PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,"

Transkripsi

1 PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh Eky Perdana A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

3 RINGKASAN EKY PERDANA. Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bukit Pinang, PT Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. (Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI). Magang ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis lapangan dan kemampuan profesional mahasiswa sesuai kompetensinya dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata. Pada kegiatan magang ini, penulis mengambil aspek pemeliharaan tanaman kelapa sawit terutama pengelolaan gulma. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dari 12 Februari hingga 12 Juni 2009 bertempat di Kebun Bukit Pinang (Bukit Pinang Estate, BPE) milik PT Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Metode magang dilakukan dengan praktik kerja langsung di lapangan sebagai karyawan harian, pendamping mandor, dan pendamping asisten divisi. Data dan informasi pendukung didapatkan melalui kegiatan lapangan dan arsip kebun. Pengendalian gulma di BPE merupakan kegiatan pemeliharaan utama karena keberhasilan pengendalian mempengaruhi kualitas operasional dan pekerjaan lainnya, seperti keefektifan aplikasi pemupukan, panen dan pengawasan. Pengendalian gulma di BPE dilakukan pada piringan dan gawangan. Teknis pengendalian gulma di BPE dilakukan secara manual dan kimia. Jenis pekerjaan pengendalian gulma secara manual yaitu gawangan manual meliputi : babat tanaman pengganggu (BTP) dan dongkel anak kayu (DAK), dan piringan manual. Jenis pekerjaan pengendalian gulma secara kimia yaitu gawangan kimia, piringan kimia, dan semprot lalang. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengendalian gulma di BPE adalah faktor iklim, kondisi lapangan, kesiapan dan ketepatan alat dan bahan, dan tenaga semprot yang terampil. Pemeliharaan yang baik dan berkesinambungan terhadap gawangan, piringan, jalan rintis, dan TPH akan menekan kehilangan hasil serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.

4 Judul : PENGENDALIAAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN Nama Mahasiswa NRP : Eky Perdana : A Menyetujui Dosen Pembimbing Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc NIP Tanggal Lulus :...

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Oktober 1987 di Bandung, Jawa Barat, dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Rokhani dengan Ibu Yuhani. Pada tahun 2001 penulis telah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri No. 334/I Kecamatan Mestong, Kabupaten Batang Hari, Propinsi Jambi. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di SLPTN 12 Muaro Jambi Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, Propinsi Jambi dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan SMA Titian Teras Jambi, Pijoan, Kota Jambi, dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada program sarjana melalui SPMB. Pada satu tahun berikutnya, tepatnya bulan Agustus 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa : Tahun 2005/2006 sebagai anggota DKM Al-huriyyah IPB dan BEM TPB-42 IPB, Tahun 2006/2007 sebagai anggota Div. PSDM Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) Faperta IPB dan FKRD_A, Tahun 2007/2008 sebagai Ketua Biro Aplikasi Pertanian BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Faperta IPB dan Bindes (Bina Desa) BEM KM (Keluarga Mahasiswa) IPB. Selain itu, penulis aktif dalam kegiatan luar kampus, seperti Himaja (Himpunan Mahasiswa Jambi) dan IATT (Ikatan Alumni Titian Teras).

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melindungi dan melimpahkan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bukit Pinang, PT Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dan lulus di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan : 1. Ayahanda Rokhani, Ibunda Yuhani, Adinda Cevy Alvian dan Feliska Ratmalia yang memberikan dukungan dan biaya selama pendidikan. 2. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi dan Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam proses magang dan akademik sampai dengan penyusunan skripsi ini. 3. Dwi Guntoro, SP, MSi dan Dr. Herdhata Agusta selaku dosen penguji yang memberikan bimbingan dan saran dalam perbaikan penulisan skripsi ini. 4. Direksi Minamas Plantation yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang, Prianto Simanjuntak selaku pembimbing lapangan yang telah banyak membantu dan memfasilitasi penulis selama kegiatan magang, serta seluruh staf dan karyawan PT Bina Sains Cemerlang yang memberikan arahan teknis lapangan. 5. Windaku tersayang yang telah memberikan atas dukungan, perhatian, do a, kesabaran, dan pengorbanan, teman seperjuangan (Mery, Rina Imbaz, dan Malya), Tim Magang Minamas IPB 09 (Gerry, Hulman, Anton, Esther, dan Riza) serta AGH 42, Budak Wisma Andalas (Eko, Deddy, Irzal Ozy, Hery Esbe, Wardi, Redoyan, Januar, dan Aziz) atas kenangan yang tak terlupakan, dan Hendrawan Syafrie, S.Pi atas semangat dan dukungannya. Bogor, Agustus 2009

7 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 METODE MAGANG 3 Waktu dan Tempat 3 Metode Pelaksanaan 3 Pengamatan dan Pengumpulan Data 5 Analisis Data dan Informasi 5 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 6 Letak Geografis dan Administratif 6 Keadaan Iklim dan Tanah 7 Luas Areal dan Tata Guna Lahan 7 Keadaan Tanaman dan Produksi 8 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 10 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12 Aspek Teknis 12 Aspek Manajerial 31 HASIL DAN PEMBAHASAN 39 Kondisi dan Jenis Gulma 39 Aplikasi Herbisida 42 Rotasi dan Prestasi Kerja 45 Organisasi Penyemprotan 45 Teknik Pengendalian Gulma 47 Semprot VOPs 48 Faktor Keberhasilan Pengendalian Gulma 52

9 Evaluasi Pelaksanaan Pengendalian Gulma KESIMPULAN DAN SARAN 55 Kesimpulan 55 Saran 55 DAFTAR PUSTAKA 56 LAMPIRAN... 57

10 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perlakuan, Bahan Aktif, Waktu, dan Aplikasi Semprot VOPs 5 2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Bukit Pinang Estate 8 3. Populasi Kelapa Sawit per Tahun Tanam di Bukit Pinang Estate 9 4. Rencana (Budget) dan Realisasi (Actual) Produksi TBS di Bukit Pinang Estate (Januari - Mei 2009) 9 5. Jenis dan Dosis Pemupukan Sesuai Rekomendasi Riset Kriteria Kematangan Buah Deskripsi Alat-alat Panen Ketentuan Siap Borong dan Premi Panen di Bukit Pinang Estate Penentuan Sanksi dan Denda Pemanen Informasi Warna Peta Keadaan Jalan Batas Toleransi Kriteria Grading di PT Bina Sains Cemerlang Nilai Kerapatan, Berat Kering, dan Frekuensi Gulma pada Blok F 33 (Divisi III BPE) Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) pada Blok F 33 (Divisi III BPE) Hasil Pengamatan Waktu Timbul Gejala Kerusakan/Toksisitas Hasil Pengamatan Gejala Kerusakan pada 2 MSA Hasil Pengamatan Gejala Kerusakan pada 4 MSA 50

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kegiatan Babat Tanaman Pengganggu (BTP) Alat semprot MHS (Micron Herbi Sprayer) Skema Pengamatan Sensus Hama Beneficial Plant di Bukit Pinang Estate Untilan Pupuk Urea Alat Berat di Bukit Pinang Estate Konservasi Tanah dan Air di Bukit Pinang Estate Pengangkutan TBS Sistem Pok dan Brondolan Tim Semprot Bukit Pinang Estate Sistem Pengancakan Penyemprotan Gejala Kerusakan Kentosan (VOPs) pada 4 MSA 51

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jurnal Harian sebagai Karyawan Harian Jurnal Harian sebagai Pendamping Mandor Jurnal Harian sebagai Pendamping Asisten Divisi Peta Posisi Kebun di Propinsi Sumatera Selatan Peta HGU PT Bina Sains Cemerlang Peta Bukit Pinang Estate Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Bukit Pinang Estate, PT Bina Sains Cemerlang, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan ( ) Asal Bibit Tanaman Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Bukit Pinang Estate Panduan Penyusunan Budget Pengendalian Gulma di Perkebunan Minamas Plantation Peta Kondisi Kerapatan Gulma pada Gawangan BPE Rekapitulasi Luasan dan Biaya Pengendalian Gulma Bukit Pinang Estate Bulan Januari Mei Data Curah Hujan pada Bulan Januari - Mei

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan di masa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber devisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas ha dengan produksi ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Ditjenbun, 2008). Minyak nabati adalah salah satu produk yang dihasilkan oleh tanaman ini dengan kandungan rendah kolesterol sehingga aman untuk dikonsumsi. Minyak nabati yang dihasilkan kelapa sawit terdiri dari dua jenis, yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). CPO ini memiliki ciri minyak yang berwarna kuning, sedangkan PKO mempunyai karakteristik minyak yang tidak berwarna. Tanaman kelapa sawit ini memiliki banyak kegunaan. Hasil tanaman ini dapat digunakan pada industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, dan kosmetik. Tandan kosong dapat digunakan sebagai pupuk dan bahan bakar alternatif (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Tjitrosoedirdjo et al. (1984) menyatakan bahwa gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki oleh manusia atau tumbuhan yang kegunaannya belum diketahui. Masalah guma pada perkebunan tanaman tahunan berbeda dengan perkebunan tanaman semusim. Hal ini disebabkan oleh faktor waktu yang terbatas, tenaga kerja, dan biaya untuk pengendaliannya. Menurut Pahan (2008) kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan. Selanjutnya Hakim (2007) menambahkan, kelapa sawit mempunyai masalah gulma yang tinggi sebab salah satu faktornya adalah jarak tanam tanaman ini lebih lebar, sehingga penutupan tanah oleh

14 kanopi lambat membuat cahaya matahari leluasa mencapai permukaan tanah yang kaya dengan potensi gulma. Pahan (2008) menyatakan terdapat tiga jenis gulma yang harus dikendalikan, yaitu ilalang di piringan dan gawangan, rumput di piringan, dan anak kayu di gawangan. Ilalang di gawangan dan piringan efektif dikendalikan secara kimia dengan teknik sesuai populasi ilalang yang ada. Gulma rumput di piringan dapat dikendalikan baik secara manual maupun kimia. Gulma berkayu dapat dikendalikan dengan dongkel anak kayu. Kegiatan pemeliharaan berperan penting dalam upaya peningkatan produksi kelapa sawit. Salah satu kegiatan utama dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit adalah pengendalian gulma. Oleh karena itu, aspek ini menjadi topik minat penulis sebagai bahan kajian tugas akhir dalam bentuk kegiatan magang Program Sarjana Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tujuan Tujuan umum kegiatan magang ini adalah : 1. meningkatkan kemampuan teknis lapangan dengan melaksanakan kegiatan sesuai tahapan yang ada di lokasi magang, 2. meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa sesuai kompetensinya dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut : 1. meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis tentang pemeliharaan tanaman kelapa sawit terutama pengelolaan gulma perkebunan kelapa sawit, 2. mempelajari permasalahan dan upaya pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit, 3. menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengendalian gulma perkebunan kelapa sawit.

15 METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dari 12 Februari hingga 12 Juni 2009 bertempat di Kebun Bukit Pinang (Bukit Pinang Estate, BPE), PT Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, tepatnya di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Metode Pelaksanaan Magang dilakukan dengan praktik kerja langsung di lapangan. Selama magang, penulis turut kerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan teknis lapangan atas izin asisten divisi sebagai pembimbing lapang, serta wawancara dan diskusi mengenai aspek pengelolaan kebun, khususnya aspek budidaya tanaman kelapa sawit. Metode lainnya yang dilakukan melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun dengan meminta izin kepada manajer kebun. Penulis selama magang mempelajari keterampilan teknis dan manajemen. Pada pelaksanaan kegiatan magang, penulis melakukan kegiatan teknis yang dilakukan karyawan harian selama dua bulan yaitu bekerja di lapang bersama-sama dengan tenaga kerja harian sesuai dengan jenis dan volume pekerjaan yang ada. Satu bulan berikutnya, penulis sebagai pendamping mandor/mandor I yaitu mengawasi karyawan/mandor dan administrasi tingkat mandor dan sebagai pendamping asisten divisi selama satu bulan terakhir dengan melakukan fungsi manajemen tingkat afdeling. Perincian kegiatan magang dicatat dalam Jurnal Harian Magang (Lampiran 1, 2, dan 3). Metode pelaksanaan magang yang dilaksanakan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan teknis di lapangan Kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program kebun yang ada, meliputi kegiatan pemeliharaan (perawatan) dan produksi pada tahap tanaman menghasilkan. Kegiatan tersebut meliputi : pengendalian gulma,

16 pengendalian hama, pemupukan, thinning out, rawat jalan, konservasi dan pengawetan tanah, penunasan, potong buah (panen) dan transportasi TBS. 2. Pengambilan data primer Aspek-aspek yang diamati adalah aspek pemeliharaan tanaman menghasilkan dengan pengamatan lebih khusus pada pengendalian gulma (secara kimia dan manual) meliputi : bahan dan alat yang digunakan, safety health, dosis, konsentrasi dan kalibrasi bahan kimia (herbisida), rotasi perkerjaan pengendalian gulma, teknis pengendalian gulma, pengelolaan bahan kimia/herbisida (mulai penentuan herbisida berdasarkan gulma dominan di lapangan, lalu menghitung kebutuhan berdasarkan intensitas tingkat serangan serta luasan semprot dan dosis, kemudian pembuatan bon permintaan barang,), efikasi yang ditimbulkan, serta norma kerja (standar kerja) yang berlaku di BPE. 3. Pengambilan data sekunder Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, norma baku kerja (standar kerja) di lapangan, serta organisasi dan manajemen kebun. Penentuan NJD (Nisbah Jumlah Dominansi) dilakukan dengan metode analisis yang paling sederhana dan sering digunakan yaitu metode kuadrat. Pertama kali yang harus dilakukan adalah menentukan petak contoh pada lahan yang dianalisis vegetasi gulmanya yaitu pada blok F 33. Petak contoh tersebut diambil secara acak dengan cara melempar kuadrat (50 cm x 50 cm). Petak contoh diambil pada blok F 33 baris ke-2 dan ke-3 sebanyak 5 petak contoh yang diharapkan dapat mewakili populasi gulma yang ada di blok F 33. Selanjutnya dilakukan pemanenan gulma yang tumbuh pada petak contoh. Hal ini digunakan untuk menentukan kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma. Gulma yang dipanen yang telah dipanen dipisahkan berdasarkan spesies. Kerapatan ditentukan dengan cara menghitung jumlah individu tiap spesies gulma pada tiap petak contoh. Frekunsi ditentukan dengan cara menghitung jumlah petak contoh (dalam persen) yang memuat spesies tersebut. penentuan berat kering biomassa gulma

17 dilakukan penulis dengan cara menimbang tiap spesies gulma yang telah dikeringanginkan selama 3 hari. Semprot VOPs dilakukan pada blok F 33 dan G 33, dengan rincian kegiatan yang tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Perlakuan, Bahan Aktif, Waktu, dan Aplikasi Semprot VOPs Perlakuan Bahan Aktif UL Tempat Waktu Konsentrasi (%) A B C D E F Triklopir 1 Blok F 33, baris ke-4 25-Apr * Triklopir 2 Blok F 33, baris ke-5 25-Apr * Triklopir + Perekat 1 Blok F 33, baris ke-6 25-Apr * Triklopir + Perekat 2 Blok F 33, baris ke-7 25-Apr * Triklopir + Metil Metsulfuron 1 Blok F 33, baris ke-8 25-Apr * Triklopir + Metil Metsulfuron 2 Blok F 33, baris ke-9 25-Apr * Triklopir + Garam 1 Blok F 33, baris ke Mei * Triklopir + Garam 2 Blok F 33, baris ke Mei * Triklopir + Glifosat 1 Blok G 33, baris ke-5 06-Mei * Triklopir + Glifosat 2 Blok G 33, baris ke-6 06-Mei * Glifosat 1 Blok G 33, baris ke-8 30-Mei-09 5** Glifosat 2 Blok G 33, baris ke-9 30-Mei-09 5** Keterangan : *) = Aplikasi 15 liter dengan knapsack sprayer **) = Aplikasi 2 liter dengan knapsack sprayer Pengamatan dan Pengumpulan Data Data primer diperoleh dari inventarirasi gulma pada blok F 33 (Divisi III BPE) dengan mengambil 5 petak contoh dan menggunakan metode kuadrat berukuran 50 cm x 50 cm untuk menentukan kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma, sedangkan semprot VOPs (kentosan) dilakukan dengan pengamatan terhadap gejala kerusakan yang ditimbulkan. Jumlah kentosan yang diamati sebanyak 20 contoh per ulangan perlakuan, kemudian diamati gejala kerusakan contoh pada 1 4 MSA (Minggu Setelah Aplikasi). Data lain diperoleh dengan mengikuti kegiatan langsung serta melakukan diskusi dan wawancara dengan pembimbing lapang. Data sekunder diperoleh

18 dari data yang dimiliki perusahaan serta informasi lainnya yang diambil dari beberapa literatur ilmiah serta instansi terkait yang mendukung kegiatan magang tersebut. Analisis Data dan Informasi Data yang diperoleh dikelompokkan dan diolah dengan menggunakan data pengamatan petak contoh menggunakan analisis vegetasi gulma metode kuadrat untuk NJD (Nisbah Jumlah Dominansi), sedangkan analisis deskriptif hasil pengamatan untuk semprot VOPs (kentosan). Informasi didapatkan melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun, serta studi pustaka.

19 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Pinang Estate (SPE), Bukit Pinang Estate (BPE) dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing unit melaksanakan kegiatan operasional dengan manajemen yang terpisah. Ketiga unit usaha tersebut masih berada dalam satu induk perusahaan yaitu PT Minamas Plantation. Pada awalnya PT Bina Sains Cemerlang memiliki nama PT Bina Sains Corporation yang merupakan anak cabang dari perusahaan Salim Group. Pada tanggal 1 April 2001 berganti nama menjadi PT Bina Sains Cemerlang seiring dengan perpindahan aset perusahaan dari Salim Group ke pihak PT Minamas Gemilang yang merupakan anggota dari Kumpulan Guthrie Berhard (KGB) yang merupakan perusahaan perkebunan swasta Malaysia. Pada saat perpindahan manajemen masih terdiri dua unit usaha, kebun dan pabrik. Pada tahun 2003, manajemen PT Minamas Plantation membagi dua unit usaha kebun, yaitu Sungai SPE dan BPE. Selanjutnya KGB menjadi anggota Kumpulan Pengusaha Malaysia yang bernama Sime Darby pada akhir tahun 2007 hingga kini. Letak Geografis dan Administratif BPE merupakan salah satu kebun dari tiga unit usaha yang dimiliki oleh PT Bina Sains Cemerlang. PT Bina Sains Cemerlang merupakan anak perusahaan Minamas Plantation di daerah Sumatera Selatan. Secara administratif, BPE terletak di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Musi Rawas terletak pada posisi 2 o º38 00 LS dan 102 o º40 10 BT. Batas-batas areal BPE adalah sebelah utara berbatasan Desa Air Baluy, sebelah selatan berbatasan dengan Transmigrasi SP V, sebelah barat berbatasan dengan SPE, dan sebelah timur berbatasan dengan PT Pinago Utama. Aksesibilitas PT Bina Sains Cemerlang, BPE bisa dilalui jalur darat dan udara. Jalur darat menuju tujuan pemberhentian bis terdekat di Lubuk Linggau dengan lama perjalanan ± 25 jam dari Bogor. Selanjutnya, menggunakan angkutan umum (nama angkutan daerah bernama Taksi ) menuju kebun sekitar 2 jam. Jalur udara

20 menggunakan pesawat terbang dari Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta) ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (Sumatera Selatan), dilanjutkan menggunakan travel/bis menuju kebun dengan lama perjalanan 6-7 jam. Sebelum memasuki kebun harus melalui angkutan transpotasi air yaitu ponton (sejenis rakit bertenaga diesel). Waktu yang diperlukan 1 jam dari ponton menuju kebun. Peta lokasi tempat magang dapat dilihat pada peta posisi kebun di Peta Propinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Lampiran 4, Peta HGU PT Bina Sains Cemerlang pada Lampiran 5, dan Peta Bukit Pinang Estate pada Lampiran 6. Keadaan Iklim dan Tanah BPE memiliki iklim tropis basah dengan kelembaban udara 87% dan rata-rata penyinaran matahari sebesar 61.9 %. Temperatur maksimum C dan temperatur minimum C. Curah hujan cukup tinggi, yaitu mm dan hari hujan per tahun. Menurut klasifikasi Scmidht dan Ferguson, tipe iklim untuk BPE adalah A. Hal ini terperinci pada Lampiran 7. Secara umum tofografi BPE adalah tanah miring sampai sangat miring dengan perincian sebagai berikut : datar 304 ha (7 %), agak miring 581 ha (18 %), tanah miring ha (47 %), dan sangat miring 889 ha (28 %). Tipe tanah adalah tanah mineral Podsolik. Luas Areal dan Tata Guna Lahan BPE memiliki luas HGU (Hak Guna Usaha) total ha. Rincian luasan areal yang ditanami kelapa sawit TM (Tanaman Menghasilkan) seluas ha, tanpa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), lahan yang belum dikerjakan 95 ha untuk TB (Tanaman Baru) dan areal prasarana pendukung seluas 83 ha. TM yang berada di tiga divisi, yaitu Divisi I seluas ha, Divisi II seluas ha dan Divisi III seluas ha. Luas areal dan tata guna lahan BPE dapat dilihat pada Tabel 2.

21 Tabel 2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Bukit Pinang Estate Uraian Luas (ha) I. Areal yang diusahakan A. Areal yang ditanam 1. Tanaman Menghasilkan (TM) - Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Sub Total TM Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 0 Sub Total TBM 0 3. Tanaman Baru (TB) - Total areal yang ditanam B. Pembukaan Lahan (LC) - Sedang dikerjakan - - Belum dikerjakan 95 Total LC + TB 95 Total areal yang ditanam + LC C. Pembibitan - D. Pabrik - E. Areal prasarana 1. Emplasemen 12

22 2. Jalan dan jembatan Lain-lain - Total areal prasarana 83 F. Lembah/sungai/parit (kuburan) - II. Areal mungkin bisa ditanam/perluasan E. Cadangan - F. Okupasi - Total Areal II 0 Grand Total Sumber : Kantor Besar BPE (Mei,2009) Keadaan Tanaman dan Produksi Sumber bibit tanaman kelapa sawit yang digunakan oleh BPE berasal dari produsen benih yang berkualitas, seperti : Pusat Penelitian Kelapa Sawit /Marihat (pada tahun tanam (TT) 1993 dan 2000), Socfindo (pada TT 1992, 1996, 1997, 1998), Lonsum (pada TT 1993 dan 1998) dan GPI (pada TT 2000). Asal bibit tersebut lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 8. Tanaman kelapa sawit yang diusahakan oleh BPE telah mencapai tahap TM karena umur tanaman yang paling muda adalah TT 2000 dan populasi kelapa sawit per tahun tanam di BPE disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Populasi Kelapa Sawit per Tahun Tanam di Bukit Pinang Estate Tahun Tanam Luas (ha) Div. I Div. II Div. III Jmh pkk/ha Luas (ha) Jmh pkk/ha Luas (ha) Jmh pkk/ha Total Luas (ha)

23 Total Sumber : Kantor Besar BPE (Mei, 2009) Produksi Tandan Buah Segar (TBS) dari bulan Januari hingga Maret 2009 lebih tinggi daripada budget (rencana/target) yang harus dihasilkan sesuai hasil sensus buah pada semester sebelumnya. Namun, mulai bulan April dan Mei 2009 tampak penurunan dalam pencapaian budget hingga produksi TBS sekitar 91%. Hal ini disebabkan oleh persen kematangan buah rendah pada saat itu atau sering dikenal sebagai masa trek. Rencana (budget) dan realisasi (actual) produksi TBS dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rencana (Budget) dan Realisasi (Actual) Produksi TBS di Bukit Pinang Estate (Januari - Mei 2009) Bulan Budget Actual Pencapaian Budget (kg)..... (%) Januari Febuari Maret April Mei Sumber : Kantor Besar BPE (Juni, 2009) Produksi Tandan Buah Segar (TBS) tahunan BPE menunjukkan hasil yang baik dan meningkat setiap tahunnya. Produksi TBS di BPE secara berturut-turut : ton/tahun (2003/2004), ton/tahun (2004/2005), ton/tahun (2005/2006), ton/tahun (2006/2007), dan ton/tahun (2007/2008). Pada periode 2006/2007

24 terjadi masa trek di beberapa bulan, sehingga produksi menurun, tetapi hal ini tertutupi oleh ledakan produksi TBS pada periode berikutnya. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Pimpinan tertinggi di BPE adalah Estate Manager (EM). Dalam melaksanakan tugas sebagai EM BPE dibantu oleh seorang senior asisten (asisten kepala), tiga asisten divisi dan seorang Kepala Administrasi (Kasie). EM memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk mengkoordinir kebun yang berada di bawah pengawasannya serta mengambil keputusan dalam kegiatan operasional. Senior asisten disebut juga dengan asisten kepala (Askep). Saat ini BPE tidak memiliki senior asisten. Senior asisten bertugas untuk mengelola traksi (bersama Asisten Divisi I), klinik (bersama Asisten Divisi II dan III), pamswakarsa, dan gudang (bersama Kasie) dan mengkoordinir para asisten divisi/afdeling. Maka dengan kekosongan ini, peran Askep saat ini dipegang langsung oleh EM. Asisten divisi/afdeling adalah orang yang bertanggungjawab atas semua kegiatan di divisi/afdeling yang dipimpinnya. Asisten divisi bertanggungjawab langsung kepada EM. Asisten divisi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh mandor dan kerani. Kepala administrasi (Kasie) adalah orang yang bertanggungjawab mengelola segala kegiatan administrasi di kebun. Kasie juga bertugas mengelola gudang bersama EM. Kasie membawahi para karyawan kantor besar. Tenaga kerja di BPE dibagi menjadi dua, yaitu: karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri dari estate manager, senior asisten, asisten divisi dan kepala administrasi. Karyawan non staf terdiri dari Serikat Karyawan Utama (SKU) di bagi dua berdasarkan sistem pengupahan karyawan yaitu : Bulanan (SKU-B) dan Harian (SKU-H). Struktur organisasi dan ketenagakerjaan BPE ditampilkan pada Lampiran 9. Sistem pengupahan karyawan di BPE tergantung pada status dan golongannya. Karyawan tetap (SKU) mendapatkan gaji selama satu bulan sebanyak dua kali, yaitu gajian kecil pada pertengahan bulan sebesar Rp sebagai pinjaman ditambah dengan premi selama setengah bulan gajian, dan gaji besar yaitu pembagian gaji pokok yang telah dipotong pinjaman. Bagi Buruh Harian Lepas (BHL) hanya sekali mendapat gajian pada akhir bulan sesuai hasil yang didapatkannya. BPE menggunakan tenaga kerja

25 BHL untuk jenis pekerjaan pengutipan brondolan (pembrondol) dan BTP (babat tanaman pengganggu).

26 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan penulis terdiri dari dua aspek, yaitu aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan penulis bekerja aktif sebagai karyawan harian yang melakukan kegiatan teknis di lapangan. Aspek manajerial ialah kegiatan penulis sebagai tenaga supervisi/mandor dalam mempelajari manajerial dan administrasi kebun. Penulis dalam melakukan kegiatan di kebun, dibimbing oleh asisten divisi, mandor I, dan mandor. Aspek Teknis Pada aspek teknis, penulis bekerja aktif sebagai karyawan harian. Karyawan mulai bergerak menuju lapangan roll pagi pada pukul WIB untuk menerima arahan kerja dari mandor berdasarkan jenis pekerjaan karyawan harian bersangkutan. Asisten divisi memimpin roll pagi dimulai dari pukul WIB dan memberikan arahan kerja pada hari itu kepada mandor-mandor dan supervisor (kerani buah dan kerani kantor) untuk disampaikan ke karyawan atau berupa evaluasi pekerjaan kemarin dan memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi. Pada pukul WIB, mandor-mandor melakukan roll pagi terhadap karyawan bawahannya sesuai dengan instruksi asisten divisi. Kemudian pukul WIB dilakukan mobilisasi karyawan ke blok-blok target dengan menggunakan dump truck atau tractor. Jenis pekerjaan penulis yang dilakukan pada aspek teknis meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama, thinning out, pemupukan, rawat jalan, konservasi dan konservasi tanah, penunasan, potong buah (panen), dan transportasi TBS. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma merupakan kegiatan pemeliharaan yang utama di BPE. Hal ini dikarenakan pengendalian gulma memperlancar kegiatan operasional kebun lainnya. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanaan di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya. Pengendalian gulma di BPE diarahkan pada areal TM.

27 Secara umum, pengendalian gulma di BPE dilakukan pada piringan dan gawangan, sedangkan teknis pengendalian gulma dilakukan secara manual (gawangan manual dan piringan manual) dan kimia (gawangan kimia, piringan kimia dan semprot lalang). Pelaksanaan seluruh kegiatan pengendalian gulma di BPE sesuai dengan panduan penyusunan budget pengendalian gulma di Perkebunan Minamas Plantation pada Lampiran 10. Gawangan adalah tempat/jalur di antara dua barisan tanaman kelapa sawit. Gawangan terdiri dari gawangan pasar pikul dan gawangan mati. Tujuan pengendalian gulma di gawangan adalah mengurangi kompetisi unsur hara dan air, memudahkan kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lainnya, dan menekan tanaman inang hama. Pemeliharaan gawangan di BPE dilakukan secara manual dan kimia. Rotasi pemeliharaan gawangan dalam satu tahun pada TM adalah satu kali secara manual dan tiga kali secara kimia. Pemeliharaan gawangan dibagi dalam dua jenis pekerjaan, yaitu gawangan manual dan kimia. Gawangan manual adalah kegiatan pemeliharaan gawangan terhadap gulma berkayu. Gawangan manual meliputi babat tanaman pengganggu (BTP) dan dongkel anak kayu (DAK). Gawangan manual memerlukan cados, parang, dan batu asah. Teknis pelaksanaan gawangan manual dengan cara membabat gulma berkayu. Sasaran gulma berkayu adalah Chromolaena odorata (krinyuh), Clidemia hirta (haredong), kentosan (anakan sawit liar), Lantana camara (tahi ayam) dan Melastoma malabathricum (senduduk). Standar kerja gawangan manual di BPE adalah 0.5 ha/hk. Prestasi kerja penulis rata-rata 0.47 ha/hk selama dua hari kerja dan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 0.53 ha/hk. Kegiatan babat tanaman pengganggu (BTP) disajikan pada Gambar 1.

28 Gambar 1. Kegiatan Babat Tanaman Pengganggu (BTP) Gawangan kimia merupakan penyemprotan dengan bahan kimia (herbisida) terhadap gulma yang berada di gawangan. Tidak semua gulma harus diberantas, misalnya rumput-rumput dan tanaman setahun lainnya yang berakar dangkal dan tidak tumbuh tinggi, seperti pakis kinta (Nephrolepis biserrata) di gawangan TM masih ditoleransi. Tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) tidak diinginkan karena mendorong terjadinya erosi yang merugikan. Alat semprot yang digunakan adalah knapsack sprayer bermerek Solo bernozel kuning atau merah sesuai keadaan gulma. Herbisida yang digunakan adalah Metafuron 20 WP dengan bahan aktif Metil Metsulfuron dengan konsentrasi % dan dicampur dengan Gramoxone dengan bahan aktif Diklorida Paraquat dengan konsentrasi 0.2 %. Standar kerja gawangan kimia ini adalah 5 ha/hk. Prestasi kerja penulis rata-rata 2.33 ha/hk selama enam hari kerja dan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 2.53 ha/hk. Teknis pelaksanaan menerapkan pembuatan larutan induk dengan tujuan mempercepat pencampuran, mudah dibawa, dan tepat dosis. Teknis pelaksanaan pembuatan larutan induk pada gawangan kimia yaitu terlebih dahulu memasukkan Metafuron 20 WP sebanyak 250 gram ke jerigen volume 20 liter, kemudian ditambahkan 2.5 liter air, kemudian ditambahkan Gramoxone sebanyak 3 liter dan larutkan dengan air sebanyak 3.7 liter. Lalu, ditambahkan air hingga volume jerigen penuh (± 20 liter). Aplikasi pengambilan larutan induk untuk gawangan kimia sebanyak 200 ml/kap dengan alat semprot knapsack sprayer bervolume 15 liter. Piringan, jalan rintis (jalan panen), dan TPH merupakan beberapa sarana yang penting dari produksi dan perawatan. Piringan berfungsi sebagai daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan. Jalan rintis berfungsi sebagai jalan pengangkutan buah ke TPH dan menjalankan aktifitas operasional lainnya. TPH berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke pabrik kelapa sawit. Sarana tersebut memerlukan pemeliharaan berkesinambungan agar berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi piringan, pasar rintis, dan TPH yang tidak terawat (ditumbuhi gulma) menjadi salah satu penyebab penurunan output (hasil panen) dan sumber kontaminasi. Kondisi tersebut juga menyebabkan permasalahan lainnya seperti kehilangan hasil (losses) yang tinggi dan kualitas buah menjadi rendah akibat aspek kebersihan tidak terjaga. Selain itu, pekerjaan kebun lainnya akan terhambat pula. Pemeliharaan piringan,

29 jalan rintis, dan TPH di BPE terdiri dari dua metode pemeliharaan, yaitu manual dan kimia. Pengendalian gulma dengan piringan manual merupakan pembebasan secara menyeluruh dan bersih terhadap gulma yang berada pada piringan. Piringan manual ini menggunakan garuk yang terbuat dari besi, tetapi cados, parang dan batu asah tetap dibawa demi kemudahan pekerjaan. Teknis pelaksanaan piringan manual dengan babat merah atau digaruk dengan lebar jari-jari 2 meter (lebar jari-jari piringan TM). Standar kerja piringan manual di BPE adalah 0.2 ha/hk. Pemeliharaan piringan, jalan rintis, dan TPH menggunakan alat semprot MHS (micron herbi sprayer), bervolume 5 liter, dan bernozel orange (lihat Gambar 2). Tujuan pengendalian rumput di piringan adalah mengurangi kompetisi unsur hara, karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan/pokok, untuk memudahkan kontrol pemupukan dan memudahkan pengutipan brondolan. Piringan kimia menggunakan herbisida Prima Up 480 AS dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat dengan konsentrasi 4 % dan dicampur herbisida Starane 200 EC dengan bahan aktif Floroksipir dengan konsentrasi 1 %. Standar kerja di BPE adalah 5 ha/hk untuk piringan kimia. Prestasi kerja penulis rata-rata 3.15 ha/hk selama enam hari kerja dan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 3.35 ha/hk.

30 Gambar 2. Alat semprot MHS (Micron Herbi Sprayer) Teknis pelaksanaan pembuatan larutan induk yaitu terlebih dahulu masukan Prima Up 480 AS EC sebanyak 4 liter ke jerigen volume 20 liter, kemudian ditambahkan 8 liter air dan 500 ml Starane 200 EC. Lalu, tambahkan air hingga volume jerigen penuh ( 20 liter). Aplikasi pengambilan larutan induk untuk piringan kimia sebanyak 250 ml/kap. Semprot lalang (Imperata cylindrica) merupakan metode pengendalian lalang di BPE dengan cara kimia. Pengendalian lalang menggunakan alat semprot knapsack sprayer bermerek Solo dan herbisida Prima Up 480 AS berbahan aktif Isopropilamina Glifosat dengan konsentrasi 0.5 % dan herbisida Starane 200 EC berbahan aktif Floroksipir dengan konsentrasi 0.33 %. Pengendalian lalang yang sporadis (terpencar-pencar) akan lebih efektif jika diberantas dengan metode spot spraying, dan jika kondisi lalang telah menjadi sheet (hamparan) yaitu dengan penyemprotan herbisida secara menyeluruh (blanket spraying). Pada kondisi populasi lalang yang sudah sangat sedikit diberantas dengan cara wiping (diusap dengan kain yang dibalutkan di jari tangan). Pekerja menggunakan sarung tangan untuk keselamatan kerja dan safety health. Teknik wiping lalang dilakukan dengan menggunakan kain katun yang berukuran 3 x 12 cm dibalutkan pada tiga jari tangan. Standar kerja gawangan kimia ini adalah 5 ha/hk. Prestasi kerja penulis rata-rata 4 ha/hk selama enam hari kerja dan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 4.2 ha/hk. Teknis pelaksanaan pembuatan larutan induk yaitu terlebih dahulu dimasukan Prima Up 480 AS EC sebanyak 750 ml ke jerigen volume 20 liter, kemudian ditambahkan air sebanyak 250 ml, kemudian dicampurkan Starane 200 EC sebanyak 500 ml dan larutkan dengan air sebanyak 500 ml. Lalu, ditambahkan air hingga volume jerigen penuh (± 20 liter). Aplikasi pengambilan larutan induk untuk gawangan kimia sebanyak 200 ml/kap. Pengendalian Hama Sensus hama. Sensus hama dilakukan dengan latar belakang bahwa kejadian ledakan hama ulat api/kantong tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi bisa diduga dengan sistem pengamatan yang baik. Semakin cepat diketahui gejala kenaikan jumlah populasi hama akan semakin mudah pula untuk dikendalikan dan luas areal akan terbatas. Pada umumnya suatu sistem pengamatan hanya berlaku untuk satu atau lebih spesies hama

31 yang mempunyai prilaku yang sama. Akan tetapi suatu sistem pengamatan dapat dimodifikasi untuk pemantauan perkembangan populasi hama lainnya. Gambar 3 merupakan skema pengamatan pada sensus hama. TS TS PS TS TS TS TS Gambar 3. Skema Pengamatan Sensus Hama Keterangan : PS = Pokok Kelapa Sawit = Pokok Sensus TS = Titik Sensus Pertama = Alur Pengamatan Sensus Hama

32 Teknis pelaksanaan sensus hama yaitu (a) Tentukan jenis hama yang dominan pada kawasan yang akan diamati. (b) Jika hama yang dominan adalah Setora nitens, Thosea asigna, Susica sp. maka hama tersebut ditemui pada pelepah sample ke-9 sampai dengan ke-24. (c) Jika hama yang dominan adalah Darma trima, Thosea bisura, Thosea vetusta, Ploneta diducta dan golongan ulat kantung, maka hama tersebut ditemui pada pelepah sample ke-25 sampai dengan ke-40. (d) Gantol dan potong satu pelepah dari PS pada masing-masing TS yang ditaksir paling banyak ulatnya. (e) Tentukan jenis hamanya dan hitung jumlah ulat tau larva kemudian catat pada formulir sensus. (d) Jika jumlah ulat/pelepah diperkirakan 50 ekor maka perhitungan langsung dilakukan satu pelepah. (f) Jika diperkirakan > 50 ekor sampai 100 ekor, maka perhitungannya hanya dilakukan pada satu sisi pelepah saja. (g) Jika > 100 ekor, maka perhitungannya hanya dilakukan pada anak daunnya/lidi dengan selang 10 anak daun dan hasil rata-rata setiap anak daun dikalikan 10. (h) Hasil sensus dianalisis (dibandingkan dengan batas kritis masing-masing jenis hama), kemudian dilakukan tindakan sesuai hasil analisis tersebut. Sensus hama dilakukan oleh satu tim sensus yang terdiri 2 orang dengan prestasi kerja yaitu 1 blok/hk. Pengendalian kimiawi. Pengendalian hama ulat api secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida Decis 2.5 EC berbahan aktif Deltametrin 25 g/l. Deltametrin merupakan jenis insektisida lambung dan kontak dan Agristick yang merupakan bahan perata dan perekat yang mengandung bahan aktif alkilaril poliglikol eter 400 ml/l. Konsentrasi decis dan agristick masing-masing yang digunakan adalah 100 ml untuk membuat sebanyak 10 liter larutan, kemudian dimasukkan ke dalam alat semprot puls fog. Pengendalian biologi. BPE lebih memprioritaskan pengendalian secara biologis daripada secara kimia. Hal yang dilakukan dengan penanaman beneficial plant untuk mengendalikan hama ulat dan pemasangan nest box/sarang burung hantu (Tyto alba) untuk mengendalikan hama tikus. Penanaman benefecial plant. Beneficial plant adalah jenis tanaman yang menghasilkan nektar sebagai daya tarik dan sumber makanan bagi serangga parasitoid dan predator yang merupakan musuh alami bagi hama tanaman kelapa sawit. Penanaman beneficial plant merupakan salah satu cara pengendalian hama terpadu (PHT) yang dilakukan oleh BPE. Hal ini diambil pihak kebun karena cara perbanyakannya yang mudah dan murah dibandingkan dengan melakukan introduksi musuh alami dari hama tanaman kelapa sawit. Selain itu, penanaman beneficial plant ini bertujuan untuk menyeimbangkan keseimbangan alami dan keragaman hayati antara hama dan musuh

33 alaminya. Penanaman beneficial plant ini didahulukan pada blok-blok yang dianggap paling rawan terserang hama. Jenis beneficial plant yang dikembangkan di BPE yaitu Turnera subulata, Cassia cobanensis dan Antigonon leptopus (dapat dilihat pada Gambar 4). A B C Gambar 4. Beneficial Plant : (A) Turnera subulata,(b) Cassia cobanensis, dan (C) Antigonon leptopus Turnera subulata merupakan tanaman herba berkayu (semak) dapat dikembangkan dengan stek (biji tanaman ini sangat sulit diperoleh). Tanaman ini sering disebut tanaman bunga pukul delapan karena selalu mekar pada pukul delapan pagi. Stek ditanam pada media tanah dalam babybag dengan satu ruas buku tertanam di dalam tanah. Dalam setiap babybag ditanam 1-2 potong stek. Pembibitan stek dilakukan pada tempat yang teduh agar bibit tidak stress akibat terkena sinar matahari langsung. Bibit stek disiram setiap hari agar pertumbuhan tidak terhambat. Penanaman dengan biji dilakukan dengan menanam 2-3 biji pada media tanah dalam babybag, dan diperlakukan seperti pembibitan dengan stek. Bibit dapat dipindahkan dan ditanam ke lapangan setelah berumur 2-3 bulan atau dapat lebih cepat apabila pertumbuhan lebih baik dan dianggap sudah cukup kuat. Berdasarkan pengalaman stek Turnera subulata dengan bunga pada bagian pucuknya akan memiliki keberhasilan hidup yang lebih tinggi. Cassia cobanensis merupakan tanaman herba berkayu (semak), dapat dikembangkan dengan biji maupun stek. Tanaman ini tidak menghasilkan bunga sepanjang tahun, tetapi tetap menghasilkan nectar melalui organ khusus berwarna kuning kehijauan yang terdapat pada ketiak daunnya. Perbanyakan tanaman Cassia cobanensis dapat dilakukan seperti pada tanaman Turnera subulata.

34 Antigonon leptopus merupakan tanaman herba berkayu (semak) yang tumbuh merambat, dapat dikembangkan dengan biji maupun stek. Tanaman ini berbunga sepanjang tahun. Penanaman tanaman ini di lapangan memerlukan lanjaran untuk merambat. Perbanyakan tanaman Antigonon leptopus pada dasarnya sama dengan Cassia cobanensis, tapi memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah. Oleh karena itu, dalam satu babybag perlu ditanam 2-3 stek. Mengingat jenis tanaman ini tumbuh merambat, maka pada setiap babybag perlu di pasang tiang untuk rambat yang terbuat dari bambu/kayu setinggi 50 cm dan bibit harus sudah dipindahkan sebelum saling melilit. Pemupukan Secara teknis, sistematika proses pemupukan di BPE dimulai dari roll pagi, berupa intruksi asisten divisi untuk rencana teknis pemupukan, pengambilan pupuk di gudang sentral, pembagian pupuk ke dalam untilan pupuk, untilan pupuk dinaikkan ke atas transport (truk atau traktor), mobilisasi ke blok target, diberikan ke suplai kecil, sebar pupuk oleh regu pemupuk (tim rayon), pengumpulan karung (jumlah karung harus sama dengan jumlah karung pupuk keluar gudang). Gambar 5 merupakan tumpukan pupuk urea yang telah diuntil. Gambar 5. Untilan Pupuk Urea Tujuan penguntilan yaitu menjamin setiap pokok mendapat dosis yang tepat, mengurangi dan mencegah adanya penggumpalan pupuk, tonase pupuk yang dibawa ke lapangan lebih tepat, lebih mudah dalam pengangkutan (memasukkan ke kendaraan dan

35 membawa dari gudang ke lapangan serta menurunkan dari kendaraan). pembukaan benang karung goni lebih baik dibanding di lapangan, dan tenaga laki-laki untuk mengecer di lapangan tidak diperlukan lagi sehingga tenaga pelangsir dan pengecer adalah tenaga wanita. Bobot untilan tergantung pada jenis pupuk dan dosis yang digunakan. Contoh, pupuk dolomit dengan dosis 2.5 kg/pokok, tiap satu untilan seberat 10 kg digunakan untuk 4 tanaman. Pupuk urea dengan dosis 1.5 kg/pokok, tiap satu untilan seberat 12 kg digunakan untuk 8 tanaman. Norma kerja yang berlaku di Bukit Pinang Estate adalah kg/hk untuk jenis pekerjaan until pupuk, 3 ton/hk untuk pengeceran pupuk ke blok target, dan masing-masing 500 kg/hk untuk pelangsir ke pasar tengah dan penabur pupuk. Jenis dan dosis pupuk. Jenis pupuk yang direkomendasikan di PT Bina Sains Cemerlang dibagi menjadi dua jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Jenis pupuk organik : solid basah, janjangan kosong, serta POME (palm oil mill effluent), sedangkan pupuk anorganik : Nitrogen (Urea), P 2 O 4 (TSP), Kalium (MOP), Magnesium (Kieserit dan Dolomit), serta Boron (HGBF). Dari segi penggunaan jenis pupuk, BPE berbeda dengan SPE dari segi penggunaan pupuk organik. Hal ini tampak pada penggunaan pupuk organik yang sangat kurang karena hasil sekunder PKS (pabrik kelapa sawit) sedangkan jarak yang jauh dari areal pertanaman kelapa sawit di divisi (> 6 km). Hal tersebut menimbulkan ketidakefektifan aplikasi pupuk organik dari segi biaya transportasi (ekonomis) dan waktu. Pemanfaatan limbah organik seperti janjangan kosong dan decanter solid, diaplikasikan blok penanaman Turnera subulata dan Acasia cubanensis (beneficial plant) di jalan-jalan akses produksi. Jenis dan dosis pupuk direkomendasikan oleh Departemen Riset Minamas di Riau berdasarkan hasil analisis kimia daun, status hara, kondisi tanah, tingkat produksi yang dicapai, dan analisis tanah (Tabel 5). Tabel 5. Jenis dan Dosis Pemupukan Sesuai Rekomendasi Riset Tahun Tanam Jenis Pupuk Urea RP KCl Dolomite HGFB Kieserit.kg / pkk / th. Total

36 Sumber : Kantor Besar BPE (Juni, 2009) Sebagai contoh pada tanggal 12 Febuari 2009, Divisi III BPE akan melakukan pemupukan Urea di blok F 34 (tahun tanam 1998) dengan luas 20 ha, jumlah pokok adalah 2720 pokok (berdasarkan rekomendasi), jumlah pokok terakhir adalah 2711, dosis pemupukan 1.5 kg/pokok. Contoh Perhitungan : Kebutuhan Pupuk Urea untuk Blok F 34 = 2711 x 1.5 kg = kg Untuk per-sak karung pupuk 50 kg = kg : 50 kg/sak = sak 82 sak Diasumsikan, per-baris = 32 pokok Jadi 32 pokok x ½ pasar rintis = 16 pokok 16 pokok x 1.5 kg/pokok = 24 kg Maka dalam penguntilan dibagi 2 12 kg/until pupuk urea Sehingga kebutuhan until pupuk = kg : 12 kg/until = until 339 until Waktu pemupukan. Pengaplikasian pupuk dilakukan per semester (6 bulan sekali). Pada TBM yaitu setelah hari hujan, sebab kanopi belum menutupi semua permukaan tanah, sedangkan TM pada setiap semester. Waktu pemupukan kapur pertanian (kaptan), dolomit dan abu janjang harus mempunyai selang minimal dua bulan setelah pemupukan urea agar tidak terjadi reaksi yang merugikan.

37 Teknis pelaksanan. Pelaksanaan di lapangan harus dihindari kekeliruan dalam aplikasi pupuk, maka tiap divisi setiap harinya hanya dibenarkan aplikasi satu jenis pupuk. Kebutuhan jumlah tenaga kerja harus pasti dan sesuai dengan luas areal yang akan dipupuk. Takaran yang dibawa oleh penabur pupuk harus sesuai dengan dosis yang akan digunakan. Oleh karena itu, asisten harus mengecek kembali kebenaran takaran yang akan digunakan. Penaburan pupuk pada masing-masing pokok harus dimulai dari jalan pengumpul (CR = collection road) menuju batas/rintis tengah blok (batas alam) sesuai arah barisan tanaman. Cara penempatan penaburan pupuk di gawangan mati. Norma prestasi penabur adalah ha/hk atau kg/hk tergantung dari dosis pupuk per pokok, topografi tanah, dan keterampilan penabur. Thinning Out Thinning out (TO) adalah penjarangan terhadap populasi pokok kelapa sawit dengan cara mematikan pokok secara mekanis (manual) atau kimia (peracunan) terhadap tanaman yang tidak dikehendaki atau tumbuh rapat dimana tanaman tersebut tidak dapat berproduksi optimal. Perlakuan thinning out bertujuan menghemat biaya perawatan tanaman secara umum, mengurangi tingkat persaingan antar pokok mendapatkan sinar matahari, unsur hara dan air dari dalam tanah, meningkatkan serapan sinar matahari pada indeks luasan daun kelapa sawit, dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi TBS kelapa sawit. Sasaran thinning out meliputi pokok non valuer (pokok tidak berguna), pokok ganda/kembar, dan pokok close planting (pokok jarak tanam rapat < 7 m). Rawat Jalan Kelapa sawit termasuk kelompok heavy duty crop, karena produksi buahnya pertahun sangat tinggi (22 35 ton/ha/th). Hal ini sangat perlu pendukung jalan dan jembatan yang baik. Pembuatan dan perawatan jalan harus ditujukan atau diarahkan untuk mengendalikan dan mengelola lima faktor penyebab kerusakan jalan, yaitu air, bahan organik, kurangnya sinar matahari, sifat tanah (tekstur dan struktur), bahan induk tanah dan beban (tonase) angkutan. Jalan yang jelek/kurang baik akan berpengaruh

38 terhadap mutu produksi dan biaya perawatan jalan/alat pengangkutan mahal (kendaraan cepat rusak akibat kondisi jalan). Teknis perawatan jalan meliputi pengaliran air dengan mendalamkan parit jalan (cuci parit) dengan memperhatikan keadaan lapisan permukaan dan kemiringannya. Parit harus dipelihara untuk menjamin pengeringan air permukaan, aliran ke samping, sedangkan penimbunan harus dengan jenis tanah tanah yang cocok (biasanya dicampur dengan pasir dan kerikil), tanah humus/bahan organik (daun, pelepah sawit, ranting-ranting busuk) tidak boleh dipakai untuk menimbun dan operasi road greader, bulldozer dan compactor harus diorganisir oleh manajer kebun, agar dipakai pada tempat yang paling memerlukan (sesuai dengan data kondisi jalan). Pemeliharaan jalan secara manual dengan cara semua rumput-rumputan di permukaan jalan harus dibabat mepet, lalu bekas babatan harus dibuang ke gawangan, memotong cabang pelepah/cabang pokok sawit yang menghalangi sinar matahari dan mengganggu lalu lintas kendaraan (tunas pasar). Bentuk jalan harus dipertahankan dengan kemiringan 2.5%, reparasi dan konsolidasi jalan pada musim hujan, pembuatan tali air untuk membuang genangan air dan penyusunan batu padas berdiameter > 10 cm untuk menimbun lubang pada badan jalan dan penimbunan lubang jalan menggunakan tanah laterit, krokos, atau sirtu (pasir dan batu), sebaiknya dilakukan pada musim kering. Gambar 6 adalah beberapa jenis alat berat yang digunakan : exavator, TLB (tracktor loader backhoe), road grader, dan compactor.

39 A B C D Gambar 6. Alat Berat : (A) Exavator, (B) Road Grader, (C) TLB, dan (D) Compactor. Konservasi Tanah dan Air Pengewatan tanah dan air di perkebunan kelapa sawit sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi. Pembangunan konservasi tanah dan air akan menekan kehilangan masa dan hara oleh aliran permukaan, meningkatkan efektivitas pemupukan, dan membantu kelancaran panen serta aktivitas pekerjaan lainnya. Pada prinsipnya konservasi tanah dan air terdiri dari tiga bentuk, yaitu mekanik, biologi dan kimia. Upaya yang dilakukan oleh BPE dalam Konservasi tanah dan air adalah pembuatan Siltpit, menghindari clean weeding, pelaksanaan stecking pelepah memotong kemiringan, pembuatan mainhole (rorak) dan penanaman Vetiveria zizanioides (akar wangi). Prestasi kerja yang berlaku di BPE adalah 100 bibit/hk untuk penanaman Vetiveria zizanioides dan 1.5 lubang/hk untuk Siltpit.

40 A B Gambar 7. Konservasi Tanah dan Air : (A) Penanaman Vetiveria zizanioides, dan (B) Silt Pit Penunasan Penunasan adalah kegiatan pembuangan daun-daun tanaman (pelepah) kelapa sawit yang tidak bermanfaat seperti pelepah tua, sengkleh dan sakit. Penunasan bertujuan mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan hama dan penyakit. Penunasan berpengaruh terhadap status hara dalam daun (Fauzi et al., 2005). Kegiatan yang dilakukan di BPE adalah penunasan progresif dan penunasan rutin. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan berbarengan dengan kegiatan potong buah yang dilakukan oleh tenaga pemanen. Penunasan rutin yaitu penunasan yang dilakukan sesuai dengan rotasi penunasan (biasanya 1 kali dalam satu tahun). Pada tanaman muda, pelaksanaan tunas pasir/sanitasi dapat mempermudah pemupukan, semprot piringan, dan pengutipan brondolan. Untuk mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi yang maksimum maka harus dihindari terjadinya over prunning. Over prunning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan tanaman mengalami stres, terlihat melalui peningkatan keguguran bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan), dan penurunan BJR (berat janjang rata-rata). Kondisi optimal dicapai jika penunasan dibatasi sampai dua lingkar daun di bawah tandan matang atau yang disebut songgo

41 dua. Untuk menghindari terjadinya over prunning, perlu dilakukan pelatihan dan simulasi pekerjaan, pengawasan yang ketat, dan penggunaan alat yang tepat. Prestasi kerja karyawan yang berlaku di BPE adalah 75 tanaman /HK atau 4 ha/hk. Potong buah (panen) Potong buah adalah aktivitas memotong buah oleh karyawan sampai diantrikan TPH. Sedangkan panen adalah kegiatan yang meliputi persiapan panen, peralatan panen, rotasi panen, organisasi potong buah, administrasi potong buah, kriteria matang dan kualitas buah, sistem basis (siap borong) dan premi, dan sanksi dan denda. Pekerjaan potong buah merupakan pekerjaan utama perkebuanan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui penjualan CPO dan PKO. Persiapan panen. Persiapan panen harus dilaksanakan oleh tim panen agar target produksi tercapai dengan biaya panen minimum. Persiapan panen meliputi persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi panen, dan persiapan alat panen. Persiapan panen di BPE meliputi perbaikan jalan dan jembatan di main road dan collection road, pembersihan kondisi piringan hingga W 0 (piringan tanpa gulma) agar mudah pengawasan dan pengutipan brondolan, pemasangan titi panen yang terbuat dari kayu atau beton untuk pengangkutan tandan buah segar (TBS) dan brondolan menuju TPH di daerah rawa/aliran sungai/drainase, dan pembersihan TPH dengan ukuran 6 m x 4 m per 2 jalan rintis. Rotasi panen. Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terkahir dengan panen berikutnya dalam areal panen atau ancak yang sama. Sistem rotasi di BPE adalah 6/7, yaitu terdapat 6 seksi panen dengan interval waktu panen dalam satu seksi 7 hari, namun pada pelaksanaan di lapangan sering terkendala kondisi blok yang sulit khususnya daerah rendahan dan ketersediaan tenaga potong buah. Jumlah seksi buah disusun menjadi 6 seksi (A, B, C, D, E dan F), seksi panen sedemikian rupa sehingga satu seksi selesai dalam satu hari, mempermudah perpindahan ancak dari satu ke blok lain, mempermudah kontrol asisten divisi, mandor I, mandor panen, mandor transport TBS lebih efesien, serta meningkatkan output pemanen. Organisasi panen. BPE menerapkan organisasi potong buah yang disebut dengan Block Harvesting Sistem (BHS). BHS merupakan sistem organisasi potong buah yang pekerjaannya terkonsentrasi dan pergerakannya teratur secara sistematis dengan

42 target penyelesaian satu seksi panen dalam satu hari kerja. Oleh karena itu, BPE membentuk KKP (Kelompok Kecil Pemanen). Satu KKP terdiri dari 4 pemanen yang prinsip kerjanya mendapatkan hanca panen masing-masing sebagai tanggungjawab keempat pemanen dalam KKP tersebut. BHL menjadi tenaga pengutipan berondolan dilakukan oleh tenaga borongan yang pengangkutan ke PKS terpisah dengan TBS menggunakan mobil pick up. Kriteria dan kualitas buah. Kriteria matang buah di BPE berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh di piringan. Tabel 6 menunjukkan kriteria kematangan buah. Tabel 6. Kriteria Kematangan Buah Jumlah brondolan/priringan(biji) Kriteria Kematangan Buah Sumber : QA Minamas, Mentah 5-9 Kurang matang > 10 Matang Kriteria kualitas buah yang berlaku berupa long/cut stalk (potongan Gagang), kontaminasi : tercampur tanah, batu dan pasir, serta kesegaran TBS dan brondolan terkirim ke PKS < 24 jam setelah panen. Peralatan panen. Alat-alat kerja potong buah yang digunakan di BPE disesuaikan dengan kebutuhan, seperti alat potong buah disesuaikan dengan tinggi tanaman. Tabel 7 merupakan deskripsi alat-alat panen yang dipakai di BPE. Tabel 7. Deskripsi Alat-alat Panen Nama Alat Kegunaan Keterangan Dodos Untuk memotong TBS umur 3-8 tahun Berbentuk tembilang, lebar mata 8-14 cm dan panjang mata 8-12 cm. Harvesting pole Gagang untuk pisau egrek Sepotong besi aluminium

43 dengan panjang 6-12 meter Pisau egrek Alat untuk memotong TBS Berbentuk seperti pisau arit dengan panjang pangkal 20 cm, panjangnya 45 cm dan sudut lengkung Angkong Karung pupuk Gancu Kapak Ember Tojok Alat untuk mengangkut TBS dari pokok ke TPH Wadah untuk mengumpulkan brondolan sebelum diangkut ke PKS Alat untuk mengantrikan TBS dari pokok ke pasar rintis Alat untuk memotong gagang panjang dari TBS Alat untuk menampung brondolan sebelum dikumpulkan menjadi satu di dalam karung Untuk memuat TBS dari TPH ke PKS Kereta sorong beroda satu yang terbuat dari besi bermerek artco Wadah untuk mengumpulkan brondolan sebelum diangkut ke PKS Besi beton berdiameter 3/8 inchi dan panjang 0.5 meter Besi beton bermata tembilang dengan diameter dan panjang besi sesuai dengan kebutuhan Umumnya berukuran sedang berwarna hitam Pipa galvanis/besi dengan ujung besi beton berbentuk lancip dengan panjang sekitar meter Sumber : Kantor Divisi III BPE Sistem basis (siap borong) dan premi panen. Sistem basis (siap borong) adalah jumlah janjang yang harus dipanen sebagai dasar menghitung kelebihan janjang sebagai premi lebih borong. Siap borong berdasarkan tahun tanam dan 7 jam/hari kerja. Premi siap borong adalah premi yang diterima pemanen saat jumlah janjang panen sama dengan jumlah siap borong. Premi lebih borong adalah premi yang diterima pemanen jika jumlah janjang telah melebihi jumlah janjang siap borong. Tabel 8 menunjukkan ketentuan siap borong dan premi panen di BPE. Tabel 8. Ketentuan Siap Borong dan Premi Panen di Bukit Pinang Estate

44 Basis 1 X Basis 2 X Tahun Tanam Basis Borong (tandan) Siap Borong (Rp) Lebih Borong (Rp/tandan) Basis Borong (tandan) Siap Borong (Rp) Lebih Borong (Rp/tandan) Sumber : Kantor Besar BPE Premi panen juga diberikan pada tenaga supervisi (pengawas). Perhitungan premi supervisi panen sebagai berikut : Mandor Panen = x 150 % Mandor I = x 150 % Kerani Buah = x 100 % Sanksi dan denda. Sanksi dan denda diberikan oleh mandor panen, mandor I, atau asisten divisi berdasarkan pemeriksaan ancak panen. Tabel 9 menunjukkan penentuan sanksi dan denda pemanen. Tabel 9. Penentuan Sanksi dan Denda Pemanen Jenis Kesalahan Denda (Rp/tandan) Potong buah mentah (A) Buah masak tidak dipanen atau tinggal di pokok Buah dipotong dan tidak diangkut ke TPH Buah tidak diantrikan di TPH yang telah ditentukan 1 000

45 Buah peraman di TPH diakui sebagai pendapatan Tangkai buah tidak dipotong rapat 500 Pelepah tidak disusun di gawangan mati Pelepah dibuang ke parit Pelepah sengkleh Brondolan di ketiak pelepah tidak dikutip Buah busuk eks restan diantrikan di TPH Buah matahari Sumber : Kantor Besar BPE Transportasi TBS Transportasi TBS yang tidak cukup, tidak efesien, terlambat dan tidak teratur berakibat buah restan di lapangan. Hal ini akan berpengaruh terhadap mutu CPO (FFA akan naik), disiplin pemanen rusak karena tidak teraturnya pengaturan transport sehingga mutu buah tidak dapat diperiksa dengan baik karena sudah lebih dahulu diangkut sebelum diperiksa, BJR akan turun, sebab tidak semua brondolan di TPH terangkut semua (berhubungan dengan disiplin sopir dan kenek), output potong rendah karena rotasi panen terlambat, kemungkinan terjadinya manipulasi atas buah restan dan seksi potong buah kacau. Transportasi TBS dan brondolan harus sudah terkirim ke PKS < 24 jam untuk menjaga mutu TBS dan brondolan. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan oleh mandor transport untuk alokasi pembagian tenaga angkut TBS dan brondolan (kenek), alat angkut (traktor, truk bak mati dan dump truck) beserta operatornya. BPE menggunakan traktor untuk pengambilan TBS yang berada di collection road dan jalan bantu/kontur dalam blok yang sulit diambil oleh dump truck kemudian di pok di satu tempat (loading lahan), sedangkan untuk dump truck dan truk bak mati difokuskan untuk pengambilan TBS di pok dan collection road yang bisa dilalui. Pemilihan alat angkut dump truck dan truk bak mati untuk transportasi TBS ke PKS karena alat angkut ini memiliki mobilisasi yang lebih cepat dibanding traktor. Tranportasi brondolan menggunakan alat angkut yaitu mobil pick up. Peralatan yang digunakan untuk transpotasi TBS adalah tojok (sejenis tombak) dan gancu, sedangkan untuk brondolan digunakan garuk dan karung pupuk. Prestasi kerja kenek TBS adalah 4 ton/hk, kenek

46 brondolan adalah 2 ton/hk, operator (supir) adalah 8 ton/hk. Gambar 8 adalah sistem transportasi TBS dan brondolan di BPE. A B Gambar 8. Sistem Pengangkutan : (A) TBS Sistem Pok, dan (B) Brondolan Aspek Manajerial Penulis bekerja sebagai pendamping mandor, pendamping mandor I, TQEM dan pendamping asisten divisi dalam melakukan aspek manejerial di BPE. Pada aspek ini, penulis melaksanakan kegiatan manajerial dan administrasi meliputi pengawasan, menentukan jumlah karyawan dan meghitung biaya operasional dari setiap kegiatan, menentukan dosis, konsentrasi dan jumlah bahan kimia yang diperlukan, melakukan diskusi dengan mandor, asisten divisi serta melakukan administrasi. Pendamping Mandor Mandor adalah orang yang bertugas untuk mengawasi karyawan harian dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan. Selain itu, mandor juga membimbing, memotivasi, mengatur serta bertanggung jawab langsung terhadap jenis pekerjaan yang dimandorinya. Mandor biasanya diangkat dari karyawan harian yang memenuhi kriteria sebagai mandor berdasarkan penilaian asisten divisi dan mandor I. BPE membagi pekerjaan dalam dua pekerjaan besar, yaitu perawatan dan produksi, sehingga mandornya pun dibagi menjadi dua, yaitu mandor perawatan dan mandor produksi. Berbeda dengan mandor, supervisi adalah tenaga kerja ini melakukan kegiatan secara administrai dengan cara mencatat.

47 Mandor juga melakukan kegiatan manajerial dan administrasi dalam membuat rencana kerja dan dilaporkan dalam buku kegiatan mandor (BKM). Penulis selama satu bulan menjadi pendamping mandor. Jenis pekerjaan penulis yang dilakukan pada aspek manajerial meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama, pemupukan, rawat jalan, potong buah (panen) dan transportasi TBS. Mandor pengendalian gulma. Mandor pekerjaan ini melaksanakan pengorganisasian dan persiapan alat kerja secara rayon (satu tim semprot untuk ranah kerja di tiga divisi). Selain itu, alat-alat kerja tersentralisasi di satu tempat agar mudah dalam pengawasan. Pekerjaan semprot tidak menyebar di beberapa divisi sehingga manajer kebun, askep dan asisten divisi dapat mengontrol lebih baik. Resiko pencurian herbisida diminimumkan karena pencampuran langsung dilakukan di gudang disaksikan oleh asisten/askep setiap paginya. BPE melakukan pemetaan terhadap kondisi kerapatan gulma di gawangan. Informasi kondisi gulma dijelaskan melalui warna (Lampiran 11). Warna tersebut menunjukkan tingkat kerapatan gulma yang ada di suatu blok atau daerah tertentu. Kerapatan gulma merupakan nilai penutupan suatu luasan tertentu oleh gulma. Rendah dengan kisaran penutupan daerah gulma sebesar, 0 10 % (lahan bersih), % (rendah), % (sedang), dan > 75 % (tinggi). Warna hijau menunjukkan kerapatan gulma rendah, warna kuning menunjukkan kerapatan gulma sedang, dan warna merah menunjukkan kerapatan gulma tinggi. Bila hari hujan, pekerja dapat segera dialihkan ke pekerjaan lain yang tidak terpengaruh hujan seperti gawangan manual/btp (babat tanaman pengganggu) karena adanya alat kerja (parang) yang selalu dibawa dalam kendaraan. Mobilisasi karyawan ke blok pekerjaan BTP tersebut juga dapat dilakukan dengan cepat. Mobilisasi yang tinggi akan meningkatkan output semprot. Prestasi kerja rata-rata karyawan adalah 3.5 ha/hk selama penulis mengawasi pengawasan ini. Mandor pengendalian hama. Konsep pengendalian hama dan penyakit dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama harus dipahami oleh mandor. Pengendalian terhadap penyakit di BPE sangat jarang dilakukan karena sangat jarang ditemukan penyakit tanaman yang ditemukan namun pihak kebun terus memonitor gejala serangan penyakit. Mandor yang bertanggung jawab atas jenis pekerjaan dan memonitor keberadaan hama di BPE disebut Mantri HPT (Hama dan Penyakit Tanaman). Pengendalian yang efektif adalah saat titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk

48 pengambilan keputusan pengendaliannya. Mandor melakukan pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia, terpadu) dan waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hidup. Upaya mendeteksi hama penyakit pada waktu yang lebih dini karena akan memudahkan tindakan pencegahan dan pengendaliannya juga agar tidak terjadi ledakan serangan dan menyebar luas. Jenis pekerjaan preventif dalam pengendalian hama yang sering dilakukan adalah sensus hama secara berkala dan penanaman beneficial plant, sedangkan untuk pengendalian secara kimia digunakan alat puls fog yaitu alat pengasapan berbahan bakar bensin dan asapnya ditimbulkan oleh solar serta bahan pestisida berupa Decis dengan dosis 100 ml/ha. Penulis mengawasi karyawan dengan prestasi kerja rata-rata 140 m/hk untuk penanaman beneficial plant dan 5 ha/hk untuk penyemprotan dengan puls fog. Mandor pupuk. Mandor pupuk bertanggungjawab atas alokasi tenaga kerja penabur pupuk dan tenaga until pada hari kerja pemupukan secara rayon (satu tim pemupukan untuk ranah kerja di tiga divisi). Mandor pupuk bertugas menghitung kebutuhan pupuk di blok target, menentukan kebutuhan until sesuai rekomendasi, serta mengurus administrasi pengambilan pupuk di gudang pupuk sentral BPE. Dalam pekerjaannya mandor pupuk utama dibantu oleh seorang wanita sebagai mandor until pupuk dan tiga pengawas laki-laki sekaligus tim keamanan. Secara umum, pemupukan di BPE dibagi menjadi dua, yaitu pupuk anorganik dan organik. Pupuk organik di BPE tidak terealisasi dengan baik karena jarak dengan PKS > 6 km sehingga tidak efesien dalam pelaksanaannya, sedangkan pupuk anorganik terus dilakukan berdasarkan rekomendasi pemupukan oleh Departemen Riset Minamas di Riau sebelum tahun pemupukan berjalan. Mandor rawat jalan. Jenis pekerjaan rawat jalan membutuhkan seorang mandor yang paham terhadap kondisi alam yang ada, karena jalan adalah akses untuk transportasi sehingga keadaan jalan yang baik akan mendukung kelancaran seluruh kegiatan kebun. Regu perawatan jalan ditempatkan di setiap divisi akan lebih efesien, karena lokasi yang akan dikerjakan dekat dan jelas. Jenis pekerjaan yang diawasi oleh penulis meliputi pemasangan gorong-gorong (buis beton), pembuatan tali air, penimbunan dan pembuatan siring (parit) secara mekanis (alat berat : TLB, exavator, road grader, dan compactor) dan tunas pasar (pemotongan pelepah di pinggir jalan untuk memasukan cahaya matahari agar jalan cepat kering). Sedangkan prestasi karyawan berdasarkan jenis pekerjaan diatas berturut-turut adalah 6 buah Buis Beton/HK, 120 m/hk, 10 BU/HK dan 300 m/hk(75 tanaman/hk).

49 Mandor bersama asisten divisi bertanggungjawab penuh atas perawatan jalan secara layak di divisinya (dibawah pengarahan estate manager) terutama yang dilakukan secara mekanis (menggunakan alat berat). Oleh karena itu, perlu adanya peta kondisi jalan (up to date) di tiap divisi harus ada. Tabel 10 menunjukkan informasi warna peta keadaan jalan. Tabel 10. Informasi Warna Peta Keadaan Jalan Warna Jalan di Peta Kuning Orange Jalan baik Informasi/keterangan Jalan kurang baik, perlu perbaikan ringan Merah Jalan jelek, buruk, sulit dilalui truk/traktor dan perlu perbaikan berat Coklat Jalan sama sekali tidak dapat dilalui (perlu penimbunan) Sumber : Kantor Divisi III BPE Pengawas alat berat. Tugas pengawas alat berat adalah mencatat waktu pemakaian alat berat (time sheet), mengurus keperluan bahan bakar, dan mengarahkan kegiatan/pekerjaan yang akan dilakukan. Pekerjaan harus dilaksanakan seefisien mungkin, karena penghitungan biaya pemakaian alat didasarkan atas jam kerja mesin. Biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan alat berat tersebut sangat besar terutama untuk alat berat rental (sewa). Mandor panen. Mandor panen adalah orang bertanggungjawab terhadap kegiatan potong buah di divisi. BPE memiliki 9 mandor panen yang terbagi di tiga divisi dengan jumlah anggota panen rata-rata sebanyak 17 pemanen/mandoran dan luas panen rata-rata 160 ha/divisi/seksi panen. Kualitas dan kuantitas TBS dan brondolan menjadi tanggung jawab mandor panen sehingga mandor panen harus menghindari buah mentah dan busuk terkirim ke PKS. Oleh karena itu, pengawasan yang ketat sesuai pusingan panen dan peraturan disiplin potong buah terhadap pekerjaan potong buah menjadi mutlak dilakukan oleh mandor panen. Selain kegiatan pengawasan di lapangan, mandor panen melakukan tugas : (1) membuat taksasi potong buah untuk panen esok harinya, (2) mengisi BKM, (3) memimpin roll pagi mengarahkan karyawan potong buah tentang blok/ seksi panen hari ini dan teknis pelaksanaan potong buah, (4) membagikan notes, (5) melaporkan

50 pemeriksaan ancak panen dan mutu buah yang dipanen. Selama menjadi pendamping mandor panen, penulis mengawasi karyawan panen sebanyak 16 pemanen dengan ratarata ouput pemanen yaitu 85 janjang/hk. Kerani panen (kerani buah). Kerani panen mencatat data jumlah janjangan TBS dan brondolan yang dipanen oleh pemanen. Kerani panen juga bertanggungjawab atas TBS yang di pok (ditumpuk di satu tempat) hingga TBS dan brondolan terkirim ke PKS. Kerani panen BPE melakukan kegiatan manajerial dan administrasi meliputi (1) memeriksa dan menghitung TBS di TPH serta member cap atau tanda tulis (A=buah mentah) sebelum TBS terkirim ke PKS, (2) mencatat hasil pemeriksaan TBS ke dalam buku penerimaan buah kelapa sawit, (3) mengisi buku notes potong buah, (4) mengisi laporan premi potong buah (5) mengisi daftar formulir buah mentah, (6) memeriksa buah restan dan mengupayakan agar daftar segera diangkut ke PKS, (7) melakukan koordinasi dengan mandor panen bila ditemukan buah mentah di TPH, (8) membuat laporan produksi (realisasi panen), (9) koordinasi dengan mandor transport tentang posisi dan jumlah TBS dan brondolan, (10) membuat laporan potong buah (LPB), (11) membuat premi brondolan, (12) melaporkan laporan/administrasi panen setiap hari. Selama penulis sebagai kerani panen adalah mencatat hasil panen yang diperoleh pemanen di buku laporan produksi, laporan penerimaam brondolan dan laporan penerimaan buah. Rata-rata prestasi kerja karyawan yang diawasi penulis adalah 105 janjang/hk. Mandor transport TBS. Mandor transport TBS bertanggungjawab atas TBS dan brondolan yang berada di TPH hingga terkirim ke PKS. Mandor transport juga mengatur alokasi tenaga kerja (kenek angkut TBS dan brondolan) dan alat angkut TBS (traktor, truk bak mati, dan dump truck) dan brondolan (mobil pick up double gardan bermerek Hiline atau Ranger) untuk angkut TBS dan brondolan di TPH atau pok yang ada di lahan. Mandor transport berkoordinasi dengan mandor panen dan kerani panen mengenai posisi panen hari ini atau posisi buah restan atau jumlah tonase di pok lahan. Mandor transport melakukan kegiatan administrasi atas dasar karcis timbang berupa jumlah janjang, kilogram terkirim ke PKS dan kenek yang memuat TBS dan brondolan. Selama menjadi pendamping mandor transport, penulis melakukan kegiatan manajerial meliputi pembagian tenaga kerja dan alat angkut terhadap target TBS dan brondolan yang akan dikirim ke PKS dan menbuat prestasi dan premi kenek, membuat surat pengantar buah. Prestasi pekerja yang diawasi oleh penulis yaitu 4.5 ton/hk. Kerani divisi. Kerani divisi bertugas merekap seluruh data dari seluruh kegiatan administrasi di kebun. Kerani divisi mengambil data administrasi tersebut diambil dari

51 Buku Kegiatan Mandor (BKM). Kerani Divisi juga melaporkan setiap pekerjaan yang ada di divisi ke kantor besar BPE. Pembukuan yang dilakukan kerani kantor ini disusun secara sistematis agar kelak di kemudian hari ada permasalahan dapat diperiksa kembali. Pembukuan ini disusun secara harian, bulanan dan tahunan. Selama menjadi kerani divisi, penulis membantu pekerjaan pembuatan absensi tahap I dan II setiap bulannya, pembuatan laporan produksi, biaya dan output harian divisi, mengisi premi prestasi karyawan, menjadi fasilitator radio udara dan kegiatan lainnya. Lama waktu kerja penulis selama menjadi kerani divisi adalah 10 jam/hk. Pendamping Mandor I Mandor I adalah orang membawahi mandor-mandor kegiatan serta bertanggungjawab dan berhubungan langsung dengan asisten divisi. mandor I merupakan perpanjangan tangan dari asisten divisi dan merupakan orang pertama yang mendapat instruksi mengenai pekerjaan di lapangan atau pihak yang mewakili posisi asisten divisi selama kegiatan kebun berlangsung. Penulis mendampingi mandor I bersama-sama mengawasi mandor-mandor perawatan dan produksi. Selama mendampingi mandor I, penulis menyimpulkan mandor I berperan lebih terkonsentrasi terhadap produksi daripada perawatan. Oleh karena itu, di BPE terdapat mandor I perawatan yang melingkupi seluruh kebun (tiga divisi) termasuk bertugas pengawasan kerja alat berat. TQEM (Total Quality Environment Management) TQEM merupakan lembaga kerja secara terpisah dengan manajemen kebun dan pabrik. TQEM ini bertugas dalam pemeriksaan ancak panen, pemeriksaan mutu TBS di PKS, evaluasi kebersihan PKS, dan pengawasan pengiriman dan bongkar/muat TBS. TQEM di PT Bina Sains Cemerlang ini dipimpin oleh Asisten TQEM yang beranggotakan 16 orang. BPE bersama dengan TQEM dalam pemeriksaan ancak panen dan pemeriksaan mutu TBS di PKS. Pemeriksaan ancak panen. Pemeriksaan mutu terhadap ancak panen untuk mengetahui angka persentase (%) buah matang yang tidak dipanen dan brondolan yang tidak terkutip di piringan, luar piringan, ketiak pelepah pokok kelapa sawit, jalan rintis

52 dan TPH. Batas toleransi yang berlaku untuk manajemen seluruh kebun Minamas Plantation di Indonesia terhadap buah matang tidak terpanen adalah 0 % sedangkan untuk brondolan yang tidak terkutip adalah < 2 %. Pemeriksaan ancak panen dilakukan secara berkala dan bersama-sama dengan staf QA (asisten TQEM), mantri tanaman, asisten divisi/mandor I dan estate manager. Pemeriksaan mutu TBS (grading). Grading TBS merupakan kegiatan pemeriksaan mutu/kualitas TBS yang dilakukan secara contoh sebanyak 100 janjang TBS yang diambil secara acak dengan sistem dan kriteria yang telah ditentukan sebagai salah satu alat kontrol terhadap mutu/kualitas TBS yang diterima di PKS. Kriteria utama dalam grading adalah unripe bunch (buah mentah) : 0 4 brondolan/janjang, under ripe bunch (buah kurang matang) : 5 9 brondolan/janjang, ripe bunch (buah matang) : > 10 brondolan/janjang, empty bunch (buah kosong) : > 95 % brondolan telah lepas dari janjangnya. kriteria tambahan yang berlaku berupa long/cut stalk (potongan gagang), kontaminasi : tercampur tanah, batu dan pasir dan old crop : buah restan > 2 hari. Batas toleransi kriteria grading dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Batas Toleransi Kriteria Grading di PT Bina Sains Cemerlang Kriteria Batas Toleransi Buah mentah 0 % Buah kurang matang < 5 % Buah matang > 95 % Potongan gagang 0 % Kontaminasi 0 % Buah restan 0 % Sumber : QA Minamas, 2009 Pendamping Asisten Divisi Asisten divisi/afdeling adalah orang yang bertanggungajawab atas semua kegiatan di divisi/afdeling yang dipimpinnya. Asisten divisi bertanggunjawab langsung kepada estate manager. Asisten divisi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh mandor dan

53 krani. Setiap pagi pada hari kerja, asisten divisi memimpin jalannya roll pagi yang dimulai dari pukul WIB dan memberikan arahan kerja pada hari itu kepada mandor dan supervisi (kerani buah dan kantor) untuk disampaikan ke karyawan atau berupa evaluasi pekerjaan kemarin dan memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi. Setelah roll pagi, asisten divisi akan memeriksa absensi karyawan dan pembagian tenaga kerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan di divisi dalam BKM (buku kegiatan mandor), membuat laporan harian, dan membuat bon permintaan barang. Pengaturan kegiatan kebun harian dan bulanan di divisi yang dilakukan oleh Asisten divisi berdasarkan rencana anggaran biaya (budget) yang telah ditetapkan oleh kebun. Asisten divisi harus memberikan perlakuan dan strategi khusus untuk setiap pekerjaan agar biaya yang digunakan saat kegiatan kebun tidak melebihi budget yang telah ditetapkan. Manajemen asisten divisi meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan kegiatan pengawasan. Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah membuat rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) atau PDO (permintaan dana operasional) pada akhir bulan, kemudian diinterprestasikan menjadi rencana kerja harian (RKH). RKAB berisi tentang jenis pekerjaan yanga akan dilaksanakan, target produksi, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan bahan, kebutuhan biaya dan kebutuhan lainnya. Setelah semua laporan diperiksa dan diberi solusi, maka pengontrolan langsung ke lapangan mutlak dilakukan oleh asisten divisi. Hal ini perlu dilakukan untuk mengecek kebenaran data yang didapatkan oleh mandor mengenai ketepatan waktu kerja dan teknis pelaksanaan di lapangan. Rata-rata jam kerja penulis sebagai pendamping asisten divisi adalah 10 jam/hk.

54 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengendalian gulma di BPE merupakan kegiatan pemeliharaan utama karena keberhasilan pengendalian mempengaruhi kualitas operasional dan pekerja lainnya, misalnya pemupukan, panen dan pengawasan. Pengendalian gulma di BPE dilakukan di dua tempat, yaitu di piringan (circle) dan gawangan (interrow). Secara umum, jenis gulma yang dikendalikan di BPE terdiri tiga jenis gulma, yaitu alang-alang (Imperata cylindrica), gulma umum (general weed), dan tumbuhan pengganggu lainnya, misalnya anak kayu, bambu liar, keladi, dan pisang-pisangan. Pengendalian gulma di BPE dilakukan secara manual dan kimia. Jenis pekerjaan pengendalian gulma di BPE secara manual dan kimia. Jenis pekerjaan pengendalian gulma secara manual yaitu gawangan manual meliputi : BTP (babat tanaman pengganggu) dan DAK (dongkel anak kayu), dan piringan manual. Jenis pekerjaan pengendalian gulma secara kimia yaitu gawangan kimia, piringan kimia, dan semprot lalang. Kondisi dan Jenis Gulma Jenis gulma yang tumbuh di suatu tempat berbeda-beda. Faktor utama yang menyebabkan perbedaan komunitas gulma yang tumbuh antara satu daerah ekologi gulma yaitu struktur tanah, curah hujan, altitude, dan pola kultur teknis perkebunan (Nasution, 1981). Jenis gulma yang ditemui di areal pertanaman kelapa sawit BPE dilakukan inventarisasi gulma (analisis vegetasi gulma). Inventirisasi gulma bertujuan untuk mencatat gulma penting dan mempelajari pola komunitas gulma di kawasan tersebut. BPE memiliki daerah rendahan dan lahan darat dengan topografi dari miring sampai sangat miring. Daerah rendahan adalah daerah yang umumnya masih sangat lembab karena daerah ini terdapat di DAS (daerah aliran sungai) dengan gulma yang dominan adalah Scleria sumatrensis, Chromolaena odorata, Dicranopteris linearis, dan Clidemia hirta. Daerah lahan darat adalah daerah dengan media tumbuh tanah mineral dengan gulma dominan Ageratum conyzoides, Paspalum conjugatum, dan anakan sawit (kentosan).

55 Berikut ini adalah inventarisasi gulma (analisis vegetasi gulma) yang ada di blok F 33. Tabel 12 merupakan nilai kerapatan, berat kering, dan frekuensi gulma pada blok F 33 (Divisi III BPE) dengan metode kuadrat. Kuadrat yang digunakan berukuran 0.5 m x 0.5 m dan dilakukan pengambilan lima petak contoh. Tabel 12. Nilai Kerapatan, Berat Kering, dan Frekuensi Gulma pada Blok F 33 (Divisi III BPE) Spesies Kerapatan Bobot Kering Frekuensi KM KN BKM BKN FM FN Paspalum conjugatum Ottochloa nodosa Imperata cylindrica Ageratum conyzoides Mikania micrantha Cyclosorus aridus Nephrolepis bisserata Chromolaena odorata Lantana camara Clidemia hirta Borreria alata Melastoma malabathricum Kentosan Total Keterangan : Kerapatan Mutlak (KM) =Jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak contoh

56 Kerapatan Nisbi (KN) = BKM (Berat Kering Mutlak) = Berat kering total spesies tertentu dalam petak contoh Berat Kering Nisbi (KN) = FM (Frekuensi Mutlak) =Jumlah petak contoh yang berisi spesies tertentu Frekunsi Nisbi (FN) = Nilai Penting = KN + BKN + FN Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) =

57 Contoh Perhitungan untuk Paspalum conjegatum : KN = (29/178) x 100% = 16.2 % BKN = (21.4/181.3) x 100% = 11.8 % FN = (5/44) x 100% = 11.4 % NJD = (16.2 % % %)/3 = 13.1 % dan seterusnya untuk tiap-tiap spesiesnya. Nilai NJD kemudian disusun berturut-turut dari yang terbesar sampai yang terkecil (Tabel 13). Besarnya NJD menunjukkan dominansi gulma yang ada pada areal petak contoh. Tabel 13. Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) pada Blok F 33 (Divisi III BPE) No. Spesies NJD (%) 1. Ageratum conyzoides Paspalum conjugatum Kentosan Ottochloa nodosa Imperata cylindrica Clidemia hirta Nephrolepis bisserata Chromolaena odorata Mikania micrantha 5.3

58 10. Cyclosorus aridus Borreria alata Melastoma malabathricum Lantana camara 2.4 Total Dari Tabel 13 terlihat bahwa gulma Ageratum conyzoides merupakan gulma yang paling dominan pada lahan tersebut dengan nisbah jumlah dominansi (NJD) sebesar 17.6% diikuti oleh gulma Paspalum conjugatum (NJD = 13.1%), kentosan (NJD = 10.3%), dan seterusnya. Menurut Sastroutomo (1990) menyatakan bahwa komunitas gulma adalah kumpulan individu gulma yang tumbuh di suatu areal dengan luasan tertentu. Suatu komunitas gulma dapat terdiri dari dua jenis atau lebih gulma. Komunitas gulma tersebar pada lokasi dan jarak yang berbeda-beda. Penyebaran komunitas gulma dipengaruhi oleh lingkungan, kultur teknis, dan tanaman. Faktor lingkungan mempengaruhi komunitas gulma yang tumbuh melalui iklim, tanah, dan organisme biotik. Iklim merupakan faktor yang paling besar dalam menentukan jenis tumbuhan/tanaman/gulma yang cocok di daerah tersebut. Misalnya, daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi akan menimbulkan kerapatan gulma, kecepatan pertumbuhan, dan keragaman yang tinggi dibandingkan dengan daerah yang beriklim sebaliknya. Kultur teknis meliputi pengolahan tanah, pemupukan, rotasi tanaman sebelumnya, dan pengendalian gulma sebelumnya. Jenis pola tanam yang diterapkan juga mempengaruhi komunitas gulma yang tumbuh di suatu daerah. Hal ini berkaitan dengan umur tanaman yang mempengaruhi lebar tajuk (adanya naungan) dan ruang hidup. Aplikasi Herbisida Herbisida. Wudianto (2006) menyatakan bahwa herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dimanfaatkan untuk membunuh atau mengendalikan gulma. Ditinjau dari cara kerjanya, herbisida dibedakan menjadi dua, yaitu herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak akan mematikan jaringan gulma yang terkena herbisida.

59 Herbisida kontak diaplikasikan dengan penyemprotan sesuai untuk mengendalikan gulma setahun/semusim, seperti ceplukan (Physalis angulata), babadotan (Ageratum conyzoides), dan bayam berduri (Amanranthus spinosus). Namun, bila diaplikasikan pada gulma tahunan, maka hanya bagian atas yang mati dan akarnya tetap hidup. Herbisida sistemik diabsorbsi oleh akar atau daun masuk ke dalam jaringan pembuluh kemudian diedarkan ke bagian lain sehingga gulma mengalami kematian. Aplikasinya dengan cara penyemprotan daun atau penyiraman ke akar tanaman. Gulma sasarannya adalah gulma tahunan, seperti alang-alang (Imperata cylindrica). Dosis, konsentrasi, bahan aktif, formulasi dan larutan herbisida. Dosis adalah jumlah herbisida yang diperlukan untuk luasan areal tertentu. Dosis herbisida/ha yang digunakan untuk pengendalian gulma sangat tergantung dari jenis gulma sasaran. Konsentrasi adalah jumlah herbisida yang dapat mempengaruhi pertumbuhan suatu tumbuhan yang terkena dan dinyatakan dengan persen. Bahan aktif adalah kandungan bahan kimiawi herbisida yang bekerja sesuai dengan tujuan sasaran herbisida digunakan dalam bentuk w/w, v/v, w/v, atau v/w. Formulasi dibentuk dalam larutan, emulsi, suspensi, dan butiran, agar mempermudah aplikasi di lapangan, mempertinggi daya bunuh herbisida, memudahkan bagi konsumen (aman, mudah, dan ekonomis dalam pengangkutan). Larutan adalah campuran yang merata (homogen) yang terdiri dari satu atau lebih bahan yang dilarutkan (padat, cair, atau gas) dalam suatu pelarut (Moenandir, 1988). Untuk teknis di lapangan, dosis tersebut harus dikonversi menjadi konsentrasi dan volume larutan semprot. Untuk menentukan konsentrasi larutan semprot, terlebih dahulu harus melakukan kalibrasi alat semprot, nozel, kecepatan jalan, untuk mengetahui kebutuhan volume semprot per ha. Selanjutnya konsentrasi larutan semprot dapat dihitung dengan memakai data dosis per/ha dan kebutuhan volume larutan semprot per ha. Kalibrasi volume semprot. Kalibrasi merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap perlakuan herbisida. Jika dosis rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata karena cara aplikasi yang tidak benar, maka akan terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu gulma tidak mampu dikendalikan di areal yang teraplikasi herbisida dengan dosis yang lebih sedikit dari dosis rekomendasi, dan gulma dan tanaman budidaya akan mati di areal yang teraplikasi herbisida yang lebih tinggi dari dosis rekomendasi. Untuk menghindari hal tersebut diperlukan kalibrasi yang tepat (Guntoro et al., 2007).

60 Kalibrasi dilakukan pada setiap jenis alat semprot, nozel, serta kecepatan jalan sebelum memulai penyemprotan atau pada waktu-waktu tertentu adalah mutlak dilakukan untuk setiap operator semprot, sehingga penggunaan herbisida menjadi efesien dan efektif. Manfaat kalibrasi adalah untuk memperoleh : tingkat akurasi penyemprotan yang tinggi, pengendalian yang efektif, dan mencegah kontaminasi lingkungan. Prosedur kalibrasi Ukur lebar semprotan rata-rata (meter) (=A) Ukur jarak jalan (m) oleh operator selama 10 detik (=B) Ukur Output semprot atau flow rate (Ltr/ha Blanket) pada tekanan pompa optimum (1 kg/cm 2 ) (=C) Hitung kebutuhan volume semprot (Ltr/ha blanket) dengan rumus : D = atau, Liter/ha = Contoh perhitungan : A = Lebar semprot rata-rata adalah 1,5 m B = Jarak jalan rata-rata adalah 8.0 m/10 detik C = Output semprotan rata-rata adalah 1.6 liter/menit D = Berapakah volume semprot (Ltr/ha=?) Volume Semprot = = 222 Ltr/ha

61 Selanjutnya, kebutuhan herbisida untuk satu tangki alat semprot (Solo atau CP 15) yang berisi 15 liter, dapat dihitung bila dosis herbisida telah ditentukan. Contoh perhitungan : Pemakaian Prima Up 480 AS untuk penyempotan alang-alang Sheet membutuhkan dosis 6.0 ltr/ha Blanket, sedangkan volume semprot 222 ltr/ha Blanket. Berapakah Prima Up 480 AS yang dibutuhkan dalam volume 15 liter (volume isi tangki alat semprot)? Kebutuhan Prima Up 480 AS = = 405 ml Rotasi dan Prestasi Kerja Semprot Jumlah Rotasi semprot di BPE tergantung pada umur tanaman, jenis gulma yang dominan, jenis dan dosis herbisida yang digunakan, jenis tanah dan kerapatan gulma, dan keadaan iklim. Apabila rotasi pengendalian gulma (secara manual atau kimia) di suatu blok terlambat dilaksanakan, maka keterlambatan tersebut menyebabkan keterlambatan pengendalian gulma di blok berikutnya. Prestasi semprot TBM sampai TM berkisar antara 2 5 ha/hk dan dipengaruhi oleh : jenis alat semprot yang digunakan, umur tanaman, topografi, prasarana yang ada dalam blok (pasar rintis, titi pasar rintis, dll), kondisi kerapatan gulma, keterkaitan dengan pekerjaan perawatan lainnya (misalnya prestasi kerja semprot pada TBM lebih tinggi pada blok yang sudah ditunas), serta pengorganisasian dan disiplin kerja. Organisasi Penyemprotan BPE membentuk tim unit semprot untuk kegiatan pengendalian gulma secara rayon (ranah kerja di tiga divisi). Pembentukan unit semprot meningkatkan efesiensi pengendalian gulma, pengorganisasian kerja lebih mudah dilakukan, pengontrolan dapat dilakukan dengan lebih baik, serta menghemat tenaga supervisi.

62 Tim semprot difasilitasi kendaraan tangki air dengan kapasitas dengan volume liter. Pengadaan kendaraan tangki air memudahkan dalam hal penyediaan air, memungkinkan kualitas pencampuran herbisida lebih baik, membuat pekerjaan penyemprotan dapat lebih cepat berpindah tempat, dan meningkatkan prestasi kerja. Jumlah tenaga kerja tim unit semprot adalah 20 orang tenaga semprot wanita (termasuk tenaga kerja cadangan untuk sakit, haid, dan mangkir), satu orang tukang air, satu orang tukang campur dan kalibrasi bahan, satu orang supervisi/mandor, dan satu orang operator. Tenaga semprot umumnya adalah orang telah berpengalaman dan telah bekerja bertahuntahun di pekerjaan pengendalian gulma. Operator bertugas untuk membawa kendaraan tangki air dan mengisi tangki dengan air bersih di divisi yang akan dilakukan pengendalian gulma esok harinya. Peran asisten divisi berperan dalam menentukan teknis pengendalian gulma di divisinya meliputi rencana kegiatan, pemakaian tenaga kerja, alat, herbisida, dan biaya. Tim semprot dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Tim Semprot Setiap divisi harus konsisten dalam pemakaian jumlah hari yang telah ditetapkan. Bila dalam hari yang telah ditentukan itu terdapat hari hujan, maka hari penggantinya di ambil dari lima hari yang telah dicadangkan (program semprot setiap bulan dibuat hanya 20 hari kerja). Berikut ini adalah sistem pengancakan penyemprotan yang disajikan pada Gambar 10.

63 Gambar 10. Sistem Pengancakan Penyemprotan Pengancakan kerja untuk alat semprot yang hanya dapat meng-cover ½ pasar rintis. Setelah sampai di collection road (CR), tangki alat semprot diisi lagi dengan larutan induk dan penyemprotan dilanjutkan pada blok berikutnya. Untuk alat semprot dapat mengcover 1 pasar rintis, pengancakan dilakukan dari CR sampai CR selanjutnya. Setiap selesai pekerjaan semprot, mandor wajib melaporkan pemakaian bahan, ha yang disemprot, dan output per HK kepada kerani divisi. Buku kegiatan mandor (BKM) diparaf oleh asisten divisi yang bersangkutan setiap harinya dan diketahui oleh manajer kebun setiap selesai program di rayonnya. Teknik Pengendalian Gulma Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Efisiensi pengendalian gulma tergantung pada efektifitas tindakan pengendalian untuk mencapai batas minimum. Pada suatu pertanaman terdapat suatu periode dimana gulma harus dipertahankan di bawah batas daya saing tertentu, sehingga dapat dicapai produksi optimum. Pengendalian gulma yang tepat dilaksanakan pada saat periode kritis gulma (Sukman, 2002).

64 Teknik pengendalian gulma dilakukan BPE dengan cara kombinasi pengendalian secara kimia dan manual. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi gulma yang ada di lapangan. Pengendalian gulma dilakukan di gawangan dan piringan karena tempat ini merupakan tempat kegiatan operasinal dan produksi kebun. Pengendalian gulma secara kimia di BPE diarahkan pada piringan, pasar rintis, TPH, dan gawangan karena tempat tersebut merupakan tempat berlangsungnnya kegiatan operasional dan produksi kebun. Pengendalian secara manual memerlukan HK yang lebih besar dibandingkan dengan pengendalian secara kimia. Gulma seperti Chromolaena odorata dan Melastoma malabathricum tidak efektif jika dikendalikan dengan cara ditebas karena gulma tersebut akan tumbuh kembali dengan cepat sehingga sebelum tiba rotasi pengendalian gulma berikutnya, gulma ini telah tumbuh lebat. Cara yang efektif adalah dengan mendongkel gulma tersebut hingga ke akar-akarnya. Pengendalian secara kimia dilakukan pada piringan, pasar rintis, TPH, dan gawangan. Pengendalian secara kimia menggunakan alat semprot knapsack sprayer dan MHS (micron herbi sprayer). Bahan yang digunakan berasal dari gudang sentral kemudian dibawa menuju blok target. Keefektifan pengendalian gulma yang dilakukan dapat dilihat pada peta kondisi pertumbuhan gulma yang terdapat di setiap kantor divisi. Peta kondisi tersebut terdiri dari peta kondisi lalang, gawangan, piringan, pasar rintis, dan TPH. Contoh peta kondisi gulma di gawangan BPE dapat dilihat pada Lampiran 11. Peta kondisi pertumbuhan gulma yang diberi warna hijau berarti kondisi gulma pada lahan tersebut ringan. Warna kuning berarti sedang, dan warna merah berarti berat. Suatu areal akan berada pada kondisi ringan setelah aplikasi pengendalian gulma dilakukan. Apabila rotasi terlambat atau herbisida yang disemprotkan tidak mematikan gulma akibat hujan ataupun konsentrasi yang digunakan kurang maka areal tersebut akan masuk pada kondisi sedang atau berat. Pada prinsipnya jika rotasi dapat terpenuhi tepat waktu maka kondisi pertumbuhan gulma di lahan akan selalu ringan. Untuk mengetahui apakah suatu areal masih berada dalam kondisi ringan atau berat pada waktu dilakukan pengendalian dapat dilihat pada jumlah HK dan bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan pengendalian gulma di areal tersebut. Apabila jumlah HK dan bahan yang diperlukan lebih kecil atau sama dengan norma berarti pertumbuhan gulma di areal tersebut ringan.

65 Semprot VOPs Pengutipan brondolan yang tidak efisien sering menghasilkan biji sawit yang berkecambah pada beberapa tempat di lapangan, pada akhirnya tumbuh voluntary oil palm seedlings (VOPs) kecil atau anakan sawit (kentosan). Keterlambatan pengendalian dari VOPs kecil sehingga tumbuh menjadi besar menyebabkan biaya pengendalian lebih mahal dan sulit dikendalikan. Keberadaannya di piringan, gawangan, dan di TPH dapat mengganggu kegiatan kebun. Keberadaannya mengakibatkan kerugian akibat kehilangan hasil dan biaya pengendaliannya. Pengendalian secara manual belum menuntaskan permasalahan dan metode yang efektif saat ini adalah dengan cara kimia. Oleh karena itu, penulis mengamati dan melakukan kegiatan pengendalian terhadap kentosan. Pengendalian terhadap kentosan ini menggunakan herbisida sistemik berdasarkan pertimbangan bahwa kentosan adalah gulma annual (tahunan) serta pengendalian yang efektif dengan cara penyemprotan herbisida sistemik. Oleh karena itu, dalam semprot VOPs ini digunakan beberapa herbisida sistemik. Hasil pengamatan semprot VOPs disajikan pada Tabel 14, 15, dan 16. Tabel 14. Hasil Pengamatan Waktu Timbul Gejala Kerusakan Timbul Gejala Kerusakan Perlakuan UL 1 MSA 2 MSA 3 MSA 4 MSA Gejala % Gejala % Gejala % Gejala % A X B X C

66 X D X E X F X Keterangan : X = rata-rata % = persentase contoh yang timbul gejala kerusakan MSA = minggu setelah aplikasi Catatan : Persentase contoh yang timbul kerusakan didapatkan dengan cara menghitung jumlah kentosan yang bergejala dibagi dengan jumlah total kentosan yang diamati. Contoh perhitungan untuk perlakuan E Ul. 2 yaitu : = x 100% = x 100 % = 15 %

67 Tabel 15. Hasil Pengamatan Gejala Kerusakan pada 2 MSA Gejala Kerusakan Perlakuan Kemudahan dicabut Busuk titik tumbuh Bau Busuk Daun Menguning A B C D E F Tabel 16. Hasil pengamatan gejala kerusakan pada 4 MSA Gejala Kerusakan Perlakuan Kemudahan dicabut Busuk titik tumbuh Bau Busuk Daun Menguning A B C D E F Keterangan : Kriteria kerusakan = Kentosan mati

68 ++++ = Tinggi +++ = Sedang ++ = Rendah + = Sangat rendah - = Tidak ada gejala --- = tidak dilakukan pengamatan Vademicum Minamas (2009) menyebutkan penyemprotan VOPs menggunakan herbisida sistemik berbahan aktif Glifosat dengan konsentrasi 2.5 % disemprotkan menggunakan knapsack sprayer ke bagian pupus dengan sebasah-basahnya. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 15 dan 16 menunjukkan hasil terbaik pada perlakuan E dengan kombinasi herbisida sistemik berbahan aktif Triklopir dan Glifosat, kemudian perlakuan B, A, C, D dan F. Hal tersebut ditunjukkan pada gejala kerusakan yang ditimbulkan lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Gejala kerusakan/ kerusakan pada perlakuan E berupa kemudahan tercabut dari tanah sangat tinggi, busuk pada titik tumbuh, bau busuk, dan daun berwarna coklat (seperti terbakar). Hal di atas diperkuat data hasil pengamatan pada Tabel 14 merupakan pengamatan terhadap kecepatan waktu timbul gejala kerusakan/kerusakan pada contoh. Perlakuan E adalah perlakuan dengan waktu tercepat dan tampak jumlah kerusakan contoh terbanyak pada pengamatan 1 MSA (minggu setelah aplikasi) yaitu 20 % dari 20 contoh dan jumlah kerusakan contoh terbanyak pula pada 4 MSA yaitu 97.5 %.

69 Gambar 11. Gejala Kerusakan Kentosan (VOPs) pada 4 MSA Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan kombinasi herbisida sistemik berbahan aktif Triklopir dan Glifosat menimbulkan daya bunuh yang lebih efektif terhadap kentosan. Sedangkan pada kombinasi lainnya yaitu Triklopir + metil Metsulfuron dan Triklopir + Garam menimbulkan daya bunuh yang sangat rendah atau kurang. Pada kombinasi bahan aktif Triklopir + Metil Metsulfuron menyebabkan daun menguning dan kentosan masih sukar tercabut dari akarnya, tapi lain halnya kombinasi Triklopir + Garam yang tidak menimbulkan efek yang berarti bila dilihat dari jauh karena daun masih hijau namun kentosan mudah untuk dicabut dari akarnya. Hasil yang berbeda juga ditampilkan oleh penyemprotan herbisida tunggal pada perlakuan A dan E yang kurang menimbulkan kerusakan/kerusakan pada kentosan, namun pada perlakuan B, daya bunuh herbisida tunggal Triklopir akan lebih baik bila di campur dengan bahan tambahan seperti perekat. Keberadaan kentosan dapat memberikan kesan dan citra yang tidak baik bagi perusahaan perkebunan dikarenakan keberadaannya ini berarti banyak brondolan yang tidak terkutip dan merupakan kerugian bagi perusahaan tersebut. Tindakan preventif harus dilakukan dengan memperhatikan inti permasalahan, yaitu ketepatan dan keteraturan rotasi panen, meningkatkan kualitas SDM pemanen, dan pengawasan panen yang ketat. Faktor Keberhasilan Pengendalian Gulma

70 Pengendalian gulma harus berorientasi terhadap kualitas (gulma dapat dikendalikan secara efektif) dan kuantitas (pencapaian hasil luasan aktual sama dengan budget). Keberhasilan pengendalian gulma dapat dilihat dari pencapaian target rotasi pengendalian gulma. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengendalian gulma di lapangan adalah faktor iklim, kondisi lapangan, kesiapan serta ketepatan alat dan bahan, dan tenaga semprot yang terampil. Faktor iklim. Iklim merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Faktor iklim ini banyak dikaitkan dengan curah hujan. Faktor iklim perlu diperhatikan karena menentukan hasil akhir pengendalian gulma. Curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi prestasi kerja dan hasil pengendalian. Penggunaan bahan herbisida kurang tahan terhadap hujan seperti glifosat menyebabkan hasil pengendalian kurang baik. Aplikasi pengendalian gulma secara kimia harus dilakukan pada kondisi cuaca yang cerah dengan asumsi sebelum atau sesudah penyemprotan 6 jam tidak turun hujan. Kegagalan pengendalian gulma di BPE umumnya dipengaruhi oleh hujan, konsentrasi yang digunakan kurang dari dosis anjuran, atau kesalahan dalam teknik pelaksanaan penyemprotan di lapangan. Kondisi lapangan. Kondisi lahan di BPE berbukit menyulitkan pergerakan penyemprot di lapangan. Dalam pelaksanaan di lapangan kecepatan jalan dipengaruhi oleh bentuk topografi dan penghalang alami seperti batang melintang, parit, dan kerapatan gulma. Disamping itu, BPE menerapkan sistem koservasi tanah dan air terhadap dampak erosi yang ditimbulkan oleh pengendalian gulma dengan cara tidak melakukan pengendalian gulma menyeluruh terhadap gulma yang bermanfaat untuk mengurangi erosi akibat aliran permukaan (run off). Jenis gulma tersebut memiliki kriteria : perakaran dangkal, akar serabut dan mudah dalam pengendaliannya agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pokok, seperti pakis (Nephrolepis bisserata). Alat dan bahan. Kesiapan serta ketepatan alat dan bahan menjadi salah satu kunci keberhasilan pengendalian gulma, dimulai dari kesiapan alat dan bahan, sarana pendukung, dan ketepatan bahan. Kesiapan bahan meliputi ketersedian yang cukup serta dalam kondisi yang baik sehingga tidak menghambat saat penyemprotan di lapangan. Sarana pendukung akan mendukung pelaksanaan dan keberhasilan pengendalian gulma. Ketepatan alat dan bahan dimulai dari ketepatan pemilihan bahan herbisida. Ketepatan pemilihan bahan herbisida disesuaikan dengan kondisi gulma sasaran yang akan dikendalikan. Ketepatan bahan akan mempengaruhi keberhasilan pengendalian

71 pengendalian gulma secara kimia. Ketepatan bahan berkaitan dengan jenis gulma sasaran dan konsentrasi yang digunakan. Penetuan konsentrasi sangat penting dikuasai untuk tujuan keefisienan dan keefektifan kerja penyemprotan. Ketepatan bahan juga berhubungan dengan penggunaan air sebagi pelarut. Penggunaan air keruh seringkali mengurangi kefektifan herbisida yang mudah terikat dan menjadi tidak aktif oleh partikel tanah seperti glifosat dan paraquat. Ketepatan alat juga berpengaruh dalam keberhasilan pengendalian pengendalian gulma. Penggunaan herbisida harus disesuiakan denga jenis alat aplikasi yang digunakan. Herbisida kontak akan menghasilkan pengendalian gulma yang baik jika menggunakan knapsack sprayer, sedangkan penetrasi herbisida glifosat akan meningkat melalui pemakaian MHS (mikron herbi sprayer) atau CDA. Sumberdaya manusia. Tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman sangat dibutuhkan untuk mencapai target dan keberhasilan pengendalian gulma. Peran pengawasan sangat penting untuk menjamin kualitas dan kuantitas yang dihasilkan. Pengawasan yang baik akan menciptakan budaya kerja yang baik dimulai dari kedisiplinan kerja hingga keselamatan kesehatan (safety health) menjadi pusat perhatian. Kedisiplinan para pekerja khususnya pengendalian gulma secara manual sangat tergantung pada pengawasan mandor. Jika mandor tidak memperhatikan pekerja ketika bekerja, maka pekerja mencuri-curi waktu untuk tidak bekerja. Hal ini yang menyebabkan penurunan kuantitas hasil pengendalian sehingga rotasi bisa terlambat atau tidak tercapai. Evaluasi Pelaksanaan Pengendalian Gulma Gulma merupakan penyebab utama penurunan hasil tanaman budidaya melalui persaingan untuk mendapatkan cahaya, air, nutrisi, CO 2, dan ruang hidup. Gulma termasuk komponen dalam pertanaman yang dapat menimbulkan risiko, terutama penurunan hasil. Penurunan hasil oleh gulma dapat mencapai 20 sampai 80 % bila gulma tidak dikendalikan (Moenandir, 1985). Oleh karena itu, perusahaan perkebunan harus melakukan perencanaan dan pelaksanaan yang tepat dalam pengendalian gulma di lapangan. Selanjutnya Sukman (2002) menambahkan pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanaan di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan. Pembiayaan pengendalian gulma merupakan biaya pemeliharaan termahal setelah pemupukan. Pemakaian biaya dan luasan pengendalian gulma BPE dapat dilihat pada

72 Lampiran 12. Pemakaian biaya pada bulan Januari - Mei 2009 sebesar 5.39 % di bawah budget. Hal ini disebabkan oleh realisasi luasan pelaksanaan kurang % dari budget akibat keterlambatan realisasi agrochemical oleh pihak purchasing Jakarta. Selain itu, faktor curah hujan yang tinggi mm/bulan dengan 12.8 hari hujan (Lampiran 13). Kenaikan pemakaian biaya pengendalian gulma terjadi akibat curah hujan pada bulan Januari Mei 2009 yang tinggi ( > 100 mm/bulan) menyebabkan perusahaan banyak melakukan pengendalian gulma secara manual.

73 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penulis mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan kegiatan teknis serta manajerial selama magang di Bukit Pinang Estate (BPE). Hal ini berimplikasi tehadap peningkatan pemahaman dan keterampilan teknis penulis tentang pemeliharaan tanaman kelapa sawit terutama pengelolaan gulma perkebunan kelapa sawit. Pengendalian gulma di BPE dilakukan di piringan dan gawangan. Pengendalian gulma di BPE dilakukan secara manual dan kimia. Jenis pekerjaan pengendalian gulma di BPE yaitu gawangan dan piringan manual, gawangan dan piringan kimia, dan semprot lalang. Ageratum conyzoides merupakan gulma yang paling dominan pada blok F 33 (Divisi III BPE) dengan nisbah jumlah dominansi (NJD) sebesar 17.6% diikuti oleh gulma Paspalum conjugatum (NJD = 13.1%), anakan sawit (NJD = 10.3%). Semprot anakan sawit (kentosan) menggunakan kombinasi herbisida sistemik berbahan aktif Triklopir dan Glifosat lebih efektif dalam pengendaliannya. Tindakan preventif harus dilakukan dengan memperhatikan inti permasalahan, yaitu ketepatan dan keteraturan pusingan/rotasi panen, meningkatkan kualitas SDM pemanen, dan pengawasan panen yang ketat. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengendalian gulma di BPE adalah faktor iklim, kondisi lapangan, kesiapan dan ketepatan alat dan bahan, dan tenaga semprot yang terampil. Pemeliharaan yang baik dan berkesinambungan terhadap gawangan, piringan, jalan rintis, dan TPH akan menekan kehilangan hasil serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Saran Pengendalian gulma harus berorientasi terhadap kualitas (gulma dapat dikendalikan secara efektif) dan kuantitas (pencapaian hasil luasan aktual sama dengan budget). Oleh karena itu, pengendalian gulma harus dilakukan lebih teliti, perlu pengawasan yang lebih ketat, serta mengutamakan keselamatan kerja dan keselamatan kesehatan (safety health). Keberhasilan pengendalian gulma dapat dilihat dari pencapaian target rotasi pengendalian gulma, sehingga sebelum melakukan tindakan pengendalian gulma harus dilakukan pengarahan tentang target dan hasil yang akan dicapai per hari kerja.

74 DAFTAR PUSTAKA Ditjenbun Pendataan Kelapa Sawit Tahun 2008 secara Komprehensif dan Objektif. [17 Desember 2008]. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, dan Analisis Usaha Pemasaran Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Guntoro, D., I. H. Utomo, A. P. Lontoh, dan S. Zaman Penuntun Praktikum Mata Kuliah Pengendalian Gulma. Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Bogor. 36 hal. Hakim, M Agronomis dan Manajemen Kelapa Sawit Buku Pegangan Agronomis dan Pengusaha Kelapa Sawit. Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta. 305 hal. Mangoensoekarjo, S., dan H. Semangun Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. Minamas Vademicum Minamas. Minamas Plantation. Jakarta. 552 hal. Moenandir, J Fisiologi Herbisida. Rajawali Press. Jakarta. 143 hal Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 159 hal. Nasution, U Inventarisasi gulma di perkebunan karet sumatera utara dan hubungannya dengan pengelolaan gulma. Hal Dalam S. Mangoensoekarjo (Ed.). Prosiding Konferensi VI Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. HIGI. Medan. Pahan, I Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. Sastroutomo, S. S Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 125 hal. Sukman, Y Ekologi Gulma. Gramedia. Jakarta. 217 hal. Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta. 194 hal.

75 Wudianto, R Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta. 209 hal. LAMPIRAN

76 Lampiran 1. Jurnal Harian Sebagai Karyawan Harian Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi kerja (satuan/hk) Lokasi Penulis Karyawan Standar (Blok) 12/2/2009 Until pupuk 1200 kg/hk 1500 kg/hk 1500 kg /HK Gudang Sentral 13/2/2009 Gawangan kimia Orientasi 2 ha/hk 3 ha/hk C 29 14/2/2009 Semprot lalang 4 ha/hk 4.2 ha/hk 5 ha/hk F 31 - F 32 15/2/2009 Minggu /2/2009 Diskusi dengan Kantor Besar BPE Manager Estate 17/2/2009 Gawangan kimia 2 ha/hk 2 ha/hk 5 ha/hk D 24 - D 25 18/2/2009 Gawangan manual 0,5 ha/hk 0,5 ha/hk 0,5 ha/hk E 34 19/2/2009 Gawangan kimia 3 ha/hk 3 ha/hk 5 ha/hk D 24 D 25 20/2/2009 Gawangan kimia 3 ha/hk 3 ha/hk 5 ha/hk D 26 D 27 D 28 21/2/2009 Gawangan kimia 3 ha/hk 4 ha/hk 5 ha/hk D 26 D 27 D 28 22/2/2009 Minggu /3/2009 Gawangan kimia 3 ha/hk 4 ha/hk 5 ha/hk E 28 - E 29 - E 30 E 31 24/2/2009 Penanaman 140 m/3org/hk 140 m/3 org/hk Belum ada H 30 (MR I) benefecial plant 25/2/2009 Penanaman 72 m/2org/hk 72 m/2 org/hk Belum ada H 29 (MR I) benefecial plant 26/2/2009 Penanaman 120 m/3org/hk 120 m/3 org/hk Belum ada CR G 27 - G 28 benefecial plant 27/2/2009 Penanaman 85 m/3org/hk 85 m/3 org/hk Belum ada CR G 27 - G 28 benefecial plant 28/2/2009 Silt pit Orientasi 1,5 lubang/hk 1,5 lubang /HK H 30 1/3/2009 Minggu /3/2009 Piringan kimia 3 ha/hk 3,4 ha/hk 5 ha/hk F 34 3/3/2009 Piringan kimia 3,3 ha/hk 3,3 ha/hk 5 ha/hk F 34 4/3/2009 Kerani kantor divisi Kantor Divisi Orientasi 10 jam/hk 10 jam/hk Div. III BPE 5/3/2009 Pengawas alat berat Orientasi 10 BU/HK 10 BU/HK CR F 33 F 34 6/3/2009 Gawangan manual 0,6 ha/hk 0,6 ha/hk 0,5 ha/hk G 31 7/3/2009 Potong buah (panen) Orientasi 4 ha/hk 3-4 ha/hk Seksi Panen D (G 26 - G 27 G 28 E 29) 8/3/2009 Minggu /3/2009 Libur Maulid Nabi /3/2009 Gawangan kimia 4,2 ha/hk 4,2 ha/hk 5 ha/hk A 14 A 15 11/3/2009 Gawangan manual 0,3 ha/hk 0,5 ha/hk 0,5 ha/hk G 31 12/3/2009 Thinning Out Orientasi 3 pkk/hk 8 pokok/hk H 30 13/3/2009 Thinning Out 5 pkk/hk 5 pkk/hk 8 pkk/hk H 30 14/3/2009 Pengawas alat berat Orientasi 10 BU/HK 10 BU/HK CR H 32 H 33 15/3/2009 Minggu /3/2009 Pembuatan plot pembibitan benefecial 7 jam/hk 7 jam/hk - Pondok Karyawan plant 17/3/2009 Pembibitan benefecial 40 polybag/hk 60 polybag/hk Belum ada Pondok Karyawan plant 18/3/2009 Pembibitan benefecial 50 polybag/hk 60 polybag/hk Belum ada Pondok Karyawan plant 19/3/2009 Kontrol buah 1 blok/1 tim 1 blok/1 tim 1 blok/1 tim E 34 20/3/2009 Sensus ulat api 1 blok/1 tim 1 blok/1 tim 1 blok/1 tim G 32 21/3/2009 Sensus ulat api 1 blok/1 tim 1 blok/1 tim 1 blok/1 tim G 31 22/3/2009 Minggu /3/2009 Potong buah (panen) 2 ha/hk 4 ha/hk 3-4 ha/hk Seksi Panen E (G 30 G 31 H 30 H 31) 24/3/2009 Sensus ulat api 1 blok/1 tim 1 blok/1 tim 1 blok/1 tim G 27 25/3/2009 Langsir batu bata 7 jam/hk 7 jam/hk Belum ada Traksi BPE 26/3/2009 Hari Raya Nyepi

77 Lampiran 1. (Lanjutan) Prestasi kerja (satuan/hk) Lokasi Tanggal Uraian Kegiatan Penulis Karyawan Standar (Blok) 27/3/2009 Reparasi portal 7 jam/hk 7 jam/hk Belum ada CR G 27 G 28 28/3/2009 Reparasi portal 7 jam/hk 7 jam/hk Belum ada CR E 28 E 29 29/3/2009 Minggu /3/2009 Sebar pupuk 500 kg/hk 500 kg/hk 500 kg/hk G 30 - G 31 - G 32 31/3/2009 Langsir buah Orientasi 7,5 ton/hk 4 ton/hk LR H 30, H 31 (MR I) 1/4/2009 Langsir buah 25 jjg/hk 7,5 ton/hk 4 ton/hk CR G 32 G 33 2/4/2009 Kerani kantor divisi 7 jam/hk 10 jam/hk 10 jam/hk Kantor Div. III BPE 3/4/2009 Kerani buah Orientasi - - Seksi Panen D (G 26 - G 27 G 28 E 29) 4/4/2009 Kerani buah Orientasi - - Seksi Panen E (G 30 G 31 H 30 H 31) 5/4/2009 Minggu /4/2009 Rawat jalan Orientasi 25 m 25 m/hk CR G 29 G 30 7/4/2009 Silt pit 1 lubang 1,5 lubang/hk 1,5 lubang/hk G 30 8/4/2009 Pembuatan lubang tanam 3 lubang - - G 30 9/4/2009 Libur Pemilu Caleg /4/2009 Libur Wafat Yesus /4/2009 Sebar pupuk 500 kg/hk 500 kg/hk 500 kg/hk H 27 - H 28

78 Lampiran 2. Jurnal Harian Sebagai Pendamping Mandor Kegiatan/Mandor I Prestasi kerja (satuan/hk) Tanggal Kegiatan Jumlah KH Luas yang Lama Kegiatan Lokasi (satuan) yang diawasi diawasi (jam) (Blok) (org) (ha) 13/4/2009 Sebar pupuk C 24 C 25 C 26 14/4/2009 Sebar pupuk G 25 G 26 G 27 15/4/2009 Potong buah (panen) Seksi Panen B (E 28 E 29 E 30) 16/4/2009 Potong buah (panen) Seksi Panen C (F 30 F 31) 17/4/2009 Potong buah (panen) Seksi Panen C (H 33 H 34) 18/4/2009 Sebar pupuk G 28 G 31 G 32 G 33 19/4/2009 Minggu /4/2009 Sebar pupuk G 31 G 34 G 35 21/4/2009 Potong buah (panen) Seksi Panen E (G 31 G 32) 23/4/2009 Sebar pupuk H 29 H 31 H 32 22/4/2009 Pemeriksaan ancak E 29 24/4/2009 Semprot VOPs (pengamatan) F 33 F 34 25/4/2009 Semprot VOPs (pengamatan) F 33 F 34 26/4/2009 Minggu /4/2009 Potong buah (panen) Seksi Panen E (G 29 G 30 G 31 G 32) 28/4/2009 Potong buah (panen) Seksi Panen E (H 30 H 31 H 32) 29/4/2009 Kunjungan ke pengolahan CPO PKS Sungai Pinang 30/4/2009 Kunjungan ke PKS PKS Sungai Pinang 1/5/2009 Kunjungan ke PKS PKS Sungai Pinang 2/5/2009 Supervisi dosen /5/2009 Libur /5/2009 Semprot VOPs (pengamatan) G 33 5/5/2009 Semprot VOPS (pengamatan) G 33 6/5/2009 Semprot VOPs G 29 (Pengamatan) 7/5/2009 Gawangan kimia G 29 G 30 G 31 8/5/2009 Gawangan kimia F 28 F 29 F 30 9/5/2009 Libur Hari Raya Waisak /5/2009 Minggu /5/2009 Administrasi kantor divisi Kantor Div. III BPE 12/5/2009 Gawangan kimia B 18 B 19 13/5/2009 Gawangan kimia F 27 F 28 14/5/2009 Gawangan manual F 31 15/5/2009 Grading TBS Loading Ramp

79 16/5/2009 Grading TBS Loading Ramp

80 Lampiran 3. Jurnal Harian Sebagai Pendamping Asisten Divisi Tanggal Kegiatan (satuan) Jumlah Mandoran yang diawasi (org) Prestasi kerja (satuan/hk) Luas yang diawasi (Satuan Kerja) Lama Kegiatan (jam) Lokasi (Blok) 18/5/2009 Timbang buah Loading Ramp manual 19/5/2009 Timbang buah Loading Ramp manual 20/5/2009 Kontrol buah/ 1 7 jam 7 F 33 - F 34 transportasi 21/5/2009 Kontrol lapang m 10 F 28 22/5/2009 Kontrol lapang 1 75 m 5 F 28 23/5/2009 Kontrol lapang m 9 F 28 24/5/2009 Minggu /5/2009 Kontrol lapang m 7 CR F 27 G 28 26/5/2009 Kontrol lapang m 7 CR F 27 G 28 27/5/2009 Kontrol lapang m 7 CR F 27 G 28 28/5/2009 Kontrol lapang m 7 CR F 27 G 28 29/5/2009 Kontrol lapang 2 75 m 5 CR F 27 G 28 30/5/2009 Kontrol lapang m 7 CR F 27 G 28, G 28 31/5/2009 Minggu /6/2009 Kontrol lapang m 5 F 28 2/6/2009 Kontrol lapang m 7 F 28 3/6/2009 Kontrol lapang m 7 MR II 4/6/2009 Kontrol lapang m 7 MR II 5/6/2009 Kontrol lapang 3 7 jam 7 Divisi III BPE 6/6/2009 Kontrol lapang 5 7 jam 7 Divisi III BPE 7/6/2009 Minggu /6/2009 Administrasi dan cek Kantor Div. III BPE laporan mandor 9/6/2009 Administrasi dan cek Kantor Div. III BPE laporan mandor 10/6/2009 Administrasi dan cek Kantor Div. III BPE laporan mandor 11/6/2009 Pengumpulan data Kantor Besar BPE 12/6/2009 Pengumpulan data Kantor Besar BPE

81 Lampiran 4. Peta Posisi Kebun di Propinsi Sumatera Selatan

82

83 Lampiran 5. Peta HGU PT Bina Sains Cemerlang 63

84 Lampiran 6. Peta Bukit Pinang Estate

85 Lampiran 7. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Bukit Pinang Estate, PT Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan ( ) zzz Rata-Rata HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total BK

86 BL BB Sumber : Kantor Besar Kebun, 2009 Keterangan : BB = Bulan Basah ( >100 mm) Q = Rata rata BK x 100 % BL = Bulan Lembab ( mm ) Rata rata BB BK = Bulan Kering (< 60 mm) = 0.7/ 10.1 x 100 % = 6.9 % Menurut Klasifikasi Scmidht dan Ferguson, tipe iklim untuk BPE adalah A

87 Lampiran 8. Asal Bibit Tanaman No. Blok Ha Asal Bibit TT No. Blok Ha Asal Bibit TT No. Blok Ha Asal Bibit DIVISI I (Satu) DIVISI II (Dua) DIVISI III (Tiga) 1992 B Socf 1992 B Socf 1993 E Mrs Socf Socf Mrs 1993 A Mrs 1992 C Socf Mrs 1993 B Mrs Socf Mrs Lons Socf Mrs Lons Socf Mrs Lons Socf Mrs Socf 1993 A Mrs 1993 F Mrs Socf Mrs Mrs 1996 A 13 9 Socf 1993 B 29 6 Socf Mrs Socf 1993 C Socf Mrs Socf Socf Mrs Socf Socf Mrs Socf Socf 1996 G Socf Socf 1993 D Mrs Socf Mrs Mrs Socf Mrs Mrs 1996 H Socf Mrs Mrs Socf 1996 B Socf Mrs Socf 1998 A 12 3 Socf Mrs 1997 F Socf Lons Mrs 1997 G Socf Lons Mrs Socf Lons Mrs Socf 1998 B Socf Mrs Socf Socf Mrs Socf

88 1998 I 12 4 Mrs Mrs 1997 H Socf Mrs 1998 A Lons Socf Mrs Lons Socf Mrs Mrs Socf Mrs 1998 B 26 6 Mrs 1998 E Lons Mrs Mrs 1998 F Lons Mrs Mrs Lons Mrs 1998 C 26 3 Mrs 1998 G 26 7 GPI Mrs Lons GPI Mrs Lons Mrs Mrs Lons 1998 H 31 3 Mrs Mrs GPI Mrs Mrs GPI Mrs Mrs GPI GPI 2000 I 12 5 Lons 1998 I 26 6 GPI 2000 E Lons Lons GPI 2000 F 34 9 Lons Lons Mrs Grand Total Lons Lons Mrs 2000 B 28 7 Socf GPI Socf GPI Socf GPI 2000 C 33 2 Socf Grand Total Socf GPI 2000 D GPI Socf Grand Total 1 083

89 Lampiran 10. Panduan Penyusunan Budget Pengendalian Gulma di Perkebunan Minamas Plantation Kondisi Tanaman Sasaran Pengendalian Alternatif Herbisida Metode Alat pengendalian Lokasi Jenis Gulma Bahan Aktif Dosis Rotasi per Tahun Tenaga Kerja (HK/ha/Rotasi) gawangan putihan + LCC slashing parang babat 4 4 pakis spraying knapsack sprayer. nozzle polijet Ammonium glufosinat + Metil-metsulfuron 3.3 ltr + 75 gram 2 2 bambu Liar spot spraying knapsack Sprayer. nozzle polijet Triklopir konsentrasi 2 % dengan volume semprot = 3 ltr per m 2 rumpun bambu grasses di lahan pasang surut spraying knapsack sprayer. nozzle polijet Ammonium glufosinat + Metil-metsulfuron 3.3 ltr gram 2 2 TBM lalang Sheet lalang Sheet + anak kayu spraying spraying knapsack sprayer. nozzle VLV 100/200 knapsack sprayer. nozzle VLV 100/200 Glifosat 3-4 ltr 1 2 Glifosat + Metil-metsulfuron 2 ltr gram 1 2 piringan LCC + broad leaf + grasses spraying knapsack sprayer. nozzle VLV 100/200 Glifosat + Florosikpir 1 ltr ltr pakis + broad leaf + grasses spraying knapsack sprayer. nozzle polijet Ammonium glufosinat + Metil-metsulfuron 3.3 ltr + 75 gram 3 1 lalang sheet + anak kayu spraying knapsack sprayer. nozzle VLV 100/200 Glifosat + Metil-metsulfuron 2 ltr gram 1 2 lalang sheet spraying knapsack sprayer. nozzle VLV 100/200 Glifosat 1.5 ltr 3 0.5

90 gawangan putihan + LCC slashing parang babat 4 4 pakis spraying knapsack sprayer. nozzle polijet Ammonium glufosinat + Metil-metsulfuron 3.3 ltr + 75 gram 2 2 bambu liar spot spraying knapsack sprayer. nozzle polijet Triklopir konsentrasi 2 % dengan volume semprot = 3 ltr per m 2 rumpun bambu grasses di lahan pasang surut spraying knapsack sprayer. nozzle polijet Ammonium glufosinat + Metil-metsulfuron 3.3 ltr gram 2 2 TM lalang sheet spraying knapsack sprayer. nozzle VLV 100/200 Glifosat 3-4 ltr 1 2 lalang sheet + anak kayu spraying knapsack sprayer. nozzle VLV 100/200 Glifosat + Metil-metsulfuron 2 ltr gram 1 2 piringan LCC + broad leaf + grasses spraying MHS. nozzle kuning Glifosat + Florosikpir 1 ltr ltr pakis spraying knapsack sprayer. nozzle polijet Ammonium glufosinat + Metil-metsulfuron 3.3 ltr + 75 gram pakis + broad leaf + grasses spraying knapsack sprayer. nozzle polijet Ammonium glufosinat + Metil-metsulfuron 3.3 ltr + 75 gram lalang sheet spraying MHS. nozzle kuning Glifosat 1.2 ltr Sumber : Vademicum Minamas,

91 Lampiran 11. Peta Kondisi Kerapatan Gulma pada Gawangan BPE

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2009 PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG,

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 22 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis adalah aspek teknis dan manajerial. Aspek teknis yang dilakukan penulis berupa pembibitan, pemeliharaan tanaman (penunasan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Program Studi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq.)

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dan pemanenan buah matang merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi. Kegiatan

Lebih terperinci

keja pengendalian gulma secara manual tidak pernah dapat dicapai oleh tenaga kerja, ha1 ini disebabkan oleh kerapatan dan penutupan gulma.

keja pengendalian gulma secara manual tidak pernah dapat dicapai oleh tenaga kerja, ha1 ini disebabkan oleh kerapatan dan penutupan gulma. Marulak Erikson Butar-Butar. Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Aspek Khusus Pemeliharaan Tanaman di Perkebunan Kelapa Sawit P.T. Permata Hijau Sawit, Kebun Sosa Indah, Tapanuli Selatan (Di bawah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 7 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab. Rokan Hulu, Riau. Tambusai

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Semua kegiatan lapangan yang dilakukan harus benar-benar diamati dan

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Semua kegiatan lapangan yang dilakukan harus benar-benar diamati dan 40 V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Hasil Semua kegiatan lapangan yang dilakukan harus benar-benar diamati dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penyusunan laporan magang. Data yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL LAMPIRAN 84 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL No Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (satuan/hk) Lokasi Penulis Karyawan Standart Pe mbimb ing Keterangan 1 14/ 02/ 2011 Tiba dilokasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Jenis gulma yang tumbuh di suatu tempat berbeda-beda, tergantung faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Menurut Sastroutomo (1990), komunitas tumbuhan memperlihatkan adanya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Tanam 2009/2010 No Uraian Kegiatan Norma 1 Persiapan Lahan pembersihan lahan 25 Hk pembukaan jaringan drainase 10 Hk 2 Menanam Menanam

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Penulis selama dua bulan melakukan perkerjaan teknis sebagai karyawan harian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pengelolaan air, pengendalian gulma, pemupukan,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Lembar Isian Kerja ini baik langsung maupun tidak langsung.

KATA PENGANTAR. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Lembar Isian Kerja ini baik langsung maupun tidak langsung. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Lembar Isian Kerja yang berjudul Manajemen Penyiapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengalaman

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengalaman iii KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ( PKPM )

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk 35 PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah 12 KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Angsana Estate (ASE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh unit usaha PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI) dibawah naungan PT Minamas Plantation (sebelumnya

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN RIO RAGIS MIRANDA A34104047 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN Aspek Teknis Kebun Selama menjalani kegiatan magang, penulis melaksanakan kegiatankegiatan teknis di lapangan ketika berstatus sebagai KHL. Selama menjadi KHL, penulis mengikuti

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Ubikayu Persiapan lahan. Pengolahan lahan dilakukan dengan traktor. Pembajakan dilakukan dua sampai tiga kali. Pembajakan dilakukan pada saat cuaca sedang cerah.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN)

PENGELOLAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN) PENGELOLAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN) Oleh INDRA HARIMURTI SARTONO PRABOWO A34104063 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan.

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan. IMPLEMENTASI BEST MANAGEMENT PRACTICES (BMP) MELALUI PEMELIHARAAN KESEHATAN TANAH SEBAGAI BAGIAN DARI PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN Oleh: Lambok Siahaan PT PADASA ENAM UTAMA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan.

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul Manajemen Panen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : SONI SETIAWAN NIM. 120 500 086 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT i LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT Disusun oleh : DEDE SARFAWI HARAHAP NBP. 0801111021 Telah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN 54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 21 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis lapangan yang dilakukan penulis sebagai KHL adalah mengikuti dan melakukan beberapa kegiatan di divisi dan di kebun pembibitan. Kegiatan yang

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A34104040 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Kegiatan pengendalian gulma pada Perkebunan Pantai Bonati dibagi menjadi dua metode yaitu pengendalian gulma secara kimiawi dan pengendalian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Sub sektor perkebunan mempunyai peranan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Mahasiswa pada saat melakukan kegiatan magang bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode menghasilkan,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Aplikasi jenis pengendalian dilakukan di Kebun Adolina meliputi pengendalian secara kimia (chemist) dan secara manual. Pengendalian gulma tersebut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

KATA PENGANTAR. memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul Manajemen Pemupukan

Lebih terperinci

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Kegiatan Sensus Pokok adalah kegiatan perhitungan seluruh jumlah pokok kelapa sawit (produktif dan

Lebih terperinci

Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Studi Kasus di Kalimantan Selatan

Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Studi Kasus di Kalimantan Selatan Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Studi Kasus di Kalimantan Selatan Weed Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) case : at South Kalimantan Winda Nufvitarini, Sofyan Zaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma HASIL DAN PEMBAHASAN Pengendalian gulma di Gunung Kemasan Estate terdiri atas lima jenis pekerjaan yaitu gawangan manual, piringan manual, gawangan kimiawi, piringan dan pasar rintis kimiawi dan oles anak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI 1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI Oleh NUR AYSAH NIM. 080500129 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit umumnya difokuskan pada 3 tempat, yaitu di piringan, pasar pikul dan TPH. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci