALM OIL (CPO) YANG DIHASILKAN DI PTPN IV PKS ADOLINA PERBAUNGAN-MEDAN TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN 052409076 PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Profil Perusahaan 2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Kebun unit Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926 dengan nama NV Cultuur Maatschappy Onderneming

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek agroindustri perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat bagus, hal ini bisa dilihat dari semakin luasnya lahan tanam yang ada. Luas lahan yang sudah ditanami

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. SASANA YUDHA BAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. SASANA YUDHA BAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. SASANA YUDHA BAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh : SINTA BELA NIM. 130 500 134 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga

Lebih terperinci

( PERSERO ) PULU RAJA KARYA ILMIAH JUMIRAH PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

( PERSERO ) PULU RAJA KARYA ILMIAH JUMIRAH PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA PENGARUH WAKTU PEREBUSAN TERHADAP % KADAR KEHILANGAN MINYAK ( LOSSES ) PADA MINYAK KELAPA SAWIT PADA AIR REBUSAN DENGAN SISTEM PEREBUSAN TIGA PUNCAK (TRIPLE PEAK) DI PTP NUSANTARA IV ( PERSERO ) PULU RAJA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. REA KALTIM PLANTATION KECAMATAN KEMBANG JANGGUT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. Oleh JUMIATI NIM

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. REA KALTIM PLANTATION KECAMATAN KEMBANG JANGGUT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. Oleh JUMIATI NIM i LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. REA KALTIM PLANTATION KECAMATAN KEMBANG JANGGUT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh JUMIATI NIM060500101 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Profil Perusahaan PTPN V (Persero) PT Perkebunan Nusantara V (Persero ) merupakan BUMN Perkebunan yang didirikan tanggal 11 Maret 1996

Lebih terperinci