BAB V. ALIRAN UDARA DALAM ALAT PENGERING ERK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V. ALIRAN UDARA DALAM ALAT PENGERING ERK"

Transkripsi

1 BAB V. ALIRAN UDARA DALAM ALAT PENGERING ERK 5.1. PENDAHULUAN Latar Belakang Kadar air merupakan salah satu parameter mutu yang perlu diperhatikan dalam mengeringkan produk. Masalah yang terjadi di lapang adalah adanya ketidakseragaman kadar air produk hasil pengeringan. Salah satu penyebab beragamnya kadar air produk adalah distribusi aliran panas yang tidak merata di dalam ruang pengering selama proses pengeringan, khususnya tipe rak. Untuk memecahkan masalah tersebut perlu dilakukan suatu analisis sifat dan pola aliran serta distribusi udara di dalam ruang pengering. Distribusi aliran udara dan suhu di dalam pengering ERK diduga dipengaruhi oleh posisi dan kapasitas kipas sebagai instrumen untuk mengalirkan udara, posisi dan luas hamparan produk di dalam rak, yang merupakan target utama yang akan dikenai udara panas, posisi dan besarnya inlet dan outlet, posisi dan kapasitas penukar panas dan plat absorber sebagai instrumen penting untuk meningkatkan suhu di dalam ruang pengering. Melalui simulasi aliran udara dan suhu posisi penempatan kipas, penukar panas, inlet, outlet dapat diketahui secara tepat sehingga tujuan keseragaman mutu produk dan penghematan energi akan tercapai dan efisiensi pengeringan dapat ditingkatkan. Pemecahan analisis aliran udara dapat dilakukan dengan metode CFD (Computational Fluid Dynamics). Metode CFD menggunakan analisis numerik yaitu kontrol volume sebagai elemen dari integrasi persamaan-persamaan yang terdiri dari persamaan keseimbangan massa, momentum dan energi (Versteeg, dan Malalasekera, 1995). Dengan demikian penyelesaian persamaan untuk benda dimensi atau 3 dimensi lebih cepat dan dapat dilakukan secara simultan. Lokasi-lokasi kipas, inlet dan outlet serta ukuran alat dapat diubah-ubah di dalam program simulasi, untuk melihat distribusi aliran panas yang optimal, sehingga biaya disain konstruksi alat dapat dihemat. Melalui teknik CFD dapat ditentukan disain dengan penempatan kipas, sistem pemanas, sistem penyaluran udara dan wadah produk, pada posisi yang tepat sehingga keseragaman mutu produk dan penghematan energi akan tercapai dan efisiensi pengeringan meningkat Tujuan Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan pola aliran panas dalam ruang pengering berenergi surya yang seragam menggunakan teknik CFD, melalui simulasi perubahan dan sebaran suhu dan kecepatan angin. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam menentukan disain pengering produk-produk pertanian, untuk skala kecil maupun besar, karena ukuran alat dapat dibuat sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan pengguna, dengan keluaran hasil yang mudah dibaca oleh semua orang.

2 5.. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Pengering ERK Generasi Pertama Pengering efek rumah kaca (ERK) adalah alat pengering berenergi surya yang memanfaatkan efek rumah kaca yang terjadi karena adanya penutup transparan pada dinding bangunan, serta plat absorber sebagai pengumpul panas untuk menaikkan suhu udara pengering di dalamnya (Kamaruddin, et al. 1994). Bahan dinding transparan yang dapat digunakan adalah polikarbonat, plastik UV stabilizer, kaca serat dan lain-lain. Pada pengeringan yang menggunakan rak pengering, terdapat masalah yang cukup signifikan pada perbedaan suhu antar tingkat rak. Mursalim (1995) pada pengeringan vanili mendapatkan perbedaan suhu sebesar 10 o C, yaitu 40 o C dan 50 o C masing-masing pada rak bagian tengah dan bawah. Pada pengeringan rumput laut, Sukarmanto (1996) menggambarkan perbedaan sebesar 4 o C antara bagian tengah dan atas (31 o C dan 35 o C), dimana perbedaan yang lebih kecil ini disebabkan oleh rendahnya suhu pengeringan yang digunakan. Pola distribusi aliran udara telah diteliti Karwito (1998), dengan mengubah posisi kipas yang ada menggunakan metode trial and error. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan distribusi aliran di atas pelat dan dalam ruang. Lesmana (001), menggunakan model pengering ERK skala laboratorium untuk melihat pola aliran udara panas di dalamnya, dengan membandingkan penggunaan satu kipas atau dua kipas dengan daya yang sama. Dua kipas di posisi outlet menghasilkan sebaran yang lebih baik dibandingkan dengan satu kipas Simulasi Pengeringan Hachemi dan Asnoun (1998), melakukan studi perbandingan melalui simulasi dan eksperimen antara kolektor plat datar dan plat bersirip pada pengeringan dengan kolektor surya plat datar, dan disimpulkan bahwa penggunaan kolektor plat bersirip (lebar sirip 10 cm) yang mempunyai performansi panas lebih tinggi dari pada plat datar sangat menunjang dalam peningkatan performansi pindah panas pada pengeringan. Condori dan Saravia (1998), melakukan studi analitik mengenai laju penguapan menggunakan pada pengering konveksi efek rumah kaca, ruang tunggal dan ruang ganda. Hasil uji simulasi pengeringan cabe merah menunjukkan bahwa tipe ruang ganda meningkatkan produktivitas pengeringan hingga hampir 90 %. Butts dan Vaughan ( 1987), Kamaruddin et al. (1994), Nelwan (1998) dan Dyah (1997) telah mensimulasikan secara quasi-steady state distribusi suhu dan RH pengeringan selama pengeringan berlangsung menggunakan model keseimbangan panas di semua komponen pengering. Validasi hasil simulasi menunjukkan kedekatan terhadap hasil pengukuran.

3 Ratti, C. dan A.S. Mujumdar (1997) mengembangkan model simulasi pengering surya untuk melihat performansi dengan memasukkan pengaruh pengkerutan produk untuk produk pangan yang memiliki kadar air awal sangat tinggi dan sensitif terhadap suhu tinggi (rusaknya cita rasa, aroma vitamin dan sebagainya). Dalam model matematis ini digunakan persamaan keseimbangan massa dan energi dalam padatan dan fase uap. Dymond dan Kutdcher (1997) mengembangkan model simulasi dengan CFD untuk mendisain kolektor surya yang diletakkan pada sisi dinding bangunan/gedung dan menentukan pola aliran udara di dalamnya. Pada penelitian tersebut digunakan TASflowCFD dimensi. Aliran udara maksimum terjadi pada bagian tengah atas kolektor. Peningkatan kecepatan aliran udara meyebabkan suhu rendah tetapi efisiensi kolektor secara keseluruhan meningkat. Hasil simulasi memberikan kedekatan yang baik terhadap hasil pengukuran Computational Fluid Dynamics (CFD) Computational Fluid Dynamics atau CFD adalah suatu analisis sistem yang meliputi aliran fluida, pindah panas dan fenomena lain yang seperti reaksi kimia yang menggunakan simulasi berbasis komputer. CFD telah dikenal sejak tahun 1960-an untuk mendisain mesin jet dan aircraft. Perkembangan selanjutnya metoda ini digunakan untuk mendisain mesin pembakaran internal, tabung pembakaran dalam turbin gas dan tungku, kendaraan bermotor dan aliran udara yang menyelimuti casing mobil. CFD terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: pre-processor, solver dan post-processor. Pre-processor berupa input yang harus diberikan, berupa bentuk geometri, pembentukan grid (mesh) penentuan sifat termofisik dan kondisi batas. Solver adalah pemecahan model aliran fluida (model persamaan konservasi massa, momemtum dan energi) menggunakan analisis numerik dengan metoda beda hingga, elemen hingga, spectral atau volume hingga yang merupakan pengembangan dari formulasi beda hingga secara khusus. Post-processor meliputi pengolahan hasil visualisasi dari solver berupa penampilan kecepatan dan suhu fluida atau 3 dimensi dalam bentuk vektor, kontur dan bayangan dengan warna tertentu (Versteeg dan Malalasekera, 1995) PENDEKATAN TEORI Dalam simulasi pola aliran udara, udara digambarkan secara kuantitatif dalam besaran suhu dan kecepatan dalam persamaan diferensial, dalam koordinat Cartesian dan dipecahkan menggunakan teknik CFD tiga dimensi yang didasarkan pada analisis numerik dengan metode volume hingga. Pemecahan simulasi menggunakan software CFD: FLUENT 5.3 dan pembetukan geometri alat menggunakan software Geomesh 3.4/Gambit. Kode CFD mengandung 3 elemen

4 utama, yaitu: pre-processor, solver dan post-processor (Versteeg dan Malalasekera, 1995) Pre-processor Pre-processor terdiri dari input masalah aliran ke dalam program CFD dengan memakai interface yang memudahkan operator dan transformasi input berikutnya ke dalam bentuk yang sesuai dengan pemecahan oleh solver. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini meliputi: - Mendefinisaikan geometri daerah yang dikehendaki: perhitungan domain - Pembentukan grid pada setiap domain ke dalam jumlah yang lebih kecil, dan subdomain yang tidak saling tumpang tindih: berupa grid/mesh pada sel atau volume kontrol atau elemen. - Pemilihan fenomena kimia & fisik yang dibutuhkan untuk dimodelkan. - Menentukan sifat-sifat fluida (konduktifitas, viskositas, massa jenis, panas jenis dan sebagainya) - Menentukan kondisi batas yang sesuai pada sel yang merupakan batas domain. Pendefinisian kondisi batas dan kondisi awal berdasarkan bentuk saluran dalam ruang. Pengering digambarkan sebagai balok dalam koordinat Cartesian dengan sumbu terletak pada kiri dalam bawah, dengan dimensi: panjang arah x, tinggi arah y dan lebar arah z. Kondisi batas dinyatakan sebagai berikut: - Kecepatan udara pada semua dinding dan atap pengering pada arah x, y dan z adalah 0. - Kecepatan udara pada dinding rak pengering pada arah x, y dan z adalah 0. - Kecepatan udara pada kipas besarnya ditentukan berdasarkan kebutuhan udara untuk menghilangkan uap air dari sejumlah massa bahan. - Suhu udara pengering di semua dinding dan atap pengering pada arah x, y dan z sama dengan suhu lingkungan. Pemecahan masalah aliran (kecepatan, tekanan, suhu, dan lain-lain) didefinisikan pada titik (nodal) di dalam tiga sel. Ketepatan CFD dibentuk oleh sejumlah sel di dalam grid. Secara umum semakin besar jumlah sel, ketelitian hasil pemecahan semakin baik. Mesh optimal tidak selalu seragam, semakin halus pada bagian yang memiliki variasi cukup besar dan semakin kasar untuk bagian yang relatif tidak banyak perubahan Solver

5 Proses solver pada Fluent 5.3 menggunakan volume hingga. Metoda volume hingga dikembangkan dari beda hingga khusus. Algoritma numerik metode ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu: - Aproksimasi variabel aliran yang tidak diketahui menggunakan fungsi sederhana - Diskretisasi dengan mensubstitusi hasil aproksimasi ke dalam persamaan aliran dan manipulasi matematis berikutnya - Penyelesaian persamaan aljabar Algoritma numerik ini digambarkan sebagai diagram alir metode SIMPLE di dalam Lampiran V-1. Persamaan atur aliran fluida menyatakan hukum kekekalan fisika dalam bentuk matematis, yaitu terdiri dari persamaan-persamaan: 1) Massa fluida kekal ) Laju perubahan momentum sama dengan resultansi gaya pada partikel fluida (Hukum II Newton) 3) Laju perubahan energi sama dengan resultansi laju panas yang ditambahkan dan laju kerja yang diberikan pada partikel fluida (Hukum I Termodinamika) Kekekalan Massa 3 Dimensi Steady State Keseimbangan massa untuk elemen fluida dinyatakan sebagai: Laju kenaikan massa = Laju net aliran massa ke dalam dalam elemen fluida elemen terbatas Atau dituliskan dalam bentuk matematis: ( ρu) ( ρv) ( ρw) x + y + z = 0 (V-1) Persamaan (1) disebut sebagai persamaan kontinuitas untuk fluida. Ruas kiri menggambarkan laju net massa keluar dari elemen melewati batas dan dinyatakan sebagai faktor konveksi. Persamaan Momentum dalam 3 Dimensi Steady State

6 Persamaan momentum merupakan persamaan Navier-Stokes dalam bentuk yang sesuai dengan metoda volume hingga: momentum x: S Mx z u y u x u x p z u w y u v x u u = + + µ ρ ( V-) momentum y: S My z v y v x v y p z v w y v v x v u = + + µ ρ ( V-3) momentum z: S Mz z w y w x w z p z w w y w v x w u = + + µ ρ...(v-4) Persamaan Energi dalam 3 Dimensi Steady State Persamaan energi diturunkan dari hukum pertama termodinamika yang menyatakan bahwa: laju perubahan energi partikel fluida = laju penambahan panas ke dalam partikel fluida ditambahkan dengan laju kerja yang diberikan pada partikel. Atau dalam persamaan matematis: S i z T y T x T k z w y v x u p z T w y T v x T u = + + ρ (V -5) Persamaan State Kecepatan fluida selalu mencari keseimbangan secara termodinamika, kecuali adanya gangguan. Jika digunakan variabel ρ dan p, maka persamaan state untuk p dan i : p = p(ρ, T) ( V-6)

7 i = i(ρ, T) ( V-7) Untuk gas ideal: p = ρ R T ( V-8) i = Cv T ( V-9) Post Processor Seluruh hasil yang dilakukan pada tahap sebelumnya akan ditampilkan dalam post processor yang meliputi: - Tampilan geometri domain & grid - Plot vektor - Plot permukaan D dan 3D - Pergerakan partikel - Manipulasi pandangan - Output berwarna RH Udara Pengering Pemanasan udara dalam proses pengeringan dapat digambarkan dalam kurva psychrometric. Suhu udara sebelum dipanaskan dinyatakan dalam t A = 30 o C (diasumsikan sama dengan suhu udara lingkungan), setelah mengalami pemanasan, suhu udara menjadi t B = 50 o C. Perubahan suhu selama pemanasan, berlangsung pada garis horisontal pada kurva psychrometric (Gambar V-1), pada kondisi tekanan uap tetap dan kelembaban mutlak tetap. Selama pemanasan dianggap tidak terjadi penambahan uap air, artinya jumlah udara kering yang masuk sama dengan jumlah udara kering keluar. Pada kondisi tekanan atmosfir, bila suhu meningkat maka akan terjadi penurunan kelembaban udara seperti nampak pada kurva psychrometric. RH merupakan perbandingan antara tekanan uap terhadap tekanan jenuh air pada suhu ruangan tersebut. P v RH =. (V-10) P s Kelembaban mutlak (H) konstan selama pemanasan. Karena: 0. Pv. (V-11) H = 619 P P atm v dimana, T o K dan P v < P atm

8 Maka Tekanan uap (P v ) juga konstan selama proses pemanasan. Jika kelembaban udara lingkungan (RH a ) dan kelembaban udara pengering (RH u ), maka RH r = sa. (V-1) RH a P P sr ln P s R = A + BT + CT + DT FT GT 3 + ET 4. (V-13) T K (Dari Keenan dan Keyes, 1936) dalam ASAE Standard 1994) dimana, R = D = x 10-3 A = E = x 10-7 B = F = C = G = x 10 - A RH A B RH B H Gambar V-1. Proses pemanasan (Garis A B) pada kurva psychrometric 5.4. PERCOBAAN t A t B Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian dan di Laboratorium Surya, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor dan di Laboratorium Komputer, Pusat Komputer, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok. Pengambilan data pengukuran distribusi suhu dan kecepatan udara di dalam ruang pengering pada model pengering efek rumah kaca dilakukan pada bulan Oktober 00 sampai dengan Maret 003.

9 5.4.. Bahan dan Alat Peralatan yang digunakan terdiri dari alat ukur dan model pengering ERK. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada Tabel V-1. Tabel V-1. Peralatan yang digunakan dalam penelitian. No. Jenis alat Ketelitian Merek 1 Thermorecorder 1 o C Chinorecorder Sensor Thermocouple (CA) - 3 Anemometer : - Tekanan - Kecepatan - Suhu 4 Model pengering ERK - 5 Benang tipis (untuk menandai grid) 6 Satu set komputer 0.01 mm air 0.01 m/dt 0.5 o C Kanomax Tahapan Simulasi Dinamika Aliran Fluida pada Pengering ERK Simulasi berfungsi untuk melihat penyebaran panas berdasarkan distribusi suhu dan aliran udara di dalam ruang pengering. Hasil simulasi ini selanjutnya digunakan untuk menghitung kelembaban udara (RH) pengering. Simulasi dilakukan dalam empat tahap, yaitu: 1). Simulasi dinamika fluida steady state pada bangunan pengering ERK skala laboratorium dalam kondisi kosong dengan dimensi bangunan (84 cm x 89 cm x 78 cm). Simulasi ini untuk mendapatkan pola aliran udara dan distribusi suhu udara pengering dalam kondisi kosong tanpa rak ataupun produk di dalam ruang pengering ERK. Tujuan simulasi CFD pada pengering ERK skala laboratorium adalah untuk keperluan validasi simulasi menggunakan software FLUENT 5.3. ). Simulasi dinamika fluida steady state untuk bangunan pengering ERK skala lapang hasil perhitungan optimasi untuk menentukan posisi penempatan inlet dan outlet yang tepat. Simulasi dilakukan tanpa beban produk. 3). Simulasi dinamika fluida steady state untuk bangunan pengering ERK skala lapang untuk mengetahui posisi penempatan kipas dan besarnya daya kipas yang sesuai hingga diperoleh

10 distribusi suhu, RH dan kecepatan yang seragam. Simulasi ini didasarkan pada disain terbaik yang dihasilkan pada perhitungan simulasi tahap ke-. 4) Simulasi dinamika fluida steady state untuk bangunan pengering ERK skala lapang apabila dioperasikan pada malam hari. Karena pengering ERK harus dapat digunakan untuk mengeringkan produk pada segala kondisi, baik siang maupun malam, bahkan bila hari hujan pun pengering masih dapat dioperasikan dengan baik. Simulasi ini didasarkan pada disain terbaik yang dihasilkan pada perhitungan simulasi tahap ke- dan ke Bahan Uji Pengering ERK Skala Laboratorium Bahan uji pengering ERK merupakan bangunan persegi empat berdinding transparan dari jenis plastik mika. Dimensi alat 84 cm x 89 cm dan tinggi 78 cm. Atap berbentuk lengkungan (busur), dengan tinggi busur 8 cm. Pada satu sisi dinding terdapat tiga buah outlet berbentuk segi empat berukuran 3 cm x 5 cm, dan di sisi yang berseberangan terdapat satu buah inlet berukuran 1 cm x 1 cm. Pada lubang inlet dipasangkan kipas aksial 16 W. Penukar panas ditempatkan di depan inlet/kipas berukuran 0 cm x 16 cm x 4 cm. Pengering dijalankan dengan memanaskan air di dalam panci terlebih dahulu menggunakan kompor listrik bertenaga 50 W. Air panas dari panci kemudian dialirkan ke dalam pipa penukar panas. Udara panas dihembuskan oleh kipas menuju ke ruang pengering. Skema model pengering ERK dapat dilihat pada Gambar V Keterangan: 1. Dinding transparan. Outlet 3. Penukar panas 4. Kipas (inlet) 4 Gambar V-. Pengering ERK skala laboratorium dengan komponen penyusun di dalamnya Kriteria Disain Pengering ERK Skala Lapang Prototipe pengering ERK scale up merupakan disain yang telah dihasilkan dari perhitungan optimisasi dengan dimensi 3.6 m x 3.6 m x.4 m. Dua buah inlet masing-masing berukuran 0.1

11 m x 1 m, dan dua buah outlet masing-masing berukuran 0. m x 0.8 m. Rak berukuran.8 m x.8 m. diletakkan di tengah-tengah bangunan, terdiri dari 8 rak dengan jarak antar rak sebesar 0. m. Rak paling bawah berjarak 0.4 m dari lantai. Penukar panas berukuran 1 m x 1. m terletak di depan inlet berjarak 0. m dari inlet. Kipas bawah berdiameter 0. m dengan daya 10 W diletakkan 0. m di depan penukar panas. Kipas tengah berdiameter 0. m dengan daya 10 W berada di tengah bangunan pada ketinggian m dari lantai. Pada penelitian ini, simulasi dilakukan dengan mengubah posisi inlet dan outlet dalam pengering ERK dan ukuran disesuaikan dengan hasil yang diperoleh dari perhitungan optimisasi. Hasil yang baik ditentukan dari parameter keseragaman nilai suhu dan kecepatan pada posisi dimana rak ditempatkan. Untuk itu digunakan buah skenario disain yang dibedakan berdasarkan posisi inlet, outlet. Skenario pertama digambarkan secara skematis di bidang XY pada Gambar V-3, dimana inlet terletak di dinding dengan posisi 1 m dari tanah dan outlet di dinding yang berseberangan pada posisi 1.6 m dari lantai pengering. Dua buah kipas digunakan sebagai pengaduk udara pengering. Kipas 1 dengan daya 100 W berada di depan penukar panas dan kipas dengan daya 40 W berfungsi sebagai pengaduk berada di atas rak. Skenario kedua digambarkan pada Gambar V-4, dimana inlet terletak pada ketinggian 1 m dari tanah dan outlet pada ketinggian 1.6 m dari tanah pada sisi berseberangan, dengan jumlah kipas dan posisi kipas yang sama dengan skenario pertama Kriteria Disain Pengering ERK Skala Lapang Hasil Modifikasi Berdasarkan disain terpilih pada tahap kedua selanjutnya dilakukan simulasi untuk menentukan posisi dan besarnya daya kipas yang digunakan agar tercapai keseragaman suhu, RH dan kecepatan udara di dalam ruang pengering. Skenario ketiga digambarkan secara skematis pada Gambar V-5. Disain skenario merupakan disain yang terpilih karena tingkat keseragaman suhu dan kecepatan yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan disain skenario 1. Selanjutnya disain skenario 3 dimodifikasi dengan menambahkan kipas atas, berdiameter 0. m dengan daya 100 W yang diletakkan di atas penukar panas pada ketinggian m dari lantai pengering. Kipas bawah dan tengah masing-masing berdiameter 0. m dengan daya masing-masing 100 W dan 40 W.

12 (a) m m Dimensi: 3.6 m x 3.6 m x.4 m Keterangan: 1. Inlet. Penukar panas 3. Kipas bawah 4. Rak 5. Kipas tengah 6. Outlet y x 3.6 m Gambar V-3. (b) Skema pengering ERK skenario 1 (a) 3 dimensi, (b) dimensi tampak depan.

13 (a) 1 5 Dimensi: 3.6 m x 3.6 m x.4 m 1.4 m m Keterangan: 1. Inlet. Penukar panas 3. Kipas bawah 4. Rak 5. Kipas tengah 6. Outlet y x 3.6 m (b) Gambar V-4. Skema pengering ERK skenario (a) 3 dimensi, (b) dimensi tampak depan

14 (a) 1.4 m m Dimensi: 3.6 m x 3.6 m x.4 m Keterangan: 1. Inlet. Kipas atas 3. Penukar panas 4. Kipas bawah 5. Rak 6. Kipas tengah 7. Outlet y x Gambar V m (b) Skema pengering ERK skenario 3 (a) 3 dimensi, (b) dimensi tampak depan Asumsi, Kondisi Awal dan Kondisi Batas Dalam Perhitungan Simulasi Aliran Udara Asumsi

15 Pengering ERK Skala Laboratorium 1) Udara tidak termampatkan (incompressible), ρ konstan. ) Bilangan Prandtl udara konstan (panas jenis, konduktivitas dan viskositas udara konstan) 3) Udara bergerak dalam kondisi steady. 4) Udara lingkungan dianggap konstan selama simulasi, yaitu pada nilai 30 o C. 5) Aliran udara dianggap laminer, didasarkan oleh bilangan Re = Aliran laminer jika Re < 000 (Holman, J.P., 1997). Perhitungan aliran laminer ditunjukkan pada Lampiran V Pengering ERK Skala Lapang 1) Udara tidak termampatkan (incompressible), ρ konstan. ) Bilangan Prandtl udara konstan (panas jenis, konduktivitas dan viskositas udara konstan) 3) Udara bergerak dalam kondisi steady. 4) Udara lingkungan dianggap konstan selama simulasi, yaitu pada nilai 36 o C. 5) Kecepatan udara pada kipas dianggap konstan 6) Aliran udara dianggap laminer, didasarkan oleh bilangan Re = 75.5 Perhitungan aliran laminer ditunjukkan pada Lampiran V Kondisi Awal Untuk semua disain pengering ERK analisis CFD dilakukan pada kondisi awal sebagai berikut: 1) Kecepatan aliran udara awal baik pada arah koordinat x, y dan z = 0 m/dt ) Suhu dinding = suhu lingkungan 3) Tekanan udara = 1 atm = kpa Kondisi Batas Pengering ERK Skala Laboratorium Pengering ERK Skala Laboratorium dibatasi oleh dinding yang berbentuk bangunan segiempat dengan atap melengkung (Gambar V-). Parameter penentu kondisi batas pada analisis ini adalah: 1) Inlet sekaligus kipas dianggap sebagai velocity inlet dengan kecepatan.3 m/dt ) Outlet dianggap sebagai outflow dengan ratio bukaan 1 3) Dinding terbuat dari plastik dengan parameter: - Fluks panas = 17.5 W/m

16 - Suhu dinding = 30 o C - Ketebalan dinding = 0.15 mm - Koefisien pindah panas konveksi (h) = 1.4 W/m K - emisivitas = 0.95 (didekati dengan emisivitas kaca, Holman, 1997) - Laju pembentukan panas = 0 W/m 3 Perhitungan koefisien pindah panas konveksi (h) pada dinding: Suhu fluida operasi pada dinding = 30 o C = 303 K Sifat Nilai Massa jenis kg/m 3 Panas Jenis kj/kg o C Konduktivitas panas W/m.K Viskositas dinamik 1.86 x 10-5 Pa.dt Viskositas kinematik 1.59 x 10-5 m /dt Bilangan Prandtl 0.7 Koefisien pindah panas konveksi pada dinding dianggap sebagai konveksi bebas. Nilai h ini dinyatakan dalam persamaan yang diberikan Churchill dan Chu dalam Holman (1997): * ( 1)( 0.78) gβtx 303 Gr = = = 6.1x10 ν 5 ( 1.59x10 ) Ra = Gr Pr = 6.1x10 7 x 0.7 = 4. x 10 7 Nu = ( 1/ 4) 7 ( ) ( 1/ 4) 0.67Ra 0.67x 4.x10 [ ( ) ( ) ] ( ) = /16 4 / 9 ( ) ( 9 / / Pr / 0.7 ) Nu = (53.9/1.305) = 4 Jadi Nu k 4x0.065 h = = = 1.4W / m K x [ ] ( 4 / 9) 4) Penukar panas sebagai radiator dengan parameter sebagai berikut: - Koefisien kehilangan (k) = Koefisien pindah panas konveksi (h) = 14.7 W/m K - Suhu penukar panas = 69 o C - fluks panas = 536 W/m Perhitungan koefisien kehilangan (k) pada penukar panas Suhu fluida operasi pada penukar panas = 44 o C Sifat Nilai Massa jenis 1.11 kg/m 3 Panas Jenis kj/kg o C Konduktivitas panas W/m.K Viskositas dinamik 1.9 x 10-5 Pa.dt

17 Bilangan Prandtl 0.7 Penurunan tekanan ( p) dihitung dari daya kipas (P) p = P ç/(v inlet A inlet ) = 16 x 0.7 /(.3 x 0.1 ) = 338 Pa p x338 Jadi k = = = 115 ρ v 1.11x.3 kipas 1. Perhitungan koefisien pindah panas konveksi pada penukar panas Suhu air panas masuk = 80 o C dan suhu air panas keluar = 58 o C T HE = ( )/ = 69 o C Suhu udara di depan HE = 44 o C. m r Cp r ( t r t a ) = h HE A HE ( t HE t r ) m. m r = ñ r v inlet A inlet = (kg/m 3 ) x.3 (m/dt) x 0.1 (m ) = kg/dt Jadi h A HE. m Cp ( t t ) ( t hi t a ) ( t ho t r ) ( t hi t a ) ln ( t t ) ho r 0.038x1007.3x = 1.9x ( 44 30) r r r a HE = = ( 80 30) ( 58 44) ( 80 30) ln ( 58 44) 14.7W / m K Pengering ERK Skala Lapang Pengering ERK Skala Lapang dibatasi oleh dinding yang berbentuk bangunan segiempat dengan atap melengkung. Untuk disain skenario 1,, 3 masing-masing ditunjukkan pada Gambar V-3, V-4 dan V-5. Parameter penentu kondisi batas pada analisis ini adalah: 1) Inlet dianggap sebagai velocity inlet dengan kecepatan 0.4 m/dt ) Outlet dianggap sebagai outflow dengan ratio bukaan 1 3) Kipas bawah (depan penukar panas), dengan parameter sebagai berikut: - Penurunan tekanan = 1458 Pa - Kecepatan minimum = 1 m/dt - Kecepatan maksimum = m/dt 4) Kipas tengah (di atas rak paling atas, di tengah ruang pengering), dengan parameter sebagai berikut: - Penurunan tekanan = 583 Pa - Kecepatan minimum = 0.05 m/dt - Kecepatan maksimum = 0. m/dt 5) 5) Kipas atas (di atas penukar panas), dengan parameter sebagai berikut:

18 - Penurunan tekanan = 1458 Pa - Kecepatan minimum = 1 m/dt - Kecepatan maksimum = m/dt 6) Dinding terbuat dari plastik dengan parameter sebagai berikut: - Fluks panas = 1.5 W/m - Suhu dinding = 36 o C - Ketebalan dinding = 0 mm - Koefisien pindah panas konveksi (h) = 1 W/m K - Emisivitas = 0.95 (didekati dengan emisivitas kaca, Holman, 1997) - Laju pembentukan panas = 0 W/m 3 7) Rak ada 8 buah bertingkat dianggap sebagai porous jump dengan parameter sebagai berikut: - Permeabilitas permukaan (α) = x 10 8 m - Tebal rak = 0.01 m - Koefisien porous jump (C )= (1/m) 8) Penukar panas sebagai radiator dengan parameter sebagai berikut: - Koefisien kehilangan (k) = Koefisien pindah panas konveksi (h) = 35 W/m K - Suhu penukar panas = 64 o C - Fluks panas = W/m 9) Sumber panas dari surya dianggap dipindahkan pada pelat yang berada di bawah dinding atap, dianggap sebagai radiator dengan parameter sebagai berikut: - Koefisien kehilangan (k) = Koefisien pindah panas konveksi (h) = 3 W/m K - Suhu penukar panas = 64 o C - Fluks panas = 500 W/m Perhitungan secara Rinci Parameter Kondisi Batas pada Pengering ERK Skala Lapang Perhitungan secara rinci dari masing-masing parameter kondisi batas pada pengering ERK skala lapang tersebut di atas diuraikan di bawah ini. 1) Perhitungan parameter kondisi batas pada dinding a. Koefisien pindah panas konveksi (h) pada dinding. Suhu fluida operasi pada dinding = 36 o C Sifat Nilai Massa jenis 1.17 kg/m 3

19 Panas Jenis kj/kg o C Konduktivitas panas 0.07 W/m.K Viskositas dinamik 1.99 x 10-5 Pa.dt Viskositas kinematik 1.77 x 10-5 Bilangan Prandtl 0.7 Koefisien pindah panas konveksi pada dinding dianggap sebagai konveksi bebas. Nilai h ini dinyatakan dalam persamaan yang diberikan Churchill dan Chu dalam Holman (1997): * ( 1)(.1) gβtx 309 Gr = = = 9.4x10 ν 5 ( 1.77x10 ) Ra = Gr Pr = 9.4x10 8 x 0.7 = 6.6 x 10 8 Nu = ( 1 / 4) 8 ( ) ( 1 / 4) 0.67Ra 0.67x 6.6x10 [ ( ) ( ) ] ( ) = / 16 4 / 9 ( ) ( 9 / / Pr / 0.7 ) Nu = (107.4/1.305) = 83 Jadi Nu k h = x 83x0.07 = = 1W / m K.1 8 [ ] ( 4 / 9) ) Perhitungan parameter kondisi batas pada rak. Rak berupa plat berlubang dianggap sebagai porous jump. a. Permeabilitas permukaan (α) dihitung dengan persamaan (FLUENT ver. 5.3): Dp α = 150 ε = ( 1 ε ) 150 ( 1 0.4) = 1.896x10 D p = diameter produk (cengkeh) = 0.4 cm = m Å = porositas tumpukan produk (cengkeh) = m b. Koefisien porous jump (C ) dihitung dengan persamaan (FLUENT ver. 5.3): 3.5 = D ( 1 ε ) 3.5 ( 1 0.4) C = = 3 3 p ε / ( m) 3) Perhitungan parameter kondisi batas pada penukar panas a. koefisien kehilangan (k) pada penukar panas Suhu fluida operasi pada penukar panas = o C Sifat Nilai Massa jenis 1.09 kg/m 3 Panas Jenis kj/kg o C Konduktivitas panas 0.08 W/m.K Viskositas dinamik 1.95 x 10-5 Pa.dt

20 Penurunan tekanan ( p) dihitung dari daya kipas bawah (P = 100 W) A inlet = 0.1 m x 1 m x buah = 0. m p = P ç/(v inlet A inlet ) = 100 x 0.7 /(0.4 x 0.) = 1458 Pa p x1458 Jadi k = = = 1855 ρ v 1.09x1. kipas b. Perhitungan koefisien pindah panas konveksi (h HE ) pada penukar panas Suhu fluida operasi pada penukar panas = o C. m r Cp r ( t t ) = h A ( t t ) r a HE HE HE r. m r Jadi = ñ r v inlet A inlet = 1.09 (kg/m 3 ) x 0.4 (m/dt) x 0. (m ) = kg/dt h. mr Cp = A r( t r ta ) ( t t ) 0.054x1007.5x = 1.x ( ) ( ) HE = HE HE r 35W / m K 4) Perhitungan parameter kondisi batas pada sumber panas dari surya a. Perhitungan koefisien kehilangan (k) Radiasi surya diteruskan oleh dinding dan diterima oleh plat yang diletakkan di bawah dinding. Plat dianggap sebagai radiator. Perhitungan parameter kondisi batas pada radiator tersebut adalah: Suhu fluida operasi pada sumber panas tersebut = o C Penurunan tekanan ( p) dihitung dari daya kipas tengah (P = 40 W) A inlet = 0.1 m x 1 m x buah = 0. m p = P ç/(v inlet A inlet ) = 40 x 0.7/(0.4 x 0.) = 583 Pa p x583 Jadi k = = = 6694 ρ v 1.09x0. kipas b. Perhitungan koefisien pindah panas konveksi (h R ) pada sumber panas dari surya Suhu fluida operasi pada sumber panas tersebut = o C Asumsi: Sumber energi dari matahari dengan intensitas radiasi (I = 500 W/m ) dipindahkan ke plat yang dianggap berada di bawah dinding atap bangunan. IA Jadi R = h R h A R ( t t ) R r IA 500 R R = = = AR ( tr tr ) ( ) 3W / m K

21 Validasi Simulasi Aliran Udara pada Pengering ERK Validasi model simulasi dilakukan dengan membandingkan nilai suhu, RH dan kecepatan udara hasil perhitungan dengan hasil pengukuran pada pengering ERK skala laboratorium, pada titik-titik tertentu yang diinginkan, yaitu titik-titik di bidang YZ dengan jarak X= 40 cm, dengan jarak antar titik 10 cm. Kriteria hasil validasi dianalisis dengan metoda 'curve-fitting' Parameter Pengukuran Bangunan pengering ERK skala lapboratorium dibagi dalam beberapa grid, dengan dimensi grid 10 cm x 10 cm menggunakan benang (Lihat Gambar V-6). Parameter yang diukur selama percobaan adalah suhu, RH dan kecepatan angin pada setiap titik pada grid yang terbentuk setelah kondisi steady (konstan). Pompa untuk mengisap air panas dari radiator outlet Air panas sbg pemanas tambahan yang dipanaskan oleh kompor listrik Penukar panas dan kipas pada inlet Grid dari benang halus Gambar V-6. Grid yang dibentuk oleh benang pada pengering ERK skala laboratorium HASIL DAN PEMBAHASAN Simulasi Aliran Fluida pada Pengering ERK Skala Laboratorium

22 Bentuk Grid Hasil Simulasi Grid dibuat dengan ketentuan minimal terdapat 3 titik (node) pada setiap ruas sisi dari bentuk yang bersangkutan. Bentuk grid yang dihasilkan dari perhitungan simulasi model pengering ERK dengan CFD dinyatakan dalam Gambar V-7. Gamba r V-7. Grid pada p Distribusi Suhu dan Kecepatan Udara Pengering pada Pengering ERK Skala Laboratorium Distribusi suhu dan kecepatan udara pengering dalam pengering ERK skala laboratorium masing-masing dinyatakan dalam Gambar V-8 dan Gambar V-9. Udara panas dari penukar panas terdorong ke depan sepanjang inlet dan disebarkan ke seluruh ruang pengering. Suhu yang paling besar berada di depan inlet 44 o C dan setelah menyebar ke tengah dan atas ruang pengering suhu mulai berkurang. Namun demikian suhu ruang mempunyai kecenderungan seragam di bagian tengah dan atas bangunan dengan nilai rata-rata 40 o C dengan kisaran antara 36 o C hingga 44 o C, yang ditunjukkan oleh warna biru pada Gambar V-8. Kecepatan aliran udara tinggi terdapat di depan kipas inlet, yaitu pada kisaran 0.96 hingga 1.8 m/dt dan melewati bagian bawah ruang pengering menuju outlet. Selanjutnya kecepatan

23 udara di tengah ruang mulai menurun berkisar pada 0.16 m/dt hingga 0.39 m/dt. Di tengah ruangan, udara berbalik arah dari outlet dan akhirnya berbalik kembali akibat hisapan udara di depan kipas Gambar V-8. Distribusi suhu udara pengering ( o C) di dalam pengering ERK skala laboratorium Gambar V-9. Distribusi kecepatan udara pengering (m/dt) di dalam pengering ERK skala laboratorium Distribusi RH Udara Pengering pada Pengering ERK Skala laboratorium

24 RH ruang pengering ditentukan menggunakan persamaan (3). Pada kondisi suhu lingkungan 30 o C dan suhu bola basah 6 o C, diperoleh RH sebesar 75%. Hasilnya diperlihatkan pada Lampiran V-4. RH ruang pengering berkisar antara 35 % hingga 79 %. RH terendah berada pada posisi (x, y, z) = ( 40, 10, 40) atau pada posisi 10 cm dari lantai, yaitu sebesar 35 %. Pada ruang bagian tengah dan atas memiliki nilai RH yang hampir seragam yaitu 39 % Validasi Suhu, Kecepatan dan RH Hasil Perhitungan Simulasi Aliran Fluida pada Pengering ERK Skala Laboratorium Hasil simulasi model aliran dan pindah panas adalah berupa kontur distribusi suhu dan vektor kecepatan yang menunjukkan besar dan arah aliran udara di dalam ruang pengering. Validasi model dilakukan dengan membandingkan data ukur kecepatan udara pada 43 titik pengukuran dengan hasil simulasi. Hasil kuantitatif nilai suhu hasil simulasi dan hasil pengukurannya pada bidang yz pada x = 400 mm, dinyatakan pada Lampiran V-4. Hasil validasi suhu ditunjukkan dengan membandingkan suhu ukur dan suhu simulasi pada Gambar V-10. Perbedaan antara data suhu pengukuran dan suhu hasil perhitungan CFD dinyatakan dalam nilai standar deviasi yaitu sebesar 1 o C. Namun secara umum terjadi kecenderungan yang sama. Validasi kecepatan udara diperlihatkan pada Gambar V-11. Kecepatan hasil simulasi mendekati data ukur. Pada beberapa titik, memiliki perbedaan yang agak menyolok, hal ini berkaitan erat dengan penentuan jarak grid yang sedikit berbeda antara pengukuran dan simulasi. Bagian bawah (ketinggian 0 cm hingga 40 cm) perbedaan antara nilai kecepatan ukur dan hitung tampak besar. Namun di bagian atas ruang, perhitungan simulasi mendekati nilai pengukuran. Perbedaan antara kecepatan hasil pengukuran dan kecepatan hasil perhitungan CFD dinyatakan dalam nilai standar deviasi 0.19 m/dt. Suhu (C) SD = 1 o C y =10 cm y =0 cm y =30 cm y =40 cm y =50 cm y =60 cm Koordinat z (cm) T-uk ur T-CF D

25 Gambar V-10. Validasi suhu udara hasil simulasi (T CFD ) terhadap suhu pengukuran (T ukur ) di dalam pengering ERK skala laboratorium, pada x=40 cm. K ecepatan (m/dt SD = 0.19 m/dt y =10 cm y =0 cm y =30 cm y =40 cm y =50 cm y =60 cm Koordinat z (cm) v-uk ur v-cd Gambar V-11. Validasi kecepatan aliran udara hasil simulasi (v -CFD ) terhadap kecepatan pengukuran (v ukur ) di dalam pengering ERK skala laboratorium, pada x=40 cm. Validasi RH dilakukan dengan membandingkan RH ukur dengan RH hitung yang didasarkan pada suhu hasil simulasi CFD:Fluent 5.3. (Gambar V-1). Secara umum terdapat kecenderungan yang sama antara RH hasil pengukuran dan RH hasil perhitungan CFD. Perbedaan secara umum dinyatakan dalam standar deviasi sebesar 3%.

26 RH (%) SD = 3% y =10 cm y =0 cm y =30 cm y =40 cm y =50 cm y =60 cm Koordinat z (cm) RH-ukur RH-hitung Gambar V-1. Validasi RH udara hasil simulasi (RH CFD ) terhadap RH pengukuran (RH ukur ) di dalam pengering ERK skala laboratorium, pada x=40 cm Simulasi Aliran Fluida Pengering ERK Skala Lapang Distribusi Suhu Udara Pengering pada Pengering ERK Skala Lapang Disain skenario 1. Distribusi suhu udara pada penampang bidang XY pada Z = 1.8 m dinyatakan pada Gambar V-13. Distribusi suhu pada setiap rak dapat dilihat pada Gambar V-13 dan hasil kuantitatif simulasi ditunjukkan pada Tabel V-. Rata-rata suhu dari ke delapan rak tersebut adalah 44.9 o C dan ragam. o C. Udara lingkungan masuk melalui inlet (ketinggian 1 m) kemudian dipanaskan penukar panas dan didistribusikan oleh kipas ke seluruh ruangan. Udara pada rak bagian atas lebih panas dibandingkan dengan udara di bawahnya, karena adanya pengaruh radiasi matahari. Kipas tengah (ketinggian 1.8 m) mendistribusikan udara panas yang berada di rak atas (rak 8) agar lebih tersebar ke rak di bawahnya. Namun karena outlet (ketinggian 1.6 m) berada di dekat rak atas, maka udara panas ini langsung keluar sebelum sempat tersebar ke rak-rak di bawahnya. Rata-rata suhu terbesar terjadi udara pada rak atas (rak 8, pada ketinggian 1.8 m) yaitu 47.5 o C dan rata-rata suhu terendah pada rak 4 (ketinggian 1 m), yaitu 43.8 o C. Nilai suhu terendah ini dipengaruhi oleh adanya aliran udara lingkungan dari inlet, dimana posisi rak 4 dan inlet berada pada ketinggian yang sama.

27 Tabel V-. Nilai ragam suhu udara pengering disain skenario 1 Rak 1 Rak Rak 3 Rak 4 Rak 5 Rak 6 Rak 7 Rak 8 Rata-rata seluruh rak Ketinggian (m) Suhu rata-rata setiap rak( o C) Standar deviasi setiap rak( o C) Distribusi pada rak 1 (Gambar V-14) cenderung seragam dengan keragaman dan nilai ratarata suhu udara terendah diantara rak lainnya (standar deviasi 0.5 o C dan rata-rata 44.1 o C). Kipas bawah meniupkan udara panas ke rak-rak di atasnya. Pengaruh aliran panas ini terjadi pada rak 4 (Gambar V-15), dimana kontur yang terjadi sangat beragam, hingga menghasilkan keragaman terbesar (.5 o C). Akibat adanya radiasi surya yang menimpa rak 8, maka pada rak ini suhu udara yang terjadi lebih besar dibandingkan rak-rak di bawahnya (47.5 o C). Pada Gambar V-16, kipas bawah dan kipas tengah belum sepenuhnya dapat menurunkan suhu udara di rak 8, selanjutnya karena outlet berada sejajar dengan rak 8, maka udara panas ini (ditunjukkan oleh warna kuning pada Gambar V-13) langsung bergerak keluar menuju outlet, sebelum sempat mengenai rak-rak di bawahnya Gambar V-13. Distribusi suhu udara simulasi disain skenario 1, pada bidang XY pada Z = 1.8 m.

28 Gambar V-14. Distribusi suhu udara simulasi disain skenario 1, pada rak 1 Gambar V-15. Distribusi suhu udara simulasi disain skenario 1, pada rak 4

29 Gambar V-16. Distribusi suhu udara simulasi disain skenario 1, pada rak 8 Disain skenario. Gambar V-17 memperlihatkan distribusi suhu udara pengering pada bidang XY pada Z = 1.8 m. Distribusi suhu udara di rak diperlihatkan pada Gambar V-18 hingga V-19 dan hasil kuantitatif suhu udara dinyatakan pada Tabel V-3. Rata-rata suhu udara dari seluruh rak adalah 45.3 o C dan nilai ragam 1.91 o C. Nilai ragam yang diperoleh dari simulasi disain skenario lebih baik dibandingkan dengan nilai ragam suhu pada skenario 1. Tabel V-3. Nilai ragam suhu udara pengering disain skenario Rak 1 Rak Rak 3 Rak 4 Rak 5 Rak 6 Rak 7 Rak 8 Rata-rata dari rak 1 hingga rak 8 Jarak (mm) Suhu rata-rata setiap rak( o C) Standar deviasi setiap rak( o C)

30 Gambar V-17. Distribusi suhu udara simulasi disain skenario, pada bidang XY pada Z = 1.8 m. Udara lingkungan masuk melalui inlet (ketinggian 1.4 m) bersuhu 30 o C, sebagian mengalir ke bawah karena tarikan kipas bawah, dan melewati penukar panas (suhu udara menjadi 59 o C). Oleh kipas bawah, udara disebarkan ke rak 1 hingga rak 7. Udara lingkungan yang melewati inlet sebagian lagi ke atas menuju ke rak atas (rak 8). Udara ini dipanaskan oleh adanya radiasi surya. Kipas tengah mendistribusikan udara ke rak-rak di bawahnya, yaitu rak 7, rak 6 dan rak 5 dan akhirnya menuju outlet. Di sini udara panas dari rak atas sebelum keluar melewati outlet, masih dapat dimanfaatkan oleh rak-rak di bawahnya. Rata-rata suhu tertinggi berada di rak atas (rak 8), yaitu 47.5 o C akibat pemanasan dari radiasi surya, dan terendah terjadi pada rak bawah (rak 1), yaitu 43.5 o C. Dengan merubah posisi ketinggian inlet dan outlet, diperoleh distribusi suhu udara yang lebih seragam pada skenario. Suhu udara pada rak 1 (Gambar V-18) memiliki kecenderungan yang seragam, terlihat dari bentuk kontur yang sederhana. Karena posisi inlet berada pada ketinggian 1.4 m (sejajar dengan rak 6), maka pada rak 6 udara terdistribusi lebih beragam (Gambar V-19). Namun udara panas pada rak 8 akibat dari radiasi surya dapat lebih menyebar ke bawah akibat dari efek hisapan dari outlet yang berada pada ketinggian 0.8 m (Gambar V-17).

31 Gambar V-18. Distribusi suhu udara simulasi disain skenario, pada rak 1 Gambar V-19. Distribusi suhu udara simulasi disain skenario, pada rak 6 Berdasarkan kedua skenario disain di atas, ternyata disain skenario memberikan hasil yang terbaik, dengan rata-rata nilai ragam pada seluruh rak sebesar 1.9 o C. Selanjutnya disain skenario ini akan dipilih untuk analisis posisi dan jumlah kipas pada skenario 3.

32 Distribusi Kecepatan Udara Pengering pada Pengering ERK. Disain skenario 1. Distribusi kecepatan pada penampang bidang XY pada Z = 1.8 m dinyatakan dalam Gambar V-0. Arah aliran udara pada penampang bidang XY pada Z = 1.8 m ditampilkan pada Gambar V-1 dan data kuantitasif hasil simulasi dinyatakan pada Tabel V-4. Rata-rata kecepatan dari seluruh rak adalah m/dt dan nilai ragam kecepatan dari seluruh rak adalah 0.06 m/dt. Udara di atas rak 4 (ketinggian 1 m) mempunyai nilai terbesar yaitu 0.07 m/dt, dimana posisinya tepat di depan inlet. Hal ini menyebabkan suhu udara di rak tersebut mempunyai nilai yang rendah. Kecepatan udara di rak 6 mempunyai nilai terkecil, yaitu 0.07 m/dt, karena pengaruh posisi outlet bertepatan pada posisi rak 6 (ketinggian 1.6 m). Udara di bagian atas ruang pengering mempunyai nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan udara di bawahnya, karena daya kipas tengah yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan kipas bawah. Gambar V-0. Distribusi kecepatan udara simulasi disain skenario 1, pada bidang XY pada Z = 1.8 m.

33 Gambar V-1. Vektor kecepatan udara simulasi disain skenario 1, pada bidang XY pada Z = 1.8 m. Gambar V-. Vektor kecepatan udara simulasi disain skenario 1, pada rak.

34 Gambar V-3. Vektor kecepatan udara simulasi disain skenario 1, pada rak 6. Gambar V-4. Vektor kecepatan udara simulasi disain skenario 1, pada rak 8. Pada Gambar V-, di bagian tengah rak, akibat dorongan kipas bawah, udara bergerak dengan kecepatan besar, kemudian mulai menurun ke bagian tepi rak. Rak 1 hingga rak 4

35 memiliki pola kontur aliran udara yang hampir sama, dengan nilai ragam kecepatan terbesar pada rak. Pada Gambar V-3, pengaruh kipas bawah semakin berkurang, sehingga kecepatan udara di rak 6 cenderung lebih seragam dibandingkan rak-rak lainnya. Pada Gambar V-4, kecepatan udara terpengaruh oleh adanya kipas tengah dan outlet. Udara terputar langsung menuju outlet. Tabel V-4. Nilai ragam kecepatan udara pengering disain skenario 1 Ketinggian (m) Kecepatan rata-rata (m/dt) Standar deviasi ratarata (m/dt) Rak 1 Rak Rak 3 Rak 4 Rak 5 Rak 6 Rak 7 Rak 8 Rata-rata dari rak 1 hingga rak Disain skenario Distribusi kecepatan dan vektor kecepatan pada penampang bidang XY pada Z = 1.8 m masing-masing dinyatakan dalam Gambar V-4 dan Gambar V-5. Kecepatan pada beberapa rak ditampilkan pada Gambar V-6, V-7 dan V-8. Data kuantitasif hasil simulasi dinyatakan pada Tabel V-5. Rata-rata kecepatan dari seluruh rak adalah m/dt dan nilai ragam kecepatan dari seluruh rak adalah 0.05 m/dt. Tabel V-5. Nilai ragam kecepatan udara pengering disain skenario Rak 1 Rak Rak 3 Rak 4 Rak 5 Rak 6 Rak 7 Rak 8 Rata-rata dari rak 1 hingga rak 8 Ketinggian (m) Kecepatan ratarata (m/dt) Standar deviasi kecepatan (m/dt)

36 Distribusi kecepatan pada rak 6 (ketinggian 1.4 m), yang tepat berada di depan inlet mempunyai nilai rata-rata kecepatan yang tertinggi. Kecepatan rata-rata terendah terletak pada rak 4, yaitu 0.03 m/dt, hal ini disebabkan oleh adanya pemisahan aliran udara, sebagian ke atas sejajar dengan posisi inlet, dan sebagian lagi ke bawah sejajar dengan posisi kipas bawah. Rak 4 tepat merupakan batas antara keduanya, oleh karena itu mempunyai nilai rata-rata terendah (Gambar V-5). Gambar V-5. Distribusi kecepatan udara simulasi disain skenario, pada bidang XY pada Z = 1.8 m.

37 Gambar V-6. Vektor kecepatan udara simulasi disain skenario, pada bidang XY pada Z = 1.8 m. Gambar V-7. Vektor kecepatan udara simulasi disain skenario, pada rak 1.

38 Gambar V-8. Vektor kecepatan udara simulasi disain skenario, pada rak 4. Nilai ragam yang dihasilkan dari simulasi disain skenario, juga lebih baik dibandingkan dengan disain skenario 1. Oleh karena itu berdasarkan hasil ini, disain skenario selanjutnya akan digunakan untuk menentukan posisi dan besarnya kipas, yang akan disimulasikan ke dalam disain skenario Distribusi RH Pengering pada Pengering ERK. RH udara dihitung berdasarkan nilai suhu udara yang dihasilkan dari simulasi CFD. Rata-rata RH udara pengering pada disain skenario 1 dan serta nilai ragam masing-masing rak diperlihatkan pada Tabel V-6. Keragaman RH udara juga mengikuti pola suhu udara. Disain skenario ternyata memberikan keragaman RH udara pengering yang lebih dibandingkan dengan disain skenario 1. Sehingga selanjutnya disain skenaio dipergunakan untuk menentukan tahap simulasi berikutnya. Tabel V-6. Nilai ragam RH udara pengering disain skenario 1 dan Rak ke- Ketinggian RH (%) disain skenario 1 RH (%) disain skenario rak (m) Rata-rata Nilai ragam Rata-rata Nilai ragam

39 Rata-rata dari seluruh rak Simulasi Aliran Fluida Pengering ERK Skala Lapang Modifikasi Distribusi Suhu, RH dan Kecepatan Udara Pengering pada Pengering ERK Skala Lapang Modifikasi Disain skenario 3. Berdasarkan hasil analisis pola aliran udara pada point dapat disimpulkan bahwa disain skenario memberikan nilai ragam yang lebih kecil dibandingkan dengan disain skenario 1. Oleh karena itu, modifikasi dilakukan pada disain skenario, untuk mendapatkan keseragaman suhu dan kecepatan yang lebih baik. Penambahan kipas atas berdiameter 0. m dan daya 100 W diberikan, dengan alasan bahwa, suhu udara di rak atas (rak 8) masih terlalu tinggi dibandingkan dengan suhu udara di rak-rak di bawahnya. Dengan meletakkan kipas atas di atas penukar panas di ketinggian 1.8 m sejajar dengan rak 8, maka diharapkan udara panas di rak 8 menjadi turun dan dapat didistribusikan secara merata ke rak-rak di bawahnya. Distribusi suhu dan serta vektor arah kecepatan udara pengering, masing-masing ditampilkan pada Gambar V-9, V-30 dan V-31. Sedangkan hasil kuantitatif suhu, kecepatan dan RH udara pengering dinyatakan pada Tabel V-7, V-8 dan V-9.

40 Gambar V-9. Distribusi suhu udara simulasi disain skenario 3, pada bidang XY pada Z = 1.8 m. Gambar V-30. Distribusi kecepatan udara simulasi disain skenario 3, pada bidang XY pada Z = 1.8 m.

41 Gambar V-31. Vektor kecepatan udara simulasi disain skenario 3, pada bidang XY pada Z = 1.8 m. Pada ketiga gambar di atas, dapat dilihat, adanya penurunan suhu udara di rak atas (rak 8) oleh karena tiupan angin dari kipas atas. Suhu udara menjadi semakin seragam dengan rata-rata 45.4 o C dan nilai ragam 1.6 o C yang lebih kecil dibandingkan dengan skenario 1 dan di atas. Namun dengan penambahan kipas, aliran udara menjadi lebih beragam, yaitu dengan rata-rata 0.05 m/dt dan nilai ragam 0.03 m/dt. Nilai ini lebih besar dibandingkan skenario 1 dan. Hal ini diperjelas dengan Gambar V-3 hingga Gambar V-35. Kontur suhu dan kecepatan dengan nilai ragam terkecil masing-masing ditunjukkan pada Gambar V-3 dan Gambar V-34. Sedangkan Kontur suhu dan kecepatan dengan nilai ragam terbesar masing-masing ditunjukkan pada Gambar V-33 dan Gambar V-35.

42 Gambar V-3. Distribusi suhu udara simulasi disain skenario 3, pada rak 1. Gambar V-33. Distribusi suhu udara simulasi disain skenario 3, pada rak 8.

43 Gambar V-34. Distribusi kecepatan udara simulasi disain skenario 3, pada rak 4. Gambar V-35. Distribusi kecepatan udara simulasi disain skenario 3, pada rak 8. Tabel V-7. Nilai ragam suhu udara pengering disain skenario 3

44 Rak 1 Rak Rak 3 Rak 4 Rak 5 Rak 6 Rak 7 Rak 8 Rata-rata seluruh rak Ketinggian (m) Suhu rata-rata (m/dt) Standar deviasi suhu ( o C) Tabel V-8. Nilai ragam kecepatan udara pengering disain skenario 3 Rak 1 Rak Rak 3 Rak 4 Rak 5 Rak 6 Rak 7 Rak 8 Rata-rata dari rak 1 hingga rak 8 Ketinggian (m) Kecepatan ratarata (m/dt) Standar deviasi kecepatan (m/dt) Tabel V-9. Nilai ragam RH udara pengering disain skenario 3 Rak 1 Rak Rak 3 Rak 4 Rak 5 Rak 6 Rak 7 Rak 8 Rata-rata dari rak 1 hingga rak 8 Ketinggian (m) RH rata-rata (%) Standar deviasi RH (%) Simulasi Aliran Fluida Pengering ERK Skala Lapang Modifikasi pada Malam Hari Pada malam hari, dimana tidak ada pengaruh radiasi surya, maka energi pengeringan hanya mengandalkan pemanasan dari biomass yang dipindahkan ke dalam ruang pengering melalui penukar panas. Suhu udara lingkungan pada malam hari berkisar pada 6 o C, hal ini sangat mempengaruhi suhu udara pengering. Sehingga untuk mendapatkan suhu udara pengering yang sama dengan suhu udara pengering pada siang hari yaitu pada kisaran 40 o C hingga 45 o C, maka diperlukan jumlah biomassa yang lebih banyak dibandingkan penggunaan bimassa pada siang hari. Disain skenario atau 3 dipilih dengan posisi inlet pada ketinggian 1.4 m dan outlet pada ketinggian 0.8 m. Penggunaan kipas pada kondisi ini hanya diperlukan untuk menyebarkan panas dari penukar panas ke seluruh ruangan. Oleh karena itu hanya kipas bawah di depan penukar panas yang digunakan. Kipas atas dan kipas tengah tidak perlu dinyalakan pada malam hari. Penggunaan kipas atas dan kipas tengah justru memperbesar nilai ragam suhu dan nilai ragam kecepatan, yaitu masing-masing.5 o C dan 0.03 m/dt. Berdasarkan hasil simulasi CFD, penggunaan kipas atas dan tengah menyebabkan turunnya suhu pada rak bagian atas.

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA IV. KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA 4.1. Penelitian Sebelumna Computational Fluid Dnamics (CFD) merupakan program computer perangkat lunak untuk memprediksi

Lebih terperinci

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai BAB V PERCOBAAN V. PERCOBAAN 5.1. Bahan dan alat Bahan dan peralatan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari model alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan penting sebagai bahan pangan pokok. Revitalisasi di bidang pertanian yang telah dicanangkan Presiden

Lebih terperinci

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perancangan bangunan. Sebuah bangunan seharusnya dapat mengurangi pengaruh iklim

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Simulasi Model Pengering dengan Gambit 5.1.1. Bentuk domain 3D model pengering Bentuk domain 3D ruang pengering diperoleh dari proses pembentukan geometri ruang pengering

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Lab. Surya Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kolektor Surya Pelat Datar Duffie dan Beckman (2006) menjelaskan bahwa kolektor surya adalah jenis penukar panas yang mengubah energi radiasi matahari menjadi panas. Kolektor surya

Lebih terperinci

Vol. 17, No. 1, April 2003

Vol. 17, No. 1, April 2003 Vol. 17, No. 1, April 2003 ANALISIS DlSTRlBUSl SUHU DAN KECEPATAN ALIRAN UDARA DALAM RUANG PENGERING BERENERGI SURYA MENGGUNAKAN CFD (Analysis of Temperature and Air Flow Distribution in Solar Dryer Using

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Tanaman

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Tanaman II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Tanaman Rumah tanaman merupakan suatu tempat tanaman untuk tumbuh dan berkembang dengan kondisi lingkungan mikro yang telah diatur agar mendekati kondisi yang optimum. Khusunya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Titik Fokus Letak Pemasakan Titik fokus pemasakan pada oven surya berdasarkan model yang dibuat merupakan suatu bidang. Pada posisi oven surya tegak lurus dengan sinar surya, lokasi

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Pre-processor

PENDEKATAN TEORITIS. Pre-processor PENDEKAAN EORIIS eknik Simulasi Menggunakan Computational Fluid Dnamics (CFD) Pola distribusi suhu dan kelembaban udara relatif (RH) pada suatu ruangan tertentu dapat dianalisis menggunakan CFD. Dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nutrient Film Technique (NFT) Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor

Lebih terperinci

BAB III. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI DAN OPERASI PENGERING EFEK RUMAH KACA

BAB III. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI DAN OPERASI PENGERING EFEK RUMAH KACA BAB III. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI DAN OPERASI PENGERING EFEK RUMAH KACA 3.1. PENDAHULUAN 3.1.1. Latar Belakang Rancang bangun pengering diperlukan untuk mendapatkan performansi pengeringan yang sesuai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PHPT, Muara Angke, Jakarta Utara. Waktu penelitian berlangsung dari bulan April sampai September 2007. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

PENENTUAN PUTARAN PADA PENGERING SURYA TIPE RAK BERPUTAR DAN PEMODELAN PENGERING DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS SUERITAH HENNY WANTI

PENENTUAN PUTARAN PADA PENGERING SURYA TIPE RAK BERPUTAR DAN PEMODELAN PENGERING DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS SUERITAH HENNY WANTI PENENTUAN PUTARAN PADA PENGERING SURYA TIPE RAK BERPUTAR DAN PEMODELAN PENGERING DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS SUERITAH HENNY WANTI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. RUMAH TANAMAN Rumah tanaman atau greenhouse di kawasan tropika basah berfungsi sebagai bangunan perlindungan tanaman baik pada budidaya tanaman dengan media tanam maupun dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah Analisis distribusi suhu dan kelembaban udara dilakukan pada saat kandang tidak diisi sapi (kandang kosong). Karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju kerusakan bahan akibat aktivitas biologis

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan dan intensifikasi penggunaan air, masalah kualitas air menjadi faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya air di berbagai belahan bumi. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Cengkeh termasuk ke dalam famili Myrtaceae yang berasal dari Maluku. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan yang cukup potensial dalam upaya memberikan kesempatan

Lebih terperinci

ALFREDO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

ALFREDO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR SIMULASI PENENTUAN POSISI DAN DAYA KIPAS UNTUK KESERAGAMAN POLA ALIRAN UDARA PANAS PADA PENGERING ERK TIPE RAK DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) ALFREDO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

PROFIL SUHU PADA PROSES PENGERINGAN PRODUK PERTANIAN DENGAN SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

PROFIL SUHU PADA PROSES PENGERINGAN PRODUK PERTANIAN DENGAN SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Reaktor, Vol. 12 No. 3, Juni 2009, Hal. 195-202 PROFIL SUHU PADA PROSES PENGERINGAN PRODUK PERTANIAN DENGAN SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) M. Syaiful 1,*) dan Hargono 2) 1) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA

PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA Tekad Sitepu Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Pengembangan mesin-mesin pengering tenaga surya dapat membantu untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PERANGKAT LUNAK COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) DALAM MENGANALISIS SISTEM PENGERING IKAN TUNA BERTENAGA SURYA

PENGGUNAAN PERANGKAT LUNAK COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) DALAM MENGANALISIS SISTEM PENGERING IKAN TUNA BERTENAGA SURYA JURNAL LOGIC. VOL. 15. NO. 3. NOPEMBER 2015 137 PENGGUNAAN PERANGKAT LUNAK COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) DALAM MENGANALISIS SISTEM PENGERING IKAN TUNA BERTENAGA SURYA I Nyoman Budiarthana 1), I G.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORI ... (2) k x ... (3) 3... (1)

PENDEKATAN TEORI ... (2) k x ... (3) 3... (1) PENDEKATAN TEORI A. Perpindahan Panas Perpindahan panas didefinisikan seagai ilmu umtuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya peredaan suhu diantara enda atau material (Holman,1986).

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA Disusun Oleh: Erni Zulfa Arini NRP. 2110 100 036 Dosen Pembimbing: Nur

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR...xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI 3.1 KONDISI ALIRAN FLUIDA Sebelum melakukan simulasi, didefinisikan terlebih dahulu kondisi aliran yang akan dipergunakan. Asumsi dasar yang dipakai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah mesin yang mengkonversikan energi mekanik menjadi energi tekanan. Menurut beberapa literatur terdapat beberapa jenis pompa, namun yang akan dibahas dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan 134 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh

Lebih terperinci

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Perpindahan Panas Konveksi Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Pengantar KONDUKSI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI RADIASI Perpindahan Panas Konveksi Konveksi

Lebih terperinci

KAJIAN POLA SEBARAN ALIRAN UDARA PANAS PADA MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA HIBRID TIPE RAK BERPUTAR MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

KAJIAN POLA SEBARAN ALIRAN UDARA PANAS PADA MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA HIBRID TIPE RAK BERPUTAR MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS KAJIAN POLA SEBARAN ALIRAN UDARA PANAS PADA MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA HIBRID TIPE RAK BERPUTAR MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS PUJI WIDODO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Rumah Tanaman (Greenhouse)

II. TINJAUAN PUSTAKA Rumah Tanaman (Greenhouse) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Tanaman (Greenhouse) Menurut Nelson (1978) dalam Suhardiyanto (2009) mendefinisikan rumah tanaman sebagai suatu bangunan untuk budidaya tanaman yang memiliki struktur atap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Rumah tanaman yang digunakan terletak di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo Leuwikopo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dalam rumah tanaman di Laboratorium Lapangan Leuwikopo dan Laboratorium Lingkungan Biosistem, Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

SIMULASI RANCANGAN MESIN PENGERING EFEK RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN UNTUK PENGERINGAN KOMODITI HASIL PERTANIAN

SIMULASI RANCANGAN MESIN PENGERING EFEK RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN UNTUK PENGERINGAN KOMODITI HASIL PERTANIAN SIMULASI RANCANGAN MESIN PENGERING EFEK RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN UNTUK PENGERINGAN KOMODITI HASIL PERTANIAN Sholahuddin 1), Leopold O Nelwan 2), Abdul Roni Angkat 3) 1) Staf Pengajar pada Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi Konduksi Mantap 2-D Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi ermal) Konduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut

Lebih terperinci

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Beberapa topik tegangan permukaan Fenomena permukaan sangat mempengaruhi : Penetrasi melalui membran

Lebih terperinci

ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD

ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepagejurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD Imron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat dewasa ini sangat mempengaruhi jumlah ketersediaan sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui yang ada di permukaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE... JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan

Lebih terperinci

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik

Lebih terperinci

SIMULASI SUHU UDARA PADA RUANG PENGERING HYBRID TIPE RAK GANDA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS PRIYOHADI WIDYATMO

SIMULASI SUHU UDARA PADA RUANG PENGERING HYBRID TIPE RAK GANDA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS PRIYOHADI WIDYATMO SIMULASI SUHU UDARA PADA RUANG PENGERING HYBRID TIPE RAK GANDA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS PRIYOHADI WIDYATMO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern, teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini akan mempengaruhi pada jumlah konsumsi bahan bakar. Permintaan konsumsi bahan bakar ini akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersedia di pasaran umum (Mujumdar dan Devhastin, 2001) Berbagai sektor industri mengkonsumsi jumlah energi berbeda dalam proses

I. PENDAHULUAN. tersedia di pasaran umum (Mujumdar dan Devhastin, 2001) Berbagai sektor industri mengkonsumsi jumlah energi berbeda dalam proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peralatan pengering berlangsung seiring dengan tuntutan tingkat performansi alat yang tinggi dengan berbagai faktor pembatas seperti ketersediaan sumber

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG. SIDANG TUGAS AKHIR STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEBERANGKATAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA FITRI SETYOWATI 2110 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi merupakan hal mendasar yang dibutuhkan dalam usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat. Seiring dengan meningkatnya taraf hidup serta kuantitas

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI Aliran Viscous Berdasarkan gambar 1 dan, aitu aliran fluida pada pelat rata, gaa viscous dijelaskan dengan tegangan geser τ diantara lapisan fluida dengan rumus: du τ µ

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA A III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA 3.1 Teori Dasar Metode Volume Hingga Computational fluid dnamic atau CFD merupakan ilmu ang mempelajari tentang analisa aliran fluida, perpindahan panas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data 4.1 Data Percobaan Parameter yang selalu tetap pada tiap percobaan dilakukan adalah: P O = 1 atm Panci tertutup penuh Bukaan gas terbuka penuh Massa air pada panci

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG Oleh: ANANTA KURNIA PUTRA 107.030.047 Dosen Pembimbing: Ir. JOKO SASETYANTO, MT D III TEKNIK MESIN FTI-ITS

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN AKIBAT PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA PADA ALAT PENUKAR KALOR JENIS RADIATOR FLAT TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN SKS : 3 HIROLIKA Oleh : Acep Hidayat,ST,MT. Jurusan Teknik Perencanaan Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Universitas Mercu Buana Jakarta 2011 MODUL 12 HUKUM KONTINUITAS

Lebih terperinci

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Beberapa topik tegangan permukaan

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi 4.1 Pertimbangan Awal Pembakar (burner) adalah alat yang digunakan untuk membakar gas hasil gasifikasi. Di dalam pembakar (burner), gas dicampur

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR Bayu Kusuma Wardhana ), Vivien Suphandani Djanali 2) Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT 6.2.16 Ridwan Arief Subekti, Anjar Susatyo, Jon Kanidi Puslit Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI Komplek LIPI,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN PENGARUH KECEPATAN UDARA. PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN A. Walujodjati * Abstrak Penelitian menggunakan Unit Aliran Udara (duct yang

Lebih terperinci

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK ANALISA ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA SIRKULAR DAN PIPA SPIRAL UNTUK INSTALASI SALURAN AIR DI RUMAH DENGAN SOFTWARE CFD Oleh : MARIO RADITYO PRARTONO 1306481972 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci