BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup tinggi seperti serat, zat besi dan antosianin serta asam amino

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup tinggi seperti serat, zat besi dan antosianin serta asam amino"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi hitam (Oryza sativa L)merupakan padi yang memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi seperti serat, zat besi dan antosianin serta asam amino (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2006). Ekstrak methanol beras hitam yang kaya antosianin telah diidentifikasi mengandung cyanidin-3- glucoside dan peonidin-3-glucoside dan dilaporkan dapat memperbaiki profil lipid pada tikus yang defisien apolipoprotein E dengan cara menurunkan kadar trigliserida, total kolesterol dan kolesterol non-hdl (Xia et al., 2006). Tingginya manfaat pada padi hitam tidak sebanding dengan ketersediaannya yang rendah dipasaran.hal ini dikarenakan masa tanam padi hitam yang relatif lebih lama dibandingkan dengan masa tanam padi putih, sehingga petani kurang tertarik untuk membudidayakan. Salah satu cara untuk memperpendek masa tanam padi hitam adalah dengan rekayasa genetika, yaitu menyisipkan gen pembungaan Hd3a.Pembungaan adalah salah satu fase penting dalam siklus hidup tanaman untuk menghasilkan bunga, buah, dan biji. Pembungaan ini akan dipengaruhi oleh kondisi eksogen (suhu, cahaya, curah hujan, dll) maupun kondisi endogen (hormon, gen, dll) (Imaizumi and Kay, 2006). Padi merupakan tanaman yang banyak dijadikan model untuk mempelajari regulasi waktu pembungaan pada tanaman hari pendek (Yano et al., 2000), sedangkan Arabidopsis thalianabanyak digunakan sebagai model untuk tanaman hari panjang. Terdapat 3 gen kunci pembungaan pada jalur genetik 1

2 terkait dengan fotoperiode yang telah diisolasi, yaitu: OsGI (O. sativagigantea), ortholog dari Arabidopsis GI; Hd1 (Heading date 1), ortholog dari Arabidopsis CO (CONSTANS); dan Hd3a (Heading date 3a), ortholog dari ArabidopsisFT (FLOWERING LOCUST). Di bawah kondisi hari panjang. Regulasi ini bersifat positif pada Arabidopsis tetapi bersifat negatif pada padi (Hayama et al., 2003; Izawa, 2003; Tsuji et al., 2008). Hd3a diidentifikasi melalui Quantitative Trait Loci (QTL), yang menunjukan bahwa induksi pembungaan pada padi dibawah kondisi hari pendek (Yamamoto et al., 1998; Monna et al., 2002).Saat ini Hd3adan RFT1 (Rice Flowring Locus T1) telah diketahui sebagai sinyal pembungaan yang mobile pada padi yang tumbuh dibawah kondisi hari pendek dan hari panjang (Tamaki et al., 2007; Komiya et al., 2009).Penelitian sebelumnya pada padi hitam lokal selama transisi dari fase vegetatif ke fase reproduktif dibawah kondisi alami negara tropis (Susila, 2012), menunjukkan keterlibatan Hd3a dalam transisi pembungaan.oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai transformasi genetik gen Hd3a pada padi hitam agar dapat berbunga lebih awaluntuk peningkatan produktivitasnya. Pada penelitian ini dilakukan transformasi secara tidak langsung yaitu menyisipkan konstrak rolc::hd3a-agrobacterium tumefaciens pada kalus padi hitam. Penelitian yang dilakukan oleh Tamaki et al. (2007), menunjukan tanaman padi kultivarjaponica yang mengekspresikan Hd3a dibawah kontrol promoter rolc menginisiasi fenotip pembungaan lebih awal. Promoter rolc merupakan promoter spesifik yang dapat mengekspresikan gen pada jaringan pengangkut. 2

3 Ekspresi Hd3adibawah kontrol promoter rolc diharapkan mampu mempercepat pembungaan pada padi hitam untuk meningkatkan produktivitas padi. Pada penelitian ini digunakan 4 varietas padi hitam yang berbeda terkait dengan tempat asal penanamannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respon eksplan (bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan tanaman) terhadap embriogenesis sel. Eksplan padi yang digunakan yaitu bijipadi hitampakem, biji padi hitamkulon Progo, biji padi hitamindmira dan biji padi hitam Sleman.Sebelum proses transformasi dilakukan, perlu adanya optimasi medium untuk proses penumbuhan kalus. Medium yang digunakan yaitu medium MS dan N6. Hal ini dilakukan untuk menentukan medium yang tepat dalam kultur kalus padi hitam. Kalus dengan pertumbuhan yang terbaik akan ditransformasi dengan gen Hd3a padaagrobacterium tumefaciens. Pada tahapan kultur jaringan yang paling penting adalah menumbuhkan sel kalus dalam sebuah medium. Medium yang sering digunakan untuk kultur jaringan tanaman adalah medium Murashige dan Skoog (MS) dan Medium N6 (Chu medium). Suryowinoto (1996) menyebutkan bahwa medium MS memiliki unsur-unsur dan persenyawaan yang lebih lengkap dibandingkan dengan medium yang lain. Sedangkan medium N6 telah diformulasikan khusus untuk sel, jaringan dan organ tanaman serealia (padi).medium N6 memiliki kandungan unsur nitrogen yang tinggi yang berperan dalam metabolisme sel. Pada dasarnya dua medium ini baik untuk menumbuhkan sel kalus dalam proses kultur jaringan tanaman akan tetapi perlu adanya seleksi medium terlebih dahulu sebelum 3

4 melakukan proses transformasi. Proses transformasi dilakukan dengan menyisipkan gen of interest yang berperan dalam proses pembungaan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut. 1. Apakah terdapat perbedaan respon pertumbuhan kalus padi hitam pada medium MS dan N6? 2. Apakah pertumbuhan kalus kalus padi hitampakem, padi hitam Kulon Progo, padi hitam Indmira, padi hitam Sleman yang berasal dari empat daerah menggunakan medium pertumbuhan optimal memberikan respon pertumbuhan yang berbeda? 3. Apakah gen Hd3a berhasil ditransformasi sel Agrobacterium tumefaciens ke sel kalus padi hitam? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalahuntuk: 1. Mengetahui respon pertumbuhan kalus biji padi hitam apabila ditanam di medium MSdan N6. 2. Mempelajaripertumbuhan kalus padi hitampakem, padi hitam Kulon Progo, padi hitam Indmira, padi hitam Sleman yang berasal dari tempat yang berbeda saat menggunakan medium pertumbuhan optimal. 3. Menganalisis keberhasilan transformasi gen Hd3apada Agrobacterium tumefaciens ke sel kalus padi hitam. 4

5 D. Manfaat Penelitian Apabila penelitian ini berhasil, diperoleh padi hitam yang cepat berbunga, makamemiliki masa tanam yang lebih cepat dibandingkan dengan tanaman padi hitam normal.padi hitam yang cepat berbunga dapat digunakan sebagai kultivar unggul untuk sumber eksplan dalam mikropropagasi tanaman padi. E. Keaslian Penelitian Penelitian terkait transformasi gen Hd3a sebelumnya sudah berhasil dilakukan pada tanaman kentang Solanum tuberosum L. oleh Maulani (2015) serta pada tanaman jarak Jatropha curcas oleh Kajikawaetal. (2009). Sedangkan pada penelitian lainnya oleh Yuliani (2014) hanya melihat pola ekspresinya dari gen Hd3apada padi hitam Cempo Ireng. Sehingga yang membedakan keaslian penelitian ini dengan penelitian yang lainnya adalah proses transformasi gen Hd3a kedalam jenis tanaman padi hitam Pakem, padi hitamkulon Progo, padi hitamindmira, dan padi hitamsleman. 5

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Padi Hitam (Oryza satival.) Oryza sativa atau padi merupakan tanaman pangan yang menjadi kebutuhan pokok utama bagi sebagian besar masyarakat didunia terutama di Asia.Budidaya padi telah berkembang sejak ratusan abad yang lalu dengan cara domestifikasi spesies lokal (Datta and Chaturvedi, 2003). Genus Oryza ini diketahui memiliki aksesi padi dari 22 spesies yang terdapat di IRRI (International Rice Research Institute) (Jackson and Lettington, 2003).Masyarakat Zhejiang (Cina) sudah mulai membudidayakan padi sekitar 3000 tahun SM. Tanaman ini mulai menyebar kenegara-negara Asia bagian Timur seperti Jepang, Korea, Filiphina, Indonesia, Malaysia, dan negara-negara yang terletak didaratan India (Silitonga, 2004). Padi merupakan tanaman semusim yang tergolong rumput-rumputan dengan batang berongga dan beruas (Moldenhauer et al., 2013). 1. Klasifikasi Oryza sativa Oryza sativadapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Division Class Order Family Genus : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Poales : Poaceae : Oryza Spesies : Oryza sativa L. (Backer and Brink, 1968) 6

7 2. Morfologi Padi Padi memiliki beberapa varian diantaranya padi putih (berbulir putih), padi merah (berbulir merah) dan padi hitam (berbulir hitam).padihitam varietas lokal banyak dibudidayakan di Pulau Jawa, yakni di Solo, Yogyakarta dan Cibeusi Subang. Di Solo padi hitam dikenal dengan nama Beras Wulung, di Sleman Yogyakarta dikenal dengan nama Cempo Ireng dan di Cibeusi Subang dikenal dengannama Beras Gadog. Padi hitam kultivar Cempo Ireng merupakan padi lokal didaerah Sleman. Padi Cempo Ireng yang ditanam di Daerah Pakem Sleman ini memiliki morfologi yaitu batang beruas ruas, denganlebar daun 1,5 cm, panjang daun sekitar 80 cm, daun berwarna hijau tua, tinggi batang lebih dari 129 cm, dan bulir padi berwarna hitam pekat, dan bentuk bulir agak bulat lonjong dengan sisi ujung oval (Kristiamtini et al., 2012). Padi hitamtelah dikenal sejak jaman kerajaan kuno jawa.pada zaman tersebut hanya keluarga raja yang diperbolehkan mengkonsumsi beras hitam ini.di Cina beras hitam juga telah banyak digunakan sebagai obat karena berkhasiat terhadap kesehatan dan diyakini dapat memberikan umur panjang.saat ini banyakpenelitian terhadap padi hitam mengenai kandungan gizi yang terdapat didalamnya.keistimewaan dari beras hitam selain rasanya yang enak, pulen dan wangi juga memiliki kandungan mineral, vitamin dan antosianin yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan padi lainnya, sehingga sangat baik untuk kesehatan (Kristamtini, 2004). 7

8 B. Kalus Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphous yang terbentuk dari sel jaringan yang membelah secara terus menerus (Indrianto, 2003). Sel penyusun kalus adalah sel parenkim yang mempunyai ikatan yang renggang antar sel satu dengan sel yang lain. Kultur kalus bertujuan untuk memperoleh kalus dari eksplan yang diisolasi dan ditumbuhkan dalam lingkungan terkendali. Kalus diharapkan memperbanyak diri (massa selnya) secara terus menerus. Kalus dapat dihasilkan dari kultur organ, dengan diberi zat pengatur tumbuh (ZPT)auksin atau sitokinin didalam medium kultur. Akan tetapi untuk eksplan yang memilik sel kambium dapat membentuk kalus tanpa diberi ZPT.Induksi kalus merupakan tahapan awal pada embriogenesis secara tidak langsung (Indrianto, 2003). Menurut Suryowinoto (1996), kalus merupakan salah satu wujud dediferensiasi, yaitu reversi sel hidup yang telah terdiferensiasi menjadi tidak terdiferensiasi lagi, atau dengan kata lain, menjadi meristematik kembali.beberapa kalus bertekstur keras dan kompak, sementara beberapa lainnya sangat mudah remuk menjadi remah-remahan kecil.pertumbuhan kalus yang rapuh dan mudah remuk disebut kalus friabel (Doods dan Roberts, 1983). Struktur kalus dari berbagai varietas padi berbeda-beda tergantung pada komposisi medium yang digunakan. Biasanya struktur kalus menggambarkan daya regenerasinya membentuk tunas dan akar. Kalus yang friable biasanya mempunyai kemampuan lebih tinggi untuk membentuk tunas daripada kalus yang bersifat kompak dan berwarna coklat-kehitaman (Gunawan, 1992). Media yang digunakan untuk memacu regenerasi kalus akan sangat menentukan pertumbuhan 8

9 selnya. Keseimbangan nutrisi dalam media tumbuh sangat mempengaruhi pertumbuhan kalus maupun diferensiasinya membentuk tunas.morfogenesis eksplan tergantung kepada keseimbangan ZPT auksin dan sitokinin yang digunakan didalam mediumpertumbuhan (Wattimena, 1987). C. Medium 1. Medium MS Medium yang sering digunakan untuk sebagian besar spesies tanaman dikotil maupun monokotil adalah medium Murashige dan Skoog (MS) (Dixon, 1985). Suryowinoto (1996) menyebutkan bahwa medium MS memiliki unsurunsur dan persenyawaan yang lebih lengkap dibandingkan dengan medium yang lain. Medium MS mempunyai keistimewaan yaitu memiliki kandungan mikronutrien yang tinggi. Staba (1988) menambahkan bahwa umumnya mineralmineral dalam mediumms dapat mendukung pertumbuhan sel tanaman dalam kulturin vitro. Komposisi unsur yang terkandung didalam medium MS diketahui sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan sel eksplan atau sel kalus untuk dapat diinduksi menjadi suatu planlet yang diharapkan.didalam medium MS sendiri terdapat 6 elemen makronutrien, yaitu nitrogen, kalsium, magnesium, kalium, belerang dan fosfor.unsur mikronutrien yang dibutuhkan terdapat dalam 7 jenis, yaitu tembaga, seng, mangan, boron, molibdat, khor dan besi.jumlah mikro nutrient ini disesuaikan dengan kebutuhan eksplan.selain itu, faktor sepertivitamin yang digunakan juga menjadi penentu keberhasilan dalam 9

10 perbanyakan secara in vitro (Staba, 1988).Komposisi medium MS disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Komposisi Medium MS. Komposisi Medium milligram/liter KNO 3 1,900 NH 4NO 3 1,650 CaCl 2.2H 2O 440 MgSO 4.7H 2O 370 KH 2PO Na 2-EDTA 37.3 FeSO 4.7H 2O 27.8 MnSO 4.4H 2O 22.3 ZnSO 4.7H 2O 8.6 H 3BO KL 0.83 Na 2MoO 4.2H 2O 0.25 CuSO 4.5H 2O CoCl 2.6H 2O TOTAL (Wako-chem, 2016) 2. Medium N6 Medium N6 telah diformulasikan khusus untuk sel, jaringan dan organ tanaman serealia khususnya padi. Medium N6 diketahui memiliki unsur nitrogen yang cukup tinggi dibandingkan dengan medium lainnya. Nitrogen merupakan salah satu unsur yang berperan penting dalam memacu morfogenesis secara invitro. Menurut Ammirato (1983) bentuk nitrogen reduksi dan beberapa asam amino seperti glutamin dan casein hidrolisat, sangat penting untuk inisiasi dan perkembangan embrio somatik. Penambahan asam amino dapat merangsang terjadinya komunikasi diantara sel dan jaringan pada organ multiselular (Vesco dan Guerra, 2001). Potasium nitrat berperan sebagai penyedia nitrat.glisin berperan sebagai penyedia asam amino.kemasan didalam medium ini tidak 10

11 mengandung Sukrosa dan Agar (Chu et al., 1978).Komposisi mediumn6 disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut. Tabel 2. Komposisi Medium N6. Komposisi Medium milligram/liter KNO 3 2,830 (NH 4) 2SO CaCl 2.2H 2O 166 MgSO 4.7H 2O 185 KH 2PO Na 2-EDTA FeSO 4.7H 2O MnSO 4.4H 2O 4.4 ZnSO 4.7H 2O 1.5 H 3BO KL 0.8 TOTAL (Wako-chem-Chu, 2016) Medium sangat rentan sekali terhadap kontaminasi. Untuk itu semua proses pembuatan medium harus dilakukan secara aseptis (George & Sherrington, 1984). Medium yang telah dibuat dan telah dimasukkan kedalam botol kultur dapat disterilisasikan menggunakan autoclave pada temperatur 121 C, tekanan 15 psi selama 15 menit. Kemudian medium dapat disimpan dalam temperatur 4-20 C (Salle, 1961). 3. Zat Pengatur Tumbuh 2,4-D Zat pengatur tumbuh merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan embriogenesis somatik, seperti auksin dan sitokinin (Gamborg dan Philips, 1995). Auksin merupakan hormon yang sangat berperan dalam berbagai proses perkembangan tumbuhan, seperti pembelahan dan pemanjangan sel, diferensiasi sel dan inisiasi pembentukan akar lateral, pembesaran sel, dominansi 11

12 apikal, perkembangan pembuluh (jaringan pengangkut), perkembangan aksis embrio, tropisme, serta perkembangan embrio (Friml et al., 2002). Promotor dediferensiasi yang banyak digunakan dalam penelitian kultur in vitro yaitu ZPT golongan auksin (sintetik maupun alami). Auksin yang sering digunakan yaitu 2,4- D, 3,5-T, picloram, dan NAA (Salisbury and Ross, 1995). Penggunaan ZPT auksin dengan konsentrasi rendah 1-10 mg/l pada tanaman jenis monokotil berperan dalam menghambat proses diferensiasi sel sehingga pembentukan organ dapat dihambat dan hanya menghasilkan kalus(shinoyama et al., 2004). Gambar 1. merupakan rumus kima dari golongan auksin sintetis, yaitu 2,4-D : Gambar 1. Struktur Kimia 2,4-D (Das et al., 2001) D. Transformasi Gen Hd3a 1. PromoterrolC Tumbuhan mempunyai suatu jaringan vaskular yang menghubungkan antara jaringan dengan transport mikronutrein maupun makronutrien sehingga dapat berjalan dengan baik (Mezzit and Lucas, 1996; Golecki et al., 1999; Ishiwatari et al., 1998; Thompson and Schulz, 1999). Terdapat 2 macam jaringan vaskular pada tumbuhan yang berperan penting dalam transport materi diantaranya adalah floem dan xilem. Floem berperan dalam perjalanan materi organik untuk 12

13 diedarkan keseluruh bagian sel tumbuhan, sedangkan xilem berperan untuk transport air dan hara yang berasal dari dalam tanah menuju ketempat fotosintesis didalan tubuh tumbuhan.selain itu, xilem juga berfungsi sebagai struktur pendukung dan penguat tubuh tumbuhan (Aloni, 1989; Turgeon, 1996). Beberapa gen dari T-DNA yang dieskpresikan secara spesifik pada jaringan tumbuhan tertentu membutuhkan promoter yang juga bersifat spesifik. Salah satu promoter spesifik adalah promoter rolc. Promoter rolcakan terekspresi pada phloem companion cell. rolcdilaporkan mampu menginduksi pembungaan secara cepat pada Arabidopsis (Tamaki et al., 2007). Skema promoter rolc pada T-DNA dapat dilihat pada gambar 2. (Anggraini, 2012) Gambar 2. Skema T-DNA yang menunjukan posisi primer dan daerah yang diamplifikasi dengan primer spesifik gen pemicu pembungaan dan antibiotic selectable marker. A. Primer gen Hd3a; B. Primer gen HPT. 13

14 2. Gen Hd3a Gen Hd3a adalah salah satu gen yang berhubungan dengan waktu pembungaan. Gen Hd3a yang berasal dari padi telah diisolasi oleh Tamaki et al. (2007) yang menyandi aktivator utama pada proses pembungaan pada padi dalam kondisi hari pendek (Kojima et al., 2002; Tamaki et al., 2007). Selain gen Hd3a, pada Arabidopsis thalianaorthologflowering Locus T (FT) berperan memacu pembungaan pada tanaman hari panjang (Gambar 3). Gambar 3. Skema gen penyandi pembungaan pada tanaman hari panjang dan hari pendek (Komiya et al., 2009). Terdapat 3 gen yang merupakan gen kunci pembungaan pada jalur genetik yang berkaitan dengan fotoperiode telah diisolasi, yaitu :OsGI (O. sativagigantea), yang merupakan ortholog dari ArabidopsisGI;Hd1 (Heading date 1), yang merupakan otholog dari Arabidopsis CO (CONSTANS); dan Hd3a (heading date 3a), yang merupakan ortholog dari ArabidopsisFT (FLOWERING 14

15 LOCUS T). Di bawah kondisi hari panjang, regulasi ini bersifat positif pada Arabidopsis tetapi bersifat negatif pada padi (Hayama et al., 2003; Izawa, 2003; Tsuji et al., 2008).Berdasarkan percobaan, overekspresihd3adan FT menyebabkan pembungaan lebih awal pada padi dan Arabidopsis thaliana(kojima et al., 2002).Gambar 4 menunjukan peta vector plasmid P2K1 dengan promoter rolc yang digunakan dalam penelitian ini. Hind III Kpn I Kpn I Xba I Spe I Rol C Hd3a GFP 988bp 370bp 1220bp Hg/Km r P2K1 Binary Vector 6000bp Gambar 4.Peta vektor plasmid P2K1-Binary Vector dengan promotor RolC.Vektor plasmid P2K1 Binary vector mempunyai panjang berkisar 6kb (Tamaki et al., 2007) E. Agrobacterium tumefaciens sebagai mediator transformasi genetik. Transformasi genetik merupakan perubahan genetik karena adanya DNA asing yang masuk dan terintegrasi di dalam kromosom sel (hidup) inang. Transformasi genetik pada tumbuhan dilakukan untuk mengintegrasikan gen ke dalam sel tumbuhan untuk menghasilkan tumbuhan baru yang mampu mengekspresikan gen tersebut. Pada awalnya teknik transformasi gen ke dalam tanaman didasari oleh penemuan bakteri tanah Agrobacterium tumefaciens. Bakteri ini merupakan fitopatogen tanah yang menyebabkan penyakit crown gall di dalam jaringan luka pada berbagai macam tanaman dikotil dan mempunyai 15

16 kemampuan untuk memindahkan DNA ke dalam sel tanaman (Gelvin, 1993; Old dan Primrose, 1989; Rossi et al., 1998; Heldt, 1999). Strain onkogenik Agrobacterium tumefaiens mengandung plasmid single copy yang berukuran besar ( kb) yang disebut Plasmid Ti (tumor inducing). Sebagian dari DNA plasmid ini yaitu T-DNA (transfer) dipindahkan ke dalam sel tanaman yang terluka dan disisipkan ke dalam genom tumbuhan, dan gen T-DNA yang berasal dari bakteri mampu diekspresikan pada sel tumbuhan inang. Gen yang disisipkan oleh Agrobacterium tumefaciens mengkode sintesis fitohormon auksin dan sitokinin, serta senyawa opin. Akibatnya jaringan yang terinfeksi akan mengalami proliferasi sel yang tidak terkendali dan menghasilkan jaringan tumor. Pada biakan jaringan, tumor ini dapat tumbuh terus menerus meskipun dalam media tidak dilakukan penambahan hormon auksin dan sitokinin, yang lazim digunakan untuk memacu pertumbuhan jaringan tumbuhan secara in vitro (Day dan Lichtenstein, 1992; Heldt, 1999). Teknik transformasi genetik dengan menggunakanagrobacterium tumefaciens merupakan teknik transformasi secara tidak langsung yang paling sering digunakan. Teknik ini mempunyai beberapa keunggulan seperti efisiensi transformasi dengan salinan gen tunggal lebih tinggi dan dapat dilakukan dengan peralatan laboratorium yang sederhana dan sisipan gen tunggal berpeluang lebih tinggi dibanding transformasi langsung, sehingga stabilitas ekspresi gen lebih tinggi (Dai et al., 2001; Syafitri, 2012). Transformasi tidak langsung juga memiliki kekurangan yaitu sekuen yang ditransfer kegenom target bersifat acak, dan terdapat kemungkinan yang ditransfer 16

17 bukan gen target. Secara alami Agrobacterium tumefacienshanya dapat menginfeksi tanaman dikotil, sehingga pada awalnya transformasi menggunakan Agrobacteriumtumefacienshanya terbatas pada tanaman dikotil.perkembangan penelitian dasar mengenai mekanisme infeksi Agrobacteriumtumefaciens telah memberikan pemahaman baru sehingga beberapa modifikasi metode transformasi dapat dilakukan untuk tanaman monokotil (Gelvin, 2003).Selain itu, beberapa penelitian mengenai penyisipan gen terhadap tanaman anggrek menggunakan Agrobacterium tumefaciensjuga telah banyak dilakukan. F. PCR (Polymerase Chain Reaction) Reaksi berantai polymerase Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu metode enzimatis untuk amplifikasi DNA secarain vitro.pcr pertama kali dikembangkan pada tahun 1985 oleh Kary B. Mullis.Amplifikasi DNA pada PCR dapat dicapai bila menggunakan primer oligonukleotida yang disebut amplimers.primer DNA adalah suatu sekuens oligonukleotida pendek yang berfungsi mengawali sintesis rantai DNA.PCR memungkinkan dilakukannya pelipatgandaan suatu fragmen DNA dan umumnya primer yang digunakan pada PCR terdiri dari nukleotida. DNA template (cetakan) yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan dan berasal dari sample. DNA polimerase merupakan enzim termostabil Taq dari bakteri termofilik Thermus aquaticus. Deoksiribonukleotida trifosfat (dntp) menempel pada ujung 3 primer ketika proses pemanjangan dan ion magnesium menstimulasi aktivasi polymerase(yusuf, 2010). 17

18 Menurut Yuwono (2005) ada tiga tahapan penting dalam proses PCR yang selalu terulang dalam siklus dan berlangsung dengan cepat: 1. Denaturasi Di dalam proses PCR, denaturasi awal dilakukan sebelum enzim taq polimerase ditambahkan ke dalam tube PCR 1,5 ml. Denaturasi DNA merupakan proses pembukaan DNA untai ganda menjadi DNA untai tunggal. Ini biasanya berlangsung sekitar 3 menit, 2. Annealing (penempelan primer) Annealing merupakan tahapan penempelan primer pada DNA target.kriteria yang umum digunakan untuk merancang primer yang baik adalah bahwa primer sebaiknya berukuran basa, mengandung 50 60% G+C dan untuk kedua primer tersebut sebaiknya sama. Waktu annealing yang biasa digunakan dalam PCR adalah detik. 3. Pemanjangan Primer (Extention) Selama tahap ini Taq polymerase memulai aktivitasnya memperpanjang DNA primer dari ujung 5 ke 3.Kecepatan polimerisasi nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu 72 o C diperkirakan nukleotida/detik, bergantung pada buffer, ph, konsentrasi garam dan molekul DNA target. Biasanya diakhir siklus PCR waktu yang digunakan untuk tahap ini diperpanjang sampai 5 menit sehingga seluruh produk PCR diharapkan terbentuk DNA untai ganda. Produk PCR dapat diidentifikasi melalui ukurannya dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa. Metode ini terdiri atas menginjeksi DNA ke dalam gel agarosa kemudian menggunakan aliran listrik band-band DNA akan berjalan dari 18

19 kutub negative ke kutub positif. Hasilnya untai DNA kecil pindah dengan cepat menjauhui sumuran. PCR memiliki keunggulan diantaranyakekhususan, efisiensi dan ketepatan.kekhususan PCR terletak pada kemampuannya mengamplifikasi sehingga menghasilkan produk melalui sejumlah siklus.akurasi yang tinggi dikarenakandna polymerase mampu menghindari kesalahan pada amplifikasi produk. Selain itu kelebihan lain metode PCR dapat diperoleh pelipatgandaan suatu fragmen DNA (110 bp, 5x10-9 mol) sebesar kali setelah dilakukan 20 siklus reaksi selama 220 menit. Reaksi ini dilakukan dengan menggunakan komponen dalam jumlah sangat sedikit, DNA cetakan yang diperlukan hanya sekitar 5 µg oligonukleotida yang diperlukan hanya sekitar 1 mm dari reaksi ini biasa dilakukan dalam volume ul (Mahardika, 2005). 19

20 BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESA A. Landasan Teori Saat ini penelitian mengenai padi hitam semakin banyak dilakukan guna meningkatkan produktivitas.beberapa diantaranya banyak membahas mengenai kandungan gizi dan kemampuan sebagai obat beberapa penyakit.namun beberapa kendala yang dihadapi saat ini yaitu ketersediaanya dalam memenuhi permintaan pasar yang masih dinilai sedikit.hal ini dikarenakan masa tanam padi hitam yang lebih lama dari padi putih yaitu memerlukan waktu sekitar 6-7 bulan. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Anggraeni (2012) yang berhasil mentransformasi konstrak rolc::hd3a-gfp kedalam plasmid Agrobacterium tumefaciens dan diketahui bahwa struktur T-DNA plasmid pembawa florigen Hd3a dibawah kontrol promoter rolc bersifat stabil dan dapat digunakan untuk perakitan tanaman transgenik. Perakitan tanaman transgenik dilakukan melalui kultur jaringan tumbuhan. Dalam metode kultur jaringan diperlukan adanya medium untuk mendukung pertumbuhan kalus. Menurut Syahid dan Hernani, (2001) Medium MS adalah medium yang biasa digunakan dalam kultur jaringan tumbuhan yang mengandung hormon 2,4-Dicholorophenoxyacetic (2,4-D). Hormon 2,4-D berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh (auksin) yang dapat menghambat proses deferensiasi sel pada eksplan tanaman didalam medium kultur. Selain itu, medium lain yang sering digunakan dalam kultur jaringan tumbuhan adalah medium N6 (Chu 20

21 medium). Medium N6merupakanmedium yang mengandung unsure Nitrogen yang cukup tinggi dan biasa digunakan untuk kultur jaringan tanaman serealia khususnyapadi. Penelitian oleh Tamaki et al. (2007) melaporkan bahwa penggunaan medium N6 menunjukan pertumbuhan kalus terbaik pada padi kultivar japoineca. Pertumbuhan kalus selain dipengaruhi oleh medium yang digunakan, juga dipengaruhi oleh genotip tanaman atau jenis kultivar. Proses transformasi penyisipan gen Hd3aakanberhasil apabila dilakukan dengan medium pertumbuhan kalus dan metode transformasi yang tepat. Setelah proses transformasi maka perlu adanya deteksi gen untuk mengkonfirmasi bahwa gen Hd3a sudah masuk dalam genom kalus. Proses deteksi gen dapat dilakukan secara molekular. Dalam penelitian ini, dilakukan optimasi medium yang tepat untuk pertumbuhan kalus padi hitam. Medium yang digunakan adalah medium MS dan medium N6. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan mampu mendapatkan medium yang optimum untuk pertumbuhan kalus padi cempo ireng dan evaluasi terhadap pertumbuhan kalus tiap-tiap eksplan dari kultivar yang berbeda.keberhasilan proses transformasi dilaporkan apabila gen Hd3atelah tersisipi pada genom kalus padi hitam transforman. 21

22 B. Hipotesis Berdasarkan acuan dan pustaka yang telah dipaparkan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Pertumbuhan kaluspadi hitam yang ditanam di medium N6 memberikan respon pertumbuhan lebih baik dari pada medium MS. 2. Pertumbuhan kalus berbagai macam eksplan padi hitam yang berasal dari tempat yang berbeda saat menggunakan medium pertumbuhan optimal memberikan respon yang berbeda. 3. Gen Hd3adapat dideteksi dalam genom kaluspadi hitam hasil transformasi. 22

23 BAB IV METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Genetika Bioteknologi gedung PAU Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini dilakukan dari Mei November 2015.Dana penelitian ini sepenuhnya didapatkan dari Dana Hibah Bersaing Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dengan Tema Hibah yaitu Peningkatan Produktivitas Padi Hitam untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional. B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Alat yang digunakan dalam pembuatan medium kultur in vitro tanaman padi hitam dan bakteri terdiri dari alat-alat gelas (petridish, erlenmeyer, gelas ukur, gelas beker, spatula), timbangan analitik (Shimadzu), hote plate (Thermoline), magnetic stirrer, mikropipet (Eppendorf Research), pipet tip,laminar Air Flow (LAF) (BioHazard-Protection), pipet tetes, microwave (Samsung), ph meter(metrohm) dan autoclave. Peralatan yang digunakan untuk kulturin vitro tanaman kalus adalah LAF, petridish, pinset, erlenmeyer, spatula, ruang inkubator dengan suhu ruang C. Peralatan yang digunakan untuk kultur bakteri adalah tabung reaksi, erlenmeyer, petridish, ose, mikropipet dan pipet tip. 23

24 Peralatan yang digunakan untuk isolasi DNA, PCR dan elektroforesis terdiri dari mikropipet (eppendorf research) dan pipet tip, mortal dan alu, tube eppendorf 1,5 ml, centrifuge(beckhman microfuge II), vortex, water bath (GFL 1083), mesin PCR/thermocyler (Applied Biosystem), elektroporesis kit (mupid 2 plus), uv-transilluminator (Vilber Lourmat),freezer -20 C (Sanyo). peralatan yang digunakan untuk pengamatan terdiri dari penggaris, dan kamera (Canon). 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi hitam berbagai varietas terkait dengan tempat penanamannya yaitu: padi hitam Pakem, padi hitam Kulon Progo, padi hitam Indmira, dan padi hitam Sleman (Gambar 5). Benih masing masing varietas ditransformasikan dengan Agrobacterium tumefacienspembawa plasmid rolc::hd3a-gfp a.n. Anggraeni Fakultas Biologi UGM (2012). Gambar 5.Morfologi luar biji padi hitam Pakem, padi hitam Kulon Progo, padi hitam, Indmira dan padi hitam Sleman. Bahan yang digunakan untuk medium kultur in vitro terdiri dari bahan kimia komponen medium N6 pack (Wako), MS mix pack (wako), N6 vitamin, 24

25 sukrosa(sigma), prolin (Sigma), MS vitamin, Km vitamin, hormon 2,4-D, agarosa (sigma), NaCl dan KOH, alumunium foil, parafilm dan aquades. Bahan yang digunakan untuk isolasi kalus padi hitam yaitu larutan bleach 5,25% (Bayclean), ethanol 70%, dan aquades. Bahan yang digunakan untuk skrining tanaman digunakan aquades, asitosiryngon, dan claforan. Bahan yang digunakan untuk isolasi DNA adalah CTAB 10%, kloroform, isopropanol, ethanol 70 %, ethanol absolute, dan larutan TE. Bahan yang digunakan untuk PCR terdiri dari dntp mix (takara),taq DNA polymerase(takara), 10x reaction buffer (takara), aquades, dan primer untuk mendeteksihd3a yaitu Hd3a-F (GCTCACTATCCATCCAGCATG), Hd3a-R (CCTTGCTCAGCTATTTAATTGCATAA), serta primer untuk mendeteksi Hpt yaitu Higromisin-F (GAGCCTGACCTATTGCATCTCC) dan Higromisin-R (GGCCTCCAGAAGAAGATGTTGG). Bahan yang digunakan untuk elektroforesis terdiri dari DNA sampel, loading dye, TBE (Tris base, Boric acid, Na-EDTA) (vivantis), Ethidium bromide (etbr), Agarosa (SIGMA). C. Cara Kerja 1. Pembuatan Medium a. Medium N6 Pembuatan medium1 Liter,N6 powder sebanyak 1 pack (4 gr) dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 1000 ml yang telah berisi 200 ml akuades. Kemudian ditambahkan 1 ml N6 vitamin, 30 gr sukrosa, hormon 2,4-D sebanyak 100 µl, dan prolin 2,88 gr lalu digojog pelan sampai semua bahan homogen. 25

26 Setelah larutan homogen, ditambahkan akuades sampai volume larutan sebanyak 1 liter.kemudian larutan medium dibagi menjadi ml kedalam erlenmeyer 250 ml. Selanjutnya tiap-tiap larutan medium dilakukan pengukuran ph dengan menggunakan ph meter dengan range ph 5,6-5,8. Tahap terakhir yaitu dilakukan penambahan agarosa (0,8%) yaitu masing-masing erlenmeyer ditambahkan sebanyak 1,6 gr agarosa dan dipanaskan kedalam microwave selama 2 menit untuk melarutkan agar tersebut. Setelah semua bahan homogen medium ditutup rapat dan disterilisasi dengan menggunakan autoclavepada suhu 121 C selama 15 menit. b. Medium MS Pembuatan medium MS sebanyak 1 L, pertama-tama MS mix 1 pack (4 gr) dilarutkan kedalam akuades 200 ml. Kemudian ditambahkan sukrosa sebanyak 20 gr, Km vitamin 10 ml dan hormon 2,4-D (0,4 mg/ml) sebanyak 10 ml. Lalu digojog pelan hingga semua bahan homogen.selanjutnya tambahkan akuades hinga volume larutan 1 liter. Larutan medium dibagi menjadi 5 bagian kedalam erlenmeyer ml, untuk selanjutnya dilakukan pengukuran ph dengan range ph berkisar 5,6-5,8. Kemudian masing-masing medium ditambahkan agarosa sebanyak 1,6 gr (untuk volume 200 ml) dan dipanaskan kedalam microwave selama 2 menit untuk melarutkan agarosenya. Setelah agar larut, medium ditutup rapat dan disterilisasi selama 15 menit pada tekanan 15 psi dengan menggunakan autoclave. 26

27 c. Medium MSL MS powder 1 pack (4 gr) dilarutkan dalam erlenmeyer 1000 ml yang berisi akuades 200 ml. Selanjutnya ditambahkan MS vitamin 1 ml dan sukrosa sebanyak 30 gr lalu digojog hingga semua bahan larut. Kemudian ditambah akuades hingga volume larutan 1 L dan diatur ph larutan sampai kisaran 5,7-5,8. Setelah ph sesuai larutan dibagi menjadi ml kedalam erlenmeyer 250 ml.masing-masing medium disterilisasi menggunakan autoclave selama 15 menit pada tekanan 15 psi. d. Medium N6CO N6 powder 1 pack (4 gr) dilarutkan kedalam erlenmeyer 1000 ml yang berisi 200 ml akuades. Kemudian secara bertahap dimasukan Fe EDTA 2mL, MS vitamin 1 ml, sukcrosa 30 gr, dan glukosa 10 gr lalu digojog pelan hingga semua bahan larut. Selanjutnya ditambahkan akuades sampai volume larutan menjadi 1 L. ph larutan diatur dengan kisaran 5,7. Setelah ph sesuai, larutan dibagi menjadi ml kedalam erlenmeyer 250 ml. Pada tahapan terakhir ditambahkan agarosa sebanyak 0,6% atau 1,2 gr untuk medium volume 200 ml. Medium lalu dipanaskan selama 5 menit untuk melarutkan media agar. Kemudian masing-masing medium ditutup dengan alumunium foil dan di sterilisasi selama 15 menit pada tekanan 15 psi. e. Medium Skrining I (MS2D) MS powder sebanyak 4 gr dilarutkan kedalam akuades sebanyak 200 ml didalam erlenmeyer 1000 ml. Kemudian ditambahkan Km vitamin 10 ml, 2,4-D 100 µl, dan sukrosa sebanyak 20 gr secara bertahap lalu digojog pelan hingga 27

28 semua bahan larut. Setelah itu, ditambahkan akuades hingga volume larutan 1 L dan diatu ph larutan dengan kisaran 5,7. Pada tahap terakhir ditambahkan agarosa sebanyak 0,9% dan disterilisasi pada autoclave selama 15 menit dengan tekanan 15 psi. f. Medium Skrining II Regenerasi (Re) Pada pembuatan mediumregenerasi(re)diambil R2 larutan stok makro sebanyak 50 ml, larutan stok mikro sebanyak 1 ml, FeEDTA 2 ml, dan MS vitamin sebanyak 1 ml dimasukan secara bertahap kedalam erlenmeyer 1000 ml yang telah berisi 200 ml akuades lalu digojog pelan. Selanjutnya ditambahkan sukrosa 30 gr, sorbitol 30 gr, dan Hygromysin (50 mg/l) kedalam larutan media lalu digojog pelan hingga semua bahan larut. Setelah semua bahan larut tambahkan akuades hingga volume larutan menjadi 1 L. ph larutan kemudian diatur dengan kisaran 5,8-6 dan ditambahkan agarosa (1%) yaitu sebanyak 10 gr lalu dipanaskan selama 10 menit untuk melarutkan agar. Setelah semua agar larut, bagi media menjadi 4 ml kedalam erlenmeyer 300 ml. Masingmasing erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan selanjutnya media disterilisasi dengan menggunakan autoclave selama 15 menit pada tekanan 15 psi. g. Medium LB Medium LB digunakan untuk isolasi koloni bakteri Agrobacterium tumefaciens.bahan media LB padatan instan untuk 200 ml dilarutkan kedalam akuades sebanyak 200 ml.selanjutnya media dipanaskan selama 10 menit untuk melarutkan agar. Kemudian media diautoclave selama 15 menit pada tekanan 15 psi. Setelah proses sterilisasi selesai tambahkan antibiotik kanamisin dan 28

29 higromisi 50 mg/l sebanyak 200 µl, selanjutnya media dituang pada masingmasing petridish dan ditunggu sampai menjendal. 2. Inisiasi Kalus Biji padi hitam Pakem, Kulon Progo, Indmira, dan Sleman dicuci dengan akuades steril selama 1 menit. Selanjutnya eksplan dimasukan kedalam larutan Na-Hipoklorit 5,25% dan digojog pelan selama 2 menit, lalu dicuci akuades steril selama 1 menit (pencucian dengan akuades steril dilakukan sebanyak 3 kali). Kemudian eskplan disterilisasi kembali dengan alkohol 70% selama 1 menit dan kembali dicuci akuades steril sebanyak 3 kali dengan lama waktu pencucian 1 menit. Eksplan biji padi dipindahkan kedalam petri steril yang telah dilapisi kertas saring.kertas saring berfungsi untuk mengeringkan eksplan dari sisa-sisa bahan pensterilan.selanjutnya eksplan yang telah kering ditanam pada medium N6. Inkubasi eksplan dilakukan didalam ruang inkubator dengan suhu ruang 25 C dengan adanya cahaya. 3. Proses Transformasi Sel Kalus melalui Agrobacterium tumefaciens Bakteri Agrobacterium tumefaciens ditumbuhkan pada medium LB plate secara tooth pick dan diinkubasi pada kondisi gelap selama 3 hari disuhu ruang.koloni bakteri yang telah didapatkan selanjutnya disuspensikan pada medium MSL sebanyak 20 ml. Kemudian diinkubasi sampai didapatkan OD medium optimum yaitu kisaran OD600 0,008-0,01. Pengukuran OD medium menggunakan spektrofotometer. Selanjutnya, kalus yang telah didapatkan dari kultur sebelumnya diinkubasi pada medium MSL cair dengan penambahan 29

30 asitosiringon sebanyak 20 µl selama 3 menit. Selanjutnya kalus diinkubasi pada medium N6CO selama 3 hari pada suhu 25 C dan kondisi gelap. 4. Skrining I Sel kalus trasforman yang telah dikokultivasi selama 3 hari dikumpulkan kedalam falcon 50 ml yang berisi 40 ml akuades steril lalu digojog pelan sebagai media pencucian sel kalus transforman. Pada pencucian terakhir dilakukan penambahan klaforan (konsentrasi 100 mg/l).kemudian tabung digojog pelan lalu kalus transforman ditiriskan pada kertas saring. Kalus transforman yang telah bersih dari inokulum bakteri selanjutnya di tanam pada media MS2D dan diinkubasi pada suhu ruangan selama 4 minggu kondisi gelap. 5. Skrining II Setelah didapatkan kalus yang berwana kuning cerah pada proses skrining I, kalus tersebut ditransfer atau disubkultur pada media MS2D yang mengandung hygromycin 50 gr/l dan kanamisin 50 gr/l. Iinkubasi dibawah pencahayaan pada suhu ruangan selama 2 minggu. 6. Isolasi DNA genom kalus Kalus transforman padi hitam maupun kalus non transforman diambil sebanyak 200 mg digerus menggunakan mortar dan alu.kemudian untuk mempermudah penggerusan ditambahkan nitrogen cair. Penggerusan dilakukan hingga halus, kemudian ditambahkan 400 µl CTAB 10% dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 65 C. Kemudian ditambahkan 400µl CIAA lalu disentrifugasi rpm selama 5 menit. Sebanyak 400 µl supernatan diambil dan dipindahkan ke dalam tube 1,5 ml yang baru. Selanjutnya tambahkan 2-propanol dengan 30

31 perbandingan (1:1) lalu gojog perlahan dan disentrifugasi kembali rpm selama 1 menit.supernatan kemudian dibuang dan pelet ditambahkan larutanhight salt TE 100 µl dan diinkubasi 65 C selama 10 menit.setelah diikubasi tambahkan 800 µl Ethanol Absolute inkubasi kedalam -20 C selama 15 menit. Kemudian sample disentrifugasi rpm selama 10 menit. Pelet dicuci kembali dengan Ethanol 70% inkubasi pada suhu 4 C selama 5 menit. Selanjutnya sampel di sentrifugasi 12000rpm selama 5 menit.pelet kemudian dikering anginkan dan setelah kering disuspensikan dengan 30 µl TE. Untuk mengetahui keberadaan DNA genom kalus dapat dilakukan pengecekan dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa 1%, dan TBE 1x, voltase 50 volt selama 45 menit. 7. Deteksi keberadaan transgen rolc::hd3a-gfp pada genom padi hitam Metode deteksi untuk mengetahui apakah gen sisipan Hd3adan hpt telah berhasil ditransformasi kedalam genom tanaman dilakukan dengan menggunakan analisis PCR. PCR kit yang digunakan untuk analisis genom transforman maupun non transforman yaitu Kit Takara. Komposisi DNA template, dntp mix, ddh2o, Taq Polymerase dan Taq buffer 10x. Primer yang digunakan yaitu Hd3a (forward) dan Hd3a (reverse) untuk deteksi transgen Hd3a dan primer Higromisisn-F (forward) dan Higromisin-R (reverse) untuk deteksi gen penanda HPT.Komposisi reaksi PCR terlihat pada tabel 2 sebagai berikut: 31

32 Tabel 3. Komposisi Reaksi PCR Komponen Volume (µl) DNA template 1 10x taq Buffer 2 dntps 2 Primer Forward 1 Primer Reverse 1 Taq DNA polymerase 0,1 ddh 2O 12,9 Total 20 Amplifikasi dilakukan sebanyak 30 siklus dengan pengaturan suhu dan waktu tahapan predenaturasi 96 C selama 2 menit, denaturasi 94 C selama 30 detik, anneling 55 C selama 30 detik, elongasi pada suhu 72 C selama 1 menit, post elongasi pada suhu 72 C selama 2 menit, dan tahap akhir 4 C selama 3 menit. Sama halnya untuk amplifikasi HPT juga menggunakan kondisi yang sama.dna hasil amplifikasi diambil 5 µl untuk elektroforesis. Sebanyak 2 gram agarosa dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 100 ml TBE 1x, digojog sampai homogen.kemudian dipanaskan hingga larutan jernih. Larutan dibiarkan dingin sampai suhu kira-kira 65 C dan ditambahkan 5 µl ethidium bromide lalu digojog pelan hingga homogen. Kemudian dituang ke dalam cetakan gel, pasang sisir untuk membuat sumuran.sebanyak 5 µl DNA sample ditambah 1 µl Loading dye kemudian dihomogenisasi dan dimasukkan kedalam sumuran. Marker yang digunakan adalah takara (100 bp) sebanyak 3 µl.elektroda dihubungkan dengan power supply dengan voltage 50 volt selama 45 menit. Visualisasi dilakukan dengan menggunakan sinar UV dengan UV transiluminator. 32

33 8. Pengamatan Pertumbuhan Kalus. Pengamatan pertumbuhan kalus dilakukan dengan mengamati seberapa banyak biji padi hitam yang tumbuh pada medium MS dan N6. Penanaman biji dilakukan sebanyak 25 petri yang tiap petrinya ditanam 4 biji padi. Biji padi yang mengalami kontaminasi akan dieliminasi langsung. Hal ini dilakukan agar biji padi hitam lainnya tidak mengalami kontaminasi. Pengamatan pertumbuhan kalus dilakukan dengan menimbang kalus pada tiap petri setiap minggunya. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik. Hasil penimbangan dicatat didalam tabel. 33

34 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian transformasi gen Hd3a kedalam kalus padi hitam diuraikan dengan urutan sebagai berikut : 1) Respon pertumbuhan kalus terhadap medium yang digunakan. 2) Pertumbuhan kalus berbagai sampel padi hitam yaitu padi hitam Pakem, padi hitam Kulon Progo, padi hitam Indmira dan padi hitam Sleman terhadap medium optimal. 3) Pertumbuhan kalus yang berhasil tertansformasi gen Hd3a (transforman) pada medium seleksi serta keberadaan gen Hd3apada kalus transforman. A. Respon pertumbuhan kalus dari biji padi hitam yang ditanam di medium MS dan N6. Pada penelitian ini digunakan duamedium yaitu MS dan N6 yang memiliki komposisiseperti tertera pada tabel 3: Tabel 4. Komposisi Medium MS dan Medium N6 Medium MS (dalam 1 Liter) Medium N6 (dalam 1 Liter) MS Mix 1 pak Bubuk N6 1 pak Sukrosa 20 gram Sukrosa 30 gram KM Vitamin 10ml Proline 2.88 gram 2,4-D (20mg/ml) 100µl N6 Vitamin 1ml ph 5.8 2,4-D (20mg/ml) 100µl Agarose8 gram ph 5.8 Agarose 8 gram (Chu et al., 1978) Penggunaan medium MS dan medium N6 ditujukan untuk mengetahui medium yang memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan kalus padi hitam. Kedua medium ini merupakan medium siap saji(wako) sehingga diharapkan 34

35 Presentase Pertumbuhan akurasi komposisi yang digunakan cukup tinggi.berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan kalus biji padi hitampakem berbeda pertumbuhannyapada medium yang diujikan.respon pertumbuhan kalus dapat dilihat padagambar Minggu Ke- Medium MS MS Medium N6 2N6 Gambar 6. Persentase pertumbuhan kalus padi hitam Pakem pada Medium MS dan N6. Gambar 6 menunjukkan bahwa semua kalus padi hitam lebih cocok ditumbuhkan dimedium N6.Secara statistik terlihat bahwa perbedaan medium tanam berpengaruh secara nyata terhadap persentase pertumbuhan kalus (lampiran 1). Menurut Syahid dan Hernani, (2001) medium MSadalah medium yang biasa digunakan dalam kultur jaringan tumbuhan dan mengandung 2,4- Dicholorophenoxyacetic (2,4-D) yang merupakan pengatur tumbuh (auksin) berfungsi sebagai agen penghambat proses dediferensiasi sel pada eksplan. Sedangkan medium N6 adalah medium yang mengandung unsur Nitrogen (N) cukup tinggi sehingga biasa digunakan untuk kultur jaringan tanaman khususnya tanaman serealia(padi).berdasarkan data yang diperoleh, pertumbuhan kalus pada medium N6 menunjukan persentase lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan kalus pada medium MS. Hal ini mungkin dikarenakan berbagai 35

36 faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah perbedaankomposisibahan didalam masing-masing medium yang digunakan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini selanjutnya digunakan medium N6 untuk pembentukan kalus biji padi hitam Pakem, padi hitam Kulon Progo, padi hitam Indmira, danpadi hitam Sleman. Respon pembentukan kalus pada medium N6 lebih baik daripada medium MS.Hal ini dikarenakanadanya perbedaan jumlah sukrosa yang digunakan dalam penelitian ini. Medium MS menggunakan Sukrosa sebanyak 20gr, sedangkan pada medium N6 menggunakan 30gr.Seperti yang sudah diketahui bahwa fungsi sukrosa pada medium yaitu sebagai sumber karbon. Pada medium N6 memiliki sumber karbon yang lebih besar daripada medium MS. Sumber karbon digunakan sebagai sumber energi bagi eksplan untuk melakukan morfogenesis, dalam hal ini yaitu pertumbuhan kalus. Oleh karena itu, pertumbuhan kalus pada medium N6 lebih baik dari medium MS, dikarenakan sumber karbon pada medium N6 lebih besar daripada medium MS. Hal ini juga diperkuat pada penelitian Gaj (2001) yang menyatakan bahwa gula sebagai komponen utama selain hormon didalam medium kultur, yang berfungsi sebagai sumber energi. Selain itu, Najafi and Javed (2015) menyebutkan didalam penelitiannya bahwa sukrosa lebih baik digunakan dalam medium kultur sebagai penyuplai utama sumber karbon. Selain itu, pada medium N6 digunakan prolin sebagai unsur tambahan. Prolin merupakan asam amino kompleks yang berperan dalam metabolisme sel. Prolin merupakan salah satu penyuplai unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan sel (Szabados, 2009). 36

37 Presentase Pertumbuhan Presentase Pertumbuhan Pada medium N6, laju pertumbuhan kalus padi hitam Pakem pada minggu pertama menunjukkan respon pembentukan kalus sebesar 80%, sedangkan pada medium MS hanya sebesar 38 % (Gambar 7). Laju pertumbuhan kalus padamedium N6 pada minggu berikutnyamenunjukkan hasil yang lebih optimalmencapai hampir 90% (Gambar 7). % Pertumbuhan Kalus Biji Padi hitam pakem (SD=2.80%) Medium MS % Pertumbuhan Kalus Biji Padi hitam pakem (SD=4.40%) Medium 2N6 Minggu Ke- Minggu Ke- Gambar 7. Laju Pertumbuhan kalus padi hitampakem yang menggunakan medium berbeda MS dan N6. Gambar 7 menunjukan pertumbuhan kalus pada medium MS mengalami penurunan pada minggu ke-3 sampai minggu ke-4.penurunan pertumbuhan kalus tidak disebabkan oleh tidak meresponnya sel terhadap medium, tetapi disebabkan oleh kontaminasi bakteri. Maka dari itu, sebagaimana hasil yang ditunjukan pada Gambar 6, untuk penelitian tahap selanjutnya penanaman padi hitampakem, padi hitam Kulon Progo, padi hitam Indmira dan padi hitam Sleman hanya menggunakan medium N6. 37

38 persen pertumbuhan B. Pertumbuhan kalus dari eksplan padi hitam Pakem, padi hitamkulon Progo,padi hitam Indmiradan padi hitamsleman pada medium N6. 1. Persentase pertumbuhan kalus padi hitam Pakem, Kulon Progo, Indmira dan Sleman pada Medium N6. Pertumbuhan kalus merupakan fase awal dalam kultur jaringan tumbuhan untuk mendapatkan masa sel. Tiap eksplan (bagian dari tanaman yang dijadikan sampel untuk dikultur) yang digunakan memiliki respon pertumbuhan yang berbeda-beda dalam suatu medium kultur. Hal ini dikarenakan kemampuan eksplan menyerap nutrisi medium disekitarnya yang bebeda (Indrianto, 2003).Persentase pertumbuhan kalus pada medium N6 dapat terlihat pada Gambar Pertumbuhan Kalus Padi Hitam Pada Medium N6 Padi hitam Pakem Padi hitam Kulon Progo Padi hitam Petani Sleman Padi hitam Indmira Minggu Ke- Gambar 8. Pertumbuhan kalus padi hitamberbagai varietasmenggunakan Medium N6 Berdasarkan Gambar 8, dapat diketahui bahwa padi hitam Pakem memiliki persentase pertumbuhan kalus yang lebih tinggi dibandingkan varietas yang lain. Hal ini terlihat dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4 pada Gambar 8.Secara statistik hasil dari Gambar 8 tersebut, menyatakan bahwa perbedaan varietas padi 38

39 hitam berpengaruh terhadap persentase pertumbuhan kalus, sedangkan perbedaan waktu pengukuran tidak ada pengaruh terhadap persentase massa kalus (Lampiran 1). Kalus padi hitam Pakem menunjukkan respon pembentukan kalus secara terusmenerus pada tiap minggunya, sedangkan kalus padi hitam varietas lainnya, dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4 mengalami penurunan.penurunan tersebut disebabkan oleh adanya kontaminasi endogen pada eksplan yang menyebabkan kematian pada kalus secara cepat. Selain itu, perbedaan pertumbuhan pada varietas padi hitam ini dimungkinkan karena adanya perbedaan masa simpan dari biji padi hitam setelah masa panennya. Akibatnya tingkat viabilitas biji padi hitamakan berbeda pula. Sebagaimana menurut Ano (2013) benih padi dengan viabilitas rendah salah satunya di pengaruhi oleh masa simpan yang terlalu lama sehingga akan mengalami pertumbuhan yang tidak maksimal. Jika ditinjau dari proses sterilisasi biji padi hitam, untuk varietas padi hitam pakem dilakukan sterilisasi menggunakan alkohol 70% selama 1 menit (diulang 3x), dilanjutkan dengan sterilisasi menggunakan bleach selama 3 menit. sedangkan untuk varietas padi hitam Kulon Progo, Indmira dan Sleman, sterilisasi dilakukan lebih lama, yakni dilakukan selama 3 menit untuk alkohol 70% dan 7 menit bleach. Walaupun sudah dilakukan sterilisasi lebih lama, tetap saja kontaminan endogen masih besar. Hal ini yang menjadi penghambat pertumbuhan kalus dari ketiga varietas padi hitam tersebut. Gambar 9 menggambarkan laju pertumbuhan kalus dari keempat varietas padi hitam tersebut. 39

40 Pertumbuhan Kalus Biji Padi Hitam Pakem (SD=4.40%) % Minggu Medium 2N % Pertumbuhan Kalus Biji Padi Hitam Kulon Progo (SD=8.9%) Minggu Medium 2N6 Pertumbuhan Kalus Biji Padi Hitam Sleman (SD=0.00%) % Minggu Ke- Medium 2N6 % Pertumbuhan Kalus Biji Padi Hitam Indimira (SD=1,8) Minggu Ke- Medium 2N6 Gambar 9.Laju Pertumbuhan Kalus pada biji empatvarietas Padi Hitam Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan kalus padi hitam Sleman, padi hitamkulon Progo, dan padi hitam Indmira tidak mengalami kenaikan.hal ini dikarenakan ketika ketiga varietas tersebut diinduksi untuk menjadi kalus, kontaminan endogen yang ada di ketiga varietas padi tersebut lebih cepat perkembangannya dibandingkan dengan pertumbuhan kalus, sehingga hasilnya seolah-olah ketiga varietas padi tersebut kurang responsif terhadap medium N6. Akan tetapi kalus yang mampu tumbuh karena tidak terkontaminasi 40

41 Berat (Gram) menunjukan laju pertumbuhan yang baik, sehingga didapatkan kalus yang friable. Berbeda pada padi hitam Pakem mengalami kenaikan setelah minggu kedua dan stagnan di minggu keempat, hal ini dimungkinkan ketika padi hitam Pakem diinduksi untuk menjadi kalus, tidak ada kontaminan endogen yang terlihat perkembangannya, sehingga sebagian besar eksplan dapat menjadi kalusyang friable. 2. Pertumbuhan Massa Kaluspadi hitam Pakem, Kulon Progo, Sleman, dan Indmira. Pertumbuhan kalus tidak hanya dilihat dari persentase laju pertumbuhan kalus saja, akan tetapi pertumbuhan kalus juga dapat diukur melalui massa kalus. Pertumbuhan kalus dengan pengukuran masa kalus dapat dilihat pada Gambar Minggu MS Cempo Ireng Pakem N6 Padi Hitam Pakem N6 Padi Hitam Kulon Progo N6 Padi Hitam Indmira N6 Padi Hitam Sleman Gambar 10.Pertumbuhan kalus dilihat dari masa kalus yang terbentukpada padi hitam Pakem, Kulon Progo, Indmira, dan Slemansetiap minggu. Gambar 10menunjukkan massa kalus dari tiap medium selalu mengalami peningkatan massa sel kalus dari minggu ke minggu. Padi hitam Pakem memiliki massa kalus yang paling tinggi kemudian diikuti oleh biji padi padi hitam Kulon 41

42 Progo, padi hitamindmira, padi hitamsleman pada medium N6. Serta padi hitam Pakem yang ditanam pada medium MS. Hasil tersebut membuktikan bahwa massa kalus dari empat varietas padi hitam tumbuh lebih baik pada medium N6 daripada medium MS. Hal ini dikarenakan Medium N6 mengandung sukrosa dengan kadar lebih tinggi dibandingkan Medium MS yaitu sebesar 30gram/L (Medium N6) dan 20gram/L (Medium MS). Karbohidrat terutama gula, merupakan komponen yang selalu ada dalam media tumbuh. Penggunaan gula jenis sukrosa dalam media tanam diketahui dapat mempengaruhi kecepatan induksi embrio somatik dan pertumbuhan massa kalus (Lazzeri et al., 1988). Menurut Gunawan (1992)kecepatan sel membelah diri dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh dalam konsentrasi tertentu, selain itu juga tergantung pada jenis tumbuhan. Faktor lain seperti jenis media, ketersediaan unsur hara makro/mikro, karbohidrat seperti sukrosa, adanya bahan tambahan seperti air kelapa dan juga faktor fisik seperti cahaya, sterilisasi, suhu, dan ph media. C. Transformasi Gen Hd3a pada kalus embriogenik padi hitam Pakem, padi hitam Kulon Progo, padi hitam Indmira dan padi hitamsleman dengan metode Agrobacteriumtumefaciens. Setelah didapatkan kalus dari medium N6, selanjutnya kalus tersebut ditransformasi dengan gen Hd3a dengan bantuan Agrobacterium tumefaciens. Agrobacterium tumefaciens yang digunakan telah memiliki konstrak rolc::hd3a- GFP.Isolat konstrak rolc::hd3a-gfpkemudian diperbanyak dengan menumbuhkannya kembali pada medium LB. Berikut ini (Gambar 11) adalah 42

43 gambarpertumbuhan koloni tunggal bakteri Agrobacterium tumefacien yang membawa plasmid p2k1-binary vector (rolc::hd3a-gfp) umur 48 jam. Gambar 11. Pertumbuhan koloni tunggal bakteri Agrobacterium tumefaciens yang membawa plasmid p2k1-binary vector (rolc::hd3a-gfp) umur 48 jam. Perbanyakan koloni tunggal ini dilakukan untuk meregenerasi kembali bakteri pembawa gen Hd3a(transforman) sebelum digunakan untuk transformasi. Bakteri Agrobacterium tumefaciens ini ditumbuhkan dalam medium yang mengandung antibiotik higromisin dan kanamisin dengan konsentrasi masingmasing 50 mg/l. Menurut Sudigdoadi (2008) antibiotik bekerja dengan cara menghentikan sintesis protein pada ribosommelalui penghambatan pada tahap translasi dan transkripsi meterial genetik. Penggunaan antibiotik ini bertujuan sebagai agen penyeleksi yang mengindikasikan bahwa bakteri tersebut memiliki gen target yang sesuai. Selanjutnya koloni yang pertumbuhannya cepat akan digunakan dalam proses transformasi gen kedalam sel kalus padi hitam. Koloni Agrobacteriumtumefaciensyang tumbuh pada medium seleksi diuji dengan koloni PCR untuk mengetahui keberadaan konstrak plasmidhd3a.hasil koloni PCR menunjukkan bahwa sampai generasi ke-3 bakteri 43

44 Agrobacteriumtumefaciens masih mengandung konstrak plasmidrolc::hd3a- GFPyang diinginkan.berikut hasil analisis colony PCR bakteri Agrobacteriumtumefaciens (Gambar 12). M bp 455 bp Gambar 12. Hasil analisis PCR koloni Agrobacterium tumefaciens yang membawa konstrak gen Hd3a dengan panjang pita gen sepanjang 174 bp dan HPT dengan panjang pita gen sepanjang 455bp. Koloni bakteri ditumbuhkan sampai dengan generasi ketiga. Proses transformasi dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan cara menumbuhkan Agrobacterium tumefaciens pada medium MSL yang sama dengan kalus padi hitam. Proses co-kultivasi kalus dengan bakteri Agrobacterium tumefaciensdilakukan selama 3 hari pada medium N6CO. Hal ini diharapkan selama waktu tersebut konstrak rolc::hd3a-gfp akan ditransfer kedalam kalus padi hitam.seperti yang dikemukakan oleh Yu et. al. (2000),Agrobacterium tumefaciens memiliki Ti plasmid secara alami yang didalamnya terdapa T-DNA sebagai gen penentu pembentukan tumor (crowngall), termasuk gen-gen T-DNA yang menyandi regulator pertumbuhan tanaman. Komponen genetik yang terlibat dalam mekanisme transfer gen Agrobacteriumtumefaciens yaitu: a) squence T-DNA yang berukuran kb yang beintegrasi secara stabil kedalam sel tanaman. b) gen VIR yang berukuran 44

45 35 kb sebagai bagian dari Ti yang terdiri dari 7 lokus: Vir A, Vir B, Vir C, Vir D, Vir E, Vir G, Vir H (produk protein ini berperan dalam pemotongan dan integrasi T-DNA kedalam genom). c) chromosom virulence genes (Chv) terdapat dalam kromosom A. tumefaciens yang berperan dalam interaksi awal sebagai signal untuk mengenali permukaan sel dan penempelan bakteri pada sel tanaman (Kung and Wu, 1993). Pada proses inisiasi, bakteri Agrobacteriumtumefaciensakan mengenali senyawa fenolik yang berupa Asytosiringone yang ditambahkan kedalam media kultur sebesar 20 µl. Asytosiringone yang diberikan bertujuan agar bakteri menyukai dan dapat menginfeksi kalus, sehingga tanaman akan mengeluarkan senyawa fenol untuk memproduksi VIR (sebagai transmembran resseptor). Selanjutnya gen VIR A akan menginduksi ekspresi gen VIR lainnya yang menyebabkan pemotongan DNA pada sisi L dan R border oleh Vir D1 dan D2, sehingga menjadi satu untai T-DNA tunggal (ssdna). Vir C membantu sintesis DNA untai tunggal tersebut (strand T). Vir D2 juga memiliki sinyal sasaran nucleus localization signal (NLS) yang terkait pada ujung 5 T-DNA untuk intergrasi spesifik pada genom tanaman, dilanjutkan dengan proses pengangkutan T-DNA yang melibatkan aktivitas vir E2 yang juga memiliki NLS, Vir E2 akan mengikat ssdna dan membuat strand Tini mengalir dan berintegrasi kedalam sel tanaman melewati phili, pembentukan saluran phili pada membran sel A. tumefaciens untuk transfer DNA (interbacterial conjugation) dengan dibantu oleh aktivitas gen VIR B1-11, diteruskan dengan aktivitas gen Chv A dan B dari A. tumefaciensyang akan mengikat permukaan sel tanaman. Masuknya strand T ini 45

46 diatur oleh protein vir D serta produk protein dari vir B yang mengkatalis proses pemindahan dan menginjeksikan DNA kedalam sel (Kung and Wu, 1993). Proses transformasi kalus oleh Agrobacterium tumefaciens terlihat pada Gambar 13. Gambar 13. Proses inkubasi pada saat inisiasi kalus padi hitam oleh bakteriagrobacterium tumefaciens yang membawa gen rolc::hd3a-gfp pada medium N 6CO selama 3 hari. Pertumbuhan Agrobacterium tumefaciens yang akan diinfeksikan kedalam kalus padi hitam sangat menentukan keberhasilan proses transformasi genetik. Konsentrasi Agrobacteriumtumefaciens di dalam medium MSL dioptimasi sampai OD600 sebesar 0,008-0,01 (pengukuran dengan spektofotometer). Konsentrasi ini sangat optimal untuk infeksi Agrobacteriumtumefaciens kedalam kalus padi hitam, apabila konsentrasi Agrobacteriumtumefaciens pada medium MSL yang digunakan lebih tinggi dapat mengganggu pertumbuhan sel kalus (overgrowth) sehingga dapat menyebabkan kematian pada kalus (Khurram et. al., 2011) 46

47 Setelah proses transformasi pada medium N6CO oleh bakteri Agrobacteriumtumefaciens,dilakukan pencucian dengan menggunakan claforan. Claforan digunakan sebagai agen pembunuh terhadap bakteri Agrobacteriumtumefacienspada konsentrasi 500mg/L. Kemudian kalus yang telah bersih ditanam pada medium MS2Ddan medium seleksi dengan antibiotikhigromisin dan kanamisin. D. Analisis molekular untuk melihat keberadaan gen Hd3a hasil transformasi didalam genom kalus padi hitam. Seleksi kalus hasil transformasi dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan kalus dalam medium pertumbuhan yang mengandung antibiotik, herbisida, atau fitotoksin, tergantung gen marker yang dikloning pada plasmid dan terintegrasi ke dalam genom tanaman. Pemilihan gen marker ini tergantung pada spesies dan genotip tanaman. Toki (1997) dan Yara et al. (2001) melaporkan bahwa Higromisin 50 mg/l dapat digunakan sebagai agen penyeleksi kalus pada padi. Sel kalus yang dapat tetap hidup pada mediumms2dyang mengandung antibiotik higromisin dan kanamisin sebagai media seleksi dianggap sebagai tanaman kandidat transforman.sel kalus yang hidup pada media seleksi ini disubkultur dengan medium yang sama seminggu sekali. Gambar 14 menunjukan kalus hasil transformasi pada medium MS2D dengan antibiotik kanamisin dan hygromisin dengan konsentrasi masing-masing sebanyak 50 mg/l, kalus tersebut berumur 2 minggu setelah proses transformasi gen Hd3a. 47

48 A B c D Gambar 14. Kalus padi hitam hasil transformasi pada medium MS 2D dengan antibiotik kanamisin dan hygromisin 50 mg/l. ket :A. Kalus padi hitam Pakem; B. Kalus padi hitamindmira; C. Kalus padi hitamkulon Progo; D. Kalus padi hitamsleman. Kalus berumur 2 minggu setelah proses transformasi gen Hd3a. Pada gambar A sudah terlihat adanya pertumbuhan akar pada kalus hasil transformasi (transforman). Berbeda dengan sel kalus non transforman (wildtype) sebagai kontrol, apabila ditumbuhkan pada medium seleksi dengan penambahan antibiotik yang sama yaitu higromisin dan kanamisin dengan konsentrasi masing-masing 50 mg/l, tampak sel kalus non transforman mengalami pencoklatan (Gambar 15). Kalus terlihat mengalami kematian secara perlahan umur satu minggu pada medium seleksi ini. 48

49 Gambar 15. Kalus padi hitamnon transforman. Pada medium MS 2D dengan antibiotik higromisin dan kanamisin (masing-masing 50 mg/l). Kalus mengalami pencoklatan dan menuju kematian pada minggu pertama. Penggunaan antibiotik higromisin dan kanamisin sangat menentukan kandidat sel kalus transforman (Yu et. al., 2001). Berdasarkan hasil yang diperoleh, sel kalus transforman yang tumbuh pada medium seleksi sebagian ada yang mengalami kematian dan sebagaian lagi tetap berwarna putih. Hal ini mengindikasikan bahwa beberapa kalus yang mampu tumbuh dengan baik pada medium seleksi merupakan kalus yang berhasil tertransformasi dengan gen Hd3a oleh bakteri Agrobacterium tumefaciens. Sedangkan kalus yang tidak mampu tumbuh pada medium seleksi mengindikasikan bahwa kalus tersebut tidak berhasil tertransformasi gen Hd3asehingga tidak memilki gen HPT yang dapat meregulasi higromisin didalam medium.akibatnya kalus yang tidak tertansformasi gen Hd3apada medium seleksi mengalami kematian seperti pada kalus non transforman (wildtype) yang ditumbuhkan pada medium seleksi yang sama (Gambar 15). Antibiotik kanamisin dan higromisin dalam mediumberfungsi menghambat sintesis protein dalam organela terutama kloroplas sehingga terjadi 49

50 vitrifikasi disusul dengan kematian sel kalus (Slater et al.,2003). Tanaman yang dapat tumbuh (transforman) resisten terhadap kanamisin dan higromisin dikarenakan telah memiliki genhd3ayang berasal dari T-DNA Agrobacteriumtumefaciens. DNA genom sel kalus yang hidup pada media seleksi (transforman) selanjutnya diisolasi yang kemudian dianalisis T-DNA yang terintegrasi pada DNA genom kalus transforman tersebut. Analisis dilakukan dengan metode PCR menggunakan primer spesifik untuk gen rolc::hd3a dan gen HPT. Berikut adalah gambar keberadaan gen Hd3a dalam kalus padi transforman disajikan pada gambar 16. A B C D E M NT H T1 H1 T 2 H2 T3 H3 T4 H4 455 bp 174 bp Gambar 16. Elektroforegram DNA hasil amplifikasi DNA genom transforman padi hitam. Ket: A. Kalus padi hitam non transforman; B. Kalus padi hitam Pakem; C. Kalus padi hitamkulon Progo; D. kalus padi hitamindmira; dan E. Kalus padi hitamsleman; M: marka gen; NT: kalus nontransforman; T: hasil amplifikasi genom kalus transgenik dengan primer Hd3a (174 bp); H: hasil amplifikasi genom kalus transgenik dengan primer HPT (455 bp). 50

51 Analisis gen Hd3a pada genom kalus transforman dilakukan untuk mengetahui positif atau tidaknya keberadaan gen Hd3a dan HPT (Hygromysin phosfotransferase). Gen tersebut terdapat dalam genom tanaman kalus padi hitam yang telah ditransformasi. Pengecekan gen ini dilakukan dengan menggunakan primer spesifik yaitu pasangan primer Hd3a-F (forward) dan Hd3a-R (reverse). Amplifikasi dengan primer tersebut dihasilkan pita DNA sepanjang 174 bp. Sedangkan untuk gen HPT digunakan pasangan primer higromisin-f (forward) dan higromisin-r (reverse). Amplifikasi dengan primer hpt ini dihasilkan pita DNA sepanjang 455 bp. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa kaluspadi hitam Pakem, Kulon Progo, Indmira, dan Sleman(B, C, D, E) telah berhasil ditransformasi oleh bakteri Agrobacterium tumefaciens yang membawa kontrakrolc::hd3a-gfp.hal ini terlihat adanya pita DNA pada hasil amplifikasi primer Hd3a yaitu 174 bp dan pita DNA hasil apmplifikasi primer HPT sepanjang 455 bp.berbeda dengan genom kalus Non Transforman (A) yang tidak terlihat adanya band Hd3adan HPT apabila diamplifikasi dengan primer yang sama. Selain itu, berdasarkan uji pada medium seleksi dengan menggunakan antibiotik kanamisin dan higromisin terdapat beberapa kalus yang hidup yang mengindikasikan kalus ttersebut telah tersisipi oleh T-DNA yang mengandung konstrak gen rolc::hd3a dan gen HPT yang dapat dilihat pada Gambar 14. Kalus transforman yang telah diseleksi pada medium seleksi antibiotik selanjutnya dipindahkan pada medium regenerasi (Re) untuk diinisiasi menjadi shootdan rootsampai dengan terbentuknya tanaman baru (planlet). Dari penelitian 51

52 yang telah dilakukan, hanya padi hitamsleman yang dapat menunjukan keberhasilan transformasi genetik sampai dengan tumbuhnya shoot dan root. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 17berikut ini. Gambar 17. Kalus transforman padi hitam Sleman yang telah mengalami pertumbuhan Shoot(bagian yang dilingkari). Pertumbuhan kalus selama 2 minggu pada medium Regenerasi (Re). Padi hitam Sleman yang berhasil sampai tahap regenerasi menjadi shoot (inisiasi pembentukan shoot)dikarenakan tidak adanya kontaminasi seperti pada kalus yang lain. Sementara itu, untuk padi hitam Pakem keberhasilan transformasi hanya sampai pada pembentukan akar.pengulangan transformasi pada 52

Transformasi Genetik Gen Pembungaan Hd3a (Heading date 3a) Pada Empat Kultivar Padi Hitam (Oryza sativa L.)

Transformasi Genetik Gen Pembungaan Hd3a (Heading date 3a) Pada Empat Kultivar Padi Hitam (Oryza sativa L.) Transformasi Genetik Gen Pembungaan Hd3a (Heading date 3a) Pada Empat Kultivar Padi Hitam (Oryza sativa L.) Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Master of Biotechnology Program Studi

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian yang bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu pada medium Murashige-Skoog

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2010.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

KULTUR JARINGAN TUMBUHAN Petunjuk Praktikum KULTUR JARINGAN TUMBUHAN SBG 147. Disusun Oleh : Victoria Henuhili victoria@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi fosfor dalam media kultur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan 13 I. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Univeristas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dua faktor yaitu faktor kombinasi larutan enzim

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Nikman Azmin Abstrak; Kultur jaringan menjadi teknologi yang sangat menentukan keberhasilan dalam pemenuhan bibit. Kultur jaringan merupakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Pelaksanaan

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D. Selama masa inkubasi, kalus mulai terlihat tumbuh pada minggu ke-5. Data hari tumbuhnya kalus seluruh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2011 yang dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. B. Bahan Penelitian Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Institut Pertanian Bogor (PPLH IPB) dari bulan Oktober

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor yang pertama

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Persiapan alat dan bahan. Sterilisasi alat. Pembuatan media. Inisiasi kalus. Pengamatan. Penimbangan dan subkultur.

LAMPIRAN. Persiapan alat dan bahan. Sterilisasi alat. Pembuatan media. Inisiasi kalus. Pengamatan. Penimbangan dan subkultur. LAMPIRAN Lampiran 1 Skema Penelitian Persiapan alat dan bahan Sterilisasi alat Pembuatan media Inisiasi kalus Pengamatan Penimbangan dan subkultur Hasil 80 81 Lampiran 2 Skema Kerja Sterilisasi Alat Direndam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons pertumbuuhan tertinggi diperoleh pada eksplan biji panili yang ditanam dalam medium tomat. Pada perlakuan tersebut persentase rata-rata

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kuliah 11 KULTUR JARINGAN GAHARU Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi KULTUR JARINGAN Apa yang dimaksud dengan kultur jaringan? Teknik menumbuhkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Serpong, Tangerang. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Persentase Data Pengamatan Kultur yang Membentuk Kalus. Ulangan I II III. Total A 0 B

LAMPIRAN. Lampiran 1. Persentase Data Pengamatan Kultur yang Membentuk Kalus. Ulangan I II III. Total A 0 B LAMPIRAN Lampiran 1. Persentase Data Pengamatan Kultur yang Membentuk Kalus Ulangan I II III Total A 0 B 0 0 0 0 0 A 0 B 1 0 0 0 0 A 0 B 2 0 0 0 0 A 0 B 3 0 0 0 0 A 1 B 0 1 1 1 3 A 1 B 1 1 1 1 3 A 1 B

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010 di Laboraturium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis peleitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang dilakukan dengan memanipulasi objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang merupakan salah satu jenis tanaman asal Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tanaman pisang memiliki ciri spesifik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari April 2016.

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A. Komposisi Media MS (Murashige & Skoog) 1962 Bahan Kimia Konsentrasi Dalam Media (mg/l) Makro Nutrien NH 4 NO 3 1650,000 KNO 3 1900,000 CaCl 2. H 2 O 440,000 MgSO 4. 7H 2 O 370,000

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Kultur in vitro merupakan suatu budidaya dalam botol. Salah satu kegiatan dalam kultur in vitro adalah kultur jaringan yaitu budidaya in vitro yang menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dimulai pada bulan Maret

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2015 sampai bulan Februari 2016 yang bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati, dalam setiap 100 g kacang tanah mentah mengandung

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. tumefaciens LBA4404 yang membawa gen xyloglucanase, gen nptii, dan

BAHAN DAN METODE. tumefaciens LBA4404 yang membawa gen xyloglucanase, gen nptii, dan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium Biologi Molekuler Tanaman, Pusat Penelitian Bioteknologi - LIPI, Cibinong, mulai bulan Agustus 2006 sarnpai dengan Agustus 2007.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang berguna untuk bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Selain itu, kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl. III. BAHA DA METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl. Jendral Besar Dr. Abdul Haris asution Gedung Johor Medan Sumatera Utara, selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah berlangsung sejak bulan Januari 2012 - Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi, Lab. Optik, Lab. Genetika dan Lab. Biologi Molekuler Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen. Menurut Nasution (2009) desain eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya tingkat rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian BAHAN DAN METODE 1. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada Bulan November 2015 hingga

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain (Balit Palma) Manado, pada bulan Desember

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD Herdiyana Fitriani Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Agustus 2016 di Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama, konsentrasi

Lebih terperinci

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011 Teknologi Kultur Jaringan Tanaman materi kuliah pertemuan ke 9 Isi Materi Kuliah Kultur Kalus Sri Sumarsih Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintetis dan mulai beralih dengan mengkonsumsi obat-obatan herbal.

BAB I PENDAHULUAN. sintetis dan mulai beralih dengan mengkonsumsi obat-obatan herbal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini masyarakat mulai faham akan efek samping dari penggunaan obatobatan sintetis dan mulai beralih dengan mengkonsumsi obat-obatan herbal. Sekarang, banyak dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Membuat Larutan Stok A. Teori kepekatan jumlah larutan

Membuat Larutan Stok A. Teori kepekatan jumlah larutan Membuat Larutan Stok A. Teori Dewasa ini beberapa jenis media kultur jaringan dapat dibeli dalam bentuk bubuk yang telah dipersiapkan. Hal ini tergantung dari jenisnya, ada yang hanya mengandung garam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Jones dan Luchsinger (1979), tumbuhan anggrek termasuk ke dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari sekian banyak tumbuhan berbunga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009 di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu 10 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai Februari 2016. Isolasi dan visualisasi RNA Colletrotichum dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan Maret

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juli 2012, yang bertempat di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler Jurusan Biologi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan 12 menjadi planlet/tanaman. Hormon NAA cenderung menginduksi embrio somatik secara langsung tanpa pembentukan kalus. Embrio somatik yang dihasilkan lebih normal dan mudah dikecambahkan menjadi planlet/tanaman,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Lebih terperinci

Lampiran A : Komposisi Media MS

Lampiran A : Komposisi Media MS Lampiran A : Komposisi Media MS Komposisi Media MS (Murashige & Skoog, 1962) Bahan Kimia Konsentrasi dalam mesia (mg/l) Makro Nutrient NH 4 NO 3 1650,000 KNO 3 1900,000 CaCl 2.H 2 O 440,000 MgSO 4.7H 2

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit disebut dengan nama latin Elaeis guineensis Jacq. Elaeis berasal dari Elaion yang dalam bahasa Yunani berarti minyak. Guineensis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang dikenal sebagai sumber utama penghasil minyak nabati sesudah kelapa. Minyak sawit kaya akan pro-vitamin

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 1 faktor perlakuan, yaitu penambahan sukrosa dalam media

Lebih terperinci