DAFTAR ISI. Hal LAMPIRAN. 1. PERJANJIAN KINERJA 2. PENGUKURAN KINERJA 3. PENGUKURAN EFISIENSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Hal LAMPIRAN. 1. PERJANJIAN KINERJA 2. PENGUKURAN KINERJA 3. PENGUKURAN EFISIENSI"

Transkripsi

1 1

2 KATA PENGANTAR 2

3 DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI ii IKHTISAR EKSEKUTIF... 1 I PENDAHULUAN Latar Belakang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan kewenangan Organisasi dan Tata Kerja Landasan Hukum Pelaksanaan Tugas... 8 II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA... 9 III AKUNTABILITAS KINERJA Capaian Kinerja Organisasi Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas Kinerja Realisasi Anggaran IV PENUTUP LAMPIRAN. 1. PERJANJIAN KINERJA 2. PENGUKURAN KINERJA 3. PENGUKURAN EFISIENSI 3

4 IKHTISAR EKSEKUTIF Dalam perjalanan kinerja Badan Karantina Pertanian tahun 2016 telah berhasil melakukan pencegahan masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) asal luar negeri. Sebagai pendukung terhadap susksesnya pencegahan masuk dan tersebar HPHK/OPTK telah terefleksi dalam program dan kegiatan Badan Karantina Pertanian sebagai upaya pencapaian visi dan misi. Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya Badan Karantina Pertanian pada tahun 2016 telah melakukan sertifikasi karantina komoditas tumbuhan dan produknya, dengan total kali dan melakukan sertifikasi karantina komoditas hewan dan produknya, dengan total frekuensi kali, sehingga secara keseluruhan total sertifikasi sebanyak kali. Dari hasil pemeriksaan terhadap media pembawa HPHK/OPTK maka Badan Karantina Pertanian telah mencegah masuk dan menyebarnya sejumlah HPHK/ OPTK. Beberapa HPHK yang terdeteksi positif dan tercegah masuk maupun keluarnya di antar area sebagai berikut : Johne s Disease terdeteksi positif sewaktu PSI di negara asal (Australia) sehingga ditolak pemuatannya ke Indonesia. Selain itu Tindakan Karantina Hewan di tempat pemasukan yaitu di BKP II Palangkaraya ditemukan positif Johne s Disease sehingga dilakukan pemusnahan; Enzootic Bovine Leucosis (EBL) terdeteksi positif sewaktu PSI di negara asal (Australia) sehingga ditolak pemuatannya ke Indonesia; Brucellosis yang terinfestasi pada sapi, kambing, kerbau di BKP Kelas I Balikpapan, SKP Kelas I Samarinda, SKP Kelas I Pare- Pare, SKP Kelas II Mamuju, SKP Kelas I Sumbawa Besar, BKP Kelas II Palu, SKP Kelas II Ende, BKP Kelas II Kendari, BKP Kelas II Ternate; Septichaema Epizootica (SE) yang terinfestasi pada sapi dibkp Kelas II Kendari, BVD yang terinfestasi pada sapi di BKP Kelas II Pangkal Pinang; Bovine Anaplasmosis, Bovine Babesiosis yang terinfestasi pada sapi di BKP Kelas I Jambi, Trypanosomosis pada kuda dan kerbau di SKP Kelas II Ended an BKP Kelas I Mataram, Avian Influenza yang terinfestasi pada unggas di BBKP Surabaya. Sedangkan OPTK yang terdeteksi posistif dan tercegah pemasukannya ke dalam Wilayah Republik Indonesia adalah : Aphelenchoides besseyi yang terinfestasi pada benih padi asal Phillippina, Pseudomonas syringae pv. syringae yang terinfestasi pada bibit krisan asal Belanda, Pseudomonas viridiflava yang terinfestasi pada benih kubis asal Jepang, Dasheen Mosaic Potyvirus (DsMV) yang terinfestasi pada bibit Calla Lily asal Belanda di BBKP Soekarno-Hatta di BBKP Soekarno-Hatta; Burkholderia glumae yang terinfestasi pada benih padi asal Cina, Tilletia laevis, T. tritici yang terinfestasi pada biji gandum asal Argentina dan Ukraina di BBKP Surabaya dan BBKP Makasar dan BKP Kelas II Cilegon dan yang terinfestasi pada bungkil kedele asal Argentina di BBKP Surabaya; Helminthosporium solani yang terinfestasi pada bibit kentang asal Scotlandia, Pantoea stewartii subsp. stewartii yang terinfestasi pada benih jagung manis dan jagung asal Thailand melalui BBKP Tanjung Priok;, Peronospora manshurica yang terinfestasi pada kedele asal Amerika Serikat melalui BBKP Surabaya, BKP Kelas I B Lampung; Sitophlius granarius yang terinfestasi pada biji gandum 4

5 asal Ukraina melalui BKP Kelas II Cilegon; Asphodelus fistulosus yang terinfestasi pada gandum biji asal Australia di BBKP Surabaya; Stenocarpella maydis yang terinfestasi pada gandum biji asal Amerika Serikat di BKP Kelas II Cilegon; Ditylenchus dipsaci yang terinfestasi pada bawang putih asal Cina di BBKP Surabaya. Sesuai dengan rencana strategis Badan Karantina Pertanian tahun bahwa sasaran program Badan Karantina Pertanian, indikator-indikator serta targetnya yaitu : 1) Meningkatnya efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK, dengan indikator : 1. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (95 %) 2. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (87 %) 3. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pengeluaran yang telah ditetapkan (87 %) 2) Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati, dengan indikator : Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan ( 0,1 %) 3) Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian 1. Penurunan persentase kasus pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun sebelumnya (5 %) 2. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) (78) Berdasarkan hasil pengukuran dengan indikator kinerja utama di atas dapat diketahui bahwa capaian sasaran kinerja Badan Karantina Pertanan pada tahun 2016 dengan hasil sebagai berikut : Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi % Meningkatnya efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (Indikator ke-1) Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat 95% 98,775 % 103,97 87% 87,923 % 101,06 5

6 Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian pemasukan yang telah ditetapkan (Indikator ke- 2) Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pengeluaran yang telah ditetapkan (indikator ke- 3) Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan (indikator ke-4) Penurunan persentase kasus pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun sebelumnya (indikator ke-5) Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) (indikator ke-6) 87% 87,783 % 100,90 0,1 % 0,0199% 119,20 5% 45,45 % 120, ,88 107,54 Apabila dilihat dari capaian target yang ada dan diukur menggunakan 6 indikator kinerja, maka keseluruhan target yang ada telah tercapai. Secara ideal bahwa seharusnya target indikator ke-1 adalah 100%. Hal ini berdasarkan pertimbangan peraturan perundangan, pedoman, juklak, juknis terkait impor media pembawa HPHK dan OPTK yang belum lengkap dan yang sudah terbit perlu penyempurnaan. Selain itu yang menjadi titik lemah adalah sumber daya Badan Karantina Pertanian yang ada pada saat ini, antara lain Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana untuk melakukan tindakan karantina. Sehingga indikator ke-1 pada tahun 2016 hanya ditargetkan sebesar 95%. Apabila melihat target Renstra Badan Karantina Pertanian tahun 2019 sebesar 98%, maka hal ini sebetulnya telah terpenuhi pada tahun 2016 sebesar 98,775%. Sehingga capaian indikator kinerja ke-1 tinggal mempertahankan sampai dengan tahun Untuk target indikator ke-2 dan ke-3 idealnya juga 100%, tetapi untuk tahun 2016 hanya ditargetkan sebesar 87%. Hal ini karena selain lebih besarnya frekuensi lalu lintas antar área dibandingkan dengan impor, juga masih belum lengkapnya aturan-aturan antar área baik dari Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan terbukti masih adanya permasalahan antar area. Selain itu seperti untuk tindakan karantina impor, juga tindakan karantina antar area yang menjadi titik lemah adalah sumber daya Badan Karantina Pertanian yang ada pada saat ini, antara lain Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana untuk melakukan tindakan 6

7 karantina. Apabila melihat target indikator kinerja ke-2 dan ke-3 Renstra Badan Karantina Pertanian 2019 sebesar 90 %, maka capaian indikator kinerja ke-2 dan ke-3 memungkinkan dapat tercapai pada tahun Hal ini karena indikator tersebut telah memenuhi target tahun 2016 dengan capaian berturut-turut : 87,923% dan 87,783% Dalam rangka mendukung akselerasi ekspor yang efektif Badan Karantina Pertanian sesuai dengan indikator ke-4, mengukur dengan persentase jumlah kiriman produk pertanian ke luar negeri yang telah disertifikasi kesehatannya dan mendapatkan komplain ketidaksesuaian dari Negara tujuan. Hasil ini masih memenuhi target, karena capaiannya masih 0,1%. Dengan melihat target indikator kinerja ke-4 Renstra Badan Karantina Pertanian sampai tahun 2019 tetap 0,1 %. Sehingga capaian tahun 2016 sebesar 0,0199 % perlu dipertahankan sampai tahun Hal ini karena antara lain disebabkan adanya pemantauan yang efektif terhadap perusahaan-perusahaan fumigasi dan kemasan kayu yang telah teregistrasi melalui sistem audit, dilaksanakan review dokumen sistem mutu skim audit barantan secara periodik, meningkatnya kompetensi petugas karantina karena adanya desiminasi terkait perlakuan untuk keperluan ekspor Terkait dengan capaian indikator ke-5 dimana kasus pelanggaran tahun 2016 turun 45,45% dibandingkan tahun 2015 dari yang ditargetkan turun 5%. Hal yang menyebabkan menurunnya kasus pelanggaran antara lain : (1) sosiaisasi terkait aturan perkarantinaan terus dilakukan sehingga masyarakat semakin paham (2) adanya petugas PPNS dan Intelijen karantina yang semakin kompeten untuk berkoordinasi dengan PPNS/Intelijen instansi terkait (4) adanya perjanjian kerjasama antara TNI AD dan TNI AL tahun Pada tahun 2016 Nilai IKM lingkup Badan Karantina Pertanian ditargetkan 78. Berdasarkan perhitungan IKM tahun 2016 didapatkan nilai 83,88 sehingga memenuhi target. Hal ini dikarenakan sumber daya yang ada di UPT dari tahun ke tahun meningkat mulai dari kompetensi SDM, layanan sertifikasi yang didukung dengan semakin baiknya instalasi karantina, fasilitas laboratorium, bahkan pada tahun 2016 Badan Karantina Pertanian menerima penghargaan dari Ombudman Republik Indonesia tentang Kepatuhan Pelayanan Publik di 46 layanan UPT dengan predikat kepatuhan tinggi (zona hijau). Walaupun 5 indikator kinerja telah memenuhi target, namun demikian beberapa hambatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di lapangan yang muncul sebagai berikut : Dalam rangka perbaikan kualitas untuk mengendalikan risiko masuk, menyebar dan keluarnya HPHK/OPTK beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian sebagai berikut : 1) Meningkatkan kualitas SDM Badan Karantina Pertanian dengan terus mengasah dan meningkatkan kompetensinya sebagai petugas karantina melalui diklat teknis, pendidikan formal S-2/S-3 sesuai bidang tugas dan fungsinya, mengikut sertakan petugas karantina dalam even-even strategis baik nasional maupun internasional (Workshop, Seminar, Short Course terkait dengan Karantina) 7

8 2) Melakukan identifikasi dan prioritas pembangunan atau renovasi terhadap tempat-tempat pemasukan yang menjadi titik kritis dalam upaya pengendalian risiko masuk, menyebar dan keluarnya HPHK/OPTK, seperti sarana dan prasarana pemeriksaan laboratories, sarana dan prasarana tindakan perlakuan dan pemusnahan. 3) Berupaya mendorong penyelesaian beberapa konsep kebijakan karantina hewan, karantina tumbuhan yang posisinya masih di Biro Hukum Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. 4) Pengembangan kebijakan pengendalian impor dengan melakukan analisis risiko ke Negara asal, seperti : Pre Shipment Inspection (PSI), Pest Free Area (PFA), Pest Free Production Side (PFPS), Registrasi Laboratorium di Negara Mitra Dagang. Adapun masih munculnya NNC ini kemungkinan salah satunya karena pelaksanaan tindakan karantina khususnya perlakuan yang dilakukan oleh pihak ketiga tidak standar sehingga dimungkinkan masih ada ditemukan serangga hidup di Negara tujuan. Sehingga perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut : 1) Peningkatan efektifitas pengawasan untuk produk-produk pertanian ekspor terutama yang memerlukan tindakan perlakuan karantina. 2) Peningkatan kuantitas dan kompetensi terhadap petugas-petugas karantina yang melakukan pengawasan perlakuan karantina 3) Terus melakukan kajian-kajian terhadap alternative perlakuan selain dengan metil bromide Masih sering munculnya kasus-kasus pelanggaran terhadap UU No 16 Tahun 1992, karena tidak sebandingnya antara jumlah petugas karantina dengan rentang kendali garis pantai yang ada. Untuk menjaga pintu-pintu yang telah ditetapkan saja keperluan petugas karantina masih kurang, apalagi terhadap pintu-pintu yang belum ditetapkan. Untuk mengupayakan solusi terhadap permasalahan tersebut sebetulnya sudah dilakukan secara bertahap termasuk pada tahun 2016, antara lain : 1) Pengembangan kerjasama dengan instansi terkait untuk koordinasi pengawasan karantina, yaitu : PKS BARANTAN - TNI AD tanggal 5 April 2016 dan PKS BARANTAN TNI AL tanggal 20 Mei Sehingga tahun 2017 perlu dikembangkan dan diperkuat untuk koordinasi pengawasan di daerah zona rawan pemasukan illegal / Pos Lintas Batas Negara (PLBN) 2) Pengembangan dan penguatan kerja sama perkarantinaan secara regional dengan BIMP-EAGA (Brunai, Indonesia, Malaysia dan Phillipine). 3) Pengembangan kebijakan terkait pengawasan dan penindakan 4) Penguatan sumber daya secara bertahap baik dari aspek sumber daya manusia serta sarana dan prasarana terutama di pintu-pintu yang rawan dengan pemasukan illegal. Selain itu dalam aspek kelembagaan diperlukan adanya struktur di bidang pengawasan dan penindakan maupun intelijen pada organisasi UPT Badan Karantina Pertanian 8

9 Gambar 1. Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Buah Segar Asal Luar Negeri 9

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkarantinaan ditempatkan pada upaya melindungi pertanian Indonesia untuk mewujudkan pelestarian ketahanan dan keamanan pangan serta sumber daya hayati. Terkait dengan upaya ini maka peranan karantina meliputi aspek pengamanan pelestarian sumber daya hayati, pencegahan masuk/tersebarnya HPHK/OPT, kelestarian lingkungan, keamanan pangan yang sehat, utuh, dan halal. Dalam hal peningkatan daya saing dan pemberdayaan ekonomi rakyat, peranan karantina harus mampu membantu para pelaku usaha pertanian dalam memenuhi persyaratan teknis Sanitary and Phytosanitary dari Negara tujuan ekspor. Dalam perdagangan bebas dimana negaranegara berupaya menekan tarif bea masuk maka instrument non tariff dan SPS-WTO merupakan persyaratan sebagai instrumen perdagangan. Oleh karena itu, Badan Karantina Pertanian harus diperkuat secara bertahap seiring dengan perkembangan IPTEK dibidang perkarantinaan. Dalam upaya mendukung program pembangunan pertanian di Indonesia, Badan Karantina Pertanian senantiasa melakukan pembenahan secara internal (lingkup Badan Karantina Pertanian) maupun eksternal (kerja sama dengan instansi terkait baik secara nasional maupun internasional) dalam rangka optimalisasi tugas dan fungsi. Pembenahan-pembenahan tersebut erat kaitannya dengan yang sudah dilakukan Badan Karantina Pertanian yang terangkum dalam program dan kegiatan tahun 2015 Kinerja yang optimal dari seluruh Organisasi Badan Karantina Pertanian dapat diukur beberapa indikator kinerja, yaitu : 1. Tercegahnya masuk dan tersebarnya HPHK dan OPTK dari luar negeri 2. Tercegahnya penyebaran HPHK/OPTK antar area di dalam wilayah RI 3. Tercegahnya pemasukan pangan segar asal hewan dan asal tumbuhan yang tidak aman untuk konsumsi 4. Meningkatkan akses ekspor komoditas pertanian strategis yang semula terkena hambatan teknis/sps 5. Meningkatkan pelayanan prima (cepat, efektif, transparan dan akuntanel) 6. Meningkatkan kredibilitas laboratorium karantina pertanian di tingkat internasional 7. Diterapkannya sistem teknologi informasi karantina 8. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perlindungan pertanian dan meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia. Untuk mewujudkan kinerja yang optimal tersebut di atas, maka peran Badan Karantina Pertanian adalah menumbuhkan iklim kondusif bagi terselenggaranya misi Badan Karantina Pertanian berdasarkan peraturan perundangan serta ketentuan yang berlaku, baik yang diselenggarakan oleh Kantor Pusat maupun UPT yang ada di daerah. Namun demikian kinerja Badan Karantina Pertanian tidak mungkin dicapai secara optimal tanpa 10

11 dukungan dan koordinasi yang serasi dengan unit kerja dilingkup internal Barantan dan Kementerian Pertanian, institusi-institusi tingkat internasional serta pengguna jasa karantina Kedudukan, tugas dan fungsi Berdasarkan Permentan No. 43/Permentan OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, pada Bab XIII Bagian Kesatu menyatakan bahwa kedudukan, tugas dan Fungsi Badan Karantina Pertanian adalah sbb : Kedudukan Badan Karantina Pertanian dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Pertanian RI. Tugas Badan Karantina Pertanian mempunyai tugas melaksanakan perkarantinaan pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati. Fungsi Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Karantina Pertanian menyelenggarakan fungsi : 1) penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program perkarantinaan hewan, tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati; 2) pelaksanaan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati; 3) peningkatan sistem perkarantinaan hewan dan tumbuhanh serta pengawasan keamanan hayati 4) pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati; 5) pelaksanaan administrasi Badan Karantina Pertanian; dan 6) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri 1.3. Organisasi dan Tata Kerja Untuk melaksanakan tugas dan fungsi, Kepala Badan Karantina Pertanian selama tahun 2015 dibantu oleh unsur-unsur: Sekretariat Badan Karantina Pertanian; Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Pusat Kepatuhan Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan 52 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian Secara rinci struktur organisasi Badan Karantina Pertanian terdapat pada Lampiran 1.4. Landasan Hukum Pelaksanaan Tugas UU No. 28 / 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 No. 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851) UU No. 16 / 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan PP No. 82 / 2000 tentang Karantina Hewan PP No 14 / 2002 tentang Karantina Tumbuhan PP No. 28 /2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan 11

12 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis Badan Karantina pada dasarnya merupakan pernyataan komitmen bersama mengenai upaya terencana dan sistimatis untuk meningkatkan kinerja serta pencapaiannya melalui pembinaan, penataan, perbaikan, penertiban, penyempurnaan dan pembaharuan terhadap sistem, kebijakan perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati serta pembinaan terhadap akhlak dan perilaku aparatur karantina dengan terus menerus melakukan pengawasan dan pengendalian manajemen agar tercapainya efektifitas, efisiensi dan produktifitas dalam penyelenggaraan perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati Dalam rangka memberi arah dan sasaran yang jelas serta sebagai pedoman dan tolok ukur kinerja dalam pelaksanaan pembangunan dibidang perkarantinaan dan pengawasan keamanan hayati yang selaras dengan arah kebijakan strategis Kementerian Pertanian, maka Kepala Badan Karantina Pertanian menetapkan rencana strategis Badan Karantina Pertanian sebagai dasar acuan dalam penyusunan kebijakan operasional, program dan kegiatan serta sebagai pedoman pengendalian kinerja dalam rangka pencapaian visi dan misi serta tujuan organisasi pada Visi dan Misi Visi Menjadi Instansi yang Tangguh dan Terpercaya Dalam Perlindungan Kelestarian Sumberdaya Alam Hayati Hewan dan Tumbuhan, Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati serta Keamanan Pangan. Tangguh (sebagai benteng terdepan, karantina harus mampu melindungi pertanian Indonesia dari ancaman masuk dan tersebarnya HPHK, OPTK dan Keamanan Hayati dengan menerapkan peraturan perundang-undangan karantina secara tegas dan konsisten) Terpercaya (setiap kebijakan dan tindakan karantina perlu mendapatkan kepercayaan yang tinggi. Kepercayaan akan diperoleh antara lain melalui akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dibidang perkarantinaan dan keamanan hayati). Misi Untuk mencapai VISI tersebut, ditetapkan misi Badan Karantina Pertanian yang menggambarkan ruang lingkup hal yang harus dilaksanakan, yaitu: 1) Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan dari tumbuhan dari serangan Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK), dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) 2) Mendukung terwujudnya keamanan pangan 3) Memfasilitasi perdagangan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan akses pasar komoditas pertanian 4) Memperkuat kemitraan perkarantinaan 5) Meningkatkan citra dan kualitas layanan publik. 12

13 2.2. Tujuan dan Sasaran Visi dan Misi memiliki sifat yang relatif sulit diukur oleh karena itu perlu diturunkan/di derivasi menjadi tujuan dan sasaran strategis. Tujuan Merupakan pernyataan tentang apa yang ingin dicapai oleh Barantan dalam kurun 5 tahun kedepan. Sesuai sifat tugas dan fungsi Barantan, maka hasil yang dapat digambarkan adalah tingkat efektifitas penyelenggaraannya. Tujuan Barantan adalah : 1) Terjaganya sumber daya alam hayati hewan dan tumbuhan dari serangan HPHK dan OPTK 2) Terjaminnya keamanan produk pertanian yang berasal dari hewan dan tumbuhan 3) Pengendalian importasi dan percepatan eksportasi melalui pencegahan masuk dan keluarnya media HPHK dan OPTK 4) Memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan perkarantinaan 5) Mewujudkan pelayanan prima 2.3 Sasaran Program Sasaran Program (SP) adalah kondisi yang ingin dicapai secara nyata oleh BARANTAN dalam pembangunan lima tahun mendatang sebagai dampak/ hasil (outcome) dari program/kegiatan yang mengacu pada sasaran strategis Kementerian Pertanian. Menurut Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelahaan Rencana Strategis Kementerian / Lembaga, kedudukan Sasaran Strategis berada pada level kementerian. Sedangkan pada level eselon I, dalam hal ini BARANTAN, maka istilah yang dipergunakan adalah Sasaran Program (SP), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut: Gambar2. Kerangka Logis Penyusunan Renstra K/L (Sumber: Peraturan Menteri PPN/Ka Bappenas No 5 Tahun 2014) 13

14 Sasaran Program BARANTAN adalah : 1) Meningkatnya efektivitas pengendalian risiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK. 2) Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor Media Pembawa HPHK dan OPTK dan keamanan hayati. 3) Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian. Peningkatan efektivitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK diperlukan dalam rangka memaksimalkan tugas dan fungsi BARANTAN, mengingat besarnya ancaman dan risiko berbagai jenis HPHK dan OPTK yang dapat masuk dan tersebar ke wilayah RI karena sangat luasnya wilayah yang harus diawasi dan dijaga. Besarnya risiko dan ancaman tersebut berdampak terhadap kesiapsiagaan seluruh jajaran BARANTAN dalam menjaga wilayah RI sehingga diperlukan implementasi yang konsisten dalam pelaksanaan dan efektivitas tindakan karantina mulai dari tingkat pre border, at border dan post border. Peningkatan kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor media pembawa HPHK dan OPTK dan keamanan hayati, diperlukan dalam rangka memberikan pelayanan perkarantinaan yang maksimal sesuai dengan standar internasional. Pengembangan sistem pengendalian resiko penyakit hewan secara In-line Inspection akan mampu mendukung upaya pengawasan, dan penegakan hukum yang sekaligus mendukung rangkaian proses penjaminan kesehatan sehingga pemasaran produk pertanian yang sesuai standar dapat diterima oleh negara mitra yang sekaligus meningkatkan daya saing di pasar global. Peningkatan kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian diperlukan dalam rangka memberikan jaminan terhadap kesehatan dan keamanan produk pertanian kepada masyarakat Indonesia dan negara mitra sesuai tata aturan internasional. Pemerintah, dalam hal ini BARANTAN sebagai regulator perkarantinaan memiliki mandat konstitusional untuk memberikan perlindungan terhadap warga negara Indonesia dalam rangka penyediaan kebutuhan produk pertanian yang bermutu tinggi dan produk yang akan diekspor sesuai persyaratan negara mitra. Oleh karena itu memberikan kepastian regulasi yang harus ditaati dan melaksanakannya dengan konsisten dan konsekuan serta perbaikan sistem pelayanan publik dapat memberikan kepuasan kepada pengguna jasa karantina pertanian dalam kegiatan ekspor dan impor produk pertanian. Adapun Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah Badan Karantina Pertanian terlihat pada Tabel berikut : 14

15 Tabel 1. Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah Badan Karantina Pertanian TARGET No. PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PENGKARANTINAAN PERTANIAN DAN PENGAWASAN KEAMANAN HAYATI 12.1 Peningkatan Kepatuhan, Kerja Sama dan Pengembangan Sistem Informasi Perkarantinaan Meningkatnya efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan Meningkatnya kualitas kerjasama nasional/internasional Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pemasukan yang telah ditetapkan Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pengeluaran yang telah ditetapkan Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan 94% 95% 96% 97% 98% 86% 87% 88% 89% 90% 86% 87% 88% 89% 90% 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% Penurunan persentase kasus 5% 5% 5% 5% 5% pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun sebelumnya Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pengawasan dan penindakan perkarantinaan pertanian (DOKUMEN) Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pengawasan dan penindakan (LAPORAN) Jumlah harmonisasi kerjasama perkarantinaan dengan negara mitra yang terimplementasikan (LAPORAN)

16 12.2 Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani 12.3 Peningkatan Sistem Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Meningkatnya desiminasi SPS dengan stakeholder dan instansi terkait Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian Meningkatnya kemampuan deteksi risiko Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan Jumlah MOU dengan K/L terkait yang terimplementasikan (DOKUMEN) Jumlah desiminasi SPS Jumlah Aplikasi berbasis IT terkait internal dan eksternal perkarantinaan pertanian (APLIKASI) peraturan/keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani (DOKUMEN) Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani (DOKUMEN) Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK dan keamanan hayati hewani (LAPORAN) Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya Jumlah dokumen Analisis Resiko HPHK (DOKUMEN) peraturan/keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK, dan keamanan hayati nabati (DOKUMEN) Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK, dan keamanan hayati nabati(dokumen) Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati (LAPORAN)

17 12.4 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Badan Karantina Pertanian 12.5 Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Laboratorium Uji Standar dan Uji Terap Teknik dan Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian Meningkatnya kemampuan deteksi risiko Tersedianya SDM aparatur yang kompeten dan professional Terkelolanya anggaran secara optimal Terwujudnya good governance & clean government Tersedianya sarana dan prasarana perkarantinaan yang memadai Pengembangan teknik dan metoda pengujian laboratorium Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya Jumlah dokumen Analisis Resiko HPHK (DOKUMEN) Jumlah kegiatan pelatihan yang diselenggarakan (KEG) Jumlah aparatur yang mengikuti pendidikan / pelatihan (ORG) Opini BPK terhadap laporan keuangan BARANTAN Jumlah dokumen perencanaan, evaluasi & pelaporan karantina pertanian (Dokumen) Jumlah dokumen rencana kinerja & penyusunan anggaran Jumlah dokumen pengembangan & pengelolaan kepegawaian (Dokumen) Jumlah dokumen pengembangan integritas barantan dan reformasi birokrasi (Dokumen) Jumlah dokumen tata laksana dan inisiatif anti korupsi Jumlah peraturan perkarantinaan yang telah disahkan (Dokumen) Jumlah laporan indeks kepuasan informasi layanan perkarantinaan (Bulan Layanan) Jumlah laporan pengelolaan TU & rumah tangga (Laporan) Tingkat Dukungan Aparatur pegawai & Layanan Perkantoran (BULAN LAYANAN) Jumlah dan jenis sarana, infrastruktur, teknologi informasi yang sesuai kebutuhan dan memadai (UNIT) Jumlah teknik dan metoda pengujian laboratorium yang dikembangkan (DOKUMEN) WTP WTP WTP WTP WTP Jumlah validasi metode pengujian

18 Metoda Karantina Pertanian 12.6 Peningkatan Kualitas Pelayanan Karantina Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati pengembangan teknik dan metoda uji terap Terwujudnya good governance & clean government Tersedianya sarana dan prasarana perkarantinaan yang memadai Meningkatnya tindakan karantina Terwujudnya good governance & clean government Tersedianya sarana dan prasarana perkarantinaan yang memadai (LAPORAN) Jumlah koleksi HPHK dan OPTK (DOKUMEN) Jumlah akreditasi ruang lingkup pengujian HPHK dan OPTK (LAPORAN) Jumlah Sampel Uji Rujukan (LAPORAN) Jumlah ruang lingkup yang tersertifikasi (LAPORAN) Dukungan Internal Administrasi (BULAN) Jumlah teknik dan metode uji terap yang dikembangkan (DOKUMEN) Jumlah uji terap yang dapat dipublikasikan melalui jurnal nasional / internasional (DOKUMEN) Jumlah juklak/juknis yang di desiminasi Dukungan Internal Administrasi (BULAN) Dukungan aparatur pegawai & layanan perkantoran (BULAN LAYANAN) Jumlah dan jenis sarana, infrastruktur, teknologi informasi yang sesuai kebutuhan dan memadai (UNIT) Jumlah sertifikat karantina Impor, ekspor dan Antar Area terhadap media pembawa OPTK dan HPHK melalui pelaksanaan tindakan karantina (LAPORAN) Dukungan Internal Administrasi pengelolaan Sertifikasi Karantina Pertanian (BULAN) Dukungan Aparatur Pegawai & Layanan Perkantoran (BULAN LAYANAN) Jumlah dan jenis sarana, infrastruktur, teknologi informasi yang sesuai kebutuhan dan memadai (UNIT) : Penambahan jumlah instalasi karantina hewan dan tumbuhan yang sesuai standar % 20% 20% 20% 20%

19 2.3. Program dan Kegiatan Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pertanian serta Badan Karantina Pertanian, dalam Program Peningkatan Kualitas Perkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati maka kegiatan Badan Karantina Pertanian yang menunjang hal tersebut dijabarkan dalam kegiatan sebagai berikut: 1. Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Kegiatan prioritas ini melekat pada Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani dengan sasaran Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan Indikator kinerja ke-1 dari kegiatan ini adalah Jumlah peraturan / keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani (DOKUMEN). Indikator kinerja ke-2 Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani (DOKUMEN). Dalam rangka pencapaian sasaran kegiatan ini maka pada tahun 2016 telah direncanakan menyusun beberapa kebijakan karantina hewan dan keamanan hayati hewani, yaitu : 1) Konsep Permentan Tentang Tata Cara TKH di Pulau Karantina. 2) Konsep Permentan Tentang Sistim Sertifikasi Ekspor Produk Hewan. 3) Konsep Permentan Tentang Invasive Aliens Spesies (IAS). 4) Konsep Permentan Tentang PRG. 5) Konsep Juklak/Juknis TKH Terhadap Alat Angkut dan Kemasan. 6) Konsep Juklak/Juknis TKH Terhadap Vektor HPHK. 7) Konsep Juklak/Juknis TKH Terhadap Satwa Liar 8) Konsep Juklak/Juknis TKH Tentang TKH di TPK. 9) Analisis Risiko Pemasukan Hewan dari Luar Negeri 10) Analisis Risiko Pemasukan Hewan Antar Area 11) Konsep Pedoman Teknis Aplikasi Penetapan IKH On-Line 2. Peningkatan Sistem Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Kegiatan prioritas ini melekat pada Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dengan sasaran Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan Indikator kinerja ke-1 dari kegiatan ini adalah Jumlah peraturan / keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK, dan keamanan hayati nabati (DOKUMEN). Indikator kinerja ke-2 Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK, dan keamanan hayati nabati (DOKUMEN). Dalam rangka pencapaian sasaran kegiatan ini maka pada tahun 2016 telah direncanakan menyusun beberapa kebijakan karantina tumbuhan dan keamanan hayati nabati, yaitu : 1) Konsep Revisi Permentan 51/2015 Tentang Jenis OPTK 2) Perumusan Prosedur Ekspor Benih Per Komoditas 19

20 3) Kajian Rekomendasi Permohonan Pemasukan Agens Hayati Ke Dalam Wilayah RI. 4) Konsep Pre-Clearance Terhadap Pemasukan Komoditas Strategis 5) Sistem Sertifikasi Phytosanitary Bahan Pakan Ternak Asal Tumbuhan Tujuan China. 6) Sistem Sertifikasi Antar Area 7) Pedoman Pengkajian Dokumen Pengakuan Sistem Keamanan Pangan. 8) Pengkajian Permohonan Pengakuan (Recognisi) Sistem Pengawasan Keamanan Pangan/ Registrasi Laboratorium Keamanan Pangan 9) Pedoman Monitoring Pemasukan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) 10) AROPT Benih 11) AROPT Non Benih 3. Peningkatan Kepatuhan, Kerjasama dan Pengembangan Sistem Informasi Perkarantinaan Kegiatan prioritas ini melekat pada Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan dengan 3 sasaran. Sasaran pertama yaitu Kebijakan Teknis Pengawasan dan Penindakan Yang Dapat Mendukung Meningkatnya Kepatuhan Pengguna Jasa Karantina dan Integritas Petugas Karantina. Indikator kinerja yang pertama yaitu kebijakan pengawasan dan penindakan karantina hewan/karantina tumbuhan dan keamanan hayati yang dapat diimplementasikan Untuk mendukung kinerja tersebut maka direncanakan beberapa kegiatan penting sebagai berikut : 1) Perumusan Pedoman POLSUS Barantan 2) Kode Etik PPNS Badan Karantina Pertanian 3) Perumusan Pedoman Kerjasama Barantan dengan TNI -AD Sasaran kedua yaitu Meningkatnya kualitas kerjasama nasional/ internasional, dengan indikator kinerja yaitu Jumlah harmonisasi kerjasama perkarantinaan dengan negara mitra yang terimplementasikan (LAPORAN) dan Jumlah MOU dengan K/L terkait yang terimplementasikan (DOKUMEN). Kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran tersebut adalah : 1) Koordinasi dan Kerjasama Internasional, antara lain : a) Kerjasama Multilateral b) Kerjasama Bilateral c) Koordinasi Tindak lanjut Hasil Pertemuan Internasional d) Seminar Hasil Pertemuan Internasional e) Perundingan Multilateral 2) Draft Regulasi Yang Dinotifikasi ke SPS WTO, antara lain : a) Koordinasi dan Kerjasama SPS b) Koordinasi Tim SPS Antar KL terkait c) Evaluasi Implementasi Prinsip SPS Dalam Tindakan Karantina di UPT 20

21 Sasaran terkait informasi perkarantinaan dari Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan adalah Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses dengan indikator kinerja yaitu Jumlah Aplikasi berbasis IT terkait internal dan eksternal perkarantinaan pertanian (APLIKASI). Dengan rincian kegiatan antara lain sebagai berikut : 1) Pedoman Kebijakan MPTI Barantan 2) Pedoman Pengamanan Sistem Inrformasi IT Barantan 3) Pembinaan dan Bimtek dan Monitoring Pengembangan Sistem Informasi Perkarantinaan 4) Sistem Aplikasi a) Penyempurnaan Sistem Aplikasi o Update Aplikasi Simponi-Barantan o Update Aplikasi berbasis Android o Update Aplikasi Data Integrasi INSW o Update Aplikasi E-Cert o Update Aplikasi Pengawasan Food Savety o Pengembangan Aplikasi TPK o Pengembangan Aplikasi IKH b) Pembuatan Sistem Aplikasi o Pengadaan dan Uji Coba Aplikasi Integrasi ASW o Pengadaan Aplikasi layanan Utama o Pengadaan Aplikasi Layanan Pendukung InHouse System TI Barantan o Pengadaan dan Uji Coba Aplikasi Pengolahan Data Kantor Pusat 4. Dukungan manajemen dan tugas-tugas teknis Badan Karantina Pertanian Kegiatan prioritas ini melekat pada Sekretariat Badan Karantina Pertanian dengan sasaran (1) tersedianya SDM aparatur yang kompeten dan professional, (2) terkelolanya anggaran secara optimal, (3) terwujudnya good governance & clean government dan (4) tersedianya sarana dan prasarana perkarantinaan yang memadai. Adapun kegiatan-kegiatan yang mendukung antara lain : 1) Pendidikan dan Pelatihan Dasar Teknis Calon Medik Veteriner 2) Pendidikan dan Pelatihan Dasar Teknis Paramedik Veteriner 3) Pendidikan dan Pelatihan Dasar Teknis POPT Ahli 4) Pendidikan dan Pelatihan Dasar Teknis POPT Terampil 5) Pendidikan dan Pelatihan Lan Gaskara 6) Pendidikan dan Pelatihan PPNS 7) Pendidikan dan Pelatihan POLSUS 8) Pendidikan dan Pelatihan Intelijen 9) Dokumen Pelaksanaan Anggaran Dan Laporan Keuangan. o Pengelolaan Perbendaharaan o Penyusunan Laporan BMN o Penyusunan Laporan Keuangan o Pengelolaan Pengadaan Barang dan Jasa 21

22 10) Dokumen Rencana Kinerja dan Penyusunan Anggaran o Penyusunan Rencana Jangka Menengah o Penyusunan Renja Barantan o Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) o Penyusunan Standar Kinerja Barantan 11) Dokumen Evaluasi dan Pelaporan Barantan o Penyusunan Laporan Barantan o Penyusunan LAKIN o Penyusunan Pedoman Evaluasi Barantan o Monev Barantan Penyusunan Data Statistik o Penyusunan Data Statistik o Penyelenggaraan SPI Barantan 12) Dokumen Pengembangan dan Pengelolaan Kepegawaian o Pengelolaan administrasi kepegawaian o Penyusunan formasi pegawai o Rekruitmen Pegawai o Penyusunan Pedoman Pegawai o Pengelolaan Pengembangan Pegawai o Bimbingan, Pembinaan, Monev Kepegawaian o Fasilitasi Penilaian Angka Kredit o Fasilitasi Uji Kompetensi Jabatan Fungsional 13) Dokumen Pengembangan Integritas Barantan dan RB o Pengelolaan Reformasi dan Birokrasi o Pengelolaan IKM dan IPNBK o Pengembangan Organisasi o Bimbingan, Monev Pengembangan Integritas dan RB 14) Dokumen Tatalaksana dan Inisiatif Anti Korupsi o Pengelolaan dan Pengembangan Prosedur Tata Laksana o Analisa Jabatan dan Beban Kerja o Pengembangan Standar Kompetensi o Bimbingan, Monev Tata Laksana o Pengembangan Pelayanan Publik 15) Peraturan Perkarantinaan dan Keamanan Hayati o Fasilitasi Penyusunan Rancangan Peraturan KH dan KHH o Fasilitasi Penyusunan Rancangan Peraturan KT dan KHN o Pertimbangan dan Bantuan Hukum o Koordinasi dan Konsultasi Peraturan Perkarantinaan o Tinjaun dan Evaluasi Peraturan Perkarantinaan o Analisa dan Internalisasi Peraturan Perkarantinaan o Monev Pelaksanaan Peraturan o Fasilitasi Revisi Peraturan 16) Laporan Indeks Kepuasan Informasi Layanan Perkarantinaan o Promosi dan Publikasi o Fasilitasi Jumpa Pers 22

23 o Pelayanan SMS Center dan Pengembangan Website Barantan o Pengelolaan dan Pengembangan Perpustakaan o Pelaksanaan Koordinasi Kehumasan o Survey dan Monitoring Public Awareness 17) Laporan Ketatausahaan 18) Layanan Perkantoran 19) Kendaraan Bermotor R-4 20) Kendaraan Bermotor R-2 21) Alat Pengolah Data dan Komunikasi 22) Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Barantan 23) Peralatan dan Mesin 5. Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan laboratorium Uji Standar dan Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian Kegiatan prioritas ini melekat pada tupoksi Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian (BBUSKP) dan Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP). Sasaran kegiatan ini (1) meningkatnya pengembangan teknik dan metoda pengujian laboratorium, (2) meningkatnya pengembangan teknik dan metoda uji terap Dalam mendukung sasaran tersebut kegiatan penting di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian adalah : 1) Rekomendasi teknik dan metode pemeriksaan laboratorium 2) Fasilitasi akreditasi laboratorium Karantina Hewan 3) Fasilitasi akreditasi laboratorium Karantina Tumbuhan 4) Layanan pemeriksaan sampel uji laboratorium standar a. Uji rujukan dan konfirmasi b. Uji profisiensi c. Uji banding d. Koleksi standar Sedangkan kegiatan penting di Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian, sebagai berikut : 1. Rekomendasi teknik dan metode tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati a. Pengujian standar teknik dan metode tindakan karantina hewan sesuai OIE. b. Pengujian standar teknik dan metode tindakan karantina tumbuhan sesuai IPPC. c. Pengujian standar teknik dan metode pengawasan keamanan hayati hewani sesuai standar CAC & SNI. 2. Desiminasi teknik dan metode karantina dan pengawasan keamanan hayati a. Desiminasi teknik dan metode pengawasan keamanan hayati b. Desiminasi teknik dan metode tindakan karantina tumbuhan c. Desimenasi teknik dan metode tindakan karantina hewan 23

24 6. Peningkatan Kualitas Pelayanan karantina Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati Kegiatan prioritas ini melekat pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Karantina Pertanian di daerah berjumlah 50 UPT yaitu terdiri dari 5 Balai Besar, 27 Balai Kelas I/II dan 18 Stasiun kelasi/ii. Sasaran kegiatan ini meningkatnya tindakan karantina. Untuk mencapai sasaran dari UPT maka dilakukan kegiatan penting sebagai berikut: 1) Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan Media Pembawa hama penyekit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) 2) Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK/OPTK 3) Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK/OPTK 4) Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan Nabati 5) Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan tumbuhan; 6) Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati 7) Pengelolaan sistem informasi, dokumentasi, dan sarana teknik karantina hewan dan tumbuhan; 8) Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan keamanan hayati hewani dan nabati Pada tahun 2016 telah ditandatangani Penetapan Kinerja antara Kepala Badan Karantina Pertanian dengan Menteri Pertanian, sebagai berikut : Sasaran Program Indikator Kinerja Target Meningkatnya efektifitas Persentase media pembawa yang 95% pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan Persentase media pembawa yang 87% memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pemasukan yang telah ditetapkan Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pengeluaran yang telah 87% Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati ditetapkan Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan 0,1 % 24

25 Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian Penurunan persentase kasus pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun sebelumnya Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) 5% Analisis Lingkungan Strategik Perubahan lingkungan strategis yang sangat cepat dan pesat akan mempengaruhi kinerja penyelenggaraan perkarantinaan pertanian. Pengaruh lingkungan strategis tersebut berhubungan dengan kondisi internal Badan Karantina Pertanian dan pengaruh lingkungan eksternal sebagai tantangan yang dihadapi serta peluang yang dapat diraih dalam menyusun rencana strategis Badan Karantina Pertanian Berdasarkan Analisis SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman), banyak faktor yang berhubungan dengan ancaman resiko penyakit pada hewan dan tumbuhan, serta status penyakit di suatu area yang terkait dengan fungsi BARANTAN sebagai berikut : Tabel 2. Faktor Internal No Aspek 1 Regulasi/ Kebijakan Kekuatan (Strengths) a. Karantina merupakan salah satu dari 3 unsur teknis (CIQ) berdasarkan ketentuan international (Annex IX) bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan di tempat pemasukan dan pengeluaran suatu negara b. Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan SK Mentan Badan Karantina Pertanian mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati c. Peraturan Nomor 49/Permentan/OT.140/8/2012 menetapkan tempat-tempat pemasukan / pengeluaran yang merupakan tanggung jawab Badan Karantina Pertanian d. Karantina memiliki landasan hukum yang kuat dalam operasionalnya, yang terdiri dari Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Kep/Peraturan Menteri serta Juklak/Juknis dan Kelemahan (Weaknesses) a. Kebijakan teknis operasional yang merupakan tindak lanjut amanah PP Nomor 82/2000 yang belum ditindaklanjuti dalam bentuk Permentan ada 10 Pasal sedangkan PP Nomor 14/2002 ada yang belum ditindaklanjuti dalam bentuk Permentan ada 4 Pasal b. Proses revisi UU Nomor 16/1992, pengamatan fungsi terkait keamanan hayati, tentang pengawasan dan penindakan, penambahan sanksi masih belum selesai. c. Protokol karantina antar negara pengimpor/pengekspor (MOU) masih perlu ditingkatkan terkait dalam pelaksanaan sistem perkarantinaan d. Kebijakan teknis 25

26 No Aspek 2 Kelembaga an dan manajemen organisasi Manual Kekuatan (Strengths) Keanggotaan Indonesia dalam organisasi internasional yaitu Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Organisasi Pangan & Pertanian (FAO), Organisasi Kesehatan Hewan Sedunia (OIE), Konvensi International Perlindungan Tanaman (IPPC) dan Komisi Kesehatan Pangan Sedunia (CODEX) Kelemahan (Weaknesses) operasional, standar teknik dan metoda masih perlu dilengkapi untuk meningkatkan cakupan pengendalian resiko dan akuntabilitas pelaksanaan pengawasan dan pelayanan a. Sistem informasi tingkat Pusat dan UPT perlu peningkatan pelaporan dan manajemen internal b. Data dan pelaporan tingkat UPT - Pusat - UPT untuk proses pengambilan sistem keputusan belum terintegrasi c. Kemampuan analisa resiko dibidang karantina hewan masih lemah dan belum didokumentasikan sebagai salah satu dasar pelaksanaan sistem perkarantinaan d. Kelembagaan karantina masih memerlukan penyesuaian terhadap strategi perlindungan sumberdaya hayati dan keamanan pangan e. Perlu penyempurnaan dalam sistem pengendalian dan sistem pengukuran kinerja mengikuti perkembangan reformasi birokrasi 3 Sumber daya manusia a. BARANTAN telah memiliki SDM yang berkompeten dalam penyelenggaraan perkarantinaan dan pengawasan keamanan hayati, yang terdiri dari tenaga fungsional karantina hewan (Medik Veteriner dan Paramedik Veteriner), fungsional karantina tumbuhan (Pengendali Organisme Penganggu Tumbuhan POPT), Penyidik Pegawai Negeri Sipil a. Distribusi SDM belum memperhitungkan analisis beban kerja baik tingkat Pusat dan UPT b. Kualitas, kompetensi dan jumlah SDM masih memerlukan peningkatan mengikuti meningkatnya beban kerja operasional 26

27 No Aspek 4 Sarana prasarana/i nfrastruktur 5 Pelayanan Publik Kekuatan (Strengths) (PPNS), POLSUS, dan Intelijen Karantina b. Kompetensi SDM BARANTAN semakin meningkat c. Kemampuan BARANTAN dalam penyediaan diklat teknis meningkat Mempunyai sarana dan prasarana operasional pokok diseluruh provinsi di Indonesia yang mampu mendukung terlaksananya operasional pengawasan dan pelayanan karantina a. Komitmen dari pimpinan dan pegawai BARANTAN untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik semakin menguat b. Semakin membaiknya mutu sarana prasarana untuk peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; c. Telah adanya pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagai bagian dari sistem monev perbaikan pelayanan publik. Kelemahan (Weaknesses) a. Sarana/prasarana operasional perlu penataan dan peningkatan kualitas sesuai peruntukkannya dan standar b. Belum semua sarana pelayanan memenuhi standar minimal c. Teknologi dan sistem informasi belum cukup memuaskan pemanfaatannya dalam meningkatkan pelayanan dan manajemen kinerja internal d. Sarana dan Prasarana Operasional masih memerlukan penataan dan peningkatan kualitas mengikuti peningkatan beban operasional dan kepuasan masyarakat dalam pelayanan Sistem pelayanan dan pengawasan pelaksanaan perkarantinaan yang telah dituangkan dalam suatu produk hukum belum optimal penerapannya 6 Pengelolaa n Anggaran Dari aspek pendanaan, selain APBN Rupiah Murni, Barantan mempunyai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang sampai dengan saat ini merupakan PNBP terbesar di lingkungan Kementerian Pertanian Alokasi anggaran operasional BARANTAN masih terbatas 27

28 Tabel 3. Faktor Eksternal No Aspek Peluang (Opportunities) Tantangan (Threats) 1 Sistem Ekonomi/Perd agangan Internasional 2 Perkembanga n Iptek a. Peningkatan jumlah konsumen produk pertanian dunia b. Integrasi perdagangan dunia atau antar kawasan (WTO, MEA, APEC, EU, dsb) c. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia menghasilkan sejumlah perjanjian dan kesepakatan d. Adanya ketentuan-ketentuan antar Negara yang harus disepakati dan telah harmoni di dalam MoU e. Terdapat berbagai kesepakatan internasional terkait penjaminan akses pasar (OIE, Codex, dsb) f. Berlakunya Kebijakan Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement - FTA). Antara lain yaitu Indonesia China; Indonesia Korea; Indonesia Jepang a. Kerjasama penerapan standarisasi mutu secara internasional berbasis ISO b. Pembelajaran dari praktik Otoritas Kompeten dari negara-negara lain c. Tawaran kerjasama pengembangan jejaring riset internasional a. Semakin meningkatnya hambatan non tarif terhadap produk-produk pangan yang dikenakan oleh Negara tujuan ekspor utama (USA, EU, Asia Timur Jauh, dan Australia) terutama terkait dengan Sanitary and Phytosanitary (SPS). b. Meningkatnya volume dan kompleksitas perdagangan c. Kebijakan proteksi dari negara mitra d. Standarisasi produk pertanian dari negara pengimpor e. Tingginya frekuensi lalu lintas perdagangan internasional untuk produk pertanian f. Meningkatnya permintaan konsumen di negara tujuan ekspor terkait produksi pertanian yang sehat bermutu dan aman konsumsi serta bebas penyakit g. Meningkatnya ancaman kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan selain HPHK dan OPTK, seperti IAS dan GMO serta ancaman terhadap keanekaragaman hayati h. Adanya kebijakan zoning dalam importasi produk hewan (daging) i. a. Data hasil riset yang dilakukan oleh pihak Indonesia sangat mudah diakses pihak luar b. Data hasil riset yang dilakukan pihak asing sangat sulit diakses oleh peneliti Indonesia c. Kemajuan teknologi 28

29 No Aspek Peluang (Opportunities) Tantangan (Threats) 3 Volume & kompleksitas perdagangan d. Ketersediaan sumber pendanaan internasional e. Kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan di luar negeri a. Pengembangan dan produksi berbagai produk untuk kesehatan hewan dan tanaman (pencegahan, diagnosis dan pengobatan) b. Jenis asing invasif (Invassive Allien Species/IAS) telah dapat diidentifikasi berdampak penting terhadap lingkungan dan kelestarian sumberdaya hayati transportasi, perdagangan dan pariwisata mengakibatkan peningkatan kegiatan lalu lintas komoditas d. Kemajuan dalam bidang bioteknologi dan teknologi pengolahan pangan e. Banyaknya HPHK dan OPTK dari berbagai negara f. Makin beragamnya jenis media pembawa HPHK & OPTK a. Adanya bioterorisme. b. Semakin beragamnya bentuk dan jenis komoditas berkaitan dengan produk produk rekayasa genetik (Genetically Modified Organism/GMO) c. Sulitnya menelusuri tempat asal suatu produk. 29

30 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Capaian Kinerja Organisasi Pengukuran kinerja program dilingkup Badan Karantina Pertanian Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi sasaran dengan indikator kinerja. Matrik pengukuran kinerja untuk mengetahui tingkat capaian kinerja sasaran dapat dilihat pada Lampiran. Keberhasilan dan ketidakberhasilan setiap sasaran ditentukan dengan persentase pencapaian target yang telah ditetapkan, adapun kisarannya seperti berikut : A. Sangat Berhasil : > 100 % B. Berhasil : % C. Cukup Berhasil : 60 (< 80 %) D. Kurang Berhasil : < 60 % Secara ringkas disampaikan bahwa tarfet masing-masing sasaran yang telah ditetapkan sebagai berikut : 1) Meningkatnya efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK, dengan indikator : 1. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (95 %) 2. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (87%) 3. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pengeluaran yang telah ditetapkan (87 %) 2) Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati, dengan indikator : Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan ( 0,1 %) 3) Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian 1. Penurunan persentase kasus pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun sebelumnya (5 %) 2. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) (78) Berikut akan diuraikan realisasi pencapaian sasaran Badan Karantina Pertanian Tahun 2016, yang diukur menggunakan indikator kinerja sebagai berikut : 30

31 Sasaran Program Meningkatnya efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian Indikator Kinerja Target Realisasi % Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pemasukan yang telah ditetapkan Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pengeluaran yang telah ditetapkan Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan Penurunan persentase kasus pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun sebelumnya Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) 95% 98,775 % 103,97 87% 87,923 % 101,06 87% 87,783 % 100,90 0,1 % 0,0199% 119,20 5% 45,45 % 120, ,84 107,54 Adapun penjelasan dari capaian kinerja setiap sasaran dapat dilihat dari sub bab evaluasi dan analisis kinerja berikut : 31

32 3.2. Evaluasi dan Analisis Kinerja Sasaran program ke-1 dari Badan Karantina Pertanian adalah meningkatnya efektitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK yang diukur dari indikator kinerja sebagai berikut : 1. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (95 %). Jaminan kesehatan ini diharapkan setelah dilakukan sertifikasi (tindakan pelepasan adalah bebas dari HPHK atau OPTK, target pada tahun 2016 sebesar 95%. Adapun cara perhitungan untuk menghitung indikator ini adalah : Indikator 1 = 100 % - (A + B)/2 A = persentase temuan HPHK golongan I (Eksotik) hasil pemantauan B = persentase temuan OPTK A1 hasil pematauan Selama tahun 2016 tidak ada temuan hasil pemantauan HPHK golongan I (eksotik), maka A = 0 / jumlah HPHK x 100 % = 0. Sedangkan untuk temuan OPTK A1 hasil pematauan sebagai berikut : No. Kelompok OPTK A1 OPTK A2 1. Bakteri Cendawan Nematoda Serangga Tungau Virus/viroid Gulma 0 1 Jumlah No Kelompok OPTK Jumlah Temuan Persentase 1 Serangga Tungau Snail and Slug Nematoda Gulma Cendawan , Bakteri Phytoplasna Virus TOTAL

33 Rata-rata persentase temuan OPTK, B = 17/692 = 2,45 % Sehingga hasil perhitungan indikator-1 = 100 % ( 0 + 2,45)/2 % = 100 % 1,225 % = 98,775 % Hasil realisasi angka ini apabila dibandingkan dengan targetnya masih melebihi (98,775% dibandingkan 95%) atau nilai persentasenya sebesar 103,973%. Capaian sebesar 98,775% sebetulnya telah melebihi capaian yang ditargetkan tahun 2019 yaitu sebesar 98%. Sehingga capaian ini perlu dipertahankan. Secara ideal bahwa seharusnya target indikator ke-1 adalah 100%. Hal ini berdasarkan pertimbangan peraturan perundangan, pedoman, juklak, juknis terkait impor media pembawa HPHK dan OPTK yang belum lengkap dan yang sudah terbit perlu penyempurnaan. Selain itu yang menjadi titik lemah adalah sumber daya Badan Karantina Pertanian yang ada pada saat ini, antara lain Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana untuk melakukan tindakan karantina. Namun demikian pada tahun 2016 Badan Karantina Pertanian telah menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik yaitu melakukan sertifikasi karantina hewan dan karantina tumbuhan impor. Adapun trend sertifikasi impor tahun sebagai berikut : Tabel 4. Sertifikasi Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan Impor Tahun No Golongan MP HPHK Sertifikasi KH Impor (Kali) / OPTK A Karantina Hewan 1 Hewan Hidup BAH HABAH MP Lain/Benda Lain Sub Total B Karantina Tum buhan 1 Benih HTH HTM Benda Lain Sub Total Total 151, , , ,

34 Gambar 3. Trend Sertifikasi Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan Kegiatan Impor Tahun Berdasarkan tabel dan gambar di atas dapat dilihat frekuensi sertifikasi karantina hewan ada kecenderungan sedikit naik. Sedangkan frekuensi karantina tumbuhan cenderung menurun dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Terkait dengan pencegahan HPHK impor, telah berhasil dilakukan pencegahan masuknya HPHK sejak di negara asal (Australia) melalui kegiatan PSI yaitu: 6 + EBL dan Johne s Disease ditolak pemuatannya ke Indonesia, melalui TKH di tempat pemasukan BKP II Palangkaraya 3 + Johne s Disease dilakukan pemusnahan, serta melalui pelarangan masuknya media pembawa Avian Influenza dari Eropa, Jepang dan India sebagai dampak terjadinya wabah di negara-negara tersebut. Walaupun masih ditemukan 17 jenis OPTK A1 berdasarkan hasil pemantauan OPTK tahun 2016, namun hasil perhitungan setelah digabungkan dengan tidak ditemukannya adanya wabah HPHK eksotik, maka capaian kinerja indikator ke-1 masih di atas yang ditargetkan (95%) yaitu 98,775 %. Sasaran Program ke-1, indikator ke-1 pada tahun 2016 hanya ditargetkan sebesar 95%. Apabila melihat target Renstra Badan Karantina Pertanian tahun 2019 sebesar 98%, maka hal ini sebetulnya telah terpenuhi pada tahun 2016 sebesar 98,775%. Sehingga capaian indikator kinerja ke-1 tinggal mempertahankan sampai dengan tahun Adapun keberhasilan capaian dari indikator ke-1 ini yang dapat melampaui target, karena jaminan kesehatan terhadap media pembawa HPHK/OPTK tersebut dikeluarkan berdasarkan pemeriksaan oleh petugas-petugas karantina yang mempunyai kompetensi dibidangnya. Selain itu juga karena peraturan perkarantinaan dan keamanan hayati khususnya terkait dengan pengendalian impor, misalnya Permentan No. 42/2012 dan Permentan 34

35 43/2012 dapat terimplementasi dengan baik, dan bahkan Badan Karantina Pertanian sering melakukan penindakan yang nyata terhadap pelanggaran aturan tersebut. Hal lain yang mendukung terhadap tercapainya indikator ke-1 ini karena ada kegiatan análisis risiko di negara asal (negara mitra dagang yang melakukan ekspor komoditas pertanian ke Indonesia, misal : benih padi, produk-produk hortikultura), kegiatan PSI terhadap sapi impor di negara asal sehingga kegiatan ini secara langsung dapat mengurangi risiko terbawanya HPHK dan OPTK ke dalam Wilayah Republik Indonesia. Keberhasilan terhadap pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK asal luar negeri selama tahun 2016 dapat ditunjukkan pada Tabel berikut : Tabel 5. Temuan Organisme Penggangu Tumbuhan Karantina (OPTK) Asal Luar Negeri Hasil Pemeriksaan Karantina Tumbuhan Yang Terdeteksi Positif dan Tercegah Masuk dan Menyebarnya Ke Dalam Wilayah Rl Tahun 2016 No Temuan OPTK MP OPTK Negara Asal Tempat Pemasukan 1. Aphelenchoides Benih Padi Filipina BBKP Soekarno Hatta besseyi 2. Burkholderia glumae Benih Padi Cina BBKP Surabaya 3. Helminthosporium Bibit Kentang Scodlandia BBKP Tj Priok solani 4. Poronospora manshurica Kedelai Amerika Serikat BKP Kelas I BD Lampung, BBKP 5. Pseudomonas syringae pv. syringae 6. Pseudomonas Surabaya Bibit Krisan Belanda BBKP Soekarno Hatta Benih Kubis Jepang BBKP Soekarno Hatta viridiflava 7. Tilletia laevis Gandum Biji Argentina, Ukraina BBKP Surabaya,BBKP Makassar, BKP Kelas II Cilegon Bungkil Kedele Argentina BBKP Surabaya 8. Tilletia tritici Gandum Biji Ukraina BBKP Surabaya,BBKP Makassar, BKP Kelas II Cilegon 9. Asphodelus Gandum Biji Australia BKP Kelas II Cilegon fistulosus 10. Stenocarpella Gandum Biji Amerika BKP Kelas II Cilegon maydis Serikat 11. Dasheen Mosaic Bibit Calla Lily Belanda BBKP Soekarno Hatta Potyvirus (DsMV) 12. Pantoea stewartii Subsp.stewartii Benih Jagung Manis Benih Jagung Thailand BBKP Tanjung Priok 13. Sitophlius granarius Gandum Ukraina BKP Kelas II Cilegon 14. Ditylenchus dipsaci Bawang Putih Cina BBKP Surabaya Sumber : Pusat Karantina Tumbuhan 35

36 Gambar 4. Kegiatan Pemantauan OPTK 2. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (87 %) Jaminan kesehatan ini diharapkan setelah dilakukan sertifikasi karantina domestik masuk maupun domestik keluar (tindakan pelepasan adalah bebas dari HPHK atau OPTK, target pada tahun 2016 sebesar 87%. Target ini lebih rendah dari pada impor karena frekuensi tindakan karantina hewan maupun karantina tumbuhan jauh lebih besar. Adapun cara perhitungan untuk menghitung indikator-2 ini adalah : Indikator 2 = 100 % - (A + B)/2 A = persentase temuan HPHK berdasarkan ada tidaknya wabah B = persentase temuan OPTK A2 hasil pemantauan Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pengeluaran yang telah ditetapkan (87%) Adapun cara perhitungan untuk menghitung indikator-2 ini adalah : Indikator 3 = 100 % - (A + B)/2 A = persentase hasil pencegahan masuknya HPHK antara area dari tempat pengeluaran B = persentase temuan OPTK A2 hasil pemantauan 36

37 Selama tahun 2016 tidak ada temuan kejadian wabah akibat HPHK, maka A = 0 / jumlah HPHK x 100 % = 0. Sedangkan untuk temuan OPTK A2 hasil pematauan sebagai berikut : No. Kelompok OPTK A1 OPTK A2 1. Bakteri Cendawan Nematoda Serangga Tungau Virus/viroid Gulma 0 1 Jumlah No Kelompok OPTK A2 Jumlah Temuan Persentase 1 Serangga Tungau Snail and Slug Nematoda Gulma Cendawan Bakteri Phytoplasna Virus TOTAL 217,394 Rata-rata 24,155 Rata-rata persentase temuan OPTK A2, B = 217,394/9 = % Sehingga hasil perhitungan indikator ke-2 = 100 % ( ,155)/2 % = 100 % 12,077 % = % Tabel 6. Data Sertifikasi Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan Tahun NO URAIAN KEGIATAN FREKUENSI SERTIFIKASI (KALI) A KARANTINA HEWAN 1 IMPOR EKSPOR DOMESTIK MASUK DOMESTIK KELUAR SUB TOTAL B KARANTINA TUMBUHAN 1 IMPOR

38 2 EKSPOR DOMESTIK MASUK DOMESTIK KELUAR SUB TOTAL TOTAL Gambar 5. Trend Frekuensi Sertifikasi Karantina Hewan Tahun

39 Gambar 6. Trend Frekuensi Sertifikasi Karantina Tumbuhan Tahun Gambar 7. Tindakan Karantina Pada Burung di BBKP Tanjung Priok 39

40 Sedangkan untuk perhitungan indikator ke-3 Selama tahun 2016 berdasarkan data dari seluruh UPTKP yang telah dilaporkan, terdapat temuan HPHK pada kegiatan antar area pemasukan untuk mengevaluasi tindakan karantina hewan pengeluaran. Berdasarkan tabel tersebut didapatkan hasil persentase temuan HPHK yang berhasil dicegah pemasukannya adalah sebesar 0,278%. Adapun tabel secara terperinci sebagai berikut : No UPT 1. SKP I Samarinda 2. BKP II Kendari 3 BKP I Balikpapan Jenis Temuan HPHK Brucellosis pada Sapi Septichaemia Epizootica (SE) pada Sapi Brucellosis pada Sapi Positif 57 RBT Confirmed CFT 14 Total Pemasukan Persentase MP Rentan , , RBT TIDAK Confirmed CFT , BKP II Pangkal Pinang Brucellosis pada Kambing BVD pada Sapi 2 RBT reagen Brucella abortus (bukan reagen Brucella melitensis) TIDAK Confirmed CFT 1 ELISA Antigen , , Total 0, Adapun temuan HPHK yang berhasil dicegah pengeluaran Antar Area-nya adalah sebagai berikut: No UPT 1. SKP I Parepare Jenis Temuan HPHK Brucellosis pada Sapi Positif 60 RBT Confirmed 1 CFT Total Pengeluaran Persentase MP Rentan ,

41 2. SKP II Mamuju Brucellosis pada Sapi 52 RBT TIDAK Confirmed CFT Trypanosomos is pada Sapi Ulas Darah , SKP I Sumbawa Besar Brucellosis pada Sapi 3 RBT TIDAK Confirmed CFT , Brucellosis pada Kerbau Trypanosomos is pada Sapi 1 RBT TIDAK Confirmed CFT 1 Ulas Darah , , Trypanosomos is pada Kerbau 3 Ulas Darah , Trypanosomos is pada Kuda 4. BKP I Jambi Bovine Anaplasmosis pada Sapi Bovine Babesiosis pada Sapi 5. BKP II Palu Brucellosis pada Sapi 6. SKP II Ende Brucellosis pada Sapi Trypanosomos is pada Kuda 1 Kuda , Ulas Darah , Ulas Darah , RBT TIDAK , Confirmed CFT 7 RBT TIDAK , Confirmed CFT 7 UlasDarah , BKP I Mataram 8. BBKP Surabaya 9. BKP II Kendari Trypanosomos is pada Kerbau Avian Influenza pada Unggas kecil dan dewasa Brucellosis pada Sapi 1 Ulas Darah 91 1, PCR , Confirmed CFT , BKP Kelas II Ternate Brucellosis pada Sapi 17 RBT TIDAK Confirmed CFT ,

42 11. BKP Kelas I Kupang Brucellosis pada Sapi , Brucellosis pada Kuda , Dengan demikian, total persentase HPHK yang berhasil dicegah pengeluarannya sepanjang tahun 2016 adalah sejumlah 10, atau 11%. Angka ini sebagai deskripsi HPHK yang berhasil dicegah pengeluarannya di tempat pengeluaran dan tidak menjadi variabel perhitungan dalam mengukur indikator sistem jaminan kesehatan antar area, karena yang diperhitungkan adalah jumlah temuan HPHK yang berhasil dicegah pemasukannya di tempat pemasukan yaitu sebesar 0,278% serta ada tidaknya wabah HPHK setelah dibebaskan dari tempat pemasukan. Selama tahun 2016 berdasarkan data dari seluruh UPT terdapat temuan HPHK pada kegiatan antar area pemasukan untuk mengevaluasi tindakan karantina hewan pengeluaran. Berdasarkan tabel di atas terdapat temuan HPHK pada kegiatan antar area pengeluaran. Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil persentase temuan sebesar 0,278 %. Sedangkan rata-rata untuk persentase temuan OPTK sebesar 15,67 % Sehingga hasil perhitungan indikator ke-3 = 100 % ( ,155)/2 % = 100 % 12,2165 % = 87, 7835 % Untuk capaian indikator ke-2 dan ke-3 juga telah tercapai dan melampaui target. Untuk kegiatan karantina antara area (domestik masuk dan domestik keluar), pemeriksaan karantina hewan maupun karantina tumbuhan jauh lebih tinggi frekuensinya bila dibandingkan dengan kegiatan karantina impor ataupun ekspor seperti terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6. Secara ideal bahwa seharusnya target indikator ke-2 dan ke-3 adalah 100%, tetapi untuk tahun 2016 hanya ditargetkan sebesar 87%. Hal ini karena selain lebih tingginya frekuensi lalu lintas antar área (Domestik Masuk dan Domestik Keluar) dibandingkan dengan kegiatan impor, juga masih belum lengkapnya aturan-aturan antar area baik dari Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan terbukti masih adanya permasalahan antar area. Selain itu seperti untuk tindakan karantina impor, juga tindakan karantina antar area yang menjadi titik lemah adalah sumber daya Badan Karantina Pertanian yang ada pada saat ini, antara lain Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana untuk melakukan tindakan karantina. Target indikator kinerja ke-2 dan ke-3 Renstra Badan Karantina Pertanian tahun 2016 sebesar 87% sedangkan pada tahun 2019 sebesar 90%, maka capaian indikator kinerja ke-2 dan ke-3 memungkinkan dapat tercapai pada tahun Hal ini karena indikator tersebut telah memenuhi target tahun 2016 dengan capaian berturut-turut : 87,923% dan 87,783% 42

43 Rata-rata persentase 3 indikator sebagai Sasaran Program ke-1 sebesar : (103,97% + 101,06% + 100,90%)/3 = 101,98 % atau dapat dikatakan Sangat Berhasil. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015 agak sedikit menurun, yaitu sebesar 105,63%. Hal ini kemungkinan karena data rata-rata sertifikasi karantina hewan dan karantina tumbuhan cenderung mengalami kenaikan sehingga risiko masuk dan menyebarnya HPHK/OPTK juga meningkat. Sasaran program ke-2 dari Badan Karantina Pertanian adalah Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati yang diukur dari indikator kinerja sebagai berikut : Indikator ke-4 adalah Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan. Dalam rangka mendukung akselerasi ekspor yang efektif Badan Karantina Pertanian mengukur dengan jumlah kiriman produk pertanian ke luar negeri yang telah disertifikasi kesehatannya dan mendapatkan komplain ketidaksesuaian dari Negara tujuan dibandingkan dengan total ekspor komoditas pertanian. Target dari indikator ini sebesar 0,1 % artinya sebesar kurang dari 0,1% dari produk pertanian yang telah mendapatkan sertifikasi ekspor tidak mendapatkan complain dari Negara tujuan. Adapun realisasinya adalah sebesar 27 kali complain dari total ekspor sebanyak kali sehingga (27 : x 100 %) = 0,0199% (artinya masih memenuhi target karena 0,1 %). Apabila dibandingkan dengan tahun 2015 angka keefektifannya sedikit lebih baik karena jumlah complain dari Negara tujuan pada waktu itu sebanyak 27 kali dari total ekspor sebesar kali sehingga nilai persentasenya sebesar 0,0207%. Secara umum efektifitas pelayanan ekspor terhadap komoditas pertanian dan produk tertentu yang dipersyaratkan masih sangat baik karena sesuai dengan apa yang ditargetkan. Adapun data bukti penerimaan Notification of Non Compliance (NNC) dari Negara Tujuan Ekspor sebagai berikut : Tabel 7. Rekapitulasi Notification of Non Compliance (NNC) Ekspor Bidang Karantina Tumbuhan Non Benih Tahun 2016 Tgl / UPT/ Neg No Tujuan 1 15 Feb 2016 BBKP Surabaya Italia 2 24 Feb 2016 BKP Semarang Belanda Komoditas Alasan NNC Tindak Lanjut Aquarium Plant Cidhy (Citrus Hystrix) Tdk imencantumkan Informasi pada Additional Declaration Ditemukan Bakteri Xantci (Xanthomonas axonopodis pv.citri) Penolakan Penolakan 43

44 3 22 Feb 2016 BKP Jambi malaysia Beetel Nut (Areca Catechum) Tanpa Impor Permint, Tanpa Additional declaration pada PC. Diberi perlakuan 4 25 Feb 2016 BBKP Tanjung Priok Malaysia Tobacco (Nicotiana tabaccum) Tanpa Additional declaration pada PC. Diberi perlakuan 5 5 Maret 2016 BBKP Soetta Belanda Manes (Manihot Esculenta) Ditemukan Serangga Bemita (Bemisia tabaci). Ditolak 6 7 Maret 2016 BBKP Soetta Perancis Cidhy (Citrus Hystrix) Informasi Pada PC tidak lengkap[. Ditolak 7 29 Maret 2016 BBKP Soetta Perancis Cidhy (Citrus Hystrix) Informasi Pada PC tidak lengkap[. Ditolak 8 22 April 2016 BBKP Soetta United Kingdom Ludss (Ludewigia, sp) Ditemukan Bemisia tabaci Dimusnakan April 2016 BBKP Tanjung Priok Jerman Dunnage Tidak di marking Dimusnakan Mei 2016 BKP Semarang Swiss Wood Pallet Ditemukan Serangga Hidup Dimusnakan Mei 2016 BBKP Tanjung Priok Swiss Wood Pallet Ditemukan Serangga Hidup Dimusnakan Juni 2016 BBKP Soetta Jerman Wood Pallet Tidak memenuhi Persyaratan ISPM # 15. Dimusnakan Juli 2016 BKP Yogyakarta Jerman Psigu (Psidium guajava) Ditemukan Serangga Dacudo (Bactrocera dorsalis). Dimusnakan Agustus 2016 BBKP Soetta Jerman Wooden Crate Tidak memenuhi persyaratam ISPM 15 Dimusnakan Agustus 2016 BKP Semarang Swiss Wood Pallet Ditemukan Serangga Dinobi ((Dinoderus bifoveolatus) Dimusnakan. 44

45 16 26 Agustus 2016 BKP Batam Jerman Agustus 2016 BBKP Surabaya Jerman Agustus 2016 BKP Palangkaraya Italia Agustus 2016 BBKP Soetta Belanda Wood Packaging Material Wooden Crate Tidak di marking Tidak ada marking ISPM 15. Araceae Tidak Disertai PC, Additional Declaration. Cidhy (Citrus hystrix) Ditemukan Bakteri Xanthomonas campestris pv.citri Dimusnahkan Dimusnakan. Ditolak. Ditolak Agustus 2016 BBKP Tanjung Priok Korea Selatan September 2016 BBKP Surabaya Rep. Czech Oktober 2016 BKP Semarang Jerman Oktober 2016 BKP Semarang Jerman Poliscias pinnata variegated Terkontaminasi Nematoda Radopholus sp. Aquarium Plants Tidak dilengkapi PC. Ditolak Wood Crate Wood Crate Ditemukan Serangga Hidup Lyctus (lyctus sp) Ditemukan Serangga Hidup Sino, sp ( Sinoxylon,sp.)\ Seluruh barang kiriman dimusnakan Dimusnakan Dimusnakan Oktober 2016 BBKP Tanjung Priok United Kingdom Iknyg (Cryptocoryne) - Produck Terkontaminansi; - Packing Material - Bagian kiriman yang terintersepsi OPT Ketiganya dimusnakan Oktober 2016 BBKP Surabaya Hungaria Desember 2016 BBKP Belawan Perancis Desember 2016 BBKP Soetta Belanda Nypss (Nynphoides, sp.) Tidak disertai PC 001 Dunnage Persyaratan ridak terpenuhi karna tidak ada marking ISPM 15 Manes (Manihot Esculenta) Ditemukan Bemita (Bemisia Tabaci) Ditolak Dimusnakan Ditolak Sasaran Program ke-2 mendapatkan skor 119,20 % atau dapat dikatakan Sangat Berhasil. Beberapa hal yang mendukung terhadap keefektifan sertifikasi ekspor antara lain adalah : a) Pemantauan yang efektif terhadap perusahaan-perusahaan fumigasi dan kemasan kayu yang telah teregistrasi melalui sistem audit. 45

46 Untuk memonitor kegiatan fumigasi yang dilakukan pihak ketiga Tim Sistem Audit dan Penilaian (SAP) dari Badan Karantina Pertanian baik secara periodik maupun eksidentil melakukan audit sekaligus pembinaan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas media pembawa OPT/OPTK yang akan dikirim keluar negeri agar tetap bebas dari OPT/OPTK. Berdasarkan hasil audit bahwa sampai dengan akhir tahun 2015 terdapat perusahaanperusahaan fumigasi maupun kemasan kayu mendapatkan sangsi karena tidak sesuai dengan standar Barantan, yaitu : Uraian Registrasi/Penetapan (perusahaan) Fumigasi MB Fumigasi PH3 Kemasan Kayu Aktif Pembekuan Pencabutan Total Sangsi yang keras dan tegas senantiasa diterapkan sebagai upaya kedisiplinan dalam melaksanakan tindakan perlakuan, sampai tahun 2015 terdapat 63 perusahaan fumigasi MB dan 2 perusahaan fumigasi PH3 yang terkena sangsi pembekuan/pencabutan dan terdapat 55 perusahaan kemasan kayu. Jadi untuk perusahaan fumigasi MB, PH3 dan Kemasan Kayu yang aktif sebanyak 208 perusahaan. Uraian Registrasi/Penetapan (perusahaan) Fumigasi MB Fumigasi PH3 Kemasan Kayu Aktif Pembekuan Pencabutan Total Sumber : Pusat KT dan KHN Sehingga sampai dengan tahun 2016 jumlah perusahaan fumigasi MB, PH3 dan Kemasan Kayu yang aktif meningkat menjadi 219 perusahaan. Hal ini karena telah dicabutnya pembekuan untuk perusahaan fumigasi MB dan kemasan kayu, dan bertambahnya terhadap perusahaan fumigasi PH3 yang aktif. b) Melakukan review dokumen SAB secara periodik Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi, memperbaiki dan menyusun ulang kembali dokumen sistem mutu skim audit barantan dan pedoman registrasi sesuai dengan standar kebijakan yang berlaku, Pedoman Registrasi Perusahaan Fumigasi dan Pedoman Registrasi Perusahaan Kemasan Kayu serta Instalasi Karantina Tumbuhan. Dengan maksud agar pelaksanaan kegiatan SAP dapat lebih berdayaguna dan berhasil guna serta pelaksanaan SAP diberbagai tempat di Indonesia dapat dilakukan dengan cara dan standar yang sama. 46

47 Beberapa agenda yang dilakukan adalah review sistem manajemen mutu SAP dan prosedur-prosedurnya, Sistem Manajemen Mutu IKT, pedoman registrasi (perusahaan kemasan kayu dan fumigasi) parameter penilaian, persyaratan serta pallet epal (european palet), bagaimana menuangkan persyaratan epal ke pedoman registrasi Barantan, parameter penilaian. c) Meningkatnya Jumlah personal SDM Badan Karantina Pertanian yang kompeten dalam pengawasan perlakuan karantina tumbuhan ekspor. Dalam rangka melakukan pengawasan tindakan perlakuan karantina tumbuhan, pada tahun 2016 telah diselenggarakan pelatihan teknis karantina tumbuhan melalui Diseminasi Perlakuan Fumigasi SF dan EF pada tanggal Oktober 2016 yang diikuti oleh POPT lingkup Badan Karantina Pertanian sebanyak 25 orang. Gambar 8. Pengembangan Alternatif Perlakuan Karantina Tumbuhan dengan Fumigasi Sulfuryl Fluoride Sasaran program ke-3 dari Badan Karantina Pertanian adalah Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian yang diukur dari indikator kinerja sebagai berikut : Indikator ke-5 : Penurunan persentase kasus pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun sebelumnya (5 %) Perhitungan indikator ke-5 ini dengan menggunakan perbandingan jumlah kasus antara tahun 2015 dan tahun Target penurunan pelanggaran per tahunnya adalah 5%. Apabila dibandinglan frekuensi pelanggaran antara tahun 2015 dan 2016 sebagai berikut : 47

48 Penurunan Pelanggaran = Jumlah kasus Th 2015 Jumlah kasus Th 2016 Penurunan pelanggaran = 100 % - (6/11 x 100 %) = 100 % - 54,55% = 45,45 % Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa persentase pelanggaran turun sebesar 45,45 %. Adapun penyelesaian kasus-kasus pelanggaran yang ditangani berdasarkan : (1) di tempat pemasukan, (2) ditangani oleh PPNS Badan Karantina Pertanian, dan (3) mencapai P-21 pada tahun 2015 dan 2016 : Tabel 8. Rekapitulasi Frekuensi Penegakan Hukum di Lingkup Badan Karantina Pertanian Tahun 2015 No Uraian Jumlah Kasus P-21 PPNS 1. Karantina Hewan Barantan 2. Karantina Tumbuhan Total Barantan Tabel 9. Rekapitulasi Frekuensi Penegakan Hukum di Lingkup Badan Karantina Pertanian Tahun 2016 No Uraian Jumlah Kasus P-21 PPNS 1. Karantina Hewan 5 5 Barantan 2. Karantina Tumbuhan 1 1 Barantan Total 6 6 Barantan Adapun kasus-kasus penegakan hukum dilingkup Badan Karantina Pertanian pada tahun 2016 secara terperinci sebagai berikut : NO UPT KH/ KT Kasus Yang Ditangani Jumlah Status 1 BKP Kelas II KH Antar Area ekor P21 Mataram Ayam petelur afkir 2 BKP Kelas II KH Antar Area 513 ekor P21 Cilegon (Penyeberangan) Burung tidak berdokumen 3 BBKP Soetta KH Impor 23 dan 22 ekor P21 Love bird dan wambi 4 BBKP Soetta KH Impor 13 dan 10 ekor P21 Burung Cicak dan Wambi 5 BBKP KT Impor Jeruk P21 48

49 Surabaya Buah Apel, Huzlenut, kurma merah, pear sebanyak kolli = kg yang dicampur dengan buah pear dalam 3 (tiga) kontainer 40 feat, dan buah apel sebanyak kolli = kg yang dicampur dengan buah pear dalam 5 kontainer 40 feat 6 BKP Kelas II Cilegon Sumber : PK2IP KH Antar Area Daging Celeng Kg P21 Terkait dengan capaian indikator ke-5 dimana kasus pelanggaran tahun 2016 turun 45,45% dibandingkan tahun 2015 dari yang ditargetkan yaitu penurunan 5%. Hal yang menyebabkan menurunnya kasus pelanggaran antara lain : (1) sosiaisasi terkait aturan perkarantinaan terus dilakukan sehingga masyarakat semakin paham (2) adanya petugas PPNS dan Intelijen karantina yang semakin kompeten untuk berkoordinasi dengan PPNS/Intelijen instansi terkait (4) adanya perjanjian kerjasama antara TNI AD dan TNI AL tahun 2016 untuk memperkuat pengawasan pemasukan illegal. Gambar 9. Tindakan Pemusnahan Bawang Merah Di BKP Kelas I Pekanbaru 49

50 Indikator ke-6 : Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) (78) Pada tahun 2016 Nilai IKM lingkup Badan Karantina Pertanian ditargetkan 78. Berdasarkan perhitungan IKM tahun 2016 didapatkan nilai 83,88 sehingga memenuhi target. Capaian ini bahkan sebetulnya telah memenuhi dan melebihi target tahun 2019 yaitu sebesar 81. Beberapa hal yang mendukung terhadap capaian adalah karena Badan karantina Pertanian merupakan salah satu institusi pelayanan. Setiap tahun terus berupaya meningkatkan pelayanannya terhadap pengguna jasa karantina mulai dari permohonan pemeriksaan sampai dengan pelepasan MP HPHK/OPTK. Peningkatan pelayanan tersebut dengan terus berupaya memperbaiki sarana dan prasarana tindakan karantina, kompetensi SDM, peningkatan sistem informasi yang lebih mudah didapatkan melalui media online/website Barantan. Hasil penilaian dari Ombudman RI tahun 2015 khususnya terhadap Unit Layanan yang masih tergolong zoma merah (kepatuhan rendah) telah difasilitasi anggarannya tahun 2016 sehingga dapat lebih baik. Ada bukti dari perbaikan pelayanan terdapat beberapa penghargaan sebagai berikut : Gambar 10. Kepala Badan Menerima Penghargaan dari Ombudsman Republik Indonesia (ORI) 50

51 a) Adanya Penghargaan Terhadap Pelayanan Karantina Oleh Ombudman RI (ORI) Predikat Kepatuhan Tinggi (Zona Hijau) Periode Mei s/d Agustus 2016 Berdasarkan Surat Ombudsman Republik Republik Indonesia Nomor : 1518/ORI-SRT/XI/2016 perihal Hasil Penilaian Kepatuhan Standar Pelayanan Publik dan Kompetensi Penyelenggara Sesuai UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, maka Unit Layanan lingkup Badan Karantina Pertanian yang mendapatkan predikat kepatuhan tinggi (Zona Hijau), yaitu: 1. BKP Kelas I Denpasar 2. BKP Kelas I Mataram 3. BKP Kelas I Kupang 4. BKP Kelas II Cilegon 5. SKP Kelas I Bengkulu 6. BKP Kelas II Yogyakarta 7. BBKP Surabaya 8. BKP Kelas I Pontianak 9. BKP Kelas I Banjarmasin 10. BKP Kelas I Pekanbaru 11. BKP Kelas I Pekanbaru Wilayah Kerja Dumai 12. BKP Kelas II Palangkaraya 13. BKP Kelas II Pangkal Pinang 14. BKP Kelas II Pangkal Pinang Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Tanjung Pandan 15. BKP Kelas I Bandar Lampung 16. SKP Kelas I Ambon Wilayah Kerja Namlea 17. BKP Kelas II Ternate 18. BKP Makassar 19. BBKP Soekarno Hatta 20. BBKP Belawan 21. BBKP Tanjung Priok 22. BKP Kelas I Palembang 23. BKP Kelas I Jambi 24. BKP Kelas I Balikpapan 25. BKP Kelas I Semarang 26. BKP Kelas I Manado 27. BKP Kelas I Jayapura 28. BKP Kelas I Batam 29. BKP Kelas I Batam Wilayah Kerja Bandara Hang Nadim 30. BKP Kelas I Batam Wilayah Kerja Pelabuhan Punggur 31. BKP Kelas II Tanjung Pinang Wilayah Kerja Bandara Raja Haji Fisabilillah 32. BKP Kelas II Tanjung Pinang Wilayah Kerja Bandara Pelabuhan Sri Bintan Pura 33. BKP Kelas II Tanjung Pinang Wilayah Kerja Bandara Pelabuhan Sri Payung 34. BKP Kelas II Palu 35. BKP Kelas II Kendari 36. BKP Kelas II Tarakan Wilayah Kerja Berau 37. SKP Kelas II Mamuju 51

52 38. SKP Kelas I Bandung 39. SKP Kelas I Samarinda 40. SKP Kelas II TB Karimun 41. SKP Kelas II TB Karimun Wilayah Kerja Pelabuhan Parit Rempak 42. SKP Kelas II TB Karimun Wilayah Kerja Pelabuhan Laut TB Karimun 43. SKP Kelas I Sumbawa Besar 44. SKP Kelas I Sumbawa Besar Wilayah Kerja Bima 45. SKP Kelas I Biak 46. SKP Kelas I Biak Wilayah Kerja Serui b) Bertambahnya jumlah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian Yang mendapatkan Sertifikat ISO Kualitas dan pengakuan pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam rangka pengambilan keputusan terhadap temuan hasil HPHK/OPTK. Jumlah laboratorium yang mendapatkan sertifikat ISO : 2008 sampai dengan tahun 2016 sebanyak 28 UPT. Adapun 28 laboratorium di UPT sebagai berikut : 1. Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian (BBUS-KP) 2. Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya 3. BBKP Makasar 4. BBKP Tanjung Priok 5. BBKP Soekarno-Hatta 6. BKP Kelas I Palembang 7. BKP Kelas I Balikpapan 8. BKP Kelas I Denpasar 9. BBKP Belawan 10. BKP Kelas I Medan 11. BKP Kelas I Banjarmasin 12. BKP Kelas I Mataram 13. BKP Kelas I Jambi 14. BKP Kelas II Cilegon 15. BKP Kelas I Bandar Lampung 16. BKP Kelas II Kendari 17. SKP Kelas I Banda Aceh 18. BKP Kelas II Yogyakarta 19. BKP kelas II Pangkal Pinang 20. BKP Kelas II Kendari 21. BKP Kelas II Tanjung Pinang 22. BKP Kelas I Batam 23. SKP Kelas I Bengkulu 24. SKP Kelas II Bangkalan 25. BKP Kelas I Jayapura 26. BKP Kelas II Ternate 27. SKP Kelas II Mamuju 28. SKP Kelas I Pare-Pare Pada tahun 2015 jumlah UPT uang mendapatkan sertifikat sejumlah 17 UPT, yang berarti ada tambahan 11 UPT pada tahun

53 3.3. Realisasi Anggaran Serapan anggaran Badan Karantina Pertanian tahun berfluktuasi, seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 11. Serapan Anggaran Badan Karantina Pertanian TA URAIAN SERAPAN TA *) PAGU (Rp) 734,303,739, ,354,242, ,699,761, ,498,063, ,424,353,000 REALISASI (Rp) 623,122,158, ,271,997, ,724,337, ,051,956, ,409,848,021 PERSENTASE ,58 94,74 94,86 Catatan : *) Pemotongan Rp 35 M masih diperhitungkan sebagai pembagi. Apabila Rp 35 M tidak diperhitungkan sbg pembagi, serapan = 98,72% Adapun anggaran Badan Karantina Pertanian dan realisasinya berdasarkan jenis belanja TA 2016 dengan sebagai berikut : No Satker/ Kode Jenis Belanja Pagu (Rp) Realisasi (Rp) % Blj. Pegawai 251,602,736, ,401,277,400 99, Blj. Barang 380,223,198, , Blj. Modal 262,598,419, ,03 Total 894,424,353, ,409,848,021 94,86 Sedangkan anggaran dan realisasinya per kegiatan utama sebagai berikut : Kode Program/Kegiatan Utama Peningkatan Kualitas karantina Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati Pagu (Rp) 894,424,353, ,424,353, ,685,338,000 Realisasi (Rp) % 848,409,848,021 94,86 98, Peningkatan Kepatuhan Kerjasama dan Pengembangan Sistem Informasi 1819 Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani 10,952,334,000 9,486,564,000 10,409,610,000 7,227,012,000 5,662,253,000 8,357,436,000 9,395,454,184 85,78 99,04 5,483,776,662 75,88 96,85 53

54 1820 Peningkatan Sistem Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati 1821 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya 8,781,316,000 7,077,303,000 10,088,340,000 78,851,113,000 72,703,097,000 89,852,591,000 6,971,200,851 79,39 98,50 71,821,669,981 91,08 98,78 Uraian 1822 Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Laboratorium Uji Standard an Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian 1823 Peningkatan kualitas pelayanan Karantina dan Pengawasan Keamanan 37,951,582,000 35,613,749,000 40,267,264, ,660,996, ,881,387, ,710,097,000 35,107,468,073 92,51 98,58 719,630,278, Hayati Keterangan : Pagu dan serapan apabila pemotongan Rp 35 M diperhitungkan (cetak biru) dan pagu awal sesuai Perjanjian Kinerja (cetak merah) Pada tahun 2016 terjadi 3 kali pemotongan anggaran sehingga pagu Badan Karantina Pertanian yang awalnya Rp. 976,685,338,000 (sesuai Perjanjian Kinerja) menjadi Rp 894,424,353,000 (Pagu Akhir). Berdasarkan pagu akhir tersebut, apabila pagu pemotongan Badan Karantina Pertanian tidak dijadikan pembagi, maka capaian serapan anggaran tahun 2016 (98,86%) jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2015 (94,74 %). Hal ini karena telah dilakukan rekonsiliasi kegiatan lingkup satker Barantan secara periodik, sehingga dapat melakukan pergeseran atau pengumpulan anggaran anggaran yang tidak terserap. Hasil pergeseran anggaran antar satker maupun hasil pengumpulan sisa-sisa anggaran yang tidak teserap kemudian direvisi, sehingga anggaran lebih optimal digunakan. Apabila melihat trend serapan anggaran tahun 2015 dan 2016 antara target dengan realisasi polanya sudah cukup baik mengingat telah mengikuti pola serapan target (tidak menumpuk dibelakang), seperti terlihat pada gambar berikut : Serapan (%) JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT SEP OKT NOV DES Target

55 Gambar 11. Trend Serapan Anggaran Tahun 2015 dan Tahun 2016 Untuk mengetahui efisiensi penggunaan anggaran yang diberikan Badan Karantina Pertanian TA 2016 maka digunakan perbandingan antara realisasi pagu maupun fisik kegiatan dengan rumus sebagaimana terlampir. Hasil perhitungannya bahwa efisiensinya = 10,25% dengan nilai efisiensi 75,62%. Sedangkan berdasarkan perhitungan dengan aplikasi PMK 249/2011 bahwa nilai kinerja Badan Karantina Pertanian = 93,57 %. Hambatan /Kendala dan Solusinya Apabila capaian keenam indikator semuanya telah memenuhi target bahkan melebihi. Namun demikian masih diketemukannya OPTK A1 berdasarkan hasil pemantauan daerah sebar OPTK TA 2016 menjadi permasalahan tersendiri terhadap tugas dan fungsi Badan Karantina Pertanian. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kinerja Badan Karantina Pertanian terhadap permasalahan yang masih muncul, antara lain : Terkait dengan sasaran ke-1 yaitu meningkatnya efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK sampai saat ini yang masih perlu mendapatkan perbaikan adalah 3 aspek, yaitu : Kebijakan, SDM dan Sarana/Prasarana Tindakan Karantina yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Seperti diketahui bahwa secara geografis Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terletak diantara 2 benua yaitu Asia dan Australia. Resiko masuk dan menyebarnya HPHK dan OPTK ke dalam wilayah RI dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan dengan frekuensi sertifikasi yang terus meningkat sampai dengan tahun Disisi lain jumlah 55

56 petugas karantina masih belum sebanding dengan jumlah pintu-pintu pemasukan dan pengeluaran yang menjadi kendali tugas dan fungsi Badan Karantina Pertanian. Bahkan total SDM Badan Karantina pertanian pada tahun 2016 cenderung menurun bila dibandingkan tahun 2015 karena pensiun, meninggal dunia serta terkena punishment, sedangkan tahun 2016 tidak ada penerimanaan pegawai. Apabila melihat sarana dan prasarana tindakan karantina, Badan Karantina Pertanian terus melakukan upaya perbaikan dengan melihat keterbatasan anggaran yang ada di UPT. Apalagi pada tahun 2016 telah dilakukan kebijakan pemotongan anggaran. Hal ini sedikit banyak dapat mempengaruhi kualitas dari pelaksanaan tindakan 8 P (Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan, Penahanan, Penolakan, Pemusnahan dan Pelepasan) di pintu-pintu pemasukan/ pengeluaran.. Dari aspek kebijakan perkarantinaan dan keamanan hayati masih perlu terus dilakukan upaya pelengkapan dan perbaikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kebijakan karantina hewan dan karantina tumbuhan yang masih terhutang yang merupakan turunan dari PP 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan serta PP 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan. Menurut data yang ada terdapat 10 pasal yang belum ditindaklanjuti dalam bentuk Permentan terkait dengan Karantina Hewan serta terdapat 4 pasal yang belum ditindaklanjuti dalam bentuk Permentan terkait dengan Karantina Tumbuhan. Sampai saat ini Revisi Undang-Undang No 16 Tahun 1992 belum selesai (sebetulnya ditargetkan tahun 2016), sebagai penguatan kebijakan dalam melaksanakan tugas dan fungsi Badan Karantina Pertanian. Dalam rangka perbaikan kualitas untuk mengendalikan risiko masuk, menyebar dan keluarnya HPHK/OPTK beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian sebagai berikut : 1) Meningkatkan kualitas SDM Badan Karantina Pertanian dengan terus mengasah dan meningkatkan kompetensinya sebagai petugas karantina melalui diklat teknis, pendidikan formal S-2/S-3 sesuai bidang tugas dan fungsinya, mengikut sertakan petugas karantina dalam even-even strategis baik nasional maupun internasional (Workshop, Seminar, Short Course terkait dengan Karantina) 2) Melakukan identifikasi dan prioritas pembangunan atau renovasi terhadap tempat-tempat pemasukan yang menjadi titik kritis dalam upaya pengendalian risiko masuk, menyebar dan keluarnya HPHK/OPTK, seperti sarana dan prasarana pemeriksaan laboratories, sarana dan prasarana tindakan perlakuan dan pemusnahan. 3) Berupaya mendorong penyelesaian beberapa konsep kebijakan karantina hewan, karantina tumbuhan yang posisinya masih di Biro Hukum Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. 4) Pengembangan kebijakan pengendalian impor dengan melakukan analisis risiko ke Negara asal, seperti : Pre Shipment Inspection (PSI), Pest Free Area (PFA), 56

57 Pest Free Production Side (PFPS), Registrasi Laboratorium di Negara Mitra Dagang. Terkait dengan sasaran ke-2 yaitu meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati yang sampai saat masih perlu mendapatkan perhatian antara lain adalah kurangnya kualitas dalam melakukan tindakan perlakuan terhadap komoditas ekspor sehingga mendapatkan Notification of Non Compliance (NNC). Namun jumlah NNC yang diterbitkan dari Negara tujuan TA 2016 masih aman apabila dibandingkan dengan target NNC sesuai dengan Indikator Kinerja Utama. Adapun masih munculnya NNC ini kemungkinan salah satunya karena pelaksanaan tindakan karantina khususnya perlakuan yang dilakukan oleh pihak ketiga tidak standar sehingga dimungkinkan masih ada ditemukan serangga hidup di Negara tujuan. Sehingga perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut : 1) Peningkatan efektifitas pengawasan untuk produk-produk pertanian ekspor terutama yang memerlukan tindakan perlakuan karantina. 2) Peningkatan kuantitas dan kompetensi terhadap petugas-petugas karantina yang melakukan pengawasan perlakuan karantina 3) Terus melakukan kajian-kajian terhadap alternative perlakuan selain dengan metil bromide Terkait dengan sasaran ke-3 yaitu meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian yang masih perlu mendapatkan perhatian antara lain : bahwa masih adanya kasus-kasus pelanggaran terhadap UU Nomor 16 Tahun 1992, seperti maraknya pemasukan media pembawa HPHK/OPTK secara illegal. Hal ini karena tidak sebandingmya antara jumlah petugas karantina dengan rentang kendali garis pantai yang ada. Untuk menjaga pintu-pintu yang telah ditetapkan saja keperluan petugas karantina masih kurang, apalagi terhadap pintu-pintu yang belum ditetapkan. Untuk mengupayakan solusi terhadap permasalahan tersebut sebetulnya sudah dilakukan secara bertahap termasuk pada tahun 2016, antara lain : 1) Pengembangan kerjasama dengan instansi terkait untuk koordinasi pengawasan karantina, yaitu : PKS BARANTAN - TNI AD tanggal 5 April 2016 dan PKS BARANTAN TNI AL tanggal 20 Mei Sehingga tahun 2017 perlu dikembangkan dan diperkuat untuk koordinasi pengawasan di daerah zona rawan pemasukan illegal / Pos Lintas Batas Negara (PLBN) 2) Pengembangan dan penguatan kerja sama perkarantinaan secara regional dengan BIMP-EAGA (Brunai, Indonesia, Malaysia dan Phillipine). 3) Pengembangan kebijakan terkait pengawasan dan penindakan 4) Penguatan sumber daya secara bertahap baik dari aspek sumber daya manusia serta sarana dan prasarana terutama di pintu-pintu yang rawan dengan pemasukan illegal. Selain itu dalam aspek kelembagaan diperlukan adanya struktur di bidang pengawasan dan penindakan maupun intelijen pada organisasi UPT Badan Karantina Pertanian 57

58 BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja Badan Karantina Pertanian 2016 ini memberikan gambaran tentang pencapaian kinerja Badan Karantina Pertanian berdasarkan target-target yang tersurat dalam Indek Kinerja Utama (IKU) Badan Karantina Pertanian. Laporan ini merupakan wujud dari transparansi dan akuntabilitas Badan Karantina Pertanian dalam melaksanakan berbagai kewajiban dalam rangka pembangunan pertanian. Apabila dilihat capaian kinerja dari sasaran yang ada dan telah dilakukan perhitungan secara kuantitatif maka untuk sasaran program ke-1, ke-2 dan ke-3 termasuk Sangat Berhasil. Namun demikian keberhasilan kinerja juga perlu ditingkatkan kualitasnya dan tentunya kegagalan wajib diperbaiki di tahun-tahun mendatang. Beberapa permasalahan/hambatan serta strategi pemecahan masalah sebagai upaya peningkatan kinerja, antara lain : Dalam rangka perbaikan kualitas untuk mengendalikan risiko masuk, menyebar dan keluarnya HPHK/OPTK beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian sebagai berikut : 1) Meningkatkan kualitas SDM Badan Karantina Pertanian dengan terus mengasah dan meningkatkan kompetensinya sebagai petugas karantina melalui diklat teknis, pendidikan formal S-2/S-3 sesuai bidang tugas dan fungsinya, mengikut sertakan petugas karantina dalam even-even strategis baik nasional maupun internasional (Workshop, Seminar, Short Course terkait dengan Karantina) 2) Melakukan identifikasi dan prioritas pembangunan atau renovasi terhadap tempat-tempat pemasukan yang menjadi titik kritis dalam upaya pengendalian risiko masuk, menyebar dan keluarnya HPHK/OPTK, seperti sarana dan prasarana pemeriksaan laboratories, sarana dan prasarana tindakan perlakuan dan pemusnahan. 3) Berupaya mendorong penyelesaian beberapa konsep kebijakan karantina hewan, karantina tumbuhan yang posisinya masih di Biro Hukum Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. 4) Pengembangan kebijakan pengendalian impor dengan melakukan analisis risiko ke Negara asal, seperti : Pre Shipment Inspection (PSI), Pest Free Area (PFA), Pest Free Production Side (PFPS), Registrasi Laboratorium di Negara Mitra Dagang. Adapun masih munculnya NNC ini kemungkinan salah satunya karena pelaksanaan tindakan karantina khususnya perlakuan yang dilakukan oleh pihak ketiga tidak standar sehingga dimungkinkan masih ada ditemukan serangga hidup di Negara tujuan. Sehingga perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut : 1) Peningkatan efektifitas pengawasan untuk produk-produk pertanian ekspor terutama yang memerlukan tindakan perlakuan karantina. 2) Peningkatan kuantitas dan kompetensi terhadap petugas-petugas karantina yang melakukan pengawasan perlakuan karantina 58

59 3) Terus melakukan kajian-kajian terhadap alternative perlakuan selain dengan metil bromide Masih sering munculnya kasus-kasus pelanggaran terhadap UU No 16 Tahun 1992, karena tidak sebandingmya antara jumlah petugas karantina dengan rentang kendali garis pantai yang ada. Untuk menjaga pintu-pintu yang telah ditetapkan saja keperluan petugas karantina masih kurang, apalagi terhadap pintu-pintu yang belum ditetapkan. Untuk mengupayakan solusi terhadap permasalahan tersebut sebetulnya sudah dilakukan secara bertahap termasuk pada tahun 2016, antara lain : 1) Pengembangan kerjasama dengan instansi terkait untuk koordinasi pengawasan karantina, yaitu : PKS BARANTAN - TNI AD tanggal 5 April 2016 dan PKS BARANTAN TNI AL tanggal 20 Mei Sehingga tahun 2017 perlu dikembangkan dan diperkuat untuk koordinasi pengawasan di daerah zona rawan pemasukan illegal / Pos Lintas Batas Negara (PLBN) 2) Pengembangan dan penguatan kerja sama perkarantinaan secara regional dengan BIMP-EAGA (Brunai, Indonesia, Malaysia dan Phillipine). 3) Pengembangan kebijakan terkait pengawasan dan penindakan 4) Penguatan sumber daya secara bertahap baik dari aspek sumber daya manusia serta sarana dan prasarana terutama di pintu-pintu yang rawan dengan pemasukan illegal. Selain itu dalam aspek kelembagaan diperlukan adanya struktur di bidang pengawasan dan penindakan maupun intelijen pada organisasi UPT Badan Karantina Pertanian 59

60 LAMPIRAN 60

61 61

62 62

63 63

64 Lampiran 2 PENGUKURAN KINERJA Unit Eselon I K/L : Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Tahun : 2016 Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi % Meningkatnya Persentase media pembawa 95% 98,775 % 103,97 efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina impor di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (Indikator ke-1) Persentase media pembawa 87% 87,923 % 101,06 yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pemasukan yang telah ditetapkan (Indikator ke-2) Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan melalui sertifikasi karantina antar area di tempat pengeluaran yang 87% 87,783 % 100,90 telah ditetapkan (indikator ke- Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor MP HPHK dan OPTK dan keamanan hayati Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian 3) Persentase jumlah sertifikat ekspor yang ditolak oleh negara tujuan melalui tempat pengeluaran yang ditetapkan (indikator ke-4) Penurunan persentase kasus pelanggaran perkarantinaan dibanding tahun sebelumnya (indikator ke-5) Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) (indikator ke- 6) 0,1 % 0,0199% 119,20 5% 46,15 % 120, ,88 107,54 Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2016 : Rp 894,424,353,000,- Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan 2016 : Rp 848,409,848,021,- 64

65 65

66 66

LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN 2017

LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN 2017 LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN Lampiran Matrik Kinerja TA. (Kegiatan dan Target) PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR KINERJA LOKASI 2 4 5 6 PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERKARANTINAAN

Lebih terperinci

RKT (Rencana Kinerja Tahunan) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN

RKT (Rencana Kinerja Tahunan) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN RKT (Rencana Kinerja Tahunan) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam hal peningkatan daya

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.12-/216 DS9275-658-42-941 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) merupakan suatu hal yang penting bagi terselenggaranya manajemen

Lebih terperinci

PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN

PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN RKT (Rencana Kinerja Tahunan) TA 2015 PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam hal peningkatan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERKARANTINAAN TAHUN ANGGARAN 2018

ARAH KEBIJAKAN PERKARANTINAAN TAHUN ANGGARAN 2018 ARAH KEBIJAKAN PERKARANTINAAN TAHUN ANGGARAN 2018 Banun Harpini Kepala Badan Karantina Pertanian Realisasi Anggaran Per Kegiatan TA 2017 (Per 29 Mei 2017 - jam 9.00) No Kegiatan Pagu Total Realisasi Total

Lebih terperinci

Disampaikan pada: Rapat Kerja Kementerian Pertanian 4 Januari 2017

Disampaikan pada: Rapat Kerja Kementerian Pertanian 4 Januari 2017 Disampaikan pada: Rapat Kerja Kementerian Pertanian 4 Januari 2017 SERAPAN ANGGARAN (Rp) URAIAN 2016 2015 Sebelum Sesudah di Kurangi Penghematan *) Blokir *) PAGU (Rp) 749.498.063.000 894.424.353.000 859.424.353.000

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA. Badan Karantina Pertanian BADAN KARANTINA PERTANIAN

LAPORAN KINERJA. Badan Karantina Pertanian BADAN KARANTINA PERTANIAN LAPORAN KINERJA Badan Karantina Pertanian 2 15 BADAN KARANTINA PERTANIAN 2016 Puji Syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-nya maka Laporan Kinerja Badan Karantina Pertanian Tahun 2015 telah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Kepala Pusat KKIP, ARIFIN TASRIF

KATA PENGANTAR. Jakarta, Kepala Pusat KKIP, ARIFIN TASRIF KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-nya, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan (Pusat KKIP) TA. 2014 telah diselesaikan

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tabel 1 Sasaran program, Indikator Kinerja, Target, Realisasi dan Persentase Capaian

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tabel 1 Sasaran program, Indikator Kinerja, Target, Realisasi dan Persentase Capaian IKHTISAR EKSEKUTIF Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian merupakan institusi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan Perkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati dengan visi Menjadi Pusat

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin menyusun Rencana Kerja Tahunan untuk Tahun Anggaran 2018. Rencana Kerja Tahunan Balai Karantina

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan

Rencana Kinerja Tahunan Rencana Kinerja Tahunan PUSAT KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI NABATI TA. 2015 BADAN KARANTINA PERTANIAN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya perubahan paradigma dalam penyusunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Badan Karantina Pertanian, Ir. Banun Harpini, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Badan Karantina Pertanian, Ir. Banun Harpini, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-nya maka Laporan Kinerja Badan Karantina Pertanian Tahun 2014 telah dapat diselesaikan dengan baik Laporan Kinerja ini merupakan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN Kondisi Umum

BAB. I PENDAHULUAN Kondisi Umum BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Kondisi Umum Rencana Strategis (Renstra) merupakan dokumen perencanaan lima tahunan yang berisi visi, misi, nilai-nilai, tujuan dan strategi yang disusun sesuai sistematika paket

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 6170-4200-6854-7766 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA MUSRENBANGTAN NASIONAL 2015

PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA MUSRENBANGTAN NASIONAL 2015 PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2016 MUSRENBANGTAN NASIONAL 2015 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN Meningkatkan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi dalam negeri

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LAKIP Badan Karantina Pertanian 2012

KATA PENGANTAR. LAKIP Badan Karantina Pertanian 2012 KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-nya maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Karantina Pertanian (LAKIP BARANTAN) Tahun 2012 telah dapat diselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO HATTA 2017 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum 1 2. TUJUAN 1 3. INFORMASI KINERJA 3.1 Karakteristik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2013 Kepala Badan Karantina Pertanian, Ir. Banun Harpini, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2013 Kepala Badan Karantina Pertanian, Ir. Banun Harpini, M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-nya maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Karantina Pertanian (LAKIP BARANTAN) Tahun 2012 telah dapat diselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2015 BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Perencanaan Kinerja Tahunan merupakan proses penyusunan rencana

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Kepala Badan Karantina Pertanian, Ir. Banun Harpini, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Kepala Badan Karantina Pertanian, Ir. Banun Harpini, M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-nya maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Karantina Pertanian (LAKIP BARANTAN) Tahun telah dapat diselesaikan dengan baik Laporan

Lebih terperinci

RENSTRA BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BATAM

RENSTRA BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BATAM RENSTRA 2015-2019 BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BATAM \ BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BATAM BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Rencana Strategis 2015 2019 KATA PENGANTAR Rencana Strategis

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI NABATI TAHUN ANGGARAN 2014 PUSAT KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI NABATI BADAN KARANTINA PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS

RENCANA STRATEGIS RENCANA STRATEGIS 2015-2019 B A L A I K A R A N T I N A P E R T A N I A N K E L A S I I Y O G Y A K A R T A RENSTRA 2015-2019 Rencana Strategis Balai Karantina Pertanian Kelas II Yoggyakarta Rencana Strategis

Lebih terperinci

RKT. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015

RKT. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015 RKT Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015 Badan Karantina Pertanian 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya perubahan paradigma dalam penyusunan program dan kegiatan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.12-/215 DS33-9596-64-778 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi % 2 Dok 2 Dok 100 kebijakan teknis peraturan/keputusan

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi % 2 Dok 2 Dok 100 kebijakan teknis peraturan/keputusan IKHTISAR EKSEKUTIF Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati sebagai salah satu Unit Kerja Eselon II Lingkup Badan Karantina Pertanian, mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2013 Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, drh. Sujarwanto, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2013 Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, drh. Sujarwanto, MM NIP KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani (PKH Kehani) 2014 merupakan salah satu keharusan unit kerja Badan Karantina Pertanian (Barantan) sebagai salah

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Bagian Perancanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian

TIM PENYUSUN. Bagian Perancanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian i PEDOMAN PELAPORAN BADAN KARANTINA PERTANIAN Bagian Perencanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 i TIM PENYUSUN Bagian Perancanaan Sekretariat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan 2013 KATA PENGANTAR

Rencana Kerja Tahunan 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan Peraturan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) Tahun 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) Tahun 2014 / LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) Tahun 2014 BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO HATTA TAHUN 2015 Gedung Karantina Pertanian Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta Telepon

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Bagian Perancanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian

TIM PENYUSUN. Bagian Perancanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 217 i STATISTIK BADAN KARANTINA PERTANIAN TAHUN 212-216 Bagian Perencanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN RENCANA KERJA TAHUNAN TA A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN RENCANA KERJA TAHUNAN TA A. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang D engan adanya perubahan paradigma dalam penyusunan program dan kegiatan serta anggaran yang berbasis Kinerja pada lembaga dan instansi pemerintahan yang semula disusun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 BAB I PENDAHULUAN Dengan adanya perubahan paradigma dalam penyusunan program dan kegiatan serta anggaran yang berbasis

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN SERTIFIKASI OBAT HEWAN TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN

Lebih terperinci

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi % 2 Dok 3 Dok 100 kebijakan teknis peraturan/keputusan

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi % 2 Dok 3 Dok 100 kebijakan teknis peraturan/keputusan PUSAT KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI NABATI BADAN KARANTINA PERTANIAN TAHUN 2017 1 IKHTISAR EKSEKUTIF Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati sebagai salah satu Unit Kerja Eselon II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

Rencana Strategis BAB I PENDAHULUAN

Rencana Strategis BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rencana strategis (Renstra) adalah dokumen perencanaan lima tahunan yang berisi visi, misi, nilai-nilai, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan yang disusun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Organisasi membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar operasional organisasi bisa berjalan dengan lancar. Kondisi umum saat ini menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN

PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN L A K I P (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur ke

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Sekretaris Badan Karantina Pertanian. drh. Mulyanto, MM. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Sekretaris Badan Karantina Pertanian. drh. Mulyanto, MM. NIP KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T sehingga Laporan Kinerja Sekretariat Badan Karantina Pertanian Tahun 2015 telah diselesaikan dengan baik. Laporan Kinerja ini merupakan bentuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Sekretaris Badan Karantina Pertanian. drh. Mulyanto, MM. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Sekretaris Badan Karantina Pertanian. drh. Mulyanto, MM. NIP KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T sehingga Laporan Kinerja Sekretariat Badan Karantina Pertanian Tahun 2016 telah diselesaikan dengan baik. Laporan Kinerja ini merupakan bentuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) :

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) : BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1. Identitas Perusahaan Nama Perusahaan : Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) 8673997 Email Contact Person

Lebih terperinci

Rencana Strategis. Badan Karantina Pertanian. Tahun

Rencana Strategis. Badan Karantina Pertanian. Tahun Rencana Strategis Badan Karantina Pertanian Tahun 2015-2019 Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian 2015 Rencana Strategis Barantan Tahun 2015-2019 1 Rencana Strategis Barantan Tahun 2015-2019

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya. Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya. Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Identitas Perusahaan Nama Perusahaan : Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) 8673997 Email Contact Person

Lebih terperinci

PERAN KARANTINA PERTANIAN DI KANTOR POS

PERAN KARANTINA PERTANIAN DI KANTOR POS tangguhterpercaya Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok PERAN KARANTINA PERTANIAN DI KANTOR POS BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK Disampaikan dalam acara Sosialisasi di wilker Kantor

Lebih terperinci

LAKIP Sekretariat Badan Karantina Pertanian TA 2011

LAKIP Sekretariat Badan Karantina Pertanian TA 2011 LAKIP Sekretariat Badan Karantina Pertanian TA 2011 Badan Karantina Pertanian 2012 KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Badan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya perubahan paradigma dalam penyusunan program dan kegiatan serta anggaran yang berbasis Kinerja pada lembaga dan instansi pemerintahan yang semula disusun

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT BADAN KARANTINA PERTANIAN I. PENDAHULUAN

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT BADAN KARANTINA PERTANIAN I. PENDAHULUAN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT BADAN KARANTINA PERTANIAN 2015-2019 I. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Rencana Strategis Sekretariat Badan Karantina Pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana

Lebih terperinci

PrioritasKarantina2015. Musrenbangtan, Jakarta, 13 Mei 2014

PrioritasKarantina2015. Musrenbangtan, Jakarta, 13 Mei 2014 ArahKebijakandan PrioritasKarantina2015 Musrenbangtan, Jakarta, 13 Mei 2014 1 Analisis Dukungan Salah satu prioritas 2015 bidang pertanian adalah implementasi konsep kawasan Pengembangannya memerlukan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I SAMARINDA

RENCANA STRATEGIS STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I SAMARINDA RENCANA STRATEGIS STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I SAMARINDA 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan berbagai sumber daya alam hayati hewani dan sumberdaya alam nabati dengan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Sekretaris Badan Karantina Pertanian. drh. Mulyanto, MM. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Sekretaris Badan Karantina Pertanian. drh. Mulyanto, MM. NIP KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Badan Karantina Pertanian (LAKIP SETBAN) Tahun 2013 telah diselesaikan dengan baik. Laporan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk menumbuh kembangkan semangat dan etos kerja aparatur yang bertanggungjawab, bermoral, berdisiplin, profesional, produktif dan dalam rangka mewujudkan kepemerintahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIN ) TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIN ) TAHUN ANGGARAN 2015 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIN ) TAHUN ANGGARAN 2015 BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II CILEGON KATA PENGANTAR Puji dan syukur mari kita panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Renstra Badan Karantina Pertanian merupakan acuan dan arahan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan

KATA PENGANTAR. Renstra Badan Karantina Pertanian merupakan acuan dan arahan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan KATA PENGANTAR Foto Ka. Barantan Dengan adanya perubahan kelembagaan dan organisasi Badan Karantina Pertanian (Barantan) sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan /OT.140/10/2010 tanggal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

pada elemen lain yang terkandung pada benda lain seperti vektor, tanah, media tumbuh lainnya.

pada elemen lain yang terkandung pada benda lain seperti vektor, tanah, media tumbuh lainnya. IKHTISAR EKSEKUTIF Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati sebagai salah satu Unit Kerja Eselon II Lingkup Badan Karantina Pertanian, mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-18.1-/216 DS933-1269-654-625 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 103/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober Tahun 2013 sebagai penyempurnaan Permentan Nomor : 17/Permentan/OT.140/02/2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2015

DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2015 01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian 01 Meningkatnya Pelaksanaan 01 Persentase Pencapaian Sistem Akuntabilitas Kegiatan Kementerian Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya perubahan paradigma dalam penyusunan program dan kegiatan serta

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA 3.1 DASAR HUKUM Dalam menetapkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja Balai Besar Laboratorium menggunakan acuan berupa regulasi atau peraturan sebagai berikut : 1) Peraturan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji Syukur ke hadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Bagian Keuangan dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Bagian

Lebih terperinci

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel, Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit. PP) berpedoman pada dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAKIP Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2012

LAKIP Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2012 LAKIP Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2012 Badan Karantina Pertanian 2012 KATA PENGANTAR Penerapan Sistem Akuntabnilitas Kinerja Instansi Pemeintah (SAKIP) mengacu pada ketetapan MPR

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

DRAFT RENSTRA SKP KELAS II MANOKWARI

DRAFT RENSTRA SKP KELAS II MANOKWARI 2016 DRAFT RENSTRA SKP KELAS II MANOKWARI 2015-2019 Kata Pengantar Dalam rangka pelaksanaan Undang Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, serta penjabaran Peraturan

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

Rencana Strategis PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI Tahun

Rencana Strategis PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI Tahun Rencana Strategis PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI Tahun 2015-2019 Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Kementerian Pertanian 2015 Rencana Strategis PKHKEHANI Tahun 2015-2019

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah fundamental yang dihadapi Pembangunan Pertanian saat ini antara lain: (1) Laju konversi lahan yang tidak terkendali; (2) Infrastruktur pertanian yang tidak memadai;

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013 BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN JAKARTA - 2012 KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Sekretariat Badan Pengembangan Sumber

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TA. 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TA. 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TA. 2012 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN KATA

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-018.01-0/AG/2014 DS 6100-9979-1830-7597 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN

Lebih terperinci