BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 26 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Simulasi Model Pengering dengan Gambit Bentuk domain 3D model pengering Bentuk domain 3D ruang pengering diperoleh dari proses pembentukan geometri ruang pengering menggunakan software Gambit Domain adalah bentuk dasar bangunan pengering dengan kondisi batas pada dinding, atap, lantai, inlet, outlet, radiator, fan dan rak-rak pengering. Pembentukan grid ruang pengering dengan nilai 50 mm, karena ukuran terkecil yang membentuk ruang pengering yaitu 50 mm yang terletak pada inlet dengan ukuran 50 mm x 200 mm. Pembentukan grid ini menggunakan Tet/Hybrid yang berarti aliran fluida akan melalui jaringan mengikuti bentuk ruang pengeringnya dan jaringan tersebut dapat berbentuk segitiga, segiempat, segilima, ataupun segienam sesuai bentuk ruang pengeringnya. Bentuk simulasi domain utama model pengering serta grid ruang pengering untuk 6 skenario terdapat pada Gambar 7. Skenario 1 Domain Grid domain Skenario 2 Domain Grid domain

2 27 Skenario 3 Domain Skenario 4 Grid domain Domain Grid domain Skenario 5. Domain Skenario 6 Grid domain Domain Grid domain Gambar 7. Skenario 1-6 model pengering Tahap-tahap deskritisasi terilustrasikan pada model yang dibentuk oleh software Gambit dalam bentuk domain atau grid domain dan kondisi batas yang dibentuk oleh software Fluent yang meliputi Boundary condition dan Initial

3 28 Conditian. Kedua hal tersebut membentuk diskritisasi ruang pengering. Aliran udara panas bergerak mengikuti pola meshing yang dibuat melalui Ted Grid yaitu jalur aliran udara panas dapat berbentuk segi tiga, empat, lima, enam sesuai dengan bentuk geometri ruang pengering Grid domain memberikan jalur lintasan yang dilalui oleh rambatan atau aliran udara panas mapun aliran udara yang bergerak dari inlet menuju outletnya melalui pencampuran udara di dalam ruang pengering. Grid domain diberi input data Fluent berupa boundary condition dan initial condition untuk membentuk distribusi suhu dan kecepatan aliran udara Sebaran suhu udara pengering Untuk memperoleh sebaran suhu udara pengering pada Skenario 1 sampai dengan Skenario 6, maka dilakukan simulasi pada ruang pengering dengan Boundary Condition yang terdapat pada perhitungan Lampiran 2. Hasil perhitungan kondisi batas terdapat pada Tabel 2. Tabel 2 Kondisi batas ( boundary condition dan initial condition ) pada simulasi suhu dan kecepatan udara skenario 1-6 Atap h Suhu ,6 W/m 2o C C Dinding kanan h Suhu 3,94 48,6 W/m 2o C C Dinding kiri h Suhu ,6 W/m 2o C C Dinding depan h Suhu ,6 W/m 2o C C Dinding belakang h Suhu ,6 W/m 2o C C Lantai 1.94 W/m 2o C Suhu 48,6 o C Radiator Fluks Suhu W/m 2 C Inlet Kecepatan Suhu 1,31 42,7 m/dt C Ruang pengering Suhu 42,7 o C Outlet Outflow Fan dalam ruang pengering 1,5 m/dt

4 29 Simulasi CFD pada sebaran suhu dan vektor suhu udara ruang pengering secara kuantitatif terdapat pada Lampiran 3. dan hasil simulasi CFD secara kualitatif terdapat pada Gambar Skenario 1 : Gambar 8. Sebaran suhu pada skenario 1 Suhu rata-rata pada distribusi suhu ruang pengering 42.4 o C, dengan standar deviasi 2.2 o C. Masing-masing rak pengering akan menerima panas berkisar 42.7 o C. Skenario 2 : Gambar 9. Sebaran suhu pada skenario 2 Suhu rata-rata di dalam ruang pengering 41.0 o C, dan standar deviasi 2.2 o C, sehingga rak-rak pengering akan menerima panas berkisar o C.

5 30 Skenario 3: Gambar 10. Sebaran suhu pada skenario 3 Sebaran suhu ruang pengering pada skenario 3 berkisar dari suhu 41.9 o C sampai dengan 48.7 o C, dengan suhu rata-rata di dalam ruang pengering 42.8 o C, dan standar deviasi 2.4 o C.dan posisi rak-rak pengering berada pada suhu ,0 o C. Skenario 4: Gambar 11. Sebaran suhu pada skenario 4 Suhu rata-rata pada irisan melintang di dalam ruang pengering 42.8 o C, dan standar deviasi 0.0 o C, kondisi rak pengering berkisar o C. Warna biru tua pada gradasi suhu mendominasi ruang pengering dengan nilai 41.5 o C.

6 31 Skenario 5: Gambar 12. Sebaran suhu pada skenario 5 Sebaran suhu ruang pengering pada skenario 1 berkisar dari suhu 42.6 o C sampai dengan 49.9 o C, dengan suhu rata-rata di dalam ruang pengering 43.5 o C, dan standar deviasinya 2.1 o C. Posisi rak-rak pengering berada pada suhu o C. Skenario 6: Gambar 13. Sebaran suhu pada skenario 6 Sebaran suhu ruang pengering pada skenario 1 berkisar dari suhu 37.9 o C sampai dengan 46.7 o C, dengan suhu rata-rata di dalam ruang pengering 38.9 o C, dan standar deviasi 2.2 o C. Rak-rak pengering berada pada suhu o C. Pada umumnya warna yang ditunjukkan oleh rata-rata suhu ruang pengering pada skenario 1-6 berwarna biru dan terdapat warna hijau dimana warna hijau berada diatas warna biru. Sementara itu, dinding-dinding yang membatasi ruang pengering berwarna merah, termasuk lantai. Warna merah memberi tanda bahwa

7 32 pada bagian tersebut memiliki suhu tinggi sebagai akibat panas dari sinar matahari secara terus menerus dan panas yang diserap oleh absorber dan meneruskan panas ke ruangan secara konveksi serta panas dari radiator. Disain pengering hibrid tipe rak berputar yang terbaik diperoleh dari warna ruangan seragam yang berwarna hijau. Suhu rata-rata yang diperoleh dari anlisis distribusi suhu pada irisan melintang ruang pengering dari skenario 1 6 dapat terlihat pada Gambar 14. Perbandingan suhu skenario 1-6 Suhu oc 44,0 43,0 42,0 41,0 40,0 39,0 38,0 37,0 36,0 35, Skenario Series1 Gambar 14. Perbandingan suhu rata-rata skenario 1-6 Perbandingan suhu rata-rata dari skenario 1-6 tertinggi didapat pada Skenario 5 dengan suhu rata-rata ruang pengering 43.5 o C, sehingga Skenario 5 merupakan Skenario yang terbaik, meskipun suhu belum dapat mencapai o C. Untuk mencapai suhu pengeringan yang optimal, maka dapat dilakukan upaya yaitu : meningkatkan suhu air lebih tinggi dari 70 o C, sehingga konveksi udara panas radiator meningkat; dan meningkatkan laju aliran udara dari fan pada radiator dan fan di ujung outlet, sehingga fluks panas radiator mampu memberikan suplai panas dan menyeragamkan suhu udara di ruang pengering. Seleksi model pengering ERK hibrid skala labolatorium selain didasarkan pada nilai kuantitas, juga dapat dilakukan dengan menggunakan degradasi warna dari warna biru sampai warna merah. Warna biru pada umumnya memiliki suhu yang rendah, sedangkan warna merah merupakan suhu ruang pengering tertinggi. Warna yang semakin beragam berarti bahwa suhu ruang pengering memiliki perbedaan suhu yang besar atau deviasinya besar dan hal ini tidak diharapkan.

8 Sebaran kecepatan aliran udara Sebaran kecepatan aliran udara di dalam ruang pengering dipengaruhi oleh kecepatan udara yang masuk ke ruang pengering (inlet), kecepatan udara yang keluar dari ruang pengering (outlet) dan kecepatan udara fan yang berada di bawah radiator. Batasan yang ditetapkan pada Boundary Condition Fluent yaitu kecepatan udara inlet 1.31 m/dt, kecepatan udara outlet difungsikan sebagai outflow aliran udara dan kecepatan udara fan 1.5 m/dt. Aliran udara di dalam ruang pengering memiliki besaran yang digambarkan dari nilai kecepatan aliran udara dan juga memiliki arah aliran udara yang digambarkan degradasi warna pada ruang pengering. Sebaran kecepatan dan vektor aliran udara di dalam ruang pengering dari hasil simulasi CFD secara kuantitatif terdapat pada Lampiran 4, dan secara kualitatif terdapat pada Gambar Untuk dapat membandingkan kecepatan aliran udara skenario 1-6, maka diberi kondisi batas kecepatan aliran udara bawah 0 m/dt dan kecepatan aliran udara batas atas 1.5 m/dt. Skenario 1:. Gambar 15. Sebaran kecepatan dan vektor aliran udara pada skenario 1 Pergerakan vektor dari arah inlet berwarna kuning menuju outlet dengan pola sebaran gerakan udara menuju ke arah atas dan ke bawah inlet memutar menuju outletnya. Warna biru tua pada ruang pengering merupakan posisi kecepatan udara yang paling rendah, yang terdapat pada posisi tengah, pojok kiri

9 34 bawah dan sedikit pada posisi kanan bawah. Kecepatan rata-rata udara di dalam ruang pengering yaitu 0.12 m/dt, dan deviasi standar 0.11 m/dt. Skenario 2: Gambar 16. Sebaran kecepatan dan vektor aliran udara pada Skenario 2 Pergerakan vektor dari arah inlet berwarna merah menuju outlet dengan pola sebaran gerakan udara menuju ke arah atas dan ke bawah inlet memutar menuju outletnya membentuk dua buah lingkaran. Warna biru tua pada ruang pengering merupakan posisi kecepatan udara yang paling rendah, yang terdapat pada posisi tengah dengan jumlah warna biru relatif sedikit dibandingkan pada Gambar skenario 1. Kecepatan rata-rata udara di dalam ruang pengering yaitu 0.14m/dt, dan deviasi standar 0.19 m/dt. Skenario 3: Gambar 17. Sebaran kecepatan dan vektor aliran udara pada skenario 3 Pergerakan vektor aliran udara panas dari arah inlet berwarna merah menuju outlet dengan pola sebaran gerakan udara langsung menuju ke outletnya. Warna

10 35 biru tua pada ruang pengering merupakan posisi kecepatan udara yang paling rendah, sebagian besar terdapat pada posisi tengah ke atas. Warna biru yang dihasilkan jauh lebih banyak dibandingkan dengan warna biru yang dihasilkan dari skenario 1 dan 2. Kecepatan rata-rata udara di dalam ruang pengering yaitu 0.13 m/dt, dan deviasi standarnya 0.14 m/dt. Skenario 4: Gambar 18. Sebaran kecepatan dan vektor aliran udara pada skenario 4 Pergerakan vektor dari arah inlet berwarna merah menuju outlet dengan pola sebaran gerakan udara sebagian ke arah atas dan bawah ke inlet, dan kembali menuju ke outletnya. Warna biru tua pada ruang pengering merupakan posisi kecepatan udara yang paling rendah, sebagian terdapat pada posisi tengah, sedikit di atas, sebagian ada di posisi bawah outlenya dan sebagian lagi di posisi sepanjang tepi ruang pengering. Warna biru tua yang dihasilkan relatif sedikit dan warna biru muda pada posisi bawah merupakan kecepatan aliran fluida yang dihasilkan dari fan. Kecepatan rata-rata udara di dalam ruang pengering yaitu 0.12 m/dt, dan deviasi standarnya 0.07 m/dt. Skenario 5: Gambar 19. Sebaran kecepatan dan vektor aliran udara pada skenario 5

11 36 Pergerakan vektor dari arah inlet berwarna merah menuju outlet dengan pola sebaran gerakan udara sebagian besar ke arah atas dan bawah ke inlet, dan kembali menuju ke outletnya. Warna biru tua pada ruang pengering merupakan posisi kecepatan udara yang paling rendah, sebagian terdapat pada posisi atas tengah sedikit, sebagian ada di posisi di awah outlet dan sedikit dibawah inletnya. Kecepatan aliran udara yang ke bawah bertemu dengan kecepatan udara fan, sehingga pada posisi bawah kecepatan aliran udaranya yang ditunjukkan oleh warna biru muda lebih banyak dari pada Skenario 4. Kecepatan rata-rata udara di dalam ruang pengering yaitu 0.13 m/dt, dan deviasi standarnya 0.15 m/dt. Skenario 6: Gambar 20 Sebaran kecepatan dan vektor aliran udara pada skenario 6 Pergerakan vektor dari arah inlet berwarna merah menuju outlet dengan pola sebaran gerakan udara sebagian besar ke arah menuju ke outletnya, sebagian ke arah atas dan bawah dan kembali menuju outletnya. Warna biru tua pada ruang pengering merupakan posisi kecepatan udara yang paling rendah, sebagian bessar terdapat pada posisi atas tengah, sebagian kecil ada di posisi di bawah tengah. Warna biru tua sebagian besar berada pada ruang pengering, sehingga pada posisi tersebut kecepatan aliran udaranya terendah 0.00 m/dt. Kecepatan rata-rata udara di dalam ruang pengering yaitu 0.21m/dt, dan deviasi standar 0.49 m/dt. Secara kualitatif, kecepatan aliran udara dalam ruang pengering bergerak dari inlet menuju outletnya yang ditunjukkan oleh warna merah, kuning dan hijau pada distribusi kecepatan aliran udara. Pada umumnya warna biru muda dan tua yang mendominasi dalam ruang pengering.

12 37 Rak-rak pengering bersentuhan langsung dengan kecepatan aliran udara dalam ruang pengring, walaupun tidak seluruhnya tergantung pada posisi aliran udara inlet menuju outletnya. Rak-rak pengering yang berputar secara vertikal akan kembali ke posisi semula dan dapat menyentuh laju aliran udara yang cepat relatif cepat secara merata. Perhitungan simulasi kecepatan aliran udara pada irisan melintang di ruang pengering secara keseluruhan terdapat pada Lampiran 4, dan hasil simulasi kecepatan dapat terlihat pada Gambar 21. Kec. m/s Kecepatan rata-rata Skenario 1-6 0,16 0,14 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0, Skenario Kec. m/s Gambar 21. Kecepatan aliran udara Skenario 1-6 Simulasi kecepatan rata-rata tertinggi pada Skenario 2, namun dari hasil kecepatan aliran udara mengikuti bentuk domain Skenario 5 yaitu kecepatan aliran udara ruang pengering 0.13 m/dt dengan deviasi standar 0.15 m/dt. Hasil simulasi CFD ini digunakan sebagai dasar dalam pembuatan model ERK hibrid tipe rak berputar dan selanjutnya pembentukan model ini akan divalidasikan untuk menentukan ketepatan aliran udara model pengering. Penelitian ini berperan penting dalam merancang suatu alat pengering dengan cara membandingkan bentuk-bentuk geometri ruang pengering dan dengan input suhu dan kecepatan udara lingkungan, maka dapat dengan cepat diperoleh hasil seleksi bentuk geometri ruang pengering yang optimum. Penelitian ini berdampak secara efektif dapat mengetahui kinerja alat pengering sebelum alat pengering tersebut dibuat modelnya atau prototipenya. Pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa alat dibuat lebih dahulu kemudian baru dilakukan simulasi sehingga apabila ada perubahan bentuk

13 38 geometri ruang pengering atau variabel alat pengering (try and error) akan berdampak terhadap biaya yang lebih mahal dan waktu menjadi tidak efektif lagi Hasil disain alat pengering ERK Hibrid tipe rak berputar Model pengering ERK hibrid tipe rak putar Berdasarkan simulasi yang dipilih pada Skenario 5, maka dibangun model pengering skala labolatorium. Model pengering ERK hibrid yang digunakan dalam penelitian adalah bangunan segiempat transparan yang terdapat lubang inlet pada sisi samping dan pada sisi yang berlawan terdapat lubang outlet dengan bentuk prisma terpancung dan pada bagian dalamnya terdapat delapan rak yang dapat berputar, radiator yang ditempat di tengah pada sisi bagian bawah bangunan pengering yang dilandasi plat hitam. Bentuk model pengering ERK hibrid tipe rak berputar terlihat pada Gambar Gambar 22. Model pengering ERK hibrid tipe rak berputar Keterangan: 1. Atap dan dinding 5. Lubang inlet dan outlet 2. Rangka pengering 6. Fan 3. Rak 7. Lantai 4. Radiator 8. Sistim transmisi Model pengering ERK hibrid tipe rak berputar terdiri dari komponen : (1) Rangka pengering dengan dimensi 1200x860x1350 mm yang terbuat dari besi stall 30x30 mm; (2) Rak pengering berjumlah 8 rak berukuran 200x600x30 mm; (3) Atap dan dinding berupa plastik mika polyethyline transparan dengan

14 39 ketebalan m; (4) Lantai terbuat dari plat besi tebal 1 mm yang dilapisi cat warna hitam sebagai absorber panas; (5) Radiator berperan sebagai alat penukar panas dari aliran air panas dalam pipa ke udara dalam ruang pengering yang dihantarkan secara konveksi; (6) Fan radiator untuk meratakan suhu udara dalam pengering dan kipas outlet untuk mengeluarkan udara panas; (7) Sistem transmisi terdiri dari sprocket and chain dan (8)Lubang inlet dan outlet Mekanisme kerja alat pengering ERK Hibrid tipe rak berputar Produk pertanian yang akan dikeringkan dimasukkan ke dalam rak-rak setinggi permukaan rak 2.5 cm dan ditempatkan pada posisi dudukan rak-rak di dalam ruang pengering. Sementara itu, radiator dipanaskan melalui pemanasan air menggunakan heater dan dan saat bersamaan dihidupkan pula kipas radiator dan kipas outlet. Panas yang terjadi di dalam ruang pengering ERK hibrid sebagai akibat dari energi gelombang pendek yang dipancarkan sinar matahari, diserap benda yang ada di dalam ruang pengering, sebagian energi ini diserap dan dipantulkan dalam bentuk gelombang panjang yang tak tembus penutup transparan. Lapisan penutup transparan memungkinkan radiasi gelombang pendek dari matahari masuk dan menyekat radiasi gelombang panjang (Abdullah, 1990). Panas yang terjadi di dalam ruang pengering juga ditimbulkan oleh konveksi aliran udara panas dari radiator ke ruang pengering, sehingga secara simultan panas yang dihasilkan oleh radiasi matahari dan panas yang dihasilkan dari radiator dan disebut sebagai pengering hibrid. Gerakan aliran udara melalui outlet menyebabkan aliran udara lingkungan masuk ke dalam ruang pengering. Udara lingkungan ini akan bercampur dengan udara panas dalam ruang pengering dan bergerak mengikuti bentuk ruang pengering menuju outlet. Aliran udara panas ini akan kontak dengan permukaan produk pertanian dalam rak-rak pengering, sehingga menimbulkan efek pengeringan. Kontak yang terjadi antara aliran udara panas simultan dan produk pertanian secara terus menerus menyebabkan terjadinya proses pengeringan.

15 Sistim operasional pengering ERK hibrid tipe rak berputar Sistim operasional alat pengering ERK hibrid digunakan untuk mengeringkan produk pertanian melalui tahapan sebagai berikut : a. Sebelumk memulai pengeringan, air dipanaskan lebih dahulu agar tercipta suplai panas ke dalam ruang pengering melalui konveksi udara b. Produk pertanian yang akan dikeringkan dimasukkan ke rak-rak pengering setinggi cm. c. Kipas radiator dan kipas outlet dihidupkan dan pintu ditutup rapat. d. Terjadi proses pengeringan melalui suplai panas oleh iradiasi matahari dan konveksi udara panas dari radiator. e. Dilakukan pemutaran rak searah jarum jam setiap 1 jam sekali sejauh 45 derajat agar diperoleh aliran udara panas yang merata pada setiap raknya. f. Apabila telah mencapai kadar air pengeringan yang diharapkan, maka produk dikeluarkan dari ruang pengering. 5.3 Validasi suhu ruang pengering Validasi suhu ruang pengering dilakukan pada percobaan 1,2 dan 3 dengan 3 kali ulangan. Validasi suhu ruang pengering untuk mendapatkan error antara nilai suhu pengukuran dan suhu ruang pengering CFD. Untuk menggambarkan sebaran suhu ruang pengering CFD diperlukan input kondisi batas ruang pengering dan kondisi lingkungan. Perhitungan pindah panas secara konveksi dilakukan terhadap kondisi batas ruang pengering yang meliputi atap, lantai, dinding kanan, kiri, depan, belakang dan radiator (Lampiran 5), ditabelkan seperti terdapat pada Tabel 3.

16 41 Tabel 3. Kondisi batas pada validasi suhu, kecepatan dan RH ruang pengering Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Satuan Lapis h Atap 4,79 4,79 4,79 4,79 4,79 4,79 4,79 4,79 4,79 W/m2.oC h Lantai 2,29 2,87 1,91 1,8 2,35 1,87 1,8 2,35 1,87 W/m2.oC h Dinding kanan 2,31 2,57 2,05 3,31 3,54 3,44 3,99 4,11 4,55 W/m2.oC h Dinding kiri 2,75 3,41 3,12 2,22 2,95 1,37 3,63 3,54 4,05 W/m2.oC h Dinding depan 2,13 3,08 2,36 1,37 3,59 3,21 3,54 4,19 4,73 W/m2.oC h dinding belakang 2,21 2,71 3,52 3,43 3,55 2,73 4,62 4,68 5,16 W/m2.oC h Radiator 25,73 27,11 14,42 28,54 20,1 25,51 23,13 24,56 23,52 W/m2.oC Potong sb Z jarak cm Iradiasi matahari W/m2. Suhu lingkungan 37,4 41,1 39,2 39,5 42,4 35,9 35,4 34,7 39,9 oc RH lingkungan 78,6 43,8 48,0 55,4 40,6 57,7 63,1 58,4 50,9 % Kec. Udara inlet 1,36 1,13 1,70 1,14 1,05 1,05 1,40 1,10 0,93 m/s Simulasi suhu ruang pengering dengan menggunakan CFD diperoleh pada Gambar Untuk dapat membandingkan antara gambar simulasi ruang pengering satu dan gambar yang lainnya, maka digunakan batas nilai bawah ditetapkan 40 o C dan batas nilai atas 60 o C. Memotong Z=20cm Memotong Z=30cm Memotong Z=70cm Gambar 23. Bidang simulasi suhu CFD percobaan 1 Memotong Z=20cm Memotong Z=40cm Memotong Z=60cm Gambar 24. Bidang simulasi suhu CFD percobaan 2

17 42 Memotong Z=20cm Memotong Z=40cm Memotong Z=60cm Gambar 25. Bidang simulasi suhu CFD percobaan 3 Metoda curve fifting dilakukan untuk mendapatkan nilai-nilai suhu, kecepatan, kelembaban udara pada semua titik-titik grid pada bidang XY sehingga menjadi titik-titik data suhu, kecepatan dan kelembaban udara pada bidang X, bidang Y di dalam program Exel. Perhitungan validasi suhu pada percobaan 1, 2 dan 3 terdapat pada Lampiran 6. Pada umumnya gradasi warna yang mengelilingi bidang irisan potongan melintang ruang pengering memiliki warna yang lebih tinggi dari pada warna yang berada di dalam ruang. Hal ini terjadi karena akumulasi suhu yang dipengaruhi oleh panas sinar matahari pada dinding ruang pengering, panas konveksi yang diperoleh dari konveksi udara radiator dan pencampuran aliran udara panas yang masuk ke dalam ruang pengering. Aliran udara panas bergerak dari inlet menuju outletnya dan sebagian ada yang bergerak dan menyebar di dalam ruang pengering untuk selanjutnya keluar menuju outlet. Suhu ruang pengering pada percobaan 1, 2 dan 3 berkisar o C, dimana posisi titik pengukuran lapang dan posisi titik CFD berhimpitan yang berati bahwa nilai simulasi suhu pada bidang-bidang tersebut diatas mendekati sama dengan suhu yang diperoleh pada titik-titik pengukuran di lapang. Pada Gambar 26 memperlihatkan parbandingan antara nilai-nilai suhu yang diperoleh pada simulasi CFD dan data suhu pengukuran lapang pada percobaan 1, 2 dan 3. Nilai simpangan mutlak pada percobaan 1, 2 dan 3 berturut-turut (APD) adalah 0.36, 1.97 dan 2.42%.

18 43 50 Validasi suhu percobaan 1 50 Validasi suhu percobaan Suhu pengukuran (oc) Suhu ukur (oc) suhu CFD (oc) Suhu CFD (oc) Validasi suhu percobaan suhu ukur (oc) suhu CFD (oc) Gambar 26. Validasi suhu ruang pengering Nilai rata-rata simpangan mutlak pada validasi suhu ruang pengering 1.58% dan nilai ini dibawah 10%, sehingga data yang diperoleh dari hasil perhitungan simulasi CFD dikatakan valid karena nilai APD kurang dari 10%, sebagaimana dinyatakan Lomauro dan Bakshi (1985), dalam Triwahyudi (2009) bahwa model dikatakan cukup valid apabila simpangan mutlak (APD) lebih kecil dari 10% Validasi kecepatan Validasi kecepatan pada model pengering dilakukan pada percobaan 1,2 dan 3 dengan 3 kali ulangan. Input kondisi batas pada Tabel 3 digunakan untuk dapat menggambarkan distribusi kecepatan aliran udara di dalam ruang pengering dan gambar distribusi kecepatan udara di dalam ruang pengering terdapat pada Gambar

19 44 Memotong Z=20cm Memotong Z=30cm Memotong Z=70cm Gambar 27. Hasil simulasi kecepatan percobaan 1 Memotong Z=20cm Memotong Z=40cm Memotong Z=60cm Gambar 28. Hasil simulasi kecepatan percobaan 2 Memotong Z=20cm Memotong Z=40cm Gambar 29. Hasil simulasi kecepatan percobaan 3 Memotong Z=60cm Kecepatan hasil simulasi pada percobaan 1 berkisar m/dt, pada percobaan 2 berkisar m/dt dan pada kecepatan percobaan 3 berkisar m/dt. Kecepatan aliran udara ini dipengaruhi secara simultan oleh kecepatan aliran udara masuk (inlet), aliran udara dari fan dalam ruang pengering dan kecepatan aliran udara fan yang keluar serta kondisi lingkungannya. Pada umumnya kecepatan aliran udara yang paling besar berada pada posisi bidang vertikal di tengah ruang pengering yang searah inlet menuju outletnya dan ditunjukkan warna warna merah dan kuning, sedangkan warna biru tua

20 45 menunjukkan bahwa kecepatan aliran udara pada bidang dalam ruang pengering rendah. Validasi kecepatan aliran udara hasil perhitungan CFD terhadap kecepatan aliran udara di dalam ruang pengering pada percobaan 1, 2 dan 3 ditunjukkan pada Gambar 30. Validasi kecepatan percobaan 1 Validasi kecepatan percobaan 2 0,5 0,50 0,4 0,40 Kecepatan ukur (m/s) 0,3 0,2 Kecepatan ukur 0,30 0,20 0,1 0,10 0,00 0,0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Kecepatan CFD (m/s) 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Kecepatan CFD (m/s) Validasi kecepatan percobaan 3 0,5 0,4 Kecepatan ukur (m/s) 0,3 0,2 0,1 0,0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Kecepatan CFD (m/s) Gambar 30. Validasi kecepatan aliran udara pada model pengering Simpangan mutlak kecepatan aliran udara pada validasi kecepatan percobaan 1, 2 dan 3 berturut-turut yaitu 1.78%, 0.80% dan 1.20%. Perhitungan validasi kecepatan aliran udara terdapat pada Lampiran 7. Nilai-nilai simpangan mutlak secara keseluruhan dibawah nilai simpangan mutlak 10%, sehingga hasil data simulasi terhadap data pengukuran lapang adalah valid dan memiliki nilai R mendekati nilai 1 sehingga data simulasi kecepatan udara dapat menjelaskan model pengeringnya.

21 Kelembaban Udara Ruang Pengering Kelembaban udara ruang pengering dipengaruhi oleh suhu dan tekanan uap udara. Suhu yang meningkat di dalam ruang pengering menyebabkan tekanan uap udaranya juga meningkat sehingga menyebabkan tekanan uap yang tinggi bergerak menuju tekanan yang lebih rendah yaitu ke arah outletnya. Kelembaban udara ruang pengering selama proses pengeringan berlangsung secara terus menerus akan mengurangi uap air yang ada di dalam ruang pengering, dengan demikian kelembaban udaranya dari semula tinggi menjadi rendah karena pergerakan aliran udara dari tekanan tinggi menuju tekanan rendah. Kelembaban udara ruang pengering yang diperoleh dari hasil perhitungan CFD dan pengukuran lapang pada percobaan 1, 2 dan 3 berturut-turut kelembaban uadaranya adalah 40-60%, 35-50% dan 30-50%. Faktor yang menyebabkan kelembaban udara ruang pengering berubah yaitu : iradiasi matahari yang berpengeruh terhadap perubahan suhu ruang pengering dan udara lingkungan, peningkatan suhu dalam ruang pengering oleh pengaruh penyebaran panas secara konveksi dari radiator dan kecepatan aliran udara ruang pengering. Validasi kelembaban udara ruang pengering ditentukan oleh nilai koefisien simpangan mutlaknya. Validasi kelembaban udara ruang pengering pada model pengering hibrid tipe rak berputar terdapat pada Gambar 31.

22 47 Validasi RH percobaan 1 Validasi RH percobaan 2 RH ukur (%) RH CFD (%) RH ukur RH cfd Validasi RH percobaan RH ukur (%) RH CFD (%) Gambar 31. Validasi kelembaban udara ruang pengering Simpangan mutlak pada validasi kelembaban ruang pengering pada percobaan 1,2 dan 3 diperoleh berturut-turut adalah 0.38%, 0.33% dan 0.76%. Ketidaktepatan hasil perhitungan CFD dan data hasil pengukuran lapang dapat menghasilkan error. Error yang diperoleh dari hasil perhitungan disebabkan oleh : Pengukuran lapang terhadap suhu, kecepatan aliran udara dan kelembaban udara pada titik-titik pada bidang irisan potongan melintang ruang pengering membutuhkan waktu 30 menit dan selama waktu tersebut dapat terjadi perubahan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang berubah seperti iradiasi matahari, kecepatan udara masuk, suhu lingkungan dan kelelmababn udara lingkungan. Sementara itu, pengukuran CFD pada titik-titik bidang irisan melintang pada ruang pengering sudah disetting pada kondisi suhu, kecepatan udara masuk dan kecepatan fan dalam ruang pengering dalam kondisi tertentu, Kondisi tersebut tidak berubah selama pengukuran CFD terhadap suhu, kecepatan dan kelembaban

23 48 udara, sehingga terdapat selisih pengukuran antara pengukuran lapang dan pengukuran CFD Perancangan pengering ERK skala lapang Prototipe pengering ERK hybrid tipe rak berputar diperoleh dari proses disain dan hasil simulasi CFD disain sebelumnya. Hasil kinerja prototipe pengering ERK dipengaruhi oleh parameter disain dan hasil simulasi CFD alat pengeringnya yang meliputi : kapasitas produk, jenis produk, kadar air awal dan akhir, suhu pengeringan, kecepatan aliran udara dalam ruang pengering dan yang lainnya. Jenis produk yang digunakan dalam penelitian ini adalah cengkeh dan ini prototipe pengering ERK hibrid tipe rak berputar akan dirancang dengan kapasitas 100kg/proses. Kapasitas cengkeh yang dirancang 100kg per batch dan dirancang dengan waktu pengeringan 50 jam dan suhu pengeringan dipertahankan 50 o C. Beberapa asumsi yang digunakan dalam proses perancangan prototipe pengering ERK hibrid tipe rak berputar yaitu : kadar air awal cengkeh 75% (bb), kadar air akhir 13% (bb), kadar air keseimbangan cengkeh (Me) adalah 5% (bb) dan panas jenis cengkeh C p =3387 kj/kg o C (Siebel dalam Heldman and Singh, 1980). Sementara itu asumsi panas jenis udara pada suhu udara rata-rata 30 o C sebesar kj/kg o C (Holman, 1985), efisiensi kipas 30%, dan panas laten cengkeh, H fg = kj/kg (Anwar, 1987). Nilai kalor kayu rata-rata kj/kg (Nuryadin, 1990). Perhitungan perancangan pengering ERK skala lapang terdapat pada Lampiran 10. Tabel 4. Perancangan pengering ERK skala lapang. No Hal Jumlah Satuan Volume pengering cengkeh 100 kg Laju air yang diuapkan Daya untuk mengeringkan cengkeh Daya kipas Daya untuk ruang pengering Daya suplai luas lantai Daya yang harus disuplai radiator Laju aliran air dalam pipa Bahan bakar kayu m 3 g/dt KW KW KW KW KW Liter/dt Kg/proses

24 Disain pengering ERK skala lapang tipe rak berputar Prototipe pengering ERK hybrid tipe rak berputar merupakan bangunan pengering ERK hybrid yang di dalamnya terdapat rak-rak yang digantungkan pada silinder perputar sehingga dengan adanya putaran as menyebabkan rak-rak pengering ddapat bergerak mengikuti rotasi gerakan silindernya. Pada bangunan tersebut di dalamnya terdapat 3 bagian silinder dan rak-rak pengering berjumlah 48 rak dan setiap raknya mampu menampung cengkeh hasil panen seberat 2,1 kg basah, sehingga kapasitas alat pengeringnya 100 kg per batch. Deskripsi bangunan pengering berdimensi panjang, lebar dan tinggi berturut-turut adalah 250, 150 dan 190 cm dan bagian utamanya terdapat rangka bangunan, 3 silinder berputar, 48 rak pengering, kipas, radiator, pintu dan lubang inlet dan outlet, sebagaimana terdapat pada Gambar Gambar 32. Prototipe pengering ERK hibrid tipe rak berputar Keterangan gambar : 1. Rangka bangunan 4. Atap 7. Lubang inlet 2. Rak pengering 5. Radiator 8. Lubang outlet 3. Silinder berputar 6. Kipas 9. Pintu Alat pengering ini berfungsi untuk mengeringkan produk hasil pertanian seperti kapulaga, kopi, cengkeh dan sebagainya. Mekanisme pengeringnya adalah produk pertanian diletakkan pada rak-rak pengering dalam ruang pengering.

25 50 Adanya radiasi matahari, tambahan panas dari radiator melalui konveksi udara dan aliran udara dari inlet menuju outlet, maka menyebabkan suhu di ruang pengering meningkat sehingga tekanan udaranya lebih tinggi dan air yang ada di permukaan bahan akan terbawa aliran udara panas. Proses ini terjadi secara terus-menerus sehingga kandungan air dalam bahan bergerak menuju permukaan, dan kandungan air bahan mencapai batas tertentu. Akibat proses tersebut, maka produk hasil pertanian akan kering dan aman untuk disimpan Simulasi pengering ERK hibrid skala lapang Bentuk dasar bangunan prorotipe efek rumah kaca hibrid tipe rak berputar disimulasikan dengan menggunakan program Gambit dan hasil simulasinya dapat dilihat pada Gambar 33. Gambar 33. Bentuk dasar prototipe ERK hibrid Prototipe alat pengering ERK hibrid ini terdiri dari : 3 lubang inlet, 3 lubang outlet, 48 rak, 3 radiator, 3 fan diatas radiator, dan 3 fan exhaust dan rangka alat pengering menggunakan besi stall 40x40 mm. Untuk mendapatkan simulasi suhu dan kecepatan pada irisan melintang pada bagian tengah ruang pengering diperlukan input kondisi batas dengan perhitungan yang terdapat pada Lampiran 9. Simulasi suhu pada irisan melintang alat pengering ERK hibrid terdapat pada Gambar 34.

26 51 Gambar 34. Sebaran suhu pada irisan melintang alat pengering ERK hibrid Suhu rata-rata pada bidang irisan melintang alat pengering ERK hibrid dengan data pengukuran sebanyak 1271 yaitu 53,6 o C dan deviasi standar 1.28 o C, ditunjukkan oleh warna orange yang hampir mendominasi seluruh bidang distribusi suhu. Apabila udara panas yang mengalir hanya diperhatikan pada posisi rak-rak pengering, maka suhu rata-rata ruang pengering yang bersentuhan dengan rak-rak pengering telah tercapai yaitu berkisar 53 o C, maka standar proses untuk mengeringkan cengkeh dapat tercapai. Hasil simulasi kecepatan aliran udara pada irisan melintang alat pengering ERK hibrid dapat dilihat pada Gambar 35. Gambar 35. Sebaran kecepatan aliran udara pada alat pengering ERK hibrid

27 52 Kecepatan rata-rata aliran udara panas yang diperoleh dari hasil simulasi yaitu 0,299 m/dt dengan deviasi standar 0,196 m/dt artinya kecepatan aliran udara dalam ruang pengering tersebut sangat bervariasi. Kecepatan aliran udara 0 m/dt terjadi pada bagian seluruh dinging yang membatasi ruang pengering termasuk pada posisi plat absorber. Pada bagian tengah ruang pengering memiliki kecepatan aliran udara panas 0,5 m/dt sampai dengan 2 m/dt dan ditunjukkan oleh warna biru muda sampai warna merah. Pada bagian outletnya pada umumnya berwarna merah dengan notasi kecepatan 2 m/dt karena pada bagian ujung tersebut terdapat fan yang menghembuskan udara dalam ruang pengering menuju keluar. Usaha simulasi suhu ruang pengering untuk mendapatkan suhu optimum diperoleh dengan cara meningkatkan kecepatan fan yang semula 1.5 m/dt (pada model skala lab.) menjadi 2 m/dt dan suhu air panas sebagai media yang memberikan sumber panas pada radiator ditingkatkan suhunya menjadi 85 o C. Kondisi tersebut berdampak pada suhu ruang pengering yang secara simultan diperoleh dari penempatan posisi inlet, out let, radiator, fan, rak dan iradiasimatahari, sehingga diperoleh suhu rata-rata ruang pengering 53.6 o C.

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan penting sebagai bahan pangan pokok. Revitalisasi di bidang pertanian yang telah dicanangkan Presiden

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju kerusakan bahan akibat aktivitas biologis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013, di Laboratorium Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung B. Alat dan Bahan Alat yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai BAB V PERCOBAAN V. PERCOBAAN 5.1. Bahan dan alat Bahan dan peralatan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari model alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah Analisis distribusi suhu dan kelembaban udara dilakukan pada saat kandang tidak diisi sapi (kandang kosong). Karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PHPT, Muara Angke, Jakarta Utara. Waktu penelitian berlangsung dari bulan April sampai September 2007. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Titik Fokus Letak Pemasakan Titik fokus pemasakan pada oven surya berdasarkan model yang dibuat merupakan suatu bidang. Pada posisi oven surya tegak lurus dengan sinar surya, lokasi

Lebih terperinci

BAB V. ALIRAN UDARA DALAM ALAT PENGERING ERK

BAB V. ALIRAN UDARA DALAM ALAT PENGERING ERK BAB V. ALIRAN UDARA DALAM ALAT PENGERING ERK 5.1. PENDAHULUAN 5.1.1. Latar Belakang Kadar air merupakan salah satu parameter mutu yang perlu diperhatikan dalam mengeringkan produk. Masalah yang terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2)

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2) KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2) Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA SEBARAN ALIRAN UDARA PANAS PADA MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA HIBRID TIPE RAK BERPUTAR MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

KAJIAN POLA SEBARAN ALIRAN UDARA PANAS PADA MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA HIBRID TIPE RAK BERPUTAR MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS KAJIAN POLA SEBARAN ALIRAN UDARA PANAS PADA MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA HIBRID TIPE RAK BERPUTAR MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS PUJI WIDODO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Pemberitahuan Pelaksanaan IbM kepada Mitra Pelaksanaan kegiatan ipteks IbM Kelompok Tani Kopi Pemanfaatan Energi Surya dan Limbah Biomassa untuk Pengeringan dimulai setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, negara kita Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, negara kita Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, negara kita Indonesia memperoleh sinar matahari sepanjang tahun. Kondisi ini memberi peluang dan tantangan dalam usaha

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Lab. Surya Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi 4.1 Pertimbangan Awal Pembakar (burner) adalah alat yang digunakan untuk membakar gas hasil gasifikasi. Di dalam pembakar (burner), gas dicampur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Perancangan 4.1.1. Identifikasi Kebutuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Singkong atau ketela pohon pada umumnya dijual dalam bentuk umbi segar oleh petani. Petani jarang mengeringkan singkongnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING Perancangan yang akan dilakukan meliputi penentuan dimensi atau ukuran ukuran utama dari alat pengering berdasarkan spesifikasi kopra yang akan dikeringkan. Alat pengering

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. MEODOLOGI PENELIIAN A. EMPA DAN WAKU PENELIIAN Penelitian ini dilakukan di Lab. E, Lab. Egrotronika dan Lab. Surya Departemen eknik Mesin dan Biosistem IPB, Bogor. Waktu penelitian dimulai pada bulan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersedia di pasaran umum (Mujumdar dan Devhastin, 2001) Berbagai sektor industri mengkonsumsi jumlah energi berbeda dalam proses

I. PENDAHULUAN. tersedia di pasaran umum (Mujumdar dan Devhastin, 2001) Berbagai sektor industri mengkonsumsi jumlah energi berbeda dalam proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peralatan pengering berlangsung seiring dengan tuntutan tingkat performansi alat yang tinggi dengan berbagai faktor pembatas seperti ketersediaan sumber

Lebih terperinci

PENENTUAN PUTARAN PADA PENGERING SURYA TIPE RAK BERPUTAR DAN PEMODELAN PENGERING DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS SUERITAH HENNY WANTI

PENENTUAN PUTARAN PADA PENGERING SURYA TIPE RAK BERPUTAR DAN PEMODELAN PENGERING DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS SUERITAH HENNY WANTI PENENTUAN PUTARAN PADA PENGERING SURYA TIPE RAK BERPUTAR DAN PEMODELAN PENGERING DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS SUERITAH HENNY WANTI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN 64 BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN a. Beban Pengeringan Dari hasil perhitungan rancangan alat pengering ikan dengan pengurangan kadar air dari 7% menjadi 1% dari 6 kg bahan berupa jahe dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015, bertempat di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian dan Laboratorium Rekayasa Bioproses

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Cengkeh termasuk ke dalam famili Myrtaceae yang berasal dari Maluku. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan yang cukup potensial dalam upaya memberikan kesempatan

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA IV. KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA 4.1. Penelitian Sebelumna Computational Fluid Dnamics (CFD) merupakan program computer perangkat lunak untuk memprediksi

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penurunan Kadar Air Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu ruang pengeringan sekitar 32,30 o C, suhu ruang hasil pembakaran 51,21 0 C dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENYIMPANAN KOPI Penyimpanan kopi dilakukan selama 36 hari. Penyimpanan ini digunakan sebagai verifikasi dari model program simulasi pendugaan kadar air biji kopi selama penyimpanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN POLA SEBARAN ALIRAN UDARA PANAS PADA MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA HIBRID TIPE RAK BERPUTAR MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

KAJIAN POLA SEBARAN ALIRAN UDARA PANAS PADA MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA HIBRID TIPE RAK BERPUTAR MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS KAJIAN POLA SEBARAN ALIRAN UDARA PANAS PADA MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA HIBRID TIPE RAK BERPUTAR MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS PUJI WIDODO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW Oleh : Ai Rukmini F14101071 2006 DEPATEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERANCANGAN

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

BAB III. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI DAN OPERASI PENGERING EFEK RUMAH KACA

BAB III. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI DAN OPERASI PENGERING EFEK RUMAH KACA BAB III. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI DAN OPERASI PENGERING EFEK RUMAH KACA 3.1. PENDAHULUAN 3.1.1. Latar Belakang Rancang bangun pengering diperlukan untuk mendapatkan performansi pengeringan yang sesuai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dalam penelitian pengeringan kerupuk dengan menggunakan alat pengering tipe tray dengan media udara panas. Udara panas berasal dari air keluaran ketel uap yang sudah

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Latar Belakang Hampir sebagian besar industri-industri yang bergerak dibidang penyimpanan dan pengiriman

Lebih terperinci

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan MEKANISME By : Dewi Maya Maharani Pengeringan Prinsip Dasar Pengeringan Proses pemakaian panas dan pemindahan air dari bahan yang dikeringkan yang berlangsung secara serentak bersamaan Konduksi media Steam

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH Syukran 1* dan Muh. Haiyum 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai September 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian dan di Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat Tahapan Perancangan Alat Pengering Gagasan Awal

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat Tahapan Perancangan Alat Pengering Gagasan Awal METODOLOGI Lokasi dan Waktu Desain dan pembuatan alat pengering dilakukan di Laboratorium Lapangan Siswadi Supardjo. Pengujian dilakukan di Laboratorium Teknik Energi Terbarukan Departemen Tenik Mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006). 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Surya Pengering surya memanfaatkan energi matahari sebagai energi utama dalam proses pengeringan dengan bantuan kolektor surya. Ada tiga klasifikasi utama pengering surya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN

RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN Oleh : FARIZ HIDAYAT 2107 030 011 Pembimbing : Ir. Joko Sarsetyanto, MT.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nutrient Film Technique (NFT) Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD Simulasi distribusi pola aliran udara dan suhu dilakukan pada saat ayam produksi sehingga dalam simulasi terdapat inisialisasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS Tugas Akhir Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik AHMAD QURTHUBI ASHSHIDDIEQY

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kulit binatang, dedaunan, dan lain sebagainya. Pengeringan adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kulit binatang, dedaunan, dan lain sebagainya. Pengeringan adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan metode pengawetan alami yang sudah dilakukan dari zaman nenek moyang. Pengeringan tradisional dilakukan dengan memanfaatkan cahaya matahari untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

SIMULASI RANCANGAN MESIN PENGERING EFEK RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN UNTUK PENGERINGAN KOMODITI HASIL PERTANIAN

SIMULASI RANCANGAN MESIN PENGERING EFEK RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN UNTUK PENGERINGAN KOMODITI HASIL PERTANIAN SIMULASI RANCANGAN MESIN PENGERING EFEK RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN UNTUK PENGERINGAN KOMODITI HASIL PERTANIAN Sholahuddin 1), Leopold O Nelwan 2), Abdul Roni Angkat 3) 1) Staf Pengajar pada Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dalam rumah tanaman di Laboratorium Lapangan Leuwikopo dan Laboratorium Lingkungan Biosistem, Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pisang Kepok Pisang kepok merupakan salah satu buah pisang yang enak dimakan setelah diolah terlebih dahulu. Pisang kepok memiliki buah yang sedikit pipih dan kulit yang tebal,

Lebih terperinci

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Nur Rima Samarotul Janah, Harsono Hadi dan Nur Laila Hamidah Departemen Teknik Fisika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL Oleh : DEWI RUBAEATUL ADAWIYAH F14103089 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci