PENGARUH MUSIM TERHADAP CHANOYU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MUSIM TERHADAP CHANOYU"

Transkripsi

1 PENGARUH MUSIM TERHADAP CHANOYU Yunita Chairani 1, Irma 2, Oslan Amril 2 1 Mahasiswa Prodi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta ranitireless@yahoo.com 2 Dosen Jurusan Sastra Asia Timur, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Abstract In this thesis the author researching on the influence of the season against chanoyu in Japan. The reason the author took this title because the authors wanted to find out how the development of chanoyu in Japan and how to relate the influence of season on chanoyu in Japan. Which aims to describe the development of chanoyu in Japan and related influences a season of chanoyu in Japan. In this study the author uses descriptive method. To analyze the data using the author's theory of culture. From the results of research that the author find turned out to be the beginning of tea discovered became an attraction and a phenomenon. Tea was first believed to have been found in China. Tea was discovered by Emperor Shennung. From Chinese tea was brought to Japan in the 8th century, Japan new tea thanks to the Buddhist monks who had studied religion in China. In the 12th century, Buddhist monk named Eisai returned from China began to introduce a new tea presentation technique known as tencha with matcha powder. Later, in the 16th century, Sen no Rikyu, a Zen priest who is highly respected. The value contained in the Zen Buddhist doctrine applied in chanoyu ceremony. Of the four seasons in Japan turns out to affect a chanoyu ceremony is divided into two seasons, namely summer ro and the anglo. However, the way the conduct of chanoyu is no different and is not changed every season. Keywords: the season of chanoyu in Japan. Pendahuluan Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. Kebudayaan adalah sesuatu yang super-organic, karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus walaupun orangorang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti dikarenakan kematian dan kelahiran. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Masyarakat di seluruh dunia memiliki masing-masing kebudayaan dan tradisi yang diwarisi oleh nenek moyang sejak zaman dulu kala dan diwariskan ke generasi berikutnya. ( 1

2 Salah satu konsep kebudayaan adalah kebudayaan objektif. (Cultural Sociology. NY, 1948:144). Budaya objektif merupakan budaya yang tercipta dari hasil campur tangan manusia, seperti seni, kerajinan tangan, persembahan dan tradisi. Jepang memiliki berbagai macam budaya yang orisinil dan unik, contoh dari kebudayaan objektif seperti dalam seni (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka bunraku, tarian tradisional, kabuki, noh, rakugo), dan tradisi (permainan Jepang, onsen, sento, upacara minum teh, taman Jepang), serta makanan Jepang. Salah satu kebudayaan Jepang yang menjadi tradisi di kalangan masyarakat Jepang hingga saat ini adalah tradisi upacara minum teh atau yang lebih kita kenal adalah chanoyu, dan menjadi bagian dari kebudayaan bagi masyarakat Jepang hingga saat ini. Pada abad ke-12 Biksu Budha yang bernama Eisai kembali dari Cina mulai memperkenalkan teknik penyajian teh yang baru bernama tencha. Kemudian abad ke-13 Shogun Kamakura memerintah negara, the adalah salah satu barang mewah yang menunjukkan status seseorang diantara kelas kesatria. Lalu, abad ke-16 Sen no Rikyu seorang pendeta Zen yang sangat dihormati. Ia memperkenalkan dan menyebarkan chanoyu ke seluruh Jepang pada semua tingkatan sosial. Abad ke-17 & 18 teh akhirnya mulai populer di kalangan rakyat biasa Jepang. Teh yang awalnya hanya diselenggarakan dikalangan kaisar-kaisar Jepang saja. Kemudian, seiring berjalannya waktu kesatria dan samurai Jepang mengikuti upacara chanoyu ini. Pada abad ke teh popular dikalangan rakyat biasa, siapa saja dan kalangan mana saja boleh ikut serta menyelenggarakan upacara chanoyu. Di abad 20 ini, wisatawan asing sangat tertarik dengan budaya Jepang, salah satunya upacara chanoyu. Karena, nilai-nilai ajaran Budha Zen yang terkandung di dalam upacara chanoyu sangat sakral. Di Jepang saat ini upacara teh tersebut disebut denagan chanoyu. Chanoyu, atau kata lain nya Chado [ 茶道 ] adalah upacara minum teh atau dalam kata yang lebih indahnya adalah The Way of Tea yang sudah menjadi budaya pada masyarakat Jepang. Upacara ini bukan cuma upacara biasa, upacara ini termasuk kedalam sebuah penampilan atau Otemae お手前 layaknya teater, namun penampilan yang ditunjukan adalah tentang tata cara penyajian teh yang baik. Dunia alam Jepang yang selalu menyediakan bunga-bunga indah di setiap 2

3 musimnya, keindahan bunga ini dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah menghiasi kehidupan sehari-hari yang sederhana. Keindahan yang memiliki arti spiritual dalam hal-hal tertentu dalam kehidupan orang Jepang. Jadi, kaitan dengan musim di Jepang bahwa ruangan chanoyu (chaitsu) dihias dengan rangkaian bungabunga dimaksudkan untuk memberi dampak keindahan anggun di tiap musimnya. Sesungguhnya tidak demikian melainkan harus mampu mengungkapkan kemurnian kesederhanaan dalam usaha menghayati keadaan alam Jepang. Para ahli chanoyu membagi empat musim di Jepang musim dingin [ 冬 fuyu], musim semi [ 春 haru], musim panas [ 夏 natsu] dan musim gugur [ 秋 aki] menjadi 2 musim. Dalam Chanoyu yang pertama adalah musim perapian[ 路 ro] yaitu dari sepanjang bulan november sampai bulan april/ dari musim dingin fuyu [ 冬 ] sampai musim semi [ 春 haru] yang biasanya di dominasi oleh udara yang dingin dan sejuk seperti pada musim dingin dan musim semi. Yang kedua adalah musim anglo [ 風路 ] yaitu dari sepanjang bulan mei sampai bulan oktober, dimana udara panas mendominasi seperti pada musim panas [ 夏 natsu] sampai musim gugur [ 秋 aki]. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas pelaksanaan perkembangan chanoyu di Jepang dan kaitan chanoyu dengan musim di Jepang. Karena chanoyu sendiri dianggap sebagai pencerminan kepribadian, ketenangan, meditasi untuk mendapatkan pencerahan dan.untuk pengetahuan seni-seni tradisional Jepang lainnya. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan bahwa pengetahuan tentang perkembangan chanoyu dari awal masuk teh ke Jepang dan pengaruh musim terhadap chanoyu. Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah skripsi Amalia (2005) dalam skripsinya yang berjudul Upacara Minum Teh dan Ajaran Budha Zen menuliskan bahwa upacara minum teh memiliki peranan di dalam penerapan ajaran Budha Zen. Hal ini dapat dibuktikan dari ajaran-ajaran Budha Zen tentang moral, yang tergambar pada peralatan dan aktifitas di dalam upacara minum teh. Ajaran-ajaran tersebut adalah keindahan terdapat dalam kesederhanaan dan ketenangan, sikap mental dan pikiran yang positif dalam menghadapi seseorang, pencapaian pencerahan dengan melalui tiga unsur (konsentrasi, meditasi, kontemplasi), kesamaan hubungan antar sesama manusia. Metodologi 3

4 Penelitian ini adalah metode peneltian deskriptif. Metode merupakan cara untuk mengungkapkan kebenaran yang objektif. Kebenaran tersebut merupakan tujuan, sementara metode dimaksudkan agar kebenaran yang diungkapkan benar - benar berdasarkan bukti ilmiah yang kuat. Oleh karena itu, metode dapat diartikan pula sebagai prosedur atau rangkaian cara yang secara sistematis dalam menggali kebenaran ilmiah. Sedangkan penelitian dapat diartikan sebagai pekerjaan ilmiah yang harus dilakukan secara sistematis, teratur dan tertib, baik mengenai prosedurnya maupun dalam proses berfikir tentang materinya ( Nawawi dan Martini dalam Prastowo, 2011). Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono ( 2011 ) peneltian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan dan menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah aktual. Teknik pengumpulan data adalah menggunakan teknik catat, dimana data yang telah dibaca /dapat diberi tanda dan kemudian di pindahkan ke kartu data untuk dijadikan sebagai informasi atau data yang mendukung penelitian. Untuk melengkapi data yang diperlukan, penulis juga menggunakan metode wawancara dimana penulis membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Metode dan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah library research atau teknik kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan di kamar kerja peneliti atau ruang kepustakaan, Semi (1993:8). Teknik analisa data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu, mengumpulkan data dan mempelajari tentang pelaksanaan chanoyu, peralatan chanoyu permusimnya di Jepang dan hubungan antara chanoyu dengan seni-seni di Jepang., menganalisis data tentang pelaksanaan chanoyu, peralatan chanoyu permusimnya di Jepang dan hubungan antara chanoyu dengan seni-seni di Jepang, menyimpulkan data mengenai bagaimana pelaksanaan chanoyu, peralatan chanoyu permusimnya di Jepang dan hubungan antara chanoyu dengan seni-seni di Jepang. Hasil dan Pembahasan 1. Perkembangan Chanoyu Dari Cina, teh dibawa juga ke Jepang. Tepatnya pada abad ke-8, Jepang baru mengenal teh berkat para pendeta Buddha yang belajar agama di Cina. Pada masa itu, teh hanya dikonsumsi dalam upacara- 4

5 upacara keagamaan di kul-kuil. Semua teh yang diminum di Jepang masih dibawa langsung dari Cina, belum ada teh yang ditanam di Jepang. 400 tahun kemudian, Eisai adalah seorang pendeta Buddha yang membawa bibit teh dari Cina dan menanamkannya di daerah Uji, Kyoto. Eisai juga membawa cara memproduksi teh dari Cina saat itu (Dinasti Song), yaitu menghaluskan teh menjadi serbuk. Kemudian, teh diseduh dalam mangkuk dan dikocok menggunakan kocok bambu. Tradisi menyajikan teh seperti ini yang terus dipertahankan di Jepang. Penyajian teh yang dikenal dengan matcha dalam upacara minum teh Jepang atau yang biasa disebut chanoyu. Sementara di Cina penyajian seperti ini tidak ada lagi. Lalu pada abad ke-12 seorang Biksu Buddha bernama Eisai, yang kembali dari China mulai memperkenalkan tekhnik penyajian teh yang baru bernama Tencha ( 点茶 ), dimana bubuk teh hijau halus yang kita kenal bernama Matcha 抹茶 diletakan di mangkuk lalu diseduh dengan air panas. Tidak hanya itu sang Biksu juga membawa benih teh hijau tersebut ke Jepang, dan menjadi teh yang kualitasnya paling tinggi seantero Jepang. Bubuk teh hijau ini pertama kali digunakan pada upacara keagamaan yang biasa dilakukan di Biara Buddha. Pada abad ke-13 saat Shogun Kamakura memerintah negara, teh adalah salah satu barang mewah yang menunjukan status seseorang diantara kelas ksatria. Lalu pada abad ke-16, Sen no Rikyu seorang pendeta Zen yang sangat dihormati. Ia memperkenalkan dan menyebarkan chanoyu ke seluruh Jepang pada semua tingkatan sosial. Pada masa itu, teh menjadi bagian penting dalam budaya Jepang, terutama di kalangan kerajaan dan para samurai. Hingga saat ini chanoyu terus dipertahankan di Jepang. Sen no Rikyu adalah tea master yang bekerja untuk Oda Nobunaga dan penerusnya, Hideyoshi Toyotomi. Oda Nobunaga adalah orang pertama yang memulai penyatuan Jepang, yang kemudian dilanjutkan oleh Hideyoshi Toyotomi. Keduanya merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah Jepang, dan keduanya sangat mencintai teh. Pada abad ke 17 dan 18, teh akhirnya mulai populer di kalangan rakyat biasa Jepang. Sencha adalah teh yang paling populer di Jepang saat ini, yang pertama kali diperkenalkan oleh Nagatani Soen. Sejak itu, perkembangan teh di Jepang dan Cina menjadi sangat berbeda. Teh Jepang saat ini sangatlah berbeda dengan teh Cina saat ini. 5

6 Selama berabad-abad, teh hanya dikenal di Cina dan negara-negara sekitarnya. Pada abad ke-17 barulah teh mulai dibawa ke Eropa. Upacara minum teh (chanoyu) dalam The Great Japanese dictionary (1995:1384) adalah : 茶の湯茶を飲んで楽しむ遊芸 古くは茶湯 - 五世紀中葉から 茶の湯 と言う呼称が普戊 近世以降は茶道を言う語となった 茶娄攵寄 茶道 Artinya : Minum teh merupakan suatu kepandaian dalam bidang kesenian yang menyenangkan. Dahulu minum teh kira-kira dari pertengahan abad ke -15 disebut chanoyu. Pada zaman modern sekarang ini dinamakan dengan chado. Teh dengan seni yang halus. ( dalam skripsi Amalia 2005 : 14-15). Dengan berkembangnya zaman dari hari ke hari wisatawan asing juga dibolehkan mengikuti upacara ini, dengan kata lain untuk memperkenalkan budaya Jepang. Namun, pada dasarnya nilai-nilai Buddha Zen yang terkandung dalam ritual ini tidak berubah dan tidak berkurang. Saat ini upacara minum teh (chanoyu) semakin berkembang, karena dilaksanakan diluar ruangan yang dikenal dengan nama Nodate [ 野 点 ]. Upacara minum teh (chanoyu) ini pada awalnya adalah tradisi dalam menyajikan teh untuk tamu yang bersifat ritual atau religius. Namun dalam perkembangannya kemudian menjadi tradisi di kalangan bangsawan, sampai saat ini masih tetap dipertahankan menjadi budaya Jepang yang sangat dijunjung tinggi dan juga dijadikan daya tarik wisatawan budaya untuk orang-orang asing yang ingin mengetahui budaya Jepang, salah satunya upacara chanoyu. Saat ini upacara minum teh (chanoyu) dapat dilakukan oleh siapapun. Semua lapisan masyarakat boleh melakukan upacara ini, setelah mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat diikuti ketika berkunjung ke Jepang. 2. Pengaruh Musim Terhadap Chanoyu a. Musim Ro 炉 Musim perapian [ 路 ro] yaitu yang dimulai dari bulan November sampai bulan April atau dari musim dingin [ 冬 ] sampai musim semi [ 春 ] yang biasa didominasi oleh udara yang dingin dan sejuk. Di musim ini upacara chanoyu tetap diselenggarakan namun ada beberapa peralatan, perlengakapan dan hidangan yang sedikit berbeda yang disesuaikan dengan keadaan dan suasana musim. Namun, tata cara penyelenggaraan chanoyu dilakukan tetap seperti biasa dan tidak ada perubahan. 6

7 Peralatan chanoyu di musim ro yang berberda dari peralatan pada umumnya yaitu chawan dan ro. Chawan di musim ro ini memiliki dasar yang dalam supaya kehangatan teh tetap hangat ketika diminum. Ro merupakan lubang api yang tertanam di ruangan chasitsu, fungsinya untuk menghangatkan ruangan. Untuk menghasilan pembakarannya menggunakan arang atau abu. Hiasan di musim ro ini terlihat berbeda kakekuji atau kaligrafi di tokonoma. Pada kakemono di tokonoma musim ro, terdapat kanji yang dibaca dengan しゅうがつあいひとをてらす yang artinya menerangi orang bertemu pada akhir bulan di musim gugur. Hal ini dapat menggambarkan akan berakhirnya suasana musim gugur dan datangnya musim dingin, yang bahwasanya orang-orang yang mengikuti upacara chanoyu pada musim ro ini akan dapat merasakan suasana alam yang sesungguhnya karena di dalam ruangan terdapat kaligrafi dan dekorasi yang menggambarkan keadaan alam di Jepang pada saat musim ro, harapan dan doa a dari para peserta yang mengikuti upacara chanoyu memiliki sesuai dengan harapan dari arti kaligrafi tersebut. (Wawancara : Uehara Baikei, 3 Februari 2015). Begitu juga dengan ikebana yang terpajang di altar tokonoma juga berbeda. Contohnya ikebana kurisumasu, ikebana tsubaki, ikebana ume dan ikebana sakura. Tujuannya untuk menyamakan kondisi alam Jepang yang terdapat diluar ruangan chasitsu. Untuk pakaian yang digunakan saat musim ro ini, kimono yang berbahan dasar tebal, berlapis sutera, wool, atau bahan sintesis. Karena musim yang berlangsung pada saat itu memiliki suhu yang sangat dingin, dan di musim ro ini motif kimono yang digunakan motif salju, bunga kurimasu, dan lain-lain. Bertujuan untuk menyamakan dengan musim yang sedang berlangsung. Setelah melakukan upacara minum teh atau chanoyu, untuk menetralisir rasa pahit setelah minum teh, shado master menghidangkan kue-kue yang manis dan bentuknya yang cantik tergantung musim yang sedang berlangsung, yaitu musim dingin dan musim semi. b. Musim Anglo Musim anglo 風炉 yaitu dari sepanjang bulan Mei sampai bulan Oktober dimana udara panas mendominasi seperti pada musim panas [ 夏 ] sampai musim gugur [ 秋 ]. 7

8 Di musim anglo upacara chanoyu tetap dilaksanakan, sekalipun suhu musim panas di Jepang yang tinggi dapat dirasakan lewat hembusan angin yang mewakili musim panas. Seperti kutipan berikut ini : Menurut salah seorang yang mengerti tentang chanoyu yang penulis wawancarai mengatakan : 7 月 せきざちょうまつかぜ, 関座聴松風 意味は静かな 簡単とした空間に座って 待つのほが風にゆらされ ザワザワと言う音に耳をすほせる Artinya : Duduk di ruangan sederhana yang tenang, ayunan angin yang membawa, bunyi gesekan yang terdengar membuat berisik di telinga. (Wawancara : Mrs. Kobayashii Sachiko 3 Februari 2015). Berdasarkan hasil kutipan dari wawancara diatas, bahwasanya di musim panas diakhir bulan tujuh, ketika mengikuti penyelenggaraan upacara chanoyu bunyi yang sangat jelas terdengar saat itu, bunyi angin dan bunyi gesekkan dedaunan alam yang terkena angin dikala musim panas sedang berlangsung. Upacara chanoyu di musim anglo masih tetap dilaksanakan. Ada beberapa peralatan, perlengakapan dan hidangan yang sedikit berbeda, pada penyelenggaraan upacara chanoyu musim anglo dengan musim ro. Akan tetapi tata cara chanoyu tetap dilaksanakan seperti biasa dan tidak ada perubahan aturan dari dasarnya. Beberapa perbedaan bisa kita lihat dari peralatan, ruangan dan pakaian yang dipakai ketika upacara diselenggarakan. Peralatan chanoyu di musim anglo yang berbeda dari peralatan pada umumnya yaitu chawan dan furo. Chawan di musim anglo ini memiliki dasar yang rendah supaya cepat dingin ketika diminum. Furo merupakan kompor atau tungku yang digunakan untuk bulan-bulan hangat terletak di ruangan chasitsu, fungsinya untuk memanaskan tungku air. Hiasan di musim anglo ini terlihat berbeda kakekuji atau kaligrafi di tokonoma. Pada kanji kakemono yang tergantung di tokonoma pada musim anglo, bacaannya ながれる yang artinya mengalir. Hal ini dapat menggambarkan musim panas Jepang yang memiliki panas yang terik, membuat orangorang yang ketika mengikuti upacara chanoyu pada musim anglo ini dapat mengalirkan kesabaran, ketenangan ke dalam dirinya karena tujuan mengikuti upacara chanoyu untuk mendapatkan ketenangan dalam jiwanya, dan para peserta chanoyu memiliki do a dan harapan dari arti 8

9 kaligrafi tersebut. (Wawancara : Uehara Baike 3 Februari 2015). Dapat diketahui bahwasanya katakata yang tertulis pada kaligrafi adalah katakata bijak, do a dan harapan yang biasa diucapkan dan berasal dari ajaran Buddha, puisi, deskripsi tentang suatu tempat yang terkenal, atau kata-kata yang berhubungan dengan Chanoyu itu sendiri. Begitu juga dengan ikebana yang terpajang di altar tokonoma juga berbeda. Contohnya ikebana ajisai, ikebana himawari, ikebana shuumeigiku dan ikebana tsuuwabuki. Tujuannya untuk menyamakan kondisi dan suasana alam Jepang yang terdapat diluar ruangan chasitsu. Begitu juga dengan kimono di musim anglo, musim yang bersuhu dan cuaca panas yang digunakan berbahan katun tipis dan bermotif bunga-bunga, kembang api, bebek, burung dan lain-lain. Okashii atau kue yang dihidangkan ketika musim anglo, berbentuk seperti daun berwarna hijau, angin, awan biru dan manisan permen yang yang berisi matcha manis. Musim panas yang terik tetapi berangin, seperti itulah hidangan yang menggambarkan keadaan musimnya. Sama halnya ketika musim ro berlangsung, musim anglo juga dihidangkan kue-kue manis yang bertujuan menghilangkan rasa teh yang pahit. Kesimpulan Upacara chanoyu saat ini sudah banyak dikenal dan diketahui oleh banyak khalayak pencinta kebudayaan Jepang, terutama wisatawan asing. Wisatawan asing sangat tertarik dengan budaya-budaya Jepang yang unik. Salah satunya budaya Jepang yaitu ritual chanoyu. Chanoyu dulunya hanya dilaksanakan oleh kalangan pendeta Buddha dan hanya di konsumsi dalam upacara-upacara keagamaan di kuilkuil. Untuk mempelajarinya dibutuhkan waktu yang cukup lama. Hanya orang-orang yang sudah mendapatkan mengakuan sebagai Chado Master yang bisa mengadakan upacara chanoyu. Chanoyu adalah upacara minum teh yang disajikan untuk tamu. Dalam kata yang lebih indahnya The Way of Tea yang sudah menjadi budaya pada masyarakat Jepang. Upacara chanoyu bukan cuma upacara biasa, upacara ini termasuk ke dalam sebuah penampilan atau otemae layaknya seperti teater. Saat ini siapa saja dan dari kalangan mana saja boleh mengikuti upacara chanoyu, karena chanoyu meupakan wisata budaya yang sangat diminati oleh wisatawan asing. Penyelenggaraan chanoyu berpengaruh dengan musim di Jepang. Seperti yang diketahui Jepang yang 9

10 memiliki empat musim yaitu dingin [ 冬 fuyu], musim semi [ 春 haru], musim panas [ 夏 natsu], dan musim gugur [ 秋 aki] menjadi dua musim dalam kegiatan upacara chanoyu. Dalam upacara chanoyu yang pertama adalah musim perapian [ 路 ro] yaitu dari bulan November sampai bulan April atau dari musim dingin [ 冬 ] sampai musim semi [ 春 ] yang biasa didominasi oleh udara yang dingin dan sejuk. Yang kedua adalah musim anglo [ 風路 kazeru] yaitu dari sepanjang bulan Mei sampai bulan Oktober dimana udara panas mendominasi seperti pada musim panas [ 夏 ] sampai musim gugur [ 秋 ]. Musim adalah sesuatu yang penting karena sangat berpengaruh pada waktu pelaksanaan upacara chanoyu. Dengan berpengaruhnya musim di Jepang, ada beberapa perbedaan yang sedikit berbeda dari musim ro dan musim anglo. Perbedaan yang terletak di peralatan, kaligrafi, ikebana, kimono dan hidangan kue-kue manis. Dengan adanya perbedaan tersebut, dapat menggambarkan keadaan pada musim ro dan musim anglo. Perbedaan ini juga dapat menjadi daya tarik bagi oara wisatawan asing yang datang ke Jepang. Namun, untuk tata cara penyelenggaraannya upacara chanoyu nya sampai saat ini tidak ada yang berubah. DAFTAR PUSTAKA - Sumber Buku Bakker, J. W. M Filsafat Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Danadjaja, James The Great Japanese Dictionary. Haryanti, Pitri All About Japan. Yogyakarta : Penerbit Andi Kementrian Luar Negeri Jepang Sejarah Kebudayaan Jepang Sebuah Perspektif. tanpa Kota Penerbit : Kementrian Luar Negeri Jepang. Koentjaraningrat Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Nobo, Yuki Chanoyu Nyuumon. Tokyo: Toppan Isatsu Kabushiki Gaisha. Nusantara, Yayat Kesenian SMA untuk kelas X. Jakarta. Semi, M. Atar Metodologi Penelitian Sastra. Bandung: Remaja Rosda Karya. Somantri, Ratna The Story in A Cup of Tea. Jakarta: Transmedia Pustaka. Tanaka, Sen o The Tea Ceremony. Tokyo: Kodansha International, Ltd. 10

11 - Sumber Koran Diah Triarsari Diplomasi Elegan dengan Secawa Teh Hijau. Dalam Halo Japan!. Hlm. 20. Juni Jakarta - Sumber Srkipsi Amalia Upacara Minum Teh dan Ajaran Budha Zen. Skripsi. Padang: Universitas Bung Hatta. - Sumber Internet asyarakat-dan-kebudayaan/ budaya/2013/06/21/chanoyu-for-life html /Minum.Teh.pada.Upacara.Tradision al.jepang _teh_(jepang) pacara-minum-teh-jepang-sadou.html 8/upacara-minum-teh-jepang-chanoyu.html /chanoyu- %E8%8C%B6%E3%81%AE%E6%B9%AF -part-1/ noyu-upacara-minum-teh-jepang.html NOYU 4/472/551319/inspirasi-tata-ruang-alanegeri-sakura /Ini-Bedanya-Kimono-Dan- Yukata /Ini-Bedanya-Kimono-Dan- Yukata 11

12 medium=twitter anoyu-upacara-minum-teh.html 12

Bab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka

Bab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang memiliki berbagai macam budaya yang orisinil dan unik seperti dalam seni (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara

Bab 1. Pendahuluan. kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang atau disebut juga dengan 日本 (Nippon/Nihon) adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari Bab 5 Ringkasan Upacara minum teh atau chanoyu ( 茶の湯 ) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari huruf-huruf sebagai berikut

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan tersebut sampai sekarang masih berlaku dalam masyarakat Jepang. Dalam kebudayaan Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara maju di Asia yang kedudukannya di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara maju di Asia yang kedudukannya di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara maju di Asia yang kedudukannya di dunia setingkat dengan negara-negara di Eropa dan Amerika. Letak geografis Jepang terletak di Timur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Sadō merupakan salah satu kesenian yang masih menjadi tradisi dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika tradisional dalam menyajikan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh IV. ANALISIS KARYA Pada Bab ini, penulis menampilkan hasil karya beserta deskripsi dari masing-masing judul karya. Karya-karya ini terinspirasi dari upacara minum teh Jepang yang sering dijumpai pada festival

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana tanaman dan bunga-bunga tersebut dapat tumbuh dan hidup. Jepang juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. mana tanaman dan bunga-bunga tersebut dapat tumbuh dan hidup. Jepang juga disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah Negara kepulauan yang indah, didukung dengan empat musim yang bergantian secara teratur dan berkala menjadikan alam Jepang ditumbuhi dengan tanaman dan

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun diatas budayabudaya

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun diatas budayabudaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang mempunyai bermacam-macam kebudayaan. Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun diatas budayabudaya yang diperkenalkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : chanoyu,chashitsu dan Zen.

Abstraksi. Kata kunci : chanoyu,chashitsu dan Zen. Abstraksi Negara Jepang memiliki berbagai macam kebudayaan salah satunya yang sangat terkenal dan menjadi tradisi adalah upacara minum teh atau chanoyu. Chanoyu adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan Bab 5 Ringkasan Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan dan menunjukkan keterkaitan dengan karya sastra yang terbit sebelumnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru dalam

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Pengantar Bahasa Kode : MR 102 Bobot : 2 SKS Semester : 2 Jenjang : S-1 Dosen/Asisten : Drs. Mulyana

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen) LAMPIRAN 88 89 90 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Semester : SMAN 1 Yogyakarta : Bahasa Jepang : X MIA 6 (kelas Eksperimen) : 2 (dua) Pertemuan ke : 1 dan 2 Alokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prawiroatmodjo & Hoed (1997:115) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum, menyatakan peranan bahasa sebagai berikut: Peranan bahasa dalam kehidupan manusia besar sekali.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) Hargo Saptaji, Hani Wahyuningtias, Julia Pane, ABSTRAK Dalam Bahasa Jepang, partikel (joshi) sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berawal dari ketertarikan penulis mengenai kuliner Jepang, penulis memiliki keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari pengamatan

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna figuratif yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan Vol.32 sebagai bahasa sasaran dan manga クレヨンしんちゃん

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah. Kata Buddayah adalah bentuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah. Kata Buddayah adalah bentuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kebudayaan Para pakar Antropologi budaya Indonesia umumnya sependapat bahwa kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah. Kata Buddayah adalah bentuk jamak dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Giri dan Ninjou Dalam Urashima Tarou Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Tarou dalam Nihon Ohanashi Meisakuzensyuu 2 Urashima Tarou

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesalahan dalam berbahasa lumrah terjadi dalam proses belajar bahasa, karena dengan adanya kesalahan pembelajar berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan bahwa, kebudayaan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm dan Jensen dalam Wiryanto (2004, hal.44), mengatakan bahwa komunikasi antara dua orang

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR BUDHA ZEN DALAM CHANOYU

PRINSIP DASAR BUDHA ZEN DALAM CHANOYU PRINSIP DASAR BUDHA ZEN DALAM CHANOYU Anastasia Merry Christiani Widya Putri 1 ; Ratna Handayani 2 1,2 Japanese Department, Faculty of Letters, Bina Nusantara University Jln. Kemanggisan Ilir III No.45,

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5 UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB JEP-02-05) 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5 3.5menganalisisungkapanyangmenyatakankemampuan (dekirukoto)

Lebih terperinci

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Bahasa Jepang b. Semester : 1 c. Kompetensi Dasar : 3.3 dan 4.3

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Bahasa Jepang b. Semester : 1 c. Kompetensi Dasar : 3.3 dan 4.3 Ima nanji desuka? 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Bahasa Jepang b. Semester : 1 c. Kompetensi Dasar : 3.3 dan 4.3 3.3 Menentukan informasi berkenaan dengan memberi dan meminta informasi terkait tanggal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam sebuah kehidupan bermasyarakat, saling berkomunikasi dan berinteraksi adalah hal yang selalu terjadi setiap saat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP BUDDHA ZEN DALAM UPACARA CHANOYU ALIRAN URASENKE ABSTRAK ABSTRACT

PENERAPAN PRINSIP BUDDHA ZEN DALAM UPACARA CHANOYU ALIRAN URASENKE ABSTRAK ABSTRACT PENERAPAN PRINSIP BUDDHA ZEN DALAM UPACARA CHANOYU ALIRAN URASENKE The Application of Zen Buddhism Principles in Urasenke Style Tea Ceremony Widya Magdalena dan Budi Santoso Program Studi Sasta Jepang,

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran NAMA SEKOLAH : SMA NEGERI 1 KRIAN MATA PELAJARAN : BAHASA JEPANG MATERI POKOK : SALAM, UNGKAPAN dan HURUF KELAS / SEMESTER : X / I ALOKASI WAKTU : 6 Jam Pelajaran ( 6 x

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi ini media massa semakin berkembang. Jumlah informasi

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi ini media massa semakin berkembang. Jumlah informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era informasi ini media massa semakin berkembang. Jumlah informasi yang bisa diakses pun turut bertambah, padahal tidak semua informasi sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bila membicarakan Jepang, maka hal yang akan terbayang adalah sebuah Negara modern di mana penduduknya memiliki kedisiplinan yang tinggi, maju, kaya, dan sebutan-sebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, seringkali terjadi keadaan saat masyarakat ingin mengungkapkan gagasan, pikiran maupun pendapat kepada orang lain dan terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045)

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai media untuk menyampaikan suatu gagasan, pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang digunakan manusia dapat

Lebih terperinci

3. Bahasa Jepang

3. Bahasa Jepang 3. Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal BAB 3 ANALISIS DATA Dalam Bab 3 ini, saya akan menjelaskan mengenai spesifikasi kuesioner dan validasi instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal kuesioner yang

Lebih terperinci

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh. Kanji MORFOLOGI BAHASA JEPANG Pengantar Linguistik Jepang 7 April 2014 morfologi 形態論 けいたいろん Definisi Objek Kajian Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat pengantar untuk berhubungan ataupun berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa adalah sistem

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa merupakan salah satu alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa merupakan salah satu alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat penting. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak orang

Lebih terperinci

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI SKRIPSI MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI CLARISSA AULIA PRAHARSACITTA 1101705006 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya era globalisasi jumlah orang asing yang datang ke

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya era globalisasi jumlah orang asing yang datang ke - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya era globalisasi jumlah orang asing yang datang ke Indonesia pun bertambah dengan berbagai macam tujuan, seperti bisnis, rekreasi,

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Bahasa merupakan media untuk menyampaikan ( 伝達 ) suatu makna kepada

Bab 5. Ringkasan. Bahasa merupakan media untuk menyampaikan ( 伝達 ) suatu makna kepada Bab 5 Ringkasan Bahasa merupakan media untuk menyampaikan ( 伝達 ) suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis. Dan dalam kasus menikmati karya tulis, suatu karya tulis bahasa asing

Lebih terperinci

KESEDERHANAAN WABICHA DALAM UPACARA MINUM TEH JEPANG

KESEDERHANAAN WABICHA DALAM UPACARA MINUM TEH JEPANG KESEDERHANAAN WABICHA DALAM UPACARA MINUM TEH JEPANG Fajria Noviana Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang FIB Universitas Diponegoro Email: fajria_noviana@yahoo.com ABSTRACT The Japanese tea ceremony

Lebih terperinci

KESEDERHANAAN WABICHA DALAM UPACARA MINUM TEH JEPANG

KESEDERHANAAN WABICHA DALAM UPACARA MINUM TEH JEPANG KESEDERHANAAN WABICHA DALAM UPACARA MINUM TEH JEPANG KESEDERHANAAN WABICHA DALAM UPACARA MINUM TEH JEPANG Fajria Noviana Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang FIB Universitas Diponegoro Email: fajria_noviana@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2012), penokohan adalah pelukisan gambaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi sosial, penting bagi penutur dan lawan tutur saling memahami isi tuturannya. Berbicara secara langsung, apa adanya tanpa ada basabasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Materi utama dalam pengajaran bahasa Jepang ada tiga macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Materi utama dalam pengajaran bahasa Jepang ada tiga macam, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi utama dalam pengajaran bahasa Jepang ada tiga macam, yaitu huruf kanji, pola kalimat dan kosakata (Sutedi, 2005 : 78). Ketiga materi tersebut sangat penting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bagi pembelajar yang berasal dari negara yang tidak mempelajari kanji ( 非漢字圏 )seperti orang Indonesia, kanji merupakan salah satu huruf yang dirasa sulit, karena jumlahnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA 2012110024 FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016 i HALAMAN PERNYATAAN

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan digunakan adalah konsep dalam bahasa Jepang, konsep kanji, teori pembentukkan kanji (rikusho) dan nikuzuki

Lebih terperinci

Konversi Romaji ke Hiragana dengan Algoritma Pencocokan String

Konversi Romaji ke Hiragana dengan Algoritma Pencocokan String Konversi Romaji ke Hiragana dengan Algoritma Pencocokan String Venny Larasati Ayudiani 13513025 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu rangkaian kalimat. Kalimat merupakan rangkaian dari beberapa kata. Kata-kata itu terbagi dalam kelas kata, yaitu kata benda, kata kerja,

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP: PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006 ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Giri( 義理 ) Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam memahami konsep budaya Jepang dan karakteristik tertentu pola perilaku di antara masyarakat

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Merupakan karya ilmiah yang saya susun di bawah bimbingan bapak Jonnie Rasmada Hutabarat, M.A., selaku Pembimbing I dan bapak Dr. Ari Artadi selaku Pembimbing II, tidak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan merupakan bentuk dari konfiks ke-an dan susastra. Menurut Teeuw (Rokhmansyah, Alfian. 2014 :

Lebih terperinci

BAB I. Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang. setelah pasca perang dunia II diantaranya kekurangan pangan yang

BAB I. Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang. setelah pasca perang dunia II diantaranya kekurangan pangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang mengakibatkan perekonomian Jepang hancur. Adanya perubahan terjadi setelah pasca perang dunia

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari

Bab 3. Analisis Data. Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari Bab 3 Analisis Data 3.1 Tahap Persiapan Sebelum Melaksanakan Chanoyu Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari tuan rumah itu sendiri maupun tamu yang akan mengikuti

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori yang berkaitan dengan analisis data. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori semantik. 2.1 Konsep

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor, salah satunya ialah akibat masuknya pengaruh dari bahasa asing. memiliki kata-kata pinjaman dalam kosakata mereka.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor, salah satunya ialah akibat masuknya pengaruh dari bahasa asing. memiliki kata-kata pinjaman dalam kosakata mereka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makna merupakan salah satu unsur bahasa yang dapat mengalami perubahan. Pateda (2010:158-159) mengatakan perubahan makna bisa saja terjadi dikarenakan beberapa faktor,

Lebih terperinci

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra SKRIPSI LARAS BUDIARTI 2014110903 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Kebudayaan menurut Suparlan dalam Madubrangti (2008:15) adalah sebagai

Bab 2. Landasan Teori. Kebudayaan menurut Suparlan dalam Madubrangti (2008:15) adalah sebagai Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Budaya Kebudayaan menurut Suparlan dalam Madubrangti (2008:15) adalah sebagai berikut: Kebudayaan adalah pedoman menyeluruh bagi kehidupan sebuah masyarakat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan oleh manusia dalam kegiatannya sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan

Lebih terperinci