RENCANA STRATEGIS PENGEMBANGAN PERBENIHAN HORTIKULTURA TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA STRATEGIS PENGEMBANGAN PERBENIHAN HORTIKULTURA TAHUN"

Transkripsi

1 RENCANA STRATEGIS PENGEMBANGAN PERBENIHAN HORTIKULTURA TAHUN DIREKTORAT PERBENIHAN HORTIKULTURA DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2017

2 KATA PENGANTAR Ketersediaan benih bermutu sangat strategis karena merupakan kunci utama untuk mencapai keberhasilan dalam usaha budidaya hortikultura. Untuk menghasilkan produk hortikultura yang prima dibutuhkan benih bermutu tinggi, yaitu benih yang mampu mengekspresikan sifat-sifat unggul dari varietas yang diwakilinya. Mengingat pentingnya arti benih maka diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi, memperbaiki mutu, memperbaiki distribusi, meningkatkan pengawasan peredaran dan meningkatkan penggunaan benih bermutu dalam kegiatan agribisnis hortikultura. Penyediaan benih hortikultura harus direncanakan minimal 2 tahun sebelumnya, sehingga kebutuhan benih untuk pengembangan kawasan dapat terpenuhi tepat pada waktunya. Para produsen / penangkar benih perlu dibina baik teknis maupun manajerial agar mampu menyediakan benih bermutu sesuai dengan prinsip 7 tepat (jenis, varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, harga). Rencana Strategis Pengembangan Perbenihan Hortikultura Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun dimaksudkan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pengembangan perbenihan hortikultura secara komprehensif di semua tingkatan. Diharapkan Rencana Strategis ini bermanfaat untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Jakarta, Januari 2017 Direktur, Ir. Sri Wijayanti Yusuf, M.Agr Sc i

3 DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel. iii Daftar Gambar... Iv BAB I. PENDAHULUAN.. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Tujuan Penyusunan Renstra.. 1 C. Organisasi Pelaksana. 1 BAB II. CAPAIAN KINERJA ii

4 DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Kebutuhan Benih Tanaman Hortikultura Tabel 2. Sasaran P Benih Tanaman Hortikultura DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Skema Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura... 8 iii

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benih hortikultura merupakan sarana pokok dalam usaha agribisnis hortikultura yang berdaya saing. Mutu benih akan menentukan produktivitas, mutu produk serta keunikan produk yang dihasilkan. Oleh sebab itu, penggunaan benih bermutu merupakan suatu keharusan. Berkembangnya usaha agribisnis hortikultura sangat ditentukan oleh ketersediaan benih bermutu sesuai dengan keinginan pasar. Mengingat pentingnya arti benih bagi usaha agribisnis hortikultura, maka diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan produksi benih bermutu dan pengawasan peredaran benih. Kebutuhan akan benih bermutu memperlihatkan angka yang terus meningkat seiring dengan program pengembangan kawasan, dan penerapan budidaya yang baik dan benar. Pemberdayaan lembaga perbenihan juga salah satu usaha dalam peningkatan ketersediaan benih bermutu. Balai Benih Hortikultura (BBH) merupakan institusi penyedia benih bermutu dibawah koordinasi pemerintah daerah yang bertanggungjawab untuk menjamin tersedianya benih bermutu di wilayahnya. Di samping itu ketersediaan benih bermutu sangat ditentukan oleh dukungan penangkar dan produsen benih. Balai Pengawasan Benih dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) merupakan institusi yang mengawasi mutu benih. Dari uraian di atas, maka perlu disusun rencana strategis pengembangan perbenihan hortikultura tahun sebagai acuan pelaksanaan kegiatan. B. Tujuan Penyusunan Renstra Tujuan penyusunan Renstra adalah untuk membuat dokumen sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan sistem perbenihan hortikultura tahun C. Organisasi Pelaksana Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 43/Permentan/O.T.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, bahwa Direktorat Perbenihan Hortikultura mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan 1

6 kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan hortikultura. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Direktorat Perbenihan menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang benih tanaman buah, sayuran, obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih; 2. Pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi teknis di bidang benih tanaman buah, sayuran, obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang benih tanaman buah, sayuran, obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih; 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang benih tanaman buah, sayuran, obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan Hortikultura. Dalam rangka menyelenggarakan fungsinya, Direktorat Perbenihan mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari: 1. Subdirektorat Pengembangan Varietas; 2. Subdirektorat Pengawasan Mutu Benih; 3. Subdirektorat Produksi dan Kelembagaan Benih; 4. Subbagian Tata Usaha; dan 5. Kelompok Jabatan Fungsional. Subdirektorat Pengembangan Varietas mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyediaan varietas benih hortikultura. Subdirektorat Pengawasan Mutu Benih mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan pengawasan mutu benih hortikultura.. Subdirektorat Produksi dan Kelembagaan Benih mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang 2

7 peningkatan penyediaan benih aneka cabai, bawang merah, aneka jeruk, dan tanaman hortikultura lain serta kelembagaan benih. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, dan surat menyurat, serta kearsipan Direktorat Perbenihan Hortikultura. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3

8 BAB II CAPAIAN KINERJA Tingkat keberhasilan dalam pencapaian kinerja pembangunan perbenihan hortikultura diukur dari tiga indikator keberhasilan yaitu (1) peningkatan produksi/ketersediaan benih bermutu; (2) penguatan kelembagaan; (3) peningkatan jumlah varietas unggul yang tersedia untuk pengembangan agribisnis hortikultura. Berdasarkan tiga indikator tersebut, maka kinerja pembangunan perbenihan hortikultura tahun digambarkan sebagai berikut : A. Kebutuhan dan Ketersediaan Benih Hortikultura Kebutuhan benih hortikultura secara nasional dihitung berdasarkan angka luas tanam, luas tambah tanam, peremajaan, dan penyulaman. Secara nasional kebutuhan benih tanaman hortikultura untuk komoditi-komoditi utama (buah, sayuran dan tanaman obat, dan tanaman florikultura) dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Kebutuhan Benih Tanaman Hortikultura Tahun No Komoditas I. Benih Buah (pohon) 1 Mangga Durian Jeruk Manggis Pisang Rambutan Total II. Benih Sayuran (kg) 1 Kentang Bawang merah Bawang putih Cabai Kacang panjang Tomat Buncis Kangkung Kol/ Kubis Mentimun

9 No Komoditas Wortel Petsai/ Sawi Total III. Benih Tan. Hias (benih) 1 Anggrek Gladiol Krisan Mawar Melati Sedap malam Total IV. Benih Tan. Biofarmaka (kg) 1 Jahe Lengkuas Kencur Kunyit Temulawak Lempuyang Total Ketersediaan benih hortikultura berasal dari produksi dalam negeri dan impor. Produksi benih dalam negeri dilakukan oleh produsen benih skala mikro sampai besar, dan Balai Benih Hortikultura (BBH) dengan pengawasan mutu produksi benih dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH), bagi produsen yang belum memiliki Sistem Sertifikasi Mutu dan Sertifikasi Mandiri, untuk produsen yang telah memiliki Sistem Sertifikasi Mutu dapat melakukan sertifikasi mandiri. Dari angka kebutuhan benih hortikultura untuk komoditas-komoditas utama tersebut sebagian besar dipenuhi oleh masyarakat sendiri dengan cara membeli benih yang tersedia di lapangan, sedangkan dukungan dari anggaran pemerintah terbatas. Sasaran peningkatan produksi melalui dana APBN adalah 4% untuk benih tanaman buah, 4% untuk benih tanaman sayuran, 3% untuk benih tanaman florikultura, dan 2% untuk benih tanaman obat. 5

10 Dengan sasaran peningkatan produksi benih tersebut, maka sasaran produksi benih hortikultura TA untuk komoditas prioritas dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Sasaran Produksi Benih Hortikultura Tahun No Komoditas I. Benih Buah (pohon) 1 Mangga Durian Jeruk Manggis Pisang Rambutan Total II. Benih Sayuran (kg) 1 Kentang (kg) Bawang merah Bawang putih Cabai Kacang panjang Tomat Buncis Kangkung Kol/ Kubis Mentimun Wortel Petsai/ Sawi Total III. Benih Tan. Hias (benih) 1 Anggrek Gladiol Krisan Mawar Melati Sedap malam Total IV. Benih Tan.Biofarmaka (kg) 1 Jahe

11 No Komoditas Lengkuas Kencur Kunyit Temulawak Lempuyang Total Dari target sasaran produksi yang ditetapkan tersebut ternyata tidak semuanya dapat terealisasi karena beberapa faktor antara lain: ketersediaan benih sumber / mata tempel, kekurang terampilan tenaga lapangan yang mengokulasi/grafting, faktor iklim, lingkungan dan lain-lain. Berdasarkan data dan laporan daerah, realisasi produksi benih TA dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Realisasi Produksi Benih Hortikultura Tahun No Komoditas I. Benih Buah (pohon) 1 Mangga Durian Jeruk Manggis Pisang Rambutan Total II. Benih Sayuran (kg) 1 Kentang Bawang merah Bawang putih Cabai Kacang panjang Tomat Buncis Kangkung Kol/ Kubis Mentimun Wortel Petsai/ Sawi Total

12 No Komoditas III. Benih Tan. Hias (benih) 1 Anggrek Gladiol Krisan Mawar Melati Sedap malam Total IV. Benih Tan. Biofarmaka (kg) 1 Jahe Lengkuas Kencur Kunyit Lempuyang Temulawak Total Benih Tanaman Buah Dari data di atas terlihat bahwa kebutuhan benih tanaman buah dalam 5 tahun terakhir selalu meningkat sesuai dengan pengembangan / penumbuhan sentra / kawasan buah-buahan di lapangan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan perluasan areal/kawasan sentra tanaman buah sebagai program pemerintah. Realisasi produksi benih tanaman buah setiap tahunnya selama 5 tahun terakhir berfluktuasi (Tabel 3). Dari tahun 2010 sampai tahun 2012 terjadi penurunan selanjutnya setelah tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 terjadi peningkatan. Dibandingkan sasaran produksi yang telah ditetapkan dari tahun 2010 s/d 2014, realisasi produksi hanya bisa dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar 31% dari target yang ditetapkan. Hal tersebut dikarenakan masih lemahnya komitmen pemerintah daerah dalam memproduksi benih bermutu, kapasitas penangkar benih tanaman buah masih belum optimal, dan penerapan aturan perbenihan hortikultura belum optimal. Permasalahan umum dalam produksi benih tanaman buah antara lain: (1) Memproduksi benih tanaman buah diperlukan waktu relatif lama antara 1 s/d 2 tahun tergantung dari komoditas, sedangkan permintaan benih seringkali mendadak; (2) Produsen benih yang memproduksi benih buah tahunan umumnya masih produsen benih skala kecil, sehingga benih yang diproduksi juga terbatas; (3) Produsen benih 8

13 skala kecil masih terbatas kemampuannya baik dari segi modal, SDM dan teknologinya. (4) tidak ada jaminan pasar. (5) Sistem informasi perbenihan belum berjalan dengan baik terutama tentang keberadaan sumber benih/mata tempel dari varietas-varietas unggul yang dikehendaki masyarakat sehingga ketersediaan sumber benih/mata tempel melimpah di suatu tempat tetapi kekurangan di tempat lain. Benih Tanaman Sayuran Produksi benih tanaman sayuran dan tanaman obat dipenuhi dari produksi dalam negeri dan sebagian dari impor. Produksi dalam negeri dilaksanakan oleh produsen benih mikro sampai besar dan Balai Benih Hortikultura (BBH). Pada benih hibrida sayuran lebih banyak diproduksi oleh produsen benih menengah/besar. Sedangkan benih Open Pollinated (OP)/non hibrida diproduksi oleh produsen benih kecil. Penyediaan benih bawang merah bermutu hampir seluruhnya dilakukan oleh produsen benih mikro dan kecil yang secara khusus sudah menerapkan teknologi budidaya dengan baik, namun masih banyak petani yang menggunakan benih berasal dari hasil seleksi pertanamannya sendiri hasil panen musim tanam sebelumnya. Produksi benih kentang dalam negeri sebagian besar diperoleh dari Balai Benih Hortikultura dan produsen benih kentang dalam negeri. Benih kentang untuk sayur sebagian besar diproduksi oleh Balai Benih Hortikultura dan produsen benih kecil, selebihnya petani masih menggunakan benih hasil dari seleksi pertanamannya sendiri. Sedangkan benih kentang olahan atau untuk industri sebagian besar masih diimpor, karena masih belum efisien untuk diproduksi dalam negeri dan sebagian diproduksi di dalam negeri. Realisasi produksi benih sayur dari tahun selalu menunjukkan peningkatan kecuali tahun 2014 yang mengalami penurunan dari Peningakatan produksi tahun 2013 yang cukup signifikan dikareanakan adanya permintaan ekspor yang cukup besar pada tahun tersebut untuk benih biji sebesar ton. Peningkatan yang cukup signifikan antara tahun dikarenakan penumbuhan penangkar benih tanaman sayuran meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas, peranan pemerintah dalam memfasilitasi penggunaan benih tanaman sayuran bermutu semakin besar dan tepat sasaran, komitmen pemerintah daerah terhadap produksi benih tanaman sayuran semakin meningkat. 9

14 Benih Tanaman Florikultura Produksi benih tanaman florikultura belum seluruhnya dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, sebagian masih impor. Produksi benih dalam negeri dilakukan oleh produsen kecil sampai menengah dan Balai Benih Hortikultura (BBH). Produksi benih tanaman florikultura selama tahun cenderung meningkat setiap tahunnya rata rata sebesar 3 %. Benih anggrek yang diproduksi pada umumnya berasal dari perbanyakan dengan biji, belum diperbanyak secara meriklon, sehingga benih yang dihasilkan jumlahnya terbatas, varietasnya beragam dan mutunya masih rendah. Sedangkan untuk krisan, mawar, melati benih diperbanyak dengan stek, gladiol dan sedap malam diperbanyak melalui umbi. Pada periode produksi benih tanaman florikultura rata-rata baru dapat memenuhi sekitar 22,1 % dari kebutuhan. Masih rendahnya tingkat produksi ini disebabkan karena kecepatan produsen benih untuk mengikuti trend perubahan selera masyarakat masih lambat, serta penerapan teknologi maju dalam perbanyakan benih florikultura masih rendah. Capaian produksi dibandingkan dengan sasaran produksi sudah tercapai 100 %. Kebutuhan benih tanaman florikultura sebagaian besar dipenuhi oleh produsen benih yang mandiri. Pelaku usaha perbenihan tanaman florikultura meningkat dari tahun ke tahun. Benih Tanaman Obat Produksi benih tanaman obat pada umumnya diperoleh dari produksi benih dalam negeri. Usaha produksi benih tanaman obat belum banyak dilakukan secara komersial, karena pasarnya belum menentu. Umumnya petani masih menggunakan benih berasal dari seleksi pertanaman sendiri. Pertumbuhan produksi benih tanaman obat sejak tahun rata-rata sebesar 2,5 %. Sedangkan rata-rata ketersediaan benih tanaman obat dibandingkan kebutuhannya sajak tahun baru mencapai 2,25 %. Kebutuhan benih tanaman obat sebagaian besar dipenuhi oleh produsen benih yang mandiri. Pelaku usaha perbenihan tanaman obat meningkat dari tahun ke tahun. 10

15 B. Pengembangan Kelembagaan Perbenihan 1. Balai Benih Hortikultura (BBH) Balai benih yang memproduksi benih buah, sayuran, florikultura dan tanaman obat dapat dilihat pada tabel 4 berikut : Tabel 4. Komoditas yang diproduksi Balai Benih Hortikultura di Indonesia No Nama BBH Propinsi Tan. Tan. Tan. Buah sayur Flori 1 BBH Saree Aceh 2 BBH Gedung Johor Sumatera Utara BBH Kuta Gadung Sumatera Utara BBH Arse Sumatera Utara 3 BBH Lubuk Minturun Sumatera Barat BBH Alahan Panjang Sumatera Barat 4 BBH Padang Riau Marpoyan Tan. Obat 5 BBH Sei Tiga Jambi BBH Kentang Kerinci Jambi 6 BBH Talang Aling Bengkulu 7 BBH Pekalongan Lampung 8 BBH Jarai Sumatera Selatan BBH Martapura Sumatera Selatan BBH Kenten Sumatera Selatan 9 UPTD BB Pertanian Bangka Belitung 10 UPTD BBTPH Banten 11 BBH Ragunan DKI Jakarta BBH Lebak Bulus DKI Jakarta 12 BPHAT Pasir Banteng Jawa Barat BPBK Pengalengan Jawa Barat 13 BBH Salaman Jawa Tengah BBH Pendem Jawa Tengah BPBK Kledung Jawa Tengah 14 BBH Ngipiksari DI Yogyakarta BBH Wonocatur DI Yogyakarta 15 BBH Pohjentrek Jawa Timur BBH Pasuruan Jawa Timur BBH Sidomulya Jawa Timur 16 BBH Luwu Bali 17 BBH Anjongan Kalimantan Barat 18 BBH Kruing Kalimantan Tengah 19 UPBH Guntung Kalimantan Selatan Payung 20 BBH Loajanan Kalimantan Timur 21 BBH Modoinding Sulawesi Utara 11

16 No Nama BBH Propinsi Tan. Tan. Tan. Buah sayur Flori BBH Kairagi Sulawesi Utara 22 BBH Sidera Sulawesi Tengah 23 KBIH Lombongo Gorontalo 24 BBH Bonto Bonto Sulawesi Selatan 25 BBH Amoito Sulawesi Tenggara 26 BBH Narmada NTB BBH Sedau NTB 27 BBH Nonbes NTT 28 BBH Telaga Kodok Maluku 29 BBIH Papua Papua 30 BBIH Papua Barat Papua Barat Tan. Obat BBH sebelum otonomi daerah merupakan instalasi kebun dinas dan setelah otonomi daerah ditingkatkan menjadi UPTD Pemerintah Propinsi. Saat ini BBH berjumlah 32 unit yang tersebar di seluruh Indonesia. BBH berperan dalam penyediaan benih sumber (Benih Dasar dan Benih pokok) serta membantu percepatan dalam penyediaan Benih Sebar. Propinsi yang baru (Propinsi Papua Barat) sudah memiliki BBH, namun tugas dan fungsinya belum optimal. BBH yang banyak memproduksi benih tanaman buah antara lain BBH Pendem dan Salaman (Propinsi Jawa Tengah), BBH Pohjentrek (Propinsi Jawa Timur), BBH Pasir Banteng, Kasugengan (Propinsi Jawa Barat), BBH Anjungan (Propinsi Kalimantan Barat), BBH Sei Tiga (Propinsi Jambi), BBH Luwu (Propinsi Bali), BBH Bonto Bonto (Propinsi Sulawesi Selatan), BBH Pekalongan (Propinsi Lampung), BBH Narmada dan Sedau (Propinsi Nusa Tenggara Barat), serta BBH Amoito (Propinsi Sulawesi Tenggara). Sedangkan BBH yang banyak memproduksi benih tanaman sayuran khususnya kentang diantaranya adalah BBH Karo (Propinsi Sumatera Utara), BBH Alahan Panjang (Propinsi Sumatera Barat), BBH Kayu Aro (Propinsi Jambi), Balai Pengembangan Benih Kentang Pengalengan (Propinsi Jawa Barat), BPBK Kledung (Propinsi Jawa Tengah), BBH Pasuruan (Propinsi Jawa Timur), BBH Bonto-Bonto (Propinsi Sulawesi Selatan), dan BBH Modoinding (Propinsi Sulawesi Utara). Untuk BBH yang banyak memproduksi benih Tanaman florikultura diantaranya adalah BBH Gedung Johor (propinsi Sumatera Utara), Kebun Benih Margahayu (propinsi Jawa Barat), BBH Kairagi (propinsi Sulawesi Utara), BBH Alahan Panjang (propinsi Sumatera Barat), BBH Lebakbulus (propinsi DKI Jakarta), Kebun Benih Claket, serta Kebun Benih Sidomulyo (propinsi Jawa Timur), Balai Benih Tanaman Hias Margahayu (Lembang, Jawa Barat). 12

17 Untuk BBH yang memiliki laboratorium kultur jaringan memproduksi benih tanaman florikultura, buah dan sayuran diantaranya adalah BBH Gunung Johor (Propinsi Sumatera Utara), BBH Lubuk Minturun (Propinsi Sumatera Barat), BBH Padang Marpoyan (Propinsi Riau), BBH Sei Tiga (Propinsi Jambi), BBH Kenten (Propinsi Sumatera Selatan), BBH Lebakbulus (propinsi DKI Jakarta), BBH Salaman (Propinsi Jawa Tengah), BBH Wonocatur (DI Yogyakarta), BPHAT Pasir Banteng (Propinsi Jawa Barat), BBH Sido Mulyo (Propinsi Jawa Timur), BBH Anjongan (Propinsi Kalimantan Barat), BBH Loajoanan (Propinsi Kalimantan Timur), BBH Bonto-Bonto (Propinsi Sulawesi Selatan) dan BBH Kairagi (Propinsi Sulawesi Utara). 2. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) adalah sebagai Lembaga Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Dan Hortikultura, dimana mulai dari melakukan proses produksi menjadi benih siap salur, pengawasan peredaran benih terhadap varietas dan mutu dan melakukan observasi dan uji keunggulan dalam rangka pendaftaran varietas. Selain itu juga melakukan pengawasan peredaran benih, observasi dan uji keunggulan dalam rangka pendaftaran varietas. BPSBTPH berkedudukan ditiap propinsi, sampai dengan tahun 2013 sudah berdiri 33 BPSBTPH. Propinsi yang belum memiliki BPSBTPH adalah Kalimantan Utara. Untuk mendukung kegiatan pengawasan mutu benih BPSBTPH dilengkapi dengan laboratorium. Sampai saat ini laboratorium pada BPSBTPH yang sudah terakreditasi ada 13 laboratorium yaitu Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi selatan, dan Balai Besar Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sedangkan yang sedang dalam proses akreditasi adalah BPSBTPH propinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggara. Balai Besar Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH) sudah menjadi anggota ISTA dan sudah diakreditasi. 3. Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) Perbenihan LSSM dibentuk dengan Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan) No /Kpts/Kp.150/10/1999, diadakan penyesuaian dengan Kepmentan No. 13

18 361/Kpts/Kp.150/5/2002. LSSM berperan memberikan sertifikat sertifikasi sistem mutu kepada perusahaan benih swasta yang memenuhi syarat untuk melakukan sertifikasi sistem mutu secara mandiri. Sampai tahun 2014 perusahaan perbenihan hortikultura yang telah memperoleh sertifikat sertifikasi sistem mutu dari LSSM BTPH berjumlah 18 perusahaan sebagaimana tabel berikut: Tabel 5. Produsen Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Yang Sudah Mendapatkan Sertifikat Sistem Manajemen Mutu No. Nama Produsen No. Sertifikat Ruang Lingkup 1. PT. Dupont 01-LSSM BTPH Tanaman Pangan 2. PT. BISI Internasional Tbk. 03-LSSM BTPH Tanaman Pangan dan Hortikultura 3. PT. East West Seed Indonesia 04-LSSM BTPH Tanaman Hortikultura 4. PT. SHS Sukamandi 05-LSSM BTPH Tanaman Pangan 5. PT. Jagung Hibrida Sulawesi 05-LSSM BTPH Tanaman Pangan 6. PT. Branita Sandini 08-LSSM BTPH Tanaman Pangan 7. PT. Agri Makmur Pertiwi 09-LSSM BTPH Tanaman Hortikultura 8. PT. Benih Citra Asia 10-LSSM BTPH Tanaman Hortikultura 9. UPBS Balai Benih Padi Sukamandi 11-LSSM BTPH Tanaman Pangan 10. PT. Tunas Agro Persada 12-LSSM BTPH Tanaman Hortikultura 11. CV. Aditya Sentana Agro 13-LSSM BTPH Tanaman Hortikultura 12. PT. SHS Pasuruan 14-LSSM BTPH Tanaman Pangan 13. PT. Aura Seed Indonesia 15- LSSM BTPH Tanaman Hortikultura 14. PT. AHSTI 15- LSSM BTPH Tanaman Pangan dan Hortikultura 15. PT. SHS Cabang Pujon Malang 17-LSSM BTPH Tanaman Hortikultura 16. PT. Syngenta Seed Indonesia 18-LSSM BTPH Tanaman Pangan dan Hortikultura 14

19 No. Nama Produsen No. Sertifikat Ruang Lingkup 17. UPBS Balitsa Lembang 19-LSSM BTPH Tanaman Hortikultura 18. UPBS Balithi 20-LSSM BTPH Tanaman Hortikultura Dengan sertifikat ini produsen-produsen benih tersebut dapat melakukan proses sertifikasi benih secara mandiri. 4. Penyedia Benih Hortikultura Industri Benih Hortikultura mulai tumbuh dan berkembang, baik melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Pengusaha menengah keatas mendominasi produksi sayuran bentuk biji dan buah semusim. Produsen Benih mikro dan kecil merupakan pelaku usaha perbenihan yang mendominasi produksi benih buah-buahan tahunan, benih tanaman sayuran umbi, benih tanaman obat dan sebagian florikultura. Untuk benih florikultura yang diekspor diproduksi oleh produsen benih menengah sampai besar antara lain PT. Selektani, PT. Tamora Stekindo dan PT. Florion. Dalam memproduksi benih, produsen benih menengah sampai besar bermitra dengan produsen mikro dan kecil. Produsen benih kecil juga merupakan mitra produsen benih menengah sampai besar dalam memproduksi benih sayuran dan tanaman obat. 5. Importir dan Eksportir Importir benih dikategorikan sebagai Importir Produsen Benih; Importir Pedagang dan Importir Pengusaha Hortikultura. Importir produsen adalah pengusaha yang disamping melakukan impor juga sebagai produsen benih di Indonesia. Importir pedagang adalah importir yang melakukan impor dan memasarkan benih asal impor di Indonesia. Sedangkan importir pengusaha adalah importir yang melakukan impor benih untuk pengembangan usaha agribisnis. Dalam mendorong berkembangnya industri benih di dalam negeri, telah diatur dalam UU No 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura bahwa importir pedagang harus dapat mengembangkan perbenihan di dalam negeri sehingga menjadi produsen benih. Dalam upaya memberikan iklim yang kondusif bagi industri benih dalam negeri maka diatur tentang ketentuan benih yang diperbolehkan untuk diimpor, hal ini sesuai dengan UU Nomor 13 Tahun 2010 bahwa impor benih hortikultura hanya dilakukan 15

20 bila ketersediaan benih di dalam negeri kurang mencukupi atau benih tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Perkembangan ekspor-impor benih hortikultura tahun menunjukkan angka yang fluktuatif baik volume maupun nilainya. Untuk benih sayuran, terdapat 7 komoditas ekspor, sayuran biji, yaitu cabe, kacang panjang, tomat, buncis, kangkung, kubis, mentimun, wortel, dan sawi putih. Data ekspor tersaji mulai tahun 2010 sampai dengan bulan Desember 2014 yang menunjukkan cenderung berflutuatif baik dari volume maupun nilai devisanya. Ekspor benih sayuran pada tahun 2010 sebesar ton dengan nilai US$, pada tahun 2011 naik menjadi ton dengan nilai US$, sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan yang siginifikan dengan nilai ekspor sebesar ton dengan nilai US$, meskipun mengalami penurunan volume ekpor tetapi nilainya naik hal ini dikarenakan nilai tukar dolar mengalami kenaikan terhadap nilai tukar rupiah. Pada tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi sebesar ton dengan nilai US$, pada tahun berikutnya mengalami penurunan volume, yaitu pada tahun 2014 mengalami sedikit penurunan volume ekspor menjadi sebesar ton dengan nilai US$,. Tabel 6. Volume Pengeluaran Dan Pemasukan Benih Sayuran Tahun No Komoditas EX IM EX IM EX IM EX IM EX IM Umbi 1 Kentang Bawang Merah Jumlah Umbi (ton) Biji 1 Cabe/Hot Pepper Kacang Panjang Tomat Buncis/French bean Kangkung Kubis/Cabagge Mentimun/Cucumbur Wortel Sawi Putih/Chinese C Jumlah Biji (kg)

21 Tabel 7. Nilai Pengeluaran Dan Pemasukan Benih Sayuran Tahun No Komoditas 2010 (US $) 2011 (US $) 2012 (US $) 2013 (US $) 2014 (US $) EX IM EX IM EX IM EX IM EX IM Umbi 1 Kentang Bawang Merah Jumlah Umbi (ton) Biji 1 Cabe/Hot Pepper Kacang Panjang Tomat Buncis/French bean Kangkung Kubis/Cabagge Mentimun/Cucumbur Wortel/Carrot Sawi Putih/Chinese C Jumlah Biji (kg) Selain ekspor, benih hortikultura juga sebagian diimpor. Impor benih hortikultura masih diizinkan guna memenuhi kekurangan benih didalam negeri karena beberapa jenis komoditas tidak diproduksi atau tidak efisien jika diproduksi di dalam negeri. Kebijakan perbenihan hortikultura diarahkan agar secara berangsur-angsur mengurangi impor dan mendorong ekspor. Nilai impor benih sayuran juga bervariasi setiap tahunnya. Pada tahun 2010 sebesar ton dengan nilai sebesar US$,, tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi ton dengan nilai sebesar US$, namun demikian pada 2 tahun berikutnya mengalami penurunan, pada tahun 2013 volumenya sebesar ton dengan nilai sedangkan pada tahun 2014 sebesar ton dengan nilai US$. Pada tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi sebesar ton dengan nilai US$. Ekspor benih buah terdiri dari 2 (dua) komoditas yaitu semangka dan melon mulai tahun Eksport buah cenderung naik setiap tahunnya. Tahun 2010 volume ekspor sebesar kg dengan nilai US$, tahun 2011 naik menjadi sebesar kg dengan nilai US$, tahun 2012 juga mengalami kenaikan volume ekspor yaitu sebesar kg dengan nilai US$, tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi kg dengan nilai US$, sedangakan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi sebesar kg dengan nilai US$. 17

22 Tabel 8. Volume Pemasukan dan Pengeluaran Benih Buah Tahun 2010 s/d 2014 No. Komoditas EX IM EX IM EX IM EX IM EX IM 1 Melon (kg) Semangka (kg) Jumlah (kg) Tabel 9. Nilai Pemasukan dan Pengeluaran Benih Buah Tahun 2010 s/d 2014 No. Komoditas EX IM EX IM EX IM EX IM EX IM 1 Melon (USD) Semangka (USD) Jumlah (USD) Nilai impor benih buah juga hanya untuk 2 (dua) komoditas yaitu semangka dan melon mulai tahun Volume impor benih buah cenderung berfluktuatif setiap tahunnya. Impor benih pada tahun 2010 sebesar kg dengan nilai US$, tahun 2011 mengalami kenaikan cukup signifikan menjadi sebesar kg dengan nilai US$, pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar kg dengan nilai US$, tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 932 kg dengan nilai US$, sedangkan tahun 2014 kembali mengalami kenaikan menjadi kg dengan nilai US$. Ekpor benih florikultura terdiri dari 18 (delapan belas) jenis komoditas. Benih komoditas krisan yang lebih banyak diekspor dari tahun 2010 hingga bulan desember Ekspor benih florikultura periode tahun menunjukkan peningkatan baik dari volume maupun nilai devisanya. Pada tahun 2010 ekspor sebesar ribu batang dengan nilai US$, tahun 2011 sebesar ribu batang dengan nilai US$, tahun 2012 sebesar ribu batang dengan nilai US$, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan volume ekspor yaitu hanya sebesar ribu batang dengan nilai US$, penurunan nilai ekspor ini dikarenakan tidak dilakukan ekspor terhadap 2 (dua) komoditas yaitu mawar dan poinsettia. Pada tahun 2014 kembali mengalami kenaikan volume ekspor yaitu sebesar ribu batang dengan nilai Tahun 2014 meskipun tidak dilakukan ekspor terhadap komoditas mawar dan poinsettia tetapi volume ekspor untuk komoditas saint paulina mengalami peningkatan volume ekspor yang tinggi. 18

23 Tabe 10. Volume Pengeluaran dan Pemasukan Benih Florikultura Tahun (Berdasarkan Surat Izin Pemasukan/Pengeluaran Benih) No. Komoditas EX IM EX IM EX IM EX IM EX IM 1 Anggrek (benih) Krisan (benih) Mawar (benih) Gerbera (benih) Lili (benih) Palem (benih) (kg) Aglaonema (benih) Adenium (benih) Euphorbia (benih) Impatiens (benih) (kg) Pelargonium (benih) (kg) Saint paulia (benih) Poinsettia (benih) Polycias (benih) Dracaena (benih) Anthurium (benih) Amaryllis (benih) Pachira (benih) Total (benih) (kg)

24 Tabel 11. Nilai Pengeluaran dan Pemasukan Benih Florikultura Tahun (Berdasarkan Surat Izin Pemasukan/Pengeluaran Benih) No Komoditas Anggrek Krisan Mawar Gerbera Lili Palem Aglaonema Adenium Euphorbia Impatiens Pelargonium Saint paulia Poinsettia Polycias Dracaena Anthurium Amaryllis Pachira Total 2010 (USD) 2011 (USD) 2012 (USD) 2013 (USD) 2014 (USD) EX IM EX IM EX IM EX IM EX IM Nilai impor benih florikultura dari tahun cukup fluktuatif mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2010 nilai impor sebesar ribu batang dengan nilai US$, tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi sebesar ribu batang dengan nilai US$, sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi sebesar ribu ton dengan nilai sebesar US$, pada tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi sebesar ribu ton dengan nilai US$, sedangkan pada tahun 2014 kembali mengalami penurunan menjadi ribu ton dengan nilai sebesar US$. Untuk komoditas tanaman obat, volume ekspornya sangat sedikit dan jarang sekali dilakukan. Kebanyakan benih tanaman obat kebutuhan benih hamper seluruhnya dipenuhi oleh petani dari hasil seleksi pertanaman sendiri dan belum banyak produsen benih yang tertarik untuk memproduksi. 20

25 C. Pengembangan Varietas Unggul Hortikultura Dalam rangka penyediaan varietas unggul hortikultura, setiap tahun pemerintah melakukan pelepasan/pendaftaran varietas. Jenis dan varietas tanaman hortikultura yang telah dilepas/didaftar oleh Menteri Pertanian sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sebanyak 73 jenis yang terdiri dari 797 varietas, dengan rincian : a) 26 jenis tanaman buah yang terdiri dari 177 varietas; b) 30 jenis tanaman sayuran yang terdiri dari 495 varietas; c) 11 jenis florikultura yang terdiri dari 115 varietas; dan d) 6 jenis tanaman tanaman obat yang terdiri dari 10 varietas. Tabel 12. Jumlah Komoditas dan Varietas Hortikultura Yang Telah Didaftar Oleh Menteri Pertanian Tahun Tahun Jumlah No Komoditas Jen Var Jen Var Jen Var Jen Var Jen Var Jen Var 1 Buah Sayuran Hias Biofarmaka Jumlah Varietas hortikultura (buah, sayur, florikultura dan obat) yang dilepas/didaftar berasal dari varietas lokal, hasil pemuliaan dalam negeri, dan introduksi hasil pemuliaan varietas dari luar negeri. Pelepasan/pendaftaran varietas tanaman buah didominasi oleh varietas unggul daerah, varietas tanaman sayur didominasi oleh hasil pemulian dalam negeri dan introduksi hasil pemuliaan luar negeri, varietas tanaman florikultura didominasi oleh hasil pemuliaan dalam negeri, sedangkan varietas tanaman obat didominasi oleh varietas unggul daerah. 21

26 BAB III POTENSI, TANTANGAN DAN PERMASALAHAN Untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dalam pengembangan perbenihan hortikultura, telah dilakukan analisa SWOT dengan hasil sebagai berikut : Bagan 1. Bagan Analisis SWOT Perbenihan Hortikultura Internal - Regulasi Eksternal KEKUATAN (K) - Komitmen pemerintah - Kelembagaan (BPSB, BBH, produsen benih) - Beragamnya pilihan jenis komoditas/varietas yang sudah dilepas/didaftar KELEMAHAN (L) - Penerapan aturan yang belum optimal - Kualitas Sumberdaya manusia - Teknologi terbatas - Dukungan Pemda lemah terhadap kelembagaan perbenihan - Sarana produksi benih terbatas PELUANG (P) - Kebutuhan benih yang semakin meningkat - Pasar benih yang terbuka - Penyediaan benih sesuai permintaan pasar Rencana Strategis (KP) - Pembaharuan regulasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan benih - Pemberdayaan kelembagaan benih dalam penyediaan benih sesuai permintaan pasar Rencana Strategis (LP) - Sosialisasi aturan perbenihan - Meningkatkan kompetensi sumberdaya - Mendorong komitmen pemda dalam pengembangan perbenihan TANTANGAN (T) - Ketersediaan benih belum mencukupi kebutuhan - Produk hortikultura yang berdaya saing - Preferensi konsumen yang cepat berubah Rencana Strategis (KT) - Membuat perencanaan penyediaan benih secara tepat, cukup, harga terjangkau, dan berkesinambungan Rencana Strategis (LT) - Meningkatkan kesadaran untuk mengikuti aturan perbenihan dalam memproduksi benih - Bimbingan intensif dari instansi terkait dan Direktorat Perbenihan 22

27 A. Potensi a) Regulasi Perbenihan Saat ini hortikultura telah memiliki UU No. 13 tahun 2010 yang mengatur tentang regulasi dan kebijakan di bidang hortikultura termasuk dengan peraturan perbenihan yang akan terus dikaji ulang mengikuti tren dan keperluannya. b) Komitmen pemerintah Pemerintah telah memberikan komitmen yang tinggi terhadap pengembangan perbenihan hortikultura. Hal ini terlihat dari anggaran APBN yang dialokasikan baik di pusat maupun di daerah sehingga kondisi kelembagaan perbenihan semakin baik. Dengan dana yang ada pemerintah telah melakukan kegiatan pemasyarakatan benih, penguatan dan pembinaan produsen benih mikro dan kecil, peningkatan SDM, pengawasan mutu benih, fasilitasi pendaftaran varietas dan pengembangan varietas hortikultura. c) Kelembagaan (BPSB, BBH, penangkar benih, produsen benih) Dalam pelaksanaan pengembangan perbenihan hortikultura dibutuhkan peran kelembagaan. Saat ini terdapat lembaga perbenihan hortikultura (BPSB, BBH, produsen benih) yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. d) Beragamnya pilihan jenis komoditas yang sudah dilepas/didaftar Sejak tahun 1980 hingga 2014 telah dilepas/didaftar varietas hortikultura sebanyak varietas. Hal ini memberikan pilihan yang besar kepada pengguna benih. B. Kelemahan a) Penerapan aturan yang belum optimal Pelaksanaan penerapan aturan di daerah sering terhambat karena pelaku usaha perbenihan belum mau berkomitmen dalam melaksanakan peraturan tersebut. b) Kualitas Sumberdaya manusia Tingkat kualitas sumberdaya manusia perbenihan di daerah dan pelaku usaha perbenihan di daerah masih rendah sehingga kualitas produksi masih rendah. Pengawasan mutu benih masih lemah hal ini disebabkan oleh kurangnya SDM dan fasilitas di BPSB. 23

28 c) Teknologi terbatas Tingkat penyerapan teknologi oleh sumberdaya manusia dan pelaku usaha perbenihan masih terbatas d) Dukungan Pemda lemah terhadap kelembagaan perbenihan Sebagian besar pemerintah daerah belum memberikan dan komitmen yang tinggi terhadap pengembangan perbenihan di daerahnya. Hal ini dapat dilihat dari minimnya anggaran yang dialokasikan di kelembagaan perbenihan yang ada di daerahnya. e) Sarana produksi benih terbatas Sarana produksi yang ada sebagian tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Disamping itu juga minimnya sarana produksi yang dimiliki pelaku usaha menyebabkan ketersediaan benih bermutu belum sesuai permintaan. C. Peluang a) Kebutuhan benih yang semakin meningkat Kebutuhan benih hortikultura meningkat seiring dengan peningkatan jumlah permintaan produk hortikultura yang berkualitas. Hingga saat ini ketersediaan benih hortikultura belum mencukupi kebutuhan benih. b) Pasar benih yang terbuka Kebutuhan benih dalam negeri selalu meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan produk hortikultura yang berkualitas. Saat ini telah banyak produk hortikultura nasional yang mampu bersaing di pasar internasional sehingga peluang pasar untuk kebutuhan ekspor dan nasional masih terbuka. c) Penyediaan benih sesuai permintaan pasar Minat pelaku usaha terhadap penggunaan benih cukup tinggi karena sebagian besar pengguna benih sudah memahami dan menyadari manfaat penggunaan benih bermutu. Ketersediaan benih bermutu hortikultura masih rendah namun mengalami peningkatan produksi tiap tahunnya. D. Tantangan a) Ketersediaan benih belum mencukupi kebutuhan 24

29 Kebutuhan benih bermutu yang terus meningkat namun hingga kini pelaku usaha perbenihan belum mampu menyediakan benih sesuai dengan kebutuhan. b) Produk hortikultura yang berdaya saing Saat ini telah banyak produk hortikultura nasional yang mampu bersaing di pasar internasional. Untuk meningkatkan volume ekspor diperlukan penyeragaman varietas, oleh karena itu merupakan peluang pemasaran benih bermutu dari varietas unggul. c) Preferensi konsumen yang cepat berubah Preferensi konsumen yang cepat berubah memberikan tantangan dalam perbenihan hortikultura dalam penyediaan varietas yang disukai oleh pasar. 25

30 BAB. IV TARGET PENGEMBANGAN PERBENIHAN HORTIKULTURA A. SASARAN PRODUKSI BENIH HORTIKULTURA, PENDAFTARAN VARIETAS DAN SERTIFIKASI BENIH Kondisi yang diinginkan dalam rangka pembangunan perbenihan hortikultura tahun adalah meningkatnya produksi benih hortikultura per-tahun. Kebutuhan benih hortikultura berdasarkan target luas tanam yang ditetapkan selama lima tahun adalah sebagai berikut: Tabel 13. Sasaran Kebutuhan Benih Hortikultura Nasional Tahun No Komoditas I. Benih Buah (pohon) 1 Mangga Durian Jeruk Manggis Pisang Rambutan Alpukat Belimbing Duku/Langsat Jambu biji Jambu air Nangka/Cempedak Pepaya Salak Sawo Markisa Sirsak Sukun Apel Anggur Total II. Benih Sayuran (kg) 1 Kentang Bawang merah Bawang putih Cabai Besar Cabai Rawit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran benih sebagai sarana utama agribisnis tidak dapat digantikan oleh sarana yang lain. Berkembang atau tidaknya usaha agribisnis sangat ditentukan oleh perkembangan

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA A. Sasaran Umum Selama 5 (lima) tahun ke depan (2015 2019) Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, 2.

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016 Disampaikan pada acara : Pramusrenbangtannas Tahun 2016 Auditorium Kementerian Pertanian Ragunan - Tanggal, 12 Mei 201 KEBIJAKAN OPERASIONAL DIREKTORATJENDERALHORTIKULTURA

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN SISTEM PERBENIHAN HORTIKULTURA 2014

PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN SISTEM PERBENIHAN HORTIKULTURA 2014 PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN SISTEM PERBENIHAN HORTIKULTURA 2014 DIREKTORAT JENDERAL HOLTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Ketersediaan benih bermutu sangat strategis karena merupakan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi Tabel 39., dan Bawang Merah Menurut 6.325 7.884 854.064 7,4 7,4 2 Sumatera 25.43 9.70 3.39 2.628 7,50 7,50 3 Sumatera Barat 8.57 3.873.238.757 6,59 7,90 4 Riau - - - - - - 5 Jambi.466.80 79 89 8,9 6,24

Lebih terperinci

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 Komoditas Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des TOTAL 1 Kacang Panjang 1 2-1 - - 1 5 2 Cabe Besar 1 2 - - - 1-4 3 Cabe Rawit - 1 1-1

Lebih terperinci

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5 Lampiran 2. Konversi Hortikultura 1. Konversi Jarak Tanam, Populasi dan Umur Panen Sayuran dan Buahbuahan Semusim (SBS). a. Sayuran Semusim Jarak Populasi Umur Mulai No Tan / ha Tanam / cm Panen (Hari)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2016 Direktur Jenderal Hortikultura. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian / 1

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2016 Direktur Jenderal Hortikultura. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian / 1 KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Hortikultura 2015 2019 ini bertujuan untuk memberikan panduan dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kinerja Tahunan, Rencana Kinerja,

Lebih terperinci

BAB III KERAGAAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB III KERAGAAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA BAB III KERAGAAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2009-2013), subsektor hortikultura telah tumbuh menjadi salah satu sumber pertumbuhan kekuatan ekonomi baru sebagai penggerak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Direktur, Ir. Sri Wijayanti Yusuf, M.Agr Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Direktur, Ir. Sri Wijayanti Yusuf, M.Agr Sc KATA PENGANTAR Ketersediaan benih bermutu sangat strategis karena merupakan kunci utama untuk mencapai keberhasilan dalam usaha budidaya hortikultura. Untuk menghasilkan produk hortikultura yang prima

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Direktur, Ir. Sri Wijayanti Yusuf, M.Agr Sc. Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perbenihan Hortikultura

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Direktur, Ir. Sri Wijayanti Yusuf, M.Agr Sc. Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perbenihan Hortikultura KATA PENGANTAR Ketersediaan benih bermutu sangat strategis karena merupakan kunci utama untuk mencapai keberhasilan dalam usaha budidaya hortikultura. Untuk menghasilkan produk hortikultura yang prima

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2016

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2016 Direktorat Perbenihan Hortikultura Lt. 3 Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 Telp. (021) 7815911 Fax. (021) 78847047 Email : benihhorti@pertanian.go.id Homepage : http://ditbenih.hortikultura.pertanian.go.id

Lebih terperinci

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) RAHASIA Republik Indonesia SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) PERHATIAN 1. Tujuan pencacahan NP-2 adalah untuk mencatat/mengetahui nilai & volume produksi yang dijual petani

Lebih terperinci

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun 9 2.1 Tanaman Sayuran Tabel 2.1.1 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun 20112015 Uraian A. 1 Bawang Merah Tahun * Luas Panen (Ha) 2,00 7,00 * Produktivitas (Ku/Ha) 45,00 90,00 * Produksi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2011 Direktur Jenderal Hortikultura. Dr. Ir. Hasanuddin Ibrahim, Sp.I NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2011 Direktur Jenderal Hortikultura. Dr. Ir. Hasanuddin Ibrahim, Sp.I NIP KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) dirancang sebagai acuan untuk menyusun kebijakan, strategi, program dan kegiatan pengembangan hortikultura. Dokumen Renstra tersebut berisi visi, misi dan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat. Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... i ii iii iv v iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Kedudukan,

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA MANUAL IKSP DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA (2016) Nama IKSP Jumlah Produksi Aneka Cabai (Ton) Direktur Jenderal Hortikultura Jumlah produksi aneka cabai besar, cabai

Lebih terperinci

PETA POTENSI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PRODUK NASIONAL DAN PASAR EKSPOR

PETA POTENSI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PRODUK NASIONAL DAN PASAR EKSPOR PETA POTENSI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PRODUK NASIONAL DAN PASAR EKSPOR Universitas Brawijaya, 5 November 2014 DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2009-2012 PADI LADANG PADI SAWAH JAGUNG 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 LAROMPONG - - 4

Lebih terperinci

Tabel 16. Data Produksi Benih Yang Dihasilkan Oleh UPTD/Balai Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Tabel 16. Data Produksi Benih Yang Dihasilkan Oleh UPTD/Balai Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 5.1 Penyediaan Benih Unggul Untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan peningkatan produksi dan nilai tambah proses produksi usaha tani tanaman pangan, unsur teknologi benih unggul bermutu, produsen benih,

Lebih terperinci

LEMBAR KATALOG Statistik Sayur-Sayuran Dan Buah-Buahan Kabupaten Penajam Paser Utara 2016 Katalog BPS : 5216.6409 Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm Jumlah Halaman : ix + 79 Naskah : BPS Kabupaten Penajam Paser

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1. Gambaran Umum Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan biofarmaka,

Lebih terperinci

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Tahun 2014. Laporan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 HASIL SEMBIRING DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN JAKARTA, 31 MEI 2016 PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk besar sangat perlu memantapkan kestabilan pangan secara berkelanjutan, oleh karenanya perlu melakukan strategi dan upaya-upaya

Lebih terperinci

1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan

1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan KEBIJAKSANAAN UMUM 1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan 5. Pengembangan Perlindungan Hortikultura 6. Pengembangan

Lebih terperinci

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI) KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN DAN SURPLUS PRODUKSI) Eka Dewi Nurjayanti, Endah Subekti Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih memegang peranan penting di dalam perekonomian Indonesia, karena alasan-alasan tertentu yaitu: sektor pertanian mampu meyediakan lapangan kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sektor ini memiliki share sebesar 14,9 % pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki masa panen yang cukup pendek, permintaan

Lebih terperinci

Badan Pusat Statistik Kota Palu i STATISTIK PERTANIAN KOTA PALU 2015/2016 Katalog : 5101006.7271 ISSN : 2502-2563 No. Publikasi : 72710.1619 Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman : x + 39 halaman Naskah

Lebih terperinci

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman

Lebih terperinci

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 1 LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

ANTISIPASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA TERHADAP STRUKTUR PASAR INDUSTRI BENIH HORTIKULTURA

ANTISIPASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA TERHADAP STRUKTUR PASAR INDUSTRI BENIH HORTIKULTURA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 ANTISIPASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA TERHADAP STRUKTUR PASAR INDUSTRI BENIH HORTIKULTURA Oleh : Bambang Sayaka Wahyuning K. Sejati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Seiring dengan kebijakan otonomi daerah yang telah diterapkan sejak tahun 1999, masing-masing daerah harus bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2016

RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2016 RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2016 Oleh : Direktur Jenderal Hortikultura Disampaikan pada acara : Musrenbangtan Nasional Tahun 2016 Di Auditorium Kementerian Pertanian

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH

PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 78/Permentan/OT.140/11/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan

Lebih terperinci

REVISI RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN

REVISI RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN REVISI RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN 2015-2019 DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan kondisi alam yang subur untuk pertanian. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian menjadi salah satu sektor strategis dalam perekonomian Indonesia saat ini. Data PDB (Produk Domestik Bruto) atas dasar harga berlaku pada triwulan pertama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 7 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 7 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 No. Urut: 9 Seri: D KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 7 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PROGRAM BIMAS INTENSIFIKASI PADI, JAGUNG, KEDELAI, HORTIKULTURA,

Lebih terperinci

2. Semua bilangan di belakang koma yang nilainya lebih dari setengah dibulatkan ke atas.

2. Semua bilangan di belakang koma yang nilainya lebih dari setengah dibulatkan ke atas. V. CARA PENGISIAN DAFTAR Semua isian daftar SPH-SBS, SPH-BST, SPH-TBF, SPH-TH, SPH-ALSIN dan SPH-BN adalah dalam bilangan bulat (dibulatkan) dan ditulis dengan pensil hitam, untuk memudahkan pengisian

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura yang beraneka ragam. Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki

Lebih terperinci

RENCANA KERJA dan EVALUASI e-proposal DITJEN HORTIKULTURA TAHUN 2015

RENCANA KERJA dan EVALUASI e-proposal DITJEN HORTIKULTURA TAHUN 2015 RENCANA KERJA dan EVALUASI e-proposal DITJEN HORTIKULTURA TAHUN 2015 Disampaikan oleh Dr. Ir. YulH. Bahar Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Pada Acara Pramusrenbang Pertanian Bogor, 7 9 Mei2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

KEGIATAN UPTD PSBTPH DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2017

KEGIATAN UPTD PSBTPH DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2017 KEGIATAN UPTD PSBTPH DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2017 Oleh : Kepala UPTD PSBTPH Prov. KALTIM Disampaikan pada : Rapat Koordinasi Pangan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2013 Direktur Jenderal Hortikultura, Dr. Ir. Hasanuddin Ibrahim, Sp.I. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2013 Direktur Jenderal Hortikultura, Dr. Ir. Hasanuddin Ibrahim, Sp.I. NIP KATA PENGANTAR Mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Namun, secara umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili.

BAB I PENDAHULUAN. Namun, secara umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor hortikultura memegang peranan penting dalam pertanian Indonesia secara umum. Salah satu jenis usaha agribisnis hortikultura yang cukup banyak diusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

LAKIP Direktorat Jenderal Hortikultura TA.2012 BAB I PENDAHULUAN

LAKIP Direktorat Jenderal Hortikultura TA.2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Dalam tahun 2012, Direktorat Jenderal Hortikultura telah diberi amanat untuk melaksanakan program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura berkelanjutan, mencakup

Lebih terperinci

Rumusan FGD Cabai dan Bawang

Rumusan FGD Cabai dan Bawang RUMUSAN PLENO 1. Menghadapi pasar global, hortikultura memang masih menghadapi banyak kendala dan tantangan, namun penuh juga dengan berbagai peluang. Berbagai permasalahan dan strategi bahkan program

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN Kementerian Pertanian Seminar Nasional Agribisnis, Universitas Galuh Ciamis, 1 April 2017 Pendahuluan Isi Paparan Kinerja dan permasalahan Posisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Policy Brief PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Pendahuluan 1. Produksi benih tanaman pangan saat ini, termasuk benih padi dan benih kedelai, merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Hortikultura I. PENDAHULUAN

Direktorat Jenderal Hortikultura I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan hortikultura telah memberikan sumbangan yang berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional, yang dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi buah-buahan sangat penting bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Hortikultura I. PENDAHULUAN

Direktorat Jenderal Hortikultura I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan hortikultura telah memberikan sumbangan yang berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional, yang dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 PERKEMBANGAN SERAPAN ANGGARAN DITJEN. PERKEBUNAN TAHUN

Lebih terperinci

LAKIP Direktorat Jenderal Hortikultura TA BAB I PENDAHULUAN

LAKIP Direktorat Jenderal Hortikultura TA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pada Tahun Anggaran 2013, Direktorat Jenderal Hortikultura telah diberi amanat untuk melaksanakan program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura berkelanjutan,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

RENCANA KERJA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 RENCANA KERJA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Hortikultura Musrenbangtan Jakarta, 13 Mei 2014 Amanah UU 13 tahun 2010 tentang Hortikultura 1. Fasilitasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

DASAR-DASAR HORTIKULTURA

DASAR-DASAR HORTIKULTURA DASAR-DASAR HORTIKULTURA Departemen Agronomi & Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 2/10/2013 1 Satuan Kredit Semester kegiatan tatap muka terjadwal dengan dosen selama 50 menit, kegiatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017 No. 31/06/Th.XI, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017 Indeks NTP Sulawesi Tenggara pada Mei 2017 tercatat 94,95 atau mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangi-wangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci