BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Sekilas Perusahaan PT. Sakti Prima (bukan nama asli-nama disamarkan) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Pertambangan Nasional yang focus pada pertambangan mineral nikel, yang memiliki Kuasa Penambangan di berbagai lokasi di Sulawesi, dengan status beragam. Beberapa diantaranya telah mempunyai status Kuasa Penambangan Eksplorasi dan Kuasa Penambangan Eksploitasi. Saat ini bahan galian tambang (ore) khususunya dengan kandungan mineral nikel sudah tidak dapat dijual secara langsung. Mengingat UU No.4/2009 tentang Mineral & Batubara (MINERBA) telah menentukan bahwa bahan baku hasil tambang harus diproses di dalam negeri. Maka dari itu PT. SP memutuskan untuk membuat Pabrik Pengolahan Bijih Nikel di salah satu area konsesi penambangannya. 45

2 Mesin Mesin Produksi Mesin yang akan digunakan dalam proses produksi pabrik PT. SP ialah sebagai berikut: a). Crusher Crusher digunakan untuk mereduksi ukuran material bahan baku seperti briket kokas dan limestone menjadi ukuran yg seragam. b). Mixer Mixer digunakan untuk mencampur material Ni ore, Limestone, kokas agar material memiliki permebilitas yg baik. Material ini digunakan sebagai material umpan/input mesin sintering. c). Sinter Machine Sintering merupakan proses agglomerasi(penggumpalan) yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air (fisik dan kimia). d). Cupola Furnace Cupola Furnace berfungsi untuk Mereduksi Ni oksida dan Fe oksida menjadi logam Ni pig Iron atau ferronickel (FeNi) Data Pekerja PT. SP Pembagian jam kerja PT. SP untuk karyawan produksi yaitu mulai kerja dari hari Senin sampai Sabtu pukul WIB. Waktu istirahat ditetapkan selama satu jam, yaitu antara pukul WIB. Sehingga, jam kerja efektif untuk hari Senin Sabtu adalah 8 jam ( 480 menit ). Jumlah tenaga kerja produksi di PT. SP sekitar 110 orang, dan 8 pekerja untuk pengangkutan material dengan wheel loader.

3 47 Gaji untuk 1 orang pekerja Rp ,00 perbulan. 8 tenaga kerja pengangkutan dikelompokkan dalam beberapa bagian area kerja sebagaimana tercantum pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Jumlah tenaga kerja pengangkutan material produksi No Departmen/Bagian Jumlah Tenaga Kerja (orang) 1 Gudang bahan 1 Mixing 2 2 Mixing - Sintering 2 3 Gudang bahan Melting/Cupola Furnace 2 Jumlah Proses Produksi Pabrik PT. SP Proses produksi pengolahan ferronickel (FeNi) di pabrik PT.Sakti Prima meliputi beberapa tahapan yaitu: 1. Tahap pre treatment Pada tahap ini dilakukan homogenisasi dari material yang akan dicampur dengan proses crushing dan sieving. 2. Tahap Sintering Kemudian dilakukan mixing untuk membuat material yang memiliki permeabilitas yang baik untuk masuk ke tahap Sintering. Komposisi material yang akan dicampur adalah: - Ni Ore = ton/h - Kokas = 1.78 ton/h

4 48 - Limestone = 1.74 ton/h Proses mixing ini menggunakan 1 unit mixer dengan kapasitas maksimal 25 ton per jam. Material yang telah dimixing akan diumpan ke dalam mesin Sinter. Proses sintering adalah teknik agglomerasi (penggumpalan) yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air (fisik dan kimia) dan juga terjadi sedikit proses reduksi oksida. Tahap sintering ini menggunakan mesin sinter dengan area sinter masingmasing 24 m2 dengan temperatur 1200 o C. Material balance dari proses ini bisa dilihat dari tabel 1 di bawah ini : Tabel 4.2 Material balance dari proses Sintering Input Output Material t/h % Material t/h % Ni Ore Ni Sintered Kokas Moisture, Dust & Gas Limestone Total Total Tahap Reduksi Hasil dari proses tidak langsung dijual karena peningkatan nilai ekonomisnya tidak signifikan. Ni sintered ini kemudian akan direduksi oleh Cupola Furnace. Cupola Furnace memiliki kapasitas input 8 ton

5 49 per jam. Pada tahap reduksi ini, terjadi reaksi reduksi dari senyawa oksida menjadi logam pada temperature 1550 o C. Reaksi yang terjadi : Gambar 4.1 Reaksi pada Cupola Furnace Ni dan Fe ini bersenyawa menjadi FeNi (Ferronickel). Nickel pig iron adalah Ferronikel dengan kadar Ni rendah yaitu sekitar 4 13 % Ni. Pada proses ini, dihasilkan Ni pig iron dengan kadar Ni 7-10%. Material balance dari proses ini bisa dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Material balance dari proses Cupola Furnace Input Output Material Ton/jam % Material Ton/jam % Ni Sintered FeNi (7-10 % Ni) Kokas Terak Limestone Gas & Dust Total Total

6 Potensi Pasar Produk FeNi Potensi pasar / permintaan atas produk Nikel pig iron masih sangat tinggi, khususnya di China. Produk ini digunakan sebagai bahan baku dari Stainless Steel seri 200 dan 300. Tren produksi Stainless Steel di China dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Grafik 4.1 Produksi Stainless Steel di China Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku Stainless Steel tersebut, China akan membutuhkan Ni pig iron yang semakin meningkat setiap tahunnya. Kebutuhan Ni pig iron di China bisa dilihat dari grafik di bawah ini Grafik 4.2 Kebutuhan Nikel di China

7 51 Untuk memperjelas gap antara permintaan dan penawaran dari Ni pig Iron di China sebagai berikut : Grafik 4.3 Permintaan & Penawaran Ni pig Iron di China Adanya gap inilah yang merupakan peluang untuk segera dipenuhi, sehingga hal ini merupakan kesempatan perusahaan untuk segera membangun unit pengolahan Ni pig iron. 4.2 Pengolahan Data Peramalan Rencana Produksi Jika melihat dari grafik permintaan Ni Pig Iron atau (FeNi) di China (tabel 4.3), permintaan menunjukan pola kecenderungan kenaikan jangka panjang, atau biasa disebut berpola trend. Maka dari itu metode peramalan yg tepat menurut literature yg ada menggunakan metode regresi linier, exponential smoothing, atau double exponential smooting. Dalam hal ini saya menggunakan metode regresi linier karena memberikan tingkat kesalahan yg lebih sedikit, menurut literature.

8 52 Tabel 4.4 Data Permintaan FeNi di China Tahun Demand (ribu ton) Metode Regresi Linier Formula asli regresi linear adalah sebagai berikut : Gambar 4.2 Formula asli regresi linear Bila digunakan untuk pendugaan (peramalan), maka formula regresi linear adalah : Ganbar 4.3 Formula peramalan regresi linear

9 53 Penyelesaian: Tabel 4.5 Data peramalan dengan metode regresi linear t ƒ (t) t² t.ƒ (t) Maka : α^ = (55).(1400) (15).(5050) 6 (55) (15)² = 11.9 b^ = 6 (5050) (15).(1400) 6 (55) (15)² = 88.6 Persamaan regresinya adalah: ƒ^(t) = (t) Maka, permintaan untuk periode mendatang yaitu: 1 periode ke depan: (t) = 6 ƒ^(t) = (6) = periode ke depan = (7) = 632.1

10 54 3 periode ke depan = (8) = Maka didapatkan peramalan untuk permintaan pada periode selanjutnya, dapat dilihat pada tabel berikut: Table 4.6 Data permintaan FeNi setelah peramalan Tahun Demand (ribu ton)

11 Metode SLP (Systematic Layout Planning) Menurut Richard Muther tahapan-tahapan proses perancangan tata letak dijabarkan mengikuti urutan kegiatan dengan pendekatan Systematic Layout Planning (SLP). Secara skematis prosesdur pelaksanaan SLP dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.4 Langkah - langkah dasar SLP Input Data Masukan dan Aktivitas a. Perhitungan kebutuhan bahan dan mesin Secara umum dan praktis, proses menghitung kebutuhan bahan dan mesin dilakukan dengan penghitungan mundur (backward calculation). Penghitungan kebutuhan bahan dipengaruhi oleh factor scrap. Scrap merupakan buangan yang dihasilkan proses manufaktur sebagai akibat spesifikasi komponen atau produk yang telah direncanakan. Factor scrap dapat ditentukan dari dua perspektif, yaitu geometris dan kualitas.

12 56 Setelah mengetahui permintaan FeNi 2-3 tahun kedepan menggunakan metode peramalan regresi linear yg menunjukan permintaan FeNi hingga ton, PT. SP mengawali target produksi FeNi 1000 ton/bln, atau ton/thn. b. Bill Of Material Berikut informasi BOM FeNi per 1000 ton produksi: Tabel 4.7 Bill Of Material FeNi per 1000 ton produksi No Level Material Jumlah Keterangan (Ton) (beli/buat) 1 0 FeNi 10% 1000 Buat 2 1 Ni Sinter 5405 Buat 3 1 Kokas 2000 Beli 4 1 Limestone 1216 Beli 5 2 Ni Ore 7713 Hasil Tambang 6 2 Kokas 962 Beli 7 2 Limestone 943 Beli FeNi 10% level 0 Limestone Kokas Ni Sinter level 1 LimeStone Kokas Ni Sinter level 2 Gambar 4.5 Bill of material FeNi 10%

13 57 c. Peta Proses Operasi Peta Proses Operasi merupakan peta yang menggambarkan urutan operasi yang dilalui suatu produk. Proses Operasi yang ada dalam fasilitas produksi PT. SP berawal dari proses Sintering. Dimana produk Sintering atau Ni Sinter akan dijadikan bahan input proses selanjutnya proses reduksi pada Cupola Furnace. Dalam tahap proses reduksi dengan Cupola furnace dengan target produksi 1000 ton FeNi 10% di gambarkan dalam Peta Proses Operasi sebagai berikut : Gambar 4.6 Peta Proses Operasi FeNi

14 58 Dalam tahap proses Sintering untuk mendapatkan 5405 ton Ni Sinter untuk mensuplai proses Cupola furnace di gambarkan dalam Peta Proses Operasi sebagai berikut : Gambar 4.7 Peta Proses Operasi Ni Sinter d. Menghitung Faktor scrap Penentuan faktor scrap biasanya ditetapkan secara prosentase. Berikut perhitungan scrap produksi Fe Ni PT. SP. Persen scrap = Volume terbuang x 100% Volume input = 7621 x 100% 8621

15 59 = 88.4 % Penentuan jumlah bahan per hari disesuaikan dgn jumlah scrap. Target produksi per bulan 1000 ton/bln, estimasi 1 bln 30 hr, jadi ton/hr. Maka = ton ( ) = ton/hari Tabel 4.8 Kapasitas mesin produksi Jenis Kapasitas faktor scrap urutan Mesin mesin (%) 1 Melting 8 ton/jam Sintering 35 ton/jam 43.8 Basis Perencanaan = ton/hari 0.90 (efisiensi pabrik) = ton/hari Kebutuhan mesin 1 = ton/hari 8 (kpsitas msin/jam) x 16 (jam kerja/hari) = unit = 3 unit (dibulatkan keatas) maka akan ada kelebihan kapasitas unit mesin.

16 60 e. Routing Sheet Tujuan dari pembuatan routing sheet ini yaitu untuk mengkalkulasi mesin yang dibutuhkan dan menghitung jumlah material yang harus disiapkan dalam memperoleh sejumlah produk jadi yang diinginkan. Tabel 4.9 Routing sheet kebutuhan bahan & mesin no operasi deskripsi mesin/alat produksi mesin/jam % scrap 1 melting Cupola Furnace 8 ton/jam Sintering Sinter Machine 35 ton/jam 43.8 Lanjutan bahan yg bahan Effisiensi disiapkan keb. msin keb. msin diminta mesin (%) (ton/hari) teoritis acktual % %

17 Aliran Material (Flow of Material) sebagai berikut: Proses aliran material yg terdapat di area produksi PT. SP Gambar 4.8 Flow of material proses produksi PT. SP Membuat Activity Relationship Chart (ARC) Activity Relationship Chart merupakan salah satu alat yang digunakan dalam kegiatan perencanaan hubungan antar kelompok aktivitas atau pusat kerja atau departemen yang saling berkaitan dalam suatu perusahaan. Pembuatan Activity Relationship Chart (ARC) didapat dari data-data urutan aktivitas dalam proses

18 62 produksi yang akan dihubungakan secara berpasangan untuk mengetahui tingkat hubungan antar aktivitas tersebut. Hubungan tersebut ditinjau dari beberapa aspek diantaranya adalah hubungan keterkaitan secara organisasi, aliran material, peralatan yang digunakan, manusia, informasi, dan keterkaitan lingkungan. Activity Relationship Chart (ARC) merupakan peta keterkaitan aktivitas yang berupa belah ketupat yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian atas yang menunjukkan simbol derajat keterkaitan antar dua departemen sedangkan bagian bawah merupakan alasan yang dipakai untuk mengukur derajat keterkaitan. Analisis ARC pada PT. SP meliputi beberapa departemen kerja yaitu departemen gudang bahan 1, departemen pre-treatment & mixing, departemen sintering, departemen gudang bahan 2, departemen melting, departemen slag-terak treatment, departemen gudang produk jadi. Dalam menyusun Activity Relationship Chart (ARC) ada beberapa pertimbangan sebagai berikut: Departemen gudang bahan 1 mutlak berdekatan dengan departemen pre-treatment & mixing karena mempunyai hubungan personalia dan dokumen yang sama serta mempermudah mengontrol aliran material dan maintenance. Departemen pre-treatment & mixing mutlak berdekatan dengan departemen sintering karena mempunyai hubungan

19 63 personalia dan dokumen yang sama serta mempermudah mengontrol aliran material dan maintenance. Departemen sintering mutlak berdekatan dengan departemen gudang bahan 2 karena mempunyai hubungan personalia dan dokumen yang sama serta mempermudah mengontrol aliran material dan maintenance. Departemen gudang bahan 2 sangat penting untuk berdekatan dengan departemen melting karena mempunyai hubungan aliran material untuk pasokan bahan baku serta untuk mempermudah dalam hubungan dokumen data personalia. Departemen melting mutlak berdekatan dengan departemen slag-terak treatment karena mempunyai hubungan aliran material serta kondisi temperature yang tinggi. Departemen melting sangat penting untuk berdekatan dengan departemen gudang produk jadi karena mempunyai hubungan aliran material produk jadi serta hubungan dokumen untuk mempermudah mengontrol aliran material. Kedekatan dan hubungan antar departemen diterjemahkan kedalam kode sertawarna yang telah ditentukan. Berikut tabel keterangan derajat relationship dan keterangan alasan bisa dilihat pada tabel 4.10 dan tabel 4.11.

20 64 Tabel 4.10 Keterangan derajat relationship KODE WARNA DERAJAT RELATIONSHIP A Merah Absolutely Necessary Mutlak Penting E Orange Especially Important Sangat Penting I Hijau Important Penting O Biru Ok Biasa U Putih Unimportant Tidak Penting X Coklat Not desire Tidak Diinginkan Tabel 4.11 Keterangan alasan KODE ALASAN 1 Urutan aliran material 2 Mempermudah supervise & maintenance 3 Intensitas hubungan dokumen dan personalia yang sama 4 Debu dan kotor 5 Area high temperatur Berdasarkan derajat hubungan antar aktivitas dan alasannya, maka peta hubungan keterkaitan aktivitas (ARC) untuk 7 departemen kerja selengkapnya pada gambar 4.9 berikut ini :

21 65 Gambar 4.9 Activity Relationship Chart (ARC) PT. SP Menyusun Worksheet ARC Cara penentuan worksheet adalah penyajian lembar kerja dari peta ARC dalam bentuk ringkasan, dapat diketahui bahwa departemen kerja 1 memiliki keterkaitan derajat hubungan A dengan departemen kerja 2, derajat hubungan O dengan departemen kerja 3, 4 dan 7, serta derajat hubungan U dengan departemen kerja 5 dan 6, demikian seterusnya. Worksheet secara detailnya dapat dilihat pada tabel 4.12

22 66 Tabel 4.12 Worksheet peta keterkaitan antar departemen PT. SP WORK SHEET HUBUNGAN AKTIVITAS No Aktivitas Tingkat Kedekatan A E I O U X 1 Gudang Bahan ,4,7 5,6-2 Pre-treatment & Mixing 1, ,6,7-3 Sintering 2, ,5 6,7-4 Gudang Bahan ,2,7 6-5 Melting 6 4,7-3 2,1-6 Slag - Terak treatment ,2,3,4,7-7 Gudang Produk Jadi - 5-1,4 2,3, Membuat Activity Relationship Diagram (ARD) Activity Relathionship Chart (ARC) / peta aktivitas yang telah dibuat dan Worksheet / lembar kerja kemudian digunakan sebagai dasar pembuatan activity relationship diagram (ARD) yaitu untuk menentukan letak masing-masing aktivitas/ departemen. Peta aktivitas dan lembar kerja tersebut memudahkan untuk membuat diagram keterkaitan aktivitas (ARD). Berdasarkan peta aktivitas dan lembar kerja, maka dibuatlah diagram keterkaitan aktivitas (Activity Relationship Diagram) usulan 1 dan usulan 2 selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.10, 4.11, 4.12 dan 4.13 berikut ini :

23 67 Gambar 4.10 Template diagram keterkaitan PT. SP usulan 1 Gambar 4.11 Diagram keterkaitan kegiatan usulan 1 (ARD) Gambar 4.12 Template diagram keterkaitan PT. SP usulan 2

24 68 Gambar 4.13 Diagram keterkaitan kegiatan usulan 2 (ARD) Keterangan : 1. Dept. Gudang Bahan 1 2. Dept. Pre-treatment & Mixing 3. Dept. Sintering 4. Dept. Gudang Bahan 2 5. Dept. Melting 6. Dept. Slag-Terak treatment 7. Dept. Gudang Produk jadi Setelah membuat ARD, kemudian dikembangkan lagi dengan membuat diagram hubungan ruangan. Diagram hubungan ruangan dapat dilakukan setelah dilakukan analisis terhadap luasan yang dibutuhkan dan dikombinasikan dengan ARD Perhitungan Luas Lantai Area Produksi PT. SP menyediakan m² kurang lebih 1 Ha untuk luas lantai produksi pabrik yang akan digunakan. Dimana Luas area tersebut akan terbagi dalam 7 Area proses produksi, yaitu Dept. Gudang bahan 1, Dept. Pre-treatment & Mixing, Dept Sintering,

25 69 Dept. Gudang bahan 2, Dept. Melting, Dept. Treatment Slag-terak, Dept. Gudang produk FeNi. a. Department Gudang Bahan 1 Pada gudang bahan baku 1 ini mempersiapkan bahan baku untuk proses operasi Sintering. Bahan baku yang harus disiapkan yaitu sejumlah ton/hari. Diasumsikan berat jenis material bahan baku 2 ton/m³. Volume material / hari = Berat material : Berat jenis material = ton: 2 ton/m³ = m³ Volume Material tiap 2 hari : (178.1 x 2) = m³ Asumsi penumpukan mengerucut tinggi = 2.5 m. Volume Material = (Luas area x tinggi) : m³ = (Luas Area x 2.5m) : m³ = Luas Area x 2.5m m³ / 2.5m = m² (Luas area) Luas Area minimum m². (allowance) untuk jalan, work in process, dll 100%. Total x 200% = m². b. Department Pre-treatment & Mixing Dalam Dept. pre-treatment & mixing ini terdapat mesin circular arc feeder atau bisa dikatakan storage awal sebelum menuju mesin mixer yang dihubungkan oleh conveyor untuk mengintegrasikan material tersebut.

26 70 Ukuran luas mesin 1 set lengkap bersama storage dan mixer adalah 36 x 6 = 216 m². Dengan (allowance) untuk jalan, work in process, dll 100%. Total 216 x 200% = 432 m². c. Department Sintering Dalam Dept. Sintering ini terdapat mesin Sinter dan Dust Collector. Ukuran luas mesin Sinter 1 set dengan dust collector adalah 30 x 15 = 450 m². Dengan (allowance) untuk jalan, work in process, dll 100%. Total 450 x 200% = 900 m². d. Department Gudang bahan 2 Pada gudang bahan baku 2 ini mempersiapkan bahan baku untuk proses operasi Melting. Bahan baku yang harus disiapkan yaitu sejumlah ton/hari. Diasumsikan berat jenis material bahan baku 2 ton/m³. Volume material / hari = Berat material : Berat jenis material = ton: 2 ton/m³ = m³ Volume Material tiap 2 hari : ( x 2) = m³ Asumsi penumpukan mengerucut tinggi = 2.5 m. Volume Material = (Luas area x tinggi) : m³ = (Luas Area x 2.5m) : m³ = Luas Area x 2.5m m³ / 2.5m = m² (Luas area)

27 71 Luas Area minimum m². (allowance) untuk jalan, work in process, dll 100%. Total x 200% = m². e. Department Melting Dalam Dept. Melting ini terdapat mesin cupola furnace atau bisa dikatakan smelter. Ukuran luas mesin cupola furnace 1 set lengkap adalah 12 x 12 =144 m². dalam process diatas untuk mencapai target produksi dibutuhkan 3 mesin cupola furnace. Maka 144 x 3 = 432 Dengan (allowance) untuk jalan, work in process, dll 100%. Total 432 x 200% = 864 m². f. Department Slag-terak treatment Slag/Terak merupakan bahan buang dalam proses ini. Slag yg dihasilkan dari 100% input material dihasilkan 65,2% slag. Slag pada pengolahan nikel ini baik digunakan sebagai perkerasan jalan, atau bahan tambahan dalam pekerjaan pembuatan jalan, kususnya dalam pekerjaan sipil. Perhitungan Luas Area Output Produk Tonnase slag-terak : 1000 ton produk/bulan. : 65.2% ton (produk) = 5621 ton/bln (Slag) (Material Balance Produk FeNi) Tonnase slag-terak per hari = (5621:30) = ton Berat Jenis Slag/Terak : ρ = 2.34 ton/m³ (asumsi) Volume slag-terak per minggu = ( x 7) : 2.34 = m³

28 72 Asumsi penumpukan mengerucut tinggi = 2.5 m. Volume Slag/Terak = (Luas area x tinggi) : m³ = (Luas Area x 2.5m) : m³ = Luas Area x 2.5m m³ / 2.5m = m² (Luas area) Luas Area minimum m². (allowance) untuk jalan, work in process, dll 100%. Total x 200% = m². g. Department Gudang Produk Jadi Pada gudang gudang produk ini dipersiapkan untuk bahan jadi setelah proses operasi Melting. Perhitungan Luas Area Output Produk : 1000 ton produk/bulan. Sistem Penampungan : 1bulan = 1 kali pengangkutan Berat Jenis Produk : ρ = 7.8 ton/m³ (asumsi) Maka : dibutuhkan area 1000 ton : 7.8 ton/m³ = 128 m³ Asumsi tinggi penumpukan = 1 m. Luas Area minimum 128 m². Kelonggaran (allowance) untuk jalan, work in process, dll 100%. Total 128 x 200% = 256 m².

29 73 Tabel 4.13 Perhitungan kebutuhan luas area produksi Jumlah Dimensi Luas Kebutuhan Allowance Total Luas No Nama Department Jenis mesin mesin (PxL) m Mesin (m²) Luas ruangan (m²) 100% Dibutuhkan area (m²) 1 Gudang bahan Pre-treatment & Mixing Mixer & storage Sintering Sintering & Dust Collector Gudang bahan Melting Cupola furnace Slag-terak treatment Gudang produk FeNi Total

30 Space Relationship Diagram Setelah membuat ARD, kemudian dikembangkan lagi dengan membuat space relationship diagram. Dalam proses pembuatan space relationship diagram mempertimbangkan kebutuhan ruang dan ruang yang tersedia. Berikut diagram hubungan ruang dapat dilihat pada gambar 4.14 dan 4.15 Gambar 4.14 Space Relationship Diagram usulan 1. Gambar 4.15 Space Relationship Diagram usulan 2

31 Membuat Tata Letak fasilitas Untuk membuat rancangan tata letak dapat dibuat suatu block layout yang merupakan diagram block dengan sklala tertentu dan merupakan representasi suatu bangunan. Hal ini dibuat berdasar pertimbangan modifikasi-modifikasi sebelumnya yg telah dibuat dari hasil pembuatan Activity Relationship Chart (ARC), penyusunan Worksheet, perhitungan luas lantai produksi, pembuatan Activity Relathionship Diagram (ARD), dan pembuatan Diagram Hubungan Ruangan. Ukuran modul template yang dipakai adalah 3m x 3m = 9m 2. Ukuran modul template dapat dilihat pada tabel 4.17 sebagai berikut: Tabel 4.14 Ukuran modul template No Nama Dept. Kebutuhan luas (m²) Pembulatan Ukuran Modul (+ allowance 100%) luas (m²) 3 x 3 = 9 (m²) 1 Gudang bahan x 12 2 Pre-treatment & Mixing x 12 3 Sintering x 10 4 Gudang bahan x 11 5 Melting x 12 6 Slag-terak treatment x 20 7 Gudang produk FeNi x 8 Dimana luas area yang tersedia yaitu m² atau kurang lebih 1 Ha, 140 meter (panjang) x 72 meter (lebar). Dengan

32 76 menyesuikan luas tersebut maka diusulkan template rancangan dengan 2 alternatif template yang paling mendekati. Alternatif template usulan dapat dilihat pada gambar 4.16 dan gambar 4.17 berikut ini. Gambar 4.16 Modul template alternatif 1 Gambar 4.17 Modul template alternatif 2

33 77 No Perhitungan Ongkos Material Handling Material Handling yang digunakan Alat material Handling Selama proses produksi berlangsung, Material Handling yg digunakan yaitu wheel loader. Rincian alat material handling tersebut dapat dilihat pada tabel Tabel 4.15 Rincian harga alat material handling Unit Harga Umur Ekonomis Nilai sisa 1 Wheel Loader 4 Rp 2,185,000, Rp 500,000, Dibutuhkan biaya perawatan sebesar Rp /jam, serta bahan bakar yang di konsumsi 20 liter/jam. Harga per liter solar produksi saat ini berkisar Rp /liter. Jadi konsumsi bahan bakarnya Rp ,-/ jam Frekuensi Perpindahan Material Frekuensi perpindahan material digunakan untuk mengetahui berapa kali proses pengangkutan tiap harinya. Berikut tabel keterangan frekuensi perpindahan material area produksi. Tabel 4.16 Keterangan area produksi Nama Departemen Gudang Bahan 1 Pre treatment & Mixing Sintering Gudang Bahan 2 Melting Slag - Terak treatment Gudang Produk Jadi Kode A B C D E F G

34 78 Dari Tabel 4.17 Frekuensi perpindahan material handling area produksi Ke Kebutuhan mat'l (ton/hari) Kapasitas mat'l handling (ton) Frekuensi perpindahan frekuensi (pembulatan) A B B C C D D E E F E G Total Jarak Tempuh Perpindahan Material Tata Letak Usulan Berikut hasil pengolahan data jarak tempuh perpindahan material tata letak usulan 1 dan usulan 2. a. Tata Letak Usulan 1 Tabel 4.18 Jarak tempuh antar departemen usulan 1 Dari Ke Jarak (m) Frekuensi Jarak Tempuh A B B C C D D E E F E G Total Tabel 4.19 Matrik from to chart jarak tempuh usulan 1 FTC To From A B C D E F G Total A B C D E F G Total

35 79 b. Tata Letak usulan 2 Tabel 4.20 Jarak tempuh antar departemen usalan 2 Dari Ke Jarak (m) Frekuensi Jarak Tempuh A B B C C D D E E F E G Total Tabel 4.21 Matrik from to chart jarak tempuh usulan 2 FTC To From A B C D E F G Total A B C D E F G Total Ongkos Material Handling Ongkos material handling merupakan biaya yang dibutuhkan dalam aktivitas pemindahan bahan. Ongkos material handling untuk setiap kali pengangkutan ditentukan berdasarkan ongkos permeter gerakan, dimana di dalam ongkos tersebut sudah di pertimbangkan biaya tenaga kerja, biaya pembelian alat, biaya depresiasi alat, biaya bahan bakar alat, dan biaya perawatan alat tersebut. Perhitungan ongkos material handling pada tata letak PT. SP adalah sebagai berikut :

36 80 Ongkos Material Handling Wheel Loader Biaya Depresiasi Harga Awal = Rp ,- Umur Ekonomis = 5 Tahun Nilai Sisa = Rp ,- Jumlah Unit = 4 Unit Depresiasi = (Harga awal x Unit) (Nilai sisa x Unit) Umur Ekonomis = = / tahun Depreasi / hari = x 27 = Rp ,82 / hari Biaya Operator Gaji 1 tenaga operator per bulan = Rp ,- Jumlah tenaga operator = 8 orang 1 bulan 27 hari kerja Total biaya tenaga kerja = x 8 27 = Rp ,70 / hari Biaya Bahan Bakar Konsumsi bahan bakar 8 liter/jam Harga per liter solar produksi Rp ,-

37 81 Beroperasi 1 hari 16 jam Jumlah unit material handling 4 unit Total biaya bahan bakar = Rp x 8 x 16 x 4 = Rp ,- / hari Biaya Maintenance Biaya perawatan Rp ,- / jam Beroperasi 1 hari 16 jam Jumlah unit material handling 4 unit Total biaya maintenance = Rp x 16 x 4 = Rp ,- / hari Total Biaya = ( Depresiasi + biaya Operator + biaya BBM + biaya Maintenance) = ( , , ) = Rp ,52 / hari Ongkos Material Handling (OMH/M) = Biaya Operasi Material Handing Jarak Material Handling = Rp ,52 / hari 3.810,65 m / hari = Rp ,70 / m

38 82 1. Ongkos Material Handling usulan 1 Tabel 4.22 Ongkos material handling tata letak usulan 1 Dari Ke Jarak tempuh OMH/m (m) (Rp. /m) Total OMH (Rp) A B 1.167, , ,26 B C 698, , ,30 C D 506, , ,21 D E 815, , ,51 E F 420, , ,10 E G 72, , ,40 Total ,77 Total OMH untuk tata letak usulan 1 yaitu Rp ,77 2. Ongkos Material Handling usulan 2 Tabel 4.23 Ongkos material handling tata letak usulan 2 Dari Ke Jarak tempuh OMH/m (m) (Rp. /m) Total OMH (Rp) A B 960, , ,00 B C 678, , ,62 C D 524, , ,47 D E 673, , ,10 E F 520, , ,25 E G 56, , ,15 Total ,60 Total OMH untuk tata letak usulan 2 yaitu Rp ,60

Pembahasan Materi #8

Pembahasan Materi #8 Materi #8 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Pembahasan Materi #8 2 Dasar Penentuan Metode Penentuan Fasilitas Yang Dipertimbangkan Rancangan Alternatif Tata Letak Diagram Hubungan Ruangan Derajat

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #9

Pembahasan Materi #9 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Pembahasan 2 Dasar Penentuan Metode Penentuan Fasilitas Yang Dipertimbangkan Rancangan Alternatif Tata Letak Diagram Hubungan Ruangan Derajat Nilai Kedekatan 6623

Lebih terperinci

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 66 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari seluruh data yang telah dikumpulkan, dilakukan pengolahan data yang dapat dilihat secara keseluruhan pada lampiran. 4.2 Analisis Data 4.2.1 OPC (Operation

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Pengumpulan Data Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam perancangan tata

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Luas Lahan pada Tata Letak Fasilitas Area Pelayanan Proses di Alya Jaya Motor

Perencanaan Kebutuhan Luas Lahan pada Tata Letak Fasilitas Area Pelayanan Proses di Alya Jaya Motor Perencanaan Kebutuhan Luas Lahan pada Tata Letak Fasilitas Area Pelayanan Proses di Alya Jaya Motor Risthia Eriana Putri 1, Hery Irwan 2,Zaenal Arifin 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil & Analisa Dari hasil perancangan tata letak fasilitas, penempatan stasiun kerja disesuaikan dengan keterkaitan aktivitas antar stasiun kerja satu dengan stasiun kerja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METDLGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Keberhasilan suatu penelitian sangat ditentukan oleh langkah-langkah penelitian yang baik, sehingga penelitian tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY Wakhid Ahmad Jauhari 1, Arda Candra Faisal Pinastika 2, Chirstina Ayu Kusumawardani 3, Eva Kholisoh 4, Helma Hayu Juniar 5, Rafiq Ramadhan 6,

Lebih terperinci

Systematic Layout Planning

Systematic Layout Planning Materi #3 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Systematic Layout Planning 2 (2) Aliran material (1) Data masukan dan aktivitas (3) Hubungan aktivitas (5a) Kebutuhan ruang (7a) Modifikasi (4) Diagram

Lebih terperinci

USULAN PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (STUDI KASUS: PT. Kencana Andalan Nusantara) TUGAS AKHIR

USULAN PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (STUDI KASUS: PT. Kencana Andalan Nusantara) TUGAS AKHIR USULAN PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (STUDI KASUS: PT. Kencana Andalan Nusantara) TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Dalam bab ini akan dikemukakan hasil dari pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan pada bab IV dan kaitannya dengan teori yang menjadi landasan dalam pengolahan data tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Pengertian Perencanaan Fasilitas Perencanaan tata letak fasilitas termasuk kedalam bagian dari perancangan tata letak pabrik. Perencanaan

Lebih terperinci

Evaluasi Perencanaan Tata Letak Fasilitas Peleburan dan Pencetakan Terhadap Optimasi Proses Aliran Material pada PT. PANGERAN KARANG MURNI

Evaluasi Perencanaan Tata Letak Fasilitas Peleburan dan Pencetakan Terhadap Optimasi Proses Aliran Material pada PT. PANGERAN KARANG MURNI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006 Evaluasi Perencanaan Tata Letak Fasilitas Peleburan dan Pencetakan Terhadap Optimasi Proses Aliran Material

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan 5.1.1. Analisis Tata Letak Fasilitas Awal Pada kondisi awal lantai produksi, pengaturan tata letak pada PT TFI cenderung menempatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Definisi Tata Letak Fasilitas 1) Menurut Sritomo (1992, p52), tata letak fasilitas didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas - fasilitas fisik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengaturan Jam Kerja Berikut adalah kebijakan jam kerja di PT. XX Tabel 4.1 Jam Kerja Reguler Reguler Hari Jam Kerja Istirahat Total Waktu Kerja Senin - Kamis

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS Disusun Oleh Tim Dosen dan Asisten PLO 2017 LABORATORIUM KOMPUTASI DAN ANALISIS SISTEM JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Usulan Perbaikan Tata Letak Pabrik dengan Menggunakan Systematic Layout Planning (SLP) di CV. Arasco Bireuen

Usulan Perbaikan Tata Letak Pabrik dengan Menggunakan Systematic Layout Planning (SLP) di CV. Arasco Bireuen Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No.2 (2015) 4-10 ISSN 2302 934X Industrial Management Usulan Perbaikan Tata Letak Pabrik dengan Menggunakan Systematic Layout Planning (SLP) di CV. Arasco

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan beberapa divisi, meliputi divisi karet, makanan dan minuman, serta es balok. Divisi barang teknik

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5. Analisa Perancangan Tata Letak dengan Metode Systematic Layout Planning (SLP). 5.. Activity Relationship Chart (ARC). Langkah awal yang dilakukan untuk merancang tata

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Usulan Re-Layout Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Menggunakan Metode SLP di Departemen Produksi Bagian OT Cair di PT IKP

TUGAS AKHIR. Usulan Re-Layout Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Menggunakan Metode SLP di Departemen Produksi Bagian OT Cair di PT IKP TUGAS AKHIR Usulan Re-Layout Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Menggunakan Metode SLP di Departemen Produksi Bagian OT Cair di PT IKP Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ekstraksi dan Pengolahan Data Hasil ekstrasi data yang penulis peroleh dari lapangan antara lain : 1) Ekstrasi data mesin, dapat dilihat pada halaman lampiran (halaman 99)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PRODUK TEFFLON DAN GRINDING DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING & SIMULASI PROMODEL

TUGAS AKHIR PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PRODUK TEFFLON DAN GRINDING DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING & SIMULASI PROMODEL TUGAS AKHIR PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PRODUK TEFFLON DAN GRINDING DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING & SIMULASI PROMODEL Disusun Oleh : HERI SETIAWAN 41613110042 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas di PT. Dwi Komala dengan Metode Systematic Layout Planning

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas di PT. Dwi Komala dengan Metode Systematic Layout Planning Performa (2013) Vol. 12, No. 1: 39-50 Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas di PT. Dwi Komala dengan Metode Systematic Layout Planning R. Pitaloka Naganingrum*, 1), Wakhid Ahmad Jauhari 2), Lobes Herdiman

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV. MS Bakery adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam industri makanan (food industri).

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan

BAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan BAB V ANALISIS HASIL 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan 5.1.1. Analisis Tata Letak Fasilitas Awal Pada kondisi awal lantai produksi, pengaturan tata letak pada PT IKP cenderung menempatkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV dimulai dari perhitungan performansi tata letak awal sampai dengan perancangan tata letak usulan dapat dianalisa

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV dimulai dari perhitungan performansi tata letak awal sampai dengan perancangan tata letak usulan dapat dianalisa

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat dilakukan beberapa analisa seperti yang dijelaskan berikut ini: 5.1 Analisa Aliran Material dengan From To

Lebih terperinci

Systematic Layout Planning

Systematic Layout Planning Systematic Layout Planning Dimas Yuwono Wicaksono, ST., MT. dimas_yw@yahoo.com SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING Richard Muther Input Data and Activities 1. Flow of Materials 2. Activity Relationships 3. Relationship

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan metode gabungan, yang menyatukan antara studi pustaka yang penulis lakukan dengan data-data yang diperoleh dari lokasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data Dalam proses penulisan skripsi mengenai perancangan tata letak ini, penulis mengumpulkan dan menyusun data-data yang berhasil dikumpulkan oleh penulis.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI Ade Putri K 1, Alifah K 2, Finda Arwi M 3, Rizqy W 4, Virda Hersy L. S 5, Wakhid Ahmad Jauhari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode diartikan sebagai cara yang tepat, kemudian penelitian adalah kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Di dalam penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Tata Letak Pabrik Salah satu kegiatan rekayasa industri yang paling tua adalah menata letak fasilitas. Dan tata letak yang baik selalu mengarah kepada perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang. didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau

3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang. didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau 71 3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau pengetahuan tentang keterkaitan antar kegiatan. 4. Catat derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri dengan menjamurnya perusahaan industri. Setiap industri yang ada dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT. Nusa Multilaksana, merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha perdagangan. PT. Nusa Multilaksana berkedudukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 2

PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 2 PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 2 PROJECT 4 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI PROJECT 4 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 5.1 TUJUAN PRAKTIKUM Project ini bertujuan agar tiap-tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dari suatu perusahaan adalah pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi meliputi

Lebih terperinci

Program StudiTeknikIndustri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3

Program StudiTeknikIndustri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS PERKANTORAN DI PT. BPR MITRA ARTA MULIA BENGKALIS RIAU Triyono 1, Nandar Cundara A 2, Hery Irwan 3 1 Program StudiTeknikIndustri, Universitas Riau Kepulauan Batam

Lebih terperinci

BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Setelah selesai, dari mulai tahap pengumpulan data, sampai analisis, kemudian munculah sebuah desain ruangan tata letak PT. Santek khusus produk pembuatan special tool yang

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD.

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD. USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD. Fendi Staf Produksi, Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE, Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta

Lebih terperinci

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah, kami sampaikan ke hadirat Allah YME, karena terealisasinya Tekinfo, Jurnal Ilmiah Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik atau Perancangan Fasilitas Menurut Apple (1990, hal 2), Rekayasawan rancang fasilitas menganalisis, membentuk konsep, merancang dan mewujudkan sistem

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 FLOW CHART PEMECAHAN MASALAH Untuk memberikan gambaran yang sistematik guna mempermudah pembaca dalam memahami masalah yang dibahas dalam skripsi ini, maka dibuatlah suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Tata Letak Salah satu kegiatan rekayasa industri yang paling tua adalah menata letak fasilitas. Dan tata letak yang baik selalu mengarah kepada perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perancangan fasilitas memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam proses operasi perusahaan karena merupakan dasar dari keseluruhan proses produksi. Dalam

Lebih terperinci

USULAN PERANCANGAN TATA LETAK BARU AKIBAT PERLUASAN PABRIK (Studi Kasus di PT. Mega Andalan Kalasan, Yogyakarta) SKRIPSI

USULAN PERANCANGAN TATA LETAK BARU AKIBAT PERLUASAN PABRIK (Studi Kasus di PT. Mega Andalan Kalasan, Yogyakarta) SKRIPSI USULAN PERANCANGAN TATA LETAK BARU AKIBAT PERLUASAN PABRIK (Studi Kasus di PT. Mega Andalan Kalasan, Yogyakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data. 4.1.1 Sejarah Perusahaan Pada era perkembangan teknologi yang sedemikian pesatnya, banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan CV. Little Step adalah perusahaan yang bergerak di bidang garmen. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan antara lain kemeja, kaos, dan celana tidur. Produk-produk tersebut dipasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mungkin pasti akan dapat mengungguli perusahaan lain. Apa yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. mungkin pasti akan dapat mengungguli perusahaan lain. Apa yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern sekarang ini, pastilah akan membuat manusia dituntut untuk harus berpikir lebih maju. Manusia yang dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik mungkin,

Lebih terperinci

KETENTUAN PENULISAN LAPORAN AKHIR (BENDEL) PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

KETENTUAN PENULISAN LAPORAN AKHIR (BENDEL) PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS KETENTUAN PENULISAN LAPORAN AKHIR (BENDEL) PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 1. BENDEL dibuat oleh masing-masing kelompok dalam bentuk HARDCOVER dan masing-masing kelompok menyerahkan SOFTCOPY

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Bengkel teknik ABC Jaya adalah suatu bengkel yang bergerak di bidang manufaktur. Bengkel tersebut memproduksi beberapa macam produk, antara lain accesories perhiasan, matres, medali, dan tabung

Lebih terperinci

Perancangan Tata Letak

Perancangan Tata Letak 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Perancangan Tata Letak 2 Definisi: pengaturan tata letak fasilitasfasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan,

Lebih terperinci

PEMBUATAN ACTIVITY RELATION CHART (ARC)

PEMBUATAN ACTIVITY RELATION CHART (ARC) PEMBUATAN ACTIVITY RELATION CHART (ARC) Definisi ARC Untuk membantu dalam penempatan fasilitas selain fasilitas produksi yaitu kantor, fasilitas pelayanan baik untuk tenaga kerja dan pabrik serta pendukung

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN FROM TO CHART (FTC) TABEL SKALA PRIORITAS (TSP) ACTIVITY RELATIONSHIP DIAGRAM (ARD)

MODUL PEMBELAJARAN FROM TO CHART (FTC) TABEL SKALA PRIORITAS (TSP) ACTIVITY RELATIONSHIP DIAGRAM (ARD) MODUL PEMBELAJARAN FROM TO CHART (FTC) TABEL SKALA PRIORITAS (TSP) ACTIVITY RELATIONSHIP DIAGRAM (ARD) 2013 L A B O R A T O R I U M T E K N I K I N D U S T R I L A N J U T Tujuan Praktikum: Merencanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi pengaturan tataletak fasilitas produksi seperti mesin-mesin, bahan-bahan,

BAB I PENDAHULUAN. meliputi pengaturan tataletak fasilitas produksi seperti mesin-mesin, bahan-bahan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengaturan tataletak fasilitas produksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dari suatu pabrik. Pengaturan tataletak lantai produksi meliputi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........... i HALAMAN PERNYATAAN.......... ii HALAMAN PENGESAHAN.......... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR............ v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan melihat langsung ke lantai produksi PT Indokemas Sukses Makmur. Data yang telah di kumpulakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN TATA LETAK DAN FASILITAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PADA OLT. METAL WORKS SKRIPSI. Oleh: Victor

ANALISIS PERANCANGAN TATA LETAK DAN FASILITAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PADA OLT. METAL WORKS SKRIPSI. Oleh: Victor ANALISIS PERANCANGAN TATA LETAK DAN FASILITAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PADA OLT. METAL WORKS SKRIPSI Oleh: Victor 0800739114 PROGRAM GANDA MANAJEMEN DAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BINA

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling Performa (2014) Vol. 13, No.2: 91-100 Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling Rizki Wahyuniardi, Agi A. Setiawan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UniversitasPasundan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR USULAN PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PADA PT. XYZ

TUGAS AKHIR USULAN PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PADA PT. XYZ TUGAS AKHIR USULAN PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PADA PT. XYZ Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGMPLAN DAN PENGOLAHAN DATA. Pengumpulan Data.. Profil Perusahaan CV. RIA PALLET merupakan sebuah perusahaan industri manufaktur yang memproduksi pallet, perusahaan ini mengolah bahan baku dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri di bidang manufaktur khususnya di Indonesia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri di bidang manufaktur khususnya di Indonesia dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri di bidang manufaktur khususnya di Indonesia dan sekitarnya telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perancangan Tata Letak Fasilitas (PTLF) 4.1.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di Mechanical Fabrication Department (lantai produksi Divisi Mekanik). Dari hasil

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Sinar Terang Logamjaya atau yang sering disebut PT Stallion adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur pembuatan sparepart motor dengan bahan baku logam, seperti pedal motor, cup tanki

Lebih terperinci

KETENTUAN PENULISAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PTA 2015/2016 LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT

KETENTUAN PENULISAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PTA 2015/2016 LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT KETENTUAN PENULISAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PTA 2015/2016 LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT 1. Laporan Akhir dibuat oleh masing-masing kelompok dalam bentuk HARDCOPY

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan tata letak fasilitas manufaktur dapat berpengaruh secara langsung terhadap aliran material didalam pabrik. Tata letak pabrik yang baik dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata letak fasilitas merupakan pengorganisasian fasilitas-fasilitas fisik perusahaan untuk menghasilkan efisiensi penggunaan sumber daya perusahaan. Perencanaan fasilitas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratam akademik guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Strata satu

TUGAS AKHIR. Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratam akademik guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Strata satu TUGAS AKHIR USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS INDUSTRI GUNA MENGURANGI MATERIAL HANDLING DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (STUDI KASUS : CV. GARUDA PLASTIK) Ditulis untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : tata tetak (layout), penataan mesin, meminimumkan jarak perpindahan, load distance. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : tata tetak (layout), penataan mesin, meminimumkan jarak perpindahan, load distance. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tata Letak (layout) merupakan salah satu landasan utama dalam dunia industri. Tata Letak yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efektivitas dan efisiensi kegiatan produksi, mengurangi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian merupakan suatu rangkaian tahapan proses penelitian yang panjang dan terkait secara sistematika. Tiap tahap merupakan penentu tahap berikutnya, karena itu harus

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Indta Pramatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan sparepart mobil dan motor. Bahan produksi yang digunakan oleh perusahaan semuanya adalah logam seperti pada

Lebih terperinci

PETA DARI KE & ONGKOS MATERIAL HANDLING PRAKTIKUM VI TIM ASISTEN PLO 2015

PETA DARI KE & ONGKOS MATERIAL HANDLING PRAKTIKUM VI TIM ASISTEN PLO 2015 PETA DARI KE & ONGKOS MATERIAL HANDLING PRAKTIKUM VI TIM ASISTEN PLO 2015 DEFINISI Material handling merupakan salah satu jenis transportasi (pengangkutan), yang digunakan untuk memindahkan bahan baku,

Lebih terperinci

Rancangan Tata Letak Fasilitas Bagian Produksi pada CV. VISA INSAN MADANI

Rancangan Tata Letak Fasilitas Bagian Produksi pada CV. VISA INSAN MADANI Reka Interga ISSN: 2338-5081 Teknik Industri Itenas No.3 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [Desember 2013] Rancangan Tata Letak Fasilitas Bagian Produksi pada CV. VISA INSAN MADANI FARIEZA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian ini diawali dengan melakukan studi tahap awal di CV Massitoh Catering Services, yaitu mengenai struktur organisasi, ruang lingkup,

Lebih terperinci

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material Definisi 1. Material handling adalah ilmu dan seni memindahkan, menyimpan, melindungi, dan mengontrol/ mengawasi material. 2. Material handling merupakan penyediaan material dalam jumlah yang tepat, pada

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK PABRIK DAN MATERIAL HANDLING PADA PT. XYZ

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK PABRIK DAN MATERIAL HANDLING PADA PT. XYZ Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2016), Vol. 4 No. 3, 141 148 USULAN PERBAIKAN TATA LETAK PABRIK DAN MATERIAL HANDLING PADA PT. XYZ I Wayan Sukania 1, Silvi Ariyanti 2 dan Nathaniel 1 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentunya dapat dilakukan dengan cara mengatur layout pabrik sedemikian rupa

BAB I PENDAHULUAN. ini tentunya dapat dilakukan dengan cara mengatur layout pabrik sedemikian rupa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lantai produksi suatu perusahaan manufaktur perlu dirancang dengan baik, supaya aliran produksi dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien. Hal ini

Lebih terperinci

LAPORAN MODUL KE-3 PRAKTIKUM MATERIAL HANDLING PERHITUNGAN ONGKOS MATERIAL HANDLING

LAPORAN MODUL KE-3 PRAKTIKUM MATERIAL HANDLING PERHITUNGAN ONGKOS MATERIAL HANDLING LAPORAN MODUL KE-3 PRAKTIKUM MATERIAL HANDLING PERHITUNGAN ONGKOS MATERIAL HANDLING DEVI JAYAWATI, ST., MT., MS Disusun Oleh : WAHYU PRADANA (15010010) FADJRI RAHMANTO (150100105) PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk pada masa sekarang ini terus menerus semakin meningkat. Pertumbuhan penduduk itu juga diiringi dengan meningkatnya kebutuhan para penduduk,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. IV, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut :

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. IV, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut : BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan dan dibahas pada BAB IV, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam proses produksinya PT.Nusa Multilaksana

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Usulan Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas (Studi Kasus di Rafi Furniture)

Studi Kelayakan Usulan Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas (Studi Kasus di Rafi Furniture) Studi Kelayakan Usulan Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas (Studi Kasus di Rafi Furniture) Isana Arum Primsari Teknik Industri FTI Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Email: i_prisa@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix ABSTRAK...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix ABSTRAK... x BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERBANDINGAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PABRIK PADA PT SENNATRA PENDAWATAMA SECARA MANUAL DAN DENGAN SOFTWARE VIP-PLANOPT10

STUDI KASUS PERBANDINGAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PABRIK PADA PT SENNATRA PENDAWATAMA SECARA MANUAL DAN DENGAN SOFTWARE VIP-PLANOPT10 Journal Industrial Servicess Vol. 3c No. 1 Oktober 2017 STUDI KASUS PERBANDINGAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PABRIK PADA PT SENNATRA PENDAWATAMA SECARA MANUAL DAN DENGAN SOFTWARE VIP-PLANOPT10 Hartono,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menguraikan mengenai landasanlandasan teori serta acuan lain yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian. 2.1 Perencanaan Fasilitas Tata letak pabrik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nikel merupakan salah satu bahan penting yang banyak dibutuhkan dalam bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai bahan baku pembuatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Tujuan Perencanaan Tata Letak Perencanaan tata letak dapat dikemukakan sebagai proses perancangan tata letak, termasuk di dalamnya analisis, perencanaan, desain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perancangan Tata Letak Tata letak pabrik (plant layout) atau letak fasilitas (facilities layout) pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai suatu cara pengaturan fasilitas-fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong semua perusahaan khususnya industri manufaktur saling bersaing untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik Menurut Apple (1990), Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Dasar Re-layout Perusahaan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Dasar Re-layout Perusahaan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Dasar Re-layout Perusahaan Perancangan ulang tata letak atau re-layout ruang laboratorium kimia PT INTERTEK UTAMA SERVICE ini didasarkan kepada kondisi ruang laboratorium yang terpisah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS 5.1. Analisis Tata letak Awal

BAB V ANALISIS 5.1. Analisis Tata letak Awal BAB V ANALISIS Perencanaan ulang tata letak fasilitas dan aliran material merupakan permasalahan yang sering muncul pada sebuah lantai produksi. Proses yang kompleks dengan melibatkan semua stasiun kerja

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN Disusun Oleh: Risya Yuthika (1102120156) Septi Kurniawan (1102130054) Tio Auzan Hawali (1102120067) Nenden Widha Soraya (1102120157) Achmad Rizaldi

Lebih terperinci