PERBEDAAN JUMLAH HITUNG FOLIKEL ANTRAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RUMAH SAKIT Dr. M DJAMIL PADANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN JUMLAH HITUNG FOLIKEL ANTRAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RUMAH SAKIT Dr. M DJAMIL PADANG"

Transkripsi

1 Laporan Penelitian PERBEDAAN JUMLAH HITUNG FOLIKEL ANTRAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RUMAH SAKIT Dr. M DJAMIL PADANG Difference of Antral Follicle Count Between Users and Non-Users of Hormonal Contraception at M. Djamil Hospital Padang Putri Sri Lasmini, Irmiya Rachmiyani, Rizanda Machmud Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang Abstrak Kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi jumlah hitung folikel antral masih menjadi kontroversi. Penelitian ini menilai efek kontrasepsi hormonal melalui parameter ultrasonografi terhadap 32 pengguna kontrasepsi hormonal dan 32 pengguna kontrasepsi non Penelitian ini dilakukan dengan metode uji klinis prospektif di Poliklinik Ginekologi RSUP Dr. M. Djamil Padang pada bulan Maret sampai Juli Subjek dibagi menjadi dua kelompok dan dilakukan pemeriksaan USG transvaginal pada bulan pertama dan kedua pada siklus menstruasi hari 2-4. Analisis statistik untuk menilai kemaknaan menggunakan paired t test pada SPSS 18.0 for windows. Tidak terdapat hubungan yang bermakna jumlah hitung folikel antral bulan pertama dan kedua (P > 0.05) akibat variasi tren perubahan folikel pada kedua kelompok. Tidak terdapat hubungan yang bermakna gain score jumlah hitung folikel antral bulan kedua dengan bulan pertama pada kedua kelompok (P > 0.05). Tidak terdapat perbedaan bermakna jumlah hitung folikel antral pada hormonal, Tidak terdapat perbedaan bermakna gain score jumlah hitung folikel antral pada Kata Kunci : Jumlah Hitung Folikel Antral, Pengguna Kontrasepsi Hormonal, Pengguna Kontrasepsi Non Hormonal Abstract It remains controversial whether antral follicle count is influenced by hormonal contraception.. This study quantified the effect of hormonal contraception on sonographic ovarian reserve markers in 32 users and 32 non-users of hormonal contraception. This was a prospective clinical trial study and has been performed in gynecology Department of M. Djamil Hospital Padang, primary health care March to July Samples then divided into two groups, group A was users of non hormonal contraception and group B was users of hormonal contraception. On day 2 4 of the menstrual cycle transvaginal sonography was performed and measured repeatedly in the same individual before and after the use of one cycle oral contraceptives (for group B), and on first month and second month (for group A). Statistical analysis to assess significance using the unpaired t test and chi square on SPSS 18.0 for windows. There was no significant association of the antral follicle count between users than non-users of hormonal contraception (p>0,05). There were no significant difference of antral follicle count between users and non-users of hormonal contraception. There were no significant difference of gain score of antral follicle count between users and non-users of hormonal contraception. Keywords : Antral Follicle Count, Users Of Hormonal Contraception, Non-Users Of Hormonal Contraception Koresponden: Irmiya Rachmiyani, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RSUP Dr. M. Djamil Padang.

2 OBGIN EMAS, Tahun V, Volume 1, Nomor 15, Januari April 2014 PENDAHULUAN Cadangan ovarium adalah jumlah dan kualitas oosit yang tersisa dalam ovarium pada suatu waktu. Oosit wanita berada dalam folikel, tersimpan pada fase primordial, sebagai cadangan ovarium. Pengukuran cadangan ovarium secara total hanya dapat dilakukan secara histologis. 1 Saat ini dalam praktik sehari-hari berbagai macam tes cadangan ovarium telah dikembangkan untuk dapat menilai cadangan ovarium secara kuantitatif, yang umumnya dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pemeriksaan secara biokimiawi, tes provokasi dan biofisika. Kelompok pertama pemeriksaan secara biokimiawi dengan menggunakan kadar hormon, yang paling banyak dilakukan pada fase folikuler awal, seperti serum FSH, Estradiol (E2), dan inhibin B dan anti-müllerian hormone (AMH). Kelompok kedua tes cadangan ovarium yang provokatif dapat menilai respon endokrin dari ovarium terhadap stimulus eksogen. Sebagai contoh tes dinamis adalah clomiphene citrate challenge test (CCCT), tes cadangan ovarium FSH eksogen dan tes stimulasi agonis GnRH. Kelompok ketiga pemeriksaan biofisika dengan parameter sonografik, seperti jumlah hitung folikel antral (AFC) dan pengukuran volume ovarium. 2 AMH dan AFC merupakan parameter yang paling baik untuk menilai cadangan ovarium, namun pemeriksaan AMH merupakan pemeriksaan invasif (serum darah) dan membutuhkan biaya yang relatif lebih tinggi, sedangkan pemeriksaan AFC merupakan pemeriksaan non invasif dan menggunakan biaya yang lebih murah. 2,3 AFC adalah jumlah folikel berukuran 2-10 mm yang dapat dihitung dengan menggunakan USG transvaginal pada awal siklus menstruasi yaitu pada hari pertama hingga hari keempat siklus menstruasi (sebelum folikel mulai bergantung terhadap FSH). Jumlah folikel yang dapat direkrut selama folikulogenesis sangat bervariasi, semakin menurun saat wanita mulai menua. Penurunan yang cepat terutama terjadi sesudah usia 35. Jumlah folikel antral dapat dipengaruhi oleh usia, penggunaan kontrasepsi hormonal, obesitas, penggunaan obatobatan yang bersifat gonadotoxin (merokok, kemoterapi atau terapi radiasi), ovarium patologis (endometriosis atau kista ovarium), riwayat keluarga dengan kerusakan ovarium dini. Pemeriksaannya menjadi terbatas pada pasien obesitas, pasien dengan riwayat pernah menjalani bedah ovarium, bedah pelvis dan adanya fibroid pada uterus (leiomioma uteri). 4,5 Folikel yang terdapat di dalam ovarium selama kehidupan wanita tidak berada pada jumlah yang tetap oleh karena proses pertumbuhan folikel dan apoptosis (kematian sel terprogram). Folikulogenesis mulai dari preantral hingga tercapai ovulasi menghabiskan waktu ± 85 hari, dimana sebagian besar waktu bertumbuh tanpa pengaruh gonadotropin, kemudian akhirnya mencapai tahap untuk bergantung terhadap Follicle Stimulating Hormone (FSH) untuk perkembangannya selama 14 hari, sekelompok folikel tersebut memiliki nasib yang berbeda, hanya satu folikel (pada beberapa kasus dapat terjadi lebih dari satu) yang dapat terpilih menjadi folikel yang dominan sementara yang lainnya, yang tidak mampu berespon dengan FSH mengalami atresia dibawah pengaruh faktor nekrosis tumor (TNF). 4,5,6 Wanita usia reproduksi perlu menggunakan kontrasepsi untuk berbagai macam alasan antara lain alasan ekonomi, kesiapan mental, usia hingga masalah kesehatan. Berbagai macam metode kontrasepsi tersedia tergantung kepada kebutuhan dan tujuan pemakaian. Salah satu metode kontrasepsi yang mudah pemakaiannya dan tidak invasif adalah Pil Oral Kombinasi (POK). POK umumnya mengandung 28 tablet yang terdiri dari 21 tablet zat aktif (estrogen dan progesteron) dan 7 tablet bebas zat aktif (placebo). Selama pemakaian tablet zat aktif POK terjadi penekanan gonadotropin (FSH), sehingga androgen menjadi dominan dan menimbulkan perubahan - perubahan degeneratif. Kemudian selama pemakaian tablet bebas zat aktif merangsang kembali pengeluaran FSH akibat penurunan hormon estrogen. FSH yang meningkat akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel tetapi tidak bisa berlangsung seperti proses folikulogenesis yang normal karena FSH kembali ditekan akibat pemakaian tablet zat aktif yang baru. Proses tersebut terjadi secara reversible, dimana dengan 10

3 Putri Sri Lasmini, dkk, Perbedaan Jumlah Hitung Folikel Antral Pada Pengguna Kontrasepsi Hormonal Dan... atau tanpa peran FSH sebuah set folikel preantral akan tetap selalu tersedia dan berkembang hingga tahap tertentu, dan menunggu untuk dapat diselamatkan oleh FSH sebelum akhirnya mengalami atresia. 4,5,6 Cochrane review menemukan bahwa dengan pemberian POK sebelum dimulainya induksi ovulasi terjadi penurunan AFC dan angka kehamilan yang tercapai sedikit. Hal ini disebabkan wanita tersebut membutuhkan dosis obat induksi ovulasi yang lebih tinggi dan lebih lama untuk mencapai kehamilan. 7,8 Berdasarkan masalah tersebut terdapat kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang ada, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut apakah terdapat perbedaan jumlah hitung folikel antral pada pengguna kontrasepsi hormonal dan non hormonal, mengingat pentingnya fungsi reproduksi dapat kembali segera setelah pemakaian pil kontrasepsi METODE Penelitian ini dilakukan dengan metode uji klinis dan desain kohort prospektif di Poliklinik ginekologi RS Dr. M. Djamil Padang pada bulan Maret sampai Juli subyek dimasukkan ke dalam kriteria inklusi dan di drop out melalui kriteria eksklusi dibagi menjadi kedua kelompok, kelompok A (pengguna kontrasepsi non hormonal), sedangkan kelompok B (kontrol yaitu pengguna kontrasepsi Pada kedua kelompok dilakukan pemeriksaan jumlah hitung folikel antral dengan menggunakan ultrasonografi 2D (merek Aloka prosound α dengan probe transvaginal) selama fase folikuler awal (pada hari kedua, ketiga atau keempat siklus menstruasi) folikel yang terdapat pada ovarium kiri dan kanan dijumlahkan, hasil kemudian dicatat. Kelompok B diberikan pil kontrasepsi hormonal kombinasi yang berisi 30 µg ethinylestradiol dan 150 µg levonorgestrel diproduksi oleh Fahrenheit (21 tablet aktif dan 7 tablet placebo) dijelaskan cara pemakaiannya dan diminta membawa bungkus kosong untuk monitor evaluasi pemakaian pil. Subyek pada kedua kelompok tersebut diminta kembali datang pada hari kedua, ketiga dan keempat siklus menstruasi berikutnya untuk dilakukan pemeriksaan jumlah hitung folikel antral yang kedua. Analisis statistik untuk menilai kemaknaan menggunakan paired t test dan chi square pada SPSS 18.0 forwindows. HASIL Setelah dilakukan seleksi melalui kriteria inklusi dan didrop out melalui kriteria eksklusi didapatkan sampel sebanyak 64 orang. Dengan demikian besar sampel untuk tiap kelompok adalah 32 subyek merupakan kelompok pengguna kontrasepsi hormonal dan sebanyak 32 subyek merupakan kelompok kontrol yaitu pengguna kontrasepsi non hormonal Perbedaan jumlah hitung folikel antral pada a. kontrasepsi Tabel 1. Jumlah hitung folikel antral pada pengguna kontrasepsi hormonal Jumlah hitung folikel antral bulan pertama Jumlah hitung folikel antral bulan kedua Rata rata 8,96 ± 1,28 8,56 ± 1,79 Berdasarkan Tabel 1. didapatkan nilai rata-rata jumlah hitung folikel antral pada pengguna kontrasepsi hormonal pada bulan pertama adalah 8,96 ± 1,28 dan pada bulan kedua adalah 8,56 ± Untuk menguji perbedaan antara pengguna kontrasepsi hormonal dan non hormonal, maka perlu dilihat distribusi dan sebaran data apakah normal atau tidak, jika normal maka akan diuji dengan uji t berpasangan. Hasil penguji distribusi hormonal menunjuk distribusi sebaran terdistribusi normal P > 0,05. Dari uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna jumlah hitung folikel antral bulan pertama dan kedua pada pengguna kontrasepsi hormonal, karena memiliki nilai P > 0.05 (P=0.263). 11

4 OBGIN EMAS, Tahun V, Volume 1, Nomor 15, Januari April 2014 b. kontrasepsi non folikel antral pada pengguna kontrasepsi hormonal dan non Tabel 2. Jumlah hitung folikel antral pada pengguna kontrasepsi non Jumlah hitung folikel antral bulan pertama Jumlah hitung folikel antral bulan kedua Dari gambar 1. tampak kedua diagram antara hormonal mengalami penurunan namun dari hasil uji statistik didapatkan tidak bermakna (P>0,05). Rata rata 9,37 ± 2,66 9,25 ± 2,83 Berdasarkan Tabel 2. didapatkan nilai rata-rata jumlah hitung folikel antral pada pengguna kontasepsi non hormonal pada bulan pertama adalah 9,37 ± 2,66 dan pada bulan kedua adalah 9,25 ± Untuk menguji perbedaan antara hormonal, maka perlu dilihat distribusi dan sebaran data apakah normal atau tidak, jika normal maka akan diuji dengan uji t t berpasangan. Hasil uji distribusi hormonal menunjuk sebaran terdistribusi normal P > 0,05. Dari uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna jumlah hitung folikel antral bulan pertama dan kedua pada pengguna kontrasepsi non hormonal, karena memiliki nilai P > 0.05 (P=0,817). c. Perbedaan jumlah hitung folikel antral pada Berdasarkan uji statistik pada kedua kelompok antara hormonal dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna jumlah hitung folikel antral bulan pertama dan kedua kelompok, karena memiliki nilai P > 0.05 (P=0.263 dan P=0,817). Gambar 2. Trend perubahan jumlah hitung folikel antral pada pengguna kontrasepsi hormonal dan non hormonal Dari gambar 2. menunjukkan gambaran trend perubahan pada pengguna kontrasepsi hormonal dan non hormonal sebanyak 12 responden pengguna kontrasepsi hormonal dan 12 responden pengguna kontrasepsi non hormonal mengalami peningkatan jumlah hitung folikel antral pada bulan pertama dan bulan kedua, dan sebanyak 13 responden pengguna kontrasepsi hormonal dan 13 responden pengguna kontrasepsi non hormonal mengalami penurunan jumlah hitung folikel antral sementara sebanyak 7 responden pengguna kontrasepsi hormonal dan 7 responden pengguna kontrasepsi non hormonal didapatkan jumlah hitung folikel antral tetap. Gambar 1. Diagram perbedaan jumlah hitung 12

5 Putri Sri Lasmini, dkk, Perbedaan Jumlah Hitung Folikel Antral Pada Pengguna Kontrasepsi Hormonal Dan... d. Perbedaan gain score Jumlah hitung folikel antral pada pengguna kontrasepsi hormonal dengan non hormonal Tabel 3. Gain score jumlah hitung folikel antral pada pengguna kontrasepsi hormonal dengan non Pengamatan Hormonal= (32) (Perlakuan) Non hormonal= (32) (kontrol) Signifikansi Untuk menguji perbedaan antara pengguna kontrasepsi hormonal dan non hormonal, maka perlu dilihat distribusi dan sebaran data apakah normal atau tidak, jika normal maka akan diuji dengan uji t berpasangan. Hasil uji distribusi hormonal menunjuk sebaran terdistribusi normal P > 0,05. Berdasarkan Tabel 4 didapatkan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna pada gain score jumlah hitung folikel antral bulan kedua dengan bulan pertama baik pada pengguna kontrasepsi hormonal maupun non hormonal, karena memiliki nilai P > 0.05 (P=0.664). DISKUSI kontrasepsi kontrasepsi hormonal pada bulan pertama adalah 8,96 ± 1,28 dan pada bulan kedua adalah 8,56 ± Hal tersebut menunjukkan adanya penurunan rerata jumlah hitung folikel antral, namun hasil tersebut tidak bermakna secara statistik dengan nilai P > 0.05 (P=0.263). penurunan yang terjadi tidak signifikan oleh karena pada gambar 16 terlihat bervariasinya tren perubahan folikel pada pengguna kontrasepsi hormonal, ada yang menurun, meningkat bahkan menetap. Dari beberapa penelitian dinyatakan adanya penurunan volume ovarium dan atau jumlah hitung folikel antral selama penggunaan kontrasepsi 5 Berdasarkan hipotesis klasik oleh Gougeon (1996), bahwa normal folikulogenesis berlangsung selama 3 bulan, dimana selama fase awal perkembangan folikel tidak dipengaruhi gonadotropin dan kemudian menjadi tergantung dengan gonadotropin pada stadium antral. 5 Pada pengguna kontrasepsi hormonal pengaruh estrogen di dalam POK yang diberikan pada hari kelima siklus menstruasi akan menekan gonadotropin (FSH), sehingga androgen menjadi dominan dan menimbulkan perubahanperubahan degeneratif. Kemudian selama pemakaian tablet bebas zat aktif merangsang kembali pengeluaran FSH akibat penurunan hormon estrogen. FSH yang meningkat akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel tetapi tidak bisa berlangsung seperti proses folikulogenesis yang normal karena FSH kembali ditekan akibat pemakaian tablet zat aktif yang baru. Proses tersebut terjadi secara reversible, dimana dengan atau tanpa peran FSH sebuah set folikel preantral akan tetap selalu tersedia dan berkembang hingga tahap tertentu, dan menunggu untuk dapat diselamatkan oleh FSH sebelum akhirnya mengalami atresia. 4,5 Penekanan gonadotropin oleh POK serupa dengan masa kanak-kanak dimana secara karakteristik ditandai dengan kadar gonadotropin yang rendah pada kelenjar pituitari dan di dalam darah, respon minimal dari kelenjar pituitari terhadap GnRH dan penekanan maksimal hipotalamus. folikel tetap berkembang setiap saat dan sering mencapai stadium antral, pada pemeriksaan ultrasonografi dapat ditemukan folikel yang berukuran 2-15 mm. 4,5 kontrasepsi non kontasepsi non hormonal pada bulan pertama adalah 9,37 ± 2,66 dan pada bulan kedua adalah 9,25 ± 2.83, Hal tersebut menunjukkan adanya penurunan rerata jumlah hitung folikel antral, namun hasil tersebut tidak bermakna secara statistik dengan nilai P > 0.05 (P=0.263). Penurunan yang terjadi tidak signifikan oleh karena pada gambar 2 terlihat bervariasinya tren perubahan folikel pada pengguna kontrasepsi non hormonal, ada yang menurun, meningkat bahkan menetap. 13

6 OBGIN EMAS, Tahun V, Volume 1, Nomor 15, Januari April 2014 Perbedaan jumlah hitung folikel antral pada Dari gambar 1, kedua diagram (baik hormonal maupun non hormonal) memperlihatkan penurunan namun dari uji statistik didapatkan tidak bermakna oleh karena nilai P > 0,05 (pada kedua kelompok). Hal tersebut sesuai dengan hipotesis klasik oleh Gougeon (1996), bahwa normal folikulogenesis berlangsung selama 3 bulan, dimana selama fase awal perkembangan folikel tidak dipengaruhi gonadotropin dan kemudian menjadi tergantung dengan gonadotropin pada stadium antral. Sementara pengaruh gonadotropin pada perkembangan folikel antral hingga preovulatori. 4,5 Perbedaan gain score jumlah hitung folikel antral bulan pertama dan bulan kedua pada Dari uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna pada selisih jumlah hitung folikel antral bulan kedua dengan bulan pertama baik pada pengguna kontrasepsi hormonal maupun non hormonal, karena memiliki nilai P > 0.05 (P=0.664). Mekanisme untuk menentukan folikel yang mana dan berapa banyak jumlah folikel yang akan bertumbuh pada suatu hari tertentu tidak diketahui. Sehingga jumlah folikel antral yang berkembang pada setiap siklus tidak tetap. Meskipun dari beberapa penelitian didapatkan penurunan jumlah hitung folikel antral 0,35-0,95 pertahun. 4,5,6 KESIMPULAN Pada penelitian ini didapatkan nilai rerata jumlah hitung folikel antral pada pengguna kontrasepsi hormonal pada bulan pertama adalah 8,96 ± 1,28 dan pada bulan kedua adalah 8,56 ± 1.79, sementara nilai rerata Jumlah hitung folikel antral pada pengguna kontasepsi non hormonal pada bulan pertama adalah 9,37 ± 2,66 dan pada bulan kedua adalah 9,25 ± Tidak terdapat perbedaan jumlah hitung dan gain score pada DAFTAR PUSTAKA 1. Anantasika, Cadangan Ovarium. Aplikasi klinis induksi ovulasi dan stimulasi ovarium. Himpunan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi. Sagung Seto, 2009;3; Haadsma ML, dkk, the number of small antral follicles (2-6 mm) determines the outcome of endocrine ovarian reserve test in a subfertile population. Human reproduction. 2007;22(7): Loho MF, Cadangan ovarium. Majalah Obstetri & Ginekologi Indonesia. 2010;34(1): Fritz MA, Sperrof L, regulation of the menstrual cycle.clinical Gynecologic endocrinology and infertility. Lippincott Williams & Wilkins. 2011;6(6): Fritz MA, Sperrof L, the ovary-embriology and development. clinical Gynecologic endocrinology and infertility.lippincott Williams & Wilkins. 2011;6(3): Broekman M.J., Ziegler D. The antral follicle count: practical recommendations for better standardization. Departement of reproductive medicine. Fertility steril Smulders B et al, Oral contraceptive pill, progestogen or estrogen pre-treatment for ovarian stimulation protocols for women undergoing assisted reproductive techniques. Cochrane Database Syst Rev Bentzen JG et al, Ovarian reserve parameters: a comparison between users and non-users of hormonal contraception. Article in press. Reproductive BioMedicine Online. Elsevier

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekitar 85-90% dari pasangan muda yang sehat akan hamil dalam waktu 1 tahun. Evaluasi dan pengobatan infertilitas telah berubah secara dramatis selama periode waktu

Lebih terperinci

MAJALAH OBGIN EMAS DAFTAR ISI

MAJALAH OBGIN EMAS DAFTAR ISI MAJALAH OBGIN EMAS ISSN 2085-6431 Tahun V, Volume 1, Nomor 15, Januari April 2014 DAFTAR ISI ARTIKEL PENELITIAN Penggunaan Selaput Amnion Segar Pada Insisi Luka Operasi Seksio Sesarea Syahredi SA, Ni Made

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita. Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum di dalam ovarium (Guyton dan Hall, 2006). Ovum merupakan oosit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. INFERTILITAS Sebelum pemeriksaan apapun dimulai, penyebab utama ketidaksuburan dan komponen dasar evaluasi infertilitas yang dirancang untuk mengidentifikasi penyebab tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fertilisasi in vitro (FIV) merupakan salah satu cara bagi pasangan infertil untuk memperoleh keturunan. Stimulasi ovarium pada program FIV dilakukan untuk

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengatur jarak kelahiran sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak (Rahman and Akter, 2009). Data di Indonesia jarak kelahiran kurang dari 18 bulan sebesar 6%,

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

Perbandingan berat badan pada akseptor kontrasepsi hormonal oral kombinasi sebelum, sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan

Perbandingan berat badan pada akseptor kontrasepsi hormonal oral kombinasi sebelum, sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan Karangan Asli Perbandingan berat badan pada akseptor kontrasepsi hormonal oral kombinasi sebelum, sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan Dewi Andriyati, Rusli P. Barus, Khairani Sukatendel, Muldjadi Affendy,

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan paling ideal baik secara fisiologis maupun biologis untuk diberikan bayi di awal kehidupannya (Almatsier, 2004). Keuntungan ASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Kanker payudara merupakan masalah kesehatan pada wanita di seluruh dunia. Di Amerika, kanker payudara merupakan kanker dengan frekuensi paling banyak pada wanita dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah non eksperimental dengan pendekatan cohort prospektif. Setelah itu data yang sudah ada akan dilakukan uji chisquare. B. Populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data menunjukkan bahwa sekitar 80 % penduduk dunia memanfaatkan obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Hal ini timbul sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda Ellen Pingkan Widiasmoko, 1110069. Pembimbing : Ellya R. Delima, dr., MKes Obesitas adalah penyakit kronis yang kompleks

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Folikel Antral Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat dilihat di ovarium dengan menggunakan USG transvaginal. Folikel antral disebut

Lebih terperinci

Ovarian Cysts: A Review

Ovarian Cysts: A Review Ovarian Cysts: A Review Cheryl Horlen, BCPS University of the Incarnate Word Feik School San Antonio, Texas 7/20/2010 US Pharm. 2010;35(7):HS-5-HS-8 Kista ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU DENGAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL PADA FERTILISASI IN VITRO

TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU DENGAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL PADA FERTILISASI IN VITRO TESIS TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU DENGAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL PADA FERTILISASI IN VITRO FRANSISKUS CHRISTIANTO RAHARJA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS TERDAPAT HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan infertilitas. Sampel merupakan pasien rawat inap yang telah menjalani perawatan pada Januari 2012-Juli 2013. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas dan kelebihan berat badan bukan hanya menjadi masalah di negara maju tetapi juga merupakan masalah yang semakin meningkat di negara-negara berkembang. Obesitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas merupakan kelainan sistem reproduksi yang menyebabkan pasangan suami-istri mengalami kegagalan kehamilan setelah melakukan hubungan secara rutin dan tanpa

Lebih terperinci

HUBUNGAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL DENGAN RESPONS OVARIUM TERHADAP STIMULASI OVULASI. IB Putra Adnyana

HUBUNGAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL DENGAN RESPONS OVARIUM TERHADAP STIMULASI OVULASI. IB Putra Adnyana Artikel asli HUBUNGAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL DENGAN RESPONS OVARIUM TERHADAP STIMULASI OVULASI Sub Divisi FER Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unud / RS Sanglah Denpasar ABSTRACT CORRELATION OF ANTRAL

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011 vi ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011 Aggie, 2011; Pembimbing I : DR. Felix Kasim, dr., M. Kes. Pembimbing

Lebih terperinci

GYNECOLOGIC AND OBSTETRIC DISORDERS. Contraception

GYNECOLOGIC AND OBSTETRIC DISORDERS. Contraception GYNECOLOGIC AND OBSTETRIC DISORDERS Contraception DEFINISI Kontrasepsi adalah suatu proses pencegahan kehamilan yang dilakukan dengan 2 cara yaitu : Menghambat sperma mencapai ovum yang telah matang (i.e

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

Hubungan Jumlah Folikel Antral dengan Respons Ovarium terhadap Stimulasi Ovulasi

Hubungan Jumlah Folikel Antral dengan Respons Ovarium terhadap Stimulasi Ovulasi Vol 32, No 1 Januari 2008 dan respons stimulasi ovulasi 33 Hubungan Jumlah Folikel Antral dengan Respons Ovarium terhadap Stimulasi Ovulasi I.B.P. ADNYANA Divisi FER Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui dan kehamilan merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi wanita. Kembalinya menstruasi dan ovulasi bervariasi setiap ibu postpartum, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor di bidang itu, baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. Penelitian ini merupakan penelitian observasional karena peneliti

Lebih terperinci

Pengaruh Tingkat Stres dan Kadar Kortisol dengan Jumlah Folikel Dominan pada Penderita Infertilitas yang Menjalani Fertilisasi Invitro

Pengaruh Tingkat Stres dan Kadar Kortisol dengan Jumlah Folikel Dominan pada Penderita Infertilitas yang Menjalani Fertilisasi Invitro Pengaruh Tingkat Stres dan Kadar Kortisol dengan Jumlah Folikel Dominan pada Penderita Infertilitas yang Menjalani Fertilisasi Invitro Awik Setiyono 1, Hendy Hendarto 1, Budi Prasetyo 1, Margarita M. Maramis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family Menispermaceae yang mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat digunakan untuk mengobati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 1,38%. Berdasarkan hasil perhitungan pusat data

Lebih terperinci

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL DAN KONTRASEPSI SUNTIK DI KELURAHAN X BANDUNG

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL DAN KONTRASEPSI SUNTIK DI KELURAHAN X BANDUNG ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL DAN KONTRASEPSI SUNTIK DI KELURAHAN X BANDUNG Risya Juniarti, 2016. Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping : Lusiana Darsono, dr., M.Kes : Rimonta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan endometrium dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Jumlah penduduk merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh setiap negara, karena membawa konsekuensi di segala aspek antara lain pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Zulliati 1, Muhammad Basit 2,Tria Dwi Putri 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014 i HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014 OLEH: RANI LESTARI B. 110100128 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak di pelihara petani-peternak di Sumatera Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi pesisir dapat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN USIA MENOPAUSE DI DESA KEMBANGRINGGIT KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO ULFATUT THOYIBAH

PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN USIA MENOPAUSE DI DESA KEMBANGRINGGIT KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO ULFATUT THOYIBAH PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN USIA MENOPAUSE DI DESA KEMBANGRINGGIT KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO ULFATUT THOYIBAH 1211010086 Subject : Kontrasepsi Hormonal, Usia Menopause, Wanita Menopause

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Payudara merupakan masalah kesehatan di dunia, kejadian dan kematian akibat kanker payudara terus meningkat di semua negara, baik negara maju, berkembang, maupun

Lebih terperinci

MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM RUSWANA ANWAR

MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM RUSWANA ANWAR MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM RUSWANA ANWAR SUBBAGIAN FERTILITAS DAN ENDOKRINOLOGI REPRODUKSI BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD BANDUNG 2005 1 MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

Kontrasepsi Hormonal (PIL) Kontrasepsi Hormonal (PIL) A.KONTRASEPSI HORMONAL Adalah: kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron Bentuk kontrasepsi hormonal, antara lain: 1. Kontrasepsi oral 2. Kontrasepsi suntik

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PROPORSI ABNORMALITAS KADAR LUTEINIZING HORMONE

PERBANDINGAN PROPORSI ABNORMALITAS KADAR LUTEINIZING HORMONE PERBANDINGAN PROPORSI ABNORMALITAS KADAR LUTEINIZING HORMONE BERDASARKAN GEJALA GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL DAN SOSIODEMOGRAFI PADA PEREMPUAN DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI Dheeva N.M. 1*, Muchtaruddin Mansyur

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan yang berarti apabila istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan ini tidak diperiksa.

Lebih terperinci

Kata Kunci: kalsium, dismenore primer, gejala menstruasi

Kata Kunci: kalsium, dismenore primer, gejala menstruasi ABSTRAK EFEK KONSUMSI KALSIUM TERHADAP SKALA NYERI DISMENORE PRIMER PADA PEREMPUAN USIA 19-24 TAHUN Alfred Tri Susanto, 2016; Pembimbing I : Fen Tih, dr., M.Kes Pembimbing II : Cherry Azaria, dr., M.Kes

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Gambar 4.1 Folikel Primer. 30 Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Gambar 4.1 Folikel Primer. 30 Universitas Indonesia BAB 4 HASIL Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemajanan medan elektromagnet pada jumlah folikel ovarium mencit. Hasil penelitian ini membandingkan antara kelompok kontrol

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uterus 2.1.1. Anatomi dan Histologi Uterus Uterus berbentuk seperti buah pir dan berdinding tebal. Yang terdiri dari fundus uteri, korpus uteri, cavum uteri. Ukuran dari fundus

Lebih terperinci

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TRAMADOL DENGAN KOMBINASI TRAMADOL + KETOLORAC PADA PENANGANAN NYERI PASCA SEKSIO SESAREA

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TRAMADOL DENGAN KOMBINASI TRAMADOL + KETOLORAC PADA PENANGANAN NYERI PASCA SEKSIO SESAREA PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TRAMADOL DENGAN KOMBINASI TRAMADOL + KETOLORAC PADA PENANGANAN NYERI PASCA SEKSIO SESAREA 1 Ayu Y.S Fajarini 2 Lucky Kumaat, 2 Mordekhai Laihad 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... SURAT PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... SURAT PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... ABSTRACT Hormonal imbalance can cause changes in oral mucosa. The changes in hormone levels and a decrease in the immune system during the menstrual cycle cause oral mucosa to become sensitive. The changes

Lebih terperinci

Maj Obstet 228 Maryati dkk Ginekol Indones

Maj Obstet 228 Maryati dkk Ginekol Indones Maj Obstet 228 Maryati dkk Ginekol Indones Laporan Penelitian Perbandingan pengaruh letrozol dan klomifen sitrat terhadap jumlah folikel matang, terjadinya ovulasi dan ketebalan endometrium pada perempuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita. kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Hal ini mencakup infeksi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita. kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Hal ini mencakup infeksi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita Organ-organ reproduksi wanita membentuk suatu sistem kompleks yang dapat menimbulkan berbagai masalah atau gangguan pada setiap

Lebih terperinci

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11 Skenario gangguan MENSTRUASI Rukmono Siswishanto SMF/Bagian Obstetri & Ginekologi RS Sardjito/ Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Anita, wanita berumur 24 tahun datang ke tempat praktek karena sejak 3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jenjang Indonesia yang diselenggarakan secara terstruktur dan menjadi tanggung jawab Kemendiknas. Tingkat pendidikan dibagi kedalam

Lebih terperinci

ABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah

ABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah ABSTRAK Menurut WHO, kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah satu jenis kanker yang tingkat kejadiannya

Lebih terperinci

Pend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi

Pend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi TERAPI HORMONAL & NONHORMONAL DALAM PENATALAKSANAAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI (PUD) Pendahuluan Etiologi PUD Belum diketahui i pasti Beberapa pilihan terapi Pendahuluan Pembagian : PUD akut kronis Perimenarcheal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap jumlah kelenjar endometrium, jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran 14 HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran Alat kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) hormonal mengandung estrogen dan progesteron yang secara langsung dapat mempengaruhi daur alamiah menstruasi.

Lebih terperinci

Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh

Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh kelenjar endokrin dan disekresikan ke dalam aliran darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam periode 10 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 10 tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

Fatimah Sari, M., Studi Komparasi Kadar...

Fatimah Sari, M., Studi Komparasi Kadar... 27 STUDI KOMPARASI KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA AKSEPTOR KB SUNTIK KOMBINASI DAN PROGESTIN DI BPM YOSI TRIHANA KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH TAHUN 2015 Comparison Study Of Blood Glucose Levels During

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D. dkk, Hubungan antara Status Gizi dan Siklus Menstruasi... 99 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D, Selty Tingubun Universitas Respati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** A. Pengantar Sistem reproduksi pada manusia dapat dibedakan menjadi sistem reproduksi laki-laki dan wanita sesuai jenis kelaminnya. 1. Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Haid Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di Eropa yang juga telah menyerap sebagian besar anggaran kesehatan (Kulesh et al., 2010). Stroke menempati

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta awal masa reproduksi. Kejadian yang

Lebih terperinci

DIFFERENCE OF THE EFFECT OF CLOMIPHENE CITRATE AND LETROZOLE ON THE FOLLICLE GROWTH AND HORMONAL PROFILE IN WOMAN WITH UNEXPLAINED INFERTILITY.

DIFFERENCE OF THE EFFECT OF CLOMIPHENE CITRATE AND LETROZOLE ON THE FOLLICLE GROWTH AND HORMONAL PROFILE IN WOMAN WITH UNEXPLAINED INFERTILITY. PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN CLOMIPHENE CITRATE DAN LETROZOLE TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL SERTA PROFIL HORMONAL PADA WANITA DENGAN UNEXPLAINED INFERTILITY DIFFERENCE OF THE EFFECT OF CLOMIPHENE CITRATE

Lebih terperinci

INTISARI. Kata Kunci : Kontrasepsi Suntik, Produksi ASI, 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, 3 Puskesmas Perawatan Kelua Kabupaten Tabalong

INTISARI. Kata Kunci : Kontrasepsi Suntik, Produksi ASI, 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, 3 Puskesmas Perawatan Kelua Kabupaten Tabalong INTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 1 BULAN DAN 3 BULAN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS PERAWATAN KELUA KABUPATEN TABALONG Tri Yusna Sari 1 ;Erna Prihandiwati 2 ; Enggar

Lebih terperinci

DIFFERENCE OF THE EFFECT OF CLOMIPHENE CITRATE AND LETROZOLE ON THE FOLLICLE GROWTH AND HORMONAL PROFILE IN WOMAN WITH UNEXPLAINED INFERTILITY.

DIFFERENCE OF THE EFFECT OF CLOMIPHENE CITRATE AND LETROZOLE ON THE FOLLICLE GROWTH AND HORMONAL PROFILE IN WOMAN WITH UNEXPLAINED INFERTILITY. PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN CLOMIPHENE CITRATE DAN LETROZOLE TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL SERTA PROFIL HORMONAL PADA WANITA DENGAN UNEXPLAINED INFERTILITY DIFFERENCE OF THE EFFECT OF CLOMIPHENE CITRATE

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai pengruh pemberian ekstrak kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.) terhadap perkembangan folikel ovarium tikus putih diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas secara umum didefinisikan sebagai hubungan seksual tanpa proteksi selama 1 tahun yang tidak menghasilkan konsepsi. Dalam satu tahun, konsepsi terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdarahan uterus abnormal merupakan perdarahan dari uterus yang disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak berdarah (Manuaba,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya menjadikan subsektor peternakan sebagai pendorong kemandirian pertanian Nasional, dibutuhkan terobosan pengembangan sistem peternakan. Dalam percepatan penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.

Lebih terperinci

Jadwal Acara PRA KONAS

Jadwal Acara PRA KONAS Jadwal Acara PRA KONAS 1. Workshop USG Transvaginal Topik 07.30 08.00 Pendaftaran 08.00 08.10 Pendahuluan 08.10 08.30 Tips dan Trik USG Trannsvaginal, Anatomi Organ Panggul 08.30 08.50 Etiko dan Medikolegal

Lebih terperinci