BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Yuliani Muljana
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas secara umum didefinisikan sebagai hubungan seksual tanpa proteksi selama 1 tahun yang tidak menghasilkan konsepsi. Dalam satu tahun, konsepsi terjadi pada sekitar 85-90% pasangan muda sehat. Oleh karena itu, kejadian infertilitas sebesar 10-15% pasangan(fritz & Speroff, 2011b). Di Indonesia, angka kejadian infertilitas belum dapat diperkirakan dengan tepat karena pencatatan perkawinan dan kelahiran belum dilaksanakan dengan sempurna, namun diperkirakan tidak berbeda jauh dari angka kejadian secara umum, yaitu sekitar 10-20%(Soebijanto & Muharam, 2009). Saat infertilitas tampak semakin jelas dan secara sosial semakin dapat diterima di masyarakat, keengganan pasangan-pasangan infertil untuk mendapatkan penanganan masalah infertilitas semakin berkurang. Hal ini didukung dengan klinisi yang lebih peka dan lebih terlatih dalam mendiagnosis dan menangani kasus infertilitas. Keberagaman dan ketersediaan layanan infertilitas juga meningkat secara dramatis dalam 25 tahun terakhir termasuk perkembangan Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) dan kontroversi yang muncul yang cukup banyak menarik perhatian masyarakat(fritz & Speroff, 2011b). Di Indonesia, pertumbuhan jumlah kasus Fertilisasi In Vitro (FIV)yang ditangani di seluruh klinik infertilitas meningkat sebesar 25% pada tahun 2015, dimana jumlah kasus mencapai 6008 kasus(perfitri, 2015). Hormon memiliki peranan penting dalam tahapan-tahapan fertilisasi, dimulai dari perkembangan folikel, pematangan oosit, perkembangan embrio, implantasi embrio, reseptivitas endometrium, transformasi sel stroma menjadi sel desidua, bahkan sesudah terjadinya kehamilan(salehnia&zavareh, 2013). 5

2 Efek dalam kesuksesan FIV telah banyak dipelajari dalam berbagai dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan (Al-Azemi et al., 2012). Beberapa menyimpulkan bahwa peningkatan kadar hormon pada stimulasi ovarium berhubungan dengan penurunan rasio implantasi dan kehamilan (Li et al., 2008; Bosch et al., 2010; Venetis et al., 2013; Kolibianakis et al., 2011; Nayak et al., 2014). Namun beberapa yang lain tidak memperoleh hasil yang mendukung (Andersen et al., 2011; Xu et al., 2012). Faktor - faktor yang mempengaruhi hubungan antara peningkatan kadar hormon pada akhir fase proliferasi dengan keberhasilan kehamilan sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, namun beberapa pendapat ahli mengemukakan kadar yang tinggi mengakibatkan terjadinya luteinisasi dini. Pendapat yang lain menyebutkan gangguan pengaturan penerimaan embrio pada saat implantasi akibat peningkatan kadar hormon luteinizing (LH), desensitisasi hormon GnRH (Gonadotropine Releasing Hormone) agonis yang tidak lengkap, peningkatan sensitivitas reseptor hormon LH terhadap sel granulosa yang diakibatkan oleh peningkatan kadar hormon (Elnashar, 2010; Dovey et al., 2011; Nayak et al., 2014; Al-Azemi et al., 2012). Pada kebanyakan studi, pengukuran kadar dalam memprediksi keberhasilan kehamilan dilakukan pada hari pemberian hormon human Chorionic Gonadotropin (hcg). Namun Nayaket al., (2014) melakukan pengukuran kadar pada saat dilakukan pengambilan oosit, dengan pertimbangan pada hari dilakukan pengambilan oosit, terjadi peningkatan kadar akibat efek peningkatan LH endogen disamping terjadinya peningkatan akibat pemberian hormon hcg. Dari tersebut disimpulkan peningkatan kadar pogesteron pada saat pengambilan oosit secara signifikan menurunkan rasio implantasi maupun keberhasilan kehamilan pada FIV pada stimulasi ovarium dengan menggunakan protokol pendek GnRH antagonis(zhu et al., 2014; Nayak et al., 2014). 6

3 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, pertanyaan dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah kadar hormon pada saat pengambilan sel telur berhubungan dengan keberhasilan Fertilisasi In Vitro (FIV). C. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan kadar pada saat pengambilan oosit terhadap keberhasilan FIV, serta faktor faktor yang berpengaruh pada peningkatan kadar saat pengambilan oosit. D. Manfaat Penelitian Dengan hasil yang diperoleh mengenai pengaruh peningkatan kadar terhadap keberhasilan FIV, diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam memprediksi keberhasilan program FIV. Apabila diperoleh hasil dimana peningkatan kadar dapat menurunkan keberhasilan kehamilan. E. Keaslian Penelitian Sudah banyak yang mempelajari mengenai pengaruh peningkatan kadar pada keberhasilan program Fertilisasi In Vitro dengan metode dan luaran yang berbeda. 7

4 Tabel 1. Perbedaan saat ini dengan - sebelumnya Nama Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Perbedaan Peneliti Penelitian Venetis et al., (2013) Progesteron elevation and probability of pregnancy after IVF: a systematic review and metaanalysis of over cycles Systematic review dan metaanalisis Peningkatan kadar hormon pada hari pemberian hormon hcg berhubungan dengan penurunan kemungkinan kehamilan pada FIV fresh cycle terhadap wanita yang diinduksi ovarium dengan menggunakan GnRH analog dan gonadotropin. Hormon diukur pada saat pengambilan oosit, berbeda. Nayak et Progesterone Kohort Angka kejadian Tidak al., (2014) level at oocyte prospektif implantasi dan membatasi retrieval predicts angka kejadian jenis ptorokol in vitro kehamilan yang fertilization secara signifikan digunakan, success in a short- lebih tinggi pada 8

5 antagonist kelompok protokol: a dengan kadar prospective cohort <12 study ng/ml. berbeda. Niu et al., Progesterone Kohort Kadar Tidak (2008) levels on oocyte prospektif membatasi retrieval day can berhubungan teknik predict the dengan jumlah fertilisasi quantity of viabel oosit dan jumlah yang embryos but not embrio yang digunakan, pregnancy dihasilkan, tetapi luaran outcome of tidak dapat termasuk rasio intracytoplasmic memprediksi kehamilan, sperm injection rasio kehamilan 9

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fertilisasi in vitro (FIV) merupakan salah satu cara bagi pasangan infertil untuk memperoleh keturunan. Stimulasi ovarium pada program FIV dilakukan untuk