Bab 2. Landasan Teori. Kebudayaan menurut Suparlan dalam Madubrangti (2008:15) adalah sebagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2. Landasan Teori. Kebudayaan menurut Suparlan dalam Madubrangti (2008:15) adalah sebagai"

Transkripsi

1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Budaya Kebudayaan menurut Suparlan dalam Madubrangti (2008:15) adalah sebagai berikut: Kebudayaan adalah pedoman menyeluruh bagi kehidupan sebuah masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut. Setiap orang sebagai anggota masyarakat adalah pendukung kebudayaan yang menggunakan model-model tatanan sosial masyarakat secara selektif, yang mereka rasakan paling cocok atau terbaik untuk dijadikan acuan bagi interpretasi yang penuh makna untuk mewujudkan tindakantindakan dalam menghadapi lingkungannya dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang terkandung di dalamnya. Tindakan-tindakan dilakukan sesuai dengan dan berada dalam batas-batas pranata sosial yang cocok. Manusia tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan, sebagaimana dikemukakan oleh Geertz dalam Madubrangti (2008:16) bahwa kebudayaan sebagai perangkat mekanisme kontrol adalah rencana-rencana, resep-resep, aturan-aturan, instruksi-instruksi untuk mengatur tingkah laku, bukan hanya dilihat sebagai adat-istiadat, tradisi-tradisi, dan kumpulan kebiasaan-kebiasaan. Kebudayaan bersifat dinamis dan senantiasa perkembangan itu dilakukan untuk kemajuan masyarakat dalam menghadapi perubahan di lingkungan hidup, baik lingkungan fisik, alam, maupun sosialnya. Kebudayaan adalah suatu mekanisme kontrol yang terwujud dalam bentuk aturan-aturan dan resep-resep yang menjadi nilai-nilai dan norma-norma masyarakat dalam mengatur tingkah laku untuk mendorong terjadinya perubahan dan kemajuan kebudayaan. Hal ini dikarenakan kebudayaan terdiri atas perangkat-perangkat yang menjadi sistem-sistem acuan atau model-model kognitif yang berlaku bagi berbagai tingkat pengetahuan, perasaan, dan kesadaran. 10

2 2.2 Konsep Ritual Menurut Turner dalam Madubrangti (2008:29), ritual merupakan kewajiban yang harus dilalui seseorang dengan melakukan serangkaian kegiatan, yang menunjukkan suatu proses dengan tata cara tertentu untuk masuk ke dalam kondisi atau kehidupan yang belum pernah dialaminya. Seseorang atau kelompok yang menjalani ritual berada dalam liminalitas (sistem dalam proses ritual yang penyelenggaraannya bersifat terbuka, dan berada dalam struktur yang terorganisasi secara teratur), yaitu masa seseorang atau kelompok menjalani suatu rangkaian kegiatan yang diperlukan dalam kehidupannya. Rangkaian kegiatan ini dilakukan di suatu lingkungan yang bersifat umum dan terbuka sebagai sebuah peristiwa. Pada saat itu seseorang atau kelompok wajib menjalani ritual. Mereka diatur oleh aturan-aturan, tradisi, kaidah-kaidah, dan upacara yang berlaku selama peristiwa itu berlangsung. Sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh pelakunya, ritual juga dihubungkan dengan kewajiban seseorang atau kelompok untuk menghormati dan memuliakan para leluhurnya. Ritual mempersiapkan seseorang atau kelompok memasuki tahap kehidupan sosial berikutnya yang belum pernah dialami. Dalam proses liminalitas, seseorang yang menjalani ritual dipisahkan dari kehidupan sehari-hari untuk sementara waktu dan bergabung dengan orang lain yang juga akan menjalani ritual. Liminalitas ini ditandai dengan adanya masa pemisahan, kebebasan, dan penyatuan di suatu lingkungan kehidupan sehari-harinya, atau dari lingkungan induknya. Masa ini merupakan inisiasi, yaitu proses ritual yang wajib dilalui oleh pelaku ritual (Madubrangti, 2008 : 30). 11

3 2.3 Konsep Agama Buddha Dalam Masyarakat Jepang Agama Buddha masuk ke Jepang dari India melalui Cina dan Korea pada pertengahan abad keenam (tahun 538 Masehi). Setelah memperoleh dukungan kaisar, agama Buddha disebarluaskan oleh para penguasa ke semua pelosok. Menurut Takada (1996) mengenai agama buddha adalah sebagai berikut: 仏教は 6 世紀に中国と朝鮮を経で日本へ伝わりました 仏教は日本の政 府 社会 文化 美術に大きな影を与えてきました 日本神の寺でさまざ まな種類の仏が信仰の対象になっています 葬式は仏教の僧我執行う と いった具合です Agama Buddha datang ke Jepang dari Cina melalui Korea pada abad ke-6. Agama Buddha di Jepang dimanifestasikan dalam berbagai bidang kehidupan diantaranya; politik, masyarakat, kebudayaan, dan sebagainya. Di kuil-kuil Buddha, orangorang memanjatkan doa. Sampai saat ini, ajaran agama Buddha masih dipegang terutama dalam kegiatan pemakaman. Pada awal abad kesembilan, agama Buddha di Jepang memasuki periode baru, ketika agama ini secara khusus melayani kaum bangsawan istana. Pada periode Kamakura ( ), muncullah banyak sekte baru agama Buddha yang memberikan harapan keselamatan baik kepada prajurit maupun kepada rakyat petani. Agama Buddha bukan hanya berkembang sebagai agama, tetapi juga turut memperkaya kesenian dan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangannya agama Buddha di Jepang memiliki perbedaan dengan Buddha dari tempat asalnya, yakni Cina. Agama Buddha memiliki beberapa sekte yang kemudian berkembang di Jepang, di antaranya adalah sekte Tendai, Shingon, Jodo, Zen dan Nichiren (Danandjaja, 1997:167). 12

4 2.4 Konsep Buddha Zen Zen adalah salah satu aliran dalam agama Buddha Mahayana. Secara harafiah Zen berarti meditasi, yang berasal dari bahasa Cina yaitu chan dan dalam bahasa Sansekerta adalah dhyana. Kata Zen( 禅 )berasal dari bahasa Jepang. Aliran ini menekankan praktek meditasi (zazen) sebagai sarana untuk mencapai pencerahan (satori). Menurut Shoshitsu (1998 : 96) menjelaskan tentang Zen, mengatakan: 禅 というのは サンスクリットのジャーナから由来する名称である ジャーナは瞑想を意味する 専一に瞑想することによって至上の自己了解に到達することができる というのが禅の主張するところである 瞑想は仏の悟りに入るための六つの道のなかの一つである Zen adalah sebuah nama yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dhyana. Dhyana berarti meditasi. Zen menuntut untuk dapat mencapai tingkat memahami diri sendiri serta mempertahankan Zen itu sendiri dengan meditasi. Meditasi merupakan salah satu dari enam jalan menuju pencerahan sang Buddha Berdasarkan sejarah, meditasi sebagai salah satu ciri dari ajaran Buddha Zen yang diperkenalkan ke Cina oleh biksu India yang bernama Bodhidharma (532 M). Huineng ( ) generasi ke-6 dari aliran chan yang mengalami perubahan dari dinasti Tang berfikir bahwa ia adalah pendiri Buddha Zen yang sebenarnya. Walaupun pendeta Buddha Zen Cina datang ke Jepang dan berusaha untuk menyebarkan tradisi chan, tetapi itu tidak berkembang dalam aliran agama Buddha Jepang sampai pada saat Eisai dan Dogen memperkenalkannya. 13

5 Aliran Zen mulai diperkenalkan di Jepang pada zaman Kamakura ( ). Banyak biksu dari Jepang yang pergi ke Cina untuk mempelajari Zen, diantaranya biksu Eisai ( ) yang pergi ke Cina untuk mempelajari Zen. Setelah pulang dari Cina Eisai mulai menyebarkan Zen aliran Rinzai pada tahun 1191 dan Dogen menyebarkan Zen aliran Sōtō pada tahun 1227, secara berturut-turut aliran Zen ini berkembang dengan pesat. Menurut Suzuki (1991 : 3) pengertian tentang Zen adalah sebagai berikut : Zen is one of the product of the Chinese mind after its contact with Indian thought, wich was introduced into China in the first century A.D. through the medium of Biddhist teaching. Zen adalah salah satu hasil pemikiran Cina setelah mengadakan hubungan dengan pemikiran India. Zen yang diperkenalkan di Cina pada abad ke-1 sesudah masehi, melalui media ajaran Buddha. Menurut Hashimoto dalam Lestari (2005 : 17) mengenai Zen adalah sebagai berikut : Zen is Buddhist teaching from Sung China by two monks, Dogen and Eisai. It stesses enlightment by one s own effort, through seated meditation (Zazen). Zen monks played a vital role as advisors to the government in not only religions matters but also trade with China and cultural affairs. Zen adalah ajaran Buddha dari Cina yang diajarkan dua biksu yaitu Dogen dan Eisai. Ajaran Buddha ini menekankan pencerahan melalui usaha seseorang, melalui meditasi (Zazen). Biksu Zen memegang peranan penting sebagai penasehat terhadap pemerintah, tidak hanya dalam masalah keagamaan tetapi juga masalah perdagangan dengan Cina dan pertukaran kebudayaan. 14

6 Pada dasarnya Zen itu merupakan suatu ajaran dari agama Buddha yang menekankan pada pencerahan dan sangat mempengaruhi di segala aspek kehidupan masyarakat Jepang. Ajaran Zen banyak mempengaruhi seni kebudayaan Jepang. Hal ini sesuai dengan pendapat Shiratori (2007 : 195) yang mengungkapkan : 元々は中国からの輸入ではあるが 道元と栄西がそれを日本的な禅宗にし 結局は茶道 華道 能など禅的な文化をつくることになったのである Awalnya Zen berasal dari Cina, namun oleh Dogen dan Eisai diubah menjadi agama Buddha Zen Jepang sehingga pada akhirnya chado, kado dan noh menjadi kebudayaan Zen. Di dalam Zen, meditasi atau bertapa merupakan pokok ajaran agama ini. Mereka berpendapat bahwa pengikutnya dapat mencapai keringanan melalui meditasi Zen dan chanoyu menjadi pendukung pemahaman dan kedisiplinan yang merupakan bagian dari meditasi Zen. Seperti pendapat Tanaka (1998 : 15): The tea ceremony borrowed much from Zen religion because the first tea masters were priests, who, since the fourteenth century, had exerted a marked influence on Japanese culture and social customs. They taught their followers that enlightenment can only be reached through Zen meditation, and the tea ceremony became a means of disciplining the mind. Thus the saying tea and Zen are inseparable was born. Upacara minum teh banyak meminjam dari agama Zen karena ahli teh pertama adalah pendeta Zen, yang sejak abad ke-20, telah menggunakan pengaruh yang ditandai dalam kebudayaan Jepang dan adat istiadat kemasyarakatan. Mereka mengajarkan pengikut-pengikutnya bahwa pencerahan hanya dapat dicapai melalui meditasi Zen, dan upacara minum teh menjadi sebuah cara mendisiplinkan pikiran. Jadi telah lahir sebuah kalimat yang mengatakan teh dan Zen tidak dapat dipisahkan. 15

7 Bagi masyarakat Jepang kedisiplinan merupakan hal yang penting. Kedisiplinan merupakan salah satu pengaruh dari aliran Zen yang kemudian menjadi bagian dari hidup orang Jepang. Di dalam aliran Zen ini mereka belajar untuk mengatur diri sendiri, belajar untuk disiplin bagi dirinya sendiri serta bagi penyempurnaan seni dan agama. Disiplin Zen sederhana yaitu percaya pada diri sendiri serta dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Sejak Zen diperkenalkan di Jepang, Zen telah menjadi penopang kehidupan bagi kaum samurai baik secara moral maupun filosofis ataupun pandangan hidup. Kalau secara moral dapat dikatakan sebagai agama atau kepercayaan, oleh karena itu Zen mengajarkan jika melakukan suatu perbuatan yang sudah dimulai harus diselesaikan hingga tuntas dan tidak ada waktu luang diantaranya. Sedangkan secara filosofis, ajaran Zen memandang hidup dan mati tanpa ada perbedaan. Pengekspresian Zen dalam kehidupan orang Jepang dapat terlihat dalam ikebana, arsitektur ruangan teh, lukisan dan chanoyu. Kesemuanya menampilkan kekosongan, kesederhanaan, keharmonisan, dan keseimbangan. Seni teh memiliki hubungan yang erat dengan Zen, seperti yang dikatakan oleh Suzuki (1991 : 273) di bawah ini: We can see now that the art of tea is most intimately connected with Zen not only in its practical development but principally in the observance of the spirit that runs through the ceremony itself. The spirit in terms of feeling consists of harmony ( wa ), reverence ( kei), purity ( sei ), and tranquility ( jaku ). Dapat kita lihat sekarang bahwa seni teh memiliki banyak hubungan yang erat sekali dengan Zen, tidak hanya di dalam perkembangan yang praktis tetapi terutama di dalam semangat ibadat yang melalui upacara itu sendiri. Semangat itu sendiri berisikan perasaan yang terdiri dari keselarasan (wa), rasa hormat (kei), kemurnian (sei), dan ketenangan (jaku). 16

8 2.4.1 Konsep Wa-Kei-Sei-Jaku Berdasarkan konsep pemikiran dalam Zen, Sen no Rikyu ( ) membuat empat konsep dasar chanoyu yaitu keharmonisan (wa), rasa hormat (kei), kemurnian (sei), dan ketenangan (jaku). Prinsip-prinsip itu merupakan usaha keras dari para pelaksana upacara teh untuk menggabungkan ke dalam kehidupan sehari-hari kehidupan mereka. Prinsip-prinsip ini merupakan sebuah cerminan dari sebuah roh dan jiwa yang bersih dari Sen no Rikyu. Berikut empat prinsip yang mendasari semua aturan-aturan dari upacara teh dan mewakili di saat yang sama dalam teladan tertinggi (Shoshitsu, 1997 : 13). Menurut pendapat Ito dalam proquest (1998 :10) mengenai wa-kei-sei-jaku : Cha-no-yu is often summed up with the words wa (harmony), kei (respect), sei (purity), and jaku (serenity), elements that are shared not only among the guests and the hosts, but also between the utensils and the environment in which the ceremony is held. Cha-no-yu sering kali disimpulkan dengan kata wa (keharmonisan), kei (rasa hormat), sei (kemurnian),dan jaku (ketenangan), unsur-unsur tersebut tidak hanya untuk saling membagi antara tamu dengan tuan rumah, tapi juga antara peralatan dan lingkungan ketika upacara diadakan. Shoshitsu (1997 : 13) menjelaskan tentang wa-kei-sei-jaku sebagai berikut, Wa (keharmonisan) adalah hasil dari hubungan interaksi antara tuan rumah dan tamu, makanan yang disajikan dan peralatan yang digunakan mengikuti irama dari alam. Hal tersebut menggambarkan baik ketiadaan semua hal maupun ketetapan pada suatu perubahan tuan rumah berinteraksi dengan para tamu, keduanya saling memikirkan satu sama lain sebagaimana jika berada dalam posisi sebaliknya. Pendekatan terhadap alam memusatkan perhatian kita lebih lanjut terhadap kualitas upacara minum teh. Prinsip 17

9 dari keharmonian memiliki arti bebas dari keinginan menjalani kehidupan dengan tidak berlebihan dan tidak pernah melupakan untuk menjaga sikap rendah hati. Wa berarti keserasian atau keharmonisan, keserasian di antara sesama manusia, antara manusia dengan alam dan keserasian peralatana minum teh dengan cara penggunaanya. Menurut konsep wa seseorang tidak akan bertindak pura-pura, tidak menunjukkan emosi dan tidak akan lupa sikap kerendahan hati, agar demikian ia dapat memperlakukan sesamanya sebagai dirinya sendiri. Kei (rasa hormat) adalah kesungguhan hati yang melepaskan kita untuk membuka hubungan dengan lingkungan yang paling dekat, yakni sesama manusia dan alam, yang saling menghargai dengan sikap sopan santun satu sama lain. Rasa hormat menuntut struktur sosial dalam upacara teh, untuk saling menghormati satu sama lain di antara peserta, terutama melalui dasar etiket minum teh. Dalam pengertian luas, tanpa adanya rasa hormat dari penampilannya, prinsip ini menekankan kita untuk melihat lebih dalam lagi ke dalam hati semua orang yang kita jumpai dan segala sesuatu dalam lingkungan kita, yang kemudian hal tersebut, kita sadari kekeluargaan dengan dunia di sekitar kita. Rasa hormat atas segala sesuatunya yang berasal dari rasa syukur yang tulus atas keberadaanya. Seseorang diwajibkan untuk mengerti perasaan setiap orang yang dijumpainya dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh keadaan di sekitarnya agar dengan demikian ia dapat memperlakukan sesamanya sebagai dirinya sendiri. Sei (kemurnian), melalui tindakan yang sederhana dalam pembersihan adalah bagian yang terpenting dari upacara minum teh, baik dalam persiapan sebelumnya, menyajikan teh yang sesungguhnya dan setelah para tamu pergi, membereskan kembali peralatan teh, serta pada saat penutupan akhir dari ruang teh. Tindakan seperti membersihkan debu pada ruangan dan membersihkan daun-daun yang berguguran dari jalan setapak pada 18

10 taman dan semuanya merupakan tindakan pembersihan debu keduniawian atau penambahan secara lisan, dari hati dan pikiran menjadi satu. Hal lain juga diungkapkan oleh Suzuki (1991 : 281) mengenai sei (kemurnian) sebagai berikut : Purity, estimated as constituting the spirit of the art of tea, may be said to be contribution of Japanese mentality. Purity is cleanliness or sometimes orderliness, which is observable in everything everywhere concerned with the art. Fresh water is liberally used in the garden (roji), in case natural running water is not available, there is a stone basin filled with water as one approaches the tearoom, which is naturally kept clean and free from dust and dirt. Arti : Kemurnian, dinilai sebagai perolehan jiwa dari seni minum teh, yang mungkin bisa dikatakan untuk dapat memberikan kontribusi dari mentalitas orang Jepang. Kemurnian adalah kebersihan atau terkadang sesuatu yang rapi di mana hal tersebut nampak pada segala sesuatu dan segala tempat yang memberikan suatu karya seni. Air segar biasanya digunakan dalam taman (roji), dalam hal ini jika tidak ada air mengalir di taman, maka biasanya tersdapat penampung air dari batu yang terisi air yang terhubung ke ruang perjamuan teh, untuk menjaga kebersihan dari debu dan kotoran. Jaku (ketenangan) menurut Shoshitsu (1997 : 14), bahwa ketenangan adalah sebagai konsep estetika khusus dalam upacara teh, dengan melaksanakan ke-tiga prinsip utama yaitu keharmonian, rasa hormat, dan kemurnian di dalam kehidupan kita sehari-hari secara terus menerus, seseorang dapat mewujudkan ketenangan. Dengan menikmati teh sambil duduk seorang diri, dan merasaka jauh dari dunia, menyatu dengan irama alam bebas, bebas dari kebutuhan material dan kenyamanan fisik, peka terhadap kesucian dari segala sesuatu yang terdapat di sekitarnya, ketika seseorang tersebut membuat dan menikmati teh dengan memikirkan guna mencapai keadaan yang mulia akan memperoleh suatu ketenangan. Tapi, anehnya ketenangan termasuk bahkan bertambah apabila orang lain memasuki mikro kosmos (dunia kecil) ruangan teh itu ikut merenungkan keadaan tersebut sambil menikmati teh bersama-sama. Sungguh suatu hal 19

11 yang berlawanan bahwa kita dapat memperoleh ketenangan dalam diri kita justru pada saat orang lain berada bersama kita. Hubungan ketenangan sebagai elemen yang keempat membangkitkan jiwa atau semangat dalam seni teh, dalam karakter Cina chi atau jaku dalam bahasa Jepang. Jaku adalah sabi. Akan tetapi sabi mengandung makna lebih dari sekedar ketenangan. Dapat dikatakan bahwa makna sabi yang sesungguhnya adalah ketenangan, kedamaian, ketentraman dan jaku lebih sering digunakan dalam kesusasteraan agama Buddha yang merupakan kematian atau nirwana. Dalam hubungan yang dipergunakan pada seni teh, jaku berbarti kemiskinan, kesederhanaan, dan kesendirian. Hal ini berarti sabi memiliki makna yang sama dengan wabi. Wabi dan sabi berasal dari Zen yang menonjolkan kesederhanaan yang mengungkapkan kerendahan hati (Suzuki, 1991 : 284) Wabi Sabi Wabi dan sabi merupakan estetika dari kebudayaan Jepang, memahami konsepnya adalah penting untuk memahami upacara teh Jepang. Menurut Koren (1994 : 21) mengungkapkan : Wabi-sabi is the most conspicuous and characteristic feature of what we think of as traditional Japanese beauty. It occupies roughly the same position in the Japanese pantheon of aesthetic values as do the Greek ideals of beauty and perfection in the West. Arti : Wabi-sabi merupakan gambaran karakteristik yang paling mencolok yang bisa kita anggap sebagai unsur kecantikan tradisional Jepang. Ia menjalankan selayaknya norma estetika Jepang sebagaimana bangsa Yunani mengindahkan kecantikan dan juga masyarakat Barat mengindahkan kesempurnaan. 20

12 Wabi adalah sebuah estetika dan asas moral yang mendukung kenikmatan dari sebuah ketenangan, hidup santai dari keprihatinan duniawi. Dimulai dengan pertapaan yang menekankan pada kesederhanaan, keindahan tipe yang keras dan sebuah ketenangan di mana keadaan mental yang sulit dipahami. Wabi juga mempunyai pengertian yang sama dengan sabi. Persamaan lain dari kata yang berasal dari pikiran susah dan kehidupan miskin ini adalah wabi, dan kata ini banyak terdapat dalam waka, renga, haiku, noraku, dan chanoyu. Secara bahasa kata wabi adalah kesepian atau keterasingan, dan dia mewakili kesederhanaan dan ketenangan. Tujuan wabi sebenarnya bukan untuk menguasai cara teh namun lebih kepada menciptakan sebuah harmoni baru yang dipraktekkan ke semua unsur teh dengan mengutamakan rasa kesederhanaan (Kamakura dan Varley, 1994 : 60). Menurut Abercrombie dalam proquest (2001 : 125) mengenai wabi sabi mengatakan sebagai berikut : Wabi, is the Japanese principle of solitariness, restraint, freshness, and novelty, and Sabi the complementary principle of beauty found in those things that are aged and veneer-able. Together they can achieve the harmonious balance in our environment that we see in nature. Wabi, adalah prinsip kesunyian, pengendalian, kesegaran, dan sesuatu yang baru, dan Sabi sebagai pelengkap prinsip dari kecantikan yang ditemukan pada sesuatu yang sudah berusia dan agung. Keduanya dapat mencapai keseimbangan harmonisasi di dalam lingkungan kita yang dapat kita lihat pada alam. Orang pertama yang meringkaskan dan menegaskan sebuah ide estetika akan wabi adalah seorang guru besar teh Takeno Jo-o ( ). Ia pernah mengirim surat kepada muridnya yaitu Sen no Rikyu. Di dalam suratnya, Jo-o menuliskan pendapatnya tentang wabi sebagai sesuatu yang sederhana dan bersahaja. 21

13 Menurut Ito dan Futagawa dalam Hilma (2004 : 21) mengungkapkan sebuah contoh dari wabi seperti pemandangan, objek penglihatan bahkan cara kehidupan yang semuanya ada di alam. Keindahan di alam tadi tergantung pada keadaan rohani dari orang yang melihatnya. Singkatnya, Jo-o dalam Ito dan Futagawa dalam Hilma (2004:22) ingin menyampaikan kepada kita bahwa jika kita ingin mengerti kebenaran dan keindahan wabi, maka kita harus menjalani sebuah latihan rohani tertentu dan juga pendidikan rohani. Pendapat ini juga dibenarkan oleh pendeta Buddha, Kukai ( ), ia memberitahu kita bahwa wabi sulit untuk dimengerti oleh seseorang yang tidak memiliki hati sejati kecuali yang mau menerima pencerahan tentang alam wabi sebenarnya. Konsep-konsep baru akan wabi di atas telah dipraktekan terutama oleh para guru besar teh, salah satunya Sen no Rikyu. Sen no Rikyu mencoba mengangkat seni wabi dengan menghubungkan wabi dengan semangat dan menekankan kepentingan mencari kekayaan ke dalam kecantikan akan sebuah kesederhanaan. Plutschow dalam Hilma (2004 : 22) mengungkapkan tentang wabi yaitu estetika wabi menunjuk pada keadaan pikiran yang menyukai kesunyian untuk persahabatan, alam untuk budaya, kemiskinan untuk kekayaan, dan ketidaksempurnaan untuk kesempurnaan. Estetika wabi tidak dapat diuraikan dengan pengertian yang mudah sebab sangat berhubungan kuat dengan kesederhanaan hidup yang diterapkan di kuilkuil Zen. Sedangkan pengertian dari kata sabi berasal dari kata sabu sebagai kata kerja, sabishii sebagai kata sifat yang berarti sepi dan tenang, dan arti dalam kehidupan manusia ialah ketenangan yang ingin dicapai oleh orang-orang yang sudah meninggalkan kehidupan dan hal-hal keduniawian. Dasar pemikiran sabi adalah ketenangan dan kesepian yang diungkapkan dalam bidang kesenian. Sabi banyak 22

14 diungkapkan dan berkembang di dalam waka, renga, noh, haiku dan chanoyu. Dalam perkembanganya wabi sabi dipakai secara bersama-sama dan saling berkaitan (Kamakura dan Varley, 1989) 23

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari Bab 5 Ringkasan Upacara minum teh atau chanoyu ( 茶の湯 ) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari huruf-huruf sebagai berikut

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR BUDHA ZEN DALAM CHANOYU

PRINSIP DASAR BUDHA ZEN DALAM CHANOYU PRINSIP DASAR BUDHA ZEN DALAM CHANOYU Anastasia Merry Christiani Widya Putri 1 ; Ratna Handayani 2 1,2 Japanese Department, Faculty of Letters, Bina Nusantara University Jln. Kemanggisan Ilir III No.45,

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari

Bab 3. Analisis Data. Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari Bab 3 Analisis Data 3.1 Tahap Persiapan Sebelum Melaksanakan Chanoyu Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari tuan rumah itu sendiri maupun tamu yang akan mengikuti

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka

Bab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang memiliki berbagai macam budaya yang orisinil dan unik seperti dalam seni (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah. Kata Buddayah adalah bentuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah. Kata Buddayah adalah bentuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kebudayaan Para pakar Antropologi budaya Indonesia umumnya sependapat bahwa kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah. Kata Buddayah adalah bentuk jamak dari

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara

Bab 1. Pendahuluan. kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang atau disebut juga dengan 日本 (Nippon/Nihon) adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA 2012110024 FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016 i HALAMAN PERNYATAAN

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP: PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006 ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Budaya Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan:

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan

Lebih terperinci

ABSTRAK JUDUL: PEMAKAIAN GAIRAIGO DALAM TEXT BACAAN BUKU. INTERMEDIATE JAPANESE, bahasa adalah alat komunikasi antar anggota

ABSTRAK JUDUL: PEMAKAIAN GAIRAIGO DALAM TEXT BACAAN BUKU. INTERMEDIATE JAPANESE, bahasa adalah alat komunikasi antar anggota ABSTRAK JUDUL: PEMAKAIAN GAIRAIGO DALAM TEXT BACAAN BUKU INTERMEDIATE JAPANESE, bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari bahasa kedua terjadi di seluruh dunia karena berbagai sebab seperti imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berawal dari ketertarikan penulis mengenai kuliner Jepang, penulis memiliki keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045)

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai media untuk menyampaikan suatu gagasan, pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang digunakan manusia dapat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut :

Bab 2. Landasan Teori. Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Bushido Menurut Nitobe Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut : 武士道は文字通り武人あるいは騎士の道であり 武士がその職分を尽くす ときでも 日常生活の言行においても 守らなければならない道であって いいかえれば 武士の掟であり

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana yaitu bahasa. Di dalam bahasa terdapat kalimat yang terangkai dari katakata, frase-frase,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP BUDDHA ZEN DALAM UPACARA CHANOYU ALIRAN URASENKE ABSTRAK ABSTRACT

PENERAPAN PRINSIP BUDDHA ZEN DALAM UPACARA CHANOYU ALIRAN URASENKE ABSTRAK ABSTRACT PENERAPAN PRINSIP BUDDHA ZEN DALAM UPACARA CHANOYU ALIRAN URASENKE The Application of Zen Buddhism Principles in Urasenke Style Tea Ceremony Widya Magdalena dan Budi Santoso Program Studi Sasta Jepang,

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, mempelajari bahasa bertujuan untuk memperoleh empat keterampilan berbahasa (language competence) yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA 105110201111014 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI PENGGUNAAN TSUMORI ( つもり ) DAN TO OMOIMASU ( と思います ) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH : PUTRI EKA SARI NIM: 115110601111022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, ABSTRAK Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI OLEH HELDA DEWI ARINDAH NIM 105110200111005 PROGRAM STUDI S1 SASTRA

Lebih terperinci

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM 115110201111004 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. temari yang bercorak tanabata, maka kita harus memahami pengertian dari makna itu

Bab 2. Landasan Teori. temari yang bercorak tanabata, maka kita harus memahami pengertian dari makna itu Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Semantik Untuk dapat memahami makna dari lambang lambang yang terkandung dalam temari yang bercorak tanabata, maka kita harus memahami pengertian dari makna itu sendiri terlebih

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI DENNY KUSNO NURRAKHMAN, Herniwati 1, Linna Meilia Rasiban 2 Departemen Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN PERANAN WANITA JEPANG DAN KONDISI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG TERHADAP MUNCULNYA SHOUSHIKA

PENGARUH PERUBAHAN PERANAN WANITA JEPANG DAN KONDISI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG TERHADAP MUNCULNYA SHOUSHIKA HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI Skripsi Sarjana yang berjudul: PENGARUH PERUBAHAN PERANAN WANITA JEPANG DAN KONDISI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG TERHADAP MUNCULNYA SHOUSHIKA Telah diuji dan diterima baik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap ragam bahasa, baik dalam bahasa Indonesia, Inggris, maupun dalam bahasa Jepang, memiliki kaidah atau aturan dan beberapa keunikan, salah satu keunikan

Lebih terperinci

PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN

PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra NIDA KUDSIAH 2013110165 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra WAETI

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI. Oleh ALFA RODHY E.S NIM

PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI. Oleh ALFA RODHY E.S NIM PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI Oleh ALFA RODHY E.S NIM 0911120061 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

MAKNA LAGU HIMAWARI KARYA KAWASAKI FUTOSHI DAN AKIMOTO YASUSHI

MAKNA LAGU HIMAWARI KARYA KAWASAKI FUTOSHI DAN AKIMOTO YASUSHI SKRIPSI MAKNA LAGU HIMAWARI KARYA KAWASAKI FUTOSHI DAN AKIMOTO YASUSHI PUTU TRISNA WINDASARI 1101705037 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, seringkali terjadi keadaan saat masyarakat ingin mengungkapkan gagasan, pikiran maupun pendapat kepada orang lain dan terkadang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI OLEH DESY NITA SANJAYA 0911120088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Karena itu psikologi bisa diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal BAB 3 ANALISIS DATA Dalam Bab 3 ini, saya akan menjelaskan mengenai spesifikasi kuesioner dan validasi instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal kuesioner yang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Merupakan karya ilmiah yang saya susun di bawah bimbingan bapak Jonnie Rasmada Hutabarat, M.A., selaku Pembimbing I dan bapak Dr. Ari Artadi selaku Pembimbing II, tidak

Lebih terperinci

UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN

UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN 0911120059 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat pengantar untuk berhubungan ataupun berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa adalah sistem

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk

Bab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk Bab 5 Ringkasan Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan. Sedangkan Green (1972, hal.25), berpendapat bahwa bahasa

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan digunakan adalah konsep dalam bahasa Jepang, konsep kanji, teori pembentukkan kanji (rikusho) dan nikuzuki

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Pengantar Bahasa Kode : MR 102 Bobot : 2 SKS Semester : 2 Jenjang : S-1 Dosen/Asisten : Drs. Mulyana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan tersebut sampai sekarang masih berlaku dalam masyarakat Jepang. Dalam kebudayaan Jepang

Lebih terperinci

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI SKRIPSI MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI CLARISSA AULIA PRAHARSACITTA 1101705006 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Frasa dan kata majemuk memiliki unsur yang sama yaitu penggabungan kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak memiliki makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu rangkaian kalimat. Kalimat merupakan rangkaian dari beberapa kata. Kata-kata itu terbagi dalam kelas kata, yaitu kata benda, kata kerja,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: RISKA FEBRIYANTI 105110207111008 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi digunakan kata-kata yang terangkai menjadi sebuah kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan kata sambung (konjungsi)

Lebih terperinci

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat

Lebih terperinci

PERSEPSI REMAJA USIA TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA

PERSEPSI REMAJA USIA TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA PERSEPSI REMAJA USIA 12-15 TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra M. ARRUM ARROISI

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2012), penokohan adalah pelukisan gambaran yang

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE OLEH NINA JULIANA HELMI 0701705035 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM

TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM 115110600111011 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bagi pembelajar yang berasal dari negara yang tidak mempelajari kanji ( 非漢字圏 )seperti orang Indonesia, kanji merupakan salah satu huruf yang dirasa sulit, karena jumlahnya

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Muhammad Ridho NIM : 2012110112

Lebih terperinci

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA Aji Setyanto Universitas Brawijaya adjie_brawijaya@yahoo.co.jp ABSTRAK Dalam pembelajaran bahasa asing, goi (kosa kata), adalah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia 2.1.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang Menurut Fujisawa (1981) dalam bukunya yang berjudul Zusetsu

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Giri dan Ninjou Dalam Urashima Tarou Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Tarou dalam Nihon Ohanashi Meisakuzensyuu 2 Urashima Tarou

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen

Lebih terperinci