VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Terdapat tujuh variabel penjelas (independen) yang diduga akan mempengaruhi besarnya nilai WTP (variabel dependen), yaitu keinginan untuk memperbaiki kualitas udara (KMU), tingkat pendidikan (TP), rata-rata pengeluaran untuk bahan bakar (PB), tingkat pendapatan (PD), jmlah tanggungan (JT), jenis pekerjaan (JP), dan durasi terkena kemacetan (DR). Analisis regresi linier berganda meliputi pengujian hipotesis untuk mengetahui berapa besar dan nyata pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap besarnya nilai WTP. Hasil analisis nilai WTP responden dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisis Nilai WTP Responden Pengguna Jalan Jenderal Sudirman Variabel Koefisien T Sig Keterangan Constant 6319,334 1,532,129 (-) KMU 9,044,007,994 Tidak Berpengaruh Nyata TP 3502,699 2,646,010 Berpengaruh Nyata* PB -,003-2,357,021 Berpengaruh Nyata* PD,001 3,416,001 Berpengaruh Nyata* JT -304,421 -,675,502 Tidak Berpengaruh Nyata JP 1285,909,892,375 Tidak Berpengaruh Nyata DR 157,797 7,369,000 Berpengaruh Nyata** R 2 62,5% F-Statistik 21,921 0,000 Sumber : Data Primer setelah diolah (2011) Keterangan : ** Pada taraf kepercayaan 99 persen * Pada taraf kepercayaan 95 persen Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diketahui bahwa model yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai R 2 sebesar 62,5%. Nilai tersebut menjelaskan bahwa keragaman nilai WTP 70

2 responden dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penjelas dalam model sebesar 62,5% sedangkan sisanya sebesar 37,5% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model. Fungsi besarnya nilai WTP responden yang dihasilkan dari analisis regresi linier berganda ditunjukkan oleh model sebagai berikut : WTP = 6.319, ,699 TP 0,003 PB + 0,001 PD + 157,797 DR Berdasarkan model tersebut diketahui bahwa variabel-variabel penjelas yang berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP responden adalah sebagai berikut : 1) Tingkat pendidikan Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai Sig sebesar 0,010 menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan responden signifikan pada taraf kepercayaan (α) 5%. Nilai koefisien pada variabel ini bertanda positif yaitu sebesar 3.502,699. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu level tingkat pendidikan maka diduga nilai WTP responden akan meningkat sebesar Rp 3.502,699. Hal ini karena responden yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih menghargai waktu dan memiliki kesadaran akan pentingnya waktu sehingga lebih cenderung ingin membayar lebih tinggi agar jalan yang dilalui lancar. Selain itu responden yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki kesadaran terhadap lingkungan yang tinggi sehingga lebih mengetahui pentingnya menjaga lingkungan agar terbebas dari polusi yang membahayakan bagi kesehatan sehingga untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang lebih baik diperlukan peran aktif dan partisipasi pengguna jalan dengan memberikan kesediaan membayar lebih tinggi untuk mencapai tujuan transportasi berkelanjutan 71

3 yang dapat mengurangi kemacetan dan menciptakan kualitas udara yang lebih baik di kota Jakarta. 2) Rata-rata pengeluaran untuk bahan bakar Variabel rata-rata pengeluaran untuk bahan bakar memiliki nilai Sig sebesar 0,021 menunjukkan bahwa variabel rata-rata pengeluaran untuk bahan bakar responden signifikan pada taraf kepercayaan (α) 5%. Nilai koefisien pada variabel ini bertanda negatif yaitu sebesar 0,003. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan pengeluaran bahan bakar sebesar satu juta rupiah maka diduga nilai WTP responden akan menurun sebesar Rp Hal ini karena peningkatan pengeluaran responden akan mengurangi alokasi dana WTP responden akibat adanya penambahan pengeluaran untuk membeli bahan bakar. 3) Tingkat pendapatan Variabel tingkat pendapatan memiliki nilai Sig sebesar 0,001 menunjukkan bahwa variabel tingkat pendapatan responden signifikan pada taraf kepercayaan (α) 5%. Nilai koefisien pada variabel ini bertanda positif yaitu sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan tingkat pendapatan sebesar satu juta rupiah maka diduga nilai WTP responden akan meningkat sebesar Rp Hal ini karena responden yang memiliki pendapatan lebih tinggi akan bersedia membayar lebih besar untuk ikut serta dalam upaya perbaikan lingkungan sehingga dapat memperoleh kondisi lingkungan yang lebih nyaman dengan kualitas udara yang lebih baik. 72

4 4) Durasi terkena kemacetan Variabel durasi terkena kemacetan memiliki nilai Sig sebesar 0,000 menunjukkan bahwa variabel tersebut signifikan pada taraf kepercayaan (α) 1%. Nilai koefisien pada variabel ini bertanda positif yaitu sebesar 157,797. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan durasi terkena kemacetan sebesar satu menit maka diduga nilai WTP responden akan meningkat sebesar Rp 157,797. Hal ini karena semakin lama responden terkena kemacetan maka responden akan bersedia membayar lebih besar agar dapat mengurangi kemacetan dan menciptakan kualitas udara yang lebih baik. Variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP responden adalah keinginan untuk memperbaiki kualitas udara, jumlah tanggungan, dan jenis pekerjaan. Variabel keinginan untuk memperbaiki kualitas udara, jumlah tanggungan, dan jenis pekerjaan tidak berpengaruh nyata karena masing-masing memiliki nilai Sig yang lebih besar dari taraf kepercayaan (α) 20%, yaitu sebesar 0,994, 0,502, dan 0,375. Variabel keinginan untuk memperbaiki kualitas udara tidak berpengaruh nyata karena responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah para pengguna jalan yang menggunakan mobil pribadi, sehingga secara ekonomi mereka dapat dikatakan mampu dan lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan ber-ac seperti di dalam kendaraan, di kantor maupun di rumah sehingga suhu udara yang lebih tinggi tidak terlalu berpengaruh bagi mereka. Variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata karena responden rata-rata memiliki penghasilan yang besar sehingga banyak atau sedikitnya jumlah tanggungan tidak berpengaruh terhadap besarnya nilai WTP. Variabel jenis pekerjaan tidak berpengaruh nyata karena 73

5 responden dengan pekerjaan yang mengharuskannya menggunakan kendaraan belum tentu memiliki nilai WTP yang lebih besar dibandingkan dengan responden yang pekerjaannya tidak mengharuskan untuk menggunakan kendaraan. Pengujian parameter dalam analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen yang dapat diketahui dengan uji statistik t (parsial) dan uji statistik F (simultan). Hasil uji statistik t dan uji statistik F dapat dilihat dalam Tabel 5. 1) Uji Statistik t Pengaruh parsial setiap variabel independen dapat diketahui dengan melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing variabel independen tersebut. Jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya. Namun, apabila telah diketaui nilai Sig dari hasil analisis regresi berganda maka untuk mengetahui apakah variabel tersebut nyata atau tidaknya dengan melihat dari nilai Sig yang harus lebih kecil dari nilai α. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa empat variabel penjelas berpengaruh nyata dan tiga variabel tidak berpengaruh nyata karena nilai Sig yang lebih besar dari nilai α. Variabel tingkat pendidikan, rata-rata pengeluaran untuk bahan bakar, dan tingkat pendapatan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 5%, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, rata-rata pengeluaran untuk bahan bakar, dan tingkat pendapatan responden 95% secara parsial berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden. Variabel durasi terkena kemacetan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 1%, menunjukkan bahwa lamanya durasi terkena kemacetan 99% secara parsial berpengaruh nyata 74

6 terhadap nilai WTP responden. Variabel keinginan untuk memperbaiki kualitas udara, jumlah tanggungan, dan jenis pekerjaan secara parsial tidak berpengaruh nyata karena nilai Sig ketiga variabel tersebut lebih besar dari taraf kepercayaan (α) 15%. 2) Uji Statistik F Uji statistik F merupakan pengujian model regresi secara keseluruhan, dimana semua koefisien yang terlibat secara simultan memberikan pengaruh nyata terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda yang dapat dilihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 21,921 dengan nilai Sig sebesar 0,000 menunjukkan bahwa variabelvariabel penjelas dalam model secara bersama-sama (simultan) berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf (α) 15%. 3) Uji Multikolinear Berdasarkan hasil anlisis regresi linier berganda tidak ditemukan adanya pelanggaran asumsi regresi multikolinearitas. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel independennya. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. Nilai masing-masing variabel independen pada model memiliki nilai kurang dari 10 untuk semua variabel sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas dalam model. 4) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas dapat dilihat dari hasil Uji Levene. Jika nilai Sig lebih besar dari nilai α maka model tersebut homogen atau tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model. Berdasarkan Uji Levene diperoleh bahwa 75

7 nilai Sig sebesar 0,563 lebih besar dari nilai α=5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang dihasilkan tidak terdapat heteroskedastisitas. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukan bahwa model yang dihasilkan baik dan tidak terdapat pelanggaran asumsi regresi linier berganda yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Estimasi Model Regresi Linier Berganda yang Menunjukkan Tidak Adanya Pelanggaran Asumsi dalam Model Variabel Constant KMU TP PB PD JT JP DR VIF - 1,534 1,867 1,339 1,633 1,394 1,492 1,369 Uji Levene F df1 df2 Sig 0, ,563 Sumber : Data Primer setelah diolah (2011) 6.2. Estimasi Nilai WTP Pengguna Jalan untuk Menentukan Besarnya Nilai ERP Nilai WTP responden terhadap upaya pengurangan polusi dan perbaikan kualitas udara melalui kebijakan Electronic Road Pricing (ERP) diestimasi dengan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) melalui survei langsung terhadap masyarakat pengguna jalan. Hasil pelaksanaan CVM adalah sebagai berikut : 1) Membangun Pasar Hipotetik Responden diberikan situasi hipotetik yang menggambarkan kondisi lingkungan DKI Jakarta yang mengalami penurunan akibat peningkatan polusi udara dan kemacetan yang semakin parah sehingga menimbulkan berbagai masalah yang erat kaitannya dengan sektor lingkungan, sosial, dan ekonomi sehingga akan diberlakukan suatu kebijakan dalam hal manajemen 76

8 transportasi darat untuk mengatasi kemacetan, inefisiensi BBM, dan mengurangi polusi, yaitu kebijakan ERP dengan pengaplikasian instrumen ekonomi berupa road pricing atau pengenaan biaya secara langsung terhadap pengguna jalan karena melewati ruas jalan tertentu untuk mengendalikan laju penggunaan kendaraan pribadi sehingga tercapai tujuan transportasi berkelanjutan yang dapat mengurangi kemacetan dan menciptakan kualitas udara yang lebih baik di kota Jakarta. Dengan demikian, responden memperoleh gambaran tentang situasi hipotetik yang dibangun dalam upaya mengurangi polusi. 2) Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Penawaran mengenai besarnya nilai WTP diperoleh melalui survei dengan wawancara langsung. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan nilai penawaran adalah bidding game atau metode tawarmenawar dimana responden ditawarkan sebuah nilai tawaran yang dimulai dari nilai terkecil hingga nilai terbesar sehingga mencapai nilai WTP maksimum yang sanggup dibayarkan responden. Teknik ini dilakukan dengan menanyakan kepada responden apakah bersedia membayar sejumlah uang tertentu dengan nilai titik awal (starting point) sebesar Rp Nilai starting point tersebut diperoleh berdasarkan nilai rata-rata pengguna jalan untuk membayar jockey 3 in 1. Jika responden bersedia membayar sebesar nilai starting point maka besarnya nilai yang ditawarkan dinaikkan sampai ke tingkat maksimum yang bersedia dibayarkan oleh responden. Nilai maksimum tersebut menjadi nilai WTP responden. 77

9 3) Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP Dugaan nilai rata-rata WTP responden diperoleh berdasarkan data distribusi WTP responden dan menggunakan rumus. Distribusi nilai WTP responden dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Distribusi Nilai WTP Responden No Kelas WTP Frekuensi Frekuensi Relatif Jumlah , , , , , , Total Sumber : Data Primer setelah diolah (2011) Kelas WTP responden diperoleh dengan menentukan nilai terkecil sampai nilai terbesar WTP yang bersedia dibayarkan oleh responden. Berdasarkan Tabel 7 besarnya nilai WTP responden mulai dari Rp Rp Hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai rata-rata WTP (EWTP) sebesar Rp Nilai rata-rata WTP responden tersebut dapat dijadikan acuan dalam penetapan tarif dalam kebijakan Electronic Road Pricing (ERP) sehingga tujuan untuk mengendalikan laju penggunaan kendaraan pribadi sebagai penyebab kemacetan lalu lintas, inefisiensi energi, dan peningkatan polusi dapat tercapai. 4) Memperkirakan kurva WTP Pendugaan kurva WTP respoden dapat dilakukan dengan menggunakan jumlah kumulatif dari jumlah responden yang menjawab suatu nilai WTP. Asumsinya adalah individu yang bersedia membayar suatu nilai WTP tertentu maka akan bersedia pula membayar suatu nilai WTP yang lebih 78

10 kecil. Kurva yang menggambarkan penawaran WTP dapat dilihat pada Gambar 11. Sumber : Data Primer setelah diolah (2011) Gambar 11. Kurva Penawaran WTP 5) Menjumlahkan Data untuk Menentukan Total WTP Nilai total (TWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden dan dengan menggunakan rumus. Nilai WTP pada setiap kelas dikalikan dengan frekuensi relatif (n i /N) kemudian dikalikan dengan populasi dari tiap kelas WTP. Selanjutnya hasil perkalian tersebut dijumlahkan sehingga didapatkan total WTP (TWTP) responden. Hasil perhitungan total WTP dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Total WTP Masyarakat Pengguna Jalan Jenderal Sudirman Kelas Frekuensi No Frekuensi Populasi Jumlah WTP WTP Relatif , , , , , , Total Sumber : Data Primer setelah diolah (2011) 79

11 Berdasarkan perhitungan pada Tabel 8 diperoleh bahwa nilai total WTP responden pengguna Jalan Jenderal Sudirman sebesar Rp /tahun, dimana populasinya merupakan jumlah kendaraan yang memasuki wilayah Sudirman yang didasarkan pada data volume lalu lintas Jalan Sudirman arah Blok M dan Semanggi yang diperoleh dari Dinas Perhubungan (untuk peak pagi dan peak sore) dan data primer (untuk peak siang). Kendaraan yang digunakan untuk perhitungan merupakan kendaraan berat meliputi truk dan kendaraan ringan meliputi mobil pribadi dengan asumsi bahwa : 1) ERP berlaku mulai pukul , 2) ERP berlaku pada hari aktif yaitu Senin-Jumat, dan 3) survei kendaraan dilakukan pada saat jam diberlakukannya 3 in 1 dan pada saat 3 in 1 tidak berlaku. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan diperoleh bahwa total volume lalu lintas Jalan Sudirman untuk peak pagi sebesar kendaraan dan untuk peak sore sebesar kendaraan. Berdasarkan data primer diperoleh bahwa total kendaraan yang memasuki wilayah Sudirman pada peak siang sebesar kendaraan, sehingga perkiraan total kendaraan yang memasuki wilayah Sudirman per harinya sebesar unit kendaraan. Jumlah kendaraan yang memasuki wilayah Sudirman per tahun diperoleh dengan mengalikan jumlah kendaraan per hari dengan hari aktif, yaitu Senin-Jumat (1 tahun = 230 hari aktif). Dengan demikian, perkiraan total kendaraan yang memasuki wilayah Sudirman per tahun sebesar unit kendaraan. Nilai total WTP ini menggambarkan kesediaan pengguna jalan untuk membayar dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan standar yang diinginkan yaitu pengurangan 80

12 polusi udara, kemacetan, dan efisiensi energi. Namun, nilai total WTP tersebut tidak dapat dijadikan acuan karena nilainya yang tidak seragam. 6) Mengevaluasi Penggunaan CVM Penggunaan CVM dalam penelitian ini dievaluasi dengan melihat nilai R 2 yang diperoleh dari hasil analisis regresi linier berganda. Penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan dapat mentolerir nilai R 2 sampai dengan 15%, hal ini karena penelitian tentang lingkungan berhubungan dengan perilaku manusia sehingga nilai R 2 tidak harus besar. Nilia R 2 yang diperoleh dari hasil analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini sebesar 62,7% sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian ini dapat diyakini kebenaran dan keandalannya Estimasi Jumlah Kendaraan dan Emisi yang Berkurang Kebijakan Electronic Road Pricing (ERP) merupakan suatu kebijakan berupa pengenaan biaya secara langsung terhadap pengguna jalan karena melewati ruas jalan tertentu untuk mengendalikan laju penggunaan kendaraan pribadi. Mekanismenya adalah setiap kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu akan dikenai biaya dengan harga yang tidak murah. Hal ini dimaksudkan agar para pengguna kendaraan pribadi mau beralih untuk menggunakan transportasi masal. Manfaat yang bisa diperoleh dari pemberlakuan ERP antara lain mengurangi kemacetan, sumber pendapatan baru dari lalu lintas, mempermudah penerapan pembatasan lalu lintas, peralihan moda kendaraan pribadi ke angkutan umum, mengurangi kebisingan yang dihasilkan kendaraan, menurunkan tingkat 81

13 polusi udara yang berasal dari asap kendaraan, dan minimalisasi kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kebijakan ERP dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi karena ketidakmampuan pengguna jalan untuk membayar tarif yang diberlakukan dalam ERP. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa nilai mean WTP mencerminkan harga ERP yang sesuai untuk diberlakukan sehingga responden pengguna jalan yang memiliki nilai WTP dibawah nilai mean WTP tidak dapat memasuki zona ERP agar tujuan untuk mengurangi laju penggunaan kendaraan pribadi dapat tercapai. Hasil perhitungan jumlah kendaraan yang dapat berkurang akibat pemberlakuan ERP dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Total Kendaraan yang Berkurang Akibat Pemberlakuan ERP No Kelas WTP Frekuensi Frekuensi Relatif Populasi , , Jumlah Kendaraan yang Tidak Dapat Memasuki Zona ERP Sumber : Data Primer setelah diolah (2011) Berdasarkan perhitungan pada Tabel 9 tarif ERP yang sesuai untuk diberlakukan adalah sebesar nilai mean WTP yaitu Rp Apabila tarif sebesar Rp ini diberlakukan maka responden pengguna jalan yang tidak mampu membayar nilai tersebut adalah responden dengan kelas WTP sebesar Rp dan Rp Jumlah frekuensi relatif responden yang tidak dapat memasuki zona ERP sebesar 0,59 (59%) artinya pemberlakuan ERP dengan tarif Rp akan mengurangi jumlah kendaraan sebesar 59% dari total jumlah kendaraan yang menggunakan Jalan Jenderal Sudirman. Total populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebesar unit kendaraan/tahun (Tabel 8). 82

14 Dengan demikian, jumlah kendaraan yang dapat berkurang akibat pemberlakuan ERP adalah sebesar unit kendaraan/tahun atau 59% dari total populasi (Tabel 9). Dampak lain yang bisa diperoleh dari penerapan ERP adalah peningkatan kualitas lingkungan karena dapat mengurangi polusi udara, dan mengurangi polusi bunyi dan getaran. Apabila jumlah kendaraan berkurang maka polusi udara pun akan berkurang. Berdasarkan data car free day (hari bebas kendaraan bermotor) yang diperoleh dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta diketahui bahwa terjadi pengurangan kadar polusi udara yang sangat signifikan antara hari kerja dan hari bebas kendaraan bermotor. Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Kegiatan ini juga menjadi ajang promosi sarana transportasi alternatif selain kendaraan pribadi dan promosi upayaupaya perbaikan dan peningkatan kualitas sarana sarana alternatif tersebut. Pelaksanaan HBKB ini dapat mengurangi pencemaran udara di lokasi pelaksanaan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya membatasi penggunaan kendaraan pribadi untuk memperoleh kualitas udara yang lebih baik. Tujuan HBKB ialah memberikan pendidikan pada masyarakat terkait pentingnya manfaat udara segar dan bersih. Tujuan lainnya adalah untuk mengubah ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor sehingga masyarakat dapat beralih ke angkutan umum, bersepeda, atau bahkan berjalan kaki. Berikut ini merupakan data perbandingan konsentrasi pencemar untuk parameter PM 10, CO, NO dan THC pada hari bebas kendaraan bermotor dan hari kerja tahun

15 Tabel 10. Data Car Free Day tahun 2010 Parameter HBKB Hari Kerja Penurunan % Satuan Debu (PM 10 ) 62,42 103,77 41,35 40% µg/m3 Carbon monoksida (CO) 1,37 4,28 2,90 68% mg/m3 Nitrogen monoksida (NO) 19,16 88,91 69,74 78% µg/m3 Total Hidrokarbon (THC) 3,89 5,20 1,31 25% µg/m3 Sumber : Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta Tabel 10 menunjukkan bahwa penerapan hari bebas kendaraan bermotor dapat mengurangi konsentrasi pencemar untuk parameter PM 10, CO, NO, dan THC apabila dibandingkan dengan hari kerja. Penurunan konsentrasi pencemar rata-rata untuk parameter PM 10, CO, NO, dan THC pada tahun 2010 masingmasing sebesar 41,35 µg/m3 (40%), 2,90 µg/m3 (68%), 69,74 µg/m3 (78%), dan 1,31 µg/m3 (25%). Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa pengurangan jumlah kendaraan bermotor dapat mengurangi tingkat polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor. Penerapan kebijakan ERP dapat menyebabkan pengurangan jumlah kendaraan yang dapat memasuki zona ERP, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengurangan jumlah kendaraan bermotor dapat mengurangi konsentrasi emisi di sekitar wilayah Sudirman. Asumsinya apabila ERP diterapkan maka kondisi pengurangan emisinya akan mendekati rata-rata HBKB, sehingga semakin berkurang jumlah kendaraan yang dapat memasuki zona ERP, maka kondisi lingkungan akan semakin baik. Namun perlu ditunjang dengan pembatasan emisi yang ketat Analisis Dampak Lingkungan dari Pemberlakuan ERP Pemberlakuan ERP akan memberikan dampak bagi lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun sosial. Dampak lingkungan yang dianalisis dalam 84

16 penelitian ini terkait dengan kondisi lingkungan, kondisi sosial, dan kondisi ekonomi dari pemberlakuan ERP Kondisi Lingkungan Electronic Road Pricing (ERP) merupakan salah satu kebijakan pemerintah di bidang transportasi untuk mengatasi kemacetan dan membatasi jumlah penggunaan kendaraan pribadi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam perjalanan. Kemacetan menimbulkan berbagai masalah yang sangat erat kaitannya dengan lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Kemacetan berdampak besar bagi lingkungan karena jumlah emisi yang dikeluarkan ke udara lebih tinggi akibat mesin yang menyala lebih lama. Selain itu pembangunan fisik kota yang ditandai dengan berdirinya pusatpusat industri disertai dengan melonjaknya produksi kendaraan bermotor mengakibatkan kepadatan lalu lintas semakin meningkat pula dan menghasilkan produksi sampingan berupa emisi gas buang kendaraan bermotor yang merupakan salah satu sumber pencemaran udara. Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di Jakarta tidak akan efektif tanpa kebijakan mengurangi jumlah pengguna kendaraan. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor ini tidak diimbangi dengan peningkatan lebar jalan, sehingga kemacetan pun semakin sulit untuk diatasi dan polusi udara semakin meningkat. Pencemaran udara ini akan menyebabkan perubahan lingkungan udara akibat masuknya zat pencemar ke dalam udara. Masalah polusi yang diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor dapat menyebabkan penurunan kualitas udara dan daya dukung lingkungan. Selain itu, polusi udara juga berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pada 85

17 manusia. Zat-zat pencemar berbahaya yang bersumber dari emisi kendaraan bermotor antara lain nitrogen oksida (NO x ), karbon monoksida (CO), timbal (Pb), hidrokarbon (HC), sulfur dioksida (SO 2 ), dan debu (PM 10 ). Upaya pengendalian pencemaran udara akibat gas buang kendaraan di sektor transportasi dapat dilakukan dengan kebijakan ERP. Sektor transportasi merupakan salah satu komponen yang cukup penting dalam perkembangan perekonomian. Perkembangan sektor transportasi mengakibatkan peningkatan penggunaan kendaraan pribadi untuk kemudahan beraktivitas. Peningkatan penggunaan kendaraan ini dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan berupa peningkatan konsentrasi pencemaran udara. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor yang selalu meningkat setiap tahunnya memerlukan perencanaan kebijakan di bidang transportasi yang ramah lingkungan yaitu mengurangi potensi masyarakat untuk terkena dampak polusi udara yang diakibatkan oleh sarana transportasi. Kendaraan bermotor merupakan alat transportasi yang menjadi sumber bergerak dalam pencemaran udara sehingga penyebaran emisinya mempunyai suatu pola penyebaran spasial yang meluas, sehingga sangat berdampak besar bagi lingkungan. Penerapan kebijakan ERP dapat menyebabkan pengurangan jumlah kendaraan yang dapat memasuki zona ERP, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengurangan jumlah kendaraan bermotor dapat mengurangi konsentrasi emisi di sekitar wilayah Sudirman. Pemberlakuan ERP dapat meningkatkan kualitas lingkungan, karena dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sehingga polusi udara dapat dikurangi. Pentingnya menjaga kualitas udara tetap bersih agar lingkungan menjadi sehat, indah dan nyaman. 86

18 Kondisi Sosial Penerapan kebijakan ERP ini akan berdampak pada pengurangan jumlah kendaraan pribadi yang dapat melintasi Jalan Jenderal Sudirman. Hal tersebut dikarenakan tarif yang diberlakukan relatif mahal sehingga tidak semua pengguna jalan mampu untuk membayar tarif yang diberlakukan pemerintah tersebut. Berdasarkan penelitian ini diperkirakan bahwa jumlah kendaraan yang tidak dapat memasuki wilayah Sudirman apabila ERP diberlakukan adalah sebesar unit kendaraan atau 59% dari total populasi (Tabel 9). Selain itu pemberlakuan ERP juga menghilangkan penyedia jasa ilegal (jockey 3 in 1) yang biasanya beroperasi di sekitar wilayah Sudirman. Masyarakat akan mendukung kebijakan pemerintah ini dengan syarat adanya pengembangan transportasi massal dengan kualitas yang baik dan alternatif sistem angkutan umum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada umumnya masyarakat cenderung enggan untuk beralih menggunakan transportasi massal karena angkutan umum yang ada dirasa masih sangat tidak nyaman, tidak aman, dan tidak tepat waktu. Pengguna angkutan umum sering dihadapkan pada situasi yang sangat tidak nyaman karena harus mengantri dan berjubel di dalam angkutan umum. Keinginan masyarakat untuk mempercepat waktu tempuh ini tidak didukung oleh ketersediaan sarana transportasi yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kondisi Ekonomi Wilayah Sudirman merupakan salah satu pusat bisnis dan perkantoran di Ibu Kota. Oleh sebab itu perlu didukung oleh kondisi lalu lintas yang lancar sehingga aktivitas ekonomi dapat berjalan efektif dan efisien. Kemacetan dapat 87

19 menurunkan efisiensi dan efektivitas perekonomian kota yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi nasional karena produktivitas pekerja yang menurun. Upaya mengurangi kemacetan di sektor transportasi sangat penting untuk dilakukan mengingat sektor transportasi merupakan salah satu komponen penting dalam perkembangan perekonomian. Berdasarkan hasil perhitungan estimasi perkiraan jumlah kendaraan yang dapat memasuki zona ERP sebesar unit kendaraan. Hasil perhitungan jumlah kendaraan yang dapat memasuki zona ERP dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Total Kendaraan yang Dapat Memasuki Zona ERP No Kelas Frekuensi Frekuensi WTP Relatif Populasi , , , , Jumlah Kendaraan yang Dapat Memasuki Zona ERP Sumber : Data Primer setelah diolah (2011) Berdasarkan Tabel 11 responden pengguna jalan yang dapat memasuki zona ERP adalah pengguna kendaraan yang memiliki nilai WTP diatas nilai mean WTP yaitu responden dengan kelas WTP sebesar Rp , Rp , Rp , dan Rp Perkiraan total dana yang dapat dihasilkan dari pemberlakuan ERP dihitung dengan mengalikan jumlah kendaraan yang dapat memasuki zona ERP dengan nilai ERP yang sesuai untuk diberlakukan, sehingga perkiraan total dana yang dapat dihasilkan dari penerapan kebijakan ERP adalah Rp /tahun dengan asumsi ERP diberlakukan pada peak pagi, peak siang, dan peak sore. Namun, apabila ERP hanya diberlakukan pada peak pagi dan peak sore saja (ERP tidak berlaku pada peak siang), maka perkiraan total dana 88

20 yang dapat dihasilkan dari penerapan kebijakan ERP adalah Rp /tahun (Lampiran 2). Dana tersebut dapat digunakan untuk pengembangan transportasi massal dan pembangunan infrastruktur untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap sarana penunjang transportasi. Namun yang perlu diperhatikan, apabila ERP diberlakukan maka akan meningkatkan biaya perjalanan bagi kendaraan yang tidak dapat memasuki zona ERP, sehingga perlu didukung dengan skema manajamen permintaan yang lain, seperti manajemen parkir atau alternatif angkutan umum yang aman dan nyaman untuk kendaraan yang tidak dapat memasuki zona ERP. Hal tersebut dapat menjadi insentif pula bagi para pengguna moda transportasi massal karena telah ikut serta dalam menekan penggunaan kendaraan pribadi di wilayah Sudirman. Kebijakan ERP juga bertujuan untuk menggantikan kebijakan three in one yang dinilai tidak efektif dalam mengendalikan laju penggunaan mobil pribadi sehingga apabila kebijakan ini diterapkan maka dapat menghilangkan penyedia jasa illegal (jockey) di wilayah Sudirman. Hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah apabila jockey dihilangkan maka para jockey 3 in 1 yang biasa beroperasi di Jalan Jenderal Sudirman akan mengalami kehilangan pendapatan yang merupakan tambahan pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu penting diupayakan untuk membuka lapangan pekerjaan baru di bidang lain agar pengangguran dapat dikurangi, misalnya di bidang transportasi yaitu penambahan armada busway. Hal tersebut tentu membutuhkan pula lebih banyak pegawai sehingga yang menganggur dapat terserap di bidang tersebut. 89

21 Berdasarkan hasil estimasi pada model regresi linear berganda, variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP yang digunakan sebagai dasar penetapan nilai ERP. Peningkatan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan, sehingga apabila pendapatan meningkat maka nilai ERP dapat dinaikkan hingga ke tingkat maksimal. Apabila pendapatan meningkat namun nilai ERP tetap maka kebijakan tersebut akan gagal untuk menekan laju penggunaan kendaraan pribadi. Selain itu, dana yang dihasilkan dapat digunakan untuk pengembangan moda transportasi massal yang lebih baik dan sesuai dengan harapan masyarakat selaku pengguna jalan Kebijakan Pengelolaann Sistem Pemanfaatan Keuangan dari Pemberlakuan ERP Kebijakan ERP berpotensi besar dalam membatasi laju penggunaan kendaraan pribadi, sehingga dapat mengurangi polusi udara di Jakarta dan menjadikan kualitas lingkungan perkotaan yang lebih baik dan sehat. Kebijakan Electronic Road Pricing (ERP) merupakan kebijakan pembatasan jumlah kendaraan melalui sistem jalan berbayar, dimana setiap kendaraan yang melintasi ruas jalan tertentu akan dikenakan biaya. Mekanisme penerapan ERP adalah setiap kendaraan yang melintasi zona ERP akan dikenakan sejumlah biaya tertentu. Pintu gerbang zona ERP akan dilengkapi teknologi OBU (on board unit). Biaya yang dikenakan juga bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada pengguna kendaraan pribadi bahwa perjalanan mereka dengan kendaraan pribadi mempunyai kontribusi terhadap kerusakan lingkungan dan kerugian kepada masyarakat yang tidak mengunakan kendaraan pribadi. 90

22 Pengenaan biaya kepada pengguna jalan (road pricing) ini tentunya akan menjadi salah satu sumber pendapatan bagi negara maupun daerah. Namun, pendapatan yang diperoleh dari penerapan kebijakan ini harus dapat kembali kepada masyarakat dengan pembangunan infrastruktur transportasi yang lebih aman, nyaman, cepat, dan tepat waktu sehingga pengguna kendaraan pribadi dapat beralih untuk memanfaatkan transportasi massal yang ada sehingga kemacetan dan peningkatan polusi udara dapat diatasi. Tujuan utama dari road pricing, yaitu mengurangi kemacetan, menjadi sumber pendapatan daerah, mengurangi dampak lingkungan, mendorong penggunaan angkutan umum massal. Kebijakan yang dapat diterapkan dalam pengelolaan sistem pemanfaatan keuangan dari pemberlakuan ERP adalah sebagai berikut : 1) Pembangunan dan pengembangan transportasi massal Dana yang terkumpul dari pelaksanaan kebijakan ERP ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembiayaan untuk mendukung beroperasinya transportasi massal yang lebih efektif, nyaman, aman, dan ramah lingkungan. Hal tersebut dikarenakan untuk melakukan perbaikan, pemeliharaan, dan penambahan armada angkutan umum serta fasilitas transportasi pendukung lainnya diperlukan dana yang cukup besar. Sebelum kebijakan ERP ini dilaksanakan sebaiknya pemerintah membangun terlebih dahulu transportasi masal yang dapat menjamin masyarakat aman dan nyaman dalam menggunakan angkutan umum tersebut, sehingga masyarakat mau beralih dan memanfaatkan transportasi massal yang ada dan tujuan untuk mengurangi polusi dan kemacetan bisa tercapai. 91

23 2) Pembangunan lahan parkir Ketersediaan lahan parkir masih sangat kurang, sehingga penumpang yang menggunakan moda transportasi massal seperti kereta api belum dilengkapi dengan fasilitas parkir yang memadai. Kondisi seperti ini menjadikan masyarakat semakin enggan menggunakan transportasi massal. Selain itu lahan parkir ini juga dapat digunakan untuk kendaraan-kendaraan yang tidak dapat memsuki zona ERP, tetapi harus dapat menjamin keamanan bagi para pengguna jalan untuk menitipkan kendaraannya di tempat parkir tersebut. Dengan demikian kemacetan di ibu kota dapat diatasi dan polusi dapat dikurangi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah sebagai berikut: 1) Tarif yang diberlakukan untuk transportasi massal sebaiknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan rata-rata pengguna jalan (tidak mahal). 2) Apabila kebijakan ERP ini diterapkan namun strategi transportasi massal tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maka aktivitas ekonomi akan menurun sehingga gejolak sosial dan keresahan masyarakat akan meningkat. Prinsip penerapan ERP ini adalah kendaraan masih tetap bisa masuk artinya aktivitas ekonomi pun masih bisa berjalan dengan baik dan diperoleh pula kualitas lingkungan yang lebih baik serta dana yang dihasilkan dari penerapan ERP ini bisa digunakan sebaik mungkin untuk pengembangan transportasi massal, seperti kereta api, busway, dan lain-lain. Kualitas udara yang bersih sangat diperlukan di kota-kota besar seperti Jakarta yang menjadi pusat bisnis dan kegiatan perekonomian. Hal tersebut untuk 92

24 menunjang kegiatan ekonomi masyarakat agar tetap bisa berjalan dan tumbuh dengan baik tanpa harus diganggu oleh produktivitas yang menurun karena lingkungan yang tidak sehat dan tercemar polusi yang tinggi. Dalam menjaga kualitas udara agar tetap bersih diperlukan juga kebijakan pendukung diantaranya : 1) Memberlakukan secara ketat batas emisi kendaraan bermotor dengan penerapan Peraturan Daerah yang mengatur kewajiban lolos uji emisi bagi setiap kendaraan bermotor. Perawatan kendaraan secara baik dan benar akan menghasilkan gas buang yang masih dapat ditolerir oleh lingkungan dan dapat memperpanjang usia pemakaian kendaraan itu sendiri, sehingga masyarakat pun dapat berkontribusi besar dalam pengurangan polusi udara. 2) Melakukan pembatasan kendaraan bermotor berdasarkan umur kendaraan. Hal tersebut karena kendaraan yang umurnya lebih tua mengeluarkan emisi yang lebih besar dibanding kendaraan yang umur pemakaiannya relatif lebih pendek. 3) Penerapan pajak progresif kendaraan agar masyarakat membatasi jumlah kepemilikan kendaraannya. Sistem pajak progresif dikenakan bagi masyarakat yang memiliki kendaraan lebih dari satu, baik kendaraan pribadi roda dua maupun roda empat. Dengan demikian masyarakat akan berpikir kembali untuk memiliki kendaraan lebih dari satu. Hal ini dapat mengatasi kemacetan, polusi udara, dan inefisiensi bahan bakar minyak. 93

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness to Pay (WTP) Pengguna Jalan Unsur-unsur yang mempengaruhi besarnya nilai WTP

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu rencana untuk mengurangi kemacetan di kota Yogyakarta adalah penerapan Electronic Road Pricing (ERP). (Pratama, 2012) kemacetan akan memberi dampak negatif, baik dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota negara dan sebagai pusat pemerintahan Indonesia. Menurut Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi (2010), Jakarta mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Susantoso (2010) mengatakan peningkatan kapasitas jalan tanpa dibarengi disinsentif terhadap pengguna kendaraan pribadi justru memungkinkan untuk meningkatkan laju pertumbuhan lalu

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh beberapa kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemacetan lalu lintas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi Lampung, Indonesia. Berdasarkan Profil Penataan Ruang Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Objek data penelitian ini dilakukan pada suatu ruas Jalan Margo Utomo Kota Yogyakarta. Letak geografis Kota Ygyakarta berada pada 7º 15 24 LS - 7º 49 26 LS

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Electronic Road Pricing (ERP) 1. Definisi Electronic Road Pricing (ERP) Electronic Road Pricing (ERP) adalah kebijakan pemberlakuan jalan berbayar untuk setiap kendaran yang melewatinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah populasi manusia dan urbanisasi telah meningkatkan tingkat kemacetan di dunia, salah satu contoh nyatanya terlihat dari keadaan transportasi kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami

Lebih terperinci

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA Berita Dirgantara Vol. 11 No. 2 Juni 2010:66-71 GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA Dessy Gusnita Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN 7.1. Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman Variabel terikat dalam analisis kesediaan rumahtangga menerima

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kabupaten Subang. Jalan Raya merupakan jalur alternatif untuk menuju Kabupaten Sumedang, Kuningan, Cirebon,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pemilihan Moda Menurut Tamin (2003), pemilihan moda sangat sulit dimodelkan, walaupun hanya dua buah moda yang akan digunakan (pribadi atau umum). Hal tersebut disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sangat pesat terjadi di segala bidang, terutama bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat mempengaruhi berjalannya suatu proses pekerjaan meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Angkutan umum memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian, untuk menuju keberlajutan angkutan umum memerlukan penanganan serius. Angkutan merupakan elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari dan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dan strategis. Seiring

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA Taty Alfiah 1, Evi Yuliawati 2, Yoseph F. Bota 1, Enggar Afriyandi 1 1) Jurusan Teknik Lingkungan, 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB Wisata merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bermanfaat, selain bisa menghilangkan rasa jenuh juga dapat menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 7 (tujuh) bulan, yaitu pada awal bulan Mei 2008 hingga bulan Nopember 2008. Lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method Teknik CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang ditanya

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1. Analisis Kesediaan Membayar Responden Analisis kesediaan membayar dilakukan untuk mengetahui apakah responden bersedia atau tidak membayar daripada paket-paket wisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh setiap kendaraan menjadi sumber polusi utama yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh setiap kendaraan menjadi sumber polusi utama yaitu sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini tengah terjadi suatu degradasi terhadap lingkungan sebagai salah satu dampak langsung perkembangan teknologi transportasi. Emisi gas buang yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil merupakan suatu hal penting yang dianggap mampu membantu mempermudah hidup manusia. Untuk dapat dipergunakan sebagai mana fungsinya mobil menggunakan tenaga mesin

Lebih terperinci

ANALISIS RENCANA PEMBERLAKUAN ELECTRONIC ROAD PRICING UNTUK MENGURANGI POLUSI LINGKUNGAN (Kasus Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat)

ANALISIS RENCANA PEMBERLAKUAN ELECTRONIC ROAD PRICING UNTUK MENGURANGI POLUSI LINGKUNGAN (Kasus Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat) ANALISIS RENCANA PEMBERLAKUAN ELECTRONIC ROAD PRICING UNTUK MENGURANGI POLUSI LINGKUNGAN (Kasus Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat) DESSY CHRISTIARINI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Udara merupakan zat yang penting dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor sudah menjadi kebutuhan mutlak pada saat ini. Kendaraan yang berfungsi sebagai sarana transportasi masyarakat adalah salah satu faktor penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi telah dikenal sebagai salah satu sektor indikatif yng sangat berperan dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor ini akan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu mengenai pencemaran lingkungan terutama udara masih hangat diperbincangkan oleh masyrakat dan komunitas pecinta lingkungan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

ANALISIS RENCANA PENERAPAN ELECTRONIC ROAD PRICING (ERP) UNTUK MENGURANGI KEACETAN TERHADAP KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS RENCANA PENERAPAN ELECTRONIC ROAD PRICING (ERP) UNTUK MENGURANGI KEACETAN TERHADAP KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR ANALISIS RENCANA PENERAPAN ELECTRONIC ROAD PRICING (ERP) UNTUK MENGURANGI KEACETAN TERHADAP KOTA YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jalan Jendral Sudirman) Disusun guna melengkapi persyaratan untuk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan luas wilayah 32,50 km 2, sekitar 1,02% luas DIY, jumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kontribusi emisi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya berkisar antara 10-15%. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN 1 2 PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN Tata cara ini merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan tahap demi tahap oleh tim lapangan dalam rangka pemantauan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume kendaraan, kecepatan kendaraan dan analisis kualitas udara disekitar kemacetan jalan Balaraja Serang. Hal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Electronic Road Pricing (ERP)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Electronic Road Pricing (ERP) BAB III LANDASAN TEORI A. Electronic Road Pricing (ERP) 1. Definisi Electronic Road Pricing (ERP) Electronic Road Pricing (ERP) adalah penerapan jalan berbayar berbasis elektronik. Keunggulannya, memudahkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Menurut Drs. H. M. N. Nasution, M. S. Tr. (1996) transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Alur penelitian dalam penulisan skripsi ini menjelaskan mengenai tahapan atau prosedur penelitian untuk menganalisa besarnya willingness to pay (WTP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat polusi udara yang semakin meningkat terutama di kota kota besar sangat membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Salah satu penyumbang polusi udara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi dan Lingkungan Kebutuhan akan transportasi timbul karena adanya kebutuhan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memungkinkan terjadinya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii vi iv xi xiii xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada kota-kota besar. Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, antara lain asap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang tingkat penduduknya sangat padat, kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang beredar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah menjadi masalah yang serius di kota-kota besar di dunia. Polusi udara perkotaan yang berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan telah dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia khususnya pembangunan di bidang industri dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri dan transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Saat ini Indonesia memiliki indeks pencemaran udara 98,06 partikel per meter kubik

Lebih terperinci

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA Febri Bernadus Santosa 1 dan Najid 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sarana yang dapat menghubungkan manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lalu lintas kendaraan bermotor di suatu kawasan perkotaan dan kawasan lalu lintas padat lainnya seperti di kawasan pelabuhan barang akan memberikan pengaruh dan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah pergerakan orang dan barang bisa dengan kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor atau jalan kaki, namun di Indonesia sedikit tempat atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Transportasi merupakan fasilitas pendukung kegiatan manusia, transportasi tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek aktivitas manusia tersebut. Transportasi sudah menjadi

Lebih terperinci

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Emisi gas buang kendaraan bermotor : suatu eksperimen penggunaan bahan bakar minyak solar dan substitusi bahan bakar minyak solar-gas Achmad

Lebih terperinci

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan 3. Perspektif Wilayah dan Permintaan Perjalanan Masa Mendatang 3.1 Perspektif Wilayah Jabodetabek Masa Mendatang Jabodetabekpunjur 2018 merupakan konsolidasi rencana pengembangan tata ruang yang memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan penumpang yang telah berkembang sangat dinamis serta berperan di dalam menunjang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Negatif yang Timbul dari Pencemaran Sungai Musi Akibat Kegiatan Industri Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan sumber daya yang penting dalam kehidupan, dengan demikian kualitasnya harus dijaga. Udara yang kita hirup, sekitar 99% terdiri dari gas nitrogen dan

Lebih terperinci

EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Rahayu Widhiastuti 1), Eka Priyadi 2), Akhmadali 2) Abstrak Penelitian ini meneliti kebutuhan parkir kendaraan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

STUDI BIAYA EMISI CO AKIBAT ADANYA RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MASSAL CEPAT (TREM) DI SURABAYA

STUDI BIAYA EMISI CO AKIBAT ADANYA RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MASSAL CEPAT (TREM) DI SURABAYA STUDI BIAYA EMISI CO AKIBAT ADANYA RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MASSAL CEPAT (TREM) DI SURABAYA Fitri Hardiyanti* 1, Mochammad Choirul Rizal 2 1,2,3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Kontak Person

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 30 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden Jasa Transportasi Angkutan Umum Kota (Angkot) yang Berbahan Bakar Premium di Kota Bogor Jasa transportasi angkutan umum kota ini digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Studi ini menyajikan analisis mengenai kualitas udara di Kota Tangerang pada beberapa periode analisis dengan pengembangan skenario sistem jaringan jalan dan variasi penerapan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk yang sangat pesat telah mempercepat laju urbanisasi dan penggunaan kendaraan bermotor. Perkembangan kota yang menyebar tak terkendali semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar

BAB III METODE PENELITIAN. udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar BAB III METODE PENELITIAN III. 1 Pendahuluan Dalam melakukan analisis dampak kemacetan lalu lintas terhadap kualitas udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar Balaraja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara akibat dari peningkatan penggunaan jumlah kendaraan bermotor yang mengeluarkan gas-gas berbahaya akan sangat mendukung terjadinya pencemaran udara dan

Lebih terperinci

BAB IV INTEPRETASI DATA

BAB IV INTEPRETASI DATA 41 BAB IV INTEPRETASI DATA 4.1 Pengumpulan Data Data responden pada penyusunan skripsi ini terdiri atas dua bagian yaitu data profil responden dan data stated preference. Untuk data profil responden terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia menyebabkan kebutuhan masyarakat juga semakin tinggi. Salah satunya adalah dalam bidang sarana transportasi.sektor

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA) ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA) RAHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO K E M A C E T A N FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO arus dibuat program Meneruskan sistem Otoritas transportasi jangka pendek dan Pola Transportasi jakarta (busway dan

Lebih terperinci

GREEN TRANSPORTATION

GREEN TRANSPORTATION GREEN TRANSPORTATION DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIRJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jakarta 2016 - 23 % emisi GRK dari fossil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang maupun barang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan. Secara umum, kebutuhan akan jasa transportasi

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi di berbagai kota. Permasalahan transportasi yang sering terjadi di kota-kota besar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami perkembangan pada sektor ekonomi yang berdampak pada peningkatan jumlah dan jenis kendaraan yang semakin

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia merupakan pusat pemerintahan dan bisnis dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 mencapai 10,277 juta jiwa. Kepadatan penduduk di Jakarta

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik responden Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur dan jenis kelamin. Deskripsi karakteristik responden adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci