BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 48 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Asal kata Yamaha diambil dari nama Mr. Torakuso Yamaha yang merupakan seorang pendiri dan sekaligus presiden direktur pertama dari Nippon Gaki Co. Ltd. (sekarang Yamaha Corporation). Mr. Torakusu Yamaha adalah seorang keturunan langsung dari keluarga Yamaha dan beliau adalah seorang astronomi pada jaman dinasti Shogun Tokugawa, di pertengahan tahun 1800-an. Yamaha pada awalnya adalah perusahaan pembuat jam dan alat musik yang berawal dari kecintaan Torakuso Yamaha pada musik. Dia merupakan orang yang pertama menciptakan alat musik organ di Jepang pada tahun Sejak saat itu nama Yamaha berhasil mewakili alat-alat musik di Jepang, karena hal tersebutlah logo Yamaha berbentuk tiga garpu tala dan merek tersebut juga diadopsi oleh Yamaha Motor Co. Ltd. (YMC) yang kemudian memisahkan diri dari Nippon Gaki Co.Ltd. ketika perusahaan tersebut mulai memproduksi sepeda motor pada tahun 1955.

2 49 Menjelang Perang dunia ke 2, Mr. Torakusu Yamaha mendapat pesanan untuk membuat propeller (baling-baling pesawat tempur jepang). Pada saat itu sedang terjadi perang dunia ke 2 dan semua industri rumahan dimanfaatkan untuk memproduksi alat perang apapun. Yamaha Motor Co. (YMC) didirikan oleh Genichi Kawakami yang merupakan anak pertama dari Kaichi Kawakami, Presiden generasi ketiga perusahaan instrumen musik dan elektronik Nippon Gakki (saat ini dikenal sebagai Yamaha Corporation). Genichi menyelesaikan studinya di Takachiho Higher Commercial School pada bulan maret Pada bulan juli 1937 beliau bergabung dengan Nippon Gaki, dengan demikian beliau adalah keluarga Kawakami generasi kedua yang bergabung dengan Nippon Gakki Company. Beliau dengan cepat meraih posisi manajer pada salah satu anak perusahaan yang bergerak di bidang instrumen musik (Tenryu Factory), kemudian beliau menjadi senior GM, dan beliau berhasil meraih posisi presiden generasi keempat pada tahun 1950 pada usianya yang muda yaitu sekitar 38 tahun. Yamaha Motor Co. berdiri karena berawal dari pernyataan Genichi Kawakami (presiden pertama Yamaha Motor) dimana ia berkata Saya ingin mempunyai pabrik sepeda motor pada tahun Pada tahun 1953 Genichi memaparkan, Saat perusahaan berjalan dengan baik, dan mempunyai kondisi keuangan yang baik, saya merasakan kebutuhan untuk mencari area bisnis kita yang selanjutnya, oleh sebab itu saya melakukan riset.

3 50 Ia mulai mencoba memproduksi banyak produk, termasuk mesin jahit, sparepart mesin, scooter, kendaraan multifungsi roda tiga, dan sepeda motor. Pasar dan faktor persaingan lah yang pada akhirnya membuat beliau berfokus pada pasar sepeda motor. Ketika ditanya mengenai keputusan ini, beliau menjawab, Saya meminta kepala divisi riset, dan manajer-manajer lain untuk mengunjungi pabrik-pabrik sepeda motor yang sedang sukses di seluruh penjuru negeri. Mereka kembali dengan mengatakan masih ada banyak peluang, sekalipun kita terlambat memasuki pasar. Saya tidak ingin memiliki persiapan yang buruk pada saat memulai bisnis yang saya tidak kenal dengan baik ini, jadi kami mengunjungi pabrik-pabrik di Jerman sebelum mulai membuat sepeda motor. Saat anda mencoba membuat sesuatu, buatlah sebaik mungkin. Dengan kata kata ini sebagai motto mereka, tim pengembangan produk mengerahkan seluruh energinya ke dalam pembuatan prototype pertama dan lima bulan kemudian pada bulan agustus 1954, model pertama telah diselesaikan. Inilah Yamaha YA-1. Kendaran ini dilengkapi dengan aircooled, 2-tak, mesin 125 cc silinder tunggal. Setelah diselesaikan, kendaraan baru ini disertakan pada tes endurance 10,000 km untuk memastikan bahwa kualitasnya adalah kualitas motor kelas atas. Hal ini adalah sebuah hasil awal dari apa yang saat ini menjadi sebuah tradisi kreatifitas Yamaha dan semangat yang tak pernah kering dalam menghadapi tantangan.

4 51 Pada januari 1955, pabrik Hamakita dari Nippon Gaki dibangun dan produksi dimulai pada produk YA-1. Dengan kepercayaan diri, dan visi yang baru, Yamaha Motor Co. Ltd diresmikan pada 1 Juli Dengan memiliki 274 pegawai yang antusias, pabrik sepeda motor baru tersebut telah memiliki kapasitas produksi sekitar 200 unit per bulan. Pada saat itu berdirilah Yamaha Motor Co. Ltd. (YMC) yang terpisah dari Nippon Gaki Co.Ltd. namun masih tetap satu grup. Yamaha Motor Co. Ltd. (YMC) memiliki cabang dalam pembuatan dan perakitan sepeda motor di Indonesia yang dikenal dengan nama PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM). PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) merupakan perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) yang didirikan paada tanggal 6 juli 1974 dengan tujuan menjadi perusahaan sepeda motor berkualitas yang terkemuka di Indonesia. Para penanam modal tersebut adalah: PT. Harapan Motor Sakti PT. Cipta Logam Sakti PT. Adiasa HC PT. Karya Sakti Utama PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) memiliki luas kawasan yaitu seluas m 2, luas bangunan seluas m 2, dan luas keseluruhan pabrik yaitu seluas m 2.

5 52 Kapasitas produksi per bulan untuk sepeda motor sampai dengan akhir tahun 2007 ini mencapai unit per hari. Total karyawan mencapai orang, dengan jam kerja yang dibagi kedalam tiga shift yang beroperasi selama 24 jam. Fasilitas lain yang dimiliki seperti, ruang training computer, klinik 24 jam, mesjid, kantin, parkiran, dan lain-lain. Kemampuan Yamaha dalam mempertahankan standar mutu yang tinggi pada proses manufaktur, dimulai dari penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D) produksi hingga pengemasan. Hal tersebut dibuktikan dengan keberhasilan perusahaan YAMAHA dalam meraih sertifikat ISO 9001 : 2000 pada bulan Agustus Profile Perusahaan Company Name : PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Operation Address :Jl. Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat (Jl. Raya Bekasi km 23) Pulogadung, Jakarta Timur Telp : 021( , , ) Fax : 021( , , ) Established : July 6, 1974 Total Facility Area : m 2 Employees : (by end of July 2009) Financial Capital : US$

6 53 Production Capacity : units/day Shareholders : - Yamaha Motor Co., Ltd. Japan (85%) - Mitsui & Co., Ltd. Japan (15%) Visi dan Misi Perusahaan - PT. YIMM memiliki Visi sebagai berikut: Sebagai salah satu dari kelompok perusahaan Yamaha di dunia yang memiliki merek serta filosofi yang sama bertekad untuk tumbuh dan berkembang untuk mencapai tingkat keberuntungan bagi pertumbauhan ekonomi, sosial, dan kebudayaan bagi masyarakat dan bangsa. - PT. YIMM memiliki Misi sebagai berikut: 1. Berorientasi pada pelanggan senantiasa terus menumbuhkan, menciptakan dan mengembangkan nilai-nilai baru yang sesuai dengan kebutuhan serta keinginan pelanggan. 2. Terus berupaya meningkatkan dan mengembangkan fisik maupun system infrastruktur, secara kreatif berupaya memenuhi kebutuhankebutuhan pelanggan yang beraneka ragam, serta bertujuan untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan keuntungan yang memadai untuk perusahaan.

7 54 3. Menghargai Sumber Daya Manusia a. Setiap karyawan dalam perusahaan dapat tumbuh dan berkembang melalui tugas dan pekerjaan mereka sehari-hari. b. Perusahaan sangat menghargai setiap usulan dan inisiatif karyawan yang memiliki sikap menyenangi pekerjaan masingmasing sebagai suatu kesempatan dan tantangan untuk lebih memajukan bagian masing-masing dalam perusahaan yang tentunya akan memajukan dan mengembangkan perusahaan secara keseluruhan. Lay Out Perusahaan Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.1 Layout Perusahaan PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing

8 55 Struktur Organisasi Perusahaan Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT Yamaha Motor Manufacturing

9 56 Tempat pelaksanaan Kegiatan Penelitian Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.3 Rangkaian Mesin Motor PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing memberikan izin untuk melakukan kegiatan penelitian pada departemen Machining Steel 6. Departemen ini merupakan lantai produksi yang memproduksi suku cadang mesin motor berupa crank shaft. Crank shaft dapat disebut juga sebagai jantung pada mesin motor, karena berfungsi sebagai pengubah gerak maju mundur dari piston menjadi gerak putar atau gerak rotasi. Departmen Machining Steel 6 yang dibawahi oleh seorang manajer produksi, memiliki lini produksi sebanyak 18 lini produksi dan memiliki jumlah mesin produksi sebanyak 256 unit.

10 57 Hasil produksi departemen Machining Steel 6 yang sudah melalui tahapan inspeksi akan dikirim ke bagian departemen Assembly, departemen Export kawasan ASEAN dan Import. MARIYANTO AGUS.H S (LEADER) 1.F U K A T S U 2.M ATSUI 1. MABUCHI 2. YAM AGUCHI MARTEN.M (A G U S. H S ) DOSO RIFKI 1.SUPRIYADI 2.SAHRIPUDIN TEGUH.S ROCHM AT SUM ARGONO 1.ZAM ALULLAIL 2.AHM AD 1.S E T A. T P 2.S U G IY A N T O PARNO ADHI ISTANTO Sumber: PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.4 Struktur Organisasi Department Machinning Steel 6

11 Observasi Lapangan Kegiatan Observasi lapangan dilakukan pada perusahaan PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing. PT. Yamaha Indonesia Manufacturing merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur yang memproduksi motor merek Yamaha beserta suku cadang motor Yamaha khususnya. Kegiatan penelitian berlangsung di lantai produksi departemen Machining Steel 6 yang memproduksi suku cadang motor Yamaha berupa crank shaft. Crank shaft yaitu suku cadang motor yang berfungsi sebagai konversi gerak piston menjadi gerak putar atau sering disebut juga sebagai jantung pada mesin motor. Pada kegiatan observasi ini, pengamatan langsung difokuskan pada bagian proses produksi meliputi pengamatan langsung pada lantai produksi departemen Machining Steel 6. Pengamatan yang dilakukan yaitu proses produksi dan pengendalian kualitas yang diterapkan pada perusahaan serta dilakukan pada departemen Quality Control. Tujuan dari pengamatan yang dilakukan tersebut adalah untuk memperoleh data mengenai jumlah produksi tiap bulannya, jenis defect yang terjadi, jumlah defect yang dihasilkan tiap proses permesinan, serta jumlah defect yang dihasilkan tiap bulannya dalam periode januari hingga desember tahun 2010.

12 59 Selain pengamatan langsung yang dilakukan ini, untuk membantu kegiatan pengumpulan data dilakukan juga tanya jawab atau interview kepada pihak perusahaan yang diwakili oleh pihak departemen quality control dan departemen produksi. Kegiatan ini bermanfaat untuk mendukung proses analisis terhadap penyebab terjadinya defect pada produk crank shaft selama proses produksi berlangsung Diagram Proses Mayor Diagram ini menjelaskan tentang aliran proses secara garis besar dari supplier hingga sampai ke tangan customer, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai SIPOC. Berikut ini adalah aliran proses mayor yang ada di departemen Machining Steel 6: Sumber : Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data Gambar 4.5 Diagram SIPOC.

13 Proses Produksi Produk yang dihasilkan pada Departemen Machining Steel 6 yaitu berupa crank shaft. Jenis crank yang dihasilkan beraneka ragam baik dari segi ukuran maupun bentuknya yang disesuaikan dengan tipe motor. Jenis-jenis crank dan tipe motor yang digunakan adalah: 5XT : untuk part yang di export ke YMC japan 5BP : untuk motor Scorpio-Z 5TP : untuk motor Vega R dan Jupiter-Z 5LM : untuk motor Vega R lama 1S7 : untuk motor Jupiter-MX tanpa kopling 3C1 : untuk motor Vixion 5TL : untuk motor Mio dan Nouvo-Z 2D5 : untuk part yang di export ke Brazil 2S6 : untuk motor Jupiter-MX dengan kopling 3WL : untuk motor RX-king Sebelum memasuki proses produksi, satu hal yang harus dilakukan adalah mempersiapkan material yang akan di produksi yang bertujuan agar tidak mengganggu kelangsungan proses produksi dan dapat memenuhi pesanan pelanggan tepat pada waktunya. Pada PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing khusunya pada departemen Machining Steel 6 bahan baku diperoleh dari supplier bahan baku.

14 61 Supplier bahan baku ini, tentunya dipilih oleh pihak perusahaan karena supplier tersebut dapat memenuhi standarisasi yang diinginkan oleh pihak perusahaan. Pemesanan bahan baku dilakukan satu hari sebelum bahan baku tersebut diproduksi. Apabila terjadi keterlambatan pengiriman bahan baku maka, bagian purchase dari perusahaan membuat surat pemesanan ulang yang akan dikirimkan ke supplier. Bahan baku yang telah memenuhi syarat standarisasi perusahaan kemudian bahan tersebut langsung dikirim ke bagian produksi atau pada lantai produksi untuk masuk pada tahap proses produksi. Proses produksi ini dilakukan melalui beberapa tahapan proses permesinan. Pada departemen Machining Steel 6 memiliki beberapa jenis proses permesinan yang meliputi proses centring, turning, boring, hobbing, fluting, cleaning, hardening, grundill, drilling, debburing, external grinding, facing, internal grinding, oil hole, ball press, pitch inspection dan numbering. Berikut ini akan akan dijabarkan langkah langkah proses permesinan pada department machining 6 yang memproduksi crank shaft.

15 62 Langkah pertama yaitu bahan baku memasuki proses centering. Pada mesin ini, bahan baku akan dibor pada bagian atas dan bawah bahan sebagai centering point pada mesin-mesin berikutnya. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.6 Mesin Centring pada proses permesinan 1

16 63 Langkah kedua, setelah melewati tahapan centring tahapan selanjutnya bahan baku akan masuk ke dalam mesin kedua yaitu mesin Turning 1. Bahan baku pada mesin ini akan dihaluskan memanjang ke atas. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.7 Mesin Turning 1 pada proses permesinan 2 Langkah ketiga yaitu bahan baku akan masuk pada mesin Turning 2 dimana bahan baku ini akan dibubut pada bagian atas hingga membentuk ulir. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.8 Mesin Turning 2 pada proses permesinan 3

17 64 Setelah proses pada mesin turning 2 dilakukan, maka operator harus memeriksa diameter ulir tersebut apakah sudah sesuai dengan standart ukuran dengan menggunakan alat yang ditetapkan oleh perusahaan yang dinamakan Snap Gauge. NO GO Note : ~ Posisi GO Harus Masuk ( Kalau tidak masuk berarti kondisi part Ø Besar ) ~ Posisi NO GO tidak boleh sampai Masuk ( Kalau Masuk berarti kondisi Part Ø Kecil ) GO Contoh Penggunaan Snap Gauge : SNAP GAUGE Ø SNAP GAUGE Ø Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.9 Alat Pengukur dan cara kerja Snap Gauge Setelah pemeriksaan dinyatakan OK, maka bahan baku tersebut akan melewati tahapan keempat dan masuk ke dalam mesin bor. Langkah keempat yaitu lubang yang ada pada bahan baku akan dibor hingga permukaan lubang menjadi halus serta menghasilkan diameter lubang yang diinginkan. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.10 Mesin Boring pada proses permesinan 4

18 65 Langkah kelima yaitu proses yang menggunakan mesin hobbing. Pada proses hobbing bagian samping bahan baku akan dikikis atau diukir hingga menghasilkan bentuk suatu gerigi dengan kedalaman sesuai yang diinginkan perusahaan. Setelah proses pembuatan gerigi tersebut dilakukan maka operator harus kembali memeriksa diameter gerigi dengan menggunakan alat yang bernama Snap Gauge. Inspeksi ini dapat dinyatakan baik apabila alat Snap Gauge yang dipasangkan tidak akan terjadi seret atau keset atau nyangkut serta tidak longgar. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.11 Mesin Hobbing pada proses permesinan 5

19 66 Langkah keenam yaitu proses dimana bahan baku akan masuk ke dalam mesin fluting lubang bagian atas dan bawah pada bahan baku akan diperdalam. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.12 Mesin Fluting pada proses permesinan 6 Langkah ketujuh yang bernama mesin cleaning. Pada proses ini bahan baku akan dibersihkan dari sisa scrap yang menempel dan di bersihkan dari cairan yang merekat agar tidak mengganggu proses selanjutnya. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.13 Mesin Cleaning pada proses permesinan 7

20 67 Langkah kedelapan yaitu proses pembakaran pada bagian atas crank shaft yang bertujuan untuk mencegah keausan pada crank shaft ketika digunakan pada mesin motor. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.14 Mesin Hardening pada proses permesinan 8 Langkah kesembilan, pada proses ini bahan baku akan dilubangi pada bagian samping pada tempat yang berbeda yang berfungsi sebagai tempat saluran oli. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.15 Mesin Gundrill pada proses permesinan 9

21 68 Langkah kesepuluh yaitu proses ini, crank shaft dibor dan dilubangi, biasanya lubang ini berfungsi untuk keluar masuk bensin. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.16 Mesin Drilling pada proses permesinan 10 Langkah kesebelas yaitu mesin debburing bahan baku akan melalui proses berupa pembersihan scrap atau kotoran yang dihasilkan pada prosesproses sebelumnya yang tertinggal pada lubang-lubang serta memeriksa apakah lubang telah menembus permukaan yang seharusnya bolong karena dilubangi. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.17 Mesin Debburing pada proses permesinan 11

22 69 Langkah keduabelas yaitu menggunakan mesin external grinding, mesin ini berfungsi sebagai memperhalus permukaan bagian luar bahan baku. Pada tahap ini sering terjadi permasalahan dikarenakan toleransi dimensi yang ditetapkan sangat kecil sehingga apabila dimensi yang dihasilkan dari proses produksi melewati batasan yang telah ditetapkan oleh ukuran standart maka dikategorikan sebagai produk NG (Not Good). Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.18 Mesin External Grinding pada proses permesinan 12 Langkah ketigabelas yaitu tahapan proses yang menggunakan mesin facing bagian bawah permukaan luar bawah crank shaft akan dihaluskan. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.19 Mesin Facing pada proses permesinan 13

23 70 Langkah keempatbelas proses permesinan ini yaitu menghaluskan permukaan bagian sisi atas luar lingkaran crank shaft. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.20 Mesin Internal Grinding pada proses permesinan 14 Langkah kelimabelas melumuri crank shaft dengan cairan anti karat. Tujuan pelumuran cairan ainti karat ini adalah agar crank shaft tahan terhadap karat. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.21 Mesin Oil Hole pada proses permesinan 15

24 71 Pada tahap keenambelas yang menggunakan mesin Ball dimana pada mesin ini bahan baku yang telah melalui beberapa tahapan proses produksi dan telah dilubangi dimasukkan benda sejenis bole kecil besi pada bagian bawah yang telah dilubangi tadi. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.22 Mesin Ball Press pada proses permesinan 16 Langkah ketujubelas Pada mesin ini, dapat diketahui apakah produk dapat dikatakan OK (bagus) atau NG (Not Good), untuk part yang telah dikategorikan OK (bagus) akan menghasilkan dua jenis tipe, yaitu tipe A, tipe B dan Tipe C. Pembagian tipe ini berdasarkan besar kecilnya dimensi yang dihasilkan pada proses produksi tersebut. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.23 Mesin Pitch Inspection pada proses permesinan 17

25 72 Langkah kedelapanbelas merupakan langkah akhir proses permesinan ini adalah tahapan numbering, pada tahapan ini part yang dikategorikan OK (bagus) atau baik diberikan penomoran sebagai identitas part tersebut. Hasil bahan baku yang telah melewati proses produksi ini disebut sebagai bahan jadi yang bernama Crank. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.24 Mesin Numbering pada proses permesinan 18 Setelah semua Crank Shaft selesai melalui proses permesinan pada lantai produksi kemudian produk jadi Crank Shaft ini dikirim ke bagian Quality Control untuk dilakukan pengecekan satu per satu standarisasi part crank shaft. Selanjutnya crank shaft tersebut dikirim ke wilayah yang dinamakan sebagai Stock Point, yaitu suatu tempat yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan barang jadi, berupa produk crank shaft yang telah mengalami proses produksi dan inspeksi dan kemudian siap dikirim ke bagian packing product, assembly department, export, dan Yamaha West Java.

26 73 Proses peletakkan crank shaft ke stock point menggunakan alat material handling berupa trolley, dan crank shaft yang diletakkan sesuai dengan tipe crank shaft. Apabila dalam proses produksi ini terjadi produk NG (Not Good) maka yang dilakukan oleh pihak perusahaan yaitu melakukan pemisahan produk tersebut. Setelah pemisahan dilakukan lalu dari beberapa produk NG (Not Good) dipilih, jika ada produk NG (Not Good) yang masih dapat diproses lagi menjadi produk yang bagus maka produk tersebut dipisahkan dan akan kembali masuk dalam proses produksi. Tetapi, apabila produk tersebut sudah tidak dapat lagi diproses maka produk NG (Not Good) itu dinyatakan cacat kemudian dibuang atau dipotong menggunakan mesin las serta dibuatkan surat pemberitahuan yang dinamakan scrap slip dan produk tersebut dikirim ke bagian Production Control. Lalu, dari bagian Production Control akan mengirimkan surat keputusan serta produknya ke supplier.

27 Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Gambar 4.25 Proses Produksi Crank Shaft Pengendalian penyediaan bahan baku Ketika bahan baku yang telah dipesan kepada supplier datang ke departmen Machining Steel 6, bahan baku tersebut harus melewati tahap pemeriksaan yang dilakukan oleh perusahaan bagian Quality Assurance. Pada tahapan ini, dilakukan penyortiran bahan baku dengan cara melakukan pemeriksaan satu per satu bahan baku yang baru dikirim oleh supplier untuk diperiksa ukuran dimensinya.

28 75 Tahap pemeriksaan selanjutnya ialah melakukan pemeriksaan jumlah bahan baku yang dipesan dengan yang dikirimkan dan pemeriksaan kondisi bahan baku satu per satu. Apabila bahan baku tersebut telah dinyatakan bahan baku siap produksi maka bahan baku tersebut langsung ditempatkan pada depo raw material. Proses permesinan Pada proses permesinan pengecekan juga dilakukan dari awal proses permesinan berjalan hingga proses permesinan berakhir. Proses pemeriksaan ini dilakukan oleh perusahaan bagian Quality Control. Tugas seorang Quality Control pada saat proses permesinan ini yaitu melakukan pemeriksaan produk yang diambil secara sampling dari satu line produksi (satu work station) ke line produksi yang lainnya.

29 76 Pada tahapan bahan jadi. Pengecekan pada tahapan bahan jadi ini dilakukan secara visual. Pengecekan ini berlangsung pada line final inspections. Apabila pada tahap ini crank telah berhasil melalui proses pemeriksaan dan dinyatakan lolos diberikan tanda khusus. Crank yang telah ditandai ini, berarti telah siap untuk di masukkan ke dalam pallet dan dibawa ke stock point sebelum dilanjutkan atau dibawa ke departemen lain (department assembly, expot (Kawasan ASEAN), import) Proses pengiriman barang jadi. Sebelum dilakukannya pengiriman maka, pihak perusahaan memberikan tugas pada bagian Quality Control untuk melakukan pengecekan ulang terhadap crank shaft agar dapat dipastikan crank shaft yang akan melewati proses pengiriman masih dalam kondisi baik

30 Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data ini termasuk ke dalam tahapan define. Hal ini dilakukan dengan tujuan menyempitkan defenisi permasalahan yang terjadi sehingga dapat mengidentifikasikan pelanggan dan faktor-faktor penentu kepuasan pelanggan yang paling utama atau paling penting menggunakan CTQ (Critical to Quality). Pada proses pengumpulan data membutuhkan berbagai jenis data yang diperoleh dari kegiatan observasi di perusahaan. Kegiatan ini juga didukung dengan adanya aktifitas wawancara pada pembimbing lapangan yang diwakilkan dari departemen Quality Control dan departemen produksi. Berikut ini adalah penyajian data yang diperoleh dari pihak perusahaan mengenai data jumlah produk yang cacat yang dihasilkan dari proses produksi.

31 78 Tabel 4.1 CTQ jenis cacat yang terjadi pada crank shaft Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing

32 79 Tabel 4.2 Data Jumlah Defect yang terjadi pada Periode Januari Desember 2010 No. Mesin Problem Detail Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des Total 1 Centering Miring 2 Centering Dept Not Good Centering 3 Centering Patah R Centering Patah (L) 5 Turning Ø Kecil Turning 6 Turning Tipis Thread Thread Blong Borring Ø Besar 9 Borring Borring Miring Borrring Oval 11 Fluting Fluting Miring Hobing Hobing Seret Gundrill Gundrill Miring Drill Ø 3 Miring Drill 15 Drill Ø 5 Miring 16 External Grinding Ø kecil Ext. Grinding 17 External Grinding Ø Oval Facing Facing Blong Internal Grinding Ø Besar Internal Grinding 20 Internal Grinding Prs sebagian Pitch NG Pitch NG Pararel Paralell NG Ball Insert NG Ball Insert NG Lewat Process Lewat Proses Process Nabrak Proses Nabrak DLL DLL Dandori Dandori Total Defect (Not Good ) Total Produksi QR(%) Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing

33 Pengolahan Data Perhitungan Stabilitas Proses Untuk mengetahui stabilitas proses pada lantai produksi, maka perlu dilakukan perhitungan stabilitas produksi tersebut dengan menggunakan peta kontrol. Data yang digunakan untuk perhitungan peta kontrol p pada penelitian ini adalah: Tabel 4.3 Data Total Produksi dan Total Defect pada Tahun 2010 Bulan Number of Inspected (n) Number of Deffectiveness (pn) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata Sumber: PT.Yamaha Indonesia Motor Manufacturing

34 81 Keterangan: - Number of inspected (n) adalah jumlah unit yang diteliti selama bulan Januari hingga Desember tahun Number of Inspected ini juga disebut sebagai sub-group yang merupakan jumlah produksi atau total produksi per bulannya - Number of defectiveness (pn) adalah jumlah defect yang dihasilkan per bulannya - Fraction defective (p) adalah nilai dari proporsi kecacatan yang diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah cacat dengan total produksi Berikut ini adalah, langkah-langkah pengerjaan peta kontrol dengan menghitung UCL dan LCL secara manual menggunakan rumus di atas: - Menghitung CL atau Untuk menghitung CL, variabel yang perlu dicari ialah jumlah Pi (Fraction Defective ke-i), yang didapat dari persamaan P i =. Contoh perhitungan p pada bulan Januari adalah: P 1 = = Kemudian, seluruh nilai Pi yang diperoleh dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah bulan dalam 1 tahun, untuk mendapatkan nilai rata-rata dari Pi yang disebut sebagai. Dengan demikian, nilai inilah yang menjadi nilai dari CL pada peta kontrol p.

35 82 = Menghitung nilai UCL UCL = ( ) x ( ) = Menghitung nilai LCL LCL = ( ) x ( ) = ,

36 83 Berikut ini adalah tabel batas pengendalian peta kontrol yang telah diolah untuk total defect selama 1 tahun: Tabel 4.4 Batas Pengendalian Peta Kontrol untuk Data Total Defect Tahun 2010 Bulan n pn p CL UCL LCL Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data

37 84 Dengan membandingkan nilai fraction defective (p) dengan UCL dan LCL, maka dapat ditentukan apakah data tersebut berada dalam kendali atau tidak, seperti tabel di bawah ini: Tabel 4.5 Status Data Setelah Pemetaan Bulan p CL UCL LCL Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data Status Masuk Keluar Masuk Masuk Masuk Masuk Masuk Masuk Masuk Masuk Keluar Masuk

38 85 Berikut ini adalah hasil pengolahan peta kontrol p dengan menggunakan software Minitab, agar data yang dipetakan dapat diketahui lebih jelas: Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data Grafik 4.1 Peta Kontrol Untuk Data Jumlah Defect Tahun 2010 Dengan melihat data yang keluar batas (out of control) pada grafik 4.1, hal ini menunjukkan bahwa data itu tidak representatif untuk dilakukan penelitian ke tahap lebih lanjut karena terdapat variasi penyebab khusus yang menyebabkan keluarnya data tersebut dari batas pengendalian.

39 86 Berikut ini adalah hasil pengolahan data yang telah direvisi atau telah dilakukan penghilangan terhadap data sesuai dengan data yang diperoleh dari peta kontrol yang telah di revisi: Tabel 4.6 Batas Pengendalian Peta Kontrol untuk Data Total Defect Tahun 2010 Setelah Revisi Bulan n pn p CL UCL LCL Januari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Desember Total Rata-rata Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data

40 87 Dengan membandingkan nilai fraction defective (p) dengan UCL dan LCL, maka dapat ditentukan apakah data tersebut berada dalam kendali atau tidak, seperti tabel di bawah ini: Tabel 4.7 Status Data yang sudah Direvisi setelah Pemetaan Bulan p CL UCL LCL Status Januari Masuk Maret Masuk April Masuk Mei Masuk Juni Masuk Juli Masuk Agustus Masuk September Masuk Oktober Masuk Desember Masuk Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data

41 88 Berikut ini adalah hasil pengolahan peta kontrol p dengan menggunakan software Minitab, agar data yang dipetakan dapat diketahui lebih jelas: Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data Grafik 4.2 Peta Kontrol Untuk Data Jumlah Defect Tahun 2010 setelah revisi Grafik di atas menunjukkan bahwa data yang telah direvisi sudah berada dalam pengendalian dan dapat dilanjutkan kepada penelitian selanjutnya.

42 Proses Penghasil Cacat Terbanyak Data yang sudah diperoleh, kemudian diurutkan berdasarkan jumlah cacat yang dihasilkan dari masing-masing proses pada departemen Crank Shaft dengan menggunakan diagram pareto. Tujuannya yaitu agar dapat dilihat proses mana yang paling besar menyumbang produk cacat terbanyak. Berikut ini adalah hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan software Minitab versi 14 agar mendapatkan hasil yang lebih akurat dan sederhana dalam penyajiannya. Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data Grafik 4.3 Diagram Pareto untuk Proses Penghasil Cacat Tahun 2010

43 90 Dari gambar 4.25 dapat diketahui bahwa ada 5 buah proses yang menghasilkan jumlah cacat terbanyak dalam 1 tahun. Proses tersebut ialah External Grinding (23.5 %) sebanyak 5134 produk, Centering (19.8 %) sebanyak 4332 produk, Turning (17.4 %) sebanyak 3807 produk, Drill (16.2 %) sebanyak 3544 produk, dan Int. Grinding (14.5 %) sebanyak 3167 produk. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kelima proses tersebut perlu mendapatkan prioritas utama untuk penanganan lebih lanjut Perhitungan Nilai Sigma Untuk Masing-Masing Proses Untuk mengukur nilai Sigma, data yang diperlukan pada penelitian ini adalah Number of Inspected, Defective, dan jumlah jenis kesalahan pada proses untuk masing-masing proses permesinan yang memiliki peringkat teratas dalam menghasilkan total defect terbanyak selama tahun Nilai Sigma dapat diperoleh dengan cara melakukan perhitungan manual atau dengan software Six Sigma Metric Calculator. Perhitungan manual dapat diselesaikan dengan mencari nilai (Defect Per Million Opportunity) terlebih dahulu agar dapat dikonversikan ke dalam level sigma. Nilai DPO dan DPMO dapat dicari dengan menggunakan rumus: Pengukuran nilai sigma pada penelitian ini berdasarkan kelima proses permesinan yang menyumbangkan cacat tertinggi selama tahun Berikut ini adalah langkah-langkah pengerjaan untuk masing masing proses:

44 91 Nilai Sigma untuk Proses External Grinding Dengan menggunakan rumus perhitungan manual seperti di atas, maka nilai sigma untuk proses External Grinding dapat dihitung seperti di bawah ini: Tabel 4.8 Data yang Dibutuhkan untuk Perhitungan Nilai Sigma External Grinding Bulan Number of Inspected Defective Jumlah Jenis Cacat Januari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Desember Sumber: PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Pada bulan Januari, nilai sigma yang dihasilkan adalah: - DPO = = 0, DPMO = 0, x = 411,166736

45 92 - Nilai Sigma = = ,0102 = Nilai Sigma (interpolasi) = Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Sigma pada External Grinding Dengan Prinsip Interpolasi Nilai DPMO Nilai Sigma 600 4,75 (411,1667) y 400 4,875 Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data ( ) / ( ,1667) = (4,75 4,875) / (4,75 y) 200 / 188,83 = - 0,125 / (4,75 y) 1,059 = - 0,125 / (4,75 y) (4,75 y) 1,059 = - 0,125 5,0302 1,059y = - 0,125 y = 4,85 Maka nilai Sigma yang diperoleh adalah 4,85

46 93 Berikut ini adalah hasil perhitungan dengan menggunakan Sigma Metric Calculator agar dapat melihat kesesuaian antara perhitungan manual dengan perhitungan yang menggunakan software: Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data Gambar 4.26 Hasil Perhitungan Nilai Sigma Extyernal Grinding Menggunakan Sigma Metric Calculator Untuk perhitungan pada bulan-bulan selanjutnya menggunakan langkah-langkah yang sama seperti di atas. Berikut ini adalah hasil perhitungan seluruh nilai sigma dalam tahun 2010 untuk External Grinding:

47 94 Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Nilai Sigma Dalam Tahun 2010 Untuk External Grinding Bulan Total Opportunities DPO DPMO Level Sigma Januari Ratarata Nilai Sigma Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Desember Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data Tabel di atas menunjukkan nilai sigma yang diperoleh untuk proses External grinding dalam jangka waktu 1 tahun dengan nilai ratarata sigma per tahun adalah 4,84.

48 95 Nilai Sigma untuk Proses Centering Dengan menggunakan rumus perhitungan manual seperti di atas, maka nilai sigma untuk proses Centering dapat dihitung seperti di bawah ini: Tabel 4.11 Data Yang Dibutuhkan dalam Perhitungan Nilai Sigma Centering Bulan Number of Inspected Defective Jumlah Jenis Cacat Januari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Desember Sumber: PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Pada bulan Januari, nilai sigma yang dihasilkan adalah: - DPO = = 0, DPMO = x = 173,178

49 96 - Nilai Sigma = = ,24 = 5,08 - Nilai Sigma (interpolasi) = Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Sigma pada Centering Dengan Prinsip Interpolasi Nilai DPMO Nilai Sigma 180 5,125 (173,178) y Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data. ( ) / ( ,178) = (5,125 5,25) / (5,125 y) 50 / 6,822 = - 0,125 / (5,125 y) 7,32922 = - 0,125 / (5,125 y) (5,125 y) 7,32922 = - 0,125 37, ,32922y = - 0,125 y = 5,14 Maka nilai Sigma yang diperoleh adalah 5,14

50 97 Berikut ini adalah hasil perhitungan dengan menggunakan Sigma Metric Calculator agar dapat melihat kesesuaian antara perhitungan manual dengan perhitungan yang menggunakan software: Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data Gambar 4.27 Hasil Perhitungan Nilai Sigma Centering Menggunakan Sigma Metric Calculator Untuk perhitungan pada bulan-bulan selanjutnya menggunakan langkah-langkah yang sama seperti di atas. Berikut ini adalah hasil perhitungan seluruh nilai sigma dalam tahun 2010 untuk Centering:

51 98 Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Nilai Sigma Dalam Tahun 2010 Untuk Centering Bulan Total Opportunities DPO DPMO Level Sigma Januari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Desember Rata-rata Nilai Sigma 5,074 Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data Tabel di atas menunjukkan nilai sigma yang diperoleh untuk proses Centering dalam jangka waktu 1 tahun dengan nilai rata-rata sigma per tahun adalah 5,074. Jika terdapat sedikit perbedaan pada perhitungan manual dan software, sebenarnya permasalahan tersebut hanya terletak pada keputusan pembulatan seperti yang terjadi pada bulan Januari.

52 99 Nilai Sigma untuk Proses Turning Dengan menggunakan rumus perhitungan manual seperti di atas, maka nilai sigma untuk proses Turning dapat dihitung seperti di bawah ini: Tabel 4.14 Data Yang Dibutuhkan dalam Perhitungan Nilai Sigma Turning Bulan Number of Inspected Defective Jumlah Jenis Cacat Januari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Desember Sumber: PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Pada bulan Januari, nilai sigma yang dihasilkan adalah: - DPO = = 0, DPMO = x = 316,609

53 100 - Nilai Sigma = = ,07213 = 4,92 - Nilai Sigma (interpolasi) = Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Sigma pada Turning Dengan Prinsip Interpolasi Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data. Nilai DPMO Nilai Sigma 400 4,875 (316,609) Y ( ) / ( ,609) = (4,875 5) / (4,875 y) 170 / 83,391 = - 0,125 / (4,875 y) 2,0386 = - 0,125 / (4,875 y) (4,875 y) 2,0386 = - 0,125 9,938 2,0386y = - 0,125 y = 4,93 Maka nilai Sigma yang diperoleh adalah 4,93

54 101 Berikut ini adalah hasil perhitungan dengan menggunakan Sigma Metric Calculator agar dapat melihat kesesuaian antara perhitungan manual dengan perhitungan yang menggunakan software: Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data Gambar 4.28 Hasil Perhitungan Nilai Sigma Turning Menggunakan Sigma Metric Calculator Untuk perhitungan pada bulan-bulan selanjutnya menggunakan langkah-langkah yang sama seperti di atas. Berikut ini adalah hasil perhitungan seluruh nilai sigma dalam tahun 2010 untuk Turning:

55 102 Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Nilai Sigma dalam Tahun 2010 Untuk Turning Bulan Total Opportunities DPO DPMO Level Sigma Rata-rata Nilai Sigma Januari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Desember Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data Tabel di atas menunjukkan nilai sigma yang diperoleh untuk proses Turning dalam jangka waktu 1 tahun dengan nilai rata-rata sigma per tahun adalah 4,917. Jika terdapat sedikit perbedaan pada perhitungan manual dan software, sebenarnya permasalahan tersebut hanya terletak pada keputusan pembulatan seperti yang terjadi pada bulan Januari.

56 103 Nilai Sigma untuk Proses Drilling Dengan menggunakan rumus perhitungan manual seperti di atas, maka nilai sigma untuk proses Drilling dapat dihitung seperti di bawah ini: Tabel 4.17 Data Yang Dibutuhkan dalam Perhitungan Nilai Sigma Drilling Bulan Number of Inspected Defective Jumlah Jenis Cacat Januari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Desember Sumber: PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Pada bulan Januari, nilai sigma yang dihasilkan adalah: - DPO = = 0, DPMO = x = 301,1735

57 104 - Nilai Sigma = = ,0857 = 4,93 - Nilai Sigma (interpolasi) = Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Sigma pada Drill Dengan Prinsip Interpolasi Nilai DPMO Nilai Sigma 400 4,875 (301,1735) Y Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data ( ) / ( ,1735) = (4,875 5) / (4,875 y) 170 / 98,265 = - 0,125 / (4,875 y) 1, = - 0,125 / (4,875 y) (4,875 y) 1, = - 0,125 8,433 1,730011y = - 0,125 y = 4,93 Maka nilai Sigma yang diperoleh adalah 4,93

58 105 Berikut ini adalah hasil perhitungan dengan menggunakan Sigma Metric Calculator agar dapat melihat kesesuaian antara perhitungan manual dengan perhitungan yang menggunakan software: Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data. Gambar 4.29 Hasil Perhitungan Nilai Sigma Drilling Menggunakan Sigma Metric Calculator Untuk perhitungan pada bulan-bulan selanjutnya menggunakan langkah-langkah yang sama seperti di atas. Berikut ini adalah hasil perhitungan seluruh nilai sigma dalam tahun 2010 untuk Drilling:

59 106 Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Nilai Sigma Dalam Tahun 2010 Untuk Drilling Bulan Total Opportunities DPO DPMO Level Sigma Rata-rata Nilai Sigma Januari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Desember Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data Tabel di atas menunjukkan nilai sigma yang diperoleh untuk proses Drilling dalam jangka waktu 1 tahun dengan nilai rata-rata sigma per tahun adalah 4,939.

60 107 Nilai Sigma untuk Proses Internal Grinding Dengan menggunakan rumus perhitungan manual seperti di atas, maka nilai sigma untuk proses Internal Grinding dapat dihitung seperti di bawah ini: Tabel 4.20 Data Yang Dibutuhkan Perhitungan Nilai Sigma Internal Grinding Bulan Number of Inspected Defective Jumlah Jenis Cacat Januari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Desember Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data Pada bulan Januari, nilai sigma yang dihasilkan adalah: - DPO = = 0, DPMO = 0, x = 240,113

61 108 - Nilai Sigma = = ,1469 = 4,99 - Nilai Sigma (interpolasi) = Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Sigma Dengan Prinsip Interpolasi Nilai DPMO Nilai Sigma 400 4,875 (240,113) y Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data. ( ) / ( ,113) = (4,875 5) / (4,875 y) 170 / 159,887 = - 0,125 / (4,875 y) 1,0632 = - 0,125 / (4,875 y) (4,875 y) 1,0632 = - 0,125 5,1831 1,0632y = - 0,125 y = 4,99 Maka nilai Sigma yang diperoleh adalah 4,99

62 109 Berikut ini adalah hasil perhitungan dengan menggunakan Sigma Metric Calculator agar dapat melihat kesesuaian antara perhitungan manual dengan perhitungan yang menggunakan software: Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data. Gambar 4.30 Hasil Perhitungan Nilai Sigma Internal Grinding Menggunakan Sigma Metric Calculator Untuk perhitungan pada bulan-bulan selanjutnya menggunakan langkah-langkah yang sama seperti di atas. Berikut ini adalah hasil perhitungan seluruh nilai sigma dalam tahun 2010 untuk Internal Grinding.

63 110 Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Nilai Sigma Dalam Tahun 2010 Untuk Internal Grinding Bulan Total Opportunities DPO DPMO Level Sigma Rata-rata Nilai Sigma Januari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Desember Sumber: Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis data. Tabel di atas menunjukkan nilai sigma yang diperoleh untuk proses Internal Grinding dalam jangka waktu 1 tahun dengan nilai rata-rata sigma per tahun adalah 4,967.

64 Analisis Hasil Pengolahan Data Analisis Stabilitas Proses Sebelum proses yang ada di departemen Machining Steel 6 diukur nilai sigmanya, terlebih dahulu dilakukan pengujian Stabilitas Proses dengan menggunakan peta kontrol. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah proses tersebut berada dalam pengendalian statistikal. Data yang diolah dengan peta kontrol merupakan data kecacatan dari seluruh proses selama bulan Januari hingga Desember tahun Hal ini bertujuan agar jika ditemukannya proses yang berada di luar kendali, dapat diketahui kapan proses tersebut terjadi. Dari hasil pemetaan dengan menggunakan peta kontrol p, ternyata ditemukan adanya bulan-bulan yang out of control. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bulan-bulan yang berada di luar garis batas peta kontrol. Proses yang out of control tersebut terjadi pada bulan-bulan Februari dan November. Setelah dilakukan analisis lebih lanjut dan konsultasi dengan pihak perusahaan, ternyata pada bulan tersebut sedang ada masalah yang di luar tanggung jawab perusahaan. Hal itulah yang menyebabkan proses yang berjalan pada tahun 2010 cenderung tidak stabil dan mengakibatkan banyaknya cacat yang dihasilkan oleh proses-proses tersebut.

65 112 Dengan kata lain, kecacatan yang disebabkan pada bulan-bulan tersebut bukan terjadi karena substansi yang ada pada prosesnya, melainkan adanya gangguan teknis yang menjadi variasi penyebab khusus sehingga mengganggu jalannya proses yang sedang berlangsung. Setelah dilakukan revisi peta kontrol, data pada bulan-bulan selain bulan Februari dan November, ternyata berada di dalam batas pengendalian. Hal ini menunjukkan bahwa pada bulan-bulan lainnya proses sudah dapat diukur nilai sigmanya karena proses tersebut sudah terbilang stabil.

66 Analisis Kinerja Proses Setelah proses tersebut diketahui Stabilitas Prosesnya melalui peta kontrol, maka selanjutnya adalah mengukur nilai sigma untuk kelima masingmasing proses yang menjadi prioritas utama di atas. Dengan mengetahui nilai sigma, maka dapat diketahui pula kinerja yang ada di masing-masing proses berdasarkan level sigma yang dicapai. Berdasarkan tabel perhitungan nilai sigma di atas, dapat diketahui bahwa level sigma yang dicapai untuk kelima proses tersebut berkisar antara 4 hingga 5 level sigma. Nilai tersebut belum cukup untuk mencapai level 6 sigma yang menjadi sasaran proyek Six Sigma. Agar target yang diinginkan tercapai, maka diperlukan suatu tindakan perbaikan dan peningkatan kinerja proses pada departemen Machining Steel 6 ini dengan cara mengurangi variasi dan tingkat kecacatan secara terus menerus. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu usaha untuk mengidentifikasi penyebab masalah yang terjadi dan mencari solusi atas permasalahan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri manufaktur. Hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

CARA MENGURANGI CACAT PADA CRANK SHAFT DENGAN METODE SIX SIGMA DI DEPARTEMEN MACHINING STEEL 6 PT. YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING

CARA MENGURANGI CACAT PADA CRANK SHAFT DENGAN METODE SIX SIGMA DI DEPARTEMEN MACHINING STEEL 6 PT. YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING CARA MENGURANGI CACAT PADA CRANK SHAFT DENGAN METODE SIX SIGMA DI DEPARTEMEN MACHINING STEEL 6 PT. YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING TUGAS AKHIR Oleh LUTHFI WELLIYANTO 1100013061 ANGGITA OCTAVIA.P 1100057321

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 33 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Secara umum, metodologi penelitan diartika sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Yang dimaksud sebagai cara ilmiah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan sistemnya agar dapat meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Pengendalian..., Dina, Fakultas Teknik 2016

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Pengendalian..., Dina, Fakultas Teknik 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan industri saat ini semakin kompetitif setelah dibukanya pasar bebas, untuk memenangkan kompetisi dengan industri sejenis perusahaan harus memberikan

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kualitas Banyak pakar dari bidang kualitas yang mencoba untuk mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing-masing, seperti di bawah ini: Pengertian classic

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Astra Honda Motor merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama awal PT. Federal Motor yang sahamnya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini persaingan di dunia industri makin ketat. Permintaan pasarpun sering berubah-ubah. Kenyataan ini membuat para pengusaha selalu berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu persaingan yang semakin ketat. Hal ini dikarenakan munculnya pasar bebas dunia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN PT Federal Motor merupakan salah satu anak perusahaan PT Astra International yang bergerak di bidang perakitan sepeda motor Honda. Pada 1990 PT Federal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis 26 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan cara menjelaskan fakta yang ada dilapangan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Laporan tugas akhir BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Garuda Metalindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur.produk utama dari perusahaan ini adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang serba cepat, waktu merupakan hal yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang serba cepat, waktu merupakan hal yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang serba cepat, waktu merupakan hal yang sangat penting. Penggunan waktu secara cermat akan meningkatkan kinerja menjadi lebih baik. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi

BAB I PENDAHULUAN. kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri baik industri produk maupun jasa, kualitas adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Menentukan Tema PT. Akebono Brake Astra Indonesia (PT. AAIJ) adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri otomotif, produk yang diproduksi disini adalah brake

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan berkembang semakin ketat. Masing masing

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan berkembang semakin ketat. Masing masing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan berkembang semakin ketat. Masing masing perusahaan berupaya untuk menguasai pangsa pasar sebesar-besarnya guna memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lean dan Six sigma merupakan dua metodologi perbaikan yang berbeda satu sama lain dalam hal target, fokus maupun metode yang digunakan. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L1 LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L2 LAMPIRAN 2 Struktur Organisasi L3 LAMPIRAN 3 FOTO PROSES PRODUKSI DAN INSPEKSI 1. First process pemotongan awal material 2. Second process pengeboran diameter luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kearah yang lebih baik dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. kearah yang lebih baik dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimasa sekarang ini perindustrian di Indonesia sudah semakin berkembang kearah yang lebih baik dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin mutakhir, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data Untuk mempermudah identifikasi masalah, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dan digunakan sebagai latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Dharma Polimetal merupakan perusahaan manufaktur yang didirikan pada tanggal 27 maret 1989 yang didukung oleh afiliasi perusahaan dengan komitmen untuk selalu menjadi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pemilihan Produk Pada penulisan Tugas Akhir ini penulis memilih meneliti Botol Citra Lasting White 250 ml. Botol Citra 250 ml merupakan botol yang berisikan cairan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA

PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA Sukma Prayisno qtink_uma_sukma@yahoo.co.id (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK Pengendalian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan zaman merubah cara pandang konsumen dalam memilih sebuah produk yang diinginkan. Kualitas menjadi sangat penting dalam memilih produk di samping

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE 41166 PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Disusun Oleh: Juli Evelina/33412985 Pembimbing: Dr. Ir. Rakhma Oktavina,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Latar Belakang Perusahaan Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia (Pro Tec) merupakan perusahaan perakit komponen-komponen untuk perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia antara lain adalah produk yang mereka produksi selalu tidak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia antara lain adalah produk yang mereka produksi selalu tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa masalah yang biasa dihadapi oleh sebagian industri manufaktur di Indonesia antara lain adalah produk yang mereka produksi selalu tidak sempurna atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat. Kemudian, penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Langkah langkah

Lebih terperinci

BAB 4 Analisis Data. Grafik 4-1 : Jumlah produksi selama periode Januari~Desember 2006.

BAB 4 Analisis Data. Grafik 4-1 : Jumlah produksi selama periode Januari~Desember 2006. BAB 4 Analisis Data 4.1. Pengumpulan data 4.1.1. Data produksi bulanan Adapun jumlah produksi selama periode tahun 2006 adalah sebagai berikut : 5000000 4500000 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kami menggunakan lima tahap utama dalam menerapkan konsep Six Sigma pada PT. Jaticy Jayasuba (JJ) yaitu Define, Measure, Analyze, Improve dan Control. Tahap - tahap utama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Berdirinya CV. Asoka Sukses Makmur CV. Asoka Sukses Makmur berlokasi di Jl. Raya Puri Kembangan no.1, Jakarta Barat.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Kasus tugas besar pengendalian kualitas adalah untuk menguji kualitas dan melihat seberapa besar kecacatan produksi shockbreaker yang dihasilkan oleh PT.Akri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan dalam hal untuk meningkatkan produktivitasnya harus mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses yang terkendali agar dapat memberikan output yang sesuai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Material dan Bahan Baku Material merupakan bagian yang penting dalam kegiatan produksi yang sedang berlangsung. Material yang digunakan oleh PT. Braja Mukti Cakra dalam

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG Perencanaan Perbaikan Kualitas Produk Shuttlecock Merk Supermen Dengan Metode Six Sigma Pada MIDO Shuttlecock Industry Tegal SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Strata Satu ( S1) Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil Data Defect Fusstrebe Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis defect yang terjadi

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA Disusun Oleh: Nama : Asep Darwis Zatnika NPM : 31412199 Kelas : 4ID05 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Pada saat ini perkembangan dunia industri Indonesia saat ini tumbuh sangat pesat. Pesatnya perkembangan membuat banyak pabrik yang berdiri, dan mengembangkan usahanya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Pengumpulan Data Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam perancangan tata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi merupakan salah satu sumber daya penting dalam manajemen modern. Banyak keputusan strategis yang bergantung kepada informasi. Sebagaimana diketahui,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini turut menyumbangan kemudahan dalam menciptakan inovasi-inovasi produk baru yang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Pabrik sepeda motor Yamaha mulai beroperasi sekitar tahun 1969, sebagai suatu usaha perakitan sepeda motor saja. Semua komponen di import dari jepang

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC)

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) Nama : Gangsar Novianto NPM : 32410950 Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006 PENGENDALIAN TINGKAT CACAT PADA WORK STATION PENJAHITAN KAIN SPRING BED DI PT. DINAMIKA INDONUSA PRIMA

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Umum Perusahaan 4.1.1 Company profil Regutered name : PT. METALSINDO PACIFIC Estabished : 20 MAY 2009 Office / Factory Addres : Jababeka Industrial estate,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dimasa perdagangan bebas pada saat ini membuat persaingan antara industri otomotif semakin sulit dalam memasarkan produknya. Pada sisi lain era perdagangan bebas telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai membaik, berdampak pula dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah industri sepeda motor.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produk yang dikatakan berkualitas adalah produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN

BAB III METODE PENULISAN 34 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penulis melakukan pengamatan dengan melakukan praktik kerja lapangan (PKL) selama 2 bulan di PT Tunas Dwipa Matra Bandar Lampung yang beralamat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dari Pengumpulan Data Untuk mempermudahkan identifikasi masalah langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data ini penulis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Define Identifikasi masalah pada Bakmi GM, yakni adanya ketidakstabilan perfect order untuk delivery service pada enam bulan terakhir, yang bervariasi antara 54% sampai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma didefinisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik, dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis kualitatif, karena analisis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

Struktur Perusahaan PT. Astra Honda Motor

Struktur Perusahaan PT. Astra Honda Motor BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Astra Honda Motor merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama awal PT. Federal Motor yang sahamnya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun 2015 Berdasarkan data produk cacat tahun 2015 yang tersaji pada bab sebelumnya, maka dibuat analisa data untuk lanjutan untuk mengetahui faktor

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini terpusat di departemen produksi 2 tempat berlangsungnya proses polishing. Dalam departemen produksi 2 terdapat empat line yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah quality improvement muncul dikarenakan persaingan telah menuntut semua organisasi dan perusahaan untuk semakin inovatif dalam memenuhi keinginan pelanggan.

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART FRONT FORK 45P DI PT. KAYABA INDONESIA FRANSISKUS XAVERIUS FREDDY TEKNIK INDUSTRI

MEMPELAJARI PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART FRONT FORK 45P DI PT. KAYABA INDONESIA FRANSISKUS XAVERIUS FREDDY TEKNIK INDUSTRI MEMPELAJARI PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART FRONT FORK 45P DI PT. KAYABA INDONESIA FRANSISKUS XAVERIUS FREDDY 36409166 TEKNIK INDUSTRI PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Bagaimanakah perencanaan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci