BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. INFERTILITAS Sebelum pemeriksaan apapun dimulai, penyebab utama ketidaksuburan dan komponen dasar evaluasi infertilitas yang dirancang untuk mengidentifikasi penyebab tersebut harus diuraikan untuk pasangan tersebut. Penyebab utama infertilitas meliputi disfungsi ovulasi (15%), patologi tuba dan peritoneum (30-40%), dan faktor laki-laki (30-40%). Kejadian infertilitas dikalangan wanita berusia tahun telah meningkat selama 30 tahun terakhir, mencapai 10,2% pada Bahkan yang termuda bereproduksi mulai usia tahun pada tahun Meningkatnya jumlah wanita yang belum pernah hamil dengan usia yang lebih tua dan kurang subur secara biologis terus mencoba untuk hamil. 1 Gambar 1. Hubungan umur dengan reproduksi wanita Kapan pemeriksaan pasangan infertil sebaiknya mulai dilakukan? Obel R (1940) memperkirakan 25% pasien akan hamil dalam bulan pertama, 13

2 55% hamil sesudah 3 bulan dan 70% hamil sesudah 7 bulan koitus tanpa kontrapsesi. 8 Pada populasi umum, kemungkinan untuk hamil pada setiap siklus menstruasi adalah 15-20%. 4,8 Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk hamil setelah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi selama 12 bulan. 4,5 Infertilitas terbagi menjadi infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer terjadi pada wanita yang tidak pernah mencapai konsepsi dan infertilitas sekunder terjadi pada wanita yang pernah mengalami konsepsi sebelumnya. Lebih banyak wanita dengan infertilitas primer dari pada infertilitas sekunder mencari nasehat medis. Kira-kira 4% wanita infertil tidak akan pernah mempunyai anak dan 4 sampai 6% lainnya tidak akan mencapai kelahiran hidup selanjutnya. Beban psikologik dan keuangan yang ditimbulkan diagnosis ini pada pasangan bisa sangat memberatkan. Pembelanjaan untuk pengobatan infertilitas di Amerika Serikat diperkirakan mencapai sekitar satu milyar dollar per tahun FISIOLOGI PENUAAN REPRODUKSI Selama masa hidup janin, sel berkembang biak dengan cepat oleh mitosis untuk menghasilkan sekitar 6-7 juta oogonium pada kehamilan minggu. Sejak saat itu, populasi sel germinal mulai menurun melalui proses apoptosis yang diatur gen. Sel germinal berubah menjadi oosit setelah memasuki pembelahan meiosis pertama, jumlah sel germinal turun menjadi 1 sampai 2 juta saat lahir dan menjadi sekitar sampai pada awal pubertas. Selama tahun masa reproduksi, hanya sekitar 400 sampai 500 oosit akan berovulasi, sisanya hilang mengalami atresia, seperti yang terlihat pada gambar

3 Gambar 2. Hubungan perkembangan folikel dengan usia Selama fase folikuler terjadi urutan kejadian yang menjamin jumlah folikel yang tepat, siap untuk berovulasi. Pada ovarium manusia, hasil akhir dari perkembangan folikuler ini biasanya hanya satu folikel matang yang mampu bertahan. Proses ini, yang terjadi selama rentang hari pertama, menunjukkan suatu rangkaian kerja dari hormon dan peptida autokrin-parakrin dalam folikel, yang menyebabkan folikel yang yang ditakdirkan untuk berovulasi melalui suatu periode pertumbuhan dari folikel primordial menjadi folikel preantral, antral, dan preovulatori. 1 Folikel yang ditakdirkan untuk berovulasi direkrut dalam beberapa hari pertama dari siklus haid. Perkembangan dini dari folikel terjadi sepanjang beberapa siklus haid, tetapi folikel ovulatoar adalah satu dari sekelompok folikel yang direkrut pada waktu transisi fase luteal folikel. Fase pertumbuhan folikel secara keseluruhan diperkirakan 90 hari atau 3 siklus ovarium. Lama total waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan preovulasi adalah sekitar 85 hari. Dinamika proses folikel digambarkan dalam berbagai tahap, antara lain proses perekrutan, seleksi, dominasi dan ovulasi. Diperkirakan 50 folikel setiap hari mulai berkembang pada ovarium manusia, kebanyakan mengalami atresia (99%). Folikel primer 15

4 berasal dari folikel primordial, perkembangan ini ditandai dengan pembesaran oosit dari 15u menjadi 100u, perkembangan zona pelucida, dan adanya paling sedikit 2 lapisan sel granulosa. Dengan adanya perubahan hormonal pada fase luteal lanjut dan permulaan siklus baru berupa sedikit peningkatan kadar FSH, sekelompok folikel berkembang menjadi tahap pre antral. Pada tahap ini folikel berukuran 200u dengan beberapa lapisan sel granulosa. Dibawah pengaruh FSH, jumlah reseptor FSH pada sel granulosa meningkat menjadi 1500 reseptor persel dan pada saat yang sama sel mulai menghasilkan 17-estradiol dengan proses aromatisasi androgen yang yang berasal dari sel teka. FSH dan estrogen bersama-sama menyebabkan proliferasi sel granulosa dan meningkatkan jumlah reseptor FSH pada plasma membran sel granulosa. Produksi cairan folikuler meningkat dan menumpuk dalam ruang intraseluler yang akhirnya saling berhubungan dan membentuk rongga yang disebut sebagai antrum dengan diameter 500u. Gambaran morfologi yang menandai pertumbuhan folikel sekunder dan dimulainya kepekaan folikel terhadap gonadotropin adalah adanya antrum. 1 Gambar 3. Perkembangan ukuran folikel ovarium 16

5 Sebagian besar dari waktu ini (sampai tahap lanjut) melibatkan kejadian yang independen dari regulasi hormonal. Akhirnya, sekelompok folikel ini mencapai suatu tingkat dimana bila tidak direkrut (diselamatkan) oleh FSH, akan menjadi atresia. Dengan demikian, folikel ini terus menerus tersedia (ukuran 2-5 mm) untuk berespon terhadap FSH. Peningkatan FSH adalah hal yang sangat penting dalam menyelamatkan sekelompok folikel dari atresia (nasib dari kebanyakan folikel), yang akhirnya hanya satu folikel yang dominan yang muncul dan mengalami proses ovulasi. Tanpa adanya peningkatan kadar FSH sirkulasi yang persisten maka sekelompok folikel tersebut akan mengalami proses apoptosis yaitu kematian sel fisiologis yang terprogram untuk menghilangkan sel-sel yang berlebihan. 1 Gambar 4. Hubungan diameter folikel antral dengan volume cairan antral ovarium Rekruitmen secara tradisional telah digunakan untuk menjelaskan pertumbuhan folikel antral yang terus menerus sebagai respon terhadap FSH. Ada sebuah konsep yang lebih yang menyatakan bahwa sekelompok folikel yang berespon terhadap FSH pada permulaan siklus haid diselamatkan dari apoptosis. Ingatlah bahwa perkembangan folikel yang sangat dini mulai secara terus menerus dan tidak dipengaruhi oleh gonadotropin. Nasib kebanyakan dari folikel ini adalah apoptosis; hanya 17

6 folikel-folikel (folikel-folikel yang siap berespon terhadap peningkatan FSH selama transisi luteal folikuler) yang terpapar terhadap peningkatan FSH yang memiliki nasib baik untuk berkompetisi untuk diseleksi menjadi sebuah folikel dominan. Pola umum pertumbuhan folikel yang terbatas pertumbuhannya dan cepat mengalami atresia di intrupsi pada permulaan siklus menstruasi saat sekelompok folikel (setelah sekitar 70 hari pengembangan) berespon terhadap perubahan hormonal dan didorong untuk tumbuh. Penurunan steroidogenesis pada fase luteal dan sekresi inhibin-a memungkinkan peningkatan FSH, yang dimulai beberapa hari sebelum menstruasi. Penentuan waktu pada kejadian penting ini didasarkan pada data yang berasal dari immunoassay FSH. Dengan menggunakan pengukuran bioaktivitas FSH yang sensitif, dinyatakan bahwa peningkatan bioaktivitas FSH dimulai pada pertengahan hingga akhir fase luteal. 1 Gambar 5. Hubungan siklus ovulasi dengan diameter folikel antral ovarium 18

7 Gambar 6. Hubungan perkembangan folikel dengan diameter folikel ovarium FSH bekerja secara sinergis dengan estrogen untuk merangsang proliferasi sel-sel granulosa melalui kerja mitogeniknya. FSH dan estrogen bekerjasama meningkatkan akumulasi cepat dari reseptor FSH yang merefleksikan peningkatan sel-sel granulosa. Munculnya estrogen secara dini dalam folikel menyebabkan folikel dapat berespon terhadap konsentrasi FSH yang relatif rendah, inilah fungsi autokrin estrogen dalam folikel. Sementara sel-sel granulosa terus mengalami pertumbuhan, sel-sel ini berdiferensiasi menjadi beberapa subkelompok dengan populasi sel yang berbeda. Diferensiasi ini tampaknya ditentukan oleh posisi relatif sel-sel granulosa terhadap oosit. 1 Peran androgen pada perkembangan folikel dini cukup kompleks. Reseptor androgen khusus ada pada sel granulosa. Androgen tidak hanya berperan sebagai substrat untuk aromatisasi oleh FSH, tetapi pada konsentrasi rendah dapat lebih lanjut meningkatkan aktivitas aromatase. Bila terpapar terhadap lingkungan yang kaya androgen, sel-sel granulosa preantral merangsang konversi androgen menjadi 5α-reduced androgen yang lebih potent dari pada menjadi estrogen. Androgen ini tidak dapat 19

8 dikonversi menjadi estrogen dan sesungguhnya menghambat aktivitas aromatase. 5α-reduced androgen juga menghambat pembentukan reseptor LH oleh stimulasi FSH, langkah lain yang penting dalam perkembangan folikel. 1 Pada konsentrasi rendah, androgen meningkatkan aromatisasinya sendiri dan berkontribusi terhadap produksi estrogen. Pada kadar yang lebih tinggi, kapasitas aromatisasi menjadi terbatas, dan folikel menjadi androgenik dan atresia. Folikel akan terus berkembang hanya jika kadar FSH meningkat dan LH yang rendah. Folikel ini yang muncul pada akhir fase luteal atau pada awal dari siklus menstruasi akan didukung oleh lingkungan dimana aromatisasi sel-sel granulosa dapat terjadi. Keberhasilan sebuah folikel bergantung pada kemampuan untuk mengubah lingkungan mikronya yang dominan androgen menjadi lingkungan mikro yang dominan estrogen. 1 Di bawah pengaruh sinergis estrogen dan FSH ada peningkatkan produksi cairan folikuler yang terakumulasi dalam intersel dari sel-sel granulosa, yang akhirnya bersatu membentuk kavitas, saat folikel mencapai tahap transisi menjadi folikel antral. Akumulasi cairan folikular memberikan suatu media dimana oosit dan sel granulosa sekitarnya bisa mendapatkan nutrisi dalam suatu lingkungan hormonal yang spesifik. Sel-sel granulosa yang mengelilingi oosit disebut cumulus oophorus. Diferensiasi sel-sel cumulus diyakini akibat respon terhadap sinyal yang berasal dari oosit. 1 Dengan adanya FSH, estrogen menjadi substansi yang dominan di dalam cairan folikel. Sebaliknya, bila FSH tidak ada, androgenlah yang menjadi dominan. LH normalnya tidak ada di dalam cairan folikuler kecuali di pertengahan siklus. Bila LH meningkat prematur di dalam sirkulasi dan cairan antral, aktivitas mitosis pada sel-sel granulosa menurun, terjadi 20

9 perubahan degeneratif, dan kadar androgen dalam folikel meningkat. Oleh karena itu, dominansi estrogen dan FSH penting untuk mempertahankan akumulasi sel-sel granulosa dan pertumbuhan folikuler secara terus menerus. Folikel antral dengan tingkat tertinggi proliferasi sel-sel granulosanya mengandung konsentrasi estrogen tertinggi dan rasio androgen/estrogen terendah, dan folikel yang paling besar kemungkinannya memiliki oosit yang sehat. Lingkungan androgenik akan mengantagonis proliferasi sel-sel granulosa yang diinduksi oleh estrogen, dan bila ini terus menerus berlangsung akan menyebabkan perubahan degeneratif pada oosit. 1 Interaksi antara kompartemen sel-sel granulosa dan sel-sel teka yang menyebabkan produksi estrogen dipercepat, tidaklah sepenuhnya berfungsi sampai perkembangan antral lanjut. Seperti sel-sel granulosa preantral, sel-sel granulosa folikel antral kecil menunjukkan suatu tendensi invitro untuk mengubah sejumlah androgen menjadi 5α-reduced androgen yang lebih potent. Sebalikannya, sel-sel granulosa yang berasal dari folikel antral yang lebih besar lebih mudah dan cenderung merubah androgen menjadi estrogen. Perubahan dari lingkungan mikro yang androgenik menjadi lingkungan mikro yang estrogenik (suatu kompersi yang esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut) adalah bergantung pada peningkatan sensitivitas terhadap FSH, melalui kerja FSH dan diperkuat oleh estrogen. 1 Konversi yang sukses menjadi sebuah folikel yang dominan estrogen menandai seleksi sebuah folikel yang ditakdirkan untuk berovulasi, suatu proses dimana dengan sedikit pengecualian, hanya satu folikel tunggal yang sukses. Proses seleksi ini merupakan hasil dari pada dua kerja estrogen pada tingkat yang signifikan: 1. Interaksi lokal antara estrogen dan FSH di dalam folikel, 2. Efek estrogen terhadap sekresi FSH hipofise. Sementara estrogen memberikan pengaruh yang positif terhadap kerja 21

10 FSH dalam folikel yang matang, sedangkan pada tingkat hipothalamus-hipofise estrogen memberikan efek umpan balik negatifnya terhadap FSH yang akan berperan untuk menarik dukungan gonadotropin terhadap folikel lain yang kurang berkembang. Turunnya kadar FSH akan menyebabkan penurunan aktivitas aromatase yang bergantung pada FSH yang membatasi produksi estrogen pada folikel yang kurang matang. Bahkan jika folikel yang lebih kecil mampu menciptakan lingkungan yang mikroestrogenik, turunnya dukungan FSH akan mengganggu proliferasi dan fungsi sel-sel granulosa, menyebabkan suatu perubahan menjadi lingkungan mikro yang androgenik, dan dengan demikian akan menyebabkan atresia yang irreversibel. Memang benar bahwa kejadian pertama pada proses atresia adalah penurunan reseptor FSH pada lapisan sel-sel granulosa. Pada hari ke 5-7 siklus haid terjadi proses seleksi folikel dominan yang mempunyai kemampuan merubah androgen menjadi estrogen. Folikel yang lain berhenti berkembang dan mengalami proses atresia. Folikel dominan terus tumbuh dan menghasilkan estrogen yang memberikan sinyal umpan balik negatif terhadap produksi FSH dan menyebabkan penurunan FSH. FSH menginduksi munculnya reseptor LH pada sel granulosa. Suatu proses yang diperkuat dengan kondisi kadar estrogen yang tinggi pada saat yang bersamaan. Produksi estrogen secara bertahap meningkat dan kadar estrogen mencapai konsentrasi ambang batas yang diperlukan untuk terjadinya LH surge yang dimulai jam setelah serum estrogen mencapai konsentrasi puncak. 1,18 22

11 Gambar 7. Gambar siklus menstruasi pada wanita Karakteristik menstruasi pada wanita yang lebih tua berhubungan dengan jumlah folikel yang tersisa. Ovarium perempuan tua yang masih teratur menstruasi mengandung folikel 10 kali lebih banyak dibandingkan dengan wanita perimenopause yang jarang menstruasi, folikel hampir tidak ada dalam ovarium wanita postmenopause. Terlepas dari usia, interval dari hilangnya keteraturan menstruasi sampai menopause adalah sekitar 5 tahun. Riwayat menstruasi saja sering kali sudah cukup untuk menetapkan diagnosis anovulasi. Menstruasi pada wanita dengan ovulasi normal umumnya teratur, dapat diprediksi, dengan durasi dan volume yang tetap, dan biasanya disertai dengan pola gejala pramenstruasi dan menstruasi yang dapat dikenal. 1 Selama masa reproduktif, pada kebanyakan wanita, percepatan pengurangan folikel dan penurunan fertilitas mulai terjadi pada usia tahun (hingga mencapai oosit), kemudian menopause terjadi ±setelah 13 tahun kemudian (rata-rata 51 tahun). Pada studi epidemiologi, 23

12 kira-kira 10% wanita pada populasi umum mengalami menopause pada usia 45 tahun, mungkin karena mereka dilahirkan dengan cadangan folikel ovarium yang lebih kecil dari orang normal yang secara fungsional mengalami deplesi pada umur yang lebih muda. Analisa silsilah keluarga telah mengungkapkan bahwa gambaran genetik menopause dini (usia 40-45) dan kegagalan ovarium prematur adalah sama dan menunjukkan suatu pola pewarisan dominan melalui keluarga ibu atau keluarga ayah. Pada saat menopause, jumlah folikel yang tersisa kurang dari 1000 folikel tanpa memandang usia. 1 Pada saat wanita mencapai usia 40 tahunan, mulai berlangsung proses anovulasi. Sebelum anovulasi terjadi lebih umum, dan sebelum terjadi anovulasi panjang siklus menstruasinya memanjang, yang mulai terjadi 2-8 tahun sebelum menopause. Dalam suatu penelitian longitudinal dari Australia, bila panjang siklus mentruasi lebih dari 42 hari, diramalkan menapause akan terjadi dalam waktu 1 atau 2 tahun kemudian. Periode siklus menstruasi yang lebih panjang ini secara seragam mendahului terjadinya menopause tanpa memandang usia saat menstruasi berhenti, apakah menopausenya cepat atau lambat. Penentu utama panjang siklus menstruasi adalah lamanya fase folikuler. Perubahan siklus menstruasi ini yang terjadi sebelum menopause adalah ditandai oleh peningkatan kadar FSH dan penurunan kadar inhibin, tetapi kadar LH tetap normal dan kadar estradiol hanya sedikit meningkat. Panjangnya siklus menstruasi ditentukan oleh kecepatan dan kualitas dari pertumbuhan dan perkembangan folikel, dan hal ini bervariasi antar tiap individu. 1 Ketika tingkat pengurangan folikuler mulai meningkat selama masa usia reproduktif lanjut, tetapi sebelum adanya perubahan yang nyata dalam hal regularitas menstruasi, kadar FSH serum mulai meningkat; konsentrasi LH tetap tidak berubah. Peningkatan kadar FSH sirkulasi saja tanpa 24

13 peningkatan LH bisa akibat dari perubahan yang berkaitan dengan umur pada pola sekresi pulsatil GnRH atau akibat dari pengurangan folikel yang progresif dan tingkat penghambatan umpan balik yang rendah terhadap sekresi FSH hipofise oleh hormon ovarium. Bukti-bukti yang ada sekarang menyokong penjelasan yang kedua. Walaupun frekuensi pulsasi sekresi GnRH yang lebih lambat, lebih merangsang sekresi FSH dibanding sekresi LH, frekuensi dan amplitudo pola pulsasi sekresi LH pada wanita yang muda atau tua adalah hampir sama bahkan setelah ooverektomi. Kadar inhibin B sirkulasi pada fase lutal mengalami penurunan pada saat atau bahkan sebelum konsentrasi FSH mulai meningkat. Kemudian terjadi juga penurunan kadar inhibin A serum fase luteal. Kedua inhibin secara selektif menghambat sekresi FSH hipofise. Akibatnya kadar FSH meningkat secara progresif karena produksi inhibin dari simpanan folikel yang mengalami penuaan menurun, paling jelas pada fase folikular dini. Produksi inhibin yang menurun mungkin menggambarkan jumlah folikel yang semakin menyusut, penurunan kapasitas fungsional folikel yang lebih tua, atau kedua-duanya. Pengamatan bahwa konsentrasi inhibin cairan folikel preovulasi adalah hampir sama pada wanita yang muda dan tua yang masih menstruasi, menyatakan bahwa jumlah folikel yang tersisa adalah faktor yang paling penting. 1 Dengan bertambahnya usia maka kadar FSH meningkat, maka fase folikuler semakin pendek tapi kadar LH dan durasi fase luteal tidak berubah. Siklus menstruasi tetap teratur, tetapi panjang dan variabilitas siklus menstruasi keseluruhan mengalami penurunan. Saat kadar FSH meningkat dan fase folikuler semakin pendek, maka kadar estradiol meningkat lebih dini, menunjukkan bahwa kadar FSH yang lebih tinggi merangsang perkembangan folikel lebih cepat. Peningkatan kadar estradiol yang lebih dini bukanlah akibat dari percepatan pertumbuhan folikel tetapi akibat perkembangan folikel lanjut pada permulaan siklus menstruasi dan seleksi folikel dominan yang lebih dini. Panjang fase 25

14 folikular dan panjang siklus menstruasi mencapai tingkat terendahnya kira-kira saat usia 42 tahun. 1 Gambar 8. Hubungan antara umur dengan siklus menstruasi Mekanisme Penurunan Fertilitas Wanita Berkaitan Dengan Usia Pengaruh penuaan pada kesuburan wanita mungkin lebih baik dibuktikan dari hasil penelitian kesuburan dalam populasi dimana pasangan dapat bereproduksi secara sukarela tanpa batasan. Salah satu contoh klasik adalah populasi Hutterit di Amerika Utara (Amerika Serikat/United State America/USA). Penelitian tentang kesuburan dari populasi Hutterite menunjukkan bahwa kesuburan menurun dengan meningkatnya usia. Tingkat infertilitas secara keseluruhan adalah 2,4%, 11% dari wanita yang tidak melahirkan anak setelah usia 34 tahun, 33% pada usia 40 tahun, dan 87% pada usia 45 tahun. Secara keseluruhan, data dari penelitian di Hutterit dan populasi lainnya menunjukkan bahwa puncak kesuburan perempuan adalah usia 20 sampai 24 tahun; mengalami penurunan relatif kecil sampai sekitar usia tahun, dan kemudian menurun secara progresif, lebih cepat setelah usia 40 tahun. Secara keseluruhan, tingkat kesuburan adalah 4% sampai 8% lebih rendah pada wanita berusia 26

15 25-29 tahun, 15 sampai 19% lebih rendah antara usia 30 dan 34 tahun, 26-46% lebih rendah pada wanita berusia tahun, dan sebanyak 95 % lebih rendah antara usia 40 dan 45 tahun. 1 Hasil dari semua perubahan di masyarakat adalah kecenderungan menunda untuk melahirkan anak pada wanita Amerika. Median umur pertama kelahiran hidup terus meningkat dari 21,4 tahun pada tahun 1970 sampai 24,9 tahun pada tahun 2000 (3,5 tahun dan 16% lebih tinggi). Angka kelahiran turun pada wanita usia tahun (68,3 dibandingkan dengan 45,3/1.000), tahun (167,8 vs 106,2) dan usia tahun (145,1 vs 113,4), meningkat pada wanita berusia tahun (73,3 vs 91,9) dan tahun (31,7 vs 40,6), dan belum berubah untuk usia tahun (8.1 vs 8.1). 1 Tingkat kesuburan di USA (kelahiran per perempuan berusia tahun) pada tahun 2001 adalah 62,3%, ini 8% lebih rendah dari tahun 1990 (70.9/1.000), 25% lebih rendah dari pada tahun 1970 (87,9/111) dan hampir 40% lebih rendah dari tahun 1950 (106,2/1.000) jenis kelahiran Amerika dan pengurangan fertilitas dapat dihubungkan dengan beberapa faktor, yaitu : Ketertarikan terbesar pada peningkatan pendidikan dan karir pada wanita, tingginya angka perceraian dan lamanya usia menikah, berkembangnya kontrasepsi dan fasilitas keluarga berencana, terlambatnya melahirkan anak. 1 Sebuah penelitian di Belanda menemukan bahwa kemungkinan kelahiran hidup turun sekitar 3,5% per tahun setelah usia 30 tahun. Pada seorang wanita yang mengalami masalah kesuburan, diperlukan sekali suatu pemeriksaan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas folikel yang ada untuk memprediksi keberhasilan program stimulasi ovarium untuk mencapai kehamilan. 1 27

16 Jumlah sisa folikel ovarium terus menurun dengan bertambahnya umur, semakin cepat setelah usia 38 tahun, pengamatan pada siklus yang terstimulasi menunjukkan bahwa folikel juga menjadi semakin kurang peka terhadap stimulasi gonadotropin. Jadi mengapa penurunan kesuburan pada wanita meningkat dengan usia? Bukti-bukti menunjukkan bahwa penurunan kesuburan yang berhubungan dengan usia dan meningkatnya resiko abortus spontan dapat dikaitkan dengan pengurangan folikel progresif dan insiden tinggi kelainan pada penuaan oosit Cadangan Ovarium (Ovarium Reserve) Sampai saat ini masih belum dijumpai suatu pemeriksaan yang benar- benar dapat menunjukkan kondisi kuantitas dan kualitas folikel dalam ovarium secara sempurna, namun setidaknya ada beberapa parameter yang dapat dipakai untuk memprediksi kuantitas dan kualitas folikel tersebut. Dalam hal inilah peran kita untuk mengetahui cadangan ovarium (ovarium reserve). Beberapa indikator yang bisa digunakan untuk memprediksi ovarian reserve antara lain: Faktor Usia Wanita. 2. Merokok 3. BMI (Body Mass Index / Indeks Massa Tubuh) 4. Kadar FSH Basal 5. Nilai Estradiol (E2) Basal 6. Kadar Inhibin B 7. Anti Mullerian Hormone (AMH) 8. Clomiphen Citrate Challenge Test (CCCT) 9. GAST (Gonadotronin Releasing Hormon Agonis Stimulation Test) 10. Exogenus FSH Ovarian Reserve Test (EFFORT) 11. Volume Ovarium 12. Hitung Folikel Antral (Antral Follicle Count/AFC) 13. Doppler Ovarian Blood Flow 28

17 14. Biopsi Ovarium 15. Respon Terhadap Stimulasi FSH 16. Fertilisasi Invitro 17. Polimorfisme Reseptor FSH Penilaian ovarian reserve sangatlah penting untuk menentukan prognostik pasien dalam hal keberhasilan stimulasi (respon ovarium) maupun kemungkinan hamil, juga untuk menentukan strategi stimulasi ovarium yang tepat, baik mengenai jenis obat-obatan yang dipakai, dosis obat yang diperlukan dan lama pemberiannya, sehingga dengan demikian hasil uji ovarian reserve ini dapat dipakai untuk memberikan konseling pada wanita mengenai potensi reproduksinya dan membuat keputusan mengenai terapi yang dapat dilakukan. 19 Penilaian ovarian reserve sebaiknya dilakukan secara rutin, terutama sebelum pasien masuk dalam program TRB. 20 Tes cadangan ovarium telah muncul sebagai alat baru, penting dan sangat berguna dalam evaluasi perempuan yang tidak subur. Tes cadangan ovarium umumnya handal, tapi tentu tidak sempurna. Hasil tes yang abnormal tidak mengesampingkan kemungkinan kehamilan. Kecuali bila secara kasar memang abnormal, maka sebaiknya, hasilnya tidak digunakan untuk menolak pengobatan, tapi hanya untuk informasi prognosis yang dapat membantu seleksi panduan perawatan dan penggunaan sumber daya yang tersedia. Meskipun kemungkinan kehamilan rendah, seseorang tidak dapat secara akurat memprediksi siapa di antara beberapa orang dengan hasil tes abnormal untuk berhasil. Tingkat kesuksesan pada setiap individu wanita berkisar 0 atau 100%. 1 29

18 Haruskah semua wanita subur melakukan tes cadangan ovarium? Tentu saja, hasil tes abnormal pada wanita muda sangat rendah, kecuali mungkin ketidaksuburan mereka tidak dapat dijelaskan setelah evaluasi menyeluruh lainnya HUBUNGAN UMUR, KADAR FSH BASAL DAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL DALAM OVARIUM RESERVE 3.1. Hubungan Usia Wanita Dengan Cadangan Ovarium Usia sangatlah memegang peranan penting dalam penanganan masalah infertilitas. Kemungkinan hamil akan menurun seiring bertambahnya usia. Angka kehamilan mulai menurun pada usia 35 tahun dan sangat rendah mulai usia 40 tahun. 4 Oleh karena itu bagi para dokter yang berkecimpung dalam bidang kedokteran reproduksi ini khususnya dalam masalah infertilitas haruslah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas dan mendalam mengenai berbagai faktor yang terlibat dalam masalah infertilitas ini, agar bisa memberikan pelayanan yang terbaik pada pasien yang membutuhkan. Sangatlah penting untuk memulai pemeriksaan dan pengobatan sedini mungkin pada wanita dan melakukan pemeriksaan dengan uji diagnostik yang akurat dan valid seoptimal mungkin untuk mendapatkan diagnostik yang akurat dan memulai pengobatan sesegera mungkin berdasarkan evidence based, agar kita tidak menghilangkan kesempatan pasangan suami istri untuk memperoleh anak biologiknya sendiri akibat pemeriksaan yang tidak akurat dan pengobatan yang tidak tepat yang kita lakukan. 4 Fertilitas jelas menurun dengan meningkatnya usia wanita. Menurunnya fertilitas sesuai penuaan jelas disebabkan berkurangnya jumlah folikel primordial. Telah diamati bahwa > folikel 30

19 primordial pada saat menars dan hanya beberapa ratus sampai ribu saja yang tersisa pada akhir masa reproduksi. Jumlah folikel antral yang berdiameter > 2 mm yang dinilai dengan USG transvaginal menurun sebesar 60% antara usia 22 dan 42 tahun. 13 Menurunnya angka keberhasilan IVF pada pasien yang berumur tua dikarenakan berkurangnya cadangan ovarium. 19 Umur pasien saja merupakan prediktor lemah untuk memprediksi cadangan ovarium dan respon terhadap stimulasi IVF. 15,18,21 Angka kelahiran hidup IVF berkurang dengan jumlah folikel antral yang rendah. Wanita dengan jumlah folikel antral yang rendah menghasilkan telur yang lebih sedikit dan mempunyai angka siklus pembatalan IVF yang tinggi. Jumlah folikel antral rata-rata pada wanita berusia dibawah 35 tahun sebanyak 23 folikel, usia tahun sebanyak 18 folikel, usia tahun sebanyak 13 folikel, dan usia tahun sebanyak 12 folikel. 16 Pada wanita berusia tahun memiliki angka keberhasilan yang lebih rendah dibandingkan usia dibawah 35 tahun sehingga angka siklus pembatalan yang lebih tinggi. Pada wanita usia tahun secara substansial memiliki angka keberhasilan yang lebih rendah. Memiliki lebih dari 20 folikel antral adalah yang terbaik pada umur tahun. 16 Menurut Tomas C dkk FSH basal serum bersama dengan umur ibu merupakan faktor utama yang mempengaruhi hasil akhir dari stimulasi ovarium

20 3.2. Hubungan Kadar FSH Basal Dengan Cadangan Ovarium FSH merupakan hormon terpenting yang berperan dalam proses menstruasi alami maupun yang distimulasi. Wanita yang memasuki usia menopause mengalami penurunan jumlah folikel yang drastis dengan perkataan lain cadangan indung telur mengalami penurunan. Dengan jumlah folikel semakin berkurang secara otomatis produksi estrogen juga menurun, ini akan memberikan sinyal umpan balik positif ke otak untuk merangsang peningkatan produksi FSH dan selanjutnya akan merangsang ovarium menghasilkan telur yang bagus dan kadar estrogen yang cukup. Pengukuran kadar FSH yang biasanya dilakukan pada awal haid (hari 1-3). 17 Peningkatan kadar FSH hari ke 3 siklus berkorelasi dengan prognosis buruk untuk kesuksesan IVF (kurang dari 10%), terlepas dari umurnya. 20 Sementara hubungan berbanding terbalik antara kadar FSH serum fase awal folikuler dan keberhasilan IVF cukup informatif, manfaat klinis uji ini terhadap kemampuan untuk membuat sebuah nilai ambang batas kritis dari FSH terdapat perbedaan yang jelas dalam hasil pengobatan. Nilai ambang FSH harus dipilih secara independen dan divalidasi oleh laboratorium di mana ia diukur. Setidaknya, dokter harus tahu dengan nilai-nilai yang disediakan oleh laboratorium. Saat ini, di sebagian besar laboratorium, FSH serum hari ke tiga di atas miu/ml dianggap abnormal. 22 Bagaimanapun terdapat keterbatasan mengenai korelasi antara FSH dan fertilitas. Ada beberapa wanita dengan kadar FSH menigkat tetapi fertilitasnya normal. Dapat juga terjadi variasi nilai FSH dari bulan ke bulan atau variasi antar siklus. Pada beberapa wanita dapat terjadi pertumbuhan folikel ovarium 32

21 besar yang telah mencapai pematangan pada awal siklus sehingga menyebabkan perubahan kadar FSH. Jadi sebaiknya dilakukan ultrasonogarfi (USG) pada setiap pasien pada hari ke 3 atau hari ke 4 siklus sebelum dilakukan pemeriksaan FSH. Adanya kista yang menghasilkan estrogen bahkan dapat menekan kadar FSH dibawah nilai basal, sehingga disalahartikan wanita tersebut mempunyai cadangan folikel ovarium yang baik. Semua wanita yang menjalani pembedahan ovarium berulang dapat menjadi responden jelek secara dini. Wanita dengan satu ovarium sejak lama diketahui mempunyai nilai basal FSH yang lebih tinggi dibanding mereka yang mempunyai 2 ovarium. Pemeriksaan FSH memberikan nilai prognostik pada keberhasilan program bayi tabung, dengan meningkatnya usia terutama akan mempengaruhi keberhasilan kehamilan dan angka implantasi, untuk kelompok usia muda dengan FSH yang tinggi akan meningkatkan angka pembatalan siklus dalam program bayi tabung tapi angka implantasi relatif masih cukup baik. 4 Bila terjadi peningkatan FSH maka seorang wanita cenderung akan gagal pada siklus IVF selanjutnya tanpa melihat hasil dari siklus hari ke Kadar FSH serum dari siklus hari ke tiga bila kadarnya <10 miu/ml dianggap normal, miu/ml dianggap gray zone dan >15 miu/ml dianggap abnormal dengan adanya penurunan cadangan ovarium. 1,19,16,23 Namun demikian pasien tidak bisa digeneralisasikan semua yang mempunyai kadar FSH tinggi mempunyai ovarian reserve yang rendah. Banyak penelitian melaporkan wanita dengan kadar FSH yang tinggi dengan usia di bawah 35 tahun dapat berhasil hamil dengan ataupun tanpa teknik bantuan reproduksi. Pada penelitian kasus di atas usia 40 tahun dengan kadar FSH yang normal bahkan banyak yang tidak hamil. Templeton 24 menyatakan perkiraan antara peningkatan kadar basal FSH dengan menopause berkisar 13 tahun. Baru-baru ini banyak 33

22 penelitian menemukan bahwa terdapat penurunan pada rata-rata volume ovarium dan rata-rata jumlah folikel dengan usia dengan peningkatan kadar FSH basal setelah usia 35 tahun pada wanita dengan kesehatan reproduksi yang normal Hubungan Jumlah Folikel Antral Dengan Cadangan Ovarium Penghitungan jumlah folikel antral dengan USG dapat memperbaiki prediksi respons ovarium. Folikel antral adalah folikel kecil-kecil ukuran antara 2-8 mm. Dengan menggunakan USG transvaginal kita dapat menghitung folikel antral setiap ovarium pada awal haid. 1 Jumlah folikel antral kecil yang diamati dengan pemeriksaan USG transvaginal di awal siklus menstruasi mencerminkan ukuran folikel istirahat dan berkorelasi dengan umur dan respon terhadap stimulasi gonadotropin; pengamatan dari 10 folikel atau lebih sedikit dikaitkan dengan peningkatan risiko kegagalan siklus. 1 Transvaginal sonografi dapat memberikan pengukuran yang valid dari folikel antral. 16,25 Penurunan hitung total folikel antral berhubungan dengan penurunan jumlah folikel dominan. 19 Menurut Thomas C, dkk dan Chang MY dkk, memperkenalkan jumlah folikel antral sebagai suatu cara yang mudah dilakukan dan non invasif untuk melengkapi informasi penting mengenai respon ovarium sebelum memulai stimulasi gonadotropin dalam program IVF. 13,15 AFC merupakan prediktor tunggal terbaik untuk menilai respon ovarium dalam teknologi IVF. 26 Terdapat 2 penelitian yang menyimpulkan bahwa AFC merupakan parameter yang lebih baik dibandingkan FSH basal

23 Tetapi pada pasien usia muda dengan AFC rendah memang dapat diperkirakan terdapat penurunan ovarian reserve, tetapi kualitas oosit mungkin masih baik, oleh karena itu pada pasien dengan usia muda dengan AFC rendah jangan dibatasi untuk mendapat terapi seperti IVF. 26 Jumlah folikel indikator terbaik dari penurunan cadangan ovarium adalah folikel antral hari ke tiga haid atau kurang (sensitifitas 84,1%, spesifisitas 56,9%) atau folikel antral hari pertama haid (sensitifitas 73,7%, spesifisitas 89,3%). 22 Menurut Chang MY dkk, Menurunnya jumlah folikel primordial yang berkembang menjadi sekelompok folikel antral kecil. Menurunnya AFC juga berhubungan dengan menurunnya jumlah oosit yang didapat

24 Gambar jumlah antral folikel ovarium yang banyak Gambar jumlah antral folikel ovarium yang normal Gambar jumlah antral folikel ovarium yang sedikit Gambar 9. Gambar jumlah folikel antral ovarium dari USG dengan Doppler 27 36

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekitar 85-90% dari pasangan muda yang sehat akan hamil dalam waktu 1 tahun. Evaluasi dan pengobatan infertilitas telah berubah secara dramatis selama periode waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita. Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum di dalam ovarium (Guyton dan Hall, 2006). Ovum merupakan oosit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Folikel Antral Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat dilihat di ovarium dengan menggunakan USG transvaginal. Folikel antral disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fertilisasi in vitro (FIV) merupakan salah satu cara bagi pasangan infertil untuk memperoleh keturunan. Stimulasi ovarium pada program FIV dilakukan untuk

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas dan kelebihan berat badan bukan hanya menjadi masalah di negara maju tetapi juga merupakan masalah yang semakin meningkat di negara-negara berkembang. Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Oosit Pada Stadia Folikel Primer Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit pada stadia folikel primer dapat dilihat pada gambar 10.

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Jumlah penduduk merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh setiap negara, karena membawa konsekuensi di segala aspek antara lain pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan infertilitas. Sampel merupakan pasien rawat inap yang telah menjalani perawatan pada Januari 2012-Juli 2013. Data

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

PERBEDAAN JUMLAH HITUNG FOLIKEL ANTRAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RUMAH SAKIT Dr. M DJAMIL PADANG

PERBEDAAN JUMLAH HITUNG FOLIKEL ANTRAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RUMAH SAKIT Dr. M DJAMIL PADANG Laporan Penelitian PERBEDAAN JUMLAH HITUNG FOLIKEL ANTRAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RUMAH SAKIT Dr. M DJAMIL PADANG Difference of Antral Follicle Count Between Users and Non-Users

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Induk Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemberian fitoestrogen ekstrak tempe terhadap kinerja induk adalah lama kebuntingan, dan tingkat produksi anak

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada laki-laki. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas secara umum didefinisikan sebagai hubungan seksual tanpa proteksi selama 1 tahun yang tidak menghasilkan konsepsi. Dalam satu tahun, konsepsi terjadi pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uterus 2.1.1. Anatomi dan Histologi Uterus Uterus berbentuk seperti buah pir dan berdinding tebal. Yang terdiri dari fundus uteri, korpus uteri, cavum uteri. Ukuran dari fundus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan yang berarti apabila istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan ini tidak diperiksa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Ovarium merupakan bagian organ reproduksi wanita, yang memproduksi hormon dan berisi folikel yang akan dirilis untuk tujuan reproduksi (Katz et al, 2007). Kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kanker payudara merupakan masalah besar di seluruh dunia dan merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al., 2009). Di Amerika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus kehidupan dengan rentang usia 19-40 tahun. Pada tahap ini terjadi proses pematangan pertumbuhan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause 2.1.1 Definisi Menopause Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) diluar kavum uterus. Terutama pada

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi.

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data menunjukkan bahwa sekitar 80 % penduduk dunia memanfaatkan obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Hal ini timbul sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Gambar 4.1 Folikel Primer. 30 Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Gambar 4.1 Folikel Primer. 30 Universitas Indonesia BAB 4 HASIL Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemajanan medan elektromagnet pada jumlah folikel ovarium mencit. Hasil penelitian ini membandingkan antara kelompok kontrol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teknik Reproduksi Berbantu Fertilisasi In Vitro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teknik Reproduksi Berbantu Fertilisasi In Vitro BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Reproduksi Berbantu Fertilisasi In Vitro Fertilisasi in vitro adalah fertilisasi yang dilakukan diluar tubuh melalui proses tertentu untuk mendapatkan embrio (Speroff,

Lebih terperinci

Folikulogenesis. Oleh: Dr. Wiryawan Permadi, dr., Sp.OG(K)

Folikulogenesis. Oleh: Dr. Wiryawan Permadi, dr., Sp.OG(K) Folikulogenesis Oleh: Dr. Wiryawan Permadi, dr., Sp.OG(K) BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN/ RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG 2012 Disampaikan pada IVF Nurse Training

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komoditi ikan yang menjadi primadona di Indonesia saat ini adalah ikan lele (Clarias sp). Rasa yang gurih dan harga yang terjangkau merupakan salah satu daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein. Salah satu komoditas yang menjadi primadona saat ini adalah ikan lele (Clarias sp.). Ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family Menispermaceae yang mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat digunakan untuk mengobati

Lebih terperinci

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing. Ni Ketut Alit A Faculty Of Nursing Airlangga University Pasangan yg melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan selama 12 bulan --- tidak terjadi kehamilan Tidak adanya konsepsi setelah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pubertas 2.1.1. Definisi Pubertas Pubertas adalah masa dimana ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi. Antara usia 10 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menopause merupakan hal yang terjadi secara alami dalam fase kehidupan seorang wanita. Namun banyak wanita yang menganggap bahwa menopause merupakan suatu hal yang menakutkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menikah dan memiliki keturunan adalah suatu fase yang dijalani manusia dalam siklus kehidupannya. Memiliki keturunan sebagai penerus generasi dirasakan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi

BAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi BAB III FERTILISASI IN VITRO A. Pengertian Fertilisasi In Vitro Fertilisasi in Vitro merupakan salah satu dari teknik inseminasi buatan 1 yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kehidupan menyangkut berbagai macam aspek yang mempunyai kekhasan masalah tersendiri dan memerlukan rekomendasi atau solusi yang cepat, tepat serta akurat. Salah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda 3 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda Siklus reproduksi terkait dengan berbagai fenomena, meliputi pubertas dan kematangan seksual, musim kawin, siklus estrus, aktivitas seksual setelah beranak, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Amerika, nyeri kepala lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Di Amerika, nyeri kepala lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Di Amerika, nyeri kepala lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria (Karli,2012). Sebagai contoh, 18% wanita memiliki migren sedangkan pria hanya 6%. Wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria maupun wanita, tetapi lebih dititikberatkan pada wanita. Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak

Lebih terperinci

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11 Skenario gangguan MENSTRUASI Rukmono Siswishanto SMF/Bagian Obstetri & Ginekologi RS Sardjito/ Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Anita, wanita berumur 24 tahun datang ke tempat praktek karena sejak 3

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yang dimaksud dengan infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan. Kurang lebih 10-15% jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran 14 HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran Alat kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) hormonal mengandung estrogen dan progesteron yang secara langsung dapat mempengaruhi daur alamiah menstruasi.

Lebih terperinci

Pengertian. Endometriosis

Pengertian. Endometriosis Endometriosis Pengertian Endometriosis Suatu penyakit jinak yang didefinisikan dengan adanya kelenjar endometrium atau pun stroma ektopik (diluar uterus) yang sering dihubungkan dengan nyeri panggul dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama.

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Abortus spontan adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mampu bertahan hidup. Di Amerika Serikat definisi ini terbatas pada terminasi kehamilan sebelum 20

Lebih terperinci

tahun berhubungan suami isteri tanpa

tahun berhubungan suami isteri tanpa INFERTILITAS WANITA Dr SYAMSUL A.NST.SpOG DEFINISI Infertilitas secara umum didefinisikan sebagai 1 tahun berhubungan suami isteri tanpa pencegahan a tidak tda mendapat konsepsi /hamil. Fertilitas : Kemampuanp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

Ovarian Cysts: A Review

Ovarian Cysts: A Review Ovarian Cysts: A Review Cheryl Horlen, BCPS University of the Incarnate Word Feik School San Antonio, Texas 7/20/2010 US Pharm. 2010;35(7):HS-5-HS-8 Kista ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 36 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Lapisan Granulosa Folikel Primer Pengaruh pemberian ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) terhadap ketebalan lapisan granulosa pada

Lebih terperinci

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? http://rohmadi.info/web MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? 1 / 5 Author : rohmadi Sudah pasti pertanyaan inilah yang terus terlintas di benak anda, saat anda belum juga diberkahi buah hati. Perasaan sedih,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain,

Lebih terperinci

PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut,

Lebih terperinci

MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM RUSWANA ANWAR

MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM RUSWANA ANWAR MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM RUSWANA ANWAR SUBBAGIAN FERTILITAS DAN ENDOKRINOLOGI REPRODUKSI BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD BANDUNG 2005 1 MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana terjadi perkembangan bentuk tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu perkembangan tersebut adalah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam perjalanan hidupnya, wanita mengalami banyak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam perjalanan hidupnya, wanita mengalami banyak proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perjalanan hidupnya, wanita mengalami banyak proses pertumbuhan dan perkembangan, sampai suatu saat pertumbuhan dan perkembangan akan terhenti pada suatu tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Neni Rusnita*, Estu Lovita.P Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya ABSTRAK Mioma Uteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada di kepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita

Lebih terperinci

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui dan kehamilan merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi wanita. Kembalinya menstruasi dan ovulasi bervariasi setiap ibu postpartum, hal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta awal masa reproduksi. Kejadian yang

Lebih terperinci