BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING
|
|
- Devi Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING Perancangan yang akan dilakukan meliputi penentuan dimensi atau ukuran ukuran utama dari alat pengering berdasarkan spesifikasi kopra yang akan dikeringkan. Alat pengering ini akan memiliki ruang pengeringan yang terisolasi, tray dan rak bahan yang akan dikeringkan dan tempat air yang akan dipanaskan serta ruang bahan bakar.alat pengering ini tidak memakai fan atau kipas dalam proses pengeringan. Sehingga kipas tidak dirancang dalam alat pengering ini Data Kopra Kelapa biasanya dibelah menjadi dua bagian dan airnya dipisahkan sebelum dimasukkan ke ruang pengeringan. Data rata- rata kopra didapat sebagai berikut : - Diameter = 12 cm - Tinggi = 6 cm - Berat = 0,5 kg - Kadar air awal = 55% - Kadar air akhir = 5-6 % Setelah dibelah dua, luas penampang rata rata untuk 1 buah kopra yang akan diletakkan pada tray adalah 3.2. Penentuan dimensi alat pengering Alat pengering kopra yang dirancang akan memiliki ruang pengeringan yang terisolasi, tray dan rak bahan yang akan dikeringkan dan tempat air yang akan dipanaskan serta ruang bahan bakarsehinggaperancangan alat pengering ini dapat dibagi menjadi 5 kategori utama, yaitu : 1. Ruang pemanas (heating room) Sebagai sebuah alat pengering (dryer) maka ruang pemanas harus cukup mampu menampung produk yang akan dikeringkan. Ruang pemanas tidak boleh
2 terlalu besar sehingga menyebabkan aliran panas tidak maksimal juga rugi kalor melalui dinding juga besar dan tidak boleh terlalu kecil. Untuk penelitian ini, karena distribusi temperatur akan diamati pada sejumlah titik disepanjang ruang pemanas maka pada alat pengering ini dilakukan jumlah pembatasan tingkat/ kamar pengeringan. Dalam hal ini ditentukan 3 tingkat/ kamar pengeringan yang pada masing masing tingkat akan diamati perubahan temperaturnya pada 3 titik selama siklus pengeringan. Sehingga, seluruh titik pengamatan berjumlah 9 titik. Seperti terlihat pada gambar 3.1. Dengan alasan penelitian, maka dirancanglah ruang pengeringan yang cukup untuk menampung produk dengan kapasitas 20 kg. Dengan alasan alasan tersebut maka ukuran ruang pengeringan ditentukan sebagai berikut : - Panjang = 60 cm - Lebar = 40 cm - Tinggi = 100 cm Gambar 3.1. Ruang bahan pengeringanyang dirancang
3 2. Tray Tray digunakan sebagai media penampung kopra yang selanjutnya akan diletakkan/ dimasukkan ke dalam ruang pemanas/ pengering. Tray dibuat dengan bahan yang mampu menghantarkan panas secara konduksi dari sumber panas ke bahan dan tidak menghambat aliran panas konveksi dari sumber panas ke bahan. Atas pertimbangan tersebut, maka tray dibuat dengan bahan yang memilki mess yang cukup untuk mengalirkan panas konveksi. Dengan mempertimbangkan jumlah tingkat/ kamar pengeringan dan disesuaikan dengan ukuran ruang pengering serta karena tinggi rata rata masing masing kopra 6 cm, maka secara keseluruhan ditentukan ukuran tray ditentukan sebagai berikut : - Panjang = 60 cm - Lebar = 40 cm - Tebal = 0,5 cm - Jarak antar tray = 8 cm Pada tray sengaja dibuat ruang untuk aliran uap, yakni masing- masing 5 cm dari tepi sisi kanan, kiri dan belakang tray. Kapasitas tray ditentukan dengan cara sebagai berikut : Luas penampang tray : Kapasitas kopra untuk tiap tray : Dari hasil perhitungan di atas, ditentukan untuk masing- masing tray dapat menampung 6 buah kopra/ tray, jika berat rata- rata kopra adalah 0,5 kg/buah, maka kapasitas maksimum (dalam kg) per tray adalah
4 Sehingga untuk tiap tray, dibuat untuk dapat menampung maksimal 3 kg kopra. Dari hasil perhitungan di atas, ditentukan jumlah tray maksimum adalah 9 buah sehingga kapasitas alat pengering kopra maksimum adalah 27 kg. Namun, untuk alasan penelitian dan disesuaikan dengan jumlah titik pengamatan maka dibuat jumlah tray sebanyak 3 buah dengan kapasitas masing- masing tray adalah 2 kg. Dan jarak antar tray sebesar 15 cm. Sehingga, kapasitas total alat pengering selama pengujian adalah 6 kg. Karena tidak memakai kipas atau fan, maka untuk menghasilkan distribusi suhu yang merata pada alat pengering ini dirancanglah bentuk tray atau rak penampungan bahan yang nantinya dapat membentuk pola aliran udara panas yang mampu mendistribusikan suhu sehingga suhu di dalam alat menjadi merata. Untuk menghasilkan bentuk tray yang diinginkan, harus dilakukan terlebih dahulu beberapa pengujian. Bentuk pengujian yang dilakukan ialah pengujian hampa yaitu alat pengering yang telah jadi dites dengan tidak menggunakan bahan yang akan dikeringkan. Dari beberapa pengujian hampa ini akan didapat bentuk tray yang sesuai dan menghasilkan pola aliran udara panas yang merata tiap tingkatannyaseperti terlihat pada gambar 3.2 dan Alat pemanas (heater) Heater digunakan sebagai tempat penampung air yang selanjutnya akan dipanaskan, sehingga secara tak langsung heater berperan untuk mengalirkan kalor dari ruang bakar ke ruang pemanas/ pengering. Penggunaan air disini dengan alasan bahwa air yang dipanaskan sampai temperatur yang cukup tinggi akan melepaskan energi yang lebih besar dibandingkan pemanasan plat secara langsung. Selain itu, uap air yang dihasilkan juga dimanfaatkan untuk membantu pemanasan dalam ruang pengering karena berdasarkan pertimbangan bahwa massa jenis uap air lebih rendah dibandingkan udara seiring peningkatan temperatur.
5 Gambar 3.2. Bentuk Tray yang dirancang Gambar 3.3. Pola aliran udara yang terjadi Pada alat pengering ini, tidak digunakan alat pengontrol aliran udara untuk mendorong aliran udara melintasi heater untuk kemudian diteruskan ke ruang pengeringan. Atas alasan ini, heater dibuat menyatu dalam ruang pemanasan/ pengering.
6 Dengan mempertimbangkan kebutuan air yang cukup banyak dalam tiap siklus pengeringan, maka dibuat saluran pengeringan yang memungkinkan dilakukannya penambahan air untuk mngantisipasi kehabisan air. Material yang digunakan untuk membuat heater ini adalah pelat baja karbon St 37 dengan ketebalan pelat 2 mm. Dibagian atas heater diberi beberapa lubang dengan diameter 10 mm. Lubang pada heater berfungsi untuk memudahkan uap air panas keluar menuju ruang bahan pengeringan. Setelah selesai dirancang, nantinya heater akan dilapisi cat untuk mengurangi korosi pada heater tersebut. Atas alasan alasan tersebut maka ditentukan ukuran ukuran heater sebagai berikut : - Panjang = 30 cm - Lebar = 30 cm - Tinggi = 10 cm - Kapasitas = 9 liter Dengan ukuran tersebut maka dapat dihitung kapasitas (volume) heater sebagai berikut : Volume = Panjang Lebar Tinggi = 30 cm 30 cm 10 cm = 9000 cm 3 = 9 dm 3 = 9 liter Bentuk dan ukuran utama heater dapat dilihat pada gambar Ruang bakar Alat pengering ini selain menggunakan bahan bakar berupa kayu bakar, digunakan juga minyak tanah sehingga dibutuhkan ruang bakar yang cukup untuk memuat kompor minyak tanah. Seperti terlihat pada Gambar 3.5, ditentukan ukuran ruang bakar sebagai berikut : - Panjang = 60 cm - Lebar = 40 cm - Tinggi = 50 cm
7 Gambar 3.4. Heater yang dirancang Gambar 3.5. Ruang bahan bakaryang dirancang
8 5. Penentuan dimensi atau ukuran utama alat pengering secara keseluruhan Konsruksi secara umum alat pengering yang dirancang seperti terlihat pada gambar 3.6. Atas dasar penentuan ukuran ukuran sebelumnya maka diperoleh ukuran keseluruhan alat pengering sebagai berikut : Cabinet Dryer tipe Tray dryer - Panjang = 60 cm - Lebar = 40 cm - Tinggi = 150 cm Pintu ruang alat pengering dilengkapi kaca dengan maksud untuk mempermudah melakukan pemantauan terhadap kesediaan air dalan heater. Adapun ukurannya adalah sebagai berikut : - Lebar = 20 cm - Tebal = 5mm - Tinggi = 35 cm Selain itu, untuk meminimalisasi rugi kalor di sepanjang ruang pengering dipasang bahan isolasi berupa karet keras dengan ketebalan 10 mm dan koefisien perpindahan panas konduksi, k r sebesar 0,013 W/m. o C. Keterangan gambar : 1. Cabinet Dryer 2. Tray 3. Heating room 4. Heater 5. Ruang bakar Gambar 3.6.Cabinet Dryer tipe tray dryer
9 3.7. Skema tiga dimensi alat pengering yang telah dibuat dapat dilihat pada gambar Gambar 3.7. Alat pengering yang dirancang 3.3. Prinsip kerja alat pengering Berdasarkan literatur yang terdapat pada bab 2, proses pengeringan terbagi atas tiga macam yaitu pengeringan dengan cara alami, pengeringan dengan udara panas dan pengeringan dengan uap air. Maka dipilihlah proses pengeringan dengan uap air untuk alat pengering yang akan dirancang. Alasan pemilihan pengeringan dengan uap air karena pengeringan dengan uap air memiliki beberapa keunggulan dibanding pengeringan dengan udara panas seperti tertulis pada bab 2. Salah satu keunggulan pengeringan dengan uap air adalah uap air panas mempunyai sifat pindah panas yang lebih unggul dari pada udara pada suhu yang sama. Selain itu, proses pindahan panas secara konveksi pada pengeringan dengan uap air lebih merata dibanding pengeringan dengan udara panas. Karena uap air yang terdapat pada alat pengering lebih cepat menyebar diseluruh bagian dalam alat pengering. Sehingga
10 proses pengeringan juga lebih cepat jika menggunakan uap air panas. Keunggulan lainnya adalah massa jenis uap pada temperatur tinggi lebih rendah daripada massa jenis udara pada temperatur yang sama, sehingga secara alami uap akan lebih mudah naik jika dipanaskan hingga pada temperatur tinggi. Laju aliran panas yang dilalui oleh uap air di dalam alat pengering dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 3.8. Laju aliran panas pengeringan dengan uap air Prinsip kerja alat pengering dengan memanfaatkan uap air adalah dengan melakukan pemanasan air terlebih dahulu. Air yang terdapat pada heater dipanaskan hingga menghasilkan uap. Karena pada alat pengering ini tidak digunakan fan sebagai pengontrol aliran udara, maka proses perpindahan panas berlangsung secara alami. Selain itu, karena heater menyatu dengan ruang pemanas dan sekaligus untuk membantu pemanasan udara, sebagian kecil uap air dilepas untuk membawa kalor di sepanjang hamparan kopra.
11 Uap air memiliki massa jenis yang lebih rendah dari udara pada temperatur tinggi sehingga amat membantu proses pemanasan kopra. Dari dinding kopra, terjadi aliran panas konduksi disepanjang plat di dalam ruang pengering sehingga hal ini juga turut membantu pemanasan udara di dalam ruang pengering. Pada alat pengering ini, terdapat saluran air yang terhubung lansung ke heater dan dapat dibuka tutup menggunakan elbow. Tujuan dari pengadaan saluran air ini adalah untuk mengantisipasi kekurangan air selama proses pengeringan berlangsung. Ketersediaan air di dalam heater dapat diamati secara lansung melalui pintu yang sengaja di desain menggunakan kaca. Jika temperatur di dalam ruang pengering telah cukup tinggi (± 100 o C), maka saluran pembuangan yang terletak di dinding belakang alat pengering dapat dibuka dengan tujuan mengurangi tekanan dalam ruang pengering. Hal ini secara langsung juga akan menurunkan temperatur dalam ruang pengering tersebut Material yang Digunakan dalam Perancangan Alat Pengering Setelah perancangan alat pengering selesai dilaksanakan, maka selanjutnya dilakukan pembuatan alat pengering. Pada proses pembuatan alat pengering ini, bahan atau material yang diperlukan antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 3.1. Material yang diperlukan untuk membuat alat pengering No Bahan Satuan Jumlah 1 Pelat baja karbon St 37 (1 m 2 m 2 mm) lembar 2 2 Karet isolasi (1 m 2 m 1 cm) lembar 2 3 Karet pelapis m 10 4 Lem buah 10 5 Kaca (25 cm 70 cm 5 mm) buah 1 6 Roda alat pengering set 4 7 Baut & mur set 3 8 Pipa besi diameter 2 m 1 / 2 9 Pipa besi diameter 1 / 2 m 1 10 Elbow 1 / 2 set 2 11 Kran air set 2 12 Kawat jaring aluminium (60 cm 40 cm) lembar 1 13 Dempul Kaleng 2 14 Cat Besi Kaleng 1 15 Sensor Thermocouple unit 9
12 3.5. Pelaksanaan Perancangan Alat Pengering Secara garis besar pelaksanaan perancangan alat pengering ini akan dilaksanakan berurutan dan sisitematis,seperti ditunjukkan pada gambar 3.9. START Indentisifikasi masalah Study Literature Perancangan alat pengering Analisa Perancangan - Dimensi Alat Pengering - Performance Alat Pengeringyang Dirancang SELESAI Gambar 3.9. Diagram Alir Pelaksanaan Perancangan
13 BAB IV PENGUJIAN ALAT PENGERING 4.1. Tempat dan Waktu Pengujian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Mekanik, gedung Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,, Medan. Pengujian ini dilaksanakan dengan menggunakan alat pengering yang telah selesai dirancang dan kemudian dibuat untuk dapat diaplikasikan sesuai fungsinya. Pengujian ini dilaksanakan sejak alat pengering selesai dibuat sampai proses pengeringan bahan. Proses pengujian ini berlangsung selama 2 bulan, yaitu sejak bulan Oktober 2009 sampai dengan Desember Alat a) Alat Pengering Alat pengering ini dibuat berdasarkan hasil rancangan terlebih dahulu. Alat pengering ini dibuat bertujuan untuk mengeringkan produk pertanian sebagai solusi dari permasalahan cuaca di Indonesia yang tidak stabil. Kapasitas pengeringan dari alat ini tergantung pada produk pertanian yang akan dikeringkan. Adapun alat pengering yang dibuat seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1. Alat pengering yang digunakan
14 b) Heater Alat ini digunakan sebagai tempat pemanasan air yang akan dipanaskan di dalam alat pengering. Udara panas yang dihasilkan dari pemanasan heater ini yang nantinya dimanfaatkan untuk mempercepat proses pemanasan. Adapun bentuk heater yang telah dibuat seperti terlihat pada gambar 4.2. Gambar 4.2. Heater c) Thermocouple Thermometer Untuk melakukan pengukuran temperatur yang terjadi didalam alat pengering digunakan instrumen pengukuran temperatur,yaitu Thermocouple ThermometerTipe KW Krisbow (seperti terlihat pada Gambar 4.3). Setting instrumen pengukuran temperatur ini dilakukan pada saat akan melakukan pengukuran temperatur yang terjadi didalam alat pengering selama proses pengeringan berlangsung. Spesifikasi Thermocouple Thermometer Tipe KW Krisbow sebagai berikut: Nama : Digital thermometer, single input Input sensitivity : User selectable 0.1 o C or 1 o C Temperatur range : o C ~ 1300 o C - 58 o F ~ 2000 o F Accuracy range : ± 0.5 % ± 1 o C ± 0.5 % ± 2 o F Ukuran : 165 x 76 x 43 mm
15 Berat : 403 gram Sumber daya : dua buah baterai 1,5 V Alkaline Gambar 4.3.Thermocouple Thermometer d) Thermo Anemometer Untuk melakukan pengukuran terhadap kecepatan udara pengering diantara kopra yang terjadi didalam alat pengering digunakan instrumen pengukuran yaitu Thermo Anemometer (seperti terlihat pada Gambar 4.4). Setting instrumen ini dilakukan pada saat proses pengeringan berlangsung. Spesifikasi Thermo Anemometer sebagai berikut: Nama : DigitalHot Wire Thermo Anemometer Specifications range : 0.2 m/s ~ 20.0 m/s 0.7 km/h ~ 72.0km/h 40 ft/min ~ 3940 ft/min 0.5 MPH ~ 44.7 MPH 0.4 knots ~ 31.1 knots Temperature range : 32 o F~ 122 o F (0 o C ~ 50 o C) Accuracy range : 0.1 m/s 0.1 km/h 1 ft/min
16 0.1 MPH 0.1 knots 0.1 o F/ o C Ukuran : 175 x 86 x 47 mm Berat : 510 gram Gambar 4.4.Thermo Anemometer e) Relative Humidity Meter Untuk melakukan pengukuran terhadap kelembaban relative udara pengering yang terjadi selama proses pengeringan digunakan instrumen pengukuran yaitu Relative Humidity Meter (seperti terlihat pada Gambar 4.5). Setting instrumen ini dilakukan pada saat proses pengeringan berlangsung. Spesifikasi Relative Humidity Meter sebagai berikut: Nama : Relative Humidity Meter 2080R Digitron Air temperature : -10 o C ~ 100 o C 14 o F ~ 212 o F Humidity range : 0 % RH ~ 100 % RH Thermocouple model : Type K Temperatur range : o C ~ 1350 o C o F ~ 2462 o F
17 f) Thermometer Gambar 4.5.Relative Humidity Meter Fungsi alat ini hampir sama dengan ThermocoupleThermometer yaitu untuk melakukan pengukuran temperatur yang terjadi didalam alat pengering. Setting instrumen pengukuran temperatur ini dilakukan pada saat akan melakukan pengukuran temperatur yang terjadi didalam alat pengering selama proses pengeringan berlangsung.thermometer ini seperti terlihat pada gambar 4.6. Spesifikasi ThermometerKW Krisbow sebagai berikut: Nama : Thermometer Input sensitivity : User selectable 0.1 o C or 1 o C Temperatur range : o C ~ 250 o C - 40 o F ~ 482 o F Accuracy range : ± 2 % ± 2 o C ± 2 % ± 2 o F Sampling time : 2.0 seconds Sumber daya : Baterai LR44 (1.5V)
18 g) Kompor Gambar 4.6.Thermometer Pada pengujian ini, kompor digunakan sebagai alat untuk memanaskan atau memasak air yang terdapat di dalam alat pengering sehingga menghasilkan uap air.kompor yang digunakan memiliki sumbu sebanyak 16 buah dengan kapasitas bahan bakar 2 liter minyak tanah. Adapun kompor yang digunakan diperlihatkan pada gambar 4.7. h) Timbangan Gambar 4.7.Kompor Timbangan digunakan untuk mengukur berat produk yang akan dikeringkan. Alat ini digunakan pada saat produk sebelum dikeringkan dan sesudah dikeringkan. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar pengurangan berat produk setelah mengalami proses pengeringan dengan alat pengering. Kapasitas pengukuran timbangan ini adalah 5 kg dengan graduation 20 gram. Adapun timbangan yang digunakan diperlihatkan pada gambar 4.8.
19 i) Kayu bakar Gambar 4.8.Timbangan Kayu bakar ini digunakan sebagai bahan bakar untuk memanaskan air pada heater alat pengering. Kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar alternatif karena ketersediaan minyak tanah yang semakin terbatas. Adapun komkayu bakar yang digunakan diperlihatkan pada gambar 4.9. Gambar 4.9.Kayu bakar 4.3. Bahan Dalam pengujian ini, bahan atau produk pertanian yang akan dikeringkan adalah kopra atau daging buah kelapa (seperti terlihat pada gambar 4.10). Kopra yang
20 berasal dari buah kelapa ini didapat dari kebun kelapa yang baru dipanen oleh para petani kelapa. Kopra yang akan dikeringkan adalah seberat 6 kg. Gambar Kopra yang akan dikeringkan 4.4. Prosedur Pengujian Prosedur pengujian yang akan dilakukan terdiri dari 2 tahapan, yaitu pengujian langsung dan pengujian tak langsung. Pada unit pengujian langsung, seluruh variabel yang diukur langsung pada saat pengujian, nilainya bisa langsung diketahui tanpa perhitungan lebih lanjut. Tahapan pengujian langsung terdiri dari distribusi suhu yang terjadi pada alat pengering sewaktu proses pengeringan berlangsung ( o C), kebutuhan air (L/jam), waktu pengeringan (jam), berat bahan pada saat sebelum dan sesudah pengeringan (Kg).Alat bantu yang digunakan adalah Single Input Thermocouple Thermometer ( o C), Thermo Anemometer, Relative Humidity Meter, Thermometer dan timbangan (Kg). Seluruh unit pengujian langsung digunakan sebagai input data untuk mendapatkan nilai unit pengujian tak langsung. Pada unit pengujian tak langsung, seluruh variabel nilainya didapat dari perhitungan dan digunakan bahan pengamatan atau analisis. Pada pengujian ini variabel yang dihitung terdiri dari kebutuhan energi (kj/kg) dankadar air (%) kopra setelah dikeringkan berdasarkan Standard Nasional Indonesia. Data hasil pengujian ini akan dikembangkan atau dihitunguntuk mendapatkan berapa besar kebutuhan energi selama proses pengeringan berlangsung. Selain itu dari data tersebut akan diperoleh berapa kadar air kopra setelah dikeringkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
21 1. Prosedur pengujian langsung Prosedur untuk pengujian langsung terdiri dari: a) Bahan yang akan dikeringkan diukur terlebih dahulu berat awalnya dengan menggunakan timbangan. b) Setelah diukur beratnya, bahan diletakkan secara merata di atas tray. c) Kemudian bahan dimasukkan ke dalam alat pengering, dan pintu ditutup rapat sehingga udara panas nantinya tidak ada yang keluar. d) Sebelum dilakukan pengeringan, diperiksa terlebih dahulu kompor dan bahan bakar apakah sudah terisi penuh. e) Lalu kompor dihidupkan. f) Lakukan pengamatan selama proses pengeringan berlangsung, dan catat data yang dihasilkan berupa suhu yang terjadi di dalam alat. g) Setelah proses pengeringan selesai, bahan dikeluarkan dari alat untuk diukur beratnya. h) Perhatikan berapa kebutuhan air dan kebutuhan bahan bakar selama proses pengeringan berlangsung. 2. Prosedur pengujian tak langsung Prosedur untuk pengujian tak langsung terdiri dari: a. Perhitungan kadar air kopra setelah dikeringkan Untuk menghitung kadar air kopra yang telah dikeringkan dapat diperoleh melalui metode neraca kesetimbangan energi. Metode neraca kesetimbangan energi ini berhubungan dengan kapasitas pengeringan yang dilakukan. Selain kapasitas pengeringan alat, variabel yang dibutuhkan dari neraca massa ini antara lain kadar air bahan sebelum pengeringan 50% - 55% (MAPI, 2006). b. Perhitungan kebutuhan energi selama proses pengeringan Untuk menghitung kebutuhan energi selama proses pengeringan dapat diperoleh melalui metode neraca kesetimbangan energi. Pada prinsipnya energi total (Q T ) yang dibutuhkan pada proses pengeringan digunakan untuk: pemanasan bahan (Qt), pemanasan kandungan air (Qw) dan energi untuk menguapkan air dalam bahan ditambah energi yang terbuang dari dinding
22 (Qlw). Energi total (Q T ) yang dibutuhkan untuk mengeringkan kopra satu siklus seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.11 berikut. Gambar Neraca kesetimbangan energi 4.5. Pengaturan eksperimental (Experimental setting) Pada bagian ini diperkirakan harga berat akhir kopra yang sesuai dengan kadar air yang diharapkan, juga diperkirakan besar bahan bakar yang dipergunakan tiap jam sebagai acuan selama berlangsunggnya pengujian. Lama pengujian berlangsung hingga berat kopra yang dikeringkan sama atau mendekati harga yang diperkirakan. Adapun data- data yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Berat kopra basah hasil panen (W kb ) = 6 kg Berat kopra kering hasil pengeringan (W kk ) = 2,86 kg Temperatur udara pengering (T d ) = 120 o C Temperatur awal kopra (T a ) = 30 o C Luas dinding alat pengering (A w ) = 1,4 m 2 Kecepatan udara pengering diantara kopra (v) = 0,250 m/s Koefisien pindahan panas dinding (k w ) = 53,2 W/m. o C Koefisien pindahan panas karet isolasi (k r ) = 0,013 W/m. o C Panas jenis kopra (c p.kopra ) = 1,88 kj/kg o C Panas jenis air (c p.air ) = 4,18 kj/kg o C Panas laten penguapan air (h fg ) = 2257 kj/kg Massa jenis moisture jenuh pada T d (ρ sd ) = 212,5 gr/m 3 Massa jenis moisture jenuh pada T a (ρ sa ) = 27,59 gr/m 3 Kelembaban relative udara pengering rata-rata (RHd) = 80 % Kelembaban relative udara luar (RHa) = 70 %
23 4.5.1 Perkiraan Total Energi yang Dibutuhkan untuk Mengeringkan Kopra Per Jam Total energi yang dibutuhkan untuk proses pengeringan/ jam dengan bahan bakar dihitung sebagai berikut : a) Kebutuhan energi untuk pengeringan kopra (Qd), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.5). Q d = Q h + Q w + Q l dimana; Q d Q h Q w Q l = energi pengeringan kopra, kkal = energi pemanasan kopra, kkal = energi pemanasan air kopra, kkal = energi penguapan air kopra, kkal Energi untuk pemanasan kopra (Q h ), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.6). Q h = W kb c p.kopra (T d -T a ) = 6 kg 1,88 kj/kg o C (120 o C 30 o C) = 1015,2 kj Kadar air awal kopra adalah 50% - 55% (MAPI, 2006) Asumsikan kadar air awal kopra, w f = 55 %. Berat kopra basah per tray (W kb ) = 6 kg Berat kopra kering dengan kadar air 0 %, W ko = [ 6 (6 55%) ] = 2,7 kg Jadi, berat akhir kopra yang diperkirakan adalah 2,86 kg. Atau untuk tiap tray adalah 0,95 kg.
24 Berat air kopra awal, W i dihitung dengan persamaan Energi pemanasan air kopra (Qw), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.7). Q w = W i Cp.air (T d -T a ) = 3,14 kg 4,18 kj/kg o C (120 o C 30 o C) = 1181,268 kj Berat air yang dipindahkan selama proses pengeringan (Wr), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.4) dan (2.8). Energi penguapan air kopra (Ql), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.9) Q l = Wr h fg = 2,98 kg 2202,6 kj/kg = 6563,748 kj Maka didapat energi yang dibutuhkan untuk pengering kopra (Qd) Q d = Q h + Q w + Q l = 1015,2 kj ,268 kj ,748 kj = 8760,216 kj
25 Jadi energi yang dibutuhkan untuk pengering kopra adalah 8760,216 kj. b) Laju aliran energi (kalor) konveksi dalam box pengering dihitung sebagai berikut. Sifat- sifat uap dievaluasi pada suhu-suhu temperatur rata-rata : Maka diperoleh data sebagai berikut : ρ = 0,5856 kg/m 3 c p = 2,059 kj/kg. o C μ = 12, kg/m.s υ = 2, m 2 /s k = 0,0246 W//m. o C Pr = 1,060 β = 1/T f =1/380,5 K = 0,00263 K -1 Hasil perkalian angka Grashof-Pradtl dengan jarak antara heater dan plat atas, δ adalah 1m, dihitung dengan persamaan 2.11 sebagai berikut : Harga C, n dan mdidapat dari lampiran 2 sebagai berikut : Konduktivitas termal efektif, k e dihitung dengan persamaan Perpindahan kalor konveksi, q dihitung dengan persamaan 2.13 berikut
26 c) Energi yang hilang dari dinding ruang pengering (q lt ), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.14 dan persamaan 2.15, sebagai berikut. Dimana : q lw = energi yang hilang melalui dinding box pengering, kkal/jam U = Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (W/m. o C) k w = koefisien perpindahan kalor konduksi plat (W/m. o C) k r = koefisien perpindahan kalor konduksi isolasi (W/m. o C) A = Luas penampang (m 2 ) x w = tebal plat (m) x r = tebal lapisan isolasi (m) Kehilangan energi melalui dinding box pengering (Q lw ) menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut : 1. Aliran panas berlangsung tunak (steady) dan temperatur tiap jam dianggap konstan dan harganya diperoleh dengan merata-ratakan temperatur selama pengujian untuk tiap tingkat dan tiap titik pengujian. 2. Konduktifitas termal bahan (plat dan karet) dianggap konstan. 3. Tidak ada pembangkit kalor sepanjang dinding. 4. Kehilangan kalor melalui dinding hanya diperhitungkan melalui dinding samping (kanan dan kiri) dan dinding belakang. Untuk koefisien perpindahan panas menyeluruh, U diperoleh hasilnya sebagai berikut Dengan demikian kehilangan kalor dari dinding untuk box pengering dengan rata rata temperatur dinding dalam 100 o C dan dinding luar 65 o C adalah
27 Jadi energi yang hilang dari dinding ruang pengering (Q lw ) adalah 101,92 Watt atau sebanding dengan 366,91 kj/jam. d) Energi yang hilang dari saluran pembuangan dihitung dengan persamaan 2.16 dan 2.17, sebagai berikut. Dengan Dimana : q lv = Energi yang hilang dari saluran pembuangan (kj) h g = Entalpi jenis uap (kj/kg), untuk temperatur 120 o C = 2706,3 kj/kg ρ = Massa jenis uap (kg/m 3 ), untuk temperatur 120 o C =1,1212 kg/m 3 v = laju aliran uap keluar pipa saluran uap (m/s) = 0,5 m/s A= luas penampang (m 2 ) d = diameter pipa (inci) = 1 inci = 0,0254 m maka, laju aliran mass uap yang keluar melalui saluran pembuangan dihitung sebagai berikut : Dan yang hilang dari saluran pembuangan, q lv dihitung sebagai berikut :
28 e) Total energi yang dibutuhkan untuk mengeringkan kopraper jam (Q t ), dapat dihitung dengan persamaan 2.18 sebagai berikut : Q T = Q d + (q lw + q kv ) 1 jam + q lv ¼ jam = 8760,216 kj + (366, ,0664)kJ/jam 1 jam + 880,9266 kj/jam ¼ jam = 10313,12 kj Jadi total energi yang dibutuhkan untuk mengeringkan kopraper jam (Q T ) adalah 10313,12 kj Perkiraan Kebutuhan Air yang Digunakan Selama Proses Pengeringan Kopra Uap sebagai media pemanas diperoleh melalui air yang dipanaskan didalam heater. Dengan memperhitungkan bahwa tekanan dan temperatur didih air akan lebih tinggi dari kondisi atmosfer maka grafik proses pemanasan dan penguapan air seperti terlihat pada gambar. uap Gambar Diagram Proses Pemanasan Air Energi yang dilepaskan air harus mampu memenuhi kebutuhan energi total pengeringan kopra hingga mencapai kadar air yang diharapkan, maka hubungannya berlaku :
29 Dimana : Q d Q T = energi pengeringan kopra, kj = energi total, kj Maka diperoleh, Jadi, perkiraan kebutuhan air selama pengeringan adalah sebesar 4,8 liter Perhitungan Kebutuhan Bahan Bakar yang Digunakan Selama Proses Pengeringan Kopra 1. Kebutuhan bahan bakar minyak tanahselama proses pengeringan kopra dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.19). Dimana : NKB m = Nilai Kalor Bahan Bakar minyak tanah = 9900 kkal/kg atau sama dengan 41421,60 kj/kg maka kebutuhan bahan bakar minyak tanah selama pengeringan kopra adalah = 0,249 kg/jam = 0,309 liter/jam 0,3 liter/jam Jadi kebutuhan minyak tanahtiap jamnya adalah 0,3 liter/jam. 2. Kebutuhan bahan bakar kayu bakar selama proses pengeringan kopra adalah Dimana : NKB kb = Nilai Kalor Bakar kayu bakar = 4000 kkal/kg = 16747,2 kj/kg maka kebutuhan bahan bakar kayu bakar dalam ijam pengeringan kopra adalah
30 = 0,616 kg/jam 0,6 kg Jadi, perkiraan total kebutuhan bahan bakar kayu bakar per jam selama proses pengeringan kopra adalah 0,6 kg/jam Setting alat ukur Alat ukur yang digunakan padan umumnya merupakan perangkat digital, sehingga tidak memerlukan pengaturan khusus kecuali pemasangan sensor untuk termokopel yang digunakan untuk mengukur temperatur selama proses pengeringan. Pada uji pengeringan kopra ini, alat pengukur temperatur utama yang digunakan adalahthermocouple Thermometer Tipe KW Krisbow yang memiliki range temperatur yang cukup tinggi. Termokopel jenis ini menggunakan sensor yang ditanam di 9 titik pada dinding alat pengering, yakni masing masing 3 titik pada dinding samping (kanan dan kiri) dan 3 titik pada dinding belakang. Masing masing kepala sensor titik berada 2 cm di atas tray di dalam ruang pengering dan jarak antar sensor pada masing masing dinding adalah 22 cm Variabel yang Diamati Adapun variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Temperatur atau suhu tiap ruang/ rak selama pengeringan berlangsung. 2. Temperatur awal kopra (T a ). 3. Waktu atau lama pengeringan sampai bahan benar benar kering. 4. Berat kopra setelah dikeringkan (Wkk). 5. Kadar air awal kopra (wi). 6. Kebutuhan bahan bakar tiap jam. 7. Kebutuhan air tiap jam. 4.7 Pelaksanaan Penelitian Secara garis besar pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan berurutan dan sisitematis,seperti ditunjukkan pada gambar 3.13.
31 START Indentisifikasi masalah dan menetapkan tujuan penelitian STUDI AWAL Study literature PERSIAPAN : - Perancangan alat pengering - Setting alat ukur - Periksa kompor atau kayu bakar yang akan dipakai - Pengujian pengeringan kopra PENGUMPULAN DATA: - Temperatur ( o C) - Berat kopra basah (kg) - Berat kopra kering (kg) - Waktu pengeringan (jam) - Kadar air awal kopra (%) - Kebutuhan air (liter/ jam) PENGOLAHAN DATA ANALISA DATA - Kadar air kopra kering (%) - Kebutuhan energi (kkal/siklus) - Kebutuhan bahan bakar - Analisa biaya SELESAI Gambar Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
32 BAB 5 DATA DAN ANALISA 5.1. Data Hasil Pengujian Berdasarkan bahan bakar yang dipakai dalam pengujian ini terbagi atas dua jenis, maka data yang didapat juga terbagi dua. Dari hasil pengujian yang telah didapatkan, maka diperoleh data hasil pengujian yang akan dipergunakan untuk menghitung besar kadar air akhir kopra, kebutuhan energi dan kebutuhan bahan bakar serta analisis biaya yang dikeluarkan selama proses pengeringan Lama Waktu Pengeringan Lama waktu pengeringan diperoleh berdasarkan berat kopra. Kopra dikeringkan hingga sama atau mendekati berat akhir yang diperkirakan. Adapun berat akhir kopra, W kk yang diperkirakan adalah 0,95 kg dan memiliki kadar air, w f sebesar 5%. Dari pengujian diperoleh hasil sebagai berikut : a. Lama pengeringan dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah Dari pengujian yang dilakukan, didapatlah berat kopra yang dikeringkan pada tiap tray alat pengering selama proses pengeringan berlangsung dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah, seperti terlihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1Berat kopra tiap tray selama pengeringan berlangsung (dalam kg) Waktu (jam) Tray 1 1,87 1,76 1,63 1,48 1,36 1,23 1,08 0,95 2 1,88 1,77 1,64 1,49 1,36 1,24 1,08 0,95 3 1,88 1,77 1,64 1,49 1,36 1,24 1,08 0,95 Dari hasil ini dapat diambil lama waktu pengeringan kopra hingga mencapai nilai kadar air yang diperkirakan dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah adalah 8 jam.
33 b. Lama pengeringan dengan menggunakan bahan bakar kayu bakar Dari pengujian yang dilakukan, didapatlah berat kopra yang dikeringkan pada tiap tray alat pengering selama proses pengeringan berlangsung dengan menggunakan bahan bakar kayu bakar. Penurunan berat kopra tiap jamnya terlihat jelas pada tabel 5.2 di bawah ini. Tabel 5.2. Berat kopra tiap tray selama pengeringan berlangsung Waktu (jam) Tray 1 1,90 1,77 1,68 1,58 1,48 1,36 1,26 1,16 1,05 0,95 2 1,90 1,78 1,68 1,58 1,48 1,37 1,26 1,16 1,05 0,95 3 1,91 1,78 1,68 1,59 1,49 1,37 1,26 1,16 1,05 0,95 Dari hasil ini dapat diambil lama waktu pengeringan kopra hingga mencapai nilai kadar air yang diperkirakan dengan menggunakan bahan bakar kayu bakar adalah 10 jam Distribusi Suhu Pada Masing Masing Tray Dari data data di atas, maka distribusi suhu tiap tray selama proses pengeringan berlangsung untuk bahan bakar minyak tanahdan kayu bakar dapat dilihat pada gambar 5.1 dan 5.2 berikut ini. Dari grafik pada gambar 5.1, suhu yang terjadi selama proses pengeringan dengan bahan bakar minyak tanah berkisar antara 114,97 o C sampai 117,21 o C. Temperatur tertinggi selalu berada pada tray 1 dan yang terendah selalu pada tray 3. Waktu pengeringan untuk mengeringkan kopra pada pengujian ini adalah 8 jam. Dari grafik pada gambar 5.2, suhu yang terjadi selama proses pengeringan dengan bahan bakar kayu bakar berkisar antara 111,97 o C sampai 114,91 o C. Temperatur tertinggi selalu berada pada tray 1 dan yang terendah selalu pada tray 3. Waktu pengeringan untuk mengeringkan kopra pada pengujian ini adalah 10 jam.
34 Distribusi suhu tiap tray untuk bahan bakar minyak tanah Temperature ( o C) , , , , , Waktu (jam) (j Tray 1 Tray 2 Tray 3 Waktu (jam) Gambar 5.1. Grafik distribusi suhu tiap tray untuk bahan bakar minyak tanah Distribusi suhu tiap tray untuk bahan bakar kayu bakar Temperature ( o C) , , , , , , , Waktu (jam) Tray 1 Tray 2 Tray 3 Gambar 5.2. Grafik distribusi suhu tiap tray untuk bahan bakar kayu bakar
35 Gambar 5.3. Grafik distribusi suhu tiap trayminyak tanah vs kayu bakar Dari gambar grafik di atas, bahwa suhu yang terjadi dari bahan bakar minyak tanah selama proses pengeringan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang terjadi dari pembakaran bahan bakar kayu bakar. Waktu pengeringan untuk mengeringkan kopra juga lebih cepat dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah dari pada menggunakan bahan bakar kayu bakar. Hal ini dipengaruhi oleh nilai kalor bakar yang lebih tinggi dimiliki oleh minyak tanah sehingga energi yang dilepaskan lebih banyak sekaligus mempercepat proses pemanasan dan pengeringan Kebutuhan Air Selama Proses Pengeringan Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa alat pengering ini mempunyai prinsip kerja yaitu memanaskan air untuk menghasilkan uap sebagai media pemanas untuk mengeringkan kopra. 1. Kebutuhan air dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, kebutuhan air untuk pengeringan dengan bahan bakar minyak tanah adalah 0,7 liter/jam. Jadi total kebutuhan air untuk
36 pengeringan 6 kg kopra selama 8 jam dengan bahan bakar minyak tanah adalah sebesar 0,7 liter/jam 8 jam = 5,6 liter. 2. Kebutuhan air dengan menggunakan bahan bakar kayu bakar Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, kebutuhan air untuk pengeringan dengan bahan bakar kayu bakar adalah 0,6 liter/jam. Jadi total kebutuhan air untuk pengeringan 6 kg kopra selama 10 jam dengan bahan bakar kayu bakar adalah sebesar 0,6 liter/jam 10 jam = 6 liter Analisa Data Hasil Pengujian Adapun data- data yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Berat kopra basah hasil panen (W kb ) = 6 kg Berat kopra kering hasil pengeringan (W kk ) = 2,81 kg Temperatur awal kopra (T a ) = 30 o C Kecepatan udara pengering diantara kopra (v) = 0,50 m/s Koefisien pindahan panas dinding (k w ) = 53,2 W/m. o C Koefisien pindahan panas karet isolasi (k r ) = 0,013 W/m. o C Panas jenis kopra (c p.kopra ) = 1,88 kj/kg o C Panas jenis air (c p.air ) = 4,18 kj/kg o C o Panas laten penguapan air (h fg@116,12 C ) = 2213,39 kj/kg o Panas laten penguapan air (h fg@113,34 C ) = 2221,05 kj/kg Massa jenis moisture jenuh pada T d (ρ sd ) = 212,5 gr/m 3 Massa jenis moisture jenuh pada T a (ρ sa ) = 27,59 gr/m 3 Kelembaban relative udara pengering rata-rata (RHd) = 80 % Kelembaban relative udara luar (RHa) = 70 % Perhitungan Kadar Air Kopra Terlebih dahulu dihitungberat air kopra awal (Wi), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.2. Wi = Wkb wi Berat air kopra awal (Wi), dengan kadar air awal 55 % adalah Wi= 2 kg 55 %
37 Wi= 1,1 kg Berat kopra dengan kadar air 0 % yang sebenarnya adalah Wko= Wkb Wi = 2 kg 1,1 kg = 0,9 kg Jadi, berat kopra kering dengan kadar air 0 % pada masing masing tray adalah 0,9 kg. 1. Kadar air kopra dengan bahan bakar kayu bakar a) Kadar air kopra pada tray 1 - Nilai total kadar air setelah kopra dikeringkan (wf) wf = = [ Wkk Wko] Wkk [ 0,95 0,9] 0,95 = 5,26 % 100% 100% Jadi nilai kadar air kopra kering (wf) pada tray 1 adalah 5,26 %. b) Kadar air kopra pada tray 2 - Nilai total kadar air setelah kopra dikeringkan (wf) wf = = [ Wkk Wko] Wkk [ 0,95 0,9] 0,95 = 5,26 % 100% 100% Jadi nilai kadar air kopra kering (wf) pada tray 2 adalah 5,26 %. c) Kadar air kopra pada tray 3 - Nilai total kadar air setelah kopra dikeringkan (wf) wf = = [ Wkk Wko] Wkk [ 0,95 0,9] 0,95 100% 100%
38 wf = 5,26 % Jadi nilai kadar air kopra kering (wf) pada tray 3 adalah 5,26 %. Penurunan kadar air kopra tiap jam dengan bahan bakar kayu bakar dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut. Tabel 5.3. Kadar air (%) kopra kering menggunakan bahan bakar kayu bakar Waktu Tray (jam) ,63 49,15 46,43 43,04 39,19 33,82 28,57 22,41 14,29 5, ,63 49,44 46,43 43,04 39,19 34,31 28,57 22,41 14,29 5, ,63 49,44 46,43 43,40 39,60 34,31 28,57 22,41 14,29 5,26 Dari data tabel di atas, dapat dilihat gambar 5.4 sebagai berikut. Gambar 5.4. Grafik kadar air kopra kering tiap tray bahan bakar kayu bakar Dari gambar grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa kadar air kopra kering untuk bahan bakar kayu bakar tiap jam mengalami penurunan kadar air yang hampir
39 sama pada masing masing tray. Hal ini dikarenakan distribusi suhu yang hampir merata dari tiap tray pada alat pengering selama proses pengeringan berlangsung Kadar air kopra dengan bahan bakar minyak tanah a) Kadar air kopra pada tray 1 - Nilai total kadar air setelah kopra dikeringkan (wf) wf = = [ Wkk Wko] Wkk [ 0,95 0,9] 0,95 = 5,26 % 100% 100% Jadi nilai kadar air kopra kering (wf) pada tray 1 adalah 5,26 %. b) Kadar air kopra pada tray 2 - Nilai total kadar air setelah kopra dikeringkan (wf) wf = = [ Wkk Wko] Wkk [ 0,95 0,9] 0,95 = 5,26 % 100% 100% Jadi nilai kadar air kopra kering (wf) pada tray 2 adalah 5,26 %. c) Kadar air kopra pada tray 3 - Nilai total kadar air setelah kopra dikeringkan (wf) wf = = [ Wkk Wko] Wkk [ 0,95 0,9] 0,95 100% 100% wf = 5,26 % Jadi nilai kadar air kopra kering (wf) pada tray 3 adalah 5,26 %.
40 Tabel 5.4. Kadar air kopra kering (%) menggunakan bahan bakar minyak tanah Waktu (jam) Tray 1 51,87 48,86 44,79 39,19 33,82 26,83 16,67 5, ,13 49,15 45,12 39,60 33,82 27,42 16,67 5, ,13 49,15 45,12 39,60 33,82 27,42 16,67 5,26 Dari data tabel di atas, dapat dilihat grafik pada gambar 5.5 berikut. Kadar air (%) 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 Tray 1 Tray 2 Tray 3 10,00 0, Waktu pengeringan (jam) Waktu (jam) Gambar 5.5. Grafik kadar air kopra kering tiap tray bahan bakar minyak tanah Dari gambar grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa kadar air kopra kering untuk bahan bakar kayu bakar tiap jam mengalami penurunan kadar air yang hampir sama pada masing masing tray. Hal ini dikarenakan distribusi suhu yang hampir merata dari tiap tray pada alat pengering selama proses pengeringan berlangsung.
41 Kadar air kopra kering tiap tray minyak tanah vs kayu bakar Kadar air 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 Tray 1 minyak tanah Tray 2 minyak tanah Tray 3 Minyak Tanah Tray 1 kayu bakar Tray 2 kayu bakar Tray 3 kayu bakar 0, Waktu pengeringan (jam) Waktu (jam) Gambar 5.6. Grafik kadar air kopra kering tiap tray minyak tanah vs kayu bakar Dari gambar grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa kadar air kopra kering untuk bahan bakar kayu bakar dan minyak tanah tiap jam mengalami penurunan dengan laju yang hampir sama pada masing masing tray. Hanya saja untuk bahan bakar minyak tanah, penurunan kadar air tiap jam lebih cepat dari bahan bakar kayu bakar. Hal ini dikarenakan nilai kalor minyak tanah lebih besar dari yang dimiliki kayu bakar. Namun, dari segi ekonomi, penggunaan kayu bakar untuk saat ini lebih menguntungkan karena selain harganya jauh lebih murah, ketersediaannya di pedesaan juga cukup banyak Perhitungan Total Energi yang Dibutuhkan untuk Mengeringkan Kopra Per Siklus Laju aliran energi (kalor) di dalam ruang pengering terbagi atas perpindahan panas konveksi dengan fluida kerja adalah uap temperatur tinggi dan laju perpindahan konduksi melalui lapisan dinding dan karet isolasi. Temperatur yang digunakan adalah temperatur rata-rata yang diperoleh selama pengujian.
42 Total Energi yang Dibutuhkan untuk Mengeringkan Kopra Per Siklus (Q T ), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.18). Dimana : Q T = Kebutuhan energi total per siklus (kj) Q d = Kebutuhan energi pengeringan kopra (kj) Q kv = Aliran Energi konveksi di dalam box pengering (kj) Q lw = Energi yang hilang dari dinding ruang pengering (kj) Q d = Energi yang hilang dari saluran pembuangan (kj) Kebutuhan total energi pengeringan kopra dengan bahan bakar minyak tanah Total energi yang dibutuhkan untuk proses pengeringan/ jam dengan bahan bakar dihitung sebagai berikut : a) Kebutuhan energi untuk pengeringan kopra (Q d ), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.5). Q d = Q h + Q w + Q l dimana; Q d Q h Q w Q l = energi pengeringan kopra, kkal = energi pemanasan kopra, kkal = energi pemanasan air kopra, kkal = energi penguapan air kopra, kkal Energi untuk pemanasan kopra (Qt), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.6). Q h = W kb c p.kopra (T d -T a ) = 6 kg 1,88 kj/kg o C (116,12 o C 30 o C)
43 = 971,4336 kj Kadar air awal kopra adalah 50% - 55% (MAPI, 2006) Asumsikan kadar air awal kopra, w f = 55 %. Berat kopra basah per tray (W kb ) = 6 kg Berat kopra kering dengan kadar air 0 %, W ko = [ 6 (6 55%) ] = 2,7 kg Jadi, berat akhir kopra yang diperkirakan adalah 2,86 kg. Atau untuk tiap tray adalah 0,95 kg. Berat air kopra awal, W i dihitung dengan persamaan (2.2). Energi pemanasan air kopra (Qw), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.7). Q w = W i Cp.air (T d -T a ) = 3,14 kg 4,18 kj/kg o C (116,12 o C 30 o C) = 1130,3422 kj Berat air yang dipindahkan selama proses pengeringan (Wr), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.4) dan (2.8).
44 Energi penguapan air kopra (Ql), dapat dihitung menggunakan persamaan (2.9) Q l = Wr h fg = 2,98 kg 2213,39 kj/kg = 6595,9022 kj Maka didapat energi yang dibutuhkan untuk pengering kopra (Qd) Q d = Q h + Q w + Q l = 971,4336 kj ,3422 kj ,9022 kj = 8697,6780 kj Jadi energi yang dibutuhkan untuk pengering kopra adalah 8697,6780 kj. b) Laju aliran energi konveksi dihitung dengan persamaan Untuk analisa perpindahan panas konveksi, asumsi yang digunakan adalah konveksi bebas dalam ruang tertutup dimana untuk alat pengering ini, ruang pengering dibagi menjadi empat kamar, yang masing-masing diapit oleh plat horizontal yang dipanaskan dari bawah. Kamar I (antara heater dan tray 1), kamar II (antara tray 1 dan tray 2), kamar III (antara tray 2 dan tray 3), kamar II (antara tray 3 dan plat atas). Aliran panas berlansung secara vertikal dari bawah ke atas atau dari plat panas ke plat yang lebih dingin. - Untuk kamar I : Sifat- sifat uap dievaluasi pada suhu-suhu temperatur rata-rata dengan persamaan 2.10 sebagai berikut. Dengan rata rata temperatur 142,98 o C dan 117,21 o C. Laju aliran energi konveksi sepanjang kamar 1
45 Dari lampiran 2 diperoleh data sebagai berikut : ρ = 0,5546 kg/m 3 c p = 2,034 kj/kg. o C μ = 13, kg/m.s υ = 2, m 2 /s k = 0,0263 W//m. o C Pr = 1,044 β = 1/T f =1/396 K = 0,00248 K -1 Hasil perkalian angka Grashof-Pradtl diperoleh sebagai berikut persamaan (2.11). Dari Lampiran 3 diperoleh harga C, n dan m sebagai berikut : Konduktivitas termal efektif, k e dihitung dengan persamaan 2.12 Perpindahan kalor konveksi, q dihitung dengan persamaan 2.13 berikut
46 - Untuk kamar II : Dengan rata rata temperatur 117,21 o C dan 116,18 o C. Laju aliran energi konveksi sepanjang kamar 2 Sifat- sifat uap dievaluasi pada suhu-suhu temperatur rata-rata : Maka diperoleh data sebagai berikut : ρ = 0,5707 kg/m 3 c p = 2,038 kj/kg. o C μ = 13, kg/m.s υ = 2, m 2 /s k = 0,0253 W//m. o C Pr = 1,05 β = 1/T f =1/392,59 K = 0, K -1 Hasil perkalian angka Grashof-Pradtl diperoleh sebagai berikut : Diperoleh harga C, n dan m sebagai berikut : Konduktivitas termal efektif, k e dihitung dengan persamaan Perpindahan kalor konveksi, q dihitung dengan persamaan berikut
47 - Untuk kamar III : Dengan rata rata temperatur 116,18 o C dan 114,97 o C. Laju aliran energi konveksi sepanjang kamar 3 Sifat- sifat uap dievaluasi pada suhu-suhu temperatur rata-rata : Maka diperoleh data sebagai berikut : ρ = 0,5725 kg/m 3 c p = 2,040 kj/kg. o C μ = 13, kg/m.s υ = 2, m 2 /s k = 0,0252 W//m. o C Pr = 1,051 β = 1/T f =1/389,2 K = 0, K -1 Hasil perkalian angka Grashof-Pradtl diperoleh sebagai berikut : Diperoleh harga C, n dan m sebagai berikut : Konduktivitas termal efektif, k e dihitung dengan persamaan Perpindahan kalor konveksi, q dihitung dengan persamaan berikut
48 - Untuk kamar IV : Dengan rata rata temperatur 114,97 o C dan 112,91 o C. Laju aliran energi konveksi sepanjang kamar 4 Sifat- sifat uap dievaluasi pada suhu-suhu temperatur rata-rata : Maka diperoleh data sebagai berikut : ρ = 0,5771 kg/m 3 c p = 2,047 kj/kg. o C μ = 12, kg/m.s υ = 2, m 2 /s k = 0,0259 W//m. o C Pr = 1,054 β = 1/T f =1/389,2 K = 0,00259 K -1 Hasil perkalian angka Grashof-Pradtl diperoleh sebagai berikut : Diperoleh harga C, n dan m sebagai berikut : Konduktivitas termal efektif, k e dihitung dengan persamaan Perpindahan kalor konveksi, q dihitung dengan persamaan berikut
49 - Laju aliran energi konveksi total Jadi laju aliran energi konveksi di dalam ruang pengering (q kv ) adalah 351,1827 kj/jam. Untuk 1 siklus pengeringan dengan lama waktu 8 jam, maka c) Energi yang hilang dari dinding ruang pengering (q lw ), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.14 dan persamaan 2.15, sebagai berikut Dimana : q lw = energi yang hilang melalui dinding box pengering, kkal/jam U = Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (W/m. o C) k w = koefisien perpindahan kalor konduksi plat (W/m. o C) k r = koefisien perpindahan kalor konduksi isolasi (W/m. o C) A = Luas penampang (m 2 ) x w = tebal plat (m) x r = tebal lapisan isolasi (m) Kehilangan energi melalui dinding box pengering (Q lw ) menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut :
50 1. Aliran panas berlangsung tunak (steady) dan temperatur tiap jam dianggap konstan dan harganya diperoleh dengan merata-ratakan temperatur selama pengujian untuk tiap tingkat dan tiap titik pengujian. 2. Konduktifitas termal bahan (plat dan karet) dianggap konstan. 3. Tidak ada pembangkit kalor sepanjang dinding. 4. Kehilangan kalor melalui dinding hanya diperhitungkan melalui dinding samping (kanan dan kiri) dan dinding belakang. Untuk koefisien perpindahan panas menyeluruh, U diperoleh hasilnya sebagai berikut Dengan demikian kehilangan kalor dari dinding untuk box pengering Untuk kamar I : Rata rata temperatur dinding dalam 130,10 o C dan dinding luar 78,78 o C dan luas penampang dinding, A = 0,42 m 2 Laju aliran energi konduksi yang hilang melalui dinding Untuk kamar II : Rata rata temperatur dinding dalam 117,21 o C dan dinding luar 74,65 o C dan luas penampang dinding, A = 0, 21 m 2 Laju aliran energi konduksi yang hilang melalui dinding Untuk kamar II : Rata rata temperatur dinding dalam 116,18 o C dan dinding luar 72,18 o C dan luas penampang dinding, A = 0, 21 m 2
51 Untuk kamar II : Rata rata temperatur dinding dalam 114,97 o C dan dinding luar 69,95 o C dan luas penampang dinding, A = 0, 3 m 2 Kehilangan energi (kalor) total dari ruang pengering adalah Jadi laju aliran energi yang hilang dari dinding ruang pengering (q lw ) adalah 255,2838 kj/jam. Untuk 1 siklus pengeringan dengan lama waktu 8 jam, maka energi yang hilang dari dinding ruang pengering adalah d) Energi yang hilang dari saluran pembuangan dihitung dengan persamaan 2.16 dan 2,17 sebagai berikut, Dengan, Dimana : q lv = Energi yang hilang dari saluran pembuangan (kj) h g = Entalpi jenis uap (kj/kg), untuk temperatur 116,12 o C = 2700,6 kj/kg
52 ρ = Massa jenis uap (kg/m 3 ), untuk temperatur 116,12 o C =0,9958 kg/m 3 v = laju aliran uap keluar pipa saluran uap (m/s) = 0,5 m/s A= luas penampang (m 2 ) d = diameter pipa (inci) = 1 inci = 0,0254 m maka, Jadi, laju aliran energi yang hilang dari saluran pembuangan (q lv ) adalah 2451,5569 kj/jam. Untuk 1 siklus pengeringan dengan lama waktu buka saluran tiap jam pengeringan adalah 15 menit, maka energi yang hilang dari dinding ruang pengering dalam 1 siklus pengeringan dengan bahan bakar minyak tanah, e) Total energi yang dibutuhkan untuk mengeringkan kopra per jam (Q T ), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.18). Jadi total energi yang dibutuhkan untuk mengeringkan kopraper jam (Q T ) adalah 18452,5238 kj Kebutuhan total energi pengeringan kopra dengan bahan bakar kayu bakar Total energi yang dibutuhkan untuk proses pengeringan/ jam dengan bahan bakar dihitung sebagai berikut :
53 a) Kebutuhan energi untuk pengeringan kopra (Qd), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.5). Q d = Q h + Q w + Q l dimana; Q d Q h Q w Q l = energi pengeringan kopra, kkal = energi pemanasan kopra, kkal = energi pemanasan air kopra, kkal = energi penguapan air kopra, kkal Energi untuk pemanasan kopra (Qt), dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.6). Q h = W kb c p.kopra (T d -T a ) = 6 kg 1,88 kj/kg o C (113,34 o C 30 o C) = 940,0752 kj Kadar air awal kopra adalah 50% - 55% (MAPI, 2006) Asumsikan kadar air awal kopra, w f = 55 %. Berat kopra basah per tray (W kb ) = 6 kg Berat kopra kering dengan kadar air 0 %, W ko = [ 6 (6 55%) ] = 2,7 kg Jadi, berat akhir kopra yang diperkirakan adalah 2,86 kg. Atau untuk tiap tray adalah 0,95 kg. Berat air kopra awal, W i dihitung dengan persamaan
PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS
PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS Tugas Akhir Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik AHMAD QURTHUBI ASHSHIDDIEQY
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS
PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS Tugas Akhir Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ELWINSYAH SITOMPUL
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Proses pembuatan kopra dapat dilakukan dengan beberapa cara: 1. Pengeringan dengan sinar matahari (sun drying).
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopra Kopra adalah daging buah kelapa (endosperm) yang sudah dikeringkan. Kelapa yang paling baik yang akan diolah menjadi kopra yakni yang telah berumur sekitar 300 hari dan memiliki
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Buah Kakao Menurut Susanto (1994) klasifikasi buah kakao adalah sebagai berikut: : Dicotyledon
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Kakao Menurut Susanto (1994) klasifikasi buah kakao adalah sebagai berikut: Devisio Sub devisio Class Ordo Familia : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledon : Malvales
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KAKAO DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 7,5 kg PER-SIKLUS
PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KAKAO DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 7,5 kg PER-SIKLUS Farel H. Napitupulu, Putra Mora Tua Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU ABSTRAK Jurnal
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING JAGUNG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 9 kg PER-SIKLUS
PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING JAGUNG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 9 kg PER-SIKLUS Farel H. Napitupulu, Yuda Pratama Atmaja Departemen Teknik Mesin,Fakultas Teknik, USU. Abstract
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013, di Laboratorium Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung B. Alat dan Bahan Alat yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pisang Pisang dapat diolah dan diawetkan menjadi berbagai bentuk hasil olahan diantaranya saus pisang, sale pisang, sari buah pisang, anggur pisang, dodol pisang, keripik pisang,
Lebih terperinciV. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai
BAB V PERCOBAAN V. PERCOBAAN 5.1. Bahan dan alat Bahan dan peralatan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari model alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG
RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG Oleh: ANANTA KURNIA PUTRA 107.030.047 Dosen Pembimbing: Ir. JOKO SASETYANTO, MT D III TEKNIK MESIN FTI-ITS
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada
III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Singkat Jagung Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen pada penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Termodinamika di
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat serta waktu penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1. Tempat Penelitian Proses perancangan, fabrikasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap
BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan
Lebih terperinciTugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap
BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,
Lebih terperinciUJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG
UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG DIAN HIDAYATI NRP 2110 030 037 Dosen Pembimbing Ir. Joko Sarsetyanto, MT PROGRAM STUDI DIPLOMA III
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama
38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER
KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Oleh : DAVID TAMBUNAN
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas
LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING
PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN
RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN Oleh : FARIZ HIDAYAT 2107 030 011 Pembimbing : Ir. Joko Sarsetyanto, MT.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...
JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan
Lebih terperinciMENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK
112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu
31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penurunan Kadar Air Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu ruang pengeringan sekitar 32,30 o C, suhu ruang hasil pembakaran 51,21 0 C dan
Lebih terperinciLingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP
RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT GELOMBANG DENGAN PENAMBAHAN CYCLONE UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS ALIRAN UDARA PENGERINGAN Lingga Ruhmanto Asmoro NRP. 2109030047 Dosen
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciBAB III SISTEM PENGUJIAN
BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN
64 BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN a. Beban Pengeringan Dari hasil perhitungan rancangan alat pengering ikan dengan pengurangan kadar air dari 7% menjadi 1% dari 6 kg bahan berupa jahe dengan
Lebih terperinciPEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA
PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda
BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah
Lebih terperinciNama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.
KAJIAN EKSPERIMEN ENERGI KALOR, LAJU KONVEKSI, dan PENGURANGAN KADAR AIR PADA ALAT PENGERING KERIPIK SINGKONG Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A413749 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE
BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE Setelah selesai pembuatan prototipe, maka dilakukan evaluasi prototipe, apakah prototipe tersebut telah sesuai dengan SNI atau tidak, setelah itu baru
Lebih terperinciGambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan
Lebih terperinciV. HASIL UJI UNJUK KERJA
V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan
Lebih terperinciNama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.
KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dalam penelitian pengeringan kerupuk dengan menggunakan alat pengering tipe tray dengan media udara panas. Udara panas berasal dari air keluaran ketel uap yang sudah
Lebih terperinciDisusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.
ANALISIS KENERJA OVEN PENGERING JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR LPG DENGAN VERIASI KEMIRINGAN SUDUT ALIRAN DALAM OVEN Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH 2108 030 022 Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST,
Lebih terperinciPERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN
PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o I Wayan Sugita Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : wayan_su@yahoo.com ABSTRAK Pipa kalor
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK
30 BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil rancang bangun mesin akan ditampilkan dalam Bab IV ini. Pada penelitian ini Prodak yang di buat adalah Mesin Cetak Pellet Plastik Plastik, Hasil
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)
Lebih terperinciBAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA
BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA 3.1 Proses Perpindahan Kalor 3.1.1 Sumber Kalor Untuk melakukan perpindahan kalor dengan metode uap dan air diperlukan sumber destilasi untuk mendidihkan
Lebih terperincibesarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Termal Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau (Juni Oktober 2016). 3.2 Jenis
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI
PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI Oleh ILHAM AL FIKRI M 04 04 02 037 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. jalan Kolam No. 1 / jalan Gedung PBSI Telp , Universitas Medan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal pengesahan usulan oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan berlangsung selama
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat
III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus
Lebih terperinciMETODOLOGI Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat Tahapan Perancangan Alat Pengering Gagasan Awal
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Desain dan pembuatan alat pengering dilakukan di Laboratorium Lapangan Siswadi Supardjo. Pengujian dilakukan di Laboratorium Teknik Energi Terbarukan Departemen Tenik Mesin
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Bahan Eksperimen Dalam penelitian ini yang menjadi sampel eksperimen atau bahan penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang merupakan ikan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN
BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1 Design Tabung (Menentukan tebal tabung) Tekanan yang dialami dinding, ΔP = 1 atm (luar) + 0 atm (dalam) = 10135 Pa F PxA
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di
22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciBAB 9. PENGKONDISIAN UDARA
BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KOMPONEN SISTEM 3.1.1 Blower Komponen ini digunakan untuk mendorong udara agar dapat masuk ke system. Tipe yang dipakai adalah blower sentrifugal dengan debit 400 m 3 /jam.
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE
Studi Eksperimental Pengaruh Perubahan Debit Aliran... (Kristian dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Rio Adi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini terus dilakukan beberapa usaha penghematan energi fosil dengan pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan. Salah satunya yaitu dengan pemanfaatan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA
KMT-3 RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA Ismail Thamrin, Anton Kharisandi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya Jl.Raya Palembang-Prabumulih KM.32. Kec.
Lebih terperinciIV. PENDEKATAN RANCANGAN
IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan
Lebih terperinciT P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer
Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal
Lebih terperinci9/17/ KALOR 1
9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering
Lebih terperinciPENGANTAR PINDAH PANAS
1 PENGANTAR PINDAH PANAS Oleh : Prof. Dr. Ir. Santosa, MP Guru Besar pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang, September 2009 Pindah Panas Konduksi (Hantaran)
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI
PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI Oleh IRFAN DJUNAEDI 04 04 02 040 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian
21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Desember 2012
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN.
BAB III PERANCANGAN 3.1 Beban Pendinginan (Cooling Load) Beban pendinginan pada peralatan mesin pendingin jarang diperoleh hanya dari salah satu sumber panas. Biasanya perhitungan sumber panas berkembang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.
Lebih terperinciMODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN
MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran
Lebih terperinciKAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN
KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang
Lebih terperinciPEMILIHAN MATERIAL DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUSIBLE PELEBUR ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG DENGAN BAHAN BAKAR PADAT
PEMILIHAN MATERIAL DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUSIBLE PELEBUR ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG DENGAN BAHAN BAKAR PADAT SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik M. ROLAN
Lebih terperinciPERBANDINGAN BIDANG API ISOTHERMAL KOMPOR ENGKEL DINDING API TUNGGAL DAN DINDING API GANDA BERBAHAN BAKAR BIOETHANOL
PERBANDINGAN BIDANG API ISOTHERMAL KOMPOR ENGKEL DINDING API TUNGGAL DAN DINDING API GANDA BERBAHAN BAKAR BIOETHANOL Yusufa Anis Silmi (2108 100 022) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA
SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. Eng. PRABOWO,
Lebih terperinciUJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO
UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO Oleh M. Yahya Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang Abstrak Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat
III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN KOLEKTOR SURYA SATU LALUAN TERHADAP WAKTU PROSES PENGERINGAN
TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN KOLEKTOR SURYA SATU LALUAN TERHADAP WAKTU PROSES PENGERINGAN OLEH : ALDO NURSATRIA ( 2108 030 084 ) DOSEN PEMBIMBING : Ir.JOKO SARSETYANTO,MT PROGRAM
Lebih terperinciGambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
PENGARUH PENGGUNAANMEDIABAHANPENGISI( FILLER) PVC DENGANTINGGI45CM DAN DIAMETER 70CM TERHADAPKINERJAMENARAPENDINGINJENIS INDUCED- DRAFT COUNTERFLOW SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TERI KAPASITAS 12 KG/JAM
RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TERI KAPASITAS 12 KG/JAM Muhamad Daud Pinem *) *) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan Abstrak Proses pengeringan umumnya dilakukan dengan menjemur
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG ALAT PEMANAS DAN PENDINGIN AIR MINUM BERTENAGA LISTRIK
KARYA AKHIR PERANCANGAN ULANG ALAT PEMANAS DAN PENDINGIN AIR MINUM BERTENAGA LISTRIK UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN Disusun Oleh: DANIEL PARLINDUNGAN P NIM : 025202023
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA
37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit
Lebih terperinciGambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta
Lebih terperinci