EFISIENSI ANTARWAKTU PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS DAN INDEKS MALMQUIST ANDROMEDA KHOIRUNNISA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFISIENSI ANTARWAKTU PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS DAN INDEKS MALMQUIST ANDROMEDA KHOIRUNNISA"

Transkripsi

1 EFISIENSI ANTARWAKTU PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS DAN INDEKS MALMQUIST ANDROMEDA KHOIRUNNISA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efisiensi Antarwaktu Perbankan Syariah di Indonesia Menggunakan Data Envelopment Analysis dan Indeks Malmquist adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Andromeda Khoirunnisa NIM G

4 ABSTRAK ANDROMEDA KHOIRUNNISA. Efisiensi Antarwaktu Perbankan Syariah di Indonesia Menggunakan Data Envelopment Analysis dan Indeks Malmquist. Dibimbing oleh TONI BAKHTIAR dan ENDAR H. NUGRAHANI. Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja suatu unit pelayanan yang disebut sebagai Decision Making Units (DMU). Penerapan DEA sudah banyak digunakan seperti pada bank, rumah sakit dan sekolah. Karya ilmiah ini mengukur efisiensi sembilan bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia selama Juni 2010-Mei 2012 yang dibagi menjadi dua periode. Pengukuran efisiensi ini melibatkan tiga variabel masukan (input) dan tiga variabel luaran (output). Dana pihak ketiga, biaya tenaga kerja dan jumlah kantor menjadi variabel input. Sedangkan variabel output meliputi pembiayaan, pendapatan bagi hasil dan pendapatan operasional lainnya. Pengukuran efisiensi menggunakan model Charnes, Cooper dan Rhodes (CCR) dengan orientasi output pada periode 1 (2010/2011) dan periode 2 (2011/2012). Kemudian hasil pengukuran tersebut dapat dibandingkan dan dianalis dengan indeks Malmquist untuk mengetahui seberapa baik peningkatan efisiensi yang terjadi. Selain itu, projeksi model CCR juga memberitahukan seberapa besar peningkatan yang harus dilakukan oleh bank yang takefisien agar mencapai efisien. Kata kunci: DEA, efisiensi, model CCR, indeks Malmquist, bank syariah ABSTRACT ANDROMEDA KHOIRUNNISA. Intertemporal Efficiency of Islamic Banking in Indonesia Using Data Envelopment Analysis and Malmquist Index. Supervised by TONI BAKHTIAR and ENDAR H. NUGRAHANI. Data Envelopment Analysis (DEA) is a tool which is used to measure and compare the performance of Decision Making Units (DMU). DEA has been applied in many fields, such as banks, hospitals and schools. This paper measures the efficiency of nine Islamic banks which are registered in the Bank of Indonesia from June 2010 to May The efficiency is measured using three input and three output variables. Third party funds, staff costs and the number of offices are the input variables. Meanwhile total loans, profit loss sharing and other incomes are the output variables. The efficiency is measured using Charnes, Cooper and Rhodes (CCR) model with output orientation on period 1 (2010/2011) and period 2 (2011/2012). Intertemporal efficiencies are then compared and analyzed using Malmquist index. In addition, projection to efficient frontier shows how to improve those inefficient banks to reach the desired efficient level. Key words: DEA, efficiency, CCR model, Malmquist index, Islamic banking

5 EFISIENSI ANTARWAKTU PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS DAN INDEKS MALMQUIST ANDROMEDA KHOIRUNNISA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Efisiensi Antarwaktu Perbankan Syariah di Indonesia Menggunakan Data Envelopment Analysis dan Indeks Malmquist Nama : Andromeda Khoirunnisa NIM : G Disetujui oleh Dr Toni Bakhtiar, MSc Pembimbing I Dr Ir Endar H Nugrahani, MS Pembimbing II Diketahui oleh Dr Berlian Setiawaty, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala berkah-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik. Bidang terapan matematika yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini ialah riset operasi, dengan judul Efisiensi Antarwaktu Perbankan Syariah di Indonesia Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) dan Indeks Malmquist. Terima kasih banyak dan penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr Toni Bakhtiar, MSc dan Ibu Dr Ir Endar H Nugrahani, MS selaku pembimbing serta Dr Ir I Gusti Putu Purnaba, DEA sebagai penguji yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen dan staff di Departemen Matematika atas segala ilmu yang diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala dukungannya, do a dan kasih sayangnya. Tak lupa ucapan terima kasih juga kepada keluarga besar Al-Hurriyyah, Tim Rapat Pimpinan Al-Biruni, Squad BPH, Tsabat Arsy, Andaleb-2, sahabat-sahabat dalam lingkaran Izzatunnissaa, pengurus bimbingan belajar SM@RT, teman-teman Math 46, kakak/adik kelas dan seluruh pihak yang telah mendukung penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Mohon maaf penulis tidak dapat menyebutkannya satu persatu. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Bogor, Juni 2013 Andromeda Khoirunnisa

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR v PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 1 LANDASAN TEORI 2 Bank Syariah 2 Pembiayaan Mudharabah 2 Pembiayaan Musyarakah 2 Linear Programming 3 Solusi Linear Programming 3 Dualitas 5 DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) 5 Satu Input dan Satu Output 6 Satu Input dan Dua Output 8 Model Charnes, Cooper dan Rhodes (CCR) 10 Indeks Malmquist 14 EFISIENSI BANK SYARIAH DI INDONESIA 16 Deskripsi Masalah 16 Data Penelitian 17 Hasil dan Pembahasan 20 SIMPULAN DAN SARAN 26 Simpulan 26 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 27 LAMPIRAN 28 RIWAYAT HIDUP 30

10 DAFTAR TABEL 1 Kasus satu input dan satu output 6 2 Skor efisiensi 7 3 Kasus satu input dan dua output 8 4 Bank syariah sebagai Decision Making Unit 16 5 Variabel input dan output 17 6 Data bank syariah periode Statistik variabel input dan output periode Data bank syariah periode Statistik variabel input dan output periode Skor efisiensi bank syariah periode Skor efisiensi bank syariah periode Skor catch-up, frontier-shift dan Indeks Mamlquist 25 DAFTAR GAMBAR 1 Perbandingan efisiensi kebun 7 2 Peningkatan efisiensi kebun E 7 3 Batas efisiensi kasus satu input dan dua output 8 4 Pengukuran tingkat efisiensi kebun F 9 5 Reference set untuk kasus satu input dan dua output 10 6 Catch-up 14 7 Skor efisiensi bank syariah di Indonesia periode 1 dan periode Persentase projeksi DMU takefisien untuk pembiayaan pada periode Persentase projeksi DMU takefisien untuk pendapatan bagi hasil pada periode Persentase projeksi DMU takefisien untuk pendapatan operasional lainnya pada periode Persentase projeksi DMU takefisien untuk pembiayaan pada periode Persentase projeksi DMU takefisien untuk pendapatan bagi hasil pada periode Persentase projeksi DMU takefisien untuk pendapatan operasional lainnya pada periode 2 24 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data projeksi DMU takefisien pada periode Data projeksi DMU takefisien pada periode 2 29

11

12

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Islam kini sudah merebak di seluruh dunia, bahkan negara yang bukan negara muslim mengakui kebaikan dan menggunakan sistem ekonomi Islam. Di Indonesia sendiri perkembangan ekonomi Islam sudah dimulai sejak 1991, yakni dipelopori dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Beberapa tahun belakangan ini, apalagi setelah MUI mengeluarkan fatwa haram terhadap bunga bank, bank berbasis Islam mulai bermunculan, diikuti dengan munculnya lembaga keuangan berbasis Islam lainnya seperti pegadaian syariah, reksa dana syariah dan sebagainya (Rivai dan Arifin 2010). Namun, maraknya produk bank syariah di Indonesia barulah empat tahun yang lalu yakni setelah disahkan Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Saat ini perkembangan bank syariah memasuki tahapan ketiga berdasarkan strategi Bank Indonesia, yaitu tahapan yang berkesinambungan sesuai dengan prinsip syariah. Menurut Soemitra (2010), tahapan ketiga perbankan syariah diarahkan untuk dapat memenuhi standar keuangan dan mutu pelayanan internasional ( ). Keberadaan dan perkembangan perbankan syariah merupakan salah satu indikator utama yang mendominasi dalam sistem ekonomi Islam (syariah). Untuk itu diperlukan suatu pengukuran kinerja perbankan syariah untuk mengetahui seberapa efisien kinerja suatu bank syariah di antara bank lainnya. Penentuan faktor pembatas yang jadi tolok ukur apakah suatu perusahaan telah bekerja secara efisien menjadi masalah tersendiri. Belum tentu faktor yang dipilih sebagai variabel untuk mengukur tingkat efisien itu mewakili keseluruhan aspek perusahaan. Untuk itu diperlukan suatu formulasi pengukuran efisiensi yang dapat melibatkan banyak variabel. Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja sejumlah unit pelayanan seperti bank, rumah sakit dan sekolah. DEA juga dapat menunjukkan spesifikasi ketakefisienan unit pelayanan tersebut. Menurut Cooper et al. (2004), sejak adanya formulasi DEA yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1978, para peneliti di sejumlah bidang dengan cepat menyadari bahwa itu adalah metodologi yang sangat baik dan mudah digunakan dalam proses pemodelan operasional untuk evaluasi kinerja. Dalam karya ilmiah ini DEA digunakan sebagai alat untuk mengukur dan membandingkan kinerja perbankan syariah di Indonesia tahun Tujuan Tujuan karya ilmiah ini adalah mempelajari metode pengukuran kinerja menggunakan Data Envelopment Analysis dan mengimplementasikannya dalam analisis kinerja perbankan syariah di Indonesia. Indeks Malmquist digunakan untuk menganalisis perubahan kinerja antarwaktu.

14 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa istilah dan metode yang digunakan dalam penelitian. Pertama akan dijelaskan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam perbankan syariah, kemudian akan dijelaskan mengenai linear programming yang merupakan alat utama dalam penyelesaian masalah penentuan tingkat efisiensi dalam Data Envelopment Analysis. Bank Syariah Menurut Soemitra (2010), bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Islam yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu- lintas pembayaran. BUS merupakan badan usaha yang setara dengan bank umum konvensional dengan bentuk hukum perseroan terbatas, perusahaan daerah atau koperasi. Seperti halnya bank umum konvensional, BUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank non-devisa. (Rivai dan Arifin 2010) Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan mudharabah merupakan bentuk pembiayaan bagi hasil dengan bank sebagai pemilik modal (shahibul maal/rabbul maal) menyediakan modal (100%) kepada pengusaha sebagai pengelola (mudharib) untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di antara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad (yang besarnya juga dipengaruhi oleh kekuatan pasar). (Rivai dan Arifin 2010) Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan musyarakah merupakan bentuk pembiayaan bagi hasil dengan bank sebagai pemilik modal turut serta sebagai mitra usaha membiayai investasi usaha pihak lain. Pembiayaan tambahan diberikan kepada mitra usaha (individu atau kelompok) yang telah memiliki sebagian pembiayaan untuk investasi. Mitra usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam manajemen perusahaan, tetapi itu tidak merupakan keharusan. Kedua belah pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan mereka juga dapat meminta gaji atau upah untuk tenaga dan keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tersebut. Proporsi keuntungan dibagi di antara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad yang dapat berbeda dari proporsi modal yang mereka sertakan. Kerugian, apabila terjadi, akan ditanggung bersama sesuai

15 proporsi penyertaan modal masing-masing. Musyarakah merupakan perjanjian yang berjalan terus sepanjang usaha yang dibiayai bersama terus beroperasi. (Rivai dan Arifin 2010) 3 Linear Programming Linear programming (LP) merupakan metode penyelesaian masalah pengoptimuman dengan tujuan yang diinginkan terhadap kendala tertentu. Model LP meliputi pengoptimuman suatu fungsi linear terhadap kendala linear. LP terdiri atas tiga komponen utama, yaitu: a. variabel keputusan yang telah ditentukan, b. fungsi objektif, berupa tujuan yang harus dicapai seoptimal mungkin, c. kendala, berupa batasan-batasan atau persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh solusi. Bentuk standar LP didefinisikan sebagai berikut: Definisi 1 (Bentuk Standar LP) Suatu LP memiliki bentuk standar sebagai berikut: Meminimumkan fungsi objektif terhadap (1) dengan dan berupa vektor berukuran n, b vektor berukuran m, sedangkan A berupa matriks berukuran m n yang disebut juga sebagai matriks kendala. Pada LP (1), merupakan variabel keputusan dan merupakan fungsi kendala. (Griva et al. 2009) Solusi Linear Programming Suatu masalah LP dapat diselesaikan dengan berbagai cara untuk mendapatkan solusi optimum, salah satunya menggunakan algoritme simpleks yang dikembangkan oleh Dantzig (1947). Algoritme simpleks merupakan prosedur perhitungan yang berulang (iteratif) di mana setiap pengulangan (iterasi) berkaitan dengan satu pemecahan dasar (solusi basis). Pada LP (1), vektor yang memenuhi kendala disebut sebagai solusi fisibel dari LP (1). Misalkan matriks dapat dinyatakan sebagai, dengan adalah matriks yang elemennya berupa koefisien variabel basis dan N merupakan matriks yang elemennya berupa koefisien variabel nonbasis pada matriks kendala. Matriks disebut matriks basis LP (1). Jika vektor dapat dinyatakan sebagai vektor, ( ) dengan adalah vektor variabel basis dan adalah vektor nonbasis, maka dapat dinyatakan sebagai: ( ) (2) Karena adalah matriks taksingular, maka memiliki invers, sehingga dari (2) dapat dinyatakan sebagai:. (3)

16 4 Definisi 2 (Daerah Fisibel) Daerah fisibel untuk LP adalah himpunan titik-titik yang memenuhi semua kendala dan pembatasan tanda pada LP tersebut. (Winston 2004) Definisi 3 (Solusi Basis) Solusi LP (1) disebut solusi basis jika: 1. solusi tersebut memenuhi kendala pada persamaan (1), 2. kolom-kolom dari matriks koefisien yang berpadanan dengan komponen taknol adalah bebas linear. (Griva et al. 2009) Definisi 4 (Solusi Fisibel Basis) Vektor disebut solusi fisibel basis jika merupakan solusi basis dan. (Griva et al. 2009) Definisi 5 (Solusi Optimal) Untuk masalah maksimisasi, solusi optimal pada LP adalah suatu titik pada daerah fisibel dengan nilai fungsi objektif paling besar, sedangkan untuk masalah minimisasi, solusi optimal adalah suatu titik pada daerah fisibel dengan nilai fungsi objektif terkecil. (Winston 2004) Ilustrasi untuk solusi basis dan solusi fisibel basis dapat dilihat dalam contoh berikut: Contoh Misalkan diberikan LP berikut: minimumkan terhadap 7 (4) Matriks kendala dan vektor konstanta dari LP (4) tersebut adalah A dan b T Misalkan dipilih x B ( x3 x4 x5) dan x N ( x1 x2) matriks basis sebagai berikut: B Dengan menggunakan matriks basis tersebut diperoleh:. T maka dan (5)

17 Solusi (5) merupakan solusi basis karena solusi tersebut memenuhi kendala pada LP (4) dan kolom-kolom pada matriks kendala yang berpadanan dengan komponen taknol dari (5) yaitu adalah bebas linear (kolom yang satu bukan merupakan kelipatan kolom yang lain). Solusi (5) juga merupakan solusi fisibel basis, karena nilai-nilai variabelnya lebih dari atau sama dengan nol. (Griva et al. 2009) 5 Dualitas Pada suatu masalah optimasi linear terdapat masalah optimasi linear lain yang berpadanan. Kedua masalah ini dikenal dengan masalah primal dan masalah dual. Berikut ini adalah contoh bentuk baku dari masalah primal untuk kasus maksimisasi, fungsi objektif terhadap b (6) b n Berikut ini adalah bentuk baku dari masalah dual untuk kasus maksimisasi di atas, fungsi objektif b b b terhadap (7) m (Winston 2004) DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Data Envelopment Analysis merupakan salah satu bentuk permodelan riset operasi berupa teknik pemrograman yang digunakan untuk menentukan tingkat efisiensi. DEA pertama kali diperkenalkan oleh Charnes et al. (1978, dalam Cooper et al. 2006) yang dideskripsikan sebagai model aplikasi pemrograman matematika untuk data amatan yang menyediakan cara baru dalam memperoleh pendekataan empirik dari hubungan antara input (masukan) dan output (luaran) seperti pada fungsi produksi dan/atau kurva kemungkinan produksi efisien, yang merupakan landasan utama dari ekonomi modern. DEA merupakan metode analisis non-parametrik dalam mengukur tingkat efisiensi. Sampai saat ini, pengukuran efisieinsi kinerja merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh sebuah perusahaan agar dapat mengevaluasi untuk kinerja ke depannya yang lebih baik. Banyak faktor yang dapat dijadikan parameter pengukuran efisiensi. Pada umumnya pengukuran dilakukan dengan rasio output terhadap input. Namun membandingkan satu variabel input dan satu variabel input saja tidak cukup mewakili kinerja perusahaan.

18 6 Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Cooper et al. (2006), DEA merupakan salah satu solusi dalam menangani pengukuran efisiensi yang mampu mencakup banyak input dan output tanpa perlu menghitung bobot untuk setiap variabel. DEA menghitung ukuran efisiensi dengan menentukan level input dan output yang efisien untuk unit pelayanan yang diukur. DEA dapat menentukan nilai efisiensi untuk sebuah unit pelayanan yang dikenal dengan istilah Decision Making Unit (DMU) terhadap suatu batas. Batas yang dimaksud merupakan garis atau permukaan yang diciptakan oleh DMU- DMU yang terpilih, yakni DMU-DMU yang efisien. Menurut Pareto-Koopmans (Cooper et al. 2006), suatu DMU dikatakan efisien jika dan hanya jika tidak mungkin mengurangi input (atau meningkatkan output) tanpa meningkatkan input yang lain (atau menurunkan output yang lain). Lazimnya tingkat efisiensi dinyatakan sebagai bilangan dalam selang [0,1] atau [0,100%]. Suatu DMU dikatakan efisien apabila efisiensinya bernilai satu, sehingga DMU tersebut akan berada pada batas efisiensi yang disebut sebagai efficiency frontier. Sedangkan DMU-DMU yang tidak efisien dengan nilai efisiensi kurang dari satu, berada dalam lingkup batas efisiensi yang terbentuk. Kumpulan DMU yang berbeda tentu akan menghasilkan batas efisiensi yang berbeda, sehingga jumlah DMU, banyak dan besarnya input dan output sangat memengaruhi hasil penilaian efisiensi untuk setiap DMU. Dengan kata lain, batas efisiensi yang dibentuk sangat dipengaruhi oleh data yang digunakan. Satu Input dan Satu Output Untuk mengetahui bagaimana DEA itu bekerja, perhatikan contoh kasus satu input dan satu output berikut. Misalkan terdapat enam perkebunan yaitu A sampai F dengan luas lahan (dalam hektar) sebagai input dan panen (dalam ton) sebagai output, sebagaimana diberikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kasus satu input dan satu output Kebun A B C D E F Luas lahan Panen Panen/luas lahan Rasio antara panen dan luas lahan diilustrasikan pada Gambar 1. Perhatikan garis yang dibentuk oleh titik (0,0) dan titik D. Garis tersebut merupakan batas efisiensi. Kebun D dianggap paling efisien karena memiliki rasio input-output terbesar dan kebun-kebun lain takefisien. Skor efisiensi dinormalisasi menjadi antara nol dan satu dengan cara dibagi oleh nilai efisiensi tertingginya. Dalam contoh ini, efisiensi kebun yang takefisien itu dapat diukur melalui D, yaitu D (8)

19 7 Gambar 1 Perbandingan efsiensi kebun Skor efisiensi seluruh kebun diberikan pada Tabel 2. Dapat dilihat bahwa kebun C merupakan kebun yang paling takefisien dengan capaian 50% dari efisiensi kebun D. Tabel 2 Skor efisiensi Kebun A B C D E F Efisiensi Dengan DEA dapat diketahui bagaimana membuat kebun yang takefisien itu menjadi efisien, misalnya bagaimana memindahkan posisinya ke batas efisiensi. Sebagai contoh, pilih kebun E dalam Gambar 2. Terdapat dua cara untuk mencapai batas efisien, yaitu dengan mengurangi input (luas lahan) m j E dengan koordinat (3.5,3) atau dengan meningkatkan output (panen) menuju oord t E (6,4.8). E m r p proj d r E t m g r g ahan m j d 3.5 t r d E merupakan projeksi dari E untuk menambah panen menjadi 4.8 ton agar E mencapai efisien sehingga skor efisiensinya satu. Dalam kasus ini D merupakan reference set bagi E. Kebun D juga merupakan reference set bagi kebun lainnya karena D satu-satunya kebun yang efisien. Gambar 2 Peningkatan efisiensi kebun E

20 8 Satu Input dan Dua Output Setelah mengetahui cara DEA bekerja pada kasus satu input dan satu output, berikutnya akan diberikan contoh untuk kasus satu input dan dua output menggunakan data pada Tabel 2 dengan ditambah satu output, yakni banyaknya pelanggan (dalam satuan 10 unit). Untuk menentukan batas efisiensi dalam kasus ini, seluruh output dibagi dengan luas lahan sebagai satu-satunya input yang menjadi pertimbangan. Data untuk kasus satu input dan dua output diberikan pada Tabel 3. Tabel 3 Kasus satu input dan dua output Kebun A B C D E F Luas lahan Panen Banyaknya pelanggan Panen/luas lahan Banyaknya pelanggan/luas lahan Gambar 3 Batas efisiensi kasus satu input dan dua output Batas efisiensi yang dihasilkan merupakan garis yang menghubungkan D dan A sebagaimana dalam Gambar 3. D dan A dipilih karena kebun D memiliki rasio panen-luas lahan terbesar dan kebun A memiliki rasio banyaknya pelangganluas lahan terbesar. DEA mengasumsikan bahwa kebun D dan A efisien dengan skor efisiensi 100%. Sedangkan kebun lainnya takefisien dengan skor efisiensi kurang dari 100%. Kebun B, C, E dan F berada di bawah batas efisiensi yang berarti kebun-kebun ini takefisien dan dapat diukur tingkat efisiensinya berdasarkan jaraknya tehadap batas efisiensi. Contoh dari Gambar 4, efisiensi dari F dapat dihitung dengan perbandingan dan, dengan dan berturut-turut merupakan jarak dari titik nol ke F dan jarak dari titik nol ke Q. Titik Q merupakan titik potong garis OF dan batas efisiensi.

21 9 Gambar 4 Pengukuran tingkat efisiensi kebun F Perbandingan tersebut diinterpretasikan sebagai rasio dari pengukuran dua jarak. Koordinat titik F diperoleh dari Tabel 3 dan koordinat titik Q merupakan perpotongan antara garis dan garis sehingga Q = (0.605,0.756). Diperoleh sehingga tingkat efisiensi kebun F adalah sebesar Pengukuran dengan menggunakan jarak relatif terhadap batas efisiensi menjamin tingkat efisiensi berada pada selang [0,1]. Interpretasi dari rasio juga memberikan hasil yang lain karena output yang menjadi pertimbangan akan lebih mudah diinterpretasikan sebagai perbandingan terbaliknya, yaitu (9), (10) yang berarti untuk menjadi efisien, F harus menambah kedua output-nya sebanyak kali. Secara sederhana, jika rasio ini diaplikasikan pada koordinat F akan memberikan yang merupakan nilai dari koordinat Q, titik pada batas efisiensi yang digunakan untuk mengukur nilai efisiensi F. Hal ini merupakan projeksi dari F agar mencapai efisien. Karena Q berada pada segmen maka ketakefisienan F harus dievaluasi berdasarkan kombinasi dari D dan A. Kebun A dan D disebut sebagai reference set bagi kebun F dan juga bagi kebun B dan E. Reference set bagi C adalah kebun A. Sebagai ilustrasi reference set kasus satu input dan dua output dapat dilihat pada Gambar 5.

22 10 Gambar 5 Reference set untuk kasus satu input dan dua output Model Charnes, Cooper dan Rhodes (CCR) Pada 1978 Charnes, Cooper dan Rhodes mengemukakan sebuah model yang memiliki orientasi input dan didasarkan pada asumsi skala pengembalian konstan (Cooper et al. 2007). Model ini disebut model CCR yang merupakan model dasar dalam Data Envelopment Analysis. Misalkan terdapat sejumlah n unit yang akan dievaluasi (DMU) dengan m variabel input dan s variabel output. Data input dan data output DMU j n, masing-masing adalah ( dan (. Data input dapat disajikan dalam matriks X berukuran m n dan data output dapat disajikan dalam matriks Y berukuran n berikut: x11 x12... x1n y11 y12... y1n x21 x22... x 2n X y21 y22... y 2n, Y, (11) xm1 xm2... xmn ys1 ys2... ysn dengan dan berturut- turut merupakan input ke-i dan output ke-r DMU j. Pengukuran efisiensi DMU-DMU yang ada dilakukan satu persatu. Misalkan dipilih DMU o dengan o n. Untuk mengukur efisiensi suatu DMU o terhadap DMU j o lainnya, masalah pemrograman digunakan untuk mendapatkan bobot input m dan output sebagai variabel keputusannya. Model CCR diformulasikan sebagai pemrograman fraksional (Fractional Programming, FP) berikut: (12),

23 dengan merupakan tingkat efisiensi DMU o. Karena umumnya model (12) sulit untuk diselesaikan secara numerik, model FP diubah menjadi pemrograman linear (Linear Programming, LP) berikut: 11 (13). Dengan mendefinisikan x ( 1, 2,..., ) T o x o x o xmo dan y ( 1, 2,..., ) T o y o y o yso penulisan dapat disederhanakan menjadi (14). Model (14) harus dijalankan sebanyak DMU yang ada, yaitu untuk o n. DMU dengan membentuk batas efisiensi. Akan menjadi sangat banyak dan tidak hemat waktu jika menghitung pengoptimuman dengan masalah pemrograman linear satu per satu. Dibutuhkan sebuah software untuk membantu menghitung skor efisiensi untuk semua DMU dalam waktu yang cukup singkat. Untuk menghitung tingkat efisiensi seluruh DMU dengan sebagai fungsi objektif tunggalnya, digunakan masalah LP dual dari (14), yaitu: (15) dengan λ ( 1, 2,..., ) T n. Pada model (15) didefinisikan kelebihan input sebagai variabel deviasi berikut: dan kekurangan output (16) dengan dan. Untuk menghitung kelebihan input dan kekurangan output yang dialami DMU takefisien, digunakan dua tahap penghitungan berikut: Tahap I Selesaikan masalah dual (15) sehingga diperoleh solusi optimum. Solusi ini juga merupakan solusi optimum bagi masalah primal (14). Tahap II Gunakan untuk menyelesaikan masalah berikut:, (17)

24 12 - T + dengan s ( s1, s2,..., s m ), s ( s1, s2,..., s ) T s dan = (1,,1). Tujuan dari Tahap II adalah menentukan solusi maksimum dari penjumlahan seluruh kelebihan input dan kekurangan output dengan tidak memengaruhi nilai. Sebuah solusi optimal dari Tahap II disebut sebagai solusi max-slack. Jika solusi max-slack memenuhi dan, maka ini disebut zero-slack. Reference Set Suatu acuan berupa satu titik atau lebih yang dapat menjadi referensi untuk suatu pengukuran DMU takefisien agar menjadi efisien dikenal sebagai reference set. Untuk DMU o takefisien, definisikan sebagai reference set berdasarkan pada solusi max-slack yang diperoleh dalam Tahap I dan II. { } n Sebuah solusi optimum dapat dinyatakan sebagai (18) (19) sehingga berakibat (20) berlaku juga (21) Hubungan (20) dan (21) menunjukkan bahwa efisiensi (, ) untuk DMU o dapat ditingkatkan jika nilai input berkurang dengan rasio dan kelebihan input yang dicatat dalam dieliminasi. Demikian pula efisiensi dapat tercapai apabila nilai output ditambah melalui kekurangan output dalam. Dengan demikian tersusun metode untuk meningkatkan suatu DMU takefisien sesuai dengan definisi reference set. Pengurangan input dan peningkatan output secara umum dapat diperoleh dari: Oleh karena itu, tersusun formula untuk memperbaiki ketakefisienan, yang disebut projeksi CCR: (22) (24) dengan dan berturut-turut menyatakan banyaknya input dan output pada DMU o yang harus dicapai untuk menjadi efisien. (23) (25)

25 Orientasi Input-Output Pada teori ekonomi terdapat dua jenis efisiensi, yaitu efisiensi ekonomi (economic efficiency) dan efisiensi teknik (technical efficiency). Efisienssi ekonomi adalah pengalokasian input-output pada proses produksi untuk menghasilkan output tertentu sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum (John dan Frank 1981, dalam Purnomo 2006). Efisiensi teknik pada dasarnya menyatakan hubungan antara input dengan output dalam suatu proses produksi. Suatu proses produksi dikatakan efisien, apabila pada penggunaan input sejumlah tertentu dapat dihasilkan output yang maksimum atau untuk menghasilkan output sejumlah tertentu digunakan input yang paling minimum. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa umumnya perusahaan cenderung lebih mengutamakan pemilihan kuantitas variabel input, hal ini merupakan efisiensi teknik dengan orientasi input (input oriented). Namun di beberapa bidang industri lainnya, perusahaan sudah memiliki kuantitas input yang tetap sehingga harus mendapatkan output semaksimal mungkin, kasus ini lebih cocok menggunakan efisiensi teknik dengan orientasi output (output oriented). Model CCR Orientasi Output Model dual (15) dikenal sebagai model DEA berorientasi input karena fungsi tujuan model primal (14) ialah memaksimumkan output. Untuk mendapatkan formulasi model CCR dengan orientasi output, definisikan,. Kemudian substitusi persamaan (26) ke model (15) dengan mengubah fungsi tujuannya menjadi memaksimumkan Akan diperoleh sebuah pemrograman linear: 13 (26) (27). Sebuah solusi optimum model (27) juga dapat langsung diperoleh dari solusi optimum model CCR berorientasi input yang diberikan oleh model (15). Oleh karena itu, solusi optimum dari model orientasi input memiliki hubungan dengan model orientasi output melalui:, (28) Variabel slack ( ) dari model orientasi output didefinisikan oleh:, (29) nilai ini juga berhubungan dengan variabel serupa pada model berorientasi input melalui,. (30) Dengan, kembali ke (27), memberikan. Semakin besar nilai semakin kurang efisien sebuah DMU. menunjukkan tingkat pengurangan input, sedangkan menunjukkan tingkat penambahan output. Hal ini berarti sebuah model CCR berorientasi input akan efisien untuk setiap DMU

26 14 jika hanya jika DMU tersebut juga efisien ketika dievaluasi dengan model CCR berorientasi output. Pengukuran efisiensi untuk sejumlah DMU kini dapat dihitung dengan lebih mudah menggunakan software DEA, salah satunya DEA-Solver yang digunakan dalam karya ilmiah ini. Selain itu, terdapat pula software yang serupa seperti DEA Program (DEAP), DEA-Win, Warwick for DEA (WDEA) dan sebagainya. Keunggulan DEA di antaranya dapat digunakan untuk menangani banyak input dan output, tidak membutuhkan asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output sehingga input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda. Adapun kelemahan DEA di antaranya sangat rentan terhadap data pencilan yang dimasukkan ke dalam model, pemilihan variabel yang sesuai dan harus lengkap datanya, serta penggunaan perumusan pemrograman linear yang terpisah untuk setiap DMU. Indeks Malmquist Pada 1953 Sten Malmquist pertama kali memberikan sebuah konsep pengukuran produktivitas yang disebut Malmquist productivity index. Namun indeks Malmquist (Malmquist index) sendiri diperkenalkan oleh Caves et al. (1982, dalam Cooper et al. 2004). Ada dua hal yang dihitung dalam pengukuran indeks Malmquist, yaitu efek catch-up dan efek frontier-shift. Efek catch-up mengukur tingkat perubahan efisiensi relatif dari periode 1 ke periode 2. Efek frontier-shift mengukur tingkat perubahan teknologi (kombinasi input-output) dari periode 1 ke periode 2. Efek frontier-shift lazim disebut efek inovasi. Misal ( ) n melambangkan pasangan input-output DMU j, dengan asumsi dan dan ( ) ( ) melambangkan input-output DMU j pada periode ke-k (k = 1, 2). Efek catch-up C dihitung berdasarkan rasio berikut: E t r d p t p r od E t r d p t p r od 1 Untuk mendapatkan ilustrasi bagaimana pengukuran C dilakukan, berikut diberikan contoh sederhana pada Gambar 6 berupa kasus satu input dan satu output. (31) Gambar 6 Catch-up

27 Pada kasus satu input dan satu output pada Gambar 6, efek catch-up dihitung sebagai: C > 1 menandakan peningkatan dalam efisiensi dari periode 1 ke periode 2, C = 1 berarti tidak ada perubahan dan C < 1 menandakan penurunan efisiensi. Dengan kata lain C menunjukkan perubahan di mana suatu DMU dapat meningkatkan produksinya sehingga mencapai efisien dari suatu periode ke periode berikutnya. Pada Gambar 6, titik referensi bagi P ialah titik G. jika G berpindah ke E sebagai titik pada periode 2, maka besarnya frontier-shift F dari pada P ialah Ini setara dengan Pembilang pada sisi kanan (34) sudah digambarkan pada (32), penyebutnya dihitung sebagai skor efisiensi dari terhadap batas periode 2. Secara serupa, efek frontier-shift untuk Q ialah atau,. 15 (32) (33) (34) (35) (36) ialah Secara keseluruhan, besarnya efek frontier-shift F bagi DMU bersangkutan F (37) F > 1 berarti ada peningkatan produktivitas (inovasi) dari periode 1 ke periode 2 pada DMU o, F = 1 tidak ada perubahan dan F < 1 menyatakan penurunan dalam teknologi. Indeks Malmquist M didefinisikan sebagai perkalian efek catch-up C dan frontier-shift F, yaitu (38) M = C F. Nilai M yang lebih besar dari satu (M > 1), menunjukkan pertumbuhan produktivitas dari periode 1 ke periode 2. Sedangkan nilai M yang kurang dari satu (M < 1), menunjukkan penurunan produktivitas dan M = 1 menunjukkan tidak ada perubahan.

28 16 EFISIENSI BANK SYARIAH DI INDONESIA Deskripsi Masalah Di bagian ini DEA akan digunakan untuk mengukur efisiensi bank syariah di Indonesia tahun yang dibagi menjadi dua periode dan perubahan efisiensi serta inovasi antarwaktu (periode) untuk setiap bank dianalisis mengunakan indeks Malmquist. Saat ini terdapat sebelas Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dan memberikan laporan keuangan setiap bulannya. Namun karya ilmiah ini hanya menggunakan sembilan dari sebelas bank tersebut karena dua bank yang lainnya merupakan bank yang baru beroperasi sehingga datanya masih belum lengkap untuk disertakan dalam analisis efisiensi ini. Bank-bank yang diukur dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Bank syariah sebagai Decision Making Unit DMU Nama Bank 1 Bank Syariah BNI 2 Bank Syariah Muamalat Indonesia 3 Bank Syariah Mandiri 4 Bank Syariah Mega Indonesia 5 Bank BCA Syariah 6 Bank Syariah BRI 7 Bank Jabar Banten Syariah 8 Bank Panin Syariah 9 Bank Syariah Bukopin Pemilihan Variabel Input dan Output Dalam dunia perbankan yang kesehariannya melakukan transaksi penerimaan dan pengeluaran uang menjadi cukup rumit dalam pemilihan faktor pengukuran efisien, tidak sekedar membandingkan antara pemasukan dan pengeluaran. Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah (BUS) menurut Soemitra (2010) yakni: (1) Penghimpunan dana; modal inti, simpanan dan investasi, dan (2) Penyaluran dana; pembiayaan berdasarkan pola jual beli dengan akad mudharabah, salam, atau istishna, pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah, pembiayaan berdasarkan akad qardh, dan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamilik. Berdasarkan kegiatan BUS, banyak faktor yang dapat dijadiakan variabel untuk mengukur tingkat efisiensi kerja. Pada karya ilmiah ini dipilih tiga variabel input dan tiga variabel output yang dianggap dapat mewakili kinerja perbankan syariah, seperti diberikan pada Tabel 5.

29 17 Tabel 5 Variabel input dan output Notasi Variabel input Notasi Variabel output x 1 Dana pihak ketiga y 1 Pembiayaan x 2 Biaya tenaga kerja y 2 Pendapatan bagi hasil x 3 Jumlah kantor y 3 Pendapatan operasional lainnya Data Penelitian Karya ilmiah ini menggunakan data sekunder, yakni berdasarkan Laporan Keuangan Perbankan Syariah (LKPS) (BI ) dan Statistik Perbankan Syariah (SPS) (BI 2010, 2011, 2012) yang dipublikasikan melalui Bank Indonesia. LKPS dan SPS yang digunakan mulai pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Mei Data tersebut dibagi ke dalam dua periode yakni periode 1 (Juni Mei 2011) dan periode 2 (Juni 2011-Mei 2012). Berikut deskripsi variabel input dan output dari LKPS kategori BUS: 1. Dana pihak ketiga Dana pihak ketiga merupakan dana penjumlahan dari giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. 2. Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja meliputi; gaji pokok, upah, tunjangan, honorarium dan sebagainya. 3. Jumlah kantor Data jumlah kantor didapatkan dari SPS. Jumlah kantor yang dituliskan merupakan rataan akumulasi dari kantor pada setiap bank yang dihitung perbulan dan kemudian dirata-ratakan untuk jangka satu tahun. Kantor yang dimaksud merupakan penjumlahan dari kantor pusat, kantor pusat operasional, kantor cabang, dan kantor kas. 4. Pembiayaan Pembiayaan meliputi pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah, karena pembiayaan inilah yang sangat dominan dan membedakan antara bank syariah dengan bank konvensional. 5. Pendapatan bagi hasil Pendapatan bagi hasil dari mudharabah dan musyarakah. 6. Pendapatan operasional lainnya Pendapatan operasional lainnya berupa pendapatan dalam rupiah dan valuta asing yang tidak berasal dari penyaluran dana bank pelapor. Data dan statistik deskriptif input-output diberikan pada Tabel 6 9 berikut.

30 18 DMU Dana pihak ketiga a Variabel input Biaya tenaga kerja a Jumlah kantor b DMU Tabel 6 Data bank syariah periode 1 Pembiayaan a Variabel output Pendapatan bagi hasil a Pendapatan operasional lainnya a a Sumber: Bank Indonesia (2011), data diolah; nominal dalam juta (10 6 ) rupiah, b Sumber: Bank Indonesia (2011). Variabel input Rata-rata Simpangan baku Maksimum Minimum Dana pihak ketiga Biaya tenaga kerja Jumlah kantor Variabel output Tabel 7 Statistik variabel input dan output periode 1 Pembiayaan Pendapatan bagi hasil Pendapatan operasional lainnya

31 19 Variabel input DMU Dana pihak ketiga a Biaya tenaga kerja a Jumlah kantor b Variabel output DMU Tabel 8 Data bank syariah periode 2 Pembiayaan a Pendapatan bagi hasil a Pendapatan operasional lainnya a a Sumber: Bank Indonesia (2012), data diolah; nominal dalam juta (10 6 ) rupiah, b Sumber: Bank Indonesia (2012). Variabel input Rata-rata Simpangan baku Maksimum Minimum Dana pihak ketiga Biaya tenaga kerja Jumlah kantor Variabel output Tabel 9 Statistik variabel input dan output periode 2 Pembiayaan Pendapatan bagi hasil Pendapatan operasional lainnya

32 20 Hasil dan Pembahasan Masalah pengukuran efisiensi dari sekumpulan bank syariah diselesaikan menggunakan suatu metode pengukuran non-parametrik yakni Data Envelopment Analysis (DEA) dan diselesaikan dengan software DEA-Solver LV 3.0. Terdapat dua kelompok data, yaitu sembilan BUS di Indonesia periode 1 dan sembilan BUS di Indonesia periode 2. Setiap kelompok data dilakukan analisis dengan metode DEA secara terpisah. Model yang digunakan adalah model CCR berorientasi output dengan asusmsi bahwa bank sebagai unit yang dievaluasi beroperasi pada pasar persaingan sempurna. Analisis Efisiensi Teknik Hasil yang diberikan oleh DEA-Solver pada pengukuran efisiensi perbankan syariah pada dua periode disajikan pada Tabel 10 dan 11. Tabel 10 Skor efisiensi bank syariah periode 1 DMU Skor efisiensi Reference set ( ) DMU 2 (0.008) DMU 3 (0.115) DMU 5 (12.697) DMU 2 (0.011) DMU 3 (0.212) DMU 9 (0.290) DMU 2 (0.022) DMU 3 (0.022) DMU 8 (1.724) Tabel 11 Skor efisiensi bank syariah periode 2 DMU Skor efisiensi Reference set ( ) DMU 1 (1.403) DMU 1 (0.006) DMU 3 (0.016) DMU 8 (0.910) DMU 1 (0.516) DMU 3 (0.086) DMU 9 (1.637) DMU 2 (0.017) DMU 8 (3.786) Hasil pengukuran efisiensi yang dicapai oleh bank syariah pada Tabel 10 memperlihatkan bahwa terdapat lima bank yang efisien pada periode1. Lima bank tersebut adalah Bank Syariah Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank BCA Syariah, Bank Panin Syariah dan Bank Syariah Bukopin. Lima bank tersebut menjadi batas efisiensi bagi bank-bank lainnya. Adapun bank yang takefisien memiliki reference set yang dapat menjadikannya efisien dengan

33 mengendalikan tingkat output menuju batas yang ditentukan. DMU 2 yakni Bank Syariah Muamalat Indonesia menjadi reference set untuk ketiga bank lainnya yakni Bank Syariah BNI, Bank Syariah BRI dan Bank Jabar Banten Syariah. Satu lagi, Bank Syariah Mega Indonesia merupakan DMU takefesien dengan skor efisiensi terendah yakni 41.4% dan memiliki reference set Bank BCA Syariah. Sedangkan hasil pengukuran efisiensi bank syariah di Indonesia periode 2 pada Tabel 11 juga menunjukkan lima bank yang efisien namun dengan komposisi yang berbeda, kelima bank tersebut yakni Bank Syariah BNI, Bank Syariah Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Panin Syariah dan Bank Syariah Bukopin. Untuk periode ini Bank Syariah BNI menjadi efisien dan menjadi reference set untuk tiga bank yaitu Bank Syariah Mega Indonesia, Bank BCA Syariah dan Bank Syariah BRI. Sedangkan Bank Syariah Mandiri dan Bank Panin Syariah masing-masing menjadi reference set untuk dua bank lainnya. Terakhir, Bank Syariah Muamalat Indonesia menjadi reference set untuk Bank Jabar Banten Syariah. Adapun Bank BCA Syariah mengalami penurunan skor efisien yang sangat signifikan bahkan menjadi bank dengan skor efisien terendah yakni hanya 35.3%. Secara umum dapat dilihat pada Gambar 7 bahwa terdapat empat bank yang selalu efisien selama dua periode yang diukur. Keempat bank tersebut adalah Bank Syariah Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Panin Syariah, dan Bank Syariah Bukopin. 21 Skor Efisiensi Gambar 7 Skor efisiensi bank syariah di Indonesia periode 1 dan periode 2 Adapun interpretasi dari sebagai reference set merupakan acuan bagi DMU takefisien untuk meningkatkan output menuju suatu nilai agar mencapai efisien. Sebagaimana pada (21) dan (25) memberikan definisi suatu nilai projeksi yaitu Hal ini berarti untuk mencapai efisien suatu DMU harus meningkatkan setiap output-nya mencapai suatu nilai yang bergantung pada dan/atau. Sebagai contoh, pada periode 1 terdapat DMU 1 yang takefisien dengan reference set. d.115. Untuk mencapai efisien, DMU 1 harus

34 22 meningkatkan setiap output-nya. Projeksi pembiayaan, pendapatan bagi hasil dan pendapatan opersional lainnya berturut-turut dihitung sebagai berikut: = , , Untuk mengetahui data dan nilai projeksi bagi DMU-DMU takefisien lainnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Projeksi DMU Takefisien Tidak hanya menentukan tingkat efisiensi dari sejumlah DMU, DEA juga dapat mengukur seberapa besar penambahan output (untuk model CCR orientasi output) atau pengurangan input (untuk model CCR orientasi input) oleh DMU takefisien agar mencapai efisien. Berdasarkan Tabel 10, terdapat empat bank yang memiliki nilai efisiensi kurang dari satu yang berarti bank tersebut takefisien. Hasil evaluasi DEA memberikan projeksi ketiga output untuk masing-masing DMU, seberapa besar output yang seharusnya dicapai oleh DMU agar menjadi efisien. Persentase besarnya penambahan output yang harus dicapai oleh setiap setiap DMU untuk periode 1 disajikan pada Gambar 8-10 dan periode 2 disajikan pada Gambar Gambar 8 Persentase projeksi DMU takefisien untuk pembiayaan pada periode 1 Gambar 9 Persentase projeksi DMU takefisien untuk pendapatan bagi hasil pada periode 1

35 23 Gambar 10 Persentase projeksi DMU takefisien untuk pendapatan operasional lainnya pada periode 1 Gambar 11 Persentase projeksi DMU takefisien untuk pembiayaan pada periode 2 Gambar 12 Persentase projeksi DMU takefisien untuk pendapatan bagi hasil pada periode 2

36 24 Gambar 13 Persentase projeksi DMU takefisien untuk pendapatan operasional lainnya pada periode 2 Dapat dilihat dari Gambar 8-10 bahwa penambahan output terbesar pada pembiayaan, pendapatan bagi hasil dan pendapatan operasional lainnya yang harus dilakukan terdapat pada DMU 4 (Bank Syariah Mega Indonesia) berturutturut yakni sebesar %, % dan % untuk mencapai efisien. Persentase penambahan output minimum pada periode 1 sebesar 40.91% terdapat pada DMU 1 (Bank Syariah BNI). Kemudian projeksi DMU takefisien pada periode 2 dapat dilihat pada Gambar Persentase penambahan output minimum pada periode ini lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yakni mencapai 61.83% untuk pendapatan bagi hasil dan pendapatan operasional lainnya pada DMU 5 (Bank BCA Syariah). Kemudian penambahan output terbesar yakni %, ini juga terjadi pada Bank Syariah Mega Indonesia yakni output berupa pembiayaan dan pendapatan bagi hasil. Pengendalian output ini dapat menjadi bahan pertimbangan oleh bank terkait untuk meningkatkan kinerja di periode berikutnya. Ketakefisienan tersebut disebabkan penggunaan input yang kurang maksimal. Sebagai contoh, bank bisa saja melakukan kebijakan dalam pengendalian dan alokasi sumber daya yang optimal, atau melakukan promosi lebih intensif agar mampu menarik nasabah baru. Analisis Indeks Malmquist Di bagian ini akan dianalis perubahan produktivitas kinerja (efisiensi dan teknologi) antarwaktu pada Bank Umum Syariah di Indonesia menggunakan indeks Malmquist. Skor indeks Malmquist M dari pengukuran sembilan bank selama dua periode ditunjukkan pada Tabel 12. Indeks Malmquist M ditentukan melalui formula M = C F di mana C dan F bertutut-turut menyatakan perubahan efisiensi (catch-up) dan perubahan teknologi (frontier-shift) dari periode 1 ke periode 2.

37 25 Tabel 12 Skor catch-up, frontier-shift dan indeks Malmquist DMU Catch-up Frontier-shift Indeks Malmquist C F M Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa dari sembilan bank yang dianalisis, terdapat empat bank yang tidak mengalami peningkatan efisiensi (C = 1), empat bank yang mengalami penurunan skor efisiensi (C < 1) dan hanya satu bank yang bergerak menuju efisien (C > 1). Demikian dapat dikatakan sebagian besar bank mempertahankan dan atau dapat meningkatkan tingkat efisiensinya. Selanjutnya, perubahan teknik dalam teknologi produksi yang dilambangkan dengan F menunjukkan bahwa delapan bank mengalami peningkatan (F > 1) dan hanya satu bank yang megalami penurunan (F < 1). Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara teknik produksi hampir semua bank memiliki inovasi dari periode ke periode berikutnya. Secara umum bank-bank syariah mengalami pertumbuhan efisiensi karena ada enam dari sembilan (67%) bank yang memiliki M > 1. Bank Syariah BNI merupakan bank yang memiliki pertumbuhan paling baik. Sebagai perbandingan, Bank Syariah BNI memiliki skor efisiensi pada periode 1 kemudian skornya meningkat menjadi 1 sehingga menjadi efisien pada periode 2. Sebaliknya Bank BCA Syariah dengan capaian M terendah mengalami penurunan skor efisiensi yang sangat besar. Awalnya Bank BCA Syariah mencapai skor efisiensi 1 pada periode 1 kemudian menurun hingga skor efisiensinya hanya pada periode 2. Perhatikan skor indeks Malmquist untuk empat DMU yang selalu memiliki skor efisiensi 1 untuk dua periode yakni Bank Syariah Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Panin Syariah dan Bank Syariah Bukopin. Ternyata empat DMU ini memiliki skor indeks Malmquist yang beragam namun dapat dipastikan memiliki skor C = 1 karena skor efisiensi tidak mengalami perubahan yakni stabil di 1. Akan tetapi perolehan skor F yang berbeda-beda, hal ini berarti setiap DMU memiliki kombinasi input-output yang berbeda pada setiap periodenya. Dari empat bank tersebut hanya ada satu bank yang mengalami penurunan secara teknologi produksi yakni Bank Syariah Muamalat Indonesia, hal ini dapat dilihat melalui kombinasi input-output, terdapat peningkatan yang signifikan pada variabel input namun peningkatan variabel output tidak sesuai yang seharusnya bisa mencapai lebih tinggi. Dengan demikian indeks Malmquist dapat digunakan sebagai indikator perubahan efisiensi serta perubahan teknologi (kombinasi input-output) sejumlah DMU yang beroperasi selama dua periode.

38 26 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Karya ilmiah ini membahas model Charnes, Cooper dan Rhodes (CCR) sebagai model dasar dalam Data Envelopment Analysis (DEA) yang mampu mengevaluasi kinerja sekumpulan unit pelayanan (Decision Making Unit, DMU) dengan banyak variabel input dan variabel output. Kemudian model ini diimplementasikan untuk mengukur efisiensi bank syariah di Indonesia selama dua periode yakni periode 1 (Juni Mei 2011) dan periode 2 (Juni Mei 2012). Pengukuran efisiensi terhadap sembilan bank syariah di Indonesia pada periode 1 memberikan hasil bahwa lima dari sembilan bank telah bekerja secara efisien yakni dengan skor efisiensi sama dengan satu ( 1). Sedangkan untuk periode 2 juga memberikan hasil serupa yakni lima bank yang efisien, namun dengan komposisi berbeda. Artinya ada bank yang mengalami peningkatan efisiensi dan ada pula yang mengalami penurunan efisiensi. Dari pengukuran dua periode tesebut terdapat empat bank yang selalu mencapai skor efisiensi 1 yaitu Bank Syariah Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Panin Syariah dan Bank Syariah Bukopin Untuk DMU-DMU yang takefisien atau skor efisiensinya kurang dari satu ( 1) dapat diprojeksikan agar menjadi efisien. Dikarenakan model DEA yang digunakan adalah model CCR berorientasi output, sehingga dalam kasus ini bank yang takefisien disarankan untuk mampu meningkatkan setiap variabel output sampai suatu target nilai agar mencapai efisien. Analisis perubahan efisiensi dan produktivitas dari sejumlah DMU (dalam karya ilmiah ini berupa bank syariah) mengunakan indeks Malmquist. Hasil yang diperoleh dari skor indeks Malmquist menunjukkan bahwa dua pertiga bank yang dievaluasi mengalami peningkatan produktivitas. Saran Masih banyak model DEA selain model CCR yang dapat diimplementasikan untuk mengukur efisiensi. Perbedaan model yang digunakan dapat memberikan hasil yang berbeda. Bagi yang berminat, untuk mengamati perkembangan bank syariah dapat pula membadingkan kinerja antara bank syariah dengan bank konvensional menggunakan DEA, hanya saja perlu pemilihan variabel input dan variabel output yang tepat di mana semua data variabel terpilih harus dimiliki oleh semua bank yang akan dijadikan DMU.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,. II LANDASAN TEORI Pada pembuatan model penjadwalan pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Amerika Selatan, diperlukan pemahaman beberapa teori yang digunakan di dalam penyelesaiannya,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukarelawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan. Sukarelawan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI UKM PEMBUAT TAHU DI KELURAHAN PASIR JAYA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ANTIK NURLINDA

ANALISIS EFISIENSI UKM PEMBUAT TAHU DI KELURAHAN PASIR JAYA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ANTIK NURLINDA ANALISIS EFISIENSI UKM PEMBUAT TAHU DI KELURAHAN PASIR JAYA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ANTIK NURLINDA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar darurat (Emergency Room/ER) adalah tempat yang sangat penting peranannya pada rumah sakit. Aktivitas yang cukup padat mengharuskan kamar darurat selalu dijaga oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku. keseluruhan sistem keuangan (Abidin, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku. keseluruhan sistem keuangan (Abidin, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang terencana dan berkesinambungan dimana tersusun dalam Repelita. Bertolak dari hal tersebut industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Ruang lingkup pada penelitian ini ialah menganalisis pengaruh efisiensi kinerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder yang diambil dari beberapa sumber, yaitu data Statistik Perbankan Syariah (SPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kinerja Maqashid Sharia Index I : Pendidikan Individu

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kinerja Maqashid Sharia Index I : Pendidikan Individu BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kinerja Maqashid Sharia Index I : Pendidikan Individu Berdasarkan tujuan maqashid sharia yang pertama yang dapat diukur melalui hibah pendidikan, penelitian,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) UNTUK MENGUKUR EFFISIENSI KINERJA PERBANKAN DI INDONESIA SKRIPSI MUHAMMAD AMIN

PENERAPAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) UNTUK MENGUKUR EFFISIENSI KINERJA PERBANKAN DI INDONESIA SKRIPSI MUHAMMAD AMIN PENERAPAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) UNTUK MENGUKUR EFFISIENSI KINERJA PERBANKAN DI INDONESIA SKRIPSI MUHAMMAD AMIN 050803012 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti efisiensi pada bank syariah dan bank konvensional yang ada di Indonesia. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan dari para pelaku ekonomi yang menjalankan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sumanth (1984) dalam bukunya menjelaskan bahwa efisiensi berhubungan dengan seberapa baik kita menggunakan sumber daya yang ada untuk mendapatkan suatu hasil. Secara matematis efisiensi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah penentuan rute bus karyawan mendapat perhatian dari para peneliti selama lebih kurang 30 tahun belakangan ini. Masalah optimisasi rute bus karyawan secara matematis

Lebih terperinci

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia perbankan mengalami perkembangan seiring dengan kondisi perekonomian yang sempat bergejolak. Prospek ekonomi yang dibayangi oleh kelesuan ekonomi Eropa

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input serta Kredit

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input serta Kredit BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1.1 Objek Penelitian Penelitian ini menganalisis efisiensi teknik bank persero dengan pendekatan intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Sepak bola merupakan olahraga yang populer di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sepak bola sebenarnya memiliki perangkat-perangkat penting yang harus ada dalam penyelenggaraannya,

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)  BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Undang undang No.10 Tahun 1998 tentang penyempurnaan Undangundang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan merupakan langkah yang baik dalam perkembangan perbankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori melalui variable-variabel penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori melalui variable-variabel penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu metode yang menekankan pada pengujian teori melalui variable-variabel penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU,

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU, BAB III METODOLOGI III. 1 Metode Pengukuran Efisiensi Perbankan Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU, hal ini terbukti dari jumlah penelitian yang berjumlah

Lebih terperinci

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif nilai variabel-variabel keputusannya memenuhi suatu himpunan kendala yang berupa persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi 1.1.1 Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah PT. Bank Negara Indonesia didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah Negara yang mayoritas warga Negaranya memeluk agama Islam, telah membuat Indonesia menjadi tempat yang cocok untuk mengembangkan industri perbankan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam merupakan interupsi signifikan terhadap kegiatan operasional sehari-hari yang bersifat normal dan berkesinambungan. Interupsi ini dapat menyebabkan entitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan dari para pelaku ekonomi yang menjalankan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan berdasarkan syariat Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perbankan di Indonesia sangat pesat setelah terjadi deregulasi di bidang keuangan, moneter dan perbankan pada paket kebijakan Juni 1983 (pakjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kinerja dan tingkat perekonomian yang dihasilkan, dimana salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari dunia ekonomi. Aspek dunia ekonomi yang dikenal saat ini sangat luas. Namun yang sering digunakan oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah (syariah financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial

Lebih terperinci

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari Bank Konvensional dan Syariah Arum H. Primandari UU No. 10 tahun 1998: Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam saja, tetapi untuk semua kalangan masyarakat. Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan renaissance Islam Modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. gerakan renaissance Islam Modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance Islam Modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak sepuluh tahun terakhir di Indonesia telah diperkenalkan suatu sistem perbankan dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang positif di Indonesia. Terbukti dengan semakin banyak masyarakat yang menggunakan produk jasa bank-bank syariah.

Lebih terperinci

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi Lecture 4: (B) Supaya terdapat penyelesaian basis awal yang fisibel, pada kendala berbentuk = dan perlu ditambahkan variabel semu (artificial variable) pada ruas kiri bentuk standarnya, untuk siap ke tabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Unit Usaha Syariah (UUS) yang terdaftar di Bank Indonesia sampai dengan tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Unit Usaha Syariah (UUS) yang terdaftar di Bank Indonesia sampai dengan tahun 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang terdaftar di Bank Indonesia sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya bank berbasis syariah. Disusul lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, pengembangan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah merupakan bagian dari pelaksanaan ekonomi Islam. Bank syariah atau Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah setiap lembaga yang kegiatan usahanya di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pemrograman Linear Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimum atau minimum) dengan menggunakan persamaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara, seperti dalam hal penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara, seperti dalam hal penciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perkonomian dalam suatu negara sangatlah besar. Begitu vitalnya dunia perbankan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA UNIT USAHA MENGGUNAKAN MODEL CCR (STUDI KASUS PADA APOTEK KIMIA FARMA SEMARANG) Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

ANALISIS KINERJA UNIT USAHA MENGGUNAKAN MODEL CCR (STUDI KASUS PADA APOTEK KIMIA FARMA SEMARANG) Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang ANALISIS KINERJA UNIT USAHA MENGGUNAKAN MODEL CCR (STUDI KASUS PADA APOTEK KIMIA FARMA SEMARANG) Laily Rahmania 1, Farikhin 2, Bayu Surarso 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metode penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan kerangka penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Studi mengenai efisiensi perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting bagi aktivitas perekonomian. Bank adalah lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data tahunan dari tahun 2006 sampai 2011. Sumber data berasal dari Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama tahun 2012, perbankan syariah Indonesia mengalami tantangan yang cukup berat dengan mulai dirasakannya dampak melambatnya pertumbuhan perekononomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, peran lembaga keuangan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia. Menurut SK Menkeu RI No. 792 Tahun 1990, lembaga

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. BPRS, seperti nilai rasio keuangan financing to deposit ratio (FDR) dan

BAB IV PEMBAHASAN. BPRS, seperti nilai rasio keuangan financing to deposit ratio (FDR) dan BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Karakteristik BPRS Sampel Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) memiliki karakteristik masing-masing yang dipengaruhi oleh daerah tempat operasionalnya. Perbedaan yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting bagi aktivitas perekonomian. Industri perbankan sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkanya paket kebijakan Menteri Keuangan pada Desemeber 1983 yang

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkanya paket kebijakan Menteri Keuangan pada Desemeber 1983 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan ekonomi syariah di Indonesia secara historis dimulai sejak dikeluarkanya paket kebijakan Menteri Keuangan pada Desemeber 1983 yang dikenal dengan pakdes 1983.

Lebih terperinci

PENGUKURAN EFISIENSI BANK BUMN DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

PENGUKURAN EFISIENSI BANK BUMN DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS PENGUKURAN EFISIENSI BANK BUMN DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS Bayu Sulistyono bay.sulistyono@gmail.com Magister Manajemen, Universitas Mercubuana Jakarta, Indonesia Abstrak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu observasi yang berguna dalam bidang komputasi di tahun 1970 adalah observasi terhadap permasalahan relaksasi Lagrange. Josep Louis Lagrange merupakan tokoh ahli

Lebih terperinci

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan fungsi-fungsi perbankan sebenarnya telah menjadi tradisi sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Melakukan investasi yang halal 1. Investasi yang halal dan haram. 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, 2. Memakai perangkat bunga

BAB I PENDAHULUAN. 1. Melakukan investasi yang halal 1. Investasi yang halal dan haram. 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, 2. Memakai perangkat bunga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan terbaru dalam dunia perbankan di Indonesia adalah mulai diberlakukannya penerapan prinsip-prinsip syariah dalam pengelolaan bank umum dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem bunga telah lama diterapkan dalam kegiatan perekonomian Indonesia, sedangkan sistem bagi hasil baru diperaktekan dalam perekonomian Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip. Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah

BAB IV PEMBAHASAN. Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip. Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah IV.1.1 Prinsip Bagi Hasil dan Risiko Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Mudharabah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak

Lebih terperinci

Pengukuran Efisiensi Menggunakan Allocation Model Dalam Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Pada Divisi Doorlock PT. XYZ

Pengukuran Efisiensi Menggunakan Allocation Model Dalam Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Pada Divisi Doorlock PT. XYZ . Pengukuran Efisiensi Menggunakan Allocation Model Dalam Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Pada Divisi Doorlock PT. XYZ Aditiya Eko Saputro 1, Faula Arina 2, Ratna Ekawati 3 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam

Lebih terperinci

Sasmita Claudia Pontoh Fakultas Eknomi dan Bisnis, Universitas Ma Chung Malang

Sasmita Claudia Pontoh Fakultas Eknomi dan Bisnis, Universitas Ma Chung Malang Tingkat Efisiensi Dan Total Produktivitas Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2010-2014 Menggunakan Pendekatan Dea Dan Malmquist Index Sasmita Claudia Pontoh Fakultas Eknomi dan Bisnis, Universitas Ma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali Lembaga Keuangan baik konvensional maupun syariah yang memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menjadi lembaga perantara atau intermediasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju seperti negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju seperti negaranegara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju seperti negaranegara di eropa, Amerika, dan Jepang, kata bank sudah bukan kata yang asing. Bank sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh orang islam yang ingin terhindar dari transaksi bank yang dipandang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan berlandaskan syariah Agama Islam. Seperti halnya bank konvensional bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbankan syariah di Indonesia, pertama kali dipelopori oleh Bank Muamalat Indonesia yang berdiri pada tahun 1991. Bank ini pada awal berdirinya diprakarsai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun 1971 yaitu Social Bank, di Jeddah yaitu Saudi Arabian Islamic Bank pada tahun 1975, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perbankan syariah di dunia sekarang ini mengalami perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan salah satu lembaga keuangan paling strategis sangat penting bagi pendorong kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari desakan berbagai pihak yang menginginkan agar tersedianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan i BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, perbankan nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Sedangkan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang undang Nomor 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi islam identik dengan berkembangannya lembaga keuangan syariah. Bank syariah sebagai lembaga keuangan telah menjadi lokomotif bagi berkembangnya

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PROGRAM STUDI S 1 DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

ANALISIS EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PROGRAM STUDI S 1 DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Analisis Efisiensi dan... (Atika Widadty) 1 ANALISIS EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PROGRAM STUDI S 1 DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ANALYSIS EFFICIENCY AND PRODUCTIVITY STUDI PROGRAM S

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.Cabang Batam

Analisis Perbandingan Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.Cabang Batam Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 1, No. 2, December 2013, 140-146 p-issn: 2337-7887 Article History Received October, 2013 Accepted November, 2013 Analisis Perbandingan Beban Operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang. bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Fenomena menarik yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang. bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Fenomena menarik yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang berprinsip pada Al-qur an dan tauhid mampu memberi warna tersendiri bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengetahui perbedaan nilai efisiensi pada bank umum persero (BUMN) dan

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengetahui perbedaan nilai efisiensi pada bank umum persero (BUMN) dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain penelitian Penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian studi empiris yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai efisiensi pada bank umum persero (BUMN)

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL Nama : Suci Lestari NPM : 26210706 Kelas : 3EB14 Jurusan : Akuntansi Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Pemilihan Sampel Penelitian menggunakan sampel data sekunder yang diperoleh melalui akses data terhadap Laporan tahunan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu Negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan 1 1. PENDAHULUAN 2. 2.1. Latar Belakang Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah lembaga

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis adalah suatu alur berpikir yang digunakan oleh penulis berdasarkan teori maupun konsep yang telah ada sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan Islam merupakan fenomena yang menarik dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif sistem keuangan Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan pekerjaan (Badan Pusat Statistik 2010). Oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan pekerjaan (Badan Pusat Statistik 2010). Oleh sebab itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu komponen pelaku usaha yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan (Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI TEKNIS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KAJIAN EFISIENSI TEKNIS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KAJIAN EFISIENSI TEKNIS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2014 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Efisiensi merupakan indikator penting dalam mengukur kinerja keseluruhan dari aktiva suatu perusahaan. Efisiensi sering diartikan bagaimana suatu perusahaan dapat berproduksi

Lebih terperinci

EFISIENSI BUS DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPEMENT ANALYSIS (DEA)

EFISIENSI BUS DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPEMENT ANALYSIS (DEA) EFISIENSI BUS DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPEMENT ANALYSIS (DEA) 1 Intan Sri Lestari 2 Ir. Maulidyah Indira Hasmarini MS 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang seiring dengan berkembangnya pertumbuhan penduduk yang berpenduduk mayoritas beragama islam. Perbankan syariah menjadi

Lebih terperinci

IV CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN

IV CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN () 700 + 0 Z (X) 0 () () (4) Z X 6 6 + d d + = + d d + = a (X) 00 + 50 + d 50 d + = 00 + 5 a (X) 5 (5) 680 Z X 70 + d 4 d 4 + = (7) 50 a (X) 5 (8) x 5 x 00 x 50 x 4 0 (9) x i, d i, d i + 0; d i, d i +

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH (BUS) DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE

ANALISIS EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH (BUS) DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE ANALISIS EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH (BUS) DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE 2013-2015 Meruni Sani Putri Email: merunisp@gmail.com Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Lebih terperinci