VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman
|
|
- Suhendra Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN 7.1. Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman Variabel terikat dalam analisis kesediaan rumahtangga menerima ganti rugi, yang digunakan adalah bersedia atau tidak bersedianya rumahtangga dalam menerima ganti rugi pemukiman. Jika rumahtangga bersedia menerima ganti rugi pemukiman maka diberi nilai satu, sedangkan jika rumahtangga tidak bersedia menerima ganti rugi pemukiman maka diberi nilai nol. Variabel bebas yang digunakan terdiri dari lima variabel, yaitu luas lahan, jumlah anggota rumahtangga, jarak ke sumber bising, tingkat pendidikan dan status kepemilikan rumah. Variabel tingkat pendidikan dan status kepemilikan rumah adalah variabel dummy. Tingkat pendidikan bernilai nol untuk lama pendidikan kurang dari sama dengan pendidikan tingkat SMP atau 9 tahun dan nilai satu untuk lama pendidikan di atas SMP atau lebih dari 9 tahun. Jika status kepemilikan rumah milik maka diberi nilai satu dan jika tidak diberi nilai nol. Hasil dari penelitian, 120 rumahtangga diminta pendapatnya mengenai kesediaan menerima ganti rugi pemukiman. Sebanyak 68 rumahtangga (56.67 persen) yang menyatakan bersedia menerima ganti rugi pemukiman dan sebanyak 52 rumahtangga (43.33 persen) menyatakan tidak bersedia menerima ganti rugi pemukiman, hal ini dapat dilihat pada Tabel 20. Alasan rumahtangga menolak ganti rugi pemukiman diantaranya adalah tanah yang mereka tempati adalah tanah warisan, selain itu beberapa rumahtangga lainnya menyatakan bahwa lokasi tempat tinggal mereka strategis dan kondisi yang telah nyaman membuat mereka enggan pindah dari lokasi ini. Hasil logit kesediaan rumahtangga bersedia menerima ganti rugi pemukiman dapat dilihat pada Tabel
2 Tabel 20. Hasil Penelitian Mengenai Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman Kesediaan Jumlah (Rumahtangga) Presentase (%) Bersedia Tidak Bersedia Model logit yang diperoleh dari hasil olahan data adalah: Li Sedia = JMLANG LUAS PDDKN JRSB SRMH Tabel 21. Hasil Logit Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman Prediktor Koefisien P-value Odds Ratio Keterangan Constant JMLANG Berpengaruh nyata * LUAS Tidak berpengaruh nyata PDDKN Berpengaruh nyata * JRSB Tidak berpengaruh nyata SRMH Berpengaruh nyata * Nyata pada taraf (α) 0,05 Looklikelihood = Test that all slopes are zero: G = , DF = 5, P-Value = Goodness-of-Fit Test Method Chi-Square DF P Keterangan Pearson Model Baik Deviance Model Baik Hosmer- Lemeshow Model Baik Keterangan : * nyata pada taraf (α) 0.05 Hasil pengolahan data menunjukan hasil statistik G sebesar dan P- value sebesar yang berarti terdapat minimal satu slope model tidak sama dengan nol atau variabel-variabel secara serentak berpengaruh terhadap peluang rumahtangga menyatakan kesediaan menerima ganti rugi pemukiman pada taraf α = Metode Pearson, Deviance,dan Hosmer-Lemeshow digunakan pada uji kebaikan model dan diperoleh nilai P-value yang lebih besar dari taraf α = 0.05, yang artinya tidak cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa model tidak cukup baik. Hasil keseluruhan pengolahan data dapat dilihat pada Lampiran 4. 67
3 Variabel yang memiliki pengaruh nyata pada model tersebut adalah: 1. Jumlah Anggota Rumahtangga Variabel jumlah anggota rumahtangga berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Variabel ini memiliki P-value 0.015, sedangkan nilai koefisien yang bernilai negatif (-) jika rumahtangga memiliki jumlah anggota rumahtangga semakin sedikit maka rumahtangga menyatakan bersedia menerima ganti rugi pemukiman. Rumahtangga yang memiliki jumlah anggota rumahtangga yang semakin banyak maka memiliki biaya yang besar yang harus dikeluarkan jika terjadi ganti rugi. Biaya-biaya yang dikeluarkan diantaranya biaya pindahan, biaya mengurus surat-surat untuk tempat tinggal baru dan biaya lainnya. Selain itu, jumlah anggota rumahtangga yang banyak akan merepotkan jika ganti rugi dilaksanakan. Nilai Odds ratio sebesar 0.65 berarti dari 100 orang yang tidak bersedia menerima ganti rugi, maka terdapat 65 orang yang bersedia menerima ganti rugi. 2. Tingkat Pendidikan Variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Variabel ini memiliki P-value 0.001, sedangkan nilai koefisien yang bernilai positif (+) jika rumahtangga memiliki tingkat pendidikan yang semakin tinggi maka rumahtangga menyatakan bersedia menerima ganti rugi pemukiman. Rumahtangga yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki pola pikir lebih baik mengenai ganti rugi, sehingga tempat tinggal mereka yang dekat dengan jalur KRL memang lebih baik diganti rugi. Nilai Odds ratio sebesar 5.44 berarti dari 544 orang yang bersedia menerima ganti rugi, maka terdapat 100 orang yang tidak bersedia menerima ganti rugi. 68
4 3. Status Kepemilikan Rumah Variabel status kepemilikan rumah berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Variabel ini memiliki P-value 0.010, sedangkan nilai koefisien yang bernilai negatif (-) jika rumahtangga status kepemilikan rumah mereka adalah milik sendiri maka menyatakan tidak bersedia menerima ganti rugi pemukiman. Hal ini dikarenakan rumahtangga yang telah memiliki rumah sendiri akan sulit untuk melepaskan rumah mereka yang telah mereka beli sebelumnya. Nilai Odds ratio sebesar 0.27 berarti dari 100 orang yang tidak bersedia menerima ganti rugi, maka terdapat 27 orang yang bersedia menerima ganti rugi pemukiman. Hasil pengolahan data yang menunjukkan variabel status kepemilikan rumah merupakan variabel yang signifikan, maka pengolahan data dapat lebih spesifik yaitu pengolahan data berdasarkan strata status kepemilikan rumah. Hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Hasil analisis logit juga memperlihatkan nilai atau kondisi potensial dan aktual dari jumlah rumahtangga yang menyatakan bersedia atau tidak bersedia menerima ganti rugi pemukiman. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Frekuensi Observasi dan Harapan Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman Keterangan Grup Total Nilai 1 Observasi Harapan Nilai 0 Observasi Harapan Kondisi potensial ditunjukan oleh nilai harapan dan kondisi aktual ditunjukan oleh nilai observasi. Perbedaan antara kondisi aktual dengan kondisi potensial jumlah rumahtangga yang bersedia atau tidak bersedia menerima ganti 69
5 rugi dapat dilihat pada tabel di atas. Seluruh rumahtangga dikelompokan menjadi 10 grup. Grup pertama dengan keadaan rumahtangga bersedia menerima ganti rugi pemukiman, terdapat dua rumahtangga secara aktual menyatakan bersedia dan terdapat 1.3 rumahtangga yang menyatakan bersedia secara potensial. Grup pertama pada keadaan rumahtangga tidak bersedia menerima ganti rugi pemukiman terdapat 10 rumahtangga secara aktual tidak bersedia dan terdapat 10.7 rumahtangga secara potensial tidak bersedia. Selisih dari kedua keadaan ini yaitu sebesar 0.7 menunjukan terdapat 0.7 rumahtangga yang diharapkan menyatakan tidak bersedia, namun pada kenyataannya (aktual) bersedia. Hal ini disebabkan karena rumahtangga menganggap ganti rugi ini adalah rencana pemerintah yang sulit untuk ditolak, selain itu ganti rugi yang sesuai membuat rumahtangga bersedia menerima ganti rugi. Secara keseluruhan, dapat diperoleh bahwa rumahtangga yang menyatakan bersedia atau tidak bersedia secara potensial sama dengan jumlah rumahtangga secara aktual. Koreksi nilai potensial (harapan) dan aktual (observasi) dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Koreksi Nilai Observasi dan Harapan Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman Observasi Harapan Koreksi Bersedia Tidak Total (%) Bersedia Tidak Total Nilai Keseluruhan Observasi Tabel 23 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan (bias) antara nilai observasi dan harapan yaitu sebesar 0.2. Adanya bias tersebut menyebabkan nilai 70
6 kebenaran rumahtangga persen yang dapat digunakan untuk menyatakan bahwa model yang dihasilkan sudah baik Estimasi Willingness to Accept (WTA) Rumahtangga Kelurahan Kebon Baru Estimasi nilai WTA dengan jarak ke sumber bising dan status kepemilikan rumah dapat dilihat pada Tabel 24. Nilai rata-rata WTA rumahtangga dengan jarak ke sumber bising (dekat) lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata WTA rumahtangga dengan jarak ke sumber bising (jauh). Nilai rata-rata WTA rumahtangga dengan status kepemilikan rumah milik lebih tinggi dibandingkan WTA rumahtangga dengan status kepemilikan rumah sewa. Tabel 24. Estimasi Nilai WTA dan Jarak ke Sumber Bising dan Status Kepemilikan Rumah Kelurahan Kebon Baru Variabel Jarak ke Sumber Bising Status Rumah Dekat Jauh Milik Sewa Rata-rata Nilai WTA (Rp/ m 2 ) Pendekatan CVM pada penelitian ini digunakan untuk menghitung besarnya ganti rugi yang diingikan oleh rumahtangga. Hasil dari penerapan CVM dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Membangun Pasar Hipotesis Setiap rumahtangga yang diwawancarai diberi informasi bahwa pemerintah kota DKI Jakarta akan memperbaiki penataan lingkungan di dekat jalur KRL Jakarta-Bogor. Penataan lingkungan ini dilakukan dengan cara membangun jalan di pinggir jalur KRL. Namun, dengan adanya rencana ini maka terdapat konsekuensi yang harus dilakukan yaitu dipindahkannya pemukiman penduduk. Pemerintah akan memberikan ganti rugi kepada penduduk atas tanah dan rumah yang digusur. Besarnya ganti rugi disesuaikan dengan Nilai 71
7 Jual Objek Pajak (NJOP) tempat tinggal penduduk sehingga rumahtangga mengetahui gambaran tentang situasi hipotetik mengenai dana ganti rugi. 2. Mendapatkan Besarnya Nilai WTA Besarnya nilai WTA (obtaining bids) didapatkan dari hasil wawancara kepada rumahtangga. Nilai WTA yang diberikan rumahtangga bervariasi mulai dari Rp hingga Rp per m 2. Hal ini disebabkan oleh perbedaan NJOP pada setiap lokasi tempat tinggal. Rumahtangga mau menerima ganti rugi jika ganti rugi yang diberikan sesuai dengan NJOP yang berlaku, rencana ini merupakan rencana pemerintah yang sulit untuk ditolak dan diharapkan akan dimanfaatkan secara baik. 3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA Dugaan nilai rataan WTA (estimating mean WTA) rumahtangga dihitung berdasarkan distribusi WTA rumahtangga. Perhitungan WTA rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 25. Dugaan nilai rataan WTA rumahtangga dari perhitungan pada tabel di atas adalah sebesar Rp per m 2 yang masih dalam selang NJOP penduduk di dekat jalur KRL. NJOP penduduk di dekat jalur KRL bervariasi yaitu mulai dari Rp hingga Rp per m 2. Tabel 25. Distribusi WTA Rumahtangga Kelurahan Kebon Baru No. Kelas WTA (Rp/m 2 Frekuensi Frekuensi Jumlah ) Relatif Kelas (Rp/m 2 ) Total
8 4. Menduga Bid Curve Berdasarkan nilai WTA rumahtangga terhadap ganti rugi yang diajukan, maka akan dibentuk kurva WTA rumahtangga. Kurva WTA ini menggambarkan hubungan antara tingkat WTA yang diinginkan oleh rumahtangga (dalam Rp/m 2 ) dengan jumlah rumahtangga yang bersedia menerima pada tingkat WTA tersebut. Berdasarkan hasil survei, maka nilai WTA dapat digolongkan menjadi 7 kelompok seperti dijelaskan pada Tabel 26 Sedangkan kurva penawaran WTA yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2. Tabel 26. Besaran Nilai Kelas dan Nilai Tengah WTA Rumahtangga Kelurahan Kebon Baru No. Kelas WTA (Rp/m 2 Nilai Tengah ) WTA (Rp) Frekuensi Kumulatif Total Gambar 2. Dugaan Kurva Tawaran WTA Rumahtangga Kelurahan Kebon Baru 73
9 Tabel 26 menunjukan jumlah kumulatif total rumahtangga yang bersedia menerima pada tingkat WTA tertentu. Nilai kumulatifnya semakin ke bawah semakin besar dilihat pada kolom kumulatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai WTA, maka semakin banyak rumahtangga yang bersedia menerima nilai WTA tertentu. Jumlah rumahtangga yang bersedia menerima ganti rugi pada tingkat WTA Rp sebanyak satu orang. Jumlah rumahtangga yang bersedia menerima ganti rugi pada tingkat WTA Rp sebanyak tujuh orang. Jumlah tujuh orang ini didapatkan dari jumlah rumahtangga yang jelas menerima ganti rugi pada tingkat WTA tersebut ditambah satu rumahtangga yang bersedia menerima ganti rugi pada tingkat WTA yang lebih rendah. Satu rumahtangga tersebut ditambahkan karena kesediaannya menerima ganti rugi pada tingkat WTA Rp , maka rumahtangga tersebut juga bersedia menerima ganti rugi pada tingkat WTA Rp Menentukan WTA Total (Agregating Data) Hasil perhitungan total WTA rumahtangga Kelurahan Kebon Baru dapat dilihat pada Tabel 27 jumlah populasi yang diambil berdasarkan jumlah KK yang berada di dekat jalur KRL. Namun untuk rata-rata luas lahan didapatkan dari rata-rata luas lahan rumahtangga pada tingkat WTA tertentu. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTA sebesar Rp Nilai ini menunjukan nilai dugaan WTP dari total populasi. 6. Evaluasi Pelaksanaan CVM Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, diperoleh nilai R 2 sebesar 42.2 persen. Nilai ini menunjukan keragaman WTA rumahtangga 42.2 persen dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model dan sisanya (57.8 persen) 74
10 dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai R 2 yang rendah disebabkan karena pengambilan sampel yang kurang baik. Penelitian yang berkaitan dengan barang-barang lingkungan dapat mentolerir nilai R 2 sampai dengan 15 persen (Hanley dan Spash, 1993 dalam Hanum, 2007). Oleh sebab itu, hasil pelaksanaan CVM pada penelitian ini masih dapat diyakini kebenarannya. Tabel 27. Total WTA Rumahtangga Kelurahan Kebon Baru No Kelas WTA (Rp/m 2 ) Nilai Tengah WTA (Rp) Frekuensi Populasi Ratarata Luas Lahan (m 2 ) Jumlah WTA (Rp) Total Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTA Rumahtangga Kelurahan Kebon Baru Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi WTA rumahtangga dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Variabel bebas terdiri dari luas lahan, lama tinggal, pengeluaran rumahtangga, tingkat pendidikan rumahtangga, status kepemilikan rumah dan jarak ke sumber bising. Sedangkan variabel terikat adalah nilai WTA rumahtangga. Hasil estimasi model WTA rumahtangga Kelurahan Kebon Baru dapat dilihat dari Tabel 28. Model yang dihasilkan dari regresi linier berganda adalah : WTA = LUAS LMTG PGLR PDDKN SRMH JRSB Hasil lengkap dari pengolahan data di atas dapat dilihat pada Lampiran 7. Nilai R 2 sebesar 42.2 persen. Nilai ini menunjukan keragaman WTA rumahtangga 75
11 Tabel 28. Hasil Estimasi Model WTA Rumahtangga Kelurahan Kebon Baru Variabel Koefisien T P C LUAS LMTG ** PGLR * PDDKN * SRMH * JRSB ** Keterangan : * nyata pada taraf (α) 0.05 ** nyata pada taraf (α) persen dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model dan sisanya (57.8 persen) dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai R 2 yang rendah disebabkan karena pengambilan sampel yang kurang baik. Penelitian yang berkaitan dengan barang-barang lingkungan dapat mentolerir nilai R 2 sampai dengan 15 persen (Hanley dan Spash, 1993). Uji F dengan P menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas secara serentak berpengaruh terhadap perubahan nilai WTA. Multikolinearitas tidak terjadi dalam estimasi model WTA karena keseluruhan nilai VIF < 10. Hasil estimasi model WTA bersifat homoskedastisitas karena galat konstan di setiap sebaran dan uji normalitas menunjukkan sebaran data normal. Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 7 (Gambar 1) dan uji kenormalan dapat dilihat pada Lampiran 7 (Gambar 2). Variabel independen yang berpengaruh pada selang kepercayaan 95% adalah : 1. Pengeluaran rumahtangga dengan P-value sebesar yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA rumahtangga dengan taraf nyata α Nilai koefisien bertanda positif (+) berarti jika rumahtangga memiliki pengeluaran rumahtangga yang semakin besar, maka nilai WTA semakin besar. Pengeluaran rumahtangga merupakan bayangan dari 76
12 pendapatan rumahtangga yang nilainya lebih akurat dibandingkan pendapatan, pengeluaran rumahtangga merupakan salah satu faktor yang menunjukan tingkat perekonomian suatu rumahtangga, sehingga semakin besar pengeluaran rumahtangga, maka rumahtangga tersebut menginginkan nilai WTA yang lebih besar. 2. Tingkat pendidikan dengan P-value sebesar yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA rumahtangga dengan taraf nyata α = Nilai koefisien bertanda positif (+) berarti jika rumahtangga memiliki tingkat pendidikan yang semakin tinggi, maka nilai WTA akan semakin besar. Semakin tinggi pendidikan, maka semakin tinggi pola pikir seseorang dalam menentukan besarnya nilai WTA. 3. Status kepemilikan rumah dengan P-value sebesar yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA rumahtangga dengan taraf nyata α = Nilai koefisien bertanda positif (+) berarti jika rumahtangga memiliki rumah dengan status milik sendiri, maka nilai WTA akan semakin besar. Rumahtangga yang telah memiliki rumah dengan status kepemilikan rumah milik memiliki nilai WTA semakin tinggi karena banyaknya biaya yang telah dikeluarkan untuk memiliki rumah tersebut. Hasil pengolahan data yang menunjukkan variabel status kepemilikan rumah merupakan variabel yang signifikan, maka pengolahan data dapat lebih spesifik yaitu pengolahan data berdasarkan strata status kepemilikan rumah. Hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Variabel independen yang berpengaruh pada selang kepercayaan 90% adalah: 77
13 1. Lama tinggal dengan P-Value sebesar yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA rumahtangga dengan taraf nyata α = Nilai koefisien bertanda negatif (-) berarti jika rumahtangga yang memiliki lama tinggal yang lebih lama, maka nilai WTA akan semakin kecil. Rumahtangga yang telah lama tinggal di pemukiman ini kurang mengetahui perkembangan nilai NJOP sehingga nilai WTA semakin kecil. 2. Jarak ke sumber bising dengan P-value sebesar yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA rumahtangga dengan taraf nyata α = Nilai koefisien bertanda positif (+) berarti jika rumahtangga tinggal semakin jauh ke sumber bising, maka nilai WTA akan semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin jauh jarak rumah ke sumber bising, maka tingkat risiko semakin kecil sehingga nilai WTA yang diberikan lebih besar dibandingkan rumahtangga yang memiliki rumah lebih dekat dengan sumber bising. Hasil pengolahan data yang menunjukkan variabel jarak ke sumber bising merupakan variabel yang signifikan, maka pengolahan data dapat lebih spesifik yaitu pengolahan data berdasarkan strata jarak ke sumber bising. Hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Kebijakan Ekonomi Sosial Lingkungan Pemukiman di Dekat Jalur KRL Pengelolaan lingkungan di Indonesia khususnya di Jakarta memang belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pemukiman yang padat baik di lahan milik penduduk sendiri atau lahan milik pemerintah. Pemukiman padat ini sebagian terletak pada wilayah yang kurang baik untuk dijadikan pemukiman, yaitu salah satunya pemukiman di dekat jalur KRL. Kenyataannya memang pemukiman lebih dulu dibangun dibandingkan jalur KRL yaitu sebelum 78
14 peresmian jalur KRL. Peresmian elektrifikasi jalur KRL ini bersamaan dengan hari ulang tahun ke 50 Staats Spoorwegen (perusahaan kereta api milik Belanda), sekaligus juga peresmian stasiun Tanjung Priuk yang baru yaitu pada 6 April Elektrifikasi jalur KRL yang mengelilingi kota Batavia (Jakarta) selesai pada 1 Mei Elektrifikasi tahap selanjutnya dilakukan pada jalur KRL rute Batavia (Jakarta Kota)-Buitenzorg (Bogor) dan mulai dioperasionalkan pada tahun Jalur kereta listrik di Batavia ini menandai dibukanya sistem angkutan umum massal yang ramah lingkungan, yang merupakan salah satu sistem transportasi paling maju di Asia pada zamannya. Kereta listrik pada masa itu telah menjadi andalan para penglaju (commuter) untuk bepergian, terutama bagi para penglaju yang bertempat tinggal di Bogor dan bekerja di Jakarta Kondisi pemukiman yang telah lama berdiri ini, memang sulit untuk dilaksanakan ganti rugi. Hal ini dikarenakan lamanya jarak waktu dari adanya jalur KRL hingga saat ini. Rencana pemerintah untuk mengganti rugi yang sudah lama terdengar namun masih ditutup-tutupi dan terkesan mengulur-ulur waktu membuat masyarakat terkadang resah dan merasa dipermainkan. Sebagian dari masyarakat bersedia menerima jika ada rencana ganti rugi dengan syarat pemerintah sungguh-sungguh melaksanakan rencana ini dan bersedia memberikan ganti rugi yang sesuai sehingga kedua belah pihak yaitu masyarakat dan pemerintah masing-masing merasa diuntungkan. Namun, sebagian masyarakat lainnya mengharapkan ganti rugi tidak dilaksanakan, mereka hanya ingin adanya perbaikan kondisi perbatasan jalur KRL dengan pemukiman diantarannya, adanya tembok atau tanaman seperti pohon-pohon sebagai pengurang risiko kecelakaan dan kebisingan. Hal ini dikarenakan pembatas yang terbuat dari besi telah banyak yang rusak sehingga terkadang terjadi kecelakaan karena masyarakat yang 79
15 menyeberang tidak pada tempatnya. Selain itu, kebersihan juga menjadi permasalahan penting yang terjadi, para penumpang KRL sering membuang sampah sembarangan yaitu, dengan membuangnya saat kereta sedang berjalan melalui jendela atau pintu kereta sehingga membuat perbatasan jalur KRL dan pemukiman menjadi kotor. Kriminalitas juga terkadang terjadi salah satunya adalah penumpang kereta yang sebagian besar pelajar kerap kali melempar batu ke arah pemukiman penduduk, sehingga membuat masyarakat geram. Oleh sebab itu, kebijakan ganti rugi sebaiknya secepatnya dilaksanakan oleh pemerintah dengan cara yang tidak merugikan salah satu pihak dan berjalan dengan damai karena pada kenyataannya banyak rencana ganti rugi yang berjalan dengan kekerasan dan tindak kriminal. Hal ini tentunya tidak pernah diharapkan terjadi baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Rencana ini tidak hanya diterapkan pada wilayah pemukiman dekat jalur KRL tetapi juga wilayah yang tidak baik untuk dijadikan pemukiman sehingga akan tercipta tata lingkungan yang baik yang tidak membahayakan dan memberikan kenyamanan bagi kehidupan masyarakat. 80
VI. ANALISIS PERSEPSI RUMAHTANGGA TERHADAP KONDISI KELAYAKAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DI DEKAT JALUR KRL
VI. ANALISIS PERSEPSI RUMAHTANGGA TERHADAP KONDISI KELAYAKAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DI DEKAT JALUR 6.1. Persepsi Rumahtangga terhadap Tata Lingkungan di Dekat Jalur Penataan lingkungan yang dimaksud
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di pemukiman penduduk di dekat jalur KRL di
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di pemukiman penduduk di dekat jalur KRL di Kelurahan Kebon Baru, Jakarta Selatan. Pemilihan dilakukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemukiman sering menjadi masalah bagi setiap individu karena individu membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan pemberi ketentraman hidup.
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB Wisata merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bermanfaat, selain bisa menghilangkan rasa jenuh juga dapat menjadi sumber
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Negatif yang Timbul dari Pencemaran Sungai Musi Akibat Kegiatan Industri Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh
Lebih terperincimg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan
mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan oleh perusahaan sebelum adanya upaya dalam proses pengolahan air limbah. Hal ini berarti tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat.
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, yaitu sepanjang daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Pengambilan
Lebih terperinciVII. HASIL DAN PEMBAHASAN
VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1. Analisis Kesediaan Membayar Responden Analisis kesediaan membayar dilakukan untuk mengetahui apakah responden bersedia atau tidak membayar daripada paket-paket wisata yang
Lebih terperinciperembesan zat pencemar dari limbah yang berasal dari aktivitas domestik.
VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENDUDUK UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN PENCEGAHAN AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH Pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi di Kota Bekasi mengakibatkan
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept merupakan salah satu bagian dari metode CVM dan akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) karena masyarakat dan instansi di daerah
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda dan Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu:
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness to Pay (WTP) Pengguna Jalan Unsur-unsur yang mempengaruhi besarnya nilai WTP
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai
Lebih terperinciANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method
VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method Teknik CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang ditanya
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang terletak di kota Palembang Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan
Lebih terperinciGANTI RUGI PEMUKIMAN PENDUDUK DI DEKAT JALUR KERETA REL LISTRIK DI KELURAHAN KEBON BARU JAKARTA SELATAN: PENDEKATAN WILLINGNESS TO ACCEPT
GANTI RUGI PEMUKIMAN PENDUDUK DI DEKAT JALUR KERETA REL LISTRIK DI KELURAHAN KEBON BARU JAKARTA SELATAN: PENDEKATAN WILLINGNESS TO ACCEPT RAHMI FITRIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS
Lebih terperinciII. METODE PENELITIAN
19 II. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor. Pemilihan wilayah dilakukan dengan pertimbangan wilayah tersebut memiliki jumlah angkutan umum kota
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciVII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY
VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY 7.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian KUR Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
36 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Angkutan Barang (Mobil Pick Up) yang Berbahan Bakar Premium di Jakarta dan Bogor Angkutan darat, udara dan laut memiliki kelebihan dan kekurangan dalam melakukan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah:
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kawasan
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
30 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden Jasa Transportasi Angkutan Umum Kota (Angkot) yang Berbahan Bakar Premium di Kota Bogor Jasa transportasi angkutan umum kota ini digunakan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai
Lebih terperinciVI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO
VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO Faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi pengembalian KUR Mikro adalah usia, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Uji Ketepatan Klasifikasi Uji ketepatan klasifikasi menunjukkan ketepatan prediksi dari model regresi dalam memprediksi peluang willingness to pay responden
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah
Lebih terperinciVI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK
VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK Penelitian ini menggunakan analisis Regresi Logistik atau yang disebut model LOGIT untuk mengidentifikasi atribut-atribut
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Kausalitas Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Validiatas Uji validitas dilakukan untuk mengukur apa yang akan diukur melalui suatu kelayakan instrumen. Menurut Sugiyono dalam Suparman (2015)instrumen
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
IV METODE PENELITIAN 4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Riau dan pemukiman sekitar bandar udara yaitu Kelurahan Maharatu, Kelurahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
31 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pengunjung wisata Kraton Ratu Boko di Kabupaten Sleman. B. Lokasi Penelitian Ratu Boko. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data A.1. Analisis Deskriptif 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian Demografi responden terdiri dari Jenis Kelamin. Usia, Tingkat Pendidikan, Jumlah
Lebih terperinciVI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN
VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN Penelitian ini menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan pada 130 karyawan bagian produksi, di
BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Karakteristik Responden Pengumpulan data dilakukan pada 13 karyawan bagian produksi, di PT Indo C. Data yang diperoleh menunjukkan adanya karakteristik responden sebagai
Lebih terperinciPancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.
sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi
Lebih terperinciMAKALAH REGRESI LOGISTIK DAN REGRESI DENGAN VARIABLE DUMMY
MAKALAH REGRESI LOGISTIK DAN REGRESI DENGAN VARIABLE DUMMY KELOMPOK : Karlina Siti Faresha 135020200111071 Rezky Ridhowati 135020200111074 Pahriyatul Ummah 135020201111002 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang berada pada posisi geografis 101 o 14-101 o 34 Bujur Timur dan 0 o 25-0 o 45 Lintang Utara.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) pertimbangan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga Intermediasi, bank memiliki
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Variabel Penelitian Berdasarkan hasil penelitian tentang Willingness To Pay pengunjung Umbul Ponggok didapatkan hasil berikut ini : 1. Uji Klasifikasi Model
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Lokasi penelitian dilakukan di sekitar Bogor, bagi pemilik dan pengendara mobil pribadi. Lokasi yang aksidental berada di sekitar kampus IPB, Indraprasta
Lebih terperinciANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK
LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK Latar Belakang Katarak Indonesia Klinik
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Pada bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul yaitu data dari Dana Perimbangan dan Belanja Modal Provinsi Jawa Timur,
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Serambi Botani yang berlokasi di lantai dasar GF 14-15 mall Botani Square, Jalan Raya Padjajaran, Bogor. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciV. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
V. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Penelitian ini menggunakan model regressi logistik ordinal untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel. Sumber : data primer diolah (Lampiran 1)
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas Usia JAK Edu Income Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel Usia JAK Edu Income Pearson Correlation 1 0.202* -0.365** 0.56 Sig. (2-tailed)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal berguna untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Depok Jawa Barat. Depok sebagai penyangga DKI Jakarta dihuni oleh masyarakat yang sangat heterogen dengan tingkat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Pasirwangi. Namun, pengelolaan usahatani kentang di daerah ini banyak memanfaatkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sakit At-Turrots Al-Islamy, PKU Muhammadiyah Gamping, Puskesmas
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek yang dilakukan pada penelitian ini adalah peserta BPJS kelas II yang berada di Kabupaten Sleman. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat
Lebih terperinciBAB VII NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG
BAB VII NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG 7. 1. Nilai Ekonomi Total Tumbuhan Sowang Kelestarian dari keberadaan Tumbuhan Sowang di kawasan Pegunungan Cycloops ini perlu dijaga nilainya. Nilai ekonomi dari
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Perumahan Kota Bogor tepatnya di
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Perumahan Kota Bogor tepatnya di perumahan Bogor Raya Permai, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden 6.1.1 Penilaian Responden terhadap Kebersihan Desa Galuga Lingkungan
Lebih terperinciKorelasi Linier Berganda
Korelasi Linier Berganda Analisa Korelasi Untuk mengukur "seberapa kuat" atau "derajat kedekatan yang terjadi antar variabel. Ingin mengetahui derajat kekuatan tersebut yang dinyatakan dalam koefisien
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data ini dikumpulkan dari berbagai sumber, antara lain data Survey Demografi dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA ANGKUTAN TRANSPORTASI KRL EKONOMI JURUSAN DEPOK - JAKARTA NOVIA TRI UTAMI
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA ANGKUTAN TRANSPORTASI KRL EKONOMI JURUSAN DEPOK - JAKARTA NOVIA TRI UTAMI 16209419 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciGambar 4.1 Lokasi Penelitian
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Objek data penelitian ini dilakukan pada suatu ruas Jalan Margo Utomo Kota Yogyakarta. Letak geografis Kota Ygyakarta berada pada 7º 15 24 LS - 7º 49 26 LS
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut hasil
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN IV.
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Lalabata Rilau. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai populasi dan proses pengumpulan data untuk kepentingan analisis data penelitian. Penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Peran jenis dan sumber data sangat penting yaitu untuk melanjutkan dan memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian. 1. Jenis Data Dalam penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari
34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap Salah satu aspek yang digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha adalah menganalisis aspek
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam
48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat
III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito (3 Bulan) Dan Kredit Macet (NPL) Terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Di
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga
53 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga Analisis ini dilakukan dengan memasukkan variabel-variabel independen yang diduga memengaruhi variabel dependen (tabungan
Lebih terperinciVI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA
VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Data dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Belajar 1. Pengertian Keberhasilan Belajar Dalam kamus besar bahasa Indonesia, keberhasilan itu sendiri adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciLampiran 1. Kuisioner Survei Konsumen Ritel Modern. Kuisioner Survei Konsumen Ritel Modern. A. Karakteristik Konsumen. 1. Nama :...
LAMPIRAN 80 Lampiran 1. Kuisioner Survei Konsumen Ritel Modern Kuisioner Survei Konsumen Ritel Modern Responden Yth, Saya, Firdaus Sinulingga (A 14104671), Mahasiswa Program Sarjana Ekstensi, Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan transportasi merupakan hal yang tidak pernah lepas dari kehidupan masyarakat di Indonesia, transportasi berguna untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, pendidikan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6. 1 Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan 6. 1. 1 Jenis Kelamin Responden berdasarkan jenis kelamin lebih didominasi oleh laki-laki sebanyak 25 orang (62,5
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik 1. Uji Klasifikasi Model Uji klasifikasi model dapat menunjukkan kekuatan atau ketepatan prediksi dari model regresi untuk mempredikasi tingkat nilai willingness
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Dalam suatu penelitian, setelah menetapkan metodologi penelitian maka akan dilakukan analisis data, model, dan pengujian asumsi-asumsi klasik. Setelah prosesproses tadi
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Instrumen dan Data 1. Uji Validitas Salah satu usaha peneliti guna mendapatkan hasil yang akurat dan juga dapat diandalkan sebagai informasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT. KAI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah PT. KAI Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jum'at tanggal 17 Juni
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data
47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Ekses Likuiditas dan empat variabel
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time
44 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series periode 2001-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B a b I V H a s i l P e n e l i t i a n d a n P e m b a h a s a n 148 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Besarnya pengaruh kualitas pelayanan fiskus dan ketegasan sanksi pajak dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari faktor-faktor ekonomi makro seperti Interest Rate dan Foreign Exchange Rate selain itu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012 sampai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut merupakan Statistik Deskriptif variabel dependen dan variabel. Tabel 4.1
46 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Berikut merupakan Statistik Deskriptif variabel dependen dan variabel independen. Tabel 4.1 Sumber : output SPSS Dari tabel diatas dapat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 POPULASI DAN SAMPEL Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan)/individuindividu) yang karakteristiknya hendak diduga (Subagyo dan Djarwanto, 2012: 93).
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan analisis regresi sederhana, dan perhitungannya menggunakan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. untuk menjawab tujuan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis.
26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan cakupan makna yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian berdasarkan data yang diperoleh
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi
III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Menurut Drs. H. M. N. Nasution, M. S. Tr. (1996) transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau
Lebih terperinci